• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENERAPAN METODE PROBLEM POSING DALAM UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SEJARAH SISWA KELAS XI IPS DI SMA NEGERI I KOTAGAJAH LAMPUNG TENGAH TAHUN PELAJARAN 2013/2014

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENERAPAN METODE PROBLEM POSING DALAM UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SEJARAH SISWA KELAS XI IPS DI SMA NEGERI I KOTAGAJAH LAMPUNG TENGAH TAHUN PELAJARAN 2013/2014"

Copied!
66
0
0

Teks penuh

(1)

PENERAPAN METODE PROBLEM POSING DALAM UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SEJARAH SISWA

KELAS XI IPS DI SMA NEGERI I KOTAGAJAH LAMPUNG TENGAH TAHUN PELAJARAN

2013/2014

Oleh Miftahussa’adah

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar SARJANA PENDIDIKAN

pada

Program Studi Pendidikan Sejarah Jurusan Ilmu Pengetahuan Sosial Fakulltas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

(2)

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SEJARAH SISWA KELAS XI IPS DI SMA NEGERI I KOTAGAJAH

LAMPUNG TENGAH TAHUN PELAJARAN 2013/2014

Oleh:

Miftahussa’adah

Dalam proses pembelajaran diperlukan metode untuk meningkatkan potensi dan minat belajar siswa. Salah satu metode pembelajaran yang dapat diaplikasikan guru dalam pengelolaan kegiatan belajar mengajar adalah metode problem posing. Mata pelajaran sejarah dipersepsikan sebagai mata pelajaran yang lebih berorientasi pada pembentukan kemampuan kognitif dan afektif siswa. Penelitian ini lebih diarahkan pada pembentukan kemampuan afektif siswa.

Rumusan masalah yang diajukan dalam penelitian ini yakni “Bagaimanakah

penerapan metode problem posing dalam upaya meningkatkan hasil belajar sejarah ranah afektif siswa kelas XI IPS di SMA Negeri I Kotagajah Lampung

Tengah tahun pelajaran 2013/2014?”. Tujuannya yakni untuk mengetahui penerapan metode problem posing dalam upaya meningkatkan hasil belajar sejarah ranah afektif siswa kelas XI IPS di SMA Negeri I Kotagajah Lampung Tengah tahun pelajaran 2013/2014. Metode yang digunakan adalah eksperimen semu dengan teknik pengumpulan data menggunakan kuesioner dan observasi, sedangkan analisis datanya menggunakan analisis deskriptif dengan tabulasi data berdasarkan hasil kuesioner ranah afektif siswa kelas XI IPS 2 di SMA Negeri I Kotagajah.

(3)
(4)
(5)
(6)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL DAFTAR LAMPIRAN I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Anaisis Masalah ... 4

1. Identifikasi Masalah ... 4

2. Pembatasan Masalah ... 5

3. Rumusan Masalah ... 5

C. Tujuan, Kegunaan dan Ruang Lingkup Penelitian ... 5

1. Tujuan Penelitian ... 5

2. Kegunaan Penelitian... 6

3. Ruang Lingkup Penelitian ... 6

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN PARADIGMA A. Tinjauan Pustaka ... 8

1. Konsep Penerapan ... 8

2. Konsep Belajar ... 9

3. Konsep Sikap ... 10

4. Konsep Metode Problem Posing ... 11

5. Konsep Pembelajaran Sejarah ... 13

6. Konsep Hasil Belajar... 15

B. Kerangka Pikir ... 18

C. Paradigma ... 19

III. METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian ... 20

1. Metode yang Digunakan ... 20

B. Variabel Penelitian dan Devinisi Operasional Variabel ... 21

1. Variabel Penelitian ... 21

2. Devinisi Operasional Variabel ... 22

(7)

1. Kuesioner ... 26

2. Observasi ... 27

E. Uji Instrumen Penelitian ... 27

1. Uji Validitas ... 27

2. Uji Reliabilitas ... 28

F. Indikator Keberhasilan ... 28

G. Teknik Analisis Data ... 29

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil dan Pembahasan ... 31

1. Hasil ... 31

1.1. Profil SMA Negeri I Kotagajah ... 31

a. Sejarah SMA Negeri I Kotagajah ... 31

b. Visi, Misi, Tujuan dan Sasaran SMA Negeri I Kotagajah ... 33

c. Keadaan Tenaga Pendidik di SMA Negeri I Kotagajah Tahun 2013 ... 37

d. Keadaan Tenaga Kependidikan di SMA Negeri I Kotagajah ... 38

e. Keadaan Siswa di SMA Negeri I Kotagajah Tahun 2013 ... 38

f. Kurikulum yang Diselenggarakan di SMA Negeri I Kotagajah ... 40

g. Proses Penilaian di SMA Negeri I Kotagajah ... 40

1.2. Deskripsi Data Hasil Penelitian ... 41

a. Penerapan Metode Problem Posing ... 41

b. Penerapan Metode Problem Posing Eksperimen Pertama ... 42

c. Penerapan Metode Problem Posing Eksperimen Kedua ... 49

d. Penerapan Metode Problem Posing Eksperimen Ketiga ... 56

e. Analisis Nilai Afektif Siswa dan Kategorisasi Sikap Siswa ... 63

2. Pembahasan ... 67

V. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan dan Saran ... 73

1. Kesimpulan ... 73

2. Saran ... 74

(8)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Undang-undang No.20 Tahun 2003, tentang Sistem Pendidikan Nasional,

merumuskan bahwa pendidikan diartikan sebagai usaha sadar dan terencana untuk

mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara

aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual

keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta

keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat bangsa dan negara (Sugiyono,

2012:42).

Untuk meningkatkan mutu pendidikan seperti yang diharapkan, banyak cara yang

telah ditempuh seperti memberikan dana bantuan BOS, memberikan bantuan buku

pelajaran untuk sekolah-sekolah, menerapkan kurikulum yang dianggap sesuai

untuk pendidikan bangsa Indonesia, mencanangkan program wajib belajar dua

belas tahun, serta peningkatan profesionalisme guru.

Banyak cara yang dilakukan untuk meningkatan profesionalisme guru,

diantaranya adalah dengan diadakan workshop di tiap-tiap sekolah dalam jangka

waktu tertentu untuk menstandarisasi dan meningkatkan mutu pendidikan, serta

pelatihan profesi guru. Pelatihan profesi guru dimaksudkan untuk meningkatkan

(9)

akan dapat membimbing siswa-siswinya dan menciptakan pembelajaran yang

aktif, inovatif, kreatif, efektif dan menyenangkan (PAIKEM). Hal ini tidak

terlepas dari cara mengajar dan metode pembelajaran yang diterapkan oleh guru.

Dalam proses pembelajaran diperlukan metode atau pendekatan untuk

meningkatkan potensi dan minat belajar siswa. Banyak metode yang bisa

digunakan dalam pembelajaran, seperti metode diskusi, tanya jawab, ceramah,

discovery, inquiry, dan masih banyak lagi.

Salah satu metode pembelajaran yang dapat diaplikasikan guru dalam pengelolaan

kegiatan belajar mengajar adalah metode problem posing, sebagai metode belajar untuk menemukan dan memecahkan suatu masalah. “Problem posing terfokus pada upaya peserta didik secara sengaja menemukan pengetahuan dan

pengalaman-pengalaman baru” (Suryosubroto, 2009:204).

Menurut Suryosubroto, metode pembelajaran ini diharapkan dapat memancing

siswa untuk menemukan pengetahuan yang secara sengaja dicari dari informasi

yang dipelajari, penemuan masalah serta jawaban yang dihasilkan dapat

memberikan rasa puas karna mereka berhasil memecahkan masalah yang mereka

temukan sendiri (Suryasubroto, 2009:204).

Penerapan metode problem posing dilakukan di SMA Negeri 1 Kotagajah Lampung Tengah. SMA Negeri 1 Kotagajah dipilih sebagai tempat penelitian

karna secara umum siswa-siswinya memiliki potensi akademik yang bagus dan

(10)

Dalam kegiatan pembelajaran SMA Negeri 1 Kotagajah menerapkan sistem

moving class. Ada dua puluh lima ruang kelas, satu lab. fisika, satu lab. kimia,

satu lab. biologi, dua lab. bahasa, dua lab. komputer, satu ruang multi media, satu

lab. IPS, dan satu ruang PSB.

Secara umum metode atau pendekatan yang digunakan dalam pembelajaran di

kelas XI yakni metode diskusi termasuk di dalamnya mata pelajaran sejarah.

Metode diskusi ini cukup menarik bagi siswa, dan melalui penggunaan metode ini

nilai yang didapat oleh siswa cukup tinggi pada setiap tes formatif. Hal ini dapat

dilihat dari data yang diberikan oleh guru sejarah yang mengajar di kelas XI.

Tabel 1: Rekapitulasi hasil belajar kognitif sejarah semester genap siswa kelas XI IPS 2 di SMA Negeri I Kotagajah

No Nilai Pilihan Ganda Essay

1 85-100 0 18

2 75-85 3 6

3 65-75 4 0

4 50-65 17 0

5 <50 0 0

Jumlah Siswa 24 24

Sumber: Dokumentasi Guru Sejarah SMA Negeri Kotagajah

Tabel 2: Rekapitulasi hasil belajar afektif sejarah semester genap siswa kelas XI IPS 2 di SMA Negeri I Kotagajah

No Sikap Hasil

1 Sangat Baik 4

2 Baik 8

3 Cukup 12

4 Kurang 0

Jumlah Siswa 24

Sumber: Dokumentasi Guru Sejarah SMA Negeri Kotagajah

Dari tabel-tabel di atas, terlihat bahwa dalam kegiatan pembelajaran ranah

kognitif, siswa memperoleh nilai yang cukup bagus. Namun prilaku siswa pada

(11)

Metode problem posing diterapkan dalam penelitian ini sebagai salah satu metode

mengajar dan melihat tingkat keberhasilannya dalam pencapaian hasil belajar

siswa.

Sejalan dengan tujuan pembelajaran untuk setiap mata pelajaran, pencapaian hasil

belajar dapat diklasifikasikan ke dalam tiga ranah, yaitu kognitif, afektif dan

psikomotor (Abdul Aziz Wahab, 2001:3.24) dengan penekanan yang berbeda

untuk mata pelajaran tertentu sesuai dengan karakteristik mata pelajaran.

Mata pelajaran sejarah dipersepsikan sebagai mata pelajaran yang lebih

berorientasi pada pembentukan kemampuan kognitif dan afektif siswa, karenanya

kedua ranah ini menjadi focus perhatian bagi guru yang mengajar sejarah. Untuk

mata pelajaran sejarah kurang mengorientasikan ranah psikomotor.

Berdasarkan data diatas, terlihat bahwa kemampuan kognitif siswa sudah bagus,

sedangkan kemampuan afektif siswa masih harus ditingkatkan. Oleh karna itu,

penelitian ini lebih diarahkan pada pembentukan kemampuan afektif siswa.

B. Analisis masalah

1. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka identifikasi masalah

dalam penelitian ini adalah:

1. Penerapan metode problem posing dalam upaya meningkatkan hasil

(12)

2. Penerapan metode problem posing dalam upaya meningkatkan hasil

belajar sejarah ranah afektif

3. Penerapan metode problem posing dalam upaya meningkatkan hasil

belajar sejarah ranah psikomotor

2. Pembatasan Masalah

1. Berdasarkan masalah-masalah yang telah diuraikan dalam identifikasi masalah diatas, maka masalah dalam penelitian ini dibatasi pada

penerapan metode problem posing dalam upaya meningkatkan hasil belajar sejarah ranah afektif siswa kelas XI IPS Di SMA Negeri I

Kotagajah Lampung Tengah Tahun Pelajaran 2013/3014.

3. Rumusan Masalah

Berdasarkan pembatasan masalah, maka rumusan masalah dalam penelitian ini

adalah:

Bagaimanakah penerapan metode problem posing dalam upaya meningkatkan hasil belajar sejarah ranah afektif siswa kelas XI IPS Di SMA Negeri I Kotagajah

Lampung Tangah Tahun Pelajaran 2013/2014?

C. Tujuan, Kegunaan dan Ruang Lingkup Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan penelitian adalah untuk

(13)

belajar sejarah ranah afektif siswa kelas XI IPS Di SMA Negeri I Kotagajah

Lampung Tangah Tahun Pelajaran 2013/2014.

2. Kegunaan Penelitian

Adapun kegunaan penelitian ini adalah:

1. Memberikan informasi kepada warga SMA Negeri 1 Kotagajah bahwa

pembelajaran dengan metode problem posing dapat meningkatkan sikap

positif siswa dalam pembelajaran sejarah.

2. Menambah wawasan bagi para pembaca mengenai pembelajaran sejarah

yang menggunakan metode problem posing dapat meningkatkan hasil belajar sejarah ranah afektif.

3. Ruang Lingkup Penelitian

Adapun yang menjadi ruang lingkup dalam penelitian ini adalah:

a. Ruang Lingkup Ilmu

Ruang lingkup ilmu dalam penelitian ini adalah ilmu pendidikan,

khususnya pendidikan sejarah.

b. Ruang Lingkup Subjek

Subjek penelitian ini adalah siswa kelas XI IPS Di SMA Negeri I

Kotagajah Lampung Tengah Tahun Pelajaran 2013/2014

c. Ruang Lingkup Objek

(14)

d. Ruang Lingkup Wilayah

Penelitian ini dilakukan di SMA Negeri I Kotagajah Lampung Tengah.

e. Ruang Lingkup Waktu

Penelitian ini dilakukan sejak dikeluarkannya surat izin penelitian

pendahuluan tanggal 24 Mei 2013 dari Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu

(15)

Referensi

Sugiyono, 2012, Metode Penelitian Pendidikan, Bandung, Alfabeta, Halaman 42

Suryosubroto, 2009, Proses Belajar Mengajar di Sekolah, Jakarta, Rineka Cipta. Halaman 204

Ibid

(16)

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN PARADIGMA

A. Tinjauan Pustaka

Dalam tinjauan pustaka ini diuraikan beberapa konsep, pendapat dan teori yang

dapat dijadikan landasan untuk melakukan penelitian. Adapun tinjauan pustaka

dalam penelitian ini meliputi:

1. Konsep Penerapan

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata Penerapan diartikan sebagai

perbuatan menerapkan, sedangkan dalam pengertian secara umum

penerapan diartikan sebagai suatu perbuatan mempraktekkan suatu teori,

metode, dan hal lain untuk mencapai tujuan tertentu.

Menurut Lorin dan David R. Kartwohl, penerapan diartikan sebagai

pengggunaan abstraksi dalam keadaan nyata. Penggunaan abstraksi ini

bisa berupa ide, aturan, prosedur, dan metode yang bersifat universal.

(Lorin dan David R. Kartwohl,2008;412).

Kata lainnya yang mendekati pengertian tentang penerapan yakni

implementasi yang diartikan sebagai suatu proses untuk melaksanakan

kebijakan menjadi tindakan. (Hanifah Harsono, 2002; 67). Sedangkan

menurut Nurdin Usman dalam bukunya yang berjudul “Konteks

(17)

implementasi adalah bermuara pada aktifitas, aksi, tindakan, atau adanya

mekanisme suatu sistem. (Nurdin Usman, 2002; 70)

Dari pengertian-pengertian di atas, dapat ditegaskan bahwa penerapan

merupakan tindakan atau aksi dari suatu abstraksi atau gagasan secara

sistematis untuk mencapai tujuan tertentu, dan dalam penelitian ini

penerapan yang dimaksud adalah tindakan dalam hal penggunaan metode

Problem Posing dalam pembelajaran sejarah.

2. Konsep Belajar

Dalam kehidupan, setiap orang pasti mengalami proses untuk mengetahui

sesuatu yang belum diketahui. Disadari atau tidaknya, proses yang dilalui

untuk mengetahui sesuatu adalah merupakan suatu pembelajaran. “Secara

umum belajar dapat diartikan sebagai proses perubahan prilaku, akibat

interaksi individu dengan lingkungan” (Mohammad Ali 1984:4).

Menurut Edward L.Walker, “belajar adalah perubahan sebagai akibat dari

pengalaman” (Edward L.Walker, 1973:2).

Sedangkan Menurut Lester d. Crow dan Alice Crow yang dikutip dalam

buku Roestiyah NK “Belajar ialah perubahan individu dalam kebiasaan,

pengetahuan dan sikap” (Roestiyah N.K,1986:141).

Lebih lanjut Ernest R. Hilgrad mengemukakan dalam buku yang dikutip

S.Nasution

“learning is the process by which an activity originates or is changed through training procedures (whether in the laboratory or in the natural environment) as distinguished from changes by factors not attributable to

(18)

Dalam definisi itu dikatakan bahwa seseorang belajar, apabila ia dapat melakukan sesuatu yang tak dapat dilakukannya sebelum ia belajar, atau bila kelakuannya berubah, sehingga lain caranya mengahdapi suatu situasi dari pada sebelum itu (S. Nasution 1980:37).

Berdasarkan uraian diatas, dapat ditegaskan bahwa yang dimaksud belajar

adalah proses dari tidak tahu menjadi tahu dengan ditandai adanya

perubahan sikap dan prilaku dalam menyikapi suatu masalah.

3. Konsep Sikap

Sikap merupakan hal yang tidak pernah lepas dari manusia, karna setiap

manusia atau individu pasti memiliki sikap yang berbeda satu sama lain.

Menurut Secord dan Backman (1963) dalam Saifuddin Azwar, “Sikap

merupakan keteraturan tertentu dalam hal perasaan (afeksi), pemikiran

(kognisi), dan predisposisi tindakan (konasi) seseorang terhadap suatu aspek

dilingkungan sekitarnya” (Siafuddin Azwar, 2013:5).

Sikap yang dimiliki oleh manusia tidak terbentuk dalam waktu yang singkat,

tetapi ada tahapan-tahapan atau fakor proses pembentukan sikap tersebut.

Saifuddin Azwar menjelaskan, “Faktor yang mempengaruhi pembentukan

sikap diantaranya ialah pengalaman pribadi, kebudayaan, orang lain yang

dianggap penting, media massa, institusi atau lembaga pendidikan dan

lembaga agama, serta faktor emosi dalam diri individu” (Saifuddin Azwar,

2013:30).

Sikap yang sudah terbentuk dapat diubah supaya bisa menjadi lebih baik lagi

(19)

dikutip oleh Saifuddin Azwar menyebutkan bahwa, “Ada tiga proses

perubahan sikap yaitu kesediaan (compliance), identifikasi (identification),

dan internalisasi (internalization)” (Saifuddin Azwar, 2013:55).

Struktur sikap terdiri dari beberapa komponen yang saling melengkapi satu

sama lain, dan yang paling mendasar dari komponen-komponen sikap

tersebut adalah komponen afektif. “Komponen afektif merupakan perasaan

individu terhadap objek sikap dan menyangkut masalah emosi. Aspek

emosional inilah yang biasanya berakar paling dalam sebagai komponen

sikap dan merupakan aspek yang paling bertahan terhadap

pengaruh-pengaruh yang mungkin akan mengubah sikap seseorang” (Saifuddin

Azwar, 2013:24).

Berdasarkan uraian diatas dapat ditegaskan bahwa sikap merupakan

keteraturan dari perasaan, pemikiran dan tindakan seseorang terhadap suatu

aspek. Sikap terbentuk karna beberapa faktor dan sikap yang sudah

terbentuk dalam diri individu dapat diubah melalui tiga proses yaitu

kesediaan, identifikasi dan internalisasi. Struktur sikap yang paling

mendasar adalah komponen afektif yang merupakan perasaan individu yang

menyangkut masalah emosional subjektif seseorang.

4. Konsep Metode Problem posing

(20)

Problem posing atau pengajuan masalah yang dituangkan dalam bentuk

pertanyaan. Pertanyaan-pertanyaan tersebut kemudian diupayakan untuk

dicari jawabannya baik secara individu maupun bersama pihak lain,

misalnya sesama peserta didik maupun dengan pengajar sendiri”

(Suryosubroto, 2009:203). Metode problem posing ini diharapkan memancing siswa untuk menemukan sendiri jawaban atas pertanyaan yang

muncul dari dalam dirinya. Sehingga siswa merasa puas karna bisa

memecahkan masalah yang mereka temukan.

Berikut merupakan tahap pelaksanaan problem posing secara konkret

(Lihat table 3):

Tabel 3: Tahap pelaksanaan metode problem posing

1.Tahap perencanaan

a) Rancangan kegiatan dan bahan pembelajaran b) Mempersiapkan bahan pembelajaran

c) Menyusun rencana pembelajaran

2. Tindakan a) Guru menjelaskan tentang pembelajaran yang diharapkan b) Guru melakukan tes awal dan membentuk kelompok belajar c) Setiap kelompok meresume buku yang berbeda

d) Setiap siswa membentuk pertanyaan berdasarkan hasil resume

e) Semua pertanyaan dikumpulkan dan dilimpahkan pada kelompok yang lainnya

f) Setiap kelompok mendiskusikan jawaban atas pertanyaan yang mereka terima

g) Resume dan jawaban hasil diskusi dikumpulkan pada guru h) Setiap kelompok mempresentasikan hasil diskusi. Pada saat

yang bersamaan siswa mengisi format penilaian evaluasi diri sendiri

3. Observasi a) Observasi dilakukan oleh siswa terhadap tindakan yang dilakukan oleh dirinya sendiri dan kelompok lain.

(Suryosubroto, 2009:212-214)

Berdasarkan konsep metode problem posing diatas, dapat ditegaskan bahwa

(21)

yaitu tahap perencanaan, tindakan yaitu pelaksanaan pembelajaran dan

observasi yang berarti evaluasi yang dilakukan oleh siswa.

5. Konsep Pembelajaran Sejarah

Pelajaran sejarah merupakan salah satu mata pelajaran sosial yang ada di

sekolah, mulai dari SD, SMP maupun SMA. Hanya di SD dan SMP, mata

pelajaran sejarah bergabung bersama geografi, ekonomi dan sosiologi, yang

masuk kedalam mata pelajaran IPS Terpadu. Di SMA mata pelajaran IPS

Terpadu ini sudah dipecah sesuai bidangnya masing-masing untuk dipelajari

dan lebih diselami isi dari pelajaran-pelajaran tersebut.

Masing-masing mata pelajaran mempunyai tujuan masing-masing untuk

dipelajari. Demikian halnya pada mata pelajaran sejarah di SMA juga

memiliki tujuan.

Menurut Hamid Hasan, tujuan pendidikan sejarah di SMA ialah sebagai

berikut:

1. Mengembangkan pendalaman tentang peristiwa sejarah terpilih baik lokal maupun nasional

2. Mengembangkan kemampuan berpikir kritis dan kreatif 3. Membangun kepedulian sosial dan semangat kebangsaan 4. Mengembangkan rasa ingin tahu, inspirasi, dan aspirasi

5. Mengembangkan nilai dan sikap kepahlawanan dan kepemimpinan 6. Mengembangkan kemampuan berkomunikasi

7. Mengembangkan kemampuan mencari, mengolah, mengemas, dan mengkomunikasikan informasi

(Hamid Hasan, 2012:7)

Mata pelajaran sejarah memiliki materi-materi untuk dipelajari yang pada

hakekatnya materi-materi tersebut mengandung makna tersirat.Menurut

(22)

 Fakta (nama pelaku, tahun peristiwa, tempat, jalannya peristiwa)  Kausalita antara satu kejadian dengan kejadian lainnya

 Kemampuan berfikir (kronologis, kritis, kreatif, aplikatif)  Kepemimpinan dan inisiatif

 Nilai (kejujuran, kebenaran, kerja keras, risk taking, tanggung jawab)  Sikap (menghargai prestasi/kemampuan, keberanian bertindak,

disiplin, cinta tanah air dan bangsa, berani berkorban) (Hamid Hasan, 2012: 8)

Materi dalam mata pelajaran sejarah merupakan media yang mempunyai

potensi yang digunakan untuk menanamkan berbagai rasa kepada siswa,

seperti rasa tanggung jawab, disiplin, menghargai, cinta tanah air,

nasionalisme, dan masih banyak lagi.

Potensi untuk menamkan rasa kepada siswa tersebut juga diperkuat oleh

Hamid Hasan sebagai berikut:

 Mengembangkan kemampuan berfikir kritis  Mengembangkan rasa ingin tahu

 Mengembangkan kemampuan berfikir kreatif

 Mengembangkan sikap kepahlawanan dan kepemimpinan  Membangun dan mengembangkan semangat kebangsaan  Mengembangkan kepedulian sosial

 Mengembangkan kemampuan berkomunikasi

 Mengembangkan kemampuan mencari, mengolah, mengemas dan mengkomunikasikan informasi.

(Hamid Hasan, 2012: 63)

Berdasarkan beberapa pengertian mengenai pembelajaran sejarah diatas,

dapat ditegaskan bahwa pembelajaran sejarah merupakan pembelajaran yang

memiliki materi serta tujuan untuk membentuk sikap positif siswa. Sikap

positif siswa yang dibentuk melalui pembelajaran sejarah berguna untuk

(23)

Tingkah Laku Masuk Kognitif

Tingkah Laku Masuk Afektif

Tugas-tugas Dalam Belajar

Kualitas Pengajaran

Tingkah dan Jenis Pengetahuan

Kecepatan Belajar

Hasil Belajar Afektif 6. Konsep Hasil Belajar

Hasil belajar bukanlah sesuatu yang berdiri sendiri, ada faktor-faktor yang

mempengaruhinya. Bloom (1976) seperti yang dikutip oleh Hamid Hasan

(1986:2,5), menggambarkan hubungan antara hasil belajar dengan

faktor-faktor lainnya yaitu:

Karakteristik Pengajaran Hasil

Belajar Siswa

(Abdul Aziz Wahab, 2001:3.23)

Menurut Bloom (1976:11) yang dikutip oleh Djemari Mardapi, “hasil

belajar mencakup peringkat dan tipe prestasi belajar, kecepatan belajar, dan

hasil afektif” (Djemari Mardapi, 2012:143).

Di lain pihak Stiggins (1994:67-70) menjelaskan, target perolehan hasil

belajar yang dapat dinilai oleh guru selama berlangsungnya proses

(24)

Tabel 4: Target perolehan hasil belajar yang dapat dinilai oleh guru

No Aspek Hubungan Manfaat

1 Knowledge targets

Penguasaan keilmuan, khususnya dengan materi pembelajaran

Sebagai dasar atau acuan siswa untuk memecahkan permasalahan yang dihadapi.

2 Reasoning targets

Kemampuan bahwa dalam penalaran suatu masalah yang dihadapi berdasarkan informasi dan alasan.

Digunakan untuk

memecahkan berbagai permasalahan sosial maupun isyu-isyu ilmiah. 3 Skill

targets

Keinginan guru terhadap siswa untuk dapat melakukan sesuatu sebagai hasil penguasaaan materi yang telah disajikan kedalam bentuk interaksi sosial.

Dapat bersosialisasi dan menyesuaikan diri di lingkungan masyarakat.

4 Products tergets

Keberhasilan akademis yang dapat menemukan hasil tertentu.

Dapat menciptakan sesuatu yang berguna bagi diri sendiri dan masyarakat. 5 Affiective

targets

Kategori akhir penilaian hasil belajar yang berkembang dan kompleks, karakteristik keberhasilannya sangat tergantung pada perolehan prestasi akademis yang nyata, baik berupa perasaan, sikap, minat, motivasi dan konsep akademis dari yang bersangkutan.

Dapat menghayati dan menyikapi sesuatu kebenaran, baik bagi diri

sendiri maupun

masyarakat.

(Abdul Aziz Wahab, 2001:4.6)

Berdasarkan konsep Stiggins ini hasil belajar bukanlah merupakan

pengelompokan taksonomi, melainkan proses dalam mempelajari

pengetahuan dan nilai.

Hasil belajar diklasifikasikan ke dalam tiga ranah, yaitu kognitif, afektif dan

psikomotor. Dalam penelitian ini hanya difokuskan pada hasil belajar ranah

afektif. Kemampuan afektif merupakan salah satu aspek yang menjadi fokus

para pendidik. Kemampuan ini berhubungan dengan pembentukan sikap

(25)

1.1. Awareness

1.2. Willingness to receive 1.3. Controlled attention

2.1. Acquiescence in responding 2.2. Willingness to respond

2.3. Satisfaction in response 3.1. Acceptence of a value

3.2. Preference for a value 3.3. Commitment

4.1. Conceptualization of a value 4.2. Organization of a value system

5.1. Generalized Set 5.2. Characterization Int er es t A pp recia tion A tt it ude V alue A djust m ent

“Lapangan afektif mencakup tujuan-tujuan yang berkaitan dengan sikap,

nilai, minat dan apresiasi” (Roestiyah N.K, 1986:110).

Menurut Roestiyah N.K, “kategori-kategori lapangan afektif terbagi

kedalam lima bagian, yaitu: menerima, menjawab, menilai, mengorganisasi

nilai, dan karakterisasi dengan suatu nilai atau konsep suatu nilai”

(Roestiyah N.K, 1986:124). “Tujuan afektif yaitu tujuan yang menekankan

kepada warna perasaan, emosi atau derajat penerimaan atau penolakan”

(Nursid Sumaatmadja, 1979:54). Suke Silverius menggambarkan secara

skematis tingkatan afektif sebagai berikut:

Sumber: Nitko Anthony J. (1983, hal 103)

Yang mengutip dari Stanley dan Hopkins (1972, hal 283)

Berdasarkan konsep-konsep yang telah dijelaskan diatas, dapat ditegaskan

bahwa ranah afektif merupakan ranah pembentukan sikap yang terdiri dari 1.0 Receiving

2.0 Responding

3.0 Valuing 4.0 Organization

(26)

lima jenjang yaitu menerima, merespon, menghargai, mengorganisasi

nilai, dan karakterisasi/mewatak.

B. Kerangka Pikir

Dalam pembelajaran diperlukan metode atau pendekatan pembelajaran,

aspek-aspek yang akan dituju, dan hal-hal yang menyangkut tercapainya kesuksesan

suatu pembelajaran. Metode pembelajaran merupakan kegiatan yang ditempuh

dalam proses pembelajaran. Ada banyak sekali jenis metode pembelajaran yang

bisa digunakan, diantaranya ialah metode problem posing dan metode diskusi.

Metode problem posing merupakan metode penemuan dan pemecahan masalah. Siswa menemukan masalah dan berusaha memecahkan masalah yang

ditemukannya, baik secara individu maupun kelompok, dengan kata lain metode

problem posing adalah metode pembelajaran dari siswa dan untuk siswa.

Dalam penggunaan metode problem posing tidak terlepas dari diskusi, karena dalam penggunaan metode problem posing diharapkan terjadi diskusi yang menarik dalam proses pembelajaran.

Setelah siswa menemukan suatu masalah, maka dicari jawaban dari permasalahan

yang muncul itu dengan cara didiskusikan untuk kemudian ditarik kesimpulannya.

Penerapan metode problem posing ada tiga tahap, yaitu tahap perencanaan, tindakan atau pelaksanaan pembelajaran dan observasi atau evaluasi. Melalui

penerapan metode problem posing diharapkan dapat mengembangkan kemampuan siswa pada ranah afektif.

Dari uraian di atas dapat ditegaskan bahwa hasil belajar siswa merupakan suatu

(27)

Penerapan Metode Problem Posing

Perencanaan Observasi

Hasil BelajarRanah Afektif Tindakan

perubahan sikap dalam menyikapi suatu masalah. Hasil belajar ini diharapkan

dapat membentuk siswa yang berkarakter.

Karakter siswa dalam hal ini merupakan jenjang afektif yang meliputi lima aspek,

yaitu: menerima, merespon, menghargai, mengorganisasi nilai dan mewatak.

C. Paradigma

Keterangan:

: Garis Proses

: Garis tujuan

(28)

Referensi

Lorin W Anderson dan David R. Krathwhol (Ed), 2010, Kerangka Landasan untuk Pembelajaran, Pengajaran, dan Asesmen, Yogyakarta, Pustaka Pelajar.

Hanifah Harsono, 2002, Implementasi Kebijakan dan Politik, Jakarta, Rineka Cipta.

Nurdin Usman, 2002, Konteks implementasi berbasis Kurikulum, Bandung, CV Sinar Baru.

Mohammad Ali, 1984, Guru dalam Proses Belajar Mengajar, Bandung, Cv. Sinar Baru, Halaman 4

Edward L.Walker, 1973, Conditioning and Instrumental Learning, Universitas Indonesia, Halaman 2

Lester d Crow dan Alice Crow, dalam Roestiyah N.K, 1986, Masalah-masalah Ilmu Keguruan, Jakarta, Bina Aksara, Halaman 141

Ernest R. Hilgrad, dalam S. Nasution, 1980, Asas-asas Kurikulum, Bandung, Jemmars, Halaman 37

Secord dan Bacman, dalam Saifuddin Azwar, 2013, Sikap Manusia, Yogyakarta, Pustaka Pelajar, Halaman 5

Saifuddin Azwar, 2013, Sikap Manusia, Yogyakarta, Pustaka Pelajar, Halaman 30

Ibid, Halaman 55 Ibid, Halaman 24

Suryosubroto, 2009, Proses Belajar Mengajar di Sekolah, Jakarta, Rineka Cipta. Halaman 203

Ibid, Halaman 212-214

(29)

Ibid, Halaman 8 Ibid, Halaman 63

Hamid Hasan dalam Abdul Aziz Wahab, 2001, Evaluasi Pembelajaran IPS, Halaman 3.23

Djemari Mardapi, 2012, Pengukuran Penilaian&Evaluasi Pendidikan, Yogyakarta, Nuha Medika

Stiggins dalam Abdul Aziz Wahab, 2001, Evaluasi Pembelajaran IPS, Hal 4.6

Roestiyah N.K, 1986, Masalah-masalah Ilmu Keguruan, Jakarta, Bina Aksara. Halaman 110

Ibid, Halaman 124

Nursid Sumaatmadja, 1979, Metodologi Pengajaran Ilmu Pengetahuan Sosial, Bandung, Halaman 54

(30)

III. METODE PENELITIAN

A. Metode Penelitian

1. Metode yang Digunakan

Menurut Husaini Usman dan Purnomo Setiadi Akbar, “metode adalah suatu

prosedur atau cara untuk mengetahui sesuatu yang mempunyai langkah-langkah

sistematis” (Husaini Usman dan Purnomo Setiadi Akbar, 2008:41).

Lebih lanjut Joko Subagyo menjelaskan, “metode merupakan jalan yang berkaitan

dengan cara kerja dalam mencapai sasaran yang diperlukan bagi penggunanya,

sehingga dapat memahami objek sasaran yang dikehendaki dalam upaya mencapai

sasaran atau tujuan pemecahan masalah” (Joko Subagyo, 1997:1).

Berdasarkan beberapa definisi diatas, metode adalah suatu cara yang digunakan

secara sistematis untuk memecahkan masalah dan mendapat data yang tepat demi

mencapai suatu tujuan.

Untuk memecahkan suatu masalah dan mendapatkan data yang tepat, maka

diperlukan metode yang dapat menunjang penyelesaian suatu masalah.

Pemahaman terhadap suatu masalah sangat diperlukan supaya dapat menentukan

metode penelitian sesuai dengan masalah yang akan diteliti. Pemilihan metode

(31)

Penelitian yang dilaksanakan mengenai tingkat keberhasilan belajar meliputi

ranah afektif siswa kelas XI IPS di SMA Negeri 1 Kotagajah. Dalam hal ini tidak

terdapat kelas pembanding, maka metode yang digunakan dalam penelitian ini

ialah metode penelitian deskriptif dengan teknik eksperimen semu (quasi

eksperimen).

“Penelitian ini berkenaan dengan kondisi atau hubungan yang ada: praktek

-praktek yang sedang berlaku: keyakinan, sudut pandang atau sikap yang dimiliki:

proses-proses yang sedang berlangsung: pengaruh-pengaruh yang sedang

dirasakan: atau kecendrungan-kecendrungan yang sedang berkembang” (Donald

Ary, 2004:39). “Penelitian deskriptif adalah penelitian yang dilakukan untuk

mengetahui nilai dari suatu variabel, dalam hal ini variabel mandiri, baik satu

variabel atau lebih (independent) tanpa membuat perbandingan atau

menghubungkan dengan variabel lain. Penelitian ini hanya menggunakan satu

sampel” (Iqbal Hasan 2004:7).

Berdasarkan pengertian diatas dapat ditegaskan bahwa penelitian deskriptif adalah

penelitian yang dilakukan untuk menggambarkan keadaan yang ada sekarang dari

suatu variabel tanpa membuat perbandingan dengan variabel lain.

B. Variabel Penelitian dan Definisi Oprasional Variabel

1. Variabel Penelitian

“Variabel adalah objek suatu penelitian atau apa yang menjadi titik perhatian

(32)

Kerlinger (1973) seperti yang dikutip dalam Sugiyono, menyatakan bahwa

“variabel adalah konstrak (constructs) atau sifat yang akan dipelajari” (Sugiyono,

2012:61).

Kidder (1981) menjelaskan seperti yang dikutip dalam Sugiyono, “variabel adalah

suatu kualitas (qualities) dimana peneliti mempelajari dan menarik kesimpulan

darinya” (Sugiyono, 2012:61).

Berdasarkan beberapa pengertian diatas dapat ditegaskan bahwa yang dimaksud

variabel adalah segala sesuatu yang menjadi titik perhatian untuk dipelajari dan

ditarik kesimpulannya.

Menurut Sugiyono, “Variabel penelitian adalah suatu atribut atau sifat atau nilai

dari orang, obyek atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan

oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya” (Sugiyono,

2012:61).

Berdasarkan pengertian diatas, yang dimaksud dengan variabel penelitian adalah

objek yang ditetapkan oleh peneliti dan menjadi titik perhatian untuk dipelajari

kemudian ditarik kesimpulannya. Variabel penelitian yang digunakan dalam

penelitian ini ialah variabel independent dan dependent. Metode problem posing merupakan variabel independent, dan hasil belajar merupakan variabel dependent.

2. Definisi Operasional Variabel

Untuk menghindari kesalahpahaman dalam penafsiran variabel yang akan diteliti,

maka perlu adanya batasan atau definisi operasional tentang variabel yang akan

(33)

A. Metode Problem Posing

Metode problem posing merupakan metode pembelajaran yang merupakan pengajuan masalah yang dituangkan dalam bentuk pertanyaan dan diupayakan

dicari jawabannya, baik secara individu maupun kelompok.

Metode pembelajaran ini diharapkan membuat siswa mampu berpikir aktif dan

kreatif serta dapat menumbuhkan sikap yang positif dalam diri siswa.

Penggunaan metode Problem Posing menekankan pada pembentukan sikap siswa (kemampuan afektif).

B. Hasil Belajar

Hasil belajar siswa merupakan hasil yang diperoleh dari kegiatan

pembelajaran siswa, dari yang tidak tahu menjadi tahu dan terjadi perubahan

sikap dalam menyikapi suatu hal atau permasalahan. Hasil belajar yang

menjadi titik perhatian para pengajar ada tiga kemampuan, yaitu kognitif,

afektif, dan psikomotor.

Metode problem posing ini lebih ditekankan pada kemampuan afektif. Untuk melihat pengaruh metode problem posing dalam kemampuan afektif, yang dilakukan adalah mengamati proses pembelajaran dikelas dan mencatat

kegiatan pembelajaran tersebut, serta menggunakan kuesioner yang terdiri dari

lima belas butir pernyataan yang harus dijawab oeh siswa. Kemampuan afektif

tersebut terdiri dari jenjang kemampuan menerima, merespon, menghargai,

mengorganisasikan nilai dan mewatak. Masing-masing jenjang kemampuan

(34)

C. Populasi dan Sampel

1. Populasi

“Populasi adalah wilayah generalilasi yang terdiri atas: obyek/subyek yang

mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk

dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya” (Sugiyono 2012:117).

Menurut Joko Subagyo, “Obyek penelitian sebagai sasaran untuk mendapatkan

dan mengumpulkan data disebut populasi” (Joko Subagyo, 2006:23).

Abdurrahmat Fathoni menjelaskan, “populasi ialah keseluruhan unit elementer

yang parameternya akan diduga melalui statistika hasil analisis yang dilakukan

terhadap sampel penelitian” (Abdurrahmat Fathoni, 2006:103).

Dari pengertian-pengertian diatas, yang dimaksud dengan populasi adalah objek

yang menjadi sasaran untuk memperoleh data dan kemudian diteliti.

Populasi dalam penelitian ini adalah siswa-siswi kelas XI IPS di SMA Negeri 1

Kotagajah Lampung Tengah. Berikut ini adalah tabel populasi siswa kelas XI IPS

[image:34.595.109.519.553.654.2]

di SMA Negeri 1 Kotagajah (Lihat tabel 5):

Tabel 5: Jumlah siswa kelas XI IPS di SMA Negeri 1 Kotagajah

Kelas Jumlah

Siswa Pria Wanita

XI IPS 1 24 8 16

XI IPS 2 24 8 16

XI IPS 3 24 8 16

Jumlah IPS 72 24 48

Sumber: Dokumentasi SMA Negeri 1 Kotagajah

Berdasarkan tebel diatas, terlihat bahwa jumlah seluruh siswa kelas XI IPS yang

(35)

2. Sampel

“Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi

tersebut” (Sugiyono 2012:118).

Dalam penelitian ini teknik sampling yang digunakan adalah probability sampling

dengan simple random sampling.

Probability sampling merupakan teknik pengambilan sampel yang memberikan

peluang yang sama bagi setiap unsur (anggota) populasi untuk dipilih menjadi

anggota sampel” (Sugiyono 2012:120).

“Simple random sampling adalah pengambilan anggota sampel dari populasi

yang dilakukan secara acak tanpa memperhatikan strata yang ada dalam populasi

itu” (Sugiyono 2012:120).

Sampel dalam penelitian ini adalah siswa-siswa kelas XI IPS 2 di SMA Negeri 1

Kotagajah Lampung Tengah. Berikut adalah tabel anggota sampel dalam

[image:35.595.108.518.541.586.2]

penelitian ini (Lihat tabel 6):

Tabel 6: Jumlah anggota sampel kelas XI IPS 2 di SMA Negeri I Kotagajah

Kelas Jumlah

Siswa Pria Wanita

XI IPS 2 24 8 16

(36)

D. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan hal yang utama yang mempengaruhi

kualitas penelitian.

Untuk mendapatkan data yang diperlukan dalam penelitian ini, maka teknik

pengumpulan data yang digunakan adalah sebagai berikut:

1. Kuesioner

“Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara

memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk

dijawabnya” (Sugiyono, 2012:199).

Menurut Iqbal Hasan, “kuesioner atau angket adalah sejumlah pertanyaan yang

digunakan untuk memperoleh data dari responden dalam arti laporan tentang

pribadinya atau hal-hal lain yang perlu diketahui” (Iqbal Hasan, 2004:16).

Joko Subagyo mengemukakan, “pertanyaan-pertanyaan yang telah tersusun

secara kronologis dari yang umum mengarah pada yang khusus untuk diberikan

pada responden/informan yang umumnya merupakan daftar pertayaan lazimnya

disebut kuesioner” (Joko Subagyo, 2006:55).

Berdasarkan uraian diatas, maka yang dimaksud dengan kuesioner adalah

sejumlah pertanyaan yang tersusun secara kronologis yang diberikan kepada

responden untuk kemudian dijawab dan digunakan untuk mendapatkan data

(37)

Dalam penelitian ini kuesioner digunakan untuk mendapatkan informasi mengenai

pembentukan sikap siswa-siswi kelas XI IPS 2 di SMA Negeri I Kotagajah yang

ditinjau dari ranah afektif.

Langkah-langkah untuk mendapatkan data dengan kuesioner adalah sebagai

berikut:

 Membuat kuesioner sesuai dengan informasi yang diperlukan

 Mengkonsultasikan kuesioner dengan para ahli yaitu dosen Fakultas

Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Sejarah Universitas Lampung

 Membagikan kuesioner kepada informan untuk dijawab.

2. Observasi

Menurut Sutrisno Hadi (1986) yang dikutip oleh Sugiyono, “observasi merupakan

suatu proses yang kompleks, suatu proses yang tersusun dari pelbagai proses

biologis dan psikhologis. Dua di antara yang terpenting adalah proses-proses

pengamatan dan ingatan” (Sugiyono, 2012:203).

Dalam penelitian ini observasi digunakan untuk mengetahui gejala-gejala yang

terjadi dalam proses pembelajaran di kelas dan untuk mengetahui lebih jauh

mengenai perilaku siswa-siswi kelas XI IPS 2 di SMA Negeri I Kotagajah.

E. Uji Instrumen Penelitian

1. Uji Validitas

Instrumen penelitian perlu diuji kelayakannya dengan menggunakan uji validitas.

“Validitas menunjukkan sejauh mana suatu alat pengukur itu mengukur apa yang

(38)

“Validitas suatu alat pengukur ditentukan oleh sejauh mana isi alat pengukur

tersebut mewakili semua aspek yang dianggap sebagai aspek kerangka konsep”

(Masri Singarimbun, 1995:128).

Dalam penelitian ini, uji validitas alat ukur dikonsultasikan dengan para ahli yaitu

dosen-dosen FKIP Sejarah Universitas Lampung.

2. Uji Reliabilitas

Instrumen penelitian perlu diuji kelayakannya dengan menggunakan uji

reliabilitas untuk mengetahui bagaimana keajekan suatu instrument penelitian

apabila digunakan dalam beberapa waktu. “Reliabilitas adalah istilah yang dipakai

untuk menunjukkan sejauh mana suatu hasil pengukuran relatif konsisten apabila

pengukuran diulangi dua kali atau lebih” (Masri Singarimbun, 1995:122).

Reliabilitas suatu tes dapat dikatakan mempunyai taraf kepercayaan yang tinggi

apabila tes tersebut dapat memberikan hasil yang tepat.

Berdasarkan penjelasan diatas, maka untuk mendapatkan data kemampuan afektif

digunakan dengan mengisi kuesioner sesuai dengan informasi yang dibutuhkan

dalam penelitian ini yang telah dikonsultasikan dengan para ahli yaitu

dosen-dosen FKIP Sejarah Universitas Lampung.

F. Indikator Keberhasilan

Dalam penelitian ini indikator keberhasilan penerapan metode problem posing dilihat berdasarkan ketegorisasi sikap siswa dari kuesioner yang berisikan 15 butir

pertanyaan dan pengukuran dengan skala likert. Skor paling tinggi adalah 15 x 5 =

(39)

Berikut adalah acuan indikator keberhasilan penerapan metode problem posing dalam pembelajaran sejarah kelas XI IPS 2 di SMA Negeri I Kotagajah

[image:39.595.114.496.176.261.2]

(Lihat tabel 7):

Tabel 7: Kategorisasi sikap siswa

No Skor Siswa Kategorisasi sikap

1  60 Sangat positif/sangat tinggi

2 45 – 59 Positif/tinggi

3 30 – 44 Negatif/rendah

4  30 Sangat negtif/sangat rendah

(Djemari Mardapi, 2012)

Keterangan:

1. Skor batas bawah kategori sangat positif atau sangat tinggi adalah:

0,80 x 75 = 60, dan batas atasnya adalah 75.

2. Skor batas bawah kategori positif atau tinggi adalah: 0,60 x 75 = 45, dan batas

atasnya adalah 59.

3. Skor batas bawah kategori negatif atau rendah adalah : 0,40 x 75 = 30, dan

batas atasnya adalah 44.

4. Skor yang tergolong pada kategori sangat negatif atau sangat rendah adalah:

kurang dari 30.

Berdasarkan kategorisasi sikap diatas, maka penerapan metode problem posing berhasil apabila 75% atau lebih dari 75% siswa memiliki sikap positif terhadap

mata pelajaran sejarah.

G. Teknik Analisis Data

“Analisis adalah kegiatan untuk memanfaatkan data sehingga dapat diperoleh

suatu kebenaran atau ketidakbenaran dari suatu hipotesa” (Joko Subagyo,

(40)

Menurut Iqbal Hasan, “analisis data ialah memperkirakan atau dengan

menentukan besarnya pengaruh secara kuantitatif dari perubahan suatu (beberapa)

kejadian terhadap sesuatu (beberapa) kejadian lainnya, serta

memperkirakan/meramalkan kejadian lainnya” (Iqbal Hasan, 2004:29).

Sugiyono menjelaskan,

“Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan dokumentasi, dengan cara mengorganisasikan data ke dalam kategori, menjabarkan ke dalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun ke dalam pola, memilih mana yang penting dan yang akan dipelajari, dan membuat kesimpulan sehingga mudah difahami oleh diri sendiri maupun orang lain” (Sugiyono, 2012:335).

Berdasarkan pengertian diatas, yang dimaksud dengan analisis data ialah proses

menentukan urutan data ke dalam suatu pola dan memperkirakan suatu kejadian

untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dan dibuat tabulasi data berdasarkan

hasil kuesioner ranah afektif siswa kelas XI IPS 2 di SMA Negeri I Kotagajah dari

(41)

Referensi

Husaini Usman dan Purnomo Setiadi Akbar, 2008, Metodologi Penelitian Sosial, Jakarta, Bumi Aksara, Halaman 41

Joko Subagyo, 1997, Metode Penelitian dalam Teori dan Praktek, Jakarta, Rineka Cipta, Halaman 1

Donald Ary, 2004, Pengantar Penelitian dalam Pendidikan, Yogyakarta, Pustaka Pelajar, Halaman 39

Iqbal Hasan, 2004, Analisis data penelitian dengan statistik, Jakarta, Bumi Aksara, Halaman 7

Suharsimi Arikunto, 1998, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Jakarta, Rineka Cipta, Halaman 91

Kerlinger, dalam Sugiyono, 2012, Metode Penelitian Pendidikan, Bandung, Alfabeta, Halaman 61

Kidder, dalam Sugiyono, Ibid, Halaman 61

Sugiyono, 2012, Metode Penelitian Pendidikan, Bandung, Alfabeta, Halaman 61

Ibid, Halaman 117

Joko Subagyo, 2006, Metode Penelitian dalam Teori dan Praktek, Jakarta, Rineka Cipta, Halaman 23

Abdurrahmat Fathoni, 2006, Metodologi Penelitian dan Teknik Penyusunan Skripsi, Jakarta, Rineka Cipta, Halaman 103

Sugiyono, Op.cit, Halaman 118

Ibid, Halaman 120 Ibid

(42)

Iqbal Hasan, Op.cit. Halaman 16

Joko Subagyo, Op.cit, Halaman 55

Sutrisno Hadi, dalam Sugiono, 2012, Metode Penelitian Pendidikan, Bandung, Alfabeta, Halaman 203

Masri Singarimbun dan Sofian Effendi, 1995, Metode Penelitian Survai, Yogyakarta, LP3EC, Halaman 122

Ibid, Halaman 128 Ibid, Halaman 122

Djemari Mardapi, 2012, Pengukuran Penilaian&Evaluasi Pendidikan, Yogyakarta, Nuha Medika, Halaman 163

Joko Subagyo, Op.cit, Halaman 106

Iqbal Hasan, Op.cit, Halaman 29

(43)

V. SIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan dan Saran

1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil dan pembahasan di atas, dapat disimpulkan bahwa

penerapan metode problem posing dalam upaya meningkatkan hasil belajar sejarah ranah afektif siswa kelas XI IPS 2 SMA Negeri I Kotagajah tahun

pelajaran 2013/2014 dapat berhasil jika penerapannya dilakukan sebagai

berikut:

Pada tahap perencanaan yang dilakukan oleh guru adalah dengan

disiapkannya Rencana Pelaksanaan Pembelajaran, media pemebalajaran serta

buku sumber belajar yang akan digunakan untuk pembelajaran di kelas.

Merancang garis besar materi dan merancang materi kedalam sub-materi

untuk tugas kelompok. Pembagian kelompok belajar yang terdiri dari 6

kelompok dengan masing-masing kelompok terdiri dari 4 siswa (kelompok

belajar kecil). Disiapkannya lembar observasi untuk evaluasi diri siswa.

Pada tahap pelaksanaan pembelajaran, guru menyampaikan tujuan

pembelajaran kepada siswa, membagi siswa kedalam kelompok belajar kecil,

membagi materi kepada siswa dan menugaskan untuk meresume materi serta

(44)

diajukan disimpan dan disampaikan saat presentasi, sehingga siswa dari

kelompok audience mancari jawaban dari kelompok pemateri saat itu juga. Setiap orang dari kelompok audience dipersilahkan untuk menjawab masing-masing pertanyaan. Siswa yang ingin bertanya atau memunculkan pertanyaan

baru, dipersilahkan untuk bertanya setelah pertanyaan dari kelompok pemateri

terjawab semua.

Pada tahap observasi, guru membagikan lembar observasi kepada kelompok

audience. Kelompok audience diminta memberikan penilaian untuk kelompok pemateri sebagai evaluasi diri.

2. Saran

1. Untuk meningkatkan afektif siswa dalam pembelajaran sejarah khususnya

pada jenjang menerima, merespon dan mengorganisasi nilai bisa dengan

menggunakan metode problem posing.

2. Untuk lebih meningkatkan sikap positif siswa terhadap mata pelajaran

(45)

DAFTAR PUSTAKA

Abdul Aziz Wahab, 2001, Evaluasi Pembelajaran IPS (modul UT), Jakarta, Universitas Terbuka.

Abdurrahmat Fathoni, 2006, Metodologi Penelitian dan Teknik Penyusunan Skripsi, Jakarta, Rineka Cipta.

Cronbach dalam Suke Silverius, 1991, Evaluasi Hasil Belajar dan Umpan Balik, Jakarta, Grasindo.

Djemari Mardapi, 2012, Pengukuran Penilaian & Evaluasi Pendidikan, Yogyakarta, Nuha Medika.

Donald Ary, 2004, Pengantar Penelitian dalam Pendidikan, Yogyakarta, Pustaka Pelajar.

Edward L.Walker, 1973, Conditioning and Instrumental Learning, Universitas Indonesia.

Ernest R. Hilgrad, dalam S. Nasution, 1980, Asas-asas Kurikulum, Bandung, Jemmars.

Hamid Hasan, 2012, Pendidikan Sejarah Indonesia, Bandung, Rizqi Press.

Hamid Hasan dalam Abdul Aziz Wahab, 2001, Evaluasi Pembelajaran IPS (modul UT), Jakarta, Universitas Terbuka.

Hanifah Harsono, 2002, Implementasi Kebijakan dan Politik, Jakarta, Rineka Cipta.

Husaini Usman dan Purnomo Setiadi Akbar, 2008, Metodologi Penelitian Sosial, Jakarta, Bumi Aksara.

Iqbal Hasan, 2004, Analisis data penelitian dengan statistik, Jakarta, Bumi Aksara.

(46)

Kidder, dalam Sugiyono, 2012, Metode Penelitian Pendidikan, Bandung, Alfabeta.

Lester d Crow dan Alice Crow, dalam Roestiyah N.K, 1986, Masalah-masalah Ilmu Keguruan, Jakarta, Bina Aksara.

Lorin W Anderson dan David R. Krathwhol (Ed), 2010, Kerangka Landasan untuk Pembelajaran, Pengajaran, dan Asesmen, Yogyakarta, Pustaka Pelajar.

Masri Singarimbun dan Sofian Effendi, 1995, Metode Penelitian Survei, Yogyakarta, LP3EC.

Mohammad Ali, 1984, Guru dalam Proses Belajar Mengajar, Bandung, Cv. Sinar Baru.

Nitko Anthony, dalam Suke Silverius, 1991, Evaluasi Hasil Belajar dan Umpan Balik, Jakarta, Grasindo.

Nurdin Usman, 2002, Konteks implementasi berbasis Kurikulum, Bandung, CV Sinar Baru.

Nursid Sumaatmadja, 1979, Metodologi Pengajaran Ilmu Pengetahuan Sosial, Bandung.

Roestiyah, N.K, 1986, Masalah-masalah Ilmu Keguruan, Jakarta, Bina Aksara.

Saifuddin Azwar, 2013, Sikap Manusia, Yogyakarta, Pustaka Pelajar.

Secord dan Bacman, dalam Saifuddin Azwar, 2013, Sikap Manusia, Yogyakarta, Pustaka Pelajar.

Stiggins dalam Abdul Aziz Wahab, 2001, Evaluasi Pembelajaran IPS (modul UT), Jakarta, Universitas Terbuka.

Sugiyono, 2012, Metode Penelitian Pendidikan, Bandung, Alfabeta.

Suharsimi Arikunto, 1998, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Jakarta, Rineka Cipta.

Suke Silverius, 1991, Evaluasi Hasil Belajar dan Umpan Balik, Jakarta, Grasindo.

(47)
(48)

No Nama siswa

Nomor Pertanyaan

Total 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15

1 Aditya 4 4 3 3 4 3 3 3 5 3 4 5 3 3 5 55 2 Agustin 5 3 4 1 1 2 1 1 5 2 2 4 2 1 3 37

3 Amin 5 3 3 2 2 4 4 3 4 4 3 5 3 3 4 52

4 Annisa 4 3 3 3 2 3 2 2 3 2 3 3 3 3 4 43

5 Asri 3 3 5 4 4 3 1 5 4 3 5 4 3 3 4 54

6 Dyah 5 3 3 2 2 4 4 3 4 4 3 5 3 3 4 52

7 Elok 5 4 5 4 4 3 3 4 4 3 3 4 2 4 3 55

8 Fitriani 4 3 2 2 1 3 2 1 4 2 1 3 2 1 3 34 9 Fizri 5 4 2 4 3 4 4 4 4 4 4 3 4 4 5 58 10 Ibnu 4 3 3 1 3 3 2 3 3 2 3 3 4 4 3 44 11 Indah 4 3 3 2 4 4 3 2 4 2 3 3 3 3 2 45

12 Ita 3 4 2 4 3 4 4 3 4 4 3 4 3 3 4 52

13 Jepri 3 3 2 2 2 2 3 2 2 2 2 2 2 2 2 33 14 M Adzi 4 3 3 2 2 4 2 3 3 3 3 4 3 2 3 44 15 Mesya 4 3 3 3 4 5 3 3 2 5 5 4 4 5 3 56 16 Ni Made 5 3 4 1 2 3 2 2 3 2 3 5 3 3 4 45 17 Pepvita 3 3 3 2 2 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 42 18 Reno 4 4 3 3 3 4 4 3 4 3 3 4 4 4 3 53 19 Rian 4 4 2 3 4 4 3 3 3 3 4 4 4 4 3 52 20 Suci 3 1 3 2 2 3 3 3 2 2 3 2 2 3 2 36 21 Jessica 5 3 3 2 3 3 2 2 3 3 4 5 3 3 4 48 22 Surya 4 3 4 4 3 3 2 3 3 2 3 4 4 3 3 48 23 Vivi 4 4 3 3 3 3 2 3 4 3 4 5 3 4 3 51 24 Wisnu 5 3 3 4 4 4 2 3 3 2 3 4 3 4 3 50

(49)

No Nama siswa

Nomor Pertanyaan

Total 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15

1 Aditya 5 4 5 3 2 3 3 2 4 3 4 4 2 4 3 51 2 Agustin 3 3 3 2 2 3 2 2 3 3 3 3 2 2 3 39

3 Amin 4 4 2 3 3 4 2 4 4 3 3 3 4 3 3 49

4 Annisa 4 3 2 3 3 3 2 3 3 2 3 3 4 3 3 44

5 Asri 4 4 4 3 2 3 3 2 4 4 4 4 2 4 4 51

6 Dyah 4 4 3 3 2 3 3 3 4 4 3 4 3 3 4 50

7 Elok 4 4 4 3 3 3 2 3 4 4 4 4 3 4 3 52

8 Fitriani 3 1 3 2 2 3 3 3 2 2 3 2 2 3 2 36

9 Fizri 5 4 5 3 3 4 3 1 4 3 4 4 4 4 3 54

10 Ibnu 5 3 4 3 3 4 2 2 3 2 3 4 3 3 3 47

11 Indah 4 3 3 3 3 4 3 3 3 3 3 3 4 3 3 48

12 Ita 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 3 58

13 Jepri 3 1 2 2 1 2 2 3 2 1 3 3 3 3 3 34

14 M Adzi 4 3 3 3 2 3 2 3 3 2 3 4 3 3 3 44

15 Mesya 5 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 5 60

16 Ni Made 4 3 3 3 3 3 2 3 3 4 4 3 3 3 4 48 17 Pepvita 4 3 3 2 3 4 3 3 4 2 3 3 3 3 2 45

18 Reno 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 60

19 Rian 5 4 2 2 2 4 2 3 4 3 4 4 3 3 3 48

20 Suci 3 3 1 2 2 2 2 2 3 3 3 3 2 2 3 36

21 Jessica 5 3 2 3 4 4 2 2 3 2 3 4 3 3 3 46

22 Surya 5 3 2 3 4 4 2 2 3 2 3 4 3 3 3 46

23 Vivi 4 3 4 2 3 4 3 4 3 4 3 4 4 2 3 50

24 Wisnu 4 3 3 2 3 3 3 2 4 4 3 3 4 3 4 48

(50)

No Nama siswa

Nomor Pertanyaan

Total

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15

1 Aditya 4 4 3 3 4 3 3 3 5 3 4 5 3 3 5 55

2 Agustin 5 3 3 3 1 4 1 1 2 3 2 5 3 1 2 39

3 Amin 4 3 4 3 3 4 3 3 5 3 4 4 4 4 3 54

4 Annisa 5 3 3 2 2 4 2 3 3 3 3 4 3 2 3 45

5 Asri 4 3 3 3 3 5 4 4 4 4 4 4 4 3 3 55

6 Dyah 4 3 3 4 4 3 3 3 5 3 4 4 3 2 4 52

7 Elok 4 4 3 4 4 4 3 3 4 3 4 5 4 3 3 55

8 Fitriani 5 3 2 2 1 4 2 1 4 2 1 3 2 1 3 36

9 Fizri 5 5 3 5 4 3 4 5 4 4 5 5 3 3 5 63

10 Ibnu 4 4 3 3 2 3 2 3 3 4 3 3 3 3 5 48

11 Indah 4 4 3 3 2 3 3 3 2 3 4 5 3 2 3 47

12 Ita 4 3 5 4 4 3 1 5 4 3 5 4 3 3 4 55

13 Jepri 3 3 2 2 2 2 3 2 2 2 2 2 2 2 2 33

14 M Adzi 5 3 4 1 2 3 2 2 3 2 3 5 3 3 3 44

15 Mesya 5 3 3 3 5 4 4 3 4 5 5 5 5 3 4 61

16 Ni Made 5 3 4 1 2 5 1 1 4 4 4 4 3 3 3 47 17 Pepvita 4 3 3 3 2 3 2 2 3 2 3 3 3 2 4 42

18 Reno 5 3 4 3 4 5 3 3 2 5 5 4 4 5 3 58

19 Rian 4 4 3 3 4 3 4 4 4 5 4 3 4 3 3 55

20 Suci 5 3 4 1 1 2 1 1 5 2 2 4 2 1 3 37

21 Jessica 4 4 3 3 3 3 2 3 4 3 4 5 3 4 3 51

22 Surya 5 4 3 3 3 4 2 2 3 3 4 5 3 3 4 51

23 Vivi 5 3 3 2 2 4 4 3 4 4 3 5 3 3 4 52

24 Wisnu 4 3 2 3 3 3 3 4 5 5 3 4 3 3 5 53

(51)
(52)

2 5 3 3 2 2 4 4 3 4 4 3 5 3 3 4 52

3 5 3 3 3 1 4 1 1 2 3 2 5 3 1 2 39

4 4 3 5 4 4 3 1 5 4 3 5 4 3 3 4 55

5 5 4 3 3 3 4 2 2 3 3 4 5 3 3 4 51

6 4 4 3 4 4 4 3 3 4 3 4 5 4 3 3 55

7 5 3 3 3 5 4 4 4 4 5 5 5 5 3 4 62

8 4 4 3 3 2 3 3 3 2 3 4 5 3 2 3 47

9 5 3 4 1 2 5 1 1 4 4 4 4 3 3 3 47

10 5 3 4 1 1 2 1 1 5 2 2 4 2 1 3 37

11 5 3 3 2 2 4 2 3 3 3 3 4 3 2 3 45

12 5 3 4 3 4 5 3 3 2 5 5 4 4 5 3 58

13 4 3 3 3 2 3 2 2 3 2 3 3 3 2 4 42

14 5 3 2 2 1 4 2 1 4 2 1 3 2 1 3 36

15 5 3 4 1 2 3 2 2 3 2 3 5 3 3 3 44

16 4 4 3 3 3 3 2 3 4 3 4 5 3 4 3 51

17 4 3 3 4 4 3 3 3 5 3 4 4 3 2 4 52

18 4 3 4 3 3 4 3 3 5 3 4 4 4 4 3 54

19 4 3 3 3 3 5 4 4 4 4 4 4 4 3 3 55

20 4 4 3 3 4 3 4 4 4 5 4 3 4 3 3 55

21 4 4 3 3 2 3 2 3 3 4 3 3 3 3 5 48

22 4 4 3 3 4 3 3 3 5 3 4 5 3 3 5 55

23 5 5 3 5 4 3 4 5 4 4 5 5 3 3 5 63

24 3 3 2 2 2 2 3 2 2 2 2 2 2 2 2 33

Rxy 0.05232 0.40008 0.23241 0.63638 0.87543 0.32454 0.58778 0.80194 0.34385 0.72027 0.89028 0.46509 0.75435 0.71488 0.52851

Ttabel 1,717 1,717 1,717 1,717 1,717 1,717 1,717 1,717 1,717 1,717 1,717 1,717 1,717 1,717 1,717

KAT EGOSGT REND SEDANG RENDAH T INGGI SGT T INGGRENDAH SEDANG SGT T INGGRENDAH T INGGI SGT T INGGSEDANG T INGGI T INGGI SEDANG

KRIT ERIVALID VALID VALID VALID VALID VALID VALID VALID VALID VALID VALID VALID VALID VALID VALID

UJI RELIABILITAS

(53)
(54)
(55)
(56)
(57)
(58)
(59)
(60)

Kelas/ Semester : XI/1

Materi Pokok : Perkembangan kehidupan Negara-negara Kerajaan Islam di Indonesia

Alokasi waktu : 6x45menit

Standar Kompetensi :

- Menganalisis perjalanan bangsa Indonesia pada masa negara-negara tradisional

Kompetensi Dasar :

- Menganalisis perkembangan kehidupan negara, kerajaan kerajaan Islam di Indonesia.

Indikator :

- Menjelaskan letak, pendiri, dan raja-raja terkenal dari kerajaan-kerajaan Islam di Indonesia

- Menjelaskan penyebab perkembangan seni rupa tidak berkembang dengan pesat pada masa kerajaan Islam di Indonesia

- Menjelaskan filsafat wayang yang diambil dari cerita Ramayana dan Mahabharata

A. Tujuan Pembelajaran

Setelah mempelajari materi pada unit di siswa diharapkan dapat

- Menjelaskan letak, pendiri, dan raja-raja terkenal dari kerajaan-kerajaan Islam di Indonesia

- Menjelaskan penyebab perkembangan seni rupa tidak berkembang dengan pesat pada masa kerajaan Islam di Indonesia

- Menjelaskan filsafat wayang yang diambil dari cerita Ramayana dan Mahabharata

Karakter siswa yang diharapkan : Disiplin ( Discipline )

Rasa hormat dan perhatian ( respect ) Tekun ( diligence )

Tanggung jawab ( responsibility ) Ketelitian ( carefulness)

B. Materi Pelajaran:

1. Samudra Pasai 6. Kerajaan Mataram Islam 2. Kerajaan Demak 7. Makassar

3. Kerajaan Pajang 8. Kerajaan Aceh 4. Kerajaan Banten 9. Kerajaan Ternate 5. Kerajaan Cirebon 10. Kerajaan Tidore

C. Metode Pembelajaran Problem Posing

(61)

Indonesia

Pendahuluan Pendahuluan :

 Memeriksa kehadiran siswa, kebersihan dan kerapihan kelas

 Memberikan motivasi kepada siswa agar siap dalam mengikuti pembelajaran

 Apersepsi :

Siswa diingatkan tentang peristiwa masa lampau atau cerita tentang kehidupan nenek moyang bangsa Indonesia beserta budayanya.

 Motivasi:

Memotivasi akan pentingnya menguasai materi ini dengan baik, untuk membantu siswa dalam memahami perkembangan agama dan kepercayaan masyarakat di daerah-daerah di Indonesia.

Kegiatan Inti:

Eksplorasi

Dalam kegiatan eksplorasi, guru:

 Membaca referensi tentang letak, pendiri dan raja-raja terkenal dari kerajaan Islam di Indonesia

 Membagi peserta didik kedalam beberapa kelompok belajar

 Melibatkan peserta didik mencari informasi yang luas dan dalam tentang topik/tema materi yang akan dipelajari serta belajar dari aneka sumber

 Menggunakan beragam pendekatan pembelajaran, media pembelajaran, dan sumber belajar lain

 Memfasilitasi terjadinya interaksi antarpeserta didik serta antara peserta didik dengan guru, lingkungan, dan sumber belajar lainnya

 Melibatkan peserta didik secara aktif dalam kegiatan pembelajaran

Elaborasi

Dalam kegiatan elaborasi, siswa:

 Mengkaji materi dari berbagai sumber belajar dan meresume materi yang didapat.

 Mengajukan pertanyaan yang dituangkan dalam lembar kerja

 Melimpahkan pertanyaan (lembar kerja) kepada kelompok lain untuk dijawab dan didiskusikan oleh kelompok lain tersebut.

 Mengumpulkan hasil jawaban kepada guru, dan mengembalikan pertanyaan kepada kelompok asal.

 Melakukan presentasi didepan kelas, dengan mambacakan resume materi dan mengajukan pertanyaan yang dimilki untuk didiskusikan bersama teman-teman kelompok lain.

(62)

 Memfasilitasi peserta didik untuk menyajikan hasil kerja individual maupun kelompok

 Memfasilitasi peserta didik melakukan kegiatan yang menumbuhkan kebanggaan dan rasa percaya diri peserta didik.

Konfirmasi

Dalam kegiatan konfirmasi, guru:

 Guru bertanya jawab tentang hal-hal yang belum diktahui siswa

 Guru bersama siswa bertanya jawab meluruskan kesalahan pemahaman, memberikan penguatan dan penyimpulan

c. Kegiatan Penutup

Dalam kegiatan penutup, guru:

 Bersama-sama dengan peserta didik membuat rangkuman/simpulan pelajaran

 Melakukan penilaian dan/atau refleksi terhadap kegiatan yang sudah dilaksanakan secara konsisten dan terprogram

 Memberikan umpan balik terhadap proses dan hasil pembelajaran

 Merencanakan kegiatan tindak lanjut dalam bentuk pembelajaran remedi, program pengayaan, layanan konseling dan/atau memberikan tugas baik tugas individual maupun kelompok sesuai dengan hasil belajar peserta didik

 Membuat kesimpulan bersama-sama dari hasil diskusi

Pertemuan 2

Materi : Penyebab perkembangan seni rupa tidak berkembang dengan pesat pada masa kerajaan Islam di Indonesia

Pendahuluan Pendahuluan :

 Memeriksa kehadiran siswa, kebersihan dan kerapihan kelas

 Memberikan motivasi kepada siswa agar siap dalam mengikuti pembelajaran

 Apersepsi :

Siswa diingatkan tentang peristiwa masa lampau atau cerita tentang kehidupan nenek moyang bangsa Indonesia beserta budayanya.

 Motivasi:

Memotivasi akan pentingnya menguasai materi ini dengan baik, untuk membantu siswa dalam memahami perkembangan agama dan kepercayaan masyarakat di daerah-daerah di Indonesia.

(63)

 Melibatkan peserta didik mencari informasi yang luas dan dalam tentang topik/tema materi yang akan dipelajari serta belajar dari aneka sumber

 Menggunakan beragam pendekatan pembelajaran, media pembelajaran, dan sumber belajar lain

 Memfasilitasi terjadinya interaksi antarpeserta didik serta antara peserta didik dengan guru, lingkungan, dan sumber belajar lainnya

 Melibatkan peserta didik secara aktif dalam kegiatan pembelajaran

Elaborasi

Dalam kegiatan elaborasi, siswa:

 Mengkaji materi dari berbagai sumber belajar dan meresume materi yang didapat.

 Mengajukan pertanyaan yang dituangkan dalam lembar kerja

 Menyimpan pertanyaan (lembar kerja) dalam kelompoknya dan tidak dilimpahkan kepada kelompok lain.

 Melakukan presentasi didepan kelas, dengan mambacakan resume materi dan mengajukan pertanyaan yang dimilki untuk didiskusikan bersama teman-teman kelompok lain.

Dalam kegiatan elaborasi, guru:

 Memfasilitasi peserta didik membuat laporan eksplorasi yang dilakukan baik lisan maupun tertulis, secara individual maupun kelompok

 Memfasilitasi peserta didik untuk menyajikan hasil kerja individual maupun kelompok

 Memfasilitasi peserta didik melakukan kegiatan yang menumbuhkan kebanggaan dan rasa percaya diri peserta didik.

Konfirmasi

Dalam kegiatan konfirmasi, guru:

 Guru bertanya jawab tentang hal-hal yang belum diktahui siswa

 Guru bersama siswa bertanya jawab meluruskan kesalahan pemahaman, memberikan penguatan dan penyimpulan

c. Kegiatan Penutup

Dalam kegiatan penutup, guru:

 Bersama-sama dengan peserta didik membuat rangkuman/simpulan pelajaran

 Melakukan penilaian dan/atau refleksi terhadap kegiatan yang sudah dilaksanakan secara konsisten dan terprogram

(64)

dengan hasil belajar peserta didik

 Membuat kesimpulan bersama-sama dari hasil diskusi

Pertemuan 3

Materi : Filsafat wayang yang diambil dari cerita Ramayana dan Mahabharata

Pendahuluan Pendahuluan :

 Memeriksa kehadiran siswa, kebersihan dan kerapihan kelas

 Memberikan motivasi kepada siswa agar siap dalam mengikuti pembelajaran

 Apersepsi :

Siswa diingatkan tentang peristiwa masa lampau atau cerita tentang kehidupan nenek moyang bangsa Indonesia beserta budayanya.

 Motivasi:

Memotivasi akan pentingnya menguasai materi ini dengan baik, untuk membantu siswa dalam memahami perkembangan agama dan kepercayaan masyarakat di daerah-daerah di Indonesia.

Kegiatan Inti:

Eksplorasi

Dalam kegiatan eksplorasi, guru:

 Membaca referensi tentang filsafat wayang yang diambil dari cerita Ramayana dan Mahabharata.

 Melibatkan peserta didik mencari informasi yang luas dan dalam tentang topik/tema materi yang akan dipelajari serta belajar dari aneka sumber

 Menggunakan beragam pendekatan pembelajaran, media pembelajaran, dan sumber belajar lain

 Memfasilitasi terjadinya interaksi antarpeserta didik serta antara peserta didik dengan guru, lingkungan, dan sumber belajar lainnya

 Melibatkan peserta didik secara aktif dalam kegiatan pembelajaran

Elaborasi

Dalam kegiatan elaborasi, siswa:

 Mengkaji materi dari berbagai sumber belajar dan meresume materi yang didapat.

 Mengajukan pertanyaan yang dituangkan dalam lembar kerja

(65)

 Mempersilahkan setiap orang dari kelompok lain untuk menjawab pertanyaan yang telah disiapkan.

Dalam kegiatan elaborasi, guru:

 Memfasilitasi peserta didik membuat laporan eksplorasi yang dilakukan baik lisan maupun tertulis, secara individual maupun kelompok

 Memfasilitasi peserta didik untuk menyajikan hasil kerja individual maupun kelompok

 Memfasilitasi peserta didik melakukan kegiatan yang menumbuhkan kebanggaan dan rasa pe

Gambar

Tabel 1: Rekapitulasi hasil belajar kognitif sejarah semester genap siswa kelas XI IPS 2 di SMA Negeri I Kotagajah
Tabel 3: Tahap pelaksanaan metode problem posing
Tabel 4: Target perolehan hasil belajar yang dapat dinilai oleh guru
Tabel 5: Jumlah siswa kelas XI IPS di SMA Negeri 1 Kotagajah
+3

Referensi

Dokumen terkait

“Fenomena Dakwah Berbasis Religiotainment (Suatu Analisis Semiotika Terhadap Siaran Islam Itu Indah Trans TV)”, memandang bahwa skripsi tersebut telah memenuh i

Analisis Hasil Belajar “Membuat Garnish Dan Lipatan Daun” Pada Kesiapan Praktik Pengolahan Makanan Indonesia Siswa SMKN 9 Bandung.. Universitas Pendidikan Indonesia |

Once you find out all of your team members, turn to your worksheet page entitled “Group 1: Team of resort villa developers” and do the tasks as instructed there.. You are

The total allowance for possible losses on earning assets provided by Bank Mandiri compared to the minimum allowance for possible losses on earning assets under the

Hasil identifikasi menunjukkan bahwa di pulau Burung dan pulau Tikus terdapat 204 individu yang terdiri dari 47 jenis, yaitu 24 jenis dari kelas Gastropoda dan 23 jenis dari

Based on result of the analysis, it was found that there was insignificant influence between the control treatment and reduced micronutrients of B, Fe, and Zn on the

McCormack, Jack C., 2003, “Desain Beton Bertulang”, Penerbit Erlangga, Jakarta.. Unnikhrisna and Menon, Devdas, 2003, “Reinforced

Dengan dikeluarkannya surat pemberitahuan ini maka nama paket pekerjaan yang berlaku pada paket. pekerjaan yang dimaksud adalah dengan nama “ Pengawasan Pembangunan Penahan