BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
Negara Indonesia memiliki keuntungan dengan melimpahnya sumber daya
alam yang berada di atas tanahnya, hal ini juga dipengaruhi karena Indonesia
dilalui oleh dua jalur lempeng , yaitu lempeng asia dan lempeng pasifik dan dua
jalur gunung api aktif didunia yaitu sirkum mediterania dan sirkum positif
membuat Indonesia dipenuhi lahan-lahan subur akibat bentukan alam dan
vulkanisasi yang terus terjadi hingga kini. Banyak ditemukan batuan kapur dan
gamping, dimana batuan tersebut merupakan bahan mentah pembuatan semen.
Semen adalah bahan perekat yang mampu mempersatukan atau mengikat
bahan-bahan padat menjadi satu kesatuan yang kokoh atau suatu produk yang
mempunyai fungsi sebagai bahan perekat antara dua atau lebih bahan sehingga
menjadi suatu bagian yang kompak.1 Dalam pengertian yang luas , semen adalah
material plastis yang memberikan sifat rekat antara batuan-batuan konstruksi
bangunan. Peran semen sangat vital bagi kehidupan manusia karena hampir
sebagian besar bahan yang dipakai dalam pembangunan infrastruktur dan properti
didunia adalah semen.2
Semen dipakai masyarakat untuk membuat rumah, bangunan ataupun
infrastruktur. Masyarakat membutuhkan rumah sebagai tempat tinggal mereka.
Rumah merupakan kebutuhan primer bagi manusia, rumah melindungi mereka
dari panasnya sengatan matahari, dari hujan, dari serangan hewan buas, dan
1
http://prospecindonesia.com/tag/fungsi-semen/ diakses pada tanggal 30 Februari 2013
2
lainnya dari kondisi alam yang selamanya tidak menguntungkan. Rumah tersebut
dibangun dengan unsur semen didalamnya. Infrastruktur juga berpengaruh penting
bagi peningkatan kualitas hidup dan kesejahteraan manusia dalam peningkatan
nilai konsumsi, peningkatan produktivitas tenaga kerja dan akses kepada lapangan
kerja, serta peningkatan kemakmuran nyata dan terwujudnya stabilisasi makro
ekonomi, yaitu berkelanjutan fiskal, berkembangnya pasar kredit dan
pengaruhnya terhadap pasar tenaga kerja.3
Dengan memilih semen yang berkualitas maka akan mempengaruhi
terhadap pembangunan infrastruktur tersebut dalam hal jangka waktu dan proses
pembuatan yang dilakukan oleh para kontraktor. Banyaknya minat masyarakat
terhadap semen membuat sejumlah perusahaan penghasil semen bersaing untuk
membuat semen yang berkualitas agar masyarakat percaya untuk memakai semen
yang dihasilkan oleh perusahaan semen tersebut. Salah satu perusahaan swasta
yang berperan sebagai produsen semen adalah PT Lafarge Cement Indonesia yang
dahulu bernama PT Semen Andalas Indonesia.
PT Lafarge Cement Indonesia adalah sebuah perusahaan penanaman
modal asing (PMA) didirikan pada 11 April 1980 dan mengalami rekonstruksi
pada tahun 2010 pasca tsunami yang terjadi di Aceh pada tahun 2004. Pendirian
PT lafarge Cement Andalas ditandai dengan dimulainya pembangunan pabrik
semen terpadu di Lhoknga – Aceh Besar, dan resmi beroperasi pada 2 Agustus
3
1983 berkantor pusat di The Royal Condominium Lantai 2 Tower A, Jalan Palang
Merah/Suka Mulia No.1 Medan 20151.4
PT Lafarge Cement Indonesia berperan sebagai produsen semen, PT
Lafarge Cement Indonesia memproduksi lebih dari 17 ton merek semen
berkualitas, salah satu produk PT Lafarge Cement Indonesia yang terkemuka
adalah Semen Andalas5. Selain memproduksi semen yang berkualitas, PT Lafarge
Cement Indonesia juga berperan sebagai penjual. PT Lafarge Cement Indonesia
menjual Semen Andalas kepada distributor kemudian distributor dapat
menyalurkan semen secara langsung kepada konsumen (end-user) atau melalui
subdistributor atau pengecer.
PT Lafarge Cement Indonesia menyediakan terminal-terminal di
daerah-daerah kawasan Sumatera sebagai tempat pengambilan semen oleh distributor
yang telah memesan kepada PT Lafarge Cement Indonesia. Pemesanan terjadi
antara PT Lafarge Cement Indonesia dengan distributor apabila telah
dilakukannya kesepakatan mengenai perjanjian jual beli.
Dalam hal distributor dapat menyalurkan langsung kepada konsumen
(end-user) atau melalui sub-distributor dan pengecer tetapi pihak PT Lafarge
Cement Indonesia tidak memiliki hubungan, tidak mengawasi dan/atau tidak
berkomunikasi dalam bentuk apapun dengan para sub-distributor atau penegecer
tersebut.6 Distributor adalah suatu perseroan terbatas atau persekutuan
komanditer/perdata yang didirikan berdasarkan peraturan perundang-undangan
4
www.lafarge.com, diakses pada tanggal 30 Februari 2013
5
Hasil wawancara dengan Sales Manager PT Lafarge Cement Indonesia, Bapak Hadi, Tanggal 2 Maret 2013
6
Republik Indonesia dan mempunyai kewenangan korporasi dan hukum yang
penuh untuk membeli semen serta memberikan bank garansi.7
Perjanjian Jual beli yang dilakukan oleh PT Lafarge Cement Indonesia
akan timbul hak dan kewajiban masing-masing pihak dan dituangkan dalam akta
perjanjian jual beli yang mengikat bagi kedua belah pihak yang mengadakan
perjanjian. Pihak-pihak yang mengadakan perjanjian diharuskan untuk
melaksanakan kewajiban yang sudah menjadi tanggungannya. Apabila salah satu
pihak tidak dapat atau lalai melaksanakan apa yang sudah menjadi kewajibannya,
maka pihak yang lain dapat menuntut atas kesalahannya.8
Bagi pihak penjual ada dua kewajiban utama yaitu :9
a. menyerahkan hak milik atas barang yang diperjual-belikan
b. menanggung kenikmatan tenteram atas barang tersebut dan
menanggung terhadap cacat-cacat yang tersembunyi
Kewajiban utama si pembeli ialah membayar harga pembelian pada waktu
dan ditempat sebagaimana ditetapkan menurut perjanjian.10 Harga barang yang
dijual harus benar-benar harga yang sepadan dengan nilai yang sesungguhnya.
Kesepadanan antara harga dengan barang sangat perlu untuk dapat melihat
hakekat persetujuan yang diperbuat dalam konkreto.11 Kesepadanan antara harga
dengan nilai barang memang bukan merupakan syarat sahnya suatu persetujuan
jual beli. Akan tetapi kesepadanan harga ini dapat kita kembalikan kepada tujuan
jual beli itu sendiri. Harga yang pantas dan sepadan baiknya ditentukan oleh
7
Surat perjanjian distribusi No. 024-30COMLOG11
8
M.Yahya Harahap, Segi-Segi Hukum Per janjian, Alumni, Bandung, 1986, hal. 106
9
R.Subekti, Aneka Perjanjian, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung, 1995, hal.8
10
Ibid, hal.20
11
kedua belah pihak yaitu penjual dan pembeli. Jika diantara penjual dan pembeli
tidak terdapat kesepakatan tentang harga yang pantas, kedua belah pihak dapat
menyerahkan penentuan harga kepada pihak ketiga.12
Menurut Pasal 1266 dan 1267 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata
“Jika si pembeli tidak membayar harga pembelian, maka itu merupakan suatu
wanprestasi yang memberikan alasan kepada si penjual untuk menuntut ganti rugi
atau pembatalan-pembatalan pembelian’.13
Hukum Perjanjian jual-beli diatur pada Pasal 1457-1540 Kitab
Undang-undang Hukum Perdata. Di dalam pasal-pasal tersebut dijelaskan bahwa
perjanjian jual beli memiliki kedudukan antara si penjual dengan si pembeli
tersebut merupakan jenis perjanjian timbal balik yang melibatkan dua pihak yaitu
penjual dan pembeli. Kedua belah pihak yang membuat perjanjian jual-beli
masing-masing memiliki hak dan kewajiban untuk melaksanakan isi perjanjian
yang mereka buat. Sebagaimana umumnya, perjanjian merupakan suatu lembaga
hukum yang berdasarkan asas kebebasan berkontrak dimana para pihak bebas
untuk menentukan bentuk dan isi jenis perjanjian yang mereka buat.14 kebebasan
dalam membuat suatu perjanjian itu akan menjadi berbeda bila dilakukan dalam
lingkup yang lebih luas yang melibatkan para pihak dari negara dengan sistem
hukum yang berbeda. Masing-masing negara memiliki ketentuan tersendiri yang
bisa jadi berbeda satu dengan lainnya.15 Perbedaan tersebut tentu saja akan
mempengaruhi bentuk dan jenis perjanjian yang dibuat oleh para pihak yang
12
M. Yahya Harahap, Loc.Cit
13
R.Subekti, Op.Cit, hal.24
14Ibid
, hal. 190
15
berasal dari dua negara yang berbeda tersebut karena apa yang diperbolehkan oleh
suatu sistem hukum negara tertentu ternyata dilarang oleh sistem hukum negara
lainnya. Menurut Pasal 1458 Kitab Undang-undang Hukum Perdata diatur pula
mengenai saat terjadinya jual beli, yaitu :”Jual beli itu dianggap telah terjadi
antara kedua belah pihak, seketika setelah orang-orang ini mencapai sepakat
tentang kebendaan tersebut dan harganya, meskipun kebendaan itu belum
diserahkan maupun harganya belum dibayar”.16
Hal yang pokok dalam suatu perjanjian jual beli adalah adanya kata
sepakat (kesepakatan) diantara pihak-pihak yaitu penjual dan pembeli mengenai
barang dan harganya serta hak dan kewajiban yang timbul dari perjanjian tersebut.
Dengan adanya kesepakatan antara penjual dan pembeli maka suatu perjanjian
telah lahir dengan sah walaupun barang belum dibayar dan diserahkan.17 Didalam
perjanjian jual beli Semen Andalas, distributor wajib menyerah Jaminan Tunai
Distributor (Distributor Security Guarantee) sebesar yang diperjanjikan untuk
menjadi distributor PT Lafarge Cement Indonesia.
Mengenai ongkos penyerahan barang yang dijual diatur didalam Pasal
1476 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata yaitu :18
a. ongkos penyerahan barang ditanggung oleh penjual
b. biaya untuk datang mengambil barang dipikul oleh pembeli
Namun didalam perjanjian jual beli yang dilakukan oleh PT Lafarge
Cement Indonesia dengan distributor dapat mengatur lain, diluar ketentuan diatas,
16
R.Subekti,Kitab Undang-undang Hukum Perdata, Pradnya Paramita, Jakarta, 1990, hal.305
17
Catatan Mata Kuliah Hukum Kontrak Dagang pada tanggal 1 Februari 2012
18
karena pasal itu sendiri ada menegaskan, ketentuan pembayaran ongkos
penyerahan yang dimaksud pasal 1476 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata
tadi berlaku, sepanjang para pihak penjual dan pembeli tidak memperjanjikan lain.
Menurut Pasal 1339 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata yang berbunyi :
“Perjanjian-perjanjian tidak hanya mengikat untuk hal-hal yang dengan tegas
dinyatakan didalamnya, tetapi juga untuk segala sesuatu, yang menurut sifat
perjanjian, diharuskan oleh keadilan atau undang-undang”. Dengan ini, maka jelas
syarat-syarat dan kebiasaan yang berlaku pada jual beli perusahaan mempunyai
dasar hukumnya dalam pasal 1339 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata,
termasuk dalam pengertian “keadilan dan kebiasaan”, sebagai dimaksud dalam
Pasal 1339 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata tersebut.19
Perjanjian jual beli yang dibuat oleh PT lafarge Cement Indonesia dengan
distributor bersifat perjanjian baku atau perjanjian standart.20 Dimana PT Lafarge
Cement Indonesia telah mempersiapkan blangko dan formulir ataupun telah
memberikan ketentuan-ketentuan tertentu dalam hubungan dengan para
distributornya. Perjanjian jual beli dalam bentuk akta otentik atau akta notaris,
tidak jarang syarat perjanjian telah ditentukan terlebih dahulu oleh pihak PT
Lafarge Cement Indonesia sehingga isi perjanjian jual beli dalam bentuk inipun
dapat dikatakan merupakan suatu perjanjian baku, dengan klausula baku pula.
Berdasarkan uraian diatas maka penulis tertarik untuk meneliti perjanjian
jual beli Semen Andalas yang dilakukan antara PT lafarge Cement Indonesia
dengan distributor, apalagi banyak masyarakat yang membutuhkan semen untuk
19
H.M.N. Purwosutjipto, Op.Cit, hal.8
20
keperluannya masing-masing, kemudian mereka terlibat sebagai distributor dan
untuk melakukan perjanjian jual beli tersebut mereka harus mengikuti prosedur
yang telah ditetapkan PT Lafarge Cement Indonesia untuk menjadi distributor dan
melakukan perjanjian memakai suatu perjanjian baku, dimana pihak-pihak yang
melakukan perjanjian harus tunduk terhadap perjanjian baku yang dibuat oleh
pihak PT Lafarge Cement Indonesia tanpa campur tangan pihak distributor, pihak
distributor hanya mengikuti isi dari perjanjian tersebut. Didalam Pasal 1338 ayat
(1) Kitab Undang-Undang Hukum Perdata menyebutkan “Semua perjanjian yang
dibuat secara sah berlaku sebagai undang-undang bagi mereka yang
membuatnya”. Sudah tentu hal ini tidak bertentangan dengan hukum memaksa
(dwingenrecht) karena suatu perjanjian yang bertentangan dengan ketentuan
“hukum memaksa” adalah batal.21
Penulisan karya ilmiah ini juga menyajikan pengetahuan perjanjian jual
beli khususnya mengenai perjanjian jual beli pada PT Lafarge Cement Indonesia.
Penulis akan membahasnya dalam sebuah penulisan skripsi dengan judul :
“Perjanjian Jual Beli Semen Andalas di PT Lafarge Cement Indonesia.”
Penulis juga sangat mengharapkan agar skripsi ini dapat memberikan manfaat
kepada penulis pribadi dan masyarakat.
21
B. Permasalahan
Dari uraian latar belakang masalah yang telah penulis paparkan di atas,
maka dapatlah dirumuskan permasalahan dalam tulisan ini adalah sebagai berikut
:
1. Bagaimana Pengaturan Pelaksanaan Penjualan Semen Andalas di PT
Lafarge Cement Indonesia ?
2. Bagaimana Perlindungan Hukum Terhadap Para Pihak yang
Melakukan Perjanjian Jual Beli Semen Andalas ?
3. Apa Saja Sengketa Yang Timbul di Dalam Perjanjian Jual Beli Semen
Andalas dan Bagaimana Cara Penyelesaiannya?
C. Tujuan Penulisan
Disamping untuk melengkapi dan memenuhi syarat-syarat untuk
memperoleh gelar Sarjana Hukum pada Fakultas Hukum Universitas Sumatera
Utara Medan, Sesuai dengan masalah yang dibahas, tujuan yang ingin dicapai
dalam penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut :
1. Mengetahui dan memahami mekanisme penjualan Semen Andalas di
PT Lafarge Cement Indonesia
2. Mengetahui jaminan hukum yang melindungi para pihak yang
melakukan perjanjian jual beli Semen Andalas
3. Mengetahui jenis sengketa para pihak yang timbul dalam perjanjian
D. Manfaat Penulisan
Skripsi ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik secara teoritis
maupun praktis :
a. Secara teoritis, hasil penelitian ini dapat memberikan saran dalam
ilmu pengetahuan hukum , khususnya mengenai hubungan hukum
para pihak dalam perjanjian jual beli dan dapat dijadikan bahan kajian
ataupun referensi bagi perpustakaan Fakultas Hukum USU dan
memberikan manfaat bagi dunia perguruan tinggi.
b. Secara praktis, penulisan ini diharapkan dapat bermanfaat kepada
masyarakat umum khususnya kepada pihak yang terkait dalam
pelaksanaan perjanjian jual beli dan juga bermanfaat kepada
mahasiswa yang ingin lebih mengetahui mengenai hubungan hukum
para pihak dalam perjanjian jual beli khususnya jual beli Semen
Andalas.
E. Keaslian Penulisan
Penulis telah menelusuri seluruh daftar skripsi di perpustakaan Fakultas
Hukum Universitas Sumatera Utara dan arsip yang ada di Departemen Hukum
Perdata, akan tetapi penulis tidak menemukan adanya kesamaan judul ataupun
permasalahan dengan judul dan permasalahan yang penulis angkat yaitu tentang
“PERJANJIAN JUAL BELI SEMEN ANDALAS DI PT. LAFARGE CEMENT
yang disusun berdasarkan dengan asas-asas keilmuan yang jujur, rasional dan
ilmiah.
Dengan demikian, dapat penulis simpulkan bahwa skripsi yang penulis
susun ini merupakan karya asli penulis dan tidak meniru dari kepunyaan orang
lain. Penulis berani bertanggung jawab apabila ditemukan adanya kesamaan judul
dan permasalahan skripsi penulis dengan skripsi yang sebelumnya yang terdapat
di perpustakaan Departemen Hukum Perdata.
F. Metode Penulisan
Metode yang digunakan untuk mengumpulkan data yang diperlukan untuk
mendukung isi skripsi ini adalah :
1. Libra ry Resea rch atau penelitian kepustakaan
Yaitu dengan mengadakan penelitian terhadap data-data yang
diperoleh dari literatur, catatan kuliah, kliping, majalah-majalah ilmiah
yang ada kaitannya dengan skripsi ini dan digunakan sebagai rujukan
dalam pembahasan skripsi ini untuk memperkuat dalil dan fakta
penelitian.
2. Field Resea rch atau penelitian Lapangan
Yaitu dengan melakukan pendekatan-pendekatan langsung pada
sumber yang ada kaitannya dengan pembahasan skripsi ini adalah PT
Lafarge Cement Indonesia.
Dalam metode penelitian lapangan ini penulis melakukan :
yakni dengan mengadakan pengamatan secara langsung dan
terjun secara nyata dalam objek penelitian
b. Wawancara atau interview:
yakni mewawancarai secara langsung pihak-pihak yang terkait
dengan pelaksanaan perjanjian jual beli semen khususnya pihak
PT Lafarge Cement Indonesia yang berada di Medan.
Dengan mempergunakan metode tersebut diatas, diharapkan
penulisan skripsi ini akan mencapai hasil yang semaksimal
mungkin.
G. Sistematika Penulisan
Untuk memudahkan penulisan skripsi ini, maka diperlukan adanya
sistematika penulisan yang teratur yang saling berkaitan satu sama lain. Adapun
sistematika penulisan skripsi ini adalah :
BAB I : Pendahuluan
Pendahuluan merupakan pengantar. Didalamnya termuat
mengenai gambaran umum tentang penulisan skripsi yang terdiri
dari latar belakang penulisan skripsi, perumusan masalah, tujuan
dan manfaat penulisan, keaslian penulisan, metode penelitian dan
BAB II : Perjanjian Jual Beli Menurut Kitab Undang-Undang Hukum
Perdata
Didalam Bab ini penulis mencoba menguraikan mengenai
tinjauan umum mengenai Perjanjian Jual Beli menurut Kitab
Undang-undang Hukum Perdata. Penulis mengawalinya dengan
membahas tentang Pengertian Perjanjian Jual Beli, Syarat Sahnya
Perjanjian Jual Beli, Asas-asas Hukum Dalam Suatu Perjanjian
Jual Beli, Sifat-sifat dan Cara Penyerahan Objek Perjanjian Jual
Beli
BAB III : Tinjauan Umum Mengenai PT Lafarge Cement Indonesia
Dalam bab ini penulis membahas mengenai PT. Lafarge Cement
Indonesia itu sendiri yang diawali dengan membahas pengertian
perseroan terbatas dan dasar hukumnya terlebih dahulu kemudian
membahas latar belakang didirikannya PT Lafarge Cement
Indonesia dan Kedudukan Hukum PT Lafarge Cement Indonesia
sebagai penjual
BAB IV : Perjanjian Jual Beli Semen Andalas di PT Lafarge Cement
Indonesia
Dalam bab ini akan dilakukan analisa terhadap Pengaturan
Penjualan Semen Andalas yang dilakukan oleh PT Lafarge
Cement Indonesia dengan Pihak Distributor dengan menguraikan
pengaturan pelaksanaan jual beli semen, perlindungan hukum
Andalas, permasalahan yang timbul dari perjanjian jual beli
Semen Andalas, penyelesaian sengketa dalam perjanjian jual beli
Semen Andalas antara PT Lafarge Cement Indonesia dengan
pihak distributor.
BAB V : Kesimpulan dan Saran
Bab ini merupakan bagian terakhir dari penulisan skripsi ini. Bab
ini berisi kesimpulan dari permasalahan pokok dari keseluruhan.
Kesimpulan bukan merupakan rangkuman ataupun ikhtisar.
Saran merupakan upaya yang diusulkan agar hal-hal yang
dikemukakan dalam pembahasan permasalahan dapat lebih