• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan Karakteristik Sosial Ekonomi Anggota Koperasi Dengan Pelaksanaan Prinsip-Prinsip Koperasi (Studi kasus: KSU Cahaya Baru, Kec. Medan Amplas, Kota Medan)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Hubungan Karakteristik Sosial Ekonomi Anggota Koperasi Dengan Pelaksanaan Prinsip-Prinsip Koperasi (Studi kasus: KSU Cahaya Baru, Kec. Medan Amplas, Kota Medan)"

Copied!
76
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

Lampiran 2. Skor Pelaksanaan Prinsip-Prinsip Koperasi di KSU Cahaya Baru

Nomor Sampel

Daftar Pertanyaan Total

(3)

Lampiran 3. Korelasi Rank Spearman Antara Umur Anggota Koperasi dengan Pelaksanaan Prinsip-Prinsip Koperasi

(4)

Lampiran 4. Korelasi Rank Spearman Antara Tingkat Pendidikan Anggota Koperasi dengan Pelaksanaan Prinsip-Prinsip Koperasi

(5)

Lampiran 5. Korelasi Rank Spearman Antara Masa Keanggotan Anggota Koperasi dengan Pelaksanaan Prinsip-Prinsip Koperasi

(6)

Lampiran 6. Korelasi Rank Spearman Antara Jumlah Tanggungan Anggota Koperasi dengan Pelaksanaan Prinsip-Prinsip Koperasi

(7)

Lampiran 7. Matriks Hasil Penelitian No. Identifikasi

Masalah

Tujuan Penelitian

Hipotesis Data Analisis Data Hasil Penelitian

1. Bagaimana dapat dilihat dari segi jumlah angota yang hanya 6 anggota saja sejak berdirinya koperasi

Deskriptif  Umur sampel sebagian besar masih dalam usia

(8)

DAFTAR PUSTAKA

Ahmadi, A. 2003. Ilmu Sosial Dasar. Cetakan ke-4 Penerbit Rineka Cipta, Jakarta.

Fuad, M., Christin H., Nurlela, Sugiarto, Paulus, Y.E.F. 2000. Pengantar Bisnis. PT.Gramedia Pustaka Utama.Jakarta.

Ginting, Meneth.1999. Dinamika Organisasi Koperasi. Program Pascasarjana. IPB. Bogor

Ginting, Meneth. 2005. Pembangunan Masyarakat Desa. Medan: USU Press. Hasyim, Hasman. 2006. Analisis Hubungan Karakteristik Petani Kopi Terhadap

Pendapatan (Studi Kasus: Desa Dolok Seribu Kecamatan Paguran Kabupaten Tapanuli Utara). Jurnal Komunikasi Penelitian. Lembaga Penelitian. Universitas Sumatera Utara, Medan.

Hendar dan Kusnadi. 2005. Ekonomi Koperasi Untuk Perguruan Tinggi. Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Jakarta.

Himpuni, Okwan. 2008. Analisis Kinerja Koperasi Unit Desa (KUD) Sumber

Alam Kecamatan Dramaga Kabupaten Bogor Provinsi Jawa Barat.

[Skripsi]. Program Sarjana Agribisnis Penyelengaraan Khusus Departemen Agribisnis FEM IPB. Bogor. Internet. www.google.com (21 juni 2012).

ICA pada Kongres 100 Tahun The International Cooperative Alliance Tahun 1995. Manchester, United Kingdom: Tanggal 23 September 1995.

Ismail, A. Marzuki. 2005. Mengenali Anggota dan Koperasi. Penerbit Taman Shamelin Perkasa. Kuala Lumpur.

Kartasapoetra, A.G. 1994. Teknologi Penyuluhan Pertanian. Penerbit Bumi Aksara. Jakarta.

Kartasapoetra,G, Bambang S, A. Setiady, 2001. Koperasi Indonesia. PT Rineka Cipta. Jakarta.

Krisnamurthi, B. 1998. Perkembangan Kelembagaan dan Prilaku Usaha KUD di

Jawa Barat. Program Pascasarjana. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

PSAK (Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan) Nomor 27 Tahun 2007 Tentang Akuntansi Perkoperasian.

Riani, Eli Dewi. 2007. Kinerja Koperasi berdasarkan Kep,Men.No.129/KEP/M/

KUKM/XI/2002, Hambatan, Permasalahan dan Implementasinya (Studi Kasus pada Koperasi Pegawai RI Se- Kabupaten Pemalang, [Skripsi].

(9)

Soekartawi. 1999. Agribisnis Teori dan Aplikasinya. Raja Grafindo Persada. Jakarta.

Sudarsono & Edilius. 2005. Koperasi dalam Teori dan Praktek. Rineka Cipta. Jakarta.

Supriana, Tavi. 2009. Pengantar Ekonometrika. Departemen Sosial Ekonomi Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan.

Supriana, Tavi dan Riantri Barus. 2010. Statistik Nonparametrik. Medan : USU Press.

Undang-undang Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian: Tanggal 21 Oktober 1992.

(10)

METODE PENELITIAN

Metode Penentuan Daerah Penelitian

Metode penentuan daerah penelitian ini dilakukan secara sengaja

(purposive), yaitu di Kota Medan. Kota Medan dipilih sebagai lokasi penelitian

karena Koperasi yang paling banyak jumlahnya untuk wilayah Sumatera Utara yaitu sebanyak 1.386 unit seperti yang terlampir pada Tabel 1.

Tabel 1. Jumlah Koperasi Menurut Kabupaten/Kota Provinsi Sumatera Utara (Unit)

No. Provinsi/Kabupaten/Kota Aktif (Unit)

Provinsi 663

15 Humbang Hasudutan 100

(11)

Lanjutan Tabel 1. Jumlah Koperasi Menurut Kabupaten/Kota Provinsi Sumatera Utara (Unit)

No. Provinsi/Kabupaten/Kota Aktif (Unit)

Kota

Sumber : Dinas Koperasi Sumatera Utara, 2011

KSU Cahaya Baru dipilih karena Koperasi ini bermitra dengan Koperasi PTPN 4 dan unit usaha yang dijalankan adalah jasa leveransir, usaha bakso dan usaha sabun tidak seperti kebanyakan KSU lainnya yang menjalankan usaha simpan pinjam seperti yang terlampir pada Tabel 2.

Tabel 2. Data KSU Kota Medan yang Terdaftar di Dinas Koperasi

No Nama Koperasi Tahun Berdiri Unit Usaha

1 KSU Rejeki Medan 2008 Jasa Usaha Simpan Pinjam

2 KSU Tunggal Ganda 1996 Jasa Usaha Simpan Pinjam

3 KSU Willie Pratama 2008 Jasa Usaha Simpan Pinjam

4 KSU Famili Foto 1998 Jasa Usaha Simpan Pinjam

5 KSU Famili Jaya 2004 Jasa Usaha Simpan Pinjam

6 KSU Mitra Jasa 1999 Jasa Usaha Simpan Pinjam

7 KSU Pedagang Kaki 5 Terminal Sambu

2003 Jasa Usaha Simpan Pinjam

8 KSU Cahaya Intan 2001 Jasa Usaha Simpan Pinjam

9 KSU Karya Sejahtera 2001 Jasa Usaha Simpan Pinjam 10 KSU Namora Panalutan 2004 Jasa Usaha Simpan Pinjam

11 KSU Rejeki Mandiri 2008 Jasa Usaha Simpan Pinjam

12 KSU Cahaya Sejahtera 2008 Jasa Usaha Simpan Pinjam

13 KSU Karya Bersama 2001 Jasa Usaha Simpan Pinjam

14 KSU Selamat Jaya 2000 Jasa Usaha Simpan Pinjam

15 KSU Cahaya Baru 2009 Jasa Leveransir, Jasa

(12)

Lanjutan Tabel 2. Data KSU Kota Medan yang Terdaftar di Dinas Koperasi

No Nama Koperasi Tahun Berdiri Unit Usaha

16 KSU Mastera 2001 Jasa Usaha Simpan Pinjam

17 KSU Kebutuhan Rakyat Sehati

2001 Jasa Usaha Simpan Pinjam

18 KSU Perkasa Muslimat Al-Wasiyah

2008 Jasa Usaha Waserda

19 KSU Tikora 1999 Jasa Usaha Simpan Pinjam

20 KSU Sejahtera Bersama 2007 Dagang Umum

21 KSU Teladan Sukses Mandiri

2008 Jasa Usaha Simpan Pinjam

22 KSU Garda Sejahtera 2000 Jasa Usaha Simpan Pinjam

23 KSU Harry Bawana 2008 Jasa Usaha Kebutuhan Bahan Pokok

24 KSU Sejahtera Bersama 2000 Jasa Usaha Simpan Pinjam

25 KSU Srikandi 2006 Produksi Sulam Bordir

26 KSU Ekonomi Lemah 2000 Jasa Usaha Simpan Pinjam,Jasa Komisi 27 KSU FKWJ Segar 2008 Jasa Usaha Simpan Pinjam

28 KSU Karya Perempuan Indonesia

2009 Penjualan Barang-Barang Kerajinan

29 KSU VACO (VA & CO) 2005 Jasa Usaha Simpan Pinjam dan Jasa Pegadaian 30 KSU Milala 2006 Jasa Usaha Simpan Pinjam

31 KSU Rangkiang 2001 Jasa Usaha Simpan Pinjam

32 KSU Mardaupcoy 2007 Jasa Usaha Simpan Pinjam

33 KSU Palano Jaya 2007 Jasa Usaha Simpan Pinjam

34 KSU Pemuda Mandiri 2000 Jasa Usaha Simpan Pinjam

35 KSU Al-Amin 2001 Jasa Usaha Simpan Pinjam

36 KSU Bintang Sembilan 2000 Jasa Usaha Simpan Pinjam

37 KSU Mitra Mandiri 2007 Jasa Usaha Simpan Pinjam

38 KSU Kulunuwon Jaya 2008 Jasa Usaha Simpan Pinjam

39 KSU Anugrah 2008 Jasa Usaha Simpan Pinjam

(13)

Metode Penentuan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah anggota KSU Cahaya Baru, Kecamatan Medan Amplas, Kota Medan. Metode yang digunakan dalam pengambilan sampel adalah metode sensus yaitu mengambil semua jumlah populasi yang ada untuk dijadikan sampel. Metode sensus digunakan karena jumlah populasi anggota Koperasi Cahaya Baru adalah 26 orang, seperti yang terlampir pada Tabel 3.

Tabel 3.Jumlah Populasi dan Sampel Anggota KSU Cahaya Baru, Kec. Medan Amplas, Kota Medan

Nama KSU

Anggota Koperasi

Populasi Sampel

Cahaya Baru 26 26

Metode Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan dari metode ini terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari wawancara langsung dengan responden dengan menggunakan pertanyaan atau kuisioner yang dibuat terlebih dahulu sedangkan data skunder diperoleh dari lembaga atau instansi terkait yaitu Dinas Koperasi Sumatera Utara.

Metode Analisis Data

(14)

Untuk hipotesis 2 juga menggunakan analisis metode deskriptif untuk mengetahui karakteristik (umur, tingkat pendidikan, masa keanggotaan dan jumlah tanggungan) dari setiap anggota Koperasi.

Untuk menguji hipotesis 3 digunakan metode analisis deskriptif yang dibantu dengan. Tujuan dari hipotesis 3 dicari menggunakan metode analisa penilaian dengan skor, untuk mencari pelaksanaan prinsip-prinsip koperasi, yaitu: dianalisis dengan menggunakan analisis deskriptif berdasarkan 7 (tujuh) parameter. Setiap parameter diberi skor 1 untuk sangat rendah, skor 2 untuk rendah, skor 3 untuk sedang, skor 4 untuk tinggi dan skor 5 untuk sangat tinggi. Maka tingkat partisipasi dilihat dari penjumlahan skor secara keseluruhan yaitu berada antara 7-35 apabila skor:

 7-12 = Tingkat partisipasi sangat rendah  13-18 = Tingkat partisipasi rendah

 19-24 = Tingkat partisipasi sedang  25-30 = Tingkat partisipasi tinggi

 ≥ 31 = Tingkat partisipasi sangat tinggi

Untuk menguji hipotesis 4 dianalisis dengan menggunakan korelasi Rank Spearman (rs) untuk membuktikan adanya keeratan hubungan antara karakteristik

anggota Koperasi dengan pelaksanaan prinsip-prinsip Koperasi dengan rumus:

Rumus korelasi Rank Spearman (rs) adalah

(15)

Dimana:

rs = Koefisien korelasi Rank Spearman

di = Perbedaan atau selisih rank karakteristik anggota Koperasi dengan rank

pelaksanaan prinsip-prinsip Koperasi. n = Jumlah sampel

(Supriana dan Riantri, 2010).

Untuk melihat besarnya nilai dari derajat keeratan dapat menggunakan

klasifikasi koefisien korelasi dua variabel menurut Guilford dalam Supriana (2009), berikut ini:

Tabel 4. Nilai Hubungan Korelasi Menurut Guilford

Nilai Koefisien Korelasi Keterangan

< 0,2 Tidak terdapat hubungan antara kedua variabel antara 0,2 s/d 0,4 Hubungan kedua variabel lemah

antara 0,4 s/d 0,7 Hubungan kedua variabel sedang antara 0,7 s/d 0,9 Hubungan kedua variabel kuat antara 0,9 s/d 1 Hubungan kedua variabel sangat kuat

Untuk melihat nyata tidaknya hubungan antara variabel diuji dengan menggunakan uji t dengan rumus:

2

rs = koefisien korelasi spearman n = jumlah sampel penelitian

(16)

 Thitung > Ttabel = Tolak H0, terima H1 berarti ada hubungan karakteristik

anggota Koperasi dengan pelaksanaan prinsip-prinsip Koperasi.

 Thitung ≤ Ttabel = Terima H0, tolak H1 berarti tidak ada hubungan

karakteristik anggota Koperasi dengan pelaksanaan prinsip-prinsip Koperasi.

Defenisi dan Batasan Operasional Defenisi

1. Koperasi adalah asosiasi orang orang yang bergabung dan melakukan usaha bersama atas dasar prinsip prinsip koperasi, sehingga mendapatkan manfaat yang lebih besar dengan biaya rendah melalui perusahaan yang dimiliki dan diawasi secara demokratis oleh anggotanya.

2. Prinsip-prinsip koperasi adalah landasan bagi koperasi dalam melakukan kegiatannya.

3. Evaluasi adalah pencarian nilai angka terhadap pelaksanaan prinsip-prinsip Koperasi di daerah penelitian.

4. Tugas pengurus koperasi adalah membuat dan melaksanakan berbagai kebijakan agar tujuan bisa tercapai.

5. Partisipasi anggota adalah pelaksanaan hak dan kewajiban seseorang anggota terhadap Koperasinya.

6. Karakteristik petani adalah faktor-faktor yang dimiliki oleh setiap individu anggota koperasi di daerah penelitian.

(17)

8. Umur responden adalah lama waktu hidup responden (tahun) dari lahir hingga saat dilakukan penelitian.

9. Tingkat pendidikan adalah jenjang pendidikan yang telah ditempuh oleh anggota koperasi.

10.Lama menjadi anggota koperasi adalah lamanya responden telah menjadi anggota dalam koperasi (tahun).

11.Jumlah tanggungan keluarga adalah banyaknya orang yang ditanggung atau dibiayai oleh kepala rumah tangga dalam satu keluarga dihitung dalam jiwa.

Batasan Operasional

1. Sampel adalah para anggota KSU Cahaya Baru, Kec. Medan Amplas, Kota Medan, Provinsi Sumatera Utara.

2. Tempat penelitian adalah KSU Cahaya Baru, Kec. Medan Amplas, Kota Medan, Provinsi Sumatera Utara.

(18)

DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN

Kecamatan Medan Amplas Luas dan Letak Geografis

Kecamatan Medan Amplas merupakan salah satu kecamatan yang ada di Kota Medan. Kecamatan Medan Amplas mempunyai luas wilayah sekitar 13.764 km². Kecamatan ini terdiri dari 7 kelurahan yaitu, kelurahan Harjo Sari I, Harjo Sari II, Siti Rejo II, Siti Rejo III, Timbang Deli, Amplas dan kelurahan Bangun Mulia dengan luas wilayah yang terluas yaitu kelurahan Harjo Sari II sebesar 4,59 km² dan kelurahan Siti Rejo II memiliki luas wilayah terkecil yakni 0,40 km². Dari ketujuh kelurahan tersebut terbagi atas 77 lingkungan, 121 RW, 287 RT serta 330 blok sensus.

Kecamatan Medan Amplas terletak pada ketinggian 14 m di atas permukaan laut. Jarak kantor Kecamatan Medan Amplas ke kantor Walikota Medan sekitar 10 km. Ditinjau dari jarak kantor kelurahan ke kantor kecamatan Medan Amplas, kantor Kelurahan Bangun Mulia memiliki jarak terjauh dari kantor Kecamatan Medan Amplas yaitu sekitar 7 km sedangkan kantor kelurahan yang terdekat yaitu Kelurahan Harjo Sari I sekitar 1 km dari kantor Kecamatan Medan Amplas.

Wilayah Kecamatan Medan Amplas berbatasan langsung dengan:

 Kabupaten Deli Serdang di sebelah Selatan dan Timur,

 Kecamatan Medan Denai di sebelah Utara dan

 Kecamatan Medan Johor di sebelah Barat.

(19)

Kecamatan Medan Amplas memiliki jumlah penduduk sebanyak 115.543 jiwa. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

Tabel 5. Distribusi Penduduk Menurut Jenis Kelamin di Kecamatan Medan Amplas Tahun 2011

Sumber: Kecamatan Medan Amplas dalam Angka 2012

Berdasarkan tabel di atas diketahui jumlah penduduk yang dominan di Kecamatan Medan Amplas adalah perempuan yaitu sebanyak 58.186 jiwa dan jumlah penduduk terbanyak terdapat pada Kelurahan Harjo Sari I yakni sebanyak 31.979 jiwa.

Tabel 6.Distribusi Penduduk Menurut Golongan Umur di Kecamatan Medan Amplas Tahun 2011

Sumber:Kecamatan Medan Amplas dalam Angka 2012

(20)

Selanjutnya keadaan penduduk menurut agama yang dianut penduduk Kecamatan Medan Amplas dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

Tabel 7. Distribusi Penduduk Menurut Agama di Kecamatan Medan Amplas Tahun 2011

Sumber: Kecamatan Medan Amplas dalam Angka 2012

Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa sebagian besar penduduk Kecamatan Medan Amplas didominasi oleh penduduk yang beragama Islam yakni 90.433 jiwa atau 78,3%, agama Kristen Protestan sebanyak 21.539 jiwa atau 18,6%, agama Katolik 2.657 jiwa atau 2,3%, agama Budha sebanyak 726 jiwa atau 0,6% dan penduduk yang beragama Hindu yang paling sedikit dengan jumlah 188 jiwa atau 0,2%.

Kecamatan Medan Amplas termasuk kecamatan yang cukup luas yang dihuni dengan angka kelahiran, kematian serta mobilitas penduduk yang cukup ramai. Hal ini dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

Tabel 8. Distribusi Penduduk Menurut Mutasi dan Mutandis di Kecamatan Medan Amplas Tahun 2011

No Mutasi dan Mutandis Jumlah (Jiwa) Persentase (%)

(21)

Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa angka kelahiran di Kecamatan Medan Amplas lebih besar 577 jiwa atau 40,6% daripada angka kematian 193 jiwa atau 13,6%. Sedangkan jumlah penduduk yang datang ke Kecamatan Medan Amplas lebih besar 411 jiwa atau 28,9% daripada jumlah penduduk yang keluar dari Kecamatan Medan Amplas 241 jiwa atau 16,9%.

Sebagian besar warga Kecamatan Medan Amplas berprofesi sebagai pedagang seperti yang tertera pada tabel di bawah ini:

Tabel 9. Distribusi Penduduk Menurut Mata Pencaharian di Kecamatan Medan Amplas Tahun 2011

No Mata Pencaharian Jumlah (Jiwa) Persentase (%)

1. PNS 3.305 19,7

2. Pegawai Swasta 3.716 22,1 3. TNI/POLRI 469 2,8 4. Petani 285 1,7 5. Pedagang 5.714 34 6. Pensiunan 1.226 7,3 7. Lain-lain 2.087 12,4

Total 16.802 100

Sumber: Kecamatan Medan Amplas dalam Angka 2012

Berdasarkan tabel di atas, dapat dilihat bahwa penduduk Kecamatan Medan Amplas didominasi oleh warga yang bermata pencaharian sebagai pedagang yaitu 5.714 jiwa atau 34% dan profesi kedua terbanyak adalah pegawai swasta sebesar 3.716 jiwa atau 22,1% , kemudian diikuti oleh PNS yaitu sebanyak 3.305 jiwa atau 19,7% sedangkan profesi paling sedikit di Kecamatan Medan Amplas adalah petani yaitu sebanyak 285 jiwa atau 1,7%.

(22)

Sarana dan Prasarana

Sarana dan prasarana suatu daerah akan mempengaruhi perkembangan dan kemajuan masyarakat di daerah tersebut. Semakin baik fasilitas sarana dan prasarana pendukung yang ada di daerah maka akan mempercepat laju kemajuan daerah tersebut. Di Kecamatan Medan Amplas keadaan jalan umumnya bagus, alat transportasi umum berupa angkutan umum, becak motor tersedia untuk menjangkau daerah yang ada di Kecamatan Medan Amplas. Untuk lebih jelasnya fasilitas sarana dan prasarana yang ada di Kecamatan Medan Amplas dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

Tabel 10. Sarana dan Prasarana di Kecamatan Medan Amplas Tahun 2011 No Sarana dan Prasarana Jumlah (Unit)

1. Mesjid 61

2. Gereja 23

3. Klenteng 1

4. TK Swasta 19

5. SD Negeri 23

6. SD Swasta 27

7. SMP Negeri 2

8. SMP Swasta 18

9. SMA Negeri 3

10. SMA Swasta 17

11. Posyandu 69

Total

(23)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Perkembangan Koperasi di Daerah Penelitian

Koperasi Serba Usaha (KSU) Cahaya Baru yang terletak di Jl.Garu III Ujung No.138, Kecamatan Medan Amplas, Kota Medan dibentuk pada tanggal 31 Mei 2009 dengan Nomor Badan Hukum 518/26/BH/PAD/II.4/KUKM/2009; 31/05/2009 melalui rapat pembentukan Koperasi dengan Usman selaku Ketua, H.Fahrul Isnan Daulay (Sekretaris) dan Hj. Farida Malik (Bendahara) serta Pengawas Koperasi yaitu Agus Susanto, Asroli dan Binsar Sirait. Untuk mengetahui perkembangan KSU Cahaya Baru dapat dilihat dari 4 segi berikut ini ini:

a. Perkembangan koperasi dari segi keanggotaan koperasi

(24)

b. Perkembangan koperasi berdasarkan kegiatan usaha yang dijalankan koperasi

Pada awal pembentukannya, koperasi merupakan salah satu pemasok bakso yang cukup dipertimbangkan sebagai salah satu produsen bakso dengan kualitas yang baik. Seiring berjalannya waktu, jumlah produsen bakso semakin banyak, dan persaingan di bidang usaha tersebut semakin ketat.

Menurut penjelasan dari bapak Usman selaku ketua koperasi Cahaya Baru saat ini, usaha bakso milik koperasi Cahaya Baru tidak mampu bertahan hingga saat ini dikarenakan semakin ketatnya persaingan di bidang usaha tersebut. Sehingga pedagang yang menjadi konsumen awal dari usaha bakso koperasi ini semakin sedikit. Seiring berjalannya waktu, koperasi mengalami penurunan keuntungan hingga akhirnya mengalami kerugian.

Usaha bakso miliki koperasi kini sudah tidak berjalan lagi. Sehingga koperasi hanya menyisakan beberapa gerobak becak yang digunakan anggota koperasi untuk berjualan.

Sebagai sumber dana pemasukan kas koperasi berasal dari uang sewa gerobak becak oleh para anggota koperasi yaitu sebesar Rp 3.000/bulan, namun itu pun masih saja ada anggota yang tidak membayar secara rutin, dana dari pemerintah daerah setempat, dan juga dana dari PTPN IV.

c. Kualitas bangunan koperasi

(25)

Kantor koperasi ini juga sekaligus merupakan tempat tinggal pak Usman selaku ketua Koperasi.

d. Citra koperasi di mata anggota dan juga masyarakat sekitar

Berdasarkan wawancara dengan para anggota dan masyarakat sekitar, keberadaan koperasi Cahaya Baru ini sudah kurang mendapat perhatian. Tidak sedikit masyarakat yang tidak mengetahui lokasi koperasi tersebut. Selain itu juga tidak banyak anggota koperasi yang ingat kapan terakhir kali berkumpul untuk melakukan RAT di koperasi, sehingga dapat dikatakan bahwa anggota koperasi sudah mulai lupa akan keberadaan koperasi.

Karakteristik Sosial Ekonomi Anggota Koperasi

Sampel pada penelitian ini adalah anggota Koperasi Cahaya Baru. Secara ringkas karakteristik anggota Koperasi Cahaya Baru dapat dilihat pada tabel 11. Tabel 11. Karateristik Sosial Ekonomi Anggota KSU Cahaya Baru

No. Uraian Satuan Rataan Range 1. Umur Tahun 41,46 23-67 2. Tingkat Pendidikan Tahun 10,38 6-15 3. Masa Keanggotaan Tahun 2,69 1- 4 4. Jumlah Tanggungan Keluarga Jiwa 2,76 0-6

Sumber : Data Diolah dari Lampiran 1

1. Umur

(26)

Berdasarkan tabel 11 menunjukkan bahwa tingkat pendidikan sampel rata-rata 10,38 tahun dengan range 6-15 tahun artinya sampel paling rendah adalah SD dan paling tinggi adalah D3.

3. Masa Keanggotaan

Berdasarkan tabel 11 dapat dilihat bahwa masa keanggotaan sampel rata-rata adalah 2,69 tahun dengan range 1-4 tahun. Hal ini menunjukkan bahwa anggota koperasi ada yang baru bergabung dan sudah lama bergabung sejak berdirinya Koperasi. Dengan masa keanggotaan yang semakin lama maka pelaksanaan prinsip-prinsip Koperasi diharapkan lebih tinggi.

4. Jumlah Tanggungan

Berdasarkan tabel 11 dapat dilihat bahwa jumlah tanggungan keluarga sampel rata-rata 2,76 dengan range 0-6 orang. Jumlah tanggungan tersebut dapat mempengaruhi pelaksanaan prinsip-prinsip Koperasi. Karena semakin banyak jumlah tanggungan keluarga maka akan semakin meningkat kebutuhan keluarga yang harus dipenuhi.

Tingkat Pelaksanaan Prinsip-Prinsip Koperasi di Daerah Penelitian

Gambaran pelaksanaan prinsip-prinsip Koperasi pada KSU Cahaya Baru dapat dilihat pada tabel 12.

Tabel 12. Pelaksanaan Prinsip-Prinsip Koperasi di KSU Cahaya Baru

No Uraian Skor yang

diharapkan

Skor yang diperoleh

Ketercapaian (%) 1 Keanggotaan yang sukarela dan

(27)

2 Pengawasan demokratis oleh anggota 5 2,46 49,2 3 Partisipasi anggota dalam kegiatan

ekonomi 5 2,15 43

4 Otonomi dan kemandirian 5 3,11 62,2

5 Pendidikan, pelatihan dan

memberikan informasi 5 2,04 40,8

Sumber: Data Diolah dari Lampiran 2

Dari tabel 12 dapat dijelaskan bahwa pelaksanaan prinsip-prinsip Koperasi adalah 17,57. Artinya pelaksanaan prinsip-prinsip Koperasi adalah tinggi dengan persentase ketercapaian skor yaitu 50,17%. Dengan demikian H1 ditolak dan H0

diterima.

Rendahnya pelaksanaan prinsip-prinsip Koperasi di KSU Cahaya Baru dapat dilihat dari skor yang diperoleh dari penelitian secara langsung dari tujuh prinsip Koperasi yang ada.

Hubungan Karakteristik Sosial Ekonomi Anggota Koperasi dengan Pelaksanaan Prinsip-Prinsip Koperasi

Faktor sosial yang diduga berhubungan dengan pelaksanaan prinsip-prisip Koperasi adalah umur, tingkat pendidikan, masa keanggotaan dan jumlah tanggungan keluarga.

(28)

a. Analisis hubungan umur anggota Koperasi dengan pelaksanaan prinsip-prinsip Koperasi

Untuk melihat hubungan umur dengan pelaksanaan prinsip-prinsip Koperasi maka dianalisis dengan menggunakan Korelasi Rank Spearman. Dari hasil analisis pada lampiran 3 diperoleh rs = 0,11 yang berarti tidak terdapat

keeratan korelasi antara umur dengan pelaksanaan prinsip-prinsip Koperasi. Sementara Thitung = 0,54 dan Ttabel = 2,06. Data ini menunjukkan bahwa Thitung <

Ttabel. Dengan kriteria ini dapat disimpulkan bahwa H0 diterima dan H1 ditolak,

artinya tidak terdapat hubungan yang nyata antara umur anggota Koperasi dengan pelaksanaan prinsip-prinsip Koperasi.

b. Analisis hubungan tingkat pendidikan anggota Koperasi dengan pelaksanaan prinsip-prinsip Koperasi

Dari hasil analisis pada lampiran 4 diperoleh rs = -0,24 yang berarti tidak

terdapat keeratan korelasi antara tingkat pendidikan dengan pelaksanaan prinsip-prinsip Koperasi. Sementara Thitung = -1,17 dan Ttabel = 2,06. Data ini

menunjukkan bahwa Thitung < Ttabel. Dengan kriteria ini dapat disimpulkan bahwa

H0 diterima dan H1 ditolak, artinya tidak terdapat hubungan yang nyata antara

tingkat pendidikaan anggota Koperasi dengan pelaksanaan prinsip-prinsip Koperasi.

c. Analisis hubungan masa keanggotaan dengan pelaksanaan prinsip-prinsip Koperasi

Dari hasil analisis pada lampiran 5 diperoleh rs = 0,04 yang berarti tidak

(29)

bahwa Thitung < Ttabel. Dengan kriteria ini dapat disimpulkan bahwa H0 diterima

dan H1 ditolak, artinya tidak terdapat hubungan yang nyata antara masa

keanggotaan anggota Koperasi dengan pelaksanaan prinsip-prinsip Koperasi. d. Analisis hubungan jumlah tanggungan anggota Koperasi dengan pelaksanaan

prinsip-prinsip Koperasi

Dari hasil analisis pada lampiran 5 diperoleh rs = -0,37 yang berarti tidak

terdapat keeratan korelasi antara jumlah tanggungan dengan pelaksanaan prinsip-prinsip Koperasi. Sementara Thitung = -1,94 dan Ttabel = 2,06. Data ini

menunjukkan bahwa Thitung < Ttabel. Dengan kriteria ini dapat disimpulkan bahwa

H0 diterima dan H1 ditolak, artinya tidak terdapat hubungan yang nyata antara

jumlah tanggungan anggota Koperasi dengan pelaksanaan prinsip-prinsip Koperasi.

(30)

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

1. Perkembangan KSU Cahaya Baru selama tahun 2009-2012 mengalami kemunduran dalam jumlah anggota yang hanya 6 anggota awal saja dari 20 orang yang masih tetap sebagai anggota atau sebesar 30% saja yang masih tetap, selebihnya adalah anggota baru hingga sekarang berjumlah 26 orang, usaha sebagai pemasok bakso tidak dapat dipertahankan, bangunan kantor koperasi yang masih menyewa belum hak milik koperasi dan keberadaan koperasi yang banyak tidak diketahui oleh masyarakat sekitar.

2. Umur anggota koperasi sebagian besar berada pada usia produktif dengan umur rata-rata 41,46 tahun dengan range 23-67 tahun, tingkat pendidikan anggota Koperasi paling rendah adalah SD dan paling tinggi adalah D3, masa keanggotaan paling lama 4 tahun yaitu 6 orang, 3 tahun sebanyak 10 orang, 2 tahun sebanyak 6 orang dan 1 tahun sebanyak 4 orang, jumlah tanggungan dari anggota Koperasi paling sedikit yaitu tidak ada tanggungan dan paling banyak adalah 6 orang.

3. Pelaksanaan prinsip-prinsip koperasi pada KSU Cahaya Baru adalah tinggi dengan skor yang diperoleh 17,57 dengan persentase ketercapaian skor yaitu 50,17%.

(31)

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA

PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

Tinjauan Pustaka Pengertian Koperasi

Menurut Sri Edi Swasono dalam Sudarsono dan Edilius (2005) secara

harfiah kata “Koperasi” berasal dari kata Cooperation (Latin), atau Cooperation

(Inggris), atau Co-operatie (Belanda), atau dalam bahasa Indonesia diartikan sebagai bekerja bersama.

Dalam Undang-Undang No. 25 Tahun 1992, pasal 1 mengatakan bahwa

“Koperasi adalah badan usaha yang beranggotakan orang seorang atau badan

hukum Koperasi dengan melandaskan kegiatannya berdasarkan prinsip Koperasi sekaligus sebagai gerakan ekonomi rakyat yang berdasarkan atas asas kekeluargaan” (UU RI No.25 Tahun 1992).

Menurut pernyataan ICA (International Cooperative Alliance) tentang jati diri Koperasi, mengemukakan Koperasi adalah adalah perkumpulan otonom dari orang-orang yang bersatu secara sukarela untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan dan aspirasi-aspirasi ekonomi, sosial dan budaya bersama melalui perusahaan yang dimiliki bersama dan dikendalikan secara demokratis.

Menurut Ropke dalam Hendar dan Kusnadi (2005) menjelaskan, Koperasi adalah suatu organisasi bisnis yang para pemilik/anggotanya adalah pelanggan utama perusahaan tersebut. Kriteria identitas suatu Koperasi akan merupakan dalil/prinsip identitas yang membedakan unit koperasi dari unit usaha lainnya.

(32)

semata-mata bisnis mencari keuntungan tetapi memberikan pelayanan, memberikan kepuasan kepada anggotanya, Koperasi adalah organisasi yang

aktivitasnya : “dari, oleh dan untuk anggotanya”.

Dari segi organisasi, Koperasi mempunyai ciri-ciri khas yaitu merupakan : 1. Kumpulan orang-orang yang mempunyai kepentingan yang sama guna

mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

2. Bertujuan untuk memperkuat kedudukan ekonomi dari anggotanya. 3. Ada kewajiban anggota anggota untuk permodalan.

4. Resiko dan keuntungan yang timbul akibat usaha Koperasi dipikul dan dinikmati bersama secara proporsional.

5. Usaha utama koperasi adalah pada bidang ekonomi walaupun Koperasi dapat mengerjakan yang menyangkut bidang sosial.

6. Kepemimpinan dan juga manajemen koperasi tercermin dalam pengelolaan secara demokratis dan ketatalaksanaannya secara terbuka.

Prinsip-Prinsip Koperasi

Prinsip adalah suatu pernyataan fundamental atau kebenaran umum maupun individual yang dijadikan oleh seseorang/ kelompok sebagai sebuah pedoman untuk berpikir atau bertindak. Sebuah prinsip merupakan roh dari

sebuah perkembangan ataupun perubahan, dan merupakan akumulasi dari pengalaman ataupun pemaknaan oleh sebuah obyek atau subyek tertentu (Wikipedia, 2012).

(33)

Prinsip ke 1 : Keanggotaan yang Sukarela dan Terbuka

Koperasi adalah organisasi yang bersifat sukarela, terbuka bagi semua orang yang bersedia menggunakan jasa-jasanya dan bersedia menerima tanggung jawab keanggotaan, tanpa membedakan jenis kelamin (gender), latar belakang sosial, ras, politik atau agama.

Prinsip ke 2 : Pengawasan Demokratis Oleh Anggota

Koperasi adalah organisasi demokratis yang diawasi oleh para anggotanya, yang secara aktif menetapkan kebijakan dan membuat keputusan. Pria dan wanita yang dipilih sebagai wakil anggota bertanggung jawab kepada rapat anggota.

Dalam Koperasi primer, para anggota memiliki hak suara sama (satu anggota satu suara) dan Koperasi pada tingkat-tingkat lainnya juga dikelola secara demokratis.

Prinsip ke 3 : Partisipasi Anggota dalam Kegiatan Ekonomi

Para anggota memberikan kontribusi permodalan Koperasi secara adil dan melakukan pengawasan secara demokratis (terhadap modal tersebut). Setidak-tidaknya bagian dari modal itu adalah milik bersama Koperasi. Apabila ada, para anggota biasanya menerima kompensasi yang terbatas atas modal yang disyaratkan untuk menjadi anggota.

Para anggota mengalokasikan sisa hasil usaha untuk beberapa atau semua dari tujuan berikut ini:

- Mengembangkan Koperasi mereka, mungkin dengan membentuk dana cadangan, sebagian dari padanya tidak dapat dibagikan.

(34)

- Mendukung kegiatan lainnya yang disahkan oleh rapat anggota. Prinsip ke 4 : Otonomi Dan Kemandirian (Independence)

Koperasi adalah organisasi otonom, menolong diri sendiri serta diawasi oleh para anggotanya. Apabila Koperasi mengadakan perjanjian dengan organisasi lain, termasuk pemerintah, atau memupuk modal dari sumber luar, Koperasi melakukannya berdasarkan persyaratan yang menjamin pengawasan demokratis oleh para anggotanya dan yang mempertahankan otonomi mereka.

Prinsip ke 5 : Pendidikan, Pelatihan dan Informasi

Koperasi memberikan pendidikan dan pelatihan bagi para anggota, wakil-wakil anggota yang dipilih oleh rapat anggota serta para manager dan karyawan, agar mereka dapat melakukan tugasnya lebih efektif bagi perkembangan koperasinya. Mereka memberikan informasi kepada masyarakat umum, khususnya pemuda dan para pembentuk opini di masyarakat tentang hakekat perkoperasian dan manfaat berkoperasi.

Prinsip ke 6 : Kerjasama Antar Koperasi

Koperasi melayani para anggotanya secara efektif dan memperkuat gerakan Koperasi dengan bekerjasama melalui organisasi Koperasi tingkat lokal, nasional, regional dan internasional.

Prinsip ke 7 : Kepedulian Terhadap Masyarakat

(35)

Tujuan, Fungsi dan Peran Koperasi

Dalam Pasal 3 UU No.25 tahun 1992 dikatakan bahwa “Koperasi

bertujuan memajukan kesejahteraan anggota pada khususnya dan masyarakat pada umumnya serta ikut membangun tatanan perekonomian nasional dalam rangka mewujudkan masyarakat yang maju, adil dan makmur berlandaskan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945”.

Selanjutnya dijelaskan dalam Pasal 4 UU No. 25 Tahun 1992 tentang fungsi dan peran Koperasi, yaitu:

1. Membangun dan mengembangkan potensi dan kemampuan ekonomi anggota pada khususnya dan masyarakat pada umumnya, untuk meningkatkan kesejahteraan ekonomi sosialnya.

2. Berperan serta secara aktif dalam upaya menaikkan kualitas kehidupan manusia dan masyarakat.

3. Memperkokoh perekonomian rakyat sebagai dasar kekuatan dan ketahanan perekonomian nasional dengan Koperasi sebagai sokogurunya.

4. Berusaha mewujudkan dan mengembangkan perekonomian nasional yang merupakan usaha bersama berdasarkan atas asas kekeluargaan dan demokrasi ekonomi (UU RI No.25 Tahun 1992).

(36)

Koperasi Serba Usaha (KSU)

Koperasi Serba Usaha adalah koperasi yang mempunyai bidang usaha rangkap/beraneka ragam, sesuai dengan kebutuhan para anggota koperasi tersebut (Fuad,dkk., 2000).

Pengurus KSU dipilih dari dan oleh anggota dalam Rapat Anggota Tahunan (RAT) yang merupakan kekuasaan tertinggi KSU, dimana Pengurus adalah pemegang kuasa Rapat Anggota. Pengurus bertugas: (1) Mengelola KSU dan usahanya, (2) Mengajukan rancangan rencana kerja serta rancangan rencana anggaran pendapatan dan anggaran belanja koperasi, (3) Menyelenggarakan RAT, (4) Mengajukan laporan keuangan dan pertanggungjawaban pelaksanaan tugas, (5) Menyelenggarakan pembukuan keuangan dan inventaris secara tertib, (6) Memelihara daftar buku Anggota dan Pengurus serta (7) Pengurus bertanggung jawab mengenai segala kegiatan pengelolaan Koperasi dan usahanya kepada RAT atau Rapat Anggota Luar Biasa. Pengurus Koperasi adalah mereka yang dipilih oleh anggota melalui RAT untuk menjabat sebagai Pengurus yang terdiri dari Ketua,Sekretaris dan Anggota. Manajer dan karyawan adalah mereka yang bekerja pada Koperasi dan diangkat serta diberhentikan oleh Pengurus Koperasi (UU RI No.25 Tahun 1992).

(37)

maka individu itu barangkali akan tetap tinggal dalam Koperasi itu dan Koperasi bahkan dapat menarik anggota baru.

Bentuk-bentuk promosi ekonomi anggota atau manfaat ekonomi bagi anggota Koperasi Serba Usaha menurut PSAK (Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan) No.27 Tahun 2007, promosi ekonomi anggota dapat dikelompokkan menjadi 3 jenis, yaitu:

1. Manfaat Ekonomi Langsung (MEL), yaitu manfaat ekonomi yang diterima anggota pada saat melakukan transaksi.

2. Penerimaan pengambilan Sisa Partisipasi Anggota (SPA).

3. Manfaat Ekonomi Tidak Langsung (METL), yaitu anggota menerima pembagian laba Koperasi dari hasil bisnis dengan non anggota.

Bentuk-bentuk promosi atau Manfaat Ekonomi Langsung (MEL) bagi anggota bergantung kepada kegiatan pelayanan dan usaha Koperasi, yaitu:

1. Koperasi yang melakukan kegiatan proses produksi untuk menghasilkan produk tertentu yang mempekerjakan anggota (produksi bersama) pada jenis Koperasi produksi, yaitu:

 Memperoleh Manfaat Ekonomi Langsung (MEL) berupa

efektivitas penerimaan upah bagi anggota dari hasil bekerja pada Koperasi.

 Manfaat Ekonomi Tidak Langsung (METL), yaitu penerimaan

bagian dari laba Koperasi hasil bisnis dengan non anggota, jika Koperasi melakukan hubungan bisnis dengan non anggota.

(38)

2. Koperasi yang melakukan kegiatan penerimaan simpanan dan penyaluran pinjaman (pengelolaan barang/dana bersama) pada Koperasi simpan pinjam, yaitu:

 Memperoleh Manfaat Ekonomi Langsung (MEL) berupa

efektivitas simpanan dan efisiensi penerimaan pinjaman.

 Manfaat Ekonomi Tidak Langsung (METL), yaitu penerimaan

bagian dari laba Koperasi hasil bisnis dengan non anggota, jika Koperasi melakukan hubungan bisnis dengan non anggota.

 Pengembalian Sisa Partisipasi Anggota (SPA) hasil efisiensi biaya

Koperasi.

3. Koperasi yang melakukan kegiatan pelayanan pengadaan barang dan jasa bagi kebutuhan anggota (pembelian bersama atau produksi bersama) pada jenis Koperasi konsumen atau Koperasi produsen yang bergerak dalam input produksi, yaitu:

 Memperoleh Manfaat Ekonomi Langsung (MEL) berupa efisiensi

pengembalian bagi anggota dari hasil pelayanan Koperasi.

 Manfaat Ekonomi Tidak Langsung (METL), yaitu penerimaan bagian

dari laba Koperasi hasil bisnis dengan non anggota, jika Koperasi melakukan hubungan bisnis dengan non anggota.

 Pengembalian Sisa Partisipasi Anggota (SPA) hasil efisiensi biaya

Koperasi.

(39)

 Memperoleh Manfaat Ekonomi Langsung (MEL) berupa efektivitas

penjualan bagi anggota dari hasil pelayanan Koperasi.

 Manfaat Ekonomi Tidak Langsung (METL), yaitu penerimaan bagian

dari laba Koperasi hasil bisnis dengan non anggota, jika Koperasi melakukan hubungan bisnis dengan non anggota.

 Pengembalian Sisa Partisipasi Anggota (SPA) hasil efisiensi biaya

Koperasi.

Partisipasi Anggota

Secara harfiah partisipasi diambil dari bahasa asing “participation” yang

artinya mengikutsertakan pihak lain dalam mencapai tujuan. Kemudian partisipasi anggota berarti mengikutsertakan Anggota Koperasi dalam kegiatan operasional dan pencapaian tujuan bersama (Hendar dan Kusnadi, 2005).

Menurut Hendar dan Kusnadi (2005), bila dipandang dari segi dimensinya, partisipasi dibagi menjadi empat yaitu:

1. Partisipasi dapat dipaksakan (forced) dan dapat pula sukarela (voluntary). Partisipasi sukarela terdapat apabila manajemen memulai gagasan tertentu dan bawahan menyetujui untuk berpartisipasi.

2. Partisipasi formal, biasanya telah tercipta suatu mekanisme formal dalam pengambilan keputusan (misalnya serikat kerja, dewan pengurus) dan partiasipasi non formal, biasanya hanya terdapat persetujuan lisan antara atasan dan bawahan mengenai bidang partisipasi.

(40)

Partisipasi berifat tidak langsung akan ada wakil yang membawa aspirasi orang lain, misalnya karyawan atau anggota.

4. Partisipasi kontributif dan kontributif insentif. Kedua jenis partisipasi ini timbul akibat peran ganda anggota sebagai pemilik dan sekaligus pelanggan. Dalam kedudukannya sebagi pemilik, maka:

 Para anggota memberikan kontribusinya terhadap pembentukan

dan pertumbuhan perusahaan Koperasi dalam bentuk kontribusi keuangan (penyerahan simpanan pokok, simpanan wajib, simpanan sukarela).

 Mengambil bagian dalam penetapan tujuan, pembuatan keputusan

dan proses pengawasan terhadap jalannya Koperasi.

Kemudian kedudukannya sebagai pelanggan/pengguna, maka para anggota memanfaatkan berbagai potensi pelayanan yang disediakan oleh Koperasi dalam menunjang kepentingannya.

Karakteristik Anggota Koperasi

Pengertian sosial pada hakikatnya merupakan interaksi dalam pergaulan hidup manusia dalam bermasyarakat. Dalam proses ini terkandung di dalamnya nilai-nilai kebersamaan, solidaritas dan kesamaan nasib sebagai unsur pemersatu kelompok. Seorang anggota koperasi pastinya memiliki karakteristik masing-masing yang berbeda seperti umur, tingkat pendidikan, masa keanggotaan, dan jumlah tanggungan.

1. Umur

(41)

aktivitas. Umur memiliki pengaruh besar terhadap produktivitas kerja seseorang (Soekartawi, 1999).

2. Tingkat Pendidikan

Tingkat pendidikan manusia pada umumnya menunjukkan daya kreatifitas manusia dalam berpikir dan bertindak. Pendidikan rendah mengakibatkan kurangnya pengetahuan dalam memanfaatkan sumber daya alam yang tersedia (Kartasapoetra, 1994).

Menurut Ahmadi (2003) menyatakan bahwa keberhasilan pembangunan sangat ditentukan oleh berbagai faktor seperti: kualitas sumber daya manusia, tersedianya sumber daya alam yang memadai, adanya birokrasi pemerintahan yang kuat dan efisien dan sebagainya. Namun demikian, tidak dapat disangkal bahwa kualitas sumber daya manusia merupakan faktor yang sangat menentukan dalam proses pembangunan. Hal ini karena manusia bukan semata-mata menjadi obyek pembangunan, tetapi sekaligus juga merupakan subyek pembangunan.

Tingkat pendidikan manusia pada umumnya menunjukkan gaya kreativitas manusia dalam berpikir dan bertindak. Pendidikan rendah mengakibatkan kurangnya pengetahuan dalam memanfaatkan sumber-sumber daya alam yang tersedia. Akibatnya usaha-usaha yang dilakukan hanya mampu menghasilkan pendapatan yang rendah (Soekartawi,1999).

3. Masa Keanggotaan

(42)

4. Jumlah Tanggungan

Menurut Hasyim (2006) banyaknya jumlah tanggungan keluarga akan mendorong seseorang untuk melakukan banyak aktivitas terutama dalam mencari dan menambah pendapatan keluarganya.

Semakin banyak anggota keluarga, akan semakin besar pula beban hidup yang akan ditanggung atau harus dipenuhi. Jumlah anggota keluarga akan mempengaruhi keputusan untuk berusaha mengoptimalkan pendapatannya dengan menentukan pilihan-pilihan (Soekartawi, 1999).

Landasan Teori

Prinsip terkait erat dengan konsep pegangan dalam menentukan arah yang ingin dicapai oleh Koperasi. Prinsip-prinsip Koperasi mencerminkan perkembangan Koperasi yang sebenarnya demi keperluan dan keinginan anggotanya. Pembentukan nilai dalam diri anggota koperasi hanya dapat dilakukan jika ada kesadaran di kalangan pihak administrasi dan manajemen koperasi pada kebutuhan semua pihak menjalankan tugas masing-masing dalam kepemimpinan, administrasi dan manajemen koperasi.

(43)

Jika anggota koperasi tidak dapat menghayati prinsip-prinsip Koperasi akan sulit anggota koperasi memahami tentang faedah dan pentingnya berkoperasi serta akan melepaskan dan meletakkan tanggungjawabnya kepada pihak pengurus Koperasi untuk menggerakkan dan memajukan Koperasi. Oleh karena itu, pengurus Koperasi harus mengetahui pasti apa itu prinsip-prinsip Koperasi, karena tanpa ada pelaksanaan prinsip-prinsip, tidak akan bagus Koperasi tersebut (Ismail, 2005).

Kerangka Pemikiran

Kemiskinan menjadi suatu permasalahan yang mutlak harus dituntaskan dalam suatu negara. Secara garis besar hal tersebut menjadi tugas dari pemerintah saja, namun itu tidaklah cukup sampai di situ. Perlu adanya partisipasi dari masyarakat dan juga pihak swasta. Sebagai salah satu bentuk nyata partisipasi masyarakat dalam pengentasan kemiskinan dengan membentuk suatu koperasi.

Dalam pelaksanaannya, Koperasi memiliki prinsip-prinsip yang diharapkan dapat membantu pemerintah dan masyarakat dalam pengentasan kemiskinan. Prinsip-prinsip tersebut yaitu: keanggotaan yang sukarela dan terbuka, pengawasan demokratis oleh anggota, partisipasi kegiatan ekonomi, otonomi dan kemandirian, pendidikan, pelatihan dan informasi, kerjasama antar koperasi dan kepedulian terhadap masyarakat.

(44)

Pelaksanaan prinsip-prinsip Koperasi, besar peningkatan kemakmuran dan juga pengalaman kerja anggota sangat ditentukan oleh partisipasi anggota. Kualitas partisipasi anggota tergantung pada karakteristik anggota yang meliputi umur, tingkat pendidikan, masa keanggotaan dan jumlah tanggungan. Kerangka pemikiran disajikan pada Gambar 1.

LINGKUNGAN

Gambar 1. Skema Kerangka Pemikiran Hubungan Karakteristik Sosial Ekonomi Anggota Koperasi dengan Pelaksanaan Prinsip-Prinsip Koperasi

1. Keanggotaan sukarela dan terbuka 2. Pengawasan demokratis oleh

anggota

3. Partisipasi anggota dalam kegiatan ekonomi

(45)

Hipotesis Penelitian

Berdasarkan identifikasi masalah, maka yang menjadi hipotesis penelitian ini adalah:

1. Pelaksanaan prinsip-prinsip Koperasi di daerah penelitian adalah tinggi. 2. Terdapat hubungan karakteristik sosial ekonomi anggota Koperasi (umur,

(46)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Kemiskinan sebagai suatu kondisi masyarakat sudah menjadi isu global, nasional dan regional. Fluktuasi dan perkembangan penduduk miskin di Provinsi Sumatera Utara selain dari kemiskinan kronis atau struktural yang terjadi secara terus-menerus juga disebabkan oleh kemiskinan sementara yaitu yang timbul akibat perubahan siklus ekonomi, seperti krisis ekonomi (Ginting, 2005).

Untuk bangkit dari kemiskinan tersebut, maka perlu adanya kegiatan pengentasan kemiskinan yang berorientasi pada upaya peningkatan pendapatan atau pengurangan beban pengeluaran kelompok masyarakat miskin yang dilakukan secara mandiri oleh kelompok masyarakat tersebut dalam wadah kelompok masyarakat dengan cara musyawarah untuk mufakat. Prinsip yang dianut adalah terdapatnya keadilan dan pemerataan, partisipatif dan demokratis, tertib aturan/norma, rasa aman dan saling percaya diri. Upaya penanggulan kemiskinan dengan orientasi dan cara serta prinsip yang demikian adalah suatu konsep pendekatan pemberdayaan masyarakat sebagai pelaku utama pembangunan dan pemerintah serta kelompok di luar dari komunitas menjadi fasilitator dan motivator dalam proses pembangunan (Ginting, 2005).

(47)

untuk mewujudkan kehidupan bangsa yang berdaulat, mandiri, berkeadilan, sejahtera, maju, dan kukuh kekuatan moral dan etikanya (Himpuni, 2008).

Salah satu bentuk kelembagaan/perusahaan yang sesuai dengan demokrasi ekonomi Indonesia seperti yang terkandung dalam Undang Undang Dasar tahun 1945 pasal 33 ayat 1 adalah Koperasi, yang menyebutkan bahwa perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasarkan atas asas kekeluargaan. Undang-Undang Nomor 25 tahun 1992 tentang perkoperasian menyebutkan bahwa Koperasi adalah badan usaha yang beranggotakan orang-seorang atau badan hukum Koperasi sekaligus sebagai gerakan rakyat berdasarkan atas asas kekeluargaan (Riani, 2007).

Koperasi Indonesia merupakan wadah demokrasi dan sosial, karena para anggotanya (termasuk mereka yang duduk di kepengurusan) selalu melakukan kerja sama, kegotong-royongan, berdasarkan persamaan hak, kewajiban dan hak. dalam Koperasi Indonesia, kesadaran para anggotanya, untuk melakukan kegiatan, musyawarah dan mufakat merupakan yang penting. Koperasi Indonesia, tujuannya harus benar-benar merupakan kepentingan bersama dari semua anggotanya dan dalam hal mencapainya masing-masing anggota menyumbangkan karya dan jasanya, dimana peran serta para anggota tersebut akan memperoleh imbalan yang adil berupa pembagian keuntungan yang diperoleh Koperasi (Kartasapoetra,dkk., 2001).

(48)

perkembangan ekonomi di Indonesia serta sangat erat kaitannya dengan program dan peran pemerintah dalam meningkatkan kesejahteraan rakyat

(Krisnamurti, 1998).

Koperasi dibentuk atas dasar kesamaan persepsi dan kebutuhan rakyat akan kemudahan untuk memperoleh sarana dan prasarana kegiatan ekonomi dengan melandaskan kegiatannya berdasarkan prinsip Koperasi sekaligus sebagai gerakan ekonomi rakyat yang berdasarkan atas asas kekeluargaan. Pada masa yang akan datang peran Koperasi di Indonesia diperkirakan akan tetap bahkan semakin penting, terutama dalam kaitannya untuk menjadi wahana pengembangan ekonomi rakyat, namun demikian Koperasi juga akan menghadapi tantangan yang semakin berat. Globalisasi, perkembangan sosial ekonomi masyarakat serta perkembangan Koperasi sendiri akan menuntut Koperasi untuk mampu meningkatkan peran dan fungsi usahanya jika tidak ingin tersisih oleh pelaku usaha lainnya. Koperasi sebagai sentral perekonomian yang berlandaskan jiwa kegotongroyongan dihadapkan pada tantangan bagaimana untuk dapat mewujudkan Koperasi sebagai badan usaha yang tangguh, yang mampu menerapkan prinsip-prinsip Koperasi Indonesia dan mampu mewujudkan misinya dalam memberdayakan ekonomi rakyat. Hal tersebut dapat diartikan sebagai tantangan untuk meningkatkan kinerja Koperasi (Krisnamurthi, 1998).

Koperasi dalam melaksanakan pelayanan akan berhasil apabila ada kesesuaian antara anggota, program dan manajemen. Kesesuaian antara anggota dan program adalah adanya kesepakatan antara kebutuhan anggota dan keluaran

(output) program Koperasi dalam pelaksanaan prinsip-prinsip Koperasi. Untuk

(49)

Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang dapat dirumuskan beberapa permasalahan sebagai berikut :

1. Bagaimana perkembangan Koperasi di daerah penelitian selama berdirinya Koperasi hingga sekarang?

2. Bagaimana karakteristik sosial ekonomi anggota Koperasi (umur, tingkat pendidikan, masa keanggotaan dan jumlah tanggungan) di daerah penelitian?

3. Bagaimana pelaksanaan prinsip-prinsip Koperasi di daerah penelitian? 4. Bagaimana hubungan karakteristik sosial ekonomi anggota Koperasi

(umur, tingkat pendidikan, masa keanggotaan dan jumlah tanggungan) dengan pelaksanaan prinsip-prinsip Koperasi di daerah penelitian?

Tujuan Penelitian

Sesuai dengan identifikasi masalah, maka yang menjadi tujuan penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui perkembangan Koperasi di daerah penelitian selama berdirinya Koperasi hingga sekarang.

2. Untuk mengetahui karakteristik sosial ekonomi anggota Koperasi (umur, tingkat pendidikan, masa keanggotaan dan jumlah tanggungan) di daerah penelitian.

(50)

4. Untuk menganalisis hubungan karakteristik sosial ekonomi anggota Koperasi (umur, tingkat pendidikan, masa keanggotaan dan jumlah tanggungan) dengan pelaksanaan prinsip-prinsip Koperasi di daerah penelitian.

Kegunaan Penelitian

Adapun kegunaan dari penelitian ini adalah :

1. Sebagai bahan pertimbangan untuk para pengurus Koperasi dalam mengambil keputusan dan kebijakan dalam pengembangan Koperasi.

2. Sebagai bahan informasi yang dapat berguna bagi pihak-pihak akademik yang berkepentingan untuk mengadakan penelitian tentang Koperasi,

(51)

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA

PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

Tinjauan Pustaka Pengertian Koperasi

Menurut Sri Edi Swasono dalam Sudarsono dan Edilius (2005) secara

harfiah kata “Koperasi” berasal dari kata Cooperation (Latin), atau Cooperation

(Inggris), atau Co-operatie (Belanda), atau dalam bahasa Indonesia diartikan sebagai bekerja bersama.

Dalam Undang-Undang No. 25 Tahun 1992, pasal 1 mengatakan bahwa

“Koperasi adalah badan usaha yang beranggotakan orang seorang atau badan

hukum Koperasi dengan melandaskan kegiatannya berdasarkan prinsip Koperasi sekaligus sebagai gerakan ekonomi rakyat yang berdasarkan atas asas kekeluargaan” (UU RI No.25 Tahun 1992).

Menurut pernyataan ICA (International Cooperative Alliance) tentang jati diri Koperasi, mengemukakan Koperasi adalah adalah perkumpulan otonom dari orang-orang yang bersatu secara sukarela untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan dan aspirasi-aspirasi ekonomi, sosial dan budaya bersama melalui perusahaan yang dimiliki bersama dan dikendalikan secara demokratis.

Menurut Ropke dalam Hendar dan Kusnadi (2005) menjelaskan, Koperasi adalah suatu organisasi bisnis yang para pemilik/anggotanya adalah pelanggan utama perusahaan tersebut. Kriteria identitas suatu Koperasi akan merupakan dalil/prinsip identitas yang membedakan unit koperasi dari unit usaha lainnya.

(52)

semata-mata bisnis mencari keuntungan tetapi memberikan pelayanan, memberikan kepuasan kepada anggotanya, Koperasi adalah organisasi yang

aktivitasnya : “dari, oleh dan untuk anggotanya”.

Dari segi organisasi, Koperasi mempunyai ciri-ciri khas yaitu merupakan : 1. Kumpulan orang-orang yang mempunyai kepentingan yang sama guna

mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

2. Bertujuan untuk memperkuat kedudukan ekonomi dari anggotanya. 3. Ada kewajiban anggota anggota untuk permodalan.

4. Resiko dan keuntungan yang timbul akibat usaha Koperasi dipikul dan dinikmati bersama secara proporsional.

5. Usaha utama koperasi adalah pada bidang ekonomi walaupun Koperasi dapat mengerjakan yang menyangkut bidang sosial.

6. Kepemimpinan dan juga manajemen koperasi tercermin dalam pengelolaan secara demokratis dan ketatalaksanaannya secara terbuka.

Prinsip-Prinsip Koperasi

Prinsip adalah suatu pernyataan fundamental atau kebenaran umum maupun individual yang dijadikan oleh seseorang/ kelompok sebagai sebuah pedoman untuk berpikir atau bertindak. Sebuah prinsip merupakan roh dari

sebuah perkembangan ataupun perubahan, dan merupakan akumulasi dari pengalaman ataupun pemaknaan oleh sebuah obyek atau subyek tertentu (Wikipedia, 2012).

(53)

Prinsip ke 1 : Keanggotaan yang Sukarela dan Terbuka

Koperasi adalah organisasi yang bersifat sukarela, terbuka bagi semua orang yang bersedia menggunakan jasa-jasanya dan bersedia menerima tanggung jawab keanggotaan, tanpa membedakan jenis kelamin (gender), latar belakang sosial, ras, politik atau agama.

Prinsip ke 2 : Pengawasan Demokratis Oleh Anggota

Koperasi adalah organisasi demokratis yang diawasi oleh para anggotanya, yang secara aktif menetapkan kebijakan dan membuat keputusan. Pria dan wanita yang dipilih sebagai wakil anggota bertanggung jawab kepada rapat anggota.

Dalam Koperasi primer, para anggota memiliki hak suara sama (satu anggota satu suara) dan Koperasi pada tingkat-tingkat lainnya juga dikelola secara demokratis.

Prinsip ke 3 : Partisipasi Anggota dalam Kegiatan Ekonomi

Para anggota memberikan kontribusi permodalan Koperasi secara adil dan melakukan pengawasan secara demokratis (terhadap modal tersebut). Setidak-tidaknya bagian dari modal itu adalah milik bersama Koperasi. Apabila ada, para anggota biasanya menerima kompensasi yang terbatas atas modal yang disyaratkan untuk menjadi anggota.

Para anggota mengalokasikan sisa hasil usaha untuk beberapa atau semua dari tujuan berikut ini:

- Mengembangkan Koperasi mereka, mungkin dengan membentuk dana cadangan, sebagian dari padanya tidak dapat dibagikan.

(54)

- Mendukung kegiatan lainnya yang disahkan oleh rapat anggota. Prinsip ke 4 : Otonomi Dan Kemandirian (Independence)

Koperasi adalah organisasi otonom, menolong diri sendiri serta diawasi oleh para anggotanya. Apabila Koperasi mengadakan perjanjian dengan organisasi lain, termasuk pemerintah, atau memupuk modal dari sumber luar, Koperasi melakukannya berdasarkan persyaratan yang menjamin pengawasan demokratis oleh para anggotanya dan yang mempertahankan otonomi mereka.

Prinsip ke 5 : Pendidikan, Pelatihan dan Informasi

Koperasi memberikan pendidikan dan pelatihan bagi para anggota, wakil-wakil anggota yang dipilih oleh rapat anggota serta para manager dan karyawan, agar mereka dapat melakukan tugasnya lebih efektif bagi perkembangan koperasinya. Mereka memberikan informasi kepada masyarakat umum, khususnya pemuda dan para pembentuk opini di masyarakat tentang hakekat perkoperasian dan manfaat berkoperasi.

Prinsip ke 6 : Kerjasama Antar Koperasi

Koperasi melayani para anggotanya secara efektif dan memperkuat gerakan Koperasi dengan bekerjasama melalui organisasi Koperasi tingkat lokal, nasional, regional dan internasional.

Prinsip ke 7 : Kepedulian Terhadap Masyarakat

(55)

Tujuan, Fungsi dan Peran Koperasi

Dalam Pasal 3 UU No.25 tahun 1992 dikatakan bahwa “Koperasi

bertujuan memajukan kesejahteraan anggota pada khususnya dan masyarakat pada umumnya serta ikut membangun tatanan perekonomian nasional dalam rangka mewujudkan masyarakat yang maju, adil dan makmur berlandaskan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945”.

Selanjutnya dijelaskan dalam Pasal 4 UU No. 25 Tahun 1992 tentang fungsi dan peran Koperasi, yaitu:

1. Membangun dan mengembangkan potensi dan kemampuan ekonomi anggota pada khususnya dan masyarakat pada umumnya, untuk meningkatkan kesejahteraan ekonomi sosialnya.

2. Berperan serta secara aktif dalam upaya menaikkan kualitas kehidupan manusia dan masyarakat.

3. Memperkokoh perekonomian rakyat sebagai dasar kekuatan dan ketahanan perekonomian nasional dengan Koperasi sebagai sokogurunya.

4. Berusaha mewujudkan dan mengembangkan perekonomian nasional yang merupakan usaha bersama berdasarkan atas asas kekeluargaan dan demokrasi ekonomi (UU RI No.25 Tahun 1992).

(56)

Koperasi Serba Usaha (KSU)

Koperasi Serba Usaha adalah koperasi yang mempunyai bidang usaha rangkap/beraneka ragam, sesuai dengan kebutuhan para anggota koperasi tersebut (Fuad,dkk., 2000).

Pengurus KSU dipilih dari dan oleh anggota dalam Rapat Anggota Tahunan (RAT) yang merupakan kekuasaan tertinggi KSU, dimana Pengurus adalah pemegang kuasa Rapat Anggota. Pengurus bertugas: (1) Mengelola KSU dan usahanya, (2) Mengajukan rancangan rencana kerja serta rancangan rencana anggaran pendapatan dan anggaran belanja koperasi, (3) Menyelenggarakan RAT, (4) Mengajukan laporan keuangan dan pertanggungjawaban pelaksanaan tugas, (5) Menyelenggarakan pembukuan keuangan dan inventaris secara tertib, (6) Memelihara daftar buku Anggota dan Pengurus serta (7) Pengurus bertanggung jawab mengenai segala kegiatan pengelolaan Koperasi dan usahanya kepada RAT atau Rapat Anggota Luar Biasa. Pengurus Koperasi adalah mereka yang dipilih oleh anggota melalui RAT untuk menjabat sebagai Pengurus yang terdiri dari Ketua,Sekretaris dan Anggota. Manajer dan karyawan adalah mereka yang bekerja pada Koperasi dan diangkat serta diberhentikan oleh Pengurus Koperasi (UU RI No.25 Tahun 1992).

(57)

maka individu itu barangkali akan tetap tinggal dalam Koperasi itu dan Koperasi bahkan dapat menarik anggota baru.

Bentuk-bentuk promosi ekonomi anggota atau manfaat ekonomi bagi anggota Koperasi Serba Usaha menurut PSAK (Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan) No.27 Tahun 2007, promosi ekonomi anggota dapat dikelompokkan menjadi 3 jenis, yaitu:

1. Manfaat Ekonomi Langsung (MEL), yaitu manfaat ekonomi yang diterima anggota pada saat melakukan transaksi.

2. Penerimaan pengambilan Sisa Partisipasi Anggota (SPA).

3. Manfaat Ekonomi Tidak Langsung (METL), yaitu anggota menerima pembagian laba Koperasi dari hasil bisnis dengan non anggota.

Bentuk-bentuk promosi atau Manfaat Ekonomi Langsung (MEL) bagi anggota bergantung kepada kegiatan pelayanan dan usaha Koperasi, yaitu:

1. Koperasi yang melakukan kegiatan proses produksi untuk menghasilkan produk tertentu yang mempekerjakan anggota (produksi bersama) pada jenis Koperasi produksi, yaitu:

 Memperoleh Manfaat Ekonomi Langsung (MEL) berupa

efektivitas penerimaan upah bagi anggota dari hasil bekerja pada Koperasi.

 Manfaat Ekonomi Tidak Langsung (METL), yaitu penerimaan

bagian dari laba Koperasi hasil bisnis dengan non anggota, jika Koperasi melakukan hubungan bisnis dengan non anggota.

(58)

2. Koperasi yang melakukan kegiatan penerimaan simpanan dan penyaluran pinjaman (pengelolaan barang/dana bersama) pada Koperasi simpan pinjam, yaitu:

 Memperoleh Manfaat Ekonomi Langsung (MEL) berupa

efektivitas simpanan dan efisiensi penerimaan pinjaman.

 Manfaat Ekonomi Tidak Langsung (METL), yaitu penerimaan

bagian dari laba Koperasi hasil bisnis dengan non anggota, jika Koperasi melakukan hubungan bisnis dengan non anggota.

 Pengembalian Sisa Partisipasi Anggota (SPA) hasil efisiensi biaya

Koperasi.

3. Koperasi yang melakukan kegiatan pelayanan pengadaan barang dan jasa bagi kebutuhan anggota (pembelian bersama atau produksi bersama) pada jenis Koperasi konsumen atau Koperasi produsen yang bergerak dalam input produksi, yaitu:

 Memperoleh Manfaat Ekonomi Langsung (MEL) berupa efisiensi

pengembalian bagi anggota dari hasil pelayanan Koperasi.

 Manfaat Ekonomi Tidak Langsung (METL), yaitu penerimaan bagian

dari laba Koperasi hasil bisnis dengan non anggota, jika Koperasi melakukan hubungan bisnis dengan non anggota.

 Pengembalian Sisa Partisipasi Anggota (SPA) hasil efisiensi biaya

Koperasi.

(59)

 Memperoleh Manfaat Ekonomi Langsung (MEL) berupa efektivitas

penjualan bagi anggota dari hasil pelayanan Koperasi.

 Manfaat Ekonomi Tidak Langsung (METL), yaitu penerimaan bagian

dari laba Koperasi hasil bisnis dengan non anggota, jika Koperasi melakukan hubungan bisnis dengan non anggota.

 Pengembalian Sisa Partisipasi Anggota (SPA) hasil efisiensi biaya

Koperasi.

Partisipasi Anggota

Secara harfiah partisipasi diambil dari bahasa asing “participation” yang

artinya mengikutsertakan pihak lain dalam mencapai tujuan. Kemudian partisipasi anggota berarti mengikutsertakan Anggota Koperasi dalam kegiatan operasional dan pencapaian tujuan bersama (Hendar dan Kusnadi, 2005).

Menurut Hendar dan Kusnadi (2005), bila dipandang dari segi dimensinya, partisipasi dibagi menjadi empat yaitu:

1. Partisipasi dapat dipaksakan (forced) dan dapat pula sukarela (voluntary). Partisipasi sukarela terdapat apabila manajemen memulai gagasan tertentu dan bawahan menyetujui untuk berpartisipasi.

2. Partisipasi formal, biasanya telah tercipta suatu mekanisme formal dalam pengambilan keputusan (misalnya serikat kerja, dewan pengurus) dan partiasipasi non formal, biasanya hanya terdapat persetujuan lisan antara atasan dan bawahan mengenai bidang partisipasi.

(60)

Partisipasi berifat tidak langsung akan ada wakil yang membawa aspirasi orang lain, misalnya karyawan atau anggota.

4. Partisipasi kontributif dan kontributif insentif. Kedua jenis partisipasi ini timbul akibat peran ganda anggota sebagai pemilik dan sekaligus pelanggan. Dalam kedudukannya sebagi pemilik, maka:

 Para anggota memberikan kontribusinya terhadap pembentukan

dan pertumbuhan perusahaan Koperasi dalam bentuk kontribusi keuangan (penyerahan simpanan pokok, simpanan wajib, simpanan sukarela).

 Mengambil bagian dalam penetapan tujuan, pembuatan keputusan

dan proses pengawasan terhadap jalannya Koperasi.

Kemudian kedudukannya sebagai pelanggan/pengguna, maka para anggota memanfaatkan berbagai potensi pelayanan yang disediakan oleh Koperasi dalam menunjang kepentingannya.

Karakteristik Anggota Koperasi

Pengertian sosial pada hakikatnya merupakan interaksi dalam pergaulan hidup manusia dalam bermasyarakat. Dalam proses ini terkandung di dalamnya nilai-nilai kebersamaan, solidaritas dan kesamaan nasib sebagai unsur pemersatu kelompok. Seorang anggota koperasi pastinya memiliki karakteristik masing-masing yang berbeda seperti umur, tingkat pendidikan, masa keanggotaan, dan jumlah tanggungan.

1. Umur

(61)

aktivitas. Umur memiliki pengaruh besar terhadap produktivitas kerja seseorang (Soekartawi, 1999).

2. Tingkat Pendidikan

Tingkat pendidikan manusia pada umumnya menunjukkan daya kreatifitas manusia dalam berpikir dan bertindak. Pendidikan rendah mengakibatkan kurangnya pengetahuan dalam memanfaatkan sumber daya alam yang tersedia (Kartasapoetra, 1994).

Menurut Ahmadi (2003) menyatakan bahwa keberhasilan pembangunan sangat ditentukan oleh berbagai faktor seperti: kualitas sumber daya manusia, tersedianya sumber daya alam yang memadai, adanya birokrasi pemerintahan yang kuat dan efisien dan sebagainya. Namun demikian, tidak dapat disangkal bahwa kualitas sumber daya manusia merupakan faktor yang sangat menentukan dalam proses pembangunan. Hal ini karena manusia bukan semata-mata menjadi obyek pembangunan, tetapi sekaligus juga merupakan subyek pembangunan.

Tingkat pendidikan manusia pada umumnya menunjukkan gaya kreativitas manusia dalam berpikir dan bertindak. Pendidikan rendah mengakibatkan kurangnya pengetahuan dalam memanfaatkan sumber-sumber daya alam yang tersedia. Akibatnya usaha-usaha yang dilakukan hanya mampu menghasilkan pendapatan yang rendah (Soekartawi,1999).

3. Masa Keanggotaan

(62)

4. Jumlah Tanggungan

Menurut Hasyim (2006) banyaknya jumlah tanggungan keluarga akan mendorong seseorang untuk melakukan banyak aktivitas terutama dalam mencari dan menambah pendapatan keluarganya.

Semakin banyak anggota keluarga, akan semakin besar pula beban hidup yang akan ditanggung atau harus dipenuhi. Jumlah anggota keluarga akan mempengaruhi keputusan untuk berusaha mengoptimalkan pendapatannya dengan menentukan pilihan-pilihan (Soekartawi, 1999).

Landasan Teori

Prinsip terkait erat dengan konsep pegangan dalam menentukan arah yang ingin dicapai oleh Koperasi. Prinsip-prinsip Koperasi mencerminkan perkembangan Koperasi yang sebenarnya demi keperluan dan keinginan anggotanya. Pembentukan nilai dalam diri anggota koperasi hanya dapat dilakukan jika ada kesadaran di kalangan pihak administrasi dan manajemen koperasi pada kebutuhan semua pihak menjalankan tugas masing-masing dalam kepemimpinan, administrasi dan manajemen koperasi.

(63)

Jika anggota koperasi tidak dapat menghayati prinsip-prinsip Koperasi akan sulit anggota koperasi memahami tentang faedah dan pentingnya berkoperasi serta akan melepaskan dan meletakkan tanggungjawabnya kepada pihak pengurus Koperasi untuk menggerakkan dan memajukan Koperasi. Oleh karena itu, pengurus Koperasi harus mengetahui pasti apa itu prinsip-prinsip Koperasi, karena tanpa ada pelaksanaan prinsip-prinsip, tidak akan bagus Koperasi tersebut (Ismail, 2005).

Kerangka Pemikiran

Kemiskinan menjadi suatu permasalahan yang mutlak harus dituntaskan dalam suatu negara. Secara garis besar hal tersebut menjadi tugas dari pemerintah saja, namun itu tidaklah cukup sampai di situ. Perlu adanya partisipasi dari masyarakat dan juga pihak swasta. Sebagai salah satu bentuk nyata partisipasi masyarakat dalam pengentasan kemiskinan dengan membentuk suatu koperasi.

Dalam pelaksanaannya, Koperasi memiliki prinsip-prinsip yang diharapkan dapat membantu pemerintah dan masyarakat dalam pengentasan kemiskinan. Prinsip-prinsip tersebut yaitu: keanggotaan yang sukarela dan terbuka, pengawasan demokratis oleh anggota, partisipasi kegiatan ekonomi, otonomi dan kemandirian, pendidikan, pelatihan dan informasi, kerjasama antar koperasi dan kepedulian terhadap masyarakat.

Gambar

Tabel 1. Jumlah Koperasi Menurut Kabupaten/Kota  Provinsi Sumatera Utara (Unit)  No.  Provinsi/Kabupaten/Kota Aktif (Unit)
Tabel 2. Data KSU Kota Medan yang Terdaftar di Dinas Koperasi
Tabel 2. Data KSU Kota Medan yang Terdaftar di Dinas Koperasi Nama Koperasi
Tabel 3.Jumlah Populasi dan Sampel Anggota KSU Cahaya Baru, Kec. Medan Amplas, Kota Medan    Anggota Koperasi
+7

Referensi

Dokumen terkait

Setelah didapat hasil pada pembahasan IV.6 bahwa partikel dapat terdeposisi pada pore apabila memiliki muatan lebih besar dari 3.8x10 C, dimana deposisi partikel

Dalam tradisi Islam, Ziadeh 7 mengilustrasikan bahwa bentuk karya-karya sarjana Muslim dapat dispesialisasikan, termasuk juga literatur tentang hisbah, suatu

Selama pelaksanaan KP, Mahasiswa dibimbing oleh Pembimbing Lapangan dari perusahaan/ industri/ institusi/laboratorium yang telah ditunjuk, dan pembimbing dari

Penawaran dinyatakan memenuhi persyaratan administrasi apabila syarat-syarat yang diminta berdasarkan dokumen pengadaan penyedia barang beserta

Sektor  pertanian  masih  merupakan  tumpuan  angkatan  kerja  di  daerah  peneletian  kecuali  Surabaya.  Jember  adalah  salah  satu  daerah  aliran  sungai 

[r]

Metode Kerja Praktek yang diterapkan untuk dapat mengetahui informasi mengenai sistem pengeluaran pada Kantor Walikota Bekasi adalah dengan melakukan metode objek penelitian

[r]