UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS EKONOMI
PROGRAM S1 EKSTENSION MEDAN
PENGARUH INSIDER OWNERSHIP, DISPERSION OF OWNERSHIP,
FREE CASH FLOW, COLLATERIZABLE ASSETS DAN TINGKAT
PERTUMBUHAN TERHADAP DIVIDEND PAYOUT RATIO (DPR) PADA PERUS AHAAN - PERUS AHAAN
MANUFAKTUR DI BURSA EFEK INDONESIA TAHUN 2004-2008
DRAFT SKRIPSI OLEH :
NANA GUSTIANA 060521169 MANAJEMEN
Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi
Universitas Sumatera Utara M e d a n
ABSTRAK
Nana Gustiana (2009), Pengaruh Insider Ownership, Dispersion Of
Ownership, Free Cash Flow, Collaterizable Assets Dan Tingkat Pertumbuhan
Terhadap Dividend Payout Ratio (DPR) Pada Perusahaan Manufaktur Di Bursa Efek Indonesia Tahun 2004-2008, Pembimbing Syafrizal Helmi Situmorang, SE, Msi, Ketua Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi USU Prof. Dr. Ritha F. Dalimunthe, SE, Msi, Dra. Nisrul Irawati, MBA selaku Sekretaris Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi USU, Dra. Lisa Marlina, MSi selaku Sekretaris Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi USU (Penguji I) dan Dr. Khaira Amalia Fachrudin, SE, Msi (Penguji II).
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh Insider Ownership,
Dispersion Of Ownership, Free Cash Flow, Collaterizable Assets dan Tingkat
Pertumbuhan terhadap Dividend Payout Ratio (DPR) pada Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Indonesia tahun 2004-2008. Sejalan dengan masalah ini digunakan metode analisis Regresi Linier Berganda. penelitian ini akan dilakukan di Bursa Efek Indonesia melalui media internet dengan situs Populasi penelitian adalah seluruh perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tahun 2004-2008. Secara sederhana sampel adalah bagian dari suatu populasi. Pengambilan sampel dilakukan dengan metode purposive sampling , yaitu pemilihan anggota sampel yang didasarkan pada kriteria-kriteria tertentu atau ciri – ciri tertentu yang dimiliki oleh sampel itu, sehingga sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah 18 Perusahaan manufaktur. berdasarkan hasil tabulasi data diperoleh nilai Sig. F sebesar 0,000 yang lebih kecil dari 0,05 dan nilai Fhitung sebesar 6,727 yang lebih besar dari Ftabel yang
hanya 2,33 mengindikasikan bahwa H ditolak dan 0 H diterima sehingga dapat 1
disimpulkan bahwa variabel Insider Ownership, Dispersion Ownership, Free Cash Flow, Collaterizable aseest dan Tingkat Pertumbuhan pada model ini dapat mengestimasi variabel Dividen Payout Ratio. Maka Ha diterima dan Ho ditolak. Sedangkan secara parsial terlihat Variabel Insider Ownership dan tingkat pertumbuhan mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap Dividen Payout Ratio karena mempunyai tingkat signifikansi Insider Ownership lebih kecil dari 0,05 yaitu 0,003 (0,003 < 0,05) dan untuk signifikansi tingkat pertumbuhan lebih kecil dari 0,05 yaitu 0,000 (0,000 < 0,05). Artinya Ha diterima dan Ho ditolak maka hipotesis Insider Ownership secara parsial diterima. Sedangfkan variabel Dispersion Ownership, Free Cash Flow dan Collateriazble aseest tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap Dividen Payout Ratio karena tingkat signifikansinya lebih besar dari 0,05 yaitu 0, 882 (0,882 > 0,05), 0,103 (0,103 > 0,05)dan 0,606 (0,606 > 0,05). Artinya Ha ditolak dan Ho diterima maka hipotesis Dispersion Ownership secara parsial ditolak. kemampuan variabel bebas menjelaskan variabel terikat juga semakin besar. Adjusted R Square pada model regresi adalah bernilai 0,252 berarti pengaruh Insider Ownership, Dispersion Ownership, Free Cash Flow, Collaterizable aseest dan Tingkat Pertumbuhan terhadap Dividen Payout Ratio adalah 25,2% saja sedangkan 74,8%.
KATA PENGANTAR
Dengan mengucap puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga saya dapat menyelesaikan
skripsi saya dengan judul Pengaruh Insider Ownership, Dispersion Of Ownership,
Free Cash Flow, Collaterizable Assets Dan Tingkat Pertumbuhan Terhadap Dividend Payout Ratio (DPR) Pada Perusahaan Manufaktur Di Bursa Efek
Indonesia Tahun 2004-2008, guna memenuhi syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Ekonomi pada Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang tak terhingga
terutama kepada kedua orang tua saya Ayahanda dan Ibunda yang tanpa henti
mendoakan penulis, selalu memberikan yang terbaik dukungan moril maupun
materil juga dengan penuh kasih sayang dan harapan yang besar untuk menjadi
manusia yang berarti.
Dalam Menyusun Skripsi ini, penulis memperoleh bantuan, bimbingan dan
pengarahan dari berbagai pihak, oleh karena itu dengan kerendahan hati, penulis
ucapkan terimakasih kepada :
1. Bapak Drs. Jhon Tafbu Ritonga, MEc selaku Dekan Fakultas Ekonomi
Universitas Sumatera Utara.
2. Ibu Prof. Dr. Ritha F. Dalimunthe, SE, MSi selaku Ketua Departemen
Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.
3. Nisrul Dra. Nisrul Irawati, MBA selaku Sekretaris Departemen Manajemen
4. Bapak Syafrizal Helmi Situmorang, SE, Msi selaku Dosen Pembimbing yang
telah memberikan bimbingan dan saran selama penulisan skripsi.
5. Ibu Dra. Lisa Marlina, Msi selaku Dosen Penguji I yang telah memberikan
arahan dan petunjuk dalam penulisan skripsi.
6. Ibu Dr. Khaira Amalia Fachrudin, SE, Msi, selaku Dosen Penguji II yang
memberikan arahan dan masukan dalam penulisan skripsi.
7. Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara Jurusan
Manajemen yang telah memberikan bekal ilmu yang tidak ternilai harganya
penulis selama masa kuliah.
8. Seluruh Staf Pegawai Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara yaitu
Kak Dani, Kak Vina, Kak Nur, yang telah banyak memberikan bantuan
kepada penulis semasa kuliah hingga selesai.
9. Dan semua pihak terkait yang telah banyak membantu penulis menyelesaikan
skripsi ini dengan tepat waktu yang tidak dapat disebutkan satu persatu.
Penulis dengan segala kerendahan hati yang tulus berharap skripsi ini dapat
memberikan manfaat bagi pembaca dan pihak-pihak yang bersangkutan.
Medan, September 2009
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK ... i
KATA PENGANTAR ... ii
DAFTAR ISI ... iv
DAFTAR TABEL ... vi
DAFTAR GAMBAR ... viii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Perumusan Masalah ... 5
C. Kerangka Konseptual ... 5
D. Hipotesis ... 8
E. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 9
F. Metode Penelitian ... 10
1. Batasan Operasional ... 10
2. Defenisi Operasional Variabel ... 10
3. Populasi dan Sampel ... 13
4. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 14
5. Jenis dan Sumber Data... 15
6. Teknik Pengumpulan Data ... 15
7. Metode Analisis Data ... 15
a. Deskripsi Variabel ... 15
b. Penerapan Model Analisis ... 15
c. Pengujian Asumsi Klasik ... 16
d. Koefisien Determinasi ... 18
e. Pengujian Hipotesis ... 18
BAB II URAIAN TEORITIS A. Penelitian Terdahulu... 20
B. Pengertian Deviden ... 21
C. Teori Keagenan (Agency Theory) ... 21
D. Insider Ownership ... 22
E. Dispersion of Ownership ... 23
F. Free Cash Flow ... 24
G. Collaterizable Aseets ... 24
H. Tingkat Pertumbuhan ... 25
I. Teori Kebijakan Dividen ... 25
J. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kebijakan Dividen ... 26
K. Kebijakan Pemberian Dividen ... 28
BAB III GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN A. Gambaran Umum Bursa Efek Indonesia ... 32
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Dividen Payout
Ratio ... 47
1. Deskripsi Nilai Variabel Insider Ownership ... 48
2. Deskripsi Nilai Variabel DispersionOwnership ... 49
3. Deskripsi Nilai Variabel Free Cash Flow ... 50
4. Deskripsi Nilai Variabel Collaterizable Aseets ... 52
5. Deskripsi Nilai Variabel Tingkat Pertumbuhan ... 53
6. Deskripsi Nilai Variabel Dividend Payout Ratio ... 55
B. Evaluasi Model Statistik ... 56
C. Regresi Linear Berganda ... 61
1. Uji Normalitas ... 63
2. Uji Multikolinearitas... 66
3. Uji Heterokedastisitas ... 67
4. Uji Autokorelasi ... 69
D. Koefisien Determinasi ... 70
E. Pengujian Hipótesis ... 70
1. Uji secara Simultan (Uji F) ... 71
2. Uji Secara Parsial (Uji t) ... 72
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 75
B. Saran ... 77
DAFTAR TABEL
Halaman Tabel 1.1 Sektor dan Jumlah Perusahaan Yang Membagikan Dividen
Periode 2004-2008 ... 4
Tabel 1.2 Proses Pemilihan Sampel ... 13
Tabel 1.3 Daftar Nama Perusahaan Sampel... 14
Tabel 1.4 Kriteria Pengambilan Keputusan Uji Autokorelasi ... 17
Tabel 4.1 Rata-rata Insider Ownership, Dispersion Of Ownership, Free Cash Flow, Collaterizable Assets, Tingkat Pertumbuhan dan Dividend Payout Ratio pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2004-2008 ... 47
Tabel 4.2 Insider Ownership Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Periode 2004-2008 ... 48
Tabel 4.3 Dispersion Ownership Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Periode 2004-2008 ... 49
Tabel 4.4 Free Cash Flow Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Periode 2004-2008... 50
Tabel 4.5 Collaterizable Aseets Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Periode 2004-2008 ... 52
Tabel 4.6 Tingkat Pertumbuhan (GROWTH) Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Periode 2004-2008 53
Tabel 4.7 Dividend Payout Ratio Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Periode 2004-2008 ... 55
Tabel 4.8 Casewise Diagnostics(a) (Outlier Pertama) ... 57
Tabel 4.9 Casewise Diagnostics(a) (Outlier Kedua) ... 57
Tabel 4.10 Koefisien Determinasi Model Summary(b) (sebelum outlier dikeluarkan)... 58
Tabel 4.11 Koefisien Determinasi Model Summary(b) (outlier pertama dikeluarkan)... 58
Tabel 4.13 Durbin-Watson Model Summary(b) (sebelum outlier
dikeluarkan)... 59
Tabel 4.14 Durbin-Watson Model Summary(b) (outlier pertama dikeluarkan)... 59
Tabel 4.15 Durbin-Watson Model Summary(b) (outlier kedua dikeluarkan)... 60
Tabel 4.16 Uji Statitik Coefficients(a) (sebelum outlier dikeluarkan) .... 60
Tabel 4.17 Uji Statitik Coefficients(a) (outlier pertama dikeluarkan) ... 61
Tabel 4.18 Uji Statitik Coefficients(a) (outlier kedua dikeluarkan) ... 61
Tabel 4.19 Hasil Estimasi Regresi Coefficients(a) (setelah outlier kedua dikeluarkan)... 62
Tabel 4.20 Uji Normalitas One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test ... 66
Tabel 4.21 Uji Multikolinearitas Coefficients(a) (setelah perbaikan) ... 67
Tabel 4.22 Kriteria Pengambilan Keputusan Uji Autokorelasi ... 69
Tabel 4.23 Uji Autokorelasi Durbin-Watson Model Summary(b) (Setelah Perbaikan) ... 69
Tabel 4.24 Koefisien Determinasi Model Summary(b) (Setelah Outlier Kedua Dikeluarkan ... 70
Tabel 4.25 Uji Statistik F ANOVA(b) (Setelah Outlier Kedua Dikeluarkan) ... 71
DAFTAR GAMBAR
Halaman Gambar 1.1. Kerangka Konseptual ... 8
Gambar 4.1 Histogram Dependent Variable (Dividend Payout Ratio)
(setelah outlier kedua dikeluarkan) ... 64
Gambar 4.2 Normal P-P Plot of Regression Standardized Residual Dependent Variable (Dividend Payout Ratio) (setelah
outlier kedua dikeluarkan) ... 65
Gambar 4.3 Scatterplot Dependent Variable (Dividen Payout Ratio)
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Perkembangan ekonomi suatu negara dapat diukur dengan banyak cara,
salah satunya dengan mengetahui tingkat perkembangan dunia pasar modal dan
industri-industri sekuritas pada negara tersebut. Pasar modal (capital market)
merupakan pasar untuk berbagai instrumen keuangan jangka panjang yang bisa
diperjualbelikan, baik dalam bentuk uang, ekuitas, dan instrumen derivatif
(Darmadji, 2006:1). Dalam aktivitas pasar modal, para investor akan mendapatkan
dua keuntungan yang diperoleh dari aktivitas yang dilakukannya itu, yaitu yang
berupa capital gain dan dividen.
Kebijakan pembayaran dividen mempunyai pengaruh bagi pemegang saham
dan perusahaan yang membayar dividen. Para pemegang saham umumnya
menginginkan pembagian dividen yang relatif stabil karena dengan kestabilitasan
dividen akan meningkatkan kepercayaan pemegang saham terhadap perusahaan
sehingga mengurangi ketidakpastian pemegang saham dalam menanamkan
dananya ke dalam perusahaan.
Kebijakan dividen merupakan keputusan perusahaan apakah laba yang
diperoleh dibagikan kepada para pemegang saham sebagai dividen atau ditahan
dalam bentuk laba ditahan (retained earning) guna pembiayaan investasi di masa
yang akan datang. Apabila perusahaan memilih untuk membagikan laba sebagai
dividen maka akan mengurangi laba ditahan yang selanjutnya mengurangi total
sumber dana intern atau internal financing. Sebaliknya, jika perusahaan memilih
dividen tunai pada pemegang saham disebut dengan rasio pembayaran dividen
atau yang sering disebut Dividend Payout Ratio (Sartono, 2001: 281).
Pemberian amanat kepada insiders dapat dipandang sebagai pemisahan
fungsi decition making dan risk beating (Jensen, 2002). Pemodal selaku penyedia
dana berkepentingan untuk mengamankan dananya yang diinvestasikan,
sedangkan pihak insiders berhak atas gaji dan kompensasi lainnya karena
menjalankan amanat termasuk mengambil keputusan-keputusan bisnis yang
diharapkan terbaik bagi pemilik modal. Phak insiders sering bekerja bukan untuk
memaksimumkan nilai perusahaan, tapi justeru mengurusi atau berkutat pada
peningkatan kesejahteraan insider sendiri . Hal ini tidak disukai oleh pemilik
perusahaan karena biaya-biaya itu akan dibebankan perusahaan yang pada
gilirannya akan menurunkan dividen, pemilik perusahaan lebih suka dibiayai oleh
hutang, namun para manajer umumnya tidak suka karena hutang mengandung
risiko yang tinggi.
Dispersion ownership merupakan penyebaran kepemilikan saham biasa. Dispersion of ownership dihitung dengan rumus variance, untuk menunjukkan
penyebaran kepemilikan saham. Semakin besar dispersion of ownership saham
semakin terkonsentrasi pada kelompok tertentu. Sesuai dengan teori keagenan,
Pemegang saham yang semakin menyebar akan mengakibatkan kesulitan dalam
proses monitoring perusahaan sehingga akan menimbulkan masalah keagenan
yang penyelesaiannya melalui pembayaran deviden dan akan mengurangi jumlah
laba yang ditahan.
Pembayaran dividen khususnya cash dividend kepada para pemegang
penelitian yang dilakukan oleh Sutrisno (2001) yang menyatakan bahwa di antara
beberapa faktor yang mempengaruhi Dividend Payout Ratio, hanya faktor posisi
kas (cash position) yang berpengaruh signifikan. Posisi kas yang benar-benar
tersedia bagi para pemegang saham akan tergambar pada free cash flow yang
dimiliki oleh perusahaan. free cash flow (aliran kas bebas) menggambarkan
tingkat fleksibilitas keuangan perusahaan.
Walsh (2003) mendefinisikan free cash flow sebagai aliran kas
diskresioner yang tersedia bagi perusahaan. Free cash flow adalah kas dari
aktivitas operasi dikurangi capital expenditures yang dibelanjakan perusahaan
untuk memenuhi kapasitas produksi saat ini. Free cash flow dapat digunakan
untuk penggunaan diskresioner seperti akuisisi dan pembelanjaan modal dengan
orientasi pertumbuhan (growth-oriented), pembayaran hutang, dan pembayaran
kepada pemegang saham baik dalam bentuk dividen. Semakin besar free cash
flow yang tersedia dalam suatu perusahaan, maka semakin sehat perusahaan
tersebut karena memiliki kas yang tersedia untuk pertumbuhan, pembayaran
hutang, dan dividen.
Endang dan Minaya (2003), menganalisis pengaruh insider ownership,
dispersion ownership, collaterizable assets, free cash flow, dan tingkat
pertumbuhan perusahaan terhadap kebijakan deviden, dengan sampel 12
perusahaan manufaktur periode 2000-2002. Penelitian tersebut menemukan
bahwa : 1) Ada pengaruh negatif signifikan antara insider ownership dan tingkat
pertumbuhan terhadap kebijakan deviden; 2) Dispersion of Ownership, free cash
flow, memiliki hubungan positif dan tidak signifikan terhadap kebijakan deviden;
terhadap kebijakan deviden; 4) Pengujian secara simultan menunjukkan bahwa
variabel bebas dalam penelitian ini mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap
kebijakan deviden (dividend payout ratio). Insider ownership, dispersion of
Ownership, collaterizable assets, free cash flow, dan tingkat pertumbuhan secara
bersama-sama mempunyai pengaruh signifikan terhadap kebijakan deviden.
Perusahaan yang terdaftar di BEI tidak semuanya membagikan dividen
kepada para pemegang sahamnya, baik itu dalam bentuk dividen tunai maupun
dividen saham. Hal tersebut disebabkan oleh adanya pertimbangan-pertimbangan
perusahaan dalam membuat keputusan kebjiakan dan pembayaran dividen dalam
setiap perusahaan.
Sektor manufaktur merupakan sektor yang paling banyak membagikan
dividen kepada para pemegang sahamnya selama kurun periode 2004-2008
dibandingkan sektor lain yang dterdaftar di Bursa Efek Jakarta (BEI). Selama
periode 2004-2008, ada sebanyak 18 perusahaan manufaktur yang membagikan
dividen kepada para pemegang sahamnya. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 1.1
sebagai berikut :
Tabel 1.1
Sektor dan Jumlah Perusahaan Yang Membagikan Dividen Tahun 2004-2008
No Sektor Jumlah
Emiten
Emiten yang Membagi Dividen
Persentase Emiten yang Membagi
Dividen
1 Infrastruktur 22 5 9,62
2 Keuangan 66 8 15,38
3 Manufaktur 142 18 39,13
4 Perdagangan 66 10 19,23
5 Pertambangan 12 3 5,77
6 Properti 39 2 3,85
Total 46 100
Berdasarkan Tabel 1.1 menunjukkan bahwa ketidakkonsistenan hasil
penelitian terdahulu mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi kebijakan
deviden mendorong peneliti untuk mereplikasi penelitian yang dilakukan oleh
Endang dan Minaya (2003). Berbeda dengan penelitian Endang dan Minaya
(2003) penelitian ini menggunakan sampel seluruh perusahaan yang ada di Bursa
Efek Inodinesia dengan periode lima tahun yaitu dari tahun 2004-2008.
Berdasarkan latar belakang tersebut, peneliti ingin menganalisis: “Pengaruh
Insider Ownership, Dispersion Of Ownership, Free Cash Flow, Collaterizable Assets, dan Tingkat Pertumbuhan terhadap Kebijakan Deviden pada Perusahaam
Manufaktur di Bursa Efek Indonesia.”
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan sebelumnya, maka yang
menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah : Apakah Insider
Ownership (INSIDER), Dispersion Of Ownership (DISPERSION), Free Cash Flow (FCF), Collaterizable Assets (COLLAS) dan Tingkat Pertumbuhan
(GROWTH) terhadap Dividend Payout Ratio (DPR) pada Perusahaan –
perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Indonesia tahun 2004-2008?
C. Kerangka Konseptual
Kerangka pemikiran dalam penelitian ini ditulis dari adanya anggapan
1. Insider Ownership
Insider ownership merupakan sebuah variabel determinan yang penting
dalam kebijakan dividen suatu perusahaan (Taswan, 2003). Perusahaan dengan
insider ownership yang jumlahnya lebih besar mempunyai kinerja investasi yang
lebih baik daripada perusahaan dengan insider ownership kecil. Insider ownership
yang besar merupakan sinyal yang baik bagi pemegang saham.
2. Dispersion Ownership
Dispersion ownership adalah penyebaran kepemilikan saham biasa. Dispersion of ownership dihitung dengan rumus variance, untuk menunjukkan
penyebaran kepemilikan saham. Semakin besar dispersion of ownership saham
semakin terkonsentrasi pada kelompok tertentu. Sesuai dengan teori keagenan,
Pemegang saham yang semakin menyebar akan mengakibatkan kesulitan dalam
proses monitoring perusahaan sehingga akan menimbulkan masalah keagenan
yang penyelesaiannya melalui pembayaran deviden dan akan mengurangi jumlah
laba yang ditahan (Taswan, 2003).
3. Free Cash Flow
Free cash flow adalah arus kas operasi dikurangi investasi yang
diwajibkan. Free cash flow diwakili oleh rasio free cash flow dibagi dengan total
aktiva. Semakin kecil rasio ini menunjukkan semakin kecil laba perusahaan
digunakan untuk membiayai aktiva perusahaan (Jensen, 2002).
Sesuai teori keagenan, apabila perusahaan mempunyai aliran arus kas
bebas, manajer perusahaan mendapat tekanan dari pemegang saham untuk
membagikannya dalam bentuk deviden. Hal ini dilakukan untuk mencegah pihak
tujuan perusahaan. Oleh karena itu, pihak manajemen membagikan free cash flow
agar dapat menekan biaya agensi atau agency cost.
4. Collaterizable Assets
Collaterizable assets adalah besarnya aktiva yang dijaminkan oleh kreditur
untuk menjamin pinjamannya. Semakin besar collaterizable assets, semakin
banyak dana yang digunakan untuk penjaminan, sehingga akan menurunkan nilai
deviden dan dapat merugikan para pemegang saham.
Menurut teori keagenan, masalah keagenan terjadi antara manajer dan
pemegang saham. Semakin besar collaterizable assets, semakin besar dana
perusahaan yang diinvestasikan pada aktiva tetap, sehingga semakin kecil deviden
yang dibagikan. Oleh karena itu semakin besar collaterizable assets semakin kecil
deviden yang dibayarkan.
5. Tingkat Pertumbuhan (Growth)
Tingkat pertumbuhan perusahaan dapat dilihat dari peningkatan
profitabilitas perusahaan setiap tahunnya. Semakin besar peningkatan
profitabilitas perusahaan, tingkat pertumbuhan perusahaan dikatakan semakin
meningkat. Perusahaan yang mengalami pertumbuhan yang pesat akan
membutuhkan dana investasi yang lebih besar. Peluang-peluang pertumbuhan
yang lebih besar akan mengurangi pembayaran deviden, karena earning yang
dihasilkan digunakan untuk investasi guna meningkatkan pertumbuhan
perusahaan. Oleh karena itu, pertumbuhan perusahaan memiliki pengaruh kuat
pada kebijakan penahanan laba, atau dengan semakin besar pertumbuhan
perusahaan, semakin kecil jumlah dividen yang dibagikan kepada pemegang
Berdasarkan uraian tersebut, maka dapat digambarkan sebuah kerangka
konseptual sebagai berikut :
Gambar 1.1. Kerangka Konseptual Sumber : Taswan (2003) (Diolah)
D. Hipotesis
Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah
penelitian oleh karena jawaban yang diberikan masih berdasarkan pada teori yang
relevan belum didasarkan pada faktor-faktor empiris yang diperoleh melalui
pengumpulan data (Sugiyono, 2003: 51).
Berdasarkan kerangka konseptual tersebut maka hipotesisnya dapat adalah
sebagai berikut: “ Insider Ownership (INSIDER), Dispersion Ownership
(DISPERSION), Free Cash Flow (FCF), Collaterizable aseest (COLLAS) dan
Tingkat Pertumbuhan (GROWTH) mempunyai pengaruh secara signifikan
terhadap Dividend Payout Ratio (DPR) pada sektor manufaktur di Bursa Efek
Indonesia (BEI) tahun 2004-2008”.
Free Cash Flow (X3 ) Dispersion Of Ownership (X2
Insider Ownership (X1)
Kebijakan Deviden (Y)
Collaterizable Aseets (X4 )
E. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui pengaruh Insider Ownership, Dispersion Of
Ownership, Free Cash Flow, Collaterizable Assets dan Tingkat Pertumbuhan
terhadap Dividend Payout Ratio (DPR) pada Perusahaan Manufaktur di Bursa
Efek Indonesia tahun 2004-2008.
2. Manfaat Penelitian
a. Bagi Penulis
Memberi masukan kepada investor mengenai faktor – faktor yang
mempengaruhi kebijakan deviden untuk dapat digunakan sebagai bahan
pertimbangan dalam melakukan keputusan investasi.
b. Bagi Perusahaan
Dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan perusahaan dalam
menetapkan kebijakan deviden.
c. Bagi Pihak Lain
Hasil penelitian ini dapat dipakai sebagai bahan bacaan ilmiah di
perpustakaan dan dapat digunakan sebagai bahan referensi bagi mahasiswa
yang meneliti masalah sejenis khususnya mengenai faktor – faktor yang
F. Metode Penelitian
1. Batasan Operasional
Untuk menghindari kesimpangsiuran dalam pembahasan penelitian, maka
luas penelitian dibatasi dan hanya menyangkut pengaruh Insider Ownership,
Dispersion Of Ownership, Free Cash Flow, Collaterizable Assets dan Tingkat
Pertumbuhan terhadap Dividend Payout Ratio (DPR) pada Perusahaan –
perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Indonesia tahun 2004-2008.
2. Defenisi Operasional Variabel
a. Variabel Independen
Variabel independen dalam penelitian ini meliputi :
1. Insider Ownership (X1)
Definisi operasional : pemilik perusahaan yang sekaligus menjadi
pengelola perusahaan, semakin banyak saham yang dimiliki oleh Insider
ownership maka pihak manajemen cenderung menahan pembayaran dividen.
Indikator empirik : perbandingan jumlah saham yang dimiliki komisaris dan
direktur dengan total saham dalam satuan persen (Taswan, 2003).
Rumus insider ownership dinyatakan (Taswan, 2003) sebagai berikut:
it it it
TOTSHRC
CSHRC
D
Ins
=
&
=
it CSHRC
D & Kepemilikan saham oleh direktur dan komisaris perusahaan
i pada tahun t.
=
it
TOTSHRC
Jumlah total dari saham biasa perusahaan yang beredar2. Dispersion Ownership (X2)
Definisi operasional : merupakan jumlah pemegang saham, setiap
pemegang saham mewakili satu kelompok. Indikator empirik : diukur dengan
menggunakan variance persentase kepemilikan saham tiap kelompok (Handoko,
2002:180). Dispersion Ownership dihitung dengan rumus variance, karena
besarnya nilai variance menunjukkan bahwa data kepemilikan saham semakin
terkonsentrasi pada satu atau beberapa pemegang saham. Variance merupakan
suatu ukuran dari sebaran disekitar rata – rata hitung.
Dispersion of ownership dihitung dengan rumus (Taswan, 2003) sebagai
berikut :
∑
=− − = n
i
n X X Variance
1
2 1
1 ) (
Keterangan :
1
X , X 2 = Persentase kepemilikan saham satu kelompok.
X = Rata – rata kepemilikan saham
n = Jumlah data
3. Free Cash Flow (X3)
Free cash flow (FCF) diwakili oleh rasio free cash flow dibagi dengan
total aktiva. Semakin kecil rasio ini menunjukkan bahwa laba yang
diperoleh perusahaan cenderung digunakan untuk membayar deviden,
sehingga laba yang digunakan untuk membiayai aktiva perusahaan
semakin kecil (Jensen, 2002).. Free cash flow dihitung dengan rumus :
Arus kas operasi – Deviden
FCF =
4. Collaterizable Aseets
Collaterizable Aseets (COLLAS) adalah besarnya aktiva yang dijaminkan
oleh kreditur untuk menjamin pinjamannya. Semakin besar aktiva yang
dijaminkan, maka akan banyak dana yang digunakan untuk menjamin
kelangsungan pemakaian collaterizable assets. Collaterizable assets merupakan
perbandingan antara rasio total aktiva tetap bersih dengan total aktiva .
Collaterizable assets dihitung dengan rumus: Collaterizable assets =
Total aktiva yang dijaminkan
Total Aktiva yang dijaminkan – Akumulasi Penyusutan
5. Tingkat Pertumbuhan
Tingkat pertumbuhan suatu perusahaan dapat dilihat dari profitabilitas
perusahaan yang meningkat setiap tahunnya. Semakin baik profitabilitas suatu
perusahaan maka tingkat pertumbuhan perusahaan dapat dikatakan semakin
meningkat. Tingkat pertumbuhan perusahaan dihitung dengan rumus:
g = r x ROE
Keterangan :
g : Tingkat pertumbuhan perusahaan
r : Rasio penahanan laba (profitretention rate)
ROE : Tingkat pengembalian ekuitas
b. Variabel Dependen (Y)
Variabel dependen dalam penelitian ini adalah kebijakan deviden, yaitu
keputusan manajer tentang berapa besar presentase laba saat ini yang akan
digunakan untuk membayar deviden. Kebijakan deviden diukur dengan
perbandingan antara deviden yang dibayarkan dengan laba bersih yang didapat
DPR (Dividend Payout Ratio) ini dapat dihitung dengan rumus :
Deviden Per Lembar Saham
DPR =
Laba Bersih Per Lembar Saham
7. Populasi dan Sampel
Populasi adalah keseluruhan kumpulan elemen yang menjadi pengamatan
dalam suatu atau seluruh kumpulan elemen penelitian yang dapat digunakan dalam
membuat beberapa kesimpulan. Populasi penelitian adalah seluruh perusahaan
yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tahun 2004-2008. Secara
sederhana sampel adalah bagian dari suatu populasi. Pengambilan sampel
dilakukan dengan metode purposive sampling , yaitu pemilihan anggota sampel
yang didasarkan pada kriteria-kriteria tertentu atau ciri – ciri tertentu yang dimiliki
oleh sampel itu. (Soeratno dan Lincoln, 1993).
Kriteria yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
a. Perusahaan membayar deviden tunai secara berturut-turut pada tahun
2004-2008
b. Perusahaan mempunyai data insider ownership, dispersion of ownership,
free cash flow, collterizable assets dan pertumbuhan perusahaan.
Tabel 1.2
Proses Pemilihan Sampel
No Keterangan Jumlah Sampel
1 Perusahaan yang terdaftar di BEI tahun 2004-2008 323 2 Perusahaan yang tidak membayar Deviden Tunai
secara berturut-turut selama tahun 2004-2008 (287) 3 Perusahaan yang membayar deviden tunai tahun
2004-2008, tetapi tidak mempunyai data lengkap
Insider Ownership, dispersion of ownership, free cash flow, collaterizable assets, atau tingkat
pertumbuhan perusahaan.
(18)
Sampel Final 18
Tabel 1.2 menunjukkan bahwa dari 323 perusahaan yang terdaftar di BEI
tahun 2004-2008, hanya terdapat 18 perusahaan (5,57%) yang memenuhi
karakteristik penyampelan yang telah ditentukan. Daftar nama perusahaan sampel
dapat dilihat pada tabel 1.3 berikut ini:
Tabel 1.3
Daftar Nama Perusahaan Sampel
No Nama Perusahaan Kode
1 PT Gudang Garam Tbk GGRM
2 PT HM Sampoerna Tbk HMSP
3 PT Lautan Luas Tbk LTLS
4 PT Lion Tbk LION
5 PT Selamat Sempurna Tbk SMSM
6 PT Tunas Ridean Tbk TURI
7 PT Rigs Tenders Tbk RIGS
8 PT Samudera Indonesia Tbk SMDR
9 PT Ramayana Lestari Tbk RALS
10 PT Trimegah Securities Tbk TRIM
11 PT Berlian Laju Tanker Tbk BLTA
12 PT Asuransi Ramayana Tbk ASRM
13 PT Sepatu Bata Tbk BATA
14 PT Komatsu Indonesia Tbk KOMI
15 PT Metro Data Electronics Tbk MTDL
16 PT Dankos Tbk DKNS
17 PT Unilever Tbk UNVR
18 PT Duta Pertiwi Nusantara Tbk DPNS
Total 18
Sumber: Data sekunder dan
8. Lokasi dan Waktu Penelitian
a. Lokasi penelitian ini akan dilakukan di Bursa Efek Indonesia melalui
media internet dengan situs
b. Waktu penelitian ini dilakukan dari bulan April 2009 sampai dengan
9. Jenis dan Sumber Data
Data dalam penelitian ini adalah data sekunder yang diperoleh melalui
laporan yang dipublikasikan oleh Bursa Efek Indonesia. Data sekunder adalah
data yang telah dikumpulkan oleh lembaga pengumpul data dan dipublikasikan
kepada masyarakat pengguna data (Kuncoro, 2003:127).
6. Teknik Pengumpulan Data
Teknik yang digunakan dalam pengumpulan data sebagai berikut :
a. Tahap pertama dilakukan melalui studi pustaka yakni pengumpulan
data pendukung berupa literatur, penelitian terdahulu, dan laporan –
laporan yang dipublikasikan untuk mendapat gambaran dari masalah
yang akan diteliti.
b. Tahap kedua dilakukan melalui pengumpulan data sekunder yang
diperlukan berupa laporan-laporan yang dipublikasikan oleh BEI.
8. Metode Analisis Data
Untuk menganalisis data dalam penelitian, penulis menggunakan
tahap-tahap sebagai berikut:
f. Deskripsi Variabel
Pada tahap ini dilakukan perhitungan masing-masing variabel terkait yaitu
variabel terikat (dependen) dan variabel bebas (independen) berdasarkan rumus
yang telah dikemukakan sebelumnya.
g. Penerapan Model Analisis
Pada tahap ini akan dijelaskan hubungan antara variabel terikat dan
variabel bebas dengan rumus:
Dimana :
Y = Dividend Payout Ratio (DPR)
a = Konstanta
X1 = Insider Ownership
X2 = Dispersion Of Ownership
X3 = Free Cash Flow
X4 = Collaterizable Aseets
X5 = Tingkat Pertumbuhan
b1,2,3,4,5 = Koefisien regresi variabel X1,2,3,4,5
e = error
h. Pengujian Asumsi Klasik
Adapun syarat asumsi klasik yang harus dipenuhi model regresi berganda
sebelum data-data tersebut dianalisis adalah sebagai berikut:
1. Uji Normalitas
Tujuan uji normalitas adalah untuk mengetahui apakah distribusi ssebuah
data mengikuti atau mendekati distribusi normal (Umar, 2000). Uji normalitas
dilakukan dengan menggunakan pendekatan kolmogrov smirnov. Dengan
menggunakan tingkat signifikan 5% maka jika nilai Asymp. Sig. (2-tailed) diatas
nilai signifikan 5% artinya variabel residual berdistribusi normal (Umar, 2000).
2. Uji Multikolinearitas
Uji multikolineartitas bertujuan menguji apakah model regresi ditemukan
adanya korelasi antarvariabel bebas atau independent. Hubungan linear
antarvariabel inilah yang disebut dengan multikolinearitas (Umar, 2000). Model
regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi antarvariabel independen. Uji
ketentuan bila VIF > 5 terjadi masalah multikolinearitas yang serius (Umar,
2000).
3. Uji Heterokedastisitas
Uji heterokedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model
regresi terdapat ketidaksamaan varians dari residual satu pengamatan ke
pengamatan lainnya. Jika varians dari residual satu pengamatan ke pengamatan
lain tetap, maka terjadi homokedastisitas dan jika berbeda disebut
heterokedastisitas. Model regresi yang baik adalah tidak terjadi heterokedastisitas
(Umar, 2000).
4. Uji Autokorelasi
Uji ini bertujuan menguji apakah dalam sebuah model regresi linear ada
korelasi antara kesalahan penggangu pada periode t dengan kesalahan pengganggu
pada periode t-1 (periode sebelumnya). Metode deteksi terhadap autokorelasi
dilakukan dengan menggunakan metode Durbin Watson. Kriteria keputusan dapat
dilihat pada Tabel 1.4 :
Tabel 1.4
Kriteria Pengambilan Keputusan Uji Autokorelasi
Hipotesis nol Keputusan Jika
Tidak ada autokorelasi positif Tolak 0<DW <dl
Tidak ada autokorelasi positif No decision dl≤ DW ≤du
Tidak ada korelasi negatif Tolak 4−dl<DW <4
Tidak ada korelasi negatif No decision 4−du≤DW≤4−dl
Tidak ada autokorelasi positif atau negatif Tidak ditolak du< DW <4−du
du = batas atas dl = batas bawah
i. Koefisien Determinasi
Nilai Adjusted R Square pada menunjukkan proporsi variabel dependen
yang dijelaskan oleh variabel independen. Semakin tinggi nilai Adjusted R Square
maka akan semakin baik bagi model regresi karena menandakan bahwa
kemampuan variabel bebas menjelaskan variabel terikat juga semakin besar.
Kelemahan mendasar dalam penggunaan koefisien determinasi adalah
biasa terhadap jumlah variabel independen. Semakin banyak variabel independen
ditambahkan ke dalam model maka R square akan meningkat walaupun variabel
tersebut tidak berpengaruh secara signifikan ke dalam model. Oleh karena itu
banyak peneliti yang menganjurkan untuk menggunakan nilai adjusted R square
untuk mengevaluasi model (Umar, 2000).
j. Pengujian Hipotesis
1. Uji R2
Uji R2 digunakan untuk menunjukkan seberapa besar pengaruh variabel independen yang digunakan dalam peneltian mampu menjelaskan variasi total
variabel dependen.
2. Uji secara Simultan (Uji F)
Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui apakah model ini dapat dipakai
untuk mengestimasi variabel terikat.
Bentuk pengujian :
H0 : b1=b2=b3=b4=b5= 0, artinya variabel Insider Ownership, Dispersion Of Ownership, dan Free Cash Flow yang terdapat pada model ini tidak dapat dipakai
H1 : b1≠b2≠b3≠b4≠b5≠0, artinya variabel Insider Ownership, Dispersion Of Ownership, Free Cash Flow, Collaterizable Assets dan Tingkat Pertumbuhan
terhadap Dividend Payout Ratio (DPR). Pada penelitian ini nilai Fhitung akan
dibandingkan dengan Ftabel pada tingkat signifikan (α) = 5%.
Kriteria penilaian hipotesis pada uji-F ini adalah:
Terima H0 bila Fhitung ≤Ftabel
Tolak H0 (terima H1) bila Fhitung > Ftabel
3. Uji Secara Parsial (Uji t)
Pengujian ini dilakukan untuk menguji apakah setiap variabel bebas
mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel terikat.
Bentuk pengujian :
H0 : b1=b2=b3=b4=b5=0, artinya tidak terdapat pengaruh yang signifikan dari Insider Ownership, Dispersion Of Ownership, Free Cash Flow, Collaterizable Assets dan Tingkat Pertumbuhan terhadap Dividend Payout Ratio (DPR).
H1 : b1≠b2≠b3≠b4≠b5≠0, artinya terdapat pengaruh yang signifikan dari Insider Ownership, Dispersion Of Ownership, Free Cash Flow, Collaterizable Assets dan Tingkat Pertumbuhan terhadap Dividend Payout Ratio (DPR).
Pada penelitian ini nilai thitung akan dibandingkan dengan ttabel pada
tingkat signifikan (α) = 5%.
Kriteria pengambilan keputusan pada uji-t ini adalah :
H0 diterima jika : - ttabel ≤thitung ≤ttabel
H1 diterima jika : thitung > ttabel
BAB II
URAIAN TEORITIS
A. Penelitian Terdahulu
Taswan (2003), menganalisis dalam skripsi berjudul “Pengaruh Insider
Ownership, Kebijakan Utang Dan Deviden Terhadap Nilai Perusahaan Serta
Faktor – faktor Yang Mempengaruhinya”. Menggunakan 95 sampel perusahaan di
Bursa Efek Jakarta. Alat analisa yang digunakan adalah regresi. Hasil penelitian
menemukan bahwa :
1. Insider ownership mempunyai pengaruh signifikan positif terhadap
kebijakan deviden.
2. Profitabilitas mempunyai pengaruh negatif dan signifikan terhadap hutang.
3. Tingkat pertumbuhan, ukuran perusahaan, dan resiko perusahaan tidak
mempunyai hubungan yang signifikan.
Endang dan Minaya (2003), menganalisis dengan judul skripsi “Pengaruh
Insider Ownership, Dispersion Of Ownership, Collaterizable Assets, Free Cash Flow, Dan Tingkat Pertumbuhan Perusahaan Terhadap Kebijakan Deviden”.
Sampel 12 perusahaan manufaktur periode 2000-2002. Hasil penelitiannya :
a. Terdapat pengaruh yang signifikan antara insider ownership dan tingkat
pertumbuhan terhadap kebijakan deviden,
b. Dispersion of ownership, free cash flow, dan collaterizable assets tidak
memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kebijakan deviden.
c. Pengujian secara simultan menunjukkan bahwa variabel bebas dalam
penelitian ini mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap kebijakan
B. Pengertian Deviden
Deviden tunai yang diharapkan merupakan variabel pengembalian utama
dimana pemilik dan investor akan menentukan nilai saham. Deviden tunai adalah
sumber aliran kas untuk pemegang saham dan memberikan informasi tentang
kinerja perusahaan saat ini dan akan datang. Laba ditahan merupakan pendapatan
yang tidak dibagikan sebagai dividen, karenanya merupakan bentuk pembiayaan
intern (Sundjaja dan Barlian, 2002: 332).
Pembayaran dividen tunai kepada pemegang saham perusahaan diputuskan
oleh dewan direksi perusahaan. Direksi umumnya mengadakan pertemuan yang
membahas tentang dividen setiap kuartalan atau setengah tahunan melalui
mengevaluasi posisi keuntungan periode lalu dan menentukan posisi yang akan
datang, menentukan jumlah dividen yang harus dibayar dan menentukan
tanggal-tanggal yang berkaitan dengan dividen tunai.
C. Teori Keagenan (Agency Theory)
Teori keagenan merupakan suatu kontrak dimana satu atau lebih orang
(prinsipal) memerintah orang lain (agen) untuk melakukan suatu jasa atas nama
prinsipal serta memberi wewenang kepada agen untuk membuat keputusan yang
terbaik bagi prinsipal. Jika kedua belah pihak tersebut mempunyai tujuan yang
sama untuk memaksimumkan utilitas, maka diyakini agen akan bertindak dengan
cara yang sesuai dengan kepentingan principal (Hendriksen, 2000: 221).
Berbagai konflik kepentingan dalam perusahaan baik antara manajer
dengan pemegang saham, manajer dengan kreditur atau antar pemegang saham,
relationship. Pihak prinsipal dapat membatasi perbedaan kepentingannya dengan
memberikan tingkat insentif yang layak kepada agen dan harus bersedia
mengeluarkan biaya pengawasan atau monitoring cost untuk mencegah
penyimpangan (hazard) dari agen. Hal tersebut dinamakan dengan biaya
keagenan atau agency cost (Hendriksen, 2000: 221).
Secara umum tidak mungkin bagi prinsipal atau agen, pada tingkat biaya
sebesar nol, dapat menjamin bahwa agen akan membuat keputusan optimal dari
sudut pandang prinsipal. Pada suatu perusahaan, konflik kepentingan ini terjadi
antara manajemen dan pemegang saham atau stock holders. Konflik kepentingan
tersebut dapat timbul dari adanya kelebihan aliran kas atau excess cash flow.
Kelebihan arus kas cenderung akan diinvestasikan melebihi tingkat yang optimum
dan sering digunakan untuk konsumsi secara berlebihan yang tidak ada kaitannya
dengan kegiatan utama perusahaan atau excessive perquisites. Konflik tersebut
juga dapat disebabkan perbedaan antara pemegang saham yang lebih menyukai
investasi yang berisiko tinggi dengan harapan memperoleh return yang tinggi,
sementara manajemen lebih memilih investasi dengan resiko lebih rendah untuk
melindungi posisinya (Keown, 2000: 609).
D. Insider Ownership
Insider ownership merupakan sebuah variabel determinan yang penting
dalam kebijakan dividen suatu perusahaan (Taswan, 2003). Perusahaan dengan
insider ownership yang jumlahnya lebih besar mempunyai kinerja investasi yang
lebih baik daripada perusahaan dengan insider ownership kecil. Insider ownership
Sesuai dengan teori keagenan, konflik antara manager dan pemegang
saham timbul karena adanya pemisahan atas kepemilikan dan kontrol, pihak
inider atau manajemen cenderung menginginkan pembagian deviden kecil, karena
mereka menginginkan kelebihan aliran kas untuk membiayai investasi
perusahaan, namun pihak insider cenderung memanfaatkan kelebihan aliran kas
tersebut untuk memperkaya diri sendiri dan melakukan kegiatan yang tidak ada
kaitannya dengan kegiatan utama perusahaan tanpa memikirkan kesejahteraan
pemegang saham, dan cenderung merugikan pemegang saham. Perusahaan yang
mempunyai kinerja investasi yang baik cenderung menahan pendapatan
perusahaan sebagai laba yang ditahan daripada membagikannya kepada pemilik
saham dalam bentuk deviden.
E. Dispersion of Ownership
Dispersion ownership adalah penyebaran kepemilikan saham biasa. Dispersion of ownership dihitung dengan rumus variance, untuk menunjukkan
penyebaran kepemilikan saham. Semakin besar dispersion of ownership saham
semakin terkonsentrasi pada kelompok tertentu. Sesuai dengan teori keagenan,
Pemegang saham yang semakin menyebar akan mengakibatkan kesulitan dalam
proses monitoring perusahaan sehingga akan menimbulkan masalah keagenan
yang penyelesaiannya melalui pembayaran deviden dan akan mengurangi jumlah
F. Free Cash Flow
Jensen (2002) mendefinisikan free cash flow adalah aliran kas yang
merupakan sisa dari pendanaan seluruh proyek yang menghasilkan net present
value (NPV) positif yang didiskontokan pada tingkat biaya modal yang relevan. Free cash flow yang sering menjadi pemicu timbulnya perbedaan kepentingan
antara pemegang saham dan manajer. Ketika free cash flow tersedia, manajer
disinyalir akan menghamburkan free cash flow tersebut sehingga terjadi
inefisiensi dalam perusahaan atau akan menginvestasikan free cash flow dengan
return yang kecil.
Walsh (2003) mendefinisikan free cash flow sebagai aliran kas
diskresioner yang tersedia bagi perusahaan. Free cash flow adalah kas dari
aktivitas operasi dikurangi capital expenditures yang dibelanjakan perusahaan
untuk memenuhi kapasitas produksi saat ini. Free cash flow dapat digunakan
untuk penggunaan diskresioner seperti akuisisi dan pembelanjaan modal dengan
orientasi pertumbuhan (growth-oriented), pembayaran hutang, dan pembayaran
kepada pemegang saham baik dalam bentuk dividen. Semakin besar free cash
flow yang tersedia dalam suatu perusahaan, maka semakin sehat perusahaan
tersebut karena memiliki kas yang tersedia untuk pertumbuhan, pembayaran
hutang, dan dividen.
G. Collaterizable Aseets
Collaterizable Aseets (COLLAS) adalah besarnya aktiva yang dijaminkan
oleh kreditur untuk menjamin pinjamannya. Semakin besar aktiva yang
kelangsungan pemakaian collaterizable assets. Collaterizable assets merupakan
perbandingan antara rasio total aktiva tetap bersih dengan total aktiva (Taswan,
2003).
H. Tingkat Pertumbuhan
Tingkat pertumbuhan suatu perusahaan dapat dilihat dari profitabilitas
perusahaan yang meningkat setiap tahunnya. Semakin baik profitabilitas suatu
perusahaan maka tingkat pertumbuhan perusahaan dapat dikatakan semakin
meningkat.
Sebagai suatu unit ekonomi, perusahaan bertujuan untuk mencapai laba,
sehingga dalam pelaksanaan kegiatannya berpegang pada kebijakan yang telah
ditetapkan, yang dituangkan dalam kebijakan perusahaan. Meskipun demikian,
tidak tertutup kemungkinan terjadinya penyimpangan dari rencana yang telah
dianggarkan. Untuk itu perlu diadakan pengawasan terhadap kebijakan deviden,
sehingga apabila terjadi penyimpangan bias ditindak lanjutinya oleh manajemen
untuk memberi solusi yang tepat.
I. Teori Kebijakan Dividen
Ada beberapa teori dari preferensi investor tentang pembayaran dividen
antara lain (Brigham dan Houston, 2002: 66):
1. Teori Ketidakrelevanan Dividen
Teori yang dikemukakan oleh Merton Miller dan Franco Modigliani
(MM). Mereka berpendapat bahwa nilai suatu perusahaan hanya ditentukan oleh
lain, MM berpendapat bahwa pendapatan tersebut dibagi diantara dividen dan laba
yang ditahan.
2. Teori Bird in the Hand
Teori yang dikemukakan oleh Myron Gordon dan John Lintner. Mereka
berpendapat bahwa tingkat pengembalian atas ekuitas akan turun apabila rasio
pembagian dividen dinaikkan karena para investor kurang yakin terhadap
penerimaan keuntungan modal (capital gain) yang akan dihasilkan dari laba yang
ditahan dibandingkan dengan seandainya mereka menerima dividen. Gordon dan
Lintner berpendapat bahwa sesungguhnya investor jauh lebih menghargai
pendapatan yang diharapkan dividen daripada pendapatan dari keuntungan modal
(capital gain).
3. Teori Preferensi Pajak
Teori yang menyatakan bahwa investor lebih menyukai pembagian
dividen yang rendah daripada tinggi. Hal ini karena adanya pajak yang dikenakan
pada dividen. Investor menganggap bahwa pertumbuhan laba mungkin dianggap
menghasilkan kenaikan harga saham, dan keuntungan modal (capital gain) yang
pajaknya rendah akan menggantikan dividen yang pajaknya lebih tinggi.
J. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kebijakan Dividen
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi kebijakan dividen antara lain
(Sundjaja dan Barlian, 2002: 339) :
a. Peraturan hukum
2. Peraturan mengenai tindakan yang merugikan modal dengan melarang
pembayaran dividen yang berasal dari modal.
3. Peraturan mengenai tak mampu bayar artinya perusahaan boleh tidak
membayar dividen jika tidak mampu.
b. Likuiditas
Likuiditas perusahaan merupakan pertimbangan utama dalam banyak
kebijakan dividen. Karena dividen bagi perusahaan merupakan kas keluar,
maka semakin besar posisi kas dan likuiditas perusahaan secara keseluruhan
akan semakin besar kemampuan perusahaan untuk membayar dividen.
c. Membayar pinjaman
Jika perusahaan telah membuat pinjaman untuk memperluas usahanya atau
untuk pembayaran lainnya maka ia dapat melunasi pinjamannya pada saat
jatuh tempo atau ia dapat menyisihkan cadangan-cadangan untuk melunasi
pinjaman. Jika diputuskan bahwa pinjaman itu akan dilunasi, maka biasanya
harus ada laba ditahan.
d. Kontrak pinjaman
Kontrak pinjaman, apalagi jika menyangkut pinjaman jangka panjang
seringkali membatasi kemampuan perusahaan untuk membayar dividen tunai.
e. Pengembangan aktiva
Semakin cepat pertumbuhan perusahaan semakin besar kebutuhannya untuk
membiayai pengembangan aktiva perusahaan. Semakin banyak dana yang
dibutuhkan di kemudian hari, semakin banyak laba yang harus ditahan dan
f. Tingkat pengembalian
Tingkat pengembalian atas aset menentukan pembagian laba dalam bentuk
dividen yang dapat digunakan oleh pemegang saham baik ditanamkan kembali
di dalam perusahaan maupun tempat lain.
g. Stabilitas keuntungan
Perusahaan yang keuntungannya relatif teratur seringkali dapat
memperkirakan bagaimana keuntungan di kemudian hari. Maka perusahaan
seperti itu kemungkinan besar akan membagikan keuntungannya dalam
bentuk dividen dengan presentasi yang lebih besar dibandingkan dengan
perusahaan yang keuntungannya berfluktuasi.
K. Kebijakan Pemberian Dividen
Kebijakan dividen merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan
dengan keputusan pendanaan perusahaan. Kebijakan dividen merupakan
keputusan apakah laba yang diperoleh perusahaan pada akhir tahun akan dibagi
kepada pemegang saham dalam bentuk dividen atau akan ditahan untuk
menambah modal guna pembiyaan di masa yang akan datang. Rasio pembayaran
dividen (Dividend Payout Ratio) menentukan jumlah laba dibagi dalam bentuk
dividen kas dan laba yang ditahan sebagai bentuk sumber pendanaan. Ratio ini
menunjukkan persentase laba perusahaan yang dibayarkan sebagai pemegang
saham biasa perusahaan berupa dividen kas.
Laba ditahan dalam jumlah yang besar, berarti laba yang akan dibayarkan
Payout Ratio. Aspek penting dari kebijakan dividen adalah menentukan alokasi
laba yang sesuai diantara pembayaran laba sebagai dividen dengan laba yang
ditahan di perusahaan.
Ada beberapa bentuk pemberian dividen secara tunai atau cash devidend
yang diberikan oleh perusahaan kepada pemegang saham. Bentuk kebijakan
dividen tersebut adalah (Sutrisno, 2000: 323) :
1. Kebijakan pemberian dividen stabil
Kebijakan pemberian dividen yang stabil ini artinya akan diberikan secara
tetap per lembar sahamnya untuk jangka waktu tertentu walaupun laba yang
diperoleh perusahaan berfluktuasi. Kebijakan pembayaran dividen yang stabil
ini banyak dilakukan oleh perusahaan, karena beberapa alasan :
a. Bisa meningkatkan harga saham, sebab dividen yang stabil diprediksi
memiliki risiko yang kecil.
b. Bisa memberikan kesan kepada para investor bahwa perusahaan
mempunyai prospek yang baik di masa akan datang.
c. Akan menarik investor yang memanfaatkan dividen untuk keperluan
konsumsi sebab dividen selalu dibayarkan.
2. Kebijakan dividen yang meningkat
Dengan kebijakan ini, perusahaan akan membayarkan dividen kepada
pemegang saham dengan jumlah yang selalu meningkat dengan pertumbuhan
yang stabil.
3. Kebijakan dividen dengan rasio yang konstan
Kebijakan ini memberikan dividen yang besarnya mengikuti besarnya laba
besar dividen yang dibayarkan. Demikian pula sebaliknya bila laba kecil,
dividen yang dibayarkan juga kecil.
4. Kebijakan pemberian dividen reguler ditambah ekstra
Kebijakan pemberian dividen, dengan cara ini perusahaan menentukan jumlah
pembayaran dividen per lembar yang dibagikan kecil, kemudian ditambahkan
dengan ekstra dividen bila keuntungannya mencapai jumlah tertentu.
Kebijakan dividen yang yang optimal pada pada suatu perusahaan adalah
kebijakan keseimbangan diantara dividen saat ini dan pertumbuhan di masa
mendatang sehingga memaksimumkan harga saham (Sutrisno, 2000: 323) Secara
umum ada tiga (3) dasar dari kebijakan dividen, antara lain:
a. Kebijakan dividen biasa
Pada kebijakan dividen biasa atau reguler dividend policy, perusahaan
membayar dividen per lembar saham dalam rupiah yang tetap setiap
periode. Kebijakan ini meniadakan keragu-raguan investor atau pemegang
saham sekaligus menginformasikan bahwa perusahaan dalam keadaan baik
dan lancar. Pada kebijakan ini dividen per lembar saham tidak pernah
turun.
b. Kebijakan dividen dengan persentase tetap pembayaran dividen tunai
c. Kebijakan ini dikenal dengan nama constant payout ratio dividend policy.
d. Kebijakan dividen rendah plus ekstra
Kebijakan ini dikenal dengan nama lower reguler and ekstra dividend
policy. Menurut kebijakan ini perusahaan membayar dividen tunai secara
rutin setiap periode dalam jumlah yang tetap dan rendah. Jika laba
pembayaran tetap tersebut akan ditambah pembayaran dividen ekstra. Pada
jumlah pembayaran reguler atau biasa, yang tetap ini menjamin kepastian
bagi pemilik saham dan karena jumlahnya rendah hal ini juga akan
menenteramkan perusahaan. Pada laba yang sangat bagus, perusahaan
akan membayarakan ekstra dividen bagi pemegang saham. Pembayaran
BAB III
GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN
Gambaran Umum Bursa Efek Indonesia
Bursa Efek Indonesia adalah salah satu bursa saham yang dapat memberikan
peluang investasi dan sumber pembiayaan dalam upaya mendukung pembangunan
Ekonomi Nasional. Bursa Efek Indonesia berperan juga dalam upaya
mengembangkan pemodal lokal yang besar dan solid untuk menciptakan Pasar
Modal Indonesia yang stabil.
Bursa Efek Indonesia berawal dari berdirinya Bursa Efek di Batavia, yang
dikenal sebagai Jakarta pada saat ini, oleh pemerintah Hindia Belanda pada
tanggal 14 Desember 1912. Sekuritas yang diperdagangkan adalah saham dan
obligasi perusahaan-perusahaan Belanda yang beroperasi di Indonesia, obligasi
yang diterbitkan oleh pemerintah Hindia Belanda dan sekuritas lainnya.
Perkembangan Bursa Efek di Batavia sangat pesat sehingga mendorong
pemerintah Belanda membuka Bursa Efek Surabaya pada tanggal 11 Januari 1925
dan Bursa Efek Semarang pada tanggal 1 Agustus 1925. Kedua bursa ini
kemudian ditutup karena terjadinya gejolak politik di Eropa awal tahun 1939.
Bursa Efek di Jakarta pun akhirnya ditutup juga akibat terjadinya perang dunia ke
dua tahun 1942, sekaligus menandai berakhirnya aktivitas pasar modal di
Indonesia.
Pasar modal di Indonesia kembali digiatkan dengan dibukanya kembali
Bursa Efek di Jakarta pada tanggal 3 Juni 1952. Pada tahun 1958 kegiatan Bursa
Efek di Jakarta kembali dihentikan karena adanya inflasi dan resesi ekonomi. Hal
akhirnya mengalami kebangkitan pada tahun 1970. Kebangkitan ini disertai
dengan dibentuknya Tim Uang dan Pasar Modal, disusul tahun 1976 berdirinya
BAPEPAM (Badan Pelaksana Pasar Modal) serta berdirinya perusahaan dan
investasi PT Danareksa. Kebangkitan ini didukung dengan diresmikannya
aktivitas perdagangan di Bursa Efek Jakarta oleh Presiden Soeharto pada tahun
1977.
Pemerintah mengeluarkan kebijakan Paket Deregulasi Desember 1987 dan
Desember 1988 tentang diperbolehkannya swastanisasi Bursa Efek. Paket
Deregulasi ini kemudian mendorong Bursa Efek Jakarta berubah menjadi PT
Bursa Efek Jakarta (BEJ) pada tanggal 13 Juli 1992. Pada tahun itu juga
BAPEPAM yang awalnya Badan Pelaksana Pasar Modal berubah menjadi Badan
Pengawas Pasar Modal.
Bursa Efek Jakarta berkembang dengan pesat sehingga kegiatannya semakin
ramai dan kompleks. Hal ini menyebabkan sistem perdagangan manual yang
selama ini dilakukan di Bursa Efek Jakarta tidak lagi memadai. Pada tanggal 22
Mei 1995 diterapkanlah suatu sistem otomatis yang dinamakan JATS (Jakarta
Automatic Trading System). Sistem yang baru ini dapat memfasilitasi
perdagangan saham dengan frekuensi lebih besar dan lebih menjamin kegiatan
pasar yang adil dan transparan dibanding dengan sistem perdagangan manual.
Bursa Efek Jakarta (BEJ) dan Bursa Efek Surabaya (BES) kemudian
bergabung dan berubah nama menjadi Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tahun
2007. Penggabungan kedua bursa ini diharapkan dapat menciptakan kondisi
Dewan Direksi BEI
Erry Firmansyah : Direktur Utama
M. S. Sembiring : Direktur Perdagangan Saham, Penelitian dan
Pengembangan Usaha
Guntur Pasaribu : Direktur Perdagangan Fixed Income dan
Derivatif, Keanggotaan dan Partisipan
Justitia Tripurwasani : Direktur Pengawasan
Eddy Sugito : Direktur Pencatatan
Bastian Purnama : Direktur Teknologi Informasi
Sihol Siagian : Direktur Administrasi
Dewan Komisaris BEI
Bacelius Ruru : Komisaris Utama
Panda Putu Raka : Komisaris
Fathiah Helmi : Komisaris
Mochamad Aswin : Komisaris
Lily Widjaja : Komisaris
Mustofa : Komisaris
Mardiasme : Komisaris
Kepala Divisi / Kepala Satuan BEI
Direktorat Utama
1. Sekretaris Perusahaan : Friderica Widyasari Dewi
2. Satuan Manajemen Resiko : Windiarti S. Choesin
Direktorat Pengawasan
4. Pengawasan Transaksi : Hamdi Hassyarbaini
5. Hukum : Dewi A. Prasetyaningtyas
6. Satuan Pemeriksa Anggota Bursa dan Partisipan : Kristian S. Manullang
Direktorat Pencatatan
7. Pencatatan Sektor Riil : Ignatius Girendroheru
8. Pencatatan Sektor Jasa : Umi Kulsum
9. Pencatatan Surat Hutang : Saptono Adi Junarso
Direktorat Perdagangan Fixed Income dan Derivatif
10.Perdagangan Fixed Income : Erna Dewayani
11.Perdagangan Derivatif : Hari Purnomo
Direktorat Keanggotaan dan Partisipan
12.Keanggotaan : Bambang Widodo
Direktorat Perdagangan Saham
13.Perdagangan Saham : Supandi
Direktorat Penelitian dan Pengembangan Usaha
14.Riset dan Pengembangan Produk : Kandi Sofia S. Dahlan
15.Pemasaran : Wan Wei Yiong
Direktorat Administrasi
16.Keuangan : Yohanes A. Abimanyu
18.Sumber Daya Manusia : Mirna Kurniawati (Pjs) Direktorat Teknologi Informasi
19.Operasi Teknologi Informasi : Yohanes Liauw
20.Pengembangan Solusi Bisnis Teknologi Informasi : Didit Agung Laksono
Specialist Setingkat Kepala Divisi
21.Chief Economist : Edison Hulu
Sumber:
Gambaran Umum Perusahaan Manufaktur
1. PT Gudang Garam Tbk
Perseroan yang semula bernama PT Perusahaan Rokok Tjap “Gudang Garam”
Kediri didirikan tanggal 30 Juni 1971. perusahaan ini bergerak di bidang rokok
dan terkait dengan rokok.
Perusahaan ini terdaftar (listing) sebagai perusahaan yang go public pada
tanggal 27 Agustus 1970 dengan harga perdana (Initial Public Offering) sebesar
Rp 1000,- per lembar sahamnya. Perusahaan ini memiliki 1.924.088.000 lembar
jumlah saham yang beredar.
Perusahaan ini berkantor pusat di Jl. Semampir II/1 Wisselboard 21091 s/d 21096 Kediri.
Pemegang saham perusahaan ini terdiri dari: 1. PT Suryaduta Investama : 66,80%
2. PT Suryamitra Kusuma : 5,32%
PT HM Sampoerna Tbk. yang semula memiliki nama PT Handaya Mandala
Sampoerna Tbk. didirikan tanggal 19 Oktober 1963. kegiatan produksi rokok
secara komersial dimulai sejak 1913 di Surabaya sebagai industri rumah tangga.
Pada tahun 1930, industri ini diresmikan dengan dibentuknya NVBM Handel
Maatschapij Sampoerna.
Perusahaan ini terdaftar (listing) sebagai perusahaan yang go public pada
tanggal 15 Agustus 1990 dengan harga perdana (Initial Public Offering) sebesar
Rp 1000,- per lembar sahamnya. Perusahaan ini memiliki 4.383.000.000 lembar
saham yang beredar.
Perusahaan ini berkantor pusat di Jl. Rungkut Industri Raya 18 Surabaya. Pemegang saham terbesar perusahaan ini adalah PT Philip Morris Indonesia sebesar 97,00%.
3. PT Lautan Luas Tbk
PT Lautan Luas Tbk ini didirikan dengan nama Andil Maskapai Dagang dan
Industri Lim Teck Lee pada tanggal 18 Januari 1951 dengan nama NV
Nederlandsch Indische Bierbrouwerijen di Medan. Perusahaan ini bergerak dalam
bidang perdagang, perindustrian, pertanian dan penyediaan jasa transportasi dan
jasa umum lainnya.
Perusahaan ini terdaftar (listing) sebagai perusahaan yang go public pada
tanggal 21 Juli 1997 dengan harga perdana (Initial Public Offering) sebesar
Rp500,- perlembar sahamnya. Perusahaan ini memiliki 150.000.000 lembar
jumlah saham yang beredar.
Perusahaan ini berkantor pusat di Gedung Graha Indramas, Jln AIP II KS Tubun Raya No 77 Jakarta.
2. JP MCM Non-Treaty CL : 5,15%
4. PT Lion Tbk
PT Lion Tbk (“Perusahaan”) didirikan berdasarkan Akta Notaris Drs. Gde
Ngurah Rai, S.H, No. 21. Lingkup kegiatan perusahaan meliputi industri
peralatan kantor dan pabrikasi lainnya dari logam. Perusahaan memproduksi
peralatan kantor, rumah sakit dan bangunan seperti lemari arsip (filing cabinet),
lemari penyimpan obat; lemari dan pintu besi; perlengkapan gudang, seperti rak
tingkat dan pallet; penyangga kabel (cable ladder) dan pabrikasi lainnya dari
logam.
Perusahaan ini terdaftar (listing) sebagai perusahaan yang go public pada
tanggal 20 Agustus 1993 dengan harga perdana (Initial Public Offering) sebesar
Rp3520,- perlembar sahamnya. Perusahaan ini memiliki 3.000.000 lembar jumlah
saham yang beredar.
Perusahaan ini berkantor pusat di Jl Raya Bekasi Km 24,5 Cakung.
Adapun pemegang saham perusahaan ini terdiri dari:
1. Lion Holdings Pte. Ltd., Singapura : 28,85%
2. Lion Holdings Sdn. Bhd., Kuala Lumpur : 28,85%
5. PT Selamat Sempurna Tbk.
PT Selamat Sempurna Tbk. pertama kali didirikan pada tanggal 15 Oktober
anggota Bata Shoe Organization (BSO) yang mempunyai kantor pusat di
Toronto Kanada. Perusahaan ini bergerak di bidang penghasil sepatu.
Perusahaan ini terdaftar (listing) sebagai perusahaan yang go public pada
tanggal 24 Maret 1982 dengan harga perdana (Initial Public Offering) sebesar
Rp 1000,- perlembar sahamnya. Perusahaan ini memiliki 13.000.000 lembar
jumlah saham yang beredar.
Perusahaan ini berkantor pusat di Jl. TMP Kalibata Additional Listing Jakarta.
Pemegang saham perusahaan ini terdiri dari:
1. Bafin (Nederland) B.V. : 67,19%
2. HSBC-Fund Services Clients A/C 500 : 9,12%
3. Northern Investment Company Ltd : 7,58%
6. PT Tunas Ridean Tbk
PT Tunas Ridean Tbk didirikan tanggal 24 Juli 1980 berdasarkan akta yang
dibuat di hadapan notaris Winanto Wiryomartani. Ruang lingkup kegiatan
perusahaan dalam bidang industri dan perdagangan polipropylene. Perusahaan
memulai operasinya sejak 1986.
Perusahaan ini terdaftar sebagai perusahaan yang go public pada tanggal 16
Mei 1995. Perusahaan ini memiliki 3.000.000 lembar jumlah saham yang beredar.
Perusahaan ini berkantor pusat di Pasar Minggu No 7 Jakarta dan Jln. Raden Intan
No 65, Lampung.
Pemegang saham perusahaan ini terdiri dari:
1. PT Tunas Andalan Pratama : 67,62%
7. PT Rigs Tenders Tbk
PT Rigs Tenders Tbk. ini berdiri didirikan pada tanggal 20 Februari 1957
berdasarkan akta notaris Sie Khwan Djioe No 67 tanggal 20 Februari 1957.
Perusahaan ini terutama bergerak dalam bidang otomotif dan komponennya.
Perusahaan ini terdaftar (listing) sebagai perusahaan yang go public pada
tanggal 4 April 1990 dengan harga perdana (Initial Public Offering) sebesar Rp
1000,- per lembar sahamnya. Perusahaan ini memiliki 30.000.000 lembar
jumlah saham yang beredar.
Perusahaan ini berkantor pusat di Jl. Gaya Motor Raya No 8, Sunter II, Jakarta.
Pemegang saham terbesar perusahaan ini adalah Jardine Cycle and Carriage Ltd
sebesar 50,11%
8. PT Samudra Indonesia Tbk.
PT Samudra Indonesia Tbk ini berdiri didirikan pada tanggal 20 September
1991 berdasarkan akta notaris No. 50
Perusahaan ini terdaftar (listing) sebagai perusahaan yang go public pada
tanggal 15 Juli 1998 dengan harga perdana (Initial Public Offering) sebesar Rp
500,- per lembar sahamnya. Perusahaan ini memiliki 75.000.000 lembar
jumlah saham yang beredar.
Perusahaan ini berkantor pusat di Jl. Raya Pegangsaan Dua Km 22 Kelapa Gading
Jakarta. Pemegang saham perusahaan ini adalah PT Samudra Indoesia Tbk
9. PT Ramayana Lestari Tbk.
PT Ramayana Lestarsi Tbk pertama kali didirikan pada tanggal 15 Oktober
1931 di Indonesia dengan akta notaris No.64. PT Ramayana Lestarsi Tbk
adalah anggota Bata Shoe Organization (BSO) yang mempunyai kantor pusat
di Toronto Kanada. Perusahaan ini bergerak di bidang penghasil sepatu.
Perusahaan ini terdaftar (listing) sebagai perusahaan yang go public pada
tanggal 24 Maret 1982 dengan harga perdana (Initial Public Offering) sebesar
Rp 1000,- perlembar sahamnya. Perusahaan ini memiliki 13.000.000 lembar
jumlah saham yang beredar.
Perusahaan ini berkantor pusat di Jl. TMP Kalibata Additional Listing Jakarta.
Pemegang saham perusahaan ini terdiri dari:
4. Bafin (Nederland) B.V. : 67,19%
5. HSBC-Fund Services Clients A/C 500 : 9,12%
6. Northern Investment Company Ltd : 7,58%
10. PT Trimegah Securities Tbk
PT Trimegah Securities Tbk didirikan di Indonesia pada tanggal 15
September 1988. Perusahaan ini memulai kegiatan komersialnya pada tahun 1989,
hasil produksi dipasarkan ke dalam dan luar negeri.
Perusahaan ini terdaftar (listing) sebagai perusahaan yang go public pada
tanggal 30 November 2001 dengan harga perdana (Initial Public Offering) Rp
250,- per lembar sahamnya. Perusahaan ini memiliki 306.338.500 lembar
jumlah saham yang beredar.
Pemegang saham ini adalah :
1. PT Bukit Jaya Semesta : 58,00%
2. PT Optima Kharya : 13,00%
3. Crendwell Pte Ltd : 5,00%
11. PT Berlian Laju Tanker Tbk