Ibramsah
ABSTRAK
ANALISIS KEMAMPUAN BERPIKIR LUWES PADA MATERI ASAM-BASA MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN
INKUIRI TERBIMBING
Oleh
ANNISA MERISTIN
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan kemampuan berpikir luwes siswa pada materi asam basa melalui penerapan model pembelajaran Inkuiri Terbimbing untuk siswa kelompok tinggi, sedang dan rendah. Subyek penelitian ini adalah siswa kelas XI IPA SMA Swadhipa Natar yang berjumlah 32 siswa. Penelitian ini mengunakan metode pre-eksperimen, desain penelitianone shot case study, dan analisis statistik deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kemampuan berpikir luwes pada materi asam-basa menggunakan model inkuiri terbimbing pada kelompok tinggi 57,14% berkriteria sangat baik, 28,57% berkriteria baik, dan 14,3% lain-nya berkriteria cukup; kelompok sedang 31,25% berkriteria sangat baik dan 68,75% berkriteria baik; kelompok rendah, 33,33% berkriteria baik dan 66,67% berkriteria cukup.
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Lampung Selatan pada tanggal 10 September 1992, anak pertama dari empat bersaudara, buah hati Bapak Dr. Sunyono, M. Si dan Ibu Rini Sugiarti, S. Pd.
Pendidikan formal diawali pada tahun 1998 di SD Negeri 1 Haduyang Natar yang diselesaikan pada tahun 2004. Tahun 2004 diterima di SMP Negeri 1 Natar yang diselesaikan pada tahun 2007. Tahun 2007 masuk SMA Negeri 9 Bandar
Lampung yang diselesaikan tahun 2010, dan pada tahun yang sama diterima di Program Studi Pendidikan Kimia Jurusan Pendidikan MIPA Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung melalui jalur SNMPTN (Seleksi Nasional Mahasiswa Perguruan Tinggi Negeri).
PERSEMBAHAN
Dengan menyebut namaMu Ya ALLAH telah Engkau limpahkan rahmat dan karuniaMu yang tiada pernah terputus sehingga skripsi ini bisa terselesaikan, dengan penuh rasa syukur kupersembahkan tulisan sederhana ini kepada:
 Ayah dan Ibu tercinta, yang selalu medo akan anak-anak nya dan memberikan motivasi terhebat dengan penuh kasih sayang.
Semua kerja keras Ayah dan Ibu tiada mungkin terlupakan dan terbalaskan. Semoga Allah selalu mencurahkan rahmat dan ridho-Nya kepada kalian.
 Adik adikku tercinta yang memberiku dorongan dan keceriaan dalam hidup ini.
 Sahabat- sahabat tersayang yang tak bisa ku sebutkan satu persatu terima kasih atas canda, tawa,
persahabatan serta kekeluargaan yang telah kalian berikan.
 Teman-teman Pendidikan Kimia 2010.
MOTO
Jangan tergantung pada orang lain. Yakinlah bahwa kamu lebih berani, lebih kuat, lebih pintar dari apa yang kamu pikirkan (Anonim)
Happiness can be found even in the darkest of times, if one only remembers to turn on the light (Dumbledore)
SANWACANA
Puji syukur hanyalah untuk-Mu Allah, Rabb semesta alam, yang senantiasa mencu-curkan rahmat dan ridho-Nya sehingga dapat diselesaikan skripsi “Analisis
Kemampuan Berpikir Luwes Pada Materi Asam-Basa Menggunakan Model Inkuiri Terbimbing” sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar sarjana pendidikan.
Shalawat serta salam semoga selalu tercurah pada Rasullulah Muhammad SAW, keluarga, sahabat, serta umatnya yang senantiasa istiqomah di jalan-Nya.
Ucapan terima kasih pun tak lupa dihaturkan kepada:
1. Bapak Dr. Bujang Rahman, M.Si., selaku Dekan FKIP Unila. 2. Bapak Dr. Caswita, M.Si., selaku Ketua Jurusan Pendidikan MIPA
3. Ibu Dr. Noor Fadiawati, M.Si., selaku Ketua Program Studi Pendidikan Kimia dan Pembimbing II atas kesediaannya untuk memberikan bimbingan, saran, dan kritik dalam proses penyusunan skripsi ini.
4. Ibu Dra. Ila Rosilawati, M.Si., selaku Dosen Pembimbing Akademik dan Pembimbing I, atas kesediannya untuk memberikan motivasi, bimbingan, saran, dan kritik dalam proses penyelesaian kuliah dan penyusunan skripsi.
6. Ibu Dra. Hj. Nurpuri S, selaku kepala SMA Swadhipa Natar Kabupaten
Lampung Selatan dan Ibu Rini Sugiarti, S. Pd, selaku guru mitra atas kerja sama dan bimbingannya.
7. Sahabat wink (Debie, Eva, Fuah, Yuwanti, Arip, Revi, dan Yudha) serta Suha atas dukungan, doa, dan semangatnya.
8. Teman-teman seperjuangan, Nirtika, Kenia, Ali Rifa’i, atas kerjasamanya dan dukungannya.
9. Teman-teman Tugusari, Benk, Lulu, Vivien, Bangun, Josan, Mas Edi, Kak Ilman, Tya, dan keluarga baru Saya di Tugusari.
Akhirnya penulis menghaturkan maaf atas segala ucapan dan tingkah laku yang kurang berkenan. Semoga Allah S.W.T. selalu melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya dan semoga skripsi ini bermanfaat bagi kita semua. Aamiin.
Bandar Lampung, Agustus 2014 Penulis,
v
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL ... viii
DAFTAR GAMBAR ... ix
I. PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang ... 1
B. Rumusan Masalah ... 5
C. Tujuan Penelitian ... 5
D. Manfaat Penelitian ... 6
E. Ruang Lingkup ... 6
II. TINJAUAN PUSTAKA ... 8
A. Pembelajaran Konstruktivisme ... 8
B. Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing ... 9
C. Kemampuan Berpikir Kreatif ... 14
D. Konsep ... 18
E. Kemampuan Kognitif ... 18
F. Kerangka Pemikiran ... 22
G. Anggapan Dasar ... 23
vi
III. METODE PENELITIAN ... 24
A. Populasi dan Sampel ... 24
B. Jenis dan Sumber Data ... 24
C. Metode dan Desain Penelitian ... 25
D. Variabel Penelitian ... 25
E. Instrumen Penelitian ... 26
F. Prosedur Pelaksanaan Penelitian ... 27
G. Hipotesis Kerja ... 29
H. Teknik Analisis Data ... 30
IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 33
B. Pembahasan ... 36
1. Model pembelajaran inkuiri terbimbing ... 36
2. Keterampilan berpikir luwes ... 42
3. Kendala penelitian ... 43
V. SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan ... 44
B. Saran ... 44
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN 1. Analisis SKL-KI-KD ... 49
2. Silabus ... 61
3. RPP ... 76
4. Lembar Kerja Siswa 1 ... 102
5. Lembar Kerja Siswa 2 ... 108
6. Lembar Kerja Siswa 3 ... 117
7. Soal Tes Kesetimbangan Kimia... 127
8. Kunci Jawaban Tes ... 133
vii
10. Soal Postes ... 150
11. Pedoman Penskoran dan Rubrik Penilaian Postes ... 154
12. Kuesioner ... 161
13. Penentuan Kelompok Siswa ... 162
14. Hasil Tes Tertulis Keterampilan Berpikir Luwes ... 164
15. Penentuan Kriteria Tingkat Kemampuan Siswa ... 166
16. Data Kuesioner ... 168
17. Lembar Observasi Aktivitas Siswa ... 170
18. Lembar Observasi Guru ... 178
viii
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Tahap pembelajaran inkuiri terbimbing ... 14
2. Perilaku siswa dalam keterampilan kognitif kreatif ... 15
3. Indikator keterampilan berpikir kreatif ... 16
4. Analisis konsep materi asam-basa ... 20
5. Desain penelitian ... 24
6. Kriteria pengelompokkan siswa ... 30
7. Data hasil perhitungan kriteria pengelompokkan siswa ... 30
8. Kriteria tingkat kemampuan siswa ... 31
ix
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) mencakup tiga aspek yaitu proses, produk dan si-kap. Menurut Trowbridge dan Bybee dalam (Suyatna, 2009), IPA sebagai proses merupakan metoda ilmiah yang dimulai dari mencari tahu tentang fenomena alam secara sistematis; IPA sebagai produk merupakan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta, prinsip atau konsep; sedangkan IPA sebagai sikap, dapat diperoleh dengan mengembangkan proses IPA seperti sikap ingin tahu, menghargai pem-buktian, berpikir kritis, kreatif, berbicara berdasarkan kepada bukti-bukti konkrit atau data, dan peduli terhadap lingkungan.
2
Keterampilan berpikir kreatif merupakan keterampilan berpikir tingkat tinggi un-tuk menemukan banyak kemungkinan jawaban terhadap suatu masalah, dimana penekanannya adalah pada kuantitas, ketepatgunaan dan keragaman jawaban yang diberikan. Munandar (2008) menjelaskan bahwa ciri-ciri aptitude dari kreativitas (berpikir kreatif), yaitu kemampuan berpikir lancar (fluency), berpikir luwes (flexibility), berpikir orisinil, berpikir elaborasi (elaboration), dan berpikir evalu-asi (evaluation).
Secara eksplisit, keterampilan berpikir kreatif juga menjadi salah satu Standar Kompetensi Lulusan kurikulum 2013 untuk dimensi keterampilan, yakni siswa diharapkan memiliki kemampuan pikir dan tindak yang efektif dan kreatif dalam ranah abstrak dan konkret sebagai pengembangan dari yang dipelajari di sekolah secara mandiri (Kemdikbud, 2013).
3
untuk dihafal oleh siswa, akibatnya siswa mengalami kesulitan menghubungkan-nya dengan apa yang terjadi di lingkungan sekitar dan tidak merasakan manfaat dari pembelajaran asam-basa.
Berdasarkan hasil observasi dan wawancara yang telah dilakukan dengan guru kimia SMA Swadhipa Natar diketahui bahwa pembelajaran kimia di sekolah ter-sebut hanya menekankan pada aspek produknya saja. Pembelajaran kimia di SMA Swadhipa lebih dominan menggunakan metode ceramah walaupun terka-dang diselingi praktikum pada materi tertentu yang hanya membuktikan konsep. Pada proses pembelajarannya guru menyampaikan materi sedangkan siswa hanya mendengarkan dan mengerjakan apa yang diperintahkan guru, sehingga siswa tidak terlibat secara aktif di dalamnya. Oleh karena itu keterampilan berpikir kreatif siswa rendah.
4
Model pembelajaran inkuiri terbimbing memiliki ciri-ciri yaitu pembelajaran di-mulai dengan memberikan pertanyaan atau permasalahan. Melalui pemberian pertanyaan atau permasalahan, siswa akan terlatih untuk menemukan kemungki-nan-kemungkinan jawaban dari permasalahan, yang tidak lain adalah keterampil-an berpikir kreatif. Setelah masalah diungkapkketerampil-an, siswa mengembketerampil-angkketerampil-an penda-patnya dalam bentuk hipotesis yang akan diuji kebenarannya. Langkah selanjut-nya siswa mengumpulkan data-data dengan melakukan percobaan dan telaah li-teratur. Siswa kemudian menganalisis data untuk meyakinkan bahwa hipotesis-nya tersebut benar, tepat dan rasional; langkah terakhir menarik kesimpulan dari pembelajaran yang telah dilakukan (Gulo dalam Trianto, 2010). Dari tahapan-tahapan ini keterampilan berpikir kreatif khususnya indikator kemampuan ber-pikir luwes pada materi asam-basa sesuai dengan tahapan-tahapan model pembel-ajaran inkuiri terbimbing yaitu dengan siswa melihat fakta sifat asam-basa di ling-kungan sehari-hari, kemudian merumuskan masalah dan siswa menarik hipotesis lalu menguji hipotesisnya melalui percobaan dan menarik kesimpulan.
me-5
tode inkuiri terhadap kreativitas siswa kelas VIII A SMP Negeri 7 Salatiga untuk kelompok siswa dengan kemampuan kognitif tinggi, sedang, dan rendah.
Kemampuan kognitif dikelompokkan menjadi tiga kelompok, yakni kelompok kemampuan kognitif tinggi, sedang, dan rendah. Siswa dengan kemampuan kog-nitif tinggi, cenderung memiliki prestasi belajar yang lebih tinggi dibandingkan kemampuan kognitif sedang dan rendah (Nasution, 2000). Melalui model inkuiri terbimbing diharapkan keterampilan berpikir kreatif dan kemampuan kognitif siswa dapat meningkat.
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka dilakukan penelitian untuk mengetahui tingkat keterampilan berpikir kreatif siswa pada materi asam-basa dengan judul : “Analisis Kemampuan Berpikir Luwes Pada Materi Asam-Basa Menggunakan
Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan, maka rumusan masalah pe-nelitian ini adalah bagaimana kemampuan berpikir luwes siswa pada materi asam-basa menggunakan model pembelajaran inkuiri terbimbing untuk siswa kelompok tinggi, sedang, dan rendah?
C. Tujuan Penelitian
pe-6
nerapan model pembelajaran Inkuiri Terbimbing untuk siswa kelompok tinggi, se-dang dan rendah.
D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut:
1. Memberikan informasi kepada guru-guru kimia untuk meningkatkan kemam-puan berpikir luwes siswanya pada materi asam-basa menggunakan model pembelajaran inkuiri terbimbing.
2. Sebagai referensi kepada sekolah untuk perbaikan mutu pembelajaran yang meningkatkan kemampuan berpikir luwes siswa.
3. Sebagai pengalaman secara langsung dalam melatih kemampuan berpikir luwes bagi siswa dalam memahami materi kimia.
E. Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup penelitian ini adalah:
1. Analisis adalah penyelidikan dan penguraian terhadap suatu masalah.
2. Keterampilan berpikir kreatif yang diteliti adalah kemampuan berpikir luwes menurut Munandar (2008), yaitu kemampuan menghasilkan gagasan atau jawaban yang bervariasi dan dapat melihat suatu masalah dari sudut pandang yang berbeda.
7
8
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Pembelajaran Konstruktivisme
Konstruktivisme merupakan salah satu aliran filsafat pengetahuan yang menekan-kan bahwa pengetahuan kita merupamenekan-kan hasil konstruksi (bentumenekan-kan) kita sendiri. Menurut Glasersfeld (Marlinda, 2012) mengemukakan: “Konstruktivisme meru -pakan salah satu aliran filsafat pengetahuan yang menekankan bahwa pengetahuan kita merupakan hasil konstruksi (bentukan) kita sendiri”. Glasersfeld juga menya-takan bahwa semua pengetahuan yang kita peroleh adalah hasil konstruksi sendiri, maka sangat kecil kemungkinan adanya transfer pengetahuan dari seseorang kepa-da yang lain.
di-9
pindahkan begitu saja. Siswa masih harus menkonstruksi atau minimal mengin-terpretasi pengetahuan tersebut dalam dirinya.
Menurut Von Glaserfeld (1989) dalam Pannen, Mustafa, dan Sekarwinahyu (2001), agar siswa mampu mengkonstruksi pengetahuan, maka diperlukan:
1. Kemampuan siswa untuk mengingat dan mengungkapkan kembali penga-laman. Kemampuan untuk mengingat dan mengungkapkan kembali peng-alaman sangat penting karena pengetahuan dibentuk berdasarkan interaksi individu siswa dengan pengalaman-pengalaman tersebut.
2. Kemampuan siswa untuk membandingkan, dan mengambil keputusan mengenai persamaan dan perbedaan suatu hal. Kemampuan membanding-kan sangat penting agar siswa mampu menarik sifat yang lebih umum dari pengalaman-pengalaman khusus serta melihat kesamaan dan perbedaannya untuk selanjutnya membuat klasifikasi dan mengkonstruksi pengetahuan-nya.
3. Kemampuan siswa untuk lebih menyukai pengalaman yang satu dari yang lain (selective conscience). Melalui “suka dan tidak suka” inilah muncul penilaian siswa terhadap pengalaman, dan menjadi landasan bagi pemben-tukan pengetahuannya.
Prinsip-prinsip konstruktivisme menurut Suparno (1997), antara lain: 1. Pengetahuan dibangun oleh siswa secara aktif
2. Tekanan dalam proses belajar terletak pada siswa 3. Mengajar adalah membantu siswa belajar
4. Tekanan dalam proses belajar lebih pada proses bukan pada hasil akhir 5. Kurikulum menekankan partisipasi siswa
6. Guru adalah fasilitator.
B. Model Inkuiri Terbimbing
10
atau eksperimen untuk mencari jawaban atau memecahkan masalah terhadap per-tanyaan atau rumusan masalah (Ibrahim, 2000).
Gulo dalam Trianto (2010) menyatakan bahwa pelaksanaan pembelajaran pene-muan adalah sebagai berikut:
1. Mengajukan pertanyaan atau permasalahan
Kegiatan metode pembelajaran inkuiri dimulai ketika pertanyaan atau per-masalahan diajukan, kemudian siswa diminta untuk merumuskan
hipotesis.
2. Merumuskan hipotesis
Hipotesis adalah jawaban sementara atas pertanyaan atau solusi permasa-lahan yang dapat diuji dengan data. Untuk memudahkan proses ini, guru membimbing siswa menentukan hipotesis yang relevan dengan permasa-lahan yang diberikan.
3. Mengumpulkan data
Hipotesis digunakan untuk menuntun proses pengumpulan data. Guru membimbing siswa untuk menentukan langkah-langkah pengumpulan da-ta. Data yang dihasilkan dapat berupa tabel atau grafik.
4. Analisis data
Siswa bertanggung jawab menguji hipotesis yang telah dirumuskan dengan menganalisis data yang telah diperoleh. Setelah memperoleh kesimpulan, dari data percobaan, siswa dapat menguji hipotesis yang telah dirumuskan. Bila ternyata hipotesis itu salah atau ditolak, siswa dapat menjelaskan sesuai dengan proses inkuiri yang telah dilakukannya.
5. Membuat kesimpulan
Langkah penutup dari pembelajaran inquiri adalah membuat kesimpulan berdasarkan data yang diperoleh siswa.
11
skills necessary to raise questions and search out answers stemming from their curiosity”
Dalam pembelajaran inkuiri diharapkan siswa secara maksimal terlibat langsung dalam proses kegiatan belajar, sehingga dapat meningkatkan kemampuan siswa tersebut dan mengembangkan sikap percaya diri yang dimiliki oleh siswa tersebut.
Menurut Roestiyah (1998), inquiry memiliki keunggulan yang dapat dikemukakan sebagai berikut:
1. Dapat membentuk dan mengembangkan ”Self-Concept” pada diri siswa, sehingga siswa dapat mengerti tentang konsep dasar dan ide-ide yang lebih baik.
2. Membantu dalam menggunakan ingatan dan transfer pada situasi proses belajar yang baru.
3. Mendorong siswa untuk berpikir dan bekerja atas inisiatifnya sendiri, ber-sikap obyektif, jujur dan terbuka.
4. Situasi proses belajar menjadi lebih terangsang.
5. Dapat mengembangkan bakat atau kecakapan individu. 6. Memberi kebebasan siswa untuk belajar sendiri.
7. Dapat memberikan waktu pada siswa secukupnya sehingga mereka dapat mengasimilasi dan mengakomodasi informasi.
Adapun menurut Prambudi (2010) pada pembelajaran inkuiri terdapat pula kele-mahan yang pasti dihadapi pada proses pembelajaran baik secara konsep maupun teknis, kelemahan pembelajaran inkuri yaitu :
1. Model ini sulit dalam merencanakan pembelajaran oleh karena terbentur dengan kebiasaan siswa dalam belajar.
2. Kadang-kadang dalam mengimplementasikannya, memerlukan waktu yang panjang sehingga sering guru sulit menyesuaikannya dengan waktu yang telah ditentukan.
12
Sund dan Trowbridge dalam Dewi (2010) mengungkapan beberapa macam model inkuiri yang dapat digunakan dalam pembelajaran yaitu :
1. Guided Inquiry
Pembelajaran inkuiri terbimbing yaitu suatu model pembelajaran inkuiri yang da-lam pelaksanaannya guru menyediakan bimbingan atau petunjuk cukup luas kepa-da siswa. Sebagian perencanaannya dibuat oleh guru, siswa tikepa-dak merumuskan masalah. Dalam pembelajaran inkuiri terbimbing guru tidak melepas begitu saja kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh siswa. Guru harus memberikan pengarah-an dpengarah-an bimbingpengarah-an kepada siswa dalam melakukpengarah-an kegiatpengarah-an-kegiatpengarah-an sehingga sis-wa yang berpikir lambat atau sissis-wa yang mempunyai intelejensi rendah tetap mampu mengikuti kegiatan-kegiatan yang sedang dilaksanakan dan siswa mem-punyai intelejensi tinggi tidak memonopoli kegiatan.
2. Modified Inquiry
Model pembelajaran inkuiri ini memiliki ciri yaitu guru hanya memberikan per-masalahan tersebut melalui pengamatan, percobaan, atau prosedur penelitian un-tuk memperoleh jawaban. Selain itu , guru merupakan nara sumber yang tugas-nya hatugas-nya memberikan bantuan yang diperlukan untuk menghindari kegagalan dalam memecahkan masalah.
3. Free Inquiry
13
4. Inquiry Role Approach
Model pembelajaran inkuiri pendekatan peranan ini melibatkan siswa dalam tim-tim yang masing-masing terdiri atas empat orang untuk memceahkan masalah yang diberikan. Masing-masing anggota memegang peranan yang berbeda, yaitu sebagai koordinator tim, penasihat teknis, pencatat data, dan evaluator proses. 5. Invitation Into Inquiry
Model inkuiri jenis ini siswa dilibatkan dalam proses pemecahan masalah dengan cara-cara yang lain ditempuh para ilmuwan.
Martin dan Hansen (Dewi, 2010) menyatakan bahwa pembelajaran inkuiri terbim-bing (guided inquiry) memberikan kesempatan pada siswa dalam merumuskan prosedur, menganalisis hasil dan mengambil keputusan secara mandiri, sedangkan guru bertugas dalam hal menentukan topik, pertanyaan dan bahan penunjang, arti-nya bahwa guru berperan sebagai pemimbing dan fasilitator.
14
Pada penelitian ini tahapan pembelajaran inkuiri terbimbing yang digunakan mengadaptasi dari tahapan pembelajaran inkuiri terbimbing yang dikemukakan oleh Gulo dalam Trianto (2010). Tahapan pembelajaran inkuiri terbimbing tersebut dapat dijelaskan pada Tabel 1 sebagai berikut.
Tabel 1. Tahap pembelajaran inkuiri terbimbing
No Fase Kegiatan Guru Kegiatan Siswa
1. Mengajukan pertanyaan atau perma-salahan
Guru membimbing siswa mengidentifikasi masalah. Guru membagikan LKS kepada siswa
Siswa mengidentifikasi
masalah yang terdapat dalam LKS 2.
Membuat hipotesis
Guru memberikan kesempatan pada siswa untuk curah pendapat
dalam membuat hipotesis. Guru membimbing siswa dalam menentukan hipotesis yang relevan dengan permasalahan dan memprio-ritaskan hipotesis mana
yang menjadi prioritas penyelidikan
Guru membimbing siswa mendapatkan informasi atau
data-data melalui percobaan maupun telaah literatur
Siswa melakukan percoba-an maupun telaah literatur untuk
mendapatkan data-data atau informasi 4.
Menganalisis data
Guru memberi kesempatan pada tiap siswa untuk menyampaikan
hasil pengolahan data yang terkumpul data yang terkumpul 5. Membuat
kesimpulan
Guru membimbing siswa dalam membuat kesimpulan
Siswa membuat kesimpulan
C. Keterampilan Berpikir Kreatif
15
pola berpikir atau ide yang timbul secara spontan dan imajinatif, yang mencirikan hasil artistik penemuan ilmiah dan penciptaan baru, baik sama sekali baru bagi dunia ilmiah maupun secara relatif baru bagi individu sendiri, walaupun orang lain mungkin telah menemukan atau memproduksi sebelumnya.
Menurut model struktur intelek oleh Guilford (Munandar, 2008), “Berpikir
diver-gen (disebut juga berpikir kreatif) ialah memberikan macam-macam kemungkinan jawaban berdasarkan informasi yang diberikan dengan penekanan pada keragam-an jumlah dan kesesuaian”.
Pemikiran kreatif akan membantu seseorang untuk meningkatkan kualitas dan ke-efektifan pemecahan masalah dan hasil pengambilan keputusan yang dibuat (Evans, 1991). Definisi kemampuan berpikir secara kreatif (Arifin, 2000) dilaku-kan dengan menggunadilaku-kan pemikiran dalam mendapatdilaku-kan ide-ide yang baru, ke-mungkinan yang baru, ciptaan yang baru berdasarkan kepada keaslian dalam penghasilannya.
Menurut model Killen (2009) perilaku siswa yang termasuk dalam keterampilan kognitif kreatif dapat dijelaskan pada Tabel 2 sebagai berikut:
Tabel 2. Perilaku siswa dalam keterampilan kognitif kreatif
Perilaku Arti
1) Berpikir Lancar (fluency) a. Menghasilkan banyak
gagasan/jawaban yang relevan; b. Arus pemikiran lancar.
16
Lanjutan Tabel 2.
Perilaku Arti
b. Mampu mengubah cara atau pendekatan;
c. Arah pemikiran yang berbeda. 3) Berpikir Orisinil (originality) Memberikan jawaban yang tidak
lazim, yang lain dari yang lain, yang jarang diberikan kebanyakan orang. 4) Berpikir terperinci (elaborasi) a. Mengembangkan, menambah,
memperkaya suatu gagasan; b. Memperinci detail-detail; c. Memperluas suatu gagasan.
Sedangkan menurut Guilford (Herdian, 2010) menyebutkan lima indikator-indikator berpikir kreatif, yaitu:
1. Kepekaan (problem sensitivity), adalah kemampuan mendeteksi, mengena-li dan memahami serta menanggapi suatu pernyataan, situasi atau masa-lah.
2. Kelancaran (fluency), adalah kemampuan untuk menghasilkan banyak ga-gasan.
3. Keluwesan (flexibility), adalah kemampuan untuk mengemukakan berma-cam-macam pemecahan atau pendekatan terhadap masalah.
4. Keaslian (originality), adalah kemampuan untuk mencetuskan gagasan de-ngan cara-cara yang asli, tidak klise dan jarang diberikan kebanyakan orang.
5. Elaborasi (elaboration), adalah kemampuan menambah suatu situasi atau masalah sehingga menjadi lengkap, dan merincinya secara detail, yang di dalamnya terdapat berupa tabel, grafik, gambar model, dan kata-kata.
Munandar (2008) memberikan uraian tentang aspek berpikir kreatif sebagai dasar untuk mengukur kreativitas siswa seperti terlihat dalam Tabel 3 sebagai berikut:
Tabel 3. Indikator keterampilan berpikir kreatif
Pengertian Perilaku
Berpikir Lancar (Fluency)
1) Mencetuskan banyak gagasan, jawaban, penyelesaian masalah atau jawaban.
a. Mengajukan banyak pertanyaan. b. Menjawab dengan sejumlah jawaban
jika ada.
17
Lanjutan tabel 3.
Pengertian Perilaku
2) Memberikan banyak cara atau saran untuk melakukan berbagai hal.
3) Selalu memikirkan lebih dari satu jawaban.
d. Lancar mengungkapkan gagasan- gagasannya.
e. Bekerja lebih cepat dan melakukan lebih banyak dari orang lain.
f. Dapat dengan cepat melihat kesalah-an dkesalah-an kelemahkesalah-an dari suatu objek atau situasi.
Berpikir Orisinil (Originality) 1) Mampu melahirkan ungkapan
yang baru dan unik.
2) Memikirkan cara-cara yang tak lazim untuk mengungkapkan
a. Memikirkan masalah-masalah atau hal yang tidak terpikirkan orang lain. b. Mempertanyakan cara-cara yang lama
dan berusaha memikirkan cara-cara yang baru.
Berpikir Elaboratif (Elaboration) 1) Mampu memperkaya dan
me-ngembangkan suatu gagasan atau produk.
2) Menambah atau merinci detail-detail dari suatu objek, gagasan atau situasi sehingga menjadi lebih menarik.
Berpikir Evaluatif (Evaluation) 1) Menentukan kebenaran suatu
per-tanyaan atau kebenaran suatu penyelesaian masalah. 2) Mampu mengambil keputusan
terhadap situasi terbuka. 3) Tidak hanya mencetuskan
ga-gasan tetapi juga melaksanakan-nya.
a. Mencari arti yang lebih mendalam terhadap jawaban atau pemecahan masalah dengan melakukan lang-kah-langkah yang terperinci.
b. Mengembangkan atau memperkaya gagasan orang lain.
c. Menambah garis-garis, warna-warna, dan detail-detail (bagian-bagian) terhadap gambaranya sen-diri atau gambar orang lain.
a. Memberi pertimbangan atas dasar sudut pandang sendiri.
d. Mencetuskan pandangan sendiri mengenai suatu hal.
e. Mempunyai alasan yang dapat dipertanggungjawabkan.
f. Menentukan pendapat dan bertahan terhadapnya.
18
D. Kemampuan Kognitif Siswa
Kemampuan kognitif merupakan salah satu faktor yang berpengaruh terhadap ha-sil belajar siswa. Kemampuan kognitif siswa adalah gambaran tingkat pengetahu-an atau kemampupengetahu-an siswa terhadap suatu materi pembelajarpengetahu-an ypengetahu-ang sudah dipel-ajari dan dapat digunakan sebagai bekal atau modal untuk memperoleh pengeta-huan yang lebih luas dan kompleks lagi, maka dapat disebut sebagai kemampuan kognitif (Winarni, 2006).
Lebih lanjut Nasution (Winarni 2006) mengemukakan bahwa secara alami dalam satu kelas kemampuan kognitif siswa bervariasi, jika dikelompokkan menjadi 3 kelompok, maka ada kelompok siswa berkemampuan tinggi, menengah, dan ren-dah. Menurut Anderson dan Pearson (Winarni 2006), apabila siswa memiliki tingkat kemampuan kognitif berbeda kemudian diberi pengajaran yang sama, ma-ka hasil belajar (pemahaman konsep) ama-kan berbeda-beda sesuai dengan tingma-kat ke-mampuannya, karena hasil belajar berhubungan dengan kemampuan siswa dalam mencari dan memahami materi yang dipelajari.
E. Konsep
19
mendefinisikan konsep, sekaligus menghubungkan dengan konsep-konsep lain yang berhubungan.
20
Tabel 4. Analisis konsep materi asam-basa.
Label
Konsep Definisi Konsep
Jenis Konsep
Atribut Posisi Konsep
Contoh Non Contoh
Kritis Variabel Superordinat Koordinat Subordinat
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10)
Larutan Asam
Larutan yang di dalam air melepaskan ion H+ menurut teori Arrhenius, dimana jumlah konsen-trasi ion H+ menunjukan kekuatan asam suatu la-rutan yang dinyatakan dengan suatu derajat ke-asaman (pH), spesi yang mendonorkan proton me-nurut teori Bronsted-Lowry, dan menerima pasangan elektron menu-rut teori Lewis.
Konsep
Larutan yang di dalam
air melepaskan ion OH–
21
Tabel 4. (Lanjutan)
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10)
Kekuatan asam
Asam adalah spesi yang apabila dilarutkan dalam air menghasilkan ion H+, dimana jumlah
konsentrasi ion H+ menunjukan kekuatan asam suatu larutan yang dinyatakan dengan suatu derajat
Kemampuan spesi basa untuk menghasilkan ion OH- dalam air yang bergantung pada derajat kebasaan (pOH)
pH Derajat keasaman suatu
larutan yang bergantung pada konsentrasi ion H+
Konsep
22
F. Kerangka Pemikiran
Model inkuiri terbimbing merupakan model pembelajaran yang mampu mencip-takan suasana belajar siswa yang aktif serta memupuk kerjasama antar siswa ka-rena siswa dihadapkan pada masalah yang erat kaitannya dalam kehidupan sehari-hari untuk dipecahkan dengan bimbingan dari guru, kemudian siswa berdiskusi untuk memecahkan masalah dari suatu hipotesis yang mereka buat sendiri sehing-ga dapat melatih keterampilan berpikir kreatif diantaranya keterampilan berpikir luwes.
23
Dengan demikian, dalam penelitian ini model Inkuiri Terbimbing pada pembela-jaran kimia dikelas diharapkan siswa dapat mengembangkan kemampuan berpikir luwes sehingga keterampilan berpikir kreatif siswa akan semakin tinggi sebanding dengan semakin tingginya kemampuan kognitif siswa.
G. Anggapan Dasar
Anggapan dasar dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI IPA di SMA
Swadhipa Natar tahun pelajaran 2012/2013 yang menjadi subjek penelitian mem-punyai tingkat kemampuan kognitif yang heterogen.
H. Hipotesis Umum
24
III. METODOLOGI PENELITIAN
A. Subyek Penelitian
Jumlah kelas XI IPA di SMA Swadhipa Natar Tahun Ajaran 2013/2014 ada satu kelas, jadi yang menjadi subjek penelitian ini adalah kelas XI IPA dengan jumlah 32 siswa.
B. Metode dan Desain Penelitian
Metode penelitian yang digunakan yaitu pre-eksperimen dengan desain penelitian yang digunakan adalah one shot case study. Pada desain ini hanya diberi suatu perlakuan kemudian diobservasi. Dengan desain sebagai berikut (Creswell, 1997):
Keterangan: X = Perlakuan yang diberikan O = Posttest
25
C. Data Penelitian
Data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu:
1. Data hasil tes materi kesetimbangan kimia untuk mengelompokkan siswa sesuai kelompok kognitifnya.
2. Data kinerja guru. 3. Data aktivitas siswa.
4. Data hasil tes setelah pembelajaran (posttest) mengenai asam basa.
5. Data keterlaksanaan proses pembelajaran asam basa dengan menggunakan model inkuiri terbimbing.
D. Instrumen Penelitian
Pada penelitian ini instrumen yang digunakan adalah: 1. Silabus dan RPP
2. LKS kimia yang menggunakan model inkuiri terbimbing pada materi asam basa sejumlah 3 LKS. LKS 1 mengenai sifat asam basa suatu larutan dan men-definisikan asam basa arrhenius. LKS 2 mengenai kekuatan asam basa berda-sarkan harga PH. LKS 3 mengenai hubungan antara kekuatan asam atau basa dengan derajat pengionan dan hubungan antara derajat pengionan dengan teta-pan asam atau tetateta-pan basa.
3. Tes Tertulis yang digunakan yaitu
26
(b) postes materi asam basa yang terdiri dari 6 soal dalam bentuk uraian yang sesuai untuk mengukur keterampilan berpikir kreatif.
4. Lembar observasi yang digunakan terdiri dari lembar aktivitas siswa dan lem-bar kinerja guru. Pengisian lembar observasi dilakukan dengan cara memberi tanda check list pada kolom yang telah disediakan.
5. Kuesioner (Angket) yang diberikan bertujuan untuk memperoleh informasi mengenai keterlaksanaan proses pembelajaran materi asam-basa melalui pene-rapan model pembelajaran inkuiri terbimbing. Daftar pertanyaan bersifat tertu-tup, yaitu alternatif jawaban telah ditentukan.
E. Validasi Instrumen Penelitian
Suatu instrumen dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang diinginkan dan dapat mengungkap data dari variabel yang diteliti secara tepat. Untuk itu, perlu dilakukan pengujian terhadap instrumen yang akan digunakan. Pengujian instrumen penelitian ini menggunakan validitas isi. Adapun pengujian validitas isi ini dilakukan dengan cara judgment. Dalam hal ini pengujian dilakukan de-ngan mede-nganalisis kesesuaian antara tujuan penelitian, tujuan pengukuran, indika-tor, kisi-kisi soal dengan butir-butir pertanyaan postes. Bila antara unsur-unsur itu terdapat kesesuaian, maka instrumen dianggap valid dan dapat digunakan untuk mengumpulkan data sesuai kepentingan penelitian yang bersangkutan. Oleh kare-na itu, dalam melakukan judgment diperlukan ketelitian dan keahlian penilai yang dalam hal ini dilakukan oleh Ibu Dra. Ila Rosilawati, M.Si. dan Dr. Noor
27
F. Prosedur Pelaksanaan Penelitian
Langkah-langkah yang dilakukan dalam penelitian ini adalah: 1. Observasi pendahuluan
a. Meminta izin kepada kepala SMA Swadhipa Natar untuk melaksanakan penelitian.
b. Mengadakan observasi sekolah tempat penelitian untuk mendapatkan infor-masi mengenai data siswa, karakteristik siswa, jadwal, cara mengajar guru kimia di kelas, dan sarana-prasarana yang ada di sekolah yang dapat diguna-kan sebagai sarana pendukung pelaksanaan penelitian.
c. Menentukan model pembelajaran yang cocok untuk digunakan pada materi pokok asam basa yang dapat melatihkan keterampilan berpikir kreatif. d. Menentukan kelas yang digunakan sebagai subyek penelitian.
2. Pelaksanaan penelitian
Prosedur pelaksanaan penelitian ini terdiri dari beberapa tahap yaitu: a. Tahap Pendahuluan: Observasi
b. Tahap persiapan
1) Membuat instrumen penelitian (Silabus, RPP, LKS, dan Postes) yang akan digunakan untuk mengumpulkan data mengenai keterampilan berpikir kreatif siswa melalui penerapan model pembelajaran inkuiri terbimbing. 2) Melakukan validasi instrumen.
c. Tahap pelaksanaan penelitian
1) Melaksanakan proses pembelajaran materi asam basa pada subyek peneli-tian melalui penerapan model pembelajaran inkuiri terbimbing.
28
3) Memberikan kuesioner (angket) kepada subyek penelitian setelah pembe-lajaran materi asam-basa.
d. Tahap analisis data
1) Menganalisis data berupa jawaban tes tertulis siswa untuk memperoleh informasi mengenai keterampilan berfikir kreatif siswa.
2) Melakukan pembahasan terhadap hasil penelitian. 3) Menarik kesimpulan.
Alur prosedur penelitian tersebut dapat digambarkan dalam bentuk bagan berikut ini:
Gambar 1. prosedur pelaksanaan penelitian Observasi Pendahuluan
Postes Kuesioner
Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Membuat instrumen penelitian
Validasi instrumen penelitian
Analisis Data
Simpulan Pembahasan
Menentukan Subyek Penelitian
Perbaikan Perbaikan
29
G. Teknik Pengelompokan Siswa
Siswa dikelompokkan berdasarkan kemampuan kognitifnya ke dalam tiga kelom-pok yaitu tinggi, sedang, dan rendah. Penentuan kelomkelom-pok ini berdasarkan hasil nilai tes materi kesetimbangan kimia.
Pengelompokkan siswa berdasarkan kemampuan kognitifnya, dilakukan dengan cara sebagai berikut:
a. Mengurangi nilai terbesar dengan nilai terkecil untuk menentukan rentang. b. Menentukan banyak kelas interval menggunakan rumus:
n = banyak data
c. Membagi rentang dengan banyak kelas untuk menentukan panjang interval. d. Menentukan mean menggunakan rumus:
∑ ∑ Keterangan:
Mx = Mean
∑FiXi = Jumlah frekuensi siswa dikali nilai tengah ∑ = Jumlah frekuensi siswa
e. Menentukan standar deviasi menggunakan rumus:
√∑ ∑ ∑ ∑
Keterangan:
SDx = Standar Deviasi
∑ = Jumlah frekuensi siswa
30
∑ = Jumlah frekuensi siswa dikali kuadrat nilai tengah
f. Menghitung mean + SD dan mean – SD
g. Mengelompokkan kemampuan kognitif siswa ke dalam kategori tinggi, sedang dan rendah menurut Sudijono (2008).
Tabel 5. Kriteria pengelompokkan siswa
Kriteria pengelompokkan Kelompok
Nilai ≥ mean + SD Tinggi
Mean –SD ≤ nilai < mean + SD Sedang Nilai < mean – SD Rendah
Hasil perhitungan pengelompokkan siswa berdasarkan nilai tes materi kesetimbangan kimia ditunjukkan pada tabel 6.
Tabel 6. Data hasil perhitungan kriteria pengelompokkan siswa
Kriteria pengelompokkan Kriteria Kelompok Jumlah Siswa
Nilai ≥ mean + SD Nilai ≥ 68,68 Tinggi 7
Mean –SD ≤ nilai < mean + SD 46,70 ≤ Nilai < 68,68 Sedang 16 Nilai < mean - SD Nilai < 46,70 Rendah 9
H.Analisis Data
Langkah-langkah yang dilakukan dalam mengolah data penelitian adalah sebagai berikut:
1. Pengolahan data tes tertulis
Untuk menganalisis data yang berasal dari tes tertulis berupa soal uraian, dilaku-kan dengan cara:
31
b. Menjumlahkan skor yang didapat setiap siswa sesuai dengan indikator kemampuan berpikir luwes
c. Mengubah skor menjadi nilai, dengan menggunakan persamaan:
∑ ∑
d. Menghitung nilai rata-rata siswa untuk kemampuan berpikir luwes pada kelompok tinggi, sedang dan rendah
̅ ∑ ∑
e. Menentukan kriteria tingkat kemampuan siswa untuk nilai rata-rata yang dida-pat pada poin d berdasarkan skala kriteria tingkat kemampuan siswa seperti yang diungkapkan oleh Arikunto (1997).
Tabel 7. Kriteria Tingkat Kemampuan Siswa
Nilai Kriteria
81-100 Sangat baik
61-80 Baik
41-60 Cukup
21-40 Kurang
0-20 Sangat kurang
f. Menentukan kriteria tingkat kemampuan siswa untuk nilai siswa pada keterampilan berpikir luwes berdasarkan Tabel 6.
g. Menentukan jumlah siswa pada kelompok tinggi, sedang dan rendah untuk setiap kriteria tingkat kemampuan.
h. Menentukan persentase siswa pada kelompok tinggi, sedang dan rendah untuk setiap kriteria tingkat kemampuan.
32
2. Pengolahan data kuesioner (angket)
Analisis data kuesioner dilakukan dengan cara berikut:
a. Memberikan skor untuk setiap nomor dengan kriteria skor 1 untuk jawaban “ya” dan skor 0 untuk jawaban “tidak”.
b. Menjumlahkan skor yang diperoleh dari jawaban seluruh siswa pada setiap per-tanyaan.
c. Menentukan persentase jawaban dari skor yang didapat pada setiap pertanyaan dengan menggunakan persamaan menurut Sudjana (2002).
∑
Keterangan:
%Xin = Persentase jawaban siswa
∑S = Jumlah siswa yang menjawab ya
44
V. SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan, kemampuan berpikir luwes pada materi asam-basa menggunakan model pembelajaran inkuiri terbimbing dapat disimpulkan.
1.Kelompok tinggi 57,14% berkriteria sangat baik, 28,57% berkriteria baik, dan 14,3% berkriteria cukup.
2.Kelompok sedang, 31,25% berkriteria sangat baik dan 68,75% berkriteria baik. 3.Kelompok rendah, 33,33% berkriteria baik dan 66,67% berkriteria cukup.
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh, maka dapat disarankan bahwa: 1. Bagi calon peneliti lain sebaiknya melatihkan pembelajaran inkuiri
terbim-bing pada materi sebelumnya agar siswa terbiasa dalam proses pembelajaran saat penelitian nantinya.
45
DAFTAR PUSTAKA
Ali, M. 1992. Strategi Penelitian Pendidikan. Angkasa. Bandung. Arifin, M. 2000. Strategi Belajar Mengajar. Jurusan Pendidikan Kimia
FPMIPA UPI. Bandung.
Arikunto, S. 1997. Penilaian Program Pendidikan. Edisi III. Bina Aksara. Jakarta.
Cahyono, A. 2010. Model Pembelajaran Berbasis Inkuiri Untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep dan Kemampuan Pemecahan Masalah Siswa SMA Pada Konsep Listrik Dinamis. Jurnal Inspirasi Pendidikan. Volume 1. Diakses 2 Desember 2011 dari http://risecahyono.blogspot.com/2011/02 /model-pembelajaran-berbasis-inkuiri.html
Creswell, J. W. 1997. Research Design Qualitative and Quantitative Approaches. Sage Publications. London.
Dewi, S.W. 2010. Pembelajaran Peer Led Guided Inquiry pada Materi Redoks dalam Meningkatkan Penguasaan Konsep dan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa SMA. Tesis. UPI Bandung. Bandung.
Dahar, R. W. 1996. Teori-Teori Belajar. Erlangga. Jakarta
Douglas, E. P. dan Chiu C. C. 2009. Work Progress – Use Of Guided Inquiry as an Active Learning Technique in Engineering. 39th ASEE/IEEE Frontiers in Education Conference. Texas.
Evans, J. R. 1991. Berpikir Kreatif, dalam Pengambilan Keputusan dan Manajemen. Bumi Aksara. Jakarta.
Fadiawati, N. 2011. Perkembangan Konsepsi Pembelajaran Tentang Struktur Atom Dari SMA Hingga Perguruan Tinggi. Disertasi. SPs-UPI Bandung. Bandung.
Herdian. 2010. Berfikir Kritis dan Kreatif dalam Pembelajaran Matematika. Diakses pada tanggal 8 Juni 2013 dari
46
Herni Agustiani. 2013. Analisis Kemampuan Menarik Kesimpulan dan Menerapkan Konsep pada Materi Pokok Asam-Basa Melalui Penerapan Model Pembelajaran Learning Cycle 3E. Skripsi. FKIP Unila. Bandar Lampung.
Husamah dan Yanur Setyaningrum. 2013. Desain Pembelajaran Berbasis Kompetensi Panduan Merancang Pembelajaran untuk Mendukung Implementasi Kurikulum 2013. Prestasi Pustakaraya. Jakarta. Ibrahim, M. 2000. Pembelajaran Inkuiri. Diakses 19 Februari 2014 dari
http://herfis.blogspot.com/2009/07/ pembelajaran-inkuiri.html
Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan. 2013. Konsep Pendekatan Ilmiah. Kemendikbud. Jakarta.
Killen, R. 2009. Effective Teaching Strategies. Social Science Press. Australia. Koentjaraningrat. 1990. Metode-Metode Penelitian Masyarakat. Gramedia.
Jakarta.
Munandar, S. C. U. 2008. Pengembangan Kreativitas Anak Berbakat. Rineka Cipta. Jakarta.
Nasution. 2000. Berbagai Pendekatan dalam Proses Belajar Mengajar. Bumi Aksara. Jakarta.
Pannen, P., D. Mustafa, dan M. Sekarwinahyu. 2001. Konstruktivisme dalam Pembelajaran. Dikti. Jakarta.
Prambudi, S. 2010. Bisik-bisik Tetangga Strategi Pembelajaran Inkuiri. Diakses 17 Januari 2012 dari http://shoimprambudi.wordpress.com/.
Pullaila, A dan Sri Redjeki. 2007. Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Untuk Meningkatkan Penguasaaan Dan Keterampilan Berpikir Kreatif Siswa Sma Pada Materi Suhu Dan Kalor. Jurnal Penelitian Pendidikan IPA. UPI. Bandung.
Roestiyah. 2001. Strategi Belajar Mengajar. Rineka Cipta. Jakarta. Sudbudhy, Endang R dan I M Nuryata. 2010. Pembelajaran Masa Kini.
Sekarmita. Jakarta.
Sudijono, A. 2008. Pengantar Evaluasi Pendidikan. PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta.
Sudjana. 2002. Metoda Statistika. Tarsito. Bandung.
47
Bahasan Lingkaran. Skripsi. Diakses pada tanggal 24 Februari 2014 dari http://repository.library.uksw.edu/handle/123456789/1871
Suparno, P. 1997. Filsafat Konstruktivisme dalam Pendidikan. Kanisius. Jakarta.
Suyatna, A. 2006. Penerapan Model Pembelajaran Astronomi Berbasis Inkuiri dan Eksplorasi Serta Berorientasi Pemberian Contoh Untuk Calon Guru Fisika. Jurnal Pendidikan. 1-11.
Trianto. 2007. Model-Model Pembelajaran inovatif berorientasi konstruktivistik. Prestasi Pustaka. Jakarta.
_____. 2010. Model Pembelajaran Terpadu, Konsep, Strategi dan
Implementasinya dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Bumi Aksara. Jakarta.
Widodo, A. 2013. Pengembangan Lembar Kerja Siswa Berbasis Keterampilan Proses Sains Pada Materi Asam Basa. Skripsi. FKIP Unila. Bandar Lampung.