PENENTUAN BILANGAN IODIN ASAM LEMAK RINGAN(<C16)
DARI HASIL DESTILASI ASAM LEMAK MENGGUNAKAN
METODE WIJS DI PT. ECOGREEN OLEOCHEMICALS
KARYA ILMIAH
ANDIKA PUTRA
072401032
DEPARTEMEN KIMIA
PROGRAM DIPLOMA-3 KIMIA ANALIS
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
PENENTUAN BILANGAN IODIN ASAM LEMAK RINGAN (<C16)
DARI HASIL DESTILASI ASAM LEMAK MENGGUNAKAN
METODE WIJS DI PT. ECOGREEN OLEOCHEMICALS
KARYA ILMIAH
Diajukan untuk melengkapi tugas dan memenuhi syarat mencapai gelar
Ahli Madya
ANDIKA PUTRA
072401032
DEPARTEMEN KIMIA
PROGRAM DIPLOMA-3 KIMIA ANALIS
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
PERSETUJUAN
Judul
: PENENTUAN BILANGAN IODIN ASAM
LEMAK RINGAN (<C16) DARI HASIL
DESTILASI ASAM LEMAK
MENGGUNAKAN METODE WIJS DI
PT. ECOGREEN OLEOCHEMICALS
Kategori
: KARYA ILMIAH
Nama
: ANDIKA PUTRA
Nomor Induk Mahasiswa : 072401032
Program Studi
: DIPLOMA (D3) KIMIA ANALIS
Departemen
: KIMIA
Fakultas
: MATEMATIKA DAN ILMU
PENGETAHUAN
ALAM
Diluluskan di
Medan, juli 2010
Diketahui/Disetujui Oleh :
Program Studi D3 Kimia Analis
Ketua Departemen Kimia FMIPA USU
Dosen Pembimbing
PERNYATAAN
PENENTUAN BILANGAN IODIN ASAM LEMAK RINGAN(<C16)
DARI HASIL DESTILASI ASAM LEMAK MENGGUNAKAN
METODE WIJS DI PT. ECOGREEN OLEOCHEMICALS
KARYA ILMIAH
Saya mengakui bahwa karya ilmiah ini adalah hasil kerja saya sendiri,
kecuali beberapa kutipan dan ringkasan yang masing-masing disebutkan
sumbernya.
Medan, Juli 2010
PENGHARGAAN
Puji dan syukur penulis persembahkan kehadirat ALLAH SWT atas segala rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan karya ilmiah ini dengan judul “PENENTUAN BILANGAN IODIN ASAM LEMAK RINGAN (<C16) DARI HASIL DESTILASI ASAM LEMAK MENGGUNAKAN METODE WIJS DI PT. ECOGREEN OLEOCHEMICALS”. Karya ilmiah ini disusun dalam memenuhi salah satu syarat untuk mendapatkan ijazah pada Program Studi Diploma-3 Kimia Analis FMIPA USU.
Dalam penulisan karya ilmiah ini, penulis banyak mengalami kesulitan karena kemampuan yang terbatas, tetapi atas bantuan, bimbingan, dan dorongan serta semangat yang diberikan dari berbagai pihak kepada penulis maka penulisan karya ilmiah ini dapat diselesaikan. Dengan segala kerendahan hati, penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Teristimewa penghargaan yang tulus buat Ayahanda (Alm.Suman) dan Ibunda (Rosvinawati) tercinta serta kakak, abang dan adik yang telah memberikan dorongan moril dan material kepada penulis dalam menyelesaikan karya ilmiah.
2. Ibu Andriyani Spd. M.Sc selaku dosen pembimbing yang banyak memberikan arahan dan bimbingan dalam penulisan karya ilmiah ini.
3. Ibu Dr. Rumondang Bulan M. S, selaku Ketua Departemen Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara.
4. Ibu Dr. Marpongahtun M. Sc, Ketua Program Studi Diploma-3 Kimia Analis Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara. 5. Bapak Radiansyah, selaku pembimbing lapangan di PT. Ecogreen
Oleochemicals.
6. Bapak/Ibu dosen serta pegawai program studi Kimia Analis Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara yang membimbing penulis sewaktu di bangku perkuliahan.
7. Rekan-rekan HmI Komisariat FMIPA- USU yang selalu memberikan Dukungan dan ilmu yang sangat bermanfaat bagi penulis.
8. Rekan-rekan PKL saya ( qiqi, Rima dan zhila ) dan teman-teman ku Naza, Ola, Rima, Azwin, lisma, dienk, momo, jefry, ella, aya dan Anak-anak PAKA 07 yang lainya, yang banyak membantu saya dan membuat saya mengerti arti perjuangan.
9. Terkhusus buat Aurora yang tidak pernah bosan-bosanya memotivasi, mendengarkan keluhan dan membantu saya dalam banyak hal, makasi untuk semuanya.
Akhir kata penulis berharap semoga karya ilmiah ini dapat bermanfaat bagi pembaca.
Medan. Juli 2010 Penulis,
ABSTRAK
PT. Ecogreen adalah salah satu industri Oleochemicals, yang mengolah bahan baku minyak inti sawit menjadi produk asam lemak, alkohol lemak dan gliserin. Salah satu parameter penentuan mutu asam lemak ringan (<C16) adalah penentuan bilangan iodin yang menyatakan ukuran ketidak jenuhan minyak atau lemak dan juga yang berkaitan dengan kandungan asam lemak tidak jenuh dalam minyak atau lemak. Bilangan iodin yang tinggi menunjukkan banyaknya ikatan tidak jenuh, sehingga banyak ikatan tidak jenuh teroksidasi yang mengakibatkan berbau tengik dan dapat menurunkan mutunya.
Berdasarkan analisa bilangan iodin pada asam lemak ringan (<C16) menunjukkan lebih kecil dari 0,8 g I2/100g. dan data asam lemak ini sesuai standa mutu PT.
DETERMINATION OF IODINE VALUE LOW FATTY ACID (<C16) FROM THE FATTY ACID DESTILATIONS BY WIJS METHOD IN PT. ECOGREEN OLEOCHEMICALS
ABSTRACT
PT. Ecogreen is one of oleochemical's industry manufacturing raw material of crud palm kernel oil to be fatty acid product, fatty alcohol and glycerine, the one of the parameter quality of low fatty acid is determination iodine value which shows unsaturated oil and fat high iodine value, indicates the number of unsaturated bonds, and so many ties of oxidized unsaturated fatty acid, resulting in rancid smell and reduce the quality of fatty acid.
based on the analysis of iodine value on mild number below 0,8 g I2/100g. and this
DAFTAR ISI
Halaman
PERSETUJUAN i
PERNYATAAN ii
PENGHARGAAN iii
ABSTRAK iv
ABSTRACT v
DAFTAR ISI vi
BAB 1. PENDAHULUAN 1
1.1 Latar Belakang 1 1.2 Permasalahan 4
1.3 Tujuan 4
1.4 Manfaata 4
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA 5
2.1 Kelapa Sawit 5
2.1.1 Perkembangan Kelapa Sawit di Indonesia 5
2.1.3 Klasifikasi Botani Kelapa Sawit 8
2.1.2 Jenis-jenis Kelapa Sawit 8
2.2 Minyak Kelapa Sawit 9
2.3 Standar Mutu Minyak Kelapa Sawit 11
2.4 Penentuan Bilangan iodine 12
2.4.1 Metode Wijs 12
2.4.2 Metode Hanus 13
2.4.3 Metode Hulb 14
2.5 Titrasi Redoks 14
2.5.1 Proses tak langsung Iodometrik 15
2.5.2 Sumber Kesalahan Titrasi 16
BAB 3. BAHAN DAN METODOLOGI 17
3.1 Alat-alat 17 3.2 Bahan 17
3.3 Prosedur 18 3.3.1 Pembuatan Reagen 18 3.3.2 Prosedure Penentuan Bilangan Iodin 19
BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 20 4.1 Data Analisa 20
4.2 Perhitungan 20 4.3 Pembahasan 22
BAB 5. KESIMPULAN DAN SARAN 24 5.1 Kesimpulan 24 5.2 Saran 24
DAFTAR TABEL
Halaman Tabel 2.1 Tabel Komponen Dalam Minyak Kelapa Sawit 10
Tabel 2.2 Kompisisi Asam Lemak Kelapa Sawit Dan Minyak Kelapa Sawit 10 Tabel 2.3 Standar Mutu SPB (Special Prime Bleach) Dan Ordinary 11
ABSTRAK
PT. Ecogreen adalah salah satu industri Oleochemicals, yang mengolah bahan baku minyak inti sawit menjadi produk asam lemak, alkohol lemak dan gliserin. Salah satu parameter penentuan mutu asam lemak ringan (<C16) adalah penentuan bilangan iodin yang menyatakan ukuran ketidak jenuhan minyak atau lemak dan juga yang berkaitan dengan kandungan asam lemak tidak jenuh dalam minyak atau lemak. Bilangan iodin yang tinggi menunjukkan banyaknya ikatan tidak jenuh, sehingga banyak ikatan tidak jenuh teroksidasi yang mengakibatkan berbau tengik dan dapat menurunkan mutunya.
Berdasarkan analisa bilangan iodin pada asam lemak ringan (<C16) menunjukkan lebih kecil dari 0,8 g I2/100g. dan data asam lemak ini sesuai standa mutu PT.
DETERMINATION OF IODINE VALUE LOW FATTY ACID (<C16) FROM THE FATTY ACID DESTILATIONS BY WIJS METHOD IN PT. ECOGREEN OLEOCHEMICALS
ABSTRACT
PT. Ecogreen is one of oleochemical's industry manufacturing raw material of crud palm kernel oil to be fatty acid product, fatty alcohol and glycerine, the one of the parameter quality of low fatty acid is determination iodine value which shows unsaturated oil and fat high iodine value, indicates the number of unsaturated bonds, and so many ties of oxidized unsaturated fatty acid, resulting in rancid smell and reduce the quality of fatty acid.
based on the analysis of iodine value on mild number below 0,8 g I2/100g. and this
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kelapa sawit merupakan tumbuhan tropis yang tergolong dalam family palmae
yang berasal dari Afrika Barat. Meskipun demikian, dapat tumbuh di luar daerah
asalnya, termasuk di Indonesia, hingga kini tanaman ini diusahakan dalam bentuk
perkebunan dan pabrik pengolahan kelapa sawit. Kelapa sawit merupakan tanaman
dengan nilai ekonomis yang cukup tinggi karena merupakan salah satu tanaman
penghasil minyak nabati. Bagi Indonesia, kelapa sawit memiliki arti penting karena
mampu menciptakan kesempatan kerja bagi masyarakat dan sebagai sumber perolehan
devisa Negara.
Sektor minyak kelapa sawit Indonesia mengalami perkembangan yang berarti,
hal ini terlihat dari total luas areal perkebunan kelapa sawit yang terus bertambah
yaitu menjadi 7,3 juta hektar pada 2009 dari 7,0 juta hektar pada 2008. Sedangkan
produksi minyak sawit (crude palm oil/CPO) terus mengalami peningkatan dari tahun
ke tahun dari 19,2 juta ton pada 2008 meningkat menjadi 19,4 juta ton pada 2009.
Sementara total ekspornya juga meningkat, pada 2008 tercatat sebesar 18,1 juta ton
kemudian menjadi 14,9 juta ton sampai dengan September 2009. Sampai saat ini
Indonesia masih menempati posisi teratas sebagai negara produsen minyak kelapa
sawit (CPO) terbesar dunia, dengan produksi sebesar 19,4 juta ton pada 2009.
(datacon.co.id)
Dari data di atas menunjukkan bahwa minyak kelapa sawit sangat dibutuhkan,
(CPKO) adalah minyak kelapa sawit (CPO) terdiri dari 40-46% asam lemak palmitat
(C16;0), 39-45% asam lemak oleat (C18;1), 7-11% asam lemak linoleat (C18;2),
3,6-4,7% asam lemak stearat (C18;0), dan 1,1-2,5% asam lemak miristat (C14;0),
sedangkan dari asam lemak minyak inti kelapa sawit (CPKO) terdiri dari 46-52%
asam lemak laurat (C12;0), 17-14% asam lemak miristat (C14;0), 13-19% asam lemak
oleat (C18;1), 6,5-9% asam lemak palmitat (C16;0), 3-7% asam lemak kaproat
(C10;0), 3-4% asam lemak kaprilat (C8;0), 1-2,5% asam lemak stearat (C18;0) dan
0,5-2% asam lemak linoleat (C18;2). (Ketaren,1986)
Untuk pengolahan minyak inti kelapa sawit menjadi asam lemak dan gliserin
dapat dilakukan proses hidrolisa, reaksi yang terjadi pada minyak hasil hidrolisa
adalah sebagai berikut:
Pemisahan campuran cairan menjadi beberapa komponen dasarnya merupakan
proses utama dari industri kimia dan asam lemak hasil hidrolisa dapat dimurnikan
dengan proses destilasi, sehingga terjadi pemurnian dan pemisahan dari asam lemak
ringan dan asam lemak berat. Hasilnya berupa asam lemak ringan (dengan jumlah
atom karbon (<C16), asam lemak berat dengan jumlah atom karbon C(16-C18).
Asam lemak ringan digunakan sebagai bahan baku pembuatan produk kimiawi lain
yang digunakan dalam industri pembuatan plastik dan cat, sedangkan asam lemak
farmasi, industri kosmetika, dan industri pembuatan detergen, shampoo serta sabun.
(Iyung,P .2006)
Standar mutu merupakan hal yang penting dalam menentukan kualitas dari
minyak, sehingga dapat menentukan apakah minyak tersebut bermutu baik ataupun
tidak, maka pentingnya standar dan pengawasan mutu dari minyak tersebut. Ada
beberapa parameter yang digunakan menentukan standar mutu dari minyak, salah
satunya adalah bilangan iodin. Bilangan iodin adalah jumlah iod yang dapat di ikat
oleh lemak atau minyak. Ikatan rangkap yang terdapat pada asam lemak yang tidak
jenuh akan bereaksi dengan iod atau senyawa iod, gliserida dengan tingkat kejenuhan
yang tinggi, akan mengikat iod dengan jumlah yang lebih besar. Bilangan iod dapat
menyatakan derajat ketidak jenuhan dari minyak atau lemak.
Proses oksidasi dapat berlangsung bila terjadi kontak antara sejumlah oksigen
dengan minyak ataupun lemak. Oksidasi biasanya di mulai dengan pembentukan
peroksida dan hidroperoksida, tingkat selanjutnya adalah terurainya asam asam lemak
di sertai dengan konversi hidroperoksida menjadi aldehid dan keton serta asam asam
lemak bebas. Rancidity terbentuk oleh aldehid bukan peroksida, kenaikan bilangan
peroksida hanya indikator dan peringatan bahwa minyak sebntar lagi akan berbau
tengik. (Ketaren, 1986)
Dari penjelasan diatas maka penulis tertarik untuk membuat karya ilmiah
dengan judul, Penentuan Bilangan Iodin Asam Lemak Ringan (<C16) Dari Hasil
Destilasi Asam Lemak Metode Wijs Di PT. Ecogreen Oleochemicals, sehingga
memberikan informasi tentang salah satu parameter penentuan kualitas dan mutu
1.2 Permasalahan
Apakah asam lemak ringan (<C16) memiliki standar mutu yang ditentukan
oleh PT.Ecogreen Oleochemicals yaitu maksimal 0,08 gI2/100g, dan bagaimana
hubungan ikatan tidak jenuh terhadap kulitas asam lemak ringan (<C16).
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui apakah asam lemak ringan (<C16) yang dianalisa
memenuhi standar mutu.
2. Untuk mengetahui hubungan bilangan iodin terhadap kualitas asam lemak
ringan (<C16).
1.4 Manfaat
Dengan dilakukannya penentuan bilangan iodin dengan menggunakan metode
wijs, dapat memberikan informasi tentang salah satu cara penentuan standar mutu dari
lemak dan minyak, dan dapat juga memberikan informasi tentang cara penentuan
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kelapa Sawit
Kelapa sawit, didasarkan atas bukti-bukti fosil, sejarah, dan linguistic yang
ada, di yakini berasal dari Afrika Barat. Di tempat asalnya ini kelapa sawit (yang pada
saat yang lalu dibiarkan tumbuh liar dihutan-hutan) sejak awal telah di kenal sebagai
tanaman pangan yang penting, oleh penduduk setempat, kelapa sawit telah di peroses
dengan amat sederhana menjadi minyak dan tuak sawit. (Tim penulis,1997).
Kelapa sawit pertama kali diperkenalkan di Indonesia oleh pemerintah colonial
belanda pada tahun 1848. Ketika itu ada empat bibit kelapa sawit yang di bawa dari
Mauritius dan Amsterdam dan ditanam dikebun raya bogor. Tanaman kelapa sawit
mulai diusahakan dan dibudidayakan secara komersial pada tahun 1911. Perintis
usaha perkebunan kelapa sawit di Indonesia adalah Adrien Hallet, seorang belgia yang
belajar banyak tentang kelapa sawit di Afrika. Budidaya yang dilakukannya di ikuti
oleh K. Schadt yang menandai lahirnya kebun sawit di Indonesia mulai berkembang.
Pada masa pendudukan Belanda, perkembangan kelapa sawit mengalami
perkembangan yang cukup pesat. Indonesia menggeser dominasi ekspor Negara
Afrika pada waktu itu. (Yan Fauzi,2004)
2.1.1 Perkembangan Kelapa Sawit di Indonesia
Luas areal perkebunan kelapa sawit di Indonesia 10 tahun terakhir terus
meningkat dengan pertumbuhan rata-rata sebesar 8,7% per tahun dari hanya seluas
3.902 ribu ha pada 1999 meningkat menjadi 7.321 ribu ha tahun 2009. Perkembangan
pesat perkebunan kelapa sawit dimulai pada akhir tahun 1980an, ketika perkebunan
sawit dalam jumlah besar. Sebelumnya perkebunan kelapa sawit didominasi oleh
perkebunan milik negara (PBN). Berikut ini beberapa perusahaan nasional yang
mengola kelapa sawit memiliki luas kebun yang cukup besar.
PT Astra Agro Lestari (AAL) saat ini mengelola 29 kebun kelapa sawit seluas
201.412 ha. Sebagian besar kebun kelapa sawitnya berlokasi di Sumatera seluas
102.021 ha, Kalimantan 62.545 ha dan Sulawesi 36.846 ha.
PT Asian Agri (PT. AA) Saat ini Asian Agri memiliki 28 kebun kelapa sawit dan
mengoperasikan 19 pabrik kelapa sawit di Sumatra Utara, Riau dan Jambi.
Pabrik-pabrik itu mempunyai kapasitas untuk memproduksi CPO 1 juta metrik ton per tahun.
Semnatra itu, luas kebun kelapa sawit Asian Agri bertambah dari 3 juta hektar (2000)
menjadi 3,7 juta hektar (2006). Selama kurun waktu itu, produksi kelapa sawit naik
dari 5,1 juta ton menjadi 10,9 juta ton.
PT SMART Tbk adalah perusahaan palm oil yang terintegrasi mulai dari
kebun kelapa sawit, pabrik pemrosesan CPO dan pabrik pembuatan minyak goreng
serta produk hilir olahan dari CPO lainnya. Perusahaan ini adalah anak perusahaan
dari Sinar Mas Group dibidang agrobisnis yang menguasai kebun kelapa sawit seluas
102.556 ha pada tahun 2005 yang berlokasi di Sumatera dan Kalimantan. Kebanyakan
kebun kelapa sawit milik SMART Smart dalam masa produktifnya yaitu seluas 91.480
ha, sisanya tanaman yang masih muda dan belum produktif. Saat ini SMART meniliki
area tertanam 129.796 hektar dan area menghasilan 118.064 hektar di wilayah
Sumatera dan Kalimantan. Itu berarti meningkat dari 126.295 hektar untuk area
tertanam dan 106.536 hektar untuk tanaman menghasilkan pada 2007.
PT Bakrie Sumatera Plantation Pada tahun 2004 PT Bakrie Sumatera
Plantation (BSP) mengelola 32.712 ha kebun kelapa sawit. Bakrie & Brothers Group
lahan perkebunan kelapa sawit dan karet menjadi 50.000 hektar dan setelah itu akan
masuk ke industri hilirnya yaitu minyak goreng. BSP akan bekerjasama dengan
International Finance Corporation (IFC), anak usaha Bank Dunia, untuk membangun
perkebunan kelapa sawit di Afrika Barat dengan investasi US$ 200 juta, yang mulai
direalisasikan mulai 2010.
PT Perusahaan Perkebunan London Sumatra Indonesia Tbk (Lonsum),
memiliki perkebunan kelapa sawit dengan luas areal 41.870 hektar di Sumatera Utara,
Sumatera Selatan dan Kalimantan Timur. Seluas 27.359 hektar perkebunan kelapa
sawit di Sumatera Utara merupakan kebun produktif dengan prasarana yang sudah
tertata rapi. Sisanya seluas 9.277 hektar sebagian besar merupakan perkebunan kelapa
sawit yang baru mulai matang dalam berbagai tahap pengembangan di Sumatera
Selatan dan Kalimantan Timur. Untuk mengolah hasil kebunnya Lonsum memiliki 10
pabrik CPO dengan kapasitas produksi 220 ton TBS per jam.
PT. Indo Agri sendisi merupakan perkebunan yang terintegrasi dan pengolah
minyak goreng, margarin, dan shortenings dengan merek terkemuka. IndoAgri
sebelumnya memiliki lahan perkebunan kelapa sawit 224.083 ha, di antaranya sekitar
74.878 ha telah ditanami. Dengan akuisisi ini, total lahan perkebunan meningkat
menjadi sekitar 387.483 hektar, dan total lahan yang telah ditanami menjadi sekitar
138.081 hektar. Secara keseluruhan, luas lahan yang telah ditanami sekitar 165.000
hektar, termasuk karet dan tanaman lain.
PT Perkebunan Nusantara IV (Persero), disingkat PTPN IV, Budidaya kelapa
sawit diusahakan pada areal seluas 119.585,71 ha, kakao 7.796 ha dan teh seluas
7.963,77 ha. Selain penanaman komoditi pada areal sendiri ditambah perkebunan inti,
PTPN IV juga mengelola areal Plasma milik petani seluas 9.158,56 ha untuk tanaman
PTPN IV juga memiliki sejumlah 34 unit pabrik pengolahan hasil perkebunan
diantaranya pabrik CPO 16 unit, juga perusahaan negara ini memiliki fraksionasi yang
menghasilkan turunan kelapa sawit seperti RBD Olein, stearin dan fatty acid.
PTPN IV memiliki kapasitas produksi CPO sebesar 320 ribu ton per tahun dan Palm
Kernel oil sebesar 31 ribu ton per tahun. Perusahaan ini merupakan perkebunan kelapa
sawit terbesar milik negara. (datacon.co.id)
2.1.2 Klasifikasi Botani Kelapa Sawit
Klasifikasi kelapa botani sawit adalah sebagai berikut :
Divisi : Tracheophyta
Subdivisi : Pteropsida
Subkelas : Monocotyledonae
Ordo : Cocoideae
Famili : Palmae
Genus : Elaeis
Spesies : Elaeis guineensis
Varietas : Dura, tenera, pesifera
(Mustafa,Hadi. 2004)
2.1.3 Jenis-Jenis Kelapa Sawit
Varietas kelapa sawit di Indonesia di kenal banyak jenisnya. Varietas-varietas
tersebut dapat dibedakan berdasarkan morfologinya. di antara jenis tersebut terdapat
kelebihan dan kekuranganya masing masing. Berdasarkan ketebalan tempurung dan
daging buah, jenis kelapa sawit diantaranya, Dura, Pisifera, tenera, Marco carya, dan
Diwikka-wikka. Berdasarkan kulit buah, varietas kelapa sawit diantaranya variates
2.2 Minyak Kelapa Sawit
Minyak nabati merupakan produk utama yang bisa dihasilkan dari kelapa
sawit. Potensi produksinya per hektar mencapai 6 ton per tahun, bahkan lebih. Jika
dibandingkan dengan tanaman penghasil minyak lainnya (4,5 ton per tahun), tingkat
produksi ini termasuk tinggi.
Minyak nabati yang dihasilkan dari pengolahan buah kelapa sawit berupa
minyak sawit mentah (CPO atau crude palm oil) yang berwarna kuning dan minyak
inti sawit (PKO atau palm kernel oil) yang tidak berwarna (jernih). CPO atau PKO
banyak digunakan sebagai bahan industri pangan (minyak goreng dan margarin),
industri sabun (bahan penghasil busa), industri baja (bahan pelumas), industri tekstik,
kosmetik, dan sebagai bahan bakar alternatif (minyak diesel).(Sastrosayono, 2006)
Jika dibandingkan dengan minyak nabati lain, minyak kelapa sawit memiliki
keistimewaan tesendiri, yakni rendahnya kandungan kolesterol dan dapat di olah lebih
lanjut menjadi suatu produk yang tidak hanya dikonsumsi untuk kebutuhan pangan,
tetapi juga untuk memenuhi kebutuhan non-pangan.
Minyak kelapa sawit adalah minyak nabati semi padat. Hal ini karena minyak
sawit mengandung sejumlah besar asam lemak tidak jenuh dengan atom karbon lebih
dari C8. Warna minyak ditentukan oleh adanya pigmen yang dikandung. Minyak
sawit berwarna kuning karena kandungan beta karoten yang merupakan bahan vitamin
Tabel 2.1 Komponen dalam minyak kelapa sawit
No. Komponen Kuantitas
1. Asam lemak bebas (%) 3,0 – 4,0
2. Karoten (ppm) 500 – 700
3. Fosfolipid (ppm) 500 – 1000
4. Dipalmitro stearin (%) 1,2
5. Tripalmitin (%) 5,0
6. Dipalmitolein (%) 37,2
7. Palmito stearin olein (%) 10,7
8. Palmito olein (%) 42,8
9. Triolein linole (%) 3,1
Sumber: I.Pahan, “Panduan Lengkap Kelapa Sawit”
Sebagian besar kelapa sawit tersusun oleh trigliserida. Adapun kandungan asam lemak
minyak kelapa sawit maupun minyak inti sawit dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 2.2 Komposisi asam lemak minyak kelapa sawit dan minyak inti sawit
No. Asam Lemak
Minyak Kelapa Sawit (CPO)
(%)
Minyak Inti Sawit (CPKO) (%)
1. Asam Kaprilat - 3 – 4
2. Asam Kaproat - 3 – 7
3. Asam Laurat - 46 -52
4. Asam Miristat 1,1 – 2,5 14 – 17
5. Asam Palmitat 40 – 46 6,5 – 9
6. Asam Stearat 3,6 – 4,7 1 – 2,5
7. Asam Oleat 39 – 45 13 – 19
8. Asam Linoleat 7 – 11 0,5 – 2
Sumber: S.Ketaren, “Minyak dan Lemak Pangan”
Sifat fisiko-kimia dari minyak kelapa sawit meliputi warna, bau dan flavor
atau rasa, kelarutan dalam pelarut organik, titik asap, polymorphism, dan lain-lain
kelapa sawit, karena asam-asam lemak dan gliserida tidak berwarna. Warna orange
atau kuning disebabkan adanya pigmen karoten yang larut dalam minyak kelapa sawit.
2.3 Standar Mutu Minyak Kelapa Sawit
Ada beberapa faktor yang menentukan standar mutu, yaitu : kandungan air dan
kotoran dalam minyak, kandungan asam lemak bebas, waran, bilangan peroksida,
bilangan penyabunan, serta kandungan logam berat. Mutu minyak kelapa sawit yang
baik mempunyai kadar air kurang dari 0,1 persen dan kadar kotoran lebih kecil dari
0,01 persen, kandungan asam lemak bebas serendah mungkin (kurang lebih 2 persen
atau kurang), Bilanagn peroksida di bawah 2, bebas dari warna merah dan kuning
(harus berwarna pucat) tidak berwarna hijau, jernih, dan kandungan logam berat
serendah mungkin atau bebas dari ion logam.
Tabel 2.3 Standar Mutu SPB (Special Prime Bleach) dan Ordinary
No. Kandungan SPB Ordinary
1. Asam lemak bebas (%) 1 – 2 3 – 5
2. Kadar air (%) 0,1 0,1
3. Kotoran (%) 0,002 0,01
4. Besi (ppm) 10 10
5. Tembaga (ppm) 0,5 0,5
6. Bilangan Iod 53 ± 1,5 45 – 56
7. Karotene (ppm) 500 500 – 700
8. Tokoferol (ppm) 800 400 – 600
2.4 Penentuan Bilangan Iodin
Asam lemak yang tidak jenuh dalam minyak dan lemak mampu menyerap
sejumlah iod dan membentuk senyawa jenuh, besarnya jumlah iod yang diserap
menunjukkan banyaknya ikatan rangkap atau ikatan tidak jenuh.
Bilangan iod dinyatakan sebagai jumlah gram iod yang diserap oleh 100 gram
minyak atau lemak. Standar ini menggambarkan beberapa metode Mengenai
penentuan nilai iodin dari minyak dan lemak. Terdapat 3 metode penentuan Bilangan
iodin yaitu metode Wijs, metode Hanus, motode Hubl. Metode Hanus dan Wijs untuk
proses industri dan untuk analisa umum. Metode Hubl masih sangat sedikit
dipergunakan. (C.Paquot. 1987)
2.4.1 Metode Wijs
• Prinsip Percobaan
Penambahan larutan iodin monoklorida dalam campuran asetat dan karbon
tetraklorida, setelah waktu standarisasi bereaksi, maka penentuan kelebihan halogen
berlebih, dengan menambahkan larutan encer kalium iodida dan dititrasi iodin bebas
tersebut dengan sebuah larutan standar natrium tiosulfat. (C.Paquot. 1987)
Reaksi yang terlibat adalah :
ICl + R-CH=CH-R’ → R-CHI-CHCl-R’
ICl + 2KI → KCl + KI + I2
I2 + 2Na2S2O3 → 2NaI + Na2S4O6
Bilangan iod =
G (B-S) x N x 12,69
B = Jumlah mL Na2S2O3 untuk titrasi blanko
N = Normalitas larutan Na2S2O3
G = bobot contoh (gram)
12,69 =
10 bobot atom iodium
Penentuan Bilangan iodin dengan metode Wij’s telah di akui inggris dan
standart nasional dan ISO 3961 (1979). Ketelitian penentuan bilangan iodine dapat
juga dipengaruhi oleh ketidak stabilan regensia wij’s yang sudah agak lama atau
larutan tiosulfat, sebaiknya ini harus distandarisasi kembali, dengan menggunakan
larutan kalium dikromat pada interval yang teratur dan juga mengadakan uji blanco
pada regensia wijs. (R.J.Hamilton,1986)
• Pembuatan larutan Wijs
Preaksi Wijs di buat dari larutan 16 g iod monoklorida dalam 1000 mL asam
asetat glasial. Atau cara lain dengan melarutkan 13 g iod dalam 1000 mL asam asetat
glasial, kemudian di aliri gas klor sampai terlihat perubahan warna yang menunjukkan
bahwa gas klor yang dimasukkan sudah cukup. Pembuatan larutan ini agak sukar dan
bersifat tidak tahan lama, larutan ini sangat peka terhadap cahaya dan panas serta
udara, sehingga harus di simpan di tempat yang gelap, sejuk dan tertutup rapat.
(Ketaren,1986)
2.4.2 Metode Hanus
• Prinsip Percobaan
Penambahan larutan iodin monobromida kedalam campuran asam asetat dan
karbon tetraklorida, setelah waktu standarisasi bereaksi, maka penentuan kelebihan
halogen berlebih, dengan menambahkan larutan encer kalium iodida dan dititrasi iodin
Metode Hanus mengunakan pereaksi iodium bromida dalam larutan asam
asetat glacial (larutan Hanus). Larutan ini dibuat dengan 20 g Iodium bromida
dilarutkan dalam 1000 mL alkohol murni yang bebas dari asam asetat, jumlah larutan
yang digunakan tergantung dari perkiraan besarnya Bilangan iod, yaitu sekitar 0,5
gram untuk lemak, 0,25 gram untuk minyak, dan 0,1 sampai 0,2 gram untuk minyak
dengan derajat ketidak jenuhan yang tinggi. Jika ditambahkan 25 mL pereaksi harus
ada kelebihan pereaksi sekitar 60 persen. (Ketaren,1986)
2.4.1 Metode Hulb
• Prinsip Percobaan
Penambahan larutan carbon tetraklorida dengan larutan yang terbuat dari
campuran larutan iodine etanol dan merkuri klorida etanol, setelah waktu standarisasi
berhasil, penentuan halogen bebas tersebut ditambah dengan pelarut kalium iodida
encer dan ditirasi iodin dengan suatu larutan standar natrium tiosulfat. (C.Paquot.
1987)
Metode Hulb di buat larutan 25g iod didalam 500 mL etanol dan 25g merkuri
klorida di dalam 500 mL etanol. Kedua larutan ini dicampur ketika akan digunakan
dan tidak boleh digunakan jika sudah bercampur selama lebih dari 48 jam. Pereaksi ini
memiliki reaktivitas yang lebih kecil dibandingkan dengan cara-cara lainya, sehingga
memiliki waktu reaksi selama 12 sampai 14 jam. (Ketaren,1986)
2.5 Titrasi Redoks
Dalam proses analitik , iodium digunakan sebagai pereaksi oksidasi (iodimetri)
dan ion diodida digunakan sebagai reaksi reduksi (iodometri). Relatif beberapa zat
iodium, maka jumlah penentuan iodometrik sedikit. Akan tetapi banyak pereaksi
oksidasi cukup kuat untuk bereaksi sempurna dengan ion iodide, dan ada banyak
penggunaan proses iodometrik. Suatu kelebihan ion iodide ditambahkan kepada
pereaksi oksidasi yang ditentukan, dengan pembebasan iodium yang kemudian
dititrasi dengan larutan natrium tiosulfat. Reaksi antara iodium dengan tiosulfat
berlangsung sempurna.
2.5.1 Proses Tak langsung Iodometrik
Banyak pereaksi oksidasi kuat dapat dianalisa dengan penambahan kalium
iodide berlebih dan dengan titrasi iodium yang dibebaskan. Karena banyak pereaksi
oksidasi memerlukan larutan berasam untuk reaksi dengan iodide, natrium tiosulfat
biasanya digunakan sebagai titran. Beberapa tindakan pencegahan harus diambil
dalam menangani larutan kalium iodide untuk menghindarkan kesalahan, misalnya ion
iodide dioksidasi oleh oksigen dari udara.
4H+ + 4I- + O2→ 2I2 + 2H2O
Reaksi ini berjalan lamban dalam larutan netral, tetapi lebih cepat dalam larutan
berasam dan dipercepat oleh cahaya matahari, setelah penambahan kalium iodida pada
larutan berasam dari suatu pereaksi oksidasi, larutan harus tidak dibiarkan dalam
waktu yang lama berhubungan dengan udara, karena iodium tambahan akan terbentuk
oleh reaksi yang terdahulu, nitrit harus tidak ada karena akan direduksi dengan ion
iodida menjadi nitrogen (II) oksida yang selanjutnya dioksidasi kembali menjadi nitrit
2.5.2 Sumber Kesalahan Titrasi
− Kesalahan oksigen. Oksigen diudara dapat menyebabkan hasil titrasi terlalu
tinggi, karena dapat mengoksidasi ion yodida. Menjadi I2.
O2 + 4I- + 4H+→ 2 I2 + 2 H2O
Kebanyakan titrasi yodometri dilakukan pada pH antara 5 untuk menghindari
kesalahan oksigen.
− Pada pH tinggi, I2 akan bereaksi yang akan terbentuk dengan air (hidrolisa)
dan hasil reaksi.
I2 + 2 H2O → HOI + I- + H+
HOI + S2O32- + 2 H2O → 2SO42- + 4I- + 6H+
Pada reaksi ini mengakibatkan penggunaan natrium tiosulfat menurun.
Konstanta kesetimban reaksi kecil.
− Penambahan amilum harus menunggu sampai mendekati titik akhir titrasi,
bila iod sudah tinggal sedikit yang tampak dari warnanya yang kuning muda
terlalu awal, agar amilum tidak membungkus yod dan menyebabkannya sukar
lepas kembali, hal itu berakibat warna biru sulit lenyap sehingga titik akhir
tidak kelihatan tajam lagi.
− Reaksi analat dengan KI yang berjalan lambat, oleh karena itu harus ditunggu
sebelum dititrasi, sebaliknya menunggu terlalu lama tidak baik karena
kemungkinan yod akan menguap, KI ditambahkan selain mereduksi analat,
BAB 3
BAHAN DAN METODOLOGI
Pada analisa yang dilakukan yaitu tentang analisa bilangan iodine pada asam
lemak ringan (<C16) dari hasil destilasi asam lemak, di PT.Ecogreen Oleochemicals,
digunakan bahan dan metodologi percobaan sebagi berikut.
3.1 Alat-alat
Top loading balance 0,01 gr
Methorm Titrator dosimat dengan magnetik stirer
Tabung iodine dengan tutup, 250 mL pyrex
Pipet volume, 20 mL pyrex
Beaker glass, 500 mL pyrex
Gelas ukur, 50 mL pyrex
3.2 Bahan
Larutan Wijs
Larutan Kalium Iodida 15%
Sikloheksan
Larutan Kanji 0,5%
Larutan Natrium Tiosulfat 0,1 N
3.3 Prosedur
3.3.1 Pembuatan Reagen
• Pembuatan KI 15%
Larutan KI 15% dibuat dengan cara, dilarutkan 15 gram Kalium Iodida solid
(KI) dengan aquades sampai 100 mL, lalu homogenkan.
• Pembuatan indikator amilum 0,5 Wt%
Larutan indikator amilum 0,5% dibuat dengan cara, dilarutkan 1 gr kanji dan
sedikit aquades dingin, dibuat menjadi pasta sambil diaduk. ditambahkan 200 mL air
mendidih. Di uji kepekaan (bila perlu). Dipindahkan 5 mL larutan ini kedalam 100
mL aquades dan tambahkan 1 mL larutan wijs, warna biru pekat harus hilang dengan
penambahan 0,1 N.
• Pembuatan larutan Natrium tiosulfat (Na2S2O3) 0,1 N
Larutan Natium tiosulfat 0,1N dibuat dengan cara, dilarutkan 24,8 gram
Kristal Na2S2O3.5H2O dengan aquades dan diencerkan sampai 1 Liter. Lalu
dihomogenkan. Di standarisasi dengan tepat.
• Pembuatan larutan Kalium dikromat (K2Cr2O7) 0,1N
Larutan Kalium dikromat 0,1N dibuat dengan cara, dilarutkan 29,42 gram
Kalium dikromat padat (K2Cr2O7) dengan aquades sampai 1 Liter. lalu dihomogenkan.
• Standarisasi Natrium Tiosulfat (Na2S2O3)0,1 N
Cara Standarisasi larutan natrium tiosulfat dengan cara, di timbang labu iodine
250 mL kemudian nolkan, 0,1 gram Kristal K2Cr2O7, ditambahkan 25 mL aquades
berat ini untuk Na2S2O3 0,1 N dan harus disesuaikan dengan perbandingan berat yang
sama bila akan menstandarisasikan larutan standar yang berbeda konsentrasinya. 10
ml larutan HCl (1:1) dan 20 mL larutan Kalium Iodida, diaduk agar bercamput,
tutupnya, perlahan lahan lepaskan tutup tersebut dan lanjutkan penambahan aquadest
sampai total 100 mL.
Diitrasi dengan larutan Na2S2O3 yang akan distandarisasi dengan
mengaduknya dengan kuat terus menerus sampai warna kuning hamper hilang,
ditambahkan 1-2 mL indikator kanji larutkan dan tambah Na2S2O3 secara perlahan
sampai warna biru tepat menghilang.
Perhitungan
Normalitas Na2S2O3 = 2,039
Volume titrasi yang dipakai
3.3.2 Prosedur penentuan Bilangan Iodin
Sampel terlebih dahulu disaring jika perlu untuk menghilangkan pengotor
renik, ditambahkan sampel asam lemak ringan kelabu iodin sebanyak 10 ± 0,1 gram
lalu dipipet 20 mL sikloheksan dan kocok agar sampel larut sempurna, ditambahkan
20 mL larutan wijs kedalam labu, tutup dan kocok, disimpan dalam ruang gelap
selama ±30 menit, buat larutan blanko dengan perlakuan yang sama terhadap sampel,
dimana penambahan sampel tidak perlu dilakukan untuk uji blanko.
Dikeluarkan labu iodin, tambahkan larutan KI sebanyak 20 mL, ditambahkan
50 mL aquades untuk menghentikan reaksi, titrasi dengan larutan Na2S2O3 0,1 N,
secara perlahan dan dengan pengadukan yang konstan. Dilanjutkan titrasi sampai
warna kuning hampir hilang, tambahkan 2 mL indikator kanji, setelah homogen,
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
[image:31.595.98.539.219.511.2]4.1 Data Analisa
Tabel 2.4 Data Hasil Analisis
No. Data Sample Volume Blanko (mL) Massa sample (gr) Volume Titran (mL) Normalitas Na2S2O3
Bobot atom iodium/10
Bilangan iod (gI2/100g)
sample
1. 25-01-2010 34,275 10,05 29,175 0.0995 12,69 0,65
2. 26-01-2010 34,035 10,05 29,035 0.0995 12,69 0,62
3. 27-01-2010 34,060 10,16 29,060 0.0995 12,69 0,63
4. 28-01-2010 34,085 10,13 29,430 0.0995 12,69 0,58
5. 29-01-2010 34,095 10,03 29,430 0.0995 12,69 0,59
4.2 Perhitungan
Bilangan iodin I2/100g =
W (Vb-Vs) x N x 12,69
Keterangan : Vb = volume titrasi pada blanko
Vs = volume titrasi pada sample
N = Normalitas Na2S2O3 0,1N
W = Berat sample
12,69 =
10
Contoh perhitungan bilangan iodin tanggal 25-01-2010
Diketahui :
Vb = 34,275 mL
Vs = 29,175 mL
N = 0,0995
W = 10,05 gram
Bilangan Iodin =
G (B-S) x N x 12,69
Bilangan Iodin =
10,05
(
34,275-29,175) x 0,0995 x 12,694.3 Pembahasan
Dari hasil analisa yang diperoleh bilangan iodin dari asam lemak ringan
(<C16) yang dianalisa menunjukkan bilangan iodine yang rendah. Bilangan iodin
bekisar 0,54 – 0,65 gI2/100g, ini menunjukkan nilai bilangan iodin yang baik dari
standart mutu yang telah ditentukan, sehingga asam lemak ringa (<C16) memiliki
kualitas yang baik pula ketika diolah menjadi produk-produk yang lain, dimana
standart mutu dari asam lemak ringan (<C16) yang memenuhi standart dari
PT.Ecogreen Oleochemicals maksimum 0,8 gI2/100g.
Dimana bilangan iodin menyatakan besarnya tingkat kejenuhan minyak atau
lemak. Jika bilangan iodin yang dianalisa tinggi, ini menunjukkan indikasi bahwa
banyaknya ikatan tidak jenuh dari asam lemak ringa (<C16), sehingga mengakibatkan
mudahnya ikatan tidak jenuh dari lemak atau minyak teroksidasi dan mengakibatkan
kualitas dari minyak ataupun lemak tersebut tidak baik. Proses oksidasi dapat
berlangsung bila terjadi kontak antara sejumlah oksigen dengan minyak ataupun
lemak. Oksidasi biasanya dimulai dengan pembentukan peroksida dan hidroperoksida,
tingkat selanjutnya adalah terurainya asam asam lemak disertai dengan konversi
hidroperoksida menjadi aldehid dan keton serta asam asam lemak bebas. Rancidity
terbentuk oleh aldehid bukan peroksida, kenaikan bilangan peroksida hanya indikator
dan peringatan bahwa minyak sebntar lagi akan berbau tengik.
Reaksi yang terjadi pada percobaan yang dilakukan adalah sebagai berikut:
R-CH=CH-R’ + ICl → R-CH(I)-CH(Cl)-R’
Sampel iodin monoklorida
ICl + 2KI → KCl + I2 + KI
BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Dari hasil analisa yang dilakukan maka diperoleh suatu kesimpulan sebagai
berikut :
1. Data asam lemak ringan yang diperoleh dari analisa tanggal 25-29 januari
2010 menunjukkan bahwa Bilangan iodin bekisar 0,54 – 0,65 gI2/100g, nilai
ini telah menunjukkan standar mutu yang telah ditentukan, dimana standar
mutu dari asam lemak ringan (<C16) yang memenuhi standar dari
PT.Ecogreen Oleochemical’s maksimum 0,8 gI2/100g.
2. Hubungan Bilangan iodin terhadap kualitas asam lemak ringan (<C16) adalah
Jika bilangan iodin yang dianalisa tinggi, ini merupakan indikasi bahwa
banyaknya ikatan tidak jenuh dari asam lemak ringan, sehingga
mengakibatkan banyaknya ikatan tidak jenuh dari lemak atau minyak
teroksidasi dan mengakibatkan minyak berbau tengik dan menurunkan mutu
asam lemak ringan (<C16) tersebut.
5.2 Saran
1. Sebaiknya Asam lemak ringan (<C16) yang mau dianalisa, harus di analisa
cepat dan jangan dibiarkan terlalu lama.
2. Sebaiknya dalam menganalisa bilangan iodin harus berhati-hati dan
menggunakan perlengkapan keselamatan karena reagen yang digunakan
DAFTAR PUSTAKA
Fauzi, Y. 2004. Kelapa Sawit. Edisi Revisi. Jakarta : Penebar Swada.
Tim, Penulis.1997. Kelapa Sawit. Jakarta : Penebar Swada.
Hadi, M.2004. Teknik Berkebun Kelapa Sawit. Edisi Pertama. Yogyakarta: Mitra
Gama Widya.
Harjadi,W. 1990.Ilmu Kimia Analitik Dasar.Jakarta: PT Gramedia.
Industri Palm Oil Di Indonesia. 31 may
Sawit.html.
Underwood, A, L. 1981.Analisa Kimia Kuantitatif. Edisi Keempat.Surabaya:
PT. Gelora Aksara Pratama.
Hamilton,J,R.1986.Analysis Of Oils And Fats.New York:Elsevier Applied Science.
Paquot.C.1987.Standard Merhods For The Analysis Of Oils, Fats And Derivaties.
7 th Revised. London:Black Well Scientific Publications.
Ketaren, S. 1986. Minyak dan Lemak Pangan. Jakarta: Penerbit UI-Press.
Pahan, I. 2006. Panduan Lengkap Kelapa Sawit. Cetakan Pertama. Jakarta: Penerbit
Swadaya.