Jenis Kelamin : Laki-laki
1. Universitas Komputer Indonesia Fakultas Ekonomi Jurusan Akuntansi 2. SMA Negeri 3 Wonogiri
3. SMP Negeri 2 Jatisrono 4. SD Negeri 2 Ngrompak
Pendidikan Non Formal
Peserta MAGMA Universitas Komputer Indonesia. (Bersertifikat)
Peserta Mentoring Keislaman Unikom 2010. (Bersertifikat) Peserta Seminar Umum Akuntansi “Pentingnya Sertifikasi Staff Accounting”. (Bersertifikat)
Peserta Training Kepemimpinan.
Peserta “Brevet A&B terpadu Tax center Unikom dan
FORTRANS 2011-2012”. (Bersertifikat)
The Influence Of Tax Planning and Tax Policy To Self Assessment System (Survey on Individual Taxpayer Registered In Small Taxpayers Office Bandung
Karees)
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Ujian Sidang Guna Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi
Program Studi Akuntansi
Oleh :
Nico Prasetiya Wahyu 21109145
PROGRAM STUDI AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA
BANDUNG
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr. Wb
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan
rahmat dan karunia-Nya berupa pikiran, tenaga dan segala sesuatu yang
dianugerahkan-Nya sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini tepat pada
waktunya.Adapun judul skripsi ini adalah “Pengaruh Perencanaan Pajak Dan Kebijakan Pajak Terhadap SAS (Self Assessment System)”, yang disusun sebagai syarat dalam menempuh program strata satu Program Studi Akuntansi
Fakultas Ekonomi Universitas Komputer Indonesia, Bandung.
Peneliti menyadari betul bahwa dalam penulisan skripsi ini masih terdapat
kekurangan dan kesalahan yang jauh dari sempurna, mengingat keterbatasan
dalam hal ilmu pengetahuan, pengalaman dan kemampuan yang peneliti miliki.
Maka dari itu kritik dan saran yang membangun dari semua pihak sangat
diharapkan.
Dalam mempersiapkan dan menyelesaikan skripsi ini peneliti telah
banyak memperoleh bantuan baik berupa moril maupun materil dan bimbingan
pengarahan serta dorongan dari berbagai pihak, yang sangat membantu kelancaran
dalam penyusunan skripsi ini sehingga pada akhirnya memberikan semangat
untuk menyelesaikan skripsi ini.
Atas itu semua pada kesempatan ini peneliti menyampaikan ucapan terima
1. Dr. Ir. Eddy Suryanto Soegoto, M.Sc., selaku Rektor Universitas Komputer
Indonesia, Bandung.
2. Prof. Dr. Hj. Dwi Kartini, SE., Spec., Lic selaku Dekan Program Studi
Akuntansi Universitas Komputer Indonesia.
3. Dr. Surtikanti, S.E., M.Si., selaku Ketua Program Studi Akuntansi Fakultas
Ekonomi Universitas Komputer Indonesia.
4. Wati Aris Astuti, SE., M.Si, selaku Sekretaris Program Studi
Akuntansi Universitas Komputer Indonesia.
5. Siti Kurnia Rahayu, SE., M.Ak., Ak., CA selaku dosen Wali Kelas peneliti
dan Dosen Pembimbing yang telah bersedia meluangkan waktu dengan penuh
kesabaran dan baik dalam membimbing dan memberikan arahan serta saran
kepada peneliti, sehingga penelitian ini dapat terselesaikan.
6. Pimpinan Kantor Pelayanan Pajak Bandung Karees yang telah memberikan
izin untuk melakukan penelitian di KPP Bandung Karees.
7. Ibu dan Ayah tercinta dan seluruh keluarga, peneliti ucapkan terima kasih dari
lubuk hati yang terdalam, karena telah memberikan motivasi yang sangat
besar buat peneliti.
8. Seluruh Dosen Fakultas Ekonomi khususnya dosen program studi Akuntansi.
9. Seluruh responden di KPP Pratama Bandung Karees yang telah berkenan
untuk membantu penelitian ini.
10.Teman-teman Akuntansi - 4 yang selalu membantu, memberikan semangat,
11.Teman-teman mahasiswa Universitas Komputer serta semua pihak yang
berjasa yang tidak dapat disebutkan satu persatu atas semua bantuan dan
motivasinya.
12.Pipit Handayani yang tidak pernah lelah membantu dan memberikan semangat
serta doa setiap saat.
Semoga skripsi ini bermanfaat bagi semua pihak dan semoga seluruh amal
baik yang telah diberikan kepada peneliti mendapatkan Ridho dari Allah SWT,
Amin.
Wassalamualaikaum Wr.Wb
Bandung, Februari 2014
Peneliti
DAFTAR ISI
Halaman
LEMBAR PENGESAHAN ... i
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN ... ii
MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... iii
ABSTRACT ... iv
ABSTRAK ... v
KATA PENGANTAR ... vi
DAFTAR ISI ... ix
DAFTAR TABEL ... xii
DAFTAR GAMBAR ... xiv
DAFTAR LAMPIRAN ... xv
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian ... 1
1.2 Identifikasi dan Rumusan Masalah ... 11
1.2.1 Identifikasi Masalah ... 11
1.2.2 Rumusan Masalah ... 12
1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian ... 12
1.3.1 Maksud Penelitian ... 12
1.3.2 Tujuan Penelitian... 12
1.4 Kegunanaan Penelitian ... 13
1.4.1 Kegunaan Praktis ... 13
1.4.2 Kegunaan Akademis ... 13
1.5 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 14
1.5.1 Lokasi Penelitian ... 14
BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, HIPOTESIS
2.1 Kajian Pustaka ... 16
2.1.1 Perencanaan Pajak ... 16
2.1.1.1Pengertian Perencanaan Pajak ... 16
2.1.1.2Tujuan dan Manfaat Perencanaan Pajak ... 17
2.1.1.3Jenis-jenis Perencanaan Pajak ... 18
2.1.1.4Motivasi Dilakukannya Perencanaan Pajak ... 18
2.1.1.5Strategi Dalam Perencanaan Pajak Pajak ... 19
2.1.1.6Aspek Formal dan Administratif Perencanaan Pajak ... 19
2.1.1.7Aspek Material Perencanaan Pajak ... 20
2.1.1.8Indikator Perencanaan Pajak ... 20
2.1.2 Kebijakan Pajak... 21
2.1.2.1Pengertian Kebijakan Pajak ... 21
2.1.2.2Perumusan Kebijakan Pajak ... 22
2.1.2.3Jenis Pajak Yang Akan Dipungut ... 23
2.1.2.4Subyek Pajak ... 24
2.1.2.5Obyek Pajak ... 24
2.1.2.6Indikator Kebijakan Pajak ... 25
2.1.3 SAS (Self Assessment System) ... 26
2.1.3.1 Pengertian SAS (Self Assessment System) ... 26
2.1.3.2 Ciri-ciri SAS (Self Assessment System) ... 27
2.1.3.3 Kewajiban Wajib Pajak Dalam SAS (Self Assessment System) ... 27
2.1.3.4 Prasyarat SAS (Self Assessment System) ... 28
2.1.3.5 Hambatan Pelaksanaan SAS (Self Assessment System) .. 29
2.1.3.6 Indikator SAS (Self Assessment System) ... 30
2.2 Kerangka Pemikiran ... 30
2.2.2 Pengaruh Kebijakan Pajak Terhadap SAS
(Self Assessment System) ... 32
2.2.3 Penelitian Sebelumnya... 33
2.2.5 Paradigma Penelitian ... 36
2.3 Hipotesis ... 36
BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN 3.1 Objek Penelitian... 38
3.2 Metode Penelitian ... 39
3.2.1 Desain Penelitian ... 40
3.3 Operasional Variabel ... 42
3.4 Sumber Data ... 44
3.5 Alat Ukur Penelitian ... 44
3.5.1 Uji Validitas ... 44
3.5.2 Uji Reabilitas ... 46
3.5.3 Uji MSI (Data Ordinal ke Interval) ... 47
3.6 Populasi dan Penarikan Sampel ... 48
3.6.1 Populasi ... 48
3.6.2 Penarikan Sampel ... 49
3.7 Metode Pengumpulan Data... 50
3.8 Metode Pengujian Data... 51
3.8.1 Metode Analisis... 51
3.8.2 Pengujian Hipotesis ... 58
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian ... 61
4.1.2 Karateristik Responden ... 61
4.1.3 Hasil Validitas dan Reliabilitas ... 63
4.1.3.1Hasil Validitas ... 63
4.1.3.2Hasil Reliabilitas ... 65
4.1.4.1Analisis Deskriptif Perencanaan Pajak ... 66
4.1.4.2Analisis Deskriptif Kebijakan Pajak ... 70
4.1.4.3Analisis Deskriptif SAS (Self Assessment System) ... 75
4.1.5 Analisis Verifikatif ... 80
4.1.5.1Pengaruh Perencanaan Pajak dan Kebijakan Pajak Terhadap SAS (Self Assessment System) ... 80
4.1.5.2 Pengujian Model Pengukuran ... 81
4.1.5.3 Pengukuran Model Struktural ... 85
4.1.5.4 Pengujian Hipotesis ... 89
4.2 Pembahasan ... 92
4.2.1 Pengaruh Perencanaan Pajak Terhadap SAS (Self Assessment System) ... 92
4.2.2 Pengaruh Kebijakan Pajak Terhadap SAS (Self Assessment System) ... 94
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ... 96
5.2 Saran ... 97
5.2.1 Saran Operasional ... 97
5.2.2 Saran Akademis ... 99
DAFTAR PUSTAKA ... 100
LAMPIRAN-LAMPIRAN ... 105
DAFTAR PUSTAKA
Agus Budi Santoso. 2013. Bayar Pajak Lewat E-Filling Lebih Mudah & Nyaman. Diakses Pada Jumat, 22 Februari 2013 11:36 WIB dari World Wide Web : http://economy.okezone.com/read/2013/02/22/20/765839/bayar-pajak-lewat-e-filling-lebih-mudah-nyaman.
Ahmad Yani. 2011. Strategi Pemberantasan Mafia Pajak. Diakses Pada Kamis,
27 Januari 2011 dari World Wide Web :
Bambang Heru Ismiarso. 2010. Modus Penghindaran Pajak Semakin Kreatif. Diakses Pada Rabu, 27 Januari 2010 16:35 WIB dari World Wide Web :
http://economy.okezone.com/read/2010/01/27/20/298281/modus-penghindaran-pajak-semakin-kreatif.
Barker, C. Pistrang., & Elliot, R. (2002). Research Methods in Clinical Psychology ( 2nd ed.). Chichester: John Wiley & Sons
Burton, Richard. 2011. Kajian Aktual Perpajakan. Jakarta : Salemba Empat. Choong Kwai Fatt and Edward Wong Sek Khin. 2011. A Study on
Self-Assessment Tax System Awareness in Malaysia. Australian Journal of Basic and Applied Sciences, 5 (7) : 881-888, 2011 - ISSN 1991-8178. Crumbley D. Larry ,Friedman Jack, Anders Susan B, Dictionay of Tax Term, New
York : Barron’s Bussiness guides.
Dame Situmorang. 2011. Wah, Isi SPT Pajak pun Ada Kelasnya. Diakses Pada Kamis, 10 Maret 2011 07:57 WIB dari World Wide Web : http://economy.okezone.com/read/2011/03/10/20/433286/wah-isi-spt-pajak-pun-ada-kelasnya.
http://economy.okezone.com/read/2007/12/29/20/71373/kebiasaan-wp-bayar-pajak-mepet-waktu.
Erly Suandy. 2002. Hukum Pajak (Edisi Kedua). Jakarta : Salemba Empat __________. 2011. Perencanaan Pajak, Edisi 5. Jakarta : Salemba Empat.
Erwin Eka Kurniawan. 2013. RI Anut Kebijakan Budgeter Negatif. Diakses Pada Minggu, 30 Juni 2013 16:44 WIB dari World Wide Web :
http://economy.okezone.com/read/2013/06/30/20/829715/ri-anut-kebijakan-budgeter-negatif.
Fredrick Choi and Gery K. Meek. 2010. Akuntansi Internasional. Jakarta: Salemba Empat.
Fuad Rahmany. 2011. Ditjen Pajak Menenggarai Perusahaan Tambang Tak Jujur Bayar Pajak. Diakses Pada Jumat, 28 Oktober 2011 dari World Wide Web:http://pajak.com/index.php?option=com_content&task=view&id=981 8&Itemid=48.
____________. 2013.Ditjen Pajak Siapkan 16 Langkah Strategis di 3 Bidang Untuk Amankan Pajak 2013. Diakses Pada Selasa, 15 Januari 2013 - 14:53 dari World Wide Web : http://www.pajak.go.id/content/news/ditjen-pajak-siapkan-16-langkah-strategis-di-3-bidang-untuk-amankan-pajak-2013
Gunadi. 2004. Rasionalitas Reformasi Administrasi Perpajakan. Diakses Pada 17
Mei 2004 dari World Wide Web :
Hair, J. F. et. al. (2006). Multivariate Data Analysis. Sixth Edition. Pearson Education, Inc. New Jersey. United State of America.
Harun Al Rasyid. 1994. Tekhnik Sampling dan Penskalaan. Bandung : Universitas Padjajaran.
Hasan. 2004. Analisis Dana Penelitian Dengan Statistik. Jakarta: Bumi Aksara Hekinus Manao. 2010. Self assessment tutupi kekurangan SDM pajak. Diakses
Pada Sabtu,28 Agustus 2010 dari World Wide Web : http://pajak.com/index.php?option=com_content&task=view&id=8157&It emid=48.
http://economy.okezone.com/read/2011/09/30/20/509084/hatta-sensus-pajak-jadi-penentu-policy-pajak.
Ibnu Subiyanto. 2000. Metodologi penelitian. Yogyakarta : UPP AMPYKPN. Imam Ghozali. 2006. Aplikasi Analisis Multivarite dengan SPSS, Cetakan
Keempat. Badan Penerbit Universitas Diponegoro : Semarang.
Jonathan Sarwono. 2006. Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif. Yogyakarta : Graha Ilmu.
John M. Echols and Hassan Sadily. 2000. Kamus Inggris Indonezia An English- Indonesia Dictionary. Jakarta: PT. Gramedia.
Juni Pranoto dan Adam I.Indrawijaya. 2011. Strategi Pembaharuan Administrasi dan Manajemen Publik. Bandung: Alfabeta.
Kristina Murphy and Karen Byng. 2002. Preliminary Findings From‘The Australian Tax System Survey Of Tax Scheme Investors’. ISBN 0 642 76839 0, ISSN 1444-8211
Luky Alfirman. 2010. Wah..Isi Penghasilan Wajib Pajak Bisa Dibohongin. Diakses Pada Selasa, 29 Juni 2010 14:50 WIB dari World Wide Web :
http://economy.okezone.com/read/2010/06/29/20/347793/wah-isi-penghasilan-wajib-pajak-bisa-dibohongin.
Lyon Susan M. 1996. Intenasional Tax Glossary, 3rd editan, IBFD publications BV.
Maftuchan. 2013. Hanya Pengusaha yang Diuntungkan Paket Kebijakan. Diakses Pada Rabu, 11 September 2013 15:33 WIB dari World Wide Web :
http://economy.okezone.com/read/2013/09/11/20/864396/hanya-pengusaha-yang-diuntungkan-paket-kebijakan.
Mansuri, R. 1999. Kebijakan Fiskal. Jakarta : Yayasan Pengembang dan Penyebaran Pengetahuan Perpajakan (YP4).
Manuel Pakpahan. 2010. Pajak Pribadi Juga Harus Jadi Perhatian Kita. Diakses Pada Senin, 4 Januari 2010 08:48 WIB dari World Wide Web : http://economy.okezone.com/read/2010/01/04/315/290545/pajak-pribadi-juga-harus-jadi-perhatian-kita.
Mardiasmo. 2009. Perpajakan, Edisi Revisi 2009. Yogyakarta : Andi Offset Yogyakarta.
Moeheriono. 2012. Perencanaan, Aplikasi dan Pengembangan Indikator Kinerja Utama Bisnis dan Publik. Jakarta: Rajawali Pers
Mohammad Zain. 2003. Manajemen Perpajakan, Jakarta : Salemba Empat. ______________. 2009. Manajemen Perpajakan, Jakarta : Salemba Empat. Mohd Rizal Palil. 2010. Tax Knowledge And Tax Compliance Determinants In
Self Assessment System In Malaysia.
Nur Hidayat. 2005. Perpajakan. Jakarta : Salemba Empat.
Nur Indriantoro. 2002. Metode Penelitian Bisnis. Bandung: Alfabeta. Safri Nurmantu. 2003. Pengantar perpajakan. Jakarta : Yayasan Obor.
Peter White, Anne Cronin, Christian Anderson, Dianna Smith. 2004. The
Australian Taxation Offi ce’s Management of Aggressive Tax Planning. The Auditor - General, Audit Report No.23 2003–04, Performance Audit - ISSN 1036 – 7632, ISBN 0 642 80750 7
Prasetyo Atmosutidjo. 2013. Pajak UMKM Ancam Pengusaha Kecil. Diakses Pada Rabu, 12 Juni 2013 17:09 WIB dari World Wide Web : http://economy.okezone.com/read/2013/06/12/20/820960/pajak-umkm-ancam-pengusaha-kecil.
Riduwan. 2006. Metode dan Teknik Menyusun Tesis, Cetakan 4. Bandung : Alfabeta.
Rochmat Soemitro. 1991. Pajak Ditinjau dari Segi Hukum. Bandung : Eresco. Rusli Yusuf. 2012. Masih Gunakan Sistem Manual - Picu Anjloknya Pendapatan
Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan Kombinasi (Mixed Methods). Alfabeta : Bandung.
Suharsimi Arikunto. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.
Syarifudin Hasan. 2013. Menkop Usul Usaha Mikro Tidak Kena Pajak. Diakses Pada Kamis, 10 Januari 2013 16:22 WIB dari World Wide Web : http://economy.okezone.com/read/2013/01/10/320/744257/menkop-usul-usaha-mikro-tidak-kena-pajak.
Timbul Hamonangan Simanjutak. 2009. Kepatuhan Pajak (Tax Compliance) dan Bagi Hasil Pajak Dalam Perekonomian Di Jawa Timur. Jurnal Ekonomi & Studi Pembangunan Vol.1 No.2 2009.
Tjiptardjo. 2012. Tax Ratio Indonesia 15,7 Persen. Diakses Pada Minggu, 5 Desember 2010 08:59 WIB dari World Wide Web : http://nasional.kompas.com/read/2010/12/05/08595088/function.simplexm l-load-file.
Tony Marsyahrul. 2005. Pengantar Perpajakan. Jakarta : Grasindo.
Uma Sekaran. 2006. Research Methods For Business, Edisi 4, Buku 1. Jakarta : Salemba Empat.
Umi Narimawati. 2008. Metodologi Penelitian Kualitatif dan Kuantitatif: Teori dan Aplikasi. Universitas Komputer Indonesia : Bandung.
_______________.2010. Metodologi Penelitian : Dasar Penyusun Penelitian Ekonomi. Genesis : Jakarta.
Umi Narimawati, Sri Dewi Anggadini, Linna Ismawati. 2010. Penulisan Karya Ilmiah, Panduan Awal Menyusun Skripsi dan Tugas Akhir Aplikasi Pada Fakultas Ekonomi UNIKOM. Bekasi : Genesis.
Waluyo. 2006. Perpajakan Indonesia (Edisis Keenam). Jakarta : Salemba Empat. ______. 2008. Akuntansi Pajak. Jakarta : Salemba Empat.
Waluyo. dan Wirawan B Ilyas. 2003. Perpajakan Indonesia. Jakarta : Salemba Empat.
1.1 Latar Belakang Penelitian
Sesuai dengan definisi pajak bahwa pajak adalah iuran kepada kas negara
berdasarkan undang-undang (yang dapat dipaksakan) dengan tiada mendapat jasa
timbal (kontrasepsi) yang langsung dapat ditujukan dan digunakan untuk
membayar pengeluaran umum (Rochmat Soemitro, 1991).
Pajak merupakan komponen penerimaan negara yang utama dalam APBN,
lebih dari 70% dari total penerimaan dalam APBN merupakan penerimaan dari
sektor pajak dan pemerintah menjadikan pajak sebagai tulang punggung atau
pilar utama penerimaan negara (Waluyo, 2008). Hakekat pemungutan pajak oleh
negara merupakan wujud rasa pengabdian, kewajiban dan partisipasi rakyat, yang
dalam hal ini sebagai wajib pajak untuk secara langsung dan bersama-sama
melaksanakan kewajiban perpajakannya guna membiayai pengeluaran negara dan
pembangunan nasional, oleh karena itu pemerintah berusaha untuk menggali
potensi sumber penerimaan pajak (Waluyo, 2008).
Langkah pemerintah untuk meningkatkan penerimaan dari sektor
perpajakan dimulai dengan melakukan reformasi perpajakan secara menyeluruh
pada tahun 1983, dan sejak saat itulah Indonesia menganut sistem Self Assessment
Melalui Self Assesment System masyarakat diharapkan aktif melaksanakan
kewajiban perpajakan sesuai dengan amanat UU tanpa harus menunggu tindakan
aktif dari Direktorat Jenderal Pajak (DJP) sebagai otoritas pajak, kewajiban
perpajakan tersebut mulai mendaftarkan diri (NPWP), menghitung jumlah pajak,
menyetorkan ke kas negara, dan melaporkan pajak yang telah disetor ke KPP
(Sakli Anggoro, 2011). Dalam self assessment system, fungsi DJP lebih
ditonjolkan pada penyuluhan peraturan perpajakan, pelayanan pemenuhan
kewajiban perpajakan, serta pengawasan pelaksanaan kewajiban perpajakan (law
enforcement) dan kegiatan law enforcement antara lain adalah pemeriksaan,
penagihan, dan penyidikan pajak, pemeriksaan tersebut dilakukan dalam hal WP
tidak memenuhi kewajiban perpajakan sesuai dengan analisis risiko diketahui WP
tidak atau kurang membayar pajak yang terutang (Sakli Anggoro, 2011).
Dalam self assessment system Wajib Pajak dianggap melaporkan
penghasilan dan kekayaannya secara jujur, padahal kelemahan sistem ini adalah
Wajib Pajak bisa dengan sengaja mengisi laporan tidak benar (Hekinus Manao,
2010). Dalam self assessment system wajib pajak bisa saja berbohong tentang
melaporkan pajaknya, akan tetapi kantor pajak sudah mempunyai sistem yang
baik untuk pengawasan, yaitu dengan dengan memeriksa dari bukti-bukti seperti
SPT (Luky Alfirman, 2010). Dalam pelaporan SPT terdapat kebiasaan wajib pajak
yang seharusnya membayar tepat waktu tapi wajib pajak tersebut malah
membayar pada hari terakhir, sehingga terjadi penumpukan proses dan melewati
Menengarai banyak pengusaha pertambangan yang tidak jujur melaporkan
kewajiban pajaknya pemerintah akan mengubah lagi setoran pajak dari
pertambangan dan lewat Direktorat Jenderal Pajak, pemerintah berencana
melakukan penghitungan (assessment) langsung pembayaran pajak pengusaha
tambang (Fuad Rahmany, 2011). Direktorat Jenderal Pajak tidak mau bergantung
mengandalkan informasi dan laporan sendiri (self assessment) seperti yang
berlaku, cara ini memungkinkan pengusaha tidak melaporkan secara benar jumlah
produksi maupun pendapatan mereka (Fuad Rahmany, 2011).
Banyak permasalahan yang ada dalam Ditjen pajak yang menjadi suatu
alasan mengapa masyarakat menolak membayar pajak, dan peraturan pelaksanaan
yang dibuat sendiri oleh Dirjen Pajak cenderung memihak pada kemudahan fiskus
dalam memenuhi tugasnya, dan dalam prinsip self assesment system bahwa wajib
pajak diharuskan menghitung sendiri besaran pajaknya, akan tetapi penerapan
sistem ini dianggap masih jauh dari harapan pemerintah (Anshari Ritonga, 2010).
Rendahnya penerimaan pajak juga disebabkan masih banyaknya masyarakat yang
belum paham ataupun sadar akan pengisian SPT (Dame Situmorang, 2011).
Dari segi ekonomi, pajak merupakan pemindahan sumber daya dari sektor
privat (perusahaan) ke sektor publik, pemindahan sumber daya tersebut akan
mempengaruhi daya beli (purchasing power) atau kemampuan belanja (spending
power) dari sektor privat dan agar tidak terjadi gangguan yang serius terhadap
jalannya perusahaan, maka pemenuhan kewajiban perpajakan harus dikelola
Salah satu upaya wajib pajak untuk melakukan penghematan pajak secara
legal dapat dilakukan manajemen pajak, tujuan dari manajemen pajak dapat
dicapai melalui fungsi manajemen pajak salah satunya dengan melakukan
perencanaan pajak (Erly Suandy, 2011). Umunya perencanaan pajak merujuk pada proses merekayasa usaha dan transaksi Wajib Pajak supaya utang pajak
berada dalam jumlah yang minimal tetapi masih dalam bingkai peraturan
perpajakan, namun perencanaan pajak juga dapat berkonotasi positif sebagai
perencanaan pemenuhan kewajiban perpajakan secara lengkap, benar, dan tepat
waktu sehingga dapat menghindari pemborosan sumber daya (Erly Suandy,2011). Bagi negara, pajak adalah salah satu sumber penerimaan negara, dan itu telah
menjadi kesepakatan bersama, dan pajak saat ini menjadi satu-satunya sumber
penerimaan terbesar dalam pembangunan bangsa, untuk kesejahteraan bangsa,
sebaliknya bagi wajib pajak, pajak hanya akan mengurangi penghasilan (Richard
Burton, 2011).
Hampir semua orang, baik di negara yang sudah maju maupun di Negara
yang belum berkembang, baik secara pribadi maupun kelompok (badan) berusaha
untuk mengatur jumlah pajak yang harus dibayar, jangankan wajib pajaknya,
pihak aparat pajakpun mengetahui dan menyadari ada suatu kecenderungan dari
wajib pajak orang pribadi maupun badan untuk meminimalkan jumlah pajak yang
harus dibayar, dengan melakukan tax planning atau perencanaan pajak, baik
secara legal (tax avoidance) maupun ilegal (tax evasion) (Nurmantu, 2003).
Dalam tax avoidance wajib pajak memanfaatkan peluang-peluang yang ada
rendah, dan akibat dari tax avoidance penyetoran dana pajak ke kas negara
berkurang, atau bahkan tidak ada dana pajak yang masuk ke kas negara, sehingga
Perencanaan pajak (tax planning) merupakan bagian dari tax avoidance
(Nurmantu, 2003).
Perencanaan pajak pribadi atau tax planning adalah upaya penghematan
dengan cara menekan jumlah kewajiban pajak secara legal (Manuel Pakpahan,
2010). Perencanaan pajak dianggap sangat lumrah karena pajak dianggap sebagai
biaya, sehingga untuk meminimalisir biaya tersebut perlu dilakukan berbagai
upaya atau strategi tertentu dan bagaimana agar pajak yang dibayar tidak lebih
dari jumlah yang seharusnya dan akhirnya akan memperoleh keuntungan serta
likuiditas yang diharapkan (Manuel Pakpahan, 2010). Tetapi pada kenyataanya
banyak wajib pajak orang pribadi yang tidak merencanakan pajak dengan benar,
misalnya pada saat penyerahan faktur pajak oleh wajib pajak dan setelah diperiksa
ulang oleh Ditjen Pajak, transaksinya tidak pernah ada (Bambang Heru Ismiarso,
2010).
Ditjen Pajak disarankan untuk melakukan evaluasi kolektibilitas data
tunggakan pajak yang ada sebagai upaya mengoptimalkan kegiatan pencairan
piutang pajak, agar tagihan berkualitas maka proses keberatan dan pembetulan
harus dilakukan dengan baik (Gunadi, 2010). Dalam laporan BPK, BPK menilai
Ditjen pajak tidak optimal dalam menjalankan kegiatan penagihan pajak, BPK
juga masih menemukan sejumlah kelemahan dari aspek strategi, sistem
administrasi, SDM, hingga aspek pengawasan dalam penagihan piutang pajak
perbaikan kinerja aparat perpajakan sehingga penagihan efektif mendukung
pengamanan penerimaan dan proses pembetulan kesalahan dan pembatalan surat
ketetapan pajak (SKP) yang salah juga harus dipercepat sebagai bagian dari upaya
perbaikan kinerja internal Ditjen Pajak (Gunadi, 2010)
Upaya untuk memberantas mafia pajak perlu strategi implementasi yang
baik, teratur, dan terukur, sehingga penerimaan negara meningkat, namun selama
ini patut diduga sebagian dari potensi penerimaan negara telah dikeluarkan oleh
para pembayar pajak dengan metode self-assessment tidak disetorkan kepada
negara, sebagian yang lain memang secara sengaja tidak dibayarkan dengan benar
dengan berbagai modus seperti transfer pricing rekayasa (Ahmad Yani, 2011).
Pelaporan keuangan yang tidak menggambarkan kondisi riil, selisih kurs dengan
kurs yang sebenarnya, hingga rekayasa dalam klaim kelebihan pembayaran dan
restitusi pajak, oleh karena aturan perpajakan cukup rumit dan menyulitkan
banyak orang, patut diduga pegawai pajak (fiscus) berperan besar dalam
melakukan rekayasa (Ahmad Yani, 2011).
Perencanaan Pajak (tax planning) adalah suatu proses usaha-usaha wajib
pajak atau sekelompok wajib pajak untuk meminimalisasikan beban atau
kewajiban pajaknya, baik yang berupa penghasilan maupun pajak-pajak yang lain
melalui pemanfaatan celah-celah dalam undang-undang perpajakan (Muhammad
Zain, 2009).
Perencanaan pajak merupakan tindakan penstrukturan yang menekankan
kepada pengendalian setiap transaksi yang memiliki konsekuensi pajak, dan
pemerintah, melalui penghindaran pajak (tax avoidance), bukan penyelundupan
pajak (tax evasion) (Muhammad Zain, 2009). Didalam perencanaan pajak terdapat
aspek formal dan administratif, salah satunya mendaftarkan diri untuk
memperoleh NPWP, menyampaikan surat pemberitahuan (Erly Suandy, 2011).
Salah satu motivasi yang mendasari perencanaan pajak umumnya
bersumber dari tiga unsur, salah satunya yaitu kebijakan perpajakan. Kebijakan
perpajakan (tax policy) merupakan alternatif dari berbagai sasaran yang hendak
dituju dalam sistem perpajakan, dan dari berbagai aspek kebijakan pajak terdapat
faktor-faktor yang mendorong dilakukannya suatu perencanaan pajak, diantaranya
jenis pajak yang akan dipungut, subjek pajak, objek pajak, tarif pajak, prosedur
pembayaran pajak (Erly Suandy, 2011).
Kebijakan perpajakan memiliki dua fungsi yakni fungsi budgeter
(menghimpun penerimaan sebesar-besarnya untuk mendanai jalannya
pemerintahan) dan fungsi regulasi (mengatur), dan kedua fungsi itu saling
bertolak belakang, jika fungsi regulasi yang diutamakan, maka artinya ada ongkos
yang harus ditanggung pemerintah, karena ada sebagian pendapatan perpajakan
yang dikorbankan, dan langkah ini diharapkan akan mendorong kesehatan
keuangan korporasi, namun penerimaan negara akan terpangkas, namun
sebaliknya, tarif pajak juga bisa dinaikkan (Tjiptardjo, 2012).
Pemerintah mengeluarkan kebijakan tentang mengoptimalkan penggunaan
teknologi, dengan menggunakan sistem komputerisasi diharapkan bisa
meningkatkan pendapatan pajak (Rusli Yusuf, 2012). Adanya keleluasaan wajib
disebutkan menjadi penyebab rendahnya realisasai pajak, sebab dengan cara ini
sangat memungkinkan terjadi penyelewengan terhadap nominal pajak yang harus
dibayar, terlihat jelas bila penarikan pajak yang dilakukan masih jauh dari harapan
(Rusli Yusuf, 2012). Adanya masyarakat Indonesia yang sudah terbiasa dengan
komputerisasi, dengan e-filing wajib pajak dipermudah untuk membayar pajaknya
dan soal keamanan data, data SPT langsung masuk ke bank data sehingga lebih
aman (Agus Budi Santoso, 2013). Adanya e-filing diharapkan akan
mempermudah wajib pajak untuk membayar pajaknya dan tidak ada alasan lagi
wajib pajak untuk tidak membayar pajaknya (Agus Budi Santoso, 2013).
Untuk meningkatkan penerimaan pajak pemerintah mengeluarkan kebijakan
tentang Sensus Pajak Nasional (SPN), SPN akan menjadi titik tolak pemerintah
dalam menentukan kebijakan (policy) perpajakan, untuk meningkatkan tax ratio
maka diperlukan data yang akurat, selain itu tingkat kesadaran masyarakat yang
masih sangat rendah untuk membayar pajak adalah penyebab SPN ini
diselenggarakan (Hatta Rajasa, 2011)
Pemerintah pun menyiapkan kebijakan guna mencapai target penerimaan
pajak, DJP siapkan tujuh langkah strategis : (1) Pengenaan Pajak Pertambahan
Nilai (PPN) atas kegiatan membangun rumah sendiri seluas minimal 200 meter
persegi sebesar 10% (sepuluh persen) dengan Dasar Pengenaan Pajak sebesar
20% (dua puluh persen), Sehingga pajak yang dikenankan atas kegiatan
membangun rumah sendiri seluas minimal 200 meter persegi adalah sebesar 2%,
(2) Melakukan penomoran faktur pajak yang selama ini dilakukan oleh Pengusaha
pajak untuk usaha yang tidak memiliki pembukuan yang akuntabel dengan omzet
sampai dengan Rp.300 juta sebesar 0,5% dan untuk usaha yang tidak memiliki
pembukuan yang akuntabel dengan omzet Rp.300 juta sampai dengan Rp.4,8
milyar sebesar 1%, (4) Mengkaji rencana penetapan batasan terhadap debt of
equity ratio (DER) untuk menekan perusahaan besar dan menengah melaporkan
utang dengan tujuan untuk penghindaran pajak, (5) Mengkaji batasan biaya
promosi untuk mencegah perusahaan melaporkan biaya promosi yang berlebihan
dengan tujuan untuk meminimalisasikan pajak, (6) Menunjuk Bank-Bank BUMN,
PLN, Pertamina dan Telkom sebagai Pemungut PPh Pasal 22 guna meningkatkan
efektivitas penarikan PPh dan mengurangi kemungkinan PPh tidak disetor, dan
(7) Menyusun Rancangan Peraturan Menteri Keuangan (RPMK) tentang Harga
Batubara Acuan, PPh Final Saham Sendiri, dan Transfer Pricing (Fuad Rahmany,
2013).
Untuk memberdayakan usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM),
pemerintah memberlakukan Pasal 31 E Undang-undang Pajak Penghasilan (UU
PPh), berupa penurunan tarif pajak hingga 50% (Babel Adinur Prasetyo, 2011).
Dikeluarkannya kebijakan pemberian penurunan pajak bagi UMKM itu lebih
ditujukan untuk membuka sektor tenaga kerja dan pengentasan kemiskinan, dan
salah satu tujuan pemberian fasilitas PPh Pasal 31 E UU PPh tersebut
semata-mata untuk mengurangi beban WP UMKM, konsekuensi penerapan Pasal 31 E
UU PPh adalah WP UMKM cenderung berpotensi kelebihan bayar pajak, akibat
adanya kredit pajak yang melebihi pajak terutang yang diakibatkan pemotongan
Kebijakan yang ditetapkan pemerintah tentang pajak UMKM dinilai tidak
prorakyat, pajak yang besarnya satu persen dari omzet ini akan semakin
memberatkan pengusaha kecil (Prasetyo Atmosutidjo, 2013). Kementerian
Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (UKM) mengusulkan UKM dengan
pendapatan kurang dari Rp300 juta tidak dikenakan pajak, namun saat ini usaha
mikro masih dikenakan pajak sebesar satu persen kepada semua UKM, Kebijakan
itu dianggap tidak tepat bagi usaha kecil (Syarifudin Hasan, 2013).
Kebijakan yang ditetapkan oleh pemerintah dinilai tidak mampu untuk
meningkatkan kesejahteraan masyarakat, bahkan masyarakat tidak merasakan
adanya dampak dari adanya kebijakan yang dikeluarkan tersebut (Erwin Eka
Kurniawan, 2013). Dana hasil pajak yang dikumpulkan dari masyarakat saat ini
tidak banyak yang dikembalikan untuk kepentingan rakyat, sebaliknya, perolehan
pajak justru digunakan untuk hal yang sia-sia seperti membayar bunga obligasi
rekap puluhan triliun tiap tahunnya (Sasmito Hadinagoro, 2012). Ditetapkannya
beberapa kebijakan tentang perpajakan dinilai hanya melindungi pengusaha,
kebijakan tersebut dinilai hanya lebih mengarah ke penghapusan pajak dan
kebijakan ini lebih diperuntukkan buat pengusaha dalam dan luar negeri, kelas
menengah, untuk mengeruk sumber daya alam habis-habisan (Maftuchan, 2013).
Kebijakan pajak sendiri tidak boleh terlepas dari prinsip kebijakan
perpajakan yang dikenal dengan istilah Smith’s Canons, adalah: (1) Asas kesamaan dan keadilan atau sesuai dengan kemampuan (equality and equity), (2)
Asas kepastian hukum (certainty), (3) Asas kemudahan/kelayakan, cepat dan tepat
(Adam Smith (Sommerfeld et al. 1994) dikutip oleh (Timbul Hamonangan
Simanjuntak, 2009).
Namun, kebijakan perpajakan yang dianggap baik (adil dan efisien) dapat
saja kurang sukses menghasilkan penerimaan atau mencapai sasaran lainnya
karena administrasi perpajakan tidak mampu melaksanakannya dan administrasi
perpajakan dituntut bersifat dinamik sebagai upaya peningkatan penerapan
kebijakan perpajakan yang efektif (Gunadi, 2004).
Berdasarkan fenomena yang telah dipaparkan sebelumnya maka peneliti
tertarik untuk melakukan penelitian dengan mengambil judul “Pengaruh Perencanaan Pajak Dan Kebijakan Pajak Berpengaruh Terhadap Sas (Self Assessment System)”.
1.2 Identifikasi Masalah dan Rumusan Masalah 1.2.1 Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas maka identifikasi pada masalah ini adalah :
1. Perencanaan pajak yang dilaksanakan tidak sesuai dengan ketetapan
pemerintah.
2. Kebijakan pajak yang ditetapkan pemerintah tidak dilaksanakan dengan
baik.
3. SAS (Self Assessment System) yang dilaksanakan oleh wajib pajak tidak
1.2.2 Rumusan Masalah
Dari latar belakang diatas yang telah dikemukakan, peneliti merumuskan :
1. Seberapa besar pengaruh Perencanaan Pajak Terhadap SAS (Self
Assessment System).
2. Seberapa besar pengaruh Kebijakan Pajak terhadap SAS (Self
Assessment System).
1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian 1.3.1 Maksud Penelitian
Penelitian ini dimaksudkan untuk mengkaji kembali dan memahami
teori-teori dan asumsi dalam data dan informasi yang diperoleh. Serta untuk
mengetahui perencanaan pajak dan kebijakan pajak terhadap SAS (Self
Assessment System) di KPP Karees, Bandung.
1.3.2 Tujuan Penelitian
Dari berbagai masalah yang telah dikemukakan diatas. tujuan peneliti
penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh Perencanaan Terhadap SAS
(Self Assessment System) KPP Karees, Bandung.
2. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh Kebijakan Pajak Terhadap
1.4 Kegunaan Penelitian
Setiap penelitian yang dilakukan pasti memiliki kegunaan bagi pihak-pihak
yang erat hubungannya dengan penelitian yang dilakukan maupun objek dari
penelitian tersebut. Kegunaan tersebut antara lain :
1.4.1 Kegunaan Praktis
Penelitian ini diharapkan akan dapat memecahkan masalah pada penerapan
perencanaan pajak yang legal dan tidak melanggar Undang-undang yang berlaku,
dan kebijakan-kebijakan tentang perpajakan yang telah dikeluarkan pemerintah
agar diterapkan dengan baik oleh wajib pajak sehingga pemungutan pajak yang
berdasarkan SAS (Self Assessment System) dapat diterapkan dengan baik guna
meningkatkan penerimaan negara khususnya di sektor pajak.
1.4.2 Kegunaan Akademis
1.Bagi Pengembang Ilmu
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan bukti empiris bahwa
perencanaan pajak dan kebijakan pajak berpengaruh terhadap SAS (Self
Assessment System).
2.Bagi Peneliti Lain
Penelitian ini bisa dijadikan sebagai bahan referensi bagi peneliti lain
yang ingin mengkaji bidang yang sama, sehingga menjadikan hasil
1.5 Lokasi dan Waktu Penelitian
1.5.1 Lokasi Penelitian
Mengenai lokasi penelitian yang dipergunakan sebagai tempat peneliti
mengadakan penelitian adalah pada KPP Karees, yang berada di Jl. Ibrahim Adjie
(d/h Jl. Kiara Condong) No.372, Bandung.
1.5.2 Waktu Penelitian
Waktu Penelitian ini dilakukan mulai dari awal September 2013 sampai
3.1 Objek Pelitian
Objek penelitian menurut Husein Umar (2005:303) dalam Umi
Narimawati (2010:29) menerangkan bahwa :
“Objek penelitian menjelaskan tentang apa dan atau siapa yang menjadi
objek penelitian. juga dimana dan kapan penelitian dilakukan, bisa juga
ditambahkan hal-hal lain jika dianggap perlu”.
Sedangkan definisi objek penelitian menurut Suharsimi Arikunto
(2006:118), menyatakan bahwa :
“Objek penelitian adalah fenomena atau masalah penelitian yang telah di
abstraki menjadi suatu konsep atau variabel. Objek penelitian ditemukan
melekat pada subjek penelitian”.
Dari definisi diatas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa objek penelitian
merupakan sesuatu hal yang akan diteliti dengan mendapatkan data untuk tujuan
tertentu dan kemudian dapat ditarik kesimpulan.
Objek penelitian yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah
3.2 Metode Penelitian
Definisi metode penelitian menurut Sugiyono (2011:3) adalah :
“εetode penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk
mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu”.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskripstif dan
verifikatif. Menurut Sugiyono (2005:21) dalam Umi Narimawati (2010:29)
mendefinisikan bahwa metode deskriptif adalah :
“εetode yang digunakan untuk menggambarkan atau menganalisis suatu
hasil penelitian tetapi tidak digunakan untuk membuat kesimpulan yang
lebih luas”.
Sedangkan menurut Masyhuri (2008:45) dalam Umi Narimawati
(2010:29) mendefinisikan bahwa metode verifikatif adalah :
“Memeriksa benar tidaknya apabila dijelaskan untuk menguji suatu cara
dengan atau tanpa perbaikan yang telah dilaksanakan di tempat lain
dengan mengatasi masalah yang serupa dengan kehidupan”.
Berdasarkan penjelasan yang dikemukakan para ahli, maka dalam
penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif dan metode penelitian
verifikatif. Metode penelitian verifikatif digunakan untuk menguji kebenaran
teori dan hipotesis yang telah dikemukakan para ahli mengenai keterkaitan
antara perencanaan pajak, kebijakan pajak dan SAS (Self Assessment System).
Metode penelitian verifikatif dilakukan untuk menguji hipotesis dengan
menggunakan alat uji statistik yaitu Model Persamaan Struktural (Structural
Pertimbangan menggunakan model ini, karena kemampuannya untuk mengukur
konstruk melalui indikator-indikatornya serta menganalisis variabel indikator,
variabel laten, dan kekeliruan pengukurannya.
3.2.1 Desain Penelitian
Dalam melakukan suatu penelitian sangat perlu dilakukan perencanaan
dan perancangan penelitian, agar penelitian yang dilakukan dapat berjalan
dengan baik dan sistematis.
Desain menurut Moh. Nazir (2003:84) dalam Umi Narimawati (2010:30)
mendefinisikan bahwa desain penelitian adalah semua proses yang diperlukan
dalm perencanaan dan pelaksanaan penelitian.
Langkah-langkah desain penelitian menurut Umi Narimawati, dkk
(2010:30) adalah :
1. Menetapkan permasalahan sebagai indikasi dari fenomena penelitian, selanjutnya menetapkan judul penelitian
2. Mengidentifikasi permasalahan yang terjadi; 3. Menetapkan rumusan masalah;
4. Menetapkan tujuan penelitian;
5. Menetapkan hipotesis penelitian, berdasarkan fenomena dan dukungan teori; 6. Menetapkan konsep variabel sekaligus pengukuran variabel penelitian yang
digunakan;
7. Menetapkan sumber data, teknik penentuan sampel dan teknik pengumpulan data;
8. Melakukan analisis data;
9. Melakukan pelaporan hasil penelitian.
Unit analisis/elemen yang digunakan adalah individu, dalam hal ini Wajib
Pajak Orang Pribadi yang terdaftar di KPP Pratama Bandung Karees. Time Horizon
Definisi One shoot atau cross sectional menurut Uma Sekaran (2006:177)
adalah :
“Sebuah studi yang dilakukan dengan data yang hanya sekali dikumpulkan,
mungkin selama periode harian, mingguan atau bulanan dalam rangka
menjawab pertanyaan penelitian”.
Dalam penelitian ini menggunakan metode Explanatory Survey. Adapun
definisi Explanatory Survey menurut Suharsimi Arikunto (2006:8) adalah :
“Suatu survey yang digunakan untuk menjelaskan hubungan kausal antara
dua variabel melalui pengujian hipotesis”.
Berdasarkan penjelasan di atas, maka dapat digambarkan desain dari
penelitian ini yaitu sebagai berikut
Tabel 3.1 Desain Penelitian
Desain Penelitian Jenis penelitian Metode yang
digunakan
Unit Analisis Time Horizon
T-1 Deskriptif &
T-1: Untuk mengetahui pengaruh besarnya perencanaan pajak terhadap SAS (self assessment system) di KPP Karees Bandung, digunakan metode descriptive dan verifikatif.
3. 3 Operasional Variabel
Menurut Nur Indriantoro (2002:69) dalam Umi Narimawati (2010:31)
mendefinisikan operasionalisasi variabel adalah sebagai berikut:
“Penentuan construct sehingga menjadi variabel yang dapat diukur. Definisi operasional menjelaskan cara tertentu dapat digunakan oleh peneliti dalam mengoperasionalkan construct, sehingga memungkinkan bagi peneliti yang lain untuk melakukan replikasi pengukuran dengan cara yang sama atau mengembangkan cara pengukuran construct yang lebih
baik”.
1. Perencanaan Pajak (X1)
Perencanaan pajak menurut Erly Suandy (2011:6) adalah :
“Langkah awal dalam manajemen pajak. Pada tahap ini dilakukan pengumpulan dan penelitian terhadap peraturan perpajakan agar dapat diseleksi jenis tindakan penghematan pajak yang akan dilakukan. Pada umumnya penekanan perencanaan pajak (tax planning) adalah untuk meminimumkan kewajiban pajak”.
2. Kebijakan Pajak (X2)
Kebijakan pajak menurut Siti Kurnia Rahayu (2010:90) adalah :
“Suatu cara atau alat pemerintah di bidang perpajakan yang memiliki
sasaran tertentu atau untuk mencapai suatu tujuan tertentu di bidang sosial
dan ekonomi”.
3. Self Assessment System (Y)
Self Assessment System menurut Siti Kurnia Rahayu (2010:101) adalah :
“Suatu sistem perpajakan yang memberi kepercayaan kepada wajib pajak
untuk memenuhi dan melaksanakan sendiri kewajiban dan hak
Untuk mengetahui analisis perencanaan pajak dan kebijakan pajak
terhadap self assessment system, maka operasional variabel penelitian dapat
dilihat dalam Tabel 3.2.
Tabel 3.2 Operasional Variabel
Definisi skala ordinal menurut Nur Indrianto (2002:98) adalah sebagai
berikut :
“Skala Ordinal adalah skala pengukuran yang tidak hanya menyatakan
”
Variabel Konsep variable Indikator Skala Item
Perencanaan suatu cara atau alat pemerintah di bidang perpajakan yang memiliki sasaran tertentu atau untuk mencapai suatu tujuan tertentu di bidang sosial dan ekonomi.
1. Menghitung pajak oleh wajib pajak
2. Membayar pajak dilakukan sendiri oleh wajib pajak 3. Pelaporan yang dilakukan oleh
wajib pajak
Siti Kurnia Rahayu (2010:103)
Ordinal 10 - 11
12 - 13
Berdasarkan pengertian diatas, maka skala yang digunakan dalam
penelitian ini adalah skala ordinal dengan tujuan untuk memberikan informasi
berupa nilai pada jawaban. Variabel-variabel tersebut diukur oleh instrument
pengukur dalam bentuk kuesioner berskala ordinal yang memenuhi
pernyataan-pernyataan tipe skala likert.
Menurut Sugiyono (2011 :93) skala likert digunakan untuk mengukur sikap,
pendapat, dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial.
3. 4 Sumber Data
Data dapat dibedakan menjadi data primer dan data sekunder. Pengertian
data primer dan data sekunder menurut Umi Narimawati (2010:21) adalah
sebagai beikut:
“Data Primer adalah data yang berasal dari sumber asli atau pertama,
sedangkan data sekuder adalah data yang sudah tersedia sehingga kita
tinggal mencari dan mengumpulkan”.
3. 5 Alat Ukur Penelitian 3. 5. 1 Uji Validitas
Menurut Cooper dalam Umi Narimawati (2010:42), validitas adalah :
”Validity is a characteristic of measuraenment concerned with the extent that a test measures what the researcher actually wishes to measure”.
Berdasarkan definisi diatas, maka validitas dapat diartikan sebagai suatu
(kuesioner) dalam mengukur secara benar apa yang diinginkan peneliti untuk
diukur. Suatu alat ukur disebut valid bila ia melakukan apa yang seharusnya
dilakukan dan mengukur apa yang seharusnya diukur. Uji validitas dalam
penelitian ini yaitu untuk menggambarkan variabel perencanaan pajak (X1) ,
kebijakan pajak (X2) dan self assessment system (Y).
Tabel 3.3
Standar Penilaian Untuk Validitas
PENILAIAN VALIDITY
Good 0,50
Acceptable 0,30
Marginal 0,20
Poor 0,10
(Sumber : Barker et al, 2002:70)
Secara teknis valid tidaknya suatu butir pernyataan dinilai berdasarkan
kedekatan jawaban responden pada pernyataan tersebut dengan jawaban
responden pada pernyataan lainnya. Nilai jawaban responden diukur
menggunakan koefisien korelasi, yaitu melalui nilai korelasi setiap butir
pernyataan dengan total butir pernyatan lainnya. Butir pernyataan dinyatakan
valid jika memiliki nilai koefisien korelasi lebih besar atau sama dengan 0,30.
Berdasarkan hasil pengolahan menggunakan rumus korelasi pearson product
moment (r).
Seperti dilakukan pengujian lebih lanjut, semua item pernyataan dalam
kuesioner harus diuji keabsahannya untuk menentukan valid tidaknya suatu
item. Uji validitas dilakukan untuk mengukur pernyataan yang ada dalam
kuesioner. Validitas suatu data tercapai jika pernyataan tersebut mampu
mengungkapkan apa yang akan diungkapkan. Uji validitas dilakukan dengan
masing-masing variabel. Teknik korelasi yang digunakan adalah teknik korelasi pearson
product moment. Pengujian validitas dilakukan dengan menghitung korelasi
diantara masing-masing pernyataan dengan skor total. Adapun rumus daripada
korelasi pearson adalah sebagai berikut :
(Sumber : Umi Narimawati, 2010, 42)
Keterangan :
r = Koefisien korelasi pearson X= Skor item pertanyaan Y= Skor Total item pertanyaan
N= Jumlah responden dalam pelaksanaan uji coba instrumen
Uji keberartian koefisien r dilakukan dengan uji coba dengan t (taraf signifikasi
5%)
3. 5. 2 Uji Reabilitas
Menurut Umi Narimawati (2010:43), Uji reabilitas adalah :
“Untuk menguji kehandalan atau kepercayaan alat pengungkapan dari data. Dengan diperoleh nilai r dari uji validitas yang menunjukkan hasil indeks korelasi yang menyatakan ada atau tidaknya hubungan antara dua
belahan instrument”.
Metode yang digunakan untuk uji reabilitas adalah split half methid
teknik belah dua. Metode ini menghitung reabilitas daengan cara memberikan
tes pada sejumlah subyek dan kemudian hasil tes tersebut dibagi menjadi dua
1. Item dibagi dua secara acak, kemudian dikelompokkan dalam kelompok I dan
II.
2. Skor untuk masing-masing kelompok dijumlahkan sehingga terdapat skor
total untuk kelompok I dan II
3. Korelasikan skor total kelompok I dan II
4. Korelasikan skor total kelompok I dan II
5. Hitung angka reabilitas untuk keseluruhan item.
Analisis reliabilitas merupakan salah satu ciri utama instrumen
pengukuran yang baik. Reliabilitas sering disebut juga sebagai keterpercayaan,
keandalan, keajegan, konsisten dan sebagainya, namun ide pokok dalam konsep
reliabilitas adalah sejauh mana hasil suatu pengukuran dapat dipercaya. Tinggi
rendahnya reliabilitas secara empiris ditujukan oleh suatu angka yang disebut
koefesien reliabiltas, walaupun secara teoritis besarnya koefisien berkisar antara
0,00-1,00 dan juga dapat bertanda positif (+) maupuan negatif (-). Dalam hal
reliabilitas, koefesien yang besarnya kurang dari nol (0,00) tidak ada artinya
karena interpretasi reliabilitas selalu mengacu pada koefisien yang positif.
3. 5. 3 Uji MSI (Data Ordinal ke Interval)
Karena penelitian ini menggunakan data ordinal, maka semua data
ordinal terlebih dahulu akan ditransformasi menjadi skala interval dengan
menggunakan Method of Successive Interval (Harun Al Rasyid, 1994:131).
Adapun langkah-langkahnya adalah sebagai berikut :
2. Berdasarkan frekuensi yang diperoleh untuk setiap pernyataan, dilakukan penghitungan proporsi (p) setiap pilihan jawaban dengan cara membagi frekuensi (f) dengan jumlah responden.
3. Berdasarkan proporsi tersebut untuk setiap pernyataan, dilakukan penghitungan proporsi kumulatif untuk setiap pilihan jawaban
4. Menentukan nilai batas Z (tabel normal) untuk setiap pernyataan dan setiap pilihan jawaban
5. Menentukan nilai interval rata-rata untuk setiap pilihan jawaban melalui persamaan berikut:
Density at Lower limit – Density at Upper Limit Means of Interval =
Area at Below Density Upper Limit – Area at Below Lower Limit
(Sumber : Umi Narimawati, 2010:47)
Data penelitian yang sudah berskala interval selanjutnya akan ditentukan
pasangan data variabel independen dengan variabel dependen serta ditentukan
persamaan yang berlaku untuk pasangan-pasangan tersebut. Adapun di dalam
proses pengolahan data MSI tersebut, peneliti menggunakan bantuan Additional
Instrument (Add-Ins) dari Microsoft Excel 2010.
3. 6 Populasi dan Penarikan Sampel 3. 6. 1 Populasi
Pada umumnya dalam sebuah penelitian para peneliti membutuhkan apa
yang disebut populasi. Menurut Umi Narimawati (2008:161), populasi adalah :
“Objek atau subjek yang memiliki karakteristik tertentu sesuai informasi
yang ditetapkan oleh peneliti, sebagai unit analisis penelitian”.
Sedangkan menurut Sugiyono (2011:80) mendefinisikan bahwa populasi
“Wilayah generalisasi yang terdiri atas: obyek/subyek yang mempunyai
kualitas dan karakteristik tertentu yang diterapkan oleh peneliti untuk
dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya”.
Unit analisis dalam penelitian ini adalah Kantor Pelayanan Pajak di
Karees, khususnya Wajib Pajak Orang Pribadi. Populasi Wajib Pajak yang
terdaftar di KPP Pratama Bandung Karees 78.587 orang.
3. 6. 2 Penarikan Sampel
Definisi sampel menurut Sugiyono (2011:120) adalah :
“Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh
populasi tersebut”.
Penentuan jumlah sampel yang akan diolah dari jumlah populasi yang
banyak, maka harus dilakukan teknik pengambilan sampling yang tepat. Teknik
pengambilan sampel dilakukan melalui metode simple random sampling dengan
tujuan untuk mendapatkan sampel yang sesuai dengan tujuan penelitian.
Pengertian simple random sampling menurut Sugiyono (2011:126) :
“Pengambilan anggota sampel dari populasi dilakukan secara acak tanpa
memperhatikan strata yang ada dalam populasi itu”.
Metode yang digunakan untuk menentukan sampel oleh peneliti adalah
pendekatan Slovin, pendekatan ini dinyatakan dengan rumus sebagai berikut :
N 78.587 78.587
n = n = = = 99,8 = 100 1 + N.e2 1 + 78.587 (10%)2 786,87
(Sumber : Umi Narimawati, 2010:38)
Dari perhitungan diatas, diperoleh sempel sebesar 100 responden. Dalam
penelitian ini ditetapkan sempel sebesar 70 responden, karena dengan alasan
jumlah tersebut dianggap bisa mewakili total populasi yang diambil secara acak.
3. 7 Metode Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang dilakukan peneliti dilakukan dengan
metode survei menggunakan kuesioner. Kuisioner menurut Umi Narimawati
(2010:40), Kuisioner yaitu :
“Teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan dan pernyataan tertulis kepada responden untuk kemudian dijawabnya, Kuisioner yang digunakan adalah kuisioner tertutup yang telah diberi skor, dimana data tersebut berisi daftar pertanyaan yang ditunjukkan kepada responden yang berhubungan dalam
penelitian ini”.
Untuk setiap pilihan jawaban diberi skor, maka responden harus
menggambarkan, mendukung pertanyaan (item positif) atau tidak mendukung
pernyataan (item negatif). Metode survei dalam penelitian ini adalah dengan
mewawancarai langsung kepada wajib pajak orang pribadi yang ada di KPP
Bandung Karees.
Skor atas pilihan jawaban untuk kuisioner yang diajukan untuk pernyataan
adalah sebagai berikut :
Tabel 3.4
Bobot Nilai Kuesioner
Bobot Nilai Kuesioner Pernyataan Kuesioner
5 Sangat Sesuai
4 Sesuai
3 Cukup sesuai
2 Tidak Sesuai
1 Sangat Tidak Sesuai
3. 8 Metode Pengujian Data 3. 8. 1 Metode Analisis
Metode Analisis menurut Umi Narimawati (2010:41), adalah :
“Proses mencari dan menyusun secara sistematik data yang telah
diproses dari hasil observasi lapangan, dan dokumentasi dengan cara mengorganisasikan data kedalam kategori, menjabarkan kedalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun kedalam pola, memilih mana yang lebih penting dan yang akan dipelajari, dan membuat kesimpulan
sehingga mudah dipahami oleh diri sendiri maupun orang lain”.
Peneliti melakukan analisa terhadap data yang telah diuraikan dengan
menggunakan metode verifikatif, sebelum kuisioner digunakan untuk
pengumpulan data yang sebenarnya, terlebih dahulu dilakukan uji coba kepada
responden yang memiliki karakteristrik yang sama dengan karakteristik populasi
penelitian. Uji coba dilakukan untuk mengetahui tingkat kesahihan (validitas)
dan kekonsistenan (reliabilitas) alat ukur penelitian, sehingga diperoleh
item-item pertanyaan-pertanyaan yang layak untuk digunakan sebagai alat ukur
pengumpulan data penelitian.
1. Analisis deskriptif atau Kualitatif
Penelitian deskriptif digunakan untuk menggambarkan bagaimana
pengaruh perencanan pajak dan kebijakan pajak terhadap self assessment system.
Menurut Umi Narimawati (2010:245) Langkah-langkah yang dilakukan dalam
penelitian kualitatif adalah sebagai berikut :
a. Indikator yang dinilai oleh responden, diklasifikasikan dalam lima alternatif jawaban yang menggambarkan peringkat jawaban.
b. Dihitung total skor setiap variabel / subvariabel = jumlah skor dari seluruh indikator variabel untuk semua jawaban responden
d. Untuk mendeskripsikan jawaban responden, juga digunakan statistik deskriptif seperti distribusi frekuensi dan tampilan dalam bentuk tabel ataupun grafik
e. Untuk menjawab deskripsi tentang masing-masing variabel penelitian ini, digunakan tentang kriteria penilaian sebagai berikut :
(Sumber: Umi Narimawati, 2010:45)
Skor aktual adalah jawaban seluruh responden atas kuisioner yang telah
diajukan. Skor ideal adalah skor atau bobot tertinggi atau semua responden
diasumsikan memilih jawaban dengan skor tertinggi.
Penjelasan bobot nilai skor aktual dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 3.5
Kriteria Presentase Tanggapan Responden
No % Jumlah Skor Kriteria
1 20.00% - 36.00% Tidak Baik 2 36.01% - 52.00% Kurang Baik
3 52.01% - 68.00% Cukup
4 68.01 – 84.00% Baik
5 84.01% - 100% Sangat Baik
(Sumber : Umi Narimawati, 2007:85)
2. Analisis Verifikatif
Analisis yang digunakan untuk membuktikan hipotesis pada penelitian
ini adalah Structural Equation Modelling (SEM) yang berbasis component atau
variance yang dikenal dengan istilah Partial Least Square (PLS). Alat analisis
ini dipilih atas pertimbangan keterbatasan jumlah sampel, dimana jumlah sampel
pada penelitian ini hanya 70 orang dan tidak memenuhi syarat menggunakan Skor aktual
Structural Equation Modelling (SEM) yang berbasis covariance untuk jenis
model second order factor.
Menurut Imam Ghozali (2006:18) partial least square (PLS) adalah :
“εetode analisis yang powerfull oleh karena tidak didasarkan banyak
asumsi,data tidak harus berdistribusi normal multivariate dan ukuran sampel juga tidak harus besar, walaupun partial least square digunakan untuk mengkonfirmasi teori, tetapi dapat juga digunakan untuk menjelaskan ada atau tidaknya hubungan antar variabel laten”.
Pengujian dengan partial least square (PLS) diterapkan untuk
memperoleh hasil pengolahan yang mampu mencapai tujuan penelitian dan
membuktikan hipotesis penelitian, dengan langkah-langkah sebagai berikut:
1. Merancang Model Struktural
Model struktural (inner model) pada penelitian ini terdiri dari dua
variabel laten eksogen (perencanaan pajak dan kebijakan pajak) dan satu
variabel laten endogen (self assessment system). Hubungan antara ketiga
variabel laten tersebut berbentuk kausal (sebab akibat) dimana perencanaan
pajak mempengaruhi self assessment system, kemudian kebijakan pajak
mempengaruhi self assessment system.
2. Merancang Model Pengukuran
Model pengukuran (outer model) adalah model yang menghubungkan
variabel laten dengan variabel manifes. Untuk variabel laten perencanaan pajak
terdiri dari 3 variabel manifes (menganalisis informasi yang ada, mengevaluasi
perencanaan pajak, mencari kelemahan rencanan pajak). Kemudian variabel
laten kebijakan pajak dengan 5 variabel manifes (tujuan, proposal, program,
manifes (menghitung pajak oleh wajib pajak, membayar pajak dilakukan sendiri
oleh wajib pajak, pelaporan yang dilakukan oleh wajib pajak). Karena setiap
variabel laten terdiri dari dimensi dan variabel manifes (observed variables),
maka pendekatan PLS yang digunakan adalah second order factor model
3. Mengkonstruksi Diagram Jalur
Hubungan antar variabel pada sebuah diagram alur yang secara khusus
dapat membantu dalam menggambarkan rangkaian hubungan sebab akibat antar
konstruk dari model teoritis yang telah dibangun pada tahap pertama. Diagram
alur menggambarkan hubungan antar konstruk dengan anak panah yang
digambarkan lurus menunjukan hubungan kausal langsung dari suatu konstruk
ke konstruk lainya. Konstruk eksogen dikenal dengan independent variable yang
diprediksi oleh variabel yang lain dalam model. Konstruk eksogen adalah
konstruk yang dituju oleh garis dengan satu ujung panah.
Secara lengkap model srtuktural pada penelitian ini dapat digambarkan
sebagai berikut :
Keterangan :
1 = Peerencanaan Pajak
2 = Kebijakan Pajak
= Self Assessment System
= Bobot Faktor Laten Variabel dengan Indikatornya
= Kesalahan Pengukuran Indikator Exogenous Latent Variable = Kesalahan Pengukuran Indikator Endogenous Latent Variable
= Koefisien Pengaruh Langsung antara Exogenous Latent Variable dan Endogenous Latent Variable
β = Koefisien Pengaruh Langsung antara Endogenous Latent Variable dan Endogenous Latent Variable
Untuk memahami Gambar 3.1 di atas, pada tabel 3.7 berikut dijelaskan
mengenai lambang-lambang statistik yang digunakan dalam model struktural.
Tabel 3.6 Lambang Statistik
Lambang Indikator Lambang Variabel
X1.1 Menganalisis informasi yang ada 1 Perencanaan
pajak X1.2 Mengevaluasi perencanaan pajak
X1.3 Mencari kelemahan rencana pajak
X2.1 Tujuan (goal)
Y1 Menghitung pajak oleh wajib pajak dengan benar Self
Assessment System Y2 Membayar pajak dilakukan sendiri oleh wajib pajak
Y3 Pelaporan dilakukan oleh wajib pajak
4. Konversi Diagram Jalur Kedalam Bentuk Persamaan
Formulasi bentuk persamaan struktural sebagai berikut:
PP = λ1ξ+
Persamaan pengukuran variabel laten pada penelitian ini sebagai berikut :
1. Model pengukuran untuk variabel eksogen
2. Model pengukuran untuk variabel endogen
Y1= λ11 + 1
Y2= λ12 + 2
Y3= λ13 + 3
Intepretasi model atau hasil pengujian. Pada tahap ini hasil perhitungan
di intepretasikan sesuai dengan data teori dan nalar. Keterangan simbol disajikan
pada Tabel 3.8 sebagai berikut :
Tabel 3.8 Daftar Simbol
Simbol Keterangan Nama
Δ Measurement Error Exogenous Indikator Delta
Measurement Error Endegenous Indikator Epsilon
ξ Exogenous Latent Variable Ksi
Endegenous Latent Variable Eta
λ Bobot faktor antara latent variable dengan indikatornya Lamda Koefisien pengaruh langsung antara Exogenous Latent Variable dan
Endegenous Latent Variable
Gamma
Koefisien pengaruh langsung antara Endogenous Latent Variable dan Endegenous Latent Variable
Beta
Error pada Endegenous Latent Variable Zeta
(sumber : Imam Ghozali, 2006:248)
5. Estimasi
Estimasi menurut Imam Ghozali (2006:85), pada tahapan ini adalah :
“Nilai , dan yang terdapat pada langkah keempat diestimasi menggunakan program Smart PLS. Dasar yang digunakan untuk dalam etimasi adalah resampling dengan Bootestrapping yang dikembangkan oleh Geisser & Stone. Tahap pertama dalam estimasi menghasilkan penduga bobot (weight estimate), tahap kedua menghasilkan estimasi untuk inner model dan outer model, tahap ketiga menghasilkan estimasi means dan parameter lokasi (konstanta)”.
6. Uji Kecocokan Model (Goodness of Fit)
Uji kecocokan model pada structural equation modeling melalui
pendekatan partial least square terdiri dari dua jenis, yaitu uji kecocokan model
Menurut Imam Ghozali (2006:110) Model pengukuran/measurement
model (Outer model) dalam dievaluasi dengan convergent validity and
discriminan validity., Convergent validity dinilai berdasarkan korelasi antara
item score/ component score dengan construct score yang dihitung dengan PLS
adalah sebagai berikut :
“Ukuran yang digunakan adalah jika korelasi antara item score/component score dengan construct score angkanya lebih dari 0,7 dikatakan tinggi dan jika angkanya antara 0,4 – 0,6 dikatakan cukup. Discriminan validity melihat bagaimana validitas dari konstruk yang terbentuk dibandingakan dengan konstruk yang lainnya. Discriminan validity dilihat berdasarkan nilai Average Variance Extracted (AVE) dimana direkomendasikan Nilai AVE lebih besar dari 0,5”.
Selanjutnya Menurut Imam Ghozali (2006:212) Evaluasi model
pengukuran/measurement model Outer model adalah sebagai berikut :
“Pengukuran/measurement model Outer model juga dapat dilihat dari
nilai composite reliability (CR) dimana nilai composite reliability
diharapkan lebih besar dari 0,70”.
Menurut Imam Ghozali (2006:99) pada uji kecocokan model struktural
terdapat dua ukuran yang sering digunakan, yaitu nilai R-square dan nilai
statistik t adalah sebagai berikut :
Ketentuan untuk melihat keeratan korelasi digunakan acuan pada tabel
3.9 dibawah ini.
Tabel 3.8
Tingkat Keeratan Korelasi
No Interval Koefisien Korelasi Tingkat Hubungan
1 0,000-0,199 Sangat rendah/Sangat Lemah
2 0,200-0,399 Rendah/Lemah
3 0,400-0,599 Sedang/moderat
4 0,600-0,799 Kuat/Erat
5 0,800-1,000 Sangat Kuat/Sangat Erat
(sumber : sugiyono, 2011:250)
3. 8. 2 Pengujian Hipotesis
Menurut Sugiyono (2011:159) mendefinisikan hipotesis adalah :
“Sebagai jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian”.
Pengujian terhadap hipotesis yang akan diuji dalam penelitian ini adalah
sejauh mana pengaruh suatu variabel terhadap variabel lainnya, yaitu :
Perencanaan pajak dan Kebijakan Pajak berpengaruh terhadap Self Assessment
System. Persamaan model struktural. Model struktural yang akan diuji
digambarkan sebagai berikut.