• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kekasaran Permukaan Resin Akrilik Polimerisasi Panas Setelah Perendaman di Dalam Minuman Yogurt

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Kekasaran Permukaan Resin Akrilik Polimerisasi Panas Setelah Perendaman di Dalam Minuman Yogurt"

Copied!
71
0
0

Teks penuh

(1)

Lampiran 1. Kerangka Teori

kimia Polimerisasi sinar

Sifat

Yogurt Bersifat asam

Kekuatan

(2)

Lampiran 2. Kerangka Konsep

Fisis

Kekasaran Permukaan

pH 3,81 Resin akrilik polimerisasi

panas

Perendaman dalam susu fermentasi yaitu minuman

yogurt bersifat asam

(3)

Lampiran 3.Alur Cara Penelitian

Pembuatan plat dari master logam berbentuk persegi dengan ukuran 12 × 12 ×2 mm

Plat master logam diolesi dengan vaselin

Penanaman plat master pada kuvet bawah dan kemudian pengisian kuvet atas

Pengisian resin akrilik polimerisasi panas pada mould

Proses kuring, Pemanasan pada suhu 74℃ selama 90 menit, setelah itu suhu dinaikkan menjadi 100℃ dan dipertahankan selama 60 menit.

Penyelesaian akhir dan pemolesan

Sampel resin akrilik polimerisasi panas dengan ukuran 12× 12 × 2 mm

Kemudian sampel pada kelompok I direndam dalam minuman yogurt

10 ml dengan pH 3,81

(4)

Lampiran 4. Output Uji Noromalitas Data Kekasaran Permukaan Resin Akrilik Polimerisasi Panas Sebelum dan Sesudah Perendaman Di Dalam Minuman Yogurt.

Tests of Normality

kelompok

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic df Sig.

pretest 60 menit .281 10 .025 .885 10 .150

120 menit .294 10 .014 .732 10 .052

180 menit .259 10 .055 .856 10 .069

postest 60 menit .121 10 .200* .978 10 .955

120 menit .333 10 .002 .723 10 .052

180 menit .249 10 .078 .861 10 .079

a. Lilliefors Significance Correction

(5)
(6)
(7)

Paired Samples Test

Paired Differences

t df

Sig.

(2-tailed) Mean

Std.

Deviation

Std. Error

Mean

95% Confidence Interval

of the Difference

Lower Upper

Pair 1 pretest -

postest

-.028400 .015508 .004904 -.039494 -.017306 -5.791 9 .000

COMPUTE selisih=postest - pretest. EXECUTE.

ONEWAY selisih BY kelompok

/STATISTICS DESCRIPTIVES HOMOGENEITY /MISSING ANALYSIS

(8)

Lampiran 6. Hasil Analisis Statistik Uji One Way Anova

Descriptives

selisih

N Mean Std. Deviation Std. Error

95% Confidence Interval for

Mean

Minimum Maximum Lower Bound Upper Bound

60 menit 10 .00800 .024014 .007594 -.00918 .02518 -.048 .038

120 menit 10 .01650 .007517 .002377 .01112 .02188 .006 .029

180 menit 10 .02840 .015508 .004904 .01731 .03949 .017 .066

Total 30 .01763 .018535 .003384 .01071 .02455 -.048 .066

Test of Homogeneity of Variances

Selisih

Levene Statistic df1 df2 Sig.

1.848 2 27 .177

ANOVA

Selisih

Sum of Squares df Mean Square F Sig.

Between Groups .002 2 .001 3.606 .041

Within Groups .008 27 .000

(9)

Post Hoc Tests

Multiple Comparisons

selisih

LSD

(I) kelompok (J) kelompok

Mean Difference

(I-J) Std. Error Sig.

95% Confidence Interval

Lower Bound Upper Bound

60 menit 120 menit -.008500 .007632 .275 -.02416 .00716

180 menit -.020400* .007632 .013 -.03606 -.00474

120 menit 60 menit .008500 .007632 .275 -.00716 .02416

180 menit -.011900 .007632 .131 -.02756 .00376

180 menit 60 menit .020400* .007632 .013 .00474 .03606

120 menit .011900 .007632 .131 -.00376 .02756

(10)

Lampiran 7. Tabel Hasil Pengukuran Kekasaran Permukaan Resin Akrilik Polimerisasi Panas Sebelum dan Setelah Perendaman 60 Menit.

TOTAL RATA RATA SEBELUM PERENDAMAN 60 MENIT

Nama Sampel RA1 RA2 RA3 Rata-rata

TOTAL RATA RATA SEBELUM 0,126

TOTAL RATA RATA SESUDAH PERENDAMAN 60 MENIT

Nama Sampel RA1 RA2 RA3 Rata-rata

(11)

Lampiran 8. Tabel Hasil Pengukuran Kekasaran Permukaan Resin Akrilik Polimerisasi Panas Sebelum dan Setelah Perendaman 120 Menit.

TOTAL RATA RATA SEBELUM PERENDAMAN 120 MENIT

Nama Sampel Ra1 Ra2 Ra3 Rata-rata

TOTAL RATA RATA SEBELUM 0,110

TOTAL RATA RATA SESUDAH PERENDAMAN 120 MENIT

Nama Sampel Ra1 Ra2 Ra3 Rata-rata

(12)

Lampiran 9. Tabel Hasil Pengukuran Kekasaran Permukaan Resin Akrilik Polimerisasi Panas Sebelum dan Setelah Perendaman 180 Menit.

TOTAL RATA RATA SEBELUM PERENDAMAN 180 MENIT

Nama Sampel Ra1 Ra2 Ra3 Rata-rata

TOTAL RATA RATA SEBELUM 0,132

TOTAL RATA RATA SESUDAH PERENDAMAN 180 MENIT

Nama Sampel Ra1 Ra2 Ra3 Rata-rata

(13)
(14)
(15)
(16)

DAFTAR PUSTAKA

1. Pristianingrum N, Soebagio, Munadziroh E. Uji stabilitas mikrobiologis pembersih gigi tiruan dengan bahan minyak atsiri kulitbatang kayu manis (Cinnamomum burmannii). Jurnal PDGI2003; 62 (3): 89-94.

2. Rahman FE. Efektivitas ekstrak daun dewa (Gynura Pseudochina (Lour.)DC) terhadap pertumbuhan candida albicans pada plat dasar gigi tiruan resin akrilik. Majalah Ilmiah Sultan Agung2010; 48(123): 1-8

3. Sousa C, Teixeira P, Oliveira R. Influence of surface properties on the adhesion of staphylococcus epidermidis to acrylic and silicone. International Journal of Biomaterial2009; 718017: 1-2, 5-7.

4. Anusive K J. Philips: Buku ajar ilmu bahan kedokteran gigi. Ahli bahasa. Johan Arief Budiman dan Susi Purwoko. Edisi ke-10, Jakarta: EGC, 2003:194-198. 5. Pereira-Cenci T, Delbelcury AA, Crielaard W, dkk. Development of

candida-associated denture stomatitis: new insights. J Appl Oral Sci, 2008; 16(2): 87-91. 6. Vitalariu. Effect of surface polishing and glazing on the roughness of the dental

acrylic resin. DAAAM2010; 21(1):1-2.

7. Almashhadany HKM, Taqa AB, Al-Noori AK. The effect of newly prepared cleansing agent on some properties of highly impact acrylic denture base material. Thesis.ORIC, 2014.

8. Wieckiewicz M, Opitz V, Richter G, Boening K. Physical properties of polyamide-12 versus PMMA Denture Base Material. Hindawi Journal 2014; 2014(1):1-8.

9. Creus V, Gouvea D, Bedran LM, Faria NC. Surface roughness and translucency of resin composites after immersion in coffe and soft drink. Acta Odontol Latinoam 2011; 24(1):1-5.

(17)

11. Chairunnisa H, Prutanto WS, Lepa SJ. Karakteristik produk fermentasi dari bahan kombinasi susu kambing dengan ekstrak kedelai, ekstrak jagung atau santan kelapa. J Teknol dan Industri Pangan2010; 21(1).

12. Chairunnisa H, Balia RL, Utama GL. Pengaruh stater bakteri asam laktat pada produk susu fermentasi “Lifihomi”(Utilization of lactid acid bacteria in fermented milk product”lifihome”). J Ilmu Ternak2006; 6(2): 102-107.

13. Chotimah SC. Peran Streptococcus thermophillus dan Lactobacillus bulgaris dalam proses pembuatan yoghurt: status review. J Ilmu Peternakan2009; 4 (2): 47-52.

14. Suriasih K. Pengaruh subtitusi starter yoghurt dengan cairan tape kentan terhadap karakteristik yoghurt yang dihasilkan. J Agrotekno2005; 11(2).

15. Hediana VAK, Probosari N, Setyorini D. Lama Perendaman gigi didalam air perasan jeruk nipis (citrus aurantifolia swingle) mempengaruhi kedalaman porositas mikro email. Dentofasial 2015; 14(1): 45-49.

16. Manappallil JJ, Shetty VS. Basic dental material. 2thed. New Delhi: Jaypee. 2003: 110-129.

17. McCabe JF, Walls A WG. Applied dental materials. 9thed. Singapore: Blackwell.2008:110-5.

18. Van Noort R. Introduction to dental materials. 3thed. London: Mosby.2007: 216-217.

19. Craigh RG, Power JM, Sakaguchi RL. Restorative dental materials. 12thed. Missouri: Mosby Elsevier.2009: 519-524.

20. Al-Nori AKH, Hussain AMA, Rejab LT. Water sorption of heat-cured acrylic

resin. Al-Rafidain Den J2007; 7 (2): 186-194.

21. Wulandari F, Rostiny, Soekobagiono.Pengaruh Lama Perendaman Resin Akrilik Heat Cured Dalam Eugenol Minyak Kayu Manis Terhadap Kekuatan Transversa. Journal of Prosthodontics2012; 3(1):1-5.

(18)

23. Alves PVM, Filho RMAL, Telles E, Bolognese A. Surface roughness of acrylic resin after different curing and polishing techniques. Angel ortho 2007; 77(3): 528-9.

24. Haryadi, Nurliana, Sugito. Nilai pH dan jumlah bakteri asam laktat kefir susu kambing setelah difermentasi dengan penambahan gula dengan lama inkubasiyang berbeda. J Medika Veterinaria2013; 7(1): 4-7.

25. Suwitno W, Andriani. Teknologi penanganan suu yang baik dengan mencermati profil mikroba susu sapi di berbagai daerah. Jurnal Pascapanen2012; 9(1): 35-44. 26. Antono A, Pamuji DB, Sugiartono, Isnaini. Daya hambat susu hasil fermentasi

lactobacillus. Pharmascientia2012; 2(1): 1-9.

27. Hafsah, Astriana. Pengaruh variasi starter terhadap kualitas yogurt susu sapi. Journal Bionature 2012, 13(2): 96-102.

28. Setiawati BB, Puspitojati E. Evaluasi mutu yoghurt formulasi susu jagung manis-kedelai. J Ilmu-ilmu Pertanian2011; 7(1): 14-23.

29. Owni E, Mahgoub. The effect of strong on chemichal, microbial and snsory characteristics of goat’s milk yoghurt. Journal of Novel Applied Sciences2012; 1(2): 63-67.

30. Harjiyanti, Pramono, Muliyani. Total asam, viskositas dan kesukaan pada yoghurt drink dengan sari buah mangga (mangifera indica) sebagai perisa alami. J Aplikasi Teknologi Pangan 2013; 2(2): 104-107.

31. Weerathilake,Rasika,Ruwanmali, Munasinghe. The evolution, processing, varieties and health benefit of yogurt.IJSRP2014. 4(4): 1-8.

32. Machado AL, Giampaolo ET, Vergan CE, dkk.Change in roughness of denture base and reline materials by chemical disinfection or microwave irradiation. Surface roughness of denture base and reline materials. Journal Applied Oral Science2011; 19(5): 521-8.

33. Hanafi KA. Rancangan percobaan teori dan aplikasi. Edisi ke-3. Jakarta: Rajawali Pres2011: 9.

(19)

35. Hiramatsu D, Moretti-Neto R, Ferraz B, Porto V, Rubo J. Roughness and Porosity of Provisional Crowns. RPG Rev Grad 2011; 18(2):108-12.

36. Pribadi SB, Yogiatono M, Agustantina TH. Perubahan Kekuatan Impak Resin Akrilik Polimerisasi Panas Dalam Perendaman Larutan Cuka Apel. Dentofasial 2010 ; 9(1): 13-20.

(20)

BAB 3

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah eksperimental laboratorium.

3.2 Desain Penelitian

Dengan pre and post test design.

3.3 Tempat dan Waktu Penelitian 3.3.1 Tempat Pembuatan Sampel

Departemen Ilmu Material dan Teknologi Kedokteran Gigi USU.

3.3.2 Tempat Perendaman Sampel Laboratorium Mikrobiologi FMIPA USU.

3.3.3 Tempat Pengujian Sampel

Laboratorium Teknik Mesin Politeknik Negeri Medan

3.3.4 Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Agustus 2015 sampai April 2016.

3.4 Sampel dan Besar Sampel 3.4.1 Sampel Penelitian

Sampel resin akrilik polimerisasi panas berbentuk persegi dengan ukuran

(21)

12 mm 2cm

12 mm

3.4.2 Besar Sampel

Jumlah sampel ditentukan dengan menggunakan rumus Federer:33

(� −1)(� −1)≥ 15

Keterangan :

r = jumlah sampel tiap perlakuan t = banyaknya kelompok perlakuan

Dalam rumus ini menggunakan t = 3 karena menggunakan 3 kelompok, yaitu kelompok perlakuan pada resin akrilik polimerisasi panas dengan perendaman selama 60 menit (kelompok I) , 120 menit (kelompok II) dan 180 menit (kelompok III), maka jumlah sampel dapat ditentukan sebagai berikut :

(t-1) (r-1) ≥ 15 (3 - 1) (r-1) ≥ 15

2r – 2 ≥ 15 2r ≥ 17 r≥ 8,5

Berdasarkan perhitungan di atas, jumlah sampel minimal yang digunakan pada penelitian ini adalah 10, ada 3 kelompok perlakuan maka total jumlah sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah 30 sampel.

3.4.3 Kriteria Sampel 3.4.3.1Kriteria inklusi:

(22)

2. Sampel tidak mengalami porositas

3. Ukuran sampel tepat yaitu 12× 12 × 2 mm 3.4.3.2Kriteria eksklusi:

1. Sampel dengan permukaan yang bergelombang dan rusak 2. Sampel terkontaminasi bahan lain

3.5 Variabel Penelitian 3.5.1 Variabel Bebas

Waktu perendaman sampel resin akrilik polimerisasi panas dalam minuman yogurt 60,120 dan 180 menit.

3.5.2 Variabel Terikat

Kekasaran resin akrilik polimerisasi panas yang direndam dalam yogurt.

3.5.3 Variabel Terkendali

1. Jenis resin akrilik polimerisasi panas 2. Ukuran sampel 12× 12 × 2 mm 3. Suhu inkubator (37℃)

4. Perbandingan plaster of paris 200 gr : 100 ml 5. Setting time gips 20 menit

6. Perbandingan polimer dan monomer resin akrilik 9 gr : 3,6 ml

7. Waktu polimerisasi dengan pemanasan dimulai pada suhu kamar dan dinaikkan terus hingga suhu 74℃ selama 90 menit, setelah itu suhu dinaikkan menjadi 100℃ dan dipertahankan selama 60 menit, kemudian suhu diturunkan hingga suhu ruangan.

8. pH minuman yogurt 3,81 9. Volume minuman yogurt 10 ml

(23)

3.5.4 Variabel Tidak Terkendali

1. Kecepatan pengadukan resin akrilik 2. Kecepatan pengadukan plaster of paris 3. Lama pengadukan plaster of paris 4. Tekanan pengepresan kuvet

5. Lama pemolesan menggunakan kertas pasir water-proof 3.6 Defenisi Operasional

1. Resin akrilik polimerisasi panas adalah bahan basis gigitiruan yang terdiri dari bubuk yang mengandung polimer dan cairan yang mengandung monomer yang polimerisasinya dengan pemanasan.

2. Minuman yogurt adalah hasil olahan susu yang mengalami fermentasi akibat dari aktivitas enzim yang dihasilkan oleh bakteri Streptococcus

thermophillus dan lactobacillus bulgaricus, dan memiliki cita rasa asam.

3. Kekasaran permukaan adalah karakteristik suatu permukaan benda yang bergelombang, diukur dengan menggunakan suatu alat bernama biofilm profilometer, satuannya µm.

(24)

3.7 Alat dan Bahan Penelitian 3.7.1 Alat Penelitian

1. Master logam berukuran 12 × 12 × 2 mm

2. Rubber bowl dan spatula pengaduk

(25)

4. Pot akrilik

5. Kuas

6. Cellophane sheet

7. Press manual

8. Waterbath (Schurtzart DIN 40050-IP, Germany)

9. Kertas pasir water-proof (No.100, 500, 800 dan 1200, Toho, Toho Sanoyo Co. Japan)

10. Mikromotor (Strong, Seashin, Korea)

(26)

13. Pinset dan lekron

14. Tisu 15. pH meter 16. Wadah plastik

17. Spuit 10 ml 18. Inkubator 19. Stopwatch

3.7.1.1 Alat yang digunakan Untuk Menguji Sampel 1. Alat Profilometer (MarSurf M300, Mahr, Germany)

(27)

3.7.2 Bahan yang Digunakan

1. Resin akrilik polimerisasi panas (QC 20, Dentsply, England)

Gambar 4. Resin akrilik polimerisasi panas

Tabel 2. Komposisi resin akrilik polimerisasi panas (QC-20) Komposisi

Powder Methyl methacrylate co-polymer, ethacrylate, benzoyl peroxide

Liquid Methyl methacrylate, hydroquinone, N,N-dimethylp-toluidine,

ethylene glycol dimethacrylate

2. Minuman Yogurt ( Biokul, Diamond Cold Storage, Indonesia)

(28)

3. Plaster of paris (Super gips, China)

Gambar 6. Plaster of paris

4. Vaselin

Gambar 7. Vaselin 5. Aquadest

6. Emery

7. CMS ( Could Mould Seal) ( QC-20, Dentsply, England)

(29)

3.8 Prosedur Penelitian

3.8.1 Persiapan Sampel Penelitian 3.8.1.1Pembuatan Mould

1. Gips diletakan pada rabber bowl sebanyak 200 gram, kemudian dicampur dengan air sebanyak 100 ml dan diaduk dengan spatula.

2. Adonan gips dimasukkan kedalam kuvet bawah yang telah disiapkan dengan cara mengetok-ngetokkan kuvet secara perlahan-lahan agar tidak mengalami porositas pada gips.

3. Master logam diolesin vaselin dan diletakkan pada adonan gips yang akan mulai mengeras yang ada di dalam kuvet.

Gambar 9. Master logam dimasukkan kedalam kuvet 4. Gips didiamkan selama 20 menit sampai gips mengeras.

5. Setelah gis mengeras pada kuvet bawah, permukaan gips diolesi vaselin dan kuvet atas ditungkupkan hingga berkontak rapat dengan kuvet bawah.

6. Gips diletakan pada rabber bowl sebanyak 200 gram, kemudian dicampur dengan air sebanyak 100 ml dan diaduk dengan spatula.

7. Adonan gips dimasukkan kedalam kuvet atas yang telah disiapkan dengan cara mengetok-ngetokkan kuvet secara perlahan-lahan agar tidak mengalami porositas pada gips.

(30)

Gambar 10. Kuvet atas dan bawah dipisahkan, dan master logam dikeluarkan

9. Dilakukan pengecoran dengan air panas pada seluruh permukaan gips pada kuvet bawah dan atas untuk menghilangkan sisa vaselin.

10.Permukaan gips pada kuvet atas dan kuvet bawah yang telah kering diolesi dengan could mould seal

3.8.1.2Pengisian Resin Akrilik Polimerisasi Panas pada mould

1. Polimer dan monomer diaduk dalam pot akrilik dengan perbandingan sesuai ketentuan pabrik, perbandingan 9 gr : 3,6 sehinggamencapai adonan yangdough-stage.

2. Mold yang telah diolesi could mould seal diisi penuh dengan adonan resin akrilik

3. Plastik selopan diletakkan antara kuvet atas dan bawah, lalu ditutup dan ditekan perlahan dengan pengepresan

(31)

Gambar 11. Kuvet dibuka dan ditutup kembali 3.8.1.3Proses Polimerisasi

Waktu polimerisasi yang diperlukan untuk proses polimerisasi secara konvensional. Masukkan kuvet ke dalam waterbath yang berisi air, pemanasan dimulai pada suhu kamar dan dinaikkan terus hingga suhu 74℃ selama 90 menit, setelah itu suhu dinaikkan menjadi 100℃ dan dipertahankan selama 60 menit, kemudian suhu diturunkan hingga suhu ruangan.

3.8.1.4Penyelesaian Akhir Pemolisan

1. Sampel dikeluarkan dari kuvet, lalu kelebihan tepi resin akrilik yang tajam dibuang dengan menggunakan mikromotor.

2. Kemudian sampel diratakan dan dirapikan dengan kertas pasir

water-proof dengan ukuran No.100, 500, 800 dan 1200 menggunakan mikromotor.

3. Setelah itu semua sampel yang halus sebanyak 30 buah, lalu sampel dicuci dengan air untuk menghilangkan kotoran lalu dikeringkan diatas tisu.

(32)

Gambar 12. Pemberian tanda pada sampel 3.8.2 Pengukuran Kekasaran Permukaan Awal

1. Setiap dilakukan pengukuran sampel, maka dilakukan kalibrasi alat.

2. Setiap sampel dibuat 3 titik pengukuran (± 1mm dari tepi sampel) dan jarak dari titik tepi ke titik tengah adalah 5 mm menggunakan spidol.

3. Sampel diletakkan dibidang datar dan operator meletakkan stylus pada titik pertama dipermukaan sampel, kemudian alat diaktifkan lalu stylus bergerak menelusuri satu garis lurus (horizontal) pada permukaan sepanjang 8 mm dan kembali lagi.

4. Monitor atau layar alat uji akan menunjukkan nilai kekasaran permukaan sampel yang diukur. Pengukuran dilakukan 3 kali pada masing-masing titik yang telah ditandai sebelumnya.

5. Ketiga hasil pengukuran yang didapat dirata-ratakan.

Nilai rata-rata kemudian dijadikan sebagai nilai kekasaran permukaan dengan rumus :32

�� = ��1 +��2+��3 3

(33)

Keterangan:

Ra= nilai rata-rata kekasaran permukaan (µm) Ra1= nilai kekasaran pertama

Ra2= nilai kekasaran kedua Ra3= nilai kekasaran ketiga

3.8.3 Perendaman Sampel Dan Pengukuran Kekasaran

1. Pada kelompok I, 10 sampel resin akrilik polimerisasi panas diletakkan pada masing-masing wadahnya untuk direndam dalam minuman yogurt 10 ml dengan pH 3,81 dan disimpan dalam inkubator pada temperatur 37℃ selama 60 menit.

Gambar 14 (a) Meletakkan sampel ke dalam wadah (b) perendaman sampel

(c) sampel disimpan dalam inkubator

2. Kemudian sampel dikeluarkan dan dibersihkan dengan aquades lalu dikeringkan dengan tisu kering

(34)

3. Lakukan pengukuran kekasaran permukaan resin akrilik polimerisasi panas pada kelompok pertama setelah perendaman ( data kelompok 60 menit)

Gambar 16. Pengukuran kekasaran permukaan sampel

4. Pada kelompok II, 10 sampel resin akrilik polimerisasi panas diletakkan pada masing-masing wadahnya untuk direndam dalam minuman yogurt 10 ml dengan pH 3,81 dan disimpan dalam inkubator pada temperatur 37℃ selama 120 menit.

5. Kemudian sampel dikeluarkan dan dibersihkan dengan aquades lalu dikeringkan dengan tisu kering

6. Lakukan pengukuran kekasaran permukaan resin akrilik polimerisasi panas pada kelompok kedua setelah perendaman (data kelompok 120 menit)

7. Pada kelompok III, 10 sampel resin akrilik polimerisasi panas diletakkan pada masing-masing wadahnya untuk direndam dalam minuman yogurt 10 ml dengan pH 3,81 dan disimpan dalam inkubator pada temperatur 37℃ selama 180 menit.

8. Kemudian sampel dikeluarkan dan dibersihkan dengan aquades lalu dikeringkan dengan tisu kering

(35)

3.8.4 Analisa Data

Analisis data yang digunakan pada penelitian ini adalah uji statistika dengan tingkat kepercayaan (p ≤ 0,05) yaitu dengan :

1. Metode uji t berpasangan untuk melihat perbedaan nilai kekasaran resin akrilik polimerisasi panas antara sebelum dan sesudah perendaman dalam tiap kelompok.

(36)

BAB 4

HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS HASIL PENELITIAN

4.1Hasil Penelitian

Dari hasil penelitian, diperoleh nilai rerata dan standar deviasi kekasaran permukaan resin akrilik polimerisasi panas pada setiap perendaman (Tabel 3) yaitu sebelum perendaman 60 menit (0,1263 ± 0,041 µm), setelah perendaman 60 menit (0,1343 ± 0,0463 µm), sebelum perendaman 120 menit (0,110 ± 0,0253 µm), setelah perendaman 120 menit (0,1265 ± 0,0221µm), sebelum perendaman 180 menit (0,1319 ± 0,0364 µm), setelah perendaman 180 menit (0,1603 ± 0,0379 µm).

Tabel 3. Nilai Rerata Kekasaran Permukaan Resin Akrilik Polimerisasi Panas (µm) Sebelum dan Sesudah Perendaman Di Dalam Minuman Yogurt.

No Nilai Kekasaran Permukaan Resin Akrilik Polimerisasi Panas

(37)

Perubahan rata-rata kekasaran resin akrilik polimerisasi panas sebelum perendaman dan setelah perendaman, terlihat nilai kekasaran permukaan meningkat. Nilai perubahan kekasaran resin akrilik polimerisasi panas setelah direndam di dalam minuman yogurt menunjukkan adanya peningkatan yaitu setelah perendaman 60 menit menunjukkan peningkatan sebesar (0,0080 ± 0,0240 µm), setelah perendaman 120 menit (0,0165 ± 0,0075 µm) dan setelah perendaman 180 menit (0,0284 ± 0,0155 µm)

Adanya perubahan rata-rata kekasaran permukaan resin akrilik polimerisasi panas setelah perendaman di dalam minuman yogurt, terlihat nilai kekasaran permukaan resin akrilik polimerisasi panas semakin meningkat, seperti terlihat pada gambar 17.

Gambar 17. Grafik perubahan nilai rerata kekasaran permukaan resin akrilik polimerisasi panas setelah perendaman di dalam minuman yogurt.

0,008

(38)

Setelah diuji data terdistribusi dengan normal.Dilakukan uji t berpasangan untuk melihat perbedaan kekasaran resin akrilik polimerisasi sebelum perendaman dan sesudah perendaman dalam minuman yogurt dalam tiap kelompok perlakuan dengan (p≤0,05) dimana dapat dilihat pada tabel 4,5 dan 6.

Untuk hasil uji t berpasangan antara sebelum perendaman dan setelah perendaman 60 menit di dalam minuman yogurt dapat dilihat pada tabel 4.

Tabel 4. Analisis Statistik uji t berpasangan nilai kekasaran resin akrilik padakelompok perendaman 60 menit.

Nama kelompok

Kelompok perendaman 60 menit

n Rerata (µm) SD p

Untuk hasil uji t berpasangan antara sebelum perendaman dan setelah perendaman 120 menit di dalam minuman yogurt dapat dilihat pada tabel 5.

Tabel 5. Analisis Statistik uji t berpasangan nilai kekasaran resin akrilik pada kelompok perendaman 120 menit.

Keterangan : * menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan (p ≤ 0,05)

Untuk hasil uji t berpasangan antara sebelum perendaman dan setelah perendaman 180 menit di dalam minuman yogurt dapat dilihat pada tabel 6.

Nama kelompok

Kelompok perendaman 120 menit

(39)

Tabel 6. Analisis Statistik uji t berpasangan nilai kekasaran resin akrilik padakelompok perendaman 180 menit.

Nama kelompok

Kelompok perendaman 180 menit

n Rerata (µm) SD p

Keterangan : * menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan (p ≤ 0,05)

Dengan uji t berpasangan untuk melihat perbedaan kekasaran resin akrilik polimerisasi panas sebelum dan setelah perendaman dalam tiap kelompok. Dapat dilihat pada tabel 4 kelompok perlakuan I sebelum perendaman (0,1263 ± 0,041 µm), dan setelah perendaman 60 menit (0,1343 ± 0,0463 µm), dengan menunjukkan nilai kemaknaan p= 0.320 (p>0,05), artinya tidak ada perbedaan yang signifikan. Pada tabel 5 kelompok perlakuan II sebelum perendaman(0,110 ± 0,0253 µm) dan setelah perendaman 120 menit (0,1265 ± 0,0221 µm), dengan menunjukkan nilai kemaknaan p=0.000 (p<0,05) artinya terdapat perbedaan kekasaran permukaan resin akrilik yang bermakna antara sebelum dan setalah perendaman 120 menit. Pada tabel 6 kelompok perlakuan III sebelum perendaman (0,1319 ± 0,0364 µm), setelah perendaman 180 menit (0,1603 ± 0,0379 µm) dengan menunjukkan nilai kemaknaan p=0.000 (p<0,05) artinya terdapat perbedaan kekasaran permukaan resin akrilik yang bermakna antara sebelum dan setalah perendaman 120 menit. Sehingga dapat ditarik kesimpulan terdapat perbedaan yang bermaknanilai kekasaran permukaan resin akrilik polimerisasi panas antara sebelum dan setelah perendaman di dalam minuman yogurt pada kelompok perlakuan 120 menit dan 180 menit.

(40)

Tabel 7. Nilai kekasaran permukaan resin akrilikantara kelompok perendaman 60,120

Keterangan : * menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan (p ≤ 0,05)

Hasil analisis statistik uji one way anova untuk melihat perbedaan kekasaran permukaan resin akrilik polimerisasi panas antara ketiga kelompok perlakuan dapat dilihat pada tabel 7. Pada tabel 7 menunjukkan nilai p=0,041(p<0,05) yang artinya Ho ditolak. Sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan yang bermakna pada ketiga kelompok perlakuan.

Kemudian dilanjutkan Uji Least Significance Difference (LSD) untuk melihat perbedaan kekasaran permukaan resin akrilik antar setiap kelompok perlakuan. Hasil uji LSD dapat dilihat pada tabel 8.

Tabel 8 Analisa Statistik Uji Least Significance Difference (LSD) Nilai Kekasaran Permukaan Resin Akrilik Antar Kelompok Perlakuan.

Perbandingan setelah perendaman antar kelompok perlakuan

Mean Difference p

60 menit dengan 120 menit 0,0085 0,275

120 menit dengan 180 menit 0,0119 0,131

60 menit dengan 180 menit 0,0204 0,013*

Keterangan : * menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan (p ≤ 0,05)

Dengan uji Least Significance Difference menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan antara kelompok perlakuan setelah perendaman 60 menit dengan setelah perendaman 180 menit dengan p= 0,013 (p<0,05).

(41)
(42)

BAB 5

PEMBAHASAN

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa waktu perendaman resin akrilik polimerisasi panas di dalam minumanyogurt mempengaruhi kekasaran permukaan resin akrilik. Hal ini menunjukkan bahwa semakin lama waktu perendaman resin akrilik di dalam minuman yogurt maka nilai kekasaran permukaan semakin meningkat dan perubahan yang terjadi adalah bermakna secara statistik (p≤0,050).Dari hasil penelitian Bollen dkk, (1996) diperoleh hasil bahwa kekasaran permukaan yang dapat diterima didalam rongga mulut setelah dilakukan pemolesan tidak lebih dari 0,2 ��, dan mengusulkannya sebagai nilai batas ambang kekasaran permukaan (Ra).6 Berdasarkan parameter tersebut, pada penelitian ini nilai kekasaran permukaan yang didapat setelah pemolesan pada seluruh permukaan sampel resin akrilik masih dapat diterima yaitu tidak melebihi dari nilai ambang batas kekasaran permukaan.

Hasil penelitian dapat dilihat dari uji t berpasangan, kelompok perlakuan Isebelum perendaman (0,1263 ± 0,041 µm), dan setelah perendaman 60 menit (0,1343 ± 0,0463 µm), dengan menunjukkan nilai kemaknaan p= 0.320 (p>0,05), artinya tidak ada perbedaan yang signifikan, kemungkinan belum terjadi pengikisan yang besar pada permukaan resin akrilik karena waktu paparan yang kurang. Dari penelitian Carvalho dkk, (2012) diperoleh hasil bahwa resin akrilik polimerisasi panas yang direndam dalam 1% sodium hipoklorid selama 60 menit menunjukkan adanya perubahan nilai kekasaran permukaan.34 Jadi kemungkinan bukan hanya waktu paparan saja yang menpengaruhi kekasaran permukaan tetapi dengan bahan larutan perendam yang berbeda juga mempengaruhi nilai kekasaran permukaan resin akrilik yang diperoleh.

(43)

disimpulkan bahwa terdapat perbedaan yang bermakna pada ketiga kelompok perlakuan. Dengan uji Least Significance Difference menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan antara kelompok perlakuan setelah perendaman 60 menit dengan setelah perendaman 180 menit dengan p=0,013 (p<0,05). Peningkatan nilai kekasaran permukaan resin akrilik polimerisasi panas setelah perendaman di dalam minuman yogurt disebabkan oleh sifat resin akrilik yang dapat menyerap cairan dan kandungan asam dalam minuman yogurt tersebut dimana pH dari minuman yogurt adalah 3,81 sehingga mengakibatkan adanya interaksi antara resin akrilik dengan minuman yogurt. Interaksi tersebut diduga menyebabkan terjadinya pengikisan pada permukaan resin akrilik polimerisasi panas.35 Hal ini mengakibatkan terjadinya perbedaan kekasaran permukaan resin akrilik polimerisasi panas sebelum dan setelah perendaman di dalam minuman yogurt. Yogurt berkontak dengan resin akrilik dapat menyebabkan kerusakan kimiawi pada permukaan resin akrilik. Perusakan secara kimia menimbulkan kekasaran pada permukaan resin akrilik sehingga dapat menyebabkan retakan atau crazing.4,36Asam mempengaruhi kekasaran permukaan resin akrilik polimerisasi panas, semakin asam atau derajat keasaam semakin rendah dan memiliki kandungan ion Hidrogen (H+) semakin banyak, maka semakin tinggi kekasaran permukaan resin akrilik polimerisasi panas. Hal ini didukung oleh penelitian Wieckiewicz dkk, (2014) dari hasil penelitian diperoleh bahwa kekasaran permukaan resin akrilik polimerisasi panas dapat meningkat karena terpapar oleh larutan yang mengandung asam.8 Dari hasil penelitian Constantinescu (2007) cit. Almashhadany dkk,(2014)diperoleh hasil bahwa kekasaran resin akrilik polimerisasi panas meningkat ketika di rendam dalam saliva buatan pada derajat keasaman pH 5,5 dibandingkan dengan perendaman dalam saliva buatan pada derajat keasaman pH 6,8.7

(44)

akrilik polimerisasi panas. Erosi ini disebabkan oleh reaksi kimia yaitu terjadi kelarutan beberapa bahan pengisi.37Minuman dengan pH rendah mempunyai kandungan ion hidrogen (H+) yang lebih banyak. Kandungan ion Hidrogen (H+)ini dapat menurunkan tegangan permukaan sehingga mudah terjadi difusi ke dalam rantai polimer pada gugus ester dan dapat mengakibatkan ikatan rantai polimer tidak stabil. Adanya kelarutan ini menyebabkan banyak ruangan-ruangan kosong di antara matrik polimer sehingga memudahkan terjadinya ikatan antara unsur-unsur yang ada pada cairan dengan matrik polimer di tempat tersebut.

(45)

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

1. Terdapat perbedaan kekasaran permukaan resin akrilik polimerisasi panas yang bermakna antara sebelum dan setelah perendaman dengan minuman yogurt masing- masing kelompok untuk perendaman 120 menit dan 180 menit.

2. Semakin lama perendaman resin akrilik polimerisasi panas didalam minuman yogurt maka semakin besar peningkatan kekasaran permukaan resin akrilik.

6.2 Saran

1. Diharapkan hasil penelitian ini sebagai data awal untuk penelitian lebih lanjut.

2. Diharapkan penelitian lanjutan yang lebih jauh dan mendalam untuk mengetahui lebih pasti penyebab perubahan kekasaran resin akrilik polimerisasi panas pada saat perendaman dalam minuman yogurt pada penelitian ini.

(46)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Resin Akrilik

Resin akrilik adalah turunan etilen yang mengandung gugus vinil dalam rumus strukturnya. Resin akrilik yang dipakai di kedokteran gigi adalah jenis ester yang terdiri dari :4,16

1. Asam akrilik CH2= CHCOOH

2. Asam Metakrilat CH2= C (CH3) COOH

Berdasarkan cara polimerisasinya resin akrilik dibagi menjadi 4 macam yaitu: resin akrilik kuring panas(heat cured acrylic resin), resin akrilik kuring dingin (cold

currede acrylic resin), resin akrilik sinar gelombang mikro(microwave curred acrylic resin), resin akrilik sinar tampak(visible light curred acrylic resin).2,4

Polimetil metakrilat merupakan material dasar dari resin akrilik dibidang kedokteran. Polimetil metakrilat adalah resin transparan dengan kejernihan yang luar biasa, bahan ini meneruskan sinar dalam kisaran ultra violet sampai sinar dengan panjang gelombang sebesar 250 nm. Bahan ini merupakan resin keras dengan nilai kekerasan knoop 18-20 KHN. Kekuatan tariknya sekitar 60 MPa dan kepadatannya 1,19 g/cm3. Modulus elastik sekitar 2,4 GPa (2400 MPa).4

Resin akrilik ini amat stabil dan tidak berubah warna dalam sinar ultra violet serta menunjukkan sifat tahan lama yang luar biasa. Polimetil metakrilat menunjukkan kecenderungan menyerap air melalui proses imbibisi. Struktur non-kristalnya mempunyai energi internal yang tinggi, jadi difusi molekuler dapat terjadi ke dalam resin, karena diperlukan sedikit energi aktivasi.4

2.2 Resin Akrilik Polimerisasi Panas

(47)

polimerisasi panas polimetil metakrilat dapat diperoleh dengan air yang dipanaskan menggunakan alatwaterbath atau oven gelombang mikro (microwave).4

2.2.1 Komposisi Resin Akrilik Polimerisasi Panas

Resin akrilik polimerisasi panas terdiri atas komponen bubuk dan cairan.4 Kandungan liquid dan powder pada resin akrilik polimerisasi panas sebagai berikut ini:16,17,18

Powder :

Polimer : poly (methyl methacrylate) Intiator : benzoil peroxide (0,2-0,5 %) Opacifier : titanium/zinc oxide

Plasticizer : dibutyl phthalate

Dyes : compound of mercuric sulphide, cadmium sulphide For esthetics : dyed organic like glass fibers or beads

Liquid :

Monomer : Methyl methacrylate Inhibitor : hydroquinone (0.006 %)

Cros-linking agent : ethylene glycol dimethacrylate (1-2%) Plasticizer : dibutyl phthalate

2.2.2 Sifat Fisis Resin Akrilik Polimerisasi Panas Sifat-sifat fisis resin akrilik polimerisasi panas yaitu:

1. Pengerutan polimerisasi

(48)

2. Perubahan dimensi

Stabilitas dimensi resin akrilik selama pengolahan penting. Perubahan dimensi untuk sebagian besar reversibel dan resin akrilik dapat mengalami berbagai ekspansi dan kontraksi ketika saat direndam dalam air.19

3. Konduktivitas termal

Konduktivitas termal merupakan pengukuran termofisika mengenai seberapa baik panas disalurkan melalui suatu bahan dengan aliran konduksi.4 Basis resin akrilik mempunyai konduktivitas termal yang rendah yaitu 5,7×10-4°C/cm. Konduktivitas termal rendah memungkinkan resin akrilik untuk digunakan sebagai isolator diantara jaringan mulut dan material-material panas atau dingin dalam mulut.19

4. Solubilitas

Meskipun resin akrilik dapat larut dalam berbagai pelarut dan sejumlah kecil monomer dilepaskan,resin akrilik umumnya tidak larut dalam cairan yang terdapat dalam rongga mulut.4Resin akrilik bisa diuji untuk penyerapan air : sebuah dried

plastic disk (berdiameter 50 mm dan ketebalan 0,5 mm), disimpan dalam air destilasi

37℃ selama 7 hari, setelah peningkatan dalam air ditentukan dan penyerapan diukur dalam �g/mm3.19

5. Penyerapan air

(49)

6. Porositas

Adanya gelembung pada permukaan resin akrilik dan dibawah permukaan dapat mempengaruhi sifat fisik, estetika, dan kebersihan basis gigitiruan.Porositas cenderung tejadi pada bagian basis gigitiruan yang lebih tebal. Porositas pada permukaan resin akrilik akibat dari penguapan monomer yang tidak bereaksi, serta polimer dengan berat molekul rendah, bila temperatur resin mencapai atau melebihi bahan tersebut.4

7. Crazing

Cazing adalah pembentukan retakan permukaan pada resin basis gigitiruan.

Secara klinis, crazing terlihat sebagai garisan retakan kecil yang nampak timbul pada permukaan resin akrilik.Crazing pada resin transparan menimbulkan tampilan tidak terang. Pada resin akrilik berwarna, crazingmenunjukkan gambaran putih. Crazing dapat disebabkan oleh tekanan mekanik, dan hasil aksi pelarut.Tekanan tarik paling sering berperan pada pembentukan crazing di basis gigitiruan. Dipercaya bahwa

crazing disebabkan oleh pemisahan mekanik dari rantai-rantai polimer individu pada

saat ada tekanan tarik.4,16 8. Creep

Resin akrilik menunjukkan sifat viskoelastis. Bila resin akrilik dipaparkan terhadap beban yang ditahan maka bahan menunjukkan defleksi atau deformasi awal. Bila beban ini tidak dilepaskan maka deformasi tambahan mungkin terjadi dengan berlalunya waktu. Tambahan deformasi ini diistilahkan dengan creep.4

2.2.3 Sifat Mekanik Resin Akrilik Polimerisasi Panas

Sifat mekanik material menentukan bagaimana bahan merespon penolakan terhadap termal dan mekanik. Sifat mekanik perlu dipertimbangkan secara kolektif, karena tidak ada sifat mekanik tunggal yang dapat memberikan ukuran sebenarnya dari kualitas atau kinerja.19

(50)

renggangan tersebut menghilang apabila gaya dibebaskan, renggangan plastis merupakan deformasi permanen suatu bahan yang tidak dapat kembali ke bentuk semula bila gaya dibebaskan.4

Suatu gaya tarik menghasilkan tekanan tarik (tensile strength), gaya kompresi menghasilkan tekanan kompresi dan gaya geser menghasilkan tekanan geser. Gaya membengkokkan suatu benda dapat menghasilkan ketiga macam tekanan pada struktur tersebut, namun pada kebanyakan kasus, fraktur terjadi karena komponen tarikan. Pada keadaan ini tekanan tarik dan tekanan kompresi adalah tekanan utama, sedangkan tekanan geser merupakan kombinasi komponen tarikan dan kompresi.4

Tabel.1 sifat mekanis resin akrilikheat-cured.19

Sifat mekanis Satuan

Kekuatan tensil 48-62 (MPa)

Kekuatan kompresi 76 (MPa)

Elongasi 1-2 (%)

Modulus elastik 1.1-1.2 (GPa)

Kekuatan impak 31.4 (j/m)

Knoop Hardness 14 (kg/mm2) Kekuatan transversal 78 (MPa)

2.2.4 Kelebihan dan Kekurangan Resin Akrilik Polimerisasi Panas

(51)

2.2.5 Manipulasi Resin Akrilik Polimerisasi Panas

Beberapa hal yang perlu diperhatikan pada saat melakukan manipulasi resin akrilik polimerisasi panas yaitu:4

1. Perbandingan polimer dan monomer

Perbandingan polimer dan monomer yang tepat adalah penting, dengan sifat-sifat fisik seperti yang diharapkan. Bila komponen bubuk dan cairan diaduk dalam perbandingan yang sesuai dihasilkan massa menyerupai adonan. Perbandingan polimer dan monomer yang umumnya digunakan adalah 3:1 satuan volume atau rasio bubuk/cair 2,5:1.4,16,17

2. Pencampuran

Ketika polimer dan monomer dicampur dengan perbandingan yang sesuai dihasilkan massa yang dapat diproses.4,16

a. Tahap I: tahap basah, seperti pasir (wet and stage) selama tahap ini, sedikit atau tidak ada interaksi pada tingkat molekuler. Butir-butir polimer tetap tidak berubah dan konsistensi adukan dapat digambarkan sebagai kasar atau berbutir.

b. Tahap II : tahap lengket berserat (tacky fibrous) selama tahap ini monomer masuk ke permukaan masing-masing butiran polimer. Beberapa rantai polimer tetap terdispersi dalam monomer cair. Rantai-rantai polimer ini melepaskan jalinan ikatan sehingga meningkatkan kekentalan adukan.

c. Tahap III : Tahap dough atau gel. Polimer telah jenuh didalam monomer. Massa menjadi lebih halus dan dough like. Pada tingkat molekul jumlah rantai polimer yang memasuki larutan meningkat. Jadi dibentuk suatu larutan monomer dan polimer terlarut. Sejumlah besar polimer tidak larut juga ada. Adukan tersebut tidak lagi seperti benang dan tidak melekat pada permukaan cawan atau spatula pengaduk.

(52)

bila ditekan dan direnggangkan. Karena massa tidak lagi mengalir bebas, mengikuti bentuk wadahnya, bahan ini tidak dapat dibentuk dengan teknik kompresi konvensional.

e. Tahap V : (Stiff stage) penetrasi lebih lanjut dari polimer. Bila dibiarkan selam periode tertentu, adukan menjadi keras. Ini disebabkan karena penguapan monomer bebas. Secara klinis adukan terlihat sangat kering dan tahan terhadap deformasi mekanik.

3. Packing

Mengisi resin akrilik di dalam mold di kuvet dinamakan packing. Mold dalam kuvet harus diisi dengan tepat pada saat polimerisasi. Memasukkan bahan terlalu berlebihan, dinamakan over packing, menyebabkan ketebalan. Sebaliknya, dengan memasukkan bahan terlalu sedikit, disebut under packing, menyebabkan porus.4

4. Siklus Curing

Kuvet dimasukkan ke dalam waterbath dengan waktu dan suhu terkontrol untuk memulai polimerisasi resin akrilik polimerisasi panas. Pemanasan dimulai pada suhu kamar dan dinaikkan terus hingga suhu 74℃ selama 90 menit, setelah itu suhu dinaikkan menjadi 100℃ dan dipertahankan selama 60 menit, kemudian suhu diturunkan hingga suhu ruangan.22

2.2 Kekasaran Permukaan

Kekasaran permukaan adalah karakteristik suatu permukaan benda yang bergelombang (tidak teratur). Kekasaran permukaan dihitung sebagai penyimpangan rata-rata aritmatika terhadap lembah/dasar permukaan dan puncak permukaan.7 Kekasaran permukaan dirumuskan sebagai ketidak sempurnaan permukaan yang relatif halus dan merata, yang tingginya, kelebarannya dan arahnya menentukan pola dominan dari seluruh permukaan.4

(53)

permukaan adalah sifat lain yang relevan untuk proses perlekatan bakteri dengan ketidak beraturan dari permukaan polimer biasanya mendukung perlekatan bakteri dan akumulasi plak.3 Menurut penelitian Bollen dkk, (1996) diperoleh hasil penelitian bahwa kekasaran permukaan yang dapat diterima di dalam rongga mulut setelah dilakukan pemolesan tidak lebih dari 0,2 ��.5 Dari hasil penelitian Alvesdkk, (2007) dieroleh bahwa pengaruh pemolesan kimia dan manual terhadap kekasaran permukaan spesimen resin akrilik dan didapatkan bahwa pemolesan kimia menunjukkan nilai kekasaran yang lebih tinggi tanpa menghiraukan tipe aktivasi resin (kimia atau termal) ketika dibandingkan dengan pemolesan manual.23

Kekasaran permukaan dihitung sebagai deviasi rata-rata aritmatika dari dasar permukaan dan puncak permukaan.Material dengan permukaan yang kasar biasanya menunjukkan jumlah jamur yang lebih tinggi. Hal ini terjadi karena permukaan dapat bertindak sebagai penampungan, dengan ketidak teraturan permukaan memberikan kesempatan peningkatan mikroorganisme dan perlindungan terhadap kekuatan pelepasan, dan selama pembersihan gigitiruan.24

Permukaan yang halus dan terpoles dengan baik adalah penting sepenuhnya tidak hanya bagi kenyamanan pasien tetapi juga hasil estetik yang baik, kesehatan rongga mulut dan retensi plak yang rendah.7 Menurut penelitian Compos dkk, (2009) diperoleh hasil bahwa kekasaran permukaan dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti jenis resin yang dipakai, teknik polimerisasi, dan lamanya prosedur desinfeksi.23

Uji sampel kekasaran permukaan diukur dengan menggunakan suatu alat bernama biofilm profilometer dimana sebuah jarum (stylus) melintasi lapisan permukaan dan sebuah penguat jiplakan dari profil/ gambar digunakan.3

2.4Yogurt

(54)

konsumsi. Upaya memperpanjang daya guna, masa simpan, serta untuk meningkatkan nilai ekonomi susu maka diperlukan teknik penanganan dan pengolahan. Salah satu upaya pengolahan susu yang sangat menunjang adalah fermentasi susu.24

Fermentasi merupakan aktivitas mikroorganisme untuk mendapatkan energi yang diperlukan untuk metabolisme dan pertumbuhan melalui pemecahan dan katabolisme terhadap senyawa organik secara anaerob. Proses fermentasi pada susu, terjadi pemecahan laktosa menjadi asam laktat yang lebih mudah dicerna usus.26

Susu fermentasi adalah produk susu yang dihasilkan pada proses fermentasi, dengan bahan baku susu yang telah diolah, dengan atau tanpa penambahan atau modifikasi komposisi susu tersebut, oleh aktivitas mikroorganisme spesifik, dan dengan adanya penurunan pH atau tanpa adanya koagulasi.11

Yogurt merupakan minuman hasil fermentasi susu segar dengan mikroba

Streptococcus thermophillus dan Lactobacillus bulgaricus. Terbentuknya asam laktat

menyebabkan yogurt memiliki rasa asam dan pH antara 3,8 - 4,6.13,14 Yogurt mempunyai nilai gizi yang lebih tinggi dari pada susu segar sebagai bahan dasar dalam pembuatan yogurt.11 Yogurt dari susu sapi mengandung asam laktat, asam format, asam sitrat, asam piruvat, asam urat, asam butirat, dan asam oratat.27 Komposisi yogurt secara umum adalah protein (4-6%), lemak(0,1-1%), laktosa (2-3%), asam laktat (0,6-1,3%).28

Manfaat gizi dan kesehatan pada yogurt banyak. Karena yogurt adalah sumber yang kaya protein susu, karbohidrat, mineral seperti kalsium dan fosfor dan vitamin seperti ribloflavin (B2), thiamin (B1), cobalamin (B12), folate (B9), niacin (B3), dan vitamin A.29,30 Manfaat mengkonsumsi yogurt antara lain untuk membantu penderita

lactose intolerance, melawan pertumbuhan bakteri pathogen yang sudah ada maupun

(55)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Resin akrilik adalah turunan etilen yang mengandung gugus vinil dalam rumus strukturnya. Bahan resin akrilik telah diterima dengan baik untuk basis gigitiruan di bidang kedokteran gigi sejak tahun 1946.1 Resin akrilik dipakai sebagai bahan basis gigitiruan oleh karena bahan ini memiliki sifat tidak toksik, tidak iritasi, tidak larut dalam cairan mulut, estetik baik, mudah dimanipulasi, reparasinya mudah dan perubahan dimensinya kecil.1,2 Selain sifat yang menguntungkan, resin akrilik juga mempunyai kekurangan yaitu adanya monomer sisa, porus, menyerap air dan kurang tahan terhadap abrasi.2

Salah satu sifat fisis resin akrilik sebagai basis gigitiruan yang penting adalah kekasaran permukaan.3 Kekasaran permukaan dirumuskan sebagai ketidak sempurnaan permukaan yang relatif halus dan merata, yang tingginya, kelebarannya dan arahnya menentukan pola dominan dari seluruh permukaan.4 Jika permukaan kasar sedemikian rupa terjadi dan terpapar pada lingkungan oral, akan mempermudah perlekatan mikroorganisme patogen dan pembentukan film serta mengakibatkan infeksi.3,5 Semakin kasar permukaan resin akrilik maka perlekatan plak semakin meningkat.2 Dari penelitian Bollen dkk, (1996) diperoleh hasil bahwa kekasaran permukaan yang dapat diterima di dalam rongga mulut setelah dilakukan pemolesan tidak lebih dari 0,2 ��.6Salah satu faktor yang mempengaruhi kekasaran resin akrilik polimerisasi panas adalah pH asam.7,8 Sesuai pada penelitian Constantinescu (2007)

cit. Almashhadanydkk (2014), diperoleh hasil bahwa kekasaran resin akrilik

polimerisasi panas meningkat ketika di rendam dalam saliva buatan pada derajat keasaman pH 5,5 dibandingkan dengan perendaman dalam saliva buatan pada derajat keasaman pH 6,8.7

(56)

telah melakukan penelitian pada bahan kedokteran gigi, mengenai kekasaran permukaan resin komposit setelah perendaman dalam minuman kopi dengan pH 5,01 dan minuman ringan, menunjukkan nilai kekasaran resin komposit yang direndam dalam larutan minuman ringan lebih rendah dari pada kekasaran resin komposit yang direndam dalam minuman kopi.9 Pada penelitian Nurmalasari, (2015) diperoleh hasil bahwa kekasaran resin komposit nano yang direndam dalam minuman kopi lebih tinggi, dibandingkan bahan resin komposit nano yang direndam pada teh hitam, karena minuman kopi lebih asam dari pada minuman teh hitam.10 Dari Hasil penelitian Wieckiewicz dkk, (2014) diperoleh bahwa kekasaran permukaan resin akrilik polimerisasi panas dapat meningkat karena terpapar oleh larutan yang mengandung asam.8

Yogurtyaituproduk yang diperoleh dari susu yang telah dipasteurisasi kemudian difermentasikan dengan bakteri tertentu sampai diperoleh keasaman, dengan atau tanpa penambahan bahan lain yang diizinkan.11 Susu fermentasi adalah produk susu yang dihasilkan pada proses fermentasi, dengan bahan baku susu yang telah diolah, dengan atau tanpa penambahan ataumodifikasi komposisi susu tersebut, oleh aktivitas mikroorganisme spesifik, dan dengan adanya penurunan pH atau tanpa adanya koagulasi.12 Yogurt adalah salah satu hasil olahan susu yang mengalami fermentasi dan memiliki cita rasa asam.13 Dalam proses pembuatan yogurt, kedua bakteri laktat tersebut bersimbiosis memecah laktosa manjadi asam laktat sehingga akan menurunkan pH air susu dan menciptakan rasa asam dengan pH 3,8 - 4,6.13,14

(57)

menit, Untuk mensimulasikan waktu konsumsi yogurt selama 24 hari dilakukan perhitungan (5 menit × 1 × 24 hari) didapatkan hasil 120 menit, Untuk mensimulasikan waktu konsumsi yogurt selama 36 hari dilakukan perhitungan (5 menit × 1 × 36 hari) didapatkan hasil 180 menit. Waktu 60, 120, dan 180 menit ditetapkan sebagai waktu perendaman sampel pada penelitian ini. Peneliti belum menemukan data sebelumnya, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang kekasaran resin akrilik setelah perendaman di dalam minuman yogurt.

1.2Rumusan Masalah

Apakah ada perubahan kekasaran permukaan resin akrilik polimerisasi panas setelah direndam di dalam minuman yogurt selama 60, 120, dan 180 menit

1.3 Tujuan Penelitian

Untuk melihat perubahan kekasaran permukaaan resin akrilik polimerisasi panas setelah direndam di dalam minuman yogurt selama 60, 120, dan 180 menit.

1.4Hipotesa Penelitian

Berdasarkan rumusan permasalahan di atas maka dapat disusun hipotesis penelitian yaitu tidak ada perubahan kekasaran permukaan resin akrilik polimerisasi panas setelah direndam di dalam minuman yogurt selama 60, 120 dan 180 menit.

1.5Manfaat Penelitian

1. Memberikan informasi dan pengetahuan kepada masyarakat, dokter gigi dan praktisi mengenai pengaruh minuman asam yaitu yogurt terhadap kekasaran resin akrilik polimerisasi panas

2. Sebagai bahan masukan bagi perkembangan ilmu pengetahuan kedokteran gigi, khusus pada ilmu material kedokteran gigi.

(58)

Sintiya Karolina Tarigan

Kekasaran Permukaan Resin Akrilik Polimerisasi Panas Setelah Perendaman Di Dalam Minuman Yogurt.

X + 53 halaman

Resin akrilik polimerisasi panas merupakan bahan yang paling banyak digunakan sebagai bahan basis gigitiruan. Salah satu sifat fisik resin akrilik sebagai basis gigitiruan yang penting adalah kekasaran permukaan. Minuman asam dapat mempengaruhi kekasaran permukaan resin akrilik polimerisasi panas. Yogurt adalah salah satu hasil olahan susu yang mengalami fermentasi dan memiliki pH asam. Tujuan dari penelitian adalah untuk melihat perubahan kekasaran permukaaan resin akrilik polimerisasi panas setelah direndam di dalam minuman yogurt selama 60, 120, dan 180 menit. Sampel penelitian adalah resin akrilik polimerisasi panas berbentuk persegi dengan panjang 12 mm, lebar 12 mm dan tebal 2 mm. Besar sampel 10 buah, untuk setiap perlakuan yaitu perendaman 60, 120 dan 180 menit. Pembuatan sampel dengan pemanasan menggunakan waterbath, pemanasan dimulai pada suhu kamar dan dinaikkan terus hingga suhu 74℃ selama 90 menit, setelah itu suhu dinaikkan menjadi 100℃ dan dipertahankan selama 60 menit. Setiap sampel

(59)

perendamannya yaitu 60,120, dan 180 menit. Kekasaran permukaan sampel diukur sebelum dan setelah perlakuan dengan menggunakan alat profilometer (MarSurf M300, Mahr, Germany). Analisis data dengan menggunakan uji Tberpasangan, dan

One Way Anova dengan post hoc uji Least Significant Difference (LSD), dengan

tingkat kepercayaan (p≤0,05).Hasil penelitian ini menunjukkan perubahan nilai rerata

kekasaran permukaan sampel pada kelompok perendaman 60 menit menunjukkan perubahan sebesar 0,008 ± 0,0240 µm, kelompok perendaman 120 menit menunjukkan 0,0165 ± 0,0075 µm, dan kelompok perendaman 180 menit menunjukkan 0,0284 ± 0,0155µm.Terdapat perbedaan nilai kekasaran permukaan yang bermakna dengan p=0,041(p<0,05) antara ketiga kelompok perlakuan. Dapat disimpulkan bahwa semakin lama perendaman resin akrilik polimerisasi panas di dalam minuman yogurt maka kekasaran permukaan resin akrilik semakin meningkat.

(60)

PERENDAMAN DI DALAM

MINUMAN YOGURT

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi

Syarat guna memperoleh Sarjana Kedokteran Gigi

Oleh :

Sintiya Karolina Tarigan NIM: 120600019

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(61)

Sintiya Karolina Tarigan

Kekasaran Permukaan Resin Akrilik Polimerisasi Panas Setelah Perendaman Di Dalam Minuman Yogurt.

X + 53 halaman

Resin akrilik polimerisasi panas merupakan bahan yang paling banyak digunakan sebagai bahan basis gigitiruan. Salah satu sifat fisik resin akrilik sebagai basis gigitiruan yang penting adalah kekasaran permukaan. Minuman asam dapat mempengaruhi kekasaran permukaan resin akrilik polimerisasi panas. Yogurt adalah salah satu hasil olahan susu yang mengalami fermentasi dan memiliki pH asam. Tujuan dari penelitian adalah untuk melihat perubahan kekasaran permukaaan resin akrilik polimerisasi panas setelah direndam di dalam minuman yogurt selama 60, 120, dan 180 menit. Sampel penelitian adalah resin akrilik polimerisasi panas berbentuk persegi dengan panjang 12 mm, lebar 12 mm dan tebal 2 mm. Besar sampel 10 buah, untuk setiap perlakuan yaitu perendaman 60, 120 dan 180 menit. Pembuatan sampel dengan pemanasan menggunakan waterbath, pemanasan dimulai pada suhu kamar dan dinaikkan terus hingga suhu 74℃ selama 90 menit, setelah itu suhu dinaikkan menjadi 100℃ dan dipertahankan selama 60 menit. Setiap sampel

(62)

perendamannya yaitu 60,120, dan 180 menit. Kekasaran permukaan sampel diukur sebelum dan setelah perlakuan dengan menggunakan alat profilometer (MarSurf M300, Mahr, Germany). Analisis data dengan menggunakan uji Tberpasangan, dan

One Way Anova dengan post hoc uji Least Significant Difference (LSD), dengan

tingkat kepercayaan (p≤0,05).Hasil penelitian ini menunjukkan perubahan nilai rerata

kekasaran permukaan sampel pada kelompok perendaman 60 menit menunjukkan perubahan sebesar 0,008 ± 0,0240 µm, kelompok perendaman 120 menit menunjukkan 0,0165 ± 0,0075 µm, dan kelompok perendaman 180 menit menunjukkan 0,0284 ± 0,0155µm.Terdapat perbedaan nilai kekasaran permukaan yang bermakna dengan p=0,041(p<0,05) antara ketiga kelompok perlakuan. Dapat disimpulkan bahwa semakin lama perendaman resin akrilik polimerisasi panas di dalam minuman yogurt maka kekasaran permukaan resin akrilik semakin meningkat.

(63)

Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan tim penguji skripsi

Medan, 02Agustus2016

Pembimbing: Tanda Tangan

1. Hj Lasminda Syafiar,.drg,.M.Kes ... NIP. 195408031980032001

(64)

Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan tim penguji pada tanggal 02 Agustus 2016

TIM PENGUJI

KETUA : Lasminda Syafiar,drg.M.Kes

ANGGOTA : 1 Rusfian,.drg,.M.Kes 2. Sumadhi S,.drg.,PhD

(65)

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi

Rasa hormat dan terima kasih yang sebesar-besarnya terkhusus penulis sampaikan kepada ayahanda Benteng Tarigan dan ibunda Sri Mahdani atas segala kasih sayang, bimbingan, doa, dukungan baik moril maupun materil dan motivasi yang tiada hentinya kepada penulis selama pendidikan. Tak lupa pula penulis juga menyampaikan terima kasih kepada saudara penulis, Abang saya Erich Dalan Ersada Tarigan, adik saya Tri Yudha Prastiya Tarigan, dan M. Zikri Arifin atas semua dukungan, dan semangat yang diberikan.

Dalam pelaksanaan penelitian dan penulisan skripsi ini, penulis telah banyak bimbingan, pengarahan, dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:

1. Dr.Trelia Boel, drg.,M.Kes.,Sp. RKG(K) Selaku Dekan Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara.

2. Hj. Lasminda Syafiar,drg.M.Kes selaku ketua Departemen Ilmu Material dan Teknologi Kedokteran Gigi Sumatera Utara dan selaku dosen pembimbing I yang telah bersedia memberikan bimbingan, pengarahan, dan motivasi kepada penulis selama pembuatan proposal, penelitian, seminar hasil hingga penyempurnaan skripsi ini.

3. Kholidina Imanda Harahap,drg.,MDSc selaku dosen pembimbing II yang telah bersedia memberikan bimbingan, pengarahan, dan motivasi kepada penulis selama pembuatan proposal, penelitian, seminar hasil hingga penyempurnaan skripsi ini.

(66)

kepada penulis selama penelitian dan penyelesaian skripsi.

6. Drs. Moch. Agus Zaenuri MT selaku dosem Laboratorium Teknik Mesin di Politeknik Negeri Medan atas izin dan bimbingan selama penelitian.

7. Dra. Nunuk Priyani, M.Sc selaku kepala laboratorium Departemen Mikrobiologi FMIPA USU atas izin dan bantuan fasilitas selama penelitian.

8. Maya Fitria, SKM, M.Kes selaku dosen yang telah meluangkan waktunya untuk membantu penulis dalam melakukan analisis statistik di Departemen Kependudukan dan Biostatistik FKM USU.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih belum sempurna. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk penyempurnaan skripsi ini.

Medan,02 Agustus 2016 Penulis

(67)

HALAMAN JUDUL ...

2.2 Resin Akrilik Polimerisasi Panas ... 4

2.2.1 Komposisi Resin Akrilik Polimerisasi Panas ... 5

2.2.2 Sifat Fisis Resin Akrilik Polimerisasi Panas ... 5

2.2.3 Sifat Mekanik Resin Akrilik Polimerisasi Panas ... 7

2.2.4Kelebihan dan Kekurangan ... 8

2.2.5 Manipulasi Resin Akrilik Polimerisasi Panas ... 9

2.3 Kekasaran Permukaan ... 10

2.4 Yogurt ... 12

BAB 3. METODOLOGI PENELITIAN... 14

3.1 Jenis Penelitian... 14

3.2 Desain Penelitian ... 14

3.3 Tempat dan Waktu Penelitian ... 14

3.3.1 Tempat Pembuatan Sampel... 14

3.3.2 Tempat Perendaman Sampel ... 14

3.3.3 Tempat Pengujian Sampel ... 14

3.3.4 Waktu Penelitian ... 14

(68)

3.4.3.1 Kriteria Inklusi ... 15

3.5.4 Variabel Tidak Terkendali ... 17

3.6 Definisi Operasional ... 17

3.7 Alat dan Bahan Penelitian ... 17

3.7.1 Alat Penelitian ... 17

3.7.1.2 Alat Profilometer ... 19

3.7.3 Bahan yang digunakan ... 19

3.8 Prosedur Penelitian ... 21

3.8.1 Persiapan Sampel Penelitian ... 21

3.8.1.1 Pembutan Mold ... 21

3.8.1.2 Pengisian Resin Akrilik Polimerisasi Panas pada Mold ... 22

3.8.1.3 Proses polimeirisasi ... 23

3.8.1.4 Penyelesaian akhir Pemolisan ... 23

3.8.2 Pengukuran Kekasaran Permukaan Awal ... 24

3.8.3 Perendaman Sampel Dan Pengukuran Kekasaran Akhir ... 25

3.8.4 Analisis Data ... 26

BAB 4 HASIL PENELITIAN 4.1 Hasil Penelitian ... 27

4.2 Analisis Hasil Penelitian ... 28

BAB 5 PEMBAHASAN ... 32

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan ... 34

6.2 Saran ... 34

(69)

Halaman Tabel 1 Sifat Mekanis Resin Aklirik heat-cured ... 8 Tabel 2. Komposisi resin akrilik polimerisasi panas (QC-20) ... 19 Tabel 2. Nilai Kekasaran Permukaan Resin Akrilik Polimerisasi Panas (µm) Sebelum

dan Sesudah Perendaman Di Dalam Minuman Yogurt ... 27 Tabel 3. Analisis Statistik uji T berpasangan nilai kekasaran resin akrilik

padakelompok perendaman 60 menit ... 29 Tabel 4. Analisis Statistik uji T berpasangan nilai kekasaran resin akrilik pada

kelompok perendaman 120 menit ... 29 Tabel 5. Analisis Statistik uji T berpasangan nilai kekasaran resin akrilik pada

kelompok perendaman 180 menit ... 29 Tabel 6. Analisis Statitik One Way Anova nilai kekasaran permukaan resin akrilik

antara ketiga kelompok perlakuan ... 30 Tabel 7 Analisa Statistik Uji Least Significance Difference (LSD) Nilai Kekasaran

(70)

Halaman

Gambar 1. Ukuran Sampel ... 15

Gambar 2. (A) kuvet, (B) Rubber bowl dan spatula, (C) pot akrilik, D) pinset dan lekron, (E) Master logam, (F) Inkubator, (G) wadah plastik, (H) Mikromotor ... 18

Gambar 3. Alat Profilometer ... 19

Gambar 4. Resin akrilik polimerisasi panas ... 19

Gambar 5. Minuman yogurt ... 20

Gambar 6. Plaster of paris ... 20

Gambar 7. Vaselin ... 20

Gambar 8. CMS ... 21

Gambar 9. Master logam dimasukkan kedalam kuvet ... 21

Gambar 10. Kuvet atas dan bawah dipisahkan, dan master logam dikeluarkan... 22

Gambar 11. Kuvet dibuka dan ditutup kembali ... 23

Gambar 12. Pemberian tanda pada sampel... ... 23

Gambar 13. Skema daerah yang diukur... 24

Gambar 14 (a) Meletakkan sampel ke dalam wadah (b) perendaman sampel (c) sampel disimpan dalam inkubator... 25

Gambar 15. Sampel telah di bersihkan... 25

Gambar 16. Pengukuran kekasaran permukaan sampel... .... .. 25

(71)

Lampiran 1. Kerangka Teori Lampiran 2 Kerangka Konsep Lampiran 3 Alur Penelitian

Lampiran 2. Output Uji Noromalitas Data Kekasaran Permukaan Resin Akrilik Polimerisasi Panas Sebelum dan Sesudah Perendaman Di Dalam Minuman Yogurt

Lampiran 3. Hasil Analisis Statistik Uji T Berpasangan ( T-Paired) Lampiran 4. Hasil Analisis Statistik Uji One Way Anova

Lampiran 5. Tabel Hasil Pengukuran Kekasaran Permukaan Resin Akrilik Polimerisasi Panas Sebelum dan Setelah Perendaman 60 Menit. Lampiran 6. Tabel Hasil Pengukuran Kekasaran Permukaan Resin Akrilik

Polimerisasi Panas Sebelum dan Setelah Perendaman 120 Menit Lampiran 7. Tabel Hasil Pengukuran Kekasaran Permukaan Resin Akrilik

Gambar

Gambar 3. Alat profilometer
Gambar 4. Resin akrilik polimerisasi panas
Gambar 8. CMS
Gambar 10. Kuvet atas dan bawah dipisahkan, dan master logam
+7

Referensi

Dokumen terkait

(2010), melakukan penelitian bahan kedokteran gigi resin akrilik polimerisasi panas , polimerisasi kimia dan bahan pelapis mengenai kekasaran dan kekerasan permukaan

Terdapat perbedaan dan pengurangan kekasaran permukaan resin akrilik polimerisasi panas yang signifikan sesudah dipoles dengan bubuk pumice dalam waktu pemolesan

Lasminda Syafiar,drg.M.Kes selaku ketua Departemen Ilmu Material dan Teknologi Kedokteran Gigi Sumatera Utara dan selaku dosen pembimbing I yang telah bersedia memberikan

Karakteristik produk fermentasi dari bahan kombinasi susu kambing dengan ekstrak kedelai, ekstrak jagung atau santan kelapa.. Chairunnisa H, Balia RL,

Hasil Analisis Deskriptif Selisih Perubahan Kekasaran Resin Akrilik Polimersisasi Panas Yang Berbeda Pada Setiap 10 Menit ... Tes Normalitas

Dari uraian tersebut diambil suatu hipotesis, bahwa tidak ada perubahan kekasaran permukaan lempeng resin akrilik polimerisasi panas setelah direndam dalam larutan pembersih

Hasil Analisis Deskriptif Selisih Perubahan Kekasaran Resin Akrilik Polimersisasi Panas Yang Berbeda Pada Setiap 10 Menit.

PERUBAHAN WARNA PADA BASIS GIGI TIRUAN RESIN AKRILIK POLIMERISASI PANAS SETELAH PERENDAMAN DALAM