• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kelimpahan dan keragaman cendawan endofit pada beberapa jenis padi di Kuningan, Tasikmalaya dan Subang, Jawa Barat

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Kelimpahan dan keragaman cendawan endofit pada beberapa jenis padi di Kuningan, Tasikmalaya dan Subang, Jawa Barat"

Copied!
54
0
0

Teks penuh

(1)

KELIMPAHAN DAN KERAGAMAN CENDAWAN ENDOFIT

PADA BEBERAPA VARIETAS PADI DI KUNINGAN,

TASIKMALAYA DAN SUBANG, JAWA BARAT

Oleh

DENI EJAR IRMAWAN

A44102007

PROGRAM STUDI HAMA DAN PENYAKIT TUMBUHAN

FAKULTAS PERTANIAN

(2)

ABSTRAK

DENI EJAR IRMAWAN. Kelimpahan dan Keragaman Cendawan Endofit pada Beberapa Varietas Padi di Kuningan, Tasikmalaya dan Subang. Dibimbing oleh SURYO WIYONO dan ABDUL MUNIF.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kelimpahan dan keragaman cendawan endofit pada beberapa varietas padi di Kabupaten Kuningan, Tasikmalaya dan Subang. Penelitian dilaksanakan dari bulan September 2006 sampai Januari 2007. Di setiap daerah diambil varietas padi yang berbeda. Pengambilan sampel padi dilakukan secara sistematik, dari tiap petakan sawah diambil 3 rumpun tanaman padi lalu diberi label. Dari setiap rumpun diambil 1-2 anakan untuk diisolasi cendawan endofitnya. Cendawan endofit yang ditemukan kemudian dimurnikan dengan media Potato Dekstrose Agar (PDA), kemudian diidentifikasi.

(3)

KELIMPAHAN DAN KERAGAMAN CENDAWAN ENDOFIT

PADA BEBERAPA VARIETAS PADI DI KUNINGAN,

TASIKMALAYA DAN SUBANG, JAWA BARAT

DENI EJAR IRMAWAN

A44102007

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada

Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor

PROGRAM STUDI HAMA DAN PENYAKIT TUMBUHAN

FAKULTAS PERTANIAN

(4)

Judul : Kelimpahan dan Keragaman Cendawan Endofit pada Beberapa Varietas Padi di Kuningan, Tasikmalaya dan Subang

Nama : Deni Ejar Irmawan

NRP : A44102007

Menyetujui,

Dosen Pembimbing I

Dr. Ir. Suryo Wiyono, M.Sc.Agr. NIP. 132 002 572

Dosen Pembimbing II

Dr. Ir. Abdul Munif, M.Sc NIP. 131 841 756

Mengetahui, Dekan Fakultas Pertanian

Prof. Dr. Ir. Supiandi Sabiham, M.Agr NIP. 130 422 698

(5)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Kabupaten Tasikmalaya, Propinsi Jawa Barat pada tanggal 30 September 1983, merupakan anak kesatu dari tiga bersaudara keluarga Bapak Hadis dan Ibu Wiwin. Pada tahun 1999-2002 penulis menempuh pendidikan di SMU Negeri I Singaparna. Pada tahun 2002 penulis melanjutkan pendidikan ke Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur USMI sebagai mahasiswa Program Studi Hama dan Penyakit Tumbuhan, Jurusan Hama dan Penyakit Tumbuhan.

(6)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, atas limpahan Rahmat dan Karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir ini. Shalawat dan salam semoga tetap tercurah kepada Rasulullah SAW, keluarga, sahabat, serta umatnya sampai akhir zaman. Skripsi ini disusun sebagai tugas akhir penulis dalam menyelesaikan pendidikan pada Program Studi Hama dan Penyakit Tumbuhan, Jurusan Hama dan Penyakit Tumbuhan, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Dengan terselesaikannya penulisan skripsi ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Dr. Ir. Suryo Wiyono, M.Sc.Agr. sebagai dosen pembimbing I yang telah banyak memberikan pengarahan dan penjelasan dalam penyelesaian tugas akhir ini.

2. Dr. Ir. Abdul Munif, M.Sc sebagai dosen pembimbing II yang banyak memberikan pengarahan serta bantuan dana sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir ini dengan cepat.

3. Prof. Dr. Ir Utomo Kartosuwondo, MS sebagai dosen pembimbing akademik yang telah membimbing penulis selama ini.

4. Dr. Ir. Widodo, M.Sc yang telah membantu penulis untuk kembali studi di IPB.

5. Dra. Dewi Sartiami, M.Si sebagai dosen penguji tamu. 6. Bapak dan Mamah serta adik-adik tercinta.

7. Dan kepada semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu. Semoga hasil penelitian ini dapat bermanfaat bagi penulis dan semua pihak yang berkepentingan.

(7)

DAFTAR ISI

Manfaat Penelitian... 3

TINJAUAN PUSTAKA... 4

Definisi dan Biologi Endofit ... 4

Ekologi dan Persebaran Endofit ... 4

Fisiologi Endofit... 6

Kelimpahan dan Keragaman Endofit Tanaman ... 7

Cendawan Endofit Sebagai Agens Biokontrol... 8

Potensi dan Peluang Cendawan Endofit... 9

BAHAN DAN METODE ... 10

Waktu dan Tempat ... 10

Bahan dan Alat ... 10

Pelaksanaan Penelitian ... 10

Survei dan Pengambilan Sampel... 10

Isolasi dan Pemurnian Cendawan Endofit ... 11

Induksi Sporulasi Cendawan Endofit ... 11

Identifikasi Cendawan Endofit ... 11

Metode Pengamatan ... 12

Keragaman dan Kelimpahan Cendawan Endofit ... 13

HASIL DAN PEMBAHASAN ... 14

Kondisi Umum Penelitian ... 14

Masalah Hama Tanaman Padi ... 14

Kelimpahan Cendawan Endofit ... 15

Persebaran Kolonisasi Cendawan Endofit ... 16

Dominasi Spesies ... 16

Keragaman Cendawan Endofit dan Varietas ... 19

Keragaman Cendawan Endofit dan Lokasi ... 20

Kelimpahan, Keragaman Cendawan Endofit dan Budidaya ... 21

Kelimpahan, Keragaman Cendawan Endofit dan Curah Hujan... 22

Peranan Cendawan Endofit ... 23

KESIMPULAN DAN SARAN ... 25

Kesimpulan... 25

(8)
(9)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

1 Persentase persebaran kolonisasi cendawan endofit pada lima

varietas padi... 17 2 Persentase persebaran kolonisasi cendawan endofit pada tiga

lokasi di Jawa Barat... 17 3 Persentase rata – rata kolonisasi cendawan endofit pada lima

varietas padi... 18 4 Persentase rata – rata kolonisasi cendawan endofit pada tiga

(10)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

1 Persentase kolonisasi cendawan endofit hasil isolasi dari lima

varietas tanaman padi ... 30

2 Persentase kolonisasi cendawan endofit hasil isolasi pada tiga lokasi di Jawa barat ... 30

3 Persentase total kolonisasi cendawan endofit hasil isolasi dari lima varietas tanaman padi ... 31

4 Persentase total kolonisasi cendawan endofit hasil isolasi pada tiga lokasi di Jawa barat... 32

5 Jumlah contoh yang dikolonisasi cendawan endofit pada lima varietas tanaman padi ... 31

6 Jumlah contoh yang dikolonisasi cendawan endofit dari tiga lokasi di Jawa Barat ... 32

7 Budidaya pada lima varietas tanaman padi di tiga Kabupaten Kuningan, Tasikmalaya dan Subang ... 33

8 Rata – rata curah hujan Dasarian periode 1971 – 2000 (millimeter) zona prakiraan iklim di Indonesia ... 34

(11)

20 Nigrospora sp 3 (Mikroskopik)... 36

21 Koloni Nigrospora sp 4... 36

22 Nigrospora sp 4 (Mikroskopik)... 36

23 Koloni Monillia sp ... 37

24 Monillia sp (Mikroskopik) ... 37

25 Koloni Penicillium sp 1... 37

26 Penicillium sp 1 (Mikroskopik)... 37

27 Koloni Pyricularia sp 2... 37

28 Pyricularia sp 2 (Mikroskopik)... 37

29 Koloni Trichoconis sp 2 ... 37

30 Trichoconis sp 2 (Mikroskopik) ... 37

31 Koloni Penicillium sp 2... 38

32 Koloni Mastigosporium... 38

33 Koloni Sporobolomyces sp 2... 38

34 Sporobolomyces sp 2 (Mikroskopik)... 38

35 Koloni Cephalosporium sp ... 38

36 Cephalosporium sp (Mikroskopik) ... 38

37 Koloni Monocillium sp... 38

38 Monocillium sp (Mikroskopik)... 38

39 Deskripsi Varietas ... 39

(12)

Latar Belakang

Beras adalah makanan pokok bagi separuh umat manusia. Penduduk Asia memproduksi dan mengkonsumsi 90% beras dari hasil padi yang ditanam. Beras merupakan makanan pokok dan sumber karbohidrat yang paling banyak dikonsumsi di dunia. Selain itu, beras menyediakan 70-80% kalori dan 40-70% protein (Fagi et al 2001). Daerah yang mengkonsumsi beras menyebar dari negara Asia, kemudian ke negara lain seperti benua Eropa, Australia dan Amerika yang mengkonsumsi beras dalam jumlah yang jauh lebih kecil daripada negara Asia (Siregar 1981). Sejalan dengan pertumbuhan jumlah penduduk, pada tahun 2025 Asia diperkirakan harus meningkatkan produksi padinya sebesar 50% untuk mempertahankan tingkat konsumsi saat ini. Luas lahan untuk menanam padi semakin berkurang khususnya di daerah dekat perkotaan, tenaga kerja yang bergerak dibidang pertanian semakin sedikit dan persediaan air semakin terbatas (Cantrell 2001).

Usaha untuk meningkatkan produksi padi senantiasa dilakukan, terutama untuk me menuhi kebutuhan dalam negeri. Sampai saat ini hama dan penyakit menjadi faktor pembatas dalam produksi padi. Serangan hama dan penyakit merupakan salah satu kendala produksi yang selalu mengganjal target produksi. Ledakan jenis hama terjadi silih berganti dan tidak jarang diikuti oleh munculnya biotipe baru yang lebih ganas (Manuwoto dan Indriyani 1994).

Metode pengendalian hama dan penyakit tanaman mengikuti perkembangan sistem budi daya tanamannya. Dalam sistem pertanian modern penggunaan pestisida menjadi alterna tif pengendalian hama dan penyakit tanaman. Namun penggunaan bahan kimia pada sistem pertanian modern berpengaruh buruk terhadap lingkungan dan mengurangi keanekaragaman hayati pada agroekosistem (Hoerunnisa 2006).

(13)

2 inang tanaman, seperti organisme endofit yang dapat hidup dalam organ tanaman dan kadang-kadang mampu mengkolonisasi dalam jaringan tanaman tanpa menyebabkan kerusakan pada inangnya. Banyak kelompok cendawan endofit yang mampu memproduksi senyawa antibiotik yang aktif melawan bakteri maupun fungi patogenik terhadap manusia, hewan dan tumbuhan, terutama genus

Coniothrium dan Microsphaeropsis (Petrini 1992).

Interaksi cendawan endofit dan inang tanaman umumnya bersifat simbiosis mutualisme. Mikotoksin yang dihasilkan cendawan endofit seperti alkaloid pada tanaman rumput-rumputan mampu melindugi inang dari serangan invertebrata herbivor, nematoda dan patogen. Cendawan Neotyphodium mampu melindungi inang dari serangan vertebrata pemakan rumput (Faeth 2002). Peranan cendawan endofit dalam melindungi inang tanaman dari serangan hama dilaporkan tahun 1981 yaitu cendawan Phomopsis oblonga melindungi pohon yang tinggi dari serangan kumbang Physocnemum brevilineum (Coleoptera : Cerambycidae) (Azevedo et al 2000). Pada tahun 1985 di Perancis cendawan

Beauveria brongniartii digunakan untuk mengendalikan hama Melolontha

melolontha (Coleoptera : Scarabaeidae) (Petrini 1992). Penemuan agens hayati

(14)

Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kelimpahan dan keragaman cendawan endofit pada beberapa varietas padi di Kabupaten Kuningan, Tasikmalaya dan Subang

Manfaat Penelitian

(15)

TINJAUAN PUSTAKA

Definisi dan Biologi Endofit

Endofit adalah semua jenis organisme yang mengkolonisasi jaringan dalam tanaman. Kemudian definisi diperluas menjadi semua organisme yang hidup dalam organ tanaman yang mengkolonisasi jaringan tanaman tanpa mengakibatkan kerugian yang nyata terhadap inang tanaman. Organisme endofit mempunyai fase epifit yang cukup panjang dan dalam perkembangan siklus hidupnya beberapa organisme kadang – kadang menyebabkan patogenik pada tanaman (Petrini 1992).

Secara keseluruhan siklus hidup cendawan endofit pada rumput - rumputan tumbuh sebagai endofit non patogen atau epifit tanpa merusak sel inang. Namun demikian ada spesies yang berpotensi menjadi patogen, dengan gejala umum menyebabkan organ reproduksi menjadi mandul. Pada rumput, cendawan endofit kadang-kadang memberi keuntungan seperti menghasilkan alkaloid dan meningkatkan pertumbuhan vegetatif. Jadi, secara umum hubungan yang terjadi antara cendawan endofit dan tanaman adalah menguntungkan (Siegel dan Schardl 1992).

Konsentrasi endofit yang paling tinggi terdapat dalam mahkota, batang dan daun-daun, Sementara sedikit yang hidup dalam akar inang. Endofit membentuk miselia yang tumbuh antara sel tanaman, sebagian besar dalam lapisan pelindung daun dan struktur reproduktif. Ketika inang dalam bentuk benih, endofit menginfeksi dan menyebar dari bagian tanaman lapisan luar masuk kedalam benih. Ini menunjukan bagaimana endofit pindah dari tanama n dalam suatu lahan produksi benih. Ketika benih berkecambah dan tumbuh, endofit menginfeksi dan menyebar ke jaringan pertumbuhan dari inang tanaman (Moris 2001).

Ekologi dan Pers ebaran Endofit

(16)

spesies tanaman dapat diteliti, meskipun ada pola yang berbeda dari dominasi oleh satu atau sedikit spesies tanaman yang dapat diidentifikasi. Contoh Phyllosticta

multicorniculata sejenis palem, cendawan dalam tanaman ini berasosiasi dengan

penyakit hawar pada inang tanaman pale m serta menyebabkan gejala penyakit pada sejenis pohon cemara. Pada umumnya keragaman spesies dari jenis populasi endofit berhubungan dengan lokasi (Petrini 1992).

Dominasi pada spesies cendawan berbeda dari tiap lokasi meskipun ada aturan hanya satu atau dua jenis cendawan mendominasi suatu spesies inang tanaman, tanpa memperhatikan pada tempat sebagai sumber sampel. Petrini (1992) meneliti bahwa tingkat dari kolonisasi cendawan pada tanaman di Pegunungan Alpen oleh endofit sangat banyak tergantung kondisi ekologi. Angka kolonisasi tinggi oleh endofit berkorelasi positif dengan penutupan salju abadi dan miskin suplai nutrisi kepada inang tanaman. Sama halnya, sejumlah spesies endofit cukup rendah pada iklim ekstrim dan mengikuti pola keadaan daerah. Disamping itu, ada hubungan diantara ketinggian diatas permukaan laut dan kelembaban udara serta infeksi oleh cendawan endofit (Petrini 1992).

Para ahli ekologi mengidentifikasi terdapat tiga hasil penting dari interaksi dua spesies yang berkompetisi, antagonis (contoh parasitisme dan predator) dan mutualisme. Banyak ina ng dan endofit berasosiasi mutualisme dimana endofit mendapat nutrisi dan hid up, sedangkan inang tanaman mendapatkan nutrisi dalam sistem pertahanan, pertumbuhan, dan reproduksi. Interaksi diantara endofit dan inang tanaman mungkin juga mutualisme fakultatif tergantung dari keseimbangan diantara hasilnya apakah merugikan dari infeksi atau menguntungkan dari penolakan terhadap hama tanaman (Clay 1992).

(17)

6 Sejauh ini, tersedia informasi yang terbatas dalam kolonisasi jaringan tanaman oleh endofit. Ada tiga mekanisme penularan endofit yaitu : 1) infeksi pada jaringan tanaman melalui spora tepatnya mekanisme penyebaran sejumlah endofit yang bersporulasi dengan cepat dalam inang. Sebagai contoh adalah

Apiognomonia errabunda, meskipun cendawan ini juga ditularkan benih, 2)

Penularan melalui benih, 3) Penularan melalui serangga (Petrini 1992).

Kelimpahan cendawan endofit di alam sangat tinggi, kelimpahan cendawan endofit dapat ditemukan pada berbagai lokasi baik di daerah tropis maupun sub tropis serta berbagai jenis tanaman, seperti tanaman sayur-sayuran, buah-buahan, pangan maupun tanaman hutan. Dari daerah tropis cendawan endofit dapat ditemukan pada tanaman palem seperti Licuala ramasayi, Idriella

spp, Fusarium aquaeductum, dan lain - lain. Dari spesies lain Sabal bermudana

dan Livistona chinensis ditemukan Idriella, Aspergillus, Phomopsis, Wardomyces,

Penicillium dan lain - lain. Di Brazil, dari tanaman jeruk Citrus deliciosa dan C.

reticulata dihasilkan isolat Colletotrichum dan Guignardia. Bahkan pada tanaman

pisang Musa acuminata juga dihasilkan isolat Xylaria sp, Colletotrichum musae

dan Cordana musae. Dari daerah sub tropis pada sejenis rumput – rumputan

Dactylis glomerata ditemukan cendawan endofit spesies baru yaitu Acremonium

chilense (Azevedo et al 2000).

Fisiologi Endofit

(18)

pemurnian dari media penumbuh endofit dalam kultur / media penumbuh. (Melinda et al 2002)

Cendawan endofit melakukan aktivitas fisiologi terutama pada saat ada serangan patogen. Pengurangan keparahan penyakit secara in vivo pada penelitan interaksi cendawan endofit dan Puccinia pada tanaman gandum menunjukkan bahwa endofit tidak bersifat micoparasit dan tidak bersaing dalam pengambilan karbon atau interaksi fisik dengan patogen, tetapi melindungi inang tanaman (Dingle dan McGee 2003).

Kelimpahan dan Keragaman Endofit Tanaman

Kelimpahan dan keragaman mikroorganisme di alam sangat tinggi. Kegiatan – kegiatan eksplorasi cendawan maupun bakteri endofit pada berbagai inang tanaman telah menghasilkan isolat cendawan maupun bakteri yang sangat banyak. Cendawan maupun bakteri endofit yang ditemukan dalam jaringan maupun organ tanaman ada yang mampu menghasilkan zat alkaloid yang menginfeksi serangga maupun herbivor (Vinton et al 2001)

Pada umumnya, penyebaran cendawan endofit berasosiasi dengan daun sangat melimpah di daerah tropis daripada daerah sub tropis. Di hutan tropis cendawan endofit menginfeksi 100% dalam daun Quercus emoryi di Arizona, USA yang dihasilkan dari 30 spesies pohon dan semak belukar yang mewakili 24 famili dan 14 ordo Angiospermae. Selain itu, ditemukan sekitar 98,7% kolonisasi cendawan endofit untuk tiga spesies sampel dalam 14 ordo Angiospermae di daearah pulau Barro Colorado, Panama. Meskipun di daerah tropis kelimpahan cendawan endofit lebih tinggi daripada daerah sub tropis, tetapi di daerah sub tropis mungkin keragamannya yang lebih tinggi seperti pada daun Magnolia

grandiflora (Magnoliaceae) dihasilkan >30 spesies cendawan endofit ditemukan

dari 9 daun sampel di daerah iklim dingin, sedangkan di hutan Panama >400 jenis mofrologi cendawan endofit ditemukan pada dua inang spesies (Arnold dan Lewis 2005).

(19)

8 cendawan endofit seperti Colletotrichum, Nodulisporium mirip Xylaria,

Pestalotiopsis, Phomopsis dan lain - lain (Canon dan Simmons 2002). Dari famili

Orchidaceae, spesies Lepanthes dihasilkan isolat cendawan endofit dari isolasi bagian akar dan daun. Isolasi dari tanaman ini didapatkan 98 isolat, 68% dapat diklasifikasikan sampai tingkat spesies, sedangkan 32% belum bisa diidentifikasi sampai tingkat spesies. Keragaman kolonisasi dari tiap bagian tanaman terlihat, yaitu 12% diisolasi dari bagian akar dan daun sedangkan 67% hanya diisolasi dari bagian belahan tanaman (Baymen et al 1997).

Cendawan Endofit Sebagai Agens Biokontrol

Dalam pengendalian penyakit, beberapa cendawan endofit mampu mengurangi seranga n infeksi beberapa patogen. Cendawan endofit dari jenis

Chaetomium sp dan Phoma sp telah berhasil mengurangi jumlah pustul dan luas

serangan daun pada gandum yang disebabkan oleh Puccinia recondita f.sp. tritici. Selain itu, pencucian media dari Chaetomium dan isolat Phoma sp telah mengaktivasi reaksi pertahanan aktif dari tanaman, sehingga membatasi persebaran dan replikasi patogen (Dingle dan Mc Gee 2003).

Selain itu, pada tanaman kentang aktivitas cendawan endofit

Hetreoconium chaetospira juga mampu mengurangi penyakit akar gada sebesar

52 - 97% dan mengurangi kejadian penyakit kuning yang disebabkan oleh

Verticilium sp sebesar 47 – 67% (Narisawa et al 2000).

Kolonisasi cendawan endofit pada inang tanaman akan berpengaruh terhadap keberadaan serangga, terutama yang memakan inang dan menjadi hama pada inang tersebut. Keberadaan serangga Phenacoccus solani (Homoptera : Psudococcidae) pada tanaman barley dapat ditekan secara total, sama dengan

Shipa maydis (Homoptera : Aphididae) yang menyebabkan nekrosis pada tanaman

barley. Beberapa tanaman barley yang telah diinokulasi dengan cendawan endofit tidak mengalami kerusakan yang parah oleh serangan kutu Shipha maydis

(20)

Potensi dan Peluang Cendawan Endofit

Sejak ditemukannya obat anti kangker dari isolasi cendawan endofit

Pestalotiopsis microspora yang mengkolonisasi sejenis pohon cemara di

Himalaya, penelitian tentang cendawan endofit semakin berkembang. Beberapa spesies cendawan endofit diidentifikasi sebagai sumber anti kangker, anti diabetes, insektisida dan anti kekebalan. Cendawan endofit juga mampu menghasilkan senyawa metabolit yang berperan melindungi inang tanaman dari kondisi lingkungan ekstrim, contohnya Curvularia sp yang ditemukan pada tanaman di daerah gunung merapi, Amerika Serikat. Selain itu, cendawan endofit juga melindungi inang dari serangan serangga, tungau, atau hewan lain yang hidup dan memakan inang tanaman (Maheswari 2006)

Persentase komunitas cendawan endofit sebenarnya dalam semua spesies tanaman mempunyai daya adaptasi pada ekologi dalam lahan penelitian dan aplikasinya. Banyak informasi kualitatif yang sekarang ada dalam pengaturan faktor- faktor dinamisasi dari cendawan endofit, namun hampir tidak diketahui dampak kuantitas relatif pada masing- masing faktor dengan komunitas endofit. Penelitian yang ditujukan untuk menjelaskan dasar biokimia dari simbiosis inang dan endofit masih kurang (Petrini 1992).

(21)

BAHAN DAN METODE

Waktu dan Tempat

Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Sepetember 2006 sampai Februari 2007. Eksplorasi cendawan endofit dilakukan di lahan persawahan padi di Kabupaten Kuningan bagian timur, Tasikmalaya bagian selatan dan Subang bagian barat. Adapun untuk isolasi dan analisa data material dilakukan di Laboratorium Mikologi Tumbuhan, Departemen Proteksi Tanaman, Institut Pertanian Bogor.

Bahan dan Alat

Bahan dan alat yang digunakan untuk eksplorasi cendawan ialah kantong plastik, gunting pemotong dan label. Sedangkan bahan untuk isolasi cendawan endofit ialah media Potato Dextrose Agar (PDA), Sporulation Medium (S-medium), pelepah batang padi, NaOCl 1% dan air steril. Adapun alat-alat yang digunakan untuk isolasi yakni cawan petri, gelas ukur, pipet, gelas objek dan mikroskop compound untuk identifikasi.

Pelaksanaan Penelitian

Survei dan Pengambilan Sampel

(22)

Ciherang dari dua tempat yang berbeda dan 6 varietas Pandan Wangi dan berumur 25 – 30 HST.

Isolasi dan Pemurnian Cendawan Endofit

Isolasi cendawan endofit dilakukan dengan mengambil bagian pelepah batang anakan padi. Batang padi dicuci terlebih dahulu pada air yang mengalir untuk membersihkan kotoran. Kemudian bagian akarnya dipotong, lalu diambil 1-2 batang tanaman padi, kemudian diambil bagian pelepah batangnya dan dipotong-potong kecil (± 1 cm), selanjutnya isolasi dikerjakan di dalam

laminarflow. Potongan – potongan pelepah batang padi (± 1 cm) disterilkan

dengan NaOCl 1% selama 1 menit untuk mematikan mikroba permukaan. Kemudian dimasukan kedalam cawan petri yang berisi air steril dan dicuci selama 1 menit, lalu dikering-anginkan dalam suhu rua ngan. Setelah kering kemudian ditumbuhkan dalam media PDA dan diinkubasikan selama 1 minggu pada suhu ruangan. Media PDA dibuat dengan komposisi : agar 17 g, kentang 200 g, dextrose 20 g dan air steril 1000 ml. Setelah 1 minggu cendawan endofit yang tumbuh diamati dan dihitung. Pemurnian dilakukan dengan memindahkan cendawan endofit yang tumbuh pada PDA di cawan petri ke cawan petri yang berisi PDA yang masih kosong. Setelah diperoleh biakan murni, cendawan endofit disimpan pada PDA yang terdapat dalam tabung reaksi.

Induksi Sporulasi Cendawan Endofit

Untuk menumbuhkan konidia dari hasil isolasi cendawa endofit yang memiliki hifa steril, maka digunakan media sporulasi (S-Medium). Pada tahap ini S-Medium yang terbuat dari campuran agar 7 g, CaCO3 15 g, sukrosa 10 g dan air

steril 500 ml dilarutkan dan disterilisasi dngan autoklaf pada suhu 121 0C selama 15 menit. Hifa steril dari masing – masing cendawan endofit yang sudah murni dipindahkan kedalam media S-Medium. Selanjutnya, agar konidia tumbuh diberi perlakuan N-UV selama 12 jam/hari.

Identifikasi Cendawan Endofit

(23)

12 digunakan kunc i identifikasi Barnett dan Hunter (1988) dengan bantuan dosen pembimbing. Setelah ditemukan dan diidentifikasi kemudian didokumentasikan dengan kamera digital.

Metode Pengamatan

(24)

Keragaman dan Kelimpahan Cendawan Endofit

Kelimpahan cendawan endofit tertentu pada masing – masing sampel ditentukan dengan nilai persen kolonisasi cendawan endofit tersebut. Keragaman cendawan endofit pada masing – masing varietas dan lokasi ditentukan dengan jumlah spesies yang berasosiasi.

Persentase Kolonisasi Cendawan Endofit Secara Individual = N ni

x 100% Dengan :

ni : jumlah contoh yang terinfeksi cendawan endofit ke-i N : jumlah contoh

Persentase Kolonisasi Total Cendawan Endofit = N

n

x 100% n : jumlah contoh yang terinfeksi cendawan endofit

N : jumlah contoh

Dalam penelitian ini juga ditentukan indeks keragaman Shanon-Wiener (Magurran 1987) yang dihitung dengan rumus sebagai berikut :

Indeks Keragaman Spesies (H’) =

(25)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Kondisi Umum Penelitian

Lokasi penelitian berada di tiga lokasi yang berbeda : lokasi pertama di Tasikmalaya bagian selatan tepatnya di Desa Salawu, Kecamatan Salawu Kabupaten Tasikmalaya. Desa Salawu memilki ketinggian 600 m dpl (di atas permukaan laut) dengan curah hujan 3434 mm / tahun, suhu udara rata – rata siang dan malam 26 0C. Lokasi kedua di Kabupaten Subang bagian barat yang berada pada ketinggian 10 m dpl, dengan curah hujan 3211 mm / tahun, kelembaban udara antara 40 – 60% dan suhu udara rata – rata 30 – 35 0C (siang hari) dan 22 – 28 0C (malam hari). Lokasi ketiga berada di Kabupaten Kuningan yang berada pada ketinggian 120 – 222 m dpl, dengan curah hujan 1827 mm / tahun, suhu rata – rata bulanan berkisar antara 18 – 32 0C (Bakosurtanal 2007).

Kondisi pertanaman padi yang diamati berada pada stadia vegetatif, berumur 14 HST, 25 – 30 HST dan 25 – 54 HST. Pada saat pengambilan sampel. tanaman yang diamati berada pada kondisi baik, tidak terserang hama maupun penyakit. Keadaan lokasi pengamatan di Kabupaten Kuningan dikelilingi oleh sawah dan sebelah selatan dibatasi oleh sungai, sedangkan di Kabupaten Tasikmalaya dan Subang lokasi pengamatan dikelilingi oleh sawah.

Masalah Hama Tanaman Padi

Beberapa hama yang ditemukan saat pengamatan langsung dan hasil wawancara dengan petani serta menjadi masalah di lahan persawahan mereka diantaranya di Kabupaten Subang adalah : wereng cokelat (Nilavarpata lugens) (Hemiptera : Delphacidae), tikus (R. rattus argentiventer), pengggerek batang padi (Scircophaga spp.) (Lepidoptera: Pyralidae), walang sangit (Leptocorisa

oratorius) (Hemiptera : Alydidae) dan belalang (Oxya sp) (Orthoptera :

(26)

para petani di sana tidak melakukan penyemprotan pestisida, mereka lebih mementingkan masalah pemberia n pupuk. Namun hama tikus (R. rattus

argentiventer) kadang – kadang menyerang.

Kelimpahan Cendawan Endofit

Kelimpahan dan keragaman cendawan endofit dalam mengkolonisasi inang dipengaruhi oleh beberapa faktor diantarnya perbedaan varietas inang tanaman, lokasi pengambilan sampel, curah hujan serta aspek budidayanya. Faktor - faktor tersebut akan menggambarkan tinggi rendahnya tingkat kolonisasi suatu cendawan endofit di pertanaman. Selain itu, dominasi spesies yang mengkolonisasi inang akan berbeda dari masing- masing pengambilan sampel (Petrini 1992).

Pada penelitian ini lima varietas sampel tanaman padi yang diisolasi memiliki perbedaan dalam mengkolonisasi inang. Perbedaan kolonisasi total cendawan endofit dapat dilihat pada Tabel 1. Varietas Sumedang memiliki presentase kolonisasi yang tinggi yaitu 100% yang diikuti oleh varietas IR 64 66,67%, Ciherang 64,10%, Pandan Wangi 33,33% dan Cianjur 22,22%. Hal ini menunjukkan bahwa pada varietas lokal / lokasi memiliki kelimpahan yang tinggi dibandingkan dengan varietas non lokal / lokasi. Varietas IR 64 termasuk varietas yang mempunyai tingkat kolonisasi cendawan endofit tinggi daripada varietas Ciherang, Pandan Wangi maupun Cianjur, karena IR 64 termasuk varietas pertama yang dilepas ke lahan pertanian, jadi memiliki umur tanaman yang cukup lama dibandingkan ketiga varietas lainnya.

(27)

16

Persebaran Kolonisasi Cendawan Endofit

Tingkat persebaran kolonisasi cendawan endofit tiap varietas (Gambar 1) menunjukkan bahwa pada verietas IR 64 terdapat empat spesies cendawan endofit yang mendominasi yaitu Nigrospora sp, Aspergillus sp, Penicillium sp 2 dan

Monilia sp; pada varietas Ciherang didominasi spesies Nigrospora sp, Aspergillus

sp dan Sporobolomyces sp; sedangkan pada varietas Sumedang didominasi spesies

Nigrospora sp, Monilia sp dan Mastigosporium sp; untuk varietas Cianjur

didominasi spesies Monocillium sp dan Aspergillus sp; sedangkan pada varietas Pandan Wangi varietas yang mendominasi yaitu Penicillium sp 1.

Tingkat persebaran spesies cendawan endofit tiap lokasi (Gambar 2) menunjukkan bahwa persebaran tiga spesies cendawan endofit yang mendominasi padi di Kabupaten Tasikmalaya yaitu cendawan endofit Aspergillus sp,

Nigrospora sp dan Monocillium sp; di Kabupaten Kuningan didominasi oleh

Nigrospora sp, Aspergillus sp dan Penicillium sp 2; sedangkan di Kabupaten

Subang didominasi oleh Nigrospora sp, Sporobolomyces sp dan Aspergillus sp.

Dominasi Spesies

Presentase kelimpahan cendawan endofit pada lima varietas inang padi juga menunjukkan adanya dominasi spesies cendawan endofit yang mengkolonisasi. Pada Gambar 3 persentase kolonisasi tiga spesies cendawan yang mendominasi ialah Nigrospora sp sebesar 20,26% yang diikuti oleh Monilia sp 8,89%, dan

Aspergillus sp 8,03%.

Perbedaan lokasi pengambilan sampel menunjukkan dominasi spesies cendawan endofit yang berbeda - beda. Pada Gambar 4 rata – rata tiga spesies cendawan endofit yang mendominasi ialah Nigrospora sp sebesar 16,74% yang diikuti oleh Aspergillus sp13 % dan Sporobolomyces sp 7,36%.

(28)

11,11

IR 64 Ciherang Sumedang Cianjur Pandan Wangi

Varietas

Persentase Kolonisasi

Aspergillus Cephalosporium Curvularia Fusarium Gilmaniella Mastigosporium Monillia Monocillium Nigrospora Penicillium 1 Penicillium 2 Pyricularia

Sh 4 Sh 6 Sporobolomyces

Trichoconis

Aspergillus Cephalosporium Curvularia Fusarium Gilmaniella Mastigosporium Monillia Monocillium Nigrospora Penicillium 1 Penicillium 2 Pyricularia Sh 4 Sh 6 Sporobolomyces Trichoconis

dapat hidup pada makanan seperti oncom maupun tempe sehingga dikenal jamur oncom. Cendawan Sporobolomyces diketahui berperan sebagai saprofit.

Gambar 1 Persentase persebaran kolonisasi cendawan endofit pada lima varietas padi

(29)

18

Monocillium NigrosporaPenicillium 1 Penicillium 2 Pyricularia

Sh 4 Sh 6

Monocillium Nigrospora Penicillium 1 Penicillium 2 Pyricularia

Sh 4 Sh 6

Gambar 3 Persentase rata – rata kolonisasi cendawan endofit pada lima varietas padi

(30)

Keragaman Cendawan Endofit dan Varietas

Persebaran cendawan endofit tersebar secara horizontal, masing – masing inang tanaman dikolonisasi oleh propagul cendawan yang berasal dari lingkungan. Persebaran cendawan endofit mungkin disebabkan oleh angin dan vektor. Cendawan endofit mengkolonisasi beberapa bagian dari tanaman. Masing – masing cendawan endofit mempunyai jarak fisik, kimia, dan infeksi dengan jaringan inang tanaman. Keragaman tinggi dari fenolik dan tanaman resisten berasosiasi dengan persentase cendawan endofit. Sebagai contoh banyak asosiasi antar patogen potensial dalam suatu inang yang sama. Presentase endofit dan proliferasi endofit terus menerus dalam jaringan (Redlin dan Carris 1996).

Pada penelitian ini, varietas dari tanaman padi mempunyai pengaruh dalam keragaman cendawan endofit di alam. Terdapat 51 isolat spesies cendawan endofit yang ditemukan, 49 isolat telah diidentifikasi, sedangkan dua isolat hanya mengeluarkan hifa steril sehinga sulit untuk diidentifkasi. Dari Tabel 5 lampiran

terlihat bahwa jumlah cendawan endofit yang mengkolonisasi pada empat varietas tanaman padi berbeda-beda. Varietas Ciherang lebih tinggi daripada IR 64, Sumedang, Cianjur, dan pandan wangi. Sama halnya dengan jumlah spesies cendawan endofit yang mengkolonisasi, varietas Ciherang lebih tinggi daripada keempat varietas lainnya.

(31)

20 Tabel 1 Jumlah spesies dan indeks keragaman cendawan endofit pada lima

varietas padi

Varietas Jumlah Spesies Indeks Keragaman (H’)

Keragaman Cendawan Endofit dan Lokasi

Keberadaan endofit tergantung dari inang tanaman selama terpenuhi syarat nutrisi dan kondisi lingkungan (Petrini 1996). Variasi keragaman cendawan dalam mengkolonisasi suatu inang spesifik mungkin berasosiasi dengan lokasi, iklim dan umur daun. Cendawan berkembang di daerah yang memilki kelembaban tinggi, sehingga memasuki musim hujan rata-rata petani sangat khawatir oleh serangan cendawan patogen. Petrini (1992) menemukan bahwa keragaman dan kelimpahan cendawan endofit di pegunungan Alpen sangat tinggi. Selain itu, penutupan salju abadi menyebabkan kelembaban tinggi, hal ini mendukung perkembangan cendawan. Keragaman cendawan endofit tidak memiliki pola yang jelas dalam persebaran tiap tempat, kacau dan ukuran sampel yang terlalu kecil untuk diidentifikasi perbedaan hubungan inang dalam kolonisasi cendawan endofit (Cannon dan Simmons 2002).

Jumlah cendawan endofit dan spesies cendawan endofit yang mengkolonisasi tanaman padi di Tasikmalaya, Kuningan dan Subang berbeda. Tabel 6 lampiran diketahui bahwa sebanyak 51 isolat cendawan endofit yang ditemukan, padi asal Tasikmalaya memiliki jumlah cendawan endofit yang paling tinggi yaitu 21 isolat yang diikuti oleh Subang 16 isolat, dan Kuningan 14 isolat. Selain itu, keragaman jumlah spesies cendawan yang mengkolonisasi juga berbeda, yang paling tinggi di Kabupaten Tasikmalaya yaitu 12 isolat yang diikuti oleh Subang dan Kuningan masing - masing 8 isolat.

(32)

Subang 1,9062. Di Tasikmalaya, jumlah cendawan endofit yang mengkolonisasi tanaman sangat tinggi dan lebih beragam spesies cendawan endofit yang mengkolonisasinya.

Tabel 2 Jumlah spesies dan indeks keragaman cendawan endofit tanaman padi hasil isolasi dari tiga lokasi di Jawa Barat

Asal Tanaman Jumlah Spesies

Indeks

Kelimpahan, Keragaman Cendawan Endofit dan Budidaya

Aspek budidaya seperti pemberian pupuk dan penyemprotan pestisida merupakan bagian dari usaha – usaha dalam peningkatan produksi tanaman. Pemberian pupuk dan penyemprotan pestisida akan mempengaruhi pertumbuhan tanaman, karena zat – zat kimia yang terkandung dalam pupuk maupun pestisida akan masuk dalam jaringan tanaman dan ikut dalam metabolisme tanaman.

Cendawan endofit merupakan cendawan yang hidup dalam jaringan tanaman, sehingga hidupnya tidak terlepas dari pengaruh metabolisme inang tanaman. Cendawan endofit hidup dalam inang tanaman dan menempati bagian – bagian organ tanaman seperti daun, bunga, batang, ranting, percabangan, xylem, akar, maupun benih. Dalam inang tanaman, cendawan endofit berasosiasi dengan aktivitas metabolisme tanaman sehingga hubungan antara inang dan cendawan endofit bisa berkompetisi, antagonis dan mutualisme.

(33)

22

Kelimpahan, Keragaman Cendawan Endofit dan Curah Hujan

Curah hujan (mm) merupakan ketinggian air hujan yang terkumpul dalam tempat yang datar, tidak menguap, tidak meresap, dan tidak mengalir. Curah hujan 1 (satu) millimeter, artinya dalam luasan satu meter persegi pada tempat yang datar tertampung air setinggi satu millimeter atau tertampung air sebanyak satu liter. Zona Prakiraan Iklim (ZPI) adalah daerah yang pola hujan rata-ratanya memiliki perbedaan yang jelas antara periode musim kemarau dan musim hujan. Daerah-daerah yang pola hujan rata-ratanya tidak memiliki perbedaan yang jelas antara periode musim kemarau dan musim hujan, disebut Non ZPI. Luas suatu wilayah ZPI tidak selalu sama dengan luas suatu wilayah administrasi pemerintahan. Dengan demikian, satu wilayah ZPI bisa terdiri dari beberapa Kabupaten, dan sebaliknya satu wilayah Kabupaten bisa terdiri dari beberapa ZPI (BMG 2007).

Dari Tabel rata – rata curah hujan (Tabel 8 lampiran) dapat diketahui bahwa Kabupaten Tasikmalaya termasuk daerah yang memilki curah hujan yang tinggi dibandingkan dengan Kabupaten Subang maupun Kuningan. Pada penelitian ini, isolat yang didapatkan dari Kabupaten Tasikmalaya paling tinggi yaitu 21 isolat, sedangkan dari Kabupaten Subang ada 16 isolat dan Kabupaten Kuningan 14 isolat. Dari Kabupaten Tasikmalaya keragaman spesies cendawan endofit tinggi yaitu 12 spesies cendawan endofit, sedangkan dari Kabupaten Kuningan dan Subang ada 8 spesies yang ditemukan.

(34)

Peranan Cendawan Endofit

Pada penelitian ini belum dilakukan kajian terhadap peran cendawan endofit yang ditemukan pada tanaman padi tersebut. Namun penelitian – penelitian sebelumnya menunjukkan peranan yang penting dari cendawan endofit terhadap pengendalian hama dan penyakit tumbuhan. Pada saat pengambilan sampel di lapangan hampir tidak ada kejadian hama dan penyakit pada pertanaman padi. Hasil kolonisasi cendawan endofit pada tanaman padi asal Tasikmalaya memperlihatkan kelimpahan dan keragaman yang tinggi, ini mungkin yang menyebabkan rendahnya serangan OPT pada pertanaman padi, sehingga petani tidak melakukan aplikasi pestisida. Selain itu, pada saat pengambilan sampel, hampir tidak ditemukan wereng cokelat di pertanaman padi. Tingginya tingkat kolonisasi cendawan endofit mampu mengurangi serangan hama, seperti pada tanaman barley yang mampu mengurangi serangan hama

Phenacoccussolani (Homoptera : Pseudococcidae) dan Shipa maydis (Homoptera

: Aphididae) (Sabzalian et al 2004).

Beberapa cendawan endofit dalam mengkolonisasi inang bersifat sebagai antimikroba dan menghasilkan enzim. Antimkroba berarti mampu melawan kehadiran dari mikroorganisme, seperti bakteri dan Candida albicans (yeast). Menurut Maria et al (2001) cendawan endofit dari genus Aspergillus sp,

Fusarium, Nigrospora, Penicillium dan Alternaria berperan sebagai penghasil

antimikroba. Cendawan endofit yang bisa berperan sebagai penghasil enzim diantaranya dari genus Aspergillus, Fusarium dan Alternaria. Cendawan endofit yang bersifat enzimatik mampu mendegradasi struktur patogen dan melindungi inang (Sinaga 2003).

Isolasi cendawan endofit dari tana man gandum, diantaranya Acremonium

spp., A. Strictum dan Neotyphodium coenophialum bersifat antagonis terhadap

patogen akar tanaman gandum seperti Fusarium culmorum dan F. graminearum. Cendawan endofit tersebut memproduksi melanin yang mampu mengurangi pertumbuhan cendawan patogen akar tanaman gandum (Tunali dan Marshall 1995)

(35)

24

coenophialum yang berasosiasi pada akar tanaman mampu mengurangi populasi

nematoda patogen seperti Helicotylenchus dihystera dan Paratrichodorus minor, beberapa spesies cendawan endofit lain mampu mengurangi nematoda patogen

Pratylenchus scribneri dan Tylenchorhynchus acutus. Beberapa cendawan endofit

juga mampu mengurangi populasi molusca / hama siput seperti yang diisolasi dari alga Entomorpha vexata mampu mengurangi populasi siput Littorina scutulata. Filtrat media cendawan endofit Acremonium yang diisolasi dari tanaman rumput

Balansia spp mampu mengurangi cendawan patogen seperti Rhizoctonia cerealis,

R. solani, Fusarium oxysporum dan Alternaria triticina (Clay 1992). Cendawan

endofit spesies Chaetomium sp dan Phoma sp dapat mengurangi jumlah pustul dan luas serangan daun pada gandum yang disebabkan oleh Puccinia recondita

f.sp. tritici (Dingle dan Mc Gee 2003). Informasi lain sebanyak 65% cendawan endofit dari tanaman durian di Queensland mampu menekan pertumbuhan

(36)

Kesimpulan

Perbedaan varietas dan lokasi pengambilan sampel menghasilkan variasi kolonisasi cendawan endofit yang beragam, persentase kolonisasi varietas Sumedang 100%, varietas IR 64 66,67%, Ciherang 64,10%, Pandan Wangi 33,33% dan Cianjur 22,22%. Berdasarkan lokasi sampel kolonisasi cendawan endofit yang paling tinggi berasal dari tanaman padi asal Subang 61,90%, diikuti Tasikmalaya 60,61% dan Kuningan 52,38%. Tanaman padi asal Tasikmalaya mempunyai jumlah kolonisasi dan spesies cendawan endofit paling tinggi yaitu 21-12, Kuningan 14-8 dan Subang 16-8. Berdasarkan varietas, kolonisasi cendawan endofit dan jumlah spesies tertinggi yaitu varietas Ciherang 28-11, IR-64 15-10, Sumedang 4-3, Cianjur 2-2 dan pandan wangi 2-1. Keragaman cendawan endofit paling tinggi terdapat pada varietas IR 64 dan berdasarkan lokasi keragaman spesies cendawan endofit paling tinggi di Kabupaten Tasikmalaya yang dipengaruhi oleh tingginya curah hujan dan tidak dilakukan aplikasi pestisida pada tanaman padi. Cendawan endofit yang paling sering mengkolonisasi pelepah batang padi pada penelitian ini ialah Nigrospora sp.

Saran

(37)

DAFTAR PUSTAKA

Arnold AE, Lewis LC. 2005. Ecological evolution of fungal endophytes and their roles against insects. di dalam : Vega FE, Blackwell M, eds. Insect –

Fungal Associations, Ecology and Evolution. New York USA : Oxford

University Press. hlm 74 – 89

Azevedo JL, Maccheroni JW, Pereira JO, Arauzo WL de. 2000. Endophytic microorganisms: a review on insect control and recent advances on tropical plants. Electronic Journal of Biotechnology 3 : 1-4

[Bakosurtanal]. 2007. Data spasial nasional, peta berdasarkan analog, ketinggian tempat provinsi Jawa Barat. http://www.bakosurtanal.go.id. [1 April 2007]

Barnet HL, Hunter BB. 1988. Illustrated Genera of Imperfect Fungi. Ed ke-4. New York : Burgress Publishing Company

Baymen P, Lebron LL, Tremblay RL, Lodge DJ. 1997. Variation in endophytic fungi from roots and leaves of Lepanthes (Orchidaceae). New Phytologi 135 : 143-149

Brown KB, Johnson GI, Guest DI. 1998. Endophytic fungi of durian in north queensland : potential antagonists of Phytophthora palmivora. Aciar Proceedings 80 : 167 -185

[BMG]. 2007. Informasi Umum : Tabel 5 Rata – rata curah hujan Dasarian periode 1971 – 2000 (millimeter) zona prakiraan iklim di Indonesia. http://www.bmg.go.id. [13 Februari 2007]

Canon PF, Simmons CM. 2002. Diversity and host preference of leaf endophytic fungi in the Iwokrama Forest Reserve, Guyana. Mycologia 94 : 210–220 Cantrell RP. 2001. The role of rice in Asia. . di dalam : Diskusi Panel dan

Pameran Budaya Padi : Surakarta, 28 Agustus 2001. Jakarta : Yayasan Padi Indonesia. hlm : 1 - 10

Clay K. 1992. Fungal endophytes of tree leaves. di dalam : Andrews JH, Hirano SS, editor. Microbial Ecology of Leaves. Berlin : Springer Verlag. hlm : 341 - 349

(38)

Faeth SH. 2002. Are endophytic fungi defensive plant mutualists. Oikos 98 : 25 - 36

Fagi AM, Abdullah B, Kartaatmadja S. 2001. Peran padi sebagai sumber daya genetik padi modern. di dalam : Diskusi Panel dan Pameran Budaya Padi : Surakarta, 28 Agustus 2001. Jakarta : Yayasan Padi Indonesia. hlm : 33 - 34

Hoerunnisa. 2006. Kekayaan dan keragaman laba- laba pada pertanaman padi PHT dan konvensional di Ciasem, Kabupaten Subang [skripsi]. Bogor : Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor

Maheswari R. 2006. What is an endofhytic fungus. Current Science 90 : 1309 Maguran A E. 1987. Ecological Diversity and Its Measurement. Princeton, New

Jersey : Princeton University Press

Manuwoto S, Indriyani N. 1994. Perkembangan, kelangsungan hidup dan reproduksi wereng cokelat Nilavarpata lugens (Stal) (Homoptera : Delphacidae) pada empat varietas padi. Buletin HPT 7 : 61-67

Maria GL, Sridhar KR, Raviraja NS. 2001. Antimicrobial and enzyme activity of mangrove endophytic fungi of South West Coast of India. Jurnal of Agricultural Technology 1 : 67 - 80

Melinda M, Huajiun ML, Sullivan R, White JF, Belanger FC. 2002. Endophytic fungal -1,6 glucanase expression in the infected host grass1. Plant

Physiology 130 : 1298–1308

Moris KN. 2001. A Good infection. Prism Business Media Inc.

http://www.grounds-mag.com [7 Januari 2007]

Narisawa K, Ohki KT, Hashiba T. 2000. Suppression of clubroot and Verticillium yellows in chinese cabbage in the field by the root endophytic fungus, Heteroconiumchaetospira. Plant Pathology 49 : 141–146

Petrini O. 1992. Funga l endhophytes of tree leaves. di dalam : Andrews JH, Hirano SS, editor. Microbial Ecology of Leaves. Berlin : Springer Verlag. hlm : 179 - 196

Petrini O. 1996. Ecological and physiological aspects of host-specificity in endophytic fungi. di dalam : Redlin CS, Carris LM, eds. Endophyte

Fungi in Grasses and Woody Plants Systematics, Ecology and Evolution.

(39)

28 Redlin dan Carris 1996. Endophyte fungi in grasses and woody plants

systematics, ecology and evolution. di dalam : Redlin CS, Carris LM, editor. Endophyte Fungi in Grasses and Woody Plants Systematics,

Ecology and Evolution. Minnesota : APS Press. hlm 223 p

Sabzalian MR, Hatami B, Mirlohi A. 2004. Mealybug, Phenacoccus solani

(Homoptera : Psudococcidae) and barley aphid, Siphamaydis (Homoptera : Aphididae) response to endophyte-infected tall and meadow fescues. Entomologia Experimentalis et Applicata 113 : 205–209

Siegel MR dan Schardl CL. 1992. Fungal endhophytes of tree leaves. di dalam : Andrews JH, Hirano SS, editor. Microbial Ecology of Leaves. Berlin : Springer Verlag. hlm : 198 – 216

Sinaga MS. 2003. Ilmu – Ilmu Penyakit Tumbuhan. Bogor : Penebar Swadaya Siregar H. 1981. Budidaya Tanaman Padi di Indonesia. Jakarta : PT Sastra

hudaya

Tunali B, Marshall D. 1995. Antagonistic effect of endophytes against several root-rot pathogens of wheat. Ciheam-options mediterraneennes 1 : 381-386

(40)
(41)

30 Tabel 1 Persentase kolonisasi cendawan endofit hasil isolasi dari lima varietas

tanaman padi

(42)

Tabel 3 Persentase total kolonisasi cendawan endofit hasil isolasi dari lima varietas tanaman padi

Varietas Jumlah

Tabel 4 Persentase total kolonisasi cendawan endofit hasil isolasi pada tiga lokasi di Jawa barat

(43)

32 Tabel 6 Jumlah contoh yang dikolonisasi cendawan endofit dari tiga lokasi di

(44)
(45)

34 Tabel 8 Rata – rata curah hujan Dasarian periode 1971 – 2000 (millimeter) zona prakiraan iklim di Indonesia*

ZPI JAN FEB MAR APR MAY JUN

I II III I II III I II III I II III I II III I II III Subang (Barat) 155 157 146 184 165 132 170 166 135 122 108 77 80 66 69 45 31 31

Tasikmalaya (Selatan) 167 186 201 194 180 176 158 169 147 133 105 86 103 59 52 36 18 26

Kuningan (Timur) 94 114 133 83 94 61 90 63 87 66 59 54 52 34 28 19 14 18

JUL AUG SEP OCT NOV DEC

S I II III I II III I II III I II III I II III I II III

22 17 14 16 17 22 33 27 28 44 48 83 76 122 164 171 141 127 3211

20 15 15 15 11 39 44 39 20 61 55 101 90 133 133 168 112 165 3434

15 9 11 9 5 12 16 19 15 26 24 44 43 81 64 78 109 84 1827

(46)

Gambar 9 Aspergillus sp Gambar 10 Aspergillus sp (Mikroskopik)

Gambar 11 Curvularia sp Gambar 12 Curvularia sp (Mikroskopik)

(47)

36

Gambar 15 Nigrospora sp 1 Gambar 16 Nigrospora sp 1 (Mikroskopik)

Gambar 17 Nigrospora sp 2 Gambar 18 Nigrospora sp 2 (Mikroskopik)

Gambar 19 Nigrospora sp 3 Gambar 20 Nigrospora sp 3 (Mikroskopik)

(48)

Gambar 23 Monillia sp Gambar 24 Monillia sp (Mikroskopik)

Gambar 25 Penicillium sp 1 Gambar 26 Penicillium sp 1 (Mikroskopik)

Gambar 27 Pyricularia sp Gambar 28 Pyricularia sp (Mikroskopik)

(49)

38

Gambar 31 Penicillium sp 2 Gambar 32 Mastigosporium sp

Gambar 33 Sporobolomyces sp Gambar 34 Sporobolomyces sp (mikroskopik)

Gambar 35 Cephalosporium sp Gambar 36 Cephalosporium (mikroskopik)

(50)

Deskripsi Varietas

Nama Varietas : Ciherang

Kelompok : Padi Sawah

Nomor Seleksi : S3383-1d-Pn-41--3-1

Asal Persilangan : IR18349-53-1-3-1-3/IR19661-131-3-1//IR19661-131-3-1///IR64 ////IR64

Golongan : Cere

Umur Tanaman : 116-125 hari Bentuk Tanaman : Tegak Tinggi Tanaman : 107-115 cm Anakan Produktif : 14-17 batang

Warna Kaki : Hijau

Warna Batang : Hijau Warna Daun Telinga : Putih Warna Lidah Daun : -

Warna Daun : Hijau

Warna Muka Daun : Kasar pada sebelah bawah

Posisi Daun : Tegak

Daun Bendera : Tegak

Bentuk Gabah : Panjang ramping Warna Gabah : Kuning bersih

Potensi Hasil : -Tahan terhadap wereng coklat biotipe 2 dan 3 Ketahanan Terhadap

Hama

: -Tahan terhadap bakteri hawar daun (HDB) strain III dan IV:

Ketahanan Terhadap Penyakit

: 2000

Anjuran : -Cocok ditanam pada musim hujan dan kemarau dengan ketinggian di bawah 500 m dpl.

Pemulia : -

Peneliti : 5 - 8,5 t/ha

Teknisi : -Tarjat T, Z. A. Simanullang,., E. Sumadi dan Aan A. Daradjat

(51)

40 Nama Varietas : IR 64

Kelompok : Padi Sawah

Nomor Seleksi : IR18348-36-3-3 Asal Persilangan : IR5657/IR2061

Golongan : Cere

Bentuk Gabah : Ramping, panjang Warna Gabah : Kuning bersih

Potensi Hasil : -Tahan wereng coklat biotipe 1, 2 dan wereng hijau Ketahanan Terhadap

Hama

: - Agak tahan bakteri busuk hawar daun

(Xanthomonas oryzae) - Tahan kerdil rumput Ketahanan Terhadap

Penyakit

: 1986

Anjuran : - Baik ditanam untuk i sawah irigasi dataran rendah di Jawa Timur - Cukup baik untuk padi rawa/pasang surut

Pemulia : -

Peneliti : 5,0 t/ha

Teknisi : -

(52)

Nama Varietas : Pandan Wangi

Potensi Hasil : -Rentan terhadap hama wereng coklat biotipe 2 dan 3, rentan terhadap penyakit hawar daun bakteri strain 4, rentan terhadap penyakit tungro

Ketahanan Terhadap Hama

: -Rentan terhadap hama wereng coklat biotipe 2 dan 3, rentan terhadap penyakit hawar daun bakteri strain 4, rentan terhadap penyakit tungro

(53)

42

Koleksi Plasma Nutfah Asal Jawa Barat

(54)

40 1740 Koneng Gede Sumedang Jawa Barat

41 1698 Midun Putih Sumedang Jawa Barat

42 643 Midun Sumedang Sumedang Jawa Barat 43 1745 Molog Bulu Kuning Sumedang Jawa Barat 44 1744 Molog Bulu Ungu Sumedang Jawa Barat

45 1739 Molog Gundil Sumedang Jawa Barat

46 1443 Segon Geulis Sumedang Jawa Barat

47 1430 Segon Nyonya Sumedang Jawa Barat

Gambar

Gambar 1 Persentase persebaran kolonisasi cendawan endofit pada lima varietas
Gambar 3 Persentase rata – rata kolonisasi cendawan endofit pada lima varietas
Tabel 1 Jumlah spesies dan indeks keragaman cendawan endofit pada lima varietas padi
Tabel 2 Jumlah spesies dan indeks keragaman cendawan endofit tanaman padi hasil isolasi dari tiga lokasi di Jawa Barat
+6

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan pengujian hipotesis disimpulkan bahwa untuk meningkatkan penggunaan digital library, niat pengguna untuk menggunakan kembali digital library dipengaruhi

Penjabaran kompleksitasnya adalah Dapenbi merupakan lembaga pelayanan dana pensiun dengan rata-rata pengunjungnya merupakan golongan lanjut usia, Dapenbi merupakan

Berdasarkan uraian tersebut, penelitian ini mempunyai tujuan untuk mengetahui dan menguji pengaruh minat, motivasi, sikap, kualitas dan potensi dosen pegajar, serta media

Bahasa-bahasa tersebut termasuk ke dalam kalimat perintah. Dari ucapan terapis, masuk ke telinga klien kemudian pikiran mennagkap dan merespon. Jika kata-kata

1 2 x 170 menit Mahasiswa dapat menerapkan dan Menggunakan kata terutama High-frequency Words dan Academic Words dalam teks tulis (writing) dan lisan (speaking). 5 % koran,

Melihat kasus dan fenomena yang berkembang, khususnya pada perkembangan partai Nasdem dan orang-orang di dalamnya, serta strateginya dalam memanfaatkan memanfaatkan media

Penambahan pupuk majemuk NPK dapat meningkatkan pertumbuhan jamur tiram putih diperkuat oleh hasil penelitian Semiatun (2007), pada penelitian tersebut menunjukkan bahwa

Evaluasi fungsi jalur hijau sebagai pereduksi polusi, peredam kebisingan dan pembatas fisik serta aspek estetika sebagai faktor pendukung, pada lanskap jalan tol diperlukan