• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pemberian Tepung Daun Kemangi (Ocimum basilicum) terhadap Organ Dalam dan Produksi Amonia Ayam Broiler yang Diinfeksi Escherichia coli

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pemberian Tepung Daun Kemangi (Ocimum basilicum) terhadap Organ Dalam dan Produksi Amonia Ayam Broiler yang Diinfeksi Escherichia coli"

Copied!
37
0
0

Teks penuh

(1)

PEMBERIAN TEPUNG DAUN KEMANGI

(Ocimum basilicum)

TERHADAP ORGAN DALAM DAN PRODUKSI AMONIA

AYAM BROILER YANG DIINFEKSI

Escherichia coli

LISA RAHMAWATI

DEPARTEMEN ILMU NUTRISI DAN TEKNOLOGI PAKAN FAKULTAS PETERNAKAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Pemberian Tepung Daun Kemangi (Ocimum basilicum) terhadap Organ Dalam dan Produksi Amonia Ayam Broiler yang Diinfeksi Escherichia coli adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Juli 2013

(4)

ABSTRAK

LISA RAHMAWATI. Pemberian Tepung Daun Kemangi (Ocimum basilicum) terhadap Organ Dalam dan Produksi Amonia Ayam Broiler yang Diinfeksi Escherichia coli. Dibimbing oleh RITA MUTIA dan WIDYA HERMANA.

Kemangi merupakan tanaman yang mengandung minyak atsiri dan berfungsi untuk mengatasi gangguan pencernaan. Selain itu terdapat kandungan zat flavonoid dalam kemangi yang dapat memberikan manfaat untuk melindungi sel tubuh dan dapat berfungsi sebagai antibiotik alami. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian tepung daun kemangi sebagai antibakteri penyebab diare (Escherichia coli) sebanyak 1%, 2%, dan 3% dalam ransum terhadap organ dalam, produksi amonia dan kadar air ekskreta ayam broiler. Rancangan percobaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah rancangan acak lengkap (RAL) dengan 6 perlakuan dan 3 ulangan dengan perlakuan P0 = Ransum standar, broiler tidak diinfeksi E. Coli (kontrol positif); P1 = Ransum standar, broiler diinfeksi E. Coli (kontrol negatif); P2 = P1, ransum diberi daun kemangi 1%; P3 = P1, ransum diberi daun kemangi 2%; P4 = P1, ransum diberi daun kemangi 3%; P5 = P1, air minum diberi antibiotik ampicol (1 g 2L-1 air). Peubah yang diamati dalam penelitian ini adalah organ pencernaan, organ dalam, kadar amonia dan kadar air eskreta. Hasil penelitian menunjukan bahwa pemberian kemangi dengan taraf berbeda memberikan pengaruh (P<0.05) terhadap usus, seka dan kadar air ekskreta.

Kata kunci: amonia, Escherichia coli, kadar air ekskreta, kemangi, organ dalam

ABSTRACT

LISA RAHMAWATI. Effects of Kemangi Leaf Meal (Ocimum basilicum) in Visceral Organ and Ammonia Production of Broiler Infected by Escherichia coli. Supervised by RITA MUTIA and WIDYA HERMANA.

(5)

Keywords : ammonia, Escherichia coli, kemangi leaf meal, visceral organs, water content of excreta

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Peternakan

pada

Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan

PEMBERIAN TEPUNG DAUN KEMANGI

(Ocimum basilicum)

TERHADAP ORGAN DALAM DAN PRODUKSI AMONIA

AYAM BROILER YANG DIINFEKSI

Escherichia coli

LISA RAHMAWATI

DEPARTEMEN ILMU NUTRISI DAN TEKNOLOGI PAKAN

FAKULTAS PETERNAKAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

(6)
(7)
(8)

Judul Skripsi : Pemberian Tepung Daun Kemangi (Ocimum basilicum) terhadap Organ Dalam dan Produksi Amonia Ayam Broiler yang Diinfeksi Escherichia coli

Nama : Lisa Rahmawati NIM : D24090125

Disetujui oleh

Dr Ir Rita Mutia, MAgr Pembimbing I

Ir Widya Hermana, MSi Pembimbing II

Diketahui oleh

Tanggal Lulus:

(9)
(10)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Penelitian yang dilaksanakan sejak bulan November hingga Desember 2012 berjudul Pemberian Tepung Daun Kemangi (Ocimum basilicum) terhadap Organ Dalam dan Produksi Amonia Ayam Broiler yang Diinfeksi Escherichia coli .

Ayam broiler merupakan salah satu komoditi peternakan yang memiliki peranan penting dalam pemenuhan kebutuhan protein. Keberadaan bakteri Escherichia coli dalam saluran pencernaan unggas berfungsi untuk membantu proses metabolisme. Namun jika populasi E. Coli berlebihan dapat berdampak buruk bagi kesehatan ternak dengan timbulnya berbagai penyakit. Kemangi mengandung minyak atsiri yang berfungsi untuk mengatasi gangguan pencernaan. Selain itu terdapat kandungan zat flavonoid dalam kemangi yang dapat memberikan manfaat untuk melindugi sel tubuh dan juga berfungsi sebagai antibiotik alami. Penggunaan tepung daun kemangi yang dicampur dalam ransum dengan taraf berbeda diharapkan mampu menekan jumlah populasi bakteri E. Coli agar proses metabolisme ayam tidak terganggu.

Penulis menyadari bahwa bahwa dalam penulisan skripsi ini masih jauh dari sempurna. Adanya kritik dan saran yang sangat membangun diharapkan penulis guna menjadikan skripsi ini lebih baik. Penulis berharap srkripsi ini dapat bermanfaat bagi para pembaca yang memerlukan informasi.

Bogor, Juli 2013

(11)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL xi

DAFTAR LAMPIRAN xi

PENDAHULUAN 12

METODE PENELITIAN 2

Bahan 2

Alat 2

Lokasi dan Waktu Penelitian 2

Prosedur Percobaan 3

Pembuatan Tepung Kemangi (Ocimum basilicum) 2

Pembuatan ransum 3

Persiapan Kandang 3

Pemeliharaan 3

Pengambilan sampel 4

Perhitungan Escherichia coli dalam Ekskreta 5

Pengukuran Kadar Amonia Ekskreta 6

Pengukuran Kadar Air Ekskreta (Metode Analisis Proksimat) 6

Perhitungan Bobot Organ Dalam 7

Peubah yang Diamati 7

Analisis Data 7

HASIL DAN PEMBAHASAN 8

Jumlah Koloni Escherichia coli 8

Organ Dalam 9

Kadar Amonia Ekskreta 11

Kadar Air Ekskreta 13

Hubungan Pengaruh Bobot Potong dengan Bobot Organ Limfoid 14

SIMPULAN DAN SARAN 15

Simpulan 15

Saran 15

DAFTAR PUSTAKA 15

(12)

RIWAYAT HIDUP 22

(13)

DAFTAR TABEL

1 Kandungan nutrien tepung daun kemangi (as fed) 3 2 Formula dan kandungan nutrien ransum fase starter 4 3 Formula dan kandungan nutrien ransum fase finisher 5 4 Pengaruh pemberian tepung daun kemangi terhadap jumlah koloni

bakteri Escherichia coli pada ekskreta ayam broiler (CFU g-1) 8 5 Pengaruh pemberian tepung daun kemangi terhadap bobot potong dan

organ dalam ayam broiler 9

6 Pengaruh pemberian tepung daun kemangi terhadap kadar air ekskreta

ayam broiler (%) 13

7 Bobot potong dan bobot organ limfoid 14

DAFTAR LAMPIRAN

1

ANOVA organ dalam hati 18

2

ANOVA organ dalam pankreas 18

3

ANOVA organ pencernaan proventikulus 18

4

ANOVA organ pencernaan gizzard 18

5

ANOVA organ pencernaan panjang duodenum 18

6

ANOVA organ pencernaan panjang jejenum 18

7

Uji lanjut duncan organ pencernaan panjang jejunum 19 8

ANOVA organ pencernaan panjang ileum 19

9

Uji lanjut duncan organ pencernaan panjang ileum 19 10

ANOVA organ pencernaan panjang seka 19

11

Uji lanjut duncan organ pencernaan panjang seka 20 12

(14)

13

Uji lanjut duncan kadar air ekskreta sebelum infeksi 20 14

ANOVA kadar air ekskreta setelah infeksi 20

15

(15)

PENDAHULUAN

Dunia peternakan sektor perunggasan khususnya ayam broiler mengalami peningkatan pesat tiap tahunnya seiring dengan peningkatan jumlah penduduk dalam rangka memenuhi kebutuhan protein hewani. Tingginya permintaan pasar mengharuskan peternak dapat meningkatkan produktivitasnya dengan waktu yang singkat. Ransum yang diberikan harus sesuai dengan kebutuhan agar ayam broiler dapat berproduksi secara maksimal. Namun saat ini peternakan mempunyai citra negatif karena ikut berkontribusi dalam pencemaran udara terutama bidang peternakan unggas. Masalah yang terjadi di bidang peternakan unggas yaitu penguapan amonia yang berasal dari ekskreta. Menurut Indarsih (2001) amonia berasal dari eksreta yang larut dalam air dan mudah diserap oleh debu serta membran mukosa.

Amonia merupakan senyawa gas alkali yang memiliki ciri tidak berwarna, memiliki daya iritasi tinggi, bersifat toksik dan merupakan hasil dari proses dekomposisi bahan organik atau reduksi substansi nitrogen yang dihasilkan oleh bakteri (Kitai dan Arakawa 1979). Menurut Muller (1980) dalam ekskreta juga mengandung nitrogen dan sulfida sehingga akan menghasilkan bau yang menyengat dan dapat mencemari udara serta mudah menimbulkan penyakit di sekitar area peternakan. Bakteri Escherichia coli merupakan jenis bakteri yang selalu ada dalam saluran pencernaan unggas. Menurut Barness and Gross (1997), E. Coli termasuk dalam jenis bakteri g negatif yang tidak tahan asam, tidak membentuk spora dan memiliki ukuran sekitar 2x0.6 µm - 3x0.6 µm. Apabila jumlah bakteri ini berlebih pada saluran pencernaan ayam akan terjadi gangguan pada proses metabolisme sehingga ayam tidak dapat berproduksi maksimal.

Kadar amonia yang tinggi selain dapat mencemari udara, mengindikasikan adanya masalah dalam pencernaan unggas. Bentuk ekskreta yang basah menunjukan tingginya kandungan amonia dalam ekskreta tersebut. Ternak yang terserang diare menghasilkan ekskreta yang basah dan memiliki jumlah volum lebih banyak (Subronto 1985). Penanganan yang dilakukan pada ternak yang menderita diare biasanya diberikan antibiotik sintetis untuk menekan populasi mikroba patogen di dalam pencernaan. Kemangi (Ocimum basilicum) merupakan tanaman perdu yang tumbuh baik di daerah tropis. Kemangi tidak menuntut syarat tumbuh yang rumit, sehingga dapat ditanam di berbagai daerah, khususnya yang bertanah asam (Nazaruddin 1998). Kemangi mengandung minyak atsiri yang berfungsi untuk mengatasi gangguan pencernaan. Selain itu terdapat kandungan zat flavonoid dalam kemangi yang dapat memberikan manfaat untuk melindugi sel tubuh dan dapat juga berfungsi sebagai antibiotik alami (Banowati 2006).

(16)

2

mengkonsumsinya akibat residu yang masih tertinggal di dalam ternak tersebut. Dengan memanfaatkan tepung kemangi diharapkan dapat mengatasi dampak negatif yang dihasilkan oleh kotoran ayam. Dengan begitu, peternak dapat menghasilkan ternak yang berkualitas baik sehingga akan memperoleh keuntungan yang besar.

Oleh karena itu, penggunaan daun kemangi yang dikombinasikan dengan pakan diharapkan mampu menjadi alternatif pengganti antibiotik agar ternak yang dikonsumsi lebih aman. Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh pemberian tepung daun kemangi sebagai antibakteri penyebab diare (Escherichia coli) sebanyak 1%, 2%, dan 3% dalam ransum terhadap organ dalam, produksi amonia dan kadar air ekskreta ayam broiler. Penelitian ini bermanfaat untuk meningkatkan pemanfaatan daun kemangi dengan kombinasi pakan agar dapat menjadi pengganti antibiotik sehingga ternak yang dikonsumsi lebih aman bagi masyarakat.

METODE PENELITIAN

Bahan

Bahan-bahan yang digunakan selama penelitian diantaranya ayam broiler sebanyak 180 ekor, tepung daun kemangi, ransum, koloni bakteri E. Coli dengan populasi 106 CFU ml-1, air, organ dalam ayam (hati, pankreas, proventikulus, gizzard, usus halus dan seka), ekskreta ayam, larutan supernatan, larutan Na2CO3 jenuh, larutan asam borat, larutan H2SO4 0.0051 N dan vaselin.

Alat

Alat-alat yang digunakan selama penelitian diantaranya kandang sebanyak 18 petak, tempat pakan, tempat air minum, plastik atau tirai penutup, kertas koran, meteran, lampu, gayung, ember, timbangan, plastik penampung, sendok plastik, plastik hitam, botol plastik, spatula, gelas ukur, pengaduk, pipet kaca, cawan petri,vaselin, buret, cawan porselen, oven, eksikator, pisau, dandang, kompor, label, meteran, gunting, pinset dan alat tulis.

Lokasi dan Waktu Penelitian

(17)

3

Prosedur Percobaan Pembuatan Tepung Kemangi (Ocimum basilicum)

Proses pembuatan tepung kemangi yaitu kemangi segar dilayukan pada suhu ruang selama 48 jam, lalu di oven pada suhu 60 ºC selama 24 jam, dan digiling hingga halus. Hasil analisa proksimat tepung daun kemangi dapat dilihat pada Tabel 1.

Pembuatan Ransum

Formula dan kandungan nutrien ransum fase strater dan fase finisher dapat dilihat pada Tabel 2 dan Tabel 3. Ransum yang digunakan selama penelitian yaitu pakan perlakuan yang disusun sesuai dengan rekomendasi Lesson and Summer (2005). Bahan yang digunakan diantaranya jagung kuning, dedak padi, CGM, bungkil kedelai, MBM, tepung ikan, CPO, DCP, CaCO3, NaCl, premix, DL-Methionin, L-Lisine dan tepung daun kemangi. Seluruh bahan masing-masing dalam bentuk tepung dan dicampur hingga homogen. Pakan untuk fase starter diberikan dalam bentuk mash dan pakan untuk fase finisher diberikan dalam bentuk crumble.

Persiapan Kandang

Kandang yang digunakkan dalam bentuk petak-petak sebanyak 18 buah. Tiap kandang akan diisi 10 ekor ayam, 1 buah lampu 60 watt, 1 buah tempat pakan dan 1 buah tempat air minum. Sebelum digunakan, seluruh area kandang difumigasi dengan dosis (20 g KmnO4 + 40 cc formalin (3m)-1) dan diberi kapur. Selain itu, tempat pakan dan tempat air minum dicuci terlebih dahulu hingga bersih.

Pemeliharaan

Langkah awal kandang dibersihkan, dikapur, dan difumigasi. Segala jenis peralatan yang dibutuhkan dibersihkan terlebih dahulu, kemudian diberikan sekam pada setiap petak kandang. Tiap petak kandang diberikan nomor perlakuan dan ulangan untuk mempermudah pengacakan. Ayam broiler yang baru datang langsung diberi minum larutan air gula untuk mengembalikan kondisi tubuh ayam. Ayam broiler diberikan pakan kontrol selama 7 hari. Pada hari ke-8, ayam broiler diberikan pakan perlakuan sampai hari ke-34. Semua ayam perlakuan diinfeksikan bateri E. coli penyebab diare secara oral pada hari ke-14 dengan

Tabel 1 Kandungan nutrien tepung daun kemangi (as fed)

Nutrien Jumlah

Bahan Kering (%) 86.19

Abu (%) 14.56

Protein Kasar (%) 24.93

Serat Kasar (%) 18.82

Lemak Kasar (%) 1.42

Energi bruto (kkal/kg) 3629

(18)

4

populasi 106 CFU ml-1, kecuali pada perlakuan kontrol positif. Ayam yang tidak diinfeksikan E. Coli disebut ayam sehat (kontrol positif), sedangkan ayam yang diinfeksi E. Coli disebut ayam sakit (kontrol negatif).

Pengambilan Sampel

Untuk analisis perhitungan jumlah koloni E. Coli, kadar amonia ekskreta dan kadar air ekskreta, pengambilan sampel ekskreta dilakukan pada pemeliharaan umur 13 hari (sebelum diinfeksi E. Coli) dan 34 hari (setelah diinfeksi E. Coli). Ekskreta yang digunakan untuk analisis yaitu ekskreta basah yang telah ditampung kurang lebih 24 jam. Untuk analisis organ pencernaan, pengambilan sampel dilakukan secara acak dengan mengambil satu ekor ayam dari setiap kandang pada akhir pemeliharaan.

Tabel 2 Formula dan kandungan nutrien ransum fase starter

Bahan Pakan Perlakuan

(19)

5

1)

Hasil Analisa Laboratorium Ilmu dan Teknologi Pakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor (2013); 2)Hasil perhitungan manual tanpa penambahan hasil kandungan tepung daun kemangi 1%-3%. P0 = Ransum standar, ayam tidak diinfeksi E. Coli (kontrol positif); P1 = Ransum standar, ayam diinfeksi E. Coli (kontrol negatif); P2 = P1, ransum diberi daun kemangi 1%; P3 = P1, ransum diberi daun kemangi 2%; P4 = P1, ransum diberi daun kemangi 3%; P5 = P1, air minum diberi antibiotik ampicol (1g 2L-1 air)

Perhitungan Escherichia coli dalam Ekskreta

Perhitungan koloni bakteri E. coli dilakukan dengan metode pengenceran (Lay 1994). Langkah awal dilakukan percampuran antara sampel ekskreta sebanyak 1 g dengan aquades sebanyak 5 ml dan dihomogenkan didalam tabung film. Kemudian diambil sebanyak 0.05 ml sampel ekskreta dan dimasukkan ke dalam tabung reaksi satu (pengenceran 1).

Tabel 3 Formula dan kandungan nutrien ransum fase finisher

Bahan pakan

(20)

6

1%; P3 = P1, ransum diberi daun kemangi 2%; P4 = P1, ransum diberi daun kemangi 3%; P5 = P1, air minum diberi antibiotik ampicol (1g 2L-1 air).

Lalu diambil sebanyak 0.05 ml dari tabung pengenceran 1 dan dimasukkan ke dalam tabung pengenceran 2. Hal tersebut dilakukan berulang sampai pada tabung pengenceran ke 5. Kemudian diambil 0.1 ml dari masing-masing tabung dan dibiakkan ke dalam 5 buah cawan petri. Setiap cawan petri diberi media agar eosin metilen blue (EMB), agar bakteri E. coli dapat tumbuh. Kemudian diinkubasikan selama 24 jam pada suhu kamar, setelah itu dilakukan perhitungan koloni bakteri.

Koloni per g = Jumlah koloni x _______1________ Faktor pengenceran

Pengukuran Kadar Amonia Ekskreta

Pengukuran kandungan amonia menggunakan metode Mikrodifusi Conway (Conway 1957). Bibir cawan Conway dan tutup diolesi dengan vaselin. Supernatan yang berasal dari proses fermentasi diambil 1.0 ml, kemudian ditempatkan pada salah satu ujung alur cawan Conway. Larutan Na2CO3 jenuh sebanyak 1 ml ditempatkan pada salah satu ujung cawan bersebelahan dengan supernatan(tidak boleh campur). Larutan asam borat berindikator sebanyak 1 ml ditempatkan dalam cawan kecil yang terletak di tengah cawan Conway. Cawan Conway yang sudah diolesi vaselin ditutup rapat hingga kedap udara, kemudian ketiga larutan tersebut dihomogenkan dengan cara mengoyang-goyangkan dan memiringkan cawan tersebut. Setelah itu dibiarkan selama 24 jam dalam suhu kamar. Setelah 24 jam suhu kamar, dibuka dan di titrasi menggunakan H2SO4 0,0051 N sampai terjadi perubahan warna dari biru menjadi merah. Analisis NH3 dilakukan dengan metode mikrodifusi Conway dan dihitung dengan menggunakan rumus :

mM NH3 = x 100

Keterangan : 1000 = konversi ke satuan mM 10 = faktor pengencer

Pengukuran Kadar Air Ekskreta (Metode Analisis Proksimat)

Cawan porselin kering ditimbang dan dicatat berat awalnya. Sampel ekskreta ayam broiler dimasukkan dalam cawan porselin dan ditimbang. Berat yang diperoleh dinyatakan sebagai berat basah. Kemudian cawan dimasukkan dalam oven 60 ºC hingga mencapai berat berat konstan dan dinyatakan sebagai berat kering. Selisih antara berat basah dan berat kering dibagi berat basah dikali 100% merupakan hasil penghitungan kadar air ekskreta. Untuk menghitung kadar air ekskreta, digunakan rumus :

Kadar air 60 ºC = x 100%

Keterangan : a = berat cawan b = berat sampel

(21)

7 Untuk analisis kadar air 105 ºC menggunakan perhitungan yang sama dengan analisis kadar air 60 ºC. Total kadar air diperoleh dari rumus :

Kadar air total = A +

Keterangan : A = kadar air oven 60 ºC B = kadar air oven 105 ºC

Perhitungan Bobot Organ Dalam

Setelah sampel ekskreta diambil, ayam akan dipotong untuk diukur berat organ pencernaannya. Organ pencernaan yang ditimbang yaitu terdiri dari bobot organ proventrikulus, gizzard, hati, bursa fabrisius, timus yang dibagi dengan bobot potong (%) dan panjang relatif organ usus halus (duodenum, jejenum, ileum), seka yang dibagi dengan bobot potong (cm g-1). Untuk menghitung organ dalam ayam, digunakan rumus :

Bobot organ dalam = x 100%

Keterangan : a = bobot sampel b = bobot potong ayam

Panjang relatif organ =

Keterangan : a = panjang sampel b = bobot potong ayam

Peubah yang Diamati

Peubah yang diamati dalam penelitian ini adalah

1. Organ dalam (hati, pankreas, proventrikulus, gizzard, usus halus (duodenum, jejunum, ileum), dan seka.

2. Kadar amonia ekskreta ayam broiler. 3. Kadar air ekskreta ayam broiler.

Analisis Data Perlakuan pada penelitian ini yaitu :

P0 : Ransum standar, ayam tidak diinfeksi E. coli (kontrol positif) P1 : Ransum standar, ayam diinfeksi E. coli (kontrol negatif) P2 : P1, ransum diberi daun kemangi 1%

P3 : P1, ransum diberi daun kemangi 2% P4 : P1, ransum diberi daun kemangi 3%

P5 : P1, air minum diberi antibiotik ampicol (1g 2 L-1air)

Rancangan percobaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah rancangan acak lengkap (RAL) dengan 6 perlakuan dan 3 ulangan (Steel dan Torrie 1993). Data yang diperoleh dianalisis sidik ragam (ANOVA) dengan software SPSS versi 16.00. Perlakuan yang memberikan pengaruh nyata terhadap peubah yang diamati diuji lanjut menggunakan uji lanjut Duncan. Model matematika yang digunakan dalam penelitian ini adalah

Yij = μ + τi+ εij

Keterangan : Yij : Perlakuan ke-i dan ulangan ke-j

(22)

8

τi : Pengaruh perlakuan ke-i

εij : Eror (galat) perlakuan ke-i dan ulangan ke-j

HASIL DAN PEMBAHASAN

Jumlah Koloni Escherichia coli

Bakteri Escherichia coli merupakan jenis bakteri yang selalu ada dalam saluran pencernaan unggas. Menurut Barness and Gross (1997), E. Coli termasuk dalam jenis bakteri g negatif yang tidak tahan asam, tidak membentuk spora dan memiliki ukuran sekitar 2x0.6 µm - 3x0.6 µm. Pada penelitian ini dilakukan dua kali pengambilan sampel eskreta yaitu pada saat umur ke-14 (sebelum diinfeksi E. Coli) dan pada hari ke-34 (setelah diinfeksi E. Coli). Analisis data jumlah koloni dianalisa secara deskriptif.

Hasil pengambilan ekskreta sebelum diinfeksi menunjukkan jumlah koloni tertinggi terdapat pada perlakuan ransum standar (P0) sebesar 6.0x107 dan jumlah koloni terendah terdapat pada perlakuan pemberian taraf kemangi 2% (P3) sebesar 2.0x105. Hal ini mengindikasikan sebelum diinfeksi E. Coli, jumlah koloni bakteri E. Coli sudah tinggi didalam masing-masing saluran pencernaan ternak. Hasil pengamatan bakteri setelah diinfeksi menunjukkan jumlah koloni tertinggi terdapat pada perlakuan P5 (penambahan antibiotik) sebesar 1.7x107 dan jumlah koloni terendah terdapat pada perlakuan P4 (pemberian kemangi 3%) sebesar 1.6x106. Peningkatan jumlah koloni bakteri E. Coli setelah diinfeksi membuat pemberian tepung kemangi tidak efektif dalam menekan jumlah populasi koloni bakteri E. Coli bahkan hingga pemberian taraf taraf 3%. Hal ini diduga dosis tepung daun kemangi yang diberikan bertujuan hanya untuk pencegahan bukan untuk pengobatan sehingga kurang efektif dalam menurunkan jumlah E. Coli pada ternak yang telah diinfeksi.

Tabel 4 Pengaruh pemberian tepung daun kemangi terhadap jumlah koloni bakteri Escherichia coli pada ekskreta ayam broiler (CFU g-1)

Perlakuan Sebelum Diinfeksi Setelah Diinfeksi

P0 6.0x107 2.0x106

P1 9.4x106 5.1x106

P2 4.1x107 7.3x106

P3 2.0x105 7.5x106

P4 2.3x105 1.6x106

P5 2.3x107 1.7x107

Hasil Analisa Laboratorium Mikrobiologi Pangan, Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor (2013). P0 = Ransum standar, ayam tidak diinfeksi E. Coli (kontrol positif); P1 = Ransum standar, ayam diinfeksi E. Coli (kontrol negatif); P2 = P1, ransum diberi daun kemangi 1%; P3 = P1, ransum diberi daun kemangi 2%; P4 = P1, ransum diberi daun kemangi 3%; P5 = P1, air minum diberi antibiotik ampicol (1g 2L-1 air).

(23)

9 semakin besar taraf yang diberikan, semakin efisien dalam menekan jumlah koloni E. Coli. Hasil pengamatan kedua perlakuan tersebut dapat dilihat pada Tabel 4. Menurut Frazier and Westhoff (1998) menyatakan terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi kemampuan suatu zat dalam menghambat pertumbuhan mikroba antara lain kosentrasi zat, jenis zat, jumlah zat, suhu, waktu, sifat kimia dan sifat fisik.

Organ Dalam

Rataan bobot organ dan rataan panjang relatif organ dalam ayam broiler umur 34 hari disajikan dalam Tabel 5. Peubah organ dalam yang diamati dalam penelitian ini diantaranya hati, pankreas, proventikulus, gizzard, usus halus (duodenum, jejunum, ileum) dan seka.

Hati merupakan organ yang terletak diantara gizzard dan empedu, memiliki warna kemerahan, serta memiliki dua lobus yaitu lobus dexter dan lobus sinister (North 1987). Berdasarkan Tabel 6 dapat dilihat presentase bobot hati penelitian ini berkisar antara 2.09% - 2.61%. Hasil analisis statistik menunjukan bahwa perlakuan tidak memberikan pengaruh (P>0.05) terhadap bobot hati. Menurut Putnam (1991) rataan berat hati ayam broiler berkisar antara 1.7% - 2.8% bobot badan. Hasil yang diperoleh masih dalam keadaan normal dan menunjukkan pemberian tepung kemangi dengan taraf hingga 3% tidak berpengaruh terhadap bobot hati. Hati memiliki berbagai jenis sel pemangsa seperti fagosit yang bertugas untuk mengahancurkan benda asing dalam tubuh seperti racun dan bakteri. Selain itu, kandungan minyak atsiri dapat mencegah keracunan dengan melindungi limfosit sehingga lebih tahan terhadap senyawa perusak/racun (Deyusma 2004). Menurut Nabib (1987), respon hati terhadap rangsangan dari luar dapat menyebabkan perubahan ukuran hati. Hati yang memiliki ukuran lebih kecil daripada ukuran normal diindikasikan mengalami keracunan akibat makanan yang telah dikonsumsi.

Tabel 5 Pengaruh pemberian tepung daun kemangi terhadap bobot potong dan organ dalam ayam broiler

Peubah Perlakuan Proventikulus Bobot (%) 0.75±

(24)

10 *

Angka-angka pada baris yang sama yang diikuti oleh huruf kecil yang berbeda menunjukkan berbeda nyata pada taraf uji 5% (uji selang berganda Duncan). P0 = Ransum standar, ayam tidak diinfeksi E. Coli (kontrol positif); P1 = Ransum standar, ayam diinfeksi E. Coli (kontrol negatif); P2 = P1, ransum diberi daun kemangi 1%; P3 = P1, ransum diberi daun kemangi 2%; P4 = P1, ransum diberi daun kemangi 3%; P5 = P1, air minum diberi antibiotik ampicol (1g 2L-1 air)

Pankreas merupakan organ yang dapat menghasilkan enzim diantaranya enzim amilase, enzim tripsin, enzim lipase, enzim trypsin, enzim chymotrypsin dan enzim dipeptidase (Prawirokusumo 1994). Rataan bobot pankreas pada penelitian ini berkisar antara 0.28% - 0.39%. Hasil ini masih dalam kisaran normal menurut Gabrielia (2012) yaitu sekitar 0.28% - 0.32%. Analisis statistik menunjukan bahwa perlakuan tidak memberikan pengaruh (P>0.05) terhadap bobot pankreas. Hal ini menunjukan pemberian tepung daun kemangi tidak mengganggu fungsi organ pankreas. Kandungan minyak atsiri dalam kemangi dapat menstimulasi syaraf vagus dan syaraf simpatis pada sel-sel sekretori pankreas yang berfungsi untuk meningkatkan konsentrasi enzim dalam cairan pankreas (Piliang 2006).

Selain itu, populasi E.Coli dalam tubuh dapat ditekan dengan adanya kandungan minyak atsiri yang terdapat di dalam daun kemangi. Hal ini sesuai dengan pernyataan Ulfah (2002) bahwa kandungan atsiri dalam daun salam mampu mempengaruhi populasi mikroba seperti bakteri. Aktivitas enzim yang meningkat sangat bermanfaat dalam meningkatkan kecernaan bahan pakan diantaranya dalam mencerna karbohidrat, protein dan lemak. Selain itu, peningkatan sekresi enzim-enzim yang dihasilkan dapat meningkatkan bobot pankreas (Pearce 2005). Enzim yang dihasilkan pankreas memiliki peranan penting dalam mencerna pakan yang dikonsumsi oleh ternak. Apabila enzim tersebut tidak dapat membantu dalam penyerapan makanan, maka pakan yang diberikan tidak akan berguna bagi tubuh.

Proventrikulus merupakan organ tempat terjadinya pencernaan enzimatis yang memiliki ciri berukuran lebih kecil dan jauh lebih tebal dibandingkan dengan esophagus (Amrullah 2004). Dalam proventrikulus terdapat berbagai macam enzim diantaranya enzim amilase, enzim lipase dan enzim pepsin. Rataan bobot proventikulus pada penelitian ini berkisar antara 0.58% - 0.89%. Hasil yang diperoleh lebih besar dibandingkan penelitian Gabrielia (2012) yaitu sekitar 0.43% - 0.59%. Analisis statistik menunjukan bahwa perlakuan tidak memberikan pengaruh (P>0.05) terhadap bobot proventikulus. Pemberian tepung daun kemangi diindikasikan masih dalam batas aman sehingga tidak menimbulkan kelainan pada bobot proventikulus.

(25)

11 kandungan serat kasar dalam pakan dan jumlah pemberian kepada ternak (Akoso 1998).

Usus halus merupakan organ penting pencernaan yang terdiri dari tiga bagian yaitu duodenum, jejunum dan ileum. Rataan panjang relatif duodenum berkisar antara 0.023 cm g-1 - 0.073 cm g-1. Hasil yang diperoleh masih dalam kisaran normal jika dibandingkan penelitian Gabrielia (2012) yaitu sekitar 0.017 cm g-1 - 0.018 cm g-1. Rataan panjang relatif jejunum 0.064 cm g-1 - 0.095 cm g-1. Hasil yang diperoleh masih dalam kisaran normal yaitu sekitar 0.046 cm g-1 - 0.051 cm g-1 (Gabrielia, 2012). Rataan panjang relatif ileum 0.066 cm g-1 - 0.101 cm g-1. Hasil yang diperoleh tidak jauh berbeda jika dibandingkan dengan penelitian Gabrielia (2012) yaitu sekitar 0.046 cm g-1 - 0.051 cm g-1.

Hasil analisis statistik menunjukan bahwa perlakuan berpengaruh (P<0.05) terhadap panjang relatif jejunum dan panjang relatif ileum. Dari keempat organ ini menunjukan perlakuan dengan penambahan daun kemangi memiliki hasil lebih besar dibanding perlakuan lain baik terhadap perlakuan kontrol maupun terhadap perlakuan dengan penambahan antibiotik. Dari ketiga taraf kemangi yang diberikan, diketahui taraf 1% (P2) menghasilkan hasil paling besar dibandingkan dengan taraf 2% (P3) ataupun taraf 3% (P4). Hal ini diduga kandungan senyawa minyak atsiri pada taraf 1% sudah efektif berperan sebagai antibakteri dan mampu menekan poulasi bakteri E.Coli baik di dalam duodenum, jejenum dan ileum.

Seka merupakan organ yang berperan dalam penyerapan air, pencernaan karbohidrat dan protein dengan memanfaatkan bakteri yang terdapat di dalam sekum. Rataan panjang seka pada penelitian ini antara 0.014 cm g-1 - 0.020 cm g-1. Analisis statistik menunjukan bahwa perlakuan memberikan pengaruh (P<0.05) terhadap panjang seka. Perlakuan P0 (kontrol positif) memiliki hasil panjang seka paling baik dibanding dengan perlakuan lain baik terhadap perlakuan dengan penambahan tepung daun kemangi dengan berbagai taraf P1, P2 dan P3 ataupun terhadap penambahan antibiotik (P5). Hal ini diduga akibat perlakuan kontrol positif yang tidak diinfeksi E.Coli sehingga jumlah koloni E.Coli dalam seka masih dalam batas aman dan tidak mengganggu metabolisme seka.

Kadar Amonia Ekskreta

(26)

12

jumlah koloni bakteri E. Coli terus meningkat. Peningkatan jumlah koloni bakteri mempengaruhi kadar amonia ekskreta dimana dengan semakin meningkatnya jumlah koloni bakteri E. Coli, maka kadar amonia ekskreta juga semakin meningkat. Bakteri E. Coli merupakan salah satu bakteri ureolitik yaitu bakteri yang dapat menghasilkan enzim urease pemecah asam urat menjadi amonia (Yeo dan Kim 1997). Hasil pengamatan kadar amonia (NH3) ayam broiler untuk masing-masing perlakuan diperlihatkan pada Gambar 1.

Gambar 1 Kadar amonia ekskreta ayam broiler sebelum diinfeksi E. Coli dan setelah diinfeksi E. Coli

(27)

13

Kadar Air Ekskreta

Hasil pengamatan kadar air ekskreta ayam broiler untuk masing-masing perlakuan tercantum pada Tabel 6. Kadar air dalam eskreta merupakan salah faktor yang mempengaruhi kandungan amonia. Perhitungan kadar air ekskreta dilakukan dengan dua waktu yaitu sebelum diinfeksi E. Coli dan setelah diinfeksi E. Coli. Rataan kadar air ekskreta sebelum diinfeksi sekitar 71.88% - 77.93% dan rataan kadar air ekskreta setelah infeksi sekitar 75.77% - 81.16%. Kadar air ekskreta normal menurut North and Bell (1990) berkisar antara 75% - 80%. Nilai rataan kadar air ekskreta yang diperoleh setelah diinfeksi lebih tinggi dibandingkan nilai kadar air ekskreta sebelum diinfeksi. Hal ini sebanding dengan hasil kadar amonia ekskreta dimana kadar amonia ekskreta setelah diinfeksi lebih tinggi dibandingkan kadar amonia ekskreta sebelum diinfeksi. Peningkatan kadar air ekskreta akan diikuti dengan peningkatan kadar amonia ekskreta.

Tabel 6 Pengaruh pemberian tepung daun kemangi terhadap kadar air ekskreta ayam broiler (%)

Angka-angka pada kolom yang sama yang diikuti oleh huruf kecil yang berbeda menunjukkan berbeda nyata pada taraf uji 5% (uji selang berganda Duncan). P0 = Ransum standar, ayam tidak diinfeksi E. Coli (kontrol positif); P1 = Ransum standar, ayam diinfeksi E. Coli (kontrol negatif); P2 = P1, ransum diberi daun kemangi 1%; P3 = P1, ransum diberi daun kemangi 2%; P4 = P1, ransum diberi daun kemangi 3%; P5 = P1, air minum diberi antibiotik ampicol (1g 2L-1 air)

Kadar air dalam eskreta merupakan salah faktor yang mempengaruhi kandungan amonia. Perhitungan kadar air ekskreta dilakukan dengan dua waktu yaitu sebelum diinfeksi E. Coli dan setelah diinfeksi E. Coli. Rataan kadar air ekskreta sebelum diinfeksi sekitar 76.66% - 83.93% dan rataan kadar air ekskreta setelah infeksi sekitar 81.22% - 87.32%. Nilai rataan kadar air ekskreta yang diperoleh setelah diinfeksi lebih tinggi dibandingkan nilai kadar air ekskreta sebelum diinfeksi. Hal ini sebanding dengan hasil kadar amonia ekskreta dimana kadar amonia ekskreta setelah diinfeksi lebih tinggi dibandingkan kadar amonia ekskreta sebelum diinfeksi.

(28)

14

diduga menjadi penyebab perlakuan yang diberi tepung daun kemangi memiliki kadar air lebih tinggi dibanding perlakuan lain. Menurut Technical Bulletin USA (2004), feses akan menjadi basah apabila terjadi peningkatan konsumsi air dan kandungan mineral dan kandungan air dalam ransum lebih tinggi dibandingkan kebutuhan nutrisi yang diperlukan. Selain itu, peningkatan konsumsi air minum juga diakibatkan semakin tingginya level protein yang dikonsumsi ternak (Lesson and Summers 2000).

Hubungan Pengaruh Bobot Potong dengan Bobot Organ Limfoid Rataan bobot potong dan bobot organ fabrisius ayam broiler umur 34 hari disajikan dalam Tabel 7.

Tabel 7 Bobot Potong dan Bobot Organ Limfoid

Peubah Perlakuan

Angka-angka pada kolom yang sama yang diikuti oleh huruf kecil yang berbeda menunjukkan berbeda nyata pada taraf uji 5% (uji selang berganda Duncan).. P0 = Ransum standar, ayam tidak diinfeksi E. Coli (kontrol positif); P1 = Ransum standar, ayam diinfeksi E. Coli (kontrol negatif); P2 = P1, ransum diberi daun kemangi 1%; P3 = P1, ransum diberi daun kemangi 2%; P4 = P1, ransum diberi daun kemangi 3%; P5 = P1, air minum diberi antibiotik ampicol (1g 2L-1 air)

Bobot potong penelitian ini berkisar antara 771 g ekor-1 - 901 g ekor-1. Hasil analisis statistik menunjukan bahwa perlakuan tidak memberikan pengaruh (P>0.05) terhadap bobot potong. Perlakuan P0 (kontrol positif) menghasilkan bobot potong paling tinggi dibandingkan perlakuan lain. Hal ini diduga saluran pencernaan pada perlakuan P0 memiliki fungsi lebih baik karena pada perlakuan ini ternak yang digunakan tidak diinfeksi bakteri E. Coli. Penambahan kemangi hingga taraf 3% (P4) menunjukan hasil lebih baik dibandingkan dengan perlakuan P5 (penambahan antibiotik). Hal ini mengindikasikan bahwa penambahan kemangi dalam ransum dapat meningkatkan bobot potong ternak. Selain itu terdapat beberapa faktor lain yang mempengaruhi bobot potong ternak diantaranya jenis kelamin, genetik, suhu, protein ransum sanitasi kandang dan manajemen perkandangan (Anggorodi 1985).

(29)

15 limfoid. Menurut Sutarno dan Atmowidjojo (2001) menyatakan bahwa kemangi memiliki fungi multi efek farmakologis diantaranya meningkatkan nafsu makan, melacarkan peredaran darah, dan melindungi saluran pencernaan.

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Pemberian tepung daun kemangi dengan berbagai taraf masih aman bagi kondisi organ dalam. Pemberian kemangi dengan taraf 2% efektif dalam menurunkan kadar ammonia ekskreta.

Saran

Perlu adanya penelitian lebih lanjut mengenai taraf lebih tinggi dalam pemberian tepung daun kemangi sebagai pengobatan ayam yang telah terinfeksi E. Coli sebagai alternatif pengganti antibiotik.

DAFTAR PUSTAKA

Ahmet A, Medine G, Cel II, Meryem P, Hatice , Fikrettin P, Usa K. 2005. Antimicrobial effects of Ocimum basilicum (Lamiatae) extract. Turk Biol J. 29:155-160.

Akoso BT. 1998. Kesehatan Unggas. Yogyakarta (ID) : Kanisius.

Amrullah IK. 2004. Nutrisi Ayam Broiler. Edisi Ke-3. Bogor (ID) : Lembaga Satu Gunungbudi.

Anggorodi H. 1985. Ilmu Makanan ternak Unggas. Jakarta (ID) : Gramedia Pustaka Utama.

Banowati A. 2006. Presentase karkas, potongan komersial serta kandungan kolesterol karkas ayam broiler yang diberi tepung daun salam (Szygium polyanthum Wight) dalam ransum [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Barnes HJ, Gross WB. 1997. Colibacillosis. In Disease of Poultry. 10th Ed. Calnek BW, Barnes HJ, Beard CW, Dougald MLRM, Saif YM, editor. Ames (US) : Iowa State Univ Pr. hal : 131-139.

Conway EJ. 1957. Microdiffusion of Analysis Official Analitycal Chemist. Georgia (US): Georgia Pr.

Cos P, Ying L, Calomme M, Hu JP, Cimanga K, Poel BV, Pieters L, Vlietinck AJ, Berghe DV. 1998. Structure-Activity relationship and classification of flavonoids as inhibitors of xanthin oxidase and superoxide scavengers. J

Nat Prod. 61:71-76.

(30)

16

Ensminger ME. 1992. Poultry Science (Animal Agricultural Series). 3rd Ed. Danville (US): Interstate.

Frazier WC, Westhoff DC. 1998. Food Microbiology. 4th Ed. Singapore (SG): McGraw Hill Book.

Gabrielia N. 2012. Profil organ dalam ayam broiler yang diberi ransum berbasis karbohidrat atau lemak sebagai sumber energi disuplementasi vitamin E dan C melalui air minum [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Indarsih B. 2001. Ammonia dan kesehatan ayam. Poultry Indonesia. 11: 47-48. Kitai K, Arakawa. 1979. Effect of antibiotics and caprylohydroxamic acid on

ammonia gas from chicken excreta. Br Poult Sci. 20:50-60.

Lay BW. 1994. Analisis Mikroba di Laboratorium. Jakarta (ID): Raja Grafindo Persada.

Lesson S, Summers JD. 2000. Broiler Breeder Production. Ontario (CN): University Books.

Lesson S, Summers JD. 2005. Commercial Poultry Nutrition. 3rd Ed. Guelph (CN): University of Guelph.

Muller ZO. 1980. Feed From Animal Waste. State of Knowledge FAO, Animal Production and Health Paper Food and Agriculture Organization of United Nation Rome. Rome (IT): FAO.

Nabib R. 1987. Patologi Khusus Veteriner. Edisi ke-3. Bogor (ID) : Institut Pertanian Bogor.

Nazaruddin. 1998. Budidaya dan Pengaturan Panen Sayuran Dataran Rendah. Jakarta (ID) : Penebar Swadaya.

North, Bell. 1990. Commercial Chicken Production Manual. New York (US): Prentice Hall.

North MD. 1987. Commersial Chicken Production. Connecticut (US): Avi.

Pearce EC. 2005. Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis. Jakarta (ID): Gramedia Pustaka Utama.

Piliang WG. 2006. Kunci Sukses Beternak Ayam Broiler di Daerah Tropis. Jakarta (ID): Agromedia.

Prawirokusumo S. 1994. Ilmu Gizi Comparatif. Yogyakarta (ID): BPFE-Yogyakarta.

Putnam PW. 1991. Handbook of Animal Science. San Diego (US): Academy Press.

Sari SA. 2012. Pengaruh pemberian biji ketumbar (coriandrum sativum L) terhadap organ dalam ayam broiler [skripsi]. Fakultas Peternakan. Bogor (ID) : Institut Pertanian Bogor.

Steel RGD, Torrie JH. 1993. Prinsip dan Prosedur Statistika, Suatu Pendekatan Biometrik. Sumantri B, penerjemah. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Subronto. 1985. Ilmu Penyakit Ternak I. Yogyakarta (ID): Gadjah Mada Univ Pr. Sutarno H, Atmowidjojo S. 2001. Tantangan Pengembangan Fakta dan Jenis

Tanaman Rempah. Bogor (ID): Yayasan Prosea Bogor.

Technical Bulletin USA. 2004. Kualitas air pada ayam [Internet]. [diunduh 2013 April 13]. Tersedia pada: Telci I, Bayram E, Yilmaz G, Avci B. 2006. Variability in essential oil

(31)

17 Ulfah M. 2002. Alternatif pengganti antibiotika [Internet]. [diunduh 2013 Mei

14]. Tersedia pada: http: // www. kompas. com/ kompas- cetak/0208/26/iptek/alte46.htm/.

Yeo J, Kim-KI. 1997. Effect of feeding diets containing an antibiotic, a probiotic, or yucca extract on growth and intestinal urease activity in broiler chicks.

(32)

18

Lampiran 1 ANOVA Organ Dalam Hati Sumber

Lampiran 2 ANOVA Organ Dalam Pankreas Sumber

Lampiran 3 ANOVA Organ Pencernaan Proventikulus Sumber

Lampiran 4 ANOVA Organ Pencernaan Gizzard Sumber

Lampiran 5 ANOVA Organ Pencernaan Panjang Duodenum Sumber

(33)

19

Total .002 17

Lampiran 7 Uji Lanjut Duncan Organ Pencernaan Panjang Jejenum

Perlakuan

Lampiran 8 ANOVA Organ Pencernaan Panjang Ileum Sumber

Lampiran 9 Uji Lanjut Duncan Organ Pencernaan Panjang Ileum

Perlakuan

(34)

20

Lampiran 11 Uji Lanjut Duncan Organ Pencernaan Panjang Seka

Perlakuan

Lampiran 12 ANOVA Kadar Air Ekskreta Sebelum Infeksi Sumber

Lampiran 13 Uji Lanjut Duncan Kadar Air Ekskreta Sebelum Infeksi

Perlakuan

(35)

21

Lampiran 15 Uji Lanjut Duncan Kadar Air Ekskreta setelah Infeksi

Perlakuan

N Subset for alpha = .05

1 2 3

2.00 3 75.7700

3.00 3 77.2733 77.2733

4.00 3 77.6467 77.6467

1.00 3 79.8533 79.8533

5.00 3 80.1433 80.1433

6.00 3 81.1567

(36)

22

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Jakarta pada tanggal 9 Desember 1990 dan diberi nama Lisa Rahmawati. Penulis merupakan anak keempat dari bapak Ngatimin dan Purwati. Penulis menyelesaikan sekolah dasar di SDN 07 Jakarta pada tahun 1997-2003 dan dilanjutkan tingkat pendidikannya ke sekolah menengah pertama di SMPN 196 Jakarta pada tahun 2003-2006. Kemudian penulis melanjutakan ke jenjang sekolah menengah atas di SMA Negeri 58 Jakarta pada tahun

2006-2009 dan pada bulan Juni tahun 2006-2009 diterima di Institut Pertanian Bogor departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan Fakultas Peternakan.

Selama menjadi mahasiswa, penulis aktif dalam kepanitiaan berbagai acara kampus diantaranya sebagai staf logistik dan transportasi pada International Scholarship Education Expo (2010), sebagai staf konsumsi pada Fapet In Action (2011), sebagai staf dekorasi dan dokumentasi kegiatan Bina Desa (2011), sebagai sekertaris pada Fapet Golden Week (2011) dan pada organisasi BEM FAPET tahun 2010-2011 sebagai anggota Departemen Sosial, Lingkungan dan Masyarakat.

Penulis juga aktif dalam kegiatan magang, baik yang diadakan di dalam kampus dan di luar kampu. Kegiatan magang di dalam kampus dilakukan di Laboratorium Mirobiologi Fakultas Petrnakan pada tahun 2012. Kegiatan magang diluar kampus dilaksanakan penulis di feedmil PT. Sierad Produce Balaraja pada tahun 2012. Penulis merupakan penerima beasiswa bantuan belajar mahasiswa (BBM) tahun 2011-2013.

UCAPAN TERIMA KASIH

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala berkat dan rahmat-Nya, penulis dapat menyelesaikan penelitian dan menyusun skripsi ini dengan baik. Terima kasih penulis ucapkan kepada Ibu Dr Ir Rita Mutia, M Agr dan Ibu Ir Widya Hermana, M Si selaku pembimbing skripsi yang telah banyak meluangkan waktu dan memberi masukan serta arahan-arahan yang bermanfaat dari mulai penelitian hingga penyelesaian skripsi ini. Kepada Ibu Lanjarsih, Ibu Dian, dan Ibu Eneh Komalasari yang telah membantu selama analisa di laboratorium. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Ibu Ir Dwi Margi Suci, MS selaku dosen pembahas dan Ibu Ir Widya Hermana, M Si selaku panitia seminar pada tanggal 28 Maret 2013 dan kepada bapak Dr Ir Muhammad Ridla, M Agr dan bapak Bramada Winiar Putra, SPt M Si selaku dosen penguji sidang pada tanggal 26 Juli 2012.

(37)

Gambar

Tabel 2 Formula dan kandungan nutrien ransum fase starter
Tabel 3 Formula dan kandungan nutrien ransum fase finisher
Tabel 5 Pengaruh pemberian tepung daun kemangi terhadap bobot potong dan organ dalam ayam broiler
Gambar 1  kontrol yang telah diinfeksi minyak atsiri dapat menurunkan populasi bakteri patogen termasuk bakteri pembentuk amonia yaitu bakteri ureolitik (Ahmetkadar amonia pada hari ke-34 dibandingkan dengan perlakuan lain
+2

Referensi

Dokumen terkait

  Keywords: Escherichia coli, Antimikroba, Dekok daun Pegagan. 

S., &amp; Rahayu, T., 2007, Uji Aktivitas Antibakteri Minyak Atsiri Daun Kemangi (Ocimum Basilicum L.) Terhadap Staphylococcus aureus dan Escherichia coli, Jurnal Penelitian

Skripsi dengan judul Produksi Ammonia dan Hidrogen Sulfida Ekskreta Ayam Broiler yang diberi Tepung Kemangi (Ocimum Basilicum) dalam Pakan ini disusun sebagai salah satu syarat

Penelitian ini bertujuan untuk menguji aktivitas antibakteri isolat kapang endofit dari daun tanaman paku daun kepala tupai terhadap Escherichia coli ATCC 25922,

Bakteri gram negatif memiliki konsentrasi lipid yang tinggi di dalam dinding selnya, dan zat lipid ini akan larut dalam senyawa alkohol sehingga dengan adanya minyak atsiri daun

Kesimpulan: Efektivitas minyak atsiri daun kemangi sampai dengan konsentrasi 0,5% v/v sebagai antiseptik untuk higiene tangan tidak memiliki aktivitas antibakteri

daun kemangi tidak menunjukan pengaruh yang nyata (P&gt;0,05) terhadap konsumsi pakan, sehingga dapat dikatakan bahwa penambahan tepung daun kemangi memberikan

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui aktivitas antibakteri dari ekstrak etanol jahe dan kemangi terhadap bakteri Escherichia coli, Staphylococcus aureus,