RESPON MASYARAKAT DESA TEBING TANJUNG SELAMAT KECAMATAN PADANG TUALANG KABUPATEN LANGKAT
TERHADAP PROGRAM PENGURANGAN RISIKO BENCANA BERBASIS MASYARAKAT OLEH PMI CABANG LANGKAT
DEPARTEMEN ILMU KESEJAHTERAAN SOSIAL
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
Skripsi
Diajukan Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana lmu Sosial dan Ilmu Politik
Disusun Oleh:
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK DEPARTEMEN ILMU KESEJAHTERAAN SOSIAL
HALAMAN PENGESAHAN
Skripsi ini disetujui untuk dipertahankan oleh: Nama : Faramita Anggraeni
NIM : 060902036
Judul : Respon Masyarakat Desa Tebing Tanjung Selamat Kecamatan Padang Tualang Kabupaten Langkat Terhadap Program Pengurangan Risiko Bencana Berbasis Masyarakat Oleh PMI Cabang Langkat
Medan, Maret 2010
PEMBIMBING
Drs. Matias Siagian, M.Si NIP: 19610313 199303 1 00 1
KETUA DEPARTEMEN
Drs. Matias Siagian, M.Si NIP: 19610313 199303 1 00 1
DEKAN FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK DEPARTEMEN ILMU KESEJAHTERAAN SOSIAL
Faramita Anggraeni, 060902036, Respon Masyarakat Desa Tebing Tanjung Selamat Kecamatan Padang Tualang Kabupaten Langkat Terhadap Program Pengurangan Risiko Bencana Berbasis Masyarakat Oleh PMI Cabang Langkat.
(Skripsi ini terdiri dari 6 bab, 102 halaman, 43 tabel, 1 lampiran serta 26 kepustakaan)
ABSTRAK
Bencana alam yang sering terjadi di Indonesia adalah banjir, sebagai contoh di Sumatera Utara. Salah satu daerah langganan banjir adalah Desa Tebing Tanjung Selamat Kecamatan Padang Tualang Kabupaten Langkat yang disebabkan oleh meluapnya air sungai dan tidak adanya saluran air yang memadai. Berdasarkan hal tersebut, PMI Cabang Langkat melaksanakan program pengurangan risiko berbasis masyarakat berupa pembangunan saluran air di Desa Tebing Tanjung Selamat, tepatnya di dusun IX, dusun XI dan dusun XII. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui respon masyarakat terhadap program pengurangan risiko bencana berbasis masyarakat yang dilaksanakan oleh PMI Cabang Langkat.
Penelitian ini bersifat deskriptif dan dengan mempertimbangkan homogenitas tingkat pendidikan responden dalam menentukan respon, peneliti menggunakan teknik pengambilan sampel kuota dengan sampel sebanyak sebanyak 60 orang yang terdiri dari 20 orang dari tiga dusun di Desa Tebing Tanjung Selamat. Teknik analisa data menggunakan skala likert untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial. Responden diberikan angket kemudian jawaban responden disajikan dalam bentuk tabel dan kemudian dilakukan analisis kuantitatif dengan skala Likert.
Hasil penelitian tentang respon masyarakat Desa Tebing Tanjung Selamat terhadap program pengurangan risiko bencana berbasis masyarakat menunjukkan bahwa responden memiliki persepsi positif dengan nilai 0,73, hal ini dapat dillihat dari hasil analisa data pada tabel 5.22. Responden memiliki sikap positif dengan nilai 0,8 dapat dilihat pada tabel 5.23, sedangkan responden memiliki partisipasi negatif sebesar 0,22 dan dapat dilihat pada tabel 5.24. Berdasarkan hasil analisa di atas, dapat dikemukakan bahwa respon masyarakat Desa Tebing Tanjung Selamat terhadap program pengurangan risiko bencana berbasis masyarakat adalah positif. Hal ini dikarenakan adanya keseriusan masyarakat dalam melaksakan program tersebut.
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa untuk semua berkat dan rahmat kepada penulis dalam menyelasaikan skripsi ini. Skripsi ini tidak akan mungkin terselesaikan tanpa penyertaanNya dan bantuan dari berbagai pihak yang turut membantu dan mendukung penulis.
Skripsi ini merupakan karya ilmiah yang disusun sebagai salah satu syarat guna memperoleh gelar sasrjana di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sumatera Utara. Skripsi ini berjudu l: “Respon Masyarakat Desa Tebing Tanjung Selamat Kecamatan Padang Tualang Kabupaten Langkat Terhadap Program Pengurangan Risiko Bencana Berbasis Masyarakat Oleh PMI Cabang Langkat”.
Pada kesempatan ini, penulis juga ingin mengucapkan terima kasih banyak kepada segala pihak yang telah bersedia membantu dan menyemangati dalam pengerjaan skripsi ini.
Dengan kerendahan hati penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Prof.Dr.M.Arif Nasution selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara
3. Seluruh Dosen Ilmu Kesejahteraan Sosial FISIP USU yang telah memberikan ilmu yang sangat berharga bagi penulis, selama masa perkuliahan.
4. Seluruh Staff pendidikan dan administrasi FISIP USU, yang membantu segala hal yang dibutuhkan penulis dalam hal adminstratif, yaitu Ibu Zuraida dan Kak Debby.
5. Seluruh Staff PMI Daerah Sumut dan PMI Cabang Langkat, yang telah memberi banyak bantuan, semangat, saran dan masukan untuk penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.
6. Seluruh responden yang bersedia meluangkan waktu dan kesempatan dalam memberikan informasi, baik melalui anget, wawancara yang sangat penting untuk menyusun skripsi.
7. Tak lupa terima kasih banyak dan istimewa untuk kedua orang tua penulis, Bapak M. Silalahi dan Ibunda D. Y. Purba untuk semangat, doa yang tak pernah putus, dan memenuhi segala kebutuhan penulis sehingga kini sampai pada tahap akhir perkuliahan.
8. Terima kasih penulis ucapkan kepada segala pihak yang belum tersebutkan, untuk semua bantuan dan dukungan yang sangat berarti bagi penulis dan tidak dapat disebutkan satu persatu.
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ... i
ABSTRAK ... iii
DAFTAR ISI ... iv
DAFTAR TABEL ...viii
DAFTAR GAMBAR ... xii
DAFTAR DIAGRAM...xiii
BAB I PENDAHULUAN ... 1
1.1Latar Belakang Masalah... 1
1.2Perumusan masalah... 6
1.3Pembatasan Masalah ... 6
1.4Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 7
1.4.1 Tujuan Penelitian ... 7
1.4.2 Manfaat Penelitian ... 7
1.5Sistematika Penulisan ... 8
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 9
2.1 Bencana ... 9
2.2 Manajemen Bencana ... 15
2.3 Pengurangan Risiko Bencana Berbasis Masyarakat ... 18
2.4 Respon Masyarakat ... 24
2.5 Peranan Pekerja Sosial dalam Program Pengurangan Risiko Bencana Berbasis Masyarakat ... 31
2.7 Definisi Konsep ... 38
2.8 Definisi Operasional ... 39
BAB III METODE PENELITIAN... 41
3.1 Tipe Penelitian ... 41
3.2 Lokasi Penelitian ... 41
3.3 Populasi dan Sampel Penelitian... 42
3.3.1 Populasi Penelitian ... 42
3.3.2 Sampel Penelitian ... 42
3.4 Teknik Pengumpulan Data ... 43
3.5 Teknik Analisa Data ... 44
BAB IV DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN ... 46
4.1 Sejarah Desa Tebing Tanjung Selamat ... 46
4.2 Letak dan Batas Wilayah Desa Tebing Tanjung Selamat ... 47
4.3 Orbitasi ... 47
4.4 Keadaan Geografis ... 47
4.5 Keadaan Demografis ... 48
4.5.1 Luas dan Wilayah Penggunaan Lahan ... 48
4.5.2 Pembagian Wilayah ... 49
4.5.3 Komposisi Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin ... 49
4.5.4 Komposisi Penduduk Berdasarkan Agama ... 50
4.5.5 Komposisi Penduduk Berdasarkan Umur ... 51
4.5.6 Komposisi Penduduk Berdasarkan Tingat Pendidikan ... 53
4.5.6 Komposisi Penduduk Berdasarkan Pekerjaan ... 54
4.6 Sarana dan Prasarana Desa Tebing Tanjung Selamat ... 57
4.6.1 Sarana Rumah Ibadah... 58
4.6.2 Sarana Pendidikan ... 59
4.6.3 Sarana Kesehatan ... 60
4.6.4 Sarana Air Bersih ... 61
4.6.5 Sarana Olah Raga ... 62
4.7 Lembaga Kemasyarakatan ... 63
4.8 Sistem Pemerintahan ... 64
BAB V Analisa Data ... 65
5.1 Karakteristik Umum Responden ... 65
5.1.1 Data Umur Responden ... 66
5.1.2 Data Tingkat Pendidikan Responden ... 67
5.1.3 Data Mata Pencaharian Responden ... 68
5.1.4 Data Suku Bangsa Responden ... 69
5.2 Analisa Kualitatif Responden Tehadap Program Pengurangan Risiko Bencana Berbasis Masyarakat ... 70
5.2.1 Persepsi Masyarakat Terhadap Program Pengurangan Risiko Bencana Berbasis Masyarakat ... 70
5.2.2 Sikap Masyarakat Terhadap Program Pengurangan Risiko Bencana Berbasis Masyarakat ... 78
5.3 Analisa Kuantitatif Responden Tehadap Program Pengurangan
Risiko Bencana Berbasis Masyarakat ... 95
5.2.1 Persepsi Masyarakat Terhadap Program Pengurangan Risiko Bencana Berbasis Masyarakat ... 97
5.2.2 Sikap Masyarakat Terhadap Program Pengurangan Risiko Bencana Berbasis Masyarakat ... 99
5.2.3 Partisipasi Masyarakat Terhadap Program Pengurangan Risiko Bencana Berbasis Masyarakat ... 101
BAB VI PENUTUP ...103
6.1 Kesimpulan...103
6.2 Saran ...104
DAFTAR TABEL
BAB I Tabel 1.1 Data Bencana di Indonesia Tahun 2008 ... 3
BAB II Tabel 2.1 Jenis Ancaman ... 11
BAB III Tabel 3.1 Distribusi Sampel Menurut Dusun... 43
BAB IV Tabel 4.1 Penggunaan Lahan Desa Tebing Tanjung Selamat ... 47
Tabel 4.2 Komposisi Penduduk Desa Tebing Tanjung Selamat Menurut Agama ... 49
Tabel 4.3 Komposisi Penduduk Desa Tebing Tanjung Selamat Berdasarkan Golongan Umur ... 50
Tabel 4.4 Komposisi Penduduk Desa Tebing Tanjung Selamat Berdasarkan Tingkat Pendidikan ... 52
Tabel 4.5 Komposisi Penduduk Desa Tebing Tanjung Selamat Berdasarkan Pekerjaan ... 53
Tabel 4.6 Komposisi Penduduk Desa Tebing Tanjung Selamat Berdasarkan Suku Bangsa ... 55
Tabel 4.7 Sarana Rumah ibadah Desa Tebing Tanjung Selamat ... 57
Tabel 4.8 Sarana Pendidikan Desa Tebing Tanjung Selamat ... 58
Tabel 4.9 Sarana Kesehatan Desa Tebing Tanjung Selamat ... 59
Tabel 4.10 Sarana Air Bersih Desa Tebing Tanjung Selamat ... 60
Tabel 4.12 Lembaga Kemasyarakatan Desa Tebing
Tanjung Selamat ... 62
BAB V Tabel 5.1 Jumlah Responden Berdasarkan Umur ... 66
Tabel 5. 2 Jumlah Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan ... 67
Tabel 5.3 Jumlah Responden Berdasarkan Mata Pencaharian... 68
Tabel 5.4 Jumlah Responden Berdasarkan Suku Bangsa ... 69
Tabel 5.5 Pengetahuan Responden Tentang Pelaksanaan Program Pengurangan Risiko Bencana Berbasis Masyarakat ... 70
Tabel 5.6 Sumber Informasi Responden Tentang Program Pengurangan Risiko Bencana Berbasis Masyarakat ... 72
Tabel 5.7 Pengetahuan Responden Tentang Pengenalan Program Pengurangan Risiko Bencana Berbasis Masyarakat ... 73
Tabel 5.8 Pengetahuan Responden Tentang Arti Program Pengurangan Risiko Bencana Berbasis Masyarakat ... 74
Tabel 5.9 Pengetahuan Responden Tentang Tujuan Program Pengurangan Risiko Bencana Berbasis Masyarakat ... 75
Tabel 5.11 Tanggapan Responden Tentang Program Pengurangan Risiko Bencana Berbasis
Masyarakat ... 78 Tabel 5.12 Tanggapan Responden Tentang Kesesuaian
Program Pengurangan Risiko Bencana Berbasis
Masyarakat Dengan Kebutuhan Masyarakat ... 80 Tabel 5.13 Tanggapan Responden Tentang Bantuan PMI
Melalui Program Pengurangan Risiko Bencana
Berbasis Masyarakat ... 82 Tabel 5.14 Penilaian Responden Tentang Program
Pengurangan Risiko Bencana Berbasis
Masyarakat ... 83 Tabel 5.15 Penilaian Responden Tentang Cara Penyampaian
Informasi Oleh PMI Mengenai Program Pengurangan Risiko Bencana Berbasis
Masyarakat ... 84 Tabel 5.16 Penilaian Responden Tentang Penyampaian
Informasi Oleh PMI Mengenai Program Pengurangan Risiko Bencana Berbasis
Masyarakat ... 86 Tabel 5.17 Tanggapan Responden Tentang Keterlibatan
Seluruh Masyarakat Dalam Perencanaan dan Pelaksanaan Program Pengurangan Risiko
Tabel 5.18 Keterlibatan Responden Dalam Sosialisasi Program Pengurangan Risiko Bencana Berbasis
Masyarakat ... 89 Tabel 5.19 Keterlibatan Responden Dalam Menghadiri Rapat
Program Pengurangan Risiko Bencana Berbasis
Masyarakat ... 91 Tabel 5.20 Keterlibatan Responden Dalam Pengumpulan
Dana Program Pengurangan Risiko Bencana
Berbasis Masyarakat ... 93 Tabel 5.21 Keterlibatan Responden Dalam Pelaksanaan
Program Pengurangan Risiko Bencana Berbasis
Masyarakat ... 94 Tabel 5.22 Persepsi Masyarakat Terhadap Program
Pengurangan Risiko Bencana Berbasis
Masyarakat ... 96 Tabel 5.23 Sikap Masyarakat Terhadap Program
Pengurangan Risiko Bencana Berbasis
Masyarakat ... 97 Tabel 5.24 Partisipasi Masyarakat Terhadap Program
Pengurangan Risiko Bencana Berbasis
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR DIAGRAM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK DEPARTEMEN ILMU KESEJAHTERAAN SOSIAL
Faramita Anggraeni, 060902036, Respon Masyarakat Desa Tebing Tanjung Selamat Kecamatan Padang Tualang Kabupaten Langkat Terhadap Program Pengurangan Risiko Bencana Berbasis Masyarakat Oleh PMI Cabang Langkat.
(Skripsi ini terdiri dari 6 bab, 102 halaman, 43 tabel, 1 lampiran serta 26 kepustakaan)
ABSTRAK
Bencana alam yang sering terjadi di Indonesia adalah banjir, sebagai contoh di Sumatera Utara. Salah satu daerah langganan banjir adalah Desa Tebing Tanjung Selamat Kecamatan Padang Tualang Kabupaten Langkat yang disebabkan oleh meluapnya air sungai dan tidak adanya saluran air yang memadai. Berdasarkan hal tersebut, PMI Cabang Langkat melaksanakan program pengurangan risiko berbasis masyarakat berupa pembangunan saluran air di Desa Tebing Tanjung Selamat, tepatnya di dusun IX, dusun XI dan dusun XII. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui respon masyarakat terhadap program pengurangan risiko bencana berbasis masyarakat yang dilaksanakan oleh PMI Cabang Langkat.
Penelitian ini bersifat deskriptif dan dengan mempertimbangkan homogenitas tingkat pendidikan responden dalam menentukan respon, peneliti menggunakan teknik pengambilan sampel kuota dengan sampel sebanyak sebanyak 60 orang yang terdiri dari 20 orang dari tiga dusun di Desa Tebing Tanjung Selamat. Teknik analisa data menggunakan skala likert untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial. Responden diberikan angket kemudian jawaban responden disajikan dalam bentuk tabel dan kemudian dilakukan analisis kuantitatif dengan skala Likert.
Hasil penelitian tentang respon masyarakat Desa Tebing Tanjung Selamat terhadap program pengurangan risiko bencana berbasis masyarakat menunjukkan bahwa responden memiliki persepsi positif dengan nilai 0,73, hal ini dapat dillihat dari hasil analisa data pada tabel 5.22. Responden memiliki sikap positif dengan nilai 0,8 dapat dilihat pada tabel 5.23, sedangkan responden memiliki partisipasi negatif sebesar 0,22 dan dapat dilihat pada tabel 5.24. Berdasarkan hasil analisa di atas, dapat dikemukakan bahwa respon masyarakat Desa Tebing Tanjung Selamat terhadap program pengurangan risiko bencana berbasis masyarakat adalah positif. Hal ini dikarenakan adanya keseriusan masyarakat dalam melaksakan program tersebut.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Secara geografis, Indonesia merupakan negara kepulauan yang terletak pada pertemuan empat lempeng tektonik, yaitu lempeng Benua Asia, lempeng Benua Australia, lempeng Samudera Hindia dan lempeng Samudera Pasifik. Pada bagian selatan dan timur Indonesia terdapat sabuk vulkanik yang memanjang dari Pulau Sumatera—Jawa—Nusa Tenggara—Sulawesi, yang sisinya berupa pegunungan vulkanik tua dan dataran rendah yang sebagian besar didominasi oleh rawa-rawa. Kondisi tersebut sangat berpotensi sekaligus rawan bencana seperti letusan gunung merapi, gempa bumi, tsunami, banjir, dan tanah longsor.
berkisar 212.000 orang, tahun 2000 jumlahnya berlipat menjadi 709.000 orang. Indonesia berada di urutan ketiga negara-negara di Asia yang paling sering dilanda bencana alam selama periode 1964-1986 (Hadi, 2007: 1).
Data bencana Badan Koordinasi Nasional Penanggulangan Bencana menyebutkan bahwa antara tahun 2003–2005 telah terjadi 1.429 kejadian bencana. Bencana hidrometrologi merupakan bencana yang paling sering terjadi yaitu 53,3 persen dari total kejadian bencana di Indonesia. Dari total bencana hidrometrologi, yang paling sering terjadi adalah banjir (34,1 persen dari total kejadian bencana di Indonesia), diikuti oleh tanah longsor (16 persen) (RI, 2006 : II-3). Begitu juga pada tahun 2007, terjadi 888 total kejadian bencana di Indonesia, dan banjir adalah sebesar 38 persen yaitu 339 kejadian, seperti terlihat pada diagram di bawah ini.
Diagram 1. 1
Data Bencana di Indonesia Tahun 2007
Berikut ini adalah data bencana yang terjadi di berbagai provinsi Indonesia pada tahun 2008:
Tabel 1. 1
Data Bencana di Indonesia Tahun 2008
Sumber: Departemen Kesehatan RI
Dapat dilihat pada tabel 1.1 di atas bahwa selama tahun 2008, terdapat 32 kejadian bencana di Sumatera Utara. Apabila dibandingkan dengan provinsi lainnya di Sumatera, maka provinsi Sumatera Utara berada pada peringkat kedua terbanyak setelah Sumatera Barat dengan jumlah total 44 kejadian bencana pada tahun 2008.
Kabupaten Langkat adalah salah satu
sejumlah 902.986 jiwa pada tahu
tanggal 2 November 2009, pukul 16:09 WIB). Ibukota Kabupaten Langkat, Stabat dan sekitarnya, merupakan daerah langganan banjir musiman. Pada tahun 2006, beberapa sungai kecil di Stabat (di antaranya Sungai Senglar, Belengking dan Kapal Keruk) tidak mampu menampung air hingga meluap ke kawasan pemukiman penduduk dan areal pertanian dengan ketinggian air bervariasi mulai 30 sampai 100 sentimeter. Luapan air baik akibat curah hujan maupun luapan dari sungai menggenangi kawasan pemukiman di beberapa kecamatan di Langkat, di antaranya adalah Kecamatan Padangtualang tercatat 64 KK warga Dusun Bangun Murni Desa Tebing Tanjung Selamat mengungsi di atas tanggul Sei Batangserangan.
mengakibatkan lebih 1.500 warga mengungsi. Banjir terparah terjadi di Kecamatan Batang Serangan, Sawit Sebrang dan Padang Tualang. Masyarakat di sana sudah mengungsi di tanggul-tanggul, serta daerah yang lebih tinggi. Di Kecamatan Batang Serangan, sedikitnya ada empat desa yang terendam air dengan ketinggian 1 meter. Di kecamatan ini saja, jumlah pengungsi mencapai 1.583 KK, sementara itu di Kecamatan Padang Tualang, dua desa juga digenangi banjir sehingga masyarakatnya kini mengungsi ke tempat yang lebih aman. Seperti di Desa Sukaramai mencapai 450 KK, dan di Desa Tebing Tanjung Selamat mencapai 1.005 KK korban banjir mengungsi di tanggul Dusun Bangun
Sari
September 2009, pukul 20:24 WIB).
Apabila kita amati kejadian bencana yang terjadi, masyarakat selalu tidak siap untuk melakukan tindakan pencegahan. Hampir tidak ada sistem deteksi dini terhadap bencana yang bisa diakses langsung masyarakat. Tidak ada sistem yang membuat masyarakat terlatih menghadapi bencana, dan hanya tergantung pada respon pemerintah. Akan lebih baik jika masyarakat, terutama yang tinggal di daerah rawan bencana, memiliki kesadaran dan kesiapsiagaan terhadap bencana.
dusun tesebut. Saluran air tersebut dibangun untuk memperlancar aliran air hujan yang menggenangi pemukiman penduduk.
Berdasarkan latar belakang penelitian di atas, maka penulis merasa tertarik untuk mengetahui respon masyarakat Desa Tebing Tanjung Selamat Kecamatan Padang Tualang Kabupaten Langkat terhadap program pengurangan resiko bencana berbasis masyarakat, yang dituangkan dalam penelitian yang berjudul: “Respon Masyarakat Desa Tebing Tanjung Selamat Kecamatan Padang Tualang Kabupaten Langkat Terhadap Program Pengurangan Risiko Bencana Berbasis Masyarakat oleh PMI Cabang Langkat”
1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka masalah dalam penelitian ini dapat dirumuskan:
“Bagaimana Respon Masyarakat Desa Tebing Tanjung Selamat Kecamatan Padang Tualang Kabupaten Langkat terhadap Program Pengurangan Risiko Bencana Berbasis Masyarakat oleh PMI Cabang Langkat?”
1.3 Pembatasan Masalah
Dalam melakukan suatu penelitian diperlukan pembatasan ruang lingkup penelitian agar masalah yang dibahas menjadi lebih fokus dan penarikan kesimpulan lebih terarah.
Beberapa batasan yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
pemberdayaan kapasitas masyarakat agar dapat mengambil inisiatif dan melakukan tindakan dalam meminimalkan dampak bencana yang terjadi di lingkungannya. Dalam hal ini adalah pembangunan saluran air yang dilaksanakan di Desa Tebing Tanjung Selamat tepatnya di dusun IX, dusun XI dan dusun XII
b. Respon masyarakat adalah segala tingkah laku masyarakat baik positif atau negatif terhadap program pengurangan resiko bencana berbasis masyarakat berupa pembangunan saluran air yang dilaksanakan, yang diukur dari persepsi, sikap dan partisipasi.
1.4 Tujuan dan Manfaat Penulisan 1.4.1 Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini untuk mengetahui respon masyarakat Desa Tebing Tanjung Selamat Kecamatan Padang Tualang Kabupaten Langkat terhadap program pengurangan Risiko Berbasis Masyarakat oleh PMI Cabang Langkat.
1.4.2 Manfaat Penelitian
1.5 Sistematika Penulisan Bab I Pendahuluan
Berisi latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penulisan.
Bab II Tinjauan Pustaka
Menguraikan secara teoritis tentang hal-hal yang berhubungan dengan masalah dan objek yang diteliti, kerangka pemikiran sesuai dengan variabel penelitian, definisi konsep dan definisi operasional.
Bab III Metodologi Penelitian
Terdiri dari lokasi penelitian, alasan pemilihan lokasi, populasi dan sampel, teknik pengambilan sampel, teknik pengumpulan data dan teknik analisa data.
Bab IV Deskripsi Lokasi Penelitian
Berisikan gambaran umum lokasi penelitian dan data-data lain yang turut memperkaya karya ilmiah ini.
Bab V Analisa Data
Menguraikan bagaimana menganalisa data, berisikan penganalisaan data-data yang diperoleh dalam penelitian.
Bab VI Penutup
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Bencana
Bencana adalah kerusakan yang serius akibat fenomena alam yang luar biasa dan atau yang disebabkan oleh ulah manusia yang menyebabkan timbulnya korban jiwa, kerugian material dan kerusakan lingkungan yang dampaknya melampui kemampuan masyarakat setempat untuk mengatasinya, sehingga membutuhkan bantuan dari luar. Sebagai contoh, gunung api meletus di sebuah pulau yang subur dan padat penduduknya, menjadi sebuah bencana. Letusannya menyebabkan kerugian baik harta benda maupun jiwa, sebaliknya gempa bumi di Tokyo, tidaklah menjadi suatu bencana karena masyarakatnya telah mengambil langkah-langkah pencegahan, sehingga tidak menimbulkan dampak yang merugikan bagi kehidupan manusia (Hadi, 2008: 6).
Pada dasarnya ada lima komponen yang memengaruhi kemampuan masyarakat dalam menghadapi krisis atau risiko bencana, yaitu:
1) Rumah tangga dan mata pencaharian
Menunjukkan tingkat kesejahteraan dan upaya peningkatan pendataan rumah tangga untuk dapat tinggal atau memiliki rumah di lokasi yang aman. 2) Status ketahanan diri
3) Perlindungan diri
Berhubungan dengan mata pencaharian yang memadai sehingga mampu menciptakan perlindungan tehadap rumah dan aset yang dimiliki seseorang. Misalnya kemampuan untuk membangun rumah yang tahan bahaya di tempat tinggalnya, akan sangat tergantung pada pendapatan atau mata pencaharian orang tersebut. Meski demikian faktor budaya dan tingkah laku dapat pula memengaruhi prioritas seseorang dalam melakukan langkah perlindungan diri terhadap ancaman.
4) Perlindungan sosial
Biasanya diupayakan oleh lembaga setempat seperti organisasi kemasyarakatan, kelompok lembaga swadaya masyarakat, Pemerintah Daerah, dan lain-lain. Hal ini juga meliputi upaya-upaya kesiapsiagaan yang tidak dapat dilakukan sendiri oleh anggota masyarakat, seperti pencegahan banjir, memastikan kepatuhan terhadap aturan tata ruang, dan lain-lain. 5) Tata kelola
Bencana dapat disebabkan oleh beberapa faktor sebagai berikut: a. Ancaman
Ancaman adalah fenomena alam yang luar biasa yang berpotensi merusak atau mengancam kehidupan manusia, kehilangan harta benda, kehilangan mata pencaharian maupun kerusakan lingkungan. Bentuk ancaman misalnya tanah longsor, gempa bumi, letusan gunung merapi, kebakaran, dan lain-lain. Bahaya dapat dikelompokkan menjadi bahaya alam dan bahaya karena ulah manusia.
Tabel 2. 1 Jenis Ancaman
Jenis ancaman Asal Contoh
Bahaya alam Ancaman geologi gempa bumi, tsunami, gunung merapi, emisi Ancaman hidrometrologi banjir, badai tropis, angin
topan, badai Ancaman biologi wabah penyakit
Ancaman teknologi kecelakaan industri, aktivitas nuklir, polusi industri, limbah racun
Ancaman penurunan kualitas lingkungan
penurunan kualitas tanah, penurunan keragaman hayati, polusi air, ozon, perubahan iklim
b. Kerentanan yang tinggi dari masyarakat, infrastruktur serta elemen-elemen di dalam kota/kawasan yang berisiko
Kerentanan adalah tingkat situasi dalam suatu masyarakat, struktur, layanan, atau letak geografis yang berpotensi mungkin rusak atau terganggu oleh dampak bahaya tertentu karena sifat-sifatnya, konstruksinya dan letaknya dengan daerah berbahaya atau daerah yang rawan. Kerentanan berkaitan dengan lingkungan infrastruktur, lingkungan areal pertanian, kehutanan, budidaya air, wilayah pemukiman, konstruksi bangunan dan hasil-hasil produksi (Hadi, 2008:4).
Jenis-jenis kerentanan yang dimaksudkan antara lain adalah: 1) Kerentanan fisik dan kesehatan.
2) Kerentanan sosial budaya. 3) Kerentanan kelembagaan. 4) Kerentanan ekonomi.
5) Kerentanan sikap atau motivasi.
c. Kapasitas yang rendah dari berbagai komponen masyarakat
kemampuan masyarakat dalam menghadapi ancaman beserta dampaknya (Hadi, 2008: 5).
Kapasitas digolongkan sebagai berikut: 1) Kapasitas fisik, lingkungan, dan kesehatan
Korban dapat memperoleh barang-barang yang dibutuhkan untuk membangun kembali struktur dalam masyarakat. Terdapatnya persediaan barang-barang yang cukup pasca bencana, termasuk untuk keperluan para korban.
2) Kapasitas sosial budaya
Selain pemenuhan kebutuhan barang-barang, terdapat juga kebutuhan tenaga untuk membangun kembali daerah yang tertimpa bencana. Para tenaga kerja harus memiliki berbagai keterampilan khusus dan terorganisir.
3) Kapasitas kelembagaan
Pada kejadian bencana, kebanyakan orang mengalami kerugian baik secara fisik, materi maupun moril. Meskipun banyak orang kehilangan hal yang bersifat fisik, namun masih memiliki lembaga berbentuk keluarga dan masyarakat. Pemimpin dalam masyarakat dan sistem pengambilan keputusannya diharapkan dapat mempercepat proses pemulihan pasca bencana.
4) Kapasitas ekonomi
5) Kapasitas sikap atau motivasi
Orang yang memiliki sikap positif dan motivasi kuat, misalnya bertekad untuk bertahan, mencintai, atau peduli pada orang lain, serta adanya keberanian dan keinginan untuk saling membantu. Hal-hal tersebut merupakan kapasitas, aspek yang penting sebagai landasan pembangunan seperti halnya sumber daya fisik yang mereka miliki (Hadi, 2008:6).
Interaksi antara ancaman dan kerentanan akan menimbulkan risiko. Risiko merupakan suatu peluang timbulnya akibat buruk atau kemungkinan kerugian, yang bisa berbentuk kerusakan harta benda, gangguan kegiatan mata pencaharian dan ekonomi atau kerusakan lingkungan, korban luka-luka atau wabah penyakit, bahkan kematian.
Risiko didefinisikan berlainan oleh setiap orang dalam situasi-situasi yang berbeda. Risiko yang dirasakan oleh politisi atau manajer bencana adalah berbeda dari risiko seperti yang dipahami oleh seorang ilmuwan, atau oleh seorang staf penjualan asuransi, atau oleh anggota keluarga yang tinggal di daerah rawan gempa.
Risiko bencana adalah kemungkinan bahwa bencana dapat menimpa masyarakat yang rentan, yang punya kapasitas rendah untuk menghadapi dampak buruk misalnya: kerusakan, kerugian, kematian (Hadi, 20008: 6).
Gambar 2. 1
Persamaan Matematis Risiko Bencana dengan Faktor Penyebab
Sumber: Panduan assesmen kerentanan dan kapasitas dan penilaian desa partisipatif untuk program kesiapsiagaan bencana berbasis masyarakat dan program pengurangan risiko terpadu berbasis masyarakat (Hadi, 2008:10)
2.2 Manajemen Bencana
Manajemen bencana merupakan seluruh kegiatan yang meliputi aspek perencanaan dan penanggulangan bencana, pada sebelum, saat, dan sesudah terjadi bencana yang dikenal sebagai siklus manajemen bencana (seperti terlihat dalam gambar siklus manajemen bencana), yang bertujuan untuk:
a. Mencegah kehilangan jiwa. b. Mengurangi penderitaan manusia.
c. Memberi informasi masyarakat dan pihak berwenang mengenai resiko. d. Mengurangi kerusakan infrastruktur utama, harta benda dan kehilangan
sumber ekonomis. RESIKO
BENCANA =
ANCAMAN KERENTANAN
Gambar 2. 2
Siklus Manajemen Bencana
Sumber: Pedoman manajemen sumber daya manusia kesehatan dalam penanggulangan bencana (Depkes, 2006:8)
Secara umum, kegiatan manajemen bencana dapat dibagi kedalam tiga kegiatan utama, yaitu :
a. Kegiatan pra bencana yang mencakup kegiatan pencegahan, mitigasi, kesiapsiagaan, serta peringatan dini.
b. Kegiatan pada saat terjadi bencana yang mencakup kegiatan tanggap darurat dan pengungsian.
c. Kegiatan pasca bencana yang mencakup kegiatan pemulihan, rehabilitasi, dan rekonstruksi.
Kegiatan pada tahap pra-bencana selama ini banyak dilupakan, padahal kegiatan pada tahap pra-bencana inilah yang sangat penting karena apa yang sudah dipersiapkan pada tahap ini merupakan modal dalam menghadapi bencana dan pasca-bencana. Sedikit sekali pemerintah bersama masyarakat maupun swasta memikirkan tentang langkah-langkah atau kegiatan-kegiatan apa yang perlu dilakukan di dalam menghadapi bencana atau bagaimana memperkecil dampak bencana.
BENCANA
Tanggap darurat
Pemulihan
Pembangunan Kesiapsiagaan
Mitigasi
Kegiatan saat terjadi bencana yang dilakukan segera pada saat kejadian bencana, terutama berupa penyelamatan korban dan harta benda, evakuasi dan pengungsian, akan mendapatkan perhatian penuh dari pemerintah bersama swasta maupun masyarakatnya. Pada saat terjadinya bencana, biasanya begitu banyak pihak yang menaruh perhatian dan mengulurkan tangan memberikan bantuan tenaga, moril, maupun material. Banyaknya bantuan yang datang sebenarnya merupakan sebuah keuntungan yang harus dikelola dengan baik, agar setiap bantuan yang masuk dapat tepat guna, tepat sasaran, tepat manfaat, dan terjadi efisiensi.
Kegiatan pada tahap pasca-bencana, terjadi proses perbaikan kondisi masyarakat yang terkena bencana, dengan memfungsikan kembali prasarana dan sarana pada keadaan semula. Pada tahap ini yang perlu diperhatikan adalah bahwa rehabilitasi dan rekonstruksi yang akan dilaksanakan tidak hanya melakukan rehabilitasi fisik saja, tetapi juga perlu diperhatikan juga rehabilitasi psikis yang terjadi seperti ketakutan, trauma, atau depresi.
Dari uraian diatas, terlihat bahwa titik lemah dalam siklus manajemen bencana adalah pada tahapan sebelum/pra-bencana, sehingga hal inilah yang perlu diperbaiki dan ditingkatkan untuk menghindari atau meminimalisasi dampak yang
terjadi
2.3 Pengurangan Risiko Bencana Berbasis Masyarakat
Pendekatan yang berbasis masyarakat adalah upaya pemberdayaan kapasitas masyarakat untuk dapat mengenali, menalaah dan mengambil inisiatif untuk memecahkan permasalahan yang ada secara mandiri. Tujuan dari pendekatan yang berbasis masyarakat adalah meningkatnya kapasitas masyarakat dan mencoba untuk menurunkan kerentanan individu, keluarga dan masyarakat luas serta adanya perubahan perilaku dan sikap masyarakat dalam upaya menangani permasalahan yang terjadi di lingkungannya. Di samping itu program berbasis masyarakat menggunakan pendekatan yang berbasis realita bahwa dengan cara-cara yang relatif sederhana dan mudah dilaksanakan, maka masyarakat di kalangan bawah pun dapat melakukan perubahan yang positif untuk menuju ke arah yang lebih baik.
Sasaran dari program ini adalah masyarakat rentan yang hidup di daerah rawan bersedia untuk menerima perubahan. Penekanan perencanaan program berbasis masyarakat lebih bersifat internal daripada faktor eksternal dengan pendekatan dari bawah keatas, bukan dari atas kebawah. Potensi ancaman tidak di luar, namun di dalam dengan sistem sosial. Untuk mengurangi tingkat ancaman dan risiko kejadian bencana harus menjadi bagian dari pertimbangan pembangunan.
program pengurangan risiko berbasis masyarakat, PMI akan melakukan langkah-langkah pemberdayaan kapasitas masyarakat bagaimana agar mereka mampu mengurangi tingkat risiko dan dampak bencana yang ditimbulkan.
Program pengurangan resiko bencana berbasis masyarakat sangat relevan, karena masyarakat menjadi pihak langsung yang terkena dampak bila bencana terjadi. Melalui pembekalan masyarakat yang tinggal di daerah yang rawan bencana dengan pengetahuan, sikap dan ketrampilan tentang kesiapsiagaan bencana dan tanggap darurat bencana, maka masyarakat diharapkan dapat berperan langsung sebagai pelaku utama bagi keluarga maupun warga masyarakat lainnya. Melalui program pengurangan resiko bencana berbasis masyarakat masyarakat di daerah rawan bencana dapat memitigasi dampak bencana, sehingga secara bertahap meningkatkan produktivitas kerja yang berimplikasi pada meningkatnya kondisi kehidupannya.
Program pengurangan resiko bencana berbasis masyarakat bersifat partisipatif dan merupakan pendekatan lintas-sektoral untuk memobilisasi masyarakat agar mereka dapat mengupayakan sendiri meminimalkan dampak bencana yaitu di saat sebelum terjadinya bencana melalui langkah-langkah mitigasi yang ditujukan pada pengurangan kerentanan fisik, kerentanan sosioekonomi dan sebab-sebab yang tidak terduga.
harus dipertimbangkan untuk mengurangi tingkat ancaman dan risiko kejadian bencana.
Berbicara tentang risiko sangat luas cakupannya, bisa saja risiko yang terkait dengan dampak bencana berupa masalah kesehatan, lingkungan, ekonomi, sosial dan sebagainya. Pengurangan resiko bencana berbasis masyarakat merupakan solusi program yang sangat tepat dalam rangka mengurangi kerentanan struktural masyarakat. Masyarakat yang hidup di daerah yang rawan bencana, di daerah pandemik penyakit, maupun yang tinggal di lingkungan yang sangat parah kerusakannya, harus ditingkatkan kapasitasnya. Mereka tidak boleh dibiarkan hanya pasrah terhadap nasib dan takdir, tetapi seharusnya didorong agar berupaya seoptimal mungkin bagaimana dengan kapasitas yang dimilikinya mampu mengurangi kerentanan dengan melakukan upaya-upaya proaktif mengurangi tingkat bahaya dan risiko seperti halnya pencegahan, mitigasi dan kesiapsiagaan.
Program pengurangan resiko bencana berbasis masyarakat mencakup: a. Kesehatan
Merupakan tindakan pencegahan dan upaya mitigasi yang terkait pada penyelamatan jiwa sehingga membantu setiap individu dapat memperoleh akses pelayanan kesehatan terhadap dampak bencana, seperti epidemi, polusi, kekurangan gizi dan lain-lain.
b. Sosial dan ekonomi
Yaitu tindakan pencegahan dan upaya mitigasi yang terkait pada pengamanan sumber-sumber ekonomi sehingga membantu setiap individu dan kelompok-kelompok masyarakat agar tidak kehilangan sumber-sumber penghasilan akibat dampak bencana.
c. Lingkungan
Tindakan pencegahan dan upaya mitigasi yang terkait pada perlindungan lingkungan fisik yang dapat menyebabkan bencana alam (Hadi, 2008: 5). Strategi yang digunakan dalam program pengurangan resiko bencana berbasis masyarakat, yaitu:
a. Strategi advokasi dan promosi perilaku sadar bencana; b. Strategi pengembangan kapasitas;
c. Strategi partisipatif;
d. Strategi penyadaran kesetaraan gender; e. Strategi penyadaran sosial;
f. Strategi kerjasama multi-sektoral;
Dari uraian di atas, maka jelaslah bahwa yang menjadi tujuan program pengurangan resiko bencana berbasis masyarakat antara lain adalah:
a. Peningkatan kapasitas masyarakat dalam kesiapsiagaan dan tanggap darurat bencana. Tim siaga bencana berbasis masyarakat mengorganisir sumber-sumber daya masyarakat setempat dan memberdayakan masyarakat untuk melakukan peningkatan keselamatan dan keamanan dan mengadvokasikan cara-cara yang yang tepat terhadap upaya–upaya hidup sehat dan aman; b. Pelibatan sistem administrasi pemerintahan desa setempat untuk konsep
pembangunan yang memperhatikan aspek lingkungan dan dampak bencana; c. Konsep pengurangan resiko bencana berbasis masyarakat sangat mudah
diaplikasikan di lapangan, sehingga diharapkan dapat dijadikan sebagai model pengembangan kesiapsiagaan baik di PMI, pemerintah maupun institusi yang peduli pada masalah penanggulangan bencana;
d. Upaya mitigasi struktur fisik yang dilaksanakan dalam program pengurangan resiko bencana berbasis masyarakat diharapkan mampu mengurangi tingkat bahaya dan risiko dampak bencana, yang pada akhirnya dapat mengurangi pula kerentanan dan kemiskinan struktural di masyarakat. Berdasarkan pengalaman dari berbagai negara yang melaksanakan program serupa ditunjukkan bahwa melibatkan masyarakat secara partisipatif dalam memobilisasi masyarakat memberikan manfaat sebagai berikut:
b. Manajemen sumber daya yang lebih baik sebagai masyarakat yang memberikan kontribusi kemitraannya dalam menyediakan dana, tenaga dan material. Peningkatan perkembangan kapasitas individu di antara warga masyarakat, serta pengembangan kapasitas kerja masyarakat.
c. Hubungan kemitraan yang lebih baik antara masyarakat dengan PMI.
Dalam jangka panjang, program pengurangan resiko bencana berbasis masyarakat diharapkan mampu dijadikan sebagai model bagi pembangunan daerah yang memperhatikan aspek-aspek bahaya dan risiko bencana. Pada saat yang sama, peta bahaya, risiko dan sumber daya masyarakat diharapkan dapat membantu masyarakat dalam perencanaan pembangunan desa dan pertimbangan dalam penggunaan lahan, sehingga akan menghindari penggunaan lahan di daerah yang memang sangat rentan dan rawan.
2.4 Respon Masyarakat
Respon adalah proses pengorganisasian rangsang. Rangsang-rangsang proksimal diorganisasikan sedemikian rupa sehingga terjadi representasi fenomenal dari rangsang-rangsang proksimal itu. Proses inilah yang disebut respon (Scherer, dalam Sarwono, 1991:93).
Rangsang atau stimulus adalah suatu hal yang rumit. Unsur yang pertama-tama berperan adalah rangsang proksimal (misalnya serangkaian gelombang cahaya yang dipantulkan oleh sebuah benda yang menyentuh retina mata), tetapi yang kita inderakan bukan rangsang proksimal melainkan kesan yang tertangkap oleh alat-alat indera. Jadi, menurut Scheerer, ada 3 macam rangsang, sesuai dengan adanya 3 elemen dari proses penginderaan, yaitu:
1. Rangsang yang merupakan obyek-obyek dalam bentuk fisiknya (rangsang distal).
2. Rangsang sebagai keseluruhan hal yang tersebar dalam lapang proksimal (belum menyangkut proses system syaraf).
3. Rangsang sebagai representasi fenomenal (gejala yang dikesankan) dari obyek-obyek yang ada di luar.
Orang-orang dewasa telah mempunyai sejumlah besar unit untuk memproses informasi-informasi. Unit-unit ini dibuat khusus untuk menangani representasi fenomenal dari keadaan di luar yang ada dalam diri seorang individu. Lingkungan internal ini dapat digunakan untuk memperkirakan peristiwa-peristiwa yang terjadi di luar. Proses yang berlangsung secara rutin inilah oleh Hunt dinamakan respon (menurut Hunt dalam Sarwono 1991: 93).
Terdapat dua jenis variabel yang mempengaruhi respon, yaitu:
a. Variabel struktural, yaitu faktor-faktor yang terkandung dalam rangsangan fisik
b. Variabel fungsional, yaitu faktor-faktor yang terdapat dalam diri si pengamat misalnya kebutuhan suasana hati, pengalaman masa lalu (Sarwono, 1991:47).
Secara umum dapat dikatakan bahwa terdapat tiga faktor yang mempengaruhi respon seseorang, yaitu:
a. Diri orang yang bersangkutan yang melihat dan berusaha memberikan interpretasi tentang apa yang dilihatnya itu, ia dipengaruhi oleh sikap, motif, kepentingan, dan harapannya.
b. Sasaran respon tersebut, berupa orang, benda, atau peristiwa. Sifat-sifat sasaran itu biasanya berpengaruh terhadap respon orang melihatnya. Dengan kata lain gerakan, suara, ukuran, tindak-tanduk, dan ciri-ciri lain dari sasaran respon turut menentukan cara pandang orang.
faktor yang turut berperan dalam pembentukan atau tanggapan seseorang. (Sarwono, 1991: 35)
Respon merupakan reaksi stimuli dengan membangun kesan pribadi yang berorientasi pada pengamatan masa lampau, masa sekarang, dan masa akan datang. Respon tidak lahir begitu saja tetapi melalui proses pengambilan keputusan melalui empat tahapan:
1. Kategori primitif, yakni objek atau peristiwa yang diamati dan diisolasi berdasarkan ciri-ciri khusus.
2. Mencari tanda, si pengamat secara tepat memeriksa lingkungan untuk mencari informasi-informasi tambahan yang mungkin hanya melakukan kategorisasi yang tepat.
3. Konfirmasi, yakni terjadinya setelah objek mendapatkan penggolongan sementara.
4. Konfirmasi tuntas dimana pencaharian tanda-tanda diakhiri dan respon mulai muncul.
Respon seseorang terhadap suatu objek juga dipengaruhi oleh sejauh mana pemahaman terhadap objek respon tersebut. Suatu objek respon yang belum jelas atau belum nampak sama sekali tidak mungkin akan memberikan makna.
Dollard dan Miller mengemukakan bahwa bahasa memegang peranan penting dalam pembentukan respon masyarakat. Respon-respon teretentu terikat dengan kata-kata, dan oleh karena itu ucapan dapat berfungsi sebagai mediator atau menentukan hierarki mana yang bekerja. Artinya sosialisasi yang mempergunakan bahasa, baik lisan maupun tulisan merupakan media strategis dalam pembentukan respon masyarakat, apakah respon tersebut berbentuk respon positif atau negatif, sangat tergantung pada sosialisasi dari objek yang akan direspon. Respon dalam penelitian ini akan diukur dari tiga aspek, yaitu persepsi, sikap, dan partisipasi.
Persepsi merupakan suatu proses kognitif yang dialami oleh setiap orang dalam memahami informasi tentang lingkungannya baik lewat penglihatan, pendengaran, perasaan, dan penciuman. Kunci untuk memhami persepsi adalah terletak pada pengenalan bahwa persepsi itu merupakan suatu penafsiran yang unik terhadap situasi, dan bukannya suatu pencatatan yang benar terhadap situasi (Thoha, 1992:138). Persepsi terbentuk atas dasar data-data yang kita peroleh dari lingkungan yang diserap dari indera, serta sebagian lainnya diperoleh dari pengolahan ingatan berdasarkan pengalaman yang dimiliki. Pengolahan ingatan ini mengacu pada suatu kolaborasi, transformasi, dan kombinasi berbagai masukan (Adi, 1999:106).
terkena program. Perubahan tersebut terproses dan terwujud dalam perubahan sikap.
Sikap merupakan kecenderungan atau kesediaan seseorang untuk bertingkah laku tertentu kalau ia menghadapi suatu rangsang tertentu (Sarwono, 1991:20). Rangsangan yang dimaksud dapat berupa rangsangan yang berbentuk batiniah seperti aktualisasi diri, dan dapat pula berbentuk fisik seperti halnya hasil-hasil dan usaha-usaha pembangunan.
Perubahan sikap dapat menggambarkan bagaimana respon seseorang terhadap objek-objek tertentu, seperti perubahan lingkungan atas situasi lain. Sikap yang muncul dapat positif, yakni cenderung menyenangi, mendekati, mengharapkan objek, atau muncul sikap negatif yakni mnghindari, membenci suatu objek.
Partisipasi berasal dari bahasa Inggris yaitu participation, yang artinya mengambil bagian. Partisipasi adalah suatu proses sikap mental dimana orang-orang atau anggota masyarakat aktif menyumbang kreatifitas dan insiatifnya dalam usaha meningkatkan kualitas hidupnya.
Partisipasi masyarakat menyangkut dua tipe yang pada prinsipnya berbeda, yaitu: 1. partisipasi dalam aktivitas-aktivitas bersama dengan proyek pembangunan
yang khusus
2. partisipasi sebagai individu diluar aktivitas-aktivitas bersama dalam pembangunan.
kedua, adanya kemauan sendiri berdasarkan kesadaran bahwa jika dia ikut akan mempunyai manfaat.
Bila dilihat dari jenis partisipasi, dapat dikelompokkan sebagai berikut: a. partisipasi dengan pikiran.
b. partisipasi dengan tenaga.
c. partisipasi dengan pikiran dan tenaga/ partisipasi aktif. d. partisipasi dengan keahlian.
e. partisipasi dengan uang. f. partisipasi dengan jasa-jasa.
Secara umum dapat dilihat rumusan faktor yang mempengaruhi partisipasi masyarakat, yaitu: keadaan masyarakat, kegiatan program pembangunan, dan kedaaan alam sekitar.
Ditinjau dari segi motivasinya, partisipasi masyarakat terjadi karena beberapa alasan:
a. Takut terpaksa
Dalam segi motivasi yang pertama, partisipasi dilakukan dengan terpaksa karena takut. Biasanya akibat adanya perintah dari atasan sehingga masyarakat seakan-akan terpaksa untuk melaksanakan rencana yang ditentukan.
b. Ikut-ikutan
c. Kesadaran
Hal ini timbul dari kehendak pribadi anggota masyarakat, dilandasi oleh keinginan hati nurani. Partisipasi bentuk inilah yang diharapkan dapat dikembangkan dalam masyarakat. Dengan adanya partisipasi yang didasarkan atas kesadaran usaha, masyarakat dapat diajak untuk memelihara dan merasa memiliki objek pembangunan. Banyak kegagalan dalam program-program pembangunan hanya karena tidak merasa memiliki dan kewajiban untuk bersama-sama membangun dan memeliharanya.
2.5 Peranan Pekerja Sosial dalam Program Pengurangan Risiko Bencana Berbasis Masyarakat
Menurut Thelma Lee Mendoza, pekerjaan sosial merupakan profesi yang memperhatikan penyesuaian antara individu dengan lingkungannya, dan individu dalam hubungan dengan situasi sosialnya. Pandangan ini mengacu pada konsep fungsi sosial yang terkait dengan kinerja dari berbagai peranan sosial yang ada dalam masyarakat. Misalnya saja, peranan seseorang sebagai pemimpin, pegawai, ayah, suami, warga masyarakat, dan lain sebagainya.
Dari pandangan ini, permasalahan dalam bidang pekerjaan sosial erat kaitannya dengan masalah fungsi sosial, yaitu kemampuan seseorang untuk menjalankan peranannya sesuai dengan tuntutan lingkungannya. Oleh karena itu, usaha-usaha untuk membarikan pelayanan sosial, baik secara langsung ataupun secara tidak langsung, juga diarahkan untuk membantu individu, kelompok maupun masyarakat dalam menjalankan fungsi sosialnya (Adi, 1999: 11).
Secara umum, bila melihat bentuk intervensi yang dilakukan di atas, maka dapat dikatakan bahwa upaya yang dikembangkan oleh pekerja sosial dalam proses penerimaan bantuan dapat dikelompokkan ke dalam dua kelompok besar, yaitu:
b. Strategi perubahan sosial, yaitu salah satu perwujudan strategi perubahan terencana dimana pekerja sosial memodifikasi atau mengubah situasi lingkungan yang menyenangkan bagi kelompok sasaran.
Dalam kaitan dengan ciri profesi pekerjaan sosial, Dunham menyatakan bahwa ada beberapa karakteristik dari profesi pekerjaan sosial:
a. Pada intinya pekerjaan sosial merupakan kegiatan pemberian bantuan; b. Sosial dalam pekerjaan sosial mempunyai makna bahwa kegiatan pekerjaan
sosial adalah kegiatan yang nirlaba, dalam artian bahwa profesi ini lebih mementingkan pelayanan dibandingkan dengan sekedar mencari keuntungan saja;
c. Kegiatan perantara agar warga masyarakat dapat memanfaatkan semua sumber daya yang terdapat dalam masyarakat (Dunham, dalam Adi, 1999:15).
Menurut Zastrow, ada tujuh peran yang biasa dilakukan oleh pekerja sosial, yaitu:
a. Pemercepat perubahan
b. Perantara
Peranan seorang perantara berperan dalam menghubungkan individu ataupun kelompok dalam masyarakat yang membutuhkan bantuan ataupun layanan masyarakat, tetapi tidak tahu di mana dan bagaimana mendapatkan bantuan tersebut. Perantara juga dikatakan menjalankan peran sebagai mediator yang menghubungkan piihak yang satu dengan pemilik sumber daya.
c. Tenaga ahli
Dalam kaitan peranan seorang pekerja sosial sebagai tenaga ahli, ia lebih banyak memberikan saran dan dukungan informasi dalam berbagai area. Misalnya saja, seorang tenaga ahli dapat memberikan usulan mengenai bagaimana struktur organisasi yang bisa dikembangkan dalam masyarakat tersebut dan kelompok-kelompok mana saja yang harus terwakili. Seorang tenaga ahli harus sadar bahwa usulan dan saran yang ia berikan bukanlah mutlak harus dijalankan masyarakat, tetapi usulan dan saran tersebut lebih merupakan masukan untuk bahan pertimbangan masyarakat maupun organisasi dalam masyarakat tersebut.
d. Perencana sosial
Peran tenaga ahli dan perencana sosial saling tumpang tindih. Seorang tenaga ahli lebih memfokuskan pada pemberian usulan dan saran, sedangkan perencana sosial lebih memfokuskan tugas-tugas yang terkait dengan pengembangan dan pengimplementasian program.
e. Advokat
Peran sebagai advokat dicangkok dari profesi hukum. Peran ini merupakan peran yang aktif dan terarah, dimana pekerja sosial menjalankan fungsi sebagai advokat yang mewakili kelompok masyarakat yang membutuhkan bantuan atapun layanan, tetapi institusi yang seharusnya memberikan bantuan atau layanan tersebut tidak memperdulikan.
f. Aktivis
Sebagai aktivis, seorang pekerja sosial melakukan perubahan institusional yang cukup mendasar, dan seringkali tujuannya adalah pengalihan sumber daya ataupun kekuasaan pada kelompok yang kurang mendapatkan keuntungan. Seorang aktivis biasanya memperhatikan isu-isu tertentu, seperti ketidaksesuaian dengan hukum yang berlaku, ketidakadilan, dan perampasan hak. Seorang aktivis juga mencoba menstimulasikan kelompok-kelompok yang kurang diuntungkan tersebut untuk mengorganisir diri dan melakukan tindakan melawan struktur kekuasaan yang ada, melalui konflik, konfrontasi, dan negosiasi.
g. Pendidik
menyampaikan informasi mengenai hal-hal yang terkait dengan bidang yang ditanganinya (Adi, 1999: 26).
Dalam hal ini, PMI berperan sebagai pemercepat perubahan. Hal ini terlihat pada saat dilakukannya analisis kerentanan dan kapasitas, yaitu kegiatan pengumpulan informasi yang akan dipergunakan dalam pengambilan keputusan untuk program penanggulangan bencana dan pengurangan resiko. Tujuan utama penggunaan analisis kerentanan dan kapasitas adalah memperoleh analisis data untuk pengambilan keputusan atau alat perencanaan dalam upaya pegurangan resiko. Analisis kerentanan dan kapasitas memberikan pemahaman mengenai sifat, tingkat, dan resiko yang dialami masyarakat. Antara lain menentukan keberadaan dan derajat kerentanan, mengetahui kapasitas dan sumber daya yang tersedia, bentuk alternatif tindakan yang dapat dilaksanakan untuk memperkuat dampak program, dan menentukan kegiatan yang dipusatkan untuk peningkatan kapasitas masyarakat yang rentan.
Melalui analisis kerentanan dan kapasitas, dapat dicapai empat fungsi utama dari seorang pemercepat perubahan. Pertama, membantu masyarakat menyadari dan melihat kondisi mereka. Kedua, membangkitkan dan mengembangkan pengorganisasian dalam masyarakat. Ketiga, mengembangkan relasi interpersonal yang baik. Dan yang keempat, memfasilitasi perencanaan yang efektif.
menyusun rancangan program yang sesuai dengan kondisi masyarakat melalui tahap penilaian masyarakat yang partisipatif.
2.6 Kerangka Pemikiran
Peristiwa bencana alam maupun bencana alam akibat ulah manusia merupakan gejala yang tidak dapat diperhitungkan oleh siapapun. Kerugian yang ditimbulkan selalu mengakibatkan dampak yang berkepanjangan terhadap menurunnya kualitas hidup manusia, khususnya masyarakat yang paling rentan. Untuk mengurangi dampak akibat bencana, dilakukanlah manajemen bencana. Manajemen bencana merupakan seluruh kegiatan yang meliputi aspek perencanaan dan penanggulangan bencana, pada sebelum, saat, dan sesudah terjadi bencana. Selama ini masyarakat lebih fokus pada penanggulangan pada saat dan sesudah terjadinya bencana, padahal kunci untuk meminimalisir dampak bencana terletak pada upaya pengurangan risiko sebelum bencana.
Program pengurangan risiko bencana berbasis masyarakat adalah salah satu program pengurangan resiko yang dilakukan oleh PMI Cabang Langkat di Desa Tebing Tanjung Selamat Kacamatan Padang Tualang Kabupaten Langkat dalam bentuk pembangunan saluran air di dusun IX, XI, dan XII. PMI cabang Langkat sebagai pekerja sosial memfasilitasi masyarakat untuk menggunakan sumber daya yang ada dan menyusun rancangan program yang sesuai dengan kondisi masyarakat.
Untuk menjelaskan bagaimana alur penelitian ini, maka penulis menuangkan dalam kerangka pemikiran sebagai berikut:
Program pengurangan risiko bencana
berbasis masyarakat oleh PMI Cabang
Langkat :
1. kemitraan dan partisipasi antara
masyarakat, pemerintah, dan LSM
2. advokasi internal dan eksternal
3. memberdayakan kapasitas
masyarakat
4. analisis resiko dan kerentanan
5. pendekatan swadaya masyarakat
mulai dari perencanaan,
pelaksanaan, pemantauan, hingga
evaluasi
6. integrasi kedalam pola dan tatanan
kehidupan masyarakat setempat,
dan integrasi program dengan
rencana pembangunan daerah.
7. terfokus pada kebutuhan utama
masyarakat apa, bagaimana, dan manfaat program risiko bencana berbasis
2.7 Definisi Konsep
Konsep adalah abstraksi megenai sesuatu fenomena yang dirumuskan atas dasar generalisasi dari sejumlah karakteristik kejadian kelompok atau individu tertentu (Singarimbun, 1989 : 32). Definisi konsep bertujuan untuk merumuskan dan mendefinisikan istilah-istilah yang digunakan secara mendasar agar tercipta suatu persamaan persepsi dan menghindari salah pengertian yang dapat mengaburkan tujuan penelitian.
Konsep yang dipakai dalam penelitian ini adalah:
a. Respon masyarakat adalah suatu tingkah laku balas atau tindakan masyarakat yang merupakan wujud dari persepsi, sikap, dan partisipasi masyarakat teradap suatu objek yang dapat dilihat melalui proses pemahaman, penilaian, suka atau tidak suka serta partisipasi terhadap objek permasalahan.
b. Program pengurangan pengurangan risiko bencana berbasis masyarakat adalah suatu program PMI yang mengupayakan pemberdayaan kapasitas masyarakat agar dapat mengambil inisiatif dan melakukan tindakan dalam meminimalkan dampak bencana yang terjadi di lingkungannya. Dalam hal ini adalah proyek pembangunan saluran air yang dilaksanakan di Desa Tebing Tanjung Selamat tepatnya di dusun IX, dusun XI dan dusun XII c. Respon masyarakat terhadap program pengurangan risiko bencana berbasis
2.8 Definisi Operasional
Untuk mempermudah pengukuran variabel penelitian, maka dibutuhkan penguraian definisi operasional dari variabel yang akan diteliti. Selain itu juga, penguraian definisi operasional ini bertujuan memberikan batasan-batasan pada objek yang akan diteliti.
Respon masyarakat mengenai program pengurangan risiko bencana berbasis masyarakat diukur dari:
a. Persepsi masyarakat mengenai program pengurangan risiko bencana berbasis masyarakat melalui:
1) Pengetahuan masyarakat tentang apa program pengurangan risiko bencana berbasis masyarakat.
2) Pengetahuan masyarakat tentang bagaimana program pengurangan risiko bencana berbasis masyarakat.
3) Pengetahuan masyarakat tentang manfaat program pengurangan risiko bencana berbasis masyarakat.
b. Sikap masyarakat terhadap program pengurangan risiko bencana berbasis masyarakat melalui:
1) Penilaian masyarakat terhadap program pengurangan risiko bencana berbasis masyarakat
2) Penolakan atau penerimaan masyarakat terhadap program pengurangan risiko bencana berbasis masyarakat.
4) Masyarakat mengharapkan atau menghindari program pengurangan risiko bencana berbasis masyarakat.
c. Partisipasi masyarakat terhadap program pengurangan risiko bencana berbasis masyarakat melalui:
1) Intensitas keterlibatan dalam perencanaan dan pelaksanaan program pengurangan risiko bencana berbasis masyarakat.
2) Kualitas keterlibatan dalam perencanaan dan pelaksanaan program pengurangan risiko bencana berbasis masyarakat.
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Tipe Penelitian
Penelitian ini tergolong penelitian deskriptif, yaitu suatu prosedur pemecahan masalah yang diselidiki dengan menggambarkan keadaan subjek atau objek penelitian (seseorang, lembaga, masyarakat dan lain-lain) pada saat sekarang berdasarkan fakta-fakta yang tampak atau sebagaimana adanya (Nawawi, 1998:63).
Melalui penelitian deskriptif, penulis ingin membuat gambaran kondisi secara menyeluruh tentang respon masyarakat Desa Tebing Tanjung Selamat terhadap program pengurangan Risiko Bencana Berbasis Masyarakat yang dilaksanakan oleh PMI Cabang Langkat.
3.2 Lokasi Penelitian
3.3 Populasi dan Sampel Penelitian 3.3.1 Populasi Penelitian
Populasi adalah keseluruhan aspek penelitian yang terdiri dari manusia, benda-benda, hewan, tumbuh-tumbuhan, gejala-gejala, nilai atau peristiwa sebagai sumber data yang memiliki karakteristik tertentu dalam suatu penelitian (Nawawi, 1998:141). Populasi dalam penelitian ini adalah warga Desa Tebing Tanjung Selamat, Kecamatan Padang Tualang, Kabupaten Langkat, yaitu dusun IX, XI, dan XII dengan jumlah 3.520 jiwa.
3.3.2 Sampel Penelitian
Tabel 3. 1
Distribusi sampel menurut dusun
No Dusun Sampel
1 IX 20 orang
2 XI 20 orang
3 XII 20 orang
Jumlah 60 orang
3.4 Teknik Pengumpulan Data
Untuk memperoleh data yang diperlukan, maka dalam penelitian ini penulis menggunakan teknik pengumpulan data sebagai berikut:
a. Teknik pengumpulan data primer, antara lain:
1) Wawancara, yaitu mengumpulkan data dengan mengajukan pertanyaan mengenai permasalahan yang diteliti, dan dengan menyebarkan kuesioner kepada responden yang terpilih sebagai sampel penelitian. 2) Observasi, yaitu mengumpulkan data melalui pengamatan di lapangan. b. Teknik pengumpulan data sekunder, yaitu:
3.5 Teknik Analisa Data
Teknik analisa data yang digunakan adalah metode kualitatif dan kuantitatif dengan menggunakan pengukuran skala likert. Skala likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial. Subjek penelitian dihadapkan pada pernyataan positif dan negatif dalam jumlah yang berimbang, dan mereka diminta untuk menyatakan apakah sangat setuju, setuju, kurang setuju, atau tidak setuju (Faisal, 2005:143).
Pemberian skor data dilakukan mulai respon yang negatif menuju respon yang positif, yakni:
a. skor tidak setuju (negatif) adalah -1 b. skor kurang setuju (netral) adalah 0 c. skor setuju (positif) adalah 1
Adapun langkah-langkah analisa data yang dilakukan adalah :
a. pengkodingan, yaitu mengklasifikasikan jawaban-jawaban menurut macamnya;
b. membuat kategori untuk mengklasifikasikan jawaban sehingga mudah dianalisa serta disimpulkan untuk menjawab masalah yang dikemukakan dalam penelitian;
Sebelum menentukan klasifikasi persepsi, sikap dan partisipasi, maka ditentukan interval kelas sebagai berikut:
K
Maka dapat ditentukan kategori respon positif atau negatif dengan adanya batasan nilai yang telah diperoleh sebagai berikut:
Respon dengan nilai -1 sampai dengan -0,33 = respon negatif Respon dengan nilai -0,33 sampai dengan 0,33 = respon netral Respon dengan nilai 0,33 sampai dengan 1 = respon positif
0,33 1
0
-1 -0,66 -0,33 0,66
negatif netral positif
BAB IV
DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN
4.1 Sejarah Desa Tebing Tanjung Selamat
Desa Tebing Tanjung Selamat adalah salah satu desa di Kecamatan Padang Tualang Kabupaten Langkat yang terletak di tengah perkebunan sawit milik negara, yaitu PT.Perkebunan Nusantara II. Walaupun lokasi desa cukup terpencil, akan tetapi masyarakat desa cukup senang tinggal di desa ini karena alam yang masih bersih, belum ada pabrik-pabrik yang mencemari. Beberapa tanaman pangan dan buah juga diproduksi di desa ini, seperti padi sawah, jagung, dan jeruk. Potensi sumber daya lainnya adalah peternakan dan perikanan yang dilakukan oleh masyarakat desa untuk mengisi waktu luangnya, juga bahan galian yang ada di desa adalah pasir.
Menurut keterangan kepala desa, pada beberapa tahun yang lalu jalan menuju Desa Tebing Tanjung Selamat dalam kondisi rusak. Setelah adanya perbaikan dari pemerintah daerah, jalan menuju desa sudah diaspal dan hanya tinggal jalan didalam desa yang masih merupakan jalan tanah. Desa ini juga kurang sarana informasi, terlihat dari tidak adanya kantor pos, telepon umum, wartel, ataupun warnet, oleh karena itu masyarakat yang memerlukan fasilitas telekomunikasi biasanya pergi ke luar desa.
4.2 Letak dan Batas Wilayah Desa Tebing Tanjung Selamat Batas wilayah Desa Tebing Tanjung Selamat adalah:
1. Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Sawit Sebrang 2. Sebelah Selatan berbatasan dengan PS Langkat dan Suka Ramai 3. Sebelah Timur berbatasan dengan Desa Batang Serangan
4. Sebelah Barat berbatasan dengan T. Putus
4.3 Orbitasi
Desa Tebing Tanjung Selamat adalah salah satu desa di Kecamatan Padang Tualang yang mempunyai orbitasi sebagai berikut:
1. Jarak ke ibu kota kecamatan terdekat : 16 km
Lama tempuh ke ibu kota kecamatan terdekat : lima belas menit 2. Jarak ke ibu kota kabupaten terdekat : 20 km
Lama tempuh ke ibu kota kabupaten terdekat : satu jam
Lama tempuh diukur dengan alat transportasi umum yang digunakan oleh masyarakat Desa Tebing Tanjung Selamat.
4.4 Keadaan Geografis
Secara geografis Desa Tebing Tanjung Selamat berada pada ketinggian 4 meter dari permukaan laut dan memiliki luas 10.456,55 hektar yang terdiri dari dataran rendah, dataran tinggi, dan bukit-bukit.
4.5 Keadaan Demografis
4.5.1 Luas dan Wilayah Penggunaan Lahan
Luas Desa Tebing Tanjung Selamat adalah 10.456,55 hektar dengan penggunaan wilayah seperti terlihat pada tabel berikut:
Tabel 4.1
Penggunaan Lahan Desa Tebing Tanjung Selamat
No Penggunaan Lahan Luas(Ha)
1 2
3
4
Tanah sawah (sawah tadah hujan) Tanah kering
a. tegal/ ladang b. pemukiman Tanah perkebunan
a. tanah perkebunan rakyat b. tanah perkebunan negara Tanah fasilitas umum
a. lapangan
Jumlah 10.456,55
Sumber: Profil Desa Tebing Tanjung Selamat Tahun 2009
4.5.2 Pembagian Wilayah
Desa Tebing Tanjung Selamat terdiri dari 13 dusun, antara lain: 1. Sumur Boor
2. Teladan Rejo 3. Teladan 4. Tambak Rejo 5. Jati Mulyo 6. Bangun Murni 7. Jati Sari 8. Wono Sari 9. Beteng Sari 10. RSTS 11. Tegal Rejo 12. Beteng Rejo 13. Tanjung Mulyo
4.5.3 Komposisi Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin
Jumlah penduduk Desa Tebing Tanjung Selamat pada bulan April 2009 adalah 8.130 jiwa atau 2242 KK.
4.5.4 Komposisi Penduduk Berdasarkan Agama
Komposisi penduduk Desa Tebing Tanjung Selamat berdasarkan agama dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Tabel 4.2
Komposisi Penduduk Desa Tebing Tanjung Selamat Menurut Agama
N0 Agama Jumlah (jiwa) Persen (%)
1 2
Islam Kristen
7.990 140
98,28 1,72
Jumlah 8.130 100
Sumber: Profil Desa Tebing Tanjung Selamat Tahun 2009
4.5.5. Komposisi Penduduk Berdasarkan Umur
Komposisi penduduk Desa Tebing Tanjung Selamat dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 4.3
Komposisi Penduduk Desa Tebing Tanjung Selamat Berdasarkan Golongan Umur Sumber: Profil Desa Tebing Tanjung Selamat Tahun 2009
Kemudian dalam rentang usia 35-49 tahun sebanyak 1.378 orang atau sebesar 16,25%, dan selanjutnya dalam rentang usia 14-20 tahun sebanyak 840 tahun sebanyak 10,33% dari jumlah total penduduk Desa Tebing Tanjung Selamat.
4.5.6 Komposisi Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan
Data tentang tingkat pendidikan masyarakat desa Desa Tebing Tanjung Selamat dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 4.4
Komposisi Penduduk Desa Tebing Tanjung Selamat BerdasarkanTingkat Pendidikan
Tidak pernah sekolah Tidak sekolah lagi
818
Sumber: Profil Desa Tebing Tanjung Selamat Tahun 2009
4.5.7 Komposisi Penduduk Berdasarkan Pekerjaan
Mata pencaharian utama masyarakat Desa Tebing Tanjung Selamat adalah buruh swasta. Data penduduk menurut pekerjaan dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
Tabel 4.5
Komposisi Penduduk Desa Tebing Tanjung Selamat Berdasarkan Pekerjaan
No Jenis Pekerjaan Jumlah (jiwa) %
Pekerjaan Tidak Tetap Pengangguran
Sumber: Profil Desa Tebing Tanjung Selamat Tahun 2009
Berdasarkan tabel 4.8 masyarakat Desa Tebing Tanjung Selamat sebagian besar bekerja sebagai buruh swasta, yaitu sebanyak 1.607 orang. Hal ini disebabkan oleh lokasi desa yang berada ditengah perkebunan, sehingga banyak warga yang bekerja sebagai buruh, misalnya menderes karet, memetik kelapa sawit, mengupas coklat, memetik kopi.
4.5.8 Komposisi Penduduk Berdasarkan Suku Bangsa
Berdasarkan profil desa, diketahui bahwa penduduk Desa Tebing Tanjung Selamat memiliki keragaman suku, akan tetapi sebagian besar (96.06%) merupakan suku Jawa dan selebihnya Karo, Batak, Melayu, Banjar, Padang, dan Aceh. Komposisi penduduk berdasarkan suku bangsa dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
Tabel 4.6
Komposisi Penduduk Desa Tebing Tanjung Selamat Berdasarkan Suku Bangsa
Sumber: Profil Desa Tebing Tanjung Selamat Tahun 2009
4.6 Sarana dan Prasarana Desa Tebing Tanjung Selamat
Sarana dan prasarana yang menunjang kegiatan masyarakat Desa Tebing Tanjung Selamat, antara lain:
a. Jalan desa:
1. Jalan aspal sepanjang 2, 5 m 2. Jalan tanah sepanjang 31 km
b. Jalan antar desa yaitu jalan aspal sepanjang 10 km (dalam keadaan rusak) c. Jembatan desa:
1. Jembatan beton sebanyak dua buah 2. Jembatan besi sebanyak satu buah 3. Jembatan kayu sebanyak tujuh buah d. Transportasi
1. Bus umum 2. Truk umum
3. Angkutan pedesaan 4. Ojek
4.6.1 Sarana Rumah Ibadah
Tabel 4.7
Sarana Rumah Ibadah Desa Tebing Tanjung Selamat
No Rumah Ibadah Jumlah (unit)
1 2 3
Mesjid Mushola Gereja
11 2 1
Jumlah 14
Sumber: Profil Desa Tebing Tanjung Selamat Tahun 2009
4.6.2 Sarana Pendidikan
Tabel 4.8
Sarana Pendidikan Desa Tebing Tanjung Selamat
Sumber : Profil Desa Tebing Tanjung Selamat Tahun 2009
Sarana pendidikan bagi masyarakat Desa Tebing Tanjung Selamat sudah cukup memadai, hal ini terlihat dari jumlah sekolah. Yaitu tiga unit taman kanak-kanak, lima unit dari sekolah dasar, satu unit sekolah lanjutan tingkat pertama dan sekolah lanjutan tingkat atas, akan tetapi belum ada akademi ataupun perguruan tinggi, sehingga anak yang ingin melanjutkan pendidikannya biasanya pergi di luar desa. Beberapa pendidikan nonformal juga terdapat di Desa Tebing Tanjung Selamat, seperti les bahasa asing dan kursus kecantikan.
No Tingkat Pendidikan Jumlah (unit)
1 2 3 4 5
TK SD SLTP SLTA
Lembaga pendidikan keagamaan
3 5 1 1 5