• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perjanjian Jual Beli Semen Andalas di PT Lafarge Cement Indonesia

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Perjanjian Jual Beli Semen Andalas di PT Lafarge Cement Indonesia"

Copied!
106
0
0

Teks penuh

(1)

PERJANJIAN JUAL-BELI SEMEN ANDALAS DI PT LAFARGE CEMENT INDONESIA

SKRIPSI

Disusun dan Diajukan Untuk Melengkapi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana

Hukum Pada Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara

Oleh :

DILA KRISTY SITEPU

NIM : 090200222

DEPARTEMEN : HUKUM KEPERDATAAN

PROGRAM KEKHUSUSAN HUKUM PERDATA BW

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(2)

PERJANJIAN JUAL BELI SEMEN ANDALAS DI PT. LAFARGE CEMENT INDONESIA

SKRIPSI

Disusun dan Diajukan Untuk Melengkapi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana

Hukum Pada Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara

Oleh :

DILA KRISTY SITEPU

NIM : 090200222

Disetujui Oleh :

Ketua Departemen Hukum Keperdataan

Dr.H. Hasim Purba, SH., M.Hum NIP. 19660303 198508 1 001

Pembimbing I Pembimbing II

Dr.H. Hasim Purba, SH., M.Hum Rosnidar Sembiring, SH.,M.Hum NIP. 19660303 198508 1 001 NIP, 19660201991032002

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(3)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur Penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas

berkat dan rahmat-Nya, Penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul

“Perjanjian Jual Beli Semen Andalas di PT Lafarge Cement Indonesia”.

Penulisan skripsi ini merupakan salah satu syarat wajib untuk meraih gelar

Sarjana Hukum pada Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara. Penulis

menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, hal ini disebabkan

karena keterbatasan pengalaman dan pengetahuan ilmiah Penulis, untuk itu

Penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun di masa yang

akan datang.Penulis menyampaikan terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada :

1. Prof. Dr. Runtung, SH, M.Hum, selaku Dekan Fakultas Hukum

Universitas Sumatera Utara Medan.

2. Prof. Dr. Budiman Ginting, SH, MH, selaku Pembantu Dekan I Fakultas

Hukum Universitas Sumatera Utara Medan.

3. Bapak Syafrudin Hasibuan, SH, MH.DFM, selaku Pembantu Dekan II

Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara Medan.

4. Bapak M. Husni, SH, M.Hum, selaku Pembantu Dekan III Fakultas

Hukum Universitas Sumatera Utara Medan.

5. Bapak Dr.H. Hasim Purba, SH, M.Hum, selaku Ketua Departemen Hukum

Perdata, sekaligus Dosen Pembimbing I yang telah berkenan berbagi ilmu

(4)

6. Ibu Rosnidar Sembiring, SH, M.Hum, selaku Dosen Pembimbing II yang

telah meluangkan waktu, tenaga serta ilmu kepada Penulis. Penulis sangat

terkesan dengan keakraban yang Ibu berikan kepada Penulis.

7. Seluruh Dosen dan Staf Pengajar yang telah mengajar dan membimbing

serta memberikan ilmu pengetahuan kepada Penulis selama menempuh

pendidikan di Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara Medan.

8. Seluruh Staf Tata Usaha dan Staf Administrasi Perpustakaan serta para

pegawai di Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara Medan.

9. Penulis sangat berterima kasih kepada orang tua Penulis yang selalu

menjadi sumber inspirasi dan kekuatan Penulis, Ayahanda J. Sitepu, SH

dan Ibunda A. Susanti. Terima kasih atas kasih sayang, doa, perhatian dan

dukungan papa dan mama kepada Penulis. Kepada kakak-kakak Penulis,

Dina Kristina Sitepu, Dika Kristanti Sitepu dan adik penulis Dita Aginta

Sitepu atas doa, motivasi, dan kasih sayangnya kepada Penulis. Semoga

selalu ada cinta di tengah keluarga kita. Skripsi ini Penulis persembahkan

buat kalian semua, semoga Allah SWT memberikan rahmat dan

hidayah-Nya kepada kita. Amin

10.Kepada Sahabat-sahabat seperjuangan Penulis sebelum penulis memasuki

bangku perkuliahan sampai sekarang : Ditha Nutami Anjayani , Yulis

Kartika, Tira Elwiansyah , Julinda Hutabarat

11.Buat teman-teman penulis dibangku perkuliahan yang selalu

menyemangati penulis dan juga bertarung bersama dalam mengerjakan

(5)

kacaribu, Putri Arini, Melani Sabrina K. Sitepu, Arini Wulandari, Novira

Sembiring, Windha Auliana Yusra

12.Buat lelaki cerewet : Yudistira Frandana, M. Iqbal, M. Andry Fauzan

Lubis, Dirgan Segara, Raja Karsitok Purba, Mulkan Balya dan seluruh

teman-teman group A stambuk 2009 yang tidak bisa penulis ucapkan satu

per satu

13.Buat teman-teman penulis Anggi, Windy Widya Utami, Friska Messelina,

Martina Indah Amalia,

14.Buat teman-teman di PEMA periode 2012-2013

15.Buat anak-anak IMKA (Ikatan Mahasiswa Karo) Fakultas Hukum USU,

HMI (Himpunan Mahasiswa Islam) dan KOHATI (Korps HmI Wati)

16.Buat teman-teman IMP stambuk 2009 dan juga buat

17.Rekan-rekan Penulis selama menempuh pendidikan di Fakultas Hukum

USU stambuk 2009 yang tidak mungkin Penulis sebutkan satu per satu.

18.Berbagai pihak yang telah memberikan doa dan dukungan kepada Penulis

selama ini yang juga tidak dapat Penulis sebutkan satu per satu yang

berperan dalam penulisan skripsi ini penulis mengucapkan banyak

(6)

Akhir kata, Penulis berharap agar skripsi ini berguna bagi kita semua dan

semoga Allah Swt melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya kepada kita semua.

Amin.

Medan, Maret 2013

(7)

DAFTAR ISI

BAB II PERJANJIAN JUAL BELI MENURUT KUH PERDATA A. Pengertian Perjanjian Jual Beli ...15

B. Syarat Sahnya Perjanjian Jual Beli ...18

C. Asas-asas Hukum Dalam Suatu Perjanjian Jual Beli ...27

D. Sifat-sifat dan Cara Penyerahan Objek Perjanjian Jual Beli. ...30

BAB III TINJAUAN UMUM MENGENAI PT LAFARGE CEMENT INDONESIA A. Pengertian Perseroan Terbatas dan Dasar Hukumnya ...36

B. Latar Belakang didirikannya PT. Lafarge Cement Indonesia.. ...49

C. Kedudukan Hukum PT. Lafarge Cement Indonesia Sebagai Penjual. ... 53

BAB IV PERJANJIAN JUAL BELI SEMEN ANDALAS DI PT. LAFARGE CEMENT INDONESIA A. Pengaturan Pelaksanaan Penjualan Semen Andalas di ... PT. Lafarge Cement Indonesia. ... .58

B. Perlindungan Hukum Terhadap Para Pihak yang Melakukan ... Perjanjian Jual Beli Semen Andalas... .64

C. Sengketa Yang Timbul Dalam Perjanjian Jual Beli Semen Andalas. ...68

(8)

BAB VKESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan. ...76 B. Saran. ... .78

(9)

ABSTRAK Dila Kristy Sitepu*)

Dr. H. Hasim Purba, SH., M.Hum**) Rosnidar Sembiring, SH., M.Hum***)

Peran semen sangat vital bagi kehidupan manusia karena hampir sebagian besar bahan yang dipakai dalam pembangunan infrastruktur dan properti didunia adalah semen. PT lafarge merupakan salah satu perusahaan yang berperan sebagai produsen sekaligus penjual semen. Dalam skripsi ini yang menjadi permasalahan adalah Pengaturan pelaksanaan penjualan Semen Andalas di PT Lafarge Cement Indonesia, perlindungan hukum terhadap para pihak yang melakukan perjanjian Jual Beli Semen Andalas, Permasalahan Yang Timbul Dalam Perjanjian Jual Beli Semen Andalas, penyelesaian sengketa dalam perjanjian jual beli Semen Andalas Antara PT. Lafarge Cement Indonesia dengan distributor. Berdasarkan judul skripsi ini maka penelitian dilakukan di kantor PT Lafarge Cement Indonesia yang berada di Medan.

Untuk menjawab permasalahan tersebut maka penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode pendekatan penelitian hukum normatif dan yuridis empiris yaitu suatu cara atau prosedur yang digunakan untuk memecahkan dengan terlebih dahulu menggunakan dan meneliti data sekunder yang ada kemudian dilanjutkan dengan penelitian primer dilapangan yang didapatkan dengan cara wawancara dengan pihak PT Lafarge Cement Indonesia

Bentuk Perjanjian yang dilakukan oleh Pihak PT Lafarge Cement Indonesia dengan pihak distributor adalah perjanjian baku dimana pihak PT Lafarge Cement Indonesia membuat isi perjanjian yang dibuat secara tertulis dan ditandatangani oleh pihak distributor. Kewajiban pihak distributor yaitu membayar semen yang telah dipesan sesuai dengan harga yang telah ditentukan dan kewajiban PT Lafarge Cement Indonesia adalah menyediakan semen yang telah dipesan oleh distributor. Penyelesaian sengketa yang terjadi diantara kedua belah pihak diselesaikan secara musyawarah untuk mencapai kata mufakat, namun apabila dengan musyawarah tidak mencapai perdamaian maka perselisihan diselesaikan di pengadilan.

Kata Kunci : Perjanjian Jual Beli, Perseroan terbatas *) Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara **) Dosen Pembimbing I

(10)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Negara Indonesia memiliki keuntungan dengan melimpahnya sumber daya

alam yang berada di atas tanahnya, hal ini juga dipengaruhi karena Indonesia

dilalui oleh dua jalur lempeng , yaitu lempeng asia dan lempeng pasifik dan dua

jalur gunung api aktif didunia yaitu sirkum mediterania dan sirkum positif

membuat Indonesia dipenuhi lahan-lahan subur akibat bentukan alam dan

vulkanisasi yang terus terjadi hingga kini. Banyak ditemukan batuan kapur dan

gamping, dimana batuan tersebut merupakan bahan mentah pembuatan semen.

Semen adalah bahan perekat yang mampu mempersatukan atau mengikat

bahan-bahan padat menjadi satu kesatuan yang kokoh atau suatu produk yang

mempunyai fungsi sebagai bahan perekat antara dua atau lebih bahan sehingga

menjadi suatu bagian yang kompak.1 Dalam pengertian yang luas , semen adalah

material plastis yang memberikan sifat rekat antara batuan-batuan konstruksi

bangunan. Peran semen sangat vital bagi kehidupan manusia karena hampir

sebagian besar bahan yang dipakai dalam pembangunan infrastruktur dan properti

didunia adalah semen.2

Semen dipakai masyarakat untuk membuat rumah, bangunan ataupun

infrastruktur. Masyarakat membutuhkan rumah sebagai tempat tinggal mereka.

Rumah merupakan kebutuhan primer bagi manusia, rumah melindungi mereka

dari panasnya sengatan matahari, dari hujan, dari serangan hewan buas, dan

1

http://prospecindonesia.com/tag/fungsi-semen/ diakses pada tanggal 30 Februari 2013

2

(11)

lainnya dari kondisi alam yang selamanya tidak menguntungkan. Rumah tersebut

dibangun dengan unsur semen didalamnya. Infrastruktur juga berpengaruh penting

bagi peningkatan kualitas hidup dan kesejahteraan manusia dalam peningkatan

nilai konsumsi, peningkatan produktivitas tenaga kerja dan akses kepada lapangan

kerja, serta peningkatan kemakmuran nyata dan terwujudnya stabilisasi makro

ekonomi, yaitu berkelanjutan fiskal, berkembangnya pasar kredit dan

pengaruhnya terhadap pasar tenaga kerja.3

Dengan memilih semen yang berkualitas maka akan mempengaruhi

terhadap pembangunan infrastruktur tersebut dalam hal jangka waktu dan proses

pembuatan yang dilakukan oleh para kontraktor. Banyaknya minat masyarakat

terhadap semen membuat sejumlah perusahaan penghasil semen bersaing untuk

membuat semen yang berkualitas agar masyarakat percaya untuk memakai semen

yang dihasilkan oleh perusahaan semen tersebut. Salah satu perusahaan swasta

yang berperan sebagai produsen semen adalah PT Lafarge Cement Indonesia yang

dahulu bernama PT Semen Andalas Indonesia.

PT Lafarge Cement Indonesia adalah sebuah perusahaan penanaman

modal asing (PMA) didirikan pada 11 April 1980 dan mengalami rekonstruksi

pada tahun 2010 pasca tsunami yang terjadi di Aceh pada tahun 2004. Pendirian

PT lafarge Cement Andalas ditandai dengan dimulainya pembangunan pabrik

semen terpadu di Lhoknga – Aceh Besar, dan resmi beroperasi pada 2 Agustus

3

(12)

1983 berkantor pusat di The Royal Condominium Lantai 2 Tower A, Jalan Palang

Merah/Suka Mulia No.1 Medan 20151.4

PT Lafarge Cement Indonesia berperan sebagai produsen semen, PT

Lafarge Cement Indonesia memproduksi lebih dari 17 ton merek semen

berkualitas, salah satu produk PT Lafarge Cement Indonesia yang terkemuka

adalah Semen Andalas5. Selain memproduksi semen yang berkualitas, PT Lafarge

Cement Indonesia juga berperan sebagai penjual. PT Lafarge Cement Indonesia

menjual Semen Andalas kepada distributor kemudian distributor dapat

menyalurkan semen secara langsung kepada konsumen (end-user) atau melalui

subdistributor atau pengecer.

PT Lafarge Cement Indonesia menyediakan terminal-terminal di

daerah-daerah kawasan Sumatera sebagai tempat pengambilan semen oleh distributor

yang telah memesan kepada PT Lafarge Cement Indonesia. Pemesanan terjadi

antara PT Lafarge Cement Indonesia dengan distributor apabila telah

dilakukannya kesepakatan mengenai perjanjian jual beli.

Dalam hal distributor dapat menyalurkan langsung kepada konsumen

(end-user) atau melalui sub-distributor dan pengecer tetapi pihak PT Lafarge

Cement Indonesia tidak memiliki hubungan, tidak mengawasi dan/atau tidak

berkomunikasi dalam bentuk apapun dengan para sub-distributor atau penegecer

tersebut.6 Distributor adalah suatu perseroan terbatas atau persekutuan

komanditer/perdata yang didirikan berdasarkan peraturan perundang-undangan

4

www.lafarge.com, diakses pada tanggal 30 Februari 2013

5

Hasil wawancara dengan Sales Manager PT Lafarge Cement Indonesia, Bapak Hadi, Tanggal 2 Maret 2013

6

(13)

Republik Indonesia dan mempunyai kewenangan korporasi dan hukum yang

penuh untuk membeli semen serta memberikan bank garansi.7

Perjanjian Jual beli yang dilakukan oleh PT Lafarge Cement Indonesia

akan timbul hak dan kewajiban masing-masing pihak dan dituangkan dalam akta

perjanjian jual beli yang mengikat bagi kedua belah pihak yang mengadakan

perjanjian. Pihak-pihak yang mengadakan perjanjian diharuskan untuk

melaksanakan kewajiban yang sudah menjadi tanggungannya. Apabila salah satu

pihak tidak dapat atau lalai melaksanakan apa yang sudah menjadi kewajibannya,

maka pihak yang lain dapat menuntut atas kesalahannya.8

Bagi pihak penjual ada dua kewajiban utama yaitu :9

a. menyerahkan hak milik atas barang yang diperjual-belikan

b. menanggung kenikmatan tenteram atas barang tersebut dan

menanggung terhadap cacat-cacat yang tersembunyi

Kewajiban utama si pembeli ialah membayar harga pembelian pada waktu

dan ditempat sebagaimana ditetapkan menurut perjanjian.10 Harga barang yang

dijual harus benar-benar harga yang sepadan dengan nilai yang sesungguhnya.

Kesepadanan antara harga dengan barang sangat perlu untuk dapat melihat

hakekat persetujuan yang diperbuat dalam konkreto.11 Kesepadanan antara harga

dengan nilai barang memang bukan merupakan syarat sahnya suatu persetujuan

jual beli. Akan tetapi kesepadanan harga ini dapat kita kembalikan kepada tujuan

jual beli itu sendiri. Harga yang pantas dan sepadan baiknya ditentukan oleh

7

Surat perjanjian distribusi No. 024-30COMLOG11

8

M.Yahya Harahap, Segi-Segi Hukum Per janjian, Alumni, Bandung, 1986, hal. 106

9

R.Subekti, Aneka Perjanjian, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung, 1995, hal.8

10

Ibid, hal.20

11

(14)

kedua belah pihak yaitu penjual dan pembeli. Jika diantara penjual dan pembeli

tidak terdapat kesepakatan tentang harga yang pantas, kedua belah pihak dapat

menyerahkan penentuan harga kepada pihak ketiga.12

Menurut Pasal 1266 dan 1267 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata

“Jika si pembeli tidak membayar harga pembelian, maka itu merupakan suatu

wanprestasi yang memberikan alasan kepada si penjual untuk menuntut ganti rugi

atau pembatalan-pembatalan pembelian’.13

Hukum Perjanjian jual-beli diatur pada Pasal 1457-1540 Kitab

Undang-undang Hukum Perdata. Di dalam pasal-pasal tersebut dijelaskan bahwa

perjanjian jual beli memiliki kedudukan antara si penjual dengan si pembeli

tersebut merupakan jenis perjanjian timbal balik yang melibatkan dua pihak yaitu

penjual dan pembeli. Kedua belah pihak yang membuat perjanjian jual-beli

masing-masing memiliki hak dan kewajiban untuk melaksanakan isi perjanjian

yang mereka buat. Sebagaimana umumnya, perjanjian merupakan suatu lembaga

hukum yang berdasarkan asas kebebasan berkontrak dimana para pihak bebas

untuk menentukan bentuk dan isi jenis perjanjian yang mereka buat.14 kebebasan

dalam membuat suatu perjanjian itu akan menjadi berbeda bila dilakukan dalam

lingkup yang lebih luas yang melibatkan para pihak dari negara dengan sistem

hukum yang berbeda. Masing-masing negara memiliki ketentuan tersendiri yang

bisa jadi berbeda satu dengan lainnya.15 Perbedaan tersebut tentu saja akan

(15)

berasal dari dua negara yang berbeda tersebut karena apa yang diperbolehkan oleh

suatu sistem hukum negara tertentu ternyata dilarang oleh sistem hukum negara

lainnya. Menurut Pasal 1458 Kitab Undang-undang Hukum Perdata diatur pula

mengenai saat terjadinya jual beli, yaitu :”Jual beli itu dianggap telah terjadi

antara kedua belah pihak, seketika setelah orang-orang ini mencapai sepakat

tentang kebendaan tersebut dan harganya, meskipun kebendaan itu belum

diserahkan maupun harganya belum dibayar”.16

Hal yang pokok dalam suatu perjanjian jual beli adalah adanya kata

sepakat (kesepakatan) diantara pihak-pihak yaitu penjual dan pembeli mengenai

barang dan harganya serta hak dan kewajiban yang timbul dari perjanjian tersebut.

Dengan adanya kesepakatan antara penjual dan pembeli maka suatu perjanjian

telah lahir dengan sah walaupun barang belum dibayar dan diserahkan.17 Didalam

perjanjian jual beli Semen Andalas, distributor wajib menyerah Jaminan Tunai

Distributor (Distributor Security Guarantee) sebesar yang diperjanjikan untuk

menjadi distributor PT Lafarge Cement Indonesia.

Mengenai ongkos penyerahan barang yang dijual diatur didalam Pasal

1476 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata yaitu :18

a. ongkos penyerahan barang ditanggung oleh penjual

b. biaya untuk datang mengambil barang dipikul oleh pembeli

Namun didalam perjanjian jual beli yang dilakukan oleh PT Lafarge

Cement Indonesia dengan distributor dapat mengatur lain, diluar ketentuan diatas,

16

R.Subekti,Kitab Undang-undang Hukum Perdata, Pradnya Paramita, Jakarta, 1990, hal.305

17

Catatan Mata Kuliah Hukum Kontrak Dagang pada tanggal 1 Februari 2012

18

(16)

karena pasal itu sendiri ada menegaskan, ketentuan pembayaran ongkos

penyerahan yang dimaksud pasal 1476 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata

tadi berlaku, sepanjang para pihak penjual dan pembeli tidak memperjanjikan lain.

Menurut Pasal 1339 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata yang berbunyi :

“Perjanjian-perjanjian tidak hanya mengikat untuk hal-hal yang dengan tegas

dinyatakan didalamnya, tetapi juga untuk segala sesuatu, yang menurut sifat

perjanjian, diharuskan oleh keadilan atau undang-undang”. Dengan ini, maka jelas

syarat-syarat dan kebiasaan yang berlaku pada jual beli perusahaan mempunyai

dasar hukumnya dalam pasal 1339 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata,

termasuk dalam pengertian “keadilan dan kebiasaan”, sebagai dimaksud dalam

Pasal 1339 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata tersebut.19

Perjanjian jual beli yang dibuat oleh PT lafarge Cement Indonesia dengan

distributor bersifat perjanjian baku atau perjanjian standart.20 Dimana PT Lafarge

Cement Indonesia telah mempersiapkan blangko dan formulir ataupun telah

memberikan ketentuan-ketentuan tertentu dalam hubungan dengan para

distributornya. Perjanjian jual beli dalam bentuk akta otentik atau akta notaris,

tidak jarang syarat perjanjian telah ditentukan terlebih dahulu oleh pihak PT

Lafarge Cement Indonesia sehingga isi perjanjian jual beli dalam bentuk inipun

dapat dikatakan merupakan suatu perjanjian baku, dengan klausula baku pula.

Berdasarkan uraian diatas maka penulis tertarik untuk meneliti perjanjian

jual beli Semen Andalas yang dilakukan antara PT lafarge Cement Indonesia

dengan distributor, apalagi banyak masyarakat yang membutuhkan semen untuk

19

H.M.N. Purwosutjipto, Op.Cit, hal.8

20

(17)

keperluannya masing-masing, kemudian mereka terlibat sebagai distributor dan

untuk melakukan perjanjian jual beli tersebut mereka harus mengikuti prosedur

yang telah ditetapkan PT Lafarge Cement Indonesia untuk menjadi distributor dan

melakukan perjanjian memakai suatu perjanjian baku, dimana pihak-pihak yang

melakukan perjanjian harus tunduk terhadap perjanjian baku yang dibuat oleh

pihak PT Lafarge Cement Indonesia tanpa campur tangan pihak distributor, pihak

distributor hanya mengikuti isi dari perjanjian tersebut. Didalam Pasal 1338 ayat

(1) Kitab Undang-Undang Hukum Perdata menyebutkan “Semua perjanjian yang

dibuat secara sah berlaku sebagai undang-undang bagi mereka yang

membuatnya”. Sudah tentu hal ini tidak bertentangan dengan hukum memaksa

(dwingenrecht) karena suatu perjanjian yang bertentangan dengan ketentuan

“hukum memaksa” adalah batal.21

Penulisan karya ilmiah ini juga menyajikan pengetahuan perjanjian jual

beli khususnya mengenai perjanjian jual beli pada PT Lafarge Cement Indonesia.

Penulis akan membahasnya dalam sebuah penulisan skripsi dengan judul :

“Perjanjian Jual Beli Semen Andalas di PT Lafarge Cement Indonesia.”

Penulis juga sangat mengharapkan agar skripsi ini dapat memberikan manfaat

kepada penulis pribadi dan masyarakat.

21

(18)

B. Permasalahan

Dari uraian latar belakang masalah yang telah penulis paparkan di atas,

maka dapatlah dirumuskan permasalahan dalam tulisan ini adalah sebagai berikut

:

1. Bagaimana Pengaturan Pelaksanaan Penjualan Semen Andalas di PT

Lafarge Cement Indonesia ?

2. Bagaimana Perlindungan Hukum Terhadap Para Pihak yang

Melakukan Perjanjian Jual Beli Semen Andalas ?

3. Apa Saja Sengketa Yang Timbul di Dalam Perjanjian Jual Beli Semen

Andalas dan Bagaimana Cara Penyelesaiannya?

C. Tujuan Penulisan

Disamping untuk melengkapi dan memenuhi syarat-syarat untuk

memperoleh gelar Sarjana Hukum pada Fakultas Hukum Universitas Sumatera

Utara Medan, Sesuai dengan masalah yang dibahas, tujuan yang ingin dicapai

dalam penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut :

1. Mengetahui dan memahami mekanisme penjualan Semen Andalas di

PT Lafarge Cement Indonesia

2. Mengetahui jaminan hukum yang melindungi para pihak yang

melakukan perjanjian jual beli Semen Andalas

3. Mengetahui jenis sengketa para pihak yang timbul dalam perjanjian

(19)

D. Manfaat Penulisan

Skripsi ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik secara teoritis

maupun praktis :

a. Secara teoritis, hasil penelitian ini dapat memberikan saran dalam

ilmu pengetahuan hukum , khususnya mengenai hubungan hukum

para pihak dalam perjanjian jual beli dan dapat dijadikan bahan kajian

ataupun referensi bagi perpustakaan Fakultas Hukum USU dan

memberikan manfaat bagi dunia perguruan tinggi.

b. Secara praktis, penulisan ini diharapkan dapat bermanfaat kepada

masyarakat umum khususnya kepada pihak yang terkait dalam

pelaksanaan perjanjian jual beli dan juga bermanfaat kepada

mahasiswa yang ingin lebih mengetahui mengenai hubungan hukum

para pihak dalam perjanjian jual beli khususnya jual beli Semen

Andalas.

E. Keaslian Penulisan

Penulis telah menelusuri seluruh daftar skripsi di perpustakaan Fakultas

Hukum Universitas Sumatera Utara dan arsip yang ada di Departemen Hukum

Perdata, akan tetapi penulis tidak menemukan adanya kesamaan judul ataupun

permasalahan dengan judul dan permasalahan yang penulis angkat yaitu tentang

“PERJANJIAN JUAL BELI SEMEN ANDALAS DI PT. LAFARGE CEMENT

(20)

yang disusun berdasarkan dengan asas-asas keilmuan yang jujur, rasional dan

ilmiah.

Dengan demikian, dapat penulis simpulkan bahwa skripsi yang penulis

susun ini merupakan karya asli penulis dan tidak meniru dari kepunyaan orang

lain. Penulis berani bertanggung jawab apabila ditemukan adanya kesamaan judul

dan permasalahan skripsi penulis dengan skripsi yang sebelumnya yang terdapat

di perpustakaan Departemen Hukum Perdata.

F. Metode Penulisan

Metode yang digunakan untuk mengumpulkan data yang diperlukan untuk

mendukung isi skripsi ini adalah :

1. Libra ry Resea rch atau penelitian kepustakaan

Yaitu dengan mengadakan penelitian terhadap data-data yang

diperoleh dari literatur, catatan kuliah, kliping, majalah-majalah ilmiah

yang ada kaitannya dengan skripsi ini dan digunakan sebagai rujukan

dalam pembahasan skripsi ini untuk memperkuat dalil dan fakta

penelitian.

2. Field Resea rch atau penelitian Lapangan

Yaitu dengan melakukan pendekatan-pendekatan langsung pada

sumber yang ada kaitannya dengan pembahasan skripsi ini adalah PT

Lafarge Cement Indonesia.

Dalam metode penelitian lapangan ini penulis melakukan :

(21)

yakni dengan mengadakan pengamatan secara langsung dan

terjun secara nyata dalam objek penelitian

b. Wawancara atau interview:

yakni mewawancarai secara langsung pihak-pihak yang terkait

dengan pelaksanaan perjanjian jual beli semen khususnya pihak

PT Lafarge Cement Indonesia yang berada di Medan.

Dengan mempergunakan metode tersebut diatas, diharapkan

penulisan skripsi ini akan mencapai hasil yang semaksimal

mungkin.

G. Sistematika Penulisan

Untuk memudahkan penulisan skripsi ini, maka diperlukan adanya

sistematika penulisan yang teratur yang saling berkaitan satu sama lain. Adapun

sistematika penulisan skripsi ini adalah :

BAB I : Pendahuluan

Pendahuluan merupakan pengantar. Didalamnya termuat

mengenai gambaran umum tentang penulisan skripsi yang terdiri

dari latar belakang penulisan skripsi, perumusan masalah, tujuan

dan manfaat penulisan, keaslian penulisan, metode penelitian dan

(22)

BAB II : Perjanjian Jual Beli Menurut Kitab Undang-Undang Hukum

Perdata

Didalam Bab ini penulis mencoba menguraikan mengenai

tinjauan umum mengenai Perjanjian Jual Beli menurut Kitab

Undang-undang Hukum Perdata. Penulis mengawalinya dengan

membahas tentang Pengertian Perjanjian Jual Beli, Syarat Sahnya

Perjanjian Jual Beli, Asas-asas Hukum Dalam Suatu Perjanjian

Jual Beli, Sifat-sifat dan Cara Penyerahan Objek Perjanjian Jual

Beli

BAB III : Tinjauan Umum Mengenai PT Lafarge Cement Indonesia

Dalam bab ini penulis membahas mengenai PT. Lafarge Cement

Indonesia itu sendiri yang diawali dengan membahas pengertian

perseroan terbatas dan dasar hukumnya terlebih dahulu kemudian

membahas latar belakang didirikannya PT Lafarge Cement

Indonesia dan Kedudukan Hukum PT Lafarge Cement Indonesia

sebagai penjual

BAB IV : Perjanjian Jual Beli Semen Andalas di PT Lafarge Cement

Indonesia

Dalam bab ini akan dilakukan analisa terhadap Pengaturan

Penjualan Semen Andalas yang dilakukan oleh PT Lafarge

Cement Indonesia dengan Pihak Distributor dengan menguraikan

pengaturan pelaksanaan jual beli semen, perlindungan hukum

(23)

Andalas, permasalahan yang timbul dari perjanjian jual beli

Semen Andalas, penyelesaian sengketa dalam perjanjian jual beli

Semen Andalas antara PT Lafarge Cement Indonesia dengan

pihak distributor.

BAB V : Kesimpulan dan Saran

Bab ini merupakan bagian terakhir dari penulisan skripsi ini. Bab

ini berisi kesimpulan dari permasalahan pokok dari keseluruhan.

Kesimpulan bukan merupakan rangkuman ataupun ikhtisar.

Saran merupakan upaya yang diusulkan agar hal-hal yang

dikemukakan dalam pembahasan permasalahan dapat lebih

(24)

ABSTRAK Dila Kristy Sitepu*)

Dr. H. Hasim Purba, SH., M.Hum**) Rosnidar Sembiring, SH., M.Hum***)

Peran semen sangat vital bagi kehidupan manusia karena hampir sebagian besar bahan yang dipakai dalam pembangunan infrastruktur dan properti didunia adalah semen. PT lafarge merupakan salah satu perusahaan yang berperan sebagai produsen sekaligus penjual semen. Dalam skripsi ini yang menjadi permasalahan adalah Pengaturan pelaksanaan penjualan Semen Andalas di PT Lafarge Cement Indonesia, perlindungan hukum terhadap para pihak yang melakukan perjanjian Jual Beli Semen Andalas, Permasalahan Yang Timbul Dalam Perjanjian Jual Beli Semen Andalas, penyelesaian sengketa dalam perjanjian jual beli Semen Andalas Antara PT. Lafarge Cement Indonesia dengan distributor. Berdasarkan judul skripsi ini maka penelitian dilakukan di kantor PT Lafarge Cement Indonesia yang berada di Medan.

Untuk menjawab permasalahan tersebut maka penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode pendekatan penelitian hukum normatif dan yuridis empiris yaitu suatu cara atau prosedur yang digunakan untuk memecahkan dengan terlebih dahulu menggunakan dan meneliti data sekunder yang ada kemudian dilanjutkan dengan penelitian primer dilapangan yang didapatkan dengan cara wawancara dengan pihak PT Lafarge Cement Indonesia

Bentuk Perjanjian yang dilakukan oleh Pihak PT Lafarge Cement Indonesia dengan pihak distributor adalah perjanjian baku dimana pihak PT Lafarge Cement Indonesia membuat isi perjanjian yang dibuat secara tertulis dan ditandatangani oleh pihak distributor. Kewajiban pihak distributor yaitu membayar semen yang telah dipesan sesuai dengan harga yang telah ditentukan dan kewajiban PT Lafarge Cement Indonesia adalah menyediakan semen yang telah dipesan oleh distributor. Penyelesaian sengketa yang terjadi diantara kedua belah pihak diselesaikan secara musyawarah untuk mencapai kata mufakat, namun apabila dengan musyawarah tidak mencapai perdamaian maka perselisihan diselesaikan di pengadilan.

Kata Kunci : Perjanjian Jual Beli, Perseroan terbatas *) Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara **) Dosen Pembimbing I

(25)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Negara Indonesia memiliki keuntungan dengan melimpahnya sumber daya

alam yang berada di atas tanahnya, hal ini juga dipengaruhi karena Indonesia

dilalui oleh dua jalur lempeng , yaitu lempeng asia dan lempeng pasifik dan dua

jalur gunung api aktif didunia yaitu sirkum mediterania dan sirkum positif

membuat Indonesia dipenuhi lahan-lahan subur akibat bentukan alam dan

vulkanisasi yang terus terjadi hingga kini. Banyak ditemukan batuan kapur dan

gamping, dimana batuan tersebut merupakan bahan mentah pembuatan semen.

Semen adalah bahan perekat yang mampu mempersatukan atau mengikat

bahan-bahan padat menjadi satu kesatuan yang kokoh atau suatu produk yang

mempunyai fungsi sebagai bahan perekat antara dua atau lebih bahan sehingga

menjadi suatu bagian yang kompak.1 Dalam pengertian yang luas , semen adalah

material plastis yang memberikan sifat rekat antara batuan-batuan konstruksi

bangunan. Peran semen sangat vital bagi kehidupan manusia karena hampir

sebagian besar bahan yang dipakai dalam pembangunan infrastruktur dan properti

didunia adalah semen.2

Semen dipakai masyarakat untuk membuat rumah, bangunan ataupun

infrastruktur. Masyarakat membutuhkan rumah sebagai tempat tinggal mereka.

Rumah merupakan kebutuhan primer bagi manusia, rumah melindungi mereka

dari panasnya sengatan matahari, dari hujan, dari serangan hewan buas, dan

1

http://prospecindonesia.com/tag/fungsi-semen/ diakses pada tanggal 30 Februari 2013

2

(26)

lainnya dari kondisi alam yang selamanya tidak menguntungkan. Rumah tersebut

dibangun dengan unsur semen didalamnya. Infrastruktur juga berpengaruh penting

bagi peningkatan kualitas hidup dan kesejahteraan manusia dalam peningkatan

nilai konsumsi, peningkatan produktivitas tenaga kerja dan akses kepada lapangan

kerja, serta peningkatan kemakmuran nyata dan terwujudnya stabilisasi makro

ekonomi, yaitu berkelanjutan fiskal, berkembangnya pasar kredit dan

pengaruhnya terhadap pasar tenaga kerja.3

Dengan memilih semen yang berkualitas maka akan mempengaruhi

terhadap pembangunan infrastruktur tersebut dalam hal jangka waktu dan proses

pembuatan yang dilakukan oleh para kontraktor. Banyaknya minat masyarakat

terhadap semen membuat sejumlah perusahaan penghasil semen bersaing untuk

membuat semen yang berkualitas agar masyarakat percaya untuk memakai semen

yang dihasilkan oleh perusahaan semen tersebut. Salah satu perusahaan swasta

yang berperan sebagai produsen semen adalah PT Lafarge Cement Indonesia yang

dahulu bernama PT Semen Andalas Indonesia.

PT Lafarge Cement Indonesia adalah sebuah perusahaan penanaman

modal asing (PMA) didirikan pada 11 April 1980 dan mengalami rekonstruksi

pada tahun 2010 pasca tsunami yang terjadi di Aceh pada tahun 2004. Pendirian

PT lafarge Cement Andalas ditandai dengan dimulainya pembangunan pabrik

semen terpadu di Lhoknga – Aceh Besar, dan resmi beroperasi pada 2 Agustus

3

(27)

1983 berkantor pusat di The Royal Condominium Lantai 2 Tower A, Jalan Palang

Merah/Suka Mulia No.1 Medan 20151.4

PT Lafarge Cement Indonesia berperan sebagai produsen semen, PT

Lafarge Cement Indonesia memproduksi lebih dari 17 ton merek semen

berkualitas, salah satu produk PT Lafarge Cement Indonesia yang terkemuka

adalah Semen Andalas5. Selain memproduksi semen yang berkualitas, PT Lafarge

Cement Indonesia juga berperan sebagai penjual. PT Lafarge Cement Indonesia

menjual Semen Andalas kepada distributor kemudian distributor dapat

menyalurkan semen secara langsung kepada konsumen (end-user) atau melalui

subdistributor atau pengecer.

PT Lafarge Cement Indonesia menyediakan terminal-terminal di

daerah-daerah kawasan Sumatera sebagai tempat pengambilan semen oleh distributor

yang telah memesan kepada PT Lafarge Cement Indonesia. Pemesanan terjadi

antara PT Lafarge Cement Indonesia dengan distributor apabila telah

dilakukannya kesepakatan mengenai perjanjian jual beli.

Dalam hal distributor dapat menyalurkan langsung kepada konsumen

(end-user) atau melalui sub-distributor dan pengecer tetapi pihak PT Lafarge

Cement Indonesia tidak memiliki hubungan, tidak mengawasi dan/atau tidak

berkomunikasi dalam bentuk apapun dengan para sub-distributor atau penegecer

tersebut.6 Distributor adalah suatu perseroan terbatas atau persekutuan

komanditer/perdata yang didirikan berdasarkan peraturan perundang-undangan

4

www.lafarge.com, diakses pada tanggal 30 Februari 2013

5

Hasil wawancara dengan Sales Manager PT Lafarge Cement Indonesia, Bapak Hadi, Tanggal 2 Maret 2013

6

(28)

Republik Indonesia dan mempunyai kewenangan korporasi dan hukum yang

penuh untuk membeli semen serta memberikan bank garansi.7

Perjanjian Jual beli yang dilakukan oleh PT Lafarge Cement Indonesia

akan timbul hak dan kewajiban masing-masing pihak dan dituangkan dalam akta

perjanjian jual beli yang mengikat bagi kedua belah pihak yang mengadakan

perjanjian. Pihak-pihak yang mengadakan perjanjian diharuskan untuk

melaksanakan kewajiban yang sudah menjadi tanggungannya. Apabila salah satu

pihak tidak dapat atau lalai melaksanakan apa yang sudah menjadi kewajibannya,

maka pihak yang lain dapat menuntut atas kesalahannya.8

Bagi pihak penjual ada dua kewajiban utama yaitu :9

a. menyerahkan hak milik atas barang yang diperjual-belikan

b. menanggung kenikmatan tenteram atas barang tersebut dan

menanggung terhadap cacat-cacat yang tersembunyi

Kewajiban utama si pembeli ialah membayar harga pembelian pada waktu

dan ditempat sebagaimana ditetapkan menurut perjanjian.10 Harga barang yang

dijual harus benar-benar harga yang sepadan dengan nilai yang sesungguhnya.

Kesepadanan antara harga dengan barang sangat perlu untuk dapat melihat

hakekat persetujuan yang diperbuat dalam konkreto.11 Kesepadanan antara harga

dengan nilai barang memang bukan merupakan syarat sahnya suatu persetujuan

jual beli. Akan tetapi kesepadanan harga ini dapat kita kembalikan kepada tujuan

jual beli itu sendiri. Harga yang pantas dan sepadan baiknya ditentukan oleh

7

Surat perjanjian distribusi No. 024-30COMLOG11

8

M.Yahya Harahap, Segi-Segi Hukum Per janjian, Alumni, Bandung, 1986, hal. 106

9

R.Subekti, Aneka Perjanjian, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung, 1995, hal.8

10

Ibid, hal.20

11

(29)

kedua belah pihak yaitu penjual dan pembeli. Jika diantara penjual dan pembeli

tidak terdapat kesepakatan tentang harga yang pantas, kedua belah pihak dapat

menyerahkan penentuan harga kepada pihak ketiga.12

Menurut Pasal 1266 dan 1267 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata

“Jika si pembeli tidak membayar harga pembelian, maka itu merupakan suatu

wanprestasi yang memberikan alasan kepada si penjual untuk menuntut ganti rugi

atau pembatalan-pembatalan pembelian’.13

Hukum Perjanjian jual-beli diatur pada Pasal 1457-1540 Kitab

Undang-undang Hukum Perdata. Di dalam pasal-pasal tersebut dijelaskan bahwa

perjanjian jual beli memiliki kedudukan antara si penjual dengan si pembeli

tersebut merupakan jenis perjanjian timbal balik yang melibatkan dua pihak yaitu

penjual dan pembeli. Kedua belah pihak yang membuat perjanjian jual-beli

masing-masing memiliki hak dan kewajiban untuk melaksanakan isi perjanjian

yang mereka buat. Sebagaimana umumnya, perjanjian merupakan suatu lembaga

hukum yang berdasarkan asas kebebasan berkontrak dimana para pihak bebas

untuk menentukan bentuk dan isi jenis perjanjian yang mereka buat.14 kebebasan

dalam membuat suatu perjanjian itu akan menjadi berbeda bila dilakukan dalam

lingkup yang lebih luas yang melibatkan para pihak dari negara dengan sistem

hukum yang berbeda. Masing-masing negara memiliki ketentuan tersendiri yang

bisa jadi berbeda satu dengan lainnya.15 Perbedaan tersebut tentu saja akan

(30)

berasal dari dua negara yang berbeda tersebut karena apa yang diperbolehkan oleh

suatu sistem hukum negara tertentu ternyata dilarang oleh sistem hukum negara

lainnya. Menurut Pasal 1458 Kitab Undang-undang Hukum Perdata diatur pula

mengenai saat terjadinya jual beli, yaitu :”Jual beli itu dianggap telah terjadi

antara kedua belah pihak, seketika setelah orang-orang ini mencapai sepakat

tentang kebendaan tersebut dan harganya, meskipun kebendaan itu belum

diserahkan maupun harganya belum dibayar”.16

Hal yang pokok dalam suatu perjanjian jual beli adalah adanya kata

sepakat (kesepakatan) diantara pihak-pihak yaitu penjual dan pembeli mengenai

barang dan harganya serta hak dan kewajiban yang timbul dari perjanjian tersebut.

Dengan adanya kesepakatan antara penjual dan pembeli maka suatu perjanjian

telah lahir dengan sah walaupun barang belum dibayar dan diserahkan.17 Didalam

perjanjian jual beli Semen Andalas, distributor wajib menyerah Jaminan Tunai

Distributor (Distributor Security Guarantee) sebesar yang diperjanjikan untuk

menjadi distributor PT Lafarge Cement Indonesia.

Mengenai ongkos penyerahan barang yang dijual diatur didalam Pasal

1476 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata yaitu :18

a. ongkos penyerahan barang ditanggung oleh penjual

b. biaya untuk datang mengambil barang dipikul oleh pembeli

Namun didalam perjanjian jual beli yang dilakukan oleh PT Lafarge

Cement Indonesia dengan distributor dapat mengatur lain, diluar ketentuan diatas,

16

R.Subekti,Kitab Undang-undang Hukum Perdata, Pradnya Paramita, Jakarta, 1990, hal.305

17

Catatan Mata Kuliah Hukum Kontrak Dagang pada tanggal 1 Februari 2012

18

(31)

karena pasal itu sendiri ada menegaskan, ketentuan pembayaran ongkos

penyerahan yang dimaksud pasal 1476 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata

tadi berlaku, sepanjang para pihak penjual dan pembeli tidak memperjanjikan lain.

Menurut Pasal 1339 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata yang berbunyi :

“Perjanjian-perjanjian tidak hanya mengikat untuk hal-hal yang dengan tegas

dinyatakan didalamnya, tetapi juga untuk segala sesuatu, yang menurut sifat

perjanjian, diharuskan oleh keadilan atau undang-undang”. Dengan ini, maka jelas

syarat-syarat dan kebiasaan yang berlaku pada jual beli perusahaan mempunyai

dasar hukumnya dalam pasal 1339 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata,

termasuk dalam pengertian “keadilan dan kebiasaan”, sebagai dimaksud dalam

Pasal 1339 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata tersebut.19

Perjanjian jual beli yang dibuat oleh PT lafarge Cement Indonesia dengan

distributor bersifat perjanjian baku atau perjanjian standart.20 Dimana PT Lafarge

Cement Indonesia telah mempersiapkan blangko dan formulir ataupun telah

memberikan ketentuan-ketentuan tertentu dalam hubungan dengan para

distributornya. Perjanjian jual beli dalam bentuk akta otentik atau akta notaris,

tidak jarang syarat perjanjian telah ditentukan terlebih dahulu oleh pihak PT

Lafarge Cement Indonesia sehingga isi perjanjian jual beli dalam bentuk inipun

dapat dikatakan merupakan suatu perjanjian baku, dengan klausula baku pula.

Berdasarkan uraian diatas maka penulis tertarik untuk meneliti perjanjian

jual beli Semen Andalas yang dilakukan antara PT lafarge Cement Indonesia

dengan distributor, apalagi banyak masyarakat yang membutuhkan semen untuk

19

H.M.N. Purwosutjipto, Op.Cit, hal.8

20

(32)

keperluannya masing-masing, kemudian mereka terlibat sebagai distributor dan

untuk melakukan perjanjian jual beli tersebut mereka harus mengikuti prosedur

yang telah ditetapkan PT Lafarge Cement Indonesia untuk menjadi distributor dan

melakukan perjanjian memakai suatu perjanjian baku, dimana pihak-pihak yang

melakukan perjanjian harus tunduk terhadap perjanjian baku yang dibuat oleh

pihak PT Lafarge Cement Indonesia tanpa campur tangan pihak distributor, pihak

distributor hanya mengikuti isi dari perjanjian tersebut. Didalam Pasal 1338 ayat

(1) Kitab Undang-Undang Hukum Perdata menyebutkan “Semua perjanjian yang

dibuat secara sah berlaku sebagai undang-undang bagi mereka yang

membuatnya”. Sudah tentu hal ini tidak bertentangan dengan hukum memaksa

(dwingenrecht) karena suatu perjanjian yang bertentangan dengan ketentuan

“hukum memaksa” adalah batal.21

Penulisan karya ilmiah ini juga menyajikan pengetahuan perjanjian jual

beli khususnya mengenai perjanjian jual beli pada PT Lafarge Cement Indonesia.

Penulis akan membahasnya dalam sebuah penulisan skripsi dengan judul :

“Perjanjian Jual Beli Semen Andalas di PT Lafarge Cement Indonesia.”

Penulis juga sangat mengharapkan agar skripsi ini dapat memberikan manfaat

kepada penulis pribadi dan masyarakat.

21

(33)

B. Permasalahan

Dari uraian latar belakang masalah yang telah penulis paparkan di atas,

maka dapatlah dirumuskan permasalahan dalam tulisan ini adalah sebagai berikut

:

1. Bagaimana Pengaturan Pelaksanaan Penjualan Semen Andalas di PT

Lafarge Cement Indonesia ?

2. Bagaimana Perlindungan Hukum Terhadap Para Pihak yang

Melakukan Perjanjian Jual Beli Semen Andalas ?

3. Apa Saja Sengketa Yang Timbul di Dalam Perjanjian Jual Beli Semen

Andalas dan Bagaimana Cara Penyelesaiannya?

C. Tujuan Penulisan

Disamping untuk melengkapi dan memenuhi syarat-syarat untuk

memperoleh gelar Sarjana Hukum pada Fakultas Hukum Universitas Sumatera

Utara Medan, Sesuai dengan masalah yang dibahas, tujuan yang ingin dicapai

dalam penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut :

1. Mengetahui dan memahami mekanisme penjualan Semen Andalas di

PT Lafarge Cement Indonesia

2. Mengetahui jaminan hukum yang melindungi para pihak yang

melakukan perjanjian jual beli Semen Andalas

3. Mengetahui jenis sengketa para pihak yang timbul dalam perjanjian

(34)

D. Manfaat Penulisan

Skripsi ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik secara teoritis

maupun praktis :

a. Secara teoritis, hasil penelitian ini dapat memberikan saran dalam

ilmu pengetahuan hukum , khususnya mengenai hubungan hukum

para pihak dalam perjanjian jual beli dan dapat dijadikan bahan kajian

ataupun referensi bagi perpustakaan Fakultas Hukum USU dan

memberikan manfaat bagi dunia perguruan tinggi.

b. Secara praktis, penulisan ini diharapkan dapat bermanfaat kepada

masyarakat umum khususnya kepada pihak yang terkait dalam

pelaksanaan perjanjian jual beli dan juga bermanfaat kepada

mahasiswa yang ingin lebih mengetahui mengenai hubungan hukum

para pihak dalam perjanjian jual beli khususnya jual beli Semen

Andalas.

E. Keaslian Penulisan

Penulis telah menelusuri seluruh daftar skripsi di perpustakaan Fakultas

Hukum Universitas Sumatera Utara dan arsip yang ada di Departemen Hukum

Perdata, akan tetapi penulis tidak menemukan adanya kesamaan judul ataupun

permasalahan dengan judul dan permasalahan yang penulis angkat yaitu tentang

“PERJANJIAN JUAL BELI SEMEN ANDALAS DI PT. LAFARGE CEMENT

(35)

yang disusun berdasarkan dengan asas-asas keilmuan yang jujur, rasional dan

ilmiah.

Dengan demikian, dapat penulis simpulkan bahwa skripsi yang penulis

susun ini merupakan karya asli penulis dan tidak meniru dari kepunyaan orang

lain. Penulis berani bertanggung jawab apabila ditemukan adanya kesamaan judul

dan permasalahan skripsi penulis dengan skripsi yang sebelumnya yang terdapat

di perpustakaan Departemen Hukum Perdata.

F. Metode Penulisan

Metode yang digunakan untuk mengumpulkan data yang diperlukan untuk

mendukung isi skripsi ini adalah :

1. Libra ry Resea rch atau penelitian kepustakaan

Yaitu dengan mengadakan penelitian terhadap data-data yang

diperoleh dari literatur, catatan kuliah, kliping, majalah-majalah ilmiah

yang ada kaitannya dengan skripsi ini dan digunakan sebagai rujukan

dalam pembahasan skripsi ini untuk memperkuat dalil dan fakta

penelitian.

2. Field Resea rch atau penelitian Lapangan

Yaitu dengan melakukan pendekatan-pendekatan langsung pada

sumber yang ada kaitannya dengan pembahasan skripsi ini adalah PT

Lafarge Cement Indonesia.

Dalam metode penelitian lapangan ini penulis melakukan :

(36)

yakni dengan mengadakan pengamatan secara langsung dan

terjun secara nyata dalam objek penelitian

b. Wawancara atau interview:

yakni mewawancarai secara langsung pihak-pihak yang terkait

dengan pelaksanaan perjanjian jual beli semen khususnya pihak

PT Lafarge Cement Indonesia yang berada di Medan.

Dengan mempergunakan metode tersebut diatas, diharapkan

penulisan skripsi ini akan mencapai hasil yang semaksimal

mungkin.

G. Sistematika Penulisan

Untuk memudahkan penulisan skripsi ini, maka diperlukan adanya

sistematika penulisan yang teratur yang saling berkaitan satu sama lain. Adapun

sistematika penulisan skripsi ini adalah :

BAB I : Pendahuluan

Pendahuluan merupakan pengantar. Didalamnya termuat

mengenai gambaran umum tentang penulisan skripsi yang terdiri

dari latar belakang penulisan skripsi, perumusan masalah, tujuan

dan manfaat penulisan, keaslian penulisan, metode penelitian dan

(37)

BAB II : Perjanjian Jual Beli Menurut Kitab Undang-Undang Hukum

Perdata

Didalam Bab ini penulis mencoba menguraikan mengenai

tinjauan umum mengenai Perjanjian Jual Beli menurut Kitab

Undang-undang Hukum Perdata. Penulis mengawalinya dengan

membahas tentang Pengertian Perjanjian Jual Beli, Syarat Sahnya

Perjanjian Jual Beli, Asas-asas Hukum Dalam Suatu Perjanjian

Jual Beli, Sifat-sifat dan Cara Penyerahan Objek Perjanjian Jual

Beli

BAB III : Tinjauan Umum Mengenai PT Lafarge Cement Indonesia

Dalam bab ini penulis membahas mengenai PT. Lafarge Cement

Indonesia itu sendiri yang diawali dengan membahas pengertian

perseroan terbatas dan dasar hukumnya terlebih dahulu kemudian

membahas latar belakang didirikannya PT Lafarge Cement

Indonesia dan Kedudukan Hukum PT Lafarge Cement Indonesia

sebagai penjual

BAB IV : Perjanjian Jual Beli Semen Andalas di PT Lafarge Cement

Indonesia

Dalam bab ini akan dilakukan analisa terhadap Pengaturan

Penjualan Semen Andalas yang dilakukan oleh PT Lafarge

Cement Indonesia dengan Pihak Distributor dengan menguraikan

pengaturan pelaksanaan jual beli semen, perlindungan hukum

(38)

Andalas, permasalahan yang timbul dari perjanjian jual beli

Semen Andalas, penyelesaian sengketa dalam perjanjian jual beli

Semen Andalas antara PT Lafarge Cement Indonesia dengan

pihak distributor.

BAB V : Kesimpulan dan Saran

Bab ini merupakan bagian terakhir dari penulisan skripsi ini. Bab

ini berisi kesimpulan dari permasalahan pokok dari keseluruhan.

Kesimpulan bukan merupakan rangkuman ataupun ikhtisar.

Saran merupakan upaya yang diusulkan agar hal-hal yang

dikemukakan dalam pembahasan permasalahan dapat lebih

(39)

BAB II

PERJANJIAN JUAL BELI MENURUT KUH PERDATA

Perjanjian jual beli diatur dalam Pasal 1457-1540 Kitab Undang-undang

Hukum Perdata. Dalam Pasal 1457 KUH Perdata pengertian jual beli adalah suatu

persetujuan yang mengikat pihak penjual berjanji menyerahkan sesuatu

barang/benda (zaak), dan pihak lain yang bertindak sebagai pembeli mengikat diri

berjanji untuk membayar harga.22

Jual beli termasuk dalam kelompok perjanjian bernama, artinya

undang-undang telah memberikan nama tersendiri dan memberikan pengaturan secara

khusus terhadap perjanjian ini. Pengaturan perjanjian bernama dapat diatur dalam

Kitab Undang-undang Hukum Perdata maupun Kitab Undang-undang Hukum

Dagang.

A. Pengertian Perjanjian Jual Beli

Menurut Pasal 1313 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, perjanjian

adalah suatu perbuatan dengan mana satu orang atau lebih mengikatkan dirinya

terhadap satu orang atau lebih. dalam membuat perjanjian, kedudukan antara para

pihak yang mengadakan perjanjian sama dan sederajat.23

Kitab Undang-Undang Hukum Perdata juga mengatur mengenai

pengertian jual beli yaitu suatu perjanjian bertimbal-balik dalam mana pihak

yang satu (si penjual) berjanji untuk menyerahkan hak milik atas suatu barang,

22

M.Yahya Harahap, Segi-segi Hukum Per janjian, Alumni, Bandung, 1986, Hal.181

23

(40)

sedang pihak yang lainnya (si pembeli) berjanji untuk membayar harga yang

terdiri atas sejumlah uang sebagai imbalan dari perolehan hak milik tersebut.

Perkataan jual beli menunjukkan bahwa dari satu pihak perbuatan dinamakan menjual. Istilah yang mencakup dua perbuatan yang bertimbal balik itu adalah sesuai dengan istilah Belanda “koop en verkoop” yang menjuga mengandung pengertian bahwa pihak yang satu “verkoopt” (menjual) sedang yang lainnya “koopt” (membeli). Dalam bahasa inggris jual-beli disebut dengan hanya “sale”saja yang berarti “penjualan” (hanya dilihat dari sudutnya si penjual), begitu pula dalam bahasa Perancis disebut hanya dengan “vente” yang juga berarti “penjualan”, sedangkan dalam bahasa Jerman dipakainya perkataan “Kauf”yang berarti “pembelian”.24

Unsur pokok dalam perjanjian jual beli adalah barang dan harga, dimana

antara penjual dan pembeli harus ada kata sepakat tentang harga dan benda yang

menjadi objek jual beli.25 Suatu perjanjian jual beli yang sah lahir apabila kedua

belah pihak telah setuju tentang harga dan barang. Sifat konsensual dari perjanjian

jual beli tersebut ditegaskan dalam Pasal 1458 Kitab Undang-Undang Hukum

Perdata yang berbunyi “ jual beli dianggap sudah terjadi antara kedua belah pihak

seketika setelah mereka mencapai kata sepakat tentang barang dan harga,

meskipun barang ini belum diserahkan maupun harganya belum dibayar ”.26

Kemudian didalam Pasal 1458 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata

Perdata mengatur juga tentang saat terjadinya jual beli, yaitu :

“Jual Beli itu dianggap telah terjadi antara kedua belah pihak, seketika

setelah orang-orang ini mencapai sepakat tentang kebendaan tersebut dan

harganya, meskipun kebendaan itu belum diserahkan maupun harganya belum

dibayar”.27

24

R. Subekti. S.H., Aneka Per janjian, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung, 1995, hal.1

(41)

Apabila terjadi kesepakatan mengenai harga dan barang namun ada hal

lain yang tidak disepakati yang terkait dengan perjanjian jual beli tersebut, jual

beli tetap tidak terjadi karena tidak terjadi kesepakatan. Akan tetapi, jika para

pihak telah menyepakati unsur esensial dari perjanjian jual beli tersebut, dan para

pihak tidak mempersoalkan hal lainnya, klausul-klausul yang dianggap berlaku

dalam perjanjian tersebut merupakan ketentuan-ketentuan tentang jual.

Menurut Wiryono Prodjodikoro, jual beli suatu barang adalah “Suatu

penyerahan barang oleh penjual kepada pembeli dengan maksud memindahkan

hak milik atas barang tersebut dan dengan syarat pembayaran harga tertentu

berupa uang pembeli kepada penjual”.28

Oleh beberapa sarjana lainnya memberikan pengertian jual beli adalah

sebagai berikut :

“Jual Beli ialah perjanjian atau persetujuan atau kontrak dimana satu pihak

(penjual) mengikat diri untuk menyerahkan hak milik atas benda atau barang

kepada pihak lainnya (pembeli) yang mengikat dirinya untuk membayar harganya

berupa uang kepada penjual.”29

Menurut Salim H.S., perjanjian jual beli adalah suatu perjanjian yang

dibuat antara pihak penjual dan pihak pembeli. Di dalam perjanjian itu pihak

penjual berkewajiban untuk menyerahkan objek jual beli kepada pembeli dan

28

Wirjono Prodjodikoro, Rancangan Undang-undang Tentang Peraturan Hukum Per janjian, Bab II Pasal 16, (Selanjutnya disebut sebagai Wirjono Prodjodikoro II)

29

(42)

berhak menerima harga dan pembeli berkewajiban untuk membayar harga dan

berhak menerima objek tersebut.30

Unsur yang terkandung dalam defenisi tersebut adalah :

a. Adanya subjek hukum, yaitu penjual dan pembeli

b. Adanya kesepakatan antara penjual dan pembeli tentang barang dan harga

c. Adanya hak dan kewajiban yang timbul antara pihak penjual dan pembeli

B. Syarat Sahnya Perjanjian Jual Beli

Syarat sahnya suatu perjanjian seperti yang terdapat dalam Pasal 1320

Kitab Undang-Undang Hukum Perdata merupakan syarat sahnya perjanjian jual

beli dimana perjanjian jual beli merupakan salah satu jenis dari perjanjian. Pasal

1320 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata menyatakan bahwa syarat dari

sahnya perjanjian adalah :

1. Sepakat mereka yang mengikatkan dirinya

Syarat pertama untuk sahnya suatu perjanjian adalah adanya suatu

kesepakatan atau konsensus pada para pihak. Yang dimaksud dengan

kesepakatan adalah persesuaian kehendak antara para pihak dalam

perjanjian. Jadi dalam hal ini tidak boleh adanya unsur pemaksaan

kehendak dari salah satu pihak pada pihak lainnya. Sepakat juga

dinamakan suatu perizinan, terjadi oleh karena kedua belah pihak sama

sama setuju mengenai hal-hal yang pokok dari suatu perjanjian yang

diadakan. Dalam hal ini kedua belah pihak menghendaki sesuatu yang

30

(43)

sama secara timbal balik. Ada lima cara terjadinya persesuaian kehendak,

yaitu dengan :31

a. Bahasa yang sempurna dan tertulis

b. Bahasa yang sempurna secara lisan

c. Bahasa yang tidak sempurna asal dapat diterima oleh pihak lawan.

Karena dalam kenyataannya seringkali seseorang menyampaikan

dengan bahasa yang tidak sempurna tetapi dimengerti oleh pihak

lawannya.

d. Bahasa isyarat asal dapat diterima oleh pihak lawannya

e. Diam atau membisu, tetapi asal dipahami atau diterima pihak lawan

Berdasarkan hal tersebut maka dapat disimpulkan bahwa terjadinya

kesepakatan dapat terjadi secara tertulis dan tidak tertulis . Seseorang yang

melakukan kesepakatan secara tertulis biasanya dilakukan dengan akta

otentik maupun akta di bawah tangan. Akta di bawah tangan adalah akta

yang dibuat oleh para pihak tanpa melibatkan pejabat yang berwenang

membuat akta. Sedangkan akta otentik adalah akta yang dibuat oleh atau

dihadapan pejabat yang berwenang. Menurut pasal 1321 Kitab

Undang-Undang Hukum Perdata, kata sepakat tidak didasarkan atas kemauan bebas

/ tidak sempurna apabila didasarkan :

a. Kekhilafan (dwaling)

b. Paksaan (geveld)

c. Penipuan (bedrog)

31

(44)

Dengan adanya kesepakatan, maka perjanjian tersebut telah ada dan

mengikat bagi kedua belah pihak serta dapat dilaksanakan.

2. Cakap untuk membuat suatu perjanjian

Cakap artinya adalah kemampuan untuk melakukan suatu

perbuatan hukum yang dalam hal ini adalah membuat suatu perjanjian.

Perbuatan hukum adalah segala perbuatan yang dapat menimbulkan akibat

hukum. Orang yang cakap untuk melakukan perbuatan hukum adalah

orang yang sudah dewasa. Ukuran kedewasaan adalah berumur 21 tahun

sesuai dengan pasal 1330 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata. Dalam

pasal 1330 disebutkan bahwa orang yang tidak cakap untuk melakukan

perbuatan hukum adalah :

a. Orang yang belum dewasa

b. Orang yang dibawah pengampuan

c. Seorang istri. Namun berdasarkan fatwa Mahkamah Agung, melalui

Surat Edaran Mahkamah Agung No.3/1963 tanggal 5 September 1963,

orang-orang perempuan tidak lagi digolongkan sebagai yang tidak cakap.

Mereka berwenang melakukan perbuatan hukum tanpa bantuan atau izin

suaminya.32

3. Suatu hal tertentu

Suatu hal tertentu disebut juga dengan objek perjanjian. Objek perjanjian

harus jelas dan ditentukan oleh para pihak yang dapat berupa barang

32

(45)

maupun jasa namun juga dapat berupa tidak berbuat sesuatu. Objek

Perjanjian juga biasa disebut dengan Prestasi. Prestasi terdiri atas :33

a. memberikan sesuatu, misalnya membayar harga, menyerahkan

barang.

b. berbuat sesuatu, misalnya memperbaiki barang yang rusak,

membangun rumah, melukis suatu lukisan yang dipesan.

c. tidak berbuat sesuatu, misalnya perjanjian untuk tidak mendirikan

suatu bangunan, perjanjian untuk tidak menggunakan merek

dagang tertentu.

Prestasi dalam suatu perikatan harus memenuhi syarat-syarat :34

a. Suatu prestasi harus merupakan suatu prestasi yang tertentu, atau

sedikitnya dapat ditentuk 2an jenisnya. Misalnya : A menyerahkan

beras kepada B 1 kwintal.

b. Prestasi harus dihubungkan dengan suatu kepentingan. Tanpa suatu

kepentingan orang tidak dapat mengadakan tuntutan. Misalnya

Concurrentie Beding (syarat untuk tidak bersaingan).

Contoh: A membeli pabrik sepatu dari B dengan syarat bahwa B

tidak boleh mendirikan pabrik yang memproduksi sepatu pula.

Karena A menderita kerugian, maka pabrik sepatu diganti dengan

produk lain. Dalam hal ini B boleh mendirikan pabrik sepatu lagi,

karena antara A dan B sekarang tidak ada kepentingan lagi.

33

Ahmadi Miru, Hukum Kontrak dan Perancangan Kontrak, Jakarta : PT Raja Grafindo Persada, 2007, hal. 69.

34

(46)

d. Prestasi harus diperbolehkan oleh Undang-Undang, kesusilaan, dan

ketertiban umum.

e. Prestasi harus mungkin dilaksanakan.

4. Suatu sebab yang halal

Di dalam Pasal 1320 Kitab Undang-Undang Hukum perdata tidak

dijelaskan pengertian sebab yang halal. Yang dimaksud dengan sebab yang

halal adalah bahwa isi perjanjian tersebut tidak bertentangan dengan

peraturan perundang-undangan, kesusilaan dan ketertiban umum. Syarat

pertama dan kedua merupakan syarat subjektif karena berkaitan dengan

subjek perjanjian dan syarat ketiga dan keempat merupakan syarat objektif

karena berkaitan dengan objek perjanjian. Apabila syarat pertama dan

syarat kedua tidak terpenuhi, maka perjanjian itu dapat diminta

pembatalannya. Pihak yang dapat meminta pembatalan itu adalah pihak

yang tidak cakap atau pihak yang memberikan ijinnya secara tidak bebas.35

Sedangkan apabila syarat ketiga dan keempat tidak terpenuhi, maka

akibatnya adalah perjanjian tersebut batal demi hukum artinya perjanjian

tersebut dianggap tidak pernah ada sama sekali sehingga para pihak tidak

dapat menuntut apapun apabila terjadi masalah di kemudian hari.

Dua syarat yang pertama untuk syahnya perjanjian, yaitu adanya

kesepakatan dan kecakapan, dinamakan syarat subyektif, karena mengenai

orang-orangnya atau subyeknya yang mengadakan perjanjian, sedangkan dua syarat

yang terakhir dinamakan syarat obyektif, karena mengenai perjanjiannya sendiri

35

(47)

atau obyek dari perbuatan hukum yang dilakukan itu. Jika salah satu syarat sahnya

dari suatu perjanjian tersebut tidak terpenuhi, perjanjian itu dapat dibatalkan atau

batal demi hukum.

a. Syarat Subyektif

Mengenai subyek yang disyaratkan, antara pihak yang mengikat

diri dan syarat tentang kecakapan untuk membuat suatu perjanjian

disebut syarat subyektif. Dalam syarat subyektif, jika syarat itu tidak

dipenuhi perjanjiannya bukan batal demi hukum, tetapi salah satu

pihak mempunyai hak untuk meminta supaya perjanjian itu

dibatalkan. Pihak yang dapat menerima pembatalan itu adalah pihak

yang tidak cakap atau pihak yang memberikan sepakatnya secara

tidak bebas yaitu orangtua atau walinya ataupun dirinya sendiri

apabila kelak sudah menjadi cakap dan /atau pihak yang memberikan

izin atau menyetujui perjanjian itu secara tidak bebas. Disini

perjanjian yang telah dibuat itu tetap mengikat, selama tidak

dibatalkan oleh hakim atas tuntutan pihak yang berhak meminta

pembatalan. Dengan demikian, kelanjutan perjanjian seperti itu

tidaklah pasti dan tergantung pada kesediaan suatu pihak untuk

mentaatinya. Gugatan pembatalan itu dapat dilakukan selama lima

tahun.

Untuk menghilangkan ancaman pembatalan, oleh

undang-undang kemudian diberi jalan keluarnya, suatu perjanjian dapat

(48)

tersebut. Penguatan yang demikian itu, dapat terjadi secara tegas,

atau dapat terjadi secara diam-diam. Atau apabila orang yang dalam

suatu perjanjian telah memberikan sepakatnya secara tidak bebas,

dapat pula menguatkan perjanjian yang dibuatnya, baik secara tegas

maupun secara diam-diam. Oleh karena itu, dalam hal adanya

kekurangan mengenai syarat subyektif, undang-undang

menyerahkan kepada para pihak, untuk melakukan pembatalan

perjanjian atau tidak. Perjanjian yang demikian itu, tidak batal demi

hukum, tetapi dapat dimintakan pembatalan.

b. Syarat Obyektif

Syarat Obyektif adalah mengenai obyek yang diperjanjikan,

yaitu tentang syarat suatu hal tertentu dan suatu sebab yang halal.

Apabila yang tidak terpenuhi dalam suatu perjanjian adalah syarat

obyektif, perjanjian tersebut batal demi hukum, karenanya tujuan

para pihak untuk membuat suatu perjanjian menjadi batal. Karena

obyek yang diperjanjikan batal, perjanjiannya otomatis batal demi

hukum . Dengan demikian, tidak ada dasar untuk saling menuntut di

depan hakim.

Jika para pihak yang membuat perjanjian adalah orang, orang

yang dianggap sebagai subyek hukum yang dapat melakukan

hubungan hukum dengan pihak lain, adalah orang-orang yang tidak

termasuk didalam ketentuan Pasal 1330 Kitab Undang-Undang

(49)

1) Orang-orang yang belum dewasa

Kriteria mengenai orang yang belum dewasa menurut Kitab

Undang-Undang Hukum Perdata, adalah mereka yang belum

mencapai umur genap dua puluh satu tahun dan sebelumnya

belum kawin. Pengecualiannya, dalam membuat perjanjian

kerja, syarat kecakapan yang menjadi salah satu syarat sahnya

perjanjian, usia dewasa dianggap dewasa apabila berumur 18

tahun baik laki-laki maupun perempuan. Dengan demikian,

mengenai cakap dalam membuat perjanjian kerja, untuk pekerja

dapat menyimpang dari Pasal 1330 Kitab Undang-Undang

Hukum Perdata (Pasal 1320 Kitab Undang-Undang Hukum

Perdata dan Pasal 1 butir 26 UUKK).

2) Mereka yang berada dibawah pengampunan

Orang-orang yang diletakkan dibawah pengampunan adalah

setiap orang dewasa yang selalu berada dalam keadaan kurang

akal, sakit ingatan atau boros. Pembentuk undang-undang

memandang bahwa yang bersangkutan tidak mampu menyadari

tanggung jawabnya dan karena itu tidak cakap bertindak untuk

mengadakan perjanjian. Apabila seorang yang berada dibawah

pengampunan mengadakan perjanjian, yang mewakilinya adalah

orangtuanya atau pengampunnya (Pasal 433 Kitab

Referensi

Dokumen terkait

PERJANJIAN JUAL B E L I PAKAIAN PIHAK MERCHANDISE (PURCHASING) PT, JAYA MASAWAN PUTRA SEJAHTERA PALEMBANG DENGAN PIHAK..

Kontrak baku adaiah suatu kontrak tertulis yang dibuat hanya oleh satu pihak dalam perjanjian tersebut, bahkan perjanjian sudah dibuat dalam bentuk formulir oleh salah satu

PLN (PERSERO) adalah suatu perjanjian dalam bentuk Perjanjian/Kontrak Baku, yang dibuat oleh pelaku usaha, yang didalamnya lebih banyak kewajiban yang

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pelaksanaan perjanjian jual beli produk petrokimia antara PT Pertamina (Persero) dengan distributor, serta untuk mengetahui

Lafarge Cement Indonesia (LCI) Lhoknga, Aceh Besar, melaksanakan Program Corporate Social Responsibility (CSR) sesuai dengan Memorium of Understanding (MoU) antara

Pemberian Mesin Perontok Padi bagi Masyarakat Gampong Lamgaboh dan Lamcok, Kemukiman Kueh untuk Mendukung Penguatan Badan Usaha Milik Gammmpong (BUMG).. Lafarge

Biasanya perjanjian baku ini dibuat dalam bentuk formulir dalam jumlah yang tertentu yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat selaku pihak pembeli, dimana formulir tersebut

Namun, karena adanya permasalahan pada crusher, adanya hari libur nasional dan sebagainya yang menghambat tercapainya target produksi, maka PT Lafarge Cement