ANALISIS DAYA SAING SEKTOR PARIWISATA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA
THE COMPETITIVENESS ANALYSIS OF DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA TOURISM SECTOR
Oleh
ANGGI PUSVITA RINI 20130430325
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
i
ANALISIS DAYA SAING SEKTOR PARIWISATA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA
THE COMPETITIVENESS ANALYSIS OF DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA TOURISM SECTOR
SKRIPSI
Diajukan Guna Memenuhi Persyaratan untuk Memperoleh
Gelar Sarjana pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Program Studi Ilmu Ekonomi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
Oleh
ANGGI PUSVITA RINI 20130430325
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
iv
PERNYATAAN
Dengan ini saya,
Nama : Anggi Pusvita Rini
Nomor Mahasiswa : 20130430325
Menyatakan bahwa skripsi ini dengan judul: “ANALISIS DAYA SAING
SEKTOR PARIWISATA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA” tidak
terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu Perguruan Tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam Daftar Pustaka. Apabila ternyata dalam skripsi ini diketahui terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain maka saya bersedia karya tersebut dibatalkan.
Yogyakarta, 01 Desember 2016 Materai, 6000,-
v
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
“Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat, dan Allah Maha
Mengetahui apa yang kamu kerjakan”
(Al-Mujadalah: 11)
“Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan. Maka apabila kamu telah
selesai (dari satu urusan), kerjakan dengan sungguh-sungguh (urusan) yang lain.
Dan hanya kepada Tuhanmulah kamu berharap”
(Al-Insyirah: 6-8)
Skripsi ini ku persembahkan untuk:
1. Bapak dan Ibu tercinta yang selalu mendoakan dan karena ridha mereka berdua aku bisa menyelesaikan skripsi ini.
2. Gilang Akbar Al-Ghifari yang tidak pernah mengeluh dan tidak pernah lelah menemani langkah demi langah dalam penyusunan skripsi ini hingga selesai.
viii
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kemudahan, karunia dan rahmat dalam penulisan skripsi dengan judul “Analisis Daya Saing Sektor Pariwisata Daerah Istmewa Yogyakarta”.
Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu persayaratan dalam memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Penulis mengambil topik ini dengan harapan dapat memberikan masukan bagi pengambil kebijakan daerah khususnya pada sektor pariwisata dan dapat memberikan ide pengembangan bagi penelitian selanjutnya.
Penyelesaian skripsi ini tidak terlepas dari bimbingan dan dukungan berbagai pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebanyak-banyaknya kepada:
1. Bapak Ahmad Ma’ruf, S.E., M.Si. selaku dosen pembimbing skripsi yang telah memberikan bimbingan, motivasi, arahan, dan koreksi selama penulis menyelesaikan skripsi ini.
2. Bapak Romi Bhakti Hartarto, S.E., M.Ec. selaku dosen mata kuliah seminar keuangan dan perbankan semester tujuh yang memberikan bimbingan dalam penulisan, arahan, dan koreksi selama penulis menyelesaikan skripsi ini.
3. Orang tua penulis, Bapak Sujoko dan Ibu Sulastri yang telah memberikan motivasi dan tak hentinya mendoakan penulis agar selalu dalam lindungan Allah SWT serta selalu dilancarkan dalam segala urusannya. Semoga ini menjadi persembahan yang membanggakan untuk kalian.
4. Gilang Akbar Al-Ghifari yang selalu memberi semangat, dukungan, dan doa kepada penulis dalam keadaan bagaimanapun.
5. Keluarga Mantan Romusha HMI FEB UMY (Rica, Adiba, Gilang, Dian, Bayu, Sukma, Junan, Teguh, Wafy, Luki, Donna, dan Shidiq), yang telah memberikan semangat, doa, serta dukungannya.
6. Dima Santika Ambardi, Dini Permata Sari, Rizsa Azrina, dan Aditya Sanjaya, sahabat yang selalu memberikan semangat dan dukungan kepada penulis. 7. Annisa Soraya dan M. Imam Adli, sahabat SMA yang telah berbaik hati
membantu penulis dan memberikan semangat serta dukungan.
ix
9. Pengurus KOHATI Cabang Jogja yang telah memberikan semangat serta dukungan kepada penulis.
10.Seluruh teman-teman satu kelompok bimbingan yang telah memberi semangat satu sama lain dalam penyelesaian skripsi ini.
11.Seluruh pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini.
Sebagai akhir kata, tak ada gading yang tak retak, penulis menayadari masih banyak kekurangan dalam skripsi ini. Oleh karena itu, kritik, saran, dan pengembangan penelitian diperlukan untuk kedalaman karya tulis dengan topik ini.
Yogyakarta, 01 Desember 2016
x
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING ... ii
HALAMAN PENGESAHAN ... iii
HALAMAN PERNYATAAN ... iv
HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... v
INTISARI ... vi
ABSTRACT ... vii
KATA PENGANTAR ... viii
DAFTAR ISI ... x
DAFTAR TABEL ... xii
DAFTAR GAMBAR ... xiv
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang Penelitian ... 1
B. Batasan Masalah ... 6
C. Rumusan Masalah ... 7
D. Tujuan Penelitian ... 8
E. Manfaat Penelitian ... 8
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 9
A. Landasan Teori ... 9
1. Definisi pariwisata ... 9
2. Definisi wisatawan ... 10
3. Teori daya saing ... 11
4. Otonomi daerah ... 17
xi
B. Hasil Penelitian Terdahulu ... 19
C. Model Penelitian ... 22
BAB III METODE PENELITIAN... 24
A. Objek Penelitian ... 24
B. Jenis Data ... 24
C. Sumber Data ... 25
D. Teknik Pengumpulan Data ... 25
E. Definisi Operasional Variabel Penelitian ... 26
F. Metode Analisis ... 29
1. Analisis shift share ... 29
2. Indeks komposit ... 34
3. Analisis kuadran ... 35
BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN ... 37
A. Keadaan Geografis dan Kondisi Alam ... 37
B. Kependudukan dan Ketenagakerjaan ... 39
C. Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta ... 41
D. Pendidikan dan Kesehatan ... 45
E. Kondisi Sektor Pariwisata ... 49
BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 55
A. Analisis Daya Saing Pariwisata Daerah Istimewa Yogyakarta Menggunakan Metode Shift Share ... 55
B. Analisis Daya Saing Pariwisata Daerah Istimewa Yogyakarta Menggunakan Model Porter’s Diamond ... 60
C. Faktor yang Menentukan Daya Saing Sektor Pariwisata Daerah Istimewa Yogyakarta ... 70
D. Strategi Kebijakan yang Bisa diambil oleh Pemerintah Daerah Istimewa Yogyakarta ... 72
BAB VI SIMPULAN, SARAN DAN KETERBATASAN PENELITIAN ... 77
A. Simpulan... 77
B. Saran ... 79
C. Keterbatasan Penelitian ... 79
DAFTAR PUSTAKA ... 81
LAMPIRAN ... 85
Lampiran 1 Data Pariwisata ... 85
Lampiran 2 Data PDRB Daerah Istimewa Yogyakarta Menurut Lapangan Usaha Tahun 2011-2015... 86
Lampiran 3 Data PDB Menurut Lapangan Usaha Tahun 2011-2015 ... 87
Lampiran 4 Hasil Analisis Shift Share ... 88
Lampiran 5 Hasil Indeksasi Daya Saing ... 89
xii
DAFTAR GAMBAR
1.1. Persentase Kontribusi Sektor Pariwisata Terhadap PDRB Daerah Istimewa
Yogyakarta ... 4
1.2. Jumlah Kunjungan dan Persentase Pertumbuhan Jumlah Wisatawan Mancanegara dan Nusantara Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun 2011-2015 ... 5
2.1. Model Porter’s Diamond ... 14
2.2. Skema Kerangka Pemikiran ... 22
4.1. Peta Wilayah Administrasi Daerah Istimewa Yogyakarta ... 38
4.2. Laju Pertumbuhan Ekonomi Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun 2011-2015 ... 43
4.3. Angka Partisipasi Sekolah Menurut Kelompok Usia dan Jenis Kelamin Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun 2015... 46
4.4. Jumlah Hotel dan Pertumbuhan Jumlah Hotel di Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun 2011-2015 ... 53
5.1. Posisi Penyebaran Daya Saing Provinsi se-Jawa-Bali 2015 ... 70
xiii
DAFTAR TABEL
2.1. Hasil Penelitian Terdahulu ... 19 3.1. Faktor dan Variabel Pembentuk Daya Saing ... 26 3.2. Rating Scale Daya Saing ... 34 4.1. Struktur Penduduk Bekerja Daerah Istimewa Yogyakarta menurut Lapangan Usaha Utama (Persen) ... 41 4.2. Persentase Distribusi PDRB Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun 2011-2015
(Persen) ... 43 4.3. Perkembangan Jumlah Pendapatan Asli Daerah (PAD) Sub Sektor Pariwisata
Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun 2011-2015 (Persen) ... 46 4.4. Jumlah Sekolah dan Perguruan Tinggi di Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun
2015 (Unit) ... 48 4.5. Jumlah Fasilitas Kesehatan di Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun 2015
(Unit) ... 49 4.6. Jumlah Kunjungan Wisatawan di Daya Tarik Wisata per Kabupaten/Kota
pada Tahun 2011-2015 (Jiwa)... 50 4.7. Daftar Objek Wisata di Daerah Istimewa Yogyakarta Menurut
Kabupaten/Kota ... 51 4.8. Perkembangan Jumlah Biro PerjalananWisata di Daerah Istimewa
Yogyakarta Tahun 2011-2015 ... 55 5.1. Analisis Shift Share Sektor Pariwisata Daerah Istimewa Yogyakarta
Berdasarkan Komponen Pertumbuhan Ekonomi Nasional
Tahun 2011-2015 ... 56 5.2. Analisis Shift Share Sektor Pariwisata Daerah Istimewa Yogyakarta
Berdasarkan Komponen Pengaruh Bauran Industri Tahun 2011-2015 ... 57 5.3. Analisis Shift Share Sektor Pariwisata Daerah Istimewa Yogyakarta
Berdasarkan Komponen Pengaruh Keunggulan Kompetitif
xiv
5.4. Perubahan Pendapatan Sektor Pariwisata Daerah Istimewa Yogyakarta
Tahun 2011-2015 ... 59
5.5. Nilai dan Peringkat Indeks Kondisi Faktor ... 61
5.6. Nilai dan Peringkat Indeks Kondisi Permintaan ... 63
5.7. Nilai dan Peringkat Indeks Strategi Daerah ... 65
5.8. Nilai dan Peringkat Indeks Industri Pendukung Terkait ... 67
viii
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kemudahan, karunia dan rahmat dalam penulisan skripsi dengan judul “Analisis Daya Saing Sektor Pariwisata Daerah Istmewa Yogyakarta”.
Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu persayaratan dalam memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Penulis mengambil topik ini dengan harapan dapat memberikan masukan bagi pengambil kebijakan daerah khususnya pada sektor pariwisata dan dapat memberikan ide pengembangan bagi penelitian selanjutnya.
Penyelesaian skripsi ini tidak terlepas dari bimbingan dan dukungan berbagai pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebanyak-banyaknya kepada:
1. Bapak Ahmad Ma’ruf, S.E., M.Si. selaku dosen pembimbing skripsi yang telah memberikan bimbingan, motivasi, arahan, dan koreksi selama penulis menyelesaikan skripsi ini.
2. Bapak Romi Bhakti Hartarto, S.E., M.Ec. selaku dosen mata kuliah seminar keuangan dan perbankan semester tujuh yang memberikan bimbingan dalam penulisan, arahan, dan koreksi selama penulis menyelesaikan skripsi ini.
3. Orang tua penulis, Bapak Sujoko dan Ibu Sulastri yang telah memberikan motivasi dan tak hentinya mendoakan penulis agar selalu dalam lindungan Allah SWT serta selalu dilancarkan dalam segala urusannya. Semoga ini menjadi persembahan yang membanggakan untuk kalian.
4. Gilang Akbar Al-Ghifari yang selalu memberi semangat, dukungan, dan doa kepada penulis dalam keadaan bagaimanapun.
5. Keluarga Mantan Romusha HMI FEB UMY (Rica, Adiba, Gilang, Dian, Bayu, Sukma, Junan, Teguh, Wafy, Luki, Donna, dan Shidiq), yang telah memberikan semangat, doa, serta dukungannya.
6. Dima Santika Ambardi, Dini Permata Sari, Rizsa Azrina, dan Aditya Sanjaya, sahabat yang selalu memberikan semangat dan dukungan kepada penulis. 7. Annisa Soraya dan M. Imam Adli, sahabat SMA yang telah berbaik hati
membantu penulis dan memberikan semangat serta dukungan.
8. Senior HMI FEB UMY, abang Muhibbudin AM yang memberikan telah dukungan serta doa agar penulis diberikan kelancaran dalam pengerjaan skripsi ini.
9. Pengurus KOHATI Cabang Jogja yang telah memberikan semangat serta dukungan kepada penulis.
ix
11.Seluruh pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini.
Sebagai akhir kata, tak ada gading yang tak retak, penulis menayadari masih banyak kekurangan dalam skripsi ini. Oleh karena itu, kritik, saran, dan pengembangan penelitian diperlukan untuk kedalaman karya tulis dengan topik ini.
Yogyakarta, 01 Desember 2016
x
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING ... ii
HALAMAN PENGESAHAN ... iii
HALAMAN PERNYATAAN ... iv
HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... v
INTISARI ... vi
ABSTRACT ... vii
KATA PENGANTAR ... viii
DAFTAR ISI ... x
DAFTAR TABEL ... xii
DAFTAR GAMBAR ... xiv
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang Penelitian ... 1
B. Batasan Masalah ... 6
C. Rumusan Masalah ... 7
D. Tujuan Penelitian ... 8
E. Manfaat Penelitian ... 8
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 9
A. Landasan Teori ... 9
1. Definisi pariwisata ... 9
2. Definisi wisatawan ... 10
3. Teori daya saing ... 11
4. Otonomi daerah ... 17
5. Kontribusi pariwisata terhadap perekonomian ... 17
B. Hasil Penelitian Terdahulu ... 19
C. Model Penelitian ... 22
BAB III METODE PENELITIAN... 24
A. Objek Penelitian ... 24
B. Jenis Data ... 24
xi
D. Teknik Pengumpulan Data ... 25
E. Definisi Operasional Variabel Penelitian ... 26
F. Metode Analisis ... 29
1. Analisis shift share ... 29
2. Indeks komposit ... 34
3. Analisis kuadran ... 35
BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN ... 37
A. Keadaan Geografis dan Kondisi Alam ... 37
B. Kependudukan dan Ketenagakerjaan ... 39
C. Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta ... 41
D. Pendidikan dan Kesehatan ... 45
E. Kondisi Sektor Pariwisata ... 49
BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 55
A. Analisis Daya Saing Pariwisata Daerah Istimewa Yogyakarta Menggunakan Metode Shift Share ... 55
B. Analisis Daya Saing Pariwisata Daerah Istimewa Yogyakarta Menggunakan Model Porter’s Diamond ... 60
C. Faktor yang Menentukan Daya Saing Sektor Pariwisata Daerah Istimewa Yogyakarta ... 70
D. Strategi Kebijakan yang Bisa diambil oleh Pemerintah Daerah Istimewa Yogyakarta ... 72
BAB VI SIMPULAN, SARAN DAN KETERBATASAN PENELITIAN ... 77
A. Simpulan... 77
B. Saran ... 79
C. Keterbatasan Penelitian ... 79
DAFTAR PUSTAKA ... 81
LAMPIRAN ... 85
Lampiran 1 Data Pariwisata ... 85
Lampiran 2 Data PDRB Daerah Istimewa Yogyakarta Menurut Lapangan Usaha Tahun 2011-2015... 86
Lampiran 3 Data PDB Menurut Lapangan Usaha Tahun 2011-2015 ... 87
Lampiran 4 Hasil Analisis Shift Share ... 88
Lampiran 5 Hasil Indeksasi Daya Saing ... 89
vi
INTISARI
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis daya saing sektor pariwisata Daerah Istimewa Yogyakarta dengan provinsi se-Jawa-Bali sebagai pembandingnya dan untuk mengetahui faktor-faktor yang menentukan daya saing serta strategi yang bisa diambil untuk meningkatkan daya saing. Data yang digunakan adalah data sekunder dan primer yaitu data PDRB Daerah Istimewa Yogyakarta tahun 2011-2015 dan data terkait pariwisata yang mendukung serta depth-interview dengan Dinas Pariwisata Daerah Istimewa Yogyakarta. Dalam penelitian ini digunakan alat analisis shift share dan melalui pendekatan model Porter’s diamond yang dihitung menggunakan indeks komposit serta analisis kuadran.
Hasil analisis shift share menunjukkan bahwa pada tahun 2011-2015 sektor pariwisata mengalami pertumbuhan yang cepat dan mampu berdaya saing dengan sektor yang sama di tingkat nasional. Sejalan dengan hasil shift share, hasil analisis melalui pendekatan model Porter’s diamond menunjukkan bahwa sektor pariwisata Daerah Istimewa Yogyakarta memiliki daya saing yang cukup baik dibandingkan dengan provinsi pembandingnya. Faktor yang memiliki keunggulan dalam menentukan daya saing adalah faktor industri pendukung terkait dan kondisi faktor.
vii
ABSTRACT
This study aims to analyze the competitiveness of Daerah Istimewa Yogyakarta tourism sector compared to the provinces in Jawa-Bali and to know the factors that determine the competitiveness and its strategies. This study uses secondary data and primary data including PDRB Daerah Istimewa Yogyakarta 2011-2015, tourism sector data which is related to this study, and depth-interview with Dinas Pariwisara Daerah Istimewa Yogyakarta. Analysis tool in this study are Shift Share and Porter’s Diamond model approach which are calculated by using composit index and quadrant analysis.
The result from shift share method is that in 2011-2015 tourism sector has fast growth and ability to compete with the same sector in national level. Similar with the shift share method, the result using Porter’s Diamond approach shows that tourism sector of Daerah Istimewa Yogyakarta has a quite good competitiveness compared other provinces. Some factors that determine the competitiveness are related with supporting industries and factor condition.
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Sektor pariwisata merupakan sektor penting dalam pembangunan perekonomian nasional maupun daerah. Seperti yang dituangkan dalam konsep Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia 2011-2025 (MP3EI), bahwa sektor pariwisata dikategorikan sebagai sektor prioritas bersama tujuh sektor lainnya, yaitu pertanian, pertambangan, energi, industri, kelautan, dan telematika serta pengembangan kawasan strategis. Perkembangan pariwisata yang pesat menjadikannya sebagai sektor yang berpotensi menyumbang devisa tertinggi di Indonesia. Isu mengenai daya saing pariwisata menjadi penting khususnya bagi negara dan daerah yang memiliki destinasi wisata andalan (Gooroochurn dan Sugiyarto, 2005).
Pengembangan sektor pariwisata di Indonesia diatur dalam UU No. 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan. Undang-undang ini memberikan batasan definisi pariwisata dan kepariwisataan sebagai berikut: ”Pariwisata
adalah berbagai macam kegiatan wisata dan didukung berbagai fasilitas serta layanan yang disediakan oleh masyarakat, pengusaha, pemerintah, dan pemerintah daerah”. Sementara, kepariwisataan didefinisikan sebagai
2
serta multidisiplin yang muncul sebagai wujud kebutuhan setiap orang dan negara serta interaksi antara wisatawan dan masyarakat setempat, sesama wisatawan, pemerintah, pemerintah daerah, dan pengusaha (Hidayat, 2015).
Sebuah daerah dengan sektor pariwisatanya mampu dikatakan kompetitif jika dapat menarik wisatawan. Daya saing pariwisata secara langsung mempengaruhi kondisi permintaan pariwisata dalam hal jumlah wisatawan baik wisatawan mancanegara maupun wisatawan nusantara, dan secara tidak langsung mempengaruhi industri pendukung seperti jumlah hotel, jumlah restoran dan jumlah biro perjalanan wisata (Tsai, Song, dan Wong, 2009).
3
mengembangkan dan meningkatkan daya saing destinasi pariwisata termasuk promosi dan peningkatan keamanan dan kenyamanan di daerah wisata.
Pemerintah daerah tentu mengetahui potensi yang dimiliki oleh daerahnya, termasuk potensi pariwisata. Sejalan dengan UU Otonomi Daerah Nomor 32 Tahun 24, negara memberikan kesempatan kepada daerah untuk mengurus rumah tangganya sendiri sesuai dengan penyerahan wewenang dari pemerintah pusat kepada pemerintah daerah. Fondasi pembangunan diletakkan dengan memberikan otoritas kepada pemerintah daerah untuk mengembangkan daerah masing-masing. Salah satu yang menjadi fokus pembangunan adalah sektor pariwisata.
Daerah Istimewa Yogyakarta merupakan sebuah provinsi yang terletak di pulau Jawa, dihimpit oleh provinsi Jawa Tengah, daerah yang memiliki empat kabupaten dengan satu kota sebagai ibukota provinsi ini terkenal sebagai destinasi wisata. Predikat ini melekat karena Daerah Istimewa Yogyakarta memiliki banyak objek wisata andalan seperti wisata sejarah, wisata alam, wisata kuliner, dan wisata buatan.
4
Yogyakarta menjadi salah satu andalan pemerintah dalam meningkatkan kontribusi terhadap Pendapatan Daerah Regional Bruto (PDRB) Daerah Istimewa Yogyakarta.
Sumber: BPS Daerah Istimewa Yogyakarta, 2016 GAMBAR 1.1.
Persentase Kontribusi Sektor Pariwisata Terhadap PDRB Daerah Istimewa Yogyakarta
Dalam data yang dirilis Badan Pusat Statistik (BPS), sektor pariwisata dikategorikan sebagai sektor Penyediaan Akomodasi dan makan Minum. Dilihat dari gambar 1.1, sektor pariwisata Daerah Istimewa Yogyakarta sejak tahun 2011 hingga 2015 selalu mengalami peningkatan setiap tahunnya. Sub sektor pariwisata yang menjadi bagian dari sektor penyediaan akomodasi dan makan minum dari tahun 2011 sampai tahun 2015 terus mengalami peningkatan. Pada tahun 2011 sektor pariwisata menyumbang PDRB sebesar 8,91 persen atau sebesar Rp 6.066,5 milyar dan kontribusinya terus
2011 2012 2013 2014 2015
Pers
e
n
5
meningkat menjadi 9,4 persen atau sebesar Rp 7.842,1 milyar pada tahun 2015. Artinya, upaya perbaikan yang dilakukan pemerintah daerah agar sektor pariwisata terus menjadi sektor yang memberikan sumbangan besar terhadap PDRB berdampak positif.
Sumber: Statistik Kepariwisataan Daerah Istimewa Yogyakarta, 2015
GAMBAR 1.2.
Jumlah Kunjungan dan Persentase Pertumbuhan Jumlah Wisatawan Mancanegara dan Nusantara Daerah Istimewa Yogyakarta
Tahun 2011-2015
Jumlah kontribusi PDRB sektor pariwisata didukung oleh peningkatan jumlah wisatawan mancanagera dan nusantara yang berkunjung ke Daerah Istimewa Yogyakarta. Pada tahun 2011 jumlah wisatawan mancanegera dan nusantara yang berwisata ke Daerah Istimewa Yogyakarta sebanyak 1.607.694 jiwa dan terus meningkat menjadi 2.360.173 jiwa. Jumlah wisatawan mancanegara dan nusantara mencapai 2.837.967 jiwa di tahun 2013, sementara pada tahun 2014 jumlah wisatawan mencapai 3.346.180
1,607,694
2011 2012 2013 2014 2015
Ji
w
a
6
jiwa. Pada tahun 2015 tercatat jumlah wisatawan terus meningkat menjadi 4.122.205 jiwa.
Meningkatnya jumlah wisatawan mancanegara dan nusantara dapat dilihat pada gambar 1.2 dimana pada tahun 2012 mengalami pertumbuhan yang cukup signifikan sebanyak 46,8 persen. Pada tahun 2013 jumlah wisatawan mancanegara dan nusantara kembali mengalami pertumbuhan sebanyak 20,24 persen. Sedangkan pada tahun 2014 dan 2015 jumlah wisatawan mancanegara dan nusantara yang berkunjung terus mengalami pertumbuhan dengan jumlah masing-masing sebesar 17,91 dan 23,19 persen.
Dari data sumbangan sektor pariwisata terhadap PDRB dan jumlah kunjungan wisatawan mancanegara dan nusantara di atas dapat kita lihat bahwa sektor pariwisata terus mengalami pertumbuhan. Artinya hal ini sejalan dengan visi pembangunan Kepariwisataan Daerah yang menginginkan agar sektor pariwisata di Daerah Istimewa Yogyakarta dapat menjadi sektor yang berdaya saing. Untuk itu, dalam upaya mewujudkan pariwisata yang berdaya saing, maka diperlukan pengetahuan atau telaah lebih lanjut terkait bagaimana menyusun strategi untuk mencapai visi tersebut.
B. Batasan Masalah
7
karena dua dari lima pintu masuk utama bagi wisatawan mancanegara berada di Pulau Jawa dan Bali, yaitu Bandara Soekarno Hatta dan Bandara Ngurah Rai dengan total kedatangan wisatawan mancanegara pada tahun 2015 sebanyak 6.305.000 kedatangan dari total 8.397.000 kedatangan di lima pintu masuk utama wisatawan mancanegara ke Indonesia. Selanjutnya, mengidentifikasi faktor-faktor yang menentukan daya saing sektor pariwisata Daerah Istimewa Yogyakarta serta strategi kebijakan yang perlu diambil oleh pemerintah Daerah Istimewa Yogyakarta untuk meningkatkan daya saing sektor pariwisatanya. Faktor-faktor yang digunakan untuk mengetahui tingkat daya saing sektor pariwisata adalah kondisi faktor, kondisi permintaan, strategi daerah, serta industri pedukung terkait. Periode waktu yang digunakan untuk menganalisis dalam penelitian ini adalah tahun 2011-2015, dan wilayah yang diteliti adalah kondisi pariwisata Daerah Istimewa Yogyakarta.
C. Rumusan Masalah
1. Bagaimana daya saing sektor pariwisata Daerah Istimewa Yogyakarta? 2. Apa saja yang menentukan daya saing sektor pariwisata Daerah
Istimewa Yogyakarta?
8
D. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui daya saing sektor pariwisata Daerah Istimewa Yogyakarta.
2. Untuk mengetahui faktor-faktor yang menentukan daya saing sektor pariwisata kabupaten Daerah Istimewa Yogyakarta.
3. Untuk mengetahui strategi kebijakan yang perlu diambil pemerintah Daerah Istimewa Yogyakarta untuk meningkatkan daya saing sektor pariwisata Daerah Istimewa Yogyakarta.
E. Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian ini diantaranya adalah sebagai berikut: 1. Manfaat akademik
a. Sebagai bahan pustaka, informasi dan referensi bagi yang memerlukan.
b. Sebagai bahan rujukan untuk penelitian selanjutnya. 2. Manfaat praktik
9
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori 1. Definisi Pariwisata
Pariwisata menjadi kemudi penting dalam pembangunan ekonomi, baik bagi negara maju maupun negara berkembang. Bahkan pariwisata menjadi sektor yang paling penting bagi beberapa negara karena sektor ini dapat menjadi mesin pencetak lapangan pekerjaan. Dalam pengembangannya, pariwisata dapat melibatkan sejumlah efek positif, seperti konstruksi infrastruktur sosial dan peningkatan kualitas hidup.
Menurut Kementrian Kebudayaan Pariwisata dalam Utama (2000), pariwisata diselenggarakan dengan tujuan untuk menciptakan jasa pariwisata, menyediakan daya tarik atau objek wisata, sarana dan usaha terkait di industri pariwisata. Dalam UU RI Tahun 1990 tentang Kepariwisataan, dijelaskan tentang penggolongan jenis usaha jasa pariwisata, yaitu:
a) Usaha Jasa Pariwisata
10
perjalanan wisata; (3) usaha jasa pramuwisata; (4) usaha jasa konvensi; (5) jasa impresariat; (6) jasa konsultasi pariwisata; (7) jasa informasi pariwisata.
b) Pengusahaan Objek dan Daya Tarik Wisata
Pengusahaan objek dan daya tarik wisata dikelompokkan menjadi tiga, yaitu; (1) pengusahaan objek dan daya tarik wisata alam, yang merupakan usaha pemanfaatan SDA serta tata lingkungannya yang telah ditetapkan menjadi sasaran wisata; (2) pengusahaan objek dan daya tarik wisata budaya, yang merupakan usaha seni yang telah ditetapkan menjadi sasaran wisata; (3) pengusahaan objek wisata dan daya tarik wisata minat khusus, yaitu usaha pemanfaatan sumber daya alam dan usaha seni untuk dijadikan sasaran wisatawan dengan minat khusus.
c) Usaha Sarana Pariwisata
Usaha sarana parisiwisata dikelompokkan menjadi; (1) penyediaan akomodasi; (2) penyediaan makanan dan minuman; (3) penyediaan angkutan wisata; (4) penyediaan sarana wisata tirta; (5) penyediaan kawasan pariwisata.
2. Definisi Wisatawan
11
(1) Wisatawan nusantara
Wisatawan nusantara merupakan penduduk asli Indonesia yang melakukan perjalanan dalam negeri selama kurang dari 6 bulan dengan sifat perjalanannya merupakan bukan perjalanan yang rutin, perjalanan dilakukan secara sukarela dan tujuan perjalanannya bukan untuk sekolah atau bekerja.
(2) Wisatawan mancanegara (inbound)
Wisatawan mancanegara adalah orang yang melakukan kunjungan ke suatu negara di luar negara tempat tinggalnya karena ada beberapa alasan tanpa maksud untuk mendapat penghasilan dari negara yang dikunjungi (bukan maksud untuk mendapat pekerjaan). Wisatawan mancanegara terbagi atas dua golongan, yatu wisatawan (tourist) dan pelancong (excursionist).
(3) Wisatawan Indonesia yang keluar negeri (outbound)
Wisatawan Indonesia yang keluar negeri adalah penduduk asli Indonesia yang melakukan perjalanan ke luar negeri dengan maksud untuk tidak bekerja dan tinggal untuk tidak lebih dari 6 hari.
3. Teori Daya Saing
12
teknologi yang diterapkan. Menurut Frinces (2011), daya saing adalah hasil dari keunggulan-keunggulan yang dimiliki dan nilai lebih oleh sebuah perusahaan untuk menghasilkan sesuatu, baik berupa jasa atau barang. Kenggulan berasal dari proses kerja yang dilakukan dengan kualitas yang baik dan konsep manajemen profesional diiringi dengan kontribusi sumber daya terbaik seperti bahan baku, kepemimpinan, keuangan yang cukup, SDM dan dukungan dari teknologi yang canggih.
Dalam teori daya saing, dikenal teori keunggulan komparatif dan keunggulan kompetitif yang digunakan sebagai pengukur tingkat daya saing. Teori keunggulan komparatif yang dikemukakan oleh David Ricardo mengacu pada keunggulan yang dimiliki setiap daerah atau negara. Dalam teori tersebut dikemukakan bahwa apabila dua negara melakukan perdagangan suatu komoditi yang bagi negara tersebut merupakan keunggulan komparatif karena negara tersebut berspesialisasi pada suatu komoditi, maka negara-negara tersebut akan mendapatkan keuntungan.
13
sektor tersebut untuk menjadikannya lebih menguntungkan bagi daerah dengan cara mengatur strategi-strategi daya saing. Keunggulan komparatif yang dimiliki suatu daerah muncul karena adanya faktor-faktor pembentuk, seperti kondisi alam yang sudah ada atau given, masyarakat sudah mengenal teknologi, masyarakat memiliki keterampilan khusus. Dan mentalitas masyarakatnya sudah tertanam keinginan untuk melakukan pembangunan.
Kedua adalah keunggulan kompetitif, yang merupakan suatu keunggulan yang diciptakan terlebih dahulu untuk memilikinya, dengan kata lain keunggulan kompetitif adalah sautu keunggulan yang dapat dikembangkan. Keunggulan kompetitif suatu komoditi merupakan hasil olahan yang terbentuk dari kinerja yang dimilikinya sehingga dapat lebih mengungguli komoditi sektor lainnya.
14
Dalam model Porter’s diamond, terdapat empat elemen penting. Adapun elemen-elemen tersebut adalah kondisi faktor, kondisi permintaan, industri pendukung terkait, strategi, struktur, dan pesaing. Secara tidak langsung daya saing perusahaan juga dipengaruhi oleh peran pemerintah dan adanya peluang-peluang. Berikut adalah bagan dan penjelesan dari masing-masing elemen:
s
Sumber: Porter (1990)
GAMBAR 2.1. Model Porter’s Diamond
Strategi, Struktur, dan Persaingan
Kondisi Permintaan
Industri Pendukung Terkait Kondisi Faktor
Peran Pemerintah
15
a. Kondisi Faktor
Kondisi faktor merupakan faktor-faktor produksi yang sudah dimiliki perusahaan seperti tenaga kerja (labour), infrastruktur, modal (capital), dan sumber daya alam (natural resources). Kondisi faktor merupakan input penting dalam sebuah industri untuk menjalankan usahanya agar tetap memiliki daya saing dengan perusahan-perusahaan lainnya.
b. Kondisi Permintaan
Kondisi permintaan merupakan bentuk dari kondisi dan sifat asal untuk barang dan jasa yang berperan penting untuk keunggulan kompetitif. Kondisi ini dapat mendorong perusahaan untuk terus berinovasi dalam peningkatan kualitas produk yang mereka tawarkan dalam rangka meningkatkan daya saingnya mereka.
c. Industri Pendukung Terkait
16
d. Strategi, Struktur dan Pesaing
Daya saing dalam industri yang spesifik merupakan hasil dari konvergensi praktek manajemen dan model organisasi mayoritas digunakan di suatu negara dan sumber-sumber keunggulan kompetitif dalam industri itu sendiri.
e. Peran Pemerintah
Secara tidak langsung pemerintah memiliki pengaruh terhadap tingkat daya saing sebuah perusahaan. Pemerintah sebagai pemegang kebijakan mempengaruhi tingkah laku perusahaan dalam melakukan kegiatan produksi dan pemasaran. Faktor produksi perusahaan dipengaruhi oleh regulasi yang dikeluarkan pemerintah, kemudaan akses suatu faktor produksi dan juga peningkatan infrastruktur. Adanya penentuan standar produk lokal oleh pemerintah juga strategi akan melihat birokrasi pemerintah setempat agar strategi yang dikeluarkan tepat dan efektif, seperti kebiakan pajak dan antitrust.
f. Peran Peluang
17
4. Otonomi Daerah
Pengertian dari otonomi daerah yaitu Pemerintah Daerah memiliki wewenang yang luas, nyata dan bertanggung jawab dalam pengaturan dan mengurus rumah tangganya dalam ikatan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Kata otonomi itu sendiri memliki makna pemberian kewenangan dalam pengambilan keputusan serta pengelolaan yang berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Substansi yang dikelola dan bagaimana cara mengelolanya sangat ditentukan oleh SDM, SDA, teknologi, kemampuan teknis manajerial, tata nilai dan tradisi serta kelembagaan yang mengakar dan telah berkembang di suatu daerah (Syaukani, 2001).
Dalam melakukan pembangunan daerah, pemerintah akan bekerjasama dengan masyarakatnya untuk megolah dan mengelola sumber daya yang ada. Selain itu pemerintah daerah akan membentuk kemitraan dengan sektor swasta dalam rangka penciptaan lapangan kerja baru dan pada akhirnya akan merangsang perkembangan kegiatan di wilayah tersebut.
5. Kontribusi Pariwisata Terhadap Perekonomian
18
hal ini ditandai dengan terus meningkatnya pendapatan yang dihasilkan oleh jumlah kunjungan wisatawan.
Menurut Smith (1989); Sharpley (2000); dan Bui (2000) dalam Brokaj (2014), banyak negara berkembang mempromosikan pariwisatanya karena pariwisata berpotensi untuk menciptakan lapangan pekerjaan, meningkatkan pendapatan perkapita, dan meningkatkan devisa serta pendapatan pemerintah. Pariwisata berdampak pada terhadap perekonomian secara langsung maupun tidak langsung. Dampak secara langsung dapat dilihat dari tingkat belanja pariwisata, penambahan lapangan kerja, redistribusi pendapatan, dan penguatan neraca pembayaran. Sedangkan dampak tidak langsung dapat dilihat dari pegukuran efeknya terhadap peningkatan pertumbuhan ekonomi. Efek yang ditimbulkan pariwisata terhadap pertumbuhan ekonomi dalam jangka panjang diidentifikasi melalui jalur yang berbeda, yaitu:
1. Pariwisata memiliki peran penting dalam pertumbuhan investasi pada infrastruktur baru dan meningkatkan persaingan antara perusahaan lokal dengan perusahaan asing.
19
3. Pariwisata merupakan penghasil devisa yang cukup besar, yang mana digunakan untuk membayar bahan bahan impor utnuk selanjutnya diproduksi menjadi barang layak jual.
4. Pariwisata menciptakan lapangan pekerjaan dan meningkatkan penyerapan tenaga kerja pada lapangan yang tersedia.
5. Pariwisata diyakini dapat memberikan eksploitasi postif dari skala ekonomi perusahan nasional.
6. Pariwisata menjadi faktor penting dalam transfer ilmu pengetahuan dan teknologi, stimulator pada riset dan pengembangan, dan akumulasi modal manusia (Nizar, 2011).
B. Hasil Penelitian Terdahulu
TABEL 2.1. Hasil Penelitian Terdahulu
No Penulis, Tahun, dan Judul Metode Analisis Kesimpulan
1. Syarifah Amaliah, 2008, Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Daya Saing dan Impor Susu Indonesia
Porter’s diamond, Engle-Granger Cointegration, dan ECM
20
No Penulis, Tahun, dan Judul Metode Analisis Kesimpulan
konsumen. Impor susu Indonesia dari sisi permintaan pada jangka panjang dipengaruhi secara signifikan oleh harga riil susu domestik, harga riil susu impor, pendapatan perkapita, dan nilai tukar riil Rupiah. Sedangkan dalam jangka pendek, impor susu pada dipengaruhi secara siginifikan oleh harga riil susu impor lag pertama, produksi susu domestik, pendapatan perkapita saat ini dan lag ketiga, nilai tukar riil Rupiah pada lag kedua serta dummy penghapusan kebijakan rasio impor.
2. Hui Sun, Zhiqing Fan, Ying Zhou dan Ye Shi, 2010, Empirical research on competitiveness factors: Analysis of real estate industry of Beijing and Tianjin
Porter’s diamond model
Dalam penelitian ini ditemukan bahwa industri pendukug terkait memiliki pengaruh terhadap daya saing industri real estate dan pada tingkatan kedua faktor yang berpengaruh
3. Rochma Afriyani, 2011, Analisis Daya Saing
21
No Penulis, Tahun, dan Judul Metode Analisis Kesimpulan
objek wisata, jumlah hotel dan menunjukkan bahwa sektor pariwisata di Kabupaten Jember mengalami pertumbuhan yang lambat dan tidak berdaya saing dengan sumbangan subsektor pariwisata sebesar -25,03% yang menunjukkan bahwa kemampuan sektor pariwisata Kabupaten Jember tidak memiliki keunggulan kompetitif. Sektor pariwisata Kabupaten Jember memiliki distribusi yang besar terhadap PDRB dan masih memiliki peluang untuk meningkatkan daya saing.
5. G. Ertemli dan N. Demirbas, 2014, Competitiveness of The Turkish Dried Fruit Sectors
Porter’s diamond model
Tingkat daya saing dried fruit di Izmir berada pada level medium. Potensi produksi agrikurtural di Izmir cukup tinggi, kuantitas dan kualitas produksi mampu bersaing. Negara sebagai faktor luar di dalam model memliki pengaruh negative terhadap daya saing, hal ini dikareakan tingat pajak yang tinggi dan kompleksitas birokrasi.
Perbedaan penelitian ini dengan penelitian terdahulu adalah penelitian ini
menggunakan sektor pariwisata Daerah Istimewa Yogyakarta sebagai objek penelitian
dan data yang digunakan sejak tahun 2011 sampai 2015. Penelitian ini menggunakan
22
pariwisata Daerah Istimewa Yogyakarta dan memberikan strategi yang berguna untuk
mengambil kebijakan.
C. Model Penelitian
Dasar pemikiran yang melandasi penelitian ini adalah bagaimana pembuktian sebuah daerah otonom dalam mengembangkan potensi yang dimiliki khususnya pada sektor pariwisata. Peningkatan Pendapatan Asli Daerah (PAD), penyerapan tenaga kerja, dan peningkatan pendapatan perkapita, merupakan dampak positif yang ditimbulkan dari perkembangan sektor pariwisata. Daerah Istimewa Yogyakarta yang dikenal sebagai kota wisata memiliki potensi wisata yang sangat besar, sehingga penelitian ini ditujukan untuk melihat dan membuktikan apakah potensi wisata tersebut telah ditangani dengan serius atau masih perlu penangan khusus.
Oleh karena itu, salah satu cara untuk mengetahui sejauh mana potensi wisata Daerah Istimewa Yogyakarta dapat dilakukan dengan menganalisis daya saing sektor pariwisata dengan menggunakan pendekatan Porter’s diamond dengan empat faktor yaitu kondisi faktor, kondisi permintaan, industri pendukung terkait, dan strategi perusahaan. Dengan hasil akhir penelitian ini dapat dijadikan pertimbangan pembuatan strategi atau kebijakan oleh pemerintah terkait untuk meningkatkan daya saing pariwisata Daerah Istimewa Yogyakarta.
23
- Tenaga kerja pariwisata pariwisata
INDUSTRI PENDUKUNG TERKAIT
- Jumlah hotel
- Jumlah restoran dan rumah makan
- Jumlah biro perjalanan wisata
Kontribusi PDRB Penyerapan tenaga kerja Meningkatkan PAD KONDISI PERMINTAAN
- Jumlah wisatawan nusantara - Jumlah wisatawan
24
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Objek Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Daerah Istimewa Yogyakarta meliputi empat kabupaten dan satu kota yang ada. Daerah Istimewa Yogyakarta dipilih menjadi obyek penelitian karena potensi yang dimiliki berdasarkan letak geografis, kondisi alam, populasi penduduk, kondisi sektor pariwisata, menjadikan wilayah ini memiliki keunggulan untuk terus dapat meningkatkan kegiatan ekonominya.
B. Jenis Data
25
C. Sumber Data
Sumber data sekunder dalam penelitian ini yaitu Badan Pusat Statistik (BPS) Daerah Istimewa Yogyakarta, BPS Pusat, Dinas Pariwisata Daerah Istimewa Yogyakarta. Data primer diperoleh dengan melakukan wawancara (depth interview) dengan Dinas Pariwisata dan Budaya Daerah Istimewa Yogyakarta. Wawancara ini dilakukan untuk mengetahui seputar kondisi sektor pariwisata Daerah Istimewa Yogyakarta. Hasil dari wawancara ini selanjutnya akan mendukung pengolahan data dengan model Porter’s diamond yang diolah dengan cara indeksasi.
D. Teknik Pengumpulan Data
26
berbagai data, informasi dan referensi dari observasi, sumber pustaka, media massa dan internet.
E. Definisi Operasional Variabel Penelitian
1. Faktor dan Variabel Penelitian
Penelitian ini menggunakan empat faktor yang diambil dari model Porter’s diamond, yaitu; kondisi faktor, kondisi permintaan, strategi perusahan dan industri pendukung terkait. PDRB atas dasar harga konstan tahun 2011-2015 dianalisis menggunakan metode analisis shift share. Masing-masing faktor memiliki beberapa variabel yang mewakilinya. Variabel-variabel yang mewakili faktor dijabarkan pada tabel berikut:
Tabel 3.1.
Faktor dan Variabel Pembentuk Daya Saing
Faktor Variabel
Kondisi Faktor Jumlah objek wisata
Jumlah tenaga kerja pariwisata Kondisi Permintaan Jumlah wisatawan nusantara
Jumlah wisatawan mancanegara
Strategi Daerah
Anggaran pemerintah dalam sektor pariwisata
Kondisi infrastruktur
Industri pendukung terkait
Jumlah hotel
27
2. Definisi Operasional Variabel
a. Jumlah Objek Wisata
Merupakan variabel dari kondisi faktor yang terdiri dari jumlah objek wisata tercatat oleh Dinas Pariwisata Daerah Istimewa Yogyakarta pada tahun 2015.
b. Jumlah Tenaga Kerja Pariwisata
Merupakan variabel dari kondisi faktor yang terdiri dari jumlah tenaga kerja terserap pada sektor pariwisata di Daerah Istimewa Yogyakarta tahun 2015.
c. Jumlah Wisatawan Nusantara
Merupakan variabel dari kondisi permintaan yang terdiri dari jumlah wisatawan asli dari Indonesia yang melakukan kunjungan wisata ke Daerah Istimewa Yogyakarta pada tahun 2015.
d. Jumlah Wisatawa Mancanegera
Merupakan variabel dari kondisi permintaan yang terdiri dari jumlah wisatawan asing atau berasal dari luar Indonesia yang melakukan kunjungan wisata ke Daerah Istimewa Yogyakarta pada tahun 2015.
e. Anggaran Pemerintah dalam Sektor Pariwisata
28
f. Kondisi Infrastruktur
Merupakan variabel dari faktor strategi daerah yang terdiri dari kondisi infrastruktur. Kondisi infrastruktur yang dimaksud adalah panjang jalan dengan kondisi baik di Daerah Istimewa Yogyakarta tahun 2015, karena kondisi jalan yang baik dapat menunjang daya saing sektor pariwisata karena mendukung kemudahan askesibilitas wisatawan.
g. Jumlah Hotel
Merupakan variabel dari faktor industri pendukung terkait dalam pariwisata yang terdiri dari jumlah hotel berbintang dan non berbintang di Daerah Istimewa Yogyakarta pada tahun 2015.
h. Jumlah Restoran dan Rumah Makan
Merupakan bagian dari faktor industri terkait dalam pariwisata yang terdiri dari restoran dan rumah makan di Daerah Istimewa Yogyakarta yang tercatat pada tahun 2015.
i. Jumlah Biro Perjalanan Wisata
29
F. Metode Analisis 1. Analisis Shift Share
Analisis shift share merupakan sebuah analisis yang digunakan untuk membaca perubahan pada berbagai indikator, salah satunya indikator kegiatan ekonomi pada dua titik waktu dalam satu wilayah. Analisis shift share digunakan untuk melihat perkembangan sektor perekonomian suatu wilayah dengan wilayah lain.
Analisis ini memberikan gambaran data mengenai kinerja perekonomian dalam 3 bidang yang berhubungan satu sama lain (Lincolin Arsyad, 1999):
1. Teknik analisa perubahan pengerjaan agregat secara sektoral dibandingkan dengan perubahan pada sektor yang sama di perekonomian yang dijadikan acuan digunakan untuk megukur pertumbuhan ekonomi daerah.
2. Pengukuran tentang perubahan relatif, pertumbuhan atau penurunan, pada daerah dengan cara membandingkan dengan perekonomian yang lebih besar yang dijadikan acuan pergeseran disebut pergeseran proporsional (proportional shift)
30
bernilai, maka industri tersebut memiliki daya saing yang lebih tinggi ketimbang industri yang sama pada perekonomian yang dijadikan acuan.
Tujuan analisis ini adalah untuk menentukan kinerja atau produktifitas kerja perekonomian daerah dengan cara membandingkannya dengan perekonomian di tingkat yang lebih luas (regional atau nasional). Laju pertumbuhan perekonomian nasional serta sektor-sektornya dibandingkan dalam analsisis ini, sekaligus pengamatan terhadap penyimpangan-penyimpangan dari perbandingan yang dilakukan. Bila ditemukan penyimpangan positif, maka suatu sektor dalam daerah tersebut memiliki keunggulan kompetitif.
Persamaan dan komponen-komponen dalam analisis shift share sebagai berikut (Soepomo, 1993):
Dij = Nij + Mij + Cij ... (1) Dalam penelitian ini variabel-variabel yang digunakan adalah:
Dij = E*ij – Eij ... (2) Nij = Eij .rn ... (3) Mij = Eij (rin – rn) ... (4) Cij = Eij (rij – rn) ... (5)
31
rij = �∗ −�
� ... (6)
rin = �∗ �−� �
� � ... (7)
rn = �∗�−��
�� ... (8)
Keterangan :
Eij : pendapatan sektor I di wilayah j (provinsi) Ein : pendapatan sektor I di wilayah n (nasional) En : pendapatan wilayah n (nasional)
E*ij : pendapatan tahun terakhir
rij : laju pertumbuhan sektor I di wilayah j (provinsi) rin : laju pertumbuhan sektor I di wilayah n (nasional) rn : laju pertumbuhan pendapatan di wilayah n (nasional)
Sehingga didapat persamaan shift share untuk sektor I di wilayah j (Soepomo, 1993) sebagai berikut:
Dij = Eij.rn + Eij(rin-rn) + Eij(rij-rin) ... (9)
Keterangan :
Dij : perubahan variabel output sektor I di wilayah j Nij : pertumbuhan ekonomi nasional
Mij : bauran industri sektor I di wilayah j
32
Adapun dari rumus diatas diketahui ada 2 indikator dari hasil perhitungan shift share dalam perekonomian suatu daerah:
Jika nilai dari komponen pergeseran proporsional dari sektor i pada wilayah j > 0, maka sektor yang bersangkutan mengalami pertumbuhan yang cepat dan memberikan pengaruh yang positif kepada perekonomian daerah, begitu juga sebaliknya. Jika nilai komponen pergeseran differensial suatu sektor < 0, maka sektor I pada wilayah j memiliki daya saing yang tidak baik atau tidak dapat bersaing dengan sektor/wilayah lainnya. Dan jika nilai komponen pergeseran differensial suatu sektor > 0, maka sektor i pada wilayah j memiliki daya saing yang baik dibandingkan dengan sektor/wilayah lainnya.
2. Indeks Komposit
Dalam penelitian ini digunakan indeks komposit dengan cara indeksasi. Indeksasi digunakan sebagai salah satu alat untuk mengukur tingkat daya saing. Metode ini mampu menormalisiasi keragaman faktor dan variabel yang kompleks, perbedaan kondisi dan endowment antar daerah dengan cara menabulasi data dan kemudian diolah dengan normalisasi data.
33
Perhitungan indeks suatu sektor dari variabel pendukung yang terkait daya saing:
Zxi’ = Nilai provinsi ke-x untuk variabel ke-i yang distandarisasi
Zxi = Nilai asal provinsi ke-x variabel ke-i
Mini = Nilai minimum variabel ke-i
Maxi = Nilai maximum variabel ke-i
Kemudian dari hasil standarisasi data tersebut, dapat dihitung rata-rata masing-masing kelompok variabel. Indeks faktor merupakan nilai rata-rata tertimbang dari kelompok variabel tersebut. Jika satu faktor dianalisis dengan menggunakan beberapa variabel, maka indeks untuk faktor tersebut disusun berdasarkan rata-rata nilai indeks seluruh variabel pembentuknya.
Formula indeks daya saing total tersebut adalah:
34
Dimana:
ifx,k = Indeks faktor daya saing ke-k untuk daerah ke-x
ivx,n = Indeks variabel ke-n untuksdaerah ke-x
n = jumlah variabel faktor daya saing
Dalam penyusunan indeks faktor daya saing seperti persamaan di atas, pastikan bahwa indeks variabel penyusunnya sesuai dengan prinsip konsistensi. Bahwa analisis setiap variabel bersifat searah. Menurut Craigwell (2007), nilai indeks “0” menujukkan kemampuan daya saing buruk, sedangkan nilai “1”
menunjukkan kemampuan daya saing sangat baik. Rating scale yang diguunakan dalam penelitian ini adalah:
TABEL 3.2. Rating Scale Daya Saing
Kategori Skala
Tidak ada daya saing 0-0,20 Daya saing sedang 0,20-0,40 Daya saing cukup 0,40-0,60 Daya saing baik 0,60-0,80 Daya saing sangat baik 0,80-1,00
3. Analisis Kuadran
35
objek terhadap objek lainnya dalam dua ukuran yang saling berkaitan dapat dilihat melaui analisis kuadran. Diagram Kartesius digunakan dalam analisis ini untuk memetakan masing-masing objek. Dua komponen penting dalam Diagram Kartesius yaitu garis potong sumbu X dan sumbu Y, dan serta empat kuadran yang dihasilkan dari perpotongan sumbu.
Dalam menentukan titik potong, digunakan rata-rata dari nilai X dan Y seluruh objek (1,,,,j), seperti:
X(Ῡ) = j X(Y) 1
j
………… ……… (12)
Dalam penjabaran hasil olah data, digunakan empat kuadran sebagai tempat interpretasi empat skenario. Dalam penelitian ini digunakan penjabaran empat skenario menurut Briguglio (2004). Penjabaran empat skenario tingkat daya saing pariwisata menurut peran pemerintah dan peran kesempatan dilihat sebagai berikut:
a. Kuadran 1
Kuadran 1 merupakan gambaran daerah yang memiliki peran negatif dari pemerintah dan peran kesempatan, atau disebut juga dengan “the worst-case
36
b. Kuadran 2
Pada kuadran 2 merupakan gambaran bahwa pemerintah dan peran kesempatan memiliki peran positif, sehingga daerah tersebut memiliki tingkat daya saing pariwisata yang baik atau tinggi, disebut juga sebagai “the self-made scenario”.
c. Kuadran 3
Kuadran 3 menggambarkan dimana daerah memiliki peran pemerintah yang lebih tinggi dibandingkan peran kesempatan, atau disebut juga dengan “the prodigal son scenario”.
d. Kuadran 4
37
BAB IV
GAMBARAN UMUM PENELITIAN
A. Keadaan Gografis dan Kondisi Alam 1. Letak dan Batas Wilayah
Daerah Istimewa Yogyakarta merupakan satu dari 34 provinsi di Indonesia yang secara geografis terletak di bagian tengah Pulau Jawa tepatnya di sisi bagian selatan. Secara astronomis, wilayah administrasi Daerah Istimewa Yogyakarta terbentang pada posisi 7°.33’-8°.12’ Lintang Selatan dan 110°.00’ -110.50’ Bujur Timur dengan luas daerah seluruhnya 3.185,80 km2. Batas
wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta dikelilingi oleh provinsi Jawa Tengah, yaitu: sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Magelang dan Boyolali, sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Wonogiri dan Klaten, sebelah Selatan berbatasan dengan Samudera Indonesia, dan sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Purworejo.
Daerah Istimewa Yogyakarta terdiri dari empat kabupaten dan satu kota, yaitu:
a. Kabupaten Gunung Kidul, dengan luas 1.485,36 km2 b. Kabupaten Bantul, dengan luas 506,85 km2
38
e. Kota Yogyakarta, dengan luas 32,50 km2
Sumber: Daerah Istimewa Yogyakarta dalam Angka 2016 GAMBAR 4.1.
Peta Wilayah Administrasi Daerah Istimewa Yogyakarta 2. Keadaan Alam dan Wilayah
39
Terakhir, satuan fisiografi dataran rendah dengan ketinggan 0-80 m yang terbentang dari pesisir Kulonprogo sampai Bantul. Iklim Daerah Istimewa Yogyakarta yang dipengaruhi oleh musim kemarau dan musim hujan menjadikannya daerah yang beriklim tropis. Suhu rata – rata pada tahun 2015 tercatat 25°C untuk suhu terendah dan 33°C untuk suhu tertinggi menurut Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika Stasiun Geofisika Kelas I Yogyakarta. Intensitas hujan tertinggi terjadi pada bulan Maret dan jumlah hari hujan terbanyak terjadi pada bulan Januari dan Maret. Sedangkan rata- rata kelembaban udara sebesar 83% dan cenderung menurun dari tahun sebelumnya dan kelembaban tertinggi tercatat sebesar 97% yang terjadi pada bulan Maret. B. Kependudukan dan Ketenagakerjaan
40
Tenaga kerja merupakan salah satu faktor produksi yang memiliki peran sentral terhadap pergerakan roda perekonomian. Seiring dengan bertambah tingginya tingkat pertumbuhan penduduk, maka semakin tinggi pula penyediaan tenaga kerja. Penawaran tenaga kerja yang tidak diiringi dengan penyediaan lapangan pekerjaan yang cukup akan menimbulkan pengangguran.
TABEL 4.1.
Struktur Penduduk Bekerja Daerah Istimewa Yogyakarta menurut Lapangan Usaha Utama (Persen)
Lapangan Usaha 2013 2014 2015
Pertanian 28,18 25,41 23,08
Industri Pengolahan 13,36 13,97 14,61
Konstruksi 5,54 7,48 8,19
Perdagangan 25,87 25,86 25,67
Hotel 3,48 3,52 3,23
Keuangan, Real Estat dan Jasa
Perusahaan 2,87 3,75 3,00
Jasa-jasa 19,93 19,14 21,25
Lainnya (Penggalian, LGA) 0,07 0,86 0,96 Sumber: BPS Daerah Istimewa Yogyakarta, 2016
41
bekerja di dalamnya, yaitu sebesr 3,23 persen, dan cenderung mengalami penurunan dari tahun 2013.
C. Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta
Besarnya suatu sektor ekonomi dalam menciptakan nilai tambah dapat terlihat dari perannya dalam perekonomian daerah tersebut. Semakin besar disribusi nilai tambah suatu sektor terhadap perekonomian daerah, maka semakin besar pula peranannya dalam perekonomian tersebut. Berdasarkan tabel distribusi persentase PDRB atas harga konstan menurut lapangan usaha, maka sektor industri pengolahan memberikan kontribusi besar terhadap PDRB Daerah Istimewa Yogyakarta.
Berdasarkan tabel 4.2, kontribusi masing-masing sektor berbeda setiap tahunnya. Kontribusi terbesar diberikan oleh sektor industri pengolahan walaupun besarannya dalam lima tahun terakhir terus menurun, sebesar 14,27 persen pada tahun 2011 meskipun pada tahun 2012 mengalami penurunan menjadi 13,16 persen dan mengalami peningkatan menjadi 13,33 persen pada tahun 2013. Pada tahun 2014 mengalami penurunan menjadi 13,16 persen dan terus mengalami penurunan pada tahun 2015 menjadi sebesar 12,76 persen.
42
kemudian meningkat menjadi 10,63 persen pada tahun 204 dan terus meningkat menjadi 10,65 persen pada tahun 2015.
TABEL 4.2.
Persentase Distribusi PDRB Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun 2011-2015 (Persen)
Perdagangan Besar dan Eceran;
Reparasi Mobil dan Sepeda Motor 7.95 8.2 8.18 8.22 8.32 Pertahanan, dan Jaminan Sosial
Wajib 7.35 7.49 7.46 7.51 7.53
43
yang menunjang berhasil dilakukan. Persentase distribusi sebesar 8,91 persen pada tahun 2011 dan meningkat menjadi 9,04 persen pada tahun 2012. Pada tahun 2013 distribusi sektor ini mencapai 9,18 persen kemudian menjadi 9,32 persen pada tahun 2014 dan pada tahun 2015 menjadi 9,40 persen. Dalam rangka mempertahankan pendapatan pemerintah daerah berupaya membuat kebijakan dan strategi untuk terus meningkatkan potensi yang dimiliki sektor-sektor penting dalam roda perekonomian daerah.
Sumber: BPS Daerah Istimewa Yogyakarta, 2015 (diolah) GAMBAR 4.2.
Laju Pertumbuhan Ekonomi Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun 2011-2015
Selain distribusi PDRB, laju pertumbuhan ekonomi Daerah Istimewa Yogyakarta mengalami pertumbuhan yang fluktuatif dari tahun 2011-2015. Dapat dilihat dari gambar 4.2, pada tahun 2011 laju pertumbuhan ekonomi mencapai 5,21 persen dan naik menjadi 5,37 persen pada tahun 2012. Laju pertumbuhan ekonomi terus menaik hingga tahun 2013 tercatat sebesar 5,47
5.21 5.37
2011 2012 2013 2014 2015
Pers
e
n
Tahun
44
persen dan menurun pada tahun 2014 dan 2015 masing-masing menjadi 5,16 persen dan 4,94 persen. Laju pertumbuhan ekonomi tersebut didukung oleh pertumbuhan tujuh belas sektor yang ada, seperti sektor pertanian, kehutanan, dan perikanan; pertambangan dan pengalian; industri pengolahan; pengadaan listrik dan gas; pengadaan air, pengelolaan sampah, limbah, dan daur ulang; konstruksi; perdagangan besar dan eceran; transportasi dan pergudangan; penyediaan akomodasi dan makan minum; informasi dan komunikasi; jasa keuangan dan asuransi; real estat; jasa perusahaan; administrasi pemerintahan, pertahanan, dan jaminan sosial wajib; jasa pendidikan; jasa kesehatan; dan jasa lainnya.
Kondisi perekonomian daerah juga tercermin dalam jumlah Pendapatan Asli Daerah (PAD). Adanya PAD bertujuan untuk penyerahan kewenangan kepada pemerintah daerah dalam menangani pendanaan pelaksanaan otonomi daerah sesuai dengan potensi yang dimiliki guna mewujudkan desentralisasi.
Adapun sumber-sumber penerimaan daerah yang dimasukkan ke dalam pos PAD adalah Pajak Daerah, Retribusi Daerah, Hasil Pengelolaan Daerah yang Dipisahkan, dan Lain-lain PAD yang Sah. Sektor pariwisata memiliki kontribusi dalam pendapatan daerah. Pendapatan dihasilkan dari penggunaan anggaran belanja yang dikeluarkan.
45
mengalami perkembangan yang fluktuatif setiap tahunnya. Jenis pendapatan dari sumber pajak pembangunan masih menjadi kontributor terbesar setiap tahunnya dengan angka selalu di atas 80 persen. Sedangkan kontribusi terendah diberikan oleh sumber pendapatan dengan jenis retribusi perijinan yang hampir mencapai angka nol persen setiap tahunnya.
TABEL 4.3.
Perkembangan Jumlah Pendapatan Asli Daerah (PAD) Sub Sektor Pariwisata Daerah Istimewa Yogyakarta
Tahun 2011-2015 (Persen)
Retribusi Penggunaan Aset Milik Pemda
(sewa/kontrak/bagi hasil) 0,1 0,3 0,7 0,5 0,4
TOTAL 100 100 100 100 100
Sumber: Statistik Kepariwisataan Daerah Istimewa Yogyakarta, 2015 (diolah)
D. Pendidikan dan Kesehatan
46
negara lain dari berbagai aspek. Pembentukan kualitas manusia melalui pendidikan akan berpengaruh terhadap kemajuan negaranya.
Sumber: BPS Daerah Istimewa Yogyakarta, 2015 (diolah)
GAMBAR 4.3.
Angka Partisipasi Sekolah Menurut Kelompok Usia dan Jenis Kelamin Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun 2015
Pada tahun 2015, Angka Partisipasi Sekolah (APS) penduduk usia 7-12 tahun (usia SD) sebesar 99,89 persen hapir mendekati 100 persen, artinya masih ada 0,1 persen penduduk yang tidak berkesempatan untuk mengenyam bangku sekolah atau sudah putus sekolah dasar. Berbagai permasalahan menjadi faktor keterbatasan penduduk untuk mengenyam bangku sekolah, alah satunya adalah faktor ekonomi. APS usia 13-15 tahun (usia SMP) sebesar 99,7 persen, artinya ada 0,03 persen penduduk yang tidak berkesempatan untuk bersekolah atau sudah putus sekolah. APS usia 16-18 tercatat 86,8 persen meskipun masih di bawah APS usia 7-12 dan usia 13-15, sementara APS usia 19-24 tahun tercatat pada kisaran 49,2 persen.
47
TABEL 4.4.
Jumlah Sekolah dan Perguruan Tinggi di Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun 2015 (Unit)
Sumber: BPS Daerah Istimewa Yogyakarta, 2015
Berdasarkan tabel 4.3, terdapat jumlah sekolah dan perguruan tinggi yang terdapat di Daerah Istimewa Yogyakarta. Sekolah Dasar sejumlah 1.862 unit dengan sekolah negeri sejumlah 1.486 unit dan sekolah swasta sejumlah 376 unit, Sekolah Luar Biasa sejumlah 64 unit dengan sekolah negeri sebanyak 56 unit dan swasta sejumlah 8 unit, Sekolah Menengah Pertama sejumlah 420 unit dengan sekolah negeri sejumlah 212 unit dan sekolah swasta sejumlah 208 unit, Sekolah Menengah Umum sejumlah 166 unit dengan sekolah negeri sejumlah 69 unit dan sekolah swasta sejumlah 97 unit, Sekolah Menengah Kejuruan sejumlah 193 unit dengan sekolah negeri sejumlah 53 unit dan sekolah swasta sejumlah 140 unit, Perguruan Tinggi sejumlah 135 unit dengan 5 universitas negeri dan130 Perguruan Tinggi swasta.
48
sarana penunjang perbaikan kualitas manusia. Peningkatan kualitas fasilitas kesehatan menjadi salah satu indikator dalam pencapaian misi pembangunan kesehatan yang tujuannya berupa kemudahan akses pelayanan kesehatan, adil, dan merata bagi seluruh masyarakat Indonesia.
TABEL 4.5.
Jumlah Fasilitas Kesehatan di Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun 2015 (Unit)
Kabupaten / Kota Rumah
Sakit Puskesmas
Kulonprogo 8 21
Bantul 14 27
Sleman 27 25
Gunungkidul 5 30
Yogyakarta 20 18
DIY 74 121
49
E. Kondisi Sektor Pariwisata
Sektor pariwisata digerakkan oleh permintaan dan penawaran. Jumlah kunjungan wisatawan dicerminkan sebagai kondisi permintaan, sedangkan penawaran disediakan oleh kegiatan sektoral seperti hotel, akomodasi, restoran, komunikasi, jasa-jasa, dan transportasi.
TABEL 4.6.
Jumlah Kunjungan Wisatawan di Daya Tarik Wisata per Kabupaten/Kota pada Tahun 2011-2015 (Jiwa)
ODTW 2011 2012 2013 2014 2015
Yogyakarta 3.197.312 4.083.605 4.673.366 5.251.352 5.619.231 Sleman 2.490.063 3.042.232 3.612.954 4.223.958 4.95.934 Bantul 2.378.209 2.378.209 2.037.874 2.708.816 4.519.199 Kulonprogo 546.797 596.529 695.850 904.972 1.289.695 Gunungkidul 688.405 1.279.065 1.822.251 3.685.137 2.642.759 Total DIY 9.300.786 11.379.640 12.842.295 16.774.235 19.021.818
Sumber: Statistik Kepariwisataan Daerah Istimewa Yogyakarta, 2015
50
TABEL 4.7.
Daftar Objek Wisata di Daerah Istimewa Yogyakarta Menurut Kabupaten/Kota
No Kabupaten/Kota Kategori Objek Wisata
1 Kota Yogyakarta Wisata Sejarah Kraton Yogyakarta, Taman Sari, Pagelaran Kraton,
Museum Museum Sonobudoyo, Museum Sasmitaloka Pangsar Soedirman, Museum Taman Siswa Dewantara Kirti Griya, Museum Sasana Wiratama P. Diponegoro, Museum Pusat Dharma Wiratama, Museum Perjuangan, Museum Benteng Vredeburg, Museum Biologi UGM, Museum Puro Pakualaman, Museum Batik Indonesia, Istana Gedung Agung, Makam Raja Mataram, Museum Bahari, Museum Kereta Kraton, Museum Sandi
Kebun Binatang Gembira Loka Wisata Buatan Taman Pintar
Wisata
51
Lanjutan Tabel 4.7.
Desa Wisata Desa Wisata Brayut, Desa Wisata Tanjung, Desa Wisata Grogol, Desa Wisata Plempoh, Desa Wisata Srowolan, Desa Wisata Kembangarum, Desa Wisata Garongan, Desa Wisata Bokesan, Desa Wisata Kadisobo II, Desa Wisata Kelor, Desa Wisata Gamplong, Desa Wisata Sendari, Desa Wisata Nawung, Desa Wisata Tunggularum, Desa Wisata Pentingsari, Desa Wisata, Ketingan, Desa Wisata Jetak II, Desa Wisata Dome, Desa Wisata Sukunan, Desa Wisata Pancoh, Desa Wisata Ledok Nongko, Desa Wisata Pule Sari, Blue Lagoon
Wisata Lainnya
Kaliurang, Kaliadem (lava tour), Ramayana Prambanan/Trimurti, Taman Rekreasi Anak Kaliurang, Taman Nasional Gunung Merapi, Merapi Golf
3 Bantul Wisata Alam Pantai Parangtritis, Pantai Samas, Goa Cerme, Goa Selarong, Pantai Kwaru, Pantai Goa Cemara, Pantai Pandansimo, Hutan Pinus, Kebun Buah Mangunan
Museum Wayang Kekayon, Museum Tani Jawa Indonesia, Museum Tembi Rumah Budaya, Museum Purbakala Pleret, Museum Gumuk Pasir (Geospasial), Museum Soeharto
52
Lanjutan Tabel 4.2.
4 Kulon Progo Wisata Alam Waduk Sermo, Pantai Glagah, Pantai Trisik, Pantai Congot, Goa Kiskendo, Suroloyo, Pemandian Tanjungsari
Desa Wisata Desa Wisata Banjaroyo, Desa Wisata Nglinggo. Desa Wisata Boroasri, Desa Wisata Kalibiru, Desa Wisata Banjarsari, Desa Wisata Sermo, Desa Wisata Sidoharjo, Desa Wisata Sidorejo, Desa Wisata Jatimulyo, Desa Wisata Purwoharjo, Arus Progo 5 Gunung Kidul Wisata Alam Kawasan Pantai Baron-Pok
Tunggal, Pantai Siung, Pantai Wedi Ombo, Pantai Sadeng, Pantai Ngerenehan, Goa Cerme, Gunung Gambar, Watu Lumbung
Desa Wisata Desa Wisata Goa Kalisuci, Desa Wisata Pindul, Desa Wisata Bleberan Sri Gethuk, Desa Wisata Nglanggeran
Sumber: Statistik Pariwisata Daerah Istimewa Yogyakarta, 2015
53
Perkembangan usaha perhotelan dapat dilihat pada gambar 4.3, jumlah hotel berbintang dan non bintang di Daerah Istimewa Yogyakarta berfluktuasi dalam kurun waktu lima tahun sejak 2011 hingga 2015. Pada tahun 2011 jumlah hotel sebanyak 1.104 buah naik menjadi 1154 buah pada tahun 2012 dengan tingkat pekembangan sebesar 0,04 persen. Jumlah hotel terus naik menjadi 1.170 buah pada tahun 2013 dengan tingkat perkembangan sebesar 1,37 % dan menurun menjadi 1.128 buah pada tahun 2014 dengan tingkat perkembangan -3,72 persen. Pada tahun 2015 kembali naik menjadi 1.166 buah dengan persentase perkembangan sebesar 3,26 persen.
Sumber: Daerah Istimewa Yogyakarta dalam Angka, 2016 GAMBAR 4.4.
Jumlah Hotel dan Pertumbuhan Jumlah Hotel di Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun 2011-2015
2011 2012 2013 2014 2015
54
Selain hotel, biro perjalanan dan rumah makan atau restoran menjadi industri pendukung kelancaran pariwisata. Biro perjalanan menyediakan transportasi yang dibutuhkan oleh wisatawan ketika melakukan perjalanan wisata. Pada tabel 4.8 terlihat perkembangan jumlah biro perjalanan dari tahun 2011 hingga 2015. Jumlah penyedia jasa biro perjalanan setiap tahun mengalami peningkatan, hal ini disebabkan oleh jumlah permintaan yang banyak dengan melihat peluang dari banyaknya jumlah wisatawan yang berkunjung setiap tahunnya.
TABEL 4.8.
Perkembangan Jumlah Biro PerjalananWisata di Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun 2011-2015