Pedoman Wawancara
PERAN IBU SEBAGAI ORANG TUA TUNGGAL DALAM MEMENUHI KEBUTUHAN SOSIAL EKONOMI KELUARGA
(Studi Kasus : Daerah Pinggir Rel Kelurahan Helvetia Kecamatan Medan Helvetia Kota Medan)
A. INFORMAN UTAMA (8 ORANG IBU YANG MENJADI ORANG TUA TUNGGAL)
Identitas Informan
a. Nama :
b. Umur :
c. Jenis kelamin :
d. Riwayat pendidikan :
e. Agama :
f. Suku :
g. Alamat :
PERTANYAAN Assesment
1. apa yang menyebabkan ibu menjadi orang tua tunggal?
2. sudah berapa lama ibu menjadi orang tua tunggal?
3. apa yang menjadi perbedaan dasar saat menjadi orang tua tunggal dan sebelum
menjadi orang tua tunggal?
4. apa yang menjadi masalah utama semenjak ibu menjadi orang tua tunggal?
Pekerjaan
5. apakah ibu bekerja?
8. apakah ibu memiliki keterampilan yang menghasilkan guna menunjang ekonomi
keluarga?
Penghasilan
9. ada berapa orang yang menjadi tanggungan ibu dalam keluarga?
10.berapa penghasilan ibu perbulannya?
11.apakah penghasilan ibu saat ini cukup untuk memenuhi kebutuhan ibu dan keluarga?
12.berapakah pengeluaran ibu per bulan?
13.untuk apa saja pengeluaran itu?
14.apakah pendapatan ibu tetap?
15.bagaimana dengan status rumah ibu?
16.kondisi rumah : -Tipe : Papan/Semi Permanen/ Permanen
-lantai : Tanah/ Papan/ Semen/ Keramik
-atap : genteng/beton
17.berapa kali ibu dan keluarga makan sehari?
18.apakah ibu mengetahui tentang makanan bergizi?
19.apa yang ibu lakukan untuk memenuhi gizi keluarga?
20.apakah ibu sering makan bersama keluarga?
21.apakah anak sering membantu ibu dirumah?
22.apakah ibu mendapat batuan pemerintah?
23.apakah ibu ikut program jaminan kesehatan? (BPJS, jamkesmas, dll…)
24.bila ibu atau anggota keluarga sakit biasanya dibawa kemana?
25.apakah ibu sering berekreasi bersama keluarga?
Pendidikan
26.Menurut ibu seberapa penting pendidikan bagi anak?
28.apakah anak sering membantu ibu dirumah?
29.apakah ibu sering mengobrol dengan tetangga sekitar rumah?
30.apa saja kegiatan di lingkungan ini?
31.apakah ibu mengikuti kegiatan kegiatan tersebut?
32.apa yang ibu lakukan di waktu senggang?
33.apakah ibu memiliki kerabat di medan ini?
34.bagaimana hubungan ibu dan keluarga dengan kerabat/saudara?
35.Bagaimana hubungan ibu dan keluarga dengan lingkungan sekitar ?
36.apa rencana ibu kedepannya untuk ibu dan keluarga?
37.apakah tindakan yang anda ambil bila anak anda berbuat kesalahan atau tidak
menuruti perintah anda?
38.adakah nilai nilai penting yang anda tanamkan kepada anak anda?
39.apa saja kegiatan yang anda lakukan untuk berinteraksi dengan keluarga?
Pedoman Wawancara
PERAN IBU SEBAGAI ORANG TUA TUNGGAL DALAM MEMENUHI KEBUTUHAN SOSIAL EKONOMI KELUARGA
(Studi Kasus : Daerah Pinggir Rel Kelurahan Helvetia Kecamatan Medan Helvetia Kota Medan)
A. INFORMAN kunci (pekerja sosial masyarakat (PSM)) Identitas Informan
h. Nama :
i. Umur :
j. Jenis kelamin :
k. Riwayat pendidikan :
l. Agama :
m. Suku :
n. Alamat :
PERTANYAAN
1. apakah anda mengetahui tentang orang tua tunggal?
2. apa yang menjadi penyebab dominan ibu menjadi orang tua tunggal di lingkungan
ini?
3. bagaimana hubungan para orang tua tunggal dengan lingkungan sekitarnya?
4. bagaimana hubungan anggota keluarganya dengan lingkuungan sekitarnya ?
4. bagaimana sikap warga sekitar terhadap para orang tua tunggal di lingkungan ini?
5. apa saja yang menjadi mata pencaharian utama para ibu yang menjadi orang tua
tunggal di lingkungan ini?
6. apakah para ibu yang menjadi orang tua tunggal memiliki usaha lain guna memenuhi
7. menurut anda apa saja yang menjadi kendala utama para ibu yang menjadi orang tua
tunggal dilingkungan ini?
8. menurut anda bagaimana seharusnya ibu yang menjadi orang tua tunggal di daerah
ini ?
9. apakah para ibu dan orang tua tunggal mendapatkan bantuan dari pemerintah ?
10. apakah bantuan tersebut membantu kehidupan keluarga tersebut ?
11. apakah ada kegiatan yang aktif diikuti oleh para ibu yang menjadi orang tua tunggal
Pedoman Wawancara
PERAN IBU SEBAGAI ORANG TUA TUNGGAL DALAM MEMENUHI KEBUTUHAN SOSIAL EKONOMI KELUARGA
(Studi Kasus : Daerah Pinggir Rel Kelurahan Helvetia Kecamatan Medan Helvetia Kota Medan)
A. INFORMAN kunci (anak dari keluarga yang memiliki orang tua tunggal) Identitas Informan
a) Nama :
b) Umur :
c) Jenis kelamin :
d) Riwayat pendidikan :
e) Agama :
f) Suku :
g) Alamat :
PERTANYAAN
1. apakah anda bersekolah?
2. Apa cita-cita anda?
3. bagaimana keadaan pendidikan anda?
4. Adakah hambatan yang menjadi penghalang untuk melanjutkan pendidikan anda?
5. apakah anda mengikuti kursus/les selain di sekolah?
6. apa saja yang biasanya anda kerjakan dirumah?
3. apa anda sering membantu ibu anda dirumah?
4. apa yang anda lakukan untuk mengisi waktu luang?
5. apakah anda sering bermain dengan teman-teman anda di lingkungan sekitar?
8. apa yang menjadi hobi anda?
DAFTAR PUSTAKA
Fahrudin, adi. 2012. Pengantar kesejahteraan sosial, Bandung: Refika Adiatama
Soekanto, Soerjono. 1990. Sosiologi suatu pengantar. Jakarta: Rajawali press.
Suyanto, Bagong & karnaji, Penyusunan Instrumen Penelitian, dalam MetodePenelitian Sosial, Bagong & Sutinah (ed), Jakarta : kencana Prenada
Media Group, 2005
Khairudin.1997. sosiologi keluarga. Yogyakarta: liberty
Krippendorff, Klaus. 1993, Analisis Isi Pengantar Teori dan Metodolog,. PT Raja
Grafindo Persada, Jakarta
Rika, M. D. & Risdayati. 2013. Peran perempuan single parent dalam menjalankan
fungsi keluarga. Indonesia: Pekanbaru.
Siagian, Matias. 2011. Metode Penelitian Sosial. Pedoman Praktis Penelitian
Bidang Ilmu-Ilmu Sosial dan Kesehatan Medan: PT.Grasindo Monoratama.
Mac Iver, R.M. dan Charles H. Page. 1961. Society An Introductory Analysis.
London: Macmillan & Co Ltd.
Su’adah. 2005. Sosiologi Keluarga, Malang: UMM Press
Sunarto, Kamanto. 2004. Pengantar Sosiologi. Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas
Ekonomi Universitas Sumatera Utara
Soekanto, Soerjono. 2006. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: Raja Grafindo
Persada.
Moleong, Lexy. 2000. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja
Rosdakaraya
Sumber lain :
Admin. (2007). Sulitnya menjadi orang tua tunggal.
http://gayahidupsehatonline.com/ html (diakses pada 11 februari 2016 pukul 15:33
WIB)
Alvita, N.O. (2008). Wanita sebagai single parent dalam membentuk anak yang
berkualitas. http://okvina.wordpress.com/html. Diakses pada tanggal 10 Oktober
2013.
Badan Pusat Statistik. Statistik Indonesia. Berbagai Edisi Tahun Penerbitan. BPS,
Jakarta.
Bustanova, C.H. (2010). Keluarga Dengan Orang Tua Tunggal. http://bustanova.
wordpress.com/2010/05/26/keluarga-dengan-orang-tua-tunggal/ (diakses pada
tanggal 10 ferbuari 2016 pukul 22:30 WIB)
http://www.bps.go.id/index.php/publikasi/3521, (diakses pada 5 Februari 2016 pukul
13:22 WIB)
http://www.scribd.com/doc/140955261/PEREMPUAN-SINGLE-PARENT#scribd
diakses pada 5 Februari 2016, pukul 11:38 WIB
Ratri S. M. (2006). Orang tua tunggal. http://kompas.com/ html (diakses pada 10
februari 2016 pukul 23 : 20 WIB)
Daniel. (2014). pentingnya pendidikan dalam keluarga
http://www.kompasiana.com/atonimeto/pentingnya-pendidikan-dalam
keluarga_54f68f92a333117d028b510d(diakses pada 23 april 2016 pukul 21:02
WIB)
Rika, M. D. & Risdayati. 2013. Peran perempuan single parent dalam menjalankan
http://makalahlaporanterbaru1.blogspot.co.id/2012/09/makalah-single-parents.html (
diakses pada 12 februari 2016 pukul 22 : 21 WIB)
UNDANG UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 1974 PASAL
BAB III
METODE PENELITIAN 3.1 Tipe Penelitian
Penelitian ini tergolong tipe penelitian deskriptif dengan menggunakan
pendekatan kualitatif yang bertujuan untuk menggambarkan objek dan fenomena
yang diteliti. Termasuk di dalamnya bagaimana unsur-unsur yang ada dalam variabel
penelitian itu berinteraksi satu sama lain dan apa pula produk interaksi yang
berlangsung (Siagian, 2011: 52). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peran ibu
sebagai orang tua tunggal dalam memenuhi kebutuhan sosial ekonomi keluarga
(studi kasus : daerah pinggir rel kelurahan helvetia kecamatan medan helvetia kota
medan).
3.2 Lokasi penelitian
Penelitian dilaksanakan di Daerah Pinggir Rel Kelurahan Helvetia
Kecamatan Medan Helvetia Kota Medan, Lokasi tersebut dipilih dengan
pertimbangan karena peneliti melihat fenomena Ibu sebagai orang tua tunggal yang
berjuang untuk keluarganya merupakan suatu fenomena sosial yang perlu dikaji lebih
dalam karena peran sebagai orang tua tunggal bukanlah hal yang mudah untuk
dijalankan peneliti tertarik untuk mengkaji lebih jauh bagaimana cara individu
mengatasi permasalahan sosial ekonomi yang muncul semenjak tidak adanya sosok
suami. ketika dihadapkan dengan tuntutan memenuhi kebutuhan hidup keluarga atau
membiayai sekolah anak-anak mereka. Alasan ini juga yang membuat peneliti
memutuskan untuk lebih memfokuskannya lagi pada Ibu yang menjadi orang tua
tunggal dan masih memiliki tanggungan anak yang masih sekolah karena dalam
lokasi tersebut relative mudah terjangkau, ditinjau dari segi waktu dan biaya,
sehingga prosedur ijin penelitian, pengambilan data akan memperoleh kemudahan.
Masyarakat di lokasi tersebut tergolong dalam masyarakat ekonomi menengah ke
bawah dan memiliki 8 orang ibu yang menjadi orang tua tunggal. dengan kata lain
para orang tua tunggal memiliki peran memenuhi kebutuhan sosial ekonomi
keluarganya, sehingga peneliti tertarik untuk melakukan penelitian di daerah
tersebut.
3.3 Informan
Informan adalah orang-orang yang dipilih untuk diobservasi dan
diwawancarai sesuai dengan tujuan peneliti untuk memberikan berbagai informasi
yang diperlukan selama proses penelitian (Suyanto & Sutinah, 2005: 171-172).
Orang-orang yang dapat dijadikan sebagai informan adalah orang-orang yang
memiliki pengalaman sesuai dengan penelitian. Adapun informan dalam penelitian
ini meliputi informan utama, informan kunci.
3.3.1 Informan Utama
Informan utama adalah orang yang terlibat secara langsung dalam
interaksi sosial dengan memberikan dampak terhadap permasalahan tersebut
(Suyatno & Sutinah, 2005: 171-172). Informan utama dalam penelitian ini adalah 6
ibu yang menjadi orang tua tunggal yang tinggal di daerah pinggir rel kelurahan
Helvetia kecamatan medan Helvetia kota medan.
3.3.2 Informan Kunci
Informan kunci adalah orang yang mengetahui dan memiliki
informasi pokok yang diperlukan dalam penelitian (Suyatno & Sutinah, 2005:
pekerja sosial masyarakat (PSM) yang tinggal dan mendampingi masyarakat di
daerah pinggir rel gaperta kelurahan Helvetia kecamatan medan Helvetia kota
medan.
3.4 Teknik Pengumpulan Data
Adapun teknik pengumpulan data yang peneliti gunakan untuk mendapatkan
infornasi yang dibutuhkan sebagai berikut :
1. Data Primer
Data primer adalah data yang diambil dari sumber data primer atau sumber
data pertama di lapangan. Data primer diperoleh dengan metode sebagai
berikut:
a. Wawancara
Wawancara adalah proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian
dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka antara pewawancara dengan
responden, dengan atau tanpa menggunakan pedoman wawancara.
2. Data Sekunder
Data sekunder diperoleh melalui :
a. Studi kepustakaan, yaitu proses memperoleh data atau informasi yang
menyangkut masalah yang akan diteliti melalui penelaah buku, jurnal dan
karya tulis lainnya.
b. Studi lapangan adalah pengumpulan data atau informasi melalui kegiatan
penelitian langsung turun ke lokasi penelitian untuk mencari fakta-fakta
3.5 Teknik Analisis Data
Teknik analisis data yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah teknik
analisis data deksriptif dengan pendekatan kualitatif, yaitu dengan mengkaji data
yang dimulai dengan menelaah seluruh data yang tersedia dari berbagai sumber data
yang terkumpul, mempelajari data, menelaah, menyusun dalam satu kesatuan, yang
kemudian dikategorikan pada tahap berikutnya dan memeriksa keabsahan data serta
mendefinisikannya dengan analisis sesuai dengan kemampuan daya peneliti untuk
membuat kesimpulan penelitian (Moleong, 2004:247).
Setiap data dari informasi yang telah dikumpulkan dalam penelitian berupa
catatan lapangan berupa data utama dari hasil wawancara maupun data penunjang
lainnya dilakukan analisis data, sehingga pada akhirnya dapat menghasilkan suatu
BAB IV
DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN
4.1. Gambaran Umum Kelurahan Helvetia
Kelurahan Helvetia merupakan bagian dari Kecamatan Medan Helvetia,
Kota Medan, Sumatera Utara, Indonesia. Kelurahan Helvetia berbatasan dengan
kecamatan medan marelan di sebelah utara,Kecamatan Medan Sunggal dan
kelurahan dwikora di sebelah selatan , Kelurahan Helvetia Timur dan Kecamatan
Medan Helvetia di sebelah Timur kemudian Kelurahan Helvetia tengah di sebelah
Barat.
Kelurahan Helvetia memiliki luas wilayah sebesar 15 Ha/m2,dengan
keterangan luas sebagai berikut:
4.2 Keadaan Penduduk 4.2.1 Jumlah Penduduk
Menurut data kelurahan Tahun 2010/2011, penduduk Kelurahan Helvetia
adalah 37.449 jiwa dengan 18.540 jiwa laki-laki dan 18.909 jiwa perempuan serta
terdiri dari 8.667 kepala keluarga. Untuk lebih memahami aspek kependudukan
Kelurahan Helvetia, berikut ini disajikan gambaran kependudukan tersebut : Luas wilayah : 14,4 Ha/m
2
Luas taman : 0,1 Ha/m
2
Luas perkantoran : 0,5 Ha/m
2
Total luas : 15 Ha/m
4.2.2 Komposisi Penduduk berdasarkan Kelompok Usia
Tabel 4.1 di bawah ini menunjukkan komposisi penduduk berdasarkan
tingkatan usia:
Tabel 4.1
Komposisi Penduduk Berdasarkan Kelompok Usia
NO Kelompok Usia Jumlah (Jiwa) Persentase
1. 0 - 5 Tahun 2.297 6,13
2. 6 - 14 Tahun 5.039 13,45
3. 15 - 44 Tahun 15.487 41,36
4. 45 - 64 Tahun 8.547 22,83
5. > 65 Tahun 6.079 16,23
Total 37.449 100,00
Sumber : Kantor Kelurahan Helvetia 2010
Berdasarkan data yang disajikan pada Tabel 4.1 dapat diketahui bahwa
mayoritas penduduk Kelurahan Helvetia masih berusia produktif yang
diperkirakan berada pada umur 15 - 44 Tahun, yakni sebanyak 15.487 jiwa
(41,36%). Penduduk berusia 45 – 64 tahun sebanyak 8.547 jiwa (22,83%).
Penduduk berusia 6 - 14 Tahun sebanyak 5.039 jiwa (13,45%). Penduduk berusia
0 - 5 tahun sebanyak 2,297 jiwa (6,13%) Sementara yang berusia non produktif
sebanyak 6.079 jiwa (16,23%). Dengan demikian dapat diketahui bahwa
persentase tertinggi penduduk adalah tergolong usia produktif. Yang dimaksud
4.2.3 Komposisi Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin
Komposisi penduduk berdasarkan jenis kelamin dapat dilihat pada Tabel 4.2
seperti di bawah ini:
Tabel 4.2
Komposisi Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin
No Jenis Kelamin Jumlah (Jiwa) Presentase
1. Laki-laki 18.540 49,50
2. Perempuan 18.909 50,49
Total 37.449 100,00
Sumber : Kantor Kelurahan Helvetia 2010
Berdasarkan data yang disajikan pada Tabel 4.2 dapat kita lihat komposisi
perbandingan jenis kelamin penduduk di Kelurahan Helvetia yaitu laki-laki sebanyak
18.540 jiwa (49,50%) dan perempuan sebanyak 18.909 jiwa (50,49%). Hal ini
menunjukkan bahwa perempuan lebih banyak daripada laki-laki dengan selisih
sebesar 369 jiwa atau 0,98%.
4.2.4 Komposisi Penduduk Berdasarkan Agama
Penduduk Kelurahan Helvetia pada umumnya menganut agama Islam.
Komposisi penduduk berdasarkan agama dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel 4.3
Komposisi Penduduk Berdasarkan Agama
No Agama Jumlah (Jiwa) Persentase
2. Kristen Protestan 13.926 37,18
3. Katholik 921 2,45
4. Buddha 112 0,29
5. Hindu 23 0,06
Total 37.449 100,00
Sumber : Kantor Kelurahan Helvetia 2010
Berdasarkan data yang disajikan pada Tabel 4.3 dapat diketahui bahwa
penduduk Kelurahan Helvetia mayoritas beragama Islam yakni sebanyak 22.467
jiwa (59,99%) dari seluruh jumlah penduduk. Selanjutnya agama Kristen
Protestan sebanyak 13.926 jiwa (37,18%), agama Katholik sebanyak 921 jiwa
(2,45%), agama Buddha sebanyak 112 jiwa (0,29%), dan agama Hindu sebanyak
23 jiwa (0,06%).
4.2.5 Komposisi Penduduk Berdasarkan Pendidikan
Pendidikan merupakan hal yang sangat mempengaruhi tingkat potensi
sumber daya manusia. Komposisi penduduk berdasarkan pendidikan dapat dilihat
dari tabel berikut ini:
Tabel 4.4
Komposisi Penduduk Berdasarkan Pendidikan No
Tingkat Pendidikan
Jumlah (Jiwa)
1. Belum sekolah 1.563
3. Tamat SD/sederajat 18.881
4. Tamat SMP/sederajat 3.116
5. Tamat SMA/sederajat 5.421
6. Tamat D1 61
7. Tamat D2 21
8. Tamat D3 59
9. Tamat S1 3.315
10. Tamat S2 71
11. Tamat S3 25
Total 32.594
Sumber : Kantor Kelurahan Helvetia 2010
Berdasarkan data yang disajikan pada Tabel 4.4 menunjukkan bahwa
ragam tingkat pendidikan penduduk Kelurahan Helvetia, mulai dari yang belum
sekolah, yang tidak tamat SD, tamat SD, tamat SMP, tamat SMA, tamat D1, D2,
D3, tamat S1, S2, hingga penduduk yang telah menyelesaikan S3.
4.2.6 Komposisi Penduduk Berdasarkan Suku Bangsa
Penduduk Kelurahan Helvetia terdiri dari bermacam suku. Pada tabel 4.5
Tabel 4.5
Komposisi Penduduk Berdasarkan Suku Bangsa No. Suku Bangsa Jumlah (Jiwa) Persentase
1. Jawa 20.834 55,63
2. Batak Toba 11.730 31,32
3. Minang 812 2,16
4. Mandailing 741 1,97
5. Aceh 716 1,91
6. Karo 685 1,82
7. Simalungun 101 0,26
8. Padang 77 0,20
9. Nias 53 0,14
Total 37.449 100,00
Sumber : Kantor Kelurahan Helvetia 2010
Berdasarkan data yang disajikan pada Tabel 4.5 dapat diketahui yang
merupakan suku mayoritas dan bahkan cukup dominan dibandingkan suku lain
ialah suku Jawa. Data yang telah diperoleh menunjukkan bahwa Kelurahan
Helvetia Kecamatan Medan Helvetia memiliki suku yang cukup beragam dengan
terdatanya 9 suku. Akan tetapi menurut keterangan petugas kelurahan, masih
terdapat beberapa suku lainnya yang tidak terdata dikarenakan adanya beberapa
4.2.7 Komposisi Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian Pokok
Secara umum mata pencaharian penduduk Kelurahan Helvetia bervariasi
Untuk lebih lengkapnya dapat dilihat pada tabel 4.6 di bawah ini:
Tabel 4.6
Komposisi Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian
No. Mata Pencaharian Jumlah (KK)
1. Buruh 2092
2. Pegawai swasta 439
3. PNS 1231
4. Pedagang 2133
5. Penjahit 12
6. Tukang Batu 185
7. Tukang Kayu 1
8. Montir 12
9. Dokter 22
10. Sopir 25
11. Pengemudi becak 64
12. TNI/Polri 216
13. Pengusaha 136
14. Dll 2099
Total 8667
Sumber : Kantor Kelurahan Helvetia 2010
Berdasarkan data yang disajikan pada Tabel 4.6 dapat dilihat bahwa
mayoritas penduduk Kelurahan Helvetia mempunyai mata pencaharian sebagai
pedagang berjumlah 2133 kepala keluarga sedangkan penduduk yang bermata
jumlah 1231 kepala keluarga, penjahit dengan jumlah 12 kepala keluarga, tukang
batu sebanyak 185 kepala keluarga, montir sebanyak 12 kepala keluarga, dokter
sebanyak 22 kepala keluarga, sopir sebanyak 25 kepala keluarga, pengemudi
becak sebanyak 64 kepala keluarga, TNI/Polri sebanyak 216 kepala keluarga,
pengusaha sebanyak 136 kepala keluarga dan yang bermata pencaharian lain-lain
sebanyak 2099 kepala keluarga.
4.3 Sarana dan Prasarana
Sarana dan prasarana merupakan hal yang sangat mendukung pencapaian
tujuan suatu program serta kegiatan pembangunan. Dengan adanya sarana dan
prasarana yang baik tentunya akan membantu segala perencanaan dalam program
maupun kegiatan pembangunan untuk dapat berjalan dengan baik sehingga
memudahkan serta mendukung tercapainya tujuan yang diinginkan.
Untuk mendukung tugas pelayanan terhadap masyarakat dalam usaha
peningkatan kesejahteraan masyarakat, maka di Kelurahan Helvetia tersedia
berbagai sarana dan prasarana, seperti sarana pendidikan, sarana tempat ibadah,
prasarana kesehatan dan lain sebagainya.
4.3.1 Sarana Pendidikan
Dalam hal sarana pendidikan terbagi atas TK, SD, SMP, dan SMA, hal ini
dapat dilihat dari tabel berikut:
Tabel 4.7 Sarana Pendidikan No. Sarana Pendidikan Jumlah (Unit)
1. TK 6
3. SMP 2
4. SMA/SMK 2
Total 19
Sumber : Kantor Kelurahan Helvetia 2010
Berdasarkan data yang disajikan pada Tabel 4.7 dapat diketahui jumlah
TK sebanyak 6 dan SD sebanyak 9 (perincian jenis SD tidak diketahui) sedangkan
jumlah SMP sebanyak 2 yakni SMP Negeri dan SMP Swasta kemudian jumlah
SMA sebanyak 2 yakni SMA Negeri dan SMA Swasta.
4.3.2 Sarana Ibadah
Dalam hal keagamaan dan sarana peribadatan di Kelurahan Helvetia dapat
dilihat dari tabel berikut ini:
Tabel 4.8
Sarana Tempat Ibadah
No. Sarana Tempat Ibadah Jumlah (Unit)
1. Mesjid 7
2. Gereja 7
3. Mushollah 1
Total 15
Sumber : Kantor Kelurahan Helvetia 2010
Berdasarkan data yang disajikan pada Tabel 4.8 dapat diketahui bahwa
jumlah mayoritas tempat ibadah yang ada di Kelurahan Helvetia ialah Mesjid dan
beragama Islam dan Kristen Protestan sebagai penduduk mayoritas Kelurahan
Helvetia.
4.3.3 Prasarana Ekonomi
Prasarana ekonomi yang terdapat di Kelurahan Helvetia dapat dilihat pada
tabel 4.9 berikut ini:
Tabel 4.9 Prasarana Ekonomi
No. Jenis Tempat Jumlah (Unit)
1. SPBU 1
2. Agen Minyak Tanah 1
3. Bengkel 10
4. Door Smeer 11
5. Warung Makan 32
6. Warung Internet 10
7. Panti Pijat 8
8. Tukang Cukur 4
9. Salon 13
10. Penyewaan Kaset 1
Total 92
Sumber : Kantor Kelurahan Helvetia 2010 4.3.4 Prasarana Kesehatan
Prasarana kesehatan yang terdapat di Kelurahan Helvetia dapat dilihat pada tabel
4.10 berikut ini:
Tabel 4.10 Prasarana Kesehatan
No. Jenis Tempat Jumlah (Unit)
1. Posyandu 8
2. Praktek Dokter 22
3. Bidan 12
Total 42
Sumber : Kantor Kelurahan Helvetia 2010 4.3.5 Prasarana Olahraga
Prasarana Olahraga yang terdapat di Kelurahan Helvetia dapat dilihat pada
tabel berikut ini:
Tabel 4.11 Prasarana Olahraga
No. Jenis Tempat Jumlah (Unit)
1. Lapangan Sepakbola 2
3. Lapangan Bola Volley 2
4. Tenis Meja 2
Total 10
BAB V ANALISIS DATA 5.1 Pengantar
Pada bab ini data-data yang telah didapatkan akan dianalisis dengan
menggunakan teknik analisis deksriptif-kualitatif yang lebih mementingkan
ketetapan dan kecukupan data, dimana data yang disajikan berupa deskripsi tentang
peristiwa dan pengalaman penting dari kehidupan atau beberapa bagian pokok dari
kehidupan seseorang dengan kata-katanya sendiri. Data-data yang didapatkan
diperoleh peneliti dengan menggunakan teknik wawancara mendalam dengan
informan.
Analisis data adalah upaya mengolah data menjadi informasi, sehingga
karakteristik data tersebut dapat dengan mudah dipahami dan bermanfaat untuk
menjawab masalah-masalah yang berkaitan dengan kegiatan penelitian. Untuk
melihat gambaran yang lebih jelas dan rinci, maka peneliti mencoba menguraikan
hasil wawancara dengan informan tentang data-data tersebut.
Adapun informan yang peneliti wawancarai adalah informan kunci dan
informan utama. Informan utama terdiri 6 orang ibu yang menjadi orang tua tunggal.
Sedangkan informan kunci terdiri dari 6 orang anak dari masing masing ibu yang
menjadi orang tua tunggal juga 1 orang Pekerja Sosial Masyarakat (PSM) yang
tinggal dan memahami juga melihat kehidupan para ibu yang menjadi orang tua
tunggal di daerah pinggir rel Gaperta kelurahan Helvetia kecamatan Medan Helvetia
5.2 Hasil Temuan
5.2.1 Informan Utama 1
Nama : Ramanyana Simanunsong
Umur : 49 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Riwayat pendidikan : SMA
Agama : Kristen Protestan
Suku : Batak Toba
Alamat : Jl. Asrama Gg. Rel Lk.XII no.49
Ibu ramanyana merupakan seorang ibu yang menajadi orang tua tunggal, saat
peneliti mendatangi rumah ibu tersebut untuk wawancara ibu ini sedang duduk di
warung miliknya. Ibu Ramanyana sudah 8 tahun menjadi orang tua tunggal, ia
menjadi orang tua tunggal dikarenakan sang suami meninggal dunia akibat penyakit
yang dideritanya selama 5 tahun. Sang suami meninggal ketika anak mereka yang
paling kecil berumur 5 tahun. Ibu Ramanyana memiliki 4 orang anak yang menjadi
tanggungannya dalam keluarga. anak pertama ialah MH, ia sudah tamat dari sekolah
menengah kejuruan (SMK) dan belum mendapatkan pekerjaan, anak kedua ialah DH
sedang bersekolah di tingkat sekolah menengah kejuruan (SMK), anak ketiga ialah
KH sedang bersekolah dan duduk di bangku sekolah dasar (SD) kelas 5 sedangkan
anaknya yang paling kecil DH juga duduk dibangku sekolah dasar kelas 4. Hal ini
sesuai dengan yang dikatakan informan
“Saya sudah di tinggal sama bapak anak anak sudah 8 tahun semenjak dia
sakit sakitan kemudian meninggal, bapak meninggal pada saat anak anak masih sekolah si paling kecil masih berumur 5 tahun, mereka ada 4 orang si
melanjutpun uang tak ada, si abangan yang ke dua masih smk sekarang, si adeknya yang perempuan nomor 3 masih sekolah kelas 5 sama si paling kecil
lah ini si adek an masih kelas 4 SD.”
Ibu Ramanyana merasa kesulitan dengan kondisi ekonomi keluarganya, ia
merasa sangat sulit menjadi orang tua tunggal yang harus mencari nafkah seorang
diri, ia bercerita bahwa anak anaknya sering menunggak membayar uang sekolah
sehingga iapun sering mendapat surat dari sekolah anak anaknya, ia juga mengeluh
karena anaknya yang paling kecil yang masih kelas 4 SD masih belum bisa membaca
sampai sekarang, setiap malam ia selalu sempatkan untuk mengajari anaknya
membaca namun anaknya tetap juga belum lancar membaca, ia sempat ingin
memasukan anaknya ke sekolah luar biasa namun ia tidak memiliki biaya.
Untuk memenuhi kebutuhan keluarganya Ibu Ramayana bekerja membuka
warung di depan rumahnya, dari warung itulah ia menghidupi keluarganya dimana ia
menjual jajanan. Namun karena dari hasil jajanan saja masih tidak mencukupi untuk
memenuhi kebutuhan mereka sekeluarga maka ia juga menjual kopi dan teh dari pagi
sampai sore kemudian pada malamnya ia menjual tuak, pendapatan yang ia dapat
dari warungnya berkisar dari 40 ribu hingga 80 ribu per harinya dan menurutnya
dirasa masih jauh dari cukup untuk memenuhi kebutuhan keluarganya. ia melakukan
segala upaya untuk menyekolahkan anaknya juga mencukui kebutuhan hidup mereka
sehari hari. Karena pendapatan dari warung itu saja kurang untuk memenuhi
kebutuhan mereka maka ibu Ramayana juga mengumpulkan sisa sisa botol plastik
dan kardus juga kertas untuk dijual guna menambah penghasilannya.berikut
penuturannya :
“Ibu pagi sampai sore ya jualan ini lah dek, buka kedai sama jual kopi sama
nambah nambah untung, kalau malam ibu jual tuak soalnya bapak bapak disini banyak yang minum tuak kalo pulang kerja, pulang botot, pulang narik
becak, narik angkot kesini orang itu duduk duduk sambil cerita cerita sama minum tuak, kadang pun aku ngumpuli botot lah kalo lagi sepi yang beli,
anak anak kusuruh jaga kedai aku pergi carik botot gimanalah dek kalo gak gitu ga makan nanti”
Ibu Ramanyana merasakan hal yang sangat berbeda saat sebelum menjadi
orang tua tunggal dan setelah menjadi orang tua tunggal. Banyak hal yang berbeda
yang ia rasakan diantara nya ialah tidak adanya teman untuk berbagi keluh kesah
juga ia harus berjuang sendiri untuk keluarganya terutama untuk mendidik anak
anaknya juga bekerja guna memenuhi kebutuhan ekonomi keluarga. Ia harus
menjalani peran ganda yaitu sebagai ayah dan sebagai ibu, selain bertugas untuk
memenuhi kebutuhan ekonomi keluarganya ia juga harus menanamkan pendidikan
kepada anaknya agar bisa berhubungan yang baik dengan lingkungan sekitarnya ia
selalu menekankan kepada anaknya untuk selalu bersyukur dan juga tahu
menempatkan diri di kehidupan sosial mereka sehari hari, berikut penuturannya:
“saya selalu bilang sama anak anak kalau mereka harus tau menempatkan
diri dalam pergaulannya, juga harus selalu bersyukur atas keadaan apapun, saya ingin mereka kelak menjadi orang yang gampang di terima di lingkungannya nanti”
Ibu ramanyana juga memiliki keinginan kuat untuk terus memperjuangkan
pendidikan anaknya agar dapat terus bersekolah,ia berpendapat bahwa pendidikan
sangat penting bagi anak anaknya, anak anaknya sering sekali terlambat membayar
uang sekolah karena tidak adanya biaya, ia juga sering meminjam kepada tetangga
besar dan yang paling kecil sudah smp ia ingin mencoba bekerja sebagai buruh
bangunan, ia menunggu anaknya sampai SMP dikarenakan menurutnya jika anaknya
sudah SMP maka anak anaknya sudah bisa menjaga kedai mereka dan melakukan
aktifitas sendiri sehingga ia bisa mengambil pekerjaan lain guna memenuhi
kebutuhan keluarga tersebut.berikut penuturan ibu ramanyana :
“Pendidikan buat anak anak ku penting, kalau bisa mereka sampai kuliah,
mereka harus bisa jadi anak yang lebih dari mamaknya, rencananya kalau
nanti si kecil yang dua ini sudah smp aku rencana mau kerja bangunan biar bisa nambah nambah penghasilan soalnya kan uang sekolah orang ini pasti makin banyak”
Rumah yang di tempati keluarga ibu ramanyana merupakan rumah semi
permanen hal ini peneliti lihat pada saat wawancara dirumah beliau dimana lantainya
dari terbuat dari semen dan belum di keramik , kemudian dindingnya sebagian sudah
di semen dan sebagian lagi masih terbuat dari kayu dan beratapkan genteng. Rumah
yang mereka tempati merupakan rumah pribadi yang mereka bangun di pinggir rel
kereta api. Dikarenakan pemerintah kota medan berencana menertibkan bangunan di
pinggir rel mereka merasa khawatir bila rumah mereka terkena penggusuran atau
penertiban ini mereka masih belum memiliki rencana apapun dan tabungan bilamana
nantinya rumah mereka ikut terkena penertiban. Pengeluaran yang dikeluarkan ibu
ramanyana diantaranya ialah untuk membayar uang listrik tiap bualannya juga uang
jajan anak anaknya, juga untuk belanja kebutuhan mereka sehari hari. Pendapatan
yang diterimanya dari warung, juga menumpulkan barang bekas dirasa masih kurang
untuk memenuhi kebutuhan keluarganya. keluarga ibu ini mendapatkan bantuan dari
pemerintah melalui program beras untuk rakyat miskin (RASKIN) hal ini dirasa
membeli beras jadi berkurang hal ini dirasanya cukup membantu perekonomian
keluarganya, saat peneliti bertanya apakah penghasilan ibu ini bisa mencukupi
jaminan kesehatan keluarga nya bila nanti ada yang sakit,ibu Rameneyana tidak
memiliki tabungan khusus untuk kesehatan namun untungnya ibu Ramenyana dan
anak anaknya mengikuti program jaminan kesehatan (BPJS) dari pemerintah ia
mengikuti program ini karena ia ingin kelak jika sakit nanti ia dan keluarga sudah
memiliki jaminan kesehatan. Namun bila hanya sakit biasa seperti demam dan flu
ibu ramenyana dan keluarga hanya mengonsumsi obat obat biasa yang bisa di beli di
warung warung tanpa harus ke klinik/puskesmas.
Ibu ramenyana sangat jarang mengajak anak anaknya untuk berekreasi dikarenakan
keterbatasan biaya dikarenakan untuk pergi berekreasi pasti harus mengeluarkan
biaya, paling tidak dalam satu tahun ia hanya mengajak anaknya berekreasi satu
kali.ia juga tidak memiliki tabungan khusus dari pendapatannya untuk rekreasi
keluarga, biasanya bila ada rejeki berlebih atau ada saudara yang mengajak
berekreasi barulah mereka pergi berekreasi.
Ibu Ramenyana dan keluarga nya juga jarang membeli pakaian, mereka membeli
pakaian biasanya pada saat hari besar seperti natal dan tahun baru, ibu ramanyana
berpendapat bila pakaian mereka masih layak pakai maka tidak perlu beli yang baru
karena hal tersebut merupakan pemborosan mengingat kondisi ekonomi yang
mereka hadapi.
Anak anak ibu Ramenyana sering membantu ibunya karena mereka ingin
meringankan beban ibunya yang mencari nafkah sendiri dan juga ibunya sering sakit,
anaknya saling bergantian mengurus rumah, ada yang mencuci pakaian ada juga
yang menyapu juga mencuci piring namun untuk urusan memasak masih dikerjakan
ibunya. biasanya mereka dimarahi oleh ibunya namun bila sudah keterlaluan mereka
sering di cubit hal ini dilakukan agar mereka tidak melakukan kesalahan terus
menerus. anaknya yang paling kecil juga sering meyapu dulu sebelum pergi bermain.
Berikut penuturannya saat peneliti melakukan wawancara terpisah:
“kami biasanya bantu mamak bang kan kasian mamak udah capek kerja,
aku pun biasanya nyapu dulu sebelum pergi keluar”.(DH,12 tahun).
Menjadi orang tua tunggal sangat berat dirasakan oleh ibu ramenyana ia
kerap mengalami stress dengan hal yang di hadapinya dalam hal memenuhi
kebutuhan keluarganya.berikut penuturannya :
“jadi orang tua tunggal dengan tanggung jawab banyak adalah beban yang berat namun harus berjuang agar dapat menyambung hidup.”
Saat pertama kali menjadi orang tua tunggal ia bingung apa yang harus
dilakukannya ia tidak tahu bagaimana berperan ganda, menjalankan peran sebagai
ayah dan juga sebagai ibu unuk keluarganya. ia tidak tahu bagaimana ia harus
mendidik anak anak nya juga sekaligus mencari nafkah guna memenuhi kebutuhan
keluarganya. Ia belajar dari kondisi yang dihadapinya seiring waktu berjalan ia
mendapat masukan dan semangat dari orang orang di sekitarnya juga kerabat dan
anak anaknya,mau tidak mau ia harus paham cara menerapkan perannya sebagai ibu
dan juga menggantikan peran ayah bagi keluarganya, ketikan sudah memahami
keduanya maka ia pun mengaplikasikannya kepada keluarganya. ia memulai banyak
usaha, berjuang untuk keluarganya. ia yakin bisa menjalankan peran nya sebagai
orang tunggal dalam memenuhi kebutuhan keluarganya juga mendidik anak
5.2.2 Informan Utama 2
Nama : Hotmaria br Nainggolan
Umur : 40 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Riwayat pendidikan : SMP
Agama : Kristen Protestan
Suku : Batak Toba
Alamat : Jl. Perkutut Gg. Rel
Ibu Hotmaria merupakan seorang ibu yang menjadi orang tua tunggal. saat
ingin melakukan wawancara kebetulan ibu Hotmaria sedang duduk duduk bersama
tetangga tetangga lain di depan rumahnya, Ibu Hotmaria sudah 10 tahun menjadi
orang tua tunggal, ia menjadi orang tua tunggal karena bercerai dengan suaminya,
ibu ini sedikit lebih emosional di banding dengan informan lainnya saat
diwawancarai, ia bercerai dengan suaminya karena suaminya sering meninggalkan
mereka sekeluarga dan jarang memberi nafkah sebagaimana kewajiban suami pada
umumnya, suaminya juga sering melarangnya untuk beraktivitas, saat peneliti
bertanya lebih lanjut tentang perceraiannya ibu hotmaria enggan menjawabnya.
Sejak menjadi orang tua tunggal merasa lebih bebas melakukan kegiatan sekarang
dan lebih fokus sekarang kepada keluarganya. Ibu hotmaria memiliki 3 orang anak
yang menjadi tanggungan nya di keluarganya.anak yang pertama MT berumur 18
tahun bersekolah kelas 3 SMK, anak yang ke dua AT berumur 16 tahun bersekolah
kelas 2 SMK dan anak ke DT tiga berumur 12 tahun dan tidak bersekolah. DT
memiliki kelainan, sejak kecil tidak bisa berjalan karena terkena penyakit step
kemudian lumpuh selama 3 tahun kemudian menjalani terapi dan sekarang sudah
umumnya, DT pernah masuk Sekolah Luar Biasa (SLB) namun DT tidak mau dan
memilih tinggal dirumah saja.
Ibu hotmaria bekerja sebagai pembantu rumah tangga di salah satu rumah di
perumahan griya gaperta. Ia bekerja pukul 8.00 WIB hingga pukul 15.00 WIB,
sebelum pergi bekerja ia selalu memasak makanan untuk anak anaknya, anak
anaknya jarang sarapan mereka hanya minum teh sebelum pergi sekolah, kecuali DT
ia sering sarapan dirumah karena ia tidak sekolah. Ibu hotmaria terkadang sering
pulang kerumah lebih cepat bila pekerjaannya sudah selesai, ia pulang kerumah
untuk makan siang, anak anaknya juga sering makan dirumah ketika pulang sekolah.
Penghasilan ibu hotmaria menjadi Pembantu Rumah Tangga ialah
Rp.1.000.000/bulan nya, ia juga terkadang berjualan bumbu di pajak sei sikambing
namun pendapatan dari jualan bumbu tidak pasti terkadang dia pulang tanpa
membawa uang dari hasil jualan bumbu. Berikut penuturannya :
“sebelum pergi kerja ibu masakkan makanan orang ini dulu buat sarapan
sama makan siang soalnya ibu kan kadang siang juga masih disana (tempat bekerja) kalo cepat siap kerjaan disana pulang kerumah, kadang ibu juga
berjualan bumbu di sei sikambing Cuma ya gitulah kadang laku kadang nggak”.
Ia tidak bisa menyisihkan pendapatannya di karenakan pendapatannya yang pas
pasan untuk membeli keperluan dan kebutuhan keluarga nya.
Rumah yang di tempati oleh ibu hotmaria dan keluarga merupakan rumah
milik pribadi, rumah nya merupakan rumah semi permanen dengan pondasi dinding
berbahan campuran sudah di semen dan setengah lagi masih papan, lantainya juga
sudah di plester namun belum di keramik, atapnya juga terbuat dari genteng. Namun
Rumah yang mereka tempati merupakan rumah pribadi yang mereka bangun di
pinggir rel kereta api. Dikarenakan pemerintah kota medan berencana menertibkan
bangunan di pinggir rel mereka merasa khawatir bila rumah mereka terkena
penggusuran atau penertiban ini mereka masih belum memiliki rencana apapun dan
tabungan bilamana nantinya rumah mereka ikut terkena penertiban.
Ibu Hotmaria tidak memiliki tabungan khusus untuk kesehatan keluarganya
bila mana kelak keluarganya ada yang sakit. Untungnya Ia dan keluarganya sudah
ikut dalam program Jaminan Kesehatan Masyarakat (JAMKESMAS) guna
melindungi keluarganya bila sakit. Bila sakitnya hanya sakit biasa seperti deman dan
batuk ia hanya memberikan keluarganya obat obat yang bisa di beli di warung atau
apotik namun jika dirasa cukup parah maka ia membawa anaknya ke puskesmas. Ia
merasa terbantu dengan adanya program ini, dikarenakan bila mana nanti ada yang
sakit di keluarganya pasti membutuhkan biaya yang besar, oleh karena itu ia merasa
terbantu dengan adanya program ini. Anak anak nya juga sering membantu ibunya
dengan membersihkan rumah juga mencuci pakaian, mereka juga menyiapkan
pakaian sekolahnya sendiri. Berikut penuturan salah satu anaknya saat peneliti
melakukan wawancara secara terpisah :
“ia bang kami beres beres rumah soalnya mamak kan pigi kerja, kami juga
udah besar sudah bisa mengurus diri sendiri. Ganti gantian kadang aku yang nyapu , kadang aku yang nyuci ganti gantian sama adek”(MT, 18 tahun).
Ibu hotmaria jarang berkumpul dengan tetangganya karena bekerja namun
terkadang bila ada waktu senggang ia sempatkan ikut bercerita duduk duduk
bersama tetangganya hubungannya dengan tetangga di sekitarnya juga bagus, ia juga
Anak anaknya juga sering berkumpul dan bermain dengan teman temannya di sekitar
lingkungan rumahnya.
Ia tidak banyak merasakan perbedaan saat sebelum dan sesudah menjadi
orang tua tunggal karena suaminya dulu jarang memberikan nafkah untuk
keluarganya. Ia juga mengumpulkan barang bekas jika ada waktu senggang untuk
menambah sedikit sedikit penghasilan nya. namun penghasilannya dirasa tidak
cukup untuk mengimbangi pengeluaran keluarganya diantaranya untuk bayar listrik,
air, jajan anaknya, uang makan mereka, juga kebutuhan kebutuhan lainnya.ibu
hotmaria tidak banyak mengetahui mengenai gizi, ia tidak pernah mendapatkan
sosialisasi/info soal gizi, ia hanya mengetahui sedikit mengenai gizi. Ia tidak
memberikan anaknya multivitamin namun ia sering memasak sayur untuk anak
anaknya dan anak anaknya suka makan sayur. Ia dan keluarga juga jarang makan
daging, jarang ada kegiatan bersama antara ibu ini dengan anak anaknya di
karenakan ibu hotmaria bekerja dan jarang punya waktu penuh dirumah, biasanya ia
dan keluarga nya memiliki waktu bersama pada malam hari pada malam hari
terkadang mereka makan bersama juga, ibu hotmaria juga jarang berekreasi bersama
keluarganya setidaknya satu tahun sekali. bila ada waktu kosong biasanya ibu
hotmaria menghabiskannya menonton tv dengan anak anaknya.berikut
penuturannya:
“saya kurang mengetahui soal gizi karena tidak pernah dapat informasi
paling saya sering masak sayur buat mereka kebetulan mereka suka makan
sayur. Saat malam kadang saya makan dan nonton tv bersama dengan anak anak soalnya kan pagi sampai sore kerja jadi Cuma malam lah ada waktu”.
Bila anaknya melakukan kesalahan atau tidak menurut ia sering memarahi dan
mencubitnya agar si anak tidak mengulangi kesalahan nya lagi. Berikut
penuturannya :
“ia dek kalo orang ini suka kali buat mamaknya marah, yang kadang malas
disuruhlah, kadang pergi pergi tapi belum beres kerjaan dirumah kadang
kalau mereka sudah kelewatan saya pukul/cubit agar tidak mengulangi kesalahannya lagi”
Di saat melakukan wawancara terpisah anak nya pun juga berkata demikian bila
mereka melakukan kesalahan ibunya sering memarahi mereka kadang bila mereka
kelewatan suka dicubit sama ibunya namun mereka sadar itu juga untuk kebaikan
mereka juga nantinya. Berikut penuturannya :
“mamak sering kali merepet(marah) kalau kami malas disuruh juga kalau
bandel, kadang maupun sampai di cubit, tapi kami tahu kok bang itu juga karena mamak sayang sama kami, memang kaminya aja yang bandal”(MT,18 tahun).
Ibu hotmaria juga sering kali menekankan pada anaknya agar mereka bisa
menjaga diri masing masing dari bahaya pergaulan, tahu menempatkan diri dalam
berteman, Dan yang paling penting bagus bagus dalam bersekolah. Ia berpendapat
kalau pendidikan untuk anak sangatlah penting ia berharap kelak anak anaknya bisa
sampai ke bangku kuliah. Dan menjadi orang yang lebih dari orang tuanya. Saat
peneliti bertanya tentang apa yang ibu Hotmaria untuk pendidikan anak anaknya ia
mengatakan bahwa ia memang tidak memiliki tabungan yang pasti untuk anak
anaknya namun ia pasti akan bekerja semaksimal mungkin berjuang agar anak
anaknya bisa melanjutkan pendidikannya.
Hal yang paling dirasakannya saat menjadi orang tua tunggal ialah kesulitan
menjalankan peran sebagai ayah dan juga sekaligus menjadi ibu, ia menggantikan
peran sebagai ibu pada malam hari. Menurutnya hal yang dilakukan sebagai orang
tua tunggal ialah harus menabung untuk keperluan dan biaya sekolah anak dan tetap
optimis menjalankan dua peran sekaligus karena menurutnya hal tersebut sangatlah
sulit untuk dilakukan.
5.2.3 Informan Utama 3
Nama : Megawati br Sihombing
Umur : 40 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Riwayat pendidikan : SMK
Agama : Kristen Protestan
Suku : Batak Toba
Alamat : Jl. Perkutut Gg. rel
Ibu megawati adalah seorang ibu yang menajadi orang tua tunggal, ia sudah
menjadi orang tua tunggal selama 9 tahun, ia menjadi orang tua tunggal di sebabkan
suaminya meninggal dunia. Perbedaan yang ia rasakan saat menjadi orang tua
tunggal ialah ia harus berusaha sendiri memenuhi peran nya sebagai ibu dan juga
menggantikan peran ayah bagi anak anaknya dia harus bisa bekerja mencari nafkah
dan juga merawat dan memberikan pendidikan untuk anak anaknya. Ia merasakan
hal itu bukan hal yang mudah. Berikut penuturannya :
“susah jadi orang tua tunggal, harus bisa gantikan bapaknya cari nafkah,
kerja, juga harus bisa kasih pendidikan buat anak anak, bisa mengarahkan mereka, berat lah”.
Ibu megawati memiliki 2 orang anak laki laki yang masih bersekolah. Anak yang
kedua SP berumur 10 tahun ia bersekolah kelas 4 SD di SD NEGERI. SP
mendapatkan dana Bantuan Operasional Sekolah(BOS) sehingga mereka tidak
membayar biaya untuk sekolah, hal ini dirasa cukup membantu keuangan
keluarganya karena tidak perlu mengeluarkan biaya untuk membayar uang sekolah
SP. Lain halnya dengan BP ia bersekolah di SD SWASTA dan tidak mendapatkan
bantuan dana BOS, ia mengeluarkan biaya untuk transportasi anaknya dari rumah ke
sekolah dengan becak karena ia tidak memiliki kendaraan untuk mengantar anak
anaknya bersekolah, biaya yang harus ia keluarkan ialah 60 ribu perbulan nya untuk
kedua anaknya. Ia juga mengeluarkan biaya untuk perlengkapan dan keperluan
sekolah lainnya.berikut penuturannya :
“anak saya yang besar sekolah di negeri jadi dia dapan bantuan dana BOS
sehingga uang sekolah nya nggak bayar, lain sama si kecil ia sekolah di swasta jadi
ya saya keluar biaya buat uang sekolahnya, mereka pergi sekolah naik becak bareng sama teman temannya yang di sekitar sini (lingkungannya) soalnya saya juga tidak punya kereta (sepeda motor) untuk mengantar mereka”.
ibu megawati dan keluarga juga ikut kedalam program jaminan kesehatan BPJS dari
pemerintah hal ini juga membantu mereka karena mereka punya jaminan kesehatan
bila ada keluarganya yang sakit mereka bisa berobat. Namun bila hanya sakit biasa
seperti demam dan flu ibu megawati dan keluarga hanya minum obat obat biasa yang
bisa dibeli di apotik dan warung warung. Ibu megawati juga tidak menyediakan
tabungan khusus untuk kesehatan.
Rumah yang mereka tempati merupakan milik pribadi yang termasuk tipe rumah
semi permanen dengan dinding yang sebagian terbuat dari semen juga sebagian lagi
masih terbuat dari papan lantai yang sudah di plester juga atap yang terbuat dari
baju biasanya pada saat natal atau tahun baru, ibu megawati tidak punya tabungan
khusus untuk membeli pakaian untuk keluarganya. Berikut penuturannya:
“Saya jarang beli pakaian, paling kalo beli pakaian pas natal dan tahun
baru kadang diluar itu juga namun sangat jarang, saya tidak punya
tabungan khusus untuk membeli pakaian paling kalau ada uang lebih baru saya belanjakan untuk pakaian”.
Ibu megawati bekerja sebagai penjual sayur di pajak sei sikambing dengan
penghasilan yang tidak tentu berkisar dari Rp.1.000.000 – Rp. 1.500.000 per
bulannya, pendapatan tersebut sudah termasuk modal didalamnya. Terkadang ia
menabung pendapatannya tetapi tidak pasti berapa yang di tabung bila ada uang
lebih ia tabung namun jarang tersimpan karena tabungannya sering habis untuk
membayar kebutuhan lainnya.ia juga tidak memiliki keterampilan lain yang dapat
menunjang ekonomi keluarga nya. Ia berjualan sayur dari pagi hingga habis
dagangannya, ia juga menanam sayur di belakang rumahnya sebagian untuk di jual
dan ada juga untuk konsumsi namun anak anaknya kurang suka makan sayur, ia
menanami berbagai jenis sayur yaitu sawi, kangkung dan lain lain. Berikut
penuturannya :
“saya kerja jualan sayur di sei sikambing dari pagi sampai habis dagangan
saya namun kadang sering juga tidak habis jadi saya bawa pulang karena
tidak mungkin saya paksakan juga harus sampai habis saya harus mengurus anak saya dirumah”
Ibu megawati dan anak anaknya makan 3 kali sehari, anak anaknya juga
jarang jajan diluar mereka lebih memilih makan dirumah daripada jajan dikarenakan
ibu megawati juga menasehati anak anaknya kalau bisa jangan banyak jajan diluar
memahami tentang gizi ia juga belum pernah mengikuti sosialisasi tentang gizi,
pengetahuan soal gizi yang dia dapat hanya melalui televisi dan dari saran yang di
dapat saat kumpul dengan tetangga tetangga. Kendala yang ia hadapi dalam
memenuhi gizi keluarganya ialah kondisi ekonomi atau penghasilannya yang kurang
untuk membeli multivitamin dan lainnya. saat pagi sebelum anaknya pergi sekolah ia
mempersiapkan peralatan dan perlengkapan anak anaknya untuk bersekolah juga
memasak kan sarapan untuk mereka. Setelah mereka pergi sekolah barulah ia
sarapan setelah sarapan ia membereskan rumah lalu pergi ke pajak(pasar) untuk
berjualan. Saat siang sepulang anaknya sekolah ia biasanya juga pulang kerumah ia
kemudian makan siang berasama anak anaknya sambil menanyakan kegiatan anak
anaknya di sekolah. ia selalu menjalin komunikasi dengan anak anaknya. Begitu juga
saat malam hari mereka makan malam bersama sambil menonton televisi. Terkadang
bila ada tugas anaknya dari sekolah mereka bersama sama mengerjakannya. Menurut
ibu megawati pendidikan merupakan hal yang sangat penting buat anak anaknya ia
berharap kelak anak anaknya bisa bersekolah bila tidak bisa sampai bangku kuliah
setidaknya mereka bisa sampai SMA/SMK. Menurut nya anak anak nya harus punya
bekal pendidikan agar bisa melangkah kedepannya nanti. Ibu megawati juga sudah
mulai menabung untuk pendidikan anaknya karena sebentar lagi anaknya yang
paling besar akan masuk Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan membutuhkan
biayauntuk itu ia sudah menyisihkan uangnya untuk tabungan pendidikan anak
anknya. Ia juga selalu menanamkan nilai nilai agama kepada anak anak nya agar
mereka tidak terjebak ke pergaulan yang tidak benar nantinya. Anak anak nya sering
bermain bersama teman teman di sekitarnya biasanya mereka bermain bola pada sore
hari, jika memiliki waktu senggang ibu megawati biasanya berbincang bincang
partangiangan (ibadah) dari gerejanya, ia juga memiliki saudara di kota medan ini
dan ia juga sering berkunjung ke rumah saudaranya bila ada acara keluarga atau hari
hari libur besar lainnya. ia jarang mengajak anak anaknya berekreasi dikarenakan
keterbatasan waktu dan kondisi ekonomi. Namun anak anak nya sering diajak
kerabatnya untuk berekreasi jika mereka libur namun ibu megawati tidak ikut karena
harus bekerja. Berikut penuturannya :
“saya jarang ajak mereka jalan jalan karena jalan jalan juga butuh biaya,
biasanya mereka diajak jalan jalan sama bou nya kalo saya nggak ikut karena jualan”.
Anak nya juga juga jarang membantunya dirumah, ia pun tidak memaksa
mereka karena mereka masih kecil masih masa masa asiknya bermain. Namun
terkadang anaknya mau membantu sedikit sedikit meskipun ia tidak memaksakan
anak anaknya namun ia ingin menanamkan nilai agar anaknya bisa menjadi anak
yang rajin dan bisa membantu oran tuanya.Ia juga selalu menanamkan nilai nilai
agama kepada anaknya, juga mengajarkan anaknya agar tahu cara nya menempatkan
diri di manapun mereka berada juga memahami kondisi yang mereka hadapi.
Menurut ibu megawati sebagai orang tua tunggal harus pintar pintar membagi
waktu karena menerapkan dua peran merupakan hal yang sulit dan memakan banyak
waktu ia harus terbiasa mau tidak mau harus paham apa yang harus dilakukan untuk
keluarganya karena bagaimana pun juga ia terus berjuang untuk keluarganya.ia juga
menanamkan nilai nilai dan pamahaman kepada anak anaknya agar mengerti kondisi
5.2.4 Informan Utama 4
Nama : Demi br Hutapea
Umur : 49 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Riwayat pendidikan : SD
Agama : Kristen Protestan
Suku : Batak Toba
Alamat : Jl. Asrama Gg. Rel no.14
Ibu demi merupakan seorang ibu yang menjadi orang tua tunggal, ia sudah 2
tahun lebih menjadi orang tua tunggal, ia menjadi orang tua tunggal dikarenakan
suaminya meninggal dunia. Hal yang ia rasakan sebelum dan sesudah orang tua
tunggal ialah sebelum suaminya meninggal ada yang mencari nafkah untuk
keluarganya juga dia punya teman ngobrol jika ada masalah setelah ia menjadi orang
tua tunggal hal tersebut sangat berat dijalaninya ia harus bekerja guna memenuhi
ekonomi keluarganya juga harus memberikan pendidikan juga mengarahkan anaknya
ke arah yang lebih baik.ia merasa bingung sewaktu baru menjadi orang tua tunggal
dan masih diselimuti perasaan duka pasca ditinggal sang suami. namun banyak
dukungan yang memberinya semangat baik itu dari kerabat juga tetangga dan juga
keluarga. hal tersebut kemudian yang membuat nya bangkit dari kesedihan dan mulai
belajar juga memahami menjalankan peran nya sebagai ibu juga menggantikan peran
ayah bagi keluargannya (anak anaknya).berikut penuturannya :
“saya menjadi orang tua tunggal sudah jalan 2 tahun 3 bulan, banyak hal
Ibu demi memiliki 2 orang anak perempuan yang masih bersekolah, anaknya
yang pertama RS berumur 18 tahun dan sedang bersekolah kelas 3 SMK di sma eka
prastya kemudian anaknya yang kedua JS berumur 13 tahun dan sedang bersekolah
kelas 2 smp di smp 18 medan. JS mendapatkan dana Bantuan Operasional Sekolah
(BOS) dari pemerintah karena ia bersekolah di sekolah negeri sehingga ia tidak perlu
membayar uang sekolah. hal ini cukup meringankan biaya yang di tangung ibu demi
untuk biaya pendidikan anaknya karena ia tidak perlu membayar uang sekolah JS
sedangkan RS tidak mendapatkan dana Bantuan Operasional Sekolah karena ia
bersekolah di sekolah swasta oleh karena itu iya membayar biaya sekolah sebesar
Rp.195.000 per bulannya. Meskipun JS tidak membayar uang sekolah namun ibu
demi tetap mengeluarkan biaya untuk perlengkapan dan peralatan sekolahnya.
Ibu demi bekerja berualan kacang dari pesta ke pesta, bila mana ada pesta ibu
demi berjualan kacang di pesta tersebut, ia hanya berjualan bila ada pesta bila tidak
ia terkadang membantu masak untuk katering tetangganya bila mendapat pesanan.
Pendapatannya dari berjualan kacang tidak menentu paling banyak rata rata
Rp.200.000 per minggunya. Dari katering juga tidak pasti karena ia hanya membantu
memasak, sedikitnya ia mendapat Rp.50.000 itupun hanya bila ada pesanan saja. Ia
tidak menabung dari penghasilannya tersebut karena penghasilannya pas pasan atau
bisa dikatakan kurang untuk memenuhi kebutuhan keluarganya. Berikut
penuturannya :
“Pekerjaan saya jualan kacang di pesta pesta jadi kalau ada pesta di daerah
sini saya kesitu bawa kacang buat dijual, itupun kalau ada kalo nggak ada ya paling bantu masak tah di katering”.
Anak ibu demi yang ke dua JS juga bekerja di tempat penggilingan bumbu di
menginginkan anaknya bekerja namun JS yang ingin melakukannya, ia hanya
bekerja sebentar saya selesai bekerja JS tetap bermain bersama teman temannya, JS
bekerja sepulang sekolah, ia bekerja sesudah ganti baju juga makan siang. Dari
menggiling bumbu JS mendapatkan Rp.50.000 per minggunya.gaji tersebut sebagian
diberikannya kepada ibunya sebagian lagi ia pakai untuk ditabung dan juga untuk
jajan. Berikut penuturannya :
“Aku kerja giling bumbu di samping bang, aku yang mau, buat bantu bantu
mamak, itupun Cuma bentar aja kalo udah siap aku giling bumbu baru aku pergi main main sama kawan kawanku”.(JS,13 tahun)
Rumah yang ibu Demi dan keluarganya tempati merupakan milik pribadi,
rumah permanen dengan lantai yang sudah di keramik, juga dinding yang terbuat
dari batu bata dan atap terbuat dari genteng. Pengeluaran yang ia keluarkan untuk
rumah ialah untuk biaya listrik dan air yang tidak pasti berapa tagihan perbulannya. .
Dikarenakan pemerintah kota medan berencana menertibkan bangunan di pinggir rel
mereka merasa khawatir bila rumah mereka terkena penggusuran atau penertiban ini
mereka masih belum memiliki rencana apapun dan tabungan bilamana nantinya
rumah mereka ikut terkena penertiban
Ibu Demi dan keluarga juga sudah terdaftar dalam program jaminan kesehatan
nasional (JAMKESMAS) sehingga bila ada keluarga yang sakit sudah dapet jaminan
perlindungan kesehatan, namun bila hanya sakit biasa seperti deman dan batuk ia
dan keluarga hanya mengonsumsi obat obatan yang bisa di beli di apotik atau
warung warung. ibu demi tidak mempunyai tabungan khusus untuk biaya kesehatan.
keluarganya ia bersyukur mendapat jaminan kesehatan dari pemerintah.
Ibu demi dan keluarga rata rata makan tiga kali sehari, Ia selalu menyiapkan
menyempatkan sarapan sebelum melakukan aktivitas. Ia kurang memahami tentang
gizi, yang ia lakukan untuk memenuhi gizi keluarganya ialah sering memasakan
sayur untuk keluarga. untungnya anak anaknya suka makan sayur. namun keluarga
ini jarang makan bersama karena aktivitas dan kesibukan yang berbeda beda. Mereka
jarang makan bersama sama pada saat pagi dan makan siang namun pada saat malam
mereka sering makan bersama sambil menonton televisi dan juga ia menanyakan apa
saja aktivitas anak anaknya selama di luar. Ibu demi juga jarang membeli pakaian
baru untuk keluarga nya, ia dan keluarga biasanya membeli baju baru pada saat natal
dan tahun baru, diluar itu sangat jarang mereka membeli pakaian.
Anak anak ibu Demi RS dan JS juga sering membantu nya dirumah, terlebih
karena kedua anaknya perempuan jadi yang mengerjakan pekerjaan rumah seperti
membersihkan rumah, mencuci dan juga terkadang memasak anak anaknya yang
mengerjakan bergantian. Ibu Demi dan keluarganya jarang pergi berekreasi
dikarenakan bila pergi berekreasi membutuhkan biaya. Terkadang ia dan anak anak
nya pergi berekreasi bersama kerabat kerabatnya.
“Saya sama anak anak jarang pergi jalan jalan soalnya pasti butuh biaya,
minimal ongkos, lagian saya juga lebih sering kerja, kadang juga pergi jalan jalan sama keluarga”.
Ibu Demi sering mengunjungi keluarganya bila ada waktu juga pada hari hari
besar seperti natal dan tahun baru. Ia juga sering berkumpul dengan tetangga
tetangganya bila ada waktu luang di sore hari. Ia juga sering mengikuti kegiatan
partangiangan di lingkungannya setiap sebulan sekali. Begitu juga anak anaknya
yang sering bermain bersama teman teman di lingkungan nya. ia selalu menanamkan
menempatkan diri dalam masyarakat, selalu bertindak sopan, jangan terlalu lama
pulang kerumah dan juga rajin beribadah.
Ibu demi berpendapat bahwa pendidikan sangat penting untuk anak anaknya
agar mereka pintar dan tahu membedakan mana yang baik untuk dilakukan dan mana
yang tidak baik untuk dilakukan. Ia berharap kedepannya anak anaknya bisa
melanjut ke tingkat pendidikan yang lebih tinggi hingga perguruan tinggi dan juga
cepat mendapatkan pekerjaan.
Menurut Ibu Demi orang tua tunggal harus lah bijak juga jangan lemah
karena beban yang di tanggung orang tua tunggal lebih berat dari orang tua utuh,
seorang ibu yang menjadi orang tua tunggal harus giat bekerja menggantikan peran
ayah di dalam keluarga juga tetap menjalankan peran dasarnya sebagai ibu, orang tua
tunggal harus berjuang keras untuk keluarganya. Harus bisa membagi waktu dalam
menjalankan kedua peran tersebut guna memenuhi kebutuhan keluarganya.
5.2.5 Informan Utama 5
Nama : Esli Deswita
Umur : 41 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Riwayat pendidikan : SMK
Agama : Kristen Protestan
Suku : Batak Toba
Alamat : Jl. Asrama gg. Rel
Ibu Esli adalah seorang ibu yang menjadi orang tua tunggal. Ia sudah menjadi
orang tua tunggal selama 6 tahun. Ia menjadi orang tua tunggal dikarenakan
menjadi orang tua tunggal ialah dulu suaminya yang bekerja mencari nafkah utama
untuk keluarganya sekarang ia yang harus mencari nafkah untuk keluarganya.ia juga
kehilangan tempat untuk berbagi dan bercerita tentang masalah yang ia hadapi.
Berikut penuturannya :
“sudah 6 tahun ibu jadi orang tua tunggal semenjak abang(suami)
meninggal, dulu dia yang mencari nafkah sekarang aku yang harus mencari nafkah untuk keluarga, dulu juga kalau ada masalah aku cerita ke abang sekarang tidak ada lagi”.
Ibu Demi memiliki dua orang anak yang menjadi tanggungan dalam
keluarganya. Kedua anaknya masih bersekolah. Anak yang pertama ia lah laki laki
berumur 13 tahun bernama JM, JM sekarang kelas 1 SMP dengan uang sekolah
Rp.120.000 tiap bulannya. Sedangkan anaknya yang ke dua ialah anak perempuan
berumur 11 tahun bernama FO, FO sekarang duduk di kelas 5 SD, FO tidak
membayar uang sekolah karena ia mendapatkan bantuan dari pemerintah berupa
dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS) sehingga ia tidak perlu membayar uang
sekolah lagi. Meskipun begitu ibu esli tetap mengeluarkan biaya untuk membeli
peralatan dan perlengkapan sekolah kedua anaknya.berikut penuturannya :
“anak saya yang pertama masih kelas 1 SMP, dia smp di swasta jadi bayar,
kalo adiknya masih kelas 5 SD, dia tidak bayar uang sekolah karena SD negeri jadi dapat bantuan dana BOS”
Ibu esli merasa sangat terbantu dengan adanya program dana Bantuan Operasional
Sekolah (BOS) dari pemerintah ini karena meskipun tidak kedua anaknya
mendapatkan bantuan ini setidaknya hal ini sudah membantu meringankannya untuk
memenuhi kebutuhan akan pendidikan anak anaknya. anak anak nya juga tidak ada
Kedua anak nya juga sering membantu dirinya dalam mengerjakan pekerjaan rumah
biasanya anak anaknya membagi tugas sang adik bertugas menyapu rumah
sedangkan abangnya bertugas mencuci piring,mereka melakukannya karena ingin
membantu ibunya karena mereka sadar akan kondisi yang ibunya hadapi sehingga
mereka ingin membantu ibunya dalam hal membersihkan rumah. Berikut penutuhan
anaknya saat peneliti melakukan wawancara secara terpisah :
“aku sama adek sering juga bantu mamak bang biasanya aku yang cuci
piring adek yang nyapu biasanya kami kerjakan kalau siap makan sama sama, kasian mamak udah capek kerja”(JM, 13tahun).
meskipun hanya sedikit ibu esli senang karena anak anaknya mau membantunya
membersihkan rumah.
Ibu esli bekerja di dinas pertamanan kota medan dengan gaji Rp. 1.500.000
per bulannya. Ia merasa gajinya masih belum mencukupi untuk memenuhi
kebutuhan keluarganya juga pengeluaran mereka perbulannya antara lain untuk
ongkos bepergian untuk nya dan anak anaknya karena keluarganya tidak memiliki
kendaraan pribadi. Juga untuk membayar uang sekolah anaknya yang pertama dan
untuk uang jajan anak anaknya.ibu ini tidak memiliki pekerjaan sampingan juga
keterampilan lain yang bisa menunjang perekonomian keluarganya. Dari pendapatan
itu bila ada pengahasilan lebih ia juga tabung sebagian untuk keperluan anaknya di
masa akan datang khusus nya untuk pendidikan anak-anaknya. Ibu esli dan
keluarganya terdaftar dan mengikuti program BPJS sehingga keluarga nya sudah
mendapatkan jaminan kesehatan bila sakit, namun bila hanya sakit biasa seperti flu
dan deman mereka hanya mengonsumsi obat-obat biasa yang bisa dibeli di apotik
atau warung warung, tidak perlu sampai ke rumah sakit. Ia sendiri merasa terbantu
kesehatan keluarganya dalam keadaan mendadak. Sel