• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh tingkat kesehatan risk based bank rating terhadap solvabilitas bank syariah

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh tingkat kesehatan risk based bank rating terhadap solvabilitas bank syariah"

Copied!
135
0
0

Teks penuh

(1)

i

PENGARUH TINGKAT KESEHATAN RISK BASED BANK RATING TERHADAP SOLVABILITAS BANK SYARIAH DI INDONESIA

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Syariah dan Hukum Untuk Memenuhi Syarat-Syarat Mencapai Gelar

Sarjana Ekonomi Syariah (S.E.Sy)

Oleh : Imam Syuhada NIM. 1111046100033

K O N S E N T R A S I P E R B A N K A N S Y A R I A H PROGRAM STUDI MUAMALAT (EKONOMI ISLAM)

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM UIN SYARIF HIDAYATULLAH

(2)
(3)

ii

(4)

iii

LEMBAR PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan bahwa :

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar strata satu di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, September 2015

(5)

iv

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT., yang telah melimpahkan segala rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan kewajiban studinya. Shalawat serta salam semoga tercurahkan kepada junjungan kami, Nabi Muhammad SAW. beserta para keluarga dan sahabatnya.

Penulisan skripsi ini tidak akan terselesaikan tanpa banyak tangan yang terulur memberikan bantuan. Ucapan rasa hormat dan terima kasih atas segala kepedulian mereka yang telah memberikan bantuan, baik berupa sapaan moril, kritik, masukan, dorongan semangat, dukungan finansial maupun sumbangan pemikiran dalam penulisan skripsi ini. Oleh karena itu, penulis secara khusus mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Dr. Asep Saepudin Jahar, M.A., selaku Dekan Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Bapak A.M. Hasan Ali, M.A., selaku ketua Pogram Studi Muamalat (Hukum Ekonomi Islam) Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

(6)

4. Ibu Dr. Siti Hamidah Rustiana, S.E, Ak, M.Si dan Bapak Ir. Aries Koentjoro, M.M, selaku penguji pada sidang skripsi yang telah membantu saya dalam mengoreksi kesalahan-kesalahan dalam penelitian saya.

5. Bapak Ali Rama, S.E, M.Ec, selaku pembimbing skripsi yang telah banyak membantu meluangkan waktu, pikiran dan tenaga serta kesabarannya untuk memberikan bimbingan, pengarahan dan nasihat kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

6. Seluruh dosen serta civitas akademika Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah mendidik dan memberikan ilmunya kepada penulis.

7. Segenap pimpinan dan karyawan Perpustakaan Fakultas Syariah dan Hukum, serta Perpustakaan Umum Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

8. Kedua orang tua penulis, yaitu Bapak Purnomo Miskan dan Ibu Chadijah, yang telah memberikan banyak motivasi bagi penulis untuk secepatnya menyelesaikan skripsi ini. Setiap pesan dan nasihat yang disampaikan selalu memberikan inspirasi serta motivasi bagi penulis. Tak lupa juga, kakak dan adik penulis yang merupakan anugerah yang telah Allah SWT. berikan, yaitu Azhar Kamal, Ria Fajriati, dan Muhammad Hisyam.

(7)

10. Sahabat-sahabat penulis yang selalu mendukung dan memotivasi penulis untuk segera menyelesaikan skripsi ini, yaitu Mutia Sarayati, Mu’min Billah, Zakaria, Achmad, Nasir, Latief, Firdaus, Aufar, Zulkarnain, Nuril, Akiko, Ramadan dan sahabat lainnya dari PS A 2011.

11. Teman-teman seperjuangan di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, khususnya mahasiswa/i Perbankan Syariah angkatan 2011 yang telah membantu dan memberikan motivasi dalam skripsi ini. Terima kasih atas semua kenangan yang tidak terlupakan, semoga silaturahim kita dapat tetap terjalin sampai kapanpun.

Akhirnya kepada semua pihak yang telah membantu selesainya skripsi ini, penulis ucapkan terima kasih sebesar-besarnya. Semoga Allah SWT mencatatnya sebagai amal dan membalasnya dengan yang lebih baik. Selain itu, penulis akui bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, besar harapan penulis munculnya saran untuk menunjang kesempurnaan atas skripsi ini di waktu mendatang. Semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi semua kalangan. Aamiin.

Jakarta, September 2015

(8)

vii

ABSTRACT

The purpose of this research is to test the influence of the variable Return On Assets (ROA), Net Operating Margin (NOM), Financing to Debt Ratio (FDR), Non-Performing Financing (NPF), and Portfolio AssetsVolume (VAP) toward Debt to Assets Ratio (DAR). The result of this research could give contributions to banking managers in keeping its banking performance.

Methodology research as the sample used purposive sampling with criteria as (1) Listed Islamic General Banking on Bank Indonesia that is published in annual report of Islamic Banking on 2014 and provide financial report during period 2010 through 2014. Data that used on this research were panel data of sample Islamic Bank that acquired from criteria. Sample was acquired 8 Islamic Bank with 19 quarterly period and 152 data. Data analysis with multiple linear regression of ordinary least square with weighted and Cross-section SUR (Seemingly Unrelated Regression) adjusted. Hypotheses test used tstatistic and F-statistic at level significance 5%, a classic assumption examination which consist of data normality test, multicollinearity test, heteroscedasticity test and autocorrelation test is also being done to test the hypotheses.

The result of research show that variables and data research was normal distributed. Based on multicollinierity test, heteroscedasticity test and autocorrelation test classic assumption deviation has not founded, this indicate that the available data has fulfill the condition to use multi linier regression model. Empirical evidence show as ROA, NOM, FDR, and NPF to have influence toward DAR general banking in Indonesia over period 2010 – 2014 at level of significance less than 5%. Meanwhile, VAP to have not influence toward DAR general banking in Indonesia over period 2010 – 2014 at level of significance more than 5%. Where it was proved that together ROA, NOM, FDR, NPF, and VAP to have influence toward DAR general banking in Indonesia over period 2010 – 2014 at level of significance less than 5%. Prediction capability from these five variables toward DAR is 66,5%, where the balance (33,5%) is affected to other factor which was not to be entered to research model. Beside this research is limited to Risk Based Bank Rating indicators with 8 sample, research quarterly period along 5 years, and 152 data acquired. Suggested to future research expanding other fundamental factors and expanding data period to achieve a strong and efficient banking system which build the stability offinancial system to grow up national economy.

(9)

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh variabel Return On Assets

(ROA), Net Operating Margin (NOM), Financing to Debt Ratio (FDR), Non-Performing Financing (NPF), dan Volume Aset Portofolio (VAP) terhadap Debt to Assets Ratio (DAR). Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi bagi para praktisi dalam menjaga tingkat kesehatan bank.

Teknik Sampling yang digunakan adalah purposive sampling dengan kriteria Bank Umum Syariah yang sudah terdaftar di Bank Indonesia berdasarkan statistik perbankan syariah yang dipublikasikan Bank Indonesia per-Desember 2014 dan mempublikasikan laporan keuangan triwulan selama periode 2010-2014. Data yang digunakan adalah data panel dari sampel bank yang memenuhi kriteria tersebut. Diperoleh jumlah sampel sebanyak 8 bank syariah dengan periode sebanyak 19 periode triwulan sehingga didapatkan 152 data. Teknik analisis yang digunakan adalah regresi berganda berbobot dengan penyesuaian Cross-section SUR (Seemingly Unrelated Regression) dilengkapi uji asumsi klasik normalitas, multikolinearitas, heterokedastisitas dan autokorelasi untuk mendapat model estimasi yang tidak bias. Hipotesis diuji menggunakan t-statistik untuk menguji keberartian koefisien regresi secara parsial serta F-statistik untuk menguji keberartian koefisien regresi secara bersama-sama pada tingkat signifikansi 5%.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ROA, NOM, FDR, dan NPF secara parsial berpengaruh signifikan terhadap DAR pada bank umum syariah di Indonesia periode 2010-2014 dengan nilai probabilitas masing-masing lebih kecil dari 0,05. Sementara, VAP secara parsial tidak berpengaruh signifikan terhadap DAR pada bank umum syariah di Indonesia periode 2010-2014 dengan nilai probabilitas lebih besar dari 0,05. Koefisien determinasi menunjukkan bahwa dalam model regresi sebesar 66,5% perubahan variabel DAR disebabkan oleh keenam variabel yang diteliti, sedangkan sisanya 33,5% dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak dimasukkan ke dalam model penelitian. Penelitian ini hanya terbatas pada variabel tingkat kesehatan bank Risk Based Bank Rating dengan 8 sampel, periode pengamatan selama 19 triwulan dan 152 data. Disarankan agar dilakukan penelitian lanjutan dengan memperluas faktor lainnya sebagai variabel independen yang mempengaruhi DAR dan menambah periode data yang ada sehingga mencapai suatu system perbankan yang sehat, kuat dan efisien guna menciptakan kestabilan system keuangan dalam rangka membantu mendorong pertumbuhan ekonomi nasional.

(10)

ix

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN ... ii

LEMBAR PERNYATAAN... iii

KATA PENGANTAR ... iv

ABSTRACT ... vii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR GRAFIK ... xiii

DAFTAR GAMBAR ... xiv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ... 11

1. Pembatasan Masalah ... 11

2. Perumusan Masalah ... 12

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 12

D. Sistematika Penulisan ... 14

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 16

A. Financial Distress Theory ... 16

B. Bank ... 19

C. Kesehatan Bank ... 24

D. Risk-Based Bank Rating ... 26

1. Risk Profile (Profil Risiko) ... 26

2. Good Corporate Governance (GCG) ... 27

3. Earning (Rentabilitas)... 28

4. Capital (Modal) ... 29

E. Solvabilitas Bank Syariah ... 30

(11)

2. Debt to Equity Ratio (DER) ... 30

3. Equity Multiplier (EM) ... 31

F. Return On Assets (ROA) ... 31

G. Net Operating Margin (NOM) ... 33

H. Financing To Deposit Ratio (FDR) ... 34

I. Non Performing Financing (NPF) ... 36

J. Volume Aset Portofolio (VAP) ... 37

K. Penelitian Terdahulu ... 38

M. Kerangka Teoritis ... 43

N. Hipotesis ... 46

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 48

A. Ruang Lingkup Penelitian ... 48

B. Metode Penentuan Sampel ... 48

C. Metode Pengumpulan Data ... 51

D. Definisi Operasional Variabel ... 51

E. Teknik Analisis Data ... 58

1. Statistik Deskriptif ... 58

2. Penentuan Model Regresi ... 59

3. Uji Asumsi Klasik ... 62

4. Analisis Regresi Berganda ... 66

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 71

A. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian ... 71

B. Hasil Uji Analisis Data Penelitian ... 73

1. Hasil Uji Statistik Deskripsi ... 73

2. Penentuan Model Regresi Data Panel ... 79

3. Hasil Uji Asumsi Klasik ... 81

(12)

BAB V PENUTUP ... 102

A. Kesimpulan ... 102

B. Implikasi ... 104

C. Saran ... 105

DAFTAR PUSTAKA ... 107

(13)

xii

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Predikat kesehatan bank berdasarkan ROA ... 28

Tabel 2. Predikat kesehatan bank berdasarkan NOM ... 28

Tabel 3. Predikat kesehatan bank berdasarkan CAR ... 29

Tabel 4. Ringkasan Penelitian Terdahulu ... 40

Tabel 5. Proses Seleksi Sampel... 50

Tabel 6. Statistik Deskriptif ... 74

Tabel 7. Chow Test ... 80

Tabel 8. Hausman Test ... 81

Tabel 9. Korelasi Variabel Independen ... 83

Tabel 10. Uji Park ... 85

Tabel 11. Uji Durbin-Watson ... 86

Tabel 12. Hasil Regresi Autokorelasi ... 87

Tabel 13. Hasil Regresi dengan Cross Section SUR... 88

Tabel 14. Regresi Linear Berganda ... 89

Tabel 15. Adjusted R-Square ... 93

Tabel 16. Uji Statistik t ... 94

(14)

xiii

DAFTAR GRAFIK

Grafik 1. Return on Assets Perbankan Indonesia Tahun 1997-1999 ... 2

Grafik 2. Return on Assets dan Capital Adequacy Ratio Perbankan Indonesia Tahun 2007-2009 ... 5

Grafik 3. Return on Assets dan Capital Adequacy Ratio Perbankan Syariah Indonesia Tahun 2007-2009 ... 7

Grafik 4. Perkembangan Capital Adequacy Ratio (CAR) Perbankan Syariah di Indonesia Tahun 2011-2014 ... 8

Grafik 5. Perkembangan Capital Adequacy Ratio (CAR) ... 72

Grafik 6. Perkembangan Debt to Assets Ratio (DAR) ... 73

(15)

xiv

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Skema Kerangka Pemikiran ... 42

(16)

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Krisis ekonomi yang terjadi di Indonesia pada tahun 1998 dan 2008 cukup memberi dampak pada keadaan perbankan di Indonesia. Belum lepas dari ingatan kita ketika krisis 1997 memporakporandakan hampir seluruh sendi perekonomian Indonesia. Krisis keuangan Asia atau di Indonesia lebih dikenal dengan nama Krisis Moneter (krismon) itu, berawal di Thailand pada bulan Juli. Krisis ini membawa dampak yang sangat besar terhadap nilai tukar, bursa saham, dan harga aset lainnya di beberapa negara Asia.

(17)

perekonomian bisa lumpuh total.1

Grafik 1. Return on Assets Perbankan Indonesia Tahun 1997-1999

Sumber: Laporan Tahunan Bank Indonesia 1998/1999

Walaupun keadaan krisis ekonomi tahun 1998 membuat banyak bank harus tutup, tetapi bank yang menggunakan sistem bagi hasil (syariah) dapat bertahan dan tidak sampai harus ditutup, hal ini dikarenakan pembayaran bagi hasil didasarkan pada keuntungan riil dimana ketetapan didasarkan kontrak tidak bisa berubah sewaktu-waktu seperti halnya dengan bunga, sehingga tidak terkena dampak langsung dari kenaikan suku bunga dan inflasi akibat krisis global 1998. Bank syariah ini adalah Bank Muamalat Indonesia. Bank Muamalat Indonesia didirikan pada tahun 1991 dan beroperasi tahun 1992 hingga saat ini.2

Setelah masa krisis dilewati, perbankan di Indonesia mulai berbenah diri

1Bank Indonesia, “Krisis Global dan Penyelamatan Sistem Perbankan Indonesia”, Humas Bank Indonesia, Jakarta, 2010, h. vi

2Anif Punto Utomo, Dua Dekade Ekonomi Syariah: Menuju Kiblat Ekonomi Islam, Gres! Publishing Pusat Komunikasi Ekonomi Syariah, Jakarta, 2014, hal. iv – v

1.17 0.38

-22.59

-25 -20 -15 -10 -5 0 5

1997 1998 1999

(18)

memperbaiki dan membangun apa yang hilang saat krisis. Terlihat dari profitabilitas yang mempunyai trend meningkat dari tahun 2001 hingga 2006 yaitu 1,45%, 1,96%, 2,63%, 3,46%, 2,55%, 2,64%.3 Selain itu perbaikan dalam segi permodalan pun dilakukan perbankan untuk menghindari masalah saat penarikan besar-besaran yang mungkin terjadi, hal ini terlihat dari Capital Adequacy Ratio (CAR) yang juga mempunyai trend meningkat yaitu 19,93%, 22,44%, 19,43%, 19,42%, 19,30%, 21,27%.4

Hal yang tidak berbeda juga terjadi pada perbankan syariah di Indonesia secara khususnya. Terlihat perbankan syariah juga mulai tumbuh dengan pesat setelah bertahan dari krisis global 1998 dengan peningkatan permodalan yang diukur dengan rasio kecukupan modal (CAR) sebesar 12,41%, 13,73%, 10,67% dari tahun 2005 hingga 2007 dan juga peningkatan dari sisi profitabilitas yang diukur dengan Return on Assets (ROA) sebesar 1,35%, 1,55%, 2,07% dari tahun 2005 hingga 2007.5

Hal ini dikarenakan krisis 1998 telah mempengaruhi perbaikan pada beberapa aspek, antara lain transparansi yang memenuhi akuntabilitas dan efektifitas, profesionalisme dan kompetensi, pemenuhan ketentuan perbankan dan prinsip kehati-hatian. Demikian juga, bank tidak lagi berperanan sebagai kasir dari sejumlah perusahaan dan grup perusahaan tertentu, terpeliharanya posisi eksposur (exposure) valas tanpa resiko (long or square foreign exchange

3 Laporan Tahunan Bank Indonesia Tahun 2007, h. 27 4 Ibid, h. 27

(19)

net open position) yang terkandung pada neraca bank, suasana persaingan antar bank sehat baik yang bercirikan oligopoli untuk antar bank besar dan

monopolistic competition bagi bank menengah ke bawah.6

Kemudian, Krisis ekonomi terjadi lagi pada tahun 2008, rekayasa instrumen keuangan yang berbentuk subprime mortgage menjadi salah satu sebab timbulnya krisis ekonomi di AS. Subprime mortgage atau surat kredit perumahan (KPR) yang berbunga rendah di tahun 2001-2005 menyebabkan meningkatnya permintaan rumah (boom in the housing market).7 Sebab, penduduk dengan penghasilan pas-pasan, yang dengan mudahnya syarat mendapat kredit kepemilikan rumah (KPR), akhirnya ramai-ramai memborong properti. Padahal tingkat bunga KPR sub-prime mortage lebih tinggi dari bunga bank. Pada akhirnya para debitur yang tidak dapat membayar cicilan pokok dan bunga yang membengkak menjadi penyebab kerugian lembaga keuangan dan salah satunya adalah Lehman Brothers yang jatuh bangkrut mulai menyebarkan krisis dimana nilai tukar rupiah terhadap Dollar US melemah.8

Di berbagai negara, aliran dana dan kredit terhenti, transaksi dan kegiatan ekonomi sehari-hari terganggu. Aliran dana keluar (capital outflow) terjadi besar-besaran. Indonesia yang saat krisis tidak memberlakukan penjaminan dana nasabah secara menyeluruh, menderita capital outflow lebih parah

6Heri Sudarsono, “Dampak Krisis Keuangan Global terhadap Perbankan di Indonesia: Perbandingan antara Bank Konvensional dan Bank Syariah”, Jurnal LaRiba, Vol. III, No. 1, Juli 2009, h.17

(20)

dibanding negara-negara tetangga yang menerapkan penjaminan dana nasabah secara penuh (blankeet guarantee).9

Aliran dana keluar itu membuat likuiditas di dalam negeri semakin kering dan bank-bank mengalami kesulitan mengelola arus dananya. Hal ini sama seperti pada tahun 1998 dimana terjadi penarikan besar-besaran oleh deposan yang mulai tidak percaya dengan lembaga perbankan, sehingga permodalan perbankan dikerahkan untuk menutupi penarikan tersebut dan profitabilitas perbankan menurun akibat dari lambatnya kegiatan usaha perbankan tanpa dana simpanan nasabah, seperti terlihat pada grafik di bawah ini.

Grafik 2. Return on Assets dan Capital Adequacy Ratio Perbankan Indonesia Tahun 2007-2009

Sumber: Statistik Perbankan Indonesia 2012

Dari grafik diatas terlihat penurunan yang terjadi tidak begitu besar, hal ini terjadi karena Bank Indonesia meningkatkan BI rate untuk meredam inflasi yang

9Ibid, h. 7

19.3

16.76 17.42

2.78 2.33 2.6

0 5 10 15 20 25

2007 2008 2009

(21)

diakibatkan oleh turunnya nilai rupiah terhadap dolar. Kenaikan BI rate direspon dengan kenaikan tingkat bunga bank konvensional secara masif. Namun, kembali lagi seperti pada tahun 1998, krisis global dan kenaikan tingkat bunga ini tidak mempengaruhi bank syariah secara langsung.10

Sistem jual beli (bai’) di bank syariah, dimana pembayaran margin

didasarkan fixed rate dimana ketetapan didasarkan kontrak tidak bisa berubah sewaktu-waktu seperti halnya dengan bunga. Namun bagi produk bagi hasil dimungkinkan krisis keuangan ini akan mempengaruhi return bank syariah karena krisis keuangaan akan mempengaruhi bagi hasil pegusaha untuk mendapatkan laba optimal.11 Terlihat di bawah ini akibat dari kenaikan BI rate dari krisis global tahun 2008 terhadap profitabilitas dan permodalan bank syariah.

(22)

Grafik 3. Return on Assets dan Capital Adequacy Ratio Perbankan Syariah Indonesia Tahun 2007-2009

Sumber: Statistik Perbankan Syariah 2012

Dari dampak krisis ekonomi diatas, pada tahun 2011 Bank Indonesia yang bertugas sebagai lembaga pengawas bank dan mengingat Basel III terkait dengan penguatan modal dan penyempurnaan manajemen risiko mengeluarkan kebijakan penilaian tingkat kesehatan bank dengan metode Risk-based Bank Rating (RBBR).12 Peraturan baru ini merupakan penyempurnaan dari metode CAMELS yang sebelumnya digunakan. Metode baru yang ditetapkan oleh Bank Indonesia merupakan metode dengan pendekatan risiko yang terdiri dari empat faktor penilaian yakni Risk Profile, Good Corporate Governance (GCG), Earning, dan Capital.

Krisis tahun 1997 dan 2008, memberikan gambaran bahwa pentingnya kesehatan bank dan sistem ketahanan bank, selain itu seperti yang diketahui

(23)

bahwa setiap kegiatan perbankan selalu berhubungan dengan risiko usaha, khususnya bank syariah. Di tengah kegiatan bank syariah yang selalu beriring dengan risiko, maka kepercayaan masyarakat terhadap kemampuan Bank Syariah dalam menjamin dana yang mereka simpan, haruslah dijaga agar Bank Syariah tetap dapat menjalankan kegiatan operasionalnya dan terus berkembang. Maka diharapkan dengan kebijakan penilaian tingkat kesehatan bank yang baru ini, perbankan di Indonesia, khususnya perbankan syariah dapat menguatkan modal dan manajemen risikonya.

Setelah ditetapkannya kebijakan penilaian tingkat kesehatan bank dengan metode Risk-based Bank Rating (RBBR), keadaan permodalan Bank Syariah memperlihatkan keadaan sebaliknya, bukan meningkat tetapi menurun.

Grafik 4. Perkembangan Capital Adequacy Ratio (CAR) Perbankan Syariah di Indonesia Tahun 2011-2014

Sumber :Statistik Perbankan Syariah Publikasi Bank Indonesia 2014

Terlihat dari grafik diatas kondisi yang berkebalikan dengan harapan dari

16.63

14.13 14.42

13.06

2011 2012 2013 2014

CAR

(24)

penetapan kebijakan perhitungan tingkat kesehatan bank yang baru. Hal ini menimbulkan pertanyaan bagaimana sebenarnya indikator-indikator dalam Risk Based Bank Rating mempengaruhi permodalan dalam usahanya untuk meningkatkan permodalan itu sendiri.

Sebelum itu, untuk memperjelas hubungan antara Tingkat Kesehatan Bank dengan Solvabilitas, terdapat beberapa penelitian yang dapat dijadikan rujukan. Dalam penelitian sebelumnya, Altman (1968) menguji manfaat rasio keuangan dalam memprediksi kebangkrutan perusahaan. Dengan menggunakan metode

multivariate discriminant analysis dalam penelitiannya Altman menemukan bahwa rasio keuangan profitabilitas, likuiditas, dan solvabilitas bermanfaat dalam memprediksi kebangkrutan dengan tingkat keakuratan mencapai 95% setahun sebelum perusahaan jatuh bangkrut. Sehingga dapat dikatakan solvabilitas menjadi indikator perkiraan bangkrut atau tidaknya suatu perusahaan.

Surifah (1999) dalam penelitiannya mengenai rasio keuangan sebagai alat prediksi kegagalan perbankan, menunjukkan bahwa rasio keuangan dapat dipergunakan sebagai alat prediksi kegagalan bank. Jika dihubungkan dengan penelitian Altman maka dapat dikatakan bahwa rasio keuangan dapat memprediksi kegagalan bank dimana salah satu indikatornya adalah solvabilitas.

(25)

memprediksi Solvabilitasnya.

Terdapat pula penelitian-penelitian setelahnya yang mendukung Altman dan Surifah, yakni penelitian Aydin Ozkan (2001), Mira (2004), dan Raden (2001). Penelitian mereka menggunakan profitabilitas sebagai salah satu variabel independennya. Ketiganya menjelaskan bahwa profitabilitas berpengaruh negatif terhadap Debt to Assets Ratio (DAR). Tetapi, Aydin Ozkan dan Mira menyatakan bahwa profitabilitas mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap DAR, sedangkan Raden menyatakan bahwa profitabilitas tidak mempunyai pengaruh signifikan terhadap DAR.

Selain profitabilitas, variabel independen yang digunakan adalah likuiditas. Pada penelitian Aydin dan Raden dijelaskan bahwa likuiditas berpengaruh positif terhadap DAR, sedangkan Mira dalam penelitiannya menjelaskan bahwa likuiditas berpengaruh negatif terhadap DAR. Tetapi hanya Aydin yang menyatakan bahwa likuiditas mempunyai pengaruh signifikan terhadap DAR, sedangkan Mira dan Raden menyatakan likuiditas tidak mempunyai pengarh signifikan terhadap DAR.

Dari penelitian tersebut dijelaskan bahwa variabel-variabel yang mempengaruhi tingkat kesehatan bank mampu menjelaskan dan memprediksi kebangkrutan suatu perusahaan. Namun penelitian yang sudah ada memiliki

(26)

pada rasio keuangan pada tingkat kesehatan yang baru yaitu metode Risk Based Bank Rating (RBBR) sebagai indikator yang mempengaruhi Solvabilitas Bank Syariah di Indonesia.

Berdasarkan uraian tersebut, menarik untuk diteliti sejauh mana rasio keuangan dari metode penilaian kesehatan bank yang baru ini berpengaruh pada solvabilitas bank syariah di Indonesia. Peneliti juga merasa tertarik untuk menulis skripsi dengan judul : “PENGARUH TINGKAT KESEHATAN BANK

RISK BASED BANK RATING TERHADAP SOLVABILITAS BANK SYARIAH

DI INDONESIA”.

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah 1. Pembatasan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut, peneliti membatasi permasalahan yang akan diteliti pada aspek yang dianalisis agar tidak keluar dari pembahasan, diantaranya:

a. Data Tingkat Kesehatan Bank yang digunakan menggunakan metode

Risk Based Bank Rating (RBBR) dari Laporan Keuangan Bank Syariah pada tahun 2010 sampai dengan 2014. Indikator yang mewakilinya adalah Return On Assets (ROA), Net Operating Margin

(NOM), Financing to Debt Ratio (FDR), Non-Performing Financing

(NPF), dan Volume Aset Portofolio (VAP).

(27)

Keuangan Bank Syariah pada tahun 2010 sampai dengan 2014. Indikator yang mewakilinya adalah Debt to Assets Ratio (DAR).

2. Perumusan Masalah

Melalui pembatasan masalah di atas, maka untuk mempermudah penulisan skripsi ini, penulis merumuskan masalah penelitian sebagai berikut:

a. Bagaimana pengaruh Faktor Tingkat Kesehatan RBBR (ROA, NOM, FDR, NPF, dan VAP) secara parsial terhadap Solvabilitas Bank Syariah di Indonesia?

b. Bagaimana pengaruh Faktor Tingkat Kesehatan RBBR (ROA, NOM, FDR, NPF, dan VAP) secara simultan terhadap Solvabilitas Bank Syariah di Indonesia?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah untuk mengetahui secara empiris pengaruh Tingkat Kesehatan Bank Risk Based Bank Rating

(RBBR) terhadap Solvabilitas Bank Syariah dan juga untuk mengetahui: a. Faktor apa yang berpengaruh dari Tingkat Kesehatan RBBR terhadap

(28)

b. Bagaimana arah dari pengaruh Tingkat Kesehatan RBBR terhadap ketahanan Bank Syariah di Indonesia.

Sehingga dapat disimpulkan saran strategis bagi Bank Syariah untuk mempertahankan eksistensi, menjaga kesehatan bank, dan meminimalisir risiko dalam usahanya mendapat kepercayaan masyarakat untuk menyimpan dananya di Bank Syariah.

2. Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dari penelitianini adalah dapat menjawab semua masalah dalam penelitian ini, selain itu diharapkan juga dapat berguna bagi:

a. Bagi Bank Syariah

Membantu memberikan saran dan masukan bagi Bank Syariah tentang perhitungan seberapa besar pengaruh dari Tingkat Kesehatan RBBR terhadapketahanan Bank Syariah di Indonesia, sehingga dapat mengambil keputusan lebih tepat dalam mengatur strategi yang akan dihadapi.

b. Bagi Institusi

(29)

dampak dari Tingkat Kesehatan RBBR terhadapketahanan Bank Syariah di Indonesia serta strategi penjagaannya.

c. Bagi Nasabah

Menambah informasi dan pengetahuan nasabah dalam mengambil keputusan memilih Bank Syariah yang sehat dan baik ketahanannya dalam menghadapi risiko sehingga dana nasabah lebih aman ketika disimpan.

d. Bagi Calon Investor

Dapat menjadi gambaran mengenai kesehatan dan ketahanan Bank Syariah dalam jangka pendek dan panjang dari ancaman risiko-risiko yang ada sehingga dapat dijadikan bahan pertimbangan untuk melakukan keputusan investasi yang tepat.

e. Bagi Peneliti

Dengan melakukan penelitian ini, peneliti memperoleh pengalaman dan menambah wawasan serta pengetahuan mengenai pengaruh Tingkat Kesehatan Bank dengan metode Risk Based Bank Rating (RBBR) terhadap Solvabilitas Bank Syariah.

D. Sistematika Penulisan BAB I : PENDAHULUAN

(30)

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA

Pada bab ini akan disajikan teori terkait Tingkat Kesehatan Bank metode

Risk Based Bank Rating (RBBR) dan SolvabilitasPerbankan Syariah. BAB III : METODOLOGI PENELITIAN

Pada bab ini akan dijelaskan mengenai ruang lingkup penelitian, metode pengumpulan data, metode analisis data, penjelasan mengenai operasional variabel, kerangka pemikiran dan hipotesis penelitian.

BAB IV : HASIL DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini berisi data penelitian mengenai pengaruh pengaruh Tingkat Kesehatan Bank dengan metode Risk Based Bank Rating (RBBR) terhadap Solvabilitas Bank Syariah pada tahun 2007 sampai dengan 2013.

BAB V : PENUTUP

(31)

16

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Financial Distress Theory

Financial distress adalah kondisi yang menunjukkan dimana arus kas perusahaan saat itu sangat rendah dan perusahaan sedang menderita kerugian akan tetapi belum sampai mengakibatkan kebangkrutan atau dapat dikatakan perusahaan sedang mengalami penurunan kondisi keuangan. Plat dan Plat memaparkan hal yang dimaksud financial distress sebagai “tahap penurunan

kondisi keuangan sebelum terjadi kebangkrutan ataupun likuidasi.13

Lennox, Kaiser, Claessens, Ogawa, dan Dewaelheyns dalam Rowland Pasaribu mengungkapkan prediktor utama kebankrutan atau financial distress

dan arah pengaruhnya dalam probabilitas kegagalan sebagai berikut:14

1. Kerugian. Semakin merugi, perusahaan semakin tinggi probabilitasnya untuk mengalami financial distress (+).

2. Hutang. Kebankrutan biasanya diawali dengan moment gagal bayar. Karenanya semakin besar jumlah hutang, semakin tinggi probabilitas

financial distress (+).

13 Endri, “Prediksi Kebangkrutan Bank untuk Menghadapi dan Mengelola

Perubahan Lingkungan Bisnis: Analisis Model Altman’s Z-Score”, Perbanas Quarterly Review, Volume 2, (Maret, 2009), h. 37

14Rowland Pasaribu, “Penggunaan Binary Logit untuk Prediksi Financial Distress

(32)

3. Usia perusahaan. Usia perusahaan memiliki pengaruh berbentuk U terbalik dengan probabilitas keluar dari financial distress. Selama periode awal atau permulaan, skala probabilitas akan kejadian kebankrutan meningkat. Di periode pertengahan, hubungan probabilitas kebankrutan cenderung stabil, dan dengan dengan pertambahan umur perusahaan, maka semakin menurun probabilitas kejadian financial distress (bankrut).

4. Ukuran perusahaan juga memiliki pengaruh berbentuk U terbalik dengan probabilitas bergerak ke arah non-distress.

5. Status legal. Kemampuan yang terbatas memiliki pengaruh positif terhadap probabilitas keluar dari status financial distress (+).

6. Corporate Shareholder. Keberadaan pemegang saham memiliki pengaruh negatif terhadap probabilitas pada bergerak ke arah financial distress ( - ). 7. Jumlah kreditur. Perusahaan dengan banyak kreditur hampir sama gerakan

yang cepat ke arah financial distress dibanding perusahaan dengan kreditur tunggal (-).

8. Diversifikasi. Perusahaan yang terdiversifikasi memilikiprobabilitas yang tinggi terhadap financial distress dibanding perusahaan yang tidak terdiversifikasi ( - ).

9. Sektor industri dapat menentukan akses perusahaan terhadap keuangan. 10. Pengaruh siklus bisnis, kinerja industri yang secara keseluruhan buruk,

(33)

Altman dan Foster (1986) menyebutkan beberapa indikator terkait kemungkinan kejadian kesulitan keuangan dalam Wahyu Widarjo dan Doddy Setiawan adalah:15

1. Analisis arus kas untuk periode sekarang dan yang akan datang.

2. Analisis strategi perusahaan yang mempertimbangkan pesaing potensial, struktur biaya relatif, perluasan rencana dalam industri, kemampuan perusahaan untuk meneruskan kenaikan biaya, kualitas manajemen, dan lain sebagainya.

3. Analisis laporan keuangan dari perusahaan serta perbandingannyadengan perusahaan lain. Analisis ini dapat berfokus pada suatu variabel keuangan tunggal atau suatu kombinasi dari variabel keuangan.

4. Variabel eksternal seperti return sekuritas dan penilaian obligasi.

Berdasarkan penjelasan diatas yang menjadi fokus utama dalam pembahasan di penelitian ini adalah laporan keuangan yang dapat menjadi indikator kemungkinan terjadinya kesulitan keuangan. Dengan menggunakan metode multivariate discriminant analysis dalam penelitiannya Altman menemukan bahwa dalam laporan keuangan, rasio keuangan profitabilitas, likuiditas, dan solvabilitas bermanfaat dalam memprediksi kebangkrutan dengan tingkat keakuratan mencapai 95% setahun sebelum perusahaan jatuh bangkrut.

15 WahyuWidarjo dan Doddy Setiawan, “Pengaruh Rasio Keuangan terhadap

(34)

Sehingga dapat dikatakan solvabilitas menjadi indikator perkiraan bangkrut atau tidaknya suatu perusahaan.

Penelitian lebih lanjut dilakukan oleh Surifah (1999) mengenai rasio keuangan sebagai prediksi kegagalan perbankan dan menunjukkan hasil bahwa rasio keuangan dapat dipergunakan sebagai alat prediksi kegagalan bank. Dengan mempertimbangkan hasil dari Altman, maka dengan kata lain rasio keuangan dapat dipergunakan sebagai alat prediksi kegagalan bank yang menggunakan profitabilitas, likuiditas, dan solvabilitas sebagai indikatornya.

B. Bank

Secara sederhana bank diartikan sebagai lembaga keuangan yang kegiatan usahanya adalah menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkan kembali dana tersebut ke masyarakat serta memberikan jasa-jasa bank lainnya. Sedangkan pengertian lembaga keuangan adalah setiap perusahaan yang bergerak di bidang keuangan di mana kegiatannya apakah menghimpun dana atau hanya menyalurkannya atau kedua-duanya. Kemudian menurut Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 yang dimaksud dengan bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya ke masyarakat dalam bentuk kredit dan/atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak.16

(35)

Jadi dapat disimpulkan bahwa, bank merupakan lembaga perantara keuangan antara masyarakat yang kelebihan dana dengan masyarakat yang kekurangan dana. Masyarakat kelebihan dana maksudnya adalah masyarakat yang memiliki dana dan akan digunakan untuk investasi di bank. Penyimpanan uang di bank selain aman juga menghasilkan bunga dari uang yang disimpannya. Oleh bank dana simpanan masyarakat ini disalurkan kembali kepada masyarakat yang kekurangan dana dalam bentuk pinjaman untuk membiayai suatu usaha atau kebutuhan rumah tangga.17

Sebagai perantara keuangan bank akan memperoleh keuntungan dari selisih bunga yang diberikan kepada penyimpan (bunga simpanan) dengan bunga yang diterima dari peminjam (bunga kredit). Keuntungan ini dikenal dengan istilah Spread Based. Jenis keuntungan ini diperoleh dari bank jenis konvensional. Sedangkan bagi bank jenis syariah (muamalah) tidak dikenal istilah bunga, karena bank syariah mengharamkan bunga. Dalam bank syariah keuntungan yang diperoleh dikenal istilah bagi hasil atau Profit Sharing. Disamping keuntungan yang diperoleh dari Spread Based atau dari Profit Sharing, bank juga memperoleh keuntungan dari kegiatan jasa-jasa bank lainnya yang disebut fee based.

Dalam Praktiknya bank dibagi dalam beberapa jenis. Jika ditinjau dari segi fungsinya bank dikelompokkan menjadi tiga jenis, yaitu:18

(36)

1. Bank Sentral, merupakan bank yang mengatur berbagai kegiatan yang berkaitan dengan dunia perbankan dan dunia keuangan di suatu Negara. Di setiap Negara hanya ada satu bank sentral yang dibantu oleh cabang-cabangnya. Di Indonesia fungsi bank sentral dipegang oleh Bank Indonesia (BI). Fungsi Bank Indonesia di samping bank sentral adalah sebagai bank sirkulasi, bank to bank dan lender of the last resort.

2. Bank Umum, merupakan bank yang bertugas melayani seluruh jasa-jasa perbankan dan melayani segenap lapisan masyarakat, baik masyarakat perorangan maupun lembaga-lembaga lainnya. Bank umum juga dikenal sebagai bank komersil dan dikelompokkan lagi kedalam berbagai jenis. 3. Bank Perkreditan Rakyat (BPR), merupakan bank yang khusus melayani

masyarakat kecil di kecamatan dan pedesaan. Jenis produk yang ditawarkan oleh BPR relative lebih sempit jika dibandingkan dengan bank umum, bahkan ada beberapa jenis jasa bank yang tidak dibolehkan diselenggarakan oleh BPR, seperti pembukaan rekening giro dan ikut kliring.

Selain itu jenis perbankan dewasa ini jika ditinjau dar berbagai segi antara lain:19

1. Dilihat dari segi kepemilikannya adalah:

a. Bank milik Pemerintah, yaitu bank yang modalnya penuh atau sebagian besar milik pemerintah Indonesia, contohnya: BNI, BRI, BTN, dan Bank Mandiri.

(37)

b. Bank milik swasta nasional, yaitu bank yang modalnya penuh atau sebagian besar milik swasta nasional, contohnya: BCA, Bank Danamon, Bank Lippo, dan Bank Mega.

c. Bank milik koperasi, yaitu bank yang modalnya penuh atau sebagian besar milik perusahaan berbadan hokum koperasi, contohnya Bank Umum Koperasi Indonesia (Bukopin).

d. Bank milik asing, yaitu bank yang modalnya penuh atau sebagian besar milik swasta asing atau pemerintah asing, contohnya: America Express Bank, Bank of Tokyo, dan Standard Chartered Bank.

e. Bank milik campuran, yaitu bank yang modalnya sebagian milik asing dan sebagian lagi milik swasta campuran

2. Dilihat dari segi statusnya adalah:

a. Bank devisa, merupakan bank yang dapat melaksanakan transaksi keluar negeri atau yang berhubungan dengan mata uang asing secara keseluruhan, misalnya transfer ke luar negeri. Persyaratan untuk menjadi bank devisa ditentukan oleh Bank Indonesia

b. Bank non-devisa, merupakan bank yang belum mempunyai izin untuk melaksanakan transaksi sebagai bank devisa

3. Dilihat dari cara menentukan harga

a. Bank yang berdasarkan prinsip konvensional (Barat), yaitu bank yang dalam menentukan harga menggunakan 2 metode, yaitu:

(38)

2) Menetapkan biaya-biaya untuk jasa lainnya (Fee Based)

b. Bank yang berdasarkan prinsip syariah (Islam)20, menurut ensiklopedi

Islam, Bank Syariah adalah lembaga keuangan yang usaha pokoknya memberikan kredit dan jasa-jasa dalam lalu lintas pembayaran serta peredaran uang yang pengoperasiannya disesuaikan dengan prinsip-prinsip Syariat Islam.

Berdasarkan rumusan tersebut, Bank Islam berarti bank yang tata cara beroperasinya didasarkan pada tata cara bermuamalat secara islam, yakni mengacu kepada ketentuan ketentuan Al Quran dan Hadits. Sedangkan pengertian muamalat adalah ketentuan-ketentuan yang mengatur hubungan manusia dengan manusia, baik hubungan pribadi maupun antara perorangan dengan masyarakat. Muamalah ini meliputi bidang kegiatan jual beli (bai’),

bunga (riba), piutang (qoroah), gadai (rahn), memindahkan utang (hawalah), bagi untung dalam perdagangan (qiro’ah), jaminan (dhomah), persekutuan (syirkah),

persewaan dan perburuhan (ijarah).

Di dalam operasionalisasinya Bank Islam harus mengikuti dan atau berpedoman kepada praktik-praktik usaha yang dilakukan di zaman Rasulullah, bentuk-bentuk usaha yang telah ada sebelumnya tetapi tidak dilarang oleh Rasulullah atau bentuk-bentuk usaha baru sebagai hasil ijtihad para

20Warkum Sumitro, “Asas-Asas Perbankan Islam dan Lembaga-Lembaga Terkait:

(39)

ulama/cendekiawan muslim yang tidak menyimpang dari ketentuan Al Quran dan Hadits.

Dalam menentukan harga atau mencari keuntungan bagi bank syariah adalah sebagai berikut :21

1. Pembiayaan berdasarkan prinsip bagi hasil (mudharabah) 2. Pembiayaan berdasarkan penyertaan modal (musyarakah)

3. Prinsip jual belli barang dengan memperoleh keuntungan (murabahah) 4. Pembiayaan barang modal berdasarkan sewa murni tanpa pilihan (ijarah) 5. Atau dengan adanya pilihan pemindahan kepemilikan atas barang yang

disewa dari pihak bank oleh pihak lain (ijarah wa iqtina)

Sedangkan penentuan biaya-biaya jasa bank lainnya bagi bank syariah juga berdasarkan prinsip syariah seperti hawalah, kafalah, dan wakalah. Sumber penentuan harga atau pelaksanaan kegiatan bank syariah dasar hukumnya adalah Al Quran dan Hadits. Bank syariah mengharamkan penggunaan harga produknya dengan bunga tertentu. Bagi bank Syariah bunga adalah riba.22

C. Kesehatan Bank23

Kesehatan atau kondisi keuangan dan non-keuangan bank merupakan kepentingan semua pihak terkait, baik pemilik, manajemen bank, bank pemerintah (Bank Indonesia) dan pengguna jasa bank. Dengan diketahuinya

21Kasmir, 2012, h. 26 22Ibid, h. 26

23Veithzal Rivai, “Bank And Financial Institution Management Conventional &

(40)

kondisi suatu bank dapat digunakan pihak-pihak tersebut untuk mengevaluasi kinerja bank dalam menerapkan prinsip kehati-hatian, kepatuhan terhadap ketentuanyang berlaku dan manajemen risiko. Perkembangan metodologi penilaian kondisi bank bersifat dinamis sehingga sistem penilaian kesehatan bank senantiasa disesuaikan agar lebih mencerminkan kondisi bank yang sesungguhnya, baik saat ini maupun waktu yang akan datang.

Bagi perbankan, hasil penilaian kondisi bank tersebut dapat digunakan sebagai salah satu sarana dalam menetapkan strategi usaha di waktu yang akan datang, sedangkan bagi BI dapat digunakan sebagai sarana penetapan kebijakan dan implementasi strategi pengawasan, agar pada waktu yang ditetapkan bank dapat menerapkan sistem penilaian tingkat kesehatan bank yang tepat.

Bank Indonesia dalam menilai tingkat kesehatan suatu bank pada dasarnya menggunakan pendekatan kualitatif atas berbagi aspek yang berpengaruh terhadap kondisi suatu bank. Metode atau cara penilaian tingkat kesehatan bank tersebut kemudian dikenal dengan metode CAMELS. CAMELS merupakan aspek yang banyak berpengaruh terhadap kondisi keuangan bank, yang mempengaruhi pula kesehatan bank. Metode CAMELS mencakup komponen-komponen sebagai berikut :

1. C = Capital : untuk rasio kecukupan modal bank 2. A = Assets : untuk rasio kualitatif aktiva

produktif atau Assets

(41)

5. L = Liquidity : untuk rasio likuiditas bank 6. S = Sensitivity to Market Risk : untuk sensitivitas terhadap risiko

pasar

D. Risk-Based Bank Rating24

Berdasarkan peraturan Bank Indonesia No 13/1/PBI/2011, metode penilaian kesehatan bank dengan pendekatan berdasarkan risiko (Risk-based Bank rating) merupakan metode penilaian tingkat kesehatan bank menggantikan metode penilaian yang sebelumnya yaitu metode yang berdasarkan Capital,

Asset, Management, Earning, Liquidity dan Sensitivity to Market Risk

(CAMELS).

Metode RBBR menggunakan penilaian terhadap empat faktor berdasarkan Surat Edaran BI No 13/24/DPNP adalah sebagai berikut :

1. Risk Profile (Profil Risiko)

Risk Profile (profil risiko) menjadi dasar penilaian tingkat bank pada saat ini dikarenakan setiap kegiatan yang dilaksanakan oleh bank sangat memungkinkan akan timbulnya risiko. Bank Indonesia menjelaskan risiko-risko yang diperhitungkan dalam menilai tingkat kesehatan bank dengan metode Risk-Based Bank Rating dalam Surat Edaran Bank Indonesia No 13/24/DNPN pada tanggal 25 Oktober 2013 terdiri dari :

a. Risiko pembiayaan

24 Hening Asih Widyaningrum, et al,“Analisis Tingkat Kesehatan Bank Dengan

(42)

b. Risiko Pasar c. Risiko Operasional d. Risiko Likuiditas e. Risiko Hukum f. Risiko Stratejik g. Risiko Kepatuhan h. Risiko Reputasi

2. Good Corporate Governance (GCG)

Penilaian terhadap faktor GCG dalam metode RBBR didasarkan ke dalam tiga aspek utama yaitu, Governance Structure, Governance Process, dan Governance Output. Berdasarkan ketetapan Bank Indonesia yang disajikan dalam Laporan Pengawasan Bank (2012:36) : “Governance Stucture mencakup pelaksanaan tugas dan tanggung jawab Dewan Komisaris dan Dewan Direksi serta kelengkapan dan pelaksanaan tugas komite. Governance Process mencakup fungsi kepatuhan bank, penanganan benturan kepentingan, penerapan fungsi audit intern dan ekstern, penerapan manajemen risiko termasuk sistem pengendalian intern, penyediaan dana kepada pihak terkait dan dana besar, serta rencana strategis bank. Aspek terakhir Govenance Output mencakup transparansi kondisi keuangan dan non keuangan, laporan pelaksanaan GCG yang memenuhi prinsip

(43)

3. Earning (Rentabilitas)

Penilaian faktor rentabilitas bank dapat menggunakan parameter diantaranya sebagai berikut :

a. ROA (Return on Asset)

Tabel 1. Predikat kesehatan bank berdasarkan ROA

No Rasio ROA Predikat

1 2 % < ROA Sangat Sehat

2 1,25 % < ROA ≤ 2 % Sehat

3 0,5 % < ROA ≤ 1,25 % Cukup Sehat

4 0 % < ROA ≤ 0,5 % Kurang Sehat

5 ROA ≤ 0 % (atau negatif) Tidak Sehat

b. NOM (Net Operating Margin)

Tabel 2. Predikat kesehatan bank berdasarkan NOM

No Rasio NIM Predikat

1 3 % < NIM Sangat Sehat

2 2 % < NIM ≤ 3 % Sehat

3 1,5 % < NIM ≤ 2 % Cukup Sehat

4 1 % < NIM ≤ 1,5 % Kurang Sehat

(44)

4. Capital (Modal)

Modal yang terdapat pada bank terdiri dari dua jenis modal menurut Arthesa25 yakni:

a. Modal Inti b. Modal Pelengkap

Rasio yang dapat digunakan untuk mengukur kecukupan modal yang dimiliki bank adalah Capital Adequacy Ratio (CAR). Berdasarkan SE BI No 26/2/BPPP mengatur bahwa kewajiban penyediaan modal minimum atau CAR diukur dari dari persentase tertentu terhadap Aktiva Tertimbang Menurut Risiko (ATMR) sebesar 8% dari ATMR.

Tabel 3. Predikat kesehatan bank berdasarkan CAR

No Rasio CAR Predikat

1 12 % < CAR Sangat Sehat

2 9 % < CAR ≤ 12 % Sehat

3 8 % < CAR ≤ 9 % Cukup Sehat

4 6 % < CAR ≤ 8 % Kurang Sehat

5 CAR < 6 % Tidak Sehat

(45)

E. Solvabilitas Bank Syariah26

Rasio solvabilitas adalah rasio untuk mengetahui kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban jika perusahaan tersebut dilikuidasi. Rasio ini juga disebut dengan rasio pengungkit (leverage) yaitu menilai batasan perusahaan dalam meminjam uang. Rule of thumb dari rasio solvabilitas adalah maksimal 100%. Artinya perusahaan banyak mengandalkan modal dari dalam, bukan hutang. Rasio solvabilitas meliputi:

1. Debt to Assets Ratio (DAR)

DAR adalah rasio total kewajiban terhadap aset. Rasio ini menekankan pentingnya pendanaan hutang dengan jalan meunjukkan presentase aktiva perusahaan yang didukung oleh hutang. Nilai rasio yang tinggi menunjukkan peningkatan dari risiko pada kreditor berupa ketidakmampuan perusahaan dalam membayar semua kewajibannya. Rumusnya adalah:

= × %

2. Debt to Equity Ratio (DER)

Rasio ini menunjukkan persentase penyediaan dana oleh pemegang saham terhadap pinjaman. Semakin tinggi rasio, semakin rendah pendanaan perusahaan yang disediakan oleh pemegang saham. Dari perspektif kemampuan membayar kewajiban jangka panjang, semakin rendah rasio

(46)

akan semakin baik kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban jangka panjang. Rumusnya adalah:

= × %

3. Equity Multiplier (EM)

Total aktiva dibagi total ekuitas. Rasio ini menunjukkan kemampuan perusahaan dalam mendayagunakan ekuitas pemegang saham. Rasio ini juga bisa diartikan sebagai berapa porsi dari aktiva perusahaan yang dibiayai oleh pemegang saham. Semakin kecil rasio ini, berarti porsi pemegang saham akan semakin besar, sehingga kinerjanya semakin baik, karena persentase untuk pembayaran bunga semakin kecil. Rumusnya adalah:

= × %

F. Return On Assets (ROA)

Return On Assets (ROA) menurut Veithzal (2007) adalah rasio laba sebelum pajak dalam 12 bulan terakhir terhadap rata-rata volume usaha dalam periode yang sama. ROA menggambarkan perputaran aktiva yang diukur dari volume penjualan. Ukuran atau rumus yang digunakan adalah Rasio perbandingan antara laba sebelum pajak dengan total asset. Rasio ini digunakan untuk mengukur kemampuan bank dalam memperoleh keuntungan secara keseluruhan.27

(47)

Menurut Darsono (2005), ROA adalah perhitungan dari laba bersih dibagi rata-rata total aktiva. Rasio ini menggambarkan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan keuntungan dari setap satu rupiah asset yang digunakan. Dengan mengetahui rasio ini, kita bisa menilai apakah perusahaan ini efisien dalam memanfaatkan aktivanya dalam kegiatan operasionalnya.28

Rasio ini dirumuskan dengan:

= × %

Semakin besar ROA suatu bank, maka semakin besar pula tingkat keuntungan yang dicapai bank tersebut dan semakin baik pula posisi bank tersebut dari sisi penggunaan asset sehingga dapat dilihat bahwa bank mampu menghasilkan laba sebesar persentase dari total aktiva yang dimiliki. Jadi, ketika bank dapat memanfaatkan asset dengan efektif maka keuntungan yang akan dibagikan kepada nasabah pun menjadi lebih menarik.

ROA yang semakin besar juga mengindikasikan semakin efektifnya aktiva yang digunakan sehingga membuat laba semakin tinggi dan akan membuat penggunaan hutang akan menurun. Hal ini disebabkan oleh kemampuan perusahaan untuk membiayai kegiatan usahanya dengan menggunakan laba ditahan. Sehingga, hipotesis dalam hal ini adalah:

Ha1 : Tingkat Earning (ROA) berpengaruh secara parsial kepada

Solvabilitas Bank Syariah.

(48)

G. Net Operating Margin (NOM)

Subramanyam (2008) dalam bukunya, memasukkan NOM sebagai salah satu turunan dari rasio Return on Investment (ROI) yang dibagi menurut klasifikasi investasinya yaitu investasi pada asset operasional atau asset produktif. Rasio ini digunakan untuk menganalisis kinerja perusahaan dalam menghasilkan laba dari investasi perusahaan dalam bentuk asset produktif.29 Rasio utama yang digunakan untuk menilai profitabilitas bank syariah dengan menggunakan Net Operating Margin (NOM). NOM digunakan untuk mengetahui kemampuan aktiva produktif dalam menghasilkan laba.30 NOM dihitung dengan rumus sebagai berikut:

= − � − × %

Keterangan :

NOM : Net Operating Margin

PO : Pendapatan Operasional

DBH : Dana Bagi Hasil

BO : Biaya Operasional

Rata-rata Aktiva Produktif : Merupakan rata-rata aktiva produktif 12 bulan terakhir.

29Subramanyam & John J. Wild, “Financial Statement Analysis”, Mc Graw Hill, Amerika, 2008, diterjemahkan oleh Dewi Yanti, Salemba Empat, Jakarta, 2010, h. 144

30Romdayanah,“Pengaruh Faktor Permodalan, Kualitas Aset, Dan Likuiditas

(49)

NOM yang semakin besar menunjukkan kinerja yang baik dari Bank Syariah untuk mendapatkan laba dari kegiatan operasionalnya sehingga penggunaan hutang akan menurun. Hal ini disebabkan oleh kemampuan perusahaan untuk membiayai kegiatan usahanya dengan menggunakan laba ditahan. Sehingga, hipotesis dalam hal ini adalah:

Ha2 : Tingkat Earning (NOM) berpengaruh secara parsial kepada

Solvabilitas Bank Syariah.

H. Financing To Deposit Ratio (FDR)

Rasio ini adalah rasio yang mengukur perbandingan jumlah pembiayaan yang diberikan bank dengan dana yang diterima oleh bank, yang menggambarkan kemampuan bank dalam membayar kembali penarikan dana oleh deposan dengan mengandalkan pembiayaan yang diberikan sebagai sumber likuiditasnya. Oleh karena itu, semakin tinggi rasionya memberikan indikasi rendahnya kemampuan likuiditas bank tersebut, hal ini sebagai akibat jumlah dana yang diperlukan untuk membiayai pembiayaan menjadi semakin besar.31

Menurut Subramanyam (2008), rasio ini mempunyai kemampuan untuk mengukur kemampuan perusahaan memenuhi kewajiban lancarnya, penyangga kerugian dan seberapa besar cadangan dana yang ada atas fluktuasi arus kas yang tidak terduga.32

FDR dihitung dengan rumusan sebagai berikut :

31Veithzal Rivai, 2007, h. 724

(50)

= ℎ × %

Bank Indonesia menetepkan rasio FDR sebagai berikut :

1. Untuk rasio FDR sebesar 110% atau lebih, berarti likuiditas bank tersebut dinilai tidak sehat

2. Untuk rasio FDR kurang dari 110%, berarti likuiditas bank tersebut dinilai sehat

FDR merupakan ukuran likuiditas yang mengukur besarnya dana yang ditempatkan dalam bentuk pembiayaan yang berasal dari dana yang dikumpulkan oleh bank (terutama dana masyarakat). Semakin tinggi FDR menunjukkan semakin riskan kondisi likuiditas bank, sebaliknya semakin rendah FDR menunjukkan kurangnya efektivitas bank dalam menyalurkan pembiayaan. Semakin tinggi FDR dimana harta lancar yang dimiliki perusahaan semakin besar dan kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya meningkat maka penggunaan hutang juga akan meningkat karena mampu ditutupi dengan harta lancar yang ada. Sehingga, hipotesis dalam hal ini adalah:

Ha3 : Tingkat risiko likuiditas (FDR) berpengaruh secara parsial kepada

(51)

I. Non Performing Financing (NPF)

NPF merupakan rasio yang mengukur tingkat permasalahan pembiayaan yang dihadapi oleh Bank Syariah. Semakin tinggi rasio ini, menunjukkan kualitas pembiayaan Bank Syariah yang semakin buruk. Bank Syariah dengan NPF yang tinggi akan memperbesar biaya baik pencadangan aktiva produktif maupun biaya lainnya, sehingga berpotensi terhadap kerugian Bank.33 NPF dapat dilihat dengan menggunakan rumusan sebagai berikut:

= ℎ × %

Bank dalam memberikan pembiayaan harus melakukan analisis terhadap kemampuan debitur untuk membayar kembali kewajibannya. Setelah pembiayaan diberikan, bank wajib melakukan pemantauan terhadap penggunaan pembiayaan serta kemampuan dan kepatuhan debitur dalam memenuhi kewajibannya.

Bank melakukan peninjauan, penilaian, dan pengikatan terhadap kinerja untuk memperkecil risiko pembiayaan. Semakin tinggi NPF, maka semakin tinggi debitur yang tidak memberikan kewajibannya dalam bentuk margin ataupun bagi hasil kepada kreditur, sehingga berpotensi menurunkan pendapatan bank serta menaikkan penggunaan hutang dalam kegiatan usahanya dibandingkan laba ditahan. Hipotesis yang ditawarkan dalam hal ini adalah:

(52)

Ha4 : Tingkat risiko pembiayaan (NPF) berpengaruh secara parsial kepada

Solvabilitas Bank Syariah.

J. Volume Aset Portofolio (VAP)

Volume Aset Portofolio (VAP) adalah salah satu indikator untuk melihat dan menilai tingkat risiko pasar dari sebuah Bank. VAP merupakan porsi aset yang berbentuk portofolio. Dalam lampiran Surat Edaran Bank Indonesia No. 13/24/DPNP tanggal 25 Oktober 2011 Perihal Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum dijabarkan bahwa yang termasuk dalam Aset Portofolio adalah:

1. Aset Trading, yaitu penempatan pada Bank lain, surat berharga, surat berharga yang dijual dengan janji dibeli kembali (repo), tagihan akseptansi, kredit, dan aset lainnya dengan kategori pengukuran diperdagangkan (trading).

2. Aset Derivatif, adalah seluruh aset transaksi spot dan derivatif.

3. Aset Fair Value Option (FVO), yaitu penempatan pada Bank lain, surat berharga, surat berharga yang dijual dengan janji dibeli kembali (repo), tagihan akseptansi, kredit, dan aset lainnya dengan kategori pengukuran diukur dengan nilai wajar (fair value option).

(53)

dicover oleh modal dan tidak sampai mengganggu kelangsungan Bank. Tetapi dengan struktur modal yang lebih mengutamakan hutang, maka dengan semakin besarnya VAP, semakin besar pula hutang karena dapat ditutup dengan aset portofolio yang ada. Sehingga, hipotesis dalam hal ini adalah:

Ha5 : Tingkat risiko pasar (PDN) berpengaruh secara parsial kepada

Solvabilitas Bank Syariah.

K. Penelitian Terdahulu

Dalam rangka penentuan fokus penelitian, peneliti telah membandingkan dengan penelitian terdahulu guna mendukung materi yang akan dibahas, yakni: 1. Aydin Ozkan (2001) Faktor-Faktor Struktur Modal dan Penyesuaian pada

Target Jangka Panjang (Studi pada Data Panel Perusahaan di UK). Journal of Business Finance & Accounting 28.

Penelitiannya menguji pengaruh dari ukuran perusahaan, likuiditas,

non-debt tax, dan profitabilitas terhadap struktur modal perusahaan yang diukur dengan Debt to Assets Ratio (DAR).

Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa ukuran perusahaan dan likuiditas mempunyai pengaruh positif terhadap DAR, tetapi non-debt tax

dan profitabilitas mempunyai arah sebaliknya yaitu negatif terhadap DAR. 2. Mira Puspita Dewi (2004) Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi

(54)

Penelitiannya menguji pengaruh dari ukuran perusahaan, likuiditas,

non-debt tax, dan profitabilitas terhadap struktur modal perusahaan yang diukur dengan Debt to Assets Ratio (DAR).

Hasil Penelitiannya menunjukkan bahwa ukuran perusahaan dan non-debt tax mempunyai pengaruh positif terhadap DAR, sedangkan likuiditas dan profitabilitas mempunyai pengaruh negatif terhadap DAR. Tetapi dari keempat variabel indpenden tersebut, hanya ukuran perusahaan dan profitabilitas yang mempunyai pengaruh signifikan terhadap DAR.

3. Raden David Febriminanto (2012) Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Struktur Modal pada Perusahaan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2001-2010. Skripsi Program Pendidikan Strata Satu Universitas Indonesia.

Penelitiannya menguji pengaruh ROA, profitabilitas, ukuran perusahaan, pertumbuhan penjualan dan pertumbuhan asset terhadap struktur modal yang diukur dengan Debt to Assets Ratio (DAR).

Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa ukuran perusahaan, pertumbuhan penjualan, dan pertumbuhan aset mempunyai arah pengaruh positif terhadap DAR, sedangkan ROA dan profitabilitas mempunyai arah pegaruh negative terhadap DAR. Tetapi, hanya ukuran perusahaan dan ROA yang mempunyai pengaruh signifikan terhadap DAR.

(55)
(56)
(57)
(58)

M. Kerangka Teoritis

Dalam penelitian sebelumnya, Altman (1968) menguji manfaat rasio keuangan dalam memprediksi kebangkrutan perusahaan. Dengan menggunakan metode multivariate discriminant analysis dalam penelitiannya Altman menemukan bahwa rasio keuangan profitabilitas, likuiditas, dan solvabilitas bermanfaat dalam memprediksi kebangkrutan dengan tingkat keakuratan mencapai 95% setahun sebelum perusahaan jatuh bangkrut. Sehingga dapat dikatakan solvabilitas menjadi indikator perkiraan bangkrut atau tidaknya suatu perusahaan.

Surifah (1999) dalam penelitiannya mengenai rasio keuangan sebagai alat prediksi kegagalan perbankan, menunjukkan bahwa rasio keuangan dapat dipergunakan sebagai alat prediksi kegagalan bank. Jika dihubungkan dengan penelitian Altman maka dapat dikatakan bahwa rasio keuangan dapat memprediksi kegagalan bank dimana salah satu indikatornya adalah solvabilitas.

Dalam hal ini, tingkat kesehatan bank RBBR juga memakai rasio keuangan sebagai salah satu komponennya, sehingga dari penjelasan diatas maka komponen tingkat kesehatan RBBR yang berupa rasio keuangan dapat memprediksi Solvabilitasnya.

Salah satu bagian dari indikator Risk-Based Bank Rating adalah Earning

(59)

tersebut dari sisi penggunaan asset sehingga dapat dilihat bahwa bank mampu menghasilkan laba sebesar persentase dari total aktiva yang dimiliki. Jadi, ketika bank dapat memanfaatkan asset dengan efektif maka keuntungan yang akan dibagikan kepada nasabah pun menjadi lebih menarik. ROA yang semakin besar juga mengindikasikan semakin efektifnya aktiva yang digunakan sehingga membuat laba semakin tinggi dan akan membuat penggunaan hutang akan menurun. Hal ini disebabkan oleh kemampuan perusahaan untuk membiayai kegiatan usahanya dengan menggunakan laba ditahan. Hasil penelitiannya juga menunjukkan bahwa ROA berpengaruh signifikan terhadap DAR.

Lalu, untuk indikator NOM, menurut Aydin Ozkan (2001) dan Mira (2004) tidak jauh berbeda dengan pengaruh ROA terhadap permodalan bank, dimana semakin besar profitabilitas juga mengindikasikan semakin efektifnya aktiva yang digunakan sehingga membuat laba semakin tinggi dan akan membuat penggunaan hutang akan menurun. Hal ini disebabkan oleh kemampuan perusahaan untuk membiayai kegiatan usahanya dengan menggunakan laba ditahan. Hasil penelitian mereka menyatakan bahwa profitabilitas mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap DAR.

(60)

rendah FDR menunjukkan kurangnya efektivitas bank dalam menyalurkan pembiayaan. Semakin tinggi FDR dimana harta lancar yang dimiliki perusahaan semakin besar dan kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya meningkat maka penggunaan hutang juga akan meningkat karena mampu ditutupi dengan harta lancar yang ada. Hasil penelitiannya menyatakan bahwa likuiditas mempunyai pengaruh signifikan terhadap DAR.

Risiko kredit diukur dengan NPF, menurut Mira (2004) Semakin tinggi NPF, maka semakin tinggi debitur yang tidak memberikan kewajibannya dalam bentuk margin ataupun bagi hasil kepada kreditur, sehingga berpotensi menurunkan pendapatan bank serta menaikkan penggunaan hutang dalam kegiatan usahanya dibandingkan laba ditahan. Dan dalam penelitiannya, NPF berpengaruh signifikan terhadap DAR.

(61)

Risk Based

(62)

Ha4 : Tingkat risiko pembiayaan (NPF) berpengaruh secara parsial kepada

Solvabilitas Bank Syariah.

Ha5 : Tingkat risiko pasar (VAP) berpengaruh secara parsial kepada

Solvabilitas Bank Syariah.

Ha6 : Tingkat Kesehatan Bank berbasis risiko (ROA, NOM, FDR, NPF

(63)

48

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian yang dilakukan adalah penelitian kausalitas, dimana penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan dan pengaruh antara dua variabel atau lebih. Penelitian ini menguji pengaruh Tingkat Kesehatan Bank dengan metode

Risk Based Bank Rating (RBBR) yang diwakilkan oleh Return on Assets (ROA),

Net Operating Margin (NOM), Financing to Debt Ratio (FDR), Non Performing Financing (NPF), dan Volume Aset Portofolio (VAP) terhadap Solvabilitas Bank Syariah yang diwakilkan oleh Debt to Assets Ratio (DAR).

Penelitian ini menggunakan data sekunder yang didapatkan dari Laporan Keuangan Bank Syariah yang dipublikasikan untuk umum periode 2010 sampai 2014. Penelitian ini bersifat kuantitatif dengan menggunakan data panel dari tahun 2010 sampai tahun 2014. Data penelitian yang mencakup data periode 2010 sampai 2014 dipandang cukup mewakili kondisi perbankan syariah di Indonesia pada saat itu dan indikator-indikator keuangan perbankan syariah pada periode itu.

B. Metode Penentuan Sampel

(64)

oleh Bank Indonesia per-Desember 2014 terdapat total 12 Bank Umum Syariah, dengan menggunakan data triwulan tiap bank maka diperoleh 20 periode penelitian sehingga besarnya populasi dalam penelitian ini adalah sebesar 240 data.

Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan metode

purposive sampling. Metode purposive sampling adalah teknik pengambilan sampel secara sengaja sesuai dengan persyaratan sampel yang diperlukan.34

Adapun persyaratan yang digunakan dalam pengambilan sampel adalah sebagai berikut:

1. Bank Umum Syariah sudah terdaftar di Bank Indonesia berdasarkan statistik perbankan syariah yang dipublikasikan Bank Indonesia per-Desember 2014. 2. Mempublikasikan laporan keuangan selama periode 2010-2014.

3. Data tersedia lengkap (data mengenai rasio keuangan Kesehatan Bank maupun Solvabilitas).

Tabel di bawah ini menyajikan proses seleksi sampel berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan dalam penelitian ini. Berdasarkan tabel dibawah dapat diketahui bahwa statistik perbankan syariah yang dipublikasikan Bank Indonesia per-Desember 2014 terlihat bahwa jumlah Bank Umum Syariah ada 12 bank. Namun, berdasarkan hasil seleksi sampel diperoleh sampel sebanyak 8 bank. Periode pengamatan yang diambil oleh peneliti adalah selama 5 (empat) tahun

34Albert Kurniawan, “Metode Riset untuk Ekonomi dan Bisnis : Teori, Konsep, dan

(65)

per triwulan dari kuartal ke 2 tahun 2010 hingga 2014. Jadi, total sampel yang diteliti sebanyak 152 data laporan triwulan keuangan Bank Umum Syariah. Berikut tabel yang menyajikan proses seleksi sampel berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan dalam penelitian

3 Data tersedia lengkap (data

mengenai rasio-rasio

keuangan dan

bagian-bagian yang

membentuknya)

8 8

Jumlah sampel yang memenuhi kriteria

8

Tahun Pengamatan (Triwulan) 19

Jumlah Total Sampel 152

Gambar

Grafik 1. Return on Assets Perbankan Indonesia Tahun 1997-1999 .......................................
Gambar 1. Skema Kerangka Pemikiran .................................................................................
Grafik 1. Return on Assets Perbankan Indonesia Tahun 1997-1999
Grafik 2. Return on Assets dan Capital Adequacy Ratio Perbankan Indonesia
+7

Referensi

Dokumen terkait

analisis maupun pembuktiannya dapat memisahkan spekulasi mana yang dapat diandalkan dan mana yang tidak), dan tugas utama filsafat adalah menetapkan dasar-dasar

membuktikan bahwa Teknik bermain jembatan manusia dalam bimbingan kelompok dapat meningkatkan harga diri Siswa Slow learner SMPN 29 Surabaya, hal ini dengan adanya

Varians ini umumnya dikenal sebagai varians bauran atau campuran, yang merupakan hasil dari mencampurkan bahan baku standar dengan rasio yang berbeda dari spesifikasi bahan

Kemasan adalah elemen penting dalam suatu merek dagang, terutama perusahaan clothing, yang setiap produknya diwajibkan memiliki kemasan yang unik, kreatif, serta

Sumber data mengenai strategi untuk pembelajaran ekstrakurikuler musik angklung di TK-TPA dan Kelompok Bermain Ananda Ceria Yogyakarta diperoleh dari hasil observasi,

Berdasarkan pemikiran dan uraian, maka penelitian ini mencoba untuk menganalisis pengaruh kualitas pelayanan terhadap kepuasan dan loyalitas nasabah Bank internasional Indonesia

Tiada bahagian daripada terbitan ini boleh diterbitkan semula dalam apa-apa bentuk, kecuali petikan ringkas dalam. kajian, tanpa kebenaran bertulis daripada penulis

• Network mapping: This category contains tools that can be used to check the live host, fingerprint operating system, application used by the target, and also do portscanning.. •