• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Biaya dan Kelayakan Pabrik Kelapa Sawit Berangir PTPN IV (Persero) di Kabupaten Labuhan Batu Utara

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis Biaya dan Kelayakan Pabrik Kelapa Sawit Berangir PTPN IV (Persero) di Kabupaten Labuhan Batu Utara"

Copied!
53
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS BIAYA DAN KELAYAKAN

PABRIK KELAPA SAWIT BERANGIR PTPN IV (PERSERO)

DI KABUPATEN LABUHAN BATU UTARA

INDRA YUDHIKA ZULMI

DEPARTEMEN TEKNIK MESIN DAN BIOSISTEM FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Analisis Biaya dan Kelayakan Pabrik Kelapa Sawit Berangir PTPN IV (Persero) di Kabupaten Labuhan Batu Utara adalah benar karya saya dengan arahan dari pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

(4)

ABSTRAK

INDRA YUDHIKA ZULMI. Analisis Biaya dan Kelayakan Pabrik Kelapa Sawit Berangir PTPN IV (Persero) di Kabupaten Labuhan Batu Utara. Dibimbing oleh BAMBANG PRAMUDYA.

Pabrik Kelapa Sawit Berangir PTPN IV (Persero) merupakan salah satu unit dari PT. Perkebunan Nusantara IV (Persero). Tujuan penelitian ini ialah menganalisis biaya dan kelayakan usaha Pabrik Kelapa Sawit Berangir PTPN IV (Persero) di Kabupaten Labuhan Batu Utara dan menganalisis sensitivitas terhadap beberapa kondisi. Metode penelitan ini adalah pengumpulan data dan pengolahan data. Titik impas Pabrik Kelapa sawit Berangir PTPN IV (Persero) dicapai pada produksi 52 447 552.45 kg TBS/tahun. Analisis kelayakan menghasilkan nilai NPV adalah Rp. 269 716 581 186, nilai IRR adalah 67.04%, dan nilai BC Ratio adalah 4.67. Ini berarti, Pabrik Kelapa Sawit Berangir PTPN IV (Persero) layak. Analisis sensitivitas menunjukkan bahwa akan terjadi perubahan tingkat kelayakan jika terjadi kenaikan harga TBS sebesar 20%, penurunan harga CPO sebesar 15%, kenaikan biaya tidak tetap sebesar 20%, penurunan jumlah TBS yang diolah per tahun sebesar 50%, atau kenaikan harga TBS sebesar 15% dan penurunan jumlah TBS yang diolah per tahun sebesar 8%. Kata kunci: Pabrik Kelapa Sawit Berangir PTPN IV (Persero), analisis biaya dan

kelayakan, analisis sensitivitas

ABSTRACT

INDRA YUDHIKA ZULMI. Cost and Feasibility Analysis of Palm Oil Mill Berangir of PTPN IV (Persero) in Northern Labuhan Batu District. Supervised by BAMBANG PRAMUDYA.

Palm Oil Mill Berangir of PTPN IV (Persero) is one of PT. Perkebunan Nusantara IV (Persero) units. The objectives of this reaserch were to analyze the cost and feasibility of palm oil mill Berangir of PTPN IV (Persero), Labuhan Batu Northern District and analyze sensitivity to several conditions. The method of this reaserch are collecting data and data processing. Palm Oil Mill Berangir of PTPN IV (Persero) breakeven point is 52 447 552.45 kg FFB/year. Analysis of the feasibility represents NPV is Rp. 269 716 581 186, IRR is 67.04%, and BC Ratio is 4.67. It means, Palm Oil Mill Berangir of PTPN IV (Persero) was feasible. The sensitivity analysis indicates that changes will occur if the level of eligibility if FFB price increases by 20%, CPO prices decline by 15%, increase in variable costs by 20%, decrease the amount of processed FFB per year by 50%, or FFB price increases of 15% and a decrease in the amount of FFB processed per year by 8%.

(5)

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Teknologi Pertanian

pada

Departemen Teknik Mesin dan Biosistem

ANALISIS BIAYA DAN KELAYAKAN

PABRIK KELAPA SAWIT BERANGIR PTPN IV (PERSERO)

DI KABUPATEN LABUHAN BATU UTARA

INDRA YUDHIKA ZULMI

DEPARTEMEN TEKNIK MESIN DAN BIOSISTEM FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(6)
(7)

Judul Skripsi : Analisis Biaya dan Kelayakan Pabrik Kelapa Sawit Berangir PTPN IV (Persero) di Kabupaten Labuhan Batu Utara

Nama : Indra Yudhika Zulmi NIM : F14080002

Disetujui oleh

Prof Dr Ir Bambang Pramudya, MEng Pembimbing

Diketahui oleh

Dr Ir Desrial, MEng Ketua Departemen

(8)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Judul yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Januari 2014 ini ialah Analisis Biaya dan Kelayakan Pabrik Kelapa Sawit Berangir PTPN IV (Persero) di Kabupaten Labuhan Batu Utara.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Ir Brata Wahyu Rizal selaku Manajer Unit Berangir PTPN IV (Persero) beserta seluruh staf dan karyawan Pabrik Kelapa Sawit Berangir PTPN IV (Persero). Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada Bapak Prof Ir Dr Ir Bambang Pramudya, MEng selaku pembimbing, seluruh dosen dan staf Departemen Teknik Mesin dan Biosistem atas didikan yang diperoleh penulis semasa kuliah.

Secara khusus penulis mengucapkan terima kasih yang mendalam kepada kedua orang tua, adik-adik, dan seluruh keluarga atas dukungan moril dan materi yang diberikan selama penulisan karya ilmiah ini. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua sahabat yang memberikan dukungan dan masukan untuk karya ilmiah ini.

Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

(9)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL ix

DAFTAR GAMBAR ix

DAFTAR LAMPIRAN x

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Perumusan Masalah 2

Tujuan Penelitian 2

Manfaat Penelitian 2

Ruang Lingkup Penelitian 3

TINJAUAN PUSTAKA 3

Pengolahan Kelapa Sawit 3

Mesin-Mesin Pengolahan Kelapa Sawit 4

Analisis Biaya 4

Titik Impas 5

Analisis Kelayakan Finansial 6

Analisis Sensitivitas 7

METODE 7

Alat 8

Prosedur Analisis Data 8

Pengumpulan Data 8

Analisis Data 9

HASIL DAN PEMBAHASAN 11

Latar Belakang Perusahaan 11

Alat dan Mesin Pengolahan Kelapa Sawit 13

Biaya Tetap 13

Biaya Tidak Tetap 15

Biaya Investasi 16

Kapasitas Pabrik 17

Jumlah Rata-Rata TBS yang Diolah per Hari dan Jam Kerja per Hari 19

(10)

Biaya Pokok 20

Penerimaan Pabrik 20

Analisis Titik Impas 20

Analisis Kelayakan Finansial 22

Analisis Sensitivitas 24

SIMPULAN DAN SARAN 34

Simpulan 34

Saran 34

DAFTAR PUSTAKA 35

LAMPIRAN 36

(11)

DAFTAR TABEL

1 Produksi minyak kelapa sawit dan biji kelapa sawit (ribu ton) tahun

2007-2011 1

2 Biaya tetap pengolahan kelapa sawit di Pabrik Kelapa Sawit Berangir

PTPN IV (Persero) 14

3 Biaya tidak tetap pengolahan kelapa sawit di Pabrik Kelapa Sawit

Berangir PTPN IV (Persero) 15

4 Biaya pembelian TBS Pabrik Kelapa Sawit Berangir

PTPN IV (Persero) 16

5 Biaya investasi Pabrik Kelapa Sawit Berangir PTPN IV (Persero) 17 6 Kapasitas Pabrik Kelapa Sawit Berangir PTPN IV (Persero) 17 7 Kapasitas Pabrik Kelapa Sawit Berangir PTPN IV (Persero)

tahun 2012 18

8 Rata-rata TBS yang diolah per hari dan jam kerja per hari 19 9 Biaya total Pabrik Kelapa Sawit Berangir PTPN IV (Persero) 19 10 Biaya pokok Pabrik Kelapa Sawit Berangir PTPN IV (Persero) 20 11 Penerimaan Pabrik Kelapa Sawit Berangir PTPN IV (Persero) 20 12 Hasil perhitungan NPV Pabrik Kelapa Sawit Berangir

PTPN IV (Persero) 23

13 Perkembangan harga TBS 25

14 Analisis sensitivitas terhadap kenaikan harga TBS 25

15 Perkembangan harga CPO dan KP 27

16 Analisis sensitivitas terhadap penurunan harga CPO 27 17 Analisis sensitivitas terhadap penurunan harga KP 28 18 Analisis sensitivitas terhadap kenaikan biaya tetap 29 19 Analisis sensitivitas terhadap kenaikan biaya tidak tetap 30 20 Analisis sensitivitas serhadap penurunan jumlah TBS yang diolah per

tahun 31

21 Analisis sensitivitas terhadap kenaikan harga TBS dan penurunan

jumlah TBS yang diolah per tahun 32

DAFTAR GAMBAR

1 Struktur organisasi Pabrik Kelapa Sawit Berangir PTPN IV (Persero) 12 2 Grafik titik impas Pabrik Kelapa Sawit Berangir PTPN IV (Persero) 21 3 Grafik analisis NPV terhadap kenaikan harga TBS (a) dan grafik

analisis IRR dan BC Ratio terhadap kenaikan harga TBS (b) 26 4 Grafik analisis NPV terhadap penurunan harga CPO (a) dan grafik

analisis IRR dan BC Ratio terhadap penurunan harga CPO (b) 28 5 Grafik analisis NPV terhadap kenaikan biaya tidak tetap (a) dan grafik

analisis IRR dan BC Ratio terhadap kenaikan biaya tidak tetap (b) 30 6 Grafik analisis NPV terhadap penurunan jumlah TBS yang diolah per

tahun (a) dan grafik analisis IRR dan BC Ratio terhadap penurunan

(12)

7 Grafik analisis NPV terhadap kenaikan harga TBS dan penurunan jumlah TBS yang diolah per tahun (a) dan grafik analisis IRR dan BC Ratio terhadap kenaikan harga TBS dan penurunan jumlah TBS

yang diolah per tahun (b) 33

DAFTAR LAMPIRAN

1 Bagan proses pengolahan kelapa sawit di Pabrik Kelapa Sawit

Berangir PTPN IV (Persero) 35

2 Material balance pengolahan sawit di Pabrik Kelapa Sawit

Berangir PTPN IV (Persero) 36

3 Diagram alir analisis biaya dan kelayakan Pabrik Kelapa Sawit

Berangir PTPN IV (Persero) di Kabupaten Labuhan Batu Utara 37 4 Spesifikasi alat dan mesin pengolahan kelapa sawit di Pabrik Kelapa

Sawit Berangir PTPN IV (Persero) 38

5 Cash flow Pabrik Kelapa Sawit Berangir PTPN IV (Persero) dengan

(13)

Tabel 1 Produksi minyak kelapa sawit dan biji kelapa sawit (ribu ton) tahun 2007 – 2011a

Tahun Minyak sawit Biji sawit

2007 11 437.90 2 593.20

Sektor pertanian memiliki beberapa subsektor, salah satunya adalah subsektor perkebunan. Perkebunan memiliki peranan strategis dalam penyediaan pangan, seperti minyak goreng sawit dan gula yang merupakan salah satu pilar stabilitas ketahanan pangan di Indonesia. Selain itu, perkebunan juga berperan dalam penyerapan tenaga kerja. Peran ini relatif konsisten, baik ketika Indonesia mengalami krisis maupun keadaan normal.

Pengolahan hasil perkebunan didefinisikan sebagai proses yang dilakukan untuk mendapatkan hasil yang lebih baik dari bahan mentah dengan meningkatkan jumlah panen, jumlah hasil yang diproduksi, atau keduanya untuk meningkatkan nilai ekonomis dari produk tersebut dengan meningkatkan kualitas dari hasi penanaman atau dengan menurunkan biaya produksi. Oleh karena itu, industri pengolahan kelapa sawit merupakan keharusan karena buah kelapa sawit memiliki nilai ekonomi rendah jika tidak diolah menjadi CPO (Crude Palm oil) dan KPO (Kernel Palm Oil). CPO dikenal sebagai minyak sawit kasar yang berwarna merah yang berasal dari biji kelapa sawit. PKO tidak berwarna dan berasal dari biji kelapa sawit. Pada Tabel 1, disajikan produksi minyak sawit dan biji sawit tahun 2009 secara berurut adalah 13 872 600.00 ton dan 3 145 500.00 ton dan pada tahun 2010 meningkat menjadi 14 038 100.00 ton dan 3 183 100.00 ton (BPS 2013). Berdasarkan data tersebut, diperoleh peningkatan sebesar 1.19 % untuk kedua komoditas tersebut.

Berkembangnya industri hilir (downstream industry), dan cerahnya prospek komoditi minyak kelapa sawit dalam perdagangan minyak nabati dunia mendorong pemerintah Indonesia untuk mengembangkan industri kelapa saiwt secara terintegrasi (agroindustri). Pengembangan industri kelapa sawit secara terintegrasi dengan cara mensinergikan berbagai potensi yang ada dilakukan untuk dapat menciptakan added value bagi produk-produk yang berbasiskan kelapa sawit. Selain itu, pengembangan industri kelapa sawit secara terintegrasi akan mendorong pertumbuhan ekonomi, terciptanya lapangan pekerjaan, penurunan angka pengangguran dan kemiskinan.

(14)

kelompok besar yaitu industri ekstraksi minyak sawit dari buat sawit (pabrik pengolahan kelapa sawit), industri pengolahan minyak sawit, dan industri pemanfaatan limbah kelapa sawit.

Industri hilir yang paling banyak diusahakan di Indonesia ialah industri ekstraksi sawit dari buah sawit berupa pabrik kelapa sawit. Industri ini tersebar di seluruh Indonesia dan berperan penting dalam peningkatan nilai produk kelapa sawit dan pembangunan ekonomi nasional (penyerapan tenaga kerja dan pertumbuhan ekonomi). Akan tetapi, keberlangsungan pabrik-pabrik kelapa sawit senantiasa mengalami pasang surut akibat faktor internal maupun faktor eksternal. Pendirian pabrik kelapa sawit perlu didahului oleh analisis untuk menilai tingkat kebutuhan optimumnya sehingga layak untuk beroperasi dan menguntungkan pada kondisi internal dan eksternal yang sangat dinamis. Pada tahap perencanaan, biaya pengolahan perlu dihitung untuk mengetahui kelayakan proyek tersebut sedangkan pada tahap pelaksanaan biaya pengolahan akan dipakai sebagai pantokan penjualan hasil produksi.

Analisis biaya dan kelayakan yang tepat terhadap suatu proyek pabrik kelapa sawit diharapkan dapat digunakan oleh pengusaha sebagai penunjang pengambilan keputusan dalam penentuan kapasitas produksi, komponen biaya yang dikeluarkan, dan perubahan-perubahan internal yang harus dilakukan untuk menghadapi perubahan eksternal yang terjadi. Hal ini dilakukan agar pabrik dapat terus beroperasi, memberikan keuntungan bagi pengusaha, menyediakan lapangan kerja, dan berperan dalam pertumbuhan ekonomi.

Perumusan Masalah

Pabrik Kelapa Sawit Berangir PTPN IV (Persero) merupakan salah satu pabrik pengolahan kelapa sawit yang dimiliki PTPN IV (Persero). Kapasitas terpasang pabrik ini ialah 30 ton TBS/jam. Keberlangsungan usaha pabrik kelapa sawit sangat dipengaruhi oleh kondisi internal dan eksternal yang sangat cepat berubah. Oleh karena itu, sangat penting untuk menganalisis biaya, kelayakan, dan sensitivitas usaha terhadap perubahan-perubahan yang mungkin terjadi di Pabrik Kelapa Sawit PTPN IV (Persero).

Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini ialah menganalisis biaya dan kelayakan usaha Pabrik Kelapa Sawit Berangir PTPN IV (Persero), Kabupaten Labuhan Batu Utara dan menganalisis sensivitas biaya terhadap beberapa kondisi sebagai langkah antisipasi terhadap perubahan internal dan eksternal.

Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah sebagai referensi penentuan kelayakan usaha pabrik kelapa sawit bagi pelaku usaha. Penelitian ini juga dapat bermanfaat sebagai referensi studi ekonomi teknik bagi inovator alat dan mesin pengolahan kelapa sawit.

(15)

Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup dalam penelitian ini ialah komponen biaya pada proses pengolahan kelapa sawit hingga menjadi CPO (Crude Palm Oil) dan KP (Kernel Palm) di Pabrik Kelapa Sawit Berangir PTPN IV (Persero). Pengamatan/observasi dilakukan sejak kelapa sawit masuk pabrik hingga menjadi CPO dan KP.

TINJAUAN PUSTAKA

Pengolahan Kelapa Sawit

Tanaman kelapa sawit baru dapat berproduksi setelah berumur sekitar 30 bulan setelah ditanam dilapangan. Buah yang dihasilkan disebut TBS (tandan buah segar) atau FFB (fresh fruit bunch). Produktivitas kelapa sawit meningkat mulai umur 3 sampai 14 tahun dan akan menurun kembali setelah 15 sampai 25 tahun. Setiap pohon sawit dapat menghasilkan 10 sampai 15 TBS per tahun dengan berat 3 sampai 40 kg per tandan, bergantung umur tanaman. Dalam satu tandan, terdapat 1 000 sampai 3 000 brondolan dengan berat rata-rata berondolan berkisar 10 sampai 20 gram (Pahan 2006).

Menurut Pahan (2006), pada proses pengolahan kelapa sawit, stasiun pengolahan TBS menjadi CPO dan KP umumnya terdiri dari stasiun utama dan stasiun pendukung. Stasiun utama berfungsi sebagai penerimaan buah (fruit reception), rebusan (sterilizer), pemipilan (thresher), pencacahan (digester) dan pengempaan (presser), pemurnian (clarifier), dan pemisahan biji dan inti (kernel). Stasiun pendukung berfungsi sebagai pembangkit tenaga (power), laboraturium (laboratory), pengolahan air (water treatment), penimbunan produk (bulking), dan bengkel (workshop).

(16)

Mesin-Mesin Pengolahan Kelapa Sawit

Mesin-mesin yang digunakan oleh pabrik kelapa sawit untuk mengolah kelapa sawit hingga menjadi CPO adalah Sterilizer, Thresher, Digester, Screw Presser, Vibrating Screen, Crude Oil Tank, Clarifier Tank, Sludge Tank, Pure Oil Tank, Oil Purifier, Vacuum Drier, Sludge Separator/Decanter, dan Effluent Boiler. Sedangkan mesin-mesin yang digunakan pabrik kelapa sawit untuk mengolah gumpalan biji hingga menjadi KP adalah Deparicarper, Polishing Drum, Nut Silo, Nut Cracker, Pneumatic Separating Column, Clay Bath, dan Kernel Silo (Pahan 2006).

Analisis Biaya

Metode pendekatan dalam analisis biaya adalah salah satu metode penting dalam ranah ilmu ekonomi teknik (engineering economy). Analisis biaya digunakan untuk mengukur pengeluaran yang digunakan dalam evaluasi alternatifyang akan diambil dalam suatu investasi. Menurut Young (1993) alternatif yang dapat dievaluasi adalah alternatif investasi proyek, penggunaan teknologi maupun kebijakan perusahaan akan suatu proses tertentu. Menurut DeGarmo et al. (1984) pengambilan keputusan atas beberapa alternatif harus didasarkan pada jumlah investasi modal terendah dan menghasilkan hasil yang optimum. Menurut Young (1993), konsep dasar ekonomi teknik dalam evaluasi alternatif adalah nilai uang terhadap waktu, analisis biaya, bunga, dan manfaat. Biaya

Biaya adalah pengorbanan sumber ekonomi yang diukur dalam satuan uang yang telah terjadi untuk mencapai tujuan tertentu (Mulyadi 1986). Guna mengidentifikasi biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan untuk suatu proyek dalam proses produksi, maka biaya dapat dikelompokkan berdasarkan fungsi-fungsi pokok yang ada dalam perusahaan.

Biaya investasi adalah biaya modal yang dikeluarkan untuk membiayai pengadaan barang modal. Biaya investasi umumnya dikeluarkan di awal usaha dan cukup besar, misalnya, properti, mesin dan alat, dan peralatan kantor.

Biaya tetap adalah biaya yang jumlahnya tidak terpengaruh oleh perkembangan jumlah produksi atau penjualan dalam periode waktu tertentu. Contoh biaya tetap adalah gaji, premi asuransi, bunga pinjaman, perawatan alat dan mesin.

Biaya tidak tetap adalah biaya yang jumlahnya selaras dengan perkembangan produksi atau penjualan setiap periode waktu. Contoh biaya tidak tetap adalah biaya bahan baku, sarana investasi, bahan pembantu (BBM, spare-part mesin), dan upah tenaga kerja langsung.

Biaya setengah berubah adalah biaya yang jumlahnya berubah seiring perkembangan produksi tetapi jumlahnya tidak proporsional dengan volume produksi, misalnya perubahan volume melewati kapasitas fasilitas yang ada sehingga diperlukan penambahan kapasitas mesin, biaya perbaikan mesin, dan sebagainya (Giatman 2011). Biaya semi tidak tetap sebaiknya dimasukkan ke dalam biaya tidak tetap.

(17)

Menurut Pramudya dan Dewi (1992), biaya total merupakan biaya keseluruhan untuk mengoperasikan suatu mesin pertanian. Biaya total terdiri dari jumlah biaya tetap dan biaya tidak tetap.

Biaya pokok adalah biaya yang diperlukan suatu mesin pertanian untuk setiap unit produk. Untuk menghitung biaya pokok suatu mesin pertanian diperlukan data kapasitas mesin yang bersangkutan (Pramudya dan Dewi 1992). Manfaat

Manfaat merupakan sesuatu yang menimbulkan kontribusi terhadap tujuan suatu bisnis. Manfaat bisa berupa manfaat langsung maupun tidak langsung. Manfaat langsung adalah manfaat yang secara nyata dan langsung dapat dirasakan sebagai akibat bisnis seperti penjualan, peningkatan produksi, penurunan biaya. Manfaat tidak langsung adalah manfaat yang secara tidak langsung ditimbulkan karena adanya suatu bisnis seperti peningkatan kondisi ekonomi, terbukanya infrastruktur baru, dan dukungan kebijakan pemerintah.

Bunga

Menurut Pramudya dan Dewi (1992), apabila penggunaan uang atau modal dari suatu usaha berasal dari suatu pinjaman, maka harus diberikan imbalan dari penggunaan modal tersebut dan biasa disebut bunga. Bunga modal sederhana adalah bunga yang dibayarkan merupakan perbandingan lurus antara modal pokok, tingkat bunga modal yang berlaku dalam suatu periode, dan jumlah periode. Bunga modal majemuk adalah bunga yang dibayarkan untuk setiap periode waktu dihitung berdasarkan pada jumlah modal pada awal periode ditambah bunga modal pada periode tersebut.

Nilai Uang Terhadap Waktu

Nilai uang terhadap waktu adalah konsep yang menjelaskan kecenderungan penurunan nilai uang seiring dengan berjalannya waktu. Konsep nilai uang terhadap waktu digunakan untuk memperkirakan nilai uang di masa mendatang yang dianalisis pada masa sekarang maupun sebaliknya (Umar 2007).

Blank dan Tarquin (2002) menjelaskan bahwa interest rate atau suku bunga adalah menifestasi dari nilai uang terhadap waktu. Bunga adalah penambahan nominal uang karena aktivitas investasi yang dilakukan, sedangkan suku bunga adalah persentase nilai uang yang bertambah akibat aktivitas investasi.

Titik Impas

Menurut Pramudya dan dewi (1992), titik impas adalah titik dimana terjadi kesetimbangan antara dua alternatif yang berbeda. Jika berada di luar titik tersebut, kondisi alternatif berbeda sehingga akan mempengaruhi pengambilan keputusan. Suatu pengambilan keputusan yang tepat akan memberikan keuntungan, dan sebaliknya akan menimbulkan kerugian. Analisis titik impas dapat digunakan dalam berbagai hal yang menyangkut dua pemilihan alternatif, diantaranya penentuan volume produksi, pemilihan dua alat atau mesin yang sejenis, dan pemilihan sistem sewa atau beli suatu alat atau mesin.

(18)

Analisis Kelayakan Finansial

Menurut Pramudya (2010), untuk menilai kelayakan suatu proyek atau membuat peringkat (ranking) beberapa proyek yang harus dipilih dapat digunakan beberapa kriteria. Kriteria yang umum digunakan ialah Net Present Value (NPV), Internal Rate of Return (IRR), dan Benefit Cost Ratio (BC Ratio).

Net Present Value (NPV)

Menurut Pramudya (2010), NPV merupakan perbedaan antara nilai sekarang (present value) dari manfaat dan biaya. NPV dapat dihitung dengan persamaan berikut:

Dimana:

NPV = Net Present Value (Rp) B = Penerimaan (Rp) C = Biaya (Rp)

n = umur proyek (tahun) t = tahun ke-t

Dari hasil perhitungan NPV yang diperoleh dapat diambil keputusan sebagai berikut:

Jika NPV > 0, maka proyek layak untuk dilaksanakan. Jika NPV < 0, maka proyek tidak layak untuk dilaksanakan. Jika NPV = 0, maka proyek akan mengalami titik impas. Internal Rate of Return (IRR)

Menurut Pramudya (2010), IRR merupakan suatu tingkat pengembalian modal yang digunakan dalam suatu proyek, yang nilainya dinyatakan dalam % per tahun. Nilai IRR adalah merupakan nilai tingkat bunga, dimana NPV-nya sama dengan nol. Dalam persamaan dapat dinyatakan sebagai berikut:

Persamaan diatas dapat juga dinyatakan dalam bentuk-bentuk persamaan berikut:

PV manfaat – PV biaya = 0

(19)

Dari hasil perhitungan IRR yang diperoleh dapat diambil keputusan sebagai berikut:

Jika IRR ≥ discount rate, maka proyek layak untuk dilaksanakan. Jika IRR < discount rate, maka proyek tidak layak dilaksanakan. Benefit Cost Ratio (BC Ratio).

Menurut Pramudya (2010), BC Ratio dapat ditentukan dengan dua cara yaitu Net Benefit Cost Ratio (Net BC) dan Gross Benefit Cost Ratio (Gross BC). Dalam penggunaan, cara pertama lebih banyak digunakan dibandingkan cara kedua. Persamaan Net Benefit Cost Ratio (Net BC) tersebut dinyatakan sebagai berikut:

Dari hasil perhitungan BC Ratio, pengambilan keputusan dapat dilakukan berdasarkan kriteria berikut:

Jika BC Ratio > 1, maka proyek layak untuk dilaksanakan Jika BC Ratio < 1, maka proyek tidak layak untuk dilaksanakan

Analisis Sensitivitas

Menurut Gittinger (1986), analisis sensitivitas adalah meneliti kembali suatu analisa untuk dapat melihat pengaruh-pengaruh yang akan terjadi akibat keadaan yang berubah-ubah. Menurut Kadariah (1978), yang dimaksud dengan analisis kepekaan atau sensitivitas adalah suatu tehnik analisis untuk menguji secara sistematis apa yang terjadi pada kapasitas penerimaan suatu proyek apabila terjadi kejadian-kejadian yang berbeda dengan perkiraan yang dibuat dalam perencanaan. Gittinger (1986) menambahkan proyeksi selalu menghadapi ketidakpastian yang dapat saja terjadi pada keadaan yang telah diperkirakan. Pada bidang pertanian terdapat empat masalah utama yang sensitif yaitu harga, keterlambatan pelaksanaan, kenaikan biaya, dan hasil. Analisis sensitivitas dapat dilakukan dengan nilai pengganti (switching value), dilakukan secara coba-coba terhadap perubahan-perubahan yang terjadi sehingga dapat diketahui kenaikan ataupun penurunan maksimum yang boleh terjadi agar NPV sama dengan nol.

METODE

Penelitian ini secara umum bertujuan untuk mengkaji dan menganalisis biaya dan kelayakan pabrik kelapa sawit, bagaimana usaha tersebut berjalan tepat agar tidak mengalami kerugian. Diagram alir analisis biaya dan kelayakan Pabrik Kelapa Sawit Berangir PTPN IV (Persero) disajikan pada Lampiran 3.

(20)

Berangir PTPN IV (Persero), Kabupaten Labuhan Batu Utara. Penelitian dilakukan pada Bulan Januari 2014 sampai April 2014.

Penelitian ini menggunakan beberapa asumsi dan pendekatan sebagai dasar dalam melakukan perhitungan dan analisis. Asumsi dan pendekatan yang digunakan terdiri dari:

1. Umur ekonomis mesin dan alat pada pengolahan sawit adalah 15 tahun dan nilai akhir mesin 10% dari harga awal.

2. Umur fasilitas bangunan dan gudang adalah 30 tahun dan nilai akhir 10% dari biaya awal pembangunan.

3. Umur ekonomis fasilitas penunjang seperti timbangan dan lain-lain diasumsikan sesuai kondisi di lapangan.

4. Harga yang digunakan dalam perhitungan adalah harga yang berlaku pada saat berlangsungnya penelitian dan sebelum terjadi perubahan harga selama penelitian.

5. Pendapatan dan pengeluaran dianggap tetap sepanjang umur ekonomis alat. 6. Tingkat suku bunga (discount rate) adalah tingkat bunga yang diperkirakan

dan dipakai untuk mendiskon pembayaran dan penerimaan dalam satu periode. Besarnya tingkat suku bunga adalah 13.5 % (Bank Mandiri 2014).

Alat

Peralatan yang digunakan ialah komputer jinjing, kalkulator, kamera digital, stop watch, timbangan, dan Software Microsoft Excel.

Prosedur Analisis Data

Penelitian ini dilakukan dua tahap. Tahap pertama adalah pengumpulan data dan tahap kedua adalah pengolahan/analisis data.

Pengumpulan Data

Data yang diperlukan adalah data yang berhubungan dengan biaya dan data operasional usaha mesin pengolahan sawit, antara lain jenis pengolahan dan komponen-komponennya, biaya-biaya yang dikeluarkan (biaya tetap dan biaya tidak tetap), kapasitas mesin per jam, rata-rata jam kerja per hari, rata-rata pemakaian bahan bakar per jam, rata-rata jumlah TBS yang diolah per hari dan sebagainya.

Data Biaya Tetap

Data biaya tetap merupakan biaya yang harus dikeluarkan pabrik tanpa dipengaruhi jumlah output produksi pabrik. Biaya tersebut ialah gaji karyawan pimpinan dan pelaksana, biaya peralatan kantor dan inventarisasi, biaya pemeliharaan bangunan pabrik, biaya pemeliharaan mesin dan instalasi pabrik, premi asuransi pabrik.

(21)

Data Biaya Tidak Tetap

Data biaya tidak tetap merupakan biaya yang dikeluarkan pabrik mengikuti perubahan output produksi pabrik. Biaya tersebut ialah biaya pembelian TBS, biaya bahan kimia dan pelengkap, biaya listrik, biaya air, biaya langsir, biaya angkat sampah dan tankos, biaya pengepakan, biaya transportas hasil produksi, dan biaya penyusutan (mesin pengolahan dan fasilitas bangunan).

Data Biaya Investasi

Biaya investasi adalah biaya modal yang dikeluarkan untuk membiayai pengadaan barang modal. Biaya tersebut ialah biaya pembelian mesin dan instalasi, biaya bangunan rumah, biaya bangunan perusahaan, biaya jalan, jembatan, dan saluran air, serta biaya alat-alat pengangkutan dan kendaraan. Data Kapasitas Pabrik

Kapasitas pabrik diperolah dengan menghitung jumlah CPO yang dihasilkan per jam dan jumlah TBS yang diolah per jam. Pada penelitian ini data kapasitas pabrik menggunakan perhitungan jumlah TBS yang diolah per jam. Data Jumlah Rata-Rata TBS yang Diolah per Hari dan Jam Kerja per Hari

Untuk data rata jumlah TBS yang di olah per hari dan jam kerja rata-rata per hari diperoleh dengan pengambilan data harian, kemudian dibandingkan dengan rata-rata jumlah TBS per tahun dan jam kerja per hari dalam setahun melalui data sekunder. Dari data-data tersebut dapat diperkirakan jumlah TBS yang diolah per hari dan jam kerja rata-rata per hari.

Data Penerimaan Pabrik

Data penerimaan pabrik merupakan data hasil penjualan produk olahan pabrik dan penerimaan pabrik melalui titip olah kebun seinduk. Produk olahan tersebut ialah CPO dan KP.

Analisis Data Biaya Tetap

Biaya tetap adalah jenis-jenis yang selama satu periode akan tetap jumlahnya. Biaya tetap sering juga disebut biaya kepemilikan (owning cost). Biaya ini tidak tergantung pada produk yang dihasilkan dan bekerja atau tidaknya mesin serta besarnya relatif tetap. Biaya-biaya yang termasuk dalam biaya tetap antara lain biaya penyusutan, biaya bunga modal, asuransi, pajak, dan biaya bangunan.

(22)

pabrik kelapa sawit. Persamaan biaya penyusutan dengan menggunakan metode garis lurus dengan memperhitungkan bunga modal.

Bunga modal sebenarnya berupa biaya semu karena tidak benar-benar dikeluarkan oleh pabrik kelapa sawit. Nilai biaya ini diperhitungkan karena pabrik kelapa sawit telah melakukan investasi sejumlah uang untuk membeli mesin dan fasilitas lain. Karena telah diinvestasikan, uang tersebut tidak lagi dapat berkembang jika halnya uang tersebut disimpan di bank.

Pajak yang digunakan dalam perhitungan adalah Pajak Bumi dan Bangunan (PBB). Hal ini dikarenakan pajak lainnya yang dikeluarkan perusahaan bersifat rahasia. Biaya bangunan adalah biaya yang digunakan untuk membangun bangunan pabrik kelapa sawit.

Biaya Tidak Tetap

Biaya tidak tetap atau biaya variabel adalah biaya-biaya yang dikeluarkan pada saat alat dan mesin beroperasi dan jumlahnya bergantung pada jam pemakaiannya (Pramudya dan Dewi 1992). Apabila jumlah satuan produk yang diproduksi pada masa tertentu naik, maka jumlah biaya tidak tetap juga naik. Perhitungan biaya tidak tetap dilakukan dalam satuan Rp/jam. Contoh biaya yang termasuk biaya tidak tetap dalam pabrik kelapa sawit antara lain biaya bahan bakar dan pelumas, biaya pemeliharaan dan perbaikan dan upah operator.

Biaya bahan bakar dan pelumas akan dikeluarkan jika mesin dioperasikan. Semakin lama dioperasikan maka makin banyak bahan bakar yang dikonsumsi dan semakin sering dilakukang penggantian pelumas. Selama mesin pengolahan sawit pasti ada terdapat bagian-bagian yang aus dan perlu diganti. Pramudya dan Dewi (1992) menyebutkan bahwa biaya perbaikan meliputi biaya penggantian barang yang aus, upah tenaga kerja terampil untuk perbaikan khusus, pengecatan, pembersihan, dan perbaikan karena faktor yang tidak terduga.

Biaya Total

Perhitungan biaya total diperlukan adanya nilai perkiraan jam kerja mesin per tahun. Jam kerja ini bisa didapatkan dari perkiraan jumlah gabah yang digiling per tahun.

Biaya Pokok

Biaya pokok adalah jumlah biaya yang dikeluarkan untuk memproduksi suatu barang, sehingga barang tersebut dapat digunakan (Pramudya dan Dewi 1992). Pada pabrik kelapa sawit, biaya pokok merupakan biaya diperlukan untuk mengolah satu kilogram TBS.

Analisis Titik Impas

Analisis titik impas dapat digunakan untuk mengetahui jumlah produksi dan penjualan minimal agar perusahaan tidak mengalami kerugian. Titik impas terjadi jika penerimaan sama dengan jumlah biaya yang dikeluarkan atau suatu nilai jumlah produksi dimana keuntungan yang diperoleh sama dengan nol.

Analisis Kelayakan Finansial

(23)

suatu proyek dapat digunakan sebagai alat ukur yang disebut kriteria investasi. Untuk menentukan kriteria investasi, pada tahap awal perlu melakukan penyusunan arus kas masuk dan keluar untuk setiap periode selama umur proyek. Dari arus kas tersebut nilai sekarang (present value) dapat dihitung dengan menggunakan discount factor. Beberapa kriteria untuk menilai kelayakan investasi yang sering digunakan yaitu Net Present Value (NPV), Internal Rate of Return (IRR), dan BC Ratio.

Analisis Sensitivitas

Pengulangan perhitungan perlu dilakukan karena dalam analisis proyek umumnya didasarkan pada proyeksi-proyeksi yang mengandung banyak unsur ketidakpastian tentang apa yang akan terjadi di masa yang akan datang. Ketidakpastian tersebut misalnya terjadi suatu kesalahan pendugaan suatu nilai biaya atau manfaat dan kemungkinan terjadi perubahan suatu unsur harga pada saat proyek/penelitian dilaksanakan, perubahan unsur harga dalam suatu pabrik kelapa sawit, misalnya perubahan terhadap harga bahan bakar, kenaikan upah, dan penurunan jumlah pengolahan tahunan.

Analisis sensitivitas dilakukan untuk melihat sampai berapa persen peningkatan dan penurunan faktor-faktor tersebut dapat mengakibatkan perubahan dalam kriteria investasi yaitu dari layak menjadi tidak layak (Gittinger 1986).

HASIL DAN PEMBAHASAN

Latar Belakang Perusahaan

Profil perusahaan

Unit Usaha Berangir merupakan salah satu unit dari PT. Perkebunan Nusantara IV (Persero) Medan Sumatera Utara yang bergerak dalam usaha perkebunan kelapa sawit. Produk yang dihasilkan adalah minyak sawit dan inti sawit.

Pada awalnya areal Unit Usaha Berangir merupakan kebun karet yang dikelola oleh PT. Wongso Rubber Coy dan PT. Indah Putra. Pada tahun 1974 kebun tersebut diambil alih dengan ganti rugi oleh PT. Perkebunan Nusantara IV (Persero) sesuai dengan Surat Keputusan Menteri Dalam Negeri tanggal 13 Nopember 1974 Nomor: SK/32/HGU/DA/1974 yang tercatat dalam kantor Sub Agraria TK. II Labuhan Batu No. II dan terdaftar tanggal 26 Juni 1975 dengan Nomor: 505/1975.

Kebun Berangir terletak di Kecamatan NA IX–X Aek Kota Batu Kabupaten Labuhan Batu Utara. Jarak dari Kota Medan 264 km dan 17 km dari Kota Rantau Prapat.

(24)

Saat ini Unit Usaha Berangir didukung sumberdaya manusia sebanyak 634 orang, terdiri dari 15 orang karyawan pimpinan, 1 orang papam, dan 618 karyawan pelaksana. Pada Gambar 1 disajikan struktur organisasi Pabrik Kelapa Sawit Berangir PTPN IV (Persero).

Visi perusahaan

Menjadi pusat keunggulan perusahaan agroindustri kelapa sawit dengan tata kelola perusahaan yang baik serta berwawasan lingkungan.

Misi perusahaan

1. Menjamin keberlanjutan usaha yang kompetitif.

2. Meningkatkan daya saing produk secara berkesinambungan dengan sistem, cara, dan lingkungan kerja yang mendorong munculnya kreativitas dan inovasi untuk meningkatkan produktivitas dan efisien.

3. Meningkatkan laba secara berkesinambungan.

4. Mengelola usaha secara profesional untuk meningkatkan nilai perusahaan yang memedomani etika bisnis dan good corporate governance.

5. Meningkatkan tanggung jawab sosial dan lingkungan.

6. Melaksanakan dan menunjang kebijakan serta program pemerintah pusat/daerah.

Gambar 1 Struktur organisasi Pabrik Kelapa Sawit Berangir PTPN IV (Persero)

(25)

Alat dan Mesin Pengolahan Kelapa Sawit

Pengolahan kelapa sawit di Pabrik Kelapa Sawit Berangir PTPN IV (Persero) merupakan proses pengolahan kelapa sawit untuk menghasilkan produk CPO dan KPO. Proses pengolahan tersebut melalui beberapa stasiun pengolahan, yaitu Stasiun Jembatan Timbang, Stasiun Perebusan (Sterilizer), Stasiun Penebah TBS, MonoPress, Hooper Tandan Kosong, Stasiun Kempa, Stasiun Pemurnian Minyak, Stasiun Pabrik Biji, Storage Minyak Sawit, Storage Inti Sawit. Spesifikasi alat dan mesin pengolahan kelapa sawit pada stasiun tersebut disajikan pada Lampiran 4.

Biaya Tetap

Biaya tetap adalah jenis-jenis biaya yang selama satu periode akan tetap jumlahnya. Biaya tetap sering juga disebut biaya kepemilikan (owning cost). Biaya tetap pengolahan kelapa sawit di Pabrik Kelapa Sawit Berangir PTPN IV (Persero) ialah gaji, Tunjangan, dan biaya sosial karyawan pimpinan teknik, gaji, upah, dan biaya sosial karyawan pelaksana, premi asuransi, biaya pemeliharaan pabrik, biaya pemeliharaan perlengkapan dan inventaris, gaji dan biaya sosial seleksi, gaji dan biaya sosial analisa/sampling, biaya pemeliharaan mesin dan perlengkapan pabrik, biaya pemeliharaan jalan, jembatan, dan saluran air, biaya pemeliharaan bangunan rumah, biaya pemeliharaan bangunan rumah, biaya pemeliharaan bangunan perusahaan, biaya keamanan, biaya pemakaian dan pemeliharaan sistem komputer, biaya manajemen mutu dan keselamatan kerja, biaya pajak dan sewa tanah, biaya alat-alat dan perkakas, biaya sosial non produksi, biaya beban imbalan kerja, biaya penutupan buku dan penyusunan rencana kerja, biaya honorarium, biaya perjalanan dan penginapan, serta biaya lain-lain. Rincian biaya tetap pengolahan kelapa sawit di Pabrik Kelapa Sawit Berangir PTPN IV (Persero) disajikan pada Tabel 2.

(26)

Pada Tabel 2 disajikan data biaya tetap pada tahun 2012 untuk melakukan kegiatan produksi di Pabrik Kelapa Sawit Berangir PTPN IV tanpa dipengaruhi oleh jumlah output produksi. Total biaya tetap sangat besar yaitu Rp. 34 589 257 248 angka ini dipengaruhi oleh tingginya komponen biaya pemeliharaan yaitu Rp. 16 072 295 353.

Pabrik Kelapa Sawit Berangir PTPN IV (Persero) merupakan salah satu bagian dari Badan Usaha Milik Negara (BUMN), sebagaimana BUMN pada umumnya tolok ukur keberhasilan perusahaan selain berdasarkan capaian keuntungan juga diukur berdasarkan jumlah aset yang dimiliki. Oleh karena itu,

Tabel 2 Biaya tetap pengolahan kelapa sawit di Pabrik Kelapa Sawit Berangir PTPN IV (Persero)a

No Uraian Total (Rp/tahun)

1 Gaji, tunjangan, dan biaya sosial karyawan pimpinan teknik

863 344 000 2 Gaji, upah, dan biaya sosial karyawan

pelaksana

2 788 343 489

3 Premi asuransi 153 575 378

4 Biaya pemeliharaan pabrik 7 596 251 409

5 Biaya pemeliharaan perlengkapan dan inventaris

12 733 000

6 Gaji dan biaya sosial seleksi 563 829 360

7 Gaji dan biaya sosial analisa/sampling 208 843 731 8 Biaya pemeliharaan mesin dan perlengkapan

pabrik

7 348 478 433 9 Biaya pemeliharaan jalan, jembatan, dan

saluran air

343 541 149 10 Biaya pemeliharaan bangunan rumah 192 719 936 11 Biaya pemeliharaan bangunan perusahaan 255 552 750

12 Biaya keamanan 2 490 375 378

13 Biaya pemakaian dan pemeliharaan sistem komputer

323 018 676 14 Biaya manajemen mutu dan keselamatan kerja 72 632 057

15 biaya pajak dan sewa tanah 2 747 851 062

16 Biaya alat-alat dan perkakas 494 500

17 Biaya sosial non produksi 400 964 228

18 Biaya beban imbalan kerja 5 958 967 307

19 Biaya penutupan buku dan penyusunan rencana kerja

30 000 000

20 Biaya Honorarium 13 301 600

21 Biaya perjalanan dan penginapan 2 064 066 932

22 Biaya lain-lain 160 372 873

Total 34 589 257 248

a

Sumber: Diolah dari Unit Berangir PTPN IV (Persero) (2012).

(27)

Pabrik Kelapa Sawit Berangir PTPN IV (Persero) mengeluarkan biaya pemeliharaan yang sangat tinggi untuk menjaga nilai asetnya dari berbagai penurunan. Selain itu, biaya pemeliharaan yang tinggi diharapkan dapat mendukung kegiatan produksi seoptimal mungkin.

Biaya Tidak Tetap

Biaya tidak tetap merupakan komponen biaya yang dipengaruhi oleh output produksi Pabrik Kelapa Sawit Berangir PTPN IV (Persero). Komponen biaya tidak tetap tersebut yaitu biaya pembelian TBS, biaya pembelian bahan kimia dan pelengkap, biaya pembelian minyak solar, biaya pembelian minyak premium, biaya pembelian pelumas, biaya listrik, biaya air, biaya langsir, biaya pengangkutan limbah cair, biaya pengangkutan limbah padat, biaya pengepakan, premi pengolahan, biaya pengiriman ke industri hilir, serta biaya penggunaan alat pengangkutan. Pada Tabel 3 disajikan rincian biaya tidak tetap pengolahan kelapa sawit di Pabrik Kelapa Sawit Berangir PTPN IV (Persero).

Penelitian ini dibatasi pada ruang lingkup pengolahan kelapa sawit di Pabrik Kelapa Sawit Berangir PTPN IV (Persero). Oleh karena itu, meskipun Unit Berangir PTPN IV (Persero) memiliki kebun kelapa sawit yang memproduksi TBS yang terintegrasi dengan pabrik pengolahan, TBS tersebut tetap dianggap membeli.

Sumber TBS yang diperoleh Pabrik Kelapa Sawit Berangir PTPN IV (Persero) ialah bersumber dari kebun sendiri, kebun seinduk, dan pihak ketiga.

Tabel 3 Biaya tidak tetap pengolahan kelapa sawit di Pabrik Kelapa Sawit Berangir PTPN IV (Persero)a

No Uraian Total (Rp/tahun)

1 Pembelian TBS 228 929 687 083

2 Pembelian bahan kimia dan pelengkap 441 793 453

3 Pembelian minyak solar 3 990 888

4 Pembelian minyak premium 5 440 500

5 Pembelian pelumas 174 191 566

6 Biaya listrik 3 127 958 903

7 Biaya air 716 285 315

8 Biaya langsir 554 331 455

9 Biaya pengangkutan limbah cair 156 257 400

10 Biaya pengangkutan limbah padat 190 689 637

11 Biaya pengepakan 206 924 986

12 Biaya premi pengolahan 1 442 946 474

13 Biaya pengiriman ke industri hilir 908 141 360 14 Biaya penggunaan alat pengangkutan 179 099 190

Total 237 037 738 210

a

Sumber: Diolah dari Unit Berangir PTPN IV (Persero) (2012).

(28)

Ketiga sumber tersebut memiliki mekanisme dan perjanjian jual beli yang berbeda. Untuk TBS yang bersumber dari kebun sendiri dan pihak ketiga, harga dihitung dari total TBS yang dibeli dikalikan harga rata-rata TBS pada tahun 2012. Sedangkan untuk TBS dari kebun seinduk tidak dibeli, melainkan melalui mekanisme titip olah, yaitu Kebun Berangir memperoleh pendapatan berupa biaya pengolahan TBS tersebut. Pada Tabel 4 disajikan rincian biaya pembelian TBS oleh Pabrik Kelapa Sawit Berangir PTPN IV (Persero).

Komponen biaya premi pengolahan (Tabel 3) merupakan biaya yang dikeluarkan pabrik terhadap karyawan pelaksana yang berhasil melakukan pekerjaan melebihi target yang ditetapkan perusahaan. Oleh karena itu, biaya premi merupakan komponen biaya tidak tetap yaitu dipengaruhi oleh jumlah output produksi.

Biaya Investasi

Biaya investasi merupakan biaya yang dikeluarkan untuk pembelian barang modal. Biaya investasi yang dikeluarkan oleh Pabrik Kelapa Sawit Berangir PTPN IV (Persero) yaitu investasi mesin dan instalasi, investasi bangunan rumah, investasi bangunan perusahaan, investasi jalan, jembatan, dan saluran air, serta investasi alat-alat pengangkutan dan kendaraan. Pada Tabel 5 disajikan rincian biaya investasi Pabrik Kelapa Sawit Berangir PTPN IV (Persero).

Tabel 4 Biaya pembelian TBS Pabrik Kelapa Sawit Berangir PTPN IV (Persero)a

No Uraian Jumlah (kg) Harga

(Rp/kg)

Total (Rp) 1 Kebun sendiri 101 429 720 1 464b 148 462 631 083 2 Pembelian pihak

ketiga

54 975 120 80 467 056 000

Total 156 404 840 228 929 687 083

a

Sumber: Diolah dari Unit Berangir PTPN IV (Persero) (2012).

b

Harga TBS/kg merupakan harga rata-rata TBS pada tahun 2012 (Smart Tbk 2014).

(29)

Penentuan umur teknis seperti yang telah diasumsikan dalam metode adalah melalui pengamatan di lapangan dan studi literatur. Selain itu, umur teknis disesuaikan dengan umur proyek sehingga penggunaannya dapat efektif.

Kapasitas Pabrik

Pabrik Kelapa Sawit Berangir PTPN IV (Persero) memiliki kapasitas terpasang 30 ton TBS/jam. Pada kenyataannya, kapasitas terpasang itu sulit tercapai karena beberapa faktor, yaitu ketersediaan pasokan TBS, kondisi alat/mesin pengolahan, dan kemampuan pekerja. Pada saat penelitian (31 Januari sampai 7 Februari 2014) diperoleh data kapasitas pabrik seperti yang disajikan pada Tabel 6.

Tabel 5 Biaya investasi Pabrik Kelapa Sawit Berangir PTPN IV (Persero)a

No Uraian Umur teknis 5 Alat-alat pengangkutan dan

kendaraan

15 2 599 003 198

Total 82 257 432 209

a

Sumber: Diolah dari Unit Berangir PTPN IV (Persero) (2012).

(30)

Menurut Laporan Manajemen Bulanan PTPN IV (Persero) Unit Usaha Berangir (2012), total input TBS pada tahun 2012 adalah 160 201 620 kg, jam kerja pada tahun tersebut adalah 5 478 jam/tahun, sehingga kapasitas pabrik pada tahun tersebut 29 244.55 kg/jam. Perbedaan antara data yang diambil saat penelitian dan data sekunder terutama dikarenakan fluktuasi pasokan TBS. Pada saat pasokan TBS sedang tinggi maka jam kerja/hari dapat meningkat menjadi 20 jam kerja/hari (2 shift kerja), sebaliknya jika pasokan TBS tidak tinggi maka jam kerja menjadi 10 jam/hari (1 shift kerja), bahkan pabrik bisa tidak beroperasi sama sekali jika pasokan TBS sangat rendah/tidak ada pasokan. Pada Tabel 7 disajikan kapasitas TBS pada tahun 2012.

Pada perhitungan analisis selanjutnya kapasitas pabrik yang digunakan ialah kapasitas pabrik pada tahun 2012 (Tabel 7). Hal ini dikarenakan komponen-komponen biaya yang digunakan dalam perhitungan analisis menggunakan komponen biaya pada tahun 2012.

Tabel 7 Kapasitas Pabrik Kelapa Sawit Berangir tahun 2012a

Uraian Jumlah (kg

TBS/tahun)

Jam kerja (jam/tahun)

Kapasitas (kg TBS/jam) Kebun sendiri 101 429 720.00

5 478.00 29 244.55 Kebun seinduk pane jaya 822 380.00

Kebun seinduk meranti paham

2 974 400.00 Pembelian pihak ketiga 54 975 120.00

Total 160 201 620.00

a

Sumber: Diolah dari Unit Berangir PTPN IV (Persero) (2012).

(31)

Jumlah Rata-Rata TBS yang Diolah per Hari dan Jam Kerja per Hari Pada saat penelitian (31 Januari sampai 7 Februari 2014), jumlah rata-rata TBS yang diaolah per hari adalah 244 212.50 kg dan jam kerja per hari 10 jam (1 shift kerja). Menurut Laporan Manajemen Bulanan PTPN IV (Persero) Unit Usaha Berangir (2012), Jumlah rata-rata TBS yang diolah per hari adalah 438 908.55 kg dan jam kerja per hari rata-rata adalah 15.01 jam/hari. Perbedaan ini terutama disebabkan oleh fluktuasi pasokan TBS, sehingga berpengaruh terhadap jumlah rata-rata TBS yang diolah perhari dan jam kerja per hari. Pada Tabel 8 disajikan jumlah rata-rata TBS yang diolah per hari dan jam kerja per hari tahun 2012 di Pabrik Kelapa Sawit Berangir PTPN IV (Persero).

Biaya Total

Biaya total merupakan biaya keseluruhan yang diperlukan untuk mengoperasikan suatu mesin pertanian. Biaya ini merupakan penjumlahan biaya tetap dan biaya tidak tetap dan dinyatakan dalam satuan Rp/jam. Pada Tabel 9 disajikan biaya total Pabrik Kelapa Sawit Berangir PTPN IV (Persero)

Tabel 8 Rata-rata TBS yang diolah per hari dan jam kerja per haria

Uraian Jumlah (kg Kebun sendiri 101 429 720

438 908.55 15.01 Kebun seinduk pane jaya 822 380

Kebun seinduk meranti paham

2 974 400 Pembelian pihak ketiga 54 975 120

Total 160 201 620

a

Sumber: Diolah dari Unit Berangir PTPN IV (Persero) (2012).

Tabel 9 Biaya total Pabrik Kelapa Sawit Berangir PTPN IV (Persero)a

Uraian Jumlah

Biaya Tetap (Rp/tahun) 34 589 257 248 Biaya Tidak Tetap (Rp/tahun) 237 037 738 210 Jam Kerja per Tahun (jam/tahun) 5 478

Biaya Total (Rp/jam) 49 585 067

a

Sumber: Diolah dari Unit Berangir PTPN IV (Persero) (2012).

(32)

Biaya Pokok

Biaya pokok merupakan biaya yang diperlukan pabrik untuk mengolah tiap kilogram TBS. Oleh karena itu, Biaya Pokok Pabrik Kelapa sawit Berangir PTPN IV (Persero) dinyatakan dengan Rp/kg. Pada Tabel 10 disajikan biaya pokok Pabrik Kelapa Sawit Berangir PTPN IV (Persero).

Penerimaan Pabrik

Penerimaan Pabrik Kelapa Sawit Berangir PTPN IV (Persero) bersumber dari penjualan hasil pengolahan kelapa sawit, yaitu berupa Crude Palm Oil (CPO) dan Kernel Palm (KP). Pada Tabel 11 disajikan data penerimaan Pabrik Kelapa Sawit Berangir Tahun 2012.

Analisis Titik Impas

Titik impas (Break even point) adalah suatu titik dimana terjadi keseimbangan antara dua alternatif yang berbeda. Sehingga, kondisi diluar titik tersebut akan mempengaruhi pengambilan keputusan.

Tabel 10 Biaya pokok Pabrik Kelapa Sawit Berangir PTPN IV (Persero)a

Uraian Jumlah

Biaya Total (Rp/jam) 49 585 067

Kapasitas pabrik (kg TBS/jam) 29 244.55

Biaya Pokok (Rp/kg) 1695

a

Sumber: Diolah dari Unit Berangir PTPN IV (Persero) (2012).

Tabel 11 Penerimaan Pabrik Kelapa Sawit Berangir PTPN IV (Persero)a

Uraian Jumlah

Sumber: Diolah dari Unit Berangir PTPN IV (Persero) (2012).

b

Harga CPO/kg merupakan harga rata-rata CPO/kg (termasuk PPN) pada tahun 2012 (Smart Tbk 2014).

c

Harga KP/kg merupakan harga rata-rata KP/kg (termasuk PPN) pada tahun 2012 (Smart Tbk 2014).

(33)

Penentuan titik impas dapat dilakukan dengan menggunakan metode grafik, yaitu dengan memplotkan data total biaya (Rp/tahun) dan penerimaan (Rp/tahun) dengan beberapa kombinasi input produksi yang berbeda. Pertemuan antara kurva total biaya dengan penerimaan merupakan titik impas, dimana pada kondisi tersebut total biaya sama dengan penerimaan. Gambar 2 merupakan grafik titik impas Pabrik Kelapa Sawit Berangir PTPN IV (Persero).

Grafik titik impas (Gambar 2) menghasilkan dua persamaan, yaitu dari kurva penerimaan y = 2051,0x - 9E-05 dan kurva total biaya y = 1479,0x + 3E+10. Maka, pertemuan kedua kurva tersebut adalah 52 447 552.45 kg TBS/tahun.

Pabrik Kelapa Sawit Berangir PTPN IV (Persero) akan mencapai titik impas pada saat input produksi 52 447 552.45 kg TBS/tahun. Pada bagian kiri titik impas (Gambar 2) kurva penerimaan berada dibawah kurva biaya, ini berarti jumlah biaya yang dikeluarkan lebih tinggi dari penerimaan atau perusahaan mengalami kerugian. Sebaliknya pada bagian kiri titik impas, kurva penerimaan sudah berada di atas kurva total biaya berarti perusahaan mendapat keuntungan.

Kedua persamaan tersebut dipengaruhi oleh tiga peubah, yaitu biaya tetap, biaya tidak tetap, dan harga jual. Perubahan peubah tersebut dapat mengubah kurva dan menggeser titik impas yang semula.

Perubahan Biaya Tetap dengan persamaan linear dengan biaya tidak tetap sebagai kemiringan kurva total

Gambar 2 Grafik Titik Impas Pabrik Kelapa Sawit Berangir PTPN IV (Persero)

Jumlah TBS yang Diolah Per Tahun (ribu ton)

Biaya

Penerimaan

(34)

biaya. Kenaikan biaya tidak tetap menyebabkan pertambahan kemiringan kurva total biaya, sehingga akan menggeser titik pertemuan kedua kurva kearah kanan. Sebaliknya, penurunan biaya tidak tetap menyebabkan penurunan kemirngan kurva total biaya, sehingga akan menggeser titik pertemuan kedua kurva kearah kiri.

Jika komponen biaya yang lain tetap, maka kenaikan biaya tidak tetap mengharuskan perusahaan mengolah lebih dari 52 447 552.45 kg TBS/tahun. Hal ini dilakukan agar perusahaan tidak mengalami kerugian.

Perubahan Harga Jual

Harga jual akan mempengaruhi titik impas. Apabila terjadi kenaikan harga jual CPO dan/atau KP dan komponen biaya yang lain tetap, maka titik impas akan bergeser ke kiri. Sebaliknya, jika terjadi penurunan harga jual CPO dan/atau KP dan komponen biaya yang lain tetap, maka titik impas akan bergeser ke kanan.

Jika terjadi penurunan harga jual CPO dan/atau KP dan komponen biaya yang lain tetap, maka perusahaan harus mengolah lebih dari 52 447 552.45 kg TBS/tahun. Hal ini dilakukan agar perusahaan tidak mengalami kerugian.

Analisis Kelayakan Finansial

Net Present Value (NPV)

Perhitungan nilai NPV menggunakan komponen biaya investasi, biaya tetap, biaya tidak tetap, penerimaan, suku bunga diskonto, dan umur teknis. Pada Lampiran 5 disajikan cash flow Pabrik Kelapa Sawit Berangir PTPN IV (Persero) dengan umur proyek 30 tahun dan pada Tabel 12 disajikan hasil perhitungan NPV Pabrik Kelapa Sawit Berangir PTPN IV (Persero)

(35)

Berdasarkan hasil perhitungan (Tabel 12), nilai NPV Pabrik Kelapa Sawit Berangir adalah 269 716 581 186. Hal ini Berarti, proyek pabrik kelapa sawit menggunakan komponen biaya dan data produksi Pabrik Kelapa Sawit PTPN IV (Persero) dengan umur proyek 30 tahun layak untuk dijalankan dan pengusaha akan memperoleh keuntungan dengan menjalankan proyek ini.

Internal Rate of Return (IRR)

IRR merupakan alat analisis untuk mengetahui tingkat pengembalian modal suatu proyek. Suatu proyek akan dinyatakan layak bila nilai IRR lebih besar dari nilai discount rate. Berdasarkan Cash Flow Pabrik Kelapa Sawit Berangir PTPN IV (Persero) (Lampiran 5) dan perhitungan yang dilakukan, nilai IRR Pabrik Kelapa Sawit Berangir PTPN IV (Persero) adalah 67.04%, hal ini berarti proyek pabrik kelapa sawit menggunakan komponen biaya dan data produksi Pabrik Kelapa Sawit Berangir PTPN IV (Persero) dengan umur proyek 30 tahun layak untuk dijalankan karena nilai IRR yang diperoleh lebih dari discount rate yaitu 13.5%.

Nilai IRR lebih dari discount rate berarti pengusaha lebih untung jika menginvestasikan uang untuk proyek ini ketimbang menginvestasikannya di bank. Hal ini dikarenakan tingkat pengembalian modal proyek ini lebih cepat ketimbang tingkat suku bunga yang dibebankan.

Tabel 12 Hasil perhitungan NPV Pabrik Kelapa Sawit Berangir PTPN IV (Persero)a

Sumber: Diolah dari Unit Berangir PTPN IV (Persero) (2012).

(36)

Benefit-Cost Ratio (BC Ratio)

Perhitungan BC Ratio yang digunakan adalah Net BC Ratio. Berdasarkan Cash Flow Pabrik Kelapa Sawit Berangir PTPN IV (Persero) (Lampiran 5) dan perhitungan yang dilakukan, nilai BC Ratio Pabrik Kelapa Sawit Berangir PTPN IV (Persero) adalah 4.67. Hal ini berarti proyek pabrik kelapa sawit menggunakan komponen biaya Pabrik Kelapa Sawit Berangir PTPN IV (Persero) dengan umur proyek 30 tahun layak untuk dijalankan karena nlai BC Ratio yang diperoleh lebih dari satu.

Nilai BC Ratio lebih dari satu berarti rasio penerimaan dan biaya proyek ini memberikan keuntungan, karena komponen penerimaan lebih besar ketimbang komponen biaya dalam 30 tahun. Oleh karena itu, proyek ini akan memberikan keuntungan kepada pengusaha jika dijalankan.

Analisis Sensitivitas

Analisis sensitivitas pada pabrik kelapa sawit dilakukan untuk mempelajari perubahan pada salah satu atau lebih komponen biaya.Sebelum dilakukan analisis sensitivitas, perlu ditentukan terlebih dahulu variabel kritis yang diperkirakan dapat dengan cepat berubah karena pengaruh dari keadaan sosial, politik, dan ekonomi saat itu dan dapat mengakibatkan perubahan biaya serta timbulnya risiko pada usaha. Pada penelitian ini, variabel kritas yang dipilih untuk dimasukkan dalam perhitungan analisis sensitivitas yaitu kenaikan harga TBS, penurunan harga CPO dan KP, kenaikan biaya tetap, kenaikan biaya tidak tetap, penurunan jumlah TBS yang diolah per tahun, serta kenaikan harga TBS dan penurunan jumlah TBS yang diolah per tahun.

Produk hasil olahan kelapa sawit sebagian besar berorientasi ekspor, sehingga harga CPO dan KP sangat dipengaruhi oleh fluktuasi nilai tukar Rupiah. Selain itu, perdagangan kelapa sawit dan produk olahannya sangat dipengaruhi oleh kondisi ekonomi, politik, dan isu lingkungan. Oleh karena itu, harga CPO dan KP sangat cepat berubah.

Perubahan biaya tetap dan biaya tidak tetap sangat mungkin terjadi selama umur proyek.Perubahan tersebut dapat terjadi pada salah satu, beberapa, atau bahkan keseluruhan komponen biaya tetap.Perubahan ini dapat terjadi sewaktu waktu dan sulit diprediksi.

Perubahan jumlah TBS yang diolah per tahun dapat mengubah biaya pokok, sehingga jika jumlah TBS yang diolah per tahun meningkat maka biaya pokok akan menurun dan keuntungan meningkat. Perubahan biaya pemeliharaan sangat mempengaruhi kelayakan pabrik kelapa sawit. Oleh karena itu, perlu diketahui biaya pemeliharaan yang tepat agar pabrik kelapa sawit memiliki kelayakan finansial.

Kenaikan Harga TBS

Kenaikan harga TBS sebagai bahan baku produksi tentu mempengaruhi tingkat kelayakan pabrik kelapa sawit. Kenaikan harga ini juga dapat mempengaruhi pasokan TBS. Oleh karena itu, seringkali pabrik kelapa sawit mengalami kerugian saat terjadi kenaikan harga TBS. Sebaliknya, pabrik kelapa sawit memperoleh keuntungan saat harga TBS mengalami penurunan.

(37)

Pada tahun 2012, harga CPO rata-rata ialah Rp. 1 464. Pada tahun tersebut mengalami fluktuasi harga setiap bulannya. Perubahan harga TBS dipengaruhi oleh banyak faktor, antara lain produksi agregat TBS pada saat itu, biaya produksi tanaman sawit, dan permintaan terhadap TBS. Pada Tabel 13 terlihat perkembangan harga TBS.

Pada Tabel 13 terlihat bahwa variabel perubahan harga TBS merupakan variabel kritis yang dapat dengan cepat berubah. Perubahan yang signifikan juga akan mempengaruhi kelayakan pabrik kelapa sawit.

Pemilihan tingkat perubahan pada analisis ini ialah perubahan harga yang berpotensi mengubah keadaan atau tingkat kelayakan. Oleh karena analisis sebelumnya (NPV,IRR, dan BC Ratio) menunjukkaan kelayakan, maka pada analisis ini tingkat perubahan harga yang memiliki sensitivitas terhadap perubahan keadaan atau tingkat kelayakan adalah kenaikan harga TBS.

Pada Tabel 14 disajikan hasil perhitungan analisis sensitivitas terhadap kenaikan harga TBS sebesar 5%, 10%, 15%, dan 20%. Kenaikan ini dapat saja terjadi jika dilihat dari perubahan harga TBS pada tahun-tahun sebelumnya (Tabel 13).

Kenaikan harga TBS sebesar 5%, 10%, dan 15% (Tabel 14) tidak mengubah tingkat kelayakan Pabrik Kelapa Sawit Berangir PTPN IV (Persero). Hal ini berarti kenaikan harga TBS sebesar 5%, 10%, dan 15% selama umur proyek tidak berpengaruh terhadap tingkat kelayakan proyek ini dan pengusaha tetap memperoleh keuntungan.

Tabel 13 Perkembangan harga TBSa

Tahun Harga TBS (Rp) Perubahan harga terhadap tahun 2012 (%)

Tabel 14 Analisis sensitivitas terhadap kenaikan harga TBS

(38)

Kenaikan harga TBS sebesar 20% (Tabel 14) menyebabkan perubahan tingkat kelayakan Pabrik Kelapa Sawit Berangir PTPN IV (Persero), dimana semula layak menjadi tidak layak. Nilai NPV yang diperoleh adalah Rp. -22 406 929 255, nilai IRR yang diperoleh adalah 8.16%, dan nilai BC Ratio yang diperoleh adalah 0.72. Titik impas pada analisis sensitivitas terhadap kenaikan harga TBS ialah pada kenaikan harga TBS sebesar 18.46% (Gambar 3).

Penurunan Harga CPO dan KP

Perubahan harga CPO dan KP merupakan salah satu faktor penentu kelayakan suatu pabrik kelapa sawit. Kenaikan atau penurunan CPO dan KP akan mempengaruhi penerimaan CPO dan KP. Oleh karena itu, seringkali pabrik kelapa sawit mengalami kerugian bahkan kebangkrutan saat terjadi penurunan harga CPO dan KP. Sebaliknya, pabrik kelapa sawit menjadi untung saat harga CPO dan KP naik.

Pada tahun 2012, rata-rata harga CPO ialah Rp. 8 183 dan KP ialah Rp. 4 197. Pada tahun tersebut harga mengalami fluktuasi harga setiap bulannya. Perubahan harga CPO dan KP dipengaruhi oleh banyak faktor, antara lain fluktuasi nilai tukar Rupiah, politik, ekonomi, dan berbagai isu lingkungan. Pada Tabel 15 terlihat perkembangan harga CPO dan KP.

(a) (b)

(39)

Pada Tabel 15 terlihat bahwa variabel perubahan harga CPO dan KP merupakan variabel kritis yang dapat dengan cepat berubah. Perubahan yang signifikan juga akan mempengaruhi kelayakan pabrik kelapa sawit. Pada tahun 2012, produksi CPO Pabrik Kelapa Sawit Berangir PTPN IV (Persero) adalah 367 22 807.00 kg atau 84,53% dari total produk. Sedangkan, produksi KP Pabrik Kelapa Sawit Berangir PTPN IV (Persero) adalah 6 720 357.00 kg atau 15.47 % dari total produk.

Pada Tabel 16 disajikan hasil perhitungan analisis sensitivitas dengan penurunan harga CPO 5%, 10%, dan 15%. Perubahan harga ini dilakukan terhadap harga penjualan CPO. Perubahan ini juga realistis melihat fluktuasi harga CPO setiap tahunnya (Tabel 13).

Tabel 15 Perkembangan harga CPO dan KPa

Tahun Harga (Rp)

Perubahan harga terhadap tahun 2012 (%)

CPO KP CPO KP

2009 7 149 3 288 -12.63 -21.64

2010 7 910 4 947 -3.33 17.88

2011 8 453 5 547 3.30 32.18

2013 8 260 4 502 0.95 7.27

2014a 9 958 7 057 21.70 68.15

a

Sumber: Smart Tbk (2014).

b

Data hingga Bulan April 2014.

Tabel 16 Analisis sensitivitas terhadap penurunan harga CPO

Penurunan harga CPO (%) NPV (Rp) IRR (%) BC Ratio

5 188 475 943 625 51.31 3.51

10 92 617 230 004 33.28 2.21

15 -3 241 483 616 13.04 0.96

(40)

Penurunan harga CPO sebesar 5% dan 10% (Tabel 16) tidak mengubah tingkat kelayakan Pabrik Kelapa Sawit Berangir PTPN IV (Persero). Hal ini berarti Penurunan harga CPO sebesar 5% dan 10% selama umur proyek tidak berpengaruh terhadap tingkat kelayakan proyek ini dan pengusaha tetap memperoleh keuntungan.

Penurunan harga CPO sebesar 15% (Tabel 16) menyebabkan perubahan tingkat kelayakan Pabrik Kelapa Sawit Berangir PTPN IV (Persero), dimana semula layak menjadi tidak layak. Nilai NPV yang diperoleh adalah Rp. -3 241 483 616, nilai IRR yang diperoleh adalah 13.04%, dan nilai BC Ratio yang diperoleh adalah 0.96. Titik impas pada analisis sensitivitas terhadap penurunan harga CPO ialah pada penurunan harga CPO sebesar 14.83% (Gambar 4).

Pada Tabel 17 disajikan hasil perhitungan analisis sensitivitas dengan penurunan harga KP 25%, dan 50%. Penurunan harga ini dilakukan terhadap harga penjualan KP. Perubahan ini juga realistis melihat fluktuasi harga KP setiap tahunnya (Tabel 15).

Penurunan harga KP sebesar 25% dan 50% (Tabel 17) tidak mengubah tingkat kelayakan Pabrik Kelapa Sawit Berangir PTPN IV (Persero). Hal ini berarti penurunan harga KP sebesar 25% dan 50% selama umur proyek tidak

Tabel 17 Analisis sensitivitas terhadap penurunan harga KP

(41)

berpengaruh terhadap tingkat kelayakan proyek ini dan pengusaha tetap memperoleh keuntungan.

Berdasarkan Tabel 16 dan Tabel 17, perubahan harga CPO lebih sensitif ketimbang perubahan harga KP. Hal ini dikarenakan hasil produksi berupa CPO lebih besar ketimbang KP dan harga penjualan CPO selalu lebih tinggi ketimbang KP.

Hal ini menunjukkan kelayakan proyek pabrik kelapa sawit dapat dipengaruhi oleh risiko eksternal (perubahan harga penjualan produk). Oleh karena itu, perencanaan pabrik kelapa sawit sebaiknya melakukan forcasting terhadap perubahan harga CPO dan KP selama umur proyek.

Kenaikan Biaya Tetap

Kenaikan biaya tetap dapat terjadi sewaktu-waktu dan sulit diprediksi. Perubahan tersebut dapat terjadi pada salah satu, sebagian, atau bahkan seluruh komponen biaya tetap. Perubahan biaya dapat terjadi karena kebijakan internal, misalnya kebijakan kenaikan gaji staf dan karyawan dan kebijakan kenaikan alokasi biaya pemeliharaan. Perubahan biaya tetap dapat juga terjadi karena perubahan eksternal, misalnya kenaikan premi asurani dan perubahan harga suku cadang untuk pemeliharaan.

Analisis sensitivitas terhadap kenaikan biaya tetap dilakukan terhadap dua kondisi perubahan biaya tetap, yaitu 25% dan 50%. Kondisi perubahan ini dipilih untuk menganalisis tingkat kelayakan pabrik kelapa sawit jika terjadi perubahan biaya tetap yang signifikan dan mungkin terjadi.

Berdasarkan Tabel 18, kenakan biaya tetap sebesar 25% dan 50% tidak terjadi perubahan tingkat kelayakan Pabrik Kelapa Sawit Berangir PTPN IV (Persero). Hal ini berarti, jika selama umur proyek terjadi kenaikan biaya tetap sebesar 25% dan 50% tidak mempengaruhi tingkat kelayakan proyek dan pengusaha tetap memperoleh keuntungan.

Kenaikan Biaya Tidak Tetap

Kenaikan biaya tidak tetap dapat terjadi sewaktu-waktu dan sulit diprediksi. Perubahan tersebut dapat terjadi pada salah satu, sebagian, atau bahkan seluruh komponen biaya tidak tetap. Kenaikan biaya dapat terjadi karena kebijakan internal, misalnya kebijakan kenaikan biaya premi. Kenaikan biaya tidak tetap dapat juga terjadi karena perubahan eksternal, misalnya biaya listrik, biaya pembelian solar, dan biaya pembelian pelumas.

Analisis sensitivitas terhadap kenaikan biaya tidak tetap dilakukan terhadap empat kondisi perubahan biaya tidak tetap yaitu 5%, 10%, 15%, dan 20%. Kondisi perubahan ini dipilih untuk menganalisis tingkat kelayakan pabrik kelapa sawit jika terjadi kenaikan biaya tidak tetap yang signifikan dan mungkin terjadi.

Tabel 18 Analisis sensitivitas terhadap kenaikan biaya tetap

Kenaikan biaya tetap (%) NPV (Rp) IRR (%) BC Ratio

25 214 544 972 713 56.61 3.88

50 159 373 364 240 46.17 3.11

(42)

Berdasarkan Tabel 19, kenaikan biaya tidak tetap sebesar 5%, 10%, dan 15% tidak mengubah tingkat kelayakan Pabrik Kelapa Sawit PTPN IV (Persero). Hal ini berarti, jika terjadi kenaikan biaya tidak tetap sebesar 5%, 10%, dan 15% selama umur proyek, maka proyek ini tetap layak dan memberi keuntungan terhadap pengusaha.

Kenaikan biaya tidak tetap sebesar 20% mengubah kelayakan Pabrik Kelapa Sawit PTPN IV (Persero) yang semula layak menjadi tidak layak berdasarkan analisis NPV, IRR, dan BC Ratio. Akibat kenaikan ini, nilai NPV yang diperoleh adalah Rp. -32 753 129 385, nilai IRR yang diperoleh adalah 5.44%, dan nilai BC Ratio 0.59. Oleh karena itu, pengusaha harus menghindari kenaikan biaya tidak tetap 20% selama umur proyek agar proyek ini tetap layak dan member keuntungan. Titik impas pada analisis sensitivitas terhadap kenaikan biaya tidak tetap ialah pada kenaikan biaya tidak tetap sebesar 17.83% (Gambar 5).

Penurunan Jumlah TBS yang Diolah per Tahun

Penurunan jumlah TBS yang diolah per tahun akan mempengaruhi biaya tidak tetap dan penerimaan pabrik, sedangkan biaya tetap tidak mengalami

Tabel 19 Analisis sensitivitas terhadap kenaikan biaya tidak tetap Kenaikan biaya dan grafik analisis IRR dan BC Ratio terhadap kenaikan biaya tidak tetap (b)

Kenaikan biaya tidak tetap (%)

NPV

Kenaikan biaya tidak tetap (%)

(43)

Tabel 20 Analisis sensitivitas terhadap penurunan jumlah TBS yang

perubahan. Oleh karena itu, kenaikan atau penurunan jumlah TBS yang diolah per tahun akan mempengaruhi biaya tetap yang dibebankan terhadap setiap satuan TBS yang diolah.

Faktor yang sangat mempengaruhi jumlah TBS yang diolah per tahun di Pabrik Kelapa Sawit Berangir PTPN IV (Persero) ialah pasokan TBS. Saat pasokan TBS sedang banyak, maka pabrik dapat beroperasi hingga 2 shift, sebaliknya jika sedang tidak banyak maka pabrik hanya beroperasi 1 shift kerja atau bahkan tidak beroperasi sama sekali. Faktor lainnya adalah kapasitas pabrik, kondisi alat dan mesin pengolahan, dan kemampuan pekerja.

Pada tahun 2012, jumlah TBS yang diolah ialah 160 201 620 kg. Analisis dilakukan terhadap penurunan dari jumlah tersebut sebesar 20%, 40%, dan 50% sehingga jumlah TBS yang diolah per tahun menjadi 128 161 296.00 kg, 96 120 972.00 kg, dan 80 100 810.00 kg.

Pada Tabel 20 terlihat bahwa penurunan jumlah TBS yang diolah per tahun sebesar 20% dan 40% tidak mengubah tingkat kelayakan Pabrik Kelapa Sawit Berangir PTPN IV (Persero). Hal ini berarti, jika selama umur proyek terjadi penurunan jumlah TBS yang diolah per tahun sebesar 20% dan 40% tidak mengubah kelayakan proyek dan proyek tetap memberikan keuntungan bagi pengusaha.

(a) (b)

Gambar 6 Grafik analisis NPV terhadap penurunan jumlah TBS yang diolah per tahun (a) dan grafik analisis IRR dan BC Ratio terhadap penurunan jumlah TBS yang diolah per tahun (b)

Gambar

Gambar 1  Struktur organisasi Pabrik Kelapa Sawit Berangir
Tabel  2  Biaya tetap pengolahan kelapa sawit di Pabrik Kelapa Sawit
Tabel  3  Biaya tidak tetap pengolahan kelapa sawit di Pabrik Kelapa Sawit Berangir PTPN IV (Persero)a
Tabel  6  Kapasitas Pabrik Kelapa Sawit Berangir PTPN IV (Persero)
+7

Referensi

Dokumen terkait

Adapun judul dari usulan penelitian ini adalah “Evaluasi Beberapa Sifat- sifat Kimia Tanah yang Diaplikasi Limbah Cair pabrik Kelapa Sawit Di PT Smart Kebun Padang Halaban

Hasil penelitian menunjukkan adanya peningkatan logam – logam berat pada tanah yang diaplikasi limbah cair pabrik kelapa sawit.. Namun tidak semua parameter tersebut

Pada tabel dan grafik dapat diketahui apabila terjadi penurunan jumlah giling mencapai 30% diikuti kenaikan upah tenaga kerja sebesar 50% dan kenaikan harga bahan bakar

Secara umum, ada dua macam hasil olahan utama Tandan Buah Segar (TBS) di pabrik, yaitu minyak kelapa sawit yang merupakan hasil pengolahan daging buah dan minyak

Adapun judul dari usulan penelitian ini adalah “Evaluasi Beberapa Sifat- sifat Kimia Tanah yang Diaplikasi Limbah Cair pabrik Kelapa Sawit Di PT Smart Kebun Padang Halaban

Di PT TELEN PRIMA SAWIT MUARA BENGKAL penerimaan dan penimbangan dilakukan untuk mengetahui jumlah tandan buah segar (TBS) yang akan diolah sewaktu pabrik beroprasi, buah yang

Perencanaan pompa ini direncanakan untuk pengadaan air di pabrik kelapa sawit dengan kapasitas pabrik sebesar 60 Ton TBS/jam.Sumber air yang diambil dari air sungai tidak jauh dari

Pada pabrik kelapa sawit kapasitas PKS sebesar 30 ton TBS/jam yang telah memanfaatkan POME dengan sistem Covered Lagoon dengan akan menghasilkan biogas ± 600 m3/jam, atau setara