• Tidak ada hasil yang ditemukan

EFEKTIVITAS RESTRUKTURISASI ORGANISASI SEKRETARIAT DAERAH (Studi Pada Pemerintahan Daerah Kota Bandar Lampung Tahun 2014)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "EFEKTIVITAS RESTRUKTURISASI ORGANISASI SEKRETARIAT DAERAH (Studi Pada Pemerintahan Daerah Kota Bandar Lampung Tahun 2014)"

Copied!
89
0
0

Teks penuh

(1)

SEKRETARIAT DAERAH

(Studi Pada Pemerintahan Daerah Kota Bandar Lampung Tahun 2014) Oleh:

Edo Saputra

Pemerintah daerah terutama kabupaten atau kota menjadi titik berat pelaksanaan desentralisasi atau otonomi daerah. Salah satu substansi yang harus dilaksanakan oleh pemerintah daerah adalah mengenai otonomi organisasi, yaitu keharusan untuk mengatur dan mengurus organisasi perangkat daerah. Masalah kelembagaan atau organisasi perangkat daerah saat ini ditetapkan dengan PP No.41 Tahun 2007 tentang organisasi perangkat daerah. Tetapi dalam implementasinya terdapat banyak kendala yang dihadapi dalam pelaksanaannya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas restrukturisasi organisasi sekretariat daerah yang dilaksanakan oleh pemerintahan daerah Kota Bandar Lampung dan faktor-faktor yang mempengaruhi pelaksanaan restrukturisasi. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif serta teknik pengumpulan data menggunakan wawancara, dokumentasi dan observasi.

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan diketahui bahwa Restrukturisasi Organisasi Perangkat Daerah pada lingkup Sekretariat Daerah Kota Bandar Lampung dilakukan melalui beberapa tahapan yaitu tahap melakukan review rencana dan tujuan; menentukan work activities untuk mencapai objectives; klasifikasi dan penggolongan; mendesain hierarki pimpinan dan pengambil keputusan; dan pemberian assignment dan pendelegasian wewenang. Restrukturisasi Organisasi dapat dikatakan sudah cukup efektif, restrukturisasi yang dilakukan Sekretariat Daerah Kota Bandar Lampung sudah tepat antara pemerintah daerah dengan penyusun struktur organisasi dan tata kerja perangkat daerah, sehingga struktur organisasi dan tata kerja yang terbentuk akan lebih efektif dalam rangka melaksanakan pelayanan publik. Faktor-faktor yang mempengaruhi pelaksanaan restrukturisasi organisasi antara lain Sumber daya manusia (SDM) aparat merupakan salah satu faktor penentu efektivitas organisasi Sekda Kota Bandar Lampung. Faktor sumber daya meskipun sudah cukup memadai namun belum dapat dikatakan optimal hal ini dapat dilihat dari pemanfaatan dan penempatannya. Sedangkan faktor anggaran menjadi faktor yang menentukan tingkat efektivitas organisasi dan faktor kinerja organisasi merupakan kunci pembuka bagi keberhasilan organisasi atau sebaliknya.

(2)

THE EFFECTIVENESS OF ORGANIZATIONAL RESTRUCTURING IN REGIONAL SECRETARY

(A Study in Bandar Lampung Regional Government in 2014) By:

Edo Saputra

Regional governments such as district or municipal are becoming priorities of decentralization and regional autonomy. One of substantial issues should be exercised by regional government is about organization autonomy; the obligation to manage and govern regional organization apparatuses. Issues of regional organization apparatuses or regional institutions were provisioned with Government Regulation No. 41 in 2007 about regional government organizations. However, its implementations met difficulties. The objective of this research was to find out the effectiveness or Regional Secretary organizational restructuring in Bandar Lampung and factors influencing its organizational restructuring. This was a qualitative research and data were collected with interviews, documentations, and observations.

The results showed that Bandar Lampung Regional Secretary organizational restructuring was conducted through some steps. They were reviewing plans and objectives; determining work activities to reach objectives; classifying; designing leadership hierarchy and decision making; assigning and delegating authorities. The organization restructuring was effective enough. The organizational restructuring had been conducted properly between regional government and organization structure arrangers and governances of regional government apparatuses, so that formed organization structures and governance should be more effective in conducting public services. Factors influencing organization restructuring were the human resources of apparatuses which became determinant factor of organizational effectiveness of Bandar Lampung Regional Secretary. Resource factors, even though they were sufficient, but not optimal to be seen from their usages and placements. Budget factor became a determinant factor in organizational effectiveness, while organization performance become a key to organizational success.

(3)

EFEKTIVITAS RESTRUKTURISASI ORGANISASI

SEKRETARIAT DAERAH

(Studi Pada Pemerintahan Daerah Kota Bandar Lampung Tahun 2014)

Oleh :

Edo Saputra

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar SARJANA ADMINISTRASI NEGARA

Pada

Jurusan Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK JURUSAN ILMU ADMINISTRASI NEGARA

UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG

(4)
(5)
(6)
(7)

RIWAYAT HIDUP

(8)

PERSEMBAHAN

dengan mengucap rasa syukur kepada Allah SWT

Kupersembahkan karya sederhana ini untuk mereka yang

menyayangiku:

Papaku tercinta Hi. Christimore Z mamaku tercinta Hj. Gusnaini

Selalu menjadi sumber inspirasi didalam kehidupanku Selalu mendoakan dan mendukung segala aktivitasku hingga

sekarang

Semua curahan kasih sayang yang kalian berikan tidak akan mampu aku gantikan

dengan apapun

Kakak-kakak dan Adikku tersayang

Kehadiranmu menyempurnakan hidupku

Semoga kita bisa berhasil dan tetap menjadi kebanggaan orang tua

Segenap sahabat-sahabat yang selalu mendukungku selama ini

Segenap Keluarga Besar Jurusan Ilmu Administrasi Negara

Terima kasih atas semua dukungannya

(9)

MOTO

Salah bisa diperbaiki, Gagal bisa diulangi, Jatuh bisa

bangun, tapi Menyerah berarti Selesai. Hidup akan

mengalami Salah, Gagal, Jatuh, Namun jangan

sampai Menyerah

(Merry Riana)

Bersabarlah, Segala sesuatu itu awalnya sulit

sebelum menjadi mudah

(Saadi)

Jika mimpimu ingin menjadi kenyataan yang

pertama dipikiranmu adalah bangun dan wujudkan

(10)

SANWACANA

Alhamdulillahirobbil’alamin segala puji dan syukur penulis panjatkan

kehadirat ALLAH SWT, karena berkat rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Efektivitas Restrukturisasi Organisasi Sekretariat Daerah Tahun 2014”. Penulisan skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana pada jurusan Ilmu Admnistrasi Negara, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Lampung.

Selama penyusunan skripsi ini penulis menyadari keterbatasan kemampuan dan pengetahuan yang dimiliki, sehingga penulis membutuhkan bantuan dari berbagai pihak, baik keluarga, dosen, maupun teman-teman. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. ALLAH SWT Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang, menciptakan siang dan malam yang selalu mengiringi hidup penulis, dan Nabi Muhammad SAW yang selalu menjadi suri tauladan dan inspirasi dalam kehidupan penulis.

(11)

Papa yang selalu berkorban segala sesuatunya kepada keluarga terlebih kepada penulis, dan mendukung harapan serta keinginan anak-anaknya. Semoga papa disana bisa bahagia melihat kesuksesan yang ananda capai. Mamaku tersayang Hj. Gusnaini, sosok wanita hebat yang senantiasa berdoa bagi kesuksesan disetiap langkah anak-anaknya, yang selalu tiada henti mencurahkan kasih dan sayangnya kepada keluarga. Makasih ya Ma buat pelajaran keikhlasannya selama ini. Terima kasih ya Allah karena telah memberikan kedua orang tua yang hebat dan sangat luar biasa dalam hidupku. Semoga Allah SWT senantiasa memberikan kesehatan dan limpahan rahmat bagi kedua orang tua yang sangat kusayangi. Amiiin.

3. Kakakku tersayang Bobby Christiawan dan Vicky Fernando serta Adikku tersayang Apriliani. Kehadiran kalian menyempurnakan hidupku. Semoga kedepannya kita bisa berhasil dan tetap menjadi kebanggaan orang tua.

4. Bapak Drs. Hi. Agus Hadiawan, M.Si, selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung.

5. Bapak Dr. Dedy Hermawan, S.Sos., M.Si., selaku Ketua Jurusan Ilmu Administrasi Negara yang telah memberikan dukungan, nasihat dan tembusan izin kepada penulis dalam penyusunan skripsi ini.

(12)

saran serta masukan dengan sabar kepada penulis agar dapat terselesaikan dengan baik dalam penyusunan skripsi ini.

8. Ibu Dewie Brima Atika, S.IP. M.Si selaku dosen Pembimbing kedua yang telah meluangkan waktu, tenaga, fikiran, bimbingan, semangat, pengarahan, saran serta masukan dengan sabar kepada penulis agar dapat terselesaikan dengan baik dalam penyusunan skripsi ini.

9. Bapak Prof. Dr. Yulianto. M.S. selaku dosen Pembahas yang telah memberikan kritik, saran, ilmu dan masukan yang baik serta memberikan pengarahan dan perhatiannya kepada penulis dalam penyempurnaan skripsi. 10. Dosen-dosen Jurusan Ilmu Administrasi Negara FISIP UNILA, Bu Meli, Bu

Dian, Bu Devi, Pak Bambang, Pak Simon, Pak Syamsul, Pak Nana, Pak Fery, Pak Eko dan Bu Indri.. Terima kasih atas segala ilmu yang telah bapak ibu berikan. Semoga ilmu dan pengalaman yang telah penulis peroleh selama perjalanan di kampus dapat menjadi bekal yang berharga untuk kehidupan penulis ke depannya.

11. Bu Nur sebagai staf Jurusan Ilmu Administrasi Negara yang selalu memberikan pelayanan bagi penulis dan administrasi di jurusan.

(13)

yang selalu menemani dan membantu penulis selama menjalani dunia perkuliahan sampai mengerjakan Skripsi ini serta kebersamaan kita yang telah kita lewati bersama.

14. Untuk teman-teman Keluarga Besar Ilmu Administrasi Negara Susi Tri Hardini, Ruri Retno Ningsih, Yuditya Wardhana, Beni Martha, Intan Fania, Dian Puspasari, Nursiah, Ria, Rugun, Dewi, Iramanda, Yosi, Rostaria Magdalena, Tiara, Ucok, Topan, Uni Fitri, Hanny, Tami, Nurul, Maritha, Ani, Cita, Riyanti, Rizal Beg, Uyung, Datas, Triyadi, Dita, Nona, Karina, Astria, Indah, Upik, Novia, Renita dan teman-teman yang tidak bisa disebutkan satu-persatu, terimakasih atas segala bentuk kebahagiaan yang telah kalian berikan selama ini.

15. Seluruh pihak yang membantu penulis dalam penelitian dan yang telah menemani penulis selama kuliah di UNILA yang tidak dapat disebutkan satu persatu. Terima kasih semuanya.

Akhir kata, penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, akan tetapi sedikit harapan semoga karya sederhana ini dapat berguna dan bermanfaat bagi kita semua. Amin.

Bandar Lampung, 2 Maret 2015 Penulis

(14)

DAFTAR ISI A. Konsep Restrukturisasi Organisasi ... 9

1.Pengertian Restrukturisasi Organisasi ... 9

2.Tujuan Restrukturisasi Organisasi ... 12

3.Struktur Organisasi ... 12

B. Konsep Organisasi ... 16

1.Pengertian Organisasi ... 16

2.Jenis-Jenis Organisasi ... 17

3.Karakter-Karakter Organisasi ... 19

C. Konsep Efektivitas ... 20

1.Pengertian Efektivitas ………... 20

2.Efektivitas Organisasi ………. 22

3.Kriteria Ukuran Efektivitas ………. 26

4.Faktor-Faktor yang Mempengaruhi dalam Efektivitas ………... 28

D. Konsep Pemerintahan Daerah ... 34

(15)

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

A. Kondisi Umum Sekertariat Daerah Kota Bandar Lampung ... 51

B. Visi dan Misi ... 53

C. Tugas Pokok dan Fungsi ... 56

D. Struktur Organisasi ... 58

E. Sumber Daya Manusia ... 64

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN A. Restrukturisasi Organisasi Sekertariat Daerah Kota Bandar Lampung ... 69

1. Melakukan Review Rencana dan Tujuan ... 70

2. Menentukan Work Activities untuk mencapai Objectives ... ... 74

3. Klasifikasi dan Penggolongan ... 77

4. Pemberian Assignment dan Pendelegasian Wewenang ... 83

5. Mendesain Hierarki Pimpinan dan Pengambilan Keputusan .... 88

B. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Restrukturisasi Organisasi Sekretariat Daerah Pemerintah Daerah Kota Bandar Lampung ... 94

1. Faktor Anggaran ... ... 94

2. Faktor Sumber Daya Manusia ... .... 95

3. Faktor Kinerja Organisasi ... ... 104

C. Efektivitas Restrukturisasi Organisasi Sekretariat Kota Bandar Lampung ... 108

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 118

B. Saran ... 120 DAFTAR PUSTAKA

(16)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

(17)

DAFTAR BAGAN

Bagan Halaman

Bagan 1. Hubungan Efektivitas ……… 28

Bagan 2. Sebab Efektivitas ………... 29

Bagan 3. Kerangka Pikir ………... 39

(18)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Indonesia mengalami perubahan yang cukup besar sejalan runtuhnya rezim Orde Baru di bawah pimpinan Soeharto pada tahun 1998 lalu. Proses reformasi muncul sebagai bentuk perubahan dari sistem pemerintahan sentralistik ke sistem pemerintahan desentralistik. Perubahan ini juga terkait dengan aspek filosofi, teori dan prinsip penyelenggaraan pemerintahan yang hendak dicapai. Perubahan ini juga memberi peluang kepada daerah untuk mengatur rumah tangganya sendiri secara luas dan bertanggungjawab, yang dikenal dengan otonomi daerah. Otonomi daerah ini dilaksanakan berdasarkan Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah, yang selanjutnya direvisi dengan lahirnya Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 dan Undang-Undang-Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua atas Undang-Undang RI Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah.

(19)

dapat dilaksanakan dengan baik, maka pemerintah daerah membutuhkan organisasi perangkat daerah atau Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) yang efektif dan efisien sebagai salah satu unsur atau bagian dari birokrasi.

Tampilan birokrasi yang besar akan berdampak menghabiskan banyak sumberdaya daerah, fenomena ini telah banyak dilihat dalam praktek birokrasi selama ini baik di tingkat pusat maupun daerah. Organisasi birokrasi daerah dari Sabang sampai Merauke dibangun dan dikembangkan dengan menggunakan azas uniformitas (penyamarataan). Akibatnya jenis dan jumlah lembaga yang dikembangkan diseluruh wilayah Indonesia hampir sama. Padahal seharusnya hal tersebut disesuaikan dengan kebutuhan daerah dan kebutuhan masyarakat.

Sejalan dengan pandangan di atas, Dwiyanto (2006:266) menyatakan bahwa struktur pemerintah dan birokrasi sangat kompleks dan tidak jelas, karena misi dan struktur tugas dan fungsi tidak pernah dirumuskan dengan jelas. Akibatnya tumpang tindih dan benturan misi, tugas dan fungsi antar departemen, lembaga nondepartemen, dan kantor menteri negara di pusat, antar dinas, kantor dan badan di provinsi dan kabupaten menjadi tontonan yang dengan mudah ditemui dalam penyelenggaraan kegiatan pemerintah dan pelayanan publik. Dengan memperjelas misi disetiap organisasi, maka budaya birokrasi yang melakukan kegiatan diluar misi tersebut dapat dihindari. Pengembangan birokrasi yang berorientasi pada misi ini akan berdampak optimal dalam memperbaiki pelayanan publik jika diikuti dengan restrukturisasi birokrasi.

(20)

Menurut Sedarmayanti (2010:324) ditemukan fakta tentang adanya kecenderungan organisasi perangkat daerah yang terlalu besar dan kurang didasarkan pada kebutuhan nyata di daerah yang membawa implikasi pada pembengkakan organisasi perangkat daerah secara signifikan. Hal ini jelas membawa pengaruh kepada alokasi anggaran yang tersedia di masing–masing daerah. Misalnya, Dana Alokasi Umum (DAU) yang semestinya untuk kepentingan belanja pegawai, pembangunan dan pemeliharaan sarana dan prasarana pelayanan publik, sebagian besar digunakan membiayai birokrasi pemerintahan daerah.

Berdasarkan uraian di atas, jelas menunjukkan bahwa dalam penataan kelembagaan yakni organisasi pemerintahan struktur organisasi mempunyai peranan yang sangat penting untuk meningkatkan kualitas pelayanan publik, dengan demikian akan memberikan pengaruh positif terhadap pencapaian kualitas pelayanan. Akan tetapi apabila struktur organisasi tidak disusun dengan baik maka akan dapat menghambat kualitas pelayanan publik yang baik. Ketidakjelasan visi dan misi akan memberi peluang intervensi kepentingan lain diluar organisasi, serta mengancam netralitas dan menghambat tercapainya birokrasi yang memihak kepentingan rakyat.

(21)

kemampuan daerah masing-masing serta adanya koordinasi, integrasi, sinkronisasi dan simplikasi serta komunikasi kelembagaan antara pusat dan daerah. Besaran organisasi perangkat daerah yang dijelaskan dalam peraturan ini sekurang-kurangnya mempertimbangkan faktor keuangan, kebutuhan daerah, cakupan tugas yang meliputi sasaran tugas yang harus dicapai, jenis dan banyaknya tugas, luas wilayah kerja dan kondisi geografis, jumlah dan kepadatan penduduk, potensi daerah yang berhubungan dengan urusan yang akan ditangani, sarana dan prasarana penunjang tugas. Dalam peraturan pemerintah ini juga dipertegas bahwa kebutuhan organisasi perangkat daerah bagi masing-masing tidak senantiasa sama dan seragam.

(22)

pada Peraturan Daerah Kota Bandar Lampung No. 2 Tahun 2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Perangkat Daerah Kota Bandar Lampung. Sekretariat Daerah Kota Bandar Lampung tersusun dari 3 Asisten Bidang yang membawahi 9 Bagian serta 27 Sub Bagian dengan rincian tugas pokok dan fungsi yang diemban oleh masing-masing organisasi perangkat daerah tersebut sesuai dengan bidang kerjanya masing-masing.

Kendatipun restrukturisasi tersebut telah dilakukan dalam rangka pencapaian tujuan yang hendak dicapai seperti yang telah dijelaskan di atas, namun belum terlihat perubahan yang signifikan dari apa yang sebenarnya diharapkan yakni pelaksanaan tugas yang semakin efektif dan efisien dengan anggaran yang lebih minimalis, sehingga Sekretariat Daerah Kota Bandar Lampung melakukan restrukturisasi organisasi kembali yang dilakukan pada tahun 2011 yang berpedoman pada Peraturan Walikota Bandar Lampung No. 64 Tahun 2011 tentang Tugas, Fungsi dan Tata Kerja Sekretariat Daerah Kota Bandar Lampung dengan hasil 4 Asisten Bidang yang membawahi 10 Bagian serta 27 Sub Bagian didalamnya.

(23)

1. Penyeragaman nomenklatur kelembagaan daerah;

2. Penentuan jumlah kelembagaan daerah yang berbasis pada hasil perhitungan atas variable jumlah penduduk, luas wilayah, dan jumlah APBD;

3. Perumpunan kelembagaan daerah, meskipun juga menentukan beberapa perubahan lain seperti perubahan eselonisasi pejabat daerah.

Pembentukan kelembagaan atau organisasi perangkat daerah akan sangat berpengaruh pada pencapaian kinerja birokrasi publik, karena struktur akan mengikuti strategi (structure follow strategy) yang diterapkan organisasi, bukan sebaliknya strategi yang mengikuti struktur (strategy follow structure) yang akhirnya mengakibatkan proliferasi atau perkem-bangbiakan kelembagaan.

(24)

Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007 tentang Organisasi Perangkat Daerah pada Lingkup Sekretariat Daerah Kota Bandar Lampung.

Berdasarkan permasalahan di atas peneliti tertarik untuk melihat efektivitas restrukturisasi organisasi perangkat daerah, dimana yang telah dilaksanakan tidak mampu mewujudkan organisasi yang benar-benar berkompeten dalam menjalankan tugas pokok dan fungsinya, karena beban tugas yang diemban sudah melebihi kapasitas organisasi yang ada di Sekretariat Daerah Kota Bandar Lampung yang berujung pada ketidakefektifan, penyusunan yang kurang tepat menyebabkan pelayanan kepada masyarakat dalam bidang-bidang tertentu tidak efektif dan efisien. Oleh karena itu penulis tertarik untuk meneliti dan mengambil judul dalam penulisan skripsi ini adalah “Efektivitas Restrukturisasi Organisasi Sekretariat Daerah (Studi pada Pemerintahan Daerah Kota Bandar Lampung Tahun 2014)”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang dan masalah di atas maka rumusan masalah adalah sebagai berikut :

1. Bagaimana efektivitas restrukturisasi organisasi sekretariat daerah yang dilaksanakan oleh pemerintahan daerah Kota Bandar Lampung?

(25)

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang di atas maka tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mendeskripsikan secara lebih mendalam mengenai keefektifan restrukturisasi organisasi sekretariat daerah yang dilaksanakan oleh Pemerintahan daerah Kota Bandar Lampung

2. Untuk mendeskripsikan faktor-faktor yang mempengaruhi pada pelaksanaan restrukturisasi organisasi sekretariat daerah yang dilaksanakan oleh pemerintah daerah Kota Bandar Lampung

D. Manfaat Penelitian

Sedangkan manfaat dari penelitian ini adalah:

1. Secara akademis, hasil penelitian ini diharapkan dapat memerluas atau menambah wawasan Ilmu Administrasi Publik, khususnya studi tentang pengembangan organisasi.

(26)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Restrukturisasi Organisasi

1. Pengertian Restrukturisasi Organisasi

Restrukturisasi berasala dari kata re- dan struktur, maka struktur organisasi berkaitan dengan hubungan yang relatif tetap diantara berbagai tugas yang ada dalam organisasi. Menurut Handoko (2006:114), restrukturisasi organisasi atau desain organisasi dapat didefinisikan sebagai mekanisme-mekanisme formal dengan mana organisasi dikelola dimana struktur organisasi menunjukkan kerangka dan susunan perwujudan pola tetap hubungan-hubungan diantara fungsi-fungsi, bagian-bagian atau posisi-posisi maupun orang-orang yang menunjukkan, tugas wewenang dan tanggung jawab yang berbeda-beda dalam suatu organisasi.

(27)

harus mengadaptasi dinamika tersebut agar dapat berkembang. Adaptasi terhadap dinamika yang terjadi menyebabkan birokrasi harus tampil sesuai dengan realita yang ada. Restrukturisasi atau penataan kembali organisasi birokrasi pada hakekatnya adalah aktivitas untuk menyusun satuan organisasi birokrasi yang akan diserahi bidang kerja, tugas atau fungsi tertentu.

Don Hellriegel (2001:474) mendefinisikan desain organisasi sebagai proses penilaian dan pemilihan struktur dan sistem formal komunikasi, bidang SDM, koordinasi, kontrol, kewenangan dan tanggung jawab untuk mencapai tujuan organisasi. Secara prinsip, desain organisasi harus mampu:

a. Menyalurkan informasi dan pembuatan keputusan berdasarkan kepentingan stakeholders.

b. Menentukan kewenangan dan tanggung jawab dalam tugas,bagian dan departemen.

c. Menyeimbangkan integrasi antara pekerjaan, tim, departemen dan bagian dengan kemampuan adaptasi terhadap perubahan lingkungan.

Sehingga hakikat desain organisasi mengacu pada pola penyesuaian struktur organisasi (bisa berwujud strukturisasi, restrukturisasi atau reformasi) agar tujuan organisasi dapat tercapai. Desain organisasi berhubungan dengan penggunaan prinsip-prinsip organisasi. Kemudian, desain sebuah organisasi sedikit-banyak akan dipengaruhi oleh tiga faktor di bawah ini :

(28)

b. Faktor Strategi, membuat organisasi mampu menunjukkan kemampuannya yang unik. Organisasi harus mempunyai keunggulan yang kompetitif pada berbagai hal.

c. Faktor Teknologi, berperan pada waktu pembentukan kelompok-departemen, pendelegasian kewenangan dan tanggung jawab serta suatu mekanisme terpadu.

(29)

2. Tujuan Restrukturisasi Organisasi

Adapun tujuan restrukturisasi organisasi menurut Goiullart dan Kelly (1995:7) adalah “menyiapkan organisasi untuk dapat mencapai tingkat kompetisi yang digunakan, hal ini berhubungan dengan organisasi yang ramping dan fit”. Organisasi Pemerintah sebagai organisasi publik yang telah mengadakan restukturisasi dimana struktur organisasinya disesuaikan dengan tujuan organisasi yaitu untuk kesejahteraan seluruh masyarakat, maka akan berpengaruh terhadap kualitas pelayanan kepada masyarakat itu sendiri. Restrukturisasi tidak bisa dilihat hanya dari perampingan organisasi, SDM, atau kinerjanya saja akan tetapi juga harus diperhatikan bahwa restukturisasi adalah sebuah sistem yang saling mempengaruhi satu sama dengan lainnya dalam pencapaian tujuan organisasi.

3. Struktur Organisasi

(30)

Berdasarkan konsep di atas maka dapat penulis simpulkan bahwa dalam mewujudkan struktur organisasi yang baik perlu adanya koordinasi sistem penugasan, hubungan pelaporan, dan komunikasi yang menghubungkan pekerjaan individu-individu dan kelompok-kelompok serta fungsi-fungsi, wewenang dan tanggung jawab setiap organisasi sehingga tujuan organisasi dapat tercapai dengan baik.

1. Komponen Organisasi

Selanjutnya juga dijelaskan bahwa struktur organisasi diwujudkan dalam bentuk bagan organisasi. Bagan organisasi menggambarkan pengaturan posisi kerja suatu organisasi, termasuk juga bagaimana berbagai posisi tersebut berhubungan satu sama lain melalui garis otoritas dan komunikasi, serta mencerminkan bagaimana organisasi (Laily, 2008:13), misalnya seperti antara lain:

a. The division of work (posisi dan jabatan menggambarkan tanggungjawab kerja)

b. Supervisi relationship (garis-garis yang mencerminkan siapa melapor kepada siapa)

c. Communications channels, (garis-garis yang mencerminkan saluran komunikasi).Major subunits (posisi-posisi tertentu yang harus melapor kepada manajer tertentu)

d. Level of managements (berapa tingkat atau lapis manajemen secara vertikal).

(31)

bentuk formalisasi (penegasan secara formal) untuk mencapai koordinasi di antara pola-pola interaksi yang terdapat atau terjadi diantara para personel organisasi, terdapat tiga komponen struktur organisasi yang meliputi :

a. Kompleksitas

Semakin banyak ragam atau diferensiasi dalam tugas, kedudukan dan kegiatan, akan semakin kompleks organisasinya. Diferensiasi itu berwujud jenis spesialisasi, tata pembagian kerja, jumlah peringkat (level/eselon) pada hierarki dan bahkan branches di berbagai tempat.

b. Formalisasi

Ialah banyaknya aturan-aturan (rules) atau regulasi dan prosedur untuk mengatur dan mengarahkan perilaku pegawai. Makin banyak peraturan, makin tinggi tingkat formalitasnya.

c. Sentralisasi

Menyangkut lokasi pada satu pusat pengambilan keputusan. Dibalik itu terdapat pula organisasi yang didesentralisasi, bahkan memberi otonomi kepada unit-unit yang berada jauh dari pusat. Tingkat sentralisasi menentukan tipe struktur organisasi. Makin banyak pelimpahan wewenang akan menghasilkan struktur organisasi yang melebar. Sentralisasi dan desentralisasi merupakan dua bentuk ekstrim sistem pengambilan keputusan organisasional.

2. Proses Penyusunan Struktur Organisasi

Ada tahapan proses penyusunan struktur organisasi menurut Prajudi Atmosudirdjo (1999), yaitu :

(32)

Plans menentukan maksud organisasi dan goals menentukan kegiatan yang harus atau akan dijalankan.

b. Menentukan Work Activities untuk Mencapai Objectives

Dimulai membuat rincian daftar kegiatan kerja, lalu merinci tugas apa yang harus dijalankan.

c. Klasifikasi dan Penggolongan

Menilai kegiatan yang diidentifikasi lalu menentukan sifatnya, kemudian aktivitas itu dikelompokkan menjadi unit dengan desain pola, penamaan untuk menjadi struktur organisasi.

d. Pemberian Assignment dan Pendelegasian Wewenang

Penugasan kepada individu dan pelimpahan wewenang supaya dapat menyelesaikan tugas.

e. Mendesain Hierarki Pimpinan dan Pengambil Keputusan

Mencakup penentuan tatanan hubungan operasional vertikal, horisontal dan menyilang yang bersifat integratif serta lahirnya bagan organisasi. Sehingga struktur organisasi dapat kita pahami sebagai suatu wujud formal untuk menemukan koordinasi dalam hubungan timbal balik yang terdapat pada setiap anggota organisasi, yang bisa kita cermati dari kondisi normatif dan perilakunya.

(33)

harapan dan keinginan pengefektifan fungsi pemerintah dalam rangka melaksanakan tugas pokok dan fungsi organisasi pemerintahan itu sendiri. Melalui restrukturisasi diharapkan fungsi pemerintahan akan semakin efektif dan efisien.

B. Konsep Organisasi

1. Pengertian Organisasi

Menurut Robbin (2006:4) organisasi adalah kesatuan (entity) sosial yang dikoordinasikan yang bekerja atas dasar yang relatif terus menerus untuk mencapai suatu tujuan bersama atau sekelompok tujuan. Organisasi itu ada untuk

mencapai sesuatu. “Sesuatu” ini adalah tujuan, dan tujuan tersebut biasanya tidak

dapat dicapai oleh individu–individu yang bekerja sendiri atau jika mungkin hal tersebut dicapai secara lebih efisien melalui usaha kelompok tidak perlu semua anggota mendukung tujuan organisasi secara penuh namun definisi kita menyatakan adanya kesepakatan umum mengenai misi organisasi.

Sedangkan Leavitt (terjemahan Muslicah Zarkasi, 2008:318), memandang organisasi sebagai suatu sistem yang lengkap terdiri dari interaksi dari empat variabel utama, yaitu:

1. Task atau tugas yang meliputi unsur keluaran (out put) produksi atau tujuan dari organisasi

2. Struktur, yaitu yang kaitannya dengan badan organisasi kebijaksanaan ketentuan perundang-undangan dan lain-lain yang sejenis

(34)

4. Teknologi atau peralatan teknis yang digunakan oleh suatu organisasi untuk menghasilkan produknya baik berupa barang ataupun jasa.

Dimock (dalam Handayaningrat, 1991) memberikan definisi organisasi sebagai perpaduan secara sistematis dari bagian-bagian yang saling bergantung atau berkaitan untuk membentuk suatu kesatuan yang bulat melalui kewenangan, koordinasi dan pengawasan dalam usaha mencapai tujuan yang telah ditentukan. Jadi, organisasi dapat didefinisikan yaitu adanya sekelompok orang yang mempunyai tujuan bersama yang hanya dapat diselenggarakan dengan kerjasama atau usaha bersama antara anggota-anggota kelompok agar kerjasama berjalan dengan baik dan teratur maka diadakan pembagian kerja di bawah suatu pimpinan.

2. Jenis- Jenis Organisasi

Jenis organisasi antara lain adalah organisasi publik dan organisasi non publik. Terkait dengan permasalahan yang akan diteliti, kita perlu lebih menajamkan pemahaman kita mengenai organisasi publik. Dalam birokrasi atau pemerintah, kegiatan organisasi dilakukan berdasarkan sistem aturan abstrak yang konsisten dan terdiri atas penerapan aturan-aturan. Sistem standar ini dirancang untuk menjamin keseragaman tidak hanya dalam pelaksanaan setiap tugas, tetapi juga dalam koordinasi bermacam tugas. Aturan dan pengaturan yang eksplisit membatasi kewajiban masing-masing anggota organisasi dan hubungan di antara mereka.

(35)

a. Pelayanan yang diberikan oleh organisasi publik dianggap lebih penting dari pada organisasi privat (swasta). Hal ini menyangkut kepentingan semua lapisan masyarakat yang jika diserahkan ke pihak lain, maka dikhawatirkan tidak berjalan dengan baik.

b. Pelayanan yang diberikan oleh organisasi publik lebih bersifat monopoli atau semi monopoli, artinya relatif sulit untuk dibagi-bagi dengan organisasi lainnya.

c. Dalam pemberian pelayanan umum, organisasi publik dan administratornya, berdasarkan undang-undang atau peraturan lainnya, memberikan warna legalitas. Dengan demikian, pelayanan akan “lambat” menyesuaikan diri dengan berbagai perubahan.

d. Organisasi publik dalam melayani masyarakat tidak ditentukan atas dasar harga pasar seperti layaknya perusahaan.

e. Usaha-usaha organisasi publik akan dirasakan langsung oleh masyarakat, sehingga pelaksanaannya harus adil, proporsional, tidak memihak, bersih dan mengutamakan kepentingan masyarakat.

(36)

3. Karakter-Karakter Organisasi

Popovich (dalam LAN, 1998:12) mengemukakan bahwa ada 8 karakteristik organisasi berbasis kinerja, yakni :

a. Mempunyai misi yang jelas.

b. Menetapkan hasil yang akan dicapai dan fokus pada pencapaian keberhasilan tersebut.

c. Memberdayakan para pegawainya.

d. Memotivasi individu dalam organisasi untuk meraih sukses. e. Bersifat fleksibel dan bisa beradaptasi dengan kondisi yang baru. f. Selalu berkompetisi meningkatkan kinerja.

g. Selalu menyempurnakan prosedur kerja untuk memenuhi kebutuhan masyarakat.

h. Selalu berkomunikasi dengan stakeholders.

(37)

yang merupakan susunan yang terdiri dari satuan-satuan organisasi beserta segenap pejabat, kekuasaan, tugas dan hubungan-hubungan satu sama lain dalam rangka pencapaian tujuan tertentu, (Robbin, 2006:128).

Berdasarkan konsep di atas maka dapat penulis simpulkan bahwa dalam mewujudkan suatu organisasi khususnya organisasi birokrasi yang baik dan sehat maka dalam setiap organisasi perlu ditetapkan azas-azas atau prinsip-prinsip tertentu karena azas-azas ini merupakan sarana perantara guna menciptakan iklim yang baik bagi terwujudnya tujuan organisasi secara keseluruhan sehingga untuk mewujudkan suatu organisasi yang baik serta efektif dan struktur organisasi yang ada dapat sehat dan efisien maka dalam organisasi tersebut perlu diterapkan beberapa asas atau prinsip organisasi (Pemerintahan Daerah Kota Bandar Lampung) untuk menciptakan organisasi yang sehat serta efisien maka organisasi tersebut harus melaksanakan restrukturisasi organisasi dengan adanya restrukturisasi maka organisasi akan mudah di kendalikan dan terkontrol dengan baik sesuai dengan tujuan yang diharapkan.

C. Konsep Efektivitas

1. Pengertian Efektivitas

(38)

dilaksanakan dan seberapa jauh tujuan tercapai. Sedangkan menurut William N. Dunn (2003:498) efektivitas (effectiveness) adalah suatu kriteria untuk menseleksi berbagai alternatif untuk dijadikan rekomendasi didasarkan pertimbangan apakah alternatif yang direkomendasikan tersebut memberikan hasil (akibat) yang maksimal, lepas dari pertimbangan efisiensi.

Menurut Harbani Pasolong (2012:51) efektivitas pada dasarnya berasal dari kata

“efek” dan digunakan dalam istilah ini sebagai hubungan sebab akibat. Efektivitas

dapat dipandang sebagai suatu sebab dari variabel lain. Efektivitas berarti bahwa tujuan yang telah direncanakan sebelumnya dapat tercapai atau dengan kata sasaran tercapai karena adanya proses kegiatan. James L. Gibson dkk (1996:38) dalam Harbani Pasolong (2012:51) mengatakan bahwa efektivitas adalah pencapaian sasaran dari upaya bersama. Derajat pencapaian sasaran menunjukkan derajat efektivitas. Tjokroamidjojo (1987:3) dalam Harbani Pasolong (2012:51) mengatakan bahwa efektivitas, agar pelaksanaan administrasi lebih mencapai hasil seperti direncanakan, mencapai sasaran tujuan yang ingin dicapai dan lebih berdaya hasil. Sedangkan Keban (2004:1400 dalam Harbani Pasolong (2012:51) mengatakan bahwa suatu organisasi dapat dikatakan efektif bila tujuan organisasi atau nilai-nilai sebagaimana ditetapkan dalam visi tercapai. Nilai-nilai yang telah disepakati bersama antara para stakeholder dari organisasi yang bersangkutan.

Menurut Komaruddin (1994:294) “efektivitas adalah suatu keadaan yang menunjukkan tingkat keberhasilan kegiatan manajemen dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan terlebih dahulu”. Selanjutnya The Liang Gie (2000 : 24)

(39)

yang dilaksanakan oleh manusia untuk memberikan guna yang diharapkan”.

Sedangkan Gibson (1984 : 28) mengemukakan bahwa “efektivitas dalam konteks

perilaku organisasi merupakan hubungan antar produksi, kualitas, efisiensi, fleksibilitas, kepuasan, sifat keunggulan dan pengembangan”. Selanjutnya Steers (1985:87) mengemukakan bahwa “Efektivitas adalah jangkauan usaha suatu program sebagai suatu sistem dengan sumber daya dan sarana tertentu untuk memenuhi tujuan dan sasarannya tanpa melumpuhkan cara dan sumber daya itu serta tanpa memberi tekanan yang tidak wajar terhadap pelaksanaannya”. Sedangkan menurut Stephen P. Robbins (1994:85) keefektifan organisasi dapat didefinisikan sebagai tingkatan pencapaian organisasi atas tujuan jangka pendek (tujuan) dan jangka panjang (cara). Pemilihan itu mencerminkan konstituensi strategis, minat pengevaluasi, dan tingkat kehidupan organisasi.

Berdasarkan pendapat para ahli di atas dapat diketahui bahwa efektivitas merupakan suatu konsep yang sangat penting karena mampu memberikan gambaran mengenai keberhasilan suatu organisasi dalam mencapai sasarannya atau dapat dikatakan bahwa efektivitas merupakan tingkat ketercapaian tujuan dari aktivasi-aktivasi yang telah dilaksanakan dibandingkan dengan target yang telah ditetapkan sebelumnya.

2. Efektivitas Organisasi

(40)

pengukuran dan penilaian efektivitas organisasi beraneka ragam sebagaimana yang dikemukakan oleh sejumlah ahli sebagai berikut; Gibson et al (1995 : 380) menegaskan pendekatan dalam menilai efektivitas organisasi adalah:

a. Pendekatan Tujuan

Pendekatan tujuan untuk mendefinisikan dan mengevaluasi efektivitas merupakan pendekatan tertua dan paling luas digunakan. Menurut pendekatan ini, keberadaan organisasi dimaksudkan untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Pendekatan tujuan menekankan peranan sentral dari pencapaian tujuan sebagai kriteria untuk menilai efektivitas serta mempunyai pengaruh yang kuat atas pengembangan teori dan praktek manajemen dan perilaku organisasi, tetapi sulit memahami bagaimana melakukannya. Alternatif terhadap pendekatan tujuan ini adalah pendekatan teori sistem;

b. Pendekatan Teori Sistem

Teori sistem menekankan pada pertahanan elemen dasar masukan- proses-pengeluaran dan mengadaptasi terhadap lingkungan yang lebih luas yang menopang organisasi. Teori ini menggambarkan hubungan organisasi terhadap sistem yang lebih besar, dimana organisasi menjadi bagiannya. Konsep organisasi sebagian suatu sistem yang berkaitan dengan sistem yang lebih besar memperkenalkan pentingnya umpan balik yang ditujukan sebagai informasi mencerminkan hasil dari suatu tindakan atau serangkaian tindakan oleh seseorang, kelompok atau organisasi.

(41)

efektivitas harus mencerminkan hubungan antar organisasi dan lingkungn yang lebih besar dimana organisasi itu berada. Jadi : (1) Efektivitas organisasi adalah konsep dengan cakupan luas termasuk sejumlah konsep komponen. (2) Tugas manajerial adalah menjaga keseimbangan optimal antara komponen dan bagiannya;

c. Pendekatan Multiple Constituency

Pendekatan ini adalah perspektif yang menekankan pentingnya hubungan relatif di antara kepentingan kelompok dan individual dalam hubungan relatif diantara kepentingan kelompok dan individual dalam suatu organisasi. Dengan pendekatan ini memungkinkan pentingnya hubungan relatif diantara kepentingan kelompok dan individual dalam suatu organisasi. Dengan pendekatan ini memungkinkan mengkombinasikan tujuan dan pendekatan sistem guna memperoleh pendekatan yang lebih tepat bagi efektivitas organisasi.

Sementara itu Robbins (1994:54) mengungkapkan juga mengenai pendekatan dalam efektivitas organisasi adalah :

a. Pendekatan pencapaian tujuan (goal attainment approach)

(42)

dengan cara menilai seberapa jauh mereka mencapai tujuan-tujuan yang telah ditetapkan.

b. Pendekatan sistem

Pendekatan ini menekankan bahwa untuk meningkatkan kelangsungan hidup organisasi, maka perlu diperhatikan adalah sumber daya manusianya, mempertahankan diri secara internal dan memperbaiki struktur organisasi dan pemanfaatan teknologi agar dapat berintegrasi dengan lingkungan yang darinya organisasi tersebut memerlukan dukungan terus menerus bagi kelangsungan hidupnya.

c. Pendekatan konstituensi strategis

Pendekatan ini menekankan pada pemenuhan tuntutan konstituensi itu di dalam lingkungan yang darinya orang tersebut memerlukan dukungan yang terus menerus bagi kelangsungan hidupnya.

d. Pendekatan nilai-nilai bersaing

Pendekatan ini mencoba mempersatukan ke tiga pendekatan diatas, masing-masing didasarkan atas suatu kelompok nilai. Masing-masing-masing didasarkan atas suatu kelompok nilai. Masing-masing nilai selanjutnya lebih disukai berdasarkan daur hidup di mana organisasi itu berada.

(43)

satu pendekatan yang lebih komperhensif bagi tercapainya efektifitas organisasi. Sementara itu, untuk pendekatan nilai-nilai bersaing merupakan pendekatan yang menyatukan ketiga pendekatan yang telah dikemukakan di atas yang disesuaikan dengan nilai suatu kelompok. Efektivitas organisasi dapat dinyatakan sebagai tingkat keberhasilan organisasi dalam usaha untuk mencapai tujuan atau sasarannya.

Dengan demikian untuk mengetahui efektivitas restkturisasi organisasi Sekertariat Daerah Kota Bandar Lampung, peneliti menggunakan teori pendekatan tujuan dalam Gibson et al (1995 : 380), dimana organisasi adalah kesatuan susunan yang terdiri dari sekelompok orang yang mempunyai tujuan yang sama, yang dapat dicapai secara efektif dan efisien melalui tindakan yang dilakukan secara bersama, dimana dalam melakukan tindakan itu ada pembagian tugas, wewenang dan tanggung jawab bagi tiap-tiap personal yang terlibat di dalamnya untuk mencapai tujuan organisasi. Melalui pendekatan tujuan, keberhasilan yang tercapai oleh suatu organisasi tergantung dari kemampuannya untuk memperoleh dan memanfaatkan sumber dayanya yang ada dalam usaha mengejar tujuan operasi dan kegiatan. Organisasi harus mengatasi hambatan-hambatan yang dapat menghalangi tercapainya tujuan dan mencari alternatif terbaik guna mencapai tujuan organisasi secara optimal.

3. Kriteria Ukuran Efektivitas

(44)

a. Produktivitas;

b. Kemampuan adaptasi atau fleksibilitas; c. Kepuasan kerja;

d. Kemampuan berlaba; dan e. Pencarian sumber daya.

Selanjutnya kriteria atau ukuran efektivitas organisasi mengenai pencapaian tujuan efektif atau tidak, sebagaimana dikemukakan oleh S.P. Siagian (1978:77), yaitu

a. Kejelasan tujuan yang hendak dicapai, hal ini dimaksudkan supaya dalam pelaksanaan tugas mencapai sasaran yang terarah dan tujuan organisasi dapat tercapai.

b. Kejelasan strategi pencapaian tujuan, telah diketahui bahwa strategi adalah

“pada jalan” yang diikuti dalam melakukan berbagai upaya dalam mencapai

sasaran-sasaran yang ditentukan agar para implementer tidak tersesat dalam pencapaian tujuan organisasi.

c. Proses analisis dan perumusan yang mantap, berkaitan dengan tujuan yang hendak dicapai dan strategi yang telah ditetapkan.

d. Perencanaan yang matang pada hakekatnya berarti memutuskan sekarang apa yang dikerjakan oleh organisasi dimasa depan.

e. Penyusunan program yang tepat suatu rencana yang baik masih perlu dijabarkan dalam program-program pelaksanaan yang tepat sebab apabila tidak, para pelaksana akan kurang memiliki pedoman bertindak dan bekerja. f. Tersedianya sarana dan prasarana kerja, salah satu indikator efektivitas

(45)

g. Pelaksanaan yang efektif dan efisien, bagaimanapun baiknya suatu program apabila tidak dilaksanakan secara efektif dan efisien maka organisasi tersebut tidak akan mencapai sasarannya, karena dengan pelaksanaan organisasi semakin didekatkan dengan tujuan.

h. Sistem pengawasan dan pengendalian yang bersifat mendidik mengingat sifat manusia yang tidak sempurna maka efektivitas organisasi menuntut terdapatnya sistem pengawasan dan pengendalian.

4. Faktor-Faktor yang mempengaruhi dalam Efektivitas

Efektivitas organisasi publik maupun bisnis dapat dikaji secara komprehensif dari tiga perspektif, yaitu individu, kelompok, dan organisasi. Hal ini dimaksudkan bahwa di dalam mengukur efektivitas suatu organisasi maka yang pertama harus diukur adalah efektivitas individu yang menekankan pada kinerja pelaksanaan tugas dari karyawan tertentu pada unit tertentu. Selanjutnya, efektivitas kelompok menggambarkan kontribusi secara sinergis seluruh anggota kelompok pada unit kerja tertentu. Akhirnya, efektivitas organisasi mencerminkan pencapaian tujuan organisasi yang merupakan konstribusi dari setiap unit atau bagian dalam suatu organisasi secara keseluruhan.

Hubungan ketiga perspektif tersebut menurut Gibson, et al,(1995: 32) dapat digambarkan sebagai berikut:

Gambar Bagan 1. Hubungan efektivitas

Sumber : Gibson, et al, (1995:32) Efektivitas

Individu

Efektivitas kelompok

(46)

Oleh karena itu dalam setiap upaya manajemen atau pemimpin organisasi untuk meningkatkan efektivitas organisasi harus memperhatikan hubungan individu dalam kelompok dan kelompok terhadap organisasi.Berdasarkan pandangan tersebut maka dapat dikemukakan bahwa efektivitas suatu organisasi dalam mencapai tujuan atau sasaran atau pelaksanaan program dan kegiatan tertentu sudah pasti dipengaruhi oleh sejumlah unsur atau faktor, baik terhadap efektivitas individu, kelompok, maupun organisasi. Hasil Penelitian John R. Kemberly dan David B.Rottaman (1987) sebagaimana yang dikutip oleh Gibson et,al (1995) menunjukkan bahwa terdapat sejumlah faktor yang menjadi penyebab efektivitas individu, kelompok, dan organisasi yaitu:

Gambar Bagan 2. Sebab Efektivitas

Sumber : Gibson, et al (1995:51).

Menurut Richard M. Steers (1985:8) terdapat 4 (empat) faktor-faktor yang mempengaruhi efektivitas suatu organisasi, yaitu:

(47)

sebuah organisasi. Dalam struktur, manusia ditempatkan sebagai bagian dari suatu hubungan yang relatif tetap yang akan menentukan pola interaksi dan tingkah laku yang berorientasi pada tugas.

2. Karakteristik Lingkungan, mencakup dua aspek. Aspek pertama adalah lingkungan ekstern yaitu lingkungan yang berada di luar batas organisasi dan sangat berpengaruh terhadap organisasi, terutama dalam pembuatan keputusan dan pengambilan tindakan. Aspek kedua adalah lingkungan intern yang dikenal sebagai iklim organisasi yaitu lingkungan yang secara keseluruhan dalam lingkungan organisasi.

3. Karakteristik Pekerja merupakan faktor yang paling berpengaruh terhadap efektivitas. Di dalam diri setiap individu akan ditemukan banyak perbedaan, akan tetapi kesadaran individu akan perbedaan itu sangat penting dalam upaya mencapai tujuan organisasi. Jadi apabila suatu organisasi menginginkan keberhasilan, organisasi tersebut harus dapat mengintegrasikan tujuan individu dengan tujuan organisasi.

(48)

komunikasi, kepemimpinan dan pengambilan keputusan, serta adaptasi terhadap perubahan lingkungan inovasi organisasi.

Efektivitas dalam kegiatan organisasi dapat dirumuskan sebagai tingkat perwujudan sasaran yang menunjukkan sejauh mana sasaran telah dicapai. Sumaryadi (2005:105) berpendapat dalam bukunya ”Efektivitas Implementasi

Kebijakan Otonomi Daerah” bahwa Organisasi dapat dikatakan efektif bila

organisasi tersebut dapat sepenuhnya mencapai sasaran yang telah ditetapkan, namun realitanya efektivitas restukturisasi organisasi belum sepenuhnya mencapai sasarannya, karena efektivitas umumnya dipandang sebagai tingkat pencapaian tujuan operatif dan operasional. Dengan demikian pada dasarnya efektivitas adalah tingkat pencapaian tujuan atau sasaran organisasional sesuai yang ditetapkan.

Hal tersebut menggambarkan bahwa efektivitas hanya berkaitan dengan pencapaian unjuk kerja yang maksimal dalam arti pencapaian target yang berkaitan dengan kualitas, kuantitas dan waktu. Jadi efektivitas ini lebih berorientasi kepada keluaran, sedangkan masalah penggunaan masukan dibandingkan dengan keluaran yang dihasilkan lebih menekankan pada efisiensi. Oleh karena itu, diperlukan kriteria dan indikator untuk menilai efektif tidaknya pencapaian tujuan dan kerja suatu organisasi termasuk efektivitas Restrukturisasi Organisasi Sekretariat Daerah berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007 di Kota Bandar Lampung.

(49)

produktivitas, efisiensi, laba, kualitas, kemangkiran, kepuasan kerja, motivasi, semangat juang, fleksibilitas, keterampilan interpersonal managerial, pergantian pegawai, dan kesiapan. Berbagai kriteria efektivitas organisasi sebagaimana yang dikemukakan oleh John P. Campell dirumuskan kembali oleh Gibsson et al (1995:51) dimana kriteria tersebut dihubungkan dengan waktu (dimensi waktu), yaitu:

Gambar Tabel 1. Model Dimensi waktu dari Efektivitas Jangka pendek Jangka menengah Jangka Panjang

Sumber : Gibson, et al (1995:51).

Efektivitas organisasi jangka pendek sebagai penentu efektivitas organisasi jangka menengah dan efektivitas jangka menengah menjadi penentu efektivitas organisasi dalam jangka panjang yaitu kelangungan hidup organisasi atau institusi. Dalam kaitannya dengan efektivitas restrukturisasi organisasi berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007 di lingkungan Sekda Kota Bandar Lampung maka kriteria efektivitas yang digunakan sesuai dengan kebutuhan dan tuntutan perubahan organisasi sebagaimana diatur dalam berbagai peraturan dan perundang-undangan tentang Organisasi Perangkat Daerah dan birokrasi pada umumnya.

(50)

salah satu kriteria jangka pendek yaitu menyangkut kemampuan organisasi pemerintah untuk mengalihkan sumber daya dari aktivitas organisasi yang satu ke aktivitas organisasi yang lainnya guna menghasilkan produk dan pelayanan yang baru dan berbeda, serta menanggapi permintaan pelanggan atau tuntutan reformasi.

Santora (1991:72-77) dan Denison dan Mishra (1989:169), mengemukakan bahwa terdapat tiga aspek fleksibilitas mempengaruhi efektivitas organisasi. Pertama, adalah kemampuan dalam menjawab perubahan lingkungan eksternal (persaingan, peraturan pemerintah). Kedua, individu dan kelompok organisasi harus menjawab perubahan individu dan kelompok lain di dalam organisasi yang sama. Ketiga, organisasi harus dapat mengadaptasikan praktik perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengendalian dan kebijakan untuk menjawab perubahan yang ada. Demi kepentingan jangka panjang maka pengembangan organisasai dan staf merupakan ukuran efektivitas jangka menengah guna menjamin efektivitas organisai melalui investasi sumber daya (melalui pendidikan dan pelatihan, sarana dan prasarana) guna memenuhi permintaan organisasi dan lingkungan mendatang.

(51)

Untuk terlaksananya pengendalian (monitoring dan evaluasi) secara efektif dan efisien maka perlu ditetapkan standar kinerja, baik individu, kelompok maupun organisasi secara transparan.

D. Konsep Pemerintahan Daerah

Pengertian pemerintah daerah menurut ketentuan umum pasal 1 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah adalah kepala daerah beserta perangkat daerah. Sedangkan pengertian daerah otonom yang selanjutnya disebut daerah adalah kesatuan masyarakat hukum yang mempunyai batas daerah tertentu berwenang mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat dalam ikatan negara kesatuan Republik Indonesia. Dibandingkan dengan perspektif lama (menurut Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1974 tentang Pokok-Pokok Pemerintahan di Daerah), maka dalam undang-undang yang mengatur tentang otonomi daerah yang barudaerah memiliki “kewenangan” untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat.

(52)

masing-masingistilah otonomi lebih cenderung pada political aspect sedangkan desentralisasi lebih cenderung pada administratif aspek (Yudoyono, 2001:21). Sedangkan dalam perspektif yang lain dan lebih lengkap pengertian desentralisasi dapat dibedakan kedalam empat kategori yakni:

a. Dekonsentrasi, yaitu penyerahan tugas-tugas dan fungsi-fungsi dalam administrasi pemerintah pusat kepada unit-unit di daerah

b. Delegasi, yaitu penyerahan tugas-tugas dan fungsi-fungsi kepada sub nasional atau organisasi fungsional di luar birokrasi pemerintah pusat

c. Devolusi, yaitu penyerahan tugas-tugas dan fungsi-fungsi kepada tingkat-tingkat sub nasional dari pemerintah yang mempunyai tingkat-tingkat otonomi tertentu dalam melaksanakan tugas-tugas dan fungsi-fungsi tersebut, dalam perkataan lain mereka mempunyai wewenang untuk membuat keputusan di bidang ini; devolusi memiliki konotasi bahwa kekuasaan adalah berasal dari alam pemilihan yang bertentangan dengan alam birokrasi (Warren, 2000) d. Penyerahan kepada organisasi non pemerintah, yaitu privatisasi (penswastaan)

fungsi-fungsi publik (Rondinelli dalam Yudoyono, 2001:21).

(53)

daerah kabupaten dan daerah kota sebagai daerah otonom hanya melaksanakan dua azas, yaitu azas desentralisasi dan azas tugas pembantuan.

Azas dekonsentrasi dilaksanakan oleh kepala daerah (Gubernur) selaku wakil pemerintah pusat di daerah.Azas ini dilaksanakan sebagai akibat adanya pelimpahan wewenang dari pemerintah pusat kepada gubernur. Sedangkan azas tugas pembantuan dilaksanakan oleh semua daerah, baik daerah provinsi, daerah kabupaten maupun daerah kota. Tugas pembantuan adalah penugasan dari pemerintah pusat kepada daerah untuk melaksanakan tugas tertentu yang disertai pembiayaan sarana dan prasarana serta sumber daya manusia dengan kewajiban daerah harus melaporkan pelaksanaannya dan mempertanggungjawabkannya kepada yang menugaskan.

Sesuai dengan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah pasal 34 ayat 2 dan 3 disebutkan bahwa pemerintah daerah sebagai badan eksekutif daerah adalah terdiri dari kepala daerah selaku top eksekutif dan perangkat daerah selaku unsur pembantu kepala daerah. Penelitian ini yang dimaksud dengan pemerintah daerah adalah pemerintah daerah kabupaten atau kota yaitu kepala daerah (Bupati atau Walikota) dan perangkat daerah kabupaten atau kota. Kota dimaksud adalah Bandar Lampung yang merupakan salah satu dari 12 kabupaten dan kota yang ada di Provinsi Lampung.

Berkaitan dengan Pemerintah Daerah dan Pemerintahan Daerah menurut pasal 1 huruf (b) Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 yang dimaksud dengan

pemerintahan daerah adalah “Penyelenggaraan urusan pemerintahan oleh

(54)

dengan prinsip otonomi seluas-luasnya dalam sistem dan Prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia. Selanjutnya dalam Siswanto (2006:55) juga mengatakan bahwa berdasarkan suatu teoritis atau asumsi-asumsi yang dapat diungkapkan adalah pola hubungan kewenangan yang setara, seimbang, dan sinergis, antar pemegang kekuasaan, yakni lembaga eksekutif dan lembaga legislatif daerah dalam penyeleng-garaan pemerintahan daerah, akan dapat menjadi basis ke arah terciptanya sistem checks and balance sebagai prasyarat kearah perwujudan penyelenggaraan pemerintahan daerah yang lebih demokratis.

Pengertian lain pemerintah daerah menurut Harsono (1992:7) berpendapat bahwa pemerintah daerah muncul karena semakin meningkatnya kebutuhan-kebutuhan rakyat yang tinggal di dalam wilayah yang begitu luas, tidak cukup hanya diadakan oleh pemerintah khusus pusat di daerah saja melainkan masih dibutuhkan pemain lokal yang diserahi urusan-urusan tertentu untuk diselenggarakan sebagai urusan rumah tangga sendiri.

Dari beberapa pernyataan di atas dapat dikatakan bahwa Pemerintah Daerah adalah lembaga yang memegang kekuasaan dalam pemerintahan daerah, di mana pemerintah daerah tersebut wajib melaksanakan tugasnya sebagai pelaksana yang diberi wewenang untuk mengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri demi tercapainya tujuan yang diharapkan.

E. Kerangka Pikir

(55)

41 tahun 2007 tentang Organisasi perangkat Daerah yang diharapkan dapat memberikan batasan untuk dipedomani bagi semua daerah di Indonesia terhadap penyusunan lembaga perangkat daerah yang pada gilirannya dapat menjawab persoalan yang timbul sebagai akibat peraturan perundangan sebelumnya. Pemerintah Kota Bandar Lampung pun menyusun kelembagaan daerahnya berdasarkan PP Nomor 41 Tahun 2007 sebagai sarana untuk mempermudah dalam memberikan pelayanan publik yang efisien dan berkualitas dengan diterbitkannya Peraturan Daerah Kota Bandar Lampung Nomor 2 Tahun 2008 tentang Organisasi Dan Tata Kerja Sekretariat Daerah Dan Sekretariat Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kota Bandar Lampung.

Penelitian ini menitikberatkan pelaksanaan restrukturisasi organisasi perangkat daerah pada Sekretariat Daerah Kota Bandar Lampung berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007 tentang Organisasi Perangkat Daerah dan faktor-faktor yang menjadi hambatan dalam pelaksanaan restrukturisasi organisasi perangkat daerah pada Sekretariat Daerah Kota Bandar Lampung serta upaya-upaya yang dilakukan untuk mengatasi hambatan yang dihadapi dalam pelaksanaan restrukturisasi organisasi perangkat daerah pada Sekretariat Daerah Kota Bandar Lampung. Restrukturisasi struktur organisasi pada Sekretariat Daerah Kota Bandar Lampung dilakukan melalui proses:

a. Melakukan Review

b. Menentukan Work Activities c. Klasifikasi

d. Pemberian Assignment

(56)

Konsep yang termaktub dalam Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007 tentang Organisasi Perangkat Daerah adalah sinkronisasi antara lembaga perangkat daerah dengan pusat agar memudahkan fungsi koordinasi antara lembaga pusat dengan lembaga perangkat yang ada didaerah sehingga memudahkan dalam hal penganggaran. Impilkasi lain yang diharapkan adalah, bahwa dengan adanya sinkronisasi ini dapat terjadi efisiensi keuangan negara karena adanya pengurangan unit atau bagian tertentu.

(57)

III. METODE PENELITIAN

A. Tipe Penelitian

(58)

B. Fokus Penelitian

Dalam metode kualitatif, fokus penelitian berguna untuk membatasi studi dan membatasi dalam pengumpulan data. Tanpa adanya fokus penelitian, peneliti akan terjebak oleh banyaknya data yang diperoleh di lapangan. Oleh karena itu fokus penelitian akan berperan sangat penting dalam memandang dan mengarahkan penelitian. Fokus dalam penelitian ini adalah:

1. Efektivitas restrukturisasi Organisasi yang dilaksanakan oleh Sekretariat Daerah Kota Bandar Lampung dengan menggunakan teori proses penyusunan struktur organisasi oleh Atmosudirdjo (1999).

2. Faktor-faktor penghambat yang dihadapi dalam efektivitas restrukturisasi organisasi sekretariat daerah di Kota Bandar Lampung.

C. Lokasi Penelitian

(59)

Dalam penelitian ini yang menjadi lokasi penelitian adalah Sekretariat Daerah Kota Bandar Lampung. Penelitian ini dilakukan berdasarkan lokasi yang dipilih, dikarenakan Kota Bandar Lampung merupakan salah satu Kota di provinsi Lampung, Indonesia dengan ibu kota yang terletak di Bandar Lampung. Selain itu, Perangkat Daerah Kota Bandar Lampung adalah unsur pembantu kepala daerah dalam penyelenggaraan pemerintah daerah yang terdiri dari sekretariat daerah, sekretariat DPRD, dinas daerah, lembaga teknis daerah, kecamatan dan kelurahan (Pasal 1 Angka 8 PP Nomor 41 Tahun 2007) sehingga sesuai dengan tujuan penelitian yaitu untuk mengetahui efektivitas restrukturisasi organisasi sekretariat daerah yang dilaksanakan oleh pemerintahan daerah kota Bandar Lampung.

D. Sumber Data

Dalam penelitian ini, data yang diperoleh berasal dari data primer dan data sekunder:

1. Data primer

Data primer merupakan data yang diperoleh secara langsung dari informan atau obyek penelitian. Informan ditentukan sesuai dengan masalah penelitian (Bungin) (2009:122). Dalam penelitian ini data primer diperoleh dari informan antara lain:

a. Drs Barizi, Msi (Kepala Bagian Organisasi Sekretariat) b. Eva Cahyarani SH.MH (Kasubag Kelembagaan)

(60)

2. Data sekunder

Selain menggunakan data primer, penelitian ini juga memanfaatkan data sekunder. Data sekunder merupakan data yang diperoleh dari orang lain atau sumber kedua, didapatkan dari berbagai jenis publikasi yang dimaksudkan untuk mendukung data primer Bungin (2009:122). Adapun data sekunder dalam penelitian ini berupa dokumen-dokumen seperti Undang-undang serta arsip-arsip yang berhubungan dengan pelaksanaan Restrukturisasi di Sekretariat Daerah Kota Bandar Lampung.

E. Teknik Pengumpulan Data

Menurut Moleong (2010:43) menjelaskan bahwa teknik pengumpulan data penelitian adalah segala peralatan yang digunakan untuk memperoleh, mengelola, dan menginteprasikan informasi dari para responden yang dilakukan dengan pola pengukuran yang sama. Untuk memperoleh data yang benar dan akurat sehingga mampu menjawab permasalahan penelitian, maka teknik pengumpulan data yang digunakan penulis dalam mengumpulkan data, yaitu:

1. Wawancara

(61)

mewancarai informan mengenai apa saja yang berkaitan dengan permasalahan penelitian tanpa panduan pertanyaan yang dimaksudkan untuk memperoleh informasi secara lebih mendalam.

Tabel 2. Narasumber yang diwawancarai

No Informan Jabatan Waktu

1 Drs Barizi, Msi Kabag Organisasi 18 Juli 2014 2 Eva Cahyarani SH.MH Kasubag Kelembagaan 18-19 Juli 2014 3 Nur Laila Wati S.Sos Kasubag Analisa Jabatan 20 Juli 2014 4 Heldaria S.Sos Kasubid Data Info 22 Juli 2014

2. Dokumentasi

Selain dengan menggunakan wawancara, penelitian ini juga melakukan dokumentasi sebagai sumber data penelitian. Dokumentasi dilakukan dengan mencari data penunjang dari pengumpulan data yang menghasilkan catatan-catatan penting seperti Peraturan Pemerintah No 41 Tahun 2007, Peraturan Daerah Kota Bandar Lampung No 02 Tahun 2011, Rencana Strategi, serta dokumen foto-foto informan yang berkaitan dengan Restrukturisasi Sekretariat Daerah Kota Bandar Lampung.

3. Observasi

(62)

F. Teknik Analisis Data

Berdasarkan penjelasan Sugiono (2010:97) teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis model interaktif (interactive model of analysis) yang terdiri dari tiga komponen analisis berupa:

1. Reduksi data (reduction data)

Merupakan data yang diperoleh dilokasi penelitian atau data lapangan yang dituangkan dalam uraian atau laporan yang lengkap dan terinci. Laporan lapangan akan direduksi, dirangkum, dipilih hal pokok, difokuskan pada hal-hal yang penting kemudian dicari tema atau polanya. Reduksi data berlangsung secara terus menerus selama proses penelitian berlangsung. Selanjutnya membuat ringkasan, mengkode, menelusuri tema, membuat gugus-gugusan dan menulis memo.

Dalam tahapan ini peneliti memilah-milah mana data yang dibutuhkan dalam penelitian efektivitas restrukturisasi organisasi sekretariat daerah kota Bandar Lampung dan mana yang bukan. Dan kemudian peneliti akan memisahkan data yang tidak perlu dan memfokuskan data yang benar-benar berhubungan dengan efektivitas restrukturisasi organisasi sekretariat daerah kota Bandar Lampung.

2. Penyajian data (data display)

(63)

dengan cara mendeskripsikan atau memaparkan hasil temuan dalam wawancara terhadap informan yang memahami efektivitas restrukturisasi organisasi sekretariat daerah kota Bandar Lampung.

3. Penarikan kesimpulan dan verifikasi (conclution drawing/verification)

Yaitu melakukan verifikasi secara terus menerus sepanjang proses penelitian berlangsung, yaitu sejak awal memasuki lokasi penelitian dan selama proses pengumpulan data. Penulis berusaha untuk menganalisis data yang dikumpulkan dengan cara mencari pola, tema, hubungan persamaan hal-hal yang sering muncul dan lain sebagainya yang dituangkan dalam kesimpulan yang masih bersifat tentatif, akan tetapi dengan bertambahnya data melalui proses verifikasi secara terus menerus dan setiap kesimpulan senantiasa dilakukan verifikasi selama berlangsungnya penelitian. Kesimpulan akhir dari penelitian ini berupa teks naratif yang mendeskripsikan proses pelaksanaan efektivitas restrukturisasi organisasi sekretariat daerah kota Bandar Lampung.

G. Teknik Keabsahan Data

Untuk menetapkan keabsahan data diperlukan teknik pemeriksaan data, pelaksanaan teknik pemeriksaan didasarkan atas sejumlah kriteria tertentu (Moleong, 2010:319). Ada empat kriteria yang digunakan yaitu:

1. Derajat Kepercayaan Data (uji kredibilitas)

Penjaminan keabsahan data melalui derajat keterpercayaan data dapat dilakukan dengan menggunakan beberapa kriteria teknik pemeriksaan yang dikemukakan oleh Moleong sebagai berikut:

(64)

Peneliti adalah instrumen utama dalam penelitian kualitatif, keikutsertaan peneliti sangat menentukan dalam pengumpulan data. Keikutsertaan tersebut bukan hanya dilakukan dalam waktu singkat, tetapi memerlukan perpanjangan keikut sertaan peneliti dalam penelitian.

b. Ketekunan pengamatan

Meningkatkan ketekunan pengamatan berfungsi untuk menemukan ciri-ciri dan unsur-unsur dalam situasi yang sangat relevan dengan persoalan atau isu yang sedang dicari dan kemudian memusatkan diri pada hal-hal tersebut secara rinci.

c. Triangulasi

Triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain diluar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap suatu data.

Terdapat tiga metode triangulasi menurut Sugiono (2010:274), yaitu : 1) Triangulasi sumber, untuk menguji kredibilitas dilakukan dengan cara

mengecek data yang telah diperoleh melalui beberapa sumber. Data dari beberapa sumber kemudian dikategorisasikan mana pandangan yang sama, mana pandangan yang berbeda dan mana yang spesifik. 2) Triangulasi teknik, untuk menguji kredibilitas data dilakukan dengan

(65)

3) Triangulasi waktu, dalam rangka pengujian kredibilitas data, dapat dilakukan dengan cara pengecekan dengan wawancara, observasi, atau teknik lain dalam waktu atau situasi yang berbeda.

Dalam penelitian ini peneliti melakukan pengecekan derajat kepercayaan dengan menggunakan cara triangulasi sumber dengan membandingkan data hasil wawancara kepada sumber yang berbeda (informan yang berbeda). Data dari beberapa sumber tersebut kemudian dikategorisasikan mana pandangan yang sama, mana pandangan yang berbeda dan mana yang spesifik.

d. Pemeriksaan sejawat melalui diskusi

Peneliti mengekspos hasil penelitian sementara atau hasil akhir yaitu dengan melakukan diskusi kepada pembimbing dan penguji, selain itu juga peneliti berdiskusi dengan rekan-rekan sejawat baik yang menjadi pembahas, peneliti maupun rekan-rekan lainnya yang telah ataupun yang sedang melakukan proses penyusunan skripsi. Kegiatan ini dilakukan agar penelitian ini dapat diakui kebenarannya.

e. Tersedianya Referensi

Gambar

Gambar Bagan 1. Hubungan efektivitas
Gambar Bagan 2. Sebab Efektivitas
Gambar Tabel 1.  Model Dimensi waktu dari Efektivitas
Gambar Bagan 3. Kerangka Pikir
+7

Referensi

Dokumen terkait

Myös perheenjäsenet toivat esiin toiveen, että päivässä olisi enemmän toimintaa sairaalahoidon aikana.. ”Mä vertasin sitä koko siihen päiväsairaalaan, että siellä oli

Tradisi yang masih dipertahankan oleh masyarakat Desa Harapan adalah tradisi kematian.Tradisi ini dilakaukan oleh masyarakat Desa Harapan yang ada di Kabupaten Barru.Tradisi

Majelis hakim berpendapat bahwa perbuatan tergugat yang membayar upah lebih rendah dari upah minimum adalah perbuatan melawan hukum, dan ketika tergugat tidak

Monitoring dan evaluasi dari pelaksanaan rencana pengelolaan ini dilakukan oleh masyarakat dan pemerintah kelurahan untuk menilai kegiatan dan hasil capaian dari

Kenyamanan suhu ruangan, cahaya yang memadai, bebas debu, serta peralatan kerja yang ergonomik akan menciptakankan lingkungan kerja yang kondusif dan membentuk tenaga

(1) Informasi publik yang diumumkan secara serta merta sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 huruf b, berisi informasi dampak lingkungan hidup yang dapat mengancam hajat

Pembatas ini diberikan agar pembahasan lebih terararahserta untuk menghindari pembahasan yang terlalu luas dan menyimpang, maka ruang lingkup permasalahan dibatasi