• Tidak ada hasil yang ditemukan

FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI EKSPOR KARET INDONESIA KE RRC (REPUBLIK RAKYAT CINA) TAHUN 1999 2009

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI EKSPOR KARET INDONESIA KE RRC (REPUBLIK RAKYAT CINA) TAHUN 1999 2009"

Copied!
94
0
0

Teks penuh

(1)

KARET INDONESIA KE RRC (REPUBLIK RAKYAT CINA)

TAHUN 1999-2009

SKRIPSI

Diajukan untuk Melengkapi Tugas-Tugas dan Memenuhi

Syarat-Syarat Guna Mencapai Gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Ekonomi Pembangunan pada Fakultas Ekonomi Sebelas Maret

Disusun oleh: Flora Felina Aditasari

F 0106040

JURUSAN EKONOMI PEMBANGUNAN FAKULTAS EKONOMI

(2)
(3)

commit to user

(4)

commit to user

Sebagian besar hal penting di dunia diraih oleh orang-orang yang terus

mencoba ketika tampak tak ada harapan sama sekali

(Dale Carnegie)

Setiap hari lakukan sesuatu yang membuat anda lebih dekat ke hari esok

yang lebih baik

(Doug Firebaugh)

Energi dan kegigihan menaklukkan segalanya

(Benjamin franklin)

Optimisme artinya mengharapkan yang terbaik, tapi percaya pada diri

sendiri

(5)

commit to user

v Kar ya ini aku per sembahan untuk:

© Untuk bapakke dan mamakke ter cinta, or ang tua ter hebat yang selalu ada

untukku. Ter imakasih atas semua kasih sayang, bimbingan, doa, dukungan,

per hatian, kesabar an dan penger tiannya selama ini.

© Untuk Mbah titut ter sayang, ter imakasih sudah sangat per hatian padaku.

© My sister And My br other (Maya dan Tegar ). Ter imakasih sudah menjadi

adik-adik ter baik dalam hidupku walaupun kakakmu ini belum per nah member ikan

contoh yang ter baik buat kalian. hehehe

© To my cr aziest fr iends Ndoel, Tul, Jot, Koh ter imakasih selama ini mau

melakukan hal-hal gila dan ga penting ber sama, saling mendukung disaat

salah satu dar i kita sedang menghadapi masalah. Ter imakasih untuk

per sahabatan yang begitu indah. Fighting!! Chayo!! Ganbate!!

© Untuk Fitr i Hapsar i yang sudah mau menjadi sahabatku dar i awal kita masuk

ke kampus ini sampai masa-masa akhir kita di kampus ini.

© Untuk semua teman-teman ter baikku EP Holics 06 yang sudah member ikan

per sahabatan, pengalaman, hibur an, petualangan, kekompakan dan

keber samaan. Semoga kita tidak saling melupakan satu sama lain.

© Wir a Adhi Nugr oho yang telah member ikan semua r asa dan kisah kepadaku

yang membuatku lebih bisa ber tahan dan kuat menjalani kehidupan.

© Untuk sahabat ter baikku di kost (Lele Leli, Dwi Nophe, Fir ly, Dina dan

semuanya), ter imakasih untuk semua suppor t, bantuan, per sahabatan kita

selama ini.

© Untuk semua teman yang tidak bisa disebutkan satu per satu . Matur suwun

(6)

commit to user

Puji syukur penulis panjatkan kepada ALLAH SWT yang telah

melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan

skripsi ini dengan baik. Tujuan skripsi ini adalah untuk memenuhi tugas-tugas dan

syarat-syarat guna mencapai Gelar Sarjana Jurusan Ekonomi Pembangunan

Fakultas Ekonomi Sebelas Maret Surakarta. Dalam penyusunan skripsi ini penulis

telah banyak mendapatkan bantuan dan dorongan dari berbagai pihak, oleh karena

itu dengan penuh rasa hormat, penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang

sebesar-besarnya atas bantuan, dorongan, bimbingan, dan pengarahannya kepada :

1. Prof.Dr. Bambang Sutopo, M.Com.,Akt, selaku Dekan Fakultas Ekonomi

Universitas Sebelas Maret.

2. Drs. Kresna Sarosa Pribadi, M.Si, selaku Ketua Jurusan Ekonomi

Pembangunan Universitas Sebelas Maret.

3. Dr. Agustinus Suryantoro,MS selaku pembimbing skripsi yang telah

meluangkan waktu, tenaga dan pikiran untuk mengarahkan dan

membimbing penulis dari awal penulisan hingga terselesaikannya skripsi

ini.

4. Bapak Suprapto dan Ibu Ekaristi Christiani, ayah dan ibu yang selalu

mendukung dan mendoakan penulis selama masa penulisan skripsi ini.

5. Seluruh keluarga di rumah yang selalu memberikan dukungan dan doa dari

awal penulisan hingga terselesaikannya skripsi ini.

6. Seluruh sahabat dan teman yang telah membantu penulis selama masa studi

(7)

commit to user

vii

berperan selama masa studi hingga diselesaikannya penulisan skripsi ini.

Penulis menyadari skripsi ini jauh dari sempurna, oleh karena itu penulis

menerima kritik dan saran untuk skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat menjadi

karya kecil yang dapat berguna bagi kita semua.

Surakarta , Januari 2011

(8)

commit to user

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI EKSPOR KARET INDONESIA KE RRC (REPUBLIK RAKYAT CINA) TAHUN 1999-2009

Flora Felina Aditasari F 0106040

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh harga karet alam dunia, harga karet sintetis, nilai tukar yuan terhadap rupiah, dan GDP Riil Negara RRC terhadap ekspr karet Indonesia ke RRC. Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah regresi linier berganda. Data yang digunakan adalah data sekunder. Pengujian statistik meliputi uji t, uji F dan R2 (koefisien determinasi) serta uji asumsi klasik yaitu multikolinearitas, heteroskedastisitas dan autokorelasi.

Hasil analisis data menunjukkan bahwa variabel harga karet alam dunia mempunyai pengaruh negtaif dan signifikan terhadap ekspor karet Indonesia ke RRC dengan nilai probabilitas 0,0490 pada tingkat signifikansi 5%. Variabel GDP Riil RRC mempunyai pengaruh positif dan signifikan terhadap ekspor karet Indonesia ke RRC dengan nilai probabilitas sebesar 0,0042 pada tingkat signifikansi 5%. Sedangkan untuk variabel harga karet sintetis dan nilai tukar yuan terhadap rupiah tidak berpengaruh terhadap ekspor karet Indonesia ke RRC. Untuk pengujian terhadap uji asumsi klasik tidak terdapat multikolinieritas, heteroskedastisitas dan autokorelasi.

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, maka dapat dikemukakan beberapa saran sebagai berikut: Gross Domestic Product suatu Negara dapat dijadikan indikator bagi para eksportir karet Indonesia dalam menentukan sasaran pemasaran karet, sehingga diharapkan dapat meningkatkan ekspor karet Indonesia. Bagi petani maupun produsen karet agar bisa memperoleh harga karet alam yang tinggi untuk meningkatkan keuntungan dapat dilakukan dengan menekan cost, salah satunya adalah dengan meningkatkan produktifitas. Harga karet sintetis tidak berpengaruh terhadap ekspor karet Indonesia ke RRC, dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa ekspor karet Indonesia lebih dipengaruhi oleh variabel-variabel karet itu sendiri. Dan karet sintetis bukanlah barang substitusi sempurna dari karet, untuk itu pada penelitian selanjutnya perlu mencari variabel substitusi selain karet sintetis.Walaupun nilai tukar Yuan terhadap Rupiah tidak berpengaruh terhadap volume ekspor karet Indonesia ke RRC, namun kestabilan kestabilan kurs rupiah terhadap yuan harus tetap dijaga agar tidak terjadi apresiasi atau depresiasi yang menyebabkan perdagangan luar negeri kolaps.

(9)

commit to user

ix

JUDUL... .. i

HALAMAN PERSETUJUAN ... .. ii

HALAMAN PENGESAHAN ... .. iii

HALAMAN MOTTO ... iv

HALAMAN PERSEMBAHAN ... ... v

KATA PENGANTAR ... .. vi

ABSTRAKSI ... .. viii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR GAMBAR ... xiv

BAB I : PENDAHULUAN A.Latar Belakang ... 1

B.Rumusan Masalah ... 11

C.Tujuan Penelitian ... 12

D.Manfaat Penelitian ... 12

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA A.Hubungan Ekonomi Internasional ... 14

B.Ekspor dan Impor ... 15

C.Arti perdagangan Internasional ... 19

D.Teori Perdagangan Internasional ... 20

1. Teori keunggulan Absolut (Adam Smith) ... 20

(10)

commit to user

4. Teori Permintaan ……….. 23

5. Elastisitas ……….. 24

E. Kebijaksanaan Ekonomi Internasional ... .. 25

1. Instrumen Kebijaksanaan Ekonomi Internasional ……… 26

2. Tujuan Kebijaksanaan Ekonomi Internasional ………... 27

F. Penelitian Terdahulu ... ... 29

G.Hipotesa ……… 33

H.Prosedur Analisis Data ………. 34

BAB III : METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis dan Sumber Data ... ... 35

B. Definisi Variabel ... ... 35

C. Metode Analisis Data ... ... 36

1. Metode Regresi Kuadrat Terkecil ………... 36

2. Pemilihan Model Regresi ... 37

3. Uji Statistik ……… 38

4. Pengujian Asumsi Klasik ……….. 42

BAB IV: ANALISIS DAN PEMBAHASAN A.Sejarah Perkembangan Karet ... .. 46

B.Jenis-Jenis Karet ... .. 47

C.Perkembangan Karet Indonesia ... .. 50

D.Kendala Pengembangan Karet Alam Indonesia ... .. 52

(11)

commit to user

xi

1. Pemilihan Model Regresi ... .. 64

2. Hasil Regresi ... .. 66

G.Analisis Statistik ... .. 67

1. Uji t (t - test) ... .. 67

2. Uji F (F Test) ... .. 69

3. Uji R2 ... .. 70

H.Analisis Ekonometrik ………... 70

1. Uji Autokorelasi... .. 70

2. Uji Multikolinieritas ... .. 71

3. Uji Heteroskedastisitas ... .. 72

BAB V: KESIMPULAN DAN SARAN A.Kesimpulan ... . 77

B.Saran ... . 79

(12)

commit to user

Tabel 1.1 Perkembangan Nilai Ekspor dan Impor Indonesia

Tahun 1982-2006 ... 3

Tabel 1.2 Perkembangan Ekspor Sektor Pertanian Indonesia Tahun 1995-2007 ... 4

Tabel 1.3 Produksi Karet Indonesia Tahun 1990-2008 ... 6

Tabel 1.4 Perkembangan Produksi Karet Alam berdasarkan Produsen Utama DuniaTahun 1980-2005 ……….. 7

Tabel 1.5 Volume dan Nilai Ekspor Impor Karet Indonesia Tahun 1999-2008 ……… 8

Tabel 1.6 Ekspor Karet Menurut Negara Tujuan Utama Tahun 2004-2008… 9 Tabel 1.7 Perkembangan Permintaan Karet Alam berdasarkan Negara Konsumen Tahun 1980-2005 ………. 9

Tabel 4.1 Perkembangan Produksi Karet Indonesia Tahun 2006-2008... 52

Tabel 4.2 Tingkat Utilitas Industri Karet/Barang dari Karet ... 55

Tabel 4.3 Ekspor Karet Indonesia ke RRC Tahun 1999-2009 ... 57

Tabel 4.4 Harga Karet Alam Dunia Tahun 1999-2009 ... 58

Tabel 4.5 Harga Karet Sintetis Tahun 1999-2009 ... 60

Tabel 4.6 Nilai Tukar Yuan terhadap Rupiah Tahun1999-2009 ... 62

Tabel 4.7 Perkembangan Gross Domestic Bruto (GDP) Republik Rakyat China Tahun 1999-2009 ... 64

(13)

commit to user

xiii

Tabel 4.10 Hasil Regresi Linear ... 66

Tabel 4.11 Hasil Uji t Statistik ... 68

Tabel 4.12 Hasil Uji Autokorelasi ... 70

Tabel 4.13 Hasil Uji Multikolinearitas ... 71

(14)

commit to user

Gambar 2.1 Fungsi Ekspor ... 17

Gambar 2.2 Fungsi Impor ... 18

Gambar 2.3 Jenis Kurva Permintaan ... 22

Gambar 3.1 Daerah ktitis Uji t ... 39

Gambar 3.2 Daerah kritis Uji F ... 41

Gambar 3.3 Daerah Autokorelasi ... 43

(15)

commit to user 1 BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Indonesia sebagai salah satu negara berkembang, menganut sistem

perekonomian terbuka dimana lalu lintas perekonomian internasional sangat

penting dalam perekonomian dan pembangunan nasional. Pembangunan ekonomi

mensyaratkan bahwa kesejahteraan penduduk harus meningkat, dan salah satu

ukuran dari peningkatan kesejahteraan tersebut adalah adanya pertumbuhan

ekonomi (Hakim, 2002).

Hubungan antara ekspor dan pertumbuhan ekonomi dalam waktu

belakangan ini sudah menjadi perhatian berbagai kalangan. Ekspor merupakan

agregat output yang sangat dominan dalam perdagangan internasional. Suatu

negara tanpa adanya jalinan kerjasama dengan negara lain akan sulit untuk

memenuhi kebutuhannya sendiri.

Pengutamaan ekspor bagi Indonesia sudah digalakkan sejak tahun 1983.

Semenjak saat itu ekspor menjadi perhatian dalam memacu pertumbuhan

ekonomi seiring dengan berubahnya strategi industrialisasi dari penekanan pada

industri substitusi impor ke industri promosi ekspor. Ekspor memiliki peran yang

penting dalam waktu-waktu mendatang, apalagi dengan digulirkannya

perundingan-perundingan WTO menuju perdagangan dunia tanpa hambatan

(16)

Ekspor merupakan salah satu faktor yang penting dalam pembangunan,

ekspor bukan saja sebagai sumber penghasil devisa dan untuk memperbaiki

neraca pembayaran, tetapi juga dapat memotivasi dan menumbuhkembangkan

kegiatan perekonomian dalam negeri. Ekspor di Indonesia dibagi menjadi dua

bagian, yang pertama ekpor minyak dan gas bumi (migas) dan yang kedua adalah

ekspor non migas (pertanian, perkebunan, perikanan, dan hasil kerajinan lainnya).

Pada tahun 1973-1982 sektor migas menjadi sektor tumpuan ekspor di

Indonesia dan tumpuan utama dalam sumber pembiayaan pembangunan, karena

pada saat itu perekonomian Indonesia mengalami zaman keemasan minyak akibat

gejolak eksternal berupa kenaikan harga minyak yang sangat tinggi di pasar dunia

yang dapat dinyatakan sebagai titik awal terciptanya angka pertumbuhan yang

relatif tinggi, dimana rata-rata mencapai 7,37% setahun (Hidayat Amir, 2004).

Sehingga kontribusi terhadap pendapatan nasional jelas besar pengaruhnya.

Namun jika kita hanya mengandalkan sektor migas saja hal tersebut sangat riskan.

Karena sektor migas adalah sektor yang memanfaatkan kekayaan alam yang

sangat sulit untuk diperbaharui.

Adanya pergeseran dominan dari ekspor sektor migas ke arah sektor non

migas merubah pola struktur ekspor Indonesia. Dimana ekspor non migas dari

tahun ke tahun mengalami peningkatan. Pertumbuhan ekspor Indonesia dapat

dilihat dari tabel di bawah ini yang menggambarkan perbandingan antara ekspor

(17)

Tabel 1.1

Perkembangan Nilai Ekspor dan Impor Indonesia tahun 1982-2006 ( juta US $ ) Sumber : Badan Pusat Statistik, 2007

Perkembangan ekspor Indonesia dari tahun 1985-2006 menunjukkan

peningkatan. Pada tahun 1985-1987 ekspor sektor non migas masih lebih tinggi

dibandingkan ekspor sektor non migas. Namun pada tahun 1988 ekspor sektor

non migas mengalami peningkatan sebesar 2957,3 juta US$. Sedangkan ekspor

sektor migas mengalami penurunan sebesar 874,4 juta US$. Pada tabel di atas

(18)

nilai ekspor non migas. Dimana ekspor non migas cenderung mengalami

peningkatan setiap tahunnya. Sedangkan ekspor sektor migas cenderung stabil

atau tidak mengalami penurunan maupun peningkatan yang signifikan .

Bagian dari sektor nonmigas yang cukup berperan dalam peningkatan

nilai ekspor Indonesia adalah sektor pertanian. Sektor Pertanian yang didalamnya

terdapat subsektor perkebunan dan perikanan terus mengalami peningkatan dalam

hal produksi selama beberapa tahun terakhir, terutama komoditas perkebunan

utama seperti kelapa sawit, karet dan kakao. Peningkatan produksi tersebut juga

diikuti dengan peningkatan ekspor komoditi perkebunan dan sektor pertanian

pada umumnya.

Tabel 1.2

Perkembangan Ekspor Sektor Pertanian Indonesia tahun 1995-2007 (Juta US$)

(19)

Secara kumulatif nilai ekspor pertanian tetap menunjukkan pertumbuhan,

dengan rata-rata pertumbuhan mencapai 2,8 persen. Meskipun berfluktuasi dan

share-nya terhadap ekspor nonmigas menurun. Kecilnya share sektor pertanian

tidak bisa dijadikan patokan kalau sektor ini menjadi tulang punggung

sektor-saktor lainnya. Pertumbuhan ekspor sektor pertanian (Tabel 1.2) didorong

terutama oleh subsektor perkebunan yang masih mendominasi dari produksi dan

pendapatan. Subsektor perkebunan memiliki beberapa komoditas unggulan antara

lain komoditas kelapa sawit, Soybean oil, karet alam, dan kakao, komoditas ini

dianggap sebagai komoditas andalan Indonesia yang masih berpeluang dan

mampu bersaing dalam pasar internasional (Business Week, 2006).

Indonesia merupakan salah satu negara produsen karet alam terbesar di

dunia disamping Malaysia dan Thailand. Karet merupakan komoditas ekspor

yang mampu mengharumkan nama Indonesia di pentas perdagangan

internasional. Komoditas ini juga memberikan kontribusi dalam upaya

meningkatkan devisa negara. Keunggulan Indonesia dalam peningkatan produksi

karet untuk yang masa yang akan datang adalah pada masih tersedianya lahan

tropis yang cukup besar yang sesuai untuk penanaman pohon karet. Produksi

karet di Malaysia dan Thailand terus mengalami penurunan karena kebijakan

(20)

Tabel 1.3

Produksi karet Indonesia baik produksi perkebunan swasta, perkebunan

pemerintah maupun perkebunan rakyat terus mengalami peningkatan. Periode

tahun 1990-2008 produksi karet Indonesia setiap tahunnya tumbuh rata-rata

sebesar 5,26 persen dengan rata-rata produksi mencapai 1.787.102 ton pertahun.

(21)

produksi karet Indonesia dengan beberapa negara penghasil karet di dunia dapat

dilihat pada tabel 1.4 sebagai berikut :

Tabel 1.4

Perkembangan Produksi Karet Alam berdasarkan Produsen Utama Dunia, Tahun 1980-2005

Negara Produsen

Produksi (000 Ton), Tahun Pertumbuhan/tahun (%) 1985 1990 2000 2005 1980-1990 1990-2000 2000-2005 Sumber : International Rubber Study Group (IRSG)

Produksi karet Indonesia dari tahun 1980 sampai dengan tahun 2005 terus

mengalami pertumbuhan. Tingginya tingkat produksi ini pada dasarnya

menyimpan potensi pendapatan yang cukup besar baik dari dalam negeri maupun

luar negeri melalui ekspor.

Seperti diketahui, hampir sebagian besar konsumsi karet dunia adalah

negara-negara non penghasil karet, sehingga sebagian besar pasar ekspor karet

ditujukan untuk pasar internasional. Indonesia sebagai salah satu negara produsen

karet terbesar juga mengekspor karetnya keluar negeri (lebih dari 90 persen

produksi karet alam ditujukan untuk ekspor), pada tabel 1.5 dapat dilihat

(22)

Tabel 1.5

Volume dan Nilai Ekspor Impor Karet Indonesia Tahun 1999-2008

Tahun Ekspor

Volume (Ton) Nilai (000 US $) 1999 1,494,543 849,200 2000 1,379,612 888,623 2001 1,453,382 786,197 2002 1,495,987 1,037,562 2003 1,662,210 1,494,811 2004 1,874,261 2,180,029 2005 2,024,593 2,582,875 2006 2,286,897 4,321,525 2007 2,407,972 4,868,700 2008 2,283,154 6,023,296 Sumber : Dinas Perdagangan, 2010

Ekspor Karet Indonesia periode tahun 1999 sampai tahun 2008 terus

mengalami peningkatan. Dari ekspor karet keluar negeri, Indonesia paling tidak

mendapatkan tambahan penerimaan mencapai 2,503,281,800 US$ pertahun.

Diantara beberapa negara tujuan utama ekspor karet Indonesia seperti Jepang,

Singapura, Amerika Serikat, RRC, Jerman dan lainnya. RRC merupakan salah

(23)

Tabel 1.6

Ekspor Karet Menurut Negara Tujuan Utama Tahun 2004-2008

(dalam Metrik Ton)

Negara Tujuan 2004 2005 2006 2007 2008 2009 Amerika 627868 669120 590947 644270 622167 394307

Jepang 225214 260604 357828 397776 400693 272878 China 197536 249791 337223 341821 318841 457118 Singapura 85591 115084 136124 161255 151260 100165 Korea Selatan 76794 74813 90640 93091 106460 99548 Belgia&Luksemburg 44992 34939 42513 41692 31573 17010 Kanada 70566 71769 66045 53628 59163 51210 Brasil 58836 55016 48360 65749 77066 58507 Jerman 71808 61974 82100 80809 57705 36639 Belanda 24549 28304 27372 21869 27126 37211 Perancis 30969 32144 42989 48197 46380 30083 Lainnya 359538 370223 463856 456619 397022 436587 Sumber :Badan Pusat Statistik, 2010

Tabel 1.7

Perkembangan Permintaan Karet Alam berdasarkan Negara Konsumen, Tahun 1980-2005

Negara Konsumen

Konsumsi (000 Ton), Tahun Pertumbuhan/tahun (%) 1985 1990 2000 2005 1980-1990 1990-2000 2000-2005 Sumber: International Rubber Study Group (IRSG).

Sekarang ini konsumsi karet dunia semakin meningkat. Pertumbuhan

ekonomi dunia yang pesat sepuluh tahun terakhir, terutama di RRC ( Republik

(24)

India, Korea Selatan, dan Brasil, menyebabkan permintaan karet alam tumbuh

cukup tinggi. Sebaliknya, permintaan karet dari negara-negara industri maju,

seperti Amerika Serikat, Eropa, Jepang relatif stagnan.

Pada 2004, Indonesia mampu mengekspor sekitar 2,066 juta ton karet

alam. Jumlah ini naik ketimbang tahun sebelumnya yang hanya 1,8 juta ton. Pada

2005, ekspornya meningkat lagi menjadi 2,2 juta ton. Permintaan ekspor karet

Indonesia paling banyak memasarkan produk karetnya ke Amerika Serikat,

Jepang, dan Jerman, ke depan, RRC diharapkan bisa menjadi salah satu Negara

tujuan utama ekspor karet Indonesia.

Selama 2004, ekspor karet Indonesia ke RRC meningkat signifikan

menjadi 107.000 ton. Padahal selama 2002, ekspor karet ke negara itu baru

46.000 ton. Permintaan RRC akan karet ini diprediksi akan terus tumbuh hingga

tahun 2020 (Ekspor, 2007). Dengan meningkatnya permintaan RRC terhadap

karet maka akan berpengaruh terhadap ekspor karet dari Indonesia. Sehingga

diperlukan studi khusus yang mendalam khususnya tentang faktor-faktor yang

mempengaruhi ekspor karet dari Indonesia.

Dengan adanya pemasalahan ini maka penulis tertarik untuk mengadakan

penelitian tentang ekspor karet Indonesia ke RRC (Republik Rakyat Cina) dan

fakor-faktor yang mempengaruhinya dengan Judul “Faktor-Faktor Yang

Mempengaruhi Ekspor Karet Indonesia Ke RRC (Republik Rakyat Cina)

(25)

B. Rumusan Masalah

Sebagaimana yang telah diuraikan diatas, sangat menarik untuk

mengamati dan mengembangkan lebih lanjut mengenai faktor-faktor yang

mempengaruhi ekspor karet Indonesia ke RRC, maka permasalahan dalam

penelitian ini adalah :

1. Bagimanakah pengaruh harga karet alam dunia terhadap volume ekspor karet

alam Indonesia ke RRC ?

2. Bagaimanakah pengaruh harga karet sintetis terhadap volume ekspor karet

alam Indonesia ke RRC ?

3. Bagaimanakah pengaruh nilai tukar Yuan RRC terhadap Rupiah terhadap

terhadap volume ekspor karet alam Indonesia ke RRC ?

4. Bagimanakah pengaruh GDP Riil Negara RRC terhadap volume ekspor karet

alam Indonesia ke RRC ?

5. Bagaimanakah pengaruh variabel-variabel independen (harga karet alam dunia,

harga karet sintetis, GDP Riil Negara RRC, nilai tukar Yuan RRC terhadap

Rupiah) terhadap variabel dependennya (volume ekspor karet alam Indonesia

ke RRC) ?

Penelitian ini hanya dibatasi pada permintaan ekspor karet dari Indonesia

ke RRC dalam kurun waktu dari tahun 1999 – 2009. Sebagai variabel

dependennya yaitu volume ekspor karet Indonesia dan sebagai variabel

(26)

sintetis, nilai tukar mata uang Yuan terhadap Rupiah, dan GDP Riil Negara

RRC.

C. TUJUAN PENELITIAN

Berdasarkan identifikasi masalah yang telah dipaparkan sebelumnya ,

maka tujuan dari penelitian ini adalah :

1. Untuk menganalisis pengaruh dari harga karet dunia terhadap volume ekspor

karet alam Indonesia ke RRC.

2. Untuk menganalisis pengaruh dari harga karet sintetis terhadap volume ekspor

karet alam Indonesia ke RRC.

3. Untuk menganalisis pengaruh nilai tukar Yuan RRC terhadap Rupiah terhadap

volume ekspor karet alam Indonesia ke RRC.

4. Untuk menganalisis pengaruh GDP Riil Negara RRC terhadap volume ekspor

karet alam Indonesia ke RRC.

5. Untuk menganalisis ada tidaknya pengaruh dari variabel-variabel independen

terhadap variabel dependennya.

D. Manfaat Penelitian

Manfaat yang ingin diperoleh dari penelitian ini, yaitu:

1. Hasil penelitian diharapkan dapat menjadi masukan dan dasar hasil penelitian

diharapkan dapat menjadi masukan dan dasar pertimbangan bagi pemerintah

(27)

2. Menambah khasanah keilmuwan/literatur di bidang ilmu ekonomi terutama

perdagangan internasional.

3. Sebagai bahan pembanding dan referensi bagi pembaca yang tertarik untuk

(28)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Hubungan Ekonomi Internasional

Hubungan ekonomi internasional berbeda dari hubungan ekonomi

antarregional (yaitu hubungan ekonomi di antara berbagai wilayah negara yang

sama), sehingga memerlukan peralatan analisis yang sedikit berbeda dan

menganggap ekonomi internasional sebagai bagian yang berbeda dari ilmu

ekonomi. Artinya, setiap Negara selalu menerapkan beberapa pembatasan

(restriksi) terhadap arus barang, jasa, serta berbagai macam faktor produksi yang

akan melintasi batas negaranya. Hal tersebut tidak dilakukan secara internal.

Selain itu, arus internasional sedikit banyak dipemgaruhi oleh

perbedaan-perbedaan bahasa, adat istiadat, serta hokum yang berlaku di masing-masing

Negara. Selanjutnya, arus barang, jasa, dan sumber daya secara internasional juga

akan menimbulkan pembayaran dan penerimaan dalam bentuk mata uang asing,

yang nilainya selalu berubah sepanjang waktu(Salvatore, 1997).

Ekonomi internasional berbeda dengan ekonomi interregional (antar

daerah dalam satu negara). Ekonomi internasional menyangkut beberapa negara

dimana :

a. Mobilitas faktor produksi seperti tenaga kerja dan modal realtif lebih

(29)

b. Sistem keuangan, perbankan, bahasa, kebudayaan serta politik yang

berbeda

c. Faktor-faktor produksi yang dimiliki (factor endowment) berbeda

sehingga dapat menimbulkan perbedaan harga barang yang dihasilkan.

B. Ekspor dan Impor

1. Ekspor

Definisi ekspor adalah pengiriman barang dagangan keluar negeri

melalui pelabuhan di seluruh wilayah Republik Indonesia, baik bersifat

komersial maupun bukan komersial. Menurut departemen perindustrian dan

perdagangan yang dimaksud dengan ekspor adalah kegiatan mengeluarkan

barang dari daerah pabean, sementara eksportir adalah perusahaan atau

perorangan yang melakukan kegiatan ekspor. Daerah pabean adalah wilayah

Republik Indonesia yang meliputi wilayah darat, perairan, dan ruang udara di

atasnya, serta tempat-tempat tertentu di zona ekonomi eksklusif dan landasan

kontinen yang di dalamnya berlaku Undang-undang nomor 10 tahun 1995

tentang kepabeanan.

Ekspor yang akan dilakukan sebuah negara tergantung pada banyak

factor. Suatu negara dapat mengekspor barang-barang yang dihasilkannya ke

negara-negara lain apabila barang-barang tersebut diperlukan di negara-negara

lain dan mereka tidak dapat menghasilkan sendiri barang-barang tersebut.

Misalnya ekspor karet, timah, minyak kelapa sawit dan kayu hutan ke Jepang

(30)

mereka butuhkan, dan negara-negara tersebut tidak dapat menghasilkan

sendiri barang seperti itu. Sebaliknya, Indonesia mengimpor

barang-barang modal dan berbagai jenis barang-barang untuk keperluan pengembangan

berbagai jenis indsutri karena Indonesia belum mampu memproduksikan

barang-barang tersebutdengan mutu yang sebaik seperti yang dapat diperoleh

dari negara-negara yang lebih maju.

Namun faktor di atas bukanlah faktor terpenting yang menentukan

besarnya ekspor suatu Negara. Faktor yang lebih penting lagi adalah

kemampuan dari negara tersebut untuk memproduksikan barang-barang yang

dapat bersaing di pasaran luar negeri. Artinya, mutu dan harga barang

produksi dalam negeri itu haruslah paling sedikit sama baiknya dengan yang

diperjualbelikan dalam pasaran luar negeri. Makin banyak jenis barang yang

mempunyai keistimewaan yang dihasilkan oleh suatu negara, makin besar

ekspor yang dapat dilakukan negara tersebut.

Ekspor adalah salah satu komponen pengeluaran agregat, oleh sebab

itu ekpor dapat mempengaruhi tingkat pendapatan nasional yang akan dicapai.

Apabila ekspor bertambah, pengeluaran agregat bertambah tinggi dan

selanjutnya akan menaikkan pendapatan nasional. Akan tetapi sebaliknya

pendapatan nasional tidak dapat mempengaruhi ekspor. Ekspor belum tentu

bertambah apabila pendapatan nasional bertambah, atau ekspor dapat

(31)

fungsi pengeluaran pemerintah. Fungsi ekspor di atas digambarkan dalam

gambar berikut (Sukirno, 2002) :

Tingkat bunga

X2

Pertambahan ekspor X0

Pengurangan ekspor X1

0 pendapatan nasional

Gambar 2.1. Fungsi Ekspor

2. Impor

Sedangkan yang dimaksud dengan impor adalah pengiriman barang

dagangan dari luar negeri ke pelabuhan di seluruh wilayah Republik

Indonesia kecuali wilayah bebas yang dianggap luar negeri, yang bersifat

komersial maupun yang bersifat non komersial. Dalam keputusan menteri

perindustrian dan perdagangan No 550/MPP/Kep/10/1999 pada point

ketentuan umum disebutkan, yang dimaksud dengan impor adalah kegiatan

memasukkan barang ke daerah pabean Indonesia. Antara Negara-negara

eksportir dan Negara importir masing-masing memiliki UU dan peraturan bea

cukai yang berbeda antara satu Negara dengan Negara lainnya.

Besarnya impor yang dilakukan suatu negara antara lain ditentukan

(32)

negara-negara lain untuk bersaing dengan barang-barang yang dihasilkan di

negara itu. Apabila barang-barang dari luar negeri mutunya lebih baik, atau

harganya lebih murah, daipada barang-barang yang sama yang dihasilkan di

dalam negeri, maka akan terdapat kecenderungan bahwa negara tersebut akan

mengimpor lebih banyak barang dari luar negeri. Akan tetapi apakah

kecenderungan tersebut akan terjadi atau tidak, masih tergantung kepada

kesanggupan penduduk negara itu membayar impor tersebut. Ini berarti

bahwa besarnya impor lebih dipengaruhi oleh besarnya pendapatan nasional

daripada oleh kemampuan barang-barang luar negeri untuk bersaing dengan

barang-barang produksi dalam negeri. oleh sebab itu dalam analisis

makroekonomi, impor mempunyai cirri-ciri, yaitu semakin besar tingkat

pendapatan nasional, semakin besar pula nilai impor. Hal ini ditunjukkan

dalam gambar berikut (Sukirno, 2002) :

impor

Pendapatan nasional

Kenaikan impor

Pengurangan impor

0

M0

M1

(33)

C. Arti Perdagangan Internasional

Dapat didefinisikan terdiri dari kegiatan-kegiatan perniagaan dari suatu

negara asal yang melintasi perbatasan menuju suatu negara tujuan yang dilakukan

oleh perusahaan multinasional corporation untuk melakukan perpindahan barang

dan jasa, perpindahan modal, perpindahan tenaga kerja, perpindahan tekhnologi

(pabrik) dan perpindahan merek dagang. Robbock membahas “Perdagangan

Internasional” dari sudut pandang manajemen dan memerinci kegiatan-kegiatan

perdagangan sebagai berikut (Waluya, 1995) :

· Perdagangan Internasional terjadi melalui perpindahan barang-barang,

perpindahan jasa-jasa dari satu negara ke negara lain yang disebut transfer

of good and services.

· Perdagangan Internasional juga melewati perpindahan modal yaitu

masuknya investasi asing dari luar negeri yang disebut transfer ofcapital.

· Tenaga kerja juga merupakan objek dalam Perdagangan Internasional.

Dalam Perdagangan Internasional transfer of labour mendorong masuknya

tenaga-tenaga ahli dan tenaga teknisi dari luar negeri. Pada kenyataannya,

unskilled labor dapat juga memperoleh pekerjaan di luar negeri.

· Perdagangan Internasional dapat dilakukan melalui transfer of technology

(34)

· Keberhasilan dari suatu Perdagangan Internasional tergantung dari transfer

of data dan informasi terutama dalam penyampaian informasi tentang

kepastian tersedianya bahan baku dan pangsa pasar.

D. Teori Perdagangan Internasional

1. Teori Keunggulan Absolut (Adam Smith)

Menurut Adam Smith, perdagangan antara dua negara didasarkan pada

keunggulan absolut (absolut advantage). Jika sebuah negara lebih efisien

daripada (atau memiliki keunggulan absolut terhadap) negara lain dalam

memproduksi sebuah komoditi, namun kurang efisien dibanding (atau

memiliki kerugian absolut terhadap) negara lain dalam memproduksi

komoditi lainnya, maka kedua negara tersebut dapat memperoleh keuntungan

dengan cara masing-masing melakukan spesialisasi dalam memproduksi

komoditi yang memiliki keunggulan absolut, dan menukarkannya dengan

komoditi lain yang memiliki kerugian absolut(Salvatore,1997).

Bahwa setiap negara akan memperoleh manfaat perdagangan

internasional karena melakukan spesialisasi produksi dan mengekspor barang

jika negara tersebut memiliki keunggulan mutlak, serta mengimpor barang

jika negara tersebut memiliki ketidakunggulan mutlak (Hady, 2001). Teori

advantage ini didasarkan kepada beberapa asumsi pokok antara lain:

· Faktor produksi yang digunakan hanya tenaga kerja saja.

(35)

· Pertukaran dilakukan secara barter atau tanpa uang.

· Biaya transpor ditiadakan.

2. Teori Keunggulan Komparatif

Teori keunggulan absolut dari Adam Smith memiliki kelemahan yang

akhirnya disempurnakan oleh David Ricardo dengan teori comparative

advantage atau keunggulan komparatif, baik secara cost comparative (labor

efficiency) maupun production comparative (labor productivity).

Menurut teori cost comparative (labor efficiency), suatu negara akan

memperoleh manfaat dari perdagangan internasional jika melakukan

spesialisasi produksi dan mengekspor barang dimana negara tersebut dapat

berproduksi relatif lebih efisien serta mengimpor barang dimana Negara

tersebut berproduksi relatif kurang/tidak efisien.

Sedangkan menurut Production comparative advantage (labor

productivity), suatu negara akan memperoleh manfaat dari perdagangan

internasioanal jika melakukan spesialisasi produksi dan mengekspor barang

dimana negara tersebut dapat berproduksi relatif lebih produktif serta

mengimpor barang dimana negara tersebut berproduksi relatif kurang/tidak

(Hady, 2001).

3. Teori Heckser-Ohlin (H-O)

Negara-negara yang memiliki faktor produksi relatif banyak/murah

(36)

mengekspor barangnya. Sebaliknya, masing-masing negara akan mengimpor

barang tertentu jika negara tersebut memiliki faktor produksi yang relative

langka/ mahal dalam memproduksinya.

Dalam analisisnya, teori H-O menggunakan dua kurva yaitu, kurva

Isocost, kurva yang menggambarkan total biaya produksi yang sama dan

kurva Isoquant, yaitu kurva yang menggambarkan total kuantitas produk yang

sama (Hady, 2001).

4. Teori Permintaan

Permintaan adalah keinginan yang disertai dengan kesediaan serta

kemampuan untuk membeli barang yang bersangkutan. Hukum permintaan

berbunyi ”Jika harga naik, maka jumlah output yang diminta akan turun,

demikian pula sebaliknya” (Suherman, 1996).

Kurva permintaan (demand curve) adalah sebuah grafik yang memuat

hubungan antara harga sebuah barang dengan kuantitas yang diminta

(Mankiw, 2001). Dalam analisis permintaaan, kurva permintaan mungkin

berbentuk (a) garis lurus, (b) cembung terhadap titik nol, atau (c) cekung

terhadap titik nol (Suherman,1996).

(a)

harga

P P

D D

0 0

harga

(37)

(c)

Ada beberapa hal yang dapat menggeser kurva permintaan tiga

diantaranya adalah (yang paling dominan):

a. Tingkat pendapatan masyarakat (income).

Semakin besarnya pendapatan selalu berarti semakin besarnya

permintaan. Jika terjadi kenaikan pendapatan masyarakat, maka kurva

permintaan akan bergeser ke kanan. Namun apabila terjadi penurunan

pendapatan masyarakat, maka kurva permintaan akan bergeser ke kiri.

b. Cita rasa atau selera masyarakat terhadap barang itu (taste).

Cita rasa atau selera masyarakat terhadap segala sesuatu itu pada

lazimnya akan senantiasa berubah dari waktu ke waktu. Selera

menggambarkan bermacam macam pengaruh budaya dan sejarah. Selera

mungkin mencerminkan kebutuhan psikologis dan fisiologis sejati, selera

mungkin mencakup kecanduan yang terjadi secara artifisial dan selera

mungkin juga mengandung sebuah unsur yang kuat dari tradisi atau agama

(Samuelson, 2004)

Jumlah yang diminta

P

C

Gambar 2.3. Jenis kurva permintaan

D

(38)

c. Harga barang lain yang berkaitan (prices of related commodities).

Kenaikan harga barang subtitusi akan menggeser kurva permintaan

ke kanan, dan penurunan harga barang subtitusi akan menggeser kurva

permintaan kekiri. Sedangkan kenaikan harga barang komplementer akan

menggeser kurva permintaan kekiri dan penurunan harga barang

komplementer akan menggeser kurva permintaan kekanan.

5. Elastisitas

Elastisitas sering juga disebut Ukuran Derajat Kepekaan. Beberapa

macam konsep elastisitas yang berhubungan dengan permintaan (Mankiw,

2001) :

a. Elastisitas harga

Elastisitas harga adalah mengukur seberapa banyak kuantitas

permintaan atas suatu barang berubah mengikuti perubahan harga barang

tersebut. Ukuran ini dinyatakan sebagai persentase perubahan kuantitas

yang diminta dibagi persentase perubahan harga. Berdasar pengamatan

ada beberapa asas umum yang dapat di kedepankan sebagai hal-hal yang

menentukan elastisitas harga dari permintaan yaitu :

· Kebutuhan versus kemewahan

· Ketersediaan subtitusi

· Definisi pasar

(39)

b. Elastisitas harga silang

Elastisitas harga silang yaitu ukuran untuk menentukan seberapa

besar perubahan kuantitas yang diminta untuk suatu barang ketika harga

barang lainnya berubah. Dirumuskan sebagai persentase perubahan

kuantitas yang diminta dari barang 1 dibagi dengan persentase perubahan

harga dari barang 2. Positif atau negatifnya nilai elastisitas harga silang ini

tergantung pada apakah kedua barng tersebut subtitusi atau komplemen.

c. Elastisitas pendapatan

Elastisitas pendapatan yaitu ukuran yang menunjukkan seberapa

banyak jumlah permintaan atas suatu barang berubah mengikuti

perubahan pendapatan konsumen. Ukuran ini dinyatakan sebagai

persentase perubahan kuantitas yang diminta dibagi persentase perubahan

pendapatan.

E. Kebijaksanaan Ekonomi Internasional

Dalam arti luas kebijaksanaan ekonomi internasional adalah

tindakan/kebijaksanaan ekonomi pemerintah, yang secara langsung maupun tidak

langsung mempengaruhi komposisi, arah serta bentuk daripada perdagangan dan

pembayaran internasional. Kebijaksanaan ini tidak hanya berupa tarif, quota dan

sebagainya, tetapi juga meliputi kebijaksanaan pemerintah di dalam negeri yang

secara tidak langsung mempunyai pengaruh terhadap perdagangan serta

pembayaran internasional seperti misalnya kebijaksanaan moneter dan fiskal.

(40)

tindakan/kebijaksanaan ekonomi pemerintah yang secara langsung mempengaruhi

perdagangan dan pembayaran internasional.

1. Instrumen kebijaksanaan ekonomi internasional

Instrumen kebijaksanaan ekonomi Internasional meliputi (Nopirin, 1995) :

a. Kebijaksanaan perdagangan internasional

Kebijaksanaan perdagangan internasional mencakup tindakan

pemerintah terhadap rekening yang sedang berjalan (current account)

dalam neraca pembayaran internasional, khususnya tentang ekspor dan

impor barang/jasa. Jenis kebijaksanaan ini misalnya tarif terhadap impor,

bilateral trade agreemant, state trading, dan sebagainya.

b. Kebijaksanaan pembayaran internasional

Kebijaksanaan pembayaran internasional meliputi

tidakan/kebijaksanaan pemerintah terhadap rekening modal (capital

account) dalam neraca pembayaran internasional yang berupa pengawasan

terhadap pembayaran internasional. Hal ini dapat dilakukan misalnya

dengan pengawasan terhadap lalu lintas devisa (exchange control), atau

pengaturan/pengawasan lalu lintas modal jangka panjang.

c. Kebijaksanaan bantuan luar negeri

Kebijaksanaan bantuan luar negeri adalah tindakan/kebijaksanaan

pemerintah yang berhubungan dengan bantuan (grants), pinjaman(loans),

(41)

2. Tujuan Kebijaksanaan Ekonomi Internasional

Secara umum dapat disebutkan bahwa tujuan kebijaksanaan ekonomi

internasional adalah sebagai berikut ( Nopirin, 1995) :

a. Autarki

Tujuan ini sebenarnya bertentangan dengan prinsip perdagangan

internasional. Tujuan autarki bermaksud untuk menghindarkan dari

pengaruh-pengaruh negara lain baik pengaruh ekonomi, politik atau

militer.

b. Kesejahteraan (welfare)

Tujuan ini bertentangan dengan tujuan untuk autarki diatas.

Dengan mengatakan perdagangan internasional suatu negara akan

memperolaeh keuntungan dari adanya spesialisasi. Oleh karena itu, untuk

mendorong adanya perdagangan internasional maka halangan-halangan

dalam perdagangan internasional (tarif, quota, dan sebagainya)

dihilangkan atau paling tidak dikurangi. Hal ini berarti harus ada

perdagangan bebas.

c. Proteksi

Tujuan ini untuk melindungi industri dalam negeri dari persaingan

barang impor. Hal ini, misalnya dapat dijalankan dengan tarif, quota dan

(42)

d. Keseimbangan neraca pembayaran

Apabila suatu negara itu mempunyai kelebihan cadangan valuta

asing maka kebijaksanaan pemerintah untuk mengadakan stabilisasi

ekonomi dalam negeri akan tidak banyak menimbulkan problem neraca

pembayaran internasionalnya. Tetapi sangat sedikit negara yang

mempunyai posisi demikian. Terutama negara-negara yang sedang

berkembang posisi cadangan valuta asingnya lemah, memaksa pemerintah

negara-negara tersebut untuk mengambil kebijaksanaan ekonomi

internasional guna menyeimbangkan neraca pembayaran inetrnasionalnya.

Kebijaksanaan ini umumnya berbentuk pengawasan devisa (exchange

control). Pengawasan devisa tidak hanya mengatur/mengawasi lalu lintas

barang tetapi juga modal.

e. Pembangunan ekonomi

Untuk mencapai tujuan ini pemerintah dapat mengambil

kebijaksanaan seperti misalnya :

· Perlindungan terhadap industri (infant industries)

· Mengurangi impor barang konsumsi yang nonessensial dan

mendorong impor barang-barang yang essensial.

· Mendorong ekspor dan sebagainya

Kesemuanya ini untuk mengarahkan perkembangan perdagangan

(43)

F. Penelitian Terdahulu

Michael Learner dan Thomas Stern (1989) menyeburtkan banyak faktor

yang mempengaruhi besarnya permintaan terhadap barang ekspor. Sesuai dengan

teori permintaan, besarnya barang ekspor yang diminta sangat dipengaruhi oleh

tingkat pendapatan, harga barang, dan barang yang lain, keadaan ini dituliskan :

M = (Pm, Py, Y)

dimana :

M = jumlah barang yang diimpor

Pm = tingkat harga yang diimpor

Py = harga barang yang lain

Y = tingkat pendapatan negara pengimpor

Jumlah barang yang diimpor oleh suatu negara sebenarnya tidak hanya

ditentukan oleh ketiga variabel di atas. Pemilihan variabel independen dalam

suatu model permintaan dan penawaran terhadap suatu barang ekspor sangat

tergantung pada tujuan suatu hipotesis yang diajukan dalam penelitian.

Dalam tulisan yang sama Learner dan Stern mengemukakan beberapa

variabel independen lain yang juga mempengaruhi besarnya permintaan barang

ekspor seperti kemampuan penawaran terhadap suatu barang dari negara yang

melakukan impor barang yang sama, tingkat pendapatan negara pengimpor

dalam GNP dan GDP riil, variabel waktu, faktor kebijaksanaan pemerintah atau

perekonomian yang diterangkan oleh variabel dummy, nilai tukar atau

(44)

Moshin S Khan (1974) telah melakukan penelitian tentang impor di !5

negara berkembang yang umum diasumsikan tertentu oleh kekuatan non pasar

(non market forces) tidak sepenuhnya benar. Model yang digunakan pada

penelitian ini dalam bentuk logaritma adalah sebagai berikut :

Log Mt = ao + a1 log(Pmt/PDt)+a2 log Yt+Ut

dimana :

Mt = kuantitas impor pada periode t

PMt = nilai per unit impor di negara i pada periode t

PDt = tingkat harga dalam negeri di negara i pada periode t

Yt = pendapatan domestik bruto

Ut = kesalahan pengganggu

a1<0, a2>0

Alat analisis yang digunakan adalah model dinamis PAM sebagai model

ketidakseimbangan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa elastisitas harga

permintaan barang impor dengan model keseimbangan mempunyai pengaruh

yang signifikan pada derajat keyakinan 5% terhadap permintaan impor di 11

negara. Di antaranya Brasil, Kolumbia, Equador, India, Pakistan, Peru, Philipina,

Srilanka, Turki dan Uruguay, kecuali Kolumbia dan Pakistan yang elastisitasnya

cukup kecil. Sedangkan perubahan pendapatan punya pengaruh yang berarti

untuk sembilan negara. Selain itu untuk negara Equador, Ghana, Pakistan, dan

(45)

Pada model keseimbangan jangka pendek, elastisitas harga juga

signifikan di negara Brazil, Kolumbia, Kostarika, Equador, Pakistan, dan

Srilanka. Sedangkan untuk elastisitas pendapatan jangka pendek signifikan di

negara Brazil, Kolumbia, Equador, dan Pakistan yang derajat keyakinannya 5%.

Mutaqim dan JJ Sarungu (2002) dalam penelitian berjudul ”Prospek

Kerjasama Perdagangan Internasional Indonesia-Amerika”. Alat analisis yang

digunakan adalah model dinamis PAM. Berdasarkan hasil analisis regresi

berganda, dilihat dari permintaan impor Indonesia dari amerika serikat

menunjukkan variabel GDP Indonesia mempunyai hubungan yang positif dan

signifikan terhadap permintaan impor Indonesia dari amerika serikat, variabel

nominal exchange rate mempunyai hubungan yang negatif dan bermakna secara

statisitik terhadap variabel permintaan impor Indonesia ke Amerika, variabel

harga barang impor mempunyai hubungan yang positif dan signifikan terhadap

permintaan impor Indonesia dari amerika serikat namun tidak sesuai dengan

hipotesis, variabel krisis ekonomi (variabel dummy) mempunyai hubungan yang

negatif dan signifikan terhadap permintaan impor Indonesia dari amerika serikat,

variabel impor Indonesia dari amerika serikat tahun sebelumnya mempunyai

hubungan yang positif dan signifikan terhadap permintaan impor Indonesia dari

amerika serikat. Sedangkan dari segi penawaran ekspor Indonesia ke Amerika

Serikat menunjukkan variabel GDP Amerika mempunyai hubungan yang positif

dan signifikan terhadap penawaran ekspor Indonesia dari amerika serikat,

(46)

secara statisitik terhadap variabel penawaran ekspor Indonesia ke Amerika,

variabel harga barang ekspor mempunyai hubungan yang negatif dan tidak

bermakna secara statistik terhadap penawaran ekspor Indonesia ke amerika,

variabel krisis ekonomi (variabel dummy) mempunyai hubungan yang negatif

dan signifikan terhadap penawaran ekspor Indonesia dari amerika serikat,

variabel impor Indonesia ke amerika serikat, variabel ekspor Indonesia ke

Amerika Serikat tahun sebelumnya mempunyai hubungan yang positif dan

signifikan terhadap penawaran ekspor Indonesia ke Amerika serikat.

Nurul Huda dan Zulihar (2009) dalam penelitian berjudul “Perdagangan

Bilateral Indonesia-China periode 2000-2009”. Dari penelitian tersebut

keimpulan yang diberikan adalah, 1) Neraca perdagangan Indonesia terhadap

China selama periode 2000-2007 mengalami surplus tetapi sejak tahun 2008 dan

2009 perdagangan Indonesia terhadap China mengalami kondisi deficit, 2)

Komoditi Utama yang diekspor Indonesia ke China meliputi komoditi karet,

batubara, CPO, produk kimia dan kertas. Sedangkan komoditi Utama Impor

Indonesia dari China meliputi produk barang konsumsi, bahan baju dan barang

modal, 3) Langkah yang dapat dilakukan pemerintah terhadap data terakhir

perdagangan Indonesia-China antara lain : pembangunan infrastruktur, permudah

perizinan, permodalan, kontrol produk-produk China dengan gerakan cinta

(47)

G. Hipotesa

Sebagaimana uraian di atas, dapat disimpulkan beberapa hipotesa

mengenai uraian di atas, yaitu :

1. Diduga harga karet alam dunia akan berpengaruh negatif dan signifikan

terhadap volume ekspor karet alam Indonesia.

2. Diduga harga karet sintetis akan berpengaruh positif dan signifikan terhadap

volume ekspor karet alam Indonesia.

3. Diduga nilai tukar mata uang RRC terhadap Rupiah akan berpengaruh positif

dan signifikan terhadap volume ekspor karet alam Indonesia

4. Diduga GDP Riil Negara RRC sebagai pengimpor akan berpengaruh positif

dan signifikan terhadap volume ekspor karet alam Indonesia.

5. Diduga secara bersama - sama harga karet alam dunia, harga karet sintetis,

nilai tukar Yuan RRC terhadap Rupiah, serta GDP Riil Negara RRC

berpengaruh secara bersama-sama terhadap volume ekspor karet alam

(48)

H. Prosedur Analisis Data

Dari uraian di atas, kerangka pemikiran dari penelitian ini adalah sebagai

berikut :

harga karet alam Dunia

harga karet sintetis

Nilai tukar yuan RRC terhadap rupiah

Volume ekspor karet Indonesia

(49)

BAB III

METODE PENELITIAN

1. Jenis dan Sumber Data

Data yang digunakan pada penelitian ini adalah data sekunder menurut

runtut waktu (time series) dalam bentuk tahunan. Periode yang digunakan yaitu

periode tahun 1999 sampai dengan tahun 2009. Adapun data-data tersebut

diperoleh dari:

1. Badan Pusat Statistik (BPS)

2. Bank Indonesia (BI)

3. Penelitian-penelitian terdahulu

4. Artikel-artikel dan sumber-sumber lainnya.

2. Definisi Variabel

1. Harga karet alam dunia

Harga karet alam dunia yang digunakan adalah harga karet alam yang

berlaku dalam perdagangan internasional. Data operasional yang digunakan

dalam penelitian ini diambil dari data yang dikeluarkan oleh BPS berdasarkan

perhitungan tahunan .

2. Harga karet sintetis

Harga karet sintetis yang digunakan adalah harga karet olahan yang

(50)

dalam penelitian ini diambil dari data yang dikeluarkan oleh BPS berdasarkan

perhitungan tahunan.

3. Nilai Tukar Yuan RRC terhadap Rupiah

Data operasional yang digunakan dalam penelitian ini diambil dari

data yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia maupun BPS berdasarkan

perhitungan tahunan.

4. GDP Riil Negara RRC

GDP Riil Negara RRC yang digunakan adalah jumlah nilai produksi

yang dinilai atas dasar harga tetap yang dihitung menggunakan tahun dasar

2000. Data operasional yang digunakan dalam penelitian ini diambil dari

sumber-sumber terkait berdasarkan perhitungan tahunan dan dinyatakan

dalam bentuk Milyar Dollar Amerika.

3. Metode Analisis Data

1. Metode Regresi Kuadrat Terkecil

Analisis data yang dilakukan dengan Metode Regresi Kuadrat

Terkecil/OLS (ordinary least square), dengan fungsi volume ekspor karet

Indonesia ke RRC = f (harga karet alam dunia, harga karet sintetis, nilai tukar

Yuan terhadap Rupiah, GDP Riil Negara RRC), maka persamaan regresi

liniernya adalah :

Volume = β0+β1HKA+β2HKS+β3NT+β4 GDPriil +e

(51)

HKA = Harga Karet Alam Dunia (US$/Ton)

HKS = Harga Karet Sintetis (US$/Ton)

NT = Nilai Tukar Yuan terhadap Rupiah (Rupiah)

GDPriil= GDP Riil Negara RRC (Milyar US $)

β0 = Konstanta regresi

βi = Koefisien Regresi

e = Variabel Pengganggu

2. Pemilihan Model Regresi

Pemilihan model regresi ini menggunakan uji Mackinnon, White and

Davidson (MWD) yang bertujuan untuk menentukan apakah model yang

akan di gunakan berbentuk linier atau log linier.

Persamaan matematis untuk model regresi linier dan regresi log linier

adalah sebagai berikut :

· Linier Î Y = β0 + β1X1+ β2 X2+ β3 X3+ β4 X4 + e

· Log Linier Î LogYt = Log β0+β1 LogX1t+β2 LogX2t+β3 LogX3t+β4

LogX4t +e

Untuk melakukan uji MWD ini kita asumsikan bahwa :

· Ho : Y adalah fungsi linier dari variabel independen X (model linier)

· H1 : Y adalah fungsi log linier dari varibel independen X (model log

(52)

Adapun prosedur metode MWD adalah sebagai berikut :

a. Estimasi model linier dan dapatkan nilai prediksinya (fitted value) dan

selanjutnya dinamai F1.

b. Estimasi model log linier dan dapatkan nilai prediksinya, dan selanjutnya

dinamai F2.

c. Dapatkan nilai Z1 = ln F1-F2 dan Z2 = antilog F2-F1

d. Estimasi persamaan berikut ini :

Y = β0 + β1X1+ β2 X2+ β3 X3+ β4 X4 + e

Jika Z1 signifikan secara statistik melalui uji t maka kita menolak

hipotesis nul dan model yang tepat untuk digunakan adalah model log

linier dan sebaliknya jika tidak signifikan maka kita menerima hipotesis

nul dan model yang tepat digunakan adalah model linier.

e. Estimasi persamaan berikut :

LogYt = Log β0+β1 LogX1t+β2 LogX2t+β3 LogX3t+β4 LogX4t + e

Jika Z2 signifikan secara statistik malalui uji t maka kita menolak hipotesis

alternatif dan model yang tepat untuk digunakan adalah model linier dan

sebaliknya jika tidak signifikan maka kita menerima hipotesis alternatif

dan model yang tepat untuk digunakan adalah model log linier. (Siti

Aisyah, 2007)

3. Uji Statistik

(53)

a. Uji t Statistik

Uji t statistik adalah pengujian variabel-variabel independen secara

individu, digunakan untuk menguji signifikansi pengaruh masing-masing

variable independen terhadap variable dependen. Langkah-langkah dalam uji t

adalah sebagai berikut :

1) Menentukan hipotesis

a) Ho : βi = 0, berarti tidak ada pengaruh masing-masing variabel

independen terhadap variabel dependen.

b) Ha : βi ≠ 0, berarti ada pengaruh masing-masing variabel independen

terhadap variabel dependen.

2) α = 5%, df = n-k

3) f(t)

H0 ditolak H0 diterima H0 ditolak

0 -tα/2 ; n-k tα/2; n-k

Gambar 3.1. Daerah Kritis Uji t

4) Melakukan perhitungan nilai t

thitung= βi/Se (βi)

(54)

Keterangan :

βi = koefisien regresi

Se (βi) = standard error koefisien regresi

5) Kriteria pengujian

· Jika nilai -ttabel < thitung < ttabel, Ho diterima berarti variabel independen

secara individual tidak berpengaruh secara signifikan terhadap variabel

dependen.

· Jika nilai ttabel > thitung atau thitung < -ttabel, Ho ditolak berarti variabel

independen secara individu berpengaruh secara signifikan terhadap

variabel dependen.

b. Uji F statistik

Pengujian ini akan memperlihatkan hubungan atau pengaruh antara

variabel independen secara bersama-sama terhadap variabel dependen.

Langkah-langkah dalam uji F adalah sebagai berikut :

1) Menentukan hipotesis

a) Ho : βi = 0, maka variabel independen secara bersama-sama tidak

mempengaruhi variabel independen.

b) Ha : βi ≠ 0, maka variabel independen secara bersama-sama

mempengaruhi variabel dependen.

(55)

3)

H0 ditolak

H0 diterima

0 Fα;k-1;n-k

Gambar 3.2. Daerah Kritis Uji F

4) Melakukan penghitungan nilai F

Nilai Fhitung =

Keterangan :

R2 = koefisien regresi

n = jumlah sampel/data

k = banyaknya parameter

5) Kriteria pengujian

· Jika Fhitung > Ftabel , maka H0 ditolak dan Ha diterima. Artinya ada

pengaruh yang signifikan dari seluruh variabel independen terhadap

variabel dependen.

· Jika Fhitung < Ftabel , maka H0 diterima dan Ha ditolak. Artinya tidak ada

pengaruh yang signifikan dari seluruh variabel independen terhadap

variabel dependen.

(56)

c. Koefisien Determinasi (R2)

R2 menjelaskan seberapa besar persentasi total variasi variabel

dependen yang dijelaskan oleh model, semakin besar R2 semakin besar

pengaruh model dalam menjelaskan variabel dependen. Nilai R2 berkisar

antara 0 sampai 1, jika R2 sebesar 1 berarti ada kecocokan sempurna,

sedangkan yang bernilai 0 berarti tidak ada hubungan antara variabel tak

bebas dengan variabel yang menjelaskan.

4. Pengujian Asumsi Klasik

Pengujian ini digunakan untuk melihat apakah model yang diteliti

akan mengalami penyimpangan asumsi klasik atau tidak, maka pengadaan

pemeriksaan terhadap penyimpangan asumsi klasik tersebut harus dilakukan:

a. Autokorelasi

Autokorelasi adalah keadaan dimana faktor-faktor pengganggu yang

satu dengan yang lain saling berhubungan. Pengujian terhadap gejala

autokorelasi dapat dilakukan dengan Lagrange Multiplier Test yang

dikembangkan oleh Bruesch-Godfrey, yakni berupa regresi atas semua

variabel bebas dalam persamaan regresi linier berganda tersebut dan variabel

lag-1 dari nilai residual regresi linier berganda. Langkah dari Lagrange

Multiplier Test adalah sebagai berikut :

1) Menentukan hipotesis

(57)

b) Ha : ρ1≠ ρ2≠....≠ ρq≠ 0 , Ada autokorelasi.

2) α = 5%, df = jumlah lag residual

3)

H0 diterima H0 ditolak

0 χ2

(α ; df)

Gambar 3.3. Daerah Autokorelasi

4) Melakukan penghitungan nilai χ2

χ2

hitung = (n-p)R2

5) Membandingkan nilai R2 dari hasil regresi tersebut dengan nilai χ2 dalam

table statistik Chi Square. Kriterianya adalah, jika :

a) Apabila nilai Obs*R square ( χ2hitung ) < χ2tabel, berarti H0 diterima,

artinya tidak ada masalah autokorelasi.

b) Apabila Obs*R square ( χ2

hitung ) > χ2tabel, berarti H0 ditolak, artinya

terjadi masalah autokorelasi.

(58)

b. Multikolinearitas

Multikolinearitas adalah adanya suatu hubungan linier yang sempurna

(mendekati sempurna) antara beberapa atau semua variabel bebas. Untuk

mengetahui ada tidaknya gejala multikolinearitas dapat dilakukan dengan

membandingkan nilai R2aux yang diperoleh dari auxiliary regression dengan

nilai R2 dari keseluruhan. Berdasarkan Klein rule of Thumbs maka dari hasil

perbandingan tersebut dapat disimpulkan bahwa jika R2 > R2aux maka tidak

terjadi gejala multikolinearitas dan jika R2 < R2aux maka terjadi gejala

multikolinearitas (Gujarati, 2003).

c. Heteroskedastisitas

Asumsi dari model regresi linier klasik adalah kesalahan penggangu

mempunyai variasi yang sama. Apabila asumsi tersebut tidak terpenuhi maka

akan terjadi heteroskedastisitas, yaitu suatu keadaan dimana variasi dari

kesalahan penggangu tidak sama untuk semua nilai variabel bebas. Terdapat

beberapa metode yang dipergunakan untuk mendeteksi heteroskedastisitas

dalam model empiris yaitu Uji Park, Uji Glejser, Uji white, Uji LM ARCH

dan Uji Breusch–Pagan–Godfrey. Pengujian heteroskedastisitas dalam

penelitian ini akan menggunakan Uji White. Langkah dari Uji White adalah

sebagai berikut :

1) Hipotesis untuk menentukan ada tidaknya heterokedastisitas.

(59)

2) α = 5%, df = jumlah regresor

3)

H0 diterima H0 ditolak

0 χ2

(α ; df)

Gambar 3.4. Daerah Heteroskedastisitas

4) Melakukan penghitungan nilai χ2

χ2

hitung = nR2

Keterangan : n = jumlah observasi

R2 = koefisien determinasi

5) Kriteria pengujian ada tidaknya heteroskedastisitas

· Jika Obs*R square ( χ2

hitung )< χ2tabel, berarti Ho tidak dapat ditolak.

Dari hasil uji White Test tersebut dapat disimpulkan bahwa tidak ada

heterokedastisitas.

· jika nilai Obs*R square ( χ2

hitung) > χ2tabel, berarti Ho dapat ditolak.

Dari hasil uji White Test tersebut dapat disimpulkan bahwa ada

heterokedastisitas.

(60)

BAB IV

ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

A. Sejarah Perkembangan Karet

Karet dikenal di Eropa sejak ditemukannya Amerika oleh Columbus.

Orang Eropa yang pertama kali menemukan dan menyelidiki karet atau elastic

gum ialah Pietro Martyre d’Angiera (1457 - 1526), dari Aragon, Leon (Spanyol).

Laporan pertama yang serius tentang produksi karet dan sistem primitive

pemrosesannya ditulis pada abad ke- 18 oleh 2 orang Prancis Charles Marie De

La Condamine dan Francois Fresneau. De La Condamine, seorang anggota

ekspedisi ilmiah yang pergi ke Amerika Selatan pada tahun 1735 melukiskan

dalam laporannya kepada akademi Prancis pada tahun 1736.

Sejak semula perkembangan industri karet tergantung bukan pada

pengetahuan kimia melainkan pada kemampuan orang menemukan metode yang

cocok untuk memanipulasi karet. Kemajuan yang penting dalam memanipulasi

karet dengan mudah terjadi pada awal abad ke – 19 dari eksperimen-eksperimen

seorang Skotlandia, Charles Macintosh (1766 – 1843) dan seorang Inggris,

Thomas Hancock (1786 – 1865 ) namun metode tersebut kurang sempurna dan

agak primitive.

Di Amerika Serikat industri karet berdiri pada akhir pengembangan

(61)

berbahan baku karet alam ( kemudian karet sintetik ) banyak didirikan pada awal

perkembangan industri kendaraan bermotor. ( Spillane, 1989)

B. Jenis-Jenis Karet

Karet atau elastromer merupakan polimer yang memperlihatkan daya

pegas, atau kemampun meregang dan kembali ke keadaan semula dengan cepat.

Ada 2 jenis karet yaitu karet alam dan karet sintetis. Setiap jenis karet ini

memiliki karakteristik yang berbeda, sehingga keberadaanya saling melengkapi.

Kelemahan karet alam bisa diperbaiki oleh karet sintetis dan sebaliknya, sehingga

kedua jenis karet tersebut tetap dibutuhkan.

1. Karet Alam

Karet alam adalah suatu polimer dari isoprene. Nama kimia dari

polimer ini adalah Cis 1,4 – poliisoprena dengan rumus umum ( C5 H8 )n.

Semakin besar harga n semakin panjang molekul karet , semakin besar berat

molekulnya, dan semakin kental. Dimana n adalah drajat polimerisasi yaitu

bilangan yang menunjukkan jumlah monomer di dalam rantai polimer. Karet

alam bila dipanasi akan menjadi lunak dan lekat dan kemudian dapat

mengalir. Karet alam sedikit larut dalam benzene. Karet alam banyak

digunakan dalam industri – industri barang. Umumnya alat-alat yang terbuat

(62)

Sesuai dengan namanya, karet alam berasal dari alam, yakni terbuat

dari getah tanaman karet. Sifat-sifat atau kelebihan karet alam adalah sebagai

berikut :

a. Daya elastisitas atau daya lentingnya sempurna.

b. Sangat plastis, sehingga mudah diolah.

c. Tidak mudah panas.

d. Tidak mudah retak.

e. Mempunyai daya aus yang tinggi

Ada beberapa jenis karet alam yang dikenal, diantaranya merupakan bahan

olahan. Bahan olahan jadi maupun setengah jadi, jenis – jenis produk karet

alam tersebut adalah sebagai berikut :

a. Bahan olah karet (lateks kebun, sheet angin, lump segar)

b. Karet alam konvensional (compo crepe, blanket crepe, off crepe)

c. Lateks pekat

d. Karet bongkah (block rubber)

e. Karet spesifikasi teknis ( crump rubber )

f. Karet siap olah (Tyre rubber)

Karet alam memiliki banyak manfaat dalam kehidupan manusia yang

diolah sesuai dengan keperluannya. Karet alam banyak digunakan dalam

industri-industri barang. Umunya alat-alat yang dibuat dari karet alam sangat

(63)

umumnya terbuat dari karet alam. Karet sering pula dipasang di pintu, kaca

pintu, kaca mobil dan di peralatan lainnya.

Disamping kelebihannya, karet alam juga memiliki kelemahan dalam

penggunaannya, Kelemahan karet alam terletak pada keterbatasannya dalam

memenuhi kebutuhan pasar. Saat pasar membutuhkan pasokan tinggi, para

produsen karet alam tidak bisa menggenjot produksinya dalam waktu singkat,

sehingga harganya cenderung tinggi.

2. Karet Sintetis

Karet sintetis sebagian besar dibuat dengan mengandalkan bahan baku

minyak bumi. Karet sintetis memiliki kelebihan seperti tahan terhadap

berbagai zat kimia dan harganya yang cenderung bisa dipertahankan supaya

tetap stabil. Bila ada pihak yang menginginkan karet sintetis dalam jumlah

tertentu, maka biasanya pengiriman atau suplai barang tersebut jarang

mengalami kesulitan. Berikut ini adalah jenis-jenis karet sintetis yang dikenal,

yaitu :

a. Karet sintetis untuk kegunaan umum

Ø SBR (styrena butadiene rubber), merupakan jenis karet sintetis yang

paling banyak digunakan. Memiliki ketahanan kikis yang baik dan

kalor atau panas yang ditimbulkan juga rendah

Ø BR (butadiene rubber), karet jenis BR lebih lemah, daya lekat lebih

Gambar

Tabel 4.14 Hasil Uji Heteroskedastisitas ...........................................................
Gambar 2.2 Fungsi Impor  ..................................................................................
   Tabel  1.1
Tabel 1.2   Perkembangan Ekspor Sektor Pertanian Indonesia tahun 1995-2007 (Juta US$)
+7

Referensi

Dokumen terkait

Ada beberapa strategi yang dapat diterapkan pengusaha dalam mengembangkan nilai tambah produk ikan asin, seperti meningkatkan produksi dan mempertahankan kualitas

Beberapa penelitian dan pengertian di atas, menunjukkan jika sarana prasarana dan kepemimpinan kepala sekolah memiliki pengaruh dalam meningkatkan prestasi belajar

Maksud dari penelitian ini adalah untuk mengetahui seberapa besar pengaruh dari adanya media internal “IntraPAS” terhadap pemenuhan kebutuhan informasi bagi

Untuk mengetahui kondisi karakter mahasiswa sebelum pelaksanaan penguasaan konten dilakukan dengan penyebaran skala psikologis karakter yang telah disebarkaan kepada

24 Tahun 2011 Tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial mengenai kewajiban mendaftarkan tenaga kerjanya ikut BPJS Ketenagakaerjaan di UMKM tenun sarung

Sehingga istilah pengobatan medis dapat disimpulkan sebagai suatu kebudayaan untuk menyelamatkan diri dari penyakit yang menggaggu hidup manusia di dasar kan

Dalam tahap ini kegiatan penyajian dilakukan berdasarkan pada pikiran internal dimana pengetahuan disajikan melalui serangkaian gambar-gambar atau grafik yang dilakukan anak,

KELIMA : Pada saat Keputusan Bupati ini mulai berlaku, Keputusan Bupati Bantul Nomor 101 E Tahun 2011 tentang Pembentukan Badan Koordinasi, Sekretariat, dan Kelompok