PENAMBAHAN TEPUNG KACANG MERAH DALAM PEMBUATAN DONAT DAN DAYA TERIMANYA
SKRIPSI
OLEH :
NIM. 05100540 NAILANDA YAUMI
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
PENAMBAHAN TEPUNG KACANG MERAH DALAM PEMBUATAN DONAT DAN DAYA TERIMANYA
SKRIPSI
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat
OLEH :
NIM. 05100540 NAILANDA YAUMI
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
HALAMAN PENGESAHAN Skripsi Dengan Judul :
PENAMBAHAN TEPUNG KACANG MERAH DALAM PEMBUATAN DONAT DAN DAYA TERIMANYA
Yang dipersiapkan dan dipertahankan oleh :
NIM. 05100540 NAILANDA YAUMI
Telah Diuji dan Dipertahankan Dihadapan Tim Penguji Skripsi Pada Tanggal 11 Oktober 2010 dan
Dinyatakan Telah Memenuhi Syarat Untuk Diterima Tim Penguji
Ketua penguji
NIP. 196706131993031004
Prof. Dr. Ir. Albiner Siagian, M.Si
Penguji I
NIP. 198207292008122002 Fitri Ardiani, SKM., MPH
Penguji II
NIP. 197002121995012001
Ernawati Nasution, SKM., MKes
Penguji III
NIP. 1969052419930831001
Ferry, S.H., S.Si., AMG., DC.Nutri., M.Kes
Medan, Desember 2010 Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Sumatera Utara Dekan,
ABSTRAK
Kacang merah merupakan salah satu jenis kacang-kacangan yang berpotensi untuk dikembangkan dalam berbagai produk industri pangan. Kacang merah memiliki mutu gizi yang tidak kalah dengan jenis kacang lainnya, namun pemanfaatannya menjadi makanan jajanan masih terbatas. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hasil penambahan tepung kacang merah dalam pembuatan donat dan daya terimanya.
Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimen/pengembangan produk. Panelis dalam penelitian ini adalah mahasiswa Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumetara Utara, sebanyak 50 orang. Data yang diperoleh dianalisa secara deskriptif.
Hasil terbaik pada penelitian ini adalah donat dengan penambahan tepung kacang merah sebanyak 20% dan tepung terigu 80% yang menghasilkan warna donat kuning kecoklatan, tekstur donat lebih lembut, belum tercium adanya bau langu pada donat dan rasa normal donat yang biasa dikonsumsi oleh konsumen. Demikian juga hasil uji daya terima yang paling disukai oleh panelis adalah donat dengan penambahan tepung kacang merah sebanyak 20% dan tepung terigu 80% yang dilihat berdasarkan indikator aroma warna, rasa dan tekstur.
Dengan adanya bau langu pada tepung kacang merah, maka dalam pembuatan donat kacang merah perlu menghilangkan atau paling tidak menurunkan bau langu yang ditimbulkan, hal ini dapat dilakukan dengan menggunakan pemberi aroma yang alami seperti daun pandan.
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama : Nailanda Yaumi
Tempat/Tanggal Lahir : Sawit Seberang / 26 Desember 1981
Agama : Islam
Status Perkawinan : Belum Menikah Jumlah Saudara : 3 (tiga) bersaudara
Alamat Rumah : Mekar Sawit Kec. Sawit Seberang Kab. Langkat
Riwayat Pendidikan
1. SD 050688 Sawit Seberang : Tahun 1988 - 1994 2. SMP Taman Siswa Sawit Seberang : Tahun 1994 - 1997 3. SMU Taman Siswa Sawit Seberang : Tahun 1997 - 2000
4. Akper PEMKAB Langkat : Tahun 2000 - 2003
KATA PENGANTAR
Rasa syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan
karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Penulis menyadari sepenuhnya
bahwa apa yang disajikan dalam skripsi masih terdapat kekurangan, oleh sebab itu
penulis mengharapkan saran dan kritikan yang sifatnya membangun yang bermanfaat
bagi skripsi ini. Adapun judul skripsi ini adalah : “Penambahan Tepung Kacang
Merah dalam Pembuatan Donat dan Daya Terimanya”.
Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terimakasih kepada Dr. Ir.
Albiner Siagian, M.Si, selaku dosen pembimbing I dan Fitri Ardiani, SKM., MPH
selaku dosen pembimbung II, yang telah banyak meluangkan waktu dan pikiranya
dalam memberikan petunjuk, saran dan bimbingan kepada penulis sehingga skripsi
ini dapat diselesaikan. Penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan dan
dukungan dari berbagai pihak. Untuk itu, penulis dengan rasa hormat menyampaikan
terimakasih kepada :
1. Bapak Dr. Drs. Surya Utama, MS selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Sumatera Utara.
2. Ibu Dra. Jumirah, Apt, MKes selaku Ketua Departemen Gizi Kesehatan
Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.
3. Seluruh Dosen di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.
4. Ayahanda dan Ibunda tercinta yang telah banyak memberikan doa, dukungan
moril dan materi selama penulis mengikuti hingga menyelesaikan perkuliahan
5. Erwin Arifin Siregar yang selalu memberikan perhatian dan dukungan kepada
penulis
6. Kawan-kawan peminatan Gizi Kesehatan Masyarakat (Netty, Juli, Suci dan
Indri)
Akhirnya pada semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu,
semoga Allah SWT membalas semua kebaikan Bapak, Ibu dan teman-teman sekalian.
Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi para pembaca sekalian.
Medan, Desember 2010 Penulis
DAFTAR ISI
Halaman Persetujuan
Abstrak ...
Abstract ...
Daftar Riwayat Hidup ... Kata Pengantar ... Daftar Isi ... Daftar Tabel ... Daftar Gambar ... BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang... 1.2. Perumusan Masalah ... 1.3. Tujuan Penelitian ...
1.3.1. Tujuan Umum ... 1.3.2. Tujuan Khusus ... 1.4. Manfaat Penelitian ...
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Kacang Merah ... 2.2. Kandungan Gizi Kacang Merah ... 2.3. Donat ... 2.3.1. Bahan Pembuat Donat ... 2.3.2. Proses Pembuatan Donat ... 2.4. Daya Terima ... 2.5. Kerangka Konsep Penelitian ...
BAB III METODE PENELITIAN
3.1. Jenis Penelitian ... 3.2. Waktu dan Tempat Eksperimen ... 3.3. Bahan dan Peralatan Penelitian ... 3.3.1. Bahan ... 3.3.2. Peralatan ... 3.4. Definisi Operasional ... 3.5. Panelis ... 3.6. Uji Organoleptik ... 3.7. Teknik Analisa Data ...
BAB IV HASIL PENELITIAN
4.1. Donat Kacang Merah ... 4.2. Daya Terima Panelis terhadap Donat dengan Penambahan
4.2.1. Daya Terima Panelis berdasarkan Indikator Aroma ... 4.2.2. Daya Terima Panelis berdasarkan Indikator Warna... 4.2.3. Daya Terima Panelis berdasarkan Indikator Rasa ... 4.2.4. Daya Terima Panelis berdasarkan Indikator Tekstur ...
BAB V PEMBAHASAN
5.1. Tingkat Kesukaan Panelis berdasarkan Indikator Aroma ... 5.2. Tingkat Kesukaan Panelis berdasarkan Indikator Warna ... 5.3. Tingkat Kesukaan Panelis berdasarkan Indikator Rasa ... 5.4. Tingkat Kesukaan Panelis berdasarkan Indikator Tekstur ...
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
6.1. Kesimpulan... 6.2. Saran ...
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1. Komposisi Zat Gizi Kacang Tiap 100 Gram Bahan...
Tabel 3.1. Jenis dan Ukuran Bahan ...
Tabel 3.2. Pemberian Skor pada Skala Hedonik ...
Tabel 4.1. Daya Terima Panelis terhadap Donat dengan Penambahan Tepung Kacang Merah pada Indikator Aroma ...
Tabel 4.2. Daya Terima Panelis terhadap Donat dengan Penambahan Tepung Kacang Merah pada Indikator Warna ...
Tabel 4.3. Daya Terima Panelis terhadap Donat dengan Penambahan Tepung Kacang Merah pada Indikator Rasa ...
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1. Pembibitan Kacang Merah dan Tanaman Kacang Merah ...
Gambar 2.2. Kacang Merah yang Sedang Dikupas dari Kulitnya ...
Gambar 2.3. Kerangka Konsep Penelitian ...
Gambar 3.1. Diagram Alir Proses Pembuatan Donat Kacang Merah ...
Gambar 4.1. Donat Hasil Penambahan Tepung Kacang Merah ...
Gambar 4.2. Tingkat Kesukaan Panelis terhadap Donat Kacang Merah Berdasarkan Aroma ...
Gambar 4.3. Tingkat Kesukaan Panelis terhadap Donat Kacang Merah Berdasarkan Warna ...
Gambar 4.4. Tingkat Kesukaan Panelis terhadap Donat Kacang Merah Berdasarkan Rasa ...
ABSTRAK
Kacang merah merupakan salah satu jenis kacang-kacangan yang berpotensi untuk dikembangkan dalam berbagai produk industri pangan. Kacang merah memiliki mutu gizi yang tidak kalah dengan jenis kacang lainnya, namun pemanfaatannya menjadi makanan jajanan masih terbatas. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hasil penambahan tepung kacang merah dalam pembuatan donat dan daya terimanya.
Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimen/pengembangan produk. Panelis dalam penelitian ini adalah mahasiswa Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumetara Utara, sebanyak 50 orang. Data yang diperoleh dianalisa secara deskriptif.
Hasil terbaik pada penelitian ini adalah donat dengan penambahan tepung kacang merah sebanyak 20% dan tepung terigu 80% yang menghasilkan warna donat kuning kecoklatan, tekstur donat lebih lembut, belum tercium adanya bau langu pada donat dan rasa normal donat yang biasa dikonsumsi oleh konsumen. Demikian juga hasil uji daya terima yang paling disukai oleh panelis adalah donat dengan penambahan tepung kacang merah sebanyak 20% dan tepung terigu 80% yang dilihat berdasarkan indikator aroma warna, rasa dan tekstur.
Dengan adanya bau langu pada tepung kacang merah, maka dalam pembuatan donat kacang merah perlu menghilangkan atau paling tidak menurunkan bau langu yang ditimbulkan, hal ini dapat dilakukan dengan menggunakan pemberi aroma yang alami seperti daun pandan.
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Di Indonesia terdapat jenis kacang-kacangan dengan berbagai warna, bentuk,
ukuran dan varietas, yang sebenarnya potensial untuk menambah zat gizi dalam diet
atau menu sehari-hari. Jenis yang mendominasi pasar adalah kacang kedelai, yang
sebagian besar masih diimpor. Sebenarnya telah banyak usaha yang dilakukan untuk
mengangkat kacang-kacangan lokal Indonesia, seperti kacang tunggak (Vigna
unguiculata), kacang hijau (Phaseolus radiatus L.) dan kacang merah (Phaseolus
vulgaris L.). tetapi hasilnya ternyata masih belum memuaskan, artinya masih belum
merakyat, apalagi untuk dapat disejajarkan dengan kedelai (Husaini, 2000).
Kacang-kacangan dikonsumsi dalam jumlah besar di seluruh dunia.
Masyarakat Afrika, India, Amerika Tengah dan Selatan mengonsumsi 50 sampai 150
gram kacang-kacangan per hari. Meskipun belum ada angka pasti, konsumsi
kacangan di Indonesia, kecuali kacang kedelai, masih kecil. Kacang-kacangan
memberikan sekitar 135 kkal per 100 gram bagian yang dapat dimakan. Jika kita
mengonsumsi kacang-kacangan sebanyak 100 gram, maka jumlah itu akan
mencukupi sekitar 20 % kebutuhan protein dan 20 persen kebutuhan serat per hari.
Kacang-kacangan telah lama dikenal sebagai sumber protein yang saling
melengkapi dengan biji-bijian, seperti beras dan gandum. Komoditi ini juga ternyata
potensial sebagai sumber zat gizi lain, yaitu mineral, vitamin B, karbohidrat
kacang-kacangan juga dapat dijadikan sumber serat. Penelitian mengenai efek kesehatan serat
dari kacang-kacangan sebagian besar masih terbatas pada kacang kedelai (Koswara,
2010).
Disamping diolah secara tradisional dengan direbus, dikukus, dan disayur,
sebenarnya potensi penggunaannya sangat luas untuk menghasilkan produk baru.
Misalnya sebagai bahan baku tepung campuran (flour mix) yang dapat digunakan
dalam pembuatan berbagai produk pangan, termasuk makanan bayi. Dengan
teknologi pengolahan yang semakin maju, kacang-kacangan tidak hanya diolah
dengan cara-cara konvensional tetapi dapat dibuat dalam bentuk ingredient (bahan
makanan), seperti tepung, konsentrat atau isolat protein. Jika dicampurkan dengan
tepung beras atau gandum, produk ingredien dari kacang-kacangan tersebut dapat
memberikan sifat-sifat fungsional yang dikehendaki (Fachrudin, 2000).
Kacang merah merupakan sumber protein dan fosfor kedua tertinggi dari
semua jenis kacang-kacangan yang ada di Indonesia, seperti kacang bpgpr, kacang
gude, kacang hijau, kacang kedele, dan lain-lain. Namun, perkembangan produksinya
di Indonesia dari tahun ke tahun mengalami peningkatan dan penurunan. Produksi
kacang merah pada tahun 2003 sebesar 90.281 ton, mengalami peningkatan menjadi
131.218 ton pada tahun 2005, namun pada tahun 2008 produksi kacang merah
kembali mengalami penurunan menjadi 115.817 ton (BPS. RI, 2009). Salah satu
maksimalnya pemanfaatan kacang merah, baik sebagai bahan baku pangan maupun
industri.
Kacang merah merupakan jenis kacang-kacangan yang banyak terdapat di
pasar-pasar tradisional sehingga mudah didapat dan harganya relatif murah. Kacang
merah sering dipergunakan untuk beberapa masakan, seperti sup, rendang, dan juga
kue-kue, kini bahkan umum digunakan untuk makanan bayi mengingat kandungan
nilai gizinya yang tinggi, terutama sebagai sumber protein dan fosfor. Menurut
Yulianti (2004) dalam diversifikasi bahan makanan, termasuk juga diversifikasi
sumber protein makanan, salah satu faktor yang penting adalah tersedianya bahan
pangan alternatif yang bergizi tinggi, serta aman bagi tubuh.
Donat adalah salah satu jenis makanan kecil yang banyak dijual di pasaran
dengan berbagai variasi bentuk, rasa dan kadang ditambah dengan berbagai macam
isi dan taburan. Pada umumnya donat disukai berbagai kalangan mulai dari anak-anak
sampai orang dewasa karena rasanya yang enak dan empuk. Bahan utama pembuatan
donat adalah tepung terigu, sehingga diharapkan dengan penambahan tepung kacang
merah dapat mengurangi ketergantungan terhadap tepung terigu yang merupakan
bahan impor dan menduduki porsi terbesar dalam pembuatan donat. Selain itu
1.2. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka sebagai permusan masalah adalah
bagaimana hasil penambahan tepung kacang merah dalam pembuatan donat dan daya
terimanya.
1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui hasil penambahan tepung kacang merah dalam pembuatan
donat dan daya terimanya.
1.3.2. Tujuan Khusus
1. Mengetahui rasa, aroma, tekstur dan warna pada penambahan tepung
kacang merah 40%, 30% dan 20% dari jumlah seluruh tepung dalam
pembuatan donat.
2. Mengetahui tingkat kesukaan masyarakat terhadap donat kacang merah
berdasarkan indikator aroma, rasa, warna dan tekstur.
1.4. Manfaat Penelitian
1. Menghasilkan produk makanan yang bervariasi dari hasil olahan kacang
merah.
2. Menghasilkan produk donat kacang merah yang bergizi tinggi terutama
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Kacang Merah
2.1.1. Budidaya Tanaman Kacang Merah
Kacang merah (Phaseolus vulgaris L.) atau kacang jogo (kacang buncis tipe
tegak) berasal dari Amerika. Penyebarluasan tanaman kacang merah dari Amerika ke
Eropa dilakukan sejak abad 16. Daerah pusat penyebaran adalah Inggris dan
pengembangan dimulai sejak tahun 1594, ke negara-negara Eropa dan Afrika hingga
ke Indonesia (Sulistyowati, 2008).
(a) (b)
Gambar 2.1. Pembibitan Kacang Merah dan Tanaman Kacang Merah
(a) Pembibitan kacang merah (b) Tanaman kacang merah
Pembudidayaan tanaman kacang merah di Indonesia telah meluas ke berbagai
daerah. Tahun 1961-1967 luas areal penanaman kacang merah di Indonesia sekitar
3.200 Ha, tahun 1969-1970 seluas 20.000 Ha dan tahun 1991 mencapai 79.254 Ha
dengan produksi 168.829 ton. Peningkatan produksi kacang merah mempunyai arti
penting dalam menunjang peningkatan gizi masyarakat, karena merupakan salah satu
(a) (b)
Gambar 2.2. Kacang Merah yang Sedang Dikupas dari Kulitnya
(a) Mengupas kulit kacang merah (b) Biji kacang merah
2.1.2. Kandungan Gizi Kacang Merah
Sejak dulu konsumsi kacang-kacangan telah dikenal sangat bermanfaat bagi
tubuh. Di Indonesia, kacang-kacangan pun menjadi salah satu komoditi bahan pangan
yang akrab dalam masyarakat. Jenis kacangan-kacangan yang lekat dengan
masyarakat Indonesia antara lain, kacang hijau, kacang merah, dan kacang kedelai.
Kacang-kacangan mengandung banyak antioksidan, semakin tinggi kacang yang kita
konsumsi, akan semakin banyak juga radikal bebas dalam tubuh yang berhasil
dihancurkan (Anonim, 2008).
Kacang-kacangan bagus untuk menambah fungsi memori. Jenis
kacang-kacangan yang direkomendasikan adalah kacang merah. Kacang jenis ini
mengandung serat rendah kolestrol dan membantu menyuplai energi terus menerus ke
otak, asam folatnya dapat memperbaiki kesigapan, memori, dan mood. Zat besinya
membantu meningkatkan kesadaran dengan membuat enzim esensial untuk fungsi
neurotransmitter. Thiaminnya (vitamin B1) membantu meningkatkan konsentrasi
mencegah tingginya gula darah karena memiliki kandungan serat yang tinggi. Dalam
100 gram kacang merah kering, dapat menghasilkan 4 gram serat terdiri dari serat
larut dalam air dan serat yang tidak larut air (Anonim, 2009).
Sebuah studi yang diterbitkan dalam Archives of Internal Medicine
mengkonfirmasikan bahwa makan makanan tinggi serat, seperti kacang merah,
membantu mencegah penyakit jantung. Hampir 10,000 orang Amerika berpartisipasi
dalam penelitian ini yang dilakukan selama 19 tahun. Masyarakat yang biasa
mengkonsumsi serat 21 gr setiap hari, dapat mengurangi resiko penyakit jantung
koroner hingga 12% dan 11% penyakit jantung koroner dibandingkan yang hanya
mengkonsumsi serat 5 gr setiap hari. Studi lain menunjukkan bahwa kacang merah
dan kacang pinto mengandung lebih banyak asal lemak omega 3 daripada jenis
kacang lainnya khususnya ALA jenis asal omega-3 yang penting bagi pertumbuhan
dan fungsi otak (Anonim, 2009).
Tabel 2.1. Komposisi zat gizi Kacang Tiap 100 Gram Bahan
Zat Gizi per 100 gram
Kacang Bogor Kacang Gude Kacang Hijau Kacang Merah Kacang Kedelai
Energi (kkal) 370 336 345 336 331
Protein (g) 16,0 20,7 22,2 23,1 34,9
Lemak (g) 6,0 1,4 1,2 1,7 18,1
Karbohidrat (g) 65,0 62,0 62,9 59,5 34,8
Kalsium (mg) 85 125 125 80 227
Fosfor (mg) 264 275 320 400 585
Besi (mg) 4,2 4,0 6,7 5,0 8,0
Vitamin A (IU) 0 150 157 0 110
Vitamin B1
(mg) 0,18 0,48 0,64 0,60 1,07
Vitamin C (mg) 0 5 6 0 0
Air (g) 10,0 12,2 10,0 12,0 7,5
2.1.3. Tepung Kacang Merah
Tepung adalah partikel padat yang berbentuk butiran halus atau sangat halus
tergantung pemakaiannya. Biasanya digunakan untuk keperluan penelitian, rumah
tangga dan bahan baku industri. Pengolahan biji kacang merah menjadi tepung telah
lama dikenal oleh masyarakat, namun diperlukan sentuhan teknologi untuk
meningkatkan mutu tepung kacang merah yang dihasilkan. Pembuatan tepung kacang
merah dapat dilakukan dengan cara mengeringkannya di bawah sinar matahari.
Kacang merah kering kemudian dilepas kulitnya, disangrai, digiling, dan diayak
menjadi tepung. Penambahan 10 persen tepung kacang merah untuk menggantikan
tepung terigu dapat menghasilkan roti yang bernilai gizi lebih baik, dengan warna,
bau, dan cita rasa yang dapat diterima oleh konsumen (Astawan, 2009).
2.2. Donat
Donat (Donut dalam bahasa Inggris) adalah sejenis cake mini dengan bentuk
yang khas, yaitu berlubang di tengah seperti cincin, dan berbentuk bulat jika diisi
sesuatu. Donat memiliki sejarah yang cukup panjang sejak kemunculannya pertama
kali hingga mencapai penampilannya saat ini. Para arkelog Amerika menemukan
beberapa peninggalan yang menggambarkan adanya jenis makanan berbentuk seperti
donat pada zaman prasejarah. Namun diduga keras bahwa donat berasal dari daerah
di Belanda yaitu Manhatten, dan di sana donat dinamakan ’olykoek’ atau kue yang
digoreng. Saat ini donat merupakan salah satu kue populer favorit masyarakat dunia.
Bahkan di Amerika sendiri, saat ini lebih dari 10 juta donat diproduksi setiap tahun
Walaupun begitu beragamnya resep donat yang dikreasikan oleh para ahli
kuliner, donat harus selalu digoreng dalam minyak banyak dengan panas tertentu agar
warna donat kuning kecoklatan dan matang merata. Sebenarnya donat sudah cukup
lezat dengan hanya taburan gula halus saja. Donat dengan aroma yang harum, saat
disantap terasa garing namun empuk dan tidak berminyak adalah donat yang akan
selalu dicari para penggemarnya (Anonim, 2008).
2.2.1. Bahan-Bahan dalam Pembuatan Donat 1. Tepung Terigu
Tepung terigu merupakan bahan dasar pembuatan donat. Tepung terigu
diperoleh dari biji gandum (Triticum vulgare) yang digiling. Tepung terigu berfungsi
membentuk struktur donat, sumber protein dan karbohidrat. Kandungan protein
utama tepung terigu yang berperan dalam pembuatan donat adalah gluten. Gluten
dapat dibentuk dari gliadin (prolamin dalam gandum) dan glutenin (Astawan, 2006).
Tepung Terigu yang diguanakan dalam membuat donat adalah tepung terigu
hard atau keras, karena terigu jenis hard biasanya digunakan untuk membuat roti atau
makanan yang memerlukan pengembangan. Selain itu, tepung terigu keras juga
memenuhi syarat untuk pembuatan roti, karena mudah dicampur, diragikan, dapat
menyesuaikan pada suhu yang di tentukan, berfungsi membentuk suatu kerangka
susunan roti, dan terigu tersebut mempunyai sifat gluten yang lebih banyak dari jenis
2. Gula
Menurut Mudjajanto dan Lilik (2004), Gula yang digunakan dalam
pembuatan donat adalah gula halus agar mudah larut dan hancur dalam adonan. Gula
harus benar-benar kering dan tidak menggumpal. Gula yang tidak kering akan
mempengaruhi adonan karena adonan akan menggumpal, sedangkan adonan yang
menggumpal tidak bisa bercampur rata dengan bahan lainnya sehingga rasanya tidak
merata dan kemungkinan besar hasilnya tidak merata. Fungsi gula dalam pembuatan
donat adalah: Memberikan warna kulit, memperpanjang umur roti dan membuat
tekstur roti lebih empuk.
3. Lemak
Lemak merupakan komponen penting dalam pembuatan donat, karena
berfungsi sebagai bahan untuk menimbulkan rasa gurih, manambah aroma dan
menghasilkan tekstur produk yang renyah. Jenis lemak yang biasa digunakan dalam
pembuatan donat yaitu dapat berasal dari lemak nabati (margarin) (Hanny Wijaya,
2002). Margarin merupakan campuran dari air dan minyak. Menurut Mita dan Made
(1988) margarin mengandung 80% lemak, 18% air, garam dapur (NaCl) maks 4%
dan beberapa zat lain. Minyak nabati yang sering digunakan dalam pembuatan lemak
adalah minyak kelapa, minyak inti sawit, minyak biji kapas, minyak wijen, minyak
kedelai dan minyak jagung. Minyak nabati umumnya berwujud cair, karena
mengandung asam lemak tidak jenuh, seperti asam oleat, linoleat dan lenolenat.
4. Ragi
Ragi adalah suatu macam tumbuh- tumbuhan bersel satu yang tergolong
kedalam keluarga cendawan. Ragi berkembang biak dengan suatu proses yang
dikenal dengan istilah pertunasan, yang menyebabkan terjadinya peragian. Peragian
adalah istilah umum yang mencangkup perubahan gelembung udara dan yang bukan
gelembung udara ( aerobic dan anaerobic ) yang disebabkan oleh mikroorganisme.
Dalam pembuatan roti, sebagian besar ragi berasal dari mikroba jenis Saccharomyces
Cerevisiae. Ragi merupakan bahan pengembang adonan dengan produksi gas
karbondioksida (Mudjajanto dan Yulianti, 2004).
Menurut US. Wheat Assosiates, (1983), ragi terdiri dari sejumlah kecil enzym,
termasuk protease, lipase, invertase, maltase dan zymase. Enzym yang penting dalam
ragi adalah invertase, maltase dan zymase. Enzym invertase dalam ragi bertanggung
jawab terhadap awal aktivitas fermentasi. Enzym ini mengubah gula ( sukrosa) yang
terlarut dalam air menjadi gula sederhana yang terdiri atas glokosa dan fruktosa. Gula
sederhana kemudian dipecah menjadi karbondioksida dan alkohol. Enzym amilase
yang terdapat dalam tepung mampu memproduksi maltosa yang dapat dikonsumsi
oleh ragi sehingga fermentasi terus berlangsung. Proses pengembangan adonan dapat
terjadi apabila ragi dicampur dengan bahan- bahan lain dalam pembuatan roti, maka
ragi akan menghasilkan CO2. Gas inilah yang menjadikan adonan roti menjadi
mengembang. Proses pengembangan adonan yang dilakukan oleh ragi ditunjang oleh
5. Garam
Dalam pembuatan donat garam berfungsi memberi rasa dan aroma,
memperkuat gluten dan memberi warna lebih putih pada remahan (Aliem,1995).
Pemakaian garam dalam pembuatan donat yaitu garam halus. Menurut Mudjajanto
dan Yulianti (2004), Fungsi garam dalam pembuatan donat adalah:
1). Penambah rasa gurih.
2). Pembangkit rasa bahan- bahan lainnya,
3). Pengontrol waktu fermentasi dari adonan beragi,
4). Penambah kekuatan gluten.
5). Pengatur warna kulit dan mencegah timbulnya bakteribakteri dalam adonan.
Menurut Mudjajanto dan Yulianti ( 2004), pemakaian garam tidak boleh lebih
dari 2,25% dari berat tepung karena akan memnghambat fermentasi. Saat
penimbangan bahan garam jangan sampai tercampur dengan ragi karena garam akan
meracuni sehingga mikroba dalam ragi bisa mati.
6. Baking Powder
Baking powder sebagai bahan pengembang dipakai secara luas dalam
produksi kue kering. Baking powder merupakan bahan pengembang hasil reaksi asam
dengan natrium bicarbonat. Ketika pemanggangan berlangsung baking powder
menghasilkan gas CO2 dan residu yang tidak bersifat merugikan pada donat. Fungsi
baking powder dalam pembuatan donat adalah mengembangkan adonan dengan
sempurna, menyeragamkan remahan dan menjaga kue agar tidak rusak (Aliem,
Resep pembuatan donat selengkapnya dapat dilihat pada tabel 2.2 di bawah
ini.
Tabel 2.2. Bahan-Bahan Dasar Kue Donat Kacang Merah
Bahan Ukuran
Tepung terigu berprotein tinggi Tepung terigu berprotein sedang Kacang merah kering, direbus Susu bubuk Gula pasir Telur Gula halus Ragi instan Santan kelapa Margarin Baking powder Garam Air Minyak goreng 300 gr 100 gr 50 gr 15 gr 35 gr 1 butir 35 gr 6 gr 100 ml 20 gr 35 gr 1 sdk teh 200 ml
Sumber : Anonim, 2009
2.2.2. Proses Pembuatan Donat
Kue donat dibuat dengan cara mencampurkan tepung dan bahan penyusun
lainnya menjadi adonan dan difermentasikan kemudian digoreng. Pembuatan donat
dibagi menjadi dua bagian utama yaitu proses pembuatan adonan dan penggorengan.
Kedua proses ini akan menentukan mutu hasil akhir kue donat. Pembuatan adonan
meliputi proses pengadukan, pengembangan dan proses Penggorengan (Anomin,
2009).
a. Proses pengadukan
Proses ini erat kaitannya dengan pembentukan gluten, sehingga adonan siap
menerima gas CO2 dari aktivitas fermentasi. Prinsip proses pengadukan ini adalah
pemukulan dan penarikan jaringan zat gluten sehingga struktur spiralnya akan
pada permukaan adonan yang tampak mengkilap, tidak lengket serta adonan akan
mengembang pada titik optimum dimana zat gluten dapat ditarik atau dikerutkan.
b. Proses pengembangan adonan
Proses ini merupakan suatu proses yang terjadi antara peningkatan volume
sebagai akibat bertambahnya gas-gas yang terbentuk sebagai hasil fermentasi dan
protein larut, lemak dan karbohidrat yang juga mengembang.
c. Proses Penggorengan
Penggorengan (frying) ialah memasak atau menggoreng makanan dengan
mempergunakan minyak. Dalam penggorengan dibedakan antara menggoreng
dengan minyak banyak (deep frying) dan menggoreng dengan minyak sedikit
(shallow frying). Penggorengan yang dilakukan pada pembuatan kue donat adalah
dengan menggunakan minyak banyak. Minyak yang digunakan adalah minyak
yang sudah diproses sempurna oleh pabrik sehingga tidak menimbulkan rasa getir
dan dalam keadaan bersih, belum digunakan beberapakali untuk menggoreng
karena mempunyai titik didih yang tinggi dan mempengaruhi warna kue donat.
2.3. Daya Terima
Penilaian daya terima menggunakan uji organoleptik metode hedonik meliputi
warna, aroma, rasa dan tekstur (Misnawi dan Wahyudi, 1999). Penilaian organoleptik
disebut juga penilaian dengan indera atau penilaian sensorik merupakan suatu cara
penilaian yang paling sederhana. Penilaian organoleptik banyak digunakan untuk
menilai mutu komoditi hasil pertanian dan makanan. Penilaian dengan cara ini
banyak disenangi karena dapat dilaksanakan dengan cepat dan langsung.
subjektif pangan lebih umum disebut organoleptik atau sifat inderawi karena
penilaian didasarkan pada rangsangan sensorik pada organ indera (Soekarto, 2000).
Soekarto (2000), mengemukakan bahwa uji penerimaan meliputi uji kesukaan
(hedonik) dan uji mutu hedonik. Dalam uji hedonik panelis diminta untuk
menyatakan tanggapan pribadinya tentang tingkat kesukaan terhadap suatu produk.
Tingkat kesukaan ini disebut skala hedonik yang dapat direntangkan atau diciutkan
menurut rentangan skala yang dikehendaki. Kemudian dalam analisis data skala
hedonik tersebut ditransformasikan dalam skala numerik dan dilakukan analisis
statistik.
2.4. Kerangka Konsep Penelitian
Gambar 2.3. Kerangka Konsep Penelitian
Kacang merah
Tepung kacang merah (40%, 30%, 20%)
Bahan :
- Garam
- Baking powder - Telur
- Gula halus - Margarin - Ragi instant
- Minyak goreng
Tepung terigu protein tinggi (60%, 70%, 80%)
Donat kacang merah
Keterangan :
Bagan diatas menjelaskan bahwa tepung kacang merah dicampur dengan
tepung terigu dalam jumlah yang berbeda dan ditambah dengan bahan lainnya
(garam, baking powder, telur, gula halus, margarin, ragi dan minyak goreng) untuk
digunakan dalam pembuatan donat. Dari hasil eksperimen akan dilakukan uji daya
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah eksperimen (pengembangan produk)
dengan desain penelitian deskritif yaitu untuk mengetahui hasil penambahan tepung
kacang merah 40%, 30% dan 20% dalam pembuatan donat dan tingkat kesukaan
panelis terhadap donat kacang merah berdasarkan indikator aroma, rasa, warna dan
tekstur.
3.2. Tempat dan Waktu Eksperimen
Penelitian dilaksanakan pada bulan Juni 2010, di Laboratorium Gizi
Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.
Pengambilan data untuk uji daya terima dilaksanakan pada bulan Juli 2010. Lokasi
ini dipilih dengan alasan bahwa laboratorium ini memiliki alat yang lengkap sesuai
dengan yang dibutuhkan peneliti dan mudah dijangkau peneliti baik dari segi jarak
maupun biaya.
3.3. Bahan dan Peralatan Penelitian 3.3.1. Bahan
Penggunaan bahan di dalam eksperimen ini dipilih bahan yang berkualitas
baik, misalnya kondisi bahan masih baik, tidak busuk, tidak berubah warna dan tidak
kadaluarsa. Jenis dan ukuran bahan yang digunakan di dalam eksperimen ini dapat
Tabel 3.1. Jenis dan Ukuran Bahan
Bahan Kelompok Penelitian
K1 K2 K3
Tepung terigu berprotein tinggi Tepung kacang merah
Garam Telur Gula halus Ragi instan Baking powder Margarin Santan Air Minyak goreng 600 gr 400 gr 15 gr 2 butir 150 gr 15 gr 20 gr 150 gr 200 ml 200 ml 700 gr 300 gr 15 gr 2 butir 150 gr 15 gr 20 gr 150 gr 200 ml 200 ml 800 gr 200 gr 15 gr 2 butir 150 gr 15 gr 20 gr 150 gr 200 ml 200 ml Keterangan :
K1 : Tepung kacang merah sebanyak 40% dari jumlah seluruh tepung K2 : Tepung kacang merah sebanyak 30% dari jumlah seluruh tepung K3 : Tepung kacang merah sebanyak 20% dari jumlah seluruh tepung
3.3.2. Peralatan
Peralatan yang digunakan di dalam pelaksanaan eksperimen ini dipilih yang
kondisinya masih baik dan higienis. Peralatan yang digunakan di dalam pelaksanaan
eksperimen yaitu : timbangan (1 buah), baskom adonan (1 buah), mixer (1 buah),
sendok (1 buah), kuali (1 buah), dan kompor gas (1 buah).
3.4. Definisi Operasional
a. Tepung kacang merah adalah tepung yang dibuat dari kacang merah yaitu dengan
cara dikeringkan, digiling dan diayak.
b. Donat adalah roti yang dibuat dengan berbahan dasar campuran tepung kacang
merah dan tepung terigu yang dibentuk bulat dan dilubangi di bagian tengahnya.
c. Daya terima adalah tingkat kesukaan panelis yaitu mahasiswa FKM USU Medan
dengan tepung kacang merah, yang meliputi indikator warna, tekstur, aroma dan
rasa.
d. Warna adalah corak rupa yang paling disukai dari ketiga donat dengan komposisi
penambahan tepung kacang merah 40%, 30% dan 20% dari jumlah seluruh
tepung dalam pembuatan donat.
e. Rasa adalah bagian dari organoleptik yang ditimbulkan oleh donat yang dapat
dirasakan oleh indera pengecap pada donat berbasis kacang merah.
f. Aroma adalah bagian dari organoleptik yang ditimbulkan oleh donat yang dapat
dirasakan oleh indera penciuman.
g. Tekstur adalah tingkat kelembutan dari donat kacang merah.
3.5. Prosedur Pembuatan Tepung Kacang Merah
Penggunaan kacang merah di dalam penelitian ini dipilih kacang merah yang
memiliki kualitas baik misalnya kacang merah yang digunakan tidak busuk dan
dalam keadaan bersih. Kacang merah dihaluskan dengan menggunakan blender.
Kacang merah yang sudah dihaluskan diayak dengan menggunakan saringan tepung.
3.6. Komposisi Bahan dan Proses Pembuatan Donat Kacang Merah 3.6.1. Komposisi Bahan
Komposisi bahan yang digunakan pada ketiga kelompok penelitian ini hanya
berbeda pada bahan dasar yang digunakan yaitu tepung kacang merah dan tepung
terigu. Sementara bahan-bahan lainnya digunakan dengan komposisi yang sama.
gr dan tepung terigu 600 gr. Kelompok II menggunakan tepung kacang merah
sebanyak 300 gr dan tepung terigu 700 gr. Sementara pada kelomok III menggunakan
tepung kacang merah sebanyak 200 gr dan tepung terigu 800 gr. Setiap
masing-masing kelompok ditambahkan bahan-bahan lainnya yaitu : garam (15 gr), telur (2
butir), gula halus (150 gr), ragi instan (15 gr), baking powder (20 gr), margarin (150
gr), santan (200 ml), air (200 ml), dan minyak goreng yang digunakan sebagai
medium memasak.
3.6.2. Proses Pembuatan Donat Kacang Merah
Formulasi adonan merupakan tahap awal yang sangat penting karena
menentukan mutu yang dihasilkan. Setelah ditemukan formula yang tepat, adonan
kemudian dicampur atau diaduk. Tujuan pengadukan agar adonan dapat mengembang
dan memiliki tekstur halus. Proses pencampuran formula tidak boleh dilakukan
dengan sembarangan. Untuk menghasilkan adonan yang baik, semua bahan, kecuali
tepung, diaduk dengan mixer sampai tercampur halus, baru kemudian diaduk lagi
bersama-sama. Segera setelah proses pencampuran selesai, adonan harus dicetak
maksimal 30 menit kemudian. Bila dibiarkan terlalu lama, adonan dapat menyerap air
dari lingkungan, sehingga mempengaruhi pengembangan atau menjadi keras karena
terjadi penguapan air. Adonan yang telah dicetak kemudian digoreng dalam
penggorengan yang telah disiapkan. Secara skematis pembuatan donat dapat
Gambar 3.1. Diagram Alir Proses Pembuatan Donat Kacang Merah
3.7. Panelis
Panelis dalam penelitian ini adalah panelis tidak terlatih yaitu mahasiswa
FKM USU sebanyak 50 orang yang digunakan untuk menguji kesukaan pada suatu
prodak atau pengujian tingkat kemauan seseorang untuk menggunakan donat dengan
penambahan tepung kacang merah dalam jumlah yang berbeda. Tepung kacang merah
(400gr, 300gr, 200gr)
Tepung Terigu Protein tinggi (600gr, 700gr, 800gr)
Pengulenan adonan Pencampuran tepung
Bulatkan adonan (diamkan selama 20 menit)
Cetak adonan dalam bentuk donat
Adonan yang sudah dibentuk digoreng Pencampuran bahan - Garam
- Baking powder - Telur
- Gula halus - Margarin - Ragi instant
3.8. Proses Uji Organoleptik
Cara uji organoleptik terhadap donat kacang merah adalah sebagai berikut :
1. Para panelis disediakan air putih sebagai penetral rasa pada mulut sebelum dan
sesudah mencicipi sampel.
2. Setiap sampel donat kacang merah diberi kode masing-masing dalam wadah
piring kecil yang bersih agar sampel mudah dinilai oleh panelis.
3. Setiap panelis disajikan sampel dan formulir uji organoleptik yang disediakan
sebagai alat penilaian untuk diisi sesuai pendapat masing-masing panelis.
Dalam pengujian ini panelis mengemukakan responnya yang berupa suka atau
tidak sukanya terhadap donat kacang merah hasil eksperimen. Pada pengujian
organoleptik ini menggunakan skala hedonik dengan lima (5) kriteria kesukaan dan
[image:34.612.107.534.421.516.2]diberi skor sebagai berikut :
Tabel 3.2. Pemberian Skor Pada Skala Hedonik
Skala Hedonik Skala Numerik Total Skor
Sangat Suka Suka
Cukup Suka Kurang Suka Tidak Suka
5 4 3 2 1
201-250 151-200 101-150 51-100 50
Sumber :Soekarto (2000).
3.9. Teknik Analisa Data
Pengolahan dan analisa data untuk uji organoleptik dilakukan dengan
menyajikan distribusi frekuensi organoleptik (warna, rasa, aroma dan tekstur) dalam
BAB IV
HASIL PENELITIAN
4.1. Donat Kacang Merah
Donat kacang merah adalah roti yang dibuat dengan berbahan dasar campuran
tepung kacang merah dan tepung terigu serta bahan pembuat donat lainnya yang
dibentuk bulat dan dilubangi di bagian tengahnya. Donat hasil penambahan tepung
kacang merah sebanyak 20%, 30% dan 40% dapat dilihat pada gambar 4.1. di bawah
[image:35.612.113.531.309.423.2]ini.
Gambar 4.1. Donat Hasil Penambahan Tepung Kacang Merah
a. Komposisi tepung kacang merah sebanyak 20% dan tepung terigu 80%. b. Komposisi tepung kacang merah sebanyak 30% dan tepung terigu 70%. c. Komposisi tepung kacang merah sebanyak 40% dan tepung terigu 60%.
Pada penambahan tepung kacang merah sebanyak 20% menghasilkan donat
yang berwarna kuning kecoklatan, tekstur lebih lembut, belum tercium adanya bau
langu, dan rasa normal donat yang biasa dikonsumsi. Sedangkan pada penambahan
tepung kacang merah sebanyak 30% menghasilkan donat yang berwarna coklat,
tekstur lembut, mulai tercium adanya bau langu, dan rasa normal donat yang biasa
dikonsumsi. Demikian juga dengan penambahan tepung kacang merah sebanyak 40%
menghasilkan donat yang berwarna coklat tua, tekstur kurang lembut (keras), tercium
adanya bau langu, dan mempunyai bau langu ikutan (after taste).
4.2. Daya Terima Panelis terhadap Donat dengan Penambahan Tepung Kacang Merah Berdasarkan Indikator Aroma, Warna, Rasa, dan Tekstur
4.2.1. Daya Terima Panelis berdasarkan Indikator Aroma
Aroma merupakan bau yang sukar diukur sehingga biasanya menimbulkan
pendapat yang berlainan dalam menilai kualitas aromanya. Dari hasil penelitian
diperoleh tingkat kesukaan panelis terhadap donat kacang merah berdasarkan
[image:36.612.119.529.273.455.2]indikator aroma seperti pada tabel di bawah ini.
Tabel 4.1. Daya Terima Panelis terhadap Donat dengan Penambahan Tepung Kacang Merah pada Indikator Aroma
No. Sampel ∑Skor Rata-rata* Kriteria Kesukaan
1. K20 1 163 3,25 Suka
K20 2 163
2. K30 1 157 3,13 Suka
K30 2 157
3. K40 1 156 3,11 Suka
K40 2 156
Keterangan :
K20 1 = Kacang merah 20% (pengulangan ke-1); K20 2 = Kacang merah 20% (pengulangan ke-2);
K30 1 = Kacang merah 30% (pengulangan ke-1); K30 2 = Kacang merah 30% (pengulangan ke-2);
K40 1 = Kacang merah 40% (pengulangan ke-1); K40 2 = Kacang merah 40% (pengulangan ke-2);
*rata-rata untuk 50 panelis dengan rentang skor 1-5
Dari Tabel 4.2 dapat diketahui bahwa jumlah skor tertinggi (163) dari hasil
penilaian panelis adalah sampel K20 dengan nilai rata-rata 3,25. Dimana tingkat
kesukaan panelis semakin berkurang apabila jumlah penambahan tepung kacang
merah semakin bertambah. Namun, apabila dilihat dari kriteria kesukaan, ketiga
sampel memiliki kriteria kesukaan yaitu suka. Untuk melihat perbedaan jumlah skor
Gambar 4.2. Tingkat Kesukaan Panelis terhadap Donat Kacang Merah Berdasarkan Aroma
4.2.2. Daya Terima Panelis berdasarkan Indikator Warna
Warna makanan yang menarik dapat mempengaruhi tingkat kesukaan panelis
dan membangkitkan selera makan. Hasil penilaian panelis terhadap donat kacang
[image:37.612.110.529.83.362.2]merah berdasarkan indikator warna dapat dilihat pada tabel 4.2.
Tabel 4.2. Daya Terima Panelis terhadap Donat dengan Penambahan Tepung Kacang Merah pada Indikator Warna
No. Sampel ∑Skor Rata-rata* Kriteria Kesukaan
1. K20 1 174 3,47 Suka
K20 2 174
2. K30 1 173 3,46 Suka
K30 2 173
3. K40 1 166 3,32 Suka
K40 2 166
Keterangan :
K20 1 = Kacang merah 20% (pengulangan ke-1); K20 2 = Kacang merah 20% (pengulangan ke-2);
K30 1 = Kacang merah 30% (pengulangan ke-1); K30 2 = Kacang merah 30% (pengulangan ke-2);
K40 1 = Kacang merah 40% (pengulangan ke-1); K40 2 = Kacang merah 40% (pengulangan ke-2);
*rata-rata untuk 50 panelis dengan rentang skor 1-5
152 154 156 158 160 162 164
K20 K30 K40
Sampel Ju m la h s ko r
K20 : Tepung kacang merah sebanyak 20% dari jumlah seluruh tepung
K30 : Tepung kacang merah sebanyak 30% dari jumlah seluruh tepung
Dari Tabel 4.2. diperoleh jumlah skor berdasarkan indikator warna pada
sampel K20 dan K30 yaitu hampir sama (174 dan 173), sementara jumlah skor pada
sampel K40 (166) adalah yang paling rendah dibanding sampel lainnya. Meskipun
demikian, kriteria kesukaan ketiga sampel adalah suka. Untuk melihat adanya
penurunan jumlah skor berdasarkan peningkatan jumlah tepung kacang merah yang
ditambahkan dapat dilihat pada gambar 4.3.
Gambar 4.3. Tingkat Kesukaan Panelis terhadap Donat Kacang Merah Berdasarkan Warna
4.2.3. Daya Terima Panelis berdasarkan Indikator Rasa
Rasa donat kacang merah sangat mempengaruhi tingkat kesukaan panelis,
bahkan dapat dikatakan merupakan faktor penentu utama. Hasil penilaian panelis
terhadap donat kacang merah berdasarkan indikator rasa dapat dilihat pada tabel 4.3. K20 : Tepung kacang merah sebanyak 20% dari jumlah seluruh tepung
K30 : Tepung kacang merah sebanyak 30% dari jumlah seluruh tepung
K40 : Tepung kacang merah sebanyak 40% dari jumlah seluruh tepung
162 164 166 168 170 172 174 176
K1 K2 K3
Sampel Ju m la h s ko r
K20 : Tepung kacang merah sebanyak 20% dari jumlah seluruh tepung
K30 : Tepung kacang merah sebanyak 30% dari jumlah seluruh tepung
K40 : Tepung kacang merah sebanyak 40% dari jumlah seluruh tepung
Tabel 4.3. Daya Terima Panelis terhadap Donat dengan Penambahan Tepung Kacang Merah pada Indikator Rasa
No. Sampel ∑Skor Rata-rata* Kriteria Kesukaan
1. K20 1 185 3,69 Suka
K20 2 185
2. K30 1 182 3,64 Suka
K30 2 182
3. K40 1 156 3,11 Suka
K40 2 156
Keterangan :
K20 1 = Kacang merah 20% (pengulangan ke-1); K20 2 = Kacang merah 20% (pengulangan ke-2);
K30 1 = Kacang merah 30% (pengulangan ke-1); K30 2 = Kacang merah 30% (pengulangan ke-2);
K40 1 = Kacang merah 40% (pengulangan ke-1); K40 2 = Kacang merah 40% (pengulangan ke-2);
*rata-rata untuk 50 panelis dengan rentang skor 1-5
Dari Tabel 4.3 dapat diketahui hasil penilaian panelis terhadap donat kacang
merah, dimana jumlah skor tertinggi berada pada sampel K20 (185) dengan nilai
rata-rata 3,69, tetapi dari hasil penilaian panelis juga diperoleh bahwa jumlah skor pada
sampel K30 tidak jauh berbeda dari sampel K20. Namun skor terendah diperoleh pada
sampel K40, yaitu dengan penambahan tepung kacang merah sebanyak 40% dari
jumlah seluruh tepung yang digunakan dalam pembuatan donat. Untuk melihat lebih
jelasnya perbedaan jumlah skor setiap masing-masing sampel ada pada gambar
Gambar 4.4. Tingkat Kesukaan Panelis terhadap Donat Kacang Merah Berdasarkan Rasa
4.2.4. Analisa Organoleptik Tekstur
Tekstur dan konsistensi suatu bahan akan mempengaruhi citarasa yang
ditimbulkan oleh bahan tersebut. Hasil penilaian panelis terhadap donat berdasarkan
[image:40.612.111.527.87.364.2]indikator tekstur dapat dilihat pada tabel 4.4.
Tabel 4.4. Daya Terima Panelis terhadap Donat dengan Penambahan Tepung Kacang Merah pada Indikator Tekstur
No. Sampel ∑Skor Rata-rata* Kriteria Kesukaan
1. K20 1 179 3,57 Suka
K20 2 179
2. K30 1 164 3,27 Suka
K30 2 164
3. K40 1 126 2,52 Cukup Suka
K40 2 126
Keterangan :
K20 1 = Kacang merah 20% (pengulangan ke-1); K20 2 = Kacang merah 20% (pengulangan ke-2);
K30 1 = Kacang merah 30% (pengulangan ke-1); K30 2 = Kacang merah 30% (pengulangan ke-2);
K40 1 = Kacang merah 40% (pengulangan ke-1); K40 2 = Kacang merah 40% (pengulangan ke-2);
*rata-rata untuk 50 panelis dengan rentang skor 1-5
140 145 150 155 160 165 170 175 180 185 190
K1 K2 K3
Sampel Ju m la h s ko r
K20 : Tepung kacang merah sebanyak 20% dari jumlah seluruh tepung
K30 : Tepung kacang merah sebanyak 30% dari jumlah seluruh tepung
K40 : Tepung kacang merah sebanyak 40% dari jumlah seluruh tepung
0 20 40 60 80 100 120 140 160 180 200
K1 K2 K3
Sampel
J
u
m
la
h
s
k
o
r
K20 K30 K40
Dari Tabel 4.4. diperoleh kriteria kesukaan pada sampel K20 dan K30 yaitu
suka, tetapi jumlah skor pada sampel K30 (164) lebih rendah dibanding sampel K20
(179). Dimana jumlah skor terendah diperoleh pada sampel K40 dengan nilai rata-rata
2,52 dan kriteria kesukaan yaitu cukup suka. Untuk melihat adanya penurunan jumlah
[image:41.612.114.532.217.498.2]skor pada sampel donat kacang merah dapat dilihat pada gambar 4.5.
Gambar 4.5. Tingkat Kesukaan Panelis terhadap Donat Kacang Merah Berdasarkan Warna Tekstur
K20 : Tepung kacang merah sebanyak 20% dari jumlah seluruh tepung
K30 : Tepung kacang merah sebanyak 30% dari jumlah seluruh tepung
BAB V PEMBAHASAN
Dalam pengujian sifat organoleptik menggunakan uji kesukaan (hedonik),
para panelis diminta memberikan penilaiannya meliputi aroma, warna, rasa dan
tekstur menurut skala hedonik
5.1. Tingkat Kesukaan Panelis Berdasarkan Indikator Aroma
Aroma makanan merupakan salah satu komponen yang berperan dalam
menentukan rasa makanan. Aroma yang disebarkan oleh makanan menjadi daya tarik
yang sangat kuat dan mampu merangsang indera penciuman sehingga
membangkitkan selera. Timbulnya aroma makanan disebabkan oleh terbentuknya
senyawa yang mudah menguap (Moehji, 1992).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa jumlah skor tertinggi (163) dari hasil
penilaian panelis adalah donat dengan jumlah tepung kacang merah sebanyak 20%
dengan nilai rata-rata 3,25, sementara skor yang paling rendah adalah donat dengan
jumlah tepung kacang merah sebanyak 40% yaitu 156 dengan nilai rata-rata 3,11.
Dari hasil diketahui bahwa tingkat kesukaan panelis semakin berkurang apabila
jumlah penambahan tepung kacang merah semakin bertambah. Hal ini diduga bahwa
pada penambahan tepung kacang merah tersebut sudah mulai tercium adanya bau
langu, sehingga panelis menjadi kurang suka. Hal yang sama juga diungkapkan oleh
Damardjati, dkk, (2000), bahwa masalah yang umum dijumpai pada jenis
(kelanguan) yang kurang disukai. Keadaan inilah yang juga merupakan faktor
pembatas penggunaan pada tepung kacang merah. Oleh karena itu sangat diharapkan
untuk dapat menghilangkannya atau paling tidak menurunkannya. Usaha ini dapat
dilakukan dengan perendaman, tetapi menurut Truong dan Mendoza (1982) dalam
Damardjati, dkk, (2000), perendaman ternyata menyebabkan beberapa komponen zat
gizi berkurang karena larut dalam air rendaman.
Istilah aroma diartikan sebagai sensasi bau yang ditimbulkan oleh rangsangan
kimia senyawa volatiel yang tercium oleh syaraf-syaraf olfaktori yang berbeda di
rongga hidung ketika bahan pangan masuk ke mulut. Sensasi atau rangsangan
tersebut senantiasa akan menimbulkan kelezatan, yang kemudian dapat
mempengaruhi tingkat atau daya terima panelis atau konsumen terhadap suatu produk
pangan tertentu. Menurut Muchtadi dan Sugiyono (1992), sebagian besar dari aroma
bahan makanan biasanya mengalami perubahan yang secara konstanta berkurang
selama penanganan dan penyimpanan. Selain itu zat organik sangat sensitif terhadap
udara panas dan terhadap interaksi satu sama lain.
5.2. Tingkat Kesukaan Panelis Berdasarkan Indikator Warna
Faktor warna akan tampil lebih dahulu dalam penentuan mutu bahan makanan
dan kadang-kadang sangat menentukan. Suatu bahan makanan yang dinilai bergizi,
enak, dan teksturnya sangat baik tidak akan dimakan apabila memiliki warna yang
seharusnya. Selain itu warna juga dapat digunakan sebagai indikator kesegaran atau
kematangan.
Warna dapat mempengaruhi panelis dalam menilai suatu produk makanan
sehingga warna dapat menentukan kualitas produk makanan. Penampakan warna
suatu bahan pangan, merupakan faktor pertama yang dinilai sebelum pertimbangan
lain, seperti rasa, nilai gizi, dan nilai mikrobiologis.
Pengujian organoleptik terhadap warna oleh para panelis, menunjukkan
bahwa jumlah skor pada donat dengan penambahan tepung kacang merah sebanyak
20% (174) dan 30% (173), sementara jumlah skor pada donat dengan penambahan
tepung kacang merah sebanyak 40% adalah yang paling rendah dibanding sampel
lainnya yaitu 166. Meskipun jumlah skor mengalami penurunan pada penambahan
jumlah tepung kacang merah, namun apabila dilihat dari kriteria kesukaan pada
ketiga sampel, diperoleh kriteria kesukaan yaitu suka. Hal ini dikarenakan bahwa
pada umumnya warna donat yang dikenal oleh panelis adalah berwarna kuning
kecoklatan.
Pewarnaan pada donat kacang merah ini terjadi karena reaksi Maillard.
Pemanasan menyebabkan terbukanya sisi aktif beberapa asam amino dalam protein
tepung dan terjadi reaksi dengan gula reduksi yang akan berakhir dengan
terbentuknya melanoidin (berwarna coklat). Baik atau tidaknya cara pencampuran
atau cara pengolahan dapat ditandai dengan adanya warna yang seragam dan merata.
pencoklatan non-enzimatis atau reaksi maillard. Menurut Winarno (1993) bahwa
reaksi maillard dari group asam amino lisin terjadi dengan kehadiran gula reduksi
seperti glukosa yang menghasilkan ikatan protein e-N-de-Soxyfructocyl-1-lysine
yang menghasilkan warna coklat.
Menurut Widayati dan Damayanti, (2007), semakin tinggi gluten yang
ditambahkan menyebabkan melanoidin yang dihasilkan memberikan intensitas warna
yang kurang, sehingga warna produk yang dihasilkan menjadi kuning kecokelatan.
Gluten adalah protein yang menggumpal, bersifat elastis serta akan mengembang bila
dicampur dengan air. Gluten akan menentukan hasil produk karena gluten akan
mempengaruhi jaringan/kerangka yang akan mempengaruhi baik tidaknya produk.
Tepung terigu dibedakan atas kandungan proteinnya, dimana protein disini
juga menentukan kandungan gluten yang ada pada tepung terigu, dan hanya tepung
terigu yang memiliki gluten. Kualitas protein serta gluten ditentukan oleh kualitas
jenis gandum yang diimpor serta varitasnya, akan sangat mempengaruhi kualitas
tepung terigu. Gluten adalah suatu zat yang ada pada tepung terigu yang bersifat
kenyal dan elastis (Winarno, 1993).
5.3. Tingkat Kesukaan Panelis Berdasarkan Indikator Rasa
Menurut Padaga, dkk (2005), rasa sangat mempengaruhi kesukaan konsumen
terhadap makanan, bahkan dapat dikatakan merupakan faktor penentu utama. Saat ini,
rasa donat di pasaran sudah sangat beragam sehingga diperlukan kejelian dan
lebih banyak melibatkan pancaindera yaitu lidah, agar suatu senyawa dapat dikenali
rasanya, senyawa tersebut harus dapat mengadakan hubungan dengan mikrovilus dan
impuls yang terbentuk yang dikirim melalui syaraf ke pusat susunan syaraf (Winarno,
1993).
Hasil penelitian diperoleh bahwa jumlah skor tertinggi (185) berada pada
donat dengan penambahan tepung kacang merah sebanyak 20% dengan nilai rata-rata
3,69, tetapi dari hasil penilaian panelis juga diperoleh bahwa jumlah skor pada donat
dengan penambahan tepung kacang merah sebanyak 30% tidak jauh berbeda dari
20% dan skor terendah diperoleh pada donat dengan jumlah tepung kacang merah
sebanyak 40%. Donat yang dihasilkan memiliki rasa yang hampir sama dari ketiga
sampel. Namun tingkat kesukaan panelis berdasarkan indikator rasa semakin
berkurang disebabkan berdasarkan pertimbangan indikator yang lain seperti indikator
tekstur yang memiliki skor yang paling rendah.
Secara umum diperoleh kriteria kesukaan antara cukup suka dan suka.
Dimana semakin tinggi penambahan tepung kacang merah panelis memberi nilai
semakin berkurang. Penyebab rasa yang kurang disukai panelis diduga berasal dari
tepung kacang merah sebab tepung ini mempunyai kelemahan adanya bau langu yang
juga menimbulkan after taste yang kurang disukai pada produk yang dihasilkan.
Rasa makanan dapat dikenali dan dibedakan oleh kuncup-kuncup cecapan
yang terletak pada papilla yaitu bagian noda merah jingga pada lidah. Rasa
interaksi dengan komponen rasa yang lain. Selain itu suhu makanan akan
mempengaruhi kemampuan kuncup cecapan untuk menangkap rangsangan rasa.
Makanan yang terlalu panas akan membakar lidah dan merusak kepekaan kuncup
cecapan, sedangkan makanan yang dingin dapat membius kuncup sehingga tidak
peka lagi (Winarno, 1993).
5.4. Tingkat Kesukaan Panelis Berdasarkan Indikator Tekstur
Keseimbangan kadar amilosa dalam pencampuran tepung mempengaruhi
pengembangan volume adonan pada saat pengembangan. Menurut Kartika (1988)
tekstur merupakan tekanan yang dapat diamati dengan mulut (pada waktu digigit,
dikunyah dan ditelan) ataupun perabaan dengan jari.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa jumlah skor terendah diperoleh pada
donat hasil penambahan tepung kacang merah sebanyak 40% dengan nilai rata-rata
2,52 dan kriteria kesukaan adalah cukup suka. Karena kacang memiliki kandungan
seratnya tinggi, sehingga menyebabkan tekstur produk menjadi lebih keras (Sandri,
2007). Dengan adanya kandungan serat yang tinggi pada kacang merah dapat
menyulitkan dalam proses pengadukan pada adonan maka menyebabkan
pembentukan gluten tidak sempurna dan menyebabkan volume pengembangan
semakin rendah yang mengindikasikan kondisi donat yang semakin keras sehinga
kurang disukai oleh panelis.
Semakin tinggi penambahan tepung kacang merah, maka panelis cenderung
tingginya kandungan protein pada formula tepung yang digunakan dan tergantung
dari mutu proteinnya juga. Protein dengan gluten rendah akan berinteraksi lebih kuat
dengan granula pati yang mengalami pengembangan (Winarno (1993).
Semakin banyak penambahan tepung kacang merah, maka donat yang
dihasilkan makin keras. Kekerasan donat diduga berhubungan dengan tingginya
kadar protein namun rendah gluten. Hubungan antara kekerasan donat dengan
tingginya kadar protein dalam formula tepung yang digunakan, secara khusus belum
banyak yang melaporkan. Tetapi penyebab kerasnya donat diduga berhubungan
dengan kualitas tepungnya (rendah gluten). Kualitas tepung yang rendah bersifat
lebih hidrofilik dari tepung yang berkualitas baik, sebab akan terjadi interaksi yang
lebih kuat dengan granula pati yang ada dalam adonan (Winarno (1993).
Makin meningkatnya penambahan tepung kacang merah ternyata makin
menururunkan volume donat yang dihasilkan. Kenyataan ini diduga berkaitan dengan
meningkatnya kadar serat donat. Serat diketahui dapat berinteraksi secara kimia
dengan protein sehingga melawan pelebaran adonan, dengan demikian terjadinya
peningkatan kadar serat ini justru berakibat pada penurunan pengembangan roti
(Matz dan Matz, 1978).
Salah satu hambatan pengembangan produk pangan atau pakan dari komoditi
tersebut, diduga disebabkan oleh adanya beany flavor (kelanguan) seperti pada
kacang-kacangan pada umumnya. Beany flavor dikembangkan oleh aktifitas
ini, antara lain dengan pemanasan yang dapat menginaktifkan enzim tersebut.
Kadar serat mengalami penurunan dari biji utuh menjadi tepung. Walaupun
berpengaruh pada tekstur tepung (menjadi lebih kasar), serat kasar berperan penting
dalam penilaian kualitas bahan makanan karena angka ini merupakan indeks dan
menentukan nilai gizi bahan makanan tersebut. Artinya, kandungan serat pangan
yang tinggi bermanfaat untuk kesehatan, tetapi dari segi kualitas fisik berpengaruh
terhadap tingkat kehalusan tepung.
Menurut Winarno (1993), tekstur dan konsistensi suatu bahan akan
mempengaruhi citarasa yang ditimbulkan oleh bahan tersebut. Dari
penelitian-penelitian yang dilakukan diperoleh bahwa perubahan tekstur atau viskositas bahan
dapat mengubah rasa dan bau yang timbul karena dapat mempengarui kecepatan
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1. Kesimpulan
1. Donat kacang merah hasil penambahan tepung kacang merah sebanyak 20% dan
tepung terigu 80%, diperoleh skor berdasarkan indikator aroma (157), warna
(173), rasa (182), dan tesktur (164), dengan hasil: warna donat kuning kecoklatan,
tekstur donat lebih lembut, belum tercium adanya bau langu pada donat dan rasa
normal donat yang biasa dikonsumsi oleh konsumen.
2. Donat kacang merah hasil penambahan tepung kacang merah sebanyak 30% dan
tepung terigu 70%, diperoleh skor berdasarkan indikator aroma (163), warna
(174), rasa (185), dan tesktur (179), dengan hasil: warna donat yang dihasilkan
coklat, tekstur donat lembut, mulai tercium adanya bau langu, dan rasa normal
donat yang biasa dikonsumsi oleh konsumen.
3. Donat kacang merah hasil penambahan tepung kacang merah sebanyak 40% dan
tepung terigu 60%, diperoleh skor berdasarkan indikator aroma (156), warna
(166), rasa (156), dan tesktur (126), dengan hasil yaitu: warna donat yang
dihasilkan coklat tua, tekstur donat kurang lembut (keras), tercium adanya bau
langu dan mempunyai bau langu ikutan (after taste).
4. Pada umumnya konsumen lebih menerima donat dengan penambahan tepung
kacang merah sebanyak 20% dan tepung terigu 80% berdasarkan indikator aroma
warna, rasa dan tekstur. Kenyataan ini diduga berkaitan dengan meningkatnya
6.2. Saran
1. Dengan adanya bau langu pada tepung kacang merah, maka dalam pembuatan
donat kacang merah perlu menghilangkan atau paling tidak menurunkan bau
langu yang ditimbulkan, hal ini dapat dilakukan dengan menggunakan pemberi
aroma yang alami seperti vanili atau daun pandan.
2. Perlu adanya penelitian lebih lanjut dalam hal uji kandungan gizi untuk
mengetahui zat gizi pada donat hasil campuran antara tepung kacang merah 20%
DAFTAR PUSAKA
Adil Basuki Ahza,Ms.1997. Mutu Pangan, Pengukuran dan Pengendaliannya. Bogor: IPB
Ali, Muhammad. 1992. Penelitian Kependidikan dan Prosedur dan Starategi. Bandung : Transito
Almatsier, 2004. Prinsip Dasar Ilmu Gizi, Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama.
Anomin, 2008. Kreasi Donat. dalam
tanggal 12 Desember 2009.
Anonim, 2009. Kacang Merah Minimalkan Kepikunan. Dalam
Desember 2009.
Anomin, 2010. Budi Daya Kacang Merah. Dalam
tanggal 12 Februari 2010.
Astawan Mita Wahyuni dan Astawan Made.1998. Teknologi Pengolahan Pangan
Hewani Tepat Guna. Jakarta : Cv Akademika Pressindo
Badan Pusat Statistik Republik Indonesia. 2009. Teknologi Sayuran di Indonesia
Diakses tanggal 10 April 2010.
Antarlina, S.S., D. Harnowo dan E. Ginting. 1994. Teknologi Pengolahan Jagung
Untuk Menunjang Program Diversifikasi Makanan. Dalam M.M.
Dahlan, A. Taufiq, Sudaryono dan A. Winarto (ed). Risalah Seminar Hasil Penelitian Tanaman Pangan di Tanah Mediteran (Alfisol): Kasus Kabupaten Lamongan. Balittan Malang. hlm 71–84.
Damardjati, D.S., S. Widowati dan Suismono. 2000. Sistem Pengembangan
Agroindustri Tepung Kasava di Indonesia: Studi kasus di Kabupaten
Ponorogo. Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan. Bogor.
Endang Sulistyowati. 2008. Pertumbuhan Kacang Merah pada Medium yang
Berbeda. Dalam
Fachruddin L. (2000). Budidaya Kacang-kacangan, cetakan ke-1, Penerbit Kanisus, Yogyakarta
Fennema, O.R. 1985. Food Chemistry. Marcel Dekker, New York.
Gordon, 1989. Function Properties Physiological Action of Total Dietary Fiber. Cereal Food World 34 (7): 517
Husaini (2000). Optimasi Pendayagunaan Komoditas Pangan yang Kurang
Termanfaatkan. Lokakarya Pengembangan Pangan Alternatif. KMRT,
HKTI dan BPPT, Jakarta 24 Oktober
Kartika Bambang,dkk.1998. Pedoman Uji Inderawi. Yogyakarta : Pusat antar Universitas Pangan dan Gizi UGM.
Ketaren.1986. Minyak dan Lemak Pangan. Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia
Matz, 1978. Cookies and Creakers Technolody. 2rd ed. The AVI Pub. Co. Inc. Westort. Conecticut.
Moehji, Sjahmin. 1998. Ilmu Gizi dan Diet. Jakarta. Bharata Karya Aksara.
Muchtadi, T.R., dan Sugiyono, 1992. Petunjuk Laboratorium Ilmu Pengetahuan
Bahan Pangan. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat
Jenderal Pendidikan Tinggi Pusat Antar Universitas Pangan dan Gizi. Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Mudjajanto Eddy Setyo dan Lilik Noor Yulianti.2004. Membuat Aneka Roti. Jakarta :Penebar Swadaya.
Munandar, Aliem Iskak. 1995. Teori Pastry. Yogyakarta : Akademi Kesejahteraan Sosial Tarakanita Yogyakarta.
Sandri, Adelia. 2007. Pengaruh Penambahan Tepung Hati Nanas (Ananas comossus) Terhadap Sifat Organoleptik Dan Sifat Kimia Donat. Skripsi. Universitas Lampung. Bandar Lampung.
Soekerto, 2000. Penilaian Organoleptik Untuk Industri Pangan dan Hasil
Pertanian. Bharatara Karya Aksara, Jakarta.
Sondakh Masye Manaffe,dkk.1997. Pengolahan Kue dan Roti. Bandung: Angkasa
Sutrisno Koswara, 2010. Kacang-Kacangan, Sumber Serta yang Kaya Gizi. Dalam
Utomo, J.S. dan S.S. Antarlina. 2002. Tepung instan ubi jalar untuk pembuatan
roti tawar. Pangan 11 (38)
Widayati, E., Damayanti, W. 2007. Dua Puluh Jenis Penanganan Dari Ubi Jalar. Penerbit Tiara Aksa. Surabaya.