• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERBANDINGAN HASIL BELAJAR FISIKA SISWA MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN EXCLUSIVE ANTARA METODE INKUIRI DENGAN VERIFIKASI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PERBANDINGAN HASIL BELAJAR FISIKA SISWA MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN EXCLUSIVE ANTARA METODE INKUIRI DENGAN VERIFIKASI"

Copied!
185
0
0

Teks penuh

(1)

PERBANDINGAN HASIL BELAJAR FISIKA SISWA MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN EXCLUSIVE ANTARA

METODE INKUIRI DENGAN VERIFIKASI

Oleh Beti Juwita Sari

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar SARJANA PENDIDIKAN

Pada

Program Studi Pendidikan Fisika

Jurusan Pendidikan Matematika Ilmu Pengetahuan Alam Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

(2)

ABSTRAK

PERBANDINGAN HASIL BELAJAR FISIKA SISWA MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN EXCLUSIVE ANTARA

METODE INKUIRI DENGAN VERIFIKASI

Oleh

BETI JUWITA SARI

Berdasarkan penelitian yang dilakukan masih banyak guru menggunakan metode

ceramah sebagai alternatif yang sering digunakan di kelas, sehingga terkesan

merugikan siswa terutama siswa yang berkemampuan rendah dan menambah

kebosanan siswa pada pelajaran fisika. Model pembelajaran Exclusive berbasis inkuiri merupakan salah satu model pembelajaran yang dapat digunakan untuk

meningkatkan hasil belajar siswa. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui

perbedaan rata-rata hasil belajar menggunakan model pembelajaran Exclusive antara metode inkuiri dengan verifikasi. Hasil belajar diukur dari skor N-gain hasil evaluasi pretest dan posttest.

Penelitian ini telah dilaksanakan pada semester ganjil tahun ajaran 2013/ 2014 di

SMPN 3 Tegineneng. Populasi penelitian adalah seluruh siswa kelas VII pada

semester ganjil, sedangkan sampel yang diambil yaitu kelas VIIA dan VIIB.

(3)

Beti Juwita Sari dengan Tipe One-Group Pretest-Posttest Design. Teknik analisis data hasil belajar menggunakan skor N-gain dan pengujian hipotesis menggunakan uji Independent Sample T Test.

Berdasarkan hasil uji Independent Sample T Test didapatkan nilai rata-rata hasil belajar siswa di kelas Exclusive berbasis inkuiri adalah 86,5 lebih tinggi dari nilai rata- rata hasil belajar siswa di kelas Exclusive berbasis verifikasi yaitu 81,5. Nilai thitung sebesar 3,415 sedangkan nilai ttabel sebesar 2,042. Nilai thitung > ttabel dan

signifikasi (0,001 < 0,05) maka H0 ditolak dan dapat disimpulkan bahwa ada

perbedaan rata-rata hasil belajar siswa menggunakan Model pembelajaran

Exclusive antara metode inkuiri dengan verifikasi.

(4)
(5)
(6)
(7)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR ISI ... xiv

DAFTAR TABEL ... xviii

DAFTAR GAMBAR ... xix

I. PENDAHULUAN A.Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 3

C.Tujuan Penelitian ... 3

D.Manfaat Penelitian ... 3

E. Ruang Lingkup Penelitian ... 4

II.TINJAUAN PUSTAKA A. Kerangka Teoritis 1. Model Pembelajaran Exclusive ... 5

2. Sintaks Model Pembelajaran Exclusive ... 7

3. Prinsip Interaksi Model Pembelajaran Exclusive ... 9

4. Metode Inkuiri ... 10

5. Metode Verifikasi ... 15

6. Hasil Belajar... 18

B. Kerangka Pemikiran ... 21

C.Hipotesis ... 23

III.METODE PENELITIAN A.Populasi Penelitian ... 24

(8)

C.Desain Penelitian ... 25

D.Variabel Penelitian... 26

E. Instrumen Penelitian ... 26

F. Analisis Instrumen ... 27

1. Uji Validitas ... 27

2. Uji Reliabilitas ... 28

G.Teknik Pengumpulan Data ... 30

H.Teknik Analisis Data dan Pengujian Hipotesis ... 30

1. Analisis Data ... 30

2. Uji Normalitas Data ... 31

3. Pengujian Hipotesis ... 31

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 33

1. Tahapan Pelaksanaan ... 33

a. Kelas Eksperimen 1 ... 33

b. Kelas Eksperimen 2 ... 39

2. Hasil Uji Penelitian ... 45

a. Uji Validitas ... 46

b. Uji Reliabilitas ... 47

3. Penyajian Data ... 47

a. Data Hasil Belajar Siswa (Aspek Kognitif) ... 47

4. Analisis Data dan Pengujian Hipotesis ... 50

B. Pembahasan ... 51

V. SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan ... 56

B. Saran ... 56

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

(9)

1. Daftar t- Tabel ... 61

2. Pemetaan SK-KD ... 62

3. Silabus ... 71

4. RPP Exclusive Berbasis Inkuiri ... 79

5. RPP Exclusive Berbasis Verifikasi ... 91

6. Validitas Konstruk dan Kisi - Kisi Soal ... 104

7. LP 01 dan Kunci Jawaban (Soal Pretest) ... 111

8. LP 01 dan Kunci Jawaban (Soal Posttest) ... 115

9. LKS 02 Exclusive Berbasis Inkuiri ... 119

10.LKS 02 Exclusive Berbasis Verifikasi ... 134

11.Rubrik Penilaian LKS Exclusive Berbasis Inkuiri ... 149

12.Rubrik Penilaian LKS Exclusive Berbasis Verifikasi ... 151

13.LP 03 ( Penilaian Aktivitas ) ... 152

14.Rubrik LP 03 ... 153

15.LP 04 (Penilaian Karakter) ... 154

16.Rubrik LP 04 ... 155

17.Data Nilai Pretest dan PosttestExclusive Berbasis Inkuiri ... 156

18.Data Nilai Pretest dan PosttestExclusive Berbasis Verifikasi ... 157

19.Data Skor Gain Exclusive Berbasis Inkuiri ... 158

20.Data Skor Gain Exclusive Berbasis Inkuiri ... 159

21.Uji Validitas Soal Pretest dan Posttest ... 160

22.Uji Reliabilitas Soal Pretest dan Posttest ... 164

23.Uji Normalitas ... 165

24.Uji Independent Sample T-Test ... 166

25.Buku Siswa ... 167

26.Daftar r- Tabel ... 188

27.Surat Izin Penelitian ... 189

28.Surat Keterangan Penelitian ... 190

29.Daftar Hadir Seminar Proposal ... 191

30.Berita Acara Seminar Proposal ... 192

31.Daftar Hadir Seminar Hasil ... 193

(10)

33.Kartu Kendali Skripsi ... 195

34.Laporan Ujian Skripsi ... 196

35.Saran – Saran Perbaikan ... 197

(11)

1

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Keberhasilan proses pembelajaran ditentukan oleh banyak faktor diantaranya

adalah materi pelajaran, tujuan dan metode pembelajaran, serta sarana dan

prasarana. Salah satu cara untuk meningkatkan hasil belajar siswa adalah

dengan menerapkan metode pembelajaran yang tepat sesuai dengan standar

keberhasilan yang tertuju di dalam suatu tujuan. Metode apa yang cocok agar

siswa dapat berfikir kritis, logis, dapat memecahkan masalah dengan terbuka,

kreatif, dan inovatif serta tidak membosankan merupakan pertanyaan yang

tidak mudah dijawab, karena masing-masing metode mempunyai kelebihan

dan kekurangan.

Materi pokok Wujud Zat dan Perubahannya merupakan salah satu materi

pokok yang terdapat pada pelajaran fisika SMP kelas VII semester ganjil.

Dalam materi Wujud Zat dan Perubahannya, dibahas mengenai sifat- sifat zat

dan perubahan wujudnya, serta penerapannya dalam kehidupan sehari-hari.

Materi ini merupakan materi yang menyajikan fakta-fakta tentang peristiwa

yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari, oleh karena itu dalam

mempelajarinya siswa harus mampu mengerti dan memahami konsep-konsep

(12)

2

Berdasarkan hasil wawancara dan observasi dengan guru fisika di SMPN 3

Tegineneng didapatkan nilai rata-rata tes formatif siswa kelas VII 2012/2013

pada materi pokok Wujud Zat dan Perubahannya adalah 65. Siswa yang

mendapat nilai ≥ 70 hanya 54%. Nilai tersebut belum mencapai standar

Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang ditetapkan di SMPN 3 Tegineneng

yaitu 100% siswa memperoleh nilai ≥ 70. Kenyataan ini menunjukkan bahwa

masih kurangnya tingkat pemahaman siswa terhadap mata pelajaran fisika,

khususnya materi Wujud Zat dan Perubahannya yang memerlukan sebuah

solusi.

Hal ini terjadi karena selama ini metode yang digunakan adalah metode

ceramah yang bersifat memberikan informasi saja dan kurang melibatkan

siswanya dalam proses belajar mengajar. Pelajaran fisika supaya menjadi

pelajaran yang disukai dan siswa terlibat aktif dalam belajar sehingga dapat

mencapai hasil yang sesuai dengan tujuan yang telah direncanakan, maka

seorang pendidik perlu mempertimbangkan pemilihan metode pembelajaran

yang tepat dan inovatif yang mampu meningkatkan keaktifan belajar siswa

untuk meningkatkan hasil belajar siswa sesuai dengan tujuan pembelajaran

serta kondisi siswa dan sekolah yang bersangkutan. Metode yang dapat

dipergunakan dalam kegiatan belajar mengajar bermacam-macam dan

penggunaannya menyesuaikan dengan tujuan yang akan dicapai.

Metode pembelajaran harus sejalan dengan model pembelajaran yang

diterapkan. Model pembelajaran Exclusive merupakan model yang

(13)

3

Learning, dimana siswa yang menjadi pusat pembelajaran. Siswa dituntut untuk aktif dalam kegiatan pembelajaran.

Berdasarkan uraian di atas, maka penulis telah melakukan penelitian dengan

judul Perbandingan Hasil Belajar Fisika Siswa Menggunakan Model

Pembelajaran Exclusive antara Metode Inkuiri dengan Verifikasi”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah, maka rumusan masalah dalam penelitian

ini adalah:

Apakah terdapat perbedaan hasil belajar fisika siswa menggunakan model

pembelajaran Exclusive antara metode inkuiri dengan verifikasi?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah, maka penelitian ini bertujuan untuk:

Mengetahui perbedaan hasil belajar fisika siswa menggunakan model

pembelajaran Exclusive antara metode inkuiri dengan verifikasi.

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini mempunyai manfaat yaitu dapat menjadi alternatif baru bagi

guru dalam menyajikan materi pembelajaran yang dapat diterapkan di kelas

(14)

4

E. Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian ini adalah:

1. Model pembelajaran Exclusive adalah model pembelajaran berbasis konstruktivisme yang sintaksnya Exploring, Clustering, Simulating, Valuing and Evaluating.

2. Inkuiri adalah metode pembelajaran yang berusaha meletakkan dasar dan

mengembangkan cara berfikir ilmiah meliputi: mengajukan pertanyaan,

merumuskan hipotesis, mengumpulkan data, analisis data, dan membuat

kesimpulan.

3. Verifikasi adalah metode yang dilakukan siswa untuk membuktikan

hukum-hukum atau teori-teori yang telah diajarkan guru.

4. Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah

ia menerima pengalaman belajarnya. Dalam hal ini hasil belajar hanya

terbatas pada ranah kognitif.

5. Objek penelitian ini adalah siswa kelas VII SMPN 3 Tegineneng

Kabupaten Pesawaran Tahun Ajaran 2013/2014.

6. Materi pokok yang diteliti adalah materi pembelajaran Wujud Zat dan

(15)

5

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Kerangka Teoritis

1. Model Pembelajaran Exclusive

Model pembelajaran menurut Soekamto dalam Trianto (2007:5)

Model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu dan berfungsi sebagai pedoman bagi perancangan pembelajaran dan para

pengajar dalam merencanakan dan melaksanakan aktivitas belajar.

Joyce dalam Trianto (2007: 5) menjelaskan pula definisi model

pembelajaran, yaitu

Model pembelajaran adalah suatu perencanaan atau suatu pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas atau pembelajaran tutorial dan untuk menentukan perangkat-perangkat pembelajaran, termasuk di dalamnya buku-buku, film, komputer, kurikulum, dan lain-lain. Setiap model pembelajaran mengarahkan kita ke dalam desain pembelajaran untuk membantu peserta didik sedemikian rupa sehingga tujuan pembelajaran tercapai.

Model pembelajaran dapat diartikan sebagai kerangka konseptual yang

dijadikan sebagai pedoman dalam merancang kegiatan pembelajaran

secara sistematis bagi guru untuk menciptakan kegiatan pembelajaran

yang kondusif agar tercapai tujuan pembelajaran yang diharapkan. Telah

(16)

6

menyajikan pembelajaran yang terstruktur, sistematis, dan menarik, salah

satunya yaitu model pembelajaran Exclusive.

Abdurrahman, dkk. (2012: 217) memaparkan bahwa model pembelajaran

Exclusive merupakan model pembelajaran tematik yang dikembangkan berdasarkan kerangka model Sudiarta (2005: 1) yaitu model pembelajaran

sebagai kerangka konseptual yang menggambarkan prosedur sistimatis

dalam mengorganisasikan pengalaman belajar peserta didik yang

meliputi:

1) Rasional teoritik; landasan berfikir bagaimana hakikat peserta didik

dapat belajar dengan baik,

2) sintaks; bagaimana pola urutan perilaku siswa-guru,

3) prinsip interaksi; bagaimana guru memposisikan diri terhadap siswa,

maupun sumber-sumber belajar,

4) sistem sosial; bagaimana cara pandang antar komponen dalam

komunitas belajar,

5) sistem pendukung; bagaimana lingkungan belajar yang mendukung,

6) dampak pembelajaran; bagaimana hasil dan dampak pembelajaran

yang diharapkan baik dampak instruksional (instructional effect) maupun dampak pengiring (nurturant effect), diharapkan menjadi salah satu solusi bagi peningkatan pemahaman sains anak-anak

Indonesia.

(17)

7

pengalaman nyata siswa sehari-hari (Abdurrahman, dkk.,2012: 218).

Model ini dikembangkan berbasis teori konstruktivisme, yaitu salah satu

filsafat pengetahuan yang menekankan bahwa pengetahuan kita itu adalah

konstruksi (bentukan) kita sendiri.

Model pembelajaran Exclusive dikembangkan berdasarkan teori metakognisi, bukan hanya untuk meningkatkan pemahaman akan

pentingnya pengetahuan siswa, tetapi juga dirancang untuk membangun

kesadaran atas suatu proses pembelajaran.

2. Sintaks Model Pembelajaran Exclusive

Model pembelajaran yang dikembangkan berdasarkan rasional kebutuhan

siswa dan teori metakognisi, maka sintaks model pembelajaran ini

diuraikan sebagai berikut :

Fase 1 : Exploring

Setelah apersepsi dan memotivasisingkat mengenai tema yang akan

dipelajari, siswa dibagi menjadi menjadi beberapa kelompok dimana

masing - masing kelompok mempunyai tugas untuk mencari informasi

sebanyak - banyaknya terkait dengan informasi rinci mengenai tema yang

dipelajari. Dalam hal ini dimungkinkan guru membagi kelompok

berdasarkan informasi yang harus mereka gali. Setiap kelompok bekerja

sama untuk memastikan bahwa setiap anggotanya telah menguasai

(18)

8

Fase 2 : Clustering

Setelah masing - masing kelompok mendapatkan informasi yang cukup

banyak dalam waktu yang sudah ditentukan, guru dan siswa mencari

kesamaan - kesamaan informasi yang didapat pada langkah pertama

untuk dibuat cluster-cluster informasi. Kemudian, dari cluster informasi yang terbentuk, dibentuk lagi kelompok yang akan secara spesifik

mendalami cluster informasi yang bersangkutan. Setelah clustered information terbentuk, guru dan siswa berdiskusi untuk mengkonfimasi clustered data sebelum dilakukan simulasi. Misal, clustered data/ informasi tersebut dirumuskan menjadi langkah-langkah nyata yang

disimulasikan.

Fase 3 : Simulating

Pada tahap ini, siswa diajak untuk melakukan simulasi agar dapat

memahami konsep dengan pengalaman secara langsung.

Fase 4 : Valuing

Pada tahap ini siswa diajak untuk memahami nilai-nilai yang diperoleh

melalui diskusi dan simulasi, sehingga tumbuh kemauan dan kemampuan

yang kuat untuk menerapkan dan membiasakannya dalam kehidupan

sehari-hari.

Fase 5 : Evaluating

Tahap yang terakhir adalah mengeveluasi jalannya keseluruhaan proses

pembelajaran sehigga memperoleh sejumlah rumusan

(19)

9

tahap ini, jika ternyata dari hasil evaluasi masih ada hal-hal yang perlu

digali lebih dalam, tahap Exploring dapat dilakukan kembali dan begitu seterusnya seperti sebuah siklus yang dapat dilihat pada Gambar 2.1.

Gambar 2.1 Siklus model pembelajaran Exclusive (Sumber: Abdurrahman, dkk. (2012: 218) )

Model pembelajaran Exclusive ini dapat dikembangkan untuk memacu siswa berperan aktif dalam setiap fase pembelajarannya. Siswa

diharapkan mampu dan mengajukan pendapatnya. Model pembelajaran

ini menuntut siswa untuk aktif dan terlibat saling tukar pikiran,

berkolaborasi, berkomunikasi, dan bersimulasi sama-sama untuk

mencapai tujuan pembelajaran yang diinginkan sehingga diharapkan

siswa mampu mengembangkan kemampuannya. Pada model ini guru

berperan sebagai fasilitator, motivator, dan moderator saja.

3. Prinsip Interaksi Model Pembelajaran Exclusive

Dalam model pembelajaran Exclusive yang berbasis metakognitif, guru memposisikan diri sebagai fasilitator yang menyediakan sumber-sumber

Exploring

Clustering

Simulating Valuing

(20)

10

belajar, mendorong siswa untuk belajar menyelesaikan masalah

metakognitif, memberi motivasi, reward dan memberikan bantuan kepada siswa agar dapat belajar dan mengkonstruksi pengetahuannya secara

optimal. Interaksi yang terjadi adalah interaksi timbal balik antara guru

siswa, dan bahan ajar (sumber belajar), dengan kata lain model

pembelajaran Exclusive berbasis metakognitif dikembangkan untuk pendekatan yang bersifat low structure artinya pembelajaran berpusat pada siswa, dalam hal ini guru hanya berperan sebagai fasilitator,

motivator, dan moderator. Penekanan pada model ini adalah implementasi

strategi kognitif, mengontrol, dan mengevaluasi sendiri cara belajar siswa

dalam sistem interaksi timbal balik seperti pada Gambar 2.2.

Gambar 2.2 Prinsip intekasi model pembelajaran Exclusive (Sumber: Abdurrahman, dkk. (2012: 219) )

4. Metode Inkuiri

Pembelajaran inkuiri terbimbing yaitu suatu model pembelajaran inkuiri

yang dalam pelaksanaannya guru menyediakan bimbingan atau petunjuk

cukup luas kepada siswa. Sebagian perencanaannya dibuat oleh guru,

Guru

(21)

11

siswa tidak merumuskan problem atau masalah. Dalam pembelajaran

inkuiri terbimbing guru tidak melepas begitu saja kegiatan-kegiatan yang

dilakukan oleh siswa. (Nely, dkk., 2011: 133)

Dalam proses pembelajaran pada materi Wujud Zat da Perubahannya

dengan menggunakan model pembelajaran Exclusive metode yang digunakan adalah metode inkuiri. Metode inkuiri merupakan metode

pengajaran yang berusaha meletakan dasar dan mengembangkan cara

befikir ilmiah. Dalam penerapan metode ini siswa dituntut untuk lebih

banyak belajar sendiri dan berusaha mengembangkan kreatifitas dalam

pengembangan masalah yang dihadapinya sendiri. Metode mengajar

inkuiri akan menciptakan kondisi belajar yang efektif dan kundusif, serta

mempermudah dan memperlancar kegiatan belajar mengajar (Sudjana,

2004 : 154). Sedangkan menurut Gulo (2002:84)

Inkuiri merupakan suatu rangkaian kegiatan belajar yang melibatkan secara maksimal seluruh kemmpuan siswa untuk mencari dan menyelidiki secara sistematis, kritis, logis, dan analitis, sehingga mereka dapat merumuskan sendiri penemuannya dengan penuh percaya diri.

Proses inkuiri adalah suatu proses khusus untuk meluaskan pengetahuan

melalui penelitian. Oleh karena itu metode inkuiri kadang-kadang disebut

juga metode ilmiahnya penelitian. Metode inkuiri adalah metode belajar

dengan inisiatif sendiri, yang dapat dilaksanakan secara individu atau

kelompok kecil. Situasi inkuiri yang ideal dalam kelas fisika terjadi,

apabila murid-murid merumuskan prinsip fisika baru melalui bekerja

(22)

12

Peran utama guru dalam pembelajaran inkuiri sebagai metoderator.

Berdasarkan pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa metode

inkuiri dalam penelitian ini adalah suatu teknik instruksional dalam

proses belajar mengajar siswa dihadapkan pada suatu masalah, dan tujuan

utama menggunakan metode inkuiri adalah membantu siswa dalam

mengembangkan keterampilan penemuan ilmiah.

Sedangkan asumsi-asumsi yang mendasari metode inkuiri sebagai

berikut:

a. Keterampilan berpikir kritis dan berpikir deduktif sangat diperlukan pada waktu mengumpulkan evidensi yang dihubungkan dengan hipotesis yang telah dirumuskan oleh kelompok

b. Keuntungan para siswa dari pengalaman-pengalaman kelompok dimana mereka berkomunikasi, berbagai tanggung jawab dan bersama-sama mencari pengetahuan.

c. Kegiatan-kegiatan belajar yang disajikan dalam semangat berbagi inkuri menambah motivasi dan memajukan partisipasi aktif.

(Hamalik, 2003 : 64)

Proses inkuiri membantu mengembangkan proses berfikir siswa. Dimana

siswa mampu berfikir kritis (konvergen), kreatif (divergen), reflektif

(metakognitif). Dalam hal berfikir kritis, pendekatan inkuiri melibatkan

semua tingkat Taksonomi Bloom, tetapi dengan penekanan pada

pengembangan keterampilan berfikir tingkat tinggi. Landasan teori

pembelajaran inkuiri adalah teori-teori belajar kontruktivis. Siswa aktif

menerima informasi dan mengkonstruksi informasi tersebut dalam rangka

(23)

13

dapat dikemukakan bahwa melalui metode inkuiri dapat diberdayakan

kemampuan berfikir kritis siswa.

Syarat-syarat penerapan metode inkuiri. Adapun syarat-syarat penerapan

metode inkuiri adalah :

1) Merumuskan topik inkuiri dengan jelas dan bermanfaat bagi siswa

2) Membentuk kelompok yang seimbangan, baik akademik maupun sosial

3) Menjelaskan tugas dan menyediakan balikan kepada kelompok-kelompok dengan cara yang responsif dan tepat waktunya.

4) Sekali-kali perlu intervensi oleh guru agar terjadi interaksi antar pribadi yang sehat dan demi kemajuan tugas

5) Melaksanakan penilaian terhadap kelompok, baik terhadap kemajuan kelompok maupun terhadap hasil-hasil yang dicapai

(Hamalik, 2004 : 65).

Sedangkan menurut pendapat Sudjana (2004 : 155) dalam menerapkan

metode inkuiri ada beberapa tahapan yaitu :

1) Perumusan masalah untuk dipecahkan siswa

2) Menetapkan jawaban sementara atau lebih dikenal dengan istilah

hipotesis

3) Siswa mencari informasi, data, fakta yang diperlukan untuk

menjawab permasalahan atau hipotesis

4) Menarik kesimpulan jawaban atau generalisasi

(24)

14

Gulo dalam Trianto (2010: 1) menyatakan bahwa pelaksanaan

pembelajaran penemuan sebagai berikut:

1)Mengajukan pertanyaan atau permasalahan

Kegiatan metode pembelajaran inkuiri dimulai ketika pertanyaan atau permasalahan diajukan, kemudian siswa diminta untuk merumuskan hipotesis.

2)Merumuskan hipotesis

Hipotesis adalah jawaban sementara atas pertanyaan atau solusi per-masalahan yang dapat diuji dengan data, untuk

memudahkan proses ini, guru membimbing siswa menentukan hipotesis yang relevan dengan permasalahan yang diberikan. 3)Mengumpulkan data

Hipotesis digunakan untuk menuntun proses pengumpulan data. Guru membimbing siswa untuk menentukan langkah-langkah pengumpulan data. Data yang dihasilkan dapat berupa tabel atau grafik.

4)Analisis data

Siswa bertanggung jawab menguji hipotesis yang telah dirumuskan dengan menganalisis data yang telah diperoleh. Setelah memperoleh kesimpulan, dari data percobaan, siswa dapat menguji hipotesis yang telah dirumuskan. Apabila ternyata hipotesis itu salah atau ditolak, siswa dapat menjelaskan sesuai dengan proses inkuiri yang telah dilakukannya.

5)Membuat kesimpulan

Langkah penutup dari pembelajaran inkuiri adalah membuat kesimpulan berdasarkan data yang diperoleh siswa.

Sedangkan menurut Karli dan Ningsih (2003: 1) dalam Nely, dkk., (2011:

1). Sintaks model pembelajaran inkuiri sebagai berikut:

1) Penyajian masalah atau menghadapkan siswa pada situasi teka teki. Pada tahap ini guru membawa situasi masalah kepada siswa. Permasalahan yang diajukan adalah masalah yang sederhana yang dapat menimbulkan keheranan. Hal ini diperlukan untuk memberikan pengalaman pada siswa,

biasanya pada tahap ini dengan menunjukkan contoh fenomena ataupun demonstrasi.

2) Pengumpulan dan verifikasi data, siswa mengumpulkan informasi tentang peristiwa yang mereka lihat dan alami pada tahap penyajian masalah.

(25)

15

yang sudah diketahui sebelumnya. Peran guru dalam tahap ini adalah untuk memperluas informasi yang telah diperoleh. 4) Tahap keempat adalah mengorganisir data dan merumuskan

penjelasan. Pada tahap ini, guru mengajak siswa merumuskan penjelasan, kemungkinan besar akan ditemukan siswa yang mendapatkan kesulitan dalam mengemukakan informasi yang diperoleh yang berbentuk uraian penjelasan. Siswa-siswa yang demikian didorong untuk dapat memberi penjelasan yang tidak begitu mendetail.

5) Tahap kelima adalah mengadakan analisis tentang proses inkuiri. Pada tahap ini, siswa diminta untuk menganalisis pola-pola penemuan mereka yang berupa kesimpulan. Tahap ini siswa dapat menuliskan kekurangan dan kelebihan selama kegiatan berlangsung dan dengan bantuan guru diperbaiki secara sistematis.

5. Metode Verifikasi

Metode verifikasi adalah metode yang dilakukukan siswa untuk

membutikan hukum-hukum atau teori-teori yang telah diajarkan guru

dalam buku. Jadi siswa telah menemukan teoritisnya dahulu sebelum

menemukan pembuktianya melaui praktikum. Kegiatan yang dilakukan

siswa dalam laboratorium digunakan untuk memperoleh data yang

menunjang pelajaran yang diberikan guru di dalam kelas atau yang

tercantum dalam buku pelajaran, sehingga pola fikir siswa telah terbentuk

dari awal pembelajaran melalui guru, hal ini dapat menyebabkan siswa

tidak berfikir fleksibel lagi atau tidak kreatif dalam menemukan suatu

pemecahan masalah alternatif. Jika hasil akhirnya sesuai dengan teori

maka eksperimen dapat dikatakan berhasil, sedangkan jika hasilnya

berbeda atau bahkan jauh dari teori yang ada, maka eksperimen dikatakan

gagal atau terdapat kesalahan pada saat melakukan eksperimen.

(26)

16

Beberapa perbedaan antara eksperimen berbasisi ikuiri dan eksperimen

berbasis verifikasi dapat dilihat pada Tabel 2.1.

Tabel 2.1 Perbedaan Metode Inkuiri dan Verifikasi

Eksperimen Verifikasi Eksperimen Inkuiri Penekanan pada

menyelesaikan tugas.

Penekanan pada pencapaian pemahaman konseptual dan ilmiah dengan menggunakan data empiris. Aktifitas siswa berfokus pada

memverifikasi informasi yang sebelumnya telah di

sampaikan di dalam kelas.

Aktifitas siswa berfokus pada penemuan konsep, prinsip atau suatu hubungan empiris.

Eksperimen sangat berorientasi pada data pendukung dan penafsiran data.

Eksperimen sangat berorirnasi pada pengembangan konsep dan

pemahaman. Siswa dibimbing berdasarkan

susunan langkah secara detail dari guru.

Siswa dibimbing berdasarkan satu pertanyaan utama.

Dalam eksperimen siswa mengikuti petunjuk secara bertahap.

Siswa mengembangakan model eksperimen mereka sendiri.

Umumnya hanya menggunakan sedikit komunikasi dan cenderung pada satu cara yaitu dari guru ke siswa.

Digunakan banyak komunikasi dengan menggunakan serangkaian pertanyaan yang berdasarkan pertanyaan intelektual individu.

Jarang menggabungkan siklus belajar (observasi dan aplikasi secara umum).

Melibatkan satu siklus atau lebih, hinga mencapai suatu sislus belajar yang sempurna/ lengkap.

Siswa diberikan tabel data dengan rentang yang

ditentukan untuk jenis tertentu dari data.

Siswa menentukan jenis data dan menentukan seberapa banyak untuk dikumpulkan.

Memberitahukan data yang akan diambil siswa.

Membebaskan kepada siswa untuk menentukan mana data yang diambil. Siswa tidak merancang

percobaan

Siswa membuat desain percobaan atas dasar prinsip-prinsip ditemukan. Siswa hasil berkomunikasi

hanya untuk instruktur dan membuat laporan

laboratorium.

Siswa berkomunikasi dan mempertahankan Hasil kepada peserta lainnya dalam laboratorium.

Mempekerjakan lebih rendah kecakapan berpikir.

Meningkatkan keterampilan berpikir. tingkat tinggi.

(27)

17

Menurut pendapat saya dari kedua metode inkuiri dan verifikasi

merupakan metode eksperimen yang cocok untuk pembelajaran fisika.

Hanya saja ada beberapa kelebihan dan kekurangan diantara keduanya.

Berikut beberapa kelebihan dan kekuranganya dapat dilihat pada

Tabel 2.2 dan 2.3.

Tabel 2.2 Kelebihan dan Kekurangan Eksperimen Berbasis Inkuiri:

Kelebihan Kekurangan

Lebih memacu keingintahuan seseorang untuk memecahkan suatu persoalan.

Dipelukan alokasi waktu yang lebih lama.

Membentuk pola fikir yang kritis dan sistematis serta berfikir ilmiah.

Jika guru kurang memahami konsep maka akan menimbulkan pertanyaan dan maslah yang membuat murid lebih bingung dan tidak terarah. Memotivasi siswa untuk lebih

aktif, kreatif dan berprestasi.

Sebagian anggota kelompok belajar mendominasi pembelajaran

sementara anggota kelompok

lainnya kurang berperan secara aktif. Sumber: Zakiyah(2012: 1)

Tabel 2.3 Kelebihan dan Kekurangan Eksperimen Berbasis Verifikasi

Kelebihan kekurangan

Membentuk sifat siswa agar jujur, teliti, ulet dan cerdas.

Tidak terbentuk siswa yang kreatif dan inovatif.

Siswa dapat berfikir kritis terhadap eksperimen yang dilakukannya agar sesuai dengan teori yang telah dipelajari sebelumnya.

Siswa akan merasa lebih jenuh untuk melakukan eksperimen dan kadang mahasiswa melakukan kebohongan terhadap hasil penelitiannya.

Siswa dapat memahami teori atau konsep lebih dalam dibandingkan sebelum melakukan percobaan.

Siswa tidak terdidik untuk berfikir sistematis.

Sumber: Zakiyah(2012: 1)

Dari Tabel 2.2 dan 2.3 dapat dilihat bahwa kedua eksperimen mempunyai

(28)

18

memilih metode yang sesuai dengan materi yang akan diajarkan

berdasarkan tujuan pembelajaran yang akan dicapai. Pada penelitian ini,

inkuiri merupakan metode yang cocok digunakan.

6. Hasil Belajar

Belajar menurut Sardiman (2004: 21) menyatakan bahwa

Belajar itu serangkaian kegiatan jiwa raga, psiko-fisik untuk menuju ke perkembangan pribadi manusia seutuhnya, yang berarti menyangkut unsur cipta, rasa, dan karsa, ranah kognitif, afektif, dan psikomotor.

Kegiatan belajar dalam konteks ini adalah kegiatan belajar yang

dilakukan di instansi- instansi pendidikan dimana ada sekelompok orang

yang berperan sebagai siswa dan ada seseorang yang berperan sebagai

guru. Siswa adalah orang yang melakukan kegiatan belajar dan guru

adalah orang yang bertugas mengajar.

Djamarah dan Zain (2006: 121) mengatakan bahwa setiap proses belajar

mengajar selalu menghasilkan hasil belajar, dapat dikatakan bahwa hasil

belajar merupakan akhir atau puncak dari proses belajar. Akhir dari

kegiatan inilah yang menjadi tolak ukur tingkat keberhasilan siswa dalam

proses belajar mengajar.

Sardiman (2007: 37) juga menerangkan tentang pengertian belajar dalam

pandangan teori konstruktivisme, yaitu

(29)

19

mengasimilasikan dan menghubungkan pengalaman atau bahan yang dipelajarinya dengan pengertian yang sudah dimilikinya, sehingga pengertiannya menjadi berkembang.

Teori kontruktivisme menerangkan lima prinsip atau ciri dalam belajar

Suparno (1997: 1) dalam Sardiman (2007: 38), yaitu:

a) Belajar berarti mencari makna. Makna diciptakan oleh siswa dari apa yang mereka lihat, dengar, rasakan, dan alami. b) Konstruksi makna adalah proses yang terus menerus. c) Belajar bukanlah kegiatan mengumpulkan fakta, tetapi

merupakan pengembangan pemikiran dengan membuat pengertian yang baru. Belajar bukanlah hasil perkembangan, tetapi perkembangan itu sendiri.

d) Hasil belajar dipengaruhi oleh pengalaman subjek belajar dengan dunia fisik dan lingkungannya.

e) Hasil belajar seseorang tergantung pada apa yang telah diketahui, si subjek belajar, tujuan, motivasi yang

memengaruhi proses interaksi dengan bahan yang sedang dipelajari.

Teori ini menjelaskan kepada guru bahwa siswa dalam belajar memiliki

pengetahuan awal yang harus dibangun dan dikembangkan dalam

kegiatan belajar mengajar di kelas sehingga dalam menyusun

perencanaan pembelajaran harus didasari pada prinsip ini.

Sudjana menyatakan bahwa “hasil belajar adalah kemampuan

-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman

belajarnya” (Sudjana, 2009: 22).

Winkel dalam Purwanto (2008: 45) menjelaskan

hasil belajar adalah perubahan yang mengakibatkan manusia berubah dalam sikap dan tingkah lakunya. Hasil dapat diartikan sebagai prestasi dari apa yang telah dilakukan. Berdasarkan konteks tersebut dapat dikatakan bahwa hasil belajar merupakan perolehan dari proses belajar siswa sesuai dengan tujuan

(30)

20

Hasil belajar dikatakan betul-betul baik jika memenuhi dua prinsip atau

ciri (Sardiman, 2007: 49-50) sebagai berikut:

a) Hasil itu tahan lama dan dapat digunakan dalam kehidupan oleh siswa. Dalam hal ini guru akan senantiasa menjadi pembimbing dan pelatih yang baik bagi para siswa yang akan menghadapi ujian, jika hasil pengajaran itu tidak tahan lama dan lekas menghilang, berarti hasil belajar itu tidak efektif.

b) Hasil itu merupakan pengetahuan “asli” atau “otentik”.

Pengetahuan hasil proses belajar-mengajar itu bagi siswa seolah-olah telah merupakan bagian kepribadian bagi diri setiap siswa, sehingga akan dapat memengaruhi pandangan dan caranya mendekati suatu permasalahan. Sebab pengetahuan itu dihayati dan penuh makna bagi dirinya.

Bloom (1956) dalam Sardiman (2007: 23-24) mengklasifikasikan hasil

belajar ke dalam tiga ranah yaitu: ranah kognitif (cognitive domain), ranah afektif ( affective domain), dan ranah psikomotor ( psychomotor domain). Sedangkan tingkatan-tingkatan dari ketiga ranah tersebut sebagai berikut:

1. Ranah kognitif berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari enam aspek, yakni:

(a) pengetahuan atau ingatan (Knowledge), (b) pemahaman(Comprehension),

(c) analisis(Analysis), (d) sintesis(Syntesis),

(e) evaluasi(Evaluation), dan (f) aplikasi(Application).

2. Ranah afektif berkenaan dengan sikap terdiri dari lima aspek, yakni: (a) penerimaan (Receiving),

(b) jawaban atau reaksi (Responding), (c) penilaian(Valuing),

(d) organisasi(Organization) dan (e) karakteristik nilai (Characterization).

3. Ranah psikomotorik berkenaan dengan hasil belajar keterampilan dan kemampuan bertindak, yaitu:

(31)

21

B. Kerangka Pemikiran

Pada penelitian ini terdapat tiga bentuk variabel yaitu variabel bebas, variabel

terikat, dan variabel moderator. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah

[image:31.595.213.386.288.394.2]

metode inkuiri (X1) dan metode verifikasi (X2). Variabel terikatnya adalah hasil belajar siswa (Y) sedangkan variabel moderatornya adalah model pembelajaran Exclusive. Diagram kerangka pikir dapat dilihat pada Gambar 2.3.

Gambar 2.3 Diagram Kerangka Pemikiran

Keterangan:

X1 = Metode pembelajaran inkuiri

X2 = Metode pembelajaran verifikasi

Y1 = Hasil belajar dengan model Exclusive berbasis inkuiri Y2 = Hasil belajar dengan model Exclusive berbasis verifikasi M = Model pembelajaran Exclusive

Dalam penelitian ini diukur hasil belajar ranah kognitif berupa pretest dan posttest pembelajaran menggunakan model Exclusive dengan metode inkuiri dan metode verifikasi. Kemudian dilakukan uji hipotesis untuk mengetahui

(32)

22

metode verifikasi terhadap hasil belajar, untuk memperjelas kerangka

[image:32.595.175.483.147.319.2]

pemikiran, maka dapat digambarkan dalam bentuk diagram pada Gambar 2.4.

Gambar 2.4 Paradigma Pemikiran Penelitian

Salah satu model pembelajaran yang dapat digunakan yaitu model

pembelajaran Exclusive. Model pembelajaran Exclusive berguna dalam mengkaji informasi dari fakta atau fenomena yang ada di lingkungan sekitar

dan terkait dengan pengalaman siswa sehari-hari. Selain model, metode

pembelajaran juga diperlukan pada proses pembelajaran. Pada penelitian ini

menggunakan model pembelajaran Exclusive dengan metode inkuiri dan verifikasi di kelas VIIA dan VIIB.

Model pembelajaran Exclusive dapat digunakan pada materi Wujud Zat dan Perubahannya di SMP, karena kegiatan belajar dengan berkelompok akan

memudahkan siswa untuk bertukar pendapat sehingga akan terjadi diskusi

yang menimbulkan adanya interaksi dan terlihat adanya keaktifan siswa

dengan siswa dan siswa dengan guru, adanya kegiatan simulasi semakin

memudahkan siswa dalam memahami konsep Wujud Zat dan Perubahannya,

adanya evaluasi untuk mengetahui hasil belajar siswa.

Inkuiri Verifikasi

Hasil Belajar Hasil Belajar

(33)

23

Pada kelas VIIA menggunakan model pembelajaran Exclusive menggunakan metode inkuiri dapat meningkatkan hasil belajar siswa karena model

pembelajaran Exclusive dengan metode inkuiri merupakan suatu rangkaian kegiatan belajar yang melibatkan seluruh kemampuan siswa secara maksimal

untuk mencari dan menyelidiki secara sistematis, kritis, logis, dan analitis,

sehingga siswa dapat merumuskan sendiri penemuannya dengan penuh

percaya diri.

Model pembelajaran Exclusive berbasis verifikasi digunakan di kelas VIIB dan dapat meningkatkan hasil belajar karena model pembelajaran Exclusive dengan metode verifikasi siswa dapat memahami teori atau konsep lebih

dalam dibandingkan sebelum melakukan percobaan, sehingga dapat

membentuk sifat siswa jujur, teliti, ulet dan cerdas.

C. Hipotesis

Hipotesis yang akan diuji yaitu:

H0 : Tidak ada perbedaan rata-rata hasil belajar fisika siswa menggunakan

model Exclusive antara metode inkuiri dengan metode verifikasi pada materi Wujud Zat dan Perubahannya Siswa kelas VII SMPN 3

Tegineneng Tahun Pelajaran 2013/2014.

H1 : Ada perbedaan rata-rata hasil belajar fisika siswa menggunakan model

Exclusive antara metode inkuiri dengan verifikasi pada materi Wujud Zat dan Perubahannya Siswa kelas VII SMPN 3 Tegineneng Tahun

(34)

24

III. METODE PENELITIAN

A. Populasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada siswa kelas VII SMPN 3 Tegineneng pada

semester ganjil Tahun Pelajaran 2013/2014 yang terdiri dari 5 kelas

berjumlah 150 siswa.

B. Sampel Penelitian

Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan teknik purposive sampling. Purposive sampling yaitu pengambilan sampel yang didasarkan pada suatu pertimbangan tertentu.. Dalam penelitian ini diambil sebagian

dari populasi yang akan dijadikan sampel, yaitu dua kelas dari lima kelas

yang ada. Satu kelas sebagai kelas eksperimen 1 dan satu kelas yang lain

sebagai kelas eksperimen 2 dengan latar belakang mempunyai kemampuan

akademik yang sama, yaitu dilihat dari nilai rata-rata mid semester tentang

materi sebelumnya hampir sama. Dua kelas tersebut antara lain kelas VIIA

dan kelas VIIB, kemudian ditentukan kelas VIIA sebagai kelas eksperimen 1

(35)

25

C. Desain Penelitian

Disain eksperimen pada penelitian ini menggunakan bentuk Pre

Eksperimental Design dengan tipe One Group Pretest-Posttest Design. Pada desain ini, terdapat pretest sebelum diberi perlakuan dan posttest setelah diberi perlakuan, dengan demikian hasil perlakuan dapat diketahui lebih

akurat, karena dapat membandingkan dengan keadaan sebelum diberi

perlakuan.

Menurut Setyosari (2012: 174), disain ini dapat dilihat pada Gambar 3.1.

Gambar 3.1. Desain penelitian

Keterangan :

= nilai pretest

= nilai posttest

X1= penerapan model Exclusive berbasisInkuiri

X2= penerapan model Exclusive berbasis Verifikasi

Siswa kelas VIIA diberikan pretest (test awal) untuk melihat kemampuan awal siswa berupa soal pilihan jamak berjumlah 20 butir soal, kemudian

diberikan perlakuan yaitu penerapan model pembelajaran Exclusive menggunakan metode inkuiri. Kemudian pada akhir pembelajaran, siswa

diberikan posttest (tes akhir) dalam bentuk soal pilihan jamak berjumlah 20

O

(36)

26

butir soal. Berdasarkan hasil pretest (tes awal) dan posttest (tes akhir) tersebut dihitung N-gain untuk mengetahui peningkatan hasil belajar siswa. Untuk kelas VIIB yang menggunakan model pembelajaran Exclusive dengan metode verifikasi juga diberikan soal pretest dan posttest dengan jumlah butir soal yang sama. Kemudian hasil pretest dan posttest pada kedua kelas

dibandingkan.

D. Variabel Penelitian

Penelitian ini terdiri dari tiga variabel penelitian yaitu variabel bebas dan

variabel terikat serta variabel moderator. Variabel bebas dalam penelitian ini

adalah metode pembelajaran inkuiri (X1) dan metode pembelajaran verifikasi

(X2), variabel terikatnya adalah hasil belajar siswa (Y) sedangkan variabel

moderatornya adalah model pembelajaran Exclusive.

E. Instrumen Penilaian

Instrumen penilaian dalam penelitian ini yaitu instrumen penilaian kognitif

berupa soal uraian berjumlah 20 soal pretest dan 20 soal posttest.

Berdasarkan hasil tes ini maka dapat diketahui tingkat keberhasilan siswa

dalam belajar dan perbandingan hasil belajar antara model pembelajaran

(37)

27

F. Analisis Instrumen

Instrumen penilaian sebelum digunakan dalam penelitian harus diuji terlebih

dahulu agar valid dan reliabel.

1. Uji Validitas

Validitas suatu instrumen menunjukkan adanya tingkat ke validan atau

kesahihan suatu instrumen. Suatu instrumen dikatakan valid apabila

mampu mengukur apa yang akan diukur. Artinya, instrumen itu dapat

mengungkap data dari variabel yang dikaji secara tepat. Instrumen valid

atau sahih memiliki validitas yang tinggi, sebaliknya instrumen yang

kurang valid berarti memiliki validitas rendah (Setyosari, 2012: 1).

Untuk menguji validitas instrumen penguasaan konsep, akan digunakan

rumus korelasi product moment yang dikemukakan oleh Pearson dengan rumus:

∑ ∑ ∑

√{ ∑ ∑ } { ∑ ∑ }

Keterangan:

= Koefisien korelasi yang menyatakan validitas

= Skor butir soal

= Skor total

= Jumlah sampel

(38)

28

Untuk menguji validitas instrumen digunakan uji validitas konstruk.

Validitas konstruk didapat dengan membuat persesuaian antara tujuan

pembelajaran yang ada di RPP dengan indikator tes, prediktor dan butir

tes. Penentuan kesesuaian antar variabel tersebut dapat dilakukan melalui

penilaian ahli, teman sejawat atau diri sendiri.

Menurut Suherman (2003: 113) kriteria tingkat validitas yang digunakan

[image:38.595.156.502.325.430.2]

yaitu:

Tabel 3.1 Kriteria Tingkat Validitas

khj Nilai Keterangan

0,90 rxy 1,00 Sangat Valid

0,70 rxy 0,90 Valid

0,40 rxy 0,70 Sedang

0,20 rxy 0,40 Rendah

0,00 rxy 0,20 Sangat Rendah

rxy 0,00 Tidak Valid

2. Uji Reliabilitas

Instrumen yang reliabel sebenarnya mengandung makna bahwa instrumen

tersebut cukup mantap untuk mengambil data penelitian, sehingga

mampu mengungkap data yang dapat dipercaya hasilnya. Maka instrumen

yang reliabel adalah instrumen yang bila digunakan beberapa kali untuk

mengukur objek yang sama, akan menghasilkan data yang sama.

Perhitungan untuk mencari harga reliabilitas instrumen didasarkan pada

pendapat Arikunto (2008: 109) yang menyatakan bahwa untuk

(39)

29

Di mana:

= reliabilitas yang dicari

= jumlah varians skor tiap-tiap item = varians total

Uji reliabilitas merupakan indeks yang menunjukkan sejauh mana alat

pengukuran dapat dipercaya atau diandalkan. Reliabilitas instrumen

diperlukan untuk mendapatkan data sesuai dengan tujuan pengukuran.

Untuk mencapai hal tersebut dilakukan uji reliabilitas dengan

menggunakan SPSS 17.0 dengan metode Alpha Cronbach‟s yang diukur

berdasarkan skala alpha cronbach‟s 0 sampai 1. Nilai kisaran Alpha

[image:39.595.149.510.489.594.2]

Cronbach‟s dapat diukur pada Tabel 3.2.

Tabel 3.2 Nilai Kisaran Alpha Chronbach‟s

Nilai Alpha Cronbach’s Keterangan

0,00-0,20 Kurang reliabel

0,21-0,40 Agak reliabel

0,41-0,60 Cukup reliabel

0,61-0,80 Reliabel

0,81-1,00 Sangat reliabel

Arikunto (2008: 109)

Setelah instrumen valid dan reliabel, kemudian instrumen akan diujikan

kepada sampel penelitian. Skor total setiap siswa diperoleh dengan

(40)

30

pre pre post

S

S

S

S

g

max

G. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan lembar pengumpulan

data berbentuk tabel yang diperoleh dari pretest dan posttest untuk hasil belajar. Adapun bentuk pengumpulan datanya berupa Tabel data hasil belajar

terlampir dalam lampiran 16 dan 17.

H. Teknik Analisis Data dan Pengujian Hipotesis

1. Analisis Data

Untuk menganalisis kategori tes hasil belajar siswa digunakan skor gain

yang ternormalisasi. N-gain diperoleh dari pengurangan skor posttest dengan skor pretest dibagi oleh skor maksimum dikurang skor pretest. Jika dituliskan dalam persamaan adalah sebagai berikut.

Keterangan:

g = N-Gain Spre = Skor pretest Spost = Skor posttest Smax = Skor maksimum

Kategori:

Tinggi : 0,7N-gain 1 Sedang : 0,3N-gain< 0,7 Rendah : N-gain< 0,3

(41)

31

2. Uji Normalitas Data

Untuk menguji apakah sampel penelitian merupakan jenis distribusi

normal, dapat dilakukan dengan uji statistik non-parametrik

Kolmogorov-Smirnov. Caranya adalah menentukan terlebih dahulu hipotesis

pengujiannya yaitu:

O

H : data terdistribusi secara normal

1

H : data tidak terdistribusi secara normal

Pedoman pengambilan keputusan:

1) Nilai Sig. atau signifikansi atau nilai probabilitas < 0,05 maka

distribusinya adalah tidak normal.

2) Nilai Sig. atau signifikansi atau nilai probabilitas > 0,05 maka

distribusinya adalah normal.

3. Pengujian Hipotesis

Independent Sample T-Test

Analisis ini digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya perbedaan

rata-rata antara dua kelompok sampel yang tidak berhubungan. Hipotesis

yang akan diuji dengan Independent sample t-test yaitu:

H0 : Tidak ada perbedaan rata-rata hasil belajar siswa menggunakan

Model Exclusive antara metode inkuiri dengan metode verifikasi H1 : Ada perbedaan rata-rata hasil belajar siswa menggunakan

(42)

32

Kriteria pengujian:

a) H0 diterima jika –t tabel< t hitung < t tabel

b) H0 ditolak jika –t hitung< -t tabel atau t hitung> t tabel

Berdasarkan probabilitas:

(43)

56

V. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa:

Ada perbedaan rata-rata hasil belajar siswa menggunakan model

pembelajaran Exclusive antara metode inkuiri dengan verifikasi pada materi pokok Wujud Zat dan Perubahannya.

B. Saran

Berdasarkan hasil pengamatan selama proses pembelajaran berlangsung dan

analisis terhadap hasil belajar, maka penulis memberikan saran sebagai

berikut:

1. Model pembelajaran Exclusive berbasis inkuiri dapat dijadikan salah satu alternatif bagi guru-guru di sekolah sebagai salah satu upaya untuk

meningkatkan hasil belajar siswa.

2. Agar pelaksanaan Model pembelajaran Exclusive berbasis inkuiri dapat berjalan dengan baik, guru harus mempersiapkan diri dan perlengkapan

secara matang. Dari mulai alat yang akan digunakan, mental guru dan

(44)

57 sehingga secara teknis seluruh proses pembelajaran akan berlangsung

(45)

58

DAFTAR PUSTAKA

Abdurrahman, Wini Tarmini, dan Budi Kadaryanto. 2012. Pengembangan Model Pembelajaran Tematik Berorientasi Kemampuan Metakognitif untuk Membentuk Karakter Literate dan Awareness Bagi Siswa Sekolah Dasar di Wilayah Rawan Bencana.Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Sains. UNS-Solo.

Arikunto, Suharsimi. 2008. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara. Djamarah dan Zain. 2006. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta. Gulo, W. 2002. Metodologi Penelitian. Jakarta: Gramedia.

Hamalik, Oemar. 2003. Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan Sistem. Jakarta: Bumi Aksara.

. 2004. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara.

Mahardika. Mitha Pratiwi. 2013. Penerapan Model Pembelajaran Exclusive pada Materi Cahaya Siswa Kelas VIII SMPN 1 Natar. Bandarlampung.

Universitas Lampung.

Marlangen, Taranesia. 2010. Studi Kemampuan Berpikir Kritis dan Konsep Pada Pembelajaran Fisika dengan Pendekatan Multiple Representation. Skripsi. Universitas Lampung. Bandar Lampung.

Nely, Imron, Lia. 2011. Efektifitas Penerapan Pembelajaran Inkuiri Terbimbing pada Mata Pelajaran Fisika Pokok Bahasan Cahaya di Kelas VIII SMP Negeri 2 Muara Padang. Prosiding Simposium Nasional Inovasi Pembelajaran dan Sains 2011. Bandung: Indonesia.

Purwanto. 2008. Evaluasi Hasil Belajar. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Rahmawati, Fera. 2011. Hubungan Kemampuan Problem Solving dengan Hasil Belajar Melalui Pembelajaran Inkuiri Terbimbing. Bandarlampung: Universitas Lampung.

Sardiman A. M. 2004. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

(46)

59

Setyosari, Punaji. 2012. Metode Penelitian Pendidikan dan Pengembangan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Sudiarta, P. 2005. Pengembangan Model Pembelajaran Matematika berorientasi Pemecahan masalah kontekstual Open-Ended. Jurnal Pendidikan dan Pengajaran IKIP Negeri Singaraja.

Sudjana, Nana. 2004. Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru Algesindo.

. . 2009. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: Rosdakarya.

Suhardiman, Ria, dan Asep Saepul Hamdi. 2012. Pengaruh Metode Inquiry terhadap Keterampilan Proses dan Hasil Belajar IPA (Fisika) Siswa Kelas VIII SMP Negeri 6 Singaraja. Jurnal Teknologi Pendidikan. Vol. 2.No. 1.diakses tanggal 20 November 2013. Pukul 22.00 WIB.

Suherman, Eman. 2003. Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer. Bandung : UPI.

Trianto. 2007. Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik. Surabaya: Prestasi Pustaka Publisher.

. 2010. Model Pembelajaran Terpadu. Surabaya: Prestasi Pustaka Publisher.

(47)
(48)

62

PEMETAAN STANDAR KOMPETENSI DAN KOMPETENSI DASAR Nama Sekolah : SMP Negeri 3Tegineneng

Mata Pelajaran : IPA/ Fisika Kelas/Semester : VII/ Ganjil TahunPelajaran : 2013/2014

Standar

Kompetensi Kompetensi Dasar

TK Ranah

KD

Indikator pencapaian TK ranah IPK

Materi Pokok

Ruang

Lingkup Alokasi

Waktu Nilai Karakter 1 2 3 4

3. Memahami wujud zat dan perubahannya

3.1 Menyelidiki sifat – sifat zat berdasarkan wujudnya dan penerapannya dalam

kehidupan sehari - hari

C3 Produk:

3.1.1 Menjelaskan sifat – sifat zat berdasarkan wujudnya,yai tu: padat,cair dan gas secara jelas 3.1.2 Membedakan perubahan – perubahan wujud zat yang terjadi di alam sekitar secara mandiri C1 C2

Wujud Zat 4X40‟ Jelas

(49)

63

3.1.3 Menjelaskan macam-macam perubahan wujud zat berdasarkan percobaan dan

pengamatan simulasi yang dilakukan dengan tepat

3.1.4 Menjelaskan peristiwa kohesi dan adhesi beserta contohnya dengan benar

3.1.5 Menggambar kan diagram perubahan wujud zat secara kreatif. Proses:

3.1.6 Melakukan

C2

C2

C3

Tepat

Benar

(50)

64

simulasi untuk

menunjukkan sifat – sifat zat padat, cair dan gas dalam kehidupan sehari – hari dengan bertanggung jawab

3.1.7 Melakukan pengamatan dan

pengelompok kan

berdasarkan simulasi yang dilakukan dengan kritis

3.1.8 Melakukan percobaan sederhana untuk

menunjukkan

perubahan-C3

C3

C3

Bertanggung jawab

Kritis

(51)

65

perubahan wujud zat dengan bertanggung jawab

3.1.9 Mengemukak an hasil percobaan melalui presentasi dan diskusi kelompok dengan kritis

Sikap: 1. Karakter:

Berpikir kreatif, kritis, dan logis; bekerja teliti, jujur, dan berperilaku santun

2. Keterampilan sosial: bekerjasama,

(52)

66

(53)

67

PEMETAAN STANDAR KOMPETENSI DAN KOMPETENSI DASAR Nama Sekolah : SMP Negeri 3 Tegineneng

Mata Pelajaran : IPA/ Fisika Kelas/Semester : VII/ Ganjil TahunPelajaran : 2013/2014

Standar

Kompetensi Kompetensi Dasar

TK Ranah

KD

Indikator pencapaian TK ranah IPK

Materi Pokok

Ruang

Lingkup Alokasi

Waktu Nilai Karakter 1 2 3 4

3. Memahami wujud zat dan perubahannya 3.2 Mendeskripsik an konsep massa jenis dalam kehidupan sehari -hari

C3 3.2.1 Menjelaskanfaktor-faktor yang mempengaruhi massa jenis dengan kreatif 3.2.2 Menjelaskan benda-benda yang dapat diketahui massa jenisnya dengan terampil 3.2.3 Menghitung massa jenis C1 C2 C2 Massa Jenis

4X40‟

Kreatif

Terampil

(54)

68

dengan mengunakan rumus ρ=m/v dengan tepat

Proses:

3.2.4 Mensimulasika n cara mencari massa jenis secara teliti

3.2.5 Melakukan pengamatan dan

pengelompokk an berdasarkan simulasi yang dilakukan dengan kritis

3.2.6 Melakukan percobaan untuk mengetahui massa jenis suatu zat secara teliti

C3

C3

C3

C3

Teliti

Kritis

Teliti

(55)

69

3.2.7 Mengemukaka n hasil percobaan melalui presentasi dan diskusi

kelompok dengan kritis

Sikap: 1. Disiplin

(Discipline ), rasa hormat dan

(56)

70

2. Keterampilan sosial:

bekerjasama,meny ampaikan

(57)

71

SILABUS :WUJUD ZAT DAN PERUBAHANNYA Satuan pendidikan : SMPNegeri 3 Tegineneng

Mata Pelajaran : Fisika Kelas/semester : VII/1

Standar Kompetensi : 3. Memahami Wujud Zat dan Perubahannya

Kompetensi Dasar Materi Pembelajaran Kegiatan Pembelajatan Indikator pencapaian Kompetensi

Penulisan Alokasi Waktu

Sumber belajar

Nilai Karakter Tehnik Bentuk

instrumen

Contoh instrumen 3.1 Menyelidiki sifat –

sifat zat berdasarkan wujudnya dan penerapannya dalam kehidupan sehari - hari

Wujud Zat

1. Melakukan tes awal (pre-test) untuk mengetahui

pengetahuan awal siswa

2. Melakukan studi pustaka untuk mencari informasi mengenai sifat – sifat zat berdasarkan wujudnya, perubahan- perubahan wujudnya dan

menggambarkan diagram perubahan wujud zat beserta keterangannya

3. Melakukan eksplorasi dengan diskusi kelompok dan kajian literature

4. Pengelompokan kembali berdasarkan spesifikasi masalah

5. Melakukan dan memodifikasi percobaan tentangperubahan wujud zat yang terjadi pada parafin yang di bakar

6. Menganalisis sifat – sifat zat serta pengaruh perubahan

Produk:

3.1.10 Menjelaskan sifat – sifat zat berdasarkan wujudnya,yaitu: padat,cair dan gas secara jelas. 3.1.11 Membedakan

perubahan – perubahan wujud zat yang terjadi di alam sekitar secara mandiri.

3.1.12 Menjelaskan macam-macam perubahan wujud zat berdasarkan percobaan dan pengamatan simulasi yang di lakukan dengan tepat

3.1.13 Menjelaskan peristiwa kohesi dan adhesi beserta contohnya dengan benar 3.1.14 Menggambarkan

diagram perubahan wujud zat secara kreatif. Tes Tertulis Tes Tertulis Tes tertulis Tes Tertulis Tes Kinerja Pilihan Jamak Pilihan Jamak Pilihan Jamak Pilihan Jamak Lembar Penilaian LP 01 LP 01 LP 01 LP 01 LP 03

4x40‟  Buku Fisika SMP kelas VII semester 1, buku referensi yang relevan, lingkungan, alat dan bahan praktikum

 Bahan : Lembar kerja siswa, Hasil kerja siswa, Handout dan bahan persentasi

(58)

72

wujud zat tersebut dalam kehidupan sehari – hari, dalam pemecahan masalah melalui diskusi kelas

7. Menyimpulkan

hasil percobaan yang telah dilakukan melalui persentasi dan diskusi kelompok

8. Melakukan evaluasi kegiatan berupa tes (post-test)

Proses:

3.1.15 Melakukan simulasi untuk

menunjukkansifat – sifat zat padat, cair dan gas dalam kehidupan sehari – hari dengan bertanggung jawab 3.1.16 Melakukan

pengamatan dan pengelompokkan berdasarkan simulasi yang dilakukan dengan kritis

3.1.17 Melakukan percobaan sederhana untuk menunjukkan perubahan-perubahan wujud zat dengan bertanggung jawab 3.1.18 Mengemukakan hasil

percobaan melalui presentasi dan diskusi kelompok dengan kritis

Sikap:

3.Karakter: Berpikir

kreatif,kritis, dan logis; bekerja teliti, jujur, dan

berperilaku santun

(59)

73

(60)

74

SILABUS: WUJUD ZAT DAN PERUBAHANNYA Satuan Pendidikan : SMP Negeri 3 Tegineneng

Mata Pelajaran : IPA Kelas/Semester : VII/1

Standar Kompetensi : 3. Memahami wujud zat dan perubahannya

Kompetensi Dasar Materi Pembelajaran Kegiatan pembelajaran Indikator Pencapaian Kompetensi Penilaian Alokasi Waktu Sumber Belajar/ Alat-Bahan Nilai ka

Teknik Bentuk Instrumen

Contoh Instrumen 3.2

Mendeskripsika n konsep massa jenis dalam kehidupan sehari -hari

Massa jenis 1. Melakukan tes awal untuk mengetahui pengetahuan awal siswa 2. Mengkaji pustaka untuk mencari pengertian massa jenis 3. Merumuskan karakteristik sifat massa jenis Produk 3.2.8 Menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi massa jenis dengan kreatif 3.2.9 Menjelaskan benda-benda yang dapat diketahui massa jenisnya dengan terampil 3.2.10 Menghitung massa jenis Tes Tertulis Tes Tertulis Tes Tertulis Pilihan Jamak Pilihan Jamak Pilihan LP 01 LP 01 LP 01 2X40’

 Buku siswa

 LKS

 Gelas ukur

 Kubus besi

 Kubus aluminium

 Kubus kayu

 Buku Referensi

Kr

Tera

(61)

75 Kompetensi Dasar Materi Pembelajaran Kegiatan pembelajaran Indikator Pencapaian Kompetensi Penilaian Alokasi Waktu Sumber Belajar/ Alat-Bahan Nilai ka

Teknik Bentuk Instrumen

Contoh Instrumen 4. Menyebutkan

beberapa contoh benda yang dapat dicari massa jenisnya 5. Melakukan eksplorasi dengan diskusi kelompok dan kajian literatur cara menentukan massa jenis 6. Melakukan percobaan untuk menentukan besarnya massa jenis 7. Menganalisis hasil percobaan yang telah dengan mengunakan rumus ρ=m/v dengan tepat Proses: 3.2.11 Mensimulasik an cara

(62)

76 Kompetensi Dasar Materi Pembelajaran Kegiatan pembelajaran Indikator Pencapaian Kompetensi Penilaian Alokasi Waktu Sumber Belajar/ Alat-Bahan Nilai ka

Teknik Bentuk Instrumen Contoh Instrumen dilakukan serta penggunaan konsep massa jenis dalam kehidupan sehari-hari 8. Menyimpulkan hasil percobaan yang telah dilakukan melalui presentasi dan diskusi kelompok 9. Melakukan evaluasi kegiatan berupa tes di akhir

pembelajaran

massa jenis suatu zat secara teliti

3.2.14 Mengemukak an hasil percobaan mengetahui massa jenis melalui presentasi dan diskusi dengan objektif Sikap: 3. Disiplin

(Discipline ), rasa hormat dan

(63)

77 Kompetensi Dasar Materi Pembelajaran Kegiatan pembelajaran Indikator Pencapaian Kompetensi Penilaian Alokasi Waktu Sumber Belajar/ Alat-Bahan Nilai ka

Teknik Bentuk Instrumen

Contoh Instrumen pendapat dengan

ide-ide baru(give arguments with the new ideas), terampil (competent), ringan tangan 4. Keterampilan sosial: bekerjasama,meny ampaikan pendapat, menjadi pendengar yang baik, dan menanggapi pendapat orang lain Observas

i Lembar

Observasi

(64)
(65)

79

Lampiran 4

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

Satuan Pendidikan : SMP Negeri 3 Tegineneng Mata Pelajaran : IPA/ Fisika

Kelas/Semester : VII/1

Alokasi Waktu : 4 jam pelajaran

STANDAR KOMPETENSI

3. Memahami wujud zat dan perubahannya

KOMPETENSI DASAR

3.1 Menyelidiki sifat-sifat zat berdasarkan wujudnya dan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari

A. Indikator 1. Kognitif:

a. Produk

1) Menjelaskan sifat-sifat zat berdasarkan wujudnya (padat, cair, gas) secara jelas.

2) Membedakan perubahan-perubahan wujud zat yang terjadi di alam sekitar secara mandiri.

3) Menjelaskan macam-macam perubahan wujud zat berdasarkan percobaan dan pengamatan simulasi yang dilakukan dengan tepat. 4) Menjelaskan peristiwa kohesi dan adhesi beserta contohnya dengan

benar.

5) Menggambarkan diagram perubahan wujud zat secara kreatif.

b. Proses

(66)

80

2) Melakukan pengamatan dan pengelompokan berdasarkan simulasi yang dilakukan dengan kritis.

3) Melakukan percobaan sederhana untuk menunjukkan perubahan-perubahan wujud zat dengan bertanggung jawab.

4) Mengemukakan hasil percobaan melalui presentasi dan diskusi kelompok dengan kritis

2. Psikomotor:

a. Melakukan diskusi kelompok. b. Presentasi hasil diskusi.

B. Tujuan Pembelajaran 1. Kognitif

a. Produk:

1. Dengan kajian pustaka, siswa dapat menjelaskan sifat-sifat zat berdasarkan wujudnya (padat,cair dan gas) secara jelas.

2. Dengan kajian pustaka, siswa dapat membedakan perubahan-perubahan wujud zat yang terjadi di alam sekitar secara mandiri. 3. Berdasarkan simulasi dan percobaan, siswa dapat menjelaskan

macam-macam perubahan wujud zat dengan tepat.

4. Dengan kajian pustaka, siswa dapat menjelaskan peristiwa kohesi dan adhesi beserta contohnya dengan benar.

5. Berdasarkan informasi dan simulasi, siswa dapat menggambarkan diagram perubahan wujud zat secara kreatif.

b. Proses

1. Ditampilkan simulasi sifat-sifat zat padat, cair, dan gas, siswa memperhatikan simulasi yang ditampilkan dan menyelesaikan

(67)

81

2. Disediakan seperangkat alat percobaan, siswa diminta untuk

merencanakan percobaan untuk menunjukkan perubahan-perubahan wujud zat.

2. Psikomotorik:

a. Siswa aktif dalam diskusi. b. Siswa aktif dalam presentasi.

 Karakter siswa yang diharapkan : a) Disiplin

b) Rasa hormat dan Perhatian c) Tanggung Jawab

d) Kerja Sama e) Ketelitian f) Jujur g) Kreatif

C. Materi Pembelajaran : Wujud Zat

D. Model, Metode :

Model Pembelajaran : Exploring, clustering, simulating, valuing, and evaluation (Exclusive)

Metode Pembelajaran : Inkuiri

E. Sumber Belajar

1. Buku IPA Terpadu SMP/ MTs, buku referensi yang relevan.

F. Alat/Bahan

(68)

82

G. Kegiatan Belajar Mengajar

Pertemuan 1 (2 x 40 menit)

No Aktivitas Pembelajaran

A Pendahuluan (15 menit)

1

Guru membuka pembelajaran, kemudian mengulas materi pertemuan sebelumnya, setelah itu mengadakan Pre-test materi pelajaran Ciri-Ciri dan Sifat-Sifat Zat .

2

Motivasi dan Apersepsi:

- Guru menyampaikan indicator pencapaian pembelajaran - Guru menanyakan: „Dalam kehidupan sehari-hari, kita

tentu tidak lepas dari berbagai macam benda. Bagaimana sifat-sifat benda tersebut? Apakah cirri khas benda-benda tersebut?

Prayarat pengetahuan

- Ada berapakah wujud zat itu? Sebutkan! Pra eksperimen

- Berhati-hatilah menggunakan peralatan yang terbuat dari kaca

- Berhati-hatilah menggunakan air dan api

3 Mengkomunikasikan tujuan pembelajaran: kognitif (produk, proses); psikomotorik; dan afektif

B Kegiatan Inti (50 menit)

Exploring:

1 Siswa berkelompok beranggota 4 orang mencari informasi sebanyak-banyaknya tentang ciri-ciri dan sifat-sifat zat.

2 Guru menanyakan informasi yang diperoleh Siswa

Clustering:

(69)

83

spesifikasi pembahasan materi. Siswa dikelompokan menjadi 3 kelompok besar, kelompok zat padat, zat cair dan zat gas.

Simulating:

4 Siswa melakukan percobaan sederhana tentang sifat-sifat zat dengan mengisi LKS kemudian mensimulasikannya.

5 Siswa memperhatikan simulasi yang ditampilkan, siswa menyelesaikan lembar kerja diskusi kelompok.

6 Siswa mempresentasikan hasil diskusi di depan kelas.

7 Siswa lain menanggapi presentasi yang disampaikan temannya.

c Penutup (15 menit)

Valuing

1 Guru meminta siswa menyampaikan manfaat pelajaran ciri-ciri dan sifat-sifat zat dalam kehidupan sehari-hari.

Evaluating

2 Siswa menyampaikan dan menyimpulkan apa saja yang telah diperolehnya/ dipahaminya dalam kegiatan belajar.

3 Guru melakukan Post-test untuk mengukur hasil belajar siswa tersebut.

Pertemuan 2 (2 x 40 menit)

No Aktivitas Pembelajaran

A Pendahuluan (15 menit)

1

(70)

84

2

Motivasi dan Apersepsi:

- Guru menyampaikan indicator pembelajaran

- Guru membahas LKS yang telah dikerjakan pertemuan sebelumnya

3

Mengkomunikasikan tujuan pembelajaran: kognitif (produk, proses); psikomotorik; dan afektif

B Kegiatan Inti (50 menit)

Exploring:

1

Siswa berkelompok beranggota 4 orang mencari informasi sebanyak-banyaknya tentang teori partikel zat, perubahan-perubahan wujud zat yang terjadi di alam sekitar,

menggambarkan diagram perubahan wujud zat.

2 Guru menanyakan informasi yang diperoleh Siswa

Clustering:

3 Siswa membentuk kelompok Cluster berdasarkan spesifikasi pembahasan materi. Siswa dikelompokan menjadi 3 kelompok besar, kelompok teori partikel zat, perubahan-perubahan wujud zat dan diagram perubahan wujud zat.

Simulating:

4 Siswa memperhatikan simulasi yang ditampilkan dan

membuat laporan percobaan tentang perubahan wujud zat yang terjadi pada paraffin yang dibakar serta

menyelesaikan lembar kerja diskusi kelompok. 5 Siswa mempresentasikan hasil diskusi di depan kelas.

(71)

85

c Penutup (15 menit)

Valuing

1 Guru meminta siswa menyampaikan manfaat pelajaran perubahan wujud zat dalam kehidupan sehari-hari

Evaluating

2 Siswa menyampaikan dan menyimpulkan apa saja yang telah diperolehnya/ di

Gambar

Gambar 2.1 Siklus model pembelajaran Exclusive  (Sumber: Abdurrahman, dkk. (2012: 218) )
Gambar 2.2 Prinsip intekasi model pembelajaran Exclusive (Sumber: Abdurrahman, dkk. (2012: 219) )
Tabel 2.1 Perbedaan Metode Inkuiri dan Verifikasi
Tabel 2.3 Kelebihan dan Kekurangan Eksperimen Berbasis Verifikasi
+7

Referensi

Dokumen terkait

Rata-rata nilai hasil belajar fisika siswa yang menggunakan pembelajaran inkuiri terbimbing dengan metode eksperimen lebih tinggi dibandingkan dengan metode demonstrasi,

kan masalah yang akan dilakukan dalam eksperimen sesuai dengan petunjuk yang terdapat pada LKS. 4) Guru membimbing siswa merumuskan hipotesis dari rumusan ma- salah yang ada. 5)

8 Guru memberikan bimbingan pada siswa dalam mendapatkan informasi melalui percobaan dan membantu siswa yang mengalami kesulitan dalam menggunakan alat- alat percobaan,

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan di SMP Negeri 22 Bandar Lampung diketahui bahwa hasil belajar siswa yang menggunakan model pembelajaran berbasis masalah lebih

Berdasarkan gambar 3.terlihat bahwa terdapat perbedaan rata-rata hasil belajar antara kedua kelas eksperimen. Skor rata-rata pada kelas Exclusive berbasis inkuiri

Variabel bebas dalam penelitian ini adalah pembelajaran inkuri terbimbing dengan metode eksperimen (X1) dan inkuri terbimbing dengan metode demonstrasi (X2),

Rendahnya hasil belajar siswa tersebut disebabkan beberapa faktor yaitu guru jarang mengajak siswa mengemukakan pendapatnya sendiri atau pengetahuannya, siswa kurang

Pada tahap ini guru: (1) mengkondisikan siswa agar siap melaksanakan proses pembelajaran, (2) merangsang dan mengajak siswa untuk berpikir memecahkan masalah dengan