• Tidak ada hasil yang ditemukan

Overview of agribusiness and factors that influence the Indonesian Seaweed

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Overview of agribusiness and factors that influence the Indonesian Seaweed"

Copied!
142
0
0

Teks penuh

(1)

TINJAUAN AGRIBISNIS DAN FAKTOR-FAKTOR YANG

MEMPENGARUHI EKSPOR RUMPUT LAUT INDONESIA

AFRILYADI EKO WIBOWO

SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI

SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis berjudul Tinjauan Agribisnis dan

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Rumput Laut Indonesia adalah benar karya saya

dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun

kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari

karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan

dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut

Pertanian Bogor.

Bogor, Januari 2014

(4)
(5)

RINGKASAN

AFRILYADI EKO WIBOWO. Tinjauan Agribisnis Rumput Laut dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Rumput Laut Indonesia. Dibimbing oleh HARIANTO dan SITI JAHROH.

Perkembangan budidaya rumput laut di Indonesia selama kurun waktu 10 tahun terakhir, berkembang dengan pesat. Sejak tahun 2007 Indonesia sudah menjadi penghasil rumput laut terbesar di dunia. Lima puluh persen rumput laut dari wilayah tropis di dunia, dihasilkan dari Indonesia. Dari 2005-2010, ekspor rumput laut Indonesia terus meningkat, dengan rata-rata pertumbuhan tujuh belas persen per tahun. Sedangkan nilai ekspor FOB Indonesia meningkat sebesar lima puluh satu persen selama enam tahun. Pertumbuhan rata-rata produksi rumput laut selama enam tahun meningkat sebesar empat puluh persen. Ekspor Indonesia sebagian besar dalam bentuk rumput laut kering (dried seaweeds) dengan negara tujuan utama: Cina, Filipina, Hongkong, Korea Selatan, Denmark, dan Italia.

Tujuan penelitian adalah (1) menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi produksi, permintaan dan harga rumput laut domestik (2) menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi ekspor rumput laut Indonesia ke Cina, Hongkong dan Filipina (3) menganalisis alternatif kebijakan yang bisa ditempuh untuk meningkatkan produksi rumput laut Indonesia. Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder (time series) dari tahun 1989 – 2011. Model dalam penelitian ini menggunakan program SAS metode 2SLS .

Faktor-faktor yang mempengaruhi produksi rumput laut Indonesia secara signifikan adalah anggaran Kementerian Kelautan Perikanan, harga rumput laut dunia serta tren. Faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan rumput laut domestik secara signifikan adalah jumlah penduduk Indonesia serta harga karageenan. harga rumput laut domestik dipengaruhi secara signifikan oleh harga rumput laut domestik pada tahun sebelumnya. Faktor yang secara signifikan berpengaruh pada ekspor rumput laut ke Filipina adalah harga rumput laut domestik pada tahun sebelumnya. Sedangkan faktor-faktor yang mempengaruhi ekspor ke Cina adalah pendapatan nasional Cina serta untuk faktor-faktor yang mempengaruhi ekspor rumput laut ke Hongkong adalah harga rumput laut domestik tahun sebelumnya, tarif impor yang diberlakukan oleh Hongkong dan harga rumput laut dunia.

Produksi, permintaan dan harga rumput laut domestik ternyata dipengaruhi oleh kebijakan pemerintah Indonesia. Kebijakan yang dilakukan oleh KKP RI dalam mendorong produksi rumput laut domestik serta peningkatan ekspor perlu terus dilakukan, sebagai langkah konkretnya dengan peningkatan anggaran pemerintah.

(6)
(7)

SUMMARY

AFRILYADI EKO WIBOWO. Overview of Agribusiness and Factors that Influence the Indonesian Seaweed. Supervised by HARIANTO and SITI JAHROH.

The development of seaweed cultivation in Indonesia in the last decade has grown very fast. Since 2007 Indonesia has become the largest seaweed producer in the world. Fifty percent of seaweed from the tropical regions in the world are produced in Indonesia. In the period of 2005-2010, the export of Indonesian seaweed continued to increase with an average of seventeen percent growth per year. While the value of exports FOB Indonesia increased by fifty-one percent over six years. The average growth of seaweed production in six years increased by forty percent. Indonesia's exports are mostly in the form of dried seaweeds with the major destination countries: China, the Philippines, Hong Kong, South Korea, Denmark, and Italy.

The objectives of this study are (1) to analyze the factors that affect the production, demand and price of domestic seaweed (2) analyze the factors that affect the Indonesian seaweed exports to China, Hong Kong and the Philippines (3) to analyze policy alternatives in order to increase Indonesian seaweed production. The secondary data (time series) in was collected from 1989 until 2011. The model in this study was analyzed using the SAS program 2SLS method.

The factors that affect the production of Indonesian seaweed significantly were budget of the Ministry of Marine Affairs Fisheries MMAF, the world price of seaweed and trends. Factors that affect the domestic demand of seaweed significantly were the population of Indonesia and carageenan price. The price of domestic seaweed was significantly influenced by the price of domestic seaweed in the previous year. Factor that significantly affects seaweed exports to the Philippines was the seaweed domestic price in the previous year. While the factor affecting exports to China was the Chinese national income and the factors that affect the seaweed exports to Hong Kong were the domestic price of seaweed in the previous year, import tariffs imposed by Hong Kong and the world price of seaweed.

Production, demand and price of domestic seaweed is influenced by the Indonesian government policy. Policies pursued by MMAF in increasing domestic seaweed production and exports are needed to be implemented, where concrete step is by increasing with increased government budget.

(8)

© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2014

Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan IPB

Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini

(9)

Tesis

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains

pada

Program Studi Agribisnis

TINJAUAN AGRIBISNIS DAN FAKTOR-FAKTOR YANG

MEMPENGARUHI EKSPOR RUMPUT LAUT INDONESIA

SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR 2014

(10)

Penguji Luar Komisi pada Ujian Tesis : Dr Amzul Rifin, SP, MA

(11)

Judul Tesis : Tinjauan Agribisnis dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Ekspor Rumput Laut Indonesia

Nama : Afrilyadi Eko Wibowo NIM : H451110471

Disetujui oleh Komisi Pembimbing

Dr Ir Harianto, MS Ketua

Siti Jahroh, Ph.D Anggota

Diketahui oleh

Ketua Program Studi Agribisnis

Prof Dr Ir Rita Nurmalina, MS

Dekan Sekolah Pascasarjana

Dr Ir Dahrul Syah, MSc Agr

(12)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas kasih dan karunia-Nya sehingga tesis yang berjudul Tinjauan Agribisnis dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Ekspor Rumput Laut Indonesia ini dapat diselesaikan. Penyelesaian tesis ini juga tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh sebab itu, penulis ingin menyampaikan terimakasih dan penghargaan kepada:

1. Dr Ir Harianto, MS dan Siti Jahroh, Ph.D selaku komisi pembimbing, atas bimbingan, arahan, waktu, dan kesabaran yang telah diberikan kepada penulis selama penyusunan tesis ini.

2. Dr Ratna Winandi, MS selaku evaluator pada kolokium tesis dan Dr Amzul Rifin, SP, MA selaku penguji luar komisi pada ujian tesis, atas arahan dan masukan yang telah diberikan kepada penulis.

3. Prof Dr Ir Rita Nurmalina, MS selaku penguji perwakilan dari program studi pada ujian tesis atas arahan dan masukan yang telah diberikan kepada penulis. 4. Kementerian Pendidikan Nasional atas Beasiswa Unggulan Biro Perencanaan dan Kerjasama Luar Negeri Kementerian Pendidikan Nasional (BUBPKLN KEMENDIKNAS) yang telah diberikan kepada penulis, sehingga penulis dapat menempuh pendidikan di Program Studi Magister Sains Agribisnis IPB.

5. Ketua Program Studi Magister Sains Agribisnis IPB, yakni Prof Dr Ir Rita Nurmalina, MS; Sekretaris Program Studi Magister Sains Agribisnis IPB, yakni Dr Ir Suharno, M.A.Dev; serta seluruh Staf Program Studi Magister Sains Agribisnis IPB; atas dorongan semangat dan bantuan yang telah diberikan kepada penulis.

6. Seluruh dosen Program Studi Magister Sains Agribisnis IPB atas pengajaran yang telah diberikan kepada penulis selama menempuh pendidikan di Program Studi Magister Sains Agribisnis IPB.

7. Kedua orangtua yaitu Karly, SP, MMA dan Wagini, SP yang telah dengan sepenuh hati selalu mendorong dan memberikan semangat kerja yang luar biasa besar.

8. Seluruh rekan-rekan seperjuangan di Program Studi Magister Sains Agribisnis IPB atas semangat dan bantuan yang telah diberikan kepada penulis.

9. Serta seluruh pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu, yang mana juga telah membantu penulis dalam penyelesaian tesis ini.

Semoga tesis ini bermanfaat.

Bogor, Januari 2014

(13)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL xii

DAFTAR GAMBAR xii

DAFTAR LAMPIRAN xii

1 PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Perumusan Masalah 2

Tujuan Penelitian 4

Manfaat Penelitian 4

Ruang Lingkup Penelitian 5

2 TINJAUAN PUSTAKA 5

Tinjauan Agribisnis 5

Rumput Laut Indonesia 6

Pasar Rumput Laut Domestik dan Internasional 6

3 KERANGKA PEMIKIRAN 8

Konsep Agribisnis 8

Teori Ekspor 9

Perdagangan Internasional 10

Kerangka Pemikiran Operasional 14

4 METODE PENELITIAN 15

Jenis dan Sumber Data 15

Alat Analisis Data 15

Spesifikasi Model 16

Produksi Rumput Laut Indonesia 17

Permintaan Rumput Laut Domestik 17

Fungsi Ekspor 18

Harga Rumput Laut Domestik 20

Identifikasi Model 20

Validasi Model 22

Simulasi Model 23

5 AGRIBISNIS RUMPUT LAUT 23

Budidaya Rumput Laut 24

Pengolahan Rumput Laut 27

Rumput Laut Kering 27

Alkali Treated Cottonii Chip (ATC) 27

Semi Refined Carrageenan (SRC) 28

Refined Carrageenan (RC) 28

Pemasaran Rumput Laut 28

(14)

6 HASIL DAN PEMBAHASAN 31

Hasil Pendugaan Model 31

Pembahasan Hasil Pendugaan Model 31

Produksi Rumput Laut Indonesia 32

Permintaan Rumput Laut Domestik 33

Harga Rumput Laut Domestik 34

Ekspor Rumput Laut Indonesia ke Filipina 35

Ekspor Rumput Laut Indonesia ke Cina 36

Ekspor Rumput Laut Indonesia ke Hongkong 37

Validasi Model 38

Hasil dan Pembahasan Simulasi Model 39

Dampak Kebijakan Peningkatan Anggaran KKP Sebesar 50 persen 39 Dampak Penurunan Jumlah Ekspor Rumput Laut Sebesar 50 Persen 41

7 SIMPULAN DAN SARAN 41

Simpulan 41

Saran 42

DAFTAR PUSTAKA 43

(15)

DAFTAR TABEL

1 Perkembangan jumlah dan nilai ekspor rumut laut Indonesia tahun

2005-2010 3

2 Jenis dan sumber data penelitian 15

3 Produksi rumput laut 5 provinsi utama Indonesia 24 4 Jumlah ekspor rumput laut menurut negara tujuan pada tahun

2007-2011 (ton) 29

5 Hasil pendugaan parameter produksi rumput laut 32 6 Hasil pendugaan parameter permintaan rumput laut domestik 33 7 Hasil pendugaan parameter harga rumput laut domestik 34 8 Hasil pendugaan parameter ekspor rumput laut ke Filipina 35 9 Hasil pendugaan parameter ekspor rumput laut ke Cina 36 10 Hasil pendugaan parameter ekspor rumput laut ke Hongkong 37 11 Hasil validasi model faktor-faktor yang mempengaruhi ekspor rumput

laut Indonesia 39

12 Perubahan nilai rata-rata simulasi kenaikan anggaran KKP 50 persen 40 13 Perubahan nilai rata-rata simulasi penurunan jumlah ekspor rumput laut

50 persen 41

DAFTAR GAMBAR

1 Permintaan rumput laut kering dunia 2009 2

2 Keseimbangan harga di pasar internasional 11

3 Efek dari pajak/kuota ekspor 12

4 Parsial ekuilibrium kebijakan tarif 13

5 Kerangka model permintaan ekspor rumput laut Indonesia 14

6 Negara pengekspor rumput laut kering dunia 29

DAFTAR LAMPIRAN

(16)

1

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Pembangunan pertanian dewasa ini diarahkan pada pembangunan sistem agribisnis, dimana seluruh subsistem agribisnis dikembangkan secara simultan dan harmonis dengan memanfaatkan sumberdaya lokal yang tersedia (Gumilar 2007). Salah satu subsektor pertanian yaitu subsektor perikanan memiliki potensi untuk dapat dikembangkan untuk kesejahteraan nelayan pada umumnya. Pembangunan dan pengembangan subsektor perikanan dalam arti luas ditujukan untuk menghasilkan produk-produk unggulan, menyediakan bahan baku bagi keperluan industri, memperluas kesempatan kerja dan berusaha melalui upaya peningkatan usaha perikanan terpadu yang berbasiskan pada agroindustri dan agribisnis yang tangguh dan bertujuan untuk meningkatkan efisiensi, efektivitas dan nilai tambah yang pada akhirnya dapat meningkatkan pendapatan petani yang didukung dengan ketersediaan modal, tenaga kerja, faktor kelembagaan serta sarana dan prasarana pendukung lainnya (Aris 2003).

Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) telah menggunakan konsep industrialisasi perikanan yang berdaya saing untuk membangun kemajuan sektor perikanan dan kelautan Indonesia. Ada empat komoditas yang menjadi fokus utama untuk dikembangkan antara lain adalah rumput laut, udang, bandeng, dan patin. Ada beberapa pertimbangan yang diperhatikan dalam penentuan empat komoditas utama tersebut antara lain adalah dari teknologi yang telah dikuasai dan berkembang di masyarakat. Begitu pula peluang pasar ekspor yang tinggi, serapan pasar yang besar. Serta salah satu faktor penting yakni penyerapan tenaga kerja yang tinggi untuk pengembangan komoditas tersebut.

Dalam rangka pengembangan fokus pada empat komoditas tersebut. Saat ini Direktorat Budidaya sedang fokus pada peningkatan jumlah dan mutu rumput laut basah, ekspor, dan konsumsi dalam negeri (KKP 2012). Salah satu komoditas perikanan yang menjadi fokus utama Kementerian Kelautan Perikanan adalah rumput laut. Rumput laut menjadi salah satu komoditas unggulan dalam program revitalisasi perikanan disamping udang dan tuna. Selain itu, siklus budidaya yang relatif singkat yaitu selama 45 hari serta kebutuhan modal usahanya yang relatif kecil yaitu sekitar satu juta rupiah, memberi peluang bagi pengusaha rumah tangga dalam melakukan budidaya rumput laut tersebut.

Rumput laut juga merupakan komoditas yang tak tergantikan karena tidak ada produk sintetisnya sehingga usaha budidayanya sangat prospektif. Beberapa jenis rumput laut bisa digunakan sebagai bahan pangan dan bahan industri makanan, farmasi, kosmetik, cat, tekstil dan bahkan kertas, sehingga mempunyai kesempatan untuk dijadikan komoditas yang bernilai tambah. Terdapat peluang yang baik bagi pasar rumput laut untuk pemenuhan kebutuhan dalam negeri maupun permintaan ekspor (Kemenperin 2011).

(17)

2

dapat digunakan untuk budidaya rumput laut, serta adanya penambahan kondisi perairan dalam bentuk teluk yang dapat memperluas lahan budidaya rumput laut, maka Indonesia diperkirakan memiliki potensi lahan lestari untuk budidaya rumput laut seluas 1.2 juta ha. Luasan ini dipandang wajar bila merujuk pada data bahwa Indonesia memiliki 24 juta ha luas laut dangkal. Akan tetapi sampai sekarang tingkat pemanfaatannya masih sangat rendah, Indonesia saat ini hanya mampu mengusahakan 3 persen dari potensi lahan yang ada (Kemenperin 2011). Potensi tersebut menempatkan Indonesia sebagai negara yang dikaruniai sumber daya kelautan besar termasuk kekayaan keanekaragaman hayati dan non hayati. Adapun jenis rumput laut yang dibudidayakan secara luas di Indonesia adalah

Euchema cottoni dan Glacilaria (BPPT, ASPPERLI, ISS 2011).

Menurut Kemenperin 2011, permintaan rumput laut (raw materials,

semi-refined products, dan end-products) sangat besar dan akan terus meningkat seiring

dengan pertambahan penduduk dunia. Permintaan pasar internasional terhadap rumput laut dibedakan dari jenis permintaannya yaitu seperti pada industri hilir yang memerlukan agar kertas dan ATC (Alkali Treated Cottoni) chips. Sedangkan pada industri turunan produk rumput laut membutuhkan SRC (Semi Refined

Carrageenan) dan RC (Refined Carrageenan). Paling umum adalah permintaan

terhadap rumput laut kering (dried seaweed) yang merupakan perdagangan raw

material. Permintaan rumput laut kering dunia pada tahun 2009 ditunjukan pada

Gambar 1.

Gambar 1 Permintaan rumput laut kering dunia 2009

Dari besarnya jumlah permintaan dunia tersebut, ekspor Indonesia mulai memenuhi kebutuhan dunia tersebut dengan berusaha meningkatkan jumlah ekspor rumput lautnya. Peningkatan ini dilakukan untuk memanfaatkan peluang pasar internasional yang membutuhkan banyak rumput laut.

Perumusan Masalah

(18)

3 Agribisnis rumput laut di Indonesia juga dipersiapkan untuk pengembangan rumput laut sebagai alternatif ketahanan pangan dan energi. Agribisnis rumput laut juga diarahkan untuk menjaga kesinambungan produksi, kestabilan harga di setiap tingkatan niaga (terutama dikalangan petani pembudidaya rumput laut), dan kestabilan peningkatan produk olahan rumput laut (kesinambungan industri pengolahan). Permasalahan yang muncul berkaitan dengan agribisnis rumput laut selain berasal dari faktor subsistem usahatani juga dari faktor subsistem hilir. Faktor subsistem usahatani yaitu berkaitan dengan perlunya peningkatan kualitas produksi budidaya melalui pemberdayaan petani maupun penerapan teknik budidaya yang baik dan benar. Sedangkan faktor subsistem hilir, seperti: perlunya peningkatan jumlah end-products melalui pengembangan teknologi formulasi, perlunya peningkatan kualitas produksi skala industri kecil dan menengah, serta kontinuitas, kualitas dan harga bahan baku. Pada akhirnya ekspor produk rumput laut ini menjadi prospek baik dalam memberikan kontribusi baik devisa maupun lapangan pekerjaan bagi negara khususnya masyarakat pembudidaya. Perkembangan jumlah dan nilai ekspor rumput laut Indonesia dapat dilihat pada Tabel 1.

Dari Tabel 1 dapat dilihat tren produksi rumput laut kering yang meningkat dari tahun 2006 sejumlah 95 614 330 kg secara bertahap meningkat menjadi 361 914 070 kg pada tahun 2011 dengan rata-rata peningkatan dari tahun 2006-2011 sebesar 31.2 persen. Sedangkan tren jumlah ekspor dengan tren yang meningkat walaupun sedikit mengalami fluktuasi terutama dari tahun 2008 sejumlah 99 948 576 kg menjadi 94 002 964 pada tahun 2009, begitu pula dengan nilainya yaitu dari tahun 2008 sejumlah 110 153 291 menjadi 87 773 297 pada tahun 2009. Peningkatan rata-rata dari tahun 2006-2011 pada jumlah ekspor sebesar 11.8 persen sedangkan nilai ekspornya sebesar 37.3 persen. Hal ini diindikasikan ada bebarapa faktor yang dapat menyebabkan lebih tingginya nilai ekspor dibanding dengan jumlah ekspor yaitu seperti salah satunya nilai tukar rupiah yang terapresiasi. Sedangkan persentase ekspor terhadap produksi rumput laut cenderung menurun yaitu selama tahun 2006-2007 sebesar 28.39 persen. Hal ini mengindikasikan bahwa dengan peningkatan produksi rumput laut Indonesia, jumlah ekspor meningkat tiap tahunnya akan tetapi persentasenya terhdap produksi domestik semakin menurun.

Tabel 1 Perkembangan jumlah dan nilai ekspor rumput laut Indonesia tahun 2005 - 2010

Tahun Produksi

kering (kg)

Ekspor Persentase ekspor terhadap produksi Jumlah (kg) FOB (US$)

2006 95 614 330 95 500 055 49 586 226 99.88

2007 105 666 960 94 073 398 57 522 350 89.03

2008 137 573 310 99 948 576 110 153 291 72.65

2009 197 405 810 94 002 964 87 773 297 47.62

2010 246 029 140 126 177 521 155 619 562 51.29 2011 361 914 070 159 075 000 190 138 914 43.95 Peningkatan

rata-rata 2006-2011 (%)

31.2 11.8 37.3 -28.39

(19)

4

Perkembangan budidaya rumput laut di Indonesia selama kurun waktu 10 tahun terakhir, berkembang dengan pesat. Sejak tahun 2007 Indonesia sudah menjadi penghasil rumput laut terbesar di dunia. Lima puluh persen rumput laut dari wilayah tropis di dunia, dihasilkan dari Indonesia. Dari 2005-2010, ekspor rumput laut Indonesia terus meningkat, dengan rata-rata pertumbuhan tujuh belas persen per tahun. Sedangkan nilai ekspor FOB Indonesia meningkat sebesar lima puluh satu persen selama enam tahun. Pertumbuhan rata-rata produksi rumput laut selama enam tahun meningkat sebesar empat puluh persen. Ekspor Indonesia sebagian besar dalam bentuk rumput laut kering (dried seaweeds) dengan negara tujuan utama: Cina, Filipina, Hongkong, Korea Selatan, Denmark, dan Italia. Walaupun dari Tabel 1 tersebut masih terlihat adanya fluktuasi peningkatan ekspor rumput laut Indonesia.

Berdasarkan uraian di atas, maka diperlukan suatu tinjauan terpadu dan komprehensif tentang sistem agribisnis rumput laut terutama dalam meningkatkan ekspor. Adanya hubungan yang saling terkait antara satu komponen dengan komponen lainnya dalam pemenuhan kebutuhan akan membuat persoalan semakin kompleks. Oleh karena itu, dalam pemecahannya perlu dilakukan dengan pendekatan sistem. Pada penelitian ini akan diformulasikan model yang mengintegrasikan berbagai alat bantu dalam sistem pengambilan keputusan yang terkait dengan ekspor produk rumput laut.Secara khusus, permasalahan agribisnis rumput laut dapat dirumuskan sebagai berikut:

1. Apakah faktor-faktor yang mempengaruhi produksi, permintaan, dan harga rumput laut domestik?

2. Apakah faktor-faktor yang mempengaruhi ekspor rumput laut Indonesia ke Cina, Hongkong dan Filipina ?

3. Bagaimana pengaruh kebijakan yang telah diterapkan oleh pemerintah Indonesia dalam hal ini Kementerian Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia terkait peningkatan produksi rumput laut?

Tujuan Penelitian

Penelitian ini secara umum bertujuan untuk mengkaji agribisnis rumput laut Indonesia, dengan tujuan khusus sebagai berikut :

1. Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi produksi, permintaan dan harga rumput laut domestik.

2. Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi ekspor rumput laut Indonesia ke Cina, Hongkong dan Filipina.

3. Menganalisis alternatif kebijakan yang bisa ditempuh untuk meningkatkan produksi rumput laut Indonesia.

Manfaat Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah tersebut di atas maka manfaat dari penelitian ini adalah:

(20)

5 2) Sebagai bahan informasi, pustaka dan pengetahuan mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi agribisnis rumput laut Indonesia bagi peneliti selanjutnya.

Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini difokuskan pada tinjauan agribisnis, faktor-faktor yang mempengaruhi produksi, permintaan dan harga rumput laut domestik serta ekspor rumput laut Indonesia ke negara-negara utama pengimpor rumput laut Indonesia yaitu Cina, Hongkong dan Filipina. Negara-negara pengimpor utama rumput laut Indonesia yaitu antara lain Cina, Filipina dan Hongkong. Hal itu dikarenakan jumlah ekspor ke tiga negara tersebut adalah yang terbesar diantara negara-negara lainnya.

2

TINJAUAN PUSTAKA

Tinjauan Agribisnis

Pada kajian karakteristik dan aktivitas komunikasi nelayan terhadap perilaku dalam pengembangan subsistem produksi pada agribisnis perikanan tangkap yang diteliti oleh Nursalim 2000 menyatakan bahwa tantangan agribisnis perikanan tangkap di dalam kondisi globalisasi pasar dunia adalah bagaimana kemampuan untuk meningkatkan daya saing produk. Tantangan ini harus dijawab melalui proses inovasi, penemuan, pengembangan, pembaharuan dan penerapan ilmu pengetahuan dan teknologi serta meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Dari berbagai subsistem agribisnis perikanan tangkap, maka subsistem produksi adalah yang paling penting. Untuk mempercepat inovasi pengembangan agribisnis perikanan tangkap bagi nelayan maka perlu dilakukan strategi komunikasi yang tepat sehingga tujuan penelitian yaitu mengidentifikasi karakteristik nelayan dan aktivitas komunikasi, mengetahui perilaku nelayan dalam pengembangan subsistem produksi pada agribisnis perikanan tangkap serta mengetahui pengaruh karakteristik dan aktivitas komunikasi nelayan terhadap perilaku dalam pengembangan subsistem produksi pada agribisnis perikanan tangkap di Kabupaten Tegal. Analisis data dengan menggunakan metode regresi berganda.

Berdasarkan hasil analisis regresi berganda, peubah yang berpengaruh nyata pada perilaku dalam pengembangan agribisnis perikanan tangkap adalah: ukuran kapal yang digunakan, kehadiran dalam pertemuan dan keterdekatan dengan siaran radio. Sedangkan bagi penyuluh faktor yang berpengaruh yaitu pendidikan formal, pengalaman kursus/ pelatihan, komunikasi interpersonal dengan kontak nelayan, kedekatan responden pada siaran radio, kedekatan dengan tayangan televisi serta kedekatan dengan media cetak.

(21)

6

agribisnis perkotaan yang berdaya saing, berkerakyatan, berkelanjutan dan lokal spesifik. Penelitian tersebut bertujuan menganalisis keunggulan daya saing ikan hias air tawar di Kota Bogor sebagai industri perikanan, menganalisis manfaat dan biaya dari budidaya ikan hias serta menganalisis persepsi stakeholders dalam pengembangan ikan hias air tawar di Kota Bogor. Alat analisis yang digunakan yaitu metode Porter, Net Present Value (NPV), Net B/C Ratio dan Internal Rate

Of Return (IRR) serta Analitical Hierachy Process (AHP). Dari penelitian tersebut

dapat diketahui bahwa keunggulan daya saing ikan hias air tawar di Kota Bogor adalah lemah serta menurut hasil uji analisis sensitivitas usaha kecil mempunyai risiko tinggi akan tetapi usaha ini secara finansial layak untuk dilakukan. Sedangkan berdasarkan persepsi stakeholders dan AHP, pengembangan pemasaran ikan hias air tawar di Kota Bogor menjadi prioritas terpenting dengan jalur pasar internasional.

Rumput Laut Indonesia

Rumput laut atau alga-makro laut atau dalam perdagangan disebut seaweed

adalah biota laut yang tergolong sumber daya alam terbarukan, tanaman berderajat rendah, tumbuh melekat pada substrat tertentu serta tidak memiliki akar, batang dan daun sejati yang disebut thallus. Secara taksonomi dikelompokan ke dalam

Divisio Thallophyta, dengan empat kelas besar dalam divisio ini, yaitu

Chlorophyceae (alga hijau), Phaeophyceae (alga coklat), Rhodophyceae (alga

merah), Cyanophceae (alga biru-hijau).

Pengembangan usaha budidaya dimulai dengan spinosum tahun 1982 kemudian cottonii dimulai tahun 1984. Karena laju pertumbuhannya yang sangat kecil, cottonii asal Indonesia menjadi kurang baik untuk digunakan sebagai bibit dalam budidaya, maka yang diintroduksi pada awalnya adalah tiga varietas cottonii asal Filipina. Demikian pula bibit sacol berasal dari Filipina. Dalam tiga tahun terakhir ini, cottonii varietas Sumba yang telah dicoba dibudidayakan hampir lebih dari 10 tahun telah menunjukan hasil yang memuaskan, dimana laju pertumbuhan dan kandungan karaginan cukup tinggi (BPPT, ASPPERLI, ISS 2011).

Pasar Rumput Laut Domestik dan Internasional

Menurut Yusuf dan Zamroni 2006, dalam memenuhi permintaan pasar baik dalam negeri maupun luar negeri, peran pemerintah telah menunjukan hasil yang signifikan dalam mendorong perkembangan produksi rumput laut. Pasar rumput laut ini dapat dikelompokan ke dalam 2 (dua) segmen yaitu segmen industri dan segmen rumah tangga. Dari kedua segmen ini rumput laut yang dijual memiliki standar yang berbeda.

(22)

7 rumput laut terbesar dari Indonesia, sehingga dapat disimpulkan bahwa pasar rumput laut Indonesia yang terbesar adalah pasar Asia.

Dalam cakupan wilayah yang lebih kecil dengan penelitiannya mengenai pengklusteran rumput laut, Zulham dan Apriliani 2007 di wilayah Gorontalo serta Zulham et al 2007 di wilayah Sumenep yang menggunakan teknik Rural Rapid

Appraisal menjelaskan bahwa bisnis rumput laut di Gorontalo memberi multiplier

effect untuk masyarakat pesisir di daerah itu. Potensi perairan yang dapat

dimanfaatkan untuk budidaya rumput laut sekitar 1 415 ha dari jumlah tersebut baru dimanfaatkan sekitar 830 ha. Akan tetapi tidak semua desa di sepanjang pesisir Teluk Tomini dan Laut Sulawesi sesuai untuk pengembangan rumput laut, karena sifat oceanografis perairan. Pada daerah yang gelombang laut kuat, sering terjadi up welling atau banyak muara sungai maka rumput laut sulit tumbuh dengan sempurna. Pada wilayah perairan dengan kondisi yang demikian rumput laut akan terkena penyakit ice-ice, yang menyebabkan rumput laut tersebut akan patah dan membusuk. Oleh sebab itu untuk menentukan lokasi budidaya rumput laut yang sesuai perlu mempertimbangkan kondisi fisika dan kimia perairan (terutama salinitas) dan akses ke lokasi budidaya tersebut, serta ketersediaan tenaga kerja. Serta pengklusteran di wilayah Sumenep dengan menggunakan metode deskriptif pendekatan eksploratif disimpulkan bahwa Sumenep telah ada komponen-komponen pembentuk klaster rumput laut. Klaster sebagai strategi pengembangan wilayah untuk memanfaatkan potensi ekonomi. Wacana klaster perikanan tidak lepas dari strategi tersebut, tujuannya untuk mendorong pengembangan sentra industri perikanan.

Begitu pula dengan Zamroni et al 2006, yang melakukan penelitian mengenai keragaan sosial ekonomi usaha budidaya dan pemasaran rumput laut di Bulukumba dan Palopo (studi kasus budidaya rumput laut Euchema cottonii dan

Gracillaria sp). Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan sosial dengan

menggunakan metode deskriptif sedangkan pendekatan ekonomi menggunakan analisa usaha yang menghitung biaya, keuntungan serta R/C ratio antara dua macam budidaya Euchema sp dilakukan oleh masyarakat pesisir dengan menggunakan metode longline, sedangkan budidaya Gracillaria sp dilakukan di lahan tambak. Pelaku pemasaran pada Euchema sp dikelompokan menjadi tiga yaitu pedagang tingkat pertama, pedagang tingkat kedua dan pedagang besar sedangkan untuk Gracillaria sp terdiri dari dua pelaku yaitu pedagang tingkat pertama dan pedagang besar. Besarnya nilai marjin pemasaran bervariasi dan nilai tersebut digunakan sebagai biaya transportasi, tenaga kerja, sewa tempat dan pengepakan. Berdasarkan analisis usaha, kedua usaha budidaya rumput laut

(Euchema sp dan Gracillaria sp) layak untuk dikembangkan karena mempunyai

nilai kelayakan lebih dari satu yaitu masing-masing 2.94 dan 2.96.

(23)

8

marjin pemasaran diketahui bahwa marjin terbesar pemasaran rumput laut di tingkat pedagang pengumpul yang terdapat di kabupaten Sumenep yaitu mencapai Rp 880/kg selanjutnya Sumbawa dan Janeponto. Marjin pemasaran di tingkat pedagang besar seperti Bima dan Sumenep.

Yulisti, yusuf dan Rina 2012 dalam penelitiannya yang berjudul Kajian Awal Value Chain Rumput Laut Euchema cottonii di Kabupaten Pangkep, Sulawesi Selatan. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis value chain usaha budidaya rumput laut (Eucheuma cottonii) di Kabupaten Pangkep, sebagai lokasi program Minapolitan Kementerian Kelautan dan Perikanan, telah dilakukan pada tahun 2011. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan metode snowball

sampling pada kelompok petambak pedagang pengumpul kecil, pedagang

pengumpul besar dan pengolah rumput laut. Hasilnya dianalisis menggunakan metode statistik deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan rantai pemasaran rumput laut di Pangkep cukup panjang. Pedagang pengumpul kecil dan besar memiliki peranan yang penting dalam rantai, namun mereka tidak memberikan nilai tambah pada produk tersebut. Pelaku usaha yang memperoleh keuntungan paling tinggi adalah pengumpul besar yaitu Rp. 88.660.000,- per tahun dengan value added Rp. 280,- per kilo, sedangkan yang memperoleh pendapatan paling rendah adalah pengumpul kecil yaitu Rp. 5.500.000,- per tahun dengan value added Rp. 42,- per kilo. Pembudidaya mendapat keuntungan Rp. 29.075.000,- per tahun dengan

value added Rp. 2.516,- per kilo. Pedagang pengumpul hanya memberikan fungsi

sebagai distribusi, sedangkan petambak harus menyediakan sarana dan prasarana budidaya sehingga memiliki resiko yang cukup tinggi.

3

KERANGKA PEMIKIRAN

Konsep Agribisnis

Dalam pembahasan agribisnis ini, pertanian mencakup kegiatan usahatani perkebunan, kehutanan, peternakan dan perikanan. Dari segi skala usaha, ada yang berskala besar (seperti perusahaan perkebunan, industri minyak sawit dan lain-lain), ada yang berskala menengah (seperti beberapa agroindustri menengah) serta ada yang berskala kecil (seperti usaha tani- usaha tani dengan luas lahan di bawah 25 ha dan berbagai industri skala rumah tangga). Fungsi-fungsi agribisnis terdiri atas kegiatan pengadaan dan penyaluran sarana produksi, kegiatan produksi primer (budidaya), pengolahan (agroindustri) dan pemasaran. Fungsi-fungsi tersebut kemudian disusun menjadi suatu sistem, dimana Fungsi-fungsi-Fungsi-fungsi tersebut menjadi subsistem-subsistem dari sistem agribisnis. Dengan demikian, pengembangan sektor agribisnis hendaknya terus dikembangkan dengan pendekatan sistem agribisnis yang bErrorientasi pada komersialisasi usaha atau industri pedesaan dan pertanian rakyat yang modern. Pengembangan agribisnis tidak akan efektif dan efisien bila hanya mengembangkan salah satu subsistem yang ada di dalamnya (Said dan Intan 2004).

(24)

9 pertanian, sektor produksi serta sektor pengolahan-manufaktur. Menurut King et al 2010, agribisnis menekankan pada pandangan integrasi sistem pangan yang panjang dari riset dan pasokan input melalui produksi, pengolahan dan distribusi menuju ritel dan konsumen akhir. Agribisnis merupakan penjumlahan total semua kegiatan yang terdiri dari manufaktur dan distribusi stok pertanian, pergudangan, pengolahan serta distribusi komoditi pertanian berikut produk olahannya. Sedangkan menurut Asriani 2003, kajian mengenai sistem agribisnis dan agroindustri dapat dilakukan dengan dua pendekatan analisis yaitu pendekatan analisis makro dan mikro. Pendekatan mikro lebih menekankan kepada pencapaian efisiensi, optimasi alokasi dan pengguanaan sumberdaya serta berusaha memaksimumkan keuntungan. Di lain pihak, kerangka pendekatan analisis makro mengkaji agribisnis berdasarkan hubungannya dengan ekonomi nasional yakni hubungannya dengan produk domestik bruto, rasio biaya domestik, peningkatan pendapatan nasional, peningkatan kesempatan berusaha, pemerataan distribusi pendapatan, peningkatan eskpor, upaya substitusi impor, inflasi, devaluasi, penurunan tingkat pengangguran serta hubungannya dengan komponen-komponen ekonomi makro lainnya.

Unsur-unsur yang menjadi sasaran analisis dalam perusahaan agribisnis yakni aktivitas perusahaan agroindustri yang meliputi kegiatan pengadaan input, pengolahan dan pemasaran. Selain itu, pada lingkup manajemen terdapat divisi riset dan pengembangan, adsminitrasi dan personalia serta keuangan. Di luar lingkup manajemen ada tenaga kerja atau serikat pekerja, sumber-sumber pembiayaan (bank, dana ventura, investor, pasar modal dan lain-lain), konsumen, distributor, pemasok, serta karakteristik bahan baku dan lingkungan tugas lainnya. Pendekatan makro kajian agribisnis memberikan kerangka analisis untuk tujuan pengembangan agribisnis nasional. Sistem agribisnis secara makro dipengaruhi oleh lingkungan ekonomi, politik, sosial budaya, hankam dan teknologi, baik nasional, regional maupu internasional. Untuk membangun sistem agribisnis nasioanal yang tangguh maka peran kebijakan pemerintah adalah menjadi penuntun, pendorong, pengawas dan pengendali sistem.

Beberapa sasaran dan target yang ingin dicapai dalam pengembangan agribisnis yang tangguh. Arah tanda panah menunjukan bagaimana mekanisme tersebut berjalan. Walaupun tidak menunjukan adanya interdependensi antar komponen, tetapi secara sistem terdapat saling ketergantungan antar masing-masing kmponen dalam pengembangannya untuk menciptakan suatu agribisnis yang tangguh.

Teori Ekspor

(25)

10

sekitar 10 persen dari total produksi tahun 1998. Rantai perdagangan mulai dari produsen, pedagang pengumpul, prosessing, pedagang besar dan eksportir dengan informasi yang tidak simetris, penurunan harga ditransfer secara sempurna kepada produsen, sedangkan perbaikan harga mekanisme dihambat sehingga produsen selalu dirugikan (Soemokaryi 2007).

Sedangkan menurut Risna dan Tajerin 2008, dengan menggunakan analisis pendekatan Error Correction Model (ECM) dalam melakukan penawaran ekspor rumput laut Indonesia di pasar internasional, ada beberapa faktor yang mempengaruhi penawaran ekspor rumput laut tersebut yaitu produksi, harga ekspor, pendekatan nasional bruto negara mitra dagang, nilai tukar rupiah dan ekspor rumput laut Indonesia tahun lalu dengan arah perubahan yang sama (positif), dan harga domestik dan tingkat suku bunga dengan arah perubahan yang berlawanan (negatif). Oleh karena itu, perlu kesungguhan pemerintah bersama nelayan/pembudidaya dan eksportir rumput laut untuk menjaga mutu dan lebih meningkatkan kerjasama perdagangan dengan negara mitra dagang Indonesia (importir).

Perdagangan Internasional

Yang dimaksud dengan perdagangan luar negeri adalah perdagangan antar negara yang memiliki kesatuan hukum dan kedaulatan yang berbeda dengan kesepakatan tertentu dan memenuhi kaidah-kaidah baku yang telah ditentukan dan diterima secara internasional. Sebagaimana diketahui bahwa setiap negara di berbagai belahan dunia ini memiliki sumber daya alam dan sumber daya manusia yang berbeda baik dari segi jumlah, mutu maupun pengadaannya.

Dalam konteks perdagangan luar negeri, memang terdapat suatu negara yang kebutuhannya, terutama bahan baku benar-benar tergantung dari luar negeri. Dengan demikian bila dicermati dapat disimpulkan bahwa beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya perdagangan luar negeri yaitu untuk memperoleh barang atau sumber daya yang tidak dihasilkan di dalam negeri, untuk mendapatkan barang yang sebenarnya dapat dihasilkan di dalam negeri tapi kualitasnya belum memenuhi syarat, untuk mendapatkan teknologi yang lebih modern dalam rangka memberdayakan sumber daya alam di dalam negeri, untuk memperluas pasaran produk yang dihasilkan di dalam negeri serta mendapatkan keuntungan dari spesialisai keuntungan mutlak (absolute advantage), keuntungan banding

(comparative advantage) serta keuntungan bersaing (competitive advantage)

(Putong 2010).

(26)

11 Dengan mengabaikan perbedaan teknologi, di pihak lain model Heckscher-Ohlin (the H-O model) menekankan bahwa keuntungan komparatif ditentukan oleh perbedaan relatif kekayaan faktor produksi dan penggunaan faktor tersebut secara relatif intensif dalam kegiatn produksi barang ekspor. Dengan peranan ekonomi terkemuka Paul samuelson, H-O model telah mendominasi teori perdagangan internasional selama periode setelah Perang Dunia II (Basri 2010).

Adanya perdagangan akan memudahkan pemahaman mengenai perlunya menyelaraskan penawaran ekspor dengan persediaan nasional. Hal ini pada gilirannya akan memunculkan peluang bagi pembeli dan penjual barang tertentu. Permintaan impor ke berbagai negara dari Indonesia dapat tercukupi, karena persediaan nasional mencukupi kebutuhan konsumsi penduduk. Jumlah dan harga komoditas yang diekspor ditentukan setelah diketahui kurva penawaran dan persediaan yang merupakan perangkat geometris utama yang digunakan dalam rangka menganalisa pilihan kebijaksanaan dalam perdagangan. Secara lebih jelas dapat dilihat pada Gambar 2.

Gambar 2 Keseimbangan harga di pasar internasional Keterangan gambar :

Pf : Harga keseimbangan harga pasaran internasional

Pda : Harga keseimbangan di negara A sebelum adanya perdagangan internasional

Pdb : Harga keseimbangan di negara B sebelum adanya perdagangan internasional

OY1 : Konsumsi di negara A sebelum adaya perdagangan inernasional OY5 : Konsumsi di negara B sebelum adanya perdagangan internasional DA : Permintaan domestik negara A

SA : Penawaran domestik negara A D : Permintaan di pasar internasional S : Penawaran di pasar internasional DB : Permintaan domestik negara B SB : Penawaran domestik negara B

G : Titik keseimbangan komoditas Y di negara A H : Titik keseimbangan komoditas Y di negara B

(27)

12

J : Penawaran domestik negara A setelah adanya perdagangan internasional

K : Penawaran domestik negara B setelah adanya perdagangan internasional

L : Permintaan domestik negara B setelah adanya perdagangan internasional

Gambar 2 menunjukkan terjadinya perdagangan internasional antara dua negara. Sebelum adanya perdagangan internasional di negara A harga keseimbangan komoditas Y pada titik G di negara A dan pada titik H di negara B. Sedangkan konsumsi di negara A sebesar OY1 dan OY4 di negara B. Pf adalah harga keseimbangan di pasaran internasional yaitu diantara harga komoditas dinegara A dan negara B. Apabila harga y naik menjadi Pf di negara A setelah adanya perdagangan internasional, maka konsumsi domestik menjadi OY2, sedang total penawaran komoditas Y sebesar OY3 atau di titik J. Dengan demikian jumlah komoditas Y yang diekspor sebesar Y2-Y3, sedangkan di negara B konsumsi domestik menjadi OY6, sedang total penawaran komoditas y sebesar OY5 atau di titik K, sehingga jumlah yang diimpor sebesar Y5-Y6.

Menurut Halwani 2002, pada perdagangan internasional ada beberapa keikutsertaan peran pemerintah sebagai regulator dalam upayanya melindungi industri domestik serta mengembangkan ekspor ke luar. Turut campurnya pemerintah dalam perdagangan internasional ini dapat berupa hambatan untuk melindungi industri domestik serta subsidi untuk mengembangkan industri ekspor ke luar negeri. Dalam kaitannya pada permintaan ekspor ini ada beberapa kebijkan yang terkait dengan ekspor yaitu:

1. Pajak/kuota ekspor, analisis mengenai pajak ekspor relatif lebih sederhana dan mudah dimana barang atau komoditi yang diekspor dikenakan pajak. Menurut Lindert dan Kindleberger 1995, bea ekspor menyebabbkan para pengekspor memperoleh penghasilan yang lebih rendah sehingga mereka harus mengalihkan penjualannya ke pasar dalam negeri. Lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 3.

Gambar 3 Efek dari pajak/kuota ekspor Keterangan gambar :

(28)

13 Pm* : Harga dalam negeri

X1 : Jumlah barang setelah ada bea/ pajak ekspor X0 : Jumlah barang pada harga dunia

Bea ekspor dalam keadaan harga dunia yang tetap memperkecil ekspor dan secara langsung mengalihkan perdagangan kembali ke pasar dalam negeri, sehingga menurunkan harga dalam negeri. Pada Gambar 3, bea ekspor sebesar Pm-Pm* menyebabkan harga dalam negeri turun menjadi Pm*. Manfaat bagi para pembeli di dalam negeri dari harga yang lebih rendah tersebut, yaitu surplus konsumen yang sama dengan trapesium a. Para petani di dalam negeri terpukul dengan harga yang lebih rendah tersebut, karena rugi sebesar trapesium (a+b+c+d), sehingga mereka akan mengalihkan sumberdaya dari produksinya. Pemerintah menarik bea/pajak tersebut sebesar segiempat c, yang menyebabkan terjadinya kerugian nasional netto yang sama dengan (sebesar segitiga b dan d).

2. Tarif, proteksi secara umum ditujukan sebagai tindakan untuk melindungi produksi dalam negeri terhadap persaingan barang impor di pasaran dalam negeri. Sedangkan metode proteksi yang dilakukan menyangkut sistem pungutan tarif (pajak) terhadap barang impor yang masuk ke dalam negeri. Tarif merupakan pajak yang dikenakan atas barang impor. Pajak atas barang impor itu biasanya tertulis dalam bentuk pernyataan Surat Keputusan (SK) atau undang-undang. Dimisalkan adalah T, dan dikenakan terhadap barang impor M. Hal ini akan meningkatkan harga barang impor menjadi Pm.

Dalam proporsi di atas dimana harga internasional adalah Pm*, dimana diasumsikan bahwa barang M di pasar domestik adalah kompetitif dan impor M tetap berlangsung secara lancar: Pm = (1+T) Pm*.

Keterangan gambar :

T : tingkat tarif yang dikenakan terhadap barang impor Pm : Harga dalam negeri

Pm* : Harga barang impor

Gambar 4 menunjukan pengaruh kenaikan harga barang M di negara A dalam diagram supply demand. Dimana apabila tanpa tarif, maka harga domestik sama dengan harga internasional Pm*. Produk domestik adalah Q1 (ditentukan oleh kurva supply domestik) sementara konsumsi domestik

(29)

14

(ditentukan oleh kurva demand) adalah Q2 yang memotong konsumsi pada Q3. Tingkat impor jatuh dari (Q4-Q1) ke (Q3-Q2). Tujuan analisis ekuilibrium parsial ini seperti ditunjukan Gambar 3 yang merupakan alat untuk melihat adanya perubahan tarif terhadap barang tertentu walaupun dalam suatu keadaan dengan asumsi cateris paribus yang menggaris bawahi pelanggaran analisi ekuilibrium parsial. Dalam kasus ini, diamana kebijakan pemerintah secara umum ditekankan pada substitusi impor seperti penerapan proteksi dibandingkan dengan penerapan kebijakan perdagangan bebas atau kebijakan promosi ekspor (Halwani 2002).

Kerangka Pemikiran Operasional

Indonesia memiliki potensi produksi rumput laut terbesar di dunia, yang sampai sekarang tingkat pemanfaatannya masih sangat rendah. Total ekspor rumput laut Indonesia dipengaruhi oleh produksi rumput laut domestik, permintaan rumput laut domestik, Cina, Hongkong dan Filipina, serta ekspor dari negara lain. Sedangkan produksi rumput laut domestik dipengaruhi oleh luasan areal budidaya dan harga rumput laut domestik dimana harga rumput laut domestik dipengaruhi oleh harga rumput laut dunia serta nilai tukar rupiah. Secara sederhana keterkaitan antar peubah model permintaan rumput laut Indonesia oleh negara pengimpor utama dapat dilihat pada kerangka pemikiran Gambar 5.

Keterangan :

Gambar 5 Kerangka model permintaan ekspor rumput laut Indonesia

(30)

15

4

METODE PENELITIAN

Jenis dan Sumber Data

Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder

(time series) dari tahun 1989 – 2011 meliputi berbagai sumber yang berasal

antara lain dari Badan Pusat Statistik Republik Indonesia (BPS RI) dengan kode HS rumput laut yang terdiri dari 1212211000, 1212212000, 1212219000, 1212291100, 1212291900, 1212292000, 1212293000, 1302391000, 1302310000, World Bank, IFS, Kementerian Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia (KKP RI), Perikanan dan Kelautan dalam angka, Buletin Infofish, Bank Indonesia, dan Kementerian Perdagangan Republik Indonesia. Selain itu, data juga dilengkapi dengan data-data pendukung lainnya seperti buku, artikel dan jurnal diperoleh dari Lembaga Sumberdaya Informasi (LSI) IPB, perpustakaan BPS, dan situs-situs yang berkaitan dengan penelitian. Sumber data dan Jenis data dapat dilihat dari Tabel 2.

Tabel 2 Jenis dan sumber data penelitian

No Jenis Data Sumber Data

1. Produksi rumput laut Indonesia KKP RI 2. Permintaan rumput laut domestik BPS RI 3. Pendapaatn nasional dan populasi Indonesia, Cina,

Filipina dan Hongkong

World Bank 4. Kurs Indonesia, Cina, Filipina, Hongkong dan Cili BPS dan OANDA 5. Tarif impor rumput laut Cina, Filipina, dan

Hongkong dari Indonesia

Kemendag RI

6. Anggaran KKP RI KKP RI dan BI

7. Harga rumput laut dunia BPS RI

8. Harga rumput laut di Cina, Filipina, Hongkong dan Cili

BPS RI

9. Luas areal budidaya KKP RI

10. Jumlah pembudidaya KKP RI

11. Harga karageenan dan harga rumput laut domestik BPS RI 12. Jumlah ekspor rumput laut ke Cina, Filipina dan

Hongkong

BPS RI

Alat Analisis Data

Penelitian ini mengunakan metode deskriftif dan kuantitatif. Metode kuantitatif yang digunakan adalah analisis regresi berganda dengan Two-Stage

Least Square (2SLS). Menurut Sitepu dan Sinaga 2006, ketika mengestimasi

(31)

16

Spesifikasi Model

Model merupakan abstraksi/penyederhanaan/representasi dari dunia nyata. Suatu model digunakan untuk mendekati fenomena yang pada umumnya bersifat kompleks sehingga replika dari dunia nyata perlu dibuat agar fenomena dapat menjadi sederhana dan memudahkan orang mempelajarinya (Setiawan dan Kusrini 2010).

Model ekonometrika dibedakan atas persamaan tunggal dan persamaan simultan, persamaan tunggal adalah persamaan dimana peubah terikat dinyatakan sebagai sebuah fungsi dari satu atau lebih peubah bebas, sehingga hubungan sebab akibat antara peubah terikat dan peubah bebas merupakan hubungan satu arah. Sedangkan persamaan simultan adalah suatu persamaan yang membentuk suatusistem persamaan yang menggambarkan ketergantungan diantara berbagai peubah dalam persamaan tersebut.

Model ekonometrika yang akan digunakan untuk penelitian ini adalah model persamaan simultan. Model persamaan simultan adalah suatu model ekonometrika terdiri dari beberapa persamaan yang perilaku variabel-variabelnya saling berkaitan dan ditentukan secara bersamaan. Persamaan simultan biasa digunakan untuk pemodelan ekonomi dan bisnis, karena proses dan perilaku ekonomi dan bisnis tersebut dapat direpresentasikan dengan baik melalui beberapa persamaan simultan yang saling memiliki ketergantungan. Dalam model persamaan simultan, masing-masing persamaan menjelaskan satu variabel yang ditentukan dalam model tersebut. Persamaan simultan terdiri atas dua jenis persamaan yaitu 1) persamaan struktural, merupakan persamaan yang berupa suatu fungsi, terdiri dari variabel-variabel yang diambil berdasarkan teori ekonomi yang ada, dan 2) persamaan identitas, yaitu persamaan yang bukan merupakan fungsi, namun hanya persamaan yang terdiri dari penjumlahan beberapa variabel. Variabel-variabel dalam persamaan identitas dapat berasal dari variabel dependen pada persamaan struktural, maupun variabel yang berasal dari luar persamaan struktural.

Menurut Setiawan dan Kusrini 2010, variabel yang digunakan dalam persamaan simultan dibedakan menjadi beberapa jenis. Variabel-variabel tersebut adalah 1) variabel endogen, yaitu variabel yang nilainya ditentukan dalam persamaan struktural dan 2) Variabel predetermined yaitu variabel yang nilainya ditentukan terlebih dahulu. Variabel predetermined sendiri terbagi menjadi dua, yaitu a) variabel eksogen, yaitu variabel yang nilainya sepenuhnya ditentukan dari luar model persamaan dan b) variabel lagged endogen yaitu variabel yang nilainya ditentukan di dalam sistem persamaan struktural, namun berdasarkan nilai yang telah lalu.

(32)

17 suatu model ekonometrika yang diharapkan dapat menangkap permasalahan dan tujuan penelitian.

Produksi Rumput Laut Indonesia

Produksi rumput laut Indonesia yang merupakan persamaan struktural diduga juga dipengaruhi oleh jumlah pembudidaya yang terlibat pada proses budidaya rumput laut Indonesia, dan produksi rumput laut tahun lalu yang diduga memengaruhi keputusan pihak yang melakukan budidaya. Harga rumput laut dalam negeri juga diduga berpengaruh pada produksi budidaya rumput laut, dimana semakin besar harga rumput laut maka pembudidaya akan merespon positif untuk lebih meningkatkan produksi budidayanya. Kebijakan pemerintah diduga memengaruhi produksi rumput laut Indonesia, kebijakan pemerintah tersebut berupa pengalokasian anggaran program pengembangan rumput laut. Oleh karena itu persamaan produksi rumput laut dapat dirumuskan sebagai berikut.

QRt=a0 +a1 TKt-1 +a2 PRLDt +a3 APPt +a4 QRt-1 +a5Tren+a6PX +U1...(1) dimana:

QRt = Produksi rumput laut Indonesia (kg)

a0 = Intersept

a1- a7 = Koefisien parameter

TKt-1 = Jumlah pembudidaya tahun sebelumnya (orang) QRt-1 = Produksi rumput laut tahun sebelumnya (kg) PRLDt = Harga rumput laut domestik (USD/kg)

APPt = Anggaran program pengembangan rumput laut (Rp) Tren = Tren waktu

PX = Harga rumput laut dunia (USD)

U1 = Error term persamaan pertama

Tanda dan besaran parameter dugaan yang diharapkan adalah a1,a2,a3,a4,a5,a6 >0. Jadi hipotesa sementara untuk persamaan produksi rumput laut Indonesia adalah bahwa variabel jumlah pembudidaya tahun sebelumnya, produksi rumput laut tahun sebelumnya, harga rumput laut domestik, anggaran program pengembangan rumput laut, tren waktu dan harga rumput laut dunia diduga berpengaruh positif terhadap produksi rumput laut Indonesia

Permintaan Rumput Laut Domestik

Permintaan domestik merupakan persamaan struktural yang diduga dipengaruhi oleh: (1) harga rumput laut domestik diduga berpengaruh negatif terhadap permintaan domestik rumput laut, naiknya harga rumput laut akan menyebabkan turunnya permintaan domestik dan sebaliknya turunnya harga rumput laut akan meningkatkan permintaan domestik; (2) GDP riil Indonesia diduga berpengaruh positif terhadap permintaan rumput laut domestik, kenaikan GDP ini diasumsikan akan meningkatkan daya beli masyarakat yang akan meningkatkan permintaan rumput laut domestik; (3) Populasi nasional diduga meningkatnya populasi akan meningkatkan permintaan rumput laut domestik. Persamaan permintaan rumput laut domestik dirumuskan sebagai berikut:

(33)

18 dimana:

QDt = Permintaan rumput laut domestik (kg)

b0 = Intersept

b1- b4 = Koefisien parameter

PRLDt -1 = Harga rumput laut domestik tahun sebelumnya (USD/kg) GDPIDt = Pendapatan domestik riil Indonesia (trilyun USD)

POPIDt = Jumlah penduduk Indonesia (jiwa)

QDt-1 = Permintaan rumput laut domestik tahun sebelumnya (kg) PATCt = Harga karageenan (USD/kg)

U2 = Error term persamaan kedua

Tanda dan besaran parameter yang diharapkan adalah: b1 <0 , b2, b3, b4, b5>0 Jadi hipotesa sementara untuk persamaan permintaan rumput laut domestik adalah bahwa variabel harga rumput laut domestik tahun sebelumnya berpengaruh negatif terhadap permintaan rumput laut domestik sedangkan variabel pendapatan nasional Indonesia, jumlah penduduk Indonesia, permintaan rumput laut domestik tahun sebelumnya dan harga karageenan berpengaruh positif terhadap permintaan rumput laut domestik.

Fungsi Ekspor

Maka untuk fungsi permintaan rumput laut Indonesia dalam penelitian ini merupakan residu antara produksi dengan permintaan domestik; secara matematis persamaan ekspor rumput laut Indonesia dapat diturunkan sebagai persamaan identitas sebagai berikut:

XRt = QRt-QDt...(3) dimana:

XRt = Ekspor rumput laut Indonesia (kg) QRt = Produksi rumput laut (kg)

QDRt = Permintaan rumput laut domestik (kg)

Ekspor rumput laut Indonesia merupakan total ekspor rumput laut Indonesia ketiga negara tujuan ekspor dengan ekspor terbesar yaitu Cina, Filipina, dan Hongkong serta sisanya yang dirangkum menjadi ekspor negara-negara lain (rest

of the world). Persamaan ekspor total merupakan persamaan identitas yang

dirumuskan sebagai berikut:

XRt = XRFilt+XRHKt+XRCt+XROWt...(4) dimana:

XRt = Ekspor rumput laut total (kg) XRFilt = Ekspor rumput laut Filipina (kg) XRHKt = Ekspor rumput laut Hongkong (kg) XRCt = Ekspor rumput laut Cina (kg)

XROWt = Ekspor rumput laut di rest of the world (kg)

(34)

19 Persamaan ekspor merupakan persamaan struktural yang dirumuskan sebagai berikut:

XRFilt =c0+c1PRFilt+c2PCilt+c3ErriilFilt+c4GDPFilt+c5POPFilt+c6TRFFilt +c7XRFilt-1+c8PXt+c9PRLDt-1+U3...(5)

XRCt =d0+d1PRCt+d2PCilt+d3ErriilCt+d4GDPCt+d5POPCt+d6TRFCt+d7XRCt-1 +d8POPCt-1+d9PXt+d10PRLDt+U4...(6)

XHKt =e0+e1PRHKt+e2PCilt+e3ErriilHkt+e4GDPHKt+e5POPHKt+e6TRFHKt +e7XHKt-1 + e8GDPHKt-1+e9PXt+e10PRLDt+U5...(7)

dimana,

c0, d0, e0 = Intersept

c1-c9, d1-d10, e1-e10 = Koefisien parameter

XRFilt = Ekspor rumput laut Filipina (kg) XRCt = Ekspor rumput laut Cina (kg) XRHKt = Ekspor rumput laut Hongkong (kg) PRFilt = Harga rumput laut Filipina(USD/kg) PRCt = Harga rumput laut Cina(USD kg) PRHKt = Harga rumput laut Hongkong(USD kg)

PCilt = Harga eksportir kompetitor yaitu harga Cili(USD /kg) PRLDt = Harga rumput laut domestik (Rp/kg)

PXt = Harga rumput laut dunia (USD kg)

ErriilFilt = Nilai tukar riil rupiah terhadap peso Filipina (Rp/PHP) ErriilCt = Nilai tukar riil rupiah terhadap yuan Cina (Rp/CNY) ErriilHKt =Nilai tukar riil rupiah terhadap dolar Hongkong

(Rp/HKD)

GDPFilt = Pendapatan domestik riil Filipina (trilyun USD) GDPCt = Pendapatan domestik riil Cina (trilyun USD) GDPHKt = Pendapatan domestik riil Filipina(trilyun USD) POPFilt = Jumlah penduduk Filipina (jiwa)

POPCt = Jumlah penduduk Cina (jiwa) POPHKt = Jumlah penduduk Hongkong (jiwa) TRFFilt = Tarif yang berlaku di negara Filipina(%) TRFCt = Tarif yang berlaku di negara Cina(%) TRFHKt = Tarif yang berlaku di negara Hongkong(%) XRPFilt-1 = Ekspor tahun sebelumnya ke Filipina(kg) XRCt-1 = Ekspor tahun sebelumnya ke Cina (kg) XRHKt-1 = Ekspor tahun sebelumnya ke Hongkong (kg) U5,6,7 = Error term persamaan 5, 6 dan 7

Tanda dan besaran yang diharapkan adalah: c3, c6, c9, d3, d6, d10, e3, e6, e10<0; c1, c2, c4, d4, e4, c5, d1, d2, d5, e1, e2, e5, c7, d7, e7, c8, d8, e8 , d9, e9>0

(35)

20

domestik tahun sebelumnya diduga berpengaruh negatif terhadap ekspor rumput laut ke Hongkong.

Sedangkan variabel harga rumput laut Filipina, harga rumput laut Cili, pendapatan nasional Filipina, jumlah penduduk Filipina, ekspor rumput laut ke Filipina tahun sebelumnya, dan harga rumput laut dunia diduga berpengaruh positif terhadap ekspor rumput laut Ke Filipina. Begitu pula variabel harga rumput laut Cina, harga rumput laut Cili, pendapatan nasional Cina, jumlah penduduk Cina, ekspor rumput laut ke Cina tahun sebelumnya, jumlah penduduk Cina tahun sebelumnya dan harga rumput laut dunia diduga berpengaruh positif terhadap ekspor rumput laut Ke Cina. Serta variabel harga rumput laut Hingkong, harga rumput laut Cili, pendapatan nasional Hingkong, jumlah penduduk Hongkong, ekspor rumput laut ke Hongkong tahun sebelumnya, pendapatan nasional Hongkong tahun sebelumnya dan harga rumput laut dunia diduga berpengaruh positif terhadap ekspor rumput laut Ke Hongkong.

Harga Rumput Laut Domestik

Harga rumput laut Indonesia dipengaruhi oleh penawaran rumput laut domestik dan permintaan rumput laut domestik dari sisi dalam negeri. Variabel lain yang memengaruhi harga domestik adalah produksi rumput laut, harga rumput laut adalah ATC (Alkali Treated Cotonii) chips. Persamaan harga domestik dapat dirumuskan sebagai berikut:

PRLD=f0+f1QRt+f2PX(weightd)t+f3ErriilIDt+f4QDt+f5PCt+f6PRLDt-1+f7Tren+U6..(8) dimana:

f0 = Intersept

f1, f2, f3,f4,f5,f6,f7 = Koefisien parameter

PRLDt = Harga rumput laut domestik

QRt = Produksi rumput laut Indonesia (ton)

PX(weightd)t = Harga rumput laut dunia (merupakan harga ekspor

weighted by volume impor)

QDRt = Permintaan rumput laut domestik

ErriilIDt = Nilai tukar riil rupiah terhadap dolar Amerika (Rp/USD)

PCt = Harga karageenan (USD)

PRLDt-1 = Harga rumput laut domestik tahun sebelumnya

U6 = Error term persamaan ke-8

Tanda dugaan parameter yang diharapkan : f2 , f5, f6, f7>0 f3, f4 <0 Identifikasi Model

Menurut Sitepu dan Sinaga 2006, sistem persamaan simultan tidak dapat diselesaikan dengan menggunakan metode OLS (ordinary least square) yang biasa digunakan dalam persamaan tunggal, akan tetapi harus menggunakan metode ILS, 2SLS, maupun 3SLS berdasarkan hasil identifikasi persamaan. Hal tersebut berarti bahwa sebelum dilakukan pendugaan parameter model, maka harus dilakukan identifikasi terlebih dahulu pada persamaan struktural dalam model. Dengan demikian dapat diketahui apakah persamaan tersebut dapat teridentifikasi (identified) atau tidak. Jika teridentifikasi, apakah bersifat exactly

(36)

21 dinyatakan dalam bentuk statistik unik, yang menghasilkan estimasi parameter yang unik pula.

Suatu persamaan dapat dikatakan teridentifikasi apabila memenuhi order

condition. Kondisi order didasarkan atas kaidah penghitungan variabel-variabel

yang dimasukkan dan dikeluarkan dari suatu persamaan tertentu. Cara yang dilakukan menguji persamaan-persamaan struktural ini adalah dengan mengelompokkan terlebih dahulu persamaan-persamaan tersebut ke dalam jumlah total persamaan struktural (total variabel endogen), jumlah variabel dalam model (variabel endogen dan predetermined) dan jumlah variabel dalam persamaan yang diidentifikasi. Menurut Sitepu dan Sinaga 2006, rumusan identifikasi model persamaan struktural berdasarkan order condition ditentukan oleh:

(K-M) > (G-1) dimana:

K = Total peubah dalam model, yaitu peubah endogen dan peubah predetermined

M = Total peubah endogen dan eksogen yang termasuk dalam satu persamaan tertentu dalam model

G = Total persamaan dalam model, yaitu jumlah peubah endogen dalam model. Jika dalam suatu persamaan dalam model menunjukkan kondisi:

(K-M) > (G-1) maka persamaan dinyatakan over identified

(K-M) = (G-1) maka persamaan dinyatakan exactly identified

(K-M) < (G-1) maka persamaan dinyatakan unidentified

Hasil identifikasi untuk setiap persamaan struktural haruslah exactly

identified atau over identified untuk dapat menduga parameter-parameternya.

Kendati suatu persamaan memenuhi order condition, mungkin saja persamaan ini tidak teridentifikasi. Karena itu dalam proses identikfikasi diperlukan suatu syarat perlu sekaligus cukup. Hal itu dituangkan dalam rank condition untuk identifikasi yang menyatakan bahwa dalam suatu persamaandisebut teridentifikasi jika dan hanya jika dimungkinkan membentuk minimal satudeterminan bukan nol pada order (G-1) dari parameter struktural peubah yang tidak termasuk dalam persamaan tersebut, atau dengan kata lain kondisi rank ditentukan oleh determinan turunan persamaan struktural yang nilainya tidak sama dengan nol.

Dengan mengikuti prosedur identifikasi yang telah diuraikan di atas maka dari model perdagangan rumput laut di Indonesia ini dapat diketahui bahwa jumlah predetermined variables adalah 33, sedangkan jumlah persamaan (G) adalah 8 yang terdiri dari 6 persamaan struktural dan 2 persamaan identitas sehingga K=37,M=10 dan G=8, maka K-M=37-10=27 dan G-1=8-1=7, maka (K-M)>(G-1). Oleh karena itu berdasarkan kriteria order condition maka persamaan dinyatakan teridentifikasi secara berlebih (over identified) sehingga dapat diduga parameter - parameternya. Pendugaan terhadap model yang over identified

tersebut dapat dilakukan dengan menggunakan metode 2SLS atau 3SLS. Model dalam penelitian ini menggunakan program SAS metode 2SLS karena lebih efisien. Hal tersebut disebabkan metode 2SLS dapat menghindarkan

(37)

22

Validasi Model

Simulasi alternatif kebijakan dapat dilakukan jika model valid dan memenuhi kriteria secara statistik, sehingga perlu dilakukan validasi model sebelum dilakukan simulasi. Validasi model bertujuan untuk menganalisis sejauh mana model tersebut representatif terhadap kenyataannya.

Dalam penelitian ini, menurut Sitepu dan Sinaga 2006, kriteria statistik untuk validasi pendugaan yang digunakan adalah: (1) Koefisien determinasi, (2)

U-Theil’s Inequality Coefficient, dan (3) Root Mean Squares Percent

Error(RMSPE).Statistik Root Mean Squares Percent Error (RMSPE) dirumuskan

sebagai berikut:

RMSPE =

Statistik RMSE digunakan untuk mengukur seberapa jauh nilai-nilai peubah endogen hasil pendugaan menyimpang dari alur-alur nilai aktualnya, atau seberapa dekat nilai dugaan itu mengikuti perkembangan nilai aktualnya. Model dinyatakan valid apabila nilai RMSPE berada di bawah 100. Sedangkan statistik Koefisien Determinasi (R2) dinyatakan valid apabila bernilai mendekati 1.

Statistik U-Theil’s dirumuskan sebagai berikut:

Dimana :

= Nilai hasil simulasi dasar dari variabel observasi = Nilai aktual variabel observasi

N = Jumlah periode observasi

Nilai U-Theil’s berkisar antara 0 dan 1 dengan kriteria bahwa semakin kecil nilaiU-Theil’s yang dihasilkan, maka semakin baik model tersebut.

Nilai statistik U bermanfaat untuk mengetahui kemampuan model untuk analisis simulasi peramalan. Nilai koefisien Theil (U) berkisar antara 1 dan 0. Jika U=0maka pendugaan model sempurna, jika U=1 maka pendugaan model naif. Untukmelihat keeratan arah (slope) antara nilai aktual dengan yang disimulasi dilihat dari koefisien determinasinya (R2). Pada dasarnya makin kecil nilai RMSE dan U-Theil’s dan makin besar nilai R2 maka pendugaan model makin baik. Kriteria untuk menentukan model terbaik adalah:

1. Tingkat signifikansi baik koefisien persamaan maupun persamaan secara keseluruhan;

2. Adanya autokorelasi

Pengujian adanya autokorelasi dilakukan dengan menggunakan uji Durbin-Watson (Uji D) terhadap model. Adanya autokorelasi membuat model tidak dapat digunakan untuk menaksir nilai variabel dependen dengan menggunakan variabel independen. Masalah autokorelasi dalam suatu model ekonometrik timbul apabila nilai dari statistik Durbin-Watson berada dibawah 1,25 dan diatas 2,75.

(38)

23 Simulasi Model

Setelah model divalidasi dan memenuhi kriteria secara statistik, maka model tersebut dapat dijadikan sebagai model dasar simulasi. Model yang didapatkan digunakan untuk mensimulasikan nilai-nilai dan keadaan di masa yang akan datang dari variabel tak bebas (dependent variable) atas dasar nilai-nilai variabel yang menjelaskan (independent variables) yang telah diketahui atau diharapkan di masa yang akan datang.

Menurut Sitepu dan Sinaga 2006, simulasi adalah bagian integral dari pengembangan keakuratan model-model yang bertujuan untuk menangkap perilaku suatu data historis.

Simulasi yang dilakukan pada penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Skenario peningkatan anggaran program pengembangan rumput laut dari Kementerian Kelautan Perikanan. Pemerintah Indonesia melalui Kementerian Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia telah menargetkan Indonesia sebagai penghasil produk perikanan terbesar di Asia pada tahun 2015. Menurut Kepmen KP No 7 tahun 2013 tentang Peta Jalan (Road Map) Industrialisasi Kelautan dan Perikanan yaitu dalam pengembangan komoditas dan produk unggulan bErrorientasi pasar yang dalam hal ini adalah rumput laut maka diperlukan peningkatan produksi, produktivitas dan kualitas komoditas serta bahan baku. Oleh sebab itu target volume produksi rumput laut pada tahun selanjutnya adalah 1 182 160 ton. Jadi untuk dapat memenuhi target tersebut maka diharapkan KKP kedepannya dapat meningkatkan 50 persen anggaran program pengembangan rumput laut nasional.

2. Skenario penurunan jumlah ekspor rumput laut terkait kuota perdagangan ekspor rumput laut. Melalui kuota perdagangan ekspor, pemerintah melalui Kementerian Kelautan dan Perikanan berencana untuk mematok 50 persen produski rumput laut yang dapat diekspor ke luar negeri pada saat industri pengolahan dalam negeri telah berkembang.

5

AGRIBISNIS RUMPUT LAUT

(39)

24

Tabel 3 Produksi rumput laut 5 provinsi utama Indonesia (ton)

Tahun Sulsel Sulteng NTT NTB Bali Lainnya Jumlah 2007 630 741 190 073 504 699 75 509 152 226 210 942 1 766 197 2008 648 528 287 268 696 273 86 000 129 095 295 888 2 145 060 2009 774 026 713 562 498 422 147 251 135 811 692 475 2 963 556 2010 1 245 771 728 279 347 726 162 411 99 481 1 329 339 3 915 017 2011 1 506 264 758 910 377 200 290 700 106 398 2 128 718 5 170 201 Rata-rata per tahun

2007-2011 (ton)

961 066 535 618 484 864 152 374 124 602 931 472 3 192 006

Rata-rata

peningkatan 2007-2011(%)

26 51 -3 43.6 -7.4 81.6 31

Sumber : Statistik Kelautan dan Perikanan 2011 (data diolah)

Dalam periode 5 tahun (2007-2011), produksi rata-rata tahunan tertinggi dicapai oleh provinsi Sulawesi Selatan dengan produksi 2 260 534 ton, kemudian Sulawesi Tengah dengan produksi 535 618.4 ton dan NTT dengan produksi 484 864 ton. Selama kurun waktu tersebut, produksi rumput laut di kelima provinsi utama cenderung meningkat yaitu 26-51 persen kecuali NTT dan Bali yang mengalami penurunan dikarenakan kondisi cuaca yang kurang baik menyebabkan gelombang yang merusak proses budidaya. Kelima provinsi utama budidaya rumput la

Gambar

Gambar 2 Keseimbangan harga di pasar internasional
Gambar 5 Kerangka model permintaan ekspor rumput laut Indonesia
Tabel 4 Jumlah ekspor rumput laut menurut negara tujuan pada tahun 2007 – 2011 (satuan Ton)
Tabel  5  Hasil  pendugaan  parameter  produksi  rumput  laut
+7

Referensi

Dokumen terkait

Pemerintah Kota Sungai Penuh c/q Dinas Kesehatan Kota Sungai Penuh Tahun Anggaran 2011, akan melaksanakan Pelelangan Umum Dengan Metode Sistem Pascakualifikasi untuk

From the measurement results of the environmental health conditions by using the fuzzy logic approach as shown in Table 3, we propose a process for transmitting data to the

Berdasarkan trend suhu dan kelembaban udara pada Gambar 7 di daerah lahan pertanian lahan gambut di Desa Pelalawan memenuhi syarat tumbuh untuk tanaman padi dan jagung..

[r]

berfungsi sebagai kata benda. Dapat disimpulkan bahwa, kata baru yang mendapatkan prefiks {pe-} dengan bentuk dasar yang berfungsi sebagai kata benda tidak

Siswa mampu mendengarkan dan dapat menggunakan, menerapkan kata-kata umum tentang kata benda, kata kerja dalam kegiatan sehari-hari dan pilihan kata yang berhubungan dengan

 Perencanaan kegiatan : materi layanan, tujuan yang ingin dicapai, waktu dan tempat, sarana dan prasarana  Pelaksanaan kegiatan : pemberian materi layanan,. menggunakan metode