• Tidak ada hasil yang ditemukan

Respon Imunitas Ayam Broiler dan Total Koloni Escherichia coli Terhadap Penambahan Tepung Daun Kemangi (Ocimum basilicum) Dalam Ransum

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Respon Imunitas Ayam Broiler dan Total Koloni Escherichia coli Terhadap Penambahan Tepung Daun Kemangi (Ocimum basilicum) Dalam Ransum"

Copied!
37
0
0

Teks penuh

(1)

RESPON IMUNITAS AYAM BROILER DAN TOTAL KOLONI

Escherichia coli

TERHADAP PENAMBAHAN TEPUNG DAUN

KEMANGI (

Ocimum basilicum

) DALAM RANSUM

IKMA WIDYA NINGSIH

DEPARTEMEN ILMU NUTRISI DAN TEKNOLOGI PAKAN FAKULTAS PETERNAKAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Respon Imunitas Ayam Broiler dan Total Koloni Escherichia coli Terhadap Penambahan Tepung Daun Kemangi (Ocimum basilicum) Dalam Ransum adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Juli 2013

(4)

ABSTRAK

IKMA WIDYA NINGSIH. Respon Imunitas Ayam Broiler dan Total Koloni Escherichia coli Terhadap Penambahan Tepung Daun Kemangi (Ocimum basilicum) Dalam Ransum. Dibimbing oleh RITA MUTIA dan IBNU KATSIR AMRULLAH.

Ocimum basilicum dapat dijadikan sebagai senyawa antibakteri E. coli penyebab kolibasilosis. Tujuan penelitian ini adalah menguji pengaruh penambahan tepung daun kemangi sebagai antibakteri E. coli dalam ransum terhadap sistem imun dan total koloni bakteri E.coli dalam eksreta ayam broiler. Penelitian ini menggunakan rancangan acak lengkap dengan 6 perlakuan dan tiga ulangan dimana 1 petaknya terdiri dari 10 ekor ayam. Pakan perlakuannya yaitu R0 : ransum kontrol positif, R1 : R0 + infeksi E. coli (kontrol negatif), R2 : R1 + 1% Ocimum basilicum, R3 : R1 + 2% Ocimum basilicum, R4 : R1 + 3% Ocimum basilicum, dan R5 : R1 + antibiotik. Parameter yang diamati yaitu jumlah koloni bakteri E. coli dalam eksreta ayam broiler, jumlah leukosit total, persentase differensiasi leukosit, dan persentase bobot organ limfoid. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penambahan tepung daun kemangi efektif menurunkan jumlah koloni bakteri E. coli pada eksreta ayam broiler dan efektif meningkatkan sistem pertahanan tubuh ayam broiler.

.

Kata kunci: antibakteri, leukosit, organ limfoid, Ocimum basilicum, sistem imun

ABSTRACT

IKMA WIDYA NINGSIH. Broiler’s Immunity Response and Total Colony of Escherichia coli to Ocimum basilicum Supplementation in the Diets. Supervised by RITA MUTIA and IBNU KATSIR AMRULLAH.

.

Ocimum basilicum can be used as an antibacterial compound of colibacillosis (Escherichia coli). This study aims to study the response of Ocimum basilicum supplementation as antibacterial E.coli in the diets to the broiler immune system and total colony of bacterial E. coli in broiler excreta. The experiment used completely randomized design with six treatments and three replications where each plot consisted of 10 broilers. The treatment of diets were R0: control diets, R1: R0 + E. coli infected (control negative), R2: R1 + 1% Ocimum basilicum, R3 : R1 + 2% Ocimum basilicum, R4 : R1 + 3% Ocimum basilicum, and R5 : R1 + antibiotic. The variables observed were total colony of bacterial E. coli in broiler excreta, total number of leukocytes, percentage of differential leukocyte, and percentage of lymphoid organs. The results indicate that the supplementation of Ocimum basilicum reduced total colony of bacterial E. coli in broiler excreta and the supplementation of Ocimum basilicum increased immune system of broiler.

(5)

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Peternakan

pada

Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan

RESPON IMUNITAS AYAM BROILER DAN TOTAL KOLONI

Escherichia coli

TERHADAP PENAMBAHAN TEPUNG DAUN

KEMANGI (

Ocimum basilicum

) DALAM RANSUM

IKMA WIDYA NINGSIH

DEPARTEMEN ILMU NUTRISI DAN TEKNOLOGI PAKAN FAKULTAS PETERNAKAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(6)
(7)
(8)

Judul Skripsi : Respon Imunitas Ayam Broiler dan Total Koloni Escherichia coli Terhadap Penambahan Tepung Daun Kemangi (Ocimum basilicum) Dalam Ransum

Nama : Ikma Widya Ningsih NIM : D24090022

Disetujui oleh

Dr Ir Rita Mutia, MAgr Pembimbing I

Dr Ir Ibnu Katsir Amrullah, MS Pembimbing II

Diketahui oleh

Dr Ir Idat Galih Permana, MScAgr Ketua Departemen

(9)
(10)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas segala karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi

yang berjudul “Respon Imunitas Ayam Broiler dan Total Koloni Escherichia coli

Terhadap Penambahan Tepung Daun Kemangi (Ocimum basilicum) Dalam Ransum”. Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh pemberian tepung daun kemangi sebagai antibakteri E. coli sebanyak 1%, 2%, dan 3% dalam ransum terhadap sistem imun ayam broiler dan total koloni bakteri E. coli dalam ekskreta.

Penelitian ini dilaksanakan dari bulan November 2012 hingga Januari 2013, lokasi pemeliharaan ayam broiler di Laboratorium Lapang Ilmu Nutrisi Ternak Unggas (FAPET IPB), pengukuran organ limfoid di Laboratorium Ilmu Nutrisi Ternak Unggas (FAPET IPB), analisa parameter darah di Laboratorium Fisiologi dan Farmakologi (FKH IPB), dan analisa total bakteri E. coli di Laboratorium Mikrobiologi Pangan (FATETA IPB).

Skripsi ini memuat informasi tentang kandungan nutrisi tepung daun kemangi dan pengaruh penambahan tepung daun kemangi dalam ransum terhadap sistem imun ayam broiler dan total koloni bakteri E. coli dalam eksreta. Penulis menyadari penelitian ini masih banyak kekurangannya, kritik dan saran diperlukan demi kesempurnaan skripsi ini. Akhir kata semoga skripsi ini dapat bermanfaat baik untuk kalangan mahasiswa, peneliti, maupun masyarakat pada umumnya.

Bogor, Juli 2013

(11)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL viii

DAFTAR LAMPIRAN viii

PENDAHULUAN 1

METODE 2

Bahan 2

Alat 3

Lokasi dan Waktu Penelitian 3

Prosedur Penelitian 3

Analisis Data 7

HASIL DAN PEMBAHASAN 8

Jumlah Koloni Bakteri E. coli dalam Ekskreta Ayam Broiler 8 Pengaruh Perlakuan terhadap Lekosit Total Ayam Broiler 10 Pengaruh Perlakuan terhadap Persentase Diferensiasi Leukosit dalam Darah

Ayam Broiler 12

Pengaruh Perlakuan terhadap Bobot Organ Limfoid pada Ayam Broiler 14 Hubungan Performa Terhadap Sistem Imun Ayam Broiler 16

SIMPULAN DAN SARAN 17

Simpulan 17

Saran 17

DAFTAR PUSTAKA 17

LAMPIRAN 19

RIWAYAT HIDUP 22

(12)

DAFTAR TABEL

1 Kandungan nutrien tepung daun kemangi 3

2 Formulasi ransum fase starter (0-21 hari) ayam broiler 4 3 Formulasi ransum fase finisher (22-35 hari) ayam broiler 5 4 Rata-rata total koloni bakteri E. coli dalam ekskreta ayam broiler 9 5 Rataan leukosit total dalam darah ayam broiler 10 6 Rataan persentase heterofil, limfosit, monosit, eosinofil, dan basofil 12 7 Rataan bobot organ timus, limpa, dan bursa fabrisius 14

8 Performa ayam broiler umur 8-34 hari 16

DAFTAR LAMPIRAN

1 ANOVA leukosit total ayam broiler umur 35 hari 19

2 Uji lanjut kontras ortogonal leukosit total ayam broiler umur 35 hari 19

3 ANOVA persentase heterofil hari ke-35 19

4 ANOVA persentase limfosit 19

5 Uji lanjut kontras ortogonal persentase limfosit 20

6 ANOVA persentase monosit 20

7 ANOVA persentase eosinofil 20

8 ANOVA bobot timus 20

9 Uji lanjut kontras ortogonal bobot timus 20

10 ANOVA bobot limpa 21

11 ANOVA bobot bursa fabrisius 21

(13)
(14)
(15)
(16)

1

PENDAHULUAN

Keuntungan usaha dalam budidaya ayam broiler ditentukan oleh keberhasilan dalam pemberian pakan (feeding), bibit (breeding) dan pencegahan penyakit (management). Sepanjang tahun 2011 sampai saat ini kasus-kasus penyakit yang sering timbul dalam budidaya ayam broiler disebabkan oleh gangguan saluran pencernaan salah satunya yaitu penyakit diare atau kolibasilosis (Medion 2011). Kolibasilosis merupakan penyakit pada unggas yang disebabkan oleh bakteri E. coli yang bersifat patogen dan dapat menyerang unggas dari semua kelompok umur. Bakteri E. coli pada keadaan normal sudah berada di dalam saluran pencernaan, apabila bakteri ini tinggi konsentrasinya dalam eksreta yaitu sebesar 106 g eksreta-1 maka ayam broiler akan sakit.

Penyakit kolibasilosis apabila menjangkit ayam broiler akan menyebabkan terganggunya produktivitas, menurunnya sistem imun, serta konversi pakan yang tidak optimal (Tabbu 2000). Kolibasilosis sering timbul di peternakan karena sanitasi yang suboptimal, sumber air minum yang tercemar oleh E. coli, dan peralatan kandang yang kurang memadai. Gejala awal yang terjadi pada penyakit kolibasilosis adalah ayam menjadi kurus, bulu disekitar pantat kusam, nafsu makan menurun, dan kotoran encer berwarna kuning (Rukmana 2003). Penularan penyakit kolibasilosis dapat terjadi melalui kontak langsung antara ayam yang sakit dengan ayam yang sensitif, penularan biasanya terjadi secara oral melalui pakan, minuman, dan debu yang tercemar E. coli (Tabbu 2000).

Usaha untuk menekan terjadinya penyakit tersebut adalah dengan meningkatkan sistem pertahanan tubuh dari ayam. Untuk mengetahui sistem imunitas tubuh ayam broiler dapat diketahui dari jumlah dan bentuk sel darah putih serta organ limfoid yang terdiri dari bursa fabrisius, timus, dan limpa. Penurunan sistem imun ditunjukkan dengan terganggunya fungsi sistem kekebalan, kerusakan organ limfoid serta terkurasnya antibodi tubuh yang telah dibentuk. Ukuran sehat pada ayam yaitu dengan adanya sistem pertahanan tubuh yang kuat terhadap antigen yang masuk. Ciri-ciri ayam yang sehat yaitu bobot badan sesuai dengan umurnya, gerakan ayam lincah dan aktif, mata dan muka ayam cerah, berdiri tegak, dan anus bersih tidak ada kotoran yang menempel.

Pengobatan penyakit secara umum dapat menggunakan antibiotik dan obat herbal. Penggunaan antibiotik dinilai kurang efektif karena dapat meninggalkan residu pada produk yang dihasilkan dan berkembangnya mikroba resisten dalam tubuh ternak jika tidak memperhatikan lama pemberian, dosis antibiotik, dan jenis antibiotik. Indonesia kaya akan tumbuhan yang dapat dimanfaatkan sebagai obat herbal, penggunaan obat herbal memiliki keuntungan karena tidak meninggalkan residu pada produk yang dihasilkan sehingga masyarakat aman untuk mengkonsumsinya, salah satu tanaman yang dapat dijadikan sebagai obat herbal untuk mengatasi penyakit tersebut yaitu kemangi.

(17)

2

meningkatkan sistem imun yang diujikan kepada ayam broiler dalam bentuk tepung yang sudah digiling.

Kemangi memiki efek antibakteri pada Acinetobacter, Bacillus, Escherichia coli, Staphylococcus, Brucella, dan Micrococcus (Adiguzel et al. 2005). Kemangi mengandung minyak atsiri, minyak atsiri daun kemangi mengandung eugenol [2-metoksi-4-(2-propenil)fenol] sebesar 61.76% yang tergolong turunan senyawa fenol yang bersifat sebagai antibakteri (Dev 2011). Mekanisme antibakteri ini dikarenakan pengikatan senyawa eugenol turunan fenol dengan sel bakteri, kemudian mengganggu permeabilitas membran dan proses transportasi (Maryati 2007). Kemangi mengandung beta karoten sebesar 4500 µg dalam 100 g bahan (Sutarno dan Atmowidjojo 2001) yang berperan untuk meningkatkan respon antibodi (Clarke 2006).

Menurut Dashputre dan Naikwade (2010) kemangi berpotensi sebagai imunostimulan dan menstimulasi mekanisme kekebalan tubuh spesifik dan non spesifik. Aktivitas imunostimulan dan antibakteri dari kemangi dapat dikaitkan dengan adanya senyawa saponin dan tanin. Saponin mempunyai kemampuan merangsang sel imun yaitu dengan meningkatkan pembentukan antibodi sehingga dapat berperan sebagai imunostimulator (Francis et al. 2002) selain itu tanin dapat digunakan sebagai antibakteri karena dapat mengkerutkan dinding sel atau membran sel sehingga mengganggu permeabilitas sel dan sel tersebut tidak dapat melakukan aktivitas hidup serta pertumbuhannya terhambat atau mati (Ajizah 2004).

Berdasarkan potensi tersebut diharapkan penggunaan tepung daun kemangi dalam ransum dapat memberikan kontribusi besar terhadap dunia peternakan khususnya ayam broiler dalam menurunkan total koloni bakteri E. coli, meningkatkan sistem pertahanan tubuh, tidak menimbulkan residu pada produk yang dihasilkan, harga ekonomis, serta mudah diaplikasikan oleh para peternak. Hipotesa dari penelitian ini adalah penambahan tepung daun kemangi dalam ransum mampu menurunkan total koloni bakteri E. coli penyebab kolibasilosis dan meningkatkan sistem imun ayam broiler. Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh pemberian tepung daun kemangi sebagai antibakteri E. coli sebanyak 1%, 2%, dan 3% dalam ransum terhadap sistem imun ayam broiler dan total koloni bakteri E. coli dalam ekskreta.

METODE

Bahan

(18)

3 Alat

Alat yang digunakan yaitu kandang, tempat pakan, tempat minum, timbangan, termometer, cawan petri, tabung reaksi, jarum ose, bunsen, spoit, inkubator, mesin giling pakan, oven, mortar, disposable syringe, tabung vakum yang mengandung antikoagulan ethylene diamine tetra acetic acid (EDTA), hemocytometer neubauer, aspirator penghisap darah, mikroskop, dan gelas objek.

Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan pada bulan November 2012 sampai Januari 2013. Lokasi penelitian di Laboratorium Lapang Ilmu Nutrisi Ternak Unggas, pengukuran organ limfoid di Laboratorium Ilmu Nutrisi Ternak Unggas (FAPET IPB), analisa parameter darah di Laboratorium Fisiologi dan Farmakologi (FKH IPB), dan analisa total bakteri E. coli di Laboratorium Mikrobiologi Pangan (FATETA IPB).

Prosedur Penelitian

Pembuatan tepung daun kemangi

Daun kemangi dilayukan terlebih dahulu pada suhu ruang selama 48 jam, setelah dilayukan daun tersebut dikeringkan dalam oven pada suhu 60 °C selama 24 jam. Daun kemangi yang sudah dikeringkan dalam oven, kemudian akan digiling dengan mesin untuk dijadikan tepung.

Tabel 1 Kandungan nutrien tepung daun kemangi

Kandungan nutrient Tepung daun kemangi*

Bahan Kering (%) 86.19

Abu (%) 14.56

Protein Kasar (%) 24.93

Serat Kasar (%) 18.82

Lemak Kasar (%) 1.42

Energi bruto (kkal kg-1) 3629

*Hasil Analisis Laboratorium Ilmu dan Teknologi Pakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor (2013).

Pembuatan ransum

(19)

4

Tabel 2 Formulasi ransum fase starter (0-21 hari) ayam broiler

Bahan pakan Perlakuan

(20)

5

Tabel 3 Formulasi ransum fase finisher (22-35 hari) ayam broiler

Bahan pakan Perlakuan

Hasil Analisa Laboratorium Ilmu dan Teknologi Pakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor (2013); 2)Hasil perhitungan manual setelah penambahan tepung daun kemangi 1%-3%.

Pemeliharaan ayam broiler

(21)

6

perlakuan. Kandang dibersihkan 2 kali sehari yaitu pagi dan sore hari. Tempat minum, pakan, dan alas kandang dibersihkan pada pagi dan sore hari. Lampu dinyalakan pada sore hari dan dimatikan pada pagi hari, tirai kandang dibuka pada pagi hari dan ditutup pada sore hari.

Infeksi tantang bakteri Escherichia coli dan pengambilan ekskreta ayam

broiler

Seluruh ayam percobaan diinfeksi tantang oleh bakteri E. coli pada hari ke-14 pemeliharaan dengan konsentrasi 106 CFU ml-1 atau sebanyak 1 ml, tetapi pada ayam percobaan yang dijadikan kontrol positif tidak diinfeksikan. Ekskreta ayam broiler diambil pada hari ke-13 dan hari ke-34 pemeliharaan.

Perhitungan jumlah bakteri Escherichia coli dalam ekskreta ayam broiler

(Lay 1994)

Perhitungan koloni bakteri E. coli dilakukan dengan metode pengenceran, metode ini dilakukan dengan menambahkan aquades sebanyak 5 ml ke dalam sampel ekskreta sebanyak 1 g yang berada di tabung film. Kemudian campuran sampel ekskreta dan aquades diaduk hingga homogen, setelah itu diambil sebanyak 0.05 ml sampel ekskreta dan dimasukkan ke dalam tabung reaksi 1 (pengenceran 1). Lalu dari tabung pengenceran 1 diambil sebanyak 0.05 ml dan dimasukkan ke dalam tabung pengenceran 2. Hal yang sama terus dilakukan sampai pada tabung pengenceran ke lima. Masing-masing tabung pengenceran diambil 0.1 ml dan dibiakkan ke dalam 5 buah cawan petri. Setelah itu masing-masing cawan petri diberi media agar eosin metilen blue (EMB), agar bakteri E. coli dapat tumbuh. Kemudian diinkubasikan selama 24 jam pada suhu kamar, setelah itu dilakukan perhitungan koloni bakteri.

Koloni gram-1 = Jumlah koloni x _______1________

Faktor pengenceran

Pengambilan sampel darah ayam broiler

Pengambilan sampel darah dilakukan pada hari ke-35, sampel darah diambil sebanyak 10 ml dari vena axilaris yang ada di bagian ventral sayap dengan menggunakan disposable syringe bervolume 10 ml, kemudian sampel darah dimasukkan ke dalam tabung vakum yang mengandung antikoagulan ethylene diamine tetra acetic acid (EDTA).

Perhitungan leukosit total (Sastradipradja 1989)

(22)

7 Jumlah leukosit total mm-3 darah = b x 50 butir

Pemeriksaan dan perhitungan diferensiasi leukosit (Sastradipradja 1989)

Mikroskop dipersiapkan dengan lensa obyektif 100x dan lensa okuler 10x. Seluruh permukaan preparat diperiksa, preparat ditetesi dengan minyak imersi untuk melihat diferensiasi leukosit dibawah mikroskop, dan diamati jenis diferensiasi leukosit seperti heterofil, limfosit, monosit, eosinofil, dan basofil. Setelah jenis diferensiasi leukosit diamati, selanjutnya dihitung persentase (%) masing-masing jenis pada preparat ulas darah tersebut.

Diferensiasi leukosit (%) = ΣJenis diferensiasi leukosit x 100 % 100

Bobot organ limfoid

Organ limfoid yang diukur bobotnya yaitu limpa, bursa fabrisius, dan timus. Masing-masing organ limfoid dihitung bobotnya dengan menggunakan timbangan.

Analisis Data

Rancangan percobaan dan analisis data

Rancangan percobaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah rancangan acak lengkap (RAL) dengan 6 perlakuan dan 3 ulangan dengan menggunakan model matematika sebagai berikut (Steel dan Torrie 1993) :

Perlakuan pada penelitian ini yaitu :

Yij = μ + άi + εij

Yij : Nilai pengamatan

Μ : Nilai rata-rata sesungguhnya.

αi: : Pengaruh perlakuan teknik pemberian tepung daun kemangi ke-i

εij : Pengaruh galat percobaan akibat perlakuan ke-i pada satuan percobaan ke-j

Data yang diperoleh akan dianalisis menggunakan analisis ragam analyses of variance (ANOVA) dan jika perlakuan berbeda nyata maka dilakukan uji kontras ortogonal dengan perbandingannya sebagai berikut :

1. Membandingkan R0 dengan R1 bertujuan untuk menguji apakah ayam yang tidak diinfeksi E. coli mempunyai sistem pertahanan tubuh yang normal dan ayam yang diinfeksi E. coli mempunyai sistem pertahanan tubuh dibawah normal.

2. Membandingkan R0 dengan R2, R3, R4 bertujuan untuk menguji apakah penambahan tepung daun kemangi dapat meningkatkan leukosit total dan mempertahankan bobot bursa fabrisius jika dibandingkan dengan ayam yang tidak diinfeksi E. coli (R0).

(23)

8

total dan mempertahankan bobot bursa fabrisius jika dibandingkan dengan ayam yang diinfeksi E. coli (R1).

4. Membandingkan R2, R3, R4 dengan R5 bertujuan untuk untuk menguji apakah penambahan tepung daun kemangi dapat meningkatkan leukosit total dan mempertahankan bobot bursa fabrisius jika dibandingkan dengan zat aktif dari antibiotik.

5. Membandingkan R1 dengan R5 bertujuan untuk menguji apakah penambahan zat aktif dari antibiotik dapat meningkatkan leukosit total dan mempertahankan bobot bursa fabrisius jika dibandingkan dengan ayam yang diinfeksi E. coli (R1).

Perlakuan

Perlakuan pada penelitian ini yaitu : 1. R0 : Ransum standar (kontrol positif) 2. R1 : R0 + infeksi E. coli (kontrol negatif) 3. R2 : R1 + daun kemangi 1%

4. R3 : R1 + daun kemangi 2% 5. R4 : R1 + daun kemangi 3%

6. R5 : R1 + antibiotik ampicol 1g 2 l-1 air Peubah yang diamati

Peubah yang diamati dalam penelitian ini antara lain : 1. Total koloni bakteri E. coli dalam eksreta (CFU gram-1) 2. Leukosit total (ribu mm-1)

3. Persentase diferensiasi leukosit (%) : limfosit, heterofil, eosinofil, basofil, dan monosit

4. Bobot organ limfoid (g) : limpa,bursa fabrisius, dan timus

HASIL DAN PEMBAHASAN

Jumlah Koloni Bakteri E. coli dalam Ekskreta Ayam Broiler

Jumlah E. coli yang banyak di dalam eksreta menunjukkan banyaknya populasi E. coli di saluran pencernaan. Hasil pengamatan terhadap rata-rata total koloni bakteri E. coli dalam eksreta ayam broiler pada hari ke-13 dan ke-34 pemeliharaan disajikan pada Tabel 4.

(24)

9 Total koloni bakteri E. coli pada hari ke-34 menunjukkan hasil yang bervariasi. Hal ini terjadi karena sebelum dilakukan penginfeksian bakteri E. coli pada hari ke-13 total koloni bakteri E. coli juga sudah bervariasi. Hal tersebut menunjukkan bahwa ayam penelitian mempunyai kemampuan berbeda untuk melawan bakteri patogen yang ada di dalam saluran pencernaan pada setiap perlakuan.

Tabel 4 Rata-rata total koloni bakteri E. coli dalam ekskreta ayam broiler Perlakuan Total koloni bakteri E. coli (CFU gram-1)*

*Hasil Analisa Laboratorium Mikrobiologi Pangan, Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor (2013); R0: Ransum standar (kontrol positif), R1: R0 + infeksi E. coli (kontrol negatif), R2: R1 + tepung daun kemangi 1%, R3: R1 + tepung daun kemangi 2%, R4: R1 + tepung daun kemangi 3%, R5: R1 + antibiotik; CFU : colony forming unit.

Penambahan tepung daun kemangi sebesar 1% dan kontrol positif mampu menurunkan total koloni bakteri E. coli sedangkan penambahan tepung daun kemangi sebesar 2% dan 3% mengalami peningkatan total koloni bakteri E. coli, kemudian penambahan antibiotik dan kontrol negatif memiliki total koloni bakteri E. coli yang tetap.

Penurunan total koloni E. coli pada perlakuan kontrol positif diduga karena pada perlakuan ini ayam penelitian tidak diinfeksikan bakteri E. coli dan asupan makanan yang masuk memiliki nutrisi yang baik sehingga total koloni E. coli pada hari ke-34 menurun. Penambahan tepung daun kemangi sebesar 1% mampu menurunkan total koloni E. coli pada hari ke-34 karena daun kemangi mengandung minyak atsiri yang dapat dijadikan sebagai antibakteri E. coli.

Menurut Dev (2011) minyak atsiri daun kemangi tersusun atas senyawa eugenol sebesar 61.76% yang dapat dijadikan sebagai antibakteri E. coli. Daun kemangi yang diekstrak dengan ethanol memiki efek antibakteri pada Acinetobacter, Bacillus, Escherichia, dan Staphylococcus. Selain itu daun kemangi yang diekstrak dengan methanol dan heksan menunjukkan aktivitas antibakteri terhadap Acinobacter, Bacillus, Brucella, Escherichia, Micrococcus, dan Staphylococcus (Adiguzel et al. 2005).

(25)

10

menembus ke dalam sel sehingga sel akan mengalami kerusakan, kemudian bakteri gram negatif mempunyai lapisan peptidoglikan yang tipis terdiri dari 1-2 lapisan dan susunan dinding selnya tidak kompak sehingga memiliki permeabilitas yang cukup tinggi dengan permeabilitas yang tinggi maka zat aktif dari minyak atsiri akan mudah menembus membran sel bakteri gram negatif (Maryati 2007).

Menurut Dashputre dan Naikwade (2010) kemangi mengandung tanin, yang dapat dijadikan sebagai antibakteri (Ajizah 2004). Mekanisme tanin dapat dijadikan sebagai antibakteri yaitu tanin dapat mengkerutkan dinding sel atau membran sel sehingga mengganggu permeabilitas sel dan sel tersebut tidak dapat melakukan aktivitas hidup dan pertumbuhannya terhambat atau bahkan mati (Ajizah 2004).

Penambahan tepung daun kemangi sebesar 2% dan 3% tidak dapat langsung dikatakan meningkat, karena pada perlakuan ini ayam penelitian diinfeksikan oleh bakteri E. coli dan diduga total koloni E. coli meningkat tetapi tidak diketahui pada hari keberapa meningkat, kemudian diduga pula total koloni berangsur menurun sampai hari ke-34 tetapi jumlahnya lebih besar dibandingkan pada hari ke-13. Penambahan antibiotik memiliki jumlah koloni E. coli yang tetap hal ini diduga karena zat aktif yang berupa ampicilin mampu untuk menekan pertumbuhan bakteri E. coli (Medion 2010).

Pengaruh Perlakuan terhadap Lekosit Total Ayam Broiler

Leukosit atau sel darah putih mempunyai fungsi utama dalam sistem pertahanan yang kuat terhadap setiap agen infeksi (Subowo 2009). Rataan leukosit total ayam broiler pada hari ke-35 pemeliharaan disajikan pada tabel 5. Berdasarkan analisis ragam perlakuan berpengaruh nyata (P<0.05) terhadap leukosit total ayam broiler. Rataan leukosit total ayam penelitian berkisar antara 12.00 ribu mm-3 - 18.00 ribu mm-3.

Tabel 5 Rataan leukosit total dalam darah ayam broiler

Perlakuan Leukosit total (ribu mm-3)

R0 13.33 ± 1.22a daun kemangi 2%, R4: R1 + tepung daun kemangi 3%, R5: R1 + antibiotik.

(26)

11 Penambahan tepung daun kemangi sampai taraf 3% memiliki leukosit total yang berada dalam kisaran normal.

Daun kemangi berpotensi sebagai imunostimulan dan menstimulasi mekanisme kekebalan tubuh spesifik dan non spesifik (Dashputre dan Naikwade 2010). Aktivitas imunostimulan dari kemangi dapat dikaitkan dengan adanya senyawa flavonoid, alkaloid, tanin, glikosida saponin dan senyawa fenolik. Penambahan tepung daun kemangi sampai taraf 3% memiliki rataan leukosit total yang normal hal ini disebabkan karena kandungan saponin yang berfungsi sebagai imunostimulan yang dapat meningkatkan sistem kekebalan tubuh (Cheeke 2000).

Saponin memproduksi sitokin seperti interleukin dan interferons yang berperan dalam efek imunostimulan. Interleukin dan interferons akan bereaksi dengan antigen (benda-benda asing) yang masuk ke dalam tubuh (Francis et al. 2002). Daun kemangi mengandung beta karoten (provitamin A) yang berperan meningkatkan respon antibodi yang dapat mempengaruhi fungsi kekebalan tubuh. Beta karoten dapat melindungi tubuh dari infeksi organisme asing seperti bakteri patogen, beta karoten ini akan meningkatkan aktivitas kerja dari sel darah putih dan antibodi dalam tubuh sehingga tubuh menjadi lebih resisten terhadap senyawa toksin maupun terhadap serangan bakteri patogen (Clarke 2006).

Respon dari masing-masing perlakuan terhadap total leukosit berdasarkan uji kontras ortogonal yaitu :

Perbandingan R0 dengan R1

Rataan leukosit total pada R0 sama dengan R1 (13.33 VS 12.00). Hal ini diduga pada ayam yang tidak diinfeksi E. coli (R0) dan diinfeksikan E. coli (R1) memiliki total koloni E. coli sebelum dan sesudah masih tergolong tinggi (Tabel 4) sehingga leukosit total yang dikeluarkan rendah karena ayam mengalami ganggungan kesehatan dengan adanya total koloni yang tinggi. Penurunan kesehatan ditandai dengan rendahnya leukosit total yang dikeluarkan sebagai sistem pertahanan tubuh terhadap agen infeksi atau terjadi gangguan pada organ pembentuk leukosit, khususnya limfoid (Sturkie 2000).

Perbandingan R0 dengan R2, R3, R4, R5

Rataan leukosit total pada R0 sama dengan R2, R3, R4, dan R5 (13.33 VS 15.29). Hal ini dikarenakan pada ayam yang tidak diinfesikan E. coli (R0) dan penambahan kemangi (R2, R3, R4) serta antibiotik (R5) memiliki total koloni bakteri E. coli antara sebelum dan sesudah infeksi masih tergolong tinggi (Tabel 4) yang menyebabkan pelepasan leukosit total oleh tubuh sama.

Perbandingan R1 dengan R2, R3, R4, R5

Rataan leukosit total pada R1 nyata lebih rendah dibandingkan dengan R2, R3, R4, dan R5 (12.00 VS 15.29). Hal ini dikarenakan ayam yang diinfeksi bakteri E. coli (R1) mengeluarkan leukosit total yang banyak yang ditandai dengan rendahnya leukosit total yang di dapat. Pada penambahan daun kemangi (R2, R3, R4) dan antibiotik (R5) berfungsi sebagai imunostimulan sehingga dapat meningkatkan jumlah leukosit total.

(27)

12

Rataan leukosit total pada R2, R3, R4 nyata lebih banyak dibandingkan dengan R5 (16.22 VS 12.47). Hal ini dikarenakan penambahan daun kemangi (R2, R3, dan R4) terdapat zat aktif yang berfungsi sebagai imunostimulan dan dapat menstimulasi mekanisme kekebalan tubuh sehingga leukosit dikeluarkan untuk melindungi tubuh dan membuat pertahanan terhadap infeksi bakteri E. coli. Penambahan antibiotik (R5) memiliki leukosit total yang rendah karena diduga dosis antibiotik tidak efektif untuk membunuh bakteri E. coli sehingga terjadi gangguan kesehatan yang ditandai dengan rendahnya leukosit.

Perbandingan R1 dengan R5

Rataan leukosit total pada R1 sama dengan R5 (12.00 VS 12.47). Hal ini diduga karena dosis antibiotik tidak efektif untuk membunuh bakteri E. coli sehingga leukosit total yang terbentuk sama dengan ayam yang diinfeksi (R1). Penggunaan antibiotik dikaitkan dengan dampak yang buruk terhadap tubuh antara lain hipersensitivitas, imunosupresi, dan reaksi alergi (Adiguzel et al. 2005). Pengaruh Perlakuan terhadap Persentase Diferensiasi Leukosit dalam Darah

Ayam Broiler

Sel-sel darah putih normal dikelompokan menjadi granulosit dan agranulosit. Granulosit terdiri dari heterofil, eosinofil, dan basofil sedangkan agranulosit terdiri dari limfosit dan monosit (Subowo 2009). Rataan persentase heterofil, limfosit, monosit, eosinofil, dan basofil pada hari ke-35 disajikan pada Tabel 6.

Tabel 6 Rataan persentase heterofil, limfosit, monosit, eosinofil, dan basofil Perlakuan Heterofil Limfosit Monosit Eosinofil Basofil

(%) (%) (%) (%) (%) Angka-angka pada kolom yang sama yang diikuti oleh huruf berbeda menunjukkan perbedaan nyata pada taraf uji 5% (uji kontras ortogonal); R0: Ransum standar (kontrol positif), R1: R0 + infeksi E. coli (kontrol negatif), R2: R1 + tepung daun kemangi 1%, R3: R1 + tepung daun kemangi 2%, R4: R1 + tepung daun kemangi 3%, R5: R1 + antibiotik.

(28)

13 berfungsi sebagai antibakteri (Dashputre dan Naikwade 2010; Maryati 2007) sehingga kerja heterofil untuk memfagositosis berkurang, selain itu kemangi juga mengandung saponin yang berperan sebagai imunostimulator (Cheeke 2000).

Berdasarkan analisis ragam semua perlakuan berpengaruh nyata (P<0.05) terhadap persentase limfosit tetapi jika dilakukan uji lanjut tidak berbeda nyata antar perlakuan. Hal ini dikarenakan tubuh merespon untuk mengeluarkan limfosit dari sumsum tulang untuk bereaksi dengan antigen dalam hal ini yaitu infeksi E. coli dan menghasilkan respon imun untuk mempertahankan tubuh terhadap masuknya bakteri E. coli (Tizard 1982). Berbeda dengan sel-sel leukosit lainnya, limfosit setelah dilepaskan dari sumsum tulang belum dapat berfungsi secara penuh oleh karena itu harus mengalami diferensiasi lebih lanjut. Sel limfosit yang sudah matang dan mampu berperan dalam respon immunologik dibedakan menjadi limfosit B dan limfosit T. Limfosit T mengalami diferensiasi di dalam kelenjar timus, sedangkan limfosit B mengalami diferensiasi di bursa fabrisius (Subowo 2009).

Rataan persentase limfosit pada penelitian berkisar antara 22.67% - 59.67%, persentase tersebut berada dalam kisaran normal yaitu sebesar 24% - 84% (Smith dan Mangkoewidjojo 1988). Penambahan tepung daun kemangi dalam ransum sampai taraf 3% memiliki persentase limfosit yang normal karena tepung daun kemangi dapat bersifat sebagai imunostimulan dan daun kemangi mengandung saponin serta beta karotenyang dapat merangsang sistem kekebalan tubuh (Cheeke 2000; Clarke 2006)

Monosit selain berfungsi sebagai fagositosis sel makrofag, monosit juga berperan menyampaikan antigen kepada limfosit untuk bekerja sama dalam sistem imun (Subowo 2009). Berdasarkan analisis ragam perlakuan tidak berpengaruh nyata terhadap persentase monosit. Rataan persentase monosit ayam penelitian berkisar anatara 1.67% - 6.67%, persentase tersebut berada dalam kisaran normal yaitu sebesar 0% - 30% (Smith dan Mangkoewidjojo 1988). Penambahan tepung daun kemangi sampai taraf 3% tidak menimbulkan dampak negatif terhadap kondisi ayam karena respon imunitas ayam yang diberi ransum tanpa tepung daun kemangi dan penambahan tepung daun kemangi tidak memberikan pengaruh yang berbeda. Ayam tersebut tidak mengalami infeksi karena monosit bekerja pada keadaan dimana ayam terkena infeksi.

Eosinofil memiliki kaitan erat dengan peristiwa alergi karena sel-sel ini ditemukan dalam jaringan yang mengalami reaksi alergi atau radang kronis (Subowo 2009). Berdasarkan analisis ragam perlakuan tidak berpengaruh nyata terhadap persentase eosinofil. Rataan persentase eosinofil pada perlakuan penambahan tepung daun kemangi sampai taraf 3%, penambahan antibiotik, dan kontrol positif dalam darah ayam penelitian berkisar antara 3% - 11%, persentase tersebut berada dalam kisaran normal yaitu sebesar 3% - 8% (Swenson 1984).

(29)

14

Pengaruh Perlakuan terhadap Bobot Organ Limfoid pada Ayam Broiler

Organ yang berperan dalam sistem imunitas pada ayam broiler yaitu timus, bursa fabrisius, dan limpa. Hasil pengamatan terhadap rataan persentase bobot organ limfoid yaitu timus, limpa, dan bursa fabrisius ayam broiler pada hari ke-35 disajikan pada Tabel 7.

Tabel 7 Rataan bobot organ timus, limpa, dan bursa fabrisius

Angka-angka pada kolom yang sama yang diikuti oleh huruf berbeda menunjukkan perbedaan nyata pada taraf uji 5% (uji kontras ortogonal); R0: Ransum standar (kontrol positif), R1: R0 + infeksi E. coli (kontrol negatif), R2: R1 + tepung daun kemangi 1%, R3: R1 + tepung daun kemangi 2%, R4: R1 + tepung daun kemangi 3%, R5: R1 + antibiotik.

Perlakuan berpengaruh nyata (P<0.05) terhadap bobot timus tetapi jika dilakukan uji lanjut tidak berbeda nyata antar perlakuan. Hal ini dikarenakan timus merespon untuk membentuk antibodi yang mampu mempertahankan tubuh dari infeksi bakteri E. coli. Sel T mampu membedakan jenis patogen dengan kemampuan berevolusi sepanjang waktu demi peningkatan kekebalan setiap kali tubuh terkena patogen (Tizard 1988).

Penambahan tepung daun kemangi 2%, 3%, dan perlakuan kontrol positif memiliki bobot timus yang paling besar dibandingkan perlakuan lainnya, hal ini dikarenakan adanya senyawa saponin yang berfungsi sebagai imunostimulan yang dapat meningkatkan sistem kekebalan tubuh (Cheeke 2000) sehingga tubuh dapat membentuk antibodi sebagai pertahanan terhadap infeksi E. coli. Bobot timus yang paling kecil yaitu pada perlakuan kontrol negatif, bobot timus yang sangat kecil merupakan reaksi terhadap kasus imunosupresi yang berlangsung lama (Sturkie 2000). Rataan persentase bobot timus ayam penelitian berada pada kisaran 0.25% - 0.36% dari bobot hidupnya, rataan tersebut masih dibawah persentase bobot timus yang dilaporkan oleh Toghyani et al. (2010) yaitu 0.48%.

Perlakuan tidak berpengaruh nyata terhadap bobot limpa. Menurut Resang (1984) selain menyimpan darah, limpa bersama hati dan sumsum tulang berperan dalam pembinasaan eritrosit-eritrosit tua serta ikut dalam metabolisme nitrogen terutama dalam pembentukan asam urat dan membentuk sel limfosit yang berhubungan dengan pembentukan asam urat dan membentuk sel limfosit yang berhubungan dengan pembentukan antibodi.

Bursa fabrisius merupakan organ limfoid yang hanya ditemukan pada unggas, organ ini terletak pada daerah dorsal kloaka, memiliki tugas untuk memproduksi dan mendewasakan sel limfosit B, selain itu dapat berfungsi sebagai Perlakuan Timus (g) Limpa (g) Bursa Fabrisius (g)

(30)

15 organ limfoid sekunder yaitu dapat menangkap antigen dan membentuk antibodi, serta mengandung sebuah pusat kecil sel T di belakang lubang salurannya (Tizard 1988). Rataan persentase bobot bursa fabrisius ayam penelitian berkisar antara 0.10% - 0.18%, persentase tersebut berada dalam kisaran normal yaitu sebesar 0.098% dari bobot hidup (Toghyani et al. 2010).

Bila antigen dalam hal ini yaitu bakteri E. coli masuk ke dalam tubuh, pertama-tama bakteri tersebut dikenal sebagai benda asing. Kemudian sel limfosit B akan masuk ke sirkulasi dan berperan untuk menerima atau memberikan reaksi terhadap benda asing yang masuk atau keadaan patologis tubuh, misalnya kolibasilosis karena adanya penginfeksian E. coli. Setelah itu informasi yang diperoleh harus dikirim ke sistem pembentuk antibodi dalam hal ini bursa fabrisius. Sistem ini nantinya akan menanggapi dengan membentuk antibodi khusus dan sel yang mampu menyingkirkan bakteri tersebut (Tizard 1988).

Respon dari masing-masing perlakuan terhadap bobot bursa fabrisius berdasarkan uji kontras ortogonal yaitu :

Perbandingan R0 dengan R1

Bobot bursa fabrisius pada R0 nyata lebih besar dibandingkan dengan R1 (1.54 VS 1.01). Hal ini dikarenakan bursa fabrisius pada R0 tidak memproduksi antibodi dalam jumlah besar sedangkan pada R1 bursa fabrisius memproduksi antibodi dalam jumlah besar untuk mempertahankan tubuh dari infeksi E. coli yang ditandai dengan rendahnya bobot bursa fabrisius. Bursa fabrisius yang sangat rendah mengindikasikan stress yang cukup tinggi disertai aktifitas melawan mikroba patogen (Dellman dan Brown 1989) dan meningkatnya aktivitas produksi antibodi sehingga menurunkan persentase bobot bursa fabrisius saat melawan penyakit (Sturkie 2000).

Perbandingan R0 dengan R2, R3, R4, R5

Bobot bursa fabrisius pada R0 sama dengan R2, R3, R4, dan R5 (1.54 VS 1.44). Hal ini dikarenakan penambahan daun kemangi (R2, R3, R4) dan antibiotik (R5) tidak mengganggu kerja bursa fabrisius untuk mengeluarkan antibodi sehingga bobot bursa fabrisiusnya sama dengan ayam yang tidak diinfeksikan bakteri E. coli (R0).

Perbandingan R1 dengan R2, R3, R4, R5

Bobot bursa fabrisius pada R1 nyata lebih rendah dibandingkan dengan R2, R3, R4, dan R5 (1.01 VS 1.44). Hal ini dikarenakan bursa fabrisius ayam penelitian yang diinfeksi E. coli memproduksi antibodi dalam jumlah banyak sehingga bobot bursa fabrisius mengecil. Penambahan daun kemangi (R2, R3, R4) dan antibiotik (R5) memiliki bobot bursa fabrisius yang besar karena adanya zat aktif yang terkandung dalam kemangi dan antibiotik yang berfungsi untuk membunuh bakteri E. coli sehingga mengurangi kerja bursa fabrisius untuk memproduksi antibodi.

Perbandingan R2, R3, R4 dengan R5

(31)

16

terkandung dalam kemangi menurut Maryati et al. (2007) berfungsi sebagai antibakteri sehingga dapat membunuh bakteri E. coli dan kandungan saponin serta beta karoten yang dapat meningkatkan sistem pertahanan tubuh dari serangan penyakit (Cheeke 2000; Clarke 2006). Penambahan tepung daun kemangi sebesar 2% memiliki rataan bobot bursa fabrisius terbesar dibandingkan dengan perlakuan lainnya, sehingga bursa fabrisius tidak perlu memproduksi dan menguras zat anti kebal dalam jumlah yang banyak karena sudah terdapat daun kemangi yang bersifat antibakteri dalam membunuh bakteri patogen khususnya bakteri E. coli dan imunostimulan yang dapat meningkatkan sistem kekebalan tubuh. Pada penambahan antibiotik (R5) memiliki bobot bursa fabrisius yang rendah karena diduga dosis antibiotik tidak efektif untuk membunuh bakteri E. coli sehingga bursa fabrisius memproduksi antibodi dalam jumlah besar untuk mempertahankan tubuh terhadap infeksi yang ditandai dengan rendahnya bobot bursa fabrisius. Perbandingan R1 dengan R5

Bobot bursa fabrisius pada R1 sama dengan R5 (1.01 VS 1.01). Hal ini diduga karena dosis antibiotik tidak efektif sehingga bursa fabrisius memproduksi antibodi dalam jumlah besar untuk mempertahankan tubuh dari infeksi sehingga bobot bursa fabrisiusnya sama dengan ayam yang diinfeksikan bakteri E. coli (R1).

Hubungan Performa Terhadap Sistem Imun Ayam Broiler

Parameter performa ayam broiler meliputi konsumsi ransum, pertambahan bobot badan, konversi pakan, dan mortalitas.

Tabel 8 Performa ayam broiler umur 8-34 hari

Peubah R0 R1 R2 R3 R4 R5

Angka-angka pada bris yang sama yang diikuti oleh huruf berbeda menunjukkan perbedaan nyata pada taraf uji 5% (uji kontras ortogonal); R0: Ransum standar (kontrol positif), R1: R0 + infeksi E. coli (kontrol negatif), R2: R1 + tepung daun kemangi 1%, R3: R1 + tepung daun kemangi 2%, R4: R1 + tepung daun kemangi 3%, R5: R1 + antibiotik.

(32)

17 Berdasarkan analisis ragam perlakuan tidak berpengaruh nyata terhadap mortalitas. Hal ini membuktikan bahwa penambahan tepung daun kemangi tidak mempengaruhi mortalitas dan aman untuk dikonsumsi. Penambahan tepung daun kemangi sampai taraf 3% memiliki mortalitas yang tinggi jika dibandingkan dengan perlakuan lainnya, tingginya angka mortalitas belum diketahui secara pasti akan tetapi secara fisik selama pemeliharaan ayam broiler dengan ciri-ciri kepala berputar, sayap lemas, dan tidak dapat berjalan.

Pada perlakuan kontrol negatif tidak didapati ayam yang mati hal ini diduga ayam tidak terjangkit penyakit walaupun diinfeksikan oleh E. coli dan sistem pertahanan tubuhnya kuat meskipun leukosit total dan bobot bursa fabrisius rendah. Bobot bursa fabrisius rendah karena organ tersebut perlu memproduksi dan menguras zat anti kebal dalam jumlah yang banyak (Tizard 1988), sedangkan total leukositnya rendah karena penurunan kesehatan atau terjadi gangguan pada organ pembentuk leukosit, khususnya limfoid (Sturkie 2000).

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Penambahan tepung daun kemangi efektif menurunkan jumlah koloni bakteri E. coli pada eksreta ayam broiler dan efektif meningkatkan sistem pertahanan tubuh ayam broiler.

Saran

Tanaman kemangi yang ekonomis dapat ditanam pada lahan tanah yang ditambahkan dengan kotoran ayam kemudian kemangi dapat diberikan dalam bentuk tepung dan segar.

DAFTAR PUSTAKA

Adiguzel A, Gulluce M, Sengul M, Ogutcu H, Sahin F, Karaman I. 2005. Antimicrobial effects of Ocimum basilicum (Labiatae) extract. Turk Biology Journal. 29(2005):155-160.

Ajizah A. 2004. Sensitivitas Salmonella typhimurium terhadap ekstrak daun Psidium Guajava L. Bioscientiae.1(1):31-8.

Cheeke PR. 2000. Saponin : Suprising benefits of desert plant [internet]. Oregon (US): Oregon State University. [diunduh 2013 Maret 19]. Tersedia pada: http://www.ipi.oredonstate.edu/sp-sbdp/saponins.html

Church DC. 1991. Livestock Feeds and Feeding. 3rd Ed. New Jersey (US): Prentire Hall.

(33)

18

Dashputre NL, Naikwade NS. 2010. Preliminary immunomodulatory activity of aqueous and ethanolic leaves extracts of Ocimum basilicum Linn in mice. J Pharmtech Research. 2(2):1342-1349

Dellman, HD, Brown EM. 1989. Buku Teks Histologi Veteriner. Jakarta (ID): UI Pr.

Dev N, Das AK, Hossain MA, Rahman SMM. 2011. Chemical compositions of different extracts of Ocimum basilicum leaves. J Sci Res. 3(1):197-206. doi:10.3329/jsr.v3i1.5409

Francis G, Zohar K, Harinder PS, Makkar HP, Becker K. 2002. The biological action of saponin in animal systems : A review. J Nutr British 88: 587-605. Lay BW. 1994. Analisis Mikroba di Laboratorium. Jakarta (ID): Raja Grafindo

Persada.

Maryati, Fauzia RS, Rahayu T. 2007.Uji aktivitas antibakteri minyak atsiri daun kemangi (Ocimum basilicum) terhadap Staphylococcus aureus dan Escherichia coli. JPST. 8(1):30-38.

Medion. 2010. Taati aturan pakai untuk kerja obat optimal [internet]. Bandung (ID): Medion Farma Jaya. [diunduh 2013 Maret 19]. Tersedia pada http://info.medion.co.id/index.php/artikel/layer/pengobatan-a-vaksinasi/taati aturan-pakai-obat

Medion. 2011. Gangguan pencernaan akibat infeksi bakteri [internet]. Bandung (ID): Medion Farma Jaya. [diacu 2013 Maret 19]. Tersedia pada

Sastradipradja D, Sikar SHS, Widjajakusuma R, Ungerer T, Maad A, Nasution H, Suriawinata R, Hamzah R. 1989. Penuntun Praktikum Fisiologi Veteriner. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Pusat Antar Universitas Ilmu Hayat. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Smith JB, Mangkoewidjojo S. 1988. Pemeliharaan, Pembiakan dan Penggunaan Hewan Percobaan di Daerah Tropis. Jakarta (ID): UI Press.

Steel RGD, Torrie JH. 1993. Prinsip dan Prosedur Statistika. 2nd Ed. Sumantri B, penerjemah. Jakarta (ID): Gramedia Pustaka Utama.

Sturkie PD. 2000. Avian Physiology.15th Ed. New York (US): Spinger. Subowo. 2009. Histologi Umum. Edisi ke-2. Jakarta (ID): Sagung Seto.

Sutarno H, Atmowidjojo S. 2001. Tantangan Pengembangan dan Fakta Jenis Tanaman Rempah. Bogor (ID): Prosea Foundation.

Swenson, MJ. 1984. Duke`s Physiology of Domestic Animals. 10th Ed. Ithaca and London (GB): Cornell University.

Tabbu CR. 2000. Penyakit Ayam dan Penanggulangannya. Edisi ke-1. Yogyakarta (ID): Kanisius.

(34)

19 Tizard I. 1988.Pengantar Immunologi Veteriner. Partodiredjo M, penerjemah. Surabaya (ID): Airlangga University Pr. Terjemahan dari: An Introduction to Veterinary Immunology. Edisi ke-3.

Toghyani M, Tohidi M, Gheisari AA, Tabeidian SA. 2010. Performance, immunity, serum biochemical and hematological parameters in broiler chicks fed dietary thyme as alternative for an antibiotic growth promoter. Afr J Biotechnol. 9(40):6819-6825.

LAMPIRAN

Lampiran 1 ANOVA leukosit total ayam broiler umur 35 hari

JK db KT F Sig.

Perlakuan 77.718 5 15.544 3.399 .038

Galat 54.880 12 4.573

Total 132.598 17

JK: jumlah kuadrat, db: derajat bebas, KT: kuadrat tengah, sig: signifikansi

Lampiran 2 uji lanjut kontras ortogonal total leukosit ayam broiler umur 35 hari

Sumber keragaman DB JK KT Fhit F0.05 F0.01

Perlakuan 5 77.718 15.544 3.399 3.106 5.064

Eror 12 54.880 4.573

R0 VS R1 1 2.667 2.667 0.583 4.747 9.330

R0 VS R2 R3 R4 R5 1 4.182 4.182 0.914 4.747 9.330 R1 VS R2,R3,R4,R5 1 25.873 25.873 5.657 4.747 9.330 R2, R3,R4 VS R5 1 31.734 31.734 6.939 4.747 9.330

R1 VS R5 1 0.327 0.327 0.071 4.747 9.330

Total 17 132.598 7.800

Lampiran 3 ANOVA persentase heterofil hari ke-35

JK db KT F Sig.

Perlakuan 1402.000 5 280.400 1.611 .231

Galat 2088.000 12 174.000

Total 3490.000 17

Lampiran 4 ANOVA persentase limfosit hari ke-35

JK db KT F Sig.

Perlakuan 2648.944 5 529.789 3.683 .030

Galat 1726.000 12 143.833

(35)

20

Lampiran 5 uji lanjut kontras ortogonal persentase limfosit hari ke-35

Sumber keragaman DB JK KT Fhit F0.05 F0.01

Perlakuan 5 2648.944 15.544 3.399 3.106 5.064

Eror 12 54.8800 4.5733

R0 VS R1 1 228.167 228.167 1.586 4.747 9.330

R0 VS R2 R3 R4 R5 1 0.278 0.278 0.002 4.747 9.330 R1 VS R2,R3,R4,R5 1 601.667 601.667 4.183 4.747 9.330 R2, R3,R4 VS R5 1 312.111 312.111 2.170 4.747 9.330

R1 VS R5 1 73.500 73.500 0.511 4.747 9.330

Total 17 4374.944 257.350

Lampiran 6 ANOVA persentase monosit hari ke-35

JK db KT F Sig.

Perlakuan 60.944 5 12.189 2.013 .149

Galat 72.667 12 6.056

Total 133.611 17

Lampiran 7 ANOVA persentase eosinofil hari ke-35

JK db KT F Sig.

Perlakuan 120.444 5 24.089 2.677 .075

Galat 108.000 12 9.00

Total 228.444 17

Lampiran 8 ANOVA bobot timus hari ke-35

JK db KT F Sig.

Perlakuan 5.639 5 1.128 3.151 .048

Galat 4.295 12 .358

Total 9.934 17

Lampiran 9 uji lanjut kontras ortogonal bobot timus hari ke-35

Sumber keragaman DB JK KT Fhit F0.05 F0.01

Perlakuan 5 5.639 1.128 3.399 3.106 5.064

Eror 12 4.295 0.358

R0 VS R1 1 1.109 1.109 3.099 4.747 9.330

R0 VS R2 R3 R4 R5 1 0.099 0.099 0.277 4.747 9.330 R1 VS R2,R3,R4,R5 1 1.638 1.638 4.578 4.747 9.330 R2, R3,R4 VS R5 1 0.566 0.566 1.582 4.747 9.330

(36)

21

Total 17 9.934 0.584

Lampiran 10 ANOVA bobot limpa hari ke-35

JK db KT F Sig.

Perlakuan .101 5 .020 .189 .961

Galat 1.287 12 .107

Total 1.389 17

Lampiran 11 ANOVA persentase bobot bursa fabrisius hari ke-35

JK db KT F Sig.

Perlakuan 1.554 5 .311 3.732 .029

Galat 1.000 12 .083

Total 2.554 17

Lampiran 12 uji lanjut kontras ortogonal bobot bursa fabrisius hari ke-35

Sumber keragaman DB JK KT Fhit F0.05 F0.01

Perlakuan 5 1.554 0.311 3.399 3.106 5.064

Eror 12 0.999 0.083

R0 VS R1 1 0.416 0.416 4.995 4.747 9.330

R0 VS R2 R3 R4 R5 1 0.000 0.000 0.0002 4.747 9.330 R1 VS R2,R3,R4,R5 1 0.452 0.452 5.431 4.747 9.330 R2, R3,R4 VS R5 1 0.742 0.742 8.914 4.747 9.330

R1 VS R5 1 0.002 0.002 0.020 4.747 9.330

(37)

22

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Jakarta pada tanggal 13 bulan Juni tahun 1991 dan diberi nama Ikma Widya Ningsih. Penulis merupakan anak ketiga dari bapak Muklas dan Ibu Suhartini. Penulis menyelesaikan sekolah menengah pertama di SMP Negeri 138 Jakarta pada tahun 2003-2006 kemudian sekolah menengah atas di SMA Negeri 36 Jakarta pada tahun 2006-2009 dan diterima di Institut Pertanian Bogor pada bulan Juni 2009 departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi

Pakan Fakultas Peternakan. Selama menjadi mahasiswa di Institut Pertanian Bogor, penulis pernah aktif di organisasi Himpunan Mahasiswa Nutrisi dan Makanan Ternak (HIMASITER) sebagai sekertaris Biro Khusus Kewirausahaan periode 2010-2011. Penulis merupakan penerima beasiswa bahan bantuan mahasiswa (BBM) tahun 2009-2013 dan melaksanakan Progaram Kreativitas Mahasiswa bidang penelitian sebagai ketua dengan judul “Pengaruh Suplementasi Mineral Zink (Zn) dalam Ransum Terhadap Performa dan Kadar Amonia Eksreta

Ayam Broiler” yang didanai pada tahun 2011-2012

UCAPAN TERIMAKASIH

Gambar

Tabel 2 Formulasi ransum fase starter (0-21 hari) ayam broiler
Tabel 3 Formulasi ransum fase finisher (22-35 hari) ayam broiler
Tabel 4 Rata-rata total koloni bakteri E. coli dalam ekskreta ayam broiler
Tabel 6 Rataan persentase heterofil, limfosit, monosit, eosinofil, dan basofil

Referensi

Dokumen terkait

Pemberian kemangi kering sebesar 5,0% memiliki rataan bobot sapih, bobot 42 hari, pertambahan bobot badan dan konsumsi pakan yang lebih tinggi dari taraf perlakuan 0 dan

Bakteri gram negatif memiliki konsentrasi lipid yang tinggi di dalam dinding selnya, dan zat lipid ini akan larut dalam senyawa alkohol sehingga dengan adanya minyak atsiri daun

Kesimpulan dari penelitian ini adalah ekstrak etanol daun kemangi (Ocimum americanum) memiliki aktivitas antibiotik terhadap Staphylococcus aureus tetapi tidak memiliki

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui aktivitas air rebusan, air perasan dan minyak atsiri daun kemangi dalam menghambat pertumbuhan Escherichia coli dan Candida

Hal ini sama dengan penelitian Kuzaimi (2006) bahwa bobot lahir anak mencit dari induk yang mendapat tambahan kemangi segar dalam pakan lebih tinggi dari perlakuan kontrol..

Hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa penambahan tepung daun kemangi ke dalam pakan sampai dengan taraf 12 % tidak memberikan pengaruh yang berbeda nyata terhadap

Hasil penelitian menunjukkan minyak atsiri kombinasi dari daun kemangi ( Ocimum basilicum L.) dan daun jeruk purut ( Citrus hystrix D.C) memiliki aktivitas antibakteri

Interaksi antara perlakuan aksesi kemangi dan dosis pupuk kandang ayam tidak berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman, jumlah daun, jumlah cabang kecuali pada 2 MST, bobot