• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perbedaan Post Purchase Regret Berdasarkan Perilaku Pada Konsumen Wanita

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Perbedaan Post Purchase Regret Berdasarkan Perilaku Pada Konsumen Wanita"

Copied!
125
0
0

Teks penuh

(1)

PERBEDAAN

POST PURCHASE REGRET

BERDASARKAN

PERILAKU PEMBELIAN PADA

KONSUMEN WANITA

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi persyaratan Ujian Sarjana Psikologi

Oleh

DIAH FARDHANI

081301111

FAKULTAS PSIKOLOGI

(2)

LEMBAR PERNYATAAN

Saya yang bertanda tangan di bawah, menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi saya yang berjudul:

Perbedaan Post Purchase Regret Berdasarkan Perilaku Pada Konsumen Wanita.

adalah hasil karya sendiri dan belum pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi manapun.

Adapun bagian-bagian tertentu dalam penulisan skripsi ini saya kutip dari hasil karya orang lain yang telah dituliskan sumbernya secara jelas sesuai dengan norma, kaidah dan etika penulisan ilmiah.

Apabila di kemudian hari ditemukan adanya kecurangan dalam skripsi ini, saya bersedia menerima sanksi dari Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara sesuai dengan peraturan yang berlaku.

Medan, 19 Agustus 2013

(3)

Perbedaan Post Purchase Regret Berdasarkan Perilaku Pembelian Pada Konsumen Wanita

Diah Fardhani dan Eka Danta Jaya Ginting

ABSTRAK

Post purchase regret adalah emosi negatif yang dirasakan konsumen

setelah melakukan evaluasi atas keputusan pembelian yang telah dibuatnya, dimana evaluasi yang dilakukan didasarkan pada hasil dan proses dari pengambilan keputusan yang dilakukan konsumen.

Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif komparatif yang bertujuan untuk mengetahui perbedaan post purchase regret pada perilaku pembelian

unplanned dan substitute. Hipotesis penelitian ini mengatakan bahwa terdapat

perbedaan post purchase regret pada perilaku pembelian unplanned dan substitute.

Penelitian ini melibatkan 200 orang yang pernah melakukan perilaku pembelian unplanned dan substitute. Subjek penelitian adalah wanita yang berdomisili di kota Medan. Penelitian ini menggunakan teknik non probability

sampling secara incidental. Data penelitian diolah dengan paired-sample t test. Alat

ukur yang digunakan adalah skala post purchase regret.

Hasil analisa data menunjukkan terdapat perbedaan antara perilaku pembelian unplanned dan substitute dengan p = 0,00. Perilaku pembelian

unplanned memiliki skor mean yang lebih tinggi (55,52), dibandingkan dengan

perilaku pembelian substitute (50,86), maka dapat disimpulkan konsumen yang melakukan unplanned purchase lebih mudah mengalami post purchase regret

dibandingkan dengan konsumen yang melakukan substitute purchase. Hasil

penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan pengetahuan secara khusus mengenai post-purchase regret pada perilaku pembelian substitute dengan

unplanned.

.

(4)

The Difference of Post Purchase Regret Based on Purchase Behavior of Woman Consumer

Diah Fardhani and Eka Danta Jaya Ginting

ABSTRACT

Post purchase regret is a negative emotion of consumer after evaluating the purchase decision has been made, the evaluation is conducted based on the outcome and process of consumer decision making.

This study was a comparative quantitative study aimed to determine differences on post purchase regret based on unplanned and substitute purchasing behavior. The research hypothesis was the differences in post purchase regret based on unplanned behavior and substitute purchasing.

The study involved 200 people who had done unplanned and substitute purchasing behavior. Subjects were women who live in Medan. This research use purposive non-probability sampling techniques. Data was analyzed by paired-sample t test. Measuring instruments use was scale post purchase regret.

Results of analysis of the data shows that there was a difference between unplanned and substitute purchasing behavior. Unplanned purchase behavior have a higher mean score (55.52) than the substitute buying behavior (50.86), it means that consumers who made unplanned purchase more prone to post-purchase regret compared to consumers who did substitute purchase. Results of this study are expected to provide information and knowledge specifically about post-purchase regret the substitute with unplanned purchase behavior.

(5)

KATA PENGANTAR

Puji syukur saya ucapkan pada Allah SWT yang telah memberikan rahmat

dan ridho-Nya hingga akhirnya penulis dapat menyelesaikan penelitian yang

berjudul ―Perbedaan Post Purchase Regret Berdasarkan Perilaku Pembelian Pada

Konsumen Wanita‖. Penyusunan skripsi ini dilakukan dalam rangka memenuhi

salah satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana Fakultas Psikologi Universitas

Sumatera Utara.

Dalam penulisan skripsi ini penulis telah banyak menerima arahan dan

bimbingan serta motivasi dari berbagai pihak baik secara langsung maupun tidak

langsung. Penulis menyadari bahwa tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai

pihak, baik dari masa perkuliahan sampai pada penyusunan skripsi ini sangatlah

sulit bagi penulis untuk menyelesaikan skripsi ini. Sehingga pada kesempatan ini

penulis menghaturkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada kedua orang tua

penulis Ir. H. Joni Pinto Karo-karo dan Hj. Ida Yuniar, serta pada M. Iqbal

Kacaribu atas doa dan dukungannya selama ini.

Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah

(6)

1. Ibu Prof. Dr. Irmawati, psikolog selaku Dekan Fakultas Psikologi USU

2. Eka Danta Jaya Ginting, MA, psikolog selaku Pembimbing Skripsi yang telah

sabar dan selalu memberikan banyak motivasi, serta menyempatkan

memberikan bimbingan dan pengarahan ditengah kesibukannya

3. Kak Siti Zahreni, M.Si, Psikolog selaku dosen pembimbing akademik yang

telah memberikan bimbingan selama masa perkuliahan di Fakultas Psikologi

USU

4. Kak Cherly Kemala Ulfa, S.Psi., M.Psi. dan pak Zulkarnain, Ph.D., Psikolog

selaku dosen penguji yang bersedia meluangkan waktu untuk menguji penulis

dalam mempertanggungjawabkan skripsi ini

5. Para subjek penelitian yaitu wanita yang bedomisili di kota Medan yang telah

rela meluangkan waktunya untuk membantu peneliti dalam pengambilan data

penelitian

6. Untuk teman-teman mahasiswa khususnya angkatan 2008, terima kasih atas

kebersamaan dan dukungan selama ini

7. Untuk teman-teman yang telah membantu mendapatkan data penelitian yaitu

Abdi, Dini, Nadrah, Rica, Risa, Rusly, dan Hari

8. Untuk sahabat-sahabat di kampus yang paling banyak memberikan dukungan

(7)

9. Untuk sahabat-sahabat yang selama ini membantu dan memberikan motivasi

yaitu Abdi, Fika, Susfani, Irsya, Yuda, Rozi, dan Hari terima kasih atas

kebersamaan dan semangat untuk sama-sama menyelesaikan perkuliahan

10.Seluruh keluarga besar Fakultas Psikologi USU, yang telah membantu dan

mempermudah segala urusan yang berkaitan dengan administrasi, baik saat

masa perkuliahan maupun yang berhubungan dengan penelitian

Akhir kata, penulis berharap Allah SWT berkenan membalas segala

kebaikan saudara-saudara semua. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa masih

banyak kekurangan dalam penelitian ini. Oleh karenanya, penulis mengharapkan

adanya masukan dan saran yang sifatnya membangun dari semua pihak, guna

menyempurnakan penelitian ini agar menjadi lebih baik lagi. Atas segala

kekurangan dalam penulisan skripsi ini peneliti mohon maaf. Dan semoga skripsi

ini membawa manfaat bagi kita semua.

Medan, 19 Agustus 2013

(8)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

BAB I : PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 8

C. Tujuan Penelitian ... 9

D. Manfaat Penelitian ... 9

E. Sistematika Penulisan ... 10

BAB II : LANDASAN TEORI A. Post Purchase Regret ... 11

1. Pengertian Post Purchase ... 11

2. Pengertian Regret ... 13

3. Pengertian Post Purchase Regret ... 14

(9)

6. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Regret... 20

B. Unplanned Purchase ... 23

1. Pengertian Unplanned Purchase ... 23

2. Dimensi Unplanned Purchase ... 24

C. Substitute Purchase ... 26

1. Pengertian Substitute Purchase ... 26

D. Konsumen Wanita... 27

1. Pengertian Konsumen Wanita ... 27

2. Karakteristik Perbedaan Perilaku Konsumen... 28

E. Perbedaan Post Purchase Regret pada Perilaku Pembelian Unplanned dengan Substitute ... 29

F. Hipotesis Penelitian ... 32

BAB III : METODE PENELITIAN A. Identifikasi Variabel Penelitian ... 33

B. Definisi Operasional Variabel Penelitian ... 33

C. Populasi, Sampel, dan Metode Pengambilan Sampel ... 35

1. Populasi Penelitian ... 35

2. Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel ... 36

3. Jumlah Sampel Penelitian ... 37

(10)

1. Wawancara ... 38

2. Skala Post Purchase Regret ... 40

E. Uji Validitas, Uji Daya Beda Aitem, dan Uji Reliabilitas Alat Ukur ... 42

1. Uji Validitas ... 42

2. Uji Daya Beda Aitem ... 42

3. Uji Reliabilitas ... 43

F. Hasil Uji Coba Alat Ukur ... 44

1. Hasil Uji Coba Skala Post Purchase Regret ... 44

G. Prosedur Pelaksanaan Penelitian ... 46

H. Metode Analisa Data ... 49

1. Uji Normalitas ... 50

BAB IV : ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Subjek Penelitian ... 50

a. Gambaran Subjek Penelitian Berdasarkan Jenis Kelamin ... 50

b. Gambaran Subjek Penelitian Berdasarkan Usia ... 50

c. Gambaran Subjek Penelitian Berdasarkan Tingkat Pendidikan ... 52

B. Hasil Penelitian ... 53

a. Hasil Uji Asumsi ... 53

(11)

b. Hasil Utama Penelitian ... 55

c. Kategorisasi Data Penelitian ... 56

C. Pembahasan ... 58

BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan ... 63

B. Saran ... 64

DAFTAR PUSTAKA ... 66

(12)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1. Daftar Pertanyaan dan Respon yang Diharapkan ... 39

Tabel 2. Blue Print Skala Post Purchase Regret ... 41

Tabel 3. Distribusi Aitem-aitem Skala Post Purchase Regret Untuk Penelitian ... 45

Tabel 4. Gambaran Subjek Penelitian Berdasarkan Jenis Kelamin ... 50

Tabel 5. Gambaran Subjek Penelitian Berdasarkan Usia ... 51

Tabel 6. Gambaran Subjek Penelitian Berdasarkan Tingkat Pendidikan ... 52

Tabel 7. Hasil Uji Normalitas Sebaran Variabel Penelitian ... 54

Tabel 8. Deskripsi Skor Post Purchase Regret ... 55

Tabel 9. Paired-Sample T Test ... 55

Tabel 10. Perbandingan mean empirik dan mean Pada Post Purchase Regret ... 56

(13)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1. Skala Try Out Post Purchase Regret ... 71

Lampiran 2. Hasil Uji Reliabilitas dan Daya Diskriminasi Skala Try Out Post Purchase Regret ... 78

Lampiran 3. Skala Penelitian ... 79

Lampiran 4. Hasil Uji Normalitas ... 87

Lampiran 5. Hasil Uji Hipotesis ... 88

Lampiran 6. Data Partisipan ... 89

(14)

Perbedaan Post Purchase Regret Berdasarkan Perilaku Pembelian Pada Konsumen Wanita

Diah Fardhani dan Eka Danta Jaya Ginting

ABSTRAK

Post purchase regret adalah emosi negatif yang dirasakan konsumen

setelah melakukan evaluasi atas keputusan pembelian yang telah dibuatnya, dimana evaluasi yang dilakukan didasarkan pada hasil dan proses dari pengambilan keputusan yang dilakukan konsumen.

Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif komparatif yang bertujuan untuk mengetahui perbedaan post purchase regret pada perilaku pembelian

unplanned dan substitute. Hipotesis penelitian ini mengatakan bahwa terdapat

perbedaan post purchase regret pada perilaku pembelian unplanned dan substitute.

Penelitian ini melibatkan 200 orang yang pernah melakukan perilaku pembelian unplanned dan substitute. Subjek penelitian adalah wanita yang berdomisili di kota Medan. Penelitian ini menggunakan teknik non probability

sampling secara incidental. Data penelitian diolah dengan paired-sample t test. Alat

ukur yang digunakan adalah skala post purchase regret.

Hasil analisa data menunjukkan terdapat perbedaan antara perilaku pembelian unplanned dan substitute dengan p = 0,00. Perilaku pembelian

unplanned memiliki skor mean yang lebih tinggi (55,52), dibandingkan dengan

perilaku pembelian substitute (50,86), maka dapat disimpulkan konsumen yang melakukan unplanned purchase lebih mudah mengalami post purchase regret

dibandingkan dengan konsumen yang melakukan substitute purchase. Hasil

penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan pengetahuan secara khusus mengenai post-purchase regret pada perilaku pembelian substitute dengan

unplanned.

.

(15)

The Difference of Post Purchase Regret Based on Purchase Behavior of Woman Consumer

Diah Fardhani and Eka Danta Jaya Ginting

ABSTRACT

Post purchase regret is a negative emotion of consumer after evaluating the purchase decision has been made, the evaluation is conducted based on the outcome and process of consumer decision making.

This study was a comparative quantitative study aimed to determine differences on post purchase regret based on unplanned and substitute purchasing behavior. The research hypothesis was the differences in post purchase regret based on unplanned behavior and substitute purchasing.

The study involved 200 people who had done unplanned and substitute purchasing behavior. Subjects were women who live in Medan. This research use purposive non-probability sampling techniques. Data was analyzed by paired-sample t test. Measuring instruments use was scale post purchase regret.

Results of analysis of the data shows that there was a difference between unplanned and substitute purchasing behavior. Unplanned purchase behavior have a higher mean score (55.52) than the substitute buying behavior (50.86), it means that consumers who made unplanned purchase more prone to post-purchase regret compared to consumers who did substitute purchase. Results of this study are expected to provide information and knowledge specifically about post-purchase regret the substitute with unplanned purchase behavior.

(16)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Setiap konsumen rata-rata membuat ratusan keputusan setiap harinya. Hal

ini termasuk tidak hanya keputusan mengenai produk atau merk yang akan mereka

beli dan kuantitasnya, tetapi juga apa yang dimakan untuk sarapan, apa jenis teh

dan kopi untuk minum, apakah membaca koran pagi, artikel apa yang akan dibaca,

kapan harus berhenti membaca, lalu berpikir apa yang akan dilakukan setelahnya,

mungkin memutuskan untuk menonton DVD, dan untuk berapa lama, bagaimana

pergi bekerja atau sekolah, dan lain sebagainya. Meskipun konsumen tidak selalu

berusaha untuk melakukan keputusan secara optimal dan sering puas dengan

keputusan mereka (Zeelenberg & Pieters 2007).

Ketika konsumen masuk ke dalam toko, stimulus yang ada di dalam sebuah

toko dapat memicu munculnya needs atau kebutuhan-kebutuhan yang tidak disadari

sebelumnya dan berkeinginan atau memaksa memori untuk melupakan

kebutuhan-kebutuhan yang dirasakan sebelumnya. Hal ini menuntun individu untuk membuat

keputusan pada saat berada di toko (in-store decision making) atau unplanned

(17)

In-store decision terjadi dikarenakan stimulus yang dijumpai saat perjalanan

menuntun individu untuk percaya atau berfikir bahwa mereka memerlukan kategori

produk tersebut. Stimulus yang ada lalu akan memunculkan isyarat pengenalan,

membantu individu memanggil ingatan bahwa mereka membutuhkan produk

tersebut. Stimulus juga akan memicu reaksi afektif. Reaksi afektif yang positif

terhadap stimulus yang ada di toko yang lalu akan meningkatkan kemungkinan

terjadinya pembelian tidak terencana (Inman, Winer, & Ferarro, 2009).

Saat melakukan keputusan membeli konsumen dipengaruhi oleh long-term

rational concerns dan short-term emotional concerns, yang mempengaruhi

keputusan mereka untuk membeli (Hirschman, 1985; Hoch & Loewenstein, 1991).

Holbrook, O'Shaughnessy, & Bell (1990) menjelaskan bahwa konsumen cenderung

untuk mempertimbangkan perilaku konsumen baik sebagai motif untuk tindakan

beralasan atau sebagai gudang untuk reaksi emosional. Seorang individu fokus pada

elemen itself -actions atau reactions- presents berupa pandangan yang tidak

lengkap dari pengalaman konsumsi. Hal ini menyebabkan pengalaman konsumsi

diusulkan dan upaya dilakukan untuk mensintesis dan menghubungkan peran

komplementer dari tindakan beralasan dan reaksi emosional dalam perilaku

konsumen (Hoch & Loewenstein, 1991; Holbrook, O'Shaughnessy, & Bell, 1990).

Meskipun proses konseptual dibedakan, afektif (emosional), yang membuat

(18)

berhubungan satu sama lain. Pembelian tidak terencana terjadi ketika keinginan

cukup kuat untuk mengesampingkan pembatasan (Hoch & Loewenstein, 1991;

Weinberg & Gottwald, 1982). Tanpa kekuatan pengendalian diri, orang menyerah

pada keinginan dan perilaku impulsif terjadi (Youn, 2000).

Menurut Hawkins, Mothersbaugh, & Best (2007) ada lima faktor psikologis

dan sosiologis sebelum membuat keputusan konsumsi. Faktor pertama ialah faktor

situasi, ialah waktu dan tempat yang diikuti dengan pengetahuan menciptakan

stimulus yang brakibat pada afeksi. Tahap selanjutnya problem recognition yaitu

hasil dari perbandingan actual state dengan desire state. Tahap ketiga adalah

pencarian informasi. Tahap selanjutnya mengevaluasi dan menyeleksi terhadap

adanya alternatif-alternatif lain. Tahap akhir adalah pemilihan outlet dan purchase.

Masing-masing tahap berlangsung dengan tujuan dalam pikiran dan kebutuhan

untuk tujuan yang mendefinisikan bagaimana dan sampai sejauh mana itu akan

terjadi.

Point-of-Purchase Advertising International (POPAI) membagi perilaku di

dalam toko menjadi lima perilaku pembelian, yaitu ; specifically planned

(perencanaan spesifik), generally planned (perencanaan umum), substitute

(substitusi), unplanned (tidak terencana), dan in-store decision (keputusan dalam

(19)

Dari kelima pembagian perilaku pembelian diatas, yang paling sulit

dibedakan adalah perilaku substitute dengan unplanned. Dimana ketika melakukan

substitute konsumen melakukan penggantian aitem dari yang direncanakan dengan

spesifik sebelum masuk ke toko dengan aitem yang memilki kesamaan fungsi.

Substitusi biasa dilakukan saat produk yang diinginkan tidak tersedia atau pun

konsumen berubah keinginan data di dalam toko. Sedangkan ketika konsumen

melakukan unplanned, konsumen membeli sebuah aitem yang tidak ia pikirkan

sebelum masuk ke dalam toko (Hawkins, Mothersbaugh, & Best, 2007).

Substitute purchase terjadi disebabkan beberapa faktor, diantaranya

potongan harga atau promosi, atmosfir toko, atau toko yang kehabisan stok aitem

yang di inginkan sehinggak memaksa konsumen untuk mengganti aitem yang

diinginkan dengan aitem berbeda dengan fungsi yang sama (Hawkins,

Mothersbaugh, & Best, 2007).

Konsumen yang melakukan substitute purchase akan melakukan

substitution cost, dimana konsumen akan mengurangi ekspektasi mengenai ukuran,

merk, dan hasil dari produk pengganti, sedangkan pada saat melakukan unplanned

purchase konsumen tidak mengurangi ekspektasi ketika melakukan keputusan

pembelian (Hawkins, Mothersbaugh, & Best, 2007).

Seorang individu melakukan unplanned purchase kurang

(20)

individu yang melakukan pembelian tidak terencana memutuskan untuk mengambil

keuntungan untuk membeli pada saat itu juga dibandingkan melepaskannya dan

melakukan pembelian ketika melakukan perjalanan di waktu lain (Bell, Corsten &

Knox, 2011).

Ketika konsumen berada pada post purchase pembelian konsumen

melakukan evaluasi terhadap keputusan yang telah dibuatnya. Setelah melakukan

evaluasi, konsumen akan mengalami kepuasan atau ketidakpuasan atas keputusan

yang telah dibuatnya (Kotler, 2000). Apabila konsumen merasa puas dengan

keputusannya maka konsumen akan melakukan pembelian ulang (repeat purchase),

sebaliknya apabila konsumen merasa tidak puas konsumen mengalami penyesalan

setelah membeli (Post Purchase Regret).

Regret yang dirasakan seseorang dikarenakan mereka berpikir bahwa

keputusan mengenai produk yang mereka beli tidak memberikan hasil yang lebih

baik dari pada produk yang lain. Secara tradisional, menyesal telah dikenal sebagai

sensasi nyeri yang timbul sebagai akibat dari membandingkan ‗apa‘ dengan ‗apa

yang mungkin‘ (Sudgen 1985). Dengan kata lain, menyesal terjadi ketika hasil yang

diperoleh dari membandingkan hal yang kurang baik dengan suatu hasil yang bisa

saja lebih baik jika individu memilih hal yang berbeda (Bell 1982; Tsiros & Mittal

(21)

Konsep regret dan kekecewaan konsumen berasal dari usaha

membandingkan produk yang dilakukan oleh konsumen terhadap barang dan jasa

yang dibelinya. Pembandingan ini didasari oleh tiga komponen yang menampilkan

faktor-faktor penentu penilaian konsumen terhadap barang dan jasa. Komponen

yang pertama adalah harapan konsumen terhadap performa barang dan jasa yang

dibeli. Kedua, kekecewaan yang berasal dari ketidaksesuaian antara performa yang

diharapkan dengan performa sebenarnya. Ketiga, penyesalan yang berasal dari

perbedaan performa barang atau jasa yang dibeli dengan performa barang atau jasa

pembanding yang sejenis. Pendekatan ini berguna untuk melihat kecenderungan

penilaian konsumen terhadap pembelian yang dilakukannya (Inman, Dyer, &

Jianmin 1997).

Para peneliti telah menunjukkan bahwa selain dari hasil dan kualitas proses

pengambilan keputusan sendiri juga menimbulkan penyesalan (Conolly &

Zeelenberg 2002; Zeelenberg & Pieters 2007). Oleh karena itu, penting untuk

membahas hasil secara terpisah dari kualitas proses keputusan, dan

menggambarkan bagaimana masing-masing komponen secara terpisah

mempengaruhi pasca pembelian dan penyesalan konsumen.

Kualitas dari proses pengambilan keputusan dapat menimbulkan regret pada

konsumen (Connollly dan Zeelenberg, 2002; Zeelenberg dan Pieters, 2006).

(22)

due to over- consideration (penyesalan akibat pertimbangan yang berlebihan).

Ketika konsumen melakukan pertimbangan yang berlebihan, mereka menyesali

mereka telah mengumpulkan terlalu banyak informasi yang tidak penting yang

mungkin atau tidak mungkin mempengaruhi keputusan akhir mereka, selain itu ada

yang disebut dengan regret due to under- consideration (penyesalan akibat

kurangnya pertimbangan), penyesalan akibat kurangnya pertimbangan adalah

menyesali proses yang dilakukan untuk pengambilan suatu keputusan. Konsumen

dapat merasakan penyesalan akibat ketidaksesuaian tujuan awal dengan perilaku

akhir yang mereka munculkan dan/atau konsumen dapat merasakan penyesalan

ketika konsumen merasa mereka seharusnya dapat mencari informasi lebih banyak

atau dengan kualitas yang lebih baik selama proses pengambilan keputusan

sebelum membeli suatu produk.

Menurut Bakshi (2012) dari keseluruhan faktor-faktor yang berkenaan

dengan perilaku pengambilan keputusan konsumen faktor yang terpenting adalah

jenis kelamin. Hal ini di sebabkan oleh hubungan sosial atau aturan dan tanggung

jawab yang berbeda antara wanita dan pria. Berdasarkan beberapa survey, terdapat

perbedaan yang signifikan antara wanita dan pria dalam merasakan regret.

Dari hasil survey yang dilakukan oleh Pine (2009) secara signifikan wanita

(23)

sesuatu yang positif. Ketika wanita merasa butuh hiburan atau merasakan tekanan,

mengeluarkan uang akan menjadi solusi untuk meregulasi emosi mereka.

Wanita menjadi pengambil keputusan tertinggi dalam pembelian.

Berdasarkan survey MarkPlus Insight di 2010 disebutkan, wanita menjadi penentu

keputusan pembelian dengan progres yang luarbiasa. Secara global pada 2005

peran wanita dalam membuat keputusan pembelian sebanyak 23%, pada 2009

menjadi 75%. Sementara di Indonesia, persentase perempuan yang mengelola uang

pasangannya menjadi 84,2% (www.sheradiofm.com).

Dari fenomena yang dipaparkan di atas, maka peneliti tertarik meneliti

gambaran perbedaan post-purchase regret pada perilaku pembelian substitute

dengan unplanned. Pada penelitian ini wanita sebagai kontrol untuk subjek

penelitian.

B. Rumusan Masalah

Dari fenomena yang dikemukakan diatas, maka perumusan masalah yang

akan dilihat yaitu apakah ada perbedaan post-purchase regret pada perilaku

(24)

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk menguji perbedaan post-purchase regret pada

perilaku pembelian substitute dengan unplanned pada konsumen wanita, melihat

katagori masing-masing variabel, serta deskripsi sampel penelitan.

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat dari segi teoritis maupun praktis, yaitu:

a. Manfaat Secara Teoritis

Secara teoritis penelitian ini diharapkan dapat membuktikan teori mengenai

perbedaan post-purchase regret pada perilaku pembelian substitute dengan

unplanned pada konsumen khususnya wanita.

b. Manfaat Secara Praktis

1. Pemasar

Memberikan informasi dan pengetahuan secara khusus mengenai

post-purchase regret dan bagaimana kepuasan konsumen yang melakukan

perilaku pembelian substitute dengan unplanned.

2. Konsumen

Harapan peneliti dari hasil penelitian ini dapat menjadi salah satu bahan

(25)

E. Sistematika Penulisan

Bab I : berisikan latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat

penelitian, dan sistematika penulisan.

Bab II : berisikan bahasan tentang post-purchase regret pada perilaku pembelian

substitute dengan unplanned, dan dinamika antara post-purchase regret

dengan pembelian substitute dengan unplanned.

Bab III : berisikan tentang metode penelitian yang mencakup identifikasi variabel,

definisi operasional variabel, populasi dan sampel, metode pengumpilan

data, alat ukur penelitian, serta metode analisis data.

Bab IV : berisikan analisa data dan pembahasan. Bab ini menguraikan tentang

deksripsi data penelitian, hasil penelitian utama dan pembahasan.

Bab V : berisikan kesimpulan dan saran. Bab ini membahas mengenai kesimpulan

peneliti mengenai hasil penelitian serta dilengkapi dengan saran-saran

(26)

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Post Purchase Regret

1. Pengertian Post Purchase

Menurut Hawkins, Mothersbaugh, dan Best (2007) post purchase adalah

saat di mana konsumen telah memilih brand dan toko serta telah melakukan

transaksi pembayaran suatu produk kemudian menggunakan produk tersebut

sesuai dengan kegunaannya. Dalam artian adanya instruksi yang berasal dari diri

konsumen untuk membeli produk atau untuk melakukan tindakan yang

berhubungan dengan pembelian dan ketika konsumen merasakan kepuasan pada

saat membeli suatu produk dan mempunyai komitmen untuk membeli produk

tersebut (repeat purchase).

Menurut Kotler (2000) post purchase merupakan tahapan kelima dari

proses pembelian. Pada tahapan ini konsumen mengevaluasi apakah alternatif

yang dipilih memenuhi kebutuhan dan harapan sesudah digunakan. Konsumen

akan merasakan tingkat kepuasan dan ketidak puasan tertentu yang akan

mempengaruhi perilaku konsumen berikutnya. Apabila konsumen merasa puas,

maka konsumen akan melakukan pembelian ulang (repeat buying) di masa yang

(27)

Menurut Rajitha (2012) post purchase adalah hasil dari kegiatan membeli,

dimana konsumen terlibat dalam evaluasi keputusan pembelian yang bertujuan

untuk untuk memperluas pengalaman yang tersimpan dalam memori, untuk

memberikan pemeriksaan seberapa baik produk yang dipilih , dan untuk

melakukan penyesuaian keputusan pembelian di masa depan.

Menurut Mosala (2007) setelah membeli produk, konsumen akan

membandingkan ekspektasi mereka dengan hasil atau keuntungan dari produk

yang telah mereka beli. Seberapa baik produk dengan ekspektasi yang mereka

miliki, dengan demikian konsumen dapat memutuskan apakah mereka puas atau

tidak puas dengan keputusan membeli yang telah dilakukan.

Dari beberapa definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa post purchase

adalah tahapan terakhir dari proses pembelian, dimana konsumen akan

mengevaluasi keputusan yang telah dibuatnya serta adanya kemungkinan

konsumen mengalami kepuasaan atau ketidakpuasaan atas keputusan yang telah

dibuatnya. Pasca pembelian adalah proses pengambilan keputusan, terdiri dari

pengenalan masalah, pencarian informasi (baik internal maupun eksternal)

kemudian adanya evaluasi dan prosedur seleksi, dan akhirnya membeli. Setelah

pembelian dan penggunaan produk konsumen mungkin puas atau tidak puas

dengan produk. Ini dikenal sebagai post purchase. Situasi yang ada juga berperan

(28)

2. Pengertian Regret

Menurut Inman, Dyer, dan Jianmin (2007) regret muncul dari hasil

kognitif individu berupa upaya untuk mempertimbangkan opsi yang dipilih

terhadap opsi yang ditolak. Individu sepatutnya harus berpikir dahulu sebelum

merasa regret. Bagi individu mengalami regret, mereka harus memproses kognitif

dan membandingkan satu pilihan (yang dipilih) untuk pilihan lain (terdahulu). Jika

hasil perbandingan tersebut dilihat menjadi tidak menguntungkan (yaitu jika opsi

terdahulu yang dianggap lebih baik daripada pilihan sekarang), maka individu

cenderung merasakan regret atas tindakan mereka.

Menurut Zeelenberg dan Pieters (2007), penyesalan dapat disebut sebagai

emosi yang seseorang alami ketika menyadari atau membayangkan bahwa situasi

saat ini akan lebih baik, kalau saja memutuskan hal yang berbeda. Penyesalan

tidak akan dialami jika konsumen merasa bahwa jika dia dapat mengubah hasil

saat ini, misalnya, jika konsumen produk yang memiliki garansi (Mittal & Lassar,

1998).

Teori regret mengatakan individu membandingkan pengambil keputusan

opsi yang dipilih dengan opsi terdahulu dan perbandingan ini dapat memicu regret

jika pengambilan keputusan memperoleh lebih rendah daripada apa yang bisa

diperoleh jika ia membuat pilihan yang berbeda (Bell, Loomes, dan Fishburn,

(29)

Berdasarkan uraian yang dipaparkan di atas maka disimpulkan bahwa yang

dimaksud dengan regret adalah hasil proses kognitif individu dimana individu

tersebut melakukan perbandingan antara satu pilihan (yang dipilih) untuk pilihan

lain (terdahulu), dan saat individu menyadari situasi kita saat ini akan lebih baik,

kalau saja memutuskan hal yang berbeda maka individu tersebut akan merasakan

regret.

3. Pengertian Post Purchase Regret

Banyak perhatian baru-baru ini telah diarahkan terhadap regulasi regret

karena jelas bahwa regret yang diantisipasi memainkan bagian penting dalam

membentuk konsumen dan proses pengambilan keputusan untuk pembelian masa

depan (Zeelenberg dan Pieters, 2007). Setiap hari, orang mengevaluasi kebaikan

keputusan sendiri. Melihat kembali mereka keputusan memungkinkan orang untuk

belajar dari kesalahan dan mencegah mereka dari membuat kesalahan yang sama

di masa depan (Zeelenberg, Inman, & Pieters, 2001)

Ketika konsumen berada pada tahapan pasca pembelian konsumen

melakukan evaluasi terhadap keputusan yang telah dibuatnya. Setelah melakukan

evaluasi, konsumen akan mengalami kepuasan atau ketidakpuasan atas keputusan

yang telah dibuatnya (Kotler, 2000). Apabila konsumen merasa puas dengan

(30)

purchase), sebaliknya apabila konsumen merasa tidak puas konsumen mengalami

penyesalan setelah membeli (Post Purchase Regret).

Individu dapat merasa regret karena a) mengevaluasi hasil dari purchase

dan b) mengevaluasi proses (Connolly dan Zeelenberg 2002). Seseorang akan

mengevaluasi hasil dengan membandingkan apa yang mereka miliki dengan apa

yang mereka mungkin bisa diterima (Sugden 1985). Mereka akan merasa

menyesal jika hasil dari alternatif lain yang terdahulu baik dari pilihan saat ini.

Regret ini terkait dengan pilihan yang sangat alami yang menunjukkan bahwa ada

kemungkinan lain yang bisa dimiliki atas alternatif yang dipilih (Zeelenberg dan

Pieters 2006).

Ketika individu merasa bahwa hasil yang diperoleh bisa saja menghasilkan

hasil yang lebih baik jika individu memilih pilihan yang berbeda, dapat dikatakan

individu tersebut mengalami penyesalan (Tsiros & Mittal, 2000; Lee & Cotte,

2009). Penyesalan yang dirasakan oleh seorang individu bisa saja terhadap hasil

dan juga terhadap proses yang telah dilalui dalam proses pembelian (Zeelenberg &

Pieters, 2007).

Post-purchase outcome adalah perbandingan dari penilaian terhadap hasil

dari produk yang telah dibeli dengan produk yang dapat saja dibeli. Sedangkan

(31)

keputusan yang buruk dengan alternative proses keputusan yang lebih baik (Lee &

Cotte, 2009).

Maka dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa post purchase

regret adalah emosi negatif yang dirasakan seseorang atau konsumen setelah

melakukan evaluasi atas keputusan pembelian yang telah dibuatnya, dimana

evaluasi yang dilakukan didasarkan pada hasil dan proses dari pengambilan

keputusan yang dilakukan konsumen.

4. Dimensi Post Purchase Regret

Menurut Lee & Cotte (2009) terdapat dua komponen dari post purchase regret,

yaitu Outcome regret dan Proses Regret Kedua dimensi tersebut bersifat

multidimensional. Setiap komponen memiliki dua komponen lagi didalamnya.

Sehingga komponen post purchase regret tersebut secara keseluruhan memiliki

empat komponen.

a. Outcome Regret

1. Regret due to Foregone Alternatives

Ketika mengalami regret yang disebabkan oleh alternatif lain (Foregone

Alternatives), mereka merasa regret karena telah memilih satu alternatif

dibandingkan alternatif lainnya. Ini merupakan pengertian paling klasik

(32)

dianggap kurang baik dibandingkan dengan alternatif lainnya yang dapat saja

dibeli oleh individu tersebut, individu tersebut dapat dikatakan mengalami

regret due to foregone alternatives‖ (Lee & Cotte, 2009). Zeelenberg &

Pieters (2007) menyatakan penyesalan berhubungan dengan pilihan dan hal

yang pasti dari pilihan adalah adanya kemungkinan lain yang dapat saja dipilih

dibandingkan dengan produk yang telah dipilih. Individu merasakan regret jika

hasil dari alternatif yang lain yang dapat saja dirasakan, lebih baik daripada

hasil yang dirasakan.

2. Regret due to a Change in Significance

Regret due to a Change in Significance disebabkan oleh persepsi individu

terhadap berkurangnya kegunaan dari produk dari saat melakukan pembelian

sampai pada titik tertentu setelah melakukan pembelian. Ketika seseorang

membeli suatu barang, terdapat harapan tertentu dalam penggunaannya.

Individu cenderung untuk menilai suatu produk berdasarkan kemampuan

produk tersebut untuk memenuhi konsekuensi yang diharapkan. Level ketika

produk memenuhi konskuensi yang diharapkan akan bertindak sebagai tanda

dalam menentukan apakah produk tersebut berguna untuk dibeli (Lee & Cotte,

(33)

b. Proses Regret

1. Regret Due to Under-Consideration

Ketika seorang individu merasakan regretdue to under-consideration, individu

tersebut meragukan proses yang mengarahkan mereka untuk melakukan suatu

pembelian. Dengan demikian, ada dua cara bagaimana seseorang dapat

merasakan regret due to under-consideration. Pertama, individu akan

merasakan penyesalan jika mereka merasa gagal untuk menerapkan proses

keputusan yang telah mereka rencanakan. Kedua, individu akan merasakan

regret jika mereka merasa bahwa mereka kurang memiliki informasi yang

dibutuhkan untuk mengambil suatu keputusan yang baik (Lee & Cotte, 2009).

2. Regret Due to Over-Consideration

Selain dikarenakan kurangnya informasi yang dimiliki, terlalu banyak informasi

juga dapat menyebabkan seseorang merasakan penyesalan. Hal itulah yang

disebut dengan regret due to over-consideration. Individu akan merasa telah

menghabiskan banyak waktu dan tenaga dalam proses pembelian. Ketika

seseorang terlalu banyak melakukan pertimbangan dalam proses keputusan,

mereka menyesali telah menerima informasi yang tidak diperlukan yang bisa

(34)

5. Tipe-tipe Regret

Menurut Osei (2009), ada dua tipe regret yang dapat dialami oleh individu,

yaitu retrospective dan prospectiveregret.

1. RetrospectiveRegret

Ada dua komponen yang biasanya diasosiasikan dengan retrospective regret,

yaitu penyesalan terhadap hasil (outcome regret), yaitu berhubungan dengan

evaluasi terhadap hasil dari proses pengambilan keputusan dan penyesalan

terhadap proses (process regret), yang terjadi ketika proses keputusan

dianggap tidak baik meskipun menghasilkan hasil yang baik (Zeelenberg and

Pieters, 2007).

2. ProspectiveRegret

Prospective regret biasanya disebut juga dengan anticipated penyesalan.

Anticipated regret merupakan emosi yang sangat dipengaruhi oleh kognitif

yang terkadang juga disebut sebagai ―virtual emotion” atau emosi virtual yaitu

emosi yang tidak nyata melainkan hanya sebuah prediksi (Frijda, 2004).

Berdasarkan tipe regret yang dijelaskan diatas, dapat dilihat bahwa regret

memiliki aspek pandangan kedepan dan juga pandangan kebelakang. Regret

terhadap keputusan yang telah diambil yang dianggap unfavorable, namun juga

terdapat regret untuk mengantisipasi hasil dimasa akan datang dan dapat

(35)

6. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Regret

Ada beberapa faktor eksternal yang dianggap dapat mempengaruhi regret yang

dirasakan oleh seseorang, diantaranya adalah :

a. Purchase Timing

Purchase timing berperan dalam regret dengan berbagai cara yang unik di mana

dapat menimbulkan perasaan regret. Pertama, konsumen mungkin sensitif

terhadap arah temporal perbandingan. Seorang konsumen bisa merasa regret

setelah membuat keputusan membeli terlalu dini dan menghilangkan

kesempatan yang lebih baik berikutnya. Atau, dia mungkin regret setelah

menunggu terlalu lama untuk melakukan pembelian dan melewatkan

kesembatan yang baik. Meskipun besarnya perbandingan ini mungkin setara

dalam beberapa kasus (misalnya, bila produk dibeli seharga $ 100 tetapi

menjadi seharga $ 80 dalam awal atau akhir pekan), besarnya penyesalan

konsumen mungkin berbeda (Cooke, Meyvis, & Schwartz, 2001).

Kedua, kontrol bahwa konsumen memiliki lebih banyak waktu untuk pembelian

biasanya bervariasi. Dalam beberapa kasus, konsumen tidak memiliki

kebutuhan yang mendesak untuk produk tersebut dan dapat membeli dengan

harga atau waktu yang mereka inginkan. Dalam kasus lain, konsumen memiliki

kebutuhan mendesak untuk produk dan karena itu memiliki lebih sedikit kontrol

(36)

perasaan regret, tetapi regret tersebut merupakan pengalaman yang mungkin

berbeda tergantung pada tingkat kontrol yang tersedia. (Cooke, Meyvis, dan

Schwartz, 2001).

b. Harga dan Perubahan Harga

Faktor harga dapat menjadi penyebab terjadinya regret. Menurut Simonson

(dalam Cooke, Meyvis, & Schwartz, 2001) mengatakan bahwa harga sebelum

pembelian mungkin memiliki pengaruh lebih besar pada regret dan kepuasan

dibandingkan dengan harga setelah pembelian. Namun, hasilnya tidak bisa

digeneralisasi untuk semua situasi purchase timing. Pertama, Simonson (dalam

Cooke, Meyvis, & Schwartz, 2001) membuat prediksi didasarkan pada sifat

normatif pembelian produk yang diobral. Kedua, konsumen mungkin tidak

dapat secara akurat mengantisipasi regret yang mungkin akan mereka hadapi

yang mempengaruhi perasaan mereka. Menurut Simonson konsumen tidak

diberi informasi counterfactual secara eksplisit. Dengan demikian, mereka

harus dapat membayangkan harga yang counterfactual tersebut dalam

kenyataannya dan sangat tidak mungkin.

Perubahan harga juga dapat mempengaruhi regret. Regret yang disebabkan oleh

perubahan harga yang telah di tetapkan terdapat dalam dua cara. Pertama,

regret adalah mungkin lebih besar ketika harga berubah dalam jumlah yang

(37)

regret dapat berkurangi jika seseorang diberitahu tentang perubahan harga di

masa depan di awal (Rotemberg, 2010).

c. Informasi

Menurut teori regret yang diusulkan oleh Bell (1982) pengambil keputusan

dibuat berupa usaha untuk menghindari konsekuensi yang akan muncul setelah

fakta jika telah membuat keputusan yang salah, keputusan yang benar muncul

dengan informasi tersedia pada saat sebelum mengambil keputusan.

Ada beberapa faktor internal yang dianggap dapat mempengaruhi regret yang

dirasakan oleh seseorang (Hung, Ku, Liang & Lee, 2005):

a. Job Responsibility

Gilovich and Medvec (1995) menyatakan seseorang akan lebih merasakan

regret ketika mereka memiliki tanggung jawab yang tinggi terhadap hasil yang

dihasilkan.

b. Gender

Menurut Landman (1987) gender merupakan faktor lain yang juga

mempengaruhi decision penyesalan. Dilaporkan wanita dan pria berbeda

(38)

c. Kepribadian

Boninger, Gleicher & Strathman (1994) menyatakan kepribadian seseorang

juga dianggap faktor signifikan yang menyebabkan seseorang merasakan

regret.

Dari dua faktor di atas yang memungkinkan seseorang mengalami post

purchase regret, maka faktor eksternal menjadi hal yang menarik untuk diteliti

lebih jauh. Berdasarkan faktor-faktor di atas dapat dilihat bahwa regret banyak

dipengaruhi oleh faktor situasi di dalam toko saat melakukan pembelian dimana

faktor tersebut termasuk faktor eksternal dari regret.

B. Unplanned Purchase

1. Pengertian Unplanned Purchase

Menurut Hawkins, Mothersbaugh, & Best (2007) unplanned purchase

didefenisikan sebagai perilaku dimana konsumen membeli sebuah aitem yang

tidak ia pikirkan sebelum masuk ke dalam toko. Kenyataan bahwa konsumen

sering kali membeli aitem yang berbeda dengan yang di rencanakan.

Bell, Corsten, dan Knox (2011) menemukan bahwa unplanned purchase

akan meningkatkan ketika seorang konsumen memiliki tujuan berbelanja yang

abstrak dibandingkan dengan tujuan berbelanja yang konkrit, dan dimana

(39)

produk yang lebih banyak, atau promosi produk yang disukai. Unplanned

purchase akan menurun ketika konsumen berada pada tekanan waktu (Park, Iyer,

dan Smith 1989) atau dalam tekanan ―uang‖ (Beatty & Farrel, 1998). Kebanyakan

konsumen membuat anggaran untuk unplanned purchase dan terkadang membuat

anggaran yang lebih besar (Stilley, Inman dan Wakefield 2010).

Berdasarkan uraian diatas maka unplanned purchase adalah ketika

konsumen memiliki tujuan berbelanja yang abstrak sebelum masuk ke dalam toko

lalu membeli sebuah aitem yang tidak ia pikirkan ketika di dalam toko.

2. Dimensi Unplanned Purchase

Menurut Coley (2002) terdapat dua dimensi dari unplanned purchase, yaitu:

a.Afektif

Proses afektif mengacu pada keinginan untuk membeli yang tidak dapat

ditolak, emosi yang positif terhadap pembelian dan pengaturan mood.

1. Keinginan untuk membeli yang tidak dapat ditolak

Keinginan pada individu datang secara tiba-tiba, persisten dan memaksa

hingga individu tidak dapat menolak

2. Emosi yang positif terhadap pembelian

mengacu pada tingkatan mood yang positif yang dihasilkan dari motivasi

(40)

3. Pengaturan mood

pembelian termotivasi oleh keinginan individu untuk merubah atau

mengatur perasaan atau mood mereka.

b. Kognitif

Mengacu pada struktur mental dan proses dalam berfikir, mengerti, dan

menginterpretasi. Adapun komponen-komponennya adalah:

1. Pertimbangan kognitif

Dorongan tiba-tiba untuk bertindak tanpa pertimbangan atau evaluasi

terhadap konsekuensi.

2. Perencanaan

Kurangnya perencanaan yang baik.

3. Mengabaikan masa depan

Hasil dari memilih pilihan yang tiba-tiba dengan kurangnya pertimbangan

dan perhatian terhadap masa depan.

Proses afektif menghasilkan dorongan dari hasrat dan proses kognitif

(41)

C. Substitute Purchase

1. Pengertian Substitute Purchase

Menurut Hawkins, Mothersbaugh, & Best (2007) substitute purchase adalah

perubahan dari aitem yang direncanakan dengan spesifik sejak awal disubstitusikan

dengan aitem yang memilki kesamaan fungsi. Konsumen telah merencanakan dan

memutuskan sebuah merek atau aitem yang spesifik sebelum memasuki toko,

namun aitem yang dibeli berbeda dengan tujuan awal.

Menurut Hawkins, Mothersbaugh, & Best (2007) substitute purchase dapat

terjadi karena disebabkan beberapa faktor :

1. Potongan harga atau promosi. Potongan harga harga atau promosi

(kupon, diskon, dan hadiah) dapat mempengaruhi keputusan membeli.

Ada beberapa dampak dari setiap promosi, dan terbukti memiliki

dampak terhadap keputusan membeli dan pemilihan aitem.

2. Atmosfir toko. Atmosfir toko seperti pencahayaan, penataan, tampilan

produk, warna lantai, warma tembok, suara, pengharum ruangan,

pakaian dan perilaku pramuniaga dapat mempengaruhi keputusan

membeli. Atmosfir toko mempengaruhi dengan cara memanipulasi

bentuk fisik toko atau lingkungan pelayanan dengan menciptakan

(42)

3. Kehabisan stok. Kehabisan stok adalah keadaan dimana toko sementara

kehabisan beberapa aitem yang dapat mempengaruhi keputusan

membeli konsumen. Konsumen harus memutuskan akan membeli aitem

yang sama di toko lain, mengganti aitem dengan merk lain, atau

menunda pembelian. Konsumen akan melakukan substitution cost,

dimana konsumen akan mengurangi ekspektasi mengenai ukuran, merk,

dan hasil dari produk pengganti.

D. Konsumen Wanita

1. Pengertian Konsumen Wanita

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata konsumen adalah kata benda

yang berkaitan dengan pemakai barang hasil produksi, penerima pesan iklan, dan

pemakai jasa, sedangkan kata wanita adalah bentuk dewasa dari perempuan yang

merupakan manusian yang memiliki alat kelamin yang dapat menstruasi,

melahirkan, dan menyusui (www.kamusbesar.com). Menurut Kotler (2000),

konsumen merupakan individu yang memperoleh atau membeli barang maupun

jasa untuk di konsumsi, maka wanita juga termasuk kedalam konsumen. Jadi,

konsumen wanita adalah individu berjenis kelamin wanita yang memperoleh

(43)

2. Karakteristik Perbedaan Perilaku Konsumen

Berdasarkan penelitian-penelitian sebelumnya, ditemukan perbedaan

perilaku yang signifikan antara konsumen wanita dengan konsumen pria. Menurut

Bakshi (2012) dari keseluruhan faktor-faktor yang berkenaan dengan perilaku

pengambilan keputusan konsumen faktor yang terpenting adalah jenis kelamin.

Hal ini di sebabkan oleh hubungan sosial atau aturan dan tanggung jawab yang

berbeda antara wanita dan pria.

Dari sebuah survei diketahui bahwa wanita meluangkan waktu yang lebih

lama untuk belanja makanan dan pakaian. Selama satu tahun, wanita pergi ke toko

yang menjual kebutuhan sehari-hari sebanyak 84 kali, dan belanja hingga 94 jam

lebih. Mereka menghabiskan 100 jam lebih untuk belanja di toko baju. Itu tidak

termasuk belanja sepatu, asesoris, ataupun sekadar melihat-lihat, yang

menghabiskan ―hanya‖ sekitar 25 jam—atau sekitar satu hari lebih. Total

perjalanan yang dilakukan untuk berbelanja demi penampilan pun fantastis, yakni

90 kali perjalanan. Detilnya, 30 kali untuk baju, 15 kali untuk sepatu, 18 kali untuk

(44)

E. Perbedaan Post-purchase Regret pada Perilaku Pembelian Unplanned

dengan Substitute

Gutierrez (dalam Tendai dan Crispen, 2009) menggambarkan planned

purchase sebagai hal yang disengaja, pencarian dan evaluasi bijaksana yang

dihasilkan pemikiran rasional, dan keputusan yang lebih baik, namun pada situasi

tertentu konsumen juga melakukan uplanned purchase.

Menurut Inman, Winer, & Ferarro (2009) stimulus yang ada di dalam

sebuah toko dapat memicu munculnya needs atau kebutuhan-kebutuhan yang tidak

disadari sebelumnya dan berkeinginan atau memaksa memori untuk melupakan

kebutuhan-kebutuhan yang dirasakan sebelumnya.

Unplanned purchase sangat rentan terjadinya regret akibat dari kurangnya

informasi saat melakukan pembelian. Menurut teori regret yang dikemukakan oleh

Bell (dalam Creyer dan Ross, 1999) pengambil keputusan dibuat berupa usaha

untuk menghindari konsekuensi yang akan muncul setelah fakta jika telah

membuat keputusan yang salah, keputusan yang benar muncul dengan informasi

tersedia pada saat sebelum mengambil keputusan. Kurangnya informasi pada

unplanned purchase menyebabkan kurangnya pertimbangan pada saat membeli

produk dapat menyebabkan penyesalan karena kurangnya pertimbangan (regret

due to under- consideration) sebelum membeli suatu produk, membuat

(45)

mendorong mereka untuk memilih sebuah produk (Connollly & Zeelenberg, 2002;

Zeelenberg & Pieters, 2007).

Substitute dapat terjadi ketika produk yang telah di tentukan diganti atau

disubstitusikan dengan produk lain, hal ini bisa saja disebabkan karena

ketidaktersediaan produk yang diinginkan (stockout). Stockout adalah keadaan saat

toko kehabisan beberapa merk tertentu yang berefek pada keputusan membeli

konsumen. Konsumen harus memutuskan harus membeli merk yang sama do toko

yang lain, menukar merk, menunda pembelian dan membeli merk yang diinginkan

pada toko yang sama nanti, atau tidak melakukan pembelian sama sekali

(Hawkins, Mothersbaugh, & Best, 2007). Substitute juga rentan terjadi regret

namun dilihat dari karakteristik sudah memiliki informasi dan pertimbangan

sebelum melakukan pembelian produk sehingga memiliki tingkat regret yang

berbeda dengan unplanned.

Unplanned dan substitute dapat menjadi regret di sebabkan oleh beberapa

faktor diantaranya adalah purchase timing. Purchase timing berperan dalam

regret dengan berbagai cara yang unik di mana dapat menimbulkan perasaan

regret. Pertama, konsumen mungkin sensitif terhadap arah temporal

perbandingan. Seorang konsumen bisa merasa regret setelah membuat keputusan

membeli terlalu dini dan menghilangkan kesempatan yang lebih baik berikutnya.

(46)

pembelian dan melewatkan kesembatan yang baik (Cooke, Meyvis, & Schwartz,

2001). Dilihat dari karakteristik unplanned yang cepat mengambil keputusan dan

kurang membandingkan dengan alternatif lain pada saat melakukan pembelian

dapat menyebabkan tingginya penyesalan yang diakibatkan tidak menghiraukan

alternatif lain (regret due to forgone alternatif), sedangkan perilaku subtitute yang

membuat konsumen mengurangi persepsi terhadap kegunaan produk (regret due to

change in significance) menyebabkan regret menjadi rendah karena konsumen

membeli tidak berdasarkan keinginan. Pertimbangan ketika membeli pada

unplanned sering kali terlalu rendah (under-concideration). Pertimbangan yang

kurang tersebut dapat menyebabkan regret menjadi tinggi (Lee & Cotte, 2009).

Pada saat melakukan perilaku pembelian substitute konsumen sudah

memiliki gambaran mengenai produk yang akan dibelinya sehingga produk yang

dipilih dianggap lebih baik dari alternatif lain, sehingga regret due forgone

alternative pada substitute menjadi rendah, begitu pula dengan regret due to a

change in significance karena produk atau merk yang dibeli dipersepsikan tidak

sebaik produk yang direncanakan sebelum memasuki toko, sedangkan pada proses

regret yang berupa pertimbangan menjadi rendah karena rendahnya pertimbangan

terhadap produk yang dibeli (Lee & Cotte, 2009).

Dari uraian diatas dapat dilihat bahwa baik unplanned maupun substitute

(47)

regret. Seseorang mungkin saja melakukan pembelian unplanned dan substitute

tanpa mengumpulkan informasi dan melakukan cukup pertimbangan sebelumnya

lalu melakukan evaluasi terhadap produk yang telah dibeli. Setelah melakukan

evaluasi, konsumen akan mengalami kepuasan atau ketidakpuasan atas keputusan

yang telah dibuatnya (Kotler, 2000). Apabila konsumen merasa tidak puas

konsumen mengalami penyesalan setelah membeli (Post Purchase Regret).

Berdasarkan hal tersebut dapat dilihat bahwa terdapat perbedaan post purchase

regret yang dialami oleh seorang konsumen yang melakukan pembelian

unplanned dan substitute.

F. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan pemaparan di atas, maka hipotesa yang diajukan dalam

penelitian ini adalah: “Ada perbedaan post purchase regret pada perilaku

(48)

BAB III

METODE PENELITIAN

Metode penelitian merupakan unsur yang penting dalam penelitian ilmiah

karena metode yang digunakan dalam penelitian dapat menentukan apakah

penelitian tersebut dapat dipertanggungjawabkan hasilnya (Hadi, 2000).

A. IDENTIFIKASI VARIABEL PENELITIAN

Berikut adalah identifikasi variabel yang digunakan dalam penelitian ini

Variabel tergantung : Post Purchase Regret

Variabel bebas : Perilaku Pembelian:

1. Uplanned purchase

2. Substitute purchase

B. DEFINISI OPERASIONAL VARIABEL PENELITIAN

1. Post Purchase Regret

Post Purchase Regret adalah taraf emosi negatif yang dirasakan seseorang

atau konsumen setelah melakukan evaluasi atas keputusan pembelian yang telah

dibuatnya, dimana evaluasi yang dilakukan didasarkan pada hasil dan proses dari

(49)

Post Purchase Regret akan diukur dengan menggunakan skala Post

Purchase Regret berdasarkan komponen-komponen Post Purchase Regret yang

dikemukakan oleh Lee & Cotte (2009), yaitu :

1) Evaluasi terhadap hasil dari produk yang dibeli (outcome regret)

a. Penyesalan terhadap alternatif produk yang tidak terpilih (regret due to

foregone alternatives)

b. Penyesalan terhadap perubahan yang signifikan (regret due to a change

in significance)

2) Evaluasi terhadap proses dari pembelian barang (process regret)

a. Penyesalan akibat pertimbangan yang kurang (regret due to

under-consideration)

b. Penyesalan akibat pertimbangan yang berlebihan (regret due to

over-consideration).

Skor Post Purchase Regret menunjukkan kecenderungan Post Purchase

Regret yang dirasakan oleh seseorang setelah melakukan perilaku pembelian. Skor

Post Purchase Regret yang tinggi mengidentifikasikan sesorang mengalami Post

Purchase Regret yang tinggi. Sedangkan skor rendah mengindentifikasikan bahwa

(50)

2. Perilaku Pembelian

Perilaku pembelian adalah keadaan ketika konsumen dalam situasi yang

bercirikan adanya keterlibatan dalam membeli dan adanya persepsi yang signifikan

mengenai perbedaan diantara merek.

Unplanned purchase (pembelian tidak terencana) adalah perilaku dimana

seorang konsumen membeli sebuah aitem yang tidak ia pikirkan sebelum masuk ke

dalam toko, sedangkan substitute (substitusi) adalah perubahan dari aitem yang

direncanakan dengan spesifik sejak awal disubstitusikan dengan aitem yang

memilki kesamaan fungsi.

Unplanned dan substitute purchase diketahui cara mewawancarai subjek

dengan daftar pertanyaan yang telah disiapkan oleh peneliti, subjek yang menjawab

pertanyaan sesuai dengan daftar respon yang diharapkan akan dikatagorikan telah

melakukan pembelian unplanned dan substitute akan diberikan skala yang telah

disusun oleh peneliti untuk masing-masing perilaku pembelian.

C. POPULASI, SAMPEL, DAN METODE PENGAMBILAN SAMPEL

1. Populasi Penelitian

Populasi adalah seluruh penduduk yang dimaksudkan untuk diteliti. Populasi

dibatasi sebagai sejumlah penduduk atau individu yang setidaknya mempunyai

(51)

kenyataan-kenyataan yang diperoleh dari sampel hendak digeneralisasikan (Hadi, 2000).

Populasi yang digunakan pada penelitian ini adalah konsumen yang mengalami

penyesalan (regrets) dan memiliki jenis kelamin wanita.

2. Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel

Menyadari luasnya keseluruhan populasi dan keterbatasan yang dimiliki

penulis, maka subjek penelitian yang dipilih adalah sebagian dari keseluruhan

populasi yang dinamakan sampel. Pengambilan sampel digunakan untuk

menggeneralisasikan sampel dan menarik kesimpulan sampel sebagai sesuatu yang

berlaku bagi populasi (Azwar, 2002). Sampel adalah sebahagian dari populasi yang

merupakan penduduk yang jumlahnya kurang dari populasi. Sampel harus

mempunyai paling sedikit satu sifat yang sama (Hadi, 2000). Sampel harus

mempunyai paling sedikit satu sifat yang sama dengan ciri-ciri populasi. Sampel

dalam penelitian ini adalah konsumen yang pernah mengalami penyesalan setelah

membeli dengan tipe unplanned atau substitute.

Metode pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini dengan

menggunakan teknik non probability sampling secara purposive, dimana setiap

anggota populasi tidak mendapat kesempatan yang sama untuk terpilih menjadi

anggota sampel. Pemilihan sampel dari populasi didasarkan pada faktor kesediaan

(52)

(Hadi, 2000).

Adapun karakteristik sampel dalam penelitian ini adalah :

a. Berjenis kelamin wanita.

b. Dari hasil wawancara konsumen yang pernah melakukan unplanned dan

substitute purchase.

c. Dari hasil wawancara konsimen mengalami penyesalan setelah membeli

(post purchase regret).

d. Bertempat tinggal di kota Medan.

3. Jumlah Sampel Penelitian

Tidak ada jawaban yang jelas mengenai ukuran sampel yang benar. Azwar

(2002) menyatakan tidak ada angka yang dikatakan dengan pasti. Secara tradisional

statistik menganggap jumlah sampel lebih dari 60 orang sudah cukup banyak.

Namun demikian, kekuatan tes statistik akan meningkat seiring dengan

meningkatnya jumlah sampel. Dalam penelitian ini jumlah sampel yang digunakan

(53)

D. METODE PENGUMPULAN DATA

Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan

menggunakan wawancara dan skala psikologi yang berbentuk skala Likert dengan

beberapa pilihan. Metode skala digunakan mengingat data yang ingin diukur berupa

konstrak atau konsep psikologis yang dapat diungkap secara tidak langsung

melalaui indikator-indikator perilaku yang diterjemahkan dalam bentuk aitem-aitem

pernyataan (Azwar, 2007).

Hadi (2000) menyatakan bahwa skala dapat digunakan dalam penelitian

berdasarkan asumsi-asumsi berikut:

1. Subjek adalah orang yang paling tahu tentang dirinya.

2. Hal-hal yang dinyatakan oleh subjek kepada peneliti adalah benar dan

dapat dipercaya.

3. Interpretasi subjek tentang pernyataan-pernyataan yang diajukan

kepadanya adalah sama dengan apa yang dimaksudkan oleh peneliti.

1. Wawancara

Unplanned dan substitute diketahui cara mewawancarai subjek mengenai

apa-apa saja perilaku pembelian yang pernah dilakukan dan manakah perilaku

yang paling sering dilakukan. Berikut adalah daftar pertanyaan dan respon yang

(54)
[image:54.612.115.544.137.545.2]

Tabel 1. Daftar Pertanyaan dan Respon yang Diharapkan

No Pertanyaan Respon yang diharapkan

1 Pernahkah anda membeli produk yang tidak dipikirkan sebelum masuk ke dalam toko ?

Iya

Pernah

2

Pernahkah anda berencana membeli suatu produk, namun menggantinya dengan produk lain yang memiliki fungsi yang sama ?

Iya

Pernah

3 Seberapa sering anda melakukan perilaku pembelian di atas ?

Beberapa kali Cukup Sering Sering sekali

Setiap kali berbelanja

4 Manakah perilaku pembelian yang paling

sering anda lakukan ?

Pembelian yang pertama Pembelian yang kedua Keduanya sering dilakukan

5 Apakah anda masih ingat dengan situasi

pembelian tersebut ?

Ya, masih ingat

Sampel mampu menceritakan saat melakukan keputusan membeli

6 Apakah yang anda rasakan setelah

melakukan pembelian tersebut ?

Saya merasa menyesal Saya merasa tidak puas

Saya tidak menggunakan produk tersebut

Saya berharap tidak membeli produk tersebut

Sampel pertama kali diberikan pertanyaan 1, apabila sampel menjawab sesuai

dengan respon yang diharapkan maka selanjutkan diberikan pertanyaan 2. Sampel

yang menjawab ‗iya‘ atau ‗pernah‘ pada pertanyaan 1 dan 2 akan menjadi sampel

penelitian dan akan diberikan pertanyaan selanjutnya , namun apabila sampel hanya

(55)

akan diikutsertakan dalam penelitian. Selanjutnya sampel diberikan pertanyaan

3,4,5 dan 6. Apabila sampel menjawab pertanyaan sesuai dengan respon yang

diharapkan maka selanjutnya sampel akan diberikan skala PPR sebanyak dua kali

untuk masing-masing perilaku pembelian.

2. Skala Post Purchase Regret

Sebelumnya Lee & Cotte (2009) telah mengembangkan skala untuk mengukur

penyesalan pasca pembelian konsumen yang diberi nama Post Purchase Consumer

Regret (PPCR). Skala ini disusun berdasarkan empat komponen dari penyesalan

yaitu, penyesalan terhadap alternatif produk yang tidak terpilih, penyesalan

terhadap perubahan yang signifikan, penyesalan akibat pertimbangan yang kurang,

dan penyesalan akibat pertimbangan yang berlebihan.

Keenambelas aitem yang ada pada skala tersebut akan diadaptasi dalam

bahasa Indonesia dan kemudian diujicobakan untuk melihat : (1). Sejauhmana

aitem yang diterjemahkan dapat dipahami oleh sampel; (2). Indeks daya

diskriminasi aitem terbaikyang memenuhi syarat aitem terbaik (r>0,03).

Untuk mengukur PPCR pada konsumen, maka peneliti menggunakan skala

Likert. Setiap dimensi diatas akan diuraikan dalam sejumlah pernyataan favorable

(mendukung) dan pernyataan unfavorable (tidak mendukung), dimana subjek

(56)

sesuai (TS), sangat tidak sesuai (STS). Untuk aitem favorable, pilihan SS akan

memperoleh skor lima (5), pilihan S akan memperoleh skor empat (4), pilihan N

akan memperoleh skor tiga, pilihan TS akan memperoleh nilai dua (2), dan pilihan

STS akan memperoleh skor satu (1). Sedangkan untuk aitem unfavorable, pilihan

SS akan memperoleh skor satu (1), pilihan S akan memperoleh skor dua (2), pilihan

N akan memperoleh skor tiga (3), pilihan TS akan memperoleh skor empat (4), dan

[image:56.612.144.517.362.643.2]

pilihan STS akan memperoleh skor lima (5).

Tabel 2

Blue Print Skala Post Purchase Regret (Sebelum Uji Coba)

Aspek-Aspek Favourabel Total Bobot

Regret due to foregone

alternatives

1.5.9.13 4 25%

Regret due to a change in

significance

2.6.10.14 4 25%

Regret due to

under-consideration

3.7.11.15 4 25%

Regret due to

over-consideration

4.8.12.16 4 25%

(57)

E. UJI VALIDITAS, UJI DAYA BEDA AITEM, DAN UJI RELIABILITAS

ALAT UKUR

1. Uji Validitas

Uji validitas adalah sejau

Gambar

Tabel 1. Daftar Pertanyaan dan Respon yang Diharapkan
Tabel 2
Tabel 3 . Distribusi Aitem-Aitem Skala Post Purchase Regret
Tabel 4. Gambaran Subjek Penelitian Berdasarkan Jenis Kelamin
+7

Referensi

Dokumen terkait

low/non fat, dan menganalisis perilaku konsumen wanita bekerja dalam proses pengambilan keputusan pembelian susu low/non fat di pasar swalayan Hero Bogor.. Pengambilan

Proses perilaku keputusan pembelian oleh followers akun Instagram Adidas merupakan proses pengambilan keputusan yang luas dengan melewati semua fase pada customer

Setelah melakukan proses pengambilan data yang dilakukan dengan teknik observasi dan wawancara, dilakukan analisis terhadap perilaku konsumen baik di retail modern dan

Merupakan tahap dalam proses pengambilan keputusan pembelian dimana konsumen membeli produk atau merk yang paling mereka sukai. Tujuan membeli dari seseorang bisa berbeda dengan

(2) Inti dari perilaku konsumen adalah proses pengambilan keputusan pembelian barang atau jasa (3) Tujuan mempelajari perilaku konsumen adalah untuk menyusun strategi pemasaran

Kesimpulan dalam penelitian ini adalah perilaku kosumen merupakan peranan penting untuk mempermudahkan para konsumen didalam melakukan pengambilan keputusan

Proses pengambilan keputusan pembelian diolah menggunakan analisis deskriptif, faktor-faktor yang mempengaruhi pembelian diolah dengan analisis faktor untuk dikelompokkan ke

Untuk variabel proses keputusan pembelian konsumen didapatkan hasil bahwa mayoritas konsumen melakukan beberapa proses keputusan pembelian dimana sebelumnya mereka