• Tidak ada hasil yang ditemukan

FAKTOR PENGHAMBAT PENINGKATAN PROFESIONALISME GURU YANG BELUM BERSERTIFIKAT DI SEKOLAH MENENGAH PERTAMA NEGERI 1 BARADATU KABUPATEN WAY KANAN TAHUN AJARAN 2011/2012

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "FAKTOR PENGHAMBAT PENINGKATAN PROFESIONALISME GURU YANG BELUM BERSERTIFIKAT DI SEKOLAH MENENGAH PERTAMA NEGERI 1 BARADATU KABUPATEN WAY KANAN TAHUN AJARAN 2011/2012"

Copied!
66
0
0

Teks penuh

(1)

YANG BELUM BERSERTIFIKAT DI SEKOLAH MENENGAH PERTAMA NEGERI 1 BARADATU KABUPATEN

WAY KANAN TAHUN AJARAN 2011/2012

Oleh RIYALDI

Tujuan penelitian ini adalah untuk menjelaskan faktor penghambat peningkatan profesionalisme guru yang belum bersertifikat di Sekolah Menengah Pertama Negeri 1 Baradatu Kab. Waykanan tahun pelajaran 2011/2012

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif. Populasi penelitian ini adalah 40 guru Sekolah Menengah Pertama Negeri 1 Baradatu Kab. Waykanan. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan teknik pokok yaitu angket, sedangkan wawancara, dan dokumentasi adalah sebagai teknik penunjang. Analisis data menggunakan deskriptif kualitatif.

(2)

Oleh RIYALDI

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Gelar SARJANA PENDIDIKAN

Pada

Program Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS LAMPUNG

(3)
(4)

ABSTRAK... i

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 8

C. Pembatasan Masalah ... 9

D. Perumusan Masalah ... 9

E. Tujuan dan Kegunaan Penelitian ... 9

1. Tujuan Penelitian ... 9

2. Kegunaan Penelitian ... 9

a. Kegunaan Teoritis ... 9

b. Kegunaan Praktis ... 10

F. Ruang Lingkup Penelitian ... 10

1. Ruang Lingkup Ilmu ... 10

2. Ruang Lingkup Subjek Penelitian... 10

3. Ruang Lingkup Objek Penelitian ... 11

4. Ruang Lingkup Tempat Penelitian ... 11

5. Ruang Lingkup Waktu Penelitian ... 11

II. TINJAUAN PUSTAKA ... 12

A. Landasan Teori ... .. 12

1. Profesionalisme Guru………...………… 12

2. Pengertian Sekolah………..……….. 17

3. Tanggung Jawab Sekolah ... 19

4.Fungsi Sekolah ……… 19

5. Upaya Sekolah……...………. 20

6. Upaya Sekolah dalam PeningkatanKompetensi Guru ………….. 21

7. Langkah-Langkah Peningkatan Profesionalisme Guru ………….. 25

(5)

7.5. Jalur Sertifikasi Guru dalam Jabatan ……….... 32

7.6. Pentingnya Uji Kompetensidalam Sertifikasi ………. 32

7.7. Upaya Peningkatan Kompetensi Guru Pascasertifikasi ……... 34

8. Faktor Pendukung dan Penghambat ………. 37

B. Kerangka Pikir ... 39

III. METODOLOGI PENELITIAN ... 41

A. Metode Penelitian ... 41

B. Populasi ... 42

1. Populasi ... 42

C. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel ... 42

1. Variabel Penelitian ... 42

a. Variabel Bebas ... 42

b. Variabel Terikat ... 42

2. Definisi Operasional Variabel dan Indikatornya ... . 43

1. Paktor Penghambat ... .. 43

D. Rencana Pengukuran Variabel ... 43

E. Teknik Pengumpulan Data ... 45

1. Teknik Pokok ... 45

a. Angket ... 45

2. Teknik Pendukung ... 46

a. Teknik Dokumentasi ... 46

b. Teknik Wawancara ... 47

F. Uji Validitas dan Reliabilitas ... 47

1. Uji Validitas ... 47

2. Uji Reliabilitas ...……… 47

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN………. 50

A. Langkah-langkah Penelitian………. 50

1. Persiapan Pengajuan Judul……….. 50

2. Penelitian Pendahuluan……….. 50

3. Pengajuan Rencana Penelitian………. 51

4. Surat Izin Penelitian………. 52

5. Penyususnan Alat Pengumpulan Data………..52

6. AnalisisUji Coba Angket……… 53

a. Analisis Uji Coba Validitas……… 53

b. Analisis UjiCoba Reabilitas……….. 53

B.Gambaran Umum Lokasi Penelitian……….. 58

1. SMP Negeri 1 Baradatu Kabupaten Way kanan………. 58

2. Visi SMP Negeri 1 Baradatu……… 59

3. Misi SMP Negeri 1 Baradatu Kabupaten Way Kanan……….. 59

C.Skripsi Data……….. 61

(6)

Tahun Ajaran 2011/2012... 61

3. Analisis Data... 62

a. Upaya Sekolah Dalam Mendorong Guru Untuk Studi Lanjut…… 62

b. Upaya Sekolah Dalam Mengikutsertakan Guru Untuk Pelatihan Diklat Dan Workshop……….. 65

c. Faktor Penghambat Dari Dalam (intern)……….68

d. Faktor PenghambatDari Luar (ekstern)……….. 71

4. Pembahasan... 73

V. KESIMPULAN DAN SARAN... 78

A.Kesimpulan……… 78

B.Saran………. 80 DAFTAR PUSTAKA

(7)

Tabel Halaman

1. Keadaan Guru SMP N 1 Baradatu Kab.Lampung WayKanan………. 5 2. Distribusi Hasil Uji Coba Angket pada 10 Responden

di Luar Populasi Tahun 2011/2012 untuk Item Ganjil (X) ... 54 3. Distribusi Hasil Uji Coba Angket Dari 10 Responden

di Luar Populasi Tahun 2010/2011 untuk Item Genap (Y)……….. 55 4. Tabel kerja hasil antara item ganjil (X) dengan item genap (Y)………... 56 5. Distribusi Skor Hasil Angket Dari 40 Responden Tentang Faktor

Penghambat Sekolah Dalama Meningkatkan Profesionalisme Guru Yang Belum Bersertifikat indikator upaya sekolah dalam mendorong

guru untuk studi lanjut………... 64 6. Distribusi Frekuensi Mengenai Indikator Upaya Sekolah Dalam

(8)

Kekayaan tidak dilihat dari melimpahnya

harta , tetapi perasaan berpuas diri

(Nabi Muhammad SAW)

Kebahagiaan yang kekal bukan kebahagiaan

yang datang dari orang lain, melainkan

datang dari dalam diri sendiri.

(Riyaldi)

Boleh saja kau berjalan lambat dan tidak

secepat orang lain lakukan, namun jangan

pernah kau hentikan dan berpikir tuk

melangkahkan kaki mu kembali kebelakang.

(Riyaldi)

Lakukanlah dikit demi sedikit ide yang ada

dalam pikiran anda, jangan jadikan ide

tersebut hanya sebatas wacana dan

(9)

Kedua orangtuaku tercinta Ayahanda Bakhtiar,

A,Ma.Pd. dan Ibunda Siti Aminah.

yang selama ini telah memberikan cinta, kasih sayang,

dukungan dan yang dengan selalu setia menanti

keberhasilanku.

Beserta kakak-kakakku tercinta yang dengan cinta dan

kasih sayangnya selalu mendukung dan

mendoakan keberhasilanku.

Dan seluruh keluarga besarku yang selalu memberikan

semangat dan perhatian kepadaku.

Para pendidik dan teman seperjuangan,

(10)

Bismillahirrohmaannirrohiim. Alhamdulillah penulis mengucapkan kehadirat Allah SWT, karena atas rahmatnya dan hidayah-nya skripsi ini dapat diselesaikan.

Skripsi dengan judul “Faktor Penghambat Sekolah Dalam Meningkatkan

Profesionalisme Guru Yang Belum Bersertifikat Di SMP Negeri 1 Baradatu

Kabupaten Way Kanan Tahun Ajaran 2011/2012” adalah salah satu syarat untuk

memperoleh gelar sarjana pendidikan di Universitas Lampung.

Penulis menyadari dalam penulisan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan, bimbuingan dan petunjuk dari berbagai pihak. Untuk itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Bapak Dr. Bujang Rahman, M.Si. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.

2. Bapak Dr. M. Thoha B. S. Jaya, M.S. selaku pembantu Dekan I Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.

3. Bapak Drs. Arwin Achmad, M.Si. selaku pembantu Dekan II Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.

4. Bapak Drs. Iskandar Syah, MH. selaku pembantu Dekan III Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.

(11)

Pembimbing I, terima kasih atas pengarahan dan bimbingan kepada penulis.

7. Ibu Dr. Adelina Hasyim, M.Pd. selaku Pembahas I, terima kasih atas masukan, saran dan kritikannya kepada penulis.

8. Bapak Hermi Yanzi, S.Pd., M.Pd. selaku Pembimbing II, terima kasih atas pengarahan dan bimbingan kepada penulis.

9. Ibu Yunisca Nurmalisa, S.Pd., M.Pd selaku pembahas II, terimakasih atas masukan, saran dan kritikannya kepada penulis.

10. Bapak dan Ibu Dosen Program Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.

11. Bapak dan Ibu staf tata usaha dan karyawan Universitas Lampung.

12. Bapak Baroto, S.Pd., selaku Kepala SMP Negeri 1 Baradatu yang telah memberi izin penelitian dan atas segala bantuan yang diberikan kepada penulis.

13. Bapak dan Ibu guru serta staf tata usaha SMP Negeri 1 Baradatu yang telah membantu penulis dalam mengadakan penelitian..

14. Bapak F.X. Tumar S,Pd. selaku guru mata pelajaran PKn di SMP Negeri 1 Baradatu yang telah memberikan bantuannya kepada penulis selama penulis mengadakan penelitian.

(12)

kasih yang diberikan.

16. Keponakanku yang lucu Dio Liantara, Cindy, Cintia, dan Fauzan, semua keluarga besar, Tamong Kajong yang dengan cinta dan kasih sayangnya selalu mendukung dan mendoakan keberhasilanku.

17. Sahabat-sahabat terbaikku Heri (Kak Beb), Atu Yogi, Irfan ulva triwanda (ivan nistelrooy), Ade Say, Heri (Elok), Topik, Ake redona, Sony, Febra AK, Andry, Tyo, Slamet Margono, Happy, Hastian, Sandika, Apriuz, Intan, Putri, Leni, Dewi Y, Oma Melya, Bunda Dewi, Mesi, Yuri, Revi, Santi, Rita, Putri, Dina, Vanes, Mbak Merli, Mbak Paulin, Mbak Patma, Mbak Erda, yang selalu memberikan semangat dan motivasi dalam kebersamaan kita.

18. Teman-teman PKn angkatan 2007 reguler dan non reguler semuanya tanpa terkecuali untuk kekompakan dalam suka maupun duka selama ini, semoga dengan selesainya kuliah kita bukan akhir dari kebersamaan kita. Terus semangat menuju kesuksesan.

19. Teman-teman seperjuangan PPL SMP Negeri 1 Natar Lampung Selatan tahun 2011 (Arif wijaya (gule), Mbak Merly, Mbak Erda, Uli, Dwi Puastuti, Dwi, Isca, Sugesti, Mbak Frisca ) yang telah memberikan dukungan atas terselesaikannya skripsi ini.

(13)

keluarga, Mas Minto beserta Adiknya, Teteh (Nastem), Teteh (wardajam) dan adiknya, Wawan HO, Wawan Gembel, Jalex, Tumor, Bokir dan Jambronk yang membuat hari-hari menjadi terisi dengan hangat dan penuh keceriaan

22. Semua pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu yang telah banyak membantu sehingga penulisan skripsi ini dapat selesai.

Semoga amal baik yang telah Bapak/Ibu/Saudara/I serta teman-teman berikan akan selalu mendapatkan pahala dan balasan dari Allah SWT. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan dan masih banyak kekurangan baik dari penyampaian maupun kelengkapannya. Segala kritik dan saran yang bersifat membangun sangat penulis harapkan sebagai tolak ukur penulis dimasa yang akan datang. Penulis juga berharap semoga karya sederhana ini dapat berguna dan bermanfaat bagi kita semua. Amin.

Bandar Lampung, Desember 2011 Penulis,

(14)

A. Latar Belakang

Dalam konstitusi negara Republik Indonesia ditegaskan bahwa pendidikan merupakan sarana mencerdaskan kehidupan bangsa. Hal ini tercantum dalam pembukaan undang-undang dasar 1945 (UUD 1945) yaitu ” Melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia”.

Berdasarkan dari teori di atas tentu saja untuk mewujudkan itu semua perlu diusahakan terselenggaranya suatu sistem pendidikan nasional yang bermutu dan meningkatkan keimanan dan ketakwaan serta akhlak mulia dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa.

(15)

guru yang profesional dan berkualitas. Guru yang profesional akan menghasilkan proses dan hasil pendidikan yang berkualitas dalam rangka mewujudkan manusia Indonesia yang cerdas dan kompetitip inilah diperlukanya pemberlakuan standar kompetisi dan sertifikasi guru, agar kita memiliki guru yang profesional untuk memenuhi lisensi sesuai kebutuhan.

Upaya peningkatan kualitas pendidikan secara nasional merupakan salah satu agenda yang sedang dilaksanakan oleh Pemerintah. Upaya ini diarahkan agar setiap lembaga pendidikan selalu berupaya untuk memberikan jaminan kualitas kepada pihak-pihak yang berkepentingan atau masyarakat yakni suatu jaminan bahwa penyelenggaraan pendidikan di sekolah-sekolah sesuai dengan apa yang seharusnya terjadi dan sesuai pula dengan harapan. Apabila setiap lembaga penyelenggara pendidikan selalu berupaya untuk memberikan jaminan kualitas dan upaya ini dilakukan secara terus menerus, maka diharapkan mutu pendidikan secara nasional akan terus meningkat. Salah satu upaya yang dilakukan Pemerintah dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan, pemerintah mengeluarkan peraturan pemerintah Republik Indonesia nomor 74 tahun 2008 Pasal 1 tentang Guru. Salah satu bunyi dari pasal tersebut Sertifikasi adalah proses pemberian sertifikat pendidik untuk Guru. Berdasarkan (UU RI No 14 Tahun 2005 dalam Depdiknas, 2004). “Sertifikasi adalah proses pemberian sertifikat pendidik untuk guru dan dosen.

Sertifikasi pendidik adalah bukti formal sebagai pengakuan yang diberikan kepada guru dan dosen sebagai tenaga profesional.” Selanjutnya Menurut

(16)

National Commision on Education Services (NCES) memberikan pengertian sertifikasi guru secara lebih umum. Sertifikasi guru merupakan prosedur untuk menentukan apakah seorang calon guru layak diberikan izin dan kewenangan untuk mengajar. Hal ini diperlukan karena lulusan lembaga pendidikan tenaga keguruan sangat bervariasi, baik di kalangan perguruan tinggi negeri maupun swasta.

Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa program sertifikasi guru adalah suatu program yang dilakukan oleh pemerintah dibawah Dinas Pendidikan Nasional dalam upaya meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia, yang dilaksanakan melalui LPTK yang terakreditasi dan ditetapkan pemerintah dengan pemberian sertifikat kepada guru yang telah berhasil mengikuti program tersebut.

Rangka peningkatan mutu pendidikan Indonesia, pemerintah menetapkan program sertifikasi guru dalam jabatan berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen. Berdasarkan Pada dasarnya penyelenggaraan sertifikasi guru secara legal didasarkan atas UU No 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen dan Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, yang menyatakan bahwa guru adalah pendidik profesional. Untuk itu guru dipersyaratkan memiliki kualifikasi akademik minimal S-1 atau diploma IV yang relevan dan menguasai kompetensi sebagai agen pembelajaran.

(17)

pendidikan D-III dapat melanjutkan kuliah, karena pada kenyataannya banyak guru yang tidak dapat melanjutkan jenjang pendidikan. Alasannya terbentur biaya pendidikan, karena penghasilan yang dapat hanya mencukupi kebutuhan hidup sehari-hari sedangkan anak-anak mereka pun sedang menempuh jenjang pendidikan perguruan tinggi. Selain itu usia juga mempengaruhi guru belum mengikuti sertifikasi karena guru yang memasuki masa pensiun.

Sekolah merupakan ujung tombak dalam melahirkan manusia-manusia Indonesia yang berkualitas dan berdaya saing tinggi dan baik, untuk itu perlu adanya profesionalisme bagi seorang guru sebagai salah satu bentuk jaminan mutu sekolah.

Kenyataanya banyak sekolah yang masih memiliki guru yang belum memiliki sertifikat keprofesionalan pendidikan, seperti halnya di SMP negeri 1 Baradatu kecamatan Baradatu kabupaten Lampung Way Kanan, yang masih terdapat beberapa guru yang masih berprofesi sebagai guru Non PNS dan diploma III. Hal ini disebabkan oleh adanya faktor penghambat seperti faktor intern yang berasal dari dalam diri setiap guru yang bersangkutan seperti keinginan dan bakat, sedangkan faktor penghambat ekstern yaitu penghambat dari lingkungan sekitar, seperti sarana prasarana, serta berbagai kegiatan atau pelatihan yang dilakukan oleh guru tersebut yang kurang maksimal.

(18)

pemerintah melakukan berbagai upaya untuk meningkatkan profesionalisme guru dan kesejahteraan guru sebagaimana diamanatkan dalam Pasal 39 Ayat 2, UU RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dan Pasal 2 Ayat 1 UU RI no. 14 tahun 2005 tentang guru dan dosen yang ditinjak lanjuti dengan mengembangkan Rancangan Peraturan Pemerintah (RPP). Mengacu pada landasan yuridis dan kebijakan tersebut, secara tegas menunjukkan adanya keseriusan dan komitmen yang tinggi pihak pemerintah dalam upaya meningkatkan profesionalisme dan penghargaan kepada guru yang hasilnya akan meningkatkan kualitas pendidikan.

Tabel 1: Keadaan Guru SMP N 1 Baradatu Kab.Lampung WayKanan. No. KATEGORI GURU PENDIDIKAN KETERANGAN

PNS NON PNS PNS NON PNS TERSERTIFIKASI BELUM

1 34 5 34 5 28 11

Data Guru SMP N 1 Baradatu Kab. Lampung WayKanan

(19)

dilakukan secaraa bersama bersama-sama kelompok. Peningkatan secara formal melalui pendidikan seperti kursus,sekolah maupun kuliah diperguruan tinggi. Sebaliknya secara informal guru dapat melakukan peningkatan profesinya dengan informasi dari media massa atau buku-buku yang sesuai dengan bidang profesinya bersangkutan. Peningkatan mutu secara kelompok dapat dilakukan dapat dilakukan dengan cara diadakannya lokakarya, simposium, dan seminar, semua kegiataan tersebut dilakukan sebagai bentuk jaminan mutu pendidikan di sekolah.

Berdasarkan hasil pengamatan secara langsung oleh peneliti, faktanya di SMP N 1 hingga saat ini dalam upaya meningkatkan Propesionalisme guru di SMPN 1 Baradatu masih belum maksimal, hal itu disebabkan karna kurangnya kesadaran dari guru yang bersangkutan,didorong juga faktor ekonomi yang kurang mendukung dan usia yang memasuki masa pensiun, untuk meningkatkan dan memperbaiki kinerja seorang guru yang belum memiliki sertifikat profesional.

(20)

para guru melakukan seminar, diklat, workshop, dan memperluas wawasan seperti banyak menggunakan media-media yang bersangkutan dengan mata pelajaran masing-masing, namun mayoritas guru yang diwawancarai mengatan upaya tersebut tentu saja ada kendala, baik secara intern maupun ekstern, seperti keterbatasan biaya untuk melanjutkan jenjang pendidikan, keinginan guru tersebut karna sudah memasuki masa pensiun, peneliti juga membahas apakah ada kecemburuan antara guru yang belum bersertifikat kepada guru yang sudah bersertifikat? Mayoritas semua guru yang diwawancarai menjawab tidak ada kecemburuan yang mereka alami.

Peneliti juga mewawancarai beberapa siswa SMP N 1 Baradatu yang menjadi anak didik guru yang belum bersertifikasi dan guru yang sudah bersertifikasi, peneliti bertanya apakah ada perbedaan cara mengajar antara guru yang belum bersertifikat dan yang sudah bersertifikat? Siswa yang diwawancarai mayoritas menjawab perbedaan antara yang bersertifikat dan yang belum mendapatkan sertifikat ada perbedaan namun tidak terlalu menonjol, hanya terlihat di penggunaan media pembelajaran, yang bersertifikat lebih banyak menggunakan berbagai media pembelajaran seperti LCD dsb, dan yang belum bersertifikat jarang menggunakan media. Diantara siswa yang diwawancarai ada juga yang menjawab tidak tahu mana yang guru sudah bersertifikasi dan mana guru yang belum bersertifikasi.

(21)

secara ekstern. Berdasarkan hasil wawancara kepada siswa juga peneliti menyimpulkan adanya perbedaan cara mengajar antara guru yang bersertifikasi dan guru yang belum bersertifikasi, seperti penggunaan media pembelajaran, penggunaan media pembelajaran sangatlah penting karena itu salah satu cara menarik perhatian siswa untuk mengerti materi apa yang akan diberikan seorang guru dibandinngkan hanya penjelasan tannpa media pembelajaran. Untuk itu, peranan sekolah terutama kepala sekolah sangatlah besar untuk kelancaran dalam proses meningkatkan kinerja guru yang belum memiliki sertifikat, agar secara kualitas dapat sejajar dengan guru yang sudah berprofesi sertifikasi untuk meningkatkan mutu pendidikan.

Berdasarkan latar belakang masalah inilah penulis tertarik dan merasa penting untuk lebih mengetahui bagaimana Faktor Penghambat Peningkatan Profesionalisme Guru yang belum bersertifikat di SMP Negeri 1 Baradatu Kabupaten Way Kanan”.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah maka penulis mengidentifikasi masalah sebagai berikut :

1. Pentingnya profesionalisme guru bagi sekolah sebagai salah satu bentuk jaminan mutu sekolah;

2. Faktor penghambat Peningkatan profesionalisme guru;

3. Kualitas guru dalam pelaksanaan pembelajaran mempengaruhi proses dan hasil belajar siswa;

(22)

C. Pembatasan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah dan identifikasi masalah maka penelitia ini dibatasi pada “Faktor Penghambat Peningkatan Profesionalisme Guru yang belum bersertifikat di SMP Negeri 1 Baradatu Kabupaten Way Kanan tahun 2011/201.

D. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah, identifikasi masalah dan pembatasan masalah, maka yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah Bagaimanakah “Faktor Penghambat Peningkatan Profesionalisme terhadap Guru yang belum bersertifikat di SMP Negeri 1 Baradatu Kabupaten Way Kanan?

E. Tujuan dan Kegunaan Penelitian 1. Tujuan Penelitian

Penelitian ini dilakukan untuk menganalisis Faktor Penghambat sekolah dalam meningkatkan Upaya Profesionalisme terhadap Guru yang belum bersertifikat di SMP Negeri 1 Baradatu Kabupaten Way Kanan.

2. Kegunaan Penelitian 2.1. Kegunaan Teoritis

(23)

2.2 . Kegunaan Praktis

a. Sebagai informasi kepada sekolah maupun masyarakat mengenai pentingnya peningkatan mutu pendidikan melalui Upaya Sekolah Dalam Meningkatkan Profesionalisme terhadap Guru yang belum bersertifikat;

b. Sebagai masukan untuk peningkatan kualitas pendidikan di SMP tersebut.

F. Ruang Lingkup Penelitian 1. Ruang Lingkup Ilmu

Ruang lingkup ilmu dalam penelitian ini adalah kajian ilmu pendidikan kewarganegaraan karena membahas kajian hak warga Pkn tentang pemberi pelayanan pelaksanaan profesional kepada siswa dalam meningkatkan kreativitas guru dalam pelaksanaan pembelajaran.

2. Ruang Lingkup Subjek Penelitian

Subjek penelitian ini kepada staf sekolah SMP Negeri 1 Baradatu Kabupaten Way Kanan yaitu kepala sekolah, guru dan pihak-pihak yang bersangkutan yang ada di sekolah.

(24)

Objek penelitian ini adalah Sekolah Dalam Kinerja Guru, Profesionalisme Guru yang belum bersertifikat di SMP Negeri 1 Baradatu Kabupaten Way Kanan

4. Ruang Lingkup Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan Di SMP Negeri 1 Baradatu Kabupaten Way Kanan.

5. Ruang Lingkup Waktu Penelitian

(25)

A. Landasan Teori

1. Profesionalisme Guru

Profesi guru adalah profesi yang sangat mulia dan kompetensi yang dimiliki setiap guru akan menunjukkan kualitas guru yang sebenarnya dan menunjukkan persyaratan dasar, keterampilan teknis, dan sikap kepribadian.

Pendapat dari Agus Listiyono (2005:135): “bahwa guru yang memiliki

kinerja tinggi dalam menjalankan amanah keguruan, yang memiliki kreativitas tinggi dan memikirkan bagaimana siswanya dapat menguasai ilmu pengetahuan dengan cara siswa dan bukan dengan cara guru yang

menyadari kondisi yang dimiliki oleh siswanya”.

Guru sebagai pendidik profesional mempunyai citra yang baik di masyarakat apabila dapat menunjukkan kepada masyarakat bahwa ia layak menjadi panutan atau tauladan masyarakat sekelilingnya, masyarakat terutama akan melihat bagaimana sikap dan perbuatan guru itu sehari-hari, apakah memang ada yang patut ditauladani atau tidak.

(26)

Guru meyadari, pendidikan adalah bidang pengabdian terhadap Tuhan Yang Maha Esa, Bangsa, dan Negara serta kemanusiaan umumnya. Guru Indonesia yang berjiwa Pancasila dan setiap UUD 1945, bertanggung jawab atas terwujudnya cita-cita Proklamasi Kemerdekaan Indonesia 17 Agustus 1945. Guru terpanggil untuk menunaikan karyanya dengan memedomi dasar-dasar kode etik guru yang ditetapkan dalam suatu kongres yang dihadiri oleh seluruh utusan cabang dan pengurus daerah PGRI dari seluruh penjuru tanah air, pertama dalam kongres XIII di jakarta tahun 1973, dan kemudian disempurnakan dalam Kongres PGRI XVI tahun 1989 di jakarta, sebagai berikut :

1. Guru berbakti membimbing peserta didik untuk membentuk manusia yang Indonesia yang seutuhnya yang berjiwa pancasila;

2. Guru memiliki dan melaksanakan kejujuran profesional;

3. Guru berusaha memperoleh informasi tentang peserta didik sebagai bahan melakukan bimbingan dan pembinaan;

4. Guru menciptakan suasana sekolah sebaik-baiknya yang menunjang berhasilnya proses belajar mengajar;

5. Guru memelihara baik hubungan dengan orang tua murid dan masyarakat sekitarnya untuk membina peran serta dan rasa tanggung jawab bersama terhadap pendidikan;

6. Guru secara pribadi dan mengembangkan dan meningkatkan mutu dan martabat profesinya;

(27)

8. Guru bersama-sama memelihara dan meningkatkan mutu organisasi PGRI sebagai sarana perjuangan dan pengabdian;

9. Guru melaksanakan segala kebijaksanaan pemerintah dalam bidang pendidikan.

Menurut kamus besar bahasa Indonesia profesional (1997:245) adalah:

“berkaitan dengan profesi dan memerlukan kepandaian khusus untuk

menjalankannya”

Pendapat W. James Popham dan Eva L. Baker (2001 : 67) “bahwa guru yang

profesional merupakan pelaksanaan-pelaksanaan berkapabilitas yang dapat menggunakan spesialisasinya untuk memperbaiki diri dan berupaya untuk

meninggalkan keterampilan mengajar”.

Kepandaian itu berupa kesadaran akan profesinya yang harus dapat menjawab tantangan perkembangan masyarakat, jabatan guru harus selalu dikembangkan, dalam bersikap guru harus selalu mengadakan pembaharuan atau peningkatan sesuai dengan tuntutan tugasnya.

Seorang guru profesional harus menguasai betul tentang seluk beluk pendidikan dan pengajaran serta ilmu-ilmu lainnya, guru juga harus mendapat pendidikan khusus untuk menjadi guru yang memiliki keterampilan atau keahlian khusus, dan memiliki kompetensi agar ia menjadi guru yang profesional. Berkaitan dengan hal tersebut kompetensi yang yang harus dipenuhi adalah:

(28)

2. kompetensi profesional, 3. kompetensi kepribadian, dan 4. kompetensi sosial.

Rangka mewujudkan pendidikan yang baik tentu saja tak lepas dari peningkatan kompetensi seorang guru agar terciptanya guru yang lebih profesional .

Menurut Mulyasa :“kompetensi guru merupakan perpaduan antara

kemampuan personal, keilmuan, sosial, spiritual yang secara kaffah membentuk kompetensi standar profesi guru yang mencakup penguasaan materi, pemahaman terhadap peserta didik, pembelajaran

yang mendidik, pengembangan pribadi dan profesionalisme”.

Menurut Indra Djati Sidi (2004), ”Kemampuan profesional guru yaitu

keahlian guru yang disiapkan oleh program keahlian tertentu, kemampuan untuk memperbaharui dan meningkatkannya serta mempunyai tingkat

kesejahteraan yang memadai sebagai suatu imbalan atas profesinya”.

Guru profesional menurut Baskoro Poedjinoegroho (2006:12), “guru yang

mengenal tentang dirinya yaitu bahwa dirinya adalah pribadi yang dipanggil

untuk mendampingi peserta didik untuk/dalam belajar”.

Kesejahteraan guru yang tidak sesuai dengan biaya hidipnya menjadikan guru dalam melakukan tugasnya tidak maksimal dan jauh dari profesional.

(29)

sikap kepribadian sesuai dengan pendapat diatas dapat dijabarkan bahwa guru memiliki kopetensi profesional dalam pungsinya sebagai tenaga kependidikan yaitu dijelaskan oleh Nina Septia ningrum

(skripsi 2005:13)

1. penguasaan bahan/materi pengajaran;

2. mampu mengelola program belajar mengajar; 3. mampu mengelola kelas;

4. mampu menggunakan media/sumber pengajaran; 5. mampu menguasai landasan-landasan kependidikan; 6. mampu mengelola interaksi belajar-mengajar; 7. mampu menilai prestasi belajar siswa;

8.mampu mengenal fungsi dan program layanan bimbingan dan penyuluhan;

9. mampu mengadakan administrasi sekolah;

10.memahami prinsip-prinsip dan menafsirkan hasil penelitian pendidikan guna keperluan pengajaran;

Menurut peraturan pemerintah RI No. 19 Tahun 2005 tentang standar nasional menjelaskan bahwa : “Proses pembelajaran pada satuan pendidikan

diselenggarakan secara efektif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotifasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreatifitas dan perkembangan fisik serta psikologis

peserta didik”. UU RI No. 20 Tahun 2003 bab XI pasal 39 ayat 2 tentang

tenaga pendidik : “pendidik merupakan tenaga profesional yang bertugas

(30)

pembelajaran, melaksanakan proses pembelajaran, melakukan pembimbingan dan pelatihan, serta melakukan penelitiandan pengabdian dalam masyarakat, terutama bagi pendidik perguruan tinggi”.

Berdasarkan teori-teori di atas dapat disimpulkan bahwa Profesionalisme guru adalah profesi yang memerlukan keterampilan khusus guna dapat melakukan perencanaan dan pelaksanaan proses pembelajaran sehingga dapat menilai hasil pembelajaran, melakukan bimbingan dan pelatihan terhadap peserta didik dengan baik, dalam hal ini guru merupakan faktor utama dalam proses pendidikan. Oleh karenanya, peranan guru dalam sebuah proses

pendidikan sangat sentral. Guru yang profesional dengan kinerja maksimal,

totalitas dedikasi, dan loyalitas pengabdian dapat dijadikan sebagai tumpuan

untuk mengubah wajah pendidikan menjadi lebih cerah di masa mendatang.

2. Pengertian Sekolah

“Sekolah adalah sistem interaksi sosial suatu organisasi keseluruhan terdiri atas interaksi pribadi terkait bersama dalam suatu hubungan organik” (Wayne dalam buku Soebagio Atmodiwiro, 2000:37). Sedangkan berdasarkan Dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun 2003 secara jelas digambarkan tentang pengertian Satuan Pendidikan yaitu;

“Satuan pendidikan adalah kelompok layanan pendidikan yang

menyelenggarakan pendidikan pada jalur formal, nonformal, dan informal

pada setiap jenjang dan jenis pendidikan”.

(31)

suatu sistem sosial dibatasi oleh sekumpulan elemen kegiatan yang berinteraksi dan membentuk suatu kesatuan sosial sekolah yang demikian bersifat aktif kreatif artinya sekolah dapat menghasilkan sesuatu yang bermanfaat bagi masyarakat dalam hal ini adalah orang-orang yang terdidik. Berdasarkan definisi tersebut bahwa sekolah adalah suatu lembaga atau organisasi yang diberi wewenang untuk menyelenggarakan kegiatan pembelajaran. Sebagai suatu organisasi sekolah memiliki persyaratan tertentu. Sekolah adalah suatu lembaga atau tempat untuk belajar seperti membaca, menulis dan belajar untuk berperilaku yang baik. Sekolah juga merupakan bagian integral dari suatu masyarakat yang berhadapan dengan kondisi nyata yang terdapat dalam masyarakat pada masa sekarang. Sekolah juga merupakan lingkungan kedua tempat anak-anak berlatih dan menumbuhkan kepribadiannya. (Zanti Arbi dalam buku Made Pidarta, 1997:171).

Pada tanggal 16 mei 2005 diterbitkan peraturan pemerintah (PP) nomor 19 tahun 2005 tentang standar nasional pendidikan. Dengan PP 19/2005 itu, semua sekolah di Indonesia diarahkan dapat menyelenggarakan pendidikan yang memenuhi standar nasional. pendidikan standar wajib dilakukan oleh sekolah, delapan standar tersebut setahap demi setahap harus bisa dipenuhi oleh sekolah. Secara berkala sekolah pun diukur pelaksanaan delapan standar itu melalui akreditasi sekolah.

(32)

juga merupakan alat untuk mencapai pendidikan baik secara formal maupun nonformal yang bermutu dan memenuhi standar nasional pendidikan.

3. Tanggung Jawab Sekolah

Sekolah adalah sarana tempat memperoleh pendidikan, sebagai salah satu lembaga yang formal sekolah tentunya mempunyai tanggung jawab atas semua peserta didik.

Menurut (Daryanto :1997:544)yaitu: “Sekolah memiliki tanggung jawab yang besar terhadap perkembangan peserta didik dan peningkatan mutu pendidikan di sekolah dengan mendayagunakan komponen-komponen sekolah secara maksimal dalam kehidupan bermasyarakat yang bersifat nyatadi sekitarnya”.

4. Fungsi Sekolah

Sekolah merupakan sarana yang sengaja di rancang untuk melaksanakan pendidikan, sebagai salah satu sarana tempat memperoleh pendidikan sekolah tentunya memiliki fungsi, Di bidang sosial dan pendidikan sekolah memiliki fungsi menurut (Simanjuntak dalam Soebagio Atmodiwirio 2000:65), yaitu membina dan mengembangkan sikap mental peserta didik dan menyelenggarakan pendidikan yang bermutu dengan melaksanakan pengelolaan komponen-komponen sekolah, melaksanakan administrasi sekolah dan melaksanakan supervisi.

Secara garis besar fungsi sekolah adalah :

(33)

d. mempersiapkan calon pembentuk keluarga yang baru; e. pengembangan pribadi (realisasi pribadi).

Dari teori diatas, dijelaskan bahwa banyaknya fungsi dan manfaat sekolah sebagai lembaga penyelenggara pendidikan yang dipercaya oleh masyarakat sebagai alat untuk membentuk kepribadian diri individu dalam mayarakat, mendidik warga negara menjadi lebih baik dan nantinya diharapkan dapat berguna bagi bangsa dan negara.

5. Upaya Sekolah

Upaya sekolah adalah suatu cara dan usaha sekolah dalam meningkatkan profesionalisme guru yang belum bersertifikat di SMP Negeri 1 Baradatu kab. Way Kanan. Adapun upaya yang dilakukan sekolah antara lain:

1. memberikan masukan kepada guru untuk meningkatkan pembinaan kualifikasi pendidikan;

2. melakukan pembinaan dalam pembelajaran dan bekerjasama dengan UPTD;

3. meningkatkan kesadaran guru untuk memperbaiki kinerja; 4. memotivasi guru-guru yang belum memiliki ijazah strata 1;

5. memberi pengarahan agar guru lebih meningkatkan keprofesionalannya dengan memperluas wawasan.

(34)

UU No. 14 Tahun 2005 merupakan salah satu usaha untuk meningkatkan mutu guru, sekaligus diharapkan dapat meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia. Di dalam UU ini diamanatkan bahwa guru wajib memiliki kualifikasi akademik, kompetensi, sertifikat pendidik, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional. Kebijakan prioritas dalam rangka pemberdayaan guru saat ini adalah meningkatan kualifikasi, peningkatan kompetensi, sertifikasi guru, pengembangan karir, penghargaan dan perlindungan, perencanaan kebutuhan guru, tunjangan guru, dan maslahat tambahan.

6. Upaya Sekolah dalam Peningkatan Kompetensi Guru

Hasil penelitian menunjukkan bahwa setiap sekolah telah berupaya untuk meningkatkan kompetensi guru; dengan inisiatif dari guru, kepala sekolah, komite sekolah, MGMP/KKG, pemerintah daerah dan pemerintah pusat serta lembaga swasta,yang berpatokan pada Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 40 ayat 2, yaitu:

(35)

kebanyakan adalah biaya sendiri, akan tetapi ada beberapa sekolah telah menyediakan bantuan biaya pendidikan yang bersumber dari dana yang dikumpulkan komite sekolah. Hal yang cukup menggembirakan adalah adanya kemauan sebagian guru untuk selalu meningkatkan kinerja dalam membelajarkan anak didik.

2. Kedua, upaya yang dilakukan kepala sekolah dalam membina dan meningkatkan kompetensi guru, antara lain berupa:

a) mengirim guru untuk mengikuti pelatihan, penataran, lokakarya, workshop, dan seminar;

b) mengadakan sosialisasi hasil pelatihan dan berbagai kebijakan pemerintah dengan mendatangkan narasumber;

c) mengadakan pelatihan komputer dan bahasa Inggris;

d) mendorong guru untuk melanjutkan studi agar sesuai dengan tuntutan pemerintah;

e) mengadakan studi banding ke sekolah lain yang dipandang lebih maju;

f) mengirim guru untuk magang ke sekolah lain;

g) melengkapi sarana dan berbagai media penunjang kegiatan pembelajaran;

h) memberikan penghargan bagi guru yang berprestasi;

(36)

j) memberikan keteladanan, dorongan, dan menggugah hati nurani guru agar menyadari akan tugas dan tanggungjawab sebagai guru.

3. Ketiga, upaya oleh masyarakat. Peran masyarakat yang terwadahi dalam komite sekolah maupun paguyuban kelas berupa penggalangan dana untuk membantu kelancaran proses pembelajaran; seperti pengadaan gedung, peralatan sekolah, dan dana untuk membiayai kegiatan sekolah; termasuk di dalamnya untuk kegiatan pelatihan guru, seminar, lokakarya, dan membantu guru yang melanjutkan studi. Upaya tersebut secara tidak langsung telah menunjukkan peran masyarakat dalam membantu peningkatan kompetensi guru.

4. Keempat, peran MGMP dan KKG. Pada dasarnya, MGMP bagi guru SMP dan KKG bagi guru SD, merupakan wadah bagi guru untuk bekerjasama mengatasi berbagai kesulitan dan meningkatkan kompetensi. Namun realitas menunjukkan, bahwa MGMP dan KKG kurang berperan sebagaimana mestinya.

(37)

Hal ini karena pembinaan yang dilakukan lembaga swasta lebih efektif, yaitu bukan hanya sekedar memberikan pengetahuan, akan tetapi sampai tingkat merubah kinerja guru. Pembinaan dan peningkatan kompetensi guru dilakukan melalui kegiatan pelatihan, yang dipandang lebih efektif apabila dilakukan atas prakarsa dan keinginan guru sendiri. Kondisi pelatihan semacam ini jarang terjadi, karena biasanya dilakukan atas prakarsa atasan (bottom-up). Dalam pelatihan atas prakarsa guru dilandasi kesadaran atas peran dan tanggungjawab serta dorongan untuk meningkatkan kinerja. Dengan demikian, faktor yang paling dominan dalam upaya peningkatan kompetensi guru adalah komitmen guru dan kepala sekolah. Upaya untuk memajukan pendidikan yang berasal dari pemerintah daerah maupun pusat, masyarakat, atau kepala sekolah, bila tidak didukung oleh komitmen seluruh guru akan kurang membawa hasil secara optimal.

(38)

dalam peningkatan kinerja seorang guru guna mencapai tujuan untuk memperoleh pendidikan yang lebih baik.

Adapun selain upaya-upaya yang dilakukan sekolah dalam peningkatan kompetensi dan pofesionalisme guru, seperti yang di jelaskan di atas, juga ada langkah-langkah dalam peningkatan profesionalisme seperti yang di jelaskan di bawah ini :

7. Langkah-langkah Peningkatan Profesionalisme Guru.

Tidak dapat disangkal lagi bahwa profesionalisme guru merupakan sebuah kebutuhan yang tidak dapat ditunda-tunda lagi, seiring dengan semakin meningkatnya persaingan yang semakin ketat dalam era globalisasi seperti sekarang ini. Diperlukan orang-orang yang memang benar benar-benar ahli di bidangnya, sesuai dengan kapasitas yang dimilikinya agar setiap orang dapat berperan secara maksimal, termasuk guru sebagai sebuah profesi yang menuntut kecakapan dan keahlian tersendiri. Profesionalisme tidak hanya karena faktor tuntutan dari perkembangan jaman, tetapi pada dasarnya juga merupakan suatu keharusan bagi setiap individu dalam kerangka perbaikan kualitas hidup manusia. Profesionalisme menuntut keseriusan dan kompetensi yang memadai, sehingga seseorang dianggap layak untuk melaksanakan sebuah tugas.

Ada beberapa langkah strategis yang harus dilakukan dalam upaya, meningkatkan profesionalisme guru, yaitu mengacu pada :

(39)

2. Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen; 3. Peraturan Pemerintah Nomor 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional

Pendidikan;

4. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 16 Tahun 2007 tentang Standar Kualifikasi dan Kompetensi Guru;

5. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 18 Tahun 2007 tentang Sertifikasi bagi Guru dalam Jabatan. Yaitu:

7. 1. Program Sertifikasi Guru

Sertifikasi guru adalah proses perolehan sertifikat pendidik bagi guru. Sertifikat pendidik bagi guru berlaku sepanjang yang bersangkutan menjalankan tugas sebagai guru sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Serifikat pendidik ditandai dengan satu nomor registrasi guru yang dikeluarkan oleh Departemen Pendidikan Nasional.

a. sertifikasi diperoleh melalui pendidikan profesi yang diakhiri dengan uji kompetensi. Dalam program sertifikasi telah ditentukan kualifikasi pendidikan bagi semua guru di semua tingkatan, yaitu minimal sarjana atau Diploma IV. Dengan kualifikasi itu, diharapkan guru akan memiliki kompetensi yang memadai;

b. menurut Undang-undang Nomor 14 tahun 2005 kompetensi guru meliputi kompetensi paedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi profesional. Apapun penjelasannya sebagai berikut;

(40)

belajar dan pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya;

d. kompetensi kepribadian merupakan kemampuan personal yang mencerminkan kepribadian yang mantap, stabil, dewasa, arif, dan berwibawa dan menjadi teladan bagi peserta didik serta berakhlak mulia;

e. kompetensi Sosial merupakan kemampuan guru untuk berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesama pendidik, tenaga pendidikan, orang tua/wali peserta didik dan masyarakat sekitar; f. kompetensi profesional`merupakan penguasaan materi pembelajaran

secara luas dan mendalam yang mencakup penguasaan materi kurikulum mata pelajaran di sekolah dan substansi keilmuan yang menaungi materinya. Kompetensi ini juga disebut dengan penguasaan sumber bahan ajar atau sering disebut dengan bidang studi keahlian; g. dalam praktik keempat kompetensi itu merupakan satu kesatuan yang

utuh, dan kompetensi profesional sebenarnya merupakan “payung”,

karena telah mencakup kompetensi lainnya;

(41)

formal sebagai pengakuan yang diberikan kepada guru sebagai tenaga profesional;

i. dengan memiliki sertifikat pendidik, guru akan memperoleh penghasilan di atas kebutuhan minimum, meliputi: gaji pokok, tunjangan yang melekat pada gaji, serta penghasilan lain berupa tunjangan profesi, tunjangan fungsional, tunjangan khusus, dan maslahat tambahan yang terkait dengan tugasnya sebagai guru yang ditetapkan dengan prinsip penghargaan atas dasar prestasi. Guru yang diangkat oleh satuan pendidikan yang diselenggarakan oleh Pemerintah atau Pemerintah Daerah diberi gaji sesuai dengan peraturan perundang-undangan, sementara guru yang diangkat oleh satuan pendidikan yang diselenggarakan oleh masyarakat diberi gaji berdasarkan perjanjian kerja atau kesepakatan kerja bersama;

j. undang-undang Nomor 14/ 2005 memberi angin segar kepada guru, karena memberikan kesempatan kepada mereka untuk mengembangkan karier dan mendapatkan penghargaan yang sepantasnya. Undang-undang itu akan dapat mengangkat harkat dan martabat guru yang memiliki kedudukan dan peranan strategis dalam pembangunan nasional, yang sebelum adanya undang-undang tersebut tampak kurang mendapatkan perhatian.

(42)

kesempatan yang baik itu tidak hilang begitu saja karena tidak adanya persiapan yang memadai. Guru harus siap mental, keilmuan, dan finansial. Dalam kaitan dengan persiapan dalam hal keilmuan, guru perlu meningkatkan kompetensi dan profesionalismenya.

7.2. Definisi Sertifikasi Guru

Sertifikasi adalah proses pemberian sertifikat pendidik untuk guru dan dosen. Sertifikasi pendidik adalah bukti formal sebagai pengakuan yang diberikan kepada guru dan dosen sebagai tenaga profesional (UU RI No 14 Tahun 2005 dalam Depdiknas, 2004). Berdasarkan pengertian tersebut, sertifikasi guru dapat diartikan sebagai suatu proses pemberian pengakuan bahwa seseorang telah memiliki kompetensi untuk melaksanakan pelayanan pendidikan pada satuan pendidikan tertentu, setelah lulus uji kompetensi yang diselenggarakan oleh lembaga sertifikasi. Dengan kata lain, sertifikasi guru adalah proses uji kompetensi yang dirancang untuk mengungkapkan penguasaan kompetensi seseorang sebagai landasan pemberian sertifikat pendidik (UU RI No 14 Tahun 2005 dalam Depdiknas, 2004). Sertifikasi adalah proses pemberian sertifikat pendidik untuk guru. Sertifikasi bagi guru dalam jabatan dilakukan oleh Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan (LPTK) yang terakreditasi dan ditetapkan pemerintah.

(43)

merupakan kebijakan yang sangat strategis, karena langkah dan tujuan melakukan sertifikasi guru untuk meningkat kualitas guru, memiliki kompetensi, mengangkat harkat dan wibawa guru sehingga guru lebih dihargai dan untuk meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia (Sanaky, 2004). Menurut Mulyasa (2007), Sertifikasi guru merupakan proses uji kompetensi bagi calon guru atau guru yang ingin memperoleh pengakuan dan atau meningkatkan kompetensi sesuai profesi yang dipilihnya. Representasi pemenuhan standar kompetensi yang telah ditetapkan dalam sertifikasi guru adalah sertifikat kompetensi pendidik. Sertifikat ini sebagai bukti pengakuan atas kompetensi guru atau calon guru yang memenuhi standar untuk melakukan pekerjaan profesi guru pada jenis dan jenjang pendidikan tertentu. Dengan kata lain sertifikasi guru merupakan pemenuhan kebutuhan untuk meningkatkan kompetensi profesional. Oleh karena itu, proses sertifikasi dipandnag sebagai bagian esensial dalam upaya memperoleh sertifikat kompetensi sesuai dengan standar yang telah ditetapkan.

Berdasarkan teori-teori di atas dapat disimpulkan bahwa program sertifikasi guru adalah suatu program yang dilakukan oleh pemerintah dibawah kuasa Dinas Pendidikan Indonesia dalam upaya meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia, yang dilaksanakan melalui LPTK yang terakreditasi dan ditetapkan pemerintah dengan pemberian sertifikat kepada guru yang telah berhasil mengikuti program tersebut.

(44)

Menurut Jalal (2007), sertifikasi guru memiliki beberapa tujuan diantarany adalah sebagai berikut: Menentukan kelayakan guru dalam melaksanakan tugas sebagai agen pembelajaran dan mewujudkan tujuan pendidikan nasional Meningkatkan proses dan mutu hasil pendidikan, meningkatkan martabat guru, meningkatkan profesionalitas guru.

7.4.Manfaat Sertifikasi Guru.

Menurut Fajar (2006), manfaat uji sertifikasi guru adalah sebagai berikut: a. Melindungi profesi guru dari praktik-praktik layanan pendidikan yang

tidak kompeten sehingga dapat merusak citra profesi guru itu sendiri. b. Melindungi masyarakat dari praktik-praktik pendidikan yang tidak

berkualitas dan profesional yang akan dapat menghambat upaya peningkatan kualitas pendidikan dan penyiapan sumber daya manusia di negeri ini.

c. Menjadi wahana penjaminan mutu bagi LPTK yang bertugas mempersiapkan calon guru dan juga berfungsi sebagai kontrol mutu bagi pengguna layanan pendidikan. Menjaga lembaga penyelenggaran pendidikan dari keinginan internal dan tekanan eksternal yang potensial dapat menyimpang dari ketentuan-ketentuan yang berlaku.

d. Memperoleh tunjangan profesi bagi guru yang lulus ujian sertifikasi sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan guru.

(45)

Sertifikasi bagi guru dalam jabatan dilakukan melalui dua jalur (Dasuki, 2008): Penilaian portofolio (Permendiknas no. 18 tahun 2007) Jalur pendidikan (Permendiknas no. 40 tahun 2007).

7.6.Pentingnya Uji Kompetensi dalam Sertifikasi Guru

Dalam standar sertifikasi guru, uji kompetensi baik secara teoritis maupun praktis memiliki manfaat yang sangat penting, terutama dalam meningkatkan kualitas pendidikan melalui peningkatan kualitas guru. Pentingnya uji kompetensi dalam sertifikasi guru antara lain dapat dikemukakan berikut ini (Mulyasa, 2007): Sebagai alat untuk mengembangkan standar kompetensi guru Uji kompetensi guru dapat digunakan untuk mengembangkan standar kompetensi guru. Berdasarkan hasil uji dapat diketahui kemampuan rata-rata para guru, aspek mana yang perlu ditingkatkan, dan siapa guru yang perlu mendapat pembinaan secara kontinyu, serta siapa guru yang telah mencapai standar kemampuan minimal. Pentingnya uji kompetetensi dalam sertifikasi guru adalah :

a. merupakan alat seleksi penerimaan guru

(46)

Untuk pengelompokkan guru Hasil uji kompetensi guru dapat digunakan untuk mengelompokkan dan menentukan mana guru profesional yang berhak menerima tunjangan profesional, tunjangan jabatanm dan penghargaan profesi serta guru yang tidak profesional yang tidak berhak menerimanya. Dalam hal ini, guru-guru dapat dikelompokkan berdasarkan hasil uji kompetensi, misalnya kelompok tinggi, kelompok sedang, dan kelompok kurang. Sebagai bahan acuan dalam pengembangan kurikulum Secara khusus keberhasilan lembaga pendidikan dalam mempersiapkan calon guru ditentukan oleh berbagai komponen dalam lembaga tersebut, antara lain Kurikulum. Oleh karena itu, kurikulum lembaga pendidikan yang mempersiapkan calon guru harus dikembangkan berdasarkan kompetensi guru;

b. merupakan alat pembinaan guru

Dengan adanya syarat yang menjadi kriteria calon guru, maka akan terdapat pedoman bagi para administrator dalam memilih, menseleksi, dan menempatkan guru sesuai dengan karkateristik dan kondisi, serta jenjang sekolah;

c. mendorong kegiatan dan hasil belajar

(47)

senantiasa menyesuaikan kompetensinya dengan perkembangan kebutuhan dan pembelajaran.

Dari uraian-uraian di atas yang menyangkut tentang pembahasan upaya sekolah dalam peningkatan profesionalisme guru, program sertifikasi adalah salah satu upaya yang di terapkan sekolah dengan berpegangan pada Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen (UUGD) yang bertujuan untuk membina dan melatih guru menjadi lebih kompeten, kreatif, inovatif, dan menyenangkan sehingga di harapkan dengan adanya program tersebut bisa membantu guru dalam meningkatkan kinerja dan profesionalismenya sebagai seorang guru.

7.7. Upaya peningkatan kompetensi guru pascasertifikasi

Untuk kepentingan sertifikasi dan penjaminan mutu pendidikan perlu dilakukan peningkatan kompetensi dan profesionalisme guru. Hal ini perlu dipahami karena pascasertifikasi guru harus tetap meningkatkan kemampuan dan profesionalismenya agar mutu pendidikan tetap terjamin.

Menurut Undang-Undang No 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, Peningkatan kompetensi dan profesionalisme guru dapat dilakukan dengan beberapa cara antara lain sebagai berikut:

a. Kursus dan Pelatihan

(48)

profesionalismenya juga perlu dilengkapi dengan kemampuan meneliti dan menulis artikel/ buku. Oleh karena itu, guru-guru perlu juga mengikuti kursus atau pelatihan. Dengan meningkuti pelatihan-pelatihan semacam itu, guru dapat mengetahui dan mempraktikkan dan menuliskannya dalam bentuk laporan dan artikel yang dapat dimanfaatkan untuk berbagai kepentingan, baik ilmiah maupun administratif yang berkaitan dengan profesinya sebagai guru;

b. Pemanfaatan Jurnal

Jurnal yang diterbitkan oleh masyarakat profesi atau perguruan tinggi dapat dimanfaatkan untuk peningkatan kompetensi dan profesionalisme. Artikel-artikel di dalam jurnal biasanya berisi tentang perkembangan terkini suatu disiplin tertentu. Dengan demikian, jurnal dapat digunakan untuk memutakhirkan pengetahuan yang dimiliki oleh seorang guru. Dengan memiliki bekal ilmu pengetahuan yang memadai guru dapat mengembangkan kompetensi dan profesionalismenya dalam mentransfer ilmu kepada peserta didik. Selain itu, jurnal-jurnal itu dapat dijadikan media untuk mengomunikasikan tulisan hasil pemikiran dan penelitian guru yang dapat digunakan untuk mendapatkan angka kredit yang dibutuhkan pada saat sertifikasi dan kenaikan pangkat;

c. Seminar

(49)

menjaditrendpara guru dalam era sertifikasi, karena dapat menjadi sarana untuk mendapatkan angka kredit. Melalui seminar dan pendidikan, guru mendapatkan informasi-informasi “baru” yang berkaitan dengan ilmu pendidikan. Cara itu sah dan baik untuk dilakukan. Namun demikian, di masa-masa yang akan datang akan lebih baik apabila guru tidak hanya menjadi peserta seminar saja, tetapi lebih dari itu dapat menjadi penyelenggara dan pemakalah dalam acara seminar. Forum seminar yang diselengarakan oleh dan untuk guru dapat menjadi wahana yang baik untuk mengomunikasikan berbagai hal yang menyangkut bidang ilmu dan profesinya sebagai guru.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa upaya pelaksanaan peningkatan profesionalisme guru bukan hanya prasertifikasi saja, tetapi upaya peningkatan profesionalisme guru juga harus tetap dilakukan pascasertifikasi, seperti yang di jelaskan di atas setelah pascasertifikasi guru tetap disarankan mengikuti pelatihan-pelatihan, memanfaatkan sumber-sumber pembelajaran, seminar, hal ini di dilakukan agar pascasertifikasi guru tidak menjadi bermalas-malasan dengan alasan telah memiliki sertifikat profesional, sehingga upaya peningkatan profesionalisme guru pascasertifikasi akan tetap menjaga kualitas profesional seorang guru yang telah mendapatkan sertifikat profesional.

(50)

Dalam pembahasan mengenai soal profesionalisme guru tentu saja banyak faktor pendukung maupun faktor penghambat guru dalam meningkatkan kompetensi dan profesionalismenya.

Menurut Sumargi, (1996 : 1) “Profesionalisme sebagai penunjang kelancaran

guru dalam melaksanakan tugasnya sangat berpengaruh oleh dua faktor yaitu faktor dari dalam diri (internal) yang meliputi minat dan bakat, dan faktor pendukung dari luar (eksternal) yang berkaitan dengan lingkungan sekitar, seperti sarana dan prasarana, serta berbagai kegiatan dan pelatihan yang

dilakukan guru”.

Faktor pendukung dan penghambat yang meliputi faktor intern dan faktor ekstern menurut Sumargi, (1996 : 1) yaitu :

1. Faktor internal meliputi; a. tingkat pendidikan.

b. keikutsertaan dalam berbagai pelatihan dan kegiatan ilmiah. c. masa kerja dan pengalaman kerja.

d. tingkat kesejahteraan, serta

e. kesadaran akan kewajiban dan panggilan hati nurani.

2. Sedangkan faktor eksternal meliputi; a. besar gaji dan tunjangan yang diterima b. ketersediaan sarana dan media pembelajaran c. kepemimpinan kepala sekolah

(51)

Adapun teori lain mengenai paktor penghambat kompetensi dan profesionalisme guru Menurut Dahrin, (2000 : 11) “Banyak diantaranya

yang tidak berkualitas dan penyampaian materi yang keliru sehingga mereka tidak atau kurang mampu menyajikan dan menyelenggarakan pendidikan yang benar-benar berkualitas”.

Menurut Akadum (1999:10), faktor yang menjadi penghambat profesionalisme guru adalah :

1. Masih banyak guru yang tidak menekuni profesinya secara total

2. Rentan dan rendahnya kepatuhan guru terhadap norma dan etika profesi keguruan

3. Pengakuan pada ilmu pendidikan dan keguruan masih sangat sulit

4. Masih belum smoot-nya perbedaan pendapat tentang proporsi materi ajar yang diberikan kepada calon guru

5. Masih belum berfungsi PGRI sebagai organisasi profesi yang berusaha secara maksimal meningkatkan kesejahteraan anggotanya.

Faktor penghambat menurut P. Ruspendi (2008 : 5) adalah :

1. faktor internal biologis guru membutuhkan kesehatan dan nutrisi seimbang melalui pola makan yang sehat agar bisa produktif;

(52)

3. eksternal psikologis gaji yang minimum, penunjang profesionalitas juga minim, jika gaji minim tapi tanggung jawab berat, guru merasa tidak dihargai.

Berdasarkan uraian-uraian di atas banyak faktor yang menyebabkan kurang profesionalismenya seorang guru seperti yang dijelaskan diatas seorang guru yang profesional bukan hanya sekedar menguasai materi saja tetapi banyak faktor yang mendukungnya baik faktor internal minat dan bakat, maksudnya adalah bagaimana seorang guru akan mengajar apabila guru tersebut tidak memiliki minat dan bakat untuk menjadi guru yang profesional, adapun faktor eksternal meliputi lingkungan sekitar, sarana dan prasarana, mengikuti berbagai pelatihan, melanjutkan pendidikan, untuk membentuk menjadi seorang yang profesional.

Uraian di atas juga menunjukkan bahwa profesionalisme tidak hanya berpulang kepada guru itu sendiri tapi juga didukung fasilitas yang memadai, perbaikan kesejahteraan, dan dukungan penghargaan dari pemerintah. Tanpa usaha serius dari semua pihak kondisi guru akan semakin memperihatinkan dan profesionalisme akan sulit dicapai.

B. Kerangka Pikir

(53)

Dengan adanya dukungan dan upaya dari sekolah dalam peningkatan profesionalisme guru diharapkan mampu menungkatkan mutu pendidikan di SMP Negeri 1 Baradatu sebagai jaminan bagi masyarakat dalam bidang pendidikan.

Untuk lebih jelasnya, berikut ini akan disajikan dalam bentuk bagan sebagai berikut:

Upaya dan faktor penghambat sekolah dalam meningkatkan profesionalisme guru.

A. Upaya Sekolah

1. Mendorong guru untuk studi lanjut. 2. Mengirim guru dalam mengikuti

berbagai pelatihan diklat, workshop. B. Faktor penghambat

1. Ekstern 2. Intern

(54)

A. Metode Penelitian

Berdasarkan masalah penelitian, maka metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif, karena sasaran penelitian ini akan mengungkap dan mendeskripsikan upaya dan faktor penghambat sekolah dalam meningkatkan profesionalisme guru.

Adapun metode yang digunakan adalah penelitian kualitatif, yaitu:

Penelitian kualitatif adalah salah satu metode penelitian yang bertujuan untuk mendapatkan pemahaman tentang kenyataan melalui proses berpikir induktif “.tujuanya adalah untuk membuat deskriptif, gambaran dan lukisan secara sistematis, faktual, dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antar fenomena yang diselidiki. (Basrowi dan Suwandi, 2008:13).

(55)

penghambat Peningkatan profesionalisme guru yang belum bersertifikat di SMP Negeri 1 Baradatu Kab.Lampung WayKanan.

A. Populasi 1. Populasi

Dalam suatu penelitian dikenal istilah populasi. Polulasi adalah keseluruhan objek penelitian baik berupa manusia, benda, peristiwa atau berbagai gejala yang terjadi karena ini merupakan variabel yang diperiukan untuk memecahkan masalah atau menunjang keberhasilan penelitian (Muhammad Ali 1985).

Berdasarkan penelitian di atas maka populasi dalam penelitian ini berjumlah 40 orang, yang terdiri dari Kepala sekolah dan guru-guru SMP Negeri 1 Baradatu Kab.Lampung WayKanan

B. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel 1. Variabel Penelitian

Variabel yang digunakan dalam penelitian ini ada dua variabel, yaitu variabel bebas dan variabel terikat.

1. Variabel Bebas

Variabel bebas dalam penelitian ini, yaitu faktor penghambat sekolah SMP Negeri 1 Baradatu Kab.Lampung WayKanan (diberi simbol X).

2. Variabel Terikat

(56)

2. Definisi Operasioanal Variabel dengan Indikatornya 1. Faktor Penghambat

Kendala yang dihadapi guru untuk menjadi seorang guru profesional yang bersertifikat, yaitu berupa faktor ekonomi yang menjadi penentu apakah guru yang mempunyai tingkat pendidikan D-III dapat melanjutkan kuliah, karena pada kenyataannya banyak guru yang tidak dapat melanjutkan jenjang pendidikan. Alasannya terbentur biaya pendidikan, karena penghasilan yang dapat hanya mencukupi kebutuhan hidup sehari-hari sedangkan anak-anak mereka pun sedang menempuh jenjang pendidikan perguruan tinggi. Selain itu usia juga mempengaruhi guru belum mengikuti sertifikasi karena guru yang memasuki masa pensiun.

Faktor penghambat,dengan indikator yaitu : 1. Ekstern

a. faktor ekonomi

b. kepemimpinan kepala sekolah;

c. ketersediaan sarana dan media pembelajaran;

2. Intern

a. tingkat pendidikan;

b. usia yang telah masuk pensiun; c. masa kerja dan pengalaman kerja;

C. Rencana Pengukuran Variabel

(57)

1. Faktor penghambat yang didapati oleh sekolah untuk meningkatkan profesionalisme guru di SMP Negeri 1 dengan indikator upaya sekolah. Adapun klasifikasi yang digunakan disini adalah:

a. Tinggi

Apabila upaya sekolah dalam mendorong guru untuk studi lanjut,dan mengirim guru dalam melakukan pelatihan-pelatihan diklat, workshop,terlaksana secara baik dan maksimal dan terorganisir sehingga dapat meningkatkan profesionalisme guru.

b. Sedang

Apabila upaya sekolah dalam mendorong guru untuk studi lanjut,dan mengirim guru dalam melakukan pelatihan-pelatihan diklat, workshop,sudah terlaksana dengan baik, akan tetapi belum memperoleh hasil yang baik.

c. Rendah

Apabila upaya sekolah dalam mendorong guru untuk studi lanjut,dan mengirim guru dalam melakukan pelatihan-pelatihan diklat,seperti workshop belum terlaksana dengan baik, artinya upaya yang dilakukan sekolah sama sekali tidak berpengaruh pada peningkatan profesionalisme guru.

(58)

a. Tinggi

Apabila hasil dari upaya dan faktor penghambat sekolah tersebut dapat terlaksanakan dengan baik dan dapat meminimalisir hambatan dalam peningkatan profesionalisme guru, artinya seorang guru telah dapat dikatakan sebagai guru yang profesional.

b. Sedang

Apabila hasil dari upaya sekolah tersebut belum dapat menciptakan seorang guru yang belum bersertifikat menjadi guru yang profesional dan hanya bisa melaksanakan kegiatan yang telah diupayakan. Artinya upaya yang dilakukan sekolah belum optimal atau belum mendapatkan hasil yang baik.

c. Rendah

Apabila hasil dari upaya sekolah dalam meningkatkan profesionalisme guru tersebut tidak berpengaruh terhadap kinerja guru menjadi profesional.

E.Teknik Pengumpulan Data 1. Teknik Pokok

a. Angket

(59)

Menurut Muhammad Nazir (1988:403): angket dalam penelitian ini dipakai karena data yang diperlukan adalah angka-angka yang berupa skor nilai, untuk memperoleh data utama dan dianalisis, dalam setiap tes memiliki tiga alternative jawaban dan masing-masing mempunyai skor atau bobot nilai yang berbeda, yaitu:

1. Untuk jawaban (a) diberikan skor 3 2. Untuk jawaban (b) diberikan skor 2 3. Untuk jawaban (c) diberikan skor 1 Dimana :

1. Untuk jawaban yang sesuai dengan harapan diberi nilai 3

2. Untuk jawaban yang kurang sesuai dengan harapan diberi nilai 2 3. Untuk jawaban yang tidak sesuai dengan harapan diberi nilai 1

Untuk mengolah nilai dalam tiap kelompok variabel, maka akan diadakanpengkategorian nilai yaitu tinggi, sedang, rendah yang pensekoran nilainya ditentukan oleh banyakitem.

2. Teknik Pendukung

Teknik pendukung dalam penelitian ini adalah dokumentasi, wawancara, teknik kepustakaan.

a. Teknik Dokumentasi

(60)

b. Teknik Wawancara

Teknik ini dilaksanakan dengan memberikan pertanyaan lisan secara langsung kepada guru di SMP Negeri 1 Baradatu Kabupaten Lampung Waykanan untuk mendapatkan informasi mengenai kemampuan guru dalam pelaksanaan pembelajaran,tingkat profesionalisme guru-guru di SMP Negeri 1 Baradatu Kabupaten Lampung Waykanan dan kinerja guru dalam proses belajar mengajar dikelas.

F. Uji Validitas dan Reliabilitas 1. Uji Validitas

Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukan tingkat-tingkat kevalidan atau keabsahan sesuatu instrumen (Suharsimi Arikunto, 2002: 144). Untuk memperoleh data yang akurat dalam penelitian ini maka alat ukur yang digunakan harus valid, maksudnya alat ukur tersebut harus dapat mengukur secara tepat. Dalam hal ini alat ukur yang dimaksud adalah menggunakan logical validity dalam wawancara tersruktur, yang di konsultasikan kepada pembimbing.

2. Uji Reliabilitas

Penelitian yang menggunakan uji coba angket, dalam pelaksanaannya memerlukan suatu alat pengumpulan data yang harus diuji reliabilitasnya. Menurut Suharsimi Arikunto (1998 :160), “reliabilitas menunjukan pengertian bahwa suatu intrumen dapat dipercaya untuk digunakan sebagai

alat pengumpul data karena intrumen tersebut sudah baik “. Untuk

(61)

a. Uji coba dengan 10 siswa di luar responden;

b. Hasil uji coba dikelompokan dalam item ganjil dan item genap;

c. Hasil item ganjil dan genap dikorelasikan dengan rumus Product

r : Hubungan variable X dan Y

X : Jumlah skor distribusi X

Y : Jumlah skor distribusi Y

XY : Jumlah perkalian skor distribusi X dan Y

N : Jumlah responden X dan Y yang mengisi kuesioner

2

X : Jumlah kuadrat skor distribusi

2

Y : Jumlah kuadrat skor distribusi

( Mardalis, 2004 : 83)

a. Untuk reliabilitas angket dengan menggunakan rumus Spearman Brown, sebagai berikut :

(62)

Rgg : Koefisien korelasi item ganjil dan genap. (Sutrisno Hadi, 1981 :37)

b. Hasil analalisis kemudian dibandingkan dengan tingkat reliabilitas dengan kriteria, sebagai berikut :

0,90 - 1,00 : Tinggi. 0,50–0,89 : Sedang.

0,00–0,49 : Rendah. (Suharsimi Arikunto, 1998 :78).

G. Teknik Analisis Data

Tindak lanjut dari pengumpulan data adalah menganalisis data. Dalam peneletian ini menggunakan suatu analisis data kualitatif yaitu dengan menguraikan kata-kata dalam kalimat serta angka secara sistematis, selanjutnya menggunakan rumus yang dikemukakan oleh Sutrisno Hadi, yaitu:

I= K

NR NT

Dimana : I = Interval

NT = Nilai Tertinggi NR = Nilai Terendah K = Kategori

Kemudian untuk mengetahui tingkat persentase (Mohammad Ali, 1993:184) digunakan rumus sebagai berikut :

P= x100% N

(63)

Keterangan:

P = bersarnya persentase

F = jumlah alternatif seluruh item

(64)

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan analisis dan pembahasan maka peneliti menyimpulkan faktor dominan dalam faktor penghambat peningkatanprofesionalisme guru yang belum bersertifikat di SMP Negeri 1 Baradatu Kabupaten Way Kanan tahun ajaran 2011/2012 adalah

1. Faktor penghambat dari dalam (intern), dari 40 responden 70% atau 28 guru cenderung tergolong dalam kategori sedang, hal itu disebabkan oleh beberapa faktor seperti kurangnya minat, keterbatasan dana untuk meningkatkan profesionalisme sebagai guru, dan kurang menekuni profesi sebagai guru karena penghasilan yang kurang mencukupi.

(65)

3. Upaya sekolah dalam mendorong guru untuk studi lanjut, dari 40 responden sebanyak 72,5% atau 29 guru cenderung tergolong dalam kategori sedang, hal itu disebabkan upaya sekolah sebatas memberikan pengarahan dan motivasi hanya beberapa kali saja, seharusnya upaya sekolah untuk mendorong guru untuk studi lanjut guna meningkatkan profesionalisme lebih di lakukan sesering mungkin, selain itu juga pihak sekolah diharapkan sering memberikan riward kepada guru yang berprestasi agar lebih memotivasi para guru untuk meningkatkan profesionalisme.

4. Upaya sekolah dalam mengikutsertakan guru dalam pelatihan diklat dan workshop, dari 40 responden sebanyak 75% atau30 guru cenderung tergolong dalam kategori sedang, hal itu disebabkan upaya yang dilakukan oleh pihak sekolah mengikutsertakan guru untuk pelatihan diklat dan workshop hanya beberapa kali saja, seharusnya upaya sekolah untuk mengikutsertakan guru untuk pelatihan diklat dan worshop dapat di tingkatkan secara rutin dan berkala guna meningkatkan profesionalisme guru.

(66)

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan di atas peneliti menyarankan:

1. Kepada Dinas pendidikan agar lebih memperhatikan Sekolah Menengah Pertama di desa, agar menambah tenaga pengajar, meningkatkan fasilitas sarana prasarana, dan memperhatikan kesejahteraan para guru agar dapat meningkatkan profesionalisme dan para guru dapat menekuni profesi mereka sebagai guru lebih maksimal lagi.

2. Dan kepada Kepala SMP yang terkait agar dapat lebih memaksimalkan upaya peningkatan profesionalisme guru baik dengan cara memberi pengarahan atau dorongan kepada setiap guru untuk melanjutkan studi lanjut dan mengirim guru untuk pelatihan diklat dan worshop sesering mungkin secara berkala. 3. Kepada para guru SMP yang terkait agar dapat menekuni dan mencintai

Gambar

Tabel kerja hasil antara item ganjil (X) dengan item genap (Y) ………...
Tabel 1: Keadaan Guru SMP N 1 Baradatu Kab.Lampung WayKanan.

Referensi

Dokumen terkait

Demokrasi adalah bentuk atau mekanisme sistem pemerintahan suatu negara sebagai upaya mewujudkan kedaulatan rakyat (kekuasaan warganegara) atas negara untuk dijalankan oleh

Teknik metakognitif suatu cara untuk mengembangkan kemampuan metakognitif siswa yang difokuskan pada tiga katagori yaitu kejelasan (Intelligibility), penerapan yang

To assess this apophatic theology of Pseudo-Dionysius, I shall make use of the thinking of Raimon Panikkar who struggles against Western “strict monotheism.”

Sesuai dengan Peraturan Rektor Universitas Negeri Semarang Nomor 14 Tahun 2012 tentang Pedoman Praktik Pengalaman Lapangan (PPL) Bagi Mahasiswa Program Kependidikan

Hal-hal yang mempengaruhi kinerja tersebut mengacu pada kurangnya motivasi dalam bekerja yang berujung penurunan produktivitas kerja karyawan dalam menyediakan

Gusti Affandi Rani (Komplek Rumah Jabatan Pemda Landak No. Acara : Klarifikasi Kebenaran Dokumen dan Pembuktian Kualifikasi Pekerjaan. Dengan ini diharapkan untuk dapat

Pejabat Pembuat Komitmen yang bersangkutan ; 6. Bendahara SKPD yang

Skripsi yang berjudul “Pengaruh Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Terhadap Kinerja Karyawan CV.. Malik Jaya Balikpapan” disusun untuk memenuhi serta melengkapi