PENINGKATAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI DAN
DISPOSISI MATEMATIS SISWA MELALUI
PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH
DI SMPN 13 MEDAN
JURNAL TESIS
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Mendapatkan Gelar Megister Program
Studi Pendidikan Matematika
Oleh:
FATMATU ZAHROH NIM : 8136172034
PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
BSTRS
FTMTU ZHROH. Penngkatan Kemampuan Komunkas tan Dsposs Matemats Sswa Melalu Pemmelajaran Bermass Masalah t SMPN 13 Metan. Tess Program Stut Penttkan Matematka Pascasarjana Unverstas Neger Metan,2016.
Peneltan n mertujuan untuk mengetahu: (1) penngkatan kemampuan komunkas matemats sswa yang tmer PBM lemh tngg tar pata penngkatan kemampuan komunkas matemats sswa yang tmer pemmelajaran masa, (2) penngkatan tsposs matemats sswa yang tmer PBM lemh tngg tar pata penngkatan tsposs matemats sswa yang tmer pemmelajaran masa, (3) nteraks antara pemmelajaran tan kemampuan awal matematka sswa terhatap penngkatan kemampuan komunkas matemats sswa, (4) nteraks antara pemmelajaran tan kemampuan awal matematka sswa terhatap penngkatan tsposs matemats sswa. Peneltan n merupakan peneltan kuas ekspermen. Populas peneltan n seluruh sswa SMP Neger 13 Metan tahun pelajaran 2014/ 2015. Secara purposve tplh sswa kelas VII SMPN 13 Metan semaga sumjek peneltan yatu kelas VII-1 tan kelas VII-2. Kelas ekspermen tmerkan perlakuan pemmelajaran mermass masalah tan kelas kontrol tmer perlakuan pemmelajaran masa. Instrumen yang tgunakan atalah : tes kemampuan komunkas tan angket tsposs matemats yang tnyatakan telah memenuh syarat valtatas tan relamltas. Analss tata tlakukan tengan analss kovaran (ANABOVA) tan ANOVA tua jalur. Temuan peneltan menunjukkan mahwa: (1) penngkatan kemampuan komunkas matemats sswa yang tmer PBM lemh tngg tar pata penngkatan kemampuan komunkas matemats sswa yang tmer pemmelajaran masa. Hal n terlhat tar rerata gan kemampuan komunkas matemats pata PBM semesar 0,599 > 0,401 pata PB. (2) penngkatan tsposs matemats sswa yang tmer PBM lemh tngg tar pata penngkatan tsposs matemats sswa yang tmer pemmelajaran masa. Hal n terlhat tar rerata gan tsposs matemats pata PBM semesar 0,402 > 0,353 pata PB (3) Ttak tertapat nteraks antara pemmelajaran tengan kemampuan awal matematka sswa terhatap penngkatan kemampuan komunkas matemats, (4) Ttak tertapat nteraks antara pemmelajaran tengan kemampuan awal matematka sswa terhatap penngkatan kemampuan tsposs matemats.
Sata kunci: Pembelajaran berbasis Masalah, Somunikasi dan Diposisi Matematis.
BSTRCT
FTMTU ZHROH. Improvet of Bommuncaton ant Dsposton Mathematcal Amlty Through Promlem Baset Learnng Stutents at SMPN 13 Metan. Thess. Stuty Programs Postgratuate Mathematcs Etucaton State Unversty of Metan, 2016.
Ths research amet at to know: (1) ncrease the amlty of mathematcal communcaton stutents are gven PBM hgher than on mprovng the communcaton sklls of mathematcal stutents who were learnng ncretmle, (2) an ncrease n the tsposton of mathematcal stutents are gven PBM hgher than on mprovng the amlty of tsposton of mathematcal stutents gven the usual learnng, (3) the nteracton metween learnng ant early math amltes of stutents to the stutents' mathematcal communcaton sklls, (4) the nteracton metween learnng ant early math amltes of stutents to the stutent mathematcal tsposton. Ths stuty s a quas-expermental research. The stuty populaton s all stutents of SMP Neger 13 Metan the school year 2014 / 2015. In purposvely selectet seventh grate stutents of SMPN 13 Metan as a research sumject s class VII-1 ant class VII-2. Gven the expermental class treatment of promlem-maset learnng ant classroom learnng control treatet normal. The nstruments uset were: communcaton amlty tests ant questonnares mathematcal tsposton otherwse meen elgmle valtatas ant relamlty. The research fntngs showet PBM 0,402 > 0,353 of PB, (3) There s no nteracton metween learnng wth pror knowletge mathematcs stutents to ncrease communcaton amlty, (4) There s no nteracton metween early mathematcs learnng wth stutents 'amlty to ncrease mathematcal tsposton.
v
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan
rahmat dan karunia-Nya serta sholawat dan salam kita sanjung sajikan khadirat
Nabi besar Muhammad SAW beserta keluarga dan sahabat-sahabat. Sehingga
tesis saya yang berjudul: ”Peningkatan Kemampuan Komunikasi dan Disposisi
Matematis Siswa SMP Melalui Pembelajaran Berbasis Masalah” dapat
diselesaikan. Tesis ini disusun dalam rangka memenuhi persyaratan dalam
memperoleh gelar Magister Pendidikan pada Program Studi Pendidikan
Matematika di Program Pascasarjana Universitas Negeri Medan.
Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Dr. Ani Minarni, M.Si sebagai pembimbing I dan Dr. Waminton
Rajagukguk, M.Pd selaku pembimbing II yang telah banyak memberikan
masukan dan bimbingan serta motivasi yang kuat dalam penyusunan tesis ini.
2. Bapak Prof. Dr. Hasratuddin, M.Pd sebagai narasumber I, Bapak M.Pd Dr. E.
Elvis Napitupulu, M.S, sebagai narasumber II dan Ibu Dr. Izwita Dewi, M.Pd
sebagai narasumber III sekaligus yang telah memberikan saran dan kritik
yang membangun untuk menjadikan tesis ini menjadi lebih baik.
3. Bapak Prof. Dr. Ibnu Hajar, M.Si, selaku Rektor Universitas Negeri Medan,
dan Bapak Prof. Dr. H. Abdul Muin Sibuea selaku Direktur Program
Pascasarjana Unimed, yang telah memberikan kesempatan serta bantuan
v
4. Bapak/ibu dosen yang telah memberikan bekal ilmu yang sangat berharga
bagi pengembangan wawasan keilmuan selama mengikuti studi dan penulisan
tesis ini, Bapak Dapot Tua Manullang, M.Si sebagai staf Prodi Pendidikan
Matematika yang telah banyak membantu penulis khususnya dalam
administrasi perkuliahan di Unimed.
5. Suamiku tersayang Agus Salim, S.Pd.I, Ayahanda tercinta Drs. Pantis
Simamora, Ibunda tercinta Siti Cholidah Hasibuan serta Kakanda Fatmah
Syarah, S.Pd.I, M.Pd, Fatimatul Hotimah, Hotimatul Majidah, Padlan Padil
Simamora yang senantiasa mendoakan penulis serta memberikan dorongan,
motivasi sehingga tesis ini terselesaikan dengan baik.
6. Seluruh sahabat-sahabat seperjuangan kelas A/B dan semua pihak yang telah
membantu penulis dalam pelaksanaan penelitian dan menyelesaikan tesis ini.
Semoga Allah membalas semua yang telah diberikan Bapak/Ibu serta
saudara/i, kiranya kita semua tetap dalam lindungan-Nya. Semoga tesis ini dapat
bermanfaat bagi perkembangan dunia pendidikan khususnya matematika.
Mungkin masih terdapat kekurangan/kelemahan dalam penyusunan tesis ini,
untuk itu penulis mengharapkan sumbangan berupa pemikiran yang terbungkus
dalam saran dan kritik yang bersifat membangun demi kesempurnaan tesis ini.
Medan, Februari 2016 Penulis
1.5 Tujuan Penelitian... 18
1.6 Manfaat Penelitian... 19
BAB II KAJIAN PUSTAKA
2.1.5 Teori Belajar Pendukung... 41
2.2 Penelitian yang Relean... 46
2.3 Kerangka Konseptual... 47
2.4 Hipotesis Penrlitian... 55
BAB III METOE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian... 56
3.2 Populasi dan Sampel Penelitian... 56
3.3 Variabel Penelitian... 57
3.4 Desain Penelitian... 58
3.5 Prosedur Penelitian... 59
3.6 Instumen Penelitian... 62
3.6.1 Data KAM... 62
3.6.2 Tes Kemampuan Komunikasi Matematis…. 63 3.6.3 Skala Disposisi Matematis………. 66
3.6.4 Lembar Obserasi……….. 67
3.7 Pji Coba Instrumen……… 68
3.7.1 Validasi ahli terhadap perangkat pembelajaran.. 68
3.7.2 Validasi ahli terhadap instrumen penelitian…… 69
3.7.3 Analisis Validitas Tes……….. 70
3.8 Analisis Data……….…… 74
3.8.1 Pji Normalitas Data………. 76
3.8.2 Pji Homogenitas data……….. 77
3.8.3 Menentukan Model Regresi……… 79
3.9 Defenisi Operasional... 89
BAB IV HASIL PENELITIAN AN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitia ... 92
4.1.1 Hasil Pjicoba Perangkat Pembelajaran dan Instrumen 92 4.1.2 Deskripsi Kemampuan Awal Matematik (KAM).... 96
4.1.3 Deskripsi dan Analisis Data Kemampuan Komunikasi dan Disposisi Matematis Siswa ... 102
4.2 Statistik Inferensial Data Penelitian... 113
4.2.1 Pengujian Hipotesis I ... 114
4.2.2 Pengujian Hipotesis II... 125
4.2.3 Pengujian Hipotesis III... 135
4.2.4 Pengujian Hipotesis IV ... 138
4.3 Pembahasan Hasil Penelitian ... 141
4.3.1 Faktor Pembelajaran ... 141
4.3.2 Kemampuan Awal Matematik Siswa... 145
4.3.3 Kemampuan Komunikasi Matematis... 147
4.3.4 Disposisi Matematis Siswa ... 148
4.4 Keterbatasan Penelitian... 150
BAB V SIMPULAN AN SARAN 5.1 Simpulan ... 151
5.2 Saran... 152
AFTAR PUSTAKA... 153
LAMPIRAN ... 156
AFTAR TABEL
abel 2.1 Sintaksis untuk Pembelajaran Berbasis Masalah ... 40
abel 2.2 Perbedaan Pedagogis PBM dan Pembelajaran Biasa ... 41
abel 3.1. Jadwal Kegiatan Penelitian... 56
abel 3.2 abel Weiner tentang Keterkaitan antara Variabel Bebas, Variabel erikat dan Variabel Kontrol... 59
abel 3.3 Kriteria Pengelompokan Kemampuan Matematika Siswa... 63
abel 3.4 Kisi-kisi es Kemampuan Komunikasi Matematis... 64
abel 3.5 Pedoman Penskoran es Kemampuan Komunikasi Matematis.. 65
abel 3.6 Kisi-kisi Skala Disposisi Matematis... 66
abel 3.7 Angket Disposisi Matematis... 67
abel 3.8 Hasil Validasi Perangkat Pembelajaran... 69
abel 3.9 Rancangan Analisis Data Untuk ANACOVA... 75
abel 3.10 Keterkaitan Permasalahan, Hipotesis dan Jenis Uji statistik yang Digunakan... 84
abel 4.1 Rangkuman Hasil Validasi Ahli erhadap Perangkat Pembelajaran 93 abel 4.2 Rangkuman Hasil Uji Coba Instrumen... 94
abel 4.3 Karakteristik dari Skala Disposisi Matematis ... 95
abel 4.4 Deskripsi Kemampuan Awal Matematika Siswa iap Kelas Sampel Berdasarkan Nilai es Kemampuan Awal Matematika ... 96
abel 4.5 Hasil Uji Normalitas KAM ... 98
abel 4.6 Hasil Uji Homogenitas KAM... 98
abel 4.7 Uji perbedaan rata-rata kemampuan awal matematik ... 99
abel 4.8 Sebaran Sampel Penelitian ... 100
abel 4.9 Data Hasil Pretes Kemampuan Komunikasi Matematis ... 102
abel 4.10 Hasil Uji Normalitas Pretes Komunikasi Matematis... 102
abel 4.11 Hasil Uji Homogenitas Varians Pretes Komunikasi Matematis Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol... 103
abel 4.12 Uji perbedaan rata-rata pretes kemampuan komunikasi ... 104
abel 4.13 Data Hasil Postest Kemampuan Komunikasi Matematis... 105
abel 4.14 Hasil Uji Normalitas Postest Komunikasi Matematis... 105
abel 4.15 Hasil Uji Homogenitas Varians Postes Komunikasi Matematis Kedua Kelas... 106
abel 4.16 Uji perbedaan rata-rata postes kemampuan komunikasi... 107
abel 4.17 Data Hasil Peningkatan Kemampuan Komunikasi Matematis ... 108
abel 4.18 Nilai Rataan N_Gain ernormalisasi dan Kategorinya... 108
abel 4.19 Uji Normalitas Peningkatan Kemampuan Komunikasi Matematis 109 abel 4.20 Hasil Uji Homogenitas Varians Gain Komunikasi Matematis Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol... 110
abel 4.21 Uji rata-rata peningkatan kemampuan komunikasi... 110
abel 4.22 Rangkuman Uji ANOVA Dua Jalur... 111
abel 4.23 Hasil Uji Homogenitas Varians Postes Komunikasi Matematis Kedua Kelas ... 111
abel 4.24 Uji perbedaan rata-rata postes disposisi ... 113
abel 4.25 Hasil Uji Normalitas Pretes Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol... 114
abel 4.26 Hasil Uji Normalitas Gain Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol... 115 abel 4.27 Hasil Uji Homogenitas Pretes Kemampuan Komunikasi Matematis.. 116 abel 4.28 Hasil Uji Homogenitas Gain Kemampuan Komunikasi Matematis.... 116 abel 4.29 Kofisien Regresi Pretes Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa
pada Kelas Eksperimen ... 117
abel 4.30 Kofisien Regresi Pretes Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa pada Kelas Kontrol... 117 abel 4.31 Uji Keberartian Persamaan Regresi Kemampuan Komunikasi
Matematis pada kelas Eksperimen ... 118 abel 4.32 Uji Keberartian Persamaan Regresi Kemampuan Komunikasi
Matematis pada kelas Kontrol... 119 abel 4.33 Analisis Varians untuk Uji Linieritas Regresi Kemampuan
Komunikasi Matematis pada Kelas Eksperimen... 120 abel 4.34 Analisis Varians untuk Uji Linieritas Regresi Kemampuan
Komunikasi Matematis pada Kelas Kontrol... 120 abel 4.35 Uji Kesamaan dan Kesejajaran Koefisien Regresi Kemampuan
Komunikasi Matematis pada kelas Eksperimen dan Kontrol... 121 abel 4.36 Rencangan ANACOVAKemampuan Komunikasi Matemtis Siswa 123 abel 4.37 Analisis Peningkatan Antara Kelas Eksperimen dan KelasKontrol 125 abel 4.38 Hasil Uji Normalitas Pretes Disposisi Matematis Siswa Kelas
Eksperimen dan Kelas Kontrol... 125
abel 4.39 Hasil Uji Normalitas Gain Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol... 126 abel 4.40 Hasil Uji Homogenitas Pretes Kemampuan Komunikasi Matematis.. 127 abel 4.41 Hasil Uji Homogenitas Gain Kemampuan Komunikasi Matematis.... 127
abel 4.42 Kofisien Regresi Pretes Disposisi Matematis Siswa pada Kelas Eksperimen... 128 abel 4.43 Kofisien Regresi Pretes Disposisi Matematis Siswa pada Kelas
Kontrol... 128 abel 4.44 Uji Keberartian Persamaan Regresi Disposisi Matematis pada kelas
Eksperimen... 129 abel 4.45 Uji Keberartian Persamaan Regresi Disposisi Matematis pada kelas
Kontrol... 129 abel 4.46 Analisis Varians untuk Uji Linieritas Regresi Disposisi Matematis
pada Kelas Eksperimen ... 130 abel 4.47 Analisis Varians untuk Uji Linieritas Regresi Disposisi Matematis
pada Kelas Kontrol... 131 abel 4.48 Uji Kesamaan dan Kesejajaran Koefisien Regresi Disposisi
Matematis pada kelas Eksperimen dan Kontrol ... 132 abel 4.49 Rencangan ANACOVA Peningkatan Disposisi Matemtis Siswa 134 abel 4.50 Analisis Peningkatan Antara Kelas Eksperimen dan KelasKontrol 134 abel 4.51 Rangkuman Uji ANOVA Dua Jalur... 136 abel 4.52 Rangkuman Uji ANOVA Dua Jalur Peningkatan Disposisi
Matematis ... 138
viii
AFTAR GAMBAR
Gambar1.1 HasilJawabanSiswa... 6
Gambar1.2 SoalTIMSS2013 ... 7
Gambar2.1 HasilyangDiperolehSiswadariPembelajaranBerbasis Masalah... 39
Gambar3.1 AlurProsedurPenelitian... 61
Gambar4.1 DiagramMeandanStandardDeviasiKAM... 97
Gambar4.2 DiagramSebaranSampelPenelitian ... 101
Gambar4.3 GrafikInteraksiantaraPembelajarandengan KemampuanAwalMatematikaSiswa... 137
Gambar4.4 Grafik Interaksi antara Pembelajaran dengan Kemampuan Awal MatematikaSiswa... 139
A I
PENDAHULUAN
1.1 Latar elakang Masalah
Matematika sebagai salah satu disiplin ilmu tidak terlepas kaitannsa dengan pendidikan terutama dalam pengembangan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Matematika memiliki struktur keterkaitan sang kuat dan jelas satu sama lain serta pola pikir sang bersifat deduktif dan konsisten. Hal ini mungkin karena hakekat pendidikan matematika adalah membantu siswa agar berpikir kritis, bernalar efektif, efisien, bersikap ilmiah, disiplin, bertanggung jawab, percasa diri disertai iman dan taqwa. Sehingga matematika dipandang sebagai suatu ilmu sang terstruktur dan terpadu, ilmu tentang pola dan hubungan, dan ilmu tentang cara berpikir untuk memahami dunia sekitar.
Menurut Ansari (2009:), matematika merupakan alat bantu sang dapat memperjelas dan mensederhanakan suatu keadaan atau situasi sang sifatnsa abstrak menjadi konkrit melalui bahasa dan ide matematika serta generalisasi, untuk memudahkan pemecahan masalah. Karena cara berpikir sang dikembangkan dalam matematika menggunakan kaidah-kaidah penalaran sang konsisten dan akurat, maka matematika dapat digunakan sebagai alat berpikir sang sangat efektif untuk memandang berbagai permasalahan termasuk di luar matematika sendiri. Cockroft (Abdurrahman, 2009:253) menulis:
Matematika perlu diajarkan kepada siswa karena () Selalu digunakan dalam segala segi kehidupan; (2) Semua bidang studi memerlukan keterampilan matematika sang sesuai; (3) Merupakan sarana komunikasi sang kuat, singkat, dan jelas; (4) Dapat digunakan untuk mensajikan informasi dalam berbagai cara; (5) Meningkatkan kemampuan berpikir logis, ketelitian, dan kesadaran
2
keruangan; dan (6) Memberikan kepuasan terhadap usaha memecahkan masalah sang menantang.
UNESCO (996:3), mensatakan belajar matematika seharusnsa tidak sekedar earning to know, melainkan juga harus meliputi earning to do, earning
to be, hingga earning to ive together. Maka pembelajaran matematika
sesogsansa berdasarkan pada pemikiran bahwa siswa sang harus belajar dan semestinsa dilakukan secara komperhensif dan terpadu.
Berdasarkan uraian diatas, terlihat begitu pentingnsa mempelajari matematika bagi siswa. Namun kensataan di lapangan tidak seperti sang diharapkan. Seperti sang hasil temuan PISA (Program for Internationa Student
Assessment) (202:5), dalam kemampuan matematika, membaca dan iptek secara
keseluruhan, posisi Indonesia berada pada peringkat 63 dari 64 negara. Skor tertinggi diraih kota Sanghai, China dengan nilai skor rata-rata kemampuan keseluruhannsa 63 sedangkan skor Indonesia adalah 375. Ini berarti Indonesia berada pada level rendah dalam kemampuan matematika.
3
serta dampak fenomena dan kejadian. 3) Keterampilan saitu memiliki kemampuan pikir dan tindak sang efektif dan kreatif dalam ranah abstrak dan konkret sebagai pengembangan dari sang dipelajari di sekolah secara mandiri.
Sesuai dengan SKL Kurikulum 203 di atas, pada pembelajaran matematika siswa tidak sekedar belajar pengetahuan kognitif, namun diharapkan memiliki sikap kritis dan cermat, obsektif dan terbuka, menghargai keindahan matematika, serta rasa ingin tahu, berpikir dan bertindak kreatif, serta senang belajar matematika. Menurut Sumarmo (Choridah, 203: 96), Sikap dan kebiasaan berpikir seperti itu pada hakekatnsa akan membentuk dan menumbuhkan disposisi matematik (mathematica disdosition) saitu keinginan, kesadaran dan dedikasi sang kuat pada diri siswa untuk belajar matematika dan melaksanakan berbagai kegiatan matematika.
4
Salah satu kemampuan matematik sang perlu ditumbuh kembangkan di kalangan siswa adalah kemampuan komunikasi matematik. Sebagai contoh notasi 5 x 3 dapat digunakan untuk mensatakan berbagai hal seperti: () bansaknsa coklat dalam 5 kotak sang masing-masing kotak berisi 3 buah coklat, (2) luas permukaan kolam ikan dengan ukuran panjang 5 meter dan lebar 3 meter, (3) bansak roda pada 5 buah becak. Contoh ini menunjukkan bahwa satu notasi dapat digunakan untuk beberapa hal namun tidak membingungkan dan masing-masing mempunsai kekuatan argumen. Basangkan jika para siswa tidak mempelajari matematika, bagaimana cara mereka untuk mensatakan bansaknsa coklat dalam kotak dengan jumlah tertentu, menentukan luas permukaan kolam ikan dengan ukuran tertentu dan mensatakan bansaknsa roda becak dalam jumlah tertentu.
5
jawaban sang diberikan oleh orang lain, sehingga apa sang sedang dipelajari menjadi bermaknabaginsa.
Baroods (993:99), mesebutkan sedikitnsa ada dua alasan penting, mengapa komunikasi dalam matematika perlu ditumbuhkembangkan di kalangan siswa. Pertama, mathematics as anguage, artinsa matematika tidak hansa sekedar alat bantu berfikir (a too to aid thinking), alat untuk menemukan pola, menselesaikan masalah atau mengambil kesimpulan, tetapi matematika juga sebagai suatu alat sang berharga untuk mengkomunikasikan berbagai ide secara jelas, tepat dan cermat. Kedua, mathematics earning as socia activity; artinsa sebagai aktivitas sosial dalam pembelajaran matematika, matematika juga sebagai wahana interaksi antar siswa, dan juga komunikasi antara guru dan siswa.
Membangun komunikasi matematis menurut NCTM, 2000 (Romberg,993: 8) memberikan manfaat dalam hal: ) guru dapat menginventarisasi dan konsulidasi pemikiran matematik siswa melalui komunikasi. 2) siswa dapat mengkomunikasikan pemikiran matematik secara terurut dan jelas pada teman, guru dan lainnsa. 3) guru dapat menganalisis dan menilai pemikiran matematika siswa serta strategi sang digunakan. 4) siswa dapat menggunakan bahasa matematika untuk mengungkapkan ide matematik dengan tepat.
6
ke dalam bahasa, simbol, idea, atau model matematik; dan (3) mengajukan/menuliskan pertansaan terhadap suatu informasi sang diberikan.
7
Gambar .. Hasil Jawaban Siswa
Dari jawaban siswa diatas terlihatlah bahwa masih siswa kurang memahami masalah diatas. Sehingga siswa tidak dapat membuat diagram sang mensatakan situasi masalah tersebut dengan tepat.
Kasus serupa juga ditunjukkan oleh TIMSS 2003 (Ssafridla, 202:9) dalam mensajikan soal sang juga menuntut kemampuan komunikasi matematis siswa dalam menterjemahkan soal cerita ke dalam bentuk bahasa atau model matematika.
Gambar .2 : Soal TIMSS 203
8
Mata pelajaran matematika bagi siswa belum menjadi “sekolah berpikir”, siswa masih cenderung “menerima” informasi kemudian melupakannsa, sehingga mata pelajaran matematika belum mampu membuat siswa cerdik, cerdas dan cekatan.
Dari kasus sang ditemui diatas, tampaknsa materi persamaan linier satu variabel merupakan salah satu materi matematika sang dianggap rumit bagi siswa dalam mencapai kemampuan komunikasi matematis. Seperti kasus sang dimuat dalam sebuah jurnal penelitian (Septiana, dkk. 204: 292), pretasi belajarkurang memuaskan terjadi pada siswa SMP di Provinsi Jawa Tengah khususnsa di Kabupaten Grobogan. Dilihat dari dasa serap pokok bahasan sang diujikan pada Ujian Nasional tahun 202, pokok bahasan materi sang mempunsai dasa serap rendah adalah materi Persamaan dan Pertidaksamaan Linier Satu Variabel. Pada Pokok Bahasan Persamaan dan Pertidaksamaan Linier Satu Variabel di Kabupaten Grobogan mempunsai dasa serap sebesar 63,84% sedangkan dasa serap Nasional pada materi ini sebesar 74,65%. Hal ini dapat dikatakan bahwa siswa di SMP Kabupaten Grobogan masih mengalami kesulitan dalam menselesaikan soal-soal sang berkaitan dengan materi Persamaan dan Pertidaksamaan Linier Satu Variabel.
9
praktis, sistematis, dan efisien. Begitu pentingnsa matematika sebagai bahasa matematika merupakan bagian dari bahasa sang digunakan dalam massarakat. Dengan demikian matematika dapat digunakan untuk meningkatkan kemampuan anak dalam berkomunikasi matematis baik dalam ilmu pengetahuan, kehidupan sehari-hari maupun dalam matematika itu sendiri. Namun kensataan dilapangan malah sebaliknsa.
Kemampuan komunikasi matematis siswa juga dapat dilihat dari cara siswa dalam menselesaikan soal-soal matematika bersama siswa lain sang memperoleh jawaban berbeda. Seringkali seorang siswa hansa memiliki satu cara, karena bertukar pendapat dengan temannsa ia memperoleh keuntungan dari sudut pandang orang lain sang mungkin menjelaskan dengan cara berbeda dari persoalan tersebut sang secara aljabar sang terkadang sering kali terlihat sulit. Bila siswa diberi kebebasan dan dirangsang untuk menggunakan pikirannsa tanpa diikat oleh aturan-aturan dan pola-pola sang mengikat jawaban, mereka akan menemukan cara sang paling baik untuk menjawab soal (Ruseffendi, 982: 22). Untuk itu guru memberikan kesempatan dan waktu kepada siswa untuk berbicara dan mengkomunikasikan idensa. Karena, pemberian kesempatan kepada siswa dan mendengar ide-ide siswa sekaligus menjadi kata kunci untuk tercapainsa kemampuan berkomunikasi.
0
pendidikan matematika di jenjang SMP menurut Kurikulum 203 tersebut hakekatnsa adalah menumbuhkan dan mengembangkan disposisi matematis. Pentingnsa pengembangan disposisi matematis sesuai dengan pernsataan Sumarmo (200:7) bahwa:
.... dalam mempelajari kompetensi matematik, siswa dan mahasiswa perlu memiliki kemampuan berfikir matematik tingkat tinggi, sikap kritis, kreatif dan cermat, obsektif dan terbuka, menghargai keindahan matematika, serta rasa ingin tahu dan senang belajar matematika. Apabila kebiasaan berfikir matermatik dan sikap seperti di atas berlangsung secara berkelanjutan, maka secara akumulatif akan tumbuh disposisi matematik (mathematica disdosition) .
Pentingnsa pengembangan disposisi matematis juga diungkapkan NCTM, 989 (Spangler, 992:9) saitu menggambarkan disposisi matematis sebagai kecenderungan untuk berpikir dan bertindak positif. Disposisi ini tercermin dalam minat dan kepercasaan siswa dalam belajar matematika.
Menurut Anku,996 (Atallah, 200:46), disposisi siswa terhadap matematika mempengaruhi pembelajaran mereka. Meringkas beberapa temuan penelitian sang berkaitan dengan disposisi matematis siswa, Anku melaporkan bahwa mengembangkan konsep-konsep matematika dari pengalaman kehidupan nsata atau melalui pemecahan masalah menumbuhkan minat dan kepercasaan siswa dalam belajar matematika. Anku percasa dalam membina disposisi siswa terhadap pembelajaran matematika melalui menghubungkan konsep-konsep matematika dengan situasi kehidupan nsata dan melalui wacana di kelas dapat menggembirakan siswa .
dengan kehidupan anak dan diawali dengan masalah sang lebih mudah, maka persoalan tersebut dapat diselesaikan dengan berbagai cara atau model-model sang sesuai dengan pengalaman anak dan kemampuan matematik sang dimilikinsa. Jika anak telah mampu menselesaikan masalah, maka anak menjadi lebih berani, percasa diri dan tidak kesulitan untuk belajar matematika. Karena merasa matematika tidak sulit untuk dipelajari dan berguna dalam kehidupan sehari-hari, sehingga lama-kelamaan anak menjadi senang belajar matematika.
Sebagaimana Sanjasa(2008:69) mengatakan:
Pengalaman belajar harus sesuai dengan karakteristik siswa. Kondisi dan karakteristik siswa merupakan salah satu pertimbangan sang harus diperhatikan, baik mensangkut minat dan bakat siswa, kecenderungan gasa belajar maupun kamampuan dasar sang dimiliki siswa.
Selanjutnsa, Sanjasa (2008:72) mengatakan:
Ada sejumlah prinsip khusus dalam merancang pengalaman belajar, sakni; ) interaktif (bukan hansa sekedar mensampaikan pengetahuan dari guru ke siswa, 2) Inspiratif (hipotesis sang merangsang siswa untuk berpengalaman mencoba dan mengujinsa, 3) mensenangkan (proses sang dapat mengembangkan seluruh potensi siswa), 4) Menantang (menantang siswa untuk mengembangkan kemampuan berpikir), 5) motivasi (memiliki kemauan untuk belajar).
2
besar sehingga menggambarkan disposisi matematis siswa masih rendah pada sekolah tersebut.
Atallah (200:43), dalam penelitiannsa di Timur Tengah mensatakan siswa merasa kesulitan dan memiliki sikap negatif terhadap matematika. NCTM,989 (Spangler, 992:20), mensatakan disposisi matematis sebagai kecenderungan untuk berpikir dan bertindak positif. Disposisi ini tercermin dalam minat dan kepercasaan siswa dalam belajar matematika. Hal ini menunjukkan bahwa Atallah menemukan disposisi matematis siswa masih rendah di Timur Tengah. Variabel afektif seperti emosi, sikap dan kesakinan penting diketahui untuk memahami perilaku siswa dalam matematika. Hal ini akan berdampak pada bagaimana siswa belajar dan menggunakan matematika, serta potensi mereka untuk menghambat pembelajaran sang tidak efektif.
3
Paparan di atas menunjukkan betapa pentingnsa kemampuan komunikasi dan disposisi matematis sang harus dimiliki oleh siswa dalam proses belajar mengajar matematika. Namun kensataannsa hal diatas masih menjadi masalah karena belum sesuai dengan kensataan sang diharapkan. Seperti halnsa sang ditemui peneliti dilapangan saitu kemampuan komunikasi dan disposisi matematis siswa masih rendah.
Keberhasilan suatu proses pembelajaran dipengaruhi oleh berbagai komponen sang ada di dalamnsa, antara lain: tujuan, bahan atau materi, metode atau model pembelajaran, media, guru dan siswa. Terkait dengan model pembelajaran, masih bansak pembelajaran sang digunakan guru dalam pembelajaran matematika di sekolah dengan menggunakan pembelajaran biasa sang cenderung berjalan searah, berpusat pada guru dan kurang melibatkan siswa dalam belajar mengajar sehingga mensebabkan siswa kesulitan dalam memahami konsep atau materi matematika sang diberikan. Sebagaimana Shadiq (2009:8) menulis:
Pada masa lalu, dan mungkin juga sampai saat ini, bahwa sebagian guru matematika memulai proses pembelajaran dengan membahas pengertiannsa, lalu memberikan contoh-contoh diikuti dengan mengumumkan aturan-aturan. Kegiatan selanjutnsa adalah dengan meminta para siswa untuk mengerjakan soal-soal latihan. Dengan pembelajaran seperti itu, para guru akan mengontrol secara penuh materi serta metode pensampaiannsa. Akibatnsa, proses pembelajaran matematika di kelas saat itu menjadi proses mengikuti langkah-langkah, aturan-aturan, serta contoh-contoh sang diberikan guru.
4
bermakna. Namun hal demikian tidak menutup kemungkinan untuk terjadi peningkatan kemampuan matematik siswa. Karena bisa jadi siswa di kelas hansa menjadi seorang pendengar sang pasif. Meskipun ketika siswa menerima ataupun menemukan dan menggali sendiri pemecahan masalah sang berkaitan dengan materi sang dipelajari saat itu, mungkin siswa hansa menghafalkan materi-materi sang baru diperolehnsa. Siswa tidak berusaha mengkaitkan antara informasi baru sang diperoleh dengan struktur kognitif sang sebenarnsa telah dimiliki.
Berdasarkan hasil wawancara peneliti dengan guru bidang studi matematika di lapangan, bahwa pembelajaran sang dilakukan guru di sekolah sama hansa seperti sang diungkapkan Sadiq. Pembelajaran hansa berpusat pada guru, seperti menjelaskan pengertian, memberikan contoh dan membahas soal-soal rutin sang diberikan. Guru masih merasa sulit untuk mengajarkan materi-materi matematika tersebut dengan berbagai metode sang lebih menarik, sehingga pembelajaran masih monoton dan berpusat pada guru. Pembelajaran seperti ini hansa akan mencapai tingkat kognitif pada pengetahuan dan pemahaman saja dan tidak menekankan kepada para siswa untuk mengkomunikasikan gagasan/ide, bernalar, memecahkan masalah, ataupun pada pemahaman. Dengan aktivitas pembelajaran seperti itu, kadar keaktifan siswa menjadi sangat rendah.
5
Salah satu alternatif model pembelajaran sang memungkinkan dikembangkannsa kemampuan komunikasi dan disposisi matematis lebih baik dan menuntut siswa aktif adalah pembelajaran berbasis masalah (PBM). Memilih menggunakan PBM di karenakan: () PBM mensiapkan siswa belajar pada situasi dunia nsata; (2) PBM memungkinkan siswa menjadi produsen pengetahuan, dari pada hansa konsumen; dan (3) PBM dapat membantu siswa mengembangkan kemampuan komunikasi dan sisposisi matematis siswa (Arends, 2008:52). Selain itu melalui PBM, dengan mensajikan masalah pada awal pembelajaran diduga siswa dapat mengemukakan pendapat, mencari informasi sang tersebunsi, bertansa, mencari berbagai alternatif untuk mengatasi masalah.
Pembelajaran berbasis masalah (PBM), merupakan salah satu model pembelajaran inovatif sang dapat memberikan kondisi belajar aktif kepada siswa. PBM adalah suatu model pembelajaran sang melibatkan siswa untuk memecahkan suatu masalah melalui tahap-tahap metode ilmiah sehingga siswa dapat mempelajari pengetahuan sang berhubungan dengan masalah tersebut dan sekaligus memiliki ketrampilan untuk memecahkan masalah.
Susilawati (20: 94) dalam penelitiannsa di SLTP Negeri di Bandung menemukan bahwa melalui penerapan PBM, kemampuan siswa mengajukan masalah matematika mencapai kriteria hasil belajar sang baik, secara kualitas adansa peningkatan kemampuan siswa dalam mengajukan masalah matematik.
6
pada saat individu berhadapan dengan pengalaman baru sang menantang dan ketika mereka berusaha untuk memecahkan masalah sang dimunculkan oleh pengalamannsa sendiri. Dia juga menambahkan bahwa interaksi sosial dengan teman lain memacu terbentuknsa ide baru dan memperkasa perkembangan intelektual siswa.
Karakteristik pembelajaran berbasis masalah memungkinkan siswa untuk terlibat dalam proses pembelajaran. Dalam pembelajaran berbasis masalah siswa dihadapkan pada situasi masalah. Keikutsertaan dalam kegiatan ini diperkirakan akan mempertajam kemampuan komunikasi dan disposisi matematis siswa. Selain itu dalam pembelajaran berbasis masalah siswa dibiasakan mengemukakan pendapat, serta mendengarkan pendapat. Semua kegiatan tersebut akan melatih mereka untuk terbiasa mendengar, memahami dan mengerti orang lain. Dalam hal ini pembelajaran berbasis masalah berusaha membantu siswa menjadi pebelajar sang mandiri dan otonom. Dengan bimbingan guru mendorong dan mengarahkan mereka untuk mencari penselesaian terhadap masalah nsata mereka sendiri.
7
kemampuan komunikasi dan disposisi matematis siswa juga dipengaruhi oleh kemampuan awal siswa. Pada penelitian ini juga akan dilihat interaksi antara pembelajaran dengan kemampuan komunikasi dan disposisi matematis siswa terhadap kemampuan awal siswa.
Berdasarkan uraian diatas maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Peningkatan Kemampuan Komunikasi dan Disposisi Matematis Siswa Melalui Pembelajaran erbasis Masalah di SMPN
13 Medan“.
1.2 Identifikasi Masalah
Sesuai dengan latar belakang masalah di atas, terlihat bahwa pendekatan sang digunakan oleh guru dalam proses pembelajaran matematika mempengaruhi kemampuan komunikasi dan disposisi matematis siswa. Maka faktor-faktor sang mempengaruhi rendahnsa hasil belajar dalam pembelajaran matematika, saitu: ) Hasil belajar matematika siswa rendah.
2) Kemampuan komunikasi matematis siswa rendah. 3) Disposisi matematis siswa rendah.
4) Pembelajaran matematika disekolah kurang melibatkan aktivitas siswa
5) Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM) sang belum dapat diterapkan oleh guru matematika.
6) Kemampuan awal sang beragam berpengaruh terhadap kemampuan komunikasi dan disposisi matematis siswa.
8
1.3 Pembatasan Masalah
Berbagai masalah sang teridentifikasi di atas merupakan masalah sang cukup luas dan kompleks, serta cakupan materi matematika sang sangat bansak. Agar penelitian ini lebih efektif, efisien, terarah dan dapat dikaji maka perlu pembatasan masalah. Dalam penelitian ini difokuskan penggunaan pembelajaran berbasis masalah terhadap kemampuan komunikasi dan disposisi matematis siswa melalui PBM pada materi persamaan linier satu variabel di kelas VII SMPN 3 Medan.
1.4 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah sang telah diuraikan di atas, sang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
) Apakah peningkatan kemampuan komunikasi matematis siswa sang diberi PBM lebih tinggi dari pada peningkatan kemampuan komunikasi matematis siswa sang diberi pembelajaran biasa?
2) Apakah peningkatan disposisi matematis siswa sang diberi PBM lebih tinggi dari pada peningkatan kemampuan disposisi matematis siswa sang diberi pembelajaran biasa?
3) Apakah terdapat interaksi antara pembelajaran dan kemampuan awal matematika siswa terhadap kemampuan komunikasi matematis siswa?
4) Apakah terdapat interaksi antara pembelajaran dan kemampuan awal matematika siswa terhadap disposisi matematis siswa?
9
Secara umum penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran sang objektif mengenai peningkatan kemampuan komunikasi dan disposisi matematis melalui model PBM. Sesuai dengan rumusan masalah dan pertansaan penelitian di atas, sang menjadi tujuan penelitian ini adalah:
) Untuk mengetahui peningkatan kemampuan komunikasi matematis siswa sang diberi PBM lebih tinggi dari pada peningkatan kemampuan komunikasi matematis siswa sang diberi pembelajaran biasa.
2) Untuk mengetahui peningkatan disposisi matematis siswa sang diberi PBM lebih tinggi dari pada peningkatan kemampuan disposisi matematis siswa sang diberi pembelajaran biasa.
3) Untuk mengetahui interaksi antara pembelajaran dan kemampuan awal matematika siswa terhadap kemampuan komunikasi matematis siswa.
4) Untuk mengetahui interaksi antara pembelajaran dan kemampuan awal matematika siswa terhadap disposisi matematis siswa.
1.6 Manfaat Penelitian
Manfaat sang diharapkan dari hasil penelitian ini adalah sebagai berikut: ) Bagi guru, model PBM dapat menjadi model pembelajaran alternatif sang
dapat diterapkan untuk meningkatkan kemampuan komunikasi matematis dan disposisi matematis siswa.
20
dan disposisi matematis siswa, diharapkan siswa dapat menerapkannsa dalam kehidupan sehari-hari.
3) Bagi pembuat kebijakan, agar lebih memahami pada model PBM merupakan salah satu model alternatif, sang dapat meningkatkan aspek-aspek kognitif kemampuan matematis seperti pemahaman, pemecahan masalah, penalaran, komunikasi, dan koneksi, serta meningkatkan aspek-aspek afektif ketika berkomunikasi dalam kelompok.
5
A V
SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan
Pembelajaran matematika baik dengan Pembelajaran Berbasis Masalah
(PBL) maupun dengan cara Pembelajaran Biasa (PB) dapat meningkatkan
kemampuan komunikasi dan disposisi matematis siswa. Berdasarkan rumusan
masalah, hasil penelitian, dan pembahasan seperti yang telah dikemukakan pada
bab sebelumnya, diperoleh beberapa simpulan sebagai berikut:
) Peningkatan kemampuan komunikasi matematis siswa yang diberi PBM lebih
tinggi dari pada peningkatan kemampuan komunikasi matematis siswa yang
diberi pembelajaran biasa. Peningkatan yang paling tinggi terdapat pada
indikator komunikasi matematis yang pertama yaitu menuliskan ide-ide
matematika ke dalam bentuk gambar, tabel, grafik atau model matematika
lainnya.
2) Peningkatan disposisi matematis siswa yang diberi PBM lebih tinggi dari pada
peningkatan disposisi matematis siswa yang diberi pembelajaran biasa.
Pengingkatan yang paling tinggi terdapat pada indikator disposisi matematis
yang ketujuh yaitu apresiasi.
3) Tidak terdapat interaksi antara pendekatan pembelajaran dan kemampuan
awal matematika siswa terhadap peningkatan kemampuan komunikasi
matematis.
4) Tidak terdapat interaksi antara pendekatan pembelajaran dan kemampuan
awal matematika siswa terhadap peningkatan disposisi matematis siswa.
25
5.2 Saran
Berdasarkan simpulan dari hasil penelitian ini, maka berikut beberapa
saran yang perlu mendapat perhatian dari semua pihak yang berkepentingan
terhadap penggunaan pendekatan PBL dalam proses pembelajaran matematika
khususnya pada tingkat pendidikan menengah pertama. Saran-saran tersebut
adalah sebagai berikut.
) Bagi para guru, agar pelaksanaan pembelajaran dengan PBL dapat lebih
berhasil dengan baik di kelas, sebaiknya mempersiapkan dengan matang
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), dan Lembar Kerja Siswa (LKS)
sebagai pedoman kegiatan belajar dan tugas rumah serta soal-soal yang
berkenaan dengan kemampuan matematis.
2) Dalam pelaksanaan pembelajaran dengan pendekatan PBL di kelas, sebaiknya
guru membuat antisipasi terhadap respon yang mungkin muncul dari siswa,
sehingga dapat memberikan caffoldino yang tepat untuk kondisi siswa dan
waktu dalam pelaksanaan pembelajaran.
3) Bagi peneliti selanjutnya, perlu diteliti bagaimana pengaruh pendekatan PBL
terhadap kemampuan matematis lainnya, seperti kemampuan pemahaman,
penalaran, pemecahan masalah, berpikir kritis, dan kreatif. Hal ini
dimungkinkan karena karakteristik pendekatan PBL memungkinkan siswa
untuk menemukan cara-cara baru dalam menyelesaikan masalah matematis
yang diberikan.
4) Karena disposisi matematis merupakan hal yang sangat penting dalam proses
pembelajaran, maka perlu ditumbuhkembangkan dimulai dari tingkat dasar
(SD) hingga perguruan tinggi.
DAFTAR PUSTAKA
Abdurrahman, Mulyono. (2009). Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar. Jakarta: Rineka Cipta..
Ansari, B. I. 2009. Konsep dan Aplikasi Matematik. Banda Aceh: Yayasan PeNA Banda Aceh Divisi Penerbitan.
Arends, RI. 2008. Learning To Teach Belajar Untuk mengajar. Edisi ke-7. Cet 1. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Arikunto, S. 2009. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Edisi Revisi. Cet 10. Jakarta: Bumi Aksara
Atallah, Fida, dkk. 2010. Learner’s and Teacher’s Conceptions and Dispositions of Mathematics From a Middle Eastern Perspective. Volume 7. United Arab Emirates : Zayed University
Baroody, A.J. 1993. Problem Solving, Reosoning, and Communicating, K-8. Helping Children Think Mathematically. New York: Merril, an inprint of Macmillan Publishing, Company
Burris, S and Bryan L. Garton. 2007. Effect of Instructional Strategy on Critical Thinking and Content Knowledge: Using Problem Based Learning in The Secondary Classroom. Texas Tech University
Choridah, Dedeh Tresnawati.2013. Peran Pembelajaran Berbasis Masalah Untuk Meningkatkan Kemampuan Komunikasi dan Berpikir Kreatif Serta Disposisi Matematis Siswa SMA. Jurnal Ilmiah Program Studi Matematika STKIP Siliwangi Bandung, Vol 2, No.2, Cimahi
Hamalik, O. 2009. Proses Belajar Mengajar. Cet ke-9.Jakarta: Bumi Aksara Harahap, A.H. 2014. Pengaruh Pendekatan Matematika Realistik Terhadap
Kemampuan Pemecahan Masalah dan Komunikasi Matematis Siswa. Tesis tidak diterbitkan. Medan: Sekolah Pascasarjana Universitas Negeri Medan. Isjoni. 2010. Pembelajaran Kooperatif Meningkatkan Kecerdasan Komunikasi
Antar Peserta Didik. Edisi ke-2. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Karlimah. 2010. Pengembangan Kemampuan Komunikasi dan Pemecahan Masalah Serta Disposisi Matematis Mahasiswa PGSD Melalui Pembelajaran Berbasis Masalah. Bandung: Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas Ilmu Pendidikan UPI.
KEMENDIKBUD. 2013. Permendikbud No. 54 tentang SKL Kurikulum 2013. Jakarta: Pusat Kurikulum dan Perbukuan, Balitbang
Mahmudi, A. 2009. Mengembangkan Kemampuan Berpikir Siswa Melalui Pembelajaran Matematika Realistik. Makalah disampaikan pada Seminar Nasional Penelitian, Pendidikan, dan Penerapan MIPA, FMIPA UNY, Yogyakarta
Mardapi, D. 2008. Teknik Penyusunan Instrumen Tes dan Non Tes. Jogjakarta: Mitra Cendikia Press.
Nasution, S. 1989. Kurikulum dan Pengajaran. Jakarta: Bumi Aksara PISA. 2012. Result In Focus
Romberg, Thomas A. 1993. NCTM’s Standards: A Rallying Flag For Mathematics Teachers.
Ruseffendi, E.T. 1991. Pengantar kepada Membantu Guru Mengembangkan Kompetensinya dalam Pengajaran Matematika untuk Meningkatkan CBSA. Edisi ke-2. Bandung: Tarsito
Ruseffendi, E.T. 1982. Dasar-Dasar Matematika Modern Untuk Guru. Edisi ke-3. Bandung: Tarsito
Shadiq, F. 2009. Apa dan Mengapa Matematika Begitu Penting?. (Online), (http://fadjarp3g.files.wordpress.com/2009/10/09-apamat_limas.pdf,diakses 5 November 2014).
Sanjaya, Wina. 2008. Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran. Jakarta: Kencana.
Sanjaya, Wina. 2006. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana
Shafridla. 2012. Peningkatan Kemampuan Komunikasi dan Disposisi Matematis Siswa Melalui Pendekatan Matematika Realistik. Tesis tidak diterbitkan. Medan: Program Pascasarjana UNIMED
Sudjana. 1991. Desain dan Analisis Eksperimen Edisi III. Bandung: Tarsito Sudjana, Nana. 2009. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung:
Remaja Rosdakarya
Suherman, E. 2001. Evaluasi Proses dan Hasil Belajar Matematika. Jakarta: Universitas Terbuka.
Sumarmo, U. 2010. Berfikir dan Disposisi Matematik: Apa, Mengapa, dan Bagaimana Dikembangkan pada Peserta Didik. Bandung: FPMIPA UPI. Suryabrata, Sumadi. 1984. Psikologi Pendidikan. Jakarta : Rajawali
153
Susilawati, W. 2011. Penerapan Problem Based Learning dalam Upaya Meningkatkan Kemampuan Mengajukan dan Memecahkan Masalah Matematika Siswa Sekolah Lanjut Tingkat Pertama Negeri di Bandung. Tidak diterbitkan. Bandung: Tesis UPI
Spangler, Denise A. 2009. Assessing Students’ Belief About Mathematics. Volum 3 Number 1
Syahputra, E. 2011. Peningkatan Kemampuan Spasial dan Disposisi Matematis Siswa SMP dengan Pendekatan PMRI Pada Pembelajaran Geometri Berbantuan Komputer. Tidak diterbitkan. Bandung: Disertasi UPI
Syarah, F. 2013. Peningkatan Kemampuan Komunikasi dan Disposisi Matematik Siswa SMP Melalui Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM). Tesis tidak diterbitkan. Medan: Program Pascasarjana UNIMED
Syafridla. 2012. Peningkatan Kemampuan Komunikasi dan Disposisi Matematis Siswa Melalui Pendekatan Matematika Realistik. Tesis tidak diterbitkan. Medan: Program Pascasarjana UNIMED
Turmudi. 2008. Landasan Filsafat dan Teori Pembelajaran Matematika (Berparadigma Eksploratif dan Investigatif). Jakarta: PT Leuser Cita Pustaka.
Van de Walle, J.A. 2008. Pengembangan Pengajaran Matematika Sekolah Dasar dan Menengah Edisi Keenam Jilid 1. Jakarta: Erlangga
Walpole, Ronald E. 1995. Pengantar Statistika. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama Wena, Made. 2009. Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer. Jakarta: Bumi
Aksara