• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pemodelan Perubahan Penggunaan Lahan Dan Keselarasan Penggunaan Lahan Terhadap Rtrw Kabupaten Pontianak, Kalimantan Barat

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pemodelan Perubahan Penggunaan Lahan Dan Keselarasan Penggunaan Lahan Terhadap Rtrw Kabupaten Pontianak, Kalimantan Barat"

Copied!
99
0
0

Teks penuh

(1)

PEMODELAN PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN DAN

KESELARASAN PENGGUNAAN LAHAN TERHADAP RTRW

KABUPATEN PONTIANAK, KALIMANTAN BARAT

MIRANTI ANISA TEJANINGRUM

SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis berjudul Pemodelan Perubahan Penggunaan Lahan dan Keselarasan Penggunaan Lahan Terhadap RTRW Kabupaten Pontianak, Kalimantan Barat adalah benar karya saya dengan arahan dan komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dan karya yang diterbitkan maupun yang tidak diterbitkan dan penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka dibagian akhir tesis ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Agustus 2016

(4)

MIRANTI ANISA TEJANINGRUM. Pemodelan Perubahan Penggunaan Lahan dan Keselarasan Penggunaan Lahan terhadap RTRW Kabupaten Pontianak, Kalimantan Barat. Dibimbing oleh MUHAMMAD ARDIANSYAH dan WIDIATMAKA.

Analisis perubahan dan model penggunaan lahan dilakukan untuk melihat seberapa besar perubahan yang sudah dan akan terjadi, sehingga model yang didapat dapat digunakan untuk memprediksi perubahan penggunaan lahan kedepan. Tujuan dari penelitian adalah 1) mengidentifikasi perubahan penggunaan lahan tahun 2000 ke 2014; 2) memprediksikan perubahan penggunaan lahan tahun 2025; 3) menghitung nilai emisi CO2 yang disebabkan oleh perubahan penggunaan lahan; 4) mengidentifikasi keselarasan penggunaan lahan terhadap RTRW; dan 5) merumuskan arahan rencana penggunan lahan.

Metode yang digunakan untuk memprediksi perubahan penggunaan lahan adalah dengan pemodelan ANN (Artificial Neural Networks) dengan variabel pendorong yang digunakan dalam pemodelan antara lain jarak dari jalan, jarak dari sungai, jarak dari permukiman, jarak dari perkebunan, jarak dari pertanian lahan kering, jarak dari pertanian lahan kering campur, dan kepadatan penduduk. Evaluasi kesesuaian penggunaan lahan terhadap RTRW didapatkan dari hasil analisis tumpang tindih (overlay). Metode perhitungan emisi yang digunakan dalam penelitian ini mengacu pada IPCC (Intergovernmental Panel on Climate Change) Guideline dengan pendekatan stock-diffference, dimana pada pendekatan ini besarnya emisi diperkirakan berdasarkan perubahan penggunaan lahan.

Perubahan penggunaan lahan yang terjadi di Kabupaten Pontianak selama periode 2000-2014 didominasi oleh bertambahnya perkebunan yang diikuti dengan berkurangnya penggunaan lahan hutan rawa. Dua skenario yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu skenario BAU (Bussines As Usual) dan konservatif. Prediksi penggunaan lahan dengan skenario BAU menunjukkan bahwa penggunaan lahan perkebunan akan terus bertambah seiring dengan pengurangan luasan penggunaan lahan hutan rawa (19.80%), sedangkan prediksi penggunaan lahan dengan skenario konservatif akan menahan penurunan luas hutan (23.81%). Skenario konservatif untuk prediksi penggunaan lahan tahun 2025 dapat menurunkan tingkat ketidakselarasan terhadap pola ruang RTRW. Nilai emisi yang dihasilkan dari perhitungan perubahan penggunaan lahan periode 2000-2014 adalah sebesar -884 000 ton CO2. Nilai emisi ini mengalami penurunan pada hasil prediksi 2025 dengan skenario BAU sebesar -711 234 ton CO2 sedangkan dengan skenario konservatif sebesar -375 241 ton CO2. Arahan penggunaan lahan berdasarkan kemampuan lahan terdiri dari tiga kawasan yaitu kawasan budidaya dimana pada kawasan ini merupakan kawasan dengan kelas kemampuan lahan tinggi (II, III dan IV) dengan luas sebesar 118 086 ha, kawasan hutan produksi pada kelas kemampuan lahan V sebesar 65 081 h dan kawasan hutan lindung pada kelas kemampuan lahan VI sebesar 23 041 ha.

(5)

SUMMARY

MIRANTI ANISA TEJANINGRUM. The Modeling of Land Use Change and the Conformity of Land Use towards Spatial Plan In Pontianak District, West

Kalimantan. Supervised by MUHAMMAD ARDIANSYAH and

WIDIATMAKA.

The land use change analysis was done to see how much the change in land uses has occurred and to model land use change, so this modeling can be used to predict future land use. The purpose of this study was 1) to identify the land use change from 2000 to 2014; 2) to predict the land use on 2025 in Pontianak District; 3) to calculate the emission of CO2 that happened from the land use change; 4) to identify the conformity of land use with spatial planning; and 5) to make a recommendation of land use in Pontianak District.

Artificial Neural Networks was used to determine land use changes that occured. The driving factor that used in the model were distance from road, distance from river, distance from settlement, distance from estate crop, distance from dry land farming, distance from dryland farming mixed shrub and population density. The conformity of land use towards RTRW was resulted from overlay analysis. Emission calculation methods that used in this study refers to the IPCC (Intergovernmental Panel on Climate Change) Guidelines with stock-diffference approach, which in this approach the magnitude of estimated emissions based on land use change that occured.

The domination of land use change that happen in Pontianak District in period of 2000-2014 was the increased of estate crops area which followed by the decreased of swamp forest area. There were two scenarios that used on this research, BAU (Business As Usual) and conservative. Prediction of land use in

2025 with BAU’s scenario showed that the estate crop will be continue increasing

followed by the decreased of swamp forest (19.80%). On the other scenario,

conservative can control the decreasing of swamp forest (23.81%). Conservative’s

scenario can decreased the unconformity of land use towards spatial planning. The emission that produced from land use change period 2000-2014 was -884 000 ton CO2. This value got decreased on the prediction of 2025 with BAU’s scenario with -711 234 ton CO2, while conservative’s scenario the emission was -375 241 ton CO2. Based on land capability, there is 118 086 hectares of the area that can be used as cultivation land, 65 081 hectares of the area can be used as forest production, and 23 041 hectares of the area should serve as a protected area

.

(6)

© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2016

Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan IPB

(7)

Tesis

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains

pada

Program Studi Ilmu Perencanaan Wilayah

PEMODELAN PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN DAN

KESELARASAN PENGGUNAAN LAHAN TERHADAP RTRW

KABUPATEN PONTIANAK, KALIMANTAN BARAT

MIRANTI ANISA TEJANINGRUM

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

(8)
(9)
(10)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas segala karunia-Nya sehingga penelitian ini berhasil diselesaikan. Tema penelitian ini adalah perubahan penggunaan lahan, dengan judul Pemodelan Perubahan Penggunaan Lahan dan Keselarasan Penggunaan Lahan terhadap RTRW Kabupaten Pontianak, Kalimantan Barat. Penelitian ini dilaksanakan mulai bulan Januari 2015 sampai April 2016.

Penulisan karya ilmiah ini tidak akan selesai tanpa bimbingan, bantuan, dan doa dari berbagai pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis menyampaikan rasa terima kasih dan penghargaan yang mendalam kepada:

1. Dr Ir Muhammad Ardiansyah dan Dr Ir Widiatmaka, DAA selaku Ketua dan Anggota komisi pembimbing atas segala motivasi, arahan dan bimbingan yang diberikan mulai dari tahap awal hingga penyelesaian tesis ini.

2. Dr Khursatul Munibah, MSc selaku penguji luar komisi yang telah memberikan perbaikan dan masukan bagi penyempurnaan tesis ini.

3. Dr Ir Ernan Rustiadi, MSc selaku Ketua Program Studi Ilmu Perencanaan Wilayah Sekolah Pascasarjana IPB, serta Bapak/Ibu dosen pengajar dan staf akademik di Program Studi Ilmu Perencanaan Wilayah Sekolah Pascasarjana IPB.

4. Staf pegawai BAPPEDA Kabupaten Pontianak yang telah bersedia menyediakan data dan memberikan saran serta informasi terkait penelitian saya.

5. Orang tuaku tercinta ayah Muhammad Yusuf dan ibu Jumirah atas segala curahan kasih sayangnya, kesabaran dan doa yang selalu senantiasa dipanjatkan.

6. Kakak saya Yusmiadi Nugroho dan adik saya Eri Addharu yang selalu memberikan doa, dorongan dan dukungannya selama ini.

7. Rekan-rekan PWL angkatan 2012 yang selama ini berjuang bersama-sama dan saling menyemangati dalam menyelesaikan studi di IPB.

8. Sepupu saya Dwito Hastaro dan teman saya Diani Ria yang telah meluangkan waktunya untuk membantu penulis melakukan validasi data di lapangan. 9. Teman-teman di Divisi Penginderaan Jauh dan Informasi Spasial, Mba Nurul,

Mba Reni, Mba Nina, Kak Rani, Bang Alwan, Bang Geges, Luluk, dan Diah yang sudah membantu dan memberikan semangat kepada penulis dalam penulisan tesis ini sampai selesai.

Penulis menyadari adanya keterbatasan ilmu dan kemampuan, sehingga dalam penelitian ini masih terdapat banyak kekurangan.Akhirnya, Semoga karya ilmiah ini menjadi sumbangsih penulis terhadap ilmu pengetahuan dan berguna bagi semua pihak yang membutuhkan.Terima kasih.

Bogor, Agustus 2016

(11)

DAFTAR TABEL vii

Kerangka Pemikiran 4

2 TINJAUAN PUSTAKA 5

Penutupan dan Penggunaan Lahan 5

Perubahan Penggunaan Lahan 5

Sistem Informasi Geografis 6

Land Use Change Model 7

Pemodelan Perubahan Penggunaan Lahan dengan Metode Artifcial Neural Networks

7

3 METODE PENELITIAN 9

Lokasi dan waktu penelitian 9

Jenis Data, Sumber Data dan Alat Penelitian 9

Analisis Data dan Pengolahan Data 9

Tahap Persiapan dan Pengumpulan Data 9

Tahap Pengolahan Data 16

Identifikasi Perubahan Penggunaan Lahan dan

Pengolahan Data Atribut dan Spasial untuk Peubah Bebas

16

Pembuatan Model dan Peta Prediksi Penggunaan Lahan 17 Analisis Ketidakselarasan Penggunaan Lahan

Terhadap RTRW

4 KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN 22

Kondisi Geografis 22

Topografi 22

Lereng 22

Iklim 24

Jenis Tanah 26

(12)

Mata Pencaharian 26

5 HASIL DAN PEMBAHASAN 29

Identifikasi Perubahan Penggunaan Lahan 29

Penggunaan lahan di Kabupaten Pontianak 29

Model Perubahan Penggunaan Lahan 32

Validasi Model 37

Prediksi Penggunaan Lahan Kabupaten Pontianak Tahun 2025 38 Keselarasan Penggunaan Lahan terhadap RTRW Kabupaten

Pontianak

45

Perhitungan Emisi 49

Arahan Penggunaan Lahan 50

Analisis Kemampuan Lahan 50

Arahan Penggunaan Lahan Berbasis Kemampuan Lahan dan Emisi

53

6 SIMPULAN DAN SARAN 59

Simpulan 59

Saran 59

DAFTAR PUSTAKA 59

(13)

1 Bahan yang digunakan dalam penelitian 10

2 Software yang digunakan dalam penelitian 10

3 Matriks tujuan, metode analisis, data, sumber data dan Output 15

4 Keselarasan penggunaan lahan terhadap RTRW 20

5 Nilai cadangan karbo untuk masing-masing penggunan lahan di Kalimantan

21

6 Kriteria klasifikasi kemampuan lahan 21

7 Persentase kelas kemiringan lereng 25

8 Luas wilayah dan jumlah penduduk tahun 2014 26

9 Sektor mata pencaharian penduduk Kabupaten Pontianak 27 10 Persentase luasan penggunaan lahan Kabupaten Pontianak

tahun 2000 dan 2014

29

11 Kontribusi luasan perubahan yang terjadi pada penggunaan lahan hutan rawa

36

12 Kontribusi luasan perubahan yang terjadi pada penggunaan lahan perkebunan

36

13 Matriks peluang tahun 2025 skenario BAU 40

14 Matriks peluang tahun 2025 skenario konservatif 41

15 Perbandingan luasan antara penggunaan lahan tahun 2025 (skenario BAU) dan 2025 (skenario konservatif)

42

16 Perbandingan persentase keselarasan penggunaan lahan tahun 2014, 2025 (skenario BAU) dan 2025 (skenario konservatif) terhadap RTRW

45

17 Matriks nilai keselrasan penggunaan lahan tahun 2014 terhadap RTRW Kabupaten Pontianak

46

18 Matriks nilai keselrasan penggunaan lahan tahun 2025 skenario BAU terhadap RTRW Kabupaten Pontianak

47

19 Matriks nilai keselrasan penggunaan lahan tahun 2025 skenario konservatif terhadap RTRW Kabupaten Pontianak

48

20 Emisi untuk tahun 2014, 2025 skenario BAU dan 2025 skenario konservatif

49

21 Luasan kelas kemampuan lahan Kabupaten Pontianak 52

22 Luasan penggunaan lahan yang berada pada kelas kemampuan lahan V untuk tahun 2014 dan hasil prediksi tahun 2025

53

23 Persentase keselarasan penggunaan lahan terhadap RTRW dan jumlah emisi

54

24 Kesesuaian antara kemampuan lahan terhadap penggunaan lahan tahun 2025 (konservatif) dan pola ruang

(14)

25 Rekapitulasi perhitungan kesesuaian antara kemampuan lahan terhadap penggunaan lahan tahun 2025 (konservatif) dan rencana pola ruang dalam RTRW Kabupaten Pontianak

56

DAFTAR GAMBAR

1 Kerangka pemikiran penelitian 4

2 Ilustrasi multi-layer perception 8

3 Peta lokasi Kabupaten Pontianak dalam Provinsi Kalimantan Barat 11

4 Diagram alir penelitian secara umum 12

5 Tahap anaisis citra landsat dan analisis prediksi penggunaan lahan 13

6 Tahap analisis perhitungan emisi 14

7 Tahap analisis arahan rencana penggunaan lahan 14

8 Peta lokasi penelitian 23

9 Peta kelas kemiringan lereng 24

10 Banyaknya curah hujan dan hari hujan bulanan Kabupaten Pontianak

25

11 Peta jenis tanah 28

12 Peta penggunaan lahan Kabupaten Pontianak tahun 2000 30

13 Peta penggunaan lahan Kabupaten Pontianak tahun 2014 31

14 Grafik persentase perubahan penggunaan lahan Kabupaten Pontianak

32

15 Perubahan luas penggunaan lahan tahun 2000-2014 33

16 Kelas perubahan penggunaan lahan 2000-2014 34

17 Kontribusi perubahan penggunaan lahan hutan rawa dan perkebunan

35

18 Peta penggunaan lahan prediksi tahun 2015 dan peta penggunaan lahan aktual tahun 2015

38

19 Peta penggunaan lahan Kabupaten Pontianak tahun 2025 skenario BAU

43

20 Peta penggunaan lahan Kabupaten Pontianak tahun 2025 skenario konservatif

44

21 Peta kelas kemampuan lahan Kabupaten Pontianak 51

(15)

1 Jenis perubahan penggunaan lahan tahun 2000-2014 62

2 Nilai cramer’s V untuk masing-masing variabel 63

3 Hasil pemodelan dan peta peluang perubahan 64

4 Hasil nilai crosstab antara penggunaan lahan tahun 2015 (aktual) dan penggunaan lahan tahun 2015 (prediksi)

76

5

6

7

Perhitungan emisi untuk setiap perubahan penggunaan lahan berdasarkan pola ruang peiode 2000-2014

Perhitungan emisi untuk setiap perubahan penggunaan lahan berdasarkan pola ruang peiode 2014-2025 (BAU)

Perhitungan emisi untuk setiap perubahan penggunaan lahan berdasarkan pola ruang peiode 2014-2025 (Konservatif)

77

79

(16)
(17)

Latar Belakang

Kabupaten Pontianak merupakan salah satu kabupaten di Kalimantan Barat, dimana pertanian merupakan salah satu sektor penting dalam membangun perekonomian daerah. Sektor pertanian di kabupaten ini memiliki nilai PDRB paling tinggi yaitu sebesar 26,63%. Dari data BPS Kabupaten Pontianak tahun 2014 menginformasikan bahwa masih terdapat sejumlah lahan diluar lahan hutan yang masih belum diusahakan, lahan ini yang kemudian akan dilihat kemampuannya untuk dijadikan lahan pertanian. Sehingga berdasarkan hal tersebut salah satu tujuan yang ingin dicapai dalam perencanaan pola ruang oleh pemerintah daerah adalah meningkatkan pendapatan dari sektor pertanian, salah satunya dengan cara ekstensifikasi dan intensifikasi lahan pertanian.

Lahan berfungsi sebagai ruang atau tempat berpijak dari semua kegiatan pembangunan dan merupakan faktor produksi utama dari kegiatan pertanian. Akan tetapi jumlah lahan yang terbatas, sedangkan kebutuhan lahan semakin meningkat selaras dengan meningkatnya jumlah dan kepadatan penduduk. Pertumbuhan penduduk yang cepat membutuhkan daerah baru untuk pemenuhan kebutuhan primer (Widiatmaka et al. 2015), hal ini akan berpengaruh cukup besar terhadap perubahan penggunaan lahan. Ketersediaan lahan yang bersifat terbatas dan cenderung tetap menyebabkan persaingan antar jenis penggunaan lahan. Seiring dengan semakin meningkatnya aktivitas manusia diberbagai sektor terutama sektor ekonomi, maka kebutuhan./permintaan akan sumberdaya lahan juga akan meningkat, dimana keputusan penggunaan lahan akan didasarkan pada penggunaan yang memberikan nilai ekonomi yang paling tinggi. Tingginya permintaan lahan dapat menyebabkan penyimpangan terhadap keselarasan penggunaan lahan dengan tata ruang wilayah yang telah disusun. Kecenderungan penyimpangan ini dapat juga diakibatkan oleh produk tata ruang itu sendiri ataupun pada tahapan implementasinya. Oleh karena itu, pemanfaatan ruang yang baik memerlukan suatu penataan yang komprehensif. Penataan ruang harus mempertimbangkan berbagai aspek yang mencakup perencanaan, pemanfaatan ruang, dan pengendalian pemanfaatan ruang. Bila penataan ruang tidak didasari pertimbangan rasional sesuai dengan potensi wilayah tersebut, maka dapat terjadi inefisiensi ruang atau penurunan kualitas ruang.

Daya dukung lingkungan hidup seharusnya menjadi salah satu pertimbangan terpenting dalam penataan ruang, baik dalam penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) maupun dalam evaluasi pemanfaatan ruang. Pertimbangan daya dukung lingkungan hidup diperlukan dalam penaataan ruang agar alokasi pemanfaatan ruang sesuai dengan kondisi dan kapasitas sumber daya wilayah (Fithriah 2011). Penggunaan lahan perlu direncanakan untuk seluruh masyarakat, dengan memilih komoditas yang seusai dengan kemampuan dan kesesuaian lahannya untuk memberikan hasil yang tinggi, sekaligus menjaga agar sumberdaya tidak terdegradasi (Widiatmaka et al. 2012).

(18)

lebih tinggi dibanding sawah, sehingga akan ada kemungkinan bahwa suatu saat lahan sawah akan makin menurun luasannya. Untuk dapat mengatasi penyimpangan penggunaan lahan yang tidak semestinya, perlu dilakukan penelitian mengenai pola perubahan penggunaan lahan, hasilnya dapat digunakan sebagai masukan terhadap penyempurnaan produk rencana tata ruang daerah.

Identifikasi perubahan penggunaan lahan pada suatu wilayah merupakan suatu proses mengindentifikasi perbedaan keberadaan suatu objek atau fenomena yang diamati pada waktu yang berbeda (As-syakur et al. 2010). Identifikasi perubahan penggunaan lahan memerlukan data spasial temporal. Data spasial tersebut dapat bersumber dari hasil interpretasi citra satelit maupun dari instansi-instansi pemerintah, dan dianalisis dengan menggunakan sistem informasi geografis (SIG). Pemanfaatan SIG dan data satelit merupakan suatu teknologi yang baik dalam mengelola data spasial-temporal perubahan penggunaan lahan. Perubahan penggunaan lahan dapat diprediksi melalui pendekatan spasial dengan membuat suatu pemodelan spasial berdasarkan faktor-faktor perubahan penggunaan lahan pada tahun-tahun sebelumnya di wilayah tersebut, sehingga diperlukan suatu simulasi dan analisis spasial, salah satu alat yang dapat digunakan untuk pemodelan perubahan penggunaan lahan adalah Artificial Neural Networks (ANN). ANN merupakan salah pemodelan yang melakukan analisis perubahan penggunaan lahan dimana pemodelan dapat diprediksi secara kuantitatif dengan memasukkan faktor-faktor fisik, sosial, ekonomi dan kebijakan.

Pengetahuan perubahan pengggunaan lahan tidak hanya berguna untuk pengelolaan sumberdaya alam berkelanjutan, tetapi juga dapat dijadikan suatu informasi dalam merencanakan tata ruang di masa yang akan datang (As-syakur 2010).

Perumusan Masalah

Peranan sub-sektor perkebunan dalam mendukung perekonomian Provinsi Kalimantan Barat tergolong besar yaitu 10.71% (BPS Provinsi Kalimantan Barat, 2015). Peningkatan produktivitas dan perluasan areal perkebunan telah berdampak yang besar bagi peningkatan PDRB daerah provinsi tersebut. Dari fakta tersebut, maka lahan-lahan yang ada akan terancam mengalami perubahan lahan dari lahan non perkebunan menjadi lahan perkebunan.

Bertambahnya jumlah penduduk di Kabupaten Pontianak dari 227 998 di tahun 2008 menjadi 245 924 tahun 2014 merupakan faktor pendorong lain yang menyebabkan terjadinya kompetisi penggunaan lahan/ruang. Adanya kompetisi ini dapat menyebabkan adanya kegiatan perubahan penggunaan lahan. Berdasarkan data BPS dari tahun 2008 sampai dengan tahun 2014 terdapat penurunan luasan sawah yaitu dari 19 960 ha menjadi 18 601 ha, sebaliknya luas perkebunan mengalami kenaikan, yaitu pada tahun 2008 seluas 29 873 ha menjadi 52 077 ha pada tahun 2014. Perubahan penggunaan lahan yang terjadi saat ini dapat memberikan dampak terhadap penggunaan lahan kedepan, sehingga perlu dilakukan penelitian untuk melihat seberapa besar perubahan yang akan terjadi di masa depan.

(19)

peningkatan kebutuhan penggunaan lahan dari waktu ke waktu. Untuk meminimalisir dampak-dampak negatif perlu diketahui sejauh mana penyimpangan penataan ruang terjadi. Salah satu dampak negatif tersebut adalah dampak negatif yang terjadi di lingkungan, yaitu menyebabkan terjadinya penurunan karbon tersimpan pada suatu ekosistem, yang dapat berpengaruh terhadap kandungan emisi lingkungan. Emisi CO2 dari kegatan berbasis lahan atau penggunaan lahan merupakan komponen terbesar dari emisi yang terjadi di Indonesia. SNC menyebutkan bahwa pada tahun 2005 emisi dari sektor penggunaan lahan menempati porsi 50.3% dari emisi total (Ministry of Environment 2010). Penelitian ini dilakukan untuk melihat sejauh mana perubahan lahan, dan faktor-faktor apa yang mempengaruhinya sehingga bisa memberikan arahan bagi Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Pontianak ke depan.

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka masalah penelitian ini dapat terumuskan sebagai berikut :

1. Bagaimana pola perubahan penggunaan lahan dari tahun 2000 ke 2014? 2. Bagaimana prediksi perubahan penggunaan lahan tahun 2025?

3. Apakah terjadi ketidakselarasan penggunaan lahan terhadap Rencana Tata Ruang Wilayah?

4. Bagaimana emisi tahun 2014 dan emisi hasil prediksi tahun 2025 5. Bagaimana arahan penggunaan lahan.

Tujuan Penelitian

Tujuan utama dari penelitian ini adalah untuk memodelkan perubahan penggunaan lahan dan menganalisis keselarasan penggunaan lahan terhadap RTRW. Adapun tujuan antara penelitian untuk mendapatkan tujuan utama adalah sebagai berikut:

1. Mengidentifikasi perubahan penggunaan lahan tahun 2000 ke 2014. 2. Memodelkan perubahan penggunaan lahan tahun 2025.

3. Mengidentifikasi keselarasan penggunaan lahan terhadap RTRW.

4. Menghitung nilai emisi CO2 yang disebabkan oleh perubahan penggunaan lahan.

5. Merumuskan arahan rencana penggunan lahan.

Manfaat Penelitian

1. Sebagai informasi untuk menentukan langkah-langkah perbaikan yang perlu dilakukan guna mengantisipasi dampak buruk dari inkonsistensi RTRW dan memberikan arahan bagi Pemerintah Kabupaten Pontianak dalam melakukan evaluasi dan revisi terhadap RTRW Kabupaten Pontianak;

(20)

Kerangka Penelitian

Pertumbuhan penduduk yang cepat dan adanya pergeseran aktivitas sosial ekonomi dapat menyebabkan adanya kompetisi pemanfaatan lahan/ruang, yang nantinya akan terjadi perubahan penggunaan lahan. Perubahan penggunaan lahan yang terjadi dapat dimodelkan untuk menghasilkan prediksi perubahan penggunaan lahan kedepan. Hasil prediksi ini dapat dijadikan sebagai kontribusi untuk memperbaiki Rencana Tata Ruang Wilayah ada ataupun Rencana Tata Ruang ini dapat dijadikan sebagai batasan suatu perubahan dapat terjadi dimasa depan. Penggunaan lahan yang tidak selaras dengan RTRW dapat menyebabkan penyimpangan pemanfaatan ruang yang nantinya akan memberikan dampak negatif terhadap lingkungan, sehingga agar penyimpangan tidak terjadi maka penggunaan lahan dapat diarahkan dengan memperhatikan faktor lingkungan dan kemampuan lahannya. Pemanfaatan lahan yang sesuai dengan kemampuan lahan dapat mempertahankan kualitas lahan agar dapat dimanfaatkan dalam waktu yang lama. Arahan penggunaan lahan tersebut dapat dijadikan sebagai rekomendasi perbaikan RTRW yang lebih baik. Secara garis besar kerangka pemikiran

(21)

2 TINJAUAN PUSTAKA

Penutupan dan Penggunaan Lahan

Penutupan lahan (land cover) menurut Lillesand et al. (2004) terkait dengan segala jenis dan kenampakan terkini dari permukaan bumi atau perwujudan secara fisik (visual) dari vegetasi, benda alam, dan unsur-unsur budaya yang ada di permukaan bumi tanpa memperhatikan kegiatan manusia terhadap obyek tersebut. Definisi penutupan lahan sendiri dipisahkan dari definisi penggunaan lahan. Istilah penggunaan lahan lebih terkait dengan aktifitas ekonomi dan fungsi ekonomis dari sebidang lahan. Pengetahuan tentang penutupan dan penggunaan lahan penting artinya dalam perencanaan, pengelolaan, pemodelan dan pemahaman tentang sistem kebumian.

Secara umum penggunaan lahan di Indonesia merupakan akibat nyata dari suatu proses yang lama dari adanya interaksi yang tetap, adanya keseimbangan, serta keadaan dinamis antara aktifitas-aktifitas penduduk diatas lahan dan keterbatasan-keterbatasan di dalam lingkungan tempat hidup para penduduk. Penggunaan lahan merupakan hasil akhir dari setiap bentuk campur tangan kegiatan (intervensi) manusia terhadap lahan di permukaan bumi yang bersifat dinamis dan berfungsi untuk memenuhi kebutuhan hidup baik material maupun spiritual.Penggunaan lahan dapat dikelompokan ke dalam dua golongan besar yaitu penggunaan lahan pertanian dan penggunaan lahan bukan pertanian.

Penggunaan lahan pertanian dibedakan berdasarkan pola penyediaan air dan komoditas diusahakan atau jenis tumbuhan atau tanaman yang terdapat di atas lahan tersebut. Berdasarkan hal ini dikenal macam penggunaan lahan seperti tegalan (pertanian lahan kering atau pertanian pada lahan tidak beririgasi), sawah, kebun kopi, kebun karet, padang rumput, hutan produksi, hutan lindung, padang alang-alang, dan sebagainya. Penggunaan lahan bukan pertanian dapat dibedakan ke dalam lahan kota atau desa (pemukiman), industri, rekreasi, pertambangan dan sebagainya (Arsyad 2006).

Pengelompokkan penggunaan lahan pertanian seperti dikemukakan di atas adalah pengelompokan yang sangat kasar. Hal ini karena pengelompokan tersebut belum mempertimbangkan berbagai aspek lain penggunaan lahan seperti: skala usaha dan luas tanah yang diusahakan, intensitas penggunaan input, penggunaan tenaga kerja, orientasi pasardan sebagainya. Jika faktor-faktor tersebut dimasukkan maka akan didapatkan tipe penggunaan lahan yang lebih rinci.

Perubahan Penggunaan Lahan

(22)

sisi lain luasan lahan tetap. Dengan demikian perubahan penggunaan lahan tidak dapat dihindari (Munibah 2008).

Struktur yang berkaitan dengan perubahan penggunaan lahan menurut Saefulhakim (1999) secara umum dapat dikelompokan menjadi tiga, yaitu: (1) struktur permintaan atau kebutuhan lahan, (2) struktur penawaran atau ketersediaan lahan, dan (3) struktur penguasaan teknologi yang berdampak pada produktivitas sumberdaya alam.

Rustiadi et al. (2006) mengemukakan bahwa alih fungsi lahan sering kali memiliki permasalahan-permasalahan yang saling terkait satu sama lain. Dengan demikian, alih fungsi lahan tidak bersifat independen dan tidak dapat dipecahkan dengan pendekatan yang parsial namun memerlukan pendekatan-pendekatan yang integratif. Permasalahan-permasalahan tersebut berupa: (1) efisiensi alokasi dan distribusi sumberdaya dari sudut ekonomi, (2) keterkaitannya dengan masalah pemerataan dan penguasaan sumberdaya, dan (3) keterkaitannya dengan proses degradasi dan kerusakan sumberdaya alam dan lingkungan hidup.

Irawan (2005) mengemukakan bahwa, konversi lahan pertanian pada dasarny aterjadi akibat adanya persaingan dalam pemanfaatan lahan antar sektor pertanian dan sektor non-pertanian. Persaingan dalam pemanfaatan lahan tersebut muncul akibat adanya tiga fenomena ekonomi dan sosial yaitu: (a) keterbatasan sumber daya lahan, (b) pertumbuhan penduduk, dan (c) pertumbuhan ekonomi. Pertumbuhan ekonomi cenderung mendorong permintaan lahan untuk kegiatan non-pertanian pada tingkat yang lebih tinggi dibandingkan permintaan lahan untuk kegiatan pertanian. Hal ini disebabkan karena permintaan produk non-pertanian lebih elastis terhadap pendapatan. Meningkatnya kelangkaan lahan (akibat pertumbuhan penduduk) yang dibarengi dengan meningkatnya permintaan lahan untuk kegiatan non-pertanian (akibat pertumbuhan penduduk) mendorong terjadinya konversi lahan pertanian.

Sistem Infromasi Geografis

SIG adalah suatu teknologi baru yang pada saat ini menjadi alat bantu (tools) yang sangat essensial dalam menyimpan, memanipulasi, menganalisis dan menampilkan kondisi-kondisi alam dengan bantuan data atribut dan spasial. Secara umum, terdapat dua jenis data yang dapat digunakan untuk merepresentasikan atau memodelkan fenomena-fenomena yang terdapat di dunia nyata. Data pertama adalah jenis data yang merepresentasikan aspek-aspek keruangan dari fenomena yang bersangkutan. Jenis data ini sering disebut sebagai data posisi, koordinat, ruang atau spasial, sedangkan yang kedua adalah jenis data yang merepresentasikan aspek-aspek deskriptif dari fenomena yang memodelkannya. Aspek deskriptif ini mencakup items atau properties dari fenomena yang bersangkutan hingga dimensi waktunya. Jenis data ini sering disebut sebagai data atribut atau data non-spasial (Prahasta 2002).

(23)

diasosiasikan sebagai peta yang berorde tinggi, yang juga mengoperasikan dan menyimpan data non spasial.

SIG berdasarkan operasinya, dapat dibagi dalam (1) cara manual, yang beroperasi memanfaatkan peta cetak (kertas/transparan), bersifat data analog, (2) cara terkomputer atau lebih sering disebut cara otomatis, yang prinsip kerjanya menggunakan komputer sehingga datanya merupakan data digital. SIG manual biasanya terdiri dari beberapa unsur data termasuk peta-peta lembar material transparasi untuk tumpang-tindih. Foto udara dan foto lapangan, laporan-laporan statistik dan laporan-laporan survei lapangan (Barus dan Wiradisastra, 2000).

Land Use Change Model

Land use change models adalah alat untuk mendukung analisis perubahan penggunaan lahan yang dinamis. Analisis dengan land use change models dapat digunakan untuk mendukung perencanaan wilayah untuk pengambilan kebijakan. Banyak metode yang dipergunakan dalam pemodelan penggunaan lahan yang dikembangkan dari beberapa disiplin ilmu. Enam konsep penting yang dipergunakan dalam pemodelan penggunaan lahan, yaitu:

1. Level analisis

2. Dinamika perbedaan skala data yang dipergunakan 3. Tekanan perubahan

4. Interaksi spasial dan efek ketetanggaan 5. Dinamika temporal, dan

6. Level integrasi data

Keenam konsep tersebut memberikan variasi hasil yang diperoleh juga. Penggabungan beberapa aspek penting dalam pemodelan land use sangat membutuhkan pengembangan pemodelan data terkini yang mempunyai karakteristik multi-skala dari sistem penggunaan lahan, penerapan teknik baru untuk memperoleh efek ketetanggaan, penyatuan dinamika temporal dan perolehan tingkatan yang lebih tinggi antara pendekatan-pendekatan keilmuan antara pemodelan perencanaan wilayah dan dinamika penggunaan lahan serta formulasi kebijakan dalam penggunaan lahan.

Pemodelan sangat berguna untuk menyatukan perbedaan yang kompleks dari sosial ekonomi dan biofisik yang sangat mempengaruhi tingkatan dan pola spasial perubahan penggunaan lahan serta untuk memroyeksi efek dari perubahan penggunaan lahan. Manfaat lain dari pemodelan penggunaan lahan yakni untuk mendukung kemampuan dalam menganalisis perubahan penggunaan lahan dan selanjutnya diperlukan untuk pengambilan keputusan (Peter et al. 2004).

Pemodelan Perubahan Penggunaan Lahan dengan Metode Artificial Neural

Network

(24)

tiruan dari kemampuan otak untuk membaca pola dan belajar dari kesalahan percobaan, sehingga hubungan antar data dapat teramati (Pijanowski et al. 2002). Untuk penelitian yang menggunakan data dengan ukuran besar sangat mungkin dilakukan dengan ANN. ANN memiliki kapasitas besar untuk mempelajari data dengan jumlah besar. Metode ini juga dapat memahami hubungan nonlinier kompleks dari input-output diantara kategori penggunaan lahan pada setiap langkah dari proses model(Basse et al. 2014).

Sebuah ANN dilatih untuk mengenali dan menggeneralisasi hubungan antara satu set input dan output. Tidak seperti kebanyakan aplikasi komputer, ANN tidak diprogram, melainkan diajarkan untuk memberikan jawaban yang bisa diterima untuk masalah tertentu. Input dan output nilai dikirim ke ANN, bobot-bobot ditetapkan dalam jaringan arsitektur ANN, dan ANN berulang kali menyesuaikan hubungan antar bobot sampai berhasil menghasilkan nilai output yang sesuai dengan nilai-nilai asli. Matriks berbobot interkoneksi ini memungkinkan jaringan saraf untuk belajar dan mengingat (Elsafi 2014).

Multi-layer Perceptron (MLP) adalah jaringan syaraf yang dijelaskan oleh Rumelhart et al. (1986) dalam Pijanowski et al. (2002), merupakan salah satu bentuk arsitektur jaringan ANN yang paling banyak digunakan. Bentuk MLP umumnya terdiri dari tiga jenis layer dengan topologi jaringan (Gambar 2), yaitu lapisan masukan ((I) input layer) dimana pada lapisan ini variabel bebas dan vairabel terikat dimasukkan, lapisan tersembunyi ((H) hidden layer) merupakan lapisan dimana fungsi-fungsi aktivasi (perkalian input dengan bobot) terjadi dan lapisan keluaran ((O) output layer) yang dapat digunakan untuk mengidentifikasi suatu hubungan non-linier di kehidupan nyata (Rumelhart et al. 1986 dalam Pijanowski et al. 2002).

Pemodelan ini merupakan pemodelan yang berbasis grid atau sel, dimana sel-sel inti tersebut berinteraksi dengan sel-sel tetangga. Setiap sel mempunyai satu dari beberapa kemungkinan perubahan dimana aturan perubahan dari setiap sel dapat berupa rumus sederhana, stokastik dan deterministik.

Gambar 2 Ilustrasi multi-layer perceptron

(25)

menguji jaringan menggunakan semua piksel dari input dan (4) menggunakan informasi yang telah dihasilkan oleh jaringan untuk memroyeksi perubahan pengunaan lahan (Atkinson dan Tatnall 1997 dalam Kubangun 2015).

Kelebihan dari pendekatan ANN yaitu memiliki kemampuan untuk dapat menggunakan fungsi yang bersifat non-linear, melakukan model bebas dari estimasi fungsi, untuk memperlajari hubungan antar setiap data yang tidak diketahui, dan untuk menggeneralisasikan situasi yang tidak terlihat (Mas 2004).

3 METODOLOGI PENELITIAN

Lokasi dan waktu penelitian

Penelitian dilakukan pada bulan Januari 2015 hingga April 2016. Lokasi penelitian yaitu Kabupaten Pontianak secara geografis terletak pada 1º10˝LU dan 0º35˝LS serta diantara 109º45˝ - 111º11˝ BT (Gambar 3).

Jenis Data, Sumber Data dan Alat penelitian

Data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari data primer sekunder. Data primer berupa Citra Landsat Kabupaten Pontianak tahun 2000, 2006 dan 2014. Data sekunder yang digunakan secara umum dibagi atas data spasial dan data atribut yang di dapat dari berbagai sumber. Bahan yang akan digunakan ditunjukkan dalam Tabel 1 dan software yang digunakan ditunjukkan dalam Tabel 2 . Matriks jenis data, sumber data, metode dan keluaran untuk masing-masing tujuan tertera pada Tabel 3.

Analisis dan Pengolahan Data

Penelitian ini secara garis besar dapat dibagi menjadi lima tahap kegiatan yang menggabungkan teknik pengembangan wilayah dengan penginderaan jauh yaitu: (1) Tahap persiapan dan pengumpulan data, (2) Tahap pengolahan data spasial, (3) Tahap pengecekan lapang, (4) Tahap analisis data, dan (5) Tahap penyusunan tesis.

Tahap Persiapan dan Pengumpulan Data

(26)

proses kerja metode tersebut. Secara umum diagram alir penelitian disajikan pada Gambar 4, dan secara rinci disajikan pada Gambar 5,6 dan 7.

Tabel 1 Bahan yang digunakan dalam penelitian

No Data Sumber Manfaat/kegunaan

1 Citra landsat TM 7

3 Cadangan karbon IPCC/ BAPPENAS Peta penggunaan lahan

dan pedoman

Bappeda Kab. Pontianak Peta Rencana Tata ruang Kab. Pontianak

Tabel 2 Software yang digunakan dalam penelitian

No Software Fungsi

1 Idrisi Selva Pemodelan perubahan penggunaan lahan 2 ArcGis 9.3 Interpretasi citra

(27)
(28)

Citra landsat tahun 2000 dan 2014

Interpretasi

Peta penggunaan lahan tahun 2000 dan 2014

Land change modeler

Variabel independen

Peta prediksi penggunaan lahan tahun 2025

Keselarasan terhadap RTRW

RTRW

Emisi Kemampuan lahan

Arahan penggunaan lahan

(29)

Citra landsat tahun 2000, 2014

Peta jalan Peta sungai Peta jarak

permukiman

distance

Jarak ke jalan

utama Jarak ke sungai Peta kepadatan penduduk

Peta perkebunan, pertanian

(30)

Peta penggunaan lahan tahun 2014

Peta penggunaan lahan tahun 2025

Perhitungan perubahan simpanan karbon

Simpanan karbon tahun 2014

Simpanan karbon tahun 2025

Trenn emisi historis

Gambar 6. Tahap analisis perhitungan emisi

Peta penggunaan lahan tahun 2014

Peta penggunaan lahan tahun 2025

RTRW Kabupaten Pontianak

Overlay

Keselarasan peta penggunaan lahan tahun 2014 terhadap RTRW

Keselarasan peta penggunaan lahan tahun 2025 terhadap RTRW

Emisi historis Kemampuan lahan

Arahan penggunaan lahan

(31)

Tabel 3 Matriks tujuan, metode analisis, data, sumber data dan output

No Tujuan Analisis Data dan Sumber data Keluaran (Outpu)t

1 Mengidentifikasi perubahan penggunaan lahan dan pengolahan data atribut dan spasial untuk peubah bebas

SIG (interpretasi visual, euclidean distance)

Citra landsat tahun 2000, 2014 dan 2015, peta jalan, peta sungai, jumlah penduduk dan kepadatan penduduk (http://glovis.usgs.gov/, BIG, BPS )

peta penggunaan lahan, variabel independen (Jarak dari jalan, jarak dari sungai, jarak antar pemukiman, jarak dari perkebunan, pertanian lahan kering, pertanian lahan kering campur semak, peta kepadatan

Peta penggunaan lahan 2000 dan 2014, variabel independen (Jarak dari jalan, jarak dari sungai, jarak antar pemukiman, jarak dari perkebunan, pertanian lahan kering, pertanian lahan kering campur semak, peta kepadatan penduduk)

peta prediksi penggunaan lahan tahun 2025

3 Analisis keselarasan penggunaan lahan terhadap

Peta penggunaan lahan tahun 2014 dan prediksi 2025 terhadap Peta RTRW (2014-2034) Kabupaten Pontianak (Bappeda Kabupaten Pontianak )

kelas keselarasan penggunaan lahan terhadap RTRW (2014-2034)

4 Memperkirakan laju emisi CO2 yang disebabkan oleh

Faktor emisi (IPCC 2006 dan BAPPENAS 2014) peta perubahan penggunaan lahan

Emisi (ton CO2) tahun 2014 dan 2025

5 Memberikan arahan pengunaan lahan

Kemampuan lahan, emisi (ton CO2)

Kemampuan lahan (Peta lereng, peta jenis tanah, peta tekstur, peta drainase); Peta keselarasan; sumber emisi CO2

(32)

Tahap Pengolahan Data

Identifikasi Perubahan Penggunaan Lahan dan Pengolahan Data Atribut dan Spasial untuk Peubah Bebas

Aktifitas ini dimulai dengan melakukan koreksi geometri terhadap citra Landsat ETM. Koreksi geometri bertujuan agar posisinya sesuai dengan posisi objek di permukaan bumi. Citra Landsat tahun 2000 dan 2014 yang telah dikoreksi yang kemudian selanjutnya dilakukan intepretasi secara visual untuk mendapatkan peta penggunaan lahan yang menghasilkan 14 kelas penggunaan berdasarkan klasifikasi Badan Planologi Kementrian Kehutanan. Hasil interpretasi kemudian di verifikasi untuk mengetahui akurasi interpretasi yang dilakukan interpreter. Uji hasil interpretasi dilakukan dengan mereferensi pada pengecekan lapang dan citra resolusi tinggi yang didapat dari Google Earth. Pengecekan lapang bertujuan untuk mengetahui kebenaran objek atau penggunaan lahan dari hasil interpretasi terhadap kenyataan di lapang. Pengecekan data lapang dilakukan dengan mengambil titik-titik sampel di peta yang dilakukan secara acak berdasarkan pengelompokan jenis penggunaan lahan. GPS (Global Positioning System) digunakan sebagai alat bantu untuk mengetahui koordinat titik atau posisi dari lokasi penggunaan lahan yang akan dicek atau yang sudah dicek. Setelah melakukan pengecekan lapang, kemudian dilakukan reinterpretasi dan perbaikan peta penggunaan lahan agar sesuai dengan kenyataan di lapangan sehingga diperoleh hasil akhir yang memiliki tingkat akurasi yang tinggi.

Peubah bebas yang digunakan yaitu jarak dari jalan, jarak dari sungai, jarak dari pemukiman, kepadatan penduduk, jarak dari perkebunan, jarak dari pertanian lahan kering dan jarak dari pertanian lahan kering campur semak. Jarak dari jalan merupakan faktor pendorong perubahan dari segi ekonomi. Semakin dekat dengan jalan maka peluang terjadinya perubahan penggunaan lahan semakin besar karena akses semakin mudah. Jarak dari sungai, jarak dari pemukiman, jarak dari perkebunan, jarak dari pertanian lahan kering dan jarak dari pertanian lahan kering campur semak merupakan faktor pendorong terjadinya perubahan berkaitan dengan budaya masyarakat. Budaya masyarakat yang hidup bergantung pada sumber air dan mata pencaharian (pertanian dan perkebunan), maka semakin dekat dengan sumber air dan mata pencaharian, maka semakin banyak peluang terjadinya perubahan karena banyaknya faktor campur tangan manusia. Begitu juga dengan jarak dari pemukiman, semakin dekat jarak dari pemukiman maka semakin besar terjadinya perubahan penggunaan lahan karena kebutuhan manusia yang bergantung pada alam untuk memenuhi kebutuhan hidupnya

Peta jalan dan sungai diperoleh dari peta RBI. Peta jarak dari jalan, sungai, pemukiman, perkebunan, pertanian lahan kering, pertanian lahan kering campur semak dihitung berdasarkan euclidean, yaitu jarak dari satu objek ke objek yang lainnya. Persamaan matematik untuk menghitung Euclidean Distance disajikan pada persamaan di bawah ini (ESRI ArcMap 2010 dalam Yulianto 2014).

(33)

piksel x. Xjp adalah lokasi titik p pada posisi j sumbu piksel y. ip adalah titik ke-

1,2, 3, … , p.

Sementara itu, peta jumlah penduduk dibuat dengan asumsi bahwa populasi penduduk menyebar secara sirkular dengan jari-jari 2 km dan populasi akan bertambah besar ketika mendekati pusatnya (Alberto dan Dasanto 2010). Rumus proporsi populasi yaitu:

P = 0.2402 * e (-0.9464 * (peta jarak ke pemukiman)/1000)

dimana jarak ke pemukiman dalam satuan meter. Peta kepadatan penduduk per-piksel dibuat dengan rumus :

Pd = ρ* A * P * C

Keterangan:

Pd : peta kepadatan penduduk per piksel

ρ : kepadatan penduduk non-spasial (penduduk/km2)

A : luas wilayah penyebaran populasi (km2) = 3.14 * (2 km)2 = 12.5 km2 P : proporsi populasi

C : faktor konversi, dari 1 km2 ke 1 piksel

Pembuatan Model dan Peta Prediksi Penggunaan Lahan

(34)

Analisis Ketidakselarasan Penggunaan Lahan terhadap RTRW

Tujuan analisis ini adalah untuk melihat seberapa jauh tingkat penyimpangan pemanfaatan ruang terhadap RTRW. Analisis dilakukan dengan membandingkan peta RTRW dengan peta penutupan/penggunaan lahan tahun 2014 dan prediksi penggunaan lahan tahun 2025 dengan cara menumpangtindihkan peta RTRW dengan peta penutupan/penggunaan lahan. Konsep yangditerapkan dalam menentukan ketidakselarasan penggunaan lahan terhadap RTRW adalah dengan berdasar pada konsep land rent, yaitu konsep dimana suatu penggunaan yang memiliki nilai land rent lebih tinggi dibandingkan dengan apa yang telah ditetapkan oleh RTRW maka penggunaan ini termasuk dalam kategori penggunaan lahan yang tidak selaras terhadap RTRW. Tumpangtindih peta penggunaan lahan dan peta RTRW akan menghasilkan sebuah peta yang kemudian dijadikan sebagai basis data dalam analisis ketidakselarasan RTRW. Basis data SIG yang menyangkut data atribut RTRW dan penutupan lahan tahun 2014 di-eksport ke microsoft excel dan diolah.

Pengolahan atribut dilakukan dengan cara membuat kolom baru yang memberikan informasi mengenai jenis penutupan lahan yang berada pada kawasan-kawasan yang telah ditetapkan dalam RTRW. Hasil pengolahan data tersebut dikembalikan ke dalam basis data SIG, untuk menampilkan keselarasan penggunaan lahan terhadap RTRW. Dengan mengetahui lokasi yang penggunaan lahannya tidak selaras terhadap RTRW dapat diberi arahan agar penggunannya sesuai dengan kemampuan lahan. Tabel analisis keselarasan penggunaan lahan terhadap RTRW ditunjukkan pada Tabel 4.

Memperkirakan Laju Emisi CO2

Untuk melihat seberapa besar emisi dari perubahan penggunaan lahan di suatu wilayah dapat diduga dari analisis perubahan simpanan karbon bimassa. Dalam penelitian ini metode perhitungan mengacu pada IPCC (Intergovernmental Panel on Climate Change) Guideline dan nilai C yang bersumber dari BAPPENAS (Tabel 5) . Dalam IPCC setidaknya terdapat dua pendekatan utama dalam penghitungan emisi dari sektor berbasis lahan, yaitu stock-diffference dan gain loss. Pendekatan stock-difference merupakan salah satu pendekatan yang sudah banyak digunakan untuk memperkirakan emisi berbasis penggunaan lahan dikarenakan ketersediaan data yang relatif lebih mudah dibandingkan dengan pendekatan yang lain. Formulasi untuk memperkirakan laju emisi berdasarkan perubahan cadangan karbon tersebut terdapat pada formula berikut (IPCC 2006) :

ΔC = ( Ct2– Ct1 ) / ( t2– t1 )

Keterangan :

ΔC : Cadangan karbon pada skala bentang lahan (ton C/tahun) Ct1 : Cadangan karbon pada waktu t1 (ton C)

Ct2 : Cadangan karbon pada waktu t2 (ton C)

(35)

ΔC AFOLU = ΔC FL + ΔC CL + ΔC GL + ΔC WL + ΔC SL + ΔC OL

Keterangan :

ΔC : Perubahan cadangan karbon

AFOLU : Lahan pertanian, hutan dan penggunaan lain (agriculture, forestry and other land use)

FL : Hutan ( forest land)

CL : Lahan pertanian (cropland)

GL : Padang rumput (grassland)

WL : Lahan basah/lembab (wetlands)

SL : Permukiman (settlement)

OL : Penggunaan lahan lain (other land use)

Klasifikasi Kemampuan Lahan untuk Arahan Penggunaan Lahan

Analisis klasifikasi kemampuan lahan dilakukan dengan tujuan sebagai dasar penentuan arahan penyempurnaan penaataan ruang di Kabupaten Pontianak. Analisis ini dilakukan untuk melihat kemampuan suatu lahan untuk selanjutnya penggunaannya dapat diarahkan sesuai dengan kemampuannya. Penggunaan lahan yang nanti akan di arahkan penggunaannya adalah lahan yang potensial selaras dan lahan yang tidak selaras terhadap pola ruang RTRW.

Analisis ini dilakukan dengan berdasar pada Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 17 tahun 2009 dan Arsyad 2006. Metode ini menjelaskan cara mengetahui alokasi pemanfaatan ruang yang tepat berdasarkan kemampuan lahan untuk pertanian yang dikategorikan dalam bentuk kelas dan subkelas. Dengan metode ini dapat diketahui lahan yang dapat digunakan sebagai lahan budidaya.

(36)

Tabel 4. Keselarasan penggunaan lahan terhadap RTRW

Keterangan: a: Selaras

(37)

Tabel 5 Nilai cadangan karbon untuk masig-masing penggunaan lahan di Kalimantan

Tipe penggunaan Lahan Stock (Ton Dm)

Belukar 63.8

Belukar Rawa 63.8

Hutan Lahan Kering Primer 269.4

Hutan Lahan Kering Sekunder 203.3

Hutan Mangrove Primer 263.9

Hutan Mangrove Sekunder 201.7

Hutan Rawa Primer 274.8

Hutan Rawa Sekunder 170.5

Permukiman 10.6

Perkebunan 134.0

Pertambangan -

Pertanian Lahan Kering 21.3

Pertanian Lahan Kering Campur 63.8

Sawah 4.3

Tambak -

Tanah Terbuka 5.3

Sumber: BAPPENAS 2014

Tabel 6 Kriteria klasifikasi kemampuan lahan

No Faktor penghambat Kelas kemampuan lahan

I II III IV V VI VII VIII

(*) : dapat mempunyai sembarang sifat penghambat

(**) : tidak berlaku

Tekstur : ah: agak halus; h: halus; ak: agak kasar; k: kasar; s: sedang

Erosi : e0: tidak ada; e1: ringan; e2: sedang; e3: agak berat; e4: berat; e5: sangat berat

Drainase : d0: berlebih; d1: baik; d2: agak baik; d3: agak buruk; d4: buruk; d5: sangat buruk

Kepekaan Erosi : KE1: sangat rendah; KE2: rendah; KE3: sedang; KE4: agak tinggi; KE5: tinggi; KE6: sangat rendah

(38)

4 KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

Kondisi Geografis

Kabupaten Pontianak adalah salah satu kabupaten di Provinsi Kalimantan Barat. Kabupaten Pontianak merupakan daerah yang terletak di tengah-tengah dan berada di bagian utara Provinsi Kalimantan Barat. Dilihat dari letak geografisnya Kabupaten Pontianak terletak di antara 1° 10” Lintang Utara dan 0° 35” Lintang Selatan serta di antara 109° 45”, 111° 11” Bujur Timur (Gambar 8).

Secara administratif, batas wilayah Kabupaten Pontianak adalah bagian utara berbatasan dengan Kab. Bengkayang, bagian selatan dengan Kab. Kubu Raya dan Kota Pontianak, bagian barat berbatasan dengan Selat Karimata, dan bagian timur berbatasan dengan Kab. Landak.

Topografi

Secara umum wilayah Kabupaten Pontianak merupakan dataran rendah sedikit berbukit. Sebagian daerah daratan ini berawa-rawa bercampur gambut dan hutan mangrove. Dataran alluvial, dataran dan rawa merupakan bentuk lahan yang mendominasi di wilayah ini dengan masing-masing luasannya 25.56%, 30.35% dan 31.57% dari total luasan, sisanya adalah bentuk lahan berbukit (10.46%) dan rawa pasang surut (2.06%)

Lereng

(39)
(40)

Gambar 9 Peta kelas kemiringan lereng

Sumber: Peta landsystem skala 1:250 000 (RePProt)

Iklim

(41)

mencapai 385.2 milimeter, sedangkan rata-rata curah hujan terendah terjadi pada bulan Maret, yaitu mencapai 51.1 milimeter. Pada tahun 2014, jumlah hari hujan di kabupaten Pontianak berkisar antara 2-24 hari hujan. Jumlah hari hujan tertinggi terjadi pada bulan Agustus mencapai 24 hari hujan dan jumlah hari hujan terendah terjadi pada bulan Februari yang mencapai 2 hari hujan.

Kabupaten Pontianak mempunyai kelembaban udara (lembab nisbi) relatif tinggi dimana pada tahun 2014 rata-rata berkisar 80 persen sampai 85 persen. Suhu Udara di suatu tempat antara lain ditentukan oleh tinggi rendahnya tempat tersebut dari permukaan air laut dan jaraknya dari pantai. Berdasarkan data dari stasiun Meteorologi Pontianak tahun 2014, temperatur udara rata-rata berkisar antara 26.0ºC sampai dengan 28.0ºC. Temperatur udara maksimum terjadi pada bulan Juli yaitu sebesar 32.7ºC, sedangkan temperatur udara minimum terjadi pada bulan Januari, yaitu sebesar 23.1ºC. Grafik banyaknya curah hujan dan hari hujan berdasarkan data dari Kabupaten Pontianak dalam angka, disajikan pada Gambar 10 (BPS Kabupaten Pontianak tahun 2015).

Tabel 7 Persentase kelas kemiringan lereng Kelas Kemiringan Lereng/Bentuk

Wilayah Kemiringan Lereng (%) Persentase (%)

Datar 0 – 3 10.72

Landai/berombak 3 – 8 35.46

Agak miring/bergelombang 8 – 15 38.10

Miring/berbukit 15 – 30 4.06

Agak curam/bergunung 30 – 45 5.20

Curam >45 6.45

Total 100

Gambar 10 Banyaknya curah hujan dan hari hujan bulanan

(42)

Jenis Tanah

Klasifikasi jenis tanah berdasarkan USDA yang terdapat di Kabupaten Pontianak adalah jenis tanah dari ordo Inceptisol, Entisol, Histosol dan Ultisol. Jenis tanah Inceptisol merupakan jenis tanah yang paling dominan terdapat di Kabupaten Pontianak, yaitu seluas 74 347 ha. Peta jenis tanah Kabupaten Pontianak disajikan pada Gambar 11.

Demografi Wilayah dan Jumlah Penduduk Tahun 2014

Dari sisi demografi, jumlah penduduk Kabupaten Pontianak dalam kurun waktu lima tahun terakhir selalu mengalami peningkatan. Berdasarkan hasil sensus penduduk, jumlah penduduk Kabupaten Pontianak pada tahun 2010 sebanyak 234 021 jiwa, pada tahun 2011 sebesar 238 391 jiwa, pada tahun 2012 sebanyak 242 095 jiwa, sedangkan pada tahun 2013 berjumlah 245 924 jiwa. Pada tahun 2014 jumlah penduduk Kabupaten Pontianak sebanyak 249 520 jiwa dengan luas sebesar 1 276.9 km² dan kepadatan penduduk sebesar 195 jiwa/km² atau 3 724 jiwa/desa. Berikut merupakan luas wilayah dan jumlah penduduk per kecamatan di Kabupaten Pontianak pada tahun 2014 yang ditunjukkan pada Tabel 8.

Penyebaran penduduk di Kabupaten Pontianak tidak merata antar kecamatan yang satu dengan kecamatan lainnya. Kecamatan yang memiliki kepadatan tertinggi adalah Kecamatan Sungai Pinyuh, sebesar 417 jiwa/km² dan kecamatan yang memiliki kepadatan terendah adalah Kecamatan Sadaniang sebesar 51 orang/Km² dengan luas sekitar 16.75% dari total wilayah Kabupaten Pontianak.

Tabel 8 Luas wilayah dan jumlah penduduk tahun 2014

Kecamatan Luas (Km²) Persen (%) Penduduk (jiwa) Persen (%)

Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupaten Pontianak (2015)

Mata Pencaharian

(43)

Pontianak banyak yang bermata pencahariannya berada di bidang usaha industri, pertanian/perkebunan dan di bidang jasa sosial perseorangan.

Tabel 9 Sektor mata pencaharian penduduk Kabupaten Pontianak

Lapangan Usaha Jumlah

Pertanian/perkebunan 2 164

Pertambangan 130

Industri 2 593

Listrik 159

Bangunan 257

Perdagangan 836

Angkutan 618

Jasa perusahaan 462

Jasa sosial perorangan 1 180

Total 8399

(44)

Gambar 11 Peta jenis tanah Kabupaten Pontianak

(45)

5 HASIL DAN PEMBAHASAN

Identifikasi Perubahan Penggunaan Lahan

Penggunaan lahan di Kabupaten Pontianak

Berdasarkan hasil interpretasi citra, Kabupaten Pontianak memiliki 15 kelas penggunaan lahan yaitu belukar, belukar rawa, hutan mangrove, hutan lahan kering, hutan rawa, lahan kosong, perkebunan, permukiman, pertambangan, pertanian lahan kering, pertanian lahan kering campur semak, rawa, sawah, tambak dan tubuh air. Peta penggunaan lahan hasil klasifikasi disajikan pada Gambar 12 (2000) dan Gambar 13 (2014) sementara proporsi luasan masing-masing penggunaan lahan dapat dilihat pada Tabel 10.

Tabel 10 Persentase luasan penggunaan lahan Kabupaten Pontianak tahun 2000 dan 2014

Penggunaan lahan 2000 2014

(ha) (%) (ha) (%)

Pertanian lahan kering campur semak 51 421 24.87 50 270 24.31

Sawah 5 373 2.60 5 354 2.59

Tambak 333 0.16 384 0.19

Tubuh air 372 0.18 372 018

Jumlah 206 747 100.00 206 747 100.00

Tabel 10 menginformasikan pada tahun 2000 penggunaan lahan terbesar adalah penggunaan lahan hutan rawa, pertanian lahan kering campur semak, dan perkebunan sedangkan pada tahun 2014 adalah perkebunan, pertanian lahan kering campur semak, hutan rawa. Hal ini menunjukkan bahwa pada tahun 2000 daerah Kabupaten Pontianak masih sedikit terjadi campur tangan manusia, sedangkan pada tahun 2014 dengan berbagai faktor ekonomi, sosial dan budaya yang terjadi seperti pertambahan penduduk, kebutuhan manusia akan kebutuhan pangan dan pemenuhan kebutuhan primer lainnya maka terjadi perubahan penggunaan lahan dari hutan menjadi non hutan. Intervensi pemerintah yang ingin meningkatkan nilai PDRB daerah dengan hasil perkebunan juga akan mengakibatkan terjadinya perubahan penggunaan lahan hutan menjadi perkebunan.

(46)

Penggunaan lahan yang mengalami kenaikan terbesar adalah penggunaan lahan perkebunan dengan persentase kenaikan sebesar 10% dari luasan perkebunan tahun 2000. Grafik perubahan penggunaan lahan periode 2000-2014 disajikan pada Gambar 14.

(47)
(48)

Gambar 14 Grafik perubahan penggunaan lahan Kabupaten Pontianak

Keterangan: (1) Belukar (2) Belukar rawa (3) Hutan mangrove (4) Hutan lahan kering (5) Hutan rawa (6) Lahan kosong (7) Perkebunan (8) Permukiman (9) Tambang (10) Pertanian lahan kering (11) Pertanian lahan kering campur semak (12) Sawah (13) Tambak (14) Tubuh air

Model Perubahan Penggunaan Lahan

Model perubahan penggunaan lahan yang dilakukan dalam penelitian ini menggunakan dua titik tahun, yaitu tahun 2000 sebagai titik awal dan tahun 2014 sebagai titik akhir. Pada tahap pertama yaitu tahap analisis perubahan penggunaan lahan dari tahun 2000 ke tahun 2014 yang menghasilkan suatu grafik penambahan dan pengurangan luas dalam tiap penggunaan lahan (Gambar 15). Warna ungu dalam grafik menunjukkan bahwa terjadi pengurangan luasan dalam suatu penggunaan lahan, sedangkan warna hijau menginformasikan bahwa suatu lahan mengalami penambahan luasan.

(49)

Informasi penambahan dan pengurangan luasan untuk hutan rawa dan perkebunan ini disajikan pada Gambar 17, sedangkan besar luasan perubahan yang terjadi diinformasikan pada Tabel 11 untuk hutan rawa dan Tabel 12 untuk penggunaan lahan perkebunan. Total luasan hutan rawa yang terkonversi adalah sebesar 28 130 ha. Penggunaan lahan perkebunan, total penambahan luasannya sebesar 20 788 ha, selain mengalami pertambahan luasan, penggunaan lahan perkebunan juga mengalami sedikit penurunan yaitu penggunaan lahan perkebunan yang berubah mnejadi permukiman sebesar 100 ha dan pertanian lahan kering sebesar 4 ha.

Gambar 15 Perubahan luas penggunaan lahan tahun 2000-2014

Keterangan: (Ta) tubuh air; (Tbk) tambak; (Swh) sawah; (Plkc) pertanian lahan kering campur semak; (Plk) pertanian lahan kering; (Tbg) pertambangan; (Pmk) permukiman; (Kbn) perkebunan; (Lk) lahan kosong; (Hrs) hutan rawa; (Hlks) hutan lahan kering; (Hms) hutan mangrove; (Br) belukar rawa; (B) belukar.

ha

P

engguna

an laha

(50)

Gambar 16 Kelas perubahan penggunaan lahan tahun 2000-2014

(51)

(a)

(b)

Gambar 17 Kontribusi perubahan penggunaan lahan (a) hutan rawa dan (b) perkebunan

Keterangan: (Ta) tubuh air; (Tbk) tambak; (Swh) sawah; (Plkc) pertanian lahan kering campur semak; (Plk) pertanian lahan kering; (Tbg) pertambangan; (Pmk) permukiman; (Kbn) perkebunan; (Lk) lahan kosong; (Hrs) hutan rawa; (Hlks) hutan lahan kering; (Hms) hutan mangrove; (Br) belukar rawa; (B) belukar.

P

engguna

an laha

n

ha

ha

P

engguna

an laha

(52)

Tabel 11 Kontribusi luasan perubahan yang terjadi pada penggunaan lahan hutan rawa

Perubahan penggunaan lahan luas

Ha %

Hutan rawa>belukar rawa 616 2.19

Hutan rawa>lahan kosong 10 619 37.75

Hutan rawa>perkebunan 16 631 59.12

Hutan rawa>pertanian lahan kering campur 264 0.94

Total 28 130 100.00

Tabel 12 Kontribusi luasan perubahan yang terjadi pada penggunaan lahan perkebunan

Perubahan penggunaan lahan luas

Ha %

belukar>perkebunan 109 0.52

Belukar rawa> perkebunan 513 2.47

Hutan lahan kering> perkebunan 533 2.57

Hutan rawa> perkebunan 16 631 80.00

Lahan kosong> perkebunan 130 0.63

Pertanian lahan kering> perkebunan 41 0.19

Pertanian lahan kering campur> perkebunan 2 831 13.62

Total 20 788 100.00

Peningkatan luasan perkebunan dikarenakan nilai ekonomi yang diberikan oleh penggunaan lahan ini lebih tinggi dibandingkan penggunaan lahan lain sehingga hampir sebagian besar lahan hutan rawa terkonversi menjadi lahan perkebunan.

Tahap kedua yang dilakukan dalam model LCM (Land Change Modeler) ini adalah tahap penentuan kelas perubahan penggunaan lahan (transition potentials) dimana pada tahap ini dilakukan perhitungan dan prediksi lokasi terjadinya suatu perubahan penggunaan lahan. Sebelum menentukan prediksi lokasi terjadinya suatu perubahan, dilakukan pengujian nilai Cramer’s V beberapa variabel pendorong untuk melihat keterkaitan antara suatu variabel terhadap perubahan penggunaan lahan yang terjadi. Variabel pendorong yang digunakan dalam pemodelan perubahan penggunaan ini adalah jarak dari jalan, jarak dari sungai, jarak dari pemukiman, kepadatan penduduk, jarak dari perkebunan, jarak dari pertanian lahan kering dan jarak dari pertanian lahan kering campur semak. Semua variabel di uji pengaruhnya terhadap perubahan penggunaan lahan yang terjadi dalam periode 2000-2014. Hasil pengujian tersebut menghasilkan nilai

Cramer’s V antara 0-1, variabel yang memiliki nilai 0 berarti tidak terdapat keterkaitan, sedangkan nilai 1 menunjukkan bahwa suatu variabel memiliki keterkaitan terhadap perubahan penggunaan lahan. Variabel yang dapat di masukkan dalam model adalah variabel dengan nilai overall Cramer’s V > 0.1. Nilai Cramer’s V untuk setiap variabel dapat dilihat pada Lampiran 2. Semua variabel yang diuji memiliki nilai yang memenuhi syarat untuk dimasukkan ke dalam model perubahan.

(53)

penggunaan lahan tahun ke depan. Model perubahan ini memiliki kondisi ideal yang ditentukan oleh software, yaitu RMS 0.01, accuracy rate 100% dan iterasi 10 000, apabila salah satu kondisi tersebut tercapai maka model akan berhenti karena model telah mencapai kondisi ideal. Nilai RMS (Root Means Square) merupakan nilai error atau kesalahan yang diharapkan sekecil mungkin yaitu mencapai 0.01, sementara nilai accuracy rate sebesar 100% menunjukkan ketepatan model tersebut dalam memberikan prediksi peluang perubahan penggunaan lahan yang terjadi. Setelah semua peluang perubahan penggunaan lahan didapatkan, selanjutnya akan dapat dihasilkan peta peluang perubahan. Nilai peta peluang perubahan yang dihasilkan bernilai antara 1-0 dimana semakin mendekati nilai 1 maka suatu daerah akan memiliki peluang yang tinggi untuk berubah menjadi suatu penggunaan lain. Hasil pemodelan dan peta peluang perubahan dapat dilihat pada Lampiran 3. Dari semua pemodelan yang menghasilkan nilai akurasi yang baik, terdapat pula beberapa model peluang perubahan yang menghasilkan nilai akurasi yang buruk yaitu <60% dimana hal ini bisa dikarenakan adanya faktor overfitting, yaitu data yang digunakan dalam proses training dalam pemodelan terlalu sedikit sehingga masih kurang mewakili untuk data lain yang tidak dilakukan training.

Validasi Model

Pemodelan yang sudah dihasilkan divalidasi terlebih dahulu untuk melihat apakah model tersebut baik digunakan untuk memprediksi penggunaan lahan tahun yang akan datang. Validasi dilakukan dengan membandingkan hasil prediksi penggunaan lahan tahun 2015 dengan peta penggunaan lahan aktual tahun 2015 (Gambar 18). Prediksi penggunaan lahan tahun 2015 didapatkan dari hasil analisis markov chain dengan menggunakan data penggunaan lahan tahun 2000 sebagai tahun awal dan penggunaan lahan tahun 2014 sebagai tahun kedua. Hasil prediksi penggunaan lahan tahun 2015 dibandingkan dengan penggunaan lahan tahun 2015 hasil interpretasi dengan menggunakan metode tabulasi silang (crosstab) (Lampiran 4). Perlu diketahui bahwa nilai Kappa atau nilai kesesuaian (kemiripan) antara jumlah kolom dan baris maksimal adalah bernilai 1.00. Menurut Altman (1991) dalam Kubangun (2015) nilai Kappa 0.81-1.00 menunjukkan adanya kesepakatan yang sangat baik, nilai Kappa 0.61-0.80 adalah baik, 0.41-0.60 adalah sedang, 0.21-0.40 adalah kurang dari sedang, dan nilai <0.21 dikatakan buruk. Berdasarkan hasil validasi untuk proyeksi ini menunjukkan bahwa nilai Kappa yang diperoleh adalah sebesar 0.9247 (Lampiran 4). Nilai ini menunjukkan bahwa pemodelan ini tergolong mempunyai

kesepakatan atau kemiripan yang “sangat baik” terhadap kondisi eksisting

(54)

Gambar 18 Peta penggunaan lahan prediksi tahun 2015 dan peta penggunaan lahan aktual tahun 2015

Prediksi Penggunaan Lahan Kabupaten Pontianak Tahun 2025

Prediksi yang dilakukan pada penelitian ini terdiri dari dua jenis skenario, yaitu skenario BAU (Bisnis As Usual) dimana pada skenario ini perubahan mengikuti pola histori yang telah terjadi, dan skenario konservatif, skenario dimana tidak ada konversi hutan dan sawah menjadi penggunaan lahan lain. Seperti yang sudah dilakukan dalam tahap validasi, metode prediksi penggunaan lahan tahun 2025 dilakukan dengan metode yang sama yaitu marcov chain. Matriks peluang terjadinya perubahan penggunaan lahan di tahun 2025 untuk skenario BAU ditunjukkan dalam Tabel 13 dan untuk skenario konservatif ditunjukkan pada Tabel 14.

(55)

Terdapat dua jenis ketentuan yang digunakan sebagai dasar penentuan jenis skenario yang kedua yaitu, UU No.41 Tahun 1999 tentang Kehutanan, dimana UU tersebut menetapkan bahwa luas kawasan hutan yang harus dipertahankan minimal 30% dari luas daerah aliran sungai dan atau pulau dengan sebaran yang proporsional. Ketentuan kedua yang digunakan adalah UU No.41 Tahun 2009 mengenai perlindungan lahan pertanian pangan berkelanjutan yang salah satu tujuannya untuk melindungi kawasan dan lahan pertanian pangan secara berkelanjutan. Dalam skenario ini akan ditetapkan bahwa hutan dan sawah akan tetap dipertahankan peruntukkannya.

Perbandingan luasan penggunaan lahan tahun 2025 untuk skenario BAU dan konservatif disajikan pada Tabel 15. Berdasarkan prediksi tahun 2025 pada kedua skenario, terdapat penggunaan lahan yang sama yang mengalami penambahan dan pengurangan luasan. Penambahan dan pengurangan luasan ini akan mengikuti pola perubahan yang terjadi selama periode 2000-2014. Penggunaan lahan yang mengalami penambahan luasan antara lain penggunaan lahan belukar, lahan kosong, perkebunan, permukiman, pertambangan, dan tambak. Penggunaan lahan yang mengalami penurunan luasan adalah, belukar rawa, hutan mangrove, hutan lahan kering, hutan rawa, pertanian lahan kering, pertanian lahan kering campur semak, dan sawah.

Gambar

Gambar 6. Tahap analisis perhitungan emisi
Tabel 3 Matriks tujuan, metode analisis, data, sumber data dan output
Tabel 4. Keselarasan penggunaan lahan terhadap RTRW
Tabel 5 Nilai cadangan karbon untuk masig-masing penggunaan lahan di
+7

Referensi

Dokumen terkait

Hal ini ditunjukan oleh peningkatan berat badan kelompok KP dan MEMS yang tidak berbeda nyata dengan kelompok kontrol setelah masa replesi (Tabel 2). Tokoferol Plasma

Kehidupan masyarakat di sekitar siswa juga berpengaruh terhadap belajar siswa. Jika kehidupan masyarakatnya memberikan pengaruh yang positif maka siswa akan meniru atau

ovarium, tidak ada sel tumor cairan asites ataupun pada bilasan cairan di asites ataupun pada bilasan cairan di rongga peritonium rongga peritonium Stadium Ic : tumor terbatas

Dalam hal tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21 UU Asuransi dilakukan oleh atau atas nama suatu badan hukum atau badan usaha yang bukan merupakan badan

Karena keputusan mogok tersebut hanya didasari emosi dan tidak direncanakan dengan baik, maka sudah dapat dipastikan bahwa dampak dari mogok spontan tersebut tidak membuat perubahan

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat patogenisitas isolat entomo- patogenik pada serangga hama tanaman pangan (tanaman padi) dan mendapatkan

Penempatan masing- masing lokasi sebagai berikut: 2 plot yang pertama ditempatkan pada daerah tanah yang memiliki rumput dan serasah yang sedikit, 2 plot yang

Apabila di kemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan bahwa dalam Proyek Akhir Arsitektur tahap Landasan Teori dan Program ini terkandung ciri-ciri plagiat dan