• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Pendidikan Kesehatan dengan Booklet Terhadap Pengetahuan dan Sikap Menstrual Hygiene Pada Siswi di SDI Al-Falah I Jakarta

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh Pendidikan Kesehatan dengan Booklet Terhadap Pengetahuan dan Sikap Menstrual Hygiene Pada Siswi di SDI Al-Falah I Jakarta"

Copied!
139
0
0

Teks penuh

(1)
(2)
(3)

iii

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

Skripsi, Juni 2016

Nur’aini , NIM: 1112104000034

Pengaruh Pendidikan Kesehatan dengan Booklet Terhadap Pengetahuan dan Sikap Menstrual Hygiene Pada Siswi di SDI Al-Falah I Jakarta

xiv + 120 halaman + 14 tabel + 5 bagan + 6 lampiran

ABSTRAK

Menstrual hygiene merupakan sebuah masalah bagi banyak remaja putri, khususnya dimana informasi mengenai menstruasi dan kesehatan reproduksi masih sedikit didiskusikan terutama pada Sekolah Dasar. Praktik menstrual hygiene yang buruk dapat meningkatkan kerentanan terhadap Infeksi Saluran Reproduksi (ISR). Angka kejadian ISR tertinggi di dunia adalah pada usia remaja yaitu 35%-42%, Pengetahuan yang baik dapat mempengaruhi sikap dan perilaku

menstrual hygiene yang positif. Salah satu upaya untuk meningkatkan pengetahuan adalah melalui pendidikan kesehatan. Metode pendidikan kesehatan yang dilakukan pada penelitian ini adalah dengan media booklet. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh booklet terhadap pengetahuan dan sikap

menstrual hygiene di SDI Al-Falah I Jakarta.

Penelitian ini merupakan penelitian quasy eksperiment dengan metode

pre-post test with control group design yang dilakukan pada siswi kelas V dan kelas VI yang telah mengalami menstruasi. Teknik sampling yang digunakan adalah cluster random sampling dengan 30 responden yang terbagi menjadi 15 responden kelompok kontrol dan 15 responden kelompok intervensi. Hasil uji statistik penelitian menunjukkan terdapat pengaruh booklet terhadap tingkat pengetahuan dan sikap pada siswi dengan nilai pengetahuan (p=0,001)<0,05 dan nilai sikap (p=0,039)<0,05. Terdapat perbedaan rerata skor tingkat pengetahuan yang bermakna antara kelompok intervensi dan kelompok kontrol (0,000)<0,05 dengan rata-rata skor pengetahuan pada kelompok intervensi mengalami peningkatan yang lebih dari pada kelompok kontrol. Terdapat perbedaan sikap yang bermakna antara kelompok intervensi dan kelompok kontrol (p=0,039)<0,05 dengan rata-rata skor sikap pada kelompok intervensi mengalami peningkatan yang lebih dari pada kelompok kontrol. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan dalam pengembangan metode pendidikan kesehatan khususnya pendidikan kesehatan reproduksi anak usia Sekolah Dasar.

Kata Kunci : Pengetahuan, Sikap, Pendidikan Kesehatan, Booklet, Menstrual Hygiene

(4)

iv

FACULTY OF MEDICINE AND HEALTH SCIENCES

SCHOOL OF NURSING SCIENCE

SYARIF HIDAYATULLAH ISLAMIC STATE UNIVERSITY JAKARTA

Undergraduate Thesis, June 2016 Nur’aini , NIM: 1112104000034

The Effect of Health Education by using Booklet on Knowledge and Attitude of Menstrual Hygiene among Al-Falah I Islamic Elementary School Students

xiv + 120 pages + 14 tables + 5 charts + 6 attachments

ABSTRACT

Menstrual hygiene is a problem for several girls, especially about menstruation and reproduction information. Both of them are poorly discussed at Elementary School. Bad menstrual hygiene can cause vulnerability in Reproduction Tract Infection (RTI). The highest number of RTI was on teenager, 35-42%. A good acknowledgement can create a positive attitude and behavior of menstrual hygiene. One of the efforts to improve knowledge was by doing health education. The method of this health education was by using booklet. This study aimed to know the effect of health education by using booklet on knowledge and attitude of mentrual hygiene among Al-Falah I Islamic Elementary School students.

This study was quasy eksperiment study with pre-post test with control group design that had been studied through 5th and 6th grades at the Al-Falah I Islamic Elementry School who have got menstruation. The sampling technique was using a cluster random sampling technique with 30 respondents and those were divided into 15 respondents of control and intervention group. The analysis statistic test showed there was significant effect of booklet on knwoledge and attitude of menstrual hygiene in intervention group with knowledge value (p=0,001)<0,05 and attitude value (p=0,039)<0,05. There were the differences from the mean score of knowledge between the intervention group and the control group with a value (p=0,000)<0,05 in which the average score of intervention group more than the control group. There were the differences from the mean score of attitude between the intervention group and the control group with a value (p=0,039)<0,05 in which the average score of intervention group more than the control group. This study aimed to give an advise on development of health education method especially for reproductive health education for the age of Elementary School.

Keywords : Knowledge, Attitude, Health Education, Booklet, Menstrual Hygiene,

(5)
(6)
(7)
(8)

viii

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Nur‟aini

Tempat/Tanggal Lahir : Jakarta, 13 September 1994 Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Alamat : Jalan Ashirot Kp.Kecil RT 002/01 No.1 Sukabumi Selatan-Kebon Jeruk-Jakarta Barat

Telepon/Hp : +6281212145566

Email : nuraini.ismatullah@gmail.com

Riwayat Pendidikan :

1. TK Al-Islamiyah Jakarta 1999 – 2000

2. SDI Al-Falah I Petang Jakarta 2000 – 2006

3. MTs Al-Falah Jakarta 2006 – 2009

4. MA. Al-Falah Jakarta 2009 – 2012

5. S-1 Ilmu Keperawatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 2012-sekarang

Pengalaman Organisasi :

1. Anggota Ikatan Pelajar Madrasah Al-Falah Komisariat 2007-2008 Tsanawiyah

2. KetuaDivisi Pendidikan Ikatan Pelajar Madrasah 2010-2011 Al-Falah Komisariat Aliyah

(9)

ix

KATA PENGANTAR

Assalamu‟alaikum wr.wb

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Pengaruh Booklet terhadap Pengetahuan dan Sikap Menstrual Hygiene

pada Siswi di SDI Al-Falah I Jakarta”. Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat guna mencapai gelar Sarjana Keperawatan (S.Kep) Universitas Islam Negeri Jakarta, serta untuk menerapkan dan mengembangkan teori-teori yang penulis peroleh selama kuliah.

Selama proses penyusunan skripsi ini, penulis banyak menerima bantuan dan dukungan dari berbagai pihak. Penulis mengucapkan terimakasih sebesar-besarnya kepada:

1. Bapak Prof. Dr. H. Arif Sumantri, S.KM, M.Kes. selaku Dekan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Ibu Maulina Handayani, S.Kp., M.Sc, selaku Ketua Program Studi dan Ibu Ernawati, S. Kp., M. Kep., Sp. KMB., selaku Sekretaris Program Studi Ilmu Keperawatan FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Ibu Ns. Kustati Budi Lestari, M.Kep. Sp.Kep.An., selaku Dosen Pembimbing Akademik yang telah memberikan motivasi selama penulis belajar di Program Studi Ilmu Keperawatan.

(10)

x

5. Bapak Ns. Waras Budi Utomo, S.Kep., M.KM., selaku dosen pembimbing II yang telah membimbing, meluangkan waktu, pikiran, tenaga, memberi arahan, semangat, dan motivasi dalam penulisan skripsi ini.

6. Segenap staff pengajar dan karyawan di lingkungan Program Studi Ilmu Keperawatan FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

7. Orangtuaku yang selalu memberikan dukungan baik moril maupun materil serta kasih sayang dan doa untuk keberhasilan penulis selama proses penyelesaian skripsi ini.

8. Kakak-kakakku Ridholloh Ismatullah dan Nurjanah Ismatullah serta adikku Nur Shifa Ramadhan yang selalu memberikan semangat kepada penulis dalam penyelesaian skripsi ini.

9. Kementrian Agama yang telah memberikan beasiswa penuh sehingga mengantarkan penulis sampai pada tahap akhir pendidikan akademik di perguruan tinggi

10.Teman-teman PSIK angkatan 2012 dan CSSMoRA UIN Jakarta angkatan 2012 yang telah banyak memberikan inspirasi, do‟a, tawa dan semangat

(11)

xi

Semoga skripsi ini bermanfaat bagi pembaca dan bagi penulis sendiri. Enulis mneyadari seenuhnya bahwa dalam penulisan skripsi ini masih banyak dijumpai kekurangan dan kelemahan. Penulis sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca sekalian untuk menambah kesempurnaan skripsi ini. Semoga kebaikan semua pihak yang telah membantu terselesaikannya skripsi ini mendapat balasan dari Allah SWT. Amin.

Jakarta, Januari 2016

(12)

xii

DAFTAR ISI

LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... i

ABSTRAK ... iii

ABSTRACT ... iv

DAFTAR RIWAYAT HIDUP ... vi

KATA PENGANTAR ... ix

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR GAMBAR ... xiv

DAFTAR TABEL ... xv

DAFTAR BAGAN... xvi

DAFTAR LAMPIRAN ... xvii

BAB I ... 1

PENDAHULUAN... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Perumusan Masalah ... 7

C. Tujuan Penelitian ... 8

D. Manfaat Penelitian ... 9

E. Ruang Lingkup Penelitian ... 10

BAB II ... 11

TINJAUAN PUSTAKA... 11

A. Menstruasi ... 11

B. Menstrual Hygiene ... 14

C. Pengetahuan ... 21

D. Sikap ... 29

E. Pendidikan Kesehatan ... 33

F. Model/Theory Promosi Kesehatan Nola J. Pender ... 48

BAB III... 58

KERANGKA KONSEP, HIPOTESIS, DAN DEFINISI OPERASIONAL ... 58

A. Kerangka Konsep ... 58

(13)

xiii

C. Definisi Operasional... 61

BAB IV ... 63

METODOLOGI PENELITIAN ... 63

A. Desain Penelitian ... 63

B. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 63

C. Populasi, Sampel, dan Teknik Pengambilan Sampel ... 64

D. Instrumen Penelitian... 65

E. Metode Pengumpulan Data ... 67

F. Etika Penelitian ... 75

BAB V ... 77

HASIL PENELITIAN ... 77

A. Analisis Univariat... 77

B. Analisis Bivariat ... 82

BAB VI ... 87

HASIL PEMBAHASAN ... 87

A. Karakteristik responden ... 87

B. Pengaruh booklet terhadap nilai pengetahuan responden mengenai menstrual hygiene ... 88

C. Pengaruh booklet terhadap sikap menstrual hygiene responden... 91

D. Keterbatasan penelitian ... 93

BAB VII ... 94

PENUTUP ... 94

A. Kesimpulan ... 94

B. Saran ... 96

(14)

xiv

DAFTAR GAMBAR

(15)

xv

DAFTAR TABEL

Tabel 3. 1 Definisi Operasional ... 61

Tabel 4. 1 Kisi-kisi Pertanyaan Kuesioner Pengetahuan Menstrual Hygiene ... 66

Tabel 4. 2 Kisi-Kisi Pertanyaan Kuesioner Sikap Menstrual Hygiene ... 67

Tabel 4. 3 Koefisien Reliabilitas Alpha Cronbach... 72

Tabel 5. 1 Kelas Responden Kelompok Kontrol dan Intervensi ... 78

Tabel 5. 2 Usia Menarche Responden Kelompok Kontrol dan Intervensi ... 78

Tabel 5. 3 Distribusi Statistik Deskriptif Pengetahuan Siswi Sebelum dan Sesudah diberikan Intervensi Pendidikan Kesehatan tentang Menstrual Hygiene pada Kelompok Kontrol dan Intervensi ... 79

Tabel 5. 4 Deskripsi Hasil Pertanyaan per Item Sebelum Diberikan Pendidikan Kesehatan pada Kelompok Intervensi ... 80

Tabel 5. 5 Deskripsi Hasil Pertanyaan per Item Sesudah Diberikan Pendidikan Kesehatan pada Kelompok Intervensi ... 81

Tabel 5. 6 Gambaran Skor Sikap Responden pada Kelompok Kontrol dan Intervensi ... 82

Tabel 5. 7 Analisa Beda Rerata Skor Pengetahuan Responden Sebelum dan Sesudah Intervesi pada Kelompok Kontrol dan Intervensi ... 84

Tabel 5. 8 Analisa Beda Rerata Skor Pengetahuan Responden saat Post-test antara Kelompok Intervensi dan Kontrol (n=30) ... 84

Tabel 5. 9 Analisa Beda Rerata Kategori Sikap Responden Sebelum dan Sesudah Intervesi pada Kelompok Kontrol dan Intervensi ... 85

(16)

xvi

DAFTAR BAGAN

Bagan 2. 1 Proses Terbentuknya Sikap dan Reaksi ... 30 Bagan 2. 2 Teori Stimulus Organisme Respon Perilaku ... Error! Bookmark not defined.

(17)

xvii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Lembar Persetujuan Responden

Lampiran 2 Kuesioner

Lampiran 3 Booklet

Lampiran 4 Bukti Perizinan Kuesioner

Lampiran 5 Hasil Analisa Univariat dan Bivariat

(18)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Masa pubertas merupakan masa terjadinya kematangan hormonal serta mulai berfungsinya organ-organ reproduksi dan munculnya ciri-ciri seks sekunder sehingga mempengaruhi perubahan tubuh dan emosional (Wong, 2009 & Santrock, 2003). Pubertas merupakan proses saat seorang individu yang belum dewasa akan mendapatkan ciri-ciri fisik dan sifat yang memungkinkannya untuk mampu bereproduksi. Pubertas sebagian besar merupakan respon tubuh terhadap kerja estrogen yang meluas, yang disekresi oleh ovarium yang baru aktif di bawah pengaruh gonadotropin yang disekresi oleh hipofisis anterior. (Heffener, et al., 2008). Sarwono (2007) mengemukakan bahwa pubertas pada wanita dimulai dengan awal berfungsinya ovarium yang ditandai dengan menstruasi.

(19)

2

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Astari tahun 2013 di SMPN 8 Gorontalo, didapatkan data bahwa dari 146 responden, 58 diantaranya mengalami

menarche pada usia 10 tahun, 24 siswi pada usia 11 tahun, 48 siswi pada usia 12 tahun, dan hanya 16 siswi pada usia 13 tahun. Hasil Riset Kesehatan Dasar Tahun 2010 5,2% anak-anak di 17 Provinsi di Indonesia telah memasuki usia menarche di bawah usia 11 tahun. Indonesia sendiri menempati urutasn ke-15 dari 67 negara dengan penurunan usia menarche mencapai 0,145 tahun per dekade (Silvana, 2008).

Gharoro (2013) dalam penelitiannya di Sekolah Menengah Pertama (SMP) Kota Benin-Italia mengemukakan bahwa menstrual hygiene merupakan sebuah masalah bagi banyak remaja putri, khususnya dimana informasi mengenai menstruasi dan kesehatan reproduksi masih sedikit didiskusikan. Isu yang berhubungan dengan praktek mengenai higiene menstruasi sangat penting karena hal itu mengimplikasikan kesehatan dalam hal kerentanan terhadap infeksi. Gharoro (2013) juga mengatakan bahwa menstrual hygiene masih minim diajarkan selama pubertas di sekolah. Isu tersebut tidak mendapatkan perhatian yang cukup pada sekolah. Banyak remaja putri tidak memiliki pengetahuan yang cukup mengenai hal ini. Fasilitas untuk mempromosikan kesehatan higiene menstruasi pun masih kurang di beberapa sekolah. Ironi nya adalah hal tersebut tidak menarik perhatian serius oleh masyarakat. Sebagian masyarakat menganggap bahwa hal tersebut tidak akan membuat sebuah efek yang besar pada kesehatan baik kesehatan secara keseluruhan ataupun kesehatan reproduksi.

(20)

3

7 diantaranya memiliki pengetahuan yang baik, 25 siswi memiliki pengetahuan yang cukup, dan 3 siswi memiliki pengetahuan yang kurang. Penelitian lain yang dilakukan oleh Fitriyah (2014) di Sekolah Dasar Negeri Ciputat mengenai perilaku menstrual hygiene didapatkan data 49,2% responden memiliki perilaku higiene yang kurang baik yaitu menggunakan sabun mandi setiap kali setiap kali membersihkan kemaluan, dan 37,3% responden memiliki perilaku higiene kurang baik berupa perilaku tidak pernah mengganti pembalut 4 kali sehari walaupun darah tidak banyak keluar.

Perdarahan yang terjadi saat menstruasi pada uterus menyebabkan rentannya seseorang terkena infeksi. Menstrual hygiene yang buruk dapat mengakibatkan infeksi alat reproduksi. Infeksi ini akan mempunyai dampak yang buruk terhadap kesehatan terutama dalam hal fertilitas seperti kemandulan (Lestari, 2014). Praktik menstrual hygiene adalah hal yang sangat penting, dimana hal itu meningkatkan kerentanan terhadap Infeksi Saluran Reproduksi (ISR). Menstrual hygiene yang buruk merupakan salah satu alasan dari tinggi nya prevalensi ISR di negara-negara dan berkontribusi secara signifikan terhadap jumlah kematian perempuan (Gharoro, 2013).

(21)

4

dan tipis (kekurangan stimulasi estrogen) serta mudah tercemar oleh feses (karena

hygiene yang buruk), dan mekanisme imunitas vagina yang relatif terganggu (Dewi, et al., 2012). Kulit vagina yang tergores oleh garukan kuku dapat menimbulkan infeksi saluran reproduksi sekunder seperti infeksi kandida akut, vaginosis bakteri dan trikomoniasis. Hal tersebut akan memperburuk kesehatan reproduksi (Tony, 2011).

ISR yang menjadi epidemik silent, merusak kehidupan perempuan. ISR merupakan hal yang sangat berhubungan dengan buruknya perilaku menstrual hygiene. Kain dan pakaian yang tidak bersih dapat meningkatkan kesempatan ISR termasuk infeksi perkemihan, vagina, dan perineum. Sering kali, infeksi yang serius dibiarkan tidak teratasi dan bisa terkadang berpotensial menyebabkan sindrom syok toksik yang fatal. Meningkatnya ISR juga dihubungkan dengan kejadian dari kanker serviks, HIV/AIDS, infertilitas, kehamilan ektopik, dan gejala-gejala lain.

(22)

5

maka tingkat keasaman vagina akan meningkat dan menyebabkan mudahnya pertumbuhkan jamur di vagina (Kasdu, 2008).

Masalah-masalah yang timbul akibat menstrual hygiene yang buruk tersebut diatas masih belum banyak diketahui oleh remaja itu sendiri. Hal ini didukung oleh penelitian yang telah dilakukan oleh Irmayanti, dkk tahun 2014 di Wonolopo Semarang, bahwa terdapat 66,7% responden yang memiliki pengetahuan kurang mengenai kebersihan alat genitalia saat menstruasi, sedangkan hanya 5,6% responden yang memiliki pengetahuan yang baik mengenai hal tersebut.

(23)

6

bahwa penyuluhan dengan menggunakan booklet mampu meningkatkan pengetahuan anak usia Sekolah Dasar.

Hasil studi pendahuluan pada siswi Sekolah Dasar Islam Al-Falah I Petang didapatkan bahwa usia menstruasi pertama terjadi pada usia 9 tahun (8,3%), usia 10 tahun (58,3%) dan usia 11 tahun (33,3%). Dari 10 siswi yang dilakukan studi pendahuluan, 8 siswi menyatakan bahwa membasuh vagina yang benar adalah dengan membasuh dari depan ke belakang, 6 siswi mengatakan bahwa pembalut yang baik adalah pembalut yang wangi dan 7 siswi mengatakan bahwa membersihkan vagina harus menggunakan sabun mandi. Selain itu didapatkan data lain bahwa terdapat 6 siswi yang merasa gatal-gatal pada vagina saat menstruasi.

Penelitian mengenai pengetahuan dan sikap mengenai menstrual hygiene

memang telah banyak dilakukan baik di dalam negeri ataupun di luar negeri. Namun berdasarkan fenomena yang ada masih banyak yang belum menggali tentang metode yang tepat untuk menyampaikan informasi melalui pendidikan kesehatan tentang menstrual hygiene untuk anak usia Sekolah Dasar. Oleh karena itu peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai “Pengaruh Pendidikan Kesehatan dengan Booklet Terhadap Pengetahuan dan Sikap Menstrual Hygiene

(24)

7

B. Perumusan Masalah

Menstrual hygiene merupakan sebuah masalah bagi banyak remaja putri. Informasi mengenai kesehatan reproduksi, menstruasi dan kebersihan saat menstruasi masih minim diajarkan atau didiskusikan di sekolah. Kurangnya pengetahuan dan buruknya perilaku menstrual hygiene menjadi faktor yang berpengaruh pada timbulnya infeksi pada organ reproduksi wanita. Praktik

menstrual hygiene yang buruk dapat menyebabkan Infeksi Saluran Reproduksi (Gharoro, 2013).

Pengetahuan dan sikap dapat ditingkatkan atau diubah melalui pendidikan kesehatan. Salah satu media pendidikan kesehatan adalah menggunakan

booklet. Peneliti melakukan studi literatur bahwa penyuluhan atau promosi kesehatan menggunakan media booklet efektif untuk meningkatkan pengetahuan anak usia Sekolah Dasar yang selanjutnya akan mengubah pola pikir dan perilaku menjadi perilaku sehat.

Penelitian mengenai pengetahuan dan sikap mengenai menstrual hygiene

(25)

8

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan umum

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pendidikan kesehatan dengan booklet terhadap pengetahuan dan sikap menstrual hygiene siswi di SDI Al-Falah I Pagi dan SDI Al-Falah I Petang Jakarta.

2. Tujuan khusus

a. Diketahuinya gambaran pengetahuan dan sikap siswi tentang

menstrual hygiene sebelum diberikan pendidikan kesehatan mengunakan booklet.

b. Diketahuinya tingkat pengetahuan dan sikap siswi tentang menstrual hygiene setelah diberikan pendidikan kesehatan mengunakan booklet.

c. Diketahuinya pengaruh booklet terhadap tingkat pengetahuan dan sikap siswi di SDI Al-Falah I Pagi dan SDI Al-Falah I Petang Jakarta Tahun 2016.

d.Diketahuinya pengaruh memori terhadap tingkat pengetahuan dan sikap siswi di SDI Al-Falah I Pagi dan SDI Al-Falah I Petang Jakarta Tahun 2016.

(26)

9

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat ilmiah

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan dalam pengembangan ilmu pengetahuan mengenai kesehatan reproduksi perempuan khususnya yang berkaitan dengan menstrual hygiene.

2. Manfaat praktis

a. Institusi pendidikan keperawatan

Penelitian ini untuk mengembangkan kurikulum pendidikan keperawatan serta sebagai pengembangan instrument dan pengkajian mengenai kesehatan reproduksi perempuan khususnya yang berkaitan dengan menstrual hygiene pada siswi Sekolah Dasar.

e. Bagi SDI Al-Falah I

Hasil penelitian ini dapat meningkatkan pengetahuan khususnya bagi siswi tentang kesehatan reproduksi perempuan khususnya menstrual hygiene serta mengubah perilaku siswi menjadi perilaku sehat pada perilaku menstrual hygiene.

f. Bagi Masyarakat

Memberikan informasi terutama bagi orangtua mengenai gambaran tentang perilaku menstrual hygiene dalam upaya peningkatan kesehatan reproduksi pada anak.

g. Bagi Institusi Pelayanan Kesehatan/Keperawatan

(27)

10

menstrual hygiene sehingga bisa menjadi landasan dalam upaya promosi kesehatan dan landasan dalam pengembangan evidence based

keperawatan.

E. Ruang Lingkup Penelitian

(28)

11

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Menstruasi

1. Pengertian

Menstruasi adalah perdarahan secara periodik dan siklik dari uterus, disertai pelepasan (deskuamasi) endometrium secara periodik dan siklik, yang dimulai sekitar 14 hari setelah ovulasi (Proverawati, 2009). Menstruasi merupakan situasi pelepasan endometrium dalam bentuk serpihan dan perdarahan akibat pengeluaran hormon estrogen dan progesteron yang turun dan berhenti sehingga terjadi vasokonstriksi pembuluh darah yang segera diikuti vasodilatasi (Manuaba, 2009).

(29)

12

1980 telah mengalami menarche pada umur 12,34 tahun, ini menunjukkan lebih lanjut tentang penurunan umur menarche.

2. Siklus Menstruasi

Siklus menstruasi terdiri dari tiga fase: fase haid, fase proliferatif, dan fase sekretorik atau fase progestasional (Sherwood, 2011).

a. Fase haid atau menstruasi

Fase haid adalah fase yang paling jelas, yang ditandai dengan pengeluaran darah dan sisa endometrium dari vagina. Hari pertama haid dianggap sebagai permulaan siklus baru. Saat ini bersamaan dengan pengakhiran fase luteal ovarium dan dimulainya fase folukular. Sewaktu korpus luteum berdegenerasi karena tidak terjadi fertilisasi dan implantasi ovum yang dibebaskan selama siklus sebelumnya, kadar progesteron dan estrogen darah turun tajam. Karena efek akhir progesteron dan estrogen adalah mempersiapkan endometrium untuk implantasi ovum yang dibuahi maka terhentinya sekresi kedua hormon ini menyebabkan lapisan dalam uterus yang kaya vaskular dan nutrie ini kehilangan hormon-hormon penunjangnya (Sherwood, 2011).

(30)

13

itu merangsang kontraksi uterus dan menyebabkan keluarnya semua isi uterus (Guyton, 2007).

b. Fase Proliferatif

Fase proloiferasi berlangsung selama 11 hari. Gonodotropin Releasing Hormon (GnRH) dillepaskan dari hipotalamus untuk menstimulasi kelenjar hopofisis mensekresi Luteinizing Hormone

(LH) dan Follicle Stimulating Hormone (FSH). FSH menstimulasi pertumbuhan folikel ovarium untuk menghasilkan estrogen yang merangsang pertumbuhan endometrium. Ovulasi selanjutnya terjadi karena dipiccu oleh sel stroma dan sel epitel yang berproliferasi dengan cepat (Carr, 2008 & Jabbour, 2006).

c. Fase sekretorik atau progestasional

(31)

14

[image:31.595.130.507.85.545.2]

(Rosenblatt, 2007)

Gambar 2. 1 Perubahan Selama Siklus Menstruasi

B. Menstrual Hygiene 1. Pengertian

(32)

15

Kesehatan reproduksi adalah suatu kondisi sehat yang menyangkut sistem, fungsi, dan rposes reproduksi yang dimiliki oleh seseorang. Individu perlu mengetahui kesehatan reproduksi agar memiliki informasi yang benar menngenai proses reproduksi serta berbagai faktor yang ada disekitarnya. Dengan informasi yang benar diharapkan seseorang memiliki sikap dan tingkah laku yang bertanggung jawab mengenai proses reproduksi (Efendi, 2009).

Menurut Potter & Perry (2010), terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi sikap seseorang dalam melakukan higiene perorangan, diantaranya adalah :

a. Citra tubuh

Penampilan umum seseorang dapat menggambarkan pentingnya higiene pada orang tersebut. Citra tubuh ini sering kali berubah. Citra tubuh ini mempengaruhi cara mempertahankan higiene.

b. Praktik sosial

(33)

16 c. Status sosioekonomi

Sumber daya ekonomi seseorangmempengaruhi jenis dan tingkat praktik kebersihan yang digunakan. Hal ini menunjukkan bagaimana kondisi higienen setiap harinya. Seperti tersedianya alat keshetan mandi dan kosmetik yang biasa digunakan setiap hari serta alat-alat untuk membantu memelihara higiene secara aman.

d. Pengetahuan

Pengetahuan tentang pentingnya higiene dan implikasinya bagi kesehatan mempengaruhin praktik higiene. Kendati demikian, pengetahuan saja tidak cukup. Individu juga harus termotibasi diri untuk emmelihara perawatan diri sehingga praktik higiene ini akan mengurangi risiko kesehatan dengan memotivasi diri untuk selalu menjaga higiene dirinya.

e. Variabel kebudayaan

Kepercayaan kebudayaan dan nilai pribadi seseorang mempengaruhi perawatan higienes. Orang dari latar belakang yang berbeda mengikuti praktik perawatan diri yang berbeda pula. Sebagai contoh, di Amerika Utara banyak orang menggunakan shower sehari-hari tetapi di negara-negara Eropa mandi secara pennuh hanya sekali dalam seminggu adalah hal yang biasa.

f. Kondisi fisik

(34)

17

dirinya. Kondisi jantung, neurologis, paru-paru dan metabolik yang serius dapat melemahkan atau menjadikan seseorang tidak mampu dan memerlukan perawatan untuk melakukan perawatan.

Menstrual hygiene didefinisikan sebagai perawatan simpatik, emosional dan higienis yang diberikan saat menstruasi. Menstrual hygiene

termasuk mengurus daerah genitalia, pembalut, kebersihan pribadi, diet dan olahraga (Clement, 2012).

Berikut adalah cara memelihara organ reproduksi wanita saat menstruasi:

a. Darah menstruasi biasanya memiliki sangat sedikit bau sampai darah tersebut kontak dengan bakteri pada kulit di udara. Wanita juga akan lebih berkeringat saat menstruasi dibanding dengan hari-hari biasanya. Oleh karena itu, agar tubuh tetap segar dan bebas dari bau badan harus rajin merawat tubuh dengan mandi dan mencuci rambut minimal dua hari sekali. Mandi dapat dilakukan dengan air panas atau air hangat. (Clement, 2012)

(35)

18

c. Menggunakan air bersih saat mencuci vagina. Tidak menggunakan sabun khusus pembersih vagina ataupun obat semprot pewangi. Di dalam vagina terdapat bakteri Lactobacillus Doderlein yang berfungsi memproduksi asam sehingga terbentuk suasana masam yang mampu mencegah bakteri masulk ke dalam vagina. Dengan menggunakan sabun khusus terlalu sering, bakteri tersebut akan mati dan memicu berkembangbiaknya bakteri jahat yang dapat mneyebabkan infeksi (Manuaba, 2009; Nadesul, 2008; Dingwall, 2010).

d. Mengganti celana dalam minimal dua kali sehari untuk menjaga kelembapan vagina yang berlebihan. Bahan celana dalam yang baik adalah yang mampu menyerap keringat seperti katun. Hindari memakai celana dalam atau celana jeans yang ketat karena kulit susah bernafas dan akhirnya menyebabkan daerah kewanitaan menjadi lembab, berkeringat dan mudah menjadi tempat berkembang biak jamur yang dapat menimbulkan iritasi (Manuaba, 2009; Nadesul, 2008; Dingwall, 2010).

(36)

19

f. Pilihlah pembalut dengan ukuran yang tepat, panjang, dan kualitas. Hindari pemakaian pembalut lebih dari enam jam. Hal ini dikarenakan pembalut juga menyimpan bakteri jika tidak diganti dlam waktu yang lama (Clement, 2012).

g. Menggunakan pembalut (sanitary pad) yang siap pakai. Hindari penggunaan pembaalut kain karena dikhawatirkan pembalut kain tersebut kurang higiene akibat perawataannya yang kurang biak, seperti mengeringkan di tempat tersembunyi dan tidak terkena sinar matahari yang berisiko tumbuhnya mikroba atau larva yang menyebabkanvagina berbau tidak sedap (Ali, 2007).

h. Buang pembalut bekas dengan dibungkus kertas kemudian dibuang ke tempat sampah (Nada, 2007). Cara terbaik untuk membuang pemablut adalah dengan pembakaran (Clement, 2012).

2. Dampak Kesehatan Masalah Menstrual Hygiene

(37)

20

Meningkatnya ISR juga dihubungkan dengan kejadian dari kanker serviks, HIV/AIDS, infertilitas, kehamilan ektopik, dan gejala-gejala lain.

Hal ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Balamurugan tahun 2012 di Hubli Karnataka, yang menyatakan bahwa menstrual hygiene

merupakan faktor yang sangat berpengaruh terhadap ISR.

Salah satu ISR yang dapat terjadi akibat perilaku hygiene yang kurang saat menstruasi adalah pruritus vulvae. Gejala pruritus vulvae yang timbul biasanya adalah rasa gatal yang dirasakan pada daerah vulvae dan lubang vagina yang biasanya terjadi pada malam hari saat sedang menstruasi (Misery, 2010). Rasa gatal dan kemerahan pada organ reproduksi merupakan masalah reproduksi yang paling sering terjadi pada masa kanak-kanak. Anak perempuan mempunyai kerentanan yang tinggi terhadap Infeksi Saluran Reproduksi. Hal ini disebabkan karena mukosa vagina yang atrofi dan tipis (kekurangan stimulasi estrogen), tercemar oleh feses (higiene yang buruk), dan mekanisme imunitas vagina yang relatif terganggu (Dewi, et al., 2012). Jika kulit vagina tergores oleh garukan kuku, dapat menimbulkan ISR sekunder seperti infeksi kandida akut, vaginosis bakteri dan trikomoniasis. Hal tersebut akan memperburuk kesehatan reproduksi (Tony, 2011).

Selain ISR, buruknya menstrual hygiene juga dapat menyebabkan Infeksi Saluran Kemih (ISK). Torondel dalam penelitiannya tahun 2013 di Odisha-India menyatakan bahwa buruknya perilaku menstrual hygiene

(38)

21

terdapat laporan adanya keputihan yang abnormal dan gatal-gatal pada vagina yang diakibatkan oleh penggunaan pembalut yang menyerap yang digunakan kembali.

C. Pengetahuan

1. Definisi Pengetahuan

Pengetahuan merupakan hasil dari tahu yang terjadi setelah orang melalukan pengindraan, terhadap suatu objek tertentu. Pengindraan terjadi melalui pancaindra manusia, yakni indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga (Notoatmodjo, 2010).

2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan

Menurut Lukman (2008) terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi pengetahuan yaitu :

a. Umur

(39)

22

atau menjelang usia lanjut kemampuan penerimaan atau mengingat suatu pengetahuan akan berkurang.

b. Intelegensi

Intelegensi diartikan sebagai suatu kemampuan untuk belajar dan berfikir abstrak guna menyesuaikan diri secara mental dalam situasi baru. Intelegensi merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi hasil dari proses belajar. Intelegensi bagi seseorang merupakan salah satu modal untuk berfikir dan mengolah berbagai informasi secara terarah sehingga ia mampu menguasai lingkungan. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa perbedaan intelegensi dari seseorang akan berengaruh pula terhadap tingkat pengetahuan.

c. Lingkungan

Lingkungan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi pengetahuan seseorang. Lingkungan memberikan pengaruh pertama bagi seseorang, dimana seseorang dapat mempelajari hal-hal yang baik dan juga hal-hal yang buruk tergantung pada sifat kelompoknya. Dalam lingkungan seseorang akan memperoleh pengalaman yang akan berpengaruh pada cara berfikir seseorang.

d. Sosial budaya

(40)

23 e. Pendidikan

Pendidikan adalah suatu kegiatan atau prosses pembelajaran untuk mengembangkan atau meningkatkan kemampuan tertentu sehingga sasaran pendidikan itu daat berdiri sendiri. Tingkat pendidikan turut pula menentukan mudah tidaknya seseorang menyerap dan memahami pengetahuan yang mereka peroleh, pada umumnya semakin tinggi pendidikan seseorang maka semakin baik pula pengetahuannya. f. Informasi

Informasi akan memberikan pengaruh pada pengetahuan seseorang. Meskipun seseorang memiliki pendidikan yang rendah tetapi jika ia mendapatkan informasi yang baik dari berbagai media misalnya TV, radio atau surat kabar maka hal itu akan dapat meningkatkan pengetahuan seseorang.

g. Pengalaman

(41)

24

3. Domain Pengetahuan

Bloom dalam revisinya pada Anderson & Krathwol (2001) membagi proses kognitif menajdi 6 kategori, yaitu Remember

(mengingat), Understand (memahami), Apply (menerapkan), Analyze

(menganalisis), Evaluate (menilai), dan Create (menciptakan).

1. Remember (mengingat)

Remember melibatkan pengetahuan yang relevant dari memori jangka panjang. Mengingat kembali pengetahuan penting untuk pembelajaran yang bermakna dan pemecahan masalah sebagai pengetahuan yang digunakan dalam tugas yang lebih komplex. Kategori Remember terdiri dari Recognizing (mengenal kembali) dan

Recalling (mengingat).

a. Recognizing (mengenal kembali)

Recognizing merupakan memperoleh kembali pengathuan yang relevan dari memori jangka panjang dalam rangka untuk membandingkannya dengan informasi yang disajikan. Dalam kategori ini, siswa mencari potongan-potongan infromasi masa jangka panjang yang sama dengan infromasi yang baru saja disajikan. Ketika menemui informasi baru, siswa menentukan mana informasi yang berkaitan dengan pengetahuan yang sebelumnya diperoleh kemudian mencari yang cocok.

C1 (mengingat)

C2 (memahami)

C3

(menerapkan)

C4 (menganalisis)

C5 (menilai)

C6

(42)

25

b. Recalling

Recalling adalah menerima kembali pengatahuan yang relevan dari memori jangka panjang ketika diberikan suatu masalah atau perintah. Perintah biasanya dberupa pertanyaan. Dalam kategori ini, siswa mencari memori jangka panjang berupa informasi dan membawa informasi tersebut untuk mengerjakan memori dimana informasi ini dapat diproses.

2. Understand (memahami)

Understand kemampuan untuk membangun makna dari pesan instruksional, termasuk komnunikasi lisan, tulisan dan grafik. Seseorang dikatakan faham atau mengerti jika mereka mampu menentukan hubungan antara pengetahuan yang baru diperoleh dengan pengetahuan mereka yang lalu. Kategori Understand terdiri dari Interpreting (menginterpretasikan), Exemplifying (memberi contoh), Classifying (mengklasifikasi), Summarizing

(menyimpulkan), Inferring (menduga), Comparring

(membandingkan), dan Explaining (menjelaskan).

(43)

26

dari konsepn umum dan meminta seseorang untuk mencari contoh khususnya, sedangkan Classifying sebaliknya.

Summarizing adalah kemampuan individu dalam memberikan pernyataan tunggal yang menyatakan informasi yang disamapaikan secara umum. Inferring adalah kemampuan individu dalam mencari pola dari beberapa contoh kasus. Individu dikatakan memiliki kemampuan Inferring jika mampu membayangkan konsep yang merupakan bagian dari contoh dengan mengkode karakteristik sesuai dengan masing-masing contoh. Comparring meliputi kemampuan individu dalam menunjukkan persamaan dan perbedaan antara dua atau lebih objek. Explaining meliiputi kemampuan individu dalam merumuskan dan menggunakan model sebab akibat sebuah sistem. Individu mampu menjelaskan dan dapat menggunakan sebab akibat antar bagian dalam satu sistem.

3. Apply (menerapkan)

Apply merupaan tahap dimana seseorang mampu menggunakan prosedur untuk menyelesaikan masalah. Apply sangat berhubungan dengan prosedur pengetahuan. Kategori Apply terdiri dari proses

Executing (melakukan) dan Implementing (menerapkan). Dalam

(44)

27

familiar atau belum dikenal. Individu tersebut harus memahami benar masalah tersebut sehingga dapat menemukan prosedur yang tepat ntuk digunakan untuk menyelesaikan masalah tersebut.

4. Analyze (menganalisis)

Analyze merupakan suatu tindakan memecahkan masalah atau kejadian dan menentukan bagaiamana bagian-bagian tersebut dikaitkan satu sama lain atau bagian tersebut dengan keseluruhannya. Kategori yang termasuk Apply diantaranya adalah Differentiating

(membedakan), Organizing (mengorganisai) dan Attributing (memberi simbol). Differentiating meliputi kemampuan individu membedakan bagian-bagian dari keseluruhan struktur dalam bentuk yang sesuai.

Organizing meliputi kemampuan mengidentifikasi unsur-unsur secara bersama-sama menjadi struktur yang saling berkaitan. Attributing

meliputi kemampuan individu dalam menyebutkan suatu sudut pandang, bias, nilai atau maksud dari suatu masalah yang diajukan. 5. Evaluate (menilai)

Evaluate merupakan kemampuan individu dalam melakukan

(45)

28 6. Create (menciptakan atau berkreasi)

Create merupakan kemampuan untuk menempatkan elemen bersama-sama untuk membentuk satu kesatuan yang koheren atau fungsional.individu dikatakan mampu melaksanakan Create jika individu mampu membuat produk baru dengan merombak beberapa elemen atau bagian ke dalam bentuk atau struktur yang belum pernah dijelaskan sebelumnya. Proses Create biasanya dihubungkan dengan pengalaman belajar individu yang sebelumnya.

4. Kategori Pengetahuan

Arikunto (2010) mengemukakan bahwa secara kualitas tingkat pengetahuan yang dimiliki oleh seseorang dapat dibagi menajdi tiga tingkat yaitu :

a. Baik : Bila subjek mampu menjawab pertanyaan dengan benar 76-100% dari seluruh pertanyaan

b. Cukup : Bila subjek mampu menjawab pertanyaan dengan benar 56-75% dari seluruh pertanyaan

(46)

29

D. Sikap

1. Definisi Sikap

Secord & Backman (1964) dalam buku Azwar (2013) mendefinisikan sikap sebagai keteraturan tertentu dalam hal perasaan (afeksi), pemikiran (kognisi) dan predisposisi tindakan (konasi) seseorang terhadap suatu aspek di lingkungan sekitarnya.

Menurut campbell (1950) dalam Notoatmodjo (2010) mengemukakan batasan tentang sikap yaitu tingkal laku sosial seseorang merupakan sebuah syndrom atau gejala dari konsistensi reseptor dengan nilai objek sosialnya. Dari batasan diatas dapat disimpulkan bahwa manifestasi dari sikap itu tidak dapat langsung dilihat, tetapi hanya ditafsirkan terlebih dahulu dari perilaku yang tertutup. Sikap belum merupakan suatu tindakan atau aktivitas, akan tetapi merupakan suatu predisosisi tindakan suatu perilaku. Sikap masih merupakan reaksi tertutup, bukan merupakan reaksi terbuka atau tingkah laku yang terbuka. Sikap merupakan kesiapan untuk bereaksi terhadap objek dilingkungan tertentu sebagai suatu penghayatan terhadap objek.

(47)
(48)

31

hidup dalam budaya yang mempunyai norma longgar bagi pergaulan heteroseksual, sangat mungkin kita akan mempunyai sikap yang mendukung terhadap masalah kebebasan pergaulan heteroseksual. Apabila kita hidup dalam budaya sosial yang sangat mengutamakan kehiduan berkelompok, maka sangat mungkin kita akan mempunyai sikap negatif terhadap kehidupan individualisme yang mengutamakan kepentingan perorangan.

c. Orang lain yang dianggap penting

Orang lain disekitar kita merupakan salah satu diantara komponen sosial yang ikut mempengaruhi sikap kita. Seseorang yang kita anggap penting, seseorang yang kita harapkan persetujuannya bagi setiap gerak, tingkah dan pendapat kita, seseorang yang berarti khusus bagi kita, akan banyak mempengaruhi pembentukan sikap kita terhadap sesuatu. Diantara orang yang biasanya dianggap penting bagi individu adalah orang tua, orang yang status sosialnya lebih tinggi, teman sebaya, teman dekat, guru, teman kerja, istri atau suami, dan lain-lain.

d. Media massa

(49)

32

mengenai suatu hal memberikan landasan kognitif baru bagi terbentuknya sikap terhadap hal tersebut.

e. Lembaga pendidikan dan agama

Lembaga pendidikan serta lembaga agama sebagai suatu sistem mempunyai pengaruh dalam pembentukan sikap karena keduanya meletakkan dasar pengertian dan konsep moral dalam diri individu.

f. Faktor emosi dalam diri individu

Bentuk sikap tidak semuanya ditentukan oleh situasi lingkungan dan pengalaman pribadi seseorang. Terkadang suatu bentuk sikap merupakan pernyataan yang disadari oleh emosi yang berfungsi sebagai semacam penyaluran frustasi atau pengalihan bentuk mekanisme pertahanan ego. Sikap tersebut dapat menjadi sikap yang sementara dan segera berlalu begitu frustasi telah hilang akan tetapi dapat pula merupakan sikap yang lebih persisten dan bertahan lama.

3. Pengukuran Sikap

(50)

33

berstruktur. Metode langsung tidak berstruktur misalnya dengan mengukur sikap dan survei. Metode langsung berstruktur berupa pengukuran sikap dengan menggunakan pertanyaan yang telah disusun dengan suatu alat yangs telah ditentukan (Arikunto, 2010)

Pengukuran sikap dengan menggunakan model Guttmen memiliki sifat yang tegas dan konsisten dengan memberikan jawaban yang tegas seperti jawaban ya dan tidak, positif dan negatif, setuju dan tidak seuju, benar dan salah. Skala ini dibuat dengan interpretasi penilaian skor benar bernilai 1 dan skor salah bernilai 0. Analisisnya dapat dilakukan seperti skala likert (Hidayat, 2007).

E. Pendidikan Kesehatan

1. Pengertian

(51)

34

WHO (1954) menyatakan bahwa tujuan dari pendidikan kesehatan untuk mengubah perilaku orang atau masyarakat dari perilaku yang tidak sehat atau belum sehat menjadi perilaku sehat. Meskipun secara garis besar tujuan dari pendidikan kesehatan itu adalah mengubah perilaku yang belum sehat menjadi perilaku yang sehat, namun perilaku tersebut cakupannya amat luas. Azwar (1983) dalam Fitriani (2011) membagi perilaku kesehatan sebagai tujuan pendidikan kesehatan menjadi 3 macam, yaitu perilaku yang menjadikan kesehatan sebagai suatu yang bernilai di masyarakat, perilaku yang menciptakan perilaku sehat bagi diri sendiri maupun mencipatakan perilaku sehat di dalam kelompok, serta perilaku yang mendorong berkembangnya penggunaan sarana pelayanan kesehatan yang ada secara tepat.

(52)

35

pencegahan yaitu promosi kesehatan, perlindungan khusus, diagnosis dini dan pengobatan segera, pembatasan kecacatan dan rehabilitasi.

2. Metode Pendidikan Kesehatan

Fitriani (2011) membagi metode pendidikan kesehatan menjadi 3 kelompok, yaitu metode pendidikan individual (perorangan), metode pendidikan kelompok, dan metode pendidikan massa.

1. Metode pendidikan individual (perorangan)

a. Bimbingan dan penyuluhan (guidance and counseling)

Dengan metode ini kontak antara klien dengan petugas akan lebih intensif. Setiap maslah yang dihadapi oleh klien dapat dikorek dan dibantu penyelesaiannya dan pada akhirnya kklien atersebut akan dengan sukarela dan berdasarkan kesadaran penuh pengertian akan menerima perilaku tersebut (mengubah perilaku).

b. Interview (wawancara)

(53)

36 2. Metode pendidikan kelompok

Metode kelompok adalah kumpulan lebih dari individu yang satu sama lainnya melakukan interaksi dalam pemennuhan kebutuhan hidupnya (Notoatmodjo, 2007).

A. Kelompok besar

Kelompok besar merupakan apabila seluruh peserta penyuluhan itu lebih dari 15 orang. Metode yang baik untuk kelompok besar ini antara lain ceramah dan seminar (Notoatmodjo, 2007).

a. Ceramah

Metode ini cocok untuk sasaran yang berpendidikan tinggi ataupun rendah. Metode ceramah yang dimaksud adalah ceramah dengan kombinasi metode yang bervariasi. Disebut demikian sebab ceramah dilakukan dengan ditujukkan sebagai pemicu terjadinya kegiatan yang partisioatif. Selain itu, ceramamh cenderung interaktif, yaitu melibatkan peserta melalui adanya tanggapan baik atau perbandingan dengan pendapat dan pengalaman peserta. Media pendukung yang digunakan seperti bahan serahan (handouts) atau transparansi yang ditanyangkan dengan OHP atau LCD (Fitriani, 2011).

(54)

37

menjelaskan kepada peserta tentang tujuan pelajaran (penyampaian materi) dan pokok-pokok masalah yang akan di bahas dalam pelajaran. Disamping itu, pemateri memperbanyak bahan apersepsi untuk membantu mereka memahami materi yang akan disampaikan. Pada langkah penyajian, pemateri menyajikan bahan yang berkenaan dengan pokok-pokok masalah. Sedangkan pada langkah generalisasi, unsur yang sama dan berlainan dihimpun duntuk mendapatkan kesimpulan-kesimpulan mengenai pokok-pokok masalah. Selanjutnya pada langkah aplikasi penggunaan, kesimpulan yang diperoleh digunakan dalam berbagai situasi sehingga nyata makna kesimpulan itu.

Keuntungan metode ceramah adalah mudah digunakan, dapat menyampaikan informasi, mempengaruhi pendapat, merangsang pikiran dan kritik, tidak terlalu menghabiskan banyak waktu, dan dapat dikombinasi dialog antara pemberi ceramah dan audiens (Emilia, 2008). Sedangkan keberhasilan ceramah adalah apabila pemberi materi dapat menguasai sasaran ceramah (Notoatmodjo, 2007).

(55)

38

mengenai topik masalah yang disampaikan. Oleh karena itu terdapat usaha-usaha yang dapat dilakukan untuk mengatasi kelemahan-kelemahan tersebut, yakni; 1) memberi penjelasan dengan keterangan-keterangan, dengan gerak-gerik, dengan memberikan contoh, atau dengan menggunakan alat peraga; 2) selingi metode ceramah dengan metode lain agar peserta tidak merasa bosan; 3) susunlah materi secara sistematis; 4) menggunakan alat-alat pelajaran visual untuk menyampaikan materi seperti papan tulis, alat atau barang dua dimensi (grafik, bagan, dsb), gambar-gambar, atau alat-alat pelajaran visual lainnya (Anas, 2014).

b. Seminar

Metode ini hanya cocok untuk sasaran kelompok besar dengan pendidikan menengah keatas. Seminar adalah suatu penyajian (presentasi) dari satu ahli atau beberapa ahli tentang suatu topik yang dianggap penting dan biasanya dianggap hangat di masyarakat (Fitriani, 2011).

(56)

39 B. Kelompok kecil

Sebuah kelompok dikatakan kelompok kecil jika peserta kegiatan itu kurang dari 15 orang. Metode yang digunakan adalah diskusi kelompok, curah pendapat, bola salju, kelompok kecil-kecil (Buzz Group), memainkan peran (Role Play), dan permainan simulasi. a. Diskusi kelompok

Diskusi kelompok adlah pembahasan suatu topik dengan cara tukar pikiran antara dua orang atau lebih, dalam kelompok-kelompok kecil, yang direncanakan untuk mencapai tujuan tertentu. Metode ini dapat membangun suasana saling enghargai perbedaan oendapat dan juga meningkatkan partisipasi peserta yang lebih luas. Tujuan penggunaan metode ini adalah mengembangkan kesamaan pendapat aatau kesepakatan atau mencari rumusan terbaik mengenai suatu persoalan. Setelah diskusi kelompok, proses dilanjtkan dengan pleno. Pleno adalah sitilah yang digunakan untuk diskusi kelas atau diskusi umuym yang merupakan lanutan dari diskusi kelompok yang dimulai dengan pemaparan hasil diskusi kelompok.

b. Curah pendapat (Brain Storming)

(57)

40

mencurahkan pendapat tidak boleh ada komentar dari siapa pun, baru setelah semuanta mengemukakan pendapat, tiap anggota mengomentari, dan akhirnya terjadi diskusi. Berbeda dengan diskusi, dimana gagasan dari seseorang dapat ditanggapi oleh peserta lain, pada penggunaan metode curah pendapat pendapat orang lain tidak untuk ditanggapi.

c. Bola salju

Tiap orang dibagi menajdi pasang-pasangan (1 pasang 2 orang). Kemudian dilontarkan suatu pertanyaan atau maslah, setelah lebih kurang 5 menit tiap 2 pasang bergabung menajdi satu. Mereka tetap mendiskusikan masalah tersebut dan mencari kesimpulannya. Kemudian tiap 2 pasang yang sudah beranggotakan 4 orang ini bergabung lagi dengan pasangan lainnnya dan demikian seterusnya akhirnya terjadi diskusi seluruh kelas.

d. Kelompok kecil-kecil (Buzz Group)

Kelompok kecil langsung dibagi menjadi kelompok kecil-kecil, kemudian dilontarkan suatu permasalahan sama atau tidak sama dengan kelompok lain, dan masing-masing kelompok mendiskusikan masalah tersebut. Selanjutnya kesimpulan dari tiap kelompok tersebut dan dicari kesimpulannya.

(58)

41

Beberapa anggora kelompok ditunjuk sebaga pemegang peranan tertentu untuk memainkan peranan tertentu, misalnya sebagai dokter puskesmas atau perawat. Mereka memperagakan bagaimana interaksi atau komunikasi sehari-hari dalam melaksanakan tugas. Bermain peran pada prinsipnya merupakan metode untuk menghadirkan peran peran yang ada dalam dunia nyata ke dalam suatu „pertunjukan peran‟ di dalam

kelas/ pertemuan, yang kemudian dijadikan sebagai bahan refleksi agar peserta memberikan penilaian terhadap peran yang dimainkannya. Metode ini menekankan terhadap masalah yang diangkat dalam „pertunjukan‟ dan bukan pada kemampuan

pemain dalam melakukan permainan peran. f. Permainan simulasi

(59)

42

Keuntungan metode ini antara lain lebih dekat dengan kehidupan nyata, mendorong peserta agar lebih aktif, lebih menarik, dan meningkatkan kerjasama. Kekurangannya yautu membutuhkan persiapan yang matang dan membutuhkan adaptasi peran serta menyita waktu (Dermawan, 2008).

3. Metode pendidikan massa

Metode yang bisa digunakan untuk menyampaikan pesan kesehatan untuk masa adalah ceramah umum, pidato dam simulasi, tulisan dimajalah atau koran dan bill board. Pada umumnya bentuk pendekatan ini adalah tidak langsung. Biasanya menggunakan atau melalui media massa. Sebagai contoh yaitu; 1) ceramah umum yang dilakukan pada acara tertentu misalnya pidato menteri atau pejabat pada Hari Kesehatan Nasional; 2) pidato-pidato diskusi tentang kesehtan melalui media elektronik baik TV maupun radio; 3) simulasi dialog antar pasien dengan dokter atau petugas kesehatan lainnya tentang suatu penyakt atau maslah kesehatan melalui TV atau radio; 4) tulisan-tulisan di majalah atau koran baik dalam bentuk artikel maupun tanya jawab atau konsultasi tentang kesehatan; 5) bill board atau spanduk dan sebagaianya yang dipasang di pinggir jalan (Fitriani, 2011).

3. Media Penyuluhan

(60)

43

saluran (channel) untuk menyampaikan kesehatan karena alat-alat tersbut digunakan untuk mempermudah penerimaan pesan-pesan kesehatan bagi masyarakat atau klien.

Menurut Fitriani (2011), membagi media penyuluhan berdasarkan fungsinya sebagai media pesan-pesan kesehatan menjadi 3, yakni media cetak, media elektronik dan media papan (billboard) .

a. Media cetak

Media cetak sebagau alat untuk menyampaikan pesan-pesan kesehatan sangat bervariasi, antara lain booklet, leaflet, flyer flipchart, rubrik dan poster.

1) Booklet adalah suatu media untuk menyampaikan pesan-pesan kesehatan dalam bentuk buku, baik tulisan maupun gambar. booklet

bertujuan untuk menyampaikan pesan yang bersifat promosi, anjuran, larangan kepada massa dalam bentuk buku, baik tulisan maupun gambar (Machfoedz & Suryani, 2007).

Kelebihan booklet :

a) Booklet menggunakan media cetak sehingga biaya yang dikeluarkannya bisa lebih murah dibandingkan dengan menggunakan media audio dan visual serta audiovisual.

b) Proses booklet agar sampai kepada obyek atau masyarakat bisa dilakukan sewaktu-waktu.

(61)

44

d) Lebih terperinci dan jelas, karena lebih banyak bisa mengulas tentang pesan yang disampaikannya.

Kelemahan booklet:

a) Booklet ini tidak bisa menyebar ke seluruh masyarakt, karena keterbatasan penyebaran booklet

b) Tidak langsungnya proses penyaapaiannya, sehingga umpan balik dari obyek pada penyampa pesan tidak secara langsung (tertunda)

c) Memerlukan banyak tenaga dalam penyebarannya

2) Leaflet adalah bentuk penyampaian informasi atau pesan-pesan kesehatan melalui lembaran yang dilipat. Isi informasi dapat dalam bentuk kalimat maupun gambar atau kombinasi (Fitriani, 2011). Leaflet digunakan untuk memberikan keterangan singkat tentang suatu masalah. Keuntung leaflet adalah 1) dapat disimpan lama; 2) sebagai referensi; 3) jangkayan dapat jauh; 4) membantu media lain; 5) isi dapat dicetak kembali dan dapat sebagai bahan diskusi (Notoatmodjo, 2007).

3) Flyer atau selebaran sama seperti leaflet, namun tidak dalam bentuk lipatan.

[image:61.595.139.511.180.498.2]
(62)

45

informasi berkaitan dengan gambar tersebut. Rubrik atau tulisan-tulisan pada surat kabar atau majalah mengenani bahasan suatu masalah kesehatan atau hal-hal yang berkaitan dengan kesehatan. 5) Poster adalah bentuk media cetak berisi pesan-pesan atau informasi

kesehatan yang biasanya ditempel di tembok-tembok, ti tempat umum, atau di kendaraan umum (Fitriani, 2011). Poster juga merupakan pesan singkat dalam bentuk gambar dengen tujuan mempengaruhi seseorang agar tertarikk atau bertndak pada sesuatu. Makna kata-kata dalam poster harus jelas dan tepat serta dapat dengan mudah dibaca pada jarak kurang lebih enam meter. Gambar dalam poster dapat berupa lukisan, ilustrasi, kartun, gambar atau foto (Notoatmodjo, 2007).

b. Media elektronik

Media elektronik adalah suatu media bergerak dan dinamis, dapat dilihat dan didengar dalam menyampaikan pesannya melalui alat bantu elektronik. Fitriani (2011) menyatakan bahwa media elektronik sebagai sarana untuk menyampaikan pesan-pesan atau informasi-informasi kesehatan, jenisnya berbeda-beda, antara lain televisi (alat bantu lihat atau visual), radio (alat bantu dengar atau audio) dan video (alat bantu audio vidual).

c. Media Papan (Billboard)

(63)

46

ditulis pada lembaran seng yang ditempel pada kendaraan-kendaraan umum (Fitriani, 2011).

4. Sasaran Pendidikan Kesehatan

Sasaran pendidikan kesehatan di Indonesia berdasarkan pada program pembangunan Indonesia diantaranya yaitu; 1) masyarakat umum; 2) masyarakat dalam kelompok tertentu seperti wanita, pemuda, dan remaja. Termasuk dalam kelompok khusus adalah lembaga pendidikan mulai dari TK sampai Perguruan Tinggi, sekolah agama baik negeri atau swasta; 3) sasaran individu dengan tehnik pendidikan kesehatan individual (Fitriani, 2011).

5. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pendidikan Kesehatan

Dalam suatu proses keperawatan, perawat menetapkan tujuan khusus dan mengimplementasikann rencana pengajaran dengan menggunakanprinsip belajar-mengajar untuk menjamin bahwa klien memperoleh pengetahuan. Untuk mencapai keberhasilan dalam mengajarkan klien, perawat perlu melakukan pengkajian seluruh faktor yang mempengaruhi hal-hal yang berkaitan dengan pendidikan kesehatan (Potter & Perry, 2005).

(64)

47

yang digunakan kurang dapat dimengerti oleh sasaran; 5) suara terlalu kecil dan kurang dapat didengar; 6) penyampapian materi terlalu monoton sehingga membosankan. Sedangkan faktor sasaran antara lain; 1) tingkat pendidikan terlalu rendah sehingga sulit mencerna pesan yang disampaikan; 2) tingkat sosial ekonomi yang terlalu rendah sehingga tidak begitu memperhatikan materi yang disampaikan karena lebih memikirkan kebutuhan-kebutuhan lain yang mendesak; 3) kepercayaan dan ata kebiasan yang telah tertanam sehingga sulit untuk mengubah; 4) kondisi lingkungan tempat tinggal sasaran yang tidak mungkin terjadi perubahan perilaku. Adapun faktor dalam proses penyuluhan meliputi; 1) waktu penyuluhan tidak sesuai dengan waktu yang diinginkakn sasaran; 2) tempat penyuluhan dilakukan dekat dengan keramaian sehingga mengganggu proses penyuluhan; 3) jumlah sasaran yang mendengarkan penyuluhan terlalu banyak sehingga sulit untuk menarik perhatian; 4) alat peraga kurang ditunjang oleh alat yang dapat mempermudah pemahaman sasaran; 5) metode yang digunakan kurang tepat sehingga membosankan sasaran (Effendy, 2007).

6. Pengaruh Pendidikan Kesehatan Terhadap Pengetahuan

(65)

48

(Notoatmodjo, 2007). Prinsip pokok dalam pendidikankesehatan adalah proses belajar. Dalam proses belajar ini terdapat 3 persoalan pokok yaitu input, proses dan output. Dalam proses ini terjadi pengaruh timbal balik antara berbagai faktor antara lain subjek belajar, pengajar, metode, tehnk belajar, alat bantu belajar serta materi tambahan yang dipelajari. Sedangkan dalam output menghasilkan kemampuan atau perubahan perilaku dari subjek belajar (Fitriani, 2011).

Bagan 2. 2 Proses Pendidikan Kesehatan

F. Tahapan Memori

Tahapan memori menurut Walgito (2004) terdiri dari tiga tahapan, yaitu memasukkan informasi (learning), menyimpan (retention), menimbulkan kembali (remembering). Lebih jelasnya lagi adalah sebagai berikut

1. Memasukkan (learning)

Cara memperoleh ingatan atau mengingat kembali suatu hal pada dasarnya dibagi menjadi dua, yaitu: (1) Secara sengaja bahwa sesorang dengan sengaja memasukkan informasi, pengetahuan, pengalaman-pengalamanya kedalam ingatannya. (2) Secara tidak disengaja ; bahwa sesorang secara tidak sengaja memasukkan pengetahuan, pengalaman dan informasi ke dalam ingatannya. Misalnya: jika gelas kaca terjatuh maka akan pecah. Informasi ini disimpan sebagai pengertian-pengertian.

(66)

49

Irwanto (2006) menyatakan bahwa pemerolehan informasi dapat dilakukan dengan sadar dan bertujuan (intentional learning) melalui perhatian dan konsentrasi terhadap sesuatu yang ingin dipelajari. Tetapi informasi dapat diterima tanpa tujuan untuk mengingatnya (incidental learning).

2. Menyimpan (storage)

Suatu hal yang telah dipelajari akan tersimpan dalam bentuk jejakjejak (memory traces) dan bisa ditimbulkan kembali. Walaupun disimpan namun jika tidak sering digunakan maka memory traces tersebut bisa sulit untuk ditimbulkan kembali bahkan hilang. Hal ini disebut dengan lupa. 3. Menimbulkan kembali (remembering)

Menimbulkan kembali ingatan yang sudah disimpan dapat ditempuh dengan (1) mengingat kembali (to recall) dan mengenal kembali (to recognize).

G. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Daya Ingat

Hal-hal yang dapat meningkatkan memory menurut Santrock (2009) antara lain adalah pengodean, penyimpanan dan pemanggilan kembali

1. Pengulangan (rehearsal)

(67)

50

aktivitas-aktivitas neural yang bergema (reverberating), yang memiliki neuron-neuron yang mampu bergerak dalam putaran (loop). Saat sirkuit tersebut tetap aktif selama suatu periode tertentu, terjadilah perubahan kimiawi dan/atau perubahan struktural. Perubahan itu menyebabkan memori adisimpan secara permanen dalam LTM. Saat memori tersebut dikombinasikan dengan memori-memori lain yang bermakna, akan terjadi peningkatan morabilitas (kemudahan memori untuk diingat).

2. Pemrosesan yang mendalam.

Pemrosesan memori terjadi pada kontinum dari dangkal ke mendalam (Craik dan Lockhart). Pemrosesan yang lebih mendalam dapat menghasilkan memori yang lebih baik. Santrock (2009) menyatakan bahwa individu-inividu mengingat informasi dengan lebih baik saat mereka memprosesnya pada tingkat yang mendalam.

3. Elaborasi (pengkodean)

Elaborasi merupakan keluasan pemrosesan informasi yang terlibat dalam pengkodean (Terry dalam Santrock, 2009). Pengkodean lebih baik dari pemrosesan yang mendalam. Santrock (2009) menyatakan dalam beberapa penelitian ditemukan bahwa ketika individu-individu menggunakan elaborasi dalam pengodean informasi, memori mereka diuntungkan.

4. Pembentukan Gambar.

(68)

51 5. Organisasi.

Organisasi atau susunan selama penyandian dapat meningkatkan pengingatan selanjutnya. Prinsip ini dapat diterapkan dalam pemakaian praktis, kita mampu menyimpan dan mengambil sejumlah besar informasi jika mengorganisasikannya (Atkinson, et al., 1996).

H. Model/Theory Promosi Kesehatan

Pender (2005) menyatakan bahwa perilaku promosi kesehatan merupakan perilaku yang meningkatkan kesejahteraan dan potensi kesehatan individu. Perilaku promosikesehatan juga merupakan kegiatan yang menjadi bagian dari gaya hidup dan ditunjukkan untuk memelihara status kesehatan individu saat ini atau bergerak menuju level status kesehatan yang lebih tinggi. Pender berpendapat bahwa gaya hidup adalah gabungan dari komponen perilaku protektif (pencegahan) dan perilaku promotif kesehatan. Pender juga membedakan fokus masing-masing komponen ke dua perilaku tersebut, dimana perilaku proteksi diarahkan pada mengurangi resiko kesehatan dengan mengurangi kemungkinan individu mengalami penyakit atau cedera, sedangkan perialku promosi kesehatan berupa pendekatan positif terhadap hidup, dimana kegiatan yang dilakukan individu langsung ditujukan untuk mempertahankan, meningkatkan kesejahteraan seseorang dan aktualisasi potensi kesehatan diri individu (Pender, et al., 2005).

(69)

52

kesehatan; 2) aktifitas fisik (lahraga) yang teratur dan cukup; 3) perilaku makan bernutrisi; 4) penghargaan terhadap hidup; 5) hubungan interpersonal dan manajemen stres meliputi upaya yang dilakukan untuk mengatasi, mengendalikan dan mengelola stres agar tidak mengganggu kesehatan baik fisik maupun psikis (Pender, et al., 2005).

Model/teori Pender menggabungkan dua teori yaitu teori nilai pengharapan (Expectancy-Value) dan teori pembelajaran sosial (Social Cognitive Theory) dimana manusia dilihat senagai fungsi yang holistik (Tomey & Alligood, 2006). Pada tahun 1966 Pender melakukan revisi terhadap konsep health promotion modelnya. Health Promotion Model yang telah direvisi berfokus pada 10 kategori faktor yang menentukan tingkah laku peningkatan kesehatan (Pender, 2002). Faktor-faktor tersebut adalah :

1. Perilaku sebelumnya. Perilaku sebelumnya memiliki pengaruh langsung dalam pelaksanaan perilaku promosi kesehatan. Pengaruh tersebut akan berlangsung secara otomatis. Sedangkan pengaruh tidak langsung adalah melalui persepsi pada self efficacy (kemampuan diri), manfaat, hambatan dan pengaruh aktivitas yang muncul dari perilaku tersebut.

2. Faktor personal. Faktor personal terdiri dari personal biological factor

(70)

53

3. Persepsi terhadap manfaat tindakan. Kesadaran akan manfaat tindakan adalah hasil positif yang diharapkan yang akan diperoleh dari perilaku sehat.

4. Hambatan yang dirasakan. Kesadaran akan hambatan tindakan dibayangkan, diantisipasi dan diperhitungkan untuk melakukan tindakan. Hambatan ini meliputi persepsi mengenai ketidaktersediaan, rasa tidak menyenangkan, biaya, atau penggunaan waktu untuk tindakan-tindakan khusus.

5. Kemampuan diri (Perceived self-efficacy). Kemampuan diri merupakan sebuah penilaian terhadap kapabilitas diri untuk mengorganisasi perilaku promosi kesehatan. Kesadaran akan kemampuan diri mempengaruhi kesadaran akan adanya hambaran untuk melakukan suatu tindakan. Kemampuan diri dipengaruhi oleh aktivitas yang berhubungan dengan dampak. Makin positif dampaknya maka makin besar pula persepsi kemampuan dirinya.

(71)

54

kemungkinan akan mempengaruhi apakah individu akan mengulang perilaku itu lagi atau mempertahankan perilaku lamanya.

7. Pengaruh interpersonanl. Pengaruh interpesonal adalah kesadaran mengenai perilaku, kepercayaan atau sikap terhadap irang lain. Sumber utama pada pengaruh interpesonal adalah keluarga (orang tua dan saudara kandung), teman dan petugas perawatan kesehatan. Pengaruh ini meliputi norma (harapan dari orang-orang yang berarti), dukungan sosial (dorongan instrumental dan emosional) dan modeling (pembelajaran melalui mengobservasi perilaku khusus seseorang).

8. Pengaruh situasi. Pengaruh situasi adalah persepsi dan pemikiran pribai atau situasi yang menciptakan atau konteks tang dapat memfasilitasi sebuag perilaku. Pengaruh situasi pada perilaku promosi kesehatan terdiri dari persepsi terhadap pilihan yang ada, karakteristik permintaan, dan ciri-ciri estetil dari suatu lingkungan dimana perilaku tersebut dilakukan. 9. Komitmen dengan rencana tindakan. Komit,em ini ,erupakan sebuah

konsep tentang intensi dan identifikasi strategio yang terencana yang mendukung implementasi perilaku sehat.

10.Kebutuhan untuk berkompetensi. Kebutuhan ini adalah perilaku alternatif untuk individu dengan kontril diri yang lemah yang disebabkan oleh adanya ancaman lingkungan seperti tanggung jawab dan perawatan keluarga.

(72)

55

(73)

56

(Tomey & Alligood, 2006)

Bagan 2. 3 Health Promotion Model

Perilaku Sebelumnya

Faktor personal : - Biologis - Psikologis - Sosio-kultural

Manfaat tindakan

Hambatan yang dirasakan

Self efficacy

Sikap yang berhubungan dengan aktifitas

Pengaruh interpersonal : Keluarga, teman sebaya, pelayanan kesehatan, dukungan sosial, model Pengaruh stuasional: persepsi terhadap pilihan yang ada,

karakteristik kebutuhan, ciri-ciri estetik

lingkungan

Komitmen terhadap

rencana tindakan

(74)

57

A. Kerangka Teori

Faktor Personal a. Faktor Biologis

- Menstruasi - Usia (9-12

Tahun) - Remaja awal b. Faktor Psikologis

- Motivasi diri - Persepsi status

kesehatan c. Faktor

Sosikultural - Pendidikan (SD) - Budaya Pemberia

Gambar

Gambar 4. 1 Desain Penelitian .............................................................................
Gambar 2. 1 Perubahan Selama Siklus Menstruasi
gambar peragaan dan dibaliknya berisi kalimat sebagai pesan atau
Tabel 3. 1 Definisi Operasional
+7

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan penelitian ini adalah untuk membuktikan: (1) apakah prestasi belajar matematika peserta didik dengan diajar menggunakan model pembelajaran Process Oriented Guided

Menyerahkan kembali berkas bendel A yang akan dimintakan perlawanan (verzet) kepada majlis hakim yang mengadili. Memerintahkan kepada juru sita atau uru sita penggantui

4 Kepala terlihat jelas sepalotoraks sepalotoraks terlihat jelas sepalotoraks Berdasarkan tabel di atas, ciri-ciri yang menentukan Nephila maculata(laba-laba) dikelompokkan ke

Hasil penelitian menunjukkan terdapat hubungan positif yang signifikan antara persepsi dukungan sosial dengan kualitas hidup lansia dengan hipertensi di Kota

Mortalitas ikan uji yang terjadi pada saat penelitian disebabkan oleh kontaminasi toksik dari larutan simplisia daun sirih merah yang masuk ke dalam tubuh

Pada diagnosa keperawatan kedua, pola napas tidak efektif berhubungan dengan depresi pusat pernapasan (infark serebri pada batang otak etcause intracerebral haemoragie), Tujuan

Dari penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa bahan pengisi komposit atau filler serta prensatasi fraksi volume dan variasi ukuran serbuk