• Tidak ada hasil yang ditemukan

SIFAT REPRODUKSI MENCIT (Mus musculus) BETINA YANG MENDAPAT PAKAN TAMBAHAN KEMANGI (Ocimum basilicum) KERING SKRIPSI LALA SOMALA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "SIFAT REPRODUKSI MENCIT (Mus musculus) BETINA YANG MENDAPAT PAKAN TAMBAHAN KEMANGI (Ocimum basilicum) KERING SKRIPSI LALA SOMALA"

Copied!
60
0
0

Teks penuh

(1)

SIFAT REPRODUKSI MENCIT (Mus musculus) BETINA YANG

MENDAPAT PAKAN TAMBAHAN KEMANGI

(Ocimum basilicum) KERING

SKRIPSI LALA SOMALA

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PRODUKSI TERNAK FAKULTAS PETERNAKAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2006

(2)

SIFAT REPRODUKSI MENCIT (Mus musculus) BETINA YANG

MENDAPAT PAKAN TAMBAHAN KEMANGI

(Ocimum basilicum) KERING

SKRIPSI

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Peternakan

pada Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor

Lala Somala D14101019

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PRODUKSI TERNAK FAKULTAS PETERNAKAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2006

(3)

SIFAT REPRODUKSI MENCIT (Mus musculus) BETINA YANG

MENDAPAT PAKAN TAMBAHAN KEMANGI

(Ocimum basilicum) KERING

LALA SOMALA D14101019

Skripsi ini telah disetujui dan disidangkan dihadapan Komisi Ujian Lisan pada tanggal 2 Mei 2006

Pembimbing Utama

Dr. Ir. Cece Sumantri, M.Agr.Sc NIP. 131624187

Pembimbing Anggota

Dr.Ir. Sri Supraptini Mansjoer NIP. 131354159

Dekan Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor

Dr. Ir. Ronny Rachman Noor, M.Rur.Sc NIP. 131624188

(4)

RINGKASAN

LALA SOMALA. D14101019. 2006. Sifat Reproduksi Mencit (Mus musculus)

Betina yang Mendapat Pakan Tambahan Kemangi (Ocimum basilicum) Kering.

Skripsi. Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor.

Pembimbing Utama : Dr. Ir. Cece Sumantri, M.Agr.Sc Pembimbing Anggota : Dr.Ir. Sri Supraptini Mansjoer

Kemangi (Ocimum basilicum) merupakan salah satu tanaman obat yang banyak disukai masyarakat Indonesia karena dapat dikonsumsi langsung sebagai sayuran segar dan dapat meningkatkan selera makan. Tanaman kemangi memiliki kandungan aktif yang dapat merangsang hormon reproduksi seperti estrogen, selain itu kemangi dapat mengobati berbagai macam penyakit dan dapat merangsang sekresi air susu.

Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan informasi pengaruh pemberian kemangi kering terhadap sifat reproduksi mencit (Mus musculus) betina . Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Bagian Pemuliaan dan Genetika Ternak Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor. Penelitian dilakukan selama tiga bulan dari bulan Juni sampai dengan Agustus 2005.

Hewan percobaan yang digunakan adalah mencit sebanyak 60 ekor betina dan 30 ekor jantan. Penelitian dibagi menjadi tiga perlakuan yaitu kontrol, penambahan kemangi kering 2,5% dan penambahan kemangi kering 5,0%. Peubah yang diamati pada penelitian ini adalah jumlah anak sepelahiran, bobot lahir, pertambahan bobot badan, bobot sapih, mortalitas anak mencit selama menyusu dan jumlah anak sapih. Rancangan penelitian yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) pola searah dan dilakukan uji lanjut Tukey pada hasil yang berbeda nyata.

Hasil Penelitian menunjukkan bahwa penambahan kemangi kering dalam pakan mencit sebesar 2,5 dan 5,0% nyata meningkatkan (P<0,05) bobot lahir, pertumbuhan anak mencit umur 12 dan 15 hari dan sangat nyata meningkatkan (P<0,01) pertambahan bobot badan anak mencit umur 9-12 hari. Namun penambahan kemangi kering dalam pakan mencit sebesar 2,5 dan 5,0% tidak berpengaruh terhadap jumlah anak sepelahiran, bobot sapih, mortalitas dan jumlah anak sapih mencit. Pemberian kemangi kering 2,5% dalam pakan induk memberikan respon yang paling baik dibandingkan perlakuan lainnya.

Kata-kata kunci: kemangi (Ocimum basilicum), mencit (Mus musculus), sifat reproduksi

(5)

ABSTRACT

Reproduction Traits of Female Mice Given Drie d Basil (Ocimum Basilicum)

Somala, L., C. Sumantri, dan S. S. Mansjoer

Basil (Ocimum basilicum) is one of herbal medicine which is used to improve reproduction, it can stimulate estrogen activity effect and improve animal fertility. This experiment was conducted to determine additional dried basil in diet on female mice reproduction. The experiment was done at Field Laboratory of Animal Breeding and Genetics Division, Faculty of Animal Science, Bogor Agricultural University, from June up to August 2005. This experiment used 60 heads female mice at weaning age of 21 days old . The data was analyzed by using Completely Randomized Design with three treatments level which is control, 2,5 and 5,0% of dried basil. The variables which were observed were litter size, birth weight, daily weight gain and growth, weaning we ight, weaning numbers and mortality. The experimenta l showed that weight gain at 9-12 days old of litter significantly increased (P<0,01) in 5% level as compared with control. The experimental showed that birth weight both in 2,5 and 5,0% level significantly increased (P<0,05) as compared with control. Also found that growth rate at 12 and 15 days old significantly increased (P<0,05) in 5% level as compared with control. The experimental showed that there was no significant differences on litter size, weaning weight, weaning numbers and mortality of the litter.

(6)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan pada tanggal 5 Juni 1982 di Bandung Jawa Barat. Penulis adalah anak keempat dari empat bersaudara dari pasangan Bapak Koko Suhia dan Ibu Ening.

Pendidikan dasar diselesaikan pada tahun 1995 di SDN IV Solokanjeruk Majalaya. Pendidikan lanjutan menengah pertama diselesaikan pada tahun 1998 di SLTPN II Majalaya dan pendidikan lanjutan menengah atas diselesaikan pada tahun 2001 di SMUN I Rancaekek Bandung.

Penulis diterima sebagai mahasiswa pada Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) pada tahun 2001.

Selama kuliah penulis aktif sebagai pengurus FAMM Al-An`aam dan aktif menjadi panitia dalam kegiatan yang diselenggarakan oleh Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM -D). Penulis juga pernah magang di perusahaan PT. Charoen Phokpand. Selain itu penulis juga pernah menjadi Asisten Pendidikan Agama Islam.

(7)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala limpahan rahmat, karunia dan NikmatNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul ”Sifat Reproduksi Mencit (Mus musculus)

Betina yang Mendapat Pakan Tambahan Kemangi (Ocimum basilicum ) Kering.”. Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana

Peternakan pada Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor.

Mencit merupakan hewan yang sering dijadikan model untuk kegiatan penelitian terutama yang akan diterapkan pada manusia. Oleh karena mencit mudah dikembangbiakkan, harganya relatif murah dan jumlah anaknya banyak. Kemampuan reproduksi mencit perlu diupayakan lebih baik agar populasi mencit dapat ditingkatkan. Kemangi adalah salah satu tanaman obat yang berkhasiat dapat meningkatkan selera makan dan merangsang pengeluaran air susu. Kemangi memiliki kandungan zat aktif yang dapat merangsang hormon reproduksi seperti estrogen.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, saran dan kritik penulis harapkan untuk memperbaiki pada masa mendatang. Penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi siapa saja yang membacanya.

Bogor, Mei 2006

(8)

DAFTAR ISI

Halaman

RINGKASAN ... i

ABSTRACT... ... ii

RIWAYAT HIDUP... iii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI... v

DAFTAR TABEL... vii

DAFTAR GAMBAR ... viii

DAFTAR LAMPIRAN... ix PENDAHULUAN ... 1 Latar Belakang ... 1 Tujuan... 2 Manfaat ... 2 TINJAUAN PUSTAKA ... 3

Mencit (Mus musculus) ... 3

Konsumsi Pakan dan Minuman... 4

Sifat-sifat Produksi Mencit ... 5

Jumlah Anak Sepelahiran (Littersize)... 5

Jumlah Anak Sapih ... 5

Bobot Lahir ... 6

Pertumbuhan Bobot Badan Anak Mencit Prasapih ... 6

Bobot Sapih... 7

Mortalitas ... 8

Kemangi (Ocimum basilicum) ... 8

Taksonomi dan Botani ... 8

Khasiat Kema ngi... 10

Kandungan Gizi Kemangi... 10

Kandungan Kimia Kemangi ... 10

Pengeringan Kemangi ... 13

METODE ... 15

Lokasi dan Waktu ... 15

Materi ... 15

Prosedur ... 16

Rancangan Percobaan... 19

HASIL DAN PEMBAHASAN ... 20

Keadaan Lingkungan Penelitian... 20

Pakan... 20

(9)

Sifat-sifat Reproduksi Mencit ... 22

Jumlah Anak Sepelahiran... 22

Bobot Lahir Anak Mencit ... 23

Pertumbuhan Anak Mencit dari Lahir sampai Umur Sapih... 25

Pertambahan Bobot Badan (PBB) Anak Mencit ... 27

Bobot Sapih Anak Mencit... 30

Mortalitas Anak Mencit sampai dengan Umur Sapih ... 31

Jumlah Anak Sapih ... 33

SIMPULAN DAN SARAN... 35

Simpulan ... 35

Saran... .... 35

UCAPAN TERIMA KASIH ... 36

DAFTAR PUSTAKA ... 37

LAMPIRAN... 40

(10)

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

1. Sifat Biologis Mencit (Mus musculus)... 3

2. Bobot Badan Anak Mencit Umur 0-21 Hari... 7

3. Komponen Nilai Gizi Daun Kemangi per 100 g Bahan... 10

4. Komponen Kimia Kemangi ... 12

5. Kombinasi Pakan Penelitian ... 18

6. Analisis Proksimat Komposisi Pakan Penelitia n ... 20

7. Komposisi Pakan Penelitian ... 21

8. Rerata Jumlah Anak Sepelahiran dari Induk Mencit yang Mendapat Pakan Tambahan Kemangi Kering ... 22

9. Rerata Bobot Lahir Anak Mencit dari Induk yang Mendapat Penambahan Kemangi Kering ... 24

10. Bobot Badan Anak Mencit dari Induk yang Mendapat Pakan Tambahan Kemangi Kering dari Lahir sampai Sapih ... 26

11. Pertambahan Bobot Badan Anak Mencit dari Induk yang Mendapat Pakan Tamba han Kemangi Kering dari Lahir sampai Sapih ... 28

12. Rerata Bobot Sapih Anak Mencit dari Induk yang Mendapat Pakan Tambahan Kemangi Kering ... 30

13. Mortalitas Anak Mencit dari Induk Mencit yang Mendapat Pakan Tambahan Kemangi Kerin g selama Menyusu ... 32

14. Rerata Jumlah Anak Sapih dari Induk Mencit yang Mendapat Pakan Tambahan Kemangi Kering ... 33

(11)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman 1. Struktur Senyawa Kimia yang Merangsang Hormon Estrogen... 11 2. Skema Penomoran Mencit Betina Dewasa pada Daun Telinga ... 16 3. Skema Penomoran Anak Mencit pada Jari Kaki ... 17 3. Pola Pertumbuhan Bobot Badan Anak Mencit dari Induk yang

Mendapat Penambahan Kemangi Kering dari Lahir sampai Sapih. ... 25 4. Pola Pertambahan Bobot Ba dan Anak Mencit dari Induk yang

(12)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman 1. Sidik Ragam Pengaruh Perlakuan (Kontrol, Kemangi Kering

2,5% dan Kemangi Kering 5,0%) terhadap Jumlah Anak

Sepelahiran... 2. Sidik Ragam Pengaruh Perlakuan (Kontrol, Kemangi Kering 2,5% dan Kemangi Kering 5,0%) terhadap Bobot Lahir ...

3. Sidik Ragam Bobot Badan Anak Mencit Perlakuan Induk Kontrol, Kemangi Kering 2,5% dan Kemangi Kering 5,0% pada Umur 3 Hari...

4. Sidik Ragam Bobot Badan Anak Mencit Perlakuan Induk Kontrol, Kemangi Kering 2,5% dan Kemangi Kering 5,0% pada Umur 6 Hari...

5. Sidik Ragam Bobot Badan Anak Mencit Perlakuan Induk Kontrol, Kemangi Kering 2,5% dan Kemangi Kering 5,0% pada Umur 9 Hari...

6. Sidik Ragam Bobot Badan Anak Mencit Perlakuan Induk Kontrol, Kemangi Kering 2,5% dan Kemangi Kering 5,0% pada Umur 12 Hari...

7. Sidik Ragam Bobot Badan Anak Mencit Perlakuan Induk Kontrol, Kemangi Kering 2,5% dan Kemangi Kering 5,0% pada Umur 15 Hari...

8. Sidik Ragam Bobot Badan Anak Mencit Perlakuan Induk Kontrol, Kemangi Kering 2,5% dan Kemangi Kering 5,0% pada Umur 18 Hari...

9. Sidik Ragam Pertambahan Bobot Badan Anak Mencit Perlakuan Induk Kontrol, Kemangi Kering 2,5% dan Kemangi Kering 5,0% pada Umur 0-3 Hari ...

10. Sidik Ragam Pertambahan Bobot Badan Anak Mencit Perlakuan Induk Kontrol, Kemangi Kering 2,5% dan Kemangi Kering 5,0% pada Umur 3-6 Hari ...

11. Sidik Ragam Pertambahan Bobot Badan Anak Mencit Perlakuan Induk Kontrol, Kemangi Kering 2,5% dan Kemangi Kering 5,0% pada Umur 6-9 Hari ...

12. Sidik Ragam Pertambahan Bobot Badan Anak Mencit Perlakuan Induk Kontrol, Kemangi Kering 2,5% dan Kemangi Kering 5,0% pada Umur 9-12 Hari ...

13. Sidik Ragam Pertambahan Bobot Badan Anak Mencit Perlakuan Induk Kontrol, Kemangi Kering 2,5% dan Kemangi Kering 5,0% pada Umur 12-15 Hari ...

41 41 41 41 42 42 42 43 43 43 43 44 44

(13)

14. Sidik Ragam Pertambahan Bobot Badan Anak Mencit Perlakuan Induk Kontrol, Kemangi Kering 2,5% dan Kemangi Kering 5,0% pada Umur 15-18 Hari ...

15. Sidik Ragam Pertambahan Bobot Badan Anak Mencit Perlakuan Induk Kontrol, Kemangi Kering 2,5% dan Kemangi Kering 5,0% pada Umur 18-21 Hari ...

16. Sidik Ragam Pertambahan Bobot Badan Anak Mencit Perlakuan Induk Kontrol Umur 0-21 Hari... 17. Sidik Ragam Pertambahan Bobot Badan Anak Mencit Perlakuan Induk 2,5% Kemangi Kering Umur 0-21 Hari... 18. Sidik Ragam Pertambahan Bobot Badan Anak Mencit Perlakuan Induk 5% Ke mangi Kering Umur 0-21 Hari... 19. Sidik Ragam Pengaruh Perlakuan (Kontrol, Kemangi Kering 2,5% dan Kemangi Kering 5,0%) terhadap Bobot Sapih ...

20. Sidik Ragam Pengaruh Perlakuan (Kontrol, Kemangi Kering 2,5% dan Kemangi Kering 5,0%) terhadap Jumlah Anak Sapih ...

21. Sidik Ragam Pengaruh Perlakuan (Kontrol, Kemangi Kering 2,5% dan Kemangi Kering 5,0%) terhadap Mortalitas Anak Mencit ...

22. Korelasi antara Jumlah Anak Sepelahiran, Bobot Lahir, Bobot Sapih, Jumlah Anak Sapih dan Mortalitas Anak sampai Umur Sapih... 44 45 45 45 46 46 46 46 47

(14)

PENDAHULUAN Latar Belakang

Usaha peternakan di Indonesia sampai saat ini masih menghadapi banyak kendala, yang mengakibatkan produktivitas ternak masih rendah. Salah satu kendala tersebut adalah masih banyak kasus gangguan reproduksi menuju kepada adanya kemajiran ternak betina. Akibatnya, efisiensi reproduksi yang masih rendah menyebabkan pengembangan populasi ternak masih sangat lamban. Proses reproduksi merupakan hal yang penting bagi suatu peternakan karena tanpa adanya reproduksi, produksi ternak tidak akan mencapai maksimal. Kesalahan pengelolaan reproduksi dapat mendorong terjadinya penurunan kesuburan pada ternak yang bersangkutan. Salah satu faktor yang menyebabkan penurunan kesuburan adalah ternak menderita gangguan keseimbangan hormon khususnya hormon reproduksi.

Hormon reproduksi yang sangat berperan bagi ternak betina adalah hormon estrogen, karena berfungsi dalam pertumbuhan jaringan organ-organ kelamin dan jaringan lain yang berkaitan dengan reproduksi. Hormon estrogen dihasilkan oleh orga n-organ tubuh seperti; ovarium, korpus luteum, plasenta dan korteks adrenal. Mengingat tentang pentingnya peranan estrogen terhadap proses reproduksi betina, maka para ahli dan peneliti telah melakukan berbagai percobaan untuk mencari sumber estrogen la in dari luar tubuh (estrogen eksogen). Estrogen dari luar tubuh dapat berasal dari tumbuhan yang disebut sebagai fitoestrogen. Akhir-akhir ini para peneliti mulai mengarahkan perhatiannya pada tanaman obat (herba) untuk dijadikan alternatif karena penggunaannya bersifat alami dan tidak berbahaya bagi pemakainya. Salah satunya adalah tanaman kemangi (Ocimum basilicum) yang ditemukan mempunyai zat akt if yang dapat merangsang hormon estrogen. Selain itu kemangi dapat mengobati berbagai macam penyakit, merangsang keluarnya air susu, dan mencegah kemandulan pada wanita. Mengingat kemangi banyak dikonsumsi oleh masyarakat sebagai sayuran segar atau sayur dan juga sering digunakan untuk bumbu masakkan, maka masalah ini menjadi sangat menarik untuk dikaji secara ilmia h sehingga dapat diketahui lebih jauh peran kemangi atau makanan yang mengandung kemangi terhadap sifat-sifat reproduksi dengan mencit sebagai hewan model.

(15)

Mencit merupakan salah satu hewan model yang sering digunakan dalam penelitian terutama yang aka n diterapkan pada manusia, karena mencit memil iki anatomi dan fisiologi yang hampir sama dengan manusia. Mencit memiliki interval generasi yang pendek, jumlah anak sepelahiran yang tinggi, mudah berkembangbiak, variasi genetik yang cukup besar, mudah dipelihara dalam jumlah banyak, harganya murah, ukurannya kecil sehingga mudah ditangani dan tidak berbahaya bagi peneliti. Mencit merupakan hewan percobaan yang perlu dikembangkan penggunaannya.

Tujuan

Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan informasi pengaruh pemberian kemangi kering terhadap sifat-sifat reproduksi mencit betina.

Manfaat

Hasil penelitian yang diterapkan pada pemeliharaa n hewan mencit sebagai model, diharapkan dapat mendukung pengelolaan reproduksi ternak untuk meningkatkan kesuburan dan produktivitasnya.

(16)

TINJAUAN PUSTAKA Mencit ( Mus musculus )

Mencit digunakan sebagai hewan model hidup dalam berbagai kegiatan penelitian terutama yang akan diterapkan pada manusia. Hewan ini mudah didapat, mudah dikembangbiakkan dan harganya relatif murah, ukurannya kecil sehingga mudah ditangani, dan jumlah anak sepelahirannya banyak (Yuwono et al., 1994). Hewan ini termasuk dalam philum Chordata, kelas mammalia, ordo Rodentia, familia Muridae, genus Mus dan spesies Mus musculus (Arrington, 1972). Sifat biologis mencit menurut Smith dan Mangkoewidjojo (1988) disajikan pada Tabel 1.

Tabel 1. Sifat Biologis Mencit ( Mus musculus )

Kriteria Keterangan

Lama hidup (tahun)

Lama produksi ekonomis (bulan) Lama bunting (hari)

Kawin sesudah beranak (jam) Umur disapih (hari)

Umur dewasa (hari)

Umur dikawinkan (minggu) Berat dewasa

Jantan (g) Betina (g) Berat lahir (g) Jumlah anak (ekor)

Kecepatan tumbuh (g/hari)

1-3 dapat 4 9 19-21 1-24 21 35 8 20-40 18-35 0,5-1,0 6-15 1

Sumber : Smith dan Mangkoewidjojo (1988)

Mencit digunakan dalam berbagai penelitian dan diagnosis dalam bidang obat-obatan dan kosmetik seperti penelitian tentang ketuaan, virologi, anemia, kegemukan, kekerdilan, diabetes melitus, penyakit ginjal dan tingkah laku (behavior). Mencit hidup dalam daerah yang cukup luas penyebarannya mulai dari iklim dingin, sedang maupun panas dan dapat hidup terus menerus didalam kandang (Malole dan Pramono, 1989). Temperatur ruangan untuk pemeliharaan mencit berkisar antara 20-250C dengan kelembaban 45-55% (Yuwono et al., 1994).

(17)

Mencit merupakan hewan yang jinak, lemah, mudah ditangani, takut cahaya dan aktif pada malam hari. Mencit yang dipelihara sendiri makannya lebih sedikit dan bobotnya lebih ringan dibanding yang dipelihara be rsama -sama dalam satu kandang (Yuwono et al., 1994). Mencit merupakan binatang prolifik. Kelahiran anak mencit biasanya berlangsung satu sampai empat jam. Mencit betina mengelompokkan semua anaknya setelah anak terakhir keluar kemudian menyusui anak-anaknya (Smith dan Mangkoewidjojo, 1988).

Konsumsi Pakan dan Minuman

Faktor makanan memainkan peranan penting dalam berbagai peristiwa faali yang terjadi dalam mencapai dewasa kelamin dan dalam proses-proses reproduksi. Defisiensi tertentu dapat menimbulkan kerusakan dan kegagalan total dalam proses-proses reproduksi. Kekurangan makanan memperlambat kedewasaan pada hewan jantan maupun betina dan dapat pula menyebabkan perubahan degenerasi dalam alat-alat kelamin setelah alat-alat-alat-alat tersebut berkembang (Anggorodi, 1979). Konsumsi pakan merupakan jumlah pakan yang dikonsumsi oleh hewan bila makanan tersebut diberi ad libitum dalam jangka waktu tertentu (Parakkasi, 1999) dan pakan yang dikonsumsi pada berbagai tingkat umur tidak tetap sesuai dengan laju pertumbuhan dan tingkat produksi (Amrullah, 2003).

Mencit liar bersifat omnivora yaitu pemakan segala macam makanan (Yuwono et al., 1994). Seekor mencit dewasa dapat mengkonsumsi makanan 3-5 g setiap hari. Mencit yang sedang bunting atau menyusui, nafsu makannya bertambah. Makanan mencit dengan kualitas tetap pada umumnya harus tersedia sebab perubahan kualitas dapat menyebabkan penurunan berat badan dan tenaga. Akan tetapi, bahan dasar makanan mencit dapat sedikit bervariasi misalnya dengan susunan sebagai berikut: protein, 20-25%; lemak, 10-12%, pati, 45-55%; serat kasar, 4% atau kurang; dan abu, 5-6% (Smith dan Mangkoewidjojo, 1988).

Air adalah salah satu zat makanan anorganik yang penting bagi ternak dan kebutuhannya terhadap air cukup tinggi, karena fungsinya sebagai medium untuk aktivitas metabolisme (Tillman et al., 1989). Air minum yang diperlukan oleh setiap ekor mencit untuk sehari berkisar antara 4 - 8 ml. Tingkat konsumsi makanan dan air minum bervariasi menurut suhu kandang, kelembaban, kualitas makanan, kesehatan dan kadar air dalam makanan (Malole dan Pramono, 1989).

(18)

Sifat – sifat Reproduksi Mencit Jumlah Anak Sepelahiran

Jumlah anak sepelahiran adalah jumlah total anak hidup dan mati pada waktu dilahirkan (Eisen, 1974). Jumlah anak sepelahiran mencit berkisar antara 8-11 ekor (Inglis, 1980). Smith dan Mangkoewidjojo (1988) menyatakan bahwa rerata jumlah anak sepelahiran adalah enam ekor, meskipun mencit dapat melahirkan 15 ekor per kelahiran.

Besarnya jumlah anak sepelahiran dipengaruhi oleh bangsa ternak, umur induk, musim kelahiran, makanan, silang dalam dan kondisi lingkungan. Faktor lingkungan yang sangat mempengaruhi jumlah kelahiran antara lain kualitas dan kuantitas pakan yang diberikan pada induk, musim kawin, jumlah sel telur yang dihasilkan serta tingkat kematian embrio yang sangat berpengaruh terhadap jumlah anak sepelahiran (Toelihere, 1979). Apabila ternak yang kekurangan zat makanan bunting, maka pengambilan zat makanan oleh embrio yang sedang tumbuh akan merusak badannya. Kematian fetus dalam uterus atau kelahiran anak yang lemah dapat terjadi. Hewan jantan yang mengalami kekurangan makanan akan menurunkan jumlah dan kekuatan dari spermatozoa dan dapat memberhentikan spermatogenesis (Anggorodi, 1979). Jumlah sel telur yang dihasilkan dan tingkat awal kematian embrio sangat erat hubungannya dengan jumlah anak sepelahiran dalam sekali kelahiran (Warwick et al., 1983).

Jumlah Anak Sapih

Jumlah anak sapih adalah jumlah anak yang dihitung berdasarkan jumlah anak yang hidup hingga umur disapih. Jumlah anak dipengaruhi beberapa faktor seperti umur induk, pemberian pakan, kondisi induk pada waktu dikawinkan, sistem perkawinan, pejantan yang digunakan dan kematian dalam kandang ternak (Smith dan Mangkoewidjojo, 1988). Menurut Malole dan Pramono (1989), sistem perkawinan monogami dan poligami pada mencit berbeda pengaruhnya terhadap jumlah anak waktu sapih. Jumlah anak yang disapih akan meningkat bila program pembiakan dilakukan dengan sistem perkawinan poligami atau harem. Sistem monogami adalah seekor jantan dicampur dengan seekor betina, sedangkan sistem poligami dilakukan bila seekor jantan dicampur dengan 2-6 ekor betina. Tingkat mortalitas anak sangat berpengaruh terhadap jumlah anak sapihan (Wibowo, 1984).

(19)

Bobot Lahir

Bobot lahir adalah bobot badan suatu individu pada saat dilahirkan. Bobot lahir ternak ditentukan oleh pertumbuhan fetus sebelum lahir atau pertumbuhan selama di dalam kandungan induknya. Pertumbuhan sebelum lahir dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya mutu genetik ternak, umur serta bobot badan induk yang melahirkan, pakan induk dan suhu lingkungan selama kebuntingan (Toelihere, 1979). Faktor lingkungan termasuk ukuran, nutrisi induk, jumlah anak sepelahiran, ukuran plasenta dan tekanan iklim (Hafez, 1993). Waktu foetus mulai tumbuh di dalam uterus, foetus memperoleh zat-zat makanan dari induknya. Apabila zat-zat makanan dari induk tidak mencukupi selama kebuntingan, maka bobot badan anak mencit pada waktu dilahirkan akan subnormal dan kekuatannya akan berkurang. Kekurangan vitamin dan mineral dalam ransum induk selama kebuntingan akan mempunyai pengaruh yang nyata terhadap kekuatan anak dengan tidak memperlihatkan pengaruh yang besar terhadap bobot lahir. Bobot lahir yang ringan tidak mempunyai pengaruh terhadap bentuk de wasa bila zat-zat makanan yang diberikan cukup setelah dilahirkan (Anggorodi, 1979).

Menurut Arrington (1972), suhu optimal untuk memelihara mencit berkisar antara 21,11-22,220C dengan kelembaban udara 45-55%. Suhu lingkungan mempengaruhi bobot lahir ter nak karena secara langsung mempengaruhi konsumsi ransum. Kondisi suhu yang tinggi dapat menyebabkan penurunan nafsu makan, sehingga memungkinkan terjadinya defisiensi zat pakan yang diperlukan oleh foetus. Keadaan tersebut dapat mengakibatkan bobot lahir rendah. Bila suhu rendah, nafsu makan seekor ternak akan meningkat, sehingga memungkinkan terjadinya defisiensi zat pakan pada foetus kecil, sehingga bobot lahir dapat lebih tinggi.

Bobot lahir anak mencit umumnya berkisar antara 0,5-1,5 g/ekor (Malole da n Pramono, 1989), pendapat lain menyatakan bahwa bobot lahir berkisar antara 1-1,5 g/ekor (Arrington, 1972; Fox et al., 1984). Smith dan Mangkoewidjojo (1988) menyatakan bahwa bobot lahir anak mencit berkisar antara 0,5-1g/ekor. Tinggi rendahnya bobot lahir akan mempengaruhi performa anak.

Pertumbuhan Bobot Badan Anak Mencit Prasapih

Pertumbuhan dapat terjadi dengan penambahan jumlah sel yang disebut dengan hyperplasia dan dapat pula terjadi dengan penambahan dalam ukurannya

(20)

yang disebut dengan hypertrophy (Anggorodi, 1979). Menurut Yuwono et al., (1994) pertumbuhan dilukiskan sebagai proses pertambahan bobot sejalan dengan bertambahnya waktu (umur). Bobot badan anak mencit umur 0-21 hari disajikan pada Tabel 2.

Tabel 2. Bobot Badan Anak Mencit Umur 0-21 Hari Bobot Hari Rerata (g) SB (g) Minimum (g) Maksimum (g) 0 3 6 9 12 15 18 21 1,34 2,26 3,55 4,72 5,63 6,30 7,23 9,03 0,08 0,15 0,19 0,21 0,29 0,48 0,62 0,86 1,22 2,05 3,28 4.39 5,16 5,32 6,04 7,46 1,42 2,55 3,86 5,03 6,08 8,98 8,09 12,81

Sumber: Yuwono et al. (1994).

Pertambahan bobot badan pada masa pertumbuhan tidak sepenuhnya tergantung pada air susu induk tetapi juga dari makanan yang didapat. Jumlah dan komposisi air susu induk berubah-ubah dari hari ke hari biasanya disesuaikan dengan kebutuhan anak dan tergantung pada makanan dan keadaan gizi induknya. Pada umur 13-16 hari pertumbuhan bobot badan maju pesat (Yuwono et al., 1994). Kekurangan zat makanan memperlambat puncak pertumbuhan urat dan daging serta menghambat laju penimbunan lemak (Anggorodi, 1979). Pertambahan bobot badan anak mencit sampai disapih adalah 0,45-0,52 g/ekor/hari (Malole dan Pramono, 1989).

Bobot Sapih

Bobot sapih anak adalah bobot badan ternak saat dipisahkan ternak dari induknya (Nafiu,1996). Bobot sapih dipengaruhi oleh jenis kelamin, bobot badan induk selama menyusui, umur induk, keadaan pada saat lahir, kemampuan induk menyusui, kuantitas dan kualitas ransum dan suhu lingkungan (Sumantri, 1984).

(21)

Penyapihan hendaknya dilakukan saat umur sapih, karena apabila dilakukan lebih dini maka pertumbuhan anak akan terhambat. Mencit yang disapih saat umur 14-16 hari tidak akan tumbuh sebaik mencit yang tetap bersama induknya sampai berumur 20-21 hari (Inglis, 1980). Menurut Smith dan Mangkoewidjojo (1988), bobot sapih mencit berkisar antara 18-20 g dan anak mencit dapat disapih pada umur 21 hari. Arrington (1972), Inglis (1980) serta Malole dan Pramono (1989) berpendapat bahwa bobot sapih anak mencit berkisar antara 10-12 g/ekor. Sedangkan menurut Sudono (1981) bobot sapih mencit sebesar 7,69 g/ekor. Malole dan Pramono (1989) menambahkan bahwa apabila secara teknis induk dipisah dari pejantan saat bunting tua dan induk tidak memanfaatkan estrus post partum untuk melaksanakan perkawinan, maka produksi susu dan perawatan anak oleh induk akan lebih lebih optimal sehingga akan menghasilkan bobot sapih lebih baik.

Mortalitas

Tingkat mortalitas merupakan salah satu pedoman yang dapat digunakan untuk mengukur kemampuan induk mengasuh anak, bahkan secara umum dianggap sebagai suatu indikator berhasil tidaknya suatu usaha peternakan. Faktor yang mempengaruhi tingkat mortalitas antara lain jumlah anak sepelahiran, kondisi induk setelah melahirkan, kondisi lingkungan dan sistem perkawinan (Smith dan Mangkoewidjojo, 1988). Malole dan Pramono (1989) menyatakan bahwa penyakit yang terdapat pada mencit terutama penyakit reproduksi. Penyebab infertilitas yang ditimbulkan oleh stimulasi estrogen, kesalahan pengaturan cahaya, mencit terlalu muda dan terlalu tua sewaktu dikawinkan, kepadatan terlalu bising, defisiensi nutrisi dan silang dalam. Kematian anak muncul pada beberapa kondisi misalnya ukuran kandang yang terlalu luas sehingga anak mencit kedinginan, hanya sedikit sekali anak yang dilahirkan, anak mencit luka atau abnormal, pengaruh kelembaban dan suhu kandang yang tidak menyenangkan induk dan inveksi virus.

Kemangi (Ocimum basilicum ) Taksonomi dan Botani

Kemangi (Ocimum basilicum) termasuk famili Labiatae, spesies Ocimum

basilicum. Kemangi memiliki beberapa nama latin seperti Ocimu m africanum (Lour), Ocimum canum dan Ocimum brachiatum (Blume) (Tindall, 1983). Nama lokal yang

(22)

umum dikenal adalah kemangi (Jawa), surawung (Sunda) (Nazaruddin, 1998). Kemangi memiliki batang dan daun berwarna hijau dan bunganya berwarna putih (Kloppenbur g, 1988).

Kemangi lebih sering dimakan sebagai sayuran segar, ada juga yang menggunakannya sebagai campuran sayur tertentu. Sayuran ini memiliki aroma harum dan rasa yang khas. Kemangi tidak menuntut syarat tumbuh yang rumit. Dapat dikatakan semua wilayah di Indonesia bisa ditanami kemangi (Nazaruddin, 1998). Kemangi tumbuh di tepi-tepi jalan, ladang dan sawah-sawah kering, dan disemaikan di kebun-kebun. Tanaman ini dapat ditemukan di seluruh Pulau Jawa pada ketinggian 450-1.100 m di atas permukaan la ut (Heyne, 1987). Populasi kemangi menyebar luas diseluruh belahan dunia beriklim tropis, seperti di benua Eropa, daerah Mediteranian, Asia Pasifik, Amerika Selatan dan Utara, Timur Tengah dan Australia (www. sinarharapan. co.id., 2002). Kemangi ditanam dari biji pada tanah persemaian yang baik. Tanaman ini tahan sampai enam bulan di dataran rendah tropika, tetapi daunnya dapat dikeringkan dan tahan disimpan (Williams, 1993).

Khasiat Kemangi

Kemangi merupakan tanaman bumbu penyedap makanan. Baik daun yang dikeringkan atau daun segar digunakan untuk memberikan keharuman, rasa manis, panas, pedas, dan rasa seperti cengkeh pada masakan dan minuman. Selain itu digunakan sebagai bahan baku dalam industri kosmetik karena menghasilkan minyak atsiri serta sebagai obat tradisional untuk beberapa penyakit (Sutarno dan Atmowidjojo, 2001). Secara tradisional kemangi digunakan untuk mengobati panas dalam, sariawan, peluruh gas perut, peluruh haid, dan peluruh ASI (Gunawan, 2004).

Daun kemangi juga berkhasiat sebagai obat demam dan obat mual. Bijinya berkhasiat sebagai obat kencing nanah (Syamsuhidayat dan Hutapea, 1991). Zat aktif yang terkandung dalam daun kemangi juga berfungsi sebagai antiseptik. Daun kemangi juga mengandung zat yang dapat meningkatkan selera makan. Bagi perempuan yang sedang mengalami menstruasi, jika mengonsumsi daun kemangi kurang lebih satu genggam pagi dan sore selama masa haid akan terhindar dari bau yang tidak sedap yang sering menimpa perempuan haid (www.sinarharapan.co.id, 2003).

(23)

Kandungan Zat Gizi Kemangi

Sutarno dan Atmowidjojo (2001) menyatakan bahwa kandungan zat gizi kemangi antara lain energi, protein, lemak, karbohidrat dan mineral. Kandungan nilai gizi kemangi disajikan pada Tabel 3.

Tabel 3. Komposisi Nilai Gizi Kemangi per 100 g Bahan

Nilai gizi Daun kemangi

Kalori (kkal) Air (g) Protein (g) Lemak (g) 0,610 Karbohidrat (g) 4,340 Serat (g) 3,900 Abu (g) 2,000 Kalsium (mg) Phospor (mg) 69,000 Besi (mg) 3,170 Riboflavin (mg) 0,073 Niasin (mg) 0,925 Asam askorbat (mg) 18,000 ß -karoten (µg) 27,0002) 90,9601) 2,5401) 0,6101) 4,3401) 3,9001) 2,0002) 154,0001) 69,0001) 3,1701) 0,0731) 0,9252) 18,0001) 4.500,0002) Sumber : 1) Riana (2000);

2) Sutarno dan Atmowidjojo (2001)

Kualitas nutrisi bahan makanan merupakan faktor utama dalam menentukan kebijakan dalam pemilihan dan penggunaan bahan pakan tersebut sebagai sumber zat makanan untuk memenuhi kebutuhan hidup pokok dan produksinya. Kualitas nutrisi bahan pakan terdiri atas komposisi nilai gizi, serat dan energi serta aplikasinya pada nilai palatabilitas dan daya cerna (Tillman et al., 1989).

Kandungan Kimia Kemangi

Kandungan utama kemangi adalah minyak atsiri yang tersusun dari banyak sekali senyawa, antara lain osimena, fernesena, sineol, felandrena, sedrena, bergamotena, amorfena, burnesena, kadinena, kopaena, kubebena, pinena, terpinena, santalena, sitral, dan kariofilena. Selain minyak atsiri, kemangi juga mengandung

(24)

senyawa lain seperti anetol, apigenin, asam askorbat, asam kafeat, eskuletin, eriodiktiol, eskulin, estragol, farnesol, histidin, humulena, kaemferol, magnesium, asam kumarat, kuersetin, rutin, tannin, terpinen-4-ol, timol, asam ursolat, ksantomikrol, visenin (Mulyani dan Gunawan, 2004). Daun kemangi disamping mengandung minyak atsiri juga mengandung saponin, flavonoida, dan tannin. Sedang bijinya mengandung saponin, flavonoida, dan polifenol (Syamsuhidayat dan Hutapea, 1991). Flavonoida adalah senyawa nonsteroid ya ng berasal dari tanaman yang memperlihatkan aktivitas estrogenik (Suherman, 1995).

Tanaman kemangi merupakan tanaman yang banyak mengandung komponen kimia aktif yang kegunaannya berkaitan erat dengan aktivitas seksual. Kemangi memiliki kandungan aktif (anetol, boron dan stigmasterol) yang berperan sebagai perangsang keluarnya hormon reproduksi yaitu hormon estrogen (Gunawan, 2004). Rumus bangun anetol dan stigmasterol disajikan pada Gambar 1.

(a) (b)

Gambar 1. Struktur senyawa kimia yang merangsa ng hormon estrogen a) Anetol b) Stigmasterol

(Gunawan dan Mulyani, 2004)

Pengaruh dari komponen kimia kemangi, seperti Boron penting untuk pereaksi enzim, sel membran, memetabolis mineral lain dan vitamin D, memodulasi hormon-hormon steroid, mencegah kelainan tulang (arthritis, osteoarthritis dan osteoporosis) dan mendukung kerja fungsi otak dan kognitif (Hunt, 2004). Menurut Contoh lainnya komponen stigmasterol (fitosterol) dapat menurunkan kadar kolesterol dalam darah sehingga aliran darah tidak tersumbat. Kandungan kimia kemangi menurut Gunawan (2004) disajikan pada Tabel 4.

(25)

Tabel 4. Komponen Kimia Kemangi Komponen

kimia

Bagian tanaman Kegunaan

1,8-Sineol Seluruh bagian Anestesi (pati rasa), membantu mengatasi

ejakulasi premature, anti kholinesterase, perangsang aktivitas syaraf pusat, melebarkan pembuluh kapiler (merangsang ereksi).

Anetol Seluruh bagian Merangsang hormon estrogen, merangsang

faktor kekebalan tubuh, merangsang keluarnya ASI.

Apigenin Seluruh bagian Melebarkan pembuluh darah, mencegah

penjendalan darah, melancarkan sirkulasi darah, penekan syaraf pusat.

Arginina Daun Memperkuat daya tahan hidup sperma,

mencegah kemandulan, menurunkan gula darah.

Asam aspartat Daun Perangsang syaraf, analeptik.

Boron Seluruh bagian Merangsang keluarnya hormon androgen dan

hormon estrogen, mencegah pengeroposan tulang.

Eriodiktiol Daun Merangsang peremajaan sel.

Eugenol Daun Mencegah ejakulasi premature, anestetik,

mematikan jamur penyebab keputihan.

Farnesol Seluruh bagia n Feromon, parfum, merangsang regenerasi sel

normal pada pergantian kulit.

fenkhona Seluruh bagian Melebarkan pembuluh darah kapiler,

antikholinesterase.

Germakrena-D Seluruh bagian Feromon.

asam p-kumarat Daun Antifertilitas, penghambat sintesis prostaglandin.

Stigmasterol Seluruh bagian Merangsang hormon estrogen, menurunkan

kolesterol, merangsang terjadinya proses ovulasi, bahan baku hormon steroid.

Tannin Kultur jaringan-

tanaman

Mengurangi sekresi cairan pada liang vagina.

Triftofan Daun Menunda menopause, analgetik, penguat insulin.

Seng Daun Antiimpotensi, merangsang keluarnya hormon

testosteron, merangsang kekebalan tubuh.

(26)

Estrogen merupakan hormon steroid yang disekresikan sel teka interna dan sel granulosa folikel ovarium, korpus luteum, plasenta dan dalam jumlah sedikit oleh korteks adrenal dan testis (Baird, 1984). Fungsi utama dari estrogen adalah untuk menimbulkan proliferasi sel dan pertumbuhan jaringan organ-organ kelamin dan jaringan lain yang berkaitan dengan reproduksi. Hormon estrogen dan progesteron mendorong kelenjar hipofisa anterior untuk menghasilkan LH yang menggertak terjadinya ovulasi. Hormon estrogen, pada proses kebuntingan dapat menyebabkan partumbuhan duktus kelenjar susu (Guyton, 1994).

Hormon estrogen adalah hormon yang berperan dalam metabolisme tubuh. Estrogen dapat menambah sintesis dan ekskresi hormon pertumbuhan sehingga dapat menstimulir pertumbuhan sel-sel dalam tubuh, mempercepat pertambahan bobot badan, merangsang korteks kelenja r adrenal untuk lebih banyak meningkatkan metabolisme protein karena retensi nitrogen meningkat (Hardjopranjoto, 1995). Estrogen dapat menimbulkan respon terhadap aktivitas betina seperti: perkembangan sifat seksual sekunder, perilaku persiapan kawin (estrus), mempersiapkan uterus untuk implantasi dan menyiapkan perkembangan kelenjar susu (Hafez, 1993). Disamping itu, estrogen juga mempunyai efek anabolik pada tulang dan kartilago sehingga menambah pertumbuhan tulang (Granner, 1990).

Pengeringan Kemangi

Pengeringan adalah proses pengeluaran air dari suatu bahan sampai kadar air keseimbangan dengan udara lingkungan atau sampai kadar air tertentu dimana jamur, enzim dan insekta yang bersifat merusak tidak aktif (Handerson dan Perry, 1976). Pengeringan adalah operasi kompleks yang melibatkan transfer panas dan massa bersamaan dengan beberapa tingkat pemrosesan seperti perubahan fisik dan kimia yang menyebabkan perubahan terhadap kualitas produk. Pengeringan terjadi akibat penguapan cairan dengan pengiriman energi panas kepada bahan segar. Panas dapat dihasilkan dari konveksi (pemanasan langsung), konduksi (pemanasan tidak langsung) dan radiasi (Mujumdar, 2003).

Pengeringan bertujuan menurunkan kadar air sehingga bahan tersebut tidak mudah ditumbuhi kapang dan bakteri, menghilangkan aktivitas enzim yang bisa menguraikan lebih lanjut kandungan zat aktif dan memudahkan dalam hal pengelolaan proses selanjutnya (ringkas, mudah disimpan, tahan lama dan

(27)

sebagainya). Proses pengeringan dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain; waktu dan suhu pengeringan, kelembaban udara disekitarnya dan kelembapan bahan atau kandungan air dari bahan, ketebalan bahan yang dikeringkan, sirkulasi udara, dan luas permukaan bahan. Semakin lama dikeringkan akan semakin kering bahan tersebut. Semakin tinggi suhunya semakin cepat kering, tetapi harus dipertimbangkan daya tahan kandungan zat aktif di dalam sel yang kebanyakan tidak tahan panas. Semakin luas permukaan bahan semakin mudah kering (Gunawan dan Mulyani, 2004). Tahap pertama pada pengeringan adalah memane n tanaman yang akan dikeringkan, karena tujuan dari pengeringan adalah menghilangkan kelebihan cairan, hal ini berarti perlu menghindari pemetikan tanaman pada saat tanaman banyak cairan, seperti setelah turun hujan atau ketika ta naman tertutup embun pagi. Pagi hari yang cerah sering menjadi pilihan terbaik, setelah matahari menyerap cairan tanaman tetapi bunganya mulai layu akibat panas yang tinggi. Waktu pengeringan dapat bervariasi minimal dari tiga atau empat hari sampai maksimal sepuluh minggu, tergantung pada metode dan jumlah cairan pada tanaman ketika dipanen (Blose dan Cusick, 1993).

Selama pengeringan akan terjadi perubahan warna, penampilan, bau, kandungan mikroba, kandungan nutrisi dan vitamin. Perubahan warna terjadi karena adanya oksidasi enzim polyphenoloxidase yang akan mengubah warna menjadi coklat (reaksi Maillard), kandungan air yang tinggi dan temperatur produk yang rendah saat pengeringan awal akan menimbulkan reaksi enzimatis yang akan menghilangkan beberapa vitamin seperti oksidasi asam ascorbat akan

menghilangkan vitamin C, oksidasi tocopherol akan menghilangkan vitamin E dan lipogenase dapat menghancurkan vitamin A dan Beta Karoten (Perera, 2003). Apabila pengeringan berlangsung lama, banyak kandungan dan ba u pada tanaman yang hilang, sehingga pengeringan dilakukan dengan waktu pendek dan tempat yang tidak terlalu panas yang akan merusak tanaman (Garland, 1995).

(28)

METODE Lokasi dan Waktu

Penelitian ini telah dilakukan di Laboratorium Lapang Bagian Pemuliaan dan Genetika Ternak, Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor. Penelitian dilakukan selama tiga bulan dari bulan Juni sampai dengan Agustus 2005.

Materi Mencit Percobaan

Hewan yang digunakan dala m penelitian ini 60 ekor mencit betina dengan rataan bobot badan 11,01 ± 0,81 g dan 30 ekor mencit jantan dengan rataan bobot badan 11,02 ± 0,71 g. Mencit jantan dipakai untuk mengawini mencit betina (sebagai pejantan). Mencit yang digunakan pada penelitia n ini berumur 21-28 hari (lepas sapih). Mencit diperoleh dari Laboratorium Pemuliaan dan Genetika Ternak, Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor.

Kandang dan Peralatan

Kandang yang digunakan berukuran 25x18x18cm sebanyak 30 buah. kandang terbuat dari seng dan kawat dan di dalamnya diberi alas berupa sekam padi yang masih bersih dan baru. Setiap kandang dilengkapi dengan tempat pakan dan tempat minum. Tempat pakan yang digunakan adalah mangkok kecil yang terbuat dari plastik. Tempat minum mencit menggunakan botol yang terbuat dari kaca yang dilengkapi karet penutup dan pipa logam. Penempatan masing-masing kandang dilakukan di atas rak yang terbuat dari balok kayu.

Peralatan lain yang digunakan adalah timbangan Dial O-gram dengan merek O-Haus yang digunakan untuk menimbang bobot badan mencit dan pakan, sikat untuk membersihkan peralatan, gunting untuk memotong daun telinga dan jari-jari kaki mencit, kertas label untuk memberi nomor pada plastik tempat pakan dan kandang mencit, kertas untuk alas menjemur kemangi, saringan untuk menyaring sisa pakan, gelas aqua, plastik, kapas, alkohol 70% , dan alat tulis.

(29)

Pakan Penelitian

Pakan yang diberikan dalam penelitian ini terdiri atas ransum ayam peranggang dan kemangi. Pakan ayam peranggang (broiler) yang digunakan bermerek Cp 511 Bravo produksi PT Charoen Pokphand. Pakan diperoleh dari toko ‘Maju’ Leuwiliang, Kabupaten Bogor.

Kemangi yang digunakan diperoleh dari warung-warung sayur di sekitar Darmaga Bogor. Kemangi yang diberikan pada mencit adalah kemangi kering yang telah dihaluskan. Pengeringan kemangi dilakukan dengan dijemur dibawah sinar matahari. Penjemuran dilakukan sampai kemangi benar-benar kering dan warnamya coklat kehitaman. Kemangi yang suda h kering segera digiling untuk dihaluskan. Kemangi yang sudah dihaluskan dicampur dengan pakan ayam dengan dosis sesuai perlakuan.

Prosedur Identifikasi Mencit

Mencit betina dewasa diidentifikasi berdasarkan nomor kandang. Identifikasi induk mencit dilakukan dengan cara menggunting daun telinga. Telinga sebelah kanan merupakan nomor satuan, sedangkan sebelah kiri merupakan nomor puluhan. Gambar 2 menyajikan aturan penomoran mencit betina dewasa pada daun telinga.

U U

Gambar 2. Skema Penomoran Mencit Betina Dewasa pada Daun Telinga Pemberian nomor anak mencit yang baru lahir disesuaikan dengan jumlah anak sepelahiran dari tiap induk dengan cara memotong jari– jari kaki. Pemotongan jari kaki dilakukan dengan gunting kuku pada saat penimbangan bobot lahir. Gambar 3 memperlihatkan aturan penomoran anak mencit pada jari kakinya.

50 5

30 3

(30)

Kiri Kanan

a) Penomoran anak mencit yang berasal dari jumlah anak sepelahiran 1– 9 ekor (kaki depan)

Kiri Kanan Kiri Kanan

Kaki Depan Kaki Belakang

(b) Penomoran anak mencit yang berasal dari jumlah anak sepelahiran di atas 10 ekor

Gambar 3. Skema Penomoran Anak Mencit pada Jari Kaki

Pelaksanaan Penelitian

Sebelum penelitian dimulai, kandang dan semua peralatan dibersihkan dan ruangan dibebaskan dari hewan pengganggu. Penelitian pendahuluan dilakukan selama tujuh hari pada mencit lain yang sejenis dengan tujuan untuk mengetahui tingkat palabilitas pakan yang dicampur kemangi kering. Setelah mengetahui tingkat palabilitasnya, kemudian dilakukan penimbangan bobot badan terhadap mencit penelitian yang terdiri dari 60 ekor betina dan 30 ekor jantan. Satu ekor mencit jantan dipasangkan dengan dua ekor mencit betina dalam tiap kandang (1:2). Penempatan mencit jantan dan betina dalam kandang disesuaikan dengan nomor telinga, sedangkan penempatan kandang dalam ruangan dilakukan secara acak. Perlakuan diberikan setelah mencit jantan dan betina disatukan dalam kandang sampai dengan 21 hari umur laktasi (umur anak disapih). Pakan yang diberikan berupa campuran pakan ayam dan kemangi kering yang telah dihaluskan. Kombinasi pemberian pakan disajikan pada Tabel 5.

5 4 3 2 1 6 7 8 9

13 14 15 16

(31)

Tabel 5. Kombinasi Pemberian Pakan

Pakan Perlakuan

Pakan Ayam Kemangi Kering

---(g/ekor)--- Kontrol 2,5% Kemangi Kering 5,0% Kemangi Kering 9,00 8,77 8,55 0 0,23 0,45

Pakan diberikan setiap hari pada jam 14.00 sampai selesai. Air minum diberikan ad libitum. Pergantian sekam dilakukan setiap seminggu sekali dengan ketebalan sekam ± 5 cm.

Peubah yang Diamati

1. Jumlah anak sepelahiran (ekor/induk) adalah jumlah anak yang lahir per induk (anak yang hidup maupun yang mati pada saat dilahir kan).

2. Bobot lahir (g/ekor) adalah bobot anak mencit pada saat dilahirkan. Penimbangan bobot lahir anak mencit per ekor dilakukan pada kisaran waktu saat anak dilahirkan sampai dengan 12 jam setelah kelahiran.

3. Pertambahan bobot badan anak mencit sampai umur sapih (g/ekor). Dihitung dengan cara mengurangi bobot badan saat penimbangan dikurangi bobot badan tiga hari sebelumnya, penimbangan dilakukan setiap tiga hari sekali. 4. Bobot sapih (g/ekor) adalah bobot anak mencit ketika disapih (21 hari).

5. Jumlah anak sapih (ekor) adalah banyaknya anak mencit pada saat disapih (21 hari).

6. Mortalitas anak mencit selama menyusu (21 hari ) (%) adalah perbandingan jumlah mencit yang mati per induk saat disapih dengan jumlah anak sepelahiran dikali seratus persen.

(32)

Rancangan Percobaan

Rancangan percobaan yang digunakan dalam penelitian ini Rancangan Acak Lengkap dengan pola searah dengan perlakuan pertama kelompok mencit kontrol, kedua kelompok mencit yang diberi kemangi kering 2,5% dan ketiga kelompok mencit yang diberi kemangi kering 5,0%. Setiap perlakuan terdiri dari sepuluh ulangan Model Matematika yang digunakan :

Yij = µ + τ i + åij (Gaspersz, 1991)

Keterangan : Yij = data pengamatan pada satuan produksi ke -j,

ì = nilai tengah populasi (rata – rata yang sesungguhnya),

τ i = pengaruh perlakuan (pemberian daun kemangi), åij = pengaruh galat dari satuan perc obaan,

i = ulangan,

j = peringkat daun kemangi.

Hasil data yang diperoleh dianalisis dengan sidik ragam (ANOVA). Jika hasil analisis berbeda nyata, dilanjutkan dengan uji Tukey untuk melihat perbedaan antara perlakuan. Pengolahan data menggunakan perangkat lunak statistik Minitab Versi 11. Rumus statistik yang digunakan untuk melihat perbedaan antara perlakuan menurut Gaspersz (1991) sebagai berikut:

Sy =

r KTError

W = q α ( P, t ε ) Sy Keterangan : Sy = galat baku perlakuan

KT = kuadrat tengah r = ulangan perlakuan

qα = selang kepercayaan 1 atau 5% P = jumlah perlakuan

(33)

HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Lingkungan Penelitian Pakan Penelitian

Pakan adalah segala bahan atau makanan yang diberikan ke ternak untuk kelangsungan hidupnya. Pakan mempunyai peranan yang penting dalam pemeliharaan mencit. Kekurangan pakan dapat menimbulkan kegagalan tota l dalam proses-proses reproduksi. Pakan yang diberikan selama penelitian terdiri dari pakan ayam peranggang (broiler) dan kemangi kering yang telah dihaluskan. Hasil analisis proksimat komposisi pakan penelitian disajikan pada Tabel 6.

Tabel 6. Analisis Proksimat Komposisi Pakan Penelitian Pakan Komposisi

kimia Cp 511 Bravo 1) Kemangi Kering 2) ---(%)--- Kadar air Protein Lemak Serat Kasar Abu Kalsium Fosfor BeTN 13,00 22,00 5,00 12,00 7,00 0,90 0,60 39,50 14,29 25,56 1,89 27,08 12,05 1,94 0,62 16,57

Keterangan: 1) = Hasil analisis PT. Charoen Phokpand (2005)

2) = Hasil analisis proksimat di Laboratorium Ilmu dan Teknologi Pakan, Departemen Ilmu Makanan Ternak, Fakultas Peternakan , IPB (2005)

Hasil analisis proksimat digunakan sebagai acuan untuk menentukan kualitas nutrisi pakan dan untuk menghitung komposisi pakan yang diberikan kepada mencit selama penelitian. Ensminger (1990) menyatakan bahwa komposisi hasil analisis kimia pa kan merupakan acuan mendasar untuk evaluasi pakan. Tabel 7 menyajikan komposisi kimia pakan yang digunakan dalam penelitian.

(34)

Tabel 7. Komposisi Pakan Penelitian Perlakuan Komposisi kimia Kontrola 2,5%b 5,0%b ---(%)--- --- Kadar air Protein Lemak Serat Kasar Abu Kalsium Fosfor BeTN 13,00 22,00 5,00 12,00 7,00 0,90 0,60 39,50 13,03 22,09 4,92 12,38 7,17 0,93 0,60 38,93 13,06 22,17 4,84 12,75 7,25 0,95 0,60 38,35

Keterangan: a=P.T. Charoen Pokhphand (2005) b=Hasil Perhitungan Manual

Kualitas nutrisi pakan yang diberikan pada setiap perlakuan relatif sama dan kandungan nutrisinya sudah mencukupi kebutuhan mencit. Komposisi pakan penelitian (Tabel 7) masih sesuai dengan pernyataan Smith dan Mangkoewidjojo (1988), bahwa seekor mencit dewasa mengkonsumsi ransum dengan kandungan protein 20-25%, lemak 10-12%, pati 45-55%, serat kasar 4%, dan abu 5-6%.

Suhu dan Kelembaban

Suhu dan kelembaban merupakan faktor lingkungan yang harus diperhatikan, karena keadaan suhu dan kelembaban yang tidak sesuai dapat menghambat proses reproduksi. Kondisi lingkungan selama penelitian tidak menunjukkan perubahan yang ekstrem terhadap suhu dan kelembaban. Suhu ruangan per hari selama penelitian berkisar antara 21,7-31,9 0C (rerata 26,90C) dengan kelembaban ruangan berkisar antara 82-87% (rerata 84,2%). Keadaan suhu dan kelembaban tersebut sesuai pernyataan Malole dan Pramono (1989) yang menyatakan bahwa suhu yang ideal untuk pertumbuhan mencit berkisar 21-29 0C dan kelembaban udara dalam kandang yang ideal adalah 30-70%.

(35)

Sifat -sifat Reproduksi Mencit Jumlah Anak Sepelahiran

Jumlah anak sepelahiran adalah jumlah total anak hidup dan mati pada waktu dilahirkan. Rerata jumlah anak sepelahiran yang diperoleh dalam penelitian ini berkisar antara 8,5-9,6 ekor (Tabel 8). Tanpa membedakan perlakuan, rerata jumlah anak sepelahiran yang dicapai sebesar 8,93 ekor. Hasil ini sesuai dengan jumlah anak sepelahiran menurut Inglis (1980) yaitu 8-11 ekor/induk dan lebih tinggi dibandingkan dari hasil penelitian Kuzaimi (2006) yang mencitnya diberi pakan tambahan kemangi segar yaitu berkisar antara 7,90-8,17 ekor/induk. Jumlah anak sepelahiran dari induk yang mendapat pakan tambahan 2,5% kemangi kering mempunyai koefisien keragaman paling rendah yaitu 15,29%. Hal ini menunjukkan bahwa perlakuan dengan penambahan 2,5% kemangi kering dalam pakan induk menghasilkan jumlah anak sepelahiran yang paling seragam. Hal ini disebabkan respon induk terhadap pemberian kemangi kering adalah sama.

Tabel 8. Rerata Jumlah Anak Sepelahiran dari Induk Mencit yang Mendapat Pakan Tambahan Kemangi Kering

Jumlah anak sepelahiran Perlakuan Jumlah Induk

Rerata KK (ekor) (ekor/induk) (%) Kontrol 2,5% Kemangi 5,0% Kema ngi 18 19 19 8,50 ± 2,11 9,60 ± 1,47 8,70 ± 1,53 24,80 15,29 17,60 Rerata 8,93 ± 1,70 19,23

Keterangan : KK= koefisien keragaman

Penambahan kemangi kering dalam pakan induk tidak berpengaruh terhadap jumlah anak sepelahiran. Hasil ini sama dengan penelitian Kuzaimi (2006) yang mencitnya diberi pakan tambahan kemangi segar dengan dosis yang sama. Hal ini salah satunya disebabkan oleh dosis yang diberikan belum optimal dan kondisi lingkungan yang mendukung selama penelitian. Selain itu dapat disebabkan oleh ada nya kemungkinan berkurangnya zat aktif yang terkandung dalam kemangi sebagai akibat penguapan pada saat pengeringan berlangsung. Garland (1995) menyatakan bahwa apabila pengeringan berlangsung lama, banyak kandungan dan

(36)

bau pada tanaman yang hilang. Hal ini menyebabkan efek stigmasterol yang terkandung dalam kemangi tidak memberikan pengaruh terhadap jumlah anak sepelahiran. Meskipun senyawa tersebut menurut Gunawan (2004) dapat merangsang sekresi hormon estrogen dan merangsang terjadinya proses ovulasi. Warwick et al, (1983) menyatakan bahwa jumlah sel telur yang dihasilkan dan tingkat awal pertumbuhan embrio sangat erat hubungannya dengan jumlah anak sepelahiran dalam sekali kelahiran. Manan (2002) menyatakan bahwa estrogen juga berfungsi merangsang pelepasan ovum dari ovarium (ovulasi).

Kadar lemak yang tinggi dalam organ reproduksi menyebabkan kegagalan pada proses reproduksi (Tillman et al, 1989). Perletakan lemak yang berlebihan di sekitar ovarium dapat menghalangi proses perjalanan sel telur yang telah diovulasikan ke dalam tuba falopii untuk pembuahan (Hardjopranjoto,1995). Mulyani dan Gunawan (2004) menyatakan bahwa kemangi berkhasiat untuk menurunkan kandungan lemak dalam tubuh. Penambahan kemangi dalam pakan diduga dapat memperlancar proses reproduksi. Mencit yang digunakan dalam penelitian ini adalah mencit yang sedang dalam tahap tumbuh sehingga kandungan lemak tubuhnya masih rendah. Kandungan lemak yang rendah dalam tubuh tidak akan mengganggu proses reproduksi, oleh karena itu jumlah ana k sepelahiran yang dihasilkan tidak berbeda nyata.

Bobot Lahir Anak Mencit

Hasil penelitian menunjukkan bahwa bobot lahir anak mencit dari induk perlakuan kontrol, penambahan 2,5 dan 5,0% kemangi kering dalam pakan berkisar antara 1,47-1,55 g/ekor. Berda sarkan hasil tersebut, maka diperoleh rerata bobot lahir 1,52 g/ekor. Hasil ini sesuai dengan pendapat Malole dan Pramono (1989) yang menyatakan bahwa bobot lahir mencit berkisar antara 0,5-1,5 g/ekor. Bobot lahir ini cukup baik bila dibandingkan dengan pe rnyataan Smith dan Mangkoewidjo jo (1988) yaitu 0,5-1,0 g/ekor.

Tabel 9 menunjukkan bahwa bobot lahir dari induk yang mendapat pakan tambahan 2,5% kemangi kering mempunyai koefisien keragaman paling rendah dibanding taraf perlakuan lainnya yaitu 18,73%. Hal ini menunjukkan bahwa perlakuan dengan penambahan 2,5% kemangi kering dalam pakan induk

(37)

menghasilkan bobot lahir yang paling seragam. Hal ini disebabkan respon induk terhadap pemberian kemangi kering adalah sama.

Tabel 9. Rerata Bobot Lahir Anak Mencit dari Induk yang Mendapat Pakan Tambahan Kemangi Kering

Bobot lahir Perlakuan Jumlah Induk Rerata KK (ekor) (g/ekor) (%) Kontrol 2,5% Kemangi 5,0% Kemangi 18 19 19 1,47 ± 0,36a 1,55 ± 0,29b 1,54 ± 0,30b 24,54 18,73 19,15 Rerata 1,52 ± 0,32 20,81

Keterangan: Huruf kecil yang sama menunjukkan tidak berbeda (P>0,05), sedangkan huruf yang beda menunjukkan berbeda nyata (P<0,05), KK = koefiisien keragaman.

Penambahan kemangi kering berpengaruh nyata terhadap bobot lahir anak mencit (P<0,05). Bobot la hir anak mencit yang berasal dari induk perlakuan kontrol nyata lebih rendah (P<0,05) dibandingkan dengan bobot lahir anak mencit yang berasal dari induk perlakuan penambahan kemangi kering 2,5% dan 5,0%. Perlakuan penambahan kemangi kering 2,5% sama pengaruhnya dengan penambahan kemangi kering 5,0%. Hal ini sama dengan penelitian Kuzaimi (2006) bahwa bobot lahir anak mencit dari induk yang mendapat tambahan kemangi segar dalam pakan lebih tinggi dari perlakuan kontrol.

Bobot lahir ternak ditentukan oleh pertumbuhan foetus sebelum lahir atau pertumbuhan selama di dalam kandungan induknya. Pertumbuhan sebelum lahir dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya mutu genetik ternak, umur serta bobot badan induk yang melahirkan, pakan induk dan suhu lingkungan selama kebuntingan (Toelihere, 1979). Kemangi adalah tanaman yang dapat meningkatkan selera makan (www.sinarharapan.co.id, 2004). Peningkatan bobot lahir pada anak mencit dari induk yang mendapat penambahan kemangi kering, mungkin disebabkan oleh meningkatnya konsumsi pakan pada induk. Konsumsi ransum yang tinggi menyebabkan kebutuhan induk dan foetus terpenuhi dan bobot lahir anak mencit semakin baik. Masa kebuntingan merupakan masa pada saat induk membutuhkan tambahan energi untuk memelihara foetus dan persiapan laktasi (Parakkasi, 1999).

(38)

Bobot lahir anak mencit ditentukan oleh perkembangan embrio selama dalam kebuntingan. Perkembangan embrio dipengaruhi oleh keadaan uterus yang berfungsi untuk mempersiapkan lingkungan yang cocok untuk pertumbuhan dan perkembangan embrio (Dziuk, 1992). Seluruh pengaturan proses ini dilakukan oleh hormon estrogen dan progesteron. Karena itulah bobot lahir anak mencit dari induk yang mendapat pakan tambahan kemangi kering dalam pakan berbeda nyata lebih tinggi.

Pertumbuhan Anak Mencit dari lahir sampai umur sapih

Pertumbuhan adalah proses peningkatan dalam ukuran tulang, otot, organ dalam dan bagian tubuh lain yang terjadi sebelum lahir dan sesudah lahir sampai dewasa (Ensminger, 1990). Hasil penelitian menunjukkan bahwa anak mencit yang diukur selama penelitian memperlihatkan pertumbuhan yang pesat dari lahir sampai umur sapih pada semua perlakuan. Hal ini sama dengan penelitian Kuzaimi (2006) bahwa terjadi pertumbuhan yang pesat dari lahir sampai sapih pada semua perlakuan.

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 1 3 6 9 12 15 18 21 Umur (hari)

Rerata bobot badan (g/ekor)

Kontrol 2,5% Kemangi 5,0% Kemangi

Gambar 4. Kurva Pertumbuhan Bobot Badan Anak Mencit dari Induk yang Mendapat Pakan Tambahan Kemangi Kering dari Lahir sampai

Umur Sapih

Berdasarkan Gambar 4 menunjukkan bahwa Pertumbuhan tersebut masih dalam fase pertumbuhan dipercepat menurut Campbell dan Lasley (1985). Artinya masih dalam pertambahan jumlah sel tubuh dan perpanjangan tulang tubuh sehingga pertumbuhannya berjalan cepat.

(39)

Tabel 10. Bobot Badan Anak Mencit dari Induk yang Mendapat Pakan Tambahan Kemangi Kering dari Lahir sampai Sapih

Perlakuan Parameter

Kontrol 2,5% Kemangi 5,0% Kemangi

Lahir BB (g) n (ekor) KK (%) 1,47 ± 0,36a 141 24,54 1,55 ± 0,29b 153 18,73 1,54 ± 0,30b 131 19,15 Umur 3 hari BB (g) n (ekor) KK (%) 2,60 ± 0,53 138 20,23 2,59 ± 0,41 151 15,78 2,72 ± 0,61 130 22,54 Umur 6 hari BB (g) n (ekor) KK (%) 3,84 ± 0,82 135 21,24 3,85 ± 0,77 147 20,11 3,92 ± 0,87 122 22,19 Umur 9 hari BB (g) n (ekor) KK (%) 4.87 ± 1.19 129 24,45 5,05 ± 1,05 130 20,90 5,06 ± 1,23 120 24,36 Umur 12 hari BB (g) n (ekor) KK (%) 5,58 ± 1,27a 128 22,74 5,84 ± 1,35ab 129 23,08 6,15 ± 1,48b 118 24,09 Umur 15 hari BB (g) n (ekor) KK (%) 6,39 ± 1,37a 128 21,39 6,47 ± 1,56ab 128 24,05 6,91 ± 1,64b 117 23,80 Umur 18 hari BB (g) n (ekor) KK (%) 7,40 ± 1,73 126 23,37 7,40 ± 1,88 126 25,38 7,85 ± 2,08 117 26,52 Umur 21 hari BB (g) n (ekor) KK (%) 8,93 ± 1,98 126 22,24 9,07 ± 2,20 126 24,27 9,40 ± 2,51 117 26,74

Keterangan: Huruf yang sama pada baris yang sama menunjukkan tidak berbeda (P>0,05), sedangkan huruf yang beda pada baris yang sama menunjukkan berbeda nyata (P<0,05) BB=bobot badan; n = jumlah anak; KK = koefiisien keragaman

Hasil penelitian menunjukkan (Tabel 10) bahwa pemberian kemangi kering dalam pakan induk berpengaruh terhadap pertumbuhan anak mencit pada umur 12 dan 15 hari. Berdasarkan hasil uji Tukey, pemberian kemangi kering 5% dalam pakan induk mempunyai pertumbuhan yang lebih tinggi (P<0,05) daripada perlakuan kontrol, sedangkan pemberian kemangi kering 2,5% dalam pakan induk mempunyai

(40)

pengaruh yang sama dengan perlakuan pemberian penambahan 5% kemangi kering dan perlakuan kontrol.

Pertumbuhan anak mencit dari lahir sampai sapih dari induk yang mendapat penambahan 2,5 dan 5,0% kemangi kering mempunyai nilai rerata pertumbuhan bobot badan lebih tinggi dari anak mencit perlakuan kontrol, meskipun secara statistik menunjukkan tidak berbeda. Hal ini menunjukkan adanya respon positif dari stigmasterol yang terdapat dalam kemangi. Senyawa stigmasterol dapat merangsang sekresi hormon estrogen. Hormon estrogen selain berperan positif terhadap reproduksi betina juga memegang peranan dalam pertumbuhan (Campbell et al., 2002). Estrogen juga mempunyai efek anabolik pada tulang dan kartilago, sehingga menambah pertumbuhan tulang (Granner, 1990).

Pertambahan Bobot Badan (PBB) Anak Mencit

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pertambahan bobot badan anak mencit semua perla kuan mengalami penurunan dari umur 9-15 hari dan mengalami peningkatan kembali dari umur 15-21 hari. Pola pertambahan bobot badan anak mencit disajikan pada Gambar 5.

0 0,2 0,4 0,6 0,8 1 1,2 1,4 1,6 1,8 3 6 9 12 15 18 21 Umur (hari)

Pertambahan bobot badan (g/ekor)

Kontrol 2,5% Kemangi 5,0% Kemangi

Gambar 5. Kurva Pertambahan Bobot Badan Anak Mencit dari Induk yang Mendapat Pakan Tambahan Kemangi Kering.

Pertambahan bobot badan anak mencit dari semua perlakuan berkisar antara 0,63-1,66 g/ekor/3 hari. Pertambahan bobot badan anak mencit dari lahir sampai umur sapih disajikan pada Tabel 11.

(41)

Tabel 11. Bobot Badan Anak Mencit dari Induk yang Mendapat Pakan Tambahan Kemangi Kering dari Lahir sampai Umur Sapih

Perlakuan Parameter

Kontrol 2,5% Kemangi 5,0% Kemangi

0-3 (hari) PBB (g) n (ekor) KK (%) 1,13 ± 0,42D C 138 37,63 1,04 ± 0,39A B 151 36,98 1,17 ± 0,55A 129 47,30 3-6 (hari) PBB (g) n (ekor) KK (%) 1,23 ± 0,56DE 135 45,79 1,25 ± 0,26AE 148 47,68 1,18 ± 0,60A 121 51,31 6-9 (hari) PBB (g) n (ekor) KK (%) 1,01 ± 0,64C 129 63,64 1,18 ± 0,62A B 131 53,08 1,14 ± 0,74A 119 65,11 9-12 (hari) PBB (g) n (ekor) KK (%) 0,71 ± 0,40a B 128 55,75 0,63 ± 0,44a C 129 70,08 1,09 ± 0,72b C 117 65,57 12-15 (hari) PBB (g) n (ekor) KK (%) 0,82 ± 0,53a BC 128 64,89 0,76 ± 0,22b B 129 32,55 0,75 ± 0,65a b A C 116 85,67 15-18 (hari) PBB (g) n (ekor) KK (%) 1,01 ± 0,67 C 126 66,66 0,92 ± 0,65 D 127 53,20 0,95 ± 0,71B 116 75,14 18-21 (hari) PBB (g) n (ekor) KK (%) 1,53 ± 0,83A 126 54,52 1,66 ± 0,88A 127 53,20 1,55 ± 0,97 A 116 62,51 Keterangan: Huruf kecil yang berbeda pada baris yang sama dan huruf besar yang berbeda pada

kolom yang sama menunjukkan berbeda nyata (P<0,01; PBB= pertambahan bobot badan n = jumlah anak; KK = koefiisien keragaman

Pemberian penambahan kemangi kering dalam pakan induk berpengaruh terhadap pertambahan bobot badan anak mencit pada selang umur 9-12 dan 12-15 hari. Pada selang umur 9-12 hari, anak mencit yang berasal dari perlakuan penambahan 5% kemangi kering mempunyai pertambahan bobot badan yang lebih tinggi (P<0,01) daripada pertambahan bobot badan anak mencit yang berasal dari induk perlakuan kontrol dan penambahan 2,5% kemangi kering. Sedangkan

(42)

pengaruh yang sama terjadi antara pertambahan bobot badan anak mencit yang berasal dari induk perlakuan penambahan kemangi kering 5,0% dengan perlakuan kontrol. Pada selang umur 12-15 hari, pemberian penambahan 2,5% kemangi kering dalam pakan induk mempunyai pertambahan bobot badan yang lebih renda h (P<0,01) daripada perlakuan kontrol. Sedangkan pertambahan bobot badan dari anak mencit yang berasal dari induk perlakuan penambahan 5% kemangi kering mempunyai pengaruh yang sama (P>0,05) dengan perlakuan kontrol dan penambahan 2,5% kema ngi kering. Hal ini sama pengaruhnya dengan penelitian Kuzaimi (2006) bahwa pemberian penambahan 2,5% kemangi segar dalam pakan induk mempunyai pertambahan bobot badan yang lebih rendah daripada perlakuan kontrol. Berdasarkan tingkat umur pertumbuhan menunjukkan bahwa pertambahan bobot badan pada selang umur 18-21 hari mempunyai pertambahan bobot badan paling tinggi dari semua perlakuan dibandingkan selang umur yang lainnya. Hal ini disebabkan karena anak mencit sudah mulai mengkonsumsi pakan induk dan minum air dari botol.

Pertumbuhan dari lahir sampai disapih sebagian besar dipengaruhi oleh jumlah susu yang dihasilkan induk dan dipengaruhi pula oleh kesehatan individu. Tingkat produksi susu sangat dipengaruhi oleh pertumbuhan dan kondisi kelenjar susu da n hormon-hormon terkait. Penambahan pakan yang dapat menstimulir pertumbuhan kelenjar susu dan kinerja dari hormon-hormon akan memberikan hasil yang optimal pada produksi susu ternak (Anggorodi, 1979). Kemangi memiliki komponen kimia yang disebut anetol. Komponen ini berfungsi dapat merangsang hormon estrogen, merangsang faktor kekebalan tubuh, dan merangsang keluarnya air susu (Gunawan, 2004). Hormon estrogen adalah hormon yang berperan dalam metabolisme tubuh. Estrogen dapat menambah sintesis dan ekskresi hormon pertumbuhan sehingga dapat menstimulir pertumbuhan sel-sel dalam tubuh, mempercepat pertambahan bobot badan, merangsang korteks kelenjar adrenal untuk lebih banyak meningkatkan metabolisme protein karena retensi nitrogen meningkat (Hardjopranjoto, 1995). Penurunan pertambahan bobot badan yang terjadi pada umur 9-15 hari dapat disebabkan oleh adanya persaingan anak mencit dalam memperoleh air susu induk. Sedangkan peningkatan pertambahan bobot badan yang terjadi pada umur 15-21 hari dapat disebabkan oleh mencit yang sudah mulai mengkonsumsi

(43)

makanan padat dan air minum dari botol. Pada umur 12 hari, mata anak mencit sudah mulai membuka dan aktif berkeliling-keliling serta mulai mengkonsumsi pakan induk dan minum air dari botol, sehingga diduga hal ini dapat meningkatkan pertambahan bobot badan pada umur 15-21 hari.

Bobot Sapih Anak Mencit

Hasil penelitian menunjukkan bahwa bobot sapih anak mencit yang dihasilkan dari induk yang mendapat penambahan kemangi kering sampai dengan 5% berkisar antara 8,93 – 9,40 g/ekor dengan rerata 9,13 g/ekor (Tabel 12). Rerata ini lebih tinggi dari penelitian Sudono (1981) yang pakannya mempunyai kadar protein yang sama yaitu sebesar 7,69 g/ekor.

Tabel 12. Rerata Bobot Sapih Anak Mencit dari Induk yang Mendapat Pakan Tambahan Kemangi Kering

Bobot Sapih Anak Mencit Perlakuan Jumlah Induk Rerata KK (ekor) (g/ekor) (%) Kontrol 2,5% Kemangi 5,0% Kemangi 18 19 19 8,93 ± 1,98 9,07 ± 2,20 9,40 ± 2,51 22,24 24,27 26,74 Rerata 9,13 ± 2,23 24,42

Keterangan : KK= koefisien keragaman

Penambahan kemangi kering dalam pakan induk tidak berpengaruh nyata terhadap bobot sapih anak mencit. Berdasarkan Tabel 12 diperoleh rerata bobot sapih anak mencit pada perlakuan kontrol, penambahan 2,5 dan 5,0% kemangi kering dalam pakan induk masing-masing sebesar 8,93; 9,07 dan 9,40 g/ekor. Hasil penelitian menunjukkan bahwa anak mencit dari induk yang mendapat penambahan kemangi kering 2,5 dan 5,0% memiliki bobot sapih yang lebih berat dari perlakuan kontrol, meskipun secara statistik me nunjukkan tidak berbeda nyata. Penambahan 2,5% kemangi kering dalam pakan induk menghasilkan bobot sapih anak yang lebih berat 1,56% daripada kontrol, sedangkan pada penambahan kemangi kering 5% menghasilkan bobot sapih lebih berat 5,26% dari kontrol. Hal ini berbeda dengan hasil penelitian Kuzaimi (2006) bahwa penambahan kemangi segar 5% dalam pakan menyebabkan penurunan bobot sapih. Hal ini disebabkan konsumsi pakan yang lebih

(44)

rendah dari perlakuan kontrol dan penambahan 2,5% kemangi segar. Konsumsi pakan yang lebih rendah disebabkan mencit mengkonsumsi kemangi lebih banyak, sehingga serat kasar yang dikonsumsi lebih tinggi. Hal ini menyebabkan mencit lebih cepat kenyang, tetapi nutrisi yang dibutuhkan dari pakan belum terpenuhi sehingga berpengaruh terha dap penurunan sekresi air susu.

Koefisien keragaman bobot sapih anak mencit dari yang paling seragam sampai yang paling beragam berturut-turut didapatkan dari perlakuan kontrol, penambahan 2,5 dan 5,0% kemangi kering dalam pakan induk. Koefisien keragaman yang tinggi pada perlakuan dengan penambahan 5% kemangi dalam pakan induk disebabkan oleh perbedaan respon induk terhadap pemberian kemangi kering. Umur 12 hari mata mencit sudah mulai terbuka dan gigi anak mencit sudah mulai muncul, sehingga anak mencit mulai mengkonsumsi makanan padat dan minum dari botol. Hal ini diduga dapat menyebabkan peningkatan koefisien keragaman bobot sapih anak mencit. Bobot sapih ternyata mempunyai hubungan yang kuat dengan bobot lahir dengan koefisien korelasi sebesar 0,54. Artinya semakin tinggi bobot lahir maka semakin tinggi pula bobot sapih yang dihasilkan.

Bobot sapih dipengaruhi oleh jenis kelamin, bobot badan induk selama menyusui, umur induk, keadaan pada saat lahir, kemampuan induk menyusui, kuantitas dan kualitas ransum dan suhu lingkungan (Sumantri, 1984). Semakin tinggi bobot sapih diantaranya menunjukkan bahwa induk mampu menyediakan air susu yang dapat mencukupi kebutuhan anak mencit atau bahkan melebihi kebutuhan air susu anak mencit. Kemangi mempunyai kandungan kimia stigmasterol yang berfungsi dapat merangsang hormon estrogen (Gunawan, 2004). Partodihardjo (1982) menyatakan bahwa hormon estrogen merangsang pertumbuhan saluran-saluran susu dalam kelenjar susu dan alveoli kelenjar susu. Peningkatan sekresi estrogen dan progestrogen selama kebuntingan, selain untuk mendukung implantasi embrio serta memelihara kebuntingan juga berfungsi untuk mempersiapkan kelenjar susu untuk mensintesis air susu setelah melahirkan.

Gunawan (2004) menyatakan bahwa kemangi juga mengandung senyawa anetol yang berfungsi dapat merangsang sekresi air susu. Menurut Manan (2002), rangsangan dari luar yang berupa makanan merangsang kelenjar hypofisa untuk melepaskan hormon prolaktin. Guyton (1994) menyatakan bahwa hormon prolaktin

Gambar

Gambar 2 menyajikan aturan penomoran mencit betina dewasa pada daun telinga.
Gambar 4. Kurva Pertumbuhan Bobot Badan Anak Mencit dari Induk yang           Mendapat Pakan Tambahan Kemangi Kering dari Lahir sampai
Gambar 5. Kurva Pertambahan Bobot Badan Anak Mencit dari Induk yang   Mendapat Pakan Tambahan Kemangi Kering

Referensi

Dokumen terkait

P0 = Kontrol Blank (mencit tidak diberi perlakuan apapun selain pakan); P1 = Kontrol Pelarut (pemberian CMC 1%); P2, P3 dan P4= Perlakuan dengan konsentrasi ekstrak N-heksan buah

K0= Kontrol (mencit tidak diberi perlakuan apapun selain pakan); P1 = Perlakuan 1, mencit dipaparkan asap rokok elektrik rasa strawberry; P2 = Perlakuan 2, mencit

Hasil penelitian memperlihatkan, penambahan ampas kunyit dalam ransum tidak berpengaruh nyata terhadap litter size , bobot lahir, konsumsi ransum induk selama menyusui,

Peubah yang diamati dalam penelitian ini adalah konsumsi ransum induk mencit, litter size lahir, bobot lahir, produksi air susu induk, litter size sapih, bobot

Cacing tanah (Lumbricus rubellus) tidak dapat dijadikan sebagai pakan tambahan untuk mencit (Mus musculus) sampai dengan taraf pemberian 2 g/ekor/hari dalam kondisi

Pemberian ekstrak etanol daun kemangi ( Ocimum basilicum L.) dapat mencegah cedera hepatosit secara bermakna pada hepat mencit ( Mus musculus ) jantan galur Swiss yang

Cacing tanah (Lumbricus rubellus) tidak dapat dijadikan sebagai pakan tambahan untuk mencit (Mus musculus) sampai dengan taraf pemberian 2 g/ekor/hari dalam kondisi

Pemberian ekstrak etanol daun kemangi (Ocimum basilicum L.) dapat mencegah cedera hepatosit secara bermakna pada hepat mencit (Mus musculus) jantan galur Swiss yang