• Tidak ada hasil yang ditemukan

Evaluasi karakter hortikultura galur cabai hias IPB di kebun percobaan leuwikopo

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Evaluasi karakter hortikultura galur cabai hias IPB di kebun percobaan leuwikopo"

Copied!
41
0
0

Teks penuh

(1)

EVALUASI KARAKTER HORTIKULTURA GALUR CABAI

HIAS IPB DI KEBUN PERCOBAAN LEUWIKOPO

ALVIANTI YAUFA DESITA

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA

FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Evaluasi Karakter Hortikultura Galur Cabai Hias IPB di Kebun Percobaan Leuwikopo adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

(4)

ABSTRAK

ALVIANTI YAUFA DESITA. Evaluasi Karakter Hortikultura Galur Cabai Hias IPB di Kebun Percobaan Leuwikopo. Dibimbing oleh DEWI SUKMA dan MUHAMAD SYUKUR.

Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi beberapa sifat vegetatif dan generatif dari galur cabai hias baru IPB. Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Leuwikopo, Dramaga, Bogor pada bulan Januari hingga Juli 2014. Bahan tanam yang digunakan adalah dua galur cabai hias IPB yaitu Seroja dan Ungara serta tiga varietas pembanding yaitu Explosive, Numex, dan Bara. Penelitian menggunakan Rancangan Kelompok Lengkap Teracak (RKLT) dengan empat ulangan. Hasil penelitian menunjukkan galur-galur yang diuji memiliki perbedaan pada semua karakter kuantitatif yang diuji. Galur Ungara memiliki keunggulan pada karakter tinggi tanaman, diameter batang, bobot per buah, diameter buah, dan ketebalan kulit buah. Galur Seroja memiliki keunggulan pada karakter umur berbunga dan umur panen buah yang lebih cepat. Karakter-karakter kualitatif antara galur-galur yang diuji tidak menunjukkan banyak perbedaan dengan pembandingnya. Karakter kualitatif yang dapat mencirikan masing-masing galur dapat dilihat dari karakter pemendekan ruas dan perubahan warna buah. Karakter pemendekan ruas dimiliki oleh galur Seroja. Perubahan warna buah muda ke buah masak pada galur Seroja adalah dari hijau kekuningan ke merah, sementara pada galur Ungara dari ungu kehitaman ke merah.

(5)

ABSTRACT

ALVIANTI YAUFA DESITA. Horticulture Characters Evaluation of IPB Ornamental Pepper Lines at The Leuwikopo Experimental Field. Supervised by DEWI SUKMA and MUHAMAD SYUKUR.

The objective of this research was to evaluate several vegetative and generative characters of the new IPB ornamental pepper lines. The experiment was conducted at IPB experimental field, Leuwikopo, Dramaga, Bogor in January to July 2014. Planting material used was two IPB ornamental pepper lines, namely Seroja and Ungara, and three control varieties, namely Explosive, Numex, and Bara. The design used was a randomized complete block design with four replications. The results showed that there are significant differences for all quantitative characters among the observed new lines of ornamental pepper. Ungara had higher plant height, stem diameter, weight per fruit, fruit diameter, and flesh thickness than the control varieties. Seroja had earlier flowering time and harvest time than the control varieties. The qualitative characters between the observed lines and the control varieties are similar. Seroja line showed a shortened internode which is the same as one of the control varieties Explosive. In colour changes during ripening, Seroja line is yellowish-green when the fruits are immature and finally red when its mature. Ungara line start out deep purplish black and then turn green before maturing to red.

(6)
(7)

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian

pada

Departemen Agronomi dan Hortikultura

EVALUASI KARAKTER HORTIKULTURA GALUR CABAI

HIAS IPB DI KEBUN PERCOBAAN LEUWIKOPO

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA

FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2014

(8)
(9)

Judul Skripsi : Evaluasi Karakter Hortikultura Galur Cabai Hias IPB di Kebun Percobaan Leuwikopo

Nama : Alvianti Yaufa Desita NIM : A24100021

Disetujui oleh

Dr Dewi Sukma, SP MSi Pembimbing I

Prof Dr Muhamad Syukur, SP MSi Pembimbing II

Diketahui oleh

Dr Ir Agus Purwito, MScAgr Ketua Departemen

(10)
(11)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Januari 2014 ini ialah pemuliaan tanaman, dengan judul Evaluasi Karakter Hortikultura Galur Cabai Hias IPB di Kebun Percobaan Leuwikopo.

Terima kasih penulis ucapkan kepada Ibu Dr Dewi Sukma, SP MSi selaku pembimbing skripsi, Bapak Prof Dr Muhamad Syukur, SP MSi selaku pembimbing akademik sekaligus pembimbing skripsi, serta Bapak Dr Willy Bayuardi Suwarno, SP Msi selaku penguji ujian akhir skripsi. Tidak lupa juga penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Undang dan Mang Darwa yang telah membantu penulis melaksanakan kegiatan penelitian di lapang serta kakak-kakak di Laboratorium Pemuliaan Tanaman atas bimbingannya. Di samping itu, penghargaan penulis sampaikan kepada teman-teman yang telah bersedia membantu penulis selama kegiatan penelitian ini berlangsung. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada ayah, ibu, kakak, serta seluruh keluarga, atas segala doa dan kasih sayangnya.

Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

(12)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL vi

DAFTAR GAMBAR vi

DAFTAR LAMPIRAN vi

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Tujuan Penelitian 2

Hipotesis 2

TINJAUAN PUSTAKA 2

Botani dan Syarat Tumbuh Tanaman Cabai 2

Cabai Hias 3

Evaluasi Karakter Hortikultura 4

Karakter Kualitatif dan Kuantitatif 4

METODE 5

Lokasi dan Waktu Percobaan 5

Bahan 5

Alat 5

Rancangan Percobaan 5

Prosedur Percobaan 6

HASIL DAN PEMBAHASAN 10

Kondisi Umum 10

Evaluasi Karakter Kuantitatif 12

Analisis Korelasi 15

Evaluasi Karakter Kualitatif 16

SIMPULAN DAN SARAN 21

Simpulan 21

Saran 22

DAFTAR PUSTAKA 22

LAMPIRAN 24

(13)

DAFTAR TABEL

1 Rekapitulasi F-Hitung, peluang, dan koefisiensi keragaman 11 2 Nilai tengah karakter tinggi tanaman, tinggi dikotomus, dan diameter

batang yang diuji pada setiap genotipe 12

3 Nilai tengah karakter lebar tajuk, lebar daun, dan panjang daun yang

diuji pada setiap genotipe 13

4 Nilai tengah karakter umur berbunga, umur panen buah, bobot buah per tanaman, bobot per buah, dan jumlah buah per tanaman 14 5 Nilai tengah karakter diameter pangkal buah, diameter tengah buah, dan 15 6 Nilai tengah karakter panjang buah, panjang tangkai buah, dan

ketebalan kulit buah yang diuji pada setiap genotipe 15 7 Hasil analisis korelasi beberapa karakter kuantitatif yang diuji 16 8 Bentuk daun, tepi daun, ujung daun, permukaan daun, dan warna daun 17 9 Bentuk batang, warna batang, dan habitus tanaman 18

10Posisi bunga dan warna mahkota bunga 19

11Bentuk buah, bentuk pangkal buah, penampang melintang buah, dan

perubahan warna buah 20

DAFTAR GAMBAR

1 Pemendekan ruas 7

2 Habitus tanaman cabai 8

3 Bentuk daun cabai 8

4 Kedudukan / posisi bunga cabai 9

5 Bentuk buah cabai 9

6 Bentuk pangkal buah cabai 10

7 Bentuk penampang melintang buah cabai 10

8 Bentuk daun dari masing-masing genotipe yang diamati 17 9 Habitus tanaman dari masing-masing genotipe yang diamati 18 10Warna mahkota bunga masing-masing genotipe yang diamati 19 11Bentuk buah cabai pada masing-masing genotipe 20 12Perubahan warna buah cabai masing-masing genotipe 21

DAFTAR LAMPIRAN

1 Deskripsi cabai rawit varietas Bara 24

2 Deskripsi cabai hias Seroja 24

(14)
(15)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Cabai (Capsicum annuum L.) lebih banyak dikenal masyarakat sebagai sayuran untuk dikonsumsi atau sebagai pelengkap masakan, namun menurut Djarwaningsih (2005), tanaman Capsicum tidak hanya berguna sebagai bumbu masak, tetapi pemanfaatannya begitu meluas sesuai dengan melebarnya cakrawala pandangan masyarakat masa kini. Tanaman cabai mempunyai keanekaragaman jenis yang besar, sehingga pemanfaatannyapun dapat beragam pula. Salah satu pemanfaatan lain dari tanaman cabai adalah dijadikannya tanaman ini sebagai tanaman hias. Menurut Setiadi (2002), cabai dalam pot disamping bernilai komersial juga menarik bila dijadikan sebagai tanaman hias. Tanaman cabai merupakan salah satu tanaman hias buah yang biasa ditanam dalam pot dan dapat berfungsi baik sebagai tanaman hias dalam ruang dan di luar ruangan. Sementara itu menurut Hessayon (1993), segi estetika yang dapat dinikmati dari tanaman cabai hias adalah daun, bunga, serta buahnya.

Pemanfaatan cabai sebagai tanaman hias dalam pot pertama kali populer di Eropa dan semakin meluas sampai ke Amerika. Keunggulan cabai hias di antaranya adalah warna dan bentuk buah yang beragam, kemudahan dalam perbanyakan tanaman, umur tanam relatif singkat, serta lebih toleran terhadap panas dan kekeringan. Warna dan bentuk cabai hias yang unik dan beragam mampu memberikan keindahan serta menghadirkan kesan taman yang lebih hidup (Bosland et al. 1994). Penanaman cabai sebagai tanaman hias mempunyai tujuan yang berbeda dengan penanaman cabai untuk produksi. Cabai sebagai tanaman hias harus mempunyai kualitas tanaman yang dapat menambah keindahan. Kualitas yang diharapkan diantaranya ialah mempunyai tinggi tanaman yang proporsional dengan pot, mempunyai banyak cabang sehingga tanaman terlihat lebih rimbun, mempunyai banyak buah sebagai daya tarik tanaman hias buah, dan mempunyai keragaan yang disukai oleh konsumen (Cayanti 2006).

Pengembangan cabai hias diharapkan dapat menjadi inovasi baru untuk menyediakan tanaman hias yang berkualitas baik, multiguna, dan tentunya dapat memberikan nilai ekonomi bagi yang membudidayakannya. Munculnya tipe-tipe cabai hias yang baru diharapkan nantinya dapat memenuhi selera konsumen dan menarik minat petani untuk lebih mengembangkan cabai hias (Wirasti 2013).

(16)

2

Indonesia. Menurut Allard (1999), evaluasi ini sangat penting karena dari hasil evaluasi ini dapat diketahui manfaat dan sifat-sifat dari galur tersebut, yaitu galur mana yang bisa dijadikan varites budidaya (langsung disebarkan kepada petani), galur mana yang perlu diseleksi lagi, dan galur mana yang bisa dijadikan tetua dalam proses hibridisasi selanjutnya.

Tanaman cabai hias sebenarnya memiliki potensi untuk dikembangkan menjadi tanaman hias baru di masyarakat. Namun, tanaman cabai hias belum dikenal masyarakat umum secara luas. Penelitian ini dilaksanakan untuk mengumpulkan dan mengevaluasi karakter-karakter hortikultura dari beberapa genotipe cabai hias sebagai langkah awal dalam kegiatan konservasi dan pengembangan potensi.

Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi beberapa sifat kualitatif dan kuantitatif dari galur cabai hias baru IPB.

Hipotesis

Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah terdapat perbedaan karakter kualitatif dan kuantitatif genotipe cabai hias serta terdapat genotipe cabai hias yang memiliki karakter lebih baik atau sebanding dengan varietas pembanding.

TINJAUAN PUSTAKA

Botani dan Syarat Tumbuh Tanaman Cabai

Tanaman cabai tergolong divisi Magnoliophyta, kelas Magnoliopsida, ordo Solanales, famili Solanaceae, genus Capsicum. Capsicum annuum merupakan salah satu spesies dalam genus Capsicum yang telah dibudidayakan. Selain C. annuum, spesies lain yang telah dibudidayakan adalah C. frutescens, C. baccatum, C. pubescens, dan C. chinense (Berke 2000). Tanaman cabai mempunyai akar tunggang dengan banyak akar samping yang dangkal. Batang tidak berbulu dan mempunyai banyak cabang. Daunnya berbentuk panjang dengan ujung yang runcing. Bunga cabai berbentuk terompet kecil dengan warna putih dan ada juga yang berwarna ungu. Cabai merupakan tanaman herba yang sebagian besar menjadi berkayu pada pangkal dan beberapa menjadi semak (Rubatzky dan Yamaguchi 1999).

(17)

3 dingin dan memerlukan cuaca panas. Suhu siang rata-rata 20oC-25oC adalah suhu yang ideal, pertumbuhan tanaman meningkat ketika suhu malam tidak melebihi 20oC. Suhu rendah cenderung membatasi perkembangan aroma dan warna, tanaman dan buah rentan terhadap suhu dingin.

Cabai Hias

Genus Capsicum dapat dibedakan berdasarkan karakteristik bunga dan buahnya. Capsicum annum mempunyai bunga berwarna putih, serbuk sari berwarna biru atau ungu, kaliks yang bergerigi, serta mempunyai bunga dan buah tunggal pada ketiak batang. Capsicum frutescens mempunyai bunga berwarna putih kehijauan, kaliks tidak bergerigi, serbuk sari berwarna biru, dan mempunyai buah tunggal tetapi dengan bunga yang lebih dari satu pada ketiak cabang. Capsicum pubescens mempunyai bunga berwarna ungu, buah berwarna kuning orange, dan mempunyai biji yang unik berwarna hitam (Greenleaf 1986).

Bosland dan Votava (1999) menyatakan bahwa tanaman cabai hias populer di Eropa dan Amerika Serikat. Menurut Hessayon (1993) tanaman cabai hias biasa disebut sebagai tanaman Christmas Pepper karena tanaman ini banyak tersedia dan diminati saat natal. Evans (1993) menyatakan tanaman cabai hias dijual ketika warna buah masak dan berwarna merah sebagai simbol keceriaan dan pesta yang meriah. Tanaman cabai dapat dijadikan sebagai penghias ruangan karena keragaman warna buah yang dimilikinya seperti warna ungu, merah tua, orange, dan kuning. Menurut Courtier (1993), tanaman cabai memiliki warna buah yang menarik dari hijau saat muda kemudian merah, orange, sampai kuning saat buah matang.

Poulus (1994) menyatakan bahwa terdapat 5 spesies domestikasi dan 25 spesies liar pada tanaman cabai. Deskripsi dari kelima jenis tanaman cabai menurut Kusandriani (1996) dan Djarwaningsih (2005), yaitu:

1. Capsicum annuum memiliki tangkai daun panjang. Bentuk daun bulat telur atau lanset, agak kaku, berwarna hijau sampai hijau tua. Daun tumbuh pada tunas samping secara berurutan, sedangkan pada batang utama daun tersusun secara spiral. Setiap bunga tersusun dari lima atau enam mahkota bunga yang berwarna putih atau ungu tergantung kultivarnya. Tangkai bunga tegak atau merunduk saat anthesis tergantung varietasnya. Buah tunggal pada setiap ruas bervariasi dalam ukuran, bentuk, warna, dan tingkat kepedasan. Warna buah masak bervariasi dari merah, jingga, kuning, dan keunguan.

2. Capsicum frutescens memiliki tangkai daun pendek dengan helaian daun berbentuk bulat telur. Mahkota bunga berwarna kehijauan tanpa bintik kuning pada dasar tabung mahkota bunga. Tangkai bunga saat anthesis tegak. Buah tunggal kadang berpasangan atau lebih di setiap ruas. Buah yang telah masak berwarna merah.

(18)

4

4. Capsicum baccatum memiliki tangkai daun panjang. Bunga tunggal dengan bentuk tangkai merunduk atau tegak setelah anthesis. Mahkota bunga berwarna putih dengan bercak kuning pada tabng mahkotanya. Buah tunggal muncul di setiap ruas. Warna buah masak bervariasi mulai dari jingga, kuning, sampai merah.

5. Capsicum pubescens memiliki bunga tunggal dengan bentuk tangkai tegak setelah anthesis. Mahkota bunga berwarna ungu, kadang berwarna putih pada ujung tabung mahkota bunga. Buah tunggal atau berjumlah 2-3 berada di setiap ruas dengan posisi buah menggantung. Buah berbentuk bulat telur. Warna buah masak merah, jingga, atau coklat.

Menurut Djarwaningsih (2005) jenis cabai yang berpotensi sebagai tanaman hias adalah Capsicum chinense dan Capsicum pubescens karena Capsicum chinense memiliki bentuk buah yang beragam dan variasi warna buah yang menarik, sedangkan Capsicum pubescens memiliki bunga dan buah yang berwarna ungu.

Evaluasi Karakter Hortikultura

Evaluasi merupakan salah satu tahapan dalam program pemuliaan tanaman yang secara umum bertujuan untuk memperoleh informasi mengenai penampilan (keragaan) suatu genotipe. Berdasarkan informasi tersebut dapat dilakukan tindakan pemuliaan tanaman berikutnya terhadap materi genetik yang dimiliki. Kegiatan evaluasi ini dapat dilakukan di awal, di tengah, atau di akhir suatu program pemuliaan tanaman (Makmur 1992). Kegiatan evaluasi pada awal suatu program pemuliaan tanaman dilakukan pada koleksi plasma nutfah dan galur silang dalam yang dihasilkan. Hasil evaluasi berguna untuk memperoleh informasi mengenai genotipe yang perlu diseleksi sehingga dapat dijadikan tetua dalam hibridisasi selanjutnya dan genotipe yang dapat dijadikan varietas budidaya (Allard 1999).

Asian Vegetable Research and Development Center (AVRDC) menegaskan bahwa deskripsi dan evaluasi plasma nutfah dilakukan untuk mengidentifikasi spesies, sifat-sifat khusus dan perbanyakannya, serta mengetahui pengaruh iklim terhadap keragaan suatu plasma nutfah. Evaluasi genotipe adalah suatu usaha untuk mempelajari karakteristik tanaman baik yang berupa sifat vegetatif, sifat generatif, dan potensi produksinya. Pengamatan sifat vegetatif meliputi tinggi tanaman, jumlah daun, tipe percabangan, warna serta bentuk daun. Pengamatan sifat generatif meliputi jumlah bunga, bobot buah, bentuk buah, warna buah, dan warna organ buah (Tay 1989).

Menurut Greenleaf (1986) evaluasi ciri-ciri hortikultura cabai meliputi tinggi tanaman, produksi, ketahanan terhadap hama dan penyakit tanaman, umur berbunga, bentuk dan ukuran buah, warna buah, panjang pedisel, tingkat kepedasan, rasio gula asam, dan kandungan vitamin C.

Karakter Kualitatif dan Kuantitatif

(19)

5 faktor lingkungan menjadi perhatian bagi para ekologis, yaitu dengan memanipulasi lingkungan agar tanaman dapat tumbuh seoptimal mungkin (Syukur et al. 2012). Karakter kualitatif merupakan wujud fenotipe yang saling berbeda tajam antara satu dengan yang lain secara kualitatif dan masing-masing dapat dikelompokkan dalam bentuk kategori. Karakter ini dikendalikan oleh sedikit gen. Sementara karakter kuantitatif dikendalikan oleh banyak gen. Karakter ini biasanya banyak dipengaruhi lingkungan (Nasir 2001).

METODE

Lokasi dan Waktu Percobaan

Penelitian dilaksanakan di Kebun Percobaan Leuwikopo, Institut Pertanian Bogor, Dramaga, Bogor sejak bulan Januari hingga Juli 2014. Kegiatan persemaian dilaksanakan di Laboratorium Pemuliaan Tanaman, Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

Bahan

Bahan tanaman yang digunakan adalah dua galur cabai hias IPB (Seroja dan Ungara) serta tiga varietas pembanding (Explosive, Numex, dan Bara), media tanam campuran, pupuk NPK (16:16:16), dan pupuk daun Gandasil D dengan komposisi nitrogen 20%, fosfor 15%, kalium 15%, serta magnesium 1%.

Alat

Alat yang digunakan antara lain tray semai, pot (diameter 20 cm), penggaris (meteran), jangka sorong, kamera, alat tulis, dan alat-alat pertanian.

Rancangan Percobaan

Percobaan dilakukan menggunakan rancangan kelompok lengkap teracak (RKLT) satu faktor yaitu genotipe dengan 4 ulangan. Terdapat 2 galur cabai dan 3 varietas pembanding, sehingga terdapat 20 satuan percobaan. Jumlah tanaman pada tiap petak berjumlah 20 tanaman, kecuali pada petak genotipe Explosive hanya berjumlah 10 tanaman per petak karena jumlah bibit yang tidak mencukupi.

Menurut Gomez dan Gomez (1995) model rancangan yang digunakan

(20)

6

Pengelompokan didasarkan pada umur bibit setelah semai pada saat dilakukan pindah tanam ke pot. Pindah tanam pada ulangan 1 dan 2 dilakukan saat umur bibit 50 HSS (Hari Setelah Semai), sementara itu pindah tanam pada ulangan 3 dan 4 dilakukan selang 2 minggu setelah pindah tanam pertama yaitu sekitar umur bibit 60 HSS (Hari Setelah Semai).

Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan uji-F dan apabila hasil yang diperoleh berpengaruh nyata dilakukan uji nilai tengah dengan menggunakan uji jarak berganda Duncan (DMRT) pada taraf 5 %.

Prosedur Percobaan Persiapan Lahan

Pengolahan lahan dan pengisian media tanam ke dalam pot dilakukan satu minggu sebelum tanam. Kegiatan pengolahan lahan meliputi pembersihan gulma dan pembuatan bedengan yang berukuran 2.5 x 3 m. Bedengan ini berjumlah 20 buah yang berfungsi sebagai tempat peletakan pot-pot tanaman.

Persemaian dan Penanaman

Persemaian benih dilakukan dengan menggunakan bak semai (tray). Media tanam yang digunakan pada saat persemaian adalah campuran media tanam Supergrow dan Bioposka dengan perbandingan 1:1. Setelah benih berkecambah, dilakukan penyiraman pupuk NPK Mutiara dengan dosis 3 g L-1 yang diaplikasikan setiap minggunya.

Pindah tanam atau penanaman dilakukan pada sore hari. Penanaman dilakukan dengan memasukkan bibit cabai ke dalam pot yang telah berisi campuran media tanam Supergrow dan Bioposka dengan perbandingan 1:1. Pengajiran dilakukan pada saat penanaman dengan mengikatkan tanaman cabai pada ajir bambu dengan menggunakan tali rafia yang diikat membentuk angka 8. Pada saat penanaman diberikan insektisida Furadan 3G dengan aplikasi melingkar pada tanaman dan fungisida yang berbahan aktif propineb.

Pemeliharaan dan Pemanenan

Pemeliharaan tanaman meliputi penyiraman, penyiangan, pemupukan, pengendalian hama dan penyakit, dan penambahan media tanam. Penyiraman dilakukan setiap hari pada saat pagi dan sore hari jika tidak terjadi hujan. Penyiangan dilakukan secara manual dengan membuang gulma yang mengganggu pertumbuhan tanaman.

(21)

7 Pemanenan dilakukan ketika 50% buah dalam satu populasi telah berwarna merah atau telah memasuki fase masak. Panen dilakukan setiap satu minggu sekali dan dilakukan hingga 8 kali panen.

Pengamatan

Pengamatan dilakukan terhadap 5 tanaman contoh yang dipilih secara acak pada masing-masing ulangan dari setiap genotipe. Karakter yang diamati adalah karakter kualitatif dan kuantitatif yang didasarkan pada Pedoman Penyusunan Deskripsi Varietas Hortikultura, panduan pengamatan individual (PPI) yang dikeluarkan oleh Pusat Perlindungan Varietas Tanaman (PPVT) Departemen Pertanian Republik Indonesia (2006), dan Descriptors for Capsicum (IPGRI).

Parameter yang diamati meliputi:

a. Tinggi tanaman, diukur dari permukaan tanah sampai pucuk tanaman tertinggi pada panen kedua

b. Tinggi dikotomus, diukur dari permukaan tanah sampai percabangan pertama pada panen kedua

c. Karakter batang:

1. Bentuk batang, diamati pada saat panen kedua.

2. Warna batang: hijau tua, hijau, hijau kekuningan, dan lainnya yang diamati pada saat panen kedua

3. Diameter batang, diukur pada saat panen kedua 4. Pemendekan ruas: none, one to three, more than three

Gambar 1 Pemendekan ruas. 1) none, 2) one to three, 3) more than three d. Habitus tanaman: menyamping, kompak dan tegak, diamati ketika 50%

(22)

8

Gambar 2 Habitus tanaman. 3) Menyamping, 5) Kompak, 7) Tegak e. Karakter daun:

1. Bentuk daun, diamati pada panen kedua

Gambar 3 Bentuk daun. 1) Delta, 2) Oval, 3) Lanset 2. Warna daun: hijau tua, hijau muda, hijau kekuningan

3. Ukuran daun: panjang (cm) x lebar (cm), diukur rata-rata dari 10 daun yang telah berukuran maksimal pada percabangan utama pada panen kedua

4. Permukaan daun, diamati pada setiap genotipe 5. Tepi daun: rata, bergerigi, berombak, lainnya

6. Ujung daun: runcing, meruncing, tumpul, membelah, membuka, lainnya f. Karakter bunga dan buah:

1. Waktu munculnya bunga, jumlah hari setelah tanamsampai 50% populasi mempunyai bunga mekar

2. Warna mahkota bunga: putih, kuning terang, kuning, ungu dengan dasar putih, putih dengan dasar ungu, putih dengan pinggiran ungu, ungu, dan lainnya. Diamati setelah bunga pertama membuka sempurna

(23)

9

Gambar 4 Kedudukan / posisi bunga. 3) Tidak tegak, 5) Semi tegak, 7) Tegak

4. Umur panen buah, jumlah hari setelah tanam sampai 50% populasi mempunyai buah masak

5. Bobot buah (g) ditimbang bobot 10 buah cabai masak yang diambil dari panen kedua

6. Panjang buah (cm) diukur dari pangkal sampai ujung buah pada 10 buah yang sama dengan pengamatan bobot buah

7. Panjang tangkai buah (cm) diukur dari pangkal sampai ujung tangkai buah pada 10 buah yang sama dengan pengamatan bobot buah

8. Diameter buah (mm) diukur pada tiga bagian buah yaitu: pangkal, tengah, dan ujung pada 10 buah yang sama dengan pengamatan bobot buah

9. Ketebalan kulit buah (mm), diukur dari rata-rata 10 buah masak pada panen kedua. Pengukuran dilakukan dengan menggunakan jangka sorong digital

10.Bentuk buah: elongate, almost round, triangular, campanulate, blocky, lainnya yang diamati pada saat panen kedua

(24)

10

11.Bentuk pangkal buah: acute, obtuse, truncate, cordate, lobate yang diamati pada saat panen kedua

Gambar 6 Bentuk pangkal buah. 1) acute, 2) obtuse, 3) truncate, 4) cordate, 5) lobate

12.Penampang melintang buah: pointed, blunt, sunken, sunken & pointed, lainnya yang diamati pada saat panen kedua

Gambar 7 Bentuk penampang melintang buah. 3) Sedikit berombak, 5) Intermediate, 7) Berombak

13.Perubahan warna buah, diamati saat buah muda hingga buah tua

HASIL DAN PEMBAHASAN

Kondisi Umum

Selama masa penyemaian, daya berkecambah untuk genotipe Seroja, Ungara, dan Bara cukup baik dengan rata-rata daya berkecambah 89.51%, namun daya berkecambah untuk Explosive dan Numex cukup rendah dengan rata-rata daya berkecambah sebesar 36.83%. Beberapa tanaman dari genotipe Seroja di persemaian terserang kutu daun / aphid.

Penanaman bibit ke pot atau transplanting dilakukan dua kali karena pertumbuhan bibit tanaman yang tidak seragam di persemaian. Ketidakseragaman pertumbuhan bibit tanaman ini terjadi kemungkinan karena bibit mengalami kondisi stress di persemaian. Kondisi stress ini diduga karena media tanam yang digunakan pada saat kegiatan persemaian terlalu padat, selain itu kondisi iklim saat persemaian juga mempengaruhi bibit di persemaian. Pada saat transplanting masih ditemukan beberapa tanaman yang offtype dari genotipe Seroja dan Ungara yang dapat dilihat dari perbedaan keragaan tanaman dari genotipe-genotipe yang sejenis. Tanaman yang offtype ini tidak diikutsertakan dalam pengamatan.

(25)

11 lapang dan menyebabkan perubahan keragaan tanaman cabai serta penurunan jumlah produksi adalah antraknosa dan layu fusarium. Penyakit antraknosa disebabkan oleh Colletotrichum acutatum yang menyebabkan bercak konsentrik berwarna hitam pada buah sehingga buah menjadi busuk basah. Penyakit ini awalnya menyerang tanaman cabai hias varietas Numex pada ulangan 2 yang kemudian menyebar ke seluruh tanaman pada tiap ulangan. Sementara itu, penyakit layu fusarium (Fusariumoxysporum Schlecth) menyerang tanaman cabai dengan gejala awal tanaman menjadi layu yang dilanjutkan dengan gugurnya daun-daun yang telah mengering sebelumnya. Curah hujan dan kelembaban relatif yang tinggi selama penelitian berlangsung diduga merupakan salah satu penyebab meningkatnya serangan penyakit terutama yang disebabkan oleh cendawan. Berdasarkan data dari Stasiun Meteorologi dan Geofisika, Dramaga, Bogor (2014), pada bulan Januari sampai bulan Juli 2014, curah hujan rata-rata 524 mm/bulan, suhu 24.6-26.5oC, dan kelembaban 87.4%.

Secara umum, pengendalian hama dan penyakit yang menyerang tanaman cabai dapat dilakukan dengan menggunakan pestisida sesuai dosis yang dianjurkan. Penyemprotan pestisida berupa insektisida dan fungisida dilakukan setiap minggu baik pada fase vegetatif maupun generatif tanaman.

Rekapitulasi F-Hitung, Peluang, dan Koefisiensi Keragaman

Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang sangat nyata di antara galur-galur yang diuji pada seluruh karakter kuantitatif yang diamati (Tabel 1).

Tabel 1 Rekapitulasi F-Hitung, peluang, dan koefisiensi keragaman

(26)

12

Karakter kuantitatif yang diamati meliputi karakter tinggi tanaman, tinggi dikotomus, diameter batang, lebar tajuk, lebar daun, panjang daun, umur berbunga, umur panen buah, bobot buah per tanaman, bobot buah, jumlah buah per tanaman, diameter pangkal buah, diameter tengah buah, diameter ujung buah, panjang buah, panjang tangkai buah, dan ketebalan kulit buah. Koefisien keragaman (kk) pada seluruh karakter kuantitatif yang diamati berkisar antara 5.18-18.93% (Tabel 1). Menurut Matjjik dan Sumertajaya (2002) nilai koefisien keragaman (kk) untuk bidang pertanian yang dianggap wajar adalah 20%-25%.

Evaluasi Karakter Kuantitatif Tinggi Tanaman, Tinggi Dikotomus, dan Diameter Batang

Tinggi tanaman genotipe cabai hias yang diuji berkisar antara 20.19-48.90 cm. Genotipe Ungara memiliki tinggi tanaman tertinggi dibandingkan dengan semua pembanding. Hal ini mengakibatkan genotipe Ungara kurang cocok untuk dijadikan sebagai tanaman hias pot karena tinggi tanamannya yang tinggi sehingga tidak proporsional dengan diameter pot. Genotipe Seroja memiliki tinggi tanaman yang lebih rendah dibandingkan dengan Bara namun masih setara dengan tinggi tanaman dari Explosive dan Numex. Menurut Setyaningsih (1994), meningkatnya tinggi tanaman dengan tinggi cabang pertama yang rendah akan meningkatkan jumlah cabang, daun dan bunga yang terbentuk, selanjutnya akan meningkatkan jumlah buah dan produksi per tanaman.

Genotipe Ungara memiliki diameter batang terbesar di antara pembanding-pembandingnya yaitu sebesar 9.89 mm, sementara diameter batang dari genotipe Seroja sebanding dengan besar diameter pada Explosive. Menurut Isnaini (2007), keadaan pertumbuhan vegetatif dilakukan untuk mendapatkan gambaran umum pertumbuhan tanaman. Pada umumnya panjang dan diameter batang utama digunakan sebagai ukuran pertumbuhan karena dapat dilihat dengan mudah. Tabel 2 Nilai tengah karakter tinggi tanaman, tinggi dikotomus, dan diameter

batang yang diuji pada setiap genotipe Genotipe Tinggi tanaman

Keterangan: Angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan hasil yang tidak berbeda nyata menurut uji DMRT 5%

(27)

13 Menurut Citojoyo (1990) semakin tinggi cabang pertama terbentuk maka jumlah cabang semakin berkurang dan sebaliknya semakin rendah cabang pertama terbentuk maka jumlah cabang semakin bertambah banyak. Hal ini disebabkan semakin tinggi cabang pertama terbentuk, semakin sedikit bagian batang utama yang mempunyai kemungkinan untuk membentuk percabangan.

Lebar Tajuk, Lebar Daun, dan Panjang Daun

Berdasarkan hasil pengamatan, lebar tajuk pada galur yang diuji berkisar antara 22.71-56.43 cm. Galur Seroja memiliki lebar tajuk terendah di antara pembanding-pembandingnya, sementara lebar tajuk Ungara tidak lebih lebar dari tajuk Bara namun lebih lebar dari Explosive dan Numex. Tanaman dengan tajuk yang lebar nantinya diharapkan dapat menghasilkan jumlah cabang yang banyak sehingga buah yang dihasilkan pun akan semakin banyak. Karakter lebar daun dan panjang daun pada galur yang diuji menunjukkan hasil yang hampir sama, di mana lebar dan panjang daun dari kedua galur yang diuji tidak lebih baik dari Bara. Lebar daun pada kedua galur yang diuji setara dengan Numex dan lebih lebar bila dibandingkan dengan Explosive (Tabel 3).

Tabel 3 Nilai tengah karakter lebar tajuk, lebar daun, dan panjang daun yang diuji pada setiap genotipe

Genotipe Lebar tajuk (cm) Lebar daun (cm) Panjang daun (cm)

Seroja 22.71e 2.27b 6.18b

Ungara 56.43b 2.19b 5.15cd

Explosive 29.42d 1.78c 4.49d

Numex 35.71c 2.28b 5.35c

Bara 67.14a 2.54a 6.99a

Keterangan: Angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan hasil yang tidak berbeda nyata menurut uji DMRT 5%

Umur Berbunga, Umur Panen Buah, Bobot Buah per Tanaman, Bobot per Buah, dan Jumlah Buah per Tanaman

Umur berbunga yang lebih lama dibandingkan pembanding ditunjukkan oleh genotipe Ungara dengan rata-rata waktu berbunga selama 35.50 hari setelah tanam (HST), sementara waktu berbunga galur Seroja lebih cepat 6-10 hari bila panen buah genotipe Ungara adalah yang terlama yaitu 77.50 Hari Setelah Tanam (HST) dibandingkan dengan semua pembanding, sementara genotipe Seroja memiliki umur panen buah tercepat yaitu 60.50 HST di antara semua pembanding (Tabel 4).

(28)

14

karbohidrat yang lebih cepat sehingga tanaman lebih cepat memasuki fase generatif. Bosland dan Votava (1999) juga menyatakan bahwa terdapat hubungan langsung antara pertumbuhan vegetatif dan pembentukan buah pada cabai. Cabai membutuhkan pertumbuhan yang baik agar dapat menghasilkan buah lebih cepat dan kualitas yang lebih baik.

Tabel 4 Nilai tengah karakter umur berbunga, umur panen buah, bobot buah per tanaman, bobot per buah, dan jumlah buah per tanaman

Genotipe Keterangan: Angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan hasil yang

tidak berbeda nyata menurut uji DMRT 5%

Karakter bobot buah per tanaman, bobot per buah, dan jumlah buah per tanaman merupakan karakter-karakter yang saling berhubungan, di mana bobot buah per tanaman dan bobot buah nantinya dapat menentukan jumlah buah yang dapat dihasilkan dari satu tanaman cabai. Karakter umur berbunga juga berbanding lurus dengan bobot per buah, di mana menurut penelitian Setyaningsih (1994), semakin lama tanaman memasuki fase generatif berarti semakin banyak bagian vegetatif tanaman sehingga tanaman mempunyai kemampuan menghasilkan fotosintat yang banyak untuk pembentukan buah. Produktivitas tanaman juga dipengaruhi oleh bobot total buah panen per tanaman, sehingga genotipe yang menunjukkan bobot total buah yang tinggi akan menghasilkan produktivitas yang tinggi dan sebaliknya genotipe dengan bobot total buah rendah akan menghasilkan produktivitas yang rendah pula.

(29)

15 Tabel 5 Nilai tengah karakter diameter pangkal buah, diameter tengah buah, dan

diameter ujung buah yang diuji pada setiap genotipe Genotipe Diameter pangkal

Keterangan: Angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan hasil yang tidak berbeda nyata menurut uji DMRT 5%

Panjang Buah, Panjang Tangkai Buah, dan Ketebalan Kulit Buah

Berdasarkan hasil pengamatan, rata-rata panjang buah dari galur yang diuji berkisar antara 3.01-3.08 cm. Keseluruhan galur yang diuji memiliki panjang buah yang setara dengan Numex namun lebih panjang bila dibandingkan dengan Explosive. Hasil pengamatan pada karakter panjang tangkai buah menunjukkan hasil yang sama dengan pengamatan karakter panjang buah (Tabel 6).

Tabel 6 Nilai tengah karakter panjang buah, panjang tangkai buah, dan ketebalan kulit buah yang diuji pada setiap genotipe

Genotipe Panjang buah (cm) Panjang tangkai buah (cm) hasil yang tidak berbeda nyata menurut uji DMRT 5%

Ketebalan kulit buah galur cabai yang diuji berkisar antara 1.23 – 1.66 mm. Galur Ungara memiliki tebal kulit terbesar di antara pembanding Explosive dan Bara, namun setara dengan tebal kulit buah Numex. Tebal kulit buah galur Seroja setara dengan tebal kulit buah Explosive, namun lebih tebal bila dibandingkan dengan tebal kulit buah Bara.

Analisis Korelasi

(30)

16

lebar daun, lebar tajuk, bobot buah total, panjang buah, panjang daun, panjang tangkai buah, tinggi dikotomus, tinggi tanaman, waktu berbunga, dan waktu panen (Tabel 7).

Dari hasil uji korelasi dapat dilihat bahwa karakter lebar tajuk berkorelasi positif terhadap karakter bobot buah total, tinggi dikotomus, dan tinggi tanaman, sementara karakter waktu panen tidak memiliki korelasi dengan karakter lebar tajuk. Lebar tajuk berkorelasi positif dengan produktivitas tanaman. Tajuk semakin lebar maka bobot buah total akan semakin tinggi. Selain berkorelasi positif dengan karakter lebar tajuk, produktivitas tanaman juga berkorelasi positif terhadap karakter tinggi tanaman dan tinggi dikotomus.

Tabel 7 Hasil analisis korelasi beberapa karakter kuantitatif yang diuji

Keterangan: DB= Diameter Batang, LD= Lebar Daun, LT= Lebar Tajuk, BBT= Bobot Buah Total, PB= Panjang Buah, PD= Panjang Daun, PT= Panjang Tangkai Buah, TD= Tinggi Dikotomus, TT= Tinggi Tanaman, WB= Waktu Berbunga, WP= Waktu Panen. tn=tidak nyata, *=nyata pada taraf α=5%, **=nyata pada taraf α=1%

Karakter tinggi tanaman berkorelasi positif dengan tinggi dikotomus tanaman, di mana semakin tinggi tanaman maka tinggi dikotomus tanaman juga akan semakin tinggi pula. Adanya hubungan atau korelasi yang positif juga ditunjukkan oleh karakter tinggi dikotomus dengan panjang tangkai buah. Waktu berbunga berkorelasi positif dengan diameter batang. Semakin lama tanaman memasuki waktu berbunga maka tanaman akan memiliki diameter batang yang semakin lebar.

Evaluasi Karakter Kualitatif Karakter Vegetatif

Karakter-karakter vegetatif yang diuji antara lain bentuk daun, tepi daun, ujung daun, permukaan daun, warna daun, bentuk batang, warna batang, dan habitus tanaman tidak menunjukkan banyak perbedaan, bahkan pada karakter ujung daun, permukaan daun, dan bentuk batang pada seluruh galur yang diuji dan pembanding tidak menunjukkan perbedaan.

DB LD LT BBT PB PD PT TD TT WB

LD 0.278tn

LT 0.659tn 0.568tn

BBT 0.620tn 0.737tn0.972**

PB 0.267tn0.986** 0.643tn 0.788tn

PD ‐

0.091tn 0.901* 0.450tn 0.621tn 0.903*

PT 0.150tn 0.721tn 0.816tn 0.867tn 0.793tn 0.818tn

TD 0.523tn 0.641tn 0.944* 0.965** 0.687tn 0.613tn 0.897*

TT 0.760tn 0.504tn 0.939* 0.926* 0.532tn 0.365tn 0.701tn0.942*

WB 0.985** 0.166tn 0.551tn 0.495tn 0.156tn ‐

(31)

17

Gambar 8 Bentuk daun dari masing-masing genotipe yang diamati

Menurut Bosland dan Votava (1999), daun cabai memiliki keragaman dalam bentuk, ukuran, dan warnanya. Daun cabai memiliki bentuk ovate, elliptik, dan lanceolate serta biasanya berwarna hijau. Bentuk daun pada kedua galur yang diuji dan ketiga pembanding adalah bentuk lanset dan oval (Gambar 8).

Karakter tepi daun yang dominan muncul baik pada galur yang diuji maupun pembanding adalah berombak dan rata, sementara warna daun yang terlihat adalah hijau dan hijau keunguan. Perbedaan karakter antara galur yang diuji dan pembanding tidak terlihat pada karakter ujung daun dan permukaan daun (Tabel 8).

Tabel 8 Bentuk daun, tepi daun, ujung daun, permukaan daun, dan warna daun

Genotipe Bentuk

daun Tepi daun

Ujung

daun Permukaan daun Warna daun Seroja Lanset Berombak Meruncing Halus Hijau

Ungara Oval Rata Meruncing Halus Hijau keunguan

Explosive Lanset Rata Meruncing Halus Hijau keunguan Numex Lanset Berombak Meruncing Halus Hijau Bara Oval Rata Meruncing Halus Hijau

(32)

18

ungu. Pemendekan ruas hanya terdapat pada galur Seroja dan satu pembandingnya yaitu Explosive (Tabel 9). Karakter habitus tanaman yang dominan muncul baik pada galur yang diuji maupun pembanding adalah kompak dan tegak (Gambar 9). Galur Ungara memiliki habitus tanaman tegak yang membentuk huruf V, sementara varietas Bara memiliki habitus tegak yang membentuk huruf Y.

Hasil yang sama ditunjukkan pada penelitian yang telah dilakukan sebelumnya di mana menurut Faizah (2010), genotipe Ungara memiliki bentuk daun oval dengan warna daun ungu muda. Batang tanaman pada genotipe Ungara berbentuk silinder dan memiliki habitus tanaman yang tegak.

Tabel 9 Bentuk batang, warna batang, dan habitus tanaman Genotipe Bentuk batang Pemendekan

ruas Warna batang Habitus tanaman

Seroja Silindris Ada Hijau Kompak

Ungara Silindris Tidak ada Ungu Tegak / V Explosive Silindris Ada Ungu Kompak Numex Silindris Tidak ada Hijau Kompak Bara Silindris Tidak ada Hijau Tegak / Y

(33)

19

Karakter Generatif

Karakter posisi bunga pada galur yang diuji tidak berbeda dengan semua pembanding. Keseluruhan galur yang diuji dan pembanding memiliki posisi bunga yang tegak (Tabel 10).

Tabel 10 Posisi bunga dan warna mahkota bunga

Genotipe Posisi bunga Warna mahkota bunga

Seroja Tegak Putih

Ungara Tegak Ungu

Explosive Tegak Ungu

Numex Tegak Putih

Bara Tegak Putih

Pada karakter warna mahkota bunga, genotipe Seroja memiliki warna mahkota putih, sementara genotipe Ungara memiliki warna mahkota bunga ungu (Gambar 10). Karakter warna mahkota bunga Seroja memiliki perbedaan dengan pembanding Explosive yang memiliki warna mahkota ungu, sementara warna mahkota bunga Ungara memiliki perbedaan dengan warna mahkota pada pembanding varietas Numex dan Bara (Tabel 10).

Gambar 10 Warna mahkota bunga masing-masing genotipe yang diamati Pengamatan karakter kualitatif buah meliputi bentuk buah, bentuk pangkal buah, penampang melintang buah, dan perubahan warna buah (Tabel 11). Arif et al. (2011) menyatakan bahwa kualitas cabai dipengaruhi oleh karakter-karakter kualitatif (tekstur permukaan buah, warna buah, dan lain-lain) dan ada tidaknya serangan hama dan penyakit pada buah cabai.

(34)

20

Gambar 11 Bentuk buah cabai pada masing-masing genotipe

Bentuk pangkal buah pada galur yang diuji juga memiliki perbedaan dari pembanding. Kedua galur yang diuji memiliki bentuk pangkal buah yang rompang. Bentuk ini berbeda dengan bentuk pangkal buah dua dari tiga varietas pembandingnya yaitu Numex dan Bara yang masing-masing berbentuk jantung dan tumpul.

Menurut Faizah (2010), genotipe Ungara memiliki mahkota bunga yang berwarna ungu dengan posisi bunga yang tegak. Bentuk buah genotipe Ungara adalah triangular dan bentuk pangkal buah yang tumpul. Sementara itu, menurut Putri (2010), genotipe Ungara memiliki warna mahkota putih ungu dasar dengan semburat ungu. Bentuk buah dan bentuk pangkal buah pada genotipe Ungara masing-masing adalah triangular dan rompang.

Tabel 11 Bentuk buah, bentuk pangkal buah, penampang melintang buah, dan perubahan warna buah

Genotipe Bentuk buah Bentuk pangkal buah

Penampang melintang buah

Perubahan warna buah

Seroja Triangular Rompang Sedikit berombak

hijau kekuningan - hijau keunguan -

ungu - oranye keunguan - oranye -

merah

Ungara Triangular Rompang Sedikit berombak

ungu kehitaman - hijau - merah kehitaman - merah

Explosive Triangular Rompang Sedikit berombak

ungu - ungu

(35)

21

Gambar 12 Perubahan warna buah cabai masing-masing genotipe

Perbedaan juga terlihat pada karakter perubahan warna buah (Gambar 12). Masing-masing galur yang diuji dan pembanding memiliki perubahan warna buah muda ke buah matang yang berbeda, sementara itu keseluruhan galur yang diuji serta pembandingnya tidak memiliki perbedaan pada karakter penampang melintang buah. Menurut Poulus (1994), cabai memiliki warna buah muda hijau, kuning, krem, atau ungu dan warna buah matang merah, oranye, kuning, atau coklat. Rubatzky dan Yamaguchi (1999) menyatakan bahwa warna hijau pada buah cabai disebabkan oleh adanya klorofil sedangkan warna merah disebabkan oleh adanya karotenoid.

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Galur-galur yang diuji memiliki perbedaan pada semua karakter kuantitatif yang diuji, meliputi karakter tinggi tanaman, tinggi dikotomus, diameter batang, lebar tajuk, lebar daun, panjang daun, umur berbunga, umur panen buah, bobot buah per tanaman, bobot per buah, jumlah buah per tanaman, diameter buah, panjang buah, panjang tangkai buah, dan ketebalan kulit buah. Galur Ungara memiliki keunggulan pada karakter diameter batang, bobot per buah, diameter buah, dan ketebalan kulit buah. Galur Seroja memiliki keunggulan pada karakter umur berbunga dan umur panen buah yang lebih cepat dibandingkan semua pembandingnya.

(36)

22

Ungara tidak mengalami pemendekan ruas dengan perubahan warna buah dari ungu kehitaman menjadi merah.

Saran

Galur Seroja dan Ungara masih perlu dimurnikan lagi agar tidak ditemukan tanaman offtype pada saat perbanyakan tanaman. Perlu dilakukan uji preferensi konsumen untuk mengetahui tingkat kesukaan konsumen pada galur-galur cabai hias yang diuji sehingga dapat diketahui galur yang layak untuk dilepas ke pasar.

DAFTAR PUSTAKA

Allard RW. 1999. Principle of Plant Breeding. 2nd ed. New York (US): John Wiley & Sons, Inc.

Arif AB, Sujiprihati S, Syukur M. 2011. Pewarisan sifat beberapa karakter kualitatif pada tiga kelompok cabai. Bul Plasma Nutfah. 17(2): 73-79.

Berke TG. 2000. Hybrid Seed Production in Capsicum. Di dalam: Basra AS, editor. Hybrid Seed Production in Vegetables: Rasionale and Methods in SelectedCrops. New York (US): Haworth Press. hlm 49-67.

Bosland PW, Iglesias J, Gonzalez MM. 1994. ‘Numex Centennial’ and ‘Numex

Twilight’ ornamental chiles. Hort.Sci. 29(9): 1090-1094.

Bosland PW, Votava EJ. 1999. Peppers: Vegetable and Spice Capsicums. New York (US): CABI Pub.

Cayanti EO. 2006. Pengaruh media terhadap kualitas cabai hias (Capsicum sp.) dalam pot [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Citojoyo. 1990. Pengaruh kondisi lapang dan rumah plastik terhadap pertumbuhan dan hasil nomor seleksi cabai merah (Capsicum annuum L.) pada musim hujan [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Courtier J. 1993. Growing in The Plant. London (GB): Word Lock Limited. Djarwaningsih T. 2005. Capsicum spp. (Cabai): Asal, persebaran, dan nilai

ekonomi. Biodiversitas. 6(4):292-296.

Evans J. 1993. The New Indoor Plant Book. London (GB): Kyle Cathy Limited. Faizah R. 2010. Karakterisasi beberapa genotipe cabai (Capsicum spp.) dan

mekanisme ketahanannya terhadap begomovirus penyebab penyakit daun keriting kuning [tesis]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Gomez KA, Gomez AA. 1995. Prosedur Statistika untuk Penelitian Pertanian. 2nd ed. Sjamsudin E, Baharsjah JS, penerjemah. Jakarta (ID): UI Pr. Terjemahan dari: Stasistical Prosedures for Agricultural Research.

Greenleaf WH. 1986. Pepper Breeding. Di dalam: Basset MJ, editor. Breeding Vegetables Crops. Connecticut (US): The AVI Pub.Co. hlm 67-134.

Hessayon DG. 1993. The House Plant Expert. London (GB): Transworld Publisher Ltd.

(37)

23 Isnaini. 2007. Evaluasi karakteristik hortikultura hibrida melon (Cucumis melo L.) introduksi dan hasil rakitan pusat kajian buah-buahan tropika (PKBT) IPB [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Kusandriani Y. 1996. Botani tanaman cabai merah. Di dalam: Duriat AS, Hadisoeganda AWW, Soetiasso TA, Prabaningrum, editor. Teknologi Produksi Cabai Merah. Bandung (ID): Balai Penelitian Tanaman Sayuran.

Makmur A. 1992. Pengantar Pemuliaan Tanaman. Jakarta (ID): Rieneka Cipta. Mattjik AA, Sumertajaya M. 2002. Perancangan Percobaan: Dengan Aplikasi

SAS dan Minitab. Bogor (ID): Departemen Statistika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Pertanian Bogor.

Nasir M. 2001. Keragaman genetik tanaman. Di dalam: Makmur A, editor. Pengantar Pemuliaan Tanaman. Jakarta (ID): Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional. hlm 64.

[PPVT] Pusat Perlindungan Varietas Tanaman. 2006. Panduan pengujian individual kebaruan, keunikan, keseragaman, dan kestabilan cabai (Capsicum annuum L.) PVT/PPI/13/1.

Poespodarsono S. 1988. Dasar-Dasar Ilmu Pemuliaan Tanaman. Bogor (ID): Pusat Antar Universitas IPB.

Poulus JM. 1994. Capsicum L. Di dalam: Siemonsma JS, Piluek K, editor. Plant Resources of South-East Asia No. 8: Vegetable. Bogor (ID): Prosea Foundation. hlm 136-140.

Putri NE. 2010. Keragaan beberapa genotipe cabai (Capsicum annuum L.) dan ketahanannya terhadap antraknosa, hawar phytophthora, dan layu bakteri serta parameter genetiknya [tesis]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Rubatzky VE, Yamaguchi M. 1999. World Vegetables: Principles, Production, and Nutritive Values. 2nd ed. Gaithersburg (US): Aspen Publisher, Inc.

Setiadi. 2002. Bertanam Cabai. Jakarta (ID): Penebar Swadaya.

Setyaningsih P. 1994. Evaluasi karakter hortikultura dan daya hasil lima belas galur cabai (Capsicum annuum L.) lokal dan introduksi [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Syukur M, Sujiprihati S, Yunianti R, Kusumah DA. 2010. Evaluasi daya hasil cabai hibrida dan daya adaptasinya di empat lokasi dalam dua tahun. J Agron Indonesia 38(1): 43-51.

Syukur M, Sujiprihati S, Yunianti R. 2012. Teknik Pemuliaan Tanaman. Jakarta (ID): Penebar Swadaya.

Tay DCS. 1989. Genetic resources of tomato and pepper at AVRDC. Di dalam: International Symposium on Integrated Management Practices; 1988 Mar 21-26; Tainan, Taiwan. Tainan (TW): Asian Vegetable Research and Development Center. hlm 10-21.

(38)

24

Lampiran 1 Deskripsi cabai rawit varietas Bara

Asal tanaman : seleksi galur introduksi dari Thailand dengan nomor CR 263

Umur (setelah semai) : -mulai berbunga 65-70 hari -panen 115 hari

Warna kelopak bunga : hijau Warna tangkai bunga : hijau Warna mahkota bunga : putih Warna kotak sari : ungu Jumlah kotak sari : 5 – 6 Warna kepala putik : ungu Jumlah helai mahkota : 5 – 6

Bentuk buah : kerucut langsing, ujung buah runcing

Kulit buah : mengkilat

Ketahanan terhadap hama dan penyakit : tahan Cucumber Mosaic Virus (CMV), layu bakteri, antraknosa, dan toleran Chilli Veinal Mottle V (CVMV)

Daerah adaptasi : dataran rendah sampai tinggi Peneliti / Pengusul : PT East West Seed Indonesia

Bentuk tanaman :

(39)

25 Nama varietas : IPB Seroja

Silsilah / asal-usul : seleksi hasil massa dari IPB C92 Metode pemuliaan : seleksi massa

Tanaman : tinggi tanaman 20-30 cm, lebar kanopi 20-25 cm, habitus tanaman intermediate

Batang : ada pemendekan ruas, warna batang muda hijau, warna batang dewasa hijau tua, warna buku ungu, bentuk batang silinder, tinggi dikotomus 5-10 cm, diameter batang 5-7 mm

Daun : bentuk daun ovate, warna daun bagian atas hijau, warna daun bagian bawah hijau, tepi daun rata, bentuk ujung daun meruncing, bentuk pangkal daun meruncing, permukaan daun bagian atas halus (tidak berbulu), permukaan daun bagian bawah halus (tidak berbulu), panjang daun 6.5-10 cm, lebar daun 3-4 cm

Bunga : posisi bunga tegak, jumlah bunga 1 bunga/axil, warna anter ungu, bentuk tepi kelopak dentate, warna mahkota bunga putih, warna semburat mahkota tidak ada, bentuk mahkota rotate, umur mulai berbunga 15-20 HST

Buah : bentuk buah membulat, warna buah muda putih kekuningan, warna buah intermediate putih semburat ungu, warna buah matang merah, bentuk pangkal buah

Biji : warna biji kuning jerami, bentuk biji pipih, berat 1000 biji 6.59 – 7.03 g

Sifat-sifat khusus : ada beberapa warna buah dalam satu tanaman, ada pemendekan ruas, cocok digunakan sebagai tanaman hias Bentuk tanaman :

Lampiran 3 Deskripsi cabai hias Ungara Nama / nomor aksesi : IPB C.020 Nama varietas : IPB Ungara

Silsilah / asal-usul : Seleksi massa genotipe lokal Indramayu Metode pemuliaan : Seleksi massa

Tanaman : tinggi tanaman 42.52 cm, lebar kanopi 46.15 cm, habitus tanaman intermediate

(40)

26

Daun : bentuk daun ovate, warna daun bagian atas ungu, warna daun bagian bawah ungu, tepi daun rata, bentuk ujung daun meruncing, bentuk pangkal daun meruncing, permukaan daun bagian atas halus (tidak berbulu), permukaan daun bagian bawah halus (tidak berbulu), panjang daun 6.49 cm, lebar daun 2.73 cm

Bunga : posisi bunga tegak, jumlah bunga 1 bunga/axil, warna anter ungu, warna tangkai sari, bentuk tepi kelopak dentate, warna mahkota bunga ungu, warna semburat mahkota tidak ada, bentuk mahkota rotate, umur berbunga 35 HST Buah : bentuk buah membulat, warna buah muda ungu, warna

buah intermediate ungu kehijauan, warna buah matang merah, bentuk pangkal buah obtuse, tipe buah small hot, permukaan buah licin, lekukan di pangkal buah tidak ada, warna tangkai buah ungu, bentuk ujung buah pointed, struktur ujung buah tidak ada, umur panen 85 HST, diameter buah 15.9 mm, panjang buah 3.6 cm, bobot buah 3.55 g, bobot buah per tanaman 130.65 g

Biji : warna biji kuning jerami, bentuk biji pipih, berat 1000 biji 6.59 – 7.03 g

Sifat-sifat khusus : rasa buah pedas (1651.26 ppm), cocok digunakan sebagai tanaman hias

Bentuk tanaman :

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Purworejo pada tanggal 21 Desember tahun 1992, dari pasangan Bapak Istyo Tris Andoyo dan Ibu Novi Dwi Andayani. Penulis merupakan anak kedua dari 2 orang bersaudara.

(41)

Gambar

Gambar 2 Habitus tanaman. 3) Menyamping, 5) Kompak, 7) Tegak
Gambar 4 Kedudukan / posisi bunga. 3) Tidak tegak, 5) Semi tegak, 7)
Gambar 6 Bentuk pangkal buah. 1) acute, 2) obtuse, 3) truncate, 4)
Tabel 1  Rekapitulasi F-Hitung, peluang, dan koefisiensi keragaman
+7

Referensi

Dokumen terkait

Adapun persyaratan yang harus terpenuhi agar akuntabilitas kinerja instansi pemerintah tercapai antara lain adalah sistem pemerintahan harus dapat menjamin bahwa

Hasil penelitian ditemukan bahwa: (1) Program supervisi akademik kepala sekolah disusun merujuk pada identifikasi permasalahan yang dihadapi guru berdasarkan hasil

Oleh karena itu, untuk dapat mengeksplorasi materi yang penulis tuangkan dalam buku modul tersebut, maka dibutuhkan berbagai masukan dari berbagai pihak sehingga

Selanjutnya yaitu teori dari McShane dan Von Glinow (2010:239) berpendapat bahwa, “communication systems can influence team effectiveness, particularly in virtual teams,

Menurut Rivai (2004), karyawan memiliki hak untuk menuntut perusahaan agar menyediakan fasilitas kerja yang memadai agar keselamatan fisik dan mental mereka terlindungi

Dari pengujian yang dilakukan, pada dekomposisi level 1 pengurangan data sebesar 49,99% dengan perubahan parameter rata-rata nilai pixel 1,19% dan perubahan pola pixel 1,93%..

Skripsi yang berjudul Peningkatan Perlindungan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Pada Pekerjaan Kehutanan (Studi Kasus: IUPHHK-HA PT. Sarmiento Parakantja Timber, Kalimantan

Hasil jawaban responden pelanggan dan non pelanggan terhadap kinerja elemen bauran pemasaran PHYSICAL EVIDENCE/ SARANA FISIK Flexi Trendy menunjukkan seragam front