• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perbandingan Kualitas Hidup Penderita Dispepsia Dengan Non-Dispepsia pada Mahasiswa FK USU

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Perbandingan Kualitas Hidup Penderita Dispepsia Dengan Non-Dispepsia pada Mahasiswa FK USU"

Copied!
72
0
0

Teks penuh

(1)

Lampiran 1

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama Lengkap : Didi Anthoni Wirawan Jenis Kelamin : Laki-laki

Tempat/Tanggal Lahir : Medan/28 Juni 1994

Warga Negara : Indonesia

Status : Belum Menikah

Agama : Buddha

Alamat : Jalan Komodor Laut Yos Soedarso No.70, Nedan Nomor Handphone : 089613150617

Email : didi_aw@ymail.com

Riwayat Pendidikan :

1. SD Swasta Sutomo 2 Medan (2000-2006) 2. SMP Swasta Sutomo 2 Medan (2006-2009) 3. SMA Swasta Sutomo 2 Medan (2009-2012)

(2)

Riwayat Pelatihan :

1. Peserta PMB (Penerimaan Mahasiswa Baru) FK USU 2012 2. Peserta PMB (Penerimaan Mahasiswa Baru) KMB USU 2012 3. Peserta MMB (Manajemen Mahasiswa Baru) FK USU 2012

4. Peserta Seminar dan Workshop BASIC SURGICAL SKILLS TBM FK USU 2013

5. Peserta Seminar dan Workshop Basic Life Support & Traumatology 2013

Riwayat Organisasi :

1. Anggota Tim Medis KMB USU 20 Oktober 2013

2. Anggota Seksie Dana Asadha MIND (Motion In Dharma) FK USU 2014 3. Anggota Seksie Peralatan dan Tempat Waisak MIND (Motion In Dharma)

(3)

Lampiran 2

PENJELASAN MENGENAI PENELITIAN

LEMBAR PENJELASAN KEPADA CALON SUBJEK PENELITIAN

Selamat pagi/siang Saudara/Saudari sekalian

Nama saya Didi dan akan melakukan penelitian dengan judul: PERBANDINGAN KUALITAS HIDUP PENDERITA DISPEPSIA DENGAN NON-DISPEPSIA PADA MAHASISWA FK USU. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah ada perbedaan kualias hidup antara penderita dispepsia dengan non-dispepsia.

Dengan diketahuinya perbandingan kualitas hidup penderita dispepsia dengan non-dispepsia maka peneliti mengharapkan hasil penelitian ini dapat menjadi masukan dan informasi bagi mahasiswa yang diteliti agar dapat meningkatkan kualitas hidup mahasiswa kedepannya.

Jika Saudara/Saudari bersedia mengikuti penelitian ini dan penelitian lainnya yang terkait maka akan dilakukan pemeriksaan terhadap Saudara/Saudari dengan cara mengisi kuisioner.

Kami sangat mengharapkan keikutsertaan Saudara/Saudari dalam penelitian ini, karena selain bermanfaat untuk diri sendiri, juga bermanfaat untuk orang lain.

Selama penelitian ini, Saudara/Saudari tidak dibebankan biaya apapun. Semua data/keterangan dari Saudara/Saudari bersifat rahasia, tidak diketahui orang lain. Apabila keberatan, Saudara/Saudari bebas untuk menolak mengikuti penelitian ini.

Jika sudah mengerti dan bersedia mengikuti penelitian ini maka Saudara/Saudari dapat mengisi lembar persetujuan (Informed Consent).

Medan,14 Juni 2015 Peneliti,

(4)

Lampiran 3

LEMBAR PERSETUJUAN SETELAH PENJELASAN (INFORMED CONSENT)

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama :

Umur :

Alamat :

No.Telp./ HP :

Setelah mempelajari dan mendapatkan penjelasan yang sejelas-jelasnya mengenai penelitian yang berjudul PERBANDINGAN KUALITAS HIDUP PENDERITA DISPEPSIA DENGAN NON-DISPEPSIA PADA MAHASISWA FK USU, dan setelah mengetahui dan menyadari sepenuhnya risiko yang mungkin terjadi, dengan ini saya menyatakan bahwa saya bersedia dengan sukarela menjadi subjek penelitian tersebut dan patuh akan ketentuan-ketentuan yang dibuat peneliti. Jika sewaktu-waktu ingin berhenti, saya berhak untuk tidak melanjutkan mengikuti penelitian ini tanpa ada sanksi apapun.

Yang menyatakan, Peneliti

( ) (DIDI ANTHONI WIRAWAN)

Saksi

(5)

Lampiran 4

PORTO ALEGRE DYSPEPTIC SYMPTOMS QUESTIONNAIRE

Dilihat dalam 30 hari terakhir

NYERI

Bagaimana intensitas nyeri abdomen atas pada hari-hari selama periode tersebut 0. Tidak ada

Berapa lama durasi nyeri pada kebanyakan hari-hari selama periode tersebut 0. Tidak dapat ditentukan

1. Beberapa menit saja (kurang dari 30 menit) 2. Kurang dari 2 jam

3. Lebih dari 2 jam

Seberapa sering anda merasakan nyeri perut atas dalam 30 hari terakhir 0. Tidak dapat ditentukan

1. Kadang-kadang

2. 1 sampai 2 hari setiap minggu 3. Hampir tiap hari

4. Setiap hari

Total skor Nyeri Perut Atas : _______________ (max 12)

MUAL

Seberapa intensitas mual dalam hari-hari anda selama periode tersebut 0. Tidak ada

Berapa lama durasi mual yang terjadi 0. Tidak dapat ditentukan

1. Beberapa menit (kurang dari 30 menit) 2. Kurang dari 2 jam

3. Lebih dari 2 jam

Seberapa sering anda merasakan mual dalam 30 hari terakhir 0. Tidak dapat ditentukan

1. Kadang-kadang

2. 1 sampai 2 hari seminggu 3. Hampir tiap hari

(6)

Seberapa sering anda muntah dalam 30 hari terakhir 0. Tidak dapat ditentukan

1. Kadang-kadang

2. 1 sampai 2 hari setiap minggu 3. Hampir setiap hari

4. Setiap hari

Total skor untuk Mual Muntah : _______________ (max 16)

KEMBUNG PERUT ATAS

Seberapa berat yang dirasakan untuk kembung perut (rasa penuh atau sebah) dalam 30 hari terakhir

Seberapa lama episode terakhir dalam periode tersebut 0. Tidak dapat ditentukan

1. Beberapa menit (kurang dari 30 menit) 2. Kurang dari 2 jam

3. Lebih dari 2 jam

Seberapa sering anda mengalami perut kembung / rasa penuh dalam 30 hari 0. Tidak dapat ditentukan

Dalam 30 hari, seberapa sering anda merasakan perut penuh setelah anda mulai makan 0. Tidak dapat ditentukan

1. Kadang-kadang 2. 1 sampai 2 hari 3. Hampir setiap hari 4. Setiap hari

(7)

Lampiran 5

SF-36

Petunjuk Pengisian Kuesioner: Jawablah semua pertanyaan.

Beberapa pertanyaan tampak serupa, tetapi sebenarnya berbeda. Silahkan untuk

memanfaatkan waktu sebaik-baiknya untuk membaca dan menjawab pertanyaan dengan melingkari atau mencentang kotak yang sesuai dengan jawaban Anda.

1. Secara umum, bagaimana pendapat anda mengenai kondisi kesehatan Anda?

□ Sempurna □ Sangat baik □ Baik □ Cukup □ Buruk

2. Dibandingkan dengan satu tahun yang lalu , bagaimana kondisi kesehatan Anda saat ini?

□ Saat ini jauh lebih baik daripada satu tahun yang lalu □ Saat ini agak lebih baik daripada satu tahun yang lalu □ Sama saja daripada satu tahun yang lalu

□ Saat ini agak lebih buruh daripada satu tahun yang lalu □ Saat ini jauh lebih buruk daripada satu tahun yang lalu

3. Pertanyaan berikut berhubungan dengan kegiatan-kegiatan yang mungkin Anda lakukan sehari-hari. Apakah kondisi kesehatan Anda sekarang membatasi diri Anda untuk melakukan kegiatan-kegiatan tersebut? Jika ya, sejauh mana?

Ya, sangat A Kegiatan yang menguras energi, seperti

berlari, mengangkat beban berat, ikut serta dalam olahraga berat

B Kegiatan yang tidak terlalu menguras energi, seperti memindahkan meja, bersepeda, dan bekerja di kebun/ halaman

C Membawa barang keperluan sehari-hari, seperti belanjaan

D Naik tangga lebih dari satu tingkat E Naik tangga satu tingkat

(8)

4. Selama 4 minggu terakhir, apakah Anda mengalami masalah berikut ini yang disebabkan oleh kondisi kesehatan fisik anda?

Ya (1) Tidak (2) A Mengurangi jumlah jam yang Anda pakai untuk bekerja dan

melakukan kegiatan lain

B Tidak mencapai yang Anda inginkan

C Terbatas dalam melakukan pekerjaan atau kegiatan lain

D Mengalami kesulitan dalam melakukan pekerjaan atau kegiatan lain, misalnya memerlukan waktu lebih lama

5. Selama 4 minggu terakhir, apakah Anda mengalami masalah berikut ini yang disebabkan oleh gangguan emosional Anda, seperti depresi atau cemas?

Ya (1) Tidak (2) A Mengurangi jumlah jam yang Anda pakai untuk bekerja dan

melakukan kegiatan lain

B Tidak mencapai yang Anda inginkan

C Tidak dapat melakukan pekerjaan atau kegiatan lain secermat biasanya

6. Selama 4 minggu terakhir, apakah masalah kesehatan dan gangguan emosional Anda mengganggu kegiatan sosial yang biasa Anda lakukan dengan keluarga, teman, tetangga, atau kelompok

7. Seberapa sering Anda merasa nyeri selama empat minggu terakhir?

□ Tidak sama sekali □ Sedikit

□ Biasa saja □ Sering □ Sangat sering

8. Selama empat minggu terakhir, bagaimana rasa nyeri mengganggu Anda dalam kegiatan sehari-hari (baik pekerjaan/ kegiatan di dalam dan di luar rumah)?

□ Tidak sama sekali □ Sedikit

(9)

□ Sangat sering

9. Pertanyaan-pertanyaan berikut berkaitan dengan apa yang Anda rasakan dan bagaimana kondisi Anda selama empat minggu terakhir. Untuk masing-masing pertanyaan, pilihlah jawaban yang paling seusai dengan apa yang Anda rasakan. Seberapa sering Anda merasakannya dalam kurun waktu empat minggu terakhir.

Selalu A Apakah Anda merasa penuh

semangat?

B Apakah Anda merasa gelisah?

C Apakah Anda merasa putus asa dan kecewa seolah-olah tidak ada orang lain yang dapat membahagiakan Anda? D Apakah Anda merasa tenang

dan damai?

E Apakah Anda memiliki banyak tenaga? emosional Anda mengganggu kegiatan sosial yang Anda lakukan? (misalnya: mengunjungi teman, keluarga, dll)

□ Selalu

11.Benarkah atau salahkah pernyataan berikut ini?

Pasti A Saya cenderung lebih mudah

sakit daripada orang lain B Saya sehat seperti orang lain

yang saya kenal

(10)

akan memburuk

(11)

Lampiran 6

SKOR DARI KUESIONER SF – 36 Tabel 1: Skor dari tiap-tiap pertanyaan

Nomor Dari Tiap Pertanyaan Jumlah Jawaban Asli Nilai Yang Telah Ditentukan

1, 2, 20, 22, 34, 36 1 100

(12)

Subvariabel Jumlah Pertanyaan

Nomor Pertanyaan Yang Dilihat Dari Tabel 1

Fungsi Fisik 10 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 12

Keterbatasan Fisik 4 13, 14, 15, 16

Nyeri Tubuh 2 21, 22

Kesehatan Secara Umum

6 1, 2, 33, 34, 35, 36

Vitalitas 4 23, 27, 29, 31

Fungsi Sosial 2 20, 32

Keterbatasan Emosional

3 17, 18, 19

(13)
(14)
(15)

Nomor Kode Jenis Kelamin Umur Score PADYQ Score SF-36 PADYQ Kualitas Hidup

1 1 Pria 21-22 17 49.52 Dispepsia Kurang

2 2 Wanita 21-22 4 60.00 Non-Dispesia Rata-rata

3 3 Wanita 19-20 5 86.31 Non-Dispesia Baik

4 4 Wanita 21-22 39 20.59 Dispepsia Kurang

5 5 Wanita 21-22 3 80.56 Non-Dispesia Baik

6 6 Wanita 19-20 2 81.38 Non-Dispesia Baik

7 7 Wanita 21-22 2 60.00 Non-Dispesia Rata-rata

8 8 Pria 19-20 2 82.31 Non-Dispesia Baik

9 9 Pria 21-22 2 69.13 Non-Dispesia Baik

10 10 Wanita 23-24 0 93.15 Non-Dispesia Baik

11 11 Wanita 21-22 0 78.60 Non-Dispesia Baik

12 12 Pria 21-22 0 76.31 Non-Dispesia Baik

13 13 Pria 19-20 5 84.85 Non-Dispesia Baik

14 14 Wanita 21-22 10 46.31 Dispepsia Kurang

15 15 Pria 21-22 3 63.35 Non-Dispesia Baik

16 16 Wanita 21-22 3 79.46 Non-Dispesia Baik

17 17 Wanita 19-20 3 89.08 Non-Dispesia Baik

18 18 Pria 21-22 34 51.63 Dispepsia Kurang

19 19 Wanita 19-20 0 89.50 Non-Dispesia Baik

20 20 Pria 21-22 2 60.00 Non-Dispesia Rata-rata

21 21 Wanita 21-22 4 81.85 Non-Dispesia Baik

22 22 Wanita 21-22 3 81.33 Non-Dispesia Baik

23 23 Wanita 21-22 2 60.00 Non-Dispesia Rata-rata

24 24 Pria 19-20 0 86.46 Non-Dispesia Baik

25 25 Wanita 21-22 4 73.96 Non-Dispesia Baik

26 26 Pria 21-22 0 87.27 Non-Dispesia Baik

27 27 Pria 21-22 0 88.17 Non-Dispesia Baik

28 28 Wanita 19-20 30 39.15 Dispepsia Kurang

29 29 Pria 21-22 4 75.88 Non-Dispesia Baik

30 30 Pria 21-22 22 60.00 Dispepsia Rata-rata

(16)

31 31 Wanita 21-22 5 83.65 Non-Dispesia Baik

32 32 Wanita 23-24 2 68.92 Non-Dispesia Baik

33 33 Pria 21-22 2 83.29 Non-Dispesia Baik

34 34 Wanita 21-22 12 67.91 Dispepsia Baik

35 35 Pria 21-22 0 86.27 Non-Dispesia Baik

36 36 Pria 21-22 1 88.06 Non-Dispesia Baik

37 37 Wanita 21-22 0 61.19 Non-Dispesia Baik

38 38 Pria 21-22 5 69.17 Non-Dispesia Baik

39 39 Wanita 21-22 0 72.08 Non-Dispesia Baik

40 40 Wanita 21-22 28 30.64 Dispepsia Kurang

41 41 Wanita 21-22 2 71.44 Non-Dispesia Baik

42 42 Pria 21-22 30 59.24 Dispepsia Kurang

43 43 Wanita 21-22 0 82.44 Non-Dispesia Baik

44 44 Pria 21-22 26 60.00 Dispepsia Rata-rata

45 45 Wanita 19-20 4 82.44 Non-Dispesia Baik

46 46 Pria 21-22 5 70.92 Non-Dispesia Baik

47 47 Wanita 19-20 33 48.27 Dispepsia Kurang

48 48 Wanita 21-22 1 85.06 Non-Dispesia Baik

49 49 Wanita 21-22 3 86.48 Non-Dispesia Baik

50 50 Wanita 21-22 4 86.48 Non-Dispesia Baik

51 51 Wanita 21-22 0 89.94 Non-Dispesia Baik

52 52 Pria 21-22 0 83.88 Non-Dispesia Baik

53 53 Wanita 21-22 1 89.33 Non-Dispesia Baik

54 54 Wanita 23-24 29 54.98 Dispepsia Kurang

55 55 Wanita 21-22 0 91.75 Non-Dispesia Baik

56 56 Wanita 21-22 4 70.46 Non-Dispesia Baik

57 57 Wanita 19-20 0 83.88 Non-Dispesia Baik

58 58 Wanita 21-22 2 77.40 Non-Dispesia Baik

59 59 Pria 21-22 0 74.17 Non-Dispesia Baik

60 60 Wanita 21-22 1 95.21 Non-Dispesia Baik

61 61 Wanita 21-22 8 25.34 Dispepsia Kurang

(17)

63 63 Pria 21-22 1 76.98 Non-Dispesia Baik

64 64 Pria 21-22 2 80.15 Non-Dispesia Baik

65 65 Pria 21-22 0 68.16 Non-Dispesia Baik

66 66 Wanita 21-22 0 88.46 Non-Dispesia Baik

67 67 Wanita 21-22 4 84.77 Non-Dispesia Baik

68 68 Wanita 19-20 18 41.26 Dispepsia Kurang

69 69 Pria 21-22 0 85.69 Non-Dispesia Baik

70 70 Pria 21-22 0 93.98 Non-Dispesia Baik

71 71 Wanita 19-20 20 45.69 Dispepsia Kurang

72 72 Pria 21-22 0 90.04 Non-Dispesia Baik

73 73 Wanita 21-22 4 85.64 Non-Dispesia Baik

74 74 Wanita 21-22 0 84.77 Non-Dispesia Baik

75 75 Wanita 21-22 0 92.35 Non-Dispesia Baik

76 76 Pria 21-22 3 60.00 Non-Dispesia Rata-rata

77 77 Wanita 19-20 0 84.04 Non-Dispesia Baik

78 78 Wanita 21-22 0 67.56 Non-Dispesia Baik

79 79 Pria 21-22 0 72.02 Non-Dispesia Baik

(18)

Frequencies

Statistics

JenisKelamin Umur PADYQ KUALITASHIDUP

N Valid 80 80 80 80

Missing 0 0 0 0

Frequency Table

JenisKelamin

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Frequency Percent Valid Percent

(19)
(20)

KUALITASHIDUP * Umur Crosstabulation Kurang Rata-rata Baik

PADYQ Dispepsia Count 12 2 1 15

Linear-by-Linear Association 61.452 1 .000

N of Valid Cases 80

a. 2 cells (33.3%) have expected count less than 5. The minimum expected

(21)

Mann-Whitney Test

Ranks

PADYQ N Mean Rank Sum of Ranks

KUALITASHIDUP Dispepsia 15 10.67 160.00

Non-Dispesia 65 47.38 3080.00

Total 80

Test Statisticsa

KUALITASHIDUP

Mann-Whitney U 40.000

Wilcoxon W 160.000

Z -7.420

Asymp. Sig. (2-tailed) .000

(22)

33

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, M. dan Gunawan, J. 2012, Dispepsia. Divisi Gastroenterologi, Bagian Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia,

Jakarta, Indonesia. CDK-197 39 (9): 647-51. Available From:

http://www.scribd.com/doc/182297106/197-cme-dispepsia-pdf#scribd. population, Alimentary Pharmacology and Therapeutics

Chang, L, Heitkemper MM. 2002, Gender differences in irritable bowel syndrome. Gastroenterology 2002; 123: 1686–701.

Chang, L., 2004, Review article: epidemiology and quality of life in functional gastrointestinal disorders, Center for Neurovisceral Sciences & Women’s Health, Department of Medicine, David Geffen School of Medicine at UCLA, Los Angeles, CA, USA, Aliment Pharmacol Ther 2004; 20 (Suppl. 7): 31–39.

El-Serag, H. B., Talley, N. J., 2003, Systematic Review: Health-Related Quality Of Life In Functional Dyspepsia

Elvina, Meity, 2011, Skoring Kualitas Hidup Ibu Post Partum Berdasarkan Faktor-Faktor Demografi Ibu Yang Diukur Dengan Kuesioner Short Form-36. Universitas Sumatera Utara. Available From:

http://repository.usu.ac.id/handle/123456789/22704 [Accessed 03 Juni

2015]

(23)

34

Gutierrez A, Rodrigo L, Riestra Set al. Quality of life in patients with functional dyspepsia: a prospective 1-year follow-up study in Spanish patients. Eur J Gastroenterol Hepatol 2003; 15: 1175–81.

Halder et al., 2004, Impact Of Functional Gastrointestinal Disorders On Health-Related Quality Of Life: A Population-Based Case–Control Study Haque, M et al., 2000, Prevalence, severity and associated features of

gastro-oesophageal reflux and dyspepsia: a population-based study. NZ Med J 2000;113:178-181.

Harahap, S.H., 2010, Karakteristik Pasien Dispepsia Yang Rawat Inap Di Rumah Sakit Umum Sundari Medan Tahun 2008, Universitas Sumatera Utara. Available From:

http://repository.usu.ac.id/handle/123456789/20335. [Accessed 31 Mei

2015]

Hidayatsyah, L.S., 2008, Hubungan Antara Parameter Volume Cairan Tubuh Yang Diukur Dengan Bio Impedance Analysis (Bia)Dengan Kualitas Hidup Yang Diukur Dengan Short Form -36 (Sf-36) Pada Pasien Gagal Jantung Nyha I Dan Ii. Universitas Sumatera Utara. Available From:

http://repository.usu.ac.id/handle/123456789/6318 [Accessed 01 Juni

2015]

Hiroto, Miwa et al., 2012, Asian Consensus Report On Functional Dyspepsia Journal_Of_Gastroenterology_And_Hepatology, 626-41

Hutapea, Monica Natalia, 2014, Hubungan Tingkat Stres Dengan Kejadian Dispepsia Fungsional Pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara. Universitas Sumatera Utara. Available From:

(24)

35

Khotimah, Nurul, 2012, Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Sindroma Dispepsia Mahasiswa Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara. Universitas Sumatra Utara. Available From:

http://repository.usu.ac.id/handle/123456789/34828. [Accessed 24 April 2015]

Kumar, A. et al., 2012, Epidemiology of Dyspepsia, Journal of the Association of Physicians of India, Vol. 60, March 2012, 9-12

Laksono, R. D. 2011, Hubungan Skor Keparahan Dispepsia Dengan Tingkat Kerusakan Mukosa Lambung Secara Endoskopi. Universitas Sumatra Utara. Available From:

http://repository.usu.ac.id/handle/123456789/23015. [Accessed 24 April 2015]

Lee, S. W. et al., 2014, The Risk Factors and Quality of Life in Patients with Overlapping FunctionalDyspepsia or Peptic Ulcer Disease with Gastroesophageal Reflux Disease, Gut and Liver, Vol. 8, No. 2, March 2014, pp. 160-164

Mahadeva, Sanjiv et al., 2010, Risk Factors Associated With Dyspepsia in a Rural Asian Population and Its Impact on Quality of Life, THE AMERICAN JOURNAL OF GASTROENTEROLOGY 2010;105:904-12

Mustawa, Indra, 2012, Manfaat Amitriptilin Dalam Pengobatan Dispepsia Fungsional Pada Remaja. Universitas Sumatra Utara. Available From: http://repository.usu.ac.id/handle/123456789/38039. [Accessed 18 April 2015]

Oudenhove, L. Van et al., 2010, Risk factors for impaired health-related quality of life in functional dyspepsia, Alimentary Pharmacology and Therapeutics, 261-74

Sain, Iwan, 2008, Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan Sistem Pencernaan: Dispepsia. Available From:

http://www.scribd.com/doc/250687838/askep-dispepsia#scribd.

[Accessed 16 April 2015]

(25)

36

Tack, J. et al., 2012, Systematic review: the burden of disruptive gastrooesophageal reflux disease on health-related quality of life, Alimentary Pharmacology and Therapeutics, 1257-66

Talley, N. J. et al., 1992, Dyspepsia and dyspepsia subgroups: a population-based study. Gastroenterology 3rd 1992;102:1259-1268.

Talley, N. J. et al., 1994, Gastrointestinal tract symptoms and self-reported abuse: a population based study Gastroenterology 3rd 1994;107:1040-1049. Talley N. J., Weaver AL, 1995, Zinsmeister AR. Impact of functional dyspepsia

on quality of life. Dig Dis Sci 1995; 40: 584–9.

Talley N. J. et al, 1999, Development of a new dyspepsia scale: the Nepean Dyspepsia Index, Aliment Pharmacol Ther 1999; 13: 225-235

Talley, N. J. et al., 2001, Quality Of Life In Functional Dyspepsia: Responsiveness Of The Nepean Dyspepsia Index And Development Of A New 10-Item Short Form

Talley, N. J. et al., 2006, Functional dyspepsia, delayed gastric emptying, and impaired quality of life, Gut 2006;55:933–939. doi: 10.1136/gut.2005.078634

Tedjopranoto, Dewanto, 1999, Gambaran Endoskopik Dan Histopatologik Infeksi Helikobakter Pilori Pada Penderita Dispepsia Kronik Di Rsup Dr. Kariadi. Available From:

http://eprints.undip.ac.id/14294/1/1999fk388.pdf. [Accessed 31 Mei

2015]

Tortora, Gerard J., Derrickson, Bryan, 2009. Principles Of Anatomy And Physiology. Twelfth Edition, John Wiley & Sons, Inc.

(26)

20

BAB 3

KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASONAL

3.1 Kerangka Konsep

Pada penelitian ini kerangka konsep tentang kualitas hidup penderita dispepsia.

Gambar 3.1.. Kerangka konsep hubungan dispepsia dengan kualitas hidup

3.2 Variabel dan Definisi Operasional 1. Dispepsia

Definisi Operasional

Dispepsia menurut kriteria Rome III adalah salah satu atau lebih gejala yaitu rasa penuh setelah makan, rasa cepat kenyang, dan nyeri epigastrium atau seperti rasa terbakar.

Cara Ukur Wawancara Alat Ukur PADYQ Score Hasil Ukur

Ya, apabila jumlah total skor≥6.  Tidak, jika jumlah total skor<6

Skala Ukur Nominal 2. Kualitas Hidup

Definisi Operasional

Dispepsia Kualitas Hidup

(27)

21

Merupakan kemampuan seseorang dalam menghadapi penyakit yang

berhubungan dengan kesehatan fisik dan kesehatan mental..

Cara Ukur Wawancara Alat Ukur

KUESIONER SHORT FORM (SF36) Hasil Ukur

Skor kualitas hidup rata-rata adalah jika skor dari SF-36 sebesar

60.

Skor kualitas hidup baik (Skor SF-36 > 60) adalah jika nilai skor

dari SF-36 diatas nilai 60, menggambarkan kualitas hidup yang baik

Skor kualitas hidup kurang baik (Skor SF-36 < 60) adalah jika

nilai skor dari SF-36 dibawah nilai 60. Menggambarkan kualitas hidup yang kurang baik.

Skala Ukur Nominal

3.3. Hipotesis

(28)

22

BAB 4

METODE PENELITIAN

4.1. Jenis/Rancangan Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif analitik dengan pendekatan cross sectional yang bertujuan untuk mengetahui perbedaan kualitas hidup pada penderita dispepsia dengan non-dispepsia dimana dispepsia sebagai variabel independen dan kualitas hidup sebagai variabel dependen.

4.2. Waktu dan Tempat Penelitian 4.2.1. Tempat Penelitian

Penelitian dilaksanakan di lingkungan FK USU. 4.2.2. Waktu Penelitian

Pengumpulan data dilaksanakan pada bulan Juli sampai dengan bulan September tahun 2015.

4.3. Populasi dan Sampel 4.3.1. Populasi

Populasi penelitian ini adalah mahasiswa stambuk 2012 yang berada di FK USU.

4.3.2. Sampel Penelitian

Pengambilan sampel dilakukan dengan metode non-probability sampling dengan jenis consecutive sampling. Pada jenis ini, semua subjek yang datang dan memenuhi kriteria pemilihan dimasukkan ke dalam penelitian hingga jumlah subjek yang diperlukan terpenuhi (Sastroasmoro, 2013).

4.3.3. Kriteria Inklusi dan Eksklusi

1. Kriteria Inklusi:

(29)

23

b) Mahasiswa yang bersedia menjadi sampel penelitian dengan menandatangani lembar persetujuan setelah penjelasan (informed consent).

c) Mahasiswa yang berada di tempat saat dilakukan penelitian.

2. Kriteria Eksklusi:

a) Mahasiswa menolak.

b) Pernah dilakukan gastroskopi atas indikasi gastritis atau peptic ulcer. c) Menderita penyakit sistemik (diabetes, hipertensi, gagal ginjal, dan

keganasan).

4.3.4. Estimasi Sampel Penelitian

Berdasarkan buku Dasar-dasar Metodologi Penelitian Klinis oleh Prof. DR. Dr. Sudigdo Sastroasmoro, Sp. A (K) dan Prof. Dr. Sofyan Ismael, Sp. A (K) rumus besar sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah rumus besar sampel untuk data nominal dengan besar sampel untuk uji hipotesa terhadap 2 proporsi dengan dua kelompok independen:

= ( ∝√ + �√ + )

n = besar sampel minimum

Zα = nilai distribusi normal baku pada α tertentu [ditetapkan] (α=0,05, maka Zα=1,96)

Zβ = nilai distribusi normal baku pada β tertentu (β=0,2, maka Zβ=0,842)

P1 = proporsi di populasi [dari pustaka] (p=0,3)

P2 = proporsi efek yang diteliti [ditetapkan] (p=05)

Q = 1-P

(30)

24

= = , √ , , + ,, − , √ , , + , ,

= = , , + ,, ,

= = , + ,,

= = ,,

= = ,, = = � �

4.4. Teknik Pengumpulan Sampel

Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah data primer yang merupakan data yang diperoleh langsung dari sumber data. Pengumpulan data dilakukan dengan pengisian kuesioner oleh responden.

4.5. Pengolahan dan Analisis Data

(31)

25

BAB 5

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.1. Hasil Penelitian

5.1.1. Deskripsi Lokasi Penelitian

Penelitian dilaksanakan di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara yang berlokasi di jalan dr. Mansyur no.5 Medan, Indonesia; dimana fakultas ini merupakan salah satu fakultas kebanggaan di Universitas Sumatera Utara. Fakultas Kedokteran USU dibuka tanggal 20 Agustus 1952 oleh Yayasan Universitas Sumatera Utara, yang berlokasi di kelurahan Padang Bulan, kecamatan Medan Baru dengan batas wilayah :

 Batas Utara : Jalan dr. Mansyur, Padang Bulan  Batas Selatan : Fakultas Kesehatan Masyarakat USU  Batas Timur : Jalan Universitas , Padang Bulan  Batas Barat : Fakultas Psikologi USU

Kampus ini memiliki luas sekitar 122 Ha, dengan zona akademik seluas sekitar 100 Ha. Fakultas ini memiliki berbagai ruang kelas, ruang administrasi, ruang laboratorium, ruang skills lab, ruang seminar, ruang perpustakaan, kedai mahasiswa, ruang PEMA, ruang POM, kantin, dan mushola. Fakultas ini menerima kurang lebih 500 mahasiswa per tahunnya yang dapat masuk melalui jalur SNMPTN, SBMPTN, UMB, ACMS dengan syarat-syarat yang telah ditetapkan oleh pihak universitas.

5.1.2. Distribusi Karakteristik Subjek

(32)

26

Tabel 5.1. Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden berdasarkan Jenis Kelamin, Kelompok Umur, Dispepsia dan Kualitas Hidup

Frekuensi Persentase (%)

Berdasarkan jenis kelaminnya, dapat dilihat bahwa jenis kelamin pada subjek lebih banyak didapati jenis kelamin perempuan yaitu sebanyak 49 orang (61,3%) sedangkan untuk jenis kelamin laki-laki sebanyak 31 orang (38,8%).

Berdasarkan kelompok umur, dapat dilihat bahwa kelompok umur pada subjek lebih banyak didapati kelompok umur 21-22 tahun yaitu sebanyak 62 orang (77,5%) sedangkan pada kelompok umur antara 19-20 tahun sebanyak 15 orang (18,8%), dan pada kelompok umur antara 23-24 tahun sebanyak 3 orang (3,8%).

Selain itu, peneliti mendapatkan bahwa subjek yang menderita dispepsia sebanyak 15 orang (18,8%) dan subjek yang tidak menderita dispepsia sebanyak 65 orang (81,2%).

(33)

27

sedangkan pada subjek yang memiliki kualitas hidup kurang sebanyak 12 orang (15%), dan pada subjek yang memiliki kualitas hidup rata-rata sebanyak 7 orang (8,8%),.

Tabel 5.2. Distribusi Dispepsia Berdasarkan Jenis Kelamin Dispepsia

Dari tabel 5.2. diketahui bahwa subjek yang menderita dispepsia pada laki-laki sebanyak 5 orang (33,3%) dan subjek yang menderita dispepsia pada perempuan sebanyak 10 orang (66,7%), selain itu, laki-laki yang tidak menderita dispepsia sebanyak 26 orang (40%) dan perempuan yang tidak menderita dispepsia sebanyak 39 orang (60%).

Tabel 5.3. Distribusi Dispepsia Berdasarkan Umur

Dispepsia

(34)

28

Tabel 5.4. Analisis Hubungan Dispepsia dengan Kualitas Hidup Kualitas Hidup sebanyak 2 orang (2,5%), dan yang memilki kualitas hidup baik sebanyak 1 orang (1,25%). Sedangkan pada subjek yang tidak menderita dispepsia yang memilki kualitas hidup kurang sebanyak 0 orang (0%), yang memilki kualitas hidup rata-rata sebanyak 5 orang (6,25%), dan yang memiliki.kualitas hidup baik sebanyak 60 orang (75%).

Dengan menggunakan uji Mann-Whitney terhadap data tersebut menunjukkan terdapat hubungan yang signifikan antara dispepsia dengan kejadian dispepsia dengan nilai p > 0,05 (p=0,0001).

5.2. Pembahasan 5.2.1. Dispepsia

Diagnostik dispepsia fungsional meliputi salah satu dari perasaan mudah

kenyang, mudah terasa penuh, nyeri pada epigastrium dan disertai tidak dijumpainya

kelainan lain secara struktural organ yang terjadi dalam 3 bulan terakhir dan onset

gejala dialami dalam 6 bulan. Dalam penelitian ini didapatkan subjek yang

menderita dispepsia sebesar 18.8%.

(35)

29

sebagai definisi, prevalensi dispepsia yang tidak terdeteksi telah bervariasi antara 7%-34,2%. Dengan definisi ini, prevalensi dispepsia yang tidak terdeteksi terendah terlihat di Singapura yaitu sebesar 7%-8%, Asia Tenggara. Prevalensi terlihat sedikit lebih tinggi pada orang-orang Skandinavia (14,5%), tingkat prevalensi 23-25.8% terlihat di AS, pada 30,4% penduduk di India dan Selandia Baru (34,2%) memiliki tingkat tertinggi. Prevalensi dispepsia ditemukan 23%- 45% ketika "gejala gastrointestinal bagian atas" dimasukkan sebagai definisi dispepsia. Dengan definisi ini, prevalensi rendah terlihat di Spanyol (23,9%). prevalensi dispepsia yang tidak terdeteksi tercatat 32% di Amerika Serikat. sementara tingkat signifikan lebih tinggi dari 38%-41% tercatat di Inggris. (20-23) dan 45% di Nigeria. (Kumar, 2012)

Berdasarkan hasil penelitian di negara-negara Asia (Cina, Hong Kong, Indonesia, Korea, Malaysia, Singapura, Taiwan, Thailand, dan Vietnam) didapatkan 43-79,5% pasien dengan dispepsia adalah dispepsia fungsional. Dimana prevalensi pasien dispepsia di pelayanan kesehatan mencakup 30% dari pelayanan dokter umum dan 50% dari pelayanan dokter spesialis gastroenterologi. (PGI, 2014)

Dalam penelitian ini didapatkan subjek yang menderita dispepsia berjenis kelamin perempuan sebesar 66,7% dan laki-laki sebesar 33,3%.

Hasil ini sesuai dengan studi Mahadeva (2010) ditemukan penderita dispepsia pada perempuan sebanyak 118 orang (69,4%) dan pada laki-laki sejumlah 52 orang (30,6%).

Peranan hormon masih belum jelas diketahui dalam patogenesis dispepsia fungsional. Dilaporkan adanya penurunan kadar hormon motilin yang menyebabkan gangguan motilitas antroduodenal. Dalam beberapa percobaan, progesteron, estradiol, dan prolaktin memengaruhi kontraktilitas otot polos dan memperlambat waktu transit gastrointestinal. (Abdullah & Gunawan, 2012) 5.2.2. Kualitas Hidup Dengan Dispepsia

(36)

30

signifikan antara dispepsia dibandingkan dengan non-dispepsia dengan nilai p < 0,05 (p=0,0001).

Hasil ini sama ditemukan pada studi Mahadeva (2010) dimana dijumpai penurunan kualitas hidup yang terbagi menjadi lima daerah yaitu rasa nyeri, kecemasan, pergerakan, mengurusi diri sendiri, dan aktivitas biasa. Meskipun orang dewasa dengan dispepsia tampaknya memiliki lebih banyak masalah di semua daerah jika dibandingkan dengan kontrol sehat. namun perbedaan yang signifikan terlihat pada daerah "rasa sakit" dan "kecemasan" dengan p value < 0,0001.

(37)

31

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan

Kesimpulan yang didapatkan berdasarkan hasil penelitian ini, adalah sebagai berikut:

1. Berdasarkan usia dapat dilihat bahwa kelompok usia terbanyak menderita dispepsia adalah kelompok usia 20-21 tahun sebanyak 10 orang (66,7%). 2. Berdasarkan jenis kelaminnya, bahwa penderita dispepsia didapati lebih

banyak pada jenis kelamin perempuan yaitu sebanyak 10 orang (66.7%) sedangkan untuk jenis kelamin laki-laki sebanyak 5 orang (33.3%).

3. Pada kelompok kualitas hidup kurang didapati lebih banyak pada subjek yang menderita dispepsia yaitu sebanyak 12 orang (80%) sedangkan pada subjek yang tidak menderita dispepsia sebanyak 0 orang (0%).

4. Pada kelompok kualitas hidup rata-rata didapati lebih banyak pada subjek yang menderita dispepsia yaitu sebanyak 2 orang (13,3%) sedangkan pada subjek yang tidak menderita dispepsia sebanyak 5 orang (7,7%).

5. Pada kelompok kualitas hidup baik didapati lebih banyak pada subjek yang tidak menderita dispepsia yaitu sebanyak 80 orang (92,3%) sedangkan pada subjek yang menderita dispepsia sebanyak 1 orang (6,7%).

6. Dari hasil penelitian ini, terdapat hubungan yang signifikan antara dispepsia dengan kejadian dispepsia dengan nilai p < 0,05 (p=0,0001).

6.2. Saran

Dari seluruh proses dalam menyelesaikan penelitian ini, maka dapat diungkapkan beberapa saran yang mungkin dapat bermanfaat bagi semua pihak yang berperan dalam penelitian ini. Adapun saran tersebut, yaitu:

1. Bagi subjek penelitian

(38)

32

seperti itu maka mereka harus segera mencari pengobatan atau mampu melakukan pencegahan sedini mungkin.

2. Bagi pendidikan

Menjadikan ceramah awam sebagai salah satu program pendidikan baik di tingkat kesarjanaan maupun di paniteraan klinik.

3. Bagi penelitian

Jika peneliti lain akan melakukan penelitian yang sama maka penelitian ini dapat dijadikan pedoman dalam melakukan penelitian selanjutnya dengan memperluas variabel-variabel lainnya.

4. Bagi pelayanan masyarakat

(39)

4

BAB 2

LANDASAN TEORI

2.1. Anatomi Dan Fisiologi Lambung 2.1.1. Anatomi

Lambung terletak oblik dari kiri ke kanan menyilang di abdomen atas tepat dibawah diafragma. Dalam keadaan kosong lambung berbentuk tabung J, dan bila penuh berbentuk seperti buah alpukat raksasa. Kapasitas normal lambung 1 sampai 2 liter. Secara anatomis lambung terbagi atas fundus, korpus dan antrum pilorus. Sebelah atas lambung terdapat cekungan kurvatura minor, dan bagian kiri bawah lambung terdapat kurvatura mayor. Sfingter kedua ujung lambung mengatur pengeluaran dan pemasukan. Sfingter kardia atau sfingter esofagus bawah, mengalirkan makanan yang masuk kedalam lambung dan mencegah refluks isi lambung memasuki esofagus kembali. Daerah lambung tempat pembukaan sfingter kardia dikenal dengan nama daerah kardia. Disaat sfingter pilorikum berelaksasi makanan masuk kedalam duodenum, dan ketika berkontraksi sfingter ini akan mencegah terjadinya aliran balik isis usus halus kedalam lambung (Sain, 2008).

Menurut Sain (2008) lambung terdiri dari empat lapisan: o Lapisan peritoneal luar yang merupakan lapisan serosa. o Lapisan berotot yang terdiri atas 3 lapisan:

 Serabut longitudinal, yang tidak dalam dan bersambung dengan otot esophagus.

 Serabut sirkuler yang palig tebal dan terletak di pylorus serta membentuk otot sfingter, yang berada dibawah lapisan pertama.  Serabut oblik yang terutama dijumpai pada fundus lambunh dan berjalan dari orivisium kardiak, kemudian membelok kebawah melalui kurva tura minor (lengkung kelenjar).

(40)

5

o Lapisan mukosa yang terletak disebelah dalam, tebal, dan terdiri atas banyak kerutan/ rugae, yang menghilang bila organ itu mengembang karena berisi makanan. Ada beberapa tipe kelenjar pada lapisan ini dan dikategorikan menurut bagian anatomi lambung yang ditempatinya. Kelenjar kardia berada dekat orifisium kardia. Kelenjar ini mensekresikan mukus. Kelenjar fundus atau gastric terletak di fundus dan pada hampir selurus korpus lambung. Kelenjar gastrik memiliki tipe-tipe utama sel. Sel-sel zimognik atau chief cells mensekresikan pepsinogen. Pepsinogen diubah menjadi pepsin dalam suasana asam. Sel-sel parietal mensekresikan asam hidroklorida dan faktor intrinsik. Faktor intrinsik diperlukan untuk absorpsi vitamin B 12 di dalam usus halus. Kekurangan faktor intrinsik akan mengakibatkan anemia pernisiosa. Sel-sel mukus (leher) ditemukan dileher fundus atau kelenjar-kelenjar gastrik. Sel-sel ini mensekresikan mukus. Hormon gastrin diproduksi oleh sel G yang terletak pada pylorus lambung. Gastrin merangsang kelenjar gastrik untuk menghasilkan asam hidroklorida dan pepsinogen. Substansi lain yang disekresikan oleh lambung adalah enzim dan berbagai elektrolit, terutama ion-ion natrium, kalium, dan klorida.

Persarafan lambung sepenuhnya otonom. Suplai saraf parasimpatis untuk lambung dan duodenum dihantarkan ke dan dari abdomen melalui saraf vagus. Trunkus vagus mempercabangkan ramus gastrik, pilorik, hepatik dan seliaka. Pengetahuan tentang anatomi ini sangat penting, karena vagotomi selektif merupakan tindakan pembedahan primer yang penting dalam mengobati tukak duodenum (Sain, 2008).

(41)

6

lambung dan mengkordinasi aktivitas motoring dan sekresi mukosa lambung (Sain, 2008).

Seluruh suplai darah di lambung dan pankreas (serat hati, empedu, dan limpa) terutama berasal dari daerah arteri seliaka atau trunkus seliaka, yang mempecabangkan cabang-cabang yang mensuplai kurvatura minor dan mayor. Dua cabang arteri yang penting dalam klinis adalah arteri gastroduodenalis dan arteri pankreas tikoduodenalis (retroduodenalis) yang berjalan sepanjang bulbus posterior duodenum. Tukak dinding postrior duodenum dapat mengerosi arteria ini dan menyebabkan perdarahan. Darah vena dari lambung dan duodenum, serta berasal dari pankreas, limpa, dan bagian lain saluran cerna, berjalan ke hati melalui vena porta (Sain, 2008).

Gambar 2.1. Anatomi Lambung (Tortora & Gerald, 2009)

2.1.2. Fisiologi

(42)

7

 Sekresi, yaitu kelenjar dalam mukosa lambung mensekresi 1500 – 3000 mL gastric juice (cairan lambung) per hari. Komponene utamanya yaitu mukus, HCL (hydrochloric acid), pensinogen, dan air. Hormon gastrik yang disekresi langsung masuk kedalam aliran darah.

 Mencerna makanan secara kimiawi yaitu dimana pertama kali protein dirobah menjadi polipeptida

 Absorpsi, secara minimal terjadi dalam lambung yaitu absorpsi air, alkohol, glukosa, dan beberapa obat.

 Pencegahan, banyak mikroorganisme dapat dihancurkan dalam lambung oleh HCL.

 Mengontrol aliran chyme (makanan yang sudah dicerna dalam lambung) kedalam duodenum. Pada saat chyme siap masuk kedalam duodenum, akan terjadi peristaltik yang lambat yang berjalan dari fundus ke pylorus.

2.2. Dispepsia 2.2.1. Pengertian

Menurut Sain (2008) dispepsia merupakan kumpulan keluhan/gejala klinis yang terdiri dari rasa tidak enak/sakit di perut bagian atas yang menetap atau mengalami kekambuhan keluhan refluks gastroesofagus klasik berupa rasa panas di dada (heartburn) dan regurgitasi asam lambung kini tidak lagi termasuk dispepsia. Batasan dispepsia terbagi atas dua yaitu

 Dispepsia organik, bila telah diketahui adanya kelainan organik sebagai penyebabnya.

 Dispepsia non organik, atau dispepsia fungsional, atau dispepsia non ulkus (DNU), bila tidak jelas penyebabnya.

2.2.2. Etiologi

(43)

8

2. Pengaruh obat-obatan yang dimakan secara berlebihan dan dalam waktu yang lama.

3. Alkohol dan nikotin rokok. 4. Stres.

5. Tumor atau kanker saluran pencernaan.

2.2.3. Insiden

Dispepsia merupakan salah satu masalah kesehatan yang sering ditemui dokter dalam praktek sehari-hari. Diperkirakan hampir 30% kasus yang dijumpai pada praktek umum dan 60% pada praktek gastroenterologi merupakan dispepsia. Prevalens terjadinya dispepsia di Amerika Serikat tahun 1994 mencapai 26% sedangkan di Inggris 41%. Di Inggris dan Skandinavia pada tahun 1999 dilaporkan angka prevalensi dispepsia berkisar 7 – 41%. Di Indonesia pada tahun 1998 proporsi dispepsia pada klinik kesehatan sehari-hari 20%. (Harahap, 2010) Menurut Sigi, di negara barat prevalensi yang dilaporkan antara 23 dan 41 %. Sekitar 4 % penderita berkunjung ke dokter umumnya mempunyai keluhan dispepsia. Didaerah asia pasifik, dispepsia juga merupakan keluhan yang banyak dijumpai, prevalensinya sekitar 10 – 20 % (Sain, 2008).

2.2.4. Faktor Risiko

Menurut Sain (2008) faktor risiko dispepsia terdiri dari: 1. Sekresi asam lambung

(44)

9

10.Faktor genetik

2.2.5. Manifestasi Klinis

Menurut Sain (2008) faktor manifestasi klinis dispepsia terdiri dari: 1. Nyeri perut (abdominal discomfort)

2. Rasa perih di ulu hati

3. Mual, kadang-kadang sampai muntah 4. Nafsu makan berkurang

5. Rasa lekas kenyang 6. Perut kembung

7. Rasa panas di dada dan perut

8. Regurgitasi (keluar cairan dari lambung secara tiba-tiba)

2.2.6. Klasifikasi

Menurut Sain (2008) faktor klasifikasi dispepsia terdiri dari:

1. Dispepsia organik, bila telah diketahui adanya kelainan organik sebagai penyebabnya.

2. Dispepsia non organik, atau dispepsia fungsional, atau dispepsia non ulkus (DNU), bila tidak jelas penyebabnya.

2.2.7. Patofisiologi

Dari sudut pandang patofisiologis, proses yang paling banyak dibicarakan dan potensial berhubungan dengan dispepsia fungsional adalah hipersekresi asam lambung, infeksi Helicobacter pylori, dismotilitas gastrointestinal,dan hipersensitivitas viseral. Ferri et al. (2012) menegaskan bahwa patofi siologi dispepsia hingga kini masih belum sepenuhnya jelas dan penelitian-penelitian masih terus dilakukan terhadap faktor-faktor yang dicurigai memiliki peranan bermakna, seperti di bawah ini (Sain, 2008)

(45)

10

Kasus dispepsia fungsional umumnya mempunyai tingkat sekresi asam lambung, baik sekresi basal maupun dengan stimulasi pentagastrin, yang rata-rata normal. Diduga terdapat peningkatan sensitivitas mukosa lambung terhadap asam yang menimbulkan rasa tidak enak di perut. (Abdullah & Gunawan, 2012)

2.2.7.2. Helicobacter Pylori

Infeksi Helicobacter pylori (Hp) mempengaruhi terjadinya dispepsia fungsional. Penyelidikan epidemiologi menunjukkan kejadian infeksi Hp pada pasien dengan dispepsia cukup tinggi, walaupun masih ada perbedaan pendapat mengenai pengaruh Hp terhadap dispepsia fungsional. Diketahui bahwa Hp dapat merubah sel neuroendokrin lambung. Sel neuroendokrin menyebabkan peningkatan sekresi lambung dan menurunkan tingkat somatostatin. (Mustawa, 2012)

2.2.7.3. Dismotilitas

Selama beberapa waktu, dismotilitas telah menjadi fokus perhatian dan beragam abnormalitas motorik telah dilaporkan, diantaranya keterlambatan pengosongan lambung, akomodasi fundus terganggu, distensi antrum, kontraktilitas fundus postprandial, dan dismotilitas duodenal. Beragam studi melaporkan bahwa pada dispepsia fungsional, terjadi perlambatan pengosongan lambung dan hipomotilitas antrum (hingga 50% kasus), tetapi harus dimengerti bahwa proses motilitas gastrointestinal merupakan proses yang sangat kompleks, sehingga gangguan pengosongan lambung saja tidak dapat mutlak menjadi penyebab tunggal adanya gangguan motilitas. (Abdullah & Gunawan, 2012)

2.2.7.4. Ambang Rangsang Persepsi

(46)

11

semua gangguan fungsional dan dilaporkan terjadi pada 30-40% pasien dengan dispepsia fungsional. (Abdullah & Gunawan, 2012)

Mekanisme hipersensitivitas ini dibuktikan melalui uji klinis pada tahun 2012. Dalam penelitian tersebut, sejumlah asam dimasukkan ke dalam lambung pasien dispepsia fungsional dan orang sehat. Didapatkan hasil tingkat keparahan gejala dispeptik lebih tinggi pada individu dispepsia fungsional. Hal ini membuktikan peranan penting hipersensitivitas dalam patofisiologi dispepsia. (Abdullah & Gunawan, 2012)

2.2.7.5. Disfungsi Autonom

Disfungsi persarafan vagal diduga berperan dalam hipersensitivitas gastrointestinal pada kasus dispepsia fungsional. Adanya neuropati vagal juga diduga berperan dalam kegagalan relaksasi bagian proksimal lambung sewaktu menerima makanan, sehingga menimbulkan gangguan akomodasi lambung dan rasa cepat kenyang. (Abdullah & Gunawan, 2012)

2.2.7.6. Aktivitas Mioelektrik Lambung

Adanya disritmia mioelektrik lambung pada pemeriksaan elektrogastrografi terdeteksi pada beberapa kasus dispepsia fungsional, tetapi peranannya masih perlu dibuktikan lebih lanjut. (Abdullah & Gunawan, 2012)

2.2.7.7. Peranan Hormonal

Peranan hormon masih belum jelas diketahui dalam patogenesis dispepsia fungsional. Dilaporkan adanya penurunan kadar hormon motilin yang menyebabkan gangguan motilitas antroduodenal. Dalam beberapa percobaan, progesteron, estradiol, dan prolaktin memengaruhi kontraktilitas otot polos dan memperlambat waktu transit gastrointestinal. (Abdullah & Gunawan, 2012)

2.2.7.8. Diet Dan Faktor Lingkungan

(47)

12

terhadap distensi lambung yang diinduksi oleh infus lemak ke dalam duodenum. Gejalanya pada umumnya adalah mual dan perut kembung. (Rudy Dwi Laksono, 2011)

2.2.7.9. Psikologis

Adanya stres akut dapat memengaruhi fungsi gastrointestinal dan mencetuskan keluhan pada orang sehat. Dilaporkan adanya penurunan kontraktilitas lambung yang mendahului keluhan mual setelah pemberian stimulus berupa stres. Kontroversi masih banyak ditemukan pada upaya menghubungkan faktor psikologis stres kehidupan, fungsi autonom, dan motilitas. Tidak didapatkan kepribadian yang karakteristik untuk kelompok dispepsia fungsional ini, walaupun dalam sebuah studi dipaparkan adanya kecenderungan masa kecil yang tidak bahagia, pelecehan seksual, atau gangguan jiwa pada kasus dispepsia fungsional. (Abdullah & Gunawan, 2012)

2.2.7.10. Faktor Genetik

Genetik merupakan faktor predisposisi pada penderita gangguan gastrointestinal fungsional. Faktor genetik dapat mengurangi jumlah sitokin antiinflamasi (Il-10, TGF-β). Penurunan sitokin antiinflamasi dapat menyebabkan peningkatan sensitisasi pada usus. Selain itu polimorfisme genetik berhubungan dengan protein dari sistem reuptake synaptic serotonin serta reseptor

polimorfisme alpha adrenergik yang mempengaruhi motilitas dari usus.

Insiden keluarga yang mengalami gangguan fungsional gastrointestinal berhubungan dengan potensi genetik. Perbedaan pada kelenjar axis hipotalamus pituitary adrenal menjadi hasil temuan yang menarik. Pada pasien gangguan gastrointestinal fungsional terjadi hiperaktifitas dari axis hypothalamus pituitarity adrenal. (Mustawa, 2012)

2.2.7.11. Hipersensitivitas Viseral

Hipersensitivitas viseral merupakan suatu distensi mekanik akibat

(48)

13

penyakit gastrointestinal fungsional. Fenomena ini berdasarkan mekanisme perubahan perifer. Sensasi viseral ditransmisikan dari gastrointestinal ke otak, dimana sensasi nyeri dirasakan. Peningkatan persepsi nyeri sentral berhubungan dengan peningkatan sinyal dari usus. (Mustawa, 2012)

Peningkatan perangsangan pada dinding perut menunjukkan disfungsi pada aktivitas aferen. Secara umum terganggunya aktivitas serabut aferen

(49)

14

Gambar 2.2. Mekanisme Dispesia Akibat Stres. (Mustawa, 2012)

2.2.8. Pencegahan

Pola makan yang normal dan teratur, pilih makanan yang seimbang dengan kebutuhan dan jadwal makan yang teratur, sebaiknya tidak mengkomsumsi makanan yang berkadar asam tinggi, cabai, alkohol, dan pantang rokok, bila harus makan obat karena sesuatu penyakit, misalnya sakit kepala, gunakan obat secara wajar dan tidak mengganggu fungsi lambung. (Sain, 2008).

2.2.9. Penatalaksanaan Medik

2.2.9.1. Penatalaksanaan Non Farmakologis

(50)

15

b. Menghindari faktor resiko seperti alkohol, makanan yang peda, obat-obatan yang berlebihan, nikotin rokok, dan stres

c. Atur pola makan.

Gejala dapat dikurangi dengan menghindari makanan yang mengganggu, diet tinggi lemak, kopi, alkohol, dan merokok. Selain itu, makanan kecil rendah lemak dapat membantu mengurangi intensitas gejala. Ada juga yang merekomendasikan untuk menghindari makan yang terlalu banyak terutama di malam hari dan membagi asupan makanan sehari-hari menjadi beberapa makanan kecil. Alternatif pengobatan yang lain termasuk hipnoterapi, terapi relaksasi dan terapi perilaku. (Mustawa, 2012)

2.2.9.2. Penatalaksanaan Farmakologis 2.2.9.2.1. Antasida

Golongan ini mudah didapat dan murah. Antasida akan menetralisir sekresi asam lambung. Antasida biasanya mengandung natrium bikarbonat, Al(OH)3, Mg(OH)2, dan magnesium trisiklat. Pemberian antasida tidak dapat dilakukan terus-menerus, karena hanya bersifat simtomatis untuk mengurangi nyeri. Magnesium trisiklat merupakan adsorben nontoksik, namun dalam dosis besar akan menyebabkan diare karena terbentuk senyawa MgCl2. (Mustawa, 2012)

2.2.9.2.2. Antikolinergik

Kerja obat ini tidak sepsifik, Obat yang agak selektif adalah pirenzepin yang bekerja sebagai anti reseptor muskarinik yang dapat menekan sekresi asam lambung sekitar 28% sampai 43%. Pirenzepin juga memiliki efek sitoprotektif. (Mustawa, 2012)

(51)

16

Golongan obat ini banyak digunakan untuk mengobati dispepsia organik atau esensial seperti tukak peptik. Obat yang termasuk golongan ini adalah simetidin, ranitidin, dan famotidin. (Mustawa, 2012)

2.2.9.2.4. Proton Pump Inhibitor (PPI)

Golongan obat ini mengatur sekresi asam lambung pada stadium akhir dari proses sekresi asam lambung. Obat-obat yang termasuk golongan PPI adalah omeprazol, lansoprazol, dan pantoprazol. (Mustawa, 2012)

2.2.9.2.5. Sitoprotektif

Prostaglandin sintetik seperti misoprostol (PGE1) dan enprostil (PGE2) selain bersifat sitoprotektif juga menekan sekresi asam lambung oleh sel parietal.

Sukralfat berfungsi meningkatkan prostaglandin endogen, yang selanjutnya memperbaiki mikrosirkulasi, meningkatkan produksi mucus dan meningkatkan sekresi bikarbonat mukosa, serta membentuk lapisan protektif (sile protective) yang bersenyawa dengan protein sekitar lesi mukosa saluran cerna bagian atas. (Mustawa, 2012)

2.2.9.2.6. Golongan Prokinetik

Obat yang termasuk golongan ini yaitu sisaprid, domperidon, dan metoklopramid. Golongan ini cukup efektif untuk mengobati dispepsia fungsional dan refluks esofagitis dengan mencegah refluks dan memperbaiki asam lambung. (Mustawa, 2012)

2.2.9.2.7. Golongan Anti Depresi

(52)

17

Pengobatan untuk dispepsia fungsional masih belum jelas. Beberapa pengobatan yang telah didukung oleh bukti ilmiah adalah pemberantasan Helicobacter pylori, PPI, dan terapi psikologi. Pengobatan yang belum didukung bukti : antasida, antispasmodik, bismuth, terapi diet, terapi herbal, antagonis reseptor H2, misoprostol, golongan prokinetik, selective serotonin-reuptake inhibitor, sukralfat, dan antidepresan. (Mustawa, 2012)

2.2.10. Test Diagnostik

Pemeriksaan penunjang dilakukan untuk menyingkirkan adanya kelainan organik, pemeriksaan untuk dispepsia terbagi pada beberapa bagian

Pemeriksaan laboratorium, biasanya meliputi hitung jenis sel darah yang lengkap dan pemeriksaan darah dalam tinja, dan urin. Jika ditemukan leukositosis berarti ada tanda-tanda infeksi. Jika tampak cair berlendir atau banyak mengandung lemak pada pemeriksaan tinja kemungkinan menderita malabsorpsi. Seseorang yang diduga menderita dispepsia ulkus sebaiknya diperiksa derajat keasaman lambung. Jika diduga suatu keganasan, dapat diperiksa tumor marker seperti CEA (dugaan karsinoma kolon), dan CA 19-9 (dugaan karsinoma pankreas). (Mustawa, 2012)

Barium enema untuk memeriksa saluran cerna pada orang yang mengalami kesulitan menelan atau muntah, penurunan berat badan atau mengalami nyeri yang membaik atau memburuk bila penderita makan. (Mustawa, 2012)

(53)

18

Pemeriksaan penunjang lainnya seperti foto polos abdomen, serologi H. pylori, urea breath test, dan lain-lain dilakukan atas dasar indikasi. (Mustawa, 2012)

2.3. Batasan Kualitas Hidup

Kualitas hidup adalah keadaan yang dipersepsikan terhadap keadaan seseorang sesuai konteks budaya dan sistem nilai yang dianutnya, termasuk tujuan hidup, harapan dan niatnya. (Elvina, 2011)

Dikutip dari kualitas hidup menurut Jennifer J. Clinch, Deborah Dudgeeon dan Harvey Schipper dalam Elvina (2011), Kualitas hidup mencakup:

a. Gejala fisik

b. Kemampuan fungsional (aktivitas) c. Kesejahteraan keluarga

d. Spiritual e. Fungsi sosial

f. Kepuasan terhadap pengobatan (termasuk masalah keuangan) g. Orientasi masa depan

h. Kehidupan seksual, termasuk gambaran terhadap diri sendiri i. Fungsi dalam bekerja

2.4. Hubungan Kesehatan dengan Kualitas Hidup

Kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa dan sosial yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan ekonomis (UU no.23/1992 tentang kesehatan). Kesehatan adalah kebutuhan dasar dan modal utama untuk mencapai kualitas hidup yang terbaik. (Elvina, 2011)

2.5. Hubungan Dispepsia dengan Kualitas Hidup

(54)

19

(55)

1

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Istilah dispepsia berasal dari bahaasa Yunani ‘dys’ (=buruk) dan pepsis (=pencernaan) merujuk kepada gejala-gejala yang diduga berasal dari saluran cerna bagian atas yaitu perasaan tidak enak atau nyeri perut bagian atas.

Di Amerika Serikat dan negara negara Barat, rata-rata 1 dari 4 orang mengalami dispepsia, sampai 40% rujukan rawat jalan ke klinik ganstroenterologi. Pada suatu survei populasi (n=2066) di Inggris Barat-Daya, 38% mengalami dispepsia dalam 6 bulan terakhir, sedangkan 25% mempunyai riwayat dispepsia di masa lalu. Kelompok yang pernah mengalami dispepsia 37%. (Tedjopranoto, 1999)

Dispepsia merupakan salah satu masalah kesehatan yang sering ditemui dokter dalam praktek sehari-hari. Diperkirakan hampir 30% kasus yang dijumpai pada praktek umum dan 60% pada praktek gastroenterologi merupakan dispepsia. Prevalens terjadinya dispepsia di Amerika Serikat tahun 1994 mencapai 26% sedangkan di Inggris 41%. Di Inggris dan Skandinavia pada tahun 1999 dilaporkan angka prevalensi dispepsia berkisar 7 – 41%. Di Indonesia pada tahun 1998 proporsi dispepsia pada klinik kesehatan sehari-hari 20%.(Harahap, 2010)

Menurut Hutapea (2014), responden mengalami dispepsia fungsional sebanyak 11 dari 94 subjek pada mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

Kualitas hidup adalah keadaan yang dipersepsikan terhadap keadaan seseorang sesuai konteks budaya dan sistem nilai yang dianutnya, termasuk tujuan hidup, harapan dan niatnya. (Elvina, 2011)

Dikutip dari kualitas hidup menurut Jennifer J. Clinch, Deborah Dudgeeon dan Harvey Schipper dalam Elvina (2011), Kualitas hidup mencakup :

a. Gejala fisik

(56)

2

c. Kesejahteraan keluarga d. Spiritual

e. Fungsi sosial

f. Kepuasan terhadap pengobatan (termasuk masalah keuangan) g. Orientasi masa depan

h. Kehidupan seksual, termasuk gambaran terhadap diri sendiri i. Fungsi dalam bekerja

Kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa dan sosial yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan ekonomis (UU no.23/1992 tentang kesehatan). Kesehatan adalah kebutuhan dasar dan modal utama untuk mencapai kualitas hidup yang terbaik. (Elvina, 2011)

1.2. Rumusan Masalah

Apakah terdapat perbedaan kualitas hidup pada penderita dispepsia dengan non-dispepsia.

1.3. Tujuan Penelitian A. Tujuan Umum

Untuk mengetahui perbedaan kualitas hidup penderita dispepsia dengan non-dispepsia pada mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara Tahun 2012.

B. Tujuan Khusus

1. Untuk mendapatkan gambaran demografis dispepsia pada mahasiswa Fakulas Kedokteran Universitas Sumatera Utara. 2. Untuk mendapatkan mendapatkan distribusi dispepsia berdasarkan

(57)

3

1.1 Manfaat Penelitian 1.1.1 Bagi Masyarakat

Melalui penelitian ini masyarakat dapat lebih memahami tentang penyakit dispepsia serta tanda dan gejala agar dapat mencegah terjadinya penyakit dispepsia.

1.1.2 Bagi Puskesmas dan Dinas Kesehatan Kota Medan

Dapat memberikan informasi mengenai jumlah penderita dispepsia yang terdapat dalam masyarakat untuk mengembangkan program pencegahan maupun pelayanan kesehatan bagi penderita dispepsia.

1.1.3 Bagi Peneliti

Dapat menjadi pembelajaran serta menambah wawasan dalam melakukan penelitian di bidang kesehatan dan dapat mengaplikasikan pengetahuan tersebut dalam melakukan praktik keseharian.

1.1.4 Bagi Institusi Pendidikan

(58)

ii

ABSTRAK

Pendahuluan: Gastritis, tukak peptik, maupun dispepsia merupakan masalah kesehatan di masyarakat. Sindrom dispepsia cukup mengganggu penderitanya hingga tidak dapat melakukan aktivitas secara normal.

Metode: Penelitian ini bersifat analitik dengan rancangan penelitian potong lintang. Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini adalah consecutive sampling yaitu melibatkan sejumlah mahasiswa yang berusia 19-24 tahun. Dari Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara, Medan, didapatkan 80 mahasiswa yang berusia 19-24 tahun yang dipilih secara acak untuk menjadi subjek penelitian. Pengumpulan data diawali dengan pengisian kuisioner PADYQ untuk menilai dispepsia dan SF-36 untuk menilai kualitas hidup oleh mahasiswa sebagai reponden penelitian. Data kemudian dianalisis dengan menggunakan progam komputer SPSS. Hasil: Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 80 mahasiswa yang terpilih menjadi sampel, terdiri dari 11 (36,8%) laki-laki dan 49 (61,2%) perempuan. 65 (81,2%) subjek memiliki skor PADYQ < 6, sedangkan yang skornya ≥ 6 sebanyak 15 (18,8%) subyek. Kualitas hidup secara signifikan berbeda pada kelompok subyek tanpa gejala dispepsia dibandingkan dengan kelompok subyek dengan gejala dispepsia. Ada perbedaan kualitas hidup pada subyek dengan gejala dispepsia (p <0,05).

Kesimpulan: Terdapat perbedaan yang signifikan antara kualitas hidup responden yang menderita dispepsia dibandingkan dengan responden yang tidak menderita dispepsia (p value = 0,0001).

(59)

iii

ABSTRACT

Introduction: Gastritis, peptic ulcer, and dyspepsia is a health problem in the community. Dyspepsia syndrome sufferer quite annoying to not be able to perform normal activities.

Methods: This research is an analytic cross-sectional study design. The sampling technique in this research is the consecutive sampling that involve a number of students aged 19-24 years. From the Faculty of Medicine, University of North Sumatra, Medan, obtained 80 students aged 19-24 years who were randomly selected to be the subject of research. Data collection begins with filling the questionnaire PADYQ to assess dyspepsia and SF-36 to assess quality of life by students as research respondents. Data were analyzed using SPSS computer program.

Results: The results showed that of the 80 students who elected to samples, consisting of 31 (38,8%) men and 49 (61,2%) women. 65 (81,2%) subjects had PADYQ score <6, while scores ≥ 6 of 15 (18,8%) subjects. Quality of life was significantly different in the group of subjects without dyspeptic symptoms compared with the group of subjects with dyspeptic symptoms. There is a difference in the quality of life in subjects with dyspeptic symptoms (p <0.05).

Conclusion: There are significant differences between the quality of life of respondents who suffer from dyspepsia as compared to those who did not suffer from dyspepsia (p value = 0.0001).

(60)

PERBANDINGAN KUALITAS HIDUP PENDERITA

DISPEPSIA DENGAN NON-DISPEPSIA PADA MAHASISWA

FK USU

Oleh :

DIDI ANTHONI WIRAWAN

120100106

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(61)

PERBANDINGAN KUALITAS HIDUP PENDERITA

DISPEPSIA DENGAN NON-DISPEPSIA PADA MAHASISWA

FK USU

KARYA TULIS ILMIAH

“ Karya Tulis Ilmiah ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh kelulusan Sarjana Kedokteran ”

Oleh :

DIDI ANTHONI WIRAWAN

120100106

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(62)

LEMBAR PENGESAHAN

Perbandingan Kualitas Hidup Penderita Dispepsia Dengan Non-Dispepsia

pada Mahasiswa FK USU

Nama : Didi Anthoni Wirawan NIM : 120100106

Pembimbing Penguji I

Prof.dr.Gontar Alamsyah Siregar, Sp.PD-KGEH Dr. dr. Elmeida Effendy, Sp.KJ

NIP. 19540220 198011 1 001 NIP.

197205011999032004

Penguji II

dr. Supriatmo, Mked(Ped), Sp.A(K) NIP. 140256793

Medan, 22 Desember 2015 Dekan

Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara

(63)

ii

ABSTRAK

Pendahuluan: Gastritis, tukak peptik, maupun dispepsia merupakan masalah kesehatan di masyarakat. Sindrom dispepsia cukup mengganggu penderitanya hingga tidak dapat melakukan aktivitas secara normal.

Metode: Penelitian ini bersifat analitik dengan rancangan penelitian potong lintang. Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini adalah consecutive sampling yaitu melibatkan sejumlah mahasiswa yang berusia 19-24 tahun. Dari Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara, Medan, didapatkan 80 mahasiswa yang berusia 19-24 tahun yang dipilih secara acak untuk menjadi subjek penelitian. Pengumpulan data diawali dengan pengisian kuisioner PADYQ untuk menilai dispepsia dan SF-36 untuk menilai kualitas hidup oleh mahasiswa sebagai reponden penelitian. Data kemudian dianalisis dengan menggunakan progam komputer SPSS. Hasil: Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 80 mahasiswa yang terpilih menjadi sampel, terdiri dari 11 (36,8%) laki-laki dan 49 (61,2%) perempuan. 65 (81,2%) subjek memiliki skor PADYQ < 6, sedangkan yang skornya ≥ 6 sebanyak 15 (18,8%) subyek. Kualitas hidup secara signifikan berbeda pada kelompok subyek tanpa gejala dispepsia dibandingkan dengan kelompok subyek dengan gejala dispepsia. Ada perbedaan kualitas hidup pada subyek dengan gejala dispepsia (p <0,05).

Kesimpulan: Terdapat perbedaan yang signifikan antara kualitas hidup responden yang menderita dispepsia dibandingkan dengan responden yang tidak menderita dispepsia (p value = 0,0001).

(64)

iii

ABSTRACT

Introduction: Gastritis, peptic ulcer, and dyspepsia is a health problem in the community. Dyspepsia syndrome sufferer quite annoying to not be able to perform normal activities.

Methods: This research is an analytic cross-sectional study design. The sampling technique in this research is the consecutive sampling that involve a number of students aged 19-24 years. From the Faculty of Medicine, University of North Sumatra, Medan, obtained 80 students aged 19-24 years who were randomly selected to be the subject of research. Data collection begins with filling the questionnaire PADYQ to assess dyspepsia and SF-36 to assess quality of life by students as research respondents. Data were analyzed using SPSS computer program.

Results: The results showed that of the 80 students who elected to samples, consisting of 31 (38,8%) men and 49 (61,2%) women. 65 (81,2%) subjects had PADYQ score <6, while scores ≥ 6 of 15 (18,8%) subjects. Quality of life was significantly different in the group of subjects without dyspeptic symptoms compared with the group of subjects with dyspeptic symptoms. There is a difference in the quality of life in subjects with dyspeptic symptoms (p <0.05).

Conclusion: There are significant differences between the quality of life of respondents who suffer from dyspepsia as compared to those who did not suffer from dyspepsia (p value = 0.0001).

(65)

iv

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah Yang Maha Esa atas rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan Jurnal dengan judul “Perbandingan Kualitas Hidup Penderita Dispepsia Dengan Non-Dispepsia pada Mahasiswa FK USU”, untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar kesarjanaan pada Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

Selama proses penelitian dan penulisan skripsi ini, penulis banyak mendapat bantuan, bimbingan, dan dukungan dari berbagai pihak dengan memberikan butir-butir pemikiran yang sangat berharga bagi penulis baik secara langsung maupun tidak langsung. Untuk itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Prof. Dr. Gontar A. Siregar, Sp. PD-KGEH, selaku Dosen Pembimbing yang telah memberi banyak arahan dan masukan kepada penulis sehingga karya tulis ilmiah ini dapat terselesaikan dengan baik.

2. DR. Dr. Elmeida Effendy, M.Ked (KJ), Sp.KJ, selaku Dosen Penguji I yang telah memberikan petunjuk-petunjuk serta nasihat-nasihat dalam penyempurnaan penulisan karya tulis ilmiah ini.

3. Dr. Supriatmo, M.Ked (Ped), Sp.A(K), selaku Dosen Penguji II yang telah memberikan petunjuk-petunjuk serta nasihat-nasihat dalam penyempurnaan penulisan karya tulis ilmiah ini.

4. Dr.Riri Andri Muzasti M.Ked (PD) Sp.PD., selaku Dosen Pembimbing Akademik yang telah membimbing selama menempuh pendidikan.

5. Seluruh staf pengajar dan civitas akademika Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara atas bimbingan selama perkuliahan hingga penyelesaian studi dan juga penulisan karya tulis ilmiah ini.

6. Kepada keluarga yang memberi dukungan moral, semangat, ekonomi, modal, dan doa hingga terselesaikannya karya tulis ini.

Gambar

Tabel 1: Skor dari tiap-tiap pertanyaan
Pertanyaan  Tabel 1  10 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 12
Tabel 5.1. Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden berdasarkan Jenis
Tabel 5.2. Distribusi Dispepsia Berdasarkan Jenis Kelamin
+4

Referensi

Dokumen terkait

Apabila SPT disampaikan oleh Wajib Pajak ke KPP Lama dengan menggunakan NPWP Lama atau NPWP Baru sejak tanggal SMT, baik dalam bentuk media kertas atau media elektronik ( e -SPT),

The work presented in this paper, based on the results of the SLOPE (Integrated proceSsing and controL systems fOr sustainable forest Production in mountain arEas)

membuat Berita Acara Serah Terima Berkas Wajib Pajak yang akan diserahkan kepada Kanwil Baru dengan menggunakan formulir pada Lampiran II-3 Peraturan Direktur Jenderal Pajak

Among measured and calculated odontometric parameters the occlusal surface relief indicator has a special place as it is found to be relevant to anatomical occlusal

- tersedianya data perencanaan pembangunan jalan dan jembatan - terbangunnya dan terpeliharanya jalan dan jembatan - tersedianya data kondisi jalan dan jembatan kewenangan

For this purpose, multi-temporal photogrammetric acquisitions, with a resolution better than 100 microns, are performed at different stages of the brain ’s dissection, and the

Siswa kemudian menuliskan kegiatan yang dilakukannya tersebut (berolah raga, ke rumah nenek, berkebun, pergi ke kota, dan sebagainya). Guru mengingatkan siswa untuk menulis dengan

Consequently, the actual task for up-to-date digital image processing tools is the development of algorithms for determining the source and model of the DSLR (Digital Single