• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kepemimpinan dan Iklim Komunikasi (Studi Deskriptif Kuantitatif tentang Peranan Pemimpin terhadap Iklim Komunikasi di KOMPAS-USU)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Kepemimpinan dan Iklim Komunikasi (Studi Deskriptif Kuantitatif tentang Peranan Pemimpin terhadap Iklim Komunikasi di KOMPAS-USU)"

Copied!
137
0
0

Teks penuh

(1)

KEPEMIMPINAN DAN IKLIM KOMUNIKASI

Studi Deskriptif Kuantitatif tentang Peranan Pemimpin terhadap

Iklim Komunikasi di KOMPAS-USU

SKRIPSI

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana Program Strata -1 (S1) Reguler pada Departemen Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara

Oleh :

NOVIA SAREPA GINTING

100904057

DEPARTEMEN ILMU KOMUNIKASI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(2)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

DEPARTEMEN ILMU KOMUNIKASI

LEMBAR PERSETUJUAN

Skripsi ini disetujui untuk dipertahankan oleh :

Nama : Novia Sarepa Ginting NIM : 100904057

Judul Skripsi : Kepemimpinan dan Iklim Komunikasi

(Studi Deskriptif Kuantitatif tentang Peranan Pemimpin terhadap Iklim Komunikasi di KOMPAS-USU)

Medan, Juni 2014

Pembimbing Ketua Departemen

Dra. Fatma Wardy Lubis, M.A

NIP : 196208281987012001 NIP : 196208281987012001 Dra. Fatma Wardy Lubis, M.A

Dekan FISIP USU

(3)

HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS

Skripsi ini merupakan karya saya sendiri. Semua kutipan mauun rujukan

yang terdapat dalam skripsi ini saya lengkapi dengan sumber yang benar.

Jika dikemudian hari saya terbukti melakukan pelanggaran (plagiat), maka

saya bersedia diproses sesuai dengan hukum yang berlaku.

Nama : Novia Sarepa Ginting

NIM : 100904057

Tanda Tangan :

(4)

HALAMAN PENGESAHAN

Skripsi ini diajukan oleh

Nama : Novia Sarepa Ginting NIM : 100904057

Departemen : Ilmu Komunikasi

Judul Skripsi : Kepemimpinan dan Iklim Komunikasi

(Studi Deskriptif Kuantitatif tentang Peranan Pemimpin terhadap Iklim komunikasi di KOMPAS-USU)

Telah berhasil dipertahankan di hadapan dewan penguji dan diterima

sebagai bagian persyaratan yang diperlukan untuk memperoleh gelar

Sarjana Ilmu Komunikasi pada Departemen Ilmu Komunikasi Fakultas

Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

Majelis Penguji

Ketua Penguji : ( )

Penguji : ( )

Penguji Utama : ( )

Ditetapkan di : Medan

(5)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esaatas segala ridho dan rizki-Nya yang senantiasa dilimpahkan kepada peneliti dalam menjalani proses mengeyam pendidikan formal hingga sampai saat ini. Penulisan skripsi ini dilakukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Sumatera Utara (USU). Proses penulisan hingga penyelesaian skripsi ini tidak lepas dari dukungan berbagai pihak, untuk itu peneliti ingin mengucapkan terima kasih kepada :

1. Orang tua yang paling saya hormati dan sayangi, Bapak Adil Ginting, Ibu Alm. Netti Sembiring dan Ibu Duma Dewi Silalahi. Terima kasih untuk dukungan moral dan materiil, serta kasih sayang yang tiada tara. Saudari dan saudara yang selalu memperhatikan dan memberi lebih dari dukungan, Kak Wita dan Bang Don, Kak Mingga dan Bang Aris, Dek Beli, Dek Yoyo, Dek Yaya serta keponakan kecil saya, Kiandra. Skripsi dan hasilnya, saya persembahkan untuk kalian.

2. Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara, Prof. Dr. Badaruddin, M. Si, beserta jajarannya.

3. Ketua Departemen Ilmu Komunikasi, Dra. Fatma Wardy Lubis, M.A sekaligus dosen pembimbing skripsi saya yang selalu membimbing, memberikan pemikiran, waktu, tenaga dan membantu saya menyelesaikan skripsi ini hingga selesai. Ibu yang tetap semangat membimbing meskipun jadwal yang padat. “Terima kasih banyak ya Bu.. Semoga Ibu selalu dalam lindungan Allah SWT, selalu diberi kesehatan dan rezeki.”

4. Dosen pembimbing saya, Ibu Nurbani yang tetap sabar membimbing dan menandatangani KRS saya, walaupun saya jarang menemui beliau. Saya minta maaf ya Bu..

(6)

“Ternyata sudah 4 tahun saya belajar bersama Bapak, Ibu, Abang dan Kakak.”

6. Seluruh staff Departemen Ilmu Komunikasi FISIP USU yang turut membantu saya mempersiapkan setiap hal yang saya butuhkan, khususnya Kak Maya dan Pak Tangkas. “Terima kasih ya Kak, Pak, saya sudah merepotkan selama ini.”

7. Ahmad Fauzi Syahbana selaku Ketua KOMPAS-USU dan anggota KOMPAS-USU yang telah memberikan waktu dan partisipasi untuk menjawab kuesioner dan memberikan data-data yang peneliti perlukan. Peneliti merasa sudah mengenal KOMPAS-USU begitu lama karena iklim komunikasi yang terasa begitu akrab dan hangat walaupun dengan orang yang baru.

8. Ikatan Mahasiswa Dairi (IMADA) yang telah memberikan peneliti perhatian dan kesibukan yang membuat peneliti tidak merasa kesepian di kota perantauan ini. Peneliti merasa memiliki keluarga yang memberi rasa aman dan berharga. Khususnya, Andreas Ruli Hutauruk, Anne Whina Sari Simangunsong, Boy Marusaha Manalu, Handoko Hutasoit, David Sinaga, Dwi Chandra Lingga, Tota Roganda Vita Simbolon, Benny Hasugian, Samswardi Sihotang, Haryono Josua Siburian, Iyustri Sitinjak, dan Pangeran Presly Frederikus Sitorus yang sudah menemani peneliti mengurus IMADA selama setahun ini.

9. Junita Friska Capah yang selama 4 tahun ini menemani peneliti dalam semua keadaan di kamar 4, lantai 2, Toko Sinar Baru. “Ternyata waktu 4 tahun itu singkat ya Jun.. Kita udah melewatinya.. Sekarang kita udah harus mencari tempat masing-masing, mencari kehidupan baru.”

10.Esrot dan Fitruk, teman ku berjuang menaklukkan ujian masuk perguruan tinggi dan mengajariku pelajaran hidup untuk tinggal bersama dengan yang lain.

(7)

12.Anak-anak kos sinar Baru, Geny, Sa’adah, Kak Ririn, Umi, Rosmi, Rona, Novita, Erni, Tesha, Kak Yohana, Juni, Vivi, dan semua yang tidak bisa disebutkan satu per satu.

13.Teman-temanku, Ronal, Pranto, Bao, Desra, Hasan yang juga memberi banyak pelajaran berharga dalam pertemanan dan kehidupan. “Banyak cerita seperti sinetron yang kita alami.”

14.Keluarga besar Bapak dan Mamak yang sudah mendukung dan menyayangi peneliti seperti anak kandung sendiri. “Terima kasih ya Nek, Bik, Pak, Kila, serta Kakak dan Abang. Terima kasih juga sepupuku dan semua keponakanku yang lucu.”

Peneliti menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Peneliti mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca sehingga karya ilmiah ini semakin baik dan dapat bermanfaat bagi kita semua.

Medan, Juni 2014 Peneliti,

(8)

HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI TUGAS

AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Sebagai civitas akademik Universitas Sumatera Utara, saya yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : Novia Sarepa Ginting NIM : 100904057

Departemen : Ilmu Komunikasi

Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas : Sumatera Utara

Jenis Karya : Skripsi

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada Universitas Sumatera Utara Hak Bebas Royalti Non Ekslusif (Non-Ekslusif Royalty- Free Right) atas karya ilmiah saya yang berjudul :

Kepemimpinan dan Iklim Komunikasi (Studi Deskriptif Kuantitatif tentang Peranan Pemimpin terhadap Iklim Komunikasi di KOMPAS-USU)

Beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti Non Ekslusif ini Universitas Sumatera Utara berhak menyimpan, mengalih media formatkan, mengelola dalam bentuk pangkalan data (database), merawat dan mempublikasikan tugas akhir saya tanpa meminta izin dari saya selama masih tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis/pencipta dan sebagai pemilik hak cipta.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di : Medan Pada tanggal : Juni 2014

Yang Menyatakan

(9)

ABSTRAK

Penelitian ini berjudul Kepemimpinan dan Iklim komunikasi, sebuah studi deskriptif kuantitatif tentang Peranan Pemimpin terhadap Iklim Komunikasi di KOMPAS-USU. Tujuannya adalah untuk mengetahui pola kepemimpinan, iklim komunikasi, dan peranan pemimpin terhadap iklim komunikasi di KOMPAS-USU. Adapun metode yang digunakan yaitu deskriptif kuantitatif yang bersifat menggambarkan tanpa membuat perbandingan, atau menghubungkan antara variabel satu dengan variabel yang lain. Teori-teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori komunikasi, teori komunikasi organisasi, teori kepemimpinan, dan teori iklim komunikasi. Populasi dalam penelitian ini adalah mahasiswa-mahasiswi anggota KOMPAS-USU yang aktif mengikuti kegiatan-kegiatan di KOMPAS-USU menggunakan teknik total sampling yaitu seluruh populasi dijadikan subyek penelitian sehingga subyek dalam penelitian ini adalah seluruh anggota yang berjumlah 17 orang. Pengumpulan data menggunakan penelitian lapangan dengan teknik survei dan instrumen kuesioner, serta media studi kepustakaan.Data yang terkumpul, kemudian diklasifikasikan menjadi dua kelompok, yaitu data kuantitatif yang berbentuk angka-angka, dan yang kedua dinyatakan dalam kata-kata atau simbol, kemudian dianalisis. Berdasarkan hasil penelitian, diketahui bahwa pemimpin memiliki peranan terhadap iklim komunikasi yang positif dan kondusif di KOMPAS-USU. Sifat-sifat pemimpin yang telah dianalisis mendapat penilaian yang positif dari anggota dan mempengaruhi sikap serta tindakan anggota di KOMPAS-USU.

Kata kunci :

(10)

ABSTRACT

This study is titled Leadership and Communication Climate, a quantitative descriptive study on the Role of Leaders on Communication Climate in KOMPAS-USU. The goal is to determine the pattern of leadership, communication climate, and the role of leader of the communication climate inK OMPAS-USU. The method used is descriptive quantitative, without making comparisons, or connect between one variable with another variable.The theoriesusedin this researchisthe theory ofcommunication, organizationalcommunicationtheory, leadership theory, andthe theory ofcommunicationclimate. The populationin this studywasthe students ofKOMPAS-USU memberswhoactivelyfolloweventsinKOMPAS-USU usestotal sampling techniqueusedisthe entirepopulation ofthe study subjectsso thatthe subjectsin this studywereall membersnumbering17people.Collecting datausinga fieldstudywitha questionnairesurvey techniquesandinstruments, andmedialiterature study. The datacollected arethenclassifiedinto twogroups, namelyquantitative datain the form offigures, and the secondis expressedin wordsorsymbols, and then analyzed.Based on this research, the leader has role to make positive and conducive communication climate in KOMPAS-USU. The leader properties that have been analyzed received positive ratings from members and influence the attitudes and actions of members in KOMPAS-USU. Keywords:

(11)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

LEMBAR PERSETUJUAN ... ii

HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS ... iii

HALAMAN PENGESAHAN ... iv

KATA PENGANTAR ... v

LEMBAR PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH ... vi

ABSTRAK ... vii

ABSTRACT ... viii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR GAMBAR ... x

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR LAMPIRAN ... xii

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah ... 1

1.2. Rumusan Masalah ... 7

1.3. Tujuan Penelitian ... 8

1.4. Manfaat Penelitian ... 8

1.4.1. Manfaat Teoritis ... 8

1.4.2. ManfaatPraktis ... 8

BAB II URAIAN TEORITIS 2.1.Kerangka Teori... 9

2.1.1. KomunikasiOrganisasi ... 9

2.1.2. Unsur-Unsur Organisasi ... 11

2.1.3. Fungsi Komunikasi dalam Organisasi ... 12

2.1.4. IklimKomunikasi ... 15

2.1.4.1.Pengertian Iklim Komunikasi Organisasi ... 15

2.1.4.2.Faktor yang Mempengaruhi ... 16

2.1.5. JaringanKomunikasi ... 17

2.1.5.1.Jaringan Komunikasi Formal ... 17

2.1.5.2.Jaringan Komunikasi Informal ... 24

2.1.6. Kepemimpinan ... 26

2.1.6.1.Pengertian Kepemimpinan ... 26

2.1.6.2.Pengertian Pemimpin ... 27

2.1.6.3.KarakteristikPemimpin ... 28

2.1.6.4.Tugas dan Tanggung Jawab Pemimpin ... 31

2.1.6.5.Gaya Kepemimpinan ... 32

2.1.6.6.PemimpinyangIdeal ... 45

2.2.Kerangka Konsep ... 48

2.3.Operasional Variabel ... 49

2.4.DefenisiOperasionalVariabel ... 49

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1.Deskripsi Lokasi Penelitian ... 52

3.1.1. LokasiPenelitian ... 52

3.1.2. Sejarah KOMPAS USU ... 52

(12)

3.1.4. ProgramKerjaKOMPASUSU ... 57

3.1.5. Lambang Organisasi... 59

3.1.5.1.Lambang KOMPAS-USU ... 59

3.1.5.2.MaknaLambangKOMPASUSU ... 59

3.2.Metode Penelitian ... 60

3.3.Populasi dan Sampel ... 61

3.4.TeknikPengumpulanData ... 62

3.5.Teknik Analisis Data ... 63

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1.TahapanPelaksanaan Penelitian ... 64

4.1.1. Proses Pengumpulan Data ... 64

4.1.2. Proses Pengolahan Data ... 65

4.2. Analisis Tabel Tunggal ... 66

4.2.1. Karakteristik Responden ... 66

4.2.2. Komponen Kepemimpinan ... 69

4.2.3. Iklim komunikasi ... 88

4.3. Pembahasan ... 97

BABV KESIMPULAN DAN SARAN 5.1.Kesimpulan ... 104

5.2.Saran ... 105

5.2.1. Saran Responden Penelitian ... 105

5.2.2. Saran dalam KaitanAkademis ... 105

5.2.3. Saran dalam Kaitan Praktis ... 105

(13)

ABSTRAK

Penelitian ini berjudul Kepemimpinan dan Iklim komunikasi, sebuah studi deskriptif kuantitatif tentang Peranan Pemimpin terhadap Iklim Komunikasi di KOMPAS-USU. Tujuannya adalah untuk mengetahui pola kepemimpinan, iklim komunikasi, dan peranan pemimpin terhadap iklim komunikasi di KOMPAS-USU. Adapun metode yang digunakan yaitu deskriptif kuantitatif yang bersifat menggambarkan tanpa membuat perbandingan, atau menghubungkan antara variabel satu dengan variabel yang lain. Teori-teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori komunikasi, teori komunikasi organisasi, teori kepemimpinan, dan teori iklim komunikasi. Populasi dalam penelitian ini adalah mahasiswa-mahasiswi anggota KOMPAS-USU yang aktif mengikuti kegiatan-kegiatan di KOMPAS-USU menggunakan teknik total sampling yaitu seluruh populasi dijadikan subyek penelitian sehingga subyek dalam penelitian ini adalah seluruh anggota yang berjumlah 17 orang. Pengumpulan data menggunakan penelitian lapangan dengan teknik survei dan instrumen kuesioner, serta media studi kepustakaan.Data yang terkumpul, kemudian diklasifikasikan menjadi dua kelompok, yaitu data kuantitatif yang berbentuk angka-angka, dan yang kedua dinyatakan dalam kata-kata atau simbol, kemudian dianalisis. Berdasarkan hasil penelitian, diketahui bahwa pemimpin memiliki peranan terhadap iklim komunikasi yang positif dan kondusif di KOMPAS-USU. Sifat-sifat pemimpin yang telah dianalisis mendapat penilaian yang positif dari anggota dan mempengaruhi sikap serta tindakan anggota di KOMPAS-USU.

Kata kunci :

(14)

ABSTRACT

This study is titled Leadership and Communication Climate, a quantitative descriptive study on the Role of Leaders on Communication Climate in KOMPAS-USU. The goal is to determine the pattern of leadership, communication climate, and the role of leader of the communication climate inK OMPAS-USU. The method used is descriptive quantitative, without making comparisons, or connect between one variable with another variable.The theoriesusedin this researchisthe theory ofcommunication, organizationalcommunicationtheory, leadership theory, andthe theory ofcommunicationclimate. The populationin this studywasthe students ofKOMPAS-USU memberswhoactivelyfolloweventsinKOMPAS-USU usestotal sampling techniqueusedisthe entirepopulation ofthe study subjectsso thatthe subjectsin this studywereall membersnumbering17people.Collecting datausinga fieldstudywitha questionnairesurvey techniquesandinstruments, andmedialiterature study. The datacollected arethenclassifiedinto twogroups, namelyquantitative datain the form offigures, and the secondis expressedin wordsorsymbols, and then analyzed.Based on this research, the leader has role to make positive and conducive communication climate in KOMPAS-USU. The leader properties that have been analyzed received positive ratings from members and influence the attitudes and actions of members in KOMPAS-USU. Keywords:

(15)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang Masalah

Kepemimpinan merupakan hal yang penting dan merupakan sebagian dari masalah-masalah yang paling sering dibahas dalam organisasi. Jika sebuah organisasi berhasil dan terkenal, maka pertanyaan yang sering dilontarkan adalah siapa pemimpinnya, bagaimana sistem atau gaya kepemimpinan yang diterapkannya sehingga organisasi yang dipimpinnya bisa sukses. Kasus ini menunjukkan bahwa kepemimpinan merupakan satu hal yang mempengaruhi jalannya suatu organisasi.

Salah satu komponen yang membentuk kepemimpinan adalah pemimpin. Pemimpin adalah orang nomor satu dalam organisasi. Seseorang yang dianggap lebih dari yang lain. Seseorang yang memiliki kemampuan lebih, kemudian diangkat atau ditunjuk sebagai orang yang dipercayakan untuk mengatur orang lainnya. Pemimpin merupakan simbol organisasi. Pemimpin dihormati oleh anggotanya maupun orang lain yang mengetahui jabatannya. Mendengar kata pemimpin, hal pertama yang terlintas dalam pikiran adalah bertanggung jawab, diakui, bijaksana, tegas, pandai memerintah, berkarisma, didengarkan anggotanya, bersinar, punya prinsip, sederhana, mudah diajak berbicara atau bernegosiasi, pintar, pandai mengambil keputusan, mampu memecahkan masalah, jujur, tidak munafik. Terlepas dari sini, pemimpin akan dianggap tidak mampu menjalankan roda organisasi dengan baik.

(16)

individu-individu dalam organisasinya dan mengarahkan perilaku mereka sesuai visi yang telah dirumuskan. Sedangkan, menurut Djanalis Djanaid, peran/fungsi pemimpin adalah sebagai berikut. (1) Sebagai pengambil keputusan, (2) memotivasi anak buah, (3) sebagai sumber informasi, (4) menciptakan inspirasi, (5) menciptakan keadilan, (6) sebagai katalisator, (7) sebagai wakil organisasi, (8) menyelesaikan konflik, (9) memberi sugesti pada anak buah ( dalam Ardana, dkk., 2008:101). Bahkan, menurut Ardana, dkk. , kepemimpinan adalah merupakan intisari dari manajemen organisasi, sumber daya pokok, dan titik sentral dari setiap aktivitas yang terjadi dalam suatu organisasi. Jadi, kepemimpinan merupakan faktor yang sangat penting dalam menggiring dan mempengaruhi prestasi organisasi (Ardana, dkk, 2008:89).

Sebuah peranan yang sama dimainkan oleh seorang pemimpin tidak akan sama hasilnya dengan pemimpin yang lain. Karena setiap pemimpin memiliki gayanya masing-masing dalam menjalankan fungsinya. Pengalaman, pengetahuan, pandangan, latar belakang sosial, usia, lingkungan, keinginan mempengaruhi gaya seorang pemimpin. Beberapa ahli setuju bahwa gaya kepemimpinan seseorang tidak berubah menghadapi situasi yang bagaimanapun. Jika seseorang, pada hakikatnya memiliki ciri-ciri kepemimpinan yang otokratik, gaya kepemimpinannya pun akan otokratik pula, terlepas dari situasi organisasional yang dihadapinya.

(17)

Dalam menerapkan gaya kepemimpinannya, pemimpin menggunakan komunikasi kepada bawahannya dalam organisasi. Komunikasi dalam organisasi merupakan proses menciptakan dan saling menukar pesan dalam satu jaringan hubungan yang saling tergantung satu sama lain untuk mengatasi lingkungan yang tidak pasti dan selalu berubah-ubah. Organisasi terdiri dari satu seri orang yang tiap-tiapnya menduduki posisi atau peranan tertentu dalam organisasi. Ciptaan dan pertukaran pesan dari orang-orang yang menduduki posisi-posisi tadi melewati suatu set jalan kecil yang dinamakan jaringan komunikasi. Sebagai makhluk yang berpikir, anggota organisasi memiliki persepsi-persepsi mengenai makna jaringan komunikasi yang berupa pesan dan peristiwa yang berhubungan dengan pesan yang terjadi dalam organisasi. Persepsi-persepsi ini dan juga pengaruhnya terhadap komunikasi dinamakan iklim komunikasi.

Redding menyatakan bahwa “iklim (komunikasi) organisasi ” jauh lebih penting daripada keterampilan atau teknik-teknik komunikasi semata-mata dalam menciptakan suatu organisasi yang efektif” (dalam Pace dan Faules, 2005 : 147-148). Iklim komunikasi, di pihak lain, merupakan gabungan dari persepsi-persepsi –suatu evaluasi-makro – mengenai peristiwa komunikasi, perilaku manusia, respons pegawai terhadap pegawai lainnya, harapan-harapan, konflik-konflik antarpersona, dan kesempatan bagi pertumbuhan dalam organisasi tersebut. Iklim komunikasi meliputi persepsi-persepsi mengenai pesan dan peristiwa yang berhubungan dengan pesan yang terjadi dalam organisasi (Pace dan Faules, 2005: 147).

(18)

harapan-harapan anggota organisasi dan membantu menjelaskan perilaku anggota organisasi. Dengan mengetahui sesuatu tentang iklim suatu organisasi, kita dapat memahami lebih baik apa yang mendorong anggota organisasi untuk bersikap dengan cara-cara tertentu (dalam Pace dan Faules, 2005 : 147-148).

Komunikasi yang digunakan pemimpin dalam penyampaian dan penerapan gaya kepemimpinannya akan menimbulkan persepsi-persepsi dari anggotanya. Hal inilah yang akan menjadi inti dari pembahasan karya tulis ini. Penelitian-penelitian terdahulu membahas mengenai iklim komunikasi dan efektivitas kerja karyawan di sebuah perusahaan, maupun kepemimpinan di suatu wilayah. Peneliti ingin meneliti hal yang berbeda, yaitu meneliti organisasi kemahasiswaan.

Dalam organisasi kemahasiswaan, pemimpin tidak begitu terlihat sebagai seorang pemimpin dalam kesehariannya. Seorang pemimpin mahasiswa tampak menjadi seorang pemimpin yaitu saat rapat, kegiatan organisasi, dan urusan yang berkaitan dengan urusan organisasi. Dalam kesehariannya, dia tetap menjadi teman dari anggota-anggotanya yang kemungkinan adalah teman sebaya. Peranan kepemimpinan mahasiswa terhadap iklim komunikasi di organisasinya dengan kepemimpinan yang tidak begitu terlihat dalam kesehariannya.

(19)

Sumatera Utara, memang ada juga organisasi mahasiswa pencinta alam di tingkat fakultas, seperti : Natural Justice (Fakultas Hukum USU), Gemapala (Fakultas Ilmu Budaya USU), Parintal (Fakultas Pertanian USU), Rimbapala (Departemen Kehutanan).

KOMPAS-USU adalah organisasi mahasiswa yang unik. Organisasi kemahasiswaan yang dibentuk untuk menyalurkan hobi dan peduli lingkungan, tetapi tegas dan disiplin. KOMPAS-USU terbentuk pada 06 Oktober 1980, dan sudah mengalami beberapa kali berganti kepemimpinan selama lebih dari 33 tahun. Anggota KOMPAS-USU adalah mahasiswa aktif Universitas Sumatera Utara dari fakultas, jurusan, dan angkatan yang berbeda. KOMPAS-USU merupakan organisasi mahasiswa dalam naungan Universitas Sumatera Utara dan terdaftar di Pembantu Rektor III. Tujuan KOMPAS-USU adalah membina insan akademis yang sadar, mampu, dan bertanggung jawab untuk melestarikan alam sebagai lingkungan hidup yang sehat.

Kegiatan mereka dapat kita saksikan dalam media sosial Youtube dengan mengetikkan kata kunci KOMPAS-USU, seperti : arung jeram, susur gua, naik gunung, panjat tebing dan konservasi media cetak online, KOMPAS-USU secara rutin mengadakan kegiatan bersih-bersih gunu

Berdasarkan data pra-penelitian, salah satu kegiatan terbaru adalah jelajah alam dan mengidentifikasi jamur di Gunung Sibuatan, Merek. Mereka bekerja sama dengan dosen Biologi di Universitas Sumatera Utara yang sedang meneliti jamur, dan hasilnya mereka menemukan spesies jamur langka di Gunung Sibuatan. KOMPAS-USU melakukan kegiatan pencinta alam dan belajar. Setelah kegiatan selesai, mereka akan membuat laporan ilmiah mengenai hasil yang diperoleh dan hasilnya diserahkan kepada pihak yang bersangkutan, seperti dinas kehutanan dan masyarakat.

(20)

acara penyuluhan/pembekalan yang berkaitan dengan kegiatan di alam. Mereka juga diundang mengikuti seminar-seminar mahasiswa pecinta alam antar universitas di Indonesia, seperti : TWKM (Temu Wicara Kenal Medan) ke-25 di Manado dan dihadiri oleh Ketua KOMPAS-USU sendiri. Ada juga Forum Mapalasu (Mahasiswa Pecinta Alam Sumatera Utara) untuk mahasiswa pencinta alam di Sumatera Utara, khususnya Medan.

Kegiatan alam seperti arung jeram, susur gua, konservasi, hutan gunung, panjat tebing merupakan hal yang menantang dan berbahaya untuk dilakukan, perlu pengarahan yang jelas dan tegas. Hal ini berpengaruh terhadap proses penerimaan anggota baru KOMPAS-USU yang mencapai masa orientasi selama 6 bulan untuk bisa menjadi seorang anggota. Dalam masa orientasi tersebut, calon anggota akan diberikan pengarahan dan pelajaran mengenai kegiatan alam secara teratur. Pendidikan yang diberikan adalah cara bertahan hidup di alam dengan kondisi paling buruk. Dengan kata lain, calon anggota dipersiapkan untuk memiliki keterampilan dan dapat memimpin dirinya sendiri (menjaga diri) dalam kegiatan di alam. Pada sisi lain, masa orientasi menunjukkan calon-calon anggota yang kuat dan mampu bertahan dalam waktu lama. Karena anggota-anggota yang terpilih adalah anggota yang disiplin dan mampu bertahan selama 6 bulan mengikuti pelajaran.

(21)

Selain itu, kelalaian tidak ditoleransi dan akan diberi sanksi yang tegas, karena dapat membahayakan diri sendiri dan orang lain.

Namun, di sisi lain, pada saat santai, pemimpin KOMPAS-USU dan anggota bercanda bersama. Mereka saling ejek dan tertawa, serta tidur bersama di sekretariat KOMPAS-USU. Tidak ada batasan komunikasi antara pemimpin (ketua) dengan anggotanya. Walaupun organisasi yang tegas dan disiplin, Saya berasumsi bahwa tipe kepemimpinan yang sesuai untuk organisasi seperti KOMPAS-USU adalah tipe yang demokratis yaitu menempatkan manusia sebagai faktor utama dan terpenting dalam setiap organisasi. Pemimpinnya harus memandang dan menempatkan orang-orang yang dipimpinnya sebagai subjek yang memiliki kepribadian dengan berbagai aspeknya, seperti dirinya juga. Disini diperlukan pemimpin yang berkarakter dan bertanggung jawab. Oleh karena itu, peneliti ingin mengetahui bagaimana gambaran kepemimpinan dan iklim komunikasi yang terjadi di KOMPAS-USU. Kemudian apakah pemimpin tersebut berperan terhadap iklim komunikasi di KOMPAS-USU.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti merumuskan masalah sebagai berikut :“Apakah Pemimpin Berperan terhadap Iklim Komunikasi di KOMPAS-USU ?”

1.3. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui pola kepemimpinan yang ada di KOMPAS-USU. 2. Untuk mengetahui iklim komunikasi yang terjadi di KOMPAS-USU. 3. Untuk mengetahui apakah pemimpin berperan terhadap iklim komunikasi

(22)

1.4. Manfaat Penelitian

1.4.1. Manfaat Teoritis

a. Secara umum, penelitian ini diharapkan bermanfaat untuk pengembangan ilmu pengetahuan, khususnya di bidang komunikasi organisasi.

b. Secara khusus, penelitian ini diharapkan dapat menambah koleksi karya ilmiah di Departemen Ilmu Komunikasi.

c. Secara teoritis, penelitian ini untuk menerapkan ilmu yang diperoleh selama menjadi mahasiswa Departemen Ilmu Komunikasi FISIP USU.

1.4.2. Manfaat Praktis

a. Bagi Peneliti dapat menambah ilmu pengetahuan dan wawasan dalam bidang komunikasi organisasi, kepemimpinan, dan iklim komunikasi. b. Bagi KOMPAS-USU, hasil penelitian bisa memberi masukan, khususnya

tentang kepemimpinan.

(23)

BAB II

URAIAN TEORITIS

2.1. Kerangka Teori

2.1.1. Komunikasi Organisasi

Dalam organisasi, komunikasi menjadi sarana untuk mengarahkan dan mengendalikan setiap kegiatan, komunikasi juga menjadi sarana untuk memahami tujuan organisasi dan mempengaruhi orang-orang untuk meyakini bahwa tujuan organisasi di masa depan merupakan hal yang berharga untuk diperjuangkan. Bagi seorang pemimpin keterampilan berkomunikasi merupakan hal yang tidak dapat ditawar lagi, karena merupakan hal yang mutlak untuk dikuasai secara baik. Seorang pemimpin harus mampu mengkomunikasikan visi dan misinya dengan baik kepada bawahannya, melalui perkataan maupun pesan-pesan simbolik yang muncul dari setiap perilakunya, penampilannya, dan ekspresi pribadinya.

Pemimpin tidak saja dituntut untuk mampu berbicara secara efektif, tetapi juga harus mampu menjadi pendengar yang efektif. Melalui berbagai sumber, baik internal maupun eksternal, pemimpin berusaha mendengarkan dengan empati, mencoba untuk memahami kebutuhan orang lain dari informasi yang tidak dikatakannya, dan menyadari makna-makna yang tersembunyi di dalam proses komunikasi yang dimunculkan orang lain.

Menurut Goldhaber, komunikasi organisasi adalah proses menciptakan dan saling menukar pesan dalam satu jaringan hubungan yang saling tergantung satu sama lain untuk mengatasi lingkungan yang tidak pasti atau yang selalu berubah-ubah. Defenisi ini mengandung tujuh konsep kunci, yaitu proses, pesan, jaringan, saling tergantung, hubungan, lingkungan, dan ketidakpastian. Masing-masing dari konsep kunci ini akan dijelaskan satu per satu secara ringkas.

a. Proses

Suatu organisasi adalah suatu sistem terbuka yang dinamis yang menciptakan dan saling menukar pesan diantara anggotanya. Karena gejala menciptakan dan menukar informasi ini berjalan terus-menerus dan tidak ada henti-hentinya maka dikatakan sebagai suatu proses. b. Pesan

(24)

komunikasi organisasi kita mempelajari ciptaan dan pertukaran pesan dalam seluruh organisasi.

c. Jaringan

Organisasi terdiri dari satu seri orang yang tiap-tiapnya menduduki posisi atau peranan tertentu dalam organisasi. Ciptaan dan pertukaran pesan dari orang-orang ini sesamanya terjadi melewati suatu set jalan kecil yang dinamakan jaringan komunikasi. Hakikat dan luas jaringan ini dipengaruhi oleh banyak faktor antara lain, hubungan peranan, arah dan arus pesan, hakikat seri dari arus pesan, dan isi dari pesan.

d. Keadaan saling tergantung

Konsep kunci komunikasi organisasi yang keempat adalah keadaan saling tergantung satu bagian dengan bagian lainnya. Hal ini telah menjadi sifat dari suatu organisasi yang merupakan suatu sistem terbuka. Bila suatu bagian dari organisasi mengalami gangguan maka akan berpengaruh kepada bagian lainnya dan mungkin juga kepada seluruh sistem organisasi. Begitu juga halnya dengan jaringan komunikasi. Implikasinya, bila pimpinan membuat suatu keputusan dia harus memperhitungkan implikasi keputusan itu terhadap organisasinya secara menyeluruh.

e. Hubungan

Karena organisasi merupakan suatu sistem terbuka, sistem kehidupan sosial maka untuk berfungsinya bagian-bagian itu terletak pada tangan manusia. Dengan kata-kata lain, jaringan melalui mana jalannya pesan dalam suatu organisasi dihubungkan oleh manusia. Oleh karena itu, hubungan manusia dalam organisasi yang memfokuskan kepada tingkah laku komunikasi dari orang yang terlibat dalam suatu hubungan perlu dipelajari.

f. Lingkungan

Lingkungan adalah semua totalitas secara fisik dan faktor sosial yang diperhitungkan dalam pembuatan keputusan mengenai individu dalam suatu sistem. Komunikasi organisasi terutama berkenaan dengan transaksi yang terjadi dalam lingkungan internal organisasi yang terdiri dari organisasi dan kulturnya, dan antara organisasi itu dengan lingkungan eksternalnya.

g. Ketidakpastian

Ketidakpastian adalah perbedaan informasi yang tersedia dengan informasi yang diharapkan. Untuk mengurangi faktor ketidakpastian ini organisasi menciptakan dan menukar pesan di antara anggota, melakukan suatu penelitian, pengembangan organisasi, dan menghadapi tugas-tugas yang kompleks dengan integrasi yang tinggi (dalam Muhammad, 2009: 67).

2.1.2. Unsur-Unsur Organisasi

(25)

1. Anggota Organisasi

Di pusat organisasi terdapat orang-orang yang melaksanakan pekerjaan organisasi. Orang-orang yang membentuk organisasi terlibat dalam beberapa kegiatan primer. Mereka terlibat dalam kegiatan-kegiatan pemikiran, perasaan, self moving (kegiatan fisik) dan elektrokimia (misal : kegiatan jantung).

2. Pekerjaan dalam Organisasi

Pekerjaan yang dilakukan anggota organisasi terdiri dari tugas-tugas formal dan informal. Tugas-tugas ini menghasilkan produk dan memberikan pelayanan organisasi. Pekerjaan ini ditandai oleh tiga dimensi universal : isi (bahan,alat), keperluan (pengetahuan) dan konteks (kebu-tuhan fisik, lokasi).

3. Praktik-praktik Pengelolaan

Tujuan primer pegawai manajerial adalah menyelesaikan pekerjaan melalui usaha orang lainnya. Manajer membuat keputusan mengenai bagaimana orang-orang lainnya, biasanya bawahan mereka, menggunakan sumber daya yang diperlukan untuk melaksanakan pekerjaan mereka. Sebagian manajer membawahi manajer-manajer lainnya. Kegiatan seorang manajer telah dijelaskan dalam berbagai cara. Pertama, telah dicapai beberapa konsensus di sekitar gagasan bahwa para manajer melaksanakan lima fungsi utama : perencanaan, pengorganisasian, penyusunan kepegawaian, pengarahan, dan pengendalian. Kedua, beberapa bukti menyatakan bahwa manajer melaksanakan sekitar sepuluh peranan dasar yang terbagi menjadi tiga kelompok dasar :

a. Peranan antarpersona (pemimpin figur, pemimpin, penghubung)

b. Peranan yang berhubungan dengan informasi (pengawas, penyuluh, juru bicara)

c. Peranan yang memerlukan ketegasan (wiraswasta, menangani gangguan, mengalokasikan sumber daya dan melakukan perundingan). 4. Struktur Organisasi

Struktur organisasi merujuk kepada hubungan-hubungan antara “tugas-tugas yang dilaksanakan oleh anggota-anggota organisasi”. Struktur organisasi ditentukan oleh tiga variabel kunci: kompleksitas (diferensiasi horizontal, diferensiasi vertikal dan diferensiasi spasial), formalisasi (standarisasi dan tugas-tugas), dan sentralisasi (derajat keterkosentrasian pembuatan keputusan pada satu jabatan dalam organisasi).

5. Pedoman Organisasi

(26)

Persepsi atas kondisi-kondisi kerja, kepenyeliaan, upah, kenaikan pangkat, hubungan dengan rekan-rekan, hukum-hukum dan peraturan organisasi, praktik-praktik pengambilan keputusan, sumber daya yang tersedia, dan cara-cara memotivasi anggota organisasi semuanya membentuk suatu badan informasi yang membangun iklim komunikasi organisasi. Unsur-unsur organisasi tidak secara langsung menciptakan iklim komunikasi organisasi. Misalnya, sebuah organisasi mungkin mempunyai sejumlah hukum dan peraturan, tetapi pengaruhnya terhadap iklim komunikasi organisasi bergantung pada persepsi anggota organisasi mengenai (1) nilai hukum dan peraturan tersebut; yaitu, apakah hukum dan peraturan harus terus diterima dan ditaati ataukah beberapa hukum dan peraturan harus diabaikan? Dan (2) kegiatan-kegiatan yang dikenai hukum dan peraturan tersebut: peraturan mengenai penggunaan telepon dapat menghambat sedangkan peraturan mengenai kapan pekerjaan dimulai akan melancarkan organisasi (Pace dan Faules, 2005 : 153).

2.1.3. Fungsi Komunikasi dalam Organisasi

Secara umum, komunikasi memiliki fungsi dalam kehidupan manusia, antara lain menginformasikan, mendidik, menghibur, dan mempengaruhi. Dalam organisasi, komunikasi juga memiliki fungsi yang dapat membantu organisasi dalam mencapai tujuannya.

(27)

terakhir yang dilakukan oleh komunikasi berhubungan dengan perannya dalam mempermuda pengambilan-keputusan. Komunikasi memberikan informasi yang diperlukan individu dan kelompok untuk mengambil keputusan dengan meneruskan data guna mengenali dan menilai pilihan-pilihan alternatif (Sunarto, 2004 : 192).

(28)

pertemuan-pertemuan pemecahan masalah, pembuatan rencana dan pada waktu rapat-rapat dengan anggota organisasi (Muhammad, 2009 : 99).

(29)

jawab saya tidak marah. Hal ini adalah pesan yang bertentangan. Biasanya dalam situasi tersebut, orang akan lebih cenderung menafsirkan pesan itu dari tingkah laku nonverbal (Muhammad, 2009 : 132).

2.1.4. Iklim Komunikasi Organisasi

2.1.4.1. Pengertian Iklim Komunikasi Organisasi

Iklim komunikasi organisasi terdiri dari persepsi-persepsi atau unsur-unsur dan pengaruh unsur tersebut terhadap komunikasi. Pengaruh ini didefenisikan, disepakati, dikembangkan dan dikokohkan secara berkesinambungan melalui interaksi dengan anggota organisasi lainnya. Pengaruh ini menghasilkan pedoman bagi keputusan-keputusan dan tindakan-tindakan individu dan mempengaruhi pesan-pesan mengenai organisasi (Purba, Amir, dkk, 2010 : 121).

Iklim komunikasi, di pihak lain, merupakan gabungan dari persepsi-persepsi –suatu evaluasi-makro – mengenai peristiwa komunikasi, perilaku manusia, respons pegawai terhadap pegawai lainnya, harapan-harapan, konflik-konflik antarpersona, dan kesempatan bagi pertumbuhan dalam organisasi tersebut. Iklim komunikasi berbeda dengan iklim organisasi dalam arti iklim komunikasi meliputi persepsi-persepsi mengenai pesan dan peristiwa yang berhubungan dengan pesan yang terjadi dalam organisasi (Pace dan Faules, 2005:147).

Iklim bukanlah sifat seorang individu, tetapi sifat yang dibentuk, dimiliki bersama, dan dipelihara oleh para anggota organisasi. Iklim suatu organisasi diungkapkan melalui isi pesan dan bentuk-bentuk simbolik yang dipergunakan dalam interaksi. Sikap-sikap kolektif diungkapkan dalam perbendaharaan kata, kiasan-kiasan, kisah-kisah, dan laporan-laporan (Pace dan Faules, 2005:166).

2.1.4.2. Faktor yang Mempengaruhi Iklim Komunikasi

Pokok persoalan utama dari iklim komunikasi adalah hal-hal berikut : 1. Persepsi mengenai sumber komunikasi dan hubungannya dalam

organisasi.

a. Apakah anggota organisasi merasa puas dengan atasan, teman bekerjasama dan bawahan sebagai sumber informasi.

b. Berapa pentingnya sumber-sumber itu.

(30)

d. Apakah sumber-sumber terbuka terhadap komunikasi.

2. Persepsi mengenai tersedianya informasi bagi anggota organisasi. a. Apakah jumlah informasi yang diterima cocok atau tepat

dengan topik-topik yang penting dari sumber informasi. b. Apakah informasi itu berguna.

c. Apakah balikan informasi dikirimkan kepada sumber yang tepat.

3. Persepsi mengenai organisasi itu sendiri.

a. Berapa banyaknya anggota yang terlibat dalam pembuatan keputusan yang mempengaruhi mereka.

b. Apakah tujuan dan objektif dipahami. c. Apakah orang diberi sokongan dan dihargai.

d. Apakah sistem terbuka terhadap input dari anggotanya (Muhammad, 2009: 86-87 ).

Berdasarkan penelitian Pace dan Peterson dengan menggunakan Inventaris Iklim Komunikasi (IIK), menunjukkan bahwa paling sedikit ada enam faktor besar yang mempengaruhi iklim komunikasi organisasi. Keenam faktor tersebut dibahas secara singkat sebagai berikut:

a. Kepercayaan

Personel di semua tingkat harus berusaha keras untuk mengembangkan dan mempertahankan hubungan yang di dalamnya kepercayaan, keyakinan, dan kredibilitas didukung oleh pernyataan dan tindakan.

b. Pembuatan keputusan bersama

Para pegawai (anggota) di semua tingkat dalam organisasi harus diajak berkomunikasi dan berkonsultasi mengenai semua masalah dalam semua wilayah kebijakan organisasi, yang relevan dengan kedudukan mereka. Para pegawai di semua tingkat harus diberi kesempatan berkomunikasi dan berkonsultasi dengan manajemen di atas mereka agar berperan serta dalam proses pembuatan keputusan dan penetuan tujuan.

c. Kejujuran

Suasana umum yang diliputi kejujuran dan keterusterangan harus mewarnai hubungan-hubungan dalam organisasi, dan para pegawai mampu mengatakan”apa yang ada dalam pikiran mereka” tanpa mengindahkan apakah mereka berbicara kepada teman sejawat, bawahan, atau atasan.

d. Keterbukaan dalam komunikasi ke bawah

(31)

e. Mendengarkan dalam komunikasi ke atas

Personel di setiap tingkat organisasi harus mendengarkan saran-saran atau laporan-laporan masalah yang dikemukakan personel di setiap tingkat bawahan dalam organisasi, secara berkesinambungan dan dengan pikiran terbuka. Informasi dari bawahan harus dipandang cukup penting untuk dilaksanakan kecuali ada petunjuk yang berlawanan.

f. Perhatian pada tujuan-tujuan berkinerja tinggi

Personel di semua tingkat dalam organisasi harus menunjukkan suatu komitmen terhadap tujuan-tujuan berkinerja tinggi-produktivitas tinggi, kualitas tinggi, biaya rendah-demikian pula menunjukkan perhatian besar pada anggota organisasi lainnya (Pace dan Faules, 2005: 159-160).

2.1.5. Jaringan Komunikasi

Pesan-pesan verbal maupun nonverbal dalam organisasi berjalan melalui aliran komunikasi yang disebut jaringan komunikasi. Banyak faktor yang mempengaruhi hakikat dan luasnya jaringan komunikasi, di antaranya hubungan dalam organisasi, arah dari arus pesan, hakikat seri dari arus pesan, dan isi dari pesan. Secara umum, jaringan komunikasi terbagi dua yaitu, jaringan komunikasi formal dan informal.

2.1.5.1. Jaringan Komunikasi Formal

Jaringan komunikasi formal adalah pesan mengalir melalui jalan resmi yang ditentukan oleh hirarki resmi organisasi atau oleh fungsi pekerjaan. Ada tiga bentuk utama dari arus pesan dalam jaringan komunikasi formal yang mengikuti garis komunikasi seperti yang digambarkan dalam struktur organisasi yaitu :

1. Downward communication (Komunikasi kepada bawahan)

Komunikasi ke bawah menunjukkan arus pesan yang mengalir dari para atasan atau para pimpinan kepada bawahannya. Kebanyakan komunikasi ke bawah digunakan untuk menyampaikan pesan-pesan yang berkenaan dengan tugas-tugas dan pemeliharaan.

a. Tipe Komunikasi ke Bawah

Secara umum komunikasi ke bawah dapat diklasifikasikan atas lima tipe yaitu :

1) Instruksi Tugas

(32)

perintah langsung, deskripsi tugas, prosedur manual, program latihan tertentu, alat-alat bantu melihat dan mendengar yang berisi pesan-pesan tugas dan sebagainya. Instruksi tugas yang tepat dan langsung cenderung dihubungkan dengan tugas yang sederhana yang hanya menghendaki keterampilan dan pengalaman yang minimal. Instruksi yang lebih umum biasanya digunakan bagi tugas-tugas yang kompleks, dimana karyawan diharapkan memperguanakan pertimbangannya, keterampilan dan pengalamannya.

2) Rasional

Rasional pekerjaan adalah pesan yang menjelaskan mengenai tujuan aktivitas dan bagaimana kaitan aktivitas itu dengan aktivitas lain dalam organisasi atau objektif organisasi. Kualitas dan kuantitas dari komunikasi rasional ditentukan oleh filosofi dan asumsi pimpinan mengenai bawahannya. Bila pimpinan menganggap bawahannya pemalas, atau hanya mau bekerja bila dipaksa maka pimpinan memberikan pesan yang rasional ini sedikit. Tetapi bila pimpinan menganggap bawahannya orang yang dapat memotivasi diri sendiri dan produktif, maka biasanya diberikan pesan rasional yang banyak.

3) Ideologi

Pesan mengenai ideologi ini adalah perluasan dari pesan rasional. Pada pesan rasional penekanannya ada pada penjelasan tugas dan kaitannya dengan perspektif organisasi. Sedangkan pada pesan ideologi sebaliknya mencari sokongan dan antusias dari anggota organisasi guna memperkuat loyalitas, moral dan motivasi.

4) Informasi

Pesan informasi dimaksudkan untuk memperkenalkan bawahan dengan praktik-praktik organisasi, peraturan-peraturan organisasi, keuntungan, kebiasaan dan data lain yang tidak berhubungan dengan instruksi dan rasional. Misalnya buku handbook dari karyawan adalah contoh dari pesan informasi.

5) Balikan

(33)

b. Faktor yang Mempengaruhi Komunikasi ke Bawah

Menurut Liliweri, masalah yang dihadapi dalam komunikasi ke bawah adalah sebagai berikut.

1. Kekurangsadaran, beberapa manajer tidak tahu persis tentang tipe komunikasi atas-bawah itu lalu memberikan instruksi secara alamiah saja, banyak fungsi tidak dijelaskan dengan rinci, umpan balik yang tidak dikehendaki terjadi namun acapkali didiamkan saja.

2. Pesan yang tidak lengkap dan tidak jelas.

3. Kelebihan pesan sehingga membuat orang bingung.

4. Transmisi serial, pesan melewati banyak bagian yang tidak memiliki persepsi yang sama terhadap pesan (Liliweri, 2004 : 86).

Arus komunikasi dari atasan kepada bawahan tidaklah selalu berjalan lancar, tetapi dipengaruhi oleh berbagai faktor antara lain sebagai berikut.

1) Keterbukaan

Kurangnya sifat terbuka di antara pimpinan dan karyawan akan menyebabkan pemblokan atau tidak mau menyampaikan pesan dan gangguan dalam pesan. Umumnya para pimpinan tidak begitu memperhatikan arus komunikasi ke bawah. Pimpinan mau memberikan informasi ke bawah bila mereka merasa bahwa pesan itu penting bagi penyelesaian tugas. Tetapi apabila suatu pesan tidak relevan dengan tugas pesan tersebut tetap dipegangnya. Misalnya seorang pimpinan akan mengirimkan pesan untuk memotivasi karyawan guna penyempurnaan produksi, tetapi tidak mau mendiskusikan kebijaksanaan baru dalam mengatasi masalah-masalah organisasi.

2) Kepercayaan pada pesan tulisan

Kebanyakan para pimpinan lebih percaya pada pesan tulisan dan metode difusi yang menggunakan alat-alat elektronik daripada pesan yang disampaikan secara lisan dengan tatap muka. Komunikasi tatap muka lebih disenangi oleh karyawan daripada media cetak. Meskipun hasil penelitian memperlihatkan hasil yang agak bertentangan dengan kepercayaan pimpinan tersebut namun kepercayaan tersebut masih ada.

3) Pesan yang berlebihan

(34)

pesan-pesan tertentu yang dianggap penting bagi dirinya dan yang lain dibiarkan saja tidak dibaca.

4) Timing

Ketepatan waktu pengiriman pesan mempengaruhi komunikasi ke bawah. Pimpinan hendaklah mempertimbangkan saat yang tepat bagi pengiriman pesan dan dampak yang potensial kepada tingkah laku karyawan. Pesan seharusnya dikirimkan ke bawah pada saat saling menguntungkan kepada kedua belah pihak yaitu pimpinan dan karyawan. Tetapi bila pesan yang dikirimkan tersebut tidak pada saat dibutuhkan oleh karyawan maka mungkin akan mempengaruhi kepada efektivitasnya. 5) Penyaringan

Pesan-pesan yang dikirimkan kepada bawahan tidaklah semuanya diterima mereka. Tetapi mereka saring mana yang mereka perlukan. Penyaringan pesan ini dapat disebabkan oleh bermacam-macam faktor di antaranya perbedaan persepsi di antara karyawan, jumlah mata rantai dalam jaringan komunikasi dan perasaan kurang percaya kepada supervisor. Karyawan yang kurang percaya kepada supervisor mungkin memblok pesan supervisor (Muhammad, 2009 : 110).

2. Upward Communication (Komunikasi ke Atasan)

Komunikasi ke atas adalah pesan yang mengalir dari bawahan kepada atasan atau dari tingkat yang lebih rendah kepada tingkat yang lebih tinggi. Tujuan dari komunikasi ini adalah untuk memberikan balikan, memberikan saran dan mengajukan pertanyaan. Komunikasi ini mempunyai efek pada penyempurnaan moral dan sikap karyawan, tipe pesan ini adalah integrasi dan pembaruan.

Komunikasi ke atas merupakan sumber informasi yang penting dalam membuat keputusan, karena dengan adanya komunikasi ini pimpinan dapat mengetahui bagaimana pendapat bawahan mengenai atasan, mengenai pekerjaan mereka, mengenai teman-temannya yang sama bekerja dan mengenai organisasi (Muhammad, 2009 : 120). a. Jenis Informasi Komunikasi ke Atas

Rue dan Byars(1980), telah mengidentifikasi jenis informasi yang sering mengalir melalui saluran-saluran komunikasi ke atas, antara lain :

(35)

2. Informasi tentang problem pekerjaan yang memerlukan bantuan dari tingkatan lebih atas dalam organisasi.

3. Ide-ide untuk perbaikan dalam aktivitas dan fungsi yang berhubungan dengan pekerjaan.

4. Informasi mengenai perasaan para bawahan tentang pekerjaan atau isu yang berhubungan dengan pekerjaan (dalam Muchlas, 2005 : 278).

Kebanyakan dari hasil-hasil analisis penelitian mengenai komunikasi ke atas mengatakan bahwa supervisor dan pimpinan haruslah mendapatkan informasi dari bawahannya mengenai hal-hal berikut :

1. Kegiatan yang berkaitan dengan pekerjaan. Artinya, apa yang sedang terjadi di pekerjakan, seberapa jauh pencapaiannya, apa yang masih harus dilakukan, dan masalah lain yang serupa. 2. Masalah yang berkaitan dengan pekerjaan dan pertanyaan yang

belum terjawab.

3. Berbagai gagasan untuk perubahan dan saran-saran perbaikan. 4. Perasaan yang berkaitan dengan pekerjaan mengenai

organisasi, pekerjaan itu sendiri, pekerjaan lainnya, dan masalah lain yang serupa (dalam Masmuh, 2010 : 67).

b. Fungsi Komunikasi ke Atas

Komunikasi ke atas mempunyai beberapa fungsi atau nilai tertentu. Menurut Pace, fungsinya adalah sebagai berikut :

1) Dengan adanya komunikasi ke atas supervisor dapat mengetahui kapan bawahannya siap untuk diberi informasi dari mereka dan bagaimana baiknya mereka menerima apa yang disampaikan karyawan.

2) Arus komunikasi ke atas memberikan informasi yang berharga bagi pembuatan keputusan.

3) Komunikasi ke atas memperkuat apresiasi dan loyalitas karyawan terhadap organisasi dengan jalan memberikan kesempatan untuk menanyakan pertanyaan, mengajukan ide-ide dan saran-saran tentang jalannya organisasi.

4) Komunikasi ke atas membolehkan, bahkan mendorong desas-desus muncul dan membiarkan supervisor mengetahuinya. 5) Komunikasi ke atas menjadikan supervisor dapat menentukan

apakah bawahan menangkap arti seperti yang dia maksudkan dari arus informasi yang ke bawah.

(36)

c. Cara Memperbaiki Efektivitas Komunikasi ke Atas

Fungsi komunikasi ke atas menunjukkan betapa pentingnya komunikasi dari bawahan ke atasan. Kenyataannya, cara ini tidak selalu bekerja dengan baik dalam praktiknya. Beberapa kemungkinan cara untuk lebih mengefektifkan komunikasi bawahan ke atasan, antara lain :

1) Prosedur penyampaian keluhan. Pada berbagai perjanjian tawar-menawar secara kolektif, prosedur menyampaikan keluhan ini memungkinkan para karyawan membuat petisi ke atas melampaui atasan langsungnya. Hal ini dapat melindungi mereka dari tindakan kompromi dengan atasan langsungnya dan memberikan keberanian kepada mereka untuk mengomunikasikan keluhan-keluhannya.

2) Kebijaksanaan pintu terbuka. Secara harafiah, kebijaksanaan pintu terbuka bisa diartikan bahwa pintu atasan selalu terbuka untuk para bawahan atau sebagai undangan yang berkelanjutan buat para bawahan untuk datang dan membicarakan problem apapun yang menyusahkan mereka. Yang diharapkan bawahan tentunya keterbukaan dalam tindakan karena tindakan nyata lebih dihargai daripada kata-kata.

3) Konseling. Konseling ialah kuesioner tentang sikap dan interview mengenai alasan keluar dari pekerjaan.

4) Teknik-teknik partisipatif. Teknik-teknik pengambilan keputusan secara partisipatif dapat menghasilkan jumlah komunikasi yang banyak. Hal ini mungkin bisa terjadi melalui keterlibatan informal para bawahan atau melalui program-program partisipasi formal seperti penggunaan tim junior, komite manajemen dari serikat karyawan, kotak saran, dan quality circle. Penelitian menunjukkan bahwa para partisipan dalam jaringan komunikasi pada umumnya merasa lebih puas dengan pekerjaannya, lebih berkomitmen pada perusahaannya, dan lebih berprestasi kerja daripada mereka yang tidak dilibatkan dalam proses komunikasi.

(37)

3. Horizontal Communication (Komunikasi Horizontal)

Komunikasi horizontal adalah pertukaran pesan di antara orang-orang yang sama tingkatan otoritasnya di dalam organisasi. Pesan yang mengalir menurut fungsi dalam organisasi diarahkan secara horizontal. Pesan ini biasanya berhubungan dengan tugas-tugas atau tujuan kemanusiaan, seperti koordinasi, pemecahan masalah, penyelesaian konflik dan saling memberikan informasi. Komunikasi horizontal mempunyai tujuan tertentu diantaranya adalah sebagai berikut :

a. Untuk mengkoordinasikan penugasan kerja. Para anggota bagian pelatihan dan pengembangan memiliki kegiatan pelatihan utama untuk mengatur dan menyampaikan. Mereka harus saling bertemu untuk mengkoordinasikan pembagian tugas.

b. Berbagi informasi mengenai rencana dan kegiatan. Bila gagasan dari beberapa orang menjanjikan hasil yang lebih baik daripada gagasan satu orang, komunikasi horizontal menjadi amat penting. Dalam menciptakan rancangan suatu program pelatihan atau kampanye hubungan masyarakat, anggota-anggota suatu bagian mungkin perlu berbagi informasi mengenairencana-rencana mereka dan apa yang akan mereka kerjakan.

c. Untuk memecahkan masalah. Baru-baru ini tiga mahasiswa di tempat terpencil ditugaskan di sebuah lokasi umum yang sama. Mereka bertemu untuk mengurangi jumlah perjalanan yang tidak perlu dan berbagi tumpangan kendaraan. Mereka mampu mengurangi biaya dan bekerja bersama untuk melaksanakan tugas-tugas organisasi dengan kesulitan yang lebih sedikit.

d. Untuk memperoleh pemahaman bersama. Bila diusulkan perubahan-perubahan sebagai persyaratan untuk suatu bidang studi utama akademik, dosen-dosen harus bekerja bersama-sama untuk menghasilkan suatu pemahaman bersama mengenai perubahan apa yang harus dibuat. Pertemuan dan pembicaraan di antara dosen-dosen yang tingkat organisasinya sama dan di jurusan yang sama, amat penting untuk mencapai pemahaman bersama.

e. Untuk mendamaikan, berunding, dan menengahi perbedaan. Individu-individu sering mengembangkan pilihan dan prioritas yang akhirnya menimbulkan ketidaksepakatan. Bila hal ini terjadi, komunikasi horizontal prioritas dapat disesuaikan dan konflik diselesaikan.

(38)

yang sering berinteraksi, tampaknya lebih sedikit mengalami kesulitan dalam memahami satu sama lainnya. Interaksi antasejawat menghasilkan dukungan emosional dan psikologis (Masmuh, 2010 : 68).

2.1.5.2. Jaringan Komunikasi Informal

Jaringan komunikasi informal adalah bila karyawan berkomunikasi dengan yang lainnya tanpa memperhatikan posisi mereka dalam organisasi, sehingga pengarahan arus informasi bersifat pribadi. Informasi ini mengalir ke atas, ke bawah atau horizontal tanpa memperhatikan hubungan posisi, kalaupun ada mungkin sedikit. Jaringan komunikasi ini lebih dikenal dengan desas-desus (grapevine) atau kabar angin. Komunikasi informal cenderung berisi laporan rahasia mengenai orang-orang dan kejadian-kejadian yang tidak mengalir secara resmi. Informasi yang diperoleh dari desas-desus adalah yang berkenaan dengan apa yang didengar atau apa yang dikatakan orang dan bukan apa yang diumumkan oleh yang berkuasa (Muhammad, 2009 : 124).

Menurut Masmuh, untuk memperjelas pemahaman tentang komunikasi selentingan (grapevine) beberapa sifat selentingan adalah sebagai berikut.

a. Selentingan berjalan terutama melalui interaksi mulut ke mulut. b. Selentingan umumnya bebas dari kendala-kendala organisasi

dan posisi.

c. Selentingan menyebarkan informasi dengan cepat.

d. Jaringan kerja selentingan digambarkan sebagai suatu “rantai kelompok” karena setiap orang menyampaikan selentingan cenderung mengabarkannya kepada kelompok orang daripada hanya kepada satu orang saja.

e. Para peserta dalam jaringan kerja selentingan cenderung menjalankan satu dari tiga peranan berikut : penghubung, penyendiri atau pengakhir (dead-enders) – mereka yang biasanya tidak melanjutkan informasi.

f. Selentingan cenderung lebih merupakan produk suatu situasi daripada produk orang-orang dalam organisasi tersebut.

g. Semakin cepat seseorang mengetahui suatu peristiwa yang baru saja terjadi, semakin besar kemungkinan ia menceritakannya kepada orang lain.

(39)

i. Aliran utama informasi dalam selentingan cenderung terjadi dalam kelompok-kelompok fungsional daripada antara kelompok-kelompok tersebut.

j. Umumnya 75% - 90% dari rincian pesan yang disampaikan oleh selentingan adalah cermat; namun, seperti dikemukakan Keith Davis “ Orang-orang cenderung beranggapan bahwa selentingan kurang cermat daripada yang sebenarnya, karena kesalahan-kesalahannya lebih dramatik dan akibatnya lebih berkesan dalam ingatan daripada kecermatan rutin sehari-harinya. Selanjutnya, bagian-bagian yang tidak cermat seringkali lebih penting.

k. Informasi selentingan biasanya tidak lengkap, menghasilkan kesalahan interpretasi bahkan bila rinciannya cermat.

l. Selentingan cenderung mempengaruhi organisasi, apakah untuk kebaikan atau keburukan; jadi pemahaman mengenai selentingan dan bagaimana selentingan ini dapat memberi andil positif kepada organisasi merupakan hal yang penting (Masmuh, 2010 : 71).

Walaupun grapevine itu membawa informasi yang informal tetapi ada manfaatnya bagi organisasi. Grapevine memberikan balikan kepada pimpinan mengenai sentimen karyawan. Dengan adanya jaringan komunikasi informal, karyawan dapat menyalurkan ekspresi emosional dari pesan-pesan yang dapat mempercepat permusuhan dan rasa marah bila ditekan. Grapevine dapat membantu menerjemahkan pengarahan pimpinan ke dalam bahasa yang lebih mudah dipahami oleh karyawan. Efek dari grapevine yang negatif dapat dikontrol oleh pimpinan, dengan menjaga jaringan komunikasi formal yang bersifat terbuka, jujur, teliti dan sensitif terhadap komunikasi ke atas, ke bawah dan mendatar. Hubungan yang efektif antara atasan dan bawahan kelihatannya sangat krusial untuk mengontrol informasi informal (Muhammad, 2009 : 126).

2.1.6. Kepemimpinan

2.1.6.1. Pengertian Kepemimpinan

(40)

kepemimpinan, yaitu : pemimpin, kemampuan menggerakkan, pengikut, tujuan yang baik, dan organisasi (Iansufiie, 2010 : 3). Pemimpin berarti adanya seseorang yang berfungsi memimpin, pengikut yaitu adanya orang lain yang dipimpin, kemampuan menggerakkan yaitu adanya kegiatan menggerakkan orang lain yang dilakukan dengan mempengaruhi dan mengarahkan perasaan, pikiran, daan tingkah lakunya, tujuan yang baik yaitu adanya tujuan yang hendak dicapai, baik yang dirumuskan secara sistematis maupun bersifat seketika, organisasi yaitu berlangsung berupa proses di dalam kelompok/organisasi, baik besar dengan banyak maupun kecil dengan sedikit orang-orang yang dipimpin (Nawawi, 2004 : 15). Secara sederhana, kepemimpinan adalah proses seorang yang mampu menggerakkan pengikut untuk mencapai tujuan organisasi yang baik.

Defenisi kepemimpinan secara luas meliputi proses memengaruhi dalam menentukan tujuan organisasi, memotivasi perilaku pengikut untuk mencapai tujuan, memengaruhi untuk memperbaiki kelompok dan budayanya. Selain itu juga mempengaruhi interpretasi mengenai peristiwa-peristiwa para pengikutnya, pengorganisasian dan aktivitas-aktivitas untuk mencapai sasaran, memelihara hubungan kerja sama dan kerja kelompok, perolehan dukungan dan kerja sama dari orang-orang di luar kelompok atau organisasi. Kepemimpinan terkadang dipahami sebagai kekuatan untuk menggerakkan dan memengaruhi orang. Kepemimpinan sebagai sebuah alat, sarana atau proses untuk membujuk orang agar bersedia melakukan sesuatu secara sukarela/sukacita. Ada beberapa faktor yang dapat menggerakkan orang yaitu karena ancaman, penghargaan, otoritas, dan bujukan (Rivai dan Mulyadi, 2012:2). Sementara, menurut Robbins dan Coulter, kepemimpinan adalah kemampuan untuk mempengaruhi suatu kelompok menuju tercapainya tujuan-tujuan (dalam Ardana, dkk, 2008:89). Kepemimpinan, di sisi lain memiliki tujuan membantu orang untuk menegakkan kembali, mempertahankan, dan meningkatkan motivasi mereka.

2.1.6.2. Pengertian Pemimpin

(41)

arti orang yang melakukan pekerjaan. Pimpin berarti membimbing, mengarahkan, mempengaruhi. Dengan kata lain, pemimpin adalah orang yang melakukan pekerjaan membimbing, mengarahkan, mempengaruhi.

Pemimpin adalah seseorang yang mampu menggerakkan pengikut untuk mencapai tujuan organisasi. Kata pemimpin sendiri di dalam bahasa Indonesia memiliki banyak arti, misalnya pimpinan, ketua, atau komandan. Namun, dalam arti yang lebih dalam, pemimpin yang dimaksudkan di dalam ‘leadership’ harus diartikan sebagai seseorang yang memimpin sebuah organisasi atau institusi dan terlibat di dalamnya (Iensufiie, 2010 : 2). Menurut John Gage Alee, “ Leader... a guide; a conductor; a commander”. Dengan kata-kata lain, pemimpin adalah

pemandu, penunjuk, penuntun, komandan (dalam Kartono, 2010:39).

Jadi, pemimpin adalah orang yang membantu orang lain untuk memperoleh hasil-hasil yang diinginkan. Pemimpin bertindak dengan cara-cara yang memperlancar produktivitas, moral tinggi, respons yang energik, kecakapan kerja yang berkualitas, komitmen, efisiensi, sedikit kelemahan, kepuasan, kehadiran, dan kesinambungan dalam organisasi (Liliweri, 2004: 327).

2.1.6.3. Karakteristik Pemimpin

Pemimpin sebagai orang yang dapat mempengaruhi orang lain dan dapat membantu orang lain untuk memperoleh hasil yang diinginkan memiliki karakteristik yang membedakannya dengan orang lain yang bukan pemimpin. Karakteristik-karakteristik tersebut membuat pemimpin menjadi istimewa.

Secara umum, seorang pemimpin yang baik harus memiliki beberapa karakteristik sebagai berikut:

1. Tanggung jawab yang seimbang

Keseimbangan dimaksudkan di sini adalah antara tanggung jawab terhadap pekerjaan yang dilakukan dan tanggung jawab terhadap orang yang harus melaksanakan pekerjaan tersebut. Jika tidak seimbang, maka proses pendelegasian tanggung jawab tidak akan berjalan lancar.

2. Model peranan yang positif

(42)

oleh para pengikutnya. Oleh karena itu, segala sesuatu yang dilakukan oleh pemimpin harus positif.

3. Memiliki keterampilan komunikasi yang baik

Hal yang penting bagi seorang pemimpin adalah kemampuan untuk mengkomunikasikan berbagai ide, pemikiran, instruksi, dan langkah-langkah strategis kepada para pengikutnya. Dalam hal ini juga, seorang pemimpin dituntut untuk menyampaikannya secara lugas, tegas, dan jelas. Pemimpin haruslah berkomunikasi dengan bahasa yang mudah dimengerti, dalam hal ini bahasa merupakan salah satu simbol kultural yang berfungsi memberikan orientasi, komunikasi, dan pengendalian diri kepada manusia.

4. Memiliki pengaruh positif

Pengaruh adalah seni menggunakan kekuasaan untuk menggerakkan atau mengubah pandangan orang lain ke arah suatu tujuan atau sudut pandang tertentu. Dalam hal ini, pemimpin yang baik adalah pemimpin yang mampu memengaruhi para pengikutnya untuk melakukan sesuai dengan yang diharapkan oleh pemimpin. Bagi pemimpin sendiri, pengaruh yang telah diperolehnya seharusnya digunakan untuk hal-hal yang positif sehingga dapat menguntungkan atau dapat memberikan manfaat bagi berbagai pihak.

5. Mempunyai kemampuan untuk meyakinkan orang lain

Faktor komunikasi dan pengaruh menjadi sangat penting, tanpa komunikasi dan pengaruh yang baik, pemimpin tidak akan mampu meyakinkan para pengikutnya untuk melaksanakan tanggung jawabnya secara total dalam menyukseskan agenda-agenda organisasi.

6. Mampu mengambil keputusan secara cepat dan tepat

Banyak orang yang mampu mengambil keputusan, akan tetapi banyak orang yang mampu mengambil keputusan secara cepat dan tepat. Seorang pemimpin harus mampu mengambil keputusan secara cepat dan tepat.

7. Memiliki mental pejuang

Mewujudkan tujuan-tujuan organisasi tentu membutuhkan perjuangan yang tidak sedikit. Seorang pemimpin tidak boleh menyerah dengan keadaan. Ia harus memiliki keyakinan bahwa dirinya mampu dan memiliki jalan keluar untuk menyukseskan organisasinya, dan ini hanya bisa dilakukan oleh pemimpin yang bermental pejuang.

8. Penuh inisiatif dan kreatif

Salah satu letak keunggulan seorang pemimpin adalah pada inisiatif dan kreativitas dalam bekerja. Dalam posisi sesulit apapun, inisiatif dan kreativitas pemimpin tetap mengalir dan itulah yang menjadikan dirinya dibutuhan oleh para pengikutnya. 9. Semangat untuk mencapai tujuan

(43)

pemimpinnya tidak semangat, bagaimana mampu mengobarkan semangat para pengikutnya.

10.Penuh antusias

Dengan antusiasme yang tinggi terhadap kinerja dan peningkatan serta pengembangan organisasi, seorang pemimpin akan memberikan pelajaran berharga kepada para pengikutnya untuk selalu antusias terhadap pekerjaannya masing-masing.

11.Sederhana

Seorang pemimpin tidak perlu bersikap glamour dan mewah. Dengan kesederhanaan, seorang pemimpin justru memberikan keteladanan kepada para pengikutnya.

12.Jujur

Sikap jujur merupakan keharusan bagi seorang pemimpin. Ia jujur dengan dirinya sendiri dan jujur terhadap para pengikutnya.

13.Adil

Sikap adil akan menimbulkan kepercayaan yang tinggi kepada pemimpin. Sebaliknya, sikap tidak adil justru akan memudarkan pengaruh pemimpin terhadp pengikutnya. Adil dalam pengertian ini harus mampu bersikap proporsional, sesuai dengan kemampuan yang dimiliki, jadi tidak mesti sama rasa sama rata. 14.Penuh keyakinan

Yakin tehadap apa yang dikerjakan merupakan bagian dari kunci kesuksesan seorang pemimpin dalam memimpin suatu pekerjaan. Ia harus memiliki keyakinan dengan apa yang dimilikinya dan dikerjakannya. Ia juga yakin bahwa ia mampu melaksanakannya. 15.Memiliki keberanian

Keberanian harus melekat pada diri seorang pemimpin. Dengan keberaniannya itu merupakan suatu pemicu keberanian para pengikutnya. Kalau pemimpin tidak memiliki keberanian, bagaimana mungkin ia mampu memberikan contoh kepada para pengikutnya.

16.Percaya diri dan tidak sombong

Dalam proses kepemimpinan dapat dikatakan bahwa seorang pemimpin harus memiliki tingkat kepercayaan diri lebih tinggi daripada pengikutnya. Dalam pandangan psikologi bahaya yang paling fatal bagi kabahagiaan manusia dan musuh terbesar bagi umat manusia adalah kesombongan dan percaya diri yang berlebihan. Kejengkelan orang atas perangai buruk tidak sebesar kebencian mereka atas kesombongan.

17.Bersikap objektif

Objektivitas harus dikembangkan dan menjadi budaya dalam memimpin sebuah organisasi. Dengan bersikap objektif, para pengikutnya akan merasa diperlakukan secara adil tanpa tendensi apa-apa.

18.Kematangan Intelektual Quotient (IQ), Emosional Quotient (EQ), dan Spiritual Quotient (SQ)

(44)

(kemampuan merasakan suasana hati dan perasaan orang lain serta lingkungan, untuk pengambilan keputusan serta pembangunan mentalitas), dan potensi spiritual (kemampuan untuk memberikan makna tertinggi kehidupan) (Sholehuddin, 2008 : 29).

Sementara, Keith Davis merumuskan empat sifat umum yang nampaknya mempunyai pengaruh terhadap keberhasilan kepemimpinan organisasi, antara lain.

1. Kecerdasan

Hasil penelitian pada umumnya membuktikan bahwa pemimpin mempunyai tingkat kecerdasan yang lebih tinggi dibandingkan dengan yang dipimpin. Namun demikian, yang sangat menarik dari penelitian tersebut ialah pemimpin tidak bisa melampaui terlalu banyak dari kecerdasan pengikutnya.

2. Kedewasaan dan keluasan hubungan sosial

Pemimpin cenderung menjadi matang dan mempunyai emosi yang stabil, serta mempunyai perhatian yang luas terhadap aktivitas-aktivitas sosial. Dia mempunyai keinginan menghargai dan dihargai.

3. Motivasi diri dan dorongan berprestasi

Para pemimpin secara relatif mempunyai dorongan motivasi yang kuat untuk berprestasi. Mereka bekerja berusaha mendapatkan penghargaan yang intrinsik dibandingkan dari yang ekstrinsik. 4. Sikap-sikap hubungan kemanusiaan

Pemimpin-pemimpin yang berhasil mau mengakui harga diri dan kehormatan para pengikutnya dan mampu berpihak kepadanya. Dengan kata lain, pemimpin mempunyai perhatian atau pemimpin berorientasi pada karyawan (dalam Thoha, 2008 : 287).

2.1.6.4. Tugas dan Tanggung Jawab Pemimpin

Pada prinsipnya tugas pemimpin adalah mengusahakan terciptanya kebaikan bagi organisasi dan anggota-anggotanya. Ini berarti kepentingan organisasi harus diletakkan di atas kepentingan pribadinya. Pemimpin juga dituntut untuk memberikan rasa aman dan nyaman bagi para pengikutnya. Menurut Floyd Ruch, tiga tugas utama tiap-tiap pemimpin, yaitu :

1. Structuring the situation

(45)

keorganisasian. Tentunya dalam menentukan skala prioritas ini, kepentingan yang lebih banyak, baik tentang anggota maupun berkaitan dengan keorganisasian menjadi prioritas utama.

2. Controling group behavior

Dalam tugas ini, pemimpin mengawasi dan menyalurkan tingkah laku kelompok. Sebagai pemimpin ia harus mampu mengawasi berbagai perilaku anggotanya dan menyalurkan aktivitas-aktivitas mereka sesuai dengan peraturan-peraturan keorganisasian.

3. Spokesman of the group

Tugas pemimpin yang terakhir adalah menjadi juru bicara bagi kelompoknya. Pemimpin harus mampu menjelaskan tentang keorganisasian yang dipimpinnya kepada berbagai pihak, baik berkaitan dengan keanggotaan, visi dan misi organisasi, tujuan, rencana strategis, dan lain sebagainya ( dalam Sholehuddin, 2008 : 36).

2.1.6.5. Gaya Kepemimpinan

Keberhasilan pemimpin dalam menjalankan tugas dan tanggung jawabnya dalam satu organisasi tidak terlepas dari gaya kepemimpinan yang digunakannya. Gaya kepemimpinan merupakan karakteristik atau tipe tertentu dalam melaksanakan kepemimpinan. Pendapat para ahli mengenai gaya kepemimpinan membuat konsep kepemimpinan semakin kaya karena banyaknya pendapat yang membahas gaya yang sama dengan penjelasan yang saling melengkapi antara satu dengan lain. Setiap pemimpin memiliki gayanya masing-masing dalam menjalankan fungsinya. Pengalaman, pengetahuan, pandangan, latar belakang sosial, usia, lingkungan, keinginan mempengaruhi gaya seorang pemimpin.

“....Karena para manajer selalu mencari dan membuat perubahan kebudayaan atas organisasi. Apa yang mereka kehendaki itulah yang mendorong mereka untuk mencoba melakukan sesuatu untuk mempengaruhi perilaku orang lain, perasaan orang lain, menyumbang, interaksi, dari dan dengan karyawan dalam organisasi (dalam Liliweri, 2004 : 327).

Menurut Djatmiko, para pemimpin pada dasarnya dapat dikategorikan menjadi lima tipe yaitu sebagai berikut.

a. Tipe otokratik

(46)

b. Tipe paternalistik

Ciri-cirinya antara lain : mengambil keputusan cenderung menggunakan cara tersendiri tanpa melibatkan bawahan, hubungan dengan bawahan bersifat bapak-bapak, berusaha memenuhi kebuthan fisik anak buah untuk mencuri perhatian dan tanggung jawab mereka, orientasinya adalah menjaga hubungan yang baik dengan anak buah. c. Tipe karismatis

Dengan onse-ciri yang menonjol di antaranya : memelihara hubungan dengan bawahan agar pelaksanaan tugas dapat terselenggara dengan baik sekaligus memberi kesan bahwa hubungan tersebut berbasis pada relasionalitas bukan kekuasaan.

d. Tipe Laisses Faire (Free Reign)

Dengan onse-ciri : menghindari penumpukan kekuasaan dengan jalan mendelegasikan kepada bawahan, tergantung pada kelompok dalam menentukan tujuan dan penyelesaian masalah, efektif bila di lingkungan onsensual yang bermotivasi tinggi.

e. Tipe Demokratis (Partisipatif)

Yang onse-cirinya antara lain : membagi tanggung jawab pengambilan keputusan dengan kelompok, mengembangkan tanggung jawab kelompok untuk menyelesaikan tugas memakai pujian dan kritik, meski pengambilan keputusan dilimpahkan, namun tanggung jawab tetap pada pimpinan (dalam Ardana, dkk. , 2008 : 97).

Menurut Rivai dan Mulyadi, gaya kepemimpinan merupakan dasar dalam mengklasifikasikan tipe kepemimpinan. Gaya kepemimpinan memiliki tiga pola dasar, yaitu : gaya kepemimpinan yang berpola pada kepentingan pelaksanaan tugas, pelaksanaan hubungan kerja sama, dan kepentingan hasil yang dicapai. Berdasarkan ketiga pola dasar tersebut terbentuk perilaku kepemimpinan yang berwujud pada kategori kepemimpinan yang terdiri dari tiga tipe pokok kepemimpinan, yaitu :

a. Tipe Kepemimpinan Otoriter

Tipe kepemimpinan ini menempatkan kekuasaan di tangan satu orang. Pemimpin bertindak sebagai penguasa tunggal. Kedudukan dan tugas anak buah semata-mata hanya sebagai pelaksana keputusan, perintah, dan bahkan kehendak pimpinan. Pimpinan memandang dirinya lebih dalam segala hal, dibandingkan dengan bawahannya. Kemampuan bawahan selalu dipandang rendah sehingga dianggap tidak mampu berbuat sesuatu tanpa diperintah.

b. Tipe Kepemimpinan Kendali Bebas

Gambar

Gambar 2 Lambang Organisasi KOMPAS-USU
Tabel 2 Daftar Responden Penelitian
Tabel 4.1 Usia
Tabel 4.3 Fakultas
+7

Referensi

Dokumen terkait

Perencanaan Football Training Club merupakan alternatif sarana hiburan sekaligus sarana olahraga bagi Kota Batu... Ide

• Bekerja untuk mengadopsi pengetahuan manusia ke komputer yang menggabungkan knowledge base dengan ssitem inferensi untuk menggantikan fungsi seorang pakar. • Tujuan:

2 Penjaminan Kekayaa" Perseroan untuk Tenjarin nutang Pereeroan 3. U;tuk setiag mata arara Rapai diberikan kesempatan untuk tanya jawab ffiuai dengan maia aoa€

• If Added : berisi informasi prosedural yang berupa suatu tindakan yang akan dikerjakan jika nilai dari slot diisi • If Needed : subslot ini digunakan pada kasus tidak ada

berlaku dan rengangkat Dewan Komisaris oan Direksi yang baru, sehingga terhitung sBjax ditutupnya Rapat. Susu"an Dewan Komisaris daF D'reksi Pe.seroan akan

Then if the resulting query reduction did not succeed (i.e., we hit a predicate in the query that does not match any rule head of fact), Prolog backtracks and tries a new

“Stage Complete!” , jika tidak berakhir maka permainan masih berlanjut. Kemudian muncul tampilan Highscore

Penulisan Ilmiah ini berisikan satwa langka yang ada di Indonesia Menggunakan Macromedia Flash 5.0, bertujuan untuk dapat menjadi alternatif informasi bagi masyarakat yang