LAMPIRAN
a. All requested variables entered.
Model Summaryb
ANOVAb
a. Predictors: (Constant), INFLASI, DPK, NPF b. Dependent Variable: FDR
Minimum Maximum Mean
Std.
Deviation N Predicted Value 97.9582 204.5534 154.5441 34.41682 34
Residual -26.01988 36.01774 .00000 12.97434 34 Std. Predicted
Value
-1.644 1.453 .000 1.000 34
KOLMOGOROV SMIRNOV
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardize d Residual
N 34
Normal Parametersa,,b Mean .0000000 Std. Deviation 12.97434220
Asymp. Sig. (2-tailed) .630 a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
a. All requested variables entered.
Coefficientsa
Minimum Maximum Mean
Std.
Deviation N Predicted Value 97.9582 204.5534 154.5441 34.41682 34
Residual -26.01988 36.01774 .00000 12.97434 34 Std. Predicted
Value
-1.644 1.453 .000 1.000 34
Lampiran 4
a. All requested variables entered.
Model Summaryb
a. Predictors: (Constant), INFLASI, DPK, NPF b. Dependent Variable: FDR
Residuals Statisticsa
Minimum Maximum Mean
Std.
Deviation N Predicted Value 97.9582 204.5534 154.5441 34.41682 34
Residual -26.01988 36.01774 .00000 12.97434 34 Std. Predicted
Value
-1.644 1.453 .000 1.000 34
Std. Residual -1.912 2.647 .000 .953 34 a. Dependent Variable: FDR
Lampiran 5
Hasil Uji Analisis Regresi Linear Berganda
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized Coefficients
t Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) 199.175 8.526 23.362 .000
NPF 3.132 1.317 .174 2.377 .024
DPK 7.786 1.290 -1.005 3.792 .046
INFLASI -.780 2.958 -.017 -.264 .794
Lampiran 6
a. Predictors: (Constant), INFLASI, DPK, NPF
b. Dependent Variable: FDR
Model Summaryb
a. Predictors: (Constant), INFLASI, DPK, NPF b. Dependent Variable: FDR
Lampiran 9
Daftar Perbankan Syariah di Sumatera Utara Tahun 2015
No Bank Umum Syariah (BUS)
Bank Pembiayaan Rakyat
Syariah (BPRS) Unit Usaha Syariah (UUS) 1 Pt. Bank Syariah Mandiri PT BPRS Al- Wasliyah
PT. Bank Danamon 6 Permata Bank Syariah PT BPRS Amanah Bangsa PT. Bank Aceh 7 PT. Bank Bukopin Syariah PT BPRS Sindanglaya Kotanopan
8 PT. Bank Sumut Syariah
PT BPRS Oloan Ummah Sidempuan
9 PT. BTPN Syariah
Lampiran 10
Data FDR, NPF, DPK dan Inflasi Perbankan Syariah di Sumatera Utara
DAFTAR PUSTAKA
Akbar, Mashitah, dan Ida Mentayani, 2010. “Faktor-faktor yang Mempengaruhi
Intermediasi Studi Pada Bank Umum Swasta Kalimantan Selatan Tahun 2007-2009”. Jurnal Manajemen dan Akuntansi, Volume 11 Nomor 2. Ascarya, 2007.Akad dan Produk Bank Syariah. RajaGrafindo Persada, Jakarta. Bank Indonesia, Kajian Ekonomi Regional Provinsi Sumatera Utara Periode
Triwulan I 2007.
, Kajian Ekonomi Regional Provinsi Sumatera Utara Periode Triwulan II 2007.
, Kajian Ekonomi Regional Provinsi Sumatera Utara Periode Triwulan III 2007.
, Kajian Ekonomi Regional Provinsi Sumatera Utara Periode Triwulan IV 2007.
, Kajian Ekonomi Regional Provinsi Sumatera Utara Periode Triwulan I 2008.
, Kajian Ekonomi Regional Provinsi Sumatera Utara Periode Triwulan II 2008
, Kajian Ekonomi Regional Provinsi Sumatera Utara Periode Triwulan III 2008.
, Kajian Ekonomi Regional Provinsi Sumatera Utara Periode Triwulan IV 2008.
, Kajian Ekonomi Regional Provinsi Sumatera Utara Periode Triwulan I 2009.
, Kajian Ekonomi Regional Provinsi Sumatera Utara Periode Triwulan II 2009.
, Kajian Ekonomi Regional Provinsi Sumatera Utara Periode Triwulan III 2009.
, Kajian Ekonomi Regional Provinsi Sumatera Utara Periode Triwulan IV 2009.
, Kajian Ekonomi Regional Provinsi Sumatera Utara Periode Triwulan I 2010.
, Kajian Ekonomi Regional Provinsi Sumatera Utara Periode Triwulan III 2010.
, Kajian Ekonomi Regional Provinsi Sumatera Utara Periode Triwulan IV 2010.
, Kajian Ekonomi Regional Provinsi Sumatera Utara Periode Triwulan I 2011.
, Kajian Ekonomi Regional Provinsi Sumatera Utara Periode Triwulan II 2011.
, Kajian Ekonomi Regional Provinsi Sumatera Utara Periode Triwulan III 2011.
, Kajian Ekonomi Regional Provinsi Sumatera Utara Periode Triwulan IV 2011.
, Kajian Ekonomi Regional Provinsi Sumatera Utara Periode Triwulan I 2012.
, Kajian Ekonomi Regional Provinsi Sumatera Utara Periode Triwulan II 2012.
, Kajian Ekonomi Regional Provinsi Sumatera Utara Periode Triwulan III 2012.
, Kajian Ekonomi Regional Provinsi Sumatera Utara Periode Triwulan IV 2012.
, Kajian Ekonomi Regional Provinsi Sumatera Utara Periode Triwulan I 2013.
, Kajian Ekonomi Regional Provinsi Sumatera Utara Periode Triwulan II 2013.
, Kajian Ekonomi Regional Provinsi Sumatera Utara Periode Triwulan III 2013.
, Kajian Ekonomi Regional Provinsi Sumatera Utara Periode Triwulan IV 2013.
, Kajian Ekonomi Regional Provinsi Sumatera Utara Periode Triwulan I 2014.
, Kajian Ekonomi Regional Provinsi Sumatera Utara Periode Triwulan II 2014.
, Kajian Ekonomi Regional Provinsi Sumatera Utara Periode Triwulan I 2015.
, Kajian Ekonomi Regional Provinsi Sumatera Utara Periode Triwulan II 2015.
Dikbud.2013. Aset Perbankan Syariah Di Sumut Rp 9,8 Triliun. http://beritasore.com/2013/12/04/aset-perbankan-syariah-di-sumut-rp-98-triliun/ (24 Oktober 2015).
Erlina, 2011. Metodologi Penelitian, USU Press, Medan.
Hasan, Zubairi, 2009. Undang-undang Perbankan Syariah: Titik Temu Hukum Islam dan Hukum Nasional, Rajawali Pers, Jakarta.
Irwan, Lella N Q, 2010. “Tinjauan terhadap Fungsi dan Faktor-faktor Intermediasi Perbankan Nasional", Jurnal Trikonomika, Volume 9 Nomor 2.
Ismail, 2011. Perbankan Syariah, Kencana Prenada Media Group, Jakarta. Kabo, Muslim. 2011. Capital Adequacy Ratio (CAR).
http://ekonomi.kabo.biz/2011/12/capital-adequacy-ratio-car.html (12 Oktober 2015).
Lubis, Ade Fatma, Arifin Akhmad dan Firman Syarif, 2007. Aplikasi SPSS (Statistical Product and Service Solutions) untuk Penyusunan Skipsi & Tesis, USU Press, Medan.
Lubis, Irsyad, 2010. Bank & Lembaga Keuangan.Usu Press, Medan.
Machmud, Amir dan Rukmana, 2010. BANK SYARIAH : Teori,Kebijakan, dan Studi Empiris di Indonesia, Erlangga, Bandung.
Marboen, Ade. 2013. Perbankan syariah Sumatera Utara tumbuh positif. Antara News.Medan.http://www.antaranews.com/berita/411791/perbankan
syariah-sumatera-utara-tumbuh-positif (14 September 2015).
Murdiyono, Yosep, 2013. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Financing to Deposit Ratio Bank Syariah Tahun 2008-2012. Skripsi.Universitas Islam Negeri Sunan KaliJaga Yogyakarta. http://digilib.uin-suka.ac.id/11354/ Sihotang, Tetty Meledina, 2006. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi
Fungsi Intermediasi Perbankan Disumatera Utara (Ditinjau dari Sisi Penerimaan Dana).Skripsi.USU. http://repository.usu.ac.id
Susanty, Wahyu Devi, 2014. “Pengaruh Faktor Internal dan Eksternal sebagai Penentu Fungsi Intermediasi Perbankan (Studi Kasus Pada Bank Syariah
dan Bank Umum Konvensional)”,Jurnal Ilmiah Mahasiswa Universitas
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan metode penelitian kuantitatif. Penelitian deskriptif adalah penelitian yang bertujuan untuk mendeskripsikan secara sistematik, faktual, dan akurat tentang fakta-fakta dan sifat-sifat suatu objek atau populasi tertentu. Metode penelitian kuantitatif menekankan pada pengujian teori melalui pengukuran variabel penelitian dengan angka dan melakukan analisis data dengan prosedur statistik.
3.2 Batasan Operasional
Penelitian ini memiliki beberapa batasan agar tujuan peneliti yang telah dipaparkan sebelumnya di dalam latar belakang dan rumusan masalah dapat tercapai. Untuk itu peneliti menetapkan batasan operasional dalam penelitian ini : 1. Penelitian ini menggunakan empat variabel bebas (independent variable) yaitu
Non Performing Financing (NPF),Dana Pihak Ketiga (DPK), dan Inflasi.
2. Sebagai objek dari penelitian ini adalah Perbankan Syariah di Sumatera Utara yang diperoleh dari Laporan Statistik Perbankan Syariah dan Kajian Ekonomi Regional Provinsi Sumatera Utara. Serta pertumbuhan Inflasi di Sumatera Utara .
3.3 Definisi Operasional dan Skala Pengukuran Variabel
Definisi operasional masing-masing variabel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
3.3.1 Variabel Independen
a. Non Performing Financing (NPF)
NPF adalah resiko terhadap nasabah gagal dalam memenuhi kewajibannya terhadap bank atau dana yang telah disalurkan oleh bank tidak dapat kembali. Semakin besar NPF yang terjadi, maka semakin besar pula penurunan pendapatan yang diterima. Jika pendapatan menurun, maka bank tidak dapat melakukan ekspansi pada pembiayaan yang lain. Sehingga fungsi intermediasi perbankan syariah tidak dapat berjalan lancar. Non Performing Financing yaitu rasio yang digunakan untuk mengetahui pembiayaan yang bermasalah atau bahkan macet. Secara sistematis dapat ditulis sebagai berikut :
NPF =
x 100%
b. Dana Pihak Ketiga (DPK)
yang disebut juga dengan Dana Pihak Ketiga ini disamping mudah mencarinya juga tersedia banyak di masyarakat.
Untuk memperoleh sumber dana dari masyarakat luas, bank dapat menawarkan berbagai jenis simpanan. Pembagian jenis simpanan kedalam beberapa jenis dimaksudkan agar para nasabah mempunyai banyak pilihan sesuai dengan tujuannya masing-masing.
c. Inflasi
Inflasi adalah suatu proses kenaikan harga-harga yang berlaku dalam suatu perekonomian . Inflasi merupakan indikator utama adanya stabilitas harga dalam suatu perekonomian. Kestabilan harga akan mampu memberikan jaminan pada investor untuk menanamkan modalnya.
3.3.2 Variabel Dependen
FDR (Financing to Deposit Ratio) adalah perbandingan antara pembiayaan dengan dana pihak ketiga ditambah modal sendiri. Secara matematis dapat ditulis ebagai berikut :
FDR =
x 100%
3.4 Jenis dan Sumber Data
Jasa Keuangan (www.ojk.go.id) serta BPS Sumatera Utara. Adapun yang menjadi objek penelitian ini adalah seluruh Perbankan Syariah di Sumatera Utara yang dilihat dari Laporan statistik perbankan Syariah di Sumatera Utara dan Kajian Ekonomi Regional Provinsi Sumatera Utara. Periode data menggunakan rentang waktu triwulanan dimulai dari triwulan I 2007 - triwulan II 2015. Metode pengumpulan data yang dilakukan di dalam penelitian ini adalah metode studi pustaka dan dokumentasi. Metode studi pustaka adalah metode yang pengumpulan data melalui buku bacaan, jurnal ilmiah serta artikel-artikel yang terkait dengan penelitian. Sedangkan metode dokumentasi dilakukan dengan mengumpulkan dokumen-dokumen yang sudah ada yaitu dokumen mengenai data penelitian. Data laporan statistik perbankan syariah periode sampel penelitian,dan data inflasi.
3.5 Teknik Analisis
Yt = α+ β1X1t+ β2X2t+ β3X3t + et
Ketarangan :
Y t = FDR (Financing to Deposit Ratio dalam %)
α = Konstanta
β1-β2-β3-β4 = Koefisisen regresi dan variabel independen X1t = Non Performing Financing (NPF dalam %) X2t = Dana Pihak Ketiga (DPK)
X3t = Inflasi (dalam %) et = Error term
3.5.1 Statistik Deskriptif
Statistik deskriptif merupakan proses transformasi data penelitian dalam dalam bentuk tabulasi, sehingga mudah dipahami dan. Statistik deskriptif memberikan gambaran mengenai nilai mean, sum, standar deviasi, variance, range, minimum dan maksimum mengenai variabel penelitian yang utama.
3.5.2 Uji Asumsi Klasik
Uji asumsi klasik merupakan persyaratan statistik yang harus dipenuhi pada analisis regresi linear berganda. Adapun tahapan dari uji asumsi klasik adalah sebagai berikut :
3.5.2.1 Uji Normalitas
Uji normalitas adalah pengujian yang sebaiknya dilakukan terlebih dahulu oleh peneliti sebelum peneliti mengolah data. Uji normalitas bertujuan untuk mengetahui distribusi data dalam variabel yang akan digunakan dalam penelitian adalah data yang terdistribusi normal (Lubis dkk, 2007 : 26).
1. Uji Kolmogorov-Smirnov
Dengan menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov, suatu data dikatakan normal apabila nilai Asymp. Sig. tailed)> 0,05 dan apabila nilai Asymp. Sig. (2-tailed)< 0,05 maka data tidak terdistribusi normal.
2. Histogram Display Normal Curve
Normalitas data bila dilihat dengan Histogram Display Normal Curve dapat ditentukan berdasarkan bentuk gambar kurva. Data dikatakan normal jika bentuk kurva memiliki kemiringan yang cenderung seimbang.
3. Kurva Normal P-Plot
Normalitas data dapat dilihat dengan menggunakan Normal P-Plot. Data dalam keadaan normal apabila distribusi data menyebar disekitar garis diagonal.
3.5.2.2 Uji Multikolinearitas
Uji multikolinieritas bertujuan untuk menguji apakah model regresi ditemukan adanya korelasi diantara variabel independen (Erlina, 2011 : 103). Dalam suatu penelitian model regresi yang baik yaitu model regresi yang tidak ditemukan adanya korelasi diantara variabel independen. Korelasi diantara variabel independen dapat bermakna adanya kemiripan antar satu variabel dengan variabel yang lain.
1. Jika nilai variance inflation factor (VIP) tidak lebih dari 10 dan nilai tolerance tidak kurang dari 0,1. Maka model dapat dikatakan terbebas dari multikolinieritas
2. Jika nilai koefisien korelasi antar masing-masing variabel independen kurang dari 0,70 maka model dapat dinyatakan bebas dari asumsi klasik multikolinieritas. Jika lebih dari 0,70 maka diasumsikan terjadi korelasi yang sangat kuat antar variabel independen sehingga terjadi multikolinieritas.
3.5.2.3Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam suatu model regresi linear terdapat korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pada periode t-1 atau sebelumnya (Erlina, 2011 : 107). Autokorelasi terjadi karena adanya waktu observasi penelitian yang berurutan antar satu penelitian dengan penelitian lain.
Hipotesis Nol Keputusan Jika Tidak ada autokorelasi positif Tolak 0 < d < dl Tidak ada autokorelasi positif No Decision dl d du Tidak ada autokorelasi negatif Tolak 4 – dl < d < 4 Tidak ada autokorelasi negatif No Decision 4 – du d 4 – dl Tidak ada autokorelasi,
Poisitif atau negatif
Tidak di tolak Du < d < 4 –du
3.5.3 Pengujian Hipotesis
3.5.3.1 Uji Analisis Regresi Linier Berganda
Analisis regresi berganda digunakan untuk meramalkan bagaimana keadaan (naik turunnya) variabel dependen, jika dua atau lebih variabel independen sebagai faktor prediktor dimanipulasi (dinaik turunkan nilainya) (Sugiono, 2006). Persamaan regresi linear berganda penelitian ini yaitu :
Yt = α+ β1X1t+ β2X2t+ β3X3t + et
Ketarangan :
Y t = FDR (Financing to Deposit Ratio dalam %)
α = Konstanta
β1-β2-β3-β4 = Koefisisen regresi dan variabel independen X1t = Non Performing Financing (NPF dalam %) X2t = Dana Pihak Ketiga (DPK)
3.5.3.2 Uji Statistik T
Uji T bertujuan untuk mengetahui besarnya pengaruh masing-masing variabel independen secara individual secara individual (parsial) terhadap variabel dependen (Lubis dkk, 2007 : 51). Hasil uji signifikansi parameter individual (uji T) dapat dilihat melalui uji regresi dengan menggunakan SPSS yaitu apabila p-value (sig) lebih kecil dari nilai signifikansi yang ditentukan yaitu 0,05 (5 %) maka dapat dikatakan bahwa variabel independen secara individual (parsial) berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen.
Selain itu pengujian uji signifikansi parameter individual (Uji T) juga dapat dilihat melalui ketentuan berikut ini :
1. Jika nilai T hitung> nilai T tabel, maka terdapat pengaruh yang signifikan secara parsial antara variabel independen terhadap variabel dependen.
2. Jika nilai Thitung ≤ nilai Ttabel, maka tidak terdapat pengaruh yang signifikan secara parsial antara variabel independen terhadap variabel dependen.
3.5.3.2 Uji Statistik F
1. Jika nilai F hitung> nilai F tabel, maka terdapat pengaruh yang signifikan secara bersama-sama antara variabel independen terhadap variabel dependen.
2. Jika nilai F hitung≤ nilai F tabel, maka tidak terdapat pengaruh yang signifikan secara bersama-sama antara variabel independen terhadap variabel dependen.
3.5.3.4 Koefisien Determinasi (R2)
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Gambaran Umum
Salah satu fungsi utama bank adalah intermediasi, diukur dengan Financing to Deposit Ratio (FDR), yaitu memberikan pembiayaan ke sektor
produktif sehingga mampu mendorong pertumbuhan ekonomi masyarakat. Untuk itu tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan fungsi intermediasi perbankan syariah di Sumatera Utara.
Penelitian ini adalah penelitian yang menggunakan data kuantitatif. Data yang diperoleh adalah data sekunder dalam bentuk data time series yaitu Financing to Deposit Ratio (FDR), Non Performing Financing (NPF), Dana
Pihak Ketiga (DPK), dan Inflasi dari periode Triwulan I tahun 2007 sampai Triwulan II tahun 2015. Data ini diperoleh dari Laporan Statistik Perbankan Syariah dan Kajian Ekonomi Regional Provinsio Sumatera Utara dan data tersebut dikelola lebih lanjut dengan menggunakan program SPSS.
4.2 Statistik Deskriptif
Tabel 4.1 Statistik Deskriptif
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation FDR 34 104.99 227.35 154.5441 36.78113
NPF 34 4.11 11.06 6.6674 2.04169
DPK 34 .63 7.22 3.6579 2.07728
INFLASI 34 -1.03 2.51 .6047 .80574
Valid N (listwise)
34
Sumber: Data diolah (Lampiran 1 )
Berdasarkan hasil olahan SPSS statistik deskriptif tersebut maka interpretasi dari tabel 4.1 di atas dapat dijelaskan beberapa hal berikut:
1. Fungsi Intermediasi yang diukur dengan menggunakan Financing Deposit to Ratio (FDR) memiliki nilai minimum 104.99 dan nilai maksimum 227,35
dengan nilai rata-rata 154,5441 dan standar deviasi 36,78113 dengan jumlah data observasi 34.
2. Variabel Non Performing Financing (NPF) memiliki nilai minimum 4,11 dan nilai maksimum 11,06 dengan nilai rata-rata 6,6674 dan standar deviasi 2,06149 dengan jumlah pengamatan sebanyak 34 data observasi.
3. Variabel Dana Pihak Ketiga (DPK) memiliki nilai minimum 0,63 dan nilai maksimum 7,22 dengan nilai rata-rata 3,6579 dan standar deviasi 2,07728 dengan jumlah pengamatan sebanyak 34 data observasi.
4.3 Uji Asumsi Klasik 4.3.1. Uji Normalitas
Uji normalitas adalah pengujian yang sebaiknya dilakukan terlebih dahulu oleh peneliti sebelum peneliti mengolah data. Uji normalitas bertujuan untuk mengetahui distribusi data dalam variabel yang akan digunakan dalam penelitian adalah data yang terdistribusi normal (Lubis dkk, 2007 : 26).
Uji normalitas dapat dilakukan dengan menggunakan Histogram Display Normal Curve dan kurva normal P-Plot untuk menguji normalitas data.
Normalitas data bila dilihat dengan Histogram Display Normal Curve dapat ditentukan berdasarkan bentuk gambar kurva. Data dikatakan normal jika bentuk kurva memiliki kemiringan yang cenderung seimbang. Normalitas data juga dapat dilihat dengan menggunakan Kurva Normal P-Plot. Data dalam keadaan normal apabila distribusi titik menyebar disekitar garis diagonal. Berikut ini ditampilkan Histogram Display Normal Curve dan Kurva Normal P-Plot hasil olahan SPSS
dari penelitian ini.
Sumber: Data diolah (Lampiran 2 )
Gambar 4.1
Dari Gambar 4.1 jelas terlihat bahwa data penelitian ini terdistribusi secara normal.Terlihat jelas bahwa kemiringan Histogram Display Normal Curve seimbang sehingga dapat disimpulkan data penelitian normal.
Sumber: Data diolah (Lampiran 2) Gambar 4.2
Kurva P-Plot Regresion Standarized Residual – Normal
Begitu juga dengan kurva P-Plot (Gambar 4.2) yang juga menunjukkan terdistribusi normal. Terlihat bahwa titik-titik pada kurva P-Plot menyebar disekitar garis diagonal, sehingga dapat disimpulkan data di dalam penelitian ini terdistribusi secara normal.
Selain menggunakan pengujian Histogram display Normal Curve dan Kurva P-Plot peneliti juga menguji normalitas data dengan menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov. Dengan menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov, suatu data
dikatakan normal apabila nilai Asymp. Sig. (2-tailed)> 0,05 dan apabila nilai Asymp. Sig. (2-tailed)< 0,05 maka data tidak terdistribusi normal. Berikut hasil
Tabel 4.2
Uji Kolmogorov-Smirnov
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardize d Residual
N 34
Normal Parametersa,,b Mean .0000000 Std. Deviation 12.97434220 Most Extreme
Differences
Absolute .128
Positive .128
Negative -.092
Kolmogorov-Smirnov Z .748
Asymp. Sig. (2-tailed) .630
Sumber: Data diolah (Lampiran 2 )
Berdasarkan pengujian Kolmogorov-Smirnov di atas, nilai Asymp. Sig. (2-tailed) nya sebesar 0,630 yang berarti > 0,05 sehingga dapat ditarik kesimpulan
bahwa data penelitian sudah terdistribusi dengan normal.
4.3.2 Uji Multikolinieritas
Uji multikolinieritas bertujuan untuk menguji apakah model regresi ditemukan adanya korelasi diantara variabel independen (Erlina, 2011 : 103). Ketentuan yang digunakan untuk mendeteksi ada tidaknya multikolinieritas yaitu dilihat melalui nilai variance inflation factor (VIP). Jika nilai variance inflation factor (VIP) tidak lebih dari 10 dan nilai tolerance tidak kurang dari 0,1. Maka
Tabel 4.3 Uji Multikolinieritas
Model Collinearity Statistics
Tolerance VIF
1 NPF .776 1.289
DPK .781 1.280
INFLASI .988 1.012
Sumber: Data diolah (Lampiran 3 )
Dari Tabel 4.3 di atas, maka dapat diperoleh nilai VIF dari masing-masing variabel independen untuk variabel Financing to Deposit Ratio yaitu Non Performing Financing sebesar 1,289, Dana Pihak Ketiga (DPK) sebesar 1,280 dan
Inflasi sebesar 1,012 maka nilai VIF < 10. Serta nilai tolerance variabel Non Performing Financing , Dana Pihak Ketiga dan Inflasi masing-masing adalah
0,776 dan 0,781 serta 0,988 sehingga nilai tolerance > 0,1. Sehingga dapat disimpulkan bahwa penelitian ini terbebas dari adanya multikolinearitas.
4.3.3 Uji Autokorelasi
Tabel 4.4 Uji Autokorelasi
Model R R Square Adjusted R Square
Std. Error of the Estimate
Durbin-Watson
1 .936a .876 .863 13.60760 1.918
Sumber: Data diolah (Lampiran 4)
Hasil pengujian pada tabel memperlihatkan nilai statistik Durbin - Watson sebesar 1,918. Nilai ini akan dibandingkan dengan nilai tabel Durbin
-Watson dengan nilai signifikansi 5%, jumlah sampel adalah 34, jumlah variabel
adalah 3 (k = 3), maka dalam tabel nilai Durbin – Watsonakan diperoleh nilai du =
1,6519 dan 4-du = 2,3481. Sehingga persamaannya akan menjadi 1,6519 < 1.918 < 2,3481 atau Du < d < 4 –du Dengan demikian dapat dikatakan bahwa penelitian ini terbebas dari adanya autokorelasi.
4.4 Pengujian Hipotesis
4.4.1. Uji Analisis Regresi Linier Berganda
Tabel 4.5
Uji Analisis Regresi lInear Berganda
Model
Unstandardized Coefficients B Std. Error 1 (Constant) 199.175 8.526
NPF 3.132 1.317
DPK 7.786 1.290
INFLASI -.780 2.958
Sumber: Data diolah (Lampiran 5 )
Berdasarkan nilai koefisien tersebut model regresi pada penelitian ini adalah :
Y = 199,175 + 3,132X1 + 7,786X2 -0,780X3+ e Keterangan :
Y : FDR (Financing to Deposit Ratio)
X1 : NPF (Non Performing Financing)
X2 : DPK (Dana Pihak Ketiga)
X3 : Inflasi
E : error (pengganggu)
Berikut interpretasi dari mdel persamaan regresi berganda diatas :
1. Nilai konstanta sebesar 199,175 yang menunjukkan apabila semua variabel independen dianggap konstan atau nol, maka nilai dari Financing to Deposit Ratio adalah sebesar 199,175.
Performing Financing 1 % dengan asumsi variabel bebas lainnya dianggap
konstan, maka akan meningkatkan Financing to Deposit Ratio sebesar 3,132. 3. Variabel Dana Pihak Ketiga berpengaruh positif terhadap Financing to
Deposit Ratio sebesar 7,786 menunjukkan bahwa setiap kenaikan Dana Pihak
Ketiga 1 % dengan asumsi variabel bebas lainnya dianggap konstan, maka akan menurunkan Financing to Deposit Ratio sebesar 7,786.
4. Variabel Inflasi berpengaruh negatif terhadap Financing to Deposit Ratio sebesar 0,780 menunjukkan bahwa setiap kenaikan inflasi 1 % dengan asumsi variabel bebas lainnya dianggap konstan, maka akan menurunkan Financing to Deposit Ratio sebesar 0,780.
4.4.2 Uji Signifikansi Parameter Individual (Uji T)
H1, H2 dan H3 dapat diuji dengan menggunakan uji signifikansi parameter individual (Uji T). Pengujian ini dilakukan untuk menguji signifikansi Non Performing Financing, Dana Pihak Ketiga, dan Inflasi secara parsial terhadap
Tabel 4.6
Sumber: Data diolah (Lampiran 6 )
Dari Tabel 4.6 di atas, maka kesimpulan dari Uji-t adalah sebagai berikut:
1. Pengaruh Non Perfoming Financing terhadap Financing to Deposit Ratio Perbankan Syariah di Sumatera Utara Triwulan I Tahun 2007 – Triwulan II Tahun 2015 .
Nilai signifikansi untuk Non Perfoming Financing adalah sebesar 0,024< 0,05 artinya signifikan, sedangkan nilai thitung untuk variabel Non Perfoming Financing = 2,377 dan ttabel untuk df= n-k = 34-3 = 31 di mana α = 5% sehingga diketahui nilai ttabel = 2,03951 maka thitung>ttabel (2,377>2,03951). Dari hasil di atas, dapat disimpulkan bahwa variabel Non Perfoming Financing (NPF) secara parsial berpengaruh positif signifikan terhadap
Financing to Deposit Ratio (FDR). Dengan demikian H1 diterima.
diketahui nilai ttabel = 2,03951 maka thitung>ttabel (3,792>2,03951). Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa variabel Dana Pihak Ketiga secara parsial berpengaruh positif signifikan terhadap Financing to Deposit Ratio (FDR). Dengan demikian H2 diterima.
3. Pengaruh Inflasi terhadap Financing to Deposit Ratio Perbankan Syariah di Sumatera Utara Triwulan I Tahun 2007 – Triwulan II Tahun 2015 .
Nilai signifikansi untuk variabel Inflasi adalah sebesar 0.794 > 0,05. Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa variabel Inflasi secara parsial tidak berpengaruh terhadap Financing to Deposit Ratio (FDR). Dengan demikian H3 ditolak.
4.4.3 Uji Signifikansi Simultan (Uji F)
Tabel 4.7 Uji F ANOVAb
Model Sum of
Squares Df Mean Square F Sig. 1 Regression 39089.081 3 13029.694 70.367 .000a
Residual 5555.007 30 185.167
Total 44644.089 33
Sumber: Data diolah (Lampiran 7 )
Berdasarkan hasil SPSS tersebut dapatdilihat bahwa nilai sig. 0,00 < 0,05. Selain itu nilai Fhitung = 70,367 sedangkan nilai FTabel untuk df= n-k , df1=k-1, dan
banyak data adalah 34 di mana α = 5% maka diperoleh F tabel = 3,304817. Dengan
demikian F hitung> F tabel (70,367 > 3,304817 ). Berdasarkan hasil tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa Non Performing Financing, Dana Pihak Ketiga dan Inflasi secara simultan berpengaruh terhadap terhadap Financing to Deposit Ratio.
4.4.4 Koefisien Determinasi
Tabel 4.8
Uji Koefisien Determinasi (R2)
Model R R Square Adjusted R
Sumber: Data diolah (Lampiran 8 )
Dari tabel 4.8 interpretasi atas uji koefisien determinasi adalah sebagai berikut :
1. Nilai R sebesar 0,936 yang menunjukkan bahwa korelasi atau hubungan fungsi intermediasi yang diukur dengan menggunakan Financing to Deposit Ratio Perbankan Syariah di Sumatera Utara (variabel dependen) dengan Non
Performing Financing , Dana Pihak ketiga dan Inflasi (variabel independen)
sangat besar yaitu sebesar 93,6 %.
2. R Square sebesar 0,876 berarti 87,6 % nilai fungsi intermediasi yang diukur dengan menggunakan Financing to Deposit Ratio mampu diprediksikan oleh Non Performing Financing , Dana Pihak ketiga dan Inflasi. Sisanya 12,4 %
oleh variabel lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini.
3. Nilai Adjusted R Square atau Koefisien Determinasi adalah 0,863 berarti 86,3% nilai fungsi intermediasi yang diukur dengan menggunakan Financing to Deposit Ratio mampu diprediksikan oleh Non Performing Financing ,
Dana Pihak ketiga dan Inflasi. Sisanya 13,7 % oleh variabel lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan
Penelitian ini bertujuan untuk menyelidiki pengaruh Non Performing Financing, Dana Pihak Ketiga dan Inflasi terhadap Fungsi Intermediasi Perbankan
Syariah di Sumatera Utara yang di ukur menggunakan Financing to Deposit Ratio periode Triwulan I 2007- Triwulan II 2015.
Berdasarkan hasil analisis data yang telah dilakukan di Bab empat, maka peneliti mengambil kesimpulan sebagai berikut :
1. Secara Parsial, variabel independen Non Performing Financing memberikan pengaruh positif signifikan terhadap Fungsi Intermediasi Perbankan Syariah di Sumatera Utara yang di ukur menggunakan Financing to Deposit Ratio periode Triwulan I tahun 2007- Triwulan II tahun 2015.
2. Variabel independen Dana Pihak Ketiga memberikan pengaruh positif signifikan terhadap Fungsi Intermediasi Perbankan Syariah di Sumatera Utara yang di ukur menggunakan Financing to Deposit Ratio periode Triwulan I tahun 2007- Triwulan II tahun 2015.
3. Namun untuk variabel independen Inflasi ternyata tidak memiliki pengaruh terhadap Fungsi Intermediasi Perbankan Syariah di Sumatera Utara yang di ukur menggunakan Financing to Deposit Ratio periode Triwulan I tahun 2007- Triwulan II tahun 2015. Hal ini dikarenakan Bank Syariah tidak menggunakan sistem bunga, namun menggunakan sistem bagi hasil.
Intermediasi Perbankan Syariah di Sumatera Utara yang di ukur menggunakan Financing to Deposit Ratio periode Triwulan I tahun 2007- Triwulan II tahun 2015.
5.2 Saran
Berdasarkan analisis dari hasil serta kesimpulan yang telah dirumuskan diatas, maka penulis perlu untuk mengajukan saran-saran yang relavan sebagai usaha untuk memecahkan permasalahan yang ditentukan dalam analisis serta diharapkan dapat berguna sebagai masukan-masukan bagi pihak-pihak yang terkait. Adapun saran-saran tersebut adalah sebagai berikut:
1. Bagi Perbankan Syariah khususnya di Sumatera Utara harus meningkatkan kemampuan dan menjalankan fungsi intermediasi dengan baik dengan menjaga tingkat FDR nya agar tidak melampaui batas yang telah di tetapkan Bank Indonesia. Perbankan syariah juga harus harus memperhatikan tingkat resiko kredit yang dicerminkan dengan NPF yaitu sebesar maksimal 5% sesuai ketentuan Bank Indonesia, agar bank tersebut tidak mengalami kesulitan untuk mengembalikan dana yang telah dititipkan oleh nasabah,karena pembiayaan yang disalurkan mengalami kegagalan atau bermasalah. 2. Bagi peneliti selanjutnya diharapkan dapat meneliti dengan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tinjauan Teoritis
2.1.1 Kegiatan Perbankan Syariah
Perbankan Syariah adalah segala sesuatu yang menyangkut tentang Bank Syariah dan Unit Usaha Syariah, mencakup kelembagaan, kegiatan usaha, serta cara dan proses dalam melaksanakan kegiatan usahanya (Pasal 1 angka 1 UU No.21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah). Dengan definisi tersebut, Perbankan Syariah terdiri dari Bank Umum Syariah (BUS),Unit Usaha Syariah (UUS), serta Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS). Kegiatan bank syariah baik dalam penghimpunan dana dan penanaman dana maupun pemberian jasa-jasa berdasarkan Petunjuk Pelaksanaan Kantor Bank Syariah, Bank Indonesia adalah sebagai berikut :
a) Penghimpunan dana
Prinsip operasional syariah yang telah ditetapkan secara luas dalam penghimpunan dana masyarakat adalah prinsip wadi’ah dan mudharabah.
1) Prinsip wadi’ah (prinsip titipan atau simpanan)
Dalam kegiatan penghimpunan dana masyarakat di bank syariah, prinsip
wadi’ah dapat diterapkan pada rekening giro dan tabungan (giro wadi’ah dan
2) Prinsip mudharabah (prinsip bagi hasil) Mudharabah muthlaqah
Dalam kegiatan penghimpunan dana pada bank syariah, prinsip mudharabah muthlaqah dapat diterapkan untuk pembukaan rekening tabungan
dan deposito (tabungan mudharabah dan deposito mudharabah). Mudharabah muqayyadah
Jenis ini merupakan simpanan khusus (restricted investment) dimana pemilik dana menetapkan syarat-syarat tertentu yang harus diikuti oleh bank syariah.
b) Penyaluran dana
Dalam menyalurkan dana kepada nasabah, secara garis besar terdapat 4 (empat) kelompok prinsip operasional bank syariah, yaitu prinsip jual beli (bai’), sewa beli (ijarah wa iqtina/ijarah muntahiyyah bit tamlik), bagi hasil (syirkah) dan pembiayaan lainnya. Dalam prakteknya, untuk memperoleh pendapatan yang berasal dari aktivitas non pembiayaan, bank syariah dapat menyediakan jasa-jasa perbankan syariah (fee-based services). Selanjutnya, dalam melakukan fungsi sosial, bank syariah juga melakukan kegiatan pengelolaan dana kebajikan yang diperoleh dari zakat, infaq, shadaqah, hibah, atau dana sosial lainnya.
c) Memberikan jasa- jasa Bank Lainnya (Services)
Bank syariah, disamping menghimpun dana dari masyarakat, juga memberikan pelayanan jasa perbankan. Pelayanan jasa perbankan syariah ini diberikan dalam rangka memenuhi kebutuhan masyarakat dalam menjalankan aktivitasnya. Berbagai jenis produk pelayanan jasa yang dapat diberikan oleh bank syariah, antara lain jasa pengiriman uang (transfer), pemindahbukuan, penagihan surat berharga, kliring, letter of credit, inkaso, garansi bank, dan pelayanan jasa bank lainnya.
Aktivitas pelayanan jasa, merupakan aktivitas yang diharapkan oleh bank syariah untuk dapat meningkatkan pendapatan bank yang berasal dari fee atas pelayanan jasa bank. Beberapa bank berusaha untuk meningkatkan teknologi informasi agar dapat memberikan pelayanan jasa yang memuaskan nasabah. Pelayanan yang dapat memuaskan nasabah ialah pelayanan jasa yang cepat dan akurat. Bank syariah berlomba-lomba untuk berinovasi dalam meningkatkan kualitas produk layanan jasa. Dengan pelayanan jasa bank syariah mendapat imbalan berupa fee disebut fee based income.
2.1.2 Perkembangan Perbankan Syariah di Indonesia
Ide pendirian bank syariah di Indonesia sudah ada sejak tahun 1970-an. Dimana pembicaraan bank syariah muncul pada seminar hubungan Indonesia-Timur Tengah pada tahun 1974 dan 1976 dalam seminar yang diadakan oleh Lembaga Studi Ilmu-Ilmu Kemasyarakatan (LSIK) dan Yayasan Bhineka Tunggal Ika. Perkembangan pemikiran tentang perlunya umat Islam Indonesia memiliki perbankan Islam sendiri mulai behembus sejak saat itu, seiring munculnya kesadaran kaum intelektual dan cendikiawan muslim dalam memberdayakan ekonomi masyarakat.
Perbankan syariah pertama kali di indonesia pada tahun 1992 berdasarkan UU No. 7 Tahun 1992 sebagai landasan hukum bank dan Peraturan Pemerintah (PP) No.72 Tahun 1992 Tentang Bank Umum Berdasarkan Prinsip Bagi Hasil. Prinsip syariah adalah suatu aturan perjanjian berdasarkan hukum islam antara bank dan pihak lain untuk penyimpaan dana atau pembiayaan kegiatan usaha, atau kegiatan lain yang sesuai dengan prinsip syariah, diantaranya pembiayaan dengan prinsip bagi hasil (mudharabah), pembiayaan dengan prinsip penyertaan modal (musyarakah), prinsip jual beli barang dengan keuntungan (murabahah),dan pembiayaan barang modal dengan prinsip sewa murni tanpa pilihan (ijarah) atau dengan pilihan pemindahan kepemilikan atas barang yang disewa dari pihak oleh pihak lain (ijarah wa iqtina).
lembaga keuangan yang memberikan jasa pembiayaan dan jasa-jasa lainnya dalam lalu lintas pembayaran serta peredaran uang yang pengoperasiannya disesuaikan dengan prinsip-prinsip syariat islam. Sistem ekonomi islam memiliki beberapa ciri berikut :
1. Mengakui hak milik individu terhadap kapital (property right) 2. Tidak ada transaksi berbasis bunga (riba)
3. Berfungsinya institusi zakat
4. Mengakui adanya mekanisme pasar (market mechanism) 5. Mengakui motif untuk mencari keuntungan
6. Dan mengakui adanya kebebasan berusaha
Di Indonesia,bank syariah yang pertama didirikan pada tahun 1992 adalah Bank Muamaalat Indonesia (BMI). Walaupun perkembangannya agak terlambat bila dibandingkan dengan negara-negara Muslim lainnya, perbankan syariah di Indonesia akan terus berkembang. Bila pada periode tahun 1992-1998 hanya ada satu unit Bank Syariah,maka pada tahun 2005, jumlah bank syariah di Indonesia telah bertambah menjadi 20 unit, yaitu 3 bank umum syariah dan 17 unit usaha syariah. Sementara itu, jumlah Bank Perkreditan Rakyat Syariah (BPRS) hingga akhir tahun 2004 bertambah menjadi 88 buah.
volume usaha perbankan syariah diakhir tahun 2005 diperkirakan akan mencapai sekitar 24 triliun rupiah. Pertumbuhan volume usaha perbankan syariah tersebut ditopang oleh pembukaan unit usaha syariah yang baru dan pembukaan jaringan kantor yang lebih luas.
Tabel 2.1
Jaringan Kantor Perbankan Syariah di Indonesia
KETERANGAN TAHUN
2010 2011 2012 2013 2014
PERBANKAN SYARIAH
Bank Umum Syariah
- Jumlah Bank 11 11 11 11 12
- Jumlah Kantor 1.215 1.401 1.745 1.998 2.151
Unit Usaha Syariah
- Jumlah Bank 23 24 24 23 22
- Jumlah Kantor 262 336 517 590 320
Bank Pembiayaan Rakyat Syariah
- Jumlah Bank 150 155 158 163 163
- Jumlah Kantor 286 364 401 402 439
Sumber : Statistik Perbankan Syariah oleh Otoritas Jasa Keuangan,Periode Desember 2014.
Pengembangan bank syariah di Indonesia memiliki peluang besar karena peluang pasarnya yang luas sejalan dengan mayoritas penduduk negeri ini. Perkembangan perbankan syariah ini tentunya juga harus didukung oleh sumber daya manusia yang memadai, baik dari segi kualitas maupun kuantitasnya. Namun, realitas yang ada menunjukkan bahwa masih banyak sumber daya manusia yang selama ini terlibat di institusi syariah tidak memiliki pengalaman akademis maupun praktis dalam Islamic Banking. Tentunya kondisi ini cukup signifikan mempengaruhi produktifitas dan profesionalisme perbankan syariah itu sendiri. Inilah yang memang harus mendapatkan perhatian dari kita semua, yakni membentuk sumber daya manusia yang mampu mengamalkan ekonomi syariah disemua lini karena sistem yang baik tidak mungkin dapat berjalan bila tidak didukung oleh sumber daya manusia yang baik pula.
DPK perbankan syariah sebesar Rp5,69 triliun atau naik 3,83 persen dari triwulan II, sedangkan pembiayaan juga naik 3,07 persen atau Rp7,38 triliun. Persentase Financial to Deposit Ratio (FDR) mencapai 129,74% dengan Non Performing Financing (NPF) net 3,58%. Artinya pembiayaan yang diberikan jauh melebihi dana yang dihimpun. Naiknya aset, DPK dan pembiayaan perbankan syariah di Sumatera Utara pada tahun 2013 menunjukkan tingkat kepercayaan masyarakat yang semakin tinggi. Meski sudah tumbuh semakin baik tetapi pemerintah tetap menilai bahwa perbankan syariah itu harus terus didukung.
Tidak hanya dari segi rasio keuangan perbankan, perkembangan fungsi intermediasi perbankan syariah di Sumatera Utara juga dapat dilihat dari eksistensinya. Berdasarkan data yang diperoleh, perkembangan perbankan syariah yang dilihat dari jumlah kantor dan jumlah bank terus mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Berikut ini merupakan data eksistensi Pebankan Syariah di Sumatera Utara :
Tabel 2.2
Jaringan Kantor Perbankan Syariah di Sumatera Utara
KETERANGAN TAHUN
2.1.4 Fungsi Intermediasi Perbankan Syariah
Bank Syariah berfungsi sebagai lembaga perantara keuangan atau Financial Intermediary Institution. Sebagai lembaga perantara keuangan, bank
syariah menjembatani kebutuhan kedua pihak yang berbeda. Satu pihak merupakan nasabah yang memiliki dana (surplus unit) dan pihak lainnya merupakan nasabah yang membutuhkan dana (defisit unit). Bank syariah menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan investasi, serta menyalurkannya dalam bentuk pembiayaan atau bentuk lainnya yang diperbolehkan dalam syariah islam.Fungsi utama yang kedua dalam perbankan syariah yaitu penyaluran dana kepada masyarakat dalam bentuk pembiayaan atau dalam bentuk penempatan dana lainnya sesuai dengan syariah. Sebagian besar penyaluran dana kepada pihak ketiga ialah dalam bentuk pembiayaan.
Bank Syariah sebagai lembaga intermediasi antara pihak investor yang menginvestasikan dananya di bank kemudian selanjutnya bank syariah menyalurkan dananya kepada pihak lain yang membutuhkan dana. Investor yang menempatkan dananya akan mendapatkan imbalan dari bank dalam bentuk bagi hasil atau bentuk lainnya yang disahkan dalam syariah Islam. Bank syariah menyalurkan dananya kepada pihak yang membutuhkan pada umumnya dalam akad jual beli dan kerjasama usaha. Imbalan yang diperoleh dalam margin keuntungan, bentuk bagi hasil, dan/atau bentuk lainnya sesuai dengan syariah Islam.
2.1.5 Financing to Deposit Ratio (FDR)
FDR adalah rasio antara jumlah pinjaman yang diberikan bank dengan dana yang diterima oleh bank. FDR ditentukkan oleh perbandingan antara jumlah pinjaman yang diberikan dengan dana masyarakat yang dihimpun yaitu mencakup giro, simpanan berjangka (deposito), dan tabungan. FDR tersebut menyatakan seberapa jauh kemampuan bank dalam membayar kembali penarikan dana yang dilakukan deposan dengan mengandalkan kredit yang diberikan sebagai sumber likuiditasnya. Semakin besar pinjaman maka pendapatan yang diperoleh naik, karena pendapatan naik secara otomatis laba juga akan mengalami kenaikan. Menurut Dendawijaya (114:2005), batas maksimum untuk Financing to Deposit Ratio (FDR) adalah sebesar 110% ,dimana apabila melebihi batas tersebut berarti
Sehingga jika rasio FDR suatu bank berada dibawah 80% (misalnya 65%) dapat disimpulkan bahwa bank tersebut hanya menyalurkan dananya sebesar 65% dari seluruh dana yang dihimpun. Karena fungsi utama bank adalah sebagai intermediasi,berarti 35% dana yang dihimpun tidak tersalurkan kepada pihak yang membutuhkan dana,sehingga dapat dikatakan bank tidak menjalankan fungsinya dengan baik. Selanjutnya jika FDR melebihi 110% berarti dana yang dihimpun dari masyarakat sedikit,sehingga dalam hal ini bank juga dapat dikatakan tidak menjalankan fungsi intermediasinya dengan baik.
2.1.6 Non Performing Financing (NPF)
Keuntungan dari usaha tidak ditetapkan di muka, tetapi tergantung pada realisasi nominal yang sesungguhnya.
Setiap dana yang disalurkan atau diinvestasikan oleh bank syariah selalu mengandung resiko tidak kembalinya dana atau yang disebut dengan istilan Non performing Financing (NPF). NPF merupakan kemungkinan kerugian yang akan
timbul karena dana yang disalurkan tidak dapat kembali. Non Performing Financing atau NPF timbul karena masalah yang terjadi dalam proses persetujuan pembiayaan di internal bank, atau setelah pembiayaan diberikan.
Menurut Mahmoeddin (51:2010) Penyebab terjadinya NPF dari segi internal bank, yaitu kebijakan pemberian pembiayaan terlalu ekspansif, penyimpangan pemberian pembiayaan, dan kadar spiritualitas dari pejabat nya,dan lemahnya sistem administrasi dan pengawasan serta informasi pembiayaan. Dari segi proses, perlu melakukan pengecekan reputasi calon konsumen, dan pengawasan pembiayaan internal. Sedangkan penyebab eksternal terjadinya NPF adalah kegagalan usaha debitur,menurunnya kegiatan ekonomi, pemanfaatan iklim persaingan perbakan yang tidak sehat oleh debitur,atau musibah yang terjadi pada kegiatan usahanya.
2.1.7 Dana Pihak Ketiga (DPK)
a. Giro adalah simpanan yang penarikannya dapat dilakukan setiap saat dengan menggunakan cek, bilyet giro, sarana perintah pembayaran lainnya atau dengan cara pemindahbukuan.
b. Deposito adalah simpanan yang penarikannya hanya dilakukan pada waktu tertentu berdasarkan perjanjian nasabah penyimpan dengan bank.
c. Tabungan adalah simpanan yang penarikannya hanya dapat dilakukan menurut syarat-syarat tertentu yang disepakati, tetapi tidak dapat ditarik dengan cek, bilyet giro, dan atau alat lainnya yang dipersamakan dengan itu. d. Surat berharga yang diterbitkan maupun berbagai jenis deposito dan modal
yang dimaksud termasuk modal inti dan modal pinjaman.
Adapun dana pihak ketiga dalam bank syariah menurut (Muhammad,266:2005) berupa :
1. Titipan (Wadi’ah) simpanan yang dijamin keamanan dan pengembaliannya tapi tanpa memperoleh imbalan atau keuntungan.
2. Partisipasi modal berbagi hasil dari berbagai resiko untuk investasi umum. 3. Investasi khusus dimana bank hanya berlaku sebagai manajer investasi untuk
memperoleh fee dan investor sepenuhnya mengambil resiko atas invstasi tersebut.
2.1.8 Inflasi di Sumatera Utara
konsumsi atau bahkan spekulasi, sampai termasuk juga akibat adanya ketidaklancaran distribusi barang. Dengan kata lain, inflasi juga merupakan proses menurunnya nilai mata uang secara kontinu. Inflasi adalah proses dari suatu peristiwa, bukan tinggi-rendahnya tingkat harga. Artinya, tingkat harga yang dianggap tinggi belum tentu menunjukan inflasi. Inflasi adalah indikator untuk melihat tingkat perubahan, dan dianggap terjadi jika proses kenaikan harga berlangsung secara terus-menerus dan saling pengaruh-memengaruhi. Istilah Inflasi juga digunakan untuk mengartikan peningkatan persediaan uang yang kadangkala dilihat sebagai penyebab meningkatnya harga.
Inflasi dapat disebabkan oleh dua hal, yaitu tarikan permintaan (kelebihan likuiditas/uang/alat tukar) dan yang kedua adalah desakan (tekanan) produksi dan/atau distribusi (kurangnya produksi). Untuk sebab pertama lebih dipengaruhi dari peran negara dalam kebijakan moneter (Bank Sentral), sedangkan untuk sebab kedua lebih dipengaruhi dari peran negara dalam kebijakan eksekutor yang dalam hal ini dipegang oleh Pemerintah (Government) seperti fiskal (perpajakan/pungutan /insentif/ disinsentif) , kebijakan pembangunan infrastruktur , regulasi, dll.
Tabel 2.3
Nilai Inflasi Rata-Rata Tahun 2008-2012
INFLASI
Tahun
2008 2009 2010 2011 2012
Indonesia 11,06 2,78 6,96 3,79 4,30 Sumatera Utara 10,72 2,61 8,00 3,67 3,86 Sumber: BPS Provinsi Sumatera Utara, 2012 (data diolah)
Secara umum, laju inflasi Sumatera Utara masih dalam kondisi yang rendah kecuali pada tahun 2008 yang mencapai 10,72%. Hal ini sebagai akibat kontraksi ekonomi di seluruh dunia, dan bahkan capaiannya selalu di bawah capaian nasional kecuali pada tahun 2010 Sumatera Utara capaian tingkat inflasinya di atas nasional, di mana capaian nasional sebesar 6,96%. Tetapi hal ini akan terus diupayakan untuk menstabilkannya dalam rangka tetap mempertahankan tingkat daya beli masyarakat.
2.2 Tinjauan Penelitian Terdahulu
Tabel 2.4
Rangkuman Penelitian Terdahulu Nama Penelitian
dan Tahun Penelitian
Judul Variabel Hasil
Nama Penelitian dan Tahun
Penelitian
Judul Variabel Hasil
Non Performing Sumber : Data di Olah Penulis
2.3 Kerangka Konseptual
Berdasarkan tujuan penelitian, tinjauan pustaka dan hasil penelitian sebelumnya yang telah menguji faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan fungsi intermediasi perbankan syariah yaitu Non Performing Financing (NPF), Dana Pihak Ketiga (DPK), Capital Adequacy Ratio (CAR) dan Inflasi. Maka dibuat model penelitan sebagai berikut :
Gambar 2.2 Kerangka Konseptual Inflasi = X4
Perkembangan Fungsi Intermediasi Perbankan Syariah :
Financing to Depodit Ratio (FDR)
2.4 Keterkaitan Antar Variabel
2.4.1 Hubungan NPF terhadap Perkembangan Fungsi Intermediasi
Non Performing Financing (NPF) adalah pembiayaan bermasalah yang
terdiri dari pembiayaan yang berklasifikasi kurang lancar, diragukan dan macet. NPF bank syariah merupakan rasio antara total pembiayaan yang bermasalah dengan total pembiayaan yang disalurkan. Jadi, semakin tinggi persentase rasio NPF mengindikasikan semakin buruk kualitas pembiayaan dan kredit yang disalurkan. Dan pada akhirnya akan berpengaruh terhadap kinerja fungsi intermediasi bank yang bersangkutan karena bank akan semakin ketat dalam penyaluran pembiayaan mengingat bank harus melakukan recovery dana atas dana yang tidak kembali dari pembiayaan yang gagal bayar.
2.4.2 Hubungan DPK terhadap Perkembangan Fungsi Intermediasi
Pada perbanbankan syariah, DPK merupakan dana simpanan atau investasi tidak terikat yang dipercayakan oleh nasabah kepada bank syariah dan/atau UUS berdasarkan akad wadiah atau mudharabah yang tidak bertentangan dengan prinsip syariah (Departemen Perbankan Syariah Bank Indonesia, 2013). Meningkatnya DPK yang dihimpun oleh bank dapat membuat bank lebih agresif dalam menyalurkan pembiayaan kepada sektor produktif. Dimana peningkatan tersebut dapat dilihat dari persentase pertumbuhan DPK.
2.4.3 Hubungan Inflasi terhadap Perkembangan Fungsi Intermediasi
Inflasi adalah peristiwa moneter yang menunjukkan suatu kecenderungan akan naiknya harga barang-barang secara umum, yang berarti terjadinya penurunan nilai uang (Judisseno, 2005). Seluruh sendi-sendi perekonomian, termasuk sektor perbankan akan terkena dampak dari Inflasi. Pengaruh inflasi terhadap sektor perbankan dapat terjadi karena masyarakat cenderung mengurangi simpanan ketika terjadi inflasi, dan akhirnya aset perbankan secara riil menurun. Hal tersebut pada akhirnya akan berdampak pada kemampuan pihak perbankan dalam pernyaluran pembiayaan,sehingga perkembangan atau kinerja fungsi intermediasi bank yang bersangkutan menurun dan bahkan bisa jadi sebaliknya.
2.5 Hipotesis Konseptual
Pada penelitian yang buat oleh peneliti dengan judul “ Analisis
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Fungsi Intermediasi Perbankan Syariah Di Sumatera Utara“. Hipotesis kerangka konseptual disusun sebagai
H1 : Non Performing Financing (NPF) berpengaruh terhadap Financing Deposit Ratio (FDR).
H2 : Dana Pihak Ketiga (DPK) berpengaruh terhadap Financing Deposit Ratio (FDR).
H3 : Inflasi berpengaruh terhadap Financing Deposit Ratio (FDR).
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Perbankan merupakan segala sesuatu yang berkaitan dengan bank, baik struktur kelembagaan, kegiatan usaha hingga proses menjalankan kegiatan usahanya. Di Indonesia, perbankan menjalankan fungsinya berazaskan demokrasi ekonomi dan menggunakan prinsip kehati-hatian. Bank merupakan lembaga keuangan yang mempunyai peranan penting dalam menunjang keberhasilan perekonomian. Hal tersebut sesuai dengan tujuan dari perbankan Indonesia yang tercantum dalam Undang-Undang Perbankan No. 10 tahun 1998 Pasal 4, yaitu Perbankan Indonesia bertujuan menunjang pelaksanaan pembangunan nasional dalam rangka meningkatkan pemerataan pertumbuhan ekonomi dan stabilitas nasional ke arah peningkatan kesejahteraan rakyat banyak.
resmi legalisasi perbankan syariah lebih dituangkan kedalam UU No.7 tahun 1992 tentang Perbankan sebagaimana diubah dengan UU No.10 tahun 1998,dan juga dalam UU No.23 tahun 1999 tentang Bank Indonesia sebagaimana diubah dengan UU No.3 tahun 2004.
Pertumbuhan dan perkembangan perbankan syariah selama kurun waktu 30 tahun terakhir mengalami kemajuan yang sangat pesat, baik di Indonesia maupun di kalangan internasional. Pada awalnya di tahun 1970-an, konsep perbankan dan keuangan Islam atau yang lebih dikenal dengan sistem syariah hanyalah merupakan wacana saja, namun kini hal tersebut telah menjadi realitas faktual yang mencengangkan banyak kalangan.
Sama halnya dengan perbankan konvensional, perbankan syariah juga menjalankan fungsi sebagai lembaga intermediasi (penyaluran), dari nasabah pemilik dana (shahibul mal) dengan nasabah yang membutuhkan dana. Fungsi intermediasi suatu bank syariah dapat diukur dalam rasio, yaitu Financing to Deposit Ratio (FDR). Seperti yang disampaikan oleh Sofyan (2010) FDR adalah
LDR versi perbankan syariah karena di perbankan syariah tidak mengenal loan (pinjaman atau kredit), melainkan pembiayaan (financing).
FDR merupakan perbandingan antara total pembiayaan yang telah disalurkan oleh bank syariah terhadap total DPK yang berhasil dihimpun. Dimana Bank Indonesia memberikan nilai positif jika FDR dan LDR berada antara 85 persen sampai 110 persen, dan nilai negatif jika angka FDR dan LDR berada di atas 110 persen.
FDR bank syariah di Indonesia sampai dengan tahun 2010 berada di atas LDR bank konvensional, namun laju pertumbuhan LDR bank konvensional cenderung meningkat daripada FDR bank syariah yang lebih fluktuatif tetapi tidak menunjukkan peningkatan yang signifikan. Kondisi tersebut tidak lepas dari kondisi ketidakstabilan ekonomi yang berlangsung selama tahun 2005 sampai dengan tahun 2010, dimana pada Oktober 2005 perbankan Indonesia mengalami guncangan akibat tekanan kondisi makroekonomi, serta terjadinya krisis finansial global pada tahun 2008 yang dampaknya masih terasa sampai tahun 2010.
Peran perbankan syariah sebagai lembaga perantara keuangan diharapkan dapat menunjang pembangunan perekonomian, baik perekonomian nasional maupun regional. Secara regional, perkembangan fungsi intermediasi perbankan syariah yang cukup pesat terjadi di sejumlah daerah. Hal tersebut tercermin dari pertumbuhan kegiatan penghimpunan dana pihak ketiga (DPK) dan atau penyaluran pembiayaan yang masih cukup tinggi antara lain di beberapa propinsi di kawasan Kalimantan dan Jawa-Bali-Nusa Tenggara yang melebihi laju pertumbuhan perbankan syariah secara nasional.
Namun demikian sejumlah propinsi khususnya di kawasan Sumatera menunjukan pertumbuhan yang relatif rendah dibandingkan industri. Secara proporsi, perkembangan perbankan syariah masih terkonsentrasi di wilayah DKI Jakarta. Namun proporsi pembiayaan yang disalurkan di wilayah ibu kota yang mencapai 40,1% relatif lebih rendah dibandingkan proporsi dana yang dihimpun di DKI Jakarta sebesar 46,6%, hal mana mencerminkan keberpihakan perbankan syariah terhadap pengembangan perekonomian di luar wilayah ibu kota.
maka potensi keuangan yang akan diperoleh semakin besar. Peningkatan Non Performing Financing yang dialami perbankan syariah juga akan menyebabkan
tersendatnya penyaluran pembiayaan. Banyaknya pembiayaan yang bermasalah menyebabkan menipisnya permodalan bank.
Penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Wahyu Devi Susanty (2014) menganalisis faktor- faktor yang mempengaruhi intermediasi perbankan syariah dengan menggunakan variabel independen DPK salah satunya. Dari hasil analisis atas penelitian yang dilakukan, ditemukan bahwa pertumbuhan DPK berpengaruh positif signifikan terhadap FDR. Hubungan positif antara pertumbuhan DPK dan FDR tersebut dikarenakan meningkatnya pertumbuhan DPK akibat dari adanya pertumbuhan simpanan masyarakat membuat kondisi keuangan bank syariah lebih likuid dan mendorong bank syariah lebih agresif dalam menyalurkan pembiayaan kepada unit defisit sehingga kegiatan fungsi intermediasi bank syariah meningkat dan pada akhirnya membuat kenaikan pada rasio FDR.
terhadap pembiayaan yang dilakukan perbankan syariah agar tetap prudent dan sustain.
Sumber : Laporan Kajian Ekonomi Reginal Provinsi Sumatera Utara Triwulan IV-2013 oleh Bank Indonesia
Gambar 1.1
Financing To Deposit Ratio (FDR) Perbankan Syariah Provinsi Sumatera Utara
Sumber : Laporan Kajian Ekonomi Reginal Provinsi Sumatera Utara Triwulan IV-2013 oleh Bank Indonesia
Gambar 1.2
Non Performing Financing (NPF) Perbankan Syariah Provinsi Sumatera Utara
menghambat efektifnya fungsi utama perbankan yaitu sebagai lembaga intermediasi.
Berdasarkan uraian diatas, maka penulis tertarik untuk mengkaji dan meneliti tentang intermediasi perbankan syariah. Yang mana penulis berpendapat bahwa dari banyak faktor yang mempengaruhi fungsi intermediasi perbankan syariah setidaknya ada 3 (tiga) faktor yang paling penting yang layak utuk diteliti, yaitu Non Performing Financing (NPF), Dana Pihak Ketiga (DPK), dan Inflasi. Maka penulis menyusun penelitian yang berjudul:
“Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Fungsi
Intermediasi Perbankan Syariah di Sumatera Utara.”
1.2. Rumusan Masalah
Dari latar belakang yang telah dikemukakan di atas, maka ada beberapa rumusan masalah yang dapat dijadikan sebagai dasar kajian dalam penelitian yang akan dilakukan dengan tujuan untuk mempermudah penulisan proposal skripsi ini. Selain itu, rumusan masalah ini diperlukan sebagai cara untuk mengambil keputusan diakhir penulisan skripsi ini. Adapun perumusan masalah dalam penelitian ini adalah Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan fungsi intermediasi perbankan syariah di Sumatera Utara, maka permasalahan dalam penelitian dapat dirumuskan sebagai berikut :
2. Apakah Dana Pihak Ketiga (DPK) berpengaruh secara signifikan terhadap Financing to Deposit Ratio (FDR) Perbankan Syariah di Sumatera Utara ?
3. Apakah Inflasi berpengaruh secara signifikan terhadap Financing to Deposit Ratio (FDR) Perbankan Syariah di Sumatera Utara ?
1.3. Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah menjawab permasalahan yang ada dari rumusan masalah di atas :
1. Untuk mengetahui pengaruh Non Performing Loan (NPF) terhadap Financing to Deposit Ratio (FDR) Perbankan Syariah di Sumatera
Utara.
2. Untuk mengetahui pengaruh Dana Pihak Ketiga (DPK) terhadap Financing to Deposit Ratio (FDR) Perbankan Syariah di Sumatera
Utara.
3. Untuk mengetahui pengaruh Inflasi terhadap Financing to Deposit Ratio (FDR) Perbankan Syariah di Sumatera Utara.
1.4. Manfaat Penelitian
Penelitian ini dapat memberikan manfaat antara lain :
rujukan penelitian berikutnya tentang kinerja intermediasi perbankan syariah .
2. Bagi Praktisi, hasil penelitian ini diharapkan memberikan konstribusi kepada para praktisi yang bergelut dibidang yang mempunyai kaitan erat dengan masalah yang dibahas dalam penelitian ini, degan harapan hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan masukan kinerja intermediasi perbankan syariah sehingga dapat digunakan menjadi salah satu bahan pertimbangan dalam pengambilan kebijakan didalam upaya peningkatan kinerja perbankan syariah pada waktu yang akan datang.
3. Bagi peneliti, dilakukan penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan serta pengetahuan tentang faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan fungsi intermediasi yang di aplikasikan dalam sektor perbankan untuk meningkatkan kinerja bank.
ABSTRAK
Tujuan penelitian ini dilakukan adalah untuk mengetahui dan menganalisa apakah Non Performing Financing (NPF), Dana Pihak Ketiga, dan Inflasi berpengaruh terhadap perkembangan fungsi Intermediasi Perbankan Syariah di Sumatera Utara yang di ukur dengan menggunakan Financing to Deposit Ratio (FDR). Dengan menggunakan data time series dari periode Triwulan I tahun 2007- periode Triwulan II tahun 2015. Dan metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kuantitatif. Penelitian ini menggunakan uji statistik deskriptif, uji asumsi klasik yang terdiri dari uji normalitas, uji multikolinearitas, dan uji autokorelasi. Serta juga dilakukan uji F , uji T dan uji Koofisien determinasi (R2).
Berdasarkan hasil estimasi tersebut bahwa variabel Non Performing Financing (NPF) mempunyai pengaruh positif dan signifikan terhadap perkembangan fungsi Intermediasi Perbankan Syariah di Sumatera Utara yang di ukur dengan menggunakan Financing to Deposit Ratio (FDR), dan Variabel Dana Pihak Ketiga mempunyai pengaruh negatif dan signifikan terhadap perkembangan fungsi Intermediasi Perbankan Syariah di Sumatera Utara, sedangkan Inflasi tidak memiliki pengaruh terhadap perkembangan fungsi Intermediasi Perbankan Syariah di Sumatera Utara yang di ukur dengan menggunakan Financing to Deposit Ratio (FDR).
ABSTRACT
The purpose of this research is to know and analyze whether the Non Performing Financing (NPF), Third Party Funds, and the inflation effect on the development of Islamic Banking intermediation function in North Sumatera that measured using the Financing to Deposit Ratio (FDR). By using time series data from the period 2007 First Quarter – second Quarter period in 2015. And the method of analysis used in this research is quantitative descriptive. This research using descriptive statistics test, test the classical assumption of normality test, multicollinearity, and autocorrelation test. As well as test F, T test and test coefficient of determination (R2).
Based on the results of these estimates that the variable Non Performing Financing (NPF) has a positive and significant impact on the development of the function of intermediation of Islamic Banking in North Sumatera that measured using the Financing to Deposit Ratio (FDR), and Variable Third Party Funds have negative and significant impact on the Intermediation functional development of Islamic Banking in North Sumatra, while inflation has no effect on the development of Islamic Banking intermediation function in North Sumatera that measured using the Financing to Deposit Ratio (FDR).
SKRIPSI
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERKEMBANGAN FUNGSI INTERMEDIASI
PERBANKAN SYARIAH DI SUMATERA UTARA
OLEH
ILMA AULIA BERKATI
120501009
PROGRAM STUDI STRATA-I STUDI EKONOMI PEMBANGUNAN DEPARTEMEN EKONOMI PEMBANGUNAN
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
UNIVERSITAS SUMATRA UTARA FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS DEPARTEMEN EKONOMI PEMBANGUNAN
PERSETUJUAN PERCETAKAN
Nama : Ilma Aulia Berkati
NIM : 120501009
Departemen : Ekonomi Pembangunan Konsentrasi : Perbankan
Judul Skripsi : Analisi Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Fungsi Intermediasi Perbankan Syariah di Sumatera Utara
Tanggal, _____________ Ketua Program Studi
Irsyad Lubis, SE, M.Soc.Sc, Ph.D NIP.19710503 200312 1 003
Tanggal, _____________ Ketua Departemen
Wahyu Ario Pratomo, SE, M.Ec NIP.19730408 199802 1 001
UNIVERSITAS SUMATRA UTARA FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS DEPARTEMEN EKONOMI PEMBANGUNAN
PERSETUJUAN
Nama : Ilma Aulia Berkati NIM : 120501009
Departemen : Ekonomi Pembangunan Konsentrasi : Perbankan
Judul Skripsi : Analisi Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Fungsi Intermediasi Perbankan Syariah di Sumatera Utara
Tanggal: _____________ Dosen Pembimbing
Wahyu Ario Pratomo, SE, M.Ec NIP. 19730408 199802 1 001