PENENTUAN BILANGAN IODIN DARI ASAM LEMAK FAB-H
YANG DIHASILKAN OLEH UNIT HIDROGENASI DI PT.
SINAR OLEOCHEMICAL INTERNATIONAL (SOCI)
MEDAN
TUGAS AKHIR
DERLIANY BELINDA SITOMPUL
052409003
PROGRAM STUDI DIPLOMA-III KIMIA INDUSTRI
DEPARTEMEN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
PENENTUAN BILANGAN IODIN DARI ASAM LEMAK FAB-H YANG DIHASILKAN OLEH UNIT HIDROGENASI DI PT. SINAR
OLEOCHEMICAL INTERNATIONAL (SOCI) MEDAN
TUGAS AKHIR
Diajukan untuk melengkapi tugas dan memenuhi syarat memperoleh Ahli Madya
DERLIANY BELINDA SITOMPUL 052409003
PROGRAM STUDI DIPLOMA-III KIMIA INDUSTRI DEPARTEMEN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
PERSETUJUAN
PERNYATAAN
PENENTUAN BILANGAN IODIN DARI ASAM LEMAK FAB-H YANG DIHASILKAN OLEH UNIT HIDROGENASI DI PT. SINAR
OLEOCHEMICAL INTERNATIONAL (SOCI) MEDAN
TUGAS AKHIR
Saya mengakui bahwa tugas akhir ini adalah hasil kerja saya sendiri, kecuali beberapa kutipan dan ringkasan yang masing-masing disebutkan sumbernya.
Medan, Mei 2008
PENGHARGAAN
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan limpahan kasih dan karunianya tugas akhir ini dapat diselesaikan dalam waktu yang telah ditetapkan.
Penulis mengucapkan banyak terima kasih terutama kepada kedua orang tua Drs. D. Sitompul dan Dra. Ap. D. Simatupang dan keluarga yang telah memberikan dorongan moril dan materil sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir ini semaksimal mungkin. Tidak lupa pula penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Dr. Hamonangan Nainggolan, MSc selaku pembimbing dalam menyelesaikan tugas akhir ini.
2. Ibu Dr. Rumondang Bulan Nst, MS selaku Ketua Departemen Kimia FMIPA USU.
3. Bapak Drs. Mannius Sianipar selaku pembimbing lapangan penulis selama melakukan Praktek Kerja Lapangan di PT. SOCI.
4. Dan seluruh pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan tugas akhir ini
Dalam kesempatan ini, penulis menyadari bahwa tugas akhir ini masih jauh dari sempurna dan terdapat banyak kekurangan didalamnya. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran dari pembaca yang bersifat membangun untuk penyempurnaan selanjutnya. Penulis juga berharap semoga tugas akhir ini dapat bermanfaat bagi para pembaca.
Medan, Mei 2008
ABSTRAK
THE DETERMINATION OF IODINE VALUE FROM FATTY ACID FAB-H RESULTED FROM HYDROGENATION UNIT AT PT. SINAR
OLEOCHEMICAL INTERNATIONAL (SOCI) MEDAN
ABSTRACT
DAFTAR ISI
2. 3. Refined Bleached Deodorized Palm Stearin (RBDPS) .. .10
2. 4. Lemak dan Minyak ..11
2. 5. Sifat Lemak dan Minyak .12
2. 6. Reaksi Lemak dan Minyak .. 14
2. 7. Asam Lemak ....17
2. 8. Bilangan Iodin .18
2. 9. Penentuan Bilangan Iodin ....19
2.10. Angka Iodin (iodine number) ..22
Bab 3 Metodologi Penyelidikan ... 23
3.1. Peralatan . .23.
3.2. Bahan .. .23
3.3. Prosedur .. .24
Bab 4 Data, Perhitungan dan Pembahasan .. .25
4.1. Data ... ..25
4.2. Perhitungan ... ..26
4.3. Pembahasan .. ..26
Bab 5 Kesimpulan dan saran 28
5.1. Kesimpulan .28
5.2. Saran ...29
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1.1. Komposisi Asam Lemak Dari RBDPS .4
Tabel 2.1. Syarat Mutu Ekspor RBD Palm Stearin (RBDPS) Berdasarkan
ABSTRAK
THE DETERMINATION OF IODINE VALUE FROM FATTY ACID FAB-H RESULTED FROM HYDROGENATION UNIT AT PT. SINAR
OLEOCHEMICAL INTERNATIONAL (SOCI) MEDAN
ABSTRACT
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Salah satu dari beberapa tanaman golongan palm yang dapat menghasilkan minyak
adalah kelapa sawit (Elaeis guinensisJACQ). Tanaman kelapa sawit (Elaeis guinensis
JACQ) adalah tanaman berkeping satu yang termasuk dalam famili Palmae. Nama
genusElaeisberasal dari bahasa YunaniElaionatau minyak, sedangkan nama spesies
Guinensis berasal dari kata Guinea, yaitu tempat di mana seorang ahli bernama
Jacquin menemukan tanaman kelapa sawit pertama kali di pantai Guinea. (Ketaren S,
1986, hal: 250;252).
Berdasarkan bukti-bukti yang ada, kelapa sawit diperkirakan berasal dari
Nigeria, Afrika Barat. Namun ada pula yang menyatakan bahwa tanaman tersebut
berasal dari Amerika, yakni dari Brazilia.
Kelapa sawit (Elaeis guinensis JACQ) saat ini telah berkembang pesat di Asia
tenggara, khususnya Indonesia dan Malaysia, dan justru bukan di Afrika Barat atau
Amerika yang dianggap sebagai daerah asalnya. (Suyatno, R., 1994, hal: 20)
Perkembangan ini membawa dampak positif bagi dunia industri di Indonesia.
Banyaknya bahan baku kelapa sawit seperti Palm Kernel Oil (PKO), Refined
Bleached Deodorised Palm Oil (RBDPO) dan Refined Bleached Deodorised Palm
untuk didirikannya pabrik kimia oleo (oleochemical) yang mengolah lebih lanjut
minyak kelapa sawit menjadi asam lemak dan gliserin. Oleochemical adalah bahan
baku industri yang diperoleh dari minyak nabati, termasuk diantaranya adalah minyak
sawit dan minyak inti sawit. Produksi utama minyak yang digolongkan dalam
oleochemicaladalah asam lemak, metil ester, lemak alkohol, asam amino dan gliserin.
(Tim penebar swadaya, 1997).
Seiring dengan meluasnya penggunaan dan permintaan pasar akan asam lemak
dan gliserin, sehingga mendorong kalangan dunia usaha dan bisnis untuk mendirikan
pabrik Oleochemical. Salah satu pabrik oleochemical adalah PT. Sinar Oleochemical
International (PT. SOCI) terletak di jalan Pulau Irian No.2 di Kawasan Industri Medan
(KIM) yang didirikan pada tanggal 12 september 1992 dengan adanya surat
persetujuan presiden (SPP) no. 62 dan diresmikan tanggal 24 Agustus 1994 oleh
menteri perindustrian Ir. Tunky Ariwibowo. PT. SOCI merupakan perusahaan Joint
Venture antara perusahaan Indonesia dan Jepang. Kepemilikan saham PT. SOCI dapat
dilihat sebagai berikut:
1. Sinar Mas Agro Resources and Technology (SMART) Indonesia
2. Nippon Oil and Fat (NOF) Corporation Japan
3. Shiseido Company Limited Japan
4. Marubeni Corporation
5. Hitachi Zosen Corporation Japan
Bahan baku yang digunakan PT.SOCI untuk memproduksi asam lemak adalah:
2. Refined Bleached Deodorized Palm Stearin (RBDPS)
3. Refined Bleached Deodorized Palm Oil (RBDPO)
Salah satu jenis asam lemak yang diproduksi oleh PT. SOCI adalah FAB-H. Asam
lemak FAB-H diperoleh dari hasil hidrogenasi dari bahan baku RBDPS.
Bahan baku RBDPS dapat diperoleh dari pengolahan CPO. Proses
pengolahannya dapat dilihat pada jalur dibawah ini:
degumming
bleaching
deodorizing
fraksinasi
Keterangan :
CPO : Crude Palm Oil
DPO : Degummed Palm Oil
DBPO : Degummed Bleached Palm Oil
RBDPO : Refined Bleached Deodorized Palm Oil
RBDPS : Refined Bleached Deodorized Palm Stearin
Olein RBDPO
RBDPS
CPO
Proses tersebut diatas merupakan proses pembuatan olein dan umumnya dilakukan
pada pabrikrefinery.
Tabel 1.1 Komposisi Asam Lemak Dari RBDPS
Asam lemak Kadar (%)
Hidrogenasi juga disebut pengerasan, menyebabkan penjenuhan ikatan
rangkap dalam rangkaian asam lemak dari trigliserida. Dua akibat yang ditimbulkan
yaitu titik cair lemak atau minyak akan naik menjadi lebih stabil terhadap ketengikan
oksidatif. (Buckle, K., 1987, hal: 332).
Proses hidrogenasi biasanya melibatkan penggunaan katalis. Katalis yng digunakan di PT.SOCI adalah katalis Nikel. Katalis adalah suatu zat yang mengakibatkan reaksi lebih cepat mencapai kesetimbangan. Katalis tidak akan merubah nilai tetapan kesetimbangan, dan tidak mengalami perubahan apa pun. (Cottonet al, 1989).
Sifat fisiko-kimia biasanya berada dalam suatu kisaran nilai, dan oleh karena
perbedaannya cukup kecil, nilai tersebut dinamakan konstanta. Konstanta fisik yang
dianggap cukup penting adalah berat jenis, indeks bias dan titik cair; sedangkan
konstanta kimia yang penting adalah bilangan Iod, bilangan penyabunan, bilangan
Dalam hal ini penulis hanya mengkhususkan mengenai penentuan bilangan
iodin. Bilangan iodin dipergunakan untuk menyatakan derajat ketidakjenuhan dari
minyak atau lemak. Penentuan bilangan iodin di PT. SOCI menggunakan metode
Wijs.
1.2. Permasalahan
Dalam dunia industri, peranan kendali mutu adalah sangat penting, karena mutu dari
suatu produk yang dihasilkan harus dapat dijamin. Apabila terjadi kesalahan didalam
proses yang dapat menyebabkan mutu barang menjadi rusak, maka dapat dideteksi
oleh bagian kendali mutu, sehingga keluarnya barang yang tidak memenuhi standar
kualitas dapat dicegah.
Dalam hal ini, kendali mutu tidak terlepas dari analisa produk yang akan
dipasarkan dan juga analisa terhadap bahan yang sedang dalam proses. Hal ini
dilakukan sebagai kontrol sampai sejauh mana proses sudah berlangsung.
Untuk memperoleh suatu produk asam lemak di PT. SOCI, diperlukan
parameter yang sesuai dengan standar agar hasil yang diperoleh nantinya memenuhi
mutu bahan baku yang telah ditetapkan. Berdasarkan hal ini, saya tertarik untuk
membahas masalah Penentuan Bilangan Iodin Dari Asam Lemak FAB-H Yang
Dihasilkan Oleh Unit Hidrogenasi di PT. Sinar Oleochemical International (SOCI) Medan.
1 Untuk melihat bilangan iodin dari sampel asam lemak FAB-H sebelum dan sesudah
proses hidrogenasi.
2 Untuk melihat aktivitas daripada unit hidrogenasi dimana pada proses ini seluruh
ikatan rangkap akan dihidrogenasi menjadi ikatan tunggal yang menyebabkan
bilangan iodin mengalami penurunan dari tingga menjadi rendah.
1.4. Manfaat
1. Untuk melihat cara menentukan bilangan iodin yang diiginkan oleh para konsumen
yaitu maksimal 1 dalam produk asam lemak FAB-H dari unit hidrogenasi.
2. Untuk melihat proses hidrogenasi telah berlangsung dengan baik, dengan melihat
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.Kelapa Sawit
Kelapa sawit (Elaeis guinensis JACQ) bukan merupakan tanaman asli Indonesia,
tetapi berasal dari Afrika. Kelapa sawit pada awal mulanya didatangkan ke Indonesia
sebagai tanaman hias di Kebun Raya Bogor. (Teguh W, 2006, hal: 1).
Tanaman kelapa sawit (Elaeis guinensis JACQ) berasal dari Guinea dipesisir
Afrika Barat, kemudian diperkenalkan ke bagian Afrika lainnya, Asia Tenggara dan
Amerika Latin. Kelapa sawit tumbuh baik pada daerah iklim tropis. (Rondang T,
2006, hal:21).
Kelapa sawit mempunyai beberapa jenis atau varietas yang dikenal sebagai
Dura, Tenera dan Pisifera. Ketiga jenis ini dapat dibedakan dengan cara memotong
buahnya secara memanjang/melintang. Dura memiliki inti besar dan bijinya sedikit
dikelilingi sabut. Deli duramemiliki inti besar dan cangkang tebal serta dipakai oleh
pusat-pusat penelitian untuk memproduksi jenis Tenera. Tenera merupakan hasil
persilangan antaraDura dan Pisifera, memiliki cangkang tipis dengan cincin serat di
sekeliling biji. Pisifera tidak mempunyai cangkang dengan inti kecil sehingga tidak
Tanaman kelapa sawit baru dapat berproduksi setelah berumur sekitar 30 bulan
setelah ditanam di lapangan. Buah yang duhasilkan disebut tandan buah segar (TBS)
atau fresh fruit bunch (FFB). Produktivitas tanaman kelapa sawit meningkat mulai
umur 3-14 tahun dan akan menurun kembali setelah umur 15-25 tahun. Setiap pohon
sawit dapat menghasilkan 10-15 TBS per tahun.
TBS diolah di pabrik kelapa sawit untuk diambil minyak dan intinya. Minyak
dan inti yang dihasilkan dari pabrik kelapa sawit merupakan produk setengah jadi.
Minyak mentah atau crude palm oil (CPO), dan inti harus diolah lebih lanjut untuk
dijadikan produk jadi lainnya. (Iyung, P., 2006, hal: 221-223).
Tanaman kelapa sawit dapat dibedakan menjadi dua bagian yaitu bagian
vegetatif dan bagian generatif. Bagian vegetatif kelapa sawit meliputi akar, batang dan
daun, sedangkan bagian generatif yang merupakan alat perkembangbiakan terdiri dari
bunga dan buah. (Yan Fauzi, 2006, hal: 25).
Pada saat ini, perkebunan kelapa sawit telah berkembang lebih jauh sejalan
dengan kebutuhan dunia akan minyak nabati dan produk industri oleochemical.
Produk minyak sawit merupakan komponen penting dalam perdagangan minyak
nabati dunia. (Iyung, P., 2006, hal: 69).
Perkebunan kelapa sawit merupakan jenis usaha jangka panjang. Kelapa sawit
yang ditanam saat ini baru akan dipanen hasilnya beberapa tahun kemudian. Sebagai
tanaman tahunan (perennial crop), pada kelapa sawit dikenal periode tanaman belum
menghasilkan (TBM) yang lamanya bervariasi antara 2-4 tahun. (Iyung, P., 2006, hal:
2.2. Minyak Sawit dan Minyak Inti Sawit
Kelapa sawit mengandung kurang lebih 80% perikarp dan 20% buah yang dilapisi
kulit yang tipis. Kandungan minyak dalam perikarp sekitar 30%-40%. Kelapa sawit
menghasilkan dua macam minyak yang sangat berlainan sifatnya, yaitu:
1. Minyak sawit (CPO), yaitu minyak yang berasal dari sabut kelapa sawit.
2. Minyak inti sawit (PKO), yaitu minyak yang berasal dari inti kelapa sawit.
(Rondang T, 2006, hal: 21).
Minyak kelapa sawit dapat dihasilkan dari inti kelapa sawit dinamakan minyak
inti kelapa sawit (palm kernel oil) dan sebagai hasil samping ialah bungkil inti kelapa
sawit (palm kernel meal atau pellet).
Bungkil inti kelapa sawit adalah inti kelapa sawit yang telah mengalami proses
ekstraksi dan pengeringan. Sedangkan pellet adalah bubuk yang telah dicetak
kecil-kecil berbentuk bulat panjang dengan diameter kurang lebih 8 mm. selain itu bungkil
kelapa sawit dapat digunakan sebagai makanan ternak. (Ketaren S, 1986, hal: 251).
Pada umumnya minyak sawit mengandung lebih banyak asam-asam palmitat,
oleat dan linoleat jika dibandingkan dengan minyak inti sawit. Minyak sawit
merupakan gliserida yang terdiri dari berbagai asam lemak, sehingga titik lebur dari
gliserida tersebut tergantung pada kejenuhan asam lemaknya. Semakin jenuh asam
lemaknya semakin tinggi titik lebur dari minyak sawit tersebut. (Rondang T, 2006,
Minyak inti sawit yang baik, berkadar asam lemak bebas yang rendah dan
berwarna kuning terang serta mudah dipucatkan. Bungkil inti sawit diinginkan
berwarna relatif terang dan nilai gizi serta kandungan asam aminonya tidak berubah.
(Ketaren S, 1986, hal: 260).
Komponen penyusun minyak sawit terdiri dari trigliserida dan non trigliserida.
Asam-asam lemak penyusun trigliserida terdiri dari asam lemak jenuh dan asam lemak
tak jenuh.
Komponen non trigliserida merupakan komponen yang menyebabkan rasa,
aroma dan warna yang kurang baik. Kandungan minyak sawit yang terdapat dalam
jumlah yang sedikit ini, sering memegang peranan penting dalam menentukan mutu
minyak. (Rondang T, 2006, hal: 22).
2.3. Refined Bleached Deodorized Palm Stearin (RBDPS)
RBDPS adalah fraksi lemak yang diperoleh dari CPO yang telah mengalami refinasi
lengkap. Kadar FFA-nya hanya 0,2% dan titik lunaknya sama dengan Crude Palm
Stearin (480C), namun warnanya lebih kuning. (PT. International Contact Business
Karakteristik Syarat Cara pengujian
(PT. International Contact Business System, inc., 1997, hal: 178).
2.4. Lemak dan Minyak
Istilah lemak (fat) biasa digunakan untuk campuran trigliserida yang berbentuk padat
pada suhu ruangan, sedangkan minyak (oil) berarti campuran trigliserida cair pada
suhu ruangan. (Buckle KA, 1987, hal: 328).
Pengertian umum kata lemak (fat) mempunyai arti suatu zat yang tidak larut
dalam air yang dapat dipisahkan dari tanaman atau binatang. Sedangkan perkataan
minyak (oil) dapat mempunyai dua pengertian. Bila digunakan bersama-sama
dengan kata lemak dapat ekspresi fat and oil atau lemak dan minyak maka dapat
diartikan bahwa zat tersebut sebagai lemak, kecuali bila ia merupakan bentuk cairan
yang sempurna pada suhu biasa, maka ia disebut minyak. Minyak sendiri dapat
dibedakan secara fundamental dari berbagai macam cairan lain seperti minyak
tambang (mineral oil) dan minyak atsiri (essential oil). Minyak sering disebut juga
asam lemak (fatty acid). Sekarang penggunaan perkataan fat diartikan untuk meliputi
Dari bentuk strukturnya, trigliserida dapat dipandang sebagai hasil kondensasi
dari suatu molekul gliserol dengan tiga molekul asam lemak; dan daripadanya
menghasilkan tiga molekul air dan satu molekul trigliserida.
H2 C OH H OOC R1 H2 C OOCR1
H C OH + H OOC R2 3H2O + H C OOCR2
H2 C OH H OOC R3 H2 C OOCR3
Gliserol asam lemak air trigliserida
(Hardjono S, 2005, hal: 98-99)
2.5. Sifat Lemak dan Minyak
Sifat fisikokimia lemak dan minyak berbeda satu sama lain, tergantung pada
sumbernya. Secara umum, bentuk trigliserida lemak dan minyak hampir sama, tetapi
wujudnya berbeda. Dalam pengertian sehari-hari, disebut lemak jika berbentuk padat
pada suhu kamar dan disebut minyak jika berbentuk cair pada suhu kamar. (Yazid et
al, 2006, hal: 43).
Lemak dan minyak mempunyai sifat antara lain:
1. Kelarutan
Lemak dan minyak tidak larut dalam air. Lemak dan minyak larut dalam
pelarut organik seperti minyak tanah, eter dan karbon tetraklorida.
2. Pengaruh Panas
(a). Titik cair
Lemak mencair jika dipanaskan. Karena lemak adalah campuran trigliserida
mereka tidak mempunyai titik cair yang jelas tetapi akan mencair pada suatu
rentangan suhu. Suhu pada saat lemak terlihat mulai mencair disebut titik cair.
Kebanyakan lemak mencair pada suhu antara 300C dan 400C. Titik cair untuk lemak
adalah di bawah suhu udara biasa.
(b). Titik asap
Jika lemak atau minyak dipanaskan sampai suhu tertentu, dia akan mulai
mengalami dekomposisi, menghasilkan kabut berwarna biru atau menghasilkan asap
dengan bau karakteristik menusuk. Kebanyakan lemak dan minyak mulai berasap
pada suhu di atas 2000C. Umumnya, minyak nabati mempunyai titik asap lebih tinggi
daripada lemak hewani. Titik asap bermanfaat dalam menentukan lemak atau minyak
yang sesuai untuk keperluan menggoreng.
(c). Titik nyala
Jika lemak dipanaskan hingga suhu yang cukup tinggi, dia akan menyala. Suhu
ini dikenal sebagai titik nyala.
3. Plastisasi
Lemak bersifat plastis pada suhu tertentu, lunak dan dapat dioleskan. Plastisasi
lemak disebabkan karena lemak merupakan campuran trigliserida yang
masing-masing mempunyai titik cair sendiri-sendiri; ini berarti bahwa pada suatu suhu,
sebagian dari lemak akan cair dan sebagian lagi dalam bentuk kristal-kristal padat.
Lemak yang mengandung kristal-kristal kecil, akibat proses pendinginan cepat selama
Rentangan suhu di mana lemak menunjukkan watak plastis dikenal sebagai
rentangan suhu plastis ( plastic range ) lemak tersebut.
4. Ketengikan
Ketengikan adalah istilah yang digunakan untuk menyatakan rusaknya lemak
dan minyak. Pada dasarnya ada dua tipe reaksi yang berperan pada proses ketengikan,
yaitu oksidasi dan hidrolisis.
(a) Oksidasi
Ini terjadi sebagai hasil reaksi antara trigliserida tidak jenuh dan oksigen dari
udara. Molekul oksigen bergabung pada ikatan ganda molekul trigliserida dan dapat
terbentuk berbagai senyawa yang menimbulkan rasa tengik yang tidak sedap. Reaksi
ini dipercepat oleh panas, cahaya dan logam-logam dalam konsentrasi amat kecil,
khususnya tembaga.
5. Saponifikasi
Trigliserida bereaksi dengan alkali membentuk sabun dan gliserol. Proses ini
dikenal sebagai saponifikasi. (Gamanet al,1981, hal: 77-80).
2.6. Reaksi Lemak dan Minyak
Reaksi yang penting pada minyak dan lemak adalah reaksi hidrolisa, oksidasi,
1. Hidrolisa
Dalam reaksi hidrolisa, minyak atau lemak akan diubah menjadi asam-asam
lemak bebas dan gliserol. Reaksi hidrolisa yang dapat mengakibatkan kerusakan
minyak atau lemak terjadi karena terdapatnya sejumlah air dalam minyak atau lemak
tersebut. Reaksi ini akan mengakibatkan kerusakan ketengikan hidrolisa yang
menghasilkan flavor dan bau tengik pada minyak tersebut.
2. oksidasi
Proses oksidasi dapat berlansung bila terjadi kontak antara sejumlah oksigen
dengan minyak atau lemak. Terjadinya reaksi oksidasi ini akan mengakibatkan bau
tengik pada minyak dan lemak. Oksidasi biasanya dimulai dengan pembentukkan
peroksida dan hidroperoksida. Tingkat selanjutnya ialah terurainya asam-asam lemak
disertai dengan konversi hidroperoksida menjadi aldehid dan keton serta asam-asam
lemak bebas.
3. Hidrogenasi
Proses hidrogenasi sebagai suatu proses industri bertujuan untuk menjenuhkan
ikatan rangkap dari rantai karbon asam lemak pada minyak atau lemak.
Reaksi hidrogenasi ini dilakukan dengan menggunakan hidrogen murni dan
ditambahkan serbuk nikel sebagai katalisator. Setelah proses hidrogenasi selesai,
minyak didinginkan dan katalisator dipisahkan dengan cara penyaringan. Hasilnya
adalah minyak yang bersifat plastis atau keras tergantung pada derajat kejenuhannya.
Katalis adalah zat yang dapat mempengaruhi laju/kecepatan suatu reaksi dan
Reaksi pada proses hidrogenasi terjadi pada permukaan katalis yang
mengakibatkan reaksi antara molekul-molekul minyak dengan gas hidrogen. Hidrogen
akan diikat oleh asam lemak yang tidak jenuh, yaitu pada ikatan rangkap, membentuk
radikal komplek antara hidrogen, nikel dan asam lemak tak jenuh. Setelah terjadi
penguraian nikel dan radikal asam bebas, akan dihasilkan suatu tingkat kejenuhan
yang lebih tinggi. Radikal asam bebas dapat terus bereaksi dengan hidrogen,
membentuk asam lemak yang jenuh.
Nikel merupakan katalis yang sering digunakan dalam proses
hidrogenasi, sedangkan palladium, platina dan copper chromite jarang dipergunakan.
Hal ini disebabkan nikel lebih ekonomis dan lebih efisien daripada logam lainnya.
Untuk keperluan minyak makan, sebelum dilakukan hidrogenasi, minyak harus bebas
dari sabun, kering dan mempunyai kandungan asam lemak bebas dan kandungan
fospatida yang rendah. (Ketaren S, 1986, hal: 26-29).
Pemakaian katalis nikel di PT.SOCI dapat dilihat pada jalur dibawah ini:
Nikel = 3,8 kg/jam
input output
Fatty acid = 6000 kg/jam
Dimana katalis nikel sebesar:
Ni = 21% dalam Soy bebas hidrogenasi fatty acid. (Sumber: PT.SOCI).
4. Esterifikasi
Proses esterifikasi bertujuan untuk mengubah asam-asam lemak dari
trigliserida dalam bentuk ester. Reaksi esterifikasi dapat dilakukan melalui reaksi
kimia yand disebut interesterifikasiatau pertukaran ester yang didasarkan atas prinsip
transesterifikasi friedel-craft. Dengan menggunakan prinsip reaksi ini, hidrokarbon
rantai pendek dalam asam lemak seperti asam butirat dan asam kaproat yang
menyebabkan bau tidak enak, dapat ditukar dengan rantai panjang yang bersifat tidak
menguap. (Ketaren S, 1986, hal: 29)
2.7. Asam Lemak
Asam lemak adalah bagian integral dari biomolekul lipid, jarang ditemukan bebas di
alam karena selalu terikat sebagai ester. Suatu molekul asam lemak dengan berat
molekul tinggi memperlihatkan sifat lipid, karena itu kadang-kadang suatu asam
lemak disamakan dengan lipid. Asam lemak adalah asam karboksilat, suatu asam
organik. Berdasarkan kerangka hidrokarbon, asam lemak dibedakan atas dua golongan
utama, yaitu:
1. asam lemak jenuh (saturated acid): asam lemak yang tidak mempunyai ikatan
rangkap.
Contoh: asam palmitat, asam stearat dan asam kaprat.
Sumber: sebagian besar pada lemak hewan.
2. asam lemak tak jenuh (unsaturated acid): yaitu asam lemak yang mempunyai
satu atau lebih ikatan rangkap.
Sumber: minyak nabati pada biji-bijian atau kacang-kacangan.
(Yazid, E., 2006, hal: 43).
selain dua golongan diatas, dikenal juga dua golongan lain dari asam lemak yaitu:
1. asam lemak bercabang (branched chain acid)
2. asam lemak siklis (cyclic acid)
(Hawab HM, 2004, hal: 133-135).
2.8. Bilangan Iodin
Bilangan Iod adalah jumlah (gram) iod yang dapat diikat oleh 100 gram lemak. Ikatan
rangkap yang terdapat pada asam lemak yang tidak jenuh akan bereaksi dengan iod
atau senyawa-senyawa iod. Gliserida dengan tingkat ketidakjenuhan yang tinggi, akan
mengikat iod dalam jumlah yang lebih besar. Karena iodium diserap oleh ikatan
rangkap, maka bilangan iodium ini menjadi ukuran banyaknya ikatan rangkap pada
lemak atau minyak. (Girindra, A., 1986, hal: 64).
Bilangan iod ditetapkan dengan melarutkan sejumlah contoh minyak atau
lemak (0,1 sampai 0,5 gram) dalam kloroform atau karbon tetraklorida. Kemudian
ditambahkan halogen secara berlebihan. Setelah didiamkan pada tempat gelap dengan
periode waktu yang dikontrol, kelebihan iod yang tidak bereaksi diukur dengan jalan
mentitrasi larutan campuran tadi dengan natrium tiosulfat (Na2S2O3). Pada cara
Hanus, larutan standar iod dibuat dalam asam asetat glasial yang tidak hanya
mengandung iod saja, tetapi juga mengandung iodin bromida yang akan mempercepat
jalannya reaksi pengikatan iod oleh ikatan rangkap. Reaksi dari iod yang berlebihan
2 Na2S2O3 + I2 2NaI + Na2S4O6
Titik akhir titrasi dinyatakan dengan hilangnya warna biru dengan indikator amilum.
Bilangan iod dapat menyatakan derajat ketidakjenuhan dari minyak atau lemak
dan dapat juga dipergunakan untuk menggolongkan jenis minyak pengering dan
minyak bukan pengering . Minyak pengering mempunyai bilangan iod yang lebih
dari 130. Minyak yang mempunyai bilangan iod antara 100 sampai 130 bersifat
setengah mengering. (Ketaren S, 1986, hal: 31-32).
2.9. Penentuan Bilangan Iodin
Asam lemak yang tidak jenuh dalam minyak dan lemak mampu menyerap sejumlah
iod dan membentuk senyawa yang jenuh. Besarnya jumlah iod yang diserap
menunjukkan banyaknya ikatan rangkap atau ikatan tidak jenuh.
Bilangan iod dinyatakan sebagai jumlah gram iod yang diserap oleh 100 g
minyak atau lemak.
Kecepatan reaksi antara asam lemak tidak jenuh dengan halogen tergantung
pada macam halogen dan struktur dari asam lemak. Dalam urutan iod > brom > flour
> klor, menunjukkan bahwa semakin kekanan reaktivitasnya semakin bertambah.
Penentuan bilangan iod biasanya menggunakan cara Hanus, Kaufmann dan Wijs dan
perhitungan bilangan iod dari masing-masing cara tersebut adalah sama. Semua cara
pada contoh yang akan diuji. Setelah reaksi sempurna, kelebihan pereaksi ditetapkan
jumlahnya dengan cara titrasi.
1. Cara Hanus
Pembuatan pereaksi Hanus
Dalam cara Hanus digunakan pereaksi iodium bromida dalam larutan asam
asetat glasial (larutan Hanus). Untuk membuat larutan ini, 20 g Iodium bromida
dilarutkan dalam 1000 ml alkohol murni yang bebas dari asam asetat. Jumlah contoh
yang ditimbang tergantung dari perkiraan besarnya bilangan iod, yaitu sekitar 0,5 g
untuk lemak; 0,25 g untuk minyak; dan 0,1 sampai 0,2 g untuk minyak dengan derajat
ketidakjenuhan yang tinggi. Jika ditambahkan 25 ml pereaksi harus ada kelebihan
pereaksi sekitar 60 persen.
Prosedur
Contoh minyak atau lemak dimasukkan ke dalam labu erlenmeyer 200 atau
300 ml yang bertutup. Kemudian dilarutkan dengan 10 ml kloroform atau karbon
tetraklorida dan ditambahkan 25ml pereaksi. Reaksi dibiarkan selama satu jam di
tempat yang gelap. Sebagian Iodium (I2) akan dibebaskan dari larutan (larutan KI
yang digunakan adalah KI 10 persen atau 10 ml larutan KI 15 persen). Iod yang
dibebaskan dititrasi dengan larutan natrium tiosulfat 0,1N dengan indikator larutan
pati. Titrasi untuk blanko dilakukan dengan cara yang sama.
2. Cara Kaufmann dan Von Hubl
Pada cara ini digunakan pereaksi Kaufmann yang terdiri dari campuran 5,2 ml
ditambahkan dalam 25 ml pereaksi. Di dalam pereaksi ini natrium bromida akan
mengendap. Reaksi dilakukan di tempat yang gelap. Larutan ini dititrasi dengan
larutan natrium natrium tiosulfat 0,1N dengan indikator larutan pati. Blanko
dikerjakan dengan cara yang sama.
Pada cara Von Hubl digunakan pereaksi yang terdiri dari larutan 25 g iod di
dalam 500 ml etanol dan larutan 30 g merkuri klorida di dalam 500 ml etanol. Kedua
larutan ini baru dicampurkan jika akan dipergunakan, dan tidak boleh berumur lebih
dari 48 jam. Pereaksi ini mempunyai reaktivitas yang lebih kecil dibandingkan dengan
cara-cara lainnya, sehingga membutuhkan waktu reaksi selama 12 sampai 14 jam.
3. Cara Wijs
Pembuatan larutan Wijs
Pereaksi Wijs yang terdiri dari larutan 16 g iod monoklorida dalam 1000 ml
asam asetat glasial. Cara lain yang lebih baik untuk membuat larutan ini yaitu dengan
melarutkan 13 g iod dalam 1000 ml asam asetat glasial, kemudian dialirkan gas klor
sampai terlihat perubahan warna yang menunjukkan bahwa jumlah gas klor yang
dimasukkan sudah cukup. Pembuatan larutan ini agak sukar dan bersifat tidak tahan
lama. Larutan ini sangat peka terhadap cahaya dan panas serta udara, sehingga harus
disimpan di tempat yang gelap, sejuk dan tertutup rapat.
Prosedur
Contoh minyak yang telah disaring ditimbang sebanyak 0,1 0,5 g di dalam
erlenmeyer 500 ml yang bertutup, kemudian ditambahkan 20 ml karbon tetraklorida
sebagai pelarut. Ditambahkan 25 ml larutan Wijs dengan pipet, dengan kelebihan
blanko. Erlenmeyer disimpan ditempat gelap pada suhu 250 ± 50 C selama 30 menit.
Akhirnya ditambahkan 20 ml larutan kalium iodida 15 persen dan 100 ml air, dan
botol ditutup serta dikocok dengan hati-hati. Titrasi dilakukan dengan larutan natrium
tiosulfat 0,1N dengan menggunakan indikator larutan pati.
Dari berbagai percobaan ternyata bahwa cara Wijs dan Kaufmann hasilnya
lebih baik dan praktis.
Adalah angka yang menunjukkan berapa gram yodium yang diserap pada ikatan
rangkap dari 100 gr lemak tak jenuh. Jadi angka ini menunjukkan derajat kejenuhan
suatu asam lemak. Asam lemak yang benar-benar jenuh seperti tristearin mempunyai
angka yodium hampir 0, sedang linseed oil (tak jenuh) mempunyai angka yodium
BAB 3
METODOLOGI PENYELIDIKAN
3.1. Peralatan
1. Erlenmeyer 300ml dengan tutup
2. Labu takar 100ml dengan tutup
3. Pipet volum 10ml
4. Gelas ukur 50ml
3.2. Bahan
1. Indikator Starch (indikator amilum)
2. KI 10% (v/v)
3. Sodium tiosulfat
4. Potasium dikromat
5. Cyclo hexane
6. Asam asetat glasial
7. Iodin
9. Air destilat
10. Larutan Wijs (ICl 0,2 N)
3.3. Prosedur
1. Leburkan sampel bila belum cair dan saring dengan kertas saring untuk
menghilangkan kotoran, dan selanjutnya untuk pengujian moisture.
2. Timbang sampel dan masukkan dalam erlenmeyer 300ml (C gram), berat sampel
diharapkan sebagai berikut:
Perkiraan
Bilangan Iodin < 10 10-30 30-50 50-100
Berat sampel
(gr) 1,5-3,0 0,6-2,5 0,4-0,6 0,2-0,3
Lama reaksi
(menit) 30 30 30 30
3. Tambahkan 10ml cyclo hexane dan 25ml Wijs dengan pipet volum. Tutup
erlenmeyer dan simpan dalam ruang gelap sesuai tabel diatas.
4. Setelah waktunya, tambahkan 20ml KI 10% dengan gelas ukur dan bilas tutup serta
dinding erlenmeyer dengan air destilat hingga volume total kira-kira 100ml.
5. Dilakukan juga 2 kali untuk blanko (A ml).
6. Dan saat pentitrasian terjadi perubahan warna dari merah gelap menjadi kuning
lemah, tambahkan indikator starch (indikator amilum), maka larutan akan berubah
menjadi biru gelap.
7. Titrasi dilakukan hingga bening/tidak berwarna (B ml).
4.2.Perhitungan
C
bilanganiodin(IV) (A-B)x0,1x12,69xf
Keterangan:
0,1 = normalitas dari Na2S2O3
12,69 = 1/10 mol Mr Iodium
f = faktor dari Na2S2O3
A = banyaknya Na2S2O3blanko(ml)
B = banyaknya Na2S2O3untuk sampel (ml)
C = berat sampel (gr)
(Sumber: PT.SOCI)
4.3. Pembahasan
Bilangan iodin adalah suatu pengukuran ketidak jenuhan dari minyak, lemak dan asam
lemak bebas dan dinyatakan dalam istilah jumlah gram iodin yang diadsorpsi oleh 100
gram sampel (% iodin yang diadsorpsi). Bilangan iodin dapat dipakai pada industri
minyak yang normal serta turunannya, seperti minyak biasa atau minyak-minyak
pengering sintesis dan asam-asamnya.
Deteksi fraksi asam lemak tidak jenuh secara tidak langsung dapat dilakukan
dengan mengetahui besarnya kuantiti bilangan iodin dari lemak tersebut. Hal ini
disebabkan karena adanya hubungan yang erat antara keduanya. Dengan demikian
Sebagai contoh:
FA + ICl
O O
CH3 (CH2)7 CH=CH-(CH2)7 C OH + ICl CH3 (CH2)7 CH=CH-(CH2)7 C OH
(Asam oleat)
Dimana ICl harus berlebih. Kelebihan ICl ditirasi dengan iodometri dengan reaksi sebagai berikut:
ICl + KI ICl + I2
I2+ Na2S2O3 NaI + Na2S4O6
Dengan melakukan blanko dapatlah diketahui berapa banyak ICl yang digunakan
untuk mengadisi atau memutuskan ikatan rangkap sehingga rumus pentitrasian dari
ICl tersebut adalah:
C
bilanganiodin(IV) (A-B)x0,1x12,69xf
Dari hasil penyelidikan yang telah dilakukan didapat rata-rata bilangan iodin
dari asam lemak FAB-H sebelum proses hidrogenasi adalah 34,24 dan rata-rata
bilangan iodin setelah proses hidrogenasi adalah 0,6.
Dari data yang diperoleh di PT. SOCI, bilangan iodin yang didapat telah
memenuhi standar yang telah ditetapkan oleh perusahaan itu sendiri yaitu maksimal
0,1 setelah melalui proses hidrogenasi. Hal ini berarti proses hidrogenasi di PT. SOCI
BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Bilangan iodin tertinggi sebelum proses hidrogenasi terdapat pada data ke15 pada
bulan Oktober 2007 sedangkan data bilangan iodin terendah sebelum proses
hidrogenasi terdapat pada data ke13 pada bulan Agustus 2007.
Bilangan iodin tertinggi sesudah proses hidrogenasi terdapat pada data ke10
dan 11 pada bulan Mei 2007 sedangkan data bilangan iodin terendah sesudah proses
hidrogenasi terdapat pada data ke5 dan 16 pada bulan Februari dan Oktober.
Dari hasil penyelidikan yang telah dilakukan didapat rata-rata bilangan iodin dari
asam lemak FAB-H sebelum proses hidrogenasi adalah 34,24 dan rata-rata bilangan
iodin setelah proses hidrogenasi adalah 0,6.
Dari data yang diperoleh di PT. SOCI, bilangan iodin yang didapat telah
memenuhi standar yang telah ditetapkan oleh perusahaan itu sendiri yaitu maksimal
0,1 setelah melalui proses hidrogenasi. Hal ini berarti proses hidrogenasi di PT. SOCI
5.2. Saran
Sebaiknya untuk penentuan bilangan iodin dari asam lemak FAB-H dari bahan baku
RBDPS menggunakan metode lain, selain metode Wijs. Untuk mengetahui metode
DAFTAR PUSTAKA
Aisjah Girindra. 1986.Biokimia I. Jakarta: PT. Gramedia.
Buckle, K. A. 1987. Ilmu Pangan. Penerjemah Hari Purnomo dan Adiono. Jakarta: Universitas Indonesia.
Cook, T. M dan Cullen, D.J. 1986. Industri Kimia Operasi Aspek-Aspek Keamanan dan Kesehatan.Ahli Bahasa Theresia Sri Utami. Jakarta: PT. Gramedia.
Cotton dan Wilkinson. 1989. Kimia Anorganik Dasar. Penerjemah Sahati Suharto. Jakarta: Universitas Indonesia.
Estien Yazid dan Lisda Nursanti. 2006. Penuntun Praktikum Untuk Mahasiswa Analis. Yogyakarta: Andi.
Gaman, M dan Sherrington, K. B. 1981. Pengantar Ilmu Pangan, Nutrisi dan
Mikrobiologi. Edisi Kedua. Penerjemah Murdljati, G. et al. Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada.
Hardjono Sastrohamidjojo. 2005. Kimia Organik, Stereokimia, Karbohidrat, Lemak dan Protein.Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada.
Hawab, H. M. 2004.Pengantar Biokimia. Edisi Revisi. Malang: Bayumedia.
Iyung Pahan. 2006.Panduan Lengkap Kelapa Sawit Manajemen Agribisnis dari Hulu
hingga Hilir. Jakarta: Penebar Swadaya.
Ketaren, S. 1986. Pengantar Teknologi Minyak dan Lemak Pangan. Jakarta: Universitas Indonesia.
Mulyono, HAM. 2006.Kamus Kimia. Jakarta: Bumi Aksara.
PT. International Contact Business System, Inc. 1997. Studi Tentang Perkebunan dan Pemasaran Minyak Kelapa Sawit Indonesia.Jakarta.
Rondang Tambun. 2006.Buku Ajar Teknologi Oleokimia (TKK 322).Medan: Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara.
Soeharto Prawirokusumo. 1994. Ilmu Gizi Komparatif. Yogyakarta: BPFE Yogyakarta.
Teguh, W., Ratnawati, N dan Akmal, M. 2006. Profil Kelapa Sawit Indonesia 2005. Medan: Pusat Penelitian Kelapa Sawit.
Tim Penulis PS. 1997. Kelapa Sawit:Usaha Budidaya, Pemanfaatan Hasil dan Aspek Pemasaran.Jakarta: Penebar Swadaya.