• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan Faktor Demografis, Psikologis Ibu dan Organisasi dengan Pemanfaatan Pelayanan Jaminan Persalinan (Jampersal) Tahun 2013 di Kecamatan Beringin Kabupaten Deli Serdang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Hubungan Faktor Demografis, Psikologis Ibu dan Organisasi dengan Pemanfaatan Pelayanan Jaminan Persalinan (Jampersal) Tahun 2013 di Kecamatan Beringin Kabupaten Deli Serdang"

Copied!
158
0
0

Teks penuh

(1)

TESIS

Oleh

DEWA ANGGARA 107032005/IKM

PROGRAM STUDI S2 ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

(2)

HUBUNGAN FAKTOR DEMOGRAFIS, PSIKOLOGIS IBU DAN ORGANISASI DENGAN PEMANFAATAN PELAYANAN

JAMINAN PERSALINAN (JAMPERSAL) TAHUN 2013 DI KECAMATAN BERINGIN KABUPATEN

DELI SERDANG

TESIS

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat

untuk Memperoleh Gelar Magister Kesehatan (M.Kes) dalam Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat

Minat Studi Administrasi dan Kebijakan Kesehatan pada Fakultas Kesehatan Masyarakat

Universitas Sumatera Utara

Oleh

DEWA ANGGARA 107032005/IKM

PROGRAM STUDI S2 ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

(3)

THE RELATIONSHIP BETWEEN DEMOGRAPHIC FACTORS, MOTHER’S PSYCHOLOGICAL AND ORGANIZATION WITH THE UTILIZATION OF

JAMPERSAL (DELIVERY ASSURANCE) 2013 BERINGIN SUBDISTRICT DELI SERDANG DISTRICT

THESIS

BY

DEWA ANGGARA 107032005/IKM

MAGISTER OF PUBLIC HEALTH SCIENCE STUDY PROGRAM FACULTY OF PUBLIC HEALTH

UNIVERSITY OF SUMATERA UTARA MEDAN

(4)

Judul Tesis : HUBUNGAN FAKTOR DEMOGRAFIS,

PSIKOLOGIS IBU DAN ORGANISASI DENGAN PEMANFAATAN PELAYANAN

JAMINAN PERSALINAN (JAMPERSAL) TAHUN 2013 DI KECAMATAN BERINGIN

KABUPATEN DELI SERDANG

Nama Mahasiswa : Dewa Anggara

Nomor Induk Mahasiswa : 107032005

Program Studi : S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat

(5)

Telah diuji

Pada Tanggal : 26 Juni 2014

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua : Prof. dr. Sorimuda Sarumpaet, MPH

Anggota : 1. dr. Heldy BZ, MPH

: 2. Drs. Abdul Jalil AA. M.Kes

(6)

PERNYATAAN

HUBUNGAN FAKTOR DEMOGRAFIS, PSIKOLOGIS IBU DAN ORGANISASI DENGAN PEMANFAATAN PELAYANAN

JAMINAN PERSALINAN (JAMPERSAL) TAHUN 2013 DI KECAMATAN BERINGIN KABUPATEN

DELI SERDANG

TESIS

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam tesis ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Medan, Juli 2014

DEWA ANGGARA

(7)

ABSTRAK

Pemanfaatan pelayanan Jampersal di Kabupaten Deli Serdang yang memanfaatkan hanya sebesar 6,8%. Rendahnya pemanfaatan pelayanan jampersal terkait dengan faktor demografis (umur, pendidikan, pekerjaan, penghasilan dan paritas), faktor psikologis (pengetahuan, sikap dan keyakinan) dan faktor organisasi (sifat dan tempat pelayanan).

Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan hubungan faktor demografis, psikologis dan demografis dengan pemanfaatan pelayanan Jaminan Persalinan (Jampersal) di Kecamatan Beringin Kabupaten Deli Serdang. Jenis penelitian ini adalah survei analitik dengan pendekatan explanatory dan desain penelitian secara cross sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu nifas di tahun 2012 dan 2013 (bulan Nopember 2012-Mei 2013) yang bertempat tinggal di Kecamatan Beringin Kabupaten Deli Serdang. Sampel sebanyak 210 orang, diambil dengan tahap pertama cluster sampling dan tahap kedua convinience sampling. Data diperoleh dengan wawancara menggunakan kuesioner, dianalisis dengan Regresi Logistik Ganda pada α = 5%.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan faktor demografis (pendidikan, penghasilan, paritas) dan faktor psikologis (pengetahuan dan keyakinan) dan faktor organisasi (lokasi pelayanan) dengan pemanfaatan program jampersal, sedangkan faktor demografis (pekerjaan) tidak signifikan dengan pemanfaatan program jampersal dan variabel yang paling dominan berhubungan dengan pemanfaatan program jampersal di Kecamatan Beringin Kabupaten Deli Serdang adalah variabel penghasilan.

Disarankan kepada Puskesmas Kabupaten Deli Serdang perlu meningkatkan pengetahuan ibu, perlu mensosialisasikan kepada ibu yang berpenghasilan rendah dan ibu dengan paritas > 2 orang anak agar memanfaatkan program jampersal dan mengikuti program KB, kepada Klinik lebih meningkatkan pelayanan dan fasilitas dalam menolong persalinan, kepada Dinas Kesehatan di Kabupaten Deli Serdang untuk memperkenalkan dan mensosialisasikan program Jampersal yang telah diubah menjadi Jaminan Kesehatan Nasional yang dikelola oleh Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) dan pembiayaan yang ditanggung program JKN hendaknya tidak dibatasi dengan jumlah anak 3 orang saja dan sebaiknya mendapatkan subsidi pembiayaan untuk persalinan pada anak selanjutnya.Kepada Pemerintah Kabupaten Deli Serdang khususnya Dinas Kesehatan agar berkoordinasi dengan BPJS untuk ulang penduduknya untuk mengetahui apakah sudah keseluruhan masyarakat telah mendapatkan fasilitas JKN agar seluruh masyarakat dapat memiliki jaminan kesehatan yang baik.

(8)

ABSTRACT

The utilization of Jampersal service in Deli Serdang was only 6.8%. The low utilization of Jampersal services is related to demographic factors (age, education, occupation, income, and parity), psychological factors (knowledge, attitudes and beliefs) and organizational factors (nature and venue of service).

The purpose of this analytical explanatory survey study with cross-sectional design was to explain the relationship between demographic factors, mother’s psychological and organization with the utilization of Jampersal (Delivery Assurance) Beringin Subdistrict Deli Serdang District. The population of this study were all postpartum mothers from November 2012 to May 2013 living in Beringin Subdistrict Deli Serdang District and 210 of them were selected to be the samples for this study through cluster sampling and convinience sampling. The data for this study were obtained through questionnaire based interview and were analyzed through multiple logistic regression tests at α=5%.

The results of this study showed that there was a significant relationship between demographic factor (education, income, parity) and psychological factor (knowledge, belief) and organizational factor (location of service) and the utilization of Jampersal program, while demographic factor (occupation) did not have significant relationship with the utilization of Jampersal program, and the most dominant variable related to the utilization of Jampersal program in Beringin Subdistrict, Deli Serdang District was income.

The management of Puskesmas (Community Health Center) in Deli Serdang District is suggested to improve the knowledge of the mothers, to socialize the benefit of Jampersal program to the mothers of low income groups, to encourage the mothers with parity > 2 children to participate in the Family Planning program, to improve the service and facilities of delivery. The management of Deli Serdang District Health Service is suggested to introduce and socialize the Jampersal program which has been changed to National Health Assurance managed by Social Assurance Organizing Board (BPJS) and the payment borne by National Health Assurance (JKN) program should not be limited to 3 children only and it would be better if the delivery of the next children is subsidized. The District Government of Deli Serdang especially the Health Service should coordinate with Social Assurance Organizing Board (BPJS) should do a re-population census to find out whether or not all of its people have received the National Health Assurance (JKN) facilities that all of the citizens can have good health assurance.

(9)

KATA PENGANTAR

Penulis panjatkan puji dan syukur yang tiada henti dan tak terhingga kepada

Allah SWT atas berkat dan rahmat serta pertolongan-Nya sehingga penulis dapat

menyelesaikan penelitian ini dengan judul “Hubungan Faktor Demografis,

Psikologis Ibu dan Organisasi dengan Pemanfaatan Pelayanan Jaminan

Persalinan (Jampersal) Tahun 2013 di Kecamatan Beringin Kabupaten Deli

Serdang”

Penyusunan tesis ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Magister Kesehatan (M.Kes) pada Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat

Minat Studi Administras dan Kebijakan Kesehatan Fakultas Kesehatan Masyarakat

Universitas Sumatera Utara. Proses penulisan tesis dapat terwujud berkat dukungan,

bimbingan, arahan dan bantuan moral maupun material dari banyak pihak. Untuk itu

izinkan penulis mengucapkan terima kasih yang tak terhingga kepada :

1. Prof. Dr. dr. Syahril Pasaribu, DTM&H, M.Sc (CTM), Sp.A(K), selaku Rektor

Universitas Sumatera Utara

2. Dr. Drs. Surya Utama, M.S, Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas

Sumatera Utara

3. Dr. Ir. Evawany Aritonang, M.Si selaku Sekretaris Program Studi S2 Ilmu

Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera

(10)

4. Prof. dr. Sorimuda Sarumpaet, MPH, sebagai ketua komisi pembimbing yang

dengan penuh perhatian dan kesabaran membimbing, mengarahkan dan

meluangkan waktu untuk membimbing penulis mulai dari proposal hingga

penulisan tesis selesai.

5. dr. Heldy BZ, MPH, selaku anggota komisi pembimbing yang dengan penuh

perhatian dan kesabaran membimbing, mengarahkan dan meluangkan waktu

untuk membimbing penulis mulai dari proposal hingga penulisan tesis selesai.

6. Drs. Abdul Jalil AA. M.Kes dan Siti Khadijah Nasution, SKM, M.Kes sebagai

komisi penguji atau pembanding yang telah banyak memberikan arahan dan

masukan demi kesempurnaan penulisan tesis ini.

7. Camat Beringin Kabupaten Deli Serdang dan jajarannya yang telah berkenan

memberikan kesempatan kepada penulis untuk memberikan izin sampai selesai

penelitian ini.

8. Dosen dan Staf di Lingkungan Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat

Minat Studi Administrasi dan Kebijakan Kesehatan, Fakultas Kesehatan

Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

9. Seluruh responden yang telah bersedia berpartisipasi dalam penelitian ini.

10. Teristimewa untuk Ayahanda H. Sumarsono dan Ibunda Hj. Zuraidah Rokany,

SE beserta Ayah Mertua Ir. Johannes Mayendra Saragi, MM dan Ibu Mertua

Nurlely Piliang, BA yang telah memberikan motivasi, semangat, dukungan serta

perjuangan buat saya baik moril maupun materil dan terus mendoakan agar dapat

(11)

Allah SWT memberikan rahmat umur yang panjang, sehat selalu dan

melimpahkan rezeki.

11. Istriku tersayang Mega Fajri Aini Saragi, S.TP, M.Si yang telah memberi

motivasi, semangat, doa, serta waktu membantu dan menemaniku dalam

menyelesaikan tesis ini.

12. Kepada Saudara-saudara kandungku Dewi Sri Anggreiny AM.Keb, SKM,

beserta suami, kedua adikku dr. Dhian Andiny dan Putri Yolanda S.Ked yang

selalu memberikan semangat dan kepada kedua adik iparku Muhammad Nurul

Imam Saragi dan Habibah Fitri Hijriani Saragi.

13. Rekan-rekan Pasca Sarjana Program Studi Administrasi dan Kebijakan

Kesehatan Stambuk 2010, jangan penah lupakan hari-hari kebersamaan kita.

Penulis menyadari atas segala keterbatasan, untuk itu saran dan kritik yang

membangun sangat penulis harapkan demi kesempurnaan tesis ini dengan harapan,

semoga tesis ini bermanfaat bagi pengambil kebijakan di bidang kesehatan dan

pengembangan ilmu pengetahuan bagi penelitian selanjutnya.

Medan, Juli 2014 Penulis

(12)

RIWAYAT HIDUP

Dewa Anggara, lahir pada tanggal 22 Januari 1987 di Lubuk Pakam, anak

kedua dari empat bersaudara dari pasangan ayahanda H. Sumarsono dan ibunda Hj.

Zuraidah Rokany, SE.

Pendidikan formal penulis dimulai dari sekolah dasar di sekolah Dasar Negeri

No. 101900 Lubuk Pakam, selesai Tahun 1999, Sekolah Menengah Pertama di SMP

Negeri 1 Lubuk Pakam, selesai tahun 2002, Sekolah Menengah Atas di SMA Negeri

1 Lubuk Pakam, selesai Tahun 2005, Fakultas Kedokteran Universitas Islam

Sumatera Utara, selesai Tahun 2011.

Penulis mulai bekerja sebagai Dokter IGD di Rumah Sakit Joshua Lubuk

Pakam dan Klinik Bersalin Hamidah Tanjung Morawa dari tahun 2011 sampai

dengan tahun 2012.Penulis bekerja di Rumah Sakit Patar Asih Lubuk Pakam sebagai

Kepala IGD dari tahun 2012 sampai sekarang.

Penulis mengikuti pendidikan lanjutan di Program Studi S2 Ilmu Kesehatan

Masyarakat Minat studi Administrasi dan Kebijakan Kesehatan, Fakultas Kesehatan

Masyarakat Universitas Sumatera Utara sejak tahun 2010 dan menyelesaikan studi

(13)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

RIWAYAT HIDUP ... vi

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR GAMBAR ... xi

DAFTAR LAMPIRAN ... xii

BAB 1. PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Permasalahan ... 8

1.3. Tujuan Penelitian ... 8

1.4. Hipotesis ... 8

1.5. Manfaat Penelitian ... 8

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA ... 10

2.1. Jampersal ... 10

2.1.1. Ruang Lingkup ... 10

2.1.2. Mekanisme Pelayanan Jampersal ... 12

2.1.3. Manfaat ... 14

2.2. Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan ... 20

2.2.1. Teori Pemanfaatan Pelayanan Jampersal ... 21

2.3. Landasan Teori ... 36

2.4. Kerangka Konsep ... 38

BAB 3. METODE PENELITIAN ... 39

3.1. Jenis Penelitian ... 39

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 39

3.2.1. Lokasi Penelitian ... 39

3.2.2. Waktu Penelitian ... 39

3.3. Populasi dan Sampel ... 40

3.3.1. Populasi ... 40

3.3.2. Sampel ... 40

3.4. Metode Pengumpulan Data ... 41

3.4.1. Data Primer ... 41

3.4.2. Data Sekunder ... 41

3.5. Definisi Operasional ... 42

(14)

3.5.2. Variabel Dependen ... 45

3.6. Metode Pengukuran ... 46

3.7. Metode Analisis Data ... 47

3.7.1. Analisis Univariat ... 47

3.7.2. Analisis Bivariat ... 47

3.7.2. Analisis Multivariat ... 47

BAB 4. HASIL PENELITIAN ... 49

4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 49

4.1.1. Geografis ... 49

4.1.2. Pendidikan ... 49

4.1.3. Pekerjaan ... 50

4.2. Analisis Univariat ... 50

4.2.1. Struktur Sosial ... 50

4.2.2. Faktor Psikologis ... 51

4.2.3. Faktor Organisasi ... 58

4.2.4. Distribusi Pemanfaatan Program Jampersal di Kabupaten Deli Serdang ... 58

4.3. Analisis Bivariat ... 59

4.4. Analisis Multivariat ... 65

BAB 5. PEMBAHASAN ... 69

5.1. Program Jampersal di Kabupaten Deli Serdang ... 69

5.2. Hubungan Faktor Demografis dengan Pemanfaatan ... Program Jampersal ... 72

5.2.1. HubunganUmur dengan Pemanfaatan Program ... Program Jampersal di Kecamatan Beringin ... Kabupaten Deli Serdang ... 72

5.2.2. Hubungan Pendidikan dengan Pemanfaatan ... Program Jampersal di Kecamatan Beringin ... Kabupaten Deli Serdang ... 73

5.2.3. Hubungan Pekerjaan dengan Pemanfaatan ... Program Jampersal di Kecamatan Beringin ... Kabupaten Deli Serdang ... 74

5.2.4. Hubungan Penghasilan dengan Pemanfaatan... Program Jampersal di Kecamatan Beringin ... Kabupaten Deli Serdang ... 76

(15)

5.3. Hubungan Faktor Psikologis dengan Pemanfaatan ...

Program Jampersal ... 78

5.3.1. Hubungan Pengetahuan dengan Pemanfaatan ... Program Jampersal di Kecamatan Beringin ... Kabupaten Deli Serdang ... 78

5.3.2. Hubungan Sikapdengan Pemanfaatan Program ... Jampersal di Kecamatan Beringin Kabupaten ... Deli Serdang ... 80

5.3.3. Hubungan Kepercayaan dengan Pemanfaatan ... Program Jampersal di Kecamatan Beringin ... Kabupaten Deli Serdang ... 81

5.4. Hubungan Faktor Organisasi dengan Pemanfaatan ... Program Jampersal ... 83

5.4.1. Hubungan Sifat Organisasi dengan Pemanfaatan ... Program Jampersal di Kecamatan Beringin ... Kabupaten Deli Serdang ... 83

5.4.2. Hubungan Lokasi Pelayanan dengan Pemanfaatan. Program Jampersal di Kecamatan Beringin ... Kabupaten Deli Serdang ... 84

BAB 6. KESIMPULAN DAN SARAN ... 86

6.1. Kesimpulan ... 86

6.2. Saran ... 86

DAFTAR PUSTAKA ... 88

(16)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

3.1 Jumlah Ibu Nifas di Kecamatan Beringin Kabupaten Deli Serdang...

41

3.2 Variabel, Cara, Alat, Skala dan Hasil Ukur ………. 46

4.1 Distribusi Struktur Sosial (Umur, Pendidikan, Pekerjaan, Penghasilan, dan Paritas) di Kecamatan Beringin Kabupaten Deli Serdang...

51

4.4 Distribusi Sikap Responden di Kecamatan Beringin

Kabupaten Deli Serdang ………... 54

4.5 Distribusi Frekuensi Kategori Sikap Responden tentang

Pemanfaatan Jampersal di Kabupaten Deli Serdang …... 55

4.6 Distribusi Kepercayaan Responden di Kecamatan Beringin

Kabupaten Deli Serdang ………... 56

4.7 Distribusi Frekuensi Kategori Kepercayaan Responden

tentang Pemanfaatan Jampersal di Kabupaten Deli Serdang 57

4.8 Distribusi Frekuensi Faktor Organisasi (Sifat Pelayanan Jampersal dan Tempat Pelayanan Jampersal di Kecamatan

Beringin Kabupaten Deli Serdang………... 58

4.9 Distribusi Frekuensi Pemanfaatan Program Jampersal di

Wilayah Kabupaten Deli Serdang ………... 58

4.10 Hubungan Faktor Demografi, Faktor Psikologis ibu dan Fa ktor Organisasi dengan Pemanfaatan Jampersal di Kecamat

an Beringin Kabupaten Deli Serdang………... 64

4.11 Hubungan faktor Demografi Ibu, Faktor Psikologis dan Faktor Organisasi dengan Pemanfaatan Jampersal di

(17)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman

2.1. Paradigma Kesehatan (H.L. Blum) ….………...……….. 22

2.2. Kerangka Teoritis Penelitian………..………. 37

(18)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Judul Halaman

1. Kuesioner Penelitian ………...………. 92

2. Master Data Penelitian ……….………. 97

(19)

ABSTRAK

Pemanfaatan pelayanan Jampersal di Kabupaten Deli Serdang yang memanfaatkan hanya sebesar 6,8%. Rendahnya pemanfaatan pelayanan jampersal terkait dengan faktor demografis (umur, pendidikan, pekerjaan, penghasilan dan paritas), faktor psikologis (pengetahuan, sikap dan keyakinan) dan faktor organisasi (sifat dan tempat pelayanan).

Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan hubungan faktor demografis, psikologis dan demografis dengan pemanfaatan pelayanan Jaminan Persalinan (Jampersal) di Kecamatan Beringin Kabupaten Deli Serdang. Jenis penelitian ini adalah survei analitik dengan pendekatan explanatory dan desain penelitian secara cross sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu nifas di tahun 2012 dan 2013 (bulan Nopember 2012-Mei 2013) yang bertempat tinggal di Kecamatan Beringin Kabupaten Deli Serdang. Sampel sebanyak 210 orang, diambil dengan tahap pertama cluster sampling dan tahap kedua convinience sampling. Data diperoleh dengan wawancara menggunakan kuesioner, dianalisis dengan Regresi Logistik Ganda pada α = 5%.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan faktor demografis (pendidikan, penghasilan, paritas) dan faktor psikologis (pengetahuan dan keyakinan) dan faktor organisasi (lokasi pelayanan) dengan pemanfaatan program jampersal, sedangkan faktor demografis (pekerjaan) tidak signifikan dengan pemanfaatan program jampersal dan variabel yang paling dominan berhubungan dengan pemanfaatan program jampersal di Kecamatan Beringin Kabupaten Deli Serdang adalah variabel penghasilan.

Disarankan kepada Puskesmas Kabupaten Deli Serdang perlu meningkatkan pengetahuan ibu, perlu mensosialisasikan kepada ibu yang berpenghasilan rendah dan ibu dengan paritas > 2 orang anak agar memanfaatkan program jampersal dan mengikuti program KB, kepada Klinik lebih meningkatkan pelayanan dan fasilitas dalam menolong persalinan, kepada Dinas Kesehatan di Kabupaten Deli Serdang untuk memperkenalkan dan mensosialisasikan program Jampersal yang telah diubah menjadi Jaminan Kesehatan Nasional yang dikelola oleh Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) dan pembiayaan yang ditanggung program JKN hendaknya tidak dibatasi dengan jumlah anak 3 orang saja dan sebaiknya mendapatkan subsidi pembiayaan untuk persalinan pada anak selanjutnya.Kepada Pemerintah Kabupaten Deli Serdang khususnya Dinas Kesehatan agar berkoordinasi dengan BPJS untuk ulang penduduknya untuk mengetahui apakah sudah keseluruhan masyarakat telah mendapatkan fasilitas JKN agar seluruh masyarakat dapat memiliki jaminan kesehatan yang baik.

(20)

ABSTRACT

The utilization of Jampersal service in Deli Serdang was only 6.8%. The low utilization of Jampersal services is related to demographic factors (age, education, occupation, income, and parity), psychological factors (knowledge, attitudes and beliefs) and organizational factors (nature and venue of service).

The purpose of this analytical explanatory survey study with cross-sectional design was to explain the relationship between demographic factors, mother’s psychological and organization with the utilization of Jampersal (Delivery Assurance) Beringin Subdistrict Deli Serdang District. The population of this study were all postpartum mothers from November 2012 to May 2013 living in Beringin Subdistrict Deli Serdang District and 210 of them were selected to be the samples for this study through cluster sampling and convinience sampling. The data for this study were obtained through questionnaire based interview and were analyzed through multiple logistic regression tests at α=5%.

The results of this study showed that there was a significant relationship between demographic factor (education, income, parity) and psychological factor (knowledge, belief) and organizational factor (location of service) and the utilization of Jampersal program, while demographic factor (occupation) did not have significant relationship with the utilization of Jampersal program, and the most dominant variable related to the utilization of Jampersal program in Beringin Subdistrict, Deli Serdang District was income.

The management of Puskesmas (Community Health Center) in Deli Serdang District is suggested to improve the knowledge of the mothers, to socialize the benefit of Jampersal program to the mothers of low income groups, to encourage the mothers with parity > 2 children to participate in the Family Planning program, to improve the service and facilities of delivery. The management of Deli Serdang District Health Service is suggested to introduce and socialize the Jampersal program which has been changed to National Health Assurance managed by Social Assurance Organizing Board (BPJS) and the payment borne by National Health Assurance (JKN) program should not be limited to 3 children only and it would be better if the delivery of the next children is subsidized. The District Government of Deli Serdang especially the Health Service should coordinate with Social Assurance Organizing Board (BPJS) should do a re-population census to find out whether or not all of its people have received the National Health Assurance (JKN) facilities that all of the citizens can have good health assurance.

(21)

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Penurunan Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB)

merupakan tantangan yang lebih sulit dicapai dibandingkan dengan target Millenium

Development Goals (MDGs) lainnya. Sedangkan upaya penurunan AKI tidak lagi

dapat dilakukan dengan intervensi biasa, tapi diperlukan terobosan serta peningkatan

kerjasama lintas sektor untuk mengejar ketertinggalan penurunan AKI agar target

MDGs tercapai, diharapkan angka kematian ibu menurun dari 228 pada tahun 2007

menjadi 102 per 100.000 kelahiran hidup dan angka kematian bayi menurun 34 pada

tahun 2007 menjadi 23 per 1.000 kelahiran hidup. Namun berdasarkan SDKI 2012,

rata-rata angka kematian ibu (AKI) tidak sesuai target MDGs dan tercatat mencapai

359 per 100 ribu kelahiran hidup. Rata-rata kematian ini jauh melonjak dibanding

hasil SDKI 2007 yang mencapai 228 per 100 ribu. Untuk dapat mencapai target

MDGs, diperlukan terobosan dan upaya keras dari seluruh pihak, baik pemerintah,

sektor swasta, maupun masyarakat.

Menurut laporan World Health Organization (WHO) diperkirakan di seluruh

dunia terdapat sekitar 536.000 wanita meninggal dunia akibat masalah persalinan.

Dari jumlah tersebut, 99% diantaranya terjadi di negara-negara berkembang

(Bambang, 2008). Mortalitas dan morbiditas pada waktu hamil dan bersalin adalah

(22)

wanita usia subur disebabkan oleh hal yang berkaitan dengan kehamilan (Saifuddin,

2006).

Risiko kematian ibu semakin tinggi akibat adanya faktor-faktor risiko

keterlambatan. Ada tiga risiko keterlambatan, yakni terlambat mengenali tanda

bahaya (terlambat mengambil keputusan), terlambat sampai di fasilitas kesehatan

pada saat keadaan darurat, dan terlambat memperoleh pelayanan persalinan oleh

tenaga kesehatan.

Risiko kematian ibu akibat persalinan dapat ditekan jika ibu mendapatkan

layanan persalinan yang cepat dan berkualitas di fasilitas kesehatan, termasuk

mendapat pertolongan oleh tenaga kesehatan yang kompeten dan memiliki

kewenangan. Keterbatasan dan ketidaktersediaan biaya menjadi salah satu kendala

masyarakat untuk memperoleh akses ke pelayanan persalinan oleh tenaga kesehatan

di fasilitas kesehatan.

Penyebab kematian ibu yang paling umum di Indonesia adalah penyebab

obstetri langsung yaitu perdarahan 28%, preeklampsi/eklampsi 24%, infeksi 11%,

sedangkan penyebab tidak langsung adalah trauma obstetri 5% dan lain-lain 11%

(WHO, 2007). Berdasarkan audit maternal perinatal tahun 2010 dan hasil analisis

yang dilakukan dari rekapitulasi review kematian ibu diketahui bahwa proporsi

kematian ibu di Pulau Lombok disebabkan oleh penyebab obstetri langsung yaitu

perdarahan 30,23%, preeklampsi/eklampsi 23,7%, infeksi dan emboli air ketuban,

sedangkan penyebab tidak langsung menyumbang 42,1% dari kematian ibu yaitu

(23)

Separuh dari kematian ibu disebabkan oleh perdarahan. Dua pertiga dari

semua kasus perdarahan pasca persalinan terjadi pada ibu tanpa faktor risiko yang

diketahui sebelumnya, duapertiga kematian akibat perdarahan tersebut adalah dari

jenis retensio plasenta, dan tidak mungkin memperkirakan ibu mana yang akan

mengalami atonia uteri maupun perdarahan (WHO, 2008). Perdarahan, khususnya

perdarahan post-partum, terjadi secara mendadak dan lebih berbahaya apabila terjadi

pada wanita yang menderita anemia. Seorang ibu dengan perdarahan dapat meninggal

dalam waktu kurang dari satu jam (Kemenkes RI, 2008).

Menurut hasil Riset Kesehatan Dasar 2010, persalinan oleh tenaga kesehatan

pada kelompok sasaran miskin (Quintile 1) baru mencapai sekitar 69,3%. Sedangkan

persalinan yang dilakukan oleh tenaga kesehatan di fasilitas kesehatan baru mencapai

55,4%. Salah satu kendala penting untuk mengakses persalinan oleh tenaga kesehatan

di fasilitas kesehatan adalah keterbatasan dan ketidak-tersediaan biaya sehingga

diperlukan kebijakan terobosan untuk meningkatkan persalinan yang ditolong tenaga

kesehatan di fasilitas kesehatan melalui kebijakan yang disebut Jaminan Persalinan

(Jampersal). Jaminan Persalinan adalah jaminan pembiayaan pelayanan persalinan

yang meliputi pemeriksaan kehamilan, pertolongan persalinan, pelayanan nifas,

termasuk pelayanan KB pasca persalinan, dan pelayanan bayi baru lahir. Sasaran dari

program ini adalah ibu hamil, ibu bersalin, ibu nifas (sampai 42 hari pasca

melahirkan), serta bayi baru lahir (sampai dengan usia 28 hari). Jampersal adalah

perluasan kepesertaan dari Jamkesmas dan tidak hanya mencakup masyarakat miskin

(24)

pelayanan kehamilan, persalinan, nifas, bayi baru lahir dan KB (Keluarga Berencana)

pasca persalinan (Juknis Jampersal, 2012).

Jampersal diselenggarakan secara nasional sejak tahun 2011 dan telah

mencapai sosialisasi yang baik serta pelaksanaannya di fasilitas kesehatan tingkat

pertama pemerintah yaitu puskesmas dan jaringannya maupun tingkat lanjutan yaitu

rumah sakit serta di fasilitas kesehatan swasta yang melakukan perjanjian kerjasama

dengan dinas kesehatan. Tempat yang ideal untuk persalinan adalah fasilitas

kesehatan dengan perlengkapan dan tenaga yang siap menolong bila sewaktu-waktu

terjadi komplikasi persalinan.

Data statistik menunjukkan secara nasional, bahwa dukun beranak masih

menjadi pilihan kedua setelah bidan. Data Survei Status Sosial Ekonomi Nasional

(Susenas) dari tahun 2000-2005, penolong persalinan yang dilakukan oleh dukun

beranak mencapai 26,28% (BPS, 2006). Penolong persalinan di Indonesia sebagian

besar dilakukan oleh bidan (58%) dan dukun bersalin (25,31%), sedangkan menurut

tipe daerah di perkotaan maupun di pedesaan penolong persalinan yang terbanyak

dilakukan oleh bidan, masing-masing 65,81% dan 52,22% (BPS, 2008).

Kemampuan untuk menjangkau pelayanan kesehatan bagi individu maupun

keluarga di fasilitas kesehatan dapat dipengaruhi beberapa hal. Menurut teori pola

pemanfaatan pelayanan kesehatan dari Andersen ada faktor-faktor utama seperti

faktor predisposisi, faktor pemungkin dan faktor kebutuhan. Hal-hal yang terkait

dengan faktor predisposisi adalah demografi, struktur sosial dan kepercayaan. Faktor

(25)

yaitu faktor genetik dan karakteristik psikologis. Yang termasuk faktor kebutuhan

adalah kebutuhan yang dirasakan dan diagnosis klinik atau evaluasi.

Selain faktor psikologis, faktor demografis yang turut menghubungkan sikap

ibu terhadap pelayanan Jampersal adalah tingkat pendidikan, pekerjaan, umur, jumlah

keluarga, dan lain-lain. Tingkat pendidikan, pekerjaan dan pendapatan secara teori

berhubungan positif pada sikap masyarakat terhadap pemanfaatan pelayanan

Jampersal. Pendidikan yang lebih tinggi, pekerjaan yang lebih baik cenderung

memberikan informasi yang lebih baik kepada maayarakat sehingga meningkatkan

pemahamannya tentang Jampersal. Sedangkan pendapatan yang lebih tinggi,

menyebabkan ibu enggan untuk memanfaatkan pelayanan Jampersal, masyarakat

beranggapan karena gratis maka ibu ragu dengan kualitas yang diberikan, maka dari

itu ibu cenderung menggunakan pelayanan persalinan berbayar.

Penelitian yang dilakukan oleh Siregar di wilayah kerja Puskesmas Gunung

Tua Kecamatan Padang Bolak Julu Kabupaten Padang Lawas Utara Tahun 2011

bahwa 88,0% ibu bersalin memilih penolong persalinan tidak memanfaatkan tenaga

kesehatan dan hanya 12,0% yang memanfaatkan tenaga kesehatan. Ada hubungan

secara signifikan umur, pendidikan, penghasilan, persepsi dan dukungan keluarga

dengan pemilihan penolong persalinan pada ibu bersalin (Siregar, 2011).

Abdi dalam penelitiannya terhadap determinan pemanfaatan penolong

persalinan di Desa Anak Talang Kecamatan Batang Cenaku Kabupaten Indragiri

Hulu tahun 2012 dipengaruhi oleh faktor sosial budaya. Faktor sosial budaya menjadi

(26)

istiadat yang mengharuskan masyarakat di Desa Anak Talang untuk melakukan

persalinan pada dukun bayi dan adanya hukuman bagi masyarakat yang melakukan

persalinan pada tenaga kesehatan (Abdi, 2012).

Data pemanfaatan Jampersal di Kabupaten Deli Serdang pada tahun 2012 di

15 puskesmas rawat inap dari jumlah ibu bersalin 19.543 orang yang memanfaatkan

pelayanan Jampersal sebanyak 1.332 (6,8%), yang tidak memanfaatkan pelayanan

jampersal 18.211 orang (93,0%) (Badan Evaluasi Dinas Kesehatan Kabupaten Deli

Serdang, 2013).

Menurut survey pendahuluan yang peneliti lakukan di Kecamatan Beringin

Kabupaten Deli Serdang pada tahun 2012-2013 di 5 (lima) desa wilayah kerja

puskesmas Karang Anyer dari jumlah ibu bersalin 640 orang yang memanfaatkan

pelayanan Jampersal sebanyak 154 (24,1%), yang tidak memanfaatkan pelayanan

jampersal 486 orang (75,9%) dan pada bulan Januari-September 2013 dari jumlah ibu

bersalin 884 orang yang memanfaatkan pelayanan Jampersal sebanyak 415 (46,9%),

yang tidak memanfaatkan pelayanan jampersal 469 orang (53,1%) (Badan Evaluasi

Dinas Kesehatan Kabupaten Deli Serdang, 2013).

Kecamatan Beringin untuk klinik yang melayani jampersal hanya 3 klinik,

sementara untuk puskesmas yang berada di Kecamatan Beringin bukan puskesmas

rawat inap sehingga ibu susah untuk mendapatkan pelayanan Jampersal.

Hasil wawancara dengan 20 orang ibu mengatakan lebih nyaman melahirkan

di rumah dengan memanfaatkan petugas kesehatan dan dukun bayi serta keluarga

(27)

kebiasaan dalam keluarga untuk menyambut kehadiran bayi baru lahir biasanya

didamping oleh dukun bayi dan sanak keluarga. Latar belakang ibu bersalin pada

umumnya adalah ibu rumah tangga dengan pendidikan rendah. Faktor demografis,

psikologis ibu faktor organisasi dapat menjadi penyebab ibu tidak memanfaatkan

program Jampersal karena adanya.

Kecamatan Beringin Kabupaten Deli Serdang sebagai salah satu daerah yang

melaksanakan program Jampersal masih banyak menghadapi kendala.

Kendala-kendala tersebut adalah dalam pelaksanaannnya ternyata masih banyak ibu

melahirkan belum mengerti dengan jelas prosedur bagaimana mendapatkan layanan

Jampersal. Kenyataan yang lain adalah belum semua pihak fasilitas kesehatan yang

mengikuti program Jampersal menyampaikan kepada ibu hamil yang datang bahwa

pemerintah menyediakan program Jampersal untuk mereka, sehingga informasi

tentang Jampersal belum sepenuhnya menyentuh secara langsung kepada ibu hamil.

Syarat-syarat jadi peserta jampersal adalah memiliki buku kesehatan ibu dan

anak, KTP, surat pernyataan tidak memiliki Jamsostek/Askes, partograf untuk klaim

yang di klinik, kalau ke rumah sakit ditambah dengan surat rujukan dari puskesmas

dan KTP suami serta kartu keluarga.

Berdasarkan uraian di atas, penulis tertarik untuk meneliti hubungan faktor

demografis (umur, pendidikan, pekerjaan, penghasilan dan paritas), faktor psikologis

(pengetahuan, sikap dan keyakinan) faktor organisasi (sifat dan tempat pelayanan)

dengan pemanfaatan pelayanan jampersal di Kecamatan Beringin Kabupaten Deli

(28)

1.2. Permasalahan

Berdasarkan latar belakang di atas, maka yang menjadi permasalahan adalah

rendahnya pemanfaatan pelayanan jampersal di Kecamatan Beringin Kabupaten Deli

Serdang.

1.3. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis hubungan faktor demografis

ibu (umur, pendidikan, pekerjaan, penghasilan dan paritas), faktor psikologis

(pengetahuan, sikap dan keyakinan) dan faktor organisasi (sifat dan tempat

pelayanan) dengan pemanfaatan pelayanan jampersal tahun 2013 di Kecamatan

Beringin Kabupaten Deli Serdang.

1.4. Hipotesis

Faktor demografis ibu (umur, pendidikan, pekerjaan, penghasilan dan paritas),

faktor psikologis (pengetahuan, sikap dan keyakinan) dan faktor organisasi (sifat dan

tempat pelayanan) berhubungan dengan pemanfaatan pelayanan jampersal tahun

2013 di Kecamatan Beringin Kabupaten Deli Serdang.

1.5. Manfaat Penelitian

1. Sebagai masukan bagi tenaga kesehatan di Dinas Kesehatan Deli Serdang

khususnya kecamatan Beringin untuk dapat meningkatkan pelayanan Jampersal di

(29)

2. Sebagai bahan masukan bagi Dinas Kesehatan Deli Serdang dalam meningkatkan

pelayanan dan informasi tentang Jampersal.

3. Sebagai pengembangan ilmu pengetahuan untuk memperkaya khasanah ilmu

kesehatan masyarakat khususnya untuk Administrasi dan Kebijakan Kesehatan.

4. Sebagai referensi ilmiah yang mendukung perkembangan pengetahuan tentang

(30)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Jampersal

Program Jaminan Persalinan (Jampersal) adalah jaminan pembiayaan

persalinan yang meliputi pemeriksaan kehamilan, pertolongan persalinan, pelayanan

nifas termasuk pelayanan KB pasca persalinan dan pelayanan bayi baru lahir.

Jampersal diperuntukkan bagi seluruh ibu hamil yang belum memiliki jaminan

persalinan.

2.1.1 Ruang Lingkup

Jaminan Persalinan merupakan upaya untuk menjamin dan melindungi proses

kehamilan, persalinan, paska persalinan, dan pelayanan Keluarga Berencana (KB)

paska salin serta komplikasi yang terkait dengan kehamilan, persalinan, nifas, KB

paska salin, sehingga manfaatnya terbatas dan tidak dimaksudkan untuk melindungi

semua masalah kesehatan individu.

Pelayanan persalinan dilakukan secara terstruktur dan berjenjang berdasarkan

rujukan. Adapun ruang lingkup pelayanan jaminan persalinan terdiri dari:

a. Pelayanan persalinan tingkat pertama

Pelayanan persalinan tingkat pertama adalah pelayanan yang diberikan oleh

dokter atau bidan yang berkompeten dan berwenang memberikan pelayanan yang

meliputi pemeriksaan kehamilan, pertolongan persalinan, pelayanan nifas dan

(31)

pelayanan persiapan rujukan pada saat terjadinya komplikasi (kehamilan, persalinan,

nifas dan bayi baru lahir serta KB paska salin) tingkat pertama.

Jenis pelayanan Jaminan persalinan di tingkat pertama meliputi:

a.1. Pelayanan ANC sesuai standar pelayanan KIA dengan frekuensi 4 kali;

a.2. Deteksi dini faktor risiko, komplikasi kebidanan dan bayi baru lahir

a.3. Pertolongan persalinan normal;

a.4. Pertolongan persalinan dengan komplikasi dan atau penyulit pervaginam

yang merupakan kompetensi Puskesmas Pelayanan Obstreti Neonatal

Emergensi Dasar (PONED).

a.5. Pelayanan Nifas (PNC) bagi ibu dan bayi baru lahir sesuai standar pelayanan

KIA dengan frekuensi 4 kali;

a.6. Pelayanan KB paska persalinan serta komplikasinya.

a.7. Pelayanan rujukan terencana sesuai indikasi medis untuk ibu dan janin/

bayinya.

b. Pelayanan Persalinan Tingkat Lanjutan

Pelayanan persalinan tingkat lanjutan adalah pelayanan yang diberikan oleh

tenaga kesehatan spesialistik untuk pelayanan kebidanan dan bayi baru lahir kepada

ibu hamil, bersalin, nifas, dan bayi baru lahir dengan resiko tinggi dan atau dengan

komplikasi yang tidak dapat ditangani pada fasilitas kesehatan tingkat pertama yang

dilaksanakan berdasarkan rujukan atas indikasi medis.

Pelayanan tingkat lanjutan menyediakan pelayanan terencana atas indikasi ibu

(32)

b.1. Pemeriksaan kehamilan atau ante natal care (ANC) dengan risiko tinggi (risti)

b.2. Pertolongan persalinan dengan risti dan penyulit yang tidak mampu

dilakukan di pelayanan tingkat pertama.

b.3. Penanganan komplikasi kebidanan dan bayi baru lahir dalam kaitan akibat

persalinan.

b.4. Pemeriksaan paska persalinan atau post natal care (PNC) dengan risiko

tinggi (risti).

b.5. Penatalaksanaan KB paska salin dengan Metode Kontrasepsi Jangka Panjang

(MKJP) atau Kontrasepsi Mantap (Kontap) serta penanganan komplikasi.

c. Pelayanan Persiapan Rujukan

Pelayanan persiapan rujukan adalah pelayanan pada suatu keadaan dimana

terjadi kondisi yang tidak dapat ditatalaksana secara paripurna di fasilitas kesehatan

tingkat pertama sehingga perlu dilakukan rujukan ke fasilitas kesehatan tingkat lanjut.

2.1.2. Mekanisme Pelayanan Jampersal

Pelayanan Jampersal ini meliputi pemeriksaan kehamilan ante natal care

(ANC), pertolongan persalinan, pemeriksaan post natal care (PNC) oleh tenaga

kesehatan di fasilitas kesehatan pemerintah (Puskesmas dan jaringannya), fasilitas

kesehatan swasta yang tersedia fasilitas persalinan (Klinik/Rumah Bersalin, Dokter

Praktik, Bidan Praktik) dan yang telah menanda-tangani Perjanjian Kerja Sama

(33)

kehamilan dengan risiko tinggi dan persalinan dengan penyulit dan komplikasi

dilakukan secara berjenjang di Puskesmas dan Rumah Sakit berdasarkan rujukan.

Dalam Kebijakan Operasional sebagaimana tercantum dalam SK Menkes No.

515/Menkes/SK/III/2011 tentang Penerima dana Penyelenggaraan Jamkesmas dan

Jampersal di pelayanan Dasar untuk tiap Kabupaten/Kota tahun anggaran 2011 diatur

beberapa poin, diantaranya pengelolaan Jampersal di setiap jenjang pemerintahan

(pusat, provinsi, dan kabupaten/kota) menjadi satu kesatuan dengan pengelolaan

Jamkesmas dan Bantuan Operasional Kesehatan (BOK).

Pelayanan tersebut sudah mulai berjalan dan rumah sakit yang melayani

jampersal bisa melakukan klaim ke Kementeria

program dapat memanfaatkan pelayanan di seluruh jaringan fasilitas pelayanan

kesehatan tingkat pertama dan tingkat lanjutan Rumah sakit (RS) di kelas III yang

memiliki Perjanjian Kerja Sama (PKS) dengan Tim Pengelola Jamkesmas dan BOK

Kabupaten/Kota.

Pengelolaan kepesertaan Jampersal merupakan perluasan kepesertaan dari

program Jamkesmas yang mengikuti tata kelola kepesertaan dan manajemen

Jamkesmas, namun dengan kekhususan dalam hal penetapan pesertanya. Sementara

pelayanannya diselenggarakan dengan prinsip Portabilitas, Pelayanan terstruktur

berjenjang berdasarkan rujukan. Untuk pelayanan paket persalinan tingkat pertama di

fasilitas kesehatan pemerintah (Puskesmas dan Jaringannya) didanai berdasarkan

usulan rencana kerja (Plan Of Action/POA) Puskesmas. Untuk pelayanan paket

(34)

mekanisme klaim. Klaim persalinan didasarkan atas tempat (lokasi wilayah)

pelayanan persalinan dilakukan.

Dana untuk pelayanan Jamkesmas termasuk Jampersal merupakan satu

kesatuan (secara terintegrasi) disalurkan langsung dari Kantor Pelayanan

Perbendaharaan Negara (KPPN) Jakarta V ke Rekening Kepala Dinas Kesehatan

Kabupaten/Kota sebagai penanggung jawab Pengelolaan Jamkesmas di wilayahnya

dan Rekening RS untuk fasilitas kesehatan tingkat lanjutan (pemerintah dan swasta).

Pembayaran untuk pelayanan Jaminan Persalinan dilakukan dengan cara

klaim untuk Pembayaran di fasilitas kesehatan Tingkat Pertama. Sementara

pembayaran di fasilitas kesehatan Tingkat Lanjutan dilakukan dengan cara klaim,

didasarkan paket INA-CBGs (Indonesia-Case Base Groups) dahulu INA-DRG.

dari 1.523 rumah sakit swasta , sebanyak 337 di antaranya telah bergabung mengikuti

program Jaminan Persalinan (Jampersal) yang baru diterapkan tahun 2011. Rumah

sakit swasta yang mengikuti Jampersal bukan ditunjuk dari Kementerian Kesehatan

melainkan mengajukan sendiri. "Kalau ada yang mau daftar dibolehkan dengan

mengajukan persyaratan (Kemenkes RI, 2011).

2.1.3. Manfaat

Manfaat yang diterima oleh penerima Jaminan Persalinan sebagaimana

diuraikan dibawah ini, sedangkan pada peserta Jamkesmas dijamin berbagai kelainan

(35)

1. Pemeriksaan Kehamilan

Pemeriksaan kehamilan yang dibiayai oleh program ini mengacu pada buku

Pedoman Kematian Ibu dan Anak (KIA), dimana selama hamil, ibu hamil

diperiksa sebanyak 4 kali disertai konseling KB dengan frekuensi:

1.1. Satu kali pada triwulan pertama

1.2. Satu kali pada triwulan kedua

1.3. Dua kali pada triwulan ketiga

Pemeriksaan kehamilan yang jumlahnya melebihi frekuensi diatas pada

tiap-tiap triwulan tidak dibiayai oleh program ini. Penyediaan obat-obatan, reagensia dan

bahan habis pakai yang diperuntukkan bagi pelayanan kehamilan, persalinan dan

nifas, dan KB pasca salin serta komplikasi yang mencakup seluruh sasaran ibu hamil,

bersalin, nifas dan bayi baru lahir menjadi tanggung jawab Pemda/Dinas Kesehatan

Kabupatan/Kota.

Pada Jaminan Persalinan dijamin penatalaksanaan komplikasi kehamilan

antara lain:

a. Penatalaksanaan abortus imminen, abortus inkompletus dan missed abortion

b. Penatalaksanaan mola hidatidosa

c. Penatalaksanaan hiperemesis gravidarum

d. Penanganan Kehamilan Ektopik Terganggu (KET)

e. Hipertensi dalam kehamilan, pre eklamsi dan eklamsi

f. Perdarahan pada masa kehamilan

(36)

h. Pertumbuhan Janin Terhambat (PJT): tinggi fundus tidak sesuai usia kehamilan

i. Penyakit lain sebagai komplikasi kehamilan yang mengancam nyawa.

2. Penatalaksanaan Persalinan:

a. Persalinan per vaginam

a.1. Persalinan per vaginam normal

a.2. Persalinan per vaginam melalui induksi

a.3. Persalinan per vaginam dengan tindakan

a.4. Persalinan per vaginam dengan komplikasi

a.5. Persalinan per vaginam dengan kondisi bayi kembar.

Persalinan per vaginam dengan induksi, dengan tindakan, dengan komplikasi

serta pada bayi kembar dilakukan di Puskesmas PONED atau Rumah Sakit.

b. Persalinan per abdominam

b.1. Seksio sesarea elektif (terencana), atas indikasi medis

b.2. Seksio sesarea segera (emergensi), atas indikasi medis

b.3. Seksio sesarea dengan komplikasi (perdarahan, robekan jalan lahir, perlukaan

jaringan sekitar rahim, dan sesarean histerektomi).

c. Penatalaksanaan Komplikasi Persalinan :

c.1. Perdarahan

c.2. Eklamsi

c.3. Retensio plasenta

c.4. Penyulit pada persalinan.

(37)

c.6. Penyakit lain yang mengancam keselamatan ibu bersalin

d. Penatalaksanaan bayi baru lahir

d.1. Perawatan bayi baru lahir

d.2. Penatalaksanaan bayi baru lahir dengan komplikasi (asfiksia, Berat Badan

Lahir rendah (BBLR), infeksi, ikterus, kejang, Sindrom Gawat Nafas pada

Neonatus (SGNN)

e. Lama hari inap minimal di fasilitas kesehatan

e.1. Persalinan normal dirawat inap minimal 1 (satu) hari

e.2. Persalinan per vaginam dengan tindakan dirawat inap minimal 2 (dua) hari

e.3. Persalinan dengan penyulit post sectio-caesaria dirawat inap minimal 3

(tiga) hari

3. Pelayanan Nifas (PNC)

a. Tatalaksana pelayanan

Pelayanan nifas (PNC) sesuai standar yang dibiayai oleh program ini

ditujukan pada ibu dan bayi baru lahir yang meliputi pelayanan ibu nifas, pelayanan

bayi baru lahir, dan pelayanan KB pasca salin.

Pelayanan nifas diintegrasikan antara pelayanan ibu nifas, bayi baru lahir dan

pelayanan KB pasca salin. Tatalaksana asuhan PNC merupakan pelayanan Ibu dan

Bayi baru lahir sesuai dengan Buku Pedoman KIA. Pelayanan bayi baru lahir

dilakukan pada saat lahir dan kunjungan neonatal.

Pelayanan ibu nifas dan bayi baru lahir dilaksanakan 4 kali, masing-masing 1

(38)

1. Kunjungan pertama untuk Kunjungan Nifas 1 (6 jam s/d hari ke-2)

2. Kunjungan kedua untuk Kunjungan Nifas 2 (hari ke-3 s/d hari ke-7)

3. Kunjungan ketiga untuk Kunjungan Nifas 3 (hari ke-8 s/d hari ke-28)

4. Kunjungan keempat untuk Kunjungan Nifas 4 (hari ke-29 s/d hari ke-42)

Pelayanan KB pasca persalinan dilakukan hingga 42 hari pasca persalinan.

Pada Jaminan Persalinan dijamin penatalaksanaan komplikasi nifas antara lain :

1. Perdarahan

2. Sepsis

3. Eklamsi

4. Asfiksia

5. Ikterus

6. BBLR

7. Kejang

8. Abses/Infeksi diakibatkan oleh komplikasi pemasangan alat kontrasepsi.

9. Penyakit lain yang mengancam keselamatan ibu dan bayi baru lahir sebagai

komplikasi persalinan

b. KB

1. Jenis Pelayanan KB

Pelayanan Keluarga Berencana pasca salin antara lain;

a. Kontrasepsi Mantap (Kontap);

b. Intra Uterine Device (IUD), Implant, dan

(39)

2. Tatalaksana Pelayanan KB dan ketersediaan Alat dan Obat Kontrasepsi (Alokon)

Sebagai upaya untuk pengendalian jumlah penduduk dan keterkaitannya

dengan Jaminan Persalinan, maka pelayanan KB pada masa nifas perlu mendapatkan

perhatian. Tatalaksana pelayanan KB mengacu kepada Pedoman Pelayanan KB dan

KIA yang diarahkan pada Metode Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP) atau Kontap

sedangkan ketersediaan alat dan obat kontrasepsi (Alokon) KB ditempuh dengan

prosedur sebagai berikut;

a. Pelayanan KB di fasilitas kesehatan dasar :

a.1. Alokon disediakan oleh BKKBN terdiri dari IUD, Implant, dan Suntik.

a.2. Puskesmas membuat rencana kebutuhan alat dan obat kontrasepsi yang

diperlukan untuk pelayanan KB di Puskesmas maupun dokter/bidan praktik

mandiri yang ikut program Jaminan Persalinan. Selanjutnya daftar kebutuhan

tersebut dikirimkan ke Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) yang

mengelola program keluarga berencana di Kabupaten/Kota setempat.

a.3. Dokter dan bidan praktik mandiri yang ikut program Jaminan Persalinan

membuat rencana kebutuhan alokon untuk pelayanan keluarga berencana dan

kemudian diajukan permintaan ke Puskesmas yang ada diwilayahnya.

a.4. Puskesmas setelah mendapatkan alokon dari SKPD Kabupaten/Kota yang

mengelola program KB selanjutnya mendistribusikan alokon ke dokter dan

bidan praktik mandiri yang ikut program Jaminan Persalinan sesuai

usulannya.

(40)

b. Pelayanan KB di fasilitas kesehatan lanjutan:

b.1. Alokon disediakan oleh BKKBN.

b.2. Rumah Sakit yang melayani program Jaminan Persalinan membuat rencana

kebutuhan alokon yang diperlukan untuk pelayanan KB di Rumah Sakit

tersebut dan selanjutnya daftar kebutuhan tersebut dikirimkan ke SKPD

yang mengelola program keluarga berencana di Kabupaten/Kota setempat.

b.3. Jasa pelayanan KB di pelayanan kesehatan lanjutan menjadi bagian dari

penerimaan menurut tarif Indonesia Case Base Group's (INA CBG’s).

Agar pelayanan KB dalam Jaminan persalinan dapat berjalan dengan baik,

perlu dilakukan koordinasi yang sebaik-baiknya antara Petugas Lapangan Keluarga

Berencana (PLKB), fasilitas kesehatan (Puskesmas/Rumah Sakit), Dinas Kesehatan

selaku Tim Pengelola serta SKPD Kabupaten/Kota yang menangani program

keluarga berencana serta BKKBN Provinsi.

2.2. Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan

Pemanfaatan pelayanan kesehatan adalah hasil dan proses pencarian

pelayanan kesehatan oleh seseorang maupun kelompok. Pengetahuan tentang faktor

yang mendorong individu membeli kesehatan merupakan informasi kunci untuk

mempelajari utilisasi pelayanan kesehatan. Mengetahui faktor-faktor yang

(41)

2.2.1. Teori Pemanfaatan Pelayanan Jampersal

2.2.1.1. Teori H.L. Blum

Paradigma sehat menurut H.L. Blum, ada empat faktor yang menentukan

derajat kesehatan masyarakat di suatu wilayah. Faktor tersebut adalah:

a. Faktor genetik

Merupakan faktor yang paling kecil pengaruhnya terhadap kesehatan perorangan

atau masyarakat dibandingkan dengan ketiga faktor yang lain. Pengaruhnya pada

status kesehatan perorangan tejadi secara evolutif dan paling sukar di deteksi.

b. Faktor pelayanan kesehatan

Ketersediaan sarana pelayanan kesehatan, tenaga kesehatan dan pelayanan

kesehatan yang berkualitas akan berpengaruh pada derajat kesehatan masyarakat.

Pengetahuan dan keterampilan petugas kesehatan yang diimbangi dengan

kelengkapan sarana/prasarana, dan dana akan menjamin kualitas pelayanan

kesehatan.

c. Faktor perilaku masyarakat

Terutama di negara berkembang paling besar pengaruhnya terhadap munculnya

gangguan kesehatan atau masalah kesehatan di masyarakat. Tersedianya jasa

kesehatan (health services) tanpa disertai perubahan perilaku akan mengakibatkan

masalah kesehatan tetap potensial berkembang di masyarakat.

d. Faktor lingkungan

Terkendalinya lingkungan akibat sikap hidup dan perilaku masyarakat yang baik

(42)
[image:42.612.117.510.117.259.2]

Gambar 2.1 Paradigma Kesehatan (H.L. Blum)

Sumber: Soekidjo Notoatmodjo

2.2.1.2. Teori Andersen (1975)

Sistem kesehatan merupakan suatu model kepercayaan kesehatan yang

disebut sebagai model perilaku pemanfaatan pelayanan kesehatan (behavioral model

of health services utilization) Andersen (1975) dalam Ilyas (2006). Terdapat tiga

faktor utama yang berpengaruh terhadap pemanfaatan pelayanan kesehatan yaitu:

a. Karakteristik Predisposisi (presdiposing characteristic)

Menggambarkan bahwa setiap individu mempunyai kecenderungan menggunakan

pelayanan kesehatan yang berbeda-beda. Ini disebabkan karena adanya ciri-ciri

individu yang digolongkan ke dalam tiga kelompok yaitu:

a.1. Ciri demografi, seperti umur, jenis kelamin, paritas dan status perkawinan.

a.2. Struktur sosial seperti, tingkat pendidikan, pekerjaan, hobi, ras, agama, dan

sebagainya.

a.3. Kepercayaan kesehatan (health belief), seperti keyakinan bahwa pelayanan

kesehatan dapat menolong proses penyembuhan penyakit.

GENETIK

PELAYANAN KESEHATAN SEHAT

LINGKUNGAN

(43)

b. Karakteristik Kemampuan (enabling characteristics)

Menggambarkan keadaan dan kondisi yang membuat seseorang mampu untuk

melakukan tindakan untuk memenuhi kebutuhanya terhadap pelayanan kesehatan.

Dibagi kedalam dua kelompok yaitu:

b.1. Sumber daya keluarga diantaranya, penghasilan keluarga, keikutsertaan

dalam asuransi kesehatan, kemampuan membeli jasa pelayanan kesehatan,

dan pengetahuan tentang informasi pelayanan kesehatan yang dibutuhkan.

b.2. Sumber daya masyarakat diantaranya, jumlah sarana kesehatan yang ada,

jumlah tenaga kesehatan yang tersedia dalam wilayah tersebut, rasio

penduduk terhadap tenaga kesehatan, dan lokasi pemukiman penduduk.

c. Karakteristik Kebutuhan (need characteristics)

Merupakan komponen yang paling berhubungan langsung dengan pemanfaatan

pelayanan kesehatan. Digunakan istilah kesakitan untuk mewakili kebutuhan

pelayanan kesehatan. Penilaian terhadap suatu penyakit merupakan bagian dari

faktor kebutuhan. Penilaian kebutuhan ini diperoleh dari dua sumber yaitu:

c.1. Penilaian individu (perceived need), merupakan penilaian keadaan kesehatan

yang dirasakan oleh individu, besarnya ketakutan terhadap penyakit dan

hebatnya rasa sakit yang diderita.

c.2. Penilaian klinik (evaluated need), merupakan penilaian beratnya penyakit dari

dokter yang merawatnya. Hal ini tercermin antara lain dari hasil pemeriksaan

(44)

2.2.1.3. Teori Zschock (1979)

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi seseorang menggunakan pelayanan

kesehatan menurut Zschock (1979) dalam Ilyas (2006) adalah:

a. Status kesehatan dan pendidikan

Faktor status kesehatan mempunyai hubungan yang erat dengan penggunaan

pelayanan kesehatan. Makin rendah status kesehatan seseorang, maka ada

kecenderungan orang tersebut banyak menggunakan pelayanan kesehatan.

Tingkat pendidikan juga mempengaruhi tingkat utilisasi pelayanan kesehatan.

Orang dengan tingkat pendidikan formal lebih tinggi akan mempunyai tingkat

pengetahuan akan infromasi tentang pelayanan kesehatan yang lebih baik dan

pada akhirnya akan mempengaruhi status kesehatan seseorang.

b. Faktor konsumen dan pemberi pelayanan kesehatan

Provider sebagai pemberi jasa pelayanan mempunyai peranan yang lebih besar

dalam menentukan tingkat dan jenis pelayanan yang akan dikonsumsi bila

dibandingkan dengan konsumen sebagai pembeli jasa pelayanan.

c. Kemampuan dan penerimaan

Kemampuan membayar pelayanan kesehatan berhubungan dengan tingkat

penerimaan dan penggunaan pelayanan kesehatan.

d. Resiko sakit dan lingkungan

Resiko sakit tidak sama pada setiap individu dan datangnya penyakit tidak

(45)

2.2.1.4. Teori L. Green (1980)

Menurut Lawrence Green dalam Soekidjo Notoadmodjo (2007), perilaku

dipengaruhi oleh tiga faktor yaitu:

a. Faktor-faktor predisposisi (predisposing factor) merupakan faktor pendahulu

yang menjadi dasar atau motivasi perilaku, diantaranya adalah karakteristik

masyarakat (umur, jenis kelamin, suku, dan lama tinggal di daerah tersebut),

pekerjaan, pendidikan, pengetahuan tentang kesehatan, sikap terhadap kesehatan,

dan manfaat umum yang dirasakan terhadap layanan kesehatan.

b. Faktor yang mendukung (enabling factor) merupakan faktor pemungkin dalam

terlaksananya perilaku diantaranya adalah tingkat pendapatan keluarga,

kepesertaan asuransi, tempat tinggal (kota atau desa) dan tingkatan wilayah

administrasi dimana mereka berada.

c. Faktor pendorong (reinforcing factor) merupakan faktor yang mendorong

terjadinya perubahan perilaku diantaranya adalah sikap petugas kesehatan,

perilaku petugas, dan dukungan keluarga.

2.2.1.5. Model Andersen dan Anderson (1979)

Menurut Andersen dan Anderson dalam Ilyas (2003), menggolongkan model

pemanfataan (utilisasi) kesehatan ke dalam enam kategori berdasarkan tipe dari

variabel yang digunakan sebagai faktor yang menentukan utilisasi pelayanan

(46)

Keenam faktor tersebut adalah:

a. Faktor Demografi, variabel yang digunakan pada faktor ini berdasarkan umur,

pendidikan, pekerjaan, penghasilan dan paritas. Variabel tersebut digunakan

sebagai indikator yang memengaruhi utilisasi pelayanan kesehatan.

a.1. Umur

Wanita dikatakan sudah matang atau siap untuk bereproduksi apabila sudah

mendapatkan haid. Umur yang baik untuk wanita bereproduksi adalah antara

20-35 tahun. Umur ibu dapat memengaruhi ibu untuk mengambil keputusan dalam

memelihara kesehatannya. Semakin bertambah umur maka pengalaman

pengetahuan semakin bertambah. Usia kurang dari 20 tahun merupakan usia

rentan yang tidak aman karena dikhawatirkan mengundang resiko terhadap

gangguan dan komplikasi yang berhubungan dengan kesehatan bereproduksi

wanita yang bersangkutan. Gangguan-gangguan terjadi karena belum ada

kesempurnaan baik dari segi fisik maupun mental sebaliknya pada ibu berusia

lebih dari 35 tahun juga akan banyak merugikan perkembangan dari

fungsi-fungsi alat reproduksi (Maulana, 2008).

a.2. Pendidikan

Pendidikan menurut John Dewey merupakan proses pembentukan kecakapan

fundamental secara intelektual dan emosional kearah alam dan sesama manusia.

Secara umum pendidikan adalah segala upaya yang direncanakan untuk

memengaruhi orang lain baik individu, kelompok atau masyarakat sehingga

(47)

2010). Pendidikan tentang kesehatan adalah suatu proses perubahan pada diri

manusia yang ada hubungannya dengan tercapainya tujuan kesehatan program

dan masyarakat. Orang yang mempunyai pendidikan lebih tinggi umumnya lebih

terbuka menerima perubahan atau hal-hal yang berguna. Dan menjadi lebih kritis

untuk mengetahui kebutuhannya dengan membaca koran, majalah, buku, dari

internet atau bertanya kepadaahlinya (BKKBN, 2006).

a.3. Pekerjaan

Pengetahuan ibu yang bekerja akan lebih baik dibandingkan dengan

pengetahuan ibu yang tidak bekerja. Semua ini disebabkan karena ibu yang

bekerja di luar rumah (sektor formal) memiliki akses yang lebih baik terhadap

berbagai informasi mengenai kesehatan (BKKBN, 2006).

a.4. Penghasilan

Pengertian penghasilan menurut Mulyadi (2008) adalah pembayaran atas

penyerahan jasa yang dilakukan oleh pegawai administrasi atau yang mempunyai

jenjang jabatan manajer yang pada umumnya dibayarkan secara tetap per bulan.

Dapat diambil kesimpulan bahwa gaji dibayarkan kepada karyawan administrasi

setiap bulannya secara rutin oleh si pemberi kerja atas jasa yang telah diberikan.

a.5. Paritas

Paritas adalah banyaknya kelahiran hidup yang dipunyai oleh seorang

wanita (BKKBN, 2006). Paritas dapat dibedakan menjadi primipara, multipara

(48)

1. Primipara, adalah wanita yang telah melahirkan seorang anak, yang cukup

besar untuk hidup di dunia luar (Varney, 2006).

2. Multipara, adalah wanita yang telah melahirkan seorang anak lebih dari

satu kali (Prawirohardjo, 2009).

3. Grandemultipara, adalah wanita yang telah melahirkan 5 orang anak atau

lebih (Varney, 2006).

b. Faktor Struktur Sosial, variabel yang digunakan adalah pendidikan, pekerjaan dan

etnis. Variabel-variabel tersebut mencerminkan status sosial dari individu atau

keluarga dalam masyarakat dan dapat pula menggambarkan gaya hidup individu

dan keluarga.

c. Faktor Psikologis, variabel yang digunakan adalah pengetahuan, sikap dan

kepercayaan individu di dalam memanfaatkan pelayanan kesehatan. Variabel

tersebut memengaruhi individu untuk mengambil keputusan dan bertindak di

dalam menggunakan pelayanan kesehatan.

d. Faktor Sumber Daya Keluarga, variabel yang digunakan dalam adalah pendapatan

keluarga dan cakupan mengenai pelayanan kesehatan. Variabel tersebut dapat

mengukur kesanggupan dari setiap individu atau keluarga untuk memperoleh

pelayanan kesehatan.

e. Faktor Sumber Daya Masyarakat, yang digunakan dalam faktor ini adalah

(49)

f. Faktor Organisasi, yang digunakan dalam faktor ini adalah pencerminan

perbedaan bentuk-bentuk pelayanan kesehatan. Pada umumnya variabel yang

biasa digunakan adalah

1. Gaya praktek pengobatan sendiri (sendiri, rekanan, kelompok)

2. Sifat alamiah dari pelayanan tersebut (pembayaran secara langsung atau

tidak).

3. Lokasi dari pelayanan kesehatan (pribadi, rumah sakit atau klinik)

4. Petugas kesehatan yang pertama kali dihubungi oleh pasien (dokter, perawat

atau yang lainnya).

2.2.1.6. Teori Aday et.al (1980)

Karakteristik sistem pelayanan kesehatan adalah salah satu faktor penting

dalam mempengaruhi pemanfaatan pelayanan kesehatan yang terdiri dari sumber

daya dan lembaga kesehatan. Sumber daya mencakup pemberi pelayanan kesehatan,

alat kesehatan dan obat, serta struktur organisasi dimana pelayanan kesehatan

diberikan. Lembaga/organisasi kesehatan merupakan suatu tempat dimana tenaga dan

fasilitas pelayanan kesehatan dikoordinasi dan dikontrol dalam proses pemberian

pelayanan kesehatan.

Sejumlah riset telah dilakukan ke dalam faktor-faktor penentu (determinan)

penggunaan pelayanan kesehatan. Kebanyakan dari riset inilah model-model adanya

(50)

1. Tujuan Penggunaan Model Pelayanan Kesehatan

Anderson dan Newman (1973) menjelaskan bahwa model penggunaan pelayanan

kesehatan ini dapat membantu atau memenuhi satu atau lebih dari 5 tujuan

berikut.

a. Untuk melukiskan hubungan kedua belah pihak antara faktor penentu dari

penggunaan pelayanan kesehatan.

b. Untuk meringankan peramalan kebutuhan masa depan pelayanan kesehatan.

c. Untuk menentukan ada atau tidak adanya pelayanan dari pemakaian

pelayanan kesehatan yang berat sebelah.

d. Untuk menyarankan cara-cara memanipulasi kebijaksanaan yang

berhubungan dengan variabel-variabel agar memberikan

perubahan-perubahan yang diinginkan.

e. Untuk menilai pengaruh pembentukan program atau proyek-proyek

pemeliharaan atau perawatan kesehatan yang baru.

2. Tujuan Tipe-tipe Kategori Penggunaan Pelayanan Kesehatan

Tujuan tipe-tipe kategori dari model-model penggunaan pelayanan kesehatan

tersebut adalah kependudukan, struktur sosial, psikologi sosial, sumber keluarga,

sumber daya masyarakat, organisasi, dan model-model sistem kesehatan.

a. Model demografi (Kependudukan)

Dalam model ini tipe variabel-variabel yang dipakai adalah umur, seks, status

perkawinan, paritas, dan besarnya keluarga. Variabel-variabel yang digunakan

(51)

siklus hidup (status perkawinan, paritas, dan besarnya keluarga) dengan

asumsi bahwa perbedaan derajat kesehatan, derajat kesakitan, dan penggunaan

pelayanan kesehatan sedikit banyak akan berhubungan dengan variabel di

atas. Karakteristik demografi juga mencerminkan atau berhubungan dengan

karateristik sosial (perbedaan sosial dari jenis kelamin memengaruhi berbagai

tipe dan ciri-ciri sosial).

b. Model-model struktur sosial (social structur models)

Di dalam model ini tipe variabel yang dipakai adalah pendidikan, pekerjaan,

dan kebangsaan. Variabel-variabel ini mencerminkan keadaan sosial dari

individu atau keluarga di dalam masyarakat. Penggunaan pelayanan kesehatan

adalah salah satu aspek dari gaya hidup ini, yang ditentukan oleh lingkungan

sosial, fisik, dan psikologis. Masalah utama dari model struktur sosial dari

penggunaan pelayanan kesehatan adalah bahwa kita tidak mengetahui

mengapa variabel ini menyebabkan penggunaan pelayanan kesehatan.

c. Model-model sosial psikologis (Psychological models)

Dalam model ini tipe variabel yang dipakai adalah ukuran dari sikap dan

keyakinan individu. Variabel-variabel sosio-psikologis pada umumnya terdiri

dari 4 kategori:

1. Pengertian kerentanan terhadap penyakit

2. Pengertian keseluruhan dari penyakit

3. Keuntungan yang diharapkan dari pengambilan tindakan, dalam

(52)

4. Kesiapan tindakan individu

Masalah utama dengan model ini adalah menganggap suatu mata rantai

penyebab langsung antara sikap dan prilaku yang belum dapat dijelaskan.

d. Model sumber keluarga (family resource models)

Dalam model ini variabel yang dipakai adalah pendapat keluarga, cakupan

asuransi keluarga atau sebagai anggota suatu asuransi kesehatan dan pihak

yang membiayai pelayanan kesehatan keluarga dan sebagainya. Karakteristik

ini untuk menggukur kesanggupan dari individu atau keluarga untuk

memperoleh pelayanan kesehatan mereka.

e. Model sumber daya masyarakat (community resource models)

Pada model ini tipe model yang digunakan adalah penyediaan pelayanan

kesehatan dan sumber-sumber di dalam masyarakat, dan ketercapaian dari

pelayanan kesehatan yang tersedia dan sumber-sumber di dalam masyarakat.

Model sumber daya masyarakat selanjutnya adalah suplai ekonomis yang

berfokus pada ketersediaan sumber-sumber kesehatan pada masyarakat

setempat.

f. Model-model organisasi (organization models)

Dalam model ini variabel yang dipakai adalah pencerminan perbedaan

bentuk-bentuk sistem pelayanan kesehatan. Biasanya variabel yang digunakan

adalah:

1. Gaya (style) praktik pengobatan (sendiri, rekanan, atau grup)

(53)

3. Letak dari pelayanan (tempat pribadi, rumah sakit, atau klinik)

4. Petugas kesehatan yang pertama kali kontak dengan pasien (dokter,

perawat asisten dokter).

g. Model sistem kesehatan

Keenam kategori model penggunaan fasilitas kesehatan tersebut tidak begitu

terpisah, meskipun ada perbedaan dalam sifat (nature). Model sistem

kesehatan mengintegrasikan keenam model terdahulu ke dalam model yang

lebih sempurna. Untuk itu maka demografi, ciri-ciri struktur sosial, sikap, dan

keyakinan individu atau keluarga, sumber-sumber di dalam masyarakat dan

organisasi pelayanan kesehatan yang ada, digunakan bersama dengan

faktor-faktor yang berhubungan seperti kebijaksanaan dan struktur ekonomi pada

masyarakat yang lebih luas (negara). Dengan demikian apabila dilakukan

analisis terhadap penyediaan dan penggunaan pelayanan kesehatan oleh

masyarakat maka harus diperhitungkan juga faktor-faktor yang terlibat

didalamnya.

h. Model kepercayaan kesehatan (The health belief models)

Model kepercayaan adalah suatu bentuk penjabaran dari model

sosio-psikologis seperti disebutkan di atas. Munculnya model ini didasarkan pada

kenyataan bahwa masalah-masalah kesehatan ditandai oleh

kegagalan-kegagalan orang atau masyarakat untuk menerima usaha-usaha pencegahan

(54)

ini akhirnya memunculkan teori yang menjelaskan perilaku pencegahan

penyakit (preventive health behavior).

Teori Lewin menganut konsep bahwa individu hidup pada lingkup

kehidupan sosial (masyarakat). Di dalam kehidupan ini individu akan bernilai,

baik positif maupun negative, di suatu daerah atau wilayah terentu. Apabila

seseorang keadaannya atau berada pada daerah positif, maka berarti ia ditolak

dari daerah negatif. Implikasinya di dalam kesehatan adalah, penyakit atau

sakit adalah suatu daerah negatif sedangkan sehat adalah wilayah positif.

Apabila individu bertindak untuk melawan atau mengobati

penyakitnya, ada empat variabel kunci yang terlibat di dalam tindakan

tersebut, yakni kerentanan yang dirasakan, manfaat yang diterima dan

rintangan yang di alami dalam tindakannya melawan penyakitnya, dan hal-hal

yang memotivasi tindakan tersebut.

1. Kerentanan yang dirasakan (Perceived susceptibility)

Agar seorang bertindak untuk mengobati atau mencegah penyakitnya, ia

harus merasakan bahwa ia rentan (susceptibility) terhadap penyakit

tersebut. Dengan kata lain, suatu tindakan pencegahan terhadap suatu

penyakit akan timbul bila seseorang telah mer

Gambar

Gambar 2.1 Paradigma Kesehatan (H.L. Blum)
Gambar 2.2. Kerangka Teoritis Penelitian
Gambar 2.3. Kerangka Konsep Penelitian
Tabel 3.1. Jumlah Ibu Nifas di Kecamatan Beringin Kabupaten Deli Serdang
+7

Referensi

Dokumen terkait

Hubungan Kadar Hemoglobin Ibu dengan Pertumbuhan Bayi 7-12 Bulan di Posyandu Wilayah Kerja Puskesmas Pancur Batu.. Kabupaten Deli Serdang

HUBUNGAN KADAR HEMOGLOBIN IBU DENGAN PERTUMBUHAN BAYI 7-12 BULAN YANG MENDAPAT ASI EKSKLUSIF.. DI POSYANDU WILAYAH KERJA PUSKESMAS PANCUR BATU KABUPATEN

Mohon bapak/ibu jelaskan apakah Pelatihan Tata Laksana Kasus Malaria kepada petugas malaria puskesmas yang di selenggarakan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten Deli Serdang

Survival (EMAS) untuk menurunkan angka kematian ibu dan anak di Puskesmas Batang kuis dan RSU Sembiring Kabupaten Deli Serdang tahun 2013?..

Informan dalam penelitian ini adalah kepala bidang kesehatan keluarga Dinas Kesehatan Kabupaten Deli Serdang, kepala puskesmas, bidan koordinator, petugas terlatih PONED

Di Puskesmas Kabupaten Deli Serdang masih ditemukan fasilitas kesehatan (peralatan dan bahan habis pakai) yang belum lengkap seperti kondisi dental unit yang rusak atau

Tabel 4.6 Distribusi Kategori Pengetahuan Ibu balita terhadap kunjungan keposyandu diwilayah kerja puskesmas Tanjung Rejo Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang Tahun 2014

Judul Tesis : PENGARUH KONSELING SAAT ANTENATAL CARE TERHADAP PENGETAHUAN IBU HAMIL TENTANG TANDA BAHAYA KEHAMILAN DI KECAMATAN BERINGIN KABUPATEN DELI SERDANG TAHUN 2014..