52 25 MUHARAM - 9 SHAFAR 1432 H
WAWASAN MUHAMMADIYAH
D
emikian pula, ide dan gagasan berkait dengan isu masyarakat sipil berkembang subur, termasuk dinamika pemikiran tentang pembaruan yang terus menguat sejalan keterbukaan yang dipelopori para intelektual dan elit yang mengabdi dan bergiat di dalamnya.Bagaimanapun, kehadiran perguruan tinggi mempunyai kedudukan strategis dalam pengembangan kehidupan sosial, budaya dan politik. Karena di sinilah pelbagai isu dan pendekatan dibicarakan secara terbuka dan ilmiah. Adalah tidak keliru, jika amal usaha organisasi ini dalam jenjang pendidikan tinggi mendapatkan perhatian yang sungguh-sungguh. Siapa pun mengakui bahwa tingkat pendidikan tinggi di bawah naungan organisasi berlambang matahari ini menyediakan fasilitas dan lulusan yang menjadi kebutuhan banyak lembaga dan orang ramai. Namun demikian, tidak semua perguruan tinggi Muhammadiyah mempunyai sarana yang sama, baik fisik, jaringan maupun sumber daya. Boleh dikatakan pengajian tinggi, sebutan Malaysia, yang besar dan berlimpah fasilitas sebagian besar berada di Pulau Jawa.
Untuk itu, perguruan tinggi Muhammadiyah yang berada di luar Jawa perlu berinisiatif untuk berdiri sejajar dan maju. Sebagaimana diketahui umum, keberhasilan sebuah lembaga pendidikan tinggi itu juga bergantung pada perluasan jaringan. Tidak hanya secara internal, ia juga harus menjalin kerjasama dengan luar agar pertukaran pengalaman itu dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan daya saing. Apa yang dilakukan Universitas Muhammadiyah Makassar dengan Universitas Sains Malaysia dalam menyelenggarakan bersama Seminar Internasional Wacana Ilmiah Muslim se-ASEAN II adalah ikhtiar untuk menyuburkan jejaring yang dimaksud.
Perhelatan yang digelar di Auditorium al-Amin pada tanggal 29 Maret-2 April 2010 tidak saja menggagas banyak ide tentang dunia kesarjanaan Muslim Melayu Nusantara. Tetapi juga, membuka diri untuk mengajak para peserta dari negara tetangga untuk melawat beberapa perguruan tinggi di Makassar dan mengunjungi tempat-tempat bersejarah. KH Mustari Busra, sebagai ketua panitia tuan rumah dan Abdul Halim Dinaa, MA, ketua dari negeri seberang, telah berusaha dengan sekuat
MELUASKAN JARINGAN
PERGURUAN TINGGI MUHAMMADIYAH
DR AHMAD SAHIDAH
Staf Peneliti di Universitas Sains Malaysia
Muhammadiyah dikenal sebagai
lembaga amal yang bergerak dalam
bidang pendidikan, kesehatan dan
kemasyarakatan. Perannya selama
satu abad lebih telah menyinari
kehidupan pelbagai lapisan khalayak.
Organisasi yang didirikan KH Ahmad
Dahlan ini tidak hanya dikenal di
pelosok negeri, namun juga di
seantero dunia. Dukungan dari
pelbagai pihak mengalir, baik moral
maupun material. Tidak terelakkan,
organisasi ini mempunyai gedung
yang cukup megah dan fasilitas yang
memadai, seperti bangunan rumah
sakit dan perguruan tinggi.
Universitas Muhammadiyah Surakarta yang sudah meluaskan jaringannya ke berbagai wilayah.
De
m
o (Vi
si
t ht
tp:
//www.pdfspl
itm
erge
r.c
om
53
SUARA MUHAMMADIYAH 01 / 96 | 1 - 15 JANUARI 2011
WAWASAN MUHAMMADIYAH
tenaga agar ikhtiar ini tidak hanya sebatas penyeleng-garaan seminar, tetapi sekaligus melestarikan kerjasama yang berkelanjutan. Selain mendekatkan peserta serum-pun dengan sejarah ‘Melayu’ di Makassar, cara lain adalah melalui usaha menerbitkan bersama hasil seminar selama tiga hari tersebut.
DR. Irwan Akib, M Pd, sebagai orang nomor satu di UMM, turut mendukung kegiatan ini dan mengundang peserta rombongan dari dua negara untuk makan malam di Restoran Wong Solo. Di sana pula, kedua belah pihak memeterai dan mematangkan nota kesepa-haman (memorandum of understanding). Seperti diberitakan koran lokal hari itu juga,
Fajar, ada sejumlah dosen UMM akan melanjutkan studi di Malaysia. Hal yang serupa juga dimuat dalam koran Tribun Timur. Tentu, keberhasilan panitia melibatkan media lokal tidak saja memberitahu masyarakat luas tentang sebuah kegiatan, tetapi juga mengo-kohkan keberadaan universitas tersebut dalam merawat kepercayaan masyarakat.
Kehadiran para civitas academica pelbagai Universitas Malaysia dan Thailand tidak hanya ditraktir oleh keluarga Pak Mustari, tetapi juga Dinas Pariwisata Sulawesi Selatan. Bahkan, mobil angkutan yang digunakan untuk mengantar rombongan juga berasal dari dinas tersebut. Dengan kendaraan inilah segenap rombongan menziarahi makam Syekh Yusuf, dan mereka melakukan tahlilan. Selain itu, para peserta seminar juga mengunjungi Benteng Rotterdam, Musium Balla Lompoa, Masjid tertua yang di depannya terletak makam keturunan raja-raja Goa, dan menunaikan shalat di Masjid terbesar di Kawasan Timur, Markaz al-Islami. Pendek kata, UMM juga berhasil menjadikan kerjasama ini sebagai usaha serampang dua mata, memajukan pariwisata negeri Angin Mamiri ini.
Nah, mengingat dalam waktu dekat pihak UMM akan melakukan kunjungan balasan. Maka pihak pemangku kepentingan (stakeholders) berusaha semaksimal mungkin untuk menindalanjuti persepahaman mengenai kerjasama keduabelah pihak. Pada waktu yang sama, mereka bisa melakukan perbandingan pengelolaan kampus, pengajaran, dan perpustakaan. Selain itu, mereka juga bisa melihat dari dekat bagaimana kampus USM yang menggelari dirinya kampus dalam taman memelihara lingkungan sekitar dan penataan ruang agar terwujud keselarasan antara manusia dan alam. Boleh dikatakan, UMM belum sepenuhnya memerhatikan hal ini.
Sejauh ini, menurut pengalaman penulis, universitas yang berlokasi di Pulau Mutiara ini, Pulau Pinang, berusaha untuk memperhatikan keseimbangan lingkungan melalui peraturan dan kebijakan konkret. Misalnya, pihak
universitas melarang kantin untuk menggunakan sedotan dan tas plastik. Demikian juga, penggunaan styrofoam
untuk pembungkus makanan tidak diperbolehkan sama sekali karena berbahaya bagi kesehatan dan tidak bisa didaur-ulang. Apatah lagi, universitas yang didirikan pada tahun 1969 menyatakan diri sebagai pendidikan tinggi yang bertransformasi untuk kelestarian untuk hari esok (Transforming Higher Education for a sustainable tomorrow). Selain digelontorkan banyak dana oleh pemerintah sebagai Universitas APEX (Accelerated Programme for Excellence), ia diganjar sebagai universitas penelitian terbaik di Malaysia.
Tentu, kerjasama semacam ini patut dikembangkan oleh lembaga perguruan tinggi yang lain, seperti Universitas Muhammadiyah Surakarta, Jakarta, dan Surabaya yang kebetulan kotanya mempunyai rute penerbangan langsung ke Kuala Lumpur. Mungkin, Universitas Muhammadiyah Riau bisa menjalin kerjasama dengan Universitas Malaya mengingat kedekatan jarak dan sejarah kemelayuan. Apalagi, maskapai Air Asia cukup membantu untuk mempererat silaturahim karena harga tiket yang murah, apatah lagi di kampus Semenanjung belum banyak dosen Muhammadiyah yang melanjutkan studi lanjutnya di sana.
Dengan ikhtiar Universitas Muhammadiyah Makassar untuk membuka peluang tenaga pengajarnya belajar di USM, yang dengan sendirinya bisa diikuti perguruan tinggi yang lain, mengingat biaya untuk jenjang PhD di sana jauh lebih murah dibandingkan dengan di Indonesia, apalagi Amerika dan Eropa, maka berkah yang diraih itu berlimpah. Tidak hanya hubungan ini menjadi pengikat kerjasama serumpun, tetapi ia juga mengingatkan kembali sejarah kedekatan masa silam untuk perbaikan kedua negara pada masa depan melalui jenjang pendidikan tinggi. Semoga!l
“Universitas yang didirikan pada
tahun 1969 menyatakan diri sebagai
pendidikan tinggi yang
bertrans-formasi untuk kelestarian untuk hari
esok (Transforming Higher
Educa-tion for a sustainable tomorrow).
Selain digelontorkan banyak dana
oleh pemerintah sebagai
Universitas APEX (Accelerated
Programme for Excellence),
ia diganjar sebagai universitas
penelitian terbaik di Malaysia”.
De
m
o (Vi
si
t ht
tp:
//www.pdfspl
itm
erge
r.c
om