• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengembangan kompetensi profesional guru oleh kepala sekolah di SMK Islamiyah Ciputat

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengembangan kompetensi profesional guru oleh kepala sekolah di SMK Islamiyah Ciputat"

Copied!
93
0
0

Teks penuh

(1)

PENGEMBANGAN KOMPETENSI PROFESIONAL GURU

OLEH KEPALA SEKOLAH DI SMK ISLAMIYAH CIPUTAT

Universitas Islam Negeri

SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

Oleh:

Daru Fajarullah

NIM: 102018224175

PROGRAM STUDI MANAJEMEN PENDIDIKAN

JURUSAN KEPENDIDIKAN ISLAM

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

(2)

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Untuk Memenuhi Syarat-syarat Mencapai

Gelar S.Pd.I (Sarjana Pendidikan Islam) dalam Bidang Kependidikan Islam Manajemen Pendidikan (KI-MP)

Dosen Pembimbing

Dra. Yefnelty, Z. M.Pd NIP. 150 209 382

PROGRAM STUDI MANAJEMEN PENDIDIKAN

JURUSAN KEPENDIDIKAN ISLAM

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

(3)

LEMBAR PENGESAHAN

Skripsi berjudul: “Pengembangan Kompetensi Profesional Guru Oleh Kepala Sekolah di SMK Islamiyah Ciputat” diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, dan telah dinyatakan lulus dalam Ujian Munaqasyah pada, 31 Agustus 2010 di hadapan dewan penguji. Karena itu, penulis berhak memperoleh gelar Sarjana S1 (S.Pd.I) dalam bidang Kependidikan Islam Program Studi Manajemen Pendidikan.

Jakarta, 31 Agustus 2010 Panitia Ujian Munaqasyah

Ketua Panitia (Ketua Jurusan KI ) Tanggal Tanda Tangan

Drs. Rusydy Zakaria, M.Ed.,M.Phil ……… ………... NIP.: 195605301985031002

Sekretaris (Ketua Prodi MP)

Drs. H. Mu’arif SAM, M.Pd ……… ………... NIP.: 196507171994031005

Penguji I

Drs. Rusydy Zakaria, M.Ed.,M.Phil ……… ………... NIP.: 195605301985031002

Penguji II

Drs. H. Mu’arif SAM, M.Pd ……… ………... NIP.: 196507171994031005

Mengetahui: Dekan,

(4)

Pembimbing

BAB I

1 1 2 Moh. Uzer Usman, Menjadi Guru Profesiona, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2005), Edisi II, Cet. Ke-17, h. 14

2 2 2 Moh. Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional…, h. 5 3 3 2 Moh. Uzer Usman, Menjadi

Guru Profesional…, h. 1

BAB II

4 4 7 Depdikbud, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1995), Edisi ke-2, Cet. Ke-4, h. 789 5 5 7 Muhamad Nurdin, Kiat

Menjadi Guru Profesional,

(Yogyakarta: Prismaso PHIE, 2004), Cet. Ke-1, h. 119-120

6 6 8 Muhamad Nurdin, Kiat Menjadi Guru Profesiona…,

h. 120

7 7 8 Soetjipto dan Raflis Kosasi,

(5)

8 8 8 H. Syaiful Sagala,

Administrasi Pendidikan

Kontemporer, (Bandung: Alfabeta, 2006), Cet. Ke-3, h. 190-191

9 9 9 Moh. Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional…, h. 14

10 10 9 H. Martinis Yamin,

Profesionalisasi Guru &

Implementasi Kurikulum

Berbasis Kompetensi,

(Jakarta: Gaung Persada Press, 2006), Cet. Ke-1, h. 192

11 11 9 Sudarwan Danim, Inovasi Pendidikan dalam Upaya

Peningkatan

Profesionalisme Tenaga

Kependidikan, (Bandung: Pustaka Setia, 2002), Cet. Ke-1, h. 22-23

12 12 9 H. Syaiful Sagala,

Administrasi Pendidikan

Kontemporer…, h. 199

13 13 10 H. Syaiful Sagala,

Administrasi Pendidikan

Kontemporer…, h. 199 14 14 10 Sudarwan Danim, Inovasi

(6)

Bahasa Indonesia…, h. 516 17 17 11 Moh. Uzer Usman, Menjadi

Guru Profesional…, h. 14

18 18 11 Roestiyah N.K. dkk, Masalah-masalah Ilmu

Keguruan, (Jakarta: Bina Aksara, 1989), Cet. Ke-3, h. 4

19 19 11 H. Martinis Yamin,

Profesionalisasi Guru &

Implementasi Kurikulum

Berbasis Kompetensi…, h. 192

20 20 11 E. Mulyasa, Standar Kompetensi dan Sertifikasi

Guru, (Bandung: PT

Remaja Rosdakarya, 2007), Cet. Ke-1, h. 26

21 21 12 H. Syaiful Sagala,

Administrasi Pendidikan

Kontemporer…, h. 209

22 22 13 Akhmad Sudrajat, “Peran Kepala Sekolah dalam Meningkatkan Kompetensi

Guru”, dari www.google.com, 04

(7)

23 23 13 E. Mulyasa, Standar Kompetensi dan Sertifikasi

Guru…, h. 11

24 24 14 Soetjipto dan Raflis Kosasi,

Profesi Keguruan…, h. 18 25 25 14 H. Syafruddin Nurdin, Guru

Profesional & Implementasi

Kurikulum, (Jakarta: Quantum Teaching, 2003), Cet. Ke-3, h. 15-16

26 26 16 Oemar Hamalik, Pendidikan

Guru Berdasarkan

Pendekatan Kompetensi,

(Jakarta: PT Bumi Aksara, 2002), Cet. Ke-1, h. 36-38 27 27 16 Muhamad Nurdin, Kiat

Menjadi Guru

Profesional…, h. 123

28 28 17 Soetjipto dan Raflis Kosasi,

Profesi Keguruan…, h. 37

29 29 17 H. Syaiful Sagala,

Administrasi Pendidikan

Kontemporer…, h. 217 30 30 17 E. Mulyasa, Standar

Kompetensi dan Sertifikasi

Guru…, h. 21

31 31 18 H. Syafruddin Nurdin, Guru Profesional & Implementasi

(8)

33 33 20 Muhibbin Syah, Psikologi

Pendidikan dengan

Pendekatan Baru,

(Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2003), Cet. Ke-8, h. 242-243

34 34 20 Muhibbin Syah, Psikologi

Pendidikan dengan

Pendekatan Baru…, h. 251

35 35 20 Abdullah Idi,

Pengembangan Kurikulum

Teori dan Praktik, (Jakarta: Gaya Media Pratama, 1999), Cet. Ke-1, h. 160-161

36 36 21 Muhibbin Syah, Psikologi

Pendidikan dengan

Pendekatan Baru…, h. 251

37 37 21 Abdullah Idi,

Pengembangan Kurikulum

Teori dan Praktik…, h. 16

38 38 21 Abdullah Idi,

Pengembangan Kurikulum

Teori dan Praktik…, h. 160 39 39 22 Syaiful Bahri Djamarah dan

(9)

PT Rineka Cipta, 1997), Cet. Ke-1, h. 5-6

40 40 22 Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar…, h. 58 41 41 22 H. Syafruddin Nurdin, Guru

Profesional & Implementasi

Kurikulum…, h. 111-112 42 42 22 Harjanto, Perencanaan

Pengajaran, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 1997), Cet. Ke-1, h. 277

43 43 23 Muhibbin Syah, Psikologi

Pendidikan dengan

Pendekatan Baru…, h. 251-252

44 44 23 H. Syafruddin Nurdin, Guru

Profesional & Implementasi

Kurikulum…, h. 112

45 45 24 Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar…, h. 120-121

46 46 24 Harjanto, Perencanaan Pengajaran…, h. 277-278

47 47 24 T. Hani Handoko,

Manajemen Personalia dan

Sumberdaya Manusia,

(Yogyakarta: BPFE Yogyakarta, 2000), Cet.

(10)

Profesionalisme Tenaga

Kependidikan…, h. 47 49 49 25 Soetjipto dan Raflis Kosasi,

Profesi Keguruan…, h. 54--55

50 50 26 Sudarwan Danim, Inovasi Pendidikan dalam Upaya

Peningkatan

Profesionalisme Tenaga

Kependidikan…, h. 38-39 51 51 26 Sudarwan Danim, Inovasi

Pendidikan dalam Upaya

Peningkatan

Profesionalisme Tenaga

Kependidikan…, h. 45 52 52 26 Soetjipto dan Raflis Kosasi,

Profesi Keguruan…, h. 53-54

53 53 27 B.Suryosubroto,

Manajemen Pendidikan Di

Sekolah, (Jakarta: PT

Rineka Cipta, 2004), Edisi Revisi, Cet. Ke-1, h. 190-192

54 54 27 Sudarwan Danim, Inovasi Pendidikan dalam Upaya

Peningkatan

Profesionalisme Tenaga

(11)

55 55 28 Sudarwan Danim, Inovasi Pendidikan dalam Upaya

Peningkatan

Profesionalisme Tenaga

Kependidikan…, h. 51 56 56 29 Nanang Fattah, Landasan

Manajemen Pendidikan,

(Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2004), Cet. Ke-7, h. 88

57 57 29 H. Syaiful Sagala,

Administrasi Pendidikan

Kontemporer…, h. 143-144 58 58 29 Tholib Kasan, Teori &

Aplikasi Administrasi

Pendidikan, (Jakarta: Studia Press), h. 136

59 59 29 Yayat M. Herujito,

Dasar-dasar Manajemen

Pendidikan, (Jakarta: PT Grasindo, 2001), h. 179

60 60 30 H. Syaiful Sagala,

Administrasi Pendidikan

Kontemporer…, h. 143

61 61 30 M. Ngalim Purwanto,

Administrasi dan Supervisi

Pendidikan, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2007), Cet. Ke-17, h. 64

62 62 31 Wahjosumidjo,

Kepemimpinan Kepala

(12)

M. Ngalim Purwanto,

Administrasi dan Supervisi

Pendidikan…, h. 66

64 64 31 E. Mulyasa, Menjadi

Kepala Sekolah Profesional,

(Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2004), Cet. Ke-4, h. 100

65 65 32 E. Mulyasa, Menjadi

Kepala Sekolah

Profesional…, h. 100-101 66 66 32 Wahjosumidjo,

Kepemimpinan Kepala

Sekolah…, h. 207

67 67 33 E. Mulyasa, Menjadi

Kepala Sekolah

Profesional…, h. 103

68 68 34 E. Mulyasa, Menjadi

Kepala Sekolah

Profesional…, h. 107

69 69 34 M. Ngalim Purwanto,

Administrasi dan Supervisi

Pendidikan…, h. 119

70 70 35 M. Ngalim Purwanto,

Administrasi dan Supervisi

Pendidikan…, h. 119-120

71 71 36 B.Suryosubroto,

Manajemen Pendidikan Di

(13)

72 72 36 B.Suryosubroto,

Manajemen Pendidikan Di

Sekolah…, h. 188

73 73 37 E. Mulyasa, Menjadi

Kepala Sekolah

Profesional…, h. 118

74 74 38 E. Mulyasa, Menjadi

Kepala Sekolah

Profesional…, h. 121-122

Jakarta, 02 Pebruari 2010

(14)

“Pengembangan Kompetensi Profesional Guru Oleh Kepala Sekolah Di

SMK Islamiyah Ciputat”, yang disusun oleh: Nama : Daru Fajarullah

NIM : 102018224175

Fak/Jur/Prodi : Tarbiyah/Kependidikan Islam/Manajemen Pendidikan

Telah diuji kebenarannya oleh dosen pembimbing skripsi pada tanggal 02 Pebruari 2010.

Jakarta, 02 Pebruari 2010 Dosen Pembimbing

(15)

LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa:

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 (S1) di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan skripsi ini telah saya

cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 02 Pebruari 2010

Daru Fajarullah

(16)

meningkatkan kompetensi profesional guru dapat dilakukan melalui optimalisasi peran kepala sekolah.

Terkait dengan hal tersebut, penulis melakukan penelitian di SMK Islamiyah mengenai ”Pengembangan Kompetensi Profesional Guru oleh Kepala Sekolah di SMK Islamiyah Ciputat”. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut; (1) mengetahui usaha-usaha kepala sekolah dalam pengembangan kompetensi profesional guru, (2) mengetahui efektifitas pengembangan kompetensi profesional guru yang dilakukan oleh kepala sekolah.

Metode yang penulis gunakan adalah penelitian deskriptif yaitu metode penelitian yang menggambarkan dan menginterpretasikan objek penelitian sesuai dengan apa adanya. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Metode deskriptif kualitatif adalah jenis penelitian yang memberikan gambaran atas suatu keadaan sejelas mungkin tanpa perlakuan terhadap objek yang diteliti.

Hasil yang penulis peroleh dalam penelitian ini adalah sebagai berikut; pengembangan kompetensi profesional guru yang dilakukan oleh kepala sekolah di SMK Islamiyah sudah efektif. Namun, masi banyak hal yang perlu ditingkatkan lagi terkait dengan kegiatan-kegiatan bimbingan yang diberikan oleh kepala sekolah.

Sebagai bahan masukan bagi sekolah penulis memberikan rekomendasi sebagai berikut; (1) Kepala sekolah hendaknya dapat lebih mengoptimalkan perannya dalam pengembangan kompetensi profesional guru, (2) Kepada guru hendaknya dapat terus meningkatkan kompetensinya baik melalui kegiatan-kegiatan pengembangan yang dilakukan oleh kepala sekolah maupun pengembangan secara individual, yaitu harus aktif menjadi peneliti, seperti membaca, bertukar pendapat, melakukan observasi, melakukan analisis kritis, dan lain-lain.

(17)

KATA PENGANTAR

ﻢﻴﺣﺮﻟا

ﻦﻤﺣﺮﻟا

ﷲا

ﻢﺴﺑ

Puji syukur Ke hadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan

hidayahNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini sebagai persyaratan

penyelesaian Program Strata 1 (S1) di Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah Jakarta.

Shalawat beserta salam semoga selalu tercurahkan kepada Baginda Nabi

Muhammad SAW yang telah memberikan tauladan yang baik kepada umat

manusia di muka bumi ini.

Tidak lupa semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian skripsi ini,

dengan penuh kerendahan hati penulis mengucapkan terima kasih yang tak

terhingga kepada:

1. Prof. Dr. Dede Rosyada, M.A, Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan

Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Drs. Rusydy Zakaria, M.Ed.,M.Phil, Ketua Jurusan Kependidikan Islam.

3. Drs. H. Mu’arif SAM, M.Pd, Ketua Program Studi Manajemen

Pendidikan.

4. Dra. Yefnelty, Z., M.Pd, Dosen Pembimbing Skripsi, yang telah

memberikan pengarahan kepada penulis selama menjalani bimbingan

sehingga penulisan skripsi ini dapat terselesaikan.

5. Drs. Alisuf Sabri, Dosen Penasehat Akademik, atas bimbingan dan

pengarahannya selama menjalani studi di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

6. Dosen Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, khususnya Program Studi

Manajemen Pendidikan atas bimbingannya selama penulis menempuh

studi di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

7. Pengelola Perpustakaan Utama dan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

8. Drs. Mas’ud, Kepala Sekolah SMK Islamiyah Ciputat beserta dewan guru,

atas bantuannya selama penulis melakukan penelitian di SMK Islamiyah

Ciputat.

(18)

“rabbighfirlii waliwaalidayya warhamhumaa kamaa rabbayaanii

shagiirah” , juga kakak dan adik-adik tercinta atas motivasi dan do’anya

untuk penulis.

10.Sahabat hatiku tercinta Euis Ismawati (adhe), atas perhatian, motivasi dan

do’anya selama ini.

11.Kawan-kawan Jurusan/Prodi KI-Manajemen Pendidikan angkatan 2002,

khususnya kelas C, terima kasih atas kebersamaanya selama menjalani

studi di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Akhir kata, hanya kepada Allah penulis berserah diri dan menyerahkan semua

semoga amal baik mereka diberikan balasan yang layak oleh Allah SWT. Semoga

skripsi ini bermanfaat khususnya bagi penulis dan umumnya bagi pembaca.

Jakarta, 02 Pebruari 2010

Penulis

(19)

DAFTAR ISI

A. Latar Belakang Masalah ………...….

B. Identifikasi Masalah ………...

C. Pembatasan Masalah ………...…..

D. Perumusan Masalah ………...

E. Manfaat Penelitian ………...…...…...

BAB II KAJIAN TEORI

A. Kompetensi Profesional Guru.………..

1. Pengertian kompetensi profesional guru……….……

2. Kriteria profesional guru……….

3. Indikator kompetensi profesional guru………

4. Upaya pengembangan kompetensi profesional guru…….

B. Peran Kepala Sekolah dalam Pengembangan Kompetensi

Profesional Guru………

1. Kepala sekolah sebagai pemimpin…………..……….

2. Kepala sekolah sebagai edukator……….

3. Kepala sekolah sebagai manajer………..

4. Kepala sekolah sebagai administrator……….

5. Kepala sekolah sebagai supervisor………..

6. Kepala sekolah sebagai innovator………

7. Kepala sekolah sebagai motivator………

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

A. Tujuan Penelitian ………..

B. Tempat dan Waktu Penelitian ………...

C. Metodologi Penelitian ………..……….

(20)

G. Teknik Analisa Data ………..….……..

BAB IV HASIL PENELITIAN

A. Gambaran Pengembangan Kompetensi Profesional Guru...

B. Deskripsi dan Analisa Data….……….………..

C. Pembahasan Hasil Penelitian……….

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ………..……….

B. Saran ………..……..……….

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN-LAMPIRAN

43

46

48

62

64

65

(21)

DAFTAR TABEL

1. Kisi-kisi instrumen penelitian ………..

2. Bimbingan dalam merumuskan standar kompetensi………

3. Bimbingan dalam menyusun program semester….………..

4. Diskusi tentang penggunaan metode dan teknik mengajar ………..

5. Bimbingan dalam memilih dan menilai buku untuk perpustakaan……...

6. Bimbingan dalam memilih bahan pelajaran ……….

7. Bimbingan dalam memilih dan memanfaatkan sumber belajar ………...

8. Pengarahan dalam penyusunan silabus……….

9. Pembahasan pelaksanaan kurikulum di sekolah ………..

10.Pengadaan perpustakaan sekolah ……….

11.Memilih media instruksional ………...

12.Mengadakan pertemuan individual dengan guru…………..………

13.Mengatasi hambatan-hambatan dalam proses belajar mengajar………...

14.Kunjungan kelas ………...

15.Tindak lanjut hasil kunjungan kelas ……….

16.Pemantauan terhadap pemanfaatan waktu belajar secara efektif………..

17.Penilaian terhadap kinerja guru dalam pengajaran ………..

18.Tindak lanjut hasil penilaian kinerja guru……….

19.Analisis hasil ulangan harian siswa ……….

20.Bimbingan dalam menyusun soal-soal subsumatif dan sumatif ………..

21.Penggunaan hasil evaluasi belajar siswa untuk perbaikan ………...

22.Nilai rata-rata skor hasil penelitian………...

(22)

viii 2. Surat keterangan bimbingan skripsi

3. Surat keterangan penelitian dari SMK Islamiyah

4. Hasil wawancara dengan Kepala Sekolah SMK Islamiyah

5. Angket penelitian untuk tenaga pendidik SMK Islamiyah Ciputat

6. Program Kerja Kepala Sekolah dan Program Sekolah

7. Keadaan guru dan tata usaha SMK Islamiyah Ciputat Tahun Diklat 2007/2008

dan 2008/2009

8. Keadaan siswa SMK Islamiyah Ciputat Tahun Diklat 2009/2010

9. Keadaan sarana dan prasarana

10.Laporan pencapaian program pada unit SMK Islamiyah Tahun 2007

11.Laporan kesesuaian mengajar pada SMK Islamiyah Tahun Diklat 2007/2008

12.Jadwal kegiatan belajar mengajar SMK Islamiyah Ciputat Tahun Diklat

2009/2010

(23)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Guru adalah figur yang mulia, kehadiran guru di tengah-tengah kehidupan manusia sangat penting, tanpa ada guru atau seseorang yang dapat ditiru, diteladani oleh manusia untuk belajar dan berkembang, manusia tidak akan memiliki budaya, norma, dan agama.

Guru merupakan orang yang memberi bekal pengetahuan, pengalaman, dan menanamkan nilai-nilai, budaya dan agama terhadap anak didik, dalam proses pendidikan guru memegang peran penting setelah orang tua dan keluarga di rumah. Di lembaga pendidikan guru menjadi orang pertama, bertugas membimbing, mengajar, dan melatih anak didik mencapai kedewasaan.

Guru di sekolah memiliki peran ganda, dipundaknya mereka mengemban mutu pendidikan, disamping itu guru juga seseorang manajerial yang akan mengelola proses pembelajaran, merencanakan proses pembelajaran, mendesain pembelajaran, melaksanakan aktivitas pembelajaran bersama siswa, dan melakukan pengontrolan atas kecakapan dan prestasi siswa-siswa.

Proses belajar dan hasil belajar bukan saja ditentukan oleh sekolah, pola, struktur, dan isi kurikulumnya, akan tetapi sebagian besar ditentukan oleh kompetensi guru yang mengajar dan membimbing mereka. Guru yang kompeten akan lebih mampu menciptakan lingkungan belajar yang efektif, menyenangkan,

(24)

dan akan lebih mampu mengelola kelasnya, sehingga belajar para siswa berada pada tingkat optimal.

Adapun kompetensi guru (teacher competency) the ability of a teacher to responsibibly perform has or her duties appropriately.1 Kompetensi guru merupakan kemampuan seseorang guru dalam melaksanakan kewajiban-kewajiban secara bertanggung jawab dan layak.

Guru merupakan jabatan atau profesi yang memerlukan keahlian khusus. Pekerjaan ini tidak bisa dilakukan oleh orang yang tidak memiliki keahlian untuk melakukan kegiatan atau pekerjaan sebagai guru. Untuk menjadi guru tidak mudah, diperlukan syarat-syarat khusus, apalagi sebagai guru yang profesional yang harus menguasai betul seluk-beluk pendidikan, pengajaran dengan berbagai ilmu pengetahuan lainnya yang perlu dibina dan dikembangkan melalui masa pendidikan tertentu atau pendidikan prajabatan.2

Profesi guru pada saat ini masih banyak dibicarakan orang, baik di kalangan para pakar pendidikan maupun di luar pakar pendidikan. Hampir setiap hari media massa khususnya media massa cetak baik harian maupun mingguan mamuat berita tentang guru. Ironisnya berita-berita tersebut banyak yang cenderung melecehkan posisi guru, baik sifatnya menyangkut kepentingan umum sampai kepada hal-hal yang sifatnya sangat pribadi, sedangkan dari pihak guru sendiri nyaris tak mampu membela diri.

Masyarakat/orang tua murid pun kadang-kadang mencemoohkan dan menuding guru tidak kompeten, tidak berkualitas dan sebagainya, manakala putra/putrinya tidak bisa menyelesaikan persoalan yang ia hadapinya sendiri atau memiliki kemampuan yang tidak sesuai dengan keinginannya. Tentu saja tuduhan dan protes dari berbagai kalangan tersebut akan merongrong wibawa guru, bahkan cepat atau lambat, pelan tapi pasti akan menurunkan martabat guru. Sikap dan perilaku masyarakat tersebut memang bukan tanpa alasan, karena memang ada sebagian kecil oknum guru yang melanggar/menyimpang dari kode etik sebagai seorang guru.3

Masalah guru adalah masalah yang penting. Penting oleh sebab guru turut menentukan mutu pendidikan. Mutu pendidikan merupakan salah satu masalah

1

Moh. Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2005), Edisi ke II, Cet. Ke-17, h. 14

2

Moh. Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional…, h. 5

3

(25)

3

nasional yang sedang dihadapi dan mendapat perhatian sungguh-sungguh dalam sistem pendidikan nasional di Indonesia dewasa ini mengingat mutu pendidikan merupakan sumber dari kemajuan dan kesejahteraan bangsa.

Masalah mutu pendidikan hingga saat ini masih menjadi suatu problematika yang bersifat umum, karena pada saat orang membicarakan mutu pendidikan tidak kelihatan dengan jelas ukuran mutu yang sebenarnya. Ada yang merisaukan ukuran mutu karena mengetahui keterbatasan pengetahuan siswa tentang suatu bidang pelajaran, karena melihat kemampuan membaca dan menulis para pelajar, karena melihat rendahnya disiplin sosial generasi muda. Oleh karena itu, menyadari pentingnya mutu dalam pendidikan maka dipandang perlu setiap lembaga pendidikan untuk memperbaiki atau meningkatkan kualitas pendidiknya yaitu guru, mengingat posisi guru dalam suatu lembaga pendidikan sangat besar pengaruhnya dalam meningkatkan kualitas anak didik.

Sekolah sebagai suatu organisasi senantiasa menginginkan personil-personilnya melaksanakan tugas secara optimal dan menyumbangkan segenap kemampuannya untuk kepentingan organisasi, serta bekerja lebih baik dari hari ke hari. Disamping itu, pegawai sendiri sebagai manusia juga membutuhkan peningkatan dan perbaikan pada dirinya termasuk dalam tugasnya. Sehubungan dengan itu, fungsi pembinaan dan pengembangan pegawai merupakan fungsi pengelolaan personil yang mutlak perlu, untuk memperbaiki, menjaga, dan meningkatkan kinerja pegawai.

Kepala sekolah sebagai pemimpin suatu lembaga pendidikan memegang peranan yang sangat penting dalam rangka meningkatkan profesionalisme para personil sekolah yang dikelolanya, terutama guru. Mengingat guru merupakan media yang sangat penting artinya dalam rangka pembinaan dan pengembangan bangsa.

(26)

pendidikan sangat bergantung pada kadar kualitas tenaga pendidik yaitu guru. Kadar kualitas tenaga pendidik dapat menjadi salah satu penyebab kualitas out put sekolah. Mutu tenaga pendidik merupakan faktor utama dalam usaha meningkatkan mutu pendidikan sekolah yang pada gilirannya akan sangat mempengaruhi kemajuan masyarakat yang menjadi supra sistem sekolah.

Dari uraian tersebut di atas telah jelas bahwa pengembangan kompetensi profesional guru merupakan hal penting yang harus dilakukan agar guru selalu miliki sikap terbuka dan dapat mengikuti perkembangan baru dalam bidang pendidikan. Dimana pada dasarnya kegiatan tersebut dilakukan untuk memperbaiki dan meningkatkan pengetahuan, keterampilan, sikap, dan sifat-sifat kepribadian yang dapat membangkitkan semangat untuk bekerja secara profesional.

Mengenai Sekolah Menengah Kejuruan SMK Islamiyah Ciputat merupakan sekolah kejuruan yang berada di bawah naungan Yayasan Islamiyah. Didirikan pada tahun 1981 yang dipelopori oleh Drs. Syaeful Millah, MM. MBA., dkk.

Dalam perkembangannya sekolah ini terbilang cukup baik, awalnya sekolah ini hanya membuka satu bidang keahlian yaitu Bidang Tata Niaga (Penjualan), kemudian pada tahun 1987 dibuka jurusan Tata Usaha (Administrasi Perkantoran), dan pada tahun 2000 dibuka jurusan Akuntansi. Selanjutnya, seiring perkembangan zaman dengan semakin canggihnya teknologi dan komunikasi dimana arus informasi semakin maju dan cepat sekolah ini membuka satu bidang keahlian lagi yaitu Bidang Keahlian Teknologi Informasi dengan Program Keahlian Teknologi Komputer dan Jaringan (TKJ).

(27)

5

yang ada masi terdapat 2 guru dengan jenjang pendidikan SM/D3, terdapat guru yang berlatar belakang pendidikan bukan dari bidang pendidikan dan terdapat guru yang mengajar tidak sesuai dengan bidang keahliannya.

Berdasarkan permasalahan di atas, penulis merasa tertarik untuk meneliti dengan judul “PENGEMBANGAN KOMPETENSI PROFESIONAL GURU OLEH KEPALA SEKOLAH DI SMK ISLAMIYAH CIPUTAT”

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, dapat dilakukan identifikasi masalah sebagai berikut:

1. Kurangnya sosialisasi yang diberikan oleh kepala sekolah kepada guru tentang penerapan KTSP di sekolah sehingga masi terdapat guru yang belum memahami KTSP, Penyusunan Program Kerja Guru (Pembuatan Program Kerja Guru, Silabus, dan RPP).

2. Kurangnya pembinaan yang diberikan oleh kepala sekolah kepada guru terkait pengelolaan program pembelajaran sehingga masi terdapat beberapa guru yang belum dapat melaksanakan kegiatan pembelajaran secara maksimal.

3. Guru mengalami hambatan dalam melaksanakan pengembangan peserta didik karena minimnya dana yang dimiliki sekolah dan sarana prasarana pendidikan yang belum memadai.

4. Terdapat hambatan yang dialami guru dalam melakukan pengembangan tehadap bidang studi yang diajarkan kerana tidak sesuai dengan bidang keahliannya.

5. Kurangnya penguasaan guru terhadap landasan-landasan kependidikan karena latar belakang pendidikan guru bukan dari bidang pendidikan.

(28)

C. Pembatasan dan Perumusan Masalah

1. Pembatasan Masalah

Dari identifikasi masalah di atas, penulisan skripsi ini penulis batasi pada masalah pengembangan kompetensi profesional guru oleh kepala sekolah yang mencakup pembinaan dalam mengelola program pembelajaran.

2. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah, identifikasi masalah dan pembatasan masalah di atas, penulis merumuskan masalah sebagai berikut:

a) Bagaimana kepala sekolah mengembangkan kompetensi profesional guru SMK Islamiyah Ciputat?

b) Seberapa efektif pengembangan kompetensi profesional guru di SMK Islamiyah Ciputat?

D. Manfaat Penelitian

1. Secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat memperkaya khasanah kepustakaan pendidikan, khususnya mengenai pengembangan kompetensi profesional guru.

(29)

7

BAB II

KAJIAN TEORI

A. Kompetensi Profesional Guru

1. Pengertian Kompetensi Profesional Guru

Pembahasan mengenai kompetensi profesional guru, terlebih dahulu penulis awali dengan mengangkat beberapa literatur tentang arti dari profesi, profesional, dan profesionalisme guna memahami kedudukan guru sebagai jabatan profesional.

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia Profesi berarti ”bidang pekerjaan yang dilandasi pendidikan keahlian (keterampilan, kejuruan dan sebagainya) tertentu. Kata profesional berarti bersangkutan dengan profesi, memerlukan kepandaian khusus untuk menjalankannya. Profesionalisme berarti mutu, kualitas, dan tindak tanduk yang merupakan ciri suatu profesi atau orang yang profesional.”4

Menurut Peter Salim yang dikutip oleh Muhamad Nurdin, “profesi merupakan suatu bidang pekerjaan yang berdasarkan pada pendidikan keahlian tertentu.”5 Pada sumber yang sama Sikun Pribadi mengemukakan bahwa “profesi pada hakikatnya merupakan suatu pernyataan bahwa seseorang akan mengabdikan

4

Depdikbud, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1995), Edisi II, Cet. Ke-4, h. 789

5

Muhamad Nurdin, Kiat Menjadi Guru Profesional, (Yogyakarta: Prismaso PHIE, 2004), Cet. ke-1, h. 119-120

(30)

dirinya kepada suatu jabatan atau pekerjaan, karena orang tersebut merasa terpanggil untuk menjabat pekerjaan itu.”6

Menurut Ornstein dan Levine yang dikutip oleh Soetjipto dan Raflis Kosasi, profesi adalah jabatan yang sesuai dengan pengertian profesi di bawah ini:

1) Melayani masyarakat, merupakan karier yang akan dilaksanakan sepanjang hayat (tidak berganti-ganti pekerjaan)

2) Memerlukan bidang ilmu dan keterampilan tertentu di luar jangkauan khalayak ramai (tidak semua orang dapat melakukannya)

3) Menggunakan hasil penelitian dan aplikasi dari teori ke praktek 4) Mempunyai organisasi yang diatur oleh anggota profesi sendiri

5) Mempunyai kode etik untuk menjelaskan hal-hal yang meragukan atau menyangsikan yang berhubungan dengan layanan yang diberikan

6) Mempunyai kadar kepercayaan yang tinggi dari publik dan kepercayaan diri setiap anggotanya

7) Mempunyai status sosial dan ekonomi yang tinggi (bila dibandingkan dengan jabatan yang lainnya).7

H. Syaiful Sagala mengatakan bahwa pada prinsipnya profesi adalah suatu lapangan pekerjaan yang dalam melakukan tugasnya memerlukan teknik dan prosedur ilmiah, memiliki dedikasi yang tinggi dalam menyikapi pekerjaan serta berorientasi pada pelayanan yang baik. Artinya bahwa dalam konteks ini profesi guru dapat dikategorikan suatu pekerjaan ideal memberikan pelayanan pendidikan kepada masyarakat yang membutuhkannya dan memberi tauladan yang baik.8

Dari pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa profesi adalah suatu bidang pekerjaan yang memerlukan keahlian khusus dari para pelakunya dalam menjalankan tugas keprofesiannya.

Kata profesional menurut Nana Sudjana yang dikutip oleh Moh. Uzer Usman, “profesional berasal dari kata sifat yang berarti pencaharian dan sebagai kata

6

Muhamad Nurdin, Kiat Menjadi Guru Profesional…, h. 120

7

Soetjipto dan Raflis Kosasi, Profesi Keguruan, (Jakarta: Rineka Cipta, 2004), Cet. ke-2, h. 15-16

8

(31)

9

benda yang berarti orang yang mempunyai keahlian, seperti guru, dokter, hakim dan sebagainya. Dengan kata lain pekerjaan yang bersifat profesional adalah“pekerjaan yang hanya dapat dikerjakan oleh mereka yang khusus dipersiapkan untuk itu dan bukan pekerjaan yang dilakukan oleh mereka yang karena tidak dapat memperoleh pekerjaan lain.”9

Dalam UU RI No. 14 Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen yang dikutip oleh H. Martinis Yamin, istilah profesional berarti “pekerjaan atau kegiatan yang dilakukan oleh seseorang dan menjadi sumber penghasilan kehidupan yang memerlukan keahlian, kemahiran, atau kecakapan yang memenuhi standar mutu atau norma tertentu serta memerlukan pendidikan profesi.”10

Menurut Sudarwan Danim kata profesional merujuk pada dua hal. Pertama,

orang yang menyandang suatu profesi, seperti “Ali adalah seorang profesional.”

Kedua, kinerja atau performance seseorang dalam melakukan pekerjaan yang sesuai dengan profesinya.11

Sedangkan istilah profesionalisme menurut Freidson yang dikutip oleh H. Syaiful Sagala menjelaskan bahwa profesionalisme adalah “sebagai komitmen untuk ide-ide profesional dan karir. Secara operatif profesionalisme memiliki aturan dan komitmen untuk memberi definisi jabatan keilmuwan teknik dan jabatan yang akan diberikan pada pelayanan masyarakat agar secara khusus pandangan-pandangan jabatan dikoreksi secara keilmuwan dan etika sebagai pengukuhan terhadap profesionalisme. Profesionalisme tidak dapat dilakukan atas dasar perasaan, kemauan, pendapat, atau semacamnya tetapi benar-benar dilandasi oleh pengetahuan secara akademik.”12 Pada sumber yang sama Paure mengatakan bahwa “profesionalisme harus mereduksi lama pendidikan untuk memberikan kualifikasi bagus tanpa mengurangi standar dengan metodologi pengajaran yang tepat, percepatan proses belajar, menyeleksi ilmu yang diberikan,

9

Moh. Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional…, h. 14

10

H. Martinis Yamin, Profesionalisasi Guru & Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi, (Jakarta: Gaung Persada Press, 2006), Cet. ke-1, h. 192

11

Sudarwan Danim, Inovasi Pendidikan dalam Upaya Peningkatan Profesionalisme Tenaga Kependidikan, (Bandung: Pustaka Setia, 2002), Cet. ke-1, h. 22-23

12

(32)

mengkombinasikan studi dengan pekerjaan secara langsung dalam fase-fase yang terintegrated.”13

Menurut Sudarwan Danim, “profesionalisme berasal dari kata bahasa Inggris

professionalism yang secara leksikal berarti sifat profesional. Atau dengan kata lain, profesionalisme dapat diartikan sebagai komitmen para anggota suatu profesi untuk meningkatkan kemampuan profesionalnya dan terus menerus mengembangkan strategi-strategi yang digunakannya dalam melakukan pekerjaan sesuai dengan profesinya itu.”14

Dalam kaitannya dengan profesi guru menurut Agus F. Tamyong yang dikutip oleh Moh. Uzer Usman mengemukakan bahwa guru profesional adalah “orang yang memiliki kemampuan dan keahlian khusus dalam bidang keguruan sehingga ia mampu melakukan tugas dan fungsinya sebagai guru dengan kemampuan maksimal.” Atau dengan kata lain, guru profesional adalah orang yang terdidik dan terlatih dengan baik, serta memiliki pengalaman yang kaya dibidangnya.15 Berdasarkan pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa guru secara profesional adalah orang yang telah dipersiapkan untuk menjalankan tugas dan fungsinya sebagai pendidik dengan bekal kemampuan dan keterampilan khusus di bidang keguruan.

Mengajar sebagai profesi menjadikan tugas guru secara langsung menyentuh manusia menyangkut kepentingan dan kebutuhannya untuk tumbuh dan berkembang ke arah kedewasaan dan kemandirian melalui proses pembelajaran. Sebagai agen pembaharuan, guru berfungsi penting di tengah masyarakat umumnya, dan khususnya dalam proses belajar mengajar. Guru memiliki dua fungsi istimewa yang sekaligus membedakannya dari pegawai atau pekerja lainnya dalam masyarakat, yakni mengadakan suatu jembatan antara sekolah dengan dunia luar, serta mengadakan hubungan antara dunia muda dengan dunia dewasa dalam konteks pembelajaran.

13

H. Syaiful Sagala, Administrasi Pendidikan Kontemporer…, h. 199

14

Sudarwan Danim, Inovasi Pendidikan dalam Upaya Peningkatan Profesionalisme Tenaga Kependidikan…, h. 23

15

(33)

11

Sejalan dengan hal tersebut, jabatan guru sebagai suatu profesi dituntut agar memiliki kompetensi-kompetensi tertentu yang sesuai dengan profesi keguruan. Kompetensi dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia berarti “(kewenangan) kekuasaan untuk menentukan atau memutuskan sesuatu hal.”16 Menurut Charles E. Johnson yang dikutip oleh Moh. Uzer Usman mengungkapkan “competency as a rational ferformance wich satisfactorily meets the objective for a desired

condition.”17 Kompetensi merupakan perilaku yang rasional untuk mencapai tujuan yang dipersyaratkan sesuai dengan kondisi yang diharapkan.

Menurut W. Robert Houston yang dikutip oleh Roestiyah N.K. mengungkapkan “competence”ordinarily is defined as”adequacy for a task”or as”possession of require knowledge, skill and abilities.”18 Kompetensi adalah suatu tugas yang memadai, atau pemilikan pengetahuan, keterampilan dan kemampuan yang dituntut oleh jabatan seseorang.

Dalam UU RI No. 14 Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen, “kompetensi adalah seperangkat pengetahuan, keterampilan, dan perilaku yang harus dimiliki, dihayati, dan dikuasai oleh guru atau dosen dalam melaksanakan tugas keprofesionalan.”19

Menurut E. Mulyasa kompetensi guru merupakan perpaduan antara kemampuan personal, keilmuan, teknologi, sosial, dan spiritual yang secara kaffah membentuk kompetensi standar profesi guru, yang mencakup penguasaan materi, pemahaman terhadap peserta didik, pembelajaran yang yang mendidik, pengembangan pribadi dan profesionalisme.20

Menurut Cogan yang dikutip oleh H. Syaiful Sagala kompetensi guru harus mempunyai: (1) kemampuan untuk memandang dan mendekati masalah-masalah pendidikan dari perspektif masyarakat global; (2) kemampuan untuk bekerjasama dengan orang lain secara koperatif dan bertanggung jawab sesuai dengan peranan

16

Depdikbud, Kamus Besar Bahasa Indonesia..., h. 516

17

Moh. Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional…, h. 14

18

Roestiyah N.K. dkk, Masalah-Masalah Ilmu Keguruan, (Jakarta: Bina Aksara, 1989), Cet. ke-3, h. 4

19

H. Martinis Yamin, Profesionalisasi Guru & ImplementasiKurikulum Berbasis kompetensi…, h. 192

20

(34)

dan tugas dalam masyarakat; (3) kapasitas kemampuan berpikir secara kritis dan sistematis; dan (4) keinginan untuk selalu meningkatkan kemampuan intelektual sesuai dengan tuntutan jaman yang selalu berubah sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.21

Dalam perspektif kebijakan pendidikan nasional pemerintah telah merumuskan empat jenis kompetensi guru sebagaimana tercantum dalam Penjelasan Peraturan Pemerintah No. 14 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, yaitu:

1. Kompetensi pedagogik yaitu merupakan kemampuan dalam pengelolaan peserta didik yang meliputi: (a) pemahaman wawasan atau landasan kependidikan; (b) pemahaman terhadap peserta didik; (c) pengembangan kurikulum/silabus; (d) perancangan pembelajaran; (e) pelaksanaan pembelajaran yang mendidik dan dialogis; (f) evaluasi hasil belajar; dan (g) pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya.

2. Kompetensi kepribadian yaitu merupakan kemampuan kepribadian yang: (a) mantap; (b) stabil; (c) dewasa; (d) arif dan bijaksana; (e) berwibawa; (f) berakhlak mulia; (g) menjadi teladan bagi peserta didik dan masyarakat; (h) mengevaluasi kinerja sendiri; dan (i) mengembangkan diri secara berkelanjutan.

3. Kompetensi sosial yaitu merupakan kemampuan pendidik sebagai bagian dari masyarakat untuk: (a) berkomunikasi lisan dan tulisan; (b) menggunakan teknologi komunikasi dan informasi secara fungsional; (c) bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesama pendidik, tenaga kependidikan, orangtua/wali peserta didik; dan (d) bergaul secara santun dengan masyarakat sekitar.

4. Kompetensi profesional merupakan kemampuan penguasaan materi pembelajaran secara luas dan mendalam yang meliputi: (a) konsep, struktur, dan metoda keilmuan/teknologi/seni yang menaungi/koheren dengan materi ajar; (b) materi ajar yang ada dalam kurikulum sekolah; (c) hubungan konsep

21

(35)

13

antar mata pelajaran terkait; (d) penerapan konsep-konsep keilmuan dalam kehidupan sehari-hari; dan (e) kompetisi secara profesional dalam konteks global dengan tetap melestarikan nilai dan budaya nasional.22

Berdasarkan pendapat para ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa kompetensi profesional guru adalah kemampuan penguasaan pengetahuan secara luas dan mendalam meliputi; konsep, struktur, dan metode keilmuan/teknologi sesuai bidang keahlian yang menjadi tanggung jawabnya sehingga memungkinkan membimbing peserta didik dalam mencapai hasil belajar yang optimal.

2. Kriteria Profesional Guru

Guru sebagai jabatan profesional bukanlah hal mudah yang bisa dilakukan oleh siapa saja, karena untuk menjadi guru profesional harus memenuhi kriteria-kriteria tertentu yang dipersyaratkan dalam profesi keguruan, sehingga tindakan seorang guru tidak menyimpang dari kaidah-kaidah yang telah disepakati bersama.

Menurut Supriadi yang dikutip oleh E. Mulyasa mengengemukakan bahwa untuk menjadi profesional, seorang guru dituntut memiliki minimal lima hal sebagai berikut.

1. mempunyai komitmen pada peserta didik dan proses belajarnya;

2. menguasai secara mendalam bahan/mata pelajaran yang diajarkannya serta cara mengajarnya kepada peserta didik;

3. bertanggung jawab memantau hasil belajar peserta didik melalui berbagai cara evaluasi;

4. mampu berpikir sistematis tentang apa yang dilakukannya dan belajar dari pengalamannya;

5. seyogyanya merupakan bagian dari masyarakat belajar dalam lingkungan profesinya.23

22

Akhmad Sudrajat, “Peran Kepala Sekolah dalam Meningkatkan Kompetensi Guru”, dari www.google.com, 04 Oktober 2008.

23

(36)

Dalam National education Association (NEA) yang dikutip oleh Soetjipto dan Raflis Kosasi menyarankan jabatan guru harus memenuhi kriteria-kriteria, sebagai berikut:

a) Jabatan yang melibatkan kegiatan intelektual.

b) Jabatan yang menggeluti suatu batang tubuh ilmu yang khusus.

c) Jabatan yang memerlukan persiapan profesional yang lama (dibandingkan dengan pekerjaan yang memerlukan latihan umum belaka).

d) Jabatan yang memerlukan ‘latihan dalam jabatan’ yang berkesinambungan. e) Jabatan yang menjanjikan karier hidup dan keanggotaan yang permanen. f) Jabatan yang menentukan baku (standarnya) sendiri.

g) Jabatan yang lebih mementingkan layanan di atas keuntungan pribadi. h) Jabatan yang mempunyai organisasi profesional yang kuat dan terjalin erat.24 Menurut Rochman Natawidjaja yang dikutip oleh H. Syafruddin Nurdin mengemukakan bahwa kriteria suatu profesi mencakup:

1) Ada standar untuk kerja yang baku dan jelas,

2) Ada lembaga pendidikan khusus yang menghasilkan pelakunya dengan program dan jenjang pendidikan yang baku serta memiliki standar akademik yang memadai dan yang bertanggung jawab tentang pengembangan ilmu pengetahuan yang melandasi profesi itu,

3) Ada organisasi yang mewadahi para pelakunya untuk mempertahankan dan memperjuangkan eksistensi dan kesejahteraannya,

4) Ada etika dan kode etik yang mengatur perilaku para pelakunya dalam memperlakukan kliennya,

5) Ada sistem imbalan terhadap jasa layanannya yang adil dan baku,

6) Ada pengakuan masyarakat (profesional, penguasa dan awam) terhadap pekerjaan itu sebagai suatu profesi.25

24

Soetjipto dan Raflis Kosasi, Profesi Keguruan..., h. 18

25

(37)

15

Hasil lokakarya Pembinaan Kurikulum Pendidikan Guru UPI Bandung yang dikutip oleh Oemar Hamalik dikatakan bahwa jabatan guru sebagai suatu profesi harus memenuhi kriteria sebagai berikut:

a. Fisik

- Sehat jasmani dan rohani.

- Tidak mempunyai cacat tubuh yang bisa menimbulkan ejekan/cemoohan atau rasa kasihan dari anak didik.

b. Mental/kepribadian

- Berkepribadian/berjiwa Pancasila. - Mampu menghayati GBHN.

- Mencintai bangsa dan sesama manusia dan rasa kasih sayang kepada anak didik.

- Berbudi pekerti yang luhur.

- Berjiwa kreatif, dapat memanfaatkan rasa pendidikan yang ada secara maksimal.

- Mampu menyuburkan sikap demokrasi dan penuh tenggang rasa.

- Mampu mengembangkan kreativitas dan tanggung jawab yang besar akan tugasnya.

- Mampu mengembangkan kecerdasan yang tinggi. - Bersifat terbuka, peka, dan inovatif.

- Menunjukkan rasa cinta kepada profesinya. - Ketaatannya akan disiplin.

- Memiliki sense of humor.

c. Keilmiahan/pengetahuan

- Memahami ilmu yang dapat melandasi pembentukan pribadi.

- Memahami ilmu pendidikan dan keguruan dan mampu menerapkannya dalam tugasnya sebagai pendidik.

- Memahami, menguasai, serta mencintai ilmu pengetahuan yang akan diajarkan.

(38)

- Senang membaca buku-buku ilmiah.

- Mampu memecahkan persoalan secara sistematis, terutama yang berhubungan dengan bidang studi.

- Memahami prinsip-prinsip kegiatan belajar mengajar d. Keterampilan

- Mampu berperan sebagai organisator proses belajar mengajar.

- Mampu menyusun bahan pelajaran atas dasar pendekatan struktural, interdisipliner, fungsional, behavior, dan teknologi.

- Mampu menyusun garis besar program pengajaran (GBPP).

- Mampu memecahkan dan melaksanakan teknik-teknik mengajar yang baik dalam mencapai tujuan pendidikan.

- Mampu merencanakan dan melaksanakan evaluasi pendidikan.

- Memahami dan mampu melaksanakan kegiatan dan pendidikan luar sekolah.26

Menurut Sardiman yang dikutip oleh Muhamad Nurdin mengemukakan bahwa suatu pekerjaan disebut profesi apabila memenuhi kriteria, sebagai berikut:

1) Memiliki spesialisasi dengan latar belakang teori yang luas, maksudnya memiliki pengetahuan umum dan keahlian khusus.

2) Merupakan karier yang dibina secara organisatoris, maksudnya adanya keterkaitan dalam suatu organisasi profesional, memiliki otonomi jabatan, kode etik, serta merupakan karya bakti seumur hidup.

3) Diakui masyarakat sebagai pekerjaan yang mempunyai status profesional dan memperoleh perlindungan hukum.27

Soetjipto dan Raflis Kosasi mengemukakan kriteria jabatan profesional antara lain bahwa jabatan itu melibatkan kegiatan intelektual, mempunyai batang tubuh ilmu yang khusus, memerlukan persiapan lama untuk memangkunya, memerlukan latihan dalam jabatan yang berkesinambungan, merupakan karier hidup dan keanggotaan yang permanen, menentukan baku

26

Oemar Hamalik, Pendidikan Guru Berdasarkan Pendekatan Kompetensi, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2002), Cet. ke-1, h. 36-38

27

(39)

17

perilakunya, mementingkan layanan, mempunyai organisasi profesional, dan mempunyai kode etik yang ditaati oleh anggotanya.28

Menurut Robert W. Rihe yang dikutip oleh H. Syaiful Sagala mengemukakan bahwa ada 7 ciri-ciri profesionalisasi jabatan guru yaitu:

1) Guru bekerja semata-mata hanya memberi pelayanan kemanusiaan bukan usaha untuk kepentingan pribadi.

2) Guru secara hukum dituntut memenuhi berbagai persyaratan untuk mendapatkan lisensi mengajar serta persyaratan yang ketat untuk menjadi anggota profesi keguruan.

3) Guru dituntut memiliki pemahaman serta keterampilan yang tinggi.

4) Guru dalam organisasi profesional memiliki publikasi yang dapat melayani para guru sehingga tidak ketinggalan bahkan selalu mengikuti perkembangan yang terjadi.

5) Guru selalu diusahakan mengikuti kursus-kursus, workshop, seminar, konvensi dan terlibat secara luas dalam berbagai kegiatan in service.

6) Guru diakui sepenuhnya sebagai suatu karier hidup (a live carier).

7) Guru memiliki nilai dan etika yang berfungsi secara nasional maupun secara lokal.29

Gary dan Margaret mengemukakan bahwa guru yang efektif dan kompeten secara profesional memiliki karakteristik sebagai berikut: (1) memiliki kemampuan menciptakan iklim belajar yang kondusif, (2) kemampuan mengembangkan strategi dan manajemen pembelajaran, (3) memiliki kemampuan memberikan umpan balik (feedback) dan penguatan (reinforcement), dan (4) memiliki kemampuan untuk peningkatan diri.30

3. Indikator Kompetensi Profesional Guru

Keberhasilan pembelajaran sebagian besar berada di tangan guru. Guru sangat berperan membantu peserta didik dalam mencapai hasil belajar yang optimal. Oleh karena itu, guru dalam menjalankan tugasnya sebagai tenaga pengajar perlu

28

Soetjipto dan Raflis Kosasi, Profesi Keguruan…, h. 37

29

H. Syaiful Sagala, Administrasi Pendidikan kontemporer…, h. 217

30

(40)

memahami dan menguasai kompetensi secara profesional guna terciptanya mutu pengajaran.

Salah satu dari tahapan mengajar yang harus dilalui oleh guru profesional adalah “menyusun perencanaan pengajaran” atau dengan kata lain disebut juga dengan “mendisain program pengajaran”. Dalam implementasi kurikulum atau pelaksanaan pengajaran, mendisain program pengajaran, melaksanakan proses belajar mengajar dan menilai hasil belajar siswa, merupakan rangkaian kegiatan yang saling berurutan dan tak terpisah satu sama lainnya (terpadu).31

Dalam kaitannya dengan pendapat ahli di atas, penulis akan menguraikan satu persatu tahapan-tahapan mengajar tersebut.

1) Mendisain Program Pengajaran

Proses belajar mengajar merupakan interaksi edukatif yang dilakukan oleh guru dan siswa di dalam situasi tertentu. Mengajar atau lebih spesifik lagi melaksanakan proses belajar mengajar bukanlah suatu pekerjaan yang mudah dan dapat terjadi begitu saja tanpa direncanakan sebelumnya, akan tetapi mengajar itu merupakan suatu kegiatan yang semestinya direncanakan dan didisain sedemikian rupa mengikuti langkah-langkah dan prosedur tertentu. Sehingga dengan demikian pelaksanaannya dapat mencapai hasil yang diharapkan.

Menurut Waini Rasyidin yang dikutip oleh Syafruddin Nurdin mengemukakan bahwa perencanaan adalah pemetaan langkah-langkah ke arah tujuan. Perencanaan sangat diperlukan guru karena alokasi sumber, terutama jatah waktu yang terbatas.

Adapun perencanaan itu oleh guru, meskipun tidak ditulis lengkap, seyogianya meliputi; (1) penentuan tujuan mengajar, (2) pemilihan materi sesuai dengan waktu, (3) strategi optimum, (4) alat dan sumber, serta (5) kegiatan belajar siswa dan (6) evaluasi.32

Menurut Newman & Legan yang dikutip oleh Muhibbin Syah mengemukakan bahwa empat langkah besar sebagai prosedur penyusunan rencana pengelolaan PBM. Langkah-langkah ini pada asasnya hanya merupakan “pendahuluan” PBM yang akan diselenggarakan.

31

H. Syafruddin Nurdin, Guru Profesional dan Implementasi Kurikulum…, h. 82

32

(41)

19

Pertama, merumuskan dan menetapkan spesifikasi output (kekhususan dan tingkat keahlian para lulusan) yang menjadi target yang hendak dicapai dengan memperhatikan aspirasi dan selera serta kebutuhan masyarakat yang memerlukan output tersebut.

Kedua, mempertimbangkan dan memilih cara atau pendekatan dasar (basic way) proses belajar mengajar yang dipandang paling efektif untuk mencapai target tadi.

Ketiga, mempertimbangkan dan menetapkan langkah-langkah tepat yang akan ditempuh sejak titik awal hingga titik akhir yakni tercapainya hasil PBM.

Keempat, mempertimbangkan dan menetapkan kriteria (ukuran yang menjadi dasar) dan standar (tolok ukur/patokan) yang akan dipergunakan untuk mengevaluasi taraf keberhasilan PBM.

Selanjutnya, untuk menjamin terlaksananya prosedur perencanaan tadi, guru perlu menyusun langkah-langkah konkret dan operasional untuk segera diimplementasikan (dilaksanakan) dalam PBM. Langkah-langkah konkret ini, meliputi kegiatan-kegiatan pokok seperti tersebut di bawah ini.

Pertama, guru hendaknya merumuskan dan menetapkan tujuan pembelajaran umum (TPU) dan tujuan pembelajaran khusus (TPK) yang sesuai dengan pokok bahasan/materi bidang studi yang akan diajarkan. Caranya, dengan menentukan spesifikasi dan kualifikasi kemampuan tertentu yang harus dikuasai para siswa setelah mengikuti PBM.

Kedua, guru hendaknya memilih dan menetapkan sistem pendekatan belajar mengajar yang dipandang paling cocok (efisien dan efektif) dengan pokok bahasan yang akan disajikan sebagai pegangan dalam merencanakan dan mengorganisasikan PBM dan pengalaman belajar (learning experience) para siswa yang dibutuhkan seperti bertanya jawab, berdiskusi dan sebagainya. Dalam hal ini guru dapat memilih satu instructional system (sistem pengajaran).

(42)

untuk pedoman evaluasi prestasi dan umpan balik bagi penyempurnaan penggunaan sistem instruksional pada sesi-sesi PBM selanjutnya.33

Pada sumber yang sama Muhibbin Syah mengemukakan bahwa untuk merealisasikan fungsi guru sebagai designer of instruction (perancang pengajaran), maka setiap guru memerlukan pengetahuan yang memadai mengenai prinsip-prinsip belajar sebagai dasar dalam menyusun rancangan kegiatan belajar mengajar. Rancangan tersebut sekurang-kurangnya meliputi hal-hal sebagai berikut.

1. Memilih dan menentukan bahan pelajaran 2. Merumuskan tujuan penyajian bahan pelajaran

3. Memilih metode penyajian bahan pelajaran yang tepat 4. Menyelenggarakan kegiatan evaluasi prestasi belajar.34

Selain itu, dalam perencanaan belajar mengajar yang tepat dan mengarah pada tujuan pendidikan yang hendak dicapai, maka kemampuan potensial guru yang dikembangkan oleh Tim Dosen Pembina Keguruan IKIP Jakarta yang dikutip oleh Abdullah Idi, mencakup;

- Merumuskan tujuan instruksional;

- Memanfaatkan sumber-sumber materi dan belajar; - Mengorganisasikan materi pelajaran;

- Membuat, memiliki dan menggunakan media pendidikan yang tepat;

- Menguasai, memilih dan melaksanakan metode penyampaian yang tepat untuk mata pelajaran tertentu;

- Mengetahui dan menggunakan assesment siswa;

- Mengatur interaksi belajar mengajar, sehingga efektif dan tidak membosankan;

- Mengembangkan semua kemampuan yang dimilikinya ke tingkat yang lebih efektif dan efisien.35

33

Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2003), Cet. Ke-8,h. 242-243

34

(43)

21

2) Melaksanakan Proses Belajar Mengajar

Kegiatan belajar mengajar adalah inti kegiatan dalam pendidikan. Segala sesuatu yang telah diprogramkan akan dilaksanakan dalam proses belajar mengajar. Dalam kegiatan belajar mengajar akan melibatkan semua komponen pengajaran, kegiatan belajar mengajar akan menentukan sejauh mana tujuan yang telah ditetapkan dapat dicapai.

Muhibbin Syah mengemukakan bahwa di antara kegiatan-kegiatan pengelolaan proses belajar mengajar, yang terpenting ialah menciptakan kondisi dan situasi sebaik-baiknya, sehingga memungkinkan para siswa belajar secara berdayaguna dan berhasilguna.

Selain itu, kondisi dan situasi tersebut perlu diciptakan sedemikian rupa agar proses komunikasi baik dua arah maupun multiarah antara guru dan siswa dalam PBM dapat berjalan secara demokratis. Alhasil, baik guru sebagai pengajar maupun siswa sebagai pelajar dapat memainkan peranan masing-masing secara integral dalam konteks komunikasi instruksional yang kondusif (yang membuahkan hasil).36

Menurut Subandijah yang dikutip oleh Abdullah Idi mengemukakan bahwa dalam kaitannya dengan kemampuan guru dalam menciptakan suasana pengajaran yang kondusif agar efektivitas tercipta dalam proses pengajaran, maka guru perlu memusatkan pada kepribadiannya dalam mengajar, menerapkan metode mengajarnya, memusatkan pada proses dengan produknya, dan memusatkan pada kompetensi yang relevan.37

Pada sumber yang sama Abdullah Idi mengemukakan bahwa peranan guru dalam melaksanakan proses belajar mengajar adalah:

- Merencanakan unit pengajaran;

- Mendiagnosis kesulitan belajar peserta didik; - Menguraikan kegiatan belajar yang sesuai;

- Menghubungkan pengalaman belajar dengan minat peserta didik secara individual;

- Mengorganisasikan kurikulum;

- Mengevaluasi kemajuan peserta didik;38

35

Abdullah Idi, Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktik, (Jakarta: Gaya Media Pratama, 1999), Cet. Ke-1, h. 160-161

36

Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru…, h. 251

37

Abdullah Idi, Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktik…, h. 16

38

(44)

Menurut Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain mengemukakan bahwa ada empat strategi dasar dalam belajar mengajar yang meliputi hal-hal berikut.

1. Mengidentifikasi serta menetapkan spesifikasi dan kualifikasi perubahan tingkah laku dan kepribadian anak didik sebagaimana yang diharapkan. 2. Memilih sistem pendekatan belajar mengajar berdasarkan aspirasi dan

pandangan hidup masyarakat.

3. Memilih dan menetapkan prosedur, metode, dan teknik belajar mengajar yang dianggap paling tepat dan efektif sehingga dapat dijadikan pegangan oleh guru dalam menunaikan kegiatan mengajarnya.

4. Menetapkan norma-norma dan batas minimal keberhasilan atau kriteria serta standar keberhasilan sehingga dapat dijadikan pedoman oleh guru dalam melakukan evaluasi hasil kegiatan belajar mengajar yang selanjutnya akan dijadikan umpan balik buat penyempurnaan sistem instruksional yang bersangkutan secara keseluruhan.39

3) Menilai Hasil Belajar Siswa

Penilaian atau evaluasi menurut Roestiyah. N.K. yang dikutip oleh Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain adalah kegiatan mengumpulkan data seluas-luasnya, sedalam-dalamnya, yang bersangkutan dengan kapabilitas siswa guna mengetahui sebab akibat dan hasil belajar siswa yang dapat mendorong dan mengembangkan kemampuan belajar.40

Menurut Hamid Hasan yang dikutip oleh Syafruddin Nurdin mengemukakan bahwa evaluasi adalah suatu proses pemberian pertimbangan mengenai nilai dan arti dari sesuatu yang dipertimbangkan. Sesuatu yang dipertimbangkan tersebut dapat berupa orang, benda, kegiatan, keadaan, atau sesuatu kesatuan tertentu. Pemberian pertimbangan nilai dan arti tersebut haruslah berdasarkan kriteria tertentu; jadi tidak dapat dilakukan asal saja. Tanpa kriteria yang jelas pertimbangan nilai dan arti yang diberikan bukan suatu proses yang dapat diklasifikasikan sebagai evaluasi.41

Sedangkan evaluasi pengajaran secara umum menurut Harjanto adalah “penilaian/penaksiran terhadap pertumbuhan dan kemajuan peserta didik ke arah

39

Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 1997), Cet. Ke-1, h. 5-6

40

Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar…, h. 58

41

(45)

23

tujuan-tujuan yang telah ditetapkan dalam hukum. Hasil penilaian ini dapat dinyatakan secara kuantitatif maupun kualitatif.42

Pada asasnya, kegiatan evaluasi prestasi belajar itu seperti kegiatan belajar itu sendiri, yakni kegiatan akademik yang memerlukan kesinambungan. Evaluasi idealnya berlangsung sepanjang waktu dan fase kegiatan belajar selanjutnya. Artinya, apabila hasil evaluasi tertentu menunjukkan kekurangan, maka siswa yang bersangkutan diharapkan merasa terdorong untuk melakukan kegiatan pembelajaran perbaikan (relearning). Sebaliknya, bila evaluasi tertentu menunjukkan hasil yang memuaskan, maka siswa yang bersangkutan diharapkan termotivasi untuk meningkatkan volume kegiatan belajarnya agar materi pelajaran lain yang lebih kompleks dapat pula dikuasai.43

Beberapa aktivitas yang perlu dilakukan oleh pengajar dalam menilai pencapaian siswa selama proses belajar mengajar berlangsung menurut Ambo E. Abdullah yang dikutip oleh H. Syafruddin Nurdin adalah penilaian pada permulaan (pretest) proses belajar mengajar dimaksudkan agar guru mampu mengetahui kesiapan siswa terhadap bahan pelajaran yang akan diajarkan, yang hasilnya akan dipakai untuk memantapkan strategi mengajar. Penilaian proses belajar mengajar mendapat balikan terhadap tujuan yang hendak dicapai. Penilaian pada akhir proses belajar mengajar untuk mengetahui capaian siswa terhadap tujuan yang telah ditetapkan.44

Sedangkan menurut Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain mengemukakan bahwa untuk mengukur dan mengevaluasi tingkat keberhasilan belajar dapat dilakukan melalui tes prestasi belajar. Berdasarkan tujuan dan ruang lingkupnya, tes prestasi belajar dapat digolongkan ke dalam jenis penilaian sebagai berikut:

1. Tes Formatif

Penilaian ini digunakan untuk mengukur satu atau beberapa pokok bahasan tertentu dan bertujuan untuk memperoleh gambaran tentang daya serap siswa terhadap pokok bahasan tersebut. Hasil tes ini dimanfaatkan untuk memperbaiki proses belajar mengajar bahan tertentu dalam waktu tertentu.

2. Tes Subsumatif

Tes ini meliputi sejumlah bahan pengajaran tertentu yang telah diajarkan dalam waktu tertentu. Tujuannya adalah untuk memperoleh gambaran

42

Harjanto, Perencanaan Pengajaran, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 1997), Cet. ke-1, h. 277

43

Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru…, h. 251-252

44

(46)

daya serap siswa untuk meningkatkan tingkat prestasi belajar siswa. Hasil tes subsumatif ini dimanfaatkan untuk memperbaiki proses belajar mengajar dan diperhitungkan dalam menentukan nilai rapor.

3. Tes Sumatif

Tes ini diadakan untuk mengukur daya serap siswa terhadap bahan pokok-pokok bahasan yang telah diajarkan selama satu semester, satu atau dua tahun pelajaran. Tujuannya adalah untuk menetapkan tingkat atau taraf keberhasilan belajar siswa dalam suatu periode belajar tertentu. Hasil dari tes sumatif ini dimanfaatkan untuk kenaikan kelas, menyusun peringkat (ranking) atau sebagai ukuran mutu sekolah.45

Adapun fungsi pokok evaluasi dalam proses belajar mengajar secara garis besar menurut Harjanto sebagai berikut:

a. Untuk mengukur kemajuan dan perkembangan peserta didik setelah melakukan kegiatan belajar mengajar selama jangka waktu tertentu.

b. Untuk mengukur sampai di mana keberhasilan sistem pengajaran yang digunakan.

c. Sebagai bahan pertimbangan dalam rangka melakukan perbaikan proses belajar mengajar.

Selain itu hasil evaluasi pengajaran juga dapat digunakan untuk: a. Bahan pertimbangan bagi bimbingan individual peserta didik.

b. Membuat diagnosis mengenal kelemahan-kelemahan dan kemampuan peserta didik.

c. Bahan pertimbangan bagi perubahan atau perbaikan kurikulum.46

4. Upaya Pengembangan Kompetensi Profesional Guru

Dalam konteks manajemen guru adalah tenaga personil dari sebuah instansi atau organisasi. Untuk itu, dalam pembahasan mengenai pengembangan kompetensi profesional guru penulis mengacu pada konsep pengembangan sumberdaya manusia secara umum.

Menurut T. Hani Handoko, “pengembangan adalah upaya untuk memperbaiki dan meningkatkan pengetahuan, kemampuan, sikap dan sifat-sifat kepribadian.”47 Dalam kaitannya dengan tenaga kependidikan, menurut Sudarwan Danim pengembangan adalah “suatu aktivitas yang merujuk pada peluang-peluang

45

Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar…, h. 120-121

46

Harjanto, Perencanaan Pengajaran…, h. 277-278

47

(47)

25

belajar (learning opportunities) yang didesain khusus untuk membantu pertumbuhan profesional tenaga kependidikan”.48

Jabatan guru sebagai suatu profesi dituntut agar memiliki pengetahuan, keterampilan, sikap dan sifat-sifat kepribadian yang sesuai dengan profesinya. Oleh karena itu, untuk mewujudkan profesionalitas guru perlu adanya upaya pengembangan terhadap profesionalisme guru.

Menurut Soetjipto dan Raflis Kosasi mengemukakan bahwa pengembangan sikap profesional dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu:

1. Pengembangan sikap selama pendidikan pra-jabatan

Pendidikan pra-jabatan sangat perlu dilakukan untuk mencetak individu menjadi qualified baik dari segi keterampilan, teori, tingkah laku, sopan santun, moral, etika dan sebagainya.

2. Pengembangan sikap selama dalam jabatan

Pengembangan sikap seorang guru tidak hanya terhenti pada pendidikan pra-jabatan saja, tetapi sebaliknya ketika menjadi guru apa yang didapat dalam pendidikan pra-jabatan harus diimplementasikan dan diaplikasikan dalam wujud yang real sebagai keseharian yaitu sebagai seorang guru yang profesional.49

Pengembangan sikap profesional seperti tersebut di atas sangat penting dilakukan karena tugas yang diemban guru tidaklah ringan yaitu secara langsung menyentuh manusia menyangkut kepentingan dan kebutuhannya untuk tumbuh dan berkembang ke arah kedewasaan dan kemandirian melalui proses pembelajaran. Agar dapat menjalankan tugasnya para guru dituntut untuk memiliki pengetahuan, keterampilan, sikap dan sifat-sifat kepribadian yang sesuai dengan profesinya, sehingga mereka dapat bersikap secara profesional. Berbagai hal tersebut dapat diperolehnya melalui pendidikan pra-jabatan dan selama dalam jabatan.

48

Sudarwan Danim, Inovasi Pendidikan…, h. 47

49

(48)

Dalam pendapat lain menurut Schuler dan Handoko yang dikutip oleh Sudarwan Danim berpendapat bahwa kegiatan pendidikan, pelatihan, dan pengembangan dibedakan menjadi dua jenis, yaitu metode praktis (on-the-job training) dan teknik presentasi atau metode simulasi (of-the-job training and development). Metode praktis terdiri atas pelatihan instruksi pekerjaan, magang, internsip, asistensip, atau penugasan sementara, rotasi jabatan, perencanaan karir pribadi, pelatihan eksekutif, asisten penyeliaan (pengarahan, konseling, dan monitoring). Teknik presentasi informasi dan metode simulasi meliputi metode kursus formal, pelatihan oleh diri sendiri (pengajaran berprogram, membaca, kursus korespondensi), pelatihan oleh pihak lain (ceramah dan kursus kelas), simulasi (vestibule=pelatihan oleh pelatih khusus, management games, pusat-pusat asesmen), bermain peran, presentasi video, pelatihan laboratories, dan metode konferensi.50

Menurut Crandall yang dikutip oleh Sudarwan Danim mengemukakan model-model efektif pengembangan profesional guru. Pertama, model mentoring, yaitu para praktisi atau guru berpengalaman merilis pengetahuannya atau melakukan aktivitas mentor kepada praktisi yang kurang berpengalaman. Kedua, model ilmu terapan atau “model teori ke praktik” berupa penautan antara hasil-hasil riset yang relevan dengan kebutuhan-kebutuhan praktis. Ketiga, model inkuiri atau model reflektif, yaitu pendekatan yang berbasis pada guru-guru, yaitu mereka harus aktif menjadi peneliti, seperti membaca, bertukar pendapat, melakukan observasi, melakukan analisis kritis, dan merefleksikan pengalaman praktis mereka sekaligus meningkatkannya.51

Soetjipto dan Raflis Kosasi mengemukakan untuk meningkatkan mutu profesi secara sendiri-sendiri, guru dapat melakukannya secara formal maupun informal. Secara formal, artinya guru mengikuti berbagai pendidikan lanjutan atau kursus yang sesuai dengan bidang tugas, keinginan, waktu, dan kemampuannya. Secara informal, guru dapat meningkatkan pengetahuan dan keterampilannya melalui mass media seperti televisi, radio, majalah ilmiah,

50

Sudarwan Danim, Inovasi Pendidikan…, h. 38-39

51

(49)

27

Koran, dan sebagainya, ataupun membaca buku teks dan pengetahuan lainnya yang cocok dengan bidangnya.52

Menurut B. Suryosubroto mengemukakan bahwa bentuk-bentuk peningkatan profesi keguruan secara garis besar sebagai berikut.

1. Peningkatan profesi secara individual: a. Peningkatan melalui penataran

a. Peningkatan profesi melalui belajar sendiri b. Peningkatan profesi melalui media massa

2. Peningkatan profesi keguruan melalui organisasi profesi: a. Diskusi kelompok

b. Ceramah ilmiyah c. Karyawisata

d. Buletin organisasi.53

Kepala sekolah berkaitan erat dengan keberhasilan suatu sekolah perlu memperhatikan dengan baik para personil-personil sekolah yang dibinanya, terutama guru. Karena guru memiliki peran yang sangat penting dalam kerangka membentuk pribadi anak didik dan peningkatan mutu pendidikan. Mengingat guru memiliki peran yang sangat sentral dalam menentukan keberhasilan proses pembelajaran dan peningkatan kualitas pendidikan dalam suatu sekolah.

Adapun tujuan pengembangan personalia menurut Castetter yang dikutip oleh Sudarwan Danim mengemukakan bahwa ada tiga manfaat pengembangan personalia, yaitu:

1. Peningkatan performansi personalia sesuai dengan posisinya saat ini;

2. Pengembangan keterampilan personalia untuk mengantisipasi tugas-tugas baru yang bersifat reformasi;

3. Merangsang pertumbuhan diri personalia bagi penciptaan kepuasan kerja secara individual.54

52

Soetjipto dan Raflis Kosasi, Profesi Keguruan…, h. 53-54

53

B. Suryosubroto, Manajemen Pendidikan Di Sekolah, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2004), Edisi Revisi, Cet. Ke-1, h. 190-192

54

Gambar

Tabel 1
Tabel 3 Bimbingan dalam Menyusun Program Semester dan Program Satuan
Tabel 4 Berdiskusi dengan Guru Tentang Metode dan Teknik Pembelajaran
Tabel 5
+7

Referensi

Dokumen terkait

Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R & D.. Bandung:

Menurut Hasan Mat Nor (2001:8-9), istilah orang asli yang digunakan merujuk kepada kumpulan pribumi yang merupakan gelaran rasmi yang diguna pakai setelah

Frekuensi terbanyak terletak pada interval dengan kategori kecemasan ringan yaitu 39 siswa (81,25%), maka dapat dikatakan bahwa tingkat kecemasan aspek fisik siswa kelas

Sebagai Perusahaan yang memiliki komitmen tinggi terhadap lingkungan dan peduli terhadap masyarakat yang ada di sekitar wilayah operasi Pelabuhan, melalui program

Berdasarkan tugas-tugas perkembangan remaja diatas, dapat disimpulkan pada masa remaja akhir orientasi tugas perkembangan lebih memfokuskan pada menjalin hubungan baru dan yang

Pada seluruh konsep-konsep yang dipahami secara salah tersebut, mahasiswa mempertanyakan dan meminta untuk dihadirkan penjelasan... Untuk meluruskan miskonsepsi nomor 1),

8 Tetapi temuan ini tidak sesuai dengan penelitian dari Korkmaz pada guru sekolah dasar dan sekolah menegah pertama di Turkey menemukan bahwa guru perempuan mengalami

Pada tanggal28 Mei 2013 Mahkamah Konstitusi membatalkan Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2012, karena Mahkamah Konstitusi menganggap undang-undang ini bertentangan dengan UUD