iii
Lampiran 1. Perhitungan bahan baku papan partikel
Kadar perekat phenol formaldehida (PF) = 8%, 10%, 12%, 14%, dan 16% Ukuran sampel = 25 x 25 x 1 cm
Kerapatan target = 0,7 g/cm3
Solid content phenol formaldehida = 43%
A. Kadar perekat phenol formaldehida (PF) = 8%
∑ partikel =(25 x 25 x 1)x 0,7 x = 405,1 + 40,51 = 445,599
g (KA 0%)
KA 5% = 445,6 + 5% (445,6) = 467,88g (kebutuhan bahan baku akhir)
Kadar perekat = 8% x 467,88 = 37,43 g
Kadar perekat akhir = 37,43 x = 87,04 + (10% spilasi) = 95,74 g
B. Kadar perekat phenol formaldehida (PF) = 10%
∑ partikel = (25 x 25 x 1) x 0,7 x = 397,727 + 39,77 = 437,497 g
KA 5% = 437,497 + 5% (437,497) = 459,37 g Kadar perekat = 10% x 459,37 = 45,937 g
Kadar perekat akhir = 45,937 x = 106,83 + 10,683 = 117,513 g
C. Kadar perekat phenol formaldehida (PF) = 12%
∑ partikel = (25 x 25 x 1)x 0,7 x = 390,62 + 39,06 = 429,68 g
KA 5% = 429,68 + 5% (429,68) = 451,164 g Kadar perekat = 12% x 451,164 = 54,139 g
Kadar perekat akhir = 54,139 x = 125,904 + 12,59 = 138,494 g
D. Kadar perekat phenol formaldehida (PF) = 14%
∑ partikel =( 25 x 25 x 1) x 0,7 x 383,771 + 38,37 = 422,141
g
Kadar perekat akhir = 62,053 x = 144,31 + 14,431 = 158,741 g
E. Kadar perekat phenol formaldehida (PF) = 16%
∑ partikel =( 25 x 25 x 1) x 0,7 x = 377,155 + 37,715 = 414,87 g
KA 5% = 414,87 + 5% (414,87) = 435,613 g Kadar perekat = 16% x 435,613 = 69,69 g
iii
Lampiran 2. Rekapitulasi nilai kerapatan dan kadar air papan partikel
Kadar
iii
Lampiran 4. Rekapitulasi hasil pengembangan tebal papan partikel
Lampiran 5. Rekapitulasi nilai internal bond papan partikel P Max : beban maksimum yang diberikan
iii
Lampiran 6. Rekapitulasi nilai MOE papan partikel
Kadar
ΔP : beban sebelum batas proporsi ΔY : lenturan pada beban
Lampiran 7. Rekapitulasi nilai MOR papan partikel
iii
Lampiran 8. Analisis keragaman kerapatan dan hasil uji duncan papan partikel
** = Sangat berpengaruh nyata
Kadar Perekat
Ket: Notasi yang sama artinya tidak berbeda nyata Notasi yang tidak sama artinya berbeda nyata
Lampiran 9. Analisis keragaman kadar air dan hasil uji duncan papan partikel
Sumber keragaman Jumlah kuadrat DB Kuadrat tengah F Sig Kadar Perekat 3.129 4 0.782 24.167** 0.000 Galad 0.324 10 0.032
Total 3.453 14
* = Berpengaruh nyata
** = Sangat berpengaruh nyata
Lampiran 10. Analisis keragaman daya serap air 2 jam dan hasil uji duncan papan partikel
Sumber keragaman Jumlah kuadrat DB Kuadrat tengah F Sig Kadar Perekat 1626.938 4 406.735 22.928** 0.000 Galad 177.396 10 17.740
Total 1804.334 14
* = Berpengaruh nyata
** = Sangat berpengaruh nyata
Kadar
Ket: Notasi yang sama artinya tidak berbeda nyata Notasi yang tidak sama artinya berbeda nyata
Lampiran 11. Analisis keragaman daya serap air 24 jam dan hasil uji duncan papan partikel
Sumber keragaman Jumlah kuadrat DB Kuadrat tengah F Sig Kadar Perekat 2544.325 4 636.081 58.376** 0.000 Galad 108.964 10 10.896
Total 2653.289 14
* = Berpengaruh nyata
** = Sangat berpengaruh nyata
Kadar perekat
iii
Lampiran 12. Analisis keragaman pengembangan tebal 2 jam dan hasil uji duncan papan partikel
Sumber keragaman Jumlah kuadrat DB Kuadrat tengah F sig Kadar Perekat 720.986 4 180.247 23.719** 0.000 Galad 75.993 10 7.599
Total 796.979 14
* = Berpengaruh nyata
** = Sangat berpengaruh nyata
Kadar Perekat
Ket: Notasi yang sama artinya tidak berbeda nyata Notasi yang tidak sama artinya berbeda nyata
Lampiran 13. Analisis keragaman pengembangan tebal 24 jam dan hasil uji duncan papan partikel
Sumber keragaman Jumlah kuadrat DB Kuadrat tengah F sig Kadar Perekat 1092.559 4 273.140 36.195** 0.000 Galad 75.464 10 7.546
Total 1168.023 14
* = Berpengaruh nyata
** = Sangat berpengaruh nyata
Kadar perekat
Lampiran 14. Analisis keragaman internal bond (IB) dan hasil uji duncan papan partikel
Sumber keragaman Jumlah kuadrat DB Kuadrat tengah F sig Kadar Perekat 1.709 4 0.427 0.778tn 0.564 Galad 5.494 10 0.549
Total 7.203 14
* = Berpengaruh nyata
** = Sangat berpengaruh nyata tn = Tidak berpengaruh nyata
Lampiran 15. Analisis keragaman keteguhan lentur (MOE) dan hasil uji duncan papan partikel
Sumber keragaman Jumlah kuadrat DB Kuadrat tengah F sig Kadar Perekat 9390953.362 4 2347738.341 2.713tn 0.091 Galad 8654497.408 10 865449.741
Total 1.805E7 14
* = Berpengaruh nyata
** = Sangat berpengaruh nyata tn = Tidak berpengaruh nyata
Lampiran 16. Analisis keragaman keteguhan patah (MOR) dan hasil uji duncan papan partikel
Sumber keragaman Jumlah kuadrat DB Kuadrat tengah F sig Kadar Perekat 5192.275 4 1298.069 4.901* 0.019 Galad 2648.360 10 264.836
Total 7840.635 14
* = Berpengaruh nyata
** = Sangat berpengaruh nyata tn = Tidak berpengaruh nyata
Kadar Perekat
iii
DAFTAR PUSTAKA
Achmadi, S.S. 1990. Kimia Kayu. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Bakar, E.S. 2003. Kayu Sawit Sebagai Substitusi Kayu dari Hutan Alam.
Prosiding. Forum Komunikasi Teknologi dan Industri Kayu. 1 Juli 2003. Bogor. 5-6
[BSN] Badan Standardisasi Nasional. 2006. SNI 03-2105-2006. Papan Partikel. Badan Standardisasi Nasional Jakarta.
Endy, F. Diba, dan Muflihati. 2014. Sifat Fisik dan Mekanik Batang Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq) Berdasarkan Pada Posisi Ketinggian Batang. Fakultas Kehutanan. Universitas Tanjungpura. Pontianak.
Haygreen, J.G. dan J.L. Bowyer. 1993. Hasil Hutan dan Ilmu Kayu. Suatu Pengantar. Edisi Kedua. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.
Iskandar, M.I. dan A. Supriadi. 2012. Pengaruh Kadar Perekat Terhadap Sifat Papan Partikel Ampas Tebu. Jurnal Penelitian Hasil Hutan 31 (1) : 19-26
Iskandar, M.I. dan A. Supriadi. 2015. Peningkatan Mutu Papan Partikel Melalui Peningkatan Kadar Perekat. Jurnal Penelitian Hasil Hutan 33 (2) : 145-151.
Kementerian Kehutanan Indonesia. 2014. Statistik Kementerian Kehutanan. 2013. Kementerian Kehutanan Indonesia. Jakarta.
Kliwon, S. dan M.I. Iskandar. 2008. Teknologi Kayu Lapis dan Produk Sekundernya. Badan Penelitian dan Perkembangan Kehutanan. Departemen Kehutanan. Jakarta.
Lubis, M. J. 2009. Kualitas Papan Komposit Dari Limbah Batang Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) dan Polyethylene (PE) Daur Ulang Dengan Penambahan Maleic Anhydride (mah) dan Dicumyl Peroxide (DCP). Skrispi. Universitas Sumatera Utara. Medan.
Martawijaya, A., I. Kartasujana, K. Kadir, dan S.A. Prawira. 2005. Atlas Kayu Indonesia. Jilid 1. Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan. Departemen Kehutanan. Bogor.
Mawardi, I. 2009. Mutu Papan Partikel dari Kayu Kelapa Sawit (KKS) berbasis Perekat Polystyrene. Jurnal Teknik Mesin 11 (2)
Mustari, K. 2014. Racangan Percobaan Dengan SPSS. Penerbit Masagena. Universitas Hasanuddin. Makassar.
Nuryawan, A., A. Dalimunthe, dan R.N. Saragih. 2012. Sifat Fisik dan Kimia Ikatan Pembuluh Pada Batang Kelapa Sawit. Indonesian Journal of Forestry 1 (2) : 34-40
Pahan, I. 2008. Kelapa Sawit. Penebar Swadaya. Jakarta.
Pemerintah Provinsi Sumatera Utara. 2012. Perkebunan dan Kehutanan. Dinas Perkebunan Provinsi Sumatera Utara. Sumatera Utara. http://www.sumutprov.go.id/untuk-dunia-usaha/perkebunan-dan-kehutanan [20 November 2015]
Ruhendi, S., D.N. Koroh, F.A. Syamani, H. Yanti, Nurhaida, S. Saad, dan T. Sucipto. 2007. Analisis Perekatan Kayu. Fakultas Kehutanan.
Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Ruhendi, S. 2008. Kualitas Papan Partikel Kenaf Menggunakan Perekat Likuida dengan Fortifikasi Melamin Formaldehid. Jurnal Ilmu dan Teknologi Hasil Hutan 1 (1) : 34-44
Ruhendi, S. dan T. Sucipto. 2013. Pengembangan Perekat Likuid dan Papan Partikel dari Limbah Tandan Kosong Sawit. Jurnal Ilmu Pertanian Indonesia 18 (2) : 115-124
Sarumaha, P.S.B. 2008. Kualitas Komposit Plastik dari Limbah Serat Buah Sawit. Universitas Sumatera Utara. Medan.
Setiawan, H.M. 2008. Pemanfaatan Limbah Cangkang Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) dan Plastik Daur Ulang Sebagai Papan
Komposit. Skrispi. Universitas Sumatera Utara. Medan.
Sinulingga, 2009. Pengaruh Kadar Perekat Urea Formaldehyde Pada Pembuatan Papan Partikel Serat Pendek Eceng Gondok. Skripsi. Universitas Sumatera Utara. Medan.
iii
Sutigno, P. 1994. Teknologi Papan Partikel. Pusat Penelitian dan Pengembangan Hasil Hutan dan Sosial Ekonomi Kehutanan. Bogor.
Syakir, M., D. Allorerung, Z. Poeloengan, Syafaruddin, dan W. Rumini. 2010. Budidaya Kelapa Sawit. Pusat Penelitien dan Pengembangan Perkebunan. ASKA MEDIA. Bogor.
Vademikum Dipterocarpaceae. 2007. Pemanfaatan Hasil Hutan – Meranti Merah.
METODE PENELITIAN
A. Waktu dan Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari-Agustus 2015. Pengujian
sifat fisis dan mekanis papan partikel dilaksanakan di Laboratorium Teknologi
Hasil Hutan, Program Studi Kehutanan, Fakultas Petanian, Universitas Sumatera
Utara, Medan.
B. Bahan dan Alat Penelitian
1. Bahan Penelitian
BKS yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari hasil penebangan
tanaman kelapa sawit di daerah Tuntungan. Kayu meranti diperoleh dengan cara
membeli dari toko kayu yang menjual kayu meranti. Perekat PF diperoleh dari
Laboratorium Teknologi Hasil Hutan, Program Studi Kehutanan, Fakultas
Pertanian, Universitas Sumatera Utara.
2. Alat Penelitian
Alat – alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah mesin serut, serut
manual, sprayer, kompresor, cetakan papan partikel, universal testing machine
dan mesin kempa/hot press.
C. Metode
1. Persiapan partikel BKS dan serutan Meranti
Kelapa sawit ditebang kemudian kelapa sawit dibersihkan dari kotoran dan
23
Partikel BKS kemudian dikeringkan sampai kadar air 5%. Kayu meranti dibagi
menjadi ukuran 30x10x1,5 cm dan diserut menggunakan serut manual hingga
mendapatkan serutan kayu meranti.
2. Perhitungan Bahan Baku
Kebutuhan bahan baku papan partikel tergantung pada jumlah partikel dan
jumlah perekat yang digunakan, ukuran papan serta kerapatan sasaran yang
ditetapkan. Papan partikel yang dibuat berukuran 25 x 25 cm2 dengan tebal dan
kerapatan sasaran masing – masing sebesar 1 cm dan 0,7 gr/cm3. Jumlah
kebutuhan bahan baku yang digunakan dalam pembuatan papan partikel disajikan
secara lengkap pada Tabel 1 dan data perhitungan bahan baku selengkapnya dapat
dilihat pada Lampiran 1.
Tabel 1. Kebutuhan bahan baku papan partikel Kadar
perekat
Jumlah partikel (g) Jumlah perekat (g)
8%
Partikel BKS dan serutan meranti masing-masing ditambahkan perekat PF
dengan kadar 8, 10, 12, 14, 16 %. Setelah dicampur perekat, partikel BKS dan
serutan meranti kemudian disusun dengan komposisi dalam lapisan
face : core : back adalah 1 : 2 : 1 dimana partikel BKS sebagai core dan serutan
4. Pembentukan Lembaran
Setelah tercampur dengan baik, campuran partikel BKS dan serutan
meranti dengan perekat PF disusun kedalam cetakan kemudian ditekan hingga
campuran partikel BKS dan serutan meranti menjadi padat.
5. Hotpress / Pengempaan Panas
Setelah lembaran papan partikel terbentuk, kemudian dilakukan
pengempaan panas menggunakan mesin kempa dengan suhu 170oC, waktu 8
menit dan tekanan 30 kg/cm2.
6. Pengkondisian
Setelah dikempa panas, papan partikel dikeluarkan dari mesin kempa
kemudian dilakukan pengkondisian selama 1 minggu terhadap lembaran papan
partikel. Pengkondisian bertujuan untuk menghilangkan sisa-sisa stress papan
partikel akibat pengempaan panas.
7. Pemotongan Contoh Uji
Pemotongan contoh uji dilakukan untuk mendapatkan ukuran specimen
yang sesuai dengan SNI 03-2105-2006.
25 cm
25 cm
Gambar 1. Pola pemotongan untuk contoh uji fisis dan mekanis papan A
25
Pengujian sifat fisis dan mekanis papan partikel kombinasi partikel BKS
dan serutan meranti yang dilakukan meliputi sifat fisis (kerapatan, kadar air, daya
serap air, dan pengembangan tebal) dan sifat mekanis (MOE, MOR dan IB)
berdasarkan SNI 03-2105-2006 disajikan pada Tabel 2.
Tabel 2. Standar Pengujian Sifat Fisis dan Mekanis Papan Partikel
No. Sifat Fisis dan Mekanis SNI 03-2105-2006
1 Kerapatan (gr/cm3) 0,4 - 0,9
Pengujian sifat fisis dan mekanis
Adapun pengujian sifat fisis dan mekanis papan partikel yang diuji,
dilakukan sesuai dengan SNI 03-2105-2006.
a. Kerapatan
Pengujian kerapatan dilakukan pada kondisi kering udara dan volume
kering udara. Contoh uji berukuran 10 cm x 10 cm ditimbang beratnya, lalu
diukur rata-rata panjang, lebar, dan tebalnya untuk menentukan volume contoh
uji. Nilai kerapatan dapat dihitung dengan rumus :
Keterangan:
K = kerapatan (g/cm3)
M = berat contoh uji kering udara (g) V = volume contoh uji kering udara (cm3)
b. Kadar Air
Contoh uji berukuran 10 cm x 10 cm yang digunakan adalah bekas contoh
uji kerapatan. Kadar air papan partikel dihitung berdasarkan berat awal (BA) dan
berat kering oven (BKO). BKO diperoleh setelah contoh uji dioven selama 24 jam
pada suhu (103±2oC). Penimbangan dilakukan sampai BKO nilainya konstan.
Nilai kadar air dihitung berdasarkan rumus:
KA (%) = x100%
BKO = berat kering oven contoh uji setelah pengeringan (g)
c. Daya Serap Air
Daya serap air dihitung dari berat sebelum (B1) dan berat sesudah (B2)
perendaman dalam air selama 2 jam dan 24 jam. Pengukuran berat dilakukan
setelah perendaman selama 2 jam kemudian direndam lagi, setelah direndam
selama 22 jam kemudian dilakukan pengukuran kedua. Nilai daya serap air
27
d. Pengembangan Tebal
Pengembangan tebal dihitung atas tebal sebelum (T1) dan tebal sesudah
perendaman (T2) dalam air selama 24 jam. Pengukuran tebal dilakukan setelah
perendaman selama 2 jam kemudian direndam lagi, setelah direndam selama 22
jam kemudian dilakukan pengukuran kedua. Pengembangan tebal dihitung dengan
rumus :
PT = pengembangan tebal (%)
T1 = tebal contoh uji sebelum perendaman (mm) T2 = tebal contoh uji setelah perendaman (mm)
e. Keteguhan Rekat Internal (internal bond)
Contoh uji diukur dimensi panjang dan lebar untuk mendapatkan luas
permukaan. Contoh uji keteguhan rekat internal berukuran 5 cm x 5 cm
direkatkan pada dua blok besi dengan perekat epoxy dan dibiarkan mengering
selama 24 jam dan. Kedua blok besi ditarik tegak lurus permukaan contoh uji
sampai beban maksimum menggunakan UTM. Cara pengujian keteguhan rekat
internal dapat dilihat pada Gambar 2.
Arah beban
Balok besi
Contoh uji
Arah beban
Nilai keteguhan rekat dihitung dengan rumus:
IB =
A P
Keterangan:
IB = keteguhan rekat internal (kg/cm2) P = beban maksimum (kg)
A = luas permukaan contoh uji (cm)
f. MOE (Modulus of Elasticity) dan MOR (Modulus of Rupture)
Pengujian MOE dilakukan bersama-sama dengan pengujian keteguhan
patah (MOR) dengan menggunakan Universal Testing Machine (UTM). Cara
pengujian MOR dan MOE dapat dilihat pada Gambar 3.
P
L
Gambar 3. Cara pengujian MOR dan MOE
Nilai MOE dan MOR dihitung dengan rumus :
MOE = 3
ΔY = selisih lenturan pada beban (cm) b = lebar contoh uji (cm)
29
Analisis Data
Penelitian ini menggunakan analisis Rancangan Acak Lengkap (RAL)
Non Faktorial. Perlakuan variasi kadar perekat terhadap papan partikel dengan
kadar 8%, 10%, 12%, 14%, dan 16%, masing-masing dengan jumlah ulangan
sebanyak tiga. Menurut Mustari (2014) model statistik linier dari rancangan
percobaan ini dinyatakan dalam persamaan sebagai berikut:
Yij =
Keterangan:
Yij : Respon pengamatan pada pengaruh kadar perekat phenol formaldehid (PF) pada papan partikel taraf ke-i dan ulangan ke-j
: Nilai rata-rata umum
: Pengaruh perlakuan kadar perekat phenol formaldehida (PF) pada papan taraf ke-i
: Sisaan acak dari satuan percobaan ulangan ke-j yang dikenai perlakuan kadar perekat taraf ke-i
i : 8%, 10%, 12%, 14%, 16% j : 1, 2, 3
Adapun hipotesis yang digunakan adalah
Ho : Komposisi kadar perekat phenol formaldehida (PF) tidak berpengaruh terhadap sifat fisis dan mekanis papan partikel.
H1 : Komposisi kadar perekat phenol formaldehida (PF) berpengaruh terhadap sifat fisis dan mekanis papan partikel.
Analisis keragaman dilakukan untuk mengetahui pengaruh kadar perekat
terhadap sifat fisis dan mekanis papan. Analisis keragaman tersebut menggunakan
kriteria uji sebagai berikut:
a. Jika Fhitung < Ftabel maka Ho diterima atau kadar perekat tidak berpengaruh
terhadap sifat fisis dan mekanis papan partikel.
b. Jika Fhitung > Ftabel maka Ho ditolak atau kadar perekat berpengaruh
Setelah data hasil pengujian untuk setiap respon yang diuji dianalisis, lalu
dibandingkan dengan persyaratan SNI 03-2105-2006 dengan maksud untuk
mengetahui apakah sifat-sifat papan yang dibuat memenuhi standar atau tidak.
Selain itu, Apabila kadar perekat berpengaruh nyata terhadap sifat fisis dan
mekanis papan partikel maka dilakukan uji lanjut yaitu uji wilayah berganda
Bagan alur penelitian papan partikel dari kombinasi partikel batang kelapa
sawit dengan serutan meranti dapat dilihat pada Gambar 4.
Serutan mesin Serutan manual
Gambar 4. Bagan alur penelitian
Batang kelapa sawit
Pencampuran partikel batang kelapa sawit dan serutan meranti dengan beberapa
i i k (k d k 8% 10% 12% 14% 16%)
Pembentukan lembaran papan
Face : Core : Back = Serutan Meranti : Partikel batang kelapa sawit : Serutan Meranti Ukuran Lembaran = 25 cm x 25 cm x 1 cm3
Target Kerapatan = 0,7 g/cm3
Pengempaan dengan suhu 170oC dengan tekanan 30 kg/cm2 selama 8 menit
Pengkondisian selama 7 hari dan dilakukan pemotongan contoh uji
Pengujian kualitas berdasarkan standar SNI 03-2105-2006
Pengujian sifat fisis yaitu kerapatan, kadar air, daya serap air, dan
pengembangan tebal
Pengujian sifat mekanis yaitu keteguhan rekat internal, keteguhan patah (MOR) dan
keteguhan lentur (MOE) Kayu meranti
Partikel batang kelapa sawit
Pengeringan hingga kadar air 5%
Perhitungan proporsi partikel batang kelapa sawit dengan serutan meranti yaitu 50:50
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Sifat Fisis Papan Partikel
A.1. Kerapatan
Nilai kerapatan papan partikel berkisar antara 0,59-0,62 g/cm3.
Rata-rata nilai kerapatan papan partikel disajikan pada Gambar 5. Nilai kerapatan
papan partikel tertinggi dihasilkan pada perlakuan kadar perekat PF 16%
sebesar 0,62 g/cm3.
Gambar 5. Histogram rata-rata nilai kerapatan papan partikel
Maloney (1993) menyatakan bahwa terdapat beberapa faktor yang
mempengaruhi kerapatan papan partikel diantaranya adalah jenis bahan
yang digunakan, berat jenis bahan yang digunakan, ukuran partikel, proses
pengeringan bahan baku, perekat yang digunakan, peralatan yang digunakan
dan proses pengempaan. Gambar 5 menunjukkan bahwa nilai kerapatan
papan partikel yang dihasilkan meningkat seiring dengan penambahan kadar
perekat PF. Hal ini diduga karena semakin tinggi kadar perekat PF yang
digunakan maka ikatan antar partikel semakin kuat dan penetrasi perekat
iii
kedalam pori-pori kayu semakin baik. Sulastiningsih et al. (2008)
menyatakan bahwa semakin tinggi kadar perekat, maka semakin tinggi
kerapatan papan partikel. Hal ini juga sesuai dengan pernyataan Maloney
(1993) yang menyatakan peningkatkan kadar resin dalam pembuatan papan
partikel merupakan cara yang paling mudah untuk meningkatkan sifat-sifat
papan partikel.
Seluruh kerapatan yang dihasilkan masih berada dibawah target
kerapatan sebesar 0,7 g/cm3. Hal ini karena adanya spring back yang
mengakibatkan volume papan partikel meningkat sementara massanya tetap.
Spring back merupakan usaha pembebasan dari tekanan yang dialami pada
waktu pengempaan yang lebih besar sehingga tebal akhir papan yang
diinginkan kurang terpenuhi (Nurwayan et al., 2008). Nilai rata-rata
spring back papan partikel pada penelitian ini sebesar 23,46%. Rata-rata
nilai spring back papan partikel disajikan pada Gambar 6.
Selain faktor spring back, nilai kerepatan papan yang dihasilkan juga
dipengaruhi oleh kerapatan bahan baku yang digunakan dalam pembuatan
papan. Semakin tinggi kerapatan bahan baku yang digunakan, maka
semakin tinggi nilai kerapatan papan partikel yang dihasilkan. Bakar (2003)
menyatakan kerapatan BKS berkisar antara 0,28-0,35 g/cm3.
Hasil sidik ragam menunjukkan faktor kadar perekat PF berpengaruh
nyata terhadap kerapatan papan partikel (Lampiran 8). Hasil uji lanjut
Duncan menunjukkan bahwa perlakuan kadar perekat PF 16% tidak berbeda
nyata dengan kadar perekat 14%, namun berbeda nyata dengan kadar
perekat lainnya. Seluruh nilai kerapatan papan partikel yang dihasilkan
dalam penelitian ini telah memenuhi standar SNI 03-2105-2006 yang
mensyaratkan nilai kerapatan 0,4-0,9 g/cm3.
A.2. Kadar Air (KA)
Nilai kadar air papan partikel berkisar antara 4,65-5,94%. Rata-rata
kadar air papan partikel dapat dilihat pada Gambar 7. Nilai KA terbaik
dihasilkan pada kadar perekat PF 10% yaitu 4,65%.
Gambar 7. Histogram rata-rata nilai kadar air papan partikel
iii
Kadar perekat diatas 8% menunjukkan nilai KA yang lebih rendah.
Gambar 7 menunjukkan semakin tinggi kadar perekat, maka semakin rendah
nilai KA papan partikel yang dihasilkan. Penambahan kadar perekat dapat
meningkatkan ikatan antar partikel sehingga menurunkan nilai kadar air. Hal
ini sesuai dengan pernyataan Sulastiningsih et al. (2008) bahwa jumlah
perekat yang banyak akan meningkatkan ikatan antar partikel sehingga
papan partikel yang dibuat lebih tahan terhadap air dan lebih stabil. Pada
penelitian Iskandar dan Supriadi (2012) juga meperlihatkan hal
yang serupa, dimana penambahan kadar perekat menurunkan nilai KA
papan partikel. Nilai KA menurun seiring penambahan kadar perekat.
Rendahnya nilai kadar air yang dihasilkan pada penelitian ini diduga
akibat proses pengeringan partikel dan pengempaan panas papan. Bahan
baku dioven hingga mencapai KA ≤ 5% dan saat dibentuk menjadi papan.
Serta bahan baku kembali dikempa pada suhu 170oC selama 8 menit.
Menurut Maloney (1993) variasi kadar air awal bahan baku menjadi
bagian penting yang menentukan hasil akhir kadar air papan partikel.
Hasil sidik ragam KA papan partikel menunjukkan faktor kadar
perekat memberikan pengaruh yang nyata pada selang kepercayaan 95%
terhadap KA papan partikel (Lampiran 9). Hasil uji lanjut Duncan
menunjukkan bahwa kadar perekat 10% tidak berbeda nyata dengan kadar
perekat 16%, namun berbeda nyata dengan kadar perekat lainnya. Seluruh
nilai KA papan partikel yang dihasilkan dalam penelitian ini telah
memenuhi standar SNI 03-2105-2006 yang mensyaratkan nilai KA
A.3. Daya Serap Air (DSA)
Nilai DSA yang dihasilkan dari perendaman 2 jam sebesar
45,16-76,19% dan untuk perendaman 24 jam sebesar 61,05-95,14%. Nilai rata-rata
DSA perendaman selama 2 jam dan 24 jam dapat dilihat pada Gambar 8.
Nilai DSA terbaik dihasilkan pada kadar perekat 16% baik perendaman 2
jam maupun 24 jam yaitu 45,16% dan 61,05%.
Gambar 8. Histogram rata-rata nilai DSA pada perendaman 2 jam dan 24 jam
Gambar 8 menunjukkan peningkatan kadar perekat menurunkan
nilai DSA papan partikel. Faktor perekat mempengaruhi penurunan nilai
DSA. Ruhendi (2008) menyatakan bahwa dengan semakin
bertambahnya jumlah perekat maka daya serap air semakin menurun. Hal
ini mengindikasikan dengan semakin bertambahnya perekat maka partikel
akan semakin terlapisi dengan baik oleh perekat, sehingga kontak antara
partikel dan air menjadi lebih kecil. Sulastiningsih et al. (2008) serta
iii
menurunkan nilai DSA papan partikel yang dihasilkan. Selain faktor
perekat, nilai DSA juga berhubungan dengan nilai kerapatan papan partikel
yang dihasilkan. Ruhendi et al. (2007) menyatakan bahwa penyerapan air
papan partikel dipengaruhi oleh kerapatannya, papan yang berkerapatan
tinggi memiliki ikatan antara molekul partikel dengan molekul perekat
terbentuk sangat kuat sehingga molekul air sulit untuk mengisi rongga yang
terdapat di dalam papan partikel karena sudah terisi oleh molekul perekat.
Hasil sidik ragam DSA papan partikel menunjukkan faktor kadar
perekat memberikan pengaruh yang nyata pada selang kepercayaan 95%
terhadap DSA papan partikel perendaman 2 jam dan 24 jam (Lampiran 10
dan 11). Hasil uji lanjut Duncan menunjukkan pada perendaman 2 jam,
kadar perekat 16% berbeda nyata dengan kadar perekat lainnya. Sedangkan
untuk perendaman 24 jam kadar perekat 16% tidak berbeda nyata dengan
kadar 14%, namun berbeda nyata dengan kadar perekat lain. Nilai DSA
tidak disyaratkan didalam SNI 03-2105-2006, namun semakin rendah nilai
DSA suatu papan partikel maka papan partikel akan semakin baik.
A.4. Pengembangan Tebal (PT)
Nilai PT pada perendaman selama 2 jam sebesar 15,91-35,11% dan
perendaman 24 jam sebesar 19,31-43,63%. Rata-rata nilai PT papan partikel
disajikan pada Gambar 9. Nilai PT terbaik untuk perendaman 2 dan 24 jam
Gambar 9. Histogram rata-rata nilai PT pada perendaman 2 jam dan 24 jam
Gambar 9 menunjukkan peningkatan kadar perekat menurunkan
nilai PT papan partikel yang dihasilkan. Sutigno (1994) menyatakan bahwa
kadar perekat berpengaruh terhadap pengembangan tebal papan partikel.
Semakin tinggi kadar perekat, maka pengembangan tebal papan partikel
semakin menurun. Sementara itu Haygreen dan Bowyer (1993) menyatakan
bahwa semakin banyak perekat yang digunakan dalam pembuatan papan
partikel maka dimensi papan yang dihasilkan akan semakin stabil. Ruhendi
dan Sucipto (2013) menyatakan bahwa terjadi penurunan nilai PT seiring
dengan penambahan kadar perekat. Pengembangan tebal pada penelitian ini
masih cukup tinggi, hal ini disebabkan oleh jenis partikel yang
dipergunakan. Partikel sawit merupakan bahan lignoselulosa yang sangat
higroskopis. Semakin banyak partikel, semakin tinggi kemungkinan air
iii
Bowyer (1993) menyatakan bahwa tingginya nilai kadar air disebabkan sifat
papan partikel yang bersifat higroskopis karena mengandung lignin dan
selulosa. Semua bahan yang mengandung lignin dan selulosa sangat mudah
menyerap dan melepaskan air.
Hasil sidik ragam PT papan partikel menunjukkan faktor kadar
perekat memberikan pengaruh yang nyata pada selang kepercayaan 95%
terhadap PT papan partikel perendaman 2 dan 24 jam (Lampiran 12 dan 13).
Hasil uji lanjut Duncan menunjukkan baik perendaman 2 jam maupun 24
jam, kadar perekat 16% tidak berbeda nyata dengan kadar perekat 14%
namun berbeda nyata dengan kadar perekat lainnya. Nilai PT perendaman 2
dan 24 jam yang dihasilkan tidak memenuhi standar SNI 03-2105-2006
yang mensyaratkan nilai PT maksimum 12%.
B. Sifat Mekanis Papan Partikel
B.1. Internal Bond (IB)
Nilai IB papan partikel berkisar antara 1,34-2,3 kgf/cm2. Rata-rata
nilai IB disajikan dalam Gambar 10. Nilai IB tertinggi dihasilkan pada kadar
Gambar 10. Histogram rata-rata nilai IB papan partikel
Kadar perekat 8% masih belum memenuhi standar diduga karena
rendahnya kadar perekat dibanding dengan kadar perekat lainnya. Pada
Gambar 10 dapat dilihat bahwa seiring peningkatan kadar perekat
cenderung meningkatkan nilai IB papan partikel. Salah satu faktor yang
mempengaruhi nilai IB adalah kadar perekat. Haygreen dan Bowyer (1993)
menyatakan bahwa kekuatan ikatan antara partikel-partikel, sifat ikatan
internal akan semakin tinggi dengan penambahan jumlah perekat yang akan
digunakan dalam pembuatan papan. Gambar 10 menunjukkan terjadi
peningkatan nilai IB hingga kadar 14%, selanjutnya terjadi penurunan pada
IB. Ini diduga karena perekat melewati batas optimum. Mawardi (2009)
menyatakan bahwa perekat melewati batas optimum sehingga perekat
terkonsentrasi pada satu daerah yang menyebabkan interface partikel dan
perekat menjadi lemah. Selain itu komposisi partikel di dalam papan
iii
Hasil sidik ragam nilai IB menunjukkan bahwa variasi kadar perekat
tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap nilai IB papan partikel
(Lampiran 14). Artinya faktor perlakuan beberapa variasi kadar perekat PF
tidak menghasilkan perbedaan nilai IB papan partikel yang dihasilkan.
Secara keseluruhan nilai IB yang dihasilkan memenuhi standar, hanya kadar
perekat 8% saja yang tidak memenuhi standar SNI 03-2105-2006 yang
mensyaratkan nilai IB minimum 1,5 kgf/cm2.
B.2. Modulus of Elasticity (MOE)
Nilai MOE papan partikel berkisar antara 9536,06-11695,42
kgf/cm2. Hasil rata-rata nilai MOE disajikan pada Gambar 11. Nilai MOE
tertinggi dihasilkan pada kadar perekat 16% sebesar 11695,42 kgf/cm2.
Gambar 11 menunjukkan terjadi peningkatan nilai MOE seiring
penambahan kadar perekat. Faktor yang mempengaruhi meningkatnya nilai
MOE papan partikel adalah kadar perekat. Haygreen dan Bowyer (1993)
menyatakan bahwa kandungan resin yang banyak dan penyebaran yang
semakin merata akan meningkatkan kekuatan papan. Sulastiningsih et al.
(2008) menyatakan bahwa kadar perekat berpengaruh terhadap nilai MOE
papan partikel, dimana terjadi peningkatan nilai MOE seiring penambahan
kadar perekat. Pada penelitian Ruhendi dan Sucipto (2013) juga
menunjukkan terjadinya peningkatan nilai MOE seiring dengan
penambahan kadar perekat.
Pada penelitian ini seluruh nilai MOE yang dihasilkan tidak
memenuhi standar. Hal ini diduga karena nilai slenderness ratio (SR)
partikel bahan baku yang diperoleh pada penelitian ini sebesar 149,66.
Maloney (1993) menyatakan nilai SR minimum sebesar 150 akan
menghasilkan kekuatan papan partikel yang tinggi. Nisbah SR ini
menggambarkan orientasi partikel dan kekuatan papan partikel, partikel
dengan SR yang tinggi akan lebih mudah diorientasikan sehingga kekuatan
papan yang dihasilkan akan meningkat serta memerlukan sedikit perekat
untuk mengikat partikel.
Hasil sidik ragam nilai MOE menunjukkan kadar perekat tidak
memberikan pengaruh yang nyata terhadap nilai MOE papan partikel
(Lampiran 15). Seluruh nilai MOE yang dihasilkan tidak memenuhi standar
SNI 03-2105-2006 yang mensyaratkan nilai MOE papan partikel minimum
iii B.3. Modulus of Rupture (MOR)
Nilai MOR papan partikel berkisar antara 99,69-142,54 kgf/cm2.
Hasil rata-rata nilai MOR disajikan dalam Gambar 12. Nilai MOR tertinggi
dihasilkan pada kadar 16% yaitu 142,54 kgf/cm2.
Gambar 12. Histogram rata-rata nilai MOR papan partikel
Gambar 12 menunjukkan peningkatan nilai MOR seiring
penambahan kadar perekat. Salah satu faktor yang mempengaruhi nilai
MOR papan partikel ialah kadar perekat. Hal ini diduga dengan
meningkatnya kadar perekat maka ikatan antar partikel akan semakin kuat
dan semakin luas pula bidang papan partikel yang mengeras sehingga dapat
meningkatkan nilai MOR papan partikel. Haygreen dan Bowyer (1993)
menyatakan bahwa semakin banyak resin yang digunakan dalam suatu
papan partikel, semakin kuat dan stabil dimensi papan tersebut. Semakin
tinggi kadar perekat yang digunakan, maka semakin baik distribusi perekat
semakin rata penyebaran perekat, maka semakin luas bidang yang mengeras
sehingga akan meningkatkan kekuatan papan yang dihasilkan. Iskandar
dan Supriadi (2012) menyatakan bahwa semakin tinggi kadar perekat,
menyebabkan peningkatan nilai MOR papan partikel yang dihasilkan.
Hasil sidik ragam nilai MOR menunjukkan variasi kadar perekat
memberikan pengaruh yang nyata terhadap nilai MOR (Lampiran 16). Hasil
uji lanjut Duncan menunjukkan bahwa kadar perekat PF 16% tidak berbeda
nyata dengan kadar 14%, namun berbeda nyata dengan kadar perekat
lainnya. Seluruh nilai MOR yang dihasilkan memenuhi standar SNI
03-2105-2006 yang mensyaratkan nilai MOR papan partikel minimum 82
kgf/cm2.
C. Kualitas Papan Partikel
Kualiatas papan partikel diperoleh dengan cara membandingkan
hasil penelitian dengan standar SNI 03-2105-2006 serta menentukan kadar
perekat phenol formaldehida terbaik melalui skoring seperti pada Tabel 3.
Tabel 3. Rekapitulasi skoring kualitas sifat fisis dan mekanis papan partikel Sifat Fisis Dan Mekanis Papan
Partikel Pengembangan Tebal 2 jam
Nilai Rata-Rata 1 2 3 4 5 SNI 03-2105-2006 0 0 0 0 0 Pengembangan Tebal 24 jam
Nilai Rata-rata 1 2 3 4 5
iii Internal Bond
Nilai Rata-Rata 1 2 3 5 4 SNI 03-2105-2006 0 1 1 1 1 MOE
Nilai Rata-Rata 1 2 4 3 5 SNI 03-2105-2006 0 0 0 0 0 MOR
Nilai Rata-Rata 1 2 3 4 5 SNI 03-2105-2006 1 1 1 1 1 Total Skor 13 24 28 35 42
Keterangan:
Skoring : 1 (sangat rendah), 2 (cukup rendah), 3 (rendah) , 4 (tinggi), 5 (sangat
tinggi)
Standar SNI 03-2105-2006 : Memenuhi = 1, Tidak memenuhi = 0
Berdasarkan Tabel 3, hasil total skoring yang ditinjau dari nilai
rata-rata sifat fisis dan mekanis yang dihasilkan papan partikel dan pencapaian
standar SNI 03-2105-2006 memperlihatkan bahwa papan partikel dari
campuran partikel BKS dan serutan meranti yang mendapatkan skor
tertinggi yaitu kadar perekat 16% sehingga direkomendasikan sebagai kadar
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
1. Variasi kadar perekat phenol formaldehida (PF) memberikan
pengaruh yang nyata terhadap keseluruhan sifat fisis papan partikel,
namun pada sifat mekanis kadar perekat hanya berpengaruh terhadap
nilai MOR.
2. Kadar perekat PF 16% merupakan kadar perekat terbaik dalam
penelitian ini yang diperoleh berdasarkan hasil skoring yang telah
dilakukan.
Saran
Perlu dilakukan penelitian yang lebih lanjut untuk meningkatkan
sifat fisis dan mekanis papan partikel dari limbah sawit seperti penambahan
kadar perekat yang lebih tinggi dan mencampur sawit dengan bahan yang
lebih baik. Sehingga dapat dihasilkan sifat fisis dan mekanis papan partikel
16
TINJAUAN PUSTAKA
A. Kelapa sawit
Adapun taksonomi tanaman kelapa sawit menurut Syakir et al. (2010)
adalah sebagai berikut:
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Subdivisi : Angiospermae
Kelas : Monocotlyledonae
Ordo : Palmales
Famili : Palmae
Sub famili : Cocoideae
Genus : Elaeis
Spesies : Elaeis guineensis Jacq.
Nama Elaeis guineensis diberikan oleh Jacquin pada tahun 1763
berdasarkan pengamatan pohon-pohon kelapa sawit yang tumbuh di Martinique,
kawasan Hindia Barat, Amerika Tengah. Kata Elaeis (Yunani) berarti minyak,
sedangkan kata Guineensis dipilih berdasarkan keyakinan Jacquin bahwa kelapa
sawit berasal dari Guinea (Pahan, 2008).
Menurut Endy et al. (2014) BKS mengandung kadar air berkisar
38,49-101,07%, berat jenis (BJ) berkisar 0,46-0,62 gr/cm3, MOR berkisar
108,2-354,47 kg/cm2 dan MOE berkisar 4456,77-10062,4 kg/cm2. Secara
keseluruhan nilai BJ, MOR dan MOE tertinggi terdapat pada bagian pangkal
BKS. Hal ini disebabkan karena pada bagian ujung tersusun atas jaringan yang
masih muda, dimana secara fisiologis jaringan tersebut masih berfungsi aktif
sehingga dinding selnya relatif tipis dibanding dengan dinding sel jaringan yang
sudah tua, kandungan selulosa dan lignin jaringan ikatan pembuluh pada bagian
pangkal lebih tinggi. Dengan kata lain bagian pangkal BKS sifat mekaniknya
lebih baik dibandingkan dengan bagian tengah dan ujung BKS.
Menurut Nuryawan et al. (2012) kadar lignin kelapa sawit pada bagian
pangkal BKS sebesar 23,20%. Sedangkan kadar lignin yang terdapat pada bagian
tengah BKS adalah sebesar 21,82%. Untuk kadar lignin yang terdapat pada bagian
ujung BKS adalah sebesar 21,57%. Jadi rata-rata keseluruhan kandungan kadar
lignin yang terdapat pada BKS sebesar 22,20%. Ikatan pembuluh BKS dapat
dikembangkan dan dimanfaatkan secara optimal. Berdasarkan penelitian yang
dilakukan sifat fisis dan kimia ikatan pembuluh BKS mampu menjadi bahan
alternatif sebagai pengganti bahan dasar kayu dalam pembuatan papan komposit.
B. Meranti
Menurut Wahyu (2014) adapun taksonomi kayu meranti dapat
diklasifikasikan sebagai berikut :
Kingdom : Plantae
Subkingdom : Tracheobionta
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Theales
Famili : Dipterocarpaceae
18
Spesies : Shorea sp.
Menurut Martawijaya et al. (2005) sifat fisis meranti seperti berat jenis
sebesar 0,52 gr/cm3 dan termasuk kedalam kelas kuat kayu III-IV. Penyusutan
kadar air arah radial 2,1% dan tangensial 3,5%. Sifat mekanis meranti seperti
tegangan batas proporsi sebesar 179 kg/cm2, tegangan pada batas patah
359 kg/cm2, MOE 66 kg/cm2, usaha sampai batas proporsi 0,3 kg/dm3 dan usaha
sampai batas patah 2,5 kg/dm3.
Menurut Vademikum Dipterocarpaceae (2007) kayu meranti memiliki ciri
seperti kayu teras berwarna merah muda dengan tebal 2-8 cm. Tekstur kayu
meranti tergolong kasar dengan arah serat berpadu, permukaan kayu licin dan
mengkilap. Sifat fisis kayu meranti termasuk kedalam kayu kelas kuat III-IV.
Kayu meranti memiliki kandungan selulosa sebesar 50,76%, lignin 30,60%,
pentosan 12,74%, abu 0,68% dan silika 0,29%. Kayu meranti termasuk kedalam
kayu dengan kelas awet III. Kayu meranti umumnya mempunyai saluran aksial
yang biasanya tersusun dalam deretan tangensial yang kontinu, kadang-kadang
terdapat deretan yang pendek, diameter saluran aksial umumnnya lebih kecil dari
diameter pori, kecuali pada Shorea platycarpa yang keadaannya sebaliknya.
Saluran radial terdapat pada Shorea leprosula, Shorea ovate dan Shorea
teysmanniana, sedang pada Shorea parvifolia dan Shorea acuminate hanya
terdapat secara sporadis.
C. Papan Partikel
Papan partikel adalah hasil pengempaan panas campuran partikel kayu
atau bahan berlignoselulosa lainnya dengan perekat organik serta bahan lain. Pada
diantaranya adalah KA, kerapatan, DSA, PT, IB, MOE dan MOR (BSN, 2006).
Sedangkan menurut Haygreen dan Bowyer (1993), papan partikel ialah produk
panil yang dihasilkan dengan memanfaatkan partikel-partikel kayu dan sekaligus
mengikatnya dengan satu perekat. Tipe-tipe papan partikel yang banyak itu sangat
berbeda dalam hal ukuran dan bentuk partikel, jumlah resin (perekat) yang
digunakan dan kerepatan panil yang dihasilkan. Ada tiga ciri utama papan yang
menentukan sifat-sifatnya adalah sebagai berikut:
1. Spesies dan Bentuk Partikel
Sifat yang diinginkan dari partikel berbentuk serpih untuk kekuatan dan
partikel-partikel halus untuk permukaan yang licin. Aspek terpenting bentuk
partikel ialah panjang partikel dan nisbah tebal ke panjang.
2. Kerapatan Papan dan Profil Kerapatan
Semakin tinggi kerapatan menyeluruh papan dari suatu bahan baku tertentu,
semakin tinggi kekuatannya. Tetapi, sifat-sifat papan lain seperti kestabilan
dimensi mungkin terpengaruh jelek oleh naiknya kerapatan. Untuk memproduksi
papan dengan keteguhan lengkung setinggi mungkin pada setiap kerapatan
menyeluruh tertentu, papan dengan permukaan yang lebih rapat daripada intinya
lebih disukai. Variasi kerapatan di seluruh tebal papan disebut profil kerapatan.
3. Kandungan Resin dan Penyebarannya
Semakin banyak resin digunakan dalam suatu papan, semakin kuat dan
semakin stabil dimensi papannya. Namun, untuk alasan-alasan ekonomis tidak
diinginkan untuk menggunakan jumlah resin yang lebih banyak daripada yang
diperlukan untuk memperoleh sifat-sifat yang diinginkan. Secara normal,
20
berat resin padat. Papan fenol yang dapat dibuat dengan resin yang lebih sedikit.
Pada papan biskit yang menggunakan resin fenol dalam bentuk tepung,
kandungan resin mungkin serendah 2,5%. Tetapi, resin tepung jauh lebih mahal
daripada tipe yang cair.
D. Perekat Phenol Formaldehida
Phenol formaldehida (PF) merupakan hasil kondensasi formaldehida
dengan monohidrik phenol, termasuk phenol itu sendiri, creosol dan xylenol.
Perekat PF dapat dibagi menjadi dua kelas yaitu resol yang bersifat thermosetting
dan novolak yang bersifat thermoplastik. Perbedaan kedua ini disebabkan oleh
perbandingan molar fenol dan formaldehida, serta katalis atau kondisi yang terjadi
selama berlangsungnya reaksi. Kelebihan perekat PF yaitu tahan terhadap
perlakuan air, tahan terhadap kelembaban dan temperature tinggi, tahan terhadap
bakteri, jamur, rayap dan mikro-organisme serta tahan terhadap bahan kimia,
seperti minyak, basa dan bahan pengawet kayu. Kelemahan perekat PF yaitu
memberikan warna gelap, kadar air kayu harus lebih rendah daripada perekat urea
formaldehida (UF) atau perekat lainnya serta garis perekatan yang relative tebal
dan mudah patah (Ruhendi et al., 2007).
Perekat PF memiliki warna merah tua dengan keadaan encer. Perekat PF
memiliki pH 10-11 dengan kekentalan 1-2 poise pada suhu 250C. Waktu yang
dibutuhkan agar perekat PF menjadi kental berkisar 5-25 menit pada suhu 1350C,
bahan yang tidak menguap sebesar 40-45%. Perekat PF larut dalam air 10 kali
pada suhu 250C dengan berat jenis perekat 1,170-1,190
Menurut Achmadi (1990) perekat PF adalah jenis yang paling awet.
Viskositas perekat PF cukup rendah yang memungkinkan penetrasi ke dalam
pori-pori kayu dan berfungsi sebagai jankar mekanis dalam perekatan. Kekuatan dari
perekat melebihi kekuatan kohesif kayu. Faktor-faktor tersebut memberikan
sumbangan bagi kekuatan rekat pada kayu.
E. Variasi Kadar Perekat
Menurut Maloney (1993) jumlah perekat yang banyak akan meningkatkan
ikatan antar partikel sehingga papan partikel yang dihasilkan lebih tahan terhadap
air dan stabil. Hal ini sesuai dengan penelitian Iskandar dan Supriadi (2012) yang
menggunakan kadar perekat 6%, 8% dan 10% bahwa peningkatan kadar perekat
berpengaruh terhadap pengembangan tebal (PT), daya serap air (DSA),
meningkatkan MOR dan MOE. Pada PT dan DSA, baik perendaman selama 2 jam
maupun 24 jam, nilai PT dan DSA menurun seiring dengan penambahan kadar
perekat. Semakin tinggi kadar perekat yang digunakan semakin rendah nilai PT
dan DSA papan partikel.
Variasi kadar perekat berpengaruh terhadap sifat fisis dan mekanis papan
partikel. Pada penelitian Sinulingga (2009) menunjukkan pengaruh signifikan dari
variasi kadar perekat terhadap papan partikel. Pada penelitian ini diperoleh nilai
KA sebesar 10,27-16,07%, nilai KA menurun seiring dengan penambahan kadar
perekat, sebaliknya nilai MOR meningkat seiring dengan penambahan kadar
perekat dengan nilai MOR sebesar 67,8-82,95 kg/cm2. Sedangkan nilai kerapatan
papan partikel bervariasi antara 0,82-0,95 gr/cm3 dimana nilai kerapatan tertinggi
12
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Luasan hutan Indonesia setiap tahun mengalami penurunan. Menurut
Statistik Kementerian Kehutanan (2014) terjadi deforestasi pada kawasan hutan
Indonesia dari tahun 2011 hingga 2012 sebesar 613.480,7 ha baik didalam
maupun diluar kawasan hutan. Hal ini mengakibatkan pasokan kayu untuk bahan
konstruksi bangunan, furniture dan produk-produk perkayuan lainnya menjadi
berkurang. Untuk mengatasi masalah ini maka perlu dilakukan berbagai usaha,
antara lain efisiensi pemanfaatan kayu serta mencari alternatif melalui
pengembangan teknologi pengolahan kayu dan bahan berlignoselulosa lainnya,
seperti kelapa sawit.
Provinsi Sumatera Utara merupakan provinsi dengan perkebunan kelapa
sawit terluas ke 2. Menurut data Pemerintah Provinsi Sumatera Utara (2012)
luasan areal sawit di Sumatera Utara seluas 1.076.017,72 ha. Luasan tersebut
diperoleh dari perkebunan rakyat, PTPN, PBSN dan PBSA. Peremajaan tanaman
sawit dilakukan setiap 25 tahun sekali, jika dalam 1 ha areal perkebunan kelapa
sawit dapat dihasilkan 140 batang kelapa sawit, maka jumlah batang kelapa sawit
yang ada di wilayah Sumatera Utara adalah 150.642.520 batang kelapa sawit
(BKS).
Salah satu pemanfaatan batang kelapa sawit (BKS) adalah papan
komposit. Menurut Maloney (1993) papan partikel mempunyai beberapa
kerapatan papan partikel dapat disesuaikan dengan kebutuhan, tebal dan
kerapatannya seragam serta mudah dikerjakan, memiliki sifat isotropis dan
kualitasnya mudah diatur. Hampir seluruh bagian dari kelapa sawit dapat
dijadikan sebagai bahan baku pembuatan papan komposit plastik, diantaranya
adalah BKS (Lubis, 2009), cangkang buah (Setiawan, 2008), serabut buah
(Sarumaha, 2008), dan bagian lainnya. Bagian batang merupakan bagian yang
berpotensi untuk dijadikan sebagai bahan baku, batang memiliki volume yang
paling besar dibandingkan dengan bagian lainnya.
Salah satu faktor yang mempengaruhi kualitas papan partikel adalah jenis
dan kadar perekat. Jenis perekat yang biasa digunakan dalam pembuatan papan
partikel salah satunya adalah phenol formaldehida (PF). Kelebihan PF yaitu tahan
terhadap perlakuan air, tahan terhadap kelembaban dan temperature tinggi, tahan
terhadap bakteri, jamur, rayap dan mikro-organisme serta tahan terhadap bahan
kimia, seperti minyak, basa dan bahan pengawet kayu (Ruhendi et al., 2007).
Variasi kadar perekat juga menentukan kualitas papan partikel. Penelitian
tentang variasi kadar perekat pada papan partikel, diantaranya adalah eceng
gondok (Sinulingga, 2009) dan ampas tebu (Iskandar dan Supriadi, 2012). Hasil
penelitian (Sinulingga, 2009) menunjukkan bahwa semakin meningkatnya kadar
perekat dapat meningkatkan mutu dari papan partikel. Dimana dengan
bertambahnya kadar perekat, maka hasil pengujian sifat fisis dan sifat mekanis
dari papan partikel serat pendek enceng gondok juga semakin meningkat. Hasil
penelitian (Iskandar dan Supriadi, 2013) menunjukkan bahwa peningkatan kadar
perekat berpengaruh terhadap pengembangan tebal (PT), daya serap air (DSA),
14
mengakibatkan perubahan terhadap kerapatan, kadar air (KA) dan keteguhan
rekat/internal bound (IB).
Penelitian variasi kadar perekat juga pernah dilakukan pada papan partikel
campuran BKS dan mahoni, secara umum sifat fisis dan mekanis seperti
kerapatan, KA, PT dan MOR telah memenuhi standar nasional Indonesia (SNI).
Namun sifat mekanis seperti IB dan MOE masih belum memenuhi SNI. Adapun
upaya lain yang dilakukan adalah mencampurkan BKS dengan kayu kuat lainnya
seperti meranti. Meranti memiliki sifat fisis dan mekanis seperti kerapatan, KA,
PT, DSA, IB, MOE, dan MOR yang lebih tinggi dibandingkan dengan BKS.
Pencampuran BKS dengan meranti dimaksudkan untuk meningkatkan nilai fisis
dan mekanis papan partikel dari BKS sehingga nilai gunanya meningkat.
Berdasarkan hal tersebut maka dilakukan penelitian dengan judul “Variasi
Kadar Perekat Phenol Formaldehida Terhadap Kualitas Papan Partikel Dari
Campuran Partikel Kelapa Sawit dan Serutan Meranti”.
B. Tujuan
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah :
1. Menganalisis pengaruh kadar perekat terhadap sifat fisis dan mekanis
papan partikel yang terbuat dari campuran partikel BKS dan serutan
meranti.
2. Mengetahui variasi kadar perekat terbaik untuk papan partikel yang
C. Manfaat
Manfaat dari penelitian ini adalah memanfaatkan BKS yang selama ini
keberadaannya dianggap sebagai limbah menjadi bahan baku papan partikel. BKS
yang tersedia dapat digunakan sebagai bahan baku papan partikel sehingga dapat
2
ABSTRACT
ANDRIAN TELAUMBANUA. Variations of Phenol Formaldehyde Adhesives Content towards the Quality of Particle Board Made from Particle Oil Palm and Shavings Meranti Mixtures. Supervised by RUDI HARTONO and APRI HERI ISWANTO.
Palm oil plant is an oil producer. During this time the use of palm oil is only focused on the fruit, while the remaining part of the oil as the trunk is often regarded as wastes. Therefore, it is necessary to study the oil palm trunk to increase the value of palm trunks. The purpose of this study was to evaluate the physical and mechanical properties that results from particle board particle that made from particle oil palm and shavings meranti with some variation of the phenol formaldehyde adhesives content. The variations of phenol formaldehyde content were 8%, 10%, 12%, 14% dan 16%. The dimension of particle board was 25x25x1 cm with density target is 0,7 g/cm3 using a pressure of 30 kg / cm2 for 8 minutes. The results will be compare with SNI 03-2105-2006. The results showed that density, moisture content, water absorption for 2 and 24 hours, thickness swelling for 2 and 24 hours, internal bound, modulus of elasticity and modulus of rupture were 0,59-0,62 g/cm3; 4,65-5,94%; 45,16-76,19% and 61,05-95,14%; 15,91-35,11% and 19,31-43,63%; 1,56-3,08 kg/cm2; 9536,06-11695,42 kg/cm2 and 118,58-151,92 kg/cm2. Physical properties (density, moisture content) has fulfilled SNI 03-2105-2006, while thickness swelling does not fulfill the standard. The entire value of IB and MOR testing have fulfilled the SNI 03-2105-2006, while the MOE not fulfill the standard. The best adhesives content from this study was 16%.
Keywords: particle board, palm oil particle, shavings meranti, adhesive content, phenol formaldehyde.
ABSTRAK
ANDRIAN TELAUMBANUA. Variasi Kadar Perekat Phenol Formaldehida Terhadap Kualitas Papan Partikel dari Campuran Partikel Kelapa Sawit dan Serutan Meranti. Dibimbing oleh RUDI HARTONO dan APRI HERI ISWANTO.
Tanaman kelapa sawit merupakan tanaman penghasil minyak. Selama ini pemanfaatan kelapa sawit hanya terfokus pada bagian buah, sedangkan sisa bagian dari sawit seperti batang seringkali dianggap sebagai limbah. Oleh karena itu, perlu dilakukan penelitian terhadap batang kelapa sawit untuk meningkatkan nilai dari batang sawit. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengevaluasi sifat fisis dan mekanis yang dihasilkan dari papan partikel yang terbuat dari partikel batang kelapa sawit dan serutan meranti dengan beberapa variasi kadar perekat phenol formaldehida. Variasi kadar perekat yang digunakan yaitu 8%, 10%, 12%, 14% dan 16%. Papan partikel dibuat berukuran 25x25x1 cm dengan target kerapatan 0,7 gr/cm3 menggunakan tekanan 30 kg/cm2 selama 8 menit. Hasil penelitian akan dibandingkan dengan SNI 03-2105-2006. Hasil penelitian menunjukkan nilai kerapatan, kadar air, daya serap air 2 dan 24 jam, pengembangan tebal 2 dan 24 jam, keteguhan rekat internal, modulus elastis dan modulus patah berturut-turut ialah 0,59-0,62 g/cm3; 4,65-5,94%; 45,16-76,19% dan 61,05-95,14%; 15,91-35,11% dan 19,31-43,63%; 1,56-3,08 kg/cm2; 9536,06-11695,42 kg/cm2 dan 118,58-151,92 kg/cm2. Sifat fisis (kerapatan, kadar air) telah memenuhi SNI 03-2105-2006, sedangkan pengembangan tebal tidak memenuhi standar. Seluruh pengujian IB dan MOR telah memenuhi SNI 03-2105-2006, sedangkan MOE belum memenuhi standar. Kadar perekat terbaik dalam penelitian ini adalah kadar perekat PF 16%.
1
VARIASI KADAR PEREKAT PHENOL FORMALDEHIDA
TERHADAP KUALITAS PAPAN PARTIKEL DARI
CAMPURAN PARTIKEL KELAPA SAWIT DAN SERUTAN
MERANTI
SKRIPSI
ANDRIAN TELAUMBANUA 111201059/TEKNOLOGI HASIL HUTAN
PROGRAM STUDI KEHUTANAN FAKULTAS KEHUTANAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
ABSTRACT
ANDRIAN TELAUMBANUA. Variations of Phenol Formaldehyde Adhesives Content towards the Quality of Particle Board Made from Particle Oil Palm and Shavings Meranti Mixtures. Supervised by RUDI HARTONO and APRI HERI ISWANTO.
Palm oil plant is an oil producer. During this time the use of palm oil is only focused on the fruit, while the remaining part of the oil as the trunk is often regarded as wastes. Therefore, it is necessary to study the oil palm trunk to increase the value of palm trunks. The purpose of this study was to evaluate the physical and mechanical properties that results from particle board particle that made from particle oil palm and shavings meranti with some variation of the phenol formaldehyde adhesives content. The variations of phenol formaldehyde content were 8%, 10%, 12%, 14% dan 16%. The dimension of particle board was 25x25x1 cm with density target is 0,7 g/cm3 using a pressure of 30 kg / cm2 for 8 minutes. The results will be compare with SNI 03-2105-2006. The results showed that density, moisture content, water absorption for 2 and 24 hours, thickness swelling for 2 and 24 hours, internal bound, modulus of elasticity and modulus of rupture were 0,59-0,62 g/cm3; 4,65-5,94%; 45,16-76,19% and 61,05-95,14%; 15,91-35,11% and 19,31-43,63%; 1,56-3,08 kg/cm2; 9536,06-11695,42 kg/cm2 and 118,58-151,92 kg/cm2. Physical properties (density, moisture content) has fulfilled SNI 03-2105-2006, while thickness swelling does not fulfill the standard. The entire value of IB and MOR testing have fulfilled the SNI 03-2105-2006, while the MOE not fulfill the standard. The best adhesives content from this study was 16%.
Keywords: particle board, palm oil particle, shavings meranti, adhesive content, phenol formaldehyde.
3
ABSTRAK
ANDRIAN TELAUMBANUA. Variasi Kadar Perekat Phenol Formaldehida Terhadap Kualitas Papan Partikel dari Campuran Partikel Kelapa Sawit dan Serutan Meranti. Dibimbing oleh RUDI HARTONO dan APRI HERI ISWANTO.
Tanaman kelapa sawit merupakan tanaman penghasil minyak. Selama ini pemanfaatan kelapa sawit hanya terfokus pada bagian buah, sedangkan sisa bagian dari sawit seperti batang seringkali dianggap sebagai limbah. Oleh karena itu, perlu dilakukan penelitian terhadap batang kelapa sawit untuk meningkatkan nilai dari batang sawit. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengevaluasi sifat fisis dan mekanis yang dihasilkan dari papan partikel yang terbuat dari partikel batang kelapa sawit dan serutan meranti dengan beberapa variasi kadar perekat phenol formaldehida. Variasi kadar perekat yang digunakan yaitu 8%, 10%, 12%, 14% dan 16%. Papan partikel dibuat berukuran 25x25x1 cm dengan target kerapatan 0,7 gr/cm3 menggunakan tekanan 30 kg/cm2 selama 8 menit. Hasil penelitian akan dibandingkan dengan SNI 03-2105-2006. Hasil penelitian menunjukkan nilai kerapatan, kadar air, daya serap air 2 dan 24 jam, pengembangan tebal 2 dan 24 jam, keteguhan rekat internal, modulus elastis dan modulus patah berturut-turut ialah 0,59-0,62 g/cm3; 4,65-5,94%; 45,16-76,19% dan 61,05-95,14%; 15,91-35,11% dan 19,31-43,63%; 1,56-3,08 kg/cm2; 9536,06-11695,42 kg/cm2 dan 118,58-151,92 kg/cm2. Sifat fisis (kerapatan, kadar air) telah memenuhi SNI 03-2105-2006, sedangkan pengembangan tebal tidak memenuhi standar. Seluruh pengujian IB dan MOR telah memenuhi SNI 03-2105-2006, sedangkan MOE belum memenuhi standar. Kadar perekat terbaik dalam penelitian ini adalah kadar perekat PF 16%.
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Medan pada tanggal 23 November 1993. Penulis
merupakan anak ketiga dari pasangan Samaeli Telaumbanua dan Tineke
Puspawati Linanda.
Penulis memulai pendidikan di SD Santo Thomas 1 Medan pada tahun
1999-2005, pendidikan tingkat Sekolah Menengah Pertama di SMP Santo Thomas
3 Medan pada tahun 2005-2008, pendidikan tingkat Sekolah Menengah Atas di
SMA Sultan Iskandar Muda Medan pada tahun 2008-2011. Pada tahun 2011,
penulis lulus di Program Studi Kehutanan, Fakultas Pertanian USU melalui jalur
Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN). Penulis memilih
minat studi Teknologi Hasil Hutan.
Penulis telah mengikuti Praktik Pengenalan Ekosistem Hutan di Taman
Hutan Rakyat Bukit Barisan dan Hutan Pendidikan USU pada tahun 2013. Pada
tahun 2015 penulis juga telah menyelesaikan Praktik Kerja Lapang (PKL) di KPH
Pekalongan Timur. Pada awal tahun 2015 penulis melaksanakan penelitian
dengan judul “Variasi Kadar Perekat Phenol Formaldehida terhadap Kualitas
Papan Partikel dari Campuran Partikel Kelapa Sawit dan Serutan Meranti” di
bawah bimbingan Dr. Rudi Hartono, S.Hut, M.Si dan Dr. Apri Heri Iswanto,
5
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena
atas rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Variasi
Kadar Perekat Phenol Formaldehida terhadap Kualitas Papan Partikel dari
Campuran Partikel Kelapa Sawit dan Serutan Meranti”. Skripsi ini merupakan
salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan di Program Studi
Kehutanan, Fakultas Kehutanan, Universitas Sumatera Utara.
Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi pengaruh variasi kadar
perekat phenol formaldehida, serta mengetahui kadar perekat terbaik terhadap
kualitas papan partikel dari partikel kelapa sawit dan serutan meranti. Hasil
penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan nilai tambah dari limbah batang
kelapa sawit sehingga masyarakat dapat beralih dari pemanfaatan kayu dalam
bentuk log.
Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Dr. Rudi Hartono, S.Hut, M.Si selaku ketua komisi pembimbing dan
Bapak Dr. Apri Heri Iswanto, S.Hut, M.Si selaku anggota komisi pembimbing
penulis yang dengan sabar dan tulus memberikan ilmu, masukan, bimbingan,
serta arahan selama proses penulisan skripsi ini.
2. Keluarga tercinta, Ayahanda Samaeli Telaumbanua dan Ibunda Tineke
Puspawati Linanda serta saudara-saudari penulis yang selalu memberikan
dukungan, perhatian, doa, kasih sayang, serta pengorbanan baik moral
3. Teman-teman satu perjuangan penelitian yaitu Evan Aritonang, Yeheskiel
Simajuntak, Sabar Hutasoit, Fradika Siahaan, dan Shanty Sianturi atas suka
duka yang telah terlalui selama penelitian serta teman-teman angkatan 2011
yang tidak bisa disebutkan namanya satu persatu.
Penulis berharap skripsi ini bermanfaat bagi mahasiswa kehutanan maupun masyarakat umum. Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih.
Medan, Juli 2016
7
Persiapan partikel BKS dan serutan Meranti ... 10
Pengembangan Tebal ... 24
Sifat Mekanis Papan Partikel ... 26
Internal Bond (IB) ... 26
Modulus of Elasticity (MOE) ... 27
Modulus of Rupture (MOR) ... 29
Kualitas papan Partikel ... 30
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan ... 32
Saran ... 32
9
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
No. Halaman
1. Pola pemotongan untuk uji fisis dan mekanis papan ... 12
2. Pengujian keteguhan rekat internal ... 15
3. Cara pengujian MOR dan MOE ... 16
4. Bagan alur penelitian... 18
5. Histogram rata-rata nilai kerapatan papan partikel ... 19
6. Histogram rata-rata nilai spring back papan partikel ... 20
7. Histogram rata-rata nilai kadar air papan partikel... 21
8. Histogram rata-rata nilai DSA pada perendaman 2 jam dan 24 jam... 23
9. Histogram rata-rata nilai PT pada perendaman 2 jam dan 24 jam ... 25
10. Histogram rata-rata nilai IB papan partikel ... 26
11. Histogram rata-rata nilai MOE papan partikel ... 28
11
DAFTAR LAMPIRAN
No. Halaman
1. Perhitungan bahan baku papan partikel ... 36
2. Rekapitulasi nilai kerapatan dan kadar air papan partikel ... 38
3. Rekapitulasi nilai daya serap air papan partikel ... 39
4. Rekapitulasi hasil pengembangan tebal papan partikel ... 40
5. Rekapitulasi nilai internal bond papan partikel ... 41
6. Rekapitulasi nilai MOE papan partikel ... 42
7. Rekapitulasi nilai MOR papan partikel ... 43
8. Analisis keragaman kerapatan dan hasil uji duncan papan partikel ... 44
9. Analisis keragaman kadar air dan hasil uji duncan papan partikel ... 44
10. Analisis keragaman daya serap air 2 jam dan hasil uji duncan papan partikel 45 11. Analisis keragaman daya serap air 24 jam dan hasil uji duncan papan partikel 45 12. Analisis keragaman pengembangan tebal 2 jam dan hasil uji duncan papan partikel... 46
13. Analisis keragaman pengembangan tebal 24 jam dan hasil uji duncan papan partikel... 46
14. Analisis keragaman internal bond (IB) dan hasil uji duncan papan partikel 47 15. Analisis keragaman keteguhan lentur (MOE) dan hasil uji duncan papan partikel... 47