• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penerapan Entrepreneurial Marketing Terhadap Pengembangan Dan Keberlanjutan Usaha Industri Rumahan Di Kecamatan Patebon, Kabupaten Kendal

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Penerapan Entrepreneurial Marketing Terhadap Pengembangan Dan Keberlanjutan Usaha Industri Rumahan Di Kecamatan Patebon, Kabupaten Kendal"

Copied!
53
0
0

Teks penuh

(1)

PENERAPAN

ENTREPRENEURIAL MARKETING

TERHADAP PENGEMBANGAN DAN KEBERLANJUTAN

USAHA INDUSTRI RUMAHAN DI KECAMATAN PATEBON,

KABUPATEN KENDAL

KARINA INTEN VINATRIE

DEPARTEMEN MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Penerapan

Entrepreneurial Marketing terhadap Pengembangan dan Keberlanjutan Usaha Industri Rumahan di Kecamatan Patebon, Kabupaten Kendal adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari skripsi saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, April 2015

Karina Inten Vinatrie

(4)

ABSTRAK

KARINA INTEN VINATRIE. Penerapan Entrepreneurial Marketing terhadap Pengembangan dan Keberlanjutan Usaha Industri Rumahan di Kecamatan Patebon, Kabupaten Kendal. Dibimbing oleh MA’MUN SARMA

UMKM seperti usaha industri kecil penting dalam mendorong peningkatan ekonomi Negara. Tujuan penelitian ini mengidentifikasi karakteristik pelaku usaha dan profil usaha industri kecil, mengetahui pencapaian entrepreneurial marketing, pengembangan usaha dan keberlanjutan usaha industri kecil serta menganalisis pengaruh penerapan entrepreneurial marketing pada pengembangan dan keberlanjutan usaha industri kecil. Penelitian ini menggunakan teknik sensus, data sekunder diperoleh dari penelitian KPPPA dengan PKGA LPPM IPB sedangkan data primer diperoleh dari indepth interview dan pengamatan langsung. Pengolahan data menggunakan metode Analisis Transformasi Indek dan

Structural Equation Modeling (SEM) melalui pendekatan Partial Least Squares

(PLS). Hasil penelitian menunjukkan bahwa kemampuan pencapaian

entrepreneurial marketing cukup tinggi, pengembangan usaha sebagian besar pelaku usaha masih mengalami kesulitan namun keberlanjutan usaha tetap berjalan baik serta penerapan entrepreneurial marketing terhadap pengembangan dan keberlanjutan usaha industri kecil memiliki pengaruh positif.

Kata kunci: entrepreneurial marketing, industri rumahan, structural equation modeling (SEM).

ABSTRACT

KARINA INTEN VINATRIE. The Implementation of Entrepreneurial Marketing toward Home Industry Development and Sustainability in Patebon, Kendal. Supervised by MA’MUN SARMA.

Small and Medium Enterprises such as home industry are very important in supporting a country economic developments. This research was aimed to identify the entrepreneurs characteristics and home industry enterprises profiles, numbers of their entrepreneurial marketing achievements, potentials of business developments and home industry sustainability. This research used census, secondary data were obtained from KPPPA and PKGA LPPM IPB collaborative research while primary data were obtained from direct indepth interviews and observations. The datas on this research was processed with Transforming Index Analysis and Structural Equation Modeling (SEM) through Partial Least Square (PLS) approach. The result was showing that entreprenurial marketing was able to gain high achievements, business development was still having some difficulties but their sustainability were good and entrepreneurial marketing was positively affecting business developments and sustainability.

(5)

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi

pada

Departemen Manajemen

PENERAPAN

ENTREPRENEURIAL MARKETING

TERHADAP PENGEMBANGAN DAN KEBERLANJUTAN

USAHA INDUSTRI RUMAHAN DI KECAMATAN PATEBON,

KABUPATEN KENDAL

KARINA INTEN VINATRIE

DEPARTEMEN MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(6)
(7)
(8)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas segala karunia-Nya sehingga skripsi ini berhasil diselesaikan. Penelitian yang berjudul Penerapan entrepreneurial marketing terhadap pengembangan dan keberlanjutan usaha di Kecamatan Patebon, Kabupaten Kendal ini mengacu pada proyek penelitian Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Pengembangan Anak (KPPPA) yang bekerja sama dengan Pusat Kajian Gender dan Anak– Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat IPB (PKGA LPPM IPB) pada tahun 2014.

Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Dr Ir Ma’mun Sarma, MS, MEc selaku pembimbing yang telah banyak memberikan saran, serta Bapak Hendra Sukma Aryanto, STP yang telah membimbing dilapangan. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada Bapak Bambang Triono, Ibu Elvina Fauzia Nasution, seluruh keluarga, Dwi Adi Nugroho, Aqin, Marlon, Rian, Pratiwi, Siti, Diana, teman kos Puri Sekar Wangi, teman satu bimbingan serta sahabat Manajemen 48 atas segala doa, dukungan serta kasih sayangnya.

Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi peneliti dan masyarakat.

Bogor, April 2015

(9)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL vi

DAFTAR GAMBAR vi

DAFTAR LAMPIRAN vi

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Rumusan Masalah 2

Tujuan Penelitian 3

Manfaat Penelitian 3

Ruang Lingkup Penelitian 3

TINJAUAN PUSTAKA 3

Entrepreneurial Marketing 3

Industri Rumahan 4

Pengembangan Usaha 4

Keberlanjutan Usaha 5

Penelitian Terdahulu 5

METODE 7

Kerangka Pemikiran Penelitian 7

Pengumpulan Data 9

Pengambilan Sampel 9

Lokasi dan Waktu Penelitian 9

Hipotesis 9

Pengolahan dan Analisis Data 10

HASIL DAN PEMBAHASAN 11

Gambaran Umum Kabupaten Kendal 11

Karakteristik Pelaku Usaha Industri Rumahan 13

Karakteristik Profil Usaha Industri Rumahan 14

Analisis Transformasi Indek 16

Hasil Analisis SEM PLS pada Penerapan Entrepreneurial Marketing

terhadap Pengembangan dan Keberlanjutan Usaha

(10)

Implikasi Manajerial 25

SIMPULAN DAN SARAN 26

Simpulan 26

Saran 27

DAFTAR PUSTAKA 27

LAMPIRAN 31

(11)

DAFTAR TABEL

1 Perbandingan prinsip pemasaran tradisional dan kewirausahaan 4

2 Penelitian terdahulu 5

3 Gambaran umum jumlah pelaku usaha Kabupaten Kendal 11

4 Gambaran umum (Lanjutan) 12

5 Karakteristik pelaku usaha industri rumahan 13

6 Karakteristik profil usaha industri rumahan 14

7 Analisis outer model 22

8 Analisis inner model 24

9 Implikasi manajerial 26

DAFTAR GAMBAR

1 Grafik Jumlah UMKM Binaan di Jawa Tengah 1 2 Kerangka pemikiran penelitian 8 3 Model perumusan hipotesis penelitian 160 4 Indek entrepreneurial marketing 186 5 Indek pengembangan usaha 18 6 Indek keberlanjutan usaha 19

6 Model SEM awal penelitian 23

7 Model SEM akhir penelitian 23

8 Model akhir penelitian 25

DAFTAR LAMPIRAN

1 Kuesioner penelitian 31 2 Lembar pertanyaan indepth interview 35 3 Model awal SEM 36

4 Hasil analisis outer model SEM 37

5 Hasil analisis inner model SEM 38

6 Hasil pengolahan bootstrapping 39

(12)
(13)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Peningkatan ekonomi di Indonesia saat ini didorong oleh perkembangan UMKM (Usaha Mikro Kecil dan Menengah). UMKM memiliki peran penting dari segi unit usaha dan penyerapan tenaga kerja serta UMKM mampu bertahan saat terjadi krisis yang melanda Indonesia, jumlah unit usaha dan tenaga kerja yang diserap lebih besar dibandingkan dengan industri skala besar maupun sedang (Pratama 2012). Berdasarkan data Kementerian Negara Koperasi dan UKM, pada tahun 2012, kontribusi UMKM dalam penyerapan tenaga kerja sekitar 97,16 persen atau 107 juta orang. Selain itu, UMKM juga dapat menekan biaya impor yang tinggi selama ini karena UMKM lebih banyak memanfaatkan penunjang yang bersifat lokal seperti pemanfaatan sumber daya alam dan sumber daya manusia di sekitar. Perkembangan UMKM di Indonesia saat ini mengalami peningkatan. Kementerian Negara Koperasi dan UKM menyatakan, hingga akhir 2013 jumlah Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) di Indonesia tercatat sebanyak 57.895.721 atau naik 2,14 persen dari 56.534.592 pada tahun 2012.

Provinsi Jawa Tengah yang akan dijadikan sebagai Daerah Padat Karya menjadi salah satu penyumbang UMKM terbesar di Indonesia. Pemprov Jawa Tengah mencatat jumlah UMKM pada tahun 2012 sebanyak 80.583 UMKM, setiap tahunnya UMKM di Jawa Tengah mengalami peningkatan. Tercatat sejak tahun 2008 hingga 2013 jumlah UMKM yang berkembang di Jawa Tengah terus mengalami peningkatan, akan tetapi berbeda dengan tahun 2008 hingga 2011, peningkatan yang cukup signifikan terjadi pada tahun 2012 dan 2013 yang mencapai angka 80.853 dan 90.339 seperti yang di gambarkan pada grafik Gambar 1.

Gambar 1 Grafik Jumlah UMKM Binaan di Jawa Tengah

(Sumber: Dinas Koperasi dan UMKM Provinsi Jawa Tengah, 2013)

(14)

2

produk makanan, pertanian serta kerajinan tangan. Dengan memanfaatkan pertumbuhan UMKM Jawa Tengah yang sebagian besar terdiri dari usaha industri rumahan maka salah satu organisasi kemasyarakatan di Kabupaten Kendal mendirikan desa wisata yang berada di Kecamatan Patebon. Desa wisata ini bernama Desa Wisata Jambe Arum. Desa wisata ini berada dibawah manajemen batik Kabupaten Kendal yang merupakan sebuah organisasi kemasyarakatan yang peduli terhadap pengembangan ekonomi lokal berbasis budaya dan potensi daerah. Desa Wisata Jambe Arum mengusung keunggulan wisata budaya, wisata edukasi dan wisata kuliner sehingga diharapkan dapat membantu memperkenalkan Kabupaten Kendal secara lebih luas.

Industri kecil dan kerajinan juga merupakan salah satu komponen utama dalam pengembangan ekonomi lokal, keberadaan industri kecil dan kerajinan sangat diperlukan di daerah pedesaan (Soraya 2011). Pentingnya industri rumahan di mana jumlah tenaga berpendidikan rendah, sumber daya alam yang melimpah, modal yang terbatas dan distribusi pendapatan yang tidak merata menjadi sifat umum dari usaha industri rumahan. Menurut Yammar (2014) industri rumahan merupakan salah satu usaha yang bergerak dibidang bisnis tetapi dengan peralatan yang belum sepadan dibandingkan dengan peralatan pada industri besar. Oleh karena itu, dibutuhkan inovasi dan kreatifitas yang baik yang harus dimiliki oleh masyarakat sekitar, tidak hanya terfokus pada kualitas produk melainkan juga memfokuskan pada sisi pemasaran. Pemasaran adalah masalah mendasar yang juga dihadapi oleh pengusaha kecil (Hadiyati 2009). Kemampuan marketing

sangat dibutuhkan dan menetukan dalam perkembangan sebuah usaha. Banyak produk buatan usaha industri rumahan yang memiliki kualitas tidak kalah dengan produk luar negeri akan tetapi tidak mampu menjadi tuan rumah di negeri sendiri karena kemampuan marketing yang belum memadai.

Salah satu pendekatan dalam penerapan pemasaran produk oleh pelaku usaha kecil menengah adalah entrepreneurial marketing (kewirausahaan pemasaran) (Septiani et al 2013). Menurut Stokes dalam Sarma (2013) pendekatan ini sesuai dengan karakteristik khas usaha kecil dan menengah yaitu keterbatasan sumber daya dan permasalahan yang ada pada industri kecil menengah. Selain itu, Kotler dalam Bjerke dan Hultman (2002) mendefinisikan

entrepreneurial marketing merupakan pemasaran dalam tahap perkembangan awal sebuah bisnis. Sehingga dianggap lebih sesuai bila diterapkan pada UMKM seperti industri rumahan yang mulai berkembang.

Mengingat pentingnya UMKM seperti usaha industri rumahan bagi pendorong peningkatan ekonomi pada suatu negara, maka diperlukan penelitian mengenai penerapan entrepreneurial marketing untuk pengembangan dan keberlanjutan usaha industri rumahan di Kecamatan Patebon.

Rumusan Masalah

(15)

3 keberlanjutan usaha industri rumahan di Kecamatan Patebon? dan (3) bagaimana pengaruh penerapan entrepreneurial marketing terhadap pengembangan dan keberlanjutan usaha industri rumahan di Kecamatan Patebon?

Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah: (1) mengidentifikasi karakterisktik pelaku usaha dan profil usaha industri rumahan di Kecamatan Patebon; (2) mengetahui kemampuan pencapaian entrepreneurial marketing, pengembangan usaha, dan keberlanjutan usaha industri rumahan di Kecamatan Patebon dan (3) menganalisis pengaruh penerapan entrepreneurial marketing terhadap pengembangan dan keberlanjutan usaha industri rumahan di Kecamatan Patebon.

Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat antara lain: (1) bagi Pemerintah Daerah setempat yaitu membantu dalam penentuan kebijakan serta pengambilan keputusan dalam pengembangan usaha industri rumahan di Kabupaten Kendal dan (2) bagi masyarakat, adanya penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan baru bagi usaha yang dimiliki oleh masyarakat sekitar dalam pengembangan dan keberlanjutan usaha industri rumahan yang dimiliki.

Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini difokuskan pada penerapan entrepreneurial marketing

terhadap industri rumahan yang berada di Kecamatan Patebon, Kabupaten Kendal. Penelitian mengacu pada proyek penelitian Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Pengembangan Anak (KPPPA) yang bekerja sama dengan Pusat Kajian Gender dan Anak – Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat IPB (PKGA LPPM IPB) pada tahun 2014 dengan judul penelitian “Penanggulangan Kemiskinan Melalui Industri Rumahan Dalam Mewujudkan Ketahanan Keluarga” yang menjadi sumber data penelitian. Data penelitian ini dilengkapi dengan

indepth interview serta pengamatan langsung yang dilakukan peneliti kepada lima pelaku usaha industri rumahan. Variabel-variabel yang akan diteliti adalah

entrepreneurial marketing, pengembangan usaha dan keberlanjutan usaha.

TINJAUAN PUSTAKA

Entrepreneurial Marketing

(16)

4

risiko, pengoptimalan sumber daya, penciptaan nilai tambah, hingga menjaga hubungan dengan stakeholder melalui berbagai karakterisktik wirausaha sebagai konsep dasarnya (Sarma 2013).

Pendekatan entrepreneurial marketing diposisikan sebagai pelengkap atau komplementer dari teori yang sudah ada (Bjerke dan Hutlman 2002). Stokes (2000) memaparkan perbedaan entrepreneurial marketing dengan pemasaran konvensional dalam Tabel 1.

Tabel 1 Perbandingan prinsip pemasaran konvensional dan kewirausahaan Prinsip

Pemasaran

Pemasaran Konvensional Pemasaran Kewirausahaan

Konsep Berorientasi konsumen;

dorongan pasar, pengembangan produk

Berorientasi inovasi;dorongan ide,taksiran intuitif tentang kebutuhan pasar

Strategi Segmentasi top- down,

targeting dan positioning

Target bottom-up dari konsumen dan kelompok pengaruh lainnya.

Metode Bauran pemasaran, 4p/7p Metode pemasaran interaktif, pemasaran berita dari mulut ke mulut

Intelegensi pasar

Penelitian formal dan sistem inteligensi

Jaringan informal dan pengumpulan informasi

Sumber: Stokes (2000)

Industri Rumahan

Industri rumahan merupakan sebagai suatu sistem produksi dari bahan baku tertentu untuk menghasilkan suatu produk yang memiliki nilai tambah di mana proses produksinya dikerjakan di lokasi rumah dan bukan pabrik (Bappeda 2014). Bapedda (2014) menyebutkan ciri dari industri rumahan memiliki modal yang sangat terbatas dengan jumlah tenaga kerja yang berkisar antara 1-19 orang.

Menurut Setiawati (2013), industri kecil adalah industri yang bergerak dengan jumlah tenaga kerja dan modal kecil, menggunakan teknologi sederhana tetapi jumlah keseluruhan tenaga kerja mungkin besar karena industri rumah tangga. Kebanyakan industri kecil dikelola oleh perorangan yang merangkap sebagai pemilik sekaligus pengelola perusahaan, serta memanfaatkan tenaga kerja dari keluarga dan kerabat dekatnya (Anwar dan Wahyuddin 2013). Berdasarkan kriteria tersebut, maka industri rumahan termasuk ke dalam usaha mikro dan usaha kecil di mana menurut kriteria BPS, jumlah tenaga kerja 1-4 orang merupakan jenis usaha mikro dan jumlah pekerja 5-19 orang merupakan ciri usaha kecil.

Pengembangan Usaha

(17)

5 pemasaran dan memperluas jaringan distribusi juga diperlukan dalam melakukan pemasaran produk usaha kecil.

Menurut Anoraga (2000), dari sudut manajemen, pembinaan dan pengembangan bidang produksi dan pemasaran diakui sebagai langkah strategis dalam usaha meningkatkan kinerja usaha kecil.

Keberlanjutan Usaha

Menurut Nurlina (2008) Keberlanjutan usaha merupakan suatu indikasi adanya kemampuan sebagai manajer maupun sebagai pekerja untuk terus memanfaatkan kesempatan usaha, sumber daya alam yang ada dilingkungannya dan sumber daya manusia yang dimilikinya agar tetap dapat bertahan dalam menghadapi berbagai risiko dan perubahan. Perkembangan informasi berperan penting bagi keberlangsungan suatu usaha. Selain itu, pengorganisasian yang terarah, sistem keuangan yang baik, jaringan yang luas serta sistem pemasaran yang terstruktur juga menjadi hal penting bagi keberlanjutan suatu usaha. Oleh karena itu, diharapkan pelaku usaha tidak terfokus pada inovasi produk saja melainkan memperhatikan faktor-faktor lain.

Penelitian Terdahulu

Adapun beberapa hasil penelitian terdahulu yang digunakan sebagai acuan oleh penulis disajikan pada Tabel 2.

Tabel 2 Penelitian terdahulu

Peneliti Judul Penelitian Metode Penelitian Hasil Penelitian

(18)

6

Peneliti Judul Penelitian Metode Penelitian Hasil Penelitian

(structural interview).

Pengolahan dan

analisis data

menggunakan SEM

PLS.

kuliner Depok adalah keaktifan mencari

resiko dan frekuensi dalam berekspansi. lapang dan kuesioner

pelaku usaha.

peluang pasar, berani mengambil resiko, kreasi terhadap produk

dan penjualan,

diversifikasi produk,

keragaman jenis

produk, membuat

model baru, mengikuti selera atau kebutuhan

pelanggan, mampu

berinteraksi dengan pelanggan lama dan baru, tanggap terhadap saran dan kritik, aktif

mencari modal

pemerintah dan info perkembangan usaha, serta luwes terhadap pesaing.

(19)

7

METODE

Kerangka Pemikiran Penelitian

Dalam perekonomian Indonesia, sektor usaha kecil (industri rumahan) memegang peranan penting terutama bila dikaitkan dengan jumlah tenaga kerja yang mampu di serap oleh usaha kecil. Kabupaten Kendal sebagai proyek percontohan industri rumahan membuktikan dengan keseriusan Kementrian Pemberdayaan Perempuan dan Pengembangan Anak (KPPPA) yang bekerja sama dengan pemerintah daerah setempat dalam memajukan industri rumahan di Kabupaten Kendal umumnya. Pengembangan dan keberlanjutan usaha tidak terlepas dari pemilihan serta penggunaan metode pemasaran yang tepat. Penggunaan metode pemasaran baru entrepreneurial marketing dianggap cocok bagi pengembangan UMKM yang memiliki skala usaha kecil. Hal ini menimbulkan ketertarikan terhadap pengkajian penerapan entrepreneurial marketing terhadap pengembangan dan keberlanjutan usaha industri rumahan di Kabupaten Kendal umumnya dan Kecamatan Patebon khususnya.

Berdasarkan kerangka pemikiran, analisis deskriptif digunakan untuk mengetahui karakteristik pengusaha dan profil industri rumahan. Sedangkan untuk melihat pengaruh penerapan entrepreneurial marketing terhadap pengembangan dan keberlanjutan usaha digunakan analisis Structural Equation Modeling (SEM) dengan pendekatan Partial Least Squares (PLS), di mana kemampuan pencapaian pada masing-masing variabel yaitu entrepreneurial marketing, pengembangan usaha dan keberlanjutan usaha tersebut telah diketahui sebelumnya melalui metode Analisis Transformasi Indek. Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan pandangan bagi pemiliki usaha dalam pengimpikasian dalam menjalankan usaha untuk pengembangan dan keberlanjutan usaha serta memberikan gambaran bagi pemerintah setempat dalam peningkatan industri rumahan.

(20)

8

Gambar 2 Kerangka Pemikiran Penelitian Pentingnya Industri Rumahan di Indonesia

Pengembangan Industri Rumahan di Kab. Kendal

Penggunaan pemasaran yang tepat agar industri rumahan dapat berkembang dengan baik

Karakteristik pelaku usaha dan profil usaha rumahan

Studi entrepreneurial marketing

Mengukur kemampuan Mengukur pengaruh

Keberlanjutan usaha Pengembangan usaha

Entrepreneurial marketing

Transformasi Indek

Implikasi manajerial dalam penerapan entrepreneurial marketing

terhadap pengembangan dan keberlanjutan usaha industri rumahan

Entrepreneurial Marketing

Pengembangan usaha

Keberlanjutan usaha SEM dgn PLS

(21)

9

Pengumpulan Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer umumnya bersifat kualitatif, menurut Sugiyono (2013) data kualitatif adalah data yang berbentuk kata, kalimat, gerak tubuh, ekspresi wajah, bagan, gambar foto. Data primer didapatkan melalui indepth interview serta pengamatan langsung terhadap lima pelaku usaha. Sedangkan data sekunder bersifat kuantitatif, menurut Sugiyono (2013) data kuantitatif adalah data yang berbentuk angka atau data kualitatif yang diangkakan. Data sekunder diperoleh melalui data penelitian Kementerian Pemberdayaaan Perempuan dan Pengembangan Anak (KPPPA) yang bekerja sama dengan Pusat Kajian Gender dan Anak–Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat IPB (PKGA LPPM IPB) pada tahun 2014, dengan judul penelitian “Penanggulangan Kemiskinan Melalui Industri Rumahan Dalam Mewujudkan Ketahanan Keluarga”. Selain itu, data sekunder juga diperoleh dari buku, jurnal, surat kabar serta penelitian terdahulu. Adapun kuesioner disajikan pada Lampiran 1 dan daftar pertanyaan

indepth interview pada Lampiran 2.

Pengambilan Sampel

Populasi usaha industri rumahan di Kecamatan Patebon berjumlah 34 pelaku usaha di mana pelaku usaha tersebut merupakan pelaku usaha yang telah dibina selama dua tahun terakhir oleh Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Desperindag), sehingga hal ini memungkinkan penelitian menggunakan sensus dikarenakan jumlah populasi yang kecil serta indepth interview dilakukan terhadap lima pelaku usaha.

Penentuan lima pelaku usaha didasarkan pada teori Gay (metode deskriptif) di mana pengambilan sampel dapat dilakukan sebanyak 10% dari total keseluruhan (Suharso 2009), selain itu penentuan lima pelaku usaha didasarkan oleh rekomendasi pihak tim proyek penelitian serta lima pelaku usaha tersebut mewakili kategori pelaku usaha pada tahap pemula, berkembang dan maju.

Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di kawasan model percontohan industri rumahan di Kecamatan Patebon Kabupaten Kendal Jawa Tengah. Pengumpulan data sekunder pada penelitian ini dilaksanakan pada bulan April dan Mei 2014 sedangkan indepth interview serta pengamatan langsung dilaksanakan pada Februari 2015 sebagai data tambahan.

Hipotesis

(22)

10

Ho1 : Entrepreneurial marketing tidak berpengaruh positif terhadap

pengembangan usaha industri rumahan di Kecamatan Patebon.

Ha1 : Entrepreneurial marketing berpengaruh positif terhadap pengembangan

usaha industri rumahan di Kecamatan Patebon.

Ho2 : Entrepreneurial marketing tidak berpengaruh positif terhadap keberlanjutan

usaha industri rumahan di Kecamatan Patebon.

Ha2 : Entrepreneurial marketing berpengaruh positif terhadap keberlanjutan usaha

industri rumahan di Kecamatan Patebon.

Ho3 : Pengembangan usaha tidak berpengaruh positif terhadap keberlanjutan

usaha industri rumahan di Kecamatan Patebon.

Ha3 : Pengembangan usaha berpengaruh positif terhadap keberlanjutan usaha

industri rumahan di Kecamatan Patebon.

Model perumusan hipotesis pada penelitian penerapan entrepreneurial marketing terhadap pengembangan dan keberlanjutan usaha industri rumahan di Kecamatan Patebon Kabupaten Kendal terdapat pada Gambar 3.

Ho2 / Ha2

Ho1 / Ha1

Ho3 / Ha3

Gambar 3 Model perumusan hipotesis penelitian

Pengolahan dan Analisis Data

Analisis Deskriptif

Menurut Natawiria dan Riduwan (2010) analisis deskriptif adalah analisis yang menggambarkan suatu data yang akan dibuat baik sendiri maupun secara kelompok. Analisis deskriptif bertujuan untuk menggambarkan suatu keadaan secara obyektif secara individu, kelompok tertentu, serta fenomena-fenomena secara akurat.

Entrepreneurial Marketing

Pengembangan Usaha

(23)

11

Analisis Transformasi Indek

Transformasi indek merupakan salah satu teknik kuantitatif yang mampu mengidentifikasi nilai keragaman yang terjadi pada setiap variabel penelitian yang berskala ordinal (Sumardjo 1999). Pengukuran parameter atau indikator-indikator dari setiap variabel dilakukan untuk mendapatkan informasi mengenai tingkat pencapaian dalam kontinum nilai total terendah (sama dengan jumlah indikator) dan tertinggi (sama dengan jumlah skor maksimum), di mana skor setiap indikator merupakan skala ordinalnya itu sendiri. Pencapaian dari masing-masing parameter melalui analisis ini dapat dijadikan sebagai basis dalam merumuskan keputusan manajerial berikutnya.

Analisis transformasi indek dilakukan pada data jawaban responden terhadap beberapa pertanyaan yang berskala likert. Hasil dari analisis ini adalah tingkat indeks dari masing-masing variabel yang diukur, sehingga mencerminkan pencapaian dari masing-masing variabel.

Structural Equation Modeling (SEM)

Penelitian ini menggunakan alat analisis SEM dengan pendekatan Partial Least Squares (PLS). SEM lebih powerful, ilustratif dan kokoh dibanding teknik multivariate biasa dalam menguji dan mengukur interaksi, kesalahan pengukuran ataupun non linearitas model (Latan 2013). Analisis SEM terdiri dari dua sub model yaitu model pengukuran (measurement model) atau sering disebut outer model dan model struktural (structural model) atau sering disebut inner model.

SEM-PLS bertujuan untuk menguji hubungan prediktif antar konstruk dengan melihat apakah ada hubungan atau pengaruh antar konstruk tersebut.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Gambaran Umum Kabupaten Kendal

Kabupaten Kendal merupakan kabupaten yang berada di Provinsi Jawa Tengah. Kabupaten Kendal memiliki letak strategis yang berada pada jalur utama bagian utara Pulau Jawa yang terletak 25km sebelah barat Kota Semarang. Kendal dilalui jalan Pantura yang menghubungkan Jakarta-Semarang-Surabaya yang yang terbagi menjadi 20 kecamatan, 256 desa dan 20 kelurahan. Berdasarkan data Bapedda (2014) Kabupaten Kendal terdapat 1880 industri rumahan yang tersebar yang terdiri tahap pemula, berkembang dan maju. Berdasarkan data yang diperoleh dari survei pada tahun 2014 yang dilakukan oleh tim teknis proyek Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak maka didapatkan data mengenai jumlah pelaku usaha industri rumahan di setiap kecamatan pada Tabel 3.

Tabel 3 Gambaran umum jumlah pelaku usaha Kabupaten Kendal

No Kecamatan Pemula Berkembang Maju Total

1 Kendal 5 2 1 8

(24)

12

No Kecamatan Pemula Berkembang Maju Total

3 Gemuh 1 5 - 6

4 Singorojo 1 - - 1

5 Boja 1 3 2 6

6 Patean - 2 - 2

7 Weleri - 1 - 1

8 Cepiring 2 3 - 5

9 Patebon 5 - 2 7

10 Brangsong 1 1 1 3

11 Kaliwungu 8 11 4 23

12 Kaliwungu 2 4 - 6

13 Kaliwungu Selatan 1 2 - 3

14 Kangkung - 3 - 3

15 Limbangan - 1 - 1

16 Pengandon 2 2 - 4

17 Ringinarum 3 2 - 5

18 Sumberejo 1 - - 1

Total 37 44 11 92

Sumber: Survei Tim Teknis Proyek KPPPA, 2014

Berdasarkan Tabel 3 dapat dilihat bahwa Kecamatan Patebon memiliki jumlah pelaku usaha pada tahap pemula yang cukup banyak dibandingkan dengan kecamatan lain yaitu sebanyak lima usaha industri rumahan sehingga perlu diberikan arahan untuk mengembangkan usahanya.

Usaha industri rumahan di Kecamatan Patebon memiliki jenis usaha beragam, yang terdiri dari kerajinan, pertanian dan makanan. Adapun lima usaha industri rumahan tersebut dijelaskan pada Tabel 4.

Tabel 4 Pelaku usaha industri rumahan Kecamatan Patebon

No Nama pelaku usaha Alamat Usaha

1 Siti Aisyah Griya Pesona Asri, Kav. 5 Tambak

Rejo (085325520979)

Kerajinan daur ulang.

2 Siti Nurwahidah Lanji 02 / I (087832246237) Jamur tiram

3 IbuUlil (Bp. Muhtadin) Gg. Jagalan 45 I / IV, Penanggulan (085225595443)

Kerupuk kulit

4 Rukimah Kartika Jaya 01 / III (085226152628) Kerupuk tancang dan

mangrove

5 Masiroh Purwosari 13 / III Batik

Produk yang dihasilkan oleh usaha industri rumahan merupakan produk olahan sederhana. Usaha kerajinan berupa usaha daur ulang dari limbah plastik serta kerajinan batik tulis dan cap sedangkan produk makanan terdiri dari kerupuk kulit sapi dan kerbau serta kerupuk tancang dan mangrove, pada produk pertanian yaitu budidaya jamur tiram, yang mana pelaku usaha menggunakan peralatan produksi sederhana dalam pengolahan.

(25)

13

Karakteristik Pelaku Usaha Industri Rumahan

Pelaku usaha industri rumahan yang dijadikan responden pada penelitian ini merupakan pelaku usaha yang terdapat di Kecamatan Patebon dengan jumlah 34 responden. Adapun karakteristik pelaku usaha industri rumahan di Kecamatan Patebon dijelaskan pada Tabel 5.

Tabel 5 Karakteristik pelaku usaha industri rumahan

No Karakteristik Pelaku Usaha Industri Rumahan Jumlah (n=34)

n %

1) Mengikuti jejak orang tua 2) Diajak teman/tetangga 3) Tidak punya pilihan

4) Usaha ini ada harapan (menguntungkan)

4 6 Awal mula menjalankan usaha

1) Dari awal sampai sekarang ikut keluarga 2) Awalnya ikut keluarga, setelah usahanya

jalan, lalu mengelola sendiri

3) Ikut keluarga kurang dari enam bulan 4) Tidak mengikuti dari keluarga dalam

(26)

14

kepada beberapa pelaku usaha telah memberikan dampak yang positif, terbukti dalam waktu yang singkat jenis usaha yang dijalankan mengalami perkembangan yang cukup signifikan, hal tersebut dikarenakan mayoritas 38.2 persen pelaku usaha lulusan SMA/SMK/MA sehingga mampu menerapkan pelatihan yang didapatkan menjadi suatu usaha industri rumahan.

Sumber daya alam sekitar yang dapat dimanfaatkan menjadi salah satu alasan mengapa usaha industri rumahan ini perlu dikembangkan. Oleh karena itu, sebanyak 61.8 persen pelaku usaha merasa usaha yang dijalankan memiliki harapan atau dapat memberikan keuntungan secara finansial dalam membantu memenuhi kebutuhan sehari-hari. Selain itu, usia pelaku usaha yang mayoritas berada pada usia produktif (>40-50 tahun) sebesar 35.3 persen memungkinkan setiap pelaku usaha untuk mengembangkan lebih luas usaha industri rumahan yang dimiliki. Hal tersebut terbukti dengan sebesar 84.8 persen usaha industri rumahan masih berproduksi hingga saat ini. Pelaku usaha yang sudah memulai usaha nya mensosialisasikan kembali kepada masyarakat lainnya dalam melakukan usaha yang sama, sehingga usaha industri rumahan di Kecamatan Patebon dapat berkembang dengan cepat dalam mendukung Jawa Tengah yang akan dijadikan sebagai Daerah Padat Karya.

Karakteristik Profil Usaha Industri Rumahan

Kewirausahaan merupakan pekerjaan yang cukup menjanjikan karena penghasilan diperoleh secara mandiri dan mampu memberikan motivasi kepada pemilik untuk mencapai target penjualan yang diinginkan (Cahya 2014). Karakteristik profil usaha industri rumahan di Kecamatan Patebon dijelaskan pada Tabel 6.

Tabel 6 Karakteristik profil usaha industri rumahan

No Karakteristik Usaha Industri Rumahan Saat Ini Kec. Patebon (n=34)

N % 2 Omset rata-rata perbulan (Rp)

(27)

15

No Karakteristik Usaha Industri Rumahan Saat Ini Kec. Patebon (n=34)

N %

2) Sebagai tambahan pendapatan keluarga 3) Menjadi sumber utama 4) Sangat menjadi sumber utama

26 6 Selain usaha ini apakah Ibu punya usaha lain?

1) Tidak punya

Mayoritas sebesar 61.8 persen usaha industri rumahan yang berjalan saat ini memiliki omset rata-rata < 2000000 per bulan, mengingat usaha tersebut merupakan usaha yang baru berproduksi selama 1-3 tahun (64.7%), di mana pada jangka waktu tersebut usaha industri rumahan masih dalam tahap pengenalan serta pengembangan sehingga belum dapat mencapai omset yang diinginkan. Oleh sebab itu, sebesar 76.5 persen pelaku usaha menjadikan keuntungan yang didapatkan dari usaha industri rumahan yang dimiliki sebagai tambahan pendapatan keluarga di mana 41.2 persen pelaku usaha merasa pendapatan yang didapatkan dari usaha tersebut hanya dapat memenuhi 25 persen dari total kebutuhan sehari-hari.

Sebagian besar pelaku usaha berharap usaha industri rumahan yang dimiliki menjadi usaha yang besar. Oleh sebab itu, pelaku usaha terus melakukan berbagai langkah dalam mencapai visi yang dimiliki sehingga perlu adanya penunjang serta langkah yang tepat bagi pelaku usaha menjalankan usahanya. Salah satu bentuk penunjang pelaku usaha yaitu dengan melakukan kegiatan diluar desa atau daerah, mayoritas 72 persen pelaku usaha melakukan kegiatan pengembangan usaha sebanyak 1-5 kali per bulan. Kegiatan tersebut berupa mengikuti pameran, pelatihan maupun studi banding. Oleh karena itu, sebesar 47.1 persen pelaku usaha tidak memiliki usaha sampingan lain, hal ini disebabkan karena pelaku usaha yang ingin berfokus dalam menjalankan pengembangan usaha industri rumahan yang sedang dijalani yang memiliki kategori usaha cukup menjanjikan.

Analisis Transformasi Indek

Analisis Transformasi Indek digunakan untuk mengukur kemampuan pencapaian pelaku usaha dalam penerapan entrepreneurial marketing, pengembangan usaha serta keberlanjutan usaha industri rumahan di Kecamatan Patebon. Adapun pencapaian terhadap entrepreneurial marketing sebesar 63 persen, pengembangan usaha sebesar 59 persen dan keberlanjutan usaha sebesar 60 persen.

Kemampuan Entreprenueurial Marketing

(28)

16

Patebon, kemampuan EM berdasarkan hasil analisis transformasi indek mencapai 63 persen. Hal tersebut menunjukan bahwa sebagian besar usaha industri rumahan ini memiliki potensi cukup besar untuk terus dikembangkan, seperti yang dijelaskan pada Gambar 4.

Gambar 4 Indek entrepreneurial marketing

(Sumber: Penelitian KPPPA dengan PKGA LPPM IPB 2014, data sekunder diolah 2015)

Kemampuan dalam penggunaan metode yang mengacu pada pemasaran interaktif dan word-of-mouth menjadi kemampuan entrepreneurial marketing

terbesar yang dimiliki oleh pelaku usaha yaitu 68 persen. Pelaku usaha menggunakan metode pemasaran sederhana dan interaktif seperti penjualan secara langsung (direct selling) dan word-of-mouth marketing karena hal ini mudah dilakukan, tidak membutuhkan biaya yang banyak serta waktu yang relatif cepat seperti yang dilakukan oleh usaha tani jamur, di mana pelaku usaha melakukan sistem penjualan langsung kepada pelanggan, usaha kerupuk kulit yang mengandalkan sistem pemasaran berjalan dengan menjual produk secara berpindah menggunakan mobil sebagai tempat berjualan dan usaha daur ulang yang memanfaatkan komunitas sebagai sarana berjualan dengan tujuan pemasaran

word-of-mouth dapat berjalan. Pelaku usaha memperluas penjualan produk dengan mencari konsumen yang memiliki kesamaan profil melalui direct selling

dengan cara pemasaran word of mouth (Hadiyati 2009). Oleh sebab itu, penggunaan metode yang berorientasi pada pemasaran interaktif dapat membantu pelaku usaha dalam meningkatkan penjualan dengan mencari konsumen yang tepat serta menerapkan entrepreneurial marketing dengan baik.

Selanjutnya, kemampuan pelaku usaha dalam menerapkan strategi sebesar 66 persen. Kemampuan penerapan strategi membahas tentang pendekatan bottom-up. Pelaku usaha melakukan produksi berdasarkan permintaan atau kebutuhan konsumen sehingga membantu dalam mengenal serta memahami preferensi kebutuhan dan keinginan konsumen seperti yang dilakukan pada usaha tas daur ulang, pada awalnya usaha ini berfokus pada pembuatan tas saja akan tetapi setelah pelaku usaha mendapat permintaan produk lain dari konsumen, maka pelaku usaha membuat produk lain seperti tempat tisu, dompet dan tempat aqua. Hal ini dilakukan karena peran pelaku usaha sangat kuat dalam meng-custom-isasi kebutuhan konsumen (Sarma 2013), dan sehingga apabila pelaku usaha menggunakan strategi dengan target bottom-up dengan baik dalam penerapan

entrepreneurial marketing maka akan meningkatkan permintaan sekaligus meningkatkan pendapatan bagi usaha nya.

(29)

17 Menurut Fuad et al (2005), unsur-unsur penting dalam wiraswasta yaitu unsur keterampilan, pengetahuan, sikap mental dan kewaspadaan. Indikator konsep yang berorientasi pada inovasi serta penilaian kebutuhan pasar secara intuitif mencapai tingkat persentase sebesar 62 persen. Pada usaha kerupuk mangrove, pelaku usaha berinovasi dengan tidak hanya menjadikan buah mangrove dan tancang sebagai kerupuk melainkan juga membuat sebagai tepung. Kemampuan dalam melakukan inovasi menjadi penting mengingat kebutuhan pasar yang mengalami perubahan dengan cepat. Oleh karena itu, pelaku usaha perlu menggunakan konsep yang berorinetasi inovasi dalam penerapan

entrepreneurial marketing agar usaha industri rumahan yang termasuk dalam kategori usaha kecil dan rentan ini tetap bertahan dan maju, hal ini didukung dengan pernyataan menurut Sarma (2013) inovasi produk dapat dijadikan sebagai ukuran yang relevan atas pertumbuhan, profitabilitas, dan kelangsungan hidup UKM yang baru berkembang.

Intelegensi pasar atau kemampuan pelaku usaha dalam pengumpulan informasi memiliki persentase sebesar 60 persen. Menurut Sarma (2013) karakteristik jaringan pemasaran dalam konsep entrepreneurial marketing bersifat informal, interaktif, dapat dipertukarkan, terpadu, serta sangat terfokus disekitar pengusaha rumahan dan menengah. Metode informal seperti pengamatan pribadi atau pengumpulan informasi melalui kontak jaringan mereka dapat membuka peluang informasi yang lebih terbuka bagi usaha tersebut, seperti hal nya pada usaha kerupuk kulit yang mendapatkan keuntungan berada dalam jaringan informal berupa informasi mengenai bagaimana menghilangkan bau pada bahan baku kulit sapi dan kerbau. Apabila pelaku usaha memanfaatkan adanya jaringan informal dengan baik dalam penerapan entrepreneurial marketing maka dapat membantu pelaku usaha dalam memperluas koneksi untuk mempermudah penjualan dan penerimaan informasi.

Kemampuan Pengembangan Usaha

(30)

18

Gambar 5 Indek pengembangan usaha

(Sumber: Penelitian KPPPA dengan PKGA- LPPM IPB 2014, data sekunder diolah 2015) Tingkat kemampuan pengembangan usaha paling tinggi sebesar 68 persen dengan mendapatkan tambahan modal usaha. Tambahan modal usaha yang didapatkan oleh pelaku usaha tidak hanya berupa bantuan yang bersifat finansial melainkan dapat berupa non finansial seperti alat produksi yang dapat digunakan oleh pelaku usaha sebagai modal dalam meningkatkan kualitas dan kuantitas produk seperti pada usaha kerupuk tancang dan mangrove yang telah mendapatkan bantuan mesin produksi dari pemerintah, sehingga membantu pelaku usaha untuk meningkatkan produksi dalam memenuhi permintaan.

Kemampuan pengembangan usaha industri rumahan termasuk dalam kategori yang baik di mana hal ini dapat tercermin dari kemudahan memperoleh bahan baku serta kemampuan bersaing dengan produk sejenis memiliki kesamaan persentase sebesar 63 persen. Kemudahan dalam memperoleh bahan baku disebabkan karena pelaku usaha dapat memperoleh dari sumber daya alam sekitar, seperti hal nya pada usaha tas daur ulang di mana bahan baku diperoleh dengan membeli secara kiloan di pengumpul barang bekas atau mendapatkan dari kerabat. Selain itu, setiap produk memiliki ciri khas khusus jika dibandingkan dengan produk sejenis. Hal ini terlihat pada usaha batik, di mana usaha ini menggunakan tinta yang berbeda dengan usaha batik sejenis lainnya, yaitu menggunakan tinta ramah lingkungan yang tidak mencemari lingkungan dan warna tinta lebih pekat serta tahan lama dibandingkan dengan tinta yang digunakan pelaku usaha batik lainnya. Oleh sebab itu, dengan kemudahan pelaku usaha dalam memperoleh bahan baku serta kualitas produk yang mampu bersaing maka pelaku usaha dapat memberikan harga produk yang mampu bersaing dengan produk sejenis dengan biaya produksi yang lebih rendah sehingga usaha mampu berkembang. Hal ini juga didukung oleh pernyataan menurut Surya (2014) suatu usaha dapat dikatakan berkembang apabila dapat bertahan dalam persaingan usaha sejenis.

Indikator pengembangan usaha dalam hal kemudahan memperoleh dana dari bank sebesar 46 persen. Menurut Setiawati (2013) modal merupakan faktor penting dalam memulai serta mengembangkan suatu kegiatan usaha terutama bagi golongan ekonomi lemah termasuk industri rumahan. Mayoritas pelaku usaha

0 20 40 60

80 63 68

59 63

46

Memperoleh bahan baku dengan mudah Tambahan modal usaha

Produk dijual diberbagai pasar Mampu bersaing

(31)

19 masih kesulitan dalam mendapatkan pinjaman modal dari bank karena persyaratan rumit yang harus dipenuhi oleh pelaku usaha serta skala usaha yang kecil apabila ingin mendapatkan pinjaman dengan bunga yang rendah. Kesulitan-kesulitan dalam mencari dana untuk alokasi modal bagi industri rumahan disebabkan keterbatasan dana pribadi dan juga kesulitan dalam melakukan pinjaman di lembaga keuangan atau bank (Indarwati 2006). Oleh sebab itu, mayoritas pelaku usaha lebih memilih menggunakan modal sendiri walaupun tidak terlalu banyak agar usaha nya dapat terus berkembang dengan perlahan.

Kemampuan Keberlanjutan Usaha

Berdasarkan analisis indek, kemampuan keberlanjutan usaha mencapai 60 persen. Mengingat mayoritas lama usaha masih sekitar 1-3 tahun serta usia produktif pelaku usaha maka keberlanjutan terhadap usaha memiliki harapan dan potensi yang baik dimasa depan. Oleh karena itu, setiap pelaku usaha industri rumahan harus terus menjaga kualitas produk, melakukan inovasi untuk meningkatkan permintaan konsumen agar usaha dapat terus berlanjut sesuai dengan harapan. Kemampuan keberlanjutan usaha dijelaskan pada Gambar 6.

Perluasan wilayah pemasaran produk menjadi indikator utama pada langkah keberlanjutan usaha dengan persentase sebesar 72 persen. Pelaku usaha tidak menetapkan segmentasi pasar terhadap produk mereka melainkan dengan memperluas pemasaran dengan mencari konsumen dengan profil yang sama karena menurut Septiani (2012) pada dasarnya segmen dan target pasar dibentuk oleh proses eliminasi dan seleksi mandiri. Selain itu, pemasaran word-of-mouth

seringkali tidak disengaja, seperti konsumen yang baru datang karena rekomendasi konsumen awal. Seperti hal nya pada usaha daur ulang, di mana pelaku usaha memanfaatkan komunitas ibu-ibu arisan sebagai konsumen, ketika salah satu anggota arisan membeli dan menyukai maka secara tidak langsung konsumen tersebut akan menawarkan tas daur ulang tersebut secara word-of-mouth kepada kerabatnya. Hal ini sangat mendukung usaha industri rumahan dalam keberlanjutan usaha nya, pelaku usaha tidak perlu khawatir produk tidak

0 20 40 60

80 58

56

72

57 59

Jumlah pelanggan (tahun) Pelanggan yang tidak loyal

Wilayah pemasaran produk Pendapatan (keuntungan) usaha

Tingkat kepuasan karyawan

(%)

Gambar 6 Indek keberlanjutan usaha

(32)

20

laku, karena pelaku usaha dapat menjual produk kepada konsumen dengan profil berbeda sehingga keuntungan dapat terus didapatkan.

Tingkat kepuasan karyawan berada pada urutan kedua dengan persentase sebesar 59 persen. Pada beberapa usaha industri rumahan di Kecamatan Patebon hubungan antara karyawan dengan pemilik terjalin dengan baik, hal ini karena adanya rasa saling membutuhkan satu sama lain sehingga tujuan pemilik usaha dapat dicapai secara bersama-sama. Pada usaha kerupuk kulit dan batik, Pelaku usaha tidak sungkan dalam memberikan rahasia usaha nya kepada karyawan, pemilihan bahan baku yang terbaik, proses pengolahan hingga pemasaran produk diajarkan oleh pelaku usaha kepada karyawan. Selain itu, pemilik membagi pekerjaan kepada karyawan sesuai dengan kemampuan. Pelaku usaha berharap agar karyawan dapat mengembangkan potensi diri serta mampu menjaga kualitas produk sehingga dapat terjadi hubungan timbal balik antar pelaku usaha dengan karyawan dalam menjaga keberlanjutan usaha industri rumahan yang dijalankan.

Keberlanjutan suatu usaha dapat diukur dari jumlah pelanggan yang terus meningkat setiap tahunnya yakni peningkatan jumlah pelanggan dengan persentase sebesar 58 persen. Meningkatnya pelanggan tiap tahun disebabkan oleh kemampuan pelaku usaha dalam memenuhi permintaan konsumen serta menjaga kepercayaan konsumen dengan terus meningkatkan pelayanan serta kualitas produk. Menurut Sarma (2013) entrepreneurial marketing merupakan pendekatan oportunistik di mana pelaku usaha lebih proaktif mencari cara baru untuk menciptakan nilai yang diinginkan pelanggan. Seperti pada usaha batik, di mana pelaku usaha menerima pesanan khusus terhadap motif batik yang diinginkan oleh konsumen, maka hal ini memberikan nilai tambah bagi konsumen. Usaha industri rumahan yang tergolong dalam kategori usaha dalam skala kecil, memungkinkan pelaku usaha dalam memenuhi permintaan khusus konsumen, maka hal ini dapat mendukung peningkatan jumlah pelanggan sehingga menjadi salah satu faktor yang mendukung keberlanjutan usaha.

Implementasi keberlanjutan usaha terkait pendapatan usaha (keuntungan) sebesar 57 persen. Entrepreneurial marketing mengukur keberhasilannya melalui besarnya keuntungan yang didapat (Sarma 2013). Penggunaan penerapan

entrepreneurial marketing yang tepat dapat membantu pelaku usaha untuk mendapatkan keuntungan dalam menjaga keberlanjutan usaha. karena

entrepreneurial marketing lebih berfokus pada keuntungan bukan penjualan. Usaha kerupuk kulit, tas daur ulang dan batik sudah mendapatkan keuntungan yang tinggi bila dibandingkan dengan usaha tani jamur dan kerupuk mangrove. Pendapatan dari keuntungan dalam usaha menjadi hal yang penting bagi keberlanjutan usaha, maka pelaku usaha perlu meningkatkan perlu menerapkan konsep, strategi, metode dan intelegensi pasar dengan baik.

(33)

21 dapat menjadi penyebab pelanggan menjadi tidak loyal. Kualitas dan kuantitas juga dapat menjadi pengaruh pelanggan tidak loyal karena dapat berakibat pelaku usaha tidak mampu memenuhi keinginan konsumen seperti pada usaha jamur, apabila pelaku usaha tidak mampu memenuhi permintaan jamur dengan kualitas terbaik dan jumlah sesuai permintaan konsumen maka akan mengakibatkan konsumen beralih ke pesaing. Oleh sebab itu, pelaku usaha harus cermat dalam menggunakan penerapan entrepreneurial marketing dalam memahami peluang dalam menjaga keberlanjutan usaha.

Hasil Analisis SEM PLS pada Penerapan Entrepreneurial Marketing

terhadap Pengembangan dan Keberlanjutan Usaha Industri Rumahan

Terdapat tiga buah variabel laten (konstruk) pada penelitian ini yaitu EM, PU dan KU. Setiap variabel laten masing-masing memiliki variabel manifest (indikator) di mana indikator-indikator reflektif tersebut didapatkan dari konseptualisasi dan kajian pustaka. Analisis SEM PLS terdiri dari dua sub model yaitu model pengukuran (measurement model) atau sering disebut outer model dan model struktural (structural model) atau disebut juga inner model (Ghozali, 2015).

Model pengukuran (outer model) menunjukkan bagaimana setiap blok indikator berhubungan dengan variabel latennya. Sedangkan model struktural (inner model) menunjukkan hubungan-hubungan atau kekuatan estimasi antar variabel laten berdasarkan pada teori yang ada. Pengujian terhadap model struktural (inner model) dengan melihat R-squares untuk konstruk laten endogen. Perubahan nilai R-squares dapat digunakan untuk menjelaskan pengaruh variabel laten eksogen tertentu terhadap variabel laten endogen apakah memiliki pengaruh

substantive serta dengan estimasi koefisien jalur.

Analisis Outer Model

Pada penelitian ini, semua indikator dalam model berbentuk reflektif maka analisis model outer termasuk pada mode reflektif. Tahapan dalam pengujian mode reflektif terlebih dahulu diawali dengan menggunakan lima kriteria yaitu:

(34)

22

Setiap indikator memiliki

loading factor lebih tinggi untuk setiap laten yang diukur dibandingkan dengan indikator untuk laten lainnya

Semua indikator EM, PU dan KU memiliki korelasi yang lebih besar pada laten sendiri daripada korelasi dengan laten lainnya.

Memenuhi

Sumber: Penelitian KPPPA dengan PKGA-LPPM IPB 2014, data sekunder diolah 2015

Keterangan :

EM : Entrepreneurial Marketing

PU : Pengembangan usaha KU : Keberlanjutan usaha

(35)

23

Gambar 7 Model SEM awal penelitian

Setelah melakukan pengujian sesuai dengan kriteria loading factor di mana setiap indikator harus memiliki nilai ≥0.7 maka dilakukan tahap dropping

terhadap delapan indikator EM yaitu K1, K4, S1, S2, M1, I1, I2, I4, 2 indikator PU yaitu PU1 dan PU2 serta tiga indikator KU yaitu KU2, KU3, KU5 seperti yang dijelaskan pada Gambar 8 model akhir penelitian.

Gambar 8 Model SEM akhir penelitian

Analisis Inner Model

Pada analisis model inner, dilakukan dua pengujian yaitu R2 untuk setiap variabel laten endogen dan estimasi koefisien jalur dengan menggunakan

(36)

24

dijelaskan oleh variabilitas laten EM sebesar 50.6 persen sedangkan 49.4 persen dijelaskan oleh variabel lain diluar yang diteliti. Pengolahan hasil analisis inner model berupa tabel keseluruhan dapat dilihat pada Lampiran 5 dan hasil inner model terkait penelitian dijelaskan pada Tabel 8.

Tabel 8 Analisis inner model

No Kriteria Standar Model Hasil R2sebesar 0.67 sebagai

substansial; 0.33 sebagai

Sumber: Penelitian KPPPA dengan PKGA LPPM IPB 2014, data sekunder diolah 2015 Keterangan :

EM : Entrepreneurial Marketing

PU : Pengembangan usaha KU : Keberlanjutan usaha

Uji kedua oleh inner model dilakukan dengan melihat signifikansi pengaruh EM terhadap PU dan KU dengan nilai koefisien parameter dan nilai signifikansi T-statistik atau dapat disebut juga sebagai estimasi koefisien jalur dengan menggunakan bootstrapping di mana hasil pengolahan bootstrapping

dengan SMARTPLS 3.0 terdapat pada Lampiran 6. Berdasarkan Tabel 8,

diketahui bahwa ketiga jalur mempunyai pengaruh signifikan (lebih besar dari T-tabel yaitu 1.96). Variabel eksogen EM berpengaruh terhadap variabel endogen KU dengan nilai T-statistik sebesar 2.109, variabel eksogen EM berpengaruh terhadap variabel endogen PU sebesar 9.087 dan kedua variabel eksogen PU dengan KU berpengaruh dengan nilai T-statistik sebesar 2.051. Dengan demikian, Ho ditolak.

(37)

25 rumahan mengalami pengembangan usaha maka kemungkinan 39.3 persen usaha tersebut akan terus belanjut.

Hasil analisis pada penelitian ini menunjukkan bahwa penerapan

entrepreneurial marketing sangat dibutuhkan bagi pengembangan dan keberlanjutan usaha pada usaha industri rumahan di mana hubungan setiap variabel memiliki signifikansi pengaruh yang positif, maka penelitian penerapan

entrepreneurial marketing terhadap pengembangan dan keberlanjutan usaha industri rumahan di Kecamatan Patebon Kabupaten Kendal seluruhnya memiliki pengaruh langsung seperti pada model akhir penelitian pada Gambar 9.

Gambar 9 Model akhir penelitian

: Mempunyai pengaruh langsung

Implikasi Manajerial

Industri rumahan yang terdiri dari industri rumahan yang berada di Kecamatan Patebon memberikan sumbangan dalam nilai tambah serta mempunyai potensi pengembangan yang cukup besar bagi perekonomian daerah Jawa Tengah. Hal ini terbukti dengan akan dijadikannya Jawa Tengah sebagai Daerah Padat Karya. Pengelolaan dalam tindakan manajerial menjadi penting bagi pengembangan dan keberlanjutan usaha industri rumahan. Penerapan

entrepreneurial marketing terhadap pengembangan dan keberlanjutan usaha perlu diperhatikan dengan baik melalui empat aspek yaitu konsep, strategi, metode dan intelegensi pasar seperti pada Tabel 9 berikut.

PU

(38)

26

Tabel 9 Implikasi Manajerial Implikasi Manajerial

Konsep Strategi Metode Intelegensi Pasar

a) Melatih

Berdasarkan perumusan masalah dalam penerapan entrepreneurial marketing terhadap pengembangan dan keberlanjutan usaha industri rumahan Kecamatan Patebon, Kabupaten Kendal, maka dapat disimpulkan bahwa :

(39)

27 2. Kemampuan pencapaian entrepreneurial marketing secara umum yang dimiliki pelaku usaha industri rumahan di Kecamatan Patebon berada pada kategori yang cukup tinggi. Sedangkan dalam pengembangan usaha, sebagian besar pelaku usaha masih mengalami kesulitan dalam kemudahan memperoleh dana dari bank. Meski menghadapi kesulitan dalam permodalan namun keberlanjutan usaha tetap berjalan dengan baik terbukti dengan jumlah pelanggan yang terus meningkat setiap tahunnya. 3. Pengaruh penerapan entrepreneurial marketing terhadap pengembangan

dan keberlanjutan usaha industri rumahan di Kecamatan Patebon Kabupaten Kendal berdasarkan analisis SEM dengan pendekatan PLS, variabel laten eksogen entrepreneurial marketing berpengaruh positif terhadap variabel laten endogen pengembangan usaha dan keberlanjutan usaha serta variabel laten endogen pengembangan usaha berpengaruh positif terhadap variabel laten endogen keberlanjutan usaha. Sehingga ketiga variabel tersebut memiliki pengaruh langsung positif.

Saran

Adapun saran yang dapat diberikan berdasarkan hasil penelitian adalah sebagai berikut :

1. Bagi pelaku usaha industri rumahan, peningkatan keberlanjutan usaha dapat ditempuh dengan pengembangan usaha begitu juga sebaliknya. Oleh sebab itu, agar penerapan entrepreneurial marketing dapat berjalan dengan baik dan sesuai maka pelaku usaha harus memperhatikan beberapa indikator pada pengembangan usaha yaitu kemudahan memperoleh dana dari bank dan keberlanjutan usaha dengan mengurangi frekuensi pelanggan yang tidak loyal.

2. Penelitian ini memiliki keterbatasan dalam penggunaan indikator yang sesuai sehingga di harapkan pada penelitian selanjutnya mengenai penerapan entrepreneurial marketing dapat membahas lebih luas dalam penggunaan indikator yang sesuai.

DAFTAR PUSTAKA

Anoraga P. 2000. Manajemen Bisnis. Jakarta (ID): PT Rineka Cipta. Anwar K, Wahyuddin. 2013. Hubungan Kausalitas Penyaluran Kredit dengan

Kesempatan Kerja pada Industri Rumahan di Kabupaten Aceh Utara [Internet]. Vol. 3 (1): 2

Bjerke, Hutlman. 2002. Entrepreneurial Marketing: The Growth of Small Firms in the New Economic Era. Gloucestershier (UK): Edward Elgar

(40)

28

Cahya WN. 2014. Kajian Entrepreneurial Marketing Terhadap Pengembangan dan Keberlanjutan IKM Makanan dan Minuman di Wilayah Bogor [Skripsi]. Bogor : Institut Pertanian Bogor.

Dinas Koperasi dan UMKM Provinsi Jawa Tengah. 2014. Time Series Data UMKM Binaan Provinsi Jawa Tengah Posisi Per : Triwulan III 2014. Dapat diunduh pada : 16 Januari 2015

Fuad M, Christine H, Nurlela, Sugiarto, Paulus. 2005. Pengantar Bisnis. Jakarta (ID): PT Gramedia Pustaka Utama.

Ghozali I. 2015. Partial Least Squares Konsep, Teknik dan Aplikasi Menggunakan Program SMART PLS 3.0. Semarang (ID): Badan Penerbit Universitas Diponegoro.

Hadiyati E. 2009. Kajian pendekatan pemasaran kewirausahaan dan kinerja penjualan usaha rumahan [Internet]. Vol. 11 (2): 183-186

Indarwati R. 2006. Analisis Penyerapan Tenaga Kerja dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Produktivitas Pekerja pada Industri Rumahan Genting [Skripsi]. Malang: Universitas Brawijaya.

Industri rumahan kendal tekan ekspor TKW. 2014. Pemerintah Daerah Kabupaten Kendal [Internet]. [diunduh 2015 Januari 16]. Tersedia pada: https://www.kendalkab.go.id/detail/berita/seputar_pemkab_kendal/id/20140 417001/industri_rumahan_kendal_tekan_ekspor_tkw

Kementerian Negara Koperasi dan UKM Republik Indonesia. 2015. Data UMKM 2012. Dapat diunduh pada: 16 Januari 2015

Latan H. 2013. Structural Equation Modeling Konsep dan Aplikasi. Bandung (ID): Alfabeta.

Natawiria AS, Riduwan. 2010. Statistika Bisnis. Bandung (ID): Alfabeta

Nurlina L. 2009. Hubungan Antara Tingkat Pelayanan sarana produksi dan Kegiatan Penyuluhan dengan Keberlanjutan Usaha Anggota Koperasi. Jurnal Ekonomi Koperasi, 2009. Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran

Pratama DN. 2012. Analisis Pertumbuhan Penyerapan Tenaga Kerja pada Industri Rumahan di Kabupaten Jepara [Skripsi]. Semarang: Universitas Diponegoro.

Sarma M. 2013. Entrepreneurial MarketingUntuk Keberhasilan Pemasaran Bagi Usaha Mikro, Rumahan, dan Menengah (UMKM) di Indonesia. Bogor (ID): IPB Press.

Septiani S. 2012. Analisis Pengaruh Entrepeneurial Marketing dan Kebijakan Pemerintah terhadap Daya Saing Industri Alas Kaki di Bogor [Tesis]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Setiawati D. 2013. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Hasil Produksi Tempe pada Sentra Industri Tempe di Kecamatan Sukorejo Kabupaten Kendal. 2(1): 2-3

Septiani S, Sarma M, Limbong WH. 2013. Pengaruh Entrepreneurial Marketing

dan Kebijakan Pemerintah terhadap Daya Saing Industri Alas Kaki di Bogor. Jurnal Manajemen dan Organisasi. IV(2): 103-104

(41)

29 Stokes D. 2000. Putting Entrepreneurship Into Marketing. Journal of Researh in

Marketing &Entrepreneurship. 2(1).

Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Kombinasi (Mixed Method). Bandung (ID): Alfabeta.

Suharso P. 2009. Metode Penelitian Kuantitatif untuk Bisnis. Jakarta (ID): Indeks

Sumardjo. 1999. Transformasi Model Penyuluhan Pertanian Menuju Pengembangan Kemandirian Petani. Disertasi Sekolah Pascasarjana IPB. Surya KN. 2014. Pengembangan Entrepreneurial Marketing Terhadap

Pengembangan dan keberlanjutan Usaha pada UMKM Kuliner di Depok [Skripsi]. Bogor : Institut Pertanian Bogor.

(42)
(43)

31

LAMPIRAN

Lampiran 1 Kuesioner penelitian

No. Responden :

Tanggal Pengisian :

Kuesioner Penelitian

PERNYATAAN KESEDIAAN MENGISI KUESIONER

Saya yang bertanda tangan di bawah ini dengan penuh kesadaran menyatakan bersedia untuk mengisi angket dengan selengkap-lengkapnya dan sebaik mungkin serta menjunjung tinggi nilai kejujuran. Selanjutnya saya dengan suka rela mempercayakan data pribadi saya digunakan untuk kepentingan masyarakat dan negara.

Nama Responden (Ibu) : ... Alamat : ... RT/RW : ... Desa/Kelurahan :... Kecamatan : ... Nomor HandPhone (HP) : ... Hari/Tanggal Pengisian Angket : ... Jenis Usaha : ... Omset Rata-rata per bulan : ... Lama berusaha (tahun) : ... Tahun mulai usaha industri rumahan : ...

(44)

32

Karakteristik Pelaku Usaha Industri Rumahan

1 Berapakah usia Bapak/Ibu?

1) <30 Tahun 2) 30-40 Tahun 3) >40-50 Tahun 4) >50 Tahun

2 Apakah pendidikan formal terakhir Bapak/Ibu?

1) Tidak Bersekolah 2) SD/MI 3)SMP/MTs 4) SMA/SMK/MA 5) Perguruan Tinggi

3 Apakah alasan Bapak/Ibu memilih untuk menekuni usaha ini?

1) Mengikuti jejak orang tua 2) Diajak teman/tetangga 3) Tidak punya pilihan 4)Usaha ini ada harapan (menguntungkan)

4 Apakah pekerjaan yang sebelumnya Bapak/Ibu jalankan?

1) Petani 2) Peternak 3) Karyawan swasta 4) Guru/PNS 5) TNI 6)Tidak ada

5 Apakah pekerjaan tersebut masih berlangsung? 1) Ya 2) Tidak

6 Bagaimana awal mula Bapak/Ibu menjalankan usaha ini? 1) Dari awal sampai sekarang ikut keluarga

2) Awalnya ikut keluarga, setelah usahanya jalan, lalu mengelola sendiri 3) Ikut keluarga kurang dari enam bulan

4) Tidak mengikuti dari keluarga dalam mengelola usaha ini

Karakteristik Usaha Industri Rumahan

8 Berapakah Omset rata-rata per bulan (Rp)? 1) <2. 000. 000

9 Berapa kali Ibu bepergian ke luar desa/daerah untuk menjalankan usaha ini? 1) Tidak pernah

2) 1-5 kali/per bulan 3) 6-10 kali/per bulan 4) Diatas 11 kali/per bulan

10 Apakah usaha ini menjadi sumber pendapatan utama keluarga? 1) Tidak menjadi sumber utama

2) Sebagai tambahan pendapatan keluarga 3) Menjadi sumber utama

4) Sangat menjadi sumber utama

11 Berapa persen kebutuhan keluarga terpenuhi oleh usaha ini? 1) 0-25% 2) 26-50% 3) 51-75% 4) 76-100% 12 Apakah ada usaha lain yang dimiliki Ibu selain usaha ini?

(45)

33 Lampiran 1 Lanjutan Kuesioner (1)

Entrepreneurial Marketing

Konsep

13 Apakah Bapak/Ibu melakukan diversifikasi (keragaman produk)?

1) Tidak pernah 3) Sering 2) Sekali-kali 4) Selalu

14 Keyakinan akan keberhasilan usahanya 1) Sangat tidak yakin

3) Yakin 2) Tidak yakin 4) Sangat yakin

15 Jenis produk/barang yang diproduksi oleh Ibu 1) Kurang beragam 3) Beragam 2) Cukup beragam

19 Pelanggan merasa sesuai/cocok atas

produk/barang yang dibeli dari usaha Ibu

1) Tidak pernah 3) Sering

21 Mampu menciptakan hubungan baik dengan pemasok bahan baku/penjual bahan jadi.

1) Kurang mampu 3) Mampu 2) Cukup mampu

4) Sangat mampu 22 Mampu menjalin hubungan baik dengan petugas

Dinas/Instansi Pemerintah

bisnis/usaha dari luar

lingkungannya/kelompoknya ?

(46)

34

Lampiran 1 Lanjutan Kuesioner (2)

Pengembangan Usaha Industri Rumahan

25 Mampu memperoleh bahan baku/barang

jadi dengan mudah

1) Kurang mampu 3) Mampu 2) Cukup mampu 4) Sangat mampu

26 Keuntungan yang diperoleh digunakan untuk tambahan modal usaha

1) Tidak pernah 3) Sering 2) Sekali-kali 4) Selalu

27 Produk/barang Bapak/Ibu dijual di

berbagai wilayah pasar (pasar desa, pasar 3) Cukup meningkat (6-25%)

4) Sangat meningkat (>25%) 31 Pelanggan Ibu pernah pindah membeli ke

produk yang sama dari pengusaha yang

(47)

35 Lampiran 2 Lembar pertanyaan indepth interview

1. Bagaimana awal mula Bapak/Ibu mendirikan usaha ini? Apakah berdasarkan pengalaman atau hanya mencoba?

2. Bagaimana cara Bapak/Ibu dalam melakukan pemasaran terhadap produk yang di tawarkan?

3. Bagaimanakah langkah-langkah inovasi yang dilakukan pada produk oleh Bapak/Ibu?

4. Bagaimana pengelolaan SDM pada usaha ini? Apakah terdapat pembagian tugas yang jelas?

5. Apakah permasalahan atau kendala yang paling sering Bapak/Ibu hadapi? 6. Dalam bantuan dana, apakah Bapak/Ibu aktif mencari informasi serta

mudah mendapatkan pinjaman?

7. Bagaimana kemudahan Bapak/Ibu dalam mencari bahan baku, baik mencari sendiri atau dari pemasok?

8. Dalam kurun waktu satu bulan, berapakah total produk barang yang mampu diproduksi oleh Bapak/Ibu?

9. Bagaimana tahap pengembangan yang dilakukan oleh Bapak/Ibu? Apakah sampai saat ini sudah mengalami perkembangan dalam usaha yang

dijalankan?

10.Bagaimana harapan serta saran yang dapat Bapak/Ibu berikan kepada pihak Pemerintah daerah?

(48)

36

Lampiran 3 Model awal SEM

Keterangan :

EM K1 : Kemampuan diversifikasi produk EM K2 : Keyakinan akan keberhasilan usaha EM K3 : Jenis produk/barang yang diproduksi EM K4 : Produk/barang yang dihasilkan EM K5 : Tampilan produk/barang

EM S1 : Kemampuan mencari daerah pemasaran baru EM S2 : Kemampuan mengikuti selera pelanggan

EM M1 : Kemampuan menjalin hubungan baik dengan pelanggan EM I1 : Kemampuan menjalin hubungan baik dengan pemasok EM I2 : Kemampuan menjalin hubungan baik dengan Pemerintah EM I3 : Keaktifan mencari peluang modal kebijakan pemerintah EM I4 : Kemampuan mencari informasi bisnis diluar kelompok PU 1 : Mampu memperoleh bahan baku/jadi dengan mudah PU 2 : Keuntungan digunakan untuk tambahan modal PU 3 : Produk dijual diberbagai wilayah pasar

PU 4 : Usaha mampu bersaing dengan usaha sejenis

PU 5 : Mudah memperoleh dana dari bank/bantuan pemerintah KU 1 : Jumlah pelanggan setiap tahun

(49)

37 Lampiran 4 Hasil analisis outer model SEM

Outer Loading

EM KU PU

I3 0. 813

K2 0. 780

K3 0. 764

K5 0. 783

KU1 0. 865

KU4 0. 762

PU3 0. 805

PU4 0. 830

PU5 0. 740

Composite Reliability

Composite Reliability

EM 0. 865

KU 0. 798

PU 0. 835

Average Variance Extracted (AVE)

AVE

EM 0. 616

KU 0. 665

PU 0. 628

Cross Loading

EM KU PU

I3 0. 813 0. 546 0. 567

K2 0. 780 0. 490 0. 473

K3 0. 764 0. 603 0. 560

K5 0. 783 0. 405 0. 626

KU1 0. 599 0. 865 0. 598

KU4 0. 458 0. 762 0. 468

PU3 0. 408 0. 514 0. 805

PU4 0. 676 0. 602 0. 830

(50)

38

Akar AVE Kuadrat

EM KU PU

EM 0.785

KU 0.656 0.815

PU 0.711 0.660 0.792

Lampiran 5 Hasil inner model SEM R Squares

R Square

KU 0. 506

PU 0. 506

Mean, STDEV, T-Values, P-Values

Original Sample (O)

Sample Mean (M)

EM -> KU 0. 376 0. 392

EM -> PU 0. 711 0. 716

PU -> KU 0. 393 0. 393

(Lanjutan Tabel Mean, STDEV, T-Values, P-Values )

Standard Error (STERR)

T Statistics

(|O/STERR|) P Values

0. 178 2. 109 0. 035

0. 078 9. 087 0. 000

(51)

39

(52)

40

Lampiran 7 Dokumentasi Kegiatan

Menganyam Keranjang Daur Ulang Bahan Dasar Kerupuk Tancang

Kerajinan Daur Ulang Kerajinan Batik Kendal

Gambar

Tabel  2   Penelitian terdahulu
Gambar 3  Model perumusan hipotesis penelitian
Tabel  4   Pelaku usaha industri rumahan Kecamatan Patebon
Tabel  5  Karakteristik pelaku usaha industri rumahan
+6

Referensi

Dokumen terkait

Balok yang bersilang dengan batang brecing harus direncanakan untuk memikul pengaruh semua beban mati dan hidup, dengan menganggap bahwa batang brecing tidak ada 4.

Eksperimen ini dilakukan untuk mengetahui apakah bunga tai kotok (Tagetes sp.) dapat diolah secara sederhana menjadi tepung bunga atau tidak serta untuk mengetahui seberapa

Pengertian tauhid Asma  (mengesakan Tuhan dengan asma -Nya) yang dimaksud oleh Syaikh Nafis al-Banjari pada intinya menyatakan bahwa semua asma  yang ada di dalam alam

Susut masak antara daging sapi Bali tanpa asap cair dengan yang diberi asap cair (perendaman dan injeksi) selama penyimpanan pada lemari pendingin relatif sama,

Meski demikian, catatan sejarah menunjukkan, respon pesantren sebagai lembaga pendidikan tradisional, terhadap sistem pendidikan modern yang diperkenalkan Belanda

Menyatakan bahwa skripsi yang saya buat dengan judul “ Hubungan Pola Asuh Demokratis dengan Disiplin Siswa di MA Islamiyah Syafi'iyah Paiton Probolinggo”, adalah

Setelah perencanaan dibuat berdasarkan fakta atau data yang ada, seorang Public Relations iangkah ketiga adalah mengimplernentasikan program aksi dan komunikasi yang

Unilever Indonesia Tbk pada tahun 2011 sampai 2013 mengalami peningkatan yang menunjukkan trend kinerja keuangan yang baik, sedangkanpada tahun 2014 dan 2015 mengalami penurunan