• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hygiene Perawat dan Bidan pada Pasien Rawat Inap Serta Fasilitas Sanitasi dalam Pencegahan Infeksi Nosokomial Phlebitis di Rumah Sakit Ibu dan Anak X Medan Tahun 2015

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Hygiene Perawat dan Bidan pada Pasien Rawat Inap Serta Fasilitas Sanitasi dalam Pencegahan Infeksi Nosokomial Phlebitis di Rumah Sakit Ibu dan Anak X Medan Tahun 2015"

Copied!
156
0
0

Teks penuh

(1)

Lampiran 1

LEMBAR OBSERVASI PENELITIAN HYGIENE PERAWAT DAN BIDANPADA PASIEN RAWAT INAP DALAM PENCEGAHAN INFEKSI

NOSOKOMIAL PHLEBITIS DI RUMAH SAKIT IBU DAN ANAK X MEDAN TAHUN 2015

No Responden :

Umur :

PendidikanTerakhir : Lama Bekerja :

No. Tindakan Perawat danBidandalam pemasangan Infus Intra Vena pada Pasien Rawat Inap

Pengamatan

Ya Tidak 1. Tersedia cairan infus

2. Tersedia jarum lurus/butterfly/kateter plastik (abbocath) 3. Tersedia set infus steril

4. Tersedia larutan antiseptik (misalnya kloreheksidin, alkohol 60-90%, PVI 10%)

5. Tersedia kasa steril

6. Tersedia Plester atau dressing transparan 7. Tersedia torniket bersih

8. Tersedia penyangga tangan baru/bersih

9. Tersedia handuk untuk ditaruh di bawah lengan atau tangan 10. Tersedia sarung tangan bersih atau yang telah di DTT 11. Tersedia ember berisi air hangat

12. Tersedia sabun, kain lap atau handuk kering

13. Tersedia kantong plastik atau kantong anti bocor untuk tempat pembuangan sampah yang terkontaminasi

14. Menjelaskan prosedur kepada pasien

15. Identifikasi vena mana yang paling baik untuk pemasangan jarum IntraVena atau plastik kateter.

(2)

17. Cuci tangan dengan sabun dan air bersih

18. Mengeringkan tangan dengan handuk atau keringkan di udara (alternatif lain : lakukan apabila tanganterlihat kotor, usap tangan dengan 5ml larutan atau 1 sendok teh antiseptik penggosok tangan pada kedua tangan dan usap seluruh tangan dan sela-sela jari, biarkan kering).

19. Cek larutan Intra Vena (botol atau kantong plastik), yakinkan cairannya betul dan aditif yang tepat seperti potasium sudah ditambahkan.

20. Buka set infus dan pasang bagian-bagiannya dengan teknik aseptik (jangan pegang ujung tube).

21. Pasang set infus pada botol atau kantong larutan dengan melepas tutup botol atau kantong larutan tanpa menyentuh bukaannya.

22. Lepaskan tutup pelindung yang menutupi jarum jangan sampai tersentuh, pegang gagang jarum dan masukkan jarum pada penutup botol atau kantong larutan Intra Vena atau buka kantong cairan infus.

23. Isi pipa infus dengan menekan dan lepaskan tabung tetesanlalu lepaskan penutup pipa IntraVena dan longgarkan klem agar cairan dapat mengisi pipa, lalu eratkan klem kembali dan ganti tutup pelindung.

24. Dengan lengan atas dan tangan tergantung, tempatkan torniket 10-12 cm di atas tempat pemasangan.

25. Minta pasien mengepal dan membuka tangan untuk memudahkan mendapat vena.

26. Dengan torniket di tempat dan vena terisi, taruh tangan dan lengan di atas kain bersih di atas tempat tidur atau penyangga tangan.

27. Pakai sarung tangan pemeriksaan pada kedua tangan.

(3)

kering dahulu, kira-kira 2 menit, karena ia hanya mengeluarkan iodin bebas, agar antiseptik aktif perlahan-lahan).

29. Pasang jarum lurus atau jarung butterfly atau kateter plastik pada semprit untuk mengecek dengan mengambil darah. Jika tidak, jarum langsung hubungkan dengan ujung pipa Intra Vena steril.

30. Fiksasi vena dengan ibu jari dan gerakan berlawanan dengan ibu jari dan raba kembali tempat pemasangan apakah sudah terpasang dengan baik.

31. Pasang jarum atau kateter dengan tangan yang dominan. Perhatikan apakah ada darah yang kembali ke dalam pipa, lalu dorong kembali jarum atau butterfly pada tempat pemasangan samai pusat atau pangkal jarum. Setelah kateter telah terisi darah tekan jarum lalu pasang plester penahan pada pangkal jarum.

32. Sambil melakukan stabilisasi jarum atau butterfly lepaskan torniket.

33. Longgarkan klem agar pipa IV terbuka dengan cukup dapat mengalirkan cairan.

34. Pasang plester kecil di bawah gagang dengan bagian lengket di atas, lalu silangkan plester di atas gagang. Kemudian taruh plester kecil kedua langsung di atas plester silang sebelahnya jarum atau kateter.

35. Taruh kasa steril 2x2cm di atas tempat fingsi vena dan dengan 2 plester. Dapat juga dipakai penutup luka transparan di atas tempat pemasangan.

36. Sebelum melepas sarung tangan, buang semua sampah terkontaminasi darah (kapas atau kasa) dalam kantong. 37. Cuci kedua sarung tangan dalam larutan klorin 0,5%,

lepaskan sarung tangan taruh dalam kantong plastik atau dalam kontainer anti bocor.

(4)

tangan.

39. Fiksasi lengan atau sanggah lengan memakai papan penyangga yang difiksasi dengan plester tidak langsung tapi harus menyilang. Untuk mengurangi rasa tidak nyaman, bila mengganti penyangga tangan dan akan menggunakan plester pada daerah tangan atau lengan, pasang plester terbalik sehingga perekat akan bertemu perekat baru dililitkan pada papan penyangga.

40. Sesuaikan kecepatan tetesan permenit. JumlahSkor

Keterangan :

(5)

Lampiran 2

Lembar Penilaian Pemeriksaan Fasilitas Sanitasi di Rumah SakitIbu dan Anak X Medan Tahun 2015

Alamat Rumah Sakit : Kelas Rumah Sakit : Jumlah Tempat Tidur : Tanggal Pemeriksaan : No. Variabel Upaya

Kesling

Bobot Komponen Yang Dinilai Nilai Skore

1 2 3 4 5 6

1 TOILET DAN

KAMAR MANDI

1 g. Ratio toilet atau kamar mandi dengan tempat tidur 1:15

20

h. Toilet tersedia pada setiap unit atau ruang khusus untuk unit rawat inap dan karyawan harus tersedia kamar mandi

20

i. Letak tidak berhubungan langsung dengan dapur, kamar operasi dan ruang khusus lainnya

20

j. Saluran pembuangan air limbah dilengkapi dengan penahan bau (water seal)

10

k. Lubang penghawaan harus berhubungan langsung dengan udara luar

10

1 2 3 4 5 6

l. Kamar mandi dan toilet untuk pria, wanita dan

(6)

karyawan terpisah

2 PENYEHATAN AIR

4. KUANTITAS 8 c. Tersedia air bersih

>500liter/hari sesuai dengan kebutuhan

70

d. Air minum tersedia pada setiap tempat kegiatan

30

5. KUALITAS 5 d. Bakteriologis 80

e. Kimia 15

f. Fisik 5

6. SARANA 3 d. Sumber PDAM, air tanah

diolah

50

e. Distribusi tidak bocor 30 f. Penampungan Tertutup 20

3. PENGELOLAAN

LIMBAH

4. LIMBAH PADAT 10 h. Pemusnahan limbah padat infeksius, citotoksis dan farmasidengan incenerator (suhu >1000°C) atau khusus untuk sampah infeksius dapat disterilkan dengan autovlave atau radiasi microwave sebelum dibuang ke landfill

25

i.Bagi yang tidak punya insenerator ada MoU antara RS dan pihak yang melakukan pemusnahan limbah medis

20

1 2 3 4 5 6

j. Tempat limbah padat kuat, tahan karat, kedap air, dengan penutup dan kantong plastik dengan warna dan lambang sesuai

(7)

pedoman. Minimal satu buah tiap radius pada ruang tunggu terbuka

k. Tempat pengumpulan dan penampunangan limbah sementara segera didesinfeksi setelah dikosongkan

15

l. Diangkut ke TPS >2 kali/hari dan ke TPA >1 kali/hari

5

m.Limbah domestik dibuang ke TPA yang ditetapkan PEMDA

5

n. Sampah radioaktif ditangani sesuai peraturan yang berlaku

10

5. PENGELOLAAN

LIMBAH CAIR

4 c. Dilakukan pengolahan melalui instalasi pengolahan limbah

80

d. Disalurkan melalui saluran tertutup, kedap air dan lancar

20

1 2 3 4 5 6

6. KULITAS EFFLUENT YANG DI BUANG KE DALAM LINGKUNGAN

2 Memenuhi persyaratan Kepmen LH NO 58 Tahun 1995 atau Perda Setempat

100

4. TEMPAT

PENCUCIAN LINEN

5 h. Terdapat kran air bersih dengan kapasitas, kualitas, kuantitas dan tekanan yang

(8)

tekanan yang memadai serta disediakan kran air panas untuk disenfeksi

i. Dilakukan pemilahan antara linen infeksius dan non infeksius

15

j. Tersedia ruang pemisah antara barang bersih dan kotor

15

k. Lokasi mudah dijangkau oleh kegiatan yang memerlukan dan jauh dari pasien serta tidak berada di jalan

15

l. Lantai terbuat dari beton/plester yang kuat, rata, tidak licin dengan kemiringan >2-3%

10

m.Pencahyaan >200lux 10 n. Terdapat sarana pengering

untuk alat-alat sehabis dicuc 5

1 2 3 4 5 6

5. PENGENDALIAN

TIKUS DAN SERANGGA

4 c. Fisik : konstruksi bangunan, tempat penampungan penampungan sampah tidak memungkinkan sebagai tempat berkembang-biaknya serangga dan tikus

80

d. kimia : insektisida yang dipakai memilki toksisitas rendah terhadap manusia dan tidak bersifat peresisten

20

6. DEKONTAMINASI

MELALUI

2 d. Menggunakan peralatan sterilisasi uap (autoclave)

(9)

DESINFEKSI DAN STERILISASI

atau gas dengan suhu sekitar 134°C atau peralatan radiasi gelombang mikro (microwave) atau dengan cara lain yang memenuhi syarat

e. Alat dan perlengkapan medis yang sudah disterilkan disimpan pada tempat khusus yang steril pula

20

f. Alat dan perlengkan medis yang sudah disterilkan atau didesinfeksi terlebih dahulu dibersihkan dari darah, jaringan tubuh, dan sisa bahan lain

20

Total Skor

Keterangan :

1. Komponen yang dinilai (Kolom 4) yaitu apabila kenyataan yang ada tidak memenuhi persyaratan sebagaimana tercantum pada komponen yang dinilai, maka nilainya adalah 0 (nol), sebaliknya apabila memenuhi persyaratan maka nilainya adalah sebesar nilai yang tercantum pada kolom 5

2. Skore (Kolom 6)

Skore adala perkalian antara bobot (Kolom 3) dengan nilai yang diperoleh (Kolom 5)

(10)
(11)

Lampiran 3

Lembar Observasi Kejadian (Phlebitis) di Rumah Sakit Ibu dan Anak XMedan Tahun 2015

Kode Responden : Nama pasien : Umur pasien : Diagnosa Pasien : Lama Rawatan :

No. Penilaian Kejadian Infeksi Nosokomial (Phlebitis) Skor

0 1

1. Mengamati apakah ada terjadi salah satu atau lebihtanda-tanda infeksi nosokomial (Phlebitis) di tempat penusukan Infus Intra Vena sekurang-kurangnya setelah 3x24 jam sejak mulai pemasangan Infus Intra Vena pada pasien rawat inap di Rumah Sakit Xyaitu kulit kemerahan, panas, bengkak, nyeri serta panas tubuh cukup tinggi (demam)

Keterangan :

(12)
(13)
(14)
(15)
(16)
(17)
(18)
(19)
(20)
(21)
(22)
(23)
(24)
(25)
(26)
(27)

Lampiran 8. Output Karakteristik Perawat dan Bidan Umur

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid <=30 20 62,5 62,5 62,5

31-40 6 18,8 18,8 81,3

>40 6 18,8 18,8 100,0

Total 32 100,0 100,0

Pendidikan

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid SPK 1 3,1 3,1 3,1

DIII 30 93,8 93,8 96,9

S1 1 3,1 3,1 100,0

Total 32 100,0 100,0

Lama pekerjaan

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid <1 tahun 1 3,1 3,1 3,1

1-5 tahun 13 40,6 40,6 43,8

>5 tahun 18 56,3 56,3 100,0

(28)

Lampiran 9. Output Hygiene Perawat dan Bidan Cairan infus

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Ya 32 100,0 100,0 100,0

Jarum lurus/butterfly/abbocath

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Ya 32 100,0 100,0 100,0

Set infus

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Ya 32 100,0 100,0 100,0

Larutan antiseptik

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Ya 32 100,0 100,0 100,0

Kasa steril

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Tidak 29 90,6 90,6 90,6

Ya 3 9,4 9,4 100,0

Total 32 100,0 100,0

Plester atau dresing transparant

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Tidak 32 100,0 100,0 100,0

Torniket bersih

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

(29)

Penyangga tangan baru/bersih

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Tidak 22 68,8 68,8 68,8

Ya 10 31,3 31,3 100,0

Total 32 100,0 100,0

Handuk untuk ditaruh di bawah lengan atau tangan

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Tidak 32 100,0 100,0 100,0

Sarung tangan bersih yang telah di DTT

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Tidak 32 100,0 100,0 100,0

Ember berisi air hangat

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Tidak 32 100,0 100,0 100,0

Sabun, kain lap atau handuk kering

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Ya 32 100,0 100,0 100,0

Kantong plastik atau kantong anti bocor

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Ya 32 100,0 100,0 100,0

Menjelaskan prosedur pada pasien

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Ya 32 100,0 100,0 100,0

Identifikasi vena mana yg paling baik untuk pemasangan infus

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Ya 32 100,0 100,0 100,0

(30)

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Tidak 32 100,0 100,0 100,0

Cuci tangan dengan sabun dan air bersih

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Tidak 25 78,1 78,1 78,1

Ya 7 21,9 21,9 100,0

Total 32 100,0 100,0

Mengeringkan tangan dengan handuk atau keringkan di udara

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Tidak 25 78,1 78,1 78,1

Ya 7 21,9 21,9 100,0

Total 32 100,0 100,0

Cek larutan intravena, yakinkan cairannya betul dan aditif yang tepat

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Ya 32 100,0 100,0 100,0

Buka set infus dan pasang bagian-bagiannya dengan teknik aseptik (jangan pegang ujung tube)

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Ya 32 100,0 100,0 100,0

Pasang set infus pada botol atau kantong larutan dengan melepas tutup botol atau kantong larutan intravena atau buka kantong cairan infus

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Ya 32 100,0 100,0 100,0

Lepaskan tutup pelindung yg menutupi jarum jangan sampai tersentuh, pegang gagang jarum dan masukkan jarum pd pentup botol atau kantong larutan intra vena atau buka

kantong cairan infus

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Ya 32 100,0 100,0 100,0

Isi pipa infus dengan menekan dan lepaskan tabung tetesan. lepaskan penutup IV dan longgarkan klem agar cairan dpt mengisi pipa,

(31)

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Ya 32 100,0 100,0 100,0

Dengan lengan atas dan tangan tergantung, tempatkan torniket 10-12 cm di atas tempat pemasangan

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Tidak 32 100,0 100,0 100,0

Minta pasien mengepal dan membuka tangan untuk memudahkan mendapat vena

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Ya 32 100,0 100,0 100,0

Dengan torniket di tempat insersi vena terisi, taruh tangan dan lengan di atas kain bersih di atas tempat tidur

atau penyangga tangan

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Tidak 32 100,0 100,0 100,0

Pakai sarung tangan pemeriksaan pada kedua tangan

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Tidak 32 100,0 100,0 100,0

Bersihkan tempat pemasangan dengan larutan antiseptik dengan gerakan memutar ke arah luar dari tempat pemasangan

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Ya 32 100,0 100,0 100,0

Pasang jarum lurus atau jarum butterfly atau kateter plastik pada semprit untuk mengecek dengan mengambil darah. jika tidak, jarum

hubungkan dengan ujung pipa IV steril

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 1 32 100,0 100,0 100,0

(32)

dan raba kembali tempat pemasangan apakah sudah terpasang dengan baik

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Ya 32 100,0 100,0 100,0

Pasang jarum atau kateter dgn tangan yg dominan. perhatikan apakah ada darah dalam pipa lalu dorong kembali jarum atau butterfly pd tempat

pemasangan smapai pusat atau pangkal jarum

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Ya 32 100,0 100,0 100,0

Sambil melakukan stabilisasi jarum atau butterfly lepaskan torniket

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Tidak 32 100,0 100,0 100,0

Longgarkan klem agar pipa terbuka dengan cukup dapa mengalirkan cairan

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Ya 32 100,0 100,0 100,0

Pasang plester kecil di bawah gagang dengan bagian lengket di atas, lalu silangkan plester di atas gagang. kemudian taruh plester kecil

kedua langsung di atas plester silang sebelahnya jarum atau kateter

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Ya 32 100,0 100,0 100,0

Taruh kasa 2x2cm di atas tempat fungsi vena dan dengan 2 plester. Dapat juga dipakai penutup luka transparan di atas tempat pemasangan

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Tidak 29 90,6 90,6 90,6

Ya 3 9,4 9,4 100,0

Total 32 100,0 100,0

(33)

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Tidak 32 100,0 100,0 100,0

Cuci kedua sarung tangan dlam larutan klorin 0,5%, lepaskan sarung tangan taruh dalam kantong plastik atau dalam kontainer anti bocor

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Tidak 32 100,0 100,0 100,0

Cuci tangan atau gunakan larutan antiseptik penggosok tangan

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Ya 32 100,0 100,0 100,0

Fiksasi lengan atau sanggah lengan memakai papan penyangga yg difiksasi dengan plester tidak langsung tp harus menyilang.

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Tidak 21 65,6 65,6 65,6

Ya 11 34,4 34,4 100,0

Total 32 100,0 100,0

Sesuaikan kecepatan tetesan permenit

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Ya 32 100,0 100,0 100,0

Langkah pemasangan infuse maximum dan minimum infus oleh perawat/bidan

N Valid 32

Missing 0

Mean 24,34

Std. Deviation 1,619

Variance 2,620

Range 6

Minimum 23

Maximum 29

(34)

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 23 15 46,9 46,9 46,9

24 2 6,3 6,3 53,1

25 11 34,4 34,4 87,5

27 2 6,3 6,3 93,8

28 1 3,1 3,1 96,9

29 1 3,1 3,1 100,0

Total 32 100,0 100,0

(35)

Kejadian infeksi nosokomial phlebitis

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent Valid tidak terjadi 25 78,1 78,1 78,1

terjadi 7 21,9 21,9 100,0

(36)
(37)
(38)

Lampiran 12. Dokumentasi Foto Penelitian

Lampiran Gambar 1. Perawat dan Bidan Tidak Menggunakan Sarung Tangan Saat Melakukan Tindakan Pemasangan Infus Pada Pasien Rawat Inap

(39)

Lampiran Gambar 3. Kamar Mandi di Kamar Pasien

(40)

Lampiran Gambar 5. Tempat Penyimpanan Linen Bersih

(41)

DAFTAR PUSTAKA

Azwar, A., 2010. Pengantar Administrasi Kesehatan. Tangerang : Binarupa Aksara.

Darmadi, 2008. Infeksi Nosokomial Problematika dan Pengendaliannya. Jakarta : Salemba Medika Dasar. Jakarta : EGC

dengan Kinerja Perawat di Instalasi Rawat Jalan RSUP DR. Kariadi Semarang. Semarang : Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Ilmu Keperawatandan Kesehatan Universitas Muhammadiyah Semarang

Dingwall, L., 2010. Higiene Personal. Jakarta : EGC

Ducel, G., et al.2002. Prevention of hospital-acquired infections, A practical guide. (2nded).World Health Organization. Department of Communicable disease, Surveillance and Response.Geneva

Ginting, Mardan. InfeksiNosokomial dan Manfaat Pelatihan Keterampilan Perawat terhadap Pengendaliannya di Ruang Rawat Inap Penyakit Dalam RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2001. Poltekkes Medan, 2001

Hasyimi, M., 2010. Mikrobiologi Untuk Mahasiswa Kebidanan. Jakarta : CV. Hindley, G. 2004. Infection Control in Peripheral Canule. Nursing Standart.

18, 27, 37-40. Date of Acceptance : 18 December 2002 Irianto, Koes., 2013. Mikrobiologi Medis. Bandung : Alfabeta

Ismael. 2009. Hubungan Karakteristik Perawat Terhadap Penatalaksanaan Klien Prilaku Bunuh Diri di RSJ.Prof. Dr. Hb. Sa’anin Padang Tahun 2009. Sumatera Barat : Program Studi DIII Keperawatan Stikes Perintis Bukittinggi

Kusyati, Eni., 2006. Keterampilan dan Prosedur Laboratorium Keperawatan Menteri Kesehatan Republik Indonesia, 2004. Keputusan Menteri Kesehatan

1204/MENKES/SK/X/2004 tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit. Jakarta: Departemen Kesehatan

Mulia R. M. 2005. Kesehatan Lingkungan. Yogyakarta : Graha Ilmu Muninjaya. 2004. Manajemen Kesehatan. Jakarta : EGC

Nazriah, 2009. Konsep Dasar Kebidanan. Banda Aceh : YayasanPena Nomor : Nurniningsih, Dwi Retno. 2012. Hubungan antara Karakteristik Perawat Nursalam, (2001). Proses Dan Dokumentasi Keperawatan : Konsep Dan

Praktik. Jakarta : Salemba Medika

Nursalam. (2007). Manajemen Keperawatan: Aplikasi dalam Praktik Keperawatan Profesional. Jakarta: Salemba Medika

(42)

Potter, P.A & Perry, A. G (2005). Buku Saku Keterampilan dan Prosedur Dasar. Edisi 5, alih bahasa, Didah dkk. Editor edisi bahasa Indonesia, Monica Ester, dkk. Jakarta : EGC

Potter, PA & Perry, A.G. (2010). Fundamental Keperawatan. Edisis 7, alih bahasa, Fitriani, dkk. Jakarta : Sagung Seto

Precaution Dengan Pemasangan Kateter Dalam Mencegah Infeksi Nosokomial Saluran Kemih Di Rumah Sakit Haji Medan Tahun 2006. Tesis Program Pasca Sarjana Ilmu Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara

Sabarguna BS. 2009.Manajemen Rumah Sakit. Jakarta: Sagung Seto

Santoso, Imam., 2015. Inspeksi Sanitasi Tempat-Tempat Umum.Yogyakarta: Gosyen Publishing

Septiari, B.B. (2012). Infeksi Nosokomial. Jakarta :Nuha Medika Smet, Bart. 2004. Psikologi Kesehatan. Jakarta : Grasindo

Sukartik,2009. Hubungan Faktor–faktor Eksogen Dengan Tindakan Pencegahan Infeksi Nosokomial di Ruang Rawat Inap Bedah RSU Daerah Dr. Pirngadi Kota Medan. Tesis USU, Medan

Susanti, 2013. Hubungan Karakteristik Perawat dengan Motivasi Perawat Dalam Pemenuhan Kebutuhan Kebersihan Diri Pasien Di Ruang Rawat Inap RSU. Dr. H. Koesnadi Bondowoso. Skripsi Universitas Jember

Tietjen, dkk, 2004. Panduan Pencegahan Infeksi Untuk Fasilitas Pelayanan Kesehatan dengan Sumber Daya Terbatas (Terj). Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawiroharjo

Trans Info Media

Yayasan Spiritia.2006. Infeksi Nosokomial dan Kewaspadaan Universal. 30 Oktober 2011. diakses 15 Juli 2015. http://www.spiritia.or.id/

(43)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini bersifat deskriptif yaitu untuk mengetahui Hygiene Perawat Dan Bidanpada Pasien Rawat Inap Serta Fasilitas Sanitasi dalam Pencegahan Infeksi Nosokomial Phlebitis di Rumah Sakit Ibu dan Anak X Medan Tahun 2015.

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2.1 Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Rumah Sakit Ibu dan Anak X Medan Tahun 2015, karena di Rumah Sakit X ini ditemukan kejadian phlebitis dan ditemukan perawat beserta bidan pada saat melakukan pemasangan imfus tidak melakukan hygiene perawatan seperti tidak mencuci tangan dan tidak menggunakan alat pelindung diri yaitu sarung tangan dan masker.

3.2.2 Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan pada bulan September – November tahun 2015.

3.3 Populasi dan Sampel 3.3.1 Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah perawat beserta bidan sebanyak 32 orang yang secara keseluruhan berjenis kelamin perempuan, dengan pembagian tugas yaitu :

a. Ruang UGD : 4 orang

(44)

c. Ruang Kebidanan : 8 orang

d. Ruang anak : 4 orang

e. Ruang Bayi : 4 orang

3.3.2 Sampel

Sampel penelitian diambil secara Total Sampling yaitu sebanyak 32 orang.

3.4 Metode Pengumpulan Data

Pengumpulan data penelitian ini adalah dengan dua cara : 3.4.1 Data Primer

Data primer adalah data yang didapatkan melalui lembar observasi. Observasi dilaksanakan di lapangan dengan mengamati dan bertemu langsung dengan perawat danbidanyang memberikan tindakan pemasangan Infus Intra Vena pada pasien rawat inap di Rumah Sakit. Observasi juga dilakukan pada fasilitas sanitasi Rumah Sakit Ibu dan Anak X Medan Tahun 2015 dengan menggunakan formulir penilaian atau pemeriksaan hygiene sanitasi sesuai Permenkes RI Nomor 1204/ MENKES/SK/X/2004.

3.4.2 Data Sekunder

(45)

3.5 Defenisi Operasional

1. Hygiene perawat dan bidan yaitu mencuci tangan sebelum melakukan tindakan, memakai sarung tangan sebelum melakukan tindakan, menggunakan masker dan menggunakan alat-alat yang steril.

2. Perawat dan bidan adalah seseorang yang bekerja di Rumah Sakit untuk memberikan pelayanan asuhan keperawatan dan asuhan kebidanan kepada individu, keluarga, kelompok dan komunitas.

3. Pasien rawat inap yang dicari dalam kejadian infeksi nosokomial yaitu pada pasien yang sedang dalam pemberian terapi Infus Intra Vena sekurang-sekurangnya 3x24 jam dari awal pemasangan Infus Intra Vena.

4. Infus Intra Vena adalah tindakan memasukkan cairan melalui Intra Vena yang dilakukan perawat dan bidan kepada pasien dengan bantuan perangkat infus untuk memenuhi kebutuhan cairan dan elektrolit serta sebagai tindakan pengobatan.

5. Pencegahan Infeksi nosokomial di Rumah Sakit adalah upaya atau tindakan yang dilakukan untuk mencegah terjadinya infeksi nosokomial di Rumah Sakit.

(46)

7. Pengelolaan limbah padat adalah penanganan limbah berupa sampah berbentuk padat yang dimulai dari pemilahan dan pengemasan, pengumpulan dan pengangkutan, pengolahan dan pemusnahan dan pembuangan ke tempat akhir.

8. Pengelolaan limbah cair adalah sarana perlengkapan yang berhubungan dengan limbah cair mulai dari pengumpulan, proses pengaliran, sampai pada pengolahannya beserta bangunan pengolahnya sehingga aman untuk dibuang ke lingkungan.

9. Pengelolaan linen adalah penanganan kain kotor yang berasal dari kegiatan Rumah Sakit mulai dari pemilahan dan penanganannya sehingga tidak menjadi sumber infeksi bagi petugas dan pasien. 10.Pengendalian serangga, tikus dan binatang penggangu adalah upaya

untuk mengurangi populasi serangga, tikus dan binatang penganggu lainnya sehingga keberadaanya tidak menjadi vektor penularan penyakit.

11.Desinfeksi adalah upaya untuk membunuh mikroba patogen dengan memanfaatkan bahan kimia, baik yang ada pada jaringan hidup maupun yang ada pada benda mati.

12.Sterilisasi adalah proses pengolahan suatu alat atau bahan dengan tujuan mematikan semua mikroorganisme pada suatu alat atau bahan. 13.Kejadian infeksi nosokomial apabila ditemukan pasien yang

(47)

3.6 Aspek Pengukuran

3.6.1 Aspek Pengukuran Hygiene Perawat dan Bidan

Untuk mengetahui penilaian hygiene perawat dan bidan dengan menggunakan lembar observasi berupa pertanyaan yang menyajikan 2 jawaban “Ya” dan “Tidak”, jawaban Ya diberi skor 1 dan jawaban Tidak diberi skor 0.

Pertanyaan yang dibuat disesuaikan dengan prosedur pemasangan Infus Intra Vena oleh Koes Irianto tahun 2013.

3.6.2 Aspek Pengukuran Fasilitas Sanitasi Rumah Sakit

Aspek pengukuran yang dilakukan dengan mengamati fasilitas sanitasi di Rumah Sakit Ibu dan Anak X Medan yang diadopsi dari Permenkes RI No. 1204/Menkes/SK/X/2004 yang meliputi penyediaan air bersih, toilet dan kamar mandi, pengelolaan limbah padat, pengelolaan limbah cair, pengelolaan tempat pencucian linen, pengendalian serangga, tikus dan binatang pengganggu lainnya serta dekontaminasi melalui desinfeksi dan sterilisasi dengan menjumlahkan skor yang didapat dan dibandingkan dengan skor yang sesuai dengan Permenkes RI No. 1204/Menkes/SK/X/2004.

(48)

3.6.3 Aspek Pengukuran Kejadian Infeksi Nosokomial (Phlebitis)

Untuk mengetahui kejadian Infeksi Nosokomial Phlebitis pada pasien rawat inap dengan mengamati apakah ada ditemukan satu atau lebih tanda-tanda phlebitis yaitu nyeri, kemerahan, panas, bengkak di tempat penusukan infus Intra Vena dan kadang disertai demam sekurang-kurangnya setelah 3x24 jam sejak mulai pemasangan infus Intra Vena yang dilakukan oleh perawat dan bidan. Pengamatan menggunakan lembar observasi yang disertai dengan skor penilaian yaitu :

0 = Tidak ada ditemukan tanda-tanda Phlebitis 1 = Ada ditemukan tanda-tanda Phlebitis

3.7. Analisa Data

(49)

BAB IV

HASIL PENELITIAN

4.1 Gambaran Umum Rumah Sakit Ibu dan Anak X Medan

Rumah Sakit ini sudah merupakan tempat bersalin atau klinik yang memiliki jumlah kamar yang masih terbatas. Sejalan dengan perkembangan teknologi yang canggih dan kemajuan tarif pendidikan kesehatan, maka rencana untuk pengembangan Rumah Sakit ini tercapai yaitu penambahan dan memperluas (merenovasi) seluruh ruang lingkup klinik menjadi sebuah Rumah Sakit tipe C yang memiliki 60 tempat tidur dan berpotensi tinggi dengan tujuan melayani masyarakat.

(50)

4.2 Visi, Misi dan Motto Rumah Sakit Ibu dan Anak X Medan A. Visi Rumah Sakit Ibu dan Anak X Medan

Visi merupakan cara pandang jauh kedepan yang merefleksikan cita- cita, yakni hendak menjadi apa Rumah Sakit Ibu dan Anak X Medan di masa depan, dan sekaligus menetukan arah perjalanan institusi ini.

1. Memberi pelayanan yang ihsan (sebaik-baiknya).

2. Profesional dan manusiawi sesuai dengan standar peraturan yang baik. B. Misi Rumah Sakit Ibu dan Anak X Medan

1. Mewujudkan pelayanan kesehatan secara profesional. 2. Senantiasa meningkatkan mutu pelayanan.

C. Motto Rumah Sakit Ibu dan Anak X Medan

Kami berdoa, berbuat yang terbaik demi keselamatan pasien dengan pelayanan IKHLAS,

I = Inisiatif Cepat

K = Keselamatan yang Utama H = Harapan dan Doa

(51)

4.3 Fasilitas dan Pelayanan Rumah Sakit Ibu dan Anak X Medan

Adapun fasilitas dan pelayanan Rumah Sakit Ibu dan Anak X Medan yaitu:

1. Unit Gawat Darurat 2. Poliklinik Spesialis 3. Rawat Jalan

4. Rawat Inap 5. Kamar Bersalin 6. Kamar Operasi 7. Laboratorium 8. Administrasi 9. Apotik

10.Fasilitas Umum : Mushalla, Parkir, Keamanan

4.4 Tenaga Kesehatan dan Pelayanan di Rumah Sakit X Medan

Jumlah tenaga medis di Rumah Sakit Ibu dan Anak X Medan terdiri dari:

1. Dokter Umum : 5 orang

2. Dokter Spesialis Anak : 4 orang 3. Dokter Spesialis Kandungan : 2 orang 4. Dokter Spesialis Penyakit Dalam : 2 orang 5. Dokter Anastesi : 1 orang

6. Ahli Patologi : 1 orang

7. Dokter Bedah : 1 orang

(52)

4.5 Karakteristik Perawat dan Bidan di Rumah Sakit Ibu dan Anak X Medan

[image:52.595.116.517.325.515.2]

Karakteristik perawat dan bidan yang dinyatakan dalam penelitian ini meliputi umur, tingkat pendidikan, dan lama bekerja. Berdasarkan hasil wawancara diperoleh gambaran karakteristik perawat dan bidan seperti yang terlihat pada tabel 4.1.

Tabel 4.1 Karakteristik Perawat dan Bidan di Rumah Sakit Ibu dan Anak X Medan Tahun 2015

No. Karakteristik Perawat dan Bidan Frekuensi ( n = 32 )

Persentase (Total=100) 1. Umur

1. 21-30 2. 31-40 3. >40 20 6 6 62,5 18,8 18,8 2. Tingkat Pendidikan

1. SPK

2. DIII kebidanan dan keperawatan 3. S1 1 30 1 3,1 93,8 3,1 3. Lama Bekerja

1. < 1 tahun 2. 1-5 tahun 3. > 5 tahun

(53)

4.6 Pelaksanaan Hygiene Perawat dan Bidan pada Pasien Rawat Inap di Rumah SakitIbu dan Anak X Medan Tahun 2015

[image:53.595.118.517.302.726.2]

Berdasarkan hasil obeservasi yang dilakukan di Rumah Sakit Ibu dan Anak X Medan diketahui hygiene perawat dan bidan pada pasien rawat inap dalam pemasangan infus intravena seperti yang terlihat pada tabel 4.2

Tabel 4.2 Pelaksanaan Hygiene Perawat dan Bidan pada Pasien Rawat Inap dalam Pemasangan Infus Intra Vena Tahun 2015

No Tindakan dalam Pemasangan Infus IntraVena

Ya Tidak Jumlah

n % N % n %

1. Tersedia cairan infus 32 100 0 0 32 100 2. Tersedia jarum lurus/butterfly/kateter

plastik (abbocath)

32 100 0 0 32 100 3. Tersedia set infus steril 32 100 0 0 32 100 4. Tersedia larutan antiseptik (misalnya

kloreheksidin, alkohol 60-90%, PVI 10%)

32 100 0 0 32 100

5. Tersedia kasa steril 3 9,4 29 90,6 32 100 6. Tersedia Plester atau dressing

transparan

32 100 0 0 32 100 7. Tersedia torniket bersih 0 0 32 100 32 100 8. Tersedia penyangga tangan

baru/bersih

11 34,4 21 65,6 32 100 9. Tersedia handuk untuk ditaruh di

bawah lengan atau tangan

0 0 32 100 32 100 10. Tersedia sarung tangan bersih atau

yang telah di DTT

0 0 32 100 32 100 11. Tersedia ember berisi air hangat 0 0 32 100 32 100

12 Tersedia sabun, kain lap atau handuk kering

32 100 0 0 32 100 13. Tersedia kantong plastik atau

kantong anti bocor untuk tempat pembuangan sampah yang terkontaminasi

32 100 0 0 32 100

(54)

15. Identifikasi vena mana yang paling baik untuk pemasangan jarum IntraVena atau plastik kateter

32 100 0 0 32 100

16. Jika tempat insersi tampak kotor, pertama-tama bersihkan dengan sabun dan air, keringkan dengan handuk atau kain bersih

0 0 32 100 32 100

17. Cuci tangan dengan sabun 7 21,9 25 78,1 32 100 18. Mengeringkan tangan dengan

handuk atau keringkan di udara (alternatif lain : lakukan apabila tanganterlihat kotor, usap tangan dengan 5ml larutan atau 1 sendok teh antiseptik penggosok tangan pada kedua tangan dan usap seluruh tangan dan sela-sela jari, biarkan kering)

7 21,9 25 78,1 32 100

19. Cek larutan Intra Vena (botol atau kantong plastik), yakinkan cairannya betul dan aditif yang tepat seperti potasium sudah ditambahkan

32 100 0 0 32 100

20. Buka set infus dan pasang bagian-bagiannya dengan teknik aseptik (jangan pegang ujung tube)

32 100 0 0 32 100

21. Pasang set infus pada botol atau kantong larutan dengan melepas tutup botol atau kantong larutan tanpa menyentuh bukaannya

32 100 0 0 32 100

22. Lepaskan tutup pelindung yang menutupi jarum jangan sampai tersentuh, pegang gagang jarum dan masukkan jarum pada penutup botol atau kantong larutan Intra Vena atau buka kantong cairan infus

32 100 0 0 32 100

23. Isi pipa infus dengan menekan dan lepaskan tabung tetesan lalu lepaskan penutup pipa IntraVena dan longgarkan klem agar cairan dapat mengisi pipa, lalu eratkan klem kembali dan ganti tutup pelindung

32 100 0 0 32 100

24. Dengan lengan atas dan tangan tergantung, tempatkan torniket 10-12 cm di atas tempat pemasangan

0 0 32 100 32 100

25. Minta pasien mengepal dan membuka tangan untuk memudahkan mendapat vena

(55)

26. Dengan torniket di tempat dan vena terisi, taruh tangan dan lengan di atas kain bersih di atas tempat tidur atau penyangga tangan

0 0 32 100 32 100

27. Pakai sarung tangan pemeriksaan pada kedua tangan

0 0 32 100 32 100 28. Bersihkan tempat pemasangan

dengan larutan antiseptik dengan gerakan memutar ke arah luar dari tempat pemasangan. (Jika menggunakan povidon iodin, biarkan kering dahulu, kira-kira 2 menit, karena ia hanya mengeluarkan iodin bebas, agar antiseptik aktif perlahan-lahan)

32 100 0 0 32 100

29. Pasang jarum lurus atau jarum butterfly atau kateter plastik pada semprit untuk mengecek dengan mengambil darah. Jika tidak, jarum langsung hubungkan dengan ujung pipa Intra Vena steril

32 100 0 0 32 100

30. Fiksasi vena dengan ibu jari dan gerakan berlawanan dengan ibu jari dan raba kembali tempat pemasangan apakah sudah terpasang dengan baik

32 100 0 0 32 100

31. Pasang jarum atau kateter dengan tangan yang dominan. Perhatikan apakah ada darah yang kembali ke dalam pipa, lalu dorong kembali jarum atau butterfly pada tempat pemasangan samai pusat atau pangkal jarum. Setelah kateter telah terisi darah tekan jarum lalu pasang plester penahan pada pangkal jarum

32 100 0 0 32 100

32. Sambil melakukan stabilisasi jarum atau butterfly lepaskan torniket

0 0 32 100 32 100 33. Longgarkan klem agar pipa IV

terbuka dengan cukup dapat mengalirkan cairan

32 100 0 0 32 100

34. Pasang plester kecil di bawah gagang dengan bagian lengket di atas, lalu silangkan plester di atas gagang. Kemudian taruh plester kecil kedua langsung di atas plester silang sebelahnya jarum atau kateter

(56)

35. Taruh kasa steril 2x2cm di atas tempat fingsi vena dan dengan 2 plester. Dapat juga dipakai penutup luka transparan di atas tempat pemasangan

3 9,4 29 90,6 32 100

36. Sebelum melepas sarung tangan, buang semua sampah terkontaminasi darah (kapas atau kasa) dalam kantong

0 0 32 100 32 100

37. Cuci kedua sarung tangan dalam larutan klorin 0,5%, lepaskan sarung tangan taruh dalam kantong plastik atau dalam kontainer anti bocor

0 0 32 100 32 100

38. Cuci tangan atau gunakan larutan antispetik penggosok tangan

32 0 0 100 32 100 39. Fiksasi lengan atau sanggah lengan

memakai papan penyangga yang difiksasi dengan plester tidak langsung tapi harus menyilang. Untuk mengurangi rasa tidak nyaman, bila mengganti penyangga tangan dan akan menggunakan plester pada daerah tangan atau lengan, pasang plester terbalik sehingga perekat akan bertemu perekat baru dililitkan pada papan penyangga

11 34,4 21 65,6 32 100

40. Sesuaikan kecepatan tetesan permenit

32 100 0 0 32 100

[image:56.595.121.513.113.507.2]
(57)

tempat pemasangan dengan lengan tergantung, tidak menggunakan torniket di tempat dan vena terisi dan tidak menaruh tangan dan lengan di atas kain bersih di atas tempat tidur atau penyangga tangan, tidak menggunakan sarung tangan saat melakukan pemasangan infus, tidak melakukan stabilisasi jarum atau butterfly dengan melepaskan torniket, tidak membuang sampah terkontaminasi sebelum melepas sarung tangan, tidak mencuci kedua sarung tangan dalam larutan klorin dan melepaskan sarung tangan ke dalam kontainer anti bocor dikarenakan tidak menggunakan sarung tangan.

(58)

sabunsetelahmelakukantindakanpemasanganinfus, dan selalu menyesuaikan kecepatan tetesan permenit.

Dari lembar observasi pada penilaian hygiene dalam pemasangan infus intravena di dapat distribusi frekuensi pelaksanaan langah-langkah prosedur pemasangan infus yang dilakukan oleh 32 perawat dan bidan.

Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Pelaksanaan Langkah-Langkah Prosedur Pemasangan Infus Pada Pasien Rawat Inap di Rumah Sakit Ibu dan Anak X MedanTahun 2015

Jumlah Pelaksanaan Langkah-Langkah Pemasangan Infus

Jumlah (n=32)

Persentase (total =100%)

23 15 46,9

24 2 6,3

25 11 34,4

27 2 6,3

28 1 3,1

29 1 3,1

[image:58.595.116.512.306.439.2]
(59)
(60)
(61)

Tabel 4.4Hasil Observasi Fasilitas Sanitasi Rumah Sakit Ibu dan Anak X Medan Tahun 2015 No. Variabel Upaya

Kesling

Bobot Komponen Yang Dinilai Nilai Skore

1 2 3 4 5 6

1 Toilet dan Kamar Mandi

1 a. Ratio toilet atau kamar mandi dengan tempat tidur 1:15 20 20 b. Toilet tersedia pada setiap unit atau ruang khusus untuk unit rawat

inap dan karyawan harus tersedia kamar mandi

20 20

c. Letak tidak berhubungan langsung dengan dapur, kamar operasi dan ruang khusus lainnya

20 20

d. Saluran pembuangan air limbah dilengkapi dengan penahan bau (water seal)

10 0

e. Lubang penghawaan harus berhubungan langsung dengan udara luar 10 10 f. Kamar mandi dan toilet untuk pria, wanita dan karyawan terpisah 10 10 2 Penyehatan Air

1. Kuantitas 8 a. Tersedia air bersih >500liter/hari sesuai dengan kebutuhan 70 560 b. Air minum tersedia pada setiap tempat kegiatan 30 240

2. Kualitas 5 a. Bakteriologis 80 0

b. Kimia 15 0

c. Fisik 5 25

3. Sarana 3 a. Sumber PDAM, air tanah diolah 50 150

b. Distribusi tidak bocor 30 90

c. Penampungan Tertutup 20 60

(62)

1. Limbah Padat 10 a. Pemusnahan limbah padat infeksius, citotoksis dan farmasidengan

incenerator (suhu >1000°C) atau khusus untuk sampah infeksius dapat disterilkan dengan autoclave atau radiasi microwave sebelum dibuang ke landfill

25 0

b. Bagi yang tidak punya incenerator ada MoU antara RS dan pihak yang melakukan pemusnahan limbah medis

20 20

c. Tempat limbah padat kuat, tahan karat, kedap air, dengan penutup dan kantong plastik dengan warna dan lambang sesuai pedoman. Minimal satu buah tiap radius pada ruang tunggu terbuka

20 0

d. Tempat pengumpulan dan penampunangan limbah sementara segera didesinfeksi setelah dikosongkan

15 0

e. Diangkut ke TPS >2 kali/hari dan ke TPA >1 kali/hari 5 50 f. Limbah domestik dibuang ke TPA yang ditetapkan PEMDA 5 50 g. Sampah radioaktif ditangani sesuai peraturan yg berlaku 10 0 2. Pengelolaan

Limbah Cair

4 a. Dilakukan pengolahan melalui instalasi pengolahan limbah 80 320 b. Disalurkan melalui saluran tertutup, kedap air dan lancar. 20 80 3. Kualitas Effluent

yang di Buang ke dalam Lingkungan

2 Memenuhi persyaratan Kepmen LH NO 58 Tahun 1995 atau Perda Setempat

100 200

4. Tempat Pencucian Linen

5 a. Terdapat kran air bersih dengan kapasitas, kualitas, kuantitas dan tekanan yang tekanan yang memadai serta disediakan kran air panas untuk disenfeksi

30 0

(63)

c. Tersedia ruang pemisah antara barang bersih dan kotor 15 75 d. Lokasi mudah dijangkau oleh kegiatan yang memerlukan dan jauh

dari pasien serta tidak berada di jalan

15 75

e. Lantai terbuat dari beton/plester yang kuat, rata, tidak licin dengan kemiringan >2-3%

10 50

f. Pencahayaan >200lux 10 50

g. Terdapat sarana pengering untuk alat-alat sehabis dicuci 5 25 5. Pengendalian Tikus

dan Serangga

4 a. Fisik : konstruksi bangunan, tempat penampungan penampungan sampah tidak memungkinkan sebagai tempat berkembang-biaknya serangga dan tikus

80 320

b. kimia : insektisida yang dipakai memilki toksisitas rendah terhadap manusia dan tidak bersifat peresisten

20 0

6. Dekontaminas Melalui Desinfeksi dan

Sterilisasi

2 a. Menggunakan peralatan sterilisasi uap (autoclave) atau gas dengan suhu sekitar 134°C atau peralatan radiasi gelombang mikro (microwave) atau dengan cara lain yang memenuhi syarat

40 80

b. Alat dan perlengkapan medis yang sudah disterilkan disimpan pada tempat khusus yang steril

Pula

20 40

c. Alat dan perlengkan medis yang sudah disterilkan atau didesinfeksi terlebih dahulu dibersihkan dari darah, jaringan tubuh, dan sisa bahan lain

20 40

(64)

Berdasarkan Tabel 4.4 di atas dapat diketahui bahwa fasilitas sanitasi di Rumah Sakit Ibu dan Anak X Medan mendapatkan skor penilaian yaitu 2670. Skor tersebut belum mencapai skor maksimal Rumah Sakit Kelas C yaitu 65% dari skor maksimal yang diperiksa. Skor maksimal yang diperiksa yaitu 4600, apabila skor yang didapat mencapai 65% dari skor maksimal yang diperiksa yaitu mencapai skore 2990. Sedangkan skor yang didapat dari Rumah Sakit Ibu dan Anak X ini adalah 2670, maka fasilitas sanitasi Rumah Sakit ini belum memenuhi syarat Rumah Sakit Tipe C.

Ratio toilet atau kamar mandi dengan tempat tidur memiliki perbandingan 1:15, toilet atau kamar mandi tersedia pada setiap unit atau ruang khusus untuk unit rawat inap dan karyawan, letak toilet tidak berhubungan langsung dengan dapur, kamar operasi dan ruang khusus lainnya, saluran pembuangan air limbah di Rumah Sakit ini tidak dilengkapi dengan penahan bau (waterseal), lubang penghawaan berhubungan langsung dengan udara luar.

Pada kuantitas penyehatan air, tersedia air bersih >500 liter/hari sesuai dengan kebutuhan, air minum tersedia pada setiap tempat kegiatan. Kualitas air secara bakteriologis dan kimia belum pernah dilakukan pemeriksaan lagi di tahun 2015 ini, terakhir dilakukan pemeriksaan pada tahun 2012, kualitas fisik yaitu air di Rumah Sakit ini tidak berwarna, tidak berbau dan tidak berasa. Air bersih bersumber dari PDAM dengan distribusi tidak bocor dan penampungan air yang tertutup.

(65)

yang berbeda ataupun lambang yang berbeda sesuai dengan pedoman. Tempat pengumpulan dan penampungan limbah sementara tidak segera didesinfeksi. Sampah diangkut ke TPS >2 kali/hari. Limbah dosmestik dibuang ke TPA yang ditetapkan PEMDA. Sampah radioaktif belum ditangani karena berdasarkan hasil wawancara bahwa Rumah Sakit ini tidak memiliki sampah radioaktif.

Berdasarkan hasil pengamatan dan wawancara pada pihak Rumah Sakit, dilakukan pengolaan limbah cair melalui instalasi pengolahan limbah, disalurkan melalui saluran tertutup, kedap air dan lancar.

Kualitas effluent yang dibuang ke dalam lingkungan yaitu memenuhi baku mutu sesuai pesyaratan Kepmen LH No.58 Tahun 1995 yang dilakukan pemeriksaan pada tanggal 11 September 2015.

Pada tempat pencucian linen, terdapat kran air bersih dengan kapasitas, kualitas, kuantitas dan tekanan yang memadai tetapi tidak terdapat kran air panas untuk disenfeksi. Tidak dilakukan pemilahan antara linen infeksius dan non infeksius. Tersedia ruang pemisah antara barang bersih dan kotor. Lokasi mudah dijangkau oleh kegiatan yang memerlukan dan jauh dari pasien serta tidak berada di jalan. Lantai terbuat dari beton/plester yang kuat, rata tidak licin, pencahayaan >200lux, dan terdapat sarana pengering untuk alat-alat sehabis dicuci.

Secara fisik konstruksi bangunan, tempat penampungan sampah tidak memungkinkan sebagai tempat berkembangbiaknya serangga dan tikus. Tidak dilakukan pengendalian tikus dan serangga secara kimia.

(66)

yang sudah disterilkan terlebih dahulu dibersihkan dari darah, jaringan tubuh dan sisa bahan lain.

4.8 Kejadian Infeksi Nosokomial Phlebitis di Rumah Sakit Ibu dan Anak X Medan Tahun 2015

Kejadian Infeksi Nosokomial Phlebitis di Rumah Sakit Ibu dan Anak X Medan sekurang-kurangnya terjadi dalam waktu 3x24 jam dapat dilihat dalam tabel 4.5 berikut :

Tabel 4.5 Kejadian Infeksi Nosokomial Phlebitis di Rumah Sakit Ibu danAnak X Medan Tahun 2015

No. Inisial Nama Pasien

Umur (tahun)

Diagnosa Lama rawatan (hari) Kejadian infeksi nosokomial phlebitis Tanda-tanda yang terlihat 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. D R N Z K A I S V H Z B A A S L Y R K R Q Y E M 27 60 1 6 30 70 46 2 29 2 32 87 1 4 78 50 53 23 70 14 6 2 45 53 Dyspepsia Dyspepsia GE GE Thypoid fever Thypoid fever Dyspepsia KDS Hyperemesis gravidarum+kdr 12 minggu GE+DHF Thypoid fever Dyspepsia GE GE+DBD DM type II+TBC

[image:66.595.109.531.313.762.2]
(67)

25. 26. 27. 28. 29. 30. 31. 32. R S T A F E Z Z 57 28 33 47 1 1 71 71 Dyspepsia type mixed+hipertensi Hyperemesis gravidarum+kdr 9 minggu DBD Gastritis cronis+hypertensi Diare+dehidrasi berat Diare + dehidrasi

berat Thypoid fever Suspec tbc+hipertensi 3 3 3 3 3 3 3 3 - - - - - - - - Bengkak, nyeri Bengkak

Total Ya 7 21,9%

Tidak 25 78,1%

[image:67.595.110.535.84.332.2]
(68)

BAB V PEMBAHASAN

5.1 Karakteristik Perawat dan Bidan di Rumah Sakit Ibu dan Anak X Medan Tahun 2015

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di Rumah Sakit Ibu dan Anak X diketahui bahwa perawat dan bidan berjumlah 32 orang, sebagian besar perawat dan bidan berada pada kelompok umur 21-30 tahun yaitu sebanyak 20 orang (62,5%), dengan tingkat pendidikan terbanyak adalah Diploma III keperawatan dan kebidanan yaitu sebanyak 30 orang (93,8%) dan sebagian besar perawat dan bidan mempunyai lama bekerja lebih dari 5 tahun yaitu sebanyak 18 orang (56,3%).

A. Usia Perawat dan Bidan

Sebagian besar perawat dan bidan yang bekerja di Rumah Sakit X ini berada pada kelompok umur 21-30 tahun yaitu sebanyak 20 orang (62,5%), kelompok umur 31-40 tahun sebanyak 6 orang (18,8%) dan kelompok umur lebih daru 41 tahun sebanyak 6 orang (18,8%). Usia merupakan suatu indikator umum tentang kapan suatu perubahan akan terjadi. Usia menggambarkan pengalaman dalam diri seseorang sehingga terdapat keragaman tindakan berdasarkan usia yang dimiliki (Sujarwo, 2004).

(69)

sebuah pekerjaan akan semakin bertanggung jawab dan berpengalaman. Hal ini akan berdampak pada kinerja petugas kesehatan dalam praktik pelayanan kesehatan pada pasien semakin baik pula.

B. Tingkat Pendidikan

Sebagian besar perawat yang bekerja di Rumah Sakit X ini memiliki tingkat pendidikan DIII sebanyak 30 orang (93,8%), pendidikan SPK yaitu 1 orang (3,1%) dan pendidikan S1 yaitu 1 orang (3,1%).

Perawat dan bidan sebagai bagian penting dari Rumah Sakit dituntut memberikan perilaku yang baik dalam rangka membantu pasien dalam mencapai kesembuhan. Pendidikan seorang perawat yang tinggi akan memberikan pelayanan kesehatan yang optimal. Bagi seorang perawat dan bidan yang menjalankan profesinya harus memiliki pengetahuan dan pendidikan dalam bidang-bidang tertentu, untuk itu dibutuhkan pendidikan yang sesuai agar dapat berjalan dengan baik dan professional. Karaktersitik keperawatan dan kebidanan sebagai profesi antara lain memiliki pengetahuan yang melandasi keterampilan dan pelayanan serta pendidikan yang memenuhi standar.

(70)

C. Lama Bekerja

Menurut Smet (2004) dalam Nurniningsih (2012), lama bekerja adalah lama seorang perawat atau bidan yang bekerja di Rumah Sakit dari mulai awal bekerja sampai saat berhenti bekerja. Semakin lama masa kerja seseorang dalam bekerja maka semakin banyak pengetahuan dan pengalaman yang dimilikinya, hal ini dapat membantu dalam meningkatkan kinerja seorang perawat. Lama bekerja seseorang dapat diketahui dari mulai awal perawat atau bidan bekerja sampai saat berhenti atau masa sekarang saat masih bekerja di Rumah Sakit.

(71)

5.2 Pelaksanaan Hygiene Perawat dan Bidan pada Pasien Rawat Inap di Rumah Sakit Ibu dan Anak X Medan Tahun 2015

Terapi intravena berfungsi untuk memperbaiki atau mencegah ketidakseimbangan cairan dan elektrolit. Terapi intravena digunakan untuk memberikan terapi cairan pada pasien yang sakit akut atau kronis dan digunakan juga untuk memberikan obat intravena (Potter & Perry, 2005).

Hasil penelitian di Rumah Sakit Ibu dan Anak X Medan,dapat diketahui pelaksanaan hygiene perawat dan bidan pada pasien rawat inap dalam pemasangan infus intravena yang berdasarkan 40 langkah pemasangan menurut Koes Irianto (2013), yaitu dari 32 perawat dan bidan tidak ada yang mencapai skor 40. Hygiene perawat dan bidan di Rumah Sakit Ibu dan Anak X ini belum sesuai dengan prosedur pemasangan infus intravena. Adanya alat-alat yang tidak digunakan dan tidak disediakan serta tidak dilakukan dalam pemasangan infus intravena membuat perawat dan bidan di Rumah Sakit ini tidak ada yang mencapai skor sepenuhnya yaitu 40.

(72)

melakukan pemasangan infus, tidak melakukan stabilisasi jarum atau butterfly dengan melepaskan torniket, tidak membuang sampah terkontaminasi sebelum melepas sarung tangan, tidak mencuci kedua sarung tangan dalam larutan klorin dan melepaskan sarung tangan ke dalam kontainer anti bocor dikarenakan tidak menggunakan sarung tangan.

Hasil pengamatan bahwa perawat dan bidan di Rumah Sakit ini tidak menyediakan dan tidak menggunakan torniket. Untuk menggantikan torniket yang tidak disediakan, perawat atau bidan yang hendak melakukan tindakan pemasangan infus dengan menggunakan bantuan tangan perawat atau bidan lainnya untuk membendung tangan pasien. Menurut Potter dan Perry (2005), torniket berfungsi menyimpan aliran darah dan menyiapkan untuk fungsi vena dalam tindakan pemasangan infus. Torniket menekan aliran balik vena tetapi tidak menyumbat aliran arteri. Pemasangan torniket tidak boleh terlalu ketat untuk menghindari cedera atau memar pada kulit. Apabila torniket tidak tersedia, bisa digunakan manset tekanan darah untuk pasien dewasa, inflamasikan manset ke sebanyak tekanan distolik normal pasien, pertahankan inflamasi hingga vena pungsi selesai. Penggunaan manset tekanan darah dapat mengurangi trauma pada kulit.

Tidak disediakan handuk untuk ditaruh dibawah lengan dan tidak tersedia ember berisi air hangat merupakan kebiasaan yang tidak pernah dilakukan oleh perawat dan bidan di Rumah Sakit ini. Handuk berguna sebagai alas di bawah lengan pasien, dan ember berisi air hangat berguna untuk mengompres lengan pasien untuk memudahkan memunculkan vena pada lengan.

(73)

pemasangan infus intravena. Perawat dan bidan tidak menggunakan sarung tangan dengan alasan akan merasa lebih susah dan merasa tidak nyaman dalam melakukan pemasangan infus pada pasien tanpa memikirkan dampak yang akan terjadi nantinya. Menurut Potter & Perry (2005), menggunakan sarung tangan dapat mengurangi transmisi mikroorganisme, menurunkan pemajanan pada HIV, hepatitis, dan organisme lewat darah dan mencegah cipratan darah pada membran mukosa perawat dan bidan.

Hasil pengamatanterdapat 3 orang (9,45%) yang menyediakan kasa steril dalam melakukan tindakan pemasangan infus dan 3 orang juga yang menaruh kasa steril di atas fungsi vena pada 2 plester. Menurut Potter dan Perry (2005), bantalan kasa berguna untuk mencegah pelepasan kateter tak disengaja dari vena, mencegah lekukan yang tidak disengaja pada kanula, mencegah gerakan maju mundur yang dapat mengiritasi vena dan memasukkan bakteri di kulit ke dalam vena. Bantalan kasa berguna juga untuk meninggikan hubungan dari kulit dan untuk mencegah area tekan. Dengan mengamankan gulungan selang dapat mengurangi risiko perubahan posisi kateter. Balutan pada sisi intravena mengurangi masuknya bakteri pada sisi insersi. Dua jenis balutan yaitu balutan transparan dan balutan kasa. Balutan transparan dapat digunakan untuk mempertahankan peralatan intravena, memungkinkan inspeksi visual pada sisi intravena, tidak mudah kotor atau lembab, dan tidak perlu sering diganti dibandingkan balutan kasa, tetapi di Rumah Sakit ini tidak menggunakan balutan transparan. Jenis balutan kasa juga harus diganti saat alat intravena diganti atau dibuka atau saat balutan kotor, longgar atau jatuh.

(74)

handuk sebelum melakukan tindakan pemasangan infus. Menurut Kusyati (2006), tujuan mencuci tangan yaitu mencegah infeksi silang melalui tangan dan membebaskan kuman serta mencegah kontaminasi tangan. Cuci tangan harus dilakukan sebelum dan sesudah melakukan tindakan keperawatan dan kebidanan walaupun memakai sarung tangan dan alat pelindung diri lain. Tindakan ini penting untuk mengurangi mikroorganisme yang ada di tangan sehingga penyebaran infeksi dapat dikurangi dan lingkungan kerja terjaga dari infeksi. Indikator mencuci tangan digunakan dan harus dilakukan untuk antisipasi terjadinya perpindahan kuman melalui tangan yaitu sebelum melakukan tindakan, misalnya saat akan memeriksa (kontak langsung dengan pasien), saat akan memakai sarung tangan bersih maupun steril, saat akan melakukan injeksi dan pemasangan infus, setelah melakukan tindakan, misalnya setelah memeriksa pasien, setelah memegang alat bekas pakai dan bahan yang terkontaminasi, setelah menyentuh selaput mukosa (Nursalam, 2007).

(75)

Hasil penelitian dengan jumlah 32 perawat dan bidan (100%) masing-masing selalu menyediakan cairan infus, jarum lurus/butterfly/kateter plastik, set infus steril, larutan antiseptik (alkohol 70%), plester, sabun dan handuk kering, kantong plastik atau kantong anti bocor untuk tempat pembuangan sampah terkontaminasi, selalu menjelaskan prosedur kepada pasien atau keluarga pasien, mengecek larutan intravena, membuka set infus dengan teknik aseptik, memasang set infus pada botol atau kantong larutan tanpa menyentuh bukaannya, melepaskan tutup pelindung dan memasukkan jarum pada penutup botol, mengisi pipa infus dengan menekan dan melepaskan penutup intravena dan melonggarkan klem agar cairan dapat terisi, meminta pasien mengepal dan membuka lengan, membersihkan tempat pemasangan dengan alkohol, memasang jarum lurus/butterfly/kateter plastik dan menghubungkan dengan ujung pipa intravena steril, memfiksasi dan meraba kembali tempat pemasangan apakah sudah terpasang dengan baik, memasang jarum kateter dengan tangan yang dominan, melonggarkan klem pipa intravena agar dapat mengalirkan cairan, memasang plester kecil dan menyilangkan plester di atas gagang, mencuci tangan dengan sabun, dan selalu menyesuaikan kecepatan tetesan permenit.

(76)

kontaminasi misalnya jarum tidak sengaja jatuh di lantai, buang selang infus tersebut dan ganti dengan yang baru. Isi pipa infus dengan menekan dan lepaskan tabung tetesan lalu lepaskan penutup pipa intavena dan longgarkan klem agar cairan dapat mengisi pipa lalu eratkan kembali, hal ini berguna untuk menjamin selang bersih dari udara sebelum penyambungan ke intravena, menciptakan efek penghisap yaitu cairan masuk ke ruang drip untuk mencegah udara yang masuk ke selang yang dapat menjadi gelembung udara (embol)i.

Menurut Kusyati (2006), menggenggam dan melepaskan genggaman berfungsi untuk kontraksi otot dan meningkatkan jumlah darah pada ekstremitas. Membersihkan tempat pemasangan menggunakan larutan antiseptik dengan gerakan memutar ke arah luar dari tempat pemasangan. Larutan yang digunakan yaitu povidon iodin atau alkohol 70% dan biarkan mengering. Povidon iodin adalah antiseptik topikal yang mengurangi bakteri permukaan kulit, sentuhan akan mengakibatkan perpindahan bakteri dari tangan perawat ke tempat pungsi dan povidon iodin ini harus kering agar efektif.

Langkah pemasangan infus yang dilakukan oleh perawat dan bidan hanya melakukan 23 langkah pemasangan infussebanyak 15 orang (46,9%), langkah tertinggi yang dilakukan oleh perawat dan bidan dalam pemasnagan infus yaitu 29 langkah oleh 1 orang (3,1%), dapat diketahui tidak ada perawat dan bidan yang melakukan 40 langkah pemasangan infus oleh Koes Irianto dikarenakan banyaknya langkah-langkah yang tidak tersedia dan tidak dilakukan.

(77)

karena hanya mendapatkan skor penilaian 2670, sedangkan skor yang harus dicapai yaitu 2990.

1. Toilet dan Kamar Mandi

Hasil pengamatan di Rumah Sakit mengenai toilet dan kamar mandi yaitu toilet dan kamar tersedia pada setiap unit atau ruang khusus unit rawat inap dan karyawan, letak tidak berhubungan langsung dengan dapur, kamar operasi dan ruang khusus lainnya, lubang penghawaan harus berhubungan langsung dengan udara luar tetapi saluran pembuangan air limbah tidak dilengkapi dengan penahan bau (water seal) dan kamar mandi serta toilet untuk karyawan tidak terpisah.

2. Penyehatan Air

Hasil pengamatan pada fasilitas sanitasi di Rumah Sakit yaitu air bersih bersumber dari PDAM dengan distribusi tidak bocor dan penampungan air yang tertutup. Kuantitas penyehatan air, tersedia air bersih >500 liter/hari sesuai dengan kebutuhan dan Air minum tersedia pada setiap tempat kegiatan. Berdasarkan kualitas fisik air bersih sudah memenuhi syarat tidak berwarna, tidak berbau dan tidak berasa, tetapi dari tahun 2013 sampai tahun 2015 ini belum pernah dilakukan lagi pemeriksaan kualitas bakteriologis dan pemeriksaan kimia pada air bersih. Air yang tidak memenuhi syarat kesehatan dapat menyebabkan penyakit.

(78)

terkontaminasi zat-zat berbahaya atau beracun. Untuk mencegah terjadinya penyakit yang diakibatkan penggunaan air, kualitas air harus dijaga sesuai dengan baku mutu air.

Untuk memenuhi hal tersebut, perlu dilakukan pengukuran atau pengujian kualitas (mutu) air secara bakteriologis dan kimia berdasarkan parameter-parameter tertentu. Seperti pada tahun 2012 pernah dilakukan pemeriksaan air bersih di Rumah Sakit ini sesuai dengan Peraturan No. 416/MENKES/PER/IX/ 90, tetapi setelah itu dan sampai sekarang tidak pernah dilakukan pemeriksaan air bersih kembali.

Menurut Permenkes RI No. 1204/Menkes/SK/X/2004, pemeriksaan kimia air minum atau air bersih sebaiknya dilakukan minimal dua kali dalam setahun (sekali pada musim kemarau dan sekali pada musim hujan), tetapi di Rumah Sakit ini tidak dilakukan.

3. Pengelolaan Limbah a. Limbah Padat

(79)

Tempat limbah padat di Rumah Sakit ini kuat, tahan karat, kedap air, dengan penutup dan terdapat minimal satu buah tiap radius pada ruang tunggu terbuka tetapi, tetapi tempat sampah tidak dengan warna dan lambang sesuai pedoman Permenkes RI No. 1204/Menkes/SK/X/2004

Menurut Permenkes RI No. 1204/Menkes/SK/X/2004, Jenis wadah dan label limbah medis padat sesuai kategorinya seperti pada tabel berikut :

No Kategori Warna kontainer/ kantong palstik

Lambang Keterangan

1. Radioaktif Merah -Kantong boks timbal

dengan simbol radioaktif

2. Sangat Infeksius

Kuning -Kantong plastik kuta, anti bocor, atau kontainer yang dapat disterilisasi dengan otoklaf

3. Limbah Infeksius

Kuning -Plastik kuat dan anti bocor atau kontainer 4. Sitotoksis Ungu -Kontaner plastik kuat

dan anti bocor

5. Limbah Kimia dan

Farmasi

Coklat - -Kantong plastik atau kontainer

Sumber : Permenkes RI No.1204/Menkes/SK/X/2004

Pemilahan tempat sampah dengan warna dan lambang yang sesuai untuk menghindari dari bahaya yang dapat menimbulkan gangguan kesehatan bagi pengunjung, tenaga medis dan terutama petugas yang menangani limbah tersebut berupa infeksi silang di Rumah Sakit maupun pengaruh buruk terha

Gambar

Tabel 4.1  Karakteristik Perawat dan Bidan di Rumah Sakit Ibu dan Anak X
Tabel 4.2 Pelaksanaan Hygiene   Perawat  dan  Bidan  pada  Pasien   Rawat
Tabel 4.2 menunjukkan 40 langkah pemasangan Infus dapat dilihat
Tabel 4.3 menjelaskan bahwa mayoritas perawat dan bidan (46,9%)
+4

Referensi

Dokumen terkait

Demam berdarah dengue adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh virus dengue (arbovirus) yang masuk ke dalam tubuh melalui gigitan nyamuk aedes

Yth. Saudara Sunaryo Terima kasih atas partisipasi saudara dalam forum ini. Hasil produksi pertanian adalah barang bebas, sehingga nilainya sangat tergantung pasar. Hukum

Merujuk pada definisi politik sendiri yaitu tentang seni untuk mencapai tujuan, maka dalam tahap ini siswa SMA akan mempelajari sesuatu yang praktis, seperti bernegosiasi, debat

Kata advokat dalam bahasa inggris merupakan kata benda ( noun ), berarti orang yang berprofesi memberikan jasa konsultasi hukum dan/atau bantuan hukum baik di

[r]

Penelitian ini untuk mengetahui perbandingan produksi seroma antara pasien yang dilakukan modified radical mastectomy (MRM) dengan fiksasi flap kulit dan tanpa

Hal ini juga sama dengan nilai efficiency of conversion of feed ingested (ECI), bahwa tanpa kejut panas berbeda nyata dengan yang diberi kejut panas. Analisis indeks

Sekaligus beliau selaku dosen pembimbing Tugas Akhir penulis yang sudah meluangkan waktunya untuk senantiasa membantu dan membimbing penelitian laporan dari awal penelitian