• Tidak ada hasil yang ditemukan

Reaksi dan Titer Antiserum Monoklonal Tomato chlorosis virus (ToCV) terhadap Antigen Virus pada Tanaman Tomat.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Reaksi dan Titer Antiserum Monoklonal Tomato chlorosis virus (ToCV) terhadap Antigen Virus pada Tanaman Tomat."

Copied!
37
0
0

Teks penuh

(1)

REAKSI DAN TITER ANTISERUM MONOKLONAL

Tomato

chlorosis virus

(ToCV) TERHADAP ANTIGEN VIRUS PADA

TANAMAN TOMAT

JENITA FARADIBA

DEPARTEMEN PROTEKSI TANAMAN

FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

(2)
(3)
(4)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER

INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Reaksi dan Titer Antiserum Monoklonal Tomato chlorosis virus (ToCV) terhadap Antigen Virus pada Tanaman Tomat adalah benar karya saya dengan arahan dari dosen pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Januari 2014

Jenita Faradiba

NIM A34090011

(5)
(6)
(7)

ABSTRAK

JENITA FARADIBA. Reaksi dan Titer Antiserum Monoklonal Tomato chlorosis virus (ToCV) terhadap Antigen Virus pada Tanaman Tomat. Dibimbing oleh GEDE SUASTIKA.

Tomato chlorosis virus (ToCV) umumnya menginfeksi tanaman tomat di seluruh dunia. Virus ini menyebabkan penyakit klorosis pada tanaman sehingga mengakibatkan kerugian ekonomi yang cukup besar. Metode deteksi yang tersedia untuk ToCV hanya melalui reverse transcription-polymerase chain reaction. Tetapi, saat ini antiserum monoklonal telah berhasil diproduksi menggunakan antigen yang bersesuaian dengan 16 oligo asam amino sekuen coat protein ToCV. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk (1) menganalisis reaksi antiserum terhadap antigen virus pada tanaman tomat dan (2) mengukur titer antiserum. Reaksi serologi dianalisis melalui agarose gel precipitation test (AGPT) dan dot immunobinding assay (DIBA). Titer antiserum diukur menggunakan sap yang disiapkan dari jaringan daun tomat terinfeksi ToCV. Berdasarkan hasil penelitian, tidak ada presipitasi yang terlihat dari kompleks antigen-antibodi pada AGPT, oleh karena itu, metode serologi ini tidak layak digunakan untuk menganalisis reaksi serologi ToCV. Berbeda dengan AGPT, DIBA memberikan sinyal positif yang kuat jika antiserum direaksikan dengan sap yang mengandung partikel ToCV tetapi tidak ada sinyal positif terhadap antigen dari daun tomat sehat. Titer antiserum pada metode ini mencapai 1/10000. Oleh karena itu, DIBA adalah metode yang layak digunakan untuk deteksi ToCV menggunakan antiserum monoklonal ini.

(8)
(9)
(10)
(11)

ABSTRACT

JENITA FARADIBA. Reaction and Titer of Monoclonal Antiserum of Tomato chlorosis virus (ToCV) Against Viral Antigen in Tomato Plants. Supervised by GEDE SUASTIKA.

Tomato cholorosis virus (ToCV) commonly infects tomato plants worldwide. The virus induces chlorosis disease on the plants and causes significant economic losses. Reverse transcription-polymerase chain reaction is the only method available for ToCV detection. But, currently, a monoclonal-like antiserum was successfully produced using an antigen containing oligo 16 amino acids generated based on ToCV coat protein gene. The aims of the research were (1) to analyze the antiserum reaction to the viral antigen in tomato plant and (2) to measure the titer of the antiserum. Serological reactions were analyzed using agarose gel precipitation test (AGPT) and dot immunobinding assay (DIBA). The titer of the antiserum was measured using undiluted sap prepared from ToCV-infected tomato leaf tissues. Based on the research result, there is no any precipitation of antigen-antibody complex visible on AGPT, and there for, this serological method was not reliable for analyzed serological reaction of the virus. On the other hand, DIBA gave a strong positive signal if the antiserum was reacted with ToCV-containing sap, but there no any positive signal if the antigen extracted from healthy tomato plant. Using this method, furthermore, the titer of the antiserum was reach to 1/10000. The DIBA, therefore, considered as a reliable serological method for the ToCV using this monoclonal antiserum.

(12)
(13)

REAKSI DAN TITER ANTISERUM MONOKLONAL

Tomato

chlorosis virus

(ToCV) TERHADAP ANTIGEN VIRUS PADA

TANAMAN TOMAT

JENITA FARADIBA

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian

pada

Departemen Proteksi Tanaman

DEPARTEMEN PROTEKSI TANAMAN

FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

(14)
(15)

Judul Skripsi : Reaksi dan Titer Antiserum Monoklonal Tomato chlorosis virus (ToCV) terhadap Antigen Virus pada Tanaman Tomat. Nama Mahasiswa: Jenita Faradiba

NIM : A34090011

Disetujui oleh

Dr. Ir. Gede Suastika, M.Sc Pembimbing Skripsi

Diketahui oleh

Dr. Ir. Abdjad Asih Nawangsih, M.Si Ketua Departemen Proteksi Tanaman

(16)
(17)
(18)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan karunia dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini untuk memenuhi syarat memperoleh gelar Sarajana Pertanian pada Departemen Proteksi Tanaman, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Penelitian untuk skripsi yang berjudul ”Reaksi dan Titer Antiserum Monoklonal

Tomato chlorosis virus (ToCV) terhadap Antigen Virus pada Tanaman Tomat” dilaksanakan di Laboratorium Virologi Tumbuhan, Departemen Proteksi Tanaman mulai bulan Maret hingga September 2013.

Pada kesempatan kali ini penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada Bapak Gede Suastika selaku dosen pembimbing skripsi yang telah banyak memberikan bantuan berupa masukan, motivasi, dan bimbingan, Bapak Idham Sakti Harahap selaku dosen pembimbing akademik yang banyak memberikan motivasi dan bimbingan, Ayahanda Syafruddin, Ibunda Oneng Herwalis, kakak Ratu Rizqia Bulqis, adik Rizal Abudzar, adik Hasemy Abdillah Rafsanjani, adik Mehdi Sabili Bazargan serta keluarga besar penulis yang telah mendoakan dan senantiasa memberikan dukungan yang luar biasa kepada penulis, Muhammad Asyiddiqi yang selalu mendoakan, membantu dan memberikan semangat, rekan-rekan di Laboratorium Virologi Tumbuhan IPB atas bantuan dan semangatnya, teman-teman Proteksi Tanaman IPB angkatan 46 serta seluruh civitas akademik Departemen Proteksi Tanaman IPB yang telah membantu dan memberikan semangat kepada penulis.

Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penulisan skripsi ini. Penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun. Penulis juga berharap skripsi ini dapat bermanfaat untuk berbagai pihak.

.

Bogor, Januari 2014

(19)
(20)

DAFTAR ISI

DAFTAR GAMBAR

vii

PENDAHULUAN

1

Latar Belakang 1

Tujuan 1

Manfaat 1

BAHAN DAN METODE 2

Tanaman Sumber ToCV 2

Uji Serologi 2

AGPT 2

DIBA 2

HASIL DAN PEMBAHASAN 3

Tanaman Sumber ToCV 3

AGPT 5

DIBA 6

Titer Antiserum 7

SIMPULAN DAN SARAN 9

Simpulan 9

Saran 9

DAFTAR PUSTAKA 10

(21)
(22)

DAFTAR GAMBAR

1 Tanaman tomat yang memperlihatkan gejala klorosis hasil pengamatan pada saat survei di daerah Pacet, Cianjur

4

2 Hasil reverse transcription-polymerase chain reaction (RT-PCR) menggunakan pasangan primer spesifik ToCV terhadap tanaman tomat bergejala klorosis yang dikoleksi dari Pacet, Cianjur.

5

3 Hasil agarose gel precipitation test (AGPT) pada gel Agarosa 1%.

5

4 Hasil dot immunobinding assay (DIBA) menggunakan membran nitroselulosa.

(23)
(24)
(25)
(26)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Tomato chlorosis virus (ToCV) merupakan salah satu patogen penting yang menyebabkan gejala klorosis pada tanaman tomat di lapangan dan rumah kaca di seluruh dunia (Louro et al. 2000; Dalmon et al. 2008). Gejala penyakit klorosis ini hampir sama seperti kekurangan nitrogen atau magnesium, daun bagian bawah menguning terutama pada jaringan di antara tulang daun, adanya bercak ungu kemerahan (bronzing) atau bahkan bercak nekrosis pada area daun yang menguning, dan terkadang daun menjadi rapuh (leaf brittleness) (Papayiannis 2006).

ToCV pertama kali ditemukan di Florida, Amerika Serikat pada tahun 1989 (Wisler et al. 1996, 1998b) kemudian menyebar ke berbagai negara di seluruh dunia seperti Spanyol (Navas-Castillo et al. 2000), Portugal (Louro et al. 2000), Yunani (Dovas et al. 2002), Taiwan (Tsai et al. 2004), Perancis (Jacquemond et al. 2009), Jepang (Hirota et al. 2010), Italia (Acotto et al. 2011) dan juga di Indonesia (Suastika et al. 2010). ToCV tidak dapat ditularkan secara mekanis, sehingga penyebarannya tergantung pada vektor kutukebul. Kutukebul yang dapat menularkan ToCV adalah Trialeurodes vaporariorum, T. abutilonea dan Bemisia tabaci biotipe A dan B (Wisler et al. 1988a).

Sampai saat ini deteksi ToCV hanya dilakukan dengan pendekatan molekuler menggunakan teknik reverse transcription–polymerase chain reaction

(RT-PCR) (Andriani 2011, Nurulita 2011). Deteksi virus secara molekuler memerlukan waktu yang lama dan biaya yang mahal sehingga deteksi virus secara serologi sangat dibutuhkan. Sampai saat ini tersedia berbagai metode uji serologi mulai dari yang sederhana seperti agarose gel precipitation test (AGPT) (Noordam, 1973) sampai yang kompleks seperti enzyme linked immunosorbent assay (ELISA) atau dot immunobinding assay (DIBA) (Mahmood et al. 1997). Antiserum monoklonal, yang dihasilkan dari imunisasi kelinci dengan oligo 16 asam amino yang bersesuaian dengan asam amino coat protein ToCV (Prof. Tomohide Natsuaki, Utsunomiya University, Japan, 2012 September 3, komunikasi pribadi), telah tersedia di Laboratorium Virologi Tumbuhan IPB. Reaksi dan titer antiserum ini terhadap ToCV isolat Indonesia belum diketahui.

Tujuan

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk (1) menganalisis reaksi serologi dari antiserum ToCV monoklonal terhadap virus isolat Indonesia dan (2) mengukur titer antiserum ToCV monoklonal melalui metode serologi AGPT dan DIBA.

Manfaat

(27)

BAHAN DAN METODE

Tanaman Sumber ToCV

Tanaman tomat bergejala klorosis dikoleksi dari pertanaman tomat petani di daerah Pacet, Cianjur. Penelitian dilakukan di Laboratorium Virologi Tumbuhan, Departemen Proteksi Tanaman, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor mulai Maret sampai September 2013. ToCV pada tanaman tomat sampel dideteksi melalui RT-PCR, menggunakan pasangan primer ToCV CP-F (5’-AATTAAGG ATCCGAGAACAGTGCYGTTGC-3’) dan ToCV CP-R (5’-AATTAAAAGC TTTTAGCAACCAGTTATCGATGCAAG-3’) (Fitriasari 2010). Kegiatan ini meliputi ekstraksi RNA total, sintesis complementary (c) DNA, amplifikasi DNA dan elektroforesis.

Uji Serologi

Antiserum yang digunakan adalah antiserum monoklonal hasil imunisasi kelinci dengan antigen yang merupakan oligo 16 asam amino bersesuaian dengan sekuen asam amino coat protein ToCV isolat Jepang (Pemberian Prof. Tomohide Natsuaki, Utsunomiya University, Jepang). Reaksi antiserum dievaluasi dengan dua metode serologi yaitu AGPT dan DIBA.

AGPT

Metode AGPT dilakukan pada media 1% gel agarosa. Media agar dibuat dengan melarutkan 0.1 g agarosa dan 0.01 g natrium azid dalam 5 ml bufer PBS [NaCl 8 g, Na2HPO4 1.15 g, KH2PO4 0.2 g, KCl 0.2 g, akuades 1000 ml] pH 7.5

dan 5 ml akuabides di dalam microwave selama 1 menit. Agar cair tersebut dituangkan di atas kaca preparat setebal ± 2 mm secara merata. Pada agar yang sudah memadat dibuat lubang berdiameter 4 mm dengan jarak antar lubang 4 mm. Satu lubang di tengah diisi dengan antigen berupa sap daun tomat sumber ToCV. Sap disiapkan dengan menggerus daun dalam bufer PBS (1:10 b/v) sedangkan 6 lubang di sekelilingnya masing-masing diisi antiserum ToCV dengan pengenceran seri dupleks 1/1 sampai 1/32. Antiserum diencerkan dengan akuabides. Pengamatan terjadinya garis presipitasi dilakukan setiap hari sampai tiga hari.

DIBA

(28)

3

(29)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Tanaman Sumber ToCV

Tanaman tomat yang diamati pada survei di daerah Pacet, Cianjur hampir sebagian besar (lebih dari 75% populasi) menunjukkan gejala penyakit klorosis yang ditandai dengan menguningnya lamina di antara tulang daun (interveinal yellowing). Pada beberapa bagian daun yang mengalami klorosis memperlihatkan bercak keunguan dan ada juga yang mengalami nekrotik. Ukuran daun tetap normal, tidak mengalami perubahan bentuk namun lebih rapuh bila diremas. Gejala penyakit klorosis dan ciri-ciri lain yang menyertainya ini sesuai dengan gejala khas infeksi Crinivirus pada tanaman tomat (Louro et al. 2000; Navas-castillo et al. 2000; Papayiannis et al. 2006). Sampai saat ini telah diketahui bahwa selain ToCV, terdapat satu spesies virus lain yaitu Tomato infectious chlorosis virus (TICV) anggota Crinivirus yang dapat menginduksi penyakit yang sama (Nurulita 2011). Kedua virus ini (ToCV dan TICV) tidak mempunyai hubungan serologi (Sa’adah 2013) sehingga deteksi keberadaan ToCV pada tanaman tomat sumber virus melalui RT-PCR dilakukan hanya menggunakan primer spesifik ToCV.

a

b c

Gambar 1 Tanaman tomat yang memperlihatkan gejala klorosis hasil pengamatan pada saat survei di daerah Pacet, Cianjur. Penyakit klorosis ditandai dengan (a) menguningnya lamina di antara tulang daun (interveinal yellowing), (b) nekrotik pada bagian yang mengalami klorosis, dan (c) keunguan pada bagian yang mengalami klorosis.

Tanaman tomat sumber ToCV telah berhasil didapatkan melalui deteksi dengan teknik RT-PCR. Melalui metode ini didapatkan tiga tanaman tomat yang mengandung ToCV (Gambar 2). Keberadaan ToCV pada jaringan tanaman tomat tersebut ditandai dengan adanya fragmen DNA berukuran sekitar 700 bp. Hasil amplifikasi ini telah sesuai dengan primer yang didesain spesifik untuk ToCV (Fitriasari 2010). Daun tomat yang positif mengandung ToCV selanjutnya digunakan untuk uji serologi AGPT dan DIBA.

(30)

5

1 2 3 4 5

Gambar 2 Hasil reverse transcription-polymerase chain reaction (RT-PCR) menggunakan pasangan primer spesifik ToCV terhadap tanaman tomat bergejala klorosis yang dikoleksi dari Pacet, Cianjur. Lajur 1: marker 1 kb DNA ladder (Thermo Scientific, USA), lajur 2: sampel tanaman tomat sehat (tidak bergejala), lajur 3-5: sampel tanaman tomat bergejala klorosis No. 1-3.

AGPT

Reaksi antara antibodi (yang terdapat dalam antiserum ToCV) dan antigen (dalam hal ini partikel virus ToCV yang ada dalam sap tanaman tomat) membentuk kompleks antigen-antibodi (Ag-Ab) dan dapat dilihat dengan berbagai cara, salah satunya melalui AGPT. Sinyal positif dalam AGPT adalah terjadinya garis presipitasi berwarna putih pada gel di antara yang berisi antiserum dan yang berisi sap tanaman terinfeksi. Pada penelitian ini garis presipitasi tidak terlihat pada AGPT (Gambar 3) walaupun percobaan yang sama telah diulangi sampai tujuh kali (data tidak diperlihatkan).

Gambar 3 Hasil agarose gel precipitation test (AGPT) pada gel Agarosa 1%. Pada lubang tengah (Ag) ditambahkan siapan sap tanaman tomat terinfeksi ToCV tanpa diencerkan; pada lubang pinggir (dari As1 sampai As6) masing-masing ditambahkan antiserum monoklonal ToCV dengan pengenceran 1/1, 1/2, 1/4, 1/8, 1/16 dan 1/32.

Hal ini terjadi mungkin karena antiserum ToCV yang digunakan adalah antiserum monoklonal. Antiserum monoklonal hanya mengandung satu jenis antibodi yang mengenali satu jenis epitope pada partikel virus, sedangkan

(31)

6

antiserum poliklonal mengandung beberapa (lebih dari satu) jenis antibodi yang masing-masing mengenali epitope yang berbeda pada partikel virus (Roitt 1995). Sa’adah (2013) berhasil mendeteksi ToCV melalui AGPT menggunakan antiserum poliklonal.

DIBA

Berbeda dengan AGPT, pada DIBA diperoleh sinyal positif yang sangat jelas (Gambar 4). Pada dot yang ditetesi sap tanaman tomat sakit (mengandung ToCV) terjadi perubahan warna substrat NBT+BCIP menjadi ungu. Perubahan warna ini terjadi karena hasil kerja enzim Avidin yang ada pada konjugat (Kubota

et al. 2011). Konjugat berikatan dengan antibodi yang diaplikasikan terlebih dahulu dan telah berikatan dengan antigen (partikel ToCV yang termobilisasi pada membran). Oleh karena itu pada sinyal positif terdapat rantai ikatan partikel ToCV (pada membran) + antibodi ToCV + konjugat (yang mengandung enzim Avidin) + substrat. Perubahan warna substrat menjadi ungu merupakan sinyal positif DIBA.

Pada dot yang ditetesi bufer atau sap tanaman tomat sehat tidak terjadi perubahan warna menjadi ungu. Hal ini terjadi karena pada tempat dot tersebut tidak terdapat partikel ToCV yang termobilisasi dan oleh karenanya tidak terjadi rantai ikatan selanjutnya. Pada daerah yang tidak mengandung enzim Avidin tidak akan terjadi reaksi perubahan warna substrat NBT+BCIP menjadi ungu (Lin et al.

1990.

Sinyal positif, terjadinya perubahan warna substrat menjadi ungu hanya terjadi pada dot yang mengandung partikel virus ToCV (Gambar 4). Hal ini memperlihatkan kespesifikan reaksi antiserum monoklonal ToCV. Antiserum ini tidak bereaksi dengan antigen lain, misalnya sap tanaman tomat sehat. Hasil pengujian ini mengindikasikan bahwa antiserum monoklonal ToCV ini sangat layak untuk digunakan sebagai sarana deteksi ToCV pada jaringan tanaman tomat.

1 2 3 4

(32)

7

Titer Antiserum ToCV

Titer antiserum adalah tingkat tertinggi dari pengenceran antiserum yang masih memberikan sinyal positif terhadap adanya kompleks Ag-Ab pada uji serologi tertentu (Noordam, 1973). Kesensitifan metode serologi sangat menentukan titer antiserum yang digunakan.

Tabel 1 Reaksi (sinyal) pada agarose gel precipitation test (AGPT) dan dot immunobinding assay (DIBA) pada berbagai tingkat pengenceran antiserum monoklonal*

Metode Pengenceran antiserum Sinyal

AGPT

*Pengujian sejenis telah dilakukan sebanyak 5-7 kali dan memberikan hasil yang konsisten.

Antigen yang digunakan pada penelitian ini adalah partikel ToCV yang terdapat dalam siapan sap tanaman tomat terinfeksi yang tidak diencerkan sedangkan untuk antiserum dilakukan seri pengenceran pada tingkat tertentu yang berbeda untuk setiap uji serologi. Pada AGPT pengenceran antiserum dilakukan dari 1/1, 1/2, 1/4, 1/8, 1/16, sampai 1/32 sedangkan untuk DIBA dari 1/1000, 1/10000 sampai 1/100000.

Perbedaan tingkat pengenceran antiserum yang digunakan untuk masing-masing uji serologi dikarenakan kepekaannya berbeda, pada AGPT sinyal positif dilihat langsung dari presipitasi kompleks Ag-Ab yang terakumulasi. Pada penelitian ini, reaksi antigen dan antibodi pada AGPT tidak memberikan sinyal positif pada setiap tingkat pengenceran antiserum. Hal ini terjadi karena kompleks Ag-Ab yang terakumulasi tidak mencukupi untuk dilihat dengan mata telanjang. Disamping itu, antiserum yang digunakan adalah antiserum monoklonal (antibodi yang terkandung hanya mengenali satu jenis epitope pada partikel virus) sehingga tidak membentuk agregasi Ag-Ab yang mencukupi agar terlihat titik-titik presipitasi. Berdasarkan hasil penelitian ini dapat dinyatakan bahwa antiserum monoklonal ToCV ini tidak dapat digunakan dalam AGPT.

(33)

8

(34)

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Antiserum ToCV monoklonal yang diuji pada penelitian ini bereaksi secara spesifik dengan partikel ToCV isolat Indonesia dan tidak terjadi reaksi silang dengan komponen protein jaringan tanaman tomat. Titer antiserum ini sangat tinggi (1/10000) sehingga sangat layak digunakan sebagai sarana deteksi ToCV pada tanaman tomat melalui metode DIBA namun tidak melalui AGPT.

Saran

(35)

DAFTAR PUSTAKA

Accotto GP, Vaira AM, Vecchiati M, Finetti MM, Gallitelli D, Davino M. 2011. First report of Tomato chlorosis virus in Italy. Plant Dis. 85(11):1208. Andriani A. 2011. Deteksi diferensial Tomato chlorosis virus (ToCV) dan Tomato

infectious chlorosis virus (TICV) dengan reverse transcription-polymerase chain reaction (RT-PCR) [skripsi]. Bogor (ID): Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

Dalmon A, Fabre F, Guilbaud L, Lecoq H, Jacquemond M. 2008. Comparative whitefly transmission of Tomato chlorosis virus and Tomato infectious chlorosis virus from single or mixed infections. Plant Pathol. 58(2):221-227.

Dovas CI, Katis NI, Avgelis AD. 2002. Multiplex detection of Criniviruses

associated with epidemics of a yellowing disease of tomato in Greece.

Plant Dis. 86(12):1345-1349.

Fitriasari, ED. 2010. Keefektifan kutukebul dalam menularkan virus penyebab penyakit kuning pada tanaman Tomat [Tesis]. Bogor (ID): Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

Hirota T, Natsuaki T, Murai T, Nisashigawa H, Niibori K, Goto K, Hartono S, Suastika G, Okuda S. 2010. Yellowing disease of tomato caused by Tomato chlorosis virus newly recognized in Japan. J Gen Plant Pathol. 76(2):168-171.

Jacquemond M, Verdin E, Dalmon A, Guilbaud L, Gognalons P. 2009. Serological and molecular detection of Tomato chlorosis virus and Tomato infectious chlorosis virus in tomato. Plant Pathol. 58(2):210-220.

Kubota K, Usugi T, Tsuda S. 2011. Production of antiserum and immunodetection of Cucurbit chlorotic yellows virus, a novel whitefly-transmitted Crinivirus. J Gen Plant Pathol. 77(2):116-120.

Lin NS, Hsu YH, Hsu HT. 1990. Immunological detection of plant viruses and a mycoplasma-like organism by direct tissue blotting on nitrocellulose membranes. Phytopathology. 80(9):824-828.

Louro D, Accotto GP, Vaira AM. 2000. Occurrence and diagnosis of Tomato chlorosis virus in Portugal. Eur J Plant Pathol. 106(6):589-592.

Mahmood T, Hein GL, French RC. 1997. Development of serological procedures for rapid and reliable detection of wheat streak mosaic virus in a single wheat curlmite. Plant Dis. 81(3):250-253.

Navas-Castillo J, Camero R, Bueno M, Moriones E. 2000. Severe yellowing outbreaks in tomato in Spain associated with infections of Tomato chlorosisvirus. Plant Dis. 84(8):835-837.

Noordam D. 1973. Identification of Plant Viruses Methods and Experiments.

Wageningen (NL): Center for Agricultural Publishing and Documentation Nurulita S. 2011. Identifikasi Tomato chlorosis virus (ToCV) dan Tomato

(36)

11

Papayiannis LC, Ioannou N, Dovas CI, Mallogka VI, Katis NI. 2006. First Report of Tomato cholorosis virus on Tomato Crops in Cyprus. Plant Pathol.

55(4):567.

Roitt IM. 1995. Immunology. 4th ed. London (UK): Wolfe Publishing.

Sa’adah L. 2013. Deteksi serologi diferensial dan simultan Tomato chlorosisvirus

(ToCV) dan Tomato infectious chlorosis virus (TICV) [Skripsi]. Bogor (ID): Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

Suastika G, Hartono S, Nishigawa H, Natsuaki T. 2010. Yellowing disease outbreaks in tomato in Indonesia associated with infection of Tomato chlorosis virus and Tomato infectious chlorosis virus. J ISSAAS 17(1):227-273.

Tsai WS, Shih SL, Green SK, Hanson P, Liu HY. 2004. First report of the occurrence of Tomato chlorosis virus and Tomato infectious chlorosis virus

in Taiwan. Plant Dis. 8(8):311.

Wisler GC, Duffus JE, Liu HY, Li RH. 1998a. Ecology and epidemiology of whitefly-transmitted Closteroviruses. Plant Dis. 82(3):270–280.

Wisler GC, Li RH, Liu HY, Lowry DS, Duffus JE, 1998b. Tomato chlorosis virus: a new whitefly-transmitted, phloem-limited, bipartite Closterovirus of tomato. Phytopathology. 88(5):402–409.

(37)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bogor pada tanggal 10 Januari 1991 dari ayah Syafruddin dan ibu Oneng Herwalis. Penulis adalah putri kedua dari lima bersaudara. Tahun 2009 penulis lulus dari SMA KORNITA BOGOR dan pada tahun yang sama penulis lulus seleksi masuk Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur undangan dan diterima di Program Studi Proteksi Tanaman, Fakultas Pertanian.

Gambar

Gambar 1  Tanaman tomat yang memperlihatkan gejala klorosis hasil pengamatan
Gambar 2  Hasil reverse transcription-polymerase chain reaction (RT-PCR)

Referensi

Dokumen terkait

Oleh karena itu, berdasarkan pada uraian penjelasan di atas, maka dapat ditarik sebuah kesimpulan bahwa posisi Faqihuddin Abdul Kodir dalam peta studi Islam Kontemporer

Region filling adalah proses pada pengolah citra yang digunakan untuk mengisi piksel pada wilayah objek atau sesuai dengan batas objek yang ditentukan.. Proses ini

Hubungan Indonesia-Australia Pasca Insiden Penyadapan; Endah Tri Yuli Hastuti, 090910101057; 2014: 55 halaman; Jurusan Ilmu Hubungan Internasional Fakultas Ilmu Sosial

Praktik Pengalaman Lapangan (PPL) merupakan kegiatan kurikuler yang harus dilakukan oleh mahasiswa praktikan, sebagai pelatihan untuk menerapkan teori yang diperoleh

Memuaskan Di bawah standard SKOR Kebenaran konsep Diungkapkan dengan tepat, terdapat aspek penting, analisis dan membantu memahami konsep Diungkap dengan tepat tetapi

Adanya aktivitas masyarakat yang terjadi di Pantai Sri Mersing dapat mengakibatkan penurunan kualitas perairan di objek wisata tersebut... kualitas perairan akan memberikan

Dari petani padi yang berbagai etnis tersebut, hanya terdapat 2 (dua) etnis petani padi yang masih menggunakan Sistem Kerja yang berbasis gotong royong, seperti Etnis Banjar

Dengan memahami hal tersebut para orang tua dan anak-anak diharapkan akan lebih bisa memilah waktu untuk bermain game online dan bisa memilih konten permainan yang sesuai