• Tidak ada hasil yang ditemukan

Evaluasi Rancangan Alat Bantu pada Stasiun Pencetakan Batu Bata dengan Pendekatan Ergonomi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Evaluasi Rancangan Alat Bantu pada Stasiun Pencetakan Batu Bata dengan Pendekatan Ergonomi"

Copied!
77
0
0

Teks penuh

(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
(9)
(10)
(11)
(12)
(13)
(14)
(15)

DAFTAR PUSTAKA

E. Nurmianto, Ergonomi, Konsep Dasar dan Aplikasinya, Surabaya: PT. Guna Widya, 1996

Agil, Fitra. Rancangan Fasilitas Kerja Pada Stasiun Pencetakan Di UKM Gunung Jati, Universitas Sumatera Utara, 2015

Kurnianingtyas, C.D., Perbaikan Fasilitas Kerja Pada Aktivitas Penghalusan Kayu Untuk Memperbaiki Postur Kerja Di Industri Kerajinan Mainan Anak-anak, Universitas Atmajaya Yogyakarta, 2015

Middlesworth, Mark, A Step by Step Guide Rapid Entire Body Assessment (REBA). Ergonomics Plus Inc

Mutia, Mega, Pengukuran Beban Kerja Fisiologis dan Psikologis pada Operator Pemetikan the dan Operator Produksi The Hijau di PT Mitra Kerinci,

Universitas Andalas Padang, 2014

S.H. Tarwaka, A. Bakri dan L. Sudiajeng, Ergonomi Untuk Kesehatan dan Keselamatan Kerja dan Produktivitas, Surakarta: UNIBA Press, 2004

(16)

Usaha Kilang Ngatiyem

(17)

BAB III

LANDASAN TEORI

3.1 Beban Kerja1

1

S.H. Tarwaka, A. Bakri dan L. Sudiajeng, Ergonomi Untuk Kesehatan dan Keselamatan Kerja dan Produktivitas, Surakarta: UNIBA Press, 2004, hlm. 95

Tubuh manusia dirancang untuk dapat melakukan aktivitas kerja sehari-hari. Adanya massa otot yang bobotnya hampir lebih dari separuh berat tubuh, memungkinkan kita untuk dapat menggerakkan tubuh dan melakukan pekerjaan. Pekerjaan disatu pihak mempunyai arti penting bagi kemajuan dan peningkatan prestasi. Sedangkan di pihak lain, dengan pekerjaan berarti tubuh akan menerima beban dari luar tubuhnya. Hal ini menunjukkan bahwa setiap pekerjaan merupakan beban bagi yang bersangkutan. Beban tersebut dapat berupa beban fisik maupun beban mental.

Berdasarkan sudut pandang ergonomi, setiap beban kerja diterima oleh seseorang harus sesuai atau seimbang baik terhadap kemampuan fisik, kemampuan kognitif maupun keterbatasan manusia yang menerima beban tersebut.

(18)

Secara umum hubungan antara beban kerja dan kapasitas kerja seseorang dipengaruhi oleh beberapa faktor yang cukup kompleks, baik itu faktor internal maupun faktor eksternal.

1. Faktor Eksternal

Faktor eksternal beban kerja merupakan beban kerja yang datang dari luar tubuh pekerja. Beberapa contoh yang termasuk dalam beban kerja eksternal antara lain adalah: tugas atau task, organisasi serta lingkungan kerja. Aspek ini sering dikenal dengan naman stressor.

a. Tugas atau task terdiri dari dua macam atau kategori yaitu tugas yang bersifat fisik dan bersifat mental. Tugas yang bersifat fisik antara lain stasiun kerja, tata ruang tempat kerja, alat dan sarana kerja, kondisi atau medan kerja, sikap kerja, cara angkat-angkut, beban yang diangkat atau beban yang diangkut, alat bantu kerja, sarana informasi dan alur kerja. Sedangkan tugas yang bersifat mental antara lain kompleksitas pekerjaan, tingkat kesulitan pekerjaan yang mempengaruhi emosi pekerja dan tanggung jawab terhadap pekerjaan yang dilakukan.

b. Organisasi kerja yang mempengaruhi beban kerja pekerja antara lain: durasi atau lamanya waktu kerja, waktu istirahat, shift kerja, system pengupahan, struktur organisasi, dan lain-lain.

c. Lingkungan kerja yang dapat mempengaruhi beban kerja antara lain: 1. Lingkungan kerja fisik seperti suhu udara, intensitas cahaya,

Kebisingan dan lainnya.

(19)

3. Lingkungan kerja biologis seperti virus, bakteri, parasit, jamur, dan lainlain.

a. Lingkungan kerja psikologis seperti hubungan antara pekerja yang satu dengan pekerja yang lain baik itu hubungan secara vertikal atapun horizontal.

2. Faktor Internal

Faktor internal beban kerja merupakan beban kerja yang berasal dari dalam tubuh pekerja itu sendiri yang muncul sebagai bentuk reaksi tubuh pekerja terhadap beban eksternal yang ada. Reaksi yang diberikan dari tubuh ini dinamakan strain. Strain ini dapat diukur untuk dilihat berat atau tidaknya beban yang dialami dengan menggunakan metode pengukuran secara subjektif ataupun objektif. Yang termasuk dalam beban kerja internal antara lain adalah faktor somatis pekerja dan faktor psikis dengan detail sebagai berikut:

1. Faktor somatis terdiri dari jenis kelamin, umur, ukuran tubuh, kondisi kesehatan, dan status gizi.

2. Faktor psikis terdiri dari motivasi, persepsi, kepercayan, keinginan, kepuasan, dan lain-lain.

3.2 Jenis Beban Kerja

(20)

dalam hubungannya dengan beban kerja. Ada orang yang lebih cocok untuk menanggung beban fisik, tetapi ada orang lain akan lebih cocok melakukan pekerjaan yang lebih banyak pada beban mental atau sosial.

3.2.1 Beban Kerja Mental

(21)

3.2.2 Beban Kerja Fisik

Beban kerja fisik merupakan perbedaan antara tuntutan pekerjaan dengan kemampuan pekerja untuk memenuhi tuntutan pekerjaan itu secara fisik. Beban kerja untuk jenis ini lebih mudah diketahui karena dapat diukur secara langsung dari kondisi fisik yang bersangkutan. penilaian beban kerja fisik dapat dilakukan dengan dua metode secara objektif, yaitu penelitian secara langsung dan metode tidak langsung. Metode pengukuran langsung yaitu dengan mengukur oksigen yang dikeluarkan (energy expenditure) melalui asupan energi selama bekerja.

Semakin berat kerja semakin banyak energi yang dikeluarkan. dengan menggunakan asupan oksigen lebih akurat, namun hanya mengukur secara singkat dan peralatan yang diperlukan sangat mahal. salah satu pendekatan untuk mengetahui berat ringannya beban kerja adalah dengan menghitung nadi kerja, konsumsi energi, kapasitas ventilasi paru dan suhu inti tubuh. Pada batas tertentu ventilasi paru, denyut jantung, dan suhu tubuh mempunyai hubungan yang linear dengan konsumsi oksigen atau pekerjaan yang dilakukan. denyut jantung adalah suatu alat estimasi laju metabolisme yang baik, kecuali dalam keadaan emosi dan konsodilatasi.

(22)

berarti atau sebaliknya. Sebaliknya, bila beban kerja yang diberikan terlalu ringan maka akan menimbulkan kebosanan pada seseorang atau operator.

Kebutuhan utama dalam pergerakkan otot adalah kebutuhan akan oksigen yang dibawa oleh darh ke otot untuk pembakaran zat dalam menghasilkan energi. Sehingga jumlah oksigen yang dipergunakan oleh tubuh merupakan salah satu indikator pembebanan selama bekerja. Dengan demikian setiap aktivitas pekerjaan Berdasarkan hal tersebut maka kebutuhan kalori dapat digunakan sebagai indikator untuk menentukan besar ringannya beban kerja.

1. Beban kerja ringan: 100-200 Kilo kalori/ jam 2. Beban kerja sedang: > 200-350 Kilo kalori/ jam 3. Beban kerja berat: > 350-500 Kilo kalori/ jam

3.3 Pengukuran Denyut Jantung2

Pengukuran denyut jantung selama bekerja merupakan suatu metode untuk menilai cardiiovasculair strain. Derajat beban kerja hanya tergantung pada jumlah kalori yang dikonsumsi, akan tetapi juga bergantung pada pembebanan otot statis. Sejumlah konsumsi energi tertentu akan lebih berat jika hanya ditunjang oleh sejumlah kecil otot relatif terhadap sejumlah besar otot. 3

1. Astrand dan Christensen meneliti pengeluaran energi dari tingkat denyut jantung dan menemukan adanya hubungan langsung antara keduanya.

Beberapa hal yang berkaitan dengan pengukuran denyut jantung adalah sebagai berikut:

2

(23)

Tingkat pulsa dan denyut jantung permenit dapat digunakan untuk menghitung pengeluaran energi.

2. Secara lebih luas dapat dikatakan bahwa kecepatan denyut jantung dan pernapasan dipengaruhi oleh tekanan fisiologis, tekanan oleh lingkungan, atau tekanan akibat kerja keras, di mana ketiga faktor tersebut memberikan pengaruh yang sama besar. Pengukuran berdasarkan kriteria fisiologis ini bisa digunakan apabila faktor-faktor yang berpengaruh tersebut dapat diabaikan atau situasi kegiatan dalam keadaan normal.

Pengukuran denyut jantung dapat dilakukan dengan berbagai cara antara lain :

1. Merasakan denyut jantung yang ada pada arteri radial pada pergelangan tangan.

2. Mendengarkan denyut jantung dengan stethoscope.

3. Menggunakan ECG (Electrocardiograph), yaitu mengukur signal elektrik yang diukur dari otot jantung pada permukaan kulit dada. Salah satu yang dapat digunakan untuk menghitung denyut jantung adalah telemetri dengan menggunakan rangsangan Electroardiograph (ECG). Apabila peralatan tersebut tidak tersedia dapat memakai stopwatch dengan metode 10 denyut (Kilbon, 1992). Dengan metode tersebut dapat dihitung denyut nadi kerja sebagai berikut:

(24)

Penggunaan nadi kerja untuk menilai berat ringanya beban kerja memiliki beberapa keuntungan. Selain mudah, cepat, dan murah juga tidak memerlukan peralatan yang mahal, tidak menggangu aktivitas pekerja yang dilakukan pengukuran. Denyut nadi untuk mengestimasi index beban kerja terdiri dari beberapa jenis sebagai berikut :

1. Denyut jantung pada saat istirahat (resting pulse) adalah rata-rata denyut jantung sebelum suatu pekerjaan dimulai.

2. Denyut jantung selama bekerja (working pulse) adalah rata-rata denyut jantung pada saat seseorang bekerja.

3. Denyut jantung untuk bekerja (work pulse) adalah selisish antara denyut jantung selama bekerja dan selama istirahat.

4. Denyut jantung selama istirahat total (recovery cost or recovery cost) adalah jumlah aljabar denyut jantung dan berhentinya denyut pada suatu pekerjaan selesai dikerjakannya sampai dengan denyut berada pada kondisi istirahatnya. 5. Denyut kerja total (total work pulse or cardiac cost) adalah jumlah denyut

jantung dari mulainya suatu pekerjaan samapi dengan denyut berada pada kondisi istirahatnya (resting level).

(25)

Di mana denyut nadi maskimum adalah (220-umur) untuk laki-laki dan (200-umur) untuk wanita. Dari perhitungan % CVL kemudian akan dibandingkan dengan klasifikasi yang telah ditetapkan sebagai berikut :

1. < 30% = Tidak terjadi kelelahan 2. 30-<60% = Diperlukan perbaikan 3. 60-<80 = Kerja dalam waktu singkat 4. 80-<100% = Diperlukan tindakan segera 5. >100% = Tidak diperbolehkan beraktivitas

Laju pemulihan denyut nadi dipengaruhi oleh nilai absolute denyut nadi pada ketergantungguan pekerjaan (the interruption of work), tingkat kebugaran (individual fitness), dan pemaparan panas lingkungan. Jika nadi pemulihan tidak segera tercapai maka diperluakan redesain pekerjaan untuk mengurangi tekanan fisik. Redesain tersebut dapat berupa variabel tunggal maupun keseluruhan dari variable bebas (tasks, organisasai kerja, dan lingkungan kerja) yang menyebabkan beban tugas tambahan.

3.4 Metode Nordic Body Map

Nordic Body Map merupakan salah satu dari metode pengukuran subyektif untuk mengukur rasa sakit otot para pekerja. Untuk mengetahui letak rasa sakit atau ketidaknyamanan pada tubuh pekerja digunakan body map. Kuesioner ini menggunakan gambar tubuh manusia yang sudah dibagi menjadi 9 bagian utama, yaitu :

(26)

b) Bahu

c) Punggung bagian atas d) Siku

e) Punggung bagian bawah f) Pergelangan tangan/tangan g) Pinggang/pantat

h) Lutut i) Tumit/kaki

(27)

3.5 Metode Rapid Entire Body Assessment

REBA adalah metode yang dikembangkan oleh Sue Hignett dan Lynn McAtamney yang secara efektif digunakan untuk menilai postur tubuh pekerja., tenaga yang digunakan tipe dari pergerakan pekerja. Selain itu metode REBA memperhitungkan beban yang ditangani dalam suatu sistem kerja, couplingnya

dan aktivitas yang dilakukan. Metode ini relatif mudah digunakan karena untuk mengetahui nilai suatu anggota tubuh tidak diperlukan besar sudut yang spesifik, hanya berupa range sudut. Pada akhirnya nilai akhir dari REBA memberikan indikasi level resiko dari suatu pekerjaan dan tindakan yang harus dilakukan/diambil. Terdapat empat tahapan proses perhitungan yang dilalui yaitu : 1. Mengumpulkan data mengenai postur pekerja tiap kegiatan menggunakan

video atau foto

2. Menentukan sudut pada postur tubuh saat bekerja pada bagian tubuh seperti : a. badan (trunk)

(28)

b. leher (neck)

Gambar 3.3. Kondisi Leher

c. kaki (leg)

(29)

d. lengan bagian atas (upper arm)

Gambar 3.5. Kondisi Lengan Bagian Atas

e. lengan bagian bawah (lower arm)

(30)

f. pergelangan tangan (hand wrist)

Gambar 3.7. Kondisi Pergelangan Tangan

3. Menentukan berat beban, pegangan (coupling) dan aktivitas kerja.

(31)

BAB IV

METODOLOGI PENELITIAN

4.1 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan Usaha Kilang Ngatiyem yang berada di Desa Jatimulyo, Kecamatan Perbaungan, Kabupaten Deli Serdang Provinsi Sumatera Utara. Penelitian dilakukan dari bulan Maret 2016 sampai Oktober 2016.

4.2 Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah jenis penelitian eksperimen. Penelitian eksperimen ini bertujuan untuk mencari hubungan sebab akibat antara faktor-faktor yang sengaja ditimbulkan dengan mengeleminasi atau mengurangi faktor-faktor lain yang mengganggu. Penelitian Eksperimen bertujuan untuk menyelidiki hubungan sebab akibat dan berapa besar hubungan tersebut dengan cara mengenakan perlakuan (treatment) pada satu atau lebih kelompok eksperimen dan membandingkan hasilnya dengan satu atau lebih kelompok kontrol (Sinulingga, 2011).

4.3 Objek Penelitian

(32)

4.4 Variabel Penelitian

Variabel yang digunakan dalam penelitian ini yaitu variabel independen dan variabel dependen.:

1. Variabel independen

Variabel independen pada penelitian ini adalah keluhan operator, beban kerja operator, postur kerja operator dan konsumsi energi.

2. Variabel dependen

Fasilitas kerja menunjukkan hasil perbaikan rancangan alat bantu.

4.5 Kerangka Konseptual

Kerangka konseptual merupakan bentuk kerangka berpikir yang dapat digunakan sebagai pendekatan dalam memecahkan masalah serta menjelaskan hubungan dan keterkaitan antar variabel penelitian secara logis. Kerangka konseptual penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 4.1.

Fasilitas Kerja

Gambar 4.1. Kerangka Konseptual Penelitian

4.6 Blok Diagram Prosedur Penelitian

(33)

MULAI

Studi Pendahuluan Pengamatan pendahulu di

UKM Kilang Ngatiyem

Studi Literatur

Melalui jurnal-jurnal, laporan dan sumber referensi lain terkait masalah

penelitian

Perumusan Masalah

Fasilitas kerja yang tidak sesuai dengan kondisi tubuh operator sehingga menimbulkan rasa sakit

pada bagian tubuh

Pengolahan data 1. Pengolahan SNQ dan melihat penyebab resiko MSDs dengan metode REBA

2. Perhitungan beban kerja melalui denyut nadi sebelum dan sesudah

Kesimpulan dan Saran

Mengevaluasi penerapan rancangan fasilitas kerja ergonomis sehingga mengurangi keluhan rasa sakit pada beberapa bagian

tubuh operator

(34)

4.7 Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data dalam penelitian ini terdiri dari 2 bagian sebagai berikut

1. Pengumpulan sebelum penerapan alat bantu 2. Pengumpulan setelah penerapan alat bantu

Masing-masing pengumpulan tersebut terdiri atas 3 tahap sebagai berikut ini a. Keluhan pekerja

Untuk mengukur keluhan pekerja digunakan instrumen Standard Nordic Questionnaire (SNQ). Jumlah sampel yang digunakan adalah 2 orang yang diambil dengan metode sampel jenuh dari populasi sebanyak 2 orang. Tujuan dari pengumpulan data ini adalah untuk mengetahui bagian tubuh operator yang mengalami resiko kelelahan otot statis. Pengumpulan data ini dilakukan sebelum dan sesudah penerapan alat bantu.

b. Beban kerja

(35)

c. Postur kerja

Untuk melihat postur kerja operator dilakukan pengukuran dengan menggunakan instrumen goniometer. Jumlah sampel yang digunakan adalah 2 orang yang diambil dengan metode sampel jenuh dari populasi sebanyak 2 orang. Tujuan dari pengumpulan data ini adalah untuk mengetahui sudut tubuh operator pada saat bekerja. Pengumpulan data ini dilakukan sebelum dan sesudah penerapan alat bantu.

d. Kuesioner Terbuka

Untuk mengetahui kendala pada alat bantu yang telah diterapkan sehingga dapat disempurnakan dengan rancangan usulan alat bantu. Jumlah sampel yang digunakan adalah 6 orang yang diambil dengan metode sampel jenuh dari populasi sebanyak 6 orang. Tujuan dari pengumpulan data ini adalah untuk mendapatkan hasil rancangan usulan alat bantu yang lebih minimalis dan dapat digunakan dengan baik. Pengumpulan data ini hanya dilakukan pada saat setelah penerapan alat bantu.

4.8 Pelaksanaan Penelitian

(36)

selanjutnya adalah mengumpulkan data keluhan dengan kuesioner SNQ, data postur kerja berupa foto elemen kerja, dan data denyut nadi operator. Langkah selanjutnya dilanjutkan dengan pengolahan data kuisioner, data postur kerja dengan metode REBA, dan data denyut nadi denga persentase Cardiovascular Load (%CVL). Hasil pengolahan data yang digunakan untuk mengevaluasi alat bantu yang akan digunakan oleh operator.

4.9 Pengolahan Data

Pengolahan data dapat dilaksanakan setelah keseluruhan data yang dibutuhkan baik data primer maupun data sekunder terkumpul. Pengolahan data yang dilaksanakan dalam penelitian ini antara lain:

1. Pengolahan data kuesioner SNQ sebelum dan sesudah penerapan rancangan alat bantu.

2. Penilaian postur kerja operator dengan REBA sebelum dan sesudah penerapan rancangan alat bantu.

3. Perhitungan beban kerja dengan % CVL sebelum dan sesudah penerapan rancangan alat bantu.

4. Hasil penerapan rancangan alat bantu.

4.10 Analisis Data

(37)

4.11 Kesimpulan Dan Saran

(38)

BAB V

PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

5.1 Pengumpulan Data

5.1.1 Data Keluhan Pekerja

Keluhan pekerja diambil menggunakan instrumen Standard Nordic Questionnaire (SNQ) untuk menentukan bagian tubuh yang mengalami resiko kelelahan otot statis. Instrumen ini digunakan terhadap 2 operator yang bekerja di stasiun pencetakan batu bata dan operator yang pengantar batu-bata. Berikut ini adalah gambar dan keterangan yang digunakan untuk penilaian bagian tubuh yang mengalami kelelahan pada operator

(39)

Penilaian berdasarkan kuisioner SNQ untuk pembobotan masing-masing kategori berikut :

Tidak sakit : bobot 1 Agak sakit : bobot 2 Sakit : bobot 3 Sangat sakit : bobot 4

Kategori yang dirasakan saat bekerja adalah sebagai berikut:

1. Tidak sakit, artinya bahwa operator tidak terasa nyeri sedikitpun pada bagian tubuh karena kontraksi otot yang terjadi berjalan normal.

2. Agak sakit, artinya bahwa operator mulai terasa nyeri, namun rasa nyeri yang timbul tidak membuat operator jenuh atau cepat lelah.

3. Sakit artinya bahwa operator merasakan nyeri yang cukup hebat dan keadaan ini membuat operator mulai jenuh dan cepat lelah.

4. Sangat sakit artinya bahwa operator merasakan nyeri yang sangat luar biasa disertasi dengan ketegangan (kontraksi otot yang sangat hebat) sehingga membuat operator merasakan jenuh dan kelelahan yang cukup besar.

5.1.2 Data Beban kerja

(40)

5.1.2.1 Sebelum Menggunakan Alat Bantu

Kegiatan pengumpulan data beban kerja sebelum menggunakan alat bantu dapat dilihat dalam rekapitulasi pengukuran denyut nadi pada 2 operator di stasiun pencetakan dan pengantaran batu bata yang ditunjukkan pada Tabel 5.5 sebagai berikut

5.1.2.2. Sesudah Menggunakan Alat Bantu

Kegiatan pengumpulan data beban kerja sesudah menggunakan alat bantu dapat dilihat dalam rekapitulasi pengukuran denyut nadi pada 2 operator di stasiun pencetakan dan pengantaran batu bata yang ditunjukkan pada Tabel 5.6 sebagai berikut

5.1.3 Data Postur Kerja

Data postur kerja didapatkan dengan mengukur sudut tubuh operator yang menggunakan instrumen goniometer pada 2 operator di stasiun pencetakan batu bata.

5.1.3.1 Sebelum Menggunakan Alat Bantu

(41)

5.1.3.2 Sesudah Menggunakan Alat Bantu

Kegiatan pengumpulan data postur kerja sesudah menggunakan alat bantu dapat dilihat dalam rekapitulasi elemen kegiatan pekerja pada 2 operator di stasiun pencetakan batu bata yang ditunjukkan pada Tabel 5.8 sebagai berikut

5.2 Pengolahan Data

5.2.1 Pengolahan Data Keluhan Pekerja

Data keluhan pekerja diolah dengan mencari persen rata-rata kategori pada 2 operator di stasiun pencetakan dan pengantar batu bata.

5.2.1.1 Persentase Keluhan Pekerja I Berdasarkan SNQ Sebelum dan

Sesudah Menggunakan Alat Bantu

Persentase Keluhan yang dirasakan oleh pekerjadi stasiun pencetakan dan operator pengantar batu bata dapat dilihat dalam Tabel 5.9

5.2.1.2 Persentase Keluhan Pekerja 2 Berdasarkan SNQ Sebelum dan

Sesudah Menggunakan Alat Bantu

Persentase Keluhan yang dirasakan oleh Operator di stasiun pencetakan dan pengantar batu bata dapat dilihat dalam Tabel 5.10

5.2.2. Pengolahan Data Beban Kerja

(42)

menghitung beban kardiovaskuler (cardiovasiculair = %CVL) dengan menggunakan rumus berikut ini :

100

5.2.2.1 Penentuan Persentase Cardiovascular Load (%CVL) Sebelum

Menggunakan Alat Bantu

Penentuan % CVL sebelum menggunakan alat bantu dapat dilihat pada rekapitulasi hasil pengukuran yang ditunjukkan pada Tabel 5.11 berikut ini

5.2.2.2 Penentuan Persentase Cardiovascular Load (%CVL) Sesudah

Menggunakan Alat Bantu

Penentuan % CVL sesudah menggunakan alat bantu dapat dilihat pada rekapitulasi hasil pengukuran yang ditunjukkan pada Tabel 5.12 berikut ini

5.2.3 Pengolahan Data Postur Kerja

(43)

5.2.3.1 Penilaian Postur Kerja Sebelum Menggunakan Alat Bantu

Penilaian postur kerja dilakukan pada 2 operator di setasiun pencetakan. Penilaian ini dilakuakan mulai dari elemen penarikan tuas kearah kanan, penarikan tuas kearah belakang dan penyusunan pallet berisi batu bata ke gerobak. Penilaian elemen kegiatan pekerja daapt dilihat pada Tabel 5.13 berikut

Penilaian untuk postur kerja dapat dilihat pada gambar Lampiran.Rekapitulasi hasil penilaian postur kerja ditunjukkan pada Tabel 5.14

5.2.3.2 Penentuan Level Tindakan Postur Kerja dengan REBA Kondisi

Perbaikan

Penilaian level tindakan juga dilakukan setelah penerapan rancangan alat bantu. Penilaian ini dilakuakan mulai dari elemen penarikan tuas kearah kanan, penarikan tuas kearah belakang dan penyusunan pallet berisi batu bata ke gerobak. Elemen kegiatan pekerja ditunjukkan pada Table 5.15 sebagai berikut

(44)

BAB VI

ANALISIS DAN PEMBAHASAN

6.1 Analisis Tingkat Keluhan

6.1.1 Keluhan Operator sebelum Menggunakan Alat Bantu

Standard Nordic Quistionnaire (SNQ) menunjukkan bahwa operator di stasiun pencetakan batu bata lebih dominan mengalami kategori sakit dan sangat sakit. Kategori sakit operator 1 terdapat pada bahu kiri dan kanan, punggung, lengan bawah kiri dan kanan sedangkan pada kategori sangat sakit terdapat pada lengan atas kiri dan kanan, tangan kiri dan kanan. Kategori sakit operator 2 terdapat pada lengan atas kiri dan kanan, punggung, siku kiri dan kanan, pergelangan tangan kiri dan kanan, tangan kanan kiri dan kanan. Keluhan terjadi karena operator masih harus mengangkat pallet berisi batu bata selama 8 jam / hari.

SNQ pada operator pengantar batu bata menunjukkan bahwa kategori sakit dan sangat sakit lebih dominan terjadi terutama pada bagian tangan dan kaki yang digunakan untuk menyorong gerobak berisi pallet dengan batu bata

6.1.2 Keluhan Operator setelah Menggunakan Alat Bantu

(45)

melakukan proses pemindahan batu bata dimana operator hanya menggeser pallet ke gerobak tanpa harus mengangkatnya.

SNQ pada operator pengantar menunjukkan penurunan kategori sakit karena adanya perubahan desain gerobak dan dengan menggunakan material yang lebih ringan dari yang sebelumnya

6.2. Analisis Beban Kerja

6.2.1 Beban Kerja Operator sebelum Menggunakan Alat Bantu

Persentase Cardiovascular Load operator pada saat sebelum menggunakan alat bantu mencapai >30 % sehingga dalam kategori persentasi ini diperlukan perbaikan untuk mengurangi beban kerja yang diterima oleh operator. Persentase terbesar diterima oleh operator 1 pada stasiun pencetakan yang juga bertugas menarik tuas mesin cetak. Persentase terkecil diterima oleh Operator 2 pada stasiun pencetakan. Berikut ini adalah rekapitulasi persentase operator stasiun pencetakan dan pengantar batu bata yang ditunjukkan pada tabel 6.1

6.1 Rekapitulasi %CVL Sebelum Menggunakan Alat Bantu

Kriteria Persentase Cardiovascular Load (CVL)

6.2.2 Beban Kerja Operator sesudah Menggunakan Alat Bantu

(46)

sangat membantu operator dalam melakukan pekerjaan. Persentase terbesar diterima oleh operator 2 pengantar batu bata. Persentase terkceil diterima oleh operator 2 stasiun pencetakan. Rekapitulasi dapat dilihat pada tabel 6.2 berikut ini

6.2 Rekapiulasi %CVL Sesudah Menggunakan Alat Bantu

Kriteria Persentase Cardiovascular Load (CVL)

Stasiun Pencetakan

Operator 1 25.24% Operator 2 23.85%

Pengantar Operator 1 24.61%

Operator 2 28.28%

6.3 Analisis Postur Kerja

6.3.1 Postur Kerja Operator sebelum Menggunakan Alat Bantu

Elemen gerakan aktual tenaga kerja pada stasiun pencetakan banyak dilakukan dengan postur kerja yang tidak alamiah dan tidak ergonomis. Dari hasil penilaian dengan metode REBA dapat dilihat bahwa terdapat beberapa keluhan yang terjadi pada beberapa elemen gerakan.

1. Elemen gerakan menarik tuas ke kanan

Kesimpulan tindakan postur kerja untuk elemen gerakan ini adalah perlu tindakan secepatnya. Hal ini dikarenakan operator 1 menarik tuas dengan berat ± 20 Kg dengan posisi badan 20º - 60º

2. Elemen gerakan penarikan tuas ke belakang

(47)

3. Elemen gerakan mengangkat dan menyusun pallet batu dari mesin cetakan ke gerobak

Kesimpulan tindakan postur kerja untuk elemen gerakan ini adalah perlu tindakan secepatnya. Hal ini dikarenakan operator mengangkat beban sebesar 24 Kg dengan badan membungkuk 20 º, kaki tertekuk 30º - 60º.

6.3.2 Postur Kerja Operator sesudah Menggunakan Alat Bantu

Elemen gerakan pada kondisi perbaikan terjadi perubahan sistem kerja pada stasiun pencetakan. Dari hasil penilaian dengan metode REBA dapat dilihat bahwa terdapat beberapa keluhan yang terjadi pada beberapa elemen gerakan.

1. Elemen gerakan menarik tuas ke kanan

Kesimpulan tindakan postur kerja untuk elemen gerakan ini adalah perlu tindakan secepatnya. Hal ini dikarenakan operator 1 menarik tuas dengan berat ± 20 Kg dengan posisi badan 20º - 60º

2. Elemen gerakan penarikan tuas ke belakang

Kesimpulan tindakan postur kerja untuk elemen gerakan ini adalah perlu tindakan. Hal ini dikarenakan operator hanya menarik tuas untuk mengembalikan posisi mesin dan menghasilkan cetakan batu dengan posisi kaki tertekuk 30º - 60º dan lengan atas 45º - 90º

3. Elemen gerakan menggeser pallet ke gerobak

(48)

beban 24 Kg ke gerobak dan tidak perlu dengan posisi membungkuk dan kaki tertekuk

6.4 Analisis Alat Bantu

(49)
(50)

BAB VII

KESIMPULAN DAN SARAN

7.1 Kesimpulan

Kesimpulan yang diperoleh dari hasil pengolahan data dan analisa pembahasan adalah:

1. Hasil penerapan rancangan alat bantu dapat menurunkan keluhan

Muskuloskeletal disorders (MSDs) pada operator pencetakan.

2. Hasil penilaian Standard Nordic Questionnaiere (SNQ) menunjukkan bahwa dengan menggunakan rancangan alat bantu keluhan yang dirasakan operator berkurang menjadi lebih baik.

3. Penilain Postur Kerja dengan menggunakan REBA pada saat setelah penerapan alat terlihat bahwa postur kerja operator menjadi lebih baik dan mengurangi beban dalam pengangkatan batu.

4. Dalam perhitungan denyut nadi dengan menggunakan Automatic Blood Pressure Monitor dilihat penurunan persentase Cardiovascular load yang signifikan

7.2. Saran

Saran yang dapat diberikan adalah:

(51)
(52)

BAB II

GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

2.1 Sejarah Perusahaan

Usaha Kilang Ngatiyem merupakan usaha kecil dan menengah yang bergerak di bidang produksi batu bata. Usaha ini berlokasi di desa Jatimulyo, Kec.Perbaungan, Kab.Deli Serdang. Kilang Ngatiyem didirikan pada tahun 2005 oleh Ibu Ngatiyem sebagai pendiri sekaligus pemilik perusahaan ini. Usaha batu bata ini telah menjadi mata pencaharian bagi 12 orang karyawannya.

2.2 Ruang Lingkup Bidang Usaha

Bahan baku pembuatan batu bata adalah tanah liat yang diperoleh dari daerah perbaungan. Bahan penolong yang digunakan yaitu air. Usaha Kilang Ngatiyem memproduksi 15.000 batu bata per hari.

2.3 Organisasi dan Manajemen

(53)

tata hubungan kerja antara sekelompok orang pemegang posisi yang bekerjasama secara tertentu untuk bersama-sama mencapai tujuan tertentu.

2.3.1 Struktur Organisasi Perusahaan

Struktur organisasi merupakan gambaran mengenai pembagian tugas serta tanggung jawab kepada individu maupun bagian tertentu dari organisasi. Struktur organisasi Usaha Kilang Ngatiyem adalah line structure karena pimpinan umumnya adalah pemilik dari perusahaan itu sendiri. Semua keputusan baik yang bersifat strategis maupun operasional akan diambil sendiri oleh pemilik. Strategi utama yang diterapkan pada tipe organisasi usaha semacam ini adalah bagaimana perusahaan dapat terus dijalankan dan tetap ada permintaan di pasar.

Struktur organisasi Usaha Kilang Ngatiyem dapat dilihat pada Gambar 2.1.

Gambar 2.1. Struktur Organisasi Usaha Kilang Ngatiyem

(54)

Pembagian tugas dan tanggung jawab pada Usaha Kilang Ngatiyem dibagi menurut fungsi yang telah ditetapkan perusahaan. Adapun tugas dan tanggung jawab setiap bagian dalam perusahaan adalah sebagai berikut:

1. Pemilik

Pimpinan tertinggi dalam perusahaan ini adalah pemilik Usaha Kilang Ngatiyem yang memiliki keseluruhan modal selama proses produksi berlangsung. Pemilik bertanggung jawab untuk memberikan upah dan memperhatikan kesejahteraan operator yang bekerja

Adapun tugas pemilik adalah sebagai berikut:

a. Bertugas mengawasi jalannya proses produksi dan kinerja dari operator. b. Merencanakan, mengarahkan, menganalisa dan mengevaluasi serta

menilai kegiatan-kegiatan yang berlangsung pada perusahaan.

c. Bertugas mengawasi kebijaksanaan dan tindakan setiap pekerja dan menjalin hubungan baik.

2. Pekerja stasiun pengadukan

Pekerja stasiun pengadukan memiliki tanggung jawab atas semua hal yang berhubungan dengan pencampuran tanah liat dan air.

Adapun tugas pekerja pada stasiun pengadukan adalah sebagai berikut: a. Mengaduk dan mencampur tanah liat dengan air .

b. Memasukan adukan tanah liat ke dalam mesin cetak. 3. Pekerja stasiun pencetakan

(55)

Adapun tugas pekerja pada stasiun pencetakan adalah sebagai berikut: a. Mencetak tanah liat

b. Mengangkat batu bata hasil cetakan ke gerobak 4. Pekerja stasiun penjemuran

Pekerja stasiun penjemuran memiliki tanggung jawab atas semua hal yang berhubungan dengan pengeringan batu bata basah.

Adapun tugas pekerja pada stasiun penjemuran adalah sebagai berikut:

a. Mengangkat batu bata basah dari stasiun pencetakan ke setasiun pengeringan.

b. Mengangkat dari setasiun penjemuran ke stasiun pembakaran. 5. Pekerja stasiun pembakaran

Pekerja stasiun pembakaran memiliki tanggung jawab atas semua hal yang berhubungan dengan pemasakan batu bata.

Adapun tugas pekerja pada stasiun pembakaran adalah sebagai berikut: c. Menyusun batu bata yang akan di bakar.

d. Membakar batu bata. 6. Pekerja stasiun penyimpanan

Pekerja stasiun penyimpanan memiliki tanggung jawab atas semua hal yang berhubungan dengan penyimpanan batu bata.

Adapun tugas pekerja pada stasiun penyimpanan adalah sebagai berikut: a. Mengangkat batu bata dari stasiun pembakaran ke penyimpanan.

(56)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Usaha kecil dan menengah merupakan salah satu bagian penting dari perekonomian suatu negara ataupun daerah, termasuk di Indonesia yang meliputi beberapa bidang seperti manufaktur, dagang dan yang menghasilkan jasa.

Kilang Ngatiyem merupakan usaha kecil dan menengah yang memproduksi batu bata. Usaha ini didirikan pada tahun 2005 yang terletak di desa Jatimulyo, Kecamatan Perbaungan, Kabupaten Deli Serdang, Provinsi Sumatera Utara. Proses pembuatan batu bata dilakukan selama 8 jam setiap harinya dengan 12 orang pekerja dan menghasilkan 15.000 buah batu bata. Pembuatan batu bata dilakukan pada 6 stasiun yaitu stasiun pengadukan manual, pengadukan mesin, pencetakan, penjemuran, pembakaran, dan penyimpanan. Kegiatan pada stasiun pencetakan mengalami kendala postur kerja pada operator yang tidak ergonomis sehingga dapat menyebabkan MSDs, operator menjadi cepat lelah, keluhan penyakit akibat kerja tinggi dan sering terjadi kesalahan dalam pekerjaan.

(57)

Proses pengangkatan dan pemindahan batu bata dilakukan secara manual dengan beban total 24 kg yang terdiri dari batu bata seberat 21 Kg dan pallet sebesar 3 Kg. Kegiatan tersebut masih menggunakan alat yang tidak mempertimbangkan segi ergonomis sehingga dapat menyebabkan MSDs (MuskuloskeletalDisorders).

Perbaikan terhadap fasilitas kerja yang digunakan sangat diperlukan untuk menghindari MSDs terhadap operator. Perbaikan fasilitas kerja dapat ditanggulangi dengan adanya penambahan alat bantu. Penambahan alat bantu telah dirancang pada penelitian sebelumnya sesuai dengan operator dan jenis pekerjaannya. Alat bantu yang digunakan oleh Rizki (2014) adalah gerobak sorong dan masih berupa konsep, penulis berusaha menerapkan dan mengevaluasi rancangan alat bantu tersebut.

Rizki (2014) meneliti rancangan sistem kerja ergonomi pada manual material handling di pencetakan batu bata. Masalah pada stasiun pencetakan batu bata dilakukan operator dengan postur kerja yang membungkuk, dan tingginya keluhan yang dialami oleh operator. Berdasarkan metode yang digunakan yaitu REBA (Rapid Entire Body Assesment) untuk pengangkatan pallet dan penyusunan pallet ke gerobak didapatkan nilai 8 (Kategori tinggi dan harus segera dilakukan perbaikan). Konsep rancangan alat bantu digunakan agar dapat mengurangi keluhan yang dialami oleh operator.

(58)

MSDs. Berdasarkan metode yang digunakan yaitu REBA (Rapid Entire Body Assesment) maka didapatkan nilai 9 dan 10 yang artinya harus dilakukan perbaikan segera terhadap postur kerja tersebut. Posisi berdiri disarankan untuk mengurangi kemungkinan adanya cedera dan setelah dilakukan perbaikan fasilitas kerja maka nilai REBA menjadi 3.

Wakhid (2012) meneliti tentang aktivitas pengangkutan kelapa sawit dengan menggunakan metode REBA dan Cardiovascular Load (%CVL). Masalah pada aktivitas pengangkutan kelapa sawit yang dilakukan operator dapat menyebabkan cedera dan penyakit terhadap tulang belakang. Berdasarkan metode REBA yang digunakan menunjukkan bahwa pada aktivitas pengangkutan buah kelapa sawit terhadap penilaian postur kerja diperoleh skor 8 yang artinya masuk kedalam kategori perbaikan segera untuk mengurangi resiko cedera. Berdasarkan perhitungan %CVL yang didapat beban pada operator diperoleh sebesar 46.97% yang masuk ke dalam interval perbaikan, berdasarkan referensi yang ada peneliti menetapkan judul tugas akhir yang akan dikerjakan adalah evaluasi rancangan alat bantu pada stasiun pencetakan batu bata dengan pendekatan ergonomi.

1.2 Rumusan Masalah

(59)

1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian

Tujuan umum penelitian ini adalah mengetahui hasil dari penerapan rancangan alat bantu pada stasiun pencetakan batu bata.

Tujuan khusus penelitian ini adalah :

a. Penilaian keluhan operator menggunakan SNQ sebelum dan sesudah menggunakan rancangan alat

b. Penilaian postur kerja aktual operator dengan menggunakan REBA sebelum dan sesudah menggunakan rancangan

c. Membandingkan beban kerja operator sebelum dan sesudah penerapan alat bantu

d. Merekomendasi usulan perbaikan alat bantu

Sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai, maka hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut:

1. Manfaat bagi mahasiswa

Meningkatkan kemampuan mahasiswa dalam mengaplikasikan teori yang diperoleh selama kuliah dan meningkatkan wawasan dalam menganalisis dan memecahkan masalah sebelum memasuki dunia kerja khususnya dalam hal perbaikan fasilitas kerja untuk mengurangi MSDs.

2. Manfaat bagi perusahaan.

Hasil penelitian dapat dijadikan pertimbangan bagi perusahaan untuk mengambil kebijakan yang berkaitan dengan fasilitas kerja produksi.

(60)

Untuk mempererat hubungan kerja sama antara perusahaan dengan Departemen Teknik Industri USU dan untuk menambah literatur perpustakaan.

1.4 Asumsi dan Batasan Masalah

Asumsi dalam penelitian yang dilakukan sebagai berikut :

1. Operator yang diukur berada dalam kondisi sehat baik jasmani dan rohani. 2. Operator mampu menggunakan alat bantu hasil rancangan sebelumnya 3. Proses produksi tidak mengalami perubahan selama penelitian berlangsung. 4. Prosedur kerja tidak mengalami perubahan selama penelitian berlangsung

Batasan masalah yang digunakan pada penelitian ini adalah : 1. Penelitian hanya dilakukan pada stasiun pencetakan batu bata.

2. Pemilihan operator yang menjadi objek penelitian berdasarkan jumlah operator di stasiun pencetakan batu bata.

3. Metode yang digunakan dalam penilaian postur kerja adalah metode REBA

(Rapid Entire Body Assesment)

4. Penelitian hanya menguji alat bantu yang telah dirancang pada penelitian sebelumnya

1.5 Sistematika Penulisan Laporan

(61)

BAB I : PENDAHULUAN

Bab ini diuraikan latar belakang penelitian tentang evaluasi rancangan alat bantu serta penelitian-penelitian yang berkaitan dengan MSDs, rumusan masalah yang berkenaan dengan pekerjaan repetitif terhadap keluhan MSDs dan perancangan alat bantu ergonomis, tujuan penelitian untuk mendapatkan hasil dari penerapan rancangan alat bantu, asumsi dan batasan masalah penelitian, manfaat penelitian untuk perusahaan, mahasiswa serta Departemen Teknik Industri, dan sistematika penulisan laporan Tugas Sarjana

BAB II : GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

Pada bab ini berisikan sejarah perusahaan, ruang lingkup bidang usaha, organisasi dan manajemen perusahaan, struktur organisasi, deskripsi tugas dan tanggung jawab, dan beberapa hal yang mendukung informasi mengenai perusahaan di Usaha Kilang Ngatiyem.

.BAB III : LANDASAN TEORI

Menyajikan konsep-konsep atau teori-teori yang mendasari pemecahan masalah. Konsep-konsep tersebut antara lain teori ergonomi, bidang kajian ergonomi, pengukuran denyut nadi, beban kerja, Standard Nordic Questionere (SNQ) dan penilaian postur kerja.

BAB IV : METODOLOGI PENELITIAN

(62)

BAB V : PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

Merupakan penyajian data yang telah dikumpulkan dan pengolahan data yang dilakukan sesuai dengan tujuan penelitian. Bab ini berisi data sebelum penerapan rancangan alat bantu dan data sesudah penerapan rancangan alat bantu seperti data keluhan musculoskeletal dengan penggunaan SNQ, data penilaian postur kerja dengan menggunakan Rapid Entire Body Assesment (REBA), perhitungan persentase Cardiovascular Load (%CVL)

BAB VI : ANALISIS DAN PEMECAHAN MASALAH

Bab ini diuraikan mengenai analisis SNQ, postur kerja, %CVL, dan korelasi dari penelitian sehingga memperjelas hasil pengolahan data. Selain itu juga diuraikan evaluasi dari hasil penerapan rancangan alat bantu.

BAB VII : KESIMPULAN DAN SARAN

(63)

ABSTRAK

Kilang Ngatiyem merupakan usaha kecil dan menengah yang memproduksi batu bata. Usaha ini didirikan pada tahun 2005 yang terletak di desa Jatimulyo, Kecamatan Perbaungan, Kabupaten Deli Serdang, Provinsi Sumatera Utara. Proses pembuatan batu bata dilakukan selama 8 jam setiap harinya dengan 12 orang pekerja dan menghasilkan 15.000 buah batu bata. Permasalahan yang dihadapi perusahaan adalah Kegiatan pada stasiun pencetakan yang mengalami kendala postur kerja pada operator yang tidak ergonomis sehingga dapat menyebabkan MSDs, operator menjadi cepat lelah, keluhan penyakit akibat kerja tinggi dan sering terjadi kesalahan dalam pekerjaan. Tujuan dari penelitian ini adalah memperbaiki fasilitas yang digunakan agar dapat mempermudah dan mengurangi kendala yang ada. Dengan adanya rancangan rancangan alat bantu diharapkan dapat mengatasi masalah-masalah yang dihadapi perusahaan sehingga produk yang dihasilkan semakin baik dan bertambah kuantitasnya. Hasil dari pengolahan data REBA (Rapid Entire Body Assesment) menunjukkan bahwa kegiatan di stasiun pencetakan batu harus dilakukan perbaikan sesegera mungkin untuk dapat mengurangi masalah yang ada.

(64)

EVALUASI RANCANGAN ALAT BANTU PADA STASIUN

PENCETAKAN BATU BATA DENGAN PENDEKATAN ERGONOMI

TUGAS SARJANA

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Dari

Syarat-Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik

Oleh

FAHMI FATHURRAHMAN

1 1 0 4 0 3 0 0 7

D E P A R T E M E N T E K N I K I N D U S T R I

F A K U L T A S T E K N I K

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(65)
(66)
(67)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas sarjana ini.

Tugas sarjana ini merupakan salah satu syarat untuk mendapatkan gelar sarjana teknik di Departemen Teknik Industri, khususnya program studi Reguler Strata Satu, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara. Judul untuk tugas sarjana ini adalah “Evaluasi Rancangan Alat Bantu Pada Stasiun Pencetakan Batu Bata Dengan Pendekatan Ergonomi”.

Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penulisan tugas sarjana ini. Oleh karena itu, penulis mengharapkan saran dan masukan yang bersifat membangun demi kesempurnaan laporan tugas sarjana ini. Semoga tugas sarjana ini dapat bermanfaat bagi penulis, perpustakaan Universitas Sumatera Utara, dan pembaca lainnya.

Medan, Januari 2017 Penulis,

(68)

UCAPAN TERIMA KASIH

Syukur dan terimakasih penulis ucapkan yang sebesar-besarnya kepada Allah SWT yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk merasakan dan mengikuti pendidikan di Departemen Teknik Industri USU serta telah membimbing penulis selama masa kuliah dan penulisan laporan tugas sarjana ini.

Dalam penulisan tugas sarjana ini penulis telah mendapatkan bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak, baik berupa materil, spiritual, informasi maupun administrasi. Oleh karena penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Ibu Ir. Khawarita Siregar, MT. selaku Ketua Departemen Teknik Industri Universitas

Sumatera Utara, yang telah memberi izin pelaksanaan Tugas Sarjana ini.

2. Bapak Ir. Ukurta Tarigan, MT selaku Sekretaris Departemen Teknik Industri Universitas Sumatera Utara, yang telah memberi izin pelaksanaan Tugas Sarjana ini.

3. Ir, Anizar M,Kes selaku Dosen Pembimbing I penulis yang bersedia meluangkan waktunya untuk memberikan arahan, motivasi, serta kepercayaan kepada penulis untuk mengerjakan laporan Tugas Sarjana ini.

4. Erwin Sitorus ST MT selaku Dosen Pembimbing II atas waktu, bimbingan,

pengarahan, dan masukan yang diberikan kepada penulis dalam penyelesaian

laporan Tugas Sarjana ini.

(69)

6. Seluruh Dosen di Departemen Teknik Industri USU serta seluruh Staff Administrasi yang ada di Departemen Teknik Industri USU.

7. Ibu Ngatiyem dan Saudara Bowo selaku pemilik dan Pembimbing Lapangan penulis yang telah meluangkan waktunya untuk membimbing dan membantu penulis dalam melaksanakan penelitian Tugas Sarjana.

8. Ayahanda Zainal Arifin Sirait, Ibunda Siti Halimah Ginting, serta saudara kandung penulis (Muhammad Afifurrahman Sirait dan Fadla Zahira Sirait) yang selalu mendukung baik waktu, moril, materil, semangat, dan doanya sehingga mendukung penulis untuk dapat menyelesaikan Tugas Sarjana ini. 9. Sahabat-sahabat seperjuangan di Departemen Teknik Industri USU Stambuk

2011 (GIELAS), Sahabat Koridor Squad dan terkhusus kepada Yusuf Randy Sinulingga ST, Sa Dudin ST, dan Junaidi ST, M Syafrin Hamdani, Achmad Muhajir Lubis

10. Abang dan kakak senior serta adik-adik junior yang telah memberikan semangat dan informasi.

11. Kepada semua pihak yang telah banyak membantu dalam menyelesaikan laporan ini dan tidak dapat penulis sebutkan satu per satu, penulis mengucapkan terima kasih. Kiranya laporan ini bermanfaat bagi kita semua.

Medan, Januari 2017

(70)

DAFTAR ISI

BAB HALAMAN

LEMBAR JUDUL ... i

LEMBAR PENGESAHAN ... ii

SERTIFIKAT EVALUASI TUGAS SARJANA ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

UCAPAN TERIMA KASIH ... v

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... xv

DAFTAR GAMBAR ... xvii

DAFTAR LAMPIRAN ... xix

ABSTRAK ... xx

I PENDAHULUAN ... I-1

1.1. Latar Belakang ... I-1 1.2. Rumusan Masalah ... I-3 1.3. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... I-4 1.4. Asumsi dan Batasan Masalah ... I-5 1.5. Sistematika Penulisan Laporan ... I-5

II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN ... II-1

(71)

DAFTAR ISI (LANJUTAN)

BAB HALAMAN

2.2. Ruang Lingkup Bidang Usaha ... II-1 2.3. Organisasi dan Manajemen ... II-1 2.3.1. Struktur Organisasi Perusahaan ... II-2 2.3.2. Deskripsi Tugas dan Tanggung Jawab ... II-2

III LANDASAN TEORI ... III-1

3.1. Beban Kerja ... III-1 3.2. Jenis Beban Kerja ... III-3 3.2.1.Beban Kerja Mental ... III-4 3.2.2.Beban Kerja Fisik ... III-5 3.3. Pengukuran Denyut Jantung... III-6 3.4. Metode Nordic Body Map ... III-7 3.5. Metode Rapid Entire Body Assessment ... III-9

IV METODOLOGI PENELITIAN ... IV-1

(72)

DAFTAR ISI (LANJUTAN)

BAB HALAMAN

4.6. Blok Diagram Prosedur Penelitian ... IV-2 4.7. Metode Pengumpulan Data ... IV-4 4.8. Pelaksanaan Penelitian ... IV-5 4.9. Metode Pengolahan Data ... IV-6 4.10. Analisis Data ... IV-6 4.11. Kesimpulan dan Saran ... IV-7

V PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA... V-1

(73)

DAFTAR ISI (LANJUTAN)

BAB HALAMAN

5.2.1.1.Persentase Keluhan Pekerja I berdasarkan SNQ Sebelum dan Sesudah Menggunakan

Alat Bantu ... V-11 5.2.1.2. Persentase Keluhan Pekerja II berdasarkan

SNQ Sebelum dan Sesudah Menggunakan

Alat Bantu ... V-13 5.2.2. Pengolahan Data Beban Kerja ... V-14

5.2.2.1.Penentuan Persentase Cardiovascular Load

(%CVL) Sebelum Menggunakan Alat Bantu ... V-15 5.2.2.2.Penentuan Persentase Cardiovascular Load

(%CVL) Sebelum Menggunakan Alat Bantu ... V-15 5.2.3. Pengolahan Data Postur Kerja ... V-15

5.2.3.1.Penilaian Postur Kerja Sebelum Menggunakan Alat Bantu ... V-16 5.2.3.2. Penilaian Postur Kerja Sebelum

(74)

DAFTAR ISI (LANJUTAN)

BAB HALAMAN

VI ANALISIS DAN PEMBAHASAN ... VI-1

6.1. Analisis Tingkat Keluhan ... VI-1 6.1.1.Keluhan Operator sebelum Menggunakan

Rancangan Alat Bantu ... VI-1 6.1.2.Keluhan Operator sesudah Menggunakan

Rancangan Alat Bantu ... VI-1 6.2. Analisis Beban Kerja

6.2.1. Beban Kerja Operator sebelum Menggunakan Alat

Bantu ... VI-2 6.2.2. Beban Kerja operator sesudah menggunakan Alat

Bantu ... VI-3 6.3. Analisis Postur Kerja ... VI-3

6.3.1. Postur Kerja Operator sebelum Menggunakan Alat

Bantu ... VI-3 6.3.2. Postur Kerja Operator sesudah Menggunakan Alat

Bantu ... VI-4 6.4. Analisis Alat Bantu ... VI-5

VII KESIMPULAN DAN SARAN ... VII-1

(75)

DAFTAR ISI (LANJUTAN)

BAB HALAMAN

7.2. Saran ... VII-1

DAFTAR PUSTAKA

(76)

DAFTAR TABEL

TABEL HALAMAN

5.1. Rekapitulasi SNQ Aktual Operator Stasiun Pencetakan ... V-3 5.2. Rekapitulasi SNQ Aktual Operator Pengantar ... V-3 5.3. Rekapitulasi SNQ Kondisi Perbaikan Operator Stasiun

Pencetakan ... V-4 5.4. Rekapitulasi SNQ Kondisi Perbaikan Operator Pengantar ... V-5 5.5. Rekapitulasi Pengukuran Denyut Nadi Aktual ... V-6 5.6. Rekapitulasi Pengukuran Denyut Nadi Kondisi Perbaikan .... V-7 5.7. Elemen Kegiatan Pekerja ... V-7 5.8. Elemen Kegiatan Pekerja di Stasiun Pencetakan ... V-10 5.9. Rekapitulasi Hasil SNQ Operator I ... V-11 5.10. Rekapitulasi Hasil SNQ Operator II ... V-13 5.11. Rekapitulasi Hasil Pengukuran Denyut Nadi Aktual ... V-15 5.12. Rekapitulasi Hasil Pengukuran Denyut Nadi Kondisi

(77)

DAFTAR GAMBAR

GAMBAR HALAMAN

7.1. Struktur Organisasi Usaha Kilang Ngatiyem ... II-2 8.1. Nordic Body Map Questionnaire ... III-8 8.2. Kondisi Badan ... III-9 8.3. Kondis Leher ... III-10 8.4. Kondisi Kaki ... III-10 8.5. Kondisi Lengan Bagian Atas ... III-11 8.6. Kondisi Lengan Bagian Bawah ... III-11 8.7. Kondisi Pergelangan Tangan ... III-12 9.1. Kerangka Konseptual Penelitian ... IV-2 9.2. Blok Diagram Prosedur Penelitian ... IV-3 10.1. Bagian-bagian Tubuh ... V-1 10.2. Rekapitulasi SNQ Kondisi Aktual Operator Pencetakan ... V-12 10.3. Rekapitulasi SNQ Kondisi Aktual Operator Pengantar ... V-12 10.4. Rekapitulasi SNQ Kondisi Perbaikan Operator

Pencetakan... V-13 10.5. Rekapitulasi SNQ Kondisi Perbaikan Operator

Gambar

Gambar 3.2. Kondisi Badan
Gambar 3.3. Kondisi Leher
Gambar 3.5. Kondisi Lengan Bagian Atas
Gambar 3.7. Kondisi Pergelangan Tangan
+7

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian yang dilakukan oleh Selvi Indah Ria (2008) Usulan Perancangan Postur Kerja Dengan Mengggunakan Pendekatan Biomekanika Dan Fisiologi Pada Aktivitas Pencetakan

Dari hasil perhitungan dengan Metode 10 Denyut berupa rekapitulasi penilaian beban kerja fisik terhadap operator utama dan operator pembantu mesin pemotong batu

Analisis yang digunakan untuk menentukan besarnya konsumsi energi dari operator berdasarkan pada pengukuran denyut nadi operator dan mengklasifikasikannya ke dalam kategori

Dari latar belakang yang telah diuraikan diatas maka dapat dirumuskan permasalahan yaitu bagaimana merancang alat bantu kerja saat operator melakukan pergantian

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah adanya keluhan sakit operator pada kegiatan pencetakan roti yang dilakukan secara manual dan berulang.. 1.3

Implementasi alat bantu pemotong spon pada stasiun pemotongan bahan baku IKM Permata dapat menurunkan nilai postur kerja operator stasiun pemotongan bahan baku pada

Untuk mengetahui total beban kerja pada stasiun pembuatan cetakan worm screw , maka total beban kerja yang didapat dari perhitungan operator adin × 2 karena pada

Dari hasil perhitungan dengan Metode 10 Denyut berupa rekapitulasi penilaian beban kerja fisik terhadap operator utama dan operator pembantu mesin pemotong batu