TESIS
Oleh
DEWA ANGGARA 107032005/IKM
PROGRAM STUDI S2 ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
HUBUNGAN FAKTOR DEMOGRAFIS, PSIKOLOGIS IBU DAN ORGANISASI DENGAN PEMANFAATAN PELAYANAN
JAMINAN PERSALINAN (JAMPERSAL) TAHUN 2013 DI KECAMATAN BERINGIN KABUPATEN
DELI SERDANG
TESIS
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat
untuk Memperoleh Gelar Magister Kesehatan (M.Kes) dalam Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat
Minat Studi Administrasi dan Kebijakan Kesehatan pada Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Sumatera Utara
Oleh
DEWA ANGGARA 107032005/IKM
PROGRAM STUDI S2 ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
THE RELATIONSHIP BETWEEN DEMOGRAPHIC FACTORS, MOTHER’S PSYCHOLOGICAL AND ORGANIZATION WITH THE UTILIZATION OF
JAMPERSAL (DELIVERY ASSURANCE) 2013 BERINGIN SUBDISTRICT DELI SERDANG DISTRICT
THESIS
BY
DEWA ANGGARA 107032005/IKM
MAGISTER OF PUBLIC HEALTH SCIENCE STUDY PROGRAM FACULTY OF PUBLIC HEALTH
UNIVERSITY OF SUMATERA UTARA MEDAN
Judul Tesis : HUBUNGAN FAKTOR DEMOGRAFIS,
PSIKOLOGIS IBU DAN ORGANISASI DENGAN PEMANFAATAN PELAYANAN
JAMINAN PERSALINAN (JAMPERSAL) TAHUN 2013 DI KECAMATAN BERINGIN
KABUPATEN DELI SERDANG
Nama Mahasiswa : Dewa Anggara
Nomor Induk Mahasiswa : 107032005
Program Studi : S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat
Telah diuji
Pada Tanggal : 26 Juni 2014
PANITIA PENGUJI TESIS
Ketua : Prof. dr. Sorimuda Sarumpaet, MPH
Anggota : 1. dr. Heldy BZ, MPH
: 2. Drs. Abdul Jalil AA. M.Kes
PERNYATAAN
HUBUNGAN FAKTOR DEMOGRAFIS, PSIKOLOGIS IBU DAN ORGANISASI DENGAN PEMANFAATAN PELAYANAN
JAMINAN PERSALINAN (JAMPERSAL) TAHUN 2013 DI KECAMATAN BERINGIN KABUPATEN
DELI SERDANG
TESIS
Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam tesis ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.
Medan, Juli 2014
DEWA ANGGARA
ABSTRAK
Pemanfaatan pelayanan Jampersal di Kabupaten Deli Serdang yang memanfaatkan hanya sebesar 6,8%. Rendahnya pemanfaatan pelayanan jampersal terkait dengan faktor demografis (umur, pendidikan, pekerjaan, penghasilan dan paritas), faktor psikologis (pengetahuan, sikap dan keyakinan) dan faktor organisasi (sifat dan tempat pelayanan).
Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan hubungan faktor demografis, psikologis dan demografis dengan pemanfaatan pelayanan Jaminan Persalinan (Jampersal) di Kecamatan Beringin Kabupaten Deli Serdang. Jenis penelitian ini adalah survei analitik dengan pendekatan explanatory dan desain penelitian secara cross sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu nifas di tahun 2012 dan 2013 (bulan Nopember 2012-Mei 2013) yang bertempat tinggal di Kecamatan Beringin Kabupaten Deli Serdang. Sampel sebanyak 210 orang, diambil dengan tahap pertama cluster sampling dan tahap kedua convinience sampling. Data diperoleh dengan wawancara menggunakan kuesioner, dianalisis dengan Regresi Logistik Ganda pada α = 5%.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan faktor demografis (pendidikan, penghasilan, paritas) dan faktor psikologis (pengetahuan dan keyakinan) dan faktor organisasi (lokasi pelayanan) dengan pemanfaatan program jampersal, sedangkan faktor demografis (pekerjaan) tidak signifikan dengan pemanfaatan program jampersal dan variabel yang paling dominan berhubungan dengan pemanfaatan program jampersal di Kecamatan Beringin Kabupaten Deli Serdang adalah variabel penghasilan.
Disarankan kepada Puskesmas Kabupaten Deli Serdang perlu meningkatkan pengetahuan ibu, perlu mensosialisasikan kepada ibu yang berpenghasilan rendah dan ibu dengan paritas > 2 orang anak agar memanfaatkan program jampersal dan mengikuti program KB, kepada Klinik lebih meningkatkan pelayanan dan fasilitas dalam menolong persalinan, kepada Dinas Kesehatan di Kabupaten Deli Serdang untuk memperkenalkan dan mensosialisasikan program Jampersal yang telah diubah menjadi Jaminan Kesehatan Nasional yang dikelola oleh Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) dan pembiayaan yang ditanggung program JKN hendaknya tidak dibatasi dengan jumlah anak 3 orang saja dan sebaiknya mendapatkan subsidi pembiayaan untuk persalinan pada anak selanjutnya.Kepada Pemerintah Kabupaten Deli Serdang khususnya Dinas Kesehatan agar berkoordinasi dengan BPJS untuk ulang penduduknya untuk mengetahui apakah sudah keseluruhan masyarakat telah mendapatkan fasilitas JKN agar seluruh masyarakat dapat memiliki jaminan kesehatan yang baik.
ABSTRACT
The utilization of Jampersal service in Deli Serdang was only 6.8%. The low utilization of Jampersal services is related to demographic factors (age, education, occupation, income, and parity), psychological factors (knowledge, attitudes and beliefs) and organizational factors (nature and venue of service).
The purpose of this analytical explanatory survey study with cross-sectional design was to explain the relationship between demographic factors, mother’s psychological and organization with the utilization of Jampersal (Delivery Assurance) Beringin Subdistrict Deli Serdang District. The population of this study were all postpartum mothers from November 2012 to May 2013 living in Beringin Subdistrict Deli Serdang District and 210 of them were selected to be the samples for this study through cluster sampling and convinience sampling. The data for this study were obtained through questionnaire based interview and were analyzed through multiple logistic regression tests at α=5%.
The results of this study showed that there was a significant relationship between demographic factor (education, income, parity) and psychological factor (knowledge, belief) and organizational factor (location of service) and the utilization of Jampersal program, while demographic factor (occupation) did not have significant relationship with the utilization of Jampersal program, and the most dominant variable related to the utilization of Jampersal program in Beringin Subdistrict, Deli Serdang District was income.
The management of Puskesmas (Community Health Center) in Deli Serdang District is suggested to improve the knowledge of the mothers, to socialize the benefit of Jampersal program to the mothers of low income groups, to encourage the mothers with parity > 2 children to participate in the Family Planning program, to improve the service and facilities of delivery. The management of Deli Serdang District Health Service is suggested to introduce and socialize the Jampersal program which has been changed to National Health Assurance managed by Social Assurance Organizing Board (BPJS) and the payment borne by National Health Assurance (JKN) program should not be limited to 3 children only and it would be better if the delivery of the next children is subsidized. The District Government of Deli Serdang especially the Health Service should coordinate with Social Assurance Organizing Board (BPJS) should do a re-population census to find out whether or not all of its people have received the National Health Assurance (JKN) facilities that all of the citizens can have good health assurance.
KATA PENGANTAR
Penulis panjatkan puji dan syukur yang tiada henti dan tak terhingga kepada
Allah SWT atas berkat dan rahmat serta pertolongan-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan penelitian ini dengan judul “Hubungan Faktor Demografis,
Psikologis Ibu dan Organisasi dengan Pemanfaatan Pelayanan Jaminan
Persalinan (Jampersal) Tahun 2013 di Kecamatan Beringin Kabupaten Deli
Serdang”
Penyusunan tesis ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Magister Kesehatan (M.Kes) pada Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat
Minat Studi Administras dan Kebijakan Kesehatan Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Sumatera Utara. Proses penulisan tesis dapat terwujud berkat dukungan,
bimbingan, arahan dan bantuan moral maupun material dari banyak pihak. Untuk itu
izinkan penulis mengucapkan terima kasih yang tak terhingga kepada :
1. Prof. Dr. dr. Syahril Pasaribu, DTM&H, M.Sc (CTM), Sp.A(K), selaku Rektor
Universitas Sumatera Utara
2. Dr. Drs. Surya Utama, M.S, Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas
Sumatera Utara
3. Dr. Ir. Evawany Aritonang, M.Si selaku Sekretaris Program Studi S2 Ilmu
Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera
4. Prof. dr. Sorimuda Sarumpaet, MPH, sebagai ketua komisi pembimbing yang
dengan penuh perhatian dan kesabaran membimbing, mengarahkan dan
meluangkan waktu untuk membimbing penulis mulai dari proposal hingga
penulisan tesis selesai.
5. dr. Heldy BZ, MPH, selaku anggota komisi pembimbing yang dengan penuh
perhatian dan kesabaran membimbing, mengarahkan dan meluangkan waktu
untuk membimbing penulis mulai dari proposal hingga penulisan tesis selesai.
6. Drs. Abdul Jalil AA. M.Kes dan Siti Khadijah Nasution, SKM, M.Kes sebagai
komisi penguji atau pembanding yang telah banyak memberikan arahan dan
masukan demi kesempurnaan penulisan tesis ini.
7. Camat Beringin Kabupaten Deli Serdang dan jajarannya yang telah berkenan
memberikan kesempatan kepada penulis untuk memberikan izin sampai selesai
penelitian ini.
8. Dosen dan Staf di Lingkungan Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat
Minat Studi Administrasi dan Kebijakan Kesehatan, Fakultas Kesehatan
Masyarakat Universitas Sumatera Utara.
9. Seluruh responden yang telah bersedia berpartisipasi dalam penelitian ini.
10. Teristimewa untuk Ayahanda H. Sumarsono dan Ibunda Hj. Zuraidah Rokany,
SE beserta Ayah Mertua Ir. Johannes Mayendra Saragi, MM dan Ibu Mertua
Nurlely Piliang, BA yang telah memberikan motivasi, semangat, dukungan serta
perjuangan buat saya baik moril maupun materil dan terus mendoakan agar dapat
Allah SWT memberikan rahmat umur yang panjang, sehat selalu dan
melimpahkan rezeki.
11. Istriku tersayang Mega Fajri Aini Saragi, S.TP, M.Si yang telah memberi
motivasi, semangat, doa, serta waktu membantu dan menemaniku dalam
menyelesaikan tesis ini.
12. Kepada Saudara-saudara kandungku Dewi Sri Anggreiny AM.Keb, SKM,
beserta suami, kedua adikku dr. Dhian Andiny dan Putri Yolanda S.Ked yang
selalu memberikan semangat dan kepada kedua adik iparku Muhammad Nurul
Imam Saragi dan Habibah Fitri Hijriani Saragi.
13. Rekan-rekan Pasca Sarjana Program Studi Administrasi dan Kebijakan
Kesehatan Stambuk 2010, jangan penah lupakan hari-hari kebersamaan kita.
Penulis menyadari atas segala keterbatasan, untuk itu saran dan kritik yang
membangun sangat penulis harapkan demi kesempurnaan tesis ini dengan harapan,
semoga tesis ini bermanfaat bagi pengambil kebijakan di bidang kesehatan dan
pengembangan ilmu pengetahuan bagi penelitian selanjutnya.
Medan, Juli 2014 Penulis
RIWAYAT HIDUP
Dewa Anggara, lahir pada tanggal 22 Januari 1987 di Lubuk Pakam, anak
kedua dari empat bersaudara dari pasangan ayahanda H. Sumarsono dan ibunda Hj.
Zuraidah Rokany, SE.
Pendidikan formal penulis dimulai dari sekolah dasar di sekolah Dasar Negeri
No. 101900 Lubuk Pakam, selesai Tahun 1999, Sekolah Menengah Pertama di SMP
Negeri 1 Lubuk Pakam, selesai tahun 2002, Sekolah Menengah Atas di SMA Negeri
1 Lubuk Pakam, selesai Tahun 2005, Fakultas Kedokteran Universitas Islam
Sumatera Utara, selesai Tahun 2011.
Penulis mulai bekerja sebagai Dokter IGD di Rumah Sakit Joshua Lubuk
Pakam dan Klinik Bersalin Hamidah Tanjung Morawa dari tahun 2011 sampai
dengan tahun 2012.Penulis bekerja di Rumah Sakit Patar Asih Lubuk Pakam sebagai
Kepala IGD dari tahun 2012 sampai sekarang.
Penulis mengikuti pendidikan lanjutan di Program Studi S2 Ilmu Kesehatan
Masyarakat Minat studi Administrasi dan Kebijakan Kesehatan, Fakultas Kesehatan
Masyarakat Universitas Sumatera Utara sejak tahun 2010 dan menyelesaikan studi
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK ... i
ABSTRACT ... ii
KATA PENGANTAR ... iii
RIWAYAT HIDUP ... vi
DAFTAR ISI ... vii
DAFTAR TABEL ... x
DAFTAR GAMBAR ... xi
DAFTAR LAMPIRAN ... xii
BAB 1. PENDAHULUAN ... 1
1.1. Latar Belakang ... 1
1.2. Permasalahan ... 8
1.3. Tujuan Penelitian ... 8
1.4. Hipotesis ... 8
1.5. Manfaat Penelitian ... 8
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA ... 10
2.1. Jampersal ... 10
2.1.1. Ruang Lingkup ... 10
2.1.2. Mekanisme Pelayanan Jampersal ... 12
2.1.3. Manfaat ... 14
2.2. Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan ... 20
2.2.1. Teori Pemanfaatan Pelayanan Jampersal ... 21
2.3. Landasan Teori ... 36
2.4. Kerangka Konsep ... 38
BAB 3. METODE PENELITIAN ... 39
3.1. Jenis Penelitian ... 39
3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 39
3.2.1. Lokasi Penelitian ... 39
3.2.2. Waktu Penelitian ... 39
3.3. Populasi dan Sampel ... 40
3.3.1. Populasi ... 40
3.3.2. Sampel ... 40
3.4. Metode Pengumpulan Data ... 41
3.4.1. Data Primer ... 41
3.4.2. Data Sekunder ... 41
3.5. Definisi Operasional ... 42
3.5.2. Variabel Dependen ... 45
3.6. Metode Pengukuran ... 46
3.7. Metode Analisis Data ... 47
3.7.1. Analisis Univariat ... 47
3.7.2. Analisis Bivariat ... 47
3.7.2. Analisis Multivariat ... 47
BAB 4. HASIL PENELITIAN ... 49
4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 49
4.1.1. Geografis ... 49
4.1.2. Pendidikan ... 49
4.1.3. Pekerjaan ... 50
4.2. Analisis Univariat ... 50
4.2.1. Struktur Sosial ... 50
4.2.2. Faktor Psikologis ... 51
4.2.3. Faktor Organisasi ... 58
4.2.4. Distribusi Pemanfaatan Program Jampersal di Kabupaten Deli Serdang ... 58
4.3. Analisis Bivariat ... 59
4.4. Analisis Multivariat ... 65
BAB 5. PEMBAHASAN ... 69
5.1. Program Jampersal di Kabupaten Deli Serdang ... 69
5.2. Hubungan Faktor Demografis dengan Pemanfaatan ... Program Jampersal ... 72
5.2.1. HubunganUmur dengan Pemanfaatan Program ... Program Jampersal di Kecamatan Beringin ... Kabupaten Deli Serdang ... 72
5.2.2. Hubungan Pendidikan dengan Pemanfaatan ... Program Jampersal di Kecamatan Beringin ... Kabupaten Deli Serdang ... 73
5.2.3. Hubungan Pekerjaan dengan Pemanfaatan ... Program Jampersal di Kecamatan Beringin ... Kabupaten Deli Serdang ... 74
5.2.4. Hubungan Penghasilan dengan Pemanfaatan... Program Jampersal di Kecamatan Beringin ... Kabupaten Deli Serdang ... 76
5.3. Hubungan Faktor Psikologis dengan Pemanfaatan ...
Program Jampersal ... 78
5.3.1. Hubungan Pengetahuan dengan Pemanfaatan ... Program Jampersal di Kecamatan Beringin ... Kabupaten Deli Serdang ... 78
5.3.2. Hubungan Sikapdengan Pemanfaatan Program ... Jampersal di Kecamatan Beringin Kabupaten ... Deli Serdang ... 80
5.3.3. Hubungan Kepercayaan dengan Pemanfaatan ... Program Jampersal di Kecamatan Beringin ... Kabupaten Deli Serdang ... 81
5.4. Hubungan Faktor Organisasi dengan Pemanfaatan ... Program Jampersal ... 83
5.4.1. Hubungan Sifat Organisasi dengan Pemanfaatan ... Program Jampersal di Kecamatan Beringin ... Kabupaten Deli Serdang ... 83
5.4.2. Hubungan Lokasi Pelayanan dengan Pemanfaatan. Program Jampersal di Kecamatan Beringin ... Kabupaten Deli Serdang ... 84
BAB 6. KESIMPULAN DAN SARAN ... 86
6.1. Kesimpulan ... 86
6.2. Saran ... 86
DAFTAR PUSTAKA ... 88
DAFTAR TABEL
Nomor Judul Halaman
3.1 Jumlah Ibu Nifas di Kecamatan Beringin Kabupaten Deli Serdang...
41
3.2 Variabel, Cara, Alat, Skala dan Hasil Ukur ………. 46
4.1 Distribusi Struktur Sosial (Umur, Pendidikan, Pekerjaan, Penghasilan, dan Paritas) di Kecamatan Beringin Kabupaten Deli Serdang...
51
4.4 Distribusi Sikap Responden di Kecamatan Beringin
Kabupaten Deli Serdang ………... 54
4.5 Distribusi Frekuensi Kategori Sikap Responden tentang
Pemanfaatan Jampersal di Kabupaten Deli Serdang …... 55
4.6 Distribusi Kepercayaan Responden di Kecamatan Beringin
Kabupaten Deli Serdang ………... 56
4.7 Distribusi Frekuensi Kategori Kepercayaan Responden
tentang Pemanfaatan Jampersal di Kabupaten Deli Serdang 57
4.8 Distribusi Frekuensi Faktor Organisasi (Sifat Pelayanan Jampersal dan Tempat Pelayanan Jampersal di Kecamatan
Beringin Kabupaten Deli Serdang………... 58
4.9 Distribusi Frekuensi Pemanfaatan Program Jampersal di
Wilayah Kabupaten Deli Serdang ………... 58
4.10 Hubungan Faktor Demografi, Faktor Psikologis ibu dan Fa ktor Organisasi dengan Pemanfaatan Jampersal di Kecamat
an Beringin Kabupaten Deli Serdang………... 64
4.11 Hubungan faktor Demografi Ibu, Faktor Psikologis dan Faktor Organisasi dengan Pemanfaatan Jampersal di
DAFTAR GAMBAR
Nomor Judul Halaman
2.1. Paradigma Kesehatan (H.L. Blum) ….………...……….. 22
2.2. Kerangka Teoritis Penelitian………..………. 37
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Judul Halaman
1. Kuesioner Penelitian ………...………. 92
2. Master Data Penelitian ……….………. 97
ABSTRAK
Pemanfaatan pelayanan Jampersal di Kabupaten Deli Serdang yang memanfaatkan hanya sebesar 6,8%. Rendahnya pemanfaatan pelayanan jampersal terkait dengan faktor demografis (umur, pendidikan, pekerjaan, penghasilan dan paritas), faktor psikologis (pengetahuan, sikap dan keyakinan) dan faktor organisasi (sifat dan tempat pelayanan).
Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan hubungan faktor demografis, psikologis dan demografis dengan pemanfaatan pelayanan Jaminan Persalinan (Jampersal) di Kecamatan Beringin Kabupaten Deli Serdang. Jenis penelitian ini adalah survei analitik dengan pendekatan explanatory dan desain penelitian secara cross sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu nifas di tahun 2012 dan 2013 (bulan Nopember 2012-Mei 2013) yang bertempat tinggal di Kecamatan Beringin Kabupaten Deli Serdang. Sampel sebanyak 210 orang, diambil dengan tahap pertama cluster sampling dan tahap kedua convinience sampling. Data diperoleh dengan wawancara menggunakan kuesioner, dianalisis dengan Regresi Logistik Ganda pada α = 5%.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan faktor demografis (pendidikan, penghasilan, paritas) dan faktor psikologis (pengetahuan dan keyakinan) dan faktor organisasi (lokasi pelayanan) dengan pemanfaatan program jampersal, sedangkan faktor demografis (pekerjaan) tidak signifikan dengan pemanfaatan program jampersal dan variabel yang paling dominan berhubungan dengan pemanfaatan program jampersal di Kecamatan Beringin Kabupaten Deli Serdang adalah variabel penghasilan.
Disarankan kepada Puskesmas Kabupaten Deli Serdang perlu meningkatkan pengetahuan ibu, perlu mensosialisasikan kepada ibu yang berpenghasilan rendah dan ibu dengan paritas > 2 orang anak agar memanfaatkan program jampersal dan mengikuti program KB, kepada Klinik lebih meningkatkan pelayanan dan fasilitas dalam menolong persalinan, kepada Dinas Kesehatan di Kabupaten Deli Serdang untuk memperkenalkan dan mensosialisasikan program Jampersal yang telah diubah menjadi Jaminan Kesehatan Nasional yang dikelola oleh Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) dan pembiayaan yang ditanggung program JKN hendaknya tidak dibatasi dengan jumlah anak 3 orang saja dan sebaiknya mendapatkan subsidi pembiayaan untuk persalinan pada anak selanjutnya.Kepada Pemerintah Kabupaten Deli Serdang khususnya Dinas Kesehatan agar berkoordinasi dengan BPJS untuk ulang penduduknya untuk mengetahui apakah sudah keseluruhan masyarakat telah mendapatkan fasilitas JKN agar seluruh masyarakat dapat memiliki jaminan kesehatan yang baik.
ABSTRACT
The utilization of Jampersal service in Deli Serdang was only 6.8%. The low utilization of Jampersal services is related to demographic factors (age, education, occupation, income, and parity), psychological factors (knowledge, attitudes and beliefs) and organizational factors (nature and venue of service).
The purpose of this analytical explanatory survey study with cross-sectional design was to explain the relationship between demographic factors, mother’s psychological and organization with the utilization of Jampersal (Delivery Assurance) Beringin Subdistrict Deli Serdang District. The population of this study were all postpartum mothers from November 2012 to May 2013 living in Beringin Subdistrict Deli Serdang District and 210 of them were selected to be the samples for this study through cluster sampling and convinience sampling. The data for this study were obtained through questionnaire based interview and were analyzed through multiple logistic regression tests at α=5%.
The results of this study showed that there was a significant relationship between demographic factor (education, income, parity) and psychological factor (knowledge, belief) and organizational factor (location of service) and the utilization of Jampersal program, while demographic factor (occupation) did not have significant relationship with the utilization of Jampersal program, and the most dominant variable related to the utilization of Jampersal program in Beringin Subdistrict, Deli Serdang District was income.
The management of Puskesmas (Community Health Center) in Deli Serdang District is suggested to improve the knowledge of the mothers, to socialize the benefit of Jampersal program to the mothers of low income groups, to encourage the mothers with parity > 2 children to participate in the Family Planning program, to improve the service and facilities of delivery. The management of Deli Serdang District Health Service is suggested to introduce and socialize the Jampersal program which has been changed to National Health Assurance managed by Social Assurance Organizing Board (BPJS) and the payment borne by National Health Assurance (JKN) program should not be limited to 3 children only and it would be better if the delivery of the next children is subsidized. The District Government of Deli Serdang especially the Health Service should coordinate with Social Assurance Organizing Board (BPJS) should do a re-population census to find out whether or not all of its people have received the National Health Assurance (JKN) facilities that all of the citizens can have good health assurance.
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Penurunan Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB)
merupakan tantangan yang lebih sulit dicapai dibandingkan dengan target Millenium
Development Goals (MDGs) lainnya. Sedangkan upaya penurunan AKI tidak lagi
dapat dilakukan dengan intervensi biasa, tapi diperlukan terobosan serta peningkatan
kerjasama lintas sektor untuk mengejar ketertinggalan penurunan AKI agar target
MDGs tercapai, diharapkan angka kematian ibu menurun dari 228 pada tahun 2007
menjadi 102 per 100.000 kelahiran hidup dan angka kematian bayi menurun 34 pada
tahun 2007 menjadi 23 per 1.000 kelahiran hidup. Namun berdasarkan SDKI 2012,
rata-rata angka kematian ibu (AKI) tidak sesuai target MDGs dan tercatat mencapai
359 per 100 ribu kelahiran hidup. Rata-rata kematian ini jauh melonjak dibanding
hasil SDKI 2007 yang mencapai 228 per 100 ribu. Untuk dapat mencapai target
MDGs, diperlukan terobosan dan upaya keras dari seluruh pihak, baik pemerintah,
sektor swasta, maupun masyarakat.
Menurut laporan World Health Organization (WHO) diperkirakan di seluruh
dunia terdapat sekitar 536.000 wanita meninggal dunia akibat masalah persalinan.
Dari jumlah tersebut, 99% diantaranya terjadi di negara-negara berkembang
(Bambang, 2008). Mortalitas dan morbiditas pada waktu hamil dan bersalin adalah
wanita usia subur disebabkan oleh hal yang berkaitan dengan kehamilan (Saifuddin,
2006).
Risiko kematian ibu semakin tinggi akibat adanya faktor-faktor risiko
keterlambatan. Ada tiga risiko keterlambatan, yakni terlambat mengenali tanda
bahaya (terlambat mengambil keputusan), terlambat sampai di fasilitas kesehatan
pada saat keadaan darurat, dan terlambat memperoleh pelayanan persalinan oleh
tenaga kesehatan.
Risiko kematian ibu akibat persalinan dapat ditekan jika ibu mendapatkan
layanan persalinan yang cepat dan berkualitas di fasilitas kesehatan, termasuk
mendapat pertolongan oleh tenaga kesehatan yang kompeten dan memiliki
kewenangan. Keterbatasan dan ketidaktersediaan biaya menjadi salah satu kendala
masyarakat untuk memperoleh akses ke pelayanan persalinan oleh tenaga kesehatan
di fasilitas kesehatan.
Penyebab kematian ibu yang paling umum di Indonesia adalah penyebab
obstetri langsung yaitu perdarahan 28%, preeklampsi/eklampsi 24%, infeksi 11%,
sedangkan penyebab tidak langsung adalah trauma obstetri 5% dan lain-lain 11%
(WHO, 2007). Berdasarkan audit maternal perinatal tahun 2010 dan hasil analisis
yang dilakukan dari rekapitulasi review kematian ibu diketahui bahwa proporsi
kematian ibu di Pulau Lombok disebabkan oleh penyebab obstetri langsung yaitu
perdarahan 30,23%, preeklampsi/eklampsi 23,7%, infeksi dan emboli air ketuban,
sedangkan penyebab tidak langsung menyumbang 42,1% dari kematian ibu yaitu
Separuh dari kematian ibu disebabkan oleh perdarahan. Dua pertiga dari
semua kasus perdarahan pasca persalinan terjadi pada ibu tanpa faktor risiko yang
diketahui sebelumnya, duapertiga kematian akibat perdarahan tersebut adalah dari
jenis retensio plasenta, dan tidak mungkin memperkirakan ibu mana yang akan
mengalami atonia uteri maupun perdarahan (WHO, 2008). Perdarahan, khususnya
perdarahan post-partum, terjadi secara mendadak dan lebih berbahaya apabila terjadi
pada wanita yang menderita anemia. Seorang ibu dengan perdarahan dapat meninggal
dalam waktu kurang dari satu jam (Kemenkes RI, 2008).
Menurut hasil Riset Kesehatan Dasar 2010, persalinan oleh tenaga kesehatan
pada kelompok sasaran miskin (Quintile 1) baru mencapai sekitar 69,3%. Sedangkan
persalinan yang dilakukan oleh tenaga kesehatan di fasilitas kesehatan baru mencapai
55,4%. Salah satu kendala penting untuk mengakses persalinan oleh tenaga kesehatan
di fasilitas kesehatan adalah keterbatasan dan ketidak-tersediaan biaya sehingga
diperlukan kebijakan terobosan untuk meningkatkan persalinan yang ditolong tenaga
kesehatan di fasilitas kesehatan melalui kebijakan yang disebut Jaminan Persalinan
(Jampersal). Jaminan Persalinan adalah jaminan pembiayaan pelayanan persalinan
yang meliputi pemeriksaan kehamilan, pertolongan persalinan, pelayanan nifas,
termasuk pelayanan KB pasca persalinan, dan pelayanan bayi baru lahir. Sasaran dari
program ini adalah ibu hamil, ibu bersalin, ibu nifas (sampai 42 hari pasca
melahirkan), serta bayi baru lahir (sampai dengan usia 28 hari). Jampersal adalah
perluasan kepesertaan dari Jamkesmas dan tidak hanya mencakup masyarakat miskin
pelayanan kehamilan, persalinan, nifas, bayi baru lahir dan KB (Keluarga Berencana)
pasca persalinan (Juknis Jampersal, 2012).
Jampersal diselenggarakan secara nasional sejak tahun 2011 dan telah
mencapai sosialisasi yang baik serta pelaksanaannya di fasilitas kesehatan tingkat
pertama pemerintah yaitu puskesmas dan jaringannya maupun tingkat lanjutan yaitu
rumah sakit serta di fasilitas kesehatan swasta yang melakukan perjanjian kerjasama
dengan dinas kesehatan. Tempat yang ideal untuk persalinan adalah fasilitas
kesehatan dengan perlengkapan dan tenaga yang siap menolong bila sewaktu-waktu
terjadi komplikasi persalinan.
Data statistik menunjukkan secara nasional, bahwa dukun beranak masih
menjadi pilihan kedua setelah bidan. Data Survei Status Sosial Ekonomi Nasional
(Susenas) dari tahun 2000-2005, penolong persalinan yang dilakukan oleh dukun
beranak mencapai 26,28% (BPS, 2006). Penolong persalinan di Indonesia sebagian
besar dilakukan oleh bidan (58%) dan dukun bersalin (25,31%), sedangkan menurut
tipe daerah di perkotaan maupun di pedesaan penolong persalinan yang terbanyak
dilakukan oleh bidan, masing-masing 65,81% dan 52,22% (BPS, 2008).
Kemampuan untuk menjangkau pelayanan kesehatan bagi individu maupun
keluarga di fasilitas kesehatan dapat dipengaruhi beberapa hal. Menurut teori pola
pemanfaatan pelayanan kesehatan dari Andersen ada faktor-faktor utama seperti
faktor predisposisi, faktor pemungkin dan faktor kebutuhan. Hal-hal yang terkait
dengan faktor predisposisi adalah demografi, struktur sosial dan kepercayaan. Faktor
yaitu faktor genetik dan karakteristik psikologis. Yang termasuk faktor kebutuhan
adalah kebutuhan yang dirasakan dan diagnosis klinik atau evaluasi.
Selain faktor psikologis, faktor demografis yang turut menghubungkan sikap
ibu terhadap pelayanan Jampersal adalah tingkat pendidikan, pekerjaan, umur, jumlah
keluarga, dan lain-lain. Tingkat pendidikan, pekerjaan dan pendapatan secara teori
berhubungan positif pada sikap masyarakat terhadap pemanfaatan pelayanan
Jampersal. Pendidikan yang lebih tinggi, pekerjaan yang lebih baik cenderung
memberikan informasi yang lebih baik kepada maayarakat sehingga meningkatkan
pemahamannya tentang Jampersal. Sedangkan pendapatan yang lebih tinggi,
menyebabkan ibu enggan untuk memanfaatkan pelayanan Jampersal, masyarakat
beranggapan karena gratis maka ibu ragu dengan kualitas yang diberikan, maka dari
itu ibu cenderung menggunakan pelayanan persalinan berbayar.
Penelitian yang dilakukan oleh Siregar di wilayah kerja Puskesmas Gunung
Tua Kecamatan Padang Bolak Julu Kabupaten Padang Lawas Utara Tahun 2011
bahwa 88,0% ibu bersalin memilih penolong persalinan tidak memanfaatkan tenaga
kesehatan dan hanya 12,0% yang memanfaatkan tenaga kesehatan. Ada hubungan
secara signifikan umur, pendidikan, penghasilan, persepsi dan dukungan keluarga
dengan pemilihan penolong persalinan pada ibu bersalin (Siregar, 2011).
Abdi dalam penelitiannya terhadap determinan pemanfaatan penolong
persalinan di Desa Anak Talang Kecamatan Batang Cenaku Kabupaten Indragiri
Hulu tahun 2012 dipengaruhi oleh faktor sosial budaya. Faktor sosial budaya menjadi
istiadat yang mengharuskan masyarakat di Desa Anak Talang untuk melakukan
persalinan pada dukun bayi dan adanya hukuman bagi masyarakat yang melakukan
persalinan pada tenaga kesehatan (Abdi, 2012).
Data pemanfaatan Jampersal di Kabupaten Deli Serdang pada tahun 2012 di
15 puskesmas rawat inap dari jumlah ibu bersalin 19.543 orang yang memanfaatkan
pelayanan Jampersal sebanyak 1.332 (6,8%), yang tidak memanfaatkan pelayanan
jampersal 18.211 orang (93,0%) (Badan Evaluasi Dinas Kesehatan Kabupaten Deli
Serdang, 2013).
Menurut survey pendahuluan yang peneliti lakukan di Kecamatan Beringin
Kabupaten Deli Serdang pada tahun 2012-2013 di 5 (lima) desa wilayah kerja
puskesmas Karang Anyer dari jumlah ibu bersalin 640 orang yang memanfaatkan
pelayanan Jampersal sebanyak 154 (24,1%), yang tidak memanfaatkan pelayanan
jampersal 486 orang (75,9%) dan pada bulan Januari-September 2013 dari jumlah ibu
bersalin 884 orang yang memanfaatkan pelayanan Jampersal sebanyak 415 (46,9%),
yang tidak memanfaatkan pelayanan jampersal 469 orang (53,1%) (Badan Evaluasi
Dinas Kesehatan Kabupaten Deli Serdang, 2013).
Kecamatan Beringin untuk klinik yang melayani jampersal hanya 3 klinik,
sementara untuk puskesmas yang berada di Kecamatan Beringin bukan puskesmas
rawat inap sehingga ibu susah untuk mendapatkan pelayanan Jampersal.
Hasil wawancara dengan 20 orang ibu mengatakan lebih nyaman melahirkan
di rumah dengan memanfaatkan petugas kesehatan dan dukun bayi serta keluarga
kebiasaan dalam keluarga untuk menyambut kehadiran bayi baru lahir biasanya
didamping oleh dukun bayi dan sanak keluarga. Latar belakang ibu bersalin pada
umumnya adalah ibu rumah tangga dengan pendidikan rendah. Faktor demografis,
psikologis ibu faktor organisasi dapat menjadi penyebab ibu tidak memanfaatkan
program Jampersal karena adanya.
Kecamatan Beringin Kabupaten Deli Serdang sebagai salah satu daerah yang
melaksanakan program Jampersal masih banyak menghadapi kendala.
Kendala-kendala tersebut adalah dalam pelaksanaannnya ternyata masih banyak ibu
melahirkan belum mengerti dengan jelas prosedur bagaimana mendapatkan layanan
Jampersal. Kenyataan yang lain adalah belum semua pihak fasilitas kesehatan yang
mengikuti program Jampersal menyampaikan kepada ibu hamil yang datang bahwa
pemerintah menyediakan program Jampersal untuk mereka, sehingga informasi
tentang Jampersal belum sepenuhnya menyentuh secara langsung kepada ibu hamil.
Syarat-syarat jadi peserta jampersal adalah memiliki buku kesehatan ibu dan
anak, KTP, surat pernyataan tidak memiliki Jamsostek/Askes, partograf untuk klaim
yang di klinik, kalau ke rumah sakit ditambah dengan surat rujukan dari puskesmas
dan KTP suami serta kartu keluarga.
Berdasarkan uraian di atas, penulis tertarik untuk meneliti hubungan faktor
demografis (umur, pendidikan, pekerjaan, penghasilan dan paritas), faktor psikologis
(pengetahuan, sikap dan keyakinan) faktor organisasi (sifat dan tempat pelayanan)
dengan pemanfaatan pelayanan jampersal di Kecamatan Beringin Kabupaten Deli
1.2. Permasalahan
Berdasarkan latar belakang di atas, maka yang menjadi permasalahan adalah
rendahnya pemanfaatan pelayanan jampersal di Kecamatan Beringin Kabupaten Deli
Serdang.
1.3. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis hubungan faktor demografis
ibu (umur, pendidikan, pekerjaan, penghasilan dan paritas), faktor psikologis
(pengetahuan, sikap dan keyakinan) dan faktor organisasi (sifat dan tempat
pelayanan) dengan pemanfaatan pelayanan jampersal tahun 2013 di Kecamatan
Beringin Kabupaten Deli Serdang.
1.4. Hipotesis
Faktor demografis ibu (umur, pendidikan, pekerjaan, penghasilan dan paritas),
faktor psikologis (pengetahuan, sikap dan keyakinan) dan faktor organisasi (sifat dan
tempat pelayanan) berhubungan dengan pemanfaatan pelayanan jampersal tahun
2013 di Kecamatan Beringin Kabupaten Deli Serdang.
1.5. Manfaat Penelitian
1. Sebagai masukan bagi tenaga kesehatan di Dinas Kesehatan Deli Serdang
khususnya kecamatan Beringin untuk dapat meningkatkan pelayanan Jampersal di
2. Sebagai bahan masukan bagi Dinas Kesehatan Deli Serdang dalam meningkatkan
pelayanan dan informasi tentang Jampersal.
3. Sebagai pengembangan ilmu pengetahuan untuk memperkaya khasanah ilmu
kesehatan masyarakat khususnya untuk Administrasi dan Kebijakan Kesehatan.
4. Sebagai referensi ilmiah yang mendukung perkembangan pengetahuan tentang
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Jampersal
Program Jaminan Persalinan (Jampersal) adalah jaminan pembiayaan
persalinan yang meliputi pemeriksaan kehamilan, pertolongan persalinan, pelayanan
nifas termasuk pelayanan KB pasca persalinan dan pelayanan bayi baru lahir.
Jampersal diperuntukkan bagi seluruh ibu hamil yang belum memiliki jaminan
persalinan.
2.1.1 Ruang Lingkup
Jaminan Persalinan merupakan upaya untuk menjamin dan melindungi proses
kehamilan, persalinan, paska persalinan, dan pelayanan Keluarga Berencana (KB)
paska salin serta komplikasi yang terkait dengan kehamilan, persalinan, nifas, KB
paska salin, sehingga manfaatnya terbatas dan tidak dimaksudkan untuk melindungi
semua masalah kesehatan individu.
Pelayanan persalinan dilakukan secara terstruktur dan berjenjang berdasarkan
rujukan. Adapun ruang lingkup pelayanan jaminan persalinan terdiri dari:
a. Pelayanan persalinan tingkat pertama
Pelayanan persalinan tingkat pertama adalah pelayanan yang diberikan oleh
dokter atau bidan yang berkompeten dan berwenang memberikan pelayanan yang
meliputi pemeriksaan kehamilan, pertolongan persalinan, pelayanan nifas dan
pelayanan persiapan rujukan pada saat terjadinya komplikasi (kehamilan, persalinan,
nifas dan bayi baru lahir serta KB paska salin) tingkat pertama.
Jenis pelayanan Jaminan persalinan di tingkat pertama meliputi:
a.1. Pelayanan ANC sesuai standar pelayanan KIA dengan frekuensi 4 kali;
a.2. Deteksi dini faktor risiko, komplikasi kebidanan dan bayi baru lahir
a.3. Pertolongan persalinan normal;
a.4. Pertolongan persalinan dengan komplikasi dan atau penyulit pervaginam
yang merupakan kompetensi Puskesmas Pelayanan Obstreti Neonatal
Emergensi Dasar (PONED).
a.5. Pelayanan Nifas (PNC) bagi ibu dan bayi baru lahir sesuai standar pelayanan
KIA dengan frekuensi 4 kali;
a.6. Pelayanan KB paska persalinan serta komplikasinya.
a.7. Pelayanan rujukan terencana sesuai indikasi medis untuk ibu dan janin/
bayinya.
b. Pelayanan Persalinan Tingkat Lanjutan
Pelayanan persalinan tingkat lanjutan adalah pelayanan yang diberikan oleh
tenaga kesehatan spesialistik untuk pelayanan kebidanan dan bayi baru lahir kepada
ibu hamil, bersalin, nifas, dan bayi baru lahir dengan resiko tinggi dan atau dengan
komplikasi yang tidak dapat ditangani pada fasilitas kesehatan tingkat pertama yang
dilaksanakan berdasarkan rujukan atas indikasi medis.
Pelayanan tingkat lanjutan menyediakan pelayanan terencana atas indikasi ibu
b.1. Pemeriksaan kehamilan atau ante natal care (ANC) dengan risiko tinggi (risti)
b.2. Pertolongan persalinan dengan risti dan penyulit yang tidak mampu
dilakukan di pelayanan tingkat pertama.
b.3. Penanganan komplikasi kebidanan dan bayi baru lahir dalam kaitan akibat
persalinan.
b.4. Pemeriksaan paska persalinan atau post natal care (PNC) dengan risiko
tinggi (risti).
b.5. Penatalaksanaan KB paska salin dengan Metode Kontrasepsi Jangka Panjang
(MKJP) atau Kontrasepsi Mantap (Kontap) serta penanganan komplikasi.
c. Pelayanan Persiapan Rujukan
Pelayanan persiapan rujukan adalah pelayanan pada suatu keadaan dimana
terjadi kondisi yang tidak dapat ditatalaksana secara paripurna di fasilitas kesehatan
tingkat pertama sehingga perlu dilakukan rujukan ke fasilitas kesehatan tingkat lanjut.
2.1.2. Mekanisme Pelayanan Jampersal
Pelayanan Jampersal ini meliputi pemeriksaan kehamilan ante natal care
(ANC), pertolongan persalinan, pemeriksaan post natal care (PNC) oleh tenaga
kesehatan di fasilitas kesehatan pemerintah (Puskesmas dan jaringannya), fasilitas
kesehatan swasta yang tersedia fasilitas persalinan (Klinik/Rumah Bersalin, Dokter
Praktik, Bidan Praktik) dan yang telah menanda-tangani Perjanjian Kerja Sama
kehamilan dengan risiko tinggi dan persalinan dengan penyulit dan komplikasi
dilakukan secara berjenjang di Puskesmas dan Rumah Sakit berdasarkan rujukan.
Dalam Kebijakan Operasional sebagaimana tercantum dalam SK Menkes No.
515/Menkes/SK/III/2011 tentang Penerima dana Penyelenggaraan Jamkesmas dan
Jampersal di pelayanan Dasar untuk tiap Kabupaten/Kota tahun anggaran 2011 diatur
beberapa poin, diantaranya pengelolaan Jampersal di setiap jenjang pemerintahan
(pusat, provinsi, dan kabupaten/kota) menjadi satu kesatuan dengan pengelolaan
Jamkesmas dan Bantuan Operasional Kesehatan (BOK).
Pelayanan tersebut sudah mulai berjalan dan rumah sakit yang melayani
jampersal bisa melakukan klaim ke Kementeria
program dapat memanfaatkan pelayanan di seluruh jaringan fasilitas pelayanan
kesehatan tingkat pertama dan tingkat lanjutan Rumah sakit (RS) di kelas III yang
memiliki Perjanjian Kerja Sama (PKS) dengan Tim Pengelola Jamkesmas dan BOK
Kabupaten/Kota.
Pengelolaan kepesertaan Jampersal merupakan perluasan kepesertaan dari
program Jamkesmas yang mengikuti tata kelola kepesertaan dan manajemen
Jamkesmas, namun dengan kekhususan dalam hal penetapan pesertanya. Sementara
pelayanannya diselenggarakan dengan prinsip Portabilitas, Pelayanan terstruktur
berjenjang berdasarkan rujukan. Untuk pelayanan paket persalinan tingkat pertama di
fasilitas kesehatan pemerintah (Puskesmas dan Jaringannya) didanai berdasarkan
usulan rencana kerja (Plan Of Action/POA) Puskesmas. Untuk pelayanan paket
mekanisme klaim. Klaim persalinan didasarkan atas tempat (lokasi wilayah)
pelayanan persalinan dilakukan.
Dana untuk pelayanan Jamkesmas termasuk Jampersal merupakan satu
kesatuan (secara terintegrasi) disalurkan langsung dari Kantor Pelayanan
Perbendaharaan Negara (KPPN) Jakarta V ke Rekening Kepala Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota sebagai penanggung jawab Pengelolaan Jamkesmas di wilayahnya
dan Rekening RS untuk fasilitas kesehatan tingkat lanjutan (pemerintah dan swasta).
Pembayaran untuk pelayanan Jaminan Persalinan dilakukan dengan cara
klaim untuk Pembayaran di fasilitas kesehatan Tingkat Pertama. Sementara
pembayaran di fasilitas kesehatan Tingkat Lanjutan dilakukan dengan cara klaim,
didasarkan paket INA-CBGs (Indonesia-Case Base Groups) dahulu INA-DRG.
dari 1.523 rumah sakit swasta , sebanyak 337 di antaranya telah bergabung mengikuti
program Jaminan Persalinan (Jampersal) yang baru diterapkan tahun 2011. Rumah
sakit swasta yang mengikuti Jampersal bukan ditunjuk dari Kementerian Kesehatan
melainkan mengajukan sendiri. "Kalau ada yang mau daftar dibolehkan dengan
mengajukan persyaratan (Kemenkes RI, 2011).
2.1.3. Manfaat
Manfaat yang diterima oleh penerima Jaminan Persalinan sebagaimana
diuraikan dibawah ini, sedangkan pada peserta Jamkesmas dijamin berbagai kelainan
1. Pemeriksaan Kehamilan
Pemeriksaan kehamilan yang dibiayai oleh program ini mengacu pada buku
Pedoman Kematian Ibu dan Anak (KIA), dimana selama hamil, ibu hamil
diperiksa sebanyak 4 kali disertai konseling KB dengan frekuensi:
1.1. Satu kali pada triwulan pertama
1.2. Satu kali pada triwulan kedua
1.3. Dua kali pada triwulan ketiga
Pemeriksaan kehamilan yang jumlahnya melebihi frekuensi diatas pada
tiap-tiap triwulan tidak dibiayai oleh program ini. Penyediaan obat-obatan, reagensia dan
bahan habis pakai yang diperuntukkan bagi pelayanan kehamilan, persalinan dan
nifas, dan KB pasca salin serta komplikasi yang mencakup seluruh sasaran ibu hamil,
bersalin, nifas dan bayi baru lahir menjadi tanggung jawab Pemda/Dinas Kesehatan
Kabupatan/Kota.
Pada Jaminan Persalinan dijamin penatalaksanaan komplikasi kehamilan
antara lain:
a. Penatalaksanaan abortus imminen, abortus inkompletus dan missed abortion
b. Penatalaksanaan mola hidatidosa
c. Penatalaksanaan hiperemesis gravidarum
d. Penanganan Kehamilan Ektopik Terganggu (KET)
e. Hipertensi dalam kehamilan, pre eklamsi dan eklamsi
f. Perdarahan pada masa kehamilan
h. Pertumbuhan Janin Terhambat (PJT): tinggi fundus tidak sesuai usia kehamilan
i. Penyakit lain sebagai komplikasi kehamilan yang mengancam nyawa.
2. Penatalaksanaan Persalinan:
a. Persalinan per vaginam
a.1. Persalinan per vaginam normal
a.2. Persalinan per vaginam melalui induksi
a.3. Persalinan per vaginam dengan tindakan
a.4. Persalinan per vaginam dengan komplikasi
a.5. Persalinan per vaginam dengan kondisi bayi kembar.
Persalinan per vaginam dengan induksi, dengan tindakan, dengan komplikasi
serta pada bayi kembar dilakukan di Puskesmas PONED atau Rumah Sakit.
b. Persalinan per abdominam
b.1. Seksio sesarea elektif (terencana), atas indikasi medis
b.2. Seksio sesarea segera (emergensi), atas indikasi medis
b.3. Seksio sesarea dengan komplikasi (perdarahan, robekan jalan lahir, perlukaan
jaringan sekitar rahim, dan sesarean histerektomi).
c. Penatalaksanaan Komplikasi Persalinan :
c.1. Perdarahan
c.2. Eklamsi
c.3. Retensio plasenta
c.4. Penyulit pada persalinan.
c.6. Penyakit lain yang mengancam keselamatan ibu bersalin
d. Penatalaksanaan bayi baru lahir
d.1. Perawatan bayi baru lahir
d.2. Penatalaksanaan bayi baru lahir dengan komplikasi (asfiksia, Berat Badan
Lahir rendah (BBLR), infeksi, ikterus, kejang, Sindrom Gawat Nafas pada
Neonatus (SGNN)
e. Lama hari inap minimal di fasilitas kesehatan
e.1. Persalinan normal dirawat inap minimal 1 (satu) hari
e.2. Persalinan per vaginam dengan tindakan dirawat inap minimal 2 (dua) hari
e.3. Persalinan dengan penyulit post sectio-caesaria dirawat inap minimal 3
(tiga) hari
3. Pelayanan Nifas (PNC)
a. Tatalaksana pelayanan
Pelayanan nifas (PNC) sesuai standar yang dibiayai oleh program ini
ditujukan pada ibu dan bayi baru lahir yang meliputi pelayanan ibu nifas, pelayanan
bayi baru lahir, dan pelayanan KB pasca salin.
Pelayanan nifas diintegrasikan antara pelayanan ibu nifas, bayi baru lahir dan
pelayanan KB pasca salin. Tatalaksana asuhan PNC merupakan pelayanan Ibu dan
Bayi baru lahir sesuai dengan Buku Pedoman KIA. Pelayanan bayi baru lahir
dilakukan pada saat lahir dan kunjungan neonatal.
Pelayanan ibu nifas dan bayi baru lahir dilaksanakan 4 kali, masing-masing 1
1. Kunjungan pertama untuk Kunjungan Nifas 1 (6 jam s/d hari ke-2)
2. Kunjungan kedua untuk Kunjungan Nifas 2 (hari ke-3 s/d hari ke-7)
3. Kunjungan ketiga untuk Kunjungan Nifas 3 (hari ke-8 s/d hari ke-28)
4. Kunjungan keempat untuk Kunjungan Nifas 4 (hari ke-29 s/d hari ke-42)
Pelayanan KB pasca persalinan dilakukan hingga 42 hari pasca persalinan.
Pada Jaminan Persalinan dijamin penatalaksanaan komplikasi nifas antara lain :
1. Perdarahan
2. Sepsis
3. Eklamsi
4. Asfiksia
5. Ikterus
6. BBLR
7. Kejang
8. Abses/Infeksi diakibatkan oleh komplikasi pemasangan alat kontrasepsi.
9. Penyakit lain yang mengancam keselamatan ibu dan bayi baru lahir sebagai
komplikasi persalinan
b. KB
1. Jenis Pelayanan KB
Pelayanan Keluarga Berencana pasca salin antara lain;
a. Kontrasepsi Mantap (Kontap);
b. Intra Uterine Device (IUD), Implant, dan
2. Tatalaksana Pelayanan KB dan ketersediaan Alat dan Obat Kontrasepsi (Alokon)
Sebagai upaya untuk pengendalian jumlah penduduk dan keterkaitannya
dengan Jaminan Persalinan, maka pelayanan KB pada masa nifas perlu mendapatkan
perhatian. Tatalaksana pelayanan KB mengacu kepada Pedoman Pelayanan KB dan
KIA yang diarahkan pada Metode Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP) atau Kontap
sedangkan ketersediaan alat dan obat kontrasepsi (Alokon) KB ditempuh dengan
prosedur sebagai berikut;
a. Pelayanan KB di fasilitas kesehatan dasar :
a.1. Alokon disediakan oleh BKKBN terdiri dari IUD, Implant, dan Suntik.
a.2. Puskesmas membuat rencana kebutuhan alat dan obat kontrasepsi yang
diperlukan untuk pelayanan KB di Puskesmas maupun dokter/bidan praktik
mandiri yang ikut program Jaminan Persalinan. Selanjutnya daftar kebutuhan
tersebut dikirimkan ke Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) yang
mengelola program keluarga berencana di Kabupaten/Kota setempat.
a.3. Dokter dan bidan praktik mandiri yang ikut program Jaminan Persalinan
membuat rencana kebutuhan alokon untuk pelayanan keluarga berencana dan
kemudian diajukan permintaan ke Puskesmas yang ada diwilayahnya.
a.4. Puskesmas setelah mendapatkan alokon dari SKPD Kabupaten/Kota yang
mengelola program KB selanjutnya mendistribusikan alokon ke dokter dan
bidan praktik mandiri yang ikut program Jaminan Persalinan sesuai
usulannya.
b. Pelayanan KB di fasilitas kesehatan lanjutan:
b.1. Alokon disediakan oleh BKKBN.
b.2. Rumah Sakit yang melayani program Jaminan Persalinan membuat rencana
kebutuhan alokon yang diperlukan untuk pelayanan KB di Rumah Sakit
tersebut dan selanjutnya daftar kebutuhan tersebut dikirimkan ke SKPD
yang mengelola program keluarga berencana di Kabupaten/Kota setempat.
b.3. Jasa pelayanan KB di pelayanan kesehatan lanjutan menjadi bagian dari
penerimaan menurut tarif Indonesia Case Base Group's (INA CBG’s).
Agar pelayanan KB dalam Jaminan persalinan dapat berjalan dengan baik,
perlu dilakukan koordinasi yang sebaik-baiknya antara Petugas Lapangan Keluarga
Berencana (PLKB), fasilitas kesehatan (Puskesmas/Rumah Sakit), Dinas Kesehatan
selaku Tim Pengelola serta SKPD Kabupaten/Kota yang menangani program
keluarga berencana serta BKKBN Provinsi.
2.2. Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan
Pemanfaatan pelayanan kesehatan adalah hasil dan proses pencarian
pelayanan kesehatan oleh seseorang maupun kelompok. Pengetahuan tentang faktor
yang mendorong individu membeli kesehatan merupakan informasi kunci untuk
mempelajari utilisasi pelayanan kesehatan. Mengetahui faktor-faktor yang
2.2.1. Teori Pemanfaatan Pelayanan Jampersal
2.2.1.1. Teori H.L. Blum
Paradigma sehat menurut H.L. Blum, ada empat faktor yang menentukan
derajat kesehatan masyarakat di suatu wilayah. Faktor tersebut adalah:
a. Faktor genetik
Merupakan faktor yang paling kecil pengaruhnya terhadap kesehatan perorangan
atau masyarakat dibandingkan dengan ketiga faktor yang lain. Pengaruhnya pada
status kesehatan perorangan tejadi secara evolutif dan paling sukar di deteksi.
b. Faktor pelayanan kesehatan
Ketersediaan sarana pelayanan kesehatan, tenaga kesehatan dan pelayanan
kesehatan yang berkualitas akan berpengaruh pada derajat kesehatan masyarakat.
Pengetahuan dan keterampilan petugas kesehatan yang diimbangi dengan
kelengkapan sarana/prasarana, dan dana akan menjamin kualitas pelayanan
kesehatan.
c. Faktor perilaku masyarakat
Terutama di negara berkembang paling besar pengaruhnya terhadap munculnya
gangguan kesehatan atau masalah kesehatan di masyarakat. Tersedianya jasa
kesehatan (health services) tanpa disertai perubahan perilaku akan mengakibatkan
masalah kesehatan tetap potensial berkembang di masyarakat.
d. Faktor lingkungan
Terkendalinya lingkungan akibat sikap hidup dan perilaku masyarakat yang baik
Gambar 2.1 Paradigma Kesehatan (H.L. Blum)
Sumber: Soekidjo Notoatmodjo
2.2.1.2. Teori Andersen (1975)
Sistem kesehatan merupakan suatu model kepercayaan kesehatan yang
disebut sebagai model perilaku pemanfaatan pelayanan kesehatan (behavioral model
of health services utilization) Andersen (1975) dalam Ilyas (2006). Terdapat tiga
faktor utama yang berpengaruh terhadap pemanfaatan pelayanan kesehatan yaitu:
a. Karakteristik Predisposisi (presdiposing characteristic)
Menggambarkan bahwa setiap individu mempunyai kecenderungan menggunakan
pelayanan kesehatan yang berbeda-beda. Ini disebabkan karena adanya ciri-ciri
individu yang digolongkan ke dalam tiga kelompok yaitu:
a.1. Ciri demografi, seperti umur, jenis kelamin, paritas dan status perkawinan.
a.2. Struktur sosial seperti, tingkat pendidikan, pekerjaan, hobi, ras, agama, dan
sebagainya.
a.3. Kepercayaan kesehatan (health belief), seperti keyakinan bahwa pelayanan
kesehatan dapat menolong proses penyembuhan penyakit.
GENETIK
PELAYANAN KESEHATAN SEHAT
LINGKUNGAN
b. Karakteristik Kemampuan (enabling characteristics)
Menggambarkan keadaan dan kondisi yang membuat seseorang mampu untuk
melakukan tindakan untuk memenuhi kebutuhanya terhadap pelayanan kesehatan.
Dibagi kedalam dua kelompok yaitu:
b.1. Sumber daya keluarga diantaranya, penghasilan keluarga, keikutsertaan
dalam asuransi kesehatan, kemampuan membeli jasa pelayanan kesehatan,
dan pengetahuan tentang informasi pelayanan kesehatan yang dibutuhkan.
b.2. Sumber daya masyarakat diantaranya, jumlah sarana kesehatan yang ada,
jumlah tenaga kesehatan yang tersedia dalam wilayah tersebut, rasio
penduduk terhadap tenaga kesehatan, dan lokasi pemukiman penduduk.
c. Karakteristik Kebutuhan (need characteristics)
Merupakan komponen yang paling berhubungan langsung dengan pemanfaatan
pelayanan kesehatan. Digunakan istilah kesakitan untuk mewakili kebutuhan
pelayanan kesehatan. Penilaian terhadap suatu penyakit merupakan bagian dari
faktor kebutuhan. Penilaian kebutuhan ini diperoleh dari dua sumber yaitu:
c.1. Penilaian individu (perceived need), merupakan penilaian keadaan kesehatan
yang dirasakan oleh individu, besarnya ketakutan terhadap penyakit dan
hebatnya rasa sakit yang diderita.
c.2. Penilaian klinik (evaluated need), merupakan penilaian beratnya penyakit dari
dokter yang merawatnya. Hal ini tercermin antara lain dari hasil pemeriksaan
2.2.1.3. Teori Zschock (1979)
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi seseorang menggunakan pelayanan
kesehatan menurut Zschock (1979) dalam Ilyas (2006) adalah:
a. Status kesehatan dan pendidikan
Faktor status kesehatan mempunyai hubungan yang erat dengan penggunaan
pelayanan kesehatan. Makin rendah status kesehatan seseorang, maka ada
kecenderungan orang tersebut banyak menggunakan pelayanan kesehatan.
Tingkat pendidikan juga mempengaruhi tingkat utilisasi pelayanan kesehatan.
Orang dengan tingkat pendidikan formal lebih tinggi akan mempunyai tingkat
pengetahuan akan infromasi tentang pelayanan kesehatan yang lebih baik dan
pada akhirnya akan mempengaruhi status kesehatan seseorang.
b. Faktor konsumen dan pemberi pelayanan kesehatan
Provider sebagai pemberi jasa pelayanan mempunyai peranan yang lebih besar
dalam menentukan tingkat dan jenis pelayanan yang akan dikonsumsi bila
dibandingkan dengan konsumen sebagai pembeli jasa pelayanan.
c. Kemampuan dan penerimaan
Kemampuan membayar pelayanan kesehatan berhubungan dengan tingkat
penerimaan dan penggunaan pelayanan kesehatan.
d. Resiko sakit dan lingkungan
Resiko sakit tidak sama pada setiap individu dan datangnya penyakit tidak
2.2.1.4. Teori L. Green (1980)
Menurut Lawrence Green dalam Soekidjo Notoadmodjo (2007), perilaku
dipengaruhi oleh tiga faktor yaitu:
a. Faktor-faktor predisposisi (predisposing factor) merupakan faktor pendahulu
yang menjadi dasar atau motivasi perilaku, diantaranya adalah karakteristik
masyarakat (umur, jenis kelamin, suku, dan lama tinggal di daerah tersebut),
pekerjaan, pendidikan, pengetahuan tentang kesehatan, sikap terhadap kesehatan,
dan manfaat umum yang dirasakan terhadap layanan kesehatan.
b. Faktor yang mendukung (enabling factor) merupakan faktor pemungkin dalam
terlaksananya perilaku diantaranya adalah tingkat pendapatan keluarga,
kepesertaan asuransi, tempat tinggal (kota atau desa) dan tingkatan wilayah
administrasi dimana mereka berada.
c. Faktor pendorong (reinforcing factor) merupakan faktor yang mendorong
terjadinya perubahan perilaku diantaranya adalah sikap petugas kesehatan,
perilaku petugas, dan dukungan keluarga.
2.2.1.5. Model Andersen dan Anderson (1979)
Menurut Andersen dan Anderson dalam Ilyas (2003), menggolongkan model
pemanfataan (utilisasi) kesehatan ke dalam enam kategori berdasarkan tipe dari
variabel yang digunakan sebagai faktor yang menentukan utilisasi pelayanan
Keenam faktor tersebut adalah:
a. Faktor Demografi, variabel yang digunakan pada faktor ini berdasarkan umur,
pendidikan, pekerjaan, penghasilan dan paritas. Variabel tersebut digunakan
sebagai indikator yang memengaruhi utilisasi pelayanan kesehatan.
a.1. Umur
Wanita dikatakan sudah matang atau siap untuk bereproduksi apabila sudah
mendapatkan haid. Umur yang baik untuk wanita bereproduksi adalah antara
20-35 tahun. Umur ibu dapat memengaruhi ibu untuk mengambil keputusan dalam
memelihara kesehatannya. Semakin bertambah umur maka pengalaman
pengetahuan semakin bertambah. Usia kurang dari 20 tahun merupakan usia
rentan yang tidak aman karena dikhawatirkan mengundang resiko terhadap
gangguan dan komplikasi yang berhubungan dengan kesehatan bereproduksi
wanita yang bersangkutan. Gangguan-gangguan terjadi karena belum ada
kesempurnaan baik dari segi fisik maupun mental sebaliknya pada ibu berusia
lebih dari 35 tahun juga akan banyak merugikan perkembangan dari
fungsi-fungsi alat reproduksi (Maulana, 2008).
a.2. Pendidikan
Pendidikan menurut John Dewey merupakan proses pembentukan kecakapan
fundamental secara intelektual dan emosional kearah alam dan sesama manusia.
Secara umum pendidikan adalah segala upaya yang direncanakan untuk
memengaruhi orang lain baik individu, kelompok atau masyarakat sehingga
2010). Pendidikan tentang kesehatan adalah suatu proses perubahan pada diri
manusia yang ada hubungannya dengan tercapainya tujuan kesehatan program
dan masyarakat. Orang yang mempunyai pendidikan lebih tinggi umumnya lebih
terbuka menerima perubahan atau hal-hal yang berguna. Dan menjadi lebih kritis
untuk mengetahui kebutuhannya dengan membaca koran, majalah, buku, dari
internet atau bertanya kepadaahlinya (BKKBN, 2006).
a.3. Pekerjaan
Pengetahuan ibu yang bekerja akan lebih baik dibandingkan dengan
pengetahuan ibu yang tidak bekerja. Semua ini disebabkan karena ibu yang
bekerja di luar rumah (sektor formal) memiliki akses yang lebih baik terhadap
berbagai informasi mengenai kesehatan (BKKBN, 2006).
a.4. Penghasilan
Pengertian penghasilan menurut Mulyadi (2008) adalah pembayaran atas
penyerahan jasa yang dilakukan oleh pegawai administrasi atau yang mempunyai
jenjang jabatan manajer yang pada umumnya dibayarkan secara tetap per bulan.
Dapat diambil kesimpulan bahwa gaji dibayarkan kepada karyawan administrasi
setiap bulannya secara rutin oleh si pemberi kerja atas jasa yang telah diberikan.
a.5. Paritas
Paritas adalah banyaknya kelahiran hidup yang dipunyai oleh seorang
wanita (BKKBN, 2006). Paritas dapat dibedakan menjadi primipara, multipara
1. Primipara, adalah wanita yang telah melahirkan seorang anak, yang cukup
besar untuk hidup di dunia luar (Varney, 2006).
2. Multipara, adalah wanita yang telah melahirkan seorang anak lebih dari
satu kali (Prawirohardjo, 2009).
3. Grandemultipara, adalah wanita yang telah melahirkan 5 orang anak atau
lebih (Varney, 2006).
b. Faktor Struktur Sosial, variabel yang digunakan adalah pendidikan, pekerjaan dan
etnis. Variabel-variabel tersebut mencerminkan status sosial dari individu atau
keluarga dalam masyarakat dan dapat pula menggambarkan gaya hidup individu
dan keluarga.
c. Faktor Psikologis, variabel yang digunakan adalah pengetahuan, sikap dan
kepercayaan individu di dalam memanfaatkan pelayanan kesehatan. Variabel
tersebut memengaruhi individu untuk mengambil keputusan dan bertindak di
dalam menggunakan pelayanan kesehatan.
d. Faktor Sumber Daya Keluarga, variabel yang digunakan dalam adalah pendapatan
keluarga dan cakupan mengenai pelayanan kesehatan. Variabel tersebut dapat
mengukur kesanggupan dari setiap individu atau keluarga untuk memperoleh
pelayanan kesehatan.
e. Faktor Sumber Daya Masyarakat, yang digunakan dalam faktor ini adalah
f. Faktor Organisasi, yang digunakan dalam faktor ini adalah pencerminan
perbedaan bentuk-bentuk pelayanan kesehatan. Pada umumnya variabel yang
biasa digunakan adalah
1. Gaya praktek pengobatan sendiri (sendiri, rekanan, kelompok)
2. Sifat alamiah dari pelayanan tersebut (pembayaran secara langsung atau
tidak).
3. Lokasi dari pelayanan kesehatan (pribadi, rumah sakit atau klinik)
4. Petugas kesehatan yang pertama kali dihubungi oleh pasien (dokter, perawat
atau yang lainnya).
2.2.1.6. Teori Aday et.al (1980)
Karakteristik sistem pelayanan kesehatan adalah salah satu faktor penting
dalam mempengaruhi pemanfaatan pelayanan kesehatan yang terdiri dari sumber
daya dan lembaga kesehatan. Sumber daya mencakup pemberi pelayanan kesehatan,
alat kesehatan dan obat, serta struktur organisasi dimana pelayanan kesehatan
diberikan. Lembaga/organisasi kesehatan merupakan suatu tempat dimana tenaga dan
fasilitas pelayanan kesehatan dikoordinasi dan dikontrol dalam proses pemberian
pelayanan kesehatan.
Sejumlah riset telah dilakukan ke dalam faktor-faktor penentu (determinan)
penggunaan pelayanan kesehatan. Kebanyakan dari riset inilah model-model adanya
1. Tujuan Penggunaan Model Pelayanan Kesehatan
Anderson dan Newman (1973) menjelaskan bahwa model penggunaan pelayanan
kesehatan ini dapat membantu atau memenuhi satu atau lebih dari 5 tujuan
berikut.
a. Untuk melukiskan hubungan kedua belah pihak antara faktor penentu dari
penggunaan pelayanan kesehatan.
b. Untuk meringankan peramalan kebutuhan masa depan pelayanan kesehatan.
c. Untuk menentukan ada atau tidak adanya pelayanan dari pemakaian
pelayanan kesehatan yang berat sebelah.
d. Untuk menyarankan cara-cara memanipulasi kebijaksanaan yang
berhubungan dengan variabel-variabel agar memberikan
perubahan-perubahan yang diinginkan.
e. Untuk menilai pengaruh pembentukan program atau proyek-proyek
pemeliharaan atau perawatan kesehatan yang baru.
2. Tujuan Tipe-tipe Kategori Penggunaan Pelayanan Kesehatan
Tujuan tipe-tipe kategori dari model-model penggunaan pelayanan kesehatan
tersebut adalah kependudukan, struktur sosial, psikologi sosial, sumber keluarga,
sumber daya masyarakat, organisasi, dan model-model sistem kesehatan.
a. Model demografi (Kependudukan)
Dalam model ini tipe variabel-variabel yang dipakai adalah umur, seks, status
perkawinan, paritas, dan besarnya keluarga. Variabel-variabel yang digunakan
siklus hidup (status perkawinan, paritas, dan besarnya keluarga) dengan
asumsi bahwa perbedaan derajat kesehatan, derajat kesakitan, dan penggunaan
pelayanan kesehatan sedikit banyak akan berhubungan dengan variabel di
atas. Karakteristik demografi juga mencerminkan atau berhubungan dengan
karateristik sosial (perbedaan sosial dari jenis kelamin memengaruhi berbagai
tipe dan ciri-ciri sosial).
b. Model-model struktur sosial (social structur models)
Di dalam model ini tipe variabel yang dipakai adalah pendidikan, pekerjaan,
dan kebangsaan. Variabel-variabel ini mencerminkan keadaan sosial dari
individu atau keluarga di dalam masyarakat. Penggunaan pelayanan kesehatan
adalah salah satu aspek dari gaya hidup ini, yang ditentukan oleh lingkungan
sosial, fisik, dan psikologis. Masalah utama dari model struktur sosial dari
penggunaan pelayanan kesehatan adalah bahwa kita tidak mengetahui
mengapa variabel ini menyebabkan penggunaan pelayanan kesehatan.
c. Model-model sosial psikologis (Psychological models)
Dalam model ini tipe variabel yang dipakai adalah ukuran dari sikap dan
keyakinan individu. Variabel-variabel sosio-psikologis pada umumnya terdiri
dari 4 kategori:
1. Pengertian kerentanan terhadap penyakit
2. Pengertian keseluruhan dari penyakit
3. Keuntungan yang diharapkan dari pengambilan tindakan, dalam
4. Kesiapan tindakan individu
Masalah utama dengan model ini adalah menganggap suatu mata rantai
penyebab langsung antara sikap dan prilaku yang belum dapat dijelaskan.
d. Model sumber keluarga (family resource models)
Dalam model ini variabel yang dipakai adalah pendapat keluarga, cakupan
asuransi keluarga atau sebagai anggota suatu asuransi kesehatan dan pihak
yang membiayai pelayanan kesehatan keluarga dan sebagainya. Karakteristik
ini untuk menggukur kesanggupan dari individu atau keluarga untuk
memperoleh pelayanan kesehatan mereka.
e. Model sumber daya masyarakat (community resource models)
Pada model ini tipe model yang digunakan adalah penyediaan pelayanan
kesehatan dan sumber-sumber di dalam masyarakat, dan ketercapaian dari
pelayanan kesehatan yang tersedia dan sumber-sumber di dalam masyarakat.
Model sumber daya masyarakat selanjutnya adalah suplai ekonomis yang
berfokus pada ketersediaan sumber-sumber kesehatan pada masyarakat
setempat.
f. Model-model organisasi (organization models)
Dalam model ini variabel yang dipakai adalah pencerminan perbedaan
bentuk-bentuk sistem pelayanan kesehatan. Biasanya variabel yang digunakan
adalah:
1. Gaya (style) praktik pengobatan (sendiri, rekanan, atau grup)
3. Letak dari pelayanan (tempat pribadi, rumah sakit, atau klinik)
4. Petugas kesehatan yang pertama kali kontak dengan pasien (dokter,
perawat asisten dokter).
g. Model sistem kesehatan
Keenam kategori model penggunaan fasilitas kesehatan tersebut tidak begitu
terpisah, meskipun ada perbedaan dalam sifat (nature). Model sistem
kesehatan mengintegrasikan keenam model terdahulu ke dalam model yang
lebih sempurna. Untuk itu maka demografi, ciri-ciri struktur sosial, sikap, dan
keyakinan individu atau keluarga, sumber-sumber di dalam masyarakat dan
organisasi pelayanan kesehatan yang ada, digunakan bersama dengan
faktor-faktor yang berhubungan seperti kebijaksanaan dan struktur ekonomi pada
masyarakat yang lebih luas (negara). Dengan demikian apabila dilakukan
analisis terhadap penyediaan dan penggunaan pelayanan kesehatan oleh
masyarakat maka harus diperhitungkan juga faktor-faktor yang terlibat
didalamnya.
h. Model kepercayaan kesehatan (The health belief models)
Model kepercayaan adalah suatu bentuk penjabaran dari model
sosio-psikologis seperti disebutkan di atas. Munculnya model ini didasarkan pada
kenyataan bahwa masalah-masalah kesehatan ditandai oleh
kegagalan-kegagalan orang atau masyarakat untuk menerima usaha-usaha pencegahan
ini akhirnya memunculkan teori yang menjelaskan perilaku pencegahan
penyakit (preventive health behavior).
Teori Lewin menganut konsep bahwa individu hidup pada lingkup
kehidupan sosial (masyarakat). Di dalam kehidupan ini individu akan bernilai,
baik positif maupun negative, di suatu daerah atau wilayah terentu. Apabila
seseorang keadaannya atau berada pada daerah positif, maka berarti ia ditolak
dari daerah negatif. Implikasinya di dalam kesehatan adalah, penyakit atau
sakit adalah suatu daerah negatif sedangkan sehat adalah wilayah positif.
Apabila individu bertindak untuk melawan atau mengobati
penyakitnya, ada empat variabel kunci yang terlibat di dalam tindakan
tersebut, yakni kerentanan yang dirasakan, manfaat yang diterima dan
rintangan yang di alami dalam tindakannya melawan penyakitnya, dan hal-hal
yang memotivasi tindakan tersebut.
1. Kerentanan yang dirasakan (Perceived susceptibility)
Agar seorang bertindak untuk mengobati atau mencegah penyakitnya, ia
harus merasakan bahwa ia rentan (susceptibility) terhadap penyakit
tersebut. Dengan kata lain, suatu tindakan pencegahan terhadap suatu
penyakit akan timbul bila seseorang telah mer