UJI DIAGNOSTIK KRITERIA AMSEL PADA PASIEN VAGINOSIS BAKTERIAL DI RSUP HAJI ADAM MALIK MEDAN
TESIS
Oleh
LIZA ARIANITA NIM : 097105009
PROGRAM PENDIDIKAN DOKTER SPESIALIS
KONSENTRASI ILMU KESEHATAN KULIT DAN KELAMIN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
UJI DIAGNOSTIK KRITERIA AMSEL PADA PASIEN VAGINOSIS BAKTERIAL DI RSUP HAJI ADAM MALIK MEDAN
TESIS
Diajukan untuk Melengkapi Tugas dan Persyaratan Untuk Memperoleh Keahlian dan Bidang
Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin pada Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara
Oleh
LIZA ARIANITA NIM : 097105009
PROGRAM PENDIDIKAN DOKTER SPESIALIS
KONSENTRASI ILMU KESEHATAN KULIT DAN KELAMIN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS
Tesis ini adalah hasil karya penulis sendiri,
dan semua sumber baik yang dikutip maupun yang dirujuk telah penulis nyatakan dengan benar
Nama : dr. Liza Arianita
NIM : 097105009
KATA PENGANTAR
Syukur Alhamdulillah penulis ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karuniaNya kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan seluruh rangkaian penyusunan tesis yang berjudul : “Uji Diagnostik kriteria Amsel pada pasien Vaginosis Bakterial di RSUP. H. Adam Malik Medan,” sebagai salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar keahlian Dokter spesialis Kulit dan Kelamin di Departemen Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.
Tidak satupun karya tulis dapat diselesaikan seorang diri tanpa bantuan dari orang lain. Dalam penyelesaian tesis ini ada banyak pihak yang Allah SWT kirimkan untuk membantu, memberikan dorongan dan masukan kepada penulis. Oleh karena itu, pada kesempatan ini, ijinkanlah penulis menyampaikan rasa terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada :
1. Yang terhormat dr. Kristina Nadeak, SpKK, selaku pembimbing utama penulis, yang dengan penuh kesabaran membimbing, memberi masukan, koreksi dan dorongan semangat kepada penulis selama proses penyusunan tesis ini.
2. Yang terhormat dr. Iman Helmi Effendi, MKed(OG), SpOG(K), selaku pembimbing kedua, yang dengan penuh kesabaran dan ketekunan dalam membimbing, memberi masukan dan koreksi kepada penulis selama proses penyusunan tesis ini.
3. Yang terhormat dr. Oratna Ginting, SpKK, sebagai anggota tim penguji, yang telah memberikan bimbingan dan koreksi atas penyempurnaan tesis ini.
4. Yang terhormat dr. Ariyati Yosi, MKed(KK), SpKK, sebagai anggota tim penguji, yang telah memberikan bimbingan dan koreksi atas penyempurnaan tesis ini.
5. Yang terhormat dr. Kristo A Nababan, MKed(KK), SpKK, sebagai anggota tim penguji, yang telah memberikan bimbingan dan koreksi atas penyempurnaan tesis ini.
6. Yang terhormat Prof. Dr. dr. Irma D. Roesyanto Mahadi, SpKK(K), sebagai Ketua Departemen Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin, sebagai guru besar yang telah memberikan kesempatan kepada saya untuk mengikuti pendidikan spesialis di bidang Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.
7. Yang terhormat dr. Chairiyah Tanjung, SpKK(K), sebagai Ketua Program Studi Departemen Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.
8. Yang terhormat Bapak Rektor Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan kesempatan kepada saya untuk dapat melaksanakan studi pada Universitas yang Bapak pimpin.
10.Yang terhormat para Guru Besar, (Alm) Prof. Dr. dr. Marwali Harahap, SpKK(K), Prof. Dr. Mansyur A. Nasution, SpKK(K), serta seluruh staf pengajar di Departemen Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara, RSUP. H. Adam Malik Medan, RSU Dr. Pirngadi Medan, yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu, yang telah membantu dan membimbing saya selama mengikuti pendidikan ini.
11.Yang terhormat Bapak Direktur RSUP. H. Adam Malik Medan dan Direktur RSU. Pirngadi Medan, yang telah memberikan kesempatan dan fasilitas kepada saya selama menjalani pendidikan keahlian ini.
12.Yang terhormat dr. Taufik Ashar M.Kes, selaku pembimbing metodologi penelitian, yang telah membantu saya dalam mengolah dan memberikan koreksi pada penelitian ini.
13.Yang terhormat seluruh staf/pegawai dan perawat di Bagian Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin di RSUP. H. Adam Malik Medan, RSU Dr. pirngadi Medan, atas bantuan, dukungan, dan kerjasama yang baik selama ini.
14.Yang tercinta kedua orangtua saya (Alm). Drs. H. Zein Ziwar dan Hj. Salmah Thahir, yang dengan penuh cinta kasih, keikhlasan, doa, kesabaran, dan pengorbanan yang luar biasa untuk mengasuh, mendidik, dan membesarkan saya. Tiada ungkapan yang mampu melukiskan betapa bersyukurnya saya mempunyai kedua orangtua seperti kalian. Kiranya hanya Allah SWT, yang dapat membalas segala kebaikan kalian.
15.Yang tercinta kedua mertua saya, Drs. H. A.W. Effendi, dan Hj. Salmah yang telah banyak membantu memberikan dorongan dan doa dalam masa pendidikan saya, saya mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya. Kiranya Allah SWT, yang dapat membalas segala kebaikan kalian.
16.Buat suamiku yang tercinta dan kusayangi Adi Azhari Effendi, MBA, kamu adalah sumber inspirasi dan kebanggaanku, terima kasih yang sebesar-besarnya untuk dukungan moril, materil, serta perhatian atas segala pengorbanan, kesabaran dan pengertiannya selama ini. Doa dan semangat darimu merupakan salah satu sumber kekuatan saya dalam menjalani suka duka selama masa pendidikan ini.
17.Yang terkasih Kakak saya, Ir. Elvira dan Abang saya Ir. Ridha Taufik MT, terima kasih atas doa, dukungan dan pengertian yang telah kalian berikan kepada saya selama ini.
18.Yang tercinta teman-teman seangkatan sekaligus menjadi sahabat saya pada peserta Program Pendidikan Dokter Spesialis Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin FK USU (dr. Vera Madonna MKed(KK), SpKK, dr. Silvia Theresia Bangun MKed(KK), SpKK, dr. T. Aliansyah MKed(KK), SpKK, dr. Lora Desika Kaban, dr. Ridha Raudha dan dr. Nita Andrini) yang telah banyak memberikan dukungan semangat selama masa pendidikan ini. 19.Yang tercinta sahabat-sahabat saya, dr. Juliyanti Tarigan MKed(KK),
SpKK, dr. Riri A. Arisyafrin MKed(KK), SpKK, dr. Maulina MKed(KK), SpKK, dan dr. E. Heriawati, yang telah menjadi teman berbagi cerita suka dan duka selama menjalani masa pendidikan dan penyelesaian tesis ini. 20.Yang terhormat seluruh teman sejawat peserta Program Pendidikan Dokter
Sumatera Utara yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu atas segala bantuan, dukungan, dan kerjasama yang telah diberikan kepada saya selama menjalani masa pendidikan dan penyelesaian tesis ini.
Saya menyadari bahwa tesis ini masih memiliki banyak kekurangan.Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan tesis ini. Kiranya tesis ini dapat memberikan manfaat bagi kita semua.
Akhir kata, perkenankanlah saya untuk menyampaikan permohonan maaf yang setulus-tulusnya atas segala kesalahan atau kekhilafkan yang telah saya lakukan selama proses penyusunan tesis dan selama menjalani masa pendidikan ini.
Semoga segala bantuan, dorongan dan petunjuk yang telah diberikan kepada saya selama mengikuti pendidikan, kiranya mendapat balasan yang berlipat ganda dari Allah, SWT. Amin ya Rabbal Alamin.
Medan, Mei 2015 Penulis
DAFTAR ISI BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Vaginosis Bakterial ... 6
2.3.2 Perbedaan Gram Positif dan Negatif Beserta Contohnya ... 20
2.3.3 Mekanisme Penyerapan Zat Warna Gram Positif dan Gram Negatif ... 20
2.4 Kerangka Teori... 22
2.5 Kerangka Konsep ... 23
BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian ... 24
3.2 Waktu dan Tempat Penelitian ... 24
3.2.1 Waktu Penelitian ... 24
3.2.2 Tempat Penelitian ... 24
3.3 Populasi dan Sampel Penelitian ... 24
BAB 4 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 35
BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan ... 41
5.2. Saran ... 41
DAFTAR TABEL
Nomor Judul Halaman
Tabel 2.1 Sistem Penilaian Skor Nugent ... 14
Tabel 2.2 Interpretasi dari Skor Nugent ... 15
Tabel 4.1 Karakteristik Subyek Penelitian Berdasarkan Kelompok Umur 35
Tabel 4.2 Karakteristik Subyek Penelitian Berdasarkan pendidikan ... 36
Tabel 4.3 Karakteristik Subyek Penelitian Berdasarkan Pekerjaan ... 37
Tabel 4.4 Karakteristik Subyek Penelitian Berdasarkan Status Perkawinan ... 38
Tabel 4.5 Karakteristik Subyek Penelitian Berdasarkan Pemakaiain
Douching ... 38
Tabel 4.6 Diagnosis VB Berdasarkan Kriteria Amsel ... 39
Tabel 4.7 Diagnosis VB Berdasarkan Skor Nugent pada Pewarnaan Gram ... 39
DAFTAR GAMBAR
Nomor Judul Halaman
Gambar 2.1 Kerangka Teori ... 22
Gambar 2.2 Kerangka Konsep ... 23
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Judul Halaman
Lampiran 1.Naskah Penjelasan Kepada Pasien ... 45
Lampiran 2. Persetujuan Ikut Serta Dalam Penelitian ... 47
Lampiran 3. Status Penelitian ... 48
Lampiran 4. Ethical Clearence ... 51
Lampiran 5. Master Data ... 52
Lampiran 6. Output Penelitian ... 54
DAFTAR SINGKATAN
CDC = Centre for Disease Control and Prevention
GO = Gonorrhoeae
HIV = Human Imunodeficiency Virus
H2O2 = Hidrogen Peroksidase
IMS = Infeksi Menular Seksual
IUD = Intra Uterine Device
IRT = Ibu Rumah Tangga
KA = Kondiloma Akuminata
KmnO4 = Kalium permanganat
KOH = Potasium hidroksidase
KVV = Kandidiasis Vulvovaginalis NaCl = Natrium klorida
pH = Potential of Hidrogen
PNS = Pegawai Negeri Sipil
RSU = Rumah Sakit Umum
RSUD = Rumah Sakit Umum Daerah
RSUP = Rumah Sakit Umum Pusat
SD = Sekolah Dasar
SMP = Sekolah Menengah Pertama
SMA = Sekolah Menegah Atas
SMF = Satuan Medis Fungsional
UJI DIAGNOSTIK KRITERIA AMSEL PADA PASIEN VAGINOSIS BAKTERIAL DI RSUP. HAJI ADAM MALIK MEDAN
Liza Arianita,Kristina Nadeak, Iman Helmi Effendi,
Departemen Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara
RSUP. H. Adam Malik-Indonesia
ABSTRAK Latar Belakang
Vaginosis bakterial adalah suatu keadaaan abnormal pada ekosistem vagina, yang ditandai adanya konsentrasi Lactobacillus sebagai flora normal vagina digantikan oleh konsentrasi tinggi bakteri anaerob, terutama Bacteroides sp., Mobilluncus
sp., Gardnerella vaginalis dan Mycoplasma hominis. Baku emas untuk
menegakkan diagnosis vaginosis bakterial adalah skor Nugent pada pewarnaan Gram, namun jarang dilakukan. Kriteria Amsel merupakan metode yang cepat dan akurat untuk mendiagnosis vaginosis bakterial.
Tujuan
Untuk mengetahui sensitivitas dan spesifisitas kriteria Amsel dibandingkan skor Nugent pada pewarnaan Gram sebagai baku emas dalam menegakkan diagnosis vaginosis bakterial.
Metode
Penelitian ini merupakan uji diagnostik yang bersifat analitik dengan pendekatan potong lintang (cross sectional). Dua puluh empat orang pasien dengan sekret vagina abnormal yang berobat ke poliklinik Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin dan poliklinik Ilmu Kebidanan dan Penyakit Kandungan RSUP. H. Adam Malik Medan. Terhadap subjek penelitian dilakukan anamnesis dan pemeriksaan klinis, kemudian dilakukan pemeriksaan dengan kriteria Amsel dan skor Nugent berdasarkan pewarnaan Gram.
Hasil
Nilai diagnostik kriteria Amsel dalam mendiagnosis vaginosis bakterial memiliki sensitivitas 95,24%, spesifisitas 100%, positive predictive value (PPV) 100% dan
negative predictive value (NPV) 75%.
Kesimpulan
Hasil penelitian ini menunjukkan sensitivitas dan spesifisitas kriteria Amsel dibandingkan dengan standar baku emas tidak menunjukkan perbedaan yang bermakna.
Kata Kunci
DIAGNOSTIC TEST OF AMSEL CRITERIA IN BACTERIAL VAGINOSIS PATIENT AT RSUP. HAJI ADAM MALIK MEDAN
Liza Arianita,Kristina Nadeak, Iman Helmi Effendi,
Department of Dermatology and Venereology Faculty of Medicine, University of Sumatera Utara Haji Adam Malik General Hospital, Medan – Indonesia
ABSTRAK Introduction
Bacterial vaginosis is an abnormal environment due to vaginal ecosystem, characterized by the concentration of Lactobacillus as vagina normal flora replaced by high concentration of anaerobic bacteria, especially Bacteroides sp.,
Mobilluncus sp., Gardnerella vaginalis dan Mycoplasma hominis. The gold
standard to diagnosed bacterial vaginosis is Nugent score on Gram staining but rarely do. Amsel criteria is the fastest and accurate.
Objective
To determine the sensitivity and specificity compared Amsel criteria on Gram staining Nugent score as the gold standard in the diagnosis of bacterial vaginosis.
Methode
This study is an analytic diagnostic test, cross sectional design. Twenty four patient with abnormal vaginal discharge which went to Dermatology Division and Obstetric and Gynecology Haji Adam Malik General Hospital Medan. All were examined by Amsel criteria and Nugent score based on Gram staining.
Result
Examination of Amsel criteria in diagnosing bacterial vaginosis compared with the gold standard on Gram staining Nugent score had a sensitivity 95,24%, specificity 100%, positive predictive value (PPV) 100% and negative predictive value (NPV) of 75%.
Conclusion
Amsel criteria diagnostic value for diagnose bacterial vaginosis compared to gold standard on Gram stain Nugent score is not significantly different.
Kata Kunci
UJI DIAGNOSTIK KRITERIA AMSEL PADA PASIEN VAGINOSIS BAKTERIAL DI RSUP. HAJI ADAM MALIK MEDAN
Liza Arianita,Kristina Nadeak, Iman Helmi Effendi,
Departemen Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara
RSUP. H. Adam Malik-Indonesia
ABSTRAK Latar Belakang
Vaginosis bakterial adalah suatu keadaaan abnormal pada ekosistem vagina, yang ditandai adanya konsentrasi Lactobacillus sebagai flora normal vagina digantikan oleh konsentrasi tinggi bakteri anaerob, terutama Bacteroides sp., Mobilluncus
sp., Gardnerella vaginalis dan Mycoplasma hominis. Baku emas untuk
menegakkan diagnosis vaginosis bakterial adalah skor Nugent pada pewarnaan Gram, namun jarang dilakukan. Kriteria Amsel merupakan metode yang cepat dan akurat untuk mendiagnosis vaginosis bakterial.
Tujuan
Untuk mengetahui sensitivitas dan spesifisitas kriteria Amsel dibandingkan skor Nugent pada pewarnaan Gram sebagai baku emas dalam menegakkan diagnosis vaginosis bakterial.
Metode
Penelitian ini merupakan uji diagnostik yang bersifat analitik dengan pendekatan potong lintang (cross sectional). Dua puluh empat orang pasien dengan sekret vagina abnormal yang berobat ke poliklinik Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin dan poliklinik Ilmu Kebidanan dan Penyakit Kandungan RSUP. H. Adam Malik Medan. Terhadap subjek penelitian dilakukan anamnesis dan pemeriksaan klinis, kemudian dilakukan pemeriksaan dengan kriteria Amsel dan skor Nugent berdasarkan pewarnaan Gram.
Hasil
Nilai diagnostik kriteria Amsel dalam mendiagnosis vaginosis bakterial memiliki sensitivitas 95,24%, spesifisitas 100%, positive predictive value (PPV) 100% dan
negative predictive value (NPV) 75%.
Kesimpulan
Hasil penelitian ini menunjukkan sensitivitas dan spesifisitas kriteria Amsel dibandingkan dengan standar baku emas tidak menunjukkan perbedaan yang bermakna.
Kata Kunci
DIAGNOSTIC TEST OF AMSEL CRITERIA IN BACTERIAL VAGINOSIS PATIENT AT RSUP. HAJI ADAM MALIK MEDAN
Liza Arianita,Kristina Nadeak, Iman Helmi Effendi,
Department of Dermatology and Venereology Faculty of Medicine, University of Sumatera Utara Haji Adam Malik General Hospital, Medan – Indonesia
ABSTRAK Introduction
Bacterial vaginosis is an abnormal environment due to vaginal ecosystem, characterized by the concentration of Lactobacillus as vagina normal flora replaced by high concentration of anaerobic bacteria, especially Bacteroides sp.,
Mobilluncus sp., Gardnerella vaginalis dan Mycoplasma hominis. The gold
standard to diagnosed bacterial vaginosis is Nugent score on Gram staining but rarely do. Amsel criteria is the fastest and accurate.
Objective
To determine the sensitivity and specificity compared Amsel criteria on Gram staining Nugent score as the gold standard in the diagnosis of bacterial vaginosis.
Methode
This study is an analytic diagnostic test, cross sectional design. Twenty four patient with abnormal vaginal discharge which went to Dermatology Division and Obstetric and Gynecology Haji Adam Malik General Hospital Medan. All were examined by Amsel criteria and Nugent score based on Gram staining.
Result
Examination of Amsel criteria in diagnosing bacterial vaginosis compared with the gold standard on Gram staining Nugent score had a sensitivity 95,24%, specificity 100%, positive predictive value (PPV) 100% and negative predictive value (NPV) of 75%.
Conclusion
Amsel criteria diagnostic value for diagnose bacterial vaginosis compared to gold standard on Gram stain Nugent score is not significantly different.
Kata Kunci
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Vaginosis bakterial (VB) adalah suatu keadaan abnormal pada ekosistem
vagina yang ditandai adanya konsentrasi Lactobacillus sebagai flora normal
vagina digantikan oleh konsentrasi tinggi bakteri anaerob, terutama Bacteroides
sp., Mobilluncus sp., Gardnerella vaginalis, dan Mycoplasma hominis.1-6
Vaginosis bakterial disebabkan pertumbuhan yang berlebihan bakteri yang
mengalami kolonisasi divagina. Dominasi Lactobacillus, digantikan oleh berbagai
jenis organisme gram positif maupun gram negatif seperti : Gardnerella vaginalis,
Mobilluncus sp., Bacteriodes sp., dan Mycoplasma sp., Lactobacillus sp.
Lactobacillus merupakan organisme yang mendominasi sekret vagina normal.
Organisme tersebut berperan dalam membantu pertahanan lingkungan vagina
terhadap patogen dengan menjaga keasaman pH vagina dan produksi hidrogen
peroksida (H2O2) sebagai antimokroba.4 Perubahan mikrobiologis ini
menyebabkan perubahan biokimia berupa peningkatan pH vagina, produksi uap
amin dan peningkatan kadar endotoksin, enzim sialidase serta glikosidase bakteri
yang ditemukan pada cairan vagina.
Vaginosis bakterial bukan merupakan suatu infeksi yang disebabkan oleh
suatu mikroorganisme, tetapi timbul dikarenakan pertumbuhan yang berlebihan
dari bakteri tersebut diatas.
1,3
5
Perubahan mikroorganisme yang merupakan
penyebaab vaginosis bakterial tidak sepenuhnya diketahui, tetapi epidemiologi
sindrom tersebut menunjukkan adanya keterkaitan dengan aktivitas seksual.
reproduktif dengan seksual aktif.2 Dalam kaitan dengan kesehatan reproduksi, VB
menyebabkan berbagai komplikasi. VB dapat menyebabkan gangguan pada
kehamilan, penyakit radang panggul, korioamnionitis dan endometritis.1,2,7,8
Prevalensi VB berkisar antara 10-30% pada populasi yang berbeda
diseluruh dunia.9 Prevalensi vaginosis bakterial di Indonesia cukup bervariasi.
Krisnadi pada penelitiannya di Bandung mendapatkan prevalensi vaginosis
bakterial sebesar 14,7%.10 Wedagama dkk di Denpasar mendapatkan 27,27%,11
dan Effendi di Medan mendapatkan 28,7%.12 Sulistyowati dkk. melakukan
penelitian secara retrospektif terhadap pasien VB yang berobat di RSUD dr.
Moewardi Surakarta periode Januari-Desember 2011 dijumpai sebesar 56,25%.13
Patogenesis VB masih belum jelas dan masih belum sepenuhnya
dimengerti. Pada epitel vagina tidak terdapat atau terdapat peradangan minimal,
maka gejala yang terjadi tampaknya diakibatkan perubahan keseimbangan
ekosistem mikroorganisme vagina.14
Diagnosis VB dapat ditegakkan dengan berbagai metode, antara lain
dengan menggunakan kriteria Amsel, skor Nugent pada pewarnaan Gram,
pemeriksaan kultur, rapid test dan lain sebagainya.
Secara klinis VB dapat ditegakkan bila memenuhi tiga dari empat kriteria
yang dideskripsikan oleh Amsel (1983).
2,15,16
2,15,16
Metode lain yang digunakan adalah
metode diagnostik secara mikrobiologis, yaitu pemeriksaan skor Nugent pada
pewarnaan Gram, dimana metode ini telah terbukti memiliki sensitivitas dan
spesifisitas yang tinggi dan digunakan sebagai baku emas diagnostik. Pemeriksaan
skor Nugent pada pewarnaan Gram memiliki sensitivitas 89% dan spesifisitas
yang berguna untuk melihat polimorfonuklear dan flora mikrobial. Metode skor
Nugent pada pewarnaan Gram berguna untuk mendeteksi pergeseran flora normal
vagina oleh mikroorganisme lain. Sistem skoring pada pewarnaan Gram dipakai
sebagai metode standar untuk diagnosis VB. Skor Nugent dengan pewarnaan
Gram pada sekret vagina normal menunjukkan Lactobacillus yang dominan,
sedangkan pada VB memberikan gambaran penurunan atau hilangnya
mikroorganisme ini.15,17
Pada penelitian Modak dkk. tahun 2011 di India mengenai perbandingan
pemeriksaan kriteria Amsel dengan metode skor Nugent untuk menegakkan
diagnosis VB pada 50 orang wanita ibu rumah tangga dengan sosial ekonomi
yang rendah, dikatakan bahwa hasil dari sensitivitas dan spesifisitas terhadap
kriteria Amsel pada penelitian ini adalah 66,7% dan 94,7%, dengan positive
predictive value 80% dan negative predictive value 90%.
Kebanyakan wanita-wanita dengan keluhan adanya sekret vagina yang
tidak normal datang ke tempat praktek-praktek dokter. Kriteria Amsel merupakan
metode yang cepat dan akurat untuk mendiagnosis vaginosis bakterial. Dalam
mendiagnosis vaginosis bakterial, kriteria Amsel dikatakan positif bila terdapat 3
dari 4 kriteria berikut : adanya sekret vagina yang homogen, peningkatan pH >4,5,
adanya fishy odor dan ditemukannya clue cells.
6
15,16
Skor Nugent pada pewarnaan
Gram merupakan baku emas dalam mendiagnosis vaginosis bakterial, namun
jarang dilakukan karena membutuhkan fasilitas laboratorium, tenaga ahli, biaya
yang mahal dan hasil yang lama, sehingga mendorong peneliti ingin mengetahui
lazim dilakukan dibandingkan dengan pemeriksaan skor Nugent pada pewarnaan
Gram sebagai baku emas dalam menegakkan diagnosis vaginosis bakterial.
1.2 Rumusan Masalah
Bagaimana sensitivitas dan spesifisitas kriteria Amsel dibandingkan skor
Nugent pada pewarnaan Gram dalam menegakkan diagnosis vaginosis bakterial ?
1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui sensitivitas dan spesifisitas kriteria Amsel
dibandingkan skor Nugent pada pewarnaan Gram dalam menegakkan diagnosis
vaginosis bakterial.
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Untuk mengukur sensitivitas kriteria Amsel dalam mendiagnosis
vaginosis bakterial.
2. Untuk mengukur spesifisitas kriteria Amsel dalam mendiagnosis
vaginosis bakterial.
3. Untuk mengukur Positive Predictive Value (PPV) kriteria Amsel
dalam mendiagnosis vaginosis bakterial.
4. Untuk mengukur Negative Predictive Value (NPV) kriteria Amsel
dalam mendiagnosis vaginosis bakterial
1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1 Dalam bidang akademik/ilmiah
Menambah wawasan kepada tenaga medis mengenai kriteria Amsel
1.4.2 Untuk pelayanan masyarakat
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi informasi kepada
masyarakat tentang pengetahuan mengenai penyakit vaginosis
bakterial.
1.4.3 Dalam pengembangan penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai landasan teori
dan data dasar bagi penelitian-penelitian selanjutnya mengenai
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Vaginosis Bakterial 2.1.1 Definisi
Vaginosis Bakterial (VB) adalah sindrom klinis akibat pergantian
Lactobacillus sp., penghasil hidrogen peroksidase (H2O2), yang merupakan flora
normal pada vagina dengan bakteri anaerob konsentrasi tinggi (seperti :
Bacteriodes sp., Mobiluncus sp., Gardnerella vaginalis dan Mycoplasma
hominis.1-6 Vaginosis bakterial merupakan penyebab utama timbulnya sekret
vagina yang berbau tidak sedap pada wanita usia reproduktif.3
Lactobacillus sp., merupakan mikroorganisme yang mendominasi pada
wanita dengan sekret vagina normal. Mikrorganisme tersebut berperan dalam
membantu pertahanan lingkungan vagina terhadap patogen dengan menjaga
keasaman pH vagina dan produksi hidrogen peroksida (H2O2
Penyebab vaginosis bakterial bukan mikroorganisme tunggal. Pada suatu
analisis dari data flora vagina memperlihatkan bahwa ada 4 kategori dari bakteri
vagina
) sebagai
antimokroba.4
yang berhubungan dengan vaginosis bakterial yaitu : Gardnerella
vaginalis, Bacteroides sp., Mobiluncus sp., Mycoplasma hominis.1,18 Vaginosis
bakterial ditandai oleh perubahan flora saluran genital, dominasi Lactobacillus,
digantikan oleh berbagai jenis organisme Gram positif maupun Gram negatif
seperti Gardnerella vaginalis, Mobiluncus sp.,Bacteriodes sp., dan Mycoplasma
sp. Lactobacillus memproduksi H2O2 yang mempertahankan pH vagina dalam
terjadinya pergeseran dominasi flora di vagina. Perubahan mikrobiologis ini
menyebabkan perubahan biokimia berupa peningkatan pH vagina, produksi uap
amin dan peningkatan kadar endotoksin, enzim sialidase serta glikosidase bakteri
yang ditemukan pada cairan vagina.1,3
2.1.2 Sejarah
Sekitar 1 abad yang lalu, Doderlein menemukan basil nonmotil yang
merupakan flora normal vagina wanita. Kuman tersebut dinamai Doderlein
bacillus, yang akhirnya dikenal sebagai Lactobacillus. Tahun 1819 Menge dan
Kronig mengisolasi mikroorganisme fakultatif serta obligata anaerob dari vagina.
Studi ini mengawali pendapat bahwa flora normal vagina terdiri dari beberapa
mikroorganisme dengan Lactobacillus sebagai flora normal yang dominan.2
Tahun 1913 Curtis mengungkapkan 3 hal penting bahwa sekret berasal
dari vagina bukan uterus, sekret vagina berwarna keputihan dan tidak mempunyai
Doderlein bacillus dominan dan terdapat bakteri anaerob di vagina, terutama
bakteri batang anaerob.2
Tahun 1950 Weaver melaporkan suatu hubungan antara tidak adanya
Lactobacillus, keberadaan spesies anaerob dan vaginitis non spesifik. Weaver
berkesimpulan tidak ada mikroorganisme tunggal yang menyebabkan gejala ini.2
Tahun 1955, Gardner dan Dukes menemukan hubungan G. vaginalis dan
vaginitis non spesifik, ini membuktikan G. vaginalis sebagai penyebab vaginosis
non spesifik. Namun karena mereka gagal menemukan hubungan bakteri anaerob
lain dan VB, selama lebih dari 25 tahun para tenaga kesehatan cenderung
mengabaikan potensi mikroorganisme lain selain G. vaginalis dalam
2.1.3 Epidemiologi
VB merupakan infeksi vagina yang paling sering pada wanita aktif
melakukan hubungan seksual. Penyakit ini dialami pada 15% wanita yang
mendatangi klinik ginekologi, 10-25% wanita hamil dan 33-37% wanita yang
mendatangi klinik infeksi menular seksual.2
Prevalensi VB berkisar antara 10-30% pada populasi yang berbeda
diseluruh dunia. Di Indonesia, Krisnadi pada penelitiannya tahun 2000 di
Bandung mendapatkan prevalensi vaginosis bakterial sebesar 14,7%,10 Wedagama
dkk. tahun 2000 di Denpasar mendapatkan 27,27%.11 Pada penelitian Effendi
tahun 2004 di RSU dr. Pirngadi Medan dengan menggunakan kriteria Amsel
dijumpai prevalensi VB sebesar 25,7%, dan dengan menggunakan pewarnaan
Gram dengan skor Nugent dijumpai sebesar 28,7%.12 Sulistyowati dkk.
melakukan penelitian secara retrospektif berdasarkan catatan medik pasien VB
yang berobat di sub bagian IMS poliklinik kulit dan kelamin RSUD dr. Moewardi
Surakarta periode Januari-Desember 2011.13 Pada penelitian ini diketahui bahwa
jumlah VB sebanyak 56,25%, dengan distribusi pasien VB berdasarkan kelompok
umur terbanyak adalah 25-44 tahun sebanyak 43,75%, 15-24 tahun sebanyak
31,25%. Status pernikahan terbanyak adalah menikah sebanyak 81,25%, belum
menikah 12,5%, janda orang 5,25%. Faktor resiko terbanyak pasien VB adalah
douching vagina sebanyak 87,5%, 12,5% menggunakan Intra Uterine Device
(IUD). Keluhan utama terbanyak adalah keluarnya duh tubuh vagina yang disertai
dengan gatal sebanyak 12 orang (75%), terdapat juga keluhan perih pada 2 orang
(12,5%), dan tanpa keluhan pada 2 orang (12,5%). Keluhan utama terbanyak
adalah mukous sebanyak 14 orang (87,5%). Diagnosis penyerta terbanyak adalah
kandidiasis vulvovaginalis sebanyak 5 orang (31,25%).), 5 orang (31,25%) VB
dengan KVV, 1 orang (6,25%) dengan KA, dan 1 orang (6,25%) dengan servisitis
GO.13
2.1.4 Etiologi
Penyebab VB belum diketahui dengan pasti, namun secara epidemiologi
dihubungkan dengan aktifitas seksual.18,19 Ekosistem vagina normal sangat
kompleks. Lactobacillus merupakan spesies bakteri yang dominan pada vagina
wanita usia produktif, tetapi terdapat juga bakteri-bakteri lain yaitu bakteri aerob
dan anaerob.20
Pada saat terjadi VB, terdapat pertumbuhan berlebihan dari beberapa
spesies bakteri, dimana pada keadaan normal ada dalam konsentrasi rendah. Ada
beberapa bakteri vagina yang berhubungan dengan VB.1,2
Gardnerella vaginalis adalah bakteri batang Gram negatif, pleomorfik,
nonmotil dan tidak berkapsul, terdapat > 90% pada wanita vaginosis bakterial.
Gardnerella vaginalis dipercaya berinteraksi dengan bakteri anaerob dan
Mobiluncus hominis dan menyebabkan VB..2
Bakteri anaerob, Bacteroides sp. diisolasi sebanyak 76% dan
Peptostrepcoccus sebanyak 36% pada wanita dengan VB, pada wanita normal,
kedua tipe anaerob jarang ditemukan. Penemuan spesies anaerob ini dihubungkan
dengan penurunan laktat dan peningkatan suksinat dan asetat pada cairan vagina.
2
Mobiluncus sp., merupakan bakteri batang anaerob lengkung yang bersama
bakteri lain ditemukan pada VB.1-3 Mobiluncus hominis, merupakan agen etiologi
Konsentrasinya meningkat pada wanita dengan VB 100-1000 kali daripada wanita
normal.21
2.1.5 Faktor Risiko
Vaginosis bakterial dapat terjadi pada seksual aktif, namun dapat juga
terjadi pada orang yang tidak seksual aktif.2,9 Studi kohort longitudinal
memberikan bukti bahwa yang mempunyai pasangan seksual baru maupun
mempunyai pasangan seksual banyak dan aktif menunjukkan peningkatan insiden
VB.2 Pada wanita yang frekuensi seksualnya meningkat, menunjukkan perubahan
pH pada lingkungan vagina selama dan setelah berhubungan seksual yang
menyebabkan perubahan flora normal vagina. Bakteri patogen mendominasi flora
vagina normal dengan menurunkan konsentrasi Lactobacillus yang menyebabkan
pertumbuhan bakteri anaerob.2,9
Pemasangan IUD dengan adanya manipulasi secara langsung terhadap
saluran maupun organ reproduksi mulai dari vagina, endometrium dan uterus dan
juga terdapatnya benda asing didalam uterus akan menyebabkan reaksi inflamasi
dan menggangu fisiologi organ reproduksi. Ketidakseimbangan hormon yang
terjadi dengan pemasangan alat, serta tehnik, cara dan lama pemasangan adalah
sangat berisiko dan dapat menggangu flora normal vagina.2,9
Studi kohort terbaru dari 182 wanita menunjukkan bahwa terjadinya VB
tidak hanya berhubungan dengan pasangan seksual dan penurunan Lactobacillus
penghasil H2O2, tetapi juga berhubungan dengan penggunaan douching pada
vagina. Pemakaian douching vagina yang merupakan produk untuk menjaga
kebersihan wanita bisa menyebabkan terjadinya vaginosis bakterial. Douching
Merokok dikatakan berhubungan dengan terjadinya vaginosis bakterial.
Berdasarkan penelitian Moris dkk di London dan Swedia, merokok berhubungan
pada vaginosis bakterial. Namun hasil penelitian – penelitian ini sangat terbatas.
Pada penelitian ini, merokok kemungkinan menekan infeksi sistem imun, tetapi
dikatakan pada penelitian ini merokok merupakan kebiasaan yang tidak sehat.9
Di Amerika dan Inggris, kelompok ras hitam memiliki prevalensi yang
tinggi terhadap vaginosis bakterial. Kelompok ini dilaporkan juga memiliki angka
prevalensi tertinggi dibanding kelompok ras putih untuk penyakit seksual lainnya,
seperti gonore, dan infeksi klamidia.9
2.1.6 Patogenesis
Patogenesis terjadinya masih belum sepenuhnya diketahui.4 Kebanyakan
studi mempelajari patogenesis VB memfokuskan perhatian pada perubahan yang
terjadi pada ekosistem mikrobial vagina.2 Vaginosis bakterial dihasilkan dari
pergantian flora normal vagina, Lactobacillus dengan flora campuran yang terdiri
dari Gardnerella vaginalis, bakteri anaerob dan Mobiluncushominis.2,3,4
Lactobacillus vagina secara invitro menghambat pertumbuhan
Gardnerella vaginalis, bakteri anaerob Gram negatif menghasilkan H2O2 yang
bersifat toksik dan melalui reaksi ion halide dengan peroksidase pada serviks yang
merupakan bagian dari sistem antibakteria H2O2-halide-peroxidase.
Flora normal vagina yang didominasi oleh Lactobacillus memilik pH < 4,5
yang disebabkan produksi asam laktat, pada VB, pH > 4,5 akibat dominasi G.
vaginalis dan bakteri anaerob.
2,3
22
Pada Gardnerella vaginalis dan bakteri anaerob
dapat terjadi simbiosis, dimana Gardnerella vaginalis menghasilkan asam amino
menaikkan pH yang merupakan lingkungan yang baik bagi pertumbuhan
Gardnerella vaginalis.23
Diperkirakan produksi amin oleh flora mikrobial melalui aktivitas
derkarboksilase, menghasilkan bau amis (fishy odor) saat cairan vagina dicampur
dengan KOH10% atau disebut whiff test, diduga karena volatisasi dari aromatik
amin, meliputi putrescine, cadaverin dan trimethylamine pada pH alkali.
Mobiluncus diketahui juga menghasilkan trimethylamine, belum diketahui
mikroba lain yang merupakan sumber amin.2,3 Cairan vagina wanita VB
mengalami peningkatan kadar endotoksin, sialidase dan glikosidase yang
menurunkan musin dan viskositas.2
Peningkatan respon hospes terhadap VB didokumentasikan sebagai
peningkatan kadar sitokin dan kemokin pada mukus serviks wanita VB dan
penurunan sekresi leucocyte protease inhibitor.3 Efek VB pada epitel vagina dan
pergantian sel epitel belum diketahui.24 Namun peningkatan konsentrasi bakteri
anaerob patogen dan VB dapat meningkatkan resiko infeksi saluran genital atas,
termasuk servisitis dan endrometritis.25,26
2.1.7 Gambaran Klinis
Gambaran klinis yang umum terdapat pada VB adalah bau vagina yang
khas berupa bau amis seperti bau ikan. Hal ini disebabkan produksi senyawa amin
berupa trimethylamin, putresin dan cadaverin oleh bakteri anaerob. Senyawa
amin ini banyak menguap bila pH lingkungan meningkat, seperti saat
berhubungan seksual dan saat menstruasi. Duh tampak homogen, encer, bewarna
putih dan menempel pada dinding vagina atau sering kali tampak pada labia atau
2.1.8 Diagnosis
Karena tidak terdapat etiologi tunggal pada VB, kriteria klinis-kriteria
Amsel digunakan untuk menegakkan diagnosis VB.1,2,5,6 Berdasarkan kriteria ini
dikatakan VB apabila terdapat 3 dari 4 kriteria berikut : duh tampak homogen,
encer dan bewarna putih keabu-abuan, peningkatan pH vagina > 4,5, adanya fishy
odor dari cairan vagina yang ditetesi KOH 10% (whiff test) dan ditemukan adanya
clue cells pada pemeriksaan mikroskop.16
Identifikasi clue cells dapat dilakukan dengan menggunakan Nacl 0,9%
(sediaan basah). Pemeriksaan mikroskop pada sediaan basah kurang akurat
dibandingkan dengan pewarnaan Gram.4 Pada pewarnaan Gram semua sediaan
hapusan menunjukkan bakteri lain yang melekat pada sel epitel vagina.21 Dalam
mendiagnosis vaginosis bakterial dengan menggunakan kriteria Amsel,
menunjukkan lebih dari 20 % clue cells dari total populasi sel.6,8,15,16
Metode lain yang digunakan adalah metode diagnostik secara
mikrobiologis, yaitu pemeriksaan pewarnaan Gram dengan melihat skor Nugent,
dimana metode ini telah terbukti memiliki sensitivitas dan spesifisitas yang tinggi
dan digunakan sebagai baku emas diagnostik. Pewarnaan Gram adalah
pemeriksaan laboratorium yang cepat yang berguna untuk melihat
polimorfonuklear dan flora mikrobial. Metode Nugent pada pewarnaan Gram
berguna untuk mendeteksi pergeseran flora normal vagina oleh mikroorganisme
lain. Sistem skoring pada pewarnaan Gram dipakai sebagai metode standar untuk
diagnosis VB. Skoring berdasarkan tiga morfotipe, yaitu : bakteri batang Gram
positif besar (Lactobacillus), bakteri batang Gram negatif kecil atau variabel
negatif/batang Gram variabel.2,5-7,15,17 Pemeriksaan ini berdasarkan pergeseran
morfotipe dari Lactobacillus yang dominan menjadi Gardnerella vaginalis dan
bakteri anerob serta Mobiluncus.26
Pulasan vagina pada pewarnaan Gram dilihat dibawah mikroskop dengan
pembesaran 100 kali. Skor yang diberikan adalah 0 sampai 10 berdasarkan
proporsi relatif dari morfologi bakteri, yaitu apakah bentuk batang Gram positif
besar, bentuk batang Gram negatif kecil dan variabel atau bentuk batang bengkok
Gram negatif/batang Gram variabel.
Skor
8,15
Tabel 2.1 Sistem Penilaian Skor Nugent
Batang Gram
5-30 morfologi; 4+ = 30 morfologi atau lebih.
Penilaian dihitung berdasarkan jumlah rata-rata morfologi yang terlihat
setiap lapang pandang, dan pemeriksaan pada 10 lapang pandang. Penilaian skor
pada bakteri batang Gram positif besar (Lactobacillus) adalah nilai 4+ = skor 0;
nilai 3+ = skor 1; nilai 2+ = skor 2; nilai 1+ = skor 3; nilai 0 = skor 4, pada bakteri
batang Gram negatif kecil dan variabel (Gardnerella dan anaerob), nilai 0 = skor
0; nilai 3+ = skor 1; nilai 2+ = skor 2; nilai 3+ = skor 3; nilai 4+ = skor 4,
sedangkan pada bakteri batang bengkok Gram negatif/batang Gram variabel, nilai
= skor bakteri batang Gram positif besar (Lactobacillus) + skor bakteri batang
Gram negatif kecil dan variabel (Gardnerella dan anerob) + skor bakteri batang
bengkok Gram negatif/batang Gram variabel (Mobiluncus)
*Dikutip sesuai kepustakaan no. 8,15
Tabel 2.2 Interpretasi dari Skor Nugent
Skor Total Interpretasi
0-3 Normal
4-6 Intermediate
≥ 7 Vaginosis bakterial
*Dikutip sesuai kepustakaan no. 16
Lactobacillus adalah bakteri batang Gram positif besar, yang dominan
pada wanita dengan sekret vagina normal dan tanpa vaginitis. Lactobacillus
biasanya ditemukan 80-95% pada wanita dengan sekret vagina normal.
Sebaliknya Lactobacillus ditemukan 25-65% pada wanita dengan VB.
Gardnerella vaginalis adalah bakteri batang Gram negatif pleomorfik yang
nonmotil dan tidak berkapsul yang diisolasi dari saluran reproduksi wanita.
Gardnerella vaginalis berhubungan dengan VB. Gardnerella vaginalis dapat
diisolasi pada wanita tanpa tanda-tanda infeksi vagina. Dengan media selektif
tampak G. vaginalis 40-50% pada semua wanita subur. Gardnerella vaginalis
diisolasi sekitar > 90% pada wanita dengan VB. Saat ini dipercaya Gardnerella
vaginalis berinteraksi dengan bakteri anaerob dan Mycoplasma hominis
menyebabkan VB. Bakteri batang dan kokus anaerob pertama kali diisolasi dari
vagina pada tahun 1897 dan dianggap berhubungan dengan sekret vagina oleh
Curtis. Dari tahun 1947-1958 tiga studi menemukan hubungan bakteri batang
Gram negatif anaerob (yang dikenal sebagai grup Bacteroides melaninogenicus)
pada wanita yang mengalami sekret vagina abnormal. Tahun 1980 Spiegel
menganalisis cairan vagina dari 53 wanita dengan VB menggunakan kultur
kuantitatif anaerob dan gas liquid chromatography untuk mendeteksi metabolisme
asam organik rantai pendek dari flora vagina. Dapat diisolasi Bacteroides sp.
sebesar 76% dari wanita dengan VB.15 Spiegel menyimpulkan bahwa
mikroorganisme anaerob berinteraksi dengan Gardnerella vaginalis dalam
menyebabkan VB. Mobiluncus adalah bakteri batang Gram positif anaerob.
Mobiluncus selalu terjadi bersamaan dengan mikroorganisme lain yang
berhubungan dengan VB.15
Kultur dapat digunakan untuk mengetahui secara spesifik flora penyebab
VB.4 Kultur Gardnerella vaginalis tidak dapat digunakan untuk menegakkan
diagnosis, karena Gardnerella vaginalis dan mikroorganisme lain dapat juga
ditemukan pada hampir semua wanita dengan sekret vagina normal. Kultur
Gardnerella vaginalis yang positif tanpa ada gejala klinis tidak memerlukan
terapi.3 Kultur tidak digunakan pada pemeriksaan rutin VB.2,15
Pap smear tidak dapat digunakan untuk diagnosis VB karena sensitivitas
rendah.2,4,15 Tes diagnostik lain yang dapat digunakan adalah sistem deteksi yang
cepat (rapid test) seperti rapid card for detection pH amine, detection of proline
aminopeptidase pada cairan vagina, rapid colometric test for sialidae, BV Blue
test, dan pemeriksaan oligonucleotida probe berdasarkan konsentrasi G. vaginalis
yang tinggi.
VB dapat didiagnosis banding dengan trikomoniasis dan kandidiasis. Pada
trikomoniasis pemeriksaan hapusan vagina hampir menyerupai hapusan vagina
27
VB, namun Mobiluncus dan clue cells tidak pernah dijumpai. Pemeriksaan
mikroskopik menunjukkan peningkatan sel polimorfonuklear dan dengan preparat
basah ditemukan protozoa. Whiff test dapat positif pada trikomoniasis.28
Pada kandidiasis pemeriksaan mikroskop sekret vagina ditambah KOH
10% berguna untuk mendeteksi hifa dan spora kandida. Keluhan yang sering
terjadi pada kandidiasis adalah gatal dan iritasi pada vagina. Sekret vagina
biasanya putih dan tebal, tanpa bau dan pH normal.28
2.1.10 Penatalaksanaan
Pengobatan direkomendasikan pada wanita dengan gejala VB. Tujuan
terapi pada wanita tidak hamil adalah untuk menghilangkan tanda dan gejala
infeksi vagina dan mengurangi kemungkinan mendapatkan C. trachomatis, N.
gonorrhoea, HIV dan penyakit IMS lainnya.29-33
Pengobatan VB yang direkomendasikan pada Sexual Transmitted Disease
Treatment Guideline 2010 oleh Centre for Disease Control and Prevention (CDC)
berupa metronidazol oral 2 x 500 mg selama 7 hari atau metronidazol gel 0,75% 1
aplikator penuh (5 gram), intra vagina sekali sehari selama 5 hari atau klindamisin
krim 2% 1 aplikator penuh (5 gram) saat mau tidur, selama 7 hari. Selain
metronidazol dapat juga diberikan terapi berupa klindamisin oral dengan dosis 2 x
300 mg selama 7 hari. Pengobatan alternatif yang dianjurkan berupa tinidazol oral
1 x 2 gram selama 2 hari, klindamisin ovules 100 mg intravagina saat mau tidur
selama 3 hari.2,29,30
Pria pasangan seksual wanita dengan VB tidak perlu diterapi. Beberapa
penelitian memperlihatkan tidak ada efek yang bermakna dari pengobatan
Pada masa kehamilan, pengobatan VB yang direkomendasikan pada
Sexual Transmitted Disease Treatment Guidelines 2010 oleh Centre for Disease
Control and Prevention (CDC) dapat diberikan metronidazol oral 2 x 500 mg
selama 7 hari, metronidazol 3 x 250 mg selama 7 hari, dan klindamisin oral 2 x
300 mg selama 7 hari. Keuntungan terapi VB pada wanita hamil adalah dapat
menurunkan gejala dan tanda-tanda infeksi pada vagina dan menurunkan risiko
infeksi komplikasi yang berhubungan VB pada wanita hamil.29
2.1.11 Komplikasi
Vaginosis bakterial paling banyak dihubungkan dengan komplikasi pada
obstetri dan ginekologi yaitu dalam kaitan kesehatan reproduksi.36,37 VB
merupakan faktor resiko gangguan pada kehamilan, resiko kelahiran prematur dan
berat badan lahir rendah.38 Selain itu VB juga merupakan faktor resiko
mempermudah mendapat penyakit infeksi menular seksual lain, yaitu gonore,
klamidia, trikomoniasis, herpes genital dan Human Imunodeficiency Virus
(HIV).33 VB meningkatkan kerentanan terhadap infeksi HIV melalui mekanisme
diantaranya karena pH vagina yang meningkat, berkurangnya jumlah
Lactobacillus sp. Penghasil H202
Adalah kriteria yang digunakan untuk mendiagnosis vaginosis bakterial.
Berdasarkan kriteria ini dikatakan apabila terdapat 3 dari 4 kriteria berikut :
adanya sekret vagina yang homogen, putih keabu-abuan, melekat pada dinding
vagina, peningkatan pH vagina > 4,5, adanya fishy odor dari cairan vagina yang dan produksi enzim oleh flora VB yang
menghambat imunitas terhadap HIV. 2,15,39
ditetesi KOH 10% (whiff test) dan ditemukannya adanya clue cells pada
pemeriksaan mikroskop.1,15
Penentuan pH vagina dalam kriteria Amsel adalah dengan menggunakan
kertas lakmus yang diletakkan pada dinding lateral vagina. Warna kertas
dibandingkan dengan warna standar, dan pH vagina normal adalah 3,8 - 4,2. Pada
80-90% pasien vaginosis bakterial ditemukan pH vagina > 4,5.2,6,8,15
Whiff test pada kriteria Amsel dinyatakan positif bila bau amis atau bau
amin terdeteksi dengan penambahan satu tetes KOH 10-20% pada sekret vagina.
Bau muncul sebagai akibat pelepasan amin dan asam organik hasil dari alkalisasi
bakteri anaerob. Whiff test positif menunjukkan vaginosis bakterial.2,6,8
Clue cells adalah sel epitel yang ditutupi oleh berbagai bakteri vagina
dalam jumlah banyak sehingga batas sel menjadi tidak jelas, memiliki ukuran
yang lebih besar dari sel epitel vagina normal, bentuk ireguler, inti lebih dari satu,
dan memiliki sitoplasma yang keruh. Dalam mendiagnosis vaginosis bakterial
dengan menggunakan kriteria Amsel, menunjukkan lebih dari 20 % clue cells
dari total populasi sel.
Pewarnaan Gram pertama kali diuraikan dan dipublikasikan oleh seorang
ahli bakteriologi Denmark Hans Christian Gram pada tahun 1884.
6,8,12
2.3 Pewarnaan Gram 2.3.1 Definisi
40
Pewarnaan
Gram bertujuan untuk mengetahui bakteri Gram positif atau bakteri Gram negatif
yang memiliki struktur yang berbeda terutama pada dinding selnya.Pewarnaan
Gram sangat penting dalam proses pengidentifikasian bakteri. Dengan mengetahui
2.3.2 Perbedaan Gram Positif dan Negatif Beserta Contohnya
Perbedaan warna antara bakteri Gram positif dan bakteri Gram negatif
adalah pada dinding selnya. Bila dalam suatu pewarnaan Gram ditemukan bakteri
berwarna ungu akibat pewarnaan karbol gentian violet maka bakteri tersebut
adalah Gram positif yang mempertahankan zat bewarna ungu. Dan bila ditemukan
bakteri bewarna merah akibat pewarnaan fuschin maka bakteri tersebut adalah
bakteri Gram negatif.40-42
2.3.3 Mekanisme Penyerapan Zat Warna oleh Gram Positif dan Gram Negatif
Pada pewarnaan Gram ini, bakteri yang telah difiksasi dengan panas
sehingga membentuk pada kaca objek diwarnai dengan pewarna basa yaitu kristal
violet. Karena warna ungu mewarnai seluruh sel, maka pewarna ini disebut
pewarna primer (primary stain). Selanjutnya mordant (penajam). Setelah iodin
dicuci dengan baik, bakteri Gram positif maupun Gram negatif tampak berwarna
ungu. Selanjutnya noda spesimen dicuci dengan alkohol yang merupakan
decolorizing agent (senyawa peluntur warna) yang pada spesies bakteri tertentu
dapat menghilangkan warna ungu dari sel. Setelah alkohol dicuci, noda spesimen
diwarnai kembali dengan fuschin yang merupakan pewarna basa berwarna merah.
Bakteri yang tetap berwarna ungu digolongkan ke dalam Gram positif, sedangkan
bakteri yang berwarna merah digolongkan ke dalam Gram negatif.
Dunkelberg merupakan orang yang pertama mengusulkan pemeriksaan
hapusan vagina dengan menggunakan pewarnaan Gram untuk diagnosis VB.
Spiegel dkk kemudian mempublikasikan petunjuk klinis dari pewarnaan Gram.
Sistem skoring pada pewarnaan Gram dipakai sebagai metode standar untuk
diagnosis VB. Pemeriksaan pewarnaan Gram ini memiliki sensitivitas 89% dan
spesifisitas 83%.2,41
Baku emas diagnosis VB adalah pemeriksaan pewarnaan Gram dengan
melihat skor Nugent, dimana metode ini telah terbukti memiliki sensitivitas dan
spesifisitas yang tinggi. Metode Nugent menilai berbagai morfologi flora vagina
pada sediaan hapus pewarnaan Gram, untuk mendeteksi pergeseran flora normal
vagina oleh mikroorganisme lain. Skoring berdasarkan tiga morfotipe, yaitu :
bakteri batang Gram positif besar (Lactobacillus), bakteri batang Gram negatif
kecil atau bervariabel (Gardnerella dan bakteri batang anaerob) dan bakteri
2.4 Kerangka Teori
Gambar 2.1. Kerangka Teori Penelitian
Diagnosis
contohnya : bakteri batang Gram positif besar
2.5 Kerangka Konsep
Kriteria Amsel (tiga dari empat)
Pewarnaan Gram :
Skor Nugent ≥7
Diagnosis Vaginosis Bakterial Sekret vagina putih
keabu-abuan
Fishy odor
(whiff test (+))
pH vagina >4,5
Clue cells >20%
BAB 3
METODE PENELITIAN
3.1 Rancangan Penelitian
Penelitian ini merupakan suatu uji diagnostik yang bersifat analitik dengan
pendekatan potong lintang (cross-sectional).
3.2 Waktu dan tempat penelitian 3.2.1 Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan dari bulan Februari 2014 sampai bulan Oktober 2014.
3.2.2 Tempat Penelitian
Pengambilan sampel dilakukan di poli Infeksi Menular Seksual unit rawat
jalan Departemen/SMF Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin dan poli Ginekologi
dan poli Ibu Hamil unit rawat jalan Departemen/SMF Ilmu kebidanan dan
Penyakit Kandungan RSUP Haji Adam Malik Medan.
3.2.3 Tempat Pemeriksaan
Pemeriksaan sampel dilakukan dilaboratorium klinik Prodia jl. S. Parman
Medan.
3.3 Populasi dan Sampel Penelitian 3.3.1 Populasi Target
Wanita dengan sekret vagina abnormal yang berobat ke poli Infeksi
Menular Seksual unit rawat jalan Departemen/SMF Ilmu Kesehatan Kulit dan
Kelamin dan poli Ginekologi dan poli Ibu Hamil unit rawat jalan
Departemen/SMF Ilmu kebidanan dan Penyakit Kandungan RSUP Haji Adam
3.3.2 Populasi Terjangkau
Wanita dengan sekret vagina abnormal yang berobat ke ke poli Infeksi
Menular Seksual unit rawat jalan Departemen/SMF Ilmu Kesehatan Kulit dan
Kelamin dan poli Ginekologi dan poli Ibu Hamil unit rawat jalan
Departemen/SMF Ilmu Kebidanan dan Penyakit Kandungan RSUP Haji Adam
Malik Medan sejak bulan Februari 2014 sampai bulan Oktober 2014.
3.3.3 Sampel Penelitian
Wanita dengan sekret vagina abnormal yang berobat ke ke ke poli Infeksi
Menular Seksual unit rawat jalan Departemen/SMF Ilmu Kesehatan Kulit dan
Kelamin dan poli Ginekologi dan poli Ibu Hamil unit rawat jalan Ilmu Kebidanan
dan Penyakit Kandungan RSUP Haji Adam Malik Medan sejak bulan Februari
2014 sampai bulan Oktober 2014, yang memenuhi kriteria inklusi.
3.4 Besar Sampel
Untuk menghitung besar sampel penelitian, maka digunakan rumus
berikut :
Rumus :
n = Zα2 sen (1 – sen) d2P
Keterangan :
n = Besar sampel
Zα = Tingkat kesalahan ditetapkan sebesar 5% sehingga Zα = 1,96
Sen = Sensitivitas yang diinginkan dari pemeriksaan yang diuji nilai diagnostiknya: 99%
d = Presisi penelitian ditetapkan sebesar 10%
n = (1,96)2 x 0,99x (1 – 0,91) (0,1)2x 0,20
= (1,96)2 x 0,99 x 0,01 0,01 x 0,0020 = 3,8416 x 0,99 x 0,01
0,0020
=
a. Wanita yang sudah pernah berhubungan seksual
0,0380
0,0020 = 19,01 = 20 sampel
Jadi jumlah sampel minimal dalam penelitian ini adalah 20 orang
3.5 Cara Pengambilan Sampel Penelitian
Cara pengambilan sampel penelitian dilakukan dengan metode consecutive
sampling.
3.6 Identifikasi Variabel 3.6.1. Variabel Bebas
Kriteria Amsel dan pewarnaan Gram.
3.6.2. Variabel Terikat
Vaginosis bakterial
3.7 Kriteria Inklusi dan Kriteria Eksklusi 3.7.1 Kriteria Inklusi
3.7.2 Kriteria Eksklusi
a. Wanita dengan sekret vagina abnormal yang sedang mengalami
menstruasi pada saat kunjungan.
b. Wanita dengan sekret vagina abnormal yang sedang dalam pengobatan
antimikroba sistemik atau topikal pada vagina dalam 72 jam.
3.8 Alat, Bahan dan Cara Kerja 3.8.1 Alat
a. Alat steril : swab, spekulum, sarung tangan
b. Alat nonsteril : kaca objek, kaca penutup, tabung reaksi dan rak tabung,
mikroskop dan bunsen/api spritus, wadah untuk mencuci kaca objek,
kertas pengering, mikroskop, alat pengukur waktu.
3.8.2 Cara kerja
a. Pengambilan sampel pada wanita yang mengalami sekret vagina abnormal di
unit rawat jalan Departemen/SMF Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin dan unit
rawat jalan Departemen/SMF Ilmu Kebidanan dan Penyakit Kandungan
RSUP Haji Adam Malik Medan dan dilakukan setelah penandatanganan
informedconsent.
b. Pengambilan spesimen
1) Jelaskan kepada pasien tentang tindakan yang akan dilakukan serta
anjuran untuk tidak perlu merasa takut.
2) Pasien berbaring dalam posisi litotomi
3) Cuci tangan dan gunakan sarung tangan sebelum melakukan pemeriksaan
4) Bila pada daerah vulva terdapat banyak duh tubuh, cuci dahulu dengan
5) Setiap pengambilan bahan untuk pemeriksaan harus menggunakan
spekulum/sengkelit/kapas lidi/swab steril
6) Ambil spekulum cocor bebek dengan tangan kanan.
7) Buka labia majora dengan tangan kiri masukkan spekulum dalam
keadaan tertutup dan posisi tegak/vertikal kedalam vagina (900
8) Masukkan spekulum pelan-pelan sampai ke ujung dan putar
perlahan-lahan sambil membuka mulut spekulum sehingga posisi mendatar/
horizontal 180
)
0
9) Spekulum kemudian dibuka, lalu lampu sorot diarahkan ke vagina
dengan bantuan asisten, cari portio serviks lalu spekulum dikunci
sehingga serviks terfiksasi. .
10) Bersamaan dengan memasukkan spekulum, amati apakah terdapat duh
tubuh vagina dan atau serviks.
11) Pengambilan spesimen pada dinding vagina dengan menggunakan cotton
swab steril sebanyak dua swab. Swab pertama untuk pemeriksaan
sediaan basah dan swab kedua untuk pemeriksaan Gram.
12) Spekulum dilepas dengan cara melepas kunci terlebih dahulu sehingga
kunci dalam keadaan tertutup, putar spekulum 900
c. Pemeriksaan sediaan basah Nacl 0,9%
sehingga daun
spekulum dalam posisi tegak lalu spekulum dikeluarkan perlahan-lahan.
1. Siapkan kaca objek dan kaca penutup.
3. Bahan dan duh tubuh dari swab steril yang diambil dari dinding vagina
dicampurkan pada tetesan larutan NaCl tersebut, dan segera tutup dengan
kaca penutup.
4. Sediaan basah segera diperiksa dengan mikroskop dengan pembesaran 10
x dan 400 x.
Yang dicari pada sediaan basah : sel epitel vagina. Pada pemeriksaan sediaan
basah dari kriteria Amsel ditemukan adanya clue cells (lebih dari 20%)
d. Penetesan KOH (Whiff test / tes Amin)
1. Pada akhir pemeriksaan in spekulo, spekulum dikeluarkan secara hati-hati
dan setelah itu cairan yang berada di spekulum ditetesi larutan KOH 10%.
2. Cara lain dengan mengambil cairan vagina dan diteteskan pada kaca objek
yang sebelumnya ditetesi dengan KOH 10%.
Yang dicari pada pemeriksaan KOH 10% adalah bau amis atau bau amin yang
terdeteksi setelah penambahan KOH 10% pada duh tubuh vagina.
e. Penentuan pH Vagina
1. Letakkan kertas pH pada dinding vagina. Cegah kontak dengan mukosa
serviks yang memiliki pH yang tinggi.
2. Sesuaikan kertas pH dengan skala warna untuk menetukan nilai pH.
f. Pembuatan pewarnaan Gram
1) Pembuatan pewarnaan :
a) Tuangkan karbol gentian violet, diamkan selama 3-5 menit cuci
dengan air mengalir
c) Tuangkan tetesan alkohol 96% 30-60 detik sampai warna ungu
menghilang
d) Tuangkan tetesan karbol fuchsin 1-2 menit
e) Cuci dengan air keringkan
4) Pemeriksaan mikroskopis :
a) Tetesi kaca objek dengan minyak emersi pada sediaan Gram.
b) Pada sediaan hapus Gram diperiksa : Jumlah bakteri (morfologi
batang Gram positif berukuran besar, batang Gram negatif kecil dan
variabel dan batang bengkok Gram negatif/batang gram-variabel).
3.9 Definisi Operasional
3.9.1 Wanita dengan sekret vagina abnormal
Adalah wanita yang mengeluhkan keputihan atau sekret ataupun cairan
vagina yang tidak biasanya dan yang mengalami perubahan jumlah, bau dan
warna.
3.9.2 Kriteria Amsel
Adalah kriteria pemeriksaan dan analisis cairan vagina yang digunakan
untuk mendiagnosis vaginosis bakterial, dimana diagnosis ditegakkan berdasarkan
adanya paling sedikit 3 dari 4 tanda-tanda berikut : sekret vagina berwarna putih
keabu-abuan yang homogen, pH cairan vagina >4,5, adanya fishy odor bila
ditetesi dengan KOH 10% (whiff test), adanya clue cells (>20%).
3.9.3 Pemeriksaan Basah
Adalah pemeriksaan laboratorium yang dilakukan dengan menggunakan
3.9.4 Clue cells
Adalah sel epitel yang ditutupi oleh berbagai bakteri vagina dalam jumlah
banyak sehingga batas sel menjadi tidak jelas.
3.9.5 pH vagina
Adalah derajat keasaman vagina yang diukur dengan menggunakan kertas
dengan indikator warna, dan pada vaginosis bakterial pH menunjukkan > 4,5
3.9.6 Whiff Test
Adalah pemeriksaan dengan cara pengambilan sekret vagina yang lalu
diteteskan pada kaca objek yang sebelumnya telah diteteskan KOH 10%. Whift
test dikatakan positif bila dijumpai bau amis (fishy odor).
3.9.7 Pewarnaan Gram
Adalah pemeriksaan laboratorium yang berguna untuk melihat skor
Nugent untuk pengidentifikasian bakteri.
3.9.8 Vaginosis Bakterial
Adalah sindrom klinik yang terjadi akibat pergantian Lactobacillus sp.
penghasil H2O2 yang merupakan flora normal vagina dengan bakteri anaerob
dalam konsentrasi tinggi contoh : Bacteroides sp, Mobilluncus sp., G. vaginalis
dan Mycoplasma hominis, yang didiagnosis dengan kriteria Amsel dan skor
Nugent pada pewarnaan Gram.
3.9.9 Sensitivitas
Adalah proporsi subjek yang sakit dengan hasil uji diagnostik positif
(positif benar) dibandingkan seluruh subyek yang sakit (positif benar ditambah
negatif semu), atau kemungkinan bahwa uji diagnostik positif bila dilakukan pada
3.9.10 Spesifisitas
Adalah proporsi subyek sehat yang memberikan hasil uji diagnostik
negatif (negatif benar) dibandingkan dengan seluruh subyek yang tidak sakit
(negatif benar ditambah positif semu), atau kemungkinan bahwa hasil uji
diagnostik akan negatif bila dilakukan pada sekelompok subyek yang sehat.
Spesifisitas memperlihatkan kemampuan alat diagnostik untuk menentukan
bahwa subyek tidak sakit.
3.9.11 Positive Predictive value (PPV)
Adalah probabilitas seseorang menderita penyakit bila hasil uji
diagnostiknya positif.
3.9.12 Negative Predictive Value (NPV)
Adalah probabilitas seseorang tidak menderita penyakit bila hasil ujinya
3.10 Kerangka Operasional
Gambar 3.1. Kerangka Operasional Penelitian Wanita dengan sekret vagina abnormal yang
telah memenuhi kriteria inklusi dan ekslusi
Kriteria Amsel (tiga dari empat)
Diagnosis Vaginosis Bakterial
Dianalisis secara statistik
Pewarnaan Gram
Sensitivitas Spesifisitas
PPV NPV Sekret vagina putih
keabu-abuan
pH vagina >4,5
Fishy odor
(whiff test (+))
Clue cell > 20%
3.11 Analisis Data
Data yang terhimpun ditabulasi dalam bentuk tabel distribusi frekuensi.
Analisis statistik diolah dengan memakai sistem komputer.
Untuk menilai kemampuan diagnostik kriteria Amsel dan pewarnaan
Gram maka dilakukan uji sensitivitas, spesifisitas, Positive Predictive Value
(PPV) dan Negative Predictive Value (NPV).
3.12 Ethical Clearance
Penelitian ini dilaksanakan dengan menggunakan sampel biologis, yang
selama pelaksanaannya tidak bertentangan dengan nilai-nilai kemanusiaan dan
kode etik penelitian biomedik. Ijin didapat dari Komisi Etika Penelitian Fakultas
BAB 4
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Pada penelitian ini telah dilakukan pemeriksaan uji diagnostik kriteria
Amsel pada pasien vaginosis bakterial di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam
Malik Medan, yang diikuti 24 pasien wanita, dimulai dari bulan Februari 2014
sampai bulan Oktober 2014.
4.1 Karakteristik Subyek Penelitian
Karakteristik subyek penelitian ini ditampilkan berdasarkan distribusi
kelompok umur, pendidikan, pekerjaan, status perkawinan dan pemakaian
douching.
Tabel 4.1.Karakteristik subyek penelitian berdasarkan kelompok umur
Umur n %
Tabel diatas menunjukkan bahwa pasien vaginosis bakterial umumnya
pada kelompok umur 26-45 tahun, yang merupakan rentang umur seksual aktif.
Rerata umur pasien adalah 36,38 tahun dengan umur termuda 26 tahun dan tertua
45 tahun.
Pada penelitian Effendi tahun 2004 di Medan, mendapatkan bahwa
persentase terbesar pada sampel penelitiannya berada pada rentang usia 19-43
Berdasarkan penelitian Morris MC dkk tahun 2012 di Inggris, persentase
kelompok umur terbanyak pada pasien VB dijumpai pada kelompok umur 25-29
tahun (30,9%), dengan rentang umur termuda pada umur 16 tahun dan umur tertua
pada umur 44 tahun.24
Pada penelitian Modak dkk tahun 2011 di India, pada 12 pasien VB,
mendapatkan rerata umur pasien VB adalah 28,33 tahun. Hal ini menunjukkan
bahwa pasien vaginosis bakterial terbanyak adalah pada usia reproduktif.
Pendidikan
Tabel 4.2.Karakteristik Subyek Penelitian Berdasarkan Pendidikan
n %
Tabel diatas menunjukkan bahwa pasien vaginosis bakterial umumnya
pada kelompok berpendidikan sekolah menengah atas yaitu sebesar 14 pasien
(58,30%) diikuti kelompok pendidikan sekolah menengah pertama yaitu sebesar 6
pasien (25,00%).
Dari penelitian Anggarwati dkk tahun 2002 di RSUP dr. Kariadi
Semarang, mendapatkan tingkat pendidikan terbesar pada pasien vaginosis
bakterial adalah pada kelompok sekolah menengah atas, yaitu sebesar 35%.43
Effendi tahun 2004 di Medan, mendapatkan persentase pendidikan
terbesar pada pasien VB pada kelompok pendidikan sekolah menengah atas
Penelitian Modak dkk tahun 2011 di India pada 12 pasien VB,
mendapatkan persentase kelompok pendidikan terbesar adalah kelompok
pendidikan menengah atas yaitu sebesar 7 pasien (58,33%).6
Pekerjaan
Perbedaan tingkat pendidikan akan mempengaruhi tingkat pengetahuan
mengenai faktor penyebab, pemicu, tindakan pencegahan, serta sikap dan prilaku
dalam menghadapi efek psikososial yang akan timbul. Pasien dengan tingkat
pendidikan yang lebih tinggi diharapkan memiliki tingkat pemahaman yang lebih
baik mengenai penyakit vaginosis bakterial.
Tabel 4.3.Karakteristik Subyek Penelitian Berdasarkan Pekerjaan
n %
Ibu Rumah Tangga (IRT) Pegawai Negeri Sipil (PNS) Pegawai Swasta
Tabel diatas menunjukkan bahwa kelompok pekerjaan terbanyak adalah
pada kelompok ibu rumah tangga (IRT) yaitu sebesar 19 pasien (79,16%).
Dari penelitian Nuswil dkk, tahun 2003 di 2 RSU pemerintah dan
beberapa klinik swasta di Palembang juga mendapatkan kelompok sampel
penelitian terbesar pada pasien VB adalah ibu rumah tangga yaitu sebesar
71,9%.44
Pada penelitian Effendi tahun 2004 di Medan mendapatkan persentase
terbesar sampel penelitiannya pada pasien VB adalah pada kelompok ibu rumah
Tabel 4.4. Karakteristik Subyek Penelitian Berdasarkan Status Perkawinan
Tabel diatas menunjukkan bahwa kelompok status perkawinan terbanyak
adalah kelompok status perkawinan menikah yaitu sebesar 91,66%.
Berdasarkan penelitian Mahdinejad tahun 2011 di Iran didapatkan
persentase terbesar untuk status perkawinan adalah sebesar 94%, disebutkan
bahwa vaginosis bakterial paling sering ditemukan pada wanita yang memiliki
aktivitas seksual yang tinggi.7
Pada penelitian Modak dkk tahun 2011 pada 12 pasien VB, mendapatkan
kelompok status perkawinan terbanyak adalah pada kelompok status menikah
yaitu pada 12 orang pasien (100%).
Douching
6
Tabel 4.5. Karakteristik Subyek Penelitian Berdasarkan Pemakaian Douching
Tabel diatas menunjukkan bahwa jumlah penggunaan douching dijumpai
pada 8 orang pasien (33,33%), dan pasien VB yang tidak menggunakan douching
adalah sebesar 16 orang pasien (66,66%).
Newton dkk tahun 2001 di Amerika melaporkan bahwa douching
berhubungan dengan meningkatnya bakteri Gardnerella vaginalis, yaitu salah
Pada penelitian Ness R B dkk tahun 2006 di Birmingham, dari 1200
sampel penelitiannya, mendapatkan kelompok yang menggunakan douching pada
pasien VB adalah sebesar 95%.
Vaginosis bakterial (VB) 46
Kemungkinan penyebab perbedaan dengan hasil penelitian ini adalah
karena faktor resiko terhadap VB adalah multifaktorial. Douching bukan
satu-satunya faktor resiko terjadinya VB. Penggunaan douching di wilayah penelitian
bukan merupakan metode yang umum dilakukan.
Tabel 4.6. Diagnosis VB Berdasarkan Kriteria Amsel
n %
Berdasarkan dari hasil pemeriksaan menggunakan kriteria Amsel
didapatkan 20 orang pasien (83,3%) yang positif vaginosis bakterial, dan 4 orang
pasien (16,7%) dengan hasil yang negatif.
Tabel 4.7. Diagnosis VB Berdasarkan Skor Nugent pada Pewarnaan Gram
Vaginosis bakterial (VB) n %
Berdasarkan dari hasil pemeriksaan menggunakan skor Nugent pada
pewarnaan Gram, didapatkan 21 orang pasien (87,5%) yang positif vaginosis