PERJANJIAN JUAL-BELI SEMEN ANDALAS DI PT LAFARGE CEMENT INDONESIA
SKRIPSI
Disusun dan Diajukan Untuk Melengkapi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana
Hukum Pada Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara
Oleh :
DILA KRISTY SITEPU
NIM : 090200222
DEPARTEMEN : HUKUM KEPERDATAAN
PROGRAM KEKHUSUSAN HUKUM PERDATA BW
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
PERJANJIAN JUAL BELI SEMEN ANDALAS DI PT. LAFARGE CEMENT INDONESIA
SKRIPSI
Disusun dan Diajukan Untuk Melengkapi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana
Hukum Pada Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara
Oleh :
DILA KRISTY SITEPU
NIM : 090200222
Disetujui Oleh :
Ketua Departemen Hukum Keperdataan
Dr.H. Hasim Purba, SH., M.Hum NIP. 19660303 198508 1 001
Pembimbing I Pembimbing II
Dr.H. Hasim Purba, SH., M.Hum Rosnidar Sembiring, SH.,M.Hum NIP. 19660303 198508 1 001 NIP, 19660201991032002
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur Penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas
berkat dan rahmat-Nya, Penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul
“Perjanjian Jual Beli Semen Andalas di PT Lafarge Cement Indonesia”.
Penulisan skripsi ini merupakan salah satu syarat wajib untuk meraih gelar
Sarjana Hukum pada Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara. Penulis
menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, hal ini disebabkan
karena keterbatasan pengalaman dan pengetahuan ilmiah Penulis, untuk itu
Penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun di masa yang
akan datang.Penulis menyampaikan terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada :
1. Prof. Dr. Runtung, SH, M.Hum, selaku Dekan Fakultas Hukum
Universitas Sumatera Utara Medan.
2. Prof. Dr. Budiman Ginting, SH, MH, selaku Pembantu Dekan I Fakultas
Hukum Universitas Sumatera Utara Medan.
3. Bapak Syafrudin Hasibuan, SH, MH.DFM, selaku Pembantu Dekan II
Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara Medan.
4. Bapak M. Husni, SH, M.Hum, selaku Pembantu Dekan III Fakultas
Hukum Universitas Sumatera Utara Medan.
5. Bapak Dr.H. Hasim Purba, SH, M.Hum, selaku Ketua Departemen Hukum
Perdata, sekaligus Dosen Pembimbing I yang telah berkenan berbagi ilmu
6. Ibu Rosnidar Sembiring, SH, M.Hum, selaku Dosen Pembimbing II yang
telah meluangkan waktu, tenaga serta ilmu kepada Penulis. Penulis sangat
terkesan dengan keakraban yang Ibu berikan kepada Penulis.
7. Seluruh Dosen dan Staf Pengajar yang telah mengajar dan membimbing
serta memberikan ilmu pengetahuan kepada Penulis selama menempuh
pendidikan di Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara Medan.
8. Seluruh Staf Tata Usaha dan Staf Administrasi Perpustakaan serta para
pegawai di Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara Medan.
9. Penulis sangat berterima kasih kepada orang tua Penulis yang selalu
menjadi sumber inspirasi dan kekuatan Penulis, Ayahanda J. Sitepu, SH
dan Ibunda A. Susanti. Terima kasih atas kasih sayang, doa, perhatian dan
dukungan papa dan mama kepada Penulis. Kepada kakak-kakak Penulis,
Dina Kristina Sitepu, Dika Kristanti Sitepu dan adik penulis Dita Aginta
Sitepu atas doa, motivasi, dan kasih sayangnya kepada Penulis. Semoga
selalu ada cinta di tengah keluarga kita. Skripsi ini Penulis persembahkan
buat kalian semua, semoga Allah SWT memberikan rahmat dan
hidayah-Nya kepada kita. Amin
10.Kepada Sahabat-sahabat seperjuangan Penulis sebelum penulis memasuki
bangku perkuliahan sampai sekarang : Ditha Nutami Anjayani , Yulis
Kartika, Tira Elwiansyah , Julinda Hutabarat
11.Buat teman-teman penulis dibangku perkuliahan yang selalu
menyemangati penulis dan juga bertarung bersama dalam mengerjakan
kacaribu, Putri Arini, Melani Sabrina K. Sitepu, Arini Wulandari, Novira
Sembiring, Windha Auliana Yusra
12.Buat lelaki cerewet : Yudistira Frandana, M. Iqbal, M. Andry Fauzan
Lubis, Dirgan Segara, Raja Karsitok Purba, Mulkan Balya dan seluruh
teman-teman group A stambuk 2009 yang tidak bisa penulis ucapkan satu
per satu
13.Buat teman-teman penulis Anggi, Windy Widya Utami, Friska Messelina,
Martina Indah Amalia,
14.Buat teman-teman di PEMA periode 2012-2013
15.Buat anak-anak IMKA (Ikatan Mahasiswa Karo) Fakultas Hukum USU,
HMI (Himpunan Mahasiswa Islam) dan KOHATI (Korps HmI Wati)
16.Buat teman-teman IMP stambuk 2009 dan juga buat
17.Rekan-rekan Penulis selama menempuh pendidikan di Fakultas Hukum
USU stambuk 2009 yang tidak mungkin Penulis sebutkan satu per satu.
18.Berbagai pihak yang telah memberikan doa dan dukungan kepada Penulis
selama ini yang juga tidak dapat Penulis sebutkan satu per satu yang
berperan dalam penulisan skripsi ini penulis mengucapkan banyak
Akhir kata, Penulis berharap agar skripsi ini berguna bagi kita semua dan
semoga Allah Swt melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya kepada kita semua.
Amin.
Medan, Maret 2013
DAFTAR ISI
BAB II PERJANJIAN JUAL BELI MENURUT KUH PERDATA A. Pengertian Perjanjian Jual Beli ...15
B. Syarat Sahnya Perjanjian Jual Beli ...18
C. Asas-asas Hukum Dalam Suatu Perjanjian Jual Beli ...27
D. Sifat-sifat dan Cara Penyerahan Objek Perjanjian Jual Beli. ...30
BAB III TINJAUAN UMUM MENGENAI PT LAFARGE CEMENT INDONESIA A. Pengertian Perseroan Terbatas dan Dasar Hukumnya ...36
B. Latar Belakang didirikannya PT. Lafarge Cement Indonesia.. ...49
C. Kedudukan Hukum PT. Lafarge Cement Indonesia Sebagai Penjual. ... 53
BAB IV PERJANJIAN JUAL BELI SEMEN ANDALAS DI PT. LAFARGE CEMENT INDONESIA A. Pengaturan Pelaksanaan Penjualan Semen Andalas di ... PT. Lafarge Cement Indonesia. ... .58
B. Perlindungan Hukum Terhadap Para Pihak yang Melakukan ... Perjanjian Jual Beli Semen Andalas... .64
C. Sengketa Yang Timbul Dalam Perjanjian Jual Beli Semen Andalas. ...68
BAB VKESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan. ...76 B. Saran. ... .78
ABSTRAK Dila Kristy Sitepu*)
Dr. H. Hasim Purba, SH., M.Hum**) Rosnidar Sembiring, SH., M.Hum***)
Peran semen sangat vital bagi kehidupan manusia karena hampir sebagian besar bahan yang dipakai dalam pembangunan infrastruktur dan properti didunia adalah semen. PT lafarge merupakan salah satu perusahaan yang berperan sebagai produsen sekaligus penjual semen. Dalam skripsi ini yang menjadi permasalahan adalah Pengaturan pelaksanaan penjualan Semen Andalas di PT Lafarge Cement Indonesia, perlindungan hukum terhadap para pihak yang melakukan perjanjian Jual Beli Semen Andalas, Permasalahan Yang Timbul Dalam Perjanjian Jual Beli Semen Andalas, penyelesaian sengketa dalam perjanjian jual beli Semen Andalas Antara PT. Lafarge Cement Indonesia dengan distributor. Berdasarkan judul skripsi ini maka penelitian dilakukan di kantor PT Lafarge Cement Indonesia yang berada di Medan.
Untuk menjawab permasalahan tersebut maka penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode pendekatan penelitian hukum normatif dan yuridis empiris yaitu suatu cara atau prosedur yang digunakan untuk memecahkan dengan terlebih dahulu menggunakan dan meneliti data sekunder yang ada kemudian dilanjutkan dengan penelitian primer dilapangan yang didapatkan dengan cara wawancara dengan pihak PT Lafarge Cement Indonesia
Bentuk Perjanjian yang dilakukan oleh Pihak PT Lafarge Cement Indonesia dengan pihak distributor adalah perjanjian baku dimana pihak PT Lafarge Cement Indonesia membuat isi perjanjian yang dibuat secara tertulis dan ditandatangani oleh pihak distributor. Kewajiban pihak distributor yaitu membayar semen yang telah dipesan sesuai dengan harga yang telah ditentukan dan kewajiban PT Lafarge Cement Indonesia adalah menyediakan semen yang telah dipesan oleh distributor. Penyelesaian sengketa yang terjadi diantara kedua belah pihak diselesaikan secara musyawarah untuk mencapai kata mufakat, namun apabila dengan musyawarah tidak mencapai perdamaian maka perselisihan diselesaikan di pengadilan.
Kata Kunci : Perjanjian Jual Beli, Perseroan terbatas *) Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara **) Dosen Pembimbing I
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
Negara Indonesia memiliki keuntungan dengan melimpahnya sumber daya
alam yang berada di atas tanahnya, hal ini juga dipengaruhi karena Indonesia
dilalui oleh dua jalur lempeng , yaitu lempeng asia dan lempeng pasifik dan dua
jalur gunung api aktif didunia yaitu sirkum mediterania dan sirkum positif
membuat Indonesia dipenuhi lahan-lahan subur akibat bentukan alam dan
vulkanisasi yang terus terjadi hingga kini. Banyak ditemukan batuan kapur dan
gamping, dimana batuan tersebut merupakan bahan mentah pembuatan semen.
Semen adalah bahan perekat yang mampu mempersatukan atau mengikat
bahan-bahan padat menjadi satu kesatuan yang kokoh atau suatu produk yang
mempunyai fungsi sebagai bahan perekat antara dua atau lebih bahan sehingga
menjadi suatu bagian yang kompak.1 Dalam pengertian yang luas , semen adalah
material plastis yang memberikan sifat rekat antara batuan-batuan konstruksi
bangunan. Peran semen sangat vital bagi kehidupan manusia karena hampir
sebagian besar bahan yang dipakai dalam pembangunan infrastruktur dan properti
didunia adalah semen.2
Semen dipakai masyarakat untuk membuat rumah, bangunan ataupun
infrastruktur. Masyarakat membutuhkan rumah sebagai tempat tinggal mereka.
Rumah merupakan kebutuhan primer bagi manusia, rumah melindungi mereka
dari panasnya sengatan matahari, dari hujan, dari serangan hewan buas, dan
1
http://prospecindonesia.com/tag/fungsi-semen/ diakses pada tanggal 30 Februari 2013
2
lainnya dari kondisi alam yang selamanya tidak menguntungkan. Rumah tersebut
dibangun dengan unsur semen didalamnya. Infrastruktur juga berpengaruh penting
bagi peningkatan kualitas hidup dan kesejahteraan manusia dalam peningkatan
nilai konsumsi, peningkatan produktivitas tenaga kerja dan akses kepada lapangan
kerja, serta peningkatan kemakmuran nyata dan terwujudnya stabilisasi makro
ekonomi, yaitu berkelanjutan fiskal, berkembangnya pasar kredit dan
pengaruhnya terhadap pasar tenaga kerja.3
Dengan memilih semen yang berkualitas maka akan mempengaruhi
terhadap pembangunan infrastruktur tersebut dalam hal jangka waktu dan proses
pembuatan yang dilakukan oleh para kontraktor. Banyaknya minat masyarakat
terhadap semen membuat sejumlah perusahaan penghasil semen bersaing untuk
membuat semen yang berkualitas agar masyarakat percaya untuk memakai semen
yang dihasilkan oleh perusahaan semen tersebut. Salah satu perusahaan swasta
yang berperan sebagai produsen semen adalah PT Lafarge Cement Indonesia yang
dahulu bernama PT Semen Andalas Indonesia.
PT Lafarge Cement Indonesia adalah sebuah perusahaan penanaman
modal asing (PMA) didirikan pada 11 April 1980 dan mengalami rekonstruksi
pada tahun 2010 pasca tsunami yang terjadi di Aceh pada tahun 2004. Pendirian
PT lafarge Cement Andalas ditandai dengan dimulainya pembangunan pabrik
semen terpadu di Lhoknga – Aceh Besar, dan resmi beroperasi pada 2 Agustus
3
1983 berkantor pusat di The Royal Condominium Lantai 2 Tower A, Jalan Palang
Merah/Suka Mulia No.1 Medan 20151.4
PT Lafarge Cement Indonesia berperan sebagai produsen semen, PT
Lafarge Cement Indonesia memproduksi lebih dari 17 ton merek semen
berkualitas, salah satu produk PT Lafarge Cement Indonesia yang terkemuka
adalah Semen Andalas5. Selain memproduksi semen yang berkualitas, PT Lafarge
Cement Indonesia juga berperan sebagai penjual. PT Lafarge Cement Indonesia
menjual Semen Andalas kepada distributor kemudian distributor dapat
menyalurkan semen secara langsung kepada konsumen (end-user) atau melalui
subdistributor atau pengecer.
PT Lafarge Cement Indonesia menyediakan terminal-terminal di
daerah-daerah kawasan Sumatera sebagai tempat pengambilan semen oleh distributor
yang telah memesan kepada PT Lafarge Cement Indonesia. Pemesanan terjadi
antara PT Lafarge Cement Indonesia dengan distributor apabila telah
dilakukannya kesepakatan mengenai perjanjian jual beli.
Dalam hal distributor dapat menyalurkan langsung kepada konsumen
(end-user) atau melalui sub-distributor dan pengecer tetapi pihak PT Lafarge
Cement Indonesia tidak memiliki hubungan, tidak mengawasi dan/atau tidak
berkomunikasi dalam bentuk apapun dengan para sub-distributor atau penegecer
tersebut.6 Distributor adalah suatu perseroan terbatas atau persekutuan
komanditer/perdata yang didirikan berdasarkan peraturan perundang-undangan
4
www.lafarge.com, diakses pada tanggal 30 Februari 2013
5
Hasil wawancara dengan Sales Manager PT Lafarge Cement Indonesia, Bapak Hadi, Tanggal 2 Maret 2013
6
Republik Indonesia dan mempunyai kewenangan korporasi dan hukum yang
penuh untuk membeli semen serta memberikan bank garansi.7
Perjanjian Jual beli yang dilakukan oleh PT Lafarge Cement Indonesia
akan timbul hak dan kewajiban masing-masing pihak dan dituangkan dalam akta
perjanjian jual beli yang mengikat bagi kedua belah pihak yang mengadakan
perjanjian. Pihak-pihak yang mengadakan perjanjian diharuskan untuk
melaksanakan kewajiban yang sudah menjadi tanggungannya. Apabila salah satu
pihak tidak dapat atau lalai melaksanakan apa yang sudah menjadi kewajibannya,
maka pihak yang lain dapat menuntut atas kesalahannya.8
Bagi pihak penjual ada dua kewajiban utama yaitu :9
a. menyerahkan hak milik atas barang yang diperjual-belikan
b. menanggung kenikmatan tenteram atas barang tersebut dan
menanggung terhadap cacat-cacat yang tersembunyi
Kewajiban utama si pembeli ialah membayar harga pembelian pada waktu
dan ditempat sebagaimana ditetapkan menurut perjanjian.10 Harga barang yang
dijual harus benar-benar harga yang sepadan dengan nilai yang sesungguhnya.
Kesepadanan antara harga dengan barang sangat perlu untuk dapat melihat
hakekat persetujuan yang diperbuat dalam konkreto.11 Kesepadanan antara harga
dengan nilai barang memang bukan merupakan syarat sahnya suatu persetujuan
jual beli. Akan tetapi kesepadanan harga ini dapat kita kembalikan kepada tujuan
jual beli itu sendiri. Harga yang pantas dan sepadan baiknya ditentukan oleh
7
Surat perjanjian distribusi No. 024-30COMLOG11
8
M.Yahya Harahap, Segi-Segi Hukum Per janjian, Alumni, Bandung, 1986, hal. 106
9
R.Subekti, Aneka Perjanjian, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung, 1995, hal.8
10
Ibid, hal.20
11
kedua belah pihak yaitu penjual dan pembeli. Jika diantara penjual dan pembeli
tidak terdapat kesepakatan tentang harga yang pantas, kedua belah pihak dapat
menyerahkan penentuan harga kepada pihak ketiga.12
Menurut Pasal 1266 dan 1267 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata
“Jika si pembeli tidak membayar harga pembelian, maka itu merupakan suatu
wanprestasi yang memberikan alasan kepada si penjual untuk menuntut ganti rugi
atau pembatalan-pembatalan pembelian’.13
Hukum Perjanjian jual-beli diatur pada Pasal 1457-1540 Kitab
Undang-undang Hukum Perdata. Di dalam pasal-pasal tersebut dijelaskan bahwa
perjanjian jual beli memiliki kedudukan antara si penjual dengan si pembeli
tersebut merupakan jenis perjanjian timbal balik yang melibatkan dua pihak yaitu
penjual dan pembeli. Kedua belah pihak yang membuat perjanjian jual-beli
masing-masing memiliki hak dan kewajiban untuk melaksanakan isi perjanjian
yang mereka buat. Sebagaimana umumnya, perjanjian merupakan suatu lembaga
hukum yang berdasarkan asas kebebasan berkontrak dimana para pihak bebas
untuk menentukan bentuk dan isi jenis perjanjian yang mereka buat.14 kebebasan
dalam membuat suatu perjanjian itu akan menjadi berbeda bila dilakukan dalam
lingkup yang lebih luas yang melibatkan para pihak dari negara dengan sistem
hukum yang berbeda. Masing-masing negara memiliki ketentuan tersendiri yang
bisa jadi berbeda satu dengan lainnya.15 Perbedaan tersebut tentu saja akan
berasal dari dua negara yang berbeda tersebut karena apa yang diperbolehkan oleh
suatu sistem hukum negara tertentu ternyata dilarang oleh sistem hukum negara
lainnya. Menurut Pasal 1458 Kitab Undang-undang Hukum Perdata diatur pula
mengenai saat terjadinya jual beli, yaitu :”Jual beli itu dianggap telah terjadi
antara kedua belah pihak, seketika setelah orang-orang ini mencapai sepakat
tentang kebendaan tersebut dan harganya, meskipun kebendaan itu belum
diserahkan maupun harganya belum dibayar”.16
Hal yang pokok dalam suatu perjanjian jual beli adalah adanya kata
sepakat (kesepakatan) diantara pihak-pihak yaitu penjual dan pembeli mengenai
barang dan harganya serta hak dan kewajiban yang timbul dari perjanjian tersebut.
Dengan adanya kesepakatan antara penjual dan pembeli maka suatu perjanjian
telah lahir dengan sah walaupun barang belum dibayar dan diserahkan.17 Didalam
perjanjian jual beli Semen Andalas, distributor wajib menyerah Jaminan Tunai
Distributor (Distributor Security Guarantee) sebesar yang diperjanjikan untuk
menjadi distributor PT Lafarge Cement Indonesia.
Mengenai ongkos penyerahan barang yang dijual diatur didalam Pasal
1476 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata yaitu :18
a. ongkos penyerahan barang ditanggung oleh penjual
b. biaya untuk datang mengambil barang dipikul oleh pembeli
Namun didalam perjanjian jual beli yang dilakukan oleh PT Lafarge
Cement Indonesia dengan distributor dapat mengatur lain, diluar ketentuan diatas,
16
R.Subekti,Kitab Undang-undang Hukum Perdata, Pradnya Paramita, Jakarta, 1990, hal.305
17
Catatan Mata Kuliah Hukum Kontrak Dagang pada tanggal 1 Februari 2012
18
karena pasal itu sendiri ada menegaskan, ketentuan pembayaran ongkos
penyerahan yang dimaksud pasal 1476 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata
tadi berlaku, sepanjang para pihak penjual dan pembeli tidak memperjanjikan lain.
Menurut Pasal 1339 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata yang berbunyi :
“Perjanjian-perjanjian tidak hanya mengikat untuk hal-hal yang dengan tegas
dinyatakan didalamnya, tetapi juga untuk segala sesuatu, yang menurut sifat
perjanjian, diharuskan oleh keadilan atau undang-undang”. Dengan ini, maka jelas
syarat-syarat dan kebiasaan yang berlaku pada jual beli perusahaan mempunyai
dasar hukumnya dalam pasal 1339 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata,
termasuk dalam pengertian “keadilan dan kebiasaan”, sebagai dimaksud dalam
Pasal 1339 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata tersebut.19
Perjanjian jual beli yang dibuat oleh PT lafarge Cement Indonesia dengan
distributor bersifat perjanjian baku atau perjanjian standart.20 Dimana PT Lafarge
Cement Indonesia telah mempersiapkan blangko dan formulir ataupun telah
memberikan ketentuan-ketentuan tertentu dalam hubungan dengan para
distributornya. Perjanjian jual beli dalam bentuk akta otentik atau akta notaris,
tidak jarang syarat perjanjian telah ditentukan terlebih dahulu oleh pihak PT
Lafarge Cement Indonesia sehingga isi perjanjian jual beli dalam bentuk inipun
dapat dikatakan merupakan suatu perjanjian baku, dengan klausula baku pula.
Berdasarkan uraian diatas maka penulis tertarik untuk meneliti perjanjian
jual beli Semen Andalas yang dilakukan antara PT lafarge Cement Indonesia
dengan distributor, apalagi banyak masyarakat yang membutuhkan semen untuk
19
H.M.N. Purwosutjipto, Op.Cit, hal.8
20
keperluannya masing-masing, kemudian mereka terlibat sebagai distributor dan
untuk melakukan perjanjian jual beli tersebut mereka harus mengikuti prosedur
yang telah ditetapkan PT Lafarge Cement Indonesia untuk menjadi distributor dan
melakukan perjanjian memakai suatu perjanjian baku, dimana pihak-pihak yang
melakukan perjanjian harus tunduk terhadap perjanjian baku yang dibuat oleh
pihak PT Lafarge Cement Indonesia tanpa campur tangan pihak distributor, pihak
distributor hanya mengikuti isi dari perjanjian tersebut. Didalam Pasal 1338 ayat
(1) Kitab Undang-Undang Hukum Perdata menyebutkan “Semua perjanjian yang
dibuat secara sah berlaku sebagai undang-undang bagi mereka yang
membuatnya”. Sudah tentu hal ini tidak bertentangan dengan hukum memaksa
(dwingenrecht) karena suatu perjanjian yang bertentangan dengan ketentuan
“hukum memaksa” adalah batal.21
Penulisan karya ilmiah ini juga menyajikan pengetahuan perjanjian jual
beli khususnya mengenai perjanjian jual beli pada PT Lafarge Cement Indonesia.
Penulis akan membahasnya dalam sebuah penulisan skripsi dengan judul :
“Perjanjian Jual Beli Semen Andalas di PT Lafarge Cement Indonesia.”
Penulis juga sangat mengharapkan agar skripsi ini dapat memberikan manfaat
kepada penulis pribadi dan masyarakat.
21
B. Permasalahan
Dari uraian latar belakang masalah yang telah penulis paparkan di atas,
maka dapatlah dirumuskan permasalahan dalam tulisan ini adalah sebagai berikut
:
1. Bagaimana Pengaturan Pelaksanaan Penjualan Semen Andalas di PT
Lafarge Cement Indonesia ?
2. Bagaimana Perlindungan Hukum Terhadap Para Pihak yang
Melakukan Perjanjian Jual Beli Semen Andalas ?
3. Apa Saja Sengketa Yang Timbul di Dalam Perjanjian Jual Beli Semen
Andalas dan Bagaimana Cara Penyelesaiannya?
C. Tujuan Penulisan
Disamping untuk melengkapi dan memenuhi syarat-syarat untuk
memperoleh gelar Sarjana Hukum pada Fakultas Hukum Universitas Sumatera
Utara Medan, Sesuai dengan masalah yang dibahas, tujuan yang ingin dicapai
dalam penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut :
1. Mengetahui dan memahami mekanisme penjualan Semen Andalas di
PT Lafarge Cement Indonesia
2. Mengetahui jaminan hukum yang melindungi para pihak yang
melakukan perjanjian jual beli Semen Andalas
3. Mengetahui jenis sengketa para pihak yang timbul dalam perjanjian
D. Manfaat Penulisan
Skripsi ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik secara teoritis
maupun praktis :
a. Secara teoritis, hasil penelitian ini dapat memberikan saran dalam
ilmu pengetahuan hukum , khususnya mengenai hubungan hukum
para pihak dalam perjanjian jual beli dan dapat dijadikan bahan kajian
ataupun referensi bagi perpustakaan Fakultas Hukum USU dan
memberikan manfaat bagi dunia perguruan tinggi.
b. Secara praktis, penulisan ini diharapkan dapat bermanfaat kepada
masyarakat umum khususnya kepada pihak yang terkait dalam
pelaksanaan perjanjian jual beli dan juga bermanfaat kepada
mahasiswa yang ingin lebih mengetahui mengenai hubungan hukum
para pihak dalam perjanjian jual beli khususnya jual beli Semen
Andalas.
E. Keaslian Penulisan
Penulis telah menelusuri seluruh daftar skripsi di perpustakaan Fakultas
Hukum Universitas Sumatera Utara dan arsip yang ada di Departemen Hukum
Perdata, akan tetapi penulis tidak menemukan adanya kesamaan judul ataupun
permasalahan dengan judul dan permasalahan yang penulis angkat yaitu tentang
“PERJANJIAN JUAL BELI SEMEN ANDALAS DI PT. LAFARGE CEMENT
yang disusun berdasarkan dengan asas-asas keilmuan yang jujur, rasional dan
ilmiah.
Dengan demikian, dapat penulis simpulkan bahwa skripsi yang penulis
susun ini merupakan karya asli penulis dan tidak meniru dari kepunyaan orang
lain. Penulis berani bertanggung jawab apabila ditemukan adanya kesamaan judul
dan permasalahan skripsi penulis dengan skripsi yang sebelumnya yang terdapat
di perpustakaan Departemen Hukum Perdata.
F. Metode Penulisan
Metode yang digunakan untuk mengumpulkan data yang diperlukan untuk
mendukung isi skripsi ini adalah :
1. Libra ry Resea rch atau penelitian kepustakaan
Yaitu dengan mengadakan penelitian terhadap data-data yang
diperoleh dari literatur, catatan kuliah, kliping, majalah-majalah ilmiah
yang ada kaitannya dengan skripsi ini dan digunakan sebagai rujukan
dalam pembahasan skripsi ini untuk memperkuat dalil dan fakta
penelitian.
2. Field Resea rch atau penelitian Lapangan
Yaitu dengan melakukan pendekatan-pendekatan langsung pada
sumber yang ada kaitannya dengan pembahasan skripsi ini adalah PT
Lafarge Cement Indonesia.
Dalam metode penelitian lapangan ini penulis melakukan :
yakni dengan mengadakan pengamatan secara langsung dan
terjun secara nyata dalam objek penelitian
b. Wawancara atau interview:
yakni mewawancarai secara langsung pihak-pihak yang terkait
dengan pelaksanaan perjanjian jual beli semen khususnya pihak
PT Lafarge Cement Indonesia yang berada di Medan.
Dengan mempergunakan metode tersebut diatas, diharapkan
penulisan skripsi ini akan mencapai hasil yang semaksimal
mungkin.
G. Sistematika Penulisan
Untuk memudahkan penulisan skripsi ini, maka diperlukan adanya
sistematika penulisan yang teratur yang saling berkaitan satu sama lain. Adapun
sistematika penulisan skripsi ini adalah :
BAB I : Pendahuluan
Pendahuluan merupakan pengantar. Didalamnya termuat
mengenai gambaran umum tentang penulisan skripsi yang terdiri
dari latar belakang penulisan skripsi, perumusan masalah, tujuan
dan manfaat penulisan, keaslian penulisan, metode penelitian dan
BAB II : Perjanjian Jual Beli Menurut Kitab Undang-Undang Hukum
Perdata
Didalam Bab ini penulis mencoba menguraikan mengenai
tinjauan umum mengenai Perjanjian Jual Beli menurut Kitab
Undang-undang Hukum Perdata. Penulis mengawalinya dengan
membahas tentang Pengertian Perjanjian Jual Beli, Syarat Sahnya
Perjanjian Jual Beli, Asas-asas Hukum Dalam Suatu Perjanjian
Jual Beli, Sifat-sifat dan Cara Penyerahan Objek Perjanjian Jual
Beli
BAB III : Tinjauan Umum Mengenai PT Lafarge Cement Indonesia
Dalam bab ini penulis membahas mengenai PT. Lafarge Cement
Indonesia itu sendiri yang diawali dengan membahas pengertian
perseroan terbatas dan dasar hukumnya terlebih dahulu kemudian
membahas latar belakang didirikannya PT Lafarge Cement
Indonesia dan Kedudukan Hukum PT Lafarge Cement Indonesia
sebagai penjual
BAB IV : Perjanjian Jual Beli Semen Andalas di PT Lafarge Cement
Indonesia
Dalam bab ini akan dilakukan analisa terhadap Pengaturan
Penjualan Semen Andalas yang dilakukan oleh PT Lafarge
Cement Indonesia dengan Pihak Distributor dengan menguraikan
pengaturan pelaksanaan jual beli semen, perlindungan hukum
Andalas, permasalahan yang timbul dari perjanjian jual beli
Semen Andalas, penyelesaian sengketa dalam perjanjian jual beli
Semen Andalas antara PT Lafarge Cement Indonesia dengan
pihak distributor.
BAB V : Kesimpulan dan Saran
Bab ini merupakan bagian terakhir dari penulisan skripsi ini. Bab
ini berisi kesimpulan dari permasalahan pokok dari keseluruhan.
Kesimpulan bukan merupakan rangkuman ataupun ikhtisar.
Saran merupakan upaya yang diusulkan agar hal-hal yang
dikemukakan dalam pembahasan permasalahan dapat lebih
ABSTRAK Dila Kristy Sitepu*)
Dr. H. Hasim Purba, SH., M.Hum**) Rosnidar Sembiring, SH., M.Hum***)
Peran semen sangat vital bagi kehidupan manusia karena hampir sebagian besar bahan yang dipakai dalam pembangunan infrastruktur dan properti didunia adalah semen. PT lafarge merupakan salah satu perusahaan yang berperan sebagai produsen sekaligus penjual semen. Dalam skripsi ini yang menjadi permasalahan adalah Pengaturan pelaksanaan penjualan Semen Andalas di PT Lafarge Cement Indonesia, perlindungan hukum terhadap para pihak yang melakukan perjanjian Jual Beli Semen Andalas, Permasalahan Yang Timbul Dalam Perjanjian Jual Beli Semen Andalas, penyelesaian sengketa dalam perjanjian jual beli Semen Andalas Antara PT. Lafarge Cement Indonesia dengan distributor. Berdasarkan judul skripsi ini maka penelitian dilakukan di kantor PT Lafarge Cement Indonesia yang berada di Medan.
Untuk menjawab permasalahan tersebut maka penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode pendekatan penelitian hukum normatif dan yuridis empiris yaitu suatu cara atau prosedur yang digunakan untuk memecahkan dengan terlebih dahulu menggunakan dan meneliti data sekunder yang ada kemudian dilanjutkan dengan penelitian primer dilapangan yang didapatkan dengan cara wawancara dengan pihak PT Lafarge Cement Indonesia
Bentuk Perjanjian yang dilakukan oleh Pihak PT Lafarge Cement Indonesia dengan pihak distributor adalah perjanjian baku dimana pihak PT Lafarge Cement Indonesia membuat isi perjanjian yang dibuat secara tertulis dan ditandatangani oleh pihak distributor. Kewajiban pihak distributor yaitu membayar semen yang telah dipesan sesuai dengan harga yang telah ditentukan dan kewajiban PT Lafarge Cement Indonesia adalah menyediakan semen yang telah dipesan oleh distributor. Penyelesaian sengketa yang terjadi diantara kedua belah pihak diselesaikan secara musyawarah untuk mencapai kata mufakat, namun apabila dengan musyawarah tidak mencapai perdamaian maka perselisihan diselesaikan di pengadilan.
Kata Kunci : Perjanjian Jual Beli, Perseroan terbatas *) Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara **) Dosen Pembimbing I
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
Negara Indonesia memiliki keuntungan dengan melimpahnya sumber daya
alam yang berada di atas tanahnya, hal ini juga dipengaruhi karena Indonesia
dilalui oleh dua jalur lempeng , yaitu lempeng asia dan lempeng pasifik dan dua
jalur gunung api aktif didunia yaitu sirkum mediterania dan sirkum positif
membuat Indonesia dipenuhi lahan-lahan subur akibat bentukan alam dan
vulkanisasi yang terus terjadi hingga kini. Banyak ditemukan batuan kapur dan
gamping, dimana batuan tersebut merupakan bahan mentah pembuatan semen.
Semen adalah bahan perekat yang mampu mempersatukan atau mengikat
bahan-bahan padat menjadi satu kesatuan yang kokoh atau suatu produk yang
mempunyai fungsi sebagai bahan perekat antara dua atau lebih bahan sehingga
menjadi suatu bagian yang kompak.1 Dalam pengertian yang luas , semen adalah
material plastis yang memberikan sifat rekat antara batuan-batuan konstruksi
bangunan. Peran semen sangat vital bagi kehidupan manusia karena hampir
sebagian besar bahan yang dipakai dalam pembangunan infrastruktur dan properti
didunia adalah semen.2
Semen dipakai masyarakat untuk membuat rumah, bangunan ataupun
infrastruktur. Masyarakat membutuhkan rumah sebagai tempat tinggal mereka.
Rumah merupakan kebutuhan primer bagi manusia, rumah melindungi mereka
dari panasnya sengatan matahari, dari hujan, dari serangan hewan buas, dan
1
http://prospecindonesia.com/tag/fungsi-semen/ diakses pada tanggal 30 Februari 2013
2
lainnya dari kondisi alam yang selamanya tidak menguntungkan. Rumah tersebut
dibangun dengan unsur semen didalamnya. Infrastruktur juga berpengaruh penting
bagi peningkatan kualitas hidup dan kesejahteraan manusia dalam peningkatan
nilai konsumsi, peningkatan produktivitas tenaga kerja dan akses kepada lapangan
kerja, serta peningkatan kemakmuran nyata dan terwujudnya stabilisasi makro
ekonomi, yaitu berkelanjutan fiskal, berkembangnya pasar kredit dan
pengaruhnya terhadap pasar tenaga kerja.3
Dengan memilih semen yang berkualitas maka akan mempengaruhi
terhadap pembangunan infrastruktur tersebut dalam hal jangka waktu dan proses
pembuatan yang dilakukan oleh para kontraktor. Banyaknya minat masyarakat
terhadap semen membuat sejumlah perusahaan penghasil semen bersaing untuk
membuat semen yang berkualitas agar masyarakat percaya untuk memakai semen
yang dihasilkan oleh perusahaan semen tersebut. Salah satu perusahaan swasta
yang berperan sebagai produsen semen adalah PT Lafarge Cement Indonesia yang
dahulu bernama PT Semen Andalas Indonesia.
PT Lafarge Cement Indonesia adalah sebuah perusahaan penanaman
modal asing (PMA) didirikan pada 11 April 1980 dan mengalami rekonstruksi
pada tahun 2010 pasca tsunami yang terjadi di Aceh pada tahun 2004. Pendirian
PT lafarge Cement Andalas ditandai dengan dimulainya pembangunan pabrik
semen terpadu di Lhoknga – Aceh Besar, dan resmi beroperasi pada 2 Agustus
3
1983 berkantor pusat di The Royal Condominium Lantai 2 Tower A, Jalan Palang
Merah/Suka Mulia No.1 Medan 20151.4
PT Lafarge Cement Indonesia berperan sebagai produsen semen, PT
Lafarge Cement Indonesia memproduksi lebih dari 17 ton merek semen
berkualitas, salah satu produk PT Lafarge Cement Indonesia yang terkemuka
adalah Semen Andalas5. Selain memproduksi semen yang berkualitas, PT Lafarge
Cement Indonesia juga berperan sebagai penjual. PT Lafarge Cement Indonesia
menjual Semen Andalas kepada distributor kemudian distributor dapat
menyalurkan semen secara langsung kepada konsumen (end-user) atau melalui
subdistributor atau pengecer.
PT Lafarge Cement Indonesia menyediakan terminal-terminal di
daerah-daerah kawasan Sumatera sebagai tempat pengambilan semen oleh distributor
yang telah memesan kepada PT Lafarge Cement Indonesia. Pemesanan terjadi
antara PT Lafarge Cement Indonesia dengan distributor apabila telah
dilakukannya kesepakatan mengenai perjanjian jual beli.
Dalam hal distributor dapat menyalurkan langsung kepada konsumen
(end-user) atau melalui sub-distributor dan pengecer tetapi pihak PT Lafarge
Cement Indonesia tidak memiliki hubungan, tidak mengawasi dan/atau tidak
berkomunikasi dalam bentuk apapun dengan para sub-distributor atau penegecer
tersebut.6 Distributor adalah suatu perseroan terbatas atau persekutuan
komanditer/perdata yang didirikan berdasarkan peraturan perundang-undangan
4
www.lafarge.com, diakses pada tanggal 30 Februari 2013
5
Hasil wawancara dengan Sales Manager PT Lafarge Cement Indonesia, Bapak Hadi, Tanggal 2 Maret 2013
6
Republik Indonesia dan mempunyai kewenangan korporasi dan hukum yang
penuh untuk membeli semen serta memberikan bank garansi.7
Perjanjian Jual beli yang dilakukan oleh PT Lafarge Cement Indonesia
akan timbul hak dan kewajiban masing-masing pihak dan dituangkan dalam akta
perjanjian jual beli yang mengikat bagi kedua belah pihak yang mengadakan
perjanjian. Pihak-pihak yang mengadakan perjanjian diharuskan untuk
melaksanakan kewajiban yang sudah menjadi tanggungannya. Apabila salah satu
pihak tidak dapat atau lalai melaksanakan apa yang sudah menjadi kewajibannya,
maka pihak yang lain dapat menuntut atas kesalahannya.8
Bagi pihak penjual ada dua kewajiban utama yaitu :9
a. menyerahkan hak milik atas barang yang diperjual-belikan
b. menanggung kenikmatan tenteram atas barang tersebut dan
menanggung terhadap cacat-cacat yang tersembunyi
Kewajiban utama si pembeli ialah membayar harga pembelian pada waktu
dan ditempat sebagaimana ditetapkan menurut perjanjian.10 Harga barang yang
dijual harus benar-benar harga yang sepadan dengan nilai yang sesungguhnya.
Kesepadanan antara harga dengan barang sangat perlu untuk dapat melihat
hakekat persetujuan yang diperbuat dalam konkreto.11 Kesepadanan antara harga
dengan nilai barang memang bukan merupakan syarat sahnya suatu persetujuan
jual beli. Akan tetapi kesepadanan harga ini dapat kita kembalikan kepada tujuan
jual beli itu sendiri. Harga yang pantas dan sepadan baiknya ditentukan oleh
7
Surat perjanjian distribusi No. 024-30COMLOG11
8
M.Yahya Harahap, Segi-Segi Hukum Per janjian, Alumni, Bandung, 1986, hal. 106
9
R.Subekti, Aneka Perjanjian, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung, 1995, hal.8
10
Ibid, hal.20
11
kedua belah pihak yaitu penjual dan pembeli. Jika diantara penjual dan pembeli
tidak terdapat kesepakatan tentang harga yang pantas, kedua belah pihak dapat
menyerahkan penentuan harga kepada pihak ketiga.12
Menurut Pasal 1266 dan 1267 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata
“Jika si pembeli tidak membayar harga pembelian, maka itu merupakan suatu
wanprestasi yang memberikan alasan kepada si penjual untuk menuntut ganti rugi
atau pembatalan-pembatalan pembelian’.13
Hukum Perjanjian jual-beli diatur pada Pasal 1457-1540 Kitab
Undang-undang Hukum Perdata. Di dalam pasal-pasal tersebut dijelaskan bahwa
perjanjian jual beli memiliki kedudukan antara si penjual dengan si pembeli
tersebut merupakan jenis perjanjian timbal balik yang melibatkan dua pihak yaitu
penjual dan pembeli. Kedua belah pihak yang membuat perjanjian jual-beli
masing-masing memiliki hak dan kewajiban untuk melaksanakan isi perjanjian
yang mereka buat. Sebagaimana umumnya, perjanjian merupakan suatu lembaga
hukum yang berdasarkan asas kebebasan berkontrak dimana para pihak bebas
untuk menentukan bentuk dan isi jenis perjanjian yang mereka buat.14 kebebasan
dalam membuat suatu perjanjian itu akan menjadi berbeda bila dilakukan dalam
lingkup yang lebih luas yang melibatkan para pihak dari negara dengan sistem
hukum yang berbeda. Masing-masing negara memiliki ketentuan tersendiri yang
bisa jadi berbeda satu dengan lainnya.15 Perbedaan tersebut tentu saja akan
berasal dari dua negara yang berbeda tersebut karena apa yang diperbolehkan oleh
suatu sistem hukum negara tertentu ternyata dilarang oleh sistem hukum negara
lainnya. Menurut Pasal 1458 Kitab Undang-undang Hukum Perdata diatur pula
mengenai saat terjadinya jual beli, yaitu :”Jual beli itu dianggap telah terjadi
antara kedua belah pihak, seketika setelah orang-orang ini mencapai sepakat
tentang kebendaan tersebut dan harganya, meskipun kebendaan itu belum
diserahkan maupun harganya belum dibayar”.16
Hal yang pokok dalam suatu perjanjian jual beli adalah adanya kata
sepakat (kesepakatan) diantara pihak-pihak yaitu penjual dan pembeli mengenai
barang dan harganya serta hak dan kewajiban yang timbul dari perjanjian tersebut.
Dengan adanya kesepakatan antara penjual dan pembeli maka suatu perjanjian
telah lahir dengan sah walaupun barang belum dibayar dan diserahkan.17 Didalam
perjanjian jual beli Semen Andalas, distributor wajib menyerah Jaminan Tunai
Distributor (Distributor Security Guarantee) sebesar yang diperjanjikan untuk
menjadi distributor PT Lafarge Cement Indonesia.
Mengenai ongkos penyerahan barang yang dijual diatur didalam Pasal
1476 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata yaitu :18
a. ongkos penyerahan barang ditanggung oleh penjual
b. biaya untuk datang mengambil barang dipikul oleh pembeli
Namun didalam perjanjian jual beli yang dilakukan oleh PT Lafarge
Cement Indonesia dengan distributor dapat mengatur lain, diluar ketentuan diatas,
16
R.Subekti,Kitab Undang-undang Hukum Perdata, Pradnya Paramita, Jakarta, 1990, hal.305
17
Catatan Mata Kuliah Hukum Kontrak Dagang pada tanggal 1 Februari 2012
18
karena pasal itu sendiri ada menegaskan, ketentuan pembayaran ongkos
penyerahan yang dimaksud pasal 1476 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata
tadi berlaku, sepanjang para pihak penjual dan pembeli tidak memperjanjikan lain.
Menurut Pasal 1339 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata yang berbunyi :
“Perjanjian-perjanjian tidak hanya mengikat untuk hal-hal yang dengan tegas
dinyatakan didalamnya, tetapi juga untuk segala sesuatu, yang menurut sifat
perjanjian, diharuskan oleh keadilan atau undang-undang”. Dengan ini, maka jelas
syarat-syarat dan kebiasaan yang berlaku pada jual beli perusahaan mempunyai
dasar hukumnya dalam pasal 1339 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata,
termasuk dalam pengertian “keadilan dan kebiasaan”, sebagai dimaksud dalam
Pasal 1339 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata tersebut.19
Perjanjian jual beli yang dibuat oleh PT lafarge Cement Indonesia dengan
distributor bersifat perjanjian baku atau perjanjian standart.20 Dimana PT Lafarge
Cement Indonesia telah mempersiapkan blangko dan formulir ataupun telah
memberikan ketentuan-ketentuan tertentu dalam hubungan dengan para
distributornya. Perjanjian jual beli dalam bentuk akta otentik atau akta notaris,
tidak jarang syarat perjanjian telah ditentukan terlebih dahulu oleh pihak PT
Lafarge Cement Indonesia sehingga isi perjanjian jual beli dalam bentuk inipun
dapat dikatakan merupakan suatu perjanjian baku, dengan klausula baku pula.
Berdasarkan uraian diatas maka penulis tertarik untuk meneliti perjanjian
jual beli Semen Andalas yang dilakukan antara PT lafarge Cement Indonesia
dengan distributor, apalagi banyak masyarakat yang membutuhkan semen untuk
19
H.M.N. Purwosutjipto, Op.Cit, hal.8
20
keperluannya masing-masing, kemudian mereka terlibat sebagai distributor dan
untuk melakukan perjanjian jual beli tersebut mereka harus mengikuti prosedur
yang telah ditetapkan PT Lafarge Cement Indonesia untuk menjadi distributor dan
melakukan perjanjian memakai suatu perjanjian baku, dimana pihak-pihak yang
melakukan perjanjian harus tunduk terhadap perjanjian baku yang dibuat oleh
pihak PT Lafarge Cement Indonesia tanpa campur tangan pihak distributor, pihak
distributor hanya mengikuti isi dari perjanjian tersebut. Didalam Pasal 1338 ayat
(1) Kitab Undang-Undang Hukum Perdata menyebutkan “Semua perjanjian yang
dibuat secara sah berlaku sebagai undang-undang bagi mereka yang
membuatnya”. Sudah tentu hal ini tidak bertentangan dengan hukum memaksa
(dwingenrecht) karena suatu perjanjian yang bertentangan dengan ketentuan
“hukum memaksa” adalah batal.21
Penulisan karya ilmiah ini juga menyajikan pengetahuan perjanjian jual
beli khususnya mengenai perjanjian jual beli pada PT Lafarge Cement Indonesia.
Penulis akan membahasnya dalam sebuah penulisan skripsi dengan judul :
“Perjanjian Jual Beli Semen Andalas di PT Lafarge Cement Indonesia.”
Penulis juga sangat mengharapkan agar skripsi ini dapat memberikan manfaat
kepada penulis pribadi dan masyarakat.
21
B. Permasalahan
Dari uraian latar belakang masalah yang telah penulis paparkan di atas,
maka dapatlah dirumuskan permasalahan dalam tulisan ini adalah sebagai berikut
:
1. Bagaimana Pengaturan Pelaksanaan Penjualan Semen Andalas di PT
Lafarge Cement Indonesia ?
2. Bagaimana Perlindungan Hukum Terhadap Para Pihak yang
Melakukan Perjanjian Jual Beli Semen Andalas ?
3. Apa Saja Sengketa Yang Timbul di Dalam Perjanjian Jual Beli Semen
Andalas dan Bagaimana Cara Penyelesaiannya?
C. Tujuan Penulisan
Disamping untuk melengkapi dan memenuhi syarat-syarat untuk
memperoleh gelar Sarjana Hukum pada Fakultas Hukum Universitas Sumatera
Utara Medan, Sesuai dengan masalah yang dibahas, tujuan yang ingin dicapai
dalam penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut :
1. Mengetahui dan memahami mekanisme penjualan Semen Andalas di
PT Lafarge Cement Indonesia
2. Mengetahui jaminan hukum yang melindungi para pihak yang
melakukan perjanjian jual beli Semen Andalas
3. Mengetahui jenis sengketa para pihak yang timbul dalam perjanjian
D. Manfaat Penulisan
Skripsi ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik secara teoritis
maupun praktis :
a. Secara teoritis, hasil penelitian ini dapat memberikan saran dalam
ilmu pengetahuan hukum , khususnya mengenai hubungan hukum
para pihak dalam perjanjian jual beli dan dapat dijadikan bahan kajian
ataupun referensi bagi perpustakaan Fakultas Hukum USU dan
memberikan manfaat bagi dunia perguruan tinggi.
b. Secara praktis, penulisan ini diharapkan dapat bermanfaat kepada
masyarakat umum khususnya kepada pihak yang terkait dalam
pelaksanaan perjanjian jual beli dan juga bermanfaat kepada
mahasiswa yang ingin lebih mengetahui mengenai hubungan hukum
para pihak dalam perjanjian jual beli khususnya jual beli Semen
Andalas.
E. Keaslian Penulisan
Penulis telah menelusuri seluruh daftar skripsi di perpustakaan Fakultas
Hukum Universitas Sumatera Utara dan arsip yang ada di Departemen Hukum
Perdata, akan tetapi penulis tidak menemukan adanya kesamaan judul ataupun
permasalahan dengan judul dan permasalahan yang penulis angkat yaitu tentang
“PERJANJIAN JUAL BELI SEMEN ANDALAS DI PT. LAFARGE CEMENT
yang disusun berdasarkan dengan asas-asas keilmuan yang jujur, rasional dan
ilmiah.
Dengan demikian, dapat penulis simpulkan bahwa skripsi yang penulis
susun ini merupakan karya asli penulis dan tidak meniru dari kepunyaan orang
lain. Penulis berani bertanggung jawab apabila ditemukan adanya kesamaan judul
dan permasalahan skripsi penulis dengan skripsi yang sebelumnya yang terdapat
di perpustakaan Departemen Hukum Perdata.
F. Metode Penulisan
Metode yang digunakan untuk mengumpulkan data yang diperlukan untuk
mendukung isi skripsi ini adalah :
1. Libra ry Resea rch atau penelitian kepustakaan
Yaitu dengan mengadakan penelitian terhadap data-data yang
diperoleh dari literatur, catatan kuliah, kliping, majalah-majalah ilmiah
yang ada kaitannya dengan skripsi ini dan digunakan sebagai rujukan
dalam pembahasan skripsi ini untuk memperkuat dalil dan fakta
penelitian.
2. Field Resea rch atau penelitian Lapangan
Yaitu dengan melakukan pendekatan-pendekatan langsung pada
sumber yang ada kaitannya dengan pembahasan skripsi ini adalah PT
Lafarge Cement Indonesia.
Dalam metode penelitian lapangan ini penulis melakukan :
yakni dengan mengadakan pengamatan secara langsung dan
terjun secara nyata dalam objek penelitian
b. Wawancara atau interview:
yakni mewawancarai secara langsung pihak-pihak yang terkait
dengan pelaksanaan perjanjian jual beli semen khususnya pihak
PT Lafarge Cement Indonesia yang berada di Medan.
Dengan mempergunakan metode tersebut diatas, diharapkan
penulisan skripsi ini akan mencapai hasil yang semaksimal
mungkin.
G. Sistematika Penulisan
Untuk memudahkan penulisan skripsi ini, maka diperlukan adanya
sistematika penulisan yang teratur yang saling berkaitan satu sama lain. Adapun
sistematika penulisan skripsi ini adalah :
BAB I : Pendahuluan
Pendahuluan merupakan pengantar. Didalamnya termuat
mengenai gambaran umum tentang penulisan skripsi yang terdiri
dari latar belakang penulisan skripsi, perumusan masalah, tujuan
dan manfaat penulisan, keaslian penulisan, metode penelitian dan
BAB II : Perjanjian Jual Beli Menurut Kitab Undang-Undang Hukum
Perdata
Didalam Bab ini penulis mencoba menguraikan mengenai
tinjauan umum mengenai Perjanjian Jual Beli menurut Kitab
Undang-undang Hukum Perdata. Penulis mengawalinya dengan
membahas tentang Pengertian Perjanjian Jual Beli, Syarat Sahnya
Perjanjian Jual Beli, Asas-asas Hukum Dalam Suatu Perjanjian
Jual Beli, Sifat-sifat dan Cara Penyerahan Objek Perjanjian Jual
Beli
BAB III : Tinjauan Umum Mengenai PT Lafarge Cement Indonesia
Dalam bab ini penulis membahas mengenai PT. Lafarge Cement
Indonesia itu sendiri yang diawali dengan membahas pengertian
perseroan terbatas dan dasar hukumnya terlebih dahulu kemudian
membahas latar belakang didirikannya PT Lafarge Cement
Indonesia dan Kedudukan Hukum PT Lafarge Cement Indonesia
sebagai penjual
BAB IV : Perjanjian Jual Beli Semen Andalas di PT Lafarge Cement
Indonesia
Dalam bab ini akan dilakukan analisa terhadap Pengaturan
Penjualan Semen Andalas yang dilakukan oleh PT Lafarge
Cement Indonesia dengan Pihak Distributor dengan menguraikan
pengaturan pelaksanaan jual beli semen, perlindungan hukum
Andalas, permasalahan yang timbul dari perjanjian jual beli
Semen Andalas, penyelesaian sengketa dalam perjanjian jual beli
Semen Andalas antara PT Lafarge Cement Indonesia dengan
pihak distributor.
BAB V : Kesimpulan dan Saran
Bab ini merupakan bagian terakhir dari penulisan skripsi ini. Bab
ini berisi kesimpulan dari permasalahan pokok dari keseluruhan.
Kesimpulan bukan merupakan rangkuman ataupun ikhtisar.
Saran merupakan upaya yang diusulkan agar hal-hal yang
dikemukakan dalam pembahasan permasalahan dapat lebih
BAB II
PERJANJIAN JUAL BELI MENURUT KUH PERDATA
Perjanjian jual beli diatur dalam Pasal 1457-1540 Kitab Undang-undang
Hukum Perdata. Dalam Pasal 1457 KUH Perdata pengertian jual beli adalah suatu
persetujuan yang mengikat pihak penjual berjanji menyerahkan sesuatu
barang/benda (zaak), dan pihak lain yang bertindak sebagai pembeli mengikat diri
berjanji untuk membayar harga.22
Jual beli termasuk dalam kelompok perjanjian bernama, artinya
undang-undang telah memberikan nama tersendiri dan memberikan pengaturan secara
khusus terhadap perjanjian ini. Pengaturan perjanjian bernama dapat diatur dalam
Kitab Undang-undang Hukum Perdata maupun Kitab Undang-undang Hukum
Dagang.
A. Pengertian Perjanjian Jual Beli
Menurut Pasal 1313 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, perjanjian
adalah suatu perbuatan dengan mana satu orang atau lebih mengikatkan dirinya
terhadap satu orang atau lebih. dalam membuat perjanjian, kedudukan antara para
pihak yang mengadakan perjanjian sama dan sederajat.23
Kitab Undang-Undang Hukum Perdata juga mengatur mengenai
pengertian jual beli yaitu suatu perjanjian bertimbal-balik dalam mana pihak
yang satu (si penjual) berjanji untuk menyerahkan hak milik atas suatu barang,
22
M.Yahya Harahap, Segi-segi Hukum Per janjian, Alumni, Bandung, 1986, Hal.181
23
sedang pihak yang lainnya (si pembeli) berjanji untuk membayar harga yang
terdiri atas sejumlah uang sebagai imbalan dari perolehan hak milik tersebut.
Perkataan jual beli menunjukkan bahwa dari satu pihak perbuatan dinamakan menjual. Istilah yang mencakup dua perbuatan yang bertimbal balik itu adalah sesuai dengan istilah Belanda “koop en verkoop” yang menjuga mengandung pengertian bahwa pihak yang satu “verkoopt” (menjual) sedang yang lainnya “koopt” (membeli). Dalam bahasa inggris jual-beli disebut dengan hanya “sale”saja yang berarti “penjualan” (hanya dilihat dari sudutnya si penjual), begitu pula dalam bahasa Perancis disebut hanya dengan “vente” yang juga berarti “penjualan”, sedangkan dalam bahasa Jerman dipakainya perkataan “Kauf”yang berarti “pembelian”.24
Unsur pokok dalam perjanjian jual beli adalah barang dan harga, dimana
antara penjual dan pembeli harus ada kata sepakat tentang harga dan benda yang
menjadi objek jual beli.25 Suatu perjanjian jual beli yang sah lahir apabila kedua
belah pihak telah setuju tentang harga dan barang. Sifat konsensual dari perjanjian
jual beli tersebut ditegaskan dalam Pasal 1458 Kitab Undang-Undang Hukum
Perdata yang berbunyi “ jual beli dianggap sudah terjadi antara kedua belah pihak
seketika setelah mereka mencapai kata sepakat tentang barang dan harga,
meskipun barang ini belum diserahkan maupun harganya belum dibayar ”.26
Kemudian didalam Pasal 1458 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata
Perdata mengatur juga tentang saat terjadinya jual beli, yaitu :
“Jual Beli itu dianggap telah terjadi antara kedua belah pihak, seketika
setelah orang-orang ini mencapai sepakat tentang kebendaan tersebut dan
harganya, meskipun kebendaan itu belum diserahkan maupun harganya belum
dibayar”.27
24
R. Subekti. S.H., Aneka Per janjian, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung, 1995, hal.1
Apabila terjadi kesepakatan mengenai harga dan barang namun ada hal
lain yang tidak disepakati yang terkait dengan perjanjian jual beli tersebut, jual
beli tetap tidak terjadi karena tidak terjadi kesepakatan. Akan tetapi, jika para
pihak telah menyepakati unsur esensial dari perjanjian jual beli tersebut, dan para
pihak tidak mempersoalkan hal lainnya, klausul-klausul yang dianggap berlaku
dalam perjanjian tersebut merupakan ketentuan-ketentuan tentang jual.
Menurut Wiryono Prodjodikoro, jual beli suatu barang adalah “Suatu
penyerahan barang oleh penjual kepada pembeli dengan maksud memindahkan
hak milik atas barang tersebut dan dengan syarat pembayaran harga tertentu
berupa uang pembeli kepada penjual”.28
Oleh beberapa sarjana lainnya memberikan pengertian jual beli adalah
sebagai berikut :
“Jual Beli ialah perjanjian atau persetujuan atau kontrak dimana satu pihak
(penjual) mengikat diri untuk menyerahkan hak milik atas benda atau barang
kepada pihak lainnya (pembeli) yang mengikat dirinya untuk membayar harganya
berupa uang kepada penjual.”29
Menurut Salim H.S., perjanjian jual beli adalah suatu perjanjian yang
dibuat antara pihak penjual dan pihak pembeli. Di dalam perjanjian itu pihak
penjual berkewajiban untuk menyerahkan objek jual beli kepada pembeli dan
28
Wirjono Prodjodikoro, Rancangan Undang-undang Tentang Peraturan Hukum Per janjian, Bab II Pasal 16, (Selanjutnya disebut sebagai Wirjono Prodjodikoro II)
29
berhak menerima harga dan pembeli berkewajiban untuk membayar harga dan
berhak menerima objek tersebut.30
Unsur yang terkandung dalam defenisi tersebut adalah :
a. Adanya subjek hukum, yaitu penjual dan pembeli
b. Adanya kesepakatan antara penjual dan pembeli tentang barang dan harga
c. Adanya hak dan kewajiban yang timbul antara pihak penjual dan pembeli
B. Syarat Sahnya Perjanjian Jual Beli
Syarat sahnya suatu perjanjian seperti yang terdapat dalam Pasal 1320
Kitab Undang-Undang Hukum Perdata merupakan syarat sahnya perjanjian jual
beli dimana perjanjian jual beli merupakan salah satu jenis dari perjanjian. Pasal
1320 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata menyatakan bahwa syarat dari
sahnya perjanjian adalah :
1. Sepakat mereka yang mengikatkan dirinya
Syarat pertama untuk sahnya suatu perjanjian adalah adanya suatu
kesepakatan atau konsensus pada para pihak. Yang dimaksud dengan
kesepakatan adalah persesuaian kehendak antara para pihak dalam
perjanjian. Jadi dalam hal ini tidak boleh adanya unsur pemaksaan
kehendak dari salah satu pihak pada pihak lainnya. Sepakat juga
dinamakan suatu perizinan, terjadi oleh karena kedua belah pihak sama
sama setuju mengenai hal-hal yang pokok dari suatu perjanjian yang
diadakan. Dalam hal ini kedua belah pihak menghendaki sesuatu yang
30
sama secara timbal balik. Ada lima cara terjadinya persesuaian kehendak,
yaitu dengan :31
a. Bahasa yang sempurna dan tertulis
b. Bahasa yang sempurna secara lisan
c. Bahasa yang tidak sempurna asal dapat diterima oleh pihak lawan.
Karena dalam kenyataannya seringkali seseorang menyampaikan
dengan bahasa yang tidak sempurna tetapi dimengerti oleh pihak
lawannya.
d. Bahasa isyarat asal dapat diterima oleh pihak lawannya
e. Diam atau membisu, tetapi asal dipahami atau diterima pihak lawan
Berdasarkan hal tersebut maka dapat disimpulkan bahwa terjadinya
kesepakatan dapat terjadi secara tertulis dan tidak tertulis . Seseorang yang
melakukan kesepakatan secara tertulis biasanya dilakukan dengan akta
otentik maupun akta di bawah tangan. Akta di bawah tangan adalah akta
yang dibuat oleh para pihak tanpa melibatkan pejabat yang berwenang
membuat akta. Sedangkan akta otentik adalah akta yang dibuat oleh atau
dihadapan pejabat yang berwenang. Menurut pasal 1321 Kitab
Undang-Undang Hukum Perdata, kata sepakat tidak didasarkan atas kemauan bebas
/ tidak sempurna apabila didasarkan :
a. Kekhilafan (dwaling)
b. Paksaan (geveld)
c. Penipuan (bedrog)
31
Dengan adanya kesepakatan, maka perjanjian tersebut telah ada dan
mengikat bagi kedua belah pihak serta dapat dilaksanakan.
2. Cakap untuk membuat suatu perjanjian
Cakap artinya adalah kemampuan untuk melakukan suatu
perbuatan hukum yang dalam hal ini adalah membuat suatu perjanjian.
Perbuatan hukum adalah segala perbuatan yang dapat menimbulkan akibat
hukum. Orang yang cakap untuk melakukan perbuatan hukum adalah
orang yang sudah dewasa. Ukuran kedewasaan adalah berumur 21 tahun
sesuai dengan pasal 1330 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata. Dalam
pasal 1330 disebutkan bahwa orang yang tidak cakap untuk melakukan
perbuatan hukum adalah :
a. Orang yang belum dewasa
b. Orang yang dibawah pengampuan
c. Seorang istri. Namun berdasarkan fatwa Mahkamah Agung, melalui
Surat Edaran Mahkamah Agung No.3/1963 tanggal 5 September 1963,
orang-orang perempuan tidak lagi digolongkan sebagai yang tidak cakap.
Mereka berwenang melakukan perbuatan hukum tanpa bantuan atau izin
suaminya.32
3. Suatu hal tertentu
Suatu hal tertentu disebut juga dengan objek perjanjian. Objek perjanjian
harus jelas dan ditentukan oleh para pihak yang dapat berupa barang
32
maupun jasa namun juga dapat berupa tidak berbuat sesuatu. Objek
Perjanjian juga biasa disebut dengan Prestasi. Prestasi terdiri atas :33
a. memberikan sesuatu, misalnya membayar harga, menyerahkan
barang.
b. berbuat sesuatu, misalnya memperbaiki barang yang rusak,
membangun rumah, melukis suatu lukisan yang dipesan.
c. tidak berbuat sesuatu, misalnya perjanjian untuk tidak mendirikan
suatu bangunan, perjanjian untuk tidak menggunakan merek
dagang tertentu.
Prestasi dalam suatu perikatan harus memenuhi syarat-syarat :34
a. Suatu prestasi harus merupakan suatu prestasi yang tertentu, atau
sedikitnya dapat ditentuk 2an jenisnya. Misalnya : A menyerahkan
beras kepada B 1 kwintal.
b. Prestasi harus dihubungkan dengan suatu kepentingan. Tanpa suatu
kepentingan orang tidak dapat mengadakan tuntutan. Misalnya
Concurrentie Beding (syarat untuk tidak bersaingan).
Contoh: A membeli pabrik sepatu dari B dengan syarat bahwa B
tidak boleh mendirikan pabrik yang memproduksi sepatu pula.
Karena A menderita kerugian, maka pabrik sepatu diganti dengan
produk lain. Dalam hal ini B boleh mendirikan pabrik sepatu lagi,
karena antara A dan B sekarang tidak ada kepentingan lagi.
33
Ahmadi Miru, Hukum Kontrak dan Perancangan Kontrak, Jakarta : PT Raja Grafindo Persada, 2007, hal. 69.
34
d. Prestasi harus diperbolehkan oleh Undang-Undang, kesusilaan, dan
ketertiban umum.
e. Prestasi harus mungkin dilaksanakan.
4. Suatu sebab yang halal
Di dalam Pasal 1320 Kitab Undang-Undang Hukum perdata tidak
dijelaskan pengertian sebab yang halal. Yang dimaksud dengan sebab yang
halal adalah bahwa isi perjanjian tersebut tidak bertentangan dengan
peraturan perundang-undangan, kesusilaan dan ketertiban umum. Syarat
pertama dan kedua merupakan syarat subjektif karena berkaitan dengan
subjek perjanjian dan syarat ketiga dan keempat merupakan syarat objektif
karena berkaitan dengan objek perjanjian. Apabila syarat pertama dan
syarat kedua tidak terpenuhi, maka perjanjian itu dapat diminta
pembatalannya. Pihak yang dapat meminta pembatalan itu adalah pihak
yang tidak cakap atau pihak yang memberikan ijinnya secara tidak bebas.35
Sedangkan apabila syarat ketiga dan keempat tidak terpenuhi, maka
akibatnya adalah perjanjian tersebut batal demi hukum artinya perjanjian
tersebut dianggap tidak pernah ada sama sekali sehingga para pihak tidak
dapat menuntut apapun apabila terjadi masalah di kemudian hari.
Dua syarat yang pertama untuk syahnya perjanjian, yaitu adanya
kesepakatan dan kecakapan, dinamakan syarat subyektif, karena mengenai
orang-orangnya atau subyeknya yang mengadakan perjanjian, sedangkan dua syarat
yang terakhir dinamakan syarat obyektif, karena mengenai perjanjiannya sendiri
35
atau obyek dari perbuatan hukum yang dilakukan itu. Jika salah satu syarat sahnya
dari suatu perjanjian tersebut tidak terpenuhi, perjanjian itu dapat dibatalkan atau
batal demi hukum.
a. Syarat Subyektif
Mengenai subyek yang disyaratkan, antara pihak yang mengikat
diri dan syarat tentang kecakapan untuk membuat suatu perjanjian
disebut syarat subyektif. Dalam syarat subyektif, jika syarat itu tidak
dipenuhi perjanjiannya bukan batal demi hukum, tetapi salah satu
pihak mempunyai hak untuk meminta supaya perjanjian itu
dibatalkan. Pihak yang dapat menerima pembatalan itu adalah pihak
yang tidak cakap atau pihak yang memberikan sepakatnya secara
tidak bebas yaitu orangtua atau walinya ataupun dirinya sendiri
apabila kelak sudah menjadi cakap dan /atau pihak yang memberikan
izin atau menyetujui perjanjian itu secara tidak bebas. Disini
perjanjian yang telah dibuat itu tetap mengikat, selama tidak
dibatalkan oleh hakim atas tuntutan pihak yang berhak meminta
pembatalan. Dengan demikian, kelanjutan perjanjian seperti itu
tidaklah pasti dan tergantung pada kesediaan suatu pihak untuk
mentaatinya. Gugatan pembatalan itu dapat dilakukan selama lima
tahun.
Untuk menghilangkan ancaman pembatalan, oleh
undang-undang kemudian diberi jalan keluarnya, suatu perjanjian dapat
tersebut. Penguatan yang demikian itu, dapat terjadi secara tegas,
atau dapat terjadi secara diam-diam. Atau apabila orang yang dalam
suatu perjanjian telah memberikan sepakatnya secara tidak bebas,
dapat pula menguatkan perjanjian yang dibuatnya, baik secara tegas
maupun secara diam-diam. Oleh karena itu, dalam hal adanya
kekurangan mengenai syarat subyektif, undang-undang
menyerahkan kepada para pihak, untuk melakukan pembatalan
perjanjian atau tidak. Perjanjian yang demikian itu, tidak batal demi
hukum, tetapi dapat dimintakan pembatalan.
b. Syarat Obyektif
Syarat Obyektif adalah mengenai obyek yang diperjanjikan,
yaitu tentang syarat suatu hal tertentu dan suatu sebab yang halal.
Apabila yang tidak terpenuhi dalam suatu perjanjian adalah syarat
obyektif, perjanjian tersebut batal demi hukum, karenanya tujuan
para pihak untuk membuat suatu perjanjian menjadi batal. Karena
obyek yang diperjanjikan batal, perjanjiannya otomatis batal demi
hukum . Dengan demikian, tidak ada dasar untuk saling menuntut di
depan hakim.
Jika para pihak yang membuat perjanjian adalah orang, orang
yang dianggap sebagai subyek hukum yang dapat melakukan
hubungan hukum dengan pihak lain, adalah orang-orang yang tidak
termasuk didalam ketentuan Pasal 1330 Kitab Undang-Undang
1) Orang-orang yang belum dewasa
Kriteria mengenai orang yang belum dewasa menurut Kitab
Undang-Undang Hukum Perdata, adalah mereka yang belum
mencapai umur genap dua puluh satu tahun dan sebelumnya
belum kawin. Pengecualiannya, dalam membuat perjanjian
kerja, syarat kecakapan yang menjadi salah satu syarat sahnya
perjanjian, usia dewasa dianggap dewasa apabila berumur 18
tahun baik laki-laki maupun perempuan. Dengan demikian,
mengenai cakap dalam membuat perjanjian kerja, untuk pekerja
dapat menyimpang dari Pasal 1330 Kitab Undang-Undang
Hukum Perdata (Pasal 1320 Kitab Undang-Undang Hukum
Perdata dan Pasal 1 butir 26 UUKK).
2) Mereka yang berada dibawah pengampunan
Orang-orang yang diletakkan dibawah pengampunan adalah
setiap orang dewasa yang selalu berada dalam keadaan kurang
akal, sakit ingatan atau boros. Pembentuk undang-undang
memandang bahwa yang bersangkutan tidak mampu menyadari
tanggung jawabnya dan karena itu tidak cakap bertindak untuk
mengadakan perjanjian. Apabila seorang yang berada dibawah
pengampunan mengadakan perjanjian, yang mewakilinya adalah
orangtuanya atau pengampunnya (Pasal 433 Kitab