• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Efisiensi Pemasaran Anggrek Vanda Douglas Di Kecamatan Pamulang Kota Tangerang Selatan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis Efisiensi Pemasaran Anggrek Vanda Douglas Di Kecamatan Pamulang Kota Tangerang Selatan"

Copied!
78
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS EFISIENSI PEMASARAN ANGGREK VANDA

DOUGLAS DI KECAMATAN PAMULANG KOTA

TANGERANG SELATAN

AGIL SETYAWAN

DEPARTEMEN AGRIBISNIS

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER

INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul Analisis Efisiensi Pemasaran Anggrek Vanda douglas di Kecamatan Pamulang Kota Tangerang Selatan adalah benar karya saya dengan arahan dari dosen pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Januari 2016

(4)
(5)

ABSTRAK

AGIL SETYAWAN. Analisis Efisiensi Pemasaran Anggrek Vanda douglas di Kecamatan Pamulang Kota Tangerang Selatan. Dibimbing oleh ANNA FARIYANTI.

Produksi dan permintaan Anggrek Vanda douglas yang meningkat merupakan peluang agribisnis Anggrek Vanda douglas yang menjanjikan. Namun fluktuasi harga menyebabkan ketidakpastian dan risiko yang dihadapi baik oleh petani maupun pedagang sebagai lembaga pemasaran. Tujuan penelitian ini adalah menganalisis saluran pemasaran, lembaga pemasaran, fungsi pemasaran, struktur pasar, perilaku pasar dan keragaan pasar berdasarkan marjin pemasaran, farmer’s share dan rasio keuntungan terhadap biaya pemasaran. Pengambilan sampel dilakukan dengan dua cara yaitu teknik purposive sampling dilakukan pada 30 petani responden dan snowball sampling pada lembaga pemasaran. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat empat saluran pemasaran Anggrek Vanda douglas di Kecamatan Pamulang. Lembaga pemasaran yang terlibat antara lain petani, pedagang pengumpul desa, pedagang besar dan pedagang pengecer. Jumlah Anggrek Vanda douglas di Kecamatan Pamulang yang dijual pada bulan April sampai Juni 2015 adalah sebanyak 326 700 tangkai. Saluran pemasaran IV mendapatkan nilai persentase marjin pemasaran 56.92 persen. Saluran pemasaran IV juga mendapatkan nilai farmer’s share tertinggi dengan nilai 43.08 persen. Sedangkan rasio keuntungan terhadap biaya pemasaran tertinggi terdapat pada saluran pemasaran IV dengan nilai 6.58.

Kata kunci : Anggrek Vanda douglas, efisiensi pemasaran

ABSTRACT

AGIL SETYAWAN. Vanda douglas Orchid Marketing Analysis in Pamulang District Tangerang Selatan Regency. Supervised by ANNA FARIYANTI.

The increasing production and demand for Vanda douglas Orchid was a very promising agribusiness opportunity. However, price fluctuations of Vanda douglas Orchid caused uncertainties and risks which were faced by both farmers and retailers as marketing agents. The purpose of this research was to analyze marketing channels, marketing institutions, marketing functions, market structure, market conduct and market performance based on marketing margin, farmer’s share and profit ratio to marketing cost. The data collection methods were purposive sampling method applied on 30 farmers and snowball sampling method applied on several marketing agents. The results showed that there were five kinds of Vanda douglas Orchid marketing channels in Pamulang District. The marketing agents involved in marketing channels were farmers, village traders, wholesalers and retailers. There were 326 700 stalks of Vanda douglas Orchid that were sold in Pamulang District. Marketing channel IV got the low margin, i.e 56.92 percent and marketing channel IV also got the high farmer’s share, i.e 43.08 percent. While the highest profit ratio to marketing cost was on marketing channel IV, i.e 6.58.

(6)
(7)

ANALISIS EFISIENSI PEMASARAN ANGGREK VANDA

DOUGLAS DI KECAMATAN PAMULANG KOTA

TANGERANG SELATAN

AGIL SETYAWAN

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi

pada

Departemen Agribisnis

DEPARTEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(8)
(9)
(10)
(11)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala karunia-Nya sehingga skripsi ini berhasil diselesaikan. Skripsi ini merupakan hasil penelitian di lapangan yang dilaksanakan sejak bulan Juni sampai Agustus 2015. Judul yang dipilih dalam penelitian ini adalah Analisis Efisiensi Pemasaran Anggrek Vanda douglas di Kecamatan Pamulang Kota Tangerang Selatan.

Skripsi ini tidak akan dapat terselesaikan tanpa bantuan, dukungan, arahan dan doa dari berbagai pihak. Penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan sebagai bentuk rasa syukur kepada Allah SWT. Penulis mengucapkan terima kasih kepada Dr Ir Anna Fariyanti, MSi selaku dosen pembimbing skripsi, Yanti Nuraeni Muflikh, SP, MAgribuss selaku dosen pembimbing akademik, Siti Jahroh, PhD selaku dosen penguji akademik dan Dr Ir Ratna Winandi, MS selaku dosen penguji utama serta jajaran staf dan dosen di Departemen Agribisnis yang telah memberikan bimbingan, arahan, waktu dan kesabaran hingga penulis berhasil menyelesaikan skripsi ini. Di samping itu juga penulis mengucapkan terima kasih kepada Pak Niman, Pak Midin, Pak Abdullah, Pak Taja selaku ketua kelompok tani yang ada di Kecamatan Pamulang yang telah memberikan arahan, informasi dan saran kepada penulis dalam proses penelitian. Tak lupa penulis juga mengucapkan terima kasih kepada papah, bunda, mba Febri, mas Budi, mba Novi, Zella Aulia, teman-teman agribisnis 48, teman-teman HIPMA periode 2013 dan 2014 dan Agus Tiawan selaku pembahas seminar skripsi. serta seluruh pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini atas segala dukungan semangat, doa dan bantuan yang telah diberikan.

Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Januari 2016

(12)
(13)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL xv

DAFTAR GAMBAR xvi

DAFTAR LAMPIRAN xvi

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Rumusan Masalah 3

Tujuan Penelitian 5

Manfaat Penelitian 5

Ruang Lingkup Penelitian 6

TINJAUAN PUSTAKA 6

Kajian Penelitian Pemasaran 6

Analisis Saluran dan Lembaga Pemasaran 6

Analisis Fungsi-Fungsi Pemasaran 7

Analisis Struktur Pasar 8

Analisis Perilaku Pasar 8

Analisis Keragaan Pasar 10

KERANGKA PEMIKIRAN 11

Kerangka Pemikiran Teoritis 11

Pemasaran 11

Saluran dan Lembaga Pemasaran 12

Fungsi-Fungsi Pemasaran 13

Struktur Pasar 14

Perilaku dan Keragaan Pasar 14

Ukuran Efisiensi Pemasaran 15

Kerangka Pemikiran Operasional 17

METODE PENELITIAN 19

Lokasi dan Waktu Penelitian 19

Jenis dan Sumber Data 19

Metode Pengumpulan Data Responden 19

Metode Pengolahan dan Analisis Data 20

KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 22

Keadaan Umum Wilayah dan Penduduk 22

Karakteristik Petani Responden 24

(14)

Gambaran Umum Usahatani Anggrek Vanda douglas 27

HASIL DAN PEMBAHASAN 30

Analisis Lembaga dan Saluran Pemasaran Anggrek Vanda douglas 30

Saluran Pemasaran I 32

Saluran Pemasaran II 33

Saluran Pemasaran III 34

Saluran Pemasaran IV 34

Analisis Fungsi Pemasaran Anggrek Vanda douglas 35

Fungsi Pemasaran pada Petani 35

Fungsi Pemasaran pada Pedagang Pengumpul Desa 36

Fungsi Pemasaran pada Pedagang Besar 37

Fungsi Pemasaran pada Pedagang Pengecer 38

Analisis Struktur Pasar Anggrek Vanda douglas 40

Jumlah Penjual dan Pembeli 40

Hambatan Keluar dan Masuk Pasar 41

Kondisi dan Sifat Produk 41

Informasi Pasar 41

Analisis Perilaku Pasar Anggrek Vanda douglas 42

Praktek Pembelian dan Penjualan 42

Sistem Penentuan Harga 43

Sistem Pembayaran 43

Kerjasama antar Lembaga Pemasaran 44

Analisis Keragaan Pasar Anggrek Vanda douglas 44

Analisis Marjin Pemasaran 44

Analisis Farmer’s Share 47

Analisis Rasio Keuntungan terhadap Biaya Pemasaran 47

Analisis Efisiensi Pemasaran 48

SIMPULAN DAN SARAN 51

Simpulan 51

Saran 52

DAFTAR PUSTAKA 52

LAMPIRAN 54

(15)

DAFTAR TABEL

1. Volume dan nilai ekspor tanaman hias Indonesia tahun 2014 1 2. Perkembangan volume penjualan anggrek potong di pasar bunga

Rawabelong tahun 2010-2014 3

3. Karakteristik struktur pasar 14

4. Sebaran jumlah penduduk berdasarkan jenis kelamin di Kecamatan

Pamulang tahun 2014 23

5. Sebaran tingkat pendidikan penduduk di Kecamatan Pamulang tahun

2014 23

6. Sebaran petani responden berdasarkan usia di Kecamatan Pamulang

tahun 2015 24

7. Sebaran petani responden berdasarkan tingkat pendidikan di

Kecamatan Pamulang tahun 2015 25

8. Sebaran petani responden berdasarkan pengalaman bertani di

Kecamatan Pamulang tahun 2015 25

9. Sebaran petani responden berdasarkan luas lahan di Kecamatan

Pamulang tahun 2015 26

10. Sebaran petani responden berdasarkan status kepemilikan lahan di

Kecamatan Pamulang tahun 2015 26

11. Responden menurut jenis lembaga pemasaran 26

12. Sebaran lembaga pemasaran responden berdasarkan kelompok usia, tingkat pendidikan dan pengalaman usaha Anggrek Vanda douglas

tahun 2015 27

13. Komponen biaya usahatani Anggrek Vanda douglas per tahun per

hektar di Kecamatan Pamulang 29

14. Komponen biaya usahatani Anggrek Vanda douglas per tahun per

hektar di Kecamatan Pamulang (lanjutan) 30

15. Sebaran petani responden dan volume Anggrek Vanda douglas di

Kecamatan Pamulang Bulan April-Juni 2015 32

16. Fungsi-fungsi pemasaran yang dilakukan oleh lembaga pemasaran di

Kecamatan Pamulang tahun 2015 39

17. Marjin pemasaran Anggrek Vanda douglas di Kecamatan Pamulang

tahun 2015 46

18. Farmer’s share tiap saluran pemasaran Anggrek Vanda douglas di

Kecamatan Pamulang tahun 2015 47

19. Rasio keuntungan terhadap biaya pemasaran Anggrek Vanda douglas

di Kecamatan Pamulang tahun 2015 48

20. Perbandingan marjin pemasaran, farmer’s share dan rasio keuntungan terhadap biaya pemasaran Anggrek Vanda douglas di Kecamatan

(16)

DAFTAR GAMBAR

1. Kurva pembentukan marjin pemasaran 16

2. Skema kerangka pemikiran operasional 18

3. Skema alur pemasaran Anggrek Vanda douglas di Kecamatan

Pamulang 31

DAFTAR LAMPIRAN

1. Produksi Anggrek menurut provinsi di Indonesia tahun 2010-2013 54 2. Produksi Anggrek di Provinsi Banten menurut wilayah tahun

2010-2013 54

3. Produktivitas dan luas panen tanaman hias di Provinsi Banten tahun

2011-2013 55

4. Jumlah rumah tangga dan luas tanam anggrek di Kota Tangerang

Selatan menurut kecamatan tahun 2013 55

5. Perbandingan harga rata-rata Anggrek Vanda douglas di tingkat petani

dan tingkat pasar tahun 2014 56

6. Biaya tenaga kerja 57

7. Biaya pengemasan 57

8. Biaya pengangkutan 58

9. Biaya penyipanan 58

10. Biaya kebersihan 59

11. Biaya retribusi pasar 59

12. Biaya pengolahan 60

(17)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Tanaman hias merupakan komoditas yang memiliki nilai ekonomi dan memberikan kontribusi dalam perekonomian nasional, memberikan sumber pendapatan rumah tangga, penyerapan tenaga kerja dan peningkatan pendapatan masyarakat (Akhir 2014). Tanaman hias juga merupakan salah satu komoditas dari sub sektor hortikultura yang memiliki nilai estetika yang tinggi dibandingkan dengan komoditas hortikultura lainnya. Tanaman hias dapat dijadikan produk unggulan pertanian Indonesia jika dapat dikembangkan dengan baik. Tanaman hias mempunyai peluang yang sangat baik di pasar lokal maupun pasar internasional jika dilihat pada Tabel 1 yang menunjukkan volume dan nilai ekspor tanaman hias pada tahun 2014.

Tabel 1 Volume dan nilai ekspor tanaman hias Indonesia tahun 2014

Komoditi Volume (Ton) Persentase

(%) Nilai (US$)

Persentase (%)

Anggrek 52 651 1.43 639 158 3.91

Mawar 37 985 1.03 339 073 2.07

Krisan 56 277 1.52 831 690 5.09

Tanaman Hias lainnya 3 546 759 96.02 14 532 922 88.93

Total 3 693 672 100.00 16 342 843 100.00

Sumber : Kementerian Pertanian Republik Indonesia (2015)

Tabel 1 menjelaskan bahwa salah satu tanaman hias yang memiliki volume dan nilai ekspor yang tinggi adalah tanaman anggrek. Anggrek memiliki nilai ekspor sebesar 639 158 US$ atau 3.91 persen pada tahun 2014, angka tersebut lebih besar dibandingkan dengan bunga mawar yang memiliki nilai ekspor sebesar 339 073 US$ atau 2.07 persen dan tanaman hias lainnya. Artinya, anggrek merupakan komoditas yang memiliki potensi dan daya saing yang tinggi dengan tanaman hias lainnya di dalam perdagangan internasional. Beberapa negara yang menjadi tujuan ekspor anggrek Indonesia diantaranya adalah negara Jepang, Taiwan, Thailand, Singapura, Malaysia, Uni Emirat Arab, Qatar dan Australia.

(18)

2

Selain itu, sekitar 90 persen induk-induk silangan anggrek yang paling digemari dan dikomersilkan di dunia merupakan anggrek yang berasal dari Indonesia.

Anggrek juga merupakan salah satu tanaman hias yang sangat dikenal baik di dalam negeri maupun di luar negeri. Tanaman ini dimanfaatkan tidak hanya tanaman pot dan bunga potong, kini juga dimanfaatkan untuk berbagai keperluan seperti upacara keagamaan, hiasan dan dekorasi ruangan, ucapan selamat serta ungkapan duka cita. Pasar anggrek dalam negeri adalah para pecinta anggrek, pedagang anggrek dan tanaman hias yang berjualan keliling atau pedagang yang memiliki toko dan pada umumnya segmen konsumen bunga anggrek potong juga terbatas pada kalangan menengah ke atas. Dari banyaknya jenis anggrek yang ada di Indonesia, beberapa diantaranya dapat dimanfaatkan atau dipasarkan sebagai bunga potong seperti Dendrobium, Vanda, Phalaenopsis, Cattleya, Oncidium, Rananthera, Aranda, dan Cymbidium. Jenis-jenis anggrek tersebut cocok dijadikan bunga potong karena sifatnya yang mempunyai daya tahan yang cukup lama, jumlah kuntum yang banyak dalam satu tangkai dan berpenampilan atau berwarna menarik (Gunawan 2003).

Berdasarkan data Kementerian Pertanian Republik Indonesia (2014), wilayah di Indonesia dengan produksi anggrek tertinggi pada tahun 2013 berada di Provinsi Banten dan selalu mengalami peningkatan produksi dari tahun 2010. Pada tahun 2012, produksi anggrek di Provinsi Banten berada pada urutan dua dengan jumlah produksi 5 628 179 tangkai di bawah Provinsi Jawa Barat dengan jumlah 7 626 316 tangkai. Namun pada tahun 2013 terjadi penurunan produksi anggrek di Provinsi Jawa Barat dan peningkatan terjadi di Provinsi Banten dan menjadikan Provinsi Banten menempati urutan pertama dengan produksi anggrek 6 406 732 tangkai (Lampiran 1).

Peningkatan produksi anggrek di Provinsi Banten merupakan sebuah upaya intensif yang dilakukan oleh Dinas Pertanian dan Peternakan Provinsi Banten diantaranya dengan cara menumbuhkan sentra-sentra tanaman florikultura baru dan peningkatan pengetahuan kawasan yang sudah ada, menuju skala industri melalui pengelolaan kebun yang baik agar tanaman florikultura Provinsi Banten mempunyai daya saing dan berdampak terhadap peluang kerja, pertumbuhan ekonomi daerah dan sektor jasa daerah.2

Berdasarkan data Badan Pusat Statistika Provinsi Banten (2014), luas panen tanaman anggrek di Provinsi Banten mengalami penurunan dari 298 386 m2 pada tahun 2012 menjadi 297 572 m2 pada tahun 2013. Hal tersebut disebabkan karena banyaknya pengalihan fungsi lahan pertanian di Provinsi Banten menjadi lahan non pertanian. Namun turunnya luas panen dan meningkatnya produksi anggrek di Provinsi Banten membuat tingkat produktivitas tanaman anggrek semakin meningkat. Pada tahun 2012 tingkat produktivitas anggrek di Provinsi Banten sebesar 18.86 tangkai/m2 dan meningkat menjadi 21.53 tangkai/m2 (Lampiran 3). Selain itu, menurut hasil Sensus Pertanian Provinsi Banten (2013), terdapat 202 rumah tangga usaha hortikultura yang mengelola tanaman anggrek dengan rata-rata luas tanam yang diusahakan tiap rumah tangga sekitar 1 345 m2, maka tidak heran jika Provinsi Banten menjadi sentra produksi anggrek terbesar di Indonesia. Area penjualan anggrek dari Provinsi Banten telah menjangkau kota-kota besar di

2

(19)

3

Indonesia, antara lain Surabaya, Magelang, Yogyakarta, Semarang, Solo, Manado, Medan dan Makassar.

Dari berbagai jenis anggrek yang ada di Indonesia, Anggrek Vanda douglas merupakan salah satu jenis anggrek yang paling banyak diminati oleh konsumen di Indonesia dan paling banyak dibudidayakan oleh petani di Indonesia. Berdasarkan data Pusat Promosi dan Pemasaran Hortikultura Provinsi DKI Jakarta (2015), volume penjualan anggrek potong tertinggi di Pasar Rawabelong adalah Anggrek Vanda douglas. Dapat dilihat bahwa setiap tahun Anggrek Vanda douglas memiliki angka penjualan tertinggi dibandingkan dengan jenis anggrek potong lainnya. Artinya, Anggrek Vanda douglas merupakan jenis anggrek potong yang paling banyak jumlah permintaannya oleh konsumen dalam negeri.

Tabel 2 Perkembangan volume penjualan anggrek potong di pasar bunga Rawabelong tahun 2010-2014

Nama bunga Tahun (ikat)

2010 2011 2012 2013 2014

Anggrek Dendrobium 8 624 7 626 13 167 4 018 4 048

Anggrek Vanda douglas 13 385 11 293 15 828 4 467 4 855

Anggrek Game stori 6 701 5 918 11 557 3 322 3 633

Anggrek Magie oie 7 352 6 588 13 014 3 319 3 611

Sumber: Pusat Promosi dan Pemasaran Hortikultura Provinsi DKI Jakarta (2015)

Anggrek Vanda douglas memiliki warna bunga yang menarik dan ukuran bunga yang besar. Selain itu, Anggrek Vanda douglas juga merupakan salah satu jenis anggrek yang mudah untuk dibudidayakan. Anggrek ini dapat hidup pada kondisi air yang terbatas dan menyukai cahaya matahari langsung sehingga petani tidak perlu membuat naungan dalam melakukan perawatannya (Sarwono 2002). Kondisi tanah, suhu, iklim dan sumber daya manusia di Provinsi Banten mampu mendukung anggrek Vanda douglas ini untuk tumbuh dengan baik.

Anggrek Vanda douglas juga memiliki kekurangan yaitu daya tahan yang relatif lemah ketika dijadikan bunga potong dibandingkan jika belum dipanen atau pada saat ditanam. Dalam melakukan pemasaran, Anggrek Vanda douglas ini memiliki karakteristik dimana biasanya anggrek tersebut dipasarkan atau dijual dalam jumlah yang besar dan membutuhkan waktu yang tepat dalam pemasarannya agar sampai kepada konsumen akhir dengan kualitas yang masih baik, namun besar kemungkinan terjadi kerusakan apabila rantai pemasaran tidak berjalan dengan baik dan berdampak kepada menurunnya harga Anggrek Vanda douglas tersebut.

Rumusan Masalah

Salah satu wilayah di Provinsi Banten yang merupakan sentra produksi Anggrek Vanda douglas adalah Kota Tangerang Selatan. Berdasarkan data BPS Kota Tangerang Selatan (2014), tercatat luas tanam tanaman anggrek di Kota Tangerang Selatan sebesar 263 843 m2 dengan jumlah rumah tangga yang mengusahakan tanaman anggrek sebanyak 163 rumah tangga (Lampiran 4).

(20)

4

setiap tahun. Produksi anggrek mengalami peningkatan yang signifikan pada tahun 2011 dan 2012 dengan persentase lebih dari 50 persen. Selain itu, dapat dikatakan juga bahwa 94 persen produksi anggrek di Provinsi Banten berasal dari Kota Tangerang Selatan dan menjadi daerah dengan produksi anggrek terbesar di Indonesia pada tahun 2013 (Lampiran 2). Kota Tangerang Selatan cukup terkenal dengan berbagai jenis anggrek yang sangat indah. Banyaknya jenis anggrek juga membuka peluang usaha besar bagi para petani anggrek sehingga tanaman anggrek tidak hanya menjadi produk yang diminati oleh masyarakat tetapi juga mampu meningkatkan kesejahteraan para petani sebagai pelaku usahatani anggrek di Kota Tangerang Selatan.

Di wilayah Kota Tangerang Selatan yang menjadi sentra produksi adalah Kecamatan Pamulang dengan luas tanam 184 650 m2 dan jumlah rumah tangga petani anggrek sebanyak 95 rumah tangga (Lampiran 4). Hampir semua petani anggrek di Kecamatan Pamulang membudidayakan Anggrek Vanda douglas. Permintaan Anggrek Vanda douglas terbesar berasal dari Jakarta dan sekitar 80 persen produksi anggrek tersebut dipasarkan ke Pasar Rawabelong dan sisanya dijual ke floris di daerah sekitar Jakarta, Bogor dan Tangerang (Akhir 2014). Pemasaran Anggrek Vanda douglas oleh para petani di Kecamatan Pamulang melibatkan beberapa lembaga pemasaran seperti pedagang pengumpul desa, pedagang besar, pedagang pengecer dan konsumen akhir.

Berdasarkan data Kementerian Pertanian Republik Indonesia (2014) jumlah produksi anggrek di Kota Tangerang Selatan adalah sebanyak 6 406 732 tangkai (Lampiran 1). Sedangkan data Pusat Promosi dan Pemasaran Hortikultura DKI Jakarta (2015) menunjukkan tingkat penjualan Anggrek Vanda douglas pada tahun 2013 adalah sebanyak 4 467 ikat atau 4 467 000 tangkai (Tabel 2). Dapat dikatakan bahwa jumlah penawaran Anggrek Vanda douglas dari petani lebih besar dibandingkan dengan permintaan pasar. Hal ini tentunya menjadi perhatian bagi petani dalam menentukan pemasaran yang baik dan lebih efisien.

Petani anggrek di Kecamatan Pamulang juga menghadapi beberapa kendala dalam memasarkan Anggrek Vanda douglas diantaranya adalah posisi tawar menawar yang dimiliki oleh petani sehingga harga ditentukan oleh pedagang di Pasar Rawabelong dan petani hanya sebagai price taker. Kemudian tidak semua petani memiliki akses atau fasilitas yang sama dalam memasarkan Anggrek Vanda douglas sehingga dibutuhkan lembaga-lembaga pemasaran agar Anggrek Vanda douglas dapat didistribusikan dengan baik.

(21)

5

Berdasarkan permasalahan tersebut, penelitian ini perlu dilakukan secara menyeluruh dengan mengidentifikasi pola-pola saluran pemasaran, lembaga pemasaran, fungsi masing-masing lembaga pemasaran, serta struktur, perilaku dan keragaan pasar pada sistem pemasaran Anggrek Vanda doulgas di Kecamatan Pamulang, Kota Tangerang Selatan. Selain itu, pendekatan kuantitatif juga perlu dilakukan dengan menghitung marjin pemasaran, farmer’s share dan rasio keuntungan terhadap biaya pemasaran sehingga dapat dirumuskan dalam efisiensi pemasaran.

Berdasarkan uraian di atas, maka dapat dirumuskan permasalahan dalam penelitian ini sebagai berikut:

1. Bagaimana saluran dan fungsi-fungsi pemasaran dalam sistem pemasaran Anggrek Vanda douglas di Kecamatan Pamulang Kota Tangerang Selatan? 2. Bagaimana struktur, perilaku dan keragaan pasar pada masing-masing

lembaga pemasaran Anggrek Vanda douglas yang terlibat?

3. Bagaimana efisiensi sistem pemasaran berdasarkan marjin pemasaran, farmer’s share dan rasio keuntungan terhadap biaya pemasaran pada efisiensi pemasaran Anggrek Vanda douglas di Kecamatan Pamulang Kota Tangerang Selatan?

Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah yang telah diuraikan di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Menganalisis saluran dan fungsi-fungsi pemasaran Anggrek Vanda douglas di Kecamatan Pamulang Kota Tangerang Selatan.

2. Menaganalis struktur, perilaku dan keragaan pasar pada masing-masing lembaga pemasaran Anggrek Vanda douglas yang terlibat.

3. Menganalisis efisiensi sistem pemasaran berdasarkan marjin pemasaran, farmer’s share dan rasio keuntungan terhadap biaya pemasaran pada efisiensi pemasaran Anggrek Vanda douglas di Kecamatan Pamulang Kota Tangerang Selatan.

Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini antara lain adalah:

1. Bagi peneliti, sebagai wadah dalam proses pembelajaran dan melatih berpikir kritis dan analitis dalam mengembangkan ilmu-ilmu terapan agribisnis yang telah dipelajari selama mengikuti perkuliahan di Institut Pertanian Bogor.

2. Bagi petani, diharapkan penelitian ini menjadi sumber informasi dan acuan dalam pemasaran untuk pengembangan usahatani Anggrek Vanda douglas. 3. Bagi pemerintah dan stakeholder, sebagai bahan dan sumber informasi

untuk dijadikan pertimbangan dalam menentukan kebijakan, strategi pengembangan dan pemasaran Anggrek Vanda douglas di Kota Tangerang Selatan.

(22)

6

Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian ini mencakup analisis efisiensi pemasaran Anggrek Vanda douglas di Kecamatan Pamulang Kota Tangerang Selatan. Komoditas yang diteliti adalah Anggrek Vanda douglas dengan mengkaji sistem pemasaran melalui saluran, lembaga dan fungsi pemasaran, struktur pasar, perilaku pasar dan keragaan pasar yang menggunakan indikator marjin pemasaran, farmer’s share, dan rasio keuntungan terhadap biaya pemasaran dalam pemasaran Anggrek Vanda douglas.

TINJAUAN PUSTAKA

Kajian Penelitian Pemasaran

Kajian penelitian terdahulu terkait dengan pemasaran di bidang hortikultura khususnya tanaman hias sudah dilakukan oleh beberapa peneliti. Dengan demikian penelitian ini diambil dari beberapa hasil penelitian terdahulu sebagai referensi dan pembanding sehingga dapat dirumuskan sistem pemasaran yang efisien melalui berbagai pendekatan analisis seperti fungsi pemasaran, lembaga dan saluran pemasaran, serta struktur, perilaku dan keragaan pasar.

Beberapa hasil penelitian terdahulu yang dapat dijadikan sebagai referensi penelitian tentang pemasaran ini antara lain adalah: penelitian oleh Akhir (2014) mengenai analisis efisiensi pemasaran anggrek potong Vanda douglas di Desa Rawakalong, Kecamatan Gunung Sindur, Kabupaten Bogor; kemudian penelitian oleh Putri (2015) mengenai analisis tataniaga bunga krisan di Desa Langensari Kecamatan Sukaraja Kabupaten Sukabumi; selanjutnya penelitian Fajriah (2014) yang menganalisis tataniaga bunga krisan di Kecamatan Cugenang, Kabupaten Bogor; penelitian dari Azhara (2015) mengenai analisis efisiensi pemasaran ikan bandeng di Kecamatan Tirtajaya Kabupaten Karawang; dan penelitian Estefan (2011) mengenai analisis usahatani dan pemasaran bunga potong anggrek (kasus Kecamatan Gunung Sindur, Kabupaten Bogor). Dari beberapa hasil penelitian tersebut akan dijadikan referensi dan dibandingkan dalam kajian analisis fungsi-fungsi pemasaran, lembaga dan saluran pemasaran, serta struktur, perilaku dan keragaan pasar.

Analisis Saluran dan Lembaga Pemasaran

Menurut Asmarantaka (2012) kelembagaan pemasaran adalah berbagai organisasi bisnis atau kelompok bisnis yang melakukan atau mengembangkan aktivitas bisnis. Beberapa lembaga pemasaran pada umumnya terdiri dari petani, pedagang pengumpul, pedagang besar, dan konsumen akhir. Pada umumnya lembaga pemasaran diidentifikasi dengan menggunakan alur pemasaran mulai dari petani hingga konsumen akhir melalui data dan informasi yang didapatkan dari lembaga pemasaran yang menjalankan fungsi pemasaran.

(23)

7

(2014) mengenai pemasaran anggrek potong Vanda douglas menunjukkan bahwa terdapat empat saluran pamasaran yang melibatkan petani, pedagang pengumpul kelompok tani, pedagang besar, pedagang pengecer dan floris. Sedangkan Putri (2015) menjelaskan pemasaran bunga krisan di Desa Langensari Kecamatan Sukaraja Kabupaten Sukabumi memiliki lima saluran pemasaran melibatkan petani, pedagang pengumpul kebun, pedagang besar dan dekorator.

Selanjutnya hasil analisis pemasaran bunga krisan menunjukkan terdapat empat saluran pemasaran yang melibatkan petani, pedagang pengumpul kebun dan pedagang besar (Fajriah 2014). Pemasaran ikan bandeng di Kecamatan Tirtajaya Kabupaten Karawang dilakukan melalui enam saluran pemasaran dan melibatkan lembaga pemasaran yaitu petani, pedagang pengumpul desa, pedagang besar, pedagang pengecer dan pengolah (Azhara 2015). Sedangkan hasil penelitian Estefan (2011) menunjukkan bahwa terdapat enam saluran pemasaran anggrek Dendrobium dan melibatkan petani, pedagang pengumpul lokal, pedagang besar, pedagang pengumpul luar daerah dan floris.

Analisis Fungsi-Fungsi Pemasaran

Pemasaran merupakan suatu sistem yang terdiri dari sub-sub sistem fungsi-fungsi pemasaran yaitu fungsi-fungsi pertukaran, fisik dan fasilitas (Asmarantaka 2012). Berdasarkan penelitian Akhir (2014) semua lembaga pemasaran anggrek potong Vanda douglas melakukan semua fungsi pemasaran. Petani dan pedagang pengumpul melakukan fungsi pertukaran berupa penjualan saja dan lembaga pemasaran lain juga melakukan pembelian. Fungsi fisik yang dilakukan oleh lembaga pemasaran berupa pengemasan, pengangkutan dan penyimpanan. Sedangkan fungsi fasilitas yang dilakukan adalah pembiayaan, penanggungan risiko dan informasi pasar. Petani juga melakukan standarisari dan grading pada fungsi fasilitas.

Selanjutnya pada hasil penelitian Putri (2015), petani hanya melakukan aktivitas penjualan pada fungsi pemasaran serta melakukan pengolahan pasca panen dan pengangkutan. Sedangkan pedagang pengumpul kebun, pedagang besar dan dekorator melakukan semua fungsi pemasaran. Namun dekorator dan pedagang besar tidak melakukan aktivitas penanggungan risiko dalam memasarkan bunga krisan.

Pada analisis pemasaran bunga krisan oleh Fajriah (2014), petani melakukan semua fungsi pemasaran pada beberapa tipe saluran pemasaran. Petani melakukan fungsi fisik yang mencakup kegiatan pengemasan dan penyimpanan dimana petani melakukan penjualan langsung ke pedagang besar. Pedagang pengumpul kebun melakukan semua aktivitas fungsi pemasaran yang mencakup kegiatan penjualan dan pembelian (fungsi pertukaran); pengemasan, penyimpanan, dan pengangkutan (fungsi fisik); serta penanggunan risiko, pembiayaan dan informasi pasar (fungsi fasilitas). Sedangkan pedagang besar juga melakukan semua fungsi kecuali aktivitas pengangkutan. Selain itu semua lembaga pemasaran juga melakukan aktivitas sortasi bunga krisan. Petani hanya melakukan sortasi jika mereka hanya memiliki saluran pemasaran yang langsung kepada konsumen.

(24)

8

melakukan semua kegiatan pada fungsi fasilitas. Sedangkan fungsi pertukaran, fisik dan fasilitas yang dilakukan oleh pedagang besar, pedagang pengecer dan pengolah meliputi kegiatan jual-beli, pengangkutan, penyimpanan, sortasi, penanggungan risiko, pembiayaan dan informasi pasar. Kegiatan pengolahan pada fungsi fisik hanya dilakukan oleh pengolah.

Hasil penelitian Estefan (2011) menunjukkan petani hanya melakukan fungsi pertukaran saja yang berupa aktivitas penjualan. Lembaga pemasaran lain seperti pedagang pengumpul lokal, pedagang pengumpul luar daerah, pedagang besar, dan floris melakukan semua fungsi pemasaran. Fungsi fisik yang dilakukan oleh pedagang pengumpul lokal yaitu melakukan pengumpulan dan pengangkutan, sedangkan lembaga pemasaran selanjutnya melakukan penyimpanan dan pengangkutan. Sedangkan fungsi fasilitas dilakukan oleh semua lembaga pemasaran setelah petani dengan melakukan aktivitas penanggungan resiko, pembiayaan dan informasi pasar, dengan fungsi fasilitas yang dilakukan oleh pedagang pengumpul lokal ditambah dengan aktivitas sortasi.

Analisis Struktur Pasar

Asmarantaka (2012) menjelaskan struktur pasar sebagai sifat-sifat organisasi pasar yang mempengaruhi perilaku dan keragaan pasar dan dilihat melalui empat faktor antara lain jumlah atau ukuran perusahaan, kondisi atau keadaan produk, mudah atau sukar keluar-masuk pasar dan tingkat informasi pasar. Estefan (2011) menjelaskan struktur pasar pada setiap tingkat lembaga pemasaran berbeda-beda. Pada tingkat petani struktur pasarnya mengarah ke struktur pasar oligopsoni. Pada tingkat pedagang pengumpul lokal dan luar daerah mengarah ke struktur pasar oligopoli. Pada tingkat pedagang besar cenderung mengarah struktur pasar duopoli. Sedangkan pada tingkat floris cenderung mengarah struktur pasar bersaing sempurna.

Pada penelitian Fajriah (2014) mengenai tataniaga bunga krisan di Kecamatan Cugengang Kabupaten Cianjur menunjukkan struktur pasar untuk petani dan pedagang pengumpul kebun cenderung mendekati pasar persaingan sempurna. Sedangkan pedagang besar menghadapi struktur pasar yang mendekati pasar oligopoli. Berbeda dengan hasil penelitian Putri (2015) mengenai tataniaga bunga krisan di Desa Langensari Kabupaten Sukabumi yang menunjukkan struktur pasar yang dihadapi oleh semua lembaga pemasaran cenderung mendekati pasar oligopoli. Azhara (2015) menjelaskan struktur pasar ikan bandeng di Kecamatan Tirtajaya Kabupaten Karawang yang terjadi cenderung mendekati struktur pasar persaingan murni.

Analisis Perilaku Pasar

(25)

9

kelompok tani dan kemudian dijual ke pedagang besar, pedagang pengecer atau ke konsumen akhir (Akhir 2014). Sedangkan hasil penelitian Putri (2011), dalam pemasaran bunga krisan di Desa Langensari Kecamatan Sukaraja Kabupaten Sukabumi petani hanya melakukan kegiatan penjualan saja dengan sistem borongan dan sistem jual per ikat.

Pada praktek penjualan dalam pemasaran bunga krisan oleh petani di Kecamatan Cugenang Kabupaten Cianjur kepada pedagang pengumpul kebun dilakukan dengan sistem borongan (Fajriah 2014). Sedangkan jika petani menjual bunga krisan kepada pedagang besar harus mengeluarkan biaya tenaga kerja untuk melakukan pengemasan dan sortasi dan harus saling menghubungi sebelum mengirim bunga krisan. Pada penelitian Azhara (2015), pemasaran ikan bandeng di Kecamatan Tirtajaya Kabupaten Karawang dilakukan dari petani ke pedagang pengumpul desa (PPD) dan terkadang petani tidak terlibat dalam proses pemanenan, namun PPD yang mengambil hasil panen. Penjualan bunga anggrek potong Dendrobium dilakukan dengan sistem langganan kepada pedagang pengumpul dengan jumlah ikatan yang sudah disetujui dengan petani (Estefan 2011).

Dalam penentuan harga petani kepada pedagang pengumpul, petani hanya bertindak sebagai price taker dengan informasi harga dibawa oleh pedagang dari pasar ke petani atau melalui proses tawar menawar dan cara pembayaran dilakukan secara tunai maupun hutang oleh pedagang pengumpul (Putri 2015, Fajriah 2014). Sedangkan untuk anggrek potong Vanda douglas penentuan harga dilakukan dengan proses tawar menawar oleh petani dan pedagang maupun sesama pedagang (Akhir 2014). Penentuan harga pada saluran pemasaran bunga krisan dari petani ke pedagang besar dilakukan dengan mempertimbangkan biaya yang dikeluarkan petani untuk pengemasan dan sortasi, serta ada kesepakatan dengan pedagang besar karena petani dan pedagang besar mengetahui informasi harga bunga krisan di pasar. Sedangkan harga yang ditetapkan oleh petani bunga anggrek Dendrobium maupun krisan dengan konsumen akhir dilakukan dengan proses tawar menawar.

Harga yang ditetapkan pada ikan bandeng di Kecamatan Tirtajaya Kabupaten Karawang mengacu pada harga yang berlaku di pasar induk berdasarkan jumlah pasokan yang masuk dan permintaan konsumen (Azhara 2015). Pada penentuan harga bunga anggrek potong Dendrobium, informasi harga dibawa pedagang dari pasar ke petani pada saat akan membeli bunga anggrek potong. Hubungan kekerabatan petani dengan pedagang pengumpul lokal dan pedagang lainnya membuat petani tidak memiliki pilihan lain (Estefan 2011).

(26)

10

karena adanya langganan (Azhara 2015). Dalam pemasaran anggrek Dendrobium petani hanya melakukan kegiatan penjualan saja dan lembaga pemasaran lain juga melakukan kegiatan pembelian. Kegiatan pembelian anggrek Dendrobium dari petani dilakukan dengan sistem langganan antara pedagang pengumpul dengan petani sehingga pedagang pengumpul lokal sudah memiliki akses ke petani (Estefan 2011).

Analisis Keragaan Pasar

Keragaan pasar dapat digunakan untuk melihat sejauh mana pengaruh struktur pasar dan perilaku pasar dalam proses pemasaran suatu komoditi pertanian (Sudiyono 2002 dalam Asmarantaka 2012). Keragaan pasar dalam beberapa penelitian dapat diukur melalui marjin pemasaran, farmer’s share, dan rasio keuntungan terhadap biaya. Berdasarkan hasil penelitian Akhir (2014), saluran pemasaran dari petani - pedagang besar - konsumen merupakan saluran yang relatif lebih efisien dibandingkan dengan saluran pemasaran lainnya dengan marjin pemasaran sebesar Rp1 738 per tangkai atau 71.29 persen dan total biaya pemasaran Rp214 per tangkai. Selain itu rasio keuntungan terhadap biaya cukup tinggi dengan rasio sebesar 7.20 dan farmer’s share 28.71 persen. Sedangkan hasil penelitian Putri (2015) menunjukkan saluran pemasaran bunga krisan menghasilkan marjin pemasaran paling kecil pada saluran pemasaran petani - pedagang besar dengan total marjin sebesar Rp1 566.28 per tangkai atau 92.13 persen. Sedangkan rasio keuntungan terhadap biaya sebesar 11.89 dan farmer’s share yang diterima petani pada saluran tersebut adalah sebesar 43.52 persen.

Hasil penelitian Fajriah (2014) menunjukkan bahwa saluran pemasaran bunga krisan yang paling efisien adalah saluran pemasaran petani - pedagang pengumpul kebun - konsumen. Hal tersebut dapat dilihat dari farmer’s share sebesar 57.47 persen dan marjin tataniaga sebesar Rp370 per tangkai atau 42.53 persen. Sedangkan rasio keuntungan terhadap biaya sebesar 3.10 dengan total biaya pemasaran yang sangat rendah yaitu Rp90.15 per tangkai. Sedangkan hasil penelitian Azhara (2015) menunjukkan bahwa saluran pemasaran petani - pedagang pengecer merupakan saluran pemasaran yang relatif lebih efisien. Hal tersebut didukung dengan rasio keuntungan terhadap biaya pada saluran pemasaran tersebut sebesar 1.75, marjin yang paling rendah sebesar 9.71 persen, dan marjin sebesar 90.29 persen.

(27)

11

KERANGKA PEMIKIRAN

Kerangka Pemikiran Teoritis

Penelitian ini didasarkan pada kerangka teroritis mengenai konsep pemasaran yang terdiri dari fungsi pemasaran; saluran dan lembaga pemasaran; struktur, perilaku dan keragaan pasar; dan efisiensi pemasaran yang mencakup marjin pemasaran, farmer’s share dan rasio keuntungan terhadap biaya.

Pemasaran

Pengertian pemasaran dalam perspektif makro menurut Asmarantaka (2012) merupakan aktivitas dalam mengalirkan produk mulai dari produsen primer sampai ke konsumen akhir. Dalam mengalirnya produk sampai ke konsumen akhir, banyak aktivitas produktif yang terjadi dalam upaya menciptakan atau menambah nilai guna (bentuk, tempat, waktu dan kepemilikan) dengan tujuan untuk memenuhi kepuasan konsumen akhir. Hanafiah dan Saefudin (2006) menjelaskan bahwa pemasaran merupakan kegiatan yang berhubungan dengan penciptaan atau penambahan kegunaan dari barang dan jasa sehingga dapat dikatakan pemasaran merupakan tindakan atau usaha yang produktif.

Nilai guna yang diciptakan oleh kegiatan pemasaran mencakup nilai guna waktu, tempat, bentuk dan kepemilikan. Nilai guna waktu berarti bahwa barang-barang memiliki nilai yang lebih tinggi setelah terjadi perubahan waktu. Nilai guna tempat berarti bahwa barang-barang tersebut memiliki kegunaan yang lebih tinggi akibat adanya perubahan tempat yang lebih mudah diakses atau sesuai dengan keinginan konsumen. Nilai guna bentuk merupakan penciptaan atau peningkatan nilai terhadap barang-barang menjadi bentuk yang lebih menarik dan berguna. Sedangkan nilai guna kepemilikan berarti bahwa barang-barang memiliki nilai yang lebih tinggi karena beralihnya hak milik atas barang tersebut.

Pengertain pemasaran juga dapat ditinjau dari aspek ekonomi dan aspek manajemen. Dari aspek ekonomi, pemasaran merupakan suatu sistem yang terdiri dari sub-sub sistem fungsi-fungsi pemasaran yang terdiri dari fungsi pertukaran, fisik, dan fasilitas. Kohls dan Uhl (2002) menjelaskan bahwa pemasaran memiliki dua karakteristik dasar yaitu pemasaran merupakan suatu proses dari satu pergerakan, serangkaian aktivitas dan peristiwa dari fungsi-fungsi yang juga akan melibatkan beberapa tempat; dan bentuk koordinasi yang diperlukan dari serangkaian (tahapan) aktivitas atau dalam pergerakan mengalirnya produk dan jasa dari tangan produsen primer hingga ke konsumen akhir.

Dari aspek manajemen, pemasaran diartikan sebagai suatu proses sosial dan manajerial yang membuat individu atau organisasi memperoleh apa yang mereka butuhkan dan inginkan lewat penciptaan dan pertukaran nilai dengan orang lain (Kotler dan Armstrong 2008). Dengan demikian pemasaran agribisnis dapat ditinjau dari perspektif makro (antar perusahaan atau lembaga-lembaga pemasaran secara keseluruhan) dan perspektif mikro (koordinasi di dalam suatu perusahaan) di mana tujuan akhirnya adalah kepuasan konsumen atau keuntungan perusahaan (Asmarantaka 2012).

(28)

12

untuk mencapai tujuan proses pemasaran; pendekatan kelembagaan yang mempelajari berbagai macam lembaga dan struktur bisnis yang terlibat dan termasuk ke dalam proses pemasaran; dan pendekatan sistem dan perilaku yang harus dilakukan secara terus menerus karena perubahan dalam organisasi dan kombinasi fungsi dalam keseluruhan sistem pemasran.

Saluran dan Lembaga Pemasaran

Pengertian lembaga pemasaran menurut Kohls dan Uhl (2002) adalah berbagai organisasi bisnis yang melaksanakan atau mengembangkan sistem pemasaran (fungsi-fungsi pemasaran). Lembaga pemasaran juga dapat diartikan sebagai badan-badan yang menyelenggarakan kegiatan atau fungsi pemasaran di mana barang-barang bergerak dari pihak produsen sampai ke konsumen akhir (Hanafiah dan Saefudin 2006).

Pendekatan kelembagaan dalam sistem pemasaran ini juga membantu dalam memahami mengapa terdapat spesialisasi pedagang perantara di dalam sistem pemasaran, mengapa antara petani dan konsumen tidak dapat berhadapan secara langsung pada satu tempat, bagaimana karakter dari berbagai jenis pedagang perantara, dan bagaimana hubungan agen perantara dan susunan organisasi dari aktivitas pemasaran dalam produk agribisnis. Kohls dan Uhl (2002) mengklasifikasikan lembaga pemasaran sebagai berikut.

1. Pedagang perantara merupakan pedagang yang memiliki dan menguasai produk. Mereka membeli dan menjual produk untuk kepentingan penerimaan. Pedagang perantara terdiri dari pedagang eceran dan pedagang grosir. Pedagang eceran adalah pedagang yang membeli produk dan kemudian menjual kembali produk tersebut kepada konsumen akhir atau mengumpulkan berbagai jenis produk dalam satu lokasi. Sedangkan pedagang grosir adalah pedagang yang menjual produk kepada pedagang eceran atau pedagang grosir lainnya namun, tidak menjual produknya dalam jumlah besar ke konsumen akhir.

2. Agen perantara merupakan indivudu yang bertindak hanya sebagai perwakilan dari kliennya dan tidak memiliki hak milik atas produk yang ditangani. Agen perantara mendapatkan penerimaan dari biaya dan komisi. Jasa mereka sering dipertahankan oleh penjual atau pembeli suatu produk yang tidak memiliki informasi atau kekuatan tawar-menawar. Agen perantara terdiri dari komisioner dan broker. Komisioner biasanya memiliki kekuasaan dalam penanganan secara fisik dan penetapan harga produk yang akan dijual. Sedangkan broker tidak memiliki kekuasaan dan penanganan secara fisik terhadap suatu produk.

3. Spekulator adalah pedagang perantara yang membeli dan menjual produk dengan tujuan untuk mendapatkan keuntungan dari adanya pergerakan harga. Spekulator biasanya bekerja dalam jangka pendek dan memanfaatkan fluktuasi harga dengan penanganan yang minimum.

(29)

13

5. Organisasi merupakan individu atau kelompok yang membantu berbagai lembaga pemasaran dalam melaksanakan fungsi-fungsi dan aktivitas pemasaran.

Saluran pemasaran merupakan sekumpulan pelaku-pelaku bisnis yang melakukan aktivitas bisnis untuk menyalurkan produk dari produsen kepada konsumen akhir (Akhir 2014). Hanafiah dan Saefudin (1983) menjelaskan bahwa panjangnya saluran pemasaran yang dilalui oleh suatu produk tergantung oleh beberapa faktor, diantaranya:

1. Jarak antara produsen dan konsumen. Semakin jauh jarak anatara produsen dan konsumen biasanya semakin panjang saluran yang ditempuh oleh produk tersebut.

2. Ketahanan produk tersebut. produk yang mudah rusak harus segera diterima konsumen sehingga diperlukan saluran pemasaran yang lebih pendek. 3. Skala produksi. Produksi dalam jumlah sedikit cenderung akan merugikan

produsen jika langsung dijual ke pasar sehingga adanya pedagang perantara dan saluran pemasaran yang lebih panjang sangat diharapkan.

4. Kondisi keuangan pengusaha. Lembaga pemasaran yang memiliki posisi keuangan yang kuat cenderung untuk memperpendek saluran pemasaran karena dengan kondisi tersebut maka lembaga pemasaran dapat melakukan pemasaran dengan efisien.

Fungsi-Fungsi Pemasaran

Salah satu metode yang digunakan dalam menganalisis kegiatan yang termasuk ke dalam proses pemasaran adalah dengan cara membaginya ke dalam sebuah fungsi. Asmarantaka (2012) menjelaskan adanya pendekatan fungsi sendiri memiliki manfaat dalam membantu mempertimbangkan bagaimana pekerjaan harus dilakukan, menganalisis biaya-biaya pemasaran dan mengetahui perbedaan biaya antar lembaga dan fungsi yang dilakukan oleh lembaga pemasaran. Kohls dan Uhl (2002) menjelaskan karakteristik penting di dalam pendekatan fungsi pemasaran, yaitu:

1. Dampak dari pelaksanaan fungsi tidak hanya terhadap biaya pemasaran saja, tetapi juga nilai produk tersebut untuk konsumen dan dalam mengevaluasi fungsi pemasaran harus memperhitungkan biaya dan manfaat dari fungsi tersebut.

2. Terdapat kemungkinan untuk mengurangi atau menghilangkan pedagang perantara, tetapi fungsi-fungsi pemasaran tidak dapat dihilangkan.

3. Fungsi pemasaran dapat dilakukan oleh setiap lembaga pemasaran dandi tempat yang berbeda.

Kohls dan Uhl (2002) juga mengklasifikasikan fungsi pemasaran menjadi tiga, yaitu:

1. Fungsi pertukaran merupakan aktivitas-aktivitas yang terlibat dalam pemindahan hak milik terhadap suatu barang. Fungsi pertukaran ini terdiri dari aktivitas penjualan dan pembelian. Aktivitas-aktivitas tersebut menggambarkan bagiamana proses penentuan harga terjadi dalam sistem pemasaran.

(30)

14

sistem pemasaran. Fungsi fisik ini terdiri dari aktivitas penyimpanan, pengangkutan, dan pengolahan.

3. Fungsi fasilitas merupakan fungsi yang terdiri dari berbagai aktivitas yang memperlancar atau mempermudah kegiatan fungsi pertukaran dan fungsi fisik. Secara tidak langsung, fungsi fasilitas ini terlibat dalam setiap aktivitas dalam fungsi pertukaran dan fisik. Tanpa fungsi fasilitas ini, sistem pemasaran tidak akan berjalan dengan baik. Fungsi fasilitas ini terdiri dari aktivitas standarisasi, pembiayaan, informasi pasar, dan penanggungan risiko.

Struktur Pasar

Asmarantaka (2012) mendefinisikan struktur pasar sebagai sifat-sifat organisasi yang mempengaruhi perilaku dan keragaan pasar. Terdapat empat faktor yang menentukan struktur pasar, diantaranya adalah:

1. Jumlah atau ukuran perusahaan

2. Kondisi atau keadaan produk : produk homogen atau terdiferensiasi 3. Mudah atau sukar untuk keluar - masuk pasar atau industri

4. Tingkat pengetahuan (informasi) yang dimiliki oleh partisipan dalam pemasaran misalnya biaya, harga, dan kondisi pasar diantara partisipan-partisipan pasar.

Strukur pasar dalam garis-besarnya ada dua kelompok yaitu pasar persaingan sempurna dan pasar tidak bersaing (monopoli atau monopsoni). Sedangkan jenis lainnya merupakan struktur pasar dengan jenis di antara kedua struktur tersebut (persaingan monopolistik, oligopoli dan duopoli).

Kohls dan Uhl (2002) membagi struktur pasar ke dalam empat jenis struktur pasar yang dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3 Karakteristik struktur pasar

Karakteristik Persaingan Murni

Persaingan

Monopolistik Oligopoli Monopoli

Jumlah Penjual Banyak Banyak Sedikit Satu

Sifat Produk Homogen Diferensiasi Serupa dan

diferensiasi Unik

(31)

15

lainnya untuk mencapai tujuan pemasaran dalam struktur pasar tertentu (Asmarantaka 2012). Dengan demikian dapat dikatakan bahwa perilaku pasar merupakan strategi yang dipilih oleh lembaga pemasaran untuk mencapai tujuan. Gonarsyah (1997) dalam Asmarantaka (2012) menjelaskan tiga cara mengenal perilaku pasar, yaitu:

1. Penentuan harga adalah menetapkan harga dimana harga tersebut tidak berpengaruh terhadap perusahaan lain, ditetapkan secara bersama-sama penjual atau penetapan harga berdasarkan price leadership.

2. Product promotion policy dapat dilakukan melalui pameran dan iklan atas nama perusahaan.

3. Predatory and exclusivenary tactics yaitu strategi yang bersifat ilegal yang bertujuan untuk mendorong perusahaan pesaing untuk keluar dari pasar. Keragaan pasar merupakan hasil keputusan akhir akibat pengaruh dari struktur pasar dan perilaku pasar yang dapat melihat dari produk atau output, harga, dan biaya pada pasar-pasar tertentu. Gonarsyah (1997) dalam Asmarantaka (2012) menjelaskan ukuran keragaan pasar dapat diklasifikasikan sebagai berikut. 1. Pricing efficiency, ukurannya adalah seberapa jauh harga mendekati biaya

total yang dilakukan melalui operasi produksi yang efisien.

2. Cost efficiency, ukuran yang digunakan dalam jangka pendek adalah efisiensi fungsi produksi dan efisiensi alokasi sumberdaya. Sedangkan ukuran dalam jangka panjang adalah excess capacity dan optimal size. 3. Sale promotion cost, ukurannya dapat dilihat dari volume penjualan.

4. Technical progressive, ukurannya dapat dilihat dari penurunan long-run average total cost.

5. Rate of product development, ukurannya dapat dilihat dari kualitas, efisiensi, dan higienitas produksi sehingga akan menghasilkan produk yang memiliki keunggulan kompetitif.

6. Exchange efficiency, mencakup efisiensi biaya dalam penentuan harga. 7. Market externality, meminimalkan market externality yang negative dan

meningkatkan yang positif.

8. Conservation, berkaitan dengan isu-isu seperti ekolabeling dan greenpeace. 9. Price flexibility, berkaitan dengan penyesuaian atas perubahan harga

terhadap perubahan biaya.

Ukuran Efisiensi Pemasaran

Menurut Asmarantaka (2012) ukuran efisiensi adalah kepuasan konsumen, produsen, atau lembaga pemasaran yang terlibat di dalam sistem pemasaran suatu produk mulai dari produsen sampai ke konsumen akhir. Ukuran yang digunakan untuk menentukan tingkat kepuasan tersebut bersifat sulit dan sangat relatif. Pemasaran yang efisien merupakan tujuan dan keinginan dari para partisipan pemasaran. Menurut Hanafiah dan Saefudin (2006), lembaga pemasaran menganggap pemasaran efisien apabila aktivitas pemasaran produknya dapat mendatangkan keuntungan baginya. Sedangkan konsumen menganggap sistem pemasaran yang efisien apabila konsumen dapat dengan mudah mendapatkan produk yang diinginkan dengan harga rendah.

(32)

16

pemasaran. Efisiensi operasional adalah ukuran frekuensi produktivitas dari input-input pemasaran, seperti tenaga kerja atau biaya total pemasaran dengan keuntungan dari lembaga pemasaran. Efisiensi harga menekankan pada kemampuan sistem pemasaran dalam mengalokasikan sumberdaya dan mengkoordinasikan seluruh produksi pertanian dan proses pemasaran sehingga efisien dan sesuai dengan keinginan konsumen.

Marjin Pemasaran

Konsep marjin pemasaran digunakan untuk menganalisis efisiensi pemasaran baik efisiensi operasional maupun efisiensi harga. Hanafiah dan Saefudin (2006) menyatakan bahwa marjin merupakan suatu istilah yang digunakan untuk menyatakan perbedaan harga yang diterima oleh petani dan harga yang dibayar oleh konsumen akhir. Asmarantaka (2012) menjelaskan bahwa marjin pemasaran menggambarkan kondisi pasar ditingkat lembaga-lembaga yang berbeda, minimal terdapat dua tingkat pasar yaitu pasar di tingkat petani dan pasar di tingkat konsumen dengan asumsi struktur pasar di setiap tingkat adalah pasar persaingan sempurna sehingga kurva supply dan demand di setiap tingkat pasar memiliki slope dan jumlah produk yang sama. Hal ini dapat dilihat pada Gambar 1.

Gambar 1 Kurva pembentukan marjin pemasaran Keterangan:

Dr = Permintaan di tingkat konsumen akhir

Df = Permintaan di tingkat petani

Sr = Penawaran di tingkat konsumen akhir

Sf = Penawaran di tingkat petani

Qr,f = Jumlah produk di tingkat petani dan konsumen akhir

(Pr– Pf) = Marjin pemasaran

(Pr - Pf)Qr,f = Nilai marjin pemasaran

Sumber: Hammond dan Dahl (1977); Tomek dan Robinson (1990) dalam Asmarantaka (2012)

Farmer’s Share

Menurut Asmarantaka (2012) Farmer’s share merupakan perbedaan antara harga di tingkat petani dan marjin pemasaran atau persentase harga yang dibayar oleh petani terhadap harga yang dibayar oleh konsumen akhir. Secara umum

P

0 Q

Pr

Pf

Sr Sf

Df Dr

(33)

17

besaran farmer’s share, marjin pemasaran bervariasi antar komoditi dan tergantung pada biaya pemasaran yang dikeluarkan. Ukuran farmer’s share tidak dapat selalu diandalkan sebagai ukuran efisiensi pemasaran karena kompleks penanganan produk yang harus dilakukan untuk meningkatkan kepuasan konsumen dan harus memperhitungkan bentuk, fungsi, dan atribut-atribut produk hingga sampai ke konsumen akhir.

Rasio Keuntungan Terhadap Biaya Pemasaran

Menurut Asmarantaka (2012) rasio keuntungan terhadap biaya pemasaran sering dipergunakan sebagai indikator efisiensi relatif dan keragaan pasar. Rasio keuntungan terhadap biaya dapat digunakan untuk mengetahui tingkat efisiensi sistem pemasaran dengan membandingkan keuntungan pemasaran yang diperoleh terhadap biaya pemasaran yang dikeluarkan oleh lembaga pemasaran. Pemasaran dapat dikatakan efisien jika rasio keuntungan terhadap biaya merata pada semua lembaga pemasaran dan bernilai positif.

Kerangka Pemikiran Operasional

Kecamatan Pamulang merupakan salah satu sentra produksi Anggrek Vanda douglas di Kota Tangerang Selatan, Banten. Anggrek Vanda douglas memiliki sifat ketahanan yang kurang baik ketika dijadikan sebagai bunga potong, hanya sekitar satu sampai dua minggu Anggrek Vanda douglas bisa bertahan lama. Hal tersebut tentunya membutuhkan saluran pemasaran yang lebih efisien sehingga Anggrek Vanda douglas sampai kepada konsumen akhir dengan kualitas yang baik dan waktu yang relatif lebih cepat. Namun beberapa permasalahan juga dihadapi oleh para petani Anggrek Vanda douglas dalam memasarkan produknya di Kecamatan Pamulang. Posisi tawar petani terhadap penjualan Anggrek Vanda douglas dapat dikatakan lemah dan petani hanya menjadi price taker. Selain itu, terdapat perbedaan harga yang diterima petani dengan harga yang diterima konsumen dan harga yang diterima petani dan sangat berfluktuatif. Kemudian tidak semua petani memiliki akses atau fasilitas yang sama dalam memasarkan Anggrek Vanda douglas.

Berdasarkan permasalahan di atas maka diperlukan analisis pemasaran anggrek Vanda douglas dengan melakukan analisis secara kualitatif dan kuantitatif. Analisis kualitatif dilakukan dengan menganalisis saluran dan lembaga pemasaran, fungsi-fungsi pemasaran, serta perilaku dan keragaan pasar yang terjadi di dalam sistem pemasaran Anggrek Vanda douglas di Kecamatan Pamulang. Analisis kuantitatif yang dilakukan dengan cara mengukur efisiensi pemasaran melalui ukuran-ukuran dalam marjin pemasaran, farmer’s share, dan rasio keuntungan terhadap biaya pemasaran dari segi operasional pemasaran. Hasil analisis kualitatif dan kuantitatif tersebut akan didapatkan gambaran mengenai keseluruhan sistem pemasaran Anggrek Vanda douglas di Kecamatan Pamulang yang efisien. Selanjutnya hasil analisis tersebut dapat dijadikan bahan pertimbangan dan kajian bagi para petani Anggrek Vanda douglas dan pemerintahan sebagai langkah untuk meningkatkan sistem pemasaran yang lebih baik dan efisien serta dapat meningkatkan kesejahteraan petani. Skema kerangka pemikiran operasional pemasaran Anggrek Vanda douglas dapat dilihat pada Gambar 2.

(34)

18

Gambar 2 Skema kerangka pemikiran operasional

Keterangan:

Alur pemasaran Saling berhubungan

Proses menganalisis pemasaran

Kota Tangerang Selatan merupakan sentra produksi

Anggrek Vanda douglas

Supply petani lebih besar dari demand pasar

 Perbedaan dan fluktuasi harga petani dan pasar

 Akses yang dimiliki oleh petani ke pasar bersifat terbatas

Analisis Kualitatif

 Fungsi-fungsi pemasaran

 Lembaga dan saluran pemasaran

 Struktur, perilaku dan keragaan pasar

Analisis Kuantitatif

 Marjin pemasaran

Farmer's share

 Rasio keuntungan terhadap biaya pemasaran

Gambaran sistem pemasaran yang efisien terhadap Anggrek Vanda douglas di Kecamatan Pamulang

(35)

19

METODE PENELITIAN

Lokasi dan Waktu Penelitian

Lokasi yang dijadikan sebagai tempat penelitian ini adalah di Kecamatan Pamulang, Kota Tangerang Selatan dan Pasar Rawabelong, Jakarta Barat sebagai tempat pusat penjualan tanaman hias. Pemilihan lokasi di Kecamatan Pamulang sebagai tempat penelitian dilakukan secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan bahwa kecamatan tersebut merupakan salah satu sentra produksi budidaya Anggrek Vanda douglas. Kemudian Pasar Rawabelong yang juga dijadikan tempat penelitian karena hampir semua petani memasarkan produk Anggrek Vanda douglas yang didatangkan dari Kecamatan Pamulang ke pasar tersebut. Penelitian ini dilakukan pada bulan Juni 2015 hingga bulan Agustus 2015.

Jenis dan Sumber Data

Penelitian ini menggunakan data primer dan sekunder yang bersifat kualitatif dan kuantitatif. Data primer diperoleh dengan melakukan pengamatan langsung dan wawancara langsung dengan menggunakan daftar pertanyaan (kuisioner) kepada petani responden dan lembaga-lembaga pemasaran yang terlibat dalam proses kegiatan pemasaran yang berlangsung di Kecamatan Pamulang.

Data sekunder diambil melalui berbagai literatur yang dijadikan bahan rujukan untuk mendukung data primer selama proses penelitian. Data-data sekunder yang digunakan bersal dari buku teks, jurnal ilmiah, laporan penelitian (skripsi), situs internet, dan data-data yang didapatkan melalui lembaga terkait seperti Badan Pusat Stastistik (BPS), Kementrian Pertanian Republik Indonesia, Dinas Pertanian dan Peternakan Provinsi Banten, Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kota Tangerang Selatan, Pusat Promosi dan Pemasaran Hortikultura Provinsi DKI Jakarta, Kecamatan Pamulang dan Perpustakaan LSI IPB

Penentuan responden dilakukan dengan metode purposive sampling karena pemilihan responden didasarkan pada berbagai pertimbangan seperti pengetahuan, keahlian, serta pengalaman responden. Pertimbangan-pertimbangan tersebut diberikan secara langsung oleh peneliti.

Metode Pengumpulan Data Responden

Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan data primer yang dilakukan dengan pengamatan langsung dan wawancara dengan menggunakan kuisioner. Kuisioner tersebut berisi pertanyaan terbuka dan pertanyaan tertutup (terstruktur). Pertanyaan terbuka berisi pertanyaan yang jawabannya berupa deskripsi atau tidak disediakan sedangkan pertanyaan tertutup berisi pertanyaan yang jawabannya telah disediakan. Kuisioner tersebut ditujukan kepada petani responden dan lembaga-lembaga pemasaran yang terlibat selama proses pemasaran berlangsung.

(36)

20

Kecamatan Pamulang. Sedangkan penentuan responden lembaga pemasaran dilakukan dengan metode snowball sampling. Metode ini diperoleh dari informasi yang didapatkan setelah melalui wawancara dengan petani responden mengenai saluran pemasaran Anggrek Vanda douglas. Metode ini dilakukan dengan tujuan untuk menelusuri aliran produk dan keterlibatan lembaga-lembaga pemasaran dalam melakukan fungsi pemasarannya.

Metode Pengolahan dan Analisis Data

Metode yang digunakan dalam mengolah dan menganalisis data pada penelitian ini adalah metode kualitatif dan kuantitatif. Analisis kualitatif menggunakan metode deskriptif untuk mengidentifikasi gambaran secara sistematis dan rinci mengenai fungsi-fungsi pemasaran, saluran dan lembaga pemasaran, serta perilaku pasar. Analisis kualitatif disajikan dan dianalisis dalam bentuk deskripsi dan tabulasi sederhana. Sedangkan analisis kuantitatif digunakan untuk mengidentifikasi dan menganalisis marjin pemasaran, farmer’s share, dan rasio keuntungan terhadap biaya pada setiap lembaga pemasaran dan diolah dengan menggunakan software Microsoft Excel yang kemudian disajikan dalam bentuk tabulasi data. Selanjutnya analisis-analisis berikut ini digunakan untuk mengidentifikasi pemasaran Anggrek Vanda douglas dari segi efisiensi operasional.

Analisis Fungsi, Lembaga dan Saluran Pemasaran

Lembaga pemasaran dianalisis guna mengetahui lembaga-lembaga pemasaran apa saja yang terlibat dalam sistem pemasaran Anggrek Vanda douglas di Kecamatan Pamulang. Dengan demikian akan didapatkan informasi mengenai aliran produk yang dapat membentuk saluran pemasaran dari tingkat petani sampai tingkat konsumen akhir. Analisis saluran pemasaran diidentifikasi dengan tahapan proses terbentuknya saluran pemasaran Anggrek Vanda douglas, gambaran proses pertukaran dalam setiap lembaga pemasaran, dan proses pascapanen produk selama kegiatan berlangsung. Analisis fungsi pemasaran perlu diidentifikasi untuk mengetahui kegiatan pemasaran yang dilakukan oleh setiap lembaga pemasaran dalam menyalurkan produk dari petani sampai ke konsumen akhir. Lembaga-lembaga pemasaran tersebut pada umumnya melakukan fungsi pertukaran (penjualan dan pembelian), fungsi fisik (pengemasan, pengangkutan, dan penyimpanan) dan fungsi fasilitas (pembiayaan, penanggungan risiko, informasi pasar dan standarisasi).

Analisis Struktur, Perilaku dan Keragaan Pasar

(37)

21

tingkah laku pasar dalam proses pemasaran suatu komoditi pertanian (Sudiyono 2002 dalam Asmarantaka 2012). Analisis kuantitatif menggunakan analisis marjin pemasaran, farmer’s share dan rasio keuntungan terhadap biaya.

Analisis Marjin Pemasaran

Marjin pemasaran merupakan perbedaan harga di tingkat produsen atau petani dengan harga di tingkat konsumen akhir. Analisis marjin pemasaran ini dapat digunakan untuk melihat tingkat efisiensi pemasaran. Marjin pemasaran dihitung berdasarkan pengurangan harga penjualan dengan harga pembelian pada setiap lembaga pemasaran yang terlibat. Besarnya marjin pemasaran merupakan penjumlahan dari biaya-biaya pemasaran yang digunakan dan keuntungan yang didapatkan oleh setiap lembaga pemasaran. Secara matematis, sebaran marjin total dapat dirumuskan dengan persamaan sebagai berikut (Asmarantaka 2012) :

Keterangan:

Pr = Harga pembelian di tingkat konsumen

Pf = Harga penjulan di tingkat produsen

MT = Marjin total

Mi = Marjin pemasaran lembaga ke-i

Marjin pemasaran pada setiap lembaga pemasaran dapat diperoleh dari selisih harga jual pada lembaga ke-i dengan harga beli pada lembaga ke-i. Selain itu marjin pemasaran juga dapat diperoleh dengan penjumlahan biaya pemasaran pada lembaga ke-i dan keuntungan pemasaran yang didapat oleh lembaga ke-i sehingga dapat dirumuskan sebagai berikut (Asmarantaka 2012) :

Keterangan:

Pji = Harga penjualan pada lembaga ke-i

Pbi = Harga pembelian pada lembaga ke-i

Ci = Biaya pemasaran pada lembaga ke-i

i = Keuntungan pada lembaga ke-i

i = 1,2,3,4,….,n

Dari persamaan di atas, maka dapat diperoleh keuntungan yang didapat dari marjin pemasaran yang dirumuskan sebagai berikut.

Persentase marjin total pemasaran dapat diperoleh dengan membagi marjin pada lembaga ke-i dengan harga pembelian di tingkat konsumen atau dapat dirumuskan sebagai berikut (Asmarantaka 2012) :

(38)

22

Analisis Farmer’s Share

Farmer’s share adalah ukuran efisiensi pemasaran yang merupakan persentase perbandingan antara nilai yang dibayar oleh konsumen terhadap nilai yang diterima oleh petani. Farmer’s share bukan merupakan ukuran yang utama dalam menentukan efisiensi pemasaran, namun dalam menganalisisnya juga harus mempertimbangkan bentuk, fungsi, dan atribut-atribut produk dari petani sampai kepada konsumen. Semakin tinggi harga yang diterima konsumen dari harga yang ditawarkan konsumen makan nilai yang diterima petani menjadi semakin rendah. Sedangkan jika nilai marjin pemasaran semakin tinggi maka farmer’s share akan semakin rendah, sehingga dapat dikatakan bahwa farmer’s share dan marjin pemasaran berhubungan negatif. Secara matematis, farmer’s share dapat dirumuskan sebagai berikut.

Keterangan:

FSi = Farmer’s share (%)

Pf = Harga di tingkat petani

Pr = Harga di tingkat konsumen

Sumber: Asmarantaka (2012)

Analisis Rasio Keuntungan Terhadap Biaya

Rasio keuntungan terhadap biaya dapat digunakan untuk mengetahui tingkat efisiensi sistem pemasaran dengan membandingkan keuntungan pemasaran yang diperoleh terhadap biaya pemasaran yang dikeluarkan oleh lembaga pemasaran. Pemasaran dapat dikatakan efisien jika rasio keuntungan terhadap biaya merata pada semua lembaga pemasaran dan bernilai positif. Berikut rumus rasio keuntungan terhadap biaya.

Keterangan:

i = Keuntungan lembaga pemasaran ke-i

Ci = Biaya pemasaran lembaga pemasaran ke-i

Sumber: Asmarantaka (2012)

KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

Keadaan Umum Wilayah dan Penduduk

Kecamatan Pamulang merupakan salah satu bagian dari wilayah Kota Tangerang Selatan di Propinsi Banten. Kecamatan Pamulang terdiri dari delapan kelurahan dan memiliki luas wilayah sebesar 26.28 km2 atau 18.22 persen dari total luas wilayah Kota Tangerang Selatan. Kelurahan yang ada di Kecamatan Pamulang yaitu Pondok Benda, Pamulang Barat, Pamulang Timur, Pondok Cabe Udik, Pondok Cabe Ilir, Kedaung, Bambu Apus dan Benda Baru. Batas-batas wilayah Kecamatan Pamulang adalah sebagai berikut :

(39)

23

Barat : Kecamatan Serpong

Selatan : Kabupaten Bogor dan Kota Depok Propinsi Jawa Barat

Bentuk topografi wilayah Kecamatan Pamulang merupakan wilayah daratan dengan ketinggian keluarahan yang berbeda. Kelurahan Pondok Benda, Bambu Apus, Benda Baru memiliki ketinggian 83 m di atas permukaan laut (dpl). Sedangkan Kelurahan Pamulang Barat, Pamulang Timur, Pondok Cabe Udik dan Pondok Cabe Ilir memiliki ketinggian 84 mdpl. Kecamatan Pamulang memiliki 819 RT dan 156 RW.

Jumlah penduduk di Kecamatan Pamulang mengalami peningkatan pada tahun 2013 apabila dibandingkan dengan tahun 2014. Penduduk Kecamatan Pamulang pada tahun 2014 tercatat sebanyak 314 931 jiwa yang terdiri dari penduduk laki-laki sebanyak 159 014 jiwa dan penduduk perempuan sebanyak 155 917 jiwa, dengan jumlah rumahtangga sebanyak 79 839 rumahtangga. Kepadatan penduduk di Kecamatan Pamulang mencapai 11 742 penduduk per km2. Sebaran jumlah penduduk berdasarkan jenis kelamin di Kecamatan Pamulang dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4 Sebaran jumlah penduduk berdasarkan jenis kelamin di Kecamatan Pamulang tahun 2014

Kategori Jumlah (orang) Persentase (%)

Laki-laki 159 014 50.49

Perempuan 155 917 49.51

Total 314 931 100.00

Sumber : Kecamatan Pamulang (2014)

Kondisi sosial penduduk Kecamatan Pamulang dari tingkat pendidikan pada tahun 2014 pada Tabel 5 menunjukkan status pendidikan terbanyak dari penduduk yang tidak tamat SD sebanyak 36 438 orang sedangkan yang tamat SD sebanyak 49 791 orang. Penduduk yang tamat SMP mencapai 56 436 orang dan yang tamat SMA mencapai 112 242 orang. Sedangkan penduduk yang mencapai tingkat perguruan tinggi sebanyak 60 026 orang. Hal tersebut menunjukkan bahwa kesadaran pendidikan formal bagi penduduk Kecamatan Pamulang Selatan cukup tinggi.

Tabel 5 Sebaran tingkat pendidikan penduduk di Kecamatan Pamulang tahun 2014

Tingkat Pendidikan Jumlah (orang) Persentase (%)

Tidak Tamat SD 36 438 11.57

Tamat SD/Sederajat 49 791 15.81

Tamat SMP/Sederajat 56 436 17.92

Tamat SMA/Sederajat 112 242 35.64

Tamat Perguruan Tinggi 60 026 19.06

Total 314 931 100.00

Gambar

Gambaran Umum Usahatani Anggrek Vanda douglas
Tabel 3  Karakteristik struktur pasar
Gambar 2  Skema kerangka pemikiran operasional
Tabel 6  Sebaran petani responden berdasarkan usia di Kecamatan Pamulang
+7

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini adalah penelitian explanatif yaitu penelitian yang bertujuan untuk menjelaskan pengaruh antar variabel penelitian yaitu variabel independen yang dalam

Gedung H, Kampus Sekaran-Gunungpati, Semarang 50229 Telepon: (024)

9.2.1 Asesmen Skema Teknisi Pembesaran Udang direncanakan dan disusun dengan cara yang menjamin bahwa verifikasi persyaratan skema sertifikasi telah dilakukan

Material body menggunakan Stainless steel 304 yang tahan karat dan sangat cocok di gunakan untuk area

game edukasi kimia berbasis Role Playing Game (RPG) pada materi struktur atom sebagai media pembelajaran mandiri untuk siswa SMA kelas X dikatakan baik dengan

Data yang diambil dalam penelitian ini adalah data tes potensi akademik (TPA) dan nilai hasil ulangan harian matematika siswa kelas XI SMA Negeri se-Kabupaten Kutai Kartanegara

 User instansi diizinkan melakukan import berulang kali pada hari yang sama, Namun data yang akan masuk dalam aplikasi kemudian diverifikasi adalah data yang diimport

profesi public relations yang dimuat dalam iklan lowongan pekerjaan di kolom Karier dalam Surat Kabar Kompas. Suatu pengalaman tersendiri dan sangat berharga bagi