• Tidak ada hasil yang ditemukan

Formulasi Sediaan Gel Ekstrak Buah Alpukat (Persea americana Mill.) dan Uji Aktivitasnya terhadap Pertumbuhan Rambut Tikus Putih

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Formulasi Sediaan Gel Ekstrak Buah Alpukat (Persea americana Mill.) dan Uji Aktivitasnya terhadap Pertumbuhan Rambut Tikus Putih"

Copied!
80
0
0

Teks penuh

(1)

LAMPIRAN

(2)
(3)

Lampiran 3. Gambar Bahan dan Alat

Buah alpukat Irisan buah alpukat yang telah kering

Serbuk buah alpukat Ekstrak buah alpukat

(4)

Lampiran 3. (Lanjutan)

Viskometer Brookfield Hair analyzer

(5)

Lampiran 4. Gambar Sediaan Gel Ekstrak Buah Alpukat

Setelah selesai dibuat

Setelah 12 minggu penyimpanan

Formula 3% Formula 5% Formula 7% Minoksidil Basis

Basis Minoksidil

Formula 7% Formula 5%

(6)

Lampiran 5. Gambar Hasil Uji Homogenitas

Setelah selesai dibuat

(7)

Lampiran 6. Gambar salah satu contoh hasil pengukuran ketebalan rambut tikus putih

- Minggu I

- Minggu II

(8)
(9)

Lampiran 7. Gambar hasil pertumbuhan rambut tikus kontrol normal

Hari ke-

Tikus 1 Tikus 2 Tikus 3 Tikus 4

7

14

(10)

Lampiran 8. Gambar hasil pertumbuhan rambut tikus kontrol negatif

Hari ke-

Tikus 1 Tikus 2 Tikus 3 Tikus 4

7

14

(11)

Lampiran 9. Gambar hasil pertumbuhan rambut tikus formula 3%

Hari ke-

Tikus 1 Tikus 2 Tikus 3 Tikus 4

7

14

(12)

Lampiran 10. Gambar hasil pertumbuhan rambut tikus formula 5%

Hari ke-

Tikus 1 Tikus 2 Tikus 3 Tikus 4

7

14

(13)

Lampiran 11. Gambar hasil pertumbuhan rambut tikus formula 7%

Hari ke-

Tikus 1 Tikus 2 Tikus 3 Tikus 4

7

14

(14)

Lampiran 12. Gambar hasil pertumbuhan rambut tikus kontrol positif

Hari ke-

Tikus 1 Tikus 2 Tikus 3 Tikus 4

7

(15)

21

Lampiran 13. Data hasil perhitungan secara statistik

A. Ketebalan Rambut

- Minggu I

Tests of Normality

kelompok Kolmogorov-Smirnov

a

Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic df Sig.

Minggu I

kontrol normal .269 4 . .844 4 .207

kontrol negatif .192 4 . .971 4 .850

formula 3% .303 4 . .791 4 .086

formula 5% .283 4 . .863 4 .272

formula 7% .307 4 . .729 4 .024

kontrol positif .441 4 . .630 4 .001

(16)

Test of Homogeneity of Variances

kontrol normal kontrol negatif .663

formula 3% .297

formula 5% .038

formula 7% .019

kontrol positif .018

kontrol negatif kontrol normal .663

formula 3% .384

formula 5% .108

formula 7% .037

kontrol positif .018

formula 3% kontrol normal .297

kontrol negatif .384

formula 5% .065

formula 7% .019

kontrol positif .017

formula 5% kontrol normal .038

kontrol negatif .108

(17)

formula 7% .134

kontrol positif .017

formula 7% kontrol normal .019

kontrol negatif .018

formula 3% .019

formula 5% .134

kontrol positif .096

kontrol positif kontrol normal .018

(18)

Test Statisticsa,b

kontrol normal kontrol negatif 1.000

formula 3% .018

formula 5% .019

formula 7% .019

kontrol positif .019

kontrol negatif kontrol normal 1.000

formula 3% .019

formula 5% .019

formula 7% .020

kontrol positif .019

formula 3% kontrol normal .018

kontrol negatif .019

formula 5% .019

formula 7% .019

kontrol positif .019

formula 5% kontrol normal .019

(19)

formula 3% .018

formula 7% .020

kontrol positif .019

formula 7% kontrol normal .019

kontrol negatif .020

formula 3% .019

formula 5% .020

kontrol positif .058

kontrol positif kontrol normal .019

(20)

Test of Homogeneity of Variances

kontrol normal kontrol negatif .001250 .987

formula 3% -.007000* .024

formula 5% -.022500* .000

formula 7% -.026000* .000

kontrol positif -.032500* .000

kontrol negatif kontrol normal -.001250 .987

formula 3% -.008250* .006

formula 5% -.023750* .000

formula 7% -.027250* .000

kontrol positif -.033750* .000

formula 3% kontrol normal .007000* .024

kontrol negatif .008250* .006

(21)

formula 7% -.019000* .000

kontrol positif -.025500* .000

formula 5% kontrol normal .022500* .000

kontrol negatif .023750* .000

formula 3% .015500* .000

formula 7% -.003500 .507

kontrol positif -.010000* .001

formula 7% kontrol normal .026000* .000

kontrol negatif .027250* .000

formula 3% .019000* .000

formula 5% .003500 .507

kontrol positif -.006500* .040

kontrol positif kontrol normal .032500* .000

kontrol negatif .033750* .000

formula 3% .025500* .000

formula 5% .010000* .001

formula 7% .006500* .040

*. The mean difference is significant at the 0.05 level.

(22)
(23)

Lampiran 13. (Lanjutan)

Minggu I Tukey HSD (I) kelompok (J) kelompok

Mean Difference

(I-J) Sig.

kontrol normal kontrol negatif -.28750 .436

formula 3% -1.21250* .000

formula 5% -1.48750* .000

formula 7% -2.30000* .000

kontrol positif -3.67500* .000

kontrol negatif kontrol normal .28750 .436

formula 3% -.92500* .000

formula 5% -1.20000* .000

formula 7% -2.01250* .000

kontrol positif -3.38750* .000

formula 3% kontrol normal 1.21250* .000

(24)

formula 5% -.27500 .482

formula 7% -1.08750* .000

kontrol positif -2.46250* .000

formula 5% kontrol normal 1.48750* .000

kontrol negatif 1.20000* .000

formula 3% .27500 .482

formula 7% -.81250* .001

kontrol positif -2.18750* .000

formula 7% kontrol normal 2.30000* .000

kontrol negatif 2.01250* .000

formula 3% 1.08750* .000

formula 5% .81250* .001

kontrol positif -1.37500* .000

kontrol positif kontrol normal 3.67500* .000

kontrol negatif 3.38750* .000

formula 3% 2.46250* .000

formula 5% 2.18750* .000

formula 7% 1.37500* .000

*. The mean difference is significant at the 0.05 level.

Lampiran 13. (Lanjutan)

kontrol normal kontrol negatif .02500 1.000

formula 3% -1.43750* .001

formula 5% -2.52500* .000

formula 7% -3.05000* .000

kontrol positif -4.82500* .000

kontrol negatif kontrol normal -.02500 1.000

formula 3% -1.46250* .001

formula 5% -2.55000* .000

formula 7% -3.07500* .000

kontrol positif -4.85000* .000

(25)

kontrol negatif 1.46250* .001

formula 5% -1.08750* .011

formula 7% -1.61250* .000

kontrol positif -3.38750* .000

formula 5% kontrol normal 2.52500* .000

kontrol negatif 2.55000* .000

formula 3% 1.08750* .011

formula 7% -.52500 .437

kontrol positif -2.30000* .000

formula 7% kontrol normal 3.05000* .000

kontrol negatif 3.07500* .000

formula 3% 1.61250* .000

formula 5% .52500 .437

kontrol positif -1.77500* .000

kontrol positif kontrol normal 4.82500* .000

kontrol negatif 4.85000* .000

formula 3% 3.38750* .000

formula 5% 2.30000* .000

formula 7% 1.77500* .000

*. The mean difference is significant at the 0.05 level.

Lampiran 13. (Lanjutan)

kontrol normal kontrol negatif -.50250 .913

formula 3% -2.85000* .000

formula 5% -3.93500* .000

formula 7% -4.67250* .000

kontrol positif -6.47500* .000

kontrol negatif kontrol normal .50250 .913

formula 3% -2.34750* .002

formula 5% -3.43250* .000

formula 7% -4.17000* .000

kontrol positif -5.97250* .000

(26)

kontrol negatif 2.34750* .002

formula 5% -108.500 .307

formula 7% -1.82250* .021

kontrol positif -3.62500* .000

formula 5% kontrol normal 3.93500* .000

kontrol negatif 3.43250* .000

formula 3% 108.500 .307

formula 7% -.73750 .691

kontrol positif -2.54000* .001

formula 7% kontrol normal 4.67250* .000

kontrol negatif 4.17000* .000

formula 3% 1.82250* .021

formula 5% .73750 .691

kontrol positif -1.80250* .023

kontrol positif kontrol normal 6.47500* .000

kontrol negatif 5.97250* .000

formula 3% 3.62500* .000

formula 5% 2.54000* .001

formula 7% 1.80250* .023

(27)

DAFTAR PUSTAKA

Allen, L. V., dan Ansel H. C. (2014). Ansel’s Pharmaceutical Dosage Forms and Drug Delivery Systems. Tenth Edition. Philadelpia: Lippincott Williams & Wilkins. Halaman 323-324.

Ansel, H.C. (2008). Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi. Edisi Keempat. Penerjemah: Farida Ibrahim. Jakarta: UI-Pres. Halaman 390-391.

Arikumalasari, J., Dewantara, I.G.N.A., dan Wijayanti, N.P.A.D. (2013). Optimasi HPMC sebagai Gelling Agent dalam Formulasi Gel Ekstrak Kulit Manggis (Garcinia mangostana L.). Jurnal Farmasi Udayana. 2(3): 145-152.

Aryani, D.N.L., Nani P., dan Priskila F. (2011). Stabilitas Fisika Dan Kimia Sediaan Gel dan Tonik Penyubur Rambut Dari Ekstrak Etanol Biji Anggur (Vitis vinivera L.) var. Merah. Prosiding Kongres Ilmiah XIX dan Rapat Kerja Nasional Ikatan Apoteker Indonesia; 28-30 Oktober 2011. Manado. Halaman 404- 410.

Azis, S., dan Muktiningsih, S.R. (1999). Artikel Studi Kegunaan Rambut. Media Litbangkes. 9 (1): 6-11.

Bariqina, E., dan Ideawati, Z. (2001). Perawatan dan Penataan Rambut. Edisi I Cetakan I. Jogjakarta: Adicita Karya Nusa. Halaman 7-12, 29.

Dalimartha, S. (2008). Atlas Tumbuhan Obat Indonesia. Jilid 5. Jakarta: Pustaka Bunda. Halaman 3-4.

Depkes RI. (2000). Parameter Standar Umum Ekstrak Tumbuhan Obat. Cetakan Pertama. Jakarta: Departemen Kesehatan RI. Halaman 10-17.

Diana, W., dan Wahini, M. (2014). Penggunaan Ekstrak Buah Alpukat dan Madu Sebagai Bahan Aktif Hair Tonic Untuk Rambut Rontok. E-Journal. 3 (1): 226-235.

Ding, H., dkk. (2007). Invited Article Chemopreventive Characteristics of Avocado Fruit. Seminars in Cancer Biology. 17: 386-394.

Ditjen POM. (1979). Farmakope Indonesia. Edisi III. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Halaman 33.

(28)

Ditjen POM. (1995). Farmakope Indonesia. Edisi IV. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Halaman 7-8, 551, 712, 713.

Dwiastuti, R. (2010). Pengaruh Penambahan CMC (Carboxymethyl Cellulose) Sebagai Gelling Agent dan Propilen Glikol Sebagai Humektan dalam Sediaan Gel Sunscreen Ekstrak Kering Polifenol Teh Hijau (Camellia sinensis L). Jurnal Penelitian. 13 (2): 227-240.

Fulviana, M., Sulaiman, T.N.S, dan Indrayudha, P. (2013). Formulasi Sediaan Gel Antibakteri Ekstrak Etanol Herba Patikan Kebo (Euphorbia Hirta L.) dan Uji Aktivitas secara In Vitro terhadap Pseudomonas aeruginosa. Naskah Publikasi. Fakultas Farmasi Universitas Muhammadiyah Surakarta. Halaman 1-15.

Handojo, Y. (2011). Uji Stabilitas dan Aktivitas Pertumbuhan Rambut Tikus Putih dari Sediaan Gel Ekstrak Daun Mangkokan (Nothopanax scutellarium Merr.). Skripsi. Fakultas MIPA Program Studi Farmasi UI Jakarta.

Ida, N., dan Noer, S.F. (2012). Uji Stabilitas Fisik Gel Ekstrak Lidah Buaya (Aloe vera L.). Majalah Farmasi dan Farmakologi. 16 (2): 79-84.

Jaelani. (2009). Ensiklopedi Kosmetika Nabati. Edisi I. Jakarta: Pustaka Populer Obor. Halaman 30-31, 213-214.

Kuncari, E. S., Iskandarsyah dan Praptiwi. (2014). Evaluasi, Uji Stabilitas Fisik Dan Sineresis Sediaan Gel yang Mengandung Minoksidil, Apigenin dan Perasan Herba Seledri (Apium Graveolens L.). Bulletin Penelitian Kesehatan. 42 (4): 213-222.

Lachman, L., Herbet, A.L. dan Joseph, L.K. (1994). Teori Dan Praktek Farmasi Industri. Edisi Ketiga. Penerjemah: Siti Suyatmi. Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia. Halaman 1095, 1117.

Lianti, R. (2014). Khasiat Dahsyat Alpukat: Mengobati dan Mencegah Semua Penyakit. Jakarta: Healthy Books. Halaman 10, 52, 58-59, 74, 77, 95-96. Maregesi, M.S., Kagashe G.A., dan Felix F. (2014). Documentation and

Phytochemical of Traditional Beauty Products Used in Missenyi District of Tanzania. Journal of Cosmetics, Dermatological Sciences and Applications. 4: 355-364.

Mitsui, T. (1997). New Cosmetic Science. Amsterdam: Elsevier. Halaman 56. Muliyawan, D., dan Neti S. (2013). A-Z tentang Kosmetik. Jakarta: PT Elex Media

(29)

Panjaitan, E. N., Saragih, A. Dan Purba, J. (2012). Formulasi Gel dari Ekstrak Rimpang Jahe Merah (Zingiber officinale Roscoe). Journal of Pharmaceutics and Pharmacology. 1 (1): 9-20.

Rawlins, E.A. (2003). Bentley's Textbook of Pharmaceutics. 18th ed. London: Bailierre Tindall. Halaman 22, 355.

Rostamailis, Hayatunnufus dan Yanita, M. (2009). Tata Kecantikan Rambut: Untuk Sekolah Menengah Kejuruan. Jakarta: Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan. Halaman 15.

Rowe, R.C., Sheskey, P.J., and Owen, S.C. (2009). Handbook of Pharmaceutical Excipiens. Sixth edition. Amerika: Pharmaceutical Press. Halaman 326-327, 441-442, 592, 596.

Sanna, V., Peana, A.T., dan Moretti, M.D.L. (2010). Development of New Topical Formulations of Diphenhydramine Hydrochloride: In Vitro Diffusion and In Vivo Preliminary Studies. International Journal of PharmTech Research. 2(1): 863-867.

Septiani, S., Wathoni, N., dan Mita S.R. (2012). Formulasi Sediaan Masker Gel Antioksidan dari Ekstrak Etanol Biji Melinjo (Gnetum gnemon Linn.). Jurnal Farmasi Universitas Padjajaran. 1 (2): 1-25.

Soepardiman, L. (2007). Kelainan Rambut. Dalam: Djuanda, A., Editor. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Jakarta: FKUI. Halaman 301-304.

Tranggono, R.I., dan Latifah, F. (2007). Buku Pegangan Ilmu Pengetahuan Kosmetik. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Halaman 33-36.

Umamah, Z.A. (2010). Woww, Kok Bisa Rambutmu Sangat Cantik, Indah dan Sehat Gitu...?!. Jogjakarta: In-Books. Halaman 164-173.

Wasitaatmadja, S.M. (1997). Penuntun Ilmu Kosmetik Medik. Jakarta: Universitas Indonesia. Halaman 202.

(30)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1Alat dan Bahan 3.1.1 Alat-alat

Spatel, neraca analitik, blender, penangas air, cawan porselen, pipet tetes, penjepit tabung, lumpang, stamfer, objek gelas, pH meter (Hanna Instrumen), alat-alat gelas, rotary evaporator, pot plastik, penangas air, batang pengaduk, viscometer Brookfield, hair analyzer (Aramo Huvis).

3.1.2 Bahan-bahan

Buah alpukat, HPMC, minoxidil, etanol 96%, metil paraben, propil paraben, propilen glikol dan akuades.

3.2 Pengambilan Sampel

Sampel yang digunakan diperoleh dari Pajak Pagi Kampung Durian, Jl. H. M. Said, Medan Timur.

3.3Hewan Uji

Pada penelitian ini digunakan tikus putih jantan sebanyak 24 ekor dengan bobot berkisar 150-200 gram.

3.4Identifikasi dan Pengolahan Ekstrak 3.4.1 Identifikasi sampel

Identifikasi sampel dilakukan di Herbarium Bogoriense, Bidang Botani Pusat Penelitian Biologi, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Bogor. 3.4.2 Pengolahan sampel

(31)

berwarna putih dan melekat kuat dengan daging buah. Sampel yang diperoleh dicuci hingga bersih kemudian ditiriskan, lalu dikupas, selanjutnya biji dipisahkan dari daging buah. Kemudian, daging buah tersebut diiris dengan ketebalan 3-4 mm. Berat sampel yang digunakan adalah 5 kg. Selanjutnya irisan buah tersebut dikeringkan dalam lemari pengering dengan temperatur  40o C selama ± 5 hari atau sampai kering (ditandai bila diremas rapuh). Sampel yang telah kering (rapuh) dihaluskan dengan blender. Kemudian serbuk ditimbang dan diperoleh berat kering sebesar 0,75 kg.

3.4.3 Pembuatan ekstrak buah alpukat (Persea americana Mill.)

Serbuk buah alpukat ditimbang sebanyak 500 gram (10 bagian). Kemudian dituangi dengan 3750 ml (75 bagian) etanol 96%. Ditutup dan dibiarkan selama 5 hari terlindung dari cahaya sambil sering diaduk, disaring. Cuci ampas dengan cairan penyari secukupnya hingga diperoleh 100 bagian. Pindahkan ke dalam wadah tertutup, biarkan di tempat sejuk, terlindung dari cahaya selama 2 hari, lalu disaring. Kemudian, diuapkan pada suhu ± 40oC dengan menggunakan rotary evaporator hingga diperoleh ekstrak kental.

3.5 Formulasi Sediaan Gel 3.5.1 Komposisi basis

Formula basis gel dibuat menurut Handojo (2011); Kuncari, dkk. (2015); Rowe, dkk. (2004) adalah sebagai berikut:

R/ Hidroksipropilmetilselulosa (HPMC) 1,5 g

Propilen glikol 15 g

Metil paraben 0,18 g

Propil paraben 0,02 g

(32)

Cara pembuatan: Taburkan HPMC ke dalam lumpang yang berisi air panas sebanyak 20 kali berat HPMC, biarkan mengembang kemudian gerus. Larutkan metil paraben dan propil paraben ke dalam propilen glikol. Tambahkan larutan tersebut ke dalam HPMC yang telah terdispersi sedikit demi sedikit. Cukupkan dengan akuades sampai 100 gram.

3.5.2 Komposisi bahan pada gel

Sediaan dibuat dalam lima formula dengan komposisi yang dapat dilihat pada Tabel 3.1

Tabel 3.1 Komposisi bahan pada gel

No Bahan Jumlah dalam satuan % b/b

Cara pembuatan: Ke dalam lumpang masukkan ekstrak buah alpukat sebanyak 3 gram, tambahkan etanol 96% 3-4 tetes kemudian digerus. Ditambahkan basis gel sedikit demi sedikit, gerus sampai homogen dan cukupkan hingga 100 gram sediaan gel. Perlakuan yang sama dilakukan untuk membuat sediaan gel dengan ekstrak buah alpukat 5%, 7% dan minoxidil.

3.6 Penentuan Mutu Fisik Sediaan

(33)

3.6.1 Pemeriksaan stabilitas sediaan

Sebanyak 70 g dari masing-masing formula sediaan dimasukkan ke dalam pot plastik. Selanjutnya dilakukan pengamatan berupa perubahan konsistensi, warna dan aroma pada saat sediaan selesai dibuat serta dalam penyimpanan selama 12 minggu pada suhu kamar.

3.6.2 Pemeriksaan homogenitas sediaan

Sejumlah tertentu sediaan dioleskan pada sekeping kaca atau bahan transparan lain yang cocok, sediaan harus menunjukkan susunan yang homogen dan tidak adanya butiran kasar (Ditjen POM., 1979).

3.6.3 Penentuan pH sediaan

Penentuan pH sediaan dilakukan dengan pH meter selama penyimpanan 12 minggu pada suhu kamar.

Cara kerja: alat terlebih dahulu dikalibrasi dengan menggunakan larutan dapar standar pH netral (pH 7,01) dan larutan dapar pH asam (pH 4,01) hingga alat menunjukkan harga pH tersebut. Kemudian elektroda dicuci dengan air suling, lalu dikeringkan dengan kertas tissue. Sampel dibuat dalam konsentrasi 1% yaitu ditimbang 1 gram sediaan dan dilarutkan dalam air suling hingga 100 ml. Kemudian elektroda dicelupkan dalam larutan tersebut, sampai alat menunjukkan harga pH yang konstan. Angka yang ditunjukkan pH meter merupakan pH sediaan (Rawlins, 2003).

3.6.4 Penentuan viskositas sediaan gel

(34)

terdapat pada spindel tercelup ke dalam sediaan. Selanjutnya alat dihidupkan dengan menekan tombol ON. Kecepatan spindel diatur 12 rpm, kemudian dibaca skalanya dimana jarum merah yang bergerak telah stabil. Nilai viskositas (ɳ) dalam centipoise (cps) diperoleh dari hasil perkalian skala baca (dial reading) dengan faktor koreksi (f) khusus untuk masing- masing kecepatan spindel. 3.6.5 Uji iritasi terhadap kulit sukarelawan

Percobaan ini dilakukan pada 15 orang sukarelawan untuk semua sediaan dengan cara mengoleskan sediaan pada kulit lengan bawah bagian dalam sebanyak 2-3 kali sehari selama 2 hari berturut-turut (Tranggono dan Latifah, 2007).

3.7 Uji Aktivitas Sediaan Gel Buah Alpukat Terhadap Pertumbuhan Rambut

3.7.1 Rancangan percobaan

Jumlah tikus jantan yang dibutuhkan dalam penelitian ini ditentukan dengan menggunakan rumus empiris Federer: (n-1)(t-1) ≥ 15, dimana t menunjukkan jumlah perlakuan dan n merupakan jumlah ulangan tiap kelompok hewan. Pada penelitian ini terdapat 6 perlakuan, maka tiap perlakuan masing-masing terdiri dari 4 ekor tikus.

(35)

daerah uji dengan menggunakan spidol. Tikus didiamkan selama 24 jam kemudian bahan uji baru dioleskan.

3.7.2 Uji aktivitas terhadap pertumbuhan rambut

Sediaan uji dioleskan ke punggung tikus sebanyak 0,25 gram satu kali sehari selama 3 minggu. Kelompok 1 tidak diolesi apapun (kontrol normal). Kelompok 2 diolesi basis gel sebagai kontrol negatif (F1), kelompok 3 diolesi gel yang mengandung ekstrak buah alpukat 3% (F2), kelompok 4 diolesi gel yang mengandung ekstrak buah alpukat 5% (F3), kelompok 5 diolesi gel yang mengandung ekstrak buah alpukat 7% (F4), kelompok 6 diolesi gel minoxidil sebagai kontrol positif (F5).

Pengamatan panjang rambut pada tiap daerah dilakukan pada hari ke-7, 14 dan 21. Diukur panjang 10 rambut tikus terpanjang dengan menggunakan jangka sorong. Selain mengukur panjang rambut, pengukuran ketebalan rambut juga dilakukan dengan menggunakan hair analyzer.

3.8 Analisis Data

Data rata-rata panjang rambut dan ketebalan rambut yang diperoleh diolah secara statistik menggunakan program SPSS (Statistical Product and Service Smirnov) 17. Distribusi data yang normal dan homogen diolah dengan metode

(36)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Ekstraksi

Hasil ekstraksi dari 500 gram buah alpukat kering dengan menggunakan pelarut etanol 96% sebanyak 5 L, kemudian dipekatkan dengan rotary evaporator pada suhu ± 40°C sampai diperoleh ekstrak kental adalah sebanyak 78,38 gram. 4.2 Hasil Evaluasi Sediaan Gel

4.2.1 Hasil pemeriksaan stabilitas fisik sediaan

Pengamatan sediaan gel secara visual pada saat sediaan selesai dibuat dapat dilihat pada Tabel 4.1.

Tabel 4.1 Data pemeriksaan stabilitas fisik sediaan gel

Formula Penampilan

Warna Bau Konsistensi

F1 Bening Tidak berbau Semi padat

F2 Hijau kekuningan Berbau khas Semi padat

F3 Hijau kekuningan Berbau khas Semi padat

F4 Hijau kekuningan Berbau khas Semi padat

F5 Kuning pucat Berbau khas Semi padat

Keterangan: F1: gel tanpa EBA (kontrol negatif), F2: gel EBA 3%, F3: gel EBA 5%, dan F4: gel EBA 7%, F5: gel Minoxidil (kontrol positif)

Gel yang tidak mengandung ekstrak berwarna bening, sedangkan gel yang mengandung ekstrak berwarna hijau kecoklatan. Intensitas warna sediaan gel bertambah dengan meningkatnya konsentrasi ekstrak yang ditambahkan. Bau khas sediaan juga bertambah dengan meningkatnya konsentrasi ekstrak yang digunakan.

(37)

tidak mengalami perubahan konsistensi, warna, maupun aroma. Artinya bahwa sediaan yang dibuat stabil secara fisik (Panjaitan, dkk., 2012). Hasil pengamatan stabilitas fisik selama penyimpanan 12 minggu dapat dilihat pada tabel 4.2.

Tabel 4.2 Data hasil pengamatan terhadap stabilitas fisik sediaan gel selama penyimpanan 12 minggu

Formula Parameter Lama penyimpanan (minggu)

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 Keterangan: F1: gel tanpa EBA (kontrol negatif), F2: gel EBA 3%, F3: gel EBA

5%, dan F4: gel EBA 7%, F5: gel Minoxidil (kontrol positif), (-) : tidak terjadi perubahan dan (+): terjadi perubahan

4.2.2 Hasil pemeriksaan homogenitas sediaan Tabel 4.3 Data pengamatan homogenitas sediaan gel

No Sediaan Lama penyimpanan (minggu)

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

(38)

Pemeriksaan homogenitas terhadap sediaan gel menunjukkan bahwa semua sediaan tidak memperlihatkan adanya butir-butir kasar pada saat sediaan dioleskan pada kaca transparan. Hal ini menunjukkan bahwa sediaan yang dibuat mempunyai susunan yang homogen (Ditjen POM, 1985). Hasil pengamatan homogenitas dari semua sediaan gel dapat dilihat pada Tabel 4.3 dan gambarnya pada Lampiran halaman 44.

4.2.3 Hasil pengukuran pH sediaan Tabel 4.4 Data pengukuran pH sediaan gel

No Sediaan Lama penyimpanan (minggu)

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 Keterangan: F1: gel tanpa EBA (kontrol negatif), F2: gel EBA 3%, F3: gel EBA

5%, dan F4: gel EBA 7%, F5: gel Minoxidil (kontrol positif)

Hasil pengukuran pH sediaan gel EBA dilakukan dengan menggunakan pH meter. Penurunan pH terjadi pada semua formula termasuk kontrol, maka kemungkinan penyebabnya bukan karena pengaruh ekstrak, namun pengaruh lingkungan seperti gas-gas di udara yang bersifat asam yang masuk dalam sediaan gel (Ida dan Noer, 2012). Penurunan pH pada suatu sediaan dapat disebabkan oleh adanya pengaruh CO2 yang terdapat di udara dimana CO2 tersebut akan bereaksi dengan fase air sehingga membentuk asam (Septiani, dkk., 2012). Nilai pH tidak boleh terlalu asam karena dapat menyebabkan iritasi kulit dan juga tidak

(39)

4.2.4 Hasil penentuan viskositas sediaan

Hasil penentuan viskositas sediaan gel dilakukan menggunakan viskometer Brookfield pada seluruh sediaan. Hasil penentuan viskositas sediaan dapat dilihat pada Tabel 4.5 di bawah ini.

Tabel 4.5 Data pengukuran viskositas

F Viskositas (cP) pada minggu

ke-1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

F1 3500 3500 3500 3500 3500 3500 3500 3500 3500 3500 3500 3500 F2 3000 3000 3000 3000 3000 3000 3000 3000 3000 3000 3000 3000 F3 2250 2250 2250 2250 2250 2250 2250 2250 2250 2250 2250 2250 F4 2000 2000 2000 2000 2000 2000 2000 2000 2000 2000 2000 2000 F5 3500 3500 3500 3500 3500 3500 3500 3500 3500 3500 3500 3500

Keterangan: F1: gel tanpa EBA (kontrol negatif), F2: gel EBA 3%, F3: gel EBA 5%, dan F4: gel EBA 7%, F5: gel Minoxidil (kontrol positif)

Berdasarkan data pada Tabel 4.5 dapat dilihat hasil viskositas sediaan gel stabil dalam penyimpanan. Viskositas berpengaruh terhadap laju penyerapan obat, semakin kental akan semakin lama penyerapan obatnya (Kuncari, dkk., 2014). Viskositas yang terlalu tinggi pada gel akan menyebabkan srtuktur gel lebih kaku dan zat aktif akan lebih sulit berdifusi melewati matriks gel sehingga pelepasan zat aktif menjadi menurun (Sanna, dkk., 2010; Fulviana, dkk., 2013). Viskositas gel dipengaruhi oleh konsentrasi dari gelling agent. Peningkatan jumlah gelling

agent dapat memperkuat matriks gel sehingga menyebabkan kenaikan viskositas

(Dwiastuti, 2010). Nilai viskositas sediaan gel yang baik yaitu 2000-4000 cps

(Arikumalasari, dkk., 2013) sehingga sediaan gel EBA memenuhi persyaratan viskositas gel.

4.2.5 Hasil uji iritasi terhadap kulit sukarelawan

(40)

setelah pelekatan atau penyentuhannya pada kulit, iritasi demikian disebut iritasi primer. Jika reaksi tersebut timbul beberapa jam setelah pelekatan atau penyentuhannya pada kulit disebut iritasi sekunder (Ditjen POM., 1985).

Tabel 4.6 Data pengamatan uji iritasi terhadap kulit sukarelawan.

Sukarelawan Reaksi kulit

+++ = Eritema, papula dan vesikula ++++ = Edema dan vesikula

Berdasarkan data pada Tabel 4.6 menunjukkan bahwa sediaan gel yang dibuat tidak menimbulkan iritasi.

4.3 Hasil Pengujian Aktivitas Sediaan 4.3.1 Ketebalan rambut

(41)

rambut semua kelompok hewan uji dapat dilihat di Tabel 4.7 halaman 28 dan Gambar 4.1 halaman 29. Hasil perhitungan secara statistik dapat dilihat pada Lampiran halaman 53-57.

Tabel 4.7 Data pengukuran ketebalan rambut

Formula Hewan uji Ketebalan rambut (mm)

Minggu I Minggu II Minggu III

F0 1 0,017 0,019 0.021

2 0,010 0,014 0,015

3 0,011 0,014 0,017

4 0,018 0,019 0,022

0,014±0,004 0,016±0,002 0,018±0,004

F1 1 0,015 0,017 0,019

2 0,019 0,02 0,022

3 0,011 0,014 0,015

4 0,013 0,014 0,014

0,014±0,003 0,016±0,003 0,017±0,004

F2 1 0,018 0,022 0,028

0,019±0,001 0,028±0,001 0,041±0,001

F4 1 0,022 0,032 0,046

2 0,022 0,034 0,043

3 0,019 0,038 0,042

4 0,019 0,039 0,048

0,021±0,001 0,036±0,003 0,045±0,003

F5 1 0,022 0,038 0,043

2 0,022 0,041 0,051

3 0,028 0,048 0,053

4 0,022 0,048 0,048

0,024±0,003 0,044±0,005 0,049±0,004 Keterangan: F0: kontrol normal, F1: gel tanpa EBA (kontrol negatif), F2: gel EBA

(42)

Gambar 4.1 Grafik hasil pengukuran ketebalan rambut tikus putih

Pada Tabel 4.7 dan Gambar 4.1 dapat dilihat adanya pertambahan ketebalan rambut tikus putih oleh masing-masing perlakuan mulai dari minggu pertama sampai minggu ketiga. Hasil statistik pada minggu pertama menunjukkan data terdistribusi tidak normal dan tidak homogen. Uji Kruskal Wallis menunjukkan terdapat perbedaan bermakna antar kelompok (p<0,05), sedangkan uji Mann Whitney menunjukkan Formula 7% berbeda secara bermakna bila dibandingkan dengan kontrol negatif (basis gel), kontrol normal dan Formula 3%. Formula 5% dan 7% tidak berbeda secara bermakna.

Hasil statistik pada minggu kedua menunjukkan data terdistribusi tidak normal dan tidak homogen. Uji Kruskal Wallis menunjukkan terdapat perbedaan bermakna antar kelompok (p<0,05), sedangkan uji Mann Whitney menunjukkan Formula 7% berbeda secara bermakna bila dibandingkan dengan kontrol negatif (basis gel), kontrol normal, Formula 3% dan Formula 5%. Sedangkan, bila Formula 7% dibandingkan dengan kontrol positif didapatkan hasil yaitu tidak

(43)

terdapat perbedaan yang signifikan (p>0,05). Hal ini menunjukkan bahwa Formula 7% memberikan hasil yang sama dengan kontrol positif.

Pada minggu ketiga dari data tersebut terlihat bahwa terjadi peningkatan ketebalan rambut. Hasil statistik pada minggu ketiga menunjukkan data terdistribusi normal dan homogen. Hasil pengujian ANOVA menunjukkan bahwa terdapat perbedaan signifikan (p<0,05) terhadap ketebalan rambut. Pengujian ANOVA dengan uji F juga menunjukkan adanya perbedaan signifikan karna nilai F hitung lebih besar dari F tabel. Nilai F tabel diperoleh dengan menarik garis dari df1 yaitu jumlah perlakuan dikurangkan satu sehingga diperoleh nilai 5 dan df2 yaitu jumlah sampel dikurangkan jumlah perlakuan diperoleh nilai 18. Pada titik ini nilai F tabel adalah sebesar 2,77 sedangkan nilai F hitung adalah sebesar 105,87 maka sediaan gel mempunyai efek terhadap ketebalan rambut. Hasil uji Tukey menunjukkan Formula 3%, 5% dan 7% berbeda secara bermakna bila dibandingkan dengan kontrol negatif (basis gel). Jadi dapat disimpulkan Formula 3%, 5% dan 7% memiliki aktivitas terhadap ketebalan rambut. Formula 5% dan 7% tidak berbeda secara bermakna sehingga berdasarkan rata-rata ketebalan rambut dapat disimpulkan Formula 5% dan 7% memiliki aktivitas terhadap ketebalan rambut yang lebih baik dibandingkan Formula 3%, akan tetapi tidak sebaik kontrol positif.

4.3.2 Panjang rambut

(44)

Tabel 4.8 Pengukuran panjang rambut

Formula Hewan uji Panjang rambut (mm)

Minggu I Minggu II Minggu III

(45)

Gambar 4.2 Grafik hasil pengukuran panjang rambut tikus putih

Pada Tabel 4.8 dan Gambar 4.2 dapat dilihat adanya pertambahan panjang rambut tikus putih oleh masing-masing perlakuan mulai dari minggu pertama sampai minggu ketiga.

Berdasarkan hasil pengukuran, rata-rata panjang rambut kontrol negatif (basis gel) pada minggu pertama yaitu 2,26±0,46 mm, sedangkan kontrol normal yaitu 1,85 ± 0,25 mm. Untuk melihat adanya perbedaan panjang pertumbuhan rambut pada kontrol negatif dengan kontrol normal dapat diketahui dengan cara perhitungan secara statistik. Hasil perhitungan secara statistik menunjukkan data terdistribusi normal dan homogen sehingga perhitungan dilanjutkan dengan uji ANOVA yang menunjukkan adanya perbedaan yang bermakna antar kelompok. Hasil Uji Tukey menunjukkan tidak adanya perbedaan secara bermakna (p>0,05) kontrol negatif dibandingkan kontrol normal. Artinya basis gel tidak memiliki aktivitas terhadap pertumbuhan rambut. Pada minggu kedua dan ketiga, rata-rata panjang rambut kontrol negatif berturut-turut yaitu 6,3±0,28 mm dan 15,41±1,01 mm, sedangkan kontrol normal berturut-turut yaitu 6,32±0,17 mm dan 14,91±1,23

(46)

mm. Perhitungan secara statistik, baik pada minggu kedua dan minggu ketiga menunjukkan data terdistribusi normal dan homogen sehingga perhitungan dilanjutkan dengan uji ANOVA yang menunjukkan tidak adanya perbedaan secara bermakna (p>0,05), artinya kontrol negatif (basis gel) tidak memiliki aktivitas terhadap pertumbuhan rambut.

Data rata-rata panjang rambut kontrol negatif, formula 3%, formula 5%, formula 7% dan kontrol positif pada minggu pertama berturut-turut yaitu 2,26±0,46 mm, 3,3±0,31 mm, 3,59±0,20 mm, 4,4±0,15 mm dan 5,77±0,13 mm. Berdasarkan data tersebut terjadi peningkatan rata-rata panjang pertumbuhan rambut. Perhitungan secara statistik menunjukkan bahwa data terdistribusi normal dan homogen sehingga perhitungan dilanjutkan dengan uji ANOVA. Hasil perhitungan uji ANOVA menunjukkan terdapat perbedaan secara bermakna antar kelompok. Hasil uji Tukey menunjukkan kontrol negatif dibandingkan dengan formula 3%, 5%, 7% dan kontrol positif terdapat perbedaan secara bermakna, antara formula 3% dan 5% dengan formula 7% dan kontrol positif serta antara formula 7% dengan kontrol positif juga terdapat perbedaan yang bermakna (p<0,05).

(47)

3%, 5% dan 7% memiliki aktivitas terhadap pertumbuhan rambut. Formula 3%, 5% dan 7% dibandingkan dengan kontrol positif, Formula 3% dibandingkan dengan Formula 5% dan 7% didapatkan hasil yaitu berbeda secara bermakna (p<0,05). Formula 5% dan 7% tidak berbeda secara bermakna sehingga berdasarkan rata-rata panjang rambut dapat disimpulkan Formula 5% dan 7% memiliki aktivitas terhadap panjang rambut yang lebih baik dibandingkan Formula 3%, akan tetapi tidak sebaik kontrol positif.

(48)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

a. Ekstrak buah alpukat (EBA) dapat diformulasikan ke dalam sediaan gel yang homogen dengan pH 5,0-5,3 dan stabil dalam penyimpanan selama 12 minggu pada suhu kamar.

b. Hasil analisa statistik sediaan gel ekstrak buah alpukat dengan kontrol negatif memiliki perbedaan yang signifikan (p < 0,05), artinya sediaan gel yang mengandung ekstrak buah alpukat memiliki aktivitas terhadap pertumbuhan rambut tikus putih. Formula yang mengandung ekstrak buah alpukat 5% dan 7% tidak berbeda secara signifikan (p > 0,05). Formula yang mengandung ekstrak buah alpukat 5% dan 7% memiliki aktivitas terhadap pertumbuhan rambut yang lebih besar dibandingkan formula yang mengandung ekstrak buah apukat 3%, tetapi lebih kecil dari kontrol positif.

5.2 Saran

(49)

BAB II pohonnya tampak berlekuk-lekuk dimana terdapat percabangan dekat pangkal batangnya. Bunganya bertangkai pendek dan kuat dengan warna hijau kekuningan (Jaelani, 2009). Buah berupa buni, bentuk bola atau bulat telur, panjang 5-20 cm, daging buah lunak jika sudah masak, berwarna hijau kekuningan. Biji bulat seperti bola, diameter 2,5-5 cm, berwarna putih kemerahan (Dalimartha, 2008). Kulit buah berwarna coklat keunguan atau hijau (Jaelani, 2009).

2.2 Nama Daerah

Jawa: apuket, alpuket, jambu wolanda (Sunda), apokat, avokat, plokat. Sumatera: apokat, alpokat, avokat, advokat (Melayu), pookat (Lampung) (Dalimartha, 2008; Lianti, 2014).

2.3 Kandungan Kimia Daging Buah Alpukat

(50)

2.4 Kegunaan Buah Alpukat

Daging buah alpukat digunakan untuk mengatasi kadar kolesterol tinggi, sariawan serta untuk menyehatkan kulit dan rambut (Dalimartha, 2008; Lianti, 2014).

Spesies : Persea americana Mill. 2.6 Rambut

Komposisi kimia dari rambut (Mitsui, 1997) yaitu terdiri dari:

 Komponen utama adalah protein (asam amino).

 Komponen minor adalah pigmen melanin, lipid, elemen kecil (tembaga, seng,

besi, fosfor, dll) dan air.

2.6.1 Anatomi rambut

Rambut berupa batang-batang tanduk yang tertanam secara miring di dalam kantung (folikel) rambut. Rambut dapat dibedakan menjadi bagian-bagian rambut yang terdiri dari tiga bagian sebagai berikut (Bariqina dan Ideawati, 2001): a. Ujung rambut

(51)

b. Batang rambut

Batang rambut adalah bagian rambut yang berada di atas permukaan kulit berupa benang-benang halus yang terdiri dari zat tanduk atau keratin.

1) Selaput rambut (Kutikula)

Kutikula adalah lapisan yang paling luar dari rambut yang terdiri atas sel-sel tanduk yang gepeng atau pipih dan tersusun seperti sisik ikan. Bagian bawah menutupi bagian di atasnya. Kutikula berfungsi untuk membuat rambut dapat ditarik memanjang dan bila dilepaskan akan kembali pada posisi semula; melindungi bagian dalam dari batang rambut; rambut dapat dikeriting dan dicat karena cairan obat keriting/cat rambut dapat meresap dalam korteks rambut. 2) Kulit rambut (Korteks)

Kulit rambut terdiri atas sel-sel tanduk yang membentuk kumparan, tersusun secara memanjang dan mengandung melanin. Granul-granul pigmen yang terdapat pada korteks ini akan memberikan warna pada rambut. Sel–sel tanduk terdiri atas serabut-serabut keratin yang tersusun memanjang. Tiap serabut terbentuk oleh molekul-molekul keratin seperti tali dalam bentuk spiral.

3) Sumsum rambut (Medula)

Medula terletak pada lapisan paling dalam dari batang rambut yang dibentuk oleh zat tanduk yang tersusun sangat renggang dan membentuk semacam jala/anyaman sehingga terdapat rongga-rongga yang berisi udara.

c. Akar Rambut

(52)

1) Kantong rambut (folikel)

Folikel merupakan suatu saluran yang menyerupai tabung dan berfungsi untuk melindung akar rambut, mulai dari permukaan kulit sampai di bagian terbawah umbi rambut. Jika bentuk folikel lurus maka rambut juga lurus. Jika bentuk folikel agak melengkung maka rambut agak berombak, sedangkan jika bentuk folikel sangat melengkung maka rambut akan keriting.

2) Papil rambut

Papil rambut adalah bulatan kecil yang bentuknya melengkung, terletak di bagian terbawah dari folikel rambut dan menjorok masuk ke dalam umbi rambut. Papil rambut bertugas membuat atau memproduksi bermacam-macam zat yang diperlukan untuk pertumbuhan rambut. Misalnya sel-sel tunas rambut, zat protein yang membentuk keratin, zat makanan untuk rambut, zat melanosit yang membentuk melanin. Papil rambut akan tertinggal di dalam kulit meskipun rambut dicabut sampai ke akar-akarnya, sehingga akan selalu terjadi pertumbuhan rambut baru kecuali jika papil rambut itu dirusak (Tranggono dan Latifah, 2007). 3) Umbi rambut (matriks)

Umbi rambut adalah ujung akar rambut terbawah yang melebar. Struktur bagian akar rambut ini berbeda dengan struktur batang dan akar rambut diatasnya. Sel-sel akar rambut bewarna keputih-putihan dan masih lembek. Pertumbuhan rambut terjadi karena sel-sel umbi rambut bertambah banyak secara mitosis. Pada umbi rambut melekat otot penegak rambut yang disebut musailus arector pili. 2.6.2 Jenis/ tipe rambut

(53)

1. Rambut lanugo / velus

Rambut lanugo / velus adalah rambut yang sangat halus dengan pigmen yang sedikit. Rambut ini terdapat hampir di seluruh tubuh kecuali pada bibir, telapak tangan, dan kaki. Rambut ini tumbuh pada pipi, dahi, tengkuk dan lengan. 2. Rambut terminal

Rambut terminal adalah rambut yang kasar dan mengandung banyak pigmen (Soepardiman, 2007). Rambut ini dibedakan berdasarkan ukurannya, yaitu:

 Rambut panjang tumbuh pada kulit kepala, wajah laki – laki (janggut, kumis, cambang), ketiak dan daerah kemaluan.

 Rambut pendek terdapat pada alis mata, bulu mata dan bulu hidung (Bariqina dan Ideawati, 2001; Mitsui, 1997; Tranggono dan Latifah, 2007).

2.6.3 Siklus rambut

Siklus rambut ialah proses tumbuhnya rambut menjadi dewasa, rontok dan kemudian berganti rambut yang baru.

1. Masa anagen (fase pertumbuhan)

Fase anagen adalah fase pertumbuhan rambut ketika papil rambut terus membentuk sel rambut secara mitosis. Proses anagen membutuhkan waktu 2-3 tahun.

2. Masa katagen (masa peralihan)

(54)

terdalam pada akar rambut membulat seperti gada, tidak segera rontok, tetapi secara perlahan rambut ini terdorong ke atas dan akhirnya rontok. Banyaknya rambut yang rontok disebabkan oleh siklus pertumbuhan rambut normal yang tidak melampaui 40-80 helai rambut selama 24 jam.

3. Masa telogen (masa istirahat)

Pada masa ini mulai terbentuk proses keratinisasi, kemudian terbentuk tunas rambut baru yang semakin lama semakin tumbuh ke atas, mendorong rambut lama hingga terlepas sendiri atau lepas pada saat melakukan penyisiran rambut. Setelah rambut yang lama terlepas maka akan tumbuh rambut baru. Masa telogen memerlukan waktu proses 2-3 minggu (Bariqina dan Ideawati, 2001).

Gambar 2.1 Siklus Pertumbuhan Rambut 2.6.4 Faktor- faktor yang mempengaruhi pertumbuhan rambut I. Keadaan Fisiologik

1. Hormon

(55)

tetapi pada kulit kepala penderita alopesia androgenetik hormon androgen bahkan memperkecil diameter batang rambut serta memperkecil waktu pertumbuhan rambut anagen. Estrogen memperlambat pertumbuhan rambut selama fase anagen, tetapi memperpanjang durasi fase anagen. Tirosin mempercepat aktivitas anagen dan kortison justru memperlambat aktivitas anagen.

2. Metabolisme 3. Nutrisi

Zat besi

Zat besi khususnya dalam kulit kepala berfungsi untuk mengangkut oksigen pada rambut.

Zinc

Zinc atau yang lebih dikenal dengan seng merupakan salah satu zat yang tidak kalah pentingnya bagi rambut.

Tembaga

Tembaga menjadi faktor penentu tetapnya pigmentasi pada rambut. Rambut yang memiliki pigmen rendah atau bahkan rusak dapat menyebabkan terjadinya kekusaman. Jika hal ini berlangsung lama, tidak tertututup kemungkinan rambut akan mengalami kekeringan, mudah patah dan bahkan rontok.

Vitamin B

(56)

Vitamin A

Kesehatan rambut sebenarnya tergantung pada sehatnya kulit kepala. Jika kulit kepala sehat, maka rambut yang tumbuh di atasnya juga akan menjadi sehat. Vitamin A berfungsi untuk menjaga kesehatan kulit kepala.

Protein

Komponen utama rambut adalah protein. Vitamin C

Fungsi vitamin C tidak lain adalah sebagai antioksidan yang dapat membantu meremajakan sel-sel yang rusak sehingga akan selalu tercipta peremajaan pada kulit kepala.

Vitamin E

Fungsi vitamin E adalah untuk memperbaiki struktur atau jaringan kulit kepala agar tetap sehat.

Yodium

Seseorang yang kekurangan yodium, maka aktivitas tiroid di dalam tubuhnya menjadi tidak optimal. Hal ini dapat menyebabkan rusaknya pertumbuhan rambut.

Asam lemak esensial

Asam lemak esensial dapat menjaga kelembaban alami rambut dengan memproduksi minyak alami pada kulit kepala (Umamah, 2010).

4. Vaskularisasi

(57)

II. Keadaan Patologik

1. Peradangan sistemik atau setempat

Infeksi jamur di kulit kepala dan rambut akan menyebabkan kerontokan maupun kerusakan batang rambut.

2. Obat

Umumnya obat antineoplasma seperti vinkristin (Soepardiman, 2007).

Faktor lingkungan secara lokal dapat mempengaruhi faal kulit kepala sehingga menyebabkan kerontokan rambut. Faktor lingkungan demikian meliputi perubahan cuaca yang ekstrim, terlalu panas atau terlalu dingin, sengatan surya, sinar- X, dan radioaktif, pelekatan dan infeksi jasad renik , iritasi zat kimia atau penutupan dan penekanan rambut berikut kulit kepala seperti pemakaian topi, kudung atau helm. Jika faktor lingkungan ini terjadi terus-menerus dan berulang-ulang, kulit kepala akan mengalami degenerasi kronik pada sel-sel epidermis; kulit kepala akan menjadi kasar; terjadi gangguan keratinasi, akhirnya terjadi kerontokan rambut. Disamping itu, akan terjadi perubahan dalam sekresi sebum yang kemungkinan akan diikuti dengan pembentukan ketombe (Ditjen POM., 1985). Menurut beberapa buku, jumlah rambut yang rontok normalnya setiap hari rata-rata 40 sampai 100 helai. Jika melebihi 100 helai, maka perlu penanggulangan atau pengobatan (Tranggono dan Latifah, 2007).

2.7 Ekstrak

(58)

Ekstraksi adalah kegiatan penarikan kandungan kimia yang dapat larut sehingga terpisah dari bahan yang tidak dapat larut dengan menggunakan suatu pelarut cair. Senyawa aktif yang terdapat dalam berbagai simplisia dapat digolongkan ke dalam golongan minyak atsiri, alkaloid, flavonoid dan lain-lain. Diketahui senyawa aktif yang dikandung simplisia akan mempermudah pemilihan pelarut dan cara ekstraksi yang tepat (Depkes RI, 2000).

Menurut Depkes RI (2000) metode ekstraksi dengan menggunakan pelarut dapat dibagi ke dalam dua cara yaitu:

a. Cara dingin

 Maserasi adalah proses pengekstraksian simplisia dengan menggunakan pelarut dengan beberapa kali pengocokan atau pengadukan pada temperatur ruangan (kamar). Secara teknologi termasuk ekstraksi dengan prinsip metode pencapaian konsentrasi pada keseimbangan. Maserasi kinetik berarti dilakukan pengadukan yang kontinu (terus-menerus). Remaserasi berarti dilakukan pengulangan penambahan pelarut setelah dilakukan penyaringan maserat pertama dan seterusnya.

 Perkolasi adalah ekstraksi dengan pelarut yang selalu baru sampai sempurna (exhaustive extraction) yang umumnya dilakukan pada temperatur ruangan. Proses terdiri dari tahapan pengembangan bahan, tahap maserasi antara, tahap perkolasi sebenarnya (penetesan/penampungan ekstrak) terus-menerus sampai diperoleh ekstrak (perkolat) yang jumlahnya 1-5 kali bahan.

b. Cara panas

(59)

adanya pendingin balik. Umumnya dilakukan pengulangan proses pada residu pertama sampai 3-5 kali sehingga dapat termasuk proses ekstraksi sempurna.  Sokletasi adalah ekstraksi menggunakan pelarut yang selalu baru yang

umumnya dilakukan dengan alat khusus sehingga terjadi ekstraksi kontinu dengan jumlah pelarut relatif konstan dengan adanya pendingin balik.

 Digesti adalah maserasi kinetik (dengan pengadukan kontinu) pada temperatur yang lebih tinggi dari temperatur ruangan (kamar), yaitu secara umum dilakukan pada temperatur 40-50°C.

 Infus adalah ekstraksi dengan pelarut air pada temperatur penangas air (bejana infus tercelup dalam penangas air mendidih, temperatur terukur 96-98°C) selama waktu tertentu (15-20 menit).

 Dekok adalah infus pada waktu yang lebih lama (≥ 30 menit) dan temperatur sampai titik didih air.

2.8 Gel

Gel merupakan sistem semipadat terdiri dari suspensi yang dibuat dari partikel anorganik yang kecil atau molekul organik yang besar, terpenetrasi oleh suatu cairan. Gel dapat digunakan untuk obat yang diberikan secara topikal atau dimasukkan ke dalam lubang tubuh (Ditjen POM., 1995).

(60)

hidroksipropilmetilselulosa, karboksimetilselulosa. Gel dibuat dengan proses peleburan atau diperlukan suatu prosedur khusus berkenaan dengan sifat mengembang dari gel (Lachman, dkk., 1994; Allen dan Ansel, 2011). Selain mengandung agen pembentuk gel dan air, gel dapat juga mengandung zat aktif, pelarut, pengawet antimikroba seperti metil paraben dan propil paraben serta stabilisator (Allen dan Ansel, 2011).

2.8.1 Hidroksipropilmetilselulosa (HPMC)

HPMC merupakan turunan dari selulosa yang memiliki ciri-ciri serbuk atau butiran putih, tidak memiliki bau dan rasa. Larut dalam air dingin membentuk koloid kental, praktis tidak larut dalam kloroform, etanol, dan eter. Mampu menjaga penguapan air sehingga secara luas banyak digunakan dalam aplikasi produk kosmetik dan aplikasi lainnya. HPMC digunakan sebagai pengemulsi, pensuspensi, penyalut, pengikat tablet dan sebagai penstabil pada sediaan topikal seperti gel dan salep. Sebagai koloid pelindung yang dapat mencegah keluarnya tetesan air dan partikel dari penggabungan atau agromerasi, sehingga menghambat pembentukan sedimen. HPMC umumnya dianggap sebagai bahan nontoksik dan tidak menyebabkan iritasi serta memiliki viskositas yang stabil pada penyimpanan jangka panjang (Rowe, dkk., 2009). 2.8.2 Propilen glikol

(61)

yang lebih baik dari gliserin. Sebagai humektan, konsentrasi propilen glikol yang biasa digunakan adalah 15% (Rowe, dkk., 2009).

2.8.3 Metil paraben

Metil paraben merupakan hablur kecil, tidak berwarna atau serbuk hablur, putih, tidak berbau atau berbau khas lemah, mempunyai sedikit rasa terbakar (Ditjen POM., 1995).

Metil paraben banyak digunakan sebagai pengawet antimikroba dalam kosmetik, produk makanan, dan formulasi farmasi dan digunakan baik sendiri atau dalam kombinasi dengan paraben lain atau dengan antimikroba lain. Konsentrasi metil paraben untuk penggunaan topikal adalah 0,02-0,3%. Aktivitas metil paraben juga dapat ditingkatkan dengan penambahan eksipien lain seperti: propilen glikol dan phenylethyl alkohol. Metil paraben menunjukkan aktivitasnya pada pH 4-8 dan efeknya berkurang dengan kenaikan pH (Rowe, dkk., 2009).

2.8.4 Propil paraben

(62)

BAB I

kulit dinamakan batang rambut (Tranggono dan Latifah, 2007). Selain untuk memberikan kehangatan dan perlindungan, rambut juga berfungsi untuk keindahan dan penunjang penampilan. Rambut sehat memiliki ciri-ciri tebal, berwarna hitam, berkilau, tidak kusut dan tidak rontok menjadi kebutuhan semua orang. Namun demikian tidak semua orang dapat memiliki rambut sehat karena dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor yang dapat menyebabkan rambut menjadi tidak sehat (Rostamailis, dkk., 2009).

Telah lama dikenal ungkapan rambut adalah mahkota kecantikan yang menandakan betapa pentingnya rambut bagi peran seseorang dalam lingkungannya. Oleh karena itu, kehilangan rambut akibat kerontokan rambut akan selalu menjadi masalah berat bagi yang mengalaminya dan apabila tidak berhasil ditanggulangi akan menyebabkan rasa rendah diri, kecewa dan frustrasi (Wasitaatmadja, 1997).

(63)

rambut herbal bisa memperkuat akar rambut dan melancarkan peredaran darah yang memberi nutrisi bagi rambut sehingga bisa mencegah kerontokan (Jaelani, 2009).

Rambut setiap orang membutuhkan nutrisi agar tetap sehat. Nutrisi yang cukup untuk pertumbuhan rambut, antara lain dapat diperoleh dari bahan-bahan herbal yang mengandung vitamin A, vitamin B, vitamin C, vitamin E, selenium, zat besi, seng, magnesium, biotin, tembaga, protein dan asam lemak esensial. Selain untuk mencegah rambut rontok, bahan-bahan tersebut juga bermanfaat untuk menyuburkan rambut (Jaelani, 2009; Muliyawan dan Neti, 2013; Umamah, 2010).

Indonesia adalah negara yang terkenal akan kekayaan sumber daya alamnya. Alpukat merupakan salah satu tanaman yang populer di Indonesia (Lianti, 2014). Buah alpukat mengandung protein, asam lemak esensial, vitamin A, vitamin B, vitamin C, vitamin E serta mineral seperti fosfor, zat besi dan magnesium (Dalimartha, 2008; Ding, 2014; Lianti, 2014). Buah alpukat dapat digunakan untuk merangsang pertumbuhan rambut (Ding, dkk., 2007; Maregesi, dkk., 2014).

Berdasarkan uraian di atas, maka dilakukan penelitian mengenai formulasi sediaan gel dengan zat aktif ekstrak buah alpukat (Persea americana Mill.) yang aman, stabil dan efektif dalam penggunaannya sebagai penumbuh rambut terhadap tikus putih.

1.2Perumusan Masalah

(64)

1. Apakah ekstrak buah alpukat (Persea americana Mill.) dapat diformulasikan dalam sediaan gel?

2. Apakah sediaan gel ekstrak buah alpukat (Persea americana Mill.) memiliki aktivitas terhadap pertumbuhan rambut?

1.3Hipotesa

Berdasarkan perumusan masalah di atas, maka yang menjadi hipotesis dalam penelitian ini adalah:

1. Ekstrak buah alpukat (Persea americana Mill.) dapat diformulasikan dalam sediaan gel.

2. Sediaan gel ekstrak buah alpukat (Persea americana Mill.) memiliki aktivitas terhadap pertumbuhan rambut.

1.4Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Untuk membuat sediaan gel dari ekstrak buah alpukat (Persea americana Mill.) yang berguna sebagai penumbuh rambut.

2. Untuk mengetahui aktivitas sediaan gel ekstrak buah alpukat (Persea americana Mill.) terhadap pertumbuhan rambut.

1.5Manfaat penelitian

(65)

FORMULASI SEDIAAN GEL EKSTRAK BUAH ALPUKAT (Persea americana Mill.) DAN UJI AKTIVITASNYA TERHADAP

PERTUMBUHAN RAMBUT TIKUS PUTIH

ABSTRAK

Latar Belakang: Buah alpukat mengandung protein, asam lemak esensial, vitamin A, vitamin B, vitamin C, vitamin E serta mineral seperti fosfor, zat besi dan magnesium. Kandungan tersebut merupakan nutrisi yang dibutuhkan untuk pertumbuhan rambut.

Tujuan: Tujuan penelitian ini adalah untuk membuat sediaan gel dari ekstrak buah alpukat (Persea americana Mill.) yang berguna sebagai penumbuh rambut serta uji aktivitasnya terhadap pertumbuhan rambut.

Metode: Buah alpukat diekstraksi dengan cara maserasi menggunakan pelarut etanol 96% dan dipekatkan dengan rotary evaporator pada suhu ± 40°C. Selanjutnya, ekstrak alpukat dibuat menjadi sediaan gel dengan variasi konsentrasi 3; 5 dan 7%, kemudian dilakukan uji homogenitas, iritasi kulit, pH, viskositas, stabilitas penyimpanan dalam suhu kamar selama 12 minggu dan uji aktivitas pertumbuhan rambut menggunakan hair analyzer untuk melihat ketebalan rambut dan menggunakan jangka sorong untuk melihat panjang rambut selama tiga minggu. Uji aktivitas pertumbuhan rambut dilakukan dengan mengoleskan sediaan gel pada punggung tikus yang telah dicukur dan diukur panjang rambut dan ketebalan rambut pada hari ke-7, 14 dan 21.

Hasil: Ekstrak buah alpukat dapat diformulasi menjadi sediaan gel yang homogen, pH 5,0-5,3 dan stabil dalam penyimpanan selama 12 minggu serta hasil uji iritasi menunjukkan bahwa tidak terjadi iritasi pada kulit. Pengukuran panjang rambut yang diperoleh dari gel ekstrak buah alpukat dengan konsentrasi 3%; 5% dan 7% masing-masing adalah 17,76 mm; 18,85 mm; 19,58 mm dan 15,41 mm untuk kontrol negatif serta 21,39 mm untuk kontrol positif. Pengukuran ketebalan rambut yang diperoleh dari gel ekstrak buah alpukat dengan konsentrasi 3%; 5% dan 7% masing-masing adalah 0,026 mm; 0,041 mm; 0,045 mm dan 0,017 mm untuk kontrol negatif serta 0,049 mm untuk kontrol positif. Formula yang mengandung ekstrak buah alpukat 3%, 5% dan 7% memiliki aktivitas pertumbuhan rambut lebih besar dibandingkan dengan kontrol negatif, tetapi lebih kecil dari kontrol positif.

Kesimpulan: Ekstrak buah alpukat dapat diformulasikan dalam bentuk sediaan gel, stabil serta memiliki aktivitas terhadap pertumbuhan rambut.

Kata Kunci: Formulasi, gel, ekstrak buah alpukat, aktivitas pertumbuhan

(66)

GEL FORMULATION OF AVOCADO EXTRACT

(Persea americana Mill.) AND ITS ACTIVITY TEST ON WHITE RATS HAIR GROWTH

ABSTRACT

Background: Avocado contains protein, essential fatty acids, vitamin A, vitamin B, vitamin C, vitamin E and minerals such as phosphorus, iron and magnesium. Those contents are the nutrients needed for hair growth.

Objective:The purpose of this research was to make gel preparations of avocado extract (Persea americana Mill.) which was useful as growing hair and its activity test on hair growth.

Methods: Avocado was extracted by maceration using ethanol 96% and then concentrated by rotary evaporator at the temperature of ± 40°C. The extract avocado was made into gel preparations with various concentration of 3; 5 and 7%, then some test were done such as homogenity test, skin irritation, pH, viscosity and stability at room temperature for 12 weeks and hair growth activity test using hair analyzer to measure the thickness of the hair and using calipers to measure its length for three weeks. Hair growth activity test performed by applying the gel on rat's shaven dorsal and its length and thickness were measured on 7th, 14th and 21st day.

Results: Avocado extract could be formulated into gel preparations which was homogen, pH 5.0 to 5.3 and stable during the storage for 12 weeks and the irritation test showed that there was no irritation on the skin. Obtained hair length measurements from avocado extract gel in concentration 3%; 5% and 7% respectively were 17.76 mm; 18.85 mm; 19.58 mm and 15.41 mm for the negative control and 21.39 mm for the positive control. Obtained thickness of hair from avocado extract gel in concentration 3; 5 and 7% respectively were 0,026 mm; 0.041mm; 0.045 mm and 0.017 mm for the negative control and 0.049 mm for the positive control. The formula containing 3%; 5% and 7% avocado extract had hair growth activity more than negative control but less than positive control.

Conclution: Avocado extract can be formulated into gel preparations, stable and has activity toward the hair growth.

(67)

FORMULASI SEDIAAN GEL EKSTRAK

BUAH ALPUKAT (Persea americana Mill.) DAN

UJI AKTIVITASNYA TERHADAP PERTUMBUHAN

RAMBUT TIKUS PUTIH

SKRIPSI

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Farmasi pada Fakultas Farmasi

Universitas Sumatera Utara

OLEH:

WINDA HANLEY MATONDANG

NIM 131524019

PROGRAM STUDI EKSTENSI SARJANA FARMASI

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(68)

FORMULASI SEDIAAN GEL EKSTRAK

BUAH ALPUKAT (Persea americana Mill.) DAN

UJI AKTIVITASNYA TERHADAP PERTUMBUHAN

RAMBUT TIKUS PUTIH

SKRIPSI

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Farmasi pada Fakultas Farmasi

Universitas Sumatera Utara

OLEH:

WINDA HANLEY MATONDANG

NIM 131524019

PROGRAM STUDI EKSTENSI SARJANA FARMASI

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(69)

PENGESAHAN SKRIPSI

FORMULASI SEDIAAN GEL EKSTRAK BUAH ALPUKAT

(Persea americana Mill.) DAN UJI AKTIVITASNYA

TERHADAP PERTUMBUHAN RAMBUT TIKUS PUTIH

OLEH:

WINDA HANLEY MATONDANG NIM 131524019

Dipertahankan di Hadapan Panitia Penguji Skripsi Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara

Pada Tanggal: 13 November 2015

Pembimbing I, Panitia Penguji,

Dra. Juanita Tanuwijaya, M.Si., Apt. Prof. Dr. Karsono, Apt. NIP 195111021977102001 NIP 195409091982011001

Pembimbing II, Dra. Juanita Tanuwijaya, M.Si., Apt.

NIP 195111021977102001

Drs. Suryanto, M.Si., Apt. Dr. Anayanti Arianto, M.Si., Apt. NIP 196106191991031001 NIP 195306251986012001

(70)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Allah yang Maha Kuasa yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Formulasi Sediaan Gel Ekstrak Buah Alpukat (Persea americana Mill.) dan Uji Aktivitasnya terhadap Pertumbuhan Rambut Tikus

Putih”. Skripsi ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Farmasi pada Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada Ibu Dra. Juanita Tanuwijaya, M.Si., Apt. dan Bapak Drs. Suryanto, M.Si., Apt. selaku pembimbing yang telah memberikan waktu, bimbingan dan nasehat selama penelitian hingga selesainya penyusunan skripsi ini. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Ibu Dr. Masfria, M.S., Apt. selaku Pejabat Dekan Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan bantuan dan fasilitas selama masa pendidikan. Penulis juga menyampaikan ucapan terima kasih kepada Bapak Prof. Dr. Karsono, Apt., Ibu Dr. Anayanti Arianto, M.Si., Apt. dan Ibu Dra. Lely Sari Lubis, M.Si., Apt. selaku dosen penguji yang telah memberikan masukan dalam penyusunan skripsi ini. Bapak dan Ibu staf pengajar Fakultas Farmasi USU yang telah mendidik dan memberikan arahan kepada penulis selama masa perkuliahan. Pimpinan dan semua staf akademik dan keuangan yang telah membantu penulis dalam semua proses administrasi.

(71)

pengorbanan baik moril maupun materil dalam penyelesaian skripsi ini. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada teman-teman yang memberikan dukungan selama penulis melakukan penelitian.

Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih belum sempurna, sehingga penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun untuk penyempurnaannya. Harapan penulis semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi ilmu pengetahuan khususnya di bidang farmasi dan berguna bagi alam semesta.

Medan, Desember 2015 Penulis,

(72)

FORMULASI SEDIAAN GEL EKSTRAK BUAH ALPUKAT (Persea americana Mill.) DAN UJI AKTIVITASNYA TERHADAP

PERTUMBUHAN RAMBUT TIKUS PUTIH

ABSTRAK

Latar Belakang: Buah alpukat mengandung protein, asam lemak esensial, vitamin A, vitamin B, vitamin C, vitamin E serta mineral seperti fosfor, zat besi dan magnesium. Kandungan tersebut merupakan nutrisi yang dibutuhkan untuk pertumbuhan rambut.

Tujuan: Tujuan penelitian ini adalah untuk membuat sediaan gel dari ekstrak buah alpukat (Persea americana Mill.) yang berguna sebagai penumbuh rambut serta uji aktivitasnya terhadap pertumbuhan rambut.

Metode: Buah alpukat diekstraksi dengan cara maserasi menggunakan pelarut etanol 96% dan dipekatkan dengan rotary evaporator pada suhu ± 40°C. Selanjutnya, ekstrak alpukat dibuat menjadi sediaan gel dengan variasi konsentrasi 3; 5 dan 7%, kemudian dilakukan uji homogenitas, iritasi kulit, pH, viskositas, stabilitas penyimpanan dalam suhu kamar selama 12 minggu dan uji aktivitas pertumbuhan rambut menggunakan hair analyzer untuk melihat ketebalan rambut dan menggunakan jangka sorong untuk melihat panjang rambut selama tiga minggu. Uji aktivitas pertumbuhan rambut dilakukan dengan mengoleskan sediaan gel pada punggung tikus yang telah dicukur dan diukur panjang rambut dan ketebalan rambut pada hari ke-7, 14 dan 21.

Hasil: Ekstrak buah alpukat dapat diformulasi menjadi sediaan gel yang homogen, pH 5,0-5,3 dan stabil dalam penyimpanan selama 12 minggu serta hasil uji iritasi menunjukkan bahwa tidak terjadi iritasi pada kulit. Pengukuran panjang rambut yang diperoleh dari gel ekstrak buah alpukat dengan konsentrasi 3%; 5% dan 7% masing-masing adalah 17,76 mm; 18,85 mm; 19,58 mm dan 15,41 mm untuk kontrol negatif serta 21,39 mm untuk kontrol positif. Pengukuran ketebalan rambut yang diperoleh dari gel ekstrak buah alpukat dengan konsentrasi 3%; 5% dan 7% masing-masing adalah 0,026 mm; 0,041 mm; 0,045 mm dan 0,017 mm untuk kontrol negatif serta 0,049 mm untuk kontrol positif. Formula yang mengandung ekstrak buah alpukat 3%, 5% dan 7% memiliki aktivitas pertumbuhan rambut lebih besar dibandingkan dengan kontrol negatif, tetapi lebih kecil dari kontrol positif.

Kesimpulan: Ekstrak buah alpukat dapat diformulasikan dalam bentuk sediaan gel, stabil serta memiliki aktivitas terhadap pertumbuhan rambut.

Kata Kunci: Formulasi, gel, ekstrak buah alpukat, aktivitas pertumbuhan

(73)

GEL FORMULATION OF AVOCADO EXTRACT

(Persea americana Mill.) AND ITS ACTIVITY TEST ON WHITE RATS HAIR GROWTH

ABSTRACT

Background: Avocado contains protein, essential fatty acids, vitamin A, vitamin B, vitamin C, vitamin E and minerals such as phosphorus, iron and magnesium. Those contents are the nutrients needed for hair growth.

Objective:The purpose of this research was to make gel preparations of avocado extract (Persea americana Mill.) which was useful as growing hair and its activity test on hair growth.

Methods: Avocado was extracted by maceration using ethanol 96% and then concentrated by rotary evaporator at the temperature of ± 40°C. The extract avocado was made into gel preparations with various concentration of 3; 5 and 7%, then some test were done such as homogenity test, skin irritation, pH, viscosity and stability at room temperature for 12 weeks and hair growth activity test using hair analyzer to measure the thickness of the hair and using calipers to measure its length for three weeks. Hair growth activity test performed by applying the gel on rat's shaven dorsal and its length and thickness were measured on 7th, 14th and 21st day.

Results: Avocado extract could be formulated into gel preparations which was homogen, pH 5.0 to 5.3 and stable during the storage for 12 weeks and the irritation test showed that there was no irritation on the skin. Obtained hair length measurements from avocado extract gel in concentration 3%; 5% and 7% respectively were 17.76 mm; 18.85 mm; 19.58 mm and 15.41 mm for the negative control and 21.39 mm for the positive control. Obtained thickness of hair from avocado extract gel in concentration 3; 5 and 7% respectively were 0,026 mm; 0.041mm; 0.045 mm and 0.017 mm for the negative control and 0.049 mm for the positive control. The formula containing 3%; 5% and 7% avocado extract had hair growth activity more than negative control but less than positive control.

Conclution: Avocado extract can be formulated into gel preparations, stable and has activity toward the hair growth.

(74)

Gambar

Tabel 3.1 Komposisi bahan pada gel
Tabel 4.2 Data hasil pengamatan terhadap stabilitas fisik sediaan gel selama penyimpanan 12 minggu
Tabel 4.4 Data pengukuran pH sediaan gel
Tabel 4.5  Data pengukuran viskositas
+5

Referensi

Dokumen terkait

Desa Ternak Mandiri (DTM) merupakan bentuk pendayagunaan zakat produktif berupa pemberian hewan ternak bakalan untuk digemukan sampai waktu yang

Yang digunakan sebagai fase gerak biasanya adalah pelarut organik. Bilamana fase gerak merupakan campuran organik dengan air

Berdasarkan hasil dari pengolahan data menggunakan inversi Res2divn2D diperoleh nilai resistivitas tanah yang diindikasi sebagai bidang gelincir dengan rentang 1068

Hubungan variabel penggunaan dan efek samping obat dengan ketidakpatuhan penggunaan obat anti TB ... Hubungan variabel PMO dengan ketidakpatuhan penggunaan obat anti

Sedangkan Quraish Shihab mendefinisikannya dengan lebih spesifik; bahwa yang dimaksud dengan metode komparasi ialah membandingkan ayat-ayat al-Quran yang memiliki

Alhamdulillah, segala puji syukur penulis panjatkan kehadiran Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini

In this context, ICIMOD and regional partners have evolved Transboundary Landscape concept to address the issues of conservation and sustainable use of natural resources

20 Urusan Wajib Otonomi Daerah, Pemerintahan Umum, Adm KeuDa, Perangkat Daerah, Kepegawaian. Organisasi