• Tidak ada hasil yang ditemukan

Zakat hasil tangkapan laut di kelurahan Kamal Muara Kecamatan Penjaringan Jakarta Utara

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Zakat hasil tangkapan laut di kelurahan Kamal Muara Kecamatan Penjaringan Jakarta Utara"

Copied!
85
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh

Gelar Sarjana Syari’ah (S.Sy.)

Oleh :

Saidah Hijriah NIM :1110043100037

KONSENTRASI PERBANDINGAN MAZHAB FIKIH

PROGRAM STUDI PERBANDINGAN MAZHAB DAN HUKUM

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UIN SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

(2)

i

PENGESAHAN PANITIA UJIAN SKRIPSI

Skripsi yang berjudul “ZAKAT HASIL TAGKAPAN LAUT DI KELURAHAN

KAMAL MUARA KECAMATAN PENJARINGAN JAKARTA UTARA” telah

diajukan dalam sidang munaqasyah Fakultas Syariah dan Hukum Program Studi Perbandingan Mazhab Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 22 Oktober 2015. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Program Strata Satu (S-1) pada Program Studi Perbandingan Mazhab dan Hukum.

Jakarta, 22 Oktober 2015 Mengesahkan

Dekan Fakultas Syariah dan Hukum

Dr. Asep Saepudin Jahar, MA NIP. 196912161996031001

PANITIA UJIAN MUNAQASYAH

Ketua : Fahmi Muhammad Ahmadi, MSi ( ... ) NIP. 197412132003121002

Sekretaris : Hj. Siti Hana, S.Ag, Lc, MA ( ... ) NIP.197402162008012013

Pembimbing I : Fahmi Muhammad Ahmadi, MSi ( ... ) NIP. 197412132003121002

Pembimbing II: Hj. Ummu Hana Yusuf Saumin,MA ( ... ) NIP.150277548

Penguji I : Drs. Sirril Wafa, MA ( ... ) NIP. 196003181991031001

(3)

ii

(4)
(5)

iv

Kelurahan Kamal Muara Kec. Penjaringan Jakarta Utara, Program Studi Perbandingan Mazhab dan Hukum, Konsentrasi Perbandingan Mazhab Fiqih, Fakultas Syariah dan Hukum, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 1436/2015M.

Nelayan di Kelurahan Kamal mempunyai beberapa metode dalam pencarian dilaut diantaranya pertambakan dan hasil tangkapan laut menggunakan perahu yang dimiliki oleh juragan. Dari pendapatan-pendapatan tersebut dapat digolongkan sebagai pendapatan yang berpotensi zakat atau tidak. Apabila pendapatan-pendapatan tersebut tergolong pendapatan yang berpotensi zakat, maka bagaimanakah cara penghitungan zakatnya.

Jenis penelitian yang penulis lakukan adalah penelitian kualitatif dengan menggunakan instrumen penelitian lapangan (field research), dan penelitian kepustakaan yang didasarkan pada suatu pembahasan dengan menggunakan metode studi kepustakaan (library research), metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif, yakni penulis berusaha menyajikan fakta-fakta yang objektif sesuai dengan kondisi dan situasi yang sebenarnya terjadi pada saat penelitian dilakukan.

Hasil analisis ini disimpulkan bahwa pendapatan nelayan di Kelurahan Kamal Muara Kecamatan Penjaringan Jakarta Utara belum dapat digolongkan sebagai pendapatan yang berpotensi zakat, khususnya untuk nelayan yang hasil tangkapan dari laut, karena pendapatan tersebut belum mencapai nishab (kuota), ada beberapa faktor diantaranya kondisi cuaca saat ini, dan pengaruh limbah terhadap air laut yang tercemar. Lain halnya dengan pendapatan yang di peroleh melalui pertambakan maka harus dikeluarkan zakatnya karena penghasilan yang besar dan mecapai nisab dan cara perhitungannya adalah dengan setiap kali panen kemudian diambil zakatnya tanpa harus menunggu setahun, hal itu di qiyaskan pada zakat pertanian, begitupun jika hasil nelayan yang menangkap ikan dilaut pengeluaran zakatnya sama dengan hasil pertambakan yaitu di qiyas-kan dengan zakat pertanian yang prosentasenya sebesar 5% - 10%.

Pembimbing : Fahmi Muhammad Ahmadi, M. Si. Ummu Hana Yusuf Saumin, MA.

(6)

vi

KATA PENGANTAR

Dengan penuh kerendahan hati, kutengadahkan kedua tangan ini. Untuk sekedar meluapkan rasa, kemudian sujud syukur kepada Allah SWT. bibir dan hati ini seakan menyatu menyimpulkan kata “Alhamdulillah” segala puji kupersembahkan kepada-Nya. Karena penulis dapat menuntaskan kewajiban studinya, yaitu penulisan

skripsi guna memenuhi syarat dalam rangka memperoleh gelar Sarjana Syari’ah pada Fakultas Syari’ah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Shalawat teriring salam penulis haturkan kepada suri tauladan umat, sang baginda Rasulullah SAW, para keluarga, sahabat dan orang-orang yang tercerahkan untuk membumikan hukum-hukumnya. Dalam kesempatan ini pula, penulis menghaturkan banyak terimakasih atas kerjasama dan bantuannya, baik moril maupun materiil. Karena penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini tidak mungkin terwujud tanpa orang-orang disekelilingku. Untuk itu penulis sepantasnyalah menyampaikan rasa terimakasih kepada:

1. Bapak, Dr. Asep Saepudin Jahar, MA. selaku Dekan Fakultas Syari’ah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Bapak (Abah) Fahmi Muhammad Ahmadi, M. Si, selaku ketua jurusan PMH dan dosen pembimbing sekaligus kyai dan guru yang telah rela meluangkan waktunya dan selalu sabar memberikan masukan, arahan dan kritikan yang

konstruktif serta mendo’akan penulis, sehingga skripsi ini dapat terselesaikan, dan Ibu Siti Hana Harun Lc, selaku sekeretaris Jurusan PMH yang telah memberikan arahan, bimbingan dan dorongan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi.

3. Ibu Hj. Ummu Hanah Yusuf Saumin, MA, selaku dosen pembimbing yang telah banyak memberikan arahan, meluangkan waktu dengan penuh

keikhlasan, dan kesabaran serta dukungan do’a, waktu, dan motivasi sehingga

skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik.

4. Bapak/Ibu dosen Fakultas Syari’ah dan hukum yang telah memberi ilmu, pengalaman dan nasehat kepada penulis. Semoga ilmu yang penulis dapatkan dari Bapak/Ibu dapat bermanfaat dunia dan akhirat serta menjadi amal kebaikan bagi Bpak/Ibu dosen.

5. Seluruh staf karyawan Perpustakaan Utama dan staf karyawan fakultas

Syari’ah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta atas kerjasamanya

dalam pelayanan yang terbaik dalam pengumpulan materi skripsi dan kelancaran administrasi.

(7)

vi

kenal lelah untuk terus berkorban bagi anaknya. Senyum mu adalah penyemangat penulis dalam menjalani kehidupan ini, serta doa yang tak pernah terhingga sepanjang masa untuk keberhasilan studi penulis, mudah-mudahan Allah SWT selalu memberikan limpahan rahmat dan kasih sayang-Nya, segala hormat dan cinta yang tak terhingga penulis persembahkan. Seluruh keluarga besarku, yang senantiasa memberikan motivasi dan dukungan agar penulis tetap semangat dalam menempuh studi di kampus tercinta ini dan selalu memberikan keceriaan dalam bingkai kebersamaan baik suka maupun duka.

9. Kepada sahabat-sahabat penulis dan teman-teman Perbandingan Mazhab Fikih angkatan 2010 yang telah memberikan bantuan berupa dorongan moral kepada penulis untuk menyelesaikan Skripsi ini dan memberikan kesan tersendiri bagi penulis selama menuntut ilmu di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Besar harapan bagi penulis, semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi siapa saja yang memerlukannya dan dapat memberikan khazanah baru dalam dunia akademik. Sebagai manusia yang dhoif, yang memiliki keterbatasan dan kekurangan, tentunya skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Akhirnya, hanya kepada Allah SWT juga kita memohon agar apa yang telah kita lakukan menjadi sesuatu investasi yang sangat berharga dan kelak dapat membantu kita di yaumil akhir.

(8)

vii DAFTAR ISI

PERSETUJUAN PEMBIMBING ... i

LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI ... ii

LEMBAR PERNYATAAN ... iii

ABSTRAK ... iv

KATA PENGANTAR ... v

DAFTAR ISI ... vii

BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Masalah ... 1

B.Pembatasan Dan Perumusan Masalah ... 7

C.Tujuan Dan Manfaat Penelitian ... 7

D.Review Study Terdahulu ... 8

E. Metode Penelitian ... 10

F. Sistematika Penulisan ... 11

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG ZAKAT A.Definisi dan Dasar Hukum Zakat ... 13

1. Definisi Zakat ... 13

2. Dasar Hukum Zakat ... 16

B.Syarat Wajib dan Rukun Zakat dalam Islam ... 19

1. Syarat Wajib ... 19

2. Rukun Zakat... ... 22

3. Macam-Macam Zakat ... 23

4. Orang-Orang Yang Berhak Menerima Zakat ... 23

C.Jenis-jenis Harta Kekayaan yang Wajib Dikeluarkan Zakatnya ... 32

1. Jenis Kekayaan ... 32

(9)

viii

D.Tujuan dan Hikmah Zakat ... 41

1. Tujuan Zakat ... 41

2. Hikmah Zakat ... 43

BAB III PENDAPATAN NELAYAN DI KELURAHAN KAMAL MUARA KECAMATAN PENJARINGAN JAKARTA UTARA A.Gambaran Umum Kelurahan Kamal Muara ... ... 47

1. Letak Geografis ... 47

2. Keadaan Demografis ... 49

3. Keadaan Sosiologis ... 49

B.Sistem Penangkapan Nelayan Kelurahan Kamal Muara... ... 50

BAB IV ANALISIS ZAKAT HASIL TANGKAPAN LAUT KELURAHAN KAMAL MUARA KECAMATAN PENJARINGAN JAKARTA UTARA A.Analisis Hukum Islam Tentang Zakat Hasil Tangkapan Laut ... 53

B.Analisis Tentang Pendapatan Nelayan Yang Berpotensi Zakat ... 61

BAB V PENUTUP A.Kesimpulan ... 69

B.Saran-saran ... 70

DAFTAR PUSTAKA ... 71

(10)

1 BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Zakat merupakan salah satu rukun Islam, yang merupakan ibadah kepada

Allah dan sekaligus merupakan amal sosial kemasyarakatan dan kemanusiaan, untuk

mempersucikan dan mempertumbuhkan harta serta jiwa pribadi para wajib zakat,

mengurangi penderitaan masyarakat, memelihara keamanan serta meningkatkan

pembangunan. Pada hakikatnya bagian dari peraturan Islam tentang kehartabendaan

(Nizamul Islam al-Mali wal Ijtima’i), dibahas dalam kitab as-siyasah asy-syar’iyyah. Adapun disebutkannya dalam ibadah adalah karena ia menjadi saudara kandung dari

shalat.1

Zakat adalah bagian dari harta dengan persyaratan tertentu, yang Allah

SWT.mewajibkan kepada pemiliknya, untuk diserahkan kepada yang

berhakmenerimanya, dengan persyaratan tertentu pula.2 Zakat diwajibkan secara

resmi di Mekah pada masa awal perkembangan Islam.Pada saat itu, zakat tidak

dibatasi seberapa besar harta yang wajib dikeluarkan zakatnya dan tidak pula jumlah

yang harus dikeluarkan zakatnya.Semua itu diserahkan kepada kesadaran dan

kemurahan hati kaum muslimin. Pada tahun kedua setelah hijriah, menurut

1

Yusuf al-Qardhawi, Fiqhu al-Zakah, cet. ke-1 (Beirut: Darul Irsyad, 1969), hlm.7.

2

(11)

keterangan yang paling masyhur, mulai ditetapkan kadar dan jumlah dari setiap jenis

harta yang harus dikeluarkan zakatnya.3

Zakat merupakan salah satu ibadah kepada Allah SWT setelah manusia

dikarunia keberhasilan dalam bekerja dengan melimpahnya harta benda. Bagi orang

muslim, pelunasan harta semata-mata sebagai cermin kualitas imannya kepada Allah

SWT kepentingan zakat merupakan kewajiban agama seperti halnya sholat dan

menunaikan ibadah haji. Islam memandang bahwa harta benda kekayaan adalah

mutlak milik Allah SWT. sedangkan manusia dalam hal ini hanya sebatas pengurusan

dan pemanfaatannya saja. Harta adalah amanah yang harus dipertanggung jawabkan

pembelajarannya diakhirat nanti. Dengan demikian, setiap muslim yang kekayaannya

telah mencapai nisab dan hawl berkewajiban untuk mengeluarkan zakat baik zakat

fitrah maupun zakat mal.4

Yusuf Qardawi menyatakan bahwa zakat adalah kewajiban yang besifat

tetap dan terus menerus. Ia akan berjalan terus selama islam dan kaum muslimin ada

dimuka bumi ini, kewajiban tersebut tidak akan dapat dihapuskan oleh siapapun.

Seperti halnya shalat, zakat merupakan tiang agama dan pokok ajaran islam. Ia

merupakan ibadah dalam rangka taqarrub kepada Allah SWT, karenanya memerlukan

keikhlasan ketika menunaikannya. Disamping sebagai ibadah yang mengandung

3

Sayyid Sabiq, Fikih Sunnah, Jakarta: Cakrawala Publishing, Cet, ke-3, 2012, hlm. 57.

4

(12)

3

berbagai hikmah yang sangat penting dalam rangka meningkatkan kesejahteraan

umat.5

Ada banyak sekali usaha yang dilakukan oleh manusia untuk mendapatkan

kekayaan. Salah satunya adalah mencari penghasilan di laut, di Kelurahan Kamal

Muara Kecamatan Penjaringan Jakarta Utara, merupakan salah satu wilayah pesisir di

Kecamatan Penjaringan,ditinjau dari letak geografisnya yang berhadapan dengan

Laut Jawa menyebabkan Kelurahan Kamal Muara mempunyai potensi sumber daya

kelautan yang cukup besar untuk dapat dimanfaatkan masyarakat pesisir khususnya

nelayan. Di Kelurahan Kamal Muara, sebagian mata pencaharian penduduknya

adalah nelayan yang menangkap ikan dilaut kemudian hasilnya dijual. Ada dua

metode dalam pencarian nafkah dilaut diantaranya penangkapan ikan dengan

menggunakan perahu dan pertambakan kerang hijau yang hanya menggunakan alat

sederhana seperti tali dan bambu, yang mereka pasang di sekitar pinggir pantai Kamal

Muara.

Pertambakan di Kamal Muara hanya ada pertambakan kerang hijau, tidak

ada pertambakan ikan, dikarenakan lokasinya yang tidak memadai untuk

menjadikannya sebagai pertambakan ikan. Dari masing-masing pertambakan, nelayan

mempunyai beberapa ternak dalam pertambakan kerang hijau, dari penghasilan yang

didapat dari pertambkan sangat mencukupi kebutuhan mereka, bahkan bisa

membiayai anak-anak mereka sampai ke jenjang perkuliahan. Sedangkan nelayan

5

(13)

yang menggunakan perahu dalam pencarian ikan terdiri dari dua macam yaitu juragan

(pemilik perahu) dan nelayan buruh. Dengan adanya perbedaan tersebut, maka

pendapatan yang diperoleh pun berbeda-beda, pendapatan juragan jauh lebih banyak

jika dibandingkan dengan pendapatan nelayan buruh, karena juragan adalah selaku

pemilik modal, modal awal yang dibutuhkan untuk melaut didapatkan dari

perorangan dalam hal ini didapatkan dari juragan/pemilik kapal. Tetapi dalam

pembagian hasilnya, dibagikan sesuai dengan jumlah nelayan buruh, setelah dipotong

dengan awal modal.Sedangkan nelayan yang mempunyai pertambakan kerang hijau

mereka mempunyai anak buah untuk mengerjakan pertambakan tersebut.Kegiatan ini

mampu mendatangkan keuntungan bagi para nelayan.

Berdasarkan besarnya potensi laut dan didukung dengan pemanfaatan yang

maksimal oleh para nelayan, maka dapat dikatakan bahwa para nelayan mendapatkan

kesejahteraan yang cukup layak karena mereka menguasai laut yang berpotensi

besar,Para nelayan tidak setiap musim melaut.Biasanya jika musim barat6 tiba para

nelayan tidak ada yang pergi melaut dikarenakan cuaca dilaut sangat buruk,

gelombang tinggi, badai dan angin kencang hampir setiap saat terjadi pada musim ini.

Musim barat biasanya dimanfaatkan oleh para nelayan untuk memperbaiki perahu,

mesin dan jaring jika ada yang rusak, dan akan digunakan lagi pada saat musim barat

telah usai. Pada saat melaut biasanya satu perahu diisi kurang lebih 3 sampai 5 orang

6

(14)

5

dengan lama perjalanan 7-15 hari atau sedikitnya para nelayan melaut dua kali dalam

satu bulan, dan ada juga nelayan yang setiap harinya pulang. Penghasilan yang

didapat tidak menentu, kadang bisa mencapai puluhan juta rupiah, kadang juga hanya

ratusan ribu rupiah dan bahkan bisa juga tidak mendapatkan hasil sama sekali.

Disamping itu mayoritas penduduk Kelurahan Kamal, Kecamatan Penjaringan

adalah muslim, bagi seorang muslim suatu kewajiban baginya untuk menunaikan

perintah agama yaitu membayar zakat hasil penangkapan ikan dilaut, setelah ia

mendapatkan keberhasilan dalam usahanya dengan melimpahkan harta benda. dengan

pendapatan yang demikian selama ini para nelayan disana belum mengeluarkan zakat

pendapatan nelayan, dikarenakan kurangnya pemahaman dan informasi mengenai

zakat pendapatan itu sendiri.

Pemahaman para nelayan di Kelurahan Kamal Muara tentang zakat hanya

seputar zakat fitrah dan zakat mal yang sebagaimana disebutkan dalam ayat-ayat al

Qu’randan hadits Nabi, yaitu meliputi pertanian, peternakan, perdagangan, emas dan

perak, dan harta rikazatau harta terpendam. Padahal dengan menggunakan metode

analogy (qiyas) zakat tidak hanya pada harta yang telah disebutkan diatas saja, akan tetapi terdapat pula sumber-sumber zakat baru yang sesuai dengan perekonomian

modern saat ini, sumber zakat tersebut adalah zakat profesi, zakat perusahaan, zakat

surat-surat berharga (saham dan obligasi), zakat perdagangan mata uang, zakat hewan

ternak yang diperdagangkan, zakat madu dan produksi hewan, zakat investasi

(15)

anggrek, ikan hias, sarang burung wallet, dan sektor modern lainnya yang sejenis, dan

zakat sektor rumah tangga modern.7

Akibat dari kurangnya pemahaman mengenai persoalan tersebut dan zakat

pendapatan tidak disebutkan dalam al Qur’an dan hadits secara langsung

sebagaimana zakat-zakat diatas, maka masyarakat Kamal Muara menganggap bahwa

tidak ada zakat untuk penghasilan/pendapatan yang telah diperoleh dari

pekerjaan/profesi mereka (nelayan). Akan tetapi, jika seseorang nelayan memperoleh

pendapatan yang cukup banyak atau lebih dari biasanya, maka nelayan tersebut akan

membagikan uang atau ikan hasil tangkapannya kepada kerabat dan para tetangga

mereka yang kurang mampu. Namun perlu diingat bahwa pembagian tersebut bukan

dimaksudkan untuk menunaikan zakat tetapi hanya untuk sadaqah.

Dari kedua macam pendapatan diatas, apakah pendapatan-pendapatan

tersebut dapat digolongkan sebagai pendapatan yang berpotensi zakat atau tidak.

Apabila pendapatan-pendapatan tersebut tergolong pendapatan yang berpotensi zakat,

maka bagaimanakah cara penghitungannya karena ada syarat-syarat yang harus

dipenuhi oleh seorang muslim untuk menunaikan kewajiban membayar zakat agar

sesuai dengan ketentuan hukum Islam.

Sehubungan dengan latar belakang diatas, penulis tertarik mengkaji masalah

tersebut.Penulis berpendapat bahwa kasus tersebut layak untuk diteliti dan dikaji

7

(16)

7

lebih lanjut. Dalam hal ini penulis mencoba menyusun sebagai karya skripsi penulis

dengan judul: “ZAKAT HASIL TANGKAPANLAUT di Kel. Kamal Muara Kec.

Penjaringan Jakarta Utara”.

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah

Agar pembahasan skripsi ini tidak melebar dari yang diinginkan, maka penulis

membatasi fokus pembahasan masalah hanya sebatas bagaimanacara pengeluaran zakat

hasil tangkapan ikan laut pada masyarakat di Kel.Kamal muara Kec.penjaringan.

Dari pembatasan masalah diatas, dan kemudian supaya pembahasan lebih

terfokus sesuai dengan judul skripsi yang penuliskemukakan, maka dapat di rumuskan

masalahnyasebagai berikut:

1. Apakah pendapatan nelayan di Kelurahan Kamal Muara Kecamatan Penjaringan

dapat digolongkan sebagai pendapatan yang berpotensi zakat?

2. Apabila pendapatan nelayan tersebut dapat digolongkan sebagai pendapatan

berpotensi zakat, maka bagaimanakah cara penghitungan zakatnya?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Dalam penulisan skripsi ini terangkum beberapa tujuan diantaranya:

1. Untuk mengetahui pendapatan nelayan di Kelurahan Kamal Muara Kecamatan

Penjaringan yang dapat digolongkan sebagai pendapatan yang berpotensi zakat.

2. Memperoleh gambaran atau deskripsi mengenai bagaimana cara perhitungan

zakatnya.

(17)

Adapun manfaat penulisan skripsi ini adalah:

1. Untuk memenuhi perbendaharaan isi perpustakaan fakultas Syari’ah dan Hukum dan Perpustakaan Utama UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Bagi kalangan akademisi dan masyarakat umum, penelitian ini diharapkan dapat

memberiskan kontribusi besar keilmuan bagi yang berminat untuk mengkaji

aspek-aspek yang berhubungan dengan dinamika perkembangan hukum Islam di

Indonesia.

3. Sebagai informasi sekaligus menambah pengetahuan tentang kewajiban

melaksanakan zakat pendapatan nelayan bagi para nelayan pada umumnya dan

khususnya bagi para nelayan di Kelurahan Kamal Muara Kecamatan Penjaringan

Jakarta Utara.

D. Review Studi Terdahulu

Untuk menghindari penelitian dengan objek yang sama, maka diperlukan

kajian terdahulu. Berdasarkan pengamatan dan pengkajian yang telah dilakukan

terhadap beberapa sumber kepustakaan terkait dengan permasalahan yang dibahas

dalam penulisan skripsi ini, penulis telah membaca skripsi, baik dari Fakultas

Syari’ah dan Hukum, maupun Fakultas lain, bahkan Universitas lain yang terkait

dengan permasalahan yang akan dibahas, namun karakteristiknya berbeda-beda.

Adapun beberapa karya yang mempunyai korelasi dengan permasalahan yang akan

diangkat oleh penulis antara lain sebagai berikut:

Deni Jazuli, dari UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta (2005), pada tulisannya

(18)

9

Kabupaten Lamongan Jawa Timur Ditinjau dari Hukum Islam”. Pembahasan dalam penelitian ini tentang bagaimana kerjasama bagi hasil penangkapan ikan di Desa

Weru yang berdasarkan adat istiadat yang berlangsung di sana. Selanjutnya juga

dijelaskan mengenai cara-cara bagi hasil penangkapan ikan di desa Weru yang

menurut Hukum Islam telah sesuai dengan syari’at islam.

Muhammad Ali, dari IAIN Sunan Kalijaga Yogyakarta (2003) pada

tulisannya yang berjudul “Praktek Jual Beli Hasil Laut Antara bakul dan Nelayan di

Desa Gebang Mekar Kecamatan Babakan Kabupaten Cirebon. Tulisan ini memfokuskan bagaimana terajadinya praktek jual beli hasil laut antara bakul dan

nelayan, kemudian dijelaskan pula dalam hal transaksi di anatara mereka dan

bagaimana pandangan Hukum Islam terhadap praktek tersebut.

Sri Wahyuni, dari UIN Sunan Kalijaga (2006), “Etos Kerja Nelayan di

Desa Torjek Kecamatan Kangayan Kabupaten Sumenep”.Tulisan ini membahas

tentang pandangan nelayan terhadap pekerjaannya, nelayan di Desa Torjek memiliki

pandangan bahwa kerja merupakan suatu keharusan dan kewajiban bagi setiap

manusia untuk memenuhi kebutuhannya, kemudian mengenai perilaku nelayan dalam

bekerja dilihat dari sikap kerjanya, ketekunan dalam bekerja, efisiensi kerjanya dan

pemanfaatan hasilnya. Sedangkan yang membedakan dari penelitian ini membahas

tentang zakat hasil tangkapan ikan laut, jika pendapatannya mencapai nishab maka

wajib mengeluarkan zakat sesuai ketentuan syari’ah berdasarkan analogi qiyas.

Dengan demikian sangat jelas terlihat beda antara penelitian yang penulis susun

(19)

E. Metode Penelitian

1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang penulis lakukan adalah penelitian kualitatif dengan

menggunakan instrumen penelitian lapangan (field research), dan penelitian kepustakaan yang didasarkan pada suatu pembahasan dengan menggunakan metode

studi kepustakaan (library research), yaitu suatu metode yang dilakukan dengan mengumpulkan data-data dan bahan-bahan penelitian melalui studi kepustakaan yang

diperoleh melalui kajian undang-undang dan peraturan-peraturan yang ada

dibawahnya serta bahan-bahan yang lainnya yang berhubungan dengan data-data

penelitian.8

Sedangkan metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

deskriptif, yakni penulis berusaha menyajikan fakta-fakta yang objektif sesuai dengan

kondisi dan situasi yang sebenarnya terjadi pada saat penelitian dilakukan.9

2. Sumber Data

a. Primer, adapun data primer berasal dari study kepustakaan, seperti: kitab-kitab

Fiqh, seperti: Kitab Zakat karangan Yusuf Qardhawi, Wahbah al-Zuhayly,

kitab-kitab hadits seperti Shahih al-Bukhari.

b. Sekunder yaitu didapat dari buku-buku yang berkaitan dengan tema dalam skripsi

ini.

8

Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, (Jakarta: Rineka Cipta, 2006).

9

(20)

11

3. Teknik Pengumpulan Data

Untuk memperoleh data dalam penelitian ini, penulis menggunakan

beberapa teknik pengumpulan data sebagai berikut:

a. Teknik observasi adalah suatu cara mengumpulkan data dengan pengamatan dan

pencatatan terhadap fenomena-fenomena yang diteliti.10 Tujuan pengamatan ini

adalah untuk memperoleh data sebagaimana mestinya.

b. Teknik interview atau wawancara adalah metode pengumpulan data dengan

menggunakan tanya jawab langsung, yang dikerjakan secara sistematik dan

dilandaskan pada tujuan penelitian.11Interview yang digunakan adalah bebas

terpimpin, artinya dilakukan dengan kerangka-kerangka pertanyaan baru yang

berhubungan dengan permasalahan.Metode ini digunakan dalam melaksanakan

wawancara dengan para nelayan di kelurahan Kamal Muara seputar pelaksanaan

zakat hasil laut yang mereka praktekkan.

4. Teknik Penulisan Skripsi

Adapun teknik penulisan skripsi ini, penulis mengacu pada buku “Pedoman Penulisan Skripsi Fakultas Syari’ah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah Jakarta tahun 2012”.

F. Sistematika Penulisan

Dalam skripsi ini penulis membagi pembahasan ke dalam (5) lima Bab,

dimana masing-masing bab mempunyai sub bahasan, hal ini dimaksudkan untuk

10

Sutrisno Hadi, Metode Rised, Yogyakarta: Fakultas Psikologi UGM, 1987, hlm. 62.

11

(21)

memberikan penekanan pembahasan mengenai topik-topik tertentu dalam penulisan

skripsi ini sehingga mendapatkan gambaran dan penjelasan yang utuh. Lebih

jelasnya, gambaran sistematika pembahasan penulisan skripsi ini sebagai berikut:

BAB I Merupakan pendahuluan, yang meliputi latar belakang masalah,

pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian,

metode penelitian, dan sistematika penulisan.

BAB II Menguraikan kewajiban zakat secara umum yang terdiri dari

pengertian, dan dasar hukum zakat,macam-macam zakat, harta yang

wajib dizakati, orang-orang yang berhak menerima zakat, serta tujuan

dan hikmah zakat.

BAB III Dideskripsikan tentang gambaran umum wilayah yang dijadikan

tempat penelitian, yang bertujuan untuk mengetahui keadaan

masyarakat di daerah tersebut, juga akan diuraikan mengenai letak

geografisnya agar dapat diketahui dengan jelas letak daerah tersebut,

kemudian akan diuraikan pula mengenai pendapatan nelayan di

Kelurahan Kamal Muara Kecamatan Penjaringan Jakarta Utara.

BAB IV Adalah bagian yang berisi analisa dari data-data yang telah diperoleh

sebagaimana diuraikan dalam bab tiga yaitu mengenai pendapatan

nelayan di Kelurahan Kamal Muara Kecamatan Penjaringan Jakarta

Utara.

BAB V Merupakan kesimpulan penutup yang terdiri atas kesimpulan

(22)

13 BAB II

TINJAUAN UMUM TENTANG ZAKAT

A. Definisi dan Dasar Hukum Zakat

1. Definisi Zakat

Ditinjau dari segi bahasa, kata zakat mempunyai beberapa arti, yaitu al-barakatu “keberkahan”, al-namaa, “pertumbuhan dan perkembangan”, al-Taharah,

“kesucian”, dan al-Salah, “keberesan”.1 Menurut terminologi istilah zakat adalah

nama bagi sejumlah harta tertentu yang telah mencapai syarat tertentu pula yang

diwajibkan oleh Allah SWT. untuk dikeluarkan dan diberikan kepada orang-orang

yang berhak menerimanya.2

Zakat menurut syara’, Al-Mawardi dalam kitab Al-Hawi berkata:

يش خأ حي ص سا ة اكزلا

اص أ ى ع ص ص ل ا ص ص ء

ف

ةص ص ةفئ اطل ةص ص

3

Artinya:“Zakat itu nama bagi pengambilan tertentu dari harta yang tertentu, menurut sifat-sifat yang tertentu untuk diberikan kepada golongan yang tertentu.”

Kata zakat merupakan kata dasar dari zaka memiliki beberapa arti, yaitu berkembang, bertumbuh, dan bertambah.4 Menurut lisan al Arab, kata zaka

1

Majma Lughah al-Arabiyah, al-Mu’jam al-Wasith, (Mesir: daar al-Ma’arif, 1972) Juz I, hlm.396.

2

Muhammad, Zakat Profesi: Wacana Pemikiran dalam Fiqh Kontemporer, (Jakarta: Salemba Diniyah, 2002), hlm. 10.

3

(23)

mengandung arti suci, tumbuh, berkah, dan terpuji. Zakat menurut istilah fiqh adalah

sejumlah harta tertentu yang harus diserahkan kepada orang-orang yang berhak

menurut syari’at Allah SWT.5

Sedangkan secara istilah, meskipun para ulama

mengemukakannya dengan redaksi yang agak berbeda antara satu dan lainnya, akan

tetapi pada prinsipnya sama, yaitu bahwa zakat adalah bagian dari harta dengan

persyaratan tertentu, yang Allah SWT mewajibkan kepada pemiliknya, untuk

diserahkan kepada yang berhak menerimanya, dengan persyaratan tertentu pula.

Hubungan antara pengertian zakat menurut bahasa dengan pengertian menurut istilah

sangat nyata dan erat sekali, yaitu bahwa setiap harta yang dikeluarkan zakatnya akan

menjadi berkah, tumbuh, bertambah, suci dan beres (baik).

Adapun definisi zakat yang telah dikemukakan oleh beberapa ulama,

diantaranya: Ulama’ Madzhab Maliki mendefinisikan dengan “mengeluarkan

sebagian yang khusus pula yang telah mencapai nishab (batas kuantitas yang mewajibkan zakat) kepadaorang yang berhak menerimanya (mustahiqq)-nya.”

Dengan catatan, kepemilikan itu penuh dan mencapai hawl(setahun), bukan barang tambang dan bukan pertanian.6

Ulama’ Madzhab Hanafi mendefinisikannya dengan “pemilikan bagian

tertentu dari harta tertentu yang dimiliki seseorang berdasarkan ketetapan Allah

4

Ahmad Warso Munawar, Al-Munawir Kamus Arab-Indonesia, (Surabaya: Pustaka Progresif, 1997), hlm. 577.

5

Mursyidi, Akutansi Zakat Kontemporer, (Bandung: Remaja Rosda Karya, 2003), hlm. 75

6

(24)

15

Ta’ala.” Definisi inipun hanya untuk zakat harta karena pengertian “harta tertentu”

dimaksudkan sebagai harta yang telah mencapai nisab. Ulama’ Madzhab Syafi’i

mendifinisikan dengan “sesuatu yang dikeluarkan dari harta/jiwa dengan cara

tertentu.” Dalam definisi ini secara jelas ditunjukkan bahwa zakat yang mereka

maksudkan adalah zakat harta dan zakat fitrah. Ulama’ Madzhab Hambali

mendefinisikan dengan “hak wajib pada harta tertentu bagi (merupakan hak)

kelompok orang tertentu pada waktu yang tertentu pula.” Definisi inipun hanya

menyangkut harta saja.7

Dari definisi diatas jelaslah bahwa zakat menurut terminologi fuqoha,

dimaksudkan sebagai penunaian, yakni penunaian hak yang wajib yang terdapat

dalam harta.8 Zakat merupakan salah satu sendi agama Islam yang menyangkut harta

benda dan bertujuan kemasyarakatan. Sedangkan zakat dalam undang-undang

Republik Indonesia nomor 38 pasal 1 ayat 2 tahun 1999 tentang pengelolaan zakat

diformulasikan sebagai harta yang wajib disisihkan oleh seorang muslim atau badan

yang dimiliki oleh orang muslim sesuai dengan ketentuan agama untuk diberikan

kepada yang berhak menerimanya.9 Menurut Quraisy Shihab yang perlu diperhatikan

bahwa zakat adalah satu ketetapan Tuhan menyangkut harta, bahkan saadaqah dan

infaqpun demikian. Karena Allah menjadikan harta benda sebagai sarana kehidupan

7

Abdul Aziz Dahlan, Ensiklopedia Hukum Islam, Jilid 6 Cet I, (Jakarta: Ichtiar Baru van Hove Ichtiar, 1996)

8

Muhammad, Zakat Profesi: Wacana Pemikiran dalam Fiqh Kontemporer, (Jakarta: Salemba Diniyah, 2002), hlm. 10.

9

(25)

untuk umat manusia seluruhnya maka harta harus diarahkan guna kepentingan

bersama.10

Berdasarkan pendapat dan ketentuan diatas, zakat merupakan perintah Tuhan

untuk menciptakan kesejahteraan umat manusia dan pemerataan ekonomi. Penulis

memahami zakat sebagai sarana ibadah sosial, disitu dapat diambil pengertian bahwa

zakat yang berarti kemurnian dan kebersihan. Islam menggunakan makna itu untuk

menyebut tindakan menyisihkan sebagian kekayaan untuk diberikan kepada

orang-orang yang memerlukan termasuk untuk membiayai kebutuhan umat. Hal tersebut

amatlah penting karena pada dasarnya di dalam harta benda yang kita miliki itu ada

hak orang Islam. Dengan diberikan kepada orang yang berhak menerimanya itu,

kekayaan tersebut menjadi bersih.

2. Dasar Hukum Zakat

Zakat merupakan salah satu rukun Islam yang lima. Zakat juga merupakan

salah satu kewajiban yang ada didalamnya.11 Hukum mengeluarkan zakat adalah

fardhu „ain. Zakat telah di wajibkan di Madinah, pada bulan Syawal tahun kedua

Hijriah, yaitu setelah kepada umat Islam diwajibkan berpuasa Ramadhan.12 Tetapi,

zakat tidak diwajibkan atas para nabi, pendapat yang terakhir ini disepakati para

ulama karena zakat dimaksudkan sebagai penyucian untuk orang-orang yang berdosa

10

M. Quraish Shihab, Membumikan Al Qur’an, (Bandung: Mizan, 1994), hlm. 23.

11

Wahbah Al-Zuhayly, Zakat Kajian Berbagai Mazhab, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 1995), cet. Ke-6 hlm. 89.

12

(26)

17

sedangkan para nabi terbebas dari hal demikian.Lagi pula, mereka mengemban titipan

Allah; disamping itu mereka tidak memiliki harta, dan tidak diwarisi.13

Zakat dalam Al-Qura’an disebut sebanyak 82 kali.14Adapun mengenai dasar

hukum banyak termaktub didalam Al-Quran’an, Sunnah, dan Ijma’/kesepakatan

ulama.15

a. Al-Qur’an

1) Surat Al-Baqarah: 43

























Artinya: “Dan dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan ruku'lah beserta

orang-orang yang ruku. (QS. Al-Baqarah: 43)

Wajhu Dalalah:

Lafadz ة صلا ْيقأ merupakan perintah (amr) yang bermakna wajib,

maka dari itu, dalam hal ini tidak ada perbedaan dikalangan para ulama

terhadap kewajibannya sholat.

Lafadz “ة كَزلا تاء

juga bermakna perintah yang bermakna wajib,

yang juga mempunyai arti menyerapkan dan memberi.16

13

Wahbah Al-Zuhayly, Zakat Kajian Berbagai Mazhab, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 1995), cet. Ke-6 hlm. 89.

14

Mohd. Salleh Hj. Din, Zakat dan Wirausaha, (Jakarta: CED, 2005), cet. Ke-1, hlm. 7.

15

Zakiah Daradjat, Zakat Pembersih Harta dan Jiwa, (Jakarta: YPI RUHAMA, 1993),cet ke-4, hlm. 9.

16Abu Ja’far Muhammad bin

(27)

Lafadz“ ْيعكَ لا ع عكْ ا

ulama berbeda pendapat dalam mengartikan

kalimat perintah, dalam ayat ini ada yang mengatakan bahwa makna kalimat

perintah dalam ayat ini adalah sunnah dan ada yang mengatakan bahwa kalimat

perintah ini adalah wajib. Ulama yang mengatakan ayat ini bermakna sunnah

maka berpendapat bahwa sholat berjama’ah itu sunnah tidak wajib, dan adapun

ulama yang mengatakan kalimat perintah dalam ayat ini wajib, maka ulama itu

berpendapat bahwa sholat jama’ah itu wajib.17

b. As-Sunnah

Hadits yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim dari Abdullah bin

Umar Rasulullah bersabda:

ا ش س خ ى ع اساا

هلا ا أ ة

اا

أ ها

،ةاصلا اقا ،هاا ل س ا ح

اض ص ،خحلا ،ةاكزلاءاتيا

.

18

Artinya: “Islam itu ditegakkan atas lima pilar: syahadat yang menegaskan bahwa tiada tuhan selain Allah dan Muhammad utusan Allah, mendirikan shalat, membayar zakat, menunaikan haji dan berpuasa

pada bulan ramadlan” (HR. Bukhari Muslim)

c. Ijma’ Ulama’

Adapun dalil berupa ijma’ ialah adanya kesepakatan semua (ulama)

umat islam di semua negara kesepakatan bahwa zakat adalah wajib. Bahkan para

sahabat Nabi SAW. sepakat untuk membunuh orang-orang yang enggan

mengeluarkan zakat. Dengan demikian barang siapa mengingkari kefardhuannya,

17Abul Fada’ Ismail bin Umar bin Katsir bin Al Qursy Ad Damsyiqi

Tafsir Ibnu Katsier,

(Beirut, Daarul Fikr) hlm.109.

18

(28)

19

berarti dia kafir atau jika sebelumnya dia merupakan seorang Muslim yang

dibesarkan di daerah Muslim, menurut kalangan para ulama murtad. Kepadanya

diterapkan hukum-hukum orang murtad. Seseorang hendaknya menganjurkannya

untuk bertobat. Anjuran itu dilakukan sebanyak tiga kali.Jika dia tidak mau

bertobat, mereka harus dibunuh. Barang siapa mengingkari kefardhuan zakat

karena tidak tahu, baik karena baru memeluk Islam maupun karena dia hidup di

daerah yang jauh dari tempat ulama, hendaknya dia beritahu tentang hukumnya.

Dia tidak dihukumi sebagai orang kafir sebab dia memiliki uzur.19

B. Syarat Wajib dan Rukun Zakat dalam Islam

Berbicara masalah zakat, maka perlu dibagi tentang syarat wajib zakat

(muzakki) yaitu orang yang berdasarkan ketentuan hukum Islam diwajibkan

mengeluarkan zakat atas harta yang dimilikinya dan rukun zakat.Menurut

kesepakatan ulama, syarat wajib zakat adalah merdeka, Islam, baligh, berakal,

memiliki harta kekayaan dengan persyaratan tertentu. Untuk lebih jelasnya penulis

akan uraikan dibawah ini:

1. Syarat Wajib Zakat

a. Islam

Menurut ijma’ zakat tidak wajib bagi orang kafir karena zakat merupakan

ibadah mahdhah yang suci sedangkan orang kafir bukan orang yang suci.20 Hal ini

19

Wahbah Al-Zuhaily, Zakat Kajian Berbagai Mazhab, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 1995), cet. Ke-6, hlm. 90.

20

(29)

sejalan dengan sabda Rasulullah SAW yang disampaikan kepada Muaz bin Jabal

ketika diutus ke Yaman menjadi Kadi bahwasanya Rasul bersabda: “jika engkau

berhadapan dengan ahlul kitab maka tindakan pertama adalah menyeru mereka

agar bersyahadat. Jika mereka menyambut seruan itu, maka mereka bahwa Allah

mewajibkan sholat lima kali sehari semalam, mewajibkan berzakat yang diambil

dari harta orang-orang kaya dan diserahkan kepada fakir miskin.” Jadi jelaslah

bahwa yang wajib dikenai zakat adalah orang kaya muslim.21

b. Merdeka

Menurut ijma’ para ahli fiqih, zakat tidak diwajibkan atas hamba sahaya

karena secara hukum mereka tidak mempunyai hak milik, tidak memiliki harta.22

Begitu pula budak mukatab (budak yang dijanjikan kemerdekaannya) tidak wajib mengeluarkan karena kendatipun dia memiliki harta, hartanya tidak dimiliki secara

penuh.23 Madzhab maliki berpendapat bahwa tidak ada kewajiban zakat pada harta

milik seorang hamba sahaya baik atas nama hamba sahaya itu sendiri maupun atas

nama tuannya karena harta milik hamba sahaya tidak sempurna (naqish), padahal

zakat pada hakikatnya hanya diwajibkan pada harta yang dimiliki secara penuh.24

c. Baligh dan berakal

21

Abdul Aziz Dahlan, Ensiklopedia Hukum Islam, 1987.

22

Abdul Aziz Dahlan, Ensiklopedia Hukum Islam,1987.

23Ally As’ad,

Fathul Muin jilid 2, (Kudus: Menara Kudus), hlm. 2.

24

(30)

21

Syari’at ini dikemukakan oleh madzhab Hanafi. Oleh sebab itu, anak

kecil dan orang gila tidak dikenai kewajiban zakat. Karena keduanya tidak

termasuk dalam ketentuan orang yang wajib mengerjakan ibadah seperti sholat dan

puasa. Akan tetapi, jumhur ulama fiqh tidak menerima syarat ini dengan

berpendirian bahwa apabila anak kecil atau orang gila memiliki harta satu nishab

atau lebih maka wajib dikeluarkan zakatnya dengan alasan bahwa Al Qur’an

maupun hadits tidak membedakan apakah pemiliknya baligh dan berakal atau

tidak.25

Menurut para ahli hukum Islam, ada beberapa syarat yang harus dipenuhi

agar kewajiban zakat dapat dibebankan pada harta yang dipunyai oleh seorang

muslim. Syarat-syarat itu adalah:26

a. Pemilikan yang pasti. Artinya sepenuhnya berada dalam kekuasaan yang

punya, baik kekuasaan pemanfaatan maupun kekuasaan menikmati hasilnya.

b. Berkembang. Artinya harta itu berkembang, baik secara alami berdasarkan

sunnatullah maupun bettambah karena ikhtiar atau usaha manusia.

c. Melebihi kebutuhan pokok. Artinya harta yang dipunyai oleh seseorang itu

melebihi kebutuhan pokok yang diperlukan oleh diri dan keluarganya untuk

hidup wajar sebagai manusia.

25

Abdul Aziz Dahlan, Ensiklopedia Hukum Islam,1988.

26

(31)

d. Bersih dari hutang. Artinya harta yang dipunyai oleh seseorang itu bersih dari

hutang, baik hutang kepada Allah (nazar, wasiat) maupun hutang kepada

sesama manusia.

e. Mencapai nishab. Artinya mencapai jumlah minimal yang wajib dikeluarkan zakatnya.

f. Mencapai hawl. Artinya harus mencapai waktu tertentu pengeluaran zakat, biasanya dua belas bulan atau setiap kali menuai atau panen.

Ada 2 kelompok benda zakat yaitu zakat modal dan zakat pendapatan,

persyaratan “berlaku satu tahun” hanya diterapkan pada zakat modal, misalnya

ternak, uang dan harta benda dagang. Sedangkan pada zakat pendapatan,

persyaratan “berlaku satu tahun” tidak diberlakukan, karena zakat yang

dikeluarkannya adalah pada saat pendapatan diterima.27

2. Rukun Zakat

Rukun zakat ialah mengeluarkan sebagian dari nishab (harta), dengan melepaskan kepemilikan terhadapnya, menjadikannya sebagai milik orang fakir, dan

menyerahkannya kepadanya, atau harta tersebut diserahkan kepada wakilnya; yakni

imam atau orang yang bertugas untuk memungut zakat.28

27

Yusuf al-Qardhawi, Fiqh Az-Zakah, hlm. 161.

28

(32)

23

3. Macam-Macam Zakat

Zakat terdiri dari dua macam yakni:

1. Zakat mal atau zakat harta adalah bagian dari harta kekayaan seseorang (juga

badan hukum) yang wajib dikeluarkan untuk golongan orang-orang tertrentu

setelah dipunyai selama jangka waktu tertentu dalam jumlah minimal tertentu.

2. Zakat Fitrah adalah zakat pengeluaran wajib dilakukan oleh setiap Muslim yang

mempunyai kelebihan dari keperluan keluarga yang wajar pada malam dan hari

raya Idulfitri.29

4. Orang-Orang yang Berhak Menerima Zakat (Mustahiq Zakat)

Para ulama madzhab sependapat bahwa golongan yang berhak menerima

zakat itu ada delapan, dari semuanya sudah disebutkan dalam al-Qur’an Surat at

-Taubah (9) ayat 60, seperti berikut:























































Artinya:“Sesungguhnya zakat-zakat itu, hanyalah untuk orang-orang fakir, orang-orang miskin, pengurus-pengurus zakat, para mu’allaf yang dibujuk hatinya, untuk (memerdekakan) budak, orang-orang yang berhutang, untuk jalan Allah dan untuk mereka yang sedang dalam perjalanan, sebagai suatu ketetapan yang diwajibkan Allah, dan Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana. (QS. At-Taubah (9): 60)

29

(33)

Berdasarkan ayat diatas dapat kita ketahui golongan penerima zakat yaitu:

1. Fakir

Menurut pandangan mayoritas (jumhur) ulama fikih, fakir adalah orang yang

tidak memiliki harta dan penghasilan yang halal, atau yang mempunyai harta yang

kurang dari nishab zakat dan kondisinya lebih buruk dari pada orang miskin.30 Oleh

karena itu fakir menjadi prioritas utama dalam menyalurkan dana zakat.

2. Miskin

Miskin adalah orang yang memiliki mata pencaharian tetap, tetapi

penghasilannya belum cukup untuk keperluan minimal bagi kebutuhan diri dan

keluarganya.31 Miskin menurut mayoritas (jumhur) ulama adalah orang yang tidak

memiliki harta dan tidak mempunyai pencarian yang layak untuk memenuhi

kebutuhannya.32

Secara umum pengertian yang dipaparkan oleh para ulama mazhab untuk

fakir dan miskin tidak jauh dari indikator ketidakmampuan secara materi untuk

memenuhi kebutuhannya, atau indikator (kemampuannya) mencari nafkah (usaha),

dimana dalam hasil usaha tersebut belum bisa memenuhi kebutuhannya. Dengan

demikian, indikator umum yang ditekankan para imam mazhab adalah:33

30

Hikmat Kurnia, Ade Hidayat, Panduan Pintar Zakat (Jakarta: Qultum Media, 2008), hlm. 140.

31

Al-Furqon Hasbi, 125 Masalah Zakat (Solo: Tiga Serangkai Pustaka Mandiri, 2008), hlm. 155.

32

Hikmat Kurnia, Ade Hidayat, Panduan Pintar Zakat, hlm. 141.

33

(34)

25

a. Ketidakmapuan pemenuhan kebutuhan materi.

b. Ketidakmampuan dalam mencari nafkah.

3. Amil

Para pemungut zakat atau amilin adalah orang yang ditugaskan oleh imam

kepala pemerintah atau wakilnya untuk mengumpulkan zakat. Dengan demikian

mereka adalah pemungut-pemungut zakat, termasuk para penyimpan,

pengembala-pengembala ternak, dan yang mengurus administrasinya.34

Oleh karena itu, amil zakat berhak mendapat bagian dari kuota amil yang

diberikan oleh pihak mengangkat mereka dengan catatan bagian tersebut tidak

melebihi dari upah yang pantas. Supaya total gaji para amil dan biaya administrasi itu

tidak lebih dari seperdelapan zakat.35 Sehingga mustahik yang lain akan tetap

mendapat bagian dari dana zakat sesuai dengan porsinya.

4. Muallaf

Muallaf adalah orang yang sudah masuk Islam tetapi keislamannya masih

lemah maka ia diberi zakat agar imannya semakin kuat. Jadi tujuan pemberian zakat

terhadapnya adalah untuk melunakkan hatinyaagar tetap dalam Islam. Pada mulanya

golongan ini terdiri dari orang-orang kafir Quraisy yang turut serta pada perang

Hunain dan kepada mereka diberikan berbagai macam sedekah oleh Rasulullah

SAW.terutama sekali harta rampasan, bahkan kadang-kadang bagian mereka lebih

34

Al-Furqon Hasbi, 125 Masalah Zakat (Solo: Tiga Serangkai Pustaka Mandiri, 2008),hlm. 163.

35

(35)

besar dari bagian orang Islam sendiri. Gunanya ialah untuk membujuk dan

menjinakkan hati mereka, agar mereka berniat masuk agama Islam.

Sebagian ulama berpendapat, bahwa muallaf itu sendiri dari kaum Yahudi

dan Nasrani yang telah memeluk Islam.Sebagiannya pula berpendapat, terdiri dari

kepala-kepala orang-orang musyrik yang mempunyai pengaruh dan pengikut yang

banyak.Kepada mereka diberikan zakat, agar mereka memeluk Islam, dan dengan itu

ikut serta pula pengikut mereka yang banyak itu. Rasulullah SAW. pernah

memberikan harta yang banyak kepada mereka seperti Abu Sufyan bin Harb, Haris

bin Hisyam, Suhail bin Amru, Huwaitib bin Abdul Uzza, masing-masingnya

mendapat 100 ekor unta.

Apakah golongan muallaf itu masih didapati sampai akhir zaman? Umar bin

Khattab, Hasan, Sya’bi berkata, sudah habis masa muallaf itu, karena Islam telah

menjadi kuat. Demikian pendapat yang kuat dalam mazhab Malik dan ahli

rakyu.Menurut keterangan sebagian ulama dari kalangan Hanafiah, para sahabat telah

ijmak mengatakan sebagaimana yang dikatakan Umar itu.Berkata jumhur ulama,

bagian mereka tetap ada, karena kadang-kadang imam merasa perlu untuk membujuk

mereka ke dalam Islam, seperti biaya dan perbelanjaan dakwah Islam yang amat

diperlukan, istimewa pada masa sekarang ini.

Kalau kita perhatikan alasan Umar yang menghentikan bagian golongan

(36)

27

Islam itu masih lemah atau telah lemah, tentu bagian mereka itu akan diperoleh

kembali, karena umat perlu akan yang demikian itu.36

5. Riqab

Riqab adalah pembebasan budak dan usaha menghilangkan segala bentuk

perbudakan.37 Dalam kajian fikih klasik yang dimaksud dengan para budak, dalam

hal ini jumhur ulama, adalah perjanjian seorang muslim (budak belian) untuk bekerja

dan mengabdi kepada majikannya, dimana pengabdian tersebut dapat dibebaskan bila

si budak belian memenuhi kewajiban pembayaran sejumlah uang, namun si budak

belian tersebut tidak memiliki kecukupan materi untuk membayar tebusan atas

dirinya tersebut. Oleh karena itu, sangat dianjurkan untuk memberikan zakat kepada

orang itu agar dapat memerdekakan diri mereka sendiri.38

Menurut Mawardi dalam kitabnya Ahkam Al-Sulthaniyah yang telah ditafsirkan, melihat kondisi sekarang ini tidak terdapatnya lagi budak-budak yang

mesti dimerdekakan, karena perbudakan itu telah dihapuskan, tentulah untuk

sementara bagiannya itu ditiadakan, tapi tidak berarti dihapuskan sama sekali. Karena

andaikata perbudakan itu timbul pula kembali, maka dengan sendirinya bagian itu

akan ada pula.39

36

Abdul Halim Hasan, Tafsir Al-Ahkam, (Jakarta: Kencana, 2006), cet. Ke-1,hlm. 494-495.

37

Peraturan Gubernur Provinsi daerah Khusus Ibu Kota Jakarta Nomor 51 Tahun 2006, pasal 1, Ayat 24.

38

M. Arief Mufraini, Akutansi dan Manajemen Zakat:(Mengomunikasikan Kesadaran dan Membangun Jaringan), hlm. 200.

39

(37)

Mengingat golongan ini sekarang tidak ada lagi, maka kuota zakat mereka

dialihkan ke golongan mustahiq lain menurut pendapat mayoritas ulama fikih

(jumhur). Namun sebagian ulama berpendapat bahwa golongan ini masih ada, yaitu

para tentara muslim yang menjadi tawanan.

6. Gharimin

Gharimin adalah orang-orang yang mempunyai hutang dan sulit untuk

membayarnya.40 Orang yang berhutang berhak menerima bagian zakat golongan ini

adalah:

Orang yang berhutang untuk kepentingan pribadi yang tidak bisa

dihindarkan, dengan syarat-syarat sebagai berikut:41

a. Utang itu tidak timbul karena kemaksiatan.

b. Utang itu melilit pelakunya.

c. Sudah tidak sanggup lagi melunasi utangnya.

d. Utang itu sudah jatuh tempo, atau sudah harus dilunasi ketika zakat itu diberikan

kepada orang yang berhutang.

Untuk konteks kemaslahatan, tegas masdar perlu definisi kekinian atas

konteks gharim yaitu tidak hanya dinisbahkan pada hutang perorangan atau kepailitan

40

Al-Furqon Hasbi, 125 Masalah Zakat(Solo: Tiga Serangkai Pustaka Mandiri, 2008), hlm. 179.

41

(38)

29

perorangan, namun juga lembaga-lembaga Islam yang karena manajemennya tidak

begitu baik jatuh pailit atau berhutang.42

7. Sabilillah

Sabil artinya ialah jalan.43Sabilillah adalah usaha dan kegiatan perorangan

atau badan yang bertujuan untuk menegakkan kepentingan agama atau kemaslahatan

umat.44 Pada dasarnya sabilillah itu dimaknai dengan thariq at-taqarrub ila Allah

(jalan mendekatkan diri kepada Allah) yang meliputi amalan kebajikan, baik untuk

invidu maupun masyarakat, seperti yang telah disinggung dalam makna mufradat.

Akan tetapi, para ulama berbeda pendapat mengenai makna sabilillah yang terdapat

dalam ashnaf mustahiq zakat ini. Perbedaan berikut ialah sebagai berikut: a. Mazhab Hanafi

Para ulama Hanafiyah sebenarnya tidak sepakat dalam mendifinisikan

sabilillah.Akan tetapi, secara umum dapat dikatakan bahwa sabilillah bagi mereka

adalah orang yang berjuang dalam kebajikan, sperti menuntut ilmu dan tentara

yang berjuang melawan musuh-musuh Islam.Mazhab ini juga membuat

persyaratan sabilillah yang berhak menerima zakat, yaitu fakir ataupun miskin.

b. Mazhab Maliki

42

Masdar F. Mas’udi, Agama Keadilan: Risalah Zakat (Pajak) dalam Islam, (Jakarta Pustaka Firdaus, 1993), hlm. 150.

43

Teungku Muhammad Hasbi Ash Shiddieqy, Pedoman Zakat, (Semarang: Pustaka Rizki Putra, 1999), hlm. 185.

44

(39)

Menurut kaum Malikiyah, sabilillah itu adalah segala sesuatu yang berhubungan

dengan perang, baik tentara maupun alat yang digunakan untuk berperang, dan

mereka juga sepakat bahwa sabilillah berhak menerima zakat walaupun kaya.

c. Mazhab Asy-Syafi’I dan Hambali

Kedua mazhab ini berpendapat, sabilillah itu adalah para tentara yang melawan

musuh Islam yang tidak mendapat gaji dari pemerintah, para pejuang diberi zakat

walaupun mereka kaya.

Yusuf Al-Qardhawi mengenai makna sabilillah yaitu sebagai berikut:45

a) Jihad termasuk dalam kategori sabilillah.

b) Zakat itu diberikan pada individu para pejuang.

c) Tidak boleh memberi zakat atas nama sabilillah kepada jalan kebajikan atau

kemaslahatan umum, seperti membangun masjid, madrasah, ataupun jembatan.

Akan tetapi, banyak ulama muta’akhkhirin yang memaknai sabilillah dengan

arti yang lebih luas sesuai dengan makna dasarnya, seperti Rasyid Ridha, dan

Saltut.Menurut mereka, sabilillah tidak hanya individu para pejuang tetapi segala

kebajikan, seperti membangun masjid dan madrasah.Pendapat ini juga dipegang oleh

Muhammad Mahmud Hijazi. Dengan demikian, menurut mereka masjid, madrasah,

serta jalan kebajikan lainnya berhak mendapatkan bagian dari zakat atas nama

sabilillah.46

45

Yusuf Al-Qardhawi, Fiqh Az-Zakah, hlm. 643-644.

46

(40)

31

8. Ibnu Sabil

Ibnu sabil sebagaimana diterangkan dalam al-Qur’an yang dimaksud ibnu

sabil ialah musafir yang perjalanannya bukan untuk melakukan maksiat. Dalam hal

ini ia boleh menerima zakat karena melakukan perjalanan ibadah atau perjalanan

yang sifatnya adalah mubah seperti perjalanan untuk mencari barangnya yang

hilang.47 Para fuqoha selama ini mengartikan ibnu sabil dengan musafir yang kehabisan bekal.Pengertian ini sampai saat sekarang masih sangat relevan. Tetapi

pengertian yang telah ada belum mencakup seluruhnya. Kini ketika keadaan

masyarakat sudah menjadi kompleks, maka perlu menengok arti awal dari ibnu sabil.Anak jalanan, sebagaimana yang difahami pada saat ini adalah mengacu pada pengertian orang-orang yang tengah dalam keadaan tuna wisma, atau terpental dari

tempat tinggalnya.Bukan karena kefakiran dan kemiskinan yang dideritanya,

melainkan lebih disebabkan oleh hal-hal yang bersifat kecelakaan. Pengertian

tersebut tentunya lebih luas lagi dari sekedar hanya pelancong yang kehabisan bekal.

Tentunya dalam konteks pentasarufan zakat untuk golongan ini dapat dialokasikan

untuk para pengungsi, baik mereka mengungsi karena pergolakan politik dan perang

maupun karena bencana alam.48

47

Imam Taqiyuddin Abu Bakar Al-Husaini, Kifayatul Akhyar, (Surabaya: PT. Bina Ilmu,1997), cet. Ke-2, hlm. 405.

48Masdar F. Mas’udi,

(41)

C. Jenis-Jenis Harta Kekayaan yang Wajib Dikeluarkan Zakatnya

1. Jenis Kekayaan

Benda yang harus dizakati ialah emas, perak, harta simpanan, hasil bumi,

binatang ternak, dagangan, hasil usaha, hasil jasa (honorarium) yang berjumlah besar,

harta rikaz, harta makdin, dan hasil laut.

a. Emas dan perak.

Dasar hukum wajib zakat emas, perak, simpanan: Al-Qur’an surat At-Taubah (9):

35.







































Artinya:“pada hari dipanaskan emas dan perak itu dalam nerakajahannam, lalu dibakar dengannya dahi mereka, lambung dan pinggang mereka (lalu dikatakan kepada mereka). inilah hartabendamu yang kamu simpan untuk dirimu sendiri, maka rasakanlah sekarang (akibat dari) apa yang kamu

simpan itu.”(At-Taubah: 35).

Tafsirnya

Diriwayatkan oleh Ibnu Abi Hatim dan Ibnu Abbas yang bercerita, “Tatkala

turun ayat “emas dan perak” ini menjadi resahlah sahabat Rasulullah dan mengeluh.

“Tidak seorang di antara kami yang dapat meninggalkan harta untuk anaknya

sekarang ini.” Maka pergilah Umar diikuti oleh Tsauban bertanya kepada rasulullah

saw. “Ya Nabi Allah, menjadi resahlah para sahabatmu karena ayat ini.”49

49

(42)

33

Emas simpanan dikenakan zakat baik berupa mata uang atau batangan asal

dalam simpanan telah cukup satu tahun (haul) dan jumlahnya cukup senisab (yaitu 20

dinar atau kurang lebih 94 gram emas) zakatnya 2 ½ persen.Perak simpanan juga

dikenakan zakat, baik berupa mata uang atau batangan yang dalam simpanan telah

cukup satu tahun (hawl) dan jumlahnya cukup senisab (yaitu 200 dirham, sama dengan 27 7/9 real Mesir, sama dengan 555 ½ qurus Mesir atau lebih kurang 672

gram). Emas dan perak simpanan yang masing-masing kurang dari senisab tidak

perlu dikumpulkan agar menjadi senisab yang kemudian dikeluarkan

zakatnya.Misalnya seorang yang mempunyai simpanan 10 dinar emas, (setengah

nisab) dan 100 dirham perak (setengah nisab) tidak dikenakan zakat pada

kedua-duanya.

b. Harta Dagangan.

Dasar hukum wajib zakat dagangan ialah Al-Qur’an surat Al-Baqarah (2):

267.



























































(43)

buruk-buruk lalu kamu menafkahkan daripadanya, Padahal kamu sendiri tidak mau mengambilnya melainkan dengan memincingkan mata terhadapnya. dan ketahuilah, bahwa Allah Maha Kaya lagi Maha Terpuji. (QS. Al-Baqarah (2): 267).

Syarat wajib zakat dagang adalah jumlah nilainya ada senisab emas (20

dinar) dan harus sudah berjalan setahun.Jadi zakat dagang harus dilakukan setiap

setahun sekali.Cara pelaksanaannya ialah setelah dagang berjalan satu tahun, uang

kontan yang ada dan segala macam barang dagangan ditaksir, kemudian jumlah

yang didapat dikeluarkan zakatnya 2 ½ %. Dari hasil zakat dagangan ini, jika

semua pedagang muslim berzakat akan terkumpul sejumlah zakat yang besar

sekali.

c. Hasil Bumi.

Dasar hukum zakat hasil bumi ialah Al-Qur’an surat Al-An’am: 141

.







































































(44)

35

berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang yang berlebih-lebihan”. (QS. Al-An’am: 141).

Tafsirnya:

Ibnu Umar, Atha’, Mujahid dan Sa’id bin Jubair mengatakan ayat ini

“muhkamat”. Wajiblah atas orang yang mengetam atau menuai, meberikan sedikit

hasilnya itu kepada orang miskin yang datang meminta kepadanya. Namun Ibnu

Abbas, Muhammad bin Hanafiah, Hasan, Nakha’i, Thawus, Abu Tsa’tsa’,

Qatadah, Dhahhak, dan Ibnu Juraih mengatakan, bahwa ayat ini telah di

nasakh-kan oleh ayat zakat. Itulah yang dipilih Ibnu Jarir, karena ayat adalah ayat

makkiyah, sedang ayat zakat adalah ayat madaniah, jadi ayat madaniyah itu

me-nasakh-kan ayat makkiyah.50

Zakat hasil bumi tanpa syarat hawl, sebab setiap kali panen harus dikeluarkan zakatnya. Sedangkan panen hasil bumi ada yang sekali setahun, ada

yang dua kali, ada yang tiga kali, bahkan ada yang empat kali. Setiap kali panen

jika hasilnya ada senisab dikeluarkan zakatnya dan jika tidak cukup senisab tidak

usah hasil panen itu dikumpulkan dengan hasil panen yang lain guna mengejar

nisab.

d. Binatang ternak.

Binatang ternak di Indonesia yang dikenakan zakat adalah sapi, kerbau dan

kambing. Zakat ini harus dengan syarat haul.

Adapun nisabnya sebagai berikut:

50

(45)

Kambing

1) Mulai dikenakan zakat (senisab) setelah ada sejumlah 40 ekor

2) Dari jumlah 40 s/d 120 zakatnya seekor kambing

3) Dari jumlah 121 s/d 200 zakatnya dua ekor kambing

4) Dari jumlah 201 s/d 300 zakatnya tiga ekor kambing

5) Selebihnya setiap ada 100 ekor zakatnya satu kambing

Sapi

1) Mulai dikenakan zakat (senisab) setelah ada sejumlah 30 ekor sapi.

2) Dari jumlah 30 s/d 39 zakat seekor sapi berumur setahun lebih, sapi ini diberi

nama “Tabii”.

3) Dari jumlah 40 s/d 59 zakatnya seekor sapi berumur dua tahun lebih, sapi ini

diberi nama “Musinnah”.

4) Dari jumlah 60 s/d 69 zakatnya dua ekor sapi berumur satu tahun lebih.

5) Dari jumlah 70 s/d 79 zakatnya dua ekor sapi, seekor berumur satu tahun lebih,

seekor beumur dua tahun lebih.

6) Selebihnya dari itu setiap ada tambahan 30 zakatnya seekor sapi tabii, dan

setiap ada

Gambar

Gambaran Umum Kelurahan Kamal Muara Kecamatan Penjaringan Jakarta

Referensi

Dokumen terkait

Kesimpulan : Tidak ada hubungan antara pengetahuan dan sikap Wanita Pasangan Usia Subur dengan deteksi dini Ca Serviks melalui Pap smear di Desa Ketanen Kabupaten Pati..

Pada surat kabar Harian Vokal dari tujuh kategori diantaranya berimbang, bohong, fitnah, sadis, cabul, prasangka, dan identitas dalam penyajian berita kriminal pada surat

keberadaan Harian Tribun Timur di tengah arus perkembangan media online setelah beberapa tahun terakhir menjadi koran nomor satu di kota Makassar, berdasarkan hasil

Jawaban kode F1, F2, dan F4 menunjukkan bahwa subjek sudah memahami dengan baik pertanyaan yang diberikan, hal ini dapat disimpulkan karena subjek benar dalam menuliskan apa

Antitesis Objek dalam Seni Patung, diajukan oleh Ardiansyah, NIM 0711829021, Program Studi Seni Rupa Murni, Jurusan Seni Murni, Fakultas Seni Rupa Institut Seni Indonesia

Untuk perbedaannya, pada penelitian yang akan dilakukan menggunakan mikrokontroler WeMos D1 (R2) dan menggunakan sensor PIR dan LDR yang berperan dalam

(1) Perjanjian lisensi tidak boleh memuat ketentuan, baik langsung maupun tidak langsung, yang dapat merugikan perekonomian Indonesia untuk memuat pembatasan yang menghanbat

Hasil analisis pada indikator kondisi kerja dalam penelitian ini juga tidak berpengaruh secara signifikan terhadap produktivitas kerja, karena perusahaan belum