KARET INDONESIA KE RRC (REPUBLIK RAKYAT CINA)
TAHUN 1999-2009
SKRIPSI
Diajukan untuk Melengkapi Tugas-Tugas dan Memenuhi
Syarat-Syarat Guna Mencapai Gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Ekonomi Pembangunan pada Fakultas Ekonomi Sebelas Maret
Disusun oleh: Flora Felina Aditasari
F 0106040
JURUSAN EKONOMI PEMBANGUNAN FAKULTAS EKONOMI
commit to user
commit to user
Sebagian besar hal penting di dunia diraih oleh orang-orang yang terus
mencoba ketika tampak tak ada harapan sama sekali
(Dale Carnegie)
Setiap hari lakukan sesuatu yang membuat anda lebih dekat ke hari esok
yang lebih baik
(Doug Firebaugh)
Energi dan kegigihan menaklukkan segalanya
(Benjamin franklin)
Optimisme artinya mengharapkan yang terbaik, tapi percaya pada diri
sendiri
commit to user
v Kar ya ini aku per sembahan untuk:
© Untuk bapakke dan mamakke ter cinta, or ang tua ter hebat yang selalu ada
untukku. Ter imakasih atas semua kasih sayang, bimbingan, doa, dukungan,
per hatian, kesabar an dan penger tiannya selama ini.
© Untuk Mbah titut ter sayang, ter imakasih sudah sangat per hatian padaku.
© My sister And My br other (Maya dan Tegar ). Ter imakasih sudah menjadi
adik-adik ter baik dalam hidupku walaupun kakakmu ini belum per nah member ikan
contoh yang ter baik buat kalian. hehehe
© To my cr aziest fr iends Ndoel, Tul, Jot, Koh ter imakasih selama ini mau
melakukan hal-hal gila dan ga penting ber sama, saling mendukung disaat
salah satu dar i kita sedang menghadapi masalah. Ter imakasih untuk
per sahabatan yang begitu indah. Fighting!! Chayo!! Ganbate!!
© Untuk Fitr i Hapsar i yang sudah mau menjadi sahabatku dar i awal kita masuk
ke kampus ini sampai masa-masa akhir kita di kampus ini.
© Untuk semua teman-teman ter baikku EP Holics 06 yang sudah member ikan
per sahabatan, pengalaman, hibur an, petualangan, kekompakan dan
keber samaan. Semoga kita tidak saling melupakan satu sama lain.
© Wir a Adhi Nugr oho yang telah member ikan semua r asa dan kisah kepadaku
yang membuatku lebih bisa ber tahan dan kuat menjalani kehidupan.
© Untuk sahabat ter baikku di kost (Lele Leli, Dwi Nophe, Fir ly, Dina dan
semuanya), ter imakasih untuk semua suppor t, bantuan, per sahabatan kita
selama ini.
© Untuk semua teman yang tidak bisa disebutkan satu per satu . Matur suwun
commit to user
Puji syukur penulis panjatkan kepada ALLAH SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi ini dengan baik. Tujuan skripsi ini adalah untuk memenuhi tugas-tugas dan
syarat-syarat guna mencapai Gelar Sarjana Jurusan Ekonomi Pembangunan
Fakultas Ekonomi Sebelas Maret Surakarta. Dalam penyusunan skripsi ini penulis
telah banyak mendapatkan bantuan dan dorongan dari berbagai pihak, oleh karena
itu dengan penuh rasa hormat, penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang
sebesar-besarnya atas bantuan, dorongan, bimbingan, dan pengarahannya kepada :
1. Prof.Dr. Bambang Sutopo, M.Com.,Akt, selaku Dekan Fakultas Ekonomi
Universitas Sebelas Maret.
2. Drs. Kresna Sarosa Pribadi, M.Si, selaku Ketua Jurusan Ekonomi
Pembangunan Universitas Sebelas Maret.
3. Dr. Agustinus Suryantoro,MS selaku pembimbing skripsi yang telah
meluangkan waktu, tenaga dan pikiran untuk mengarahkan dan
membimbing penulis dari awal penulisan hingga terselesaikannya skripsi
ini.
4. Bapak Suprapto dan Ibu Ekaristi Christiani, ayah dan ibu yang selalu
mendukung dan mendoakan penulis selama masa penulisan skripsi ini.
5. Seluruh keluarga di rumah yang selalu memberikan dukungan dan doa dari
awal penulisan hingga terselesaikannya skripsi ini.
6. Seluruh sahabat dan teman yang telah membantu penulis selama masa studi
commit to user
vii
berperan selama masa studi hingga diselesaikannya penulisan skripsi ini.
Penulis menyadari skripsi ini jauh dari sempurna, oleh karena itu penulis
menerima kritik dan saran untuk skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat menjadi
karya kecil yang dapat berguna bagi kita semua.
Surakarta , Januari 2011
commit to user
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI EKSPOR KARET INDONESIA KE RRC (REPUBLIK RAKYAT CINA) TAHUN 1999-2009
Flora Felina Aditasari F 0106040
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh harga karet alam dunia, harga karet sintetis, nilai tukar yuan terhadap rupiah, dan GDP Riil Negara RRC terhadap ekspr karet Indonesia ke RRC. Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah regresi linier berganda. Data yang digunakan adalah data sekunder. Pengujian statistik meliputi uji t, uji F dan R2 (koefisien determinasi) serta uji asumsi klasik yaitu multikolinearitas, heteroskedastisitas dan autokorelasi.
Hasil analisis data menunjukkan bahwa variabel harga karet alam dunia mempunyai pengaruh negtaif dan signifikan terhadap ekspor karet Indonesia ke RRC dengan nilai probabilitas 0,0490 pada tingkat signifikansi 5%. Variabel GDP Riil RRC mempunyai pengaruh positif dan signifikan terhadap ekspor karet Indonesia ke RRC dengan nilai probabilitas sebesar 0,0042 pada tingkat signifikansi 5%. Sedangkan untuk variabel harga karet sintetis dan nilai tukar yuan terhadap rupiah tidak berpengaruh terhadap ekspor karet Indonesia ke RRC. Untuk pengujian terhadap uji asumsi klasik tidak terdapat multikolinieritas, heteroskedastisitas dan autokorelasi.
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, maka dapat dikemukakan beberapa saran sebagai berikut: Gross Domestic Product suatu Negara dapat dijadikan indikator bagi para eksportir karet Indonesia dalam menentukan sasaran pemasaran karet, sehingga diharapkan dapat meningkatkan ekspor karet Indonesia. Bagi petani maupun produsen karet agar bisa memperoleh harga karet alam yang tinggi untuk meningkatkan keuntungan dapat dilakukan dengan menekan cost, salah satunya adalah dengan meningkatkan produktifitas. Harga karet sintetis tidak berpengaruh terhadap ekspor karet Indonesia ke RRC, dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa ekspor karet Indonesia lebih dipengaruhi oleh variabel-variabel karet itu sendiri. Dan karet sintetis bukanlah barang substitusi sempurna dari karet, untuk itu pada penelitian selanjutnya perlu mencari variabel substitusi selain karet sintetis.Walaupun nilai tukar Yuan terhadap Rupiah tidak berpengaruh terhadap volume ekspor karet Indonesia ke RRC, namun kestabilan kestabilan kurs rupiah terhadap yuan harus tetap dijaga agar tidak terjadi apresiasi atau depresiasi yang menyebabkan perdagangan luar negeri kolaps.
commit to user
ix
JUDUL... .. i
HALAMAN PERSETUJUAN ... .. ii
HALAMAN PENGESAHAN ... .. iii
HALAMAN MOTTO ... iv
HALAMAN PERSEMBAHAN ... ... v
KATA PENGANTAR ... .. vi
ABSTRAKSI ... .. viii
DAFTAR ISI ... ix
DAFTAR TABEL ... xii
DAFTAR GAMBAR ... xiv
BAB I : PENDAHULUAN A.Latar Belakang ... 1
B.Rumusan Masalah ... 11
C.Tujuan Penelitian ... 12
D.Manfaat Penelitian ... 12
BAB II : TINJAUAN PUSTAKA A.Hubungan Ekonomi Internasional ... 14
B.Ekspor dan Impor ... 15
C.Arti perdagangan Internasional ... 19
D.Teori Perdagangan Internasional ... 20
1. Teori keunggulan Absolut (Adam Smith) ... 20
commit to user
4. Teori Permintaan ……….. 23
5. Elastisitas ……….. 24
E. Kebijaksanaan Ekonomi Internasional ... .. 25
1. Instrumen Kebijaksanaan Ekonomi Internasional ……… 26
2. Tujuan Kebijaksanaan Ekonomi Internasional ………... 27
F. Penelitian Terdahulu ... ... 29
G.Hipotesa ……… 33
H.Prosedur Analisis Data ………. 34
BAB III : METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis dan Sumber Data ... ... 35
B. Definisi Variabel ... ... 35
C. Metode Analisis Data ... ... 36
1. Metode Regresi Kuadrat Terkecil ………... 36
2. Pemilihan Model Regresi ... 37
3. Uji Statistik ……… 38
4. Pengujian Asumsi Klasik ……….. 42
BAB IV: ANALISIS DAN PEMBAHASAN A.Sejarah Perkembangan Karet ... .. 46
B.Jenis-Jenis Karet ... .. 47
C.Perkembangan Karet Indonesia ... .. 50
D.Kendala Pengembangan Karet Alam Indonesia ... .. 52
commit to user
xi
1. Pemilihan Model Regresi ... .. 64
2. Hasil Regresi ... .. 66
G.Analisis Statistik ... .. 67
1. Uji t (t - test) ... .. 67
2. Uji F (F Test) ... .. 69
3. Uji R2 ... .. 70
H.Analisis Ekonometrik ………... 70
1. Uji Autokorelasi... .. 70
2. Uji Multikolinieritas ... .. 71
3. Uji Heteroskedastisitas ... .. 72
BAB V: KESIMPULAN DAN SARAN A.Kesimpulan ... . 77
B.Saran ... . 79
commit to user
Tabel 1.1 Perkembangan Nilai Ekspor dan Impor Indonesia
Tahun 1982-2006 ... 3
Tabel 1.2 Perkembangan Ekspor Sektor Pertanian Indonesia Tahun 1995-2007 ... 4
Tabel 1.3 Produksi Karet Indonesia Tahun 1990-2008 ... 6
Tabel 1.4 Perkembangan Produksi Karet Alam berdasarkan Produsen Utama DuniaTahun 1980-2005 ……….. 7
Tabel 1.5 Volume dan Nilai Ekspor Impor Karet Indonesia Tahun 1999-2008 ……… 8
Tabel 1.6 Ekspor Karet Menurut Negara Tujuan Utama Tahun 2004-2008… 9 Tabel 1.7 Perkembangan Permintaan Karet Alam berdasarkan Negara Konsumen Tahun 1980-2005 ………. 9
Tabel 4.1 Perkembangan Produksi Karet Indonesia Tahun 2006-2008... 52
Tabel 4.2 Tingkat Utilitas Industri Karet/Barang dari Karet ... 55
Tabel 4.3 Ekspor Karet Indonesia ke RRC Tahun 1999-2009 ... 57
Tabel 4.4 Harga Karet Alam Dunia Tahun 1999-2009 ... 58
Tabel 4.5 Harga Karet Sintetis Tahun 1999-2009 ... 60
Tabel 4.6 Nilai Tukar Yuan terhadap Rupiah Tahun1999-2009 ... 62
Tabel 4.7 Perkembangan Gross Domestic Bruto (GDP) Republik Rakyat China Tahun 1999-2009 ... 64
commit to user
xiii
Tabel 4.10 Hasil Regresi Linear ... 66
Tabel 4.11 Hasil Uji t Statistik ... 68
Tabel 4.12 Hasil Uji Autokorelasi ... 70
Tabel 4.13 Hasil Uji Multikolinearitas ... 71
commit to user
Gambar 2.1 Fungsi Ekspor ... 17
Gambar 2.2 Fungsi Impor ... 18
Gambar 2.3 Jenis Kurva Permintaan ... 22
Gambar 3.1 Daerah ktitis Uji t ... 39
Gambar 3.2 Daerah kritis Uji F ... 41
Gambar 3.3 Daerah Autokorelasi ... 43
commit to user 1 BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Indonesia sebagai salah satu negara berkembang, menganut sistem
perekonomian terbuka dimana lalu lintas perekonomian internasional sangat
penting dalam perekonomian dan pembangunan nasional. Pembangunan ekonomi
mensyaratkan bahwa kesejahteraan penduduk harus meningkat, dan salah satu
ukuran dari peningkatan kesejahteraan tersebut adalah adanya pertumbuhan
ekonomi (Hakim, 2002).
Hubungan antara ekspor dan pertumbuhan ekonomi dalam waktu
belakangan ini sudah menjadi perhatian berbagai kalangan. Ekspor merupakan
agregat output yang sangat dominan dalam perdagangan internasional. Suatu
negara tanpa adanya jalinan kerjasama dengan negara lain akan sulit untuk
memenuhi kebutuhannya sendiri.
Pengutamaan ekspor bagi Indonesia sudah digalakkan sejak tahun 1983.
Semenjak saat itu ekspor menjadi perhatian dalam memacu pertumbuhan
ekonomi seiring dengan berubahnya strategi industrialisasi dari penekanan pada
industri substitusi impor ke industri promosi ekspor. Ekspor memiliki peran yang
penting dalam waktu-waktu mendatang, apalagi dengan digulirkannya
perundingan-perundingan WTO menuju perdagangan dunia tanpa hambatan
Ekspor merupakan salah satu faktor yang penting dalam pembangunan,
ekspor bukan saja sebagai sumber penghasil devisa dan untuk memperbaiki
neraca pembayaran, tetapi juga dapat memotivasi dan menumbuhkembangkan
kegiatan perekonomian dalam negeri. Ekspor di Indonesia dibagi menjadi dua
bagian, yang pertama ekpor minyak dan gas bumi (migas) dan yang kedua adalah
ekspor non migas (pertanian, perkebunan, perikanan, dan hasil kerajinan lainnya).
Pada tahun 1973-1982 sektor migas menjadi sektor tumpuan ekspor di
Indonesia dan tumpuan utama dalam sumber pembiayaan pembangunan, karena
pada saat itu perekonomian Indonesia mengalami zaman keemasan minyak akibat
gejolak eksternal berupa kenaikan harga minyak yang sangat tinggi di pasar dunia
yang dapat dinyatakan sebagai titik awal terciptanya angka pertumbuhan yang
relatif tinggi, dimana rata-rata mencapai 7,37% setahun (Hidayat Amir, 2004).
Sehingga kontribusi terhadap pendapatan nasional jelas besar pengaruhnya.
Namun jika kita hanya mengandalkan sektor migas saja hal tersebut sangat riskan.
Karena sektor migas adalah sektor yang memanfaatkan kekayaan alam yang
sangat sulit untuk diperbaharui.
Adanya pergeseran dominan dari ekspor sektor migas ke arah sektor non
migas merubah pola struktur ekspor Indonesia. Dimana ekspor non migas dari
tahun ke tahun mengalami peningkatan. Pertumbuhan ekspor Indonesia dapat
dilihat dari tabel di bawah ini yang menggambarkan perbandingan antara ekspor
Tabel 1.1
Perkembangan Nilai Ekspor dan Impor Indonesia tahun 1982-2006 ( juta US $ ) Sumber : Badan Pusat Statistik, 2007
Perkembangan ekspor Indonesia dari tahun 1985-2006 menunjukkan
peningkatan. Pada tahun 1985-1987 ekspor sektor non migas masih lebih tinggi
dibandingkan ekspor sektor non migas. Namun pada tahun 1988 ekspor sektor
non migas mengalami peningkatan sebesar 2957,3 juta US$. Sedangkan ekspor
sektor migas mengalami penurunan sebesar 874,4 juta US$. Pada tabel di atas
nilai ekspor non migas. Dimana ekspor non migas cenderung mengalami
peningkatan setiap tahunnya. Sedangkan ekspor sektor migas cenderung stabil
atau tidak mengalami penurunan maupun peningkatan yang signifikan .
Bagian dari sektor nonmigas yang cukup berperan dalam peningkatan
nilai ekspor Indonesia adalah sektor pertanian. Sektor Pertanian yang didalamnya
terdapat subsektor perkebunan dan perikanan terus mengalami peningkatan dalam
hal produksi selama beberapa tahun terakhir, terutama komoditas perkebunan
utama seperti kelapa sawit, karet dan kakao. Peningkatan produksi tersebut juga
diikuti dengan peningkatan ekspor komoditi perkebunan dan sektor pertanian
pada umumnya.
Tabel 1.2
Perkembangan Ekspor Sektor Pertanian Indonesia tahun 1995-2007 (Juta US$)
Secara kumulatif nilai ekspor pertanian tetap menunjukkan pertumbuhan,
dengan rata-rata pertumbuhan mencapai 2,8 persen. Meskipun berfluktuasi dan
share-nya terhadap ekspor nonmigas menurun. Kecilnya share sektor pertanian
tidak bisa dijadikan patokan kalau sektor ini menjadi tulang punggung
sektor-saktor lainnya. Pertumbuhan ekspor sektor pertanian (Tabel 1.2) didorong
terutama oleh subsektor perkebunan yang masih mendominasi dari produksi dan
pendapatan. Subsektor perkebunan memiliki beberapa komoditas unggulan antara
lain komoditas kelapa sawit, Soybean oil, karet alam, dan kakao, komoditas ini
dianggap sebagai komoditas andalan Indonesia yang masih berpeluang dan
mampu bersaing dalam pasar internasional (Business Week, 2006).
Indonesia merupakan salah satu negara produsen karet alam terbesar di
dunia disamping Malaysia dan Thailand. Karet merupakan komoditas ekspor
yang mampu mengharumkan nama Indonesia di pentas perdagangan
internasional. Komoditas ini juga memberikan kontribusi dalam upaya
meningkatkan devisa negara. Keunggulan Indonesia dalam peningkatan produksi
karet untuk yang masa yang akan datang adalah pada masih tersedianya lahan
tropis yang cukup besar yang sesuai untuk penanaman pohon karet. Produksi
karet di Malaysia dan Thailand terus mengalami penurunan karena kebijakan
Tabel 1.3
Produksi karet Indonesia baik produksi perkebunan swasta, perkebunan
pemerintah maupun perkebunan rakyat terus mengalami peningkatan. Periode
tahun 1990-2008 produksi karet Indonesia setiap tahunnya tumbuh rata-rata
sebesar 5,26 persen dengan rata-rata produksi mencapai 1.787.102 ton pertahun.
produksi karet Indonesia dengan beberapa negara penghasil karet di dunia dapat
dilihat pada tabel 1.4 sebagai berikut :
Tabel 1.4
Perkembangan Produksi Karet Alam berdasarkan Produsen Utama Dunia, Tahun 1980-2005
Negara Produsen
Produksi (000 Ton), Tahun Pertumbuhan/tahun (%) 1985 1990 2000 2005 1980-1990 1990-2000 2000-2005 Sumber : International Rubber Study Group (IRSG)
Produksi karet Indonesia dari tahun 1980 sampai dengan tahun 2005 terus
mengalami pertumbuhan. Tingginya tingkat produksi ini pada dasarnya
menyimpan potensi pendapatan yang cukup besar baik dari dalam negeri maupun
luar negeri melalui ekspor.
Seperti diketahui, hampir sebagian besar konsumsi karet dunia adalah
negara-negara non penghasil karet, sehingga sebagian besar pasar ekspor karet
ditujukan untuk pasar internasional. Indonesia sebagai salah satu negara produsen
karet terbesar juga mengekspor karetnya keluar negeri (lebih dari 90 persen
produksi karet alam ditujukan untuk ekspor), pada tabel 1.5 dapat dilihat
Tabel 1.5
Volume dan Nilai Ekspor Impor Karet Indonesia Tahun 1999-2008
Tahun Ekspor
Volume (Ton) Nilai (000 US $) 1999 1,494,543 849,200 2000 1,379,612 888,623 2001 1,453,382 786,197 2002 1,495,987 1,037,562 2003 1,662,210 1,494,811 2004 1,874,261 2,180,029 2005 2,024,593 2,582,875 2006 2,286,897 4,321,525 2007 2,407,972 4,868,700 2008 2,283,154 6,023,296 Sumber : Dinas Perdagangan, 2010
Ekspor Karet Indonesia periode tahun 1999 sampai tahun 2008 terus
mengalami peningkatan. Dari ekspor karet keluar negeri, Indonesia paling tidak
mendapatkan tambahan penerimaan mencapai 2,503,281,800 US$ pertahun.
Diantara beberapa negara tujuan utama ekspor karet Indonesia seperti Jepang,
Singapura, Amerika Serikat, RRC, Jerman dan lainnya. RRC merupakan salah
Tabel 1.6
Ekspor Karet Menurut Negara Tujuan Utama Tahun 2004-2008
(dalam Metrik Ton)
Negara Tujuan 2004 2005 2006 2007 2008 2009 Amerika 627868 669120 590947 644270 622167 394307
Jepang 225214 260604 357828 397776 400693 272878 China 197536 249791 337223 341821 318841 457118 Singapura 85591 115084 136124 161255 151260 100165 Korea Selatan 76794 74813 90640 93091 106460 99548 Belgia&Luksemburg 44992 34939 42513 41692 31573 17010 Kanada 70566 71769 66045 53628 59163 51210 Brasil 58836 55016 48360 65749 77066 58507 Jerman 71808 61974 82100 80809 57705 36639 Belanda 24549 28304 27372 21869 27126 37211 Perancis 30969 32144 42989 48197 46380 30083 Lainnya 359538 370223 463856 456619 397022 436587 Sumber :Badan Pusat Statistik, 2010
Tabel 1.7
Perkembangan Permintaan Karet Alam berdasarkan Negara Konsumen, Tahun 1980-2005
Negara Konsumen
Konsumsi (000 Ton), Tahun Pertumbuhan/tahun (%) 1985 1990 2000 2005 1980-1990 1990-2000 2000-2005 Sumber: International Rubber Study Group (IRSG).
Sekarang ini konsumsi karet dunia semakin meningkat. Pertumbuhan
ekonomi dunia yang pesat sepuluh tahun terakhir, terutama di RRC ( Republik
India, Korea Selatan, dan Brasil, menyebabkan permintaan karet alam tumbuh
cukup tinggi. Sebaliknya, permintaan karet dari negara-negara industri maju,
seperti Amerika Serikat, Eropa, Jepang relatif stagnan.
Pada 2004, Indonesia mampu mengekspor sekitar 2,066 juta ton karet
alam. Jumlah ini naik ketimbang tahun sebelumnya yang hanya 1,8 juta ton. Pada
2005, ekspornya meningkat lagi menjadi 2,2 juta ton. Permintaan ekspor karet
Indonesia paling banyak memasarkan produk karetnya ke Amerika Serikat,
Jepang, dan Jerman, ke depan, RRC diharapkan bisa menjadi salah satu Negara
tujuan utama ekspor karet Indonesia.
Selama 2004, ekspor karet Indonesia ke RRC meningkat signifikan
menjadi 107.000 ton. Padahal selama 2002, ekspor karet ke negara itu baru
46.000 ton. Permintaan RRC akan karet ini diprediksi akan terus tumbuh hingga
tahun 2020 (Ekspor, 2007). Dengan meningkatnya permintaan RRC terhadap
karet maka akan berpengaruh terhadap ekspor karet dari Indonesia. Sehingga
diperlukan studi khusus yang mendalam khususnya tentang faktor-faktor yang
mempengaruhi ekspor karet dari Indonesia.
Dengan adanya pemasalahan ini maka penulis tertarik untuk mengadakan
penelitian tentang ekspor karet Indonesia ke RRC (Republik Rakyat Cina) dan
fakor-faktor yang mempengaruhinya dengan Judul “Faktor-Faktor Yang
Mempengaruhi Ekspor Karet Indonesia Ke RRC (Republik Rakyat Cina)
B. Rumusan Masalah
Sebagaimana yang telah diuraikan diatas, sangat menarik untuk
mengamati dan mengembangkan lebih lanjut mengenai faktor-faktor yang
mempengaruhi ekspor karet Indonesia ke RRC, maka permasalahan dalam
penelitian ini adalah :
1. Bagimanakah pengaruh harga karet alam dunia terhadap volume ekspor karet
alam Indonesia ke RRC ?
2. Bagaimanakah pengaruh harga karet sintetis terhadap volume ekspor karet
alam Indonesia ke RRC ?
3. Bagaimanakah pengaruh nilai tukar Yuan RRC terhadap Rupiah terhadap
terhadap volume ekspor karet alam Indonesia ke RRC ?
4. Bagimanakah pengaruh GDP Riil Negara RRC terhadap volume ekspor karet
alam Indonesia ke RRC ?
5. Bagaimanakah pengaruh variabel-variabel independen (harga karet alam dunia,
harga karet sintetis, GDP Riil Negara RRC, nilai tukar Yuan RRC terhadap
Rupiah) terhadap variabel dependennya (volume ekspor karet alam Indonesia
ke RRC) ?
Penelitian ini hanya dibatasi pada permintaan ekspor karet dari Indonesia
ke RRC dalam kurun waktu dari tahun 1999 – 2009. Sebagai variabel
dependennya yaitu volume ekspor karet Indonesia dan sebagai variabel
sintetis, nilai tukar mata uang Yuan terhadap Rupiah, dan GDP Riil Negara
RRC.
C. TUJUAN PENELITIAN
Berdasarkan identifikasi masalah yang telah dipaparkan sebelumnya ,
maka tujuan dari penelitian ini adalah :
1. Untuk menganalisis pengaruh dari harga karet dunia terhadap volume ekspor
karet alam Indonesia ke RRC.
2. Untuk menganalisis pengaruh dari harga karet sintetis terhadap volume ekspor
karet alam Indonesia ke RRC.
3. Untuk menganalisis pengaruh nilai tukar Yuan RRC terhadap Rupiah terhadap
volume ekspor karet alam Indonesia ke RRC.
4. Untuk menganalisis pengaruh GDP Riil Negara RRC terhadap volume ekspor
karet alam Indonesia ke RRC.
5. Untuk menganalisis ada tidaknya pengaruh dari variabel-variabel independen
terhadap variabel dependennya.
D. Manfaat Penelitian
Manfaat yang ingin diperoleh dari penelitian ini, yaitu:
1. Hasil penelitian diharapkan dapat menjadi masukan dan dasar hasil penelitian
diharapkan dapat menjadi masukan dan dasar pertimbangan bagi pemerintah
2. Menambah khasanah keilmuwan/literatur di bidang ilmu ekonomi terutama
perdagangan internasional.
3. Sebagai bahan pembanding dan referensi bagi pembaca yang tertarik untuk
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Hubungan Ekonomi Internasional
Hubungan ekonomi internasional berbeda dari hubungan ekonomi
antarregional (yaitu hubungan ekonomi di antara berbagai wilayah negara yang
sama), sehingga memerlukan peralatan analisis yang sedikit berbeda dan
menganggap ekonomi internasional sebagai bagian yang berbeda dari ilmu
ekonomi. Artinya, setiap Negara selalu menerapkan beberapa pembatasan
(restriksi) terhadap arus barang, jasa, serta berbagai macam faktor produksi yang
akan melintasi batas negaranya. Hal tersebut tidak dilakukan secara internal.
Selain itu, arus internasional sedikit banyak dipemgaruhi oleh
perbedaan-perbedaan bahasa, adat istiadat, serta hokum yang berlaku di masing-masing
Negara. Selanjutnya, arus barang, jasa, dan sumber daya secara internasional juga
akan menimbulkan pembayaran dan penerimaan dalam bentuk mata uang asing,
yang nilainya selalu berubah sepanjang waktu(Salvatore, 1997).
Ekonomi internasional berbeda dengan ekonomi interregional (antar
daerah dalam satu negara). Ekonomi internasional menyangkut beberapa negara
dimana :
a. Mobilitas faktor produksi seperti tenaga kerja dan modal realtif lebih
b. Sistem keuangan, perbankan, bahasa, kebudayaan serta politik yang
berbeda
c. Faktor-faktor produksi yang dimiliki (factor endowment) berbeda
sehingga dapat menimbulkan perbedaan harga barang yang dihasilkan.
B. Ekspor dan Impor
1. Ekspor
Definisi ekspor adalah pengiriman barang dagangan keluar negeri
melalui pelabuhan di seluruh wilayah Republik Indonesia, baik bersifat
komersial maupun bukan komersial. Menurut departemen perindustrian dan
perdagangan yang dimaksud dengan ekspor adalah kegiatan mengeluarkan
barang dari daerah pabean, sementara eksportir adalah perusahaan atau
perorangan yang melakukan kegiatan ekspor. Daerah pabean adalah wilayah
Republik Indonesia yang meliputi wilayah darat, perairan, dan ruang udara di
atasnya, serta tempat-tempat tertentu di zona ekonomi eksklusif dan landasan
kontinen yang di dalamnya berlaku Undang-undang nomor 10 tahun 1995
tentang kepabeanan.
Ekspor yang akan dilakukan sebuah negara tergantung pada banyak
factor. Suatu negara dapat mengekspor barang-barang yang dihasilkannya ke
negara-negara lain apabila barang-barang tersebut diperlukan di negara-negara
lain dan mereka tidak dapat menghasilkan sendiri barang-barang tersebut.
Misalnya ekspor karet, timah, minyak kelapa sawit dan kayu hutan ke Jepang
mereka butuhkan, dan negara-negara tersebut tidak dapat menghasilkan
sendiri barang seperti itu. Sebaliknya, Indonesia mengimpor
barang-barang modal dan berbagai jenis barang-barang untuk keperluan pengembangan
berbagai jenis indsutri karena Indonesia belum mampu memproduksikan
barang-barang tersebutdengan mutu yang sebaik seperti yang dapat diperoleh
dari negara-negara yang lebih maju.
Namun faktor di atas bukanlah faktor terpenting yang menentukan
besarnya ekspor suatu Negara. Faktor yang lebih penting lagi adalah
kemampuan dari negara tersebut untuk memproduksikan barang-barang yang
dapat bersaing di pasaran luar negeri. Artinya, mutu dan harga barang
produksi dalam negeri itu haruslah paling sedikit sama baiknya dengan yang
diperjualbelikan dalam pasaran luar negeri. Makin banyak jenis barang yang
mempunyai keistimewaan yang dihasilkan oleh suatu negara, makin besar
ekspor yang dapat dilakukan negara tersebut.
Ekspor adalah salah satu komponen pengeluaran agregat, oleh sebab
itu ekpor dapat mempengaruhi tingkat pendapatan nasional yang akan dicapai.
Apabila ekspor bertambah, pengeluaran agregat bertambah tinggi dan
selanjutnya akan menaikkan pendapatan nasional. Akan tetapi sebaliknya
pendapatan nasional tidak dapat mempengaruhi ekspor. Ekspor belum tentu
bertambah apabila pendapatan nasional bertambah, atau ekspor dapat
fungsi pengeluaran pemerintah. Fungsi ekspor di atas digambarkan dalam
gambar berikut (Sukirno, 2002) :
Tingkat bunga
X2
Pertambahan ekspor X0
Pengurangan ekspor X1
0 pendapatan nasional
Gambar 2.1. Fungsi Ekspor
2. Impor
Sedangkan yang dimaksud dengan impor adalah pengiriman barang
dagangan dari luar negeri ke pelabuhan di seluruh wilayah Republik
Indonesia kecuali wilayah bebas yang dianggap luar negeri, yang bersifat
komersial maupun yang bersifat non komersial. Dalam keputusan menteri
perindustrian dan perdagangan No 550/MPP/Kep/10/1999 pada point
ketentuan umum disebutkan, yang dimaksud dengan impor adalah kegiatan
memasukkan barang ke daerah pabean Indonesia. Antara Negara-negara
eksportir dan Negara importir masing-masing memiliki UU dan peraturan bea
cukai yang berbeda antara satu Negara dengan Negara lainnya.
Besarnya impor yang dilakukan suatu negara antara lain ditentukan
negara-negara lain untuk bersaing dengan barang-barang yang dihasilkan di
negara itu. Apabila barang-barang dari luar negeri mutunya lebih baik, atau
harganya lebih murah, daipada barang-barang yang sama yang dihasilkan di
dalam negeri, maka akan terdapat kecenderungan bahwa negara tersebut akan
mengimpor lebih banyak barang dari luar negeri. Akan tetapi apakah
kecenderungan tersebut akan terjadi atau tidak, masih tergantung kepada
kesanggupan penduduk negara itu membayar impor tersebut. Ini berarti
bahwa besarnya impor lebih dipengaruhi oleh besarnya pendapatan nasional
daripada oleh kemampuan barang-barang luar negeri untuk bersaing dengan
barang-barang produksi dalam negeri. oleh sebab itu dalam analisis
makroekonomi, impor mempunyai cirri-ciri, yaitu semakin besar tingkat
pendapatan nasional, semakin besar pula nilai impor. Hal ini ditunjukkan
dalam gambar berikut (Sukirno, 2002) :
impor
Pendapatan nasional
Kenaikan impor
Pengurangan impor
0
M0
M1
C. Arti Perdagangan Internasional
Dapat didefinisikan terdiri dari kegiatan-kegiatan perniagaan dari suatu
negara asal yang melintasi perbatasan menuju suatu negara tujuan yang dilakukan
oleh perusahaan multinasional corporation untuk melakukan perpindahan barang
dan jasa, perpindahan modal, perpindahan tenaga kerja, perpindahan tekhnologi
(pabrik) dan perpindahan merek dagang. Robbock membahas “Perdagangan
Internasional” dari sudut pandang manajemen dan memerinci kegiatan-kegiatan
perdagangan sebagai berikut (Waluya, 1995) :
· Perdagangan Internasional terjadi melalui perpindahan barang-barang,
perpindahan jasa-jasa dari satu negara ke negara lain yang disebut transfer
of good and services.
· Perdagangan Internasional juga melewati perpindahan modal yaitu
masuknya investasi asing dari luar negeri yang disebut transfer ofcapital.
· Tenaga kerja juga merupakan objek dalam Perdagangan Internasional.
Dalam Perdagangan Internasional transfer of labour mendorong masuknya
tenaga-tenaga ahli dan tenaga teknisi dari luar negeri. Pada kenyataannya,
unskilled labor dapat juga memperoleh pekerjaan di luar negeri.
· Perdagangan Internasional dapat dilakukan melalui transfer of technology
· Keberhasilan dari suatu Perdagangan Internasional tergantung dari transfer
of data dan informasi terutama dalam penyampaian informasi tentang
kepastian tersedianya bahan baku dan pangsa pasar.
D. Teori Perdagangan Internasional
1. Teori Keunggulan Absolut (Adam Smith)
Menurut Adam Smith, perdagangan antara dua negara didasarkan pada
keunggulan absolut (absolut advantage). Jika sebuah negara lebih efisien
daripada (atau memiliki keunggulan absolut terhadap) negara lain dalam
memproduksi sebuah komoditi, namun kurang efisien dibanding (atau
memiliki kerugian absolut terhadap) negara lain dalam memproduksi
komoditi lainnya, maka kedua negara tersebut dapat memperoleh keuntungan
dengan cara masing-masing melakukan spesialisasi dalam memproduksi
komoditi yang memiliki keunggulan absolut, dan menukarkannya dengan
komoditi lain yang memiliki kerugian absolut(Salvatore,1997).
Bahwa setiap negara akan memperoleh manfaat perdagangan
internasional karena melakukan spesialisasi produksi dan mengekspor barang
jika negara tersebut memiliki keunggulan mutlak, serta mengimpor barang
jika negara tersebut memiliki ketidakunggulan mutlak (Hady, 2001). Teori
advantage ini didasarkan kepada beberapa asumsi pokok antara lain:
· Faktor produksi yang digunakan hanya tenaga kerja saja.
· Pertukaran dilakukan secara barter atau tanpa uang.
· Biaya transpor ditiadakan.
2. Teori Keunggulan Komparatif
Teori keunggulan absolut dari Adam Smith memiliki kelemahan yang
akhirnya disempurnakan oleh David Ricardo dengan teori comparative
advantage atau keunggulan komparatif, baik secara cost comparative (labor
efficiency) maupun production comparative (labor productivity).
Menurut teori cost comparative (labor efficiency), suatu negara akan
memperoleh manfaat dari perdagangan internasional jika melakukan
spesialisasi produksi dan mengekspor barang dimana negara tersebut dapat
berproduksi relatif lebih efisien serta mengimpor barang dimana Negara
tersebut berproduksi relatif kurang/tidak efisien.
Sedangkan menurut Production comparative advantage (labor
productivity), suatu negara akan memperoleh manfaat dari perdagangan
internasioanal jika melakukan spesialisasi produksi dan mengekspor barang
dimana negara tersebut dapat berproduksi relatif lebih produktif serta
mengimpor barang dimana negara tersebut berproduksi relatif kurang/tidak
(Hady, 2001).
3. Teori Heckser-Ohlin (H-O)
Negara-negara yang memiliki faktor produksi relatif banyak/murah
mengekspor barangnya. Sebaliknya, masing-masing negara akan mengimpor
barang tertentu jika negara tersebut memiliki faktor produksi yang relative
langka/ mahal dalam memproduksinya.
Dalam analisisnya, teori H-O menggunakan dua kurva yaitu, kurva
Isocost, kurva yang menggambarkan total biaya produksi yang sama dan
kurva Isoquant, yaitu kurva yang menggambarkan total kuantitas produk yang
sama (Hady, 2001).
4. Teori Permintaan
Permintaan adalah keinginan yang disertai dengan kesediaan serta
kemampuan untuk membeli barang yang bersangkutan. Hukum permintaan
berbunyi ”Jika harga naik, maka jumlah output yang diminta akan turun,
demikian pula sebaliknya” (Suherman, 1996).
Kurva permintaan (demand curve) adalah sebuah grafik yang memuat
hubungan antara harga sebuah barang dengan kuantitas yang diminta
(Mankiw, 2001). Dalam analisis permintaaan, kurva permintaan mungkin
berbentuk (a) garis lurus, (b) cembung terhadap titik nol, atau (c) cekung
terhadap titik nol (Suherman,1996).
(a)
harga
P P
D D
0 0
harga
(c)
Ada beberapa hal yang dapat menggeser kurva permintaan tiga
diantaranya adalah (yang paling dominan):
a. Tingkat pendapatan masyarakat (income).
Semakin besarnya pendapatan selalu berarti semakin besarnya
permintaan. Jika terjadi kenaikan pendapatan masyarakat, maka kurva
permintaan akan bergeser ke kanan. Namun apabila terjadi penurunan
pendapatan masyarakat, maka kurva permintaan akan bergeser ke kiri.
b. Cita rasa atau selera masyarakat terhadap barang itu (taste).
Cita rasa atau selera masyarakat terhadap segala sesuatu itu pada
lazimnya akan senantiasa berubah dari waktu ke waktu. Selera
menggambarkan bermacam macam pengaruh budaya dan sejarah. Selera
mungkin mencerminkan kebutuhan psikologis dan fisiologis sejati, selera
mungkin mencakup kecanduan yang terjadi secara artifisial dan selera
mungkin juga mengandung sebuah unsur yang kuat dari tradisi atau agama
(Samuelson, 2004)
Jumlah yang diminta
P
C
Gambar 2.3. Jenis kurva permintaan
D
c. Harga barang lain yang berkaitan (prices of related commodities).
Kenaikan harga barang subtitusi akan menggeser kurva permintaan
ke kanan, dan penurunan harga barang subtitusi akan menggeser kurva
permintaan kekiri. Sedangkan kenaikan harga barang komplementer akan
menggeser kurva permintaan kekiri dan penurunan harga barang
komplementer akan menggeser kurva permintaan kekanan.
5. Elastisitas
Elastisitas sering juga disebut Ukuran Derajat Kepekaan. Beberapa
macam konsep elastisitas yang berhubungan dengan permintaan (Mankiw,
2001) :
a. Elastisitas harga
Elastisitas harga adalah mengukur seberapa banyak kuantitas
permintaan atas suatu barang berubah mengikuti perubahan harga barang
tersebut. Ukuran ini dinyatakan sebagai persentase perubahan kuantitas
yang diminta dibagi persentase perubahan harga. Berdasar pengamatan
ada beberapa asas umum yang dapat di kedepankan sebagai hal-hal yang
menentukan elastisitas harga dari permintaan yaitu :
· Kebutuhan versus kemewahan
· Ketersediaan subtitusi
· Definisi pasar
b. Elastisitas harga silang
Elastisitas harga silang yaitu ukuran untuk menentukan seberapa
besar perubahan kuantitas yang diminta untuk suatu barang ketika harga
barang lainnya berubah. Dirumuskan sebagai persentase perubahan
kuantitas yang diminta dari barang 1 dibagi dengan persentase perubahan
harga dari barang 2. Positif atau negatifnya nilai elastisitas harga silang ini
tergantung pada apakah kedua barng tersebut subtitusi atau komplemen.
c. Elastisitas pendapatan
Elastisitas pendapatan yaitu ukuran yang menunjukkan seberapa
banyak jumlah permintaan atas suatu barang berubah mengikuti
perubahan pendapatan konsumen. Ukuran ini dinyatakan sebagai
persentase perubahan kuantitas yang diminta dibagi persentase perubahan
pendapatan.
E. Kebijaksanaan Ekonomi Internasional
Dalam arti luas kebijaksanaan ekonomi internasional adalah
tindakan/kebijaksanaan ekonomi pemerintah, yang secara langsung maupun tidak
langsung mempengaruhi komposisi, arah serta bentuk daripada perdagangan dan
pembayaran internasional. Kebijaksanaan ini tidak hanya berupa tarif, quota dan
sebagainya, tetapi juga meliputi kebijaksanaan pemerintah di dalam negeri yang
secara tidak langsung mempunyai pengaruh terhadap perdagangan serta
pembayaran internasional seperti misalnya kebijaksanaan moneter dan fiskal.
tindakan/kebijaksanaan ekonomi pemerintah yang secara langsung mempengaruhi
perdagangan dan pembayaran internasional.
1. Instrumen kebijaksanaan ekonomi internasional
Instrumen kebijaksanaan ekonomi Internasional meliputi (Nopirin, 1995) :
a. Kebijaksanaan perdagangan internasional
Kebijaksanaan perdagangan internasional mencakup tindakan
pemerintah terhadap rekening yang sedang berjalan (current account)
dalam neraca pembayaran internasional, khususnya tentang ekspor dan
impor barang/jasa. Jenis kebijaksanaan ini misalnya tarif terhadap impor,
bilateral trade agreemant, state trading, dan sebagainya.
b. Kebijaksanaan pembayaran internasional
Kebijaksanaan pembayaran internasional meliputi
tidakan/kebijaksanaan pemerintah terhadap rekening modal (capital
account) dalam neraca pembayaran internasional yang berupa pengawasan
terhadap pembayaran internasional. Hal ini dapat dilakukan misalnya
dengan pengawasan terhadap lalu lintas devisa (exchange control), atau
pengaturan/pengawasan lalu lintas modal jangka panjang.
c. Kebijaksanaan bantuan luar negeri
Kebijaksanaan bantuan luar negeri adalah tindakan/kebijaksanaan
pemerintah yang berhubungan dengan bantuan (grants), pinjaman(loans),
2. Tujuan Kebijaksanaan Ekonomi Internasional
Secara umum dapat disebutkan bahwa tujuan kebijaksanaan ekonomi
internasional adalah sebagai berikut ( Nopirin, 1995) :
a. Autarki
Tujuan ini sebenarnya bertentangan dengan prinsip perdagangan
internasional. Tujuan autarki bermaksud untuk menghindarkan dari
pengaruh-pengaruh negara lain baik pengaruh ekonomi, politik atau
militer.
b. Kesejahteraan (welfare)
Tujuan ini bertentangan dengan tujuan untuk autarki diatas.
Dengan mengatakan perdagangan internasional suatu negara akan
memperolaeh keuntungan dari adanya spesialisasi. Oleh karena itu, untuk
mendorong adanya perdagangan internasional maka halangan-halangan
dalam perdagangan internasional (tarif, quota, dan sebagainya)
dihilangkan atau paling tidak dikurangi. Hal ini berarti harus ada
perdagangan bebas.
c. Proteksi
Tujuan ini untuk melindungi industri dalam negeri dari persaingan
barang impor. Hal ini, misalnya dapat dijalankan dengan tarif, quota dan
d. Keseimbangan neraca pembayaran
Apabila suatu negara itu mempunyai kelebihan cadangan valuta
asing maka kebijaksanaan pemerintah untuk mengadakan stabilisasi
ekonomi dalam negeri akan tidak banyak menimbulkan problem neraca
pembayaran internasionalnya. Tetapi sangat sedikit negara yang
mempunyai posisi demikian. Terutama negara-negara yang sedang
berkembang posisi cadangan valuta asingnya lemah, memaksa pemerintah
negara-negara tersebut untuk mengambil kebijaksanaan ekonomi
internasional guna menyeimbangkan neraca pembayaran inetrnasionalnya.
Kebijaksanaan ini umumnya berbentuk pengawasan devisa (exchange
control). Pengawasan devisa tidak hanya mengatur/mengawasi lalu lintas
barang tetapi juga modal.
e. Pembangunan ekonomi
Untuk mencapai tujuan ini pemerintah dapat mengambil
kebijaksanaan seperti misalnya :
· Perlindungan terhadap industri (infant industries)
· Mengurangi impor barang konsumsi yang nonessensial dan
mendorong impor barang-barang yang essensial.
· Mendorong ekspor dan sebagainya
Kesemuanya ini untuk mengarahkan perkembangan perdagangan
F. Penelitian Terdahulu
Michael Learner dan Thomas Stern (1989) menyeburtkan banyak faktor
yang mempengaruhi besarnya permintaan terhadap barang ekspor. Sesuai dengan
teori permintaan, besarnya barang ekspor yang diminta sangat dipengaruhi oleh
tingkat pendapatan, harga barang, dan barang yang lain, keadaan ini dituliskan :
M = (Pm, Py, Y)
dimana :
M = jumlah barang yang diimpor
Pm = tingkat harga yang diimpor
Py = harga barang yang lain
Y = tingkat pendapatan negara pengimpor
Jumlah barang yang diimpor oleh suatu negara sebenarnya tidak hanya
ditentukan oleh ketiga variabel di atas. Pemilihan variabel independen dalam
suatu model permintaan dan penawaran terhadap suatu barang ekspor sangat
tergantung pada tujuan suatu hipotesis yang diajukan dalam penelitian.
Dalam tulisan yang sama Learner dan Stern mengemukakan beberapa
variabel independen lain yang juga mempengaruhi besarnya permintaan barang
ekspor seperti kemampuan penawaran terhadap suatu barang dari negara yang
melakukan impor barang yang sama, tingkat pendapatan negara pengimpor
dalam GNP dan GDP riil, variabel waktu, faktor kebijaksanaan pemerintah atau
perekonomian yang diterangkan oleh variabel dummy, nilai tukar atau
Moshin S Khan (1974) telah melakukan penelitian tentang impor di !5
negara berkembang yang umum diasumsikan tertentu oleh kekuatan non pasar
(non market forces) tidak sepenuhnya benar. Model yang digunakan pada
penelitian ini dalam bentuk logaritma adalah sebagai berikut :
Log Mt = ao + a1 log(Pmt/PDt)+a2 log Yt+Ut
dimana :
Mt = kuantitas impor pada periode t
PMt = nilai per unit impor di negara i pada periode t
PDt = tingkat harga dalam negeri di negara i pada periode t
Yt = pendapatan domestik bruto
Ut = kesalahan pengganggu
a1<0, a2>0
Alat analisis yang digunakan adalah model dinamis PAM sebagai model
ketidakseimbangan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa elastisitas harga
permintaan barang impor dengan model keseimbangan mempunyai pengaruh
yang signifikan pada derajat keyakinan 5% terhadap permintaan impor di 11
negara. Di antaranya Brasil, Kolumbia, Equador, India, Pakistan, Peru, Philipina,
Srilanka, Turki dan Uruguay, kecuali Kolumbia dan Pakistan yang elastisitasnya
cukup kecil. Sedangkan perubahan pendapatan punya pengaruh yang berarti
untuk sembilan negara. Selain itu untuk negara Equador, Ghana, Pakistan, dan
Pada model keseimbangan jangka pendek, elastisitas harga juga
signifikan di negara Brazil, Kolumbia, Kostarika, Equador, Pakistan, dan
Srilanka. Sedangkan untuk elastisitas pendapatan jangka pendek signifikan di
negara Brazil, Kolumbia, Equador, dan Pakistan yang derajat keyakinannya 5%.
Mutaqim dan JJ Sarungu (2002) dalam penelitian berjudul ”Prospek
Kerjasama Perdagangan Internasional Indonesia-Amerika”. Alat analisis yang
digunakan adalah model dinamis PAM. Berdasarkan hasil analisis regresi
berganda, dilihat dari permintaan impor Indonesia dari amerika serikat
menunjukkan variabel GDP Indonesia mempunyai hubungan yang positif dan
signifikan terhadap permintaan impor Indonesia dari amerika serikat, variabel
nominal exchange rate mempunyai hubungan yang negatif dan bermakna secara
statisitik terhadap variabel permintaan impor Indonesia ke Amerika, variabel
harga barang impor mempunyai hubungan yang positif dan signifikan terhadap
permintaan impor Indonesia dari amerika serikat namun tidak sesuai dengan
hipotesis, variabel krisis ekonomi (variabel dummy) mempunyai hubungan yang
negatif dan signifikan terhadap permintaan impor Indonesia dari amerika serikat,
variabel impor Indonesia dari amerika serikat tahun sebelumnya mempunyai
hubungan yang positif dan signifikan terhadap permintaan impor Indonesia dari
amerika serikat. Sedangkan dari segi penawaran ekspor Indonesia ke Amerika
Serikat menunjukkan variabel GDP Amerika mempunyai hubungan yang positif
dan signifikan terhadap penawaran ekspor Indonesia dari amerika serikat,
secara statisitik terhadap variabel penawaran ekspor Indonesia ke Amerika,
variabel harga barang ekspor mempunyai hubungan yang negatif dan tidak
bermakna secara statistik terhadap penawaran ekspor Indonesia ke amerika,
variabel krisis ekonomi (variabel dummy) mempunyai hubungan yang negatif
dan signifikan terhadap penawaran ekspor Indonesia dari amerika serikat,
variabel impor Indonesia ke amerika serikat, variabel ekspor Indonesia ke
Amerika Serikat tahun sebelumnya mempunyai hubungan yang positif dan
signifikan terhadap penawaran ekspor Indonesia ke Amerika serikat.
Nurul Huda dan Zulihar (2009) dalam penelitian berjudul “Perdagangan
Bilateral Indonesia-China periode 2000-2009”. Dari penelitian tersebut
keimpulan yang diberikan adalah, 1) Neraca perdagangan Indonesia terhadap
China selama periode 2000-2007 mengalami surplus tetapi sejak tahun 2008 dan
2009 perdagangan Indonesia terhadap China mengalami kondisi deficit, 2)
Komoditi Utama yang diekspor Indonesia ke China meliputi komoditi karet,
batubara, CPO, produk kimia dan kertas. Sedangkan komoditi Utama Impor
Indonesia dari China meliputi produk barang konsumsi, bahan baju dan barang
modal, 3) Langkah yang dapat dilakukan pemerintah terhadap data terakhir
perdagangan Indonesia-China antara lain : pembangunan infrastruktur, permudah
perizinan, permodalan, kontrol produk-produk China dengan gerakan cinta
G. Hipotesa
Sebagaimana uraian di atas, dapat disimpulkan beberapa hipotesa
mengenai uraian di atas, yaitu :
1. Diduga harga karet alam dunia akan berpengaruh negatif dan signifikan
terhadap volume ekspor karet alam Indonesia.
2. Diduga harga karet sintetis akan berpengaruh positif dan signifikan terhadap
volume ekspor karet alam Indonesia.
3. Diduga nilai tukar mata uang RRC terhadap Rupiah akan berpengaruh positif
dan signifikan terhadap volume ekspor karet alam Indonesia
4. Diduga GDP Riil Negara RRC sebagai pengimpor akan berpengaruh positif
dan signifikan terhadap volume ekspor karet alam Indonesia.
5. Diduga secara bersama - sama harga karet alam dunia, harga karet sintetis,
nilai tukar Yuan RRC terhadap Rupiah, serta GDP Riil Negara RRC
berpengaruh secara bersama-sama terhadap volume ekspor karet alam
H. Prosedur Analisis Data
Dari uraian di atas, kerangka pemikiran dari penelitian ini adalah sebagai
berikut :
harga karet alam Dunia
harga karet sintetis
Nilai tukar yuan RRC terhadap rupiah
Volume ekspor karet Indonesia
BAB III
METODE PENELITIAN
1. Jenis dan Sumber Data
Data yang digunakan pada penelitian ini adalah data sekunder menurut
runtut waktu (time series) dalam bentuk tahunan. Periode yang digunakan yaitu
periode tahun 1999 sampai dengan tahun 2009. Adapun data-data tersebut
diperoleh dari:
1. Badan Pusat Statistik (BPS)
2. Bank Indonesia (BI)
3. Penelitian-penelitian terdahulu
4. Artikel-artikel dan sumber-sumber lainnya.
2. Definisi Variabel
1. Harga karet alam dunia
Harga karet alam dunia yang digunakan adalah harga karet alam yang
berlaku dalam perdagangan internasional. Data operasional yang digunakan
dalam penelitian ini diambil dari data yang dikeluarkan oleh BPS berdasarkan
perhitungan tahunan .
2. Harga karet sintetis
Harga karet sintetis yang digunakan adalah harga karet olahan yang
dalam penelitian ini diambil dari data yang dikeluarkan oleh BPS berdasarkan
perhitungan tahunan.
3. Nilai Tukar Yuan RRC terhadap Rupiah
Data operasional yang digunakan dalam penelitian ini diambil dari
data yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia maupun BPS berdasarkan
perhitungan tahunan.
4. GDP Riil Negara RRC
GDP Riil Negara RRC yang digunakan adalah jumlah nilai produksi
yang dinilai atas dasar harga tetap yang dihitung menggunakan tahun dasar
2000. Data operasional yang digunakan dalam penelitian ini diambil dari
sumber-sumber terkait berdasarkan perhitungan tahunan dan dinyatakan
dalam bentuk Milyar Dollar Amerika.
3. Metode Analisis Data
1. Metode Regresi Kuadrat Terkecil
Analisis data yang dilakukan dengan Metode Regresi Kuadrat
Terkecil/OLS (ordinary least square), dengan fungsi volume ekspor karet
Indonesia ke RRC = f (harga karet alam dunia, harga karet sintetis, nilai tukar
Yuan terhadap Rupiah, GDP Riil Negara RRC), maka persamaan regresi
liniernya adalah :
Volume = β0+β1HKA+β2HKS+β3NT+β4 GDPriil +e
HKA = Harga Karet Alam Dunia (US$/Ton)
HKS = Harga Karet Sintetis (US$/Ton)
NT = Nilai Tukar Yuan terhadap Rupiah (Rupiah)
GDPriil= GDP Riil Negara RRC (Milyar US $)
β0 = Konstanta regresi
βi = Koefisien Regresi
e = Variabel Pengganggu
2. Pemilihan Model Regresi
Pemilihan model regresi ini menggunakan uji Mackinnon, White and
Davidson (MWD) yang bertujuan untuk menentukan apakah model yang
akan di gunakan berbentuk linier atau log linier.
Persamaan matematis untuk model regresi linier dan regresi log linier
adalah sebagai berikut :
· Linier Î Y = β0 + β1X1+ β2 X2+ β3 X3+ β4 X4 + e
· Log Linier Î LogYt = Log β0+β1 LogX1t+β2 LogX2t+β3 LogX3t+β4
LogX4t +e
Untuk melakukan uji MWD ini kita asumsikan bahwa :
· Ho : Y adalah fungsi linier dari variabel independen X (model linier)
· H1 : Y adalah fungsi log linier dari varibel independen X (model log
Adapun prosedur metode MWD adalah sebagai berikut :
a. Estimasi model linier dan dapatkan nilai prediksinya (fitted value) dan
selanjutnya dinamai F1.
b. Estimasi model log linier dan dapatkan nilai prediksinya, dan selanjutnya
dinamai F2.
c. Dapatkan nilai Z1 = ln F1-F2 dan Z2 = antilog F2-F1
d. Estimasi persamaan berikut ini :
Y = β0 + β1X1+ β2 X2+ β3 X3+ β4 X4 + e
Jika Z1 signifikan secara statistik melalui uji t maka kita menolak
hipotesis nul dan model yang tepat untuk digunakan adalah model log
linier dan sebaliknya jika tidak signifikan maka kita menerima hipotesis
nul dan model yang tepat digunakan adalah model linier.
e. Estimasi persamaan berikut :
LogYt = Log β0+β1 LogX1t+β2 LogX2t+β3 LogX3t+β4 LogX4t + e
Jika Z2 signifikan secara statistik malalui uji t maka kita menolak hipotesis
alternatif dan model yang tepat untuk digunakan adalah model linier dan
sebaliknya jika tidak signifikan maka kita menerima hipotesis alternatif
dan model yang tepat untuk digunakan adalah model log linier. (Siti
Aisyah, 2007)
3. Uji Statistik
a. Uji t Statistik
Uji t statistik adalah pengujian variabel-variabel independen secara
individu, digunakan untuk menguji signifikansi pengaruh masing-masing
variable independen terhadap variable dependen. Langkah-langkah dalam uji t
adalah sebagai berikut :
1) Menentukan hipotesis
a) Ho : βi = 0, berarti tidak ada pengaruh masing-masing variabel
independen terhadap variabel dependen.
b) Ha : βi ≠ 0, berarti ada pengaruh masing-masing variabel independen
terhadap variabel dependen.
2) α = 5%, df = n-k
3) f(t)
H0 ditolak H0 diterima H0 ditolak
0 -tα/2 ; n-k tα/2; n-k
Gambar 3.1. Daerah Kritis Uji t
4) Melakukan perhitungan nilai t
thitung= βi/Se (βi)
Keterangan :
βi = koefisien regresi
Se (βi) = standard error koefisien regresi
5) Kriteria pengujian
· Jika nilai -ttabel < thitung < ttabel, Ho diterima berarti variabel independen
secara individual tidak berpengaruh secara signifikan terhadap variabel
dependen.
· Jika nilai ttabel > thitung atau thitung < -ttabel, Ho ditolak berarti variabel
independen secara individu berpengaruh secara signifikan terhadap
variabel dependen.
b. Uji F statistik
Pengujian ini akan memperlihatkan hubungan atau pengaruh antara
variabel independen secara bersama-sama terhadap variabel dependen.
Langkah-langkah dalam uji F adalah sebagai berikut :
1) Menentukan hipotesis
a) Ho : βi = 0, maka variabel independen secara bersama-sama tidak
mempengaruhi variabel independen.
b) Ha : βi ≠ 0, maka variabel independen secara bersama-sama
mempengaruhi variabel dependen.
3)
H0 ditolak
H0 diterima
0 Fα;k-1;n-k
Gambar 3.2. Daerah Kritis Uji F
4) Melakukan penghitungan nilai F
Nilai Fhitung =
Keterangan :
R2 = koefisien regresi
n = jumlah sampel/data
k = banyaknya parameter
5) Kriteria pengujian
· Jika Fhitung > Ftabel , maka H0 ditolak dan Ha diterima. Artinya ada
pengaruh yang signifikan dari seluruh variabel independen terhadap
variabel dependen.
· Jika Fhitung < Ftabel , maka H0 diterima dan Ha ditolak. Artinya tidak ada
pengaruh yang signifikan dari seluruh variabel independen terhadap
variabel dependen.
c. Koefisien Determinasi (R2)
R2 menjelaskan seberapa besar persentasi total variasi variabel
dependen yang dijelaskan oleh model, semakin besar R2 semakin besar
pengaruh model dalam menjelaskan variabel dependen. Nilai R2 berkisar
antara 0 sampai 1, jika R2 sebesar 1 berarti ada kecocokan sempurna,
sedangkan yang bernilai 0 berarti tidak ada hubungan antara variabel tak
bebas dengan variabel yang menjelaskan.
4. Pengujian Asumsi Klasik
Pengujian ini digunakan untuk melihat apakah model yang diteliti
akan mengalami penyimpangan asumsi klasik atau tidak, maka pengadaan
pemeriksaan terhadap penyimpangan asumsi klasik tersebut harus dilakukan:
a. Autokorelasi
Autokorelasi adalah keadaan dimana faktor-faktor pengganggu yang
satu dengan yang lain saling berhubungan. Pengujian terhadap gejala
autokorelasi dapat dilakukan dengan Lagrange Multiplier Test yang
dikembangkan oleh Bruesch-Godfrey, yakni berupa regresi atas semua
variabel bebas dalam persamaan regresi linier berganda tersebut dan variabel
lag-1 dari nilai residual regresi linier berganda. Langkah dari Lagrange
Multiplier Test adalah sebagai berikut :
1) Menentukan hipotesis
b) Ha : ρ1≠ ρ2≠....≠ ρq≠ 0 , Ada autokorelasi.
2) α = 5%, df = jumlah lag residual
3)
H0 diterima H0 ditolak
0 χ2
(α ; df)
Gambar 3.3. Daerah Autokorelasi
4) Melakukan penghitungan nilai χ2
χ2
hitung = (n-p)R2
5) Membandingkan nilai R2 dari hasil regresi tersebut dengan nilai χ2 dalam
table statistik Chi Square. Kriterianya adalah, jika :
a) Apabila nilai Obs*R square ( χ2hitung ) < χ2tabel, berarti H0 diterima,
artinya tidak ada masalah autokorelasi.
b) Apabila Obs*R square ( χ2
hitung ) > χ2tabel, berarti H0 ditolak, artinya
terjadi masalah autokorelasi.
b. Multikolinearitas
Multikolinearitas adalah adanya suatu hubungan linier yang sempurna
(mendekati sempurna) antara beberapa atau semua variabel bebas. Untuk
mengetahui ada tidaknya gejala multikolinearitas dapat dilakukan dengan
membandingkan nilai R2aux yang diperoleh dari auxiliary regression dengan
nilai R2 dari keseluruhan. Berdasarkan Klein rule of Thumbs maka dari hasil
perbandingan tersebut dapat disimpulkan bahwa jika R2 > R2aux maka tidak
terjadi gejala multikolinearitas dan jika R2 < R2aux maka terjadi gejala
multikolinearitas (Gujarati, 2003).
c. Heteroskedastisitas
Asumsi dari model regresi linier klasik adalah kesalahan penggangu
mempunyai variasi yang sama. Apabila asumsi tersebut tidak terpenuhi maka
akan terjadi heteroskedastisitas, yaitu suatu keadaan dimana variasi dari
kesalahan penggangu tidak sama untuk semua nilai variabel bebas. Terdapat
beberapa metode yang dipergunakan untuk mendeteksi heteroskedastisitas
dalam model empiris yaitu Uji Park, Uji Glejser, Uji white, Uji LM ARCH
dan Uji Breusch–Pagan–Godfrey. Pengujian heteroskedastisitas dalam
penelitian ini akan menggunakan Uji White. Langkah dari Uji White adalah
sebagai berikut :
1) Hipotesis untuk menentukan ada tidaknya heterokedastisitas.
2) α = 5%, df = jumlah regresor
3)
H0 diterima H0 ditolak
0 χ2
(α ; df)
Gambar 3.4. Daerah Heteroskedastisitas
4) Melakukan penghitungan nilai χ2
χ2
hitung = nR2
Keterangan : n = jumlah observasi
R2 = koefisien determinasi
5) Kriteria pengujian ada tidaknya heteroskedastisitas
· Jika Obs*R square ( χ2
hitung )< χ2tabel, berarti Ho tidak dapat ditolak.
Dari hasil uji White Test tersebut dapat disimpulkan bahwa tidak ada
heterokedastisitas.
· jika nilai Obs*R square ( χ2
hitung) > χ2tabel, berarti Ho dapat ditolak.
Dari hasil uji White Test tersebut dapat disimpulkan bahwa ada
heterokedastisitas.
BAB IV
ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN
A. Sejarah Perkembangan Karet
Karet dikenal di Eropa sejak ditemukannya Amerika oleh Columbus.
Orang Eropa yang pertama kali menemukan dan menyelidiki karet atau elastic
gum ialah Pietro Martyre d’Angiera (1457 - 1526), dari Aragon, Leon (Spanyol).
Laporan pertama yang serius tentang produksi karet dan sistem primitive
pemrosesannya ditulis pada abad ke- 18 oleh 2 orang Prancis Charles Marie De
La Condamine dan Francois Fresneau. De La Condamine, seorang anggota
ekspedisi ilmiah yang pergi ke Amerika Selatan pada tahun 1735 melukiskan
dalam laporannya kepada akademi Prancis pada tahun 1736.
Sejak semula perkembangan industri karet tergantung bukan pada
pengetahuan kimia melainkan pada kemampuan orang menemukan metode yang
cocok untuk memanipulasi karet. Kemajuan yang penting dalam memanipulasi
karet dengan mudah terjadi pada awal abad ke – 19 dari eksperimen-eksperimen
seorang Skotlandia, Charles Macintosh (1766 – 1843) dan seorang Inggris,
Thomas Hancock (1786 – 1865 ) namun metode tersebut kurang sempurna dan
agak primitive.
Di Amerika Serikat industri karet berdiri pada akhir pengembangan
berbahan baku karet alam ( kemudian karet sintetik ) banyak didirikan pada awal
perkembangan industri kendaraan bermotor. ( Spillane, 1989)
B. Jenis-Jenis Karet
Karet atau elastromer merupakan polimer yang memperlihatkan daya
pegas, atau kemampun meregang dan kembali ke keadaan semula dengan cepat.
Ada 2 jenis karet yaitu karet alam dan karet sintetis. Setiap jenis karet ini
memiliki karakteristik yang berbeda, sehingga keberadaanya saling melengkapi.
Kelemahan karet alam bisa diperbaiki oleh karet sintetis dan sebaliknya, sehingga
kedua jenis karet tersebut tetap dibutuhkan.
1. Karet Alam
Karet alam adalah suatu polimer dari isoprene. Nama kimia dari
polimer ini adalah Cis 1,4 – poliisoprena dengan rumus umum ( C5 H8 )n.
Semakin besar harga n semakin panjang molekul karet , semakin besar berat
molekulnya, dan semakin kental. Dimana n adalah drajat polimerisasi yaitu
bilangan yang menunjukkan jumlah monomer di dalam rantai polimer. Karet
alam bila dipanasi akan menjadi lunak dan lekat dan kemudian dapat
mengalir. Karet alam sedikit larut dalam benzene. Karet alam banyak
digunakan dalam industri – industri barang. Umumnya alat-alat yang terbuat
Sesuai dengan namanya, karet alam berasal dari alam, yakni terbuat
dari getah tanaman karet. Sifat-sifat atau kelebihan karet alam adalah sebagai
berikut :
a. Daya elastisitas atau daya lentingnya sempurna.
b. Sangat plastis, sehingga mudah diolah.
c. Tidak mudah panas.
d. Tidak mudah retak.
e. Mempunyai daya aus yang tinggi
Ada beberapa jenis karet alam yang dikenal, diantaranya merupakan bahan
olahan. Bahan olahan jadi maupun setengah jadi, jenis – jenis produk karet
alam tersebut adalah sebagai berikut :
a. Bahan olah karet (lateks kebun, sheet angin, lump segar)
b. Karet alam konvensional (compo crepe, blanket crepe, off crepe)
c. Lateks pekat
d. Karet bongkah (block rubber)
e. Karet spesifikasi teknis ( crump rubber )
f. Karet siap olah (Tyre rubber)
Karet alam memiliki banyak manfaat dalam kehidupan manusia yang
diolah sesuai dengan keperluannya. Karet alam banyak digunakan dalam
industri-industri barang. Umunya alat-alat yang dibuat dari karet alam sangat
umumnya terbuat dari karet alam. Karet sering pula dipasang di pintu, kaca
pintu, kaca mobil dan di peralatan lainnya.
Disamping kelebihannya, karet alam juga memiliki kelemahan dalam
penggunaannya, Kelemahan karet alam terletak pada keterbatasannya dalam
memenuhi kebutuhan pasar. Saat pasar membutuhkan pasokan tinggi, para
produsen karet alam tidak bisa menggenjot produksinya dalam waktu singkat,
sehingga harganya cenderung tinggi.
2. Karet Sintetis
Karet sintetis sebagian besar dibuat dengan mengandalkan bahan baku
minyak bumi. Karet sintetis memiliki kelebihan seperti tahan terhadap
berbagai zat kimia dan harganya yang cenderung bisa dipertahankan supaya
tetap stabil. Bila ada pihak yang menginginkan karet sintetis dalam jumlah
tertentu, maka biasanya pengiriman atau suplai barang tersebut jarang
mengalami kesulitan. Berikut ini adalah jenis-jenis karet sintetis yang dikenal,
yaitu :
a. Karet sintetis untuk kegunaan umum
Ø SBR (styrena butadiene rubber), merupakan jenis karet sintetis yang
paling banyak digunakan. Memiliki ketahanan kikis yang baik dan
kalor atau panas yang ditimbulkan juga rendah
Ø BR (butadiene rubber), karet jenis BR lebih lemah, daya lekat lebih