• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kompetensi Pedagogik dan Profesional Guru Matematika SMA Negeri di Kabupaten Kuantan Singingi Riau

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Kompetensi Pedagogik dan Profesional Guru Matematika SMA Negeri di Kabupaten Kuantan Singingi Riau"

Copied!
72
0
0

Teks penuh

(1)

KOMPETENSI PEDAGOGIK DAN PROFESIONAL GURU

MATEMATIKA SMA NEGERI DI KABUPATEN

KUANTAN SINGINGI RIAU

NOPRI YANTO

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis berjudul Kompetensi Pedagogik dan Profesional Guru Matematika SMA Negeri di Kabupaten Kuantan Singingi Riau adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, September 2015

(3)

RINGKASAN

NOPRI YANTO. Kompetensi Pedagogik dan Profesional Guru Matematika SMA Negeri di Kabupaten Kuantan Singingi Riau. Dibimbing oleh ANNA FATCHIYA dan OOS M ANWAS.

Hasil Uji kompetensi guru matematika SMA secara nasional memiliki nilai rendah yaitu dengan rata-rata 44.55. Begitu juga guru matematika di Kabupaten Kuantan Singingi (Kuansing) memiliki nilai yang lebih rendah yaitu dengan rata-rata 43.11. Nilai kompotensi pedagogik dan profesional guru dikategorikan baik, jika memiliki nilai rata-rata ≥75 (Depdiknas 2012).

Tujuan penelitian ini, menganalisis tingkat kompetensi pedagogik dan profesional guru matematika SMA Negeri di Kabupaten Kuansing Riau dan menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat kompetensi pedagogik dan profesional. Penelitian ini dilakukan di SMA Negeri Kabupaten Kuansing. Penentuan lokasi penelitian ini dilakukan secara purposive dengan pertimbangan bahwa nilai UN tahun 2014 Kabupaten Kuansing menempati peringkat ke 11 dari 12 Kabupaten kota di Provinsi Riau. Populasi dalam penelitian ini adalah guru matematika SMA Negeri di Kabupaten Kuansing yang berjumlah 58 guru matematika dari 20 SMA Negeri. Sampel dalam penelitian ini menggunakan sampel jenuh atau sensus. Penelitian dilakukan pada bulan Maret–April 2015. Analisis data dilakukan secara deskriptif dan inferensial. Analisis deskriptif menggunakan distribusi frekuensi dan analisis inferensial menggunakan analisis regresi linear berganda.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kompetensi pedagogik guru matematika SMA Negeri termasuk kategori baik. Hal ini terlihat dari dua indikator termasuk kategori cukup, yaitu: (1) Kemampuan melakukan perencanaan pembelajaran; (2) Kemampuan dalam melakukan penilaian dan evaluasi proses pembelajaran. Sedangkan dua indikator lainnya termasuk kategori baik yaitu: (1) Kemampuan dalam proses pembelajaran; (2) Kemampuan dalam melakukan tindak lanjut pembelajaran. Kompetensi profesional guru matematika SMA Negeri termasuk pada kategori baik. Hal ini dapat dilihat dari lima indikator, dimana satu indikator termasuk kategori cukup yaitu kemampuan guru dalam mengembangkan diri/keprofesionalan. Sedangkan empat indikator lainnya termasuk kategori baik, yaitu: (1) Kemampuan guru dalam penguasaan materi pelajaran matematika SMA; (2) Kemampuan guru menguasai standar kompetensi dan kompetensi dasar mata pelajaran matematika; (3) Kemampuan guru dalam mengembangkan materi pembelajaran matematika; (4) Kemampuan guru dalam memanfaatkan teknologi informasi.

(4)

SUMMARY

NOPRI YANTO. Pedagogy Competence and High School Professional Mathematics teacher in Kuantan Singingi Riau. Supervized by ANNA FATCHIYA and OOS M ANWAS

The competence test value of teacher in the High School nationally includes the low category has an average value of 44.55. Also a MTK teacher the High School in Kuantan Singingi (Kuansing) including low category has an average value of 43.11. The value of pedagogical and professional competency of teachers

considered good, if it has an average value ≥75 (Depdiknas 2012).

The purpose of this study was: Analyzed the pedagogical competence and professional competence of MTK teachers of Kuansing high schools in the District of Riau; analyzed the factors that influence the pedagogical competence and professional competence of MTK teachers. This research was conducted in State Senior High School Kuansing. The location of the research was determined by purposive with consideration that the UN value year 2014 in Kuansing was ranked 11 out of 12 districts city in province of Riau. The population of this study was MTK high schools teachers in District Kuansing totaled 58 MTK teachers from 20 high school. Sample in this study used saturated sample or census, so that all members of the population was sampled. The study was conducted in March-April 2015. Data analysis was performed by descriptive and inferential. Descriptive analysis using frequency distribution and inferential analysis using multiple linear regression analysis.

The results showed that the pedagogical competence of Senior High School MTK teachers was good category. This could been seen from two indicators included enough categories, namely: (1) The ability to plan and learning; (2) The ability to conduct an assessment and evaluation of the learning process. Meanwhile, two other indicators are categorized as either: (1) The ability of the learning process; (2) The ability to conduct a follow-up study. Professional competence of MTK teachers of Senior High School included in either category. It could be seen from five indicators, where in the indicators are categorized enough that the ability of teachers to develop self/professionalism. Meanwhile, four other indicators included both categories, namely: (1) The ability of teachers in the mastery of the subject MTK in Senior High School; (2) The ability of teachers to master standard of competence and basic competences of MTK subjects; (3) The ability of teachers to develop learning materials MTK; (4) The ability of teachers to use information technology.

Factors that affected pedagogical competence of MTK state high schools teachers in the Kuansing were training, leadership of school principal, infrastructure, age, and teaching load. While the factors that influence the professional competence of teachers were teaching experience, the role of school leadership and training.

(5)

© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2015

Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan IPB

(6)

Tesis

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains

Pada

Program Studi Ilmu Penyuluhan Pembangunan

KOMPETENSI PEDAGOGIK DAN PROFESIONAL GURU

MATEMATIKA SMA NEGERI DI KABUPATEN

KUANTAN SINGINGI RIAU

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2015

(7)
(8)

Judul Tesis : Kompetensi Pedagogik dan Profesional Guru Matematika SMA Negeri di Kabupaten Kuantan Singingi Riau

Nama : Nopri Yanto

NIM : I351130101

Disetujui oleh Komisi Pembimbing

Dr Ir Anna Fatchiya, MSi Ketua

Dr Oos M Anwas, MSi Anggota

Diketahui oleh

Ketua Program Studi

Ilmu Penyuluhan Pembangunan

Prof Dr Ir Sumardjo, MS

Dekan Sekolah Pascasarjana

Dr Ir Dahrul Syah, MScAgr

(9)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas segala karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis yang berjudul

“Kompetensi Pedagogik dan Profesional Guru Matematika SMA Negeri di Kabupaten Kuantan Singingi Riau”. Tesis ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains pada Program Studi Ilmu Penyuluhan Pembangunan, Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor.

Ungkapan terima kasih penulis ucapkan kepada Ibu Dr Anna Fatchiya, MSi dan Bapak Dr Oos M Anwas, MSi selaku komisi pembimbing yang telah banyak memberikan arahan, bimbingan, saran, serta senantiasa memberikan motivasi kepada penulis dalam menyelesaikan tesis ini. Terima kasih kepada Bapak Dr Ir Pudji Muljono, MSi selaku dosen penguji luar komisi dan Prof Dr Ir Sumardjo, MS selaku moderator dalam ujian tesis yang telah memberikan beragam masukan dan saran konstruktif dalam penyempurnaan tesis ini.

Ucapan terima kasih kepada Dinas Pendidikan Kabupaten Kuantan Singingi, Kepalah Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri di Kabupaten Kuantan Singingi serta semua guru matematika SMA Negeri yang telah memberikan data dan informasi selama penelitian.

Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada orang tua tercinta Ayahanda Arsil dan Ibunda Sumarni yang telah mengantarkan penulis hingga ke jenjang Magister dengan segala kasih sayang, doa, dan motivasi yang diberikan, serta kepada kakakku tersayang (Armai Susanto, Arida, Arina dan Ronal Regen) dan tidak lupa pada sahabat terbaikku (Besti Verawati) atas keceriaan dan motivasi yang diberikan.

Ucapan terima kasih kepada teman-teman seangkatan (Pahruri, Bapak Erix, Bang Darma, Uda Delky, Ibu Minas, Bapak Herry, Nila, Ibu Tintin, Ibu Nia, Cici, Kessa, Dede, Tiara, Aira, Riana, Siti, Shinta, Ike ) atas bantuan dan motivasi yang diberikan.

Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, September 2015

(10)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL xi

DAFTAR GAMBAR xi

DAFTAR LAMPIRAN xi

1 PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Perumusan Masalah 2

Tujuan Penelitian 2

Manfaat Penelitian 3

2 TINJAUAN PUSTAKA 3

Pengertian Kompetensi Guru 3

Kompetensi Pedagogik 5

Kompetensi Profesional 6

Faktor yang Mempengaruhi Kompetensi Guru 9

Kerangka Berpikir 17

Hipotesis Penelitian 18

3 METODE 18

Pendekatan Penelitian 18

Lokasi dan Waktu Penelitian 18

Populasi dan Sampel 18

Jenis dan Pengumpulan Data 19

Definisi Operasional 19

Uji Validitas dan Uji Reliabilitas 22

Analisis Data Penelitian 23

4 HASIL DAN PEMBAHASAN 24

Gambaran Umum Kabupaten Kuantan Singingi 24

Karakteristik Guru SMA Negeri Kabupaten Kuantan Singingi 26 Kondisi Sarana Prasarana, Kepemimpinan Kepala Sekolah dan Peran

Pengawas Sekolah 29

Kompetensi Pedagogik dan Profesional Guru 34

Faktor-Faktor yang Berpengaruh terhadap Kompetensi Pedagogik 40 Faktor-Faktor yang Berpengaruh terhadap Kompetensi Profesional 42

5 SIMPULAN DAN SARAN 45

Simpulan 45

Saran 45

DAFTAR PUSTAKA 46

RIWAYAT HIDUP 59

(11)
(12)

DAFTAR TABEL

1 Sub variabel faktor internal guru, definisi operasional, indikator dan

parameter 19

2 Sub variabel faktor eksternal guru, definisi operasional, indikator, dan

parameter 21

3 Sub variabel kompetensi guru, definisi operasional, indikator, dan

parameter 21

4 Jumlah sekolah, murid, guru, rasio murid sekolah dan rasio murid guru di

Kabupaten Kuansing 25

5 Sebaran guru berdasarkan karakteristik internal 27 6 Sebaran guru berdasarkan persepsi tentang sarana prasarana 30 7 Sebaran guru berdasarkan indikator sarana prasarana 30 8 Sebaran guru berdasarkan persepsi guru tentang kepemimpinan kepala

sekolah 31

9 Sebaran guru berdasarkan persepsi guru tentang peran pengawas sekolah 32

10 Sebaran guru tentang kompetensi pedagogik 34

11 Sebaran guru tentang indikator kompetensi pedagogik guru matematika 35

12 Sebaran guru tentang kompetensi profesional 37

13 Sebaran guru tentang indikator kompetensi profesional 38 14 Nilai koefisien pengaruh dan signifikansi berdasarkan variabel yang

mempengaruhi kompetensi pedagogik 41

15 Nilai koefisien pengaruh dan signifikansi berdasarkan variabel yang

mempengaruhi kompetensi profesional 43

DAFTAR GAMBAR

1 Kerangka berpikir kompetensi pedagogik dan profesional guru matematika SMA Negeri di Kabupaten Kuansing Riau 18

DAFTAR LAMPIRAN

1 Hasil output uji regresi metode stepwise (untuk pedagogik) 52

2 Hasil output uji regresi (untuk profesional) 55

(13)
(14)

1

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Pendidikan Indonesia masih menghasilkan lulusan yang berkualitas rendah yaitu dari segi pengetahuan (dalam bidang matematika, membaca dan sains) dan keterampilan (Bank Dunia 2013). Hasil survei internasional Programme for International Student Assessmen (PISA) tahun 2012 menempatkan peserta didik Indonesia usia 16 tahun dari 65 negara yaitu posisi ke-64 untuk matematika, 62 untuk membaca, dan 64 untuk sains dari 65 negara. Rendahnya kualitas pendidikan Indonesia juga dapat dilihat dari data Trends in International Mathematics and Science Study (TIMSS) tahun 2011, Indonesia masih tertinggal jauh dari negara tetangga Singapura, Malaysia, dan Thailand. Pada tahun 2011, Singapura menempati ranking 2, Malaysia 26, Thailand 28, sedangkan Indonesia rangking 42.

Rendahnya kualitas pendidikan di Indonesia salah satunya dipengaruhi oleh kompetensi guru. Kompetensi guru merupakan seperangkat pengetahuan, keterampilan, dan perilaku yang harus dimiliki, dihayati, dan dikuasai oleh guru dalam melaksanakan tugas keprofesionalan. Berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional (Permendiknas) Nomor 16 Tahun 2007 tentang guru, kompetensi guru terdiri atas kompetensi pedagogik, kepribadian, sosial, dan profesional. Kompetensi pedagogik merupakan kemampuan guru dalam pengelolaan pembelajaran peserta didik. Kompetensi kepribadian guru adalah kemampuan kepribadian yang mantap, berakhlak mulia, arif, dan berwibawa serta menjadi teladan bagi peserta didik. Kompetensi sosial merupakan kemampuan guru untuk berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesama pendidik, tenaga kependidikan, orang tua/wali peserta didik, dan masyarakat sekitar. Kompetensi profesional guru adalah kemampuan penguasaan materi pelajaran yang diampunya secara luas dan mendalam.

Menurut Depdiknas (2012) kompetensi guru yang hanya diukur adalah kompetensi profesional dan kompetensi Pedagogik. Kompetensi profesional guru dengan kinerja guru mempunyai hubungan yang positif yang signifikan dengan sumbangan efektif 23 % (Mulyanto 2008). Kompetensi guru secara singnifikan berpengaruh terhadap perilaku profesional guru Sekolah Menengah Atas (SMA) di Kabupaten Demak (Qosim 2008). Kompetensi profesional memiliki pengaruh lebih besar (75.8%) terhadap motivasi belajar peserta didik dibandingkan kompetensi pedagogik/keterampilan mengajar 68.3%, (Widoyoko dan Rinawati 2012). Kompetensi profesional guru memiliki pengaruh lebih besar terhadap kinerja guru dibandingkan motivasi guru (Hidayat 2009). Kompetensi profesional guru berpengaruh nyata terhadap hasil belajar peserta didik (Auliah 2011). Kompetensi profesional guru memiliki pengaruh lebih besar 30.5% terhadap hasil belajar peserta didik dibandingkan kompetensi pedagogik 25.6% (Widiarsa 2013). Kepemimpinan kepala sekolah dapat meningkatkan kompetensi pedagogik guru dalam melakukan proses pembelajaran (Efendi et al. 2014). Kompetensi guru mempengaruhi prestasi belajar siswa sebesar 61.6% (Zulfikar 2012).

Nilai Kompotensi padegogik dan profesional guru dikategorikan baik, jika

(15)

2

khususnya guru matematika (MTK) dari kompetensi pedagogik dan profesional memiliki nilai rata-rata 44.55, hal ini termasuk kategori rendah. Begitu juga nilai kompetensi guru SMA, khususnya guru MTK di Kabupaten Kuantan Singingi (Kuansing) memiliki nilai rata-rata sebesar 43.11 juga tergolong rendah (Depdiknas 2012). Penelitian Joprison (2009) tentang kompetensi pedagogik dan profesional guru SMA Negeri 1 Gunung Toar, Kabupaten Kuansing masih relatif rendah yaitu memiliki nilai rata-rata < 50.

Rendahnya kompetensi guru di Kabupaten Kuansing berimplikasi terhadap nilai Ujian Nasional (UN) tahun 2014 tingkat SMA yaitu Kabupaten Kuansing berada pada peringkat 11 dari 12 Kabupaten/Kota di Provinsi Riau, dengan rincian bidang studi Ilmu Pengatahuan Alam (IPA) peringkat 6, MTK peringkat 10 dan Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) peringkat 8 (Dinas Pendidikana Provinsi Riau 2014). Kompetensi guru bisa dideteksi dari tingginya proporsi guru yang tidak layak mengajar, berkualifikasi pendidikan rendah, dan mengajar mata pelajaran yang tidak sesuai dengan latar belakang pendidikannya. Ketidaklayakan ini disebabkan oleh tingkat pendidikan guru yang tidak memenuhi syarat dan belum memiliki syarat sertifikat pendidik (Permadi dan Arifin 2010). Persentase guru menurut kelayakan mengajar tahun 2010-2011 untuk SMA Negeri 65,29% dan SMA Swasta 64,73%. Tingkat pendidikan guru SMA yaitu dari 337.503 guru hanya sebesar 57,8% memiliki pendidikan S1 (Depdiknas 2011). Data tersebut menggambarkan bahwa sebagian besar guru SMA di Indonesia dinilai belum memiliki kelayakan untuk mengajar.

Kelayakan mengajar untuk guru SMA di Kabupaten Kuansing sebagian besar masih kurang layak. Ketidaklayakan mengajar guru disebabkan oleh masih banyak guru mengajar mata pelajaran yang tidak sesuai dengan kualifikasi pendidikan dan latar belakang pendidikan yang dimilikinya, tidak memiliki kompetensi yang diperlukan sesuai bidang tugas. Dalam konteks ini relevan untuk dikaji sejauh mana kompetensi pedagogik dan profesional guru MTK SMA Negeri di Kabupaten Kuansing.

Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian di atas yang menjadi perumusan masalah dalam penelitian ini adalah :

1. Bagaimana tingkat kompetensi pedagogik dan kompetensi profesional guru MTK SMA Negeri di Kabupaten Kuansing?

2. Faktor-faktor apakah yang mempengaruhi kompetensi pedagogik dan kompetensi profesional guru MTK SMA Negeri di Kabupaten Kuansing ?

Tujuan Penelitian

Berdasarkan pemaparan rumusan di atas, penelitian ini bertujuan sebagai berikut :

1. Menganalisis tingkat kompetensi pedagogik dan kompetensi profesional guru MTK SMA Negeri di Kabupaten Kuansing.

(16)

3 Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut : 1. Bidang keilmuan, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan

kontribusi pemikiran yang terkait dengan kompetensi pedagogik dan kompetensi profesional guru SMA Negeri dan dapat digunakan sebagai bahan keilmuan dibidang pendidikan maupun penyuluhan.

2. Bidang praktisi, sebagai bahan pertimbangan dan masukan mengenai kompetensi pedagogik dan profesional guru SMA Negeri dalam meningkatkan kompetensi pedagogik dan kompetensi profesional guru MTK. Hasil penelitian ini diharapkan berguna untuk dapat mengetahui faktor-faktor mana yang dapat meningkatkan kompetensi pedagogik dan kompetensi profesional guru MTK khusunya di Kabupaten Kuansing.

2

TINJAUAN PUSTAKA

Pengertian Kompetensi Guru

Kompetensi berasal dari kata competency yang berarti kemampuan atau kecakapan. Menurut kamus besar Bahasa Indonesia, kompetensi dapat diartikan (kewenangan) kekuasaan untuk menentukan atau memutuskan suatu hal. Menurut Undang-Undang Republik Indonesia No 14 tahun 2005, tentang guru dan dosen kompetensi guru adalah seperangkat pengetahuan, keterampilan, dan perilaku yang harus dimiliki, dihayati, dan dikuasai oleh guru atau dosen dalam melaksanakan tugas keprofesionalan. Menurut Janawi (2011) kompetensi diartikan sebagai “ kemampuan, keahlian, dan atau keterampilan yang mutlak dimiliki oleh seseorang (dalam hal ini guru”).

Kompetensi adalah himpunan pengetahuan, kemampuan, keterampilan, atau posisi nilai profesional yang dimiliki dan diyakini sesuai dengan keberhasilan praktek mengajar. Kompetensi (competency) berkaitan dengan hal-hal khusus yang diketahui, dilakukan, atau diyakini guru, tetapi tidak untuk mempengaruhi atribut-atribut ini terhadap atribut lain (Jacob 2002). Kompetensi menunjukkan keterampilan atau pengetahuan yang dicirikan oleh profesionalisme dalam suatu bidang tertentu sebagai sesuatu yang terpenting, sebagai unggulan bidang tersebut (Widodo 2009). Secara psikologis, kompetensi merupakan suatu variabel psikologis yang mengindentifikasi adanya perilaku yang menjadi bagian dari kompetensi.

(17)

4

merupakan perpaduan antara kemampuan personal, keilmuan, teknologi, sosial, dan spiritual yang secara kaffah membentuk kompetensi standar profesi guru, yang mencakup penguasaan materi, pemahaman terhadap peserta didik, pembelajaran yang mendidik, pengembangan pribadi dan profesionalisme (Mulyasa 2008).

Kompetensi guru yang telah dirumuskan dalam peraturan pemerintah No. 16 tahun 2007 merupakan kompetensi dasar yang harus dikuasai pendidik. Keempat kompetensi tersebut menjadi standar dan indikator penilaian penguasaan kompetensi guru. Menurut Saud (2010) menyatakan karakteristik indikator kompetensi guru mencakup :

a. Mampu melakukan suatu perkerjaan tertentu secara rasional. Guru harus memiliki visi dan misi yang jelas dalam melakukan sesuatu berdasarkan analisis kritis dan pertimbangan logis dalam membuat pilihan dan mengambil keputusan tentang apa yang dikerjakan.

b. Menguasai perangkat pengetahuan (teori dan konsep, prinsip dan kaidah, hipotesis dan generalisasi, data dan informasi, dan sebagainya) tentang seluk beluk apa yang menjadi bidang tugas pekerjaannya.

c. Menguasai perangkat keterampilan (strategi dan teknik, metode dan teknik, prosedur dan mekanisme, sarana dan instrument, dan sebagianya) tentang cara dan bagaimana dan dengan apa harus melakukan tugas.

d. Memahamai perangkat persyaratan ambang (basic standard) tentang ketentuan kelayakan normatif minimal kondisi dari proses yang dapat ditolerensikan dari kreteria keberhasilan yang dapat diterima dari apa yang dapat dilakukan.

e. Memiliki daya motivasi dan citra (aspirasi) unggulan dalam melakukan tugas pekerjaan. Guru bukan sekedar puas dengan memadai persyaratan minimal, melainkan berusaha mencapai yang sebaik mungkin.

f. Memiliki kewenangan yang memancar atas perangkat kompetensinya yang dalam batas tertentu dapat didemontrasikan dan teruji sehingga memungkinkan memperoleh pengakuan pihak berwenang.

Dari indikator-indikator kompetensi yang telah dikemukakan oleh Saud, dapat disimpulkan bahwa seorang guru berkompetensi adalah sesorang yang mempunyai visi dan misi yang jelas, kritis, logis, menguasai teori dan praktek mengajar, dan bermotivasi tinggi untuk memberikan yang terbaik. Selain itu, guru tersebut juga mempunyai kewenangan yang teruji oleh pihak yang memberi wewenang. Seorang guru selain berkompetensi dalam bidang pengajaran, guru juga harus mempunyai derajat kualifikasi akademik yang telah ditempuhnya dari lembaga berwenang.

(18)

5 Kompetensi Pedagogik

Kompentensi pedagogik berasal dari dua kata, yakni kompetensi dan pedagogik. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, Kompetensi berarti kewenangan (kekuasaan) untuk menentukan (memutuskan sesuatu). Kata pedagogik, berasal dari pedagogi atau pedagogis yang berarti ilmu pendidikan; ilmu pengajaran, atau bersifat mendidik.

Menurut Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 16 Tahun 2007 tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru, bahwa kompetensi pedagogik guru meliputi: (1) Menguasai karakteristik peserta didik dari aspek fisik, moral, sosial, kultural, emosional dan intelektual; (2) Menguasai teori belajar dan prinsip-prinsip pembelajaran yang mendidik; (3) Mengembangkan kurikulum yang terkait dengan mata pelajaran/bidang pengembangan yang diampu; (4) Menyelenggarakan pembelajaran yang mendidik; (5) Memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk kepentingan pembelajaran; (6) Memfasilitasi pengembangan potensi peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimiliki; (7) Berkomunikasi secara efektif, empatik dan santun dengan peserta didik; (8) Menyelenggarakan penilaian dan evaluasi proses dan hasil belajar; (9) Memanfaatkan hasil penilaian dan evaluasi untuk kepentingan pembelajaran dan (10) Melakukan tindakan reflektif untuk peningkatan kualitas pembelajaran.

Seorang guru yang memiliki kompetensi pedagogik akan semakin nampak ketika mengelola pembelajaran di kelas. Memilih atau menentukan bahan ajar yang sesuai dengan kemampuan dan karakter peserta didik. Pemilihan metode mengajar juga merupakan indikasi dari guru yang memiliki kompetensi pedagogik, dan pemilihan model evaluasi yang cocok dengan kemampuan peserta didiknya. Menurut Sagala (2011) kompetensi pedagogik merupakan kemampuan dalam mengelola peserta didik yang meliputi: (1) Pemahaman wawasan guru akan landasan dan filsafat pendidikan; (2) Guru memahami potensi dan keberagaman peserta didik, sehingga dapat didesain strategi pelayanan belajar sesuai keunikan peserta didik; (3) Guru mampu mengembangkan kurikulum/silabus baik dalam bentuk dokumen maupun implementasi dalam bentuk pengalaman belajar; (4) Guru mampu menyusun rencana dan strategi pembelajaran berdasarkan standar kompetensi dan kompetensi dasar; (5) Mampu melaksanakan pembelajaran yang mendidik dengan suasana dialogis dan interaktif, sehingga pembelajaran menjadi aktif, inovatif, kreatif, efektif dan menyenangkan; (6) Mampu melaksanakan evaluasi hasil belajar dengan memenuhi prosedur dan standar yang dipersyaratkan; dan (7) Mampu mengembangkan bakat dan minat peserta didik melalui kegiatan intrakurikuler dan ekstrakurikuler untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya.

Kompetensi Pedagogik pada dasarnya adalah kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran peserta didik. Menurut Nanang dan Cucu (2012) kompetensi pedagogik adalah pemahaman guru terhadap anak didik, perencanaan, pelaksanaan pembelajaran, evaluasi hasil belajar, dan pengembangan anak didik untuk mengaktualisasikan sebagai potensi yang dimilikinya dan untuk mencapai hasil belajar siswa yang baik. Menurut Wahyudi (2012) kompetensi pedagogik

yaitu “kemampuan seorang guru dalam mengelola proses pembelajaran peserta

(19)

6

pendidikan dan ilmu lain yang berkaitan dengan tugasnya sebagai guru. Oleh karena itu seorang guru harus memiliki latar belakang pendidikan keguruan yang relevan dengan bidang keilmuannya.

Menurut Sudrajat (2012) “Kompetensi pedagogik pada dasarnya adalah kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran peserta didik”. Kompetensi

pedagogik merupakan kompetensi khas yang membedakan guru dengan profesi lainnya dan menentukan tingkat keberhasilan proses dan hasil pembelajaran peserta didiknya. Kompetensi pedagogik menurut Mulyasa (2012) sekurang-kurangnya meliputi hal-hal sebagai berkut: (1) Pemahaman wawasan atau landasan pendidikan, (2) Pemahaman terhadap peserta didik, (3) Pengembangan kurikulum/silabus, (4) Perencanaan pembelajaran, (5) Pelaksanaan pembelajaran yang mendidik dan dialogis, (6) Pemanfaatan teknologi pembelajaran, (7) Evaluasi hasil belajar dan, (8) Pengembangan peserta didik.

Berdasarkan literatur dan pendapat beberapa ahli tersebut dapat disimpulkan kompetensi pedagogik adalah kemampuan atau keterampilan yang harus dimiliki oleh guru dan bersifat pengetahuan tentang ilmu mendidik tentang strategi pembelajaran yang diperoleh melalui pendidikan yang diaplikasikan dalam pelaksanaan pembelajaran atau melaksanakan tugas seorang guru. Kompetensi pedagogik sangat diperlukan oleh setiap individu guru untuk melaksanakan proses pembelajaran yang berprofesional dalam mencapai tujuannya. Guru sebagai seorang individu yang keseharianya berkerja di dunia pendidikan harus memiliki kompetensi pedagogik, misalnya memahami potensi peserta didik serta proses pembelajaran. Keterbatasan kompetensi pedagogik yang dimiliki seorang guru akan berpengaruh terhadap proses pembelajaran. Keterbatasan kemampuan ini disebabkan guru tidak memiliki pengetahuan dan keterampilan yang memadai dalam proses pembelajaran. Sementara indikator-indikator yang telah disebutkan dapat disimpulkan juga bahwa cakupan kompetensi pedagogik adalah; (1) Kemampuan dalam melakukan perencanaa pembelajaran, (2) Kemampuan dalam proses pembelajaran, (3) Kemampuan dalam melakukan penilaian dan evaluasi proses pembelajaran; dan (4) Melakukan tidak lanjut pembelajaran.

Kompetensi Profesional

Aspek-aspek yang berkaitan dengan kompetensi profesional menurut Permendiknas No 16 Tahun 2007 yang meliputi : (1) Menguasai materi, struktur, konsep dan pola pikir keilmuan yang mendukung mata pelajaran yang diampu; (2) Menguasai standar kompetensi dan kompetensi dasar mata pelajaran yang diampu; (3) Mengembangkan materi pembelajaran yang diampu secara kreatif; (4) Mengembangkan keprofesionalan secara berkelanjutan dengan melakukan tindakan reflektif dan (5) Memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk mengembangkan diri. Menurut Wahidmurni (2010) kompetensi profesional berkaitan dengan kemampuan guru akan penguasaan materi pelajaran secara luas dan mendalam. Kemampuan ini diperoleh melalui jalur pendidikan sesuai dengan program studi yang ditempuh.

(20)

7 penghayatan atas landasan dan wawasan kependidikan dan keguruan; (3) Penguasaan proses-proses kependidikan, keguruan dan pembelajaran siswa. Kompetensi profesional merupakan kemampuan dasar tenaga pendidik (Janawi 2011). Muhlisin (2008) mempertegas tentang pengertian kompetensi profesional

sebagai ”Kemampuan guru dalam menguasai materi pelajaran secara luas dan

mendalam yang memungkinkan mereka membimbing peserta didik dalam menguasai materi yang diajarkan sehingga siswa dapat memperoleh hasil belajar

yang baik”. Sementara menurut, Kunandar (2011) “Kompetensi profesional adalah kemampuan dalam penguasaan akademik (mata pelajaran/bidang studi) yang diajarkan dan terpadu dengan kemampuan mengajarnya sekaligus, sehingga guru itu memiliki wibawa akademis”. Menurut Nanang dan Cucu (2012) kompetensi profesional adalah menguasai keilmuan bidang studi dan langkah kajian kritis pendalaman isi bidang studi.

Kompetensi profesional menurut Usman (2001) meliputi; (1) Penguasaan terhadap landasan kependidikan; (2) Menguasai bahan pengajaran; (3) Kemampuan menyusun program pengajaran dan (4) Kemampuan menyusun perangkat penilaian hasil belajar dan proses pembelajaran. Kompetensi profesional mengacu pada peruntukan yang bersifat rasional dan memenuhi spesifikasi tertentu dalam melaksanakan tugas-tugas kependidikan. Mengenai perangkat kompetensi profesional biasanya dibedakan profil kompetensi yaitu mengacu kepada berbagai aspek kompetensi yang dimiliki seseorang tenaga profesional pendidikan atau guru dan spektrum kompetensi yaitu mengacu kepada variasi kualitatif dan kuantitatif. Perangkat kompetensi yang dimiliki oleh guru yang dibutuhkan untuk mengoperasikan dan mengembangkan sistem pendidikan.

Kunandar (2011) menyatakan bahwa kompetensi profesional merupakan kemampuan dasar tenaga pendidik, bila guru disebut profesional guru harus mampu menguasai keahlian dan keterampilan teoritik dan praktek dalam proses pembelajaran. Kompetensi profesional cenderung mengacu kepada kemampuan teoritik dan praktik lapangan. Kompetensi profesional merupakan kemampuan yang berkenaan dengan penguasaan materi pembelajaran bidang studi secara luas dan mendalam yang mencakup penguasaan substansi isi, materi, kurikulum mata pelajaran di sekolah dan substansi keilmuan yang menaungi materi kurikulum tersebut, serta menambah wawasan keilmuan bagi guru. Secara rinci masing-masing elemen kompetensi tersebut memiliki subkompetensi dan indikator esensial sebagai berikut.

(1) Menguasai substansi keilmuan yang terkait dengan bidang studi. Subkompetensi ini memiliki indikatornya: memahami materi ajar yang ada dalam kurikulum sekolah, memahami strukstur, konsep dan metode keilmuan yang menaungi menerapkan dalam kehidupan sehari hari-hari.

(2) Mengausai metode pengembangan ilmu, telaah kritis, kreaktif, dan inovatif terhadap bidang studi.

(21)

8

pendidikan sesuai dengan perkembangan dan tuntutan zaman. Secara akademik, seorang guru matematika diharapkan memiliki kemampuan dan keterapilan sebagai berikut: (1) Dapat membantu peserta didik untuk mengembangkan: pemahaman dan penghayatan terhadap prinsip dan nilai matematika; daya nalar, berpikir logis, kritis, sistematik, kreatif, cerdas, rasa keindahan, sikap terbuka, dan rasa ingin tahu; melaksanakan proses matematika; rasa menyenangkan belajar matematika; (2) Tepat dalam memilih pendekatan, metode, dan teknik yang relevan dengan perkembangan fisik dan psikis peserta didik; (3) Mampu membuat perencanaan yang baik dan melaksanakannya dalam pembelajaran matematika; (4) Mahir dalam pengelolaan kelas sesuai dengan pendekatan pembelajaran yang diterapkannya; (5) Tepat dalam membuat asesmen pembelajaran sekaligus bisa menerima hasil refleksi pembelajaran yang dilakukannya untuk melaksanakan program tindak lanjut; (6) Memilih kemampuan berkomunikasi dalam ruang lingkup akademik, baik secara lisan maupun tulisan.

Lebih lanjut Aryan (2007) mengemukakan bahwa sebagai guru matematika yang senantiasa terkait dengan kekhasan matematika diharapkan memiliki kemampuan dan keterampilan khusus guru matematika, di antaranya sebagai berikut; (1) Mampu berpikir logis, sistematik, kreatif, objektif, terbuka, abstrak, cermat, jujur, dan efisien; (2) Dapat menyederhanakan keabstrakan matematika; (3) Mendorong peserta didik untuk percaya diri dan berdaya juang yang tinggi, terutama ketika menemukan/ memecahkan persoalan matematika; (4) Menerapkan konsep matematika; (5) Menggunakan bahasa simbol matematika yang tepat; (6) Meningkatkan daya abstraksi peserta didik dan; (7) Mendorong peserta didik senang (enjoy) dalam melakukan doing math.

Mulyasa (2009) mengatakan bahwa kompetensi professional guru mencakup: (1) Mengerti dan dapat menerapkan landasan kependidikan baik filosofi, psikologis, sosiologis, dan sebagainya; (2) Mengerti dan dapat menerapkan teori belajar sesuai taraf peserta didik; (3) Mampu menangani dan mengembangkan bidang studi yang menjadi tanggung jawabnya; (4) Mengerti dan dapat menerapkan metode pembelajaran yang berpariasi; (5) Mampu mengembangkan dan menggunakan berbagai alat, media dan sumber belajar yang relevan; (6) Mampu mengorganisasikan dan melaksanakan program pemebelajaran; (7) Mampu melaksanakan evaluasi hasil belajar peserta didik dan; (8) Mampu menumbuhkan kepribadian peserta didik.

(22)

9 kemampuan yang dimiliki di dalam setiap individu guru dalam menguasai materi pembelajaran sesuai tuntutan pembelajaran serta kejelasan dalam penyajian materi. Kompetensi profesional sangat diperlukan oleh setiap guru untuk menjalankan proses pembelajaran dalam mencapai tujaun pendidikan. Keterbatasan kompetensi profesional yang dimiliki oleh seorang guru akan berpengaruh dalam kemampuan proses pembelajaran. Sementara indikator-indikator yang telah disebutkan dapat disimpulkan juga bahwa cakupan kompetensi profesional adalah; (1) Menguasai standar kompetensi dan kompetensi dasar mata pelajaran; (2) Mampu menguasai materi pembelajaran matematika; (3) kemampuan dalam mengembangkan materi pembelajaran secara kreaktif yang relavan; (4) kemampuan dalam mengembangkan diri dan; (5) Mampu dalam memanfaatkan teknologi informasi.

Faktor yang Mempengaruhi Kompetensi Guru

Faktor-faktor yang mempengarui rendahnya kompetensi guru. Mulyasa (2007) mengatakan bahwa rendahnya kompetensi guru itu disebabkan oleh ; (1) Masih banyak guru yang tidak menekuni profesinya secara utuh; (2) Guru belum semuanya memiliki standar profesional sebagaimana yang dipersyaratkan; (3) Kemungkinan disebabkan oleh adanya perguruan tinggi swasta yang mencetak guru asal jadi, atau setengah jadi, tanpa memperhitungkan outputnya kelak dilapangan, sehingga menyebabkan banyak guru yang belum memenuhi etika profesinya; (4) Kurangnya motivasi guru dalam meningkatkan kualitas diri karena guru tidak dituntut untuk meneliti sebagaimana yang diperlakukan pada dosen di perguruan tinggi.

Putro (2005) mengatakan bahwa kompetensi guru dipengaruhi oleh faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal adalah faktor yang berasal dari diri individu guru yang meliputi: latar belakang pendidikan, pengalaman mengajar, penataran dan pelatihan dan sebagianya. Sedangkan faktor eksternal meliputi: iklim dan kebijakan organisasi, lingkungan kerja, sarana dan prasarana, gaji, lingkungan sosial dan sebagianya. Pendapat yang hampir sama dikemukakan oleh Yuhetty (2010) bahwa faktor internal yang mempengaruhi kompetensi guru meliputi: tingkat pendidikan, keikutsertaan di dalam berbagai pelatihan dan kegiatan ilmiah, masa kerja dan pengalaman kerja, tingkat kesejahteraan serta kesadaran akan kewajiban dan panggilan hati nurani. Sedangkan faktor eksternalnya meliputi: besar gaji dan tunjangan yang diterima, ketersediaan sarana dan media pembelajaran, kepemimpinan kepala sekolah, kegiatan pembinaan yang dilakukan dan peran serta masyarakat.

Faktor-faktor yang mempengaruhi kompetensi guru dalam penelitian ini, terdiri dari faktor internal (umur, latar belakang pendidikan, pengalaman mengajar, status kepegawaian guru, intensitas pelatihan yang diikuti, dan jam mengajar/beban mengajar) sedangkan faktor eksternal (sarana prasarana, peran kepemimpinan kepala sekolah dan peran pengawas sekolah).

1. Umur

(23)

10

bahwa pada umur dewasa, orang akan belajar lebih cepat dan berhasil mempertahankan retensi dalam jumlah besar dari pada usia lebih muda, akan tetapi setelah mencapai umur tertentu, maka kemampuan belajar akan berkurang secara gradual dan terasa nyata setelah mencapai 55 atau 60 tahun, dan setelah itu penurunan akan lebih cepat lagi.

Secara umum umur akan mempengaruhi seseorang dalam menjalankan aktivitasnya karena berkaitan dengan tingkat kematangan yang dimilikinya. Salkind (2009) berpendapat bahwa perbedaan umur pada seseorang dapat membedakan juga tingkat kematangan. Perbedaan tersebut disebabkan oleh pengaruh lingkungan dan interaksi dengan individu sebagai diri yang bersangkutan. Berdasarkan taraf perkembangan, umur dikelompokkan menjadi muda, dewasa dan tua. Umur dalam penelitian ini adalah masa hidup guru sejak lahir sampai dengan penelitian ini dilakukan yang dihitung dalam satuan tahun dan dikelompokkan menjadi empat kategori yaitu muda, dewasa, dewasa lanjut dan tua.

2. Latar Belakang Pendidikan

Latar belakang pendidikan seorang guru akan mempengaruhi bagaimana guru akan berperilaku dalam melaksanakan proses pembelajaran. Guru yang memiliki latar belakang pendidikan keguruan telah mendapatkan bekal pengetahuan tentang pengelolaan kelas, proses belajar mengajar dan lain sebagianya. Guru yang belum mengambil pendidikan keguruan, dia akan merasa kesulitan untuk dapat meningkatkan kualitas keguruannya.

Latar belakang pendidikan dapat dilihat dari dua sisi, yaitu kesesuaian antara bidang ilmu yang ditempuh dengan bidang tugas dan jenjang pendidikan. Untuk profesi guru sebaiknya juga berasal dari lembaga pendidikan keguruan. Guru pemula dengan latar belakang pendidikan keguruan lebih mudah menyesuaikan diri dengan lingkungan sekolah. Karena dia sudah dibekali dengan seperangkat teori sebagai pendukung pengabdiannya. sedangkan guru yang bukan berlatar belakang pendidikan keguruan akan banyak menemukan masalah di kelas. Terjun menjadi guru mungkin dengan tidak membawa bekal berupa teori-teori pendidikan dan keguruan (Djamarah 1994).

Segala (2010) memberi definisi kualifikasi akademik guru adalah persayaratan minimal mengenai tingkat pendidikan formal dan keahlian/keilmuan, pangkat/golongan, jabatan, pengalaman kerja, dan usia yang harus dipenuhui. Kualifikasi akademik penting untuk menyadang jabatan fungsional yang profesional dan berkualitas. Definisi kualifikasi akademik adalah ijazah atau jenjang pendidikan akademik yang harus dimiliki oleh guru atau dosen sesuai dengan jenis, jenjang, dan satuan pendidikan formal di tempat penugasan.

(24)

11 (2010) terdapat pengaruh yang signifikan dari kualifikasi pendidikan terhadap kompetensi guru PAI di Kabupaten Pekalongan.

Latar belakang pendidikan dalam penelitian ini adalah kualifikasi akademik yang yang telah diperoleh oleh guru. Latar belakang pendidikan seorang guru akan mempengaruhi bagaimana guru akan berperilaku dalam melaksanakan proses pembelajaran. Latar belakang pendidikan yang memadai merupakan sebuah prasyarat mutlak bagi seorang guru agar dapat melaksanakan tugasnya dengan baik. Guru dengan kesesuaian latar belakang pendidikan keguruan lebih mudah menyesuaikan diri dengan lingkungan sekolah. Karena dia sudah dibekali dengan seperangkat teori sebagai pendukung pengabdiannya.

3. Pengalaman Mengajar

Walker (1997) mengatakan pengalaman adalah hasil dari proses mengalami oleh seseorang yang mempengaruhi terhadap informasi yang diterima. Pengalaman akan menjadi dasar terhadap pembentukan pandangan individu untuk memberikan tanggapan dan penghayatan. Middlebrook (1974) menambahkan bahwa tidak adanya pengalaman sama sekali terhadap suatu objek secara psikologis cenderung akan membentuk sikap negatif terhadap objek tersebut. Bagi orang yang telah lama menggeluti suatu pekerjaan akan lebih terampil dan cenderung menghasilkan suatu hasil yang lebih baik daripada orang yang baru.

Pengalaman mengajar guru juga bisa mempengaruhi kompetensi profesional guru. Menurut Supriadi (1999) bahwa profesionalisme guru merupakan hasil dari profesionalisasi yang dijalaninya secara terus menerus. Artinya semakin lama seseorang menekuni profesi sebagai seorang guru akan samakin tinggi juga tingkat profesionalismenya,begitu juga sebaliknya.Pengalaman mengajar disini adalah masa kerja guru dalam melaksanakan tugas sebagai pendidik tertentu sesuai dengan surat tugas dari lembaga yang berwenang dapat dari pemerintah atau kelompok masyarakat penyelenggara pendidikan. Pengalaman mengajar merupakan suatu hal yang akan dijadikan perhatian yang tidak kalah pentingnya dalam menentukan kompetensi seorang guru. Guru yang berpengalaman akan merasa lebih muda menghadapi masalah masalah di sekolah.

Pengalaman mengajar dalam penelitian ini adalah masa kerja guru dalam melaksanakan tugas sebagai pendidik dalam hal-hal yang dialami dalam mengajar dan berkaitan dengan nilai-nilai kompetensi guru. Semakin berpengalaman guru mengajar maka kompetensi guru dalam mengajar juga baik. Pengalaman mengajar dalam penelitian ini diukur berdasarkan lamanya (jumlah tahun) mengajar sebagai guru di SMA yang dimulai setelah selesai kuliah.

4. Status Kepegawaian Guru

(25)

12

Undang-Undang Nomor 43 tahun 1999 tentang pokok-pokok kepegawaian menyatakan bahwa Pegawai Negeri Sipil adalah setiap warga negara Republik Indonesia yang telah memenuhi syarat yang ditentukan, diangkat oleh pejabat yang berwenang dan diserahi tugas yang lainnya, digaji berdasarkan peraturan perundang-undang yang berlaku. Hasil dari penelitian Sholihah (2014), membuktikan bahwa secara umum status kepegawaian (PNS-Non PNS ataupun Sertifikasi-Non Sertifikasi) tidak berhubungan dengan kinerja guru. Meskipun ada satu pola ditemukan bahwa ketika kinerja guru dinilai oleh diri guru sendiri hasilnya signifikan. Artinya bahwa guru tersertifikasi kinerjanya lebih baik dari guru yang belum sertifikasi.

Dalam penelitian ini status kepegawain guru digolongkan menjadi dua yakni guru PNS dan Guru honorer. Guru PNS adalah guru tetap yang diangkat sebagai Pegawai Negeri Sipil oleh Pemerintah dan / atau Pemerintah daerah berdasarkan Peraturan perundang - undangan yang berlaku. Guru honorer adalah pegawai yang tidak (atau belum) diangkat sebagai pegawai tetap atau setiap bulannya menerima honor.

5. Pelatihan

Pelatihan merupakan mekanisme dalam mengembangkan kecakapan seseorang untuk meningkatkan sumber daya manusia. Pelatihan menurut Sukmadinata, (2001) adalah: ”Proses pendidikan jangka pendek yang menggunakan prosedur yang sistematis dan terorganisasi. Pelatihan menurut Walker (1997), Pelatihan merupakan praktek pengembangan sumber daya manusia yang difokuskan kepada hasil identifikasi, asesmen, dan melalui proses pembelajaran yang terencana untuk membantu mengembangkan kompetensi seperti pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang dibutuhkan individu atau kelompok dalam melaksanakan pekerjaan tertentu.

Menurut Hamalik (2000) pengertian pelatihan adalah suatu proses yang meliputi serangkaian tindak dan upaya yang dilaksanakan dengan sengaja dalam bentuk pemberian bantuan kepada tenaga kerja yang dilakukan oleh tenaga profesional kepelatihan dalam satuan waktu yang bertujuan untuk meningkatkan kemampuan kerja peserta dalam bidang tertentu guna meningkatkan efektivitas dan produktivitas dalam suatu organisasi.

(26)

13 Dalam penelitian ini yang dimaksud dengan pelatihan adalah pendidikan non formal yang diikuti guru untuk meningkatan kompetensi guru baik pengetahuan dan keterampilan. Pelatihan ini dikukur berdasarkan 3 indikator yaitu ; (1) berdasarkan tingkat keikutsertaan guru dalam pelatihan (internasional, nasional, propinsi, kabupaten atau kecamatan); (2) Berdasarkan lamanya pelatihan dan (3) relevansi pelatihan (relevan atau kurang relevan) pelatihan tersebut dengan bidang studi matematika.

6. Jam Mengajar/Beban Mengajar

Peraturan Pemerintah Nomor 74 tentang guru Pasal 52 ayat (2) menyatakan bahwa beban kerja guru paling sedikit memenuhi 24 (dua puluh empat) jam tatap muka dan paling banyak 40 (empat puluh) jam tatap muka dalam 1 (satu) minggu pada satu atau lebih satuan pendidikan yang memiliki izin pendirian dari Pemerintah atau Pemerintah Daerah. Alokasi waktu tatap muka pada tiap jenjang pendidikan berbeda, pada jenjang TK satu jam tatap muka dilaksanakan selama 30 menit, pada jenjang Sekolah Dasar (SD) 35 menit, pada jenjang Sekolah Menengah Pertam (SMP) 40 menit, sedangkan pada jenjang Sekolah Menengah Atas (SMA) dan Sekolah Menengah Kejurusan (SMK) selama 45 menit. Kegiatan tatap muka guru dialokasikan dalam jadwal pelajaran mingguan yang dilaksanakan secara terus-menerus selama paling sedikit 1 (satu) semester.

Jam mengajar dalam penelitian ini adalah jumlah beban mengajar yang dimiliki oleh seorang guru untuk memberikan pelajaran yang dihitung dalam jumlah jam/minggu. Indikatornya jam mengajar tersebut bisa dilihat dari pelaksanaan pembelajaranya disampaikan kepada peserta didik. Mengajar sesuai dengan rencana pelaksanaan pembelajaran dalam satu minggu. Rencana pelaksanaan pembelajaran dilaksanakan secara tepat waktu kepada peserta didik. 7. Sarana Prasarana

Tersedianya sarana yang memadai akan mempermudah pencapain tujuan pembelajaran. Sarana adalah segala sesuatu yang dapat dipakai sebagai alat dalam mencapai maksud atau tujuan. Menurut Mulyasa (2004), “Sarana pendidikan adalah peralatan dan perlengkapan yang secara langsung dipergunakan dan menunjang proses pendidikan, khususnya proses belajar, mengajar, seperti gedung, ruang kelas, meja kursi, serta alat-alat dan media pengajaran”. Sarana pendidikan merupakan sarana penunjang bagi proses belajar-mengajar. Menurut (Depdiknas 2012) “Sarana pendidikan adalah semua fasilitas yang diperlukan dalam proses belajar-mengajar, baik yang bergerak maupun yang tidak bergerak agar pencapaian tujuan pendidikan dapat berjalan dengan lancar, teratur, efektif dan

efisien”. Sarana pendidikan dapat disimpulkan adalah semua fasilitas yang secara langsung dan menunjang proses pendidikan, khususnya proses belajar mengajar, baik yang bergerak maupun yang tidak bergerak agar pencapaian tujuan pendidikan dapat berjalan dengan lancar, teratur, efektif dan efesien.

(27)

14

pendidikan atau pengajaran, seperti halaman, kebun, taman sekolah, jalan menuju sekolah, tetapi dimanfaatkan secara langsung untuk proses belajar mengajar, seperti taman sekolah untuk pengajaran biologi, halaman sekolah sebagai sekaligus lapangan olah raga, komponen tersebut merupakan sarana pendidikan (Mulyasa 2004)

Jenis-jenis sarana prasarana pendidikan, fasilitas atau benda-benda pendidikan dapat ditinjau dari fungsi, jenis atau sifatnya, yaitu: (1) Ditinjau dari fungsinya terhadap proses belajar mengajar, prasarana pendidikan berfungsi tidak langsung (kehadirannya tidak sangat menentukan). Sedangkan sarana pendidikan berfungsi langsung (kehadirannya sangat menentukan) terhadap proses belajar mengajar. (2) Ditinjau dari jenisnya, fasilitas pendidikan dapat dibedakan menjadi fasilitas fisik dan fasilitas nonfisik, dan (3) Ditinjau dari sifat barangnya, benda-benda pendidikan dapat dibedakan menjadi barang bergerak dan barang tidak bergerak, yang kesemuanya dapat mendukung pelaksanaan tugas (Mulyasa 2004).

Macam-macam standar sarana dan prasarana pendidikan yang di perlukan di sekolah demi kelancaran dan keberhasilan kegiatan proses pendidikan sekolah adalah : (1) Ruang kelas: tempat siswa dan guru melaksanakan proses kegiatan belajar mengajar; (2) Ruang perpustakaan: tempat koleksi berbagai jenis bacaan bagi siswa dan dari sinilah siswa dapat menambah pengetahuan; (3) Ruang laboratorium (tempat praktek) : tempat siswa mengembangkan pengetahuan sikap dan keterampilan serta tempat meneliti dengan menggunakan media yang ada untuk memecahkan suatu masalah atau konsep pengetahuan; (4) Ruang keterampilan adalah tempat siswa melaksanakan latihan mengenai keterampilan tertentu; (5) Ruang kesenian: adalah tempat berlangsungnya kegiatan-kegiatan seni dan; (6) Fasilitas olah raga: tempat berlangsungnya latihan-latihan olahraga. (Mulyasa 2004).

Dalam penelitian ini sarana prasarana diukur berdasarkan ketersedian fasilitas yang tersedia terhadap proses pembelajaran yang meliputi: ruang kelas, peralatan kelas (papan tulis, penghapus, spidol), bangku belajar, media pembelajaran (LCD, alat praga dan lain-lain), ruang perpustakaan, ketersedian buku pelajaran matematika, komputer dan layanan internet yang tersedia di sekolah.

8. Kepemimpinan Kepala Sekolah

Robbins (2008) mengartikan kepemimpinan adalah suatu cara untuk mempengaruhi suatu kelompok ke arah tercapainya tujuan. Iskandar (2013) mengatakan bahwa kepemimpinan adalah perilaku dari seorang individu yang memimpin suatu aktifitas-aktivitas suatu kelompok ke suatu tujuan yang hendak dicapai bersama. Sementara Wahjosuminjo (1987) hampir serupa dengan pendapat Robbins mereka mengatakan bahwa kepemimpinan mempengaruhi orang-orang untuk mengikuti pencapain tujuan suatu kelompok.

Kepemimpinan menurut Engkoswara dan aan Komariah (2011) perilaku orang lain melakukan suatu perubahan ke arah yang lebih positif dalam mengupayakan keberhasilan. Makawimbang (2012) mendefinisikan

(28)

15 Kepala sekolah merupakan motor penggerak, penentu arah kebijakan sekolah, yang akan menentukan bagaimana tujuan sekolah dan pendidikan pada umumnya direalisasikan, termasuk dalam peningkatan kompetensi tenaga pendidik guru. Mulyasa (2011) mengatakan bahwa kepala sekolah harus berperan sebagai figur dan mediator bagi perkembangan masyarakat dan lingkunganya. Perilaku kepala sekolah yang positif dapat mendorong mengarahkan dan memotivasi seluruh warga sekolah untuk bersama mewujudkan visi, misi dan tujuan sekolah yang tidak lain adalah mutu sekolah. Mulyasa (2011) mengungkapkan indikator kepala sekolah sebagi berikut; (1) Kepala sekolah sebagai educator (pendidik); (2) Kepala sekolah sebagai manejer; (3) Kepala sekolah sebagai administrator; (4) Kepala sekolah sebagai supervisor; (5) Kepala sekolah sebagai leader; (6) Kepala sekolah sebagai innovator dan (6) Kepala sekolah sebagai motivator.

Kepala sekolah sebagai pemimpin dipersyaratkan mempunyai pandangan yang jelas kemana arah sekolah yang dipimpinya di bawah, mampu berkomunikasi dengan semua stakeholder sekolah. Kepala sekolah juga memiliki kegigihan dan ketanggughan, konsisten dan fokus untuk mencapai visi dan misi, serta memiliki pengetahuan organisasi yang mencukupi agar dapat memonitoring dan mengendalikan kinerja organisasi sekolah. Kepala sekolah yang demikian ini adalah pemimpin yang visioner dan bermoral.

Pemimpin yang visioner dan bermoral senantiasa memperhatikan relevansi internal untuk mencapai tujuan sekolah. Relevansi internal ini berkaitan dengan (1) Pemantapan kualifikasi dan standar kompetensi guru; (2) Menentukan dan menetapkan standar kompetensi lululusan minimal sama dengan yang ditentukan pemerintah atau lebih tinggi; (3) Senantiasa melakukan perbaikan mutu pembelajaran dan mutu layanan belajar; (4) Menjamin adanya peningkatan mutu layana perpustakaan, laboratorium dan fasilitas lainya secara terus menerus; (5) Mengondisikan atmosfer belajar dalam kehidupan sekolah; (6) Melakukan Integrated Management Database sistem berbasis IT dan ICT; (7) membangun kerjasama dengan stakkeholder untuk kemajuan sekolah; dan (8) Sitem remunerasi guru yang menjamin terjaganya harkat dan martabat guru (Sagala 2010).

Hasil penelitian Jawing et al. (2010) di Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 3 Sintang kepemimpinan kepala sekolah dapat meningkatkan kompetensi pedagogik guru. Hasil penelitian Siti dan Sutarno (2012) yang menyatakan bahwa kepemimpinan kepala sekolah mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap kompetensi guru. Hal ini juga sejalan dengan pendapat Jajang (2011) yang menyatakan bahwa kepemimpinan kepala sekolah berpengaruh secara signifikan terhadap kompetensi guru. Hasil penelitian Efendi et al (2014) mengatakan bahwa perilaku kepemimpinan dan motivasi kerja kepala sekolah secara bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap peningkatan kompetensi pedagogik guru SMA Negeri. Sudarmanto (2009) menegaskan bahwa, “Kepemimpinan merupakan salah satu dimensi kompetensi yang sangat menentukan terhadap keberhasilan

organisasi”

(29)

16

(1) Pemantapan kualifikasi dan standar kompetensi guru; (2) Menentukan dan menetapkan standar kompetensi lulusan minimal sama dengan yang ditentukan pemerintah atau lebih tinggi; (3) Senantiasa melakukan pengarahan tentang pembuatan silabus pembelajaran; (4) Senantiasa mengarahkan guru-guru untuk memiliki rencana Pelaksanan Pembelajaran (RPP) setiap pembelajaran; dan (5) Mengevaluasi guru-guru serta memberikan penghargaan pada guru-guru yang berprestasi.

9. Peran Pengawas Sekolah

Sejak dikelurakannya Peraturan Pemerintah nomor 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan dan peraturan Mendiknas Nomor 12 tahun 2007 tentang standar pengawas sekolah, madrasah. Peraturan pemerintah nomor 19 tahun 2005, pasal 19, ayat (3) menyatakan, ”Setiap satuan pendidikan melakukan perencanaan proses pembelajaran, pelaksanaan proses pembelajaran, penilaian hasil pembelajaran, dan pengawasan proses pembelajaran untuk terlaksananya proses pembelajaran yang efektif dan efisien.” Pada pasal 23 ditegaskan,”Pengawasan proses pembelajaran sebagaimana dimaksud dalam pasal 19 ayat (3) meliputi pemantauan, supervisi, evaluasi, pelaporan, dan pengambilan langkah tindak lanjut yang diperlukan.”

Pengawasan merupakan suatu proses kegiatan yang terdiri dari kontrol, inspeksi dan supervisi pembinaan. Kontrol bertujuan untuk memeriksa apakah pekerjaan berjalan seperti yang telah direncanakan. Inspeksi merupakan pemeriksaan di tempat kerja untuk mengetahui bagaimana proses pekerjaan dilakukan. Supervisi merupakan pembinaan, bertujuan untuk memperbaiki dan meningkatkan mutu pekerjaan. Supervisi merupakan tindak lanjut dari kontrol dan inspeksi, dilaksanakan berdasarkan data yang telah ditemukan sebelumnya. Supervisi merupakan bagian dari pengawasan, yaitu pembinaan untuk memperbaiki dan meningkatan mutu pembelajaran

Mengacu pada pada Permendiknas No 12 tahun 2007 maka dihasilkan enam dimensi kompetensi pengawas sekolah yakni (1) Dimensi kepribadian; (2) Dimensi supervisi manajerial; (3) Dimensi supervisi akademik; (4) Dimensi evaluasi pendidikan; (5) Dimensi penelitian dan pengembangan dan (6) Dimensi sosial. Pada penelitian ini peran pengawas yang akan diamati adalah dimensi supervisi akademik. Peran pengawas di supervisi akademik adalah: (1) Membimbing guru dalam menentukan tujuan pendidikan yang sesuai; (2) Membimbing guru dalam menyusun silabus; (3) Membimbing guru dalam memilih dan menggunakan strategi/metode/teknik pembelajaran; (4) Membimbing guru dalam menyusun rencana pembelajaran (RPP); (5) Membimbing guru dalam memilih dan menggunakan media; (6) Memotivasi guru untuk memanfaatkan teknologi informasi; (7) Membimbing guru dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran; dan (8) Membimbing guru dalam merefleksikan hasil-hasil yang dicapai, kekuatan, kelemahan, dan hambatan yang dialami dalam pembelajaran (Sagala 2010).

(30)

17 dan kualitas layanan belajar yang diberikan kepada peserta didik secara terus menerus meningkat. Peran pengawas sekolah dalam penelitian ini adalah Kegiatan yang dilakukan untuk pengawasan sekolah yang di lihat dari supervisi akademik dan pembinaan terhadap sekolah binaannya.

Kerangka Berpikir

Kabupaten Kuansing merupakan pemekaran dari Kabupaten Indragiri Hulu, berdasarkan Undang-Undang No 53 Tahun 1999. Dalam rangka menjalankan otonomi daerah, sumber daya manusia (SDM) sangat penting. Komitmen Pemerintah Daerah untuk menciptakan sumber daya manusia yang berkualitas, membutuhkan guru yang memiliki kompetensi pedagogik dan kompetensi profesional. Kompetensi pedagogik dan kompetensi profesional guru sangat menentukan dalam menghasilkan output pendidikan yang berkualitas, berkompetensi, dan berdaya saing di dalam masyarakat. Kompetensi yang baik yang dimiliki seorang guru akan menjadikan guru profesional dan dapat menghasilkan lulusan yang berkualitas.

Penelitian ini menganalisis kompetensi pedagogik dan kompetensi profesional guru matematika SMA Negeri di Kabupaten Kuansing Riau. Tingkat kompetensi guru matematika dipengaruhui oleh faktor yang berasal dari dalam diri guru (faktor Internal) dan faktor yang berasal dari luar guru (faktor eksternal). Faktor internal yang yang diduga mempengaruhi kompetensi pedagogik dan kompetensi profesional guru adalah umur guru, latar belakang pendidikan guru atau kesesuaian pendidikan dengan bidang studi yang diampu, pengalaman mengajar seorang guru, status guru yang dilihat dari PNS dan honorer, intensitas mengikuti pelatihan yang relevan dengan bidang studi yang diampu, dan jam mengajar/beban mengajar yang dimiliki oleh guru.

Faktor eksternal yang diduga mempengaruhi kompetensi pedagogik dan kompetensi profesional guru adalah ketersedian sarana prasarana yang ada di sekolah, peran kepemimpinan kepala sekolah yang dilihat dari pemimpin yang visioner dan peran pengawas sekolah di supervisi akademik. Pengaruh antara faktor-faktor internal dan eksternal guru yang dapat mempengaruhi kompetensi pedagogik dan kompetensi profesional guru dapat dilihat pada Gambar 1.

Gambar 1. Kerangka pemikiran kompetensi pedagogik dan profesional guru matematika SMA Negeri di Kabupaten Kuantan Singingi, Riau Faktor Internal (X1)

X1.1 Umur

X1.2 Latar Belakang Pendidikan X1.3 Pengalaman Mengajar X1.4 Status Guru

X1.5 Pelatihan

X1.6 Jam Mengajar/Beban Mengajar

Faktor Eksternal (X2) X2.1 Sarana dan Prasarana

X2.2Kepemimpinan Kepala Sekolah X2.3 Peran Pengawas Sekolah

Kompetensi Guru SMA Negeri (Y1)

(31)

18

Hipotesis Penelitian

Berdasarkan permasalahan dan kerangka pemikiran yang telah dikemukakan, maka hipotesis penelitian dapat dirumuskan sebagai berikut

(1) Terdapat pengaruh faktor-faktor internal (umur, latar belakang pendidikan, pengalaman mengajar, status guru, pelatihan, dan jam mengajar/beban mengajar) dengan kompetensi pedagogik dan kompetensi profesional guru matematika SMA Negeri di Kabupaten Kuansing.

(2) Terdapat pengaruh faktor-faktor eksternal (sarana prasarana, kepemimpinan kepala sekolah dan peran pengawas sekolah) dengan kompetensi pedagogik dan kompetensi profesional guru matematika SMA Negeri di Kabupaten Kuansing.

3

METODE

Pendekatan Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif atau positivistik. Kriyantono (2007) mengatakan bahwa penelitian kuantitatif adalah riset yang menggambarkan atau menjelaskan suatu masalah yang hasilnya dapat digeneralisasikan. Untuk menjawab pertanyaan penelitian yang telah dirumuskan, maka desain penelitian yang digunakan adalah analisis deskriptif, yaitu metode yang digunakan untuk menggali, mengungkapkan, dan menggambarkan, secara analitis, faktual, dan akurat berbagai hal atau aspek yang berkaitan dengan variabel-variabel yang ada di dalam penelitian ini. Metode penelitian yang dipakai adalah metode sensus, jenis penelitian yang dirancang yaitu explanatory research dimana peneliti berusaha untuk menerangkan penelitian yang dilakukan.

Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di SMA Negeri Kabupaten Kuantan Singingi Provinsi Riau. Penentuan lokasi penelitian ini dilakukan secara purposive dengan pertimbangan bahwa nilai UN tahun 2014 Kabupaten Kuantan Singingi menempati peringkat ke 11 dari 12 Kabupaten kota di Provinsi Riau dan Kabupaten Kuantan Singingi adalah Kabupaten baru. Pelaksanaan penelitian ini dimulai dari survei pendahuluan, penyusunan kerangka sampling, penyusunan kuesioner, uji coba kuesioner, pengumpulan data primer dan sekunder, pengolahan dan analisis data. Penelitian dilakukan pada bulan Maret-April 2015.

Populasi dan Sampel

(32)

19 sampel. Maka sampel dalam penelitian ini adalah seluruh guru matematika SMA Negeri di Kabupaten Kuantan Singingi Provinsi Riau.

Jenis dan Pengumpulan Data

Jenis data yang dikumpulkan dalam penelitian ini terdiri atas data primer dan data sekunder. Data primer adalah data yang didapat secara langsung dan diperoleh melalui wawancara langsung dengan responden. Data primer diperoleh melalui bantuan kuesioner, berdasarkan daftar pertanyaan dan pernyataan yang telah disusun sesuai indikator pengukuran dan tujuan penelitian. Selain wawancara dan kuesioner dilakukan juga pengamatan langsung ke lokasi penelitian dengan cara mendokumentasikan dan ditambah dengan catatan lapangan. Data sekunder dikumpulkan dari dokumen-dokumen dan pustaka dari berbagai sumber yang berhubungan dengan tujuan penelitian ini. Sumber-sumber penelitian tersebut antara lain adalah dokumen tentang guru SMA Negeri di Kabupaten Kuantan Singingi Provinsi Riau. Dokumen tentang profil Kabupaten Kuantan Singing Provinsi Riau yang menjadi lokasi penelitian. Dokumen-dokumen dan pustaka yang berasal dari berbagai sumber yang berhubungan dan menunjang penelitian ini.

Definisi Operasional

Variabel yang diukur dalam penelitian ini dapat dilihat dari definisi operasional. Definisi operasional merupakan suatu konsep yang dapat diukur dalam penelitian. Singarimbun dan Effendi (2006) mengemukakan bahwa definisi operasional merupakan petunjuk pelaksanaan bagaimana caranya mengukur suatu variabel atau peubah, yang sekaligus dapat digunakan sebagai informasi ilmiah yang dapat membantu peneliti lain yang ingin menggunakan peubah yang sama. Definisi operasional menjadi dasar atau kunci dalam mentransformasi fenomena subyektif menjadi peubah yang dapat diobservasi atau diukur. Selanjutnya definisi operasional dikontruksi untuk menghasilkan indikator-indikator yang dijadikan item-item kuesioner.

1. Faktor internal guru (X1) adalah faktor yang berasal dari dalam individu yang

keberadaanya mempengaruhi kompetensi guru. Sub variabel mengenai faktor internal guru yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : Tabel 1. Sub variabel faktor internal guru, definisi operasional, indikator dan

parameter

Variabel Definisi operasional Indikator Parameter

Umur (X1) Usia responden saat

penelitian ini dilakukan yang dihitung dalam satuan tahun(<6 bulan = 0 tahun dan ≥6 bulan = 1 tahun).

Usia dalam hitungan tahun - Muda - Dewasa - Dewasa

(33)

20

Tabel 1 Sub variabel faktor internal guru, definisi operasional, indikator dan parameter, Lanjutan

Variabel Definisi operasional Indikator Parameter

Latar

Status Guru Keadaan guru di sekolah yang sedang mengajar

Pelatihan Pendidikan non formal yang pernah diikuti responden dalam 5 tahun terakhir ini yang dihitung dalam intensitas hari.

- Tingkat keikutsertaan guru dalam pelatihan (internasional, nasional,

2. Faktor eksternal guru (X2) adalah faktor pendorong yang berasal dari luar diri

(34)

21 Tabel 2 Sub variabel faktor eksternal guru, definisi operasional, indikator dan

parameter

Variabel Definisi Operasional Indikator Parameter

Sarana dan

- Kondisi dan fasilitas ruang kelas - Kondisi ruang perpustakaan dan isinya - Ketersediaan ruang laboratorium dan matematika (silabus, RPP, penggunaan strategi/metode/media pembelajaran)

-Sangat baik -Baik

-Cukup -Kurang

3. Kompetensi guru (Y) adalah kemampuan yang terdapat dalam diri guru dalam proses pembelajaran. Indikator kompetensi guru yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut

Tabel 3 Sub variabel kompetensi guru, definisi operasional, indikator dan parameter

Variabel Definisi Operasional Indikator Parameter

(35)

22

Uji Validitas dan Uji Reliabilitas Uji Validitas

Suatu alat ukur sudah dianggap valid apabila alat ukur tersebut dapat digunakan untuk mengukur secara tepat konsep yang ingin diukur, sehingga hasil dari pengukuran tersebut tidak menimbulkan keraguan. Menurut Kerlinger (2006) menyatakan bahwa validitas instrumen merupakan tingkat kesahian suatu alat ukur untuk menunjukkan sejauh mana instrumen dapat diukur berdasarkan apa yang sebenarnya ingin diukur. Uji validitas dilakukan berkenaan dengan ketepatan alat ukur terhadap konsep yang diukur sehingga benar-benar mengukur apa yang seharusnya diukur. Untuk menghitung validitas alat ukur digunakan rumus Pearson Product Moment, yaitu sebagai berikut (Singarimbun dan Effendi1989).

Keterangan:

r hitung = koefisien korelasi ∑ = jumlah skor item ∑ = jumlah skor item

n = jumlah responden

Untuk mengukur valid tidaknya alat ukur maka dibandingkan antara rhitung

dan rtabel dengan kaidah keputusan sebagai berikut:

1. Jika rhitung> rtabel berarti instrument penelitian valid

2. Jika rhitung< rtabel berarti instrument penelitian tidak valid

Uji Reliabilitas

Reliabilitas merupakan pengujian alat pengumpul data yang bertujuan untuk mengetahui konsistensi dari instrumen sebagai alat ukur, sehingga hasil suatu pengukuran dapat dipercaya. Rumus yang digunakan untuk menguji reliabilitas instrumen dalam penelitian ini adalah Koefisien Alfa dari (a), yaitu (Singarimbun dan Effendi1989):

Dimana:

Keterangan:

r11 = reliabilitas instrument atau koefisien alfa

(36)

23 Uji reliabilitas adalah tingkat konsistensi suatu alat ukur yang menunjukan sejauh mana alat ukur tersebut dapat dipercaya atau diadalkan bila dipakai berulang-ulang. Pengambilan keputusan suatu alat ukur dikatakan cukup variabel atau tidak mengacu pada apabila nilai koefisien cronbach alfa (a) lebih besar dari kisaran 0.5-1.0. Menurut (Azwar 2003) penilaian reliabilitas sebagai berikut :

a. Nilai koefisien alpha 0.00 – 0.20 berarti kurang reliabel b. Nilai koefisien alpha 0.21 – 0.40 berarti agak reliabel c. Nilai koefisien alpha 0.41 – 0.60 berarti cukup reliabel d. Nilai koefisien alpha 0.61 – 0.80 berarti reliabel e. Nilai koefisien alpha 0.81 – 1.00 berarti sangat reliabel

Hasil uji coba instrumen menunjukan bahwa nilai koefisien reliabilitas alpha Cronbach pada sarana prasarana termasuk kategori sangat reliabel, kepemimpinan kepala sekolah termasuk kategori sangat reliabel, peran pengawas sekolah termasuk kategori reliabel, kompetensi pedagogik termasuk kategori reliabel dan kompetensi profesional termasuk kategori reliabel. Kisaran nilai koefisien reliabilitas alpha Cronbach yang diperoleh 0.749 – 0.894 (Lampiran)

Analisis Data Penelitian

Teknik analisis data yang digunakan pada penelitian ini adalah teknik analisis statistik deskriptif dan regresi linear berganda.

1. Analisis statistik deskriptif dilakukan untuk mendeskripsikan bagaimana kompetensi guru matematika SMA Negeri di Kabupaten Kuantan Singingi Provinsi Riau. Data yang diperoleh dari kuesioner di kelompokkan berdasarkan variabel yang telah ditentukan dengan mengunakan skoring dan pengkatagorian. Data pada penelitian ini meliputi tingkat kompetensi guru matematika SMA Negeri di Kabupaten Kuantan Singingi Provinsi Riau. Data ditabulasi dan dikelompokkan berdasarkan kriteria sangat baik, baik, cukup dan kurang. Analisis statistik deskriptif dilaksanakan berdasarkan:

a. Penyajian data variabel X dan Y dengan memberikan skor pada setiap data dan kemudian di tabulasi.

b. Menggolongkan, menghitung jawaban berdasarkan katagori jawaban. variabel yang dikelompokkan ke dalam 4 (empat) kelas kriteria masing-masing adalah: (1) kurang (2) cukup (3) baik dan (4) sangat baik. Interval kelas ditentukan dengan rumus sebagai berikut:

Keseluruhan data diolah pada program Statistical Product and Service Solutions (SPSS 20) yang kemudian dianalisis.

Gambar

Gambar  1.  Kerangka  pemikiran  kompetensi  pedagogik  dan  profesional  guru  matematika SMA Negeri di Kabupaten Kuantan Singingi, Riau
Tabel  1  Sub  variabel  faktor  internal  guru,  definisi  operasional,  indikator  dan  parameter, Lanjutan
Tabel  3  Sub  variabel  kompetensi  guru,  definisi  operasional,  indikator  dan  parameter
Tabel 1  Jumlah sekolah, murid, guru, rasio murid sekolah dan rasio murid guru di  Kabupaten Kuansing Tahun 2011-2013
+2

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian menunjukkan bahwa perbandingan sari sirsak dengan ekstrak daun sambung nyawa memberikan pengaruh berbeda sangat nyata terhadap aktivitas antioksidan, kadar abu,

Aplikasi ini bertujuan untuk membantu mempercepat pengolahan data siswa pada Sekolah Taman Kanak-kanak Islam Wahyu agar pengelola dapat bekerja seefektif mungkin serta dapat

Subyek yang digunakan dalam penelitian ini adalah 2 keluarga poligami (dalam hal ini suami yang memiliki dua istri), dengan demikian subyek dalam penelitian ini terdiri dari

The similar phenomena are also shown by the CI engine loaded with higher loads (900 W and 1200 W). At low biogas flow rate, the brake thermal efficiency of the CI engine run in

Menggunakan pengembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) dalam menentukan strategi pemasaran yang efektif dan efesien terhadap produk jasa yang ditawakan dengan

Buku pesanan dikirim melalui kurir, pemilik toko melakukan konfirmasi kepada pembeli bahwa buku yang dipesan telah dikirim, dengan mengirimkan nomor resi pengiriman melalui

persediaan barang dengan lebih baik dan menghasilkan informasi yang akurat.. sehingga tidak mengecewakan para konsumen

Pada Gambar 3, baik perlakuan ketika menggunakan bahan bakar bensin maupun biogas memperlihatkan grafik yang menurun seiring dengan penambahan beban yang diberikan,