• Tidak ada hasil yang ditemukan

Prediction of the gross energy for fishmeal using near infrared reflectant (nir) technology

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Prediction of the gross energy for fishmeal using near infrared reflectant (nir) technology"

Copied!
262
0
0

Teks penuh

(1)

PENENTUAN KANDUNGAN ENERGI BRUTO

TEPUNG IKAN UNTUK BAHAN PAKAN TERNAK

MENGGUNAKAN TEKNOLOGI

NEAR INFRARED

(NIR)

ATIATUL QUDDUS

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis Penentuan Kandungan Energi Bruto Tepung Ikan untuk Bahan Pakan Ternak Menggunakan Teknologi Near InfraRed (NIR) adalah karya saya sendiri dengan arahan pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.

Bogor, Agustus 2006

(3)

PENENTUAN KANDUNGAN ENERGI BRUTO

TEPUNG IKAN UNTUK BAHAN PAKAN TERNAK

MENGGUNAKAN TEKNOLOGI

NEAR INFRARED

(NIR)

ATIATUL QUDDUS

Tesis

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Magister Sains pada

Program Studi Teknologi Pascapanen

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(4)

@ Hak cipta milik Institut Pertanian Bogor, tahun 2006 Hak cipta dilindungi

(5)

PENENTUAN KANDUNGAN ENERGI BRUTO

TEPUNG IKAN UNTUK BAHAN PAKAN TERNAK

MENGGUNAKAN TEKNOLOGI

NEAR INFRARED

(NIR)

ATIATUL QUDDUS

F 051 030 101

KOMISI PEMBIMBING:

Dr. Ir. I. Wayan Budiastra, M. Agr

Prof. Dr. Ir. Wiranda G. Piliang, M.Sc

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PASCAPANEN

SEKOLAH PASCASARJANA

(6)

Alhamdulillahirobbil’alamin. Puji syukur senantiasa penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala limpahan karunia dan rahmat-Nya sehingga Tesis ini pada akhirnya dapat diselesaikan. Penelitian ini berjudul ”Penentuan kandungan energi bruto tepung ikan untuk bahan pakan ternak menggunakan teknologi near infrared (NIR).

Terimakasih penulis ucapkan kepada Bapak Dr. Ir. I. Wayan Budiastra, M.Agr dan Prof. Dr.Ir. Wiranda G. Piliang, M.Sc selaku komisi pembimbing yang telah banyak memberikan masukan dan arahan selama dalam masa bimbingan sehingga tesis ini dapat diselesaikan.Terimakasih juga tak lupa penulis ucapkan kepada Dr. Ir. Sumiati, M.Si selaku penguji atas saran, kritikan dan masukannya. Last but not least, terimakasih tak terhingga selamanya buat Ayahanda H. Syaiful Anwar, Ibunda Hj. Nursimah atas limpahan kasih sayang, kesabaran, keikhlasan, serta do’a yang selalu mengalir untuk ananda, Ibunda Rukmini, Mamanda Nurbaini, Kakak-kakak atas bantuan moril maupun materil, Suami tercinta atas dukungan semangat, do’a dan kesabarannya, ponakan-ponakan tersayang untuk semua kehangatan cinta, Ade, Riko danYessi atas persahabatan yang tulus selama ini.

Terimakasih yang sebesar-besarnya penulis ucapkan kepada Prof. Dr. Ir. Hadi K. Purwadaria, Ipm, Dr. Ir. Suroso, M.Agr, Dr.Ir. Usman Ahmad, M.Agr, Bapak Sulyaden (Teknisi Lab. TPPHP), Dr. Ir. Widya, M.Si, Ibu Lanjarsih (Teknisi Lab.Nutrisi Unggas) atas ilmu pengetahuan yang telah penulis terima selama dalam menempuh pendidikan, rekan-rekan TPP angkatan 2002-2004, Keluarga besar IMPACS, Assabily crew, terimakasih atas pertemanan yang indah dalam suka dan duka selama ini serta diskusi-diskusi kecilnya.

Semoga tesis ini bermanfaat bagi kita semua, khususnya bagi pembaca yang selalu haus akan ilmu pengetahuan.

(7)

RINGKASAN

ATIATUL QUDDUS. Pendugaan Kandungan Energi Bruto Tepung Ikan untuk Bahan Pakan Ternak Menggunakan Teknologi Near Infrared (NIR). Dibimbing oleh I WAYAN BUDIASTRA sebagai Ketua, WIRANDA G. PILIANG sebagai anggota.

Dalam rangka menjamin konsistensi kandungan gizi ransum, bahan pakan harus dimonitor secara terus menerus. Tepung ikan merupakan salah satu bahan pakan yang berasal dari hasil kegiatan industri pengolahan hasil perikanan yang sangat penting, karena sangat diperlukan sebagai sumber protein dalam menyusun pakan untuk kegiatan industri peternakan dan perikanan. Idealnya setiap bahan pakan diuji kandungan gizinya pada setiap kedatangan, namun memerlukan waktu dan biaya yang besar dengan metode konvensional yang ada (AOAC, 1999). Untuk itu perlu dicarikan metode alternatif untuk mengetahui status nilai gizi pakan dengan cepat, murah dan keakuratannya dapat dipertanggungjawabkan. Salah satu cara yang dapat dilakukan adalah dengan menggunakan metode Near Infrared (NIR), dengan cara mengukur reflektan cahaya infra merah dekat (NIR) yang dipancarkan ke bahan. Penelitian ini bertujuan untuk menduga kandungan energi bruto tepung ikan untuk bahan pakan ternak menggunakan teknologi Near Infrared (NIR).

Bahan utama yang digunakan dalam penelitian ini adalah sampel berupa 50 jenis tepung ikan yang diperoleh dari poultry shop yang ada dibeberapa daerah di Indonesia dan industri pakan ternak. Penelitian ini juga menggunakan 50 ekor ayam broiler jantan periode finisher untuk uji bioassay. Sistem NIR yang digunakan merupakan modifikasi dari rancangan Budiastra et. Al (1995); sistem NIR dihubungkan dengan komputer dan dijalankan dengan perangkat lunak bahasa C++. Sistem NIR ini terdiri dari atas tiga program, yaitu program untuk menjalankan motor, mengkonversi data dari analog ke digital, dan program untuk menampilkan data sebagai tampilan grafik hasil pengukuran.

Pertama-tama dilakukan pengukuran reflektan dengan menggunakan perangakat near infrared kemudian diikuti dengan pengukuran energi bruto (EB) dan energi metabolis (EM). Acuan dari energi metabolis dilakukan dengan uji bioassay. . Data reflektan, absorban dikalibarasi dan divalidasi dengan EB dan EM dengan menggunakan regresi linier berganda (RLB) dan Principal Component Regression (PCR). 35 sampel (2/3 dari total sampel) digunakan untuk kalibrasi, sedangkan 15 sampel (1/3 dari total sampel) untuk validasi. Persamaan kalibrasi yang diperoleh dari regresi linear berganda (RLB) menggunakan data reflektan dan absorban menghasilkan nilai prediksi EB dan EM yang mendekati nilai bioassay.

(8)
(9)

ABSTRACT

ATIATUL QUDDUS. Prediction of the Gross Energy for Fishmeal using Near Infrared Reflectant (NIR) Technology. Supervised by I WAYAN BUDIASTRA as the Chairman, WIRANDA G. PILIANG as the member.

In order to maintain the nutritional value of diets, feed must be monitored simultaneously. Fishmeal is one of the important feedstuff, a by product from fish industry. It is needed as the source of protein in the diet for farm animals and fish industry. The feedstuff is ideally tested each time of arrival. Near infrared reflectance analysis was assessed as a potential technique to measure gross energy of fishmeal. NIR scanning was conducted by using wavelengths ranging from 900 to 2.000 nm. This experiment was aimed to predict gross energy (GE) content of fishmeal by using Near Infrared (NIR) technology.

Fishmeal that was used in this experiment was obtained from the poultry shop in several regions in Indonesia and from animal feed industries. This experiment was conducted by using 50 fishmeals and 50 broiler chickens. Thirty five samples out of 50 samples fishmeal was used to develop the NIR of calibration and the rest 15 samples was used to test the accuracy of the calibration. Fifty broiler chickens used to measure the metabolizable energy (ME) value. NIR reflectant was measured by NIR system. Gross energy was measured by bomb calorimeter. Metabolizable energy was determined by bioassay method. Collected data were analyzed by using multivariate linier regression (MLR) and principal component regression (PCR).

Calibration equation of reflectant was analyzed by using 29 wavelengths for predicting GE and 11 wavelengths for predicting ME content. The results of the validation indicated high accuracy with standard error and coefficient of variation for GE: SEp = 6.6 Kkal/Kg, CV = 0.2 % and for ME: SEp = 171.8 Kkal/Kg, CV = 5.8 %. Calibration equation was obtained from PCR method by using absorbent data. The result of the validation indicated less accuracy with standard error and coefficient of variation for GE: SEp = 119.92 Kkal/Kg, CV = 4.16% and for ME: SEp = 388.37 Kkal/Kg, CV = 13.12%.

(10)

Penulis dilahirkan di Padang pada tanggal 14 Desember 1977 dari pasangan H. Syaiful Anwar, Bc.An dan Hj. Nursimah Syair. Penulis merupakan anak bungsu dari 10 bersaudara. Pada tahun 1997 penulis diterima melalui seleksi UMPTN pada Jurusan Nutrisi dan Makanan Ternak Fakultas Peternakan Universitas Andalas di Padang. Penulis memperoleh gelar Sarjana Peternakan pada tahun 2002.

Pada tahun 2002 penulis merupakan finalis dalam Lomba Karya Alternatif Mahasiswa (KAM) tingkat nasional. Pada tahun 2003 Penulis melanjutkan studi ke jenjang S2 Program Studi Teknologi Pascapanen, Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor. Penulis menikah dengan Nur Ahmad Firmansyah di Tangerang pada bulan Juni tahun 2006.

(11)

PENENTUAN KANDUNGAN ENERGI BRUTO

TEPUNG IKAN UNTUK BAHAN PAKAN TERNAK

MENGGUNAKAN TEKNOLOGI

NEAR INFRARED

(NIR)

ATIATUL QUDDUS

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(12)

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis Penentuan Kandungan Energi Bruto Tepung Ikan untuk Bahan Pakan Ternak Menggunakan Teknologi Near InfraRed (NIR) adalah karya saya sendiri dengan arahan pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.

Bogor, Agustus 2006

(13)

PENENTUAN KANDUNGAN ENERGI BRUTO

TEPUNG IKAN UNTUK BAHAN PAKAN TERNAK

MENGGUNAKAN TEKNOLOGI

NEAR INFRARED

(NIR)

ATIATUL QUDDUS

Tesis

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Magister Sains pada

Program Studi Teknologi Pascapanen

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(14)

@ Hak cipta milik Institut Pertanian Bogor, tahun 2006 Hak cipta dilindungi

(15)

PENENTUAN KANDUNGAN ENERGI BRUTO

TEPUNG IKAN UNTUK BAHAN PAKAN TERNAK

MENGGUNAKAN TEKNOLOGI

NEAR INFRARED

(NIR)

ATIATUL QUDDUS

F 051 030 101

KOMISI PEMBIMBING:

Dr. Ir. I. Wayan Budiastra, M. Agr

Prof. Dr. Ir. Wiranda G. Piliang, M.Sc

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PASCAPANEN

SEKOLAH PASCASARJANA

(16)

Alhamdulillahirobbil’alamin. Puji syukur senantiasa penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala limpahan karunia dan rahmat-Nya sehingga Tesis ini pada akhirnya dapat diselesaikan. Penelitian ini berjudul ”Penentuan kandungan energi bruto tepung ikan untuk bahan pakan ternak menggunakan teknologi near infrared (NIR).

Terimakasih penulis ucapkan kepada Bapak Dr. Ir. I. Wayan Budiastra, M.Agr dan Prof. Dr.Ir. Wiranda G. Piliang, M.Sc selaku komisi pembimbing yang telah banyak memberikan masukan dan arahan selama dalam masa bimbingan sehingga tesis ini dapat diselesaikan.Terimakasih juga tak lupa penulis ucapkan kepada Dr. Ir. Sumiati, M.Si selaku penguji atas saran, kritikan dan masukannya. Last but not least, terimakasih tak terhingga selamanya buat Ayahanda H. Syaiful Anwar, Ibunda Hj. Nursimah atas limpahan kasih sayang, kesabaran, keikhlasan, serta do’a yang selalu mengalir untuk ananda, Ibunda Rukmini, Mamanda Nurbaini, Kakak-kakak atas bantuan moril maupun materil, Suami tercinta atas dukungan semangat, do’a dan kesabarannya, ponakan-ponakan tersayang untuk semua kehangatan cinta, Ade, Riko danYessi atas persahabatan yang tulus selama ini.

Terimakasih yang sebesar-besarnya penulis ucapkan kepada Prof. Dr. Ir. Hadi K. Purwadaria, Ipm, Dr. Ir. Suroso, M.Agr, Dr.Ir. Usman Ahmad, M.Agr, Bapak Sulyaden (Teknisi Lab. TPPHP), Dr. Ir. Widya, M.Si, Ibu Lanjarsih (Teknisi Lab.Nutrisi Unggas) atas ilmu pengetahuan yang telah penulis terima selama dalam menempuh pendidikan, rekan-rekan TPP angkatan 2002-2004, Keluarga besar IMPACS, Assabily crew, terimakasih atas pertemanan yang indah dalam suka dan duka selama ini serta diskusi-diskusi kecilnya.

Semoga tesis ini bermanfaat bagi kita semua, khususnya bagi pembaca yang selalu haus akan ilmu pengetahuan.

(17)

RINGKASAN

ATIATUL QUDDUS. Pendugaan Kandungan Energi Bruto Tepung Ikan untuk Bahan Pakan Ternak Menggunakan Teknologi Near Infrared (NIR). Dibimbing oleh I WAYAN BUDIASTRA sebagai Ketua, WIRANDA G. PILIANG sebagai anggota.

Dalam rangka menjamin konsistensi kandungan gizi ransum, bahan pakan harus dimonitor secara terus menerus. Tepung ikan merupakan salah satu bahan pakan yang berasal dari hasil kegiatan industri pengolahan hasil perikanan yang sangat penting, karena sangat diperlukan sebagai sumber protein dalam menyusun pakan untuk kegiatan industri peternakan dan perikanan. Idealnya setiap bahan pakan diuji kandungan gizinya pada setiap kedatangan, namun memerlukan waktu dan biaya yang besar dengan metode konvensional yang ada (AOAC, 1999). Untuk itu perlu dicarikan metode alternatif untuk mengetahui status nilai gizi pakan dengan cepat, murah dan keakuratannya dapat dipertanggungjawabkan. Salah satu cara yang dapat dilakukan adalah dengan menggunakan metode Near Infrared (NIR), dengan cara mengukur reflektan cahaya infra merah dekat (NIR) yang dipancarkan ke bahan. Penelitian ini bertujuan untuk menduga kandungan energi bruto tepung ikan untuk bahan pakan ternak menggunakan teknologi Near Infrared (NIR).

Bahan utama yang digunakan dalam penelitian ini adalah sampel berupa 50 jenis tepung ikan yang diperoleh dari poultry shop yang ada dibeberapa daerah di Indonesia dan industri pakan ternak. Penelitian ini juga menggunakan 50 ekor ayam broiler jantan periode finisher untuk uji bioassay. Sistem NIR yang digunakan merupakan modifikasi dari rancangan Budiastra et. Al (1995); sistem NIR dihubungkan dengan komputer dan dijalankan dengan perangkat lunak bahasa C++. Sistem NIR ini terdiri dari atas tiga program, yaitu program untuk menjalankan motor, mengkonversi data dari analog ke digital, dan program untuk menampilkan data sebagai tampilan grafik hasil pengukuran.

Pertama-tama dilakukan pengukuran reflektan dengan menggunakan perangakat near infrared kemudian diikuti dengan pengukuran energi bruto (EB) dan energi metabolis (EM). Acuan dari energi metabolis dilakukan dengan uji bioassay. . Data reflektan, absorban dikalibarasi dan divalidasi dengan EB dan EM dengan menggunakan regresi linier berganda (RLB) dan Principal Component Regression (PCR). 35 sampel (2/3 dari total sampel) digunakan untuk kalibrasi, sedangkan 15 sampel (1/3 dari total sampel) untuk validasi. Persamaan kalibrasi yang diperoleh dari regresi linear berganda (RLB) menggunakan data reflektan dan absorban menghasilkan nilai prediksi EB dan EM yang mendekati nilai bioassay.

(18)
(19)

ABSTRACT

ATIATUL QUDDUS. Prediction of the Gross Energy for Fishmeal using Near Infrared Reflectant (NIR) Technology. Supervised by I WAYAN BUDIASTRA as the Chairman, WIRANDA G. PILIANG as the member.

In order to maintain the nutritional value of diets, feed must be monitored simultaneously. Fishmeal is one of the important feedstuff, a by product from fish industry. It is needed as the source of protein in the diet for farm animals and fish industry. The feedstuff is ideally tested each time of arrival. Near infrared reflectance analysis was assessed as a potential technique to measure gross energy of fishmeal. NIR scanning was conducted by using wavelengths ranging from 900 to 2.000 nm. This experiment was aimed to predict gross energy (GE) content of fishmeal by using Near Infrared (NIR) technology.

Fishmeal that was used in this experiment was obtained from the poultry shop in several regions in Indonesia and from animal feed industries. This experiment was conducted by using 50 fishmeals and 50 broiler chickens. Thirty five samples out of 50 samples fishmeal was used to develop the NIR of calibration and the rest 15 samples was used to test the accuracy of the calibration. Fifty broiler chickens used to measure the metabolizable energy (ME) value. NIR reflectant was measured by NIR system. Gross energy was measured by bomb calorimeter. Metabolizable energy was determined by bioassay method. Collected data were analyzed by using multivariate linier regression (MLR) and principal component regression (PCR).

Calibration equation of reflectant was analyzed by using 29 wavelengths for predicting GE and 11 wavelengths for predicting ME content. The results of the validation indicated high accuracy with standard error and coefficient of variation for GE: SEp = 6.6 Kkal/Kg, CV = 0.2 % and for ME: SEp = 171.8 Kkal/Kg, CV = 5.8 %. Calibration equation was obtained from PCR method by using absorbent data. The result of the validation indicated less accuracy with standard error and coefficient of variation for GE: SEp = 119.92 Kkal/Kg, CV = 4.16% and for ME: SEp = 388.37 Kkal/Kg, CV = 13.12%.

(20)

Penulis dilahirkan di Padang pada tanggal 14 Desember 1977 dari pasangan H. Syaiful Anwar, Bc.An dan Hj. Nursimah Syair. Penulis merupakan anak bungsu dari 10 bersaudara. Pada tahun 1997 penulis diterima melalui seleksi UMPTN pada Jurusan Nutrisi dan Makanan Ternak Fakultas Peternakan Universitas Andalas di Padang. Penulis memperoleh gelar Sarjana Peternakan pada tahun 2002.

Pada tahun 2002 penulis merupakan finalis dalam Lomba Karya Alternatif Mahasiswa (KAM) tingkat nasional. Pada tahun 2003 Penulis melanjutkan studi ke jenjang S2 Program Studi Teknologi Pascapanen, Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor. Penulis menikah dengan Nur Ahmad Firmansyah di Tangerang pada bulan Juni tahun 2006.

(21)

i

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL... iii

DAFTAR GAMBAR ... iv

DAFTAR LAMPIRAN... v

PENDAHULUAN ... 1

Latar Belakang ... 1

Tujuan ... 3

TINJAUAN PUSTAKA ... 4

Teknologi Near infrared (NIR)... 4

Kalibrasi dan Validasi ... 7

Tepung Ikan ... 7

Teknologi Pengolahan Tepung Ikan ... 10

Cara Kering... ... 11

Cara Basah... ... 12

Mutu Tepung Ikan... 13

Energi Bruto ... 15

Energi Metabolis ... 15

METODOLOGI PENELITIAN... 17

Waktu dan Tempat ... 17

Bahan dan Alat... 17

Prosedur Penelitian ... 19

Pengukuran Pantulan Spektrum ... 20

Penentuan Kandungan Energi Metabolis... ... 21

Metode Analisa Energi Bruto... ... 21

Pengolahan dan Analisis Data... 23

Metode Regresi Linier Berganda... ... 23

Metode Orincipal Component Regression ... 24

HASIL DAN PEMBAHASAN... 26

Reflektan Near Infrared Tepung Ikan... 26

Absorbansi Near Infrared Tepung Ikan... 26

Analisis Data Regresi Linier Berganda... 27

Pendugaan Energi Bruto Reflektan ... 28

Pendugaan Energi Absorban ... 31

(22)

Pendugaan Energi Bruto Absorban... 46 Pendugaan Energi Metabolis Absorban ... 48

KESIMPULAN DAN SARAN... 49 Kesimpulan ... 49 Saran... ... 49

(23)

iii

DAFTAR TABEL

Halaman

1. Persyaratan Mutu Standar Tepung Ikan... 14 2. Hasil validasi pendugaan nilai Energi Bruto

berdasarkan Reflektan... 31

3. Hasil validasi pendugaan nilai Energi Bruto

berdasarkan Absorban ... 34

4. Hasil validasi pendugaan nilai Energi Metabolis

berdasarkan Reflektan ... 38

5. Hasil validasi pendugaan nilai Energi Metabolis

berdasarkan Absorban ... 41

6. Hasil validasi pendugaan nilai Energi Bruto

berdasarkan Absorban ... 46

7. Hasil validasi pendugaan nilai Energi Metabolis

(24)

Halaman 1. Proses Penyinaran Infrared pada Bahan... 5 2. Skema Pengolahan Tepung Ikan Cara Kering ... 11 3. Skema Pengolahan Tepung Ikan Cara Basah... 13 4. Peralatan Near infrared (NIR) ... 18 5. Sistem Pengukuran NIR... 18 6. Prosedur Pengujian Sistem Near Infrared... 19 7. Reflektan 50 buah sample tepung ikan ... 26 8. Absorbansi 50 buah sample tepung ikan... 27 9. Grafik perbandingan nilai energi bruto bahan dugaan NIR

dengan hasil uji kimia pada tahap reflektan kalibrasi 35 sampel... 29 10. Grafik perbandingan nilai energi bruto bahan dugaan NIR

dengan hasil uji kimia pada tahap reflektan validasi 15 sampel ... 30 11. Grafik perbandingan nilai energi metabolis dugaan NIR

dengan hasil uji kimia pada tahap reflektan kalibrasi 35 sampel... 32 12. Grafik perbandingan nilai energi metabolis dugaan NIR

dengan hasil uji kimia pada tahap reflektan validasi 15 sampel ... 33 13. Grafik perbandingan nilai energi bruto bahan dugaan NIR

dengan hasil uji kimia pada tahap absorbansi kalibrasi 35 sampel... 36 14. Grafik perbandingan nilai energi bruto bahan dugaan NIR

dengan hasil uji kimia pada tahap absorbansi validasi 15 sampel ... 37 15. Grafik perbandingan nilai energi metabolis dugaan NIR

dengan hasil uji kimia pada tahap absorbansi kalibrasi 35 sampel... 39 16. Grafik perbandingan nilai energi metabolis dugaan NIR

(25)

v

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

1. Hasil pemilihan panjang gelombang pendugaan nilai

Energi Bruto (EB) dari data reflektan ... 56

2. Hasil pemilihan panjang gelombang pendugaan nilai

Energi Bruto (EB) dari data absorban ... 58

3. Hasil pemilihan panjang gelombang pendugaan nilai

Energi Metabolis (EM) dari data reflektan ... 60

4. Hasil pemilihan panjang gelombang pendugaan nilai

Energi Metabolis (EM) dari data absorban ... 74

5. Dua puluh bobot yang diekstrak dari data absorbansi tepung ikan

dengan analisis komponen utama ... 84

(26)

Latar Belakang

Dalam rangka menjamin konsisitensi kandungan nutrisi ransum, bahan

pakan harus dimonitor secara terus menerus jenis, kondisi dan kandungan nutrisinya.

Idealnya setiap bahan pakan, diuji kandungan gizinya pada setiap bahan datang,

namun karena mempertimbangkan waktu dan biaya dengan menggunakan metode

konvensional, maka evaluasi dilakukan dengan frekuensi terbatas. Frekuensi evaluasi

tergantung kepada jenis bahan baku yang digunakan. Menurut Leeson dan Summers

(1997) kandungan kadar air setiap bahan harus dimonitor pada setiap kedatangan.

Protein kasar jagung dan dedak padi dimonitor pada setiap minggu, kacang kedelai

setiap bulan, tetapi untuk bungkil kedelai dan tepung ikan harus dimonitor untuk

setiap kedatangan. Lemak kasar jagung dan dedak padi dimonitor setiap dua bulan,

bungkil kedelai dan kedelai cukup sekali sebulan, tetapi untuk tepung ikan harus

dilakukan setiap kedatangan. Kalsium dan phosphor jagung, dedak dan kacang

kedelai dimonitor setiap enam bulan, bungkil kedelai sekali sebulan, sedangkan untuk

tepung ikan dilakukan setiap kedatangan. Asam amino dimonitor sekali enam bulan,

kecuali bungkil kedelai sekali empat bulan dan tepung ikan setiap bulan. Dengan

tingginya frekuensi evaluasi kandungan kimia bahan tersebut maka diperlukan

metode penentuan yang cepat, murah dan akurat.

Salah satu bahan pakan yang digunakan adalah tepung ikan. Tepung ikan

merupakan hasil industri pengolahan hasil perikanan yang sangat penting, mengingat

tepung ikan sangat diperlukan untuk kegiatan industri peternakan dan perikanan,

dalam menyusun pakan sebagai sumber protein. Sejalan dengan berkembangnya

industri peternakan dan budidaya ikan atau udang, kebutuhan tepung ikan selalu

meningkat. Sampai saat ini tepung ikan masih diimpor dari beberapa negara seperti

Chili, Peru dan Thailand (Sunarya dan Djazuli, 1998). Impor tepung ikan Indonesia

pada tahun 2002 adalah sebesar 524.120 ton (Statistik Hasil Impor Perikanan, 2004),

sedangkan produksi tepung ikan lokal pada tahun yang sama adalah sebesar 8.346 ton

(27)

2

Metode konvensional Association Official Analitic Chemist (AOAC, 1999)

untuk menentukan kandungan gizi bahan pakan membutuhkan bahan kimia dan

peralatan yang beragam, waktu yang lama dan prosedur yang rumit, sehingga

membutuhkan biaya yang mahal. Penentuan kadar air dilakukan dengan pengeringan

dalam oven selama 5 jam. Penentuan kadar air protein dilakukan dengan metode

kjelhdal membutuhkan 8 macam bahan kimia, prosedurnya juga cukup rumit dan

membutuhkan waktu yang lama terutama dalam proses pendidihan dan destilasi.

Penentuan kadar lemak kasar dan serat kasar membutuhkan waktu yang lama dalam

proses ekstraksi (minimal 5 jam ), filtrasi dan pengeringan kadar abu membutuhkan

waktu yang lama dalam pengendapan kalsium. Prosedur yang paling rumit dan biaya

yang mahal dibutuhkan pada analisis asam amino. Pengukuran Energi Metabolis

(EM) secara konvensional dilakukan dengan percobaan menggunakan ternak

(bioassay) selama beberapa hari (Sibbald dan Wolynetz, 1985; Farrel,1999).

Berdasarkan permasalahan tersebut perlu dicarikan metode alternatif untuk

mengetahui nilai gizi bahan pakan dengan cepat, murah, mudah dan keakuratannya

dapat dipertanggungjawabkan. Pada saat ini sejumlah teknik instrumentasi yang

didasarkan pada sifat fisik bahan telah dikembangkan. Salah satu teknik tersebut

adalah pengukuran reflektan cahaya near infrared (NIR) yang dipancarkan ke bahan. Data dipengaruhi oleh jumlah dan tipe ikatan C-H, N-H dan O-H bahan yang

dianalisis. Karakteristik tersebut erat hubungannya dengan komposisi kimia bahan

(Williams dan Norris, 1990; Osborne et al., 1993). Berdasarkan hubungan tersebut dikembangkan metode pendugaan kandungan gizi menggunakan spectra NIR

tersebut. Keuntungan metode ini adalah dalam pengukuran spectra NIR dapat

dilakukan tanpa persiapan sampel yang rumit karena dapat dilakukan langsung pada

material yang utuh atau bisa juga pada sampel dalam bentuk tepung. Dengan

demikian pengukuran dapat dilakukan dengan cepat, murah dan tanpa bahan kimia.

Near Infrared (NIR) merupakan salah satu metode analisis untuk mengukur kandungan kimia bahan dengan cepat, tanpa merusak dan hanya membutuhkan

contoh (sample) sederhana untuk persiapan. Ikatan Kovalen (covalent bond) antara atom-atom cahaya seperti C, N, H, O dan P, pada umumnya menyerap energi dalam

(28)

dan kombinasi yang dapat dideteksi pada wilayah kerja NIR yaitu 700 nm hingga

2500 nm. Analisis NIR, juga telah menjadi bagian terpenting dalam menentukan

kadar protein, kadar air gandum dan produk palawija lainnya selama hampir 30

tahun. Hal lain yang juga menarik adalah cara ini digunakan juga secara luas untuk

analisa beras.

Tingkat penerimaan metode pengukuran dengan pantulan infra merah dekat

sangat ditentukan oleh kualitas spektrum yang didapat selama pengukuran dan

metode matematika yang akan digunakan dalam analisis. Beberapa metode

matematika yang digunakan dalam analisis pantulan infra merah dekat adalah regresi

liniear berganda (multiple regression), regresi komponen utama (Principal Component Regression, PCR), partial least square, regresi transformasi fourier dan jaringan syaraf tiruan.

Tujuan penelitian ini adalah mengkaji metoda NIR untuk memprediksi

kandungan energi bruto tepung ikan sebagai salah satu bahan pakan ternak. Hasil

penelitian akan dapat membantu peternak dan industri makanan ternak

memformulasikan ransum secara adaptif sesuai dengan kandungan gizi bahan yang

digunakan pada saat ini.

(29)

TINJAUAN PUSTAKA

Teknologi Near Infrared (NIR)

Metode Near Infrared (NIR), cahaya infra merah dekat saat ini merupakan salah satu metode analisis yang cukup populer disebabkan berbagai kelebihannya

antara lain tidak bersifat destruktif, singkat, biaya tenaga kerja relatif rendah,

kebutuhan bahan-bahan kimia sedikit, dapat bersifat massal dan tidak menimbulkan

masalah limbah.

Penerapan metode NIR telah lama berkembang terutama untuk keperluan

bahan pangan/pertanian, kedokteran/farmasi, minyak dan industri-industri kimia.

Untuk bahan pangan dan hasil pertanian seperti kedelei, jagung, beras, daging, telur,

ikan, hortikultur (sayur dan buah-buahan), metode NIR dapat digunakan untuk

penentuan komposisi kimia seperti kadar air, lemak, asam, gula, protein dan berbagai

senyawa lainnya.

Infra merah dekat merupakan bagian dari spektrum gelombang

elektromagnetik dimana panjang gelombangnya sedikit diatas daerah tampak yaitu

antara 700-2500nm. Selain itu daerah infra merah dekat memiliki energi yang relatif

rendah dan stabil, dalam interaksi terhadap molekul-molekul hanya akan

menimbulkan vibrasi ikatan inter atomic. Keunggulan dari gelombang infra merah dekat dalam analisis khususnya analisa bahan makanan yaitu gabungan antara

kecepatan, tingkat ketepatan, dan kemudahan dari percobaan yang dilakukan

(Osborne et al .1993).

Informasi dari spektrum pantulan ini bisa didapat karena radiasi infra merah

dekat yang dipancarkan oleh sumber radiasi berkorespondensi dengan frekuensi

vibrasi dari molekul-molekul yang ada di dalam bahan organik karena setiap ikatan

kimia CH, NH, dan OH memiliki frekuensi vibrasi tertentu sedangkan yang tidak

berkorespondensi dengan molekul yang ada dalam bahan tersebut akan dipantulkan.

Spektrum pantulan yang dihasilkan berisi hasil pengukuran parameter- parameter dan

parameter tersebut dijelaskan oleh panjang gelombang dalam nanometer, amplitudo

(30)

sehingga dengan parameter-parameter ini seluruh informasi penyerapan dari suatu

bahan dapat dijelaskan (Murray dan Williams, 1990).

Informasi yang tercakup dalam spektrum infra merah dekat cukup banyak

karena setiap bahan memiliki spektrum pantulan atau serapan infra merah dekat yang

unik dan beragam dan juga hal ini dapat menyebabkan kesulitan dalam

menginterpretasi spektrum tersebut.

Cahaya infra merah dekat yang mengenai suatu bahan memiliki energi yang

kecil dan hanya menembus sekitar satu millimeter permukaan bahan, tergantung dari

komposisi bahan tersebut. Jika cahaya mengalami penyebaran, spektrum tersebut

tetap mengandung informasi contoh penyerapan permukaan bahan tetapi terjadi

distorsi pada puncak gelombang. Variasi pada ukuran dan suhu partikel sampel

mempengaruhi penyebaran radiasi infrared pada saat melewati sampel (Dryden, 2003). Partikel berukuran besar tidak dapat menyebarkan radiasi infrared sebanyak partikel kecil (Dryden, 2003). Makin banyak radiasi yang diserap dapat memberikan

nilai absorban yang tinggi dan efeknya besar pada panjang gelombang yang diserap

lebih kuat (Dryden, 2003). Proses pemantulan dan penyerapan cahaya infra merah

dapat dilihat pada Gambar 1.

Infrared

Transmitten

Reflection

Gambar 1 Proses penyinaran infrared pada bahan

Berdasarkan sifat absorbansi dan reflektan dari energi radiasi yang

dipancarkan, maka NIR dapat digunakan untuk mengkaji komposisi kimia bahan,

termasuk bahan hasil pertanian dan bahan pangan. Evaluasi kualitas bahan hasil

pertanian telah menggunakan perangkat dari radiasi infra merah dekat, (Norris dan

Hart,1962), Evaluasi komposisi bahan lebih didasarkan pada jumlah energi radiasi

yang diserap (absorb), dibandingkan dengan jumlah energi yang dipantulkan

(reflectant). Berdasarkan energi radiasi yang diserap pada kedalaman beberapa nm

(31)

6

dalam bahan, bukan hanya komposisi kimianya yang terdeteksi, namun kerusakan

bahan pangan dan pakan juga dapat terdeteksi tanpa merusak bahan.

Teknologi NIR juga telah banyak diterapkan dalam menganalisis kandungan

suatu bahan pangan atau pakan karena lebih mudah, sangat cepat dan tidak

menimbulkan polusi. Pantulan infra merah dekat digunakan untuk pengukuran

langsung kandungan sukrosa dan asam sitrat pada jeruk Mandarin (Miyamoto et al.1998).

Rosita (2001) menerapkan teknologi NIR untuk memprediksi mutu buah

duku berdasarkan kadar gula dan kekerasan buah dengan nilai korelasi yang

dihasilkan 0,91, standard error 0,87 dan koefisien keragaman sebesar 5,93.

Fontaine et al. (2001) menerapkan NIR dalam menduga kandungan asam amino kedelai. Didapat bahwa 85 – 98% variasi asam amino mampu dijelaskan

dengan baik menggunakan NIR.

Fontaine et al. (2001) telah menggunakan NIR untuk memprediksi

kandungan asam amino esensial beberapa bahan pakan yakni kedelai, rapeseed meal, tepung biji bunga matahari, kacang polong, tepung ikan, tepung daging dan tepung

produk samping pemotongan ayam (poultry by product).

Teknologi NIR digunakan pada pendugaan kadar air, karbohidrat, protein

dan lemak tepung jagung pada panjang gelombang 900-1400 nm. Hasil pendugaan

bahwa data reflektan dapat menganalisa kadar protein lebih baik dari data absorban.

Data absorbansi dapat mengukur karbohidrat, lemak dan kadar air lebih baik daripada

data reflektan (Mitamala, 2003). Panjang gelombang 900-2000 nm dapat digunakan

dalam menduga kadar air, karbohidrat, protein, lemak dan amilosa beras (Oryza Sativa L.) secara cepat dan akurat dengan teknologi near infrared

(Kusumaningtyas,2004).

Kelebihan penggunaan metode NIR antara lain disebabkan banyak

komposisi kimia dari bahan pangan/pertanian yang menyerap (absorpsi) atau

memantulkan (reflektan) cahaya pada rentang panjang gelombang 0.7-3 μm. Protein,

air, asam, lemak, gula dan senyawa-senyawa kimia lainnya memiliki pola serapan

yang khas berbeda satu dengan lainnya pada setiap panjang gelombang cahaya yang

(32)

Kendala metode NIR adalah biaya investasi alat yang tinggi. Metode NIR

masih tergolong sekunder karena memerlukan tahap kalibrasi terutama bagi sampel

uji yang belum pernah menggunakan metode ini misalnya tepung ikan, bungkil inti

sawit, dedak. Metode NIR sangat membantu pekerjaan analisis yang bersifat rutin,

seperti kadar air, serat kasar, protein, dan lemak. Metode ini sangat sesuai karena

tidak lagi banyak memerlukan tahap kalibrasi.

Kalibrasi dan Validasi

Untuk menganalisa pantulan infra merah dekat maka spektrum pantulan

infra merah dekat dan nilai referensi di laboratorium perlu diukur. Hubungan antara

spektrum pantulan dan nilai referensi diperoleh dengan cara metode matematika

dengan cara mengkalibrasinya. Kesulitan dalam kalibrasi menurut Osborne et al.

(1993) adalah masalah informasi alam yang kompleks dalam spektrum infra merah

contohnya setiap puncak spektrum hampir selalu tumpang tindih (overlapped) oleh satu atau lebih puncak-puncak yang lain. Berbagai macam metode kalibrasi spektrum

infra merah telah tersedia tetapi dapat dibagi dalam dua kategori yaitu metode

kalibrasi untuk panjang gelombang terpilih atau sering disebut metode lokal dan

metode yang melibatkan seluruh spektrum atau sering disebut metode global atau

juga disebut dengan metode kalibrasi spektrum penuh (full spectrum calibration methods) contohnya Principal Components Regression (PCR) dan Partial Least Square (PLS). Metode full-spectrum banyak digunakan karena dengan metode ini data dalam spektrum direduksi untuk mencegah masalah overfitting tanpa kehilangan satu atau beberapa informasi yang sangat berguna.

Jumlah sampel yang digunakan untuk kalibrasi maupun validasi harus cukup

banyak. Jumlah sampel untuk kalibrasi harus lebih banyak dari pada untuk keperluan

validasi, disarankan minimal 90% dari total sampel yang digunakan.

Tepung Ikan

Tepung ikan adalah salah satu sumber gizi yang lengkap dan sangat

(33)

8

usaha peternakan dan budidaya ikan adalah tersedianya pakan sehingga untuk

menstimulasi produksi tersebut selain mengusahakan adanya pakan alami juga perlu

ditambahkan pakan tambahan yang merupakan sumber gizi yang dapat melengkapi

pakan alami. Pakan tersebut harus mempunyai kandungan gizi yang lengkap berupa

protein, asam amino, lemak, asam lemak, vitamin, kalori dan mineral yang akan

mampu meningkatkan produksi (Sunarya, 1990 dan Saleh, 1990).

Kegunaan tepung ikan adalah sebagai bahan campuran pakan ternak, unggas

serta ikan dan berfungsi sebagai sumber protein. Tepung ikan yang akan digunakan

sebagai sumber protein pakan harus memenuhi kualitas yang dipersyaratkan baik

secara organoleptik, fisik, kimiawi dan bakteriologis maupun metode pengolahannya.

Tepung ikan produk dalam negeri harus dapat memenuhi persyaratan ini agar dapat

bersaing dengan produk impor. Secara umum tepung ikan yang berkualitas baik

mengandung protein kasar antara 60% hingga 70% dan kaya akan asam amino

esensial. Asam amino esensial yaitu asam amino yang mutlak diperlukan oleh hewan

atau ternak dan harus tersedia di dalam makanannya sebab asam amino esensial itu

tidak dapat dibuat di dalam tubuh hewan atau ternak itu sendiri. Komposisi asam

amino yang ada pada tepung ikan antara lain lysine, methionine dan cystine, yang selalu kurang dalam bahan-bahan makanan ternak asal nabati (Rasyaf, 1990). Protein

dari bahan nabati biasanya miskin akan methionine, hal ini dapat diperbaiki dengan menambahkan tepung ikan yang kaya akan methionine (Firdaus,1999). Tepung ikan merupakan penyumbang protein hewani pada pakan ternak. Pada formulasi ransum

ternak 80% bahan pakan berasal dari nabati sehingga protein yang diperoleh juga

berasal dari protein nabati. Protein nabati (asal tumbuh-tumbuhan) lebih sukar dicerna

daripada protein hewani (asal hewan). Hal ini karena protein nabati terbungkus dalam

dinding selulose yang sukar dicerna. Umumnya kandungan asam amino esensial dari

protein nabati kurang lengkap dibandingkan dengan protein hewani (Mudjiman,

1984). Moeljanto (1982) menjelaskan bahwa jenis vitamin yang paling banyak

ditemukan pada tepung ikan adalah vitamin-vitamin B yaitu riboflavin, asam

pantothenat, niacin dan cobalamin.

Tepung ikan yang bermutu baik harus mempunyai sifat-sifat sebagi berikut :

(34)

benda-benda asing lainnya. Tepung ikan yang dibuat dari bahan offal (sisa dari industri fillet ikan) mempunyai kadar protein lebih rendah dan kadar mineral lebih tinggi daripada

tepung ikan yang terbuat dari ikan utuh. Cara pengolahan secara modern dan

tradisional juga memberikan pengaruh terhadap kadar protein tepung ikan

(Sunarya,1990). Irawan (1995) berpendapat bahwa ada dua faktor yang

mempengaruhi kandungan lemak dan protein yang terdapat dalam daging ikan yaitu

faktor dari luar dan dari dalam. Faktor dari luar berupa tempat ikan itu hidup, sumber

makanan yang didapat dan pengaruh musim. Faktor dari dalam seperti masalah umur,

jenis, sifat keturunan dan jenis kelamin.

Menurut Irawan (1995), tepung ikan merupakan suatu produk padat kering

yang dihasilkan dari sisa-sisa olahan atau limbah ikan, bahkan bisa juga dari hasil

kelebihan pada waktu penangkapan ikan. Di Indonesia pengolahan tepung ikan masih

belum menggembirakan perkembangannya. Untuk memenuhi kebutuhan sendiri,

produksi dalam negeri hanya mampu memenuhi 5% dari total kebutuhan dengan

mutu relatif lebih rendah (Ilyas, 1988), sedangkan 95% sisanya dipenuhi dari impor

dengan volume impor 128,9 ribu ton dengan nilai US $ 72,9 juta. Kenaikan rata-rata

impor tepung ikan setiap tahunnya adalah 49,30%(Warta Gappindo, 1998).

Produksi dalam negeri yang hanya mampu memenuhi sebagian kecil

kebutuhan tersebut, didapatkan dari industri pengolahan tepung ikan dengan skala

tradisional sampai medium yang belum beroperasi secara maksimal karena

terbatasnya bahan baku.

Untuk meningkatkan mutu tepung ikan agar memenuhi standar SNI dan

FAO perlu dicari cara pengolahan tepung ikan paling efektif dan efisien tetapi sesuai

dengan kondisi sosial ekonomi masyarakat kita. Sampai saat ini data yang berkaitan

dengan hal tersebut masih sangat terbatas.

Di Indonesia, sumber bahan baku yang digunakan untuk pengolahan tepung

ikan umumnya berupa jenis-jenis ikan yang kurang ekonomis (ikan rucah), hasil

tangkapan samping(HTS), sisa-sisa olahan ikan (limbah pengolahan) yang berasal

dari pengolahan ikan kaleng, ikan asap, ikan asin dan limbah udang. Industri tepung

ikan di Banyuwangi dan daerah Pantai Barat Bali menggantungkan pada hasil

(35)

10

pabrik pengalengan yang mencapai 30-40% dari bahan baku untuk pengalengan serta

lemuru yang tidak tertampung untuk konsumsi manusia pada musim berlimpah

(Martosubroto dan Naamin 1985; Indriyati et al. 1990).

Jenis-jenis ikan yang dipakai sebagai bahan tepung ikan termasuk

ikan-ikan demersal antara lain golongan petek (Leiognathidae), kerong-kerong

(Theraponidae), buntal (Lagocephalidae, Diodonthidae), beloso (Saurida spp.), ikan kepala pipih (Platycephalidae), baronang (Singhanidae). Disamping itu termasuk pula jenis-jenis ikan pelagis yang ekonomis penting tetapi masih berukuran

kecil-kecil seperti dari laying (Decapterus spp.), kembung (Rastrellinger spp), lemuru (Sardinela spp.) dan beberapa jenis selar (Carangidae) (Martosubroto dan Naamin 1985; Hardy dan Masumoto 1991).

Dalam Anonim (1985) dikemukakan bahwa selain ikan rusak, kelebihan

ikan pada waktu musim penangkapan dan hasil buangan pabrik pengolahan ikan

merupakan sumber yang sangat cocok untuk bahan baku tepung ikan adalah

jenis-jenis ikan dasar yang berkualitas dan bernilai rendah yang dinilai sebagai “ikan

sampah”. Jenis-jenis ikan sampah tersebut dikategorikan sebagai ikan komersial

ketiga yang terdiri dari : kapas-kapas (Gerenidae), peperek (Leiognathidae), biji nangka, kuniran (Upeneus), pasir-pasir (Scolopsis), beloso (Saurida), kerong-kerong (Theraponidae), nomei (Harpodon), gigi anjing, mamar (Labridae), ikan hitam, buntana, greon (Acanthuridae), sedangkan ikan rucah lainnya adalah buntel duren (Diodonthidae), buntel mas, buntel pasir, buntel kelapa (Tetraodontidae), beloso (Synodus), pokol (Balistidae) dan lidah (Cynoglossidae).

Teknologi Pengolahan Tepung Ikan

Tepung ikan adalah suatu produk padat yang diperoleh dengan jalan

mengeluarkan sebagian air atau seluruh lemak dari ikan atau limbah. Pengolahan

tepung ikan pada prinsipnya adalah perubahan bentuk dari ikan utuh atau limbahnya

menjadi bentuk tepung ikan sedangkan metode yang digunakan dapat dilakukan

secara konvensional maupun secara sederhana (Erlina et al. 1985; Ilyas et al. 1985). Teknologi pengolahan tepung ikan yang dipilih dapat ditentukan

(36)

akan diolah menjadi tepung ikan dalam jumlah yang besar dan teratur pengadaannya,

maka dapat digunakan cara konvensional yang lazim digunakan dalam industri

tepung ikan. Pada cara konvensional, tahap-tahap pengolahan dilakukan secara

kontinyu dan kondisi pengolahannya mudah dikontrol. Sebaliknya jika bahan mentah

tersedia dalam jumlah yang kecil dan tidak teratur pengadaannya, maka hasil

tangkapan tersebut dapat diolah dalam skala kecil dengan menggunakan metode

sederhana. Selain jumlah bahan yang tersedia, pemilihan teknologi pengolahan juga

harus disesuaikan dengan jenis ikan yang akan diolah, karena ikan yang berkadar

lemak tinggi, lebih sulit mengolahnya daripada ikan yang berkadar lemak rendah.

Pada pengolahan tepung ikan selain dihasilkan tepung ikan, juga didapat minyak ikan

yang mempunyai nilai ekonomis cukup baik.

Urutan pengolahan tepung ikan adalah pencincangan, pemasakan,

pengepresan, pengeringan dan penggilingan (Ilyas et al. 1985). Menurut Clusac dan Ward (1996), proses pengolahan tepung ikan dapat dilakukan melalui 2 cara seperti

berikut :

Cara kering (dry process)

Cara ini dilakukan pada ikan yang berkadar lemak rendah (<5%). Proses

pengolahannya dapat dilihat pada Gambar 2.

Ikan

Penggilingan Kasar

Pengepresan

Penggilingan Halus

Pengeringan

(kering matahari 3 jam; kering oven 400C, 12 jam)

[image:36.595.249.347.469.642.2]

Tepung Ikan

(37)

12

Bahan yang sudah dipres hingga kadar air mencapai kira-kira 10 persen.

Pengeringan yang kurang sempurna akan memungkinkan pertumbuhan jamur, kapang

atau mikroorganisme lainnya. Bila temperatur terlalu tinggi, terlebih ada bagian yang

terbakar maka nilai gizi tepung ikan tersebut akan turun. Pada industri kecil,

pengeringan tepung ikan dilakukan dengan penjemuran sinar matahari (Kompiang,

1982).

Cara Basah (wet process)

Cara ini dilakukan untuk mengolah ikan-ikan yang berkadar lemak tinggi

(>5%), biasanya dilakukan bila persediaan bahan baku banyak dan kontinyu.

Pengolahan tepung ikan dapat dilakukan dengan metode konvensional

maupun metode sederhana (skala kecil). Pengolahan tepung ikan secara konvensional

dilakukan secara mekanis dan tahap-tahap pengolahannya merupakan suatu rangkaian

yang kontinyu. Bahan mentah masuk ke dalam unit pengolah dan keluar sudah dalam

bentuk produk akhir (tepung ikan). Sistem pengolahan konvensional telah banyak

diterapkan oleh pabrik-pabrik tepung ikan di daerah muncar, walaupun dengan

kapasitas yang masih rendah yaitu sekitar 20 ton per hari. Tahap-tahap pengolahan

konvensional adalah berturut-turut : pencincangan , pemasakan (cooking),

pengepresan, pemisahan ’press liquor’, pengeringan, penggilingan (milling), pengemasan, penyimpanan (Ilyas et al. 1985; Indriyati et al, 1990).

Tepung ikan lokal (produksi dalam negeri) umumnya merupakan produksi

industri pabrik tepung ikan dan industri rumah tangga yang keduanya berbeda baik

dalam cara pengolahannya maupun mutu produk akhir. Proses pengolahan tepung

ikan di dalam pabrik biasanya menggunakan metode konvensional dengan peralatan

dan mesin-mesin yang dilengkapi dengan alat pengontrol. Pada pabrik pengolahan

tepung ikan, proses pengeringan dilakukan dengan menggunakan alat pengering

drum. Pada cara ini terdapat dua sistem pengeringan, yaitu sistem pemanasan

langsung, yang mana udara panas langsung disemprotkan dan sistem pemanasan tidak

langsung menggunakan uap. Suhu udara panas untuk sistem pemanasan langsung

sekitar 6000C sedangkan untuk sistem pemanasan tidak langsung suhu uapnya sekitar

(38)

teknik dan peralatan yang sangat sederhana sehingga kondisi pengolahannya sulit

dikontrol. (Saleh et al. 1986). Proses pengolahan tepung ikan cara basah dapat dilihat pada Gambar 3.

Ikan

Pengukusan

(kering oven 900C, 30 menit)

Pengepresan

Ikan Tanpa Lemak Air Perasan

Pengeringan

(1. Kering matahari, 24 jam) Pemisahan Lemak

(2. Kering oven 400C, 12 jam)

Penggilingan Fish Soluble Minyak Ikan

Pengasaman sampai pH 4,5

Tepung Ikan

Pengeringan

(kering oven 400C, 12 jam)

(kering matahari, 24 jam)

Tepung Ikan

Gambar 3 Skema Pengolahan Tepung Ikan Cara Basah (Wet Process)

Mutu Tepung Ikan

Mutu tepung ikan meliputi kandungan kimia, mikrobiologi dan

organoleptik. Standar Nasional Indonesia membagi tepung ikan menjadi tiga

[image:38.595.84.450.122.585.2]
(39)

14

harga. Adapun mutu tepung ikan menurut Standar Nasional Indonesia dapat dilihat

pada Tabel 1.

Ilyas et al. (1988) mengemukakan bahwa mutu tepung ikan dapat dinilai secara fisik (organoleptik). Secara fisik kriteria yang dinilai adalah penampakan (rupa

dan warna), keseragaman ukuran partikel dan bau. Dari segi mikrobiologis, tepung

ikan harus bebas dari bakteri patogen dan kapang serta benda asing yang merupakan

keberatan (Objectional deffects) adalah potongan serangga, bulu, kayu dan kotoran lainnya. Adapun mutu tepung ikan yang dipersyaratkan untuk pakan ternak :

1. Kadar protein tinggi dan konstan, mudah dicerna.

2. Kadar air kurang dari 10%

3. Bebas dari kontaminasi kapang dan bakteri penyebab penyakit

4. Bebas dari benda asing, kotoran hewan, sisa serangga, bulu tikus dan lain-lain

5. Menambahkan anti oksidan

Tabel 1 Persyaratan mutu standar tepung ikan

Parameter Mutu I Mutu II Mutu III

Kimia :

- Air (%) maks 10 12 12

- Protein kasar (%) min 65 55 45

- Serat Kasar (%) maks 1,5 2,5 3

- Abu (%) maks 20 25 30

- Lemak (%) maks 8 10 12

- Ca (%) 2,5 – 6,0 2,5 – 6,0 2,5 – 7,0

- P (%) 1,6 – 3,2 1,6 – 4,0 1,6 – 4,7

- NaCl (%) maks 2 3 4

Mikrobiologi :

-Salmonella (25g sample) Negatif Negatif Negatif Organoleptik :

- Nilai minimum 7 6 6

Sumber : Standar Nasional Indonesia (1992).

Selain mengandung komposisi di atas Irawan (1995) menambahkan

tepungikan yang bermutu harus memenuhi syarat :

(40)

2. Tidak mengandung sisa-sisa tulang

3. Tidak bercampur dengan mata kail maupun benda-benda lainnya.

Energi Bruto

Ternak umumnya memperoleh energi dari pakan yang dikonsumsi. Akan

tetapi tidak semua energi pakan tersebut dapat digunakan oleh tubuh ternak.

Penggunaan energi pakan oleh tubuh unggas sangat penting diketahui, terutama untuk

memenuhi kebutuhannya sesuai dengan tujuan pemeliharaan. Hal ini lebih penting

lagi karena tidak semua bahan pakan yang mempunyai nilai energi bruto yang sama

mempunyai daya guna yang sama (Wahju, 1985).

Energi dibutuhkan oleh semua ternak hampir dalam semua proses

kehidupan, didalam proses metabolisme antara lain untuk mengatur tekanan darah,

denyut jantung, penyerapan dan ekskresi serta sintetis komponen-komponen tubuh

(Parakkasi, 1983). Nilai energi pakan dapat dinyatakan dalam bentuk energi bruto,

energi dapat dicerna, energi metabolis dan energi netto (NRC, 1994). Energi bruto

adalah jumlah panas yang dilepaskan jika suatu zat mengalami oksidasi sempurna

menjadi CO2 dan air dalam bom kalorimeter dengan tekanan 25-30 atm O2. Menurut

Blakely dan Bade (1991), energi bruto merupakan kandungan seluruh energi yang

terdapat dalam bahan pakan atau ransum yang tidak seluruhnya dipergunakan tubuh.

Energi Metabolis

Energi metabolis adalah energi yang dapat digunakan oleh tubuh dari pakan

yang dikonsumsi untuk melakukan aktifitas dan berproduksi. Proses penggunaan

energi dalam tubuh menyangkut perubahan bentuk dari satu bentuk ke bentuk lain.

Proses ini dikenal dengan istilah metabolisme yang terdiri dari katabolisme (proses

pemecahan) dan anabolisme (proses pembentukan) zat gizi dalam sel atau tubuh.

Energi metabolis adalah perbedaan antara kandungan energi bruto pakan

suatu ransum dengan energi bruto yang dikeluarkan melalui ekskreta (Sibbald, 1980).

Energi metabolis merupakan energi yang dapat dimanfaatkan oleh unggas (Blakely

dan Bade 1991). Nilai energi metabolis antara lain dipengaruhi oleh kandungan

(41)

16

ternak (Storey dan Allen, 1982). Energi metabolis juga dipengaruhi oleh kemampuan

ternak untuk memetabolis ransum atau bahan pakan di dalam tubuhnya (Sibbald,

1989). Energi netto adalah energi yang dapat dimanfaatkan untuk fungsi-fungsi tubuh

(Blakely dan Bade 1991).

Pada unggas lebih mudah menghitung energi metabolis yang jumlahnya

70-90 % dari energi bruto ransum karena feses dan urin dikeluarkan secara bersamaan

(NRC, 1994). Banyaknya feses tergantung pada kuantitas bahan yang dapat tercerna

seperti selulosa, hemiselulosa, dan lignin (Anggorodi, 1995).

Perhitungan energi metabolis menggunakan rumus yang dikembangkan oleh

Sibbald dan Wolynetz (1985). Energi metabolis menurut Sibbald dan Wolynetz

(1985) dinyatakan dengan empat peubah, yaitu energi metabolis semu (EMS), energi

metabolis semu terkoreksi nitrogen (EMSn), energi metabolis murni (EMM) dan

energi metabolis murni terkoreksi nitrogen (EMMn). Pada penelitian ini perhitungan

energi metabolis hanya menggunakan energi metabolis semu (EMS).

Selama ini pedoman yang digunakan dalam penyusunan ransum di daerah

tropis masih menggunakan patokan yang digunakan oleh National ResearchCouncil

(NRC) dari Amerika Serikat tahun 1994 tabel NRC disusun atas dasar berbagai

penelitian dari berbagai daerah atau negara-negara bagian. Piliang (1977) dan

Amrullah (1979) telah memulai meneliti kandungan energi bahan makanan berasal

dari Indonesia yang masing-masing dilakukan di Amerika Serikat dan Fakultas

Peternakan, IPB. Bahan-bahan yang diteliti masing-masing adalah dedak padi, tepung

ikan, bungkil kelapa, bungkil kacang tanah dan kedele mentah (Piliang, 1977):

jagung, dedak halus dan bungkil kedelai (Amrullah, 1979). Metode yang digunakan

oleh kedua peneliti ini adalah metode Hill (1958) yang hanya menghasilkan nilai

Apparent Metabolizable Energy

Menurut NRC (1994) energi tercerna adalah energi bruto bahan pakan

dikurangi dengan energi bruto feses. Energi metabolis adalah energi bruto bahan

pakan dikurangi energi bruto feses, urin dan gas yang dihasilkan selama proses

pencernaa, tetapi pada unggas gas yang dihasilkan biasanya diabaikan sehingga

energi metabolis merupakan energi bruto pakan dikurangi energi bruto ekskreta

(42)

Waktu dan Tempat

Penelitian dilakukan di Laboratorium Teknologi Pengolahan Pangan dan

Hasil Pertanian (TPPHP) Departemen Tteknik Pertanian, Fak. Teknologi Pertanian

IPB, Laboratorium Terpadu IPB, Laboratorium Ilmu dan Teknologi Pakan

Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan, Fak. Peternakan IPB dan

Laboratorium Nutrisi Unggas, Fak. Peternakan IPB. Lamanya penelitian dari Maret

sampai Desember tahun 2005.

Alat dan Bahan

Bahan utama yang digunakan adalah tepung ikan yang diperoleh dari

poultry shop yang ada di beberapa daerah Indonesia dan industri pakan ternak. Sistem

NIR merupakan modifikasi dari rancangan Budiastra et al. (1995). Sistem ini terdiri

dari unit optik dan unit elektronik yaitu : lampu halogen 150 watt (AT-100GH),

pemutus cahaya (Chopper, AT-100CH), Penyaring cahaya (Light Filter)

Monokromotor (grating monochromator, SPG-100IR), Pengumpul Cahaya

(integrating sphere, ISR-200), yang terdiri dari; Sensor dan lensa optik serta sensor

Pbs, penguat (Lock in Amplifier, AT-100AM), Interface (FCL 812 PG), rangkaian

keluaran digital, komputer. Ayam broiler jantan sebanyak 53 ekor periode finisher ,

kandang metabolis, tempat air minum dan pakan yang dibutuhkan selama masa

(43)
[image:43.595.142.487.321.625.2]

18

Gambar 4. Peralatan Near Infrared (NIR)

Ket : CONT : Motor Contoller

DO : Digital Output

ADC : Analog Digital Converter

MONOKROMATOR

Penguat

ADC

KOMPUTER

DO CONT

FILTER

LAMPU HALOGEN CHOPPER

MOTOR

SAMPEL

CERMIN

SENSOR INTEGRATING SPHERE

(44)

Sistem NIR dihubungkan dengan komputer dan dijalankan oleh perangkat

lunak bahasa C++ (Budiastra dan Suroso, 2004 ) yang terdiri dari tiga program yaitu

program untuk menjalankan motor, program pengkonversi data dari analog ke digital

dan program yang menampilkan data sebagai tampilan grafik hasil pengukuran.

Prosedur Penelitian

Gambar 6. Prosedur Pengujian Sistem Near Infrared

50 Sampel

2⁄3dari total sampel 13 dari Total sampel

Scanning NIR tepung ikan

dengan berbagai

panjang gelombang

Analisis energi metabolis tepung ikan dengan metode

kimia

Scanning NIR tepung ikan dengan berbagai

panjang gelombang

Analisis energi metabolis tepung ikan dengan metode

kimia

Pengkondisian data, turunan

log 1⁄R

penormalan transformasi

Penentuan energi metabolis penentuan

mutu

Pengkondisian data, turunan

log 1⁄R

penormalan transformasi

Penentuan energi metabolis penentuan

mutu

Penentuan kalibrasi

validasi

(45)

20

Metode yang digunakan dalam penelitian antara lain adalah sebagai berikut :

Pengukuran Pantulan Spektrum

Sistem NIR merupakan modifikasi dari rancangan Budiastra et al. (1995).

Sebelum dilakukan pengukuran, alat (sistem NIR) dinyalakan dan dibiarkan terlebih

dahulu selama kurang lebih 30 menit sampai 1 jam. Celah masuk pada

monochromator diatur sebesar 50µm, penguatan (gain) sebesar 100, waktu tanggap

sedang dua (mid 2) untuk panjang gelombang 900 nm sampai 2000 nm dan intensitas

cahaya diatur pada posisi 13, gain sebesar 200, tombol Pbs dan LNR diaktif. Filter

yang digunakan untuk menyaring cahaya yang masuk dalam chopper yaitu lensa

dengan kode 046 untuk panjang gelombang 900-1400 nm dan kode 048 untuk

panjang gelombang 1400-2000 nm.

Pengukuran pantulan ini dilakukan dengan cara mengukur standar putih

terlebih dahulu kemudian dilanjutkan dengan pengukuran sampel (tepung ikan)

sebanyak secukupnya untuk setiap pengukuran dengan cara menempatkannya pada

unit deteksi. Cahaya dari lampu halogen pertama dipotong pada laju sebesar 270 Hz

oleh pemotong (chopper) dan cahaya disaring oleh penyaring gangguan (interference)

sebelum masuk kedalam monochromator dan mengenai sampel. Pantulan cahaya dari

sampel akan dikumpulkan oleh integrating sphere, ditangkap oleh sensor yang

kemudian dikonversi dari analog ke digital oleh A/D converter. Komputer mengirim

sinyal digital ke motor untuk melakukan pemindaian gelombang NIR dan pengukuran

pantulan dilakukan lagi dan seterusnya hingga pemindaian gelombang NIR selesai.

Selanjutnya sifat pantulan dihitung, grafik spektrum diperagakan dan data direkam.

Pemantulan dihitung dengan menggunakan persamaan sebagai berikut:

V

contoh

R

=

V

standar

Dimana Vcontoh = tegangan pantulan contoh/sampel (volt)

Vstandar= tegangan pantulan standar putih (volt)

Data absorbansi diperoleh dengan cara mentransformasikan nilai

(46)

Penentuan Kandungan Energi Metabolis

Energi Metabolis (EM) juga ditentukan dengan metode Sibbald dan

Wolynetz (1985) berdasarkan energi yang dikonsumsi dikurangi dengan energi keluar

bersama ekskreta . Energi yang dikonsumsi ditentukan dengan jumlah ransum yang

dikonsumsi dikali dengan kandungan energi ransum tersebut yang diukur dengan

bomb calorimeter. Energi ekskreta diperoleh dengan mengumpulkan ekskreta ayam

broiler yang diberi perlakuan tepung ikan. Sebagai nilai acuan untuk mendapatkan

nilai energi metabolis adalah dengan melakukan pencekokan terhadap 53 ekor ayam

broiler dengan memberikan masing-masing 30 gram tepung ikan yang berbeda,

pengumpulan ekskreta, pengeringan ekskreta, membersihkan ekskreta dari bulu dan

kotoran lain, digiling dan pengujian laboratorium (Sibbald, 1976) Penentuan energi

bruto dilakukan dengan menggunakan bom kalorimeter (AOAC, 1999). Ayam broiler

jantan umur 6 minggu jenis CP 707 diberi pakan perlakuan selama 2 hari untuk masa

adaptasi . Setelah masa adaptasi, ayam dipuasakan dari makan selama 24 jam.

Ekskreta dikumpulkan setiap 2 jam selama 24 jam. Setiap pengumpulan ekskreta

disimpan di dalam freezer, selanjutnya dikeringkan dengan oven pada suhu 600C.

Sebelum dikeringkan feses segar ditimbang dulu untuk penentuan kadar air. Setelah

kering, sampel ekskreta dibersihkan dulu, terutama dari kontaminasi bulu-bulu halus

ayam, kemudian ditimbang dan digiling. Kandungan energi ekskreta diukur dengan

bomb calorimeter. Energi metabolis ditentukan dengan rumus berikut :

Energi Metabolis semu = (E. kons – E. ekskreta)/ ∑ kons. ransum

Penggunaan metode Sibbald ini dalam menghitung Energi metabolis

digunakan sebagai pembanding dari hasil yang diperoleh dengan menggunakan Near

Infrared.

Metode Analisa Energi Bruto

Metoda analisis yang digunakan adalah AOAC tahun 1999. Prinsip dasar

pada metode ini yaitu menentukan jumlah Energi Bruto (EB) atau Gross Energy (GE)

suatu bahan ,makanan ternak ataupun ransum. Bahan kimia dan alat : Na2CO3,

(47)

22

Metode Analisa :

1. Sample dalam bentuk pellet ditimbang 0,5 – 1 gram.

2. Sample dimasukkan ke dalam cawan kecil, kemudian dilewatkan kawat platina

sepanjang 10 cm dan dimasukkan lagi ke dalam bomb calorimeter.

3. Sebelum diisi gas oksigen sebanyak 25 atmosfer, bomb calorimeter diisi dengan

aquadest sedikit.

4. Bomb calorimeter dimasukkan ke dalam jaket yang sudah diisi air kemudian ditutup. Suhu distabilkan dengan memutar tombol. Setelah stabil dicatat sebagai

suhu awal (a).

5. Sample dibakar dengan menekan tombol atau knop dan dibiarkan selama 5 menit.

Kemudian suhu distabilkan kembali dengan memulai tombol suhu. Suhu yang

sudah stabil dicatat sebagai suhu akhir.

6. Cawan dan tabung bom kalorimeter dibilas dengan aquadest yang telah dicampuri

dengan indikator methil orange. Air bilasan titrasi dengan Na2CO3 (Natrium

Carbonat).

7. Kawat platina yang terbakar diukur sebagai k kalori.

Untuk mendapatkan jumlah Energi Bruto (EB) suatu bahan makanan ternak

ataupun ransum maka dipergunakan rumus sebagai berikut :

Energi Bruto (EB) = (ba)x2589−kti

Berat sample

= X kalori/ gram.

Dimana : b = suhu akhir 0F

a = suhu awal 0F

k = kawat platina terbakar (kalori)

ti = volume Na2CO3 yang digunakan untuk mencapai titik akhir

titrasi.

(48)

Pengolahan dan Analisis Data

Data-data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan bantuan program

statistika komputer antara lain adalah SPSS, Minitab dan Microsoft Excel . Pada

penelitian ini analisis menggunakan perangkat lunak Minitab 11 for windows dan

Minitab Realese 13.3 for Windows. Keluaran Regresi Linier Berganda (RLB) adalah

persamaan kalibrasi antara reflektan/absorban NIR dengan nilai bioassay yang

memiliki koefisien determinasi tinggi dan standard error yang rendah (Ratnawati,

2004) dan keluaran Principal Component Regression (PCR) adalah persamaan

kalibrasi antara absorban NIR dengan nilai bioassay yang memiliki standard error

yang rendah dan koefisien variasi yang kecil. Validasi bertujuan untuk menguji

kemampuan RLB dan PCR untuk memprediksi kandungan gizi berdasarkan data

reflektan/absorban NIR bahan. Proses validasi pada analisis RLB menggunakan 15

sampel. Parameter keberhasilan dilihat dari standard error prediksi (SEp) dan

koefisien variasi (CV).

Analisis data meliputi kalibrasi dan validasi pantulan (R) maupun data

absorbansi (log 1/R). Dari seluruh sampel yang diukur akan dibagi dua bagian yaitu

untuk proses kalibrasi dan validasi. Jumlah sampel untuk kalibrasi sebanyak 2/3 total

sampel sedangkan jumlah sampel validasi sebanyak 1/3 total sampel.

]

Kalibrasi

MetodeRegresi Linier Berganda

Proses kalibrasi ini dilakukan untuk menentukan hubungan antara energi

metabolis tepung ikan dengan data reflektan NIR maupun dengan data absorbansi

NIR. Persamaan kalibrasi dapat dibangun dengan menggunakan persamaan regresi

linier berganda (Mattjik dan Sumertajaya, 2002):

Y =

a

+b

1

X

1

+b

2

X

2

+…+b

n

X

n

Dimana :

Y : kandungan energi bruto/energi metabolis

a dan b: konstanta regresi

(49)

24

Pemilihan panjang gelombang yang tepat untuk pendugaan energi metabolis

tepung ikan dapat dilakukan dengan beberapa metode dari proses regresi, seperti

metode stepwise, backward eliminatation, forward dan sebagainya. Pada penelitian

ini metode yang digunakan adalah metode stepwise.

Metode Principal Component Regression (PCR)

Principal Component Regression (PCR) merupakan analisis statistika peubah ganda yang dapat digunakan untuk keperluan mereduksi sejumlah peubah asal

menjadi beberapa peubah baru yang bersifat ortogonal dan tetap mempertahankan

total keragaman yang besar dari peubah asalnya. Hasil analisis berupa akar ciri,

vektor ciri, proporsi dan proporsi komulatif total keragaman yang diterangkan oleh

masing-masing komponen serta skor komponen. Persamaan kalibrasi dapat dibangun

dengan menggunakan persamaan principal component regression (Mattjik dan

Sumertajaya, 2002):

Y

=

a

+

b p

1 +

c p

2 +

d p3

+ ...+

n p

n

Dimana :

Y : kandungan energi bruto/energi metabolis

a, b, c, : konstanta

p : komponen utama pada panjang gelombang tertentu.

b. Validasi

Setelah didapatkan model persamaan kalibrasi, dilakukan proses validasi

dengan menggunakan sisa data yang lain. Data tersebut dimasukkan ke dalam

persamaan kalibrasi, sehingga diperoleh data kandungan energi metabolis dugaan

NIR.

Data kandungan energi metabolis dugaan NIR akan divalidasi dengan data

hasil pengujian secara kimiawi / bom kalorimeter di laboratorium kimia dan dibuat

hubungan antara keduanya. Setelah itu akan dihitung standard error of validation

(SEp), Coefficient of Variability (CV) dengan menggunakan persamaan sebagai

(50)

SE

p

=

(

(YNIR Y)

)

/n

2

− ∑

CV =

Y SE

x

100%

Dimana :

SEp : standard error validasi (Kkal/Kg) ,

YNIR : nilai energi bruto/energi metabolis dugaan NIR (Kkal/Kg).

Y : nilai energi bruto/energi metabolis dengan analisis proksimat (Kkal/Kg).

n : jumlah sampel (buah).

(51)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Reflektan Near Infrared Tepung Ikan

Perangkat NIR yang digunakan menghasilkan data pengukuran berupa data

reflektan radiasi NIR dengan panjang gelombang 900 – 2000 nm dengan interval 5

nm. Reflektan NIR pada setiap sampel jagung memiliki tingkat pantulan yang

berbeda. Hal ini ditunjukkan pada gambar berikut

0.000 0.100 0.200 0.300 0.400 0.500 0.600 0.700 0.800 0.900 1.000 91 5 96 0 100 5 105 0 109 5 114 0 118 5 123 0 127 5 132 0 136 5 141 0 145 5 150 0 154 5 159 0 163 5 168 0 172 5 177 0 181 5 186 0 190 5 195 0

Panjang Gelombang (nm)

R

e

fl

ektan

Series 1 Series 2 Series3 Series4 Series5 Series 6 Series 7

Series 8 Series 9 Series10 Series11 Series12 Series 13 Series 14

Series 15 Series 16 Series17 Series18 Series19 Series 20 Series 21

Series 22 Series 23 Series24 Series25 Series26 Series 27 Series 28

Series 29 Series 30 Series31 Series32 Series33 Series 34 Series 35

Series 36 Series 37 Series38 Series39 Series40 Series 41 Series 42

Series 43 Series 44 Series45 Series46 Series47 Series 48 Series 49

Gambar 7 Reflektan 50 buah sample tepung ikan

Pantulan gelombang NIR yang berbeda tersebut menunjukkan bahwa setiap

tepung ikan memiliki kandungan komposisi kimia yang berbeda termasuk

didalamnya adalah kandungan energi metabolis.

Metode NIR mengukur besarnya parameter optik (reflektan, transmitan atau

(52)

Absorbansi Near Infrared Tepung Ikan

Dengan menggunakan transformasi Log (1/R) data reflektan dapat

ditransformasikan menjadi bentuk data absorbansi (penyerapan). Puncak gelombang

spektrum absorbansi inframerah dekat tepung ikan terjadi pada panjang gelombang

1220 nm, 1245 nm, 1755 nm dan 1950 nm. Hal ini menunjukkan penyerapan cahaya

yang tinggi oleh komponen Energi Bruto dan Energi Metabolis. Karakteristik serapan

panjang gelombang NIR pada sampel tepung ikan dapat dilihat pada Gambar 8.

0.000 0.100 0.200 0.300 0.400 0.500 0.600 0.700 0.800 0.900 1.000 91 5 96 0 100 5 105 0 109 5 114 0 118 5 123 0 127 5 132 0 136 5 141 0 145 5 150 0 154 5 159 0 163 5 168 0 172 5 177 0 181 5 186 0 190 5 195 0

Panjang Gelombang (nm)

Ab s o rb a n ( % )

Series1 Series2 Series3 Series4 Series5 Series6 Series7 Series8 Series9 Series10 Series11 Series12 Series13 Series14 Series15 Series16 Series17 Series18 Series19 Series20 Series21 Series22 Series23 Series24 Series25 Series26 Series27 Series28 Series29 Series30 Series31 Series32 Series33 Series34 Series35 Series36 Series37 Series38 Series39 Series40 Series41 Series42 Series43 Series44 Series45 Series46 Series47 Series48 Series49

Gambar 8 Absorbansi 50 buah sample tepung ikan

Pada radiasi NIR terjadi penyerapan cahaya (photon) yang besar oleh

molekul-molekul –CH, -OH, -CN atau –NH. Radiasi near infrared yang dipantulkan dari tepung ikan dapat digunakan untuk memprediksi kandungan kimia seperti energi

bruto dan energi metabolis metabolis tepung ikan, data yang diperoleh dimasukkan

dalam perhitungan kalibrasi. Jumlah dari radiasi pantulan sampel dijadikan sebagai

data reflektan (R) dari jagung. Nilainya diekspresikan sebagai log (1/R), yang

memberi nilai tinggi

Gambar

Gambar 2  Skema Pengolahan Tepung Ikan Cara Kering (Dry Process)
Gambar 3  Skema Pengolahan Tepung Ikan Cara Basah (Wet Process)
Gambar 4.  Peralatan Near Infrared (NIR)
Gambar 9 Grafik perbandingan nilai energi bruto dugaan NIR dengan analisis proksimat pada tahap kalibrasi 35 sampel
+7

Referensi

Dokumen terkait

[r]

[r]

Hasil penelitian ini menyarankan bagi pengelola untuk mengadakan program kegiatan lain yang lebih edukatif dengan tema dan bentuk bervariatif, penambahan koleksi bahan

Perbandingan harga existing dan alternatif pekerjaan pelat dan balok dapat dilihat pada tabel 4.48 dan tabel 4.49. 2) Harga untuk pekerjaan alternatif 2 yaitu dengan menggunakan

Dalam hal ini tentu diperlukan adanya tanggungjawab atas ganti rugi yang diakibatkan kondisi overmacht tersebut.Apakah pihak konsumen dapat menuntut ganti rugi atas uang

Penelitian ini dilakukan dengan model pembelajaran kooperatif tipe Think- Pair-Share (TPS) yang berkolaborasi dengan guru matematika. Setelah dilakukan tindakan kelas selama dua

a) Untuk setiap pertanyaan, hitung frekuensi jawaban setiap kategori (pilihan jawaban). b) Berdasarkan frekuensi setiap kategori dihitung proporsinya. c) Dari proporsi

Obyek kajian ini adalah ayat-ayat Alquran, maka pendekatan yang digunakan adalah metode tafsir mauḍu’i (tafsir tematik), yaitu suatu metode tafsir yang berusaha mencari