• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tayangan Iklan Layanan Masyarakat Dan Sikap Siswa Mengenai Program Generasi Berencana(Studi Korelasional Pengaruh Tayangan Iklan Layanan Masyarakat “ Dua Anak Lebih Baik” di Televisi Terhadap Sikap Siswa Mengenai Program Generasi Berencana di SMA Kemala

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Tayangan Iklan Layanan Masyarakat Dan Sikap Siswa Mengenai Program Generasi Berencana(Studi Korelasional Pengaruh Tayangan Iklan Layanan Masyarakat “ Dua Anak Lebih Baik” di Televisi Terhadap Sikap Siswa Mengenai Program Generasi Berencana di SMA Kemala"

Copied!
123
0
0

Teks penuh

(1)

TAYANGAN IKLAN LAYANAN MASYARAKAT DAN SIKAP SISWA MENGENAI PROGRAM GENERASI BERENCANA (Studi Korelasional Pengaruh Tayangan Iklan Layanan Masyarakat “

Dua Anak Lebih Baik” di Televisi Terhadap Sikap Siswa Mengenai Program Generasi Berencana di SMA Kemala Bhayangkari I Medan)

Diajukan Oleh: MAWI ANNA BRUTU

080904078

DEPARTEMEN ILMU KOMUNIKASI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

(2)

ABSTRAKSI

Penelitian ini berjudul Tayangan Iklan Layanan Masyarakat dan Sikap Siswa Mengenai Program Generasi Berencana (Studi Korelasional Pengaruh Tayangan Iklan Layanan Masyarakat “Dua Anak Lebih Baik” di Televisi Terhadap Sikap Siswa Mengenai Program Generasi Berencana di SMA Kemala Bhayangkari I Medan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh tayangan iklan layanan masyarakat terhadap sikap siswa mengenai program Generasi Berencana di SMA Kemala Bhayangkari I Medan.

Permasalahan dalam penelitian ini adalah sejauhmanakah tayangan iklan layanan masyarakat “Dua Anak Lebih Baik” di televisi berpengaruh terhadap sikap siswa mengenai program Generasi Berencana di SMA Kemala Bhayangkari IMedan.

Populasi dalam penelitian ini adalah siswa SMA Kemala Bhayangkari I Medan dengan jumlah populasi sebanyak 569 orang. Dari data populasi tersebut, diambil sampel dengan menggunakan rumus Taro Yamane dengan presisi 10% dan tingkat kepercayaan 90%, sehingga diperoleh sampel sebanyak 85 orang. Untuk menentukan jumlah sampel dari setiap kelas, maka digunakan teknik Proportional Stratified Sampling dan menggunakan teknik pemilihan sampel dengan metode Purposive Sampling serta Accidental Sampling.

Penelitian ini menggunakan metode korelasional, yang bertujuan untuk menemukan ada tidaknya hubungan, dan apabila ada seberapa besar eratnya hubungan serta berarti atau tidaknya hubungan tersebut. Dalam pengumpulan data, peneliti menggunakan penelitian kepustakaan dengan mempelajari buku – buku, serta sumber yang relevan dan mendukung. Peneliti juga melakukan penelitian lapangan untuk memperoleh data di lokasi penelitian melalui kuesioner. Data yang diperoleh dari hasil penelitian dianalisis dengan bentuk analisa tabel tunggal dan uji hipotesis melalui rumus korelasi rank-order (Spearman’s Rho Rank – Order Correlations) dengan menggunakan SPSS (Statistical Product and System Solution) versi 13.0.

Dari uji hipotesis yang dilakukan, maka diperoleh hasil rs adalah

(3)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas kasih dan

rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Tayangan

Iklan Layanan Masyarakat dan Sikap Siswa Mengenai Program Generasi

Berencana (Studi Korelasional Pengaruh Tayangan Iklan Layanan

Masyarakat “ Dua Anak Lebih Baik” di Televisi Terhadap Sikap Siswa

Mengenai Program Generasi Berencana di SMA Kemala Bhayangkari I

Medan)”.

Penulisan skripsi ini merupakan salah satu syarat dalam

menyelesaikan pendidikan untuk meraih gelar sarjana (S1) di Fakultas Ilmu

Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

Ucapan terima kasih dari lubuk hati yang paling dalam penulis

persembahkan kepada ayahanda tercinta G. Brutu dan ibunda tercinta D.

Boang Manalu serta yang tersayang kakak dan abang penulis. Terima kasih

atas doa, dukungan moril dan materiil, serta kasih sayang yang tidak

terhingga yang telah diberikan kepada penulis.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik

karena adanya dukungan dan bimbingan dari berbagai pihak. Maka dalam

kesempatan ini penulis juga ingin mengucapkan terima kasih yang

sebesar-besarnya kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Badaruddin, M.Si, selaku Dekan di Fakultas

(4)

2. Ibu Dra. Fatma Wardy Lubis, M.A selaku ketua dan Ibu Drs.

Dayana, M.Si selaku Sekretaris Departemen Ilmu Komunikasi

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera

Utara.

3. Bapak Drs. Safrin, M.Si selaku Dosen Pembimbing yang banyak

memberikan masukan, bimbingan, dorongan kepada penulis

untuk menyelesaikan penulisan skripsi ini. Terima kasih atas

ilmu yang telah diberikan kepada penulis.

4. Ibu Dra. Mazdalifah, M.Si selaku Dosen Wali.

5. Seluruh Dosen/staf pengajar di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu

Politik Universitas Sumatera Utara, khususnya para dosen

Departemen Ilmu Komunikasi. Terima kasih untuk ilmu dan

bimbingan yang telah diberikan selama penulis menjalankan

perkuliahan.

6. Kak Maya, kak Icut, kak Rose yang telah membantu penulis

dalam urusan administrasi Departemen Ilmu Komunikasi.

7. Oloan Siregar, SH yang selalu memotivasi penulis dalam

menyelesaikan skripsi ini.

8. Sahabat – sahabat penulis; Lia Febriyanti Pakpahan, Inda Sari

Meilia Ginting yang banyak memberikan motivasi yang selalu

menjadi penyemangat.

9. Untuk teman – teman Departemen Ilmu Komunikasi khususnya

stambuk 2008 yang selalu mendukung penulis untuk

(5)

10.Semua pihak yang telah membantu penulisan skripsi ini yang

tidak disebutkan satu – persatu terima kasih atas dukungan dan

bantuan yang telah diberikan.

Demikianlah yang dapat penulis sampaikan, penulis menyadari

bahwa masih banyak terdapat kekurangan dalam penulisan skripsi ini

mengingat keterbatasan pengetahuan dan kemampuan penulis. Oleh karena

itu, penulis menerima saran dan kritik yang dapat membangun dari

pembaca. Akhir kata, penulis berharap semoga skripsi ini dapat memberikan

manfaat bagi penulis dan para pembaca.

Medan, Desember 2011

Penulis,

(6)

DAFTAR ISI

LEMBAR PERSETUJUAN LEMBAR PENGESAHAN LEMBAR PERSEMBAHAN

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR GAMBAR ... xii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1.Latar Belakang Masalah ... 1

1.2.Perumusan Masalah ... 6

1.3.Pembatasan Masalah ... 6

1.4. Tujuan Penelitian ... 6

1.5. Manfaat Penelitian ... 7

1.6. Kerangka Teori ... .7

1.6.1. Komunikasi ... 8

1.6.2. Komunikasi Pemasaran ... 9

1.6.3. Pemasaran sosial ... 9

1.6.4. Komunikasi Massa ... 10

1.6.5. Televisi ... 11

1.6.6. Iklan ... 12

(7)

1.6.8. AIDDA ... 13

1.6.9. Sikap ... 14

1.7. Kerangka Konsep ... 15

1.8. Model Teoritis ... 16

1.9. Operasional Variabel ... 17

1.10. Defenisi Operasional Variabel ... l18 1.11. Hipotesis ... 20

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 22

II.I. Komunikasi ... 22

II.1.1. Unsur Komunikasi ... 23

II.I.2. Pentingnya Komunikasi ... 25

II.1.3. Prinsip Komunikasi ... 26

II.2. Komunikasi Pemasaran ... 27

II.2.1. Tujuan Komunikasi Pemasaran ... 29

II.2.2. Kegunaan Komunikasi Pemasaran ... 30

II.3. Pemasaran Sosial ... 31

II.3.1. Proses pemasaran sosial ... 32

II.4. Komunikasi massa ... 35

II.3.2. Manajemen Pemasaran Sosial ... 34

II.4.1. Proses Komunikasi Massa ... 36

II.4.2. Fungsi Komunikasi Massa ... 37

II.4.3. Komponen Komunikasi Massa ... 38

(8)

II.5. Televisi ... 40

II.5.1. Sejarah Penyiaran Televisi di Indonesia ... 41

II.5.2. Pemirsa Televisi Indonesia ... 43

II.6. Iklan ... 44

II.6.1. Jenis – Jenis Iklan ... 45

II.6.2. Strategi iklan ... 47

II.6.3. Kekuatan dan Kelemahan Siaran Iklan ... 48

II.3.6.1. Kekuatan Siaran Iklan ... 48

II.3.6.2. Kelemahan Siaran Iklan ... 51

II.7. Iklan Layanan Masyarakat ... 52

II.7.1. Perkembangan Iklan Layanan Masyarakat di Indonesia ... 53

II.8. AIDDA ... 54

II.9. Sikap ... 57

II.9.1. Ciri – Ciri Sikap ... 58

II.9.2. Fungsi Sikap ... 59

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 62

III.1. Deskripsi Program Generasi Berencana ... 62

III.2. Deskripsi Lokasi Penelitian ... 64

III.2.1. SMA Kemala Bhayangkari I Medan ... 64

III.2.2. Visi dan Misi ... 66

III.2.2.1. Visi ... 66

III.2.2.2. Misi ... 66

(9)

III.3. Metode Penelitian ... 69

III.4. Populasi dan Sampel ... 69

III.4.1. Populasi ... 69

III.4.2. Sampel ... 70

III.5. Teknik Penarikan Sampel ... 71

III.6. Teknik Pengumpulan Data ... 73

III.7. Teknik Analisis Data ... 73

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 76

IV.1. Pengantar ... 76

IV.2. Teknik Pengolahan Data ... 76

IV.3. Analisis Tabel Tunggal ... 78

IV.3.1. Analisis Data Karakteristik Responden ... 78

IV.3.1.1. Usia Responden ... 79

IV.3.1.2. Jenis Kelamin Responden ... 79

IV.3.1.3. Kelas Responden ... 80

IV.3.2. Tayangan Iklan Layanan Masyarakat “Dua Anak Lebih Baik” di Televisi ... 81

IV.3.2.1. Pesan yang terkandung dari iklan layanan masyarakat “Dua Anak Lebih Baik” di televisi... 81

IV.3.2.2. Pengaruh yang timbul dari iklan layanan masyarakat “Dua Anak Lebih Baik” di televisi... 82

(10)

IV.3.2.4. Tayangan iklan layanan masyarakat “Dua Anak Lebih Baik” di televisi menambah wawasan

responden ... 84

IV.3.2.5. Iklan layanan masyarakat “Dua Anak Lebih Baik” di televisi menghibur responden ... 85

IV.3.3. Sikap responden mengenai program Generasi Berencana ... 87

IV.3.3.1. Tingkat perhatian responden terhadap program Generasi Berencana ... 87

IV.3.3.2. Minat responden mengenai program Generasi Berencana ... 88

IV.3.3.3. Hasrat responden mengenai program Generasi Berencana ... 89

IV.3.3.4. Tingkat keputusan responden untuk mengikuti program Generasi Berencana ... 90

IV.3.3.5. Tingkat ketertarikan responden untuk mengikuti program Generasi Berencana ... 91

IV.3.3.6. Keinginan responden untuk mengikuti program Generasi Berencana ... 92

IV.4. Uji Hipotesis ... 93

IV.5. Pembahasan ... 96

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 99

V.1. Kesimpulan ... 99

V.2. Saran ... 100

(11)

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Operasional Variabel... 18

Tabel 2 Penetrasi Media di 6 kota Tabel 3 Marketing Mix dan Promotion Mix ... 44

Tabel 3 Marketing Mix dan Promotion Mix ... 45

Tabel 4 Prestasi SMA Kemala Bhayangkari I Medan ... 65

Tabel 5 Jumlah Siswa SMA Kemala Bhayangkari I Medan... 66

Tabel 6 Populasi Siswa – Siswi SMA Kemala Bhayangkari I Medan ... 70

Tabel 7 Penarikan sampel ... 72

Tabel 8Usia Responden ... 79

Tabel 9 Jenis Kelamin Responden ... 80

Tabel 10 Kelas Responden ... 80

Tabel 11 Pesan yang terkandung dari iklan layanan masyarakat “Dua Anak Lebih Baik” di televisi ... 81

Tabel 12 Pengaruh yang timbul dari iklan layanan masyarakat “Dua Anak Lebih Baik” di televisi ... 82

Tabel 13 Iklan layanan masyarakat “Dua Anak Lebih Baik” di televisi mendidik responden ... 83

Tabel 14 Tayangan iklan layanan masyarakat “Dua Anak Lebih Baik” di televisi menambah wawasan responden ... 85

Tabel 15 Iklan layanan masyarakat “Dua Anak Lebih Baik” di televisi menghibur responden ... 86

Tabel 16 Tingkat perhatian responden terhadap program Generasi Berencana ... 87

(12)

Tabel 18 Hasrat responden mengenai program Generasi Berencana ... 89

Tabel 19 Tingkat keputusan responden untuk mengikuti program Generasi Berencana ... 90

Tabel 20 Tingkat ketertarikan responden untuk mengikuti program Generasi Berencana ... 91

(13)

ABSTRAKSI

Penelitian ini berjudul Tayangan Iklan Layanan Masyarakat dan Sikap Siswa Mengenai Program Generasi Berencana (Studi Korelasional Pengaruh Tayangan Iklan Layanan Masyarakat “Dua Anak Lebih Baik” di Televisi Terhadap Sikap Siswa Mengenai Program Generasi Berencana di SMA Kemala Bhayangkari I Medan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh tayangan iklan layanan masyarakat terhadap sikap siswa mengenai program Generasi Berencana di SMA Kemala Bhayangkari I Medan.

Permasalahan dalam penelitian ini adalah sejauhmanakah tayangan iklan layanan masyarakat “Dua Anak Lebih Baik” di televisi berpengaruh terhadap sikap siswa mengenai program Generasi Berencana di SMA Kemala Bhayangkari IMedan.

Populasi dalam penelitian ini adalah siswa SMA Kemala Bhayangkari I Medan dengan jumlah populasi sebanyak 569 orang. Dari data populasi tersebut, diambil sampel dengan menggunakan rumus Taro Yamane dengan presisi 10% dan tingkat kepercayaan 90%, sehingga diperoleh sampel sebanyak 85 orang. Untuk menentukan jumlah sampel dari setiap kelas, maka digunakan teknik Proportional Stratified Sampling dan menggunakan teknik pemilihan sampel dengan metode Purposive Sampling serta Accidental Sampling.

Penelitian ini menggunakan metode korelasional, yang bertujuan untuk menemukan ada tidaknya hubungan, dan apabila ada seberapa besar eratnya hubungan serta berarti atau tidaknya hubungan tersebut. Dalam pengumpulan data, peneliti menggunakan penelitian kepustakaan dengan mempelajari buku – buku, serta sumber yang relevan dan mendukung. Peneliti juga melakukan penelitian lapangan untuk memperoleh data di lokasi penelitian melalui kuesioner. Data yang diperoleh dari hasil penelitian dianalisis dengan bentuk analisa tabel tunggal dan uji hipotesis melalui rumus korelasi rank-order (Spearman’s Rho Rank – Order Correlations) dengan menggunakan SPSS (Statistical Product and System Solution) versi 13.0.

Dari uji hipotesis yang dilakukan, maka diperoleh hasil rs adalah

(14)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Indonesia sebagai salah satu negara yang memiliki pertumbuhan

penduduk yang sangat tinggi di setiap tahunnya membuat kepadatan di

setiap wilayah. Hal ini menimbulkan berbagai dampak negatif seperti

perekonomian yang melemah ditandai dengan meningkatnya jumlah

pengangguran kemudian merembes pada peningkatan kejahatan, kawasan –

kawasan kumuh bertambah, menurunnya kualitas pendidikan dan dampak

lain yang dapat merugikan negara.

Berdasarkan pernyataan sekretaris Utama BKKBN Sudibyo

Alimoeso memperkirakan jumlah penduduk Indonesia pada tahun 2011

akan bertambah menjadi 241 juta jiwa lebih disebabkan oleh sensus

penduduk 2010 melebihi proyeksi nasional sebesar 237, 6 juta jiwa dengan

laju pertumbuhan penduduk 1,49 pertahun (05 Juli 2011 : Republika.co.id).

Demikian pula halnya di kota Medan yang merupakan salah satu

kota terbesar di Indonesia dimana pertumbuhan penduduk berkembang

semakin pesat. Jumlah penduduk di kota Medan pada tahun 2010 sebanyak

2,5 juta jiwa dan awal 2011 mencapai 2,7 juta jiwa. (29 Januari 2011 :

WaspadaOnline).

Meskipun merupakan kota yang besar, namun pernikahan usia dini

juga membuat salah satu faktor utama peningkatan jumlah penduduk. Hal

ini disebabkan oleh pergaulan yang sangat bebas yang mengakibatkan

(15)

belum matang. Selain itu, faktor adat istiadat yang masih kental dengan

masih berlakunya mitos “banyak anak banyak rezeki” dan juga keharusan

adat Batak untuk memiliki anak laki – laki dalam keluarga sebagai penerus

marga di kemudian hari, sehingga mengakibatkan tingkat kelahiran semakin

meningkat.

Melihat fenomena yang terjadi, BKKBN (Badan Kependudukan dan

Keluarga Berencana Nasional) yaitu sebuah lembaga pemerintah yang

bertugas melaksanakan tugas pemerintahan di bidang

Program Keluarga Berencana (KB) merupakan sebuah upaya

pemerintah untuk mengontrol laju pertumbuhan penduduk Indonesia. cara

yang dilakukan agar program ini terlaksana adalah dengan meminimalisir

kelahiran. Jadi, apabila melakukan perkawinan tidak selalu membuahkan

kehamilan karena telah diperkenalkan alat kontrasepsi serta cara – cara

perkawinan yang tepat agar menghambat terbentuknya janin di dalam

rahim.

Keluarga Berencana

dan Keluarga Sejahtera menghimbau masyarakat untuk melakukan program

KB dengan tujuan agar mengurangi kepadatan penduduk di setiap wilayah

Indonesia.

Pengenalan Program Keluarga Berencana (KB) kepada masyarakat

telah dilakukan sejak dahulu bahkan kepada calon pengantin juga diberikan

pengarahan mengenai program tersebut. Hal ini dilakukan agar calon

pengantin dapat merencanakan jumlah anak yang akan dilahirkan nantinya,

membatasi jarak kelahiran anak serta menggunakan alat kontrasepsi dengan

(16)

Program Keluarga Berencana sangat bermanfaat bagi masyarakat

Indonesia karena dengan mengatur angka kelahiran serta mengatur jumlah

anak dalam keluarga diharapkan dapat meningkatkan kesejahteraan

keluarga, membantu pemerintah mengurangi resiko ledakan penduduk,

penggunaan alat kontrasepsi akan mengurangi penyebaran penyakit

berbahaya, serta menjaga kesehatan ibu yaitu dengan mengatur jarak

kelahiran bayi karena apabila melakukan kehamilan dalam waktu yang

singkat setelah melahirkan akan merusak reproduksi ibu.

Dewasa ini program yang sedang digencarkan oleh BKKBN kepada

masyarakat Indonesia adalah program Generasi Berencana. Sasaran utama

dalam program Generasi Berencana adalah para remaja Indonesia. Remaja

dipilih karena dianggap sebagai bibit – bibit yang dapat melakukan

perubahan demi kesejahteraan bangsa kelak. Remaja dibekali untuk

merencanakan kehidupannya yaitu

Remaja tidak dibenarkan melakukan pernikahan sebab berdasarkan

penelitian, usia pernikahan ideal adalah usia 20 tahun dimana sistem

reproduksi wanita telah matang sehingga wanita siap untuk melakukan

kehamilan serta persalinan. Usia di bawah 20 tahun belum dikatakan dewasa

karena disamping reproduksi belum matang tetapi cara berfikir dan

bertanggung jawab belum dewasa pula. (18 Februari 2010 :

http:www.bkkbn.go.id.).

merencanakan kapan akan menikah,

kapan memiliki anak, mengatur jarak kelahiran serta membatasi jumlah

anak demi mempersiapkan keluarga sejahtera dan tentunya untuk

(17)

Remaja dapat menjadi remaja Generasi Berencana apabila

melakukan perencanaan dalam kehidupan. Dimulai dengan belajar dan

memperoleh pendidikan yang tinggi karena dengan modal pendidikan akan

mendapat pekerjaan yang sesuai. Kemudian memasuki jenjang pernikahan

dan mempersiapkan fisik untuk memiliki anak, mempertimbangkan jarak

kelahiran yang sehat sekitar 3 – 5 tahun serta menggunakan alat kontrasepsi

untuk mengatur jarak kelahiran tersebut.

SMA Kemala Bhayangkari I Medan pada tahun 2011 memiliki

jumlah siswa 569 orang yaitu dari kelas 1 hingga kelas 3 dengan usia siswa

14 hingga 18 tahun. SMA ini juga merupakan salah satu SMA sasaran yang

tepat oleh BKKBN untuk melaksanakan program Generasi Berencana yaitu

melalui iklan layanan masyarakat yang di tayangkan di televisi.

Mengusung nama Bhayangkari yang erat kaitannya dengan simbol

Kepolisian Republik Indonesia, tentu saja yang menjadi ciri khasnya adalah

nilai – nilai disiplin. Maka tidak heran bila pendekatan disiplin kepada siswa

– siswi di sekolah SMA Kemala Bhayangkari I Medan menjadi pegangan

yang sangat penting (28 September 2011 : tribun-medan.com). Demikianlah

apabila dikaitkan dengan program Generasi Berencana, calon Generasi

Berencana dididik dan dipersiapkan dengan disiplin dari sekolah tersebut

agar dapat mempertanggungjawabkan nama sekolah dikemudian hari.

Untuk menunjang terlaksananya program Generasi Berencana perlu

dilakukan dukungan melalui berbagai media, media tersebut adalah poster,

(18)

Televisi dipilih sebagai salah satu media yang cukup tepat untuk

menyampaikan pesan program Generasi Berencana kepada remaja di

Indonesia karena merupakan media audio visual dengan penyajian

berbentuk gambar dan suara serta disiarkan secara serentak sampai pelosok

tanah air. Oleh sebab itu, kemasan program tersebut dalam televisi adalah

berbentuk iklan.

Iklan layanan masyarakat yang menyangkut kepentingan sosial oleh

pemerintah yaitu BKKBN dijabarkan melalui ilustrasi dengan judul “Dua

Anak Lebih Baik”. Iklan ini diperankan oleh artis Shiren Sungkar dan Teuku

Wisnu. Pasangan artis ini sedang digandrungi oleh masyarakat saat ini

terutama kaum wanita. Pasangan tersebut dipilih agar menarik perhatian

dari masyarakat luas terhadap program iklan yang dipromosikan.

Di dalam iklan tersebut dijabarkan bahwa sepasang kekasih sedang

menjalani hubungan yang sehat kemudian melakukan perencanaan

pernikahan. Setelah itu merencanakan kapan memiliki anak, menentukan

jumlah anak serta membatasi jarak kelahirannya dengan tujuan agar

menjaga kesehatan ibu yang melahirkan serta keluarga menjadi sejahtera.

Berdasarkan uraian diatas, penulis merasa tertarik untuk meneliti

sejauhmanakah pengaruh tayangan iklan layanan masyarakat “Dua Anak

Lebih Baik” di televisi terhadap sikap siswa – siswi mengenai program

(19)

1.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka peneliti mengajukan

perumusan masalah sebagai berikut:

“Sejauhmanakah tayangan iklan layanan masyarakat “Dua Anak

Lebih Baik” di televisi berpengaruh terhadap sikap siswa mengenai program

Generasi Berencana di SMA Kemala Bhayangkari IMedan?”.

1.3. Pembatasan Masalah

Sesuai dengan masalah penelitian yang dirumuskan di atas, peneliti

merumuskan pembatasan masalah penelitian. Hal ini dimaksudkan agar

permasalahan yang diteliti menjadi jelas, terarah dan tidak terlalu luas

sehingga terhindar dari salah pengertian.

Adapun pembatasan masalah dalam penelitian ini adalah:

a. Penelitian ini difokuskan pada tayangan iklan layanan

masyarakat “Dua Anak Lebih Baik” di televisi.

b. Penelitian ini dilakukan pada siswa SMA Kemala

Bhayangkari I Medan dan telah menonton iklan layanan

masyarakat “Dua Anak Lebih Baik” di televisi.

c. Penelitian ini dilakukan pada bulan Oktober hingga selesai.

1.4. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah:

a. Untuk mengetahui akan wawasan dan sikap siswa tentang program

(20)

b. Untuk mengetahui pengaruh tayangan iklan layanan masyarakat

“Dua Anak Lebih Baik” di televisi terhadap sikap siswa mengenai

program Generasi Berencana.

1.5. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian ini adalah:

a. Secara akademis, penelitian diharapkan ini dapat menambah

wawasan dan pengetahuan serta memperluas khasanah penelitian

departemen Ilmu Komunikasi FISIP USU.

b. Secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan

kontribusi mengenai Ilmu Komunikasi.

c. Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi peneliti

khususnya dan tentunya untuk mahasiswa yang akan mencari

informasi tentang pengaruh yang ditimbulkan oleh iklan layanan

masyarakat terhadap sikap siswa mengenai program Generasi

Berencana.

1.6. Kerangka Teori

Dalam melaksanakan penelitian, teori digunakan sebagai landasan

yang digunakan untuk menjelaskan masalah. Setiap penelitian memerlukan

kejelasan titik tolak atau landasan berfikir dalam memecahkan atau

menyoroti permasalahannya. Untuk itu, perlu disusun kerangka teori yang

memuat pokok – pokok pikiran yang menggambarkan dari sudut mana

(21)

Teori – teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

1.6.1. Komunikasi

Hovland menyatakan pengertian komunikasi adalah proses merubah

perilaku orang lain (communication is the process to modify the behavior of

other individuals) (Effendy, 1998 : 13). Akan tetapi, seseorang akan dapat

merubah sikap, pendapat atau perilaku orang lain, apabila komunikasinya

itu memang komunikatif seperti yang diuraikan diatas.

John R. Schemerhorn Cd (Widjaja, 1986 : 8) menyatakan bahwa

komunikasi itu dapat diartikan sebagai proses antar pribadi dalam mengirim

pesan dan menerima simbol – simbol yang berarti bagi kepentingan mereka.

Ditinjau dari segi penyampaian pernyataan, komunikasi bersifat

informatif dan persuasif. Komunikasi persuasif lebih sulit dari pada

komunikasi informatif, karena memang tidak mudah untuk mengubah sikap,

pendapat, atau perilaku seseorang atau sejumlah orang. Mengacu pada

pengertian tersebut, tampak sejumlah komponen atau unsur yang dicakup

yang merupakan persyaratan terjadinya komunikasi (Elvinaro, 2009 : 190).

Komponen – komponen tersebut adalah:

a. Komunikator : orang yang menyampaikan pesan

b. Pesan : pernyataan yang didukung oleh lambang

c. Komunikan : orang yang menerima pesan

d. Media : sarana atau saluran yang mendukung pesan bila

komunikan jauh tempatnya atau banyak jumlahnya

(22)

1.6.2. Komunikasi Pemasaran

Promosi merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan suatu

program pemasaran. Pada hakikatnya promosi adalah bentuk komunikasi

pemasaran. komunikasi pemasaran adalah aktifitas pemasaran yang

berusaha menyebarkan informasi, mempengaruhi/membujuk, dan/atau

mengingatkan pasar sasaran atas perusahaan dan produknya agar bersedia

menerima, membeli, dan loyal pada produk yang ditawarkan perusahaan

yang bersangkutan (Tjiptono, 1997 : 219).

1.6.3. Pemasaran sosial

Pemasaran sosial merupakan upaya mengubah pandangan dan

perilaku masyarakat melalui perubahan sosial. Perubahan sosial sudah lama

diterapkan di dunia dan diterapkan dalam menjual gagasan untuk merubah

pemikiran, sikap dan perilaku masyarakat.

Dalam bukunya, Philip Kotler menyatakan pemasaran sosial adalah

sebuah strategi perubahan tingkah laku. Hal tersebut mengkombinasikan

element tradisional terbaik menjadi perubahan sosial melalui perencanaan

dan proses tindakan serta peningkatan manfaat dalam teknologi komunikasi

dan kemampuan pasar.

Social marketing is a strategy for changing behavior. It combines the best elements of the traditional aproaches to social change n an integrated planning and action framework and utilizes advances in communication technology and marketing skills (Kotler, 1989 : 24)

Produk sosial tersebut adalah gagasan dan juga praktek di lapangan. Produk

(23)

Gambar 1 Produk sosial

Percaya

Gagasan Sikap

Nilai

Tindakan

Produk sosial Praktik

Tingkah laku

Benda berwujud

1.6.4. Komunikasi Massa

Kemampuan untuk menjangkau ribuan, atau bahkan jutaan, orang

merupakan ciri dari komunikasi massa (mass communication), yang

dilakukan melalui medium massa seperti televisi ataupun koran.

Komunikasi massa dapat didefinisikan sebagai proses penggunaan sebuah

medium massa untuk mengirim pesan kepada audien yang luas untuk tujuan

memberi informasi, menghibur, atau membujuk (Vivian, 2008 : 450).

Komunikasi massa melibatkan jumlah komunikan yang banyak,

tersebar dalam area geografis yang luas, namun punya perhatian dan minat

pada isu yang sama. Karena itu, agar pesan dapat diterima serentak pada

waktu yang sama, maka digunakan media massa seperti surat kabar,

(24)

Komunikasi massa adalah berkomunikasi dengan massa (audiens

atau khalayak sasaran). Massa disini dimaksudkan sebagai para penerima

pesan (komunikan) yang memiliki status sosial dan ekonomi yang heterogen

satu sama lainnya. Pada umumnya proses komunikasi massa tidak

menghasilkan umpan balik yang langsung, tetapi tertunda dalam waktu yang

relatif. Ciri – ciri massa yaitu : (1) jumlahnya besar ; (2) antara individu,

tidak ada hubungan organisatoris ; dan (3) memiliki latar belakang sosial

yang berbeda (Kuswandi, 1996 : 16).

Menurut Josep A Devito (Nurdin, 2004 : 11) komunikasi massa

didefinisikan : pertama, komunikasi massa adalah komunikasi yang

ditujukan kepada massa, kepada khalayak yang luar biasa banyaknya. Ini

tidak berarti bahwa khalayak meliputi seluruh penduduk atau semua orang

yang membaca atau semua orang yang menonton televisi, agaknya ini tidak

berarti pula bahwa khalayak itu besar dan pada umumnya agak sukar untuk

didefinisikan. Kedua, komunikasi massa adalah komunikasi yang disalurkan

oleh pemancar – pemancar yang audio dan atau visual. Komunikasi massa

barangkali akan lebih mudah dan lebih logis bila didefinisikan menurut

bentuknya ; televisi, radio, surat kabar, majalah, film, dan buku.

1.6.5. Televisi

Michael Novak (Vivian, 2008 : 225 – 226) menyatakan televisi

adalah pembentuk geografi jiwa. Televisi membangun struktur ekspektasi

(25)

memberi pelajaran secara bertahap, selama bertahun – tahun. Televisi

mengajari pikiran yang belum matang dan mengajari mereka cara berpikir.

Perkembangan media televisi saat ini mencapai tingkat yang paling

tinggi, yaitu dengan munculnya liputan – liputan investigasi yang tajam

dengan menayangkan bukti – bukti peristiwa kepada pemirsa, terutama

kalau sistem politik negara tempat televisi itu siaran bersifat liberalisme

(Kuswandi, 1996 : 24).

1.6.6. Iklan

Iklan merupakan salah satu bentuk promosi yang paling banyak

digunakan perusahaan dalam mempromosikan produknya. Paling tidak

dapat dilihat dai besarnya anggaran belanja iklan yang dikeluarkan setiap

perusahaan untuk merek – merek yang dihasilkan (Tjiptono, 1997 : 225).

Raymon Williams (Bungin, 2008 : 107) menyatakan iklan bagaikan

dunia magis yang dapat mengubah komoditas ke dalam gemerlapan yang

memikat dan mempesona. Sebuah sistem yang keluar dari imajinasi dan

muncul ke dalam dunia nyata melalui media.

Iklan memiliki empat fungsi utama, yaitu menginformasikan

khalayak mengenai seluk – beluk produk (informative), mempengaruhi

khalayak untuk membeli (persuading), dan menambah pengetahuan

khalayak tentang produk (educative), serta menciptakan suasana yang

menyenangkan sewaktu khalayak menerima dan mencerna informasi

(26)

Cara memasarkan iklan dapat dilakukan melalui 2 media yaitu:

Media Lini Atas dan Media Lini Bawah (Kasali, 1992 : 23).

1. Media lini atas : Terdiri dari iklan – iklan yang dimuat dalam

media cetak, media elektronik (radio, tv, dan bioskop), serta

media luar ruang (papan reklame dan angkutan).

2. Media lini bawah : terdiri dari seluruh media selain di atas

seperti ; direct mail, pameran, point of sale display material,

kalender, agenda, gantung – gantungan kunci, atau tanda mata.

1.6.7. Iklan Layanan Masyarakat

Iklan layanan masyarakat dirancang untuk beroperasi untuk

kepentingan masyarakat. Iklan – iklan ini diciptakan bebas biaya oleh para

profesional periklanan, dengan ruang dan waktu iklan merupakan hibah oleh

media. (Johnson, 2001 : 9).

Iklan layanan masyarakat adalah iklan yang berisi pesan – pesan

yang mengingatkan dan mengajak masyarakat untuk berpartisipasi

menyukseskan program –program yang ditujukan untuk kemashlahatan

masyarakat (Kriyantono, 2008 : 204).

1.6.8. AIDDA

Model ini disebut juga dengan Adaption Process atau juga A – A

Procedure (Attention Action Procedure). AIDDA adalah singkatan dari

Attention (perhatian), Interest (minat), Desire (hasrat), Decision

(27)

1. Attention (perhatian).

Yaitu suatu hal yang menimbulkan keingintahuan, mencari tahu

tentang sesuatu yang dilihatnya.

2. Interest (minat).

Yaitu suatu keadaan yang mampu membuat orang lain menyenangi

suatu hal.

3. Desire (hasrat).

Yaitu suatu keinginan seseorang dalam suatu hal yang dilihatnya dan

memiliki keinginan untuk memperolehnya.

4. Decision (keputusan).

Yaitu langkah yang diambil seseorang dalam menetapkan suatu hal

yang diinginkannya itu.

5. Action (tindakan).

Yaitu suatu kegiatan yang dilakukan oleh seseorang dalam mencapai

keinginannya dalam mendapatkan suatu hal.

Proses ini dimulai dengan adanya kegiatan untuk membangkitkan

perhatian, menumbuhkan minat melalui pesan yang berisi informasi yang

disampaikan komunikator kepada komunikan dan akhirnya diambil

keputusan untuk bertindak terhadap pesan itu.

1.6.9. Sikap

Sikap adalah suatu kesiapan kegiatan (preparatory activity), suatu

kecendrungan pada diri seseorang untuk melakukan suatu kegiatan menuju

(28)

Menurut Allport (Mar’ at, 1993 : 13) terdapat tiga komponen dalam

sikap yaitu:

1. Kognitif

Merupakan komponen yang berhubungan dengan apa yang diketahui

oleh manusia dan berhubungan dengan kepercayaan, pengetahuan

dan pemahaman.

2. Afektif

Merupakan komponen pembentukan dan perubahan sikap pada

khalayak setelah mengenal aspek kognitif dan komponen ini

menyangkut kehidupan emosional seseorang yang dapat diamati

langsung.

3. Konatif

Merupakan kecenderungan bertingkah laku dan dapat diamati

langsung serta berhubungan dengan kebiasaan dan tindakan.

1.7. Kerangka Konsep

Kerangka konsep sebagai hasil pemikiran yang rasional merupakan

uraian yang bersifat kritis dalam memperkirakan kemungkinan hasil

penelitian yang dicapai dapat mengantar penelitian pada rumusan hipotesis

(Nawawi, 2001 : 33).

Menurut Kerlinger, konsep adalah abstraksi yang dibentuk dengan

menggeneralisasikan hal – hal khusus (Lubis, 1998 : 10). Jadi kerangka

konsep adalah hasil pemikiran yang rasional dalam menguraikan rumusan

(29)

yang diuji sebenarnya. Agar konsep – konsep dapat diteliti secara empiris,

maka harus dioperasionalkan dengan mengubahnya menjadi variabel.

Adapun variabel yang akan digunakan dalam penelitian yang ini

adalah:

a. Variabel bebas (X)

Variabel bebas adalah gejala, faktor, unsur yang menentukan atau

mempengaruhi munculnya variabel kedua yang disebut variabel terikat.

Tanpa variabel ini maka variabel berubah sehingga akan muncul

variabel terikat yang berbeda atau yang lain atau bahkan sama sekali

tidak ada atau tidak muncul (Nawawi, 2001 : 57).

Variabel bebas dalam penelitian ini adalah tayangan iklan layanan

masyarakat “Dua Anak Lebih Baik” di televisi.

b. Variabel Terikat (Y)

Variabel terikat adalah sejumlah gejala atau faktor maupun unsur yang

ada ataupun muncul dipengaruhi atau ditentukan dengan adanya variabel

lain (Nawawi, 2001 : 57).

Variabel terikat dalam penelitian ini adalah sikap siswa mengenai

program Generasi Berencana.

c. Karakteristik Responden

Karakteristik responden dalam penelitian ini adalah Usia, Jenis kelamin

(30)

1.8. Model Teoritis

Berdasarkan variabel yang ada dalam kerangka konsep, maka

terbentuklah model teoritis untuk penelitian ini, yaitu:

Gambar 2 Model Teoritis

1.9. Operasional Variabel

Berdasarkan kerangka teori dan kerangka konsep yang telah

diuraikan diatas, maka untuk membentuk kesamaan dan kesesuaian dalam

penelitian maka didibuat operasional variabelnya:

Variabel bebas (X)

Tayangan iklan layanan masyarakat “Dua Anak Lebih Baik” di televisi.

Karakteristik

Responden

Variabel Terikat (Y)

Sikap siswa mengenai program Generasi

(31)

Tabel 1

Operasional Variabel

Konsep Teoritis Operasional Variabel Variabel Bebas (X)

Tayangan iklan layanan

masyarakat “Dua Anak Lebih

Baik” di televisi

Sikap siswa mengenai program

Generasi Berencana

• Perhatian

• Minat

• Hasrat

• Keputusan

Karakteristik Responden • Usia

• Jenis kelamin

• Kelas

1.10. Defenisi Operasional Variabel

Definisi Variabel Operasional adalah penelitian yang

memberitahukan bagaimana caranya untuk mengukur suatu variabel.

Dengan kata lain, defenisi operasional adalah suatu informasi ilmiah yang

sangat amat membantu peneliti yang ingin menggunakan variabel yang

sama (Singarimbun, 1995 : 46). Maka variabel – variabel dalam operasional

(32)

a. Variabel Bebas (X), yaitu Tayangan iklan layanan masyarakat “Dua Anak Lebih Baik” di televisi

Informative adalah menginformasikan pesan program Generasi

Berencana melalui iklan layanan masyarakat “Dua Anak Lebih

Baik” di televisi kepada siswa SMA Kemala Bhayangkari I Medan.

Persuading adalah mempengaruhi siswa SMA Kemala Bhayangkari

I Medan untuk mengikuti program Generasi Berencana berdasarkan

iklan layanan masyarakat “Dua Anak Lebih Baik” di televisi.

Educative adalah mendidik siswa SMA Kemala Bhayangkari I

Medan tentang program Generasi Berencana melalui tayangan iklan

layanan masyarakat “Dua Anak Lebih Baik” di televisi.

Entertainment adalah menghibur siswa SMA Kemala Bhayangkari I

Medan ketika melihat ilustrasi iklan layanan masyarakat “Dua Anak

Lebih Baik” di televisi.

b. Variabel Terikat (Y), yaitu sikap siswa – siswi mengenai program Generasi Berencana

• Perhatian adalah siswa SMA Kemala Bhayangkari I Medan

menaruh perhatian terhadap iklan layanan masyarakat “Dua Anak

Lebih Baik” mengenai program Generasi Berencana.

• Minat, adalah keinginan siswa SMA Kemala Bhayangkari I Medan

untuk melaksanakan atau tidak melaksanakan program Generasi

Berencana melalui iklan layanan masyarakat “Dua Anak Lebih

(33)

• Hasrat, adalah suatu keinginan yang kuat siswa SMA Kemala

Bhayangkari I Medan untuk mengikuti atau tidak mengikuti iklan

layanan masyarakat “Dua Anak Lebih Baik”.

• Keputusan, adalah langkah yang diambil siswa SMA Kemala

Bhayangkari I Medan setelah menonton iklan layanan masyarakat

“Dua Anak Lebih Baik” mengenai program Generasi Berencana.

• Tindakan dalam penelitian ini tidak termasuk sebagai karakteristik

sikap karena penelitian tentang pengaruh tayangan iklan layanan

masyarakat “Dua Anak Lebih Baik” di televisi sasarannya adalah

remaja.

c. Karakteristik Responden.

• Jenis kelamin, adalah pria atau wanita.

• Usia, adalah 14 – 18 tahun.

• Kelas, yaitu kelas responden ketika mengisi kuesioner.

1.11. Hipotesis

Hipotesis adalah sarana penelitian ilmiah yang penting dan tidak bisa

ditinggalkan karena ia merupakan instrumen kerja dan teori (Singarimbun,

1995 : 43). Hipotesis merupakan pernyataan yang bersifat dugaan mengenai

hubungan antara 2 variabel atau lebih.

Hipotesis dalam penelitian ini adalah :

Ho : Tidak terdapat hubungan antara tayangan iklan layanan masyarakat

“Dua Anak Lebih Baik” di televisi terhadap sikap siswa mengenai program

(34)

Ha : Terdapat hubungan antara tayangan iklan layanan masyarakat “Dua

Anak Lebih Baik” di televisi terhadap sikap siswa mengenai program

(35)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

II.I. Komunikasi

Sebagai makhluk sosial manusia senantiasa ingin berhubungan

dengan manusia lainnya. Ia ingin mengetahui lingkungan sekitarnya, bahkan

ingin mengetahui apa yang terjadi dalam dirinya. Rasa ingin tahu inu

memaksa manusia untuk berkumunikasi. Profesor Wilbur Schramm

menyatakan bahwa komunikasi dan masyarakat adalah dua kata kembar

yang tidak dapat dipisahkan satu sama lainnya. Sebab tanpa komunikasi

tidak mungkin masyarakat terbentuk, sebaliknya tanpa masyarakat maka

manusia tidak mungkin dapat mengembangkan komunikasi (Cangara, 2009

: 1).

Istilah komunikasi atau dalam bahasa Ingris communication berasal

dari kata latin communicatio, dan bersumber dari kata communis yang

berarti sama. Sama disini maksudnya adalah sama makna. Jadi apabila dua

orang terlibat dalam komunikasi, misalnya dalam bentuk percakapan, maka

komunikasi akan terjadi atau berlangsung selama ada kesamaan makna

mengenai apa yang dipercakapkan. Kesamaan bahasa yang dipergunakan

dalam percakapan itu belum tentu menimbulkan kesamaan makna. Dengan

kata lain, mengerti bahasanya saja belum tentu mengerti makna yang

dibawakan oleh bahasa itu. Jelas bahwa percakapan kedua orang tersebut

dapat dikatakan komunikatif apabila kedua – duanya, selain mengerti

bahasa yang dipergunakan, juga mengerti makna dari bahan yang

(36)

II.1.1. Unsur Komunikasi

Harold D. Lasswell menyatakan unsur pokok dalam komunikasi

(Ardianto, 2009 : 73) adalah “Who says what in which channel to whom

with what effect”.

Penjabaran unsur – unsur di atas adalah:

Who says : (siapa mengatakan) : komunikator

Says what : (mengatakan apa) : pesan (message)

In which channel : (melalui saluran apa) : media

To whom : (kepada siapa) : komunikan

With what effect : (dengan efek apa) : efek dan dampak

Penjelasan unsur – unsur diatas:

1. Komunikator

Semua peristiwa komunikasi akan melibatkan komunikator sebagai

pembuat atau pengirim informasi. Dalam komunikasi antar manusia,

komunikator bisa terdiri dari satu orang, tetapi bisa juga dalam

bentuk kelompok misalnya partai, organisasi atau lembaga.

komunikator sering disebut pengirim, atau dalam bahasa Inggrisnya

disebut source, sender atau encoder.

2. Pesan

Pesan yang dimaksud dalam proses komunikasi adalah sesuatu yang

disampaikan pengirim kepada penerima. Pesan dapat disampaikan

dengan cara tatap muka atau melalui media komunikasi. Isinya bisa

(37)

propaganda. Dalam bahasa Inggris pesan biasanya diterjemahkan

dengan kata message, content atau information.

3. Media

Media yang dimaksud dalam hal ini adalah alat yang digunakan

untuk memindahkan pesan dari komunikator kepada penerima.

Terdapat beberapa pendapat mengenai saluran atau media. Ada yang

menilai bahwa media bisa bermacam – macam bentuknya, misalnya

dalam komunikasi antar pribadi panca indra dianggap sebagai media

komunikasi.

Selain indra manusia, ada juga saluran komunikasi seperti

telepon, surat, telegram yang digolongkan sebagai media komunikasi

antar pribadi. Dalam komunikasi massa, media adalah alat yang

dapat menghubungkan antara sumber dan penerima yang sifatnya

terbuka, dimana setiap orang dapat melihat, membaca dan

mendengarnya. Media dalam komunikasi massa dapat dibedakan

atas dua macam, yakni media cetak seperti surat kabar, majalah,

buku, leaflet, brosur, stiker, buletin, hand out, poster, spanduk.

Media elektronik seperti radio, film, televisi, video recording,

electronic board, audio casette.

4. Komunikan

Komunikan adalah pihak yang menjadi sasaran pesan yang

dikirim oleh komunikator. Komunikan bisa terdiri dari satu orang

(38)

Komunikan biasa disebut dengan berbagai macam istilah

seperti khalayak, sasaran, penerima, audience atau receiver.

Komunikan adalah elemen penting dalam proses komunikasi karena

dialah yang menjadi sasaran dari komunikasi. Jika suatu pesan

diterima oleh komunikan, akan menimbulkan berbagai macam

masalah yang sering kali menuntut perubahan, apakah pada

komunikator, pesan dan media.

5. Efek dan dampak

Efek dan dampak adalah perbedaan antara apa yang dipikirkan,

dirasakan, dan dilakukan oleh penerima sebelum dan sesudah

menerima pesan. Efek ini bisa terjadi pada pengetahuan, sikap dan

tingkah laku seseorang. Oleh sebab itu, efek dapat juga diartikan

perubahan atau penguatan keyakinan pada pengetahuan, sikap dan

tindakan seseorang sebagai akibat penerimaan pesan.

Jadi setiap unsur memiliki peranan yang sangat penting dalam

membangun proses komunikasi. Dan unsur – unsur tersebut saling

bergantung antara satu dengan yang lainnya.

II.I.2. Pentingnya Komunikasi

Chester I. Barnard memandang komunikasi sebagai sarana

perhubungan antar-orang di dalam organisasi untuk mencapai tujuan

bersama. Hal ini masih merupakan fungsi dasar komunikasi. Sesungguhnya

tanpa komunikasi tidak mungkin adalah aktivitas kelompok karena tanpa hal

(39)

Para psikolog juga menaruh minat dalam bidang komunikasi.

Mereka menekankan pada masalah manusia yang terjadi pada memulai,

menyampaikan, dan penerimaan informasi dalam proses komunikasi. Para

psikolog fokus pada upaya mengidentifikasikan hambatan terciptanya

komunikasi yang baik, terutama hambatan yang terdapat dalam hubungan

antarpribadi. Para sosiolog dan teoritisi informasi, termasuk para psikolog,

telah berfokus pada bidang komunikasi (Koontz, 1990 : 169).

II.I.3. Prinsip Komunikasi

Kesamaan dalam berkomunikasi dapat diibaratkan dua buah

lingkaran yang bertindihan satu sama lain. Daerah yang bertindihan itu

disebut kerangka pengalaman (field of experience) yang menunjukkan

adanya persamaan antara A dan B dalam hal tertentu, misalnya bahasa atau

simbol (Cangara, 2009 : 21 – 22).

Gambar 3 Field of experience

Dari gambar diatas, dapat ditarik tiga prinsip dasar komunikasi yakni:

1. Komunikasi hanya bisa terjadi bila terdapat pertukaran pengalaman

yang sama antara pihak – pihak yang terlibat dalam proses

(40)

2. Jika daerah tumpang tindih (the field of experience) menyebar

menutupi lingkaran A atau B, menuju terbentuknya satu lingkaran

yang sama, semakin besar kemungkinannya tercipta suatu proses

komunikasi yang mengena (efektif).

3. Tetapi apabila daerah tumpang tindih ini mengecil dan menjauhi

sentuhan kedua lingkaran, atau cenderung mengisolasi lingkaran

masing – masing, komunikasi yang terjadi sangat terbatas. Bahkan

besar kemungkinannya gagal dalam menciptakan suatu proses

komunikasi yang efektif.

4. Kedua lingkaran ini tidak akan bisa saling menutup secara penuh

(100 %) karena dalam konteks komunikasi antara manusia tidak

pernah ada manusia di dunia ini yang memiliki perilaku, karakter,

dan sifat – sifat persis sama (100%) sekalipun kedua manusia itu

dilahirkan secara kembar.

II.2. Komunikasi Pemasaran

Strategi pemasaran banyak berkaitan dengan komunikasi. Periklanan

merupakan salah satu bentuk khusus komunikasi untuk memenuhi fungsi

pemasaran. Untuk dapat menjalankan fungsi pemasaran, maka apa yang

harus dilakukan dalam kegiatan periklanan tentu saja harus lebih dari

sekedar memberikan informasi kepada khalayak. Periklanan harus mampu

membujuk khalayak ramai agar berperilaku sedemikian rupa sesuai dengan

strategi pemasaran perusahaan untuk mencetak penjualan dan keuntungan.

(41)

yang oleh departemen pemasaran telah dirancang sedemikian rupa, sehingga

diyakini dapat memenuhi kebutuhan atau keinginan pembeli. Singkatnya,

periklanan harus dapat mempengaruhi pemilihan dan keputusan pembeli

(Jefkins, 1996 : 15).

Para akademisi dan praktisi mendefenisikan komunikasi pemasaran

adalah sebagai berikut:

“semua elemen – elemen promosi dari marketing mix yang melibatkan

komunikasi antarorganisasi dan target audience pada segala bentuknya

yang ditujukan untuk performance pemasaran”.

Target audience (khalayak) disini diartikan sebagai orang – orang

atau pihak yang terlibat dan tertuju, baik dalam proses komunikasi antara

organisasi atau mereka yang berada di luar organisasi itu sendiri. Bila

demikian, maka tidak heran apabila akhirnya komunikasi pemasaran akan

bias dengan komunikasi organisasi (corporate). Padahal, jelas bahwa

komunikasi (corporate) atau lebih dikenal dengan komunikasi organisasi

dalam hubungan internal perusahaan lebih fokus kepada masalah internal

perusahaan itu sendiri, seperti pengukuran keandalan internal SDM

perusahaan, memahami iklim perusahaan, alur simpul komunikasi

organisasi perusahaan, dan lain – lain. Komunikasi pemasaran eksternal

lebih membahas pada pemasaran dan komunikasi bisnis dalam tataran

organisasi untuk hubungannya dengan pemilihan target khalayak,

(42)

II.2.1. Tujuan Komunikasi Pemasaran

Secara umum, tujuan komunikasi berusaha memberikan pengaruh

dalam proses pengambilan keputusan pelanggan. Tujuan komunikasi

pemasaran yakni untuk penetapan posisi (positioning) dan untuk

meningkatkan penjualan (Amir, 2004 : 86 – 87).

1. Untuk positioning (penentuan posisi)

Positioning adalah kesan umum yang kita ciptakan di benak

pelanggan dan orang banyak terhadap toko kita, sehingga kita

kelihatan berbeda. Tujuan ini lebih bersifat jangka panjang,

biasanya dikaitkan dengan jenis barang atau manfaat yang

diperoleh pelanggan dari toko kita. Beberapa sasaran yang umum

ingin dicapai peritel dalam menetapkan penentuan posisi adalah:

a. Kategori barang

Peritel kadang ingin menciptakan citra bahwa tokonya adalah

toko yang menjual barang – barang kategori tertentu saja

yang membuat ia berbeda dari toko sejenisnya.

b. Harga/mutu

Dengan positioning tertentu, peritel terkadang ingin

memberikan kesan bagi pelanggannya bahwa mereka

menjual produk – produk dengan harga dan mutu tertentu

(43)

c. Gaya hidup atau aktivitas

Gaya hidup dilihat sebagai bagaimana seseorang atau

sekelompok orang menghabiskan waktu (dan uangnya) serta

beropini atas hal – hal tertentu.

2. Untuk peningkatan penjualan

Tujuan untuk positioning dan komunikasi lebih bersifat jangka

panjang. Dalam jangka pendek, biasanya menetapkan tujuan

untuk peningkatan penjualan (banyak digunakan dalam kegiatan

promosi penjualan).

II.2.2. Kegunaan Komunikasi Pemasaran

Komunikasi pemasaran memiliki dua kegunaan, yaitu langsung dan

tidak langsung. Namun inti dari kegunaan tersebut sama yaitu untuk

mendekatkan pelanggan sehingga akan ada keputusan beli atau minimal

sampai taraf ada hasrat dan keinginan untuk memberikan keputusan jangka

panjang (Prisgunanto, 2006 : 59).

1. Kegunaan Langsung

Komunikasi pemasaran memiliki kegunaan agar dari hasil transfer

pesan dan persuasi tersebut tercipta gambaran yang mengarah kepada hasrat

atau keinginan beli atau menggunakan produk dan jasa yang ditawarkan.

Artinya upaya mengarahkan langsung kepada keputusan orang untuk

(44)

2. Kegunaan Tidak Langsung

Dalam kegunaan tidak langsung, melakukan komunikasi pemasaran

merupakan keinginan untuk mendapatkan suatu tambahan yang dapat

dicapai oleh perusahaan, selain mengarahkan sikap pembelian. Jadi, alasan

perusahaan merancang strategi pemasaran tidak hanya dikarenakan oleh

perubahan sikap pelanggan, tetapi juga membina hubungan antara

pelanggan dengan perusahaan. Perusahaan berupaya menggali nilai – nilai

apa saja yang membuat pelanggan memilih produk mereka dari sisi

hubungan masyarakat (kehumasan).

II.3. Pemasaran Sosial

Tidak semua kegiatan pemasaran yang dilakukan perusahaan untuk

mendapatkan keuntungan secara langsung. Masyarakat dan kampanye

organisasi untuk mewujudkan hal yang baik. Hal tersebut mungkin akan

terasa dengan waktu yang lama ketika keuntungan perusahaan telah

terlihat sebagai sebuah 'good citizen’. Motivasi pemasaran sosial sangat

bermacam - macam. Tujuan pemasaran sosial bukan untuk mendorong

pembelian tetapi untuk mengubah sikap dan/atau perilaku, umumnya

terhadap sebuah 'third party' atau penyebab. Dukungan layanan publik dapat

(45)

II.3.1. Proses pemasaran sosial

Organisasi-organisasi yang terlibat dalam pemasaran sosial sering

tidak berkonsentrasi pada personil pemasaran atau upaya mereka dalam satu

tempat tetapi biasanya menyebar mereka di seluruh beberapa departemen.

Kasus keluarga John F Kennedy Service Centre, dinas pelayanan sosial

masyarakat di Charlestown, satu bagian Boston, yang melayani

keluarga-keluarga yang sudah dilepaskan oleh program-program peremajaan

perkotaan. Pusat pengoperasian lima departement : (1) Program

Development, (2) Day Care Service, (3) Counseling Service, (4) Elderly

Service, (5) Employment Services.

Pemasaran Sosial diselenggarakan dalam lima departement dengan

sedikit koordinasi. Kotler mengusulkan untuk mengikuti hubungan yang

ada antara departemen program dan departemen perencanaan strategis.

Setiap program departemen harus menyerahkan tujuan dan permintaan

untuk sumber daya untuk departemen perencanaan strategis (langkah 1)

yang akan menganalisa dan mengevaluasi mereka (langkah 2) (Kotler, 1989

(46)

Gambar 4

Hubungan antara Pemasaran Sosial dengan Perencanaan Strategis

Social Strategic

Marketing Planning

Departement Departement

Departemen perencanaan kemudian akan menegosiasikan

tujuan-tujuan dan memberikan sumber-sumber untuk masing-masing departemen

(langkah 3). Masing-masing departement akan merumuskan

rencana-rencana bauran pemasaran (langkah 4) dan melaksanakannya (langkah 5).

Departemen perencanaan akan mengevaluasi hasil (langkah 6) dan proses

tersebut akan diulang kembali. Peran administrasi, keuangan, pembelian,

operasi, sumber daya manusia, dan departemen lain juga mendukung

sasaran dan strategi pemasaran dengan memerlukan empat bagian; uang,

bahan, mesin, dan tenaga kerja.

Proses manajemen pemasaran sosial tersebut menganalisa lingkungan

pemasaran sosial; meneliti seseorang yang mengambil target populasi;

2. Social

3. Goal and resource committments for each

(47)

mendefinisikan masalah pemasaran sosial; mendesain strategi pemasaran

sosial;merencanakan program bauran pemasaran sosial; mengorganisasikan,

menerapkan, mengendalikan, dan mengevaluasi upaya pemasaran sosial.

II.3.2. Manajemen Pemasaran Sosial

a.

Secara garis besar, ada empat tahapan manajemen social marketing

(Ruslan, 1999 : 247 – 248) yaitu:

Defining the product and marketing

b.

Mencari kecocokan ide, teori dan praktis tentang produk,

marketing dan hingga target adopters. Disini dibutuhkan suatu

konsep pemasaran suatu produk dan target adopter secara tepat

serta jitu.

Designing the product and market fit

Disini bagaimana menjawab “What makes a good fit?” secara

efektif untuk mencari solusi bagi kelompok target adopters,

yakni melalui tiga langkah:

Kesesuaian antara kebutuhan target adopter dengan ide

dan praktik sosial.

Memperkuat posisi (positioning) yang dipilih, dengan

memberikan label merek tertentu dengan pengemasan

yang tepat dan menarik.

Membangun citra dan kepercayaan tentang produk sosial

(48)

c. Delivering the product and market fit

Pada posisi ini, maka pihak social marketer siap untuk

membawa produk sosial tersebut kepada target adopternya

melakukan perencanaan awal kampanye, yaitu adoption

trigerring, sebagai pemicu untuk memotivasi dan

mengadopsikan kepada target adopternya melalui beberapa cara

yaitu:

The delivery personnal

The delivery presentation

The delivery process

The defending of product and market (kondisi dan

situasi)

II.4. Komunikasi massa

Defenisi komunikasi massa yang paling sederhana dikemukakan

oleh Bittner yakni: komunikasi massa adalah pesan yang dikomunikasikan

melalui media massa pada sejumlah besar orang (mass communication is

messages communicaated through a mass medium to a large number of

people). Dari defenisi tersebut dapat diketahui bahwa komunikasi massa

harus menggunakan media massa. Jadi, sekalipun komunikasi itu

disampaikan kepada khalayak yang banyak, seperti rapat akbar dilapangan

luas yang dihadiri oleh ribuan, bahkan puluhan ribu orang, jika tidak

menggunakan media massa, maka itu bukan komunikasi massa. Media

(49)

keduanya dikenal sebagai media elektronik, surat kabar, majalah- keduanya

disebut media cetak; serta media film. Film sebagai media komunikasi

massa adalah film bioskop (Ardianto, 2004: 3).

II.4.1. Proses Komunikasi Massa

Komunikasi massa memiliki proses yang berbeda dengan

komunikasi tatap muka. Karena sifat komunikasi massa yang melibatkan

banyak orang, maka proses komunikasinya sangat kompleks dan rumit.

Menurut McQuail (Bungin, 2008 : 74 – 75) proses komunikasi massa

terlihat berproses dalam bentuk:

1. Melakukan distribusi dan penerimaan informasi dalam skala besar.

Jadi proses komunikasi massa melakukan distribusi informasi

kemasyarakatan dalam skala yang besar, sekali siaran, pemberitaan

yang disebarkan dalam jumlah yag luas, dan diterima oleh massa

yang besar pula.

2. Proses komunikasi massa juga dilakukan melalui satu arah, yaitu

dari komunikator ke komunikan. Jika terjadi interaktif di antara

mereka, maka proses komunikasi (balik) yang disampaikan oleh

komunikan ke komunikator sifatnya sangat terbatas, sehingga tetap

saja di dominasi oleh komunikator.

3. Proses komunikasi massa berlangsung secara asimetris di antara

komunikator dan komunikan, menyebabkan komunikasi di antara

mereka berlangsung datar dan bersifat sementara. Kalau terjadi

(50)

agiatif, maka sifatnya sementara dan tidak berlangsung lama dan

tidak permanen.

4. Proses komunikasi massa juga berlangsung inpersonal (non pribadi)

dan tanpa nama. Proses ini menjamin, bahwa komunikasi massa

akan sulit diidentifikasikan siapa penggerak dan menjadi motor

dalam sebuah gerakan massa di jalan.

5. Proses komunikasi massa juga berlangsung berdasarkan pada

hubungan – hubungan kebutuhan (market) di masyarakat. Seperti

televisi dan radio melakukan penyiaran mereka karena adanya

kebutuhan masyarakat tentang pemberitaan – pemberitaan massa

yang ditunggu – tunggu. Dengan demikian, maka agenda acara

televisi dan radio juga sangat ditentukan oleh rating, yaitu

bagaimana masyarakat menonton atau mendengar acara itu, apabila

tidak ada pendengar atau pemirsanya, maka acara tersebut akan

dihentikan karena dianggap merugi dan tidak disponsori oleh pasar.

II.4.2. Fungsi Komunikasi Massa

Menurut Wilbur Schramm (Ruslan, 2003: 102) yang menyatakan

bahwa komunikasi massa berfungsi sebagai; decoder, interpreter, dan

encoder. Pendapat tersebut yang pada dasarnya tidak jauh berbeda dengan

formulasi Harold Laswell, yang mengatakan fungsi komunikasi terkait

(51)

1. Surveilliance of the environment

Fungsi sebagai pengamatan lingkungan, yang dimaksud Schramm

adalah sebagai decoder yang menjalankan fungsi the watcher

(pengamat).

2. Corelation of the parts of society in responding to the environment

Fungsi sebagai penghubung bagian – bagian dari masyarakat yang

sesuai dengan lingkungannya. Schramm dalam hal ini menyebutkan

sebagai interpreuner yang melakukan fungsi the forum (penengah).

3. Transmission of the social heritage from one generation to the next

Fungsi sebagai penerus (pewaris) sosial dari suatu generasi

keselanjutnya. Schramm menyebutkan fungsi ini sebagai decoder

yang melaksanakan fungsi sebagai the teacher (guru).

II.4.3. Komponen Komunikasi Massa

Everett M Rogers mengatakan bahwa dalam kegiatan komunikasi

ada empat elemen yang harus diperhatikan yaitu source, message, channel

dan receiver. Kemudian komponen tersebut dirinci kembali menjadi lima

bagian oleh Wilbur Schramm yaitu: source (sumber), encoder

(komunikator), signal (sinyal/tanda), decoder (komunikan), destination

(tujuan). Kelima komponen tersebut sesuai dengan paradigma Harold

Laswell yakni who says what in which channel to whom with what effect.

Komponen – komponen tersebut merupakan suatu syarat yang harus ada

(52)

komunikasi kelompok maupun komunikasi massa (Ardianto, 2004 : 35 –

36).

II.4.4. Karakteristik Komunikasi Massa

Karakteristik terpenting pertama komunikasi massa adalah sifatnya

yang satu arah. Memang ada televisi atau radio yang mengadakan dialog

interaktif yang melibatkan khalayak secara langsung, namun itu hanya

untuk keperluan terbatas. Kedua, selalu ada proses seleksi. Misalnya, setiap

media memilih khalayaknya. Koran New Yorker untuk kalangan menengah

ke atas saja. Successful Farming khusus untuk para petani kaya di daerah

Midwest. Demikian pula televisi dan radio. Di pihak lain, khalayak juga

menyeleksi media, baik jenis maupun isi siaran dan berita, serta waktu

untuk menikmatinya.

Ketiga, karena media mampu menjangkau khalayak secara luas,

jumlah media yang diperlukan sebenarnya tidak terlalu banyak sehingga

kompetisinya selalu berlangsung ketat. Untuk menyampaikan berita dari

mulut ke mulut ke seluruh AS, tentunya diperlukan jutaan orang. Namun

satu stasiun pemancar cukup untuk menyampaikan pesan itu. Sistem

ekonomi dan sosial di AS turut memperkuat karakteristik ini. Sistem

produksi massal di AS mendorong adanya sedikit produsen yang mampu

memasok produk standar secara massal.

Keempat, untuk meraih khalayak sebanyak mungkin, harus

berusaha membidik sasaran tertentu. Sebagai contoh, editor koran selalu

(53)

orang yang akan menyampaikannya kepada orang lain. Televisi juga

merancang programnya untuk memikat segmen khalayak tertentu yang akan

menyebarluaskannya, misalnya acara opera sabun untuk ibu – ibu rumah

tangga. Orang lain yang semula tidak tertarik akan terdorong untuk

menyaksikan acara yang banyak diperbincangkan. Menurut sebuah

penelitian, tiga perempat warga AS dapat memahami isi koran dan majalah

dengan baik. Namun tidak banyak yang senang menceritakan apa yang

dibacanya kepada orang lain.

Kelima, komunikasi dilakukan oleh institusi sosial yang harus peka

terhadap kondisi lingkungannya. Ada interaksi tertentu yang berlangsung

antara media dan masyarakat. Media tidak hanya memengaruhi tatanan

politik, sosial dan ekonomi dimana ia berada, namun juga dipengaruhi

olehnya.

Oleh sebab itu, untuk memahami media dengan baik kita harus

memahami pula lingkungan atau masyarakat itu berada. Sedangkan untuk

memahami sebuah masyarakat,kita harus menelaah latar belakang, asumsi –

asumsi dan keyakinan – keyakinan dasarnya. Untuk itu diperlukan

penguasaan atas sejarah, sosiologi, ilmu ekonomi dan filsafat, demi

memahami media secara benar (Peterson, 2003 :19).

II.5. Televisi

Dari semua media komunikasi yang ada, televisilah yang paling

berpengaruh pada kehidupan manusia. Penemuan televisi telah melalui

(54)

dengan dasar penelitian yang dilakukan oleh James Clark Maxwell dan

Heinrich Herts, serta penemuan Marconi pada tahun 1890. Paul Nipkow dan

William Jenkins melalui eksperimennya menemukan metode pengiriman

gambar melalui kabel. Televisi sebagai pesawat transmisi dimulai pada

tahun 1925 dengan menggunakan metode mekanikal dari Jenkins. Pada

tahun 1928 General Electronic Company mulai menyelenggarakan acara

siaran televisi secara regular. Pada tahun 1939 Presiden Fanlin D. Roosevelt

tampil di layar televisi. Sedangkan siaran televisi komersial di Amerika

dimulai pada 1 September 1940 (Ardianto, 2004 : 126 – 127).

II.5.1. Sejarah Penyiaran Televisi di Indonesia

Siaran televisi di Indonesia dimulai pada tahun 1962 saat TVRI

menayangkan langsung upacara hari ulang tahun kemerdekaan Indonesia ke

– 17 pada tanggal 17 Agustus 1962. Siaran langsung itu masih terhitung

sebagai siaran percobaan. Siaran resmi TVRI baru dimulai 24 Agustus 1962

jam 14.30 WIB yang menyiarkan secara langsung upacara pembukaan

Asian Games ke-4 dari stadion utama Gelora Bung Karno.

Sejak pemerintah Indonesia membuka TVRI, maka selama 27 tahun

penonton televisi di Indonesia hanya dapat menonton satu saluran televisi.

Barulah pada tahun 1989, pemerintah memberikan izin operasi kepada

kelompok usaha Bimantara untuk membuka stasiun televisi RCTI yang

merupakan televisi swasta pertama di Indonesia disusul kemudian SCTV,

(55)

Gerakan reformasi pada tahun 1998, telah memicu

perkembangan industri media massa khususnya televisi. Seiring dengan itu,

kebutuhan masyarakat terhadap informasi juga semakin bertambah.

Menjelang tahun 2000 muncul hampir secara serentak lima televisi swasta

baru (Metro, Trans, TV7, Lativi, dan Global) serta beberapa televisi daerah

yang saat ini jumlahnya mencapai puluhan stasiun televisi lokal. Tidak

ketinggalan pula munculnya televisi berlangganan yang menyajikan

berbagai program dalam dan luar negeri.

Setelah Undang – Undang Penyiaran disahkan pada tahun 2002,

jumlah televisi baru di Indonesia diperkirakan akan terus bermunculan,

khususnya di daerah, yang terbagi dalam empat kategori yaitu, televisi

publik, swasta, berlangganan dan komunitas. Hingga Juli 2002, jumlah

orang yang memiliki pesawat televisi di Indonesia mencapai 25 juta. Kini

penonton televisi Indonesia benar – benar memiliki banyak pilihan untuk

menikmati berbagai program televisi.

Televisi merupakan salah satu medium terfavorit bagi para

pemasang iklan di Indonesia. Media televisi merupakan industri yang padat

modal, padat teknologi dan padat sumber daya manusia. Namun sayangnya

kemunculan berbagai stasiun televisi di Indonesia tidak diimbangi dengan

tersedianya sumber daya manusia yang memadai. Pada umumnya, televisi

dibangun tanpa pengetahuan pertelevisian yang memadai dan hanya

(56)

II.5.2. Pemirsa Televisi Indonesia

Menurutdata yang tercatat pada Perum Pos dan Giro, dewasa ini ada

enam juta pelanggan televisi di seluruh Indonesia. Menurut Bappenas malah

ada 10 juta, dan bahkan Departemen Perindustrian mencatat 12 juta

pelanggan televisi. Dan menurut data yang dihimpun oleh Media Scene di

Indonesia 1989/1990, pada tahun 1984 ada 50,7 juta orang yang menjadi

pemirsa televisi dari 113,8 juta orang yang berusia di atas 10 tahun. Jumlah

ini menunjukkan pertumbuhan yang sangat pesat jika dibandingkan dengan

tahun 1979 yakni sekitar lima juta orang. Ini berarti setiap televisi

disaksikan oleh lima orang pemirsa atau setiap rumah tangga memiliki satu

televisi.

Disisi lain, lebih dari separuh pria dan wanita yang berusia 15 tahun

di enam kota besar (Jakarta, Bandung, Semarang, Surabaya, Medan, dan

Ujung Pandang) menyaksikan siaran televisi.

Dilihat dari segmen sosial ekonomi, maka pada tahun 1989 ada

71,6% masyarakat kelas atas (SES AB) yang menyaksikan siaran di kota –

kota besar, dan 51,2 % dari kelas menengah bawah (SES CDE). Dari segi

usia, ada 61,7% masyarakat berusia 15-29 tahun yang menjadi pemirsa, dan

Gambar

Gambar 1
Gambar 2 Model Teoritis
Tabel 1
Gambar 4
+7

Referensi

Dokumen terkait

Mengumumkan Rencana Umum Pengadaan Barang/Jasa untuk pelaksanaan kegiatan Tahun Anggaran 2013, seperti tersebut dibawah ini

Pada diagram tersebut, aktor berinteraksi dengan use case untuk menulis, menghapus, mengganti slide, membuka file dan menyimpan slide. Gambar 3.4 Use Case Diagram Aplikasi

[r]

Setiap seksi atau bagian tersebut dipimpin oleh seorang kepala seksi/kepala bagian yang bertanggung jawab kepada camat dengan koordinasi sekretaris

Terhaeap persoalan konflik antara suku bangsa eayak ean maeura aeanya permasalahan penguasaan sumber eaya yang tieak merata eari segi ekonomi ean lebih menguntungkan suku eayak

Pengadaan peralatan laboratorium IPA untuk SMP melalui sarana pemberian subsidi peralatan laboratorium IPA yang dilaksanakan oleh sekolah melaui mekanisme

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui peranan direktur utama dalam memotivasi pegawai (model kepemimpinan Ki Hajar Dewantara) di CV. Kencono Wungu Surabaya. Aspek

[r]