PENGARUH KARAKTERISTIK IBU DAN PELAYANAN ANTENATAL CARE (ANC) TERHADAP KEJADIAN BAYI BERAT
LAHIR RENDAH (BBLR) DI DESA BUKIT RATA KECAMATAN KEJURUAN MUDA
KABUPATEN ACEH TAMIANG TAHUN 2013
TESIS
Oleh
SRI URI HANDAYANI 117032205/IKM
PROGRAM STUDI S2 ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
THE INFLUENCE OF MOTHER CHARACTERISTICS AND ANTENATAL CARE (ANC) ON THE INCIDENT OF LOW BIRTH WEIGHT BABY
(LBWB) AT BUKIT RATA VILLAGE, KEJURUAN MUDA SUBDISTRICT, ACEH TAMIANG DISTRICT
THESIS
By
SRI URI HANDAYANI 117032205/IKM
MAGISTER OF PUBLIC HEALTH STUDY PROGRAM FACULTY OF PUBLIC HEALTH
UNIVERSITY OF SUMATERA UTARA MEDAN
PENGARUH KARAKTERISTIK IBU DAN PELAYANAN ANTENATAL CARE (ANC) TERHADAP KEJADIAN BAYI BERAT
LAHIR RENDAH (BBLR) DI DESA BUKIT RATA KECAMATAN KEJURUAN MUDA
KABUPATEN ACEH TAMIANG TAHUN 2013
TESIS
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat
untuk Memperoleh Gelar Magister Kesehatan (M.Kes) dalam Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat
Minat Studi Kesehatan Reproduksi pada Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Sumatera Utara
Oleh
SRI URI HANDAYANI 117032205/IKM
PROGRAM STUDI S2 ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
Judul Tesis : PENGARUH KARAKTERISTIK IBU DAN PELAYANAN ANTENATAL CARE (ANC) TERHADAP KEJADIAN BAYI BERAT LAHIR RENDAH (BBLR) DI DESA BUKIT RATA KECAMATAN KEJURUAN MUDA
KABUPATEN ACEH TAMIANG TAHUN 2013 Nama Mahasiswa : SRI URI HANDAYANI
Nomor Induk Mahasiswa : 117032205
Program Studi : S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Minat Studi : Kesehatan Reproduksi
Menyetujui Komisi Pembimbing:
Tanggal Lulus : 26 Agustus 2013 (Dr. Ir. Evawany Y. Aritonang, M.Si)
Ketua (Drs. Abdul Jalil AA, M.Kes) Anggota
Dekan
Telah diuji
Pada Tanggal : 26 Agustus 2013
PANITIA PENGUJI TESIS
Ketua : Dr. Ir. Evawany Y. Aritonang, M.Si Anggota : 1. Drs. Abdul Jalil AA, M.Kes
PERNYATAAN
PENGARUH KARAKTERISTIK IBU DAN PELAYANAN ANTENATAL CARE (ANC) TERHADAP KEJADIAN BAYI BERAT
LAHIR RENDAH (BBLR) DI DESA BUKIT RATA KECAMATAN KEJURUAN MUDA
KABUPATEN ACEH TAMIANG TAHUN 2013
TESIS
Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam tesis ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.
Medan, Oktober 2013
ABSTRAK
Bayi lahir dengan berat badan lahir rendah (BBLR) adalah bayi yang lahir dengan berat badan ≤ 2500 gram . Penyebab BBLR adalah umur, jarak kelahiran, pendidikan, perawatan antenatal. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh karakteristik ibu (pendidikan, umur ibu, umur kehamilan, paritas dan jarak antar kelahiran) dan pelayanan antenatal care (ANC) (Jumlah kunjungan dan komponen pemeriksaan 7T) terhadap kejadian di Desa Bukit Rata Kecamatan Kejuruan Muda Kabupaten Aceh Tamiang.
Jenis penelitian ini merupakan penelitian observasional dengan menggunakan pendekatan desain cross sectional. Populasi adalah seluruh ibu yang melahirkan di wilayah kerja Desa Bukit Rata Kecamatan Kejuruan Muda Kabupaten Aceh Tamiang bulan Januari sampai April 2013 sebanyak 172 orang. Sampel berjumlah 153 orang dengan teknik simple random sampling. Analisa data dengan Chi Square dan Regresi Logistik Berganda (multiple logistic regression).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kejadian BBLR sebesar 11,1%. Hasil regresi logistik berganda menyatakan jarak antar kelahiran (p=0,027) dan jumlah kunjungan (p=0,042) berpengaruh terhadap kejadian BBLR. Nilai Exp (B) jarak antar kelahiran sebesar 3,386, sehingga dapat disimpulkan bahwa ibu hamil yang jarak kelahirannya < 24 bulan mempunyai kemungkinan 3 kali lebih besar bayinya mengalami BBLR dan nilai Exp (B) pelayanan ANC sebesar 8,496, sehingga dapat disimpulkan bahwa ibu hamil yang pelayanan ANCnya tidak baik mempunyai kemungkinan 8,496 kali lebih besar bayinya mengalami BBLR.
Bagi Petugas Kesehatan Kesehatan di Desa Bukit Rata Kecamatan Kejuruan Muda memberikan kemudahan akses pelayanan ANC dan melakukan penyuluhan kesehatan reproduksi bagi ibu hamil mengenai kesehatan ibu hamil, pentingnya pemeriksaan ANC pada saat hamil dan pentingnya penggunaan alat kontrasepsi jangka panjang untuk mengatur jarak kelahiran.
.
ABSTRACT
Low birth weight baby (LBWB) is a baby that is birth with the weight less than 2500 grams. Some causes of LBWB are age, interval of birth, and antenatal care. The objective of the research was to analyze the influence of the mother’s characteristics (education, age, age of pregnancy, parity, and interval of birth) and antenatal care (ANC) service(the number of visits and 7 ANC components) on the incident of LBWB at Bukit Rata village, Kejuruan Muda Subdistrict, Aceh Tamiang District.
The type of the research was observational with cross sectional design. The population was 172 mothers who delivered babies in the working area of Bukit Rata village, Kejuruan Muda Subdistrict, Aceh Tamiang District, from January to April, 2013. 153 of them were used as the samples, using simple random sampling technique. The data were analyzed by using Chi Square test and multiple logistic regression tests.
The result of the research showed that the incident of LBWB was 11.1%. The result of the multiple logistic regression states that interval of birth (p=0.027) and the number of visits (p=0.042) influenced the incident of LBWB. obtained value of Exp (B) the distance between the births of 3,386, so it can be concluded that pregnant women who birth spacing <24 months had 3 times more likely to experience low birth weight babies and the value of Exp (B) ANC of 8,496, so it can be concluded that pregnant women the service is not good ANCnya have 8,496 times more likely to experience low birth weight babies
Health for Health Professionals in Rural Hill Average District Youth Vocational provide easy access to ANC services and conduct reproductive health education for pregnant women on maternal health, the importance of checking the ANC during pregnancy and the importance of long-term use of contraceptives for birth spacing.
KATA PENGANTAR
Segala Puji Syukur penulis dipanjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan rahmat serta pertolonganNya yang berlimpah sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penyusunan tesis ini dengan judul " Pengaruh Karakteristik Ibu dan Pelayanan Antenatal Care Terhadap Kejadian Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) di Desa Bukit Rata Kecamatan Kejuruan Muda Kabupaten Aceh Tamiang”.
Penulisan tesis ini merupakan salah satu persyaratan akademik untuk menyelesaikan pendidikan pada Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Minat Studi Kesehatan Reproduksi, Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.
Penulis, dalam menyusun tesis ini mendapat bantuan, dorongan dan bimbingan dari berbagai pihak. Untuk itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Rektor Universitas Sumatera Utara, selaku Prof. Dr. dr. Syahril Pasaribu, DTM&H, M.Sc (CTM), Sp.A(K).
2. Dr. Drs. Surya Utama, M.S, Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.
4. Dr. Ir. Evawany Y. Aritonang, M.Si, selaku ketua komisi pembimbing dan Drs. Abdul Jalil Amri Arma, M.Kes selaku anggota komisi pembimbing yang dengan penuh perhatian dan kesabaran membimbing, mengarahkan dan meluangkan waktu untuk membimbing penulis mulai dari proposal hingga penulisan tesis selesai.
5. Dr. Ir. Zulhaida Lubis, M.Kes dan dr. Yusniwarti Yusad, MSi selaku penguji tesis yang dengan penuh perhatian dan kesabaran membimbing, mengarahkan dan meluangkan waktu untuk membimbing penulis mulai dari proposal hingga penulisan tesis selesai.
6. Kepala Pusksmas Kejuruan Muda Kabupaten Aceh Tamiang yang telah berkenan memberikan izin untuk melakukan penelitian dan sehingga tesis ini selesai.
7. Dosen dan staf di lingkungan Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Minat Studi Kesehatan Reproduksi, Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.
8. Teristimewa buat suami Brigadir Muhammad Syahrul dan anak Zahwa Balqhis yang selalu memberi doa, kasih sayang, motivasi dan berkorban baik moril maupun materil kepada penulis.
10. Rekan – rekan seperjuangan Mahasiswa Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Angkatan 2011 Minat studi Kesehatan Reproduksi.
Penulis menyadari atas segala keterbatasan, untuk itu saran dan kritik yang membangun sangat penulis harapkan demi kesempurnaan tesis ini dengan harapan, semoga tesis ini bermanfaat bagi pengambil kebijakan di bidang kesehatan, dan pengembangan ilmu pengetahuan bagi penelitian selanjutnya.
Medan, Oktober 2013 Penulis
RIWAYAT HIDUP
Sri Uri Handayani, lahir pada tanggal 26 Juni 1986 di P.Brandan, anak dari pasangan Ayahanda Ris Slamat KR dan Alm. Nurmini Hayati
Pendidikan formal penulis dimulai dari sekolah dasar di Sekolah Dasar Negeri Sriwijaya Kwala Simpang, Sekolah Menengah Pertama Negeri 1 Kwala Simpang, Sekolah Menengah Alwasliyah Kwala Simpang, Sekolah D-III Keperawatan Poltekkes Langsa, S1 Universitas Generasi Muda di Medan
Penulis mengikuti pendidikan lanjutan di Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Minat Studi Kesehatan Reproduksi, Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara sejak tahun 2011 dan menyelesaikan pendidikan tahun 2013.
DAFTAR ISI
2.7 Faktor-faktor yang Memengaruhi BBLR ... 18
2.8 Antenatal Care ... 24
2.8.1 Pengertian Kunjungan Antenatal Care (ANC) ... 24
3.3.2 Sampel ... 34
3.4 Metode Pengumpulan Data ... 35
3.4.1 Data Primer ... 35
3.4.2 Data Sekunder ... 35
3.5 Uji Validitas dan Reliabilitas ... 35
3.6 Metode Pengukuran ... 36
3.7 Metode Analisis Data ... 39
BAB 4. HASIL PENELITIAN ... 40
4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 40
4.2 Karakteristik Ibu ... 40
4.3 Jumlah Kunjungan Ibu dalam Pemeriksaan ANC ... 41
4.4 Komponen Pemeriksaan ANC ... 43
4.5 Pelayanan ANC ... 44
4.6 BBLR (Berat Bayir Lahir Rendah) ... 45
4.7 Hubungan Umur dengan BBLR ... 45
4.8 Hubungan Pendidikan dengan BBLR ... 45
4.9 Hubungan Paritas dengan BBLR ... 46
4.10 Hubungan Jarak antar Kelahiran dengan BBLR ... 47
4.11 Hubungan Jumlah Kunjungan dengan BBLR ... 47
4.12 Hubungan Komponen 7T dengan BBLR ... 48
4.13 Hubungan Pelayanan ANC dengan BBLR ... 48
4.14 Pengaruh Karakteristik Ibu dan Pelayanan ANC ... 49
4.15 Hasil Akhir Uji Regresi Logistik Berganda ... 50
BAB 5. PEMBAHASAN ... 52
5.1 Kejadian BBLR ... 52
5.2 Pengaruh Jarak Antar Kelahiran terhadap Kejadian BBLR .... 53
5.3 Pengaruh Pelayanan ANC terhadap Kejadian BBLR ... 56
BAB 6. KESIMPULAN DAN SARAN ... 56
6.1 Kesimpulan ... 56
6.2 Saran ... 56
DAFTAR PUSTAKA ... 57
DAFTAR TABEL
No. Judul Halaman
4.1 Distribusi Frekuensi Karakteristik Ibu Melahirkan di Desa Bukit
Rata Kecamatan Kejuruan Muda ... 41
4.2 Distribusi Frekuensi Jumlah Kunjungan ANC Ibu Ibu di Desa Bukit Rata Kecamatan Kejuruan Muda ... 42
4.3 Distribusi Frekuensi Kunjungan ANC Ibu di Desa Bukit Rata Kecamatan Kejuruan Muda ... 42
4.4 Distribusi Komponen Pemeriksaan 7T ANC Ibu di Desa Bukit Rata Kecamatan Kejuruan Muda ... 43
4.5 Distribusi Komponen Pemeriksaan ANC Ibu di Desa Bukit Rata Kecamatan Kejuruan Muda ... 44
4.6 Distribusi Frekuensi Pemeriksaan ANC Ibu di Desa Bukit Rata Kecamatan Kejuruan Muda ... 44
4.7 Distribusi BBLR di Desa Bukit Rata Kecamatan Kejuruan Muda ... 45
4.8 Hubungan Umur dengan BBLR ... 45
4.9 Hubungan Pendidikan dengan BBLR ... 46
4.10 Hubungan Paritas dengan BBLR ... 46
4.11 Hubungan Jarak antar Kelahiran dengan BBLR ... 47
DAFTAR GAMBAR
No. Judul Halaman
DAFTAR LAMPIRAN
No. Judul Halaman
1. Kuesioner Penellitian ... 66
2. Master Data ... 69
3. Hasil Output SPSS ... 74
4. Surat Izin Penelitian ... 88
ABSTRAK
Bayi lahir dengan berat badan lahir rendah (BBLR) adalah bayi yang lahir dengan berat badan ≤ 2500 gram . Penyebab BBLR adalah umur, jarak kelahiran, pendidikan, perawatan antenatal. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh karakteristik ibu (pendidikan, umur ibu, umur kehamilan, paritas dan jarak antar kelahiran) dan pelayanan antenatal care (ANC) (Jumlah kunjungan dan komponen pemeriksaan 7T) terhadap kejadian di Desa Bukit Rata Kecamatan Kejuruan Muda Kabupaten Aceh Tamiang.
Jenis penelitian ini merupakan penelitian observasional dengan menggunakan pendekatan desain cross sectional. Populasi adalah seluruh ibu yang melahirkan di wilayah kerja Desa Bukit Rata Kecamatan Kejuruan Muda Kabupaten Aceh Tamiang bulan Januari sampai April 2013 sebanyak 172 orang. Sampel berjumlah 153 orang dengan teknik simple random sampling. Analisa data dengan Chi Square dan Regresi Logistik Berganda (multiple logistic regression).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kejadian BBLR sebesar 11,1%. Hasil regresi logistik berganda menyatakan jarak antar kelahiran (p=0,027) dan jumlah kunjungan (p=0,042) berpengaruh terhadap kejadian BBLR. Nilai Exp (B) jarak antar kelahiran sebesar 3,386, sehingga dapat disimpulkan bahwa ibu hamil yang jarak kelahirannya < 24 bulan mempunyai kemungkinan 3 kali lebih besar bayinya mengalami BBLR dan nilai Exp (B) pelayanan ANC sebesar 8,496, sehingga dapat disimpulkan bahwa ibu hamil yang pelayanan ANCnya tidak baik mempunyai kemungkinan 8,496 kali lebih besar bayinya mengalami BBLR.
Bagi Petugas Kesehatan Kesehatan di Desa Bukit Rata Kecamatan Kejuruan Muda memberikan kemudahan akses pelayanan ANC dan melakukan penyuluhan kesehatan reproduksi bagi ibu hamil mengenai kesehatan ibu hamil, pentingnya pemeriksaan ANC pada saat hamil dan pentingnya penggunaan alat kontrasepsi jangka panjang untuk mengatur jarak kelahiran.
.
ABSTRACT
Low birth weight baby (LBWB) is a baby that is birth with the weight less than 2500 grams. Some causes of LBWB are age, interval of birth, and antenatal care. The objective of the research was to analyze the influence of the mother’s characteristics (education, age, age of pregnancy, parity, and interval of birth) and antenatal care (ANC) service(the number of visits and 7 ANC components) on the incident of LBWB at Bukit Rata village, Kejuruan Muda Subdistrict, Aceh Tamiang District.
The type of the research was observational with cross sectional design. The population was 172 mothers who delivered babies in the working area of Bukit Rata village, Kejuruan Muda Subdistrict, Aceh Tamiang District, from January to April, 2013. 153 of them were used as the samples, using simple random sampling technique. The data were analyzed by using Chi Square test and multiple logistic regression tests.
The result of the research showed that the incident of LBWB was 11.1%. The result of the multiple logistic regression states that interval of birth (p=0.027) and the number of visits (p=0.042) influenced the incident of LBWB. obtained value of Exp (B) the distance between the births of 3,386, so it can be concluded that pregnant women who birth spacing <24 months had 3 times more likely to experience low birth weight babies and the value of Exp (B) ANC of 8,496, so it can be concluded that pregnant women the service is not good ANCnya have 8,496 times more likely to experience low birth weight babies
Health for Health Professionals in Rural Hill Average District Youth Vocational provide easy access to ANC services and conduct reproductive health education for pregnant women on maternal health, the importance of checking the ANC during pregnancy and the importance of long-term use of contraceptives for birth spacing.
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kesehatan merupakan potensi dasar dan alami dari setiap individu yang sangat diperlukan pada awal kehidupan dan pertumbuhan manusia. Apabila unsur dasar tersebut tidak terpenuhi maka dapat mengakibatkan terhambatnya pertumbuhan dan atau perkembangan fisik dan mental anak. Seseorang yang sejak didalam kandungan sampai usia pertumbuhan atau perkembangan dalam kondisi dan lingkungan yang tidak sehat, akan menghasilkan kualitas SDM yang rendah (Maulana, 2009).
Pembangunan kesehatan yang dilaksanakan secara berkesinambungan dalam tiga dekade terakhir telah berhasil meningkatkan derajat kesehatan secara bermakna. Derajat kesehatan masyarakat telah menunjukkan perbaikan seperti dapat dilihat dari angka kematian bayi, angka kematian ibu melahirkan dan umur harapan hidup (Depkes RI, 2009).
Bayi lahir dengan berat lahir rendah (BBLR) merupakan masalah kesehatan yang sering dialami pada sebagian masyarakat yang ditandai dengan berat lahir kurang dari 2500 gram. Kejadian BBLR pada dasarnya berhubungan dengan kurangnya pemenuhan nutrisi pada masa kehamilan ibu. Namun kejadian BBLR juga dapat terjadi karena jarak kelahiran, kadar hemoglobin dan pemanfaatan pelayanan antenatal. BBLR termasuk faktor utama dalam peningkatan mortalitas, morbiditas dan diabilitas neonatus, bayi dan anak serta memberikan dampak jangka panjang terhadap kehidupannya di masa depan (Djitowiyono, 2010)
Berdasarkan hasil Riskesdas 2010 ditemukan bahwa daerah Sumut kejadian berat bayi lahir rendah sebanyak 8,2 %. Di Indonesia, setiap tahun ada 4.608.000 bayi lahir hidup. Dari jumlah itu sebanyak 100.454 (21,80 per seribu) meninggal sebelum berusia sebulan (neonatal) itu berarti 275 neonatal meninggal setiap hari atau 184 neonatal dini meninggal setiap hari, atau setiap jam ada delapan bayi neonatal dini meninggal setiap hari. Angka kematian bayi yang tinggi, tidak hanya terjadi pada neonatal dini saja, angka kematian bayi berumur kurang dari setahun pun masih tinggi (Komalasari, K. 2003). BBLR bersama prematur merupakan penyebab kematian neonatal yang tinggi (Balitbangkes, 2008).
persalinan yang aman, serta perawatan yang baik. Turunnya Angka BBLR merupakan salah satu target MDGS 2015 yang didalammnya terdapat beberapa tujuan yaitu menanggulangi kemiskinan dan kelaparan, mencapai pendidikan dasar untuk semua, mendorong kesetaraan gender dan pemberdayaan perempuan, menurunkan angka kematian anak, meningkatkan kesehatan ibu, memerangi HIV/ AIDS, malaria, dan penyakit menular lainnya, memastikan kelestarian lingkungan hidup dan membangun kemitraan global untuk pembangunan.
Bayi lahir dengan berat badan lahir rendah (BBLR) adalah bayi yang lahir dengan berat badan ≤ 2500 gram (Asrini ng, 2003). Pada masa ini, organ bayi mengalami penyesuaian dengan keadaan diluar kandungan, dan inilah yang diperlukan untuk kehidupan selanjutnya. BBLR merupakan salah satu faktor resiko yang mempunyai kontribusi terhadap kematian bayi khususnya pada masa perinatal dan menyumbang sebanyak 29% penyebab utama kematian neonatal. Data epidemiologi di Inggris dan berbagai negara maju lainnya menunjukkan setelah menjadi dewasa, bayi yang BBLR akan lebih mudah terkena penyakit kronis, misalnya Diabetes Mellitus Tipe 2 atau penyakit kardiovaskuler (Kramer, 2003).
Secara nasional berdasarkan analisa lanjut Survey Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI), angka BBLR sekitar 7,5%. Angka ini lebih besar dari target BBLR yang ditetapkan pada sasaran program perbaikan gizi menuju Indonesia Sehat 2010 yakni maksimal 7% (SDKI, 2007). Data Riskesdas tahun 2010 menyatakan bahwa angka kejadian BBLR secara nasional sebesar 5,8%. Insidensi BBLR di Rumah Sakit di Indonesia berkisar 20%. Angka kejadian di Indonesia sangat bervariasi antara satu daerah dengan daerah lain antara 9 – 30%, hasil studi 7 daerah multicenter yaitu Kepulauan Riau, Bali, NTT, Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan, Sulawesi Utara, Sulawesi Selatan dan Maluku Utara diperoleh angka BBLR dengan rentang 8,3% - 17,2%.
Berdasarkan Profil Dinas Kesehatan Pemerintah Aceh tahun 2010 angka kematian bayi di Aceh berkisar 37/ 1.000 kelahiran hidup, dengan jumlah kematian neonatal 655 jiwa. Penyebab kematian karena asfiksia sebanyak 180 jiwa, BBLR sebanyak 178 jiwa, infeksi sebanyak 14 jiwa, tetanus sebanyak 4 jiwa dan lain-lain 279 jiwa.
morbiditas dan berbagai kondisi buruk lain dikemudian hari. Sistim dan program pemantauan BBLR yang memadai merupakan salah satu upaya memutus siklus buruk masalah tumbuh kembang generasi, agar mendapatkan penanganan lebih dini.
Kejadian BBLR dapat ditanggulangi secara efisien dengan upaya pencegahan terhadap faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kejadian berat bayi lahir. Keadaan gizi ibu hamil sangat erat hubungannya dengan berat badan bayi yang akan dilahirkan. Masalah BBLR saat ini masih cukup tinggi berkaitan dengan tingginya angka kematian bayi dan balita dapat berdampak serius terhadap kualitas generasi mendatang yaitu akan menghambat pertumbuhan dan perkembangan mental anak serta berpengaruh terhadap penurunan kecerdasan (Siswono, 2007).
Saraswati (1998) menyatakan faktor sosio demografis (umur ibu, suku, agama, tingkat pendidikan, pekerjaan, tingkat ekonomi), faktor biomedis (paritas, jarak kehamilan, umur kehamilan, kadar Hb menjelang persalinan, tekanan darah ibu sewaktu hamil) pelayanan medis, perilaku dan lingkungan berpengaruh terhadap kejadian BBLR. Semakin banyak faktor tersebut ditemukan pada ibu hamil, maka semakin tinggi resiko kelahiran BBLR.
faktor kejiwaan ibu hamil. Faktor obstetrik, meliputi paritas, interval melahirkan anak, kegiatan seksual, pertumbuhan janin dan umur kehamilan anak sebelumnya, pengalaman abortus spontan sebelumnya, pengalaman induced abortion, pengalaman lahir mati atau kematian neonatal sebelumnya, pengalaman tidak subur sebelumnya dan paparan janin terhadap diethyl stilbestrol. Faktor Gizi, meliputi pertambahan berat badan masa kehamilan, asupan energi, pengeluaran energi, kerja dan aktivitas fisik, asupan/status protein, zat besi dan anemia, asamfolat dan vitamin B12, mineral, seng dan tembaga, kalsium, fosfor, dan vitamin D, vitamin B6, dan vitamin dan mineral lainnya. Faktor morbiditas ibu waktu hamil, meliputi morbiditas umum, dan penyakit episodik, malaria, infeksi saluran kemih, infeksi saluran kelamin. Faktor paparan zat racun, meliputi merokok, minum alkohol, konsumsi kafein dan kopi, penggunaan marijuana, ketergantungan pada narkotik, dan paparan zat racun lainnya. Perawatan antenatal, meliputi kunjungan antenatal pertama, jumlah kunjungan antenatal, dan mutu pelayanan antenatal.
Umur ibu termasuk faktor yang mempengaruhi terjadinya kejadian BBLR, Ibu hamil yang terlalu muda atau terlalu tua biasanya akan banyak mengalami komplikasi dalam kehamilan. Begitu juga dengan kondisi bayi yang dikandungnya. Ukuran umur muda adalah bila ibu mengandung pada usia kurang dari 20 tahun dan tua apabila di atas 35 tahun. Penelitian Kukuh (2005) menyatakan adanya pengaruh yang bermakna antara umur ibu, terhadap kejadian berat bayi lahir. Hal ini dikarenakan cara perawatan kehamilan ibu. Perawatan kehamilan yang baik akan menghindarkan ibu dari resiko komplikasi kehamilan yang dapat menyebabkan terjadinya BBLR. Perawatan kehamilan tersebut dapat berupa pemeriksaan kehamilan secara teratur, dan pemenuhan gizi yang cukup. Menurut Dasuki (1997) menyatakan Umur, mempunyai hubungan yang bermakna terhadap perawatan kehamilannya.
Jarak Kelahiran adalah waktu sejak kelahiran sebelumnya sampai terjadi kelahiran berikutnya. Jarak yang begitu dekat dapat menyebabkan terjadinya komplikasi kehamilan. Bila jarak antar kelahiran anak sebelumnya kurang dari 2 tahun, rahim dan kesehatan ibu belum pulih dengan baik. Jarak antar kelahiran mempunyai hubungan dengan terjadinya BBLR, yaitu semakin pendek jarak antar kelahiran, maka kemungkinan untuk melahirkan BBLR akan semakin besar pula. Ibu yang mempunyai jarak persalinan kurang dari 18 bulan akan mendapatkan bayi dengan BBLR 2,77 kali lebih besar bila dibandingkan dengan ibu yang mempunyai jarak persalinan lebih dari 18 bulan (Rosemary, 1997 dalam Suriani, 2010).
Antenatal Care (ANC) merupakan pemeriksaan kehamilan untuk
persalinan, kala nifas, persiapan memberi ASI dan kembalinya kesehatan reproduksi secara wajar. Pada negara berkembang kunjungan ANC minimal 4 kali yaitu 1 kali pada trimester I & II dan 2 kali pada trimester III (Manuaba, 1998). Pemeriksaan kehamilan adalah suatu cara untuk menjamin setiap kehamilan berpuncak pada upaya untuk melahirkan bayi yang sehat tanpa menganggu kesehatan ibunya (Dewi dalam Wibowo, 1992). Penelitian Setyowati, dkk dalam Suriani (2010) menemukan bahwa ibu yang memeriksakan kehamilannya kurang dari 4 kali berisiko untuk melahirkan BBLR 1,5 kali lebih besar bila dibandingkan dengan ibu yang memeriksakan kehamilannya 4 kali atau lebih.
care (ANC) terhadap kejadian BBLR di Desa Bukit Rata Kecamatan Kejuruan Muda Kabupaten Aceh Tamiang.
1.2 Perumusan Masalah
Masih banyak ditemukan kasus BBLR di Desa Bukit Rata Kecamatan Kejuruan Muda yaitu sebanyak 17 kejadian kasus BBLR pada bulan Januari hingga April 2013 dan bagaimana pengaruh karekteristik ibu dan pelayanan antenatal care (ANC) terhadap kejadian BBLR di Desa Bukit Rata Kecamatan Kejuruan Muda Kabupaten Aceh Tamiang?.
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh karakteristik ibu (pendidikan, umur ibu, paritas dan jarak antar kelahiran) dan pelayanan antenatal care (ANC) terhadap kejadian BBLR di Desa Bukit Rata Kecamatan Kejuruan Muda Kabupaten Aceh Tamiang.
1.4 Hipotesis
1.5Manfaat Penelitian
1.5.1 Hasil Penelitian diharapkan menjadi bahan masukan bagi ibu yang sedang hamil untuk merawat kehamilan dan menghindari kehamilan yang beresiko 1.5.2 Hasil penelitian ini dapat menjadi masukan bagi petugas kesehatan atau
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Pengertian Bayi Berat Lahir Rendah
Berat lahir adalah berat bayi yang ditimbang dalam waktu 1 jam pertama
setelah lahir (Kosim, 2008). Bayi berat badan lahir rendah (BBLR) adalah bayi baru
lahir yang berat badan lahirnya pada saat kelahiran kurang dari 2500 gram. Dahulu
neonatus dengan berat badan lahir kurang dari 2500 gram atau sama dengan 2500
gram disebut prematur. Pada tahun 1961 oleh WHO semua bayi yang baru lahir
dengan berat lahir kurang dari 2500 gram disebut Low Birth Weight Infants (BBLR)
(Sitohang, 2004).
BBLR merupakan penyebab utama dalam mortalitas, morbiditas dan
kecacatan pada neonates, balita dan anak-anak serta memiliki efek yang sangat
panjang dalam kesehatan dewasa nantinya. BBLR asalah bayi yang dilahirkan dengan
berat lahir kurang dari 2500 gram tanpa memendang masa gestasi (Kosim, 2008).
Prevalensi Bayi BBLR diperkirakan 1% dari seluruh kelahiran di dunia
dengan batasan 3,3%-38% dan lebih sering terjadi di Negara-negara berkembang atau
social ekonomi rendah. Secara statistic menunjukkan 90% kejadian BBLR didapatkan
di Negara berkembang dan angka kematiannya 35 kali lebih tinggi disbanding pada
bayi dengan berat bayi dengan berat lahir lebih dari 2300 gram (WHO, 2005).
2.2 Gambaran Klinis
Gambaran Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) tergantung dari umur kehamilan sehingga dapat dikatakan bahwa makin kecil bayi atau makin muda kehamilan maka nyata. Sebagai gambaran umum dapat dikemukakan bahwa Berat Badan Lahir Rendah mempunyai karakteristik. Karateristik BBLR sebagai berikut:
1. Berat Badan Lahir kurang dari 2.500 gram. 2. Panjang badan kurang dari 45 cm.
3. Lingkar dada kurang dari 33 cm. 4. Lingkar kepala kurang dari 33 cm. 5. Umur kehamilan kurang dari 37 minggu. 6. Kepala reltif lebih besar dari badannya.
7. Kulit: tipis transparan, lanugo banyak terutama pada dahi, lemak subkutan kurang.
8. Ubun-ubun dan sutura lebar. 9. Tangisan lemah dan jarang
10. Pernapasan belum teratur dan sering timbul apnea. 11. Daya isap lemah terutama dalam hari-hari pertama.
12. Labia minora belum tertututp oleh labia mayora (pada wanita), testis belum turun (pada laki-laki).
13. Pergerakan kurang dan lemah. 14. Kepala tidak mampu bergerak.
16. Frekuensi nadi 100 sampai 140/ menit. (Alimul Aziz H, 2005)
2.3 Epidemiologi
Prevalensi bayi berat lahir rendah (BBLR) diperkirakan 15% dari seluruh kelahiran kelahiran di dunia dengan batasan 3,3%-38% dan lebih sering terjadi di negara-negara berkembang sosio-ekonomi rendah. Secara statstik menunjukkan 90% kejadian BBLR didapatkan dan angka kematiannya 35 kali lebih tinggi di banding pada bayi dengan berat lahir lebih dari 2500 gram. BBLR termasuk faktor utama dalam peningkatan mortalitas, morbiditas dan disabilitas neonatus, bayi dan anak serta memberikan dampak jangka panjang terhadap kehidupannya di masa depan. Angka kejadian di Indonesia sangat bervariasi antara satu daerah dengan daerah lainnya, yaitu berkisar antara 9%-30%, hasil studi di 7 daerah multicenter diperoleh angka BBLR dengan rentang 2,1%-17,2%. Secara nasional berdasarkan analisa lanjut SDKI, angka BBLR sekitar 7,5%. Angka ini lebih besar dari target BBLR yang ditetapkan pada sasaran program perbaikan gizi.
2.4 Klasifikasi BBLR
Menurut Krisnadi (2009), berdasarkan usia kehamilan, bayi dengan berat badan lahir rendah dapat dibedakan menjadi 2 tipe yaitu :
cervical imcompetence (mulut rahim yang lemah hingga tak mampu menahan berat bayi dalam rahim), perdarahan sebelum atau saat persalinan (antepartum hemorrhage), dan ibu hamil yang sedang sakit. Cirinya adalah berat badan kurang dari 2500 gram, kulit transparan, masa gestasi kurang dari 37 minggu, kepala lebih besar daripada badan lemak sub kutan kurang bayi kecil dan perkerakan kurang dan lemah
2. Bayi kecil masa kehamilan (KMK) yaitu bayi yang lahir cukup bulan tetapi memiliki berat badan kurang. Bayi KMK ini dapat dibagi tiga yaitu bayi kurang bulan (pre term), cukup bulan (aterm), lewat bulan (post term). Bayi ini sering dsebut juga dengan sebutan Small for Gestational Age (SGA) atau Small for Date (SDA). Hal ini dikarenakan janin mengalami gangguan pertumbuhan di dalam uterus sehingga pertumbuhan janin mengalami hambatan. Beberapa penyebabnya seperti : ibu hamil kekurangan nutrisi, ibu memiliki hipertensi, preeklamsi, atau anemia, kehamilan kembar, kehamilan lewat waktu, malaria kronik, penyakit kronik, dan ibu hamil merokok. Bayi KMK dibagi atas.
a. Proportionate Intra Uterine Growth Retardation (IUGR) adalah janin yang menderita distres yang lama, dimana gangguan pertumbuhan terjadi berminggu-minggu sampai berbulan-bulan sebelum lahir, sehingga berat, panjang kepala dan lingkar kepala dalam proporsi yang seimbang, akan tetapi keseluruhannya masih berada di bawah masa gestasi yang sebenamya.
lahir. Pada keadaan ini panjang dan lingkar kepala normal akan tetapi berat tidak sesuai dengan masa gestasi. Bayi tampak kurus dan lebih panjang dengan tanda-tanda sedikitnya jaringan lemak di bawah kulit, kulit kering keriput dan mudah diangkat.
Pada bayi IUGR perubahan tidak hanya terhadap ukuran panjang, berat dan lingkaran kepala akan tetapi organ-organ di dalam badan pun mengalami perubahan. Drillen (1975) menemukan berat otak, jantung, paru dan ginjal bertambah, sedangkan berat hati, limpa, kelenjar adrenal dan thimus berkurang dibandingkan pada bayi prematur dengan berat yang sama. Perkembangan dari otak, ginjal dan paru sesuai masa gestasinya. (Wiknjosastro dkk, 2005).
2.5 Prognosis BBLR
Kematian perinatal pada BBLR 8 kali lebih besar dibandingkan bayi normal pada umur kehamilan yang sama. Semakin rendah berat bayi lahir maka semakin buruk prognosisnya. Angka kematian yang tinggi sering dijumpai akibat terdapatnya komplikasi neonatus seperti asfiksia, aspirasi pneumonia, perdarahan intrakranial dan hipoglikemia. Bila bayi ini selamat, terkadang dijumpai kerusakan pada saraf dan akan terjadi gangguan bicara, IQ yang rendah dan gangguan lainnya (Mochtar, 1998).
2.6 Komplikasi BBLR
penanganan di Unit Perawatan Intensif Neonatus atau ruang gawat level III. Yang perlu diantisipasi diantaranya:
1. Sistem Pernafasan
Penyakit yang paling sering ditemukan pada bayi kurang bulan adalah apnea of prematurity dan penyakit membran hialin. Apnea terjadi karena belum matangnya fungsi pernafasan. Pada bayi kecil masa kehamilan, bisa terjadi asfiksia maupun sindrom aspirasi mekonium. Distres pernafasan yang terjadi sering menyebabkan bayi harus dirawat di unit perawatan intensif (Dep Kes RI, 2007).
2. Sistem Kardiovaskuler
Kelainan yang sering dijumpai pada bayi kurang bulan adalah patent ductus arteriosus (PDA). Selain prematuritas, faktor risiko yang sering berperan dalam gagalnya penutupan ductus tersebut adalah kelainan paru kronik dan hipertensi pulmonal yang dijumpai pada pasien yang di rawat di unit perawatan intensif neonatus ( Asril A, 2007).
3. Sistem Gastrointestinal
Sebagian bayi kurang bulan menderita gangguan nutrisi disebabkan sistem organ gastrointestinal yang belum berkembang dengan baik. Pada bayi-bayi ini pemilihan pemberian nutrisi perlu dipertimbangkan dengan sebaik-baiknya. Pada beberapa bayi memerlukan pemberian nutrisi khusus yang diberikan secara intravena karena bayi belum mampu mendapatkan nutrisi per oral.
enterokolitis nekrotikans (NEC). Refluks gastroesofagus terjadi karena otot spingter esofagus masih belum berfungsi dengan baik akibat tonus otot belum berkembang sempurna serta perkembangan sistem saraf yang belum matang menyebabkan berbagai refleks susunan saraf gastrointestinal termasuk spingter gastroesofagus belum berfungsi dengan baik.
NEC merupakan kelainan gastrointestinal berupa kerusakan mukosa yang disertai tanda inflamasi usus yang ditemukan pada bayi kuran bulan yang dirawat di unit perawatan intensif neonatus. Salah satu penyebab NEC adalah faktor infeksi terutama bila sebelumnya bayi menderita hipoksia yang menimbulkan kelemahan saluran cerna. Pada keadaan ini jika terjadi infeksi akan menimbulkan kerusakan dinding usus dan berakhir perforasi.
4. Pertumbuhan
Anak yang terlahir dengan kecil masa kehamilan (KMK) memiliki tinggi badan yang lebih pendek selama masa anak-anak dan dewasa, mencapai ketinggian orang dewasa rata-rata sekitar 1 SD lebih rendah dari pada rata-rata. Khas pada bayi yang lahir KMK yaitu mengalami periode pertumbuhan linier yang dipercepat selama 12 bulan pertama kehidupan, menyebabkan tinggi postur diatas 2 SD hingga 90 %. Sebagian besar pertumbuhan tahap tumbuh kejar terjadi selama tahun pertama dan berakhir hingga mendekati usia 2 tahun.
kemungkinannya untuk mencapai tinggi badan normal, sedangkan anak dengan orang tua yang tinggi lebih mungkin untuk mencapai ketinggian orang dewasa normal .
2.7 Faktor-faktor yang Memengaruhi BBLR
Berbagai faktor yang memengaruhi BBLR antara lain meliputi jenis kelamin bayi, ras, keadaan plasenta, umur ibu, aktivitas ibu, kebiasaan merokok, paritas, jarak kehamilan, tinggi badan dan berat badan ibu sebelum kehamilan, keadaan social ekonomi, gizi, pemanfaatan pelayanan kesehatan dan pertambahan berat badan ibu selama kehamilan (Turhayati, 2006).
1. Pendidikan
Pendidikan adalah pembelajaran kepada masyarakat agar masyarakat mau melakukan tindakan-tindakan untuk memelihara dan meningkatkan kesehatannya (Notoadmojdo, 2003). Pendidikan ibu mencerminkan keadaan sosial ekonomi keluarga, variabel tersebut secara tidak langsung mempengaruhi terjadinya BBLR. Dengan pendidikan, seseorang dapat menerima lebih banyak informasi dan memperluas cakrawala berpikir sehingga mudah untuk mengembangkan diri, mengambil keputusan dan bertindak.
berat badan ibu semasa hamil yang pada saatnya akan mempengaruhi kejadian BBLR. Ibu yang berpendidikan rendah sulit untuk menerima inovasi dan sebagian besar kurang mengetahui pentingnya perawatan pra kelahiran. Disamping itu juga mempunyai keterbatasan mendapatkan pelayanan antenatal yang adekuat, keterbatasan mengkonsumsi makanan yang bergizi selama hamil. Kesemuanya ini akan mengganggu kesehatan ibu dan janin, bahkan sering mengalami keguguran atau lahir mati (Varney, 2003) Menurut Megawangi (1999) seperti dikutip Yustina (2007), mengatakan bahwa banyak studi membuktikan kaitan positif antara pendidikan perempuan dan tingkat produktivitasnya, rasa percaya diri, rendahnya angka kematian bayi, perbaikan status gizi balita dan lain-lain.
Menurut J. S Lesinki faktor pendidikan dan sosial ekonomi diperhitungkan sebagai faktor resiko tinggi yang dapat mempengaruhi kehamilan karena kedua faktor ini menimbulkan gangguan pertumbuhan dan perkembangan jiwa dan rahim, mempengaruhi cara pemilihan tempat dan penolong persalinan sehingga dapat menimbulkan risiko saat persalinan atau saat hamil. Disamping hal tersebut Wanita dengan pendidikan yang tinggi cendrung untuk menikah pada usia yang lebih tua, menunda kehamilan, mau mengikuti keluarga berencana (KB) dan mencari pelayanan antenatal.
2. Umur
tua apabila di atas 35 tahun. Rizvi dan kawan-kawan (2007) mengatakan bahwa faktor risiko seorang ibu untuk melahirkan bayi dengan BBLR adalah antara 15 – 35 tahun. Menurut Mutiara (2006) ibu hamil berusia > 35 tahun berisiko melahirkan BBLR 1,8 kali lebih besar daripada ibu hamil berusia 20 – 34 tahun. Pengaruh tersebut terlihat mengikuti fenomena huruf U terbalik yang berarti bahwa pada umur muda (<20 tahun) dan tua (> 35 tahun) berat bayi yang dilahirkan cenderung lebih dari pada umur 21 – 35 tahun.
Menurut penelitian Afifah (2004) wanita hamil mempunyai risiko komplikasi, terutama bagi kelompok wanita risiko tinggi yaitu wanita dengan keadaan “4 terlalu” (4T), dimana dua diantaranya adalah menyangkut dengan usia ibu, yakni kehamilan yang terjadi pada usia terlalu muda, usia terlalu tua. Kehamilan yang terjadi pada usia terlalu muda adalah wanita yang hamil usianya kurang dari 20 tahun yang dapat berisiko keguguran, preeklamsia (tekanan darah tinggi, oedema, proteinuria), eklampsia (keracunan kehamilan), timbulnya kesulitan persalinan, bayi lahir sebelum waktunya, berat bayi lahir rendah. Selanjutnya yang dimaksud usia terlalu tua adalah yang kehamilannya diatas usia 35 tahun dengan resiko keguguran, preeklamsia, eklamsia, timbulnya kesulitan kehamilan, bayi berat lahir rendah dan cacat bawaan (Purnama, 2010).
1. Usia Kehamilan Saat Melahirkan
dan organ pernafasan oleh karena itu mengalami kesulitan untuk hidup di luar uterus ibunya.
Umur kehamilan adalah jumlah minggu lengkap dari haid pertama menstruasi terakhir sampai anak lahir. WHO (1997) membagi umur kehamilan dalam tiga kelompok, yaitu:
a. Pre-term: kurang dari 37 minggu (< 259 hari)
b. Term: mulai dari 37 minggu samapi kurang dari 42 minggu (259-293 hari) c. Post-term: 42 minggu atau lebih (294 hari)
Menurut Manuba (1998), menyatakan bahwa berat badan bayi bertambah sesuai dengan usia kehamilan. Faktor umur kehamilan mempengaruhi kejadian BBLR karena semakin pendek masa kehamilan semakin kurang sempurna pertumbuhan alat-alat tubuhnya sehingga turut mempengaruhi berat badan waktu lahir.
3. Paritas
menyebabkan gangguan pertumbuhan yang selanjutnya akan melahirkan bayi dengan BBLR (Wiknjosastro, 2002).
Paritas yang tinggi akan berdampak pada timbulnya berbagai masalah kesehatan baik bagi ibu maupun bayi yang dilahirkan. Salah satu dampak kesehatan yang ditimbulkan adalah kejadian BBLR. Hasil penelitian Zaenab dan Juharno (2006) menunjukkan bahwa paritas berpengaruh terhadap kejadian BBLR dan merupakan faktor risiko penyebab kejadian BBLR pada bayi. Hasil pengujian statistik dengan chi-square diperoleh nilai Odds Ratio (OR) = 2,44 sehingga dapat dikatakan bahwa paritas merupakan faktor risik terhadap kejadian BBLR dimana ibu dengan paritas > 3 anak berisiko 2 kali melahirkan bayi dengan BBLR.
4. Jarak Antar Kelahiran
5. Antenatal Care
Perawatan ibu selama kehamilan sangat menentukan kesehatan ibu dan bayi yang dikandungnya. Selama kehamilan berbagai program yang termasuk dalam paket pelayanan ANC adalah 7T (timbang berat badan, ukur tekanan darah, pemberian tablet besi, imunisasi TT, ukur tinggi fundus uteri, lakukan tes penyakit menular seksual (PMS) dan temu wicara) dengan paket tersebut diharapkan ibu secara rutin mengontrol kehamilannya minimal 4 kali selama kehamilan dengan sebaran, 1 kali pada trimester 1, 1 kali pada trimester ke dua dan 2 kali pada trimester ke tiga (Depkes RI, 2006).
Khatun S. dan Rahman M. (2008) menyebutkan bahwa antenatal care memiliki pengaruh yang sangat kuat terhadap kejadian BBLR pada bayi dengan nilai OR = 29,4 (95% CI 12,61-68,48). Ibu hamil yang melakukan kunjungan ANC kurang dari 4 kali kemungkinan akan melahirkan bayi dengan BBLR 29,4 kali dibandingkan dengan ibu hamil yang melakukan kunjungan ANC 4 kali atau lebih pada masa kehamilan.
6. Usia Kehamilan Saat Melahirkan
Umur kehamilan adalah jumlah minggu lengkap dari haid pertama menstruasi terakhir sampai anak lahir. WHO (1997) membagi umur kehamilan dalam tiga kelompok, yaitu:
d. Pre-term: kurang dari 37 minggu (< 259 hari)
e. Term: mulai dari 37 minggu sampai kurang dari 42 minggu (259-293 hari) f. Post-term: 42 minggu atau lebih (294 hari)
Menurut Manuba (1998), menyatakan bahwa berat badan bayi bertambah sesuai dengan usia kehamilan. Faktor umur kehamilan mempengaruhi kejadian BBLR karena semakin pendek masa kehamilan semakin kurang sempurna pertumbuhan alat-alat tubuhnya sehingga turut mempengaruhi berat badan waktu lahir.
2.8 Antenatal Care
2.8.1 Pengertian Kunjungan Antenatal Care (ANC)
dan kontak sosial untuk mengkaji kesehatan dan kesejahteraan umumnya (Salmah, 2006). Kunjungan Antenatal Care (ANC) adalah kontak ibu hamil dengan pemberi perawatan atau asuhan dalam hal mengkaji kesehatan dan kesejahteraan bayi serta kesempatan untuk memperoleh informasi dan memberi informasi bagi ibu dan petugas kesehatan (Henderson, 2006).
Kunjungan Antenatal Care (ANC) adalah kunjungan ibu hamil ke bidan atau dokter sedini mungkin semenjak ia merasa dirinya hamil untuk mendapatkan pelayanan/asuhan antenatal. Pada setiap kunjungan Antenatal Care (ANC), petugas mengumpulkan dan menganalisis data mengenai kondisi ibu melalui anamnesis dan pemeriksaan fisik untuk mendapatkan diagnosis kehamilan intrauterine serta ada tidaknya masalah atau komplikasi (Saifudin, 2002).
2.8.2 Tujuan Antenatal Care (ANC)
Tujuan Antenatal Care (ANC) adalah:
1. Memantau kemajuan kehamilan untuk memastikan kesehatan ibu dan tumbuh kembang janin.
2. Meningkatkan dan mempertahankan kesehatan fisik, maternal dan sosial ibu dan bayi.
3. Mengenal secara dini adanya komplikasi yang mungkin terjadi selama hamil, termasuk riwayat penyakit secara umum, kebidanan dan pembedahan.
5. Mempersiapkan ibu agar masa nifas berjalan normal dan pemberian ASI Eksklusif.
6. Mempersiapkan peran ibu dan keluarga dalam menerima kelahiran bayi agar dapat tumbuh kembang secara normal.
7. Menurunkan angka kesakitan dan kematian ibu dan perinatal.
Menurut Depkes RI (2004) tujuan Antenatal Care (ANC) adalah untuk menjaga agar ibu hamil dapat melalui masa kehamilannya, persalinan dan nifas dengan baik dan selamat, serta menghasilkan bayi yang sehat.
2.8.3 Pelayanan Antenatal 1. Konsep Pemeriksaan Antenatal
Menurut Departem Kesehatan RI (2004), pemeriksaan antenatal dilakukan dengan standar pelayanan antenatal dimulai dengan :
a. Anamnese : meliputi identitas ibu hamil, riwayat kontrasepsi/KB, kehamilan sebelumnya dan kehamilan sekarang.
b. Pemeriksaan umum : meliputi pemeriksaan fisik, pemeriksaan khusus kebidanan.
c. Pemeriksaan laboratorium dilakukan hanya atas indikasi/diagnosa
d. Pemberian obat-obatan, imunisasi Tetanus Toxoid (TT) dan tablet besi (fe) e. Penyuluhan tentang gizi, kebersihan, olah raga, pekerjaan dan perilaku
terlatih, KB setelah melahirkan serta pentingnya kunjungan pemeriksaan kehamilan ulang.
2. Kunjungan Ibu Hamil
Menurut Departemen Kesehatan RI (2004), kunjungan ibu hamil adalah kontak antara ibu hamil dengan petugas kesehatan yang memberikan pelayanan antenatal standar untuk mendapatkan pemeriksaan kehamilan. Istilah kunjungan disini dapat diartikan ibu hamil yang datang ke fasilitas pelayanan kesehatan atau sebaliknya petugas kesehatan yang mengunjungi ibu hamil di rumahnya atau posyandu. Kunjungan ibu hamil dilakukan secara berkala yang dibagi menjadi beberapa tahap, seperti :
a. Kunjungan ibu hamil yang pertama (K1)
Kunjungan K1 adalah kontak ibu hamil yang pertama kali dengan petugas kesehatan untuk mendapatkan pemeriksaan kehamilan dan pelayanan kesehatan trimester I, dimana usia kehamilan 1 sampai 12 minggu.
b. Kunjungan ibu hamil yang keempat (K4)
Kunjungan K4 adalah kontak ibu hamil yang keempat atau lebih dengan petugas kesehatan untuk mendapatkan pemeriksaan kehamilan dan pelayanan kesehatan pada trimester III, usia kehamilan > 24 minggu.
a. Minimal 1 kali pada trimester I (K1), usia kehamilan 1-12 minggu b. Minimal 1 kali pada trimester II, usia kehamilan 13-24 minggu
c. Minimal 2 kali pada trimester III, (K3-K4), usia kehamilan > 24 minggu. Tabel 2.1 Informasi Setiap Kunjungan Antenatal
Kunjungan Waktu Informasi Penting Trimester
Pertama Sebelum Minggu ke 13
Membangun hubungan saling percaya antara petugas kesehatan dan ibu hamil. Mendeteksi masalah dan menanganinya. Melakukan tindakan pencegahan seperti tetanus neonatorum, anemia kekurangan zat besi, penggunaan praktek tradisonal yang merugikan.
Memulai persiapan kelahiran bayi dan kesiapan untuk menghadapi komplikasi. Mendorong perilaku yang sehat (gizi, latihan dan kebersihan, istirahat dan sebagainya)
Trimester
Kedua Sebelum Minggu ke 24
Sama seperti diatas, ditambah kewaspadaan khusus mengenai preeklampsia (tanya ibu tentang gejala-gejala preeklampsia, pantau tekanan darah evaluasi edema, periksa untuk mengetahui proteinuria)
Sama seperti diatas, ditambah deteksi letak bayi yang tidak normal, atau kondisi lain yang memerlukan kelahiran di rumah sakit.
Sumber, Depkes RI ( 2004)
2.8.4 Standar Pelayanan Antenatal Care
1. Timbang berat badan 2. Ukur tekanan darah 3. Ukur tinggi fundus uteri
4. Pemberian imunisasi TT lengkap
5. Pemberian tablet besi (Fe) minimal 90 tablet selama kehamilan dengan dosis satu tablet setiap harinya
6. Lakukan tes penyakit menular seksual (PMS) 7. Temu wicara dalam rangka persiapan rujukan
2.9 Landasan Teori
Kerangka teori Kramer sebagai berikut:
Faktor Genetik
1. jenis kelamin bayi, 2. suku,
3. tinggi badan ibu hamil, 4. berat badan sebelum hamil, 5. haemodynamic
Kejadian BBLR Faktor Demografik dan psikososial
1.umur ibu,
2. Status sosial ekonomi (pendidikan, pekerjaan, dan/atau pendapatan), 3.Status perkawinan
4. faktor kejiwaan ibu hamil Faktor obstetric
1. Paritas
2. Interval melahirkan anak 3. kegiatan seksual,
4. Pertumbuhan janin dan umur kehamilan anak sebelumnya 5. pengalaman abortus spontan
sebelumnya
6. pengalaman induced abortion 7. pengalaman lahir mati atau
kematian neonatal sebelumnya 8. pengalaman tidak subur
sebelumnya dan paparan janin terhadap diethyl stilbestrol
Faktor Gizi
1. pertambahan berat badan masa kehamilan
2. asupan energy 3. pengeluaran energy 4. kerja dan aktivitas fisik, 5. asupan/status protein, zat besi
dan anemia
4.infeksi saluran kemih 5.infeksi saluran kelamin
Faktor paparan zat racun 1. merokok 2. minum alcohol
3. konsumsi kafein dan kopi 4. penggunaan marijuana 5. ketergantungan pada narkotik 6. paparan zat racun lainnya Perawatan Antenatal Care
1. Kunjungan antenatal pertama 2. jumlah kunjungan antenatal 3. Mutu pelayanan antenatal
2.10 Kerangka Konsep
Kerangka konsep dalam penelitian ini adalah:
Gambar 2.2 Kerangka Konsep
Berdasarkan dari gambar diatas, yang menjadi variabel independen dalam penelitian ini adalah karakteristik ibu dan pelayanan antenatal care (ANC) sedangkan yang menjadi variabel dependen adalah Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR).
Karakteristik Ibu - Pendidikan Ibu - Umur Ibu - Paritas
- Jarak Kelahiran
Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR)
BAB 3
METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini merupakan penelitian observasional dengan menggunakan pendekatan desain cross sectional, yaitu untuk menganalisis pengaruh karakteristik ibu dan pelayanan Antenatal Care (ANC) terhadap kejadian bayi berat lahir rendah (BBLR)
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Desa Bukit Rata Kecamatan Kejuruan Muda Kabupaten Aceh Tamiang. Waktu penelitian dimulai dari bulan Mei 2013 sampai dengan Juni 2013. Alasan di tempat tersebut masih banyak ditemukan BBLR (9,88%).
3.3 Populasi dan Sampel 3.3.1 Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu yang melahirkan di wilayah kerja Desa Bukit Rata Kecamatan Kejuruan Muda Kabupaten Aceh Tamiang bulan Januari sampai April 2013 yang berjumlah 172 orang.
3.3.2 Sampel
Sampel adalah sebagian dari ibu yang melahirkan di Desa Bukit Rata Kecamatan Kabupaten Aceh Tamiang, dengan rumus Lemeshow, dkk (1997) sebagai berikut:
: Deviat baku alpha untuk α= 0,05, maka nilai baku normal = 1,96
(1- ) : Deviat baku betha untuk
-Po : Proporsi di populasi (BBLR) : 0,061 (Sukbhan, 2011)
= 0,10 maka nilai baku normal = 0,842
Kriterian inklusi:
a. Ibu melahirkan dalam keadaan normal
b. Bayi yang dilahirkan pada saat penelitian masih hidup c. Bertempat tinggal di Desa Bukit Rata
Kriteria Eksklusi :
a. Ibu melahirkan dalam keadaan tidak normal
b. Bayi yangdilahirkan pada saat penelitian masih sudah meninggal c. Tidak Bertempat tinggal di Desa Bukit Rata
3.4 Metode Pengumpulan Data 3.4.1 Data Primer
Data Primer dikumpulkan terutama dengan observasi memakai keusioner yang telah disediakan, meliputi data karakteristik ibu dan pelayanan ANC.
3.4.2 Data Sekunder
Data yang di dapat dari laporan ataupun dokumen mengenai gambaran lokasi penelitian dan jumlah ibu di Desa Bukit Rata Kecamatan Kejuruan Muda Kabupaten Aceh Tamiang
3.5 Definisi Operasional
2. Pendidikan adalah jenjang pendidikan formal tertinggi yang telah ditamatkan ibu yang melahirkan.
3. Umur Ibu adalah usia ibu pada saat melahirkan di rumah sakit.
4. Paritas adalah jumlah kelahiran anak hidup baik tunggal maupun kembar yang pernah dialami
5. Jarak antar kelahiran adalah jarak waktu kelahiran antara anak yang terakhir dengan anak sebelumnya
6. Jumlah kunjungan adalah jumlah kontak ibu hamil dengan bidan yang dilakukan selama kehamilan dalam rangka pemeriksaan kehamilan sebanyak 4 kali atau lebih dengan komposisi 1 kali ditrimester I, 1 kali ditrimester II dan 2 kali ditrimester III 7. Komponen pemeriksaan kehamilan 7T adalah pelayanan pemeriksaan kehamilan yang diterima ibu saat melakukan kunjungan 7T meliputi, Timbang berat badan, ukur tekanan darah, pemberian tablet besi, imunisasi TT, ukur tinggi fundus uteri, lakukan tes penyakit menular seksual (PMS) dan temu wicara
8. Pelayanan ANC adalah kunjungan ibu pada saat hamil ke bidan atau dokter untuk memeriksakan kehamilannya baik secara kuantitas (jumlah kunjungan) dan kualitas (komponen pemeriksaan)
3.6 Metode Pengukuran
1. Bayi Berat Lahir Rendah
Untuk mengetahui kondisi bayi BBLR atau tidak, maka dilakukan pengukuran Berat Badan maksimal 1 jam setelah bayi lahir dengan 2 katagori yaitu:
0 = Tidak BBLR, bila bayi lahir dengan berat ≥ 2500 gram 1 = BBLR, bila bayi lahir dengan berat < 2500
Skala : Ordinal 2. Pendidikan
Pendidikan ibu diukur dalam 2 kaagori yaitu:
0 = Tinggi, jenjang pendidikan ibu menamatkan SLTA sederajat dan perguruan tinggi
1 = Rendah, jenjang pendidikan ibu tidak tamat SD, tamat SD, SLTP sederajat Skala : Ordinal
3. Umur
Umur ibu diukur dalam 2 katagori yaitu 0 = Resiko rendah, umur ibu 20-35 tahun 1 = Resiko tinggi, umur < 20 dan > 35 tahun Skala : Ordinal
4. Paritas
Paritas diukur dalam 2 katagori yaitu: 0 = Paritas ≤ 2 orang
5. Jarak Antar Kelahiran
Jarak Kelahiran diukur dalam 2 katagori yaitu: 0 = jauh > 24 bulan
1 = dekat ≤ 24 bulan Skala : Ordinal 6. Jumlah Kunjungan
Jumlah kunjungan diukur dalam 2 katagori yaitu:
0 = Lengkap, jika responden melakukan pemeriksaan kehamilan sesuai dengan trisemester kehamilan yaitu 1 kali pada trisemester pertama, 1 kali pada trisemester kedua, dan 2 kali pada trisemester 3.
1 = Tidak Lengkap, jika responden melakukan pemeriksaan tidak sesuai dengan trisemester kehamilan
Skala : Ordinal
7. Komponen Pemeriksaan 7T
Komponen pemeriksaan 7T diukur dalam 2 katagori yaitu:
0 = Lengkap, jika kompenen pemeriksaan kehamilan 7T diterima oleh ibu yaitu Timbang berat badan, ukur tekanan darah, pemberian tablet besi, imunisasi TT, ukur tinggi fundus uteri, lakukan tes penyakit menular seksual (PMS) dan temu wicara
1 = Tidak lengkap, jika komponen pemeriksaan kehamilan 7T tidak diterima oleh ibu
8. Pelayanan ANC
Pelayanan ANC diukur dalam 2 katagori yaitu:
0 = Baik, jika responden melakukan pemeriksaan kehamilan yang jumlah kunjungan lengkap (1 kali pada trisemester pertama, 1 kali pada trisemester kedua, dan 2 kali pada trisemester 3) dan komponen 7 T lengkap (Timbang berat badan, ukur tekanan darah, pemberian tablet besi, imunisasi TT, ukur tinggi fundus uteri, lakukan tes penyakit menular seksual (PMS) dan temu wicara)
1 = Tidak baik, jika responden melakukan pemeriksaan kehamilan yang jumlah kunjungan tidak lengkap dan komponen 7 T tidak lengkap
Skala : Ordinal
3.7 Metode Analisis Data a. Analisis Univariat
Analisis Univariat, yaitu analisis yang menggambarkan secara tunggal variabel-variabel independen dan dependen dalam bentuk distribusi frekuensi.
b. Analisis Bivariat
dipergunakan sebagai uji kandidat untuk dimasukkan dalam uji multivariat jika nilai p < 0,25.
c. Analisis Multivariat
BAB 4
HASIL PENELITIAN
4.1Gambaran Umum Lokasi Penelitian
Desa Bukit Rata terletak di Kecamatan Kejuruan Muda Kabupaten Aceh Tamiang dengan batas-batas wilayah sebagai berikut :
- Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Rantau - Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Tamiang Hulu - Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Kota Kuala Simpang - Sebelah Selatan berbatasan dengan Propinsi Sumatera Utara
Dengan jumlah penduduk Tahun 2011 : 32.200 jiwa, 8.079 KK, rasio jenis kelamin perbandingan jumlah penduduk laki-laki dan perempuan adalah 1 : 1,99.
4.2 Karakteristik Ibu
Pada penelitian ini, karakteristik ibu yang dilihat meliputi umur, usia kelahiran, pendidikan, paritas dan jarak antar kelahiran berjumlah 153 ibu di Desa Bukit Rata Kecamatan Kejuruan Muda. Berdasarkan Tabel 4.1 menunjukkan bahwa berdasarkan umur, proporsi umur responden tertinggi pada kelompok 20-35 tahun sebesar 96,1%. Berdasarkan pendidikan, proporsi pendidikan yang paling banyak yaitu pendidikan menengah sebesar 69,9% yang meliputi lulusan SMA hingga Perguruan tinggi. Berdasarkan paritas, proporsi yang paling banyak yaitu paritas >2 anak sebesar 59,5%. Berdasarkan jarak antar kelahiran, proporsi yang paling banyak
yaitu ≥ 24 bulan sebesar 63,4%. Hasil selengkapnya dapat dilihat pada tabel dibawah ini :
Tabel 4.1. Distribusi Frekuensi Karakteristik Ibu Melahirkan di Desa Bukit Rata Kecamatan Kejuruan Muda
No Identitas Responden n Persentase
1 Umur Ibu
5 Jarak antar Kelahiran ≥ 24 bulan
4.3Jumlah Kunjungan Ibu dalam Pemeriksaan ANC
Tabel 4.2. Distribusi Frekuensi Jumlah Kunjungan ANC Ibu di Desa Bukit Rata Kecamatan Kejuruan Muda
Jumlah Kunjungan n %
Lengkap 51 33,3
Tidak lengkap 102 66,7
Jumlah 153 100,0
Jumlah kunjungan ibu datang memeriksakan kehamilan sampai melahirkan mayoritas hingga sampai 4 kali yaitu sebesar 32,1%, pada saat ibu memasuki masa trisemester pertama yaitu umur kehamilan 0-3 bulan mayoritas dilakukan sebanyak 1 kali pertemuan yaitu sebesar 77,8%, pada saat ibu memasuki masa trisemester kedua yaitu umur kehamilan 4-6 bulan mayoritas dilakukan sebanyak 1 kali pertemuan yaitu sebesar 57,5% dan pada saat ibu memasuki masa trisemester ketiga yaitu umur kehamilan 7-9 bulan mayoritas dilakukansebanyak 1 kali pertemuan yaitu sebesar 46,4%. Sedangkan ibu yang tidak pernah melakukan kunjungan ANC sebesar 5,9%. hasil selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 4.3
Tabel 4.3. Distribusi Frekuensi Kunjungan ANC Ibu di Desa Bukit Rata Kecamatan Kejuruan Muda
Tabel 4.3. (Lanjutan)
4.4Komponen Pemeriksaan 7T ANC
Hasil pengukuran komponen pemeriksaan 7T ANC ibu ditemukan bahwa komponen pemeriksaan 7T lengkap sebanyak 51 orang (33,3%) dan komponen pemeriksaan 7T tidak lengkap sebanyak 102 orang (66,7%) seperti pada tabel berikut:
Tabel 4.4. Distribusi Komponen Pemeriksaan 7T ANC Ibu di Desa Bukit Rata Kecamatan Kejuruan Muda
Komponen Pemeriksaan 7T n %
Lengkap 51 33,3
Tidak lengkap 102 66,7
Jumlah 153 100,0
penambah darah, sebesar 66,7% ibu tidak mendapatkan pemeriksaan penyait menular seksual dan sebesar 79,7% ibu mendapatkan penyuluhan hasil pemeriksaan dan perencanaan persalinan. hasil selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 4.5
Tabel 4.5. Distribusi Komponen Pemeriksaan ANC Ibu di Desa Bukit Rata Kecamatan Kejuruan Muda
No Keterangan Frekuensi (Kali) Total
Tidak % Ya % n %
1 Ibu ditimabang berat badan
dan ukur tinggi badan 9 5,9 144 94,1 153 100,0
2 Ibu diperiksa tekanan
darahnya 11 7,2 142 92,8 153 100,0
3 Ibu diukur perutnya dengan
menggunakan pitacentimeter 74 48,4 79 51,6 153 100,0
4 Ibu mendapatkan imunisasi
Tetanus sebanyak 2 kali 75 49,0 78 51,0 153 100,0
5 Ibu diberi tablet besi atau
obat tambah darah 69 45,1 84 54,9 153 100,0
6 Ibu mendapatkan
pemeriksaan penyakit menular seksual
102 66,7 51 33,3 153 100,0
7 Ibu mendapatkan penyuluhan
hasil pemeriksaan dan perencanaan persalinan
31 20,3 122 79,7 153 100,0
4.5Pelayanan ANC
Hasil pengukuran pemeriksaan ANC ibu ditemukan bahwa pemeriksaan ANC baik sebanyak 51 orang (33,3%) dan pemeriksaan tidak baik sebanyak 102 orang (66,7%) seperti pada tabel berikut:
Tabel 4.6. Distribusi Frekuensi Pelayanan ANC Ibu di Desa Bukit Rata Kecamatan Kejuruan Muda
Pelayanan ANC n %
Baik 51 33,3
Tidak baik 102 66,7
4.6 BBLR (Berat Bayi Lahir Rendah)
Pengukuran BBLR ditemukan sebesar 11,1% bayi mengalami BBLR dan 88,9% tidak BBLR
Tabel 4.7. Distribusi BBLR di Desa Bukit Rata Kecamatan Kejuruan Muda
BBLR n %
Tidak 136 88,9
Ya 17 11,1
Jumlah 153 100,0
4.7 Hubungan Umur dengan BBLR
Hasil uji chi square menunjukkan nilai p=1,000> α = 0,05 dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat hubungan yang antara umur dengan kejadian BBLR. Tabel silang antara umur dengan BBLR menunjukkan bahwa dari 147 ibu yang berumur 20-35 tahun, ada 17 bayi (100,0%) yang mengalami BBLR. Sedangkan, dari 6 ibu yang berumur <20 dan >35 tahun tidak ditemukan BBLR
Tabel 4.8 Hubungan Umur dengan BBLR
Umur
BBLR
p
Tidak Ya Total
N % n % n %
20-35 tahun 130 88,4 17 11,6 147 100,0
4.8 Hubungan Pendidikan dengan BBLR
Tabel silang antara pendidikan dengan BBLR menunjukkan bahwa dari 110 ibu yang mempunyai tingkat pendidikan menengah, ada 11 bayi (10,0%) yang mengalami BBLR. Sedangkan, dari 43 ibu yang memiliki pendidikan rendah terdapat 6 bayi (14,0%) yang mengalami BBLR. Hasil uji chi square diperoleh nilai p=0,568 > α=0,05, dengan demikian tidak terdapat hubungan antara pendidikan dengan
BBLR
Tabel 4.9 Hubungan Pendidikan dengan BBLR
Pendidikan
BBLR
P
Tidak Ya Total
n % n % n %
Tinggi 99 90,0 11 10,0 110 100,0
0,568
Rendah 37 86,0 6 14,0 43 100,0
4.9 Hubungan Paritas dengan BBLR
Tabel 4.10. Hubungan Paritas dengan BBLR
4.10 Hubungan Jarak antar Kelahiran dengan BBLR
Tabel silang antara jarak antar kelahiran dengan BBLR menunjukkan bahwa dari 97 ibu yang jarak antar kelahirannya ≥ 24 bulan, ada 6 bayi (6,2%) yang mengalami BBLR. Sedangkan, dari 56 yang jarak antar kelahirannya < 24 bulan terdapat 11 bayi (19,6%) yang mengalami BBLR. Hasil uji chi square diperoleh nilai p=0,011 > α=0,05, dengan demikian terdapat hubungan antara jarak antar kehamilan
dengan BBLR
Tabel 4.11 Hubungan Jarak antar Kelahiran dengan BBLR
Jarak antar
4.11 Hubungan Pelayanan ANC dengan BBLR
pelayanan ANC dengan BBLR menunjukkan bahwa dari 51 ibu yang pelayanan ANC baik, ada 1 bayi (2,0%) yang mengalami BBLR. Sedangkan, dari 102 ibu yang pelayanan ANC tidak baik terdapat 16 bayi (15,7%) yang mengalami BBLR.
Tabel 4.12 Hubungan Pelayanan ANC dengan BBLR
Pelayanan ANC
BBLR
P
Tidak Ya Total
n % n % n %
Baik 50 98,0 1 2,0 51 100,0
0,011 Tidak Baik 86 84,3 16 15,7 102 100,0
4.12 Pengaruh Karakteristik Ibu dan Pelayanan ANC
Tabel 4.13 Hasil Akhir Uji Regresi Logistik Berganda
Variabel B Sig. Exp B
Jarak antar kelahiran 1,220 0,027 3,386
Pelayanan ANC 2,140 0,042 8,496
Constant -4,436 0,000 0,012
Hasil analisis uji regresi logistik juga menunjukkan bahwa variabel jarak antar kelahiran dengan p (0,027) < 0,05 berpengaruh terhadap kejadian BBLR. Kemudian variabel jumlah kunjungan dengan p (0,042) < 0,05 berpengaruh terhadap kejadian BBLR.. Hasil analisis uji regresi logistik berganda menunjukkan bahwa variabel yang paling dominan mempengaruhi kejadian BBLR adalah variabel Pelayanan ANC yaitu pada nilai koefisien regresi B 2,140.
Berdasarkan hasil analisis regresi logistik, variabel jarak antar kelahiran diperoleh nilai Exp (B) sebesar 3,386, sehingga dapat disimpulkan bahwa ibu hamil yang jarak kelahirannya < 24 bulan mempunyai kemungkinan 3 kali lebih besar bayinya mengalami BBLR, sedangkan variabel pelayanan ANC diperoleh nilai Exp (B) sebesar 8,496, sehingga dapat disimpulkan bahwa ibu hamil yang pelayanan ANCnya tidak baik mempunyai kemungkinan 8,496 kali lebih besar bayinya mengalami BBLR
menjelaskan variasi kejadian BBLR sebesar 88,9%, selebihnya 11,1% dipengaruhi variabel lain yang tidak termasuk dalam variabel penelitian ini.
Hasil model persamaan regresi logistik berganda yang dapat menafsirkan faktor jarak antar kelahiran dan pelayanan ANC yang berpengaruh terhadap kejadian BBLR di Desa Bukit Rata Kecamatan Kejuuan Muda adalah sebagai berikut:
))
p : Probabilitas Kejadian BBLR X1
X
: Jarak antar kelahiran, koefisien regresi 1,220
2
Persamaan di atas menyatakan bahwa ibu yang jarak antar kelahirannya < 24 bulan, dan pelayanan ANC tidak baik memiliki probabilitas individu ibu akan mengalami BBLR sebesar 25,4%. Ibu yang jarak antar kelahirannya < 24 bulan, dan pelayanan ANC baik memiliki probabilitas probabilitas individu ibu akan mengalami BBLR sebesar 0,038%. ibu yang jarak antar kelahirannya ≥24 bulan, dan pelayanan ANC tidak baik memiliki probabilitas individu ibu akan mengalami BBLR sebesar 0,091%. ibu yang jarak antar kelahirannya ≥24 bulan, dan pelayanan ANC baik memiliki probabilitas individu ibu akan mengalami BBLR sebesar 0,011
BAB 5 PEMBAHASAN
5.1 Kejadian BBLR
Ibu yang mengalami kejadian Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) sebesar 11,1 % sedangkan ibu yang tidak mengalami kejadian BBLR sebesar 88,9%. Kejadian BBLR dimungkinkan dikarenakan ibu tidak melakukan pelayanan ANC secara lengkap. Pelayanan ANC sangat penting dilakukan ibu hamil karena berbagai faktor risiko dan komplikasi bisa dapat segera diketahui seawal mungkin sehingga dapat segera dikurangi atau dihilangkan, termasuk resiko terkena BBLR. Status ekonomi di Desa Bukit Rata rata-rata sangant variatif mulai dari status ekonomi menengah keatas dan menengah ke bawah, karakteristik keluarga yang mengalami BBLR mayoritas dari menengah ke bawah. BBLR juga secara tidak langsung dapat disebabkan karena status sosial yang ekonomi yang rendah, keadaan sosial ekonomi yang rendah mempengaruhi asupan gizi ibu. Asupan gizi yang tidak tercukupi akan mempengaruhi status gizi ibu hamil, status gizi yag buruk akan meningkakan resiko terjadinya BBLR.
bayi BBLR akan tumbuh dan berkembang lebih lambat. Oleh karena itu masalh kejadian BBLR harus ditangani dengan cepat salah satunya dengan melakukan pelayanan ANC sehingga tumbuh perkembangan janin dapat dipantau, dan jika ada masalah dapat langsung diketahui dan ditangani.
5.2 Pengaruh Jarak Antar Kelahiran terhadap Kejadian BBLR
Ibu melahirkan di Desa Bukit Rata Kecamatan Kejuruan Muda rata-rata jarak antar kelahirannya ≥ 24 bulan sebesar 63,4%, hal ini menyatakan bahwa ibu-ibu di sana sudah menggunakan KB sebagai upaya penundaan memiliki anak. Jarak antar kelahiran selama 2 tahun dipandang waktu terpendek untuk mencapai status kesehatan optimal ibu sebelum kehamilan berikutnya. Jika jarak kelahiran kurang dari 2 tahun maka ibu akan menghadapi risiko mengalami perdarahan pra dan pasca persalinan serta persalinan dengan penyulit lebih tinggi. Terlebih lagi bayi yang dilahirkan akan menghadapi risiko kesakitan dan kematian yang lebih tinggi (WHO, 2007).