• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perbandingan Metode Eksperimen Inkuiri dengan Eksperimen Verifikasi terhadap Hasil Belajar IPA Siswa pada Materi Pokok Sistem Pernapasan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Perbandingan Metode Eksperimen Inkuiri dengan Eksperimen Verifikasi terhadap Hasil Belajar IPA Siswa pada Materi Pokok Sistem Pernapasan"

Copied!
40
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRAK

PERBANDINGAN METODE EKSPERIMEN INKUIRI DENGAN EKSPERIMEN VERIFIKASI TERHADAP HASIL BELAJAR IPA SISWA PADA MATERI POKOK SISTEM PERNAPASAN

(Studi Eksperimen Siswa Kelas VIII SMP Negeri 2 Jati Agung TP 2013/2014)

Oleh

Sigit Dwi Nurcahyo

Keterlibatan siswa dalam kegiatan pembelajaran merupakan salah satu faktor penting dalam meningkatkan hasil belajar siswa. Metode eksperimen menuntut siswa menjadi lebih aktif terlibat dalam kegiatan pembelajaran. Oleh karena itu, penelitian ini menggunakan metode eksperimen inkuiri dan eksperimen verifikasi. Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan hasil belajar oleh siswa pada materi pokok sistem pernapasan manusia yang menggunakan metode eksperimen inkuiridan eksperimen verifikasi.

Sampel dalam penelitian ini adalah siswa kelas VIIIA sebagai kelas eksperimen I

dan siswa kelas VIIID sebagai kelas eksperimen II yang dipilih dari populasi

(2)

Sigit Dwi Nurcahyo

iii

belajar ranah psikomotorik siswa yang diperoleh dari lembar observasi dan dianalisis secara deskriptif.

Hasil belajar aspek kognitif siswa pada materi pokok sistem pernapasan yang pembelajarannya menggunakan metode eksperimen inkuiri(N-gain 55,81) ber-beda signifikan lebih tinggi daripada siswa yang pembelajarannya menggunakan metode eksperimen verifikasi (N-gain 43,17). Hasil belajar aspek psikomotor siswa yang meliputi keterampilan membawa mikroskop, keterampilan mem-bersihkan preparat, keterampilan meletakkan preparat, keterampilan mengatur pencahayaan, keterampilan memfokuskan objek, keterampilan mengatur per-besaran, keterampilan merangkai alat dan bahan, dan keterampilan melakukan praktikum dengan hati-hati dan teliti yang menggunakan metode eksperimen inkuiri(73%) tidak berbeda nyata dengan metode eksperimen verifikasi (70%). Dengan demikian tidak terdapat perbedaan yang nyata antara penggunaan metode eksperimen inkuiri dengan metode eksperimen verifikasi terhadap hasil belajar aspek psikomotor siswa pada materi pokok sistem pernapasan.

(3)

PERBANDINGAN METODE EKSPERIMEN INKUIRI DENGAN EKSPERIMEN VERIFIKASI TERHADAP HASIL BELAJAR

IPA SISWA PADA MATERI POKOK SISTEM PERNAPASAN

(Studi Eksperimen Siswa Kelas VIII SMP Negeri 2 Jati Agung TP 2013/2014)

Oleh

Sigit Dwi Nurcahyo

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar SARJANA PENDIDIKAN

pada

Program Studi Pendidikan Biologi

Jurusan Pendidikan Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

(4)

,,i':..':"i'.':,:;,, :,,,:,'t,:.::' t *,-.-..';l;:r'iili: '-..r,,,'i0""-t l:'f i'ii:'i;i;:"lit tt i '..';';"',,it,

,"

,,

,,

,., ,1,

,,,,,1

,+roz ;;,r;*

++#r*

;;r,f1.:''

;

.:

"1'.'-;.r

'

ii,..'i*i.

";t

i,;,';i:;"

,

*"

,t11..-;

,;::ii

;

ro'

"t;t,X,

, :,ti;

usqrrg,i

*lll$u

'Imq

ilirllff

jr.it r :::.:: ,.-. ,

ffi

. .':i'i.i .. ,..,i.tt-i,r..., ,...i,,.:'' 1 r. 1'1 .

1

''l:.'illl...'...''''.'.'1j'.

,:.;r1,.|,,':::;:61y;:;rt.1{e:fi

;rrru?y-$ffi

r',,,

-

:

1.,... :,,:.:'ri:'.:-. .rt:..j; I ., , . ,

r,

trt,;;;;;1"r

i.

.,,.i"',;,:r,'.'tt-.'.

*."i,";-

,.;i'ii*;,:t.

*;.,.;:_,1

:i'.,,i.;r",i,,

*.',

:,,'"*,irlr".

;,.,-:'l:,'-;

";,;;n1:i

'i"ri

.|;ffi

'.n;...,::t j::r:.i j,:i;:.,:i,ii;,i,,: i:::,.

']':''1:-.l;.,...':;:|:|:;i''i.'.."..,:":'':';;.'*l,....".;.::'i;fl'''ffi'';,.,:';.'.'-'o,'..j.'.',...'...

.-'"'.r::iti.t;i. ijfl,, ..,,",

r",,f',.'i,i. *-,

"'.;,;a:;-i,u

.'.

"

"

*l

,;*,'*-,;t,;,,

.;-;,-*:,

i

-

0.,

-:,,

,.

,

tj i ,:.:-tr '|; ; 1..!:.; t..,,::::.

(5)

;i r.t ,r ;

l

I ri::-., : ..,,,t 1 I I

li,l:::,1:!t: I::, ..:I' .,,',lr',ll ' . ,

'

r,oo

r

90l,861 1,190096r dltl

,'.I

II:iffg[i'.or(rf|I|a'

t.st(l

Iooietffi66r

or,g0gror

dIH

.tS.H'.tS.S'llutIJpnuultr

w

,i .,,

r,r,,i,r,l:1,.:,.1

I

---';*

lffi;fl$ffi

.t.

'r

d#.'

r

p6'ffi,i,,',

sElltluzu

uEsnrnr

iii::: ' , ., it I :..' ,

lpruS

uefotg

E rAglsEqsld Nollod'roruoN

. :i-;.1.t,.'

, :.a,.,,, .t: ;i,:i::i.r : r ri:i :: i. i ..tr.rr'rrjr.l.,:,,.:. j

B/lrqspqeld PUIEN

(6)

.

PERI\TYATAAI\ SKRIFSI MAHASISWA

Yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama

Nomor Pokok Mahasiswa

Program Studi

Jurusan

Sigit Dwi Nurcahyo

0853024047

Pendidikan Biologi

Pendidikan MIPA

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang

pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan disuatu perguruan tinggi

dan sepanjang pengetahuan sayajuga tidak terdapat karya atau pendapatyang

pemah ditulis atau diterbitkan oleh orang laip, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Apabila ternyata kelak,.dikemudiaq hari terbukti ada ketidakbenaran dalam

pernyataan saya diatas, maka saya akan bertanggung jawab sepenuhnya.

Agustus 2014

Sigit Dwi Nurcahyo

NPM.0853024047

(7)

I. PENDAHULUAN

A.Latar Belakang Masalah

Umumnya proses pembelajaran di SMP cenderung masih berpusat pada guru dan kurang terkait dengan kehidupan sehari-hari (Mahmudah, 2011: 1). Dalam pembelajaran, aktivitas siswa lebih banyak pada kegiatan mendengarkan pen-jelasan guru dan mencatat. Siswa tidak ikut dilibatkan secara langsung dalam menemukan suatu konsep atau prinsip IPA. Maka dari itu hasil belajar pun kurang optimal. Untuk mencapai hasil belajar yang optimal, dan supaya proses pembelajaran dapat berjalan dengan efektif serta efisien diperlukan suatu me-tode untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa. Kreativitas guru dalam memilih metode pembelajaran sangat menentukan sehingga siswa dapat berperan aktif dalam proses pembelajaran. Salah satu metode dalam pembela-jaran IPA yang sesuai dan dapat menunjang keterampilan siswa adalah metode eksperimen (Suprianti, 2009: 1). Dalam metode ini, siswa diberi pengalaman langsung. Dengan demikian siswa belajar mencari dan menemukan sendiri berbagai jawaban atas persoalan yang ada serta dapat berpikir ilmiah.

(8)

2 sains merupakan ilmu pengetahuan tentang gejala alam yang dituangkan beru-pa fakta, konsep, prinsip dan hukum yang teruji kebenarannya dan melalui suatu rangkaian kegiatan dalam metode ilmiah.

Hal ini sesuai dengan salah satu tujuan Standar Isi KTSP untuk mata pelajaran IPA SMP/MTs (Depdiknas, 2006: 378) yaitu melakukan inkuiri ilmiah untuk menumbuhkan kemampuan berpikir, bersikap dan bertindak ilmiah serta

berkomu-nikasi, maka metode yang diterapkan dalam penelitian ini adalah metode eks-

perimen sebab metode ini sesuai dengan tujuan mata pelajaran IPA tersebut.

Selama ini metode eksperimen yang sering digunakan dalam pembelajaran di sekolah adalah metode eksperimen verifikasi (Nandi, 2012: 3). Metode eks-perimen verifikasi adalah suatu kegiatan ekseks-perimen yang bertujuan melatih siswa untuk membuktikan kebenaran suatu konsep atau teori sains yang telah dipelajarinya. Sebelum melakukan kegiatan eksperimen verifikasi, guru lebih dahulu mengajarkan teori atau prinsip kepada siswa. Selanjutnya guru meng-ajak siswa untuk membuktikan kebenaran prinsip atau teori yang telah di-pelajarinya melalui suatu kegiatan eksperimen (Dhevi, 2005 dalam Maulana, 2008: 17).

(9)

3 didahului dengan penjelasan teori atau prinsip sains oleh guru, tetapi siswa langsung melakukan kegiatan dalam upaya menemukan atau menyelidiki sendiri teori/prinsip yang sedang dipelajarinya (Dhevi, 2005 dalam Maulana, 2008: 16).

Kesetaraan dari kedua metode ini terletak pada pelaksanaannya. Baik metode eksperimen inkuiri maupun eksperimen verifikasi, siswa diberi kesempatan untuk melaksanakan praktikum dengan menggunakan alat dan bahan yang sama. Sedangkan, perbedaanya terletak pada proses pembelajarannya. Siswa yang diajar menggunakan metode eksperimen inkuiri dituntut untuk menemu-kan sendiri suatu konsep dengan merancang suatu percobaan, sedangmenemu-kan pada metode eksperimen verifikasi siswa diajak untuk membuktikan suatu konsep yang telah diajarkan oleh guru melalui praktikum. Oleh karena itu, kedua metode tersebut perlu dibandingkan, metode mana yang memberikan hasil belajar lebih baik.

(10)

4 rata-rata nilai mata pelajaran IPA yang diperoleh siswa yaitu 61. Hasil belajar tersebut masih rendah jika dibandingkan dengan standar kriteria ketuntasan minimal (KKM) mata pelajaran IPA kelas VIII, yaitu 70.

Berdasarkan uraian latar belakang tersebut telah dilakukan penelitian yang berjudul ”Perbandingan Metode Eksperimen Inkuiri dengan Eksperimen Verifikasi terhadap Hasil Belajar IPA Siswa pada Materi Pokok Sistem Pernapasan (Studi Eksperimen Siswa Kelas VIII SMP Negeri 2 Jati Agung TP2013/2014)”.

B.Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Manakah yang lebih tinggi rata-rata hasil belajar IPA ranah kognitif pada materi sistem pernapasan oleh siswa yang diajar melalui metode eksperimen inkuiri dengan eksperimen verifikasi?

2. Manakah yang lebih tinggi rata-rata hasil belajar IPA ranah psikomotor pada materi sistem pernapasan oleh siswa yang diajar melalui metode eksperimen inkuiri dengan eksperimen verifikasi?

C.Tujuan Penelitian

Tujuan dilakukannya penelitian ini sebagai berikut:

(11)

5 2. Mengetahui rata-rata hasil belajar IPA ranah psikomotor yang lebih tinggi

pada materi sistem pernapasan oleh siswa yang diajar melalui metode eksperimen inkuiri dengan eksperimen verifikasi

D.Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini sebagai berikut. a. Manfaat bagi siswa

Membantu dan mempermudah siswa-siswi kelas VIII SMP Negeri 2 Jati Agung dalam memahami suatu materi IPA serta memberikan pengalaman nyata dalam proses pembelajaran.

b. Manfaat bagi guru

Sebagai masukan bagi para guru IPA dalam melakukan kegiatan pembela-jaran di kelas untuk menggunakan berbagai metode pembelapembela-jaran yang disesuaikan dengan materi pembelajaran sehingga dapat meningkatkan keterampilan proses sains dan hasil belajar IPA siswa.

c. Manfaat bagi peneliti

Melatih kemampuan dalam merencanakan dan melaksanakan pembelajaran serta menambah wawasan dengan terjun langsung ke lapangan dan mem- berikan pengalaman belajar.

E.Ruang Lingkup Penelitian

Untuk membatasi penelitian ini dan memberikan arah yang jelas maka ruang lingkup penelitian ini sebagai berikut.

(12)

6 bertujuan melatih siswa untuk membentuk gagasan dan memahami konsep sains melalui upaya penemuan atau penyelidikan terhadap konsep yang sedang dipelajarinya tersebut (Dhevi, 2005 dalam Maulana, 2008: 16). Langkah-langkah dalam pembelajaran: siswa merumuskan masalah, me-rumuskan hipotesis, membuat rancangan percobaan, melaksanaan percoba-an, mengumpulkan data dan menarik kesimpulan.

2. Metode eksperimen verifikasi adalah suatu kegiatan eksperimen yang ber-tujuan melatih siswa untuk membuktikan kebenaran suatu konsep atau teori sains yang telah dipelajarinya (Dhevi, 2005 dalam Maulana, 2008: 17). Langkah-langkah dalam pembelajaran: siswa mendapat teori dari guru dan membuktikannya melalui praktikum yang meliputi, memahami rumusan masalah, hipotesis dan rancangan percobaan; melaksanakan percobaan; mengumpulkan data dan menarik kesimpulan.

3. Hasil belajar yang dimaksud adalah hasil belajar berupa nilai yang dicapai oleh siswa setelah mengikuti kegiatan belajar mengajar selama jangka waktu tertentu. Dalam penelitian ini hasil belajar yang diteliti adalah hasil belajar ranah kognitif (pengetahuan) yang diukur menggunakan pretest -posttest dan psikomotorik (keterampilan) yang diukur menggunakan lembar observasi kinerja.

4. Subjek penelitian ini adalah siswa semester ganjil kelas VIII SMP Negeri 2 Jati Agung Kabupaten Lampung Selatan Tahun Pelajaran 2013/2014.

(13)

7

F. Kerangka Pikir

Pembelajaran menggunakan metode eksperimen merupakan sarana agar pem-belajaran berpusat pada siswa. Metode eksperimen semacam ini sesuai dengan pandangan teori modern learning by doing. Dalam metode ini, ke-mampuan siswa untuk menerapkan metode ilmiah sangat penting karena dari sinilah keterampilan mereka dapat terlihat. Selama ini metode eksperimen yang sering digunakan dalam pembelajaran di sekolah adalah metode eks-perimen verifikasi. Siswa diajak untuk membuktikan suatu teori atau konsep melalui eksperimen setelah guru menjelaskan teori tersebut. Pembelajaran dengan menggunakan metode eksperimen inkuiri masih tergolong metode yang jarang digunakan oleh guru dalam pembelajaran. Pada metode ini siswa diajak untuk menemukan atau menyelidiki sendiri permasalahan yang diberi-kan oleh guru, sehingga peran guru dalam proses inkuiri ini membantu dan membimbing siswanya agar bisa menemukan jawaban atas permasalah yang diberikan. Cara untuk mendapat jawaban tersebut siswa dapat merancang eks-perimen, melakukan ekseks-perimen, mengumpulkan dan menganalisis data serta menarik sebuah kesimpulan.

(14)

8 sesuatu yang baru bagi mereka, dan siswa menyukai sebuah tantangan yang mengharuskan mereka menemukan suatu jawaban dengan cara mempraktek-kannya langsung.

Pada penelitian ini terdapat dua bentuk variabel yaitu variabel bebas dan vari-abel terikat. Varivari-abel bebas dalam penelitian ini adalah metode eksperimen inkuiri (X1) dan metode eksperimen verifikasi (X2), serta variabel terikatnya

adalah hasil belajar (Y), baik ranah kognitif maupun psikomotorik. Dalam penelitian ini ada dua hasil belajar yang diukur yaitu hasil belajar pada pem-belajaran menggunakan metode eksperimen inkuiri (R1) dan hasil belajar pada

pembelajaran menggunakan metode eksperimen verifikasi (R2), kemudian

dilakukan uji hipotesis untuk mengetahui mana yang lebih tinggi rata-rata hasil belajar siswa dengan pembelajaran menggunakan metode eksperimen inkuiri atau verifikasi. Hubungan antara kedua variabel tersebut digambarkan dalam diagram kerangka pemikiran berikut.

Gambar 1. Diagram kerangka pemikiran Keterangan:

X1 : Metode eksperimen inkuiri

X2 : Metode eksperimen verifikasi

Y : Hasil Belajar

G. Hipotesis

Berdasarkan uraian di atas maka hipotesis yang dapat diajukan dalam penelitian ini antara lain:

X2

(15)

9

O

H : Rata-rata hasil belajar IPA ranah kognitif siswa menggunakan metode eksperimen inkuiri tidak berbeda signifikan atau sama dengan rata-rata hasil belajar IPA siswa menggunakan metode eksperimen verifikasi.

1

(16)

II. TINJAUAN PUSTAKA

1. Metode Eksperimen

Eksperimen mengandung makna belajar untuk berbuat, karena itu dapat di-masukkan ke dalam metode pembelajaran. Menurut Djamarah dan Zain (2006: 136) metode eksperimen adalah cara penyajian pelajaran di mana siswa melakukan percobaan dengan mengalami serta membuktikan sendiri sesuatu yang dipelajari. Dalam pembelajaran dengan metode percobaan ini siswa diberi kesempatan untuk mengalami sendiri atau melakukan sendiri, mengikuti suatu proses, mengamati suatu objek, menganalisis, membukti-kan dan menarik kesimpulan sendiri mengenai suatu objek, keadaan atau proses tertentu sehingga dengan demikian siswa dituntut untuk mengalami sendiri, mencari kebenaran dan mencari kesimpulan atau proses yang di-alaminya.

(17)

11 metode yang bertitik tolak dari suatu masalah yang hendak dipecahkan dan dalam prosedur kerjanya berpegang pada prinsip metode ilmiah.

Menurut Trowbridge dan Bybee (dalam Sarwi 2010: 115), kegiatan labora-torium baik dalam bentuk demonstrasi maupun eksperimen (percobaan), dapat digolongkan menjadi kegiatan laboratorium yang bersifat verifikasi (deduktif) dan kegiatan laboratorium inkuiri (induktif). Kegiatan labora-torium verifikasi diartikan suatu rangkaian kegiatan observasi atau peng-ukuran, pengolahan data, dan penarikan kesimpulan yang bertujuan untuk membuktikan konsep yang sudah dibelajarkan. Dalam kegiatan eksperimen inkuiri, lingkungan belajar dipersiapkan untuk memfasilitasi agar proses pembelajaran berpusat pada siswa. Eksperimen tidak hanya untuk mencapai kompetensi ranah psikomotorik, tetapi juga ranah kognitif dan ranah afektif.

Adapun tujuan dari metode eksperimen menurut Sumantri dan Permana (dalam Agan, 2011: 1) adalah

a) Agar peserta didik mampu menyimpulkan fakta-fakta, informasi atau data yang diperoleh;

b) Melatih peserta didik merancang, mempersiapkan, melaksanakan dan melaporkan percobaan;

c) Melatih peserta didik menggunakan logika berfikir induktif untuk menarik kesimpulan dari fakta, informasi atau data yang terkumpul melalui percobaan.

(18)

12 membuktikan kebenaran dari teori-teori konsep yang berlaku dan supaya siswa mendapat kepuasan dari hasil belajarnya.

Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam melakukan metode eksperimen menurut Hurrahman (2011: 1) adalah sebagai berikut

a) Persiapkan terlebih dahulu bahan-bahan yang dibutuhkan.

b) Usahakan siswa terlibat langsung sewaktu mengadakan eksperimen. c) Sebelum dilaksanakan eksperimen siswa terlebih dahulu diberikan

pengaranhan tentang petunjuk dan langkah-langkah kegiatan eksperi-men yang akan dilakukan.

d) Lakukan pengelompokan atau masing-masing individu melakukan percobaan yang telah direncanakan, bila hasilnya belum memuaskan dapat diulangi lagi untuk membuktikan kebenarannya.

e) Setiap individu atau kelompok dapat melaporkan hasil pekerjaannya secara tertulis.

Metode eksperimen juga memiliki kelebihan seperti halnya metode-metode pembelajaran yang lain. Pada metode ini siswa dituntut aktif untuk meng-ikuti proses pembelajaran, hal ini didukung oleh pendapat Roestiyah (dalam Djamarah dan Zain, 2006: 137) sebagai berikut:

a) Dengan eksperimen siswa terlatih menggunakan metode ilmiah dalam menghadapi segala masalah, sehingga tidak mudah percaya pada se-suatu yang belum pasti kebenarannya dan tidak mudah percaya pula kata orang, sebelum ia membuktikan kebenarannya.

b) Mereka lebih aktif berfikir dan berbuat; hal mana itu sangat dikehen-daki oleh kegiatan mengajar belajar yang modern, dimana siswa lebih banyak aktif belajar sendiri dengan bimbingan guru.

c) Siswa dalam melaksanakan proses eksperimen disamping memperoleh ilmu pengetahuan; juga menemukan pengalaman praktis serta kete-rampilan dalam menggunakan alat-alat percobaan.

d) Dengan eksperimen siswa membuktikan sendiri kebenaran sesuatu teori, sehingga akan mengubah sikap mereka yang tahayul, ialah pe-ristiwa-peristiwa yang tidak masuk akal.

(19)

13 bersikap ilmiah dalam memecahkan permasalahan. Peran guru dalam eks-perimen sangat mempengaruhi efektifnya suatu ekseks-perimen terutama dalam menjelaskan tujuan eksperimen, menerangkan alat-alat atau bahan-bahan yang digunakan, serta dalam memberikan bimbingan dan bantuan kepada siswa.

Di samping kelebihan, metode eksperimen juga memiliki kekurangan. Menurut Anitah, dkk. (dalam Ernasari, 2013: 7) kekurangan metode eksperimen adalah sebagai berikut:

a) Memerlukan alat dan biaya. b) Memerlukan waktu relatif lama.

c) Sangat sedikit sekolah yang memiliki fasilitas eksperimen.

d) Guru dan siswa banyak yang belum terbiasa melakukan eksperimen. e) Kegagalan dan kesalahan dalam bereksperimen akan berakibat pada

kesalahan penyimpulan.

(20)

14 2. Metode Eksperimen Inkuiri

Menurut Sintia (2008: 1), eksperimen berbasis inkuiri memiliki proses pem-belajaran yang dicapai melalui suatu sistem pemikiran yang sistematis. Di dalam proses ini, siswa diharapkan dapat memahami dan terampil terhadap suatu permasalahan yang diberikan oleh guru, sehingga peran guru dalam proses inkuri ini tidak hanya memberikan teori saja, tetapi membantu dan membimbing siswanya agar bisa menemukan jawaban atas permasalah yang diberikan. Cara untuk mendapat jawaban tersebut siswa dapat merancang eksperimen, melakukan eksperimen, mengumpulkan dan menganalisis data serta menarik sebuah kesimpulan.

Sedangkan menurut Dhevi (dalam Maulana, 2008: 16), kegiatan eksperimen yang bersifat inkuiri adalah suatu kegiatan eksperimen yang bertujuan me-latih siswa untuk membentuk gagasan dan memahami konsep sains yang sedang dipelajarinya. Dalam eksperimen yang bersifat inkuiri, pembentuk-an gagaspembentuk-an dpembentuk-an pemahampembentuk-an konsep sains dalam diri siswa dilakukpembentuk-an me-lalui upaya penemuan atau penyelidikan terhadap konsep yang sedang di-pelajarinya. Pelaksanaan pembelajaran dengan metode eksperimen yang bersifat inkuiri ini tidak didahului dengan penjelasan teori atau prinsip sains oleh guru, tetapi siswa langsung melakukan kegiatan dalam upaya menemu-kan atau penyelidiki sendiri teori/prinsip yang sedang dipelajarinya.

(21)

15 dan analisisnya sendiri berdasarkan percobaan atau eksperimen yang telah dilakukan. Dalam kegiatan eksperimen inkuiri ini, lingkungan belajar di-persiapkan untuk memfasilitasi agar proses pembelajaran berpusat pada siswa.

Menurut Sintia (2008: 1), dalam proses inkuiri ini banyak sekali manfaat yang dapat diperoleh di antaranya:

Untuk Siswa:

a) Siswa dapat berpikir secara kritis dan sistematis. b) Meningkatkan keterampilan secara ilmiah.

c) Meningkatkan keyakinan terhadap kemampuan diri siswa dan minat belajar secara intrinsik.

d) Dapat mengkondisikan siswa sebagai petualang dan penemu baru. e) Siswa dapat lebih aktif dan berprestasi.

f) Pembelajaran terintegrasi.

g) Belajar akan lebih terasa menyenangkan dan menantang.

h) Pola pikir dan tingkah laku siswa (jujur, teliti, ulet dan kerjasama) secara tidak langsung akan terprogram menjadi suatu individu yang sangat cerdas.

Untuk Guru:

a) Menjadi lebih kreatif.

b) Terjalin kerjasama yang baik antara murid dan guru.

c) Akan sama-sama berkembang bersamaan dengan perkembangan siswa.

d) Dapat memahami teori dan konsep secara menyeluruh.

Namun proses eksperimen berbasis inkuiri tersebut memiliki beberapa kendala diantaranya sebagai berikut:

a) Jika guru, tidak dapat dengan baik merumuskan teka-teki, atau per-tanyaan kapada muridnya, untuk memecahkan permasalah secara sistematis, maka akan membuat murid lebih bingung dan tidak ter-arah.

(22)

16 c) Adanya kelemahan pada siswa dalam melakukan eksperimen

se-hingga guru sulit untuk mencapai pada tujuan yang dituju.

d) Kurangnya alat bantu untuk melakukan proses eksperimen secara inkuiri.

e) Harus memiliki waktu dan tenaga pendidik yang lebih banyak, karena dalam eksperimen berbasis inkuiri ini diperlukan interaksi yang penuh antara guru dan murid.

3. Metode Eksperimen Verifikasi

Eksperimen berbasis verifikasi ini melakukan proses sebuah penelitian un-tuk memberikan pengertian kepada siswa terhadap teori atau konsep yang telah guru berikan melalui suatu eksperimen, sehingga siswa dapat mengerti dan memahami betul atas konsep dan teori tersebut (Sintia, 2008: 1). Pada eksperimen berbasis verifikasi, guru berperan menerangkan suatu teori, ke-mudian siswa dapat membuktikannya melalui sebuah eksperimen. Ketika siswa melakukan eksperimen, siswa akhirnya dapat menarik kesimpulan bahwa teori atau konsep tersebut sesuai atau tidak dengan percobaan.

(23)

17 Berdasarkan pendapat tersebut, metode eksperimen verifikasi dapat diarti-kan sebagai suatu rangkaian kegiatan observasi atau pengukuran, pengolah-an data, dpengolah-an penarikpengolah-an kesimpulpengolah-an ypengolah-ang bertujupengolah-an untuk membuktikpengolah-an kon-sep yang sudah dibelajarkan.

Dalam eksperimen berbasis verifikasi, banyak pula manfaat yang dapat di-ambil menurut Sintia (2008:1) yaitu

Untuk Siswa:

a) Siswa dapat membentuk kepribadian yang jujur, teliti, ulet dan cer-das.

b) Siswa dapat berpikir secara kritis terhadap eksperimen yang dilaku-kan.

c) Siswa dapat menjalin kerjasama bersama teman-temannya.

d) Siswa dapat memahami sebuah teori dan konsep dengan lebih men-dalam.

e) Meningkatkan keahlian siswa dalam bekerja secara ilmiah. Untuk Guru:

a) Guru dapat lebih kreatif dalam menerangkan suatu konsep dan teori terhadap siswanya.

b) Guru lebih mengetahui kemampuan siswa dalam kerja secara ilmiah. c) Guru dapat memahami konsep dan teori lebih mendalam setelah para

siswa melakukan eksperimen.

Namun ada beberapa hal dalam eksperimen berbasis verifikasi ini yang dapat menjadi kelemahan, diantaranya:

a) Tidak terbentuknya individu siswa yang kreatif dan inovatif. b) Siswa akan merasa lebih jenuh untuk melakukan eksperimen. c) Kadang-kadang siswa akan melakukan suatu kebohongan ketika

mendapatkan hasil data yang tidak sesuai dengan konsep. d) Siswa tidak terlatih untuk berpikir secara sistematis.

e) Siswa tidak terlatih untuk mencoba hal yang lebih baru bagi mereka. f) Kurangnya interaksi antar siswa dengan guru.

g) Guru tidak akan berkembang, sesuai dengan penemuan siswanya yang baru.

(24)

18 4. Hasil belajar

Setiap proses belajar mengajar keberhasilannya diukur dari seberapa besar hasil belajar yang dicapai siswa. Hasil belajar berasal dari dua kata dasar yaitu hasil dan belajar, istilah hasil dapat diartikan sebagai sebuah prestasi dari apa yang telah dilakukan. Menurut Hamalik (2004: 155), hasil belajar tampak sebagai terjadinya perubahan tingkah laku pada diri siswa, yang dapat diamati dan diukur dalam perubahan pengetahuan, sikap dan kete- rampilan. Perubahan tingkah laku tersebut, misalnya dari tidak tahu men-jadi tahu, dan dari tidak mengerti menmen-jadi mengerti.

Menurut Dimyati dan Mudjiono (2002: 20), hasil belajar merupakan suatu puncak proses belajar. Hasil belajar tersebut terjadi terutama berkat eva-luasi guru. Hasil belajar dapat berupa dampak pengajaran dan dampak pengiring. Kedua dampak tersebut bermanfaat bagi guru dan siswa. Dari sisi siswa, hasil belajar merupakan tingkat perkembangan mental yang lebih baik bila dibandingkan pada saat sebelum belajar. Tingkat perkembangan mental tersebut terwujud pada jenis-jenis ranah kognitif, afektif, dan psiko-motor. Sedangkan dari sisi guru, hasil belajar merupakan saat terselesai-kannya bahan pelajaran.

(25)

19 keseluruhan kelas maupun individu. Bila seorang siswa mem-peroleh hasil belajar yang tinggi pada suatu pelajaran tertentu maka siswa tersebut bisa dikatakan memiliki penguasaan yang baik terhadap pelajaran tersebut. Siswa itu juga dikatakan telah berhasil mencapai tujuan-tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan oleh guru. Pernyataan ini sesuai dengan pendapat Abdurrahman (1999: 38) menyatakan, seorang anak yang berhasil dalam belajar ialah yang berhasil mencapai tujuan-tujuan pembelajaran atau tujuan-tujuan instruksional.

Kirkpatrick (dalam Harun dan Mansur, 2007: 3) menyarankan tiga kompo-nen yang harus dievaluasi dalam pembelajaran yaitu pengetahuan yang di-pelajari, keterampilan apa yang dikembangkan, dan sikap apa yang perlu diubah. Untuk mengevaluasi komponen pengetahuan dan atau perubahan sikap, dapat digunakan paper-and-pencil test (tes tertulis) sebagai alat ukurnya. Evaluasi hasil belajar untuk meningkatkan keterampilan siswa dapat digunakan tes kinerja sebagai alat ukurnya.

Hasil belajar dapat dilihat dari nilai yang diperoleh setelah tes dilakukan. Menurut Bloom (dalam Dimyati dan Mudjiono, 2002: 26):

Ada tiga taksonomi yang dipakai untuk mempelajari jenis perilaku dan kemampuan internal akibat belajar yaitu:

a) Ranah Kognitif

Ranah kognitif terdiri dari enam jenis perilaku, yaitu: ingatan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis dan evaluasi.

b) Ranah Afektif

(26)

20 c) Ranah Psikomotor

Ranah psikomotor terdiri dari tujuh jenis perilaku, yaitu persepsi, kesiapan, gerakan terbimbing, gerakan yang terbiasa, gerakan kom-pleks, penyesuaian gerakan, dan kreativitas.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa hasil belajar merupakan hasil yang telah diperoleh setelah siswa menerima pengetahuan, di mana hasil belajar yang dimaksud mencakup tiga ranah, yaitu kognitif, afektif, dan psikomotor.

Sedangkan menurut Anderson, dan Krathwohl, (dalam Wulan, 2006: 2) menguraikan dimensi proses kognitif pada taksonomi Bloom Revisi yang dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 1. Taksonomi Bloom revisi

Dimensi Proses Kognitif

C1 Megingat (Remember) Mengenali (recognizing) Mengingat (recalling) C2 Memahami (Understand) Menafsirkan (interpreting)

Memberi contoh (exampliying) Meringkas (summarizing) Menarik inferensi ( inferring) Membandingkan (compairing) Menjelaskan (explaining) C3 Mengaplikasikan (Apply) Menjalankan (executing)

Mengimplementasikan (implementing) C4 Menganalisis (Analyze) Menguraikan (differentiating)

Mengorganisir (organizing)

Menemukan makna tersirat (attributing) C5 Evaluasi (Evaluate) Memeriksa (checking)

Mengritik (critiquing) C6 Membuat (Create) Merumuskan (generating)

Merencanakan (planning) Memproduksi (producing)

(27)

21 menganalisis hasil percobaan, menghubungkan percobaan dengan teori, mempresentasikan hasil, dan memecahkan prediksi pertanyaan. Kelima aspek pokok tersebut dibagi lagi menjadi beberapa rincian keterampilan, untuk lebih lengkapnya dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Aspek penilaian ranah psikomotor siswa Aspek Penilaian

A. Melakukan Percobaan

1. Kemampuan memberikan hipotesis awal

2. Kemampuan memilih alat dan bahan dalam praktikum 3. Kemampuan menggunakan alat dan bahan praktikum

4. Kemampuan menjalankan praktikum dengan benar sesuai petunjuk

5. Kemampuan mengatasi keterbatasan peralatan praktikum 6. Kemampuan melakukan praktikum dengan hati-hati dan teliti

B. Menganalisis Hasil Percobaan

7. Kemampuan membaca data hasil praktikum

8. Kemampuan mengipretasikan data dalam bentuk tabel

9. Kemampuan menganalisis gejala yang terjadi pada percobaan dengan kehidupan sehari-hari

C. Menghubungkan percobaan dengan teori

10. Menghubungkan hasil percobaan dengan hasil studi pustaka

11. Mensubtitusikan hasil yang didapat dengan formulasi Hukum-hukum atau teori yang telah dipelajari

12. Menarik kesimpulan dari hasil praktikum

D. Mempresentasikan hasil

13. Bahasa yang digunakan

14. Kelugasan berbicara dan intonasi suara 15. Ekspresi wajah dan body language

16. Penguasaan terhadap materi yang dipresentasikan

17. Kemampuan mengolah dan menjawab pertanyaan yang diajukan teman kelompok lain

E. Memecahkan prediksi pertanyaan

18. Kemampuan memprediksi soal yang akan dibahas dan ditanyakan

19. Kemampuan memecahkan prediksi soal secara bersama-sama dengan teman sekelompok

(28)

III. METODE PENELITIAN

A. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Oktober 2013 di SMP Negeri 2 Jati Agung, Kabupaten Lampung Selatan.

B. Populasi dan Sampel

Populasi penelitian ini yaitu seluruh siswa kelas VIII SMP Negeri 2 Jati Agung Kabupaten Lampung Selatan pada semester ganjil tahun pelajaran 2013/2014. Jumlah populasi kelas VIII adalah 5 kelas dengan jumlah kese-luruhan 167 siswa. Sedangkan sampel dengan jumlah 66 siswa, sampel dipilih dari populasi dengan teknik purposive sampling, selanjutnya siswi pada kelas VIII A terpilih sebagai kelompok eksperimen I dan siswa-siswi pada kelas VIII D sebagai kelompok eksperimen II.

C. Desain Penelitian

(29)

23 eksperimen verifikasi. Hasil pretes dan postes pada kedua subyek dibanding-kan. Struktur desainnya adalah pada Gambar 2:

Gambar 2. Desain pretes-postes tak ekuivalen Keterangan :

I = Kelompok eksperimen I; II = Kelompok eksperimen II; O1 = Pretes;

O2 = Postes; X1 = Perlakuan eksperimen I; X2 = Perlakuan eksperimen II

(Ruseffendi, 1994:45 dengan modifikasi)

D. Prosedur Penelitian

Penelitian ini terdiri dari dua tahap, yaitu prapenelitian dan pelaksanaan pene-litian. Adapun langkah-langkah dari tahap tersebut yaitu sebagai berikut. 1. Prapenelitian

Kegiatan yang dilakukan pada prapenelitian sebagai berikut :

a. Membuat surat izin penelitian ke sekolah tempat diadakannya peneliti-an.

b. Mengadakan observasi ke sekolah tempat diadakannya penelitian, un- tuk mendapatkan informasi tentang keadaan kelas yang diteliti.

c. Menetapkan sampel penelitian untuk kelas eksperimen I dan kelas eks-perimen II.

d. Mengambil data berupa nilai akademik siswa semester ganjil yang di-gunakan sebagai acuan dalam pembuatan kelompok.

Kelompok pretes perlakuan postes

I O1 X1 O2

(30)

24 e. Membuat perangkat pembelajaran yang terdiri dari Silabus, Rencana

Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dan Lembar Kerja Siswa (LKS). f. Membuat instrumen evaluasi yaitu soal pretes/posttes berupa soal

essay yang berjumlah 5 butir.

2. Pelaksanaan Penelitian

Mengadakan kegiatan pembelajaran dengan menerapkan metode eksperi-men inkuiri untuk kelas eksperieksperi-men I dan metode eksperieksperi-men verifikasi untuk kelas eksperimen II. Penelitian ini telah dilakukan sebanyak dua kali pertemuan dengan langkah-langkah pembelajaran sebagai berikut. Kelas Eksperimen I

a. Kegiatan Awal

1) Pretest.

2) Apersepsi dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan yang meng-arah kepada konsep tentang sistem pernapasan manusia.

3) Memotivasi siswa mempersiapkan diri dengan menyiapkan alat dan bahan praktikum.

b. Kegiatan Inti

1) Guru membagi siswa ke dalam 5 kelompok secara heterogen masing-masing kelompok terdiri dari 6-7 orang.

(31)

25 3) Guru memberikan pengarahan dan membimbing siswa

merumus-kan masalah yang amerumus-kan dilakumerumus-kan dalam eksperimen sesuai dengan petunjuk yang terdapat pada LKS.

4) Guru membimbing siswa merumuskan hipotesis dari rumusan ma-salah yang ada.

5) Guru membimbing siswa merencanakan kegiatan percobaan sesuai dengan tujuan dan rumusan masalah.

6) Guru membimbing kelompok melaksanakan eksperimen meng-gunakan alat dan bahan yang sudah disiapkan.

7) Guru membimbing kelompok mengumpulkan data percobaan hasil eksperimen dan membimbing siswa mengisi data pada LKS yang disediakan.

8) Guru meminta perwakilan kelompok mempresentasikan hasil per-cobaan mereka di depan kelas.

9) Guru memberikan penjelasan lebih lanjut serta memberikan ke-sempatan pada siswa untuk menanyakan hal-hal yang belum di-pahami.

c. Kegiatan Penutup

1) Dengan melibatkan siswa, guru menutup pelajaran dengan menyimpulkan ide-ide penting pelajaran hari ini.

2) Guru menyampaikan kepada siswa agar mempersiapkan materi yang akan dibahas pada pertemuan berikutnya.

(32)

26 Kelas Eksperimen II

a. Kegiatan Awal

1) Pretest.

2) Apersepsi dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan yang meng-arah kepada konsep tentang sistem pernapasan manusia.

3) Memotivasi siswa mempersiapkan diri dengan menyiapkan alat dan bahan praktikum.

b. Kegiatan Inti

1) Guru memberikan materi.

2) Guru melibatkan peserta didik mencari informasi yang luas dan dalam tentang sistem pernapasan pada manusia dari berbagai sumber.

3) Mengajak siswa membuktikan teori tersebut melalui praktikum. 5) Guru membagi siswa ke dalam 5 kelompok secara heterogen

masing-masing kelompok terdiri dari 6-7 orang.

6) Guru membagikan LKS (eksperimen verifikasi) kepada setiap kelompok.

7) Guru membimbing siswa untuk memahami tujuan dan rumusan masalah yang akan dilakukan dalam eksperimen sesuai dengan petunjuk yang terdapat pada LKS.

(33)

27 9) Guru membimbing kelompok mengumpulkan data percobaan hasil

eksperimen dan membimbing siswa mengisi data pada LKS yang disediakan.

10) Guru meminta perwakilan kelompok mempresentasikan hasil per-cobaan mereka di depan kelas.

11) Guru memberikan penjelasan lebih lanjut serta memberikan ke-sempatan pada siswa untuk menanyakan hal-hal yang belum di-pahami.

c. Kegiatan Penutup

1) Dengan melibatkan siswa, guru menutup pelajaran dengan menyimpulkan ide-ide penting pelajaran hari ini.

2) Guru menyampaikan kepada siswa agar mempersiapkan materi yang akan dibahas pada pertemuan berikutnya.

3) Posttest.

E. Jenis dan Teknik Pengumpulan Data

Jenis dan teknik pengumpulan data pada penelitian ini adalah sebagai berikut. 1. Jenis Data

(34)

28 2. Teknik Pengumpulan Data

[image:34.595.156.508.258.388.2]

Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan lembar pengumpulan data berbentuk tabel yang diperoleh dari hasil observasi saat pembelajaran berlangsung dan hasil pretesdan postes. Adapun bentuk pengumpulan datanya berupa tabel yang dijelaskan pada Tabel 3 dan Tabel 4.

Tabel 3. Data kognitif siswa (test)

No. Nama siswa Skor pada soal ke- Total skor

1 2 3 4 5

1. Siswa 1

2. Siswa 2

Skor maksimal

Skor tertinggi

Skor terendah

Jumlah

Skor rata-rata siswa

Tabel 4. Data psikomotor siswa (non-test)

No. Aspek Keterampilan Skor Skor

Butir 4 3 2 1

Pertemuan Pertama

1 Kemampuan membawa mikroskop 2 Kemampuan membersihkan preparat

dari debu dan kotoran lain

3 Kemampuan meletakkan gelas objek dengan benar

4 Kemampuan mengatur pencahayaan pada mikroskop

5 Kemampuan memfokuskan objek agar terlihat jelas

6 Kemampuan mengatur perbesaran mikroskop dengan benar

Pertemuan Kedua

7 Kemampuan merangkai alat dan bahan dengan benar

8 Kemampuan melakukan praktikum dengan hati-hati dan teliti

[image:34.595.154.510.421.729.2]
(35)

29 pre pre post S S S S g    max Indikator:

Skor 1 : Cara melakukan aspek keterampilan masih kurang baik Skor 2 : Cara melakukan aspek keterampilan sudah cukup baik Skor 3 : Cara melakukan aspek keterampilan sudah baik Skor 4 : Cara melakukan aspek keterampilan sangat baik

F. Teknik Analisis Data dan Pengujian Hipotesis 1. Analisis Data

Untuk menganalisis kategori tes hasil belajar ranah kognitif siswa diguna-kan skor gain yang ternormalisasi. N-gain diperoleh dari pengurangan skor posttest dengan skor pretest dibagi oleh skor maksimum dikurang skor pretest. Jika dituliskan dalam persamaan adalah

X 100

Keterangan:

g = Ngain

post

S = Skor posttest

pre

S = Skor pretest max

S = Skor maksimum

Sedangkan untuk mengukur persen (%) peningkatan (%g) Keterampilan berpikir kritis siswa digunakan rumus sebagai berikut.

% Peningkatan = � � ℎ −� ���

� � −� ��� X 100%

Kategori: Tinggi : 70 %g Sedang : 30  %g < 70 Rendah : %g < 30

(36)

30 Nilai rata-rata pretes, nilai rata-rata postes, dan N-gain pada kelompok eksperimen inkuiri dan eksperimen verifikasi dianalisis menggunakan program SPSS versi 17, yang sebelumnya dilakukan uji prasyarat berupa :

a. Uji Normalitas Data

Uji normalitas data dilakukan menggunakan uji Lilliefors dengan program SPSS versi 17.

a) Hipotesis

Ho : Sampel berdistribusi normal H1 : Sampel tidak berdistribusi normal

b) Kriteria Pengujian

Terima Ho jika Lhitung < Ltabel atau p-value > 0,05, tolak Ho untuk

harga yang lainnya (Pratisto, 2004 : 5)

b. Kesamaan Dua Varian

Apabila masing masing data berdistribusi normal, maka dilanjutkan dengan uji kesamaan dua varian dengan menggunakan program SPSS 17.

a) Hipotesis

Ho : Kedua sampel mempunyai varians sama H1 : Kedua sampel mempunyai varians berbeda

b) Kriteria Uji

(37)

31 jika Fhitung > F tabel atau probabilitasnya < 0,05 maka H0 ditolak

(Pratisto, 2004: 71).

c. Pengujian Hipotesis

Untuk menguji hipotesis digunakan uji kesamaan dua rata-rata dan uji perbedaan dua rata-rata dengan menggunakan program SPSS 17. 1) Uji Kesamaan Dua Rata-rata

a) Hipotesis

H0 = Rata-rata N-gain kedua sampel sama

H1 = Rata-rata N-gain kedua sampel tidak sama

b) Kriteria Uji

Jika –t tabel < t hitung < t tabel, maka Ho diterima

Jika t hitung < -t tabel atau t hitung > t tabel maka Ho ditolak

(Pratisto, 2004: 13)

2) Uji Perbedaan Dua Rata-rata a) Hipotesis

H0 = rata-rata N-gain kedua sampel sama

H1 = rata-rata N-gain kedua sampel tidak sama

b) Kriteria Uji

Jika –t tabel < t hitung < t tabel, maka Ho diterima

Jika t hitung < -t tabel atau t hitung > t tabel, maka Ho ditolak

(Pratisto, 2004: 10)

(38)

32 H1 : μ1≠ μ2

a) Hipotesis

Ho : Rata-rata nilai pada kelas eksperimen I dan kelas eksperimen II

sama.

H1 : Rata-rata nilai pada kelas eksperimen I dan kelas eksperimen II

tidak sama. b) Kriteria Uji :

Ho ditolak jika sig< 0,05

Dalam hal lainnya Ho diterima (Anonim, 2009:166)

Data ranah psikomotorik siswa berupa lembar observasi yang mencakup delapan aspek keterampilan.

Proses analisis untuk data ranah psikomotorik siswa adalah sebagai berikut:

(a) Skor yang diperoleh dari masing-masing siswa adalah jumlah skor dari setiap aspek keterampilan.

(b) Penilaian ranah psikomotorik dihitung dengan rumus

Setelah data diolah dan diperoleh persentase, maka keterampilan siswa tersebut dapat dilihat dari kriteria sebagai berikut :

Persentase Katagori Kemampuan 81 – 100%

61 – 80 % 41 – 60 % 21 – 40 % 0 – 20 %

tinggi sekali tinggi sedang rendah rendah sekali

(Carolina, 2011: 27)

� = � ℎ

(39)

V. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan, maka dapat disimpulkan bahwa:

1. Rata-rata hasil belajar IPA ranah kognitif pada materi sistem pernapasan oleh siswa yang diajar melalui metode eksperimen inkuiri berbeda signi-fikan lebih tinggi dibandingkan dengan metode eksperimen verifikasi. 2. Rata-rata hasil belajar IPA ranah psikomotor pada materi sistem perna-pasan oleh siswa yang diajar melalui metode eksperimen inkuiri tidak berbeda nyata dibandingkan dengan metode eksperimen verifikasi.

B. Saran

Untuk kepentingan penelitian, maka penulis menyarankan sebagai berikut: 1. Metode pembelajaran eksperimen inkuiri dan eksperimen verifikasi

(40)

46

tepat waktu, sehingga akan memotivasi siswa untuk serius dan bekerja sama dengan baik.

2. Kepada calon peneliti yang ingin meneruskan atau melaksanakan peneli-tian yang serupa, sebaiknya pembagian jumlah anggota kelompok terdiri dari 4 siswa saja, agar proses pembelajaran menjadi lebih efektif.

Gambar

Gambar 1. Diagram kerangka pemikiran
Tabel 1. Taksonomi Bloom revisi
Tabel 2. Aspek penilaian ranah psikomotor siswa
Gambar 2. Desain pretes-postes tak ekuivalen
+2

Referensi

Dokumen terkait

S TUDI DES KRIPTIF MENGENAI PERILAKU KONS UMS I MAS YARAKAT DI KELURAHAN S EKEJATI KOTA BANDUNG Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.ed

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhnya atau sebagian, dengan dicetak ulang, difoto kopi, atau cara lainnya tanpa ijin dari penulis.. YULIANA

Mengidentifikasi dan menganalisis pengaruh motivasi kerja, kepemimpinan dan budaya organisasi terhadap kinerja perawat di rumah sakit Santa Elisabeth Medan dengan kepuasan

In this paper, we aim to effectively and efficiently map remote sensing data through a new combined unsupervised classification method that consists of a cooperative approach of

Perjanjian Asuransi tidak termasuk perjanjian yang secara khusus diatur dalam KUH Perdata, tetapi pengaturannya dalam KUH Dagang.. demikian berdasarkan Pasal 1 KUH Dagang

Hal ini dapat dilakukan dengan suatu wadah yang dikenal sebagai Website.Dalam hal ini website yang dibuat adalah Website Tentang Ramalan Zodiak &amp; Shio Serta Tips Dan Kuisoner

Atas latar belakang tersebut tujuan dari penelitian ini adalah untuk meningkatkan kemampuan kerjasama dan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPS

melakukan abortus buatan 2,5 kali lebih tinggi dibandingkan dengan wanita yang. memiliki 1