• Tidak ada hasil yang ditemukan

Peran Ibu Sebagai Orang Tua Tunggal Dalam Memenuhi Kebutuhan Sosial Ekonomi Keluarga (studi kasus : Daerah Pinggir Rel Gaperta Kelurahan Helvetia Kecamatan Medan Helvetia Kota Medan).

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Peran Ibu Sebagai Orang Tua Tunggal Dalam Memenuhi Kebutuhan Sosial Ekonomi Keluarga (studi kasus : Daerah Pinggir Rel Gaperta Kelurahan Helvetia Kecamatan Medan Helvetia Kota Medan)."

Copied!
131
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

Pedoman Wawancara

PERAN IBU SEBAGAI ORANG TUA TUNGGAL DALAM MEMENUHI KEBUTUHAN SOSIAL EKONOMI KELUARGA

(Studi Kasus : Daerah Pinggir Rel Kelurahan Helvetia Kecamatan Medan Helvetia Kota Medan)

A. INFORMAN UTAMA (8 ORANG IBU YANG MENJADI ORANG TUA TUNGGAL)

Identitas Informan

a. Nama :

b. Umur :

c. Jenis kelamin :

d. Riwayat pendidikan :

e. Agama :

f. Suku :

g. Alamat :

PERTANYAAN Assesment

1. apa yang menyebabkan ibu menjadi orang tua tunggal?

2. sudah berapa lama ibu menjadi orang tua tunggal?

3. apa yang menjadi perbedaan dasar saat menjadi orang tua tunggal dan sebelum

menjadi orang tua tunggal?

4. apa yang menjadi masalah utama semenjak ibu menjadi orang tua tunggal?

Pekerjaan

5. apakah ibu bekerja?

(3)

8. apakah ibu memiliki keterampilan yang menghasilkan guna menunjang ekonomi

keluarga?

Penghasilan

9. ada berapa orang yang menjadi tanggungan ibu dalam keluarga?

10.berapa penghasilan ibu perbulannya?

11.apakah penghasilan ibu saat ini cukup untuk memenuhi kebutuhan ibu dan keluarga?

12.berapakah pengeluaran ibu per bulan?

13.untuk apa saja pengeluaran itu?

14.apakah pendapatan ibu tetap?

15.bagaimana dengan status rumah ibu?

16.kondisi rumah : -Tipe : Papan/Semi Permanen/ Permanen

-lantai : Tanah/ Papan/ Semen/ Keramik

-atap : genteng/beton

17.berapa kali ibu dan keluarga makan sehari?

18.apakah ibu mengetahui tentang makanan bergizi?

19.apa yang ibu lakukan untuk memenuhi gizi keluarga?

20.apakah ibu sering makan bersama keluarga?

21.apakah anak sering membantu ibu dirumah?

22.apakah ibu mendapat batuan pemerintah?

23.apakah ibu ikut program jaminan kesehatan? (BPJS, jamkesmas, dll…)

24.bila ibu atau anggota keluarga sakit biasanya dibawa kemana?

25.apakah ibu sering berekreasi bersama keluarga?

Pendidikan

26.Menurut ibu seberapa penting pendidikan bagi anak?

(4)

28.apakah anak sering membantu ibu dirumah?

29.apakah ibu sering mengobrol dengan tetangga sekitar rumah?

30.apa saja kegiatan di lingkungan ini?

31.apakah ibu mengikuti kegiatan kegiatan tersebut?

32.apa yang ibu lakukan di waktu senggang?

33.apakah ibu memiliki kerabat di medan ini?

34.bagaimana hubungan ibu dan keluarga dengan kerabat/saudara?

35.Bagaimana hubungan ibu dan keluarga dengan lingkungan sekitar ?

36.apa rencana ibu kedepannya untuk ibu dan keluarga?

37.apakah tindakan yang anda ambil bila anak anda berbuat kesalahan atau tidak

menuruti perintah anda?

38.adakah nilai nilai penting yang anda tanamkan kepada anak anda?

39.apa saja kegiatan yang anda lakukan untuk berinteraksi dengan keluarga?

(5)

Pedoman Wawancara

PERAN IBU SEBAGAI ORANG TUA TUNGGAL DALAM MEMENUHI KEBUTUHAN SOSIAL EKONOMI KELUARGA

(Studi Kasus : Daerah Pinggir Rel Kelurahan Helvetia Kecamatan Medan Helvetia Kota Medan)

A. INFORMAN kunci (pekerja sosial masyarakat (PSM)) Identitas Informan

h. Nama :

i. Umur :

j. Jenis kelamin :

k. Riwayat pendidikan :

l. Agama :

m. Suku :

n. Alamat :

PERTANYAAN

1. apakah anda mengetahui tentang orang tua tunggal?

2. apa yang menjadi penyebab dominan ibu menjadi orang tua tunggal di lingkungan

ini?

3. bagaimana hubungan para orang tua tunggal dengan lingkungan sekitarnya?

4. bagaimana hubungan anggota keluarganya dengan lingkuungan sekitarnya ?

4. bagaimana sikap warga sekitar terhadap para orang tua tunggal di lingkungan ini?

5. apa saja yang menjadi mata pencaharian utama para ibu yang menjadi orang tua

tunggal di lingkungan ini?

6. apakah para ibu yang menjadi orang tua tunggal memiliki usaha lain guna memenuhi

(6)

7. menurut anda apa saja yang menjadi kendala utama para ibu yang menjadi orang tua

tunggal dilingkungan ini?

8. menurut anda bagaimana seharusnya ibu yang menjadi orang tua tunggal di daerah

ini ?

9. apakah para ibu dan orang tua tunggal mendapatkan bantuan dari pemerintah ?

10. apakah bantuan tersebut membantu kehidupan keluarga tersebut ?

11. apakah ada kegiatan yang aktif diikuti oleh para ibu yang menjadi orang tua tunggal

(7)

Pedoman Wawancara

PERAN IBU SEBAGAI ORANG TUA TUNGGAL DALAM MEMENUHI KEBUTUHAN SOSIAL EKONOMI KELUARGA

(Studi Kasus : Daerah Pinggir Rel Kelurahan Helvetia Kecamatan Medan Helvetia Kota Medan)

A. INFORMAN kunci (anak dari keluarga yang memiliki orang tua tunggal) Identitas Informan

a) Nama :

b) Umur :

c) Jenis kelamin :

d) Riwayat pendidikan :

e) Agama :

f) Suku :

g) Alamat :

PERTANYAAN

1. apakah anda bersekolah?

2. Apa cita-cita anda?

3. bagaimana keadaan pendidikan anda?

4. Adakah hambatan yang menjadi penghalang untuk melanjutkan pendidikan anda?

5. apakah anda mengikuti kursus/les selain di sekolah?

6. apa saja yang biasanya anda kerjakan dirumah?

3. apa anda sering membantu ibu anda dirumah?

4. apa yang anda lakukan untuk mengisi waktu luang?

5. apakah anda sering bermain dengan teman-teman anda di lingkungan sekitar?

(8)

8. apa yang menjadi hobi anda?

(9)

DAFTAR PUSTAKA

Fahrudin, adi. 2012. Pengantar kesejahteraan sosial, Bandung: Refika Adiatama

Soekanto, Soerjono. 1990. Sosiologi suatu pengantar. Jakarta: Rajawali press.

Suyanto, Bagong & karnaji, Penyusunan Instrumen Penelitian, dalam MetodePenelitian Sosial, Bagong & Sutinah (ed), Jakarta : kencana Prenada

Media Group, 2005

Khairudin.1997. sosiologi keluarga. Yogyakarta: liberty

Krippendorff, Klaus. 1993, Analisis Isi Pengantar Teori dan Metodolog,. PT Raja

Grafindo Persada, Jakarta

Rika, M. D. & Risdayati. 2013. Peran perempuan single parent dalam menjalankan

fungsi keluarga. Indonesia: Pekanbaru.

Siagian, Matias. 2011. Metode Penelitian Sosial. Pedoman Praktis Penelitian

Bidang Ilmu-Ilmu Sosial dan Kesehatan Medan: PT.Grasindo Monoratama.

Mac Iver, R.M. dan Charles H. Page. 1961. Society An Introductory Analysis.

London: Macmillan & Co Ltd.

Su’adah. 2005. Sosiologi Keluarga, Malang: UMM Press

Sunarto, Kamanto. 2004. Pengantar Sosiologi. Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas

Ekonomi Universitas Sumatera Utara

Soekanto, Soerjono. 2006. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: Raja Grafindo

Persada.

Moleong, Lexy. 2000. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja

Rosdakaraya

(10)

Sumber lain :

Admin. (2007). Sulitnya menjadi orang tua tunggal.

http://gayahidupsehatonline.com/ html (diakses pada 11 februari 2016 pukul 15:33

WIB)

Alvita, N.O. (2008). Wanita sebagai single parent dalam membentuk anak yang

berkualitas. http://okvina.wordpress.com/html. Diakses pada tanggal 10 Oktober

2013.

Badan Pusat Statistik. Statistik Indonesia. Berbagai Edisi Tahun Penerbitan. BPS,

Jakarta.

Bustanova, C.H. (2010). Keluarga Dengan Orang Tua Tunggal. http://bustanova.

wordpress.com/2010/05/26/keluarga-dengan-orang-tua-tunggal/ (diakses pada

tanggal 10 ferbuari 2016 pukul 22:30 WIB)

http://www.bps.go.id/index.php/publikasi/3521, (diakses pada 5 Februari 2016 pukul

13:22 WIB)

http://www.scribd.com/doc/140955261/PEREMPUAN-SINGLE-PARENT#scribd

diakses pada 5 Februari 2016, pukul 11:38 WIB

Ratri S. M. (2006). Orang tua tunggal. http://kompas.com/ html (diakses pada 10

februari 2016 pukul 23 : 20 WIB)

Daniel. (2014). pentingnya pendidikan dalam keluarga

http://www.kompasiana.com/atonimeto/pentingnya-pendidikan-dalam

keluarga_54f68f92a333117d028b510d(diakses pada 23 april 2016 pukul 21:02

WIB)

Rika, M. D. & Risdayati. 2013. Peran perempuan single parent dalam menjalankan

(11)

http://makalahlaporanterbaru1.blogspot.co.id/2012/09/makalah-single-parents.html (

diakses pada 12 februari 2016 pukul 22 : 21 WIB)

UNDANG UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 1974 PASAL

(12)

BAB III

METODE PENELITIAN 3.1 Tipe Penelitian

Penelitian ini tergolong tipe penelitian deskriptif dengan menggunakan

pendekatan kualitatif yang bertujuan untuk menggambarkan objek dan fenomena

yang diteliti. Termasuk di dalamnya bagaimana unsur-unsur yang ada dalam variabel

penelitian itu berinteraksi satu sama lain dan apa pula produk interaksi yang

berlangsung (Siagian, 2011: 52). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peran ibu

sebagai orang tua tunggal dalam memenuhi kebutuhan sosial ekonomi keluarga

(studi kasus : daerah pinggir rel kelurahan helvetia kecamatan medan helvetia kota

medan).

3.2 Lokasi penelitian

Penelitian dilaksanakan di Daerah Pinggir Rel Kelurahan Helvetia

Kecamatan Medan Helvetia Kota Medan, Lokasi tersebut dipilih dengan

pertimbangan karena peneliti melihat fenomena Ibu sebagai orang tua tunggal yang

berjuang untuk keluarganya merupakan suatu fenomena sosial yang perlu dikaji lebih

dalam karena peran sebagai orang tua tunggal bukanlah hal yang mudah untuk

dijalankan peneliti tertarik untuk mengkaji lebih jauh bagaimana cara individu

mengatasi permasalahan sosial ekonomi yang muncul semenjak tidak adanya sosok

suami. ketika dihadapkan dengan tuntutan memenuhi kebutuhan hidup keluarga atau

membiayai sekolah anak-anak mereka. Alasan ini juga yang membuat peneliti

memutuskan untuk lebih memfokuskannya lagi pada Ibu yang menjadi orang tua

tunggal dan masih memiliki tanggungan anak yang masih sekolah karena dalam

(13)

lokasi tersebut relative mudah terjangkau, ditinjau dari segi waktu dan biaya,

sehingga prosedur ijin penelitian, pengambilan data akan memperoleh kemudahan.

Masyarakat di lokasi tersebut tergolong dalam masyarakat ekonomi menengah ke

bawah dan memiliki 8 orang ibu yang menjadi orang tua tunggal. dengan kata lain

para orang tua tunggal memiliki peran memenuhi kebutuhan sosial ekonomi

keluarganya, sehingga peneliti tertarik untuk melakukan penelitian di daerah

tersebut.

3.3 Informan

Informan adalah orang-orang yang dipilih untuk diobservasi dan

diwawancarai sesuai dengan tujuan peneliti untuk memberikan berbagai informasi

yang diperlukan selama proses penelitian (Suyanto & Sutinah, 2005: 171-172).

Orang-orang yang dapat dijadikan sebagai informan adalah orang-orang yang

memiliki pengalaman sesuai dengan penelitian. Adapun informan dalam penelitian

ini meliputi informan utama, informan kunci.

3.3.1 Informan Utama

Informan utama adalah orang yang terlibat secara langsung dalam

interaksi sosial dengan memberikan dampak terhadap permasalahan tersebut

(Suyatno & Sutinah, 2005: 171-172). Informan utama dalam penelitian ini adalah 6

ibu yang menjadi orang tua tunggal yang tinggal di daerah pinggir rel kelurahan

Helvetia kecamatan medan Helvetia kota medan.

3.3.2 Informan Kunci

Informan kunci adalah orang yang mengetahui dan memiliki

informasi pokok yang diperlukan dalam penelitian (Suyatno & Sutinah, 2005:

(14)

pekerja sosial masyarakat (PSM) yang tinggal dan mendampingi masyarakat di

daerah pinggir rel gaperta kelurahan Helvetia kecamatan medan Helvetia kota

medan.

3.4 Teknik Pengumpulan Data

Adapun teknik pengumpulan data yang peneliti gunakan untuk mendapatkan

infornasi yang dibutuhkan sebagai berikut :

1. Data Primer

Data primer adalah data yang diambil dari sumber data primer atau sumber

data pertama di lapangan. Data primer diperoleh dengan metode sebagai

berikut:

a. Wawancara

Wawancara adalah proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian

dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka antara pewawancara dengan

responden, dengan atau tanpa menggunakan pedoman wawancara.

2. Data Sekunder

Data sekunder diperoleh melalui :

a. Studi kepustakaan, yaitu proses memperoleh data atau informasi yang

menyangkut masalah yang akan diteliti melalui penelaah buku, jurnal dan

karya tulis lainnya.

b. Studi lapangan adalah pengumpulan data atau informasi melalui kegiatan

penelitian langsung turun ke lokasi penelitian untuk mencari fakta-fakta

(15)

3.5 Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah teknik

analisis data deksriptif dengan pendekatan kualitatif, yaitu dengan mengkaji data

yang dimulai dengan menelaah seluruh data yang tersedia dari berbagai sumber data

yang terkumpul, mempelajari data, menelaah, menyusun dalam satu kesatuan, yang

kemudian dikategorikan pada tahap berikutnya dan memeriksa keabsahan data serta

mendefinisikannya dengan analisis sesuai dengan kemampuan daya peneliti untuk

membuat kesimpulan penelitian (Moleong, 2004:247).

Setiap data dari informasi yang telah dikumpulkan dalam penelitian berupa

catatan lapangan berupa data utama dari hasil wawancara maupun data penunjang

lainnya dilakukan analisis data, sehingga pada akhirnya dapat menghasilkan suatu

(16)

BAB IV

DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

4.1. Gambaran Umum Kelurahan Helvetia

Kelurahan Helvetia merupakan bagian dari Kecamatan Medan Helvetia,

Kota Medan, Sumatera Utara, Indonesia. Kelurahan Helvetia berbatasan dengan

kecamatan medan marelan di sebelah utara,Kecamatan Medan Sunggal dan

kelurahan dwikora di sebelah selatan , Kelurahan Helvetia Timur dan Kecamatan

Medan Helvetia di sebelah Timur kemudian Kelurahan Helvetia tengah di sebelah

Barat.

Kelurahan Helvetia memiliki luas wilayah sebesar 15 Ha/m2,dengan

keterangan luas sebagai berikut:

4.2 Keadaan Penduduk 4.2.1 Jumlah Penduduk

Menurut data kelurahan Tahun 2010/2011, penduduk Kelurahan Helvetia

adalah 37.449 jiwa dengan 18.540 jiwa laki-laki dan 18.909 jiwa perempuan serta

terdiri dari 8.667 kepala keluarga. Untuk lebih memahami aspek kependudukan

Kelurahan Helvetia, berikut ini disajikan gambaran kependudukan tersebut : Luas wilayah : 14,4 Ha/m

2

Luas taman : 0,1 Ha/m

2

Luas perkantoran : 0,5 Ha/m

2

Total luas : 15 Ha/m

(17)

4.2.2 Komposisi Penduduk berdasarkan Kelompok Usia

Tabel 4.1 di bawah ini menunjukkan komposisi penduduk berdasarkan

tingkatan usia:

Tabel 4.1

Komposisi Penduduk Berdasarkan Kelompok Usia

NO Kelompok Usia Jumlah (Jiwa) Persentase

1. 0 - 5 Tahun 2.297 6,13

2. 6 - 14 Tahun 5.039 13,45

3. 15 - 44 Tahun 15.487 41,36

4. 45 - 64 Tahun 8.547 22,83

5. > 65 Tahun 6.079 16,23

Total 37.449 100,00

Sumber : Kantor Kelurahan Helvetia 2010

Berdasarkan data yang disajikan pada Tabel 4.1 dapat diketahui bahwa

mayoritas penduduk Kelurahan Helvetia masih berusia produktif yang

diperkirakan berada pada umur 15 - 44 Tahun, yakni sebanyak 15.487 jiwa

(41,36%). Penduduk berusia 45 – 64 tahun sebanyak 8.547 jiwa (22,83%).

Penduduk berusia 6 - 14 Tahun sebanyak 5.039 jiwa (13,45%). Penduduk berusia

0 - 5 tahun sebanyak 2,297 jiwa (6,13%) Sementara yang berusia non produktif

sebanyak 6.079 jiwa (16,23%). Dengan demikian dapat diketahui bahwa

persentase tertinggi penduduk adalah tergolong usia produktif. Yang dimaksud

(18)

4.2.3 Komposisi Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin

Komposisi penduduk berdasarkan jenis kelamin dapat dilihat pada Tabel 4.2

seperti di bawah ini:

Tabel 4.2

Komposisi Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin

No Jenis Kelamin Jumlah (Jiwa) Presentase

1. Laki-laki 18.540 49,50

2. Perempuan 18.909 50,49

Total 37.449 100,00

Sumber : Kantor Kelurahan Helvetia 2010

Berdasarkan data yang disajikan pada Tabel 4.2 dapat kita lihat komposisi

perbandingan jenis kelamin penduduk di Kelurahan Helvetia yaitu laki-laki sebanyak

18.540 jiwa (49,50%) dan perempuan sebanyak 18.909 jiwa (50,49%). Hal ini

menunjukkan bahwa perempuan lebih banyak daripada laki-laki dengan selisih

sebesar 369 jiwa atau 0,98%.

4.2.4 Komposisi Penduduk Berdasarkan Agama

Penduduk Kelurahan Helvetia pada umumnya menganut agama Islam.

Komposisi penduduk berdasarkan agama dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel 4.3

Komposisi Penduduk Berdasarkan Agama

No Agama Jumlah (Jiwa) Persentase

(19)

2. Kristen Protestan 13.926 37,18

3. Katholik 921 2,45

4. Buddha 112 0,29

5. Hindu 23 0,06

Total 37.449 100,00

Sumber : Kantor Kelurahan Helvetia 2010

Berdasarkan data yang disajikan pada Tabel 4.3 dapat diketahui bahwa

penduduk Kelurahan Helvetia mayoritas beragama Islam yakni sebanyak 22.467

jiwa (59,99%) dari seluruh jumlah penduduk. Selanjutnya agama Kristen

Protestan sebanyak 13.926 jiwa (37,18%), agama Katholik sebanyak 921 jiwa

(2,45%), agama Buddha sebanyak 112 jiwa (0,29%), dan agama Hindu sebanyak

23 jiwa (0,06%).

4.2.5 Komposisi Penduduk Berdasarkan Pendidikan

Pendidikan merupakan hal yang sangat mempengaruhi tingkat potensi

sumber daya manusia. Komposisi penduduk berdasarkan pendidikan dapat dilihat

dari tabel berikut ini:

Tabel 4.4

Komposisi Penduduk Berdasarkan Pendidikan No

Tingkat Pendidikan

Jumlah (Jiwa)

1. Belum sekolah 1.563

(20)

3. Tamat SD/sederajat 18.881

4. Tamat SMP/sederajat 3.116

5. Tamat SMA/sederajat 5.421

6. Tamat D1 61

7. Tamat D2 21

8. Tamat D3 59

9. Tamat S1 3.315

10. Tamat S2 71

11. Tamat S3 25

Total 32.594

Sumber : Kantor Kelurahan Helvetia 2010

Berdasarkan data yang disajikan pada Tabel 4.4 menunjukkan bahwa

ragam tingkat pendidikan penduduk Kelurahan Helvetia, mulai dari yang belum

sekolah, yang tidak tamat SD, tamat SD, tamat SMP, tamat SMA, tamat D1, D2,

D3, tamat S1, S2, hingga penduduk yang telah menyelesaikan S3.

4.2.6 Komposisi Penduduk Berdasarkan Suku Bangsa

Penduduk Kelurahan Helvetia terdiri dari bermacam suku. Pada tabel 4.5

(21)

Tabel 4.5

Komposisi Penduduk Berdasarkan Suku Bangsa No. Suku Bangsa Jumlah (Jiwa) Persentase

1. Jawa 20.834 55,63

2. Batak Toba 11.730 31,32

3. Minang 812 2,16

4. Mandailing 741 1,97

5. Aceh 716 1,91

6. Karo 685 1,82

7. Simalungun 101 0,26

8. Padang 77 0,20

9. Nias 53 0,14

Total 37.449 100,00

Sumber : Kantor Kelurahan Helvetia 2010

Berdasarkan data yang disajikan pada Tabel 4.5 dapat diketahui yang

merupakan suku mayoritas dan bahkan cukup dominan dibandingkan suku lain

ialah suku Jawa. Data yang telah diperoleh menunjukkan bahwa Kelurahan

Helvetia Kecamatan Medan Helvetia memiliki suku yang cukup beragam dengan

terdatanya 9 suku. Akan tetapi menurut keterangan petugas kelurahan, masih

terdapat beberapa suku lainnya yang tidak terdata dikarenakan adanya beberapa

(22)

4.2.7 Komposisi Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian Pokok

Secara umum mata pencaharian penduduk Kelurahan Helvetia bervariasi

Untuk lebih lengkapnya dapat dilihat pada tabel 4.6 di bawah ini:

Tabel 4.6

Komposisi Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian

No. Mata Pencaharian Jumlah (KK)

1. Buruh 2092

2. Pegawai swasta 439

3. PNS 1231

4. Pedagang 2133

5. Penjahit 12

6. Tukang Batu 185

7. Tukang Kayu 1

8. Montir 12

9. Dokter 22

10. Sopir 25

11. Pengemudi becak 64

12. TNI/Polri 216

13. Pengusaha 136

14. Dll 2099

Total 8667

Sumber : Kantor Kelurahan Helvetia 2010

Berdasarkan data yang disajikan pada Tabel 4.6 dapat dilihat bahwa

mayoritas penduduk Kelurahan Helvetia mempunyai mata pencaharian sebagai

pedagang berjumlah 2133 kepala keluarga sedangkan penduduk yang bermata

(23)

jumlah 1231 kepala keluarga, penjahit dengan jumlah 12 kepala keluarga, tukang

batu sebanyak 185 kepala keluarga, montir sebanyak 12 kepala keluarga, dokter

sebanyak 22 kepala keluarga, sopir sebanyak 25 kepala keluarga, pengemudi

becak sebanyak 64 kepala keluarga, TNI/Polri sebanyak 216 kepala keluarga,

pengusaha sebanyak 136 kepala keluarga dan yang bermata pencaharian lain-lain

sebanyak 2099 kepala keluarga.

4.3 Sarana dan Prasarana

Sarana dan prasarana merupakan hal yang sangat mendukung pencapaian

tujuan suatu program serta kegiatan pembangunan. Dengan adanya sarana dan

prasarana yang baik tentunya akan membantu segala perencanaan dalam program

maupun kegiatan pembangunan untuk dapat berjalan dengan baik sehingga

memudahkan serta mendukung tercapainya tujuan yang diinginkan.

Untuk mendukung tugas pelayanan terhadap masyarakat dalam usaha

peningkatan kesejahteraan masyarakat, maka di Kelurahan Helvetia tersedia

berbagai sarana dan prasarana, seperti sarana pendidikan, sarana tempat ibadah,

prasarana kesehatan dan lain sebagainya.

4.3.1 Sarana Pendidikan

Dalam hal sarana pendidikan terbagi atas TK, SD, SMP, dan SMA, hal ini

dapat dilihat dari tabel berikut:

Tabel 4.7 Sarana Pendidikan No. Sarana Pendidikan Jumlah (Unit)

1. TK 6

(24)

3. SMP 2

4. SMA/SMK 2

Total 19

Sumber : Kantor Kelurahan Helvetia 2010

Berdasarkan data yang disajikan pada Tabel 4.7 dapat diketahui jumlah

TK sebanyak 6 dan SD sebanyak 9 (perincian jenis SD tidak diketahui) sedangkan

jumlah SMP sebanyak 2 yakni SMP Negeri dan SMP Swasta kemudian jumlah

SMA sebanyak 2 yakni SMA Negeri dan SMA Swasta.

4.3.2 Sarana Ibadah

Dalam hal keagamaan dan sarana peribadatan di Kelurahan Helvetia dapat

dilihat dari tabel berikut ini:

Tabel 4.8

Sarana Tempat Ibadah

No. Sarana Tempat Ibadah Jumlah (Unit)

1. Mesjid 7

2. Gereja 7

3. Mushollah 1

Total 15

Sumber : Kantor Kelurahan Helvetia 2010

Berdasarkan data yang disajikan pada Tabel 4.8 dapat diketahui bahwa

jumlah mayoritas tempat ibadah yang ada di Kelurahan Helvetia ialah Mesjid dan

(25)

beragama Islam dan Kristen Protestan sebagai penduduk mayoritas Kelurahan

Helvetia.

4.3.3 Prasarana Ekonomi

Prasarana ekonomi yang terdapat di Kelurahan Helvetia dapat dilihat pada

tabel 4.9 berikut ini:

Tabel 4.9 Prasarana Ekonomi

No. Jenis Tempat Jumlah (Unit)

1. SPBU 1

2. Agen Minyak Tanah 1

3. Bengkel 10

4. Door Smeer 11

5. Warung Makan 32

6. Warung Internet 10

7. Panti Pijat 8

8. Tukang Cukur 4

9. Salon 13

10. Penyewaan Kaset 1

(26)

Total 92

Sumber : Kantor Kelurahan Helvetia 2010 4.3.4 Prasarana Kesehatan

Prasarana kesehatan yang terdapat di Kelurahan Helvetia dapat dilihat pada tabel

4.10 berikut ini:

Tabel 4.10 Prasarana Kesehatan

No. Jenis Tempat Jumlah (Unit)

1. Posyandu 8

2. Praktek Dokter 22

3. Bidan 12

Total 42

Sumber : Kantor Kelurahan Helvetia 2010 4.3.5 Prasarana Olahraga

Prasarana Olahraga yang terdapat di Kelurahan Helvetia dapat dilihat pada

tabel berikut ini:

Tabel 4.11 Prasarana Olahraga

No. Jenis Tempat Jumlah (Unit)

1. Lapangan Sepakbola 2

(27)

3. Lapangan Bola Volley 2

4. Tenis Meja 2

Total 10

(28)

BAB V ANALISIS DATA 5.1 Pengantar

Pada bab ini data-data yang telah didapatkan akan dianalisis dengan

menggunakan teknik analisis deksriptif-kualitatif yang lebih mementingkan

ketetapan dan kecukupan data, dimana data yang disajikan berupa deskripsi tentang

peristiwa dan pengalaman penting dari kehidupan atau beberapa bagian pokok dari

kehidupan seseorang dengan kata-katanya sendiri. Data-data yang didapatkan

diperoleh peneliti dengan menggunakan teknik wawancara mendalam dengan

informan.

Analisis data adalah upaya mengolah data menjadi informasi, sehingga

karakteristik data tersebut dapat dengan mudah dipahami dan bermanfaat untuk

menjawab masalah-masalah yang berkaitan dengan kegiatan penelitian. Untuk

melihat gambaran yang lebih jelas dan rinci, maka peneliti mencoba menguraikan

hasil wawancara dengan informan tentang data-data tersebut.

Adapun informan yang peneliti wawancarai adalah informan kunci dan

informan utama. Informan utama terdiri 6 orang ibu yang menjadi orang tua tunggal.

Sedangkan informan kunci terdiri dari 6 orang anak dari masing masing ibu yang

menjadi orang tua tunggal juga 1 orang Pekerja Sosial Masyarakat (PSM) yang

tinggal dan memahami juga melihat kehidupan para ibu yang menjadi orang tua

tunggal di daerah pinggir rel Gaperta kelurahan Helvetia kecamatan Medan Helvetia

(29)

5.2 Hasil Temuan

5.2.1 Informan Utama 1

Nama : Ramanyana Simanunsong

Umur : 49 tahun

Jenis kelamin : Perempuan

Riwayat pendidikan : SMA

Agama : Kristen Protestan

Suku : Batak Toba

Alamat : Jl. Asrama Gg. Rel Lk.XII no.49

Ibu ramanyana merupakan seorang ibu yang menajadi orang tua tunggal, saat

peneliti mendatangi rumah ibu tersebut untuk wawancara ibu ini sedang duduk di

warung miliknya. Ibu Ramanyana sudah 8 tahun menjadi orang tua tunggal, ia

menjadi orang tua tunggal dikarenakan sang suami meninggal dunia akibat penyakit

yang dideritanya selama 5 tahun. Sang suami meninggal ketika anak mereka yang

paling kecil berumur 5 tahun. Ibu Ramanyana memiliki 4 orang anak yang menjadi

tanggungannya dalam keluarga. anak pertama ialah MH, ia sudah tamat dari sekolah

menengah kejuruan (SMK) dan belum mendapatkan pekerjaan, anak kedua ialah DH

sedang bersekolah di tingkat sekolah menengah kejuruan (SMK), anak ketiga ialah

KH sedang bersekolah dan duduk di bangku sekolah dasar (SD) kelas 5 sedangkan

anaknya yang paling kecil DH juga duduk dibangku sekolah dasar kelas 4. Hal ini

sesuai dengan yang dikatakan informan

“Saya sudah di tinggal sama bapak anak anak sudah 8 tahun semenjak dia

sakit sakitan kemudian meninggal, bapak meninggal pada saat anak anak masih sekolah si paling kecil masih berumur 5 tahun, mereka ada 4 orang si

(30)

melanjutpun uang tak ada, si abangan yang ke dua masih smk sekarang, si adeknya yang perempuan nomor 3 masih sekolah kelas 5 sama si paling kecil

lah ini si adek an masih kelas 4 SD.”

Ibu Ramanyana merasa kesulitan dengan kondisi ekonomi keluarganya, ia

merasa sangat sulit menjadi orang tua tunggal yang harus mencari nafkah seorang

diri, ia bercerita bahwa anak anaknya sering menunggak membayar uang sekolah

sehingga iapun sering mendapat surat dari sekolah anak anaknya, ia juga mengeluh

karena anaknya yang paling kecil yang masih kelas 4 SD masih belum bisa membaca

sampai sekarang, setiap malam ia selalu sempatkan untuk mengajari anaknya

membaca namun anaknya tetap juga belum lancar membaca, ia sempat ingin

memasukan anaknya ke sekolah luar biasa namun ia tidak memiliki biaya.

Untuk memenuhi kebutuhan keluarganya Ibu Ramayana bekerja membuka

warung di depan rumahnya, dari warung itulah ia menghidupi keluarganya dimana ia

menjual jajanan. Namun karena dari hasil jajanan saja masih tidak mencukupi untuk

memenuhi kebutuhan mereka sekeluarga maka ia juga menjual kopi dan teh dari pagi

sampai sore kemudian pada malamnya ia menjual tuak, pendapatan yang ia dapat

dari warungnya berkisar dari 40 ribu hingga 80 ribu per harinya dan menurutnya

dirasa masih jauh dari cukup untuk memenuhi kebutuhan keluarganya. ia melakukan

segala upaya untuk menyekolahkan anaknya juga mencukui kebutuhan hidup mereka

sehari hari. Karena pendapatan dari warung itu saja kurang untuk memenuhi

kebutuhan mereka maka ibu Ramayana juga mengumpulkan sisa sisa botol plastik

dan kardus juga kertas untuk dijual guna menambah penghasilannya.berikut

penuturannya :

“Ibu pagi sampai sore ya jualan ini lah dek, buka kedai sama jual kopi sama

(31)

nambah nambah untung, kalau malam ibu jual tuak soalnya bapak bapak disini banyak yang minum tuak kalo pulang kerja, pulang botot, pulang narik

becak, narik angkot kesini orang itu duduk duduk sambil cerita cerita sama minum tuak, kadang pun aku ngumpuli botot lah kalo lagi sepi yang beli,

anak anak kusuruh jaga kedai aku pergi carik botot gimanalah dek kalo gak gitu ga makan nanti”

Ibu Ramanyana merasakan hal yang sangat berbeda saat sebelum menjadi

orang tua tunggal dan setelah menjadi orang tua tunggal. Banyak hal yang berbeda

yang ia rasakan diantara nya ialah tidak adanya teman untuk berbagi keluh kesah

juga ia harus berjuang sendiri untuk keluarganya terutama untuk mendidik anak

anaknya juga bekerja guna memenuhi kebutuhan ekonomi keluarga. Ia harus

menjalani peran ganda yaitu sebagai ayah dan sebagai ibu, selain bertugas untuk

memenuhi kebutuhan ekonomi keluarganya ia juga harus menanamkan pendidikan

kepada anaknya agar bisa berhubungan yang baik dengan lingkungan sekitarnya ia

selalu menekankan kepada anaknya untuk selalu bersyukur dan juga tahu

menempatkan diri di kehidupan sosial mereka sehari hari, berikut penuturannya:

“saya selalu bilang sama anak anak kalau mereka harus tau menempatkan

diri dalam pergaulannya, juga harus selalu bersyukur atas keadaan apapun, saya ingin mereka kelak menjadi orang yang gampang di terima di lingkungannya nanti”

Ibu ramanyana juga memiliki keinginan kuat untuk terus memperjuangkan

pendidikan anaknya agar dapat terus bersekolah,ia berpendapat bahwa pendidikan

sangat penting bagi anak anaknya, anak anaknya sering sekali terlambat membayar

uang sekolah karena tidak adanya biaya, ia juga sering meminjam kepada tetangga

(32)

besar dan yang paling kecil sudah smp ia ingin mencoba bekerja sebagai buruh

bangunan, ia menunggu anaknya sampai SMP dikarenakan menurutnya jika anaknya

sudah SMP maka anak anaknya sudah bisa menjaga kedai mereka dan melakukan

aktifitas sendiri sehingga ia bisa mengambil pekerjaan lain guna memenuhi

kebutuhan keluarga tersebut.berikut penuturan ibu ramanyana :

“Pendidikan buat anak anak ku penting, kalau bisa mereka sampai kuliah,

mereka harus bisa jadi anak yang lebih dari mamaknya, rencananya kalau

nanti si kecil yang dua ini sudah smp aku rencana mau kerja bangunan biar bisa nambah nambah penghasilan soalnya kan uang sekolah orang ini pasti makin banyak”

Rumah yang di tempati keluarga ibu ramanyana merupakan rumah semi

permanen hal ini peneliti lihat pada saat wawancara dirumah beliau dimana lantainya

dari terbuat dari semen dan belum di keramik , kemudian dindingnya sebagian sudah

di semen dan sebagian lagi masih terbuat dari kayu dan beratapkan genteng. Rumah

yang mereka tempati merupakan rumah pribadi yang mereka bangun di pinggir rel

kereta api. Dikarenakan pemerintah kota medan berencana menertibkan bangunan di

pinggir rel mereka merasa khawatir bila rumah mereka terkena penggusuran atau

penertiban ini mereka masih belum memiliki rencana apapun dan tabungan bilamana

nantinya rumah mereka ikut terkena penertiban. Pengeluaran yang dikeluarkan ibu

ramanyana diantaranya ialah untuk membayar uang listrik tiap bualannya juga uang

jajan anak anaknya, juga untuk belanja kebutuhan mereka sehari hari. Pendapatan

yang diterimanya dari warung, juga menumpulkan barang bekas dirasa masih kurang

untuk memenuhi kebutuhan keluarganya. keluarga ibu ini mendapatkan bantuan dari

pemerintah melalui program beras untuk rakyat miskin (RASKIN) hal ini dirasa

(33)

membeli beras jadi berkurang hal ini dirasanya cukup membantu perekonomian

keluarganya, saat peneliti bertanya apakah penghasilan ibu ini bisa mencukupi

jaminan kesehatan keluarga nya bila nanti ada yang sakit,ibu Rameneyana tidak

memiliki tabungan khusus untuk kesehatan namun untungnya ibu Ramenyana dan

anak anaknya mengikuti program jaminan kesehatan (BPJS) dari pemerintah ia

mengikuti program ini karena ia ingin kelak jika sakit nanti ia dan keluarga sudah

memiliki jaminan kesehatan. Namun bila hanya sakit biasa seperti demam dan flu

ibu ramenyana dan keluarga hanya mengonsumsi obat obat biasa yang bisa di beli di

warung warung tanpa harus ke klinik/puskesmas.

Ibu ramenyana sangat jarang mengajak anak anaknya untuk berekreasi dikarenakan

keterbatasan biaya dikarenakan untuk pergi berekreasi pasti harus mengeluarkan

biaya, paling tidak dalam satu tahun ia hanya mengajak anaknya berekreasi satu

kali.ia juga tidak memiliki tabungan khusus dari pendapatannya untuk rekreasi

keluarga, biasanya bila ada rejeki berlebih atau ada saudara yang mengajak

berekreasi barulah mereka pergi berekreasi.

Ibu Ramenyana dan keluarga nya juga jarang membeli pakaian, mereka membeli

pakaian biasanya pada saat hari besar seperti natal dan tahun baru, ibu ramanyana

berpendapat bila pakaian mereka masih layak pakai maka tidak perlu beli yang baru

karena hal tersebut merupakan pemborosan mengingat kondisi ekonomi yang

mereka hadapi.

Anak anak ibu Ramenyana sering membantu ibunya karena mereka ingin

meringankan beban ibunya yang mencari nafkah sendiri dan juga ibunya sering sakit,

anaknya saling bergantian mengurus rumah, ada yang mencuci pakaian ada juga

yang menyapu juga mencuci piring namun untuk urusan memasak masih dikerjakan

(34)

ibunya. biasanya mereka dimarahi oleh ibunya namun bila sudah keterlaluan mereka

sering di cubit hal ini dilakukan agar mereka tidak melakukan kesalahan terus

menerus. anaknya yang paling kecil juga sering meyapu dulu sebelum pergi bermain.

Berikut penuturannya saat peneliti melakukan wawancara terpisah:

“kami biasanya bantu mamak bang kan kasian mamak udah capek kerja,

aku pun biasanya nyapu dulu sebelum pergi keluar”.(DH,12 tahun).

Menjadi orang tua tunggal sangat berat dirasakan oleh ibu ramenyana ia

kerap mengalami stress dengan hal yang di hadapinya dalam hal memenuhi

kebutuhan keluarganya.berikut penuturannya :

“jadi orang tua tunggal dengan tanggung jawab banyak adalah beban yang berat namun harus berjuang agar dapat menyambung hidup.”

Saat pertama kali menjadi orang tua tunggal ia bingung apa yang harus

dilakukannya ia tidak tahu bagaimana berperan ganda, menjalankan peran sebagai

ayah dan juga sebagai ibu unuk keluarganya. ia tidak tahu bagaimana ia harus

mendidik anak anak nya juga sekaligus mencari nafkah guna memenuhi kebutuhan

keluarganya. Ia belajar dari kondisi yang dihadapinya seiring waktu berjalan ia

mendapat masukan dan semangat dari orang orang di sekitarnya juga kerabat dan

anak anaknya,mau tidak mau ia harus paham cara menerapkan perannya sebagai ibu

dan juga menggantikan peran ayah bagi keluarganya, ketikan sudah memahami

keduanya maka ia pun mengaplikasikannya kepada keluarganya. ia memulai banyak

usaha, berjuang untuk keluarganya. ia yakin bisa menjalankan peran nya sebagai

orang tunggal dalam memenuhi kebutuhan keluarganya juga mendidik anak

(35)

5.2.2 Informan Utama 2

Nama : Hotmaria br Nainggolan

Umur : 40 tahun

Jenis kelamin : Perempuan

Riwayat pendidikan : SMP

Agama : Kristen Protestan

Suku : Batak Toba

Alamat : Jl. Perkutut Gg. Rel

Ibu Hotmaria merupakan seorang ibu yang menjadi orang tua tunggal. saat

ingin melakukan wawancara kebetulan ibu Hotmaria sedang duduk duduk bersama

tetangga tetangga lain di depan rumahnya, Ibu Hotmaria sudah 10 tahun menjadi

orang tua tunggal, ia menjadi orang tua tunggal karena bercerai dengan suaminya,

ibu ini sedikit lebih emosional di banding dengan informan lainnya saat

diwawancarai, ia bercerai dengan suaminya karena suaminya sering meninggalkan

mereka sekeluarga dan jarang memberi nafkah sebagaimana kewajiban suami pada

umumnya, suaminya juga sering melarangnya untuk beraktivitas, saat peneliti

bertanya lebih lanjut tentang perceraiannya ibu hotmaria enggan menjawabnya.

Sejak menjadi orang tua tunggal merasa lebih bebas melakukan kegiatan sekarang

dan lebih fokus sekarang kepada keluarganya. Ibu hotmaria memiliki 3 orang anak

yang menjadi tanggungan nya di keluarganya.anak yang pertama MT berumur 18

tahun bersekolah kelas 3 SMK, anak yang ke dua AT berumur 16 tahun bersekolah

kelas 2 SMK dan anak ke DT tiga berumur 12 tahun dan tidak bersekolah. DT

memiliki kelainan, sejak kecil tidak bisa berjalan karena terkena penyakit step

kemudian lumpuh selama 3 tahun kemudian menjalani terapi dan sekarang sudah

(36)

umumnya, DT pernah masuk Sekolah Luar Biasa (SLB) namun DT tidak mau dan

memilih tinggal dirumah saja.

Ibu hotmaria bekerja sebagai pembantu rumah tangga di salah satu rumah di

perumahan griya gaperta. Ia bekerja pukul 8.00 WIB hingga pukul 15.00 WIB,

sebelum pergi bekerja ia selalu memasak makanan untuk anak anaknya, anak

anaknya jarang sarapan mereka hanya minum teh sebelum pergi sekolah, kecuali DT

ia sering sarapan dirumah karena ia tidak sekolah. Ibu hotmaria terkadang sering

pulang kerumah lebih cepat bila pekerjaannya sudah selesai, ia pulang kerumah

untuk makan siang, anak anaknya juga sering makan dirumah ketika pulang sekolah.

Penghasilan ibu hotmaria menjadi Pembantu Rumah Tangga ialah

Rp.1.000.000/bulan nya, ia juga terkadang berjualan bumbu di pajak sei sikambing

namun pendapatan dari jualan bumbu tidak pasti terkadang dia pulang tanpa

membawa uang dari hasil jualan bumbu. Berikut penuturannya :

“sebelum pergi kerja ibu masakkan makanan orang ini dulu buat sarapan

sama makan siang soalnya ibu kan kadang siang juga masih disana (tempat bekerja) kalo cepat siap kerjaan disana pulang kerumah, kadang ibu juga

berjualan bumbu di sei sikambing Cuma ya gitulah kadang laku kadang nggak”.

Ia tidak bisa menyisihkan pendapatannya di karenakan pendapatannya yang pas

pasan untuk membeli keperluan dan kebutuhan keluarga nya.

Rumah yang di tempati oleh ibu hotmaria dan keluarga merupakan rumah

milik pribadi, rumah nya merupakan rumah semi permanen dengan pondasi dinding

berbahan campuran sudah di semen dan setengah lagi masih papan, lantainya juga

sudah di plester namun belum di keramik, atapnya juga terbuat dari genteng. Namun

(37)

Rumah yang mereka tempati merupakan rumah pribadi yang mereka bangun di

pinggir rel kereta api. Dikarenakan pemerintah kota medan berencana menertibkan

bangunan di pinggir rel mereka merasa khawatir bila rumah mereka terkena

penggusuran atau penertiban ini mereka masih belum memiliki rencana apapun dan

tabungan bilamana nantinya rumah mereka ikut terkena penertiban.

Ibu Hotmaria tidak memiliki tabungan khusus untuk kesehatan keluarganya

bila mana kelak keluarganya ada yang sakit. Untungnya Ia dan keluarganya sudah

ikut dalam program Jaminan Kesehatan Masyarakat (JAMKESMAS) guna

melindungi keluarganya bila sakit. Bila sakitnya hanya sakit biasa seperti deman dan

batuk ia hanya memberikan keluarganya obat obat yang bisa di beli di warung atau

apotik namun jika dirasa cukup parah maka ia membawa anaknya ke puskesmas. Ia

merasa terbantu dengan adanya program ini, dikarenakan bila mana nanti ada yang

sakit di keluarganya pasti membutuhkan biaya yang besar, oleh karena itu ia merasa

terbantu dengan adanya program ini. Anak anak nya juga sering membantu ibunya

dengan membersihkan rumah juga mencuci pakaian, mereka juga menyiapkan

pakaian sekolahnya sendiri. Berikut penuturan salah satu anaknya saat peneliti

melakukan wawancara secara terpisah :

“ia bang kami beres beres rumah soalnya mamak kan pigi kerja, kami juga

udah besar sudah bisa mengurus diri sendiri. Ganti gantian kadang aku yang nyapu , kadang aku yang nyuci ganti gantian sama adek”(MT, 18 tahun).

Ibu hotmaria jarang berkumpul dengan tetangganya karena bekerja namun

terkadang bila ada waktu senggang ia sempatkan ikut bercerita duduk duduk

bersama tetangganya hubungannya dengan tetangga di sekitarnya juga bagus, ia juga

(38)

Anak anaknya juga sering berkumpul dan bermain dengan teman temannya di sekitar

lingkungan rumahnya.

Ia tidak banyak merasakan perbedaan saat sebelum dan sesudah menjadi

orang tua tunggal karena suaminya dulu jarang memberikan nafkah untuk

keluarganya. Ia juga mengumpulkan barang bekas jika ada waktu senggang untuk

menambah sedikit sedikit penghasilan nya. namun penghasilannya dirasa tidak

cukup untuk mengimbangi pengeluaran keluarganya diantaranya untuk bayar listrik,

air, jajan anaknya, uang makan mereka, juga kebutuhan kebutuhan lainnya.ibu

hotmaria tidak banyak mengetahui mengenai gizi, ia tidak pernah mendapatkan

sosialisasi/info soal gizi, ia hanya mengetahui sedikit mengenai gizi. Ia tidak

memberikan anaknya multivitamin namun ia sering memasak sayur untuk anak

anaknya dan anak anaknya suka makan sayur. Ia dan keluarga juga jarang makan

daging, jarang ada kegiatan bersama antara ibu ini dengan anak anaknya di

karenakan ibu hotmaria bekerja dan jarang punya waktu penuh dirumah, biasanya ia

dan keluarga nya memiliki waktu bersama pada malam hari pada malam hari

terkadang mereka makan bersama juga, ibu hotmaria juga jarang berekreasi bersama

keluarganya setidaknya satu tahun sekali. bila ada waktu kosong biasanya ibu

hotmaria menghabiskannya menonton tv dengan anak anaknya.berikut

penuturannya:

“saya kurang mengetahui soal gizi karena tidak pernah dapat informasi

paling saya sering masak sayur buat mereka kebetulan mereka suka makan

sayur. Saat malam kadang saya makan dan nonton tv bersama dengan anak anak soalnya kan pagi sampai sore kerja jadi Cuma malam lah ada waktu”.

Bila anaknya melakukan kesalahan atau tidak menurut ia sering memarahi dan

(39)

mencubitnya agar si anak tidak mengulangi kesalahan nya lagi. Berikut

penuturannya :

“ia dek kalo orang ini suka kali buat mamaknya marah, yang kadang malas

disuruhlah, kadang pergi pergi tapi belum beres kerjaan dirumah kadang

kalau mereka sudah kelewatan saya pukul/cubit agar tidak mengulangi kesalahannya lagi”

Di saat melakukan wawancara terpisah anak nya pun juga berkata demikian bila

mereka melakukan kesalahan ibunya sering memarahi mereka kadang bila mereka

kelewatan suka dicubit sama ibunya namun mereka sadar itu juga untuk kebaikan

mereka juga nantinya. Berikut penuturannya :

“mamak sering kali merepet(marah) kalau kami malas disuruh juga kalau

bandel, kadang maupun sampai di cubit, tapi kami tahu kok bang itu juga karena mamak sayang sama kami, memang kaminya aja yang bandal”(MT,18 tahun).

Ibu hotmaria juga sering kali menekankan pada anaknya agar mereka bisa

menjaga diri masing masing dari bahaya pergaulan, tahu menempatkan diri dalam

berteman, Dan yang paling penting bagus bagus dalam bersekolah. Ia berpendapat

kalau pendidikan untuk anak sangatlah penting ia berharap kelak anak anaknya bisa

sampai ke bangku kuliah. Dan menjadi orang yang lebih dari orang tuanya. Saat

peneliti bertanya tentang apa yang ibu Hotmaria untuk pendidikan anak anaknya ia

mengatakan bahwa ia memang tidak memiliki tabungan yang pasti untuk anak

anaknya namun ia pasti akan bekerja semaksimal mungkin berjuang agar anak

anaknya bisa melanjutkan pendidikannya.

Hal yang paling dirasakannya saat menjadi orang tua tunggal ialah kesulitan

menjalankan peran sebagai ayah dan juga sekaligus menjadi ibu, ia menggantikan

(40)

peran sebagai ibu pada malam hari. Menurutnya hal yang dilakukan sebagai orang

tua tunggal ialah harus menabung untuk keperluan dan biaya sekolah anak dan tetap

optimis menjalankan dua peran sekaligus karena menurutnya hal tersebut sangatlah

sulit untuk dilakukan.

5.2.3 Informan Utama 3

Nama : Megawati br Sihombing

Umur : 40 tahun

Jenis kelamin : Perempuan

Riwayat pendidikan : SMK

Agama : Kristen Protestan

Suku : Batak Toba

Alamat : Jl. Perkutut Gg. rel

Ibu megawati adalah seorang ibu yang menajadi orang tua tunggal, ia sudah

menjadi orang tua tunggal selama 9 tahun, ia menjadi orang tua tunggal di sebabkan

suaminya meninggal dunia. Perbedaan yang ia rasakan saat menjadi orang tua

tunggal ialah ia harus berusaha sendiri memenuhi peran nya sebagai ibu dan juga

menggantikan peran ayah bagi anak anaknya dia harus bisa bekerja mencari nafkah

dan juga merawat dan memberikan pendidikan untuk anak anaknya. Ia merasakan

hal itu bukan hal yang mudah. Berikut penuturannya :

“susah jadi orang tua tunggal, harus bisa gantikan bapaknya cari nafkah,

kerja, juga harus bisa kasih pendidikan buat anak anak, bisa mengarahkan mereka, berat lah”.

Ibu megawati memiliki 2 orang anak laki laki yang masih bersekolah. Anak yang

(41)

kedua SP berumur 10 tahun ia bersekolah kelas 4 SD di SD NEGERI. SP

mendapatkan dana Bantuan Operasional Sekolah(BOS) sehingga mereka tidak

membayar biaya untuk sekolah, hal ini dirasa cukup membantu keuangan

keluarganya karena tidak perlu mengeluarkan biaya untuk membayar uang sekolah

SP. Lain halnya dengan BP ia bersekolah di SD SWASTA dan tidak mendapatkan

bantuan dana BOS, ia mengeluarkan biaya untuk transportasi anaknya dari rumah ke

sekolah dengan becak karena ia tidak memiliki kendaraan untuk mengantar anak

anaknya bersekolah, biaya yang harus ia keluarkan ialah 60 ribu perbulan nya untuk

kedua anaknya. Ia juga mengeluarkan biaya untuk perlengkapan dan keperluan

sekolah lainnya.berikut penuturannya :

“anak saya yang besar sekolah di negeri jadi dia dapan bantuan dana BOS

sehingga uang sekolah nya nggak bayar, lain sama si kecil ia sekolah di swasta jadi

ya saya keluar biaya buat uang sekolahnya, mereka pergi sekolah naik becak bareng sama teman temannya yang di sekitar sini (lingkungannya) soalnya saya juga tidak punya kereta (sepeda motor) untuk mengantar mereka”.

ibu megawati dan keluarga juga ikut kedalam program jaminan kesehatan BPJS dari

pemerintah hal ini juga membantu mereka karena mereka punya jaminan kesehatan

bila ada keluarganya yang sakit mereka bisa berobat. Namun bila hanya sakit biasa

seperti demam dan flu ibu megawati dan keluarga hanya minum obat obat biasa yang

bisa dibeli di apotik dan warung warung. Ibu megawati juga tidak menyediakan

tabungan khusus untuk kesehatan.

Rumah yang mereka tempati merupakan milik pribadi yang termasuk tipe rumah

semi permanen dengan dinding yang sebagian terbuat dari semen juga sebagian lagi

masih terbuat dari papan lantai yang sudah di plester juga atap yang terbuat dari

(42)

baju biasanya pada saat natal atau tahun baru, ibu megawati tidak punya tabungan

khusus untuk membeli pakaian untuk keluarganya. Berikut penuturannya:

“Saya jarang beli pakaian, paling kalo beli pakaian pas natal dan tahun

baru kadang diluar itu juga namun sangat jarang, saya tidak punya

tabungan khusus untuk membeli pakaian paling kalau ada uang lebih baru saya belanjakan untuk pakaian”.

Ibu megawati bekerja sebagai penjual sayur di pajak sei sikambing dengan

penghasilan yang tidak tentu berkisar dari Rp.1.000.000 – Rp. 1.500.000 per

bulannya, pendapatan tersebut sudah termasuk modal didalamnya. Terkadang ia

menabung pendapatannya tetapi tidak pasti berapa yang di tabung bila ada uang

lebih ia tabung namun jarang tersimpan karena tabungannya sering habis untuk

membayar kebutuhan lainnya.ia juga tidak memiliki keterampilan lain yang dapat

menunjang ekonomi keluarga nya. Ia berjualan sayur dari pagi hingga habis

dagangannya, ia juga menanam sayur di belakang rumahnya sebagian untuk di jual

dan ada juga untuk konsumsi namun anak anaknya kurang suka makan sayur, ia

menanami berbagai jenis sayur yaitu sawi, kangkung dan lain lain. Berikut

penuturannya :

“saya kerja jualan sayur di sei sikambing dari pagi sampai habis dagangan

saya namun kadang sering juga tidak habis jadi saya bawa pulang karena

tidak mungkin saya paksakan juga harus sampai habis saya harus mengurus anak saya dirumah”

Ibu megawati dan anak anaknya makan 3 kali sehari, anak anaknya juga

jarang jajan diluar mereka lebih memilih makan dirumah daripada jajan dikarenakan

ibu megawati juga menasehati anak anaknya kalau bisa jangan banyak jajan diluar

(43)

memahami tentang gizi ia juga belum pernah mengikuti sosialisasi tentang gizi,

pengetahuan soal gizi yang dia dapat hanya melalui televisi dan dari saran yang di

dapat saat kumpul dengan tetangga tetangga. Kendala yang ia hadapi dalam

memenuhi gizi keluarganya ialah kondisi ekonomi atau penghasilannya yang kurang

untuk membeli multivitamin dan lainnya. saat pagi sebelum anaknya pergi sekolah ia

mempersiapkan peralatan dan perlengkapan anak anaknya untuk bersekolah juga

memasak kan sarapan untuk mereka. Setelah mereka pergi sekolah barulah ia

sarapan setelah sarapan ia membereskan rumah lalu pergi ke pajak(pasar) untuk

berjualan. Saat siang sepulang anaknya sekolah ia biasanya juga pulang kerumah ia

kemudian makan siang berasama anak anaknya sambil menanyakan kegiatan anak

anaknya di sekolah. ia selalu menjalin komunikasi dengan anak anaknya. Begitu juga

saat malam hari mereka makan malam bersama sambil menonton televisi. Terkadang

bila ada tugas anaknya dari sekolah mereka bersama sama mengerjakannya. Menurut

ibu megawati pendidikan merupakan hal yang sangat penting buat anak anaknya ia

berharap kelak anak anaknya bisa bersekolah bila tidak bisa sampai bangku kuliah

setidaknya mereka bisa sampai SMA/SMK. Menurut nya anak anak nya harus punya

bekal pendidikan agar bisa melangkah kedepannya nanti. Ibu megawati juga sudah

mulai menabung untuk pendidikan anaknya karena sebentar lagi anaknya yang

paling besar akan masuk Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan membutuhkan

biayauntuk itu ia sudah menyisihkan uangnya untuk tabungan pendidikan anak

anknya. Ia juga selalu menanamkan nilai nilai agama kepada anak anak nya agar

mereka tidak terjebak ke pergaulan yang tidak benar nantinya. Anak anak nya sering

bermain bersama teman teman di sekitarnya biasanya mereka bermain bola pada sore

hari, jika memiliki waktu senggang ibu megawati biasanya berbincang bincang

(44)

partangiangan (ibadah) dari gerejanya, ia juga memiliki saudara di kota medan ini

dan ia juga sering berkunjung ke rumah saudaranya bila ada acara keluarga atau hari

hari libur besar lainnya. ia jarang mengajak anak anaknya berekreasi dikarenakan

keterbatasan waktu dan kondisi ekonomi. Namun anak anak nya sering diajak

kerabatnya untuk berekreasi jika mereka libur namun ibu megawati tidak ikut karena

harus bekerja. Berikut penuturannya :

“saya jarang ajak mereka jalan jalan karena jalan jalan juga butuh biaya,

biasanya mereka diajak jalan jalan sama bou nya kalo saya nggak ikut karena jualan”.

Anak nya juga juga jarang membantunya dirumah, ia pun tidak memaksa

mereka karena mereka masih kecil masih masa masa asiknya bermain. Namun

terkadang anaknya mau membantu sedikit sedikit meskipun ia tidak memaksakan

anak anaknya namun ia ingin menanamkan nilai agar anaknya bisa menjadi anak

yang rajin dan bisa membantu oran tuanya.Ia juga selalu menanamkan nilai nilai

agama kepada anaknya, juga mengajarkan anaknya agar tahu cara nya menempatkan

diri di manapun mereka berada juga memahami kondisi yang mereka hadapi.

Menurut ibu megawati sebagai orang tua tunggal harus pintar pintar membagi

waktu karena menerapkan dua peran merupakan hal yang sulit dan memakan banyak

waktu ia harus terbiasa mau tidak mau harus paham apa yang harus dilakukan untuk

keluarganya karena bagaimana pun juga ia terus berjuang untuk keluarganya.ia juga

menanamkan nilai nilai dan pamahaman kepada anak anaknya agar mengerti kondisi

(45)

5.2.4 Informan Utama 4

Nama : Demi br Hutapea

Umur : 49 tahun

Jenis kelamin : Perempuan

Riwayat pendidikan : SD

Agama : Kristen Protestan

Suku : Batak Toba

Alamat : Jl. Asrama Gg. Rel no.14

Ibu demi merupakan seorang ibu yang menjadi orang tua tunggal, ia sudah 2

tahun lebih menjadi orang tua tunggal, ia menjadi orang tua tunggal dikarenakan

suaminya meninggal dunia. Hal yang ia rasakan sebelum dan sesudah orang tua

tunggal ialah sebelum suaminya meninggal ada yang mencari nafkah untuk

keluarganya juga dia punya teman ngobrol jika ada masalah setelah ia menjadi orang

tua tunggal hal tersebut sangat berat dijalaninya ia harus bekerja guna memenuhi

ekonomi keluarganya juga harus memberikan pendidikan juga mengarahkan anaknya

ke arah yang lebih baik.ia merasa bingung sewaktu baru menjadi orang tua tunggal

dan masih diselimuti perasaan duka pasca ditinggal sang suami. namun banyak

dukungan yang memberinya semangat baik itu dari kerabat juga tetangga dan juga

keluarga. hal tersebut kemudian yang membuat nya bangkit dari kesedihan dan mulai

belajar juga memahami menjalankan peran nya sebagai ibu juga menggantikan peran

ayah bagi keluargannya (anak anaknya).berikut penuturannya :

“saya menjadi orang tua tunggal sudah jalan 2 tahun 3 bulan, banyak hal

(46)

Ibu demi memiliki 2 orang anak perempuan yang masih bersekolah, anaknya

yang pertama RS berumur 18 tahun dan sedang bersekolah kelas 3 SMK di sma eka

prastya kemudian anaknya yang kedua JS berumur 13 tahun dan sedang bersekolah

kelas 2 smp di smp 18 medan. JS mendapatkan dana Bantuan Operasional Sekolah

(BOS) dari pemerintah karena ia bersekolah di sekolah negeri sehingga ia tidak perlu

membayar uang sekolah. hal ini cukup meringankan biaya yang di tangung ibu demi

untuk biaya pendidikan anaknya karena ia tidak perlu membayar uang sekolah JS

sedangkan RS tidak mendapatkan dana Bantuan Operasional Sekolah karena ia

bersekolah di sekolah swasta oleh karena itu iya membayar biaya sekolah sebesar

Rp.195.000 per bulannya. Meskipun JS tidak membayar uang sekolah namun ibu

demi tetap mengeluarkan biaya untuk perlengkapan dan peralatan sekolahnya.

Ibu demi bekerja berualan kacang dari pesta ke pesta, bila mana ada pesta ibu

demi berjualan kacang di pesta tersebut, ia hanya berjualan bila ada pesta bila tidak

ia terkadang membantu masak untuk katering tetangganya bila mendapat pesanan.

Pendapatannya dari berjualan kacang tidak menentu paling banyak rata rata

Rp.200.000 per minggunya. Dari katering juga tidak pasti karena ia hanya membantu

memasak, sedikitnya ia mendapat Rp.50.000 itupun hanya bila ada pesanan saja. Ia

tidak menabung dari penghasilannya tersebut karena penghasilannya pas pasan atau

bisa dikatakan kurang untuk memenuhi kebutuhan keluarganya. Berikut

penuturannya :

“Pekerjaan saya jualan kacang di pesta pesta jadi kalau ada pesta di daerah

sini saya kesitu bawa kacang buat dijual, itupun kalau ada kalo nggak ada ya paling bantu masak tah di katering”.

Anak ibu demi yang ke dua JS juga bekerja di tempat penggilingan bumbu di

(47)

menginginkan anaknya bekerja namun JS yang ingin melakukannya, ia hanya

bekerja sebentar saya selesai bekerja JS tetap bermain bersama teman temannya, JS

bekerja sepulang sekolah, ia bekerja sesudah ganti baju juga makan siang. Dari

menggiling bumbu JS mendapatkan Rp.50.000 per minggunya.gaji tersebut sebagian

diberikannya kepada ibunya sebagian lagi ia pakai untuk ditabung dan juga untuk

jajan. Berikut penuturannya :

“Aku kerja giling bumbu di samping bang, aku yang mau, buat bantu bantu

mamak, itupun Cuma bentar aja kalo udah siap aku giling bumbu baru aku pergi main main sama kawan kawanku”.(JS,13 tahun)

Rumah yang ibu Demi dan keluarganya tempati merupakan milik pribadi,

rumah permanen dengan lantai yang sudah di keramik, juga dinding yang terbuat

dari batu bata dan atap terbuat dari genteng. Pengeluaran yang ia keluarkan untuk

rumah ialah untuk biaya listrik dan air yang tidak pasti berapa tagihan perbulannya. .

Dikarenakan pemerintah kota medan berencana menertibkan bangunan di pinggir rel

mereka merasa khawatir bila rumah mereka terkena penggusuran atau penertiban ini

mereka masih belum memiliki rencana apapun dan tabungan bilamana nantinya

rumah mereka ikut terkena penertiban

Ibu Demi dan keluarga juga sudah terdaftar dalam program jaminan kesehatan

nasional (JAMKESMAS) sehingga bila ada keluarga yang sakit sudah dapet jaminan

perlindungan kesehatan, namun bila hanya sakit biasa seperti deman dan batuk ia

dan keluarga hanya mengonsumsi obat obatan yang bisa di beli di apotik atau

warung warung. ibu demi tidak mempunyai tabungan khusus untuk biaya kesehatan.

keluarganya ia bersyukur mendapat jaminan kesehatan dari pemerintah.

Ibu demi dan keluarga rata rata makan tiga kali sehari, Ia selalu menyiapkan

(48)

menyempatkan sarapan sebelum melakukan aktivitas. Ia kurang memahami tentang

gizi, yang ia lakukan untuk memenuhi gizi keluarganya ialah sering memasakan

sayur untuk keluarga. untungnya anak anaknya suka makan sayur. namun keluarga

ini jarang makan bersama karena aktivitas dan kesibukan yang berbeda beda. Mereka

jarang makan bersama sama pada saat pagi dan makan siang namun pada saat malam

mereka sering makan bersama sambil menonton televisi dan juga ia menanyakan apa

saja aktivitas anak anaknya selama di luar. Ibu demi juga jarang membeli pakaian

baru untuk keluarga nya, ia dan keluarga biasanya membeli baju baru pada saat natal

dan tahun baru, diluar itu sangat jarang mereka membeli pakaian.

Anak anak ibu Demi RS dan JS juga sering membantu nya dirumah, terlebih

karena kedua anaknya perempuan jadi yang mengerjakan pekerjaan rumah seperti

membersihkan rumah, mencuci dan juga terkadang memasak anak anaknya yang

mengerjakan bergantian. Ibu Demi dan keluarganya jarang pergi berekreasi

dikarenakan bila pergi berekreasi membutuhkan biaya. Terkadang ia dan anak anak

nya pergi berekreasi bersama kerabat kerabatnya.

“Saya sama anak anak jarang pergi jalan jalan soalnya pasti butuh biaya,

minimal ongkos, lagian saya juga lebih sering kerja, kadang juga pergi jalan jalan sama keluarga”.

Ibu Demi sering mengunjungi keluarganya bila ada waktu juga pada hari hari

besar seperti natal dan tahun baru. Ia juga sering berkumpul dengan tetangga

tetangganya bila ada waktu luang di sore hari. Ia juga sering mengikuti kegiatan

partangiangan di lingkungannya setiap sebulan sekali. Begitu juga anak anaknya

yang sering bermain bersama teman teman di lingkungan nya. ia selalu menanamkan

(49)

menempatkan diri dalam masyarakat, selalu bertindak sopan, jangan terlalu lama

pulang kerumah dan juga rajin beribadah.

Ibu demi berpendapat bahwa pendidikan sangat penting untuk anak anaknya

agar mereka pintar dan tahu membedakan mana yang baik untuk dilakukan dan mana

yang tidak baik untuk dilakukan. Ia berharap kedepannya anak anaknya bisa

melanjut ke tingkat pendidikan yang lebih tinggi hingga perguruan tinggi dan juga

cepat mendapatkan pekerjaan.

Menurut Ibu Demi orang tua tunggal harus lah bijak juga jangan lemah

karena beban yang di tanggung orang tua tunggal lebih berat dari orang tua utuh,

seorang ibu yang menjadi orang tua tunggal harus giat bekerja menggantikan peran

ayah di dalam keluarga juga tetap menjalankan peran dasarnya sebagai ibu, orang tua

tunggal harus berjuang keras untuk keluarganya. Harus bisa membagi waktu dalam

menjalankan kedua peran tersebut guna memenuhi kebutuhan keluarganya.

5.2.5 Informan Utama 5

Nama : Esli Deswita

Umur : 41 tahun

Jenis kelamin : Perempuan

Riwayat pendidikan : SMK

Agama : Kristen Protestan

Suku : Batak Toba

Alamat : Jl. Asrama gg. Rel

Ibu Esli adalah seorang ibu yang menjadi orang tua tunggal. Ia sudah menjadi

orang tua tunggal selama 6 tahun. Ia menjadi orang tua tunggal dikarenakan

(50)

menjadi orang tua tunggal ialah dulu suaminya yang bekerja mencari nafkah utama

untuk keluarganya sekarang ia yang harus mencari nafkah untuk keluarganya.ia juga

kehilangan tempat untuk berbagi dan bercerita tentang masalah yang ia hadapi.

Berikut penuturannya :

“sudah 6 tahun ibu jadi orang tua tunggal semenjak abang(suami)

meninggal, dulu dia yang mencari nafkah sekarang aku yang harus mencari nafkah untuk keluarga, dulu juga kalau ada masalah aku cerita ke abang sekarang tidak ada lagi”.

Ibu Demi memiliki dua orang anak yang menjadi tanggungan dalam

keluarganya. Kedua anaknya masih bersekolah. Anak yang pertama ia lah laki laki

berumur 13 tahun bernama JM, JM sekarang kelas 1 SMP dengan uang sekolah

Rp.120.000 tiap bulannya. Sedangkan anaknya yang ke dua ialah anak perempuan

berumur 11 tahun bernama FO, FO sekarang duduk di kelas 5 SD, FO tidak

membayar uang sekolah karena ia mendapatkan bantuan dari pemerintah berupa

dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS) sehingga ia tidak perlu membayar uang

sekolah lagi. Meskipun begitu ibu esli tetap mengeluarkan biaya untuk membeli

peralatan dan perlengkapan sekolah kedua anaknya.berikut penuturannya :

“anak saya yang pertama masih kelas 1 SMP, dia smp di swasta jadi bayar,

kalo adiknya masih kelas 5 SD, dia tidak bayar uang sekolah karena SD negeri jadi dapat bantuan dana BOS”

Ibu esli merasa sangat terbantu dengan adanya program dana Bantuan Operasional

Sekolah (BOS) dari pemerintah ini karena meskipun tidak kedua anaknya

mendapatkan bantuan ini setidaknya hal ini sudah membantu meringankannya untuk

memenuhi kebutuhan akan pendidikan anak anaknya. anak anak nya juga tidak ada

(51)

Kedua anak nya juga sering membantu dirinya dalam mengerjakan pekerjaan rumah

biasanya anak anaknya membagi tugas sang adik bertugas menyapu rumah

sedangkan abangnya bertugas mencuci piring,mereka melakukannya karena ingin

membantu ibunya karena mereka sadar akan kondisi yang ibunya hadapi sehingga

mereka ingin membantu ibunya dalam hal membersihkan rumah. Berikut penutuhan

anaknya saat peneliti melakukan wawancara secara terpisah :

“aku sama adek sering juga bantu mamak bang biasanya aku yang cuci

piring adek yang nyapu biasanya kami kerjakan kalau siap makan sama sama, kasian mamak udah capek kerja”(JM, 13tahun).

meskipun hanya sedikit ibu esli senang karena anak anaknya mau membantunya

membersihkan rumah.

Ibu esli bekerja di dinas pertamanan kota medan dengan gaji Rp. 1.500.000

per bulannya. Ia merasa gajinya masih belum mencukupi untuk memenuhi

kebutuhan keluarganya juga pengeluaran mereka perbulannya antara lain untuk

ongkos bepergian untuk nya dan anak anaknya karena keluarganya tidak memiliki

kendaraan pribadi. Juga untuk membayar uang sekolah anaknya yang pertama dan

untuk uang jajan anak anaknya.ibu ini tidak memiliki pekerjaan sampingan juga

keterampilan lain yang bisa menunjang perekonomian keluarganya. Dari pendapatan

itu bila ada pengahasilan lebih ia juga tabung sebagian untuk keperluan anaknya di

masa akan datang khusus nya untuk pendidikan anak-anaknya. Ibu esli dan

keluarganya terdaftar dan mengikuti program BPJS sehingga keluarga nya sudah

mendapatkan jaminan kesehatan bila sakit, namun bila hanya sakit biasa seperti flu

dan deman mereka hanya mengonsumsi obat-obat biasa yang bisa dibeli di apotik

atau warung warung, tidak perlu sampai ke rumah sakit. Ia sendiri merasa terbantu

(52)

kesehatan keluarganya dalam keadaan mendadak. Sel

Gambar

Tabel 4.1
Tabel 4.2
Tabel 4.4
Tabel 4.5
+7

Referensi

Dokumen terkait

1 NI KETUT YULIASIH, SST., M.Hum I WAYAN BUDIARSA S.Sn., M.Si IbM Pembinaan Tari pelegongan di Bangli SENI TARI FSP IbM 39,000,000 DIPA DIKTI TAHUN MULTI. USULAN BARU, DARI

Unilateral and supported NAMAs will be integrated into national and provincial development reports. In accordance with Government Regulation No. 10 year 2011 on the Mechanism

 Jumlah wisatawan mancanegara (wisman) yang datang ke Sumatera Barat melalui Bandara Internasional Minangkabau (BIM) dan Pelabuhan Teluk Bayur bulan Oktober

[r]

Berdasarkan laporan yang masuk, Tingkat Penghunian Kamar (TPK) Akomodasi Lainnya di Sumatera Barat bulan November 2014 tercatat sebesar 36,39 persen, naik 0,90

[r]

Jika dibandingkan antara Maret 2014 dan September 2014, maka garis kemiskinan daerah perkotaan meningkat sebesar 4,24 persen sedangkan di daerah perdesaan juga

[r]